Makalah Formulasi Krim

download Makalah Formulasi Krim

of 40

Transcript of Makalah Formulasi Krim

  • 8/10/2019 Makalah Formulasi Krim

    1/40

    1

    BAB I

    Pendahuluan

    I.1. Latar Belakang

    Seiring dengan perkembangan industri dan teknologi sediaan farmasi,

    bermacam-macam bentuk sediaan telah beredar di pasaran dalam rangka

    untuk memenuhi permintaan pasar yang menuntut adanya sediaan farmasi

    yang lebih baik. Di mulai dari sediaan solid, semi solid hingga liquid,

    tergantung dari keperluan dan kenyamanan para konsumen. Bentuk sediaan

    solid diantaranya serbuk, tablet dan kapsul. Untuk semi solid terdapat salep,

    krim, pasta dan gel. Sedangkan liquid terdiri atas potio, solutio, sirup,

    suspensi, tetes mata, dan tetes hidung. Untuk pengobatan topikal, sering

    digunakan bentuk sediaan semi solid. Diantara sediaan semisolid yaitu

    salep, pasta, krim, dan gel. Sediaan semisolid yang sering digunakan

    masyarakat salah satunya krim. Penggunaan krim tidak sebatas untuk obat

    namun juga digunakan sebagai kosmetik sehingga sediaan ini terus

    berkembang. Metode serta bahan-bahan pembuatan krim sangat banyak

    sekali sehingga diperlukan pembelajaran lebih dalam lagi. Oleh karena itu

    perlu dipelajari mengenai krim, jenis krim, basisnya serta formulasi krim.

    I.2. Rumusan Masalah

    1. Apa yang dimaksud dengan krim?

    2. Apa saja bahan-bahan serta basis yang terdapat dalam krim?

    3. Bagaimana metode-metode pembuatan krim?

    4. Apa saja contoh formulasi dari krim?

    I.3. Tujuan Penulisan

    Tujuan pembuatan makalah ini yaitu agar dapat mengetahui lebih jauh

    basis, formulasi, dan cara pembuatan sediaan krim.

    I.4. Metode Penulisan

  • 8/10/2019 Makalah Formulasi Krim

    2/40

    2

    Metode penulisan yang digunakan adalah studi pustaka. Sumber

    informasi berasal dari buku-buku dan berbagai situs internet untuk

    menunjang teori dasari.

    1.5. Sistematika Penulisan

    BAB I. Pendahuluan

    I.1 Latar Belakang

    I.2. Rumusan Masalah

    I.3. Tujuan Penulisan

    I.4. Metode Penulisan

    I.5. Sistematika Penulisan

    BAB II. Pembahasan

    II.1

    BAB III. Kesimpulan

    Daftar Pustaka

  • 8/10/2019 Makalah Formulasi Krim

    3/40

    3

    BAB II

    ISI

    2.1 Definisi Krim

    Krim merupakan salah satu sediaan yang berbentuk emulsi. Krim dapat

    didefinisikan berbagai macam dari beberapa sumber yang berbeda. Menurut Ansel

    (1989), krim adalah emulsi setengah padat baik bertipe air dalam minyak atau

    minyak dalam air yang biasanya digunakan sebagai emolien (pelembab) atau

    pemakaian obat pada kulit. MenurutBritish Pharmacopeia, krim adalah formulasi

    untuk memberikan persiapan yang pada dasarnya bercampur dengan sekresi kulit.

    Mereka dimaksudkan untuk diterapkan pada kulit atau selaput lendir tertentu

    untuk pelindung, terapeutik atau profilaksis tujuan, terutama di mana efek oklusif

    tidak diperlukan. Menurut Farmakope Indonesia Edisi III, krim adalah bentuk

    sediaan setengah padat, berupa emulsi mengandung air tidak kurang dari 60% dan

    dimaksudkan untuk pemakaian luar. Sedangkan, Menurut Farmakope Indonesia

    Edisi IV, krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih

    bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai.

    Tujuan umum dibentuknya sediaan krim adalah untuk mendapatkan efek

    emolien atau pelembut. Berdasarkan fase dispersinya, krim digolongkan menjadi

    2 tipe, yakni tipe air terdispersi dalam minyak (A/M) dan krim minyak terdispersi

    dalam air (M/A). Krim tipe air dalam minyak (A/M) merupakan suatu krim

    yang dibuat dengan mendispersikan komponen air ke dalam komponen minyak;

    sifatnya tidak mudah hilang bila terkena air; berwarna putih atau transparan dan

    agak kaku; dan diproduksi oleh pengemulsi agen dari alam, misalnya lilin lebah,

    alkohol wol atau wol lemak. Contoh : Cold cream, yaitu sediaan kosmetika yang

    dibuat untuk memberikan rasa dingin dan nyaman pada kulit, sebagai krim

    pembersih, biasanya berwarna putih dan bebas dari butiran kasar. Krim tipe

    minyak dalam air (M/A) merupakan suatu emulsi yang dibuat dengan

    mendispersikan komponen minyak ke dalam komponen air; sifatnya mudah dicuci

    dengan air; berwarna putih, tipis dan halus; dan diproduksi oleh sintetis lilin,

    misalnya macrogol dan cetomacrogol. Contoh : Vanishing cream, yaitu sediaan

  • 8/10/2019 Makalah Formulasi Krim

    4/40

    4

    kosmetika yang digunakan untuk membersihkan dan melembabkan kulit serta

    sebagai alas bedak. Berdasarkan tujuan penggunaannya, krim dapat dibedakan

    menjadi 2, yaitu medicated cream dan non medicated cream. Medicated cream

    digunakan untuk pengobatan topikal maupun sistemik melalui penghantaran

    transdermal. Sedangkan non medicated cream digunakan bukan untuk

    pengobatan dan penyembuhan, tetapi bertujuan untuk pencegahan dan perawatan

    kulit yang biasanya disebut krim kosmetik.

    Bentuk sediaan krim mempunyai kelebihan dan kekurangan. Adapun

    kelebihan dan kekurangan menggunakan sediaan krim sebagai berikut:

    Kelebihan : Mudah menyebar rata dan praktis

    Lebih mudah dibersihkan atau dicuci dengan air untuk tipe m/a

    (minyak dalam air)

    Tidak lengket dan tidak berminyak, untuk tipe m/a (minyak dalam air)

    Zat aktif yang diabsorbsi pada pemakaian topikal tidak cukup beracun,

    sehingga efek samping dapat dimimalisir .

    Meningkatkan rasa lembut dan lentur pada kulit, tetapi tidak menyebabkan

    kulit berminyak.

    Kekurangan :

    Susah dalam pembuatannya, karena dibutuhkan suhu yang optimal pada

    saat pembuatan (fase minyak dan fase air)

    Mudah pecah, karena suhu tidak optimal atau saat pencampuran fase

    minyak dan fase air pengadukannya tidak tepat.

    2.2 Jenis-Jenis Krim

    Jenis-jenis krim menurut Wasitaatmadja (1997) yaitu sebagai berikut :

    1.

    Krim pendingin (cold cream)

    Pelembab yang karena kandungan airnya menguap secara lambat

    menimbulkan rasa dingin pada kulit. Biasanya bentuk sediaannya air

  • 8/10/2019 Makalah Formulasi Krim

    5/40

    5

    dalam minyak namun tidak terlalu lunak dan tidak terlalu lengket, berisi

    bees-wax, mineral oil, paraffin, dan spermaceti.

    2. Krim vitamin (vitamin cream)

    Mengandung vitamin B kompleks, asam pantotenat, vitamin E, vitamin A,

    vitamin C, dan vitamin D. Kegunaan vitamin secara topikal pada kulit ini

    diragukan manfaatnya karena permeabilitas kulit yang rendah dan jauh

    kurang efisien dibanding bila diberikan per oral.

    3.

    Krim urut (massage cream)

    Ditujukan untuk memperbaiki kulit yang rusak dan meninggalkan minyak

    dipermukaan kulit dalam waktu yang agak lama, biasanya berbentuk krim

    A/M.

    4. Krim tangan atau badan (hand and body cream)

    Dipakai untuk melembutkan dan menghaluskan kulit ditempat tersebut

    dengan menggunakan emolien, humektan, dan barrier kulit. Pelembab

    biasanya lebih cair, dapat ditambah tabir surya, aloe vera, alantoin, AHA,

    atau vitamin.

    5.

    Krim mengandung zat makanan (nourishing cream atauskin food cream)

    Tidak memberi makanan kulit tetapi hanya untuk lubrikasi, mengurangi

    hilangnya kelembaban kulit dan tidak menghilangkan kerut secara

    permanent. Isi terpenting adalah lanolin, white germ oil,sun flower oilatau

    corn oil.

    2.3 Bahan dan Basis Krim

    Bahanbahan dalam krim meliputi zat aktif, basis, dan zat tambahan

    lainnya. Bahan utama dalam krim adalah zat aktif yaitu zat berkhasiat dalam

    sediaan krim tersebut.

    Selain zat aktif terdapat basis. Basis pada krim bukan merupakan

    bahan utama tetapi penggunaannya dalam formulasi sediaan krim cukup

    memegang peranan. Basis merupakan komponen terbesar dalam suatu

  • 8/10/2019 Makalah Formulasi Krim

    6/40

    6

    sediaan semipadat (seperti pasta, salep, krim, dll) dan merupakan faktor

    yang sangat menentukan kecepatan pelepasan/aksi dari obat, yang nantinya

    akan mempengaruhi khasiat atau keberhasilan terapi

    Dalam pemilihan komponen krim diperlukan pertimbangan-

    pertimbangan yang matang untuk mendapatkan krim dengan efek terapeutik

    yang optimal tanpa mengabaikan kenyamanan pasien dalam menggunakan

    produk tersebut. Untuk mendapatkan suatu bentuk sediaan krim dibutuhkan

    bahan utama untuk membuat basis krim yaitu fase minyak, fase cair dan

    surfaktan atau emulgator. Selain bahan-bahan utama pembuatan basis krim,

    ada pula bahan penunjang yang berguna untuk meningkatkan estetika dan

    stabilitas krim, seperti antioksidan, pengawet, pewarna, pewangi,

    pengkhelat dan pendapar.

    2.3.1 Fase minyak

    Hidrokarbon squalen, paraffin cair, petrolatum, paraffin

    padat, microcrystaline wax, ceresin, dll.

    Lemak dan minyak minyak zaitun, almond oil, cocoa butter,

    macadamia nut oil, avocado oil, hardened

    palm oil, castor oil, sunflower oil, evening

    primrose oil, trigliserida sintetik, dll.

    Wax/Lilin beeswax, lanolin, carnauba wax, candelilla

    wax, jojoba oil,dll.

    Asam Lemak asam stearat, asam oleat, asam isostearat,asam miristat, asam palmitat, dll.

    Alkohol stearil alkohol, behenil alkohol, heksadesil

    alkohol, oktildodekil alkohol, kolesterol,

    ceteth-20, dll.

    Ester sintetik isopropil miristat, trigliserida, pentaeritritil

  • 8/10/2019 Makalah Formulasi Krim

    7/40

    7

    tetraester, kolesteril ester dll.

    Tabel 1.Pengelompokan komponen basis krim fase minyak.

    Beberapa bahan yang digunakan sebagai fase minyak dalam pembuatan

    krim antara lain :

    Kelompok Hidrokarbon

    a.

    Squalen

    Gambar 1.Rumus Bangun Squalen

    Squalen merupakan hidrokarbon yang tidak berwarna,

    transparan dan hampir tidak berbau. Mempunyai titik didih

    285oC pada 22 mmHg, dan mempunyai titik lebur -100oC.

    Tidak larut dalam air, sangat kecil kelarutannya dalam alkohol

    dehidrat, dapat tercampur dengan kloroform dan eter, sedikit

    larut dalam aseton. Penggunaannya, sebagai pelembab alami

    dalam sediaan kosmetik.

    b.

    Paraffin Liquidum

    Paraffin liquid merupakan campuran dari hidrokarbon yang

    diperoleh dari minyak mineral. Paraffin liquid berupa cairankental yang transparan, tidak berflourosensi, dan tidak

    berwarna. Selain itu paraffin liquid hampir tidak memiliki bau

    dan rasa. Bahan ini praktis tidak larut dalam air dan etanol P

    95% namun dapat larut dalam kloroform P, eter P, aseeton dan

    benzen. Satu milliliter paraffin liquid memiliki bobot antara

    0,83 hingga 0,89 gram. Penggunaan dalam krim umumnya

    sebesar 1-32%.

  • 8/10/2019 Makalah Formulasi Krim

    8/40

    8

    c. Vaselin Kuning

    Berbentuk massa semi-solid yang berwarna kuning muda

    hingga kuning, agak transparan, berminyak, tidak berbau, tidak

    berasa, tidak berfluoresensi. Vaselin kuning bersifat mudah

    terbakar, memiliki titik didih di atas 100oF (37oC). Tidak

    mudah teroksidasi saat terkena udara. Praktis tidak larut dalam

    aseton, etanol, etanol (95%) panas atau dingin, gliserin, dan

    air; larut dalam benzen karbon disulfida, kloroform, eter,

    heksan, dan minyak atsiri. Penggunaan dalam krim yaitu

    sebanyak 10-30%.

    d. Paraffin Padat

    Parafin padat sesuai namanya berbentuk padat, sering

    menunjukan susunan hablur; agak licin; tidak berwarna atau

    putih; tidak mempunyai rasa dan bau. Praktis tidak larut dalam

    air dan dalam etanol (95%); larut dalam kloroform, benzen dan

    ester.

    e.

    Microcrystalline Wax

    Microcystalline wax berbentuk kristal yang tidak beraturan,

    tidak berbau dan tidak berasa, larut dalam benzen, kloroform,

    dan eter, sedikit larut dalam etanol, dan praktis tidak larut

    dalam air sediaan setengah padat digunakan dalam formulasi

    kosmetik. Stabil dengan adanya asam, basa, cahaya, dan udara.

    Tempat penyimpanan di tempat sejuk atau kering.

    Kelompok Minyak dan Lemak

    a.

    Minyak Zaitun (Olive oil)

    Minyak zaitun diperoleh dari buah olive (Olea europaea),

    tanaman tradisional dari Mediterranean Basin. Penggunaan

    untuk memasak, pembuatan kosmetik, dan sabun khususnya

    dalam pembuatan krim, salep, dan berfungsi melembabkan

  • 8/10/2019 Makalah Formulasi Krim

    9/40

    9

    kulit. Mengandung monounsaturated fat (khususnya asam

    oleat) dan polifenol yang tinggi. Minyak zaitun berwarna

    kuning muda atau kuning kehijauan, berupa cairan berminyak,

    mempunyai sedikit bau dan rasa yang khas. Sedikit larut dalam

    alkohol, dapat bercampur dengan karbon disulfida, kloroform,

    dan eter.

    b. Minyak Coklat (Cocoa butter)

    Minyak coklat diperoleh dari tanaman coklat (Theobroma

    cacao), berbentuk massa padat yang berwarna putih

    kekuningan dengan bau seperti coklat. Sedikit larut dalam

    alkohol, larut dalam alkohol dehidrat yang mendidihm dan

    sangat larut dalam eter, kloroform. Cacao butter ini

    mengandung stearin, palmitin, olein, laurin, linolein, dan

    gliserida lainnya. Mempunyai titik lebur antara 34-38oC,

    berupa massa padat pada suhu kamar. Penggunaannya dalam

    kosmetik yang sangat terkenal dan produk perawatan kulit

    seperti sabun dan lotion. Dalam bidang farmasi, cocoa butter

    dapat digunakan untuk membuat suppositoria.

    c. Minyak Alpukat (Avocado oil)

    Minyak alpukat diperoleh dari buah Persea americana.

    Banyak digunakan dalam pembuatan kosmetik sebagai

    pelembab, mencegah kulit menjadi kering, mengandung

    monounsaurated fats dan vitamin E dalam kadar yang cukuptinggi.

    d. Minyak Kelapa (Coconut oil)

    Minyak kelapa diperoleh dari kelapa sawit, terdiri dari asam

    lemak dan ester dengan gliserol. Asam lemak jenuh sekitar

    50% dan 80%. Minyak kelapa juga mengandung asam

    palmitat, asam laurat. Kandungan terbesarnya tokotrienol,

  • 8/10/2019 Makalah Formulasi Krim

    10/40

    10

    bagian dari vitamin E. Minyak kelapa berwarna merah karena

    banyak mengandung betakaroten.

    e.

    Minyak Jarak (Castor oil)

    Minyak jarak merupakan minyak nabati yang berasal dari

    castor bean (Ricinus communis). Berbentuk cairan tidak

    berwarna hingga kuning muda, transpara, bau harum, dan tidak

    berasa. Mempunyai titik didih 313oC. Mengandung kira-kira

    90% asam lemak yang terdiri dari asam risinoleat, dan yang

    terbesar adalah asam oleat dan linoleat. Minyak jarak larut

    dalam alkohol, dapat bercampur dengan alkohol dehidrat, asam

    asetat glasial, kloroform, dan eter. Selain digunakan dalam

    kosmetika, minyak jarak juga digunakan dalam pembuatan

    sabun, sebagai pewangi dan pelembut kulit.

    f. Minyak Bunga Matahari (Sunflower oil)

    Minyak bunga matahari merupakan minyak nabati yang

    berasal dari biji bunga matahari (Helianthus annuus) tidak

    termasuk minyak menguap. Kandungan kimia minyak bunga

    matahari mengandung asam linoleat, selain itu mengandung

    lesitin, tokoferol, karotenoid dan waxes. Sifat fisik minyak

    bunga matahari dalam suhu kamar berupa cairan, berbentuk

    cairan jernih dan sedikit berwarna kuning tua dengan sedikit

    bau lemak. Fungsi dalam bidang kosmetik digunakan sebagai

    emolien dan pelindung kulit.

    Kelompok Waxes/Lilin

    a.

    Beeswax

    Beeswax memiliki komponen utama yang terdiri dari palmitat,

    palmitoleat, hidroksipalmitat dan ester oleat, mempunyai titik

    lebur antara 62-64oC. Mempunyai titik didih sebesar 85oC,

    tidak larut dalam air, sangat kecil kelarutannya dalam dehidrat

  • 8/10/2019 Makalah Formulasi Krim

    11/40

    11

    alkohol, dapat tercampur dengan kloroform dan eter, sedikit

    larut dalam aseton, digunakan sebagai penstabil emulsi.

    b.

    Adeps Lanae

    Adeps lanae merupakan lemak yang diperoleh dari bulu

    domba, berwarna kuning muda, berbau khas. Adeps lanae telah

    meleleh berupa cairan kuning. Larut dalam benzen, kloroform,

    eter, dan petroleum, sedikit larut dalam etanol dingin (95%),

    lebih larut dalam etanol panas (95%); praktis tidak larut dalam

    air. Mengandung pro-oksidan yang dapat memengaruhi

    kestabilan beberapa zat aktif. Fungsinya dalam sediaan semi

    solid sebagai emusifying agent, fase minyak dalam persipan

    krim A/M. Adeps lanae dapat menyerap air sebesar 25%,

    campuran adeps lanae dengan air dikenal sebagai lanolin

    c. Carnauba Wax

    Carnauba wax berasal dari carnauba palm (Copernicia

    prunifera), berbentuk serbuk berwarna coklat terang hingga

    kuning muda, tidak berbau dan tidak berasa. Carnauba wax

    mengandung asam lemak (80-85%), alkohol lemak (10-15%),

    asam-asam (3-6%) dan hidrokarbon (1-3%). Ciri khas dari

    carnauba wax adalah esterified fatty diols (sekitar 20%),

    hydroxylated fatty acids(sekitar 6%) dan asam sinamat (sekitar

    10%). Mempunyai titik lebut 78-85oC, larut dalam kloroform

    hangat dan toluen hangat sedikit larut dalam etanol (95%),praktis tidak larut dalam air. Fungsinya sebagai bahan penyalut

    dalam formula kosmetik seperti lipstick, eyeliners, mascaram

    eye shadowsm foundations, skin care, sun carem dan lain-lain.

    Stabil dan harus tersimpan pada tempat yang tertutup, di

    tempat yang sejuk atau kering.

  • 8/10/2019 Makalah Formulasi Krim

    12/40

    12

    d. Candelia Wax

    Candelia wax berbentuk padat dan mengkilat, berwarna

    kuning, mempunyai kandungan kimia, asam bebas 7-9%,

    karbohidrat kira-kira 50%, asam serortat dan ester wax alkohol

    kira-kira 30%, serta resin. Digunakan sebagai perlindungan

    terhadp uap air. Candelia wax mempunyai warna yang

    mengkilat dan dapat digunakan dalam sistem emulsifikasi, dan

    memiliki titik leburnya 68,72oC

    e. Jojoba oil

    Jojoba oil, berasal dari tanaman Jojoba (Simmondsia

    chinensis). Mempunyai kandungan, setiap molekul terdiri dari

    asam lemak dan alkohol lemak yang digabungkan oleh ikatan

    ester. Minyak jojoba yang belum murni berupa cairan jernih

    pada suhu kamar dengan sedikit bau lemak. Minyak jojoba

    yang murni tidak berwarna, tidak berbau dan mempunyai titik

    lebur 10oC. Minyak jojoba relatif lebih stabil dibandingkan

    minyak nabati lainnya. Minyak jojoba digunakan dalam

    formula sediaan kosmetik,skin care, dan hair care.

    Kelompok Asam Lemak

    a. Asam Stearat (C18H36O2)

    Gambar 2. Rumus Bangun Asam Stearat.

    Asam stearat diperoleh dari lemak atau minyak dari tumbuhan

    atau binatang. Asam stearat dapat berupa gumpalan atau kristal

    berwarna putih atau putih kekuningan, mengkilap, sedikit

    berbau dan mirip lemak lilin. Asam stearat praktis tidak larut

  • 8/10/2019 Makalah Formulasi Krim

    13/40

    13

    dalam air namun dapat larut dalam alkohol, kloroform, dan

    eter. Asam stearat tidak bercampur dengan hidroksida logam

    dan dengan senyawa yang bersifat oksidator. Kegunaannya

    dalam formulasi topikal sebagai bahan pengemulsi, konsentrasi

    untuk krim yaitu 1-20%.

    b. Asam Oleat (C18H34O2)

    Gambar 3.Rumus Bangun Asam Oleat.

    Asam oleat berbentuk cairan kental, berwarna kekuningan

    sampai coklat muda, dengan bau, dan rasa yang khas. Praktis

    tidak larut dalam air; mudah larut dalam etanol 95%, dalam

    kloroform, dalam eter dan minyak tanah. Tidak bercampur

    dengan ion Al, Ca, logam berat, larutan iodine, asam perkloratdan seyawa pengoksidasi. Asam oleat bereaksi dengan basa

    membentuk sabun.

    Kelompok Alkohol

    a. Setil Alkohol (C16H34O)

    Gambar 4.Rumus Bangun Setil alkohol.

    Setil alkohol merupakan campuran dari alkohol alifatis yang

    dapat diperoleh dari binatang maupun tumbuhan. Setil alkohol

    berupa padatan serbuk, ataupun granul berwarna putih. Setil

    alkohol praktis tidak larut dalam air, dapat larut dalam etanol,

  • 8/10/2019 Makalah Formulasi Krim

    14/40

    14

    dan jika dileburkan maka dapat larut dalam paraffin liquid atau

    minyak tumbuhan atau hewan. Setil alkohol berfungsi sebagai

    bahan pengemulsi, dan sebagai bahan pengeras krim sehingga

    mampu meningkatkan konsistensi. Setil alkohol sering

    digunakan dalam sediaan krim karena sifatnya sebagai

    emolien.

    b. Stearil Alkohol (C18H38O)

    Gambar 5.Rumus Bangun Stearil Alkohol.

    Stearil alkohol ada dalam bentuk padatan granul berwarna

    putih dengan bau khas yang lemah dan tidak berasa. Stearil

    alkohol praktis tidak larut dalam air, tetapi dapat larut dalam

    etanol, eter, kloroform dan minyak tumbuhan. Mempunyai

    sifat emolien baik tanpa berlemak dan meningkatkanviskositas, memebentuk tekstur massa krim yang lebih padat,

    serta menstabilkan emulsi A/M. Stearil alkohol diabsorpsi

    cepat oleh kulit, sehingga meningkatkan efikasi sediaan dan

    sering digunakan pada sedian farmasetik juga kosmetik.

    c. Alkohol Sterin (Sterol)

    Sterol adalah alkohol hidroaromatik bervalensi satu tak jenuh.

    Contoh dari alkohol sterol ini adalah kolesterol. Kolesterol

    berbentuk partikel amorf berwarna putih, Diminati karena

    meningkatkan daya emulsifikasinya baik. Kolesterol praktis

    tidak larut dalam air, larut dalam 100 bagian alkohol, larut

    dalam aseton, kloroform, eter, etil asetat, dan minyak sayur.

    Kolesterol digunakan sebagai bahan pengemulsi pada

    konsentrasi 30-50%, mempunyai fungsi fisiologis dan banyak

  • 8/10/2019 Makalah Formulasi Krim

    15/40

    15

    digunakan dalam sediaan kosmetik. Penyimpanan di tempat

    yang kering dan sejuk terhindar dari cahaya.

    d. Ester sintetis

    Ester sintetis seperti gliseril monostearat, isopropil miristat,

    isopropil palmitat, isoprpil lanolat, butil stearat, dan butil

    palmitat telah digunakan sebagai basis lemak yang resisten

    terhadap oksidasi dan hidrolisis. Isopropil miristat adalah

    cairan tak berwarna yang dapat dicampur dengan hidokarbon,

    campuran minyak/lemak, atau sampai 50% lemak domba

    dibentuk menjadi basis semisolid yang tidak larut air.

    Meskipun demikian, ispropil miristat cocok dengan parafin

    lunak, tetapi tidak stabil dengan parafin liquid. Pada bentuk

    aplikasinya, zat tersebut dapat diabsorbsi oleh kulit dan

    relatif nontoksik. Beberapa contoh ester sintetis lainnya

    ialah kolesterol ester, gliserin triester, pentaeritritol tetraester.

    2.3.2 Fase air

    Komponen fase cair merupakan komponen penyusun krim yang bersifat

    hidrofilik. Pada keadaan normal (tanpa emulsifier), zat yang tergolong fase ini

    tidak bercampur dengan fase minyak. Berdasarkan fungsinya bahan-bahan

    penyusun krim yang termasuk fase air terdiri atas golongan-golongan berikut.

    Humektan gliserin, propilen glikol, sorbitol, polietilen glikol,

    dipropilen glikol, manitol, dll.

    Thickening agent pektin, derivat selulosa,xanthan gum, natrium

    alginat, dll.

    Pelarut etanol, air, propilen glikol, gliserin dll.

    Tabel 2.Pengelompokan komponen basis krim fase air.

  • 8/10/2019 Makalah Formulasi Krim

    16/40

    16

    Beberapa bahan yang digunakan sebagai fase air dalam pembuatan krim

    antara lain:

    a.

    Air Murni (H2O)Air merupakan cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, dan

    tidak berasa. Berat molekul yang dimiliki air adalah 18,02. Air

    dalam krim umumnya digunakan sebagai pelarut.

    b.

    Gliserin

    Gambar 6. Rumus bangun Gliserin

    Gliserin berupa cairan yang tidak berwarna dan tidak berbau

    tetapi memiliki rasa manis. Gliserin larut dalam air dan

    methanol tetapi praktis tidak larut dalam minyak. Gliserin

    dapat digunakan sebagai pelarut dan juga humektan. Dapat

    meledak jika dicampur dengan pengoksidasi kuat, seperti

    kromium trioksida, potasium klorat atau potasium

    permanganat. Kontaminasi besi dalam gliserin menyebabkan

    penghitaman pada warna campuran yang mengandung fenol,

    salisilat dan tanin. Gliserin membentuk kompleks asam borat,

    asan gliseroborat yang kekuatan asamnya lebih kuat dari asam

    borat.

    c. Propilenglikol

    Gambar 7. Rumus bangun Propilenglikol

  • 8/10/2019 Makalah Formulasi Krim

    17/40

    17

    Sifat yang dimiliki propilenglikol hampir sama dengan

    gliserin. Propilenglikol merupakan cairan tidak berwarna, tidak

    berbau, tetapi memiliki rasa manis. Propilenglikol dapat larut

    dalam aseton, kloroform, etanol (95%), gliserin, dan air.

    Propilenglikol juga dapat digunakan sebagai pelarut dan

    humektan dalam krim.

    d. Trietanolamin (TEA)

    Gambar 8. Rumus bangunTEA

    Trietanolamin merupakan cairan higroskopis. Cairannya jernih

    dan kental serta tidak berwarna atau berwarna kuning pucat

    dan tidak berbau. Trietanolamin dapat membentuk garam

    kristalin dengan asam mineral. Sifatnya larut dalam air,

    alkohol, gliserol, dan agak larut dalam eter.

    e.

    Sorbitol

    Gambar 9. Rumus bangun Sorbitol

    Sorbitol merupakan serbuk higroskopis, tidak berasa, hampir

    tidak berwarna. Sorbitol dapat larut dalam Air dengan

    perbandingan 1:0,5 ; praktis tidak larut kloroform, dan sedikit

    larut dalam methanol. Sorbitol dapat digunakan sebagai

    humektan.

  • 8/10/2019 Makalah Formulasi Krim

    18/40

  • 8/10/2019 Makalah Formulasi Krim

    19/40

    19

    Saponin

    Tabel 3.Pengelompokan komponen emulgator krim kelompok anionik.

    Kelompok Emulgator Kationik

    Emulgator jenis ini terdisosiasi dalam larutan air, cara kerjanya

    sebagai emulgator berkebalikan dengan kelompok sabun, yang

    berperan adalah kation. Kelebihan emulgator kationik yaitu tidak

    ada pengendapan dengan ion kalsium, dan ion magnesium, dalam

    air sadah tetap mempunyai aktivitas penuh. Kelemahannya sabun

    invert selain dapat mengiritasi kulit dan mata, memiliki cukup

    banyak inkompatibilitas yaitu tidak dapat digunakan dengan sabun

    lainnya, karena perbedaan muatan yang ada dapat menyebabkan

    terjadinya penghambatan aktivitas kerjanya. Salah satu contoh

    emulgator kationik adalah Alkonium bromida, Benzalkonium

    klorida, Setilpiridinium klorida dan Setrimid.

    Kelompok Emulgator Amfoter

    Emulgator amfoter adalah senyawa kimia yang mempunyai gugus

    kationik dan anionik di dalam molekulnya. Molekulnya akan

    terionisasi di dalam larutan air dan tergantung kondisi mediumnya,

    dapat memberikan karakter ionik atau anionik. Pada umumnya,

    dalam kondisi basa, surfaktan amfoterik berdisosiasi menjadi

    anion, dan dalam kondisi asam berdisosiasi menjadi kation

    Contoh emulgator amfoter, yaitu protein dan lesitin.a. Protein

    Protein merupakan emulgator sistem M/A, keuntungannya

    dapat digunakan untuk sediaan obat dalam. Kerugiannya

    sebagai produk alam mudah terkontaminasi oleh

    mikroorganisme. Protein mudah bergumpal pada titik

    isoelektrik membentuk gumpalan dan untaian anggur dari bola-

    bola emulsi. Protein antara lain putih telur yang terdiri dari

  • 8/10/2019 Makalah Formulasi Krim

    20/40

    20

    asam amino sehingga ditunjang oleh gugus COOH dan gugus

    OH atau gugus NH2 atau NH. Gelatin, kasein, serbuk susu

    tanpa buih, kuning telur serta protein dari ekstrak gandum

    kering merupakan protein yang utama dalam sediaan farmasi.

    Protein yang sekarang ini juga berperan dalam sediaan farmasi

    adalah protein yang berasal dari kacang-kacangan seperti

    protein kacang kedelai. Protein dalam larutan alkali bertindak

    sebagai emulgator kationik dan dalam larutan asam sebagai

    emulgator kationik

    b. Lesitin

    Lesitin merupakan emulgator M/A atau A/M. Keuntungannya

    emulgator ini dapat digunakan untuk emulsi yang digunakan di

    bagian dalam dan untuk emulsi injeksi. Kerugiannya, stabilitas

    emulsi terbatas karena akan mengalami hidrolisis dalam

    lingkungan air. Lesitin diperoleh dari kuning telur atau material

    tumbuhan. Paling banyak dari kacang kedelai. Karakter amfoter

    dari senyawa tersebut memungkinkan pembentukan emulsi

    M/A dan juga emulsi A/M. Komposisi minyak juga

    berpengaruh melalui perubahan perbandingan fase air terhadap

    fase minyak sehingga pada akhir proses dapat menyebabkan

    terjadinya pembalikan fase.

    Kelompok Emulgator Non-Ionik

    Emulgator ini bereaksi netral, sedikit dipengaruhi oleh elektrolit.

    Aktivitasnya relatif tidak tergantung pada suhu. Pengemulsi jenisini menunjukkan pH yang sangat baik dan elektrolit kompatibilitas

    dalam emulsi, karena tidak terionisasi dalam larutan. Meskipun

    dapat bersifat lipofilik dan hidrofilik, sistem pengemulsi ini

    mungkin memiliki gugus lipofilik dan anggota hidrofilik untuk

    menghasilkan keseimbangan hidrofilik-lipofilik (HLB). Berikut

    merupakan contoh emulgator non ionik :

    a. Span

  • 8/10/2019 Makalah Formulasi Krim

    21/40

    21

    Span merupakan emulgator yang merupakan ester parsial asam

    lemak dari sorbitan. Span membentuk cincin tertutup dengan

    struktur tetrahidropiran dan tetrahidrofuran dengan

    membebaskan air. Kebanyakan dari span tidak larut sama sekali

    atau hanya dapat terdispersi dalam air. Span dapat terdispersi

    dalam alkohol, eter, dan beberapa dapat larut dalam paraffin.

    Berikut merupakan tabel jenis span dan harga HLB yang

    dimilikinya :

    Nama Dagang Identitas Kimia Harga HLB

    Span 20 Sorbitan monolaurat 8,6

    Span 40 Sorbitan monopalmitat 6,7

    Span 60 Sorbitan monostearat 4,7

    Span 65 Sorbitan tristearat 2,1

    Span 80 Sorbitan monooleat 4,3

    Span 85 Sorbitan trioleat 1,8

    Tabel 4.Jenis-jenis span dan nilai HLBnya.

    b.

    Tween

    Karakter lipofil pada span bertanggung jawab untuk

    pembentukan emulsi a/m. pengeteran gugus hidroksil bebas

    ester sorbitan dengan polietilenglikol memperoleh

    penghidrofilan zat yang merupakan emulgator jenis m/a. Tween

    merupakan ester asam lemak dari polioksietilensorbitan. Berikut

    merupakan tabel jenis tween dengan HLB yang dimilikinya :

    Nama Dagang Identitas Kimia Harga HLB

    Tween 20 Polioksietilen-(20)-

    sorbitanmonolaurat

    16,7

    Tween 21 Polioksietilen-(4)-

    sorbitanmonolaurat

    13,3

    Tween 40 Polioksietilen-(20)- 15,6

  • 8/10/2019 Makalah Formulasi Krim

    22/40

    22

    sorbitanmonopalmitat

    Tween 60 Polioksietilen-(20)-

    sorbitanmonostearat

    14,9

    Tween 61 Polioksietilen-(4)-

    sorbitanmonostearat

    9,6

    Tween 65 Polioksietilen-(20)-

    sorbitanmotristearat

    10,5

    Tween 80 Polioksietilen-(20)-

    sorbitanmonooleat

    10,0

    Tween 81 Polioksietilen-(4)-

    sorbitanmonooleat

    10,0

    Tween 85 Polioksietilen-(20)-

    sorbitantrioleat

    11,0

    Tabel 5.Jenis-jenis Tween dan nilai HLBnya.

    Pada tabel di bawah ini disajikan surfaktan dan penggunaannya

    Surfaktan Contoh khas Penggunaan

    Golongan anionik

    - Asam karboksilat

    - Ester-ester asam sulfat

    - Alkil & alkilaril

    sulfonat

    - Ester-ester asam fosfat

    - Amida alkil disubtitusi

    - Hemester

    Sabun

    Laktilat

    Kondensat polipeptida

    Monogliserida yang

    disulfatasi

    Alkil sulfat

    Dodekilbenzen

    sulfonat

    Trioleil fosfat

    Sarkosinat

    Taurat

    Sulfosuksinat

    T

    T; O

    T

    T; O

    T; O

    T

    T

    T; O

    T

    T; O

  • 8/10/2019 Makalah Formulasi Krim

    23/40

    23

    Golongan kationik

    - Amin kuartener Alkoksialkilamin

    Benzalkonium klorida

    T

    T; O

    Golongan non-ionik

    -

    Polialkoksieter Eter alkil/aril

    polioksietilen

    Polimer blok

    polioksietilen

    polioksipropilen

    Ester polioksietilen

    asam lemak

    Ester polioksietilen

    asam sorbitan

    T

    T; O; P

    T; O

    T; O

    Golongan amfoter

    -

    Ammonium karboksilat

    - Ammonium fosfat

    N-alkil asam amino

    Lesitin

    T; O

    T; O; P

    Keterangan: T = topikal, O = oral, P = parenteral

    Tabel 6.Penggolongan surfaktan untuk emulsi farmaseutik

    2.3.4 Contoh Basis Krim

    1. Basis Husas

    Basis Husas mengandung :

    a. Vaselin Album 25%

    b. Catyl alkohol 20%

    c.

    Emulsifier 2%

    Tween 60 1,6%

    Span 0,4%

    d.

    Nipagin 0,18%

    e. Aqua ad 100%

    Cara Pembuatan :

    1. Lelehkan Vaselin album, Cetyl alkohol, dan Span dalam fat melting

    vessel.

    2.

    Lakukan pelelehan pada suhu 600C.

  • 8/10/2019 Makalah Formulasi Krim

    24/40

    24

    3. Lakukan pemanasan air pada Becomix Vessel pada suhu 900C.

    4. Campurkan Tween dengan air kemudian lanjutkan pemanasan.

    5.

    Tambahkan Nipagin, masukkan zat aktif dan tambahkan air hingga

    volume 100ml.

    2. Cum Aqueous Cream

    Menurut Martindale halaman 1441, Basis Cum Aqueous Cream

    mengandung :

    I. Emulsifying ointment 30%

    a.

    Emulisifying wax 30%

    Sodium Lauryl Sulfatee 10%

    Setostearil alkohol 90%

    b. Vaselin album 50%

    c. Paraffin Liquid 20%

    II.

    Phenoxy etanol 1%

    III. Aquadest ad 69%

    Cara Pembuatan :

    1.

    Vaselin album, Paraffin Liquid, dan Setostearil alkohol lelehkan

    dalam fat Melting Vessel

    2. Lakukan pelelehan pada suhu 600C.

    3. Lakukan pemanasan air pada suhu 900C menggunakan Becomix

    Vessel.

    4. Larutkan Sodium Lauryl Sulfat dan Phenoxy etanol dalam air

    panas tersebut.

    5.

    Masukkan zat aktif dan tambahkan air sampai 100%.

    3. Basis Cream Cum TEA Stearat

    Cum TEA Stearat (Martindale halaman 45) mengandung :

    I.

    Asam Stearat 24%

    II. TEA 1,2%

    III. Gliserol 13,5%

    IV.

    Aquades ad 100%

  • 8/10/2019 Makalah Formulasi Krim

    25/40

    25

    Cara pembuatan :

    1. Lelehkan asam stearat dalam fat melting vessel..

    2.

    Lakukan pelelehan pada suhu 600C.

    3.

    Lakukan pemanasan air pada suhu 900C menggunakan Becomix

    Vessel.

    4.

    Larutka TEA dalam air panas, kemudian tambahkan gliserol

    5. Masukkan zat aktif dan tambahkan air samai 100%.

    2.4Contoh Formulasi Krim

    2.4.1 Floucinonide Cream

    Floucinonide cream biasa digunakan untuk mengobati inflamasi dan gatal

    yang disebabkan oleh beberapa kondisi kulit seperti reaksi alergi, psoriasis dan

    eczema. Krim ini biasa digunakan sebagai pendamping krim walet untuk

    mengatasi iritasi pada kulit, namun tidak hanya walet, krim pemutih dan

    perawatan wajah lain nya pun dapat menggunalan krim iritasi ini, untuk mengatasi

    gatal-gatal, pengelupasan dan merah-merah pada wajah akibat penggunaan krim

    wajah/adaptasi kulit.

    Bahan yang diperlukan untuk pembuatan krim ini adalah:

    Bahan Persentase (%) Fungsi

    Floucinonide 0,05 Zat aktif

    Crotamiton 7 Zat aktif

    Paraffin Liquid 10 Basis, pelembab (emolient, pelicin,

    pembantu emulsi

    Aquadest 56,07 pelarut

    Polyoxyethylene

    lauryl ether

    1 Surfaktan

  • 8/10/2019 Makalah Formulasi Krim

    26/40

    26

    Carboxyvinyl

    polymer

    20 emulsifying agent,

    stabilizing agent,

    Trietanolamin 4,68 Alkalizing agent, emulsifying agent

    Disodium edetate 1,2 Chelating agent

    Tabel 7. Bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan krim Flucoinoide

    1. Floucinonide

    Berwarna putih atau hampir putih berbentuk serbuk kristalin. Praktis tidak larut

    dalam air, sulit larut dalam etanol absolut. Memiliki titik leleh 220 oC

    2.

    Crotamiton

    Tidak berwarna atau kuning pucat, berbentuk cairan berminyak. Sulit larut

    dalam air, larut dalam etanol 96%. Pada suhu rendah akan membentuk padatan

    sebagian atau seluruhnya.

    3. Polyoxyethylene lauryl ether

    Cairan kental tidak berwarna atau kuning terang. Larut dalam air.

    4. Carboxyvinyl polymer

    Berwarna putih, fluffy, bersifat asam, higroskopis.

    5. Trietanol amin

    Tidak berwarna atau kuning pucat, Berbentuk cairan kental, Larut dalam air,

    metanol, aseton, CCl4, Sangat higroskopis, Titik leleh: 20-21

    o

    C.

    6. Disodium edetate

    Kristal berwarna putih, tidak berwarna, Praktis tidak larut dalam kloroform,

    eter, sulit larut dalam etanol 95%, larut dalam air (1:11)

    Cara pembuatan

  • 8/10/2019 Makalah Formulasi Krim

    27/40

    27

    1. Fluocinonide dilarutkan dalam crotamiton dengan pemanasan kemudian

    masukan kedalam mixer.

    2.

    Memasukan parafin liquid, polyoxyethylene lauryl ether ke dalam mixer 1

    3.

    Melarutkan carboxyvinyl polimer dalam air dengan konsentrasi 4%

    4. Melarutkan disodium edetate dalam aquadest dengan konsentrasi 1%

    5.

    Memasukan 47% aquadest campuran 3 dan 4 dalam mixer 1

    6. Memanaskan campuran sampai suhu 70-80oC

    7. Melarutkan trietanolamin dalam aquadest dengan konsentrasi 2%

    8.

    Menambahkan campuran 7 ke dalam mixer dan dicampur. Kemudian

    ditambahkan sisa aquadest

    9.

    Campurkan campuran didalam mixer kemudian didinginkan sampai

    membentuk cream dengan viskositas 65.000 centipoise dan pH 4,47

    2.4.2 Krim Calamine

    Nama Bahan Jumlah (%) Fungsi

    Calamin 5,00 Antiseptikum eksternal

    Zink Oksida 5,00 Antiseptikum lokal

    Minyak Almond 2,00 Fase minyak, emolient

    Cetostearyl

    Alkohol

    11,25 Emulgator

    Na-Lauryl Sulfat 1,25 Emulgator

    Gliserin 10,00 Humektan

    Metil Paraben 0,18 Pengawet

    Propil Paraben 0,02 Pengawet

    Aquadest 65,300 Fase air, pembawa

    Tabel 8. bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan krim kalamin

    Cara kerja :

    1.

    Pembuatan fase minyak :

    6. Lelehkan cetostearyl alkohol dan minyak almond dengan

    menggunakan fat melting vessel.

  • 8/10/2019 Makalah Formulasi Krim

    28/40

    28

    7. Lakukan pelelehan pada suhu 600C.

    2. Pembuatan fase air :

    a.

    Lakukan pemanasan air pada Becomix Vessel pada suhu 900C.

    b.

    Campurkan gliserin dengan air kemudian lanjutkan pemanasan.

    c. Tambahkan metil paraben dan propil paraben.

    d.

    Masukkan Na-Lauryl Sulfat ke dalam vessel kemudian nyalakan mixer

    hingga tercampur secara homogen.

    3. Masukkan fase minyak terlebih dahulu kemudian dimasukkan fase air dan

    dihomogenisasi dengan kecepatan 10 rpm.

    4. Tambahkan sisa air dan homogenisasi kembali hingga terbentuk basis

    krim.

    5. Lakukan penyiapan zat aktif, terlebih dahulu ukuran zat aktif harus

    dilakukan pengecilan ukuran partikel.

    a. Lakukan pengayakan Zink Oksida menggunakan ayakan ukuran 16

    mesh.

    b. Lakukan pengecilan partikerl calamin dengan menggunakan milling.

    6.

    Masukkan Zn Oksida dan calamin ke dalam basis krim.

    7. Campuran ini dihomogenkan dengan kecepatan 10 rpm.

    Krim dimasukkan ke dalam kemasan primer berupa tube.

    2.4.3 Krim Cetrimide

    Krim Cetrimide adalah krim yang biasa digunakan sebagai pengobatan

    luka bakar, membersihkan kulit dan juga untuk membersihkan luka yang

    mengering pada kulit. Contoh sediaan yang mengandung cetrimide sebagai bahan

    aktifnya yaitu Bioacne

  • 8/10/2019 Makalah Formulasi Krim

    29/40

  • 8/10/2019 Makalah Formulasi Krim

    30/40

    30

    berupa padatan yang berwarna putih sampai kuning. Berat molekul

    asam stearat adalah 284,47 dan mempunyai titik didih 3830C . Asam

    stearat larut dalam ethanol dengan perbandingan 1: 15, praktis tidak

    larut dalam air

    3.

    TEA (Triethanolamine)

    TEA mempunyai rumus struktur CHO. Pemeriannya tidak

    berwarna hingga berwarna kuning pucat. Kelarutannya, larut dalam air

    dan metanol. TEA berubah warna menjadi cokelat ketika terkena

    cahaya, dan mempunyai titik didih 294C.

    4. Freshly boiled and cooled purified water

    Pemeriannya berupa benda cair yang mempunyai titik didih 100C

    dan memiliki kelarutan yaitu larut dalam pelarut yg polar. Air dalam

    formulasi krim ini berfungsi sebagai pelarut dan pengawet

    Cara pembuatan krim

    1. Bahan-bahan yang diperlukan ditimbang dengan tepat menggunakan

    timbanagn digital

    Gambar12. Rumus bangun

    asam stearat

    Gambar 13. Rumus bangun Triethanolamine

  • 8/10/2019 Makalah Formulasi Krim

    31/40

    31

    2. Pembuatan fase minyak

    a. Asam stearat dipanaskan hingga suhunya tidak melebihi 60C di dalam

    alatjacketted kettle seperti pada gambar

    b. Paraffin Liquid dimasukkan ke dalamjacketted kettleyang berisi Asam

    Stearat

    c. Asam stearat dan paraffin liquid dihomogenkan ke dalam homogenizer

    3. Pembuatan fase air

    a. Air yang telah dimurnikan dipanaskan hingga suhu 60C dalamsteel

    drum seperti pada gambar

    Gambar 14.jacketted kettle

    Gambar 15stainless drum

  • 8/10/2019 Makalah Formulasi Krim

    32/40

    32

    b. Cetrimide dimasukkan ke dalamsteel drum.

    c. Cetrimide dan air murni yang telah dipanaskan dihomogenkan ke

    dalam homogenizer

    d.

    Pencampuran fase minyak dengan fase air, yaitu dengan memasukkan

    fase minyak ke dalam fase air pada alat continuous mixer.

    Gambar 16. continuous mixer

  • 8/10/2019 Makalah Formulasi Krim

    33/40

    33

    2.4.4 Krim Betametason Valerat

    Nama Bahan Jumlah (g/100g) Fungsi

    Betametason Valerat 0,1 Zat aktif, antiinflamasi

    Setil alcohol 8 Emollient

    Paraffin liquid 6 Fase minyak

    Vaselin Album 17,8 Basis, fase minyak

    Tween 60 1,386 Emulgator

    Span 60 0,614 Emulgator

    Metil Paraben 0,1 Pengawet

    Aquadest 66 Fase Air

    Cara Kerja:

    1. Pembuatan fase minyak

    a.

    Lelehkan vaselin album, setil alcohol, 2/3 paraffin liquid, dan span

    60 dengan menggunakan fat melting vessel.

    b. Lelehkan pada suhu 60C

    2.

    Pembuatan fase air

    a. Panaskan aquadest pada suhu 90C.

    b. Larutkan tween 60, dan metal paraben hingga terbentuk larutan

    jernih.

    3. Campurkan fase air dan fase minyak menggunakan mixer dengan

    kecepatan 8 rpm. Homogenkan selama 10 menit.

    4. Dinginkan sampai suhu 50C

    5.

    Larutkan betametason dalam 1/3 paraffin liquid pada wadah yang berbeda.

    6. Campurkan larutan betametason dengan basis krim yang telah dibuat, lalu

    homogenkan.

    Tabel 10. Bahan-bahan krim Betametason Valerat

  • 8/10/2019 Makalah Formulasi Krim

    34/40

    34

    2.4.5 Krim Hidrokortison 1%

    Hidrokortison adalah kortikosteroid topikal yang mempunyai efek anti-

    inflamasi, anti-alergi dan antipruritus pada penyakit kulit. Hidrokortisondiindikasikan untuk menekan reaksi radang pada kulit yang bukan disebabkan

    oleh infeksi seperti pada eksim dan alergi kulit seperti dermatitis atopi, dermatitis

    kontak, dermatitis alergik, pruritus anogenital dan neurodermatitis.

    Untuk membuat sediaan hidrokortison 1% digunakan bahan-bahan sebagai

    berikut :

    Bahan Persentase

    (%)

    Fungsi

    Hidrokortison, yang telah di kecilkan

    partikelnya

    1 Zat Aktif

    Cetostearil alkohol 8 Basis

    Paraffin putih 18 Basis

    Parafin Liquid 5 basis

    Chlorrocresol 0,1 Pengawet

    Propil paraben 0.035 Pengawet

    Metilparaben 0.1 Pengawet

    Cetomagrogol-1000 2 Surfaktan

    Propilen Glikol 6 Solvent,

    humektan

    Natrium pospat monobasis 0.29 Pengatur pH

    Aquadest 59.6 Pelarut

    Sifat Fisikokimia Bahan

    1. Hidrokortison

    Merupakan serbuk kristal berwarna putih yang sedikit larut dalam air.

    Memiliki titik leleh 214 O C dan bersifat adrenokortikosteroid sehingga

    digunakan sebagai zat aktif.

    2.

    Propilenglikol

  • 8/10/2019 Makalah Formulasi Krim

    35/40

    35

    Merupakan cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, dengan rasa yang

    manis yang memiliki khasiat humektan dan solven. Propilen glikol larut di

    dalam air dengan titik didih 188OC dan titik leleh 59OC

    3.

    Klorokresol

    Merupakan serbuk tidak berwarna yang sedikit larut didalam air dan

    sangat larut dalam etanol. Berkhasiat sebagai antimikroba dan desinfektan

    yang biasanya digunakan pada konsentrasi 0.2%. Memiliki titik didih : 235

    OC dan titik leleh : 65 OC

    4.

    Parafin Liquid

    Merupakan cairan yang tidak larut dalam air dan bercampur dengan

    hidrokarbon.

    5. Cetomacrogol 1000

    Merupakan surfaktan nonionik yang larut dalam air, metanol dan aseton.

    Memiliki titik leleh tidak kurang dari 38 OC.

    6.

    Setostearil alkohol

    Merupakan emulsifying agent yang juga berguna sebagai pengingkat

    viskositas pada sediaan topikal. Berupa massa berwarna putih, berupa

    pellet dan granul yang pada pemanasan, meleleh menjadi cairan jernih

    berwarna kuning hambar. Memiliki titik didih 300-360OC dan larut dalam

    etanol, eter, dan minyak serta tidak larut dalam air.

    7. Parafin putih (vaselin album)

    Merupakan campuran petrolatum dengan lanolin alkohol yang bersifat

    emolient sehingga dapat dijadikan sebagai basis untuk sediaan topikal.

    Memiliki titik leleh : 45-63OC dan larut 1 dalam 20 bagian kloroform, 1

    dalam 100 bagian minyak.8. Sodium pospat monobasic

    Merupakan reagen dengan sifat buffer yang tinggi dengan BM : 138.

    9. Metil Paraben

    Merupakan serbuk halus dengan warna putih dan berfungsi sebagai

    pengawet. Memiliki titik leleh 125-1280C.

    10.Propil Paraben

  • 8/10/2019 Makalah Formulasi Krim

    36/40

    36

    Merupakan serbuk ristal putih tidak berbau dengan BM 180,2. Berfungsi

    sebagai pengawet dan memiliki titik didih 133OC dan titik leleh 95-98

    OC. Kelarutannya dalam air yaitu < 0.1 g/100 mL pada 12OC.

    Prosedur Kerja

    1. Pembuatan fase air

    a. Memanaskan aquadest di Becomix Vessel pada suhu 90o C.

    b. Tambahkan dan larutkan propil paraben dan metil paraben pada

    Becomix Vessell.

    c.

    Turunkan suhu hingga 65oC dan kemudian pertahankan suhu pada

    rentang 65-70oC.

    d.

    Memasukan chlorocresol, sisa massa cetomacrogol-1000, dan

    Natrium pospat monobasis kemudian nyalakan mixer.

    2.

    Pembuatan fase minyak

    a.

    Memuat, parafin liquid, setengah massa cetomacrogol-1000, stearil

    alkohol, dan parafin putih ke fat-melting vessel. panaskan hingga

    suhu 70-75oC sambil di stirring.

    Gambar 17.Becomix vessel

  • 8/10/2019 Makalah Formulasi Krim

    37/40

    37

    b. Turunkan suhu hingga 65oC dan kemudian pertahankan suhu pada

    rentang 65-70oC.

    3. Pembuatan basis krim

    a. Memasukan fase minyak kedalam Becomix vessel yang berisi fase

    air melewati vaccum transfer. Sambil di homogenkan dengan

    kecepatan 10 rpm dan temperatur 60 OC.

    b.

    Menghomogenkan campuran pada kecepatan rendah denganpencampuran 10-12 rpm, tekanan 0,4bar, temperatur 60

    OC selama

    10 menit.

    c. Dinginkan campuran hingga suhu 45OC.

    4.

    Zat Aktif

    a. Pada wadah yang berbeda, masukkan propilenglikol dan

    hidrokortison yang telah dikecilkan partikel nya pada suhu 45OC

    kemudian homogenkan menggunakan Turrax homogenizer hingga

    terbentuk massa lembek seperti bubur.

    Gambar 18.fat-melting vessel

  • 8/10/2019 Makalah Formulasi Krim

    38/40

    38

    b. Masukkan campuran tersebut ke dalam basis pada 10 rpm suhu

    45

    O

    C.

    c. Bilas wadahnya dengan sisa propilenglikol, masukkan hasil

    bilasan, mix selama 10 menit pada kecepatan yang sama.

    5. Pencampuran Terakhir

    a. Homogenkan campuran dengan kecepatan pada 10 rpm dengan

    tekanan 0,4 bar.

    b. Turunkan suhu hingga 30OC sambil tetap di mixing.

    c. Masukkan jumlah krim yang tepat ke dalam collapsible tubes.

    Gambar 19. Turrax homogenizer

  • 8/10/2019 Makalah Formulasi Krim

    39/40

    39

    BAB III

    PENUTUP

    3.1

    Kesimpulan

    Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan di atas, maka dapat ditarik

    kesimpulan bahwa krim adalah formulasi untuk memberikan persiapan

    yang pada dasarnya bercampur dengan sekresi kulit. Krim merupakan

    salah satu contoh dari emulsi. Dalam krim terdapat beberapa bahan yang

    mendukung sediaannya seperti basis, emulgator, zat aktif, pelarut,

    pengawet maupun zat tambahan lainnya. Basis terdiri dari berbagai macam

    sumber yang bisa diterapkan dalam proses pembuatan krim .

    3.2 Saran

    Agar dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap basis-basis dan pendukung

    bahan krim lainnya agar seorang formulator dapat dengan tepat

    memformulasikan krim sesuai dengan kegunaannya.

  • 8/10/2019 Makalah Formulasi Krim

    40/40

    DAFTAR PUSTAKA

    Anwar, Effionora. 2012.Eksipien dalam Sediaan Farmasi. Jakarta : Dian Rakyat.Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979.Farmakope Indonesia Edisi III.

    Jakarta: Korpri Sub Unit Dirjen POM

    Niazi, Sarfaraz K. 2004. Handbook of Pharmaceutical Manufacturing

    Formulations Semisolid Products Volume 4.USA : CRC Press

    Raymond C Rowe, Paul J Sheskey. 2009. Handbook of Pharmaceutical

    Excipients. 6thEd. London: the Pharmaceutical Press.

    www.chemicalbook.com

    WHO Pharmacopoeia Libraryhttp://apps.who.int/phint/en/p/docf/

    http://www.chemicalbook.com/http://www.chemicalbook.com/http://apps.who.int/phint/en/p/docf/http://apps.who.int/phint/en/p/docf/http://apps.who.int/phint/en/p/docf/http://apps.who.int/phint/en/p/docf/http://www.chemicalbook.com/