Makalah Fix

57
MAKALAH FARMAKOLOGI OBAT-OBAT HIPNOTIK-SEDATIF Oleh: Kelompok VI ALHIKMA TIARA 08061281320011 MEKADILA KIRANA 08061381320005 PUTRI MUNDARI 08061181320027 RANNA CHURIA 08061381320019 SHELA ANGGRAINI 08061181320013 PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

description

maklah

Transcript of Makalah Fix

MAKALAH FARMAKOLOGIOBAT-OBAT HIPNOTIK-SEDATIF

Oleh:Kelompok VIALHIKMA TIARA08061281320011MEKADILA KIRANA08061381320005PUTRI MUNDARI08061181320027RANNA CHURIA08061381320019SHELA ANGGRAINI08061181320013

PROGRAM STUDI FARMASIFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS SRIWIJAYA2014

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum. Wr. WbPuji dan syukur kami sembahkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkat dan hidayahnya, sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan makalahdengan judulObat Hipnotik-Sedatif.Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak, antara lain: Herlina, M.Kes, Apt selaku dosen pengajar mata kuliah Farmakologi Orangtua yang telah mendukung kami Buku yang menjadi sumber referensi makalah Dalam penulisan makalah ini, kelompok kami menyadari masih banyak kekurangan. Baik dari segi penulisan, penyusunan, maupun dari segi isinya. Oleh karena itu kelompok kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca dan dosen pengajar agar penyusunan selanjutnya dapat lebih sempurna. Semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua.

Indralaya, September 2014

Penulis

DAFTAR ISIKATA PENGANTAR............................................................................iDAFTAR ISI ................................................................................iiBAB I PENDAHULUAN...................................................................41.1 Latar Belakang41.2 Rumusan Masalah 51.3 Tujuan 51.4 Manfaat 5

BAB II PEMBAHASAN...................................................62.1 Definisi Hipnotik-Sedatif 62.2 Penggolongan Obat Hipnotik-Sedatif62.3 Obat Hipnotik Sedatif Lain292.4 Obat-Obat Hipnotik-Sedatif Baru322.5 Pengelolaan Insomnia......34

BAB III PENUTUP........................................373.1 Kesimpulan373.2 Saran37

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................38

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Hipnotik dan sedatif merupakan golongan obat pendepresi susunan saraf pusat (SSP). Efeknya tergantung kepada dosis, mulai dari yang ringan yaitu menyebabkan tenang atau kantuk, menidurkan, hingga yang berat yaitu hilangnya kesadran, keadaan anastesi, koma dan mati. Sedatif adalah zat-zat yang dalam dosis terapi yang rendah dapat menekan aktivitas mental, menurunkan respons terhadap rangsangan emosi sehingga menenangkan. Hipnotik adalah zat-zat dalam dosis terapi diperuntukkan meningkatkan keinginan untuk tidur dan mempermudah atau menyebabkan tidur.Pada dosis terapi, obat sedatif menekan aktivitas mental, menurunkan respons terhadap rangsangan emosi sehingga menenangkan. Obat hipnotik menyebabkan kantuk dan mempermudah tidur serta mempertahankan tidur yang menyerupai tidur fisiologis.Efek sedasi juga merupakan efek samping beberapa golongan obat lain yang tidak termasuk obat golongan depressan SSP. Walaupun obat tersebut memperkuat penekanan SSP, secara tersendiri obat tersebut memperlihatkan efek yang lebih spesifik pada dosis yang jauh lebih kecil dari pada dosis yang dibutuhkan untuk mendepressi SSP secara umum.Beberapa obat dalam golongan hipnotik dan sedatif, khususnya golongan benzodiazepine diindikasikan juga sebagai pelemas otot, antiepilepsi, antiansietas (anticemas), dan sebagai penginduksi anestesi.Golongan obat ini digunakan untuk mengatasi ansietas dan insomnia, yaitu gangguan tidur. Terdapat bebrapa jenis insomnia, yaitu : Sukar tidur; Sama sekali tidak dapat tidur; Tidak cepat tidur sesuai dengan yang dikehendaki; Saat tidur sering terbangun; Tidur singkat; Tidur larut malam disertai mimpi buruk; Sesudah bangun tidur tetap merasa kurang segar.Alkohol atau etanol memiliki banyak persamaan sifat farmakologik dengan hipnotik-sedatif nonbezodiazepin, namun kegunaannya untuk pengobatan insomnia sangat terbatas, bahkan lebih banyak risiko dari manfaatnya.

1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:1. Apa definisi dari hipnotik-sedatif ?2. Apa saja penggolongan obat hipnotik-sedatif ?

1.3 TujuanSesuai dengan permasalahan di atas, tujuan yang dicapai dalam penulisanmakalah ini adalah :1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah farmakologi2. Untuk mengetahui definisi hipnotik-sedatif3. Untuk mengetahui penggolongan obat hipnotik-sedatif

1.4 ManfaatManfaat dari penulisan makalah ini adalah penulis menjadi tahu apa definisi hipnotik-sedatif berikut penggolongan obat hipnotik-sedatif serta terpenuhinya tugas mata kuliah farmakologi.

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 Definisi Hipnotik-SedatifHipnotik adalah obat yang bekerja sebagai depresan terhadap sistem saraf pusat sehingga menyebabkan tidur, menambah keinginan tidur, atau mempermudah tidur. Sedangkan sedatif adalah obat-obat yang bekerja sebagai depresan terhadap SSP dengan jalan mengurangi secara ringan kepekaan korteks atau sistem saraf pusat sehingga akivitas fisiologis menjadi ringan dan memberikan efek menenangkan pada pemakai, tetapi belum sampai kategori tidur.2.2 Penggolongan Obat Hipnotik-SedatifSecara klinis obat-obatan hipnotik-sedatif digunakan sebagai obat-obatan yang berhubungan dengan sistem saraf pusat seperti tatalaksana nyeri akut dan kronik, tindakan anastesia, penatalaksanaan kejang serta insomnia. Obat-obatan hipnotik-sedatif dikelompokkan menjadi 3 kelompok yakni :1. BENZODIAZEPINSecara kualitatif benzodiazepin memiliki efek yang hampir sama, namun secara kuantitatif spektrum farmakodinamik serta data farmakokinetiknya berbeda. Benzodiazepin berefek hipnosis, sedasi, relaksasi otot, ansiolitik, dan antikonvulsi dengan potensi yang berbeda-beda.

KIMIARumus benzodiazepine terdiri dari cincin benzen (cincin A) yang melekat pada cincin aromatic diazepin (cincin B).Rumus Umum Benzodiazepin:

Tabel 1. Struktur dan Nama Beberapa BenzodiazepinBENZODIAZEPINR1R2R3R7R2

Alprazolam[melekat sbg cincin triazolo]-H-Cl-H

Brotizolam[melekat sbg cincin triazolo]-HCincin tieno (A)-Cl

Klordiazepoksida(-)-NHCH3-H-Cl-H

Klobazama-CH3=O-H-Cl-H

Klonazepam-H=O-H-NO2-Cl

Klorasepat-H=O-COO--Cl-H

Diazepam-H=O-H-Cl-H

Demoksepama-CH3=O-H-Cl-H

Estazolam[melekat sbg cincin triazolo]-H-Cl-H

Flumazenila[melekat sbg cincin triazolo]-H-F=O pada C5

Flurazepam-CH2CH2N(C2H5)2=O-H-Cl-F

Halazepam-CH2CF3=O-H-Cl-H

Lorazepam-H=O-OH-Cl-Cl

Midazolam[melekat sbg cincin triazolo]-H-Cl-F

Nitrazepam-H=O-H-NO2-H

Nordazepam-H=O-H-Cl-H

Oksazepam-H=O-OH-Cl-H

Prezepam CH2-CH2-CH-------CH2=O-H-Cl-H

Quazepam-CH2CF3=S-H-Cl-F

Temazepam-CH3=O-OH-Cl-H

Triazolam[melekat sbg cincin triazolo]-H-Cl-Cl

FARMAKODINAMIKHampir semua efek benzodiazepin merupakan hasil kerja golongan ini pada SSP dengan efek utama : sedasi, hypnosis, pengurangan terhadap rangsangan emosi/ansietas, relaksasi otot, dan anti-konvulsi. Berbagai efek yang menyerupai benzodiazepin yang diamati secara in-vivo maupun in-vitro telah digolongkan sebagai: efek agonis penuh yaitu senyawa yang sepenuhnya serupa efek benzodiazepin, misalnya diazepam.

SUSUNAN SARAF PUSAT. Walaupun benzodiazepin memengaruhi semua tingkatan aktivitas saraf, namun beberapa derivat benzodiazepin pengaruhnya lebih besar terhadap SSP dari derivat yang lain.benzodiazepin tidak mampu menghasilkan tingkat depresi saraf pusat sekuat golongan barbiturat atau anestesi umum. Semua benzodiazepin memiliki profil farmakologi yang hamper sama, namun efek utamanya sangat bervariasi, sehingga indikasi kliniknya dapat berbeda.Profil farmakologi benzodiazepin sangat berbeda pada spesies yang berbeda; pada spesies tertentu, hewan coba dapat meningkat kewaspadaannya sebelum timbul depresi SSP. Pada menvit, tikus, dan monyet, pemberian 7-nitro-benzodiazepin menginduksi reaksi hiperaktivitas, tetapi tidak pada spesies lain.Beberapa benzodiazepine menginduksi hipotonia otot tanpa gangguan gerak otot normal, obat ini mengurangi kekakuan pada pasien cerecral palsy. Efek relaksasi otot diazepam 10 kali lebih selektif dibandingkan memprobamat, namun tingkat selektifitas ini tidak jelas terlihat pada manusia.Pada hewan coba, benzodiazepin menghambat aktivitas bangkitan yang diinduksi oleh pentilentetrazol dan pikrotoksin, tapi bangkitan yang diinduksi oleh striknin dan elektrosyok maksimal hanya di supresi pada dosis yang mengganggu aktivitas gerakan otot.Walaupun terlihat adanya efek analgetik benzodiazepin pada hewan coba, pada manusia hanya terjadi analgesi selintas setelah pemberian diazepam IV. Belum pernah di laporkan adanya efek analgetik derivat benzodiazepin lain. Benzodiazepin tidak memperlihatkan efek analgesia dan hiperalgesia.

Efek pada elektroensofalogram (EEG) dan tingkatan tidur. Efek benzodiazepin pada EEG menyerupai hipnotik sedetif lain. Aktivitas alfa menurun, namun terjadi peningkatan dalam aktivitas cepat tegangan-rendah (low-voltage fast avtivity). Toleransi terjadi terhadap efek tersebut.Sebagian besar benzodiazepin mengurangi waktu jatuh tidur (sleep latency), terutama pada penggunaan awal dan mengurangi jumlah terbangun dan waktu yang di butuhkan pada tingkatan 0 (tingkatan terjaga). Lamanya waktu pada tingkatan 1 (keadaan kantuk) biasanya berkurang, dan terjadi penurunan yang nyata dalam lamanya waktu pada tingkat tidur gelombang lambat (tingkatan 3 dan 4). Sebagian besar benzodiazepin menaikkan lamanya waktu dari jatuh tidur sampai mulainya tidur REM (tingkatan 2) dan umumnya waktu tidur REM menjadi singkat. Namun siklus tidur REM biasanya bertambah.Secara keseluruhan efek benzodiazepin adalah menaikkan tidur total, terutama karena penambahan waktu pada tingkatan 2, yaitu merupakan bagian terbesar pada tidur non-REM.

Mekanisme kerja dan tempat kerja pada SSP. Kerja benzodiazepin terutama merupakan interaksinya dengan reseptor penghambat neutrotransmiter yang diaktifkan oleh asam gamma amino butirat (GABA). Reseptor GABA merupakan protein yang terikat pada membran dan di bedakan dalam 2 bagian besar sub-tipe, yaitu reseptor GABAA dan reseptor GABAB. Benzodiazepin berikatan langsung pada sisi spesifik (subunit ) reseptor GABAA (reseptor kanal ion klorida kompleks), sedangkan GABAB berikatan pada subunit dan .

PERNAPASAN. Benzodiazepin dosis hipnotik tidak berefek pada pernapasan orang normal. Penggunaannya perlu diperhatikan pada anak-anak dan individu yang menderita kelainan fungsi hati.Benzodiazepin dapat memperburuk keadaan tidur yang berhubungan dengan kelainan pernapasan dengan mengganggu kontrol terhadap pernapasan bagian atas atau menurunkan respons ventilasi CO2. Pada pasien apnea saat tidur karena sumbatan (Obstructive Sleep Apnea = OSA), efek hipnotik benzodiazepin dapat menurunkan tonus otot pada saluran napas atas dan meningkatkan terjadinya episode apnea pada hipoksia alveolar, hipertensi pulmonaris dan pembebanan ventriukular jantung.

SISTEM KARDIOVASKULAR. Efek benzodiazepin pada sistem kardiovaskular umumnya ringan, kecuali pada intoksikasi berat. Pada dosis praanestesia semua benzodiazepin dapat menurunkan tekanan darah dan menaikkan denyut jantung.

SALURAN CERNA. Benzodiazepin diduga dapet memperbaiki berbagai gangguan saluran cerna yang berhubungan dengan adanya ansietas. Diazepam secara nyata menurunkan sekresi cairan lambung waktu malam.

FARMAKOKINETIKSifat fisikokimia dan farmakokinetik benzodiazepin sangat memengaruhi penggunaannya dalam klinik karena menentukan lama kerjanya.Semua benzodiazepin di absorpsi secara sempurna, kecuali klorazepat; klorazepat baru diabsorpsi sempurna setelah di dekarboksilasi dalam cairan lambung menjadi N-desmetil diazepam (nordazepam).Golongan benzodiazepin menurut lama kerjanya dapat dibagi dalam 4 golongan : (1) senyawa yang bekerja sangat cepat; (2) senyawa yang bekerja cepat dengan t1/2 kurang dari 6 jam, termasuk golongan ini yaitu triazolam dan non benzodiazepin: zolpidem, zolpiklon; (3) senyawa yang bekerja sedang dengan t1/2 anatara 6-24 jam, termasuk golongan ini yaitu estazolam dan temazepam; dan (4) senyawa yang bekerja dengan t1/2 lebih lama dari 24 jam, termasuk golongan ini yaitu flurazepam, diazepam, dan quazepam.

EFEK SAMPINGBenzodiazepin dosis hipnotik pada kadar puncak dapat menimbulkan efek samping berikut : kepala ringan, malas/tak bermotivasi, lamban, inkoordinasi motorik, ataksia, gangguan fungsi mental dan psikomotorik, gagguan koordinasi berpikir, bingung, disartria, dan amnesia anterrograd.

EFEK SAMPING PSIKOLOGIK. Benzodiazepin dapat menimbulkan efek paradoksal. Misalnya, flurazepam sesekali meningkatkan insiden mimpi buru, terutama pada minggu pertama penggunaan obat, kadang-kadang pasien menjadi banyak bicara, cemas, mudah tersinggung, takikardia, dan berkeringat.Penggunaan kronik benzodiazepin memiliki resiko terjadinya ketergantungan dan penyalahgunaan, tapi tidak sama seperti pada obat hipnotik sedatif terdahulu serta obat yang dikenal sering disalahgunakan. Gejala putus obat dapat berupa makin hebatnya kelainan yang semula akan diobati, misalnya insomnia dan ansietas.Penggunaan benzodiazepin dosis tinggi dalam waktu yang lama dapat mengakibatkan gejala putus obat lebih parah setelah pemutusan obat, yaitu : agitasi, panik, paranoid, mialgia, kejang otot, dan bahkan konvulsi.

INDIKASI DAN POSOLOGIPenggunaan untuk terapi atau indikasi serta posologi (cara pemberian/bentuk sediaan, dan dosis) beberapa benzodiazepin yang ada di pasaran dapat pada tabel ; Benzodiazepin dapat digunakan untuk berbagai indikasi, antara lain untuk pengobatan insomnia, ansietas, kaku otot, mediasi preanestesi, dan anestesi. Secara umum penggunaan terapi benzodiazepin bergantung kepada waktu paruhnya, dan tidak selalu sesuai deengan indikasi yang di pasarkan.

AGONIS RESEPTOR BENZODIAZEPIN LAINGolongan hipnotik ini termasuk zolpiklon, zaleplon, dan zolpidem. Walaupun struktur kimia golongan iini tidak mirip benzodiazepine, efektivitas terapinya di duga berhubungan dengan efek agonis pada reseptor benzodiazepin. Zaleplon dan zolpidem efektif mengatasi kesukaran jatuh tidur. Kedua obat ini telah disetujui FDA untuk digunakan selama 7 hingga 10 hari tiap kali pengobatan. Telah terbukti bahwa keduanya mempertahankan efek hipnotik tanpa terjadinya rebound insomnia saat penghentian obat secara mendadak.

Tabel. Nama Obat, Bentuk Sediaan dan Penggunaan Terapi Beberapa BenzodiazepinNama Obat(Nama Dagang)BentukSediaanPenggunaan Terapi (sbg contoh)KeteranganT1/2(Jam)3Dosis (mg)4Hipnotik-Sedatif

Alprazolam(XANAX)OralAnsietasGejala putus obat yang terjadi dapat berat12.0 2.0-

Klordiazepoksid(LIBRIUM, dll)Oral, IM, IVAnsietas penangan ketergantungan alcohol, anestesi premedikasiLama kerja panjang, akibat metabolit aktifnya, dan menurun secara bertahap10.0 3.45.0-100,0;1-3x/hari

Estazolam (PROZOM)OralInsomniaEfek sampingnya menyerupai triazolam10.0 24.01,0 2,0

Halazepam(PAXIPAM)OralAnsietasAktif terutama sebab diubah menjadi metabolit nordazepam14.0-

Quazepam(DORAL)OralInsomniaPada gangguan kronik terjadi akumulasi metabolit aktif39.07,5 15,0

ZALEPLON. Zaleplon (SONATA) merupakan senyawa non-benzadiazepin golongan pirazolopirimidin dengan struktur kimia sebagai berikut.

ZeleplonZaleplon terutama terikat pada reseptor benzodiazepine di reseptor GABAA yang mengandung sub unit 1.Zaleplon di absorpsi secara cepat dan mencapai puncak plasma kira-kira satu jam. Waktu paruh eliminasinya kira-kira sekitar satu jam. Obat ini di metabolism sebagian besar oleh aldehid oksidase dan sebagian kecil oleh CYP3A4.

ZOLPIDEM. Zolpidem (AMBIEN) merupakan senyawa non-benzodiazepin golongan imidazopiridin dengan struktur kimia sebagai berikut;

ZolpidemEfek zolpidem secara umum menyerupai golongan benzodiazepine namun hanya memiliki efek antikonvulsi yang lemah pada hewan coba.Zolpidem memiliki efektifitas yang sama dengan benzodiazepine dalam mempersingkat masa jatuh tidur serta memperpanjang lama tidur pada pasien insomnia.Senyawa ini diabsorpsi secara cepat lewat saluran cerna; mengalami metabolisme lintas pertama di hati.

ANTAGONIS RESEPTOR BENZODIAZEPINFULMAZENIL. Flumazenik (ROMAZICON) senyawa imidazobenzodiazepin. Senyawa ini merupakan suatu antagonis spesifik benzodiazepine, yang bekerja pada subunit reseptor GABAA benzodiazepine klorida ionofor kompleks. Flumazenil mengantagonis secara kompetitif efek senyawa agonis maupun invers agonis benzodiazepin, serta efek senyawa -karbolin.Indikasi utama flumazenil ialah untuk membantu penanganan intoksikasi benzodiazepin (pemastian intoksikasi agar tidak perlu dilakukan intubasi endrotrakeal dan napas buatan, serta mengembalikan efek sedasi benzodiazepin selama anestesi atau saat dilakukan diagnosis dan/atau pengobatan.

TOLERANSI DAN KETERGANTUNGAN FISIKHabituasi dapat terjadi karena lamanya waktu paruh dan konversi ke metabolit aktif. Gejala putus obat setelah pemakaian menahun biasanya ringan dan hanya kira-kira 45% penderita yang mengalaminya. INDIKASI KLINIK1. Hipnotik digunakan nitrazepam dan flurazepam2. Antiansietas 3. Antikonvulsi digunakan diazepam dan lorazepam (IV)4. Sindrom putus obat dengan alcohol digunakan klordiazepoksid5. Pelemas otot rangka (misalnya pada tetanus) diberikan diazepam dengan dosis 2-20 mg IV dengan interval 2-8 jam6. Praanestesi medikasi digunakan midazolam karena mempunyai mula kerja cepat, larut dalam air, kuat, dan waktu paruhnya pendek

INTERAKSI OBAT1. Obat-obat yang meningkatkan kadar benzodiazepin : Asetaminofen karena menurunkan ekskresi melalui ginjal, dan Simetidin, disulfiram, etanol, isoniazid, dan asam valproat karena menurunkan mekanisme benzodiazepin.2. Obat-obat yang menurunkan kadar benzodiazepin : Antasid, karena menurunkan absorpsinya, dan Kontrasepsi oral, rifampisin karena meningkatkan metabolisme benzodiazepin3. Digoxin menurunkan ekskresi melalui ginjal4. Menurunkan efek levodopa (mekanismenya belum diketahui)5. Pemberian bersama dengan litium menimbulkan hipotermia

2. BARBITURAT KIMIAAsam barbiturat (malonil urea) adalah hasil kondensasi asam malonat dan urea. Asam barbiturat ini ditemukan oleh Adolph von Baeyer (1864). Asam barbiturat sendiri tidak menyebabkan depresi SSP. Khasiat depresi dimiliki oleh derivat-derivatnya yang dapat melalui :a. substitusi satu atau kedua atom H pada C5,b. sustitusi pada atom N dan inti asam barbiturat, dan c. substitusi atom O dan gugus karbonil dengan atom S yang menghasilkan tiobarbiturat.Hipnotik barbiturat yang pertama, yaitu asam dietil barbiturat atau barbital diperkenalkan sebagai obat oleh Fischer dan Von Mering (1903) dengan nama dAgangnya Veronal. Hipnotik yang kedua adalah fenobarbital yang dikenal sebagai obat pada tahun 1912 oleh Loewe, Juliusburer, dan IMpens dengan nama dagangnya Luminal.PENGGOLONGAN BARBITURAT BERDASARKAN LAMA KERJA;DENGAN CONTOH OBAT, WAKTU PARUH, DAN DOSIS HIPNOTIKNYANo.GolonganContoh ObatWaktu Paruh (jam)Dosis Hipnotik (mg)iHihjkhjkjhjjnhjkh

1.Kerja Sangat Singkat(IV 2-4 jamTiamilalTiopentalHeksobarbitalKemital--2,7-7-----

2.Kerja Singkat (3 jam)PentobarbitalSekobarbitalSiklobarbital15-4819-34-50-100 mg100-200 mg-

3.Kerja Sedang (3-6 jam)ButabarbitalAmobarbitalProbarbital34-428-42-100-200 mg50-200 mg65-130 mg

4.Kerja LamaFenobarbitalMefobarbitalBarbital24-140--100-200 mg100-200 mg300-500 mg

FARMAKOKINETIKBarbiturat cepat diabsorpsi dari lambung, usus kecil, rektum, jaringann subkutan, dan otot. Selama absorpsi, barbiturat diikat oleh berbagai plasma protein; thiopental diikat sampai 60-70%, pentobarbital kira-kira 50%, sedangkan barbiturat kerja alam hanya sedikit yang terikat.Barbiturat kerja alam seperti fenobarbital, dimetabolisme dengan lambat menjadi p-hidroksilenobarbital, sebagai akibatnya 30% jumlah dosis yang diberikan, dikeluarkan melalui urin. Ekskresi fenobarbital bergantung pada pH urine (basa) yang dapat meningkatkan presentase ionisasi fenobarbital. Absorpsi, distribusi, pengikatan oleh protein, kecepatan metabolisme, pengikatan oleh jaringan, lama kerja, dan ekskresinya berhubungan dengan sifat kelarutannya dalam lipid. Barbiturat memiliki kelarutan dalam lipid yang rendah dibandingkan dengan sekobarbital atau thiopental.Barbiturat dieksresi melalui renal sebanyak 30% dan dosis yang diberikan;hal ini merupakan akibat dari bebrapa faktor, yatu metabolismenya lambat, sedikit terikat dengan protein, dan sedikit reabsorpsi pada tubulus.Pengaruhnya terhadap SSP juga bergantung pada kelarutan dalam lipid. Ionisasi barbiturat juga turut mempengaruhi ekskresinya. Telah dibuktikan bahwwa alkalinisasi urin akan membantu ekskresi fenobarbital. FARMAKODINAMIK1. Terhadap SSP.Barbiturat menimbulkan semua tingkatan depresi mulai dari sedasi ringan sampai koma. Tingkat depresi tergantung pada jenis barbiturat, dosis yang sampai ke SSP, cara pemberian, tingkat kepekaan SSP pada waktu pemberian obat, dan ada tidaknya toleransi.Seluruh SSP dipengaruhi barbiturat, tetapi yang peka adalah korteks serebri dan system reticular. Pada dosis sedatif sudah terjadi depresi daerah motoris dan sensoris korteks. Yang relatif kebal terhadap barbiturat adalah pusat vasomotor dan pusat pernapasan di medulla oblongata.Cara kerja barbiturat belum diketahui seluruhnya. Yang jelas ialah :a. Ambang rangsang neuron dipertinggi karena terjadinya stabilisasi membran sel.b. Masa pemulihan setelah perangsangan diperpanjang.EFEK HIPNOTIK. Barbiturat menimbulkan tidur seperti tidur fisiologis karena pengaruh langsung pada pusat pengatur tidur di hipotalamus. Pola tidur orang dewasa dimulai dengan periode laten, yaitu waktu yang dibutuhkan untuk jatuh tidur. Setelah tidur secara progresif dilalui fase tidur paling dangkal sampai fase tidur paling dalam disebut Slow wave non dreaming atau Non Rapid Eye Momment Sleep (NREM) 1, 2, 3, dan 4. Urutan tersebut kemudian berbalik dan diikuti periode pertama fase tidur Rapid Eye Moment atau Paradoxical dreaming.Lama tidur fase REM kira-kira 1,5 jam/malam dan fase ini dapat timbul mimpi. Fase NREM dapat memulihkan kelelahan mental. Obat-obat hipnotik-sedatif menghambat tidur REM sehingga menimbulakan berbagai efek tambahan pada individu. Setelah bangun dari tidur akibat barbiturat kadang-kadang bisa timbul hang-over terutama setelah penggunaan barbiturat kerja lama.Tidur dibagi menjadi 2 tipe yaitu:1. Tipe Rapid Eye Movement (REM)2. Tipe Non Rapid Eye Movement (NREM)Fase awal tidur didahului oleh fase NREM yang terdiri dari 4 stadium, laludiikuti oleh fase REM. Keadaan tidur normal antara fase NREM dan REM terjadisecara bergantian antara 4-7 kali siklus semalam. Bayi baru lahir total tidur 16-20 jam/hari, anak-anak 10-12 jam/hari, kemudian menurun 9-10 jam/hari pada umur diatas 10 tahun dan kira-kira 7-7,5 jam/hari pada orang dewasa.Tipe NREM dibagi dalam 4 stadium yaitu:1. Tidur stadium Satu.Fase ini merupakan antara fase terjaga dan fase awal tidur. Fase ini didapatkan kelopak mata tertutup, tonus otot berkurang dan tampak gerakan bola mata kekanan dan kekiri. Fase ini hanya berlangsung 3-5 menit dan mudah sekali dibangunkan. Gambaran EEG biasanya terdiri dari gelombang campuran alfa, betha dan kadang gelombang theta dengan amplitudo yang rendah. Tidak didapatkan adanya gelombang sleep spindle dan kompleks K2. Tidur stadium duaPada fase ini didapatkan bola mata berhenti bergerak, tonus otot masih berkurang, tidur lebih dalam dari pada fase pertama. Gambaran EEG terdiri dari gelombang theta simetris. Terlihat adanya gelombang sleep spindle, gelombang verteks dan komplek K3. Tidur stadium tigaFase ini tidur lebih dalam dari fase sebelumnya. Gambaran EEG terdapat lebih banyak gelombang delta simetris antara 25%-50% serta tampak gelombangsleep spindle.4. Tidur stadium empatMerupakan tidur yang dalam serta sukar dibangunkan. Gambaran EEG didominasi oleh gelombang delta sampai 50% tampak gelombang sleep spindle. Fase tidur NREM, ini biasanya berlangsung antara 70 menit sampai 100 menit, setelah itu akan masuk ke fase REM. Pada waktu REM jam pertama prosesnya berlangsung lebih cepat dan menjadi lebih insten dan panjang saat menjelang pagiatau bangun. Pola tidur REM ditandai adanya gerakan bola mata yang cepat, tonus otot yang sangat rendah, apabila dibangunkan hampir semua organ akan dapat menceritakan mimpinya, denyut nadi bertambah dan pada laki-laki terjadi eraksi penis, tonus otot menunjukkan relaksasi yang dalam. Pola tidur REM berubah sepanjang kehidupan seseorang seperti periode neonatal bahwa tidur REM mewakili 50% dari waktu total tidur. Periode neonatal ini pada EEG-nya masuk ke fase REM tanpa melalui stadium 1 sampai 4. Pada usia 4bulan pola berubah sehingga persentasi total tidur REM berkurang sampai 40% hal ini sesuai dengan kematangan sel-sel otak, kemudian akan masuk keperiode awal tidur yang didahului oleh fase NREM kemudian fase REM pada dewasa muda dengan distribusi fase tidur sebagai berikut:- NREM (75%) yaitu stadium 1: 5%; stadium 2 : 45%; stadium 3 : 12%; stadium 4 : 13%- REM; 25 %.Fase REMFase ini terjadi setelah fase NREM dan pada saat jam pertama prosesnya terjadi lebih cepat dan lebih panjang pada menjelang bangun. Fase REM ditandai dengan gerakan bola mata cepat dan akan menuntut tidur REM lebih banyak atau sering mengantuk. Kalau dalam keadaan normal, tidur REM hanya apabila dibangunkan hampir semua orang dapat menceritakan mimpinya. Hal ini berlangsung selama 15-20 menit, kemudian masuk lagi ke stadium tidur yang lebih dalam. Setelah lewat dari 1-2 jam, timbul kembali tidur REM tahap 2 yan g berlangsung selama 15-20 menit. Jadi selama 7-8 jam tidur, maka bisa 4 sampai 5 kali tidur REM.Tidur REM memang harus terjadi beberapa kali saat tidur. Kalau tidak, tidur berikutnya akan kacau. Seandainya selama dua minggu selalu terbangun atau dibangunkan dalam tidur REM, dua minggu berikutnya tubuh 25 % dari seluruh 7 jam tidur, bila selama dua minggu tidur terganggu maka membutuhkan sampai 65%.Tidur REM inilah yang memberikan ciri beberapa gangguan jiwa tertentu. Seseorang yang depresi, tidur REM yang 4 sampai 5 kali selama tujuh jam, bergeser lebih dekat dengan awal tidur. Pada lansia, tidur REM bergeser dekat pagi hari.Saat tidur terjadi pula gelombang listrik otak. Kalau dalam keadaan siaga (melek),frekuaensi gelombang otaknya tinggi. Dalam keadaan istirahat dan memejamkan mata, otak mengeluarkan gelombang alfa dengan frekuensi 8-13 Hz. Saat menuju stadium lebih dalam, gelombang otak akan memerrlambat diri, menjadi 3-7 Hz. Gelombang ini disebut gelombang theta.Selanjutnya bila tidur sangat dalam, timbul gelombang delta, 1-4 Hz. Menurut beberapa peneliti, semakin banyak gelombang kecil per detiknya semakin lelap dan tenang tidur seseorang.Pelepasan hormon saat tidur :1. Pelepasan melatonin Hormon melatonin adalah hormon yang berfungsi sebagai anti oksidan dan mengontrol tidur. Hormon melatonin di sebut juga hormon awet muda karena fungsinya sebagai anti oksidan dapat menetralisir radikal bebas dan mencegah penuaan dini. Hormon melatonin diproduksi secara alami di kelenjar pineal yang terletak di dalam otak. Hormon melatonin merupakan hormon neurotropik dengan gugus antioksidan indolamina dari senyawa asam amino triptofan. Fungsi Hormon Melatonin Berikut ini adalah beberapa fungsi hormon melanin untuk kesehatan antara lain yaitu;1. Melatonin berfungsi sebagai antioksidan yang dapat menetralkan radikal bebas sehingga dapat mencegah penuaan dini, menjaga fungsi jantung, anti kanker, mencegah gangguan endokrin, serta pemeliharaan fungsi seksual.2. Melatonin berperan terhadap pengaturan jam tidur. Biasanya semakin mudah usia. waktu tidurnya akan semakin banyak. Dan orang yang bertambah usianya akan semakin sedikit tidurnya, karena hormon melatonin ini di produksi tubuh secara alamiah dan akan mengalami penurunan seiring dengan bertambahnya usia. 3. Melatonin bermanfaatuntuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh, menimbulkan relaksasi otot dan membantu mengontrol mood dan menghilangkan ketegangan. 4. Melatonin dapat menghambat peningkatan kolesterol dan menjaga regulasi tekanan darah sehingga dapat mencegah pembentukan endapan / plak yang dapat menyumbat dinding pembuluh darah yang dapat mengakibatkan stroke.5. Melatonin berperan penting dalam menjaga kesehatan seksual dan meningkatkan efek endorphin yang dihasilkan oleh tubuh dalam mengatasi stress dan rasa sakit, serta turut memicu produksi hormon-hormon prolaktin atau oksitosin dalam produsi ASI, dan sebagainya.Kelebihan hormon melatonin dapat menyebabkan lesu, gangguan hati, gangguan mata, kelelahan, disorientasi, pikiran dan perilaku psikotik, kebingungan, mengantuk, gangguan berbicara, gemetar, sakit kepala dan pusing. Sedangkan defisiensi atau kekurangan hormon melatonin akan menyebabkan kesulitan tidur atau insomnia, tidur tidak nyenyak, pembesaran prostat, depresi, kelelahan, siklus haid tidak teratur, gelisah, sindrom premenstruasi (PMS), katarak, kolesterol tinggi, tekanan darah tinggi, gangguan irama jantung (aritmia).2. Analgesia.Barbiturat tidak bisa mengurangi rasa nyeri tanpa disertai hilangnya kesadaran yang nyata. Suatu dosis barbiturat yang hampir menyebabkan tidur bisa meninggikan ambang rasa nyeri sebanyak 20%, sedangkan ambang rasa lain tidak dipengaruhi. Pemberian barbiturat bersama dengan analgetik memperkuat efek analgetik karena obat ini mengadakan potensi efek dengan derivat salisilat, pirazolon, dan paraminofenol.

3. AnastesiGolongan barbiturat dan beberapa oksibarbiturat dapat dipakai untuk menimbulkan anastesi umum, dengan memberikannya secara IV. Namun, stadium anastesi tidak dapat dibedakan seperti pada anastesi dengan eter.4. Khasiat antikonvulsi.Menghambat konvulsi yang disebabkan keracunan striking, tetanus, dan status epileptikus. Fenobarbital, mefobarbital, dan metarbital memperlihatkan efek antikonvulsi yang spesifik, artinya efek antikonvulsinya tidak terikat pada efek sedatifnya karena dosis antikonvulsinya mungkin lebih rendah dari pada dosis hipnotiknya dan terutama digunakan pada epilepsy Grand-mal.5. Pernapasan.Dosis hipnotik barbiturat menyebabkan depresi respirasi yang ringan, dosis lebih besar menekan pusat pernapasan dan mengurangi respons terhadap CO2. Kematian pada keracunan akut barbiturat adalah karena depresi pernapasan. Selain pengaruh langsung pada pusat pengatur pernapasan, respirasi bisa tergangggu oleh :a. Edema pulmonal terutama terjadi dengan barbiturat kerja singkat.b. Pneumonia hipostatik terutama dengan barbiturate kerja lama.c. Hiper-refleksia N. vagus yang bisa menyebabkan singultus, batuk, spasme bronkus dan laringospasme. Ini sering terjadi pada anesthesia bila tidak diberikan pramedikasi sulfas atropine atau skopolamin.6. Sistem Kardiovaskular.Dosis hipnotik tidak memberikan efek yang nyata. Frekuensi nadi dan tensi sedikit berkurang akibat inaktivitas yang disebabkan oleh sedasi atau tidur karena barbiturat. Efek kardiovaskular yang terlihat oleh sedasi atau tidur karena barbiturat. Efek kardiovaskular yang terlihat pada intoksikasi barbiturat sebagian besar disebabkan oleh:a. Hipoksia sekunder sebagai akibat depresi pernapasanb. Dosis yang terlalu tinggi menyebabkan depresi pusat vasomotor yang diikuti vasodilatasi perifer sehingga terjadi hipotensi, danc. Dosis yang sangat tinggi berpengaruh langsung pada kapiler sehingga menyebabkan shock perifer (pelepasan histamin).7. Saluran cernaTonus dan amplitud pergerakan otot usus berkurang sedikit karena barbiturat. Sekresi lambung hanya sedikit berkurang, tiobarbiturat kadang-kadang memberi efek yang berbeda, bahkan dapat menyebabkan tonus usus meningkat.8. Ginjal.Barbiturat tidak mempunyai efek buruk terhadap ginjal yang sehat. Namun, dosis anastesi dapat menimbulkan kelainan fungsi ginjal yang bersifat sementara. Misalnya, pada anastesi dengan thiopental, produksi urine berkurang disebabkan oleh hipotensi sistemik sekunder, vasokonstriksi intrarenal, dan sekresi ADH yang berrtambah.9. Saluran kemih dan uterus.Pemberian barbiturat IV untuk anastesi menekan otot polos ureter dan vesika urinaria. Pada dosis anastesi menurunkan frekuensi kontraksi uterus. Yang penting diperhatikan adalah pemakaian barbiturat selama kehamilan ialah depresi respirasi pada janin.10. Hati.Pada dosis terapi, barbiturat tidak mengganggu fungsi hepar yang normal. Pada penderita yang hipersensitif dengan barbiturat, kerusakan hepar yang hebat terjadi, biasanya disertai dengan dermatitis dan lain-lain gejala alergi.

11. Metabolisme dan suhu badan.Barbiturat alam dosis hipnotik sedikit menurunkan BMR. Dosis anastesik menyebabkan berkurangnya konsumsi oksigen sebanyak 20%. Suhu badan menurun karena aktivitas berkurang dan depresi pusatt pengatur suhu tubuh.12. Otot rangkaBarbiturat dalam kadar yang sangat tinggi berefek mirip kurare pada sambungan saraf otot.FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EFEK BARBITURAT1. Faktor yang berhubungan dengan metabolisme atau ekskresi barbiturate. Oksidasi barbiturate terjadi dalam mikrosom hati. Penyakit hati dan ginjal mempengaruhi mertabolisme atau eksresi barbiturate. Penyakit ginjal memperpanjang waktu paruh barbiturate yang biasanya dikeluarkan melalui urine. Pada uremia, toksisitas barbiturate meningkat. Obat yang menghambat enzim mikrosom hati mempengaruhi metabolism barbiturate. Inhibitor MAO meanmbah efek enzim mikrosom dan memperpanjang efek barbiturate.2. Obat yang bekerja sinergik dengan barbiturat pada SSP. Alcohol, reserpin, dan fenotiazin atau hipnotiksedatif yang lain dapat meningkatkan efek barbiturat. Sedangkan obat stimulasi SSP seperti kafein, striking, pikrotoksin, pentilen tetrazol dan bemegrid mempunyai efek yang berlawanan dengan barbiturat terutama bila diberikan dalam waktu yang kira-kira sama. Antagonis ini tidak sebaik antagonis antara morfin dan nalorfin. Misalnya, dalam keadaan berat, penggunaan barbiturat sebagai anastesia, efek antidotum terhadap stimulasi SSP adalah lemah.TOKSISITAS DAN EFEK SAMPINGBarbiturat adalah obat yang efek dan aman bila diberikan dalm dosis hipnotik pada orang normal. Dapat terjadi idiosinkrasi yang sebabnya belum dapat diterangkan dan dapat terjadi pada semua orang akibat dosis berlebihan secara akut atau kronis. Porfiria merupakan kontraindikasi untuk pemberian barbiturat karena mengakibatkan efek toksik yang berat dan dapat menyebabkan paralisis pada penderita porfiria tersebut. Pada beberapa orang terutama orangtua menimbulkan idiosinkrasi, yaitu rasa gembira selain depresi, selama penggunaan barbitutat. Selain itu, dapat terjadi kelainan kulit, seolah-olah merasa sakit, adanya gejala saluran cerna. Gejala idiosinkrasi lain yang dapat timbul adalah :1. Hangover. Ini terutama timbul bila dipakai barbiturat kerja lama. Sesudah efek depresi berlalu, terutama pada penderita neuritis dapat timbul kelesuan, vertigo, mual, muntah, diare, kelainan emosional, dan fobia bisa bertambah berat.2. Kegelisahan. Kadang-kadang bukan terjadi depresi melainkan kegelisahan yang ditimbulkan oleh barbiturate. Kegelisahan atau delirium timbul terutama bila semula ada rasa nyeri.3. Nyeri. Jarang timbul mialgia, dan artralgia, terutama bila diberikan pda penderita psikoneurosis yang menderita insomnia.4. Alergi. Dapat juga terjadi reaksi berupa dermatosis. Jarang terjadi dermatitis eksfoliativa yang dapat bersifat fatal pada pemakaina fenobarbital. Kadang-kadang disertai demam, delirium, dan kerusakan degenerative pada hepar.KERACUNAN AKUT BARBITURATPenggunaan barbiturat dosis besar terjadi pada percobaan bunuh diri atau kecelakaan. Sebab kematian pada keadaan akut adalah depresi pernapasan. Jika dimakan dalam dosis besar atau dalam dosis letal dengan absorpsi saluran cerna berlangsung lambat, orang tersebut mungkin masih dapat hiduup dalam beberapa jam atau beberapa hari dengan gejala koma, pernapasan lambat, kulit dan membran mukosa mengalami sianosis, berbagai reflex menurun, suhu badan menurun, pupil mengecil, serta mungkin ada atau tidaknya reflex cahaya.Walaupun depresi respirasi merupakan faktor utama penyebab kematian dalam keadaan akut, faktor lain juga dapat menyebabkan kematian jika pasien tidak meninggal dalam beberapa jam pertama. Faktor lain yang apat menyebabkan kematian adalah gangguan sirkulasi, pneumonia hipoostatik, dan mungkin ada mekanisme lain yang belum diketahui yang dapat menyebabkan kematian walaupun oksigenasinya cukup. Intoksikasi berat umumnya terjadi bila menelan sekaligus barbiturat 10 kali dosis hipnotik. Barbiturat kerja singkat, kelarutannya dalam lemak leih tinggi dan lebih toksik dibandingkan dengan barbiturate kerja lama. Dosis 6-10 gram fenobarbital dan dosis 2-3gram amobarbital, sekobarbital atau pentobarbital dapat menimbulkan kematian. Kadar fenobarbital terendah dalam plasma yang pernah dilaporkan bersifat letal kira-kira 60 mikrogram/ml, sedangkan untuk amobarbital dan pentobarbital kira-kira 10 mikrogram/ml.PENGOBATAN KERACUNAN AKUT1. Bilasan lambung dilakukan bila keracunan terjadi