MAkalah FISMAT II Buku Pengantar Fisika Matematik Rinto Anugraha
-
Upload
putri-mawardani -
Category
Documents
-
view
192 -
download
14
Transcript of MAkalah FISMAT II Buku Pengantar Fisika Matematik Rinto Anugraha
APLIKASI BILANGAN KOMPLEKS
z
P (a, b, c)
rc
O y
a
b
x
Putri Mawardani1110097000020
Fisika Matematika II
Prodi Fisika
Fakultas Sains dan Teknologi
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2012
iv
DAFTAR ISI
COVER JUDUL i
DAFTAR ISI ii
BAB I BILANGAN KOMPLEKS 1Beberapa Sifat Aljabar Bilangan Kompleks 4Perkalian dan Pemangkatan, Rumus de Moivre dan Euler 10Rumus Binomium Newton 14Penerapan Bilangan Kompleks 22
Mekanika 22Osilator Selaras Teredam 23Masalah Kelistrikan 26Optika 28
DAFTAR PUSTAKA 27
2
BAB I
BILANGAN KOMPLEKS
Konsep bilangan kompleks muncul untuk mengakomodasi nilai akar suatu
bilangan negatif. Ditinjau persamaan kuadrat dalam z berikut :
az 2 + bz + c = 0
dengan a, b dan c variabel bebas. Penyelesaian persamaan kuadrat di atas adalah
zb b 4ac
Z1,2 =2a
.
Jika diskriminan D = b2 4ac bernilai negatif, maka dua nilai z mengandung
akar bilangan negatif. Karena itulah didefinisikan nilai
-1 = i,
sehingga i 2 1 . Selanjutnya
-16 4i , -3 i 3 , i3 = - i
adalah bilangan imaginer, tetapi
i2 = - 1, 2 -8 i 2 .i 8 =- 4
adalah bilangan real. Untuk contoh persamaan kuadrat berikut :
z 2 2z+ 2=0
maka akar-akar penyelesaiannya adalah :
z2 4-8
22 2i
21 i .
Istilah bilangan kompleks digunakan untuk menunjukkan set bilangan real,
imaginer atau gabungan keduanya, seperti 1
contoh-contoh bilangan kompleks.
i . Maka i + 5, 17i, 4 mewakili
Bilangan kompleks dirumuskan sebagai
z=x+iy
yang merupakan gabungan bilangan real x dan bilangan imaginer iy. Besaran x, y
dan x 2 y 2 berturut-turut dinamakan bagian real, bagian imaginer dan modulus
bilangan kompleks z yang dituliskan sebagai
dan
x=Re( z)
y=Im(z)
z = x 2 y 2 .
Dengan konsep tersebut, orang dapat menyatakan bentuk-bentuk seperti sin i,
exp(i π ), ln(i +1) dalam bentuk bilangan kompleks x +iy.
Sebuah bilangan kompleks seperti 5 + 3i adalah jumlah dari dua suku. Suku
real (tidak mengandung i) disebut bagian real dari bilangan kompleks. Koefisien i
dalam suku yang lain disebut bagian imaginer dari bilangan kompleks. Dalam
bilangan 5 + 3i, 5 adalah bagian real, sementara 3 adalah bagian imaginer. Penting
untuk dicatat bahwa bagian imaginer dari suatu bilangan kompleks, bukan
imaginer tetapi real.
Salah satu dari bagian real atau bagian imeginer dari suatu bilangan
kompleks dapat bernilai nol. Jika bagian real bernilai nol, bilangan kompleks
tersebut murni imaginer. Bagian real yang nol dapat diabaikan, sehingga misalnya
0 + 5i cukup ditulis 5i. Jika bagian imaginer dari bilangan kompleks tersebut
lenyap, maka bilangan kompleks tersebut murni real. Sehingga misalnya, 7 + 0i
cukup ditulis dengan 7.
Dalam aljabar, sebuah bilangan kompleks biasanya ditulis sebagai suatu
jumlahan, seperti 5 + 3i. Bentuk ini dapat pula ditulis dalam bentuk (5, 3). Jadi
kalau kita ingin menjumlahkan antara dua buah bilangan kompleks, misalnya 5 +
3i dengan 4 + 2i, kita dapat menuliskannya dalam bentuk (5 + 3i) + (4 + 2i) = 9 +
5i atau dalam bentuk (5, 3) + (4, 2) = (9, 5).
Ketika kita mengenal konsep ini, mungkin timbul pertanyaan, apakah arti
fisis dari sin i , ln(1 i) dan sebagainya. Akan kita lihat nanti bahwa bilangan
kompleks memainkan peran dalam sains, selain tentu saja matematika.
Dalam fisika, konsep bilangan kompleks sangat penting untuk dipelajari.
Dalam mekanika kuantum, muncul konsep ini, misalnya untuk menentukan
kaedah komutasi antara operator koordinat dan momentum. Kaedah komutasi
yang terkenal dalam mekanika kuantum antara kedua operator tersebut dituliskan
sebagai
[ xˆ, pˆ x ] = iℏ .
Dalam pembahasan mekanika, kita juga dapat mengimplementasikan
konsep bilangan kompleks, misalnya penyajian vektor posisi partikel dalam dua
dimensi, dimana posisi x dan y berturut-turut merupakan bagian real dan imaginer
dari vektor posisi z. Selengkapnya hal ini akan disinggung dalam pasal penerapan
bilangan kompleks dalam fisika.
Bilangan kompleks z dapat disajikan sebagai suatu titik pada bidang Argand
berkoordinat Cartesan dengan sumbu X dan sumbu Y berturut-turut sebagai
sumbu real dan imaginer (Gb. 1). Anak panah dari titik O ke titik z disebut fasor.
Panjang fasor (r) menampilkan besar / modulus z . Fase bilangan kompleks z
adalah sudut antara sumbu real (sumbu X) dengan fasor yang dilambangkan
dengan ϕ. Dari Gb. 1.1 tampak bahwa
y
r yx
O x
Gb. 1.1Bidang Argand
dan
x = r cos ϕ
y = r sin ϕ
sehingga
ϕ = arctan ( y / x)
z=r(cosϕ + i sinϕ ) .
1. Beberapa sifat aljabar bilangan kompleks
1. Dua bilangan kompleks dikatakan sama :
z1 = z2
jika dan hanya jika keduanya memiliki bagian real yang sama :
Re ( z1 ) = Re ( z2 ) ,
demikian pula dengan bagian imaginernya :
Im ( z1 ) = Im ( z2 ) .
2. Penjumlahan dua bilangan kompleks z1 x1 + iy1 dan z2 x2 + iy2 juga
menghasilkan bentuk bilangan kompleks
z= z1 + z2 = ( x1 + x2 ) + i( y1 + y2 ) .
Demikian pula untuk pengurangan berlaku
z = z1 - z2 = ( x1 - x2 ) + i( y1 - y2 ) .
3. Penjumlahan bilangan kompleks memenuhi kaedah ketaksamaan segitiga
yaitu
z1 z2 z1 z2 z1 z2
4. Himpunan C bilangan kompleks membentuk suatu grup terhadap
penjumlahan, karena :
a. Himpunan tersebut bersifat tertutup terhadap operasi penjumlahan,
yaitu untuk setiap pasangan z1 , z2 C maka z z1 z2 C .
b. Bersifat asosiatif terhadap kaedah penjumlahan yaitu
( z1 z2 ) z3 z1 ( z2 z3 ) z1 z2 z3
c. Terdapat unsur netral yaitu 0 C yang memenuhi
z + 0 = 0 + z = z
d. Untuk setiap z C terdapat inversinya terhadap kaedah penjumlahan
(disebut z) sedemikian sehingga berlaku
z C dan z + ( z) = z z = 0
5. Karena berlaku z1 z2 z2 z1 maka grup tersebut bersifat komutatif
2
2
(Abelan) terhadap penjumlahan.
Didefinisikan konjugat kompleks untuk bilangan kompleks z
dengan lambang
x+ iy
sehingga
z* = x - iy
Re z*
Im z*
= Re z,
= Im z,
dan
x Re z 1 ( z z*),
y Im z i ( z * z)
Konjugat kompleks ini dapat langsung diperoleh dengan menukar tanda +i
menjadi −i. Sebagai contoh konjugat kompleks dari 2 + 3i adalah 2 − 3i. Konjugat
kompleks ini merupakan pencerminan bilangan kompleks terhadap sumbu x.
Menyederhanakan ke bentuk x + iy
Sembarang bilangan kompleks dapat ditulis dalam bentuk x + iy. Untuk
menjumlahkan, mengurangi dan mengalikan bilangan kompleks, perlu diingat
bahwa mereka mengikuti aturan aljabar biasa serta i 2 1 .
Dalam matematika elementer, kita mempelajari logaritma hanya untuk
bilangan positif saja, tidak ada logaritma bilangan negatif. Hal ini memang
demikian jika kita hanya bekerja pada bilangan real saja. Namun jika kita bekerja
dengan bilangan kompleks, kita akan mengenal logaritma bilangan negatif,
bahkan logaritma dari bilangan kompleks itu sendiri.
Jika
maka menurut definisi
z= e w
w =ln z .
Karena sembarang bilangan kompleks z dapat dinyatakan dalam bentukmaka z
=
w= ln(rei rei) θ
ln r iθ
Perumusan di atas memberikan nilai logaritma suatu bilangan kompleks z yaitu
logaritma dari modulusnya (yang real positif) ditambah dengan iθ yang pasti
imaginer.
Karena θ memiliki sejumlah tak hingga banyaknya (sudut utama dan sudut
lainnya yang berbeda kelipatan 2π dari sudut utama), karena itu logaritma
bilangan kompleks terdapat tak hingga banyaknya, yang nilainya berbeda dengan
lainnya oleh kelipatan 2 π i . Nilai utama dari ln z adalah satu nilai menggunakan
sudut utama dari θ , disini digunakan 0≤θ˂2π.
Penerapan Bilangan Kompleks
Pada pasal ini akan dijelaskan penerapan bilangan kompleks pada fisika,
misalnya pada mekanika, kelistrikan dan optika.
Me k a nik a
Berikut ini akan disajikan beberapa contoh soal dalam mekanika yang
menggunakan konsep bilangan kompleks.
Contoh soal :
Sebuah partikel bergerak di dalam bidang (x, y) sedemikian sehingga posisi (x, y)
sebagai fungsi waktu t disajikan oleh persamaan
z= x+ iy=2t+ i
.t+i
Carilah besar kecepatan dan percepatannya sebagai fungsi t.
Jawab :
Dari bentuk z = x + iy di atas, kecepatan kompleks dan percepatan kompleks
berturut-turut dirumuskan sebagai
dan
v =dz dt
d 2 za= .
dt 2
Karena itu besar kecepatan dan besar percepatan masing-masing sama dengan
v = dz / dt
dan
a = d 2 z / dt 2 .
Untuk nilai z di atas :
sehingga
dz
dt (t
3i
i)2
0
vdz dz dz 3i - 3i 3
Sedangkan
sehingga
dt dt dt
d 2 z
dt 2
d 2 z
(t i)2 (t
6i
(t i)3
6
i)2 t 2 1
a .dt 2 (t 2 1)3 / 2
G e r ak os il a t or s e l a r as t ere d a m
Ditinjau gerak partikel bermassa m dalam satu dimensi yang terikat
dalam pegas berkonstanta k. Jika partikel tersebut mengalami gaya gesekan
yang
sebanding dengan kecepatannya, persamaan gerak partikel tersebut adalah
mɺxɺ bxɺ kx 0
dengan bxɺ adalah gaya gesek, dan b adalah tetapan gaya gesek. Persamaan di
atas dapat disederhanakan menjadi
dengan
x+2ßx+ɷ0 2x= 0
0
2 2t .1
0
b
2m
dan
k . =
m
Tetapan ɷ0 adalah frekuensi sudut alamiah osilator yang tak teredam. Untuk
menyelesaikan persamaan di atas, dilakukan substitusi
x= e t
sehingga diperoleh persamaan kuadrat dalam :
Penyelesaian persamaan di atas adalah
dan
I. Jika 2 2, diperoleh dua penyelesaian yang saling bebas. Penyelesaian
umumnya berbentuk
x= c e 1t c2e 20
Penyelesaian ini dinamakan teredam lewat (overdamped). Penyelesaian di atas
akan unik jika koordinat dan kecepatan partikel pada suatu t tertentu diketahui,
yang dapat diambil untuk t = 0. Jadi tetapan
persamaan-persamaan
c1 dan c2 dapat ditentukan melalui
dan
II. Jika 2 2 , maka
x0 c1
v0 1c1
c2
2c2 .
1 2
yang menghasilkan penyelesaian yang berbentuk eksponensial, yaitu
x1 exp( t)
.
0
0
Penyelesaian yang lain adalah
x2 t exp( t)
sehingga penyelesaian umum untuk kasus 2 2 adalah
x (c1 c2t ) exp(
t) .
Penyelesaian di atas dinamakan dengan teredam kritis (critical damped).
III. Adapun untuk redaman yang kecil, sehingga 2 2 , bentuk didalam akar
menjadi bernilai negatif, sehingga dapat dinyatakan dalam bentuk
dan
dengan
1 i 1
2 i 1
2 21 0
Penyelesaian umum untuk kasus ini adalah
x exp( t) c1 exp(i 1t) c2 exp( i 1t) .
Bentuk di atas dapat diolah menjadi
dengan
x exp( t) a1 sin( 1t ) a2 cos( 1t)
dan
a1 i(c1
a2 c1
c2 )
c2 .
Karena x real,
persamaan
c1 dan c2 adalah bilangan kompleks yang dihubungkan melalui
c2 * c1 .
Tetapan a1 dan a2 bernilai real.
Bentuk lain penyelesaian di atas adalah
x A exp( t ) cos( 1t )
dengan tetapan A dan diberikan oleh
2 2
A a1 a2
dan
tana1 .a2
Penyelesaian di atas dinamakan teredam meluruh.
Masal ah Keli strik an
Dalam teori arus listrik, jika VR adalah tegangan antara ujung-ujung
hambatan R, dan I adalah arus yang mengalir pada hambatan tersebut maka
berlaku hukum Ohm yang dirumuskan sebagai
VR I R
Selain itu, kaitan antara arus I dan tegangan VL pada sebuah induktansi L adalah
V L dI
Ldt
sedangkan arus dan tegangan yang melalui sebuah kapasitor berkapasitansi C
dihubungkan melalui persamaan
dVC I
dt C
Ditinjau sebuah rangkaian seri dengan
tegangan bolak-balik V dan arus bolak-balik
I yang disa-jikan pada gambar di samping
ini. V dan I bervariasi terhadap waktu yang
diberikan oleh persamaan
I I 0 sin t
Dengan I diberikan pada persamaan di atas, tegangan yang melalui R, L dan C
adalah
dan
VR RI0 sin t
VL LI 0 cos t
1VC
sehingga tegangan total bernilai
C I0 cos t
C
C
0
i
ti
ti
V= VR VL VC .
Ada metode lain yang dapat digunakan untuk menelaah kasus di atas dengan
menggunakan konsep bilangan kompleks. Bentuk persamaan arus yang bervariasi
terhadap waktu dapat ditulis sebagai
I= I 0 e
dimana kuat arus secara fisis diberikan oleh bagian imaginer I dalam persamaan di
atas. Jadi
VL RI 0 e
VL i L I
0e
t = i L I
sehingga
V1
Ci C
I ei t I
i C
1 V= VR VL VC R i L
I .
Dari persamaan terakhir didefinisikan besaran impedansi (kompleks) sebagai
1 Z= R i L .
C
Karena itu tegangan V dapat ditulis sebagai
V = ZI
yang mana penampilannya nampak seperti hukum Ohm. Besar Z dapat dicari
dengan menentukan modulusnya sebagai
dengan
dan
Z R 2
X L
X C
( X L
L
1
C
X )2
berturut-turut adalah reaktansi induktif dan reaktansi kapasitif. Nilai Z akan
minimum jika
yang berarti
X L X C
1.
LC
Keadaan ini disebut dengan keadaan resonansi. Pada keadaan ini bentuk Z tidak
mengandung bagian kompleks.
Op t ik a
Dalam optik, orang sering menggabungkan sejumlah gelombang cahaya
(yang dapat diwakili oleh fungsi sinus) Misalkan terdapat n gelombang yang
dapat dituliskan sebagai
sin( t ), sin( ts
), sin( t
2 ), ... , sin( t (n 1) )
Jika orang ingin menjumlahkan seluruh gelombang tersebut,langkah termudah
adalah dengan menyatakan fungsi sinus tersebut, langkah termudah adalah dengan
menyatakan fungsi sinus tersebut sebagai bagian imaginer dari suatu bilngan
kompleks, sehingga n gelombang tersebut dapat dinyatakan sebagai bagian
imaginer dari deret bilangan kompleks berikut :
ei t ei t ei t 2 ... ei t (n 1) .
Deret di atas adalah deret geometri dengan suku pertama ei t dan rasio ei .
Dengan menggunakan rumus jumlah untuk n suku pertama deret geometri :
a(1Sn1
r n )
r
dengan a dan r berturut-turut suku pertama dan rasio deret, deret bilangan
kompleks di atas dapat dinyatakan sebagai
Dengan menggunakan bentuk
ei t (1
1
ein ).
ei
dan
1 ein ein / 2 (e in / 2 ein / 2 ) 2iein / 2 sin(n / 2)
1 eiei / 2 (e i / 2
ei / 2 ) 2iei / 2 sin( / 2)
maka jumlah deret di atas dapat dituliskan
ei ( t [n 1] / 2) sin(n
sin(
/ 2) .
/ 2)
Akhirnya dengan mengambil bagian imaginer hasil di atas, diperoleh jumlah deret
sinus sebagai
sin t
sin n
n 1 2 .
2 sin2
DAFTAR PUSTAKA
Anuggraha, Rinto. 2011. Buku Pengantar Fisika Matematika, FMIPA UGM :
Jogjakarta.
Boas, M.L., 1983, Mathematical Methods in the Physical Sciences, John Wiley &
Sons, New York.
Harper, C., 1976, Introduction to Mathematical Physics, Prentice−Hall, New
Jersey.
www.wikipedia.co.id
www..google.com
www.ebookpp.com