Makalah Filsafat Ilmu dan Logika - Tuhan

15
Makalah Filsafat Ilmu dan Logika Tuhan Dosen : JUNAIDI, S.H.I., M.Hum Oleh : NAMA : NASRUDDIN. ASN NIM : 601131010020 PROGRAM STUDI EKONOMI SYARI’AH FAKULTAS ILMU AGAMA ISLAM UNIVERSITAS ISLAM INDRAGIRI 1435 H/ 2014 M

Transcript of Makalah Filsafat Ilmu dan Logika - Tuhan

Page 1: Makalah Filsafat Ilmu dan Logika - Tuhan

UNIVERSITAS ISLAM INDRAGIRI 2014/2015 | 1

Makalah

Filsafat Ilmu dan Logika

Tuhan

Dosen : JUNAIDI, S.H.I., M.Hum

Oleh : NAMA : NASRUDDIN. ASN

NIM : 601131010020

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARI’AH

FAKULTAS ILMU AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM INDRAGIRI 1435 H/ 2014 M

Page 2: Makalah Filsafat Ilmu dan Logika - Tuhan

UNIVERSITAS ISLAM INDRAGIRI 2014/2015 | 2

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa dihaturkan kehadirat Allah SWT. Atas limpahan rahmat dan

nikmatnya, saya dapat menyusun makalah Filsafat Ilmu dan Logika dengan sub bahasan

“Tuhan” Shalawat serta salam kepada junjungan Nabi Muhammad SAW sebagai pelopor

pendidikan dan ilmu pengetahuan bagi umat manusia.

Ucapan terimakasih kepada dosen pembimbing yang telah memberikan motivasi serta

dukungan moral agar selalu belajar dan berusaha untuk menjadi lebih baik. Rekan-rekan

mahasiswa yang selalu memberi semangan dan dukungan. Sebagai bentuk kecintaan terhadap

bangsa dan upaya sebagai warga Negara yang baik untuk terus berupaya memajukan bangsa

dalam mengisi kemerdekaan Republik Indonesia.

Sangat disadari banyak terdapat kekungan baik dari segi penulisan, pemahanan serta

keterbatasan literature sehingga diharapkan kritik serta saran sebagai bahan evaluasi bagi

penulis dan perbaikan pada masa yang akan datang.

Harapan saya makalah ini mampu memberikan kontribusi positif bagi kemajuan pola

pikir dan berkembangan sumber daya manusiauntuk Indonesia yang lebih baik.

Tembilahan, 05 Oktober 2014

Penyusun,

NASRUDDIN. ASN

NIM : 601131010020

Page 3: Makalah Filsafat Ilmu dan Logika - Tuhan

UNIVERSITAS ISLAM INDRAGIRI 2014/2015 | 3

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... 2

DAFTAR ISI......................................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 4

A. Latar belakang ..................................................................................................... 4

B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 4

C. Tujuan Penulisan ................................................................................................. 4

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................... 5

A. Pengertian Tuhan ................................................................................................ 5

B. Konsep Tentang Tuhan ....................................................................................... 7

C. Keberadaan Tuhan .............................................................................................. 11

D. Tuhan dalam Sudut Pandang Nonteistis ............................................................. 12

BAB III PENUTUP ............................................................................................................. 14

A. Kesimpulan ......................................................................................................... 14

B. Saran ................................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 15

Page 4: Makalah Filsafat Ilmu dan Logika - Tuhan

UNIVERSITAS ISLAM INDRAGIRI 2014/2015 | 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembahasan akan Tuhan adalah hal yang telah dilakukan manusia sejak zaman

dahulu. Manusia mencari pemilik dan pencipta alam semesta ini. Bagaimana proses

terjadinya dan bagaimana sehingga terdapat kehidupan makhluk didalamnya. Berawal

dari hal itulah manusia coba mengkajinya dengan nalar dan pengetahuan yang dimilik.

Hasil dari kajian-kajian yang dilakukan, manusia sejak jaman primitif sudah

mempercayai adanya kekuatan lain di luar diri manusia yang disebut dengan Tuhan.

Namun, kepercayaan kepada adanya Tuhan berbeda-beda. Hal ini disebabkan

karena perbedaan tingkat kemampuan akal manusia. Dengan akalnya manusia mampu

mempercayai adanya Tuhan. Tokoh lain juga berpendapat bahwa mengetahui Tuhan

dapat diketahui melalui akal.

Mengingat kepercayaan terhadap Tuhan berbeda-beda, lantas apakah semua

Tuhan yang dipercayai oleh manusia merupakan Tuhan yang Haq (benar), dan

bagaimana cara mengetahui Tuhan yang Haq (benar) tersebut?

B. Rumusan Masalah

Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah tentang

“Tuhan”. Untuk memberikan kejelasan makna serta menghindari meluasnya

pembahasan, maka dalam makalah ini masalahnya dibatasi pada :

1. Pengertian Tuhan;

2. Konsep Tentang Tuhan;

3. Keberadaan Tuhan;

4. Tuhan dalam Sudut Pandang Nonteistis; dan

5. Presentasi kepercayaan akan Tuhan.

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai materi tugas mata kuliah

Filsafat Ilmu dan Logika dengan sub bahasan Tuhan agar dapat memahami lebih dalam

tentang Tuhan.

Page 5: Makalah Filsafat Ilmu dan Logika - Tuhan

UNIVERSITAS ISLAM INDRAGIRI 2014/2015 | 5

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Tuhan

Tuhan dipahami sebagai zat Mahakuasa dan asas dari suatu kepercayaan. Tidak

ada kesepakatan bersama mengenai konsep ketuhanan, sehingga ada berbagai konsep

ketuhanan meliputi teisme, deisme, panteisme, dan lain-lain. Dalam pandangan teisme,

Tuhan merupakan pencipta sekaligus pengatur segala kejadian di alam semesta.

Menurut deisme, Tuhan merupakan pencipta alam semesta, namun tidak ikut campur

dalam kejadian di alam semesta.

Menurut panteisme, Tuhan merupakan alam semesta itu sendiri. Para

cendekiawan menganggap berbagai sifat-sifat Tuhan berasal dari konsep ketuhanan

yang berbeda-beda. Yang paling umum, di antaranya adalah Mahatahu (mengetahui

segalanya), Mahakuasa (memiliki kekuasaan tak terbatas), Mahaada (hadir di mana

pun), Mahamulia (mengandung segala sifat-sifat baik yang sempurna), tak ada yang

setara dengan-Nya, serta bersifat kekal abadi.

Penganut monoteisme percaya bahwa Tuhan hanya ada satu, serta tidak berwujud

(tanpa materi), memiliki pribadi, sumber segala kewajiban moral, dan "hal terbesar

yang dapat direnungkan". Banyak filsuf abad pertengahan dan modern terkemuka yang

mengembangkan argumen untuk mendukung dan membantah keberadaan Tuhan.

Ada banyak nama untuk menyebut Tuhan, dan nama yang berbeda-beda melekat

pada gagasan kultural tentang sosok Tuhan dan sifat-sifat apa yang dimilikinya.

Atenisme pada zaman Mesir Kuno, kemungkinan besar merupakan agama monoteistis

tertua yang pernah tercatat dalam sejarah yang mengajarkan Tuhan sejati dan pencipta

alam semesta, yang disebut Aten. Kalimat "Aku adalah Aku" dalam Alkitab Ibrani, dan

"Tetragrammaton" YHVH digunakan sebagai nama Tuhan, sedangkan Yahweh, dan

Yehuwa kadangkala digunakan dalam agama Kristen sebagai hasil vokalisasi dari

YHVH.

Dalam bahasa Arab, nama Allah digunakan, dan karena predominansi Islam di

antara para penutur bahasa Arab, maka nama Allah memiliki konotasi dengan

kepercayaan dan kebudayaan Islam. Umat muslim mengenal “Asmaul Husna” 99 nama

suci bagi Allah, sedangkan umat Yahudi biasanya menyebut Tuhan dengan gelar

Elohim atau Adonai (nama yang kedua dipercaya oleh sejumlah pakar berasal dari

bahasa Mesir Kuno, Aten). Dalam agama Hindu, Brahman biasanya dianggap sebagai

Page 6: Makalah Filsafat Ilmu dan Logika - Tuhan

UNIVERSITAS ISLAM INDRAGIRI 2014/2015 | 6

Tuhan monistis. Agama-agama lainnya memiliki panggilan untuk Tuhan, di antaranya:

Baha dalam agama Baha'i, Waheguru dalam Sikhisme, dan Ahura Mazda dalam

Zoroastrianisme.

Banyaknya konsep tentang Tuhan dan pertentangan satu sama lain dalam hal

sifat, maksud, dan tindakan Tuhan, telah mengarah pada munculnya pemikiran-

pemikiran seperti omniteisme, pandeism, atau filsafat Perennial, yang menganggap

adanya satu kebenaran teologis yang mendasari segalanya, yang diamati oleh berbagai

agama dalam sudut pandang yang berbeda-beda, maka sesungguhnya agama-agama di

dunia menyembah satu Tuhan yang sama, namun melalui konsep dan pencitraan mental

yang berbeda-beda mengenai-Nya.

Secara Etimologi dan Terminologi. Kata Tuhan dalam bahasa Melayu kini

berasal dari kata tuan. Buku pertama yang memberi keterangan tentang hubungan kata

tuan dan Tuhan adalah adalah Ensiklopedi Populer Gereja oleh Adolf Heuken SJ

(1976). Menurut buku tersebut, arti kata Tuhan ada hubungannya dengan kata Melayu

tuan yang berarti atasan/penguasa/pemilik. Kata "tuan" ditujukan kepada manusia, atau

hal-hal lain yang memiliki sifat menguasai, memiliki, atau memelihara. Digunakan pula

untuk menyebut seseorang yang memiliki derajat yang lebih tinggi, atau seseorang

yang dihormati. Penggunaannya lumrah digunakan bersama-sama dengan disertakan

dengan kata lain mengikuti kata "tuan" itu sendiri, dimisalkan pada kata "tuan rumah"

atau "tuan tanah" dan lain sebagainya. Kata ini biasanya digunakan dalam konteks

selain keagamaan yang bersifat ketuhanan.

Ahli bahasa Remy Sylado menemukan bahwa perubahan kata "tuan" yang

bersifat insani, menjadi "Tuhan" yang bersifat ilahi, bermula dari terjemahan Alkitab ke

dalam bahasa Melayu karya Melchior Leijdecker yang terbit pada tahun 1733. Dalam

terjemahan sebelumnya, yaitu kitab suci Nasrani bahasa Melayu beraksara Latin

terjemahan Brouwerius yang muncul pada tahun 1668, kata yang dalam bahasa

Yunaninya, Kyrios, dan sebutan yang diperuntukkan bagi Isa Almasih ini

diterjemahkannya menjadi "tuan."

Kata yang diterjemahkan oleh Brouwerius sebagai "Tuan"—sama dengan bahasa

Portugis Senhor, Perancis Seigneur, Inggris Lord, Belanda Heere—melalui Leijdecker

beruah menjadi "Tuhan" dan kemudian, penerjemah Alkitab bahasa Melayu

melanjutkan penemuan Leijdecker tersebut. Kini kata Tuhan yang awalnya ditemukan

oleh Leijdecker untuk mewakili dua pengertian pelik insani dan ilahi dalam teologi

Kristen atas sosok Isa Almasih akhirnya menjadi lema khas dalam bahasa Indonesia.

Page 7: Makalah Filsafat Ilmu dan Logika - Tuhan

UNIVERSITAS ISLAM INDRAGIRI 2014/2015 | 7

Kata "Tuhan" pada umumnya dipakai untuk merujuk kepada suatu zat abadi dan

supernatural. Bagi rumpun agama samawi, kata Tuhan sendiri biasanya mengacu pada

Allah, yang diyakini sebagai zat yang Mahasempurna, pemilik langit dan bumi yang

disembah manusia. Dalam bahasa Arab kata ini sepadan dengan kata rabb. Menurut

Ibnu Atsir, Tuhan dan tuan secara bahasa diartikan pemilik, penguasa, pengatur,

pembina, pengurus dan pemberi nikmat. Kata Tuhan disebutkan lebih dari 1.000 kali

dalam Al-Qur'an, sementara di dalam Alkitab kata Tuhan disebutkan sebanyak 7677

kali.

Dalam monoteisme, biasanya dikatakan bahwa Tuhan mengawasi dan

memerintah manusia dan alam semesta atau jagat raya. Hal ini bisa juga digunakan

untuk merujuk kepada beberapa konsep-konsep yang mirip dengan ini, misalnya sebuah

bentuk energi atau kesadaran yang merasuki seluruh alam semesta, yang keberadaan-

Nya membuat alam semesta ada; sumber segala yang ada; kebajikan yang terbaik dan

tertinggi dalam semua makhluk hidup; atau apapun yang tak bisa dimengerti atau

dijelaskan.

Di dalam bahasa Melayu atau bahasa Indonesia, dua konsep atau nama yang

berhubungan dengan ketuhanan, yaitu: Tuhan sendiri, dan dewa. Penganut monoteisme

biasanya menolak menggunakan kata dewa, karena merujuk kepada entitas-entitas

dalam agama politeistis. Meskipun demikian, penggunaan kata dewa pernah digunakan

sebelum penggunaan kata Tuhan. Dalam Prasasti Trengganu, prasasti tertua di dalam

bahasa Melayu yang ditulis menggunakan huruf Arab (huruf Jawi) menyebut Sang

Dewata Mulia Raya. Dewata yang dikenal orang Melayu berasal dari kata devata,

sebagai hasil penyebaran agama Hindu-Buddha di Nusantara. Bagaimanapun, pada

masa kini, pengertian istilah Tuhan digunakan untuk merujuk Tuhan yang tunggal,

sementara dewa dianggap mengandung arti salah satu dari banyak Tuhan sehingga

cenderung mengacu kepada politeisme.

B. Konsep Tentang Tuhan

Tidak ada kesepahaman mengenai konsep ketuhanan. Konsep ketuhanan dalam

agama samawi meliputi definisi monoteistis tentang Tuhan dalam agama Yahudi,

pandangan Kristen tentang Tritunggal, dan konsep Tuhan dalam Islam. Agama-agama

dharma juga memiliki pandangan berbeda-beda mengenai Tuhan. Konsep ketuhanan

dalam agama Hindu tergantung pada wilayah, sekte, kasta, dan beragam, mulai dari

Page 8: Makalah Filsafat Ilmu dan Logika - Tuhan

UNIVERSITAS ISLAM INDRAGIRI 2014/2015 | 8

panenteistis, monoteistis, politeistis, bahkan ateistis. Keberadaan sosok ilahi juga diakui

oleh Gautama Buddha, terutama Śakra dan Brahma.

a. Monoteisme dan henoteisme

Penganut monoteisme mengklaim bahwa Tuhan hanya ada satu, dan

beberapa ajaran monoteistis mengklaim bahwa Tuhan sejati adalah Tuhan yang

dipuja oleh semua agama dengan nama yang berbeda-beda. Pandangan bahwa

seluruh pemuja Tuhan (dalam agama yang berbeda-beda) sesungguhnya memuja

satu Tuhan yang sama—entah disadari atau tidak disadari oleh umat tersebut—

terutama diajarkan dalam agama Hindu dan Sikh.

Agama samawi atau dikenal juga sebagai rumpun agama abrahamis (karena

meyakini Abraham/Ibrahim sebagai nabi) atau agama langit dimaksudkan untuk

menunjuk agama Yahudi, Kristen, dan Islam. Agama-agama ini dikenal sebagai

agama monoteistis karena hanya menekankan keberadaan satu Tuhan. Yahudi

dan Islam bahkan menolak visualisasi Tuhan karena menurut mereka tidak ada

sesuatu yang dapat menyerupai Tuhan. Meskipun serumpun, agama-agama ini

menggunakan sebutan/panggilan yang berbeda yang disebabkan oleh perbedaan

bahasa dan rentang sejarahnya. Adapun nama yang sering disebutkan yaitu:

Yahweh dalam agama Yahudi; Bapa atau Yesus dalam Kristen; Allah dalam

Islam.

Agama Kristen mengenal konsep Tritunggal, yang maksudnya Tuhan

memiliki tiga pribadi: Bapa, Putra, dan Roh Kudus. Konsep ini terutama dipakai

dalam Gereja Katolik dan Gereja Ortodoks. Konsep ini merupakan paham

monoteistis yang dipakai sejak Konsili Nicea I pada tahun 325 M. Kata

"Tritunggal" sendiri tidak ada dalam Alkitab. Di dalam Ulangan 6:4 ditulis bahwa

Tuhan itu Esa. Keesaan ini pada bahasa aslinya (ekhad) adalah "kesatuan dari

berbagai satuan". Contohnya, pada Kejadian 2:24 ditulis "keduanya (manusia dan

istrinya) menjadi satu (ekhad) daging" berarti kesatuan dari 2 manusia. Di

Kejadian 1:26 Allah menyebut diri-Nya dengan kata ganti "Kita", mengandung

kejamakan dalam sifat Tuhan. Pengertiannya adalah satu substansi ketuhanan,

namun terdiri dari tiga pribadi.

Di samping monoteisme yang menolak keberadaan dewa-dewi, ada ajaran

henoteisme yang meyakini dan memuja satu Tuhan, namun juga meyakini

keberadaan dewa-dewi lainnya dan bahkan dapat turut memuja mereka. Variasi

istilah tersebut adalah "monoteisme inklusif" dan "politeisme monarkis", dipakai

Page 9: Makalah Filsafat Ilmu dan Logika - Tuhan

UNIVERSITAS ISLAM INDRAGIRI 2014/2015 | 9

untuk membedakan ragam dari fenomena tersebut. Henoteisme mirip namun

kurang eksklusif daripada monolatri (pemujaan satu Tuhan) karena monolator

hanya memuja satu Tuhan (menolak keberadaan dewa-dewi untuk disembah),

sedangkan penganut henoteisme dapat memuja dewa-dewi dari panteon yang

mereka yakini, tergantung keadaan, meskipun biasanya mereka hanya akan

memuja satu Tuhan saja sepanjang hidup mereka (kecuali ada konversi tertentu).

Dalam beberapa agama, pemilihan Tuhan Mahakuasa dalam kerangka henoteistis

dapat saja terjadi, tergantung alasan kultural, geografis, historis, bahkan politis.

b. Teisme, deisme, dan panteisme

Teisme pada umumnya mengajarkan bahwa Tuhan ada secara realistis,

objektif, dan independen. Tuhan diyakini sebagai pencipta dan pengatur segala

hal; mahakuasa dan kekal abadi; personal dan berinteraksi dengan alam semesta

melalui pengalaman religius dan doa-doa umat-Nya. Teisme menegaskan bahwa

Tuhan sukar dipahami oleh manusia sekaligus kekal selamanya; maka, Tuhan

bersifat tak terbatas sekaligus ada untuk mengurus kejadian di dunia. Meski

demikian, tidak seluruh penganut teisme mengakui dalil tersebut.

Teologi Katolik menyatakan bahwa Tuhan Mahakuasa sehingga tidak akan

terikat pada waktu. Banyak penganut teisme percaya bahwa Tuhan Mahakuasa,

Mahatahu, dan Mahapenyayang, meskipun keyakinan ini memicu timbulnya

pertanyaan mengenai tanggung jawab Tuhan terhadap adanya kejahatan dan

penderitaan di dunia. Beberapa penganut teisme menganggap Tuhan menahan diri

meskipun memiliki kuasa, tahu apa yang akan terjadi, dan penuh kasih sayang.

Sebaliknya, menurut teisme terbuka, karena adanya sifat asasi waktu, atribut

Mahatahu tidak berarti bahwa Tuhan juga dapat memprediksikan masa depan.

"Teisme" kadangkala digunakan untuk mengacu kepada kepercayaan terhadap

adanya Tuhan dan dewa/dewi secara umum, contohnya monoteisme dan

politeisme.

Deisme mengajarkan bahwa Tuhan sukar dipahami oleh akal manusia.

Menurut penganut deisme, Tuhan itu ada, namun tidak ikut campur dalam urusan

kejadian di dunia setelah Ia selesai menciptakan alam semesta. Menurut

pandangan ini, Tuhan tidak memiliki sifat-sifat kemanusiaan, tidak serta-merta

menjawab doa umatnya dan tidak menunjukkan mukjizat. Secara umum, deisme

Page 10: Makalah Filsafat Ilmu dan Logika - Tuhan

UNIVERSITAS ISLAM INDRAGIRI 2014/2015 | 10

meyakini bahwa Tuhan memberi kebebasan kepada manusia dan tidak mau tahu

mengenai apa yang diperbuat manusia. Dua cabang deisme, pandeisme dan

panendeisme mengkombinasikan deisme dengan panteisme dan panenteisme.

Pandeisme dimaksudkan untuk menjelaskan mengapa Tuhan menciptakan alam

semesta kemudian mengabaikannya, sebagaimana panteisme menjelaskan asal

mula dan maksud keberadaan alam semesta.

Panteisme mengajarkan bahwa Tuhan adalah alam semesta dan alam

semesta itu Tuhan, sedangkan panenteisme menyatakan bahwa Tuhan meliputi

alam semesta, namun alam semesta bukanlah Tuhan. Konsep ini merupakan

pandangan dalam ajaran Gereja Katolik Liberal, Theosophy, beberapa mazhab

agama Hindu, Sikhisme, beberapa divisi Neopaganisme dan Taoisme. Kabbalah,

mistisisme Yahudi, melukiskan pandangan Tuhan yang panteistis/panenteistis—

yang diterima secara luas oleh aliran Yahudi Hasidik, khususnya dari pendiri

mereka, Baal Shem Tov—namun hanya sebagai tambahan terhadap pandangan

Yahudi mengenai Tuhan personal, tidak dalam pandangan panteistis murni yang

menolak batas-batas persona Tuhan.

c. Konsep ketuhanan lainnya

Disteisme, yang terkait dengan teodisi, adalah bentuk teisme yang

mengajarkan bahwa Tuhan tidak sepenuhnya baik namun juga tidak sepenuhnya

jahat sebagai konsekuensi adanya masalah kejahatan. Salah satu contoh aplikasi

pandangan ini berasal dari kisah karya Dostoevsky, Karamazov Bersaudara.

Pada masa kini, beberapa konsep yang lebih abstrak telah dikembangkan,

misalnya teologi proses dan teisme terbuka. Filsuf Prancis kontemporer Michel

Henry menyatakan suatu pendekatan fenomenologi dan pengertian Tuhan sebagai

esensi fenomenologis dari kehidupan.

Tuhan juga diyakini sebagai zat yang tak berwujud, sesuatu yang

berkepribadian, sumber segala kewajiban moral, dan "hal terbesar yang dapat

direnungkan". Atribut-atribut tersebut diakui oleh teolog Yahudi, Kristen awal,

dan muslim, yang terkemuka di antaranya adalah: Maimonides, Agustinus dari

Hippo, dan Al-Ghazali.

Page 11: Makalah Filsafat Ilmu dan Logika - Tuhan

UNIVERSITAS ISLAM INDRAGIRI 2014/2015 | 11

C. Keberadaan Tuhan

Ada banyak persoalan filosofis mengenai keberadaan Tuhan. Beberapa definisi

Tuhan tidak bersifat spesifik, sementara yang lainnya menguraikan sifat-sifat yang

saling bertentangan. Argumen tentang keberadaan Tuhan pada umumnya meliputi tipe

metafisis, empiris, induktif, dan subjektif, sementara yang lainnya berkutat pada teori

evolusioner, aturan, dan kompleksitas di dunia. Pendapat yang menentang keberadaan

Tuhan pada umumnya meliputi tipe empiris, deduktif, dan induktif.

Ada banyak pendapat yang dikemukakan dalam usaha pembuktian keberadaan

Tuhan. Beberapa pendapat terkemuka adalah Quinque viae, argumen dari keinginan

yang dikemukakan oleh C.S. Lewis, dan argumen ontologis yang dikemukakan oleh St.

Anselmus dan Descartes. Bukti-bukti tersebut diperdebatkan dengan sengit, bahkan di

antara para penganut teisme sekalipun. Beberapa di antaranya, misalnya argumen

ontologis, masih sangat kontroversial di kalangan penganut teisme. Aquinas menulis

risalah tentang Tuhan untuk menyangkal bukti-bukti yang diajukan Anselmus.

Pendekatan yang dilakukan Anselmus adalah untuk mendefinisikan Tuhan

sebagai "tidak ada yang lebih besar daripada-Nya untuk bisa direnungkan". Filsuf

panteis Baruch Spinoza membawa gagasan tersebut lebih ekstrem: "Melalui Tuhan aku

memahami sesuatu yang mutlak tak terbatas, yaitu, suatu zat yang mengandung atribut-

atribut tak terbatas, masing-masing menyiratkan esensi yang kekal dan tidak terbatas".

Bagi Spinoza, seluruh alam semesta terbuat dari satu zat, yaitu Tuhan, atau

padanannya, yaitu alam. Bukti keberadaan Tuhan yang diajukannya merupakan variasi

dari argumen ontologis.

Fisikawan kondang, Stephen Hawking, dan penulis Leonard Mlodinow

menyatakan dalam buku mereka, The Grand Design, bahwa merupakan hal yang wajar

untuk mencari tahu siapa atau apa yang membentuk alam semesta, namun bila

jawabannya adalah Tuhan, maka pertanyaannya berbalik menjadi siapa atau apa yang

menciptakan Tuhan. Terkait pertanyaan ini, lumrah terdengar bahwa ada sesuatu yang

tidak diciptakan dan tidak perlu pencipta, dan sesuatu itu disebut Tuhan. Hal ini dikenal

sebagai argumen sebab pertama untuk mendukung keberadaan Tuhan. Akan tetapi,

kedua penulis tersebut mengklaim bahwa pasti ada jawaban masuk akal secara ilmiah,

tanpa mencampur keyakinan tentang hal-hal gaib.

Beberapa teolog, misalnya ilmuwan sekaligus teolog A.E. McGrath, berpendapat

bahwa keberadaan Tuhan bukanlah pertanyaan yang bisa dijawab dengan metode

Page 12: Makalah Filsafat Ilmu dan Logika - Tuhan

UNIVERSITAS ISLAM INDRAGIRI 2014/2015 | 12

ilmiah. Agnostik Stephen Jay Gould berpendapat bahwa ilmu pengetahuan dan agama

tidak bertentangan dan tidak saling menjatuhkan.

Beberapa kesimpulan yang diperoleh dari berbagai argumen yang mendukung

dan menentang keberadaan Tuhan adalah: "Tuhan tidak ada" (ateisme kuat); "Tuhan

hampir tidak ada" (ateisme de facto); "tidak jelas apakah Tuhan ada atau tidak"

(agnostisisme); "Tuhan ada, namun tidak bisa dibuktikan atau dibantah (teisme lemah);

dan "Tuhan ada dan dapat dibuktikan" (teisme kuat).

D. Tuhan dalam Sudut Pandang Nonteistis

Menurut ajaran nonteisme, alam semesta dapat dijelaskan tanpa mengungkit hal-

hal gaib atau sesuatu yang tak teramati. Beberapa nonteis menghindari konsep

ketuhanan, sementara menurut yang lain, hal itu amat penting; nonteis lainnya

memandang sosok Tuhan sebagai simbol nilai-nilai dan aspirasi manusia. Ateis asal

Inggris, Charles Bradlaugh menyatakan bahwa ia menolak untuk berkata "Tuhan itu

tidak ada", karena kata 'Tuhan' sendiri terdengar sebagai ungkapan untuk maksud yang

tidak jelas atau tak nyata; secara lebih spesifik, ia berkata bahwa ia tidak meyakini

Tuhan menurut agama Kristen.

Stephen Jay Gould melakukan pendekatan dengan membagi dunia filosofi

menjadi "non-overlapping magisteria" (NOMA). Menurut pandangan tersebut,

pertanyaan seputar hal-hal gaib/supernatural, seperti halnya keberadaan dan sifat-sifat

Tuhan, bersifat non-empiris dan lebih layak diulas dalam bidang teologi. Metode ilmiah

seyogianya dipakai untuk menjawab pertanyaan mengenai dunia nyata, dan teologi

dipakai untuk menjawab pertanyaan tentang tujuan sejati dan nilai-nilai moral. Menurut

pandangan ini, kurangnya bukti empiris tentang kekuatan supernatural terhadap

kejadian alam, menyebabkan ilmu pengetahuan menjadi pilihan pokok dalam

menjelaskan fenomena di dunia.

Menurut pandangan lainnya, yang dikembangkan oleh Richard Dawkins,

dinyatakan bahwa keberadaan Tuhan adalah pertanyaan empiris, dengan alasan bahwa

"alam semesta dengan tuhan akan sungguh berbeda dengan yang tanpa tuhan, dan itu

tentu merupakan perbedaan ilmiah." Carl Sagan berpendapat bahwa doktrin Pencipta

Alam Semesta sulit dibuktikan maupun dibantahkan, dan penemuan ilmiah yang dapat

menyangkal keberadaan Sang Pencipta tentu menjadi penemuan bahwa usia alam

semesta tidak terbatas.

Page 13: Makalah Filsafat Ilmu dan Logika - Tuhan

UNIVERSITAS ISLAM INDRAGIRI 2014/2015 | 13

Tuhan antropomorfis. Pascal Boyer berpendapat bahwa dalam dunia yang

dipenuhi oleh berbagai konsep seputar hal gaib yang berbeda-beda, secara umum,

makhluk gaib tersebut cenderung bertindak selayaknya manusia. Penggambaran dewa-

dewi dan makhluk gaib lainnya selayaknya manusia adalah ciri yang mudah dikenali

dari suatu agama. Sebagai contoh, mitologi Yunani, yang menurutnya cenderung

menyerupai opera sabun masa kini daripada suatu sistem kepercayaan. Bertrand du

Castel dan Timothy Jurgensen mendemonstrasikan melalui formalisasi bahwa

penjelasan Boyer cocok dengan epistemologi fisika dalam memosisikan entitas yang

diamati sebagai intermedian tidak secara langsung. Antropolog Stewart Guthrie

berpendapat bahwa masyarakat memproyeksikan ciri manusia kepada aspek-aspek non-

manusia di dunia karena itu akan membuat aspek-aspek tersebut lebih familier.

Sigmund Freud juga menyatakan bahwa konsep ketuhanan adalah proyeksi sosok ayah

bagi seseorang.

Émile Durkheim adalah salah seorang pertama yang menyatakan bahwa tuhan

merepresentasikan ekstensi kehidupan sosial manusia untuk memasukkan unsur-unsur

gaib. Mengimbangi pernyataan tersebut, psikolog Matt Rossano berpendapat bahwa

ketika manusia mulai hidup dalam kelompok-kelompok yang lebih besar, mereka

menciptakan sosok tuhan sebagai penegakan atas moralitas. Dalam kelompok yang

lebih kecil, moralitas dapat dijaga dengan kekuatan sosial seperti penyebaran gosip atau

penjagaan nama baik. Akan tetapi, lebih sulit untuk menjaga moralitas dalam kelompok

besar dengan menggunakan kekuatan sosial. Rossano menyatakan bahwa dengan

menambahkan kepercayaan akan tuhan dan makhluk gaib yang mahatahu, maka

manusia menemukan strategi efektif untuk mengendalikan keegoisan dan membangun

kelompok yang lebih kooperatif.

Page 14: Makalah Filsafat Ilmu dan Logika - Tuhan

UNIVERSITAS ISLAM INDRAGIRI 2014/2015 | 14

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Tuhan dipahami sebagai zat Mahakuasa dan asas dari suatu kepercayaan. Tidak

ada kesepakatan bersama mengenai konsep ketuhanan, sehingga ada berbagai konsep

ketuhanan meliputi teisme, deisme, panteisme, dan lain-lain. Dalam pandangan teisme,

Tuhan merupakan pencipta sekaligus pengatur segala kejadian di alam semesta.

Menurut deisme, Tuhan merupakan pencipta alam semesta, namun tidak ikut campur

dalam kejadian di alam semesta.

Secara Etimologi dan Terminologi. Kata Tuhan dalam bahasa Melayu kini

berasal dari kata tuan. Buku pertama yang memberi keterangan tentang hubungan kata

tuan dan Tuhan adalah adalah Ensiklopedi Populer Gereja oleh Adolf Heuken SJ

(1976). Menurut buku tersebut, arti kata Tuhan ada hubungannya dengan kata Melayu

tuan yang berarti atasan/penguasa/pemilik. Kata "tuan" ditujukan kepada manusia, atau

hal-hal lain yang memiliki sifat menguasai, memiliki, atau memelihara. Digunakan pula

untuk menyebut seseorang yang memiliki derajat yang lebih tinggi, atau seseorang

yang dihormati. Penggunaannya lumrah digunakan bersama-sama dengan disertakan

dengan kata lain mengikuti kata "tuan" itu sendiri, dimisalkan pada kata "tuan rumah"

atau "tuan tanah" dan lain sebagainya. Kata ini biasanya digunakan dalam konteks

selain keagamaan yang bersifat ketuhanan.

B. Saran

Sebagai Manusia, makhluk ciptaan tuhan sudah semestinya kita memahami akan

Tuhan. Bagaimana keberadaannya dan bagaimana sehingga terdapat kehidupan

makhluk didalamnya. Sehingga kita dapat memahami dan mensyukuri sebagai makhluk

ciptaannya dan menjalankan kewajiban ibadah kepada-Nya.

Page 15: Makalah Filsafat Ilmu dan Logika - Tuhan

UNIVERSITAS ISLAM INDRAGIRI 2014/2015 | 15

DAFTAR PUSTAKA

Amstrong, Karen.2001.Sejarah Tuhan: Kisah Pencarian Tuhan yang Dilakukan oleh

Orang-orang Yahudi, Kristen, dan Islam.Bandung:Penerbit Mizan

http://id.wikipedia.com/tuhan/