makalah filsafat

27
OBAT HERBAL DAN OBAT TERADISIONAL 1.1 sejarah Sngkat obat herbal Penggunaan obat herbal telah dikenal dan banyak digunakan sejak zaman dahulu, karena memiliki khasiat yang manjur dan ampuh. Penggunaan herbal atau tanaman obat sebagai obat dikatakan sama tuanya dengan umur manusia itu sendiri. Sejak jaman dahulu makanan dan obat-obatan tidak dapat dipisahkan dan banyak tumbuh-tumbuhan dimakan karena khasiatnya yang menyehatkan. Sekitar tahun 1630, John Parkinson dari London menulis tanaman obat dari berbagai tanaman yang sangat berguna. Nicholas Culpepper ( 1616-1654 ) dengan karyanya yang paling terkenal yaitu ” The Complete Herbal and English Physician, Enlarged, diterbitkan pada tahun 1649. Pada tahun 1812, Henry Potter telah memulai bisnisnya menyediakan berbagai tanaman obat dan berdagang lintah. Disaat itulah banyak sekali pengetahuan tradisional dan cerita rakyat tentang tanaman obat dapat ditemukan mulai dari Inggris, Eropa, Timur Tengah, Asia, dan Amerika. Sehingga Potter terdorong untuk menulis kembali bukunya ” Potter’s Encyclopaedia of Botanical Drug and Preparatians “, yang sampai saat inipun masih diterbitkan. Di catatan sejarah, studi mengenai ramuan herbal dimulai pada 5,000 yang lalu pada bangsa Sumerians, yang telah menggunakan tumbuhan herbal untuk kepentingan pengobatan, seperti itu seperti pohon salam, sejenis tanaman pewangi, dan semacam tumbuhan. Orang- orang Mesir dari 1000 BC. dikenal untuk memiliki digunakan bawang putih, candu, minyak jarak, ketumbar, permen, warna/tanaman nila, dan tumbuh-tumbuhan herbal lain untuk pengobatan. Pada zaman Rasulullah SAW, beliau menggunakan obat-obat herbal seperti

description

makalah filsafat

Transcript of makalah filsafat

OBAT HERBAL DAN OBAT TERADISIONAL1.1 sejarah Sngkat obat herbalPenggunaan obat herbal telah dikenal dan banyak digunakan sejak zaman dahulu, karena memiliki khasiat yang manjur dan ampuh. Penggunaan herbal atau tanaman obat sebagai obat dikatakan sama tuanya dengan umur manusia itu sendiri. Sejak jaman dahulu makanan dan obat-obatan tidak dapat dipisahkan dan banyak tumbuh-tumbuhan dimakan karena khasiatnya yang menyehatkan. Sekitar tahun 1630, John Parkinson dari London menulis tanaman obat dari berbagai tanaman yang sangat berguna. Nicholas Culpepper ( 1616-1654 ) dengan karyanya yang paling terkenal yaitu The Complete Herbal and English Physician, Enlarged, diterbitkan pada tahun 1649. Pada tahun 1812, Henry Potter telah memulai bisnisnya menyediakan berbagai tanaman obat dan berdagang lintah. Disaat itulah banyak sekali pengetahuan tradisional dan cerita rakyat tentang tanaman obat dapat ditemukan mulai dari Inggris, Eropa, Timur Tengah, Asia, dan Amerika. Sehingga Potter terdorong untuk menulis kembali bukunya Potters Encyclopaedia of Botanical Drug and Preparatians , yang sampai saat inipun masih diterbitkan.Di catatan sejarah, studi mengenai ramuan herbal dimulai pada 5,000 yang lalu pada bangsa Sumerians, yang telah menggunakan tumbuhan herbal untuk kepentingan pengobatan, seperti itu seperti pohon salam, sejenis tanaman pewangi, dan semacam tumbuhan. Orang-orang Mesir dari 1000 BC. dikenal untuk memiliki digunakan bawang putih, candu, minyak jarak, ketumbar, permen, warna/tanaman nila, dan tumbuh-tumbuhan herbal lain untuk pengobatan. Pada zaman Rasulullah SAW, beliau menggunakan obat-obat herbal seperti habbatussauda yang saat ini masih banyak digunakan untuk mengobati beberapa penyakit seperti meningkatkan stamina, mencegah alergi, mengontrol tekanan darah kadar gula dalam darah, memecah batu ginjal, dll.Dalam dokumen Kuno juga menyebutkan penggunaan tanaman/jamu herbal, termasuk tanaman mandrak (beracun), vetch, sejenis tanaman pewangi, gandum, jewawut, dan gandum hitam.Buku mengenai tumbuhan herbal dari Cina tercatat sekitar tahun 200 SM yang memuat 365 tumbuhan obat dan penggunaan-penggunaan tumbuhan herbal tersebut, diantaranya disebutkan termasuk ma-Huang, yang memperkenalkan efedrina kepada pengobatan modern. Bangsa Yunani dan bangsa Roma kuno melakukan penggunaan tanaman herbal untuk penyembuhan.Sebagaimana tertulis dalam catatan Hipocrates, terutama Galen praktek bangsa Yunani dan Roma dalam pengobatan herbal menjadi acuan dalam pelaksanaan pengobatan di barat pada kemudian hari. Yunani dan praktek-praktek Roma yang berhubung dengan obat, seperti yang dipelihara di dalam tulisan Hippocrates dan terutama -Kekasih, yang dengan syarat polapola untuk pengobatan barat yang kemudiannya. Hippocrates menganjurkan pemakaian herbal yang sederhana, seperti udara yang sehat,segar dan bersih, istirahat dan diet yang wajar. Sedangkan Galen menganjurkan penggunaan dosis-dosis yang besar dari campuran-campuran obat termasuk tumbuhan, binatang, dan ramuan-ramuan mineral.Para ahli kedokteran bangsa Yunani merupakan orang Eropa yang pertama yang membuat acuan penggunaan-penggunaan dari tumbuhan obat, De Materia Medica. Pada abad pertama sesudah masehi, Dioscorides menulis suatu ringkasan dari lebih 500 tumbuhan yang menjadi bahan acuan selama abad ke 17. Sama pentingnya bagi ahli pengobatan herbal dan ahli tumbuhan di temukan buku dari bangsa Yunani, Historia Theophrastus Plantarum, yang ditulis pada abad ke 4.Obat herbal merupakan obat yang berasal dari tumbuhan yang diproses sedemikian rupa sehingga menjadi serbuk, pil atau cairan yang dalam prosesnya tidak menggunakan zat kimia. Obat herbal dapat membantu menyembuhkan penyakit dengan efek samping yang minim karena dibuat dari bahan-bahan alami.Obat herbal juga disebut phytomedicine atau obat botani, bahan-bahan dasar obat-obatan herbal adalah seluruh atau sebagian tanaman yang bisa dijadikan obat. Kualitas obat herbal sangat tergantung pada alam tempat tanaman herbal itu tumbuh, cara panen dan cara proses pembuatannya.Penelitian yang dilakukan oleh WHO mendapatkan bahwa sekitar 80 persen manusia menggunakan tumbuh-tumbuhan sebagi obat herbal untuk perawatan kesehatan utama mereka.1.2 Sejarah Obat Herbal di IndonesiaSejarah tanaman obat atau herbal di Indonesia berdasarkan fakta sejarah adalah obat asli Indonesia. Catatan sejarah menunjukkan bahwa di wilayah nusantara dari abad ke 5 sampai dengan abab ke 19, tanaman obat merupakan sarana paling utama bagi masyarakat tradisional kita untuk pengobatan penyakit dan pemeliharan kesehatan.Masuknya pengobatan modern di Indonesia, dengan didirikannya sekolah dokter Jawa di Jakarta pada tahun 1904, menyebabkan secara bertahap dan sistematis penggunaan tanaman obat sebagai obat telah ditinggalkan. Penggunaan tanaman obat dianggap kuno, berbahaya dan terbelakang, akibatnya masyarakat pada umumnya tidak mengenal tanaman obat dan penggunaannya sebagai obat.Beberapa dekade terakhir ini terdapat kecenderungan secara global untuk kembali ke alam back to nature . Bidang pengobatan herbal ini sangat kuat di negara-negara maju dan berpengaruh besar di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Lembaga-lembaga pendidikan dan pelatihan herbalpun kini telah banyak diminati masyarakat. Dan masyarakat Indonesia pun kini sudah banyak yang menggunakan obat herbalObat yang beredar sekarang ini tak lepas dari perkembangan obat di masa lalu..Perlu teman-teman ketahui bahwa penemuan obat jaman dahulu berawal dari coba-mencoba yang dilakukan oleh manusia purba. Bahasa kerennya sich '"EMPIRIS" .Empiris berarti berdasarkan pengalaman dan disimpan serta dikembangkan secara turun-temurun hingga muncul apa yang disebut Ilmu Pengobatan Rakyat atau yang lazimnya disebut Pengobatan Tradisional Jamu.Akan tetapi, tidak semua obat memulai sejarahnya sebagai obat anti penyakit. Ada obat yang pada awalnya digunakan sebagai racun seperti strychnine & kurare yang digunakan sebagai racun-panah oleh penduduk pedalaman Afrika. Contoh yang paling up to date adalah nitrogen-mustard (awalnya digunakan sebagai gas beracun saat perang dunia pertama) sebagai obat kanker.Sudah banyak zat-zat kimia yang berhasil diisolasi, seperti efedrin (dari tanaman Ma Huang Ephedra vulgaris), digoksin (digitalis lanata), genistein (dari kacang kedelai) dan lainnya.Baru sekitar pada permulaan abad ke-20, obat-obat kimia sintetis mulai menampakkan diri. Aspirin salah satu indikator kemajuan obat kimia sintetis saat itu. Pada tahun 1935 terjadi gebrakan dalam penemuan dan penggunaan kemoterapeutika sulfanilamid yang disusul penisilin pada tahun 1940. Seperti diketahui bersama, secara tradisional, sebenarnya luka bernanah dapat disembuhkan dengan menutupinya dengan kapang-kapang dari jenis tertentu, tetapi baru sekitar tahun 1928 khasiat ini baru diselidiki secara ilmiah oleh Dr. Alexander Fleming. Dari hasil penelitian Dr. Alexander Fleming, ditemukanlah penisilin.Sejak saat itu, beribu-ribu zat sintetis diketemukan (diperkirakan sekitar 500 zat per tahun-nya). Hal ini membuat perkembangan di bidang Farmakoterapi meningkat pesat.Secara umum, kebanyakan obat kuno telah ditinggalkan dan diganti obat yang lebih modern. Eits, bukan berarti obat modern bisa santai, sebab persaingan selanjutnya adalah antar sesama obat modern. Pasalnya obat modern dapat terganti dengan obat modern yang lebih baru dan lebih berkhasiat serta lebih efektif.Meski begitu, diperkirakan lebih dari 78% obat yang beredar sekarang adalah merupakan hasil dari penemuan tiga dasawarsa terakhir...Selama berabad-abad, berbagai macam obat telah berupaya ditemukan manusia untuk mengobati berbagai penyakit. Sejak zaman yang paling awal, obat tradisional yang kebanyakan berupa obat herbal telah digunakan untuk mengobati penyakit. Misalnya Papirus Ebers, yang disusun di Mesir sekitar abad ke-16SM, memuat ratusan obat rakyat untuk berbagai penyakit. Akan tetapi, pengobatan herbal biasanya diturunkan secara lisan dari generasi ke generasi.Meskipun ada yang berpendapat bahwa obat tradisional atau obat herba lebih aman daripada obat-obat farmasi modern, obat tradisional bukannya tidak berisiko. Peringatan dan rekomendasi apa saja yang hendaknya dicamkan seseorang sewaktu mempertimbangkan pengobatan herbal atau obat tradisional? Sebelum membahas mengenai risiko obat tradisional, berikut ini adalah beberapa resep obat tradisional dan fakta pengobatan dari masing-masing resep tersebut yang berkhasiat untuk mengatasi beberapa jenis penyakit dan mengatasi problem untuk penampilan pribadi.

1.3. Pengertian obat TeradisionalObat alami sudah dikenal dan digunakan di seluruh dunia sejak beribu tahun yang lalu (Sidik, 1998). Di Indonesia, penggunaan obat alami yang lebih dikenal sebagai jamu, telah meluas sejak zaman nenek moyang hingga kini dan terus dilestarikan sebagai warisan budaya. Bahan baku obat alami ini, dapat berasal dari sumber daya alam biotik maupun abiotik. Sumber daya biotik meliputi jasad renik, flora dan fauna serta biota laut, sedangkan sumber daya abiotik meliputi sumber daya daratan, perairan dan angkasa dan mencakup kekayaan/ potensi yang ada di dalamnya.

Bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai suku bangsa, memiliki keanekaragaman obat tradisional yang dibuat dari bahan-bahan alami bumi Indonesia, termasuk tanaman obat. Indonesia yang dianugerahi kekayaan keanekaragaman hayati tersebut, memiliki lebih dari 30.000 spesies tanaman dan 940 spesies di antaranya diketahui berkhasiat sebagai obat atau digunakan sebagai bahan obat (Puslitbangtri, 1992). Keanekaragaman hayati Indonesia ini diperkirakan terkaya kedua di dunia setelah Brazil dan terutama tersebar di masing-masing pulau-pulau besar di Indonesia.Pengembangan obat alami ini memang patut mendapatkan perhatian yang lebih besar bukan saja disebabkan potensi pengembangannya yang terbuka, tetapi juga permintaan pasar akan bahan baku obat-obat tradisional ini terus meningkat untuk kebutuhan domestik maupun internasional. Hal ini tentunya juga akan berdampak positif bagi peningkatan pendapatan petani dan penyerapan tenaga kerja baik dalam usaha tani maupun dalam usaha pengolahannyaObat tradisional adalah obat yang tidak menimbulkan banyak efek samping, karena kandungan kimianya masih bisa dicerna oleh tubuh untuk dikonsumsi. Selain sangat bermanfaat obat tradisional lebih mudah terjangkau masyarakat dan ketersediaannya tidak terbatas (Septiatin, 2008). Sedangkan menurut Anonima (2010) Obat tradisional adalah obat-obatan yang diolah secara tradisional, turun-temurun, berdasarkan resep nenek moyang, adat-istiadat, kepercayaan, atau kebiasaan setempat, baik bersifat magic maupun pengetahuan tradisional.Sejak ribuan tahun yang lalu, obat dan pengobatan tradisional sudah ada di Indonesia. Pengobatan tradisional dengan memanfaatkan tumbuhan berkhasiat obat merupakan pengobatan untuk mengatasi berbagai penyakit secara alami (Hembing, 2001). Menurut penelitian masa kini, obat-obatan tradisional memang bermanfaat bagi kesehatan, dan kini digencarkan penggunaannya karena lebih mudah dijangkau masyarakat, baik harga maupun ketersediaannya. Obat tradisional pada saat ini banyak digunakan karena menurut beberapa penelitian tidak terlalu menyebabkan efek samping, karena masih bisa dicerna oleh tubuh (Anonim, 2010).Bahan baku untuk ramuan tradisional diantaranya jenis tanaman rempah-rempah, tanaman hias, dan tanaman liar yang ada di lingkungan sekitar kita. Jenis tanaman rempah adalah berbagai jenis tanaman yang memberikan aroma dan rasa khusus pada makanan dan minuman. Selain sebagai penyedap makanan, rempah juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku obat dan jamu seperti jahe, kunyit, temulawak, dan serai. Rempah-rempah umumnya hidup di daerah tropis, termasuk di Indonesia (Septiatin, 2008).Sumber :Anonima, 2010, Obat Tradisional, id.wikipedia.orgYang dimaksud dengan obat alami adalah sediaan obat, baik berupa obat tradisional, fitofarmaka dan farmasetik, dapat berupa simplisia (bahan segar atau yang dikeringkan), ekstrak, kelompok senyawa atau senyawa murni yang berasal dari alam, yang dimaksud dengan obat alami adalah obat asal tanaman. Pada tabel di bawah ini dapat dilihat daftar beberapa tanaman obat yang mempunyai prospek pengembangan yang potensial.

Apakah obat herbal harus lari sampai ke isolat (penemuan senyawa aktif) atau cukup ekstrak saja?Sebelumnya saya ambil contoh ini. Tanaman tapak dara mempunyai kandungan zat aktif vincristine dan vinblastine. Kedua senyawa telah mampu diisolasi menjadi senyawa tunggal dan banyak digunakan pada terapi kanker. Dalam kasus seperti ini tepat, zat aktif diisolasi karena dalam penyakit kanker perlu dosis tertentu dan tepat, jika digunakan ekstrak maka berapa kg ekstrak yang dibutuhkan untuk bisa berkhasiat.Lain lagi cerita dengan doxorubicin. Senyawa ini dihasilkan oleh sejenis jamur. Doxorubicin merupakan alkaloid yang juga digunakan pada penyakit kanker, namun ketika Anda minum obat ini maka efek samping yang tidak diinginkan yaitu rambut rontok dan sumsum tulang kering. Ternyata efek doxorubicin tidak hanya bekerja membunuh sel kanker, tapi juga membunuh sel yang lain.Contoh lain yaitu tanaman yang diteliti oleh salah satu profesor di Fakultas Farmasi UGM yaitu Piper cubeba (kemukus). Khasiatnya yaitu sebagai trachea-spasmolitik. Tanaman diuji dengan bioassay guided maksudnya: dari ekstrak kental misal ekstrak etanol, lalu difraksinasi dengan pelarut nonpolar sampai polar, lalu masing-masing fraksi diujikan farmakolgis pada hewan atau sel. Dari uji farmakologis, ketemu fraksi mana yang berkhasiat lalu dilanjutkan isolasi preparatif untuk menuju senyawa tunggal.Contoh lain pada Orthosipon (kumis kucing) untuk penderita batu ginjal. Kadungan utamnya yaitu chromen yang sudah terbukti berkhasiat sebagai diuresis; flavonoid yang bisa menghancurkan batu ginjal; dan garam kalium yang juga sebagai diuresis. Jika ekstrak difraksi terus diambil hanya chromen saja, maka efek ke penyembuhan batu ginjal bisa turun karena ketiganya bekerja secara sinergis.Senyawa Marker, Apakah Itu?Merupakan senyawa penanda, yang hanya ada pada tanaman tersebut. Contoh pada temulawak, senyawa markernya adalah xantorizol, pada purwoceng yaitu germacron. Marker mempunyai 2 tujuan utama yaitu sebagai penanda farmakologis dan analisis. Purwoceng markernya adalah germacron, senyawa ini hanya ditemukan di purwoceng, tapi dia bukan zat aktifnya, zat aktifnya adalah stigmasterol. Tapi stigmasterol juga ditemukan di cabe jawa. Oleh karena itu sering ditemukan adanya pemalsuan purwoceng yang dicampur dengan cabe jawa, karena harga purwoceng jauh lebih mahal. Ketika yang diuji Stigmasterolnya maka tidak terlihat bedanya karena cabe jawa memang ada zat yang sama. Jadi marker berperan sebagai identitas ekstrak. Jadi yang perlu dianalisis adalah germacron-nya.1.4. Manfaat bagi kesehatan manusiaDi samping kebutuhan akan sandang, pangan, papan serta pendidikan, kesehatan juga merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, karena dengan kondisi kesehatan yang baik dan kondisi tubuh yang prima, manusia dapat melaksanakan proses kehidupan, tumbuh dan menjalankan aktivitasnya dengan baik. Apabila terjadi suatu keadaan sakit atau gangguan kesehatan, maka obat akan menjadi suatu bagian penting yang berperan aktif dalam upaya pemulihan kondisi sakit tersebut.Selama ini, pembangunan kesehatan meletakkan ilmu pengobatan Barat (modern) sebagai dasar sistem kesehatan nasional, begitu pula berbagai peraturan dan kebijakan lebih banyak menyangkut obat-obatan modern. Di lain pihak, merujuk pada filosofi pengobatan Timur, eksistensi manusia tidak terpisah dari unsur alam semesta, yang meliputi air, api, tanah dan udara. Keberadaan manusia di tengah kehidupan harus dipandang secara holistik. Ketika manusia terganggu kesehatannya, harmoni kehidupannyapun terganggu. Pada saat inilah manusia membutuhkan obat untuk memulihkan kesehatannya.Berbicara mengenai obat alami, sumber penggunaannya dapat ditelusuri dari budaya dan konsep kesehatan dari beberapa prinsip pandang di antaranya Ayurveda, Cina dan Unani-Tibb (Wijesekera, 1991)Sistem Ayurveda yang berkembang di India dan kawasan Asia Tenggara menganut konsep pemulihan kesehatan berdasarkan pengembalian (restorasi) dan menjaga keseimbangan tubuh pada keadaan normal. Sistem Cina, yang berkembang di Cina, Jepang, Korea dan Taiwan, pada intinya menekankan pada pengembalian hubungan fungsional yang dinamis antar organ tubuh. Sedangkan sistem Unani-Tibb yang berkembang di Timur Tengah terutama Mesir dan Turki, berdasarkan konsep terapi yang sistematis. Di Indonesia sendiri, landasan ilmiah konsep pengobatan tradisional belum didokumentasikan secara sistematis, namun manfaatnya telah dirasakan terutama oleh masyarakat yang hidupnya jauh dari fasilitas pengobatan modern.Penggunaan tanaman obat di kalangan masyarakat sangat luas, mulai untuk bahan penyedap hingga bahan baku industri obat-obatan dan kosmetika. Namun, di dalam sistim pelayanan kesehatan masyarakat, kenyataannya peran obat-obat alami belum sepenuhnya diakui, walaupun secara empiris manfaat obat-obat alami tersebut telah terbukti. Sebagai salah satu contoh adalah penggunaan jamu sebagai obat kuat, obat pegal linu, mempertahankan keayuan, pereda sakit saat datang bulan dan lain-lain, menyiratkan penggunaan jamu yang sangat luas di masyarakat. Memang disadari, bahwa produksi jamu belum banyak tersentuh oleh hasil-hasil penelitian karena antara lain disebabkan para produsen jamu pada umumnya masih berpegang teguh pada ramuan yang diturunkan turun-temurun. Akibatnya, hingga saat ini obat tradisional masih merupakan bahan pengobatan alternatif di samping obat modern.Dengan adanya krisis moneter yang melanda Indonesia dan berlanjut menjadi krisis ekonomi yang berkepanjangan, berdampak pada melonjaknya harga obat-obatan modern secara drastis oleh karena lebih dari 90% bahan bakunya tergantung impor. Obat tradisional, yang merupakan potensi bangsa Indonesia, oleh karena itu dapat ikut andil dalam memecahkan permasalahan ini dan sekaligus memperoleh serta mendayagunakan kesempatan untuk berperan sebagai unsur dalam sistem pelayanan kesehatan masyarakat, terlebih-lebih dengan adanya kebijakan Menteri Kesehatan RI tahun 1999 untuk mengembangkan dan memanfaatkan tanaman obat asli Indonesia untuk kebutuhan farmasi di Indonesia.Kecenderungan kuat untuk menggunakan pengobatan dengan bahan alam, tidak hanya berlaku di Indonesia, tetapi juga berlaku di banyak negara karena cara-cara pengobatan ini menerapkan konsep back to nature atau kembali ke alam yang diyakini mempunyai efek samping yang lebih kecil dibandingkan obat-obat modern .Mengingat peluang obat-obat alami dalam mengambil bagian di dalam sistem pelayanan kesehatan masyarakat cukup besar dan supaya dapat menjadi unsur dalam sistem ini, obat alami perlu dikembangkan lebih lanjut agar dapat memenuhi persyaratan keamanan, khasiat dan mutu.1.5 Obat Tradisional dan Tanaman Obat di IndonesiaSejak ratusan tahun yang lalu, nenek moyang bangsa kita telah terkenal pandai meracik jamu dan obat-obatan tradisional. Beragam jenis tumbuhan, akar-akaran, dan bahan-bahan alamiah lainnya diracik sebagai ramuan jamu untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Ramuan-ramuan itu digunakan pula untuk menjaga kondisi badan agar tetap sehat, mencegah penyakit, dan sebagian untuk mempercantik diri. Kemahiran meracik bahan-bahan itu diwariskan oleh nenek moyang kita secara turun temurun, dari satu generasi ke generasi berikutnya, hingga ke zaman kita sekarang. Di berbagai daerah di tanah air, kita menemukan berbagai kitab yang berisi tata cara pengobatan dan jenis-jenis obat tradisional. Di Bali, misalnya, ditemukan kitab usadha tuwa, usadha putih, usadha tuju, dan usadha seri yang berisi berbagai jenis obat tradisional. Dalam cerita rakyat seperti cerita Sudamala, dikisahkan bagaimana Sudamala berhasil menyembuhkan mata pendeta Tambapetra yang buta. Demikian pula relief cerita Mahakarmmawibhangga pada kaki Candi Borobudur, menggambarkan seorang anak kecil yang sakit dan sedang diobati dua orang tabib. Salah satu relief lainnya, juga memperlihatkan kegiatan seorang tabib sedang meracik obat.Sejak ratusan tahun yang lalu, nenek moyang bangsa kita telah terkenal pandai meracik jamu dan obat-obatan tradisional. Beragam jenis tumbuhan, akar-akaran, dan bahan-bahan alamiah lainnya diracik sebagai ramuan jamu untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Ramuan-ramuan itu digunakan pula untuk menjaga kondisi badan agar tetap sehat, mencegah penyakit, dan sebagian untuk mempercantik diri. Kemahiran meracik bahan-bahan itu diwariskan oleh nenek moyang kita secara turun temurun, dari satu generasi ke generasi berikutnya, hingga ke zaman kita sekarang.Di berbagai daerah di tanah air, kita menemukan berbagai kitab yang berisi tata cara pengobatan dan jenis-jenis obat tradisional. Di Bali, misalnya, ditemukan kitab usadha tuwa, usadha putih, usadha tuju, dan usadha seri yang berisi berbagai jenis obat tradisional. Dalam cerita rakyat seperti cerita Sudamala, dikisahkan bagaimana Sudamala berhasil menyembuhkan mata pendeta Tambapetra yang buta. Demikian pula relief cerita Mahakarmmawibhangga pada kaki Candi Borobudur, menggambarkan seorang anak kecil yang sakit dan sedang diobati dua orang tabib. Salah satu relief lainnya, juga memperlihatkan kegiatan seorang tabib sedang. Meracikobat.Demikian pula dalam tradisi Melayu, ditemukan naskah-naskah yang menyajikan resep obat-obatan. Naskah-naskah itu, antara lain memuat berbagai jamusawan, jamu sorong, jamu untuk ibu hamil dan melahirkan, obat sakit mata,obat sakit pinggang, hingga obat penambah nafsu makan. Peralihan dari zaman Hindu-Budha ke zaman Islam, telah memperkaya khazanah tradisi pengobatan dalam masyarakat kita. Berbagai buku kedokteran Islam yang ditulis dalam bahasa Arab dan Persia, telah diterjemahkan baik ke dalam bahasa Jawa maupun bahasa Melayu.Semua ini berlangsung tanpa terputus, sampai bangsa kita mengenal ilmu kedokteran dari Eropa pada zaman penjajahan.Di tengah-tengah serbuan obat-obatan modern, jamu dan ramuan tradisional tetap menjadi salah satu pilihan bagi masyarakat kita. Tidak hanya masyarakat di pedesaan, masyarakat di perkotaan pun mulai mengkonsumsi obat-obatan tradisional ini. Diberbagai pelosok tanah air, dengan mudah kita menjumpai para penjual jamu gendong berkeliling menjajakan jamu sebagai minuman sehat dan menyegarkan. Demikian pula, kios-kios jamu tersebar merata di seluruh penjuru tanah air. Jamu dan obat-obatan tradisional, telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat kita.Keragaman obat-obatan tradisional di tanah air, telah memperkaya khasanah ilmu pengetahuan, dan kesehatan bangsa kita. Negara kita menjadi salah satu pusat tanaman obat di dunia. Ribuan jenis tumbuhan tropis, tumbuh subur di seluruh pelosok negeri. Belum semua jenis tanaman itu kita ketahui manfaat dan khasiatnya. Kita hanya berkeyakinan bahwa Tuhan menciptakan semua jenis tumbuhan itu, pastilah tidak sia-sia. Semua itu pasti ada manfaatnya. Olehkarena itu, perlu dilakukan konservasi sumber daya alam, agar jangan ada jenis tanaman yang punah. Kebakaran hutan bukan saja memusnahkan satwa dan fauna, tetapi juga menimbulkan polusi dan meningkatkan suhu pemanasan global.Jamu dan obat tradisional, sampai saat ini belum dikembangkan secara optimal. Produksi jamu dan obat-obatan tradisional lebih banyak diproduksi oleh homeindustry. Hanya sebagian kecil jamu dan obat-obatan tradisional yang diproduksi secara masal melalui industri jamu dan obat tradisional di pabrik-pabrik. Untuk meningkatkan kualitas, mutu, dan produk jamu serta obat-obatan yang dihasilkan oleh masyarakat kita, diperlukan kerjasama seluruh pihak yang terkait.Kerjasama itu dimaksudkan agar jamu dan obat tradisional yang dihasilkan dapat bersaing, baik di pasar regional maupun global.Beredarnya jamu dan obat-obatan yang tidak terdaftar di Badan Pengawasan Obatdan Makanan, akan merugikan konsumen. Di samping itu, secara ekonomi, beredarnya obat-obatan seperti itu justru akan merusak citra obat tradisional. Citra yang rusak akhirnya akan memukul produksi dan pemasaran obat-obatan tradisional, di dalam maupun di luar negeri. Pemerintah, terus berupaya melakukan pengawasan demi meningkatkan keamanan, mutu, dan manfaat obat tradisional. Hal ini dilakukan agar masyarakat terlindung dari obat tradisional yang dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan.Melalui penelitian dan pengembangan yang cermat dan teliti, jamu dan obat-obatan tradisional dapat diarahkan untuk menjadi obat yang dapat diterima dalam pelayanan kesehatan formal. Memang harus kita akui, bahwa para dokter dan apoteker, hingga saat ini masih belum dapat menerima jamu sebagai obat yang dapat mereka rekomendasikan kepada para pasiennya. Akibatnya, pemasaran produk jamu tidak dapat menggunakan tenaga detailer seperti pada obat modern.

Akhir-akhir ini, tampak adanya trend hidup sehat pada masyarakat untuk menggunakan produk yang berasal dari alam. Oleh karena itu, jamu dan obat-obatan tradisional perlu didorong untuk menjadi salah satu pilihan pengobatan. Jamudan obat-obatan tradisional harus didorong pula untuk menjadi komoditi unggulan yang dapat memberikan sumbangan positif bagi meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat. Kegiatan itu juga memberikan peluang kesempatan kerja, dan mengurangi kemiskinan.

1.7 Penggolongan Obat TeradisionalObat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut, yang secara turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman (DepKesRI).Obat bahan alam yang ada di Indonesia saat dapat dikategorikan menjadi 3 kategori, yaitu jamu, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka.1.Jamu (Empirical based herbal medicine)

Logo JamuJamu adalah obat tradisional yang disiapkan dan disediakan secara tradisional. Berisi seluruh bahan Tanaman yang menjadi penyusun jamu tersebut, higienis (bebas cemaran) serta digunakan secara tradisional berdasarkan pengalaman. Jamu telah digunakan secara turun-temurun selama berpuluh-puluh tahun bahkan mungkin ratusan tahun, Pada umumnya, jenis ini dibuat dengan mengacu pada resep peninggalan leluhur atau pengalaman leluhur. Sifat jamu umumnya belum terbukti secara ilmiah (empirik) namun telah banyak dipakai oleh masyarakat luas. Belum ada pembuktian ilmiah sampai dengan klinis, tetapi digunakan dengan bukti empiris berdasarkan pengalaman turun temurun. Perlu diperhatikan, JAMU itu bisa diartikan denga kata lain OBAT ASLI INDONESIA, jadi jika meyebutkan jangan JAMU INDONESIA tapi cukup dengan JAMU. Jamu adalah obat-obatan yang ramuannya masih khas dan sederhana, dapat dijumpai di masyarakat sudah digunakan secara turun temurun dan terbukti secara di masyarakat nyata memiliki efekJamu harus memenuhi kriteria: Aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan Klaim khasiat dibuktikan berdasarkan data empiris Memenuhi persyaratan mutu yang berlakuJenis klaim penggunaan: Harus sesuai dengan jenis pembuktian tradisional dan tingkat pembuktiannya yaitu tingkat umum dan medium Harus diawali dengan kata-kata: Secara tradisional digunakan untuk atau sesaui dengan yang disetujui pada pendaftaran2. Obat Herbal Terstandar (Scientific based herbal medicine)Logo Obat Herbal terstandar (OHT)Obat Herbal Terstandar (OHT) adalah obat tradisional yang disajikan dari ekstrak atau penyarian bahan alam (dapat berupa tanaman obat, binatang, maupun mineral). Untuk melaksanakan proses ini membutuhkan peralatan yang lebih rumit dan berharga mahal, ditambah dengan tenaga kerja yang mendukung dengan pengetahuan maupun ketrampilan pembuatan ekstrak. Selain proses produksi dengan teknologi maju, jenis ini telah ditunjang dengan pembuktian ilmiah berupa penelitian-penelitian pre-klinik (uji pada hewan) dengan mengikuti standar kandungan bahan berkhasiat, standar pembuatan ekstrak tanaman obat, standar pembuatan obat tradisional yang higienis, dan telah dilakukan uji toksisitas akut maupun kronis. Intinya OHT sudah terstandardisasi komposisinya, dan sudah diujikan dan terbukti berkhasiat lewat penelitian pada hewanObat Herbal Terstandar harus memenuhi kriteria: Aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan Klaim khasiat dibuktikan secara ilmiah/praklinik Telah dilakukan standardisasi terhadap bahan baku yang digunakan dalam produk jadi Memenuhi persyaratan mutu yang berlakuJenis klaim penggunaan: Harus sesuai dengan tingkat pembuktian yaitu tingkat pembuktian umum dan medium

3.Fitofarmaka (Clinical based herbal medicine) Logo FitofarmakaFitofarmaka merupakan bentuk obat tradisional dari bahan alam yang dapat disejajarkan dengan obat modern karena proses pembuatannya yang telah terstandar, ditunjang dengan bukti ilmiah dari penelitian praklinik sampai dengan uji klinik pada manusia dengan kriteria yang memenuhi syarat ilmiah, protokol uji yang telah disetujui, pelaksana yang kompeten, memenuhi prinsip etika, dan tempat pelaksanaan uji memenuhi syarat. Dengan uji klinik akan lebih meyakinkan para profesi medis untuk menggunakan obat herbal di sarana pelayanan kesehatan. Masyarakat juga bisa didorong untuk menggunakan obat herbal karena manfaatnya jelas dengan pembuktian secara ilmiah. Di samping itu obat herbal jauh lebih aman dikonsumsi apabila dibandingkan dengan obat-obatan kimia karena memiliki efek samping yang relatif sangat rendah. Obat tradisional semakin banyak diminati karena ketersediaan dan harganya yang terjangkau.Dengan dilakukannya uji klinik, maka akan meyakinkan para praktisi medis ilmiah untuk menggunakan obat herbal ke dalam sarana pelayanan kesehatan. Masyarakat juga bisa didorong untuk menggunakan obat herbal karena manfaatnya jelas dengan pembuktian secara ilmiah. Pada intinya, fitofarmaka itu obat dari bahan alam yang secara penelitian dan khasiat sudah bisa disetarakan dengan obat-obatan sintesis/modern. Penelitiannya sudah melalui uji klinis (pada manusia)Good Agriculture Practise (GAP)Oleh karena bayak variabel yang berbeda dalam herbal walau sama-sama tanamannya maka dikembangkan GAP. Yaitu upaya untuk standardisasi dimulai sejak budi daya. Hal ini dimaksudkan supaya diperoleh keterulangan yang sama antarproduk yang dibuat. Ini dianalogikan dengan proses pembuatan obat sintetis yaitu dari proses bahan baku, proses produksi, uji kestabilan, uji kualitas semua ada SOP-nya (prosedur tetap/protap).OHT vs FITOFARMAKA Fitofarmaka, masih banyak orang yang asing dengan istilah ini. Jumlah fitofarmaka di Indonesia hingga tahu 2011 hanya ada 5 yaitu Stimuno (Dexa Medica), X-Gra (Phapros), Tensigard (Phapros), Rheumaneer (Nyonya mener), dan Nodiar (Kimia Farma). (Baca : Fitofarmaka di Indonesia). Sedangkan OHT mencapai 17 dan golongan jamu mencapai ribuan.Mengapa Fitofarmaka jumlahnya sedikit sekali, padahal kekayaan hayati Indonesia sangat besar? Alasan klasik yaitu masalah waktu dan biaya. Untuk menuju grade fitofarmaka diperlukan dana milyaran hingga triliunan dan waktu bisa lima sampai belasan tahun. Selain kedua alasan di atas, sebenarnya ada satu alasan lagi mengapa para produsen belum mau mengangkat produknya menuju ke fitofarmaka. Yaitu belum populernya fitofarmaka dan masyarakat belum paham makna penggolongan grade-grade tersebut.Contoh, Anda tahu Tolak Angin? Pada awalnya produk ini adalah Jamu, namun sekarang sudah OHT. Bagi konsumen, jelas dengan kenaikan grade ini semakin meningkatkan kepercayaan, obat ini telah melalui proses standardisasi sehingga lebih terjamin produknya. Masyarakat kita baru sampai tahap ini saja, bisa membedakan Jamu dan OHT, namun belum sampai ke fitofarmaka.Jadi masyarakat belum tahu apa makna label Fitofarmaka di suatu produk. Maksudnya apa? Jika kita di Apotek disuguhkan oleh apoteker 2 produk, 1 stimuno dan 1 lagi obat yang mengandung sama-sama meniran, malah ada tambahan Echinacea dan Zn, Vitamin C, dengan harga lebih murah, juga kemasan yang lebih menarik. Tentu masyarakat akan cenderung memilih produk X.Di sini yang jadi titik kritis, walau bisa dikatakan produk X lebih pepak/komplit tapi ini belum diuji formulasinya ke klinik (manusia/pasien), jadi kita belum tahu bagaimana satu-kesatuan tersebut (formulasi) efeknya pada manusia. Walau sudah di-claim masing-masing bahan oleh jurnal-jurnal ilmiah. Terus timbul pertanyaan, apakah dengan label Fitofarmaka lantas obat jadi tambah manjur? Tentu tidak, cuma khasiat dari satu-kesatuan (formulasi) produk tersebut telah teruji dan dibuktikan secara klinik/ilmiah.Bagaimana dari sisi produsen mengapa tidak mengangkat lagi produk OHT-nya ke arah fitofarmaka? Jawabnya: Mungkin jawabannya Jangan dulu. Dalihnya, masyarakat saat ini pahamnya OHT lebih tinggi dari Jamu dan belum kenal dengan fitofarmaka. Lalu buat apa saya repot-repot mengangkat ke fitofarmaka dengan biaya dan waktu yang lama, namun tidak menambah revenue dari modal tersebut. OHT saja sudah cukup menaikkan pamor, sudah bisa menghasilkan revenue dalam jumlah besar, jadi nanti saja ke fitofarmaka-nya. Ini adalah salah satu kendala fitofarmaka untuk berkembang luas dan berhenti di OHT saja.Lagi pula, tidak ada jaminan bahwa dengan fitofarmaka lantas penjualan akan terus meningkat dan menjadi block-buster? Buktinya Stimuno bukan revenue center utama dari Dexa Medica. Dengan membuat fitofarmaka, lebih mengarah ke PENCITRAAN. Oh, disana udah berhasil fitofarmaka . Dan ini mengakat nama pabrik secara keseluruhan (Brand corporate awareness).

Fitofarmaka harus memenuhi kriteria: Aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan Klaim khasiat harus dibuktikan berdasarkan uji klinik Telah dilakukan standardisasi terhadap bahan baku yang digunakan dalam produk jadi Memenuhi persyaratan mutu yang berlakuJenis klaim penggunaan: Harus sesuai dengan tingkat pembuktian yaitu tingkat pembuktian umum dan mediumdengan kriteria memenuhi syarati lmiah, protokol uji yang telah disetujui, pelaksana yang kompeten, memenuhi prinsip etika, tempat pelaksanaan uji memenuhi syarat.* keterangan mengenai lambang dan ketentuan mengenai penggunaan lambang-lama dan lambang-baru dapat dibaca selengkapnya pada Surat Keputusan Kepala BPPOM-RI No.Hk.00.05.4.2411 Tentang Ketentuan Pokok Pengelompokan dan Penandaan Obat Bahan Alam Indonesia

1.9 Potensi Tanaman Obat Untuk Penyakit yang mematikan1.9.1 Herball Terhadap Penyakit HIVKasus HIV/AIDS secara global sampai akhir 2009 mencapai 40 juta. Sampai saat ini obat anti-HIV dan vaksin HIV belum ditemukan. Kalangan ahli mulai berpaling ke tanaman untuk menemukan obat anti-HIV. Salah satu jenis tanaman Indonesia menjadi tumpuan harapan banyak orang karena ada tanaman itu mengandung zat anti-HIV.Beberapa jenis tanaman sudah lama dimanfaatkan sebagai obat baik dalam bentuk jamu, racikan dan olahan pabrik. Bahkan, belakangan ini obat yang dibuat dari tanaman udah menjadi salah satu pilihan obat bagi sebagian masyarakat.Salah satu jenis tanaman yang terdapat di hutan hujan tropik Indonesia (juga di Serawak, Malaysia) dikembangkan sebagai obat anti-HIV. Beberapa tahun yang lalu Dr. Djaja Soejarto dan rekan-rekannya di Universitas Illinois, AS, membawa ratusan ranting pohon dari Indonesia dan Malaysia untuk diuji di laboratorium sebagai bahan anti-HIV.Salah satu di antara ratusan ranting itu mengandung Calanolide A. Ranting itu ternyata adalah ranting pohoh Calophillum lanigerum MIQ, di Indonesia dan Malaysia dikenal sebagai pohon betur belulang atau bintangor belulang.Calanolide A ditemukan oleh Lembaga Kanker Nasional, AS (National Cancer Institute/NCI) berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Universitas Illinois, AS, dan Arnold Arboretum. Zat ini dikembangkan oleh MediChem Research Inc. yang bekerja sama dengan Serawak MediChem Pharmaceuticals Inc. di Serawak, Malaysia. Pengembangannya didanai langsuing oleh Kerajaan Malaysia.Penelitian secara in vitro (di dalam tabung reaksi) menunjukkan Calanolide A, yang merupakan Non-nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor (NNRTI) terlihat aktif terhadap HIV (human immunodeficiency virus) yaitu virus yang menyebabkan kondisi AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) yaitu cacat system kekebalan tubuh dapatan karena sel-sel darah putih dirusak oleh HIV. HIV sendiri diketahui mempunyai resistansi (kekebalan) terhadap AZT, Nevirapine dan NNRTI lain (jenis-jenis obat antiretroviral yaitu obat yang hanya bisa menekan replikasi atau perkembangan HIV di dalam darah).Sampai saat ini upaya untuk menemukan vaksin HIV baru pada tahap uji coba klinis. Jadi, kabar tentang bintangor ini membawa angin segar bagi dunia medis karena sampai sekarang upaya yang dapat dilakukan terhadap orang-orang yang terinfeksi HIV barulah sebatas memberikan obat-obat antiretroviral. Selain harganya malah obat ini pun menimbulkan efek samping. Jadi, pengembangan obat anti-HIV dari sari tanaman akan jauh lebih amat jika dibandingkan dengan obat dari bahan-bahan kimia.Beberapa tahun yang lalu MediChem melibatkan 32 relawan yang HIV-positif yang belum pernah memakai obat antiretroviral untuk percobaan klinis di enam pusat penelitian medis di AS selama enam bulan. Ujicoba pemakaian Calanolide A akan mengevaluasi aspek-apsek keanaman, farmakologis dan efek dari dosis yang dipakai. Penelitian dilakukan secara acak dan bertahap serta menerapkan cara double-blind yang dikontrol dengan plasebo. Penelitian pada uji coba ini juga akan menganalisis efek zat terhadap viral load (kadar HIV di dalam sirkulasi darah), CD4 (sel darah putih yang sudah dirusak oleh HIV, kadar CD4 mencerminkan tingkat sistem kekebalan tubuh) dan resistansinya terhadap virus (HIV).Dalam kasus HIV/AIDS viral load dan CD4 sangat menentukan karena terkait dengan kondisi dan tingkat kekebalan tubuh seseorang yang HIV-positif. Jika zat dari bintangor ini dapat mempengaruhi viral load dan CD4 maka akan membawa harapan yang besar bagi dunia farmasi khususnya dan dunia medis pada umumnya karena obat antiretroviral yang tersedia sekarang hanya dapat menahan laju perkembangan HIV di dalam darah.Obat dari tanaman sudah lama dikenal dalam peradaban manusia. Di Indonesia jamu sudah dikenal sejak lama. Tidak mengherankan kalau kemudian dunia pendidikan tinggi pun menaruh perhatian yang besar terhadap obat dari tanaman. Peneliti di Universitas Nasional Singapura, misalnya, sudah sejak lama mengembangkan 75 jenis sari tanaman yang juga sudah lama dipakai sebagai obat tradisional di daratan Cina, Indonesia dan Jepang. Sari tanaman itu juga terbukti dapat menahan atau menghambat laju pertumbuhan HIV di dalam darah.Lima di antara 75 jenis tanaman itu ternyata tanaman asli Indonesia yaitu delima (Punica granatum L.), sambilata (Andrographis paniculata, Ness.), sidawayah (Woodfordia floribunda, Salisb.), tapak liman (Elephantopus scaber L.) dan trengguli (Cassia fistula L.).Cina sendiri rupanya sejak lama sudah jauh lebih maju dalam mengembangkan tananam sebagai obat, termasuk obat untuk HIV/AIDS. Paling tidak ada 103 jenis obat yang diolah dari rempah-rempah yang sudah dimanfaatkan untuk pengobatan HIV/AIDS.Salah satu obat yang dikenal di Cina sebagai Sing Ming Quan Gao Zi atau FESOL (The Fluid Extract of The Spring of Life atau sumber kehidupan) yaitu sari cair tanaman dilaporkan sudah diujicoba sebagai obat anti-AIDS. Obat ini sudah diuji oleh badan penguji obat dan bahan kimia di Provinsi Yunnan, Cina,Obat tradisional ini sudah mendapat registrasi dari pemerintah Cina berdasarkan UU Pengaturan Obat dan Bahan Kimia Baru di Yunnan. Bahkan Bureau of Traditional Chinese Medicines, Cina, sudah memberikan sertifikat standar kualitas ekspor untuk obat ini tahun 1996.Jadi, kalau kita tidak segera mengembangkan tanaman sebagai bahan baku obat maka tidak tertutup kemungkinan kita akan menjadi konsumen terbesar dari obat-obatan yang bahan bakunya justru berasal dari negeri ini.Apalagi dikaitkan dengan kasus HIV/AIDS yang terus bertambah di Indonesia maka pada suatu saat akan diperlukan banyak obat. Sampai saat ini perkiraan kasus HIV/AIDS di Indonesia berkisar antara 80.000 - 120.000. Angka ini tidak bisa dianggap main-main karena epidemi HIV terkait erat dengan aspek ekonomi dan sosial.Jika seorang anggota keluarga terinfeksi HIV maka diperlukan uang untuk membeli obat antiretroviral. Kalau sudah mencapai masa AIDS (antara 5-10 tahun setelah terinfeksi) maka biaya pengobatan bertambah karena akan muncul penyakit yang disebut sebagai infeksi oportunistik, seperti diare, jamur, TB, dll. Yang bersangkutan tidak dapat lagi bekerja dan anggota keluarga pun harus ada yang mengurusnya sehingga mempengaruhi penghasilan keluarga.Maka salah satu harapan jutaan penduduk dunia yang sekarang hidup dengan AIDS (Odha) pun antara lain berada di tangan ahli obat-obatan tradisional.

1.10 Kelemahan Obat HerbalPertama, terlalu bombastis. Masih ingat dalam ingatan ketika VCO atau buah merah yang di-claim bisa mengobati penyakit A, B, C, sampai Z. Para ahli pun bertanya: mana buktinya? Mana penelitiannya? Ya perlu dipahami bahwa para tenaga kesehatan kita perlu bukti untuk bisa percaya terhadap herbal. Oleh karena itu, pemerintah sekarang dengan sangat gencar menggarap program Saintifikasi Jamu. Saya ambil contoh: ada suatu sediaan JAMU, dalam kemasan menyebut : berkhasiat untuk mengobati penyakit HEPATITIS A. Ini tidak boleh. Boleh disebutkan jika tertulis : JAMU X untuk mendukung terapi penyakit Hepatitis A. Jadi bukan JAMU X yang menyembuhkan, hanya sebagai terapi suportif dalam penyembuhan suatu penyakit.Kedua, yaitu tentang efek kerja herbal. Obat herbal bekerja tidak ces-pleng/joss seperti obat sintetis, obat herbal perlu waktu (onset) lebih lama karena model aksi kerjanya juga berbeda. Jadi jika Anda menemui JAMU untuk asam urat, namun bisa menyembuhkan rasa sakit dalam waktu kurang dari 1 jam, justru Anda patut curiga. JAMU tersebut pasti dicampur dengan Dexamethason, obat sintetik yang emang ces-pleng untuk hilangkan pagal-pegal.Jadi obat herbal lebih tepat digunakan untuk penyakit metabolisme seperti diabetes mellitus, asam urat, kolestrol, kanker, dsb, dan tidak cocok untuk penyakit akut atau perlu efek/tindakan yang cepat. Karena mode aksinya berbeda. Rheumaner (obat herbal-fitofarmaka) memang potensinya lebih rendah dibanding Indometasin (obat sintetik). Tapi tentu efeknya akan berbeda, karena farmakologi molekulernya juga berbeda. Indometacin melalui aksi penghambatan COX saja, sedangkan Rheumaner karena dari tanaman maka kandungan zat aktifnya banyak dan punya aksi farmakologis sendiri-sendiri dan saling mendukung satu sama lain, kerjanya sinergis.Efek samping obat kimia lebih besar karena di senyawa tunggal dan diaplikasikan/diberikan dalam jumlah besar jika kerjanya tidak selektif bisa mempengaruhi organ fisiologis lain sehingga muncul efek yang tidak diinginkan. Lalu apakah obat herbal selalu aman dan tidak ada efek samping? Jangan salah, obat herbal pun bisa berperilaku layaknya obat sintetis. Seperti contoh Datura metel (kecubung) yang digunakan untuk obat asma, kalau berlebihan bisa bikin mabuk karena kandungan tropan alkaloid bisa berperilaku seperti atropine. Mahkota dewa, yang dijadikan obat adalah daging buahnya, namun jika biji kulit ikut tercampur bisa mengakibatkan pusing, mual, dan muntah. Cabe jawa, bisa menyababkan keguguran pada ibu-ibu di awal kehamilan. Symphytum comfrey bisa membuat hepatotoksik (kerusakan hepar/hati)