Makalah Fat Splitting

download Makalah Fat Splitting

of 16

Transcript of Makalah Fat Splitting

Praktikum Kimia Organik/Kelompok 4/S. Genap/2014

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangDalam Kebijakan Pembangunan Industri Nasional, industri berbasis agro yang didalamnya termasuk industri pengolahan turunan minyak sawit, ditempatkan sebagai salah satu industri prioritas yang diharapkan mampu mengemban misi penyerapan tenaga kerja, peningkatan ekspor, memberikan kontribusi dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto), penguasaan teknologi, penguatan dan pendalaman struktur industri serta penyebaran pembangunan industri. Pengembangan industri berbasis kelapa sawit, terutama akan ditekankan pada produk-produk non-pangan seperti: surfaktan, biodiesel dan biolube, disamping produk-produk pangan, terutama minyak goreng dan margarin. Pengembangan industri oleokimia sangat erat kaitannya dengan pengembangan industri turunan minyak sawit, khususnya dari kelompok nonpangan ( Widodo, 2005).Kelapa sawit adalah salah satu komoditas perkebunan yang sangat penting bagi Indonesia, karena Indonesia merupakan produsen terbesar minyak sawit kedua setelah Malaysia (Meffert, 1984). Minyak sawit mempunyai potensi yang cukup besar untuk digunakan di industri-industri pangan, industri non pangan, industri farmasi, dan industri oleokimia. Oleokimia adalah bahan baku industri yang diperoleh dari minyak nabati, temasuk diantaranya adalah crude palm oil (CPO) dan crude palm kernel oil (CPKO). Produksi utama minyak yang digolongkan dalam oleokimia adalah asam lemak, lemak alkohol, gliserin, dan metil ester.Industri oleokimia di Indonesia merupakan industri yang memiliki backup bahan baku yang sangat melimpah karena Indonesia merupakan produsen bahan baku bagi industri ini yakni CPO terbesar di dunia. Meskipun memiliki industri bahan baku yang melimpah, namun perkembangan industri ini masih kalah dibandingkan dengan negara tetangga seperti Malaysia yang kapasitas produksinya mencapai dua kali lipat dari Indonesia. Sebagai gambaran, Indonesia menguasai sekitar 12% permintaan oleokimia dunia yang mencapai enam juta metrik ton per tahun, sementara itu Malaysia mencapai 18,6%. Industri oleokimia merupakan industri yang strategis karena selain keunggulan komparatif yakni ketersediaan bahan baku yang melimpah juga memberikan nilai tambah produksi yang cukup tinggi yakni di atas 40% dari nilai bahan bakunya yakni CPO dan PKO ( Mustofa, 2003 ).Industri oleokimia adalah industri antara yang berbasis minyak kelapa sawit (CPO) dan minyak inti sawit (PKO). Dari kedua jenis produk ini dapat dihasilkan berbagai jenis produk antara sawit yang digunakan sebagai bahan baku bagi industri hilirnya baik untuk kategori pangan ataupun non pangan.Diantara kelompok industri antara sawit tersebut salah satunya adalah oleokimia dasar (fatty acid, fatty alcohol, fatty amines, methyl esther, glycerol). Produk-produk tersebut menjadi bahan baku bagi beberapa industri seperti farmasi, toiletries, dan kosmetik. Fatty alcohol sebagian besar digunakan untuk produksi deterjen sebesar 48% dan pembersih kemudian disusul oleh penggunaan sebagai bahan antioksidan sebesar 11%. Sedangkan gliserin banyak digunakan antara lain untuk sabun, kosmetik dan obat-obatan yang mencakup 37% dari total konsumsi material ini. Kelompok produk lainnya yang cukup banyak menggunakan gliserin adalah Alkyd resin dan makanan masing-masing 13 dan 12% (Samardi, 2009).1.2 Tujuan

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 OleokimiaOleokimia merupakan bahan kimia yang berasal dari minyak/lemak alami, baik tumbuhan maupun hewani. Pada saat ini, permintaan akan produk oleokimia semakin meningkat. Hal ini disebabkan produk oleokimia mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan produk petrokimia, seperti harga, sumber yang dapat diperbaharui, dan produk yang ramah lingkungan. Pada saat ini industri oleokimia masih berbasis kepada minyak/trigliserida sebagai bahan bakunya. Hal ini terjadi karena secara umum para pengusaha masih ragu untuk terjun secara langsung ke industri oleokimia. Masih sangat jarang dijumpai sebuah industri yang mengolah bahan baku langsung menjadi bahan kimia tanpa melalui trigliserida. Padahal secara ekonomi dan teknik, banyak produk dari bahan alami yang bisa diolah langsung dari bahan nabati tanpa melalui trigliserida. Contohnya adalah pengolahan secara langsung buah kelapa sawit menjadi asam lemak. Selama ini asam lemak dari kelapa sawit selalu diolah dari minyak/trigliserida. Padahal dari segi teknik dan ekonomi akan lebih efisien untuk mengolah secara langsung buah sawit menjadi asam lemak melalui pengaktifan enzim lipase yang terkandung pada buah sawit. Hal ini juga bisa ditemukan pada bahan baku nabati lainnya (Samardi, 2009).Oleokimia terdiri atas asam lemak, metilester lemak, alkohol lemak, amina lemak, dan gliserol. Produk-produk turunannya berupa sabun batangan, detergen, sampo, pelembut, kosmetik, bahan tambahan untuk industri plastik, karet, dan pelumas. Dalam perdagangan dikenal dua jenis oleokimia, yaitu oleokimia alami dan oleokimia buatan. Oleokimia alami diperoleh dari minyak nabati atau minyak hewani sedangkan oleokimia buatan dapat diperoleh dari minyak bumi (petrokimia), seperti propilena (Anderson, 1999).

Gambar 1.1 Skema bahan baku oleokimia dan turunannya (Sulistyono, 2008)2.2 Lemak/MinyakSuatu lipid didefinisikan sebagai senyawa organik yang terdapat dalam alam serta tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik non-polar seperti suatu hidrokarbon atau dietil eter. Salah satu anggota dari golongan lipid ini adalah lemak yang tergolong dalam lipid netral. Lemak merupakan sumber energi dalam aktivitas tubuh manusia, yang bila dioksidasi secara sempurna dalam tubuh menghasilkan 9,3 kalori lemak per 1 gram. Lemak sebagai bahan pangan dibagi menjadi 2 golongan, yaitu: 1. Lemak yang siap dikonsumsi tanpa harus dimasak (edible fat consumed uncooked) misalnya mentega, margarin dan lemakyang biasa digunakan dalam kembang gula.2. Lemak yang dimasak bersama bahan pangan atau dijadikan sebagai bahan pengantar panas dalam memasak bahan pangan, misalnya minyak goreng, shortening dan lemak babi.Disamping kegunaannya sebagai bahan pangan, lemak juga berfungsi sebagai bahan pembuatan sabun, bahan pelumas (misalnya minyak jarak), sebagai obat-obatan(misalnya minyak ikan), sebagai pengkilat cat(terutama yang berasal dari golongan minyak mengering).Produk dunia dari lemak diperkirakan akan meningkat setiap tahunnya, kenaikan produksi ini terutama disebabkan karena melimpahnya panen biji-bijian sebagai sumber lemak.Minyak atau lemak secara umum merupakan trigliserida yang mengandung gliserol dan asam lemak baik jenuh maupun tidak jenuh. Dalam industri olokimia, dengan proses kimia struktur minyak tersebut dipecah menjadi struktur lain seperti asam lemak, gliserol, metil ester asam lemak dan juga alkohol lemak.Lemak adalah ester dari gliserol dengan asam-asam karboksilat suku tinggi. Asam penyusun lemak disebut Asam lemak. Pada lemak, satu molekul gliserol mengikat tiga molekul asam lemak, oleh karena itu lemak adalah suatu trigliserida. Struktur umum molekul lemak seperti terlihat pada ilustrasi dibawah ini:

Gambar 1.2 Struktur Umum Molekul LemakPada rumus struktur lemak di atas, R1COOH, R2COOH, dan R3COOH adalah molekul asam lemak yang terikat pada gliserol. Nama lazim dari lemak adalah trigliserida.

Molekul lemak terbentuk dari gliserol dan tiga asam lemak. Oleh karena itu, penggolongan lemak lebih didasarkan pada jenis asam lemak penyusunnya. Berdasarkan jenis ikatannya, asam lemak dikelompokkan menjadi dua, yaitu: 1. Asam lemak jenuh : yaitu asam lemak yang semua ikatan atom karbon pada rantai karbonnya berupa ikatan tunggal (jenuh). Contoh: asam laurat, asam palmitat, dan asam stearat.1. Asam lemak tak jenuh: yaitu asam lemak yang mengandung ikatan rangkap pada rantai karbonnya.Contoh: asam oleat, asam linoleat, dan asam linolenat2.2.1 Sumber LemakLemak dihasilkan oleh alam yang dapat bersumber dari bahan hewani atau nabati.Karena dalam hewan atau tumbuhan itu lemak tersebut berfungsi sebagai cadangan energi. Lemak bisa diklasifikasikan berdasarkan sumbernya, sebagai berikut :1. Bersumber dari tanaman.1. Biji-bijian palawija : jagung, biji kapas, kacang, wijen, kedele, bunga matahari.1. Kulit buah tanaman tahunan : zaitun dan kelapa sawit.1. Biji-bijian dari tanaman tahunan : kelapa, coklat, inti sawit, babassu, cohune dan sejenisnya.1. Bersumber dari hewan :1. Susu hewan peliharaan : lemak susu.1. Daging hewan peliharaan : lemak sapi dan turunannya oleostearin, oleo oil dari oleo stock, lemak babi dan muttor tallow.Adapun perbedaan umum antara lemak nabati dan hewani adalah : a. lemak hewani mengandung kolesterol,b. kadar asam lemak tidak jenuh pada lemak hewani lebih kecil dari lemak nabati,c. lemak hewani mempunyai bilangan Reichert-Meissl lebih besar dari bilangan Polenske lebih kecil dibandingkan dengan minyak nabati.Lemak nabati dan hewani dapat diklasifikasikan bedasarkan sifat fisiknya berikut dengan contohnya :1. Lemak nabati, seperti : lemak biji coklat, inti sawit, cohune, babassu, tengkawang, nutmeg butter, shea butter.1. Lemak hewani :1. Lemak susu (butter fat), seperti : lemak dari susu sapi, kerbau, kambing, dan domba.1. Hewan peliharaan, seperti : lemak babi, skin grease, mutton tallow, lemak tulang, lemak/gemul wool.Lemak dalam tanaman dibentuk dalam sel hidup yang merupakan hasil dri serangkaian reaksi yang kompleks alam proses metabolisme.Molekul lemak disintesa dengan proses kondensasi dari suatu molekul gliserol dengan tiga molekul asam lemak. Molekul asam lemak dan gliserol tersebut dibentuk dari hasil oksidasi karbohidrat secara proses metabolisme berlangsung.2.3 Proses Pemecahan Lemak (Fat Splitting)Fat Splitting menurut bahasa berarti pemecahan lemak. Sedangkan secara definisi berarti proses pemecahan lemak atau minyak (Trigliserida) menjadi Fatty Acid (Asam lemak) serta gliserin sebagai produk samping, dengan menggunakan air (Proses hidrolisa) dan atau menggunakan enzim. Secara tersirat dapat diketahui reaktan pada proses ini adalah minyak (crude palm oil, palm kernel oil, serta coconut oil) atau lemak yang sudah di kilang untuk pembersihan, dan yang akan dijelaskan secara mendalam pada bagian-bagian selanjutnya adalah menggunakan coconut oil dan crude palm oil (CPO) sebagai umpan reaksi.Adapun kegunaan dari proses pemecahan lemak ini adalah untuk menghasilkan asam lemak dan gliserin sebagai produk samping. Sebagaimana kita ketahui bersama kedua produk ini memiliki nilai jual lebih bila dibandingkan umpan kita tadi. Adapun asam lemak dapat juga dikatakan basic oleochemical terpenting, pada industri oleochemical asam lemak digunakan sebagai materi awal untuk sabun, medium-chain trigliserida, polyol ester, alkanoamida, dan sebagainya.Minyak atau lemak dapat dihidrolisis atau dipecah menjadi zat asam yang mengandung lemak dan gliserin.

Gambar 1.3 Persamaan Reaksi HidrolisaPada suhu kamar minyak berwujud fase cair sedangkan lemak dalam fase padat. Karakteristik trigliserida ditentukan oleh komponen asam lemak pembentuknya. Karena sebagian besar dari komponen trigliserida adalah asam lemak. Trigliserida yang direaksikan dengan air pada temperatur dan tekanan tertentu akan menghasilkan lemak dan gliserol. Sepanjang langkah awal, reaksi berproses pelan-pelan, karena dibatasi oleh daya larut air dalam fase minyak. Pada langkah yang kedua , reaksi berproses dengan cepat yang disempurnakan dengan semakin besarnya daya larut air dalam zat asam yang mengandung lemak itu. Langkah yang akhir ditandai oleh suatu reaksi penyusutan zat asam yang mengandung lemak.Fat splitting merupakan reaksi yang essensial yang berlangsung pada tahapan sebagai berikut : Asam lemak radikal, berpindah tempat dari trigliserida satu kali dari tri ke di ke mono. Pemecahan yang tidak sempurna akan menghasilkan monogliserida, digliseridaa, dan mungkin juga masih berbentuk trigliserida. Semenjak proses inisiasi, reaksi berjalan lamban, terbatas oleh kelarutan air di dalam fasa minyak. Pada tahapan kedua, prosedur reaksi mulai bergerak cepat, karena peningkatan kelarutan air pada fasa minyak. Pada tahap akhir ditandai dengan dimishing rata-rata reaksi sebagai asam lemak dan gliserin sebagai produk kondiri equilibrium. Dapat di lihat pada ilustrasi berikut:

Gambar 1.4 Mekanisme reaksi Fat SplittingPemecahan lemak merupakan reaksi yang reversibel, pada titik equilibrium nilai hidrolisis dan reesterifikasi adalah setimbang. Gliserin sebagai produk harus ditari keluar secara kontinu, sebagai usaha untuk menghindari terjadinya reesterifikasi yang berlebihan.Meningkatkan suhu dan tekanan akan memepercepat reaksi karena akan meningkatkan kelarutan air di dalam fasa minyak, dan untuk meningkatkan energi aktifasi. Temperatur pada bagian partikel, akan menimbbulkan efek yang signifikan. Menaikkan suhu dan temperatur (misal dari 150 220 oc akan meningkatkan kelarutan air 2 sampai 3 kali lipat. Presentasi asam mineral yang kecil seperti asam sulfat atau oksida logam (seperti Zn dan Magnesium Clorida) meningkatkan reaksi pemecahan. Oksida logam adalah katalis sebenarnya. Ia juga berperan dalam formasi dan proses emulsi.2.4 Macam Proses Fat SplittingKita dapat membagi proses fat splitting menjadi 2 macam, yaitu jenis hydrolisa dan enzimatik,walaupun pada beberapa literatur dijelaskan proses enzimatik merupakan bagian dari proses fat splitting secara hidrolisa. Dan pada bagian selanjutnya akan dijelaskan proses pemisahan lemak (fat splitting).

2.4.1 Proses TwitchellProses twitchell adalah proses yang mula-mula dikembangkan pada pemisahan lemak. Proses ini masih menggunakan cara yang sederhana, disebabkan murah serta kemudahan dari instalasi dan operasi. Tetapi proses ini membutuhkan energi yang besar dan kualitas produk yang rendah. Proses pemisahan menggunakan reagen Twitchell dan H2SO4 sebagai katalis dalam hidrolisis. Reagennya adalah campuran dari oleic atau asam lainnya dengan naptalen tersulfonasi.Operasi terjadi dalam suatu wooden lead-lined, atau tong tahan asam. Kandungan yang terdiri dari air yang jumlahnya dari lemak, H2SO4 1-2 % dan reagen Twitchell 0,75-1,25 % dipanaskan sampai mendidih pada tekanan atmosfer selama 36-48 jam, menggunakan steam terbuka. Proses biasanya diulangi dua sampai empat kali, fasa tiap tahap menghasilkan larutan gliserin dan air. Pada tahap akhir, air ditambahkan dan campuran dipanaskan kembali hingga mendidih guna mencuci asam yang tertinggal. Pada periode reaksi yang panjang, steam yang dibutuhkan menjadi tinggi dan diskolorisasi asam lemak tidak merata sehingga pemakaian proses ini tidak menguntungkan.

Gambar 1.5 Proses Twitchell.2.4.2 Proses Autoclave BatchProses ini adalah metode komersial yang membutuhkan waktu yang cukup lama dalam pemisahan. Asam yang disediakan harus dalam jumlah yang cukup banyak untuk menghasilkan zat ligh-clored. Proses ini lebih cepat dibandingkan dengan proses Twitchell, butuh waktu selama 6-10 jam sampai selesai. Pemisahan menggunakan katalis zinc, Mg atau kalsium oksida. Dari semua katalis yang paling aktif adalah zinc. Sekitar 2-4 % katalis digunakan dan sejumlah dari serbuk zinc ditambahkan untuk meningkatkan warna dari asam lemak.Autoclave merupakan silnder yang tinggi, dengan diameter 1220-1829 mm dan tinggi 6-12 m dibuat dari alloy yang tahan terhadap korosi (corrosion-resistant alloy) dan terlindungi secara penuh. Penginjeksian steam menyebabkan terjadinya pengadukan, meskipun pada beberapa kondisi digunakan mesin pengaduk.Dalam operasi, autoclave diisi dengan lemak dan air yang jumlahnya (sekitar dari lemak) dan katalis. Steam dihembuskan guna menggantikan udara terlarut dan autoclave ditutup. Steam yang digunakan untuk menaikkan tekanan sampai 1135 kPa dan diinjeksikan secara kontiniu, sementara sebagian kecil kisi-kisi menjaga agitasi dan tekanan operasi. Konversi dapat dicapai lebih dari 95% setelah 6-10 jam. Isi dari autoclave dipindahkan ke tangki, dimana terbentuk asam lemak dibagian atas dan gliserin pada bagian bawah. Asam lemak yang terbentuk ditambahkan asam mineral untuk memisahkan kandungan sabun dan selanjutnya dilakukan pencucian kembali guna memisahkan sisa asam mineral.Gambar 1.6 Proses Autoclave Batch

2.4.3 Proses KontinuProses kontiniu merupakan proses pemisahan lemak dengan menggunakan suhu dan tekanan yang tinggi. Proses pemisahan asam lemak lebih dikenal dengan proses Coltage-Emery, merupakan metode yang paling efisien dalam hidrolisis lemak. Suhu dan tekanan tinggi dipergunakan untuk mempercepat waktu reaksi. Aliran counter current dipenuhkan oleh minyak dan air guna menghasilkan suatu derajat pemisahan yang maksimal tanpa memerlukan katalis.Menara pemisah merupakan bagian utama dari proses ini. Kebanyakan dari menara pemisah mempunyai konfigurasi sama dan dioperasikan dengan cara yang sama. Tergantung dari kapasitas, menara bisa berkapasitas pad diameter 508-1220 mm dengan tinggi 18-25 m dan terbuat dari bahan tahan korosi seperti baja stainless 316 atau campuran logam yang dirancang untuk beroperasi pada tekanan sekitar 5000 kPa.

Gambar 7. Single-stage countercurrent splitting.Gambar 1.7 Rancangan Single-stage Countercurrent splittingGambar diatas menunjukkan suatu rancangan Single-stage Countercurrent splitting, lemak terdegradasi pada sebuah cincin sparge bagian tengah sekitar 1 meter dari dasar dengan sebuah pompa bertekanan tinggi. Air terdapat pada bagian atas dengan perbandingan 0-50% dari berat lemak. Temperatur pemisahan yang tinggi (250-260 oC) cukup menjamin penghancuran fase air pada minyak. Volume kosong menara digunakan sebagai tempat reaksi. Lemak mentah lewat sebagai fase yang saling bersentuhan dari dasar atas menara, sementara cairan lebih berat mengalir turun sebagai fase terdispersi dalam bentuk campuran lemak dan asam. Derajat pemisahan dapat dicapai hingga 99%. Proses continiu countercurrent tekanan tinggi memecah lemak dan minyak dengan lebih efisien dari pada proses lain dengan lama reaksi 2-3 jam.Konsumsi utilitas untuk per ton umpan adalah :Steam (6000 kPa)190 kgAir pendingin (20oC) 3 m3Energi elektrik10 kWjAir proses0,6 m32.4.4 Pemecahan secara enzimatisLemak dan minyak dapat dihidrolisis dengan enzim alami. Pemecahan lemak dengan enzim telah dilakukan melalui percobaan. Tetapi saat ini prosesnya tidak begitu dianggap penting karena biayanya yang mahal dan waktu reaksinya yang lama. Pemecahan lemak dan minyak secara enzimatis oleh lipase dari Candida Rugosa, Aspergilus niger, dan Rhizopus Arrhizus telah dipelajari pada range temperatur 26-40 oC dengan periode 48-72 jam dengan hasil pemecahan kira-kira 98%.

Gambar 1.8 Hidrolisis dengan Enzim2.4.5 Uraian Proses Pada prinsipnya pembuatan pemisahan lemak ini terbagi menjadi beberapa tahap :1. tahap degumming 1. tahap hidrolisa1. fatty acid distilation and fractionation opertion 1. tahap penguapan

Gambar 1.9 Tahap prosesDegumming merupakan proses pemisahan getah (gum), yaitu lendir yang terdiri dari phospotida, protein residu, karbohidrat, air, resin, lechitin, dimana bahan-bahan tersebut merupakan bahan impuritis yang dapat mengganggu proses-proses selanjutnya. Misalnya lechitin pada suhu tinggi dapat menghasilkan warna gelap.Biasanya proses ini dilakukan dengan cara dehidrasi gum dengan injeksi asam pospat sehingga kotoran terbentuk mudah lepas dari minyak, kemudian disusul dengan proses sentrifugasi minyak yang telah di degumming, selanjutnya dihidrolisa pada reaktor hidrolisa.Hidrolisa lemak atau minyak untuk menghasilkan asam lemak dan gliserol dilakuakan dengan merasakan air bertekanan dengan minyak atau lemak pada menara splitting. Minyak dan air secara kontinu di alirkan ke splitting yang beroperasi pada suhu 250oc dan tekanan 50 atm. Gliserol dapat larut dalam air sedangkan asam lemak tidak larut, sehingga trigliserida terikat bersama asam lemak merupakan bagian atas dari produk di menara splitting. Sedangkan gliserol dan air berada di bottom menara. Reaksi yang terjadi bersifat endotermis (memerlukan panas).Selanjutnya produk gliserol yang masih mengandung sebagian besar air dilakuakan pemisahan dengan cara penguapan menggunakan evaporator yang merupakan unit operasi dimana gliserol dipisahkan dari komponen campurannya yaitu air. Hasil dari unit pemisahan ini diperkirakan menghasilkan produk gliserol 90,9%. Selanjutnya dilakukan distilasi dan operasi fraksionasi. Asam lemak yang dihasilkan dibersihkan dan dipisahkan dengan penyulingan dan fraksinasi

BAB IIIKESIMPULAN

1. Proses Fat Splitting merupakan proses pemisahan minyak atau lemak1. Langkah fat splitting adalah reaksi hidrolisa dengan 4 metode yaitu twitchell, batch autoklav, kontinu, dan enzime, yang masingn-masingnya memiliki kelebihan dan kekurangan. Pada kesempatan ini kami lebih memilih metode kontinu.1. Adapun tahapan prosesnya adalah degumming, hidrolisa, dekanter, yang memisahkan giserol-air (selanjutnya menuju evaporator untuk memisahkannya) serta trigliserida-asam lemak (selanjutnya ke unit fraksinator)1. Hasil utama proses ini adalah asam lemak serta produk samping berupa gliserin 1. Proses Twitchell merupakan proses yang paling sederhana pada pemecahan lemak dan masih digunakan dalam skala kecil karena biayanya yang murah dan pengoperasian yang mudah. Namun, waktu reaksinya lama dan konsumsi steam-nya tinggi.1. Proses Autoclave-Batch merupakan metode komersial paling tua yang digunakan untuk pemecahan lemak tingkat tinggi, waktu reaksinya lebih cepat daripada proses Twitchell. Namun, dibandingkan dengan proses Kontinu lebih lambat1. Proses Kontinu merupakan proses yang paling efisien dalam metoda hidrolisis lemak, menghasilkan konversi yang paling tinggi diantara semua proses fat splitting dengan waktu reaksi yang singkat.1. Proses secara Enzimatis memanfaatkan enzim lipase dari mikroorganisme sebagai biokatalisator bagi reaksi penguraian minyak atau lemak (hidrolisis) menjadi gliserin asam-asam lemak murni tersebut, maka asam lemak hasil hidrolisis tersebut difraksinasi dengan cara destilasi

DAFTAR PUSTAKA

Anderson A, J. 1999. Refining Oils and Fats for Edible Purposes. New York: Pegamon PressMustofa H. 2003. Strategi Pengembangan Industri Kimia Berbasis Kelapa di Indonesia. [terhubung berkala]. http.//dekindo.com/mpipb/1231242-haritskun-4783/kelapa20%.pdf.[18 Oktober 2011]. Samardi A. 2009. Teknologi Oleokimia. [terhubung berkala]. http://ocw.usu.ac.id/course/teknologioleokimia/tkk322_handout_oleokimia.pdf.[19 Oktober 2011].Samardi A. 2009. Oleokimia. [terhubung berkala]. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16124/Chapter%.pdf.[19 Oktober 2011 ].Sulistyono I. 2008. Prarancangan Pabrik Asam Lemak dari Minyak Sawit [skripsi]. Surakarta: Universitas Muhamadiyah Surakarta.Widodo S. 2005. Kebijakan Pengembangan Industri Oleokimia Berbasis Minyak Sawit di Indonesia. [terhubung berkala]. http://itb.ac.id/en/education/255832/ChapterII.pdf.[19 Oktober 2011 ].