Makalah Farmakologi Antivirus & Interferon

56
MAKALAH FARMAKOLOGI ANTIVIRUS DAN INTERFERON DISUSUN OLEH : 1. Reza Julian Darma (1313013066). 2. Vita Aji Kusumaning Tyas (1313013003). 3. Yudha Prasetya Pratama (1313013038). 4. Sintha Nilafaradia Siagian (1313013075). 5. Nisa Abella Natasya (131301314). 6. Jasminti Putri Dewi (1313013016) FAKULTAS FARMASI

description

Farmakologi

Transcript of Makalah Farmakologi Antivirus & Interferon

Page 1: Makalah Farmakologi Antivirus & Interferon

MAKALAH FARMAKOLOGI

ANTIVIRUS DAN INTERFERON

DISUSUN OLEH :

1. Reza Julian Darma (1313013066).

2. Vita Aji Kusumaning Tyas (1313013003).

3. Yudha Prasetya Pratama (1313013038).

4. Sintha Nilafaradia Siagian (1313013075).

5. Nisa Abella Natasya (131301314).

6. Jasminti Putri Dewi (1313013016)

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MULAWARMAN

SAMARINDA

2015

Page 2: Makalah Farmakologi Antivirus & Interferon

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut para ahli biologi, virus merupakan organisme peralihan antara

makhluk hidup dan benda mati. Dikatakan peralihan karena virus mempunyai ciri-

ciri makhluk hidup, misalnya mempunyai DNA (asam deoksiribonukleat) dan

dapat berkembang biak pada sel hidup. Memiliki ciri-ciri benda mati seperti tidak

memiliki protoplasma dan dapat dikristalkan. Para penemu virus antara lain D.

Iwanoski (1892) pada tanaman tembakau, dilanjutkan M. Beijerinck (1898),

Loffern dan Frooch (1897) menemukan dan memisahkan virus penyebab penyakit

mulut dan kaki (food and mouth diseases), Reed (1900) berhasil menemukan virus

penyebab kuning (yellow fever), Twort dan Herelle (1917) penemu Bakteriofage,

Wendell M. Stanley (1935) berhasil mengkristalkan virus mosaik pada tembakau.

Pengetahuan tentang virus terus berkembang sampai lahir ilmu cabang biologi

yang mempelajari virus disebut virology.

Virus adalah parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel

organisme biologis. Virus hanya dapat bereproduksi di dalam material hidup

dengan menginvasi dan mengendalikan sel makhluk hidup karena virus tidak

memiliki perlengkapan selular untuk bereproduksi sendiri. Istilah virus biasanya

merujuk pada partikel-partikel yang menginfeksi sel-sel eukariota (organisme

multisel dan banyak jenis organisme sel tunggal), sementara istilah bakteriofage

atau fage digunakan untuk jenis yang menyerang jenis-jenis sel prokariota (bakteri

dan organisme lain yang tidak berinti sel). Biasanya virus mengandung sejumlah

kecil asam nukleat (DNA atau RNA, tetapi tidak kombinasi keduanya) yang

diselubungi semacam bahan pelindung yang terdiri atas protein, lipid, glikoprotein,

atau kombinasi ketiganya. Genom virus menyandi baik protein yang digunakan

untuk memuat bahan genetik maupun protein yang dibutuhkan dalam daur

hidupnya.

Page 3: Makalah Farmakologi Antivirus & Interferon

Virus sering diperdebatkan statusnya sebagai makhluk hidup karena ia

tidak dapat menjalankan fungsi biologisnya secara bebas. Karena karakteristik

khasnya ini virus selalu terasosiasi dengan penyakit tertentu, baik pada manusia

(misalnya virus influensa dan HIV), hewan (misalnya virus flu burung), atau

tanaman (misalnya virus mosaik tembakau/TMV).

Virus merupakan organisme subselular yang karena ukurannya sangat

kecil, hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop elektron. Ukurannya

lebih kecil daripada bakteri. Karena itu pula, virus tidak dapat disaring dengan

penyaring bakteri.

Selama bertahun-tahun terdapat anggapan bahwa sangatlah sulit untuk

mendapatkan kemoterapi antivirus dengan selektivitas yang tinggi. Siklus replikasi

virus yang dianggap sangat mirip dengan metabolisme normal manusia

menyebabkan setiap usaha untuk menekan reproduksi virus juga dapat

membahayakan sel yang terinfeksi. Bersamaan dengan berkembangnya ilmu

pengetahuan dan pengertian yang lebih dalam mengenai tahap-tahap spesifik

dalam replikasi virus sebaga target kemoterapi anti virus, semakin jelas bahwa

kemoterapi pada infeksi virus dapat dicapai dan reproduksi virus dapat ditekan

dengan efek yang minimal pada sel hospes. 

Siklus replikasi virus secara garis besar dapat dibagi menjadi 10 langkah : adsorpsi

virus ke sel (pengikatan, attachment), penetrasi virus ke sel, uncoating

(dekapsidasi), transkripsi tahap awal, translasi tahap awal, replikasi genom virus,

transkripsi tahap akhir, assembly virus da penglepasan virus. HIV juga mengalami

tahapn-tahapan diatas dengan bebrapa modifikasi yaitu pada transkripsi awal

(tahap 4) yang digati dengan reverse transcription ; translasi awal (tahap 5) diganti

dengan integrasi ; dan tahap akhir (assembly dan peglepasan) terjadi bersamaan

sebagai proses “budding” dan diikuti dengan maturasi virus. Semua tahap ini dapat

menjadi target intervensi kemoterapi. Selain daripada tahapan yang spesifik pada

replikasi virus, ada sejumlah enzim hospes dan proses-proses yang melibatkan sel

Page 4: Makalah Farmakologi Antivirus & Interferon

hospes yang berperan dalam sintesis protein virus. Semua proses ini juga dapat

dipertimbangkan sebagai target kemoterapi antivirus.

B. Rumusan Masalah

1. Definisi virus?

2. Gambar, struktur, serta komponen virus?

3. Mekanisme kerja virus menyerang organisme hidup?

4. Penggolongan obat antivirus?

C. Maksud dan Tujuan

1. Untuk mengetahui jenis-jenis penyakit antivirus.

2. Untuk mengetahui penggolongan obat antivirus.

Page 5: Makalah Farmakologi Antivirus & Interferon

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Virus

Virus adalah parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel

organisme biologis. Virus hanya dapat bereproduksi di dalam material hidup

dengan menginvasi dan memanfaatkan sel makhluk hidup karena virus tidak

memiliki perlengkapan selular untuk bereproduksi sendiri. Dalam sel inang, virus

merupakan parasit obligat dan di luar inangnya menjadi tak berdaya. Biasanya

virus mengandung sejumlah kecil asam nukleat yang diselubungi semacam bahan

pelindung yang terdiri atas protein, lipid, glikoprotein, atau kombinasi ketiganya.

Genom virus menyandi baik protein yang digunakan untuk memuat bahan

genetik maupun protein yang dibutuhkan dalam daur hidupnya.

Istilah virus biasanya merujuk pada partikel-partikel yang menginfeksi

sel-sel eukariota (organisme multisel dan banyak jenis organisme sel tunggal),

sementara istilah bakteriofag atau fag digunakan untuk jenis yang menyerang

jenis-jenis sel prokariota (bakteri dan organisme lain yang tidak berinti sel).

Virus sering diperdebatkan statusnya sebagai makhluk hidup karena ia

tidak dapat menjalankan fungsi biologisnya secara bebas. Karena karakteristik

khasnya ini virus selalu terasosiasi dengan penyakit tertentu, baik pada manusia

(misalnya virus influenza dan HIV), hewan (misalnya virus flu burung), atau

tanaman (misalnya virus mosaik tembakau).

Page 6: Makalah Farmakologi Antivirus & Interferon

B. Gambar dan Komponen Virus

Virus dapat berbentuk oval, batang (memanjang), huruf T, dan dapat juga

berbentuk bulat. Virus memiliki struktur yang sangat sederhana. Virus hanya

terdiri dari materi genetik berupa DNA atau RNA yang dikelilingi oleh suatu

protein pelindung yang disebut kapsid. Kapsid dibangun oleh subunit-subunit

yang identik satu sama lain yang disebut kapsomer. Bentuk kapsomer-kapsomer

ini sangat simetris dan suatu saat dapat mengkristal.

Pada beberapa virus, seperti virus herpes dan virus influenza, dapat pula

dilengkapi oleh sampul atau envelope dari lipoprotein (lipid dan protein).

Pembungkus ini merupakan membran plasma yang berasal dari sel inang virus.

Suatu virus dengan materi genetik yang terbungkus oleh pembungkus protein

disebut partikel virus atau virion.

Virus bukan sel atau makhluk hidup karena tidak memiliki sitoplasma

dan organel sel tidak melakukan metabolisme serta berukuran sangat kecil

sehingga tidak mungkin memiliki struktur sel.

Bentuk virus (bakteriofag) terdiri dari kepala, selubung, dan ekor. Kepala

berbentuk heksagonal, terdiri dari kapsomer yang mengelilingi DNA-nya. Satu

unit protein yang menyusun kapsid disebut kapsomer.

Page 7: Makalah Farmakologi Antivirus & Interferon

Selubung ekor berfungsi sebagai penginfeksi. Serabut-serabut ekor

terdapat di dasar selubung ekor, berfungsi sebagai penerima rangsang. Selain

virus influenza, inti virus hanya terdiri dari satu rangkaian asam nukleat. Satu

rangkaian asam nukleat mengandung 3.500 sampai 600.000 nukleotida.

Deoxyribonucleid Acid (DNA), dan Ribonucleid Acid (RNA) adalah substansi

genetik yang membawa kode pewarisan sifat virus. Berdasarkan penyusun

intinya, virus dibedakan menjadi virus DNA dan virus RNA. Virus berukuran

sangat kecil dan hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop elektron.

Ukuran virus sekitar 20 – 300 milimikron, jauh lebih kecil dari ukuran bakteri,

yaitu 10 mikron.

C. Mekanisme Kerja Virus Menyerang Organisme Hidup

Virus akan menyerang sel hidup didalam jaringan tubuh,kemudian virus

yang  tersembunyi dan membahayakan ini akan mengambil alih nukleus didalam

sel dan  mengubah rantai produksi dan reproduksi untuk keperluan virus

berkembang biak  daripada untuk keperluan enzim, hormon, senyawa kimia

lainnya didalam sel yang  biasanya digunakan untuk sel itu sendiri. 

Kemudian virus akan menghasilkan virus yang baru lagi untuk di lepaskan dan

keluar  dari sel menuju aliran darah. 

Namun ada suatu kejadian unik yang terjadi, dimana biasanya virus

mempengaruhi sel  untuk kepentingan virus itu sendiri, sebagian reaksi

pertahanan dari sel hidup adalah  berubah menjadi bentuk yang lebih primitif

baik dalam struktur sel maupun dalam  bentuk kimiawi, dimana enzim

metabolisme oksigen atau kimia paru didalam dinding sel 

akan ikut berubah bentuk juga menjadi bentuk yang lebih primitif, dimana

biasanya  metabolisme oksigen ini diperlukan untuk proses kimia didalam sel.

Perubahan bentuk  dari ensim yang menjadi lebih primitif ini biasanya akan

rapuh dan mudah dipengaruhi  oleh ionik koloidal perak dalam bentuk peristiwa

Page 8: Makalah Farmakologi Antivirus & Interferon

efek katalis (poten enzim inhibitor). Pengaruh dari ionik koloidal perak, pada sel

hidup yang telah berubah menjadi lebih  primitive akan menyebabkan ensim

metabolisme oksigen menjadi permanen cacat  sehingga fungsi dari

mengantarkan keperluan oksigen ke dalam sel menjadi gagal, 

dan virus yang ada di dalam sel akan mati karena ketiadaan oksigen, tubuh

sekarang  menghasilkan sel mati yang di mengandung virus, dimana virus akan

ikut dieliminasi  bersama dengan jutaan sel mati yang kegunaannya berakhir

setiap hari  (bagian proses dari regenerasi sel).

D. Penggolongan Obat Antivirus Serta Mekanisme Kerja

Obat antivirus yang akan dibahas dalam tiga bagian besar

yaitu pembahasan mengenai :

1.      Antivirus Hervers

2.      Anti Retrovirus

3.      Antivirus Influenza

a.      Antivirus hervers

Virus hervers dihubungkan dengan spectrum luas penyakit-

penyakit, yaitu bisul dingin, essencevalitis, dan infeksi genital, yang

terakhir merupakan bahaya untuk bayi baru lahir selama persalinan. Obat-

obat yang efektif terhadap virus ini bekerja selama fase akut infeksi virus

dan tidak memberikan efek pada fase laten. Kecuali foskarnet, obat-obat

tersebut adalah analokpurin atau pirimidin yang menghambat sintesis

virus DNA. Obat yang termasuk kedalam antivirus untuk herves adalah

sebagai berikut :

1.)     Acyclovir

Acyclovir merupakan obat antivirus yang paling banyak

digunakan karena efektif terhadap virus herpers. Mekanisme

kerja dari Acyclovir, suatu analog guanosin yang tidak mempunyai

Page 9: Makalah Farmakologi Antivirus & Interferon

gugus glukosa, mengalami monofosforilasi dalam sel oleh enzim

yang di kode hervers virus, timidinkinase. Karena itu, sel-sel yang

di infeksi virus sangat rentan. Analokmonofofat diubah ke bentuk

di-dantrifosfat oleh sel pejamu. Trifosfatacyclovir berpacu dengan

deoksiguanosintrifosfat (dGTP) sebagai suatu subsrat untuk DNA

polymerase dan masuk ke dalam DNA virus yang menyebabkan

terminasi rantai DNA yang premature. Ikatan yang irrevelsibel dari

template primer yang mengandung acyclovir ke DNA polymerase

melumpuhkan enzim. Zat ini kurang efektif terhadap enzim

penjamu.

Resistensi dari Acyclovir, Timidinkinase yang sudah

berubah atau berkurang dan polymerase DNA telah ditemukan

dalam beberapa strain virus yang resisten. Resistensi terhadap

acyclovir disebabkan oleh mutasi pada gen timidinkinase virus atau

pada gen DNA polymerase. Mekanisme kerja analog purin dan

pirimidin adalah acyclovir dimetabolisme oleh enzim kinase virus

menjadi senyawa intermediet. Senyawa intermediet acyclovir (obat

obat seperti idosuridin, sitarabin, vidaradin, dan zidovudin)

dimetabolisme lebih lanjut oleh enzim kinase sel hospes menjadi

analog nukleotida, yang bekerja menghambat replikasi virus.

Indikasi dari Acyclovir adalah infeksi HSV-1 dan HSV-2

baik local maupun sistemik (termasuk keratitisherpetic,

herpeticensefalitis, herpes genitalia, herpes neonatal, dan herpes

labialis.) dan infeksi VZV(varisela dan herpes zoster). Karena

kepekaan acyclovir terhadap VZV kurang dibandingkan dengan

HSV, dosis yang diperlukan untuk terapi kasus varisela dan zoster

lebih tinggi daripada terapi infeksi HSV.

Dosis dari Acyclovir adalah untuk herpes genital yaitu 5x

sehari 200 mg tablet, sedangkan untuk herpes zoster ialah 4x400mg

Page 10: Makalah Farmakologi Antivirus & Interferon

sehari. Penggunaan topical untuk keratitis herpetic adalah dalam

bentuk krim ophthalmic 3% dank rim 5% untuk herpes labialis.

Untuk herpes ensefalitis, HSV berat lain nya dan infeksi VZV

digunakan asiklovirintravena 30mg/kg BB per hari.

Farmakokinetik dari Acyclovir adalah pemberian obat bisa

secara intravena, oral atau topical. Efektivitas pemberian

topical diragukan karena obat tersebar keseluruh tubuh, termasuk

cairan serebrospinal. Acyclovir sebagian dimetabolisme menjadi

produk yang tidak aktif. Ekskresi ke dalam urine terjadi melalui

filtrasi glomerular dan sekresi tubular. Efek

samping dari Acyclovir adalah efek sampingnya tergantung pada

cara pemberian. Misalnya, iritasi local dapat terjadi dari pemberian

topical, sakit kepala,  diare,  mual, dan muntah merupakan hasil

pemberian oral , gangguan fungsi ginjal dapat timbul pada dosis

tinggi atau pasien dehidrasi yang menerima obat secara intravena.

2).     Gancyclovir

Gancyclovir berbeda dari acyclovir dengan adanya

penambahan gugus hidroksimetilpadaposisi 3’ rantai samping

asikliknya. Metabolisme dan mekanisme kerjanya sama dengan

acyclovir. Yang sedikit berbeda adalah pada gancyclovir terdapat

karbon 3’ dengan gugus hidroksil, sehingga masih memunginkan

adanya perpanjangan primer dengan template jadi gancyclovir

bukanlah DNA chainterminator yang absolute seperti acyclovir.

Mekanisme kerja dari gancyclovir adalah gancyclovir

diubah menjadi ancyclovirmonofosfat oleh enzim fospotranverase

yang dihasilkan oleh sel yang terinfeksi sitomegalovirus.

Gancyclovir monofospat merupakan sitrat fospotranverase yang

lebih baik dibandingkan dengan acyclovir. Waktu paruh eliminasi

gancyclovirtrifospat sedikitnya adalah 12 jam, sedangkan acyclovir

Page 11: Makalah Farmakologi Antivirus & Interferon

hanya 1-2 jam. Perbedaan inilah yang menjelaskan mengapa

gancyclovir lebih superior dibandingkan dengan acyclovir untuk

terapi penyakit yang disebabkan oleh sitomegalovirus.

Resistensi dari gancyclovir adalah Sitomegalovirus dapat

menjadi resisten terhadap gancyclovir oleh salah satu dari dua

mekanisme penurunanfosporilasigancyclovir karena mutasi pada

fospotranverase virus yang dikode oleh gen UL97 atau karena

mutasi pada DNA polymerasevirus. Varian virus yang sangat

resisten pada gancyclovir disebabkan karena mutasi pada

keduanya ( Gen UL97 dan DNA polymerase) dan dapat terjadi

resistensi silang terhadap sidofovir atau foskarnet.

Indikasi dari Gancyclovir adalah Infeksi CMV, terutama

CMV retinitis pada pasien immunocompromised (misalnya :

AIDS), baik untuk terapi atau pencegahan. Sediaan dan

Dosis dari Gancyclovir adalah untuk induksi diberikan IV 10 mg/kg

per hari (2 X 5 mg/kg, setiap 12 jam) selama 14-21 hari,dilanjutkan

dengan pemberian maintenanceperoral 3000mg per hari (3 X sehari

4 kapsul @ 250 mg). Inplantsiintraocular (intravitreal) 4,5 mg

gancyclovir sebagai terapi local CMV retinitis.

Efek samping dari Gancyclovir adalah mielosupresi dapat

terjadi pada terapi dengan gancyclovir. Neotropenia terjadi pada 15-

40 % pasien dan trombositopenia terjadi pada 5-20 %. Zidovudin

dan obat sitotoksik lain dapat meningkatkan resiko toksisitas

gancyclovir. Obat-obat nefrotoksik dapat mengganggu ekskresi

gancyclovir. Probenesit dan acyclovir dapat mengurangi

klirensrenalgancyclovir. Rekombinan koloni stimulatingfactor (G-

CSF, filgastrim, lenogastrim) dapat menolong dalam penanganan

neutropenia yang disebabkan oleh gancyclovir.

3). Famcyclovir

Page 12: Makalah Farmakologi Antivirus & Interferon

Suatu analog asiklik dari 2’ deoksiguanosin, merupakan

prodruk yang dimetabolisme menjadi cyclovir aktif. Spectrum

antivirus sama dengan gancyclovir tetapi wakyu ini disetujui hanya

untuk pengobatan herpes zoster akut. Obat efektif peroral. Efek

samping dari famcyclovir adalah adanya rasa sakit kepala dan mual.

Penelitian pada hewan percobaan menujukan peningkatan

terjadinya adenokarsinomamamae dan toksisitastesticular.

4).   Trifluridin

Trifluridin telah menggantikan obat terdahulu yaitu

idoksuridin pada pengobatan topical keratokonjungtivitis yang

disebabkan virus herpes simpleks. Seperti idoksuridin, analog

pirimidin ini masuk dalam DNA virus dan menghentikan fungsinya.

5).   Foskarnet

Tidak seperti kebanyakan obat antivirus lainnya, foskarnet

bukan analog purin atau pirimidin, obat ini adalah fosfonoformat,

suatu derivatepirofosfat. Meskipun aktivitas antivirus invitro cukup

luas, disetujui hanya sebagai pengobatan retinitis sitomegalic pada

pasien penderita HIV dengan tanggap imun yang lemah terytama

jika infeksi tersebut resisiten terhadap gancyclovir. Foskarnet

bekerja dengan menghamabat polimerese DNA & RNA secara

reversible, yang mengakhiri elongasi rantai. Mutasi struktur

polymerase menyebabkan resistensi virus. Foskarnet sukar

diabsorpsi peroral harus disuntikan intravena, dan perlu diberikan

berulang untuk menghindari relaps jika kadarnya turun. Tersebar

merata di seluruh tubuh. Lebih dari 10% masuk matriks tulang yang

secara lambat dilepaskan. Obat asli dikeluarkan oleh glamerolus

dan sekresi tubular masuk urine. Efek samping dari foskarnet

adalah nefrotoksisitas, anemia, mual dan demam. Karena kelasi

dengan kation divalent, hipokalsemia, hipomagnesemia juga terjadi

Page 13: Makalah Farmakologi Antivirus & Interferon

selain itu hipokalemia, hipofospatemia, kejang, dan aretmia juga

pernah dilaporkan.

b.            Anti Retrovirus

Antiretrovirus terdiri dari

a) Nukleuside Reverse Transcriptase Inhhibiror (NRTI)

b)   NNRTI (Non Neokleoside Reverse Transcriptase Inhibitor)

c)   Protease Inhibitor (PI)

1). Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor (NRTI)

Reverse Transkripstase (RT) mengubah RNA virus

menjadi DNA proviral sebelum bergabung dengan kromosom

hospes. Karena antivirus golongan ini bekerja pada tahap awal

replikasi HIV, obat obat golongan ini menghambat terjadinya

infeksi akut sel yang rentan, tapi hanya sedikit berefek pada sel

yang telah terinfeksi HIV. Untuk dapat bekerja, semua obat

golongan NRTI harus mengalami fosforilasi oleh enzim sel

hospes di sitoplasma. Yang termasuk komplikasi oleh obat obat

ini adalah asidosilaktat dan hepatomegali berat dengan

steatosis. Yang termasuk kedalam golongan obat ini

diantaranya :

a). Zidovudin

Mekanisme kerja dari zidovudin adalah targetnya

yaitu enzim reverse transcriptase (RT) HIV. Zidovudin

bekerja dengan cara menghambat enzim

reversetranscriptase virus, setelah gugus asidotimidin

(AZT) pada zidovudin mengalami fosforilasi. Gugus AZT

5’- mono fosfat akan bergabung pada ujung 3’ rantai DNA

virus dan menghambat reaksi reversetranscriptase.

Page 14: Makalah Farmakologi Antivirus & Interferon

Resistensi dari zidovudin adalah resistensi terhadap

zidovudin disebabkan oleh mutasi pada enzim

reversetranscriptase. Terdapat laporan resisitensi silang

dengan analog nukleosida lainnya.Spektrum

aktivitas dari zidovudin adalah HIV (1&2).

Indikasi dari zidovudin adalah infeksi HIV, dalam

kombinasi dengan anti HIV lainnya (seperti lamivudin dan

abakafir).Farmakokinetik dari zidovudin adalah obat

mudah diabsorpsi setelah pemasukan oral dan jika

diminum bersama makanan, kadar puncak lebih lambat,

tetapi jumlah total obat yang diabsorpsi tidak terpengaruh.

Penetrasi melewati sawar otak darah sangat baik dan obat

mempunyai waktu paruh 1jam. Sebagian besar AZT

mengalami glukuronidasi dalam hati dan kemudian

dikeluarkan dalam urine.

Dosis dari zidovudin adalah Zidovudin tersedia

dalam bentuk kapsul 100 mg, tablet 300 mg dan sirup 5 mg

/5ml disiperoral 600 mg / hari. Efek samping

dari zidovudin adalah anemia, neotropenia, sakit kepala,

mual.

b).   Didanosin

Mekanisme kerja dari didanosin adalah Obat ini

bekerja pada HIV RT dengan cara menghentikan

pembentukan rantai DNA virus.Resistensi dari

didanosin adalah  resistensi terhadap didanosin disebabkan

oleh mutasi pada reverse transcriptase. Spektrum aktivitas

dari didanosin adalah HIV (1 & 2).

Indikasi dari didanosin adalah Infeksi HIV,

terutama infeksi HIV tingkat lanjut, dalam kombinasi anti

Page 15: Makalah Farmakologi Antivirus & Interferon

HIV lainnya.Farmakokinetik dari didanosin adalah karena

sifat asamnya, didanosin diberikan sebagai tablet kunyah,

buffer atau dalam larutan buffer. Absorpsi cukup baik jika

diminum dalam keadaan puasa, karena makanan

menyebabkan absorpsi kurang. Obat masuk system saraf

pusat tetapi kurang dari AZT. Sekitar 55% obat diekskresi

dalam urine.

Dosis dari didanosin adalah tablet dan kapsul salut

entericperoral 400 mg/hari dalam dosis tunggal atau

terbagi. Efek samping dari didanosin adalah diare,

pancreatitis, neuripati perifer.

c). Zalsitabin

Mekanisme kerja dari zalsitabin adalah obat ini

bekerja pada HIV RT dengan cara menghentikan

pembentukan rantai DNA virus.Resistensi dari

zalsitabin adalah resistensi terhadap zalsitabindisebakan

oleh mutasi pada reversetranscriptase. Dilaporkan ada

resisitensi silang dengan lamivudin.  Spektrum

aktivitas dari zalsitabin adalah HIV (1 & 2).

Indikasi  dari zalsitabin adalah Infeksi HIV, terutama

pada pasien HIV dewasa tingkat lanjut yang tidak

responsive terhadap zidovudin dalam kombinasi dengan

anti HIV lainnya (bukan zidanudin).

Farmakokinetik dari zalsitabin adalah zalsitabin

mudah diabsorpsi oral, tetapi makanan atau MALOX TC

akan menghambat absorpsi didistribusi obat ke seluruh

tubuh tetapi penetrasi ke ssp lebih rendah dari yang

diperoleh dari AZT. Sebagai obat dimetabolisme menjadi

DITEOKSIURIDIN yang inaktif. Urin adalah jalan

Page 16: Makalah Farmakologi Antivirus & Interferon

ekskresi utama meskipun eliminasi pekal bersama

metabolitnya.

Dosis dari zalsitabin adalah Diberikan peroral 2,25

mg / hari(1 tablet 0,75 mg tiap 8 jam). Efek samping dari

zalsitabin adalah neuropati perifer, stomatitis, ruam dan

pancreatitis.

d.)      Stavudin

Mekanisme kerja dari stavudin adalah obat ini

bekerja pada HIV RT dengan cara menghentikan

pembentukkan rantai DNA virus.Resistensi dari

stavudin adalah disebabkan mutasi pada RT kodon 75 dan

kodon 50. Spektrum aktivitas dari stavudin adalah HIV

tipe 1 dan 2. Indikasi dari stavudin adalah Infeksi HIV

terutama HIV tingkat lanjut, dikombinasikan dengan

anti HIV lainnya.

Farmakokinetik dari stavudin adalah Stavudin adalah

analog timidin dengan ikatan rangkap antara karbon 2’ dan

3’ dari gula.Stavudin harus diubah oleh kinaseintraselular

menjadi triposfat yang menghambat transcriptasereverse

dan menghentikan rantai DNA. Dosis dari stavudin adalah

per oral 80 mg/hari (1 kapsul 40 mg, setiap 12 jam). Efek

samping dari stavudin adalah neuropatiperiver, sakit

kepala, mual, ruam.

e.)        Lamivudin

Mekanisme kerja dari lamivudin adalah Obat ini

bekerja pada HIV RT dan HBV RT dengan cara

menghentikan pembentukan rantai DNA virus.

Resistensi dari lamivudin adalah disebabkan pada RT

kodon 184. Terdapat laporan adanya resistensi silang

Page 17: Makalah Farmakologi Antivirus & Interferon

dengan didanosin dan zalsitabin. Spektrum aktivitas dari

lamivudin adalah HIV ( tipe 1 dan 2 ) dan

HBV. Indikasi dari lamivudin adalah Infeksi HIV dan

HBV, untuk infeksi HIV, dalam kombinasi dengan anti

HIV lainnya (seperti zidovudin,abakavir).

Farmakokinetik dari lamivudin adalah ketersediaan

hayati lamivudin per oral cukup baik dan bergantung pada

ekskresi ginjal. Dosis dari lamivudin adalah per oral 300

mg/ hari ( 1 tablet 150 mg, 2x sehari atau 1 tablet 300 mg

1x sehari ). Untuk terapi HIV lamivudin, dapat

dikombinasikan dengan zidovudin atau abakavir.Efek

samping dari lamivudin adalah sakit kepala dan mual.

f)        Emtrisitabin

Mekanisme kerja dari emtrisitabin adalah merupakan

derivate 5-fluorinatedlamivudin. Obat ini diubah

ke bentuk triposfat oleh ensim selular. Mekanisme kerja

selanjutnya sama dengan lamivudin. Resistensi dari

emtrisitabin adalah resistensi silang antara lamivudin dan

emtrisitabin. Indikasi dari emtrisitabin adalah Infeksi HIV

dan HBV. Dosis dari emtrisitabin adalah per oral 1x sehari

200 mg kapsul. Efek samping dari emtrisitabin adalah

nyeri abdomen, diare, sakit kepala, mual dan ruam.

g)       Abakavir

Mekanisme kerja dari abakavir adalah bekerja pada

HIV RT dengan cara menghentikan pembentukan rantai

DNA virus.Resistensi dari abakavir adalah disebabkan

mutasi pada RT kodon 184,65,74 dan 115. Spektrum

Page 18: Makalah Farmakologi Antivirus & Interferon

aktivitas dari abakavir adalah HIV ( tipe 1 dan

2 ). Indikasi dari abakavir adalah Infeksi HIV. Dosis dari

abakavir adalah per oral 600mg/hari (2 tablet 300

mg). Efek sampingdari abakavir adalah mual ,muntah,

diare, reaksi hipersensitif (demam, malaise, ruam),

ganguan gastrointestinal.

2).      Non- Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor (NNRTI)

Merupakan kelas obat yang menghambat aktivitas

enzim reverstranscriptase dengan cara berikatan ditempat yang

dekat dengan tempat aktif enzim dan menginduksi perubahan

konformasi pada situs akif ini. Semuasenyawa NNRTI

dimetabolisme oleh sitokrom P450 sehingga cendrung untuk

berinteraksi dengan obat lain.

a.)       Nevirapin

Mekanisme kerja dari nevirapin adalah Bekerja pada

situs alosterik tempat ikatan nonsubtract HIV-1

RT. Resistensi dari nevirapin adalah disebabkan oleh

mutasi pada RT. Spektrum aktivitasdari nevirapin adalah

HIV ( tipe 1 ). Indikasi dari nevirapin adalah infeksi HIV-1

dalam kombinasi dengan anti-HIV,lainnya terutama NRTI.

Dosis dari nevirapin adalah per oral 200mg /hari

selama 14 hari pertama (satu tablet 200mg per hari),

kemudian 400mg / hari (2 x 200 mg tablet). Efek

samping dari nevirapin adalah ruam, demam, fatigue, sakit

kepala, somnolens dan peningkatan enzim hati.

b).      Delavirdin

Page 19: Makalah Farmakologi Antivirus & Interferon

Mekanisme kerja dari delavirdin adalah sama dengan

devirapin.Resistensi dari delavirdin adalah disebabkan oleh

mutasi pada RT. Tidak ada resistensi silang dengan

nefirapin dan efavirens. Spektrum aktivitas dari

delavirdin adalah HIV tipe 1. Indikasi dari

delavirdinadalah Infeksi HIV-1, dikombinasi dengan anti

HIV lainnya terutama NRTI. Dosis dari delavirdin adalah

per oral 1200mg / hari ( 2 tablet 200mg 3 x sehari ) dan

tersedia dalam bentuk tablet 100mg. Efek samping dari

delavirdin adalah Ruam, penningkatan tes fungsi hati,

menyebabkan neutropenia.

3).       Protease Inhibitor ( PI )

Semua PI bekerja dengan cara berikatan secara

reversible dengan situs aktif HIV protease. HIV-protease

sangat penting untuk infektivitas virus dan

penglepasanpoliprotein virus. Hal ini menyebabkan

terhambatnya penglepasan polipeptida prekusor virus oleh

enzim protease sehingga dapat menghambat maturasi virus,

maka sel akan menghasilkan partikel virus yang imatur dan

tidak virulen.

a).        Sakuinavir

Mekanisme kerja dari sakuinavir adalah sakuinavir

bekerja pada tahap transisi merupakan HIV

proteasepeptidomimeticinhibitor.Resistensi dari

sakuinavir adalah terhadap sakuinavir disebabkan oleh

mutasi pada enzim protease terjadi resistensi silang dengan

PI lainnya. Spektrum aktivitas dari sakuinavir adalah HIV

(1 & 2)Indikasi dari sakuinavir adalah Infeksi HIV, dalam

Page 20: Makalah Farmakologi Antivirus & Interferon

kombinasi dengan anti HIV lain (NRTI dan beberapa PI

seperti ritonavir).

Dosis dari sakuinavir adalah per oral 3600mg / hari

(6 kapsul 200mg soft kapsul 3 X sehari) atau 1800mg / hari

(3 hard gel capsule 3 X sehari), diberikan bersama dengan

makanan atau sampai dengan 2 jam setelah makan

lengkap. Efek samping dari sakuinavir adalah diare, mual,

nyeri pada abdomen.

b).   Ritonavir

Mekanisme kerja dari ritonavir adalah sama dengan

sakuinavir.Resistensi dari ritonavir adalah terhadap

ritonavir disebabkan oleh mutasi awal pada proteasekodon

82. Spektrum aktivitas dari ritonaviradalah HIV (1 &

2 ). Indikasi : Infeksi HIV, dalam kombinasi dengan anti

HIV lainnya (NRTI dan PI seperti sakuinavir ). Dosis dari

ritonavir adalah  per oral 1200mg / hari (6 kapsul 100mg, 2

X sehari bersama dengan makanan ). Efek samping dari

ritonavir adalah mual, muntah , dan diare.

c.  Antivirus Untuk Influenza

Pengobatan untuk infekksi antivirus pada saluran pernapasan termasuk influenza tipe A & B, virus sinsitial pernapasan (RSV). Obat antivirus Influenza diantaranya :

1).      Amantadin dan Rimantadin

Amantadin dan rimantadin memiliki mekanisme

kerja yang sama. Efikasi keduanya terbatas hanya pada

influenza A saja.

Page 21: Makalah Farmakologi Antivirus & Interferon

Mekanisme kerja dari Amanatadin dan

rimantadin adalahAmanatadin dan rimantadin merupakan

antivirus yang bekerja pada protein M2 virus, suatu kanal

ion transmembran yang diaktivasi oleh pH. Kanal M2

merupakan pintu masuk ion ke virion selama proses

uncoating. Hal ini menyebabkan destabilisasi ikatan

protein serta proses transport DNA virus ke nucleus. Selain

itu, fluks kanal ion M2 mengatur pH kompartemen

intraseluler, terutama aparatus Golgi.

Resistensi dari Amanatadin dan

rimantadin adalah Influenza A yang resisten terhadap

amantadin dan rimantidin belum merupakan masalah

klinik, meskipun beberapa isolate virus telah menunjukkan

tingginya angka terjadinya resistensi tersebut. Resistensi

ini disebabkan perubahan satu asam amino dari matriks

protein M2, resistensi silang terjadi antara kedua obat.

Indikasi dari Amanatadin dan

rimantadin adalah pencegahan dan terapi awal infeksi virus

influenza A (Amantadin juga diindikasi untuk terapi

penyakit Parkinson).

Farmakokinetik dari Amanatadin dan

rimantadin adalah kedua obat mudah diabsorbsi oral.

Amantadin tersebar ke seluruh tubuh dab mudah

menembus ke SSP. Rimantadin tidak dapat melintasi

sawardarah-otak sejumlah yang sama. Amantadin tidak

dimetabolisme secara luas. Dikeluarkan melalui urine dan

dapat menumpuk sampai batas toksik pada pasien gagal

ginjal. Rimantadindimetabolisme seluruhnya oleh hati.

Metabolit dan obat asli dikeluarkan oleh ginjal.

Page 22: Makalah Farmakologi Antivirus & Interferon

Dosis dari Amanatadin dan

rimantadin adalah Amantadin dan rimantadin tersedia

dalam bentuk tablet dan sirup untuk penggunaan oral.

Amantadin diberikan dalam dosis 200 mg per hari ( 2 x

100 mg kapsul ). Rimantadin diberikan dalam dosis 300

mg per hari ( 2 x sehari 150 mg tablet). Dosis amantadin

harus diturunkan pada pasien dengan insufisiensirenal,

namun rimantadin hanya perlu diturunkan pada pasien

dengan klirenskreatinin ≤ 10 ml/menit.

Efek samping dari Amanatadin dan

rimantadin adalah efek samping SSP seperti kegelisahan,

kesulitan berkonsentrasi, insomnia, hilang nafsu makan.

Rimantadin menyebabkan reaksi SSP lebih sedikit karena

tidak banyak melintasi sawar otak darah. Efek

neurotoksikamantadin meningkat jika diberikan bersamaan

dengan antihistamin dan obat antikolinergik/psikotropik,

terutama pada usia lanjut.

b)       Inhibitor Neuraminidase ( Oseltamivir, Zanamivir )

Merupakan obat antivirus dengan mekanisme kerja

yang sam terhadap virus influenza A dan B. Keduanya

merupakan inhibitorneuraminidase yaitu analog asam N-

asetilneuraminat ( reseptor permukaan sel virus influenza ),

dan desain struktur keduanya didasarkan pada struktur

neuraminidasevirion.

Mekanisme kerjanya adalah Asam N-

asetilneuraminat merupakan komponen mukoprotein pada

sekresi respirasi, virus berikatan pada mucus, namun yang

menyebabkan penetrasi virus ke permukaan sel adalah

aktivitas enzim neuraminidase. Hambatan terhadap

Page 23: Makalah Farmakologi Antivirus & Interferon

neuraminidase mencegah terjadinya infeksi.

Neuraminidase juga untuk penglepasan virus yang

optimaldari sel yang terinfeksi, yang meningkatkan

penyebaran virus dan intensitas infeksi. Hambatan

neuraminidase menurunkan kemungkinan berkembangnya

influenza dan menurunkan tingkat keparahan, jika

penyakitnya berkembang.

Resistensi menyebabkan adanya hambatan ikatan

pada obat dan pada hambatan aktivitas enzim

neuraminidase. Dapat juga disebabkan oleh penurunan

afinitas ikatan reseptor hemagglutinin sehingga aktivitas

neuraminidase tidak memiliki efek pada penglepasan virus

pada sel yang terinfeksi. Indikasinya yaitu terapi dan

pencegahan infeksi virus influenza A dan  Dosis yang

dipakai Zanamivir diberikan per inhalasi dengan dosis 20

mg per hari (2 x 5 mg, setiap 12 jam) selama 5 hari.

Oseltamivir diberikan per oral dengan dosis 150 mg per

hari (2 x 75 mg kapsul, setiap 12 jam) selama 15 hari.

Terapi dengan zanamivir/oseltamivir dapat diberikan

seawal mungkin, dalam waktu 48 jam, setelah onset gejala.

Efek samping dari obat ini adalah pada terapi

zanamivir mengakibatkan gejala saluran nafas dan gejala

saluran cerna, dapat menimbulkan batuk, bronkospasme

dan penurunan fungsi paru reversibel pada beberapa

pasien. Terapi oseltamivir mengakibatkan mual, muntah,

nyeri abdomen , sakit kepala.

c)       Ribavirin

Ribavirin merupakan analog sintetik guanosin, efektif

terhadap virus RNA dan DNA. Mekanisme kerja

Page 24: Makalah Farmakologi Antivirus & Interferon

dari ribavirin adalah ribavirin merupakan analog guanosin

yang cincin purinnya tidak lengkap. Setelah mengalami

fosforilasiintrasel, ribavirintrifosfat mengganggu tahap

awal transkripsi virus, seperti proses capping dan

elongasimRNA serta menghambat sintesis

ribonukleoprotein.

Resistensi dari ribavirin adalah hingga saat ini belum

ada catatan mengenai resistensi terhadap ribavirin, namun

pada percobaan diLaboratorium menggunakan sel, terdapat

sel-sel yang tidak dapat mengubah ribavirin menjadi

bentuk aktifnya.

Spektrum aktivitas dari ribavirin adalah virus DNA

dan RNA, khusunya orthomyxovirus (influenza A dan B),

para myxovirus ( cacar air, respiratory syncytial virus

(RSV) dan arenavirus (Lassa, Junin,dll).

Indikasi dari ribavirin adalah terapi infeksi RSV pada

bayi dengan resiko tinggi. Ribavirin digunakan dalam

kombinasi dengan interferon-α/ pegylatedinterferon – α

untuk terapi infeksi hepatitis C.

Farmakokinetik

dari ribavirin adalah ribavirin infektif diberikan per oral

dan intravena. Terakhir digunakan sebagai aerosol untuk

kondisi infeksivirus pernapasan tertemtu, seperti

pengobatan infeksi RSV. Penelitian distribusi obat pada

primate menunjukkan retensi dalam semua jaringan otak.

Obat dan metabolitnya dikeluarkan dalam urine. Dosis

dari ribavirin adalah per oral dalam dosis 800-1200 mg per

hari untuk terapi infeksi HCV/ dalam bentuk aerosol

(larutan 20 mg/ml).

Page 25: Makalah Farmakologi Antivirus & Interferon

Efek samping dari ribavirin adalah pada penggunaan

oral / suntikan ribavirin termasuk anemia tergantung dosis

pada penderita demam Lassa. Peningkatan bilirubin juga

telah dilaporkan Aerosol dapat lebih aman meskipun

fungsi pernapasan pada bayi dapat memburuk cepat setelah

permulaan pengobatan aerosoldan karena itu monitoring

sangat perlu. Karena terdapat efek teratogenikpada hewan

percobaan, ribavirin dikontraindikasikan pada kehamilan.

BAB IIIPENUTUP

3.1 Kesimpulan

Page 26: Makalah Farmakologi Antivirus & Interferon

Virus adalah mikro organisme yang bersifat parasit dengan menginfeksi

atau memanfaatkan sel organisme biologis mahluk hidup lainnya seperti

manusia, hewan, tanaman sebagai inangnya. Virus tumbuh dan berkembang biak

di sel organisme biologis mahluk hidup lain karena virus hanya terdiri dari

selubung protein yang terbentuk dari DNA atau RNA saja dan tidak memiliki

perlengkapan selular untuk bereproduksi.

Klasifikasi pembahasan obat antivirus adalah terdiri dari antivirus untuk

herpers, antivirus untuk influenza, dan antiretrovirus yang terdiri dari nukleuside

reverse transcriptase inhhibiror (NRTI), NNRTI (non neokleoside reverse

transcriptase inhibitor), dan Protease inhibitor (PI),

Tujuan Terapi Virus adalah menurunkan tingkat keparahan penyakit dan

komplikasinya, serta menurunkan kecepatan transmisi virus, sedangkan pasien

dengan infeksi virus kronik, tujuan terapinya adalah mencegah kerusakan oleh

virus orgavisceral, terutama hati, paru-paru, saluran pencernaan dan Sistem Saraf

Pusat. 

3.2  Saran

Kami sekelompok sangat menyadari makalah ini belum seluruhnya sempurna

hal ini disebabkan hanya beberapa orang saja yang mengerjakan makalah ini. Oleh

karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat

konstruktif, untuk kesempurnaan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Drs.Tan HoanTjay dan Drs. Kirana Rahardja. 2007. Obat-obat Penting ed. 6 depkes RI. Jakarta.

Page 27: Makalah Farmakologi Antivirus & Interferon

Gunawan, Suilistia Gan. Dkk. 2007. edisi 5. Farmakologi dan Terapi. Jakarta; Gaya baru

Kee, Joyce L dan Hayes, Evelyn R. 1996. Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta; EGC

Mary J.Mycek, Ph.D. dkk. 1995. Ed. 2. Farmakologi Ulasan bergambar.Jakarta; EGC

Price, Sylvia A dan Lorraine M. Wilson. 2006. Patofisiologi Edisi 6. EGC:Jakarta.

Priyanto. 2010. Farmakologi Dasar Untuk Mahasiswa Farmasi & Keperawatan.Leskonfi : Jakarta.

Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja. 2002. Obat- Obat Penting. Gramedia: Jakarta

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Page 28: Makalah Farmakologi Antivirus & Interferon

Manusia terus menerus berkontak dengan agen eksternal yang dapat

membahayakan jika masuk ke dalam tubuh. Yang paling serius mikroorganisme

penyebab penyakit. Jika bakteri atau virus akhirnya masuk ke dalam tubuh, maka

tubuh dilengkapi oleh sistem pertahanan internal yang kompleks dan multifaset-

sistem imun-yang memberi perlindungan terus menerus terhadap invasi oleh agen

asing. Selain itu, permukaan tubuh yang terpajan ke lingkungan eksternal,

misalnya sistem integumen atau kulit, berfungsi sebagai lini pertama pertahanan

untuk mencegah masuknya mikroorganisme asing. Sistem imun juga melindungi

tubuh dari kanker dan untuk mempermudah perbaikan jaringan yang rusak.

Sistem imun secara tidak langsung berperan dalam homeostasis dengan

membantu mempertahankan kesehatan organ-organ yang secara langsung berperan

dalam homeostasis.

Imunitas adalah kemampuan tubuh untuk menahan atau menghilangkan

benda asing atau sel abnormal yang berpotensi merugikan. Sistem imun suatu

sistem pertahanan internal yang berperan kunci dalam mengenal dan

menghancurkan atau menetralkan benda-benda di dalam tubuh yang asing bagi

“diri normal”.

B.  Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian interferon

2. Untuk mengetahui mekanisme kerja dari interferon

3. Untuk mengetahui fungsi dari interferon

Page 29: Makalah Farmakologi Antivirus & Interferon

C. Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian dari interferon ?

2. Bagaimanakah mekanisme kerja dari interferon ?

3. Apa saja fungsi dari interferon ?

4. Apa saja manfaat interferon ?

5. Apa saja efek samping dari interferon ?

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Interferon

Page 30: Makalah Farmakologi Antivirus & Interferon

Interferon adalah keluarga dari protein-protein yang terjadi secara alami

yang dibuat dan dikeluarkan oleh sel-sel sistem imun (contohnya, sel-sel darah

putih, sel-sel pembunuh alami, fibroblast-fibroblast, dan sel-sel epithelial).

B. Fungsi Interferon

Interferon, terutama alfa dan beta memiliki peranan penting dalam

pertahanan terhadap infeksi virus. Senyawa interferon adalah bagian dari sistem

imun non-spesifik dan senyawa tersebut akan terinduksi pada tahap awal infeksi

virus, sebelum sistem imun spesifik merespon infeksi tersebut. Aktivasi protein

interferon terkadang dapat menimbulkan kematian sel yang dapat mencegah

infeksi lebih lanjut pada sel.Fungsi lain dari interferon adalah untuk upregulate

molekul kompleks histokompatibilitas utama, MHC I dan MHC II, dan

meningkatkan aktivitas immunoproteasome.

C. Jenis-Jenis Interferon

Terdapat tiga kelas interferon yaitu, alfa, beta, dan gamma.

a. Interferon-α, dihasilkan oleh leukosit dan berperan sebagai molekul anti-

viral.Penggunaan interferon-α untuk perawatan penderita hepatitis B dan

hepatitis C dapat menginduksi hipotiroidisme atau hipertiroidisme, tiroiditis

maupun disfungsi kelenjar tiroid. IFN-α memiliki efek anti-proliferatif dan

anti-fibrosis pada sel mesenkimal.

b. Interferon-β, dihasilkan oleh fibroblas dan dapat bekerja pada hampir semua

sel di dalam tubuh manusia.

c.    Interferon-γ, dihasilkan oleh limfosit sel T pembantu dan hanya bekerja pada

sel sel tertentu, seperti makrofaga, sel endotelial, fibroblas, sel T sitotoksik,

dan limfosit B.

D. Mekanisme Kerja Interferon

Page 31: Makalah Farmakologi Antivirus & Interferon

IFN-α dan IFN-β, merupakan family IFN tipe I, yang bersifat tahan asam

dan bekerja pada reseptor yang sama. IFN biasanya diinduksi oleh infeksi virus.

IFN-γ merupakan IFN tipe II yang tidak tahan asam dan bekerja pada reseptor

yang berbeda. IFN-γ biasanya dihasilkan oleh limfosit T.

Setelah berikatan dengan reseptor selular spesifik, IFN mengaktivasi jalur

transduksi sinyal JAK-STAT, menyebabkan translokasi inti kompleks protein

seluler yang berikatan dengan interferon-specific response element. Ekspresi

aktivasi transduksi sinyal ini adalah sintesis lebih dari dua lusin protein yang

berefek antivirus. Efek antivirus melalui hambatan penetrasi virus, sintesis mRNA

virus, translasi protein virus dan/atau assembly dan pelepasan virus. Virus dapat

dihambat oleh IFN pada beberapa tahap, dan tahapan hambatannya berbeda pada

tiap virus. Namun beberapa virus juga dapat melawan efek IFN dengan cara

menghambat kerja protein tertentu yang diinduksi oleh IFN. Salah satunya adalah

resistensi HCV terhadap IFN yang disebabkan oleh hambatan aktivitas protein

kinase oleh HCV.

E. Manfaat Interferon

                   Sebagai Antivirus

Interferon merupakan sistem kekebalan tubuh kelompok sitokin yang

diproduksi oleh tubuh bila mengetahui ada virus yang menempel pada permukaan

sel sebelum virus tersebut masuk untuk menginfeksi. Antibodi dalam sirkulasi

darah akan mencegah virus untuk menempel. Bila virus tersebut lolos dan

menginfeksi, sel tubuh akan melepas interferon untuk meresponnya.

Di samping itu, interferon mengaktifkan sel pembunuh alamiah (Natural

Killer Cell) yang akan menghancurkan sel yang terinfeksi virus yang dapat

dikenali dari perubahan pada permukaannya.

                  Pengobatan Hepatitis B dan C

Interferon sudah dikenal sejak tahun 1989, tetapi efektivitas pengobatannya

masih rendah, yaitu sekitar 20% untuk hepatitis B dan 11-19% untuk hepatitis C.

Page 32: Makalah Farmakologi Antivirus & Interferon

setelah dikembangkan menjadi bentuk terpegilasidari interferon 2a dan terpegilasi

dari interferon 2b terjadi peningkatan efektivitas pengobatan menjadi 40-50%.

Perbedaannya terletak pada kestabilan protein yang menjadi inti interferon.

Dibandingkan yang konvensional, protein yang terpegilasi cenderung lebih stabil

sehingga dapat aktif lebih lama membunuh virus.

Saat ini obat Hepatitis C standar adalah kombinasi Interferon dengan

Ribavirin. Kombinasi obat Hepatitis C ini memiliki kemampuan untuk

menghasilkan respon yang tinggi melawan

virus pada penderita Hepatitis C kronis.

Obat Hepatitis C bentuk terpegilasi dari interferon-α dibuat dengan

menggabungkan suatu molekul besar yang larut air, yaitu Polietilenglikol (PEG)

dengan molekul interferon-α. Penggabungan tersebut memperbesar ukuran

interferon-α sehingga dapat bertahan dalam tubuh  lebih lama. Hal tersebut juga

dapat melindungi molekul interferon agar tidak dirusak oleh enzim tubuh. Selain

itu, obat ini juga memiliki waktu paruh yang lebih panjang sehingga tidak perlu

sering-sering dikonsumsi. Interferon-α standar biasa disuntikkan tiga kali dalam

seminggu, sedangkan interferon-α  bentuk terpegilasi cukup disuntikkan sekali

dalam seminggu.

Obat Hepatitis C ini diberikan pada pasien sesuai dengan berat badan

dengan dosis 1,5μg/ kg berat badan.

Obat yang direkomendasikan untuk terapi Hepatitis B kronis adalah PEG

Interferon α-2a dan PEG Interferon α-2b.

F. Efek Samping

Masalahnya walaupun interferon berfungsi ganda, yaitu melindungi tubuh

dari serangan penyakit dan sekaligus membunuh agen penyebab penyakit, obat ini

masih mempunyai beberapa kelemahan. Pertama adalah adanya efek samping.

Penggunaan interferon akan menimbulkan efek samping berupa gejala demam,

termasuk panas dan sakit kepala.

Page 33: Makalah Farmakologi Antivirus & Interferon

Penggunaan interferon dalam waktu yang lama akan menyebabkan

turunnya daya lihat dan bahkan rontoknya rambut. Kelemahan kedua adalah masa

terapi lama bahkan sampai lebih dari satu tahun. Ini akan menyusahkan pasien

karena konsumsi interferon biasanya melalui infus.

Pemberian interferon dapat memberikan efek samping yang mirip dengan

gejala-gejala flu, seperti demam, menggigil, sakit kepala, sakit-sakit dan nyeri-

nyeri otot, malaise. Efek ini dapat terjadi pada pemberian semua jenis interferon.

Gejala-gejala ini bervariasi dari ringan sampai parah dan terjadi pada sampai

setengah dari senua pasien-pasien.

Efek samping lain yang mungkin terjadi dengan semua interferon-

interferon dan yang mugkin disebabkan oleh dosis-dosis yang lebih tinggi adalah:

Kelelahan,diare,mual,muntah,nyeri perut,sakit-sakit persendian,nyeri

tulang belakang, dan dizziness. Anorexia, congestion, denyut jantung yang

meningkat, kebingungan, jumlah sel darah putih yang rendah, jumlah platelet yang

rendah (thrombocytopenia), jumlah sel darah merah yang rendah, dan peningkatan

pada enzim-enzim hati, peningkatan pada triglycerides, ruam-ruam kulit, rambut

rontok yang ringan atau penipisan rambut, pembengkakan (edema), batuk, atau

kesulitan bernapas telah dilaporkan. Reaksi-reaksi alergi dan anaphylactik

mungkin juga terjadi.

G. Terapi Interferon

Interferon-α dan -β telah digunakan untuk penyembuhan berbagai infeksi

virus, salah satunya adalah beberapa hepatitis C dan B tertentu yang bersifat

kronis serta akut dapat menggunakan interferon-α. Sementara itu, interferon-γ

yang berperan dalam aktivasi makrofag, digunakan dalam penyembuhan kusta

lepromatosa, toksoplasmosis, dan leisymaniasis. Efek anti-proliferasi yang

Page 34: Makalah Farmakologi Antivirus & Interferon

dimiliki interferon juga menyebabkan senyawa ini dapat digunakan untuk

mengatasi tumor seperti melanoma dan Sarkoma Kaposi.

Terapi interferon digunakan sebagai pengobatan untuk kanker.

Pengobatan ini paling efektif untuk mengobati keganasan hematologi, leukemia

dan limfoma termasuk leukemia sel berbulu, leukemia myeloid kronis, limfoma

nodular, kulit T- limfoma sel.  Pasien dengan melanoma berulang menerima

rekombinan IFN-α2b. Tipe I IFNs memiliki potensi terapi untuk pengobatan

berbagai macam leukemia dan tumor padat karena efek antiproliferatif dan

apoptosis mereka, mereka anti-angiogenik. efek dan kemampuan mereka untuk

memodulasi respon imun spesifik mengaktifkan sel dendritik, sel T dan sel NK

cytolytic. Penelitian di daerah ini menerima penyelidikan intensif

Penggunaan interferon pengobatan memang dibatasi karena adanya efek

samping berupa demam, malaise, kelelahan, dan nyeri otot. Selain itu, interferon

juga bersifat toksik atau beracun terhadap hati, ginjal, sumsum tulang, dan

jantung.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Interferon adalah keluarga dari protein-protein yang terjadi secara alami

yang dibuat dan dikeluarkan oleh sel-sel sistem imun (contohnya, sel-sel darah

Page 35: Makalah Farmakologi Antivirus & Interferon

putih, sel-sel pembunuh alami, fibroblast-fibroblast, dan sel-sel epithelial).

Terdapat tiga kelompok interferon yang telah diidentifikasi: alpha,beta,gamma.

Setiap kelompok mempunyai banyak efek, meskipun efek-efeknya saling

tumpang tindih. Interferon-interferon yang tersedia secara komersial adalah

interferon manusia yang dibuat menggunakan teknologi recombinant DNA.

Mekanisme aksi dari interferon adalah sangat kompleks dan belum dimengerti

dengan baik. Interferon-interferon memodulasi respon sistem imun pada virus-

virus, bakteri-bakteri, kanker, dan senyawa-senyawa asing lain yang menyerang

tubuh.

B.  Saran

Kami sekelompok sangat menyadari makalah ini belum seluruhnya

sempurna hal ini disebabkan hanya beberapa orang saja yang mengerjakan

makalah ini. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari semua

pihak yang bersifat konstruktif, untuk kesempurnaan makalah ini.