MAKALAH FAAL TERAPAN.docx

31
0 MAKALAH FAAL TERAPAN S A L I V A Dosen Pengampu : drg. ROSSY WIHARDJA, M.DSc. DISUSUN OLEH : Drg. Hamdatun Rakhmania – NPM.160721150001 Drg. Rita Wardhani – NPM. 160721150002 0

Transcript of MAKALAH FAAL TERAPAN.docx

Page 1: MAKALAH FAAL TERAPAN.docx

0

MAKALAH FAAL TERAPAN

S A L I V A

Dosen Pengampu : drg. ROSSY WIHARDJA, M.DSc.

DISUSUN OLEH :

Drg. Hamdatun Rakhmania – NPM.160721150001Drg. Rita Wardhani – NPM. 160721150002

PPDGS ILMU PENYAKIT MULUTUNIVERSITAS PADJADJARAN

BANDUNG2015

0

Page 2: MAKALAH FAAL TERAPAN.docx

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Saliva berperan penting antara lain dalam proses lubrikasi dan sistem

imunitas terdepan dalam rongga mulut serta menjaga hemostasis sistem pencernaan

tubuh manusia. Saliva dihasilkan oleh kelenjar salivarius yang terbagi atas kelenjar

salivarius besar dan kecil yang memproduksi sekret mukus, sereus dan campuran, dan

disalurkan melalui duktus-duktus di muara masing-masing duktus tersebut pada daerah

rongga mulut hingga saluran pencernaan.

1.2 TUJUAN

Makalah ini disusun dengan tujuan agar beberapa hal mendasar yang

penting diketahui menyangkut saliva, meliputi Kelenjar Saliva ( growth & development

of salivary gland ),komposisi, sifat dan fungsi fisiologis saliva serta mekanisme sekresi

saliva pada tubuh manusia dapat dibahas berdasar literatur terkini, sehingga bermanfaat

untuk keperluan penanganan pasien dan profesionalisme sebagai seorang klinisi.

1

Page 3: MAKALAH FAAL TERAPAN.docx

2

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 KELENJAR SALIVA

2.1.1 Definisi

Agar memudahkan memahami pembahasan dalam makalah ini maka

perlu untuk mengenal batasan dari istilah yang akan sering digunakan, antara

lain batasan saliva, kelenjar salivarius dan duktus. Saliva disebut pula sebagai

ludah atau air liur merupakan cairan oral yang kompleks, tidak berwarna terdiri

atas campuran sekresi dari kelenjar ludah besar dan kecil yang ada pada mukosa

oral dan bagian sekitar orofasial.

Gambar 1. Anatomi Kelenjar Salivarius

Sumber : Tucker A.S., I. Miletich : 2010

2

Page 4: MAKALAH FAAL TERAPAN.docx

3

Kelenjar Saliva didefinisikan sebagai suatu kelenjar eksokrin (produk

berupa saliva dikeluarkan melalui saluran) yang menghasilkan saliva

berperan penting dalam mempertahankan kesehatan jaringan mulut dan

sekitarnya. Adapun pengertian dari duktus salivarius adalah suatu saluran

kelenjar saliva yang panjangnya berbeda menurut jenis kelenjarnya, bermuara

pada rongga mulut, terdiri dari duktus intralobularis & interlobularis.

2.1.2 Growth& Development of Salivary Gland

Tumbuh kembang dari kelenjar salivarius adalah pada masa usia

minggu ke-6 hingga minggu ke-8 janin, dimana secara spesifik untuk

pembentukan kelenjar parotis pada embrio sekitar minggu ke-6 dan ke-7 berasal

dari jaringan ektodermal berlokasi di tepi stomodeum, secara histologis dapat

digambarkan bahwa sel-sel berproliferasi membentuk anyaman padat dengan

ujung bulat, dimana anyaman tersebut berkembang membentuk lumen dan

selanjutnya membentuk duktus, sementara ujung yang bulat berdiferensiasi

membentuk acini yang mana khusus menghasilkan saliva yang akan

mengeluarkan sekret.

Gambar 2. Skema Perkembangan Kelenjar Saliva

Sumber : Hassan A.Mutaz, 2007

3

Page 5: MAKALAH FAAL TERAPAN.docx

4

Adapun tumbuh kembang kelenjar submandibularis dan

sublingualis, kedua kelenjar tersebut berasal dari jaringan endodermal berlokasi

di dasar mulut di latero-kaudal lidah, dimana kelenjar sub lingualis terbentuk

sebagai multiple buds membentuk lobus mayor dan lobus minor pada masa

paling akhir dibanding terbentuknya kedua kelenjar salivarius mayor lainnya.

Kedua kelenjar ini mengalami proses pembentukan yang sama dengan kelenjar

parotis.

2.1.3 Klasifikasi Kelenjar Saliva

Pada tubuh manusia tersebar kelenjar saliva mulai dari bagian

orofasial hingga daerah saluran cerna, dapat di klasifikasi antara lain

berdasarukuran, yakni terdiri dari :

a. Kelenjar Salivarius Mayor

- Kelenjar Parotis

Terdiri dari sepasang kelenjar bagian kiri dan kanan letaknya di

bagian bawah telinga di belakang ramus mandibula, memiliki berat sekitar

15 hingga 30 gram tergantung usia dan jenis kelamin. Memiliki duktus

terbesar yang bermuara pada vestibulus oris di antara mukosa bukal dan

daerah gingiva molar 2 rahang atas. Kelenjar ini dibungkus oleh jaringan ikat

padat dan menghasilkan ± 25 % dari total saliva dalam rongga mulut. Secara

histologis terlihat jaringan ikat masuk kedalam parenkim dimana membagi

organ kelenjar saliva ini menjadi lobus superfisial & lobus inferior. Duktus

salivarius yang utama disebut duktus Stensen’s dinamakan sesuai

penemunya, sehingga kelenjar ini dikenal pula sebagai Stensen’s Gland.

4

Page 6: MAKALAH FAAL TERAPAN.docx

5

Duktus utama ini bercabang membentuk duktus interlobularis yang terdiri

dari sel-sel epitel berlapis silindris, yang kemudian melanjutkan diri

memiliki cabang membentuk duktus intralobularis disebut pula sebagai

pfluger.

- Kelenjar Submandibula

Kelenjar yang memproduksi saliva terbanyak sekitar ± 60 % dari

total jumlah saliva, terletak di sebelah dalam bagian bawah korpus

mandibula terdiri dari sepasang di regio kanan dan kiri, duktus salivarius

terbesarnya disebut sebagai duktus Wharton’s dengan demikian kelenjar

submandibula dikenal pula dengan sebutan Wharton’s Gland, duktus ini

bermuara pada dasar rongga mulut, dekat frenulum lidah, di daerah belakang

gigi incisivus bawah.

Gambar 3. Anatomi Kelenjar Salivarius Mayor

5

Page 7: MAKALAH FAAL TERAPAN.docx

6

- Kelenjar Sublingual

Disebut pula sebagai Bartholin’s Gland sesuai nama penemunya,

memiliki duktus salivarius terbesar yang bermuara pada dasar rongga mulut

dibelakang duktus Wharton di daerah frenulum lidah dikenal dengan nama

duktus Rivinus. Kelenjar ini letaknya di bawah mukosa pada dasar rongga

mulut, memiliki septa-septa jaringan ikat yang jelas karena terlihat tebal dan

menghasilkan sekitar 5 % dari total saliva.

b. Kelenjar Salivarius Minor

Tersebar pada bagian lidah, bibir, mukosa bukal, palatum, tonsil

hingga di daerah sinus paranasal, diinervasi melalui post-ganglion parasimpatis

nervus lingualis dan ganglion spenopalatinus untuk kelenjar-kelenjar pada

bagian palatum superior. Kelenjar Salivarius minor terdiri dari 600 hingga 1000

kelenjar dengan ukuran sekitar 1 sampai 5 mm yang berada dalam rongga mulut

hingga pada daerah oropharings.

2.1.4 Struktur Kelenjar Saliva

Struktur kelenjar saliva dapat diklasifikasikan berdasar jenis sekresi yang

dihasilkan oleh kelenjar salivarius masing-masing, yakni terdiri dari sekresi

mukus, sereus atau campuran dari mukus dan sereus.

1. Mukus

Mukus memiliki sekret yang kental, banyak mengandung musin,

secara histologis tampak batas sel jelas terlihat, tidak terdapat kanalikuli

interseluler sehingga sekretnya langsung dituangkan oleh sel sekretoris kedalam

6

Page 8: MAKALAH FAAL TERAPAN.docx

7

lumen asinus, inti sel tampak pipih dengan terdapat hanya sedikit mitokondria,

retikulum endoplasma namun terlihat banyak mengandung apparatus golgi

sehingga terdapat lebih banyak komponen karbohidrat pada sekretnya. Struktur

mukus ini berfungsi utama untuk melumasi dan melindungi permukaan mukosa.

Kelenjar Weber yang terdapat pada bagian posterior lidah merupakan kelenjar

minor penghasil sekret mukus demikian pula kelenjar salivarius palatum.

2. Sereus

Sekret yang tampak lebih encer dan banyak mengandung ptialin

atau enzim α-amilase, dengan inti sel bulat dan batas sel sukar dilihat pada aspek

histologisnya serta antara sel terdapat kanalikuli sekretoris interseluler tampak

terdapat sel myoepitel diantara sel kelenjar dan membran basal, hal ini diketahui

dapat berkontraksi untuk membantu mengeluarkan sekret asinus. Struktur sereus

memiliki fungsi utama untuk mencerna karbohidrat. Dihasilkan oleh kelenjar

Von Ebner atau Gustatory Gland yang dikenal pula sebagaialbuminous gland,

kelenjar penghasil sekret sereus ini terletak pada pangkal lidah atau daerah

posterior lidah.

3. Campuran

Disebut dengan campuran karena stuktur ini merupakan gabungan

dari sekret serous maupun mukus sebagai parenkim dari kelenjar salivarius

penghasilnya. Karena percampuran dari kedua jenis sekret sehingga baik musin

maupun ptialin menjadi kandungannya. Berfungsi utama sebagai lubrikan,

buffer dan membantu pencernaan makanan. Dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar

mayor yaitukelenjar salivarius parotis, submandibula, sublingual serta kelenjar

minor Bladin Nuhn yang letaknya di bagian anterior lidah.

7

Page 9: MAKALAH FAAL TERAPAN.docx

8

Gambar 4. Jenis Sekret pada Rongga Mulut

Sumber :Hassan A.Mutaz : 2007

2.2 KOMPOSISI SALIVA

Saliva mengandung komponen organik dan anorganik yang masing-

masing kompenen tersebut memiliki satu atau beberapa fungsi sekaligus dapat berperan

menurut secara spesifik ataupun secara bersama-sama dengan komponen lainya untuk

melaksanakan fungsi tertentu.

2.2.1 Komponen Organik

Terdiri dari enzim amilase dan asam amino berfungsi mengubah

karbohidrat menjadi gugus yang lebih kecil & glikogen agar mudah dicerna,

8

Page 10: MAKALAH FAAL TERAPAN.docx

9

komponenlain adalah lisozim, imunoglobulin, histatin , mampu membunuh

bakteri dan virus tertentu bersifat sebagai bakteriosik serta terdapat aglutinin,

laktoferrin dan kolagenberperan dalam proses penyembuhan luka dan sebagai

komponen imunitas, selain itu terdapat cystatin dan laktoperosidase yang

mampu mengkatalisis oksidasi CNS (thiosianat) menjadi OSCN (hypothio) dan

menghambat pertukaran zat pertumbuhan mikroorganisme.

Musin yang berfungsi membantu membentuk makanan menjadi bolus,

karbonik anhidrase, staterin, prolin, protein kaya prolin, glikoprotein kaya prolin

yang secara bersama melindungi jaringan mulut terhadap kekeringan dan

menjadi pelumas dan penyangga dalam ekosistem rongga mulut.

Tabel 1. Komponen dalam Saliva

2.2.2 Komponen Anorganik

Saliva mengandung berbagai komponen anorganik terdiri dari

elektrolit dan ion yaitu natrium, kalsium, kalium, sodium, khlorida, fosfat,

thiosianat, karbonat dan bikarbonat yang berperan dalam Remineralisasi email

& pembentukan karang gigi dan plak bakteri, aktifitas enzimatik α-amilase,

9

Page 11: MAKALAH FAAL TERAPAN.docx

10

sebagai agen antibakterial pada sistem laktoperosidase, sebagai ion buffer dan

berfungsi menetralkan suasana asam basa di dalam rongga mulut.

2.3 SIFAT SALIVA

2.3.1 pH

Saliva memiliki pH normal sekitar 6,0 hingga 7,0, dimana dapat

dijadikan gambaran keadaan umum kondisi rongga mulut seseorang, jika pH

saliva individu lebih menurun dari pada pH normal yang berarti lebih bersifat

asam dapat dihubungkan dengan kejadian karies yang mungkin dapat

lebihmudah atau meningkat kejadiannya pada individu tersebut, sebaliknya pada

individu dengan tingkat pH saliva yang meningkat berarti lebih basa

kecenderungan pembentukan kalkulus mungkin lebih banyak terjadi sehingga

dihubungkan dengan keadaan rongga mulut dengan plak kalkulus yang lebih

banyak.

2.3.2 Viskositas

Kekentalan dari saliva dinilai dengan viskositas normal antara 2,75

hingga 15,51 sentipoise, menjadi sifat saliva yang menggambarkan

perbandingan jumlah produksi sekret mukus dan sereus yang dihasilkan oleh

kelenjar-kelanjar salivarius, dihubungkan pula dengan keadaan individu

misalnya intake makanan dan minuman, pengaruh obat-obatan dan hormonal,

keadaan stress ataupun keadaan patologis disebabkan oleh mikroorganisme atau

dampak suatu penyakit.

Saliva terdapat sebagai lapisan setebal 0,01- 0,1 mm melapisi

seluruh jaringan di dalam rongga mulut baik pada mukosa bibir, gingiva,

10

Page 12: MAKALAH FAAL TERAPAN.docx

11

mukosa bukal, palatum, dasar mulut, lidah hingga ke daerah orofaring serta

permukaan gigi geligi. Saliva memiliki kandungan air sebanyak sekitar  99,5 %

dan sisanya sejumlah sekitar 0,5 % adalah mineral, zat organik & zat anorganik.

2.4 MEKANISME SEKRESI

Mekanisme produksi saliva dikategorikan menjadi dua jenis, yakni

melalui sistem refleks saliva sederhana dimana saliva diproduksi dalam keadaan

istirahat tanpa rangsang atau tidak terkondisi dan refleks saliva terkondisi yaitu produksi

saliva dimana terdapat keadaan tertentu yang memicu sekresi saliva tersebut.

Mekanisme kerjanya diawali dengan kemoreseptor yang merupakan reseptor tekanan di

dalam rongga mulut memberikan respons terhadap adanya stimuli, reseptor ini memulai

impuls di serat saraf aferen  yang membawa informasi ke pusat saliva di medula

oblongata. Kemudian pusat saliva mengirim impuls melalui saraf otonom ekstrinsik ke

kelenjar saliva untuk meningkatkan produksi saliva. Kerja kelenjar salivarius ini

berlangsung secara spontan dan kontinue.

Gambar 5. Skema Stimulasi Sekresi Saliva

Sumber :Tucker A.S., I. Miletich : 2010

11

Page 13: MAKALAH FAAL TERAPAN.docx

12

Secara sistematis dapat digambarkan mekanisme sekresi saliva yang

diawali dengan adanya gerakan transepithelial klorida memicu aliran sekresi elektrolit

dalam sel asinar dan kemudian saat akumulasi klorida dalam lumen asinar dinetralisir

oleh gerakan natrium lalu akan menyeberangi jaringan ikat mengikutialiran air secara

osmotik, kemudian sekret saliva primer yang banyak mengandung natrium-klorida akan

mengalir melalui duktus yang disekresi oleh sel asinar tadi yang kemudian diresorbsi

saat terjadi sekresikalium.

Mekanisme kerja kelenjar salivarius diinnervasi oleh Nervus Cranialis

VII (Fasialis) dan IX (Glossofaingeus) serta saraf parasimpatis yang berperan untuk

merangsang produksi saliva. Kelenjar saliva mendapatkan suplai saraf parasimpatis dari

nukleus salivarius inferior yang berpusat pada medulaoblongata sementara kelenjar

submandibula & sublingualis mendapat supply saraf dari nukleus salivarius superior

berpusat pada pons. Saraf simpatis berfungsi sebagai perangsang reseptor α dan β

dimana untuk kelenjar parotis, submandibularis dan sublingualis berasal dari ganglion

simpatis servikal superior, dengan pleksus saraf yang berjalan ke kelenjar ludah di

sepanjang arteri.

Gambar 6. Mekanisme Sekresi Saliva

Sumber :Eugene N. Myers, Robert L. Ferris : 2007

12

Page 14: MAKALAH FAAL TERAPAN.docx

13

Vaskularisasi kelenjar salivarius oleh pembuluh darah besar berjalan

bersama dengan duktus pada jaringan ikat interlobularis mengikuti cabang duktus ke

dalam lobuli, membentuk anyaman kapiler mengitari asinus dan kembali membentuk

vena berjalan bersama-sama dengan pembuluh darah arteri.

Gambar 7. Skema Innervasi Kelenjar Salivarius

Sumber : Eugene N. Myers, Salivary Gland Disorders, 2007

2.4.1Faktor yang Mempengaruhi Sekresi Saliva

Kelenjar saliva memproduksi sekitar setengah hingga satu setengah

liter saliva dalam 24 jam. Produksi saliva ini dipengaruhi oleh berbagai faktor,

yakni ;

- Faktor Mekanis

Adalah dengan adanya proses mengunyah makanan terutama jenis makanan

yang keras, demikian pula mengunyah permen karet karena proses mastikasi

dengan kekerapan yang lebih banyakakan merangsang produksi saliva.

- Faktor Kimiawi

13

Page 15: MAKALAH FAAL TERAPAN.docx

14

Melalui rangsangan seperti adanya stimulan rasa asam, manis, asin, pahit,

pedas serta gurih akan merangsang peningkatan produksi saliva.

- Faktor Neuronal

Melalui sistem saraf otonom, dimana terdapat keadaan patologis yang

melibatkan saraf otonom hingga menghambat produksi saliva.

- Faktor Psikis

Dengan adanya keadaan stress akan menghambat sekresi saliva

- Rasa Nyeri atau Sakit

Dapat disebabkan oleh proses inflamasi, serta adanya protesa terutama jika

finishing protesa tidak adekuat misalnya terdapat bagian yang kasar, tajam

ataupun longgar akan menstimulasi sekresi saliva.

- Faktor Usia

Dari beberapa penelitian didapatkan kesimpulan bahwa dengan semakin

bertambahnya usia, produksi saliva juga semakin menurun namun terdapat

pula penelitian terkini bahwa hal tersebut mungkin lebih dipengaruhi oleh

penggunaan obat-obatan yang lama semasa kehidupannya.

- Jenis kelamin

Kelenjar salivarius pada laki-laki umumnya sedikit lebih banyak

memproduksi saliva dibandingkan pada perempuan.

- Faktor Temperatur atau Suhu

Mempengaruhi sekresi saliva dimana pada kondisi suhu yang dingin

memicu produksi saliva dan sebaliknya suhu panas menghambatnya.

- Penyakit tertentu

14

Page 16: MAKALAH FAAL TERAPAN.docx

15

Misalnya pada penderita diabetes militus dan arterosklerosis akan terjadi

penghambatan produksi saliva

- Obat-obatan

Pengaruh faktor ini meskipun tidak sama kekuatan efeknya terhadap satu

individu dengan individu lainnya namun secara umum obat golongan

antiinflamasi tertentu dan kortikosteroid dapat menghambat sekresi saliva.

Obat-obatan ini termasuk pada perawatan dengan penggunaan radiotherapy

ataupun paparan radiologi yang sering akan mengganggu produksi saliva.

2.4.2 Jumlah Saliva

Dalam 24 jam ketika keseluruhan saliva ditampung akan berjumlah

sekitar 800 ml hingga 1500 ml disebut sebagai whole saliva, dimana saliva yang

diproduksi tanpa rangsang dihasilkan sekitar 0.1 sampai dengan 0.3 ml/menit

dan apabila diberi stimulan kelenjar salivarius akan memproduksi saliva sekitar

1 hingga 3 ml setiap menit.

2.5 FUNGSI FISIOLOGIS

Saliva sangat penting peranannya dalam menjaga dan melindungi

kesehatan rongga mulut, dengan melakukan fungsi-fungsi fisiologis sebagai berikut:

- Pembersihan

Proses pembersihan mekanis terjadi melalui aktivitas aliran / flow saliva yang

melarutkan mikroorganisme ke dalam cairan saliva sehingga kemampuan

mikroorganisme untuk berkolonisasi di permukaan jaringan dalam rongga mulut

dapat terhambat.

15

Page 17: MAKALAH FAAL TERAPAN.docx

16

- Lubrikasi

Saliva melembabkan dan melumasi permukaan dalam rongga mulut, selain itu

lapisan protein saliva yang kemudian membentuk lapisan berupa acquired

pellicle pada permukaan terluar gigi memberi perlindungan terhadap adanya

gesekan antara gigi satu dengan gigi lainnya serta keausan permukaan incisal

atau oklusal gigi pada proses pengunyahan makanan.

- Buffer

Memberikan perlindungan di permukaan mukosa dan jaringan lain. Penyangga

utama saliva adalah sistem karbonat dan bikarbonat dengan pencegahan

terhadap produksi asam oleh mikroba. Sedangkan yang lainnya adalah ortofosfat

anorganik. Sementara ion kalsium dan fosfat di dalam saliva memegang peranan

penting dalam mekanisme penolakan terhadap dekalsifikasi email gigi terutama

jika suasana rongga mulut dalam lingkungan asam yang memicu proses

demineralisasi, dimana kedua ion ini berperan pada terjadinya proses

remineralisasi pada permukaan gigi.

- Membantu Fungsi Pengecap

Saliva membasahi sel-sel papil lidah sehingga membantu ujung papil

menangkap rangsang rasa untuk diteruskan sebagai respon pengecap merasakan

tekstur dan rasa dari makanan dan minuman.

- Fungsi Cerna

Terdapat berbagai enzim dalam saliva yang berperan penting dalam proses

pencernaan makananyakni amilase, lipase dan proteaseenzim ini mampu

menguraikan makanan yang mengandung gugus karbohidrat dan glikogen

16

Page 18: MAKALAH FAAL TERAPAN.docx

17

memecahkannya menjadi gugusan yang lebih kecil, melalui proses pelarutan

dalam saliva serta mengangkutnya dengan proses penelanan. Dimana saliva

menyelubungi zat makanan membentuk bolus hingga makanan lebih mudah

ditelan.

- Imunitas

Saliva sangat banyak mengandung berbagai komponen anorganik dan organik

yang mempunyai pengaruh antibakterial dan antiviral sebagai agen-agen

antimirobial seperti thiosianat, laktoperoksidase, enzim-enzim lisozim, protein

laktoferin dan imunoglobulin yang berfungsi untuk melindungi jaringan dalam

rongga mulut baik mukosa maupun jaringan keras / gigi mencegah penetrasi sel-

sel mikroorganisme. Di dalam saliva dijumpai imunoglobulin dalam saliva

berperan sebagai substansi reaktif yang dapat masuk melalui sistem sirkulasi

dalam darah.

- Homeostasis

Saliva menjaga keseimbangan flora normal dan suasana keasaman (pH) rongga

mulut dengan mengatur kandungan air dalam rongga mulut. Sekresi saliva

sangat berhubungan dengan pengaturan kandungan air. Secara alami jika terjadi

suasana asam yang diakibatkan oleh berkurangnya produksi saliva maka akan

timbul rasa dahaga sehingga tubuh merespon agar intake cairan dari luar

diberikan supaya tersedia kebutuhan untuk memproduksi saliva. Berkurangnya

jumlah saliva akan menimbulkan keluhan yang disebut xerostomia.

- Diferensiasi & Pertumbuhan NGF & EGF

Faktor pertumbuhan syaraf (Nerve Growth Factor) yang dihasilkan oleh

glandula submandibularis dibutuhkan bagi diferensiasi dan pertumbuhan sel-sel

17

Page 19: MAKALAH FAAL TERAPAN.docx

18

syaraf adrenergik. Selain itu, glandula submandibularis juga menghasilkan

faktor pertumbuhan epidermal (Epidermal Growth Factor) yang berperan pada

perkembangan jaringan kulit, epitel dan erupsi elemen gigi-geligi.

- Memudahkan Gerakan Lidah,Bibir dan Membantu Fungsi Bicara

Saliva membasahi seluruh permukaan rongga mulut termasuk lidah dan bibir

sehingga lidah dapat bergerak lebih mudah dan membantu untuk penyebutan

kata-kata dalam berbicara.

18

Page 20: MAKALAH FAAL TERAPAN.docx

19

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Merupakan hal penting untuk mengetahui dan memahami sistem kerja

kelenjar salivarius serta peranan saliva dalam rongga mulut sebagai bagian dari port of

entry masuknya makanan, minuman serta berbagai elemen lain melalui saluran

pencernaan awal. Kelenjar salivarius mayor dan minor bersama-sama menghasilkan

saliva bersekret sereus, mukus, maupun campuran yang memiliki peranan sangat

penting untuk melindungi seluruh permukaan jaringan lunak maupun keras pada bagian

rongga multut meliputi fungsi sebagai lubrikan, buffer, cerna dan peranan saliva sebagai

bagian sistem imunitas melalui kandungan yang ada di dalam saliva.

Keberadaan saliva dalam jumlah, viskositas dan kondisi pH sedapat

mungkin dijaga dalam kondisi normal, karena hal-hal tersebut berperan dalam

keseimbangan flora normal ekosistem di dalam rongga mulut yang selanjutnya dapat

berpengaruh secara sistemik. Keadaan saliva juga dapat dijadikan tolak ukur dalam

penilaian kondisi umum individu.

3.2 SARAN

Saliva dan kelenjar salivarius memiliki keterkaitan dengan sistem

lain dalam tubuh tidak hanya pada rongga mulut tetapi juga secara sistemik, perlu

penilitian secara lebih mendalam dan detail mengenai komponen dalam saliva

serta peranannya dikaitkan dengan sistem tubuh lainnya.

19

Page 21: MAKALAH FAAL TERAPAN.docx

20

DAFTAR PUSTAKA

1. David T. Wong : Salivary diagnostics, first published Wiley-Blackwell, 2008

page 27-34, 60-81

2. Tucker A.S., I. Miletich : Salivary glands, development, adaptations, and

disease ,Karger-London, 2010 page 4-6, 9-12

3. Eugene N. Myers, Robert L. Ferris : Salivary Gland Disorders, Springer-Verlag

Berlin Heidelberg, 2007 page 2-11

4. Hassan A.Mutaz : Salivary gland structure and function, Faculty of Dentistry,

Najran University, 2007

20