MAKALAH ETIKA PROFESI New.docx

download MAKALAH ETIKA PROFESI New.docx

of 15

Transcript of MAKALAH ETIKA PROFESI New.docx

MAKALAH ETIKA PROFESIMENGUSUTCYBER CRIME SERTA CYBER LAW

Dosen :

Mata Kuliah : Etika Profesi

Disusun oleh Kelompok

1. M. Ardiantop D.(12122444)2. Rahmat Ramadhan(12123810)3. Rey Hermawan(12123879)4. M. Imam Basory(12124567)5. Nanang Kholifah(12123774)6. Dadang Suryanto(12127967)

Jurusan Manajemen InformatikaAkademi Manajemen Informatika dan KomputerBina Sarana Informatika2014KATA PENGANTAR

Dengan rasa syukur kehadirat Tuhan Yang Maha esa, atas segala rahmat , hidayah dan bimbinga-nya , sehingga kami penulis dapat menyelesaikan makalah ini.

Penulisam makalah ini digunakan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Etika Profesi. Oleh karena itu, kami mengucapkan rasa terima kasih kepada :1. ( Nama Dosen )2. Teman-teman kelas 12.4E.31 semua yang telah mendukung dan memberi semangat kepada kami

Semoga bantuan dan dukungan yang telah diberikan kepada kami mendapat balasan serta karunia dari Allah SWT. Kami menyadari penulisan makalah ini jauh dari sempurna , maka dari itu kami berharap saran dan kritik untuk kesempurnaan makalah ini. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini memberi manfaat yang sebesar-besarnya bagi kami dan pihak yang memerlukan.

Daftar isi

Judul Makalahi

Kata pengantar...ii

Daftar isi.iii

BAB I PENDAHULUAN..11.1 Latar belakang Masalah.......11.2 Tujuan.....................21.3 Metode Penulisan.2

BAB II PEMBAHASAN...................32.1 Pengertian Cyber Crime...32.2 Jenis-Jenis Cyber Crime .....................................................................32.3 Karakteristik Cyber Crime...................42.4 Pengertian Cyber Law..........................................52.5 Ruang Lingkup Cyber Law................................................................. 52.6 Komponen-Komponen Cyber Crime .................................................62.7 Asas-asas Cyber Law..........................................................................62.8 Contoh Kasus......................................................................................8

BAB III PENUTUP.....123.1 Kesimpulan....123.2 Saran......12

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang MasalahPerkembangan yang pesat dari teknologi telekomunikasi dan teknologi komputer menghasilkan internet yang multifungsi. Perkembangan ini membawa kita ke ambang revolusi keempat dalam sejarah pemikiran manusia bila ditinjau dari konstruksi pengetahuam umat manusia yang dicirikan dengan cara berfikir yang tanpa batas (borderless way of thinking).Internet merupakan symbol material embrio masyarakat global. Internet membuat globe dunia, seolah-olah menjadi seperti hanya selebar daun kelor. Era informasi ditandai dengan aksesibilitas informasi yang amat tinggi. Dalam era ini, informasi merupakan komoditi utama yang diperjual belikan sehingga akan muncul berbagainetwork dan information companyyang akan memperjual belikan berbagai fasilitas bermacam jaringan dan berbagai basis data informasi tentang berbagai hal yang dapat diakses oleh pengguna dan pelanggan.Semua itu membawa masyarakat ke dalam suasana yang disebut oleh Douglas Philips sebagai Zona Mabuk Teknologi. Internet (yang menghadirkan cyberspace dengan realitas virtualnya) menawarkan kepada manusia berbagai harapan dan kemudahan. Akan tetapi dibalik itu, timbul persoalan berupa kejahatan yang dinamakan cyber crime, baik sistem jaringan komputernya itu sendiri yang menjadi sasaran maupun komputer itu sendiri yang menjadi sarana untuk melakukan kejahatan. Tentunya jika kita melihat bahwa informasi itu sendiri telah menjadi komoditi maka upaya untuk melindungi asset tersebut sangat diperlukan. Salah satu upaya perlindungan adalah melalui hukum pidana, baik dengan bersaranakan penal maupun non penal.Sebenarnya dalam persoalancybercrime, tidak ada kekosongan hukum, ini terjadi jika digunakan metode penafsiran yang dikenal dalam ilmu hukum dan ini yang mestinya dipegang oleh aparat penegak hukum dalam menghadapi perbuatan-perbuatan yang berdimensi baru yang secara khusus belum diatur dalam undang-undang. Persoalan menjadi lain jika ada keputusan politik untuk menetapkancybercrimedalam perundang-undangan tersendiri di luar KUHP atau undang-undang khusus lainnya.

1.1 Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini antara lain;

Memenuhi tugas yang diberikan pembimbing kepada penulis. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan pembaca pada umumnya dan penulis khususnya tentang berbagai macam bentuk kejahatan dunia maya ( Cyber Crime ) serta hukumnya ( Cyber Law ). Sebagai bahan latihan penulis dalam pembuatan karya tulis di masa yang akan datang.

1.2 Metode Penulisan

Makalah ini ditulis berdasarkan beberapa referensi yang didapatkan dari internet mengenai cybercrime serta cyber Law dan dikembangkan oleh kami selaku penulis

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 Pengertian cyber crime

Perkembangan yang pesat dari teknologi telekomunikasi dan teknologi komputer menghasilkan internet yang multifungsi. Perkembangan ini membawa kita ke ambang revolusi keempat dalam sejarah pemikiran manusia bila ditinjau dari konstruksi pengetahuam umat manusia yang dicirikan dengan cara berfikir yang tanpa batas (borderless way of thinking).Tetapi dengan berkembang pesatnya teknologi dan informasi maka ada hal hal baik positif dan negatif diantaranya kejahatan melalui perangkat lunak atau yang lebih dikenal dengan cyber crime.Cyber Crimeadalah suatu tindakan criminal yang melanggar hukum dengan menggunakan teknologi computer sebagai alat kejahatannya.Dalam beberapa literatur, cybercrime sering diidentikkan sebagai computer crime.

2.2 Jenis-Jenis Cyber Crime

Didalam bentuk cyber crime terdapat beberapa jenisnya, diantaranya; Unauthorized Access to Computer System and ServiceKejahatan yang dilakukan dengan memasuki/menyusup ke dalam suatu sistem jaringan komputer secara tidak sah, tanpa izin atau tanpa sepengetahuan dari pemilik sistem jaringan komputer yang dimasukinya. Biasanya pelaku kejahatan (hacker) melakukannya dengan maksud sabotase ataupun pencurian informasi penting dan rahasia. Namun begitu, ada juga yang melakukannya hanya karena merasa tertantang untuk mencoba keahliannya menembus suatu sistem yang memiliki tingkat proteksi tinggi. Kejahatan ini semakin marak dengan berkembangnya teknologi Internet/intranet. Kita tentu belum lupa ketika masalah Timor Timur sedang hangat-hangatnya dibicarakan di tingkat internasional, beberapa website milik pemerintah RI dirusak oleh hacker (Kompas, 11/08/1999). Beberapa waktu lalu, hacker juga telah berhasil menembus masuk ke dalam data base berisi data para pengguna jasa America Online (AOL), sebuah perusahaan Amerika Serikat yang bergerak dibidang ecommerce yang memiliki tingkat kerahasiaan tinggi (Indonesian Observer, 26/06/2000). Situs Federal Bureau of Investigation (FBI) juga tidak luput dari serangan para hacker, yang mengakibatkan tidak berfungsinya situs ini beberapa waktu lamanya (http://www.fbi.org).

Illegal ContentsMerupakan kejahatan dengan memasukkan data atau informasi ke Internet tentang sesuatu hal yang tidak benar, tidak etis, dan dapat dianggap melanggar hukum atau mengganggu ketertiban umum. Sebagai contohnya, pemuatan suatu berita bohong atau fitnah yang akan menghancurkan martabat atau harga diri pihak lain, hal-hal yang berhubungan dengan pornografi atau pemuatan suatu informasi yang merupakan rahasia negara, agitasi dan propaganda untuk melawan pemerintahan yang sah dan sebagainya.

Data ForgeryMerupakan kejahatan dengan memalsukan data pada dokumen-dokumen penting yang tersimpan sebagai scripless document melalui Internet. Kejahatan ini biasanya ditujukan pada dokumen-dokumen e-commerce dengan membuat seolah-olah terjadi salah ketik yang pada akhirnya akan menguntungkan pelaku karena korban akan memasukkan data pribadi dan nomor kartu kredit yang dapat saja disalah gunakan.

Cyber EspionageMerupakan kejahatan yang memanfaatkan jaringan Internet untuk melakukan kegiatan mata-mata terhadap pihak lain, dengan memasuki sistem jaringan komputer (computer network system) pihak sasaran. Kejahatan ini biasanya ditujukan terhadap saingan bisnis yang dokumen ataupun data pentingnya (data base) tersimpan dalam suatu sistem yang computerized (tersambung dalam jaringan komputer)

Cyber Sabotage and ExtortionKejahatan ini dilakukan dengan membuat gangguan, perusakan atau penghancuran terhadap suatu data, program komputer atau sistem jaringan komputer yang terhubung dengan Internet. Biasanya kejahatan ini dilakukan dengan menyusupkan suatu logic bomb, virus komputer ataupun suatu program tertentu, sehingga data, program komputer atau sistem jaringan komputer tidak dapat digunakan, tidak berjalan sebagaimana mestinya, atau berjalan sebagaimana yang dikehendaki oleh pelaku.

Offense against Intellectual PropertyKejahatan ini ditujukan terhadap hak atas kekayaan intelektual yang dimiliki pihak lain di Internet. Sebagai contoh, peniruan tampilan pada web page suatu situs milik orang lain secara ilegal, penyiaran suatu informasi di Internet yang ternyata merupakan rahasia dagang orang lain, dan sebagainya.

Infringements of PrivacyKejahatan ini biasanya ditujukan terhadap keterangan pribadi seseorang yang tersimpan pada formulir data pribadi yang tersimpan secara computerized, yang apabila diketahui oleh orang lain maka dapat merugikan korban secara materil maupun immateril, seperti nomor kartu kredit, nomor PIN ATM, cacat atau penyakit tersembunyi dan sebagainya.

2.3 Karakteristik Cyber Crime

Ada beberapa karakteristik cyber crime diantaranya;1. Ruang Lingkup Kejahatan2. Sifat Kejahatan 3. Plaku kejahatan4. Modus Kejahatan5. Kerugian yang Ditimbulkan

Dari beberapa karakteristik diatas, untuk mempermudah penangananya maka Cyber crime diklasifikasikan sebagai berikut; Cyber PiracyPengguna teknologi komputer untuk mencetak ulsag software atau informasi. Lalu mendistribusikan informasi atau software tersebut lewat teknologi komputer.

Cyber TresspassPengguna teknologi komputer untuk meningkatkan akses pada sistem komputer pada satu organisai atau individu.

Cyber VandalismPengguna teknologi komputer untuk membuat program untuk menggangu proses transmisi elktronik dan merusak data di komputer.

2.4 Pengertian Cyber Law

Istilah hukum cyber diartikan sebagai padanan kata dari Cyber Law, yang saat ini secara internasional digunakan untuk istilah hukum yang terkait dengan pemanfaatan TI. Di Indonesia sendiri tampaknya belum ada satu istilah yang disepakati. Dimana istilah yang dimaksudkan sebagai terjemahan dari cyber law, misalnya, Hukum Sistem Informasi, Hukum Informasi, dan Hukum Telematika (Telekomunikasi dan Informatika)Secara yuridis,cyber lawtidak sama lagi dengan ukuran dan kualifikasi hukum tradisional. Kegiatan cyber meskipun bersifat virtual dapat dikategorikan sebagai tindakan dan perbuatan hukum yang nyata. Kegiatan cyber adalah kegiatan virtual yang berdampak sangat nyata meskipun alat buktinya bersifat elektronik. Dengan demikian subjek pelakunya harus dikualifikasikan pula sebagai orang yang telah melakukan perbuatan hukum secara nyata.Cyberlaw sangat dibutuhkan, kaitannya dengan upaya pencegahan tindak pidana, ataupun penanganan tindak pidana. Cyber law akan menjadi dasar hukum dalam proses penegakan hukum terhadap kejahatan-kejahatan dengan sarana elektronik dan komputer, termasuk kejahatan pencucian uang dan kejahatan terorisme.

2.5 Ruang Lingkup Cyber Law

Pembahasan mengenai ruang lingkup cyber law dimaksudkan sebagai inventarisasi atas persoalan-persoalan atau aspek-aspek hukum yang diperkirakan berkaitan dengan pemanfaatan Internet. Secara garis besar ruang lingkup cyber law ini berkaitan dengan persoalan-persoalan atau aspek hukum dari: E-Commerce, Trademark/Domain Names, Privacy and Security on the Internet, Copyright, Defamation, Content Regulation, Disptle Settlement, dan sebagainya.

2.6 Komponen Kompone Cyber Crime

Pertama, tentang yurisdiksi hukum dan aspek-aspek terkait; komponen ini menganalisa dan menentukan keberlakuan hukum yang berlaku dan diterapkan di dalam dunia maya itu;

Kedua, tentang landasan penggunaan internet sebagai sarana untuk melakukan kebebasan berpendapat yang berhubungan dengan tanggung jawab pihak yang menyampaikan, aspekaccountability, tangung jawab dalam memberikan jasa online dan penyedia jasa internet (internet provider), serta tanggung jawab hukum bagi penyedia jasa pendidikan melalui jaringan internet;

Ketiga, tentang aspek hak milik intelektual dimana adanya aspek tentang patent, merek dagang rahasia yang diterapkan serta berlaku di dalam dunia cyber;

Keempat, tentang aspek kerahasiaan yang dijamin oleh ketentuan hukum yang berlaku di masing-masing yurisdiksi negara asal dari pihak yang mempergunakan atau memanfaatkan dunia maya sebagai bagian dari sistem atau mekanisme jasa yang mereka lakukan;

Kelima, tentang aspek hukum yang menjamin keamanan dari setiap pengguna internet;

Keenam, tentang ketentuan hukum yang memformulasikan aspek kepemilikan dalam internet sebagai bagian dari nilai investasi yang dapat dihitung sesuai dengan prinisip-prinsip keuangan atau akuntansi;

Ketujuh, tentang aspek hukum yang memberikan legalisasi atas internetsebagai bagian dari perdagangan atau bisnis usaha.

2.7 Asas Asas Cyber Law

Dalam kaitannya dengan penentuan hukum yang berlaku dikenal beberapa asas yang biasa digunakan, yaitu :

Subjective territoriality, yang menekankan bahwa keberlakuan hukum ditentukan berdasarkan tempat perbuatan dilakukan dan penyelesaian tindak pidananya dilakukan di negara lain.

Objectiveterritoriality, yang menyatakan bahwa hukum yang berlaku adalah hukum dimana akibat utama perbuatan itu terjadi dan memberikan dampak yang sangat merugikan bagi negara yang bersangkutan.

nationalityyang menentukan bahwa negara mempunyai jurisdiksi untuk menentukan hukum berdasarkan kewarganegaraan pelaku.

passive nationalityyang menekankan jurisdiksi berdasarkan kewarganegaraan korban.

protective principleyang menyatakan berlakunya hukum didasarkan atas keinginan negara untuk melindungi kepentingan negara darikejahatan yang dilakukan di luar wilayahnya, yang umumnya digunakan apabila korban adalah negara atau pemerintah.

Universality.Asas ini selayaknya memperoleh perhatian khusus terkait dengan penanganan hukum kasus-kasus cyber. Asas ini disebut juga sebagai universal interest jurisdiction. Pada mulanya asas ini menentukan bahwa setiap negara berhak untuk menangkap dan menghukum para pelaku pembajakan. Asas ini kemudian diperluas sehingga mencakup pula kejahatan terhadap kemanusiaan (crimes againsthumanity), misalnya penyiksaan, genosida, pembajakan udara dan lain-lain. Meskipun di masa mendatang asas jurisdiksi universal ini mungkin dikembangkan untuk internet piracy, seperti computer, cracking, carding, hacking and viruses, namun perlu dipertimbangkan bahwa penggunaan asas ini hanya diberlakukan untuk kejahatan sangat serius berdasarkan perkembangan dalam hukum internasional.Oleh karena itu, untuk ruang cyber dibutuhkan suatu hukum baru yang menggunakan pendekatan yang berbeda dengan hukum yang dibuat berdasarkan batas-batas wilayah. Ruang cyber dapat diibaratkan sebagai suatu tempat yang hanya dibatasi oleh screens and passwords. Secara radikal, ruang cyber telah mengubah hubungan antara legally significant (online) phenomena and physical location.

2.8 Contoh Kasus

1. Kasus Cyber Crime

Pencurian PulsaSenin 3 Februari 2014 / 09.28 WIBSumber : Merdeka.com ( Waspadai Penipuan Penggandaan Pulsa )

Merdeka.com -Akhir-akhir ini, muncul penawaran layanan penggandaan pulsa diFacebookdan lewat SMS broadcast. Layanan tersebut disediakan oleh content provider yang memiliki short number 3767.Adapun, penawaran yang banyak muncul di kolom komentarFacebookatau media online atau pun SMS broadcast adalah berbunyi:"ketik; AVATARG5 VID kirim ke 3767 (minimal pulsa 6 ribu) jika sudah ada balasan dari 3767 maka pulsa kamu akan digandakan 2x lipat menjadi 11 rb."Menurut AS Sulendro dari penyedia konten kreatif Kotagames, Avatar adalah salah satu games online di ponsel Java. Dalam keyword Avatar juga dituliskan avatarg5 username kirim ke 3767."Itu sebenarnya buat beli entah Gold, Money, Point, Weapon, dan lainnya. Jadi pada keyword VID di atas sebenarnya itu nama pemain games online nya," katanya, Senin (3/2).Jadi, tambahnya, mungkin saja emang ada beberapa pemain yang kelewat "kreatif" bikin posting pakai embel-embel pulsa bisa bertambah.Menurut Sulendro, belum tentu ini permainan content provider, karena sekarang dari BRTI dan Kominfo sendiri sangat ketat untuk regulasi konten.Hal senada disampaikan pengamat seluler Gunarto bahwa layanan penggandaan pulsa ini penipuan karena pulsa sebenarnya tidak digandakan, bahkan bisa jadi malah terpotong."Harus diselidiki oknum-oknum pemain games yang menyebarkan pesan berantai ini, karena dikhawatirkan pulsa korban tersedot rutin setiap bulannya," tuturnya.

2. Registrasi Otomatis

SMS dikirim berbagai macam nomor Isi SMS seputar penawaran member langganan konten informasi Pengguna akan otomatis menjadi member jika membalasnya Pengguna bisa keluar sebagai member Modus ini melibatkan operator telepon

Menurut Menurut Direktur Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat Informasi (LPPMI) Kamilov Sagala ada 2 alasan mengapa kasus ini tidak pernah selesai.Pertama, terkait persaingan usaha yang sudah semakin ketat. Seperti diberitakan sebelumnya, belakangan masyarakat memiliki persepsi negatif terhadap konten berbayar lantaran aksi CP nakal.Sehingga pemasukan yang didapat dari pelanggan pun menjadi semakin kecil. Di sisi lain, mereka harus tetap jualan konten agar tetap hidup."Nah, persaingan inilah yang kerap membuat mereka melanggar etika bisnis," tukas Kamilov.

Kedua, aturan yang ditegakkan Badan Regulator Telekomunikasi Indonesia (BRTI) kini semakin melempem kala menghadapi penyedia konten nakal. Padahal mereka sudah jelas-jelas menyedot pulsa pelanggan.Sikap tegas regulator sejatinya diharapkan dapat dikonkretkan lewat hukuman, jangan terus mengeluarkan peringatan.

3. KELUHAN PENCURIAN PULSA MASIH TERJADI

Ardhi Seryadhi, DetikinetSenin, 20/02/2012 09:12 WIB

Jakarta- Apa kabar kasus pencurian pulsa yang dikeluhkan masyarakat pada layanan konten premium? Sepertinya masih belum menemui titik terang, meski unreg masal sudah berlangsung hingga 4 bulan.Bahkan yang terjadi sebaliknya, masyarakat masih ada saja yang mengeluhkan kalau pulsanya telah lenyap tanpa alasan yang jelas oleh suatu layanan SMS premium.Hal ini dialami oleh pengguna seluler bernama Fanani. Dalam laporannya, ia mengaku bahwa sekitar seminggu lalu baru saja mengisi pulsa sebesar Rp 10 ribu. Setelah itu mendapat tawaran SMS premium dari short code 7337 yang isinya hanya link."Padahal pemakaian pulsa saya sementara itu cuma untuk digunakan SMS saja. Tapi baru tersadar (tiga hari setelahnya-red.), kalau pulsa saya telah habis tanpa pemakaian yang jelas," sungutnya.Karena sadar pulsanya terpotong secara 'ajaib', Fanani lantas coba mengkonfirmasi ke call center operator yang ia gunakan. Kebetulan yang dipakainya adalah nomor XL, sehingga ia menghubungi 818. Bahkan sampai dua kali ia menelpon call center tersebut."Telepon pertama, saya ceritakan keluhan seperti di atas dan mendapat jawaban bahwa saya telah terdaftar layanan konten premium dari 7337. Kemudian si call center memberi dua solusi untuk meng-unreg dengan cara ketik: UNREG ANDRO dikirim ke 7337," paparnya.Solusi kedua adalah dengan mengecek layanan via *123*572#. "Setelah saya cek via *123*572# , saya mendapakan informasi bahwa saya tidak terdaftar layanan apapun. Kemudian saya telepon lagi ke 818 untuk mengonfirmasi tentang masalah ini," lanjut Fanani.Sayangnya, jawaban yang didapat Fanani juga sama dengan telepon pertama. "Dengan kejadian di atas, saya merasa kesal dan kecewa. Karena SMS premium yang nyata-nyata kasusnya sudah bergulir beberapa bulan yang lalu kini hadir kembali dimana saya tidak pernah mendaftar ke layanan tersebut," tandasnya.Seperti diketahui, Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) pada 15 Oktober 2011 lalu telah mengeluarkan instruksi pada semua operator telekomunikasi untuk menghentikan penawaran konten melalui SMS broadcast/pop screen/ voice broadcast sampai batas waktu yang ditentukan kemudian.Surat edaran ini juga mencakup instruksi untuk deaktivasi/unregistrasi untuk semua layanan Jasa Pesan Premium (termasuk namun tidak terbatas pada SMS/MMS Premium berlangganan, nada dering, games atau wallpaper) kecuali untuk layanan publik dan fasilitas jasa keuangan serta pasar modal yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, dengan memberikan notifikasi deaktivasi dan informasi cara registrasi ulang bagi pengguna yang berminat tanpa dikenakan biaya tambahan.

Dalam perkembangannya, Panja Pencurian Pulsa meminta agar BRTI melanjutkan kebijakan tersebut sampai dengan batas waktu yang akan ditentukan kemudian sebelum adanya regulasi yang memberikan kepastian dan jaminan hukum serta perlindungan publik secara optimal.Namun entah kenapa, kasus pencurian pulsa yang belum tuntas dikupas hingga hari ini malah memunculkan korban baru?

2.9 Solusi

Dilihat dari sudut pandang politik dan hukum, kasus ini masih perlu mendapatkan perhatianseksama oleh pemerintah. Politik memiliki peranan yang cukup nyata, dapat dilihat darimasih lalainya perlindungan dan pengawasan sehingga menyebabkan banyak korban. Politikadalah kekuasaan dan seharusnya pemerintah dalam kasus ini harus cermat dalampenanganan jangan sampai lalai. Dilihat dari segi hukumnya, dalam penanganan hukumuntuk kasus ini perlu dicermati, ditanggapi dengan tegas oleh pemerintah dan peraturan dalam hukum sudah ada yang mengatur di Undang-Undang Indonesia, agar kasus ini tidakberlarut lama.Perlu disadari oknum-oknum ini bermain dengan cerdas, sehingga masyarakat bisa tertipudengan mudah. Hal ini menyebabkan banyaknya korban yang merasa dirugikan dan ditipu.Dalam kasus ini juga dapat dilihat dari segi ekonominya, hal ini dapat dilihat dari banyaknyapengangguran, orang malas bekerja, tidak menyukai profesi pekerjaannya dan lain-lainnya,menimbulkan untuk berbuat kriminal seperti dengan menggunakan modus penipuan,pencurian atau penyedotan pulsa. Mereka melalukan hal tersebut dipicu oleh faktor ekonomimereka yang rendah dan ingin memperoleh sesuatu dengan cepat atau instan tanpa berusahaatau bekerja keras.Solusi untuk mengatasi kasus penipuan, pencurian atau penyedotan pulsa ini, dengan carasebagai berikut :

Pengawasan ekstra dari pemerintahPemerintah lebih mengoptimalkan pengawasan, dalam rangka mencegah berulangnya kasusyang serupa. Tanggung jawab perusahaanPenyedia layanan komunikasi atau provider harus lebih aktif dalam melindungi parakonsumenya. Akses informasi dan pengaduanPelayanan untuk masyarakat, bagi masyarakat yang merasa kebingungan bisa bertanya ataumengadu disini. Budaya kritisMasyarakat dituntut untuk lebih kritis dalam menyikapi masalah ini, agar masyarakat kitadapat memahami dan mampu mengkritisi berbagai macam kasus-kasus yang terjadi saat ini,seperti contohnya kasus penipuan, pencurian atau penyedotan pulsa. Penyadaran masyarakatDalam penyadaran masyarakat ini dibutuhkan bentuk sosialisasi terbuka dari pemerintah,seperti : iklan layanan masyarakat, kampanye anti penipuan, penyuluhan, seminar dan lain-lainnya.BAB IIIPENUTUP

3.2 Kesimpulan

Dengan Uraian diatas menurut kami kesimpulanya adalah ; Cyber Crime merupakan kejahatan yang cukup berat dan wajib untuk ditindak tegas pula dalam ranah hukum. Selain teknologi yang berguna untuk menjaga keamanan jaringan internet, faktor orang, dalam hal ini pengguna jaringan internet, harus juga mempunyai etika berinternet yang baik Serta masih tidak adanya kejelasan dalam hal hukum yakni UU ITE.

3.2 SaranDengan mewabahnya kejahatan-kejahatan di dunia maya Dan yang pasti sarana terbaik adalah menggunakan hukum (cyber law), beberapa langkah penting yang harus dilakukan agar terhindar dari cyber crime antara lain. Melakukan modernisasi hukum pidana nasional beserta hukum acaranya, yang diselaraskan dengan konvensi internasional yang terkait dengan kejahatan tersebut. Meningkatkan sistem pengamanan jaringan komputer nasional sesuai standar internasional. Meningkatkan pemahaman serta keahlian aparatur penegak hukum mengenai upaya pencegahan, investigasi dan penuntutan perkara-perkara yang berhubungan dengan cybercrime. Meningkatkan kesadaran warga negara mengenai masalah cybercrime serta pentingnya mencegah kejahatan tersebut terjadi. Meningkatkan kerjasama antar negara, baik bilateral, regional maupun multilateral, dalam upaya penanganan cybercrime, antara lain melalui perjanjian ekstradisi dan mutual assistance treaties

15