Makalah EPP

23
MAKALAH EKONOMI PRODUKSI PERTANIAN “PETANI GUREM DAN TEORI PRODUKSI PERTANIAN NEO KLASIK” Disusun Oleh: Ikhsan Trinugroho 0710443008-44 UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS PERTANIAN JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

Transcript of Makalah EPP

Page 1: Makalah EPP

MAKALAH EKONOMI PRODUKSI PERTANIAN

“PETANI GUREM DAN TEORI PRODUKSI PERTANIAN NEO KLASIK”

Disusun Oleh:

Ikhsan Trinugroho

0710443008-44

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS PERTANIAN

JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

MALANG

2011

Page 2: Makalah EPP

PETANI GUREM

A. Pendahuluan

Petani gurem (peasent) adalah kelompok petani yang menggantungkan

hidupnya pada lahan pertanian, dengan relatif tidak memiliki akses pasar dan

regulaisi. Mereka adalah kelompok sosial yang sama dengan kita.Kalau kita

menginginkan hidup berkecukupan, mereka pun menghendaki hidup yang

demikian. Tetapi apa hendak dikata, petani gurem selalu dalam keadaan yang

ditindas. Tidak mendapat kesempatan dan bahkan dikebiri lewat struktur sosial

yang sangat tirani dan melabrak nilai-nilai kemanusiaan (humanisme).

Menjadi seorang petani adalah sisi lain dari kehidupan warga negara yang

tak mungkin dapat melepaskan diri dari lilitan kemiskinan, cengkraman

kesengsaraan, buaian kebodohan dan mirisnya janji yang berbalut kemunafikan.

Para petani dengan cucuran keringat, banting tulang demi mencari sesuap nasi

guna menyambung hidup. Mereka (petani gurem) bekerja dengan sangat bersahaja

penuh dedikasi. Tetapi gabah mereka hanya dihargai Rp. 800,- per Kg – Rp.

1,000,- per Kg. Padahal berdasarkan Inpres No. 9 Tahun 2002, harga pembelian

pemerintah (HPP) ditetapkan untuk kualitas gabah kering giling sebesar 1,700,-

per Kg gabah kering simpan Rp. 1,500,- per Kg dan gabah kering panen Rp.

1,230,- per Kg. Itu satu persoalan, bagaimana dengan harga dan tata niaga beras

yang tidak pernah menguntungkan petani, bagaimana persoalan pasar bagi

komoditas pangan lainnya, bagaimana dengan beras import, regulasi dibidang

pertanian, gula import, pencabutan subsidi pupuk yang berakibat pada mahalnya

harga pupuk dan seribu satu macam soal tentang pertanian kita.

Oleh karena itu hemat penulis ada dua hal yang perlu dilakukan oleh

pemerintah bersama-sama dengan masyarakat. Pertama, bagaimana pemerintah

(kementrian pertanian) melakukan inventarisasi problem dan permasalahan

ditingkat petani. Sebab tidak mungkin dilakukan strategi pembangunan buta-buta.

Dan karenanya akan sangat sulit memformulasi kebijakan apa harus dilakukan.

Disinilah pentingnya inventarisasi permasalahan. Sebab mengambil kebijakan

Page 3: Makalah EPP

tidak hanya dibutuhkan keberanian. Akan tetapi juga dibutuhan analisis dan

pertimbangan-pertimbangan rasional dan fungsional.

Kedua, “melindungi petani”. Apa artinya? Bahwa pemerintah harus

memberikan perlindungan warganya (petani) dari kemiskinan, keterbelakangan

dan lainnya. Perlindungan berarti juga memberikan perhatian dan keberpihakan

yang secara rill dan kongkret dalam aturan main yang memungkinkan adanya

ruang akses bagi petani gurem. Ini penting, sebab dengan adanya akses petani

kepihak perbankan, misalnya, akan memberikan tambahan modal bagi petani

untuk mengusahakan komoditasnya. Disinilah para wakil rakyat yang terhormat

diuji keberpihakannya. Apakah serius, betul-betul menjadi wakil rakyat yang

memperhatikan daerah pemilihannya. Sehingga dengan adanya aturan main (rull

of the game) baik beru keputusan presiden, instruksi presiden atau peraturan

daerah yang mempu menjadi payung bersama dan ikatan bagi pemangku

stakeholder. Sehingga ruang akses petani gurem mampu diakomodir dengan

demikian adalah sebuah langkah maju dan berarti bagi kelangsungan hidup

ratusan ribu petani gurem di polosok tanah air.

Pemilihan terminologi petani gurem dalam bahasan ini dibuat sedemikian

rupa dengan harapan dapat membedakannya dari :

1. Kelompok sosial lainnya khususnya kelompok petani yang mengusahakan

perkebunan, perusahaan pertanian padat modal atau usaha pertanian

komersil lainnya.

2. Di dalam konsep petani gurem terdapat konsep waktu dan perubahan

untuk membedakannya dari stagnasi dan usaha tani tradisional.

3. Konsep petani gurem memakai rumah tangga sebagai unit analisis

4. Dan konsep tersebut harus dianalisis secara ekonomis.

Dalam pembahasan selanjutnya petani gurem dipandang hanya secara parsial

berinterasi dengan pasar. Terdapat dua aspek penting yang ingin diungkapkan

yakni bahwa petani gurem tidak sepenuhnya memperoleh akses pasar dan terjadi

ketidak sempurnaan persaingan pasar yang hingga derajat tertentu yang harus

dihadapi oleh petani gurem.

Page 4: Makalah EPP

A. Masyarakat Petani Gurem

Dalam hal ini petani gurem diposisikan dalam lingkungan hidupnya

dimana mereka secara social adalah anggota dari kelompok masyarakat dengan

status sosial yang lebih rendah. Wolf (1966) memandang petani gurem sebagai

transisi dari suku primitive ke masyarakat industry. Secara lebih spesifik

lingkungan social petani gurem dapat dilihat dari beberapa sisi yakni :

1. Transisi : Petani gurem dipandang sebagai kelompok masyarakat yang

berada pada posisi transisi dari komunitas yang relative tersebar, terisolasi,

dan berswamsebada kearah ekonomi pasar yang terintegrasi penuh.

2. Pasar dan Pertukaran : Petani gurem sebagai suatu kelompok sosial

merupakan bagian dari kelompok besar disekitarnya. Petani gurem tidak

terpisahkan dari kehidupan pasar secara luas dimana mereka menjual hasil

produksi dan membeli kebutuhan mereka. Pasar member peluang kepada

petani gurem untuk memperoleh pendapatan dan membelanjakan uangnya

untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Namun disisi lain pasar juga tak

ramah kepada petani dengan hanya menghargai produksi pertanian yang

mereka haslikan dibawah imbalan yang pantas mereka peroleh.

3. Subordinasi : Status social ekonomi sering kali menjadi cirri tersendiri

bagi petani gurem. Kon sekuensi implisit dari cirri status social ekonomi

ini mempengaruhi akses social petani gurem.

4. Perbedaan Internal : Terlepas dari kesamaan status social ekonomi petani

gurem yang tersubordinasi tersebut, didalam kelompoknya petani gurem

juga berbeda secara individual.

B. Usahatani Keluarga Petani Gurem

Pendekatan kedua dalam upaya memberikan batasan definitive pada

petani gurem adalah melalui pola usaha tani yang mereka lakukan. Usaha

produski petani gurem tidak terpisahkan dari keluarga. Keluarga petani

gurem sekaligus berperan sebagai produsen dan konsumen, dimana seluruh

keuptusan yang akan diambil berkenaan dengan usahatani tidak dapat

Page 5: Makalah EPP

terlepas dari kebutuhan pangan keluarga. Beberapa gambaran usahatani

petani gurem :

Kegiatan Ekonomi Utama. Petani gurem adalah petani yang

umumnya memperoleh sember pendapatn untuk memnunjang

hidupnya dari bertani pada sebidang lahan. Kategori penduduk lain

seperti buruh tani yang tidak memiliki lahan pertanian, buruh

perkebunan, ataupun peladang berpindah tidak tergolong dalam

petani gurem.

Lahan. Perbedaan petani gurem dengan buruh tani adalah bahwa

petani gurem memiliki akses terhadap lahan pertanian yang

digunakan sebagai basis untuk memenuhi kebutuhan hidup

keluarganya.

Tenaga kerja. Salah satu hal yang membedakan petani gurem dari

petani besar lainnya adalah penggunaan tenaga kerja. Petani gurem

umumnya hanya mengandalkan tenaga kerja keluarga dalam

kegiatan usaha tani yang mereka lakukan.

Modal. Usahatani petani gurem adalah usaha tani untuk memenuhi

kebutuhan keluarga dan bukan untuk bisnis. Petani gurem dalam

membelanjakan modalnya bukan semata atas pertimbangan

kebutuhan usaha tani tetapi akan sangat tergantung pada kebutuhan

keluarga.

Konsumsi. Fenomena mendasar yang mewarnai usaha tani petani

gurem adalah pola usahatani subsisten yang mengutamakan

keamanan pangan. Etika subsisten petani inilah yang menjadi salah

satu penyebab mengapa akses mereka ke pasar menjadi terbatas.

C. Definisi Ekonomi Petani Gurem

Petani gurem secara ekonomis berbeda dengan kelompok petani lain.

Beberapa kondisi eknomis dari petani gurem yang membedakannya dari

kelompok masyarakat lainnya diantaranya adalah :

Page 6: Makalah EPP

Akses terhadap modal. Petani gurem sering kali tidak memiliki

akses atas lembaga perkreditan formal. Mereka memperoleh kredit

dari tuan tanah, tengkulak, atau kreditor non-formal lainnya dengan

bunga yang tidak sesuai dengan tingkat bunga pasar.

Variabel input produksi tidak tersedia secara memadai baik dari

segi kuantitas maupun kualitas dan tidak terdistribusi dengan baik.

Jumlahnya mungkin sangat bervariasi, dan akses terhadap variabel

tersebut boleh jadi sangat tergantung pada system formal dan

informal yang berlaku.

Informasi pasar sangat terbatas dan tidak merata, terpotong-potong

dan tidak lengkap. Petani gurem harus mengeluarkan biaya yang

cukup tinggi untuk memperoleh informasi yang berada jauh d=dan

terpisah lokasi pemukiman mereka.

Pasar dan komunsikasi secara umum tidak terintegrasi, dab sangat

dipengaruhi oleh tempat, sarana-prasarana yang ada, wilayah, dan

beberapa elemen perekonomian nasional lainnya yang telah lebih

maju.

Dari uraian diatas secara umum dapat dikatakan bahwa petani gurem ‘

adalah rumah tangga petani yang menggantungkan hidupnya pada lahan

pertanian, lebih mengandalkan penggunaan tenaga kerja keluarga, selalu

berada dalam suatu system ekonomi yang lebih luas namun memiliki akses

terbatas terhadap pasar yang cenderung bergerak dalam persaingan yang

tidak sempurna.’

D. Keluarga, Rumah tangga dan Perempuan.

Unit sosial yang menjadi dasar analisis ekonomi dalam buku ini adalah

petani gurem. Hampir seluruh analisis ekonomi dalam buku ini didasarkan pada

keputusan petani gurem dalam berproduksi, dimana secara khusus dibahas

mengenai peranan wanita pada rumah tangga petani. Dengan demikian maka salah

satu tujuan eksplisit dari buku ini adalah memasukkan wanita kedalam system

perekonomian ptani gurem.

Page 7: Makalah EPP

Perempuan pedesaan, merupakan sumber daya manusia yang cukup nyata

berpartisipasi, khususnya dalam memenuhi fungsi ekonomi keluarga dan rumah

tangga bersama dengan laki-laki. Perempuan di pedesaan sudah diketahui secara

umum tidak hanya mengurusi rumah tangga sehari-hari saja, tetapi tenaga dan

pikirannya juga terlibat dalam berbagai kegiatan usaha tani dan non usaha tani,

baik yang sifatnya komersial maupun sosial (Sajogyo dalam Lestari dkk.

1997:48).

Keterlibatan perempuan di pedesaan dalam kegiatan ekonomi produktif

antara lain dipengaruhi oleh faktor ekonomi, yaitu tidak tercukupinya kebutuhan

rumah tangga mereka. Sebagai ibu rumah tangga, biasanya perempuan yang

bertanggung jawab dalam mengatur rumah tangga, baik menyangkut kesehatan

gizi keluarga, pendidikan anak, dan pengaturan pengeluaran biaya hidup keluarga.

Ketika kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak tercukupi, maka perempuan yang

pertama merasakan dampaknya. Sehingga dengan keterlibatan perempuan dalam

kegiatan ekonomi produktif setidaknya sebagian kebutuhan keluarga mereka

terpenuhi. Demikian juga masalah Kesenjangan gender antara laki-laki dan

perempuan dalam pembangunan belum terpikirkan oleh para pembuat keputusan

di desa.

Page 8: Makalah EPP

TEORI PRODUKSI PERTANIAN NEO KLASIK

A. Pengambilan Keputusan Usahatani

Dalam pendekatan analisis pengambilan keputusan usaha tani neoklasik,

petani dipandang sebagai pengambil keputusan yang menentukan besarnya input

misalnya tenaga kerja, bibit, pupuk dan input lain yang tidak dibeli. Terdapat tiga

pola hubungan antara input dan output yang umum digunakan dalam pendekatan

pengambilan keputusan usaha tani yaitu :

Hubungan antara input-output, yang menunjukkan pola hubungan

penggunaan berbagai tingkat input untuk menghasilkan tingkat output

tertentu (dieksposisikan dalm konsep fungsi produksi)

Hubungan antara input-input, yaitu variasi penggunaan kombnasi dua

atau lebih input untuk menghasilkan output tertentu ( direpresentasikan

pada konsep isokuan dan isocost )

Hubungan antara output-output, yaitu variasi output yang dapat diperoleh

dengan menggunakan sejumlah input tertentu (dijelaskan dalam konsep

kurva kemungkinan produksi dan isorevenue)

Ketiga pendekatan di atas digunakan untuk mengambil berbagai keputusan

usahatani guna mencapai tujuan usahatani yaitu :

1. Menjamin pendapatan keluarga jangka panjang

2. Stabilisasi ketahanan pangan

3. Kepuasan konsumsi

4. Status social

B. Fungsi Produksi

Fungsi produksi disajikan dalam bentuk matematik dan seringkali tidak

dapat menggambarkan secara langsung fenomena yang ada. Pada dasarnya fungsi

produksi adalah pola hubungan yang menunjukkan respon output terhadap

penggunaan input sebagai contoh produksi padi tergantung pada penggunaan

pupuk N. secara umum diketahui bahwa output akan meningkat seiring dengan

Page 9: Makalah EPP

penambahan input pupuk hingga tingkat penggunaan pupuk tertentu. Pada

tingkat penggunaan input yang lebih banyak akan menurun karena terjadi

ketidakseimbangan unsure hara di dalam tanah. Hubungan antara produksi padi

dengan pupuk secara grafis dan matematis disajikan dalam gambar berikut:

Gambar 2.1. Fungsi Produksi

4000 Output maksimum = 3762 kg

TPP

2200 Output dasar

125

Pupuk X1 (Kg)

30

20 APP

10

0 MPP

Pupuk X1 (Kg)

Gambar 2.1 Fungsi Produksi

Page 10: Makalah EPP

Pada gambar 2.1. (a) dapat dilihat bahwa produksi 2200 kg padi dapat diperoleh

tanpa penggunaan pupuk, produksi ini akan meningkat hingga mencapai

maksimum (3760 kg) pada tingkat penggunaan pupuk sebanyak 125 kg. Produksi

akan turun apabila pupuk ditambah di atas 125 kg. Secara matematis hubungan

produksi ini dituliskan sebagai: Y = f (Xt) dengan formulasi persamaan kuadratik:

Y= 2200 + 25 X1 - 0,10 X2.

Pada umumnya fungsi produksi menggambarkan hubungan teknik atau fisik

antara output dengan satu atau lebih input. Dalam contoh gambar 2.1. fungsi

produksi memberikan beberapa informasi mengenai respon produksi padi

terhadap penggunaan pupuk di antaranya:

1. Terdapat sejumlah output (2200 kg) pada tingkat penggunaan input nol.

Hal ini menunjukkan bahwa output tersebut diperoleh atas penggunaan

input lainnya (bibit, irigasi, dll)

2. Terdapat penggunaan input tertentu yang memberikan produksi

maksimum. Produksi tertinggi ini seringkali dikaitkan dengan tingkat

produksi teknis maksimum

3. Bentuk kurva produksi tidak linier, memiliki titik balik. Hal ini

menunjukkan kondisi di mana meskipun output terus mengalami

peningkatan akibat bertambahnya pemakaian input, peningkatan tersebut

terbatas dan semakin menurun. Penambahan output yang diperoleh akibat

penambahan satu satuan input secara terus menerus disebut

MPP=Marginal Physical Product (Kurva Produk Marjinal). Secara

matematik, MPP adalah slope dari kurva produk total pada titik tertentu

dan ditunjukkan oleh turunan pertama fungsi produksi. Pada gambar 2.1.

(b) Slope kurva MPP yang terus menurun menunjukkan tambahan output

yang semakin kecil pada penambahan input berikutnya. Kurva ini

memotong sumbu horisontal pada saat fungsi produksi mencapai titik

maksimum. Kecenderungan produk marjinal untuk semakin kecil

diformulasikan dalam hukum kenaikan hasil yang berkurang (The Law of

Diminishing Returns)

Page 11: Makalah EPP

4. Pada gambar yang sama juga disajikan kurva APP yang menunjukkan

rata-rata produk fisik per unit input. APP didefinisikan sebagai total

produksi dibagi total

penggunaan input (Y/X1). Bentuk dari kurva MPP dan APP tidak harus linear.

Ada gambar 2.1 bentuk kedua kurva tersebut linear adalah sebagai konsekuensi

dari penurunan fungsi produksi yang kuadratik.

5. Hubungan fisik antara output dan input dapat diukur dengan elastisitas input

yang juga diistilahkan sebagai elastisitas parsial dari produksi. Elastisitas

didefinisikan sebagai persentase perubahan output sebagai akibat perubahan

persentase tertentu input.

Salah satu hal penting dalam formulasi elastisitas di atas adalah hubungan antara

MPP dan APP. Daerah diminishing marginal returns (DMRTS) terjadi pada saat

MPP<APP tetapi tidak negatif di mana 0<E<1.

Jika E >1 dan E<0 maka fungsi produksi berada pada daerah non

ekonomis. Fungsi produksi didefinisikan sebagai hubungan fisik antara output

dengan sejumlah input sebagai berikut:

Y = f (X1,X2,...,Xn)

Fungsi produksi umumnya hanya memasukkan beberapa variabel input

sementara input lainnya dianggap konstan (ceteris paribus).

Y=f(X1,X2,...,Xm/Xn-m)

Fungsi produksi harus memenuhi dua kondisi agar memiliki makna

ekonomi yakni MPP positip dan menurun. Kondisi ini diperoleh pada saat turunan

pertama (dY/dX) sama dengan nol dan turunan kedua (d2Y/dX2)negatif. Artinya

respon output terhadap penambahan input harus meningkat tetapi dengan laju

yang semakin menurun.

C. Substitusi antar input

Interaksi fisik antar input

Interaksi fisik antar input dapat dilihat dari kemampuan substitusinya.

Misal 3 ton padi dapat diproduksi dengan kombinasi 1 ha lahan dengan 4 HKSP

(Hari Kerja Setara Pria) atau 2 ha lahan dengan 2 HKSP. Hal ini menunjukkan

Page 12: Makalah EPP

bahwa sejumlah output dapat diproduksi dengan menggunakan berbagai

kombinasi input yang berbeda. Prinsip ini dikenal sebagai prinsip substitusi atau

law of variable factor proportion. Pendekatan grafis yang dapat digunakan untuk

menjelaskan pola hubungan tersebut adalah kurva isoproduk atau isokuan.

Pada gambar 2.4. dapat dilihat beberapa isokuan yang menunjukkan

jumlah output yang sama. Variasi jumlah tenaga kerja dan lahan dapat digunakan

untuk menghasilkan isokuan tertentu. Beberapa karakteristik umum isokuan pada

fungsi produksi usahatani adalah:

1. Isokuan merupakan pernyataan grafis fungsi produksi. Contoh

Y=f(X1,X2) bila Y dianggap konstan kombinasi X1 dan X2 dapat dicari

2. Slope isokuan menunjukkan jumlah input X2 yang dapat digantikan oleh

penambahan satu satuan input X1. Slope ini bernilai negatif sebab

penambahan salahsatu input akan menyebabkan pengurangan input yang

lain

3. Isokuan cembung terhadap titik asal. Hal ini menjelaskan marginal rate of

substitution atau slope kurva isokuan cenderung semakin kecil seiring

penambahan satu satuan faktor produksi untuk menggantikan faktor

produksi lainnya

4. DMRS (Diminishing Marginal Rate of Subtitution) tersebut merupakan

akibat dari prinsip Diminishing Marginal Returns dalam proses produksi.

Konsep teoritis yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan fisik

antar input pada gambar 2.4. adalah Returns to Scale(RTS). RTS didefinisikan

sebagai perubahan output akibat perubahan input secara proporsional.

Keberadaan diminishing marginal returns pada input tunggal dalam diagram

isokuan juga dapat ditunjukkan dengan cara lain. Perhatikan garis titik-titik

AB yang menunjukkan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk

memperoleh peningkatan output misalnya dari Y1 ke Y2, sementara jumlah

lahan dipertahankan konstan seluas 1,5 Ha. Jarak antara isokuan yang

ditunjukkan oleh a,b,dan c secara bertahap terlihat semakin besar yang berarti

Page 13: Makalah EPP

jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk berpindah dari satu isokuan ke

isokuan berikutnya harus semakin besar.

Garis lurus OC menunjukkan bahwa rasio input tetap sama sebanding

dengan peningkatan output Jika isokuan menunjukkan peningkatan output

yang merata sepanjang garis OC maka fungsi produksi mengalami constant

return to scale. Hal ini berarti peningkatan input dengan persentase tertentu

akan mengakibatkan output meningkat dengan persentase yang sama.

Kurva Iso Produk

3.0

C

A a b c B

Y = 3 y = 4

Y = 2

Y = 1

400

OGambar 2.4 Proporsi Input Variabel – Isokuan

Kombinasi input optimum.

Kombinasi optimum dari input secara ekonomis ditunjukkan oleh rasio

harga masingmasing input. Harga masing-masing input menunjukkan seberapa

banyak input yang harus dibeli dengan total biaya produksi yang sama. Dengan

kata lain keuntungan maksimum dalam konteks ini didekati dengan konsep

minimisasi. Kombinasi biaya isokuan dipresentasikan dalam garis isocost. Pada

gambar 2.5. disajikan sejumlah kombinasi biaya tenaga kerja dan lahan dimana

harga tenaga kerja adalah Rp. 2 dan nilai lahan Rp. 300 per hektar. Sebagai misal

jika seluruh dana digunakan untuk membeli lahan maka akan diperoleh sebanyak

Page 14: Makalah EPP

2 Ha dan sebaliknya jika seluruh dana tersebut dicurahkan untuk membeli tenaga

kerja maka akan diperoleh sejumlah 300 unit tenaga kerja. Isocost Rp.600 pada

gambar 2.5. dengan demikian menunjukkan titik-titik kombinasi tenaga kerja dan

lahan senilai Rp 600.

Slope garis isocost sama dengan inversi rasio harga masing-masing input

dan bernilai negatip (- P1/P2). Jika X1 adalah tenaga kerja, dan X2 adalah lahan,

maka slope isocost = –2/300 = 0, 0067. Kombinasi input dengan biaya minimal

diperoleh pada saat isocost menyinggung isokuan. Setiap titik pada isokuan yang

berada di sebelah kiri atau kanan titik singgung tersebut akan berada pada isocost

yang lebih tinggi.

Sebagaimana kasus titik optimum pada fungsi produksi, rumusan

matematis sederhana dapat membantu menjelaskan implikasi pola hubungan fisik

tersebut

Fungsi produksi dengan dua input dapat dituliskan sebagai berikut:

Y= f(X1,X2)

Masing-masing input tersebut memiliki marginal physical product yang

dituliskan sebagai berikut:

MPP1 = dY/dX1 dan MPP2 = dY/dX2

Lebih lanjut invers rasio dari kedua MPP tersebut adalah sama dengan marginal

rate of substitution (MRS) yang dituliskan sebagai berikut:

MPP1 / MPP2 = (dY/dX1)/( dY/dX2)= dX2 / dX1 = MRS12

Selanjutnya, pada gambar 2.5. ditunjukkan bahwa titik optimum MRS

adalah samadengan inverse ratio harga input (P1/P2), sehingga dapat ditulis:

MRS12 = MPP1 / MPP2 = P1/P2

MPP1 / P1 = MPP2/P2

Page 15: Makalah EPP

Garis Isocost

3.0

Y = 4

Y = 3

T = 2Y = 1

4000

Proporsi Input OptimumD. Pilihan cabang usaha

Interaksi fisik antar output

Aspek ketiga dari proses produksi usahatani adalah kombinasi output

antara beberapa tanaman atau ternak yang berbeda. Dasar pemikiran dalam teori

ini adalah adanya alternatif output yang dapat dihasilkan dengan menggunakan

sumberdaya yang dimiliki. Perlu diperhatikan bahwa alternatif output tersebut

harus kompetitif satu sama lain sebab tidak semua tanaman dan ternak yang

apabila diusahakan secara bersamaan bersifat kompetitif.