makalah epid
-
Upload
ezha-asmiwati -
Category
Documents
-
view
255 -
download
2
description
Transcript of makalah epid
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
1. Berdasarkan perjalanannya penyakit tidak menular dapat dibagi menjadi :
a) Akut
Penyakit akut merupakan jenis-jenis penyakit yang terjadi secara mendadak atau secara tiba-
tiba dan terkadang membutuhkan pertolongan segera seperti pendarahan akut Atau penyakit lain
nya. Tetapi sebagian penyakit akut ini juga ada yang tidak memerlukan penangan secara darurat
dan dan frekuensi resikonya pun lemah. Terus bagainana dengan kronis?
b) Kronis
Penyakit kronis adalah penyakit yang terjadi secara menahun atau status riwayat penyakit
yang telah berlangsung lama pengobatan yang dilakukan pun membutuhkan waktu yang panjang.
Ada berminggu minggu berbulan bulan bahkan ada yang diderita seumur hidup.
Salah satu contoh penyakit kronis adalah asma. Tetapi Sebagian penyakit akut mempunyai
peluang untuk menjadi kronis.
Jadi seperti itulah perbedaan antara penyakit akut dan penyakit kronis. Mereka bisa dikatakan
ibaratnya seperti penggolongan jenis-jenis penyakit berdasarkan durasi waktu perjalanan
penyakitnya
2. Berdasarkan sifat penularannya dapat dibagi menjadi :
·Menular : dapat ditularkan kepada oranglain
·Tidak Menular : tidak dapat ditularkan kepada oranglain
3. Proses terjadinya penyakit merupakan interaksi antara agen penyakit, manusia (Host) dan
lingkungan sekitarnya.
1
Untuk penyakit tidak menular proses terjadinya penyakit akibat interaksi antara agen
penyakit (non living agent), manusia dan lingkungan.
4. Penyakit tidak menular dapat bersifat akut dapat juga bersifat kronis.
5. Pada Epidemiologi Penyakit tidak Menular terutama yang akan dibahas adalah penyakit-
penyakit yang bersifat kronis.
6. Kepentingan :
·Penyakit-penyakit tidak menular yang bersifat kronis sebagai penyebab kematian mulai
menggeser kedudukan dari penyakit-penyakit infeksi
·Penyakit tidak menular mulai meningkat bersama dengan life-span (pola hidup) pada
masyarakat.
·Life – span meningkat karena adanya perubahan-perubahan didalam : kondisi sosial ekonomi,
kondisi hygiene sanitasi, meningkatnya ilmu pengetahuan, perubahan perilaku.
Pola kejadian penyakit pada saat ini telah mengalami perubahan yang ditandai dengan
transisi epidemiologi. Secara garis besar transisi epidemiologi ditandai dengan perubahan pola
penyakit dan kematian yang semula didominasi oleh penyakit infeksi beralih ke penyakit non
infeksi (non-communicable disease) atau penyakit tidak menular. Perubahan pola penyakit
sangat dipengaruhi oleh keadaan demografi (pendidikan, umur, dan jenis kelamin), sosial
ekonomi (pendapatan) dan sosial budaya (Rahajeng, 2012).
Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan penyakit yang bukan disebabkan oleh proses
infeksi (tidak infeksius) dan tidak dapat berpindah dari satu orang ke orang lain. Faktor risiko
penyakit tidak menular dipengaruhi oleh kemajuan era globalisasi yang telah mengubah cara
pandang penduduk dunia dan melahirkan kebiasaan-kebiasaan baru yang tidak sesuai dengan
gaya hidup sehat (Maryani dan Rizki, 2010).
Data WHO menunjukkan bahwa dari 57 juta kematian yang terjadi di dunia pada tahun
2008, sebanyak 36 juta atau hampir dua pertiganya disebabkan oleh penyakit tidak menular
akibat gaya hidup yang tidak sehat. Penyakit tidak menular juga membunuh penduduk dengan
usia yang lebih muda. Di negara-negara dengan tingkat ekonomi rendah dan menengah, dari
2
seluruh kematian yang terjadi pada orang-orang berusia kurang dari 60 tahun, 29% disebabkan
oleh penyakit tidak menular, sedangkan di negara-negara maju menyebabkan 13% kematian.
Proporsi penyebab kematian penyakit tidak menular pada orang-orang berusia kurang dari 60
tahun meliputi: penyakit kardiovaskular merupakan penyebab terbesar (39%), diikuti kanker
(27%), sedangkan penyakit pernafasan kronis, penyakit pencernaan dan penyakit tidak menular
yang lain bersama-sama menyebabkan sekitar 30% kematian, serta 4% kematian disebabkan
diabetes melitus. Dalam jumlah total, pada tahun 2030 diprediksi akan ada 52 juta jiwa kematian
per tahun karena penyakit tidak menular (WHO, 2013).
Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2010, kematian karena penyakit tidak menular
semakin meningkat sedangkan kematian karena penyakit menular semakin menurun. Di
Indonesia proporsi penyakit menular telah menurun sepertiganya dari 44% menjadi 26,1%, akan
tetapi proporsi penyakit tidak menular mengalami peningkatan cukup tinggi dari 41,7% menjadi
59,5% (Depkes RI, 2012).
Kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah melaporkan data PTM tahun 2012 dari 34
kabupaten/kota (97,14%) cukup tinggi, meliputi penyakit diabetes melitus 16,58%, PPOK
1,16%, asma bronchial 11,55%, psikosis 2,8%. Dari data PTM kasus tertinggi adalah kelompok
penyakit jantung dan pembuluh darah (hipertensi, PJK, stroke, lemah jantung) sebesar 66,51%
(Dinkes Jateng, 2012).
Melihat gaya hidup modern dan dampak penyakit yang diakibatkan baik yang terjadi
secara internasional maupun nasional, dapat pula digambarkan pada perilaku remaja yang
mengarah pada faktor risiko penyakit tidak menular pada saat ini. Prevalensi merokok pada
remaja yang berusia 15-19 tahun mencapai 43,5%, kurang aktifitas fisik 48,2%, mengkonsumsi
makanan asin 24,5%, sering makan makanan berlemak 12,8%, mengkonsumsi makanan atau
minuman manis 65,2%. Remaja saat ini juga lebih memilih makanan kecil (snack) dibandingkan
dengan mengkonsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran yaitu 93,6% serta mengkonsumsi alkohol
4,6% (Rahajeng, 2012). Hasil penelitian Istiningtyas (2010) menyimpulkan bahwa angka
kejadian tentang gaya hidup sehat pada sekelompok mahasiswa ternyata masih kurang yaitu
33%. Mahasiswa yang memiliki kebiasaan makan kurang baik 38%, kebiasaan olah raga yang
kurang baik 39% dan pola tidur yang kurang baik 52%. Perilaku tersebut disebabkan karena
beberapa faktor yaitu faktor internal (pengetahuan, sikap dan kepribadian) dan faktor eksternal
(lingkungan tempat tinggal). Salah satu faktor yang paling mempengaruhi yaitu pengetahuan dan
3
pandangan yang sempit para mahasiswa tentang gaya hidup sehat serta sikap kurang pemahaman
tentang penerapan gaya hidup sehat dan ancaman penyakit di masa yang akan datang.
Penelitian Rosanti (2012) juga menjelaskan bahwa hadirnya gaya hidup tidak sehat pada
masa anak-anak dan remaja dapat berdampak buruk bagi kesehatan mereka di masa yang akan
datang, salah satunya adalah meningkatkan risiko terjadinya penyakit tidak menular. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa dari 240 remaja yang terlibat, 92,9% diantaranya kurang
konsumsi buah dan sayur, 62,0% remaja sering mengkonsumsi makanan berlemak, 19,6%
remaja memiliki kebiasaan merokok, 61,7% remaja tidak terlibat dalam aktivitas fisik yang
cukup, 61,3% remaja tidak terlibat dalam aktivitas olah raga yang cukup, 79,6% remaja
menghabiskan waktu ≥ 3 jam per hari untuk menonton televisi, browsing internet, dan atau
bermain game pada hari aktif sekolah, serta 46,7% remaja memiliki pola tidur yang buruk. Selain
itu, terdapat 15,4% remaja yang tergolong overweight dan 20,8% tergolong obesitas.
Penelitian Sihombing (2010) menyimpulkan bahwa perilaku merokok, konsumsi
makanan dan minuman serta aktivitas fisik mempunyai risiko jauh lebih besar terkena penyakit
hipertensi. Hal tersebut dibuktikan bahwa seseorang yang kurang aktivitas fisik mempunyai
risiko hipertensi 1,20 kali dibanding seseorang yang melakukan aktivitas fisik, seseorang yang
mengkonsumsi makanan asin mempunyai risiko hipertensi 2,30 kali dibandingkan dengan
seseorang yang tidak mengkonsumsi tinggi garam, serta seseorang yang merokok mempunyai
risiko hipertensi 1,18 kali dibandingkan yang tidak merokok.
Berdasarkan studi pendahuluan di SMK N 1 Wadaslintang Wonosobo diperolah data bahwa gaya
hidup yang memicu timbulnya faktor risiko penyakit tidak menular masih sering ditemui yaitu
banyaknya siswa yang merokok mencapai 58%, kurang olah raga 65%, pernah mengalami stres
37% dan pola tidur kurang baik mencapai 40%, sehingga sering dijumpai di dalam kelas siswa
terlihat tidak bersemangat dan malas belajar, hal tersebut sebagaimana disampaikan oleh guru
Bimbingan Konseling (BK) di sekolah tersebut. Belum tersedianya program pendidikan
kesehatan dari bagian Unit Kesehatan Sekolah (UKS) membuat siswa menyepelekan kesehatan
sehingga gaya hidup yang kurang sehat dianggap sebagai sesuatu yang wajar dilakukan. Bagi
seorang pelajar, keadaan sakit akan menyebabkan mereka tidak hadir ke sekolah sehingga harus
diperlukan kondisi fisik dan mental yang sehat bagi para pelajar agar dapat menjalani aktivitas
hidup sehari-hari secara maksimal.
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI PENYAKIT TIDAK MENULAR
Penyakit tidak menular adalah penyakit kronik atau bersifat kronik (menahun) alias
berlangsung lama, tapi ada juga yang berlangsung mendadak misalnya saja keracunan, misalnya
penyakit kangker tubuh yang terpapar unsur kimia dan lain –lain. Penyakit tidak menular adalah
penyakit non infeksi karena penyebabnya bukan mikroorganisme, namun tidak berarti tidak ada
peranan mikroorganisme dalam terjadinya penyakit tidak menular misalnya luka karena tidak
diperhatikan bisa terjadi infeksi.
Penyakit tidak menular adalah penyakit degenerative karena berhubungan dengan proses
degenerasi (ketuaan). Dan penyakit tidak menular adalah New Communicable Disease karena
dianggap dapat menular melalui life style, life style dapat menyangkut pola makan, kehidupan
seksual dan komunikasi global.
Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan penyakit yang bukan disebabkan oleh proses
infeksi (tidak infeksius). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pada umumnya, keberadaan
faktor risiko PTM pada seseorang tidak memberikan gejala sehingga mereka tidak merasa perlu
mengatasi faktor risiko dan mengubah gaya hidupnya. Penelitian juga menunjukkan bahwa
pengetahuan masyarakat tentang jenis PTM cukup baik, dan sebagian besar masyarakat
mengetahui bagaimana penderitaan pasien PTM seperti Jantung Koroner, Kanker, Stroke dan
Diabetes melitus, gangguan akibat kecelakaan dan cidera. Namun mereka umumnya belum
memahami pengaruh faktor risiko PTM terhadap kejadian PTM serta komplikasi yang dapat
ditimbulkan PTM. Pada umumnya mereka menganggap bahwa PTM disebabkan faktor genetik,
penyakit orang tua atau penyakit orang kaya.
2.2 PENYAKIT - PENYAKIT TIDAK MENULAR YANG BERSIFAT KRONIS JENIS-
JENIS PENYAKIT TIDAK MENULAR
a. Hipertensi
Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140mmHg dan
teknan diastolic di atas 90 mmHg (smelz&bare, 2002).
5
b. Penyakit Jantung
Penyakit jantung adalah sebuah kondisi yang menyebabkan Jantung tidak dapat
melaksanakan tugasnya dengan baik. Hal-hal tersebut antara lain Otot jantung yang lemah
(kelainan bawaan sejak lahir) dan atau adanya celah antara serambi kanan dan serambi kiri,
oleh karena tidak sempurnanya pembentukan lapisan yang memisahkan antara kedua serambi
saat penderita masih di dalam kandungan. Hal ini menyebabkan darah bersih dan darah kotor
tercampur.
c. Diabetes Mellitus
Diabetes atau yang sering disebut dengan Diabetes Mellitus merupakan penyakit kelainan
metabolisme yang disebabkan kurangnya produksi insulin,zat yang dihasilkan oleh kelenjar
pankreas.Bisa pula karena adanya gangguan pada fungsi insulin,meskipun jumlahnya normal.
Seseorang dikatakan menderita Diabetes jika kadar glukosa dalam darahnya di atas 120mg/dl
(dalam kondisi berpuasa) dan di atas 200mg/dl (dua jam setelah makan).
d. Penyakit Paru Obstruktif kronik
e. Kanker
Penyakit Kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh
yang berubah menjadi sel kanker. Dalam perkembangannya, sel-sel kanker ini dapat
menyebar ke bagian tubuh lainnya sehingga dapat menyebabkan kematian. Kanker adalah
istilah yang mencakup sekelompok kompleks lebih dari berbagai jenis penyakit kanker .
Kanker dapat mempengaruhi hampir setiap organ dalam tubuh manusia.
f. Osteoporosis
Osteoporosis berasal dari kata osteo dan porous, osteo artinya tulang, dan porous berarti
berlubang-lubang atau keropos. Jadi, osteoporosis adalah tulang yang keropos, yaitu penyakit
yang mempunyai sifat khas berupa massa tulangnya rendah atau berkurang, disertai
gangguan mikro-arsitektur tulang dan penurunan kualitas jaringan tulang yang dapat
menimbulkan kerapuhan tulang (Tandra, 2009)
g. Stroke
Stroke adalah suatu kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke suatu bagian otak tiba-tiba
terganggu. Dalam jaringan otak, kurangnya aliran darah menyebabkan serangkaian reaksi
bio-kimia, yang dapat merusakkan atau mematikan sel-sel otak.
6
Kematian jaringan otak dapat menyebabkan hilangnya fungsi yang dikendalikan oleh
jaringan itu. Stroke adalah penyebab kematian yang ketiga di Amerika Serikat dan banyak
negara industri di Eropa (Jauch, 2005). Bila dapat diselamatkan, kadang-kadang si penderita
mengalami kelumpuhan pada anggota badannya, hilangnya sebagian ingatan atau
kemampuan bicaranya. Untuk menggarisbawahi betapa seriusnya stroke ini, beberapa tahun
belakangan ini telah semakin populer istilah serangan otak. Istilah ini berpadanan dengan
istilah yang sudah dikenal luas, “serangan jantung”. stroke terjadi karena cabang pembuluh
darah terhambat oleh emboli. emboli bisa berupa kolesterol atau mungkin udara.
Dalam teori lain menyebutkan pembagian jenis penyakit kronis sebagai berikut:
a. Penyakit yang termasuk di dalam penyebab utama kematian, yaitu :
Ischaemic Heart Disease
Cancer
Cerebrovasculer Disease
Chronic Obstructive Pulmonary Disease
Cirrhosis
Diabetes Melitus
b. Penyakit yang termasuk dalam special – interest , banyak menyebabkan masalah
kesehatan tapi jarang frekuensinya (jumlahnya), yaitu :
Osteoporosis
Penyakit Ginjal kronis
Mental retardasi
Epilepsi
Lupus Erithematosus
Collitis ulcerative
c. Penyakit yang termasuk akan menjadi perhatian yang akan datang, yaitu :
Defisiensi nutrisi
Alkoholisme
Ketagihan obat
Penyakit-penyakit mental
Penyakit yang berhubungan dengan lingkungan pekerjaan.
7
2.3 FAKTOR-FAKTOR RESIKO PENYAKIT TIDAK MENULAR
Pentingnya pengetahuan tentang Penyakit Tidak Menular (PTM) dilatarbelakangi dengan
kecenderungan semakin meningkatnya prevalensi PTM dalam masyarakat, khususnya
masyarakat Indonesia. Perubahan pola struktur masyarakat agraris ke masyarakat industri benyak
memberi andil terhadap perubahan pola fertilitas, gaya hidup, dan sosial ekonomi yang pada
gilirannya memacu semakin meningkatnya PTM. Keadaan perubahan pola penyakit dari
penyakit menular ke penyakit tidak menular lebih dikenal dengan istilah Transisi Epidemiologi.
Istilah PTM mempunyai kesamaan arti dengan :
a. Penyakit Kronik
Penyakit kronik dapat dipakai untuk PTM karena kelangsungan PTM biasanya bersifat
kronik/menahun/lama. Namun ada pula PTM yang kelangsungannya mendadak/akut,
misalnya ; Keracunan.
b. Penyakit Non – Infeksi
Sebutan penyakit non-infeksi dipakai karena penyebab PTM biasanya bukan oleh Mikro-
organisme. Namun tidak berarti tidak ada peranan mikro-organisme dalam terjadinya
PTM.
c. New Communicable Disease
Hal ini disebabkan PTM dianggap dapat menular; yaitu melalui Gaya Hidup (Life Style).
Gaya hidup dalam dunia modern dapat menular dengan caranya sendiri. Gaya hidup di
dalamnya dapat menyangkut Pola Makan, Kehidupan Seksual, dan Komunikasi Global.
Contoh ; perubahan pola makan telah mendorong perubahan peningkatan penyakit
jantung yang berkaitan dengan makan berlebih yang mengandung kolesterol tinggi.
d. Penyakit Degeneratif
Disebut juga sebagai penyakit degeneratif karena kejadiannya berkaitan dengan proses
degenerasi/ketuaan sehingga PTM banyak ditemukan pada usia lanjut
Faktor resiko untuk timbulnya penyakit tidak menular yang bersifat kronis belum ditemukan
secara keseluruhan,
8
a. Untuk setiap penyakit, faktor resiko dapat berbeda-beda (merokok, hipertensi,
hiperkolesterolemia)
b. Satu faktor resiko dapat menyebabkan penyakit yang berbeda-beda, misalnya merokok,
dapat menimbulkan kanker paru, penyakit jantung koroner, kanker larynx.
c. Untuk kebanyakan penyakit, faktor-faktor resiko yang telah diketahui hanya dapat
menerangkan sebagian kecil kejadian penyakit, tetapi etiologinya secara pasti belum
diketahui
Faktor-faktor resiko yang telah diketahui ada kaitannya dengan penyakit tidak menular yang
bersifat kronis antara lain :
a. Tembakau
b. Alkohol
c. Kolesterol
d. Hipertensi
e. Diet
f. Obesitas
g. Aktivitas
h. Stress
i. Pekerjaan
j. Lingkungan masyarakat sekitar
k. life style
2.4 KARAKTERISTIK PENYAKIT TIDAK MENULAR
Telah dijelaskan diatas bahwa penyakit tidak menular terjadi akibat interaksi antara agent
(Non living agent) dengan host dalam hal ini manusia (faktor predisposisi, infeksi dll) dan
lingkungan sekitar (source and vehicle of agent)
1. Agent
a. Agent dapat berupa (non living agent) :
1) Kimiawi
2) Fisik
3) Mekanik
9
4) Psikis
b. Agent penyakit tidak menular sangat bervariasi, mulai dari yang paling sederhana sampai
yang komplek (mulai molekul sampai zat-zat yang komplek ikatannya)
c. Suatu penjelasan tentang penyakit tidak menular tidak akan lengkap tanpa mengetahui
spesifikasi dari agent tersebut
d. Suatu agent tidak menular dapat menimbulkan tingkat keparahan yang berbeda-beda
(dinyatakan dalam skala pathogenitas)
Pathogenitas Agent : kemampuan / kapasitas agent penyakit untuk dapat menyebabkan
sakit pada host
e. Karakteristik lain dari agent tidak menular yang perlu diperhatikan antara lain :
1) Kemampuan menginvasi / memasuki jaringan
2) Kemampuan merusak jaringan : Reversible dan irreversible
3) Kemampuan menimbulkan reaksi hipersensitif
2. Reservoir
a. Dapat didefinisikan sebagai organisme hidup, benda mati (tanah, udara, air batu dll)
dimana agent dapat hidup, berkembang biak dan tumbuh dengan baik.
b. Pada umumnya untuk penyakit tidak menular, reservoir dari agent adalah benda mati.
c. Pada penyakit tidak menular, orang yang terekspos/terpapar dengan agent tidak
berpotensi sebagai sumber/reservoir tidak ditularkan.
3. RelasiAgent–Host
a. FaseKontak
Adanya kontak antara agent dengan host, tergantung :
1) Lamanya kontak
2) Dosis
3) Patogenitas
b. Fase Akumulasi pada jaringan
Apabila terpapar dalam waktu lama dan terus-menerus
c. Fase Subklinis
Pada fase subklinis gejala/sympton dan tanda/sign belum muncul
10
Telah terjadi kerusakan pada jaringan, tergantung pada :
1) Jaringan yang terkena
2) Kerusakan yang diakibatkannya (ringan, sedang dan berat)
3) Sifat kerusakan (reversiblle dan irreversible/ kronis, mati dan cacat)
d. Fase Klinis
Agent penyakit telah menimbulkan reaksi pada host dengan menimbulkan manifestasi
(gejala dan tanda).
4. Karakteristik penyakit tidak menular :
a. Tidak ditularkan
b. Etiologi sering tidak jelas
c. Agent penyebab : non living agent
d. Durasi penyakit panjang (kronis)
e. Fase subklinis dan klinis panjang untuk penyakit kronis.
5. Rute dari keterpaparan
Melalui sistem pernafasan, sistem digestiva, sistem integumen/kulit dan sistem vaskuler.
Berbeda dengan penyakit menular, PTM mempunyai beberapa karakteristik tersendiri seperti
:
Penularan penyakit tidak melalui suatu rantai penularan tertentu
Masa inkubasi yang panjang
Bersifat Krinik (berlarut – larut)
Banyak menghadapi kesulitan diagnosis
Mempunyai variasi yang luas
Memerlukan biaya yang tinggi dalam pencegahan dan penanggulangannya
Faktor penyebab bermacam – macam (Multicausal), atau bahkan tidak jelas.
2.5 RIWAYAT ALAMIAH PENYAKIT
A. Proses terjadinya penyakit
1. Proses terjadinya penyakit tergantung pada :
a. Karakterisitik dari agent
b. Karakteristik dari Host
c. Karakteristik dari environment
11
2. Pada Penyakit Tidak Menular
Manusia mempertahankan keseimbangan untuk tetap sehat melawan :
a. Agent (non living organisme)
b. Kondisi lingkungan yang sesuai dengan organisme tersebut
c. Faktor predisposisi
B. Riwayat alamiah penyakit tidak menular
1. Definisi Riwayat Alamiah Penyakit :
a. Perkembangan penyakit tanpa campur tangan medis atau bentuk intervensi
lainnya sehingga suatu penyakit berlangsung secara natural
b. Adanya respon dari host terhadap stimulus dari interaksi agent dan environment
2. Tahapan :
a. Prepathogenesis
1) Faktor-faktor : hereditas, ekonomi, sosial, lingkungan fisik, psikis
stimulus penyakit
2) Stimulus dapat terjadi sebelum terjadinya interaksi antara stimulus dan
manusia
3) Interaksi awal antara faktor –faktor host, agent dan environment disebut
periode prepathogenesis.
b. Pathogenesis
Mulai saat terjadinya kelainan /gangguan pada tubuh manusia akibat interaksi
antara stimulus penyakit dengan manusia sampai terjadinya : kesembuhan,
kematian, kronik dan cacat.
Pada pembahasan diatas tidak dijelaskan tentang kondisi orang sebelum terinfeksi, tetapi
mempunyai resiko untuk terkena suatu penyakit. Untuk mengatasi kekurangan ini, perjalanan
penyakit dikembangkan menjadi :
a) Fase Suseptibilitas (Tahap Peka)
1) Pada fase ini penyakit belum berkembang, tapi mempunyai faktor resiko atau
predisposisi untuk terkena penyakit .
2) Faktor resiko tersebut dapat berupa :
a. Genetika /etnik
b. Kondisi fisik, misalnya : kelelahan, kurang tidur dan kurang gizi.
12
c. Jenis kelamin
Wanita mempunyai resiko lebih tinggi untuk terkena penyakit Diabetes mellitus
dan reumatoid artritis dibandingkan dengan pria dan sebaliknya pria mempunyai
resiko lebih tinggi terkena penyakit jantung dan hipertensi dibandingkan wanita.
d. Umur
Bayi dan balita yang masih rentan terhadap perubahan lingkungan mempunyai
resiko yang tinggi terkena penyakit infeksi sedangkan pada usia lanjut
mempunyai resiko untuk terkena penyakit jantung dan kanker.
e. Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang kurang sehat seperti merokok mempunyai resiko untuk
terkena penyakit jantung dan karsinoma paru-paru.
f. Sosial ekonomi
Tingkat sosial ekonomi yang rendah mempunyai resiko terkena penyakit infeksi
sedangkan tingkat sosial yang tinggi mempunyai resiko terkena penyakit
hipertensi, penyakit jantung koroner, gangguan kardiovaskuler dll, karena pada
dengan tingkat sosial ekonomi yang tinggi mempunyai kecenderungan untuk
terjadinya perubahan pola konsumsi makanan dengan kadar kolesterol tinggi.
3) Untuk menimbulkan penyakit, faktor-faktor diatas dapat berdiri sendiri atau
kombinasi beberapa faktor.
Contoh : Kadar kolesterol meningkat akan mengakibatkan terjadinya penyakit
jantung koroner. Kelelahan, alkoholik merupakan kondisi yang suseptibel untuk
terjadinya Hepatitis.
b) Fase Subklinis
a. Disebut juga fase Presimptomatik
b. Pada tahap ini penyakit belum bermanifestasi dengan nyata (sign dan symptom
masih negatif) , tapi telah terjadi perubahan-perubahan dalam jaringan tubuh
(Struktur ataupun fungsi)
c. Kondisi seperti diatas dikatakan dalam kondisi “Below The Level of clinical
horizon”
d. Fase ini mempunyai ciri-ciri : Perubahan akibat infeksi atau pemaparan oleh agen
penyebab penyakit masih belum nampak. Pada penyakit infeksi terjadi
13
perkembangbiakan mikroorganisme patogen sedangkan pada penyakit non –
infeksi merupakan periode terjadinya perubahan anatomi dan histologi, misalnya
terjadinya ateroskelotik pada pembuluh darah koroner yang mengakibatkan
penyempitan pembuluh darah.
c) Fase Klinis
a. Pada fase ini perubahan-perubahan yang terjadi pada jaringan tubuh telah cukup
untuk memunculkan gejala-gejala (symptom) dan tanda-tanda (signs) penyakit.
b. Fase ini dibagi menjadi fase akut dan kronis.
d) Fase Konvalescen
a. Akhir dari fase klinis dapat berupa :
Fase Konvalescen (Penyembuhan)
Meninggal dunia
b. Fase konvalescen dapat berkembang menjadi :
Sembuh total
Sembuh dengan cacat (Disabilitas atau sekuele)
Penyakit menjadi kronis
c. Disabilitas (Kecacatan/ketidakmampuan)
Terjadi penurunan fungsi sebagian atauv keseluruhan dari struktur/organ tubuh
tertentu sehingga menurunkan fungsi aktivitas seseorang secara keseluruhan
Dapat bersifat : sementara (akut), kronis dan menetap
d. Sekuele
Lebih cenderung kepada adanya defect/cacatv pada struktur jaringan sehingga
menurunkan fungsi jaringan dan tidak sampai menggangu aktivitas seseorang.
2.6 PENDEKATAN EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TIDAK MENULAR
Epidemiologi berusaha untuk mempelajari distribusi dan faktor – faktor yang
mempengaruhi terjadinya PTM dalam masyarakat. Untuk itu diperlukan pendekatan
metodologik, yaitu dengan melakukan berbagai penelitian.
Sebagaimana umumnya penelitian epidemiologi, penelitian untuk penyakit tidak menular
dikenal juga adanya penelitian Observasional dan Eksperimental. Hanya saja, karena waktu
berlangsungnya yang lama, maka umumnya penelitian PTM merupakan penelitian
14
observasional. Jenis – jenis penelitian terhadap PTM yang merupakan Penelitian
Observasional berupa :
a. Penelitian Cross-Sectional
b. Penelitian Kasus Kontrol
c. Penelitian Kohort
2.7 PERHITUNGAN FREKWENSI PENYAKIT TIDAK MENULAR
Secara umum, dikenal 3 macam perhitungan frekwensi penyakit, yaitu :
a. RATIO
jumlah orang sakit / jumlah orang sehat
b. RATE
Jumlah orang sakit tertentu pada waktu tertentu / Jml Penduduk beresiko pada suatu
waktu tertentu
c. PROPORSI
Jumlah penderita penyakit tertentu(X) / Jml. Penderita penyakit tersebut(X) + Jml. Semua
penderita(y)
2.8 PENGERTIAN DAN JENIS FAKTOR RESIKO
Faktor penyebab dalam PTM dipakai istilah Faktor Resiko (risk factor)untuk
membedakan dengan istilah etiologi pada penyakit menular atau diagnosis klinis.
a. Macam – macam faktor resiko
a) Menurut Dapat – Tidaknya Resiko itu diubah.
Faktor resiko yang tidak dapat diubah Misalnya : Umur, Genetik
Faktor resiko yang dapat berubah. Misalnya : kebiasaan merokok, Olah
raga.
b) Menurut Kestabilan Peranan Faktor Resiko :
Suspected Risk Factors = Faktor Resiko yang dicurigai
Yaitu : Factor resiko yg BELUM mendapat dukungan ilmiah / penelitian
dalam peranannya sebagai factor yang berperan dalam kejadian suatu
penyakit. Misalnya : Merokok menyebabkan terjadinya kanker leher
rahim.
15
Established Risk Factors = Faktor yang telah ditegakkan.
Yaitu : Factor resiko yg TELAH mendapat dukungan ilmiah / penelitian
dalam peranannya sebagai factor yang berperan dalam kejadian suatu
penyakit. Misalnya : Rokok sebagai factor resiko terjadinya kanker paru.
Perlunya dikembangkan konsep Faktor Resiko ini dalam Epidemiologi PTM berkaitan dengan
beberapa alasan, antara lain :
Tidak Jelasnya Kausa PTM terutama dalam hal ada tidaknya mikro – organisme dalam
PTM.
Menonjolnya penerapan konsep Multikausal pada PTM.
Kemungkinan adanya Penambahan atau Interaksi antar resiko.
Perkembangan Metodologik telah memberi kemampuan untuk mengukur besarnya factor
resiko.
2.9 KEGUNAAN IDENTIFIKASI FAKTOR RESIKO
Dengan mengetahui Factor Resiko dalam terjadinya penyakit maka dapat digunakan untuk :
a. PREDIKSI
Untuk meramalkan kejadian penyakit. Misalnya : Perokok berat mempunyai resiko 10
kali lebih besar untuk terserang Ca Paru daripada bukan perokok.
b. PENYEBAB
Kejelasan dan beratnya suatu faktor resiko dapat ditetapkan sebagai penyebab suatu
penyakit dengan syarat telah menghapuskan faktor – faktor pengganggu (Confounding
Factors)
c. DIAGNOSIS
Dapat membantu dalam menegakkan Diagnosa.
d. PREVENSI
Jika suatu faktor resiko merupakan penyebab suatu penyakit tertentu, maka dapat diambil
tindakan untuk pencegahan terjadinya penyakit tersebut.
e. KRITERIA FAKTOR RESIKO
Untuk memastikan bahwa statu sebab layak disebut sebagai Factor Resiko, maka harus
memenuhi 8 kriteria (menurut Austin Bradford Hill), yaitu :
1) Kekuatan hubungan, yaitu : adanya resiko relatif yang tinggi.
16
2) Temporal : Kausa mendahului akibat.
3) Respon terhadap dosis : Makin besar paparan, makin tinggi kejadian penyakit.
4) Reversibilitas : Penurunan paparan akan diikuti penurunan kejadian penyakit.
5) Konsistensi : Kejadian yang sama akan berulang pada waktu, tempat dan penelitian
yang lain
6) Kelayakan biologis : Sesuai dengan konsep biologi.
7) Specifitas :Satu Penyebab menimbulkan Satu Akibat.
8) Analogi : Ada kesamaan untuk penyebab dan akibat yang serupa.
f. CONTOH FAKTOR RESIKO
Berbagai factor yang dapat disebut sebagai Factor Resiko adalah :
1) Merokok
2) Alkohol
3) Diet / Makanan
4) Gaya Hidup
5) Kegemukan
6) Asbes
7) Radiasi
2.10 USAHA PENCEGAHAN PENYAKIT TIDAK MENULAR
Prinsip upaya penceggahan lebih baik dari sebatas pengoobatan. Terdapat 4 Tingkatan
Pencegahan dalam Epidemiologi Penyakit Tidak Menular, yaitu :
a. Pencegahan Primordial
Berupa Upaya untuk memberikan kondisi pada masyarakat yang memungkinkan
penyakit tidak dapat berkembang karena tidak adanya peluang dan dukungan dari
kebiasaan, gaya hidup maupun kondisi lain yang merupakan Factor Resiko untuk
munculnya statu penyakit. Misalnya : menciptakan prakondisi dimana masyarakat merasa
bahwa merokok itu merupakan statu kebiasaan yang tidak baik dan masyarakat mampu
bersikap positif untuk tidak merokok.
b. Pencegahan Tingkat Pertama
a) Promosi Kesehatan Masyarakat :
Kampanye kesadaran masyarakat,
17
Promosi kesehatan
Pendidikan Kesehatan Masyarakat
b) Pencegahan Khusus :
Pencegahan keterpaparan
Pemberian kemopreventi
c. Pencegahan Tingkat Kedua
Diagnosis Dini : misalnya dengan Screening.
Pengobatan : misalnya dengan Kemotherapi atau Pembedahan.
d. Pencegahan Tingkat Ketiga
Dengan cara Rehabilitasi.
2.11 PENCEGAHAN PENYAKIT TIDAK MENULAR
Beraktifitas fisik paling tidak 30 menit setiap hari
Tidak merokok atau mengkonsumsi tembakau dan tidak minum alcohol
Hindari minuman mengandung pemanis, batasi konsumsi makanan energi padat
(terutama makanan olahan tinggi kadar gula, atau rendah serat, atau tinggi kadar
lemak).
Perbanyak makan beraneka ragam sayuran, buah-buahan, semua biji-bijian dan
kacang-kacangan seperti buncis.
Batasi konsumsi daging merah dan hindari daging olahan
Batasi konsumsi makanan yang asin
Capai berat badan ideal
Berikan ASI Ekslusif 6 bulan pada bayi
2.12 CARA UNTUK MENDETEKSI DINI PENYAKIT TIDAK MENULAR
Memeriksa tekanan darah
Memeriksa kadar gula darah
Kontrol berat badan
18
a. Kebijakan
Promosi dan pencegahan PTM dilakukan pada seluruh fase kehidupan, melalui
pemberdayaan berbagai komponen di masyarakat seperti organisasi profesi, LSM, media
Massa, dunia usaha/swasta.
Upaya promosi dan pencegahan PTM tersebut ditekankan pada masyarakat yang
masih sehat (well being) dan masyarakat yang beresiko (at risk) dengan tidak melupakan
masyarakat yang berpenyakit (deseased population) dan masyarakat yang menderita
kecacatan dan memerlukan rehabilitasi (Rehabilitated population).
b. Penanggulangan PTM
PTM mengutamakan pencegahan timbulnya faktor resiko utama dengan
meningkatkan aktivitas fisik, menu makanan seimbang dan tidak merokok.
Promosi dan pencegahan PTM juga dikembangkan melalui upaya-upaya yang
mendorong/memfasilitasi diterbitkannya kebijakan public yang mendukung upaya
pencegahan dan penanggulangan PTM.
Promosi dan Pencegahan PTM dilakukan melaui pengembangan kemitraan antara
pemerintah, masyarakat, organisasi kemasyarakatan, organisasi profesi termasuk
dunia usaha dan swasta.
19
Promosi dan pencegahan PTM merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam
semua pelayanan kesehatan yang terkait dengan penanggulangan PTM.
Promosi dan pencegahan PTM perlu didukung oleh tenaga profesional melalui
peningkatan kemampuan secara terus menerus (capacity building).
Promosi dan pencegahan PTM dikembangkan dengan menggunakan teknologi tepat
guna sesuai dengan masalah, potensi dan social budaya untuk meningkatkan
efektifitas intervensi yang dilakukan di bidang penanggulangan PTM.
c. Strategi
Sasaran Promosi dan pencegahan PTM secara operasional di lakukan pada
beberapa tatanan (Rumah tangga, Tempat kerja, tempat pelayanan kesehatan, tempat
sekolah, tempat umum, dll) Area yang menjadi perhatian adalah diet seimbang, merokok,
aktivitas fisik dan kesehatan lainnya yang mendukung.
Strategi promosi dan pencegahan PTM secara umum meliputi Advokasi, Bina
suasana dan Pemberdayaan masyarakat. Mendorong dan memfasilitasi adanya kebijakan
public berwawasan kesehatan yang mendukung upaya pencegahan dan penanggulangan
PTM. Mendorong dan memfasilitasi berfungsinya jaringan kerjasama antar institusi
penyelenggara promosi dan mitra potensi dalam upaya pencegahan dan penanggulangan
PTM.
Meningkatkan peran aktif tenaga promosi kesehatan di dalam upaya
penanggulangan PTM secara komprehensif baik dalam upaya promotif, preventif, kuratif
maupun rehabilitatif di masing-masing institusi pelayanan. Meningkatkan Kapasitas
tenaga profesional bidang promosi kesehatan baik di pusat maupun daerah khususnya
dalam pencegahan dan penanggulangan PTM. Meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan pemeliharaan kesehatan mandiri masyarakat dalam pencegahan dan
penanggulangan PTM. Melibatkan masyarakat secara aktif dalam proses pemecahan
masalah PTM yang dihadapi untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dan
lingkungannya dalam pencegahan dan penanggulangan PTM.
Mengembangkan daerah kajian teknologi promosi kesehatan tepat guna dalam
penanggulangan PTM.
d. Indikator
20
Untuk mengetahui sampai seberapa jauh keberhasilan pelaksanaan strategi
penanggulangan PTM, ada beberapa patokan yang dapat dipergunakan untuk monitoring
dan evaluasi melalui system pencatatan dan pelaporan kegiatan pencegahan dan
penanggulangan PTM. Indikator keberhasilan strategi promosi dan pencegahan PTM.
1) Indikator Umum
o Menurunnya angka kematian (mortalitas) penderita PTM utama.
o Menurunnya angka kesakitan (morbiditas) penderita PTM utama.
o Menurunnya angka kecacatan (disabilitas) penderita PTM utama.
o Menurunnya angka faktor risiko bersama PTM utama.
2) Indikator Khusus
o Penurunan 3 faktor risiko utama PTM (merokok, kurang aktifitas fisik dan
konsumsi rendah serat).
o Penurunan proporsi penduduk yang mengalami obesitas, penyalahgunaan
alcohol dan BBLR.
o Peningkatan kebijakan dan regulasi lintas sector yang mendukung
penanggulangan PTM.
o Peningkatan bina suasana melalui kemitraan dalam pemberdayaan potensi
masyarakat.
o Tersedianya model-model intervensi yang efektif dalam promosi dan
pencegahan PTM.
o Peningkatan pelaksanaan promosi dan pencegahan di institusi pelayanan.
o Pemantauan Rencana Operasional Promosi Kesehatan dalam Pengendalian
PTM dilakukan secara berjenjang dan berkesinambungan setiap tahun
dalam kurun waktu 5 tahun.
o Pemantauan merupakan upaya untuk mengamati seberapa jauh kegiatan
yang direncanakan sudah dilaksanakan.
Evaluasi dilaksanakan untuk melihat kemajuan dan keberhasilan pelaksanaan kegiatan
promosi kesehatan dalam Pengendalian PTM. Pemantauan rencana dan pelaksanaan kegiatan
promosi kesehatan untuk pengendalian PTM dilaksanakan oleh pengelola program pengendalian
PTM. Pengelola program promosi kesehatan dan mitra terkait pada masing-masing jenjang
21
administrasi. Melalui lingkup Promosi Kesehatan secara menyeluruh mulai dari kegiatan
advokasi, bina suasana, pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan kemitraan, maka
upaya Pengendalian PTM akan memberikan hasil yang optimal.
22
BAB III
PENUTUP
1,1 KESIMPULAN
Bedasarkan pembagian penyakit dapat dibedakan menurut
RIWAYAT ALAMIAH PENYAKIT
A. Proses terjadinya penyakit
3. Proses terjadinya penyakit tergantung pada :
d. Karakterisitik dari agent
e. Karakteristik dari Host
f. Karakteristik dari environment
4. Pada Penyakit Tidak Menular
Manusia mempertahankan keseimbangan untuk tetap sehat melawan :
d. Agent (non living organisme)
e. Kondisi lingkungan yang sesuai dengan organisme tersebut
f. Faktor predisposisi
B. Riwayat alamiah penyakit tidak menular
3. Definisi Riwayat Alamiah Penyakit :
c. Perkembangan penyakit tanpa campur tangan medis atau bentuk intervensi
lainnya sehingga suatu penyakit berlangsung secara natural
d. Adanya respon dari host terhadap stimulus dari interaksi agent dan environment
4. Tahapan :
c. Prepathogenesis
1) Faktor-faktor : hereditas, ekonomi, sosial, lingkungan fisik, psikis
stimulus penyakit
2) Stimulus dapat terjadi sebelum terjadinya interaksi antara stimulus dan
manusia
3) Interaksi awal antara faktor –faktor host, agent dan environment disebut
periode prepathogenesis.
23
d. Pathogenesis
Mulai saat terjadinya kelainan /gangguan pada tubuh manusia akibat interaksi
antara stimulus penyakit dengan manusia sampai terjadinya : kesembuhan,
kematian, kronik dan cacat.
Pada pembahasan diatas tidak dijelaskan tentang kondisi orang sebelum terinfeksi, tetapi
mempunyai resiko untuk terkena suatu penyakit. Untuk mengatasi kekurangan ini, perjalanan
penyakit dikembangkan menjadi :
e) Fase Suseptibilitas (Tahap Peka)
1) Pada fase ini penyakit belum berkembang, tapi mempunyai faktor resiko atau
predisposisi untuk terkena penyakit .
2) Faktor resiko tersebut dapat berupa :
g. Genetika /etnik
h. Kondisi fisik, misalnya : kelelahan, kurang tidur dan kurang gizi.
i. Jenis kelamin
Wanita mempunyai resiko lebih tinggi untuk terkena penyakit Diabetes mellitus
dan reumatoid artritis dibandingkan dengan pria dan sebaliknya pria mempunyai
resiko lebih tinggi terkena penyakit jantung dan hipertensi dibandingkan wanita.
j. Umur
Bayi dan balita yang masih rentan terhadap perubahan lingkungan mempunyai
resiko yang tinggi terkena penyakit infeksi sedangkan pada usia lanjut
mempunyai resiko untuk terkena penyakit jantung dan kanker.
k. Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang kurang sehat seperti merokok mempunyai resiko untuk
terkena penyakit jantung dan karsinoma paru-paru.
l. Sosial ekonomi
Tingkat sosial ekonomi yang rendah mempunyai resiko terkena penyakit infeksi
sedangkan tingkat sosial yang tinggi mempunyai resiko terkena penyakit
hipertensi, penyakit jantung koroner, gangguan kardiovaskuler dll, karena pada
dengan tingkat sosial ekonomi yang tinggi mempunyai kecenderungan untuk
terjadinya perubahan pola konsumsi makanan dengan kadar kolesterol tinggi.
24
3) Untuk menimbulkan penyakit, faktor-faktor diatas dapat berdiri sendiri atau
kombinasi beberapa faktor.
Contoh : Kadar kolesterol meningkat akan mengakibatkan terjadinya penyakit
jantung koroner. Kelelahan, alkoholik merupakan kondisi yang suseptibel untuk
terjadinya Hepatitis.
f) Fase Subklinis
a. Disebut juga fase Presimptomatik
b. Pada tahap ini penyakit belum bermanifestasi dengan nyata (sign dan symptom
masih negatif) , tapi telah terjadi perubahan-perubahan dalam jaringan tubuh
(Struktur ataupun fungsi)
c. Kondisi seperti diatas dikatakan dalam kondisi “Below The Level of clinical
horizon”
d. Fase ini mempunyai ciri-ciri : Perubahan akibat infeksi atau pemaparan oleh agen
penyebab penyakit masih belum nampak. Pada penyakit infeksi terjadi
perkembangbiakan mikroorganisme patogen sedangkan pada penyakit non –
infeksi merupakan periode terjadinya perubahan anatomi dan histologi, misalnya
terjadinya ateroskelotik pada pembuluh darah koroner yang mengakibatkan
penyempitan pembuluh darah.
g) Fase Klinis
a. Pada fase ini perubahan-perubahan yang terjadi pada jaringan tubuh telah cukup
untuk memunculkan gejala-gejala (symptom) dan tanda-tanda (signs) penyakit.
b. Fase ini dibagi menjadi fase akut dan kronis.
h) Fase Konvalescen
a. Akhir dari fase klinis dapat berupa :
Fase Konvalescen (Penyembuhan)
Meninggal dunia
b. Fase konvalescen dapat berkembang menjadi :
Sembuh total
Sembuh dengan cacat (Disabilitas atau sekuele)
Penyakit menjadi kronis
c. Disabilitas (Kecacatan/ketidakmampuan)
25
Terjadi penurunan fungsi sebagian atauv keseluruhan dari struktur/organ tubuh
tertentu sehingga menurunkan fungsi aktivitas seseorang secara keseluruhan
Dapat bersifat : sementara (akut), kronis dan menetap
d. Sekuele
Lebih cenderung kepada adanya defect/cacatv pada struktur jaringan sehingga
menurunkan fungsi jaringan dan tidak sampai menggangu aktivitas seseorang.
26
DAFTAR PUSTAKA
http://dinkes.tabalongkab.go.id/2014/12/pencegahan-penyakit-tidak-menular/
https://agungswastika.wordpress.com/program-kb/pencegahan-penyakit-tidak-menular/
http://www.idmedis.com/2014/11/definisi-penyakit-akut-dan-kronis-serta.html
http://ekasarinoviersa-kesehatanmasyarakat.blogspot.co.id/2011/09/epidemiologi-penyakit-tidak-
menular.html
http://www.jevuska.com/2012/12/10/penyakit-tidak-menular/
Bambang Sutrisna (1994). Pengantar Metoda Epidemiologi, Jakarta, Dian Rakyat.
Beaglehole, Bonita (1997). Dasar – Dasar Epidemiologi, Yogyakarta, Gadjah Mada University
Press.
Bhisma Murti (2003). Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi, Yogyakarta, Gadjah Mada
University Press.
Bustan MN (2002). Pengantar Epidemiologi, Jakarta, Rineka Cipta.
Bustan MN ( 1997 ). Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta. Rineka Cipta.
Eko Budiarto (2003). Pengantar Epidemiologi, Jakarta, EGC.
Noor Nasri Noor (2000). Dasar Epidemiologi, Jakarta, Rineka Cipta.
Thomas C. Timmreck, PhD, 2005, Epidemiologi Suatu Pengantar, Jakarta, EGC.
27