makalah epid

38
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1. Berdasarkan perjalanannya penyakit tidak menular dapat dibagi menjadi : a) Akut Penyakit akut merupakan jenis-jenis penyakit yang terjadi secara mendadak atau secara tiba-tiba dan terkadang membutuhkan pertolongan segera seperti pendarahan akut Atau penyakit lain nya. Tetapi sebagian penyakit akut ini juga ada yang tidak memerlukan penangan secara darurat dan dan frekuensi resikonya pun lemah. Terus bagainana dengan kronis? b) Kronis Penyakit kronis adalah penyakit yang terjadi secara menahun atau status riwayat penyakit yang telah berlangsung lama pengobatan yang dilakukan pun membutuhkan waktu yang panjang. Ada berminggu minggu berbulan bulan bahkan ada yang diderita seumur hidup. Salah satu contoh penyakit kronis adalah asma. Tetapi Sebagian penyakit akut mempunyai peluang untuk menjadi kronis. Jadi seperti itulah perbedaan antara penyakit akut dan penyakit kronis. Mereka bisa dikatakan ibaratnya seperti 1

description

epidemiologi

Transcript of makalah epid

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

1. Berdasarkan perjalanannya penyakit tidak menular dapat dibagi menjadi :

a) Akut

Penyakit akut merupakan jenis-jenis penyakit yang terjadi secara mendadak atau secara tiba-

tiba dan terkadang membutuhkan pertolongan segera seperti pendarahan akut Atau penyakit lain

nya. Tetapi sebagian penyakit akut ini juga ada yang tidak memerlukan penangan secara darurat

dan dan frekuensi resikonya pun lemah. Terus bagainana dengan kronis?

b) Kronis

Penyakit kronis adalah penyakit yang terjadi secara menahun atau status riwayat penyakit

yang telah berlangsung lama pengobatan yang dilakukan pun membutuhkan waktu yang panjang.

Ada berminggu minggu berbulan bulan bahkan ada yang diderita seumur hidup.

Salah satu contoh penyakit kronis adalah asma. Tetapi Sebagian penyakit akut mempunyai

peluang untuk menjadi kronis.

Jadi seperti itulah perbedaan antara penyakit akut dan penyakit kronis. Mereka bisa dikatakan

ibaratnya seperti penggolongan jenis-jenis penyakit berdasarkan durasi waktu perjalanan

penyakitnya

2. Berdasarkan sifat penularannya dapat dibagi menjadi :

·Menular : dapat ditularkan kepada oranglain

·Tidak Menular : tidak dapat ditularkan kepada oranglain

3. Proses terjadinya penyakit merupakan interaksi antara agen penyakit, manusia (Host) dan

lingkungan sekitarnya.

1

Untuk penyakit tidak menular proses terjadinya penyakit akibat interaksi antara agen

penyakit (non living agent), manusia dan lingkungan.

4. Penyakit tidak menular dapat bersifat akut dapat juga bersifat kronis.

5. Pada Epidemiologi Penyakit tidak Menular terutama yang akan dibahas adalah penyakit-

penyakit yang bersifat kronis.

6. Kepentingan :

·Penyakit-penyakit tidak menular yang bersifat kronis sebagai penyebab kematian mulai

menggeser kedudukan dari penyakit-penyakit infeksi

·Penyakit tidak menular mulai meningkat bersama dengan life-span (pola hidup) pada

masyarakat.

·Life – span meningkat karena adanya perubahan-perubahan didalam : kondisi sosial ekonomi,

kondisi hygiene sanitasi, meningkatnya ilmu pengetahuan, perubahan perilaku.

Pola kejadian penyakit pada saat ini telah mengalami perubahan yang ditandai dengan

transisi epidemiologi. Secara garis besar transisi epidemiologi ditandai dengan perubahan pola

penyakit dan kematian yang semula didominasi oleh penyakit infeksi beralih ke penyakit non

infeksi (non-communicable disease) atau penyakit tidak menular. Perubahan pola penyakit

sangat dipengaruhi oleh keadaan demografi (pendidikan, umur, dan jenis kelamin), sosial

ekonomi (pendapatan) dan sosial budaya (Rahajeng, 2012).

Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan penyakit yang bukan disebabkan oleh proses

infeksi (tidak infeksius) dan tidak dapat berpindah dari satu orang ke orang lain. Faktor risiko

penyakit tidak menular dipengaruhi oleh kemajuan era globalisasi yang telah mengubah cara

pandang penduduk dunia dan melahirkan kebiasaan-kebiasaan baru yang tidak sesuai dengan

gaya hidup sehat (Maryani dan Rizki, 2010).

Data WHO menunjukkan bahwa dari 57 juta kematian yang terjadi di dunia pada tahun

2008, sebanyak 36 juta atau hampir dua pertiganya disebabkan oleh penyakit tidak menular

akibat gaya hidup yang tidak sehat. Penyakit tidak menular juga membunuh penduduk dengan

usia yang lebih muda. Di negara-negara dengan tingkat ekonomi rendah dan menengah, dari

2

seluruh kematian yang terjadi pada orang-orang berusia kurang dari 60 tahun, 29% disebabkan

oleh penyakit tidak menular, sedangkan di negara-negara maju menyebabkan 13% kematian.

Proporsi penyebab kematian penyakit tidak menular pada orang-orang berusia kurang dari 60

tahun meliputi: penyakit kardiovaskular merupakan penyebab terbesar (39%), diikuti kanker

(27%), sedangkan penyakit pernafasan kronis, penyakit pencernaan dan penyakit tidak menular

yang lain bersama-sama menyebabkan sekitar 30% kematian, serta 4% kematian disebabkan

diabetes melitus. Dalam jumlah total, pada tahun 2030 diprediksi akan ada 52 juta jiwa kematian

per tahun karena penyakit tidak menular (WHO, 2013).

Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2010, kematian karena penyakit tidak menular

semakin meningkat sedangkan kematian karena penyakit menular semakin menurun. Di

Indonesia proporsi penyakit menular telah menurun sepertiganya dari 44% menjadi 26,1%, akan

tetapi proporsi penyakit tidak menular mengalami peningkatan cukup tinggi dari 41,7% menjadi

59,5% (Depkes RI, 2012).

Kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah melaporkan data PTM tahun 2012 dari 34

kabupaten/kota (97,14%) cukup tinggi, meliputi penyakit diabetes melitus 16,58%, PPOK

1,16%, asma bronchial 11,55%, psikosis 2,8%. Dari data PTM kasus tertinggi adalah kelompok

penyakit jantung dan pembuluh darah (hipertensi, PJK, stroke, lemah jantung) sebesar 66,51%

(Dinkes Jateng, 2012).

Melihat gaya hidup modern dan dampak penyakit yang diakibatkan baik yang terjadi

secara internasional maupun nasional, dapat pula digambarkan pada perilaku remaja yang

mengarah pada faktor risiko penyakit tidak menular pada saat ini. Prevalensi merokok pada

remaja yang berusia 15-19 tahun mencapai 43,5%, kurang aktifitas fisik 48,2%, mengkonsumsi

makanan asin 24,5%, sering makan makanan berlemak 12,8%, mengkonsumsi makanan atau

minuman manis 65,2%. Remaja saat ini juga lebih memilih makanan kecil (snack) dibandingkan

dengan mengkonsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran yaitu 93,6% serta mengkonsumsi alkohol

4,6% (Rahajeng, 2012). Hasil penelitian Istiningtyas (2010) menyimpulkan bahwa angka

kejadian tentang gaya hidup sehat pada sekelompok mahasiswa ternyata masih kurang yaitu

33%. Mahasiswa yang memiliki kebiasaan makan kurang baik 38%, kebiasaan olah raga yang

kurang baik 39% dan pola tidur yang kurang baik 52%. Perilaku tersebut disebabkan karena

beberapa faktor yaitu faktor internal (pengetahuan, sikap dan kepribadian) dan faktor eksternal

(lingkungan tempat tinggal). Salah satu faktor yang paling mempengaruhi yaitu pengetahuan dan

3

pandangan yang sempit para mahasiswa tentang gaya hidup sehat serta sikap kurang pemahaman

tentang penerapan gaya hidup sehat dan ancaman penyakit di masa yang akan datang.

Penelitian Rosanti (2012) juga menjelaskan bahwa hadirnya gaya hidup tidak sehat pada

masa anak-anak dan remaja dapat berdampak buruk bagi kesehatan mereka di masa yang akan

datang, salah satunya adalah meningkatkan risiko terjadinya penyakit tidak menular. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa dari 240 remaja yang terlibat, 92,9% diantaranya kurang

konsumsi buah dan sayur, 62,0% remaja sering mengkonsumsi makanan berlemak, 19,6%

remaja memiliki kebiasaan merokok, 61,7% remaja tidak terlibat dalam aktivitas fisik yang

cukup, 61,3% remaja tidak terlibat dalam aktivitas olah raga yang cukup, 79,6% remaja

menghabiskan waktu ≥ 3 jam per hari untuk menonton televisi, browsing internet, dan atau

bermain game pada hari aktif sekolah, serta 46,7% remaja memiliki pola tidur yang buruk. Selain

itu, terdapat 15,4% remaja yang tergolong overweight dan 20,8% tergolong obesitas.

Penelitian Sihombing (2010) menyimpulkan bahwa perilaku merokok, konsumsi

makanan dan minuman serta aktivitas fisik mempunyai risiko jauh lebih besar terkena penyakit

hipertensi. Hal tersebut dibuktikan bahwa seseorang yang kurang aktivitas fisik mempunyai

risiko hipertensi 1,20 kali dibanding seseorang yang melakukan aktivitas fisik, seseorang yang

mengkonsumsi makanan asin mempunyai risiko hipertensi 2,30 kali dibandingkan dengan

seseorang yang tidak mengkonsumsi tinggi garam, serta seseorang yang merokok mempunyai

risiko hipertensi 1,18 kali dibandingkan yang tidak merokok.

Berdasarkan studi pendahuluan di SMK N 1 Wadaslintang Wonosobo diperolah data bahwa gaya

hidup yang memicu timbulnya faktor risiko penyakit tidak menular masih sering ditemui yaitu

banyaknya siswa yang merokok mencapai 58%, kurang olah raga 65%, pernah mengalami stres

37% dan pola tidur kurang baik mencapai 40%, sehingga sering dijumpai di dalam kelas siswa

terlihat tidak bersemangat dan malas belajar, hal tersebut sebagaimana disampaikan oleh guru

Bimbingan Konseling (BK) di sekolah tersebut. Belum tersedianya program pendidikan

kesehatan dari bagian Unit Kesehatan Sekolah (UKS) membuat siswa menyepelekan kesehatan

sehingga gaya hidup yang kurang sehat dianggap sebagai sesuatu yang wajar dilakukan. Bagi

seorang pelajar, keadaan sakit akan menyebabkan mereka tidak hadir ke sekolah sehingga harus

diperlukan kondisi fisik dan mental yang sehat bagi para pelajar agar dapat menjalani aktivitas

hidup sehari-hari secara maksimal.

4

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI PENYAKIT TIDAK MENULAR

Penyakit tidak menular adalah penyakit kronik atau bersifat kronik (menahun) alias

berlangsung lama, tapi ada juga yang berlangsung mendadak misalnya saja keracunan, misalnya

penyakit kangker tubuh yang terpapar unsur kimia dan lain –lain. Penyakit tidak menular adalah

penyakit non infeksi karena penyebabnya bukan mikroorganisme, namun tidak berarti tidak ada

peranan mikroorganisme dalam terjadinya penyakit tidak menular misalnya luka karena tidak

diperhatikan bisa terjadi infeksi.

Penyakit tidak menular adalah penyakit degenerative karena berhubungan dengan proses

degenerasi (ketuaan). Dan penyakit tidak menular adalah New Communicable Disease karena

dianggap dapat menular melalui life style, life style dapat menyangkut pola makan, kehidupan

seksual dan komunikasi global.

Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan penyakit yang bukan disebabkan oleh proses

infeksi (tidak infeksius). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pada umumnya, keberadaan

faktor risiko PTM pada seseorang tidak memberikan gejala sehingga mereka tidak merasa perlu

mengatasi faktor risiko dan mengubah gaya hidupnya. Penelitian juga menunjukkan bahwa

pengetahuan masyarakat tentang jenis PTM cukup baik, dan sebagian besar masyarakat

mengetahui bagaimana penderitaan pasien PTM seperti Jantung Koroner, Kanker, Stroke dan

Diabetes melitus, gangguan akibat kecelakaan dan cidera. Namun mereka umumnya belum

memahami pengaruh faktor risiko PTM terhadap kejadian PTM serta komplikasi yang dapat

ditimbulkan PTM. Pada umumnya mereka menganggap bahwa PTM disebabkan faktor genetik,

penyakit orang tua atau penyakit orang kaya.

2.2 PENYAKIT - PENYAKIT TIDAK MENULAR YANG BERSIFAT KRONIS JENIS-

JENIS PENYAKIT TIDAK MENULAR

a. Hipertensi

Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140mmHg dan

teknan diastolic di atas 90 mmHg (smelz&bare, 2002).

5

b. Penyakit Jantung

Penyakit jantung adalah sebuah kondisi yang menyebabkan Jantung tidak dapat

melaksanakan tugasnya dengan baik. Hal-hal tersebut antara lain Otot jantung yang lemah

(kelainan bawaan sejak lahir) dan atau adanya celah antara serambi kanan dan serambi kiri,

oleh karena tidak sempurnanya pembentukan lapisan yang memisahkan antara kedua serambi

saat penderita masih di dalam kandungan. Hal ini menyebabkan darah bersih dan darah kotor

tercampur.

c. Diabetes Mellitus

Diabetes atau yang sering disebut dengan Diabetes Mellitus merupakan penyakit kelainan

metabolisme yang disebabkan kurangnya produksi insulin,zat yang dihasilkan oleh kelenjar

pankreas.Bisa pula karena adanya gangguan pada fungsi insulin,meskipun jumlahnya normal.

Seseorang dikatakan menderita Diabetes jika kadar glukosa dalam darahnya di atas 120mg/dl

(dalam kondisi berpuasa) dan di atas 200mg/dl (dua jam setelah makan).

d. Penyakit Paru Obstruktif kronik

e. Kanker

Penyakit Kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh

yang berubah menjadi sel kanker. Dalam perkembangannya, sel-sel kanker ini dapat

menyebar ke bagian tubuh lainnya sehingga dapat menyebabkan kematian. Kanker adalah

istilah yang mencakup sekelompok kompleks lebih dari berbagai jenis penyakit kanker .

Kanker dapat mempengaruhi hampir setiap organ dalam tubuh manusia.

f. Osteoporosis

Osteoporosis berasal dari kata osteo dan porous, osteo artinya tulang, dan porous berarti

berlubang-lubang atau keropos. Jadi, osteoporosis adalah tulang yang keropos, yaitu penyakit

yang mempunyai sifat khas berupa massa tulangnya rendah atau berkurang, disertai

gangguan mikro-arsitektur tulang dan penurunan kualitas jaringan tulang yang dapat

menimbulkan kerapuhan tulang (Tandra, 2009)

g. Stroke

Stroke adalah suatu kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke suatu bagian otak tiba-tiba

terganggu. Dalam jaringan otak, kurangnya aliran darah menyebabkan serangkaian reaksi

bio-kimia, yang dapat merusakkan atau mematikan sel-sel otak.

6

Kematian jaringan otak dapat menyebabkan hilangnya fungsi yang dikendalikan oleh

jaringan itu. Stroke adalah penyebab kematian yang ketiga di Amerika Serikat dan banyak

negara industri di Eropa (Jauch, 2005). Bila dapat diselamatkan, kadang-kadang si penderita

mengalami kelumpuhan pada anggota badannya, hilangnya sebagian ingatan atau

kemampuan bicaranya. Untuk menggarisbawahi betapa seriusnya stroke ini, beberapa tahun

belakangan ini telah semakin populer istilah serangan otak. Istilah ini berpadanan dengan

istilah yang sudah dikenal luas, “serangan jantung”. stroke terjadi karena cabang pembuluh

darah terhambat oleh emboli. emboli bisa berupa kolesterol atau mungkin udara.

Dalam teori lain menyebutkan pembagian jenis penyakit kronis sebagai berikut:

a. Penyakit yang termasuk di dalam penyebab utama kematian, yaitu :

Ischaemic Heart Disease

Cancer

Cerebrovasculer Disease

Chronic Obstructive Pulmonary Disease

Cirrhosis

Diabetes Melitus

b. Penyakit yang termasuk dalam special – interest , banyak menyebabkan masalah

kesehatan tapi jarang frekuensinya (jumlahnya), yaitu :

Osteoporosis

Penyakit Ginjal kronis

Mental retardasi

Epilepsi

Lupus Erithematosus

Collitis ulcerative

c. Penyakit yang termasuk akan menjadi perhatian yang akan datang, yaitu :

Defisiensi nutrisi

Alkoholisme

Ketagihan obat

Penyakit-penyakit mental

Penyakit yang berhubungan dengan lingkungan pekerjaan.

7

2.3 FAKTOR-FAKTOR RESIKO PENYAKIT TIDAK MENULAR

Pentingnya pengetahuan tentang Penyakit Tidak Menular (PTM) dilatarbelakangi dengan

kecenderungan semakin meningkatnya prevalensi PTM dalam masyarakat, khususnya

masyarakat Indonesia. Perubahan pola struktur masyarakat agraris ke masyarakat industri benyak

memberi andil terhadap perubahan pola fertilitas, gaya hidup, dan sosial ekonomi yang pada

gilirannya memacu semakin meningkatnya PTM. Keadaan perubahan pola penyakit dari

penyakit menular ke penyakit tidak menular lebih dikenal dengan istilah Transisi Epidemiologi.

Istilah PTM mempunyai kesamaan arti dengan :

a. Penyakit Kronik

Penyakit kronik dapat dipakai untuk PTM karena kelangsungan PTM biasanya bersifat

kronik/menahun/lama. Namun ada pula PTM yang kelangsungannya mendadak/akut,

misalnya ; Keracunan.

b. Penyakit Non – Infeksi

Sebutan penyakit non-infeksi dipakai karena penyebab PTM biasanya bukan oleh Mikro-

organisme. Namun tidak berarti tidak ada peranan mikro-organisme dalam terjadinya

PTM.

c. New Communicable Disease

Hal ini disebabkan PTM dianggap dapat menular; yaitu melalui Gaya Hidup (Life Style).

Gaya hidup dalam dunia modern dapat menular dengan caranya sendiri. Gaya hidup di

dalamnya dapat menyangkut Pola Makan, Kehidupan Seksual, dan Komunikasi Global.

Contoh ; perubahan pola makan telah mendorong perubahan peningkatan penyakit

jantung yang berkaitan dengan makan berlebih yang mengandung kolesterol tinggi.

d. Penyakit Degeneratif

Disebut juga sebagai penyakit degeneratif karena kejadiannya berkaitan dengan proses

degenerasi/ketuaan sehingga PTM banyak ditemukan pada usia lanjut

Faktor resiko untuk timbulnya penyakit tidak menular yang bersifat kronis belum ditemukan

secara keseluruhan,

8

a. Untuk setiap penyakit, faktor resiko dapat berbeda-beda (merokok, hipertensi,

hiperkolesterolemia)

b. Satu faktor resiko dapat menyebabkan penyakit yang berbeda-beda, misalnya merokok,

dapat menimbulkan kanker paru, penyakit jantung koroner, kanker larynx.

c. Untuk kebanyakan penyakit, faktor-faktor resiko yang telah diketahui hanya dapat

menerangkan sebagian kecil kejadian penyakit, tetapi etiologinya secara pasti belum

diketahui

Faktor-faktor resiko yang telah diketahui ada kaitannya dengan penyakit tidak menular yang

bersifat kronis antara lain :

a. Tembakau

b. Alkohol

c. Kolesterol

d. Hipertensi

e. Diet

f. Obesitas

g. Aktivitas

h. Stress

i. Pekerjaan

j. Lingkungan masyarakat sekitar

k. life style

2.4 KARAKTERISTIK PENYAKIT TIDAK MENULAR

Telah dijelaskan diatas bahwa penyakit tidak menular terjadi akibat interaksi antara agent

(Non living agent) dengan host dalam hal ini manusia (faktor predisposisi, infeksi dll) dan

lingkungan sekitar (source and vehicle of agent)

1. Agent

a. Agent dapat berupa (non living agent) :

1) Kimiawi

2) Fisik

3) Mekanik

9

4) Psikis

b. Agent penyakit tidak menular sangat bervariasi, mulai dari yang paling sederhana sampai

yang komplek (mulai molekul sampai zat-zat yang komplek ikatannya)

c. Suatu penjelasan tentang penyakit tidak menular tidak akan lengkap tanpa mengetahui

spesifikasi dari agent tersebut

d. Suatu agent tidak menular dapat menimbulkan tingkat keparahan yang berbeda-beda

(dinyatakan dalam skala pathogenitas)

Pathogenitas Agent : kemampuan / kapasitas agent penyakit untuk dapat menyebabkan

sakit pada host

e. Karakteristik lain dari agent tidak menular yang perlu diperhatikan antara lain :

1) Kemampuan menginvasi / memasuki jaringan

2) Kemampuan merusak jaringan : Reversible dan irreversible

3) Kemampuan menimbulkan reaksi hipersensitif

2. Reservoir

a. Dapat didefinisikan sebagai organisme hidup, benda mati (tanah, udara, air batu dll)

dimana agent dapat hidup, berkembang biak dan tumbuh dengan baik.

b. Pada umumnya untuk penyakit tidak menular, reservoir dari agent adalah benda mati.

c. Pada penyakit tidak menular, orang yang terekspos/terpapar dengan agent tidak

berpotensi sebagai sumber/reservoir tidak ditularkan.

3. RelasiAgent–Host

a. FaseKontak

Adanya kontak antara agent dengan host, tergantung :

1) Lamanya kontak

2) Dosis

3) Patogenitas

b. Fase Akumulasi pada jaringan

Apabila terpapar dalam waktu lama dan terus-menerus

c. Fase Subklinis

Pada fase subklinis gejala/sympton dan tanda/sign belum muncul

10

Telah terjadi kerusakan pada jaringan, tergantung pada :

1) Jaringan yang terkena

2) Kerusakan yang diakibatkannya (ringan, sedang dan berat)

3) Sifat kerusakan (reversiblle dan irreversible/ kronis, mati dan cacat)

d. Fase Klinis

Agent penyakit telah menimbulkan reaksi pada host dengan menimbulkan manifestasi

(gejala dan tanda).

4. Karakteristik penyakit tidak menular :

a. Tidak ditularkan

b. Etiologi sering tidak jelas

c. Agent penyebab : non living agent

d. Durasi penyakit panjang (kronis)

e. Fase subklinis dan klinis panjang untuk penyakit kronis.

5. Rute dari keterpaparan

Melalui sistem pernafasan, sistem digestiva, sistem integumen/kulit dan sistem vaskuler.

Berbeda dengan penyakit menular, PTM mempunyai beberapa karakteristik tersendiri seperti

:

Penularan penyakit tidak melalui suatu rantai penularan tertentu

Masa inkubasi yang panjang

Bersifat Krinik (berlarut – larut)

Banyak menghadapi kesulitan diagnosis

Mempunyai variasi yang luas

Memerlukan biaya yang tinggi dalam pencegahan dan penanggulangannya

Faktor penyebab bermacam – macam (Multicausal), atau bahkan tidak jelas.

2.5 RIWAYAT ALAMIAH PENYAKIT

A. Proses terjadinya penyakit

1. Proses terjadinya penyakit tergantung pada :

a. Karakterisitik dari agent

b. Karakteristik dari Host

c. Karakteristik dari environment

11

2. Pada Penyakit Tidak Menular

Manusia mempertahankan keseimbangan untuk tetap sehat melawan :

a. Agent (non living organisme)

b. Kondisi lingkungan yang sesuai dengan organisme tersebut

c. Faktor predisposisi

B. Riwayat alamiah penyakit tidak menular

1. Definisi Riwayat Alamiah Penyakit :

a. Perkembangan penyakit tanpa campur tangan medis atau bentuk intervensi

lainnya sehingga suatu penyakit berlangsung secara natural

b. Adanya respon dari host terhadap stimulus dari interaksi agent dan environment

2. Tahapan :

a. Prepathogenesis

1) Faktor-faktor : hereditas, ekonomi, sosial, lingkungan fisik, psikis

stimulus penyakit

2) Stimulus dapat terjadi sebelum terjadinya interaksi antara stimulus dan

manusia

3) Interaksi awal antara faktor –faktor host, agent dan environment disebut

periode prepathogenesis.

b. Pathogenesis

Mulai saat terjadinya kelainan /gangguan pada tubuh manusia akibat interaksi

antara stimulus penyakit dengan manusia sampai terjadinya : kesembuhan,

kematian, kronik dan cacat.

Pada pembahasan diatas tidak dijelaskan tentang kondisi orang sebelum terinfeksi, tetapi

mempunyai resiko untuk terkena suatu penyakit. Untuk mengatasi kekurangan ini, perjalanan

penyakit dikembangkan menjadi :

a) Fase Suseptibilitas (Tahap Peka)

1) Pada fase ini penyakit belum berkembang, tapi mempunyai faktor resiko atau

predisposisi untuk terkena penyakit .

2) Faktor resiko tersebut dapat berupa :

a. Genetika /etnik

b. Kondisi fisik, misalnya : kelelahan, kurang tidur dan kurang gizi.

12

c. Jenis kelamin

Wanita mempunyai resiko lebih tinggi untuk terkena penyakit Diabetes mellitus

dan reumatoid artritis dibandingkan dengan pria dan sebaliknya pria mempunyai

resiko lebih tinggi terkena penyakit jantung dan hipertensi dibandingkan wanita.

d. Umur

Bayi dan balita yang masih rentan terhadap perubahan lingkungan mempunyai

resiko yang tinggi terkena penyakit infeksi sedangkan pada usia lanjut

mempunyai resiko untuk terkena penyakit jantung dan kanker.

e. Kebiasaan hidup

Kebiasaan hidup yang kurang sehat seperti merokok mempunyai resiko untuk

terkena penyakit jantung dan karsinoma paru-paru.

f. Sosial ekonomi

Tingkat sosial ekonomi yang rendah mempunyai resiko terkena penyakit infeksi

sedangkan tingkat sosial yang tinggi mempunyai resiko terkena penyakit

hipertensi, penyakit jantung koroner, gangguan kardiovaskuler dll, karena pada

dengan tingkat sosial ekonomi yang tinggi mempunyai kecenderungan untuk

terjadinya perubahan pola konsumsi makanan dengan kadar kolesterol tinggi.

3) Untuk menimbulkan penyakit, faktor-faktor diatas dapat berdiri sendiri atau

kombinasi beberapa faktor.

Contoh : Kadar kolesterol meningkat akan mengakibatkan terjadinya penyakit

jantung koroner. Kelelahan, alkoholik merupakan kondisi yang suseptibel untuk

terjadinya Hepatitis.

b) Fase Subklinis

a. Disebut juga fase Presimptomatik

b. Pada tahap ini penyakit belum bermanifestasi dengan nyata (sign dan symptom

masih negatif) , tapi telah terjadi perubahan-perubahan dalam jaringan tubuh

(Struktur ataupun fungsi)

c. Kondisi seperti diatas dikatakan dalam kondisi “Below The Level of clinical

horizon”

d. Fase ini mempunyai ciri-ciri : Perubahan akibat infeksi atau pemaparan oleh agen

penyebab penyakit masih belum nampak. Pada penyakit infeksi terjadi

13

perkembangbiakan mikroorganisme patogen sedangkan pada penyakit non –

infeksi merupakan periode terjadinya perubahan anatomi dan histologi, misalnya

terjadinya ateroskelotik pada pembuluh darah koroner yang mengakibatkan

penyempitan pembuluh darah.

c) Fase Klinis

a. Pada fase ini perubahan-perubahan yang terjadi pada jaringan tubuh telah cukup

untuk memunculkan gejala-gejala (symptom) dan tanda-tanda (signs) penyakit.

b. Fase ini dibagi menjadi fase akut dan kronis.

d) Fase Konvalescen

a. Akhir dari fase klinis dapat berupa :

Fase Konvalescen (Penyembuhan)

Meninggal dunia

b. Fase konvalescen dapat berkembang menjadi :

Sembuh total

Sembuh dengan cacat (Disabilitas atau sekuele)

Penyakit menjadi kronis

c. Disabilitas (Kecacatan/ketidakmampuan)

Terjadi penurunan fungsi sebagian atauv keseluruhan dari struktur/organ tubuh

tertentu sehingga menurunkan fungsi aktivitas seseorang secara keseluruhan

Dapat bersifat : sementara (akut), kronis dan menetap

d. Sekuele

Lebih cenderung kepada adanya defect/cacatv pada struktur jaringan sehingga

menurunkan fungsi jaringan dan tidak sampai menggangu aktivitas seseorang.

2.6 PENDEKATAN EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TIDAK MENULAR

Epidemiologi berusaha untuk mempelajari distribusi dan faktor – faktor yang

mempengaruhi terjadinya PTM dalam masyarakat. Untuk itu diperlukan pendekatan

metodologik, yaitu dengan melakukan berbagai penelitian.

Sebagaimana umumnya penelitian epidemiologi, penelitian untuk penyakit tidak menular

dikenal juga adanya penelitian Observasional dan Eksperimental. Hanya saja, karena waktu

berlangsungnya yang lama, maka umumnya penelitian PTM merupakan penelitian

14

observasional. Jenis – jenis penelitian terhadap PTM yang merupakan Penelitian

Observasional berupa :

a. Penelitian Cross-Sectional

b. Penelitian Kasus Kontrol

c. Penelitian Kohort

2.7 PERHITUNGAN FREKWENSI PENYAKIT TIDAK MENULAR

Secara umum, dikenal 3 macam perhitungan frekwensi penyakit, yaitu :

a. RATIO

jumlah orang sakit / jumlah orang sehat

b. RATE

Jumlah orang sakit tertentu pada waktu tertentu / Jml Penduduk beresiko pada suatu

waktu tertentu

c. PROPORSI

Jumlah penderita penyakit tertentu(X) / Jml. Penderita penyakit tersebut(X) + Jml. Semua

penderita(y)

2.8 PENGERTIAN DAN JENIS FAKTOR RESIKO

Faktor penyebab dalam PTM dipakai istilah Faktor Resiko (risk factor)untuk

membedakan dengan istilah etiologi pada penyakit menular atau diagnosis klinis.

a. Macam – macam faktor resiko

a) Menurut Dapat – Tidaknya Resiko itu diubah.

Faktor resiko yang tidak dapat diubah Misalnya : Umur, Genetik

Faktor resiko yang dapat berubah. Misalnya : kebiasaan merokok, Olah

raga.

b) Menurut Kestabilan Peranan Faktor Resiko :

Suspected Risk Factors = Faktor Resiko yang dicurigai

Yaitu : Factor resiko yg BELUM mendapat dukungan ilmiah / penelitian

dalam peranannya sebagai factor yang berperan dalam kejadian suatu

penyakit. Misalnya : Merokok menyebabkan terjadinya kanker leher

rahim.

15

Established Risk Factors = Faktor yang telah ditegakkan.

Yaitu : Factor resiko yg TELAH mendapat dukungan ilmiah / penelitian

dalam peranannya sebagai factor yang berperan dalam kejadian suatu

penyakit. Misalnya : Rokok sebagai factor resiko terjadinya kanker paru.

Perlunya dikembangkan konsep Faktor Resiko ini dalam Epidemiologi PTM berkaitan dengan

beberapa alasan, antara lain :

Tidak Jelasnya Kausa PTM terutama dalam hal ada tidaknya mikro – organisme dalam

PTM.

Menonjolnya penerapan konsep Multikausal pada PTM.

Kemungkinan adanya Penambahan atau Interaksi antar resiko.

Perkembangan Metodologik telah memberi kemampuan untuk mengukur besarnya factor

resiko.

2.9 KEGUNAAN IDENTIFIKASI FAKTOR RESIKO

Dengan mengetahui Factor Resiko dalam terjadinya penyakit maka dapat digunakan untuk :

a. PREDIKSI

Untuk meramalkan kejadian penyakit. Misalnya : Perokok berat mempunyai resiko 10

kali lebih besar untuk terserang Ca Paru daripada bukan perokok.

b. PENYEBAB

Kejelasan dan beratnya suatu faktor resiko dapat ditetapkan sebagai penyebab suatu

penyakit dengan syarat telah menghapuskan faktor – faktor pengganggu (Confounding

Factors)

c. DIAGNOSIS

Dapat membantu dalam menegakkan Diagnosa.

d. PREVENSI

Jika suatu faktor resiko merupakan penyebab suatu penyakit tertentu, maka dapat diambil

tindakan untuk pencegahan terjadinya penyakit tersebut.

e. KRITERIA FAKTOR RESIKO

Untuk memastikan bahwa statu sebab layak disebut sebagai Factor Resiko, maka harus

memenuhi 8 kriteria (menurut Austin Bradford Hill), yaitu :

1) Kekuatan hubungan, yaitu : adanya resiko relatif yang tinggi.

16

2) Temporal : Kausa mendahului akibat.

3) Respon terhadap dosis : Makin besar paparan, makin tinggi kejadian penyakit.

4) Reversibilitas : Penurunan paparan akan diikuti penurunan kejadian penyakit.

5) Konsistensi : Kejadian yang sama akan berulang pada waktu, tempat dan penelitian

yang lain

6) Kelayakan biologis : Sesuai dengan konsep biologi.

7) Specifitas :Satu Penyebab menimbulkan Satu Akibat.

8) Analogi : Ada kesamaan untuk penyebab dan akibat yang serupa.

f. CONTOH FAKTOR RESIKO

Berbagai factor yang dapat disebut sebagai Factor Resiko adalah :

1) Merokok

2) Alkohol

3) Diet / Makanan

4) Gaya Hidup

5) Kegemukan

6) Asbes

7) Radiasi

2.10 USAHA PENCEGAHAN PENYAKIT TIDAK MENULAR

Prinsip upaya penceggahan lebih baik dari sebatas pengoobatan. Terdapat 4 Tingkatan

Pencegahan dalam Epidemiologi Penyakit Tidak Menular, yaitu :

a. Pencegahan Primordial

Berupa Upaya untuk memberikan kondisi pada masyarakat yang memungkinkan

penyakit tidak dapat berkembang karena tidak adanya peluang dan dukungan dari

kebiasaan, gaya hidup maupun kondisi lain yang merupakan Factor Resiko untuk

munculnya statu penyakit. Misalnya : menciptakan prakondisi dimana masyarakat merasa

bahwa merokok itu merupakan statu kebiasaan yang tidak baik dan masyarakat mampu

bersikap positif untuk tidak merokok.

b. Pencegahan Tingkat Pertama

a) Promosi Kesehatan Masyarakat :

Kampanye kesadaran masyarakat,

17

Promosi kesehatan

Pendidikan Kesehatan Masyarakat

b) Pencegahan Khusus :

Pencegahan keterpaparan

Pemberian kemopreventi

c. Pencegahan Tingkat Kedua

Diagnosis Dini : misalnya dengan Screening.

Pengobatan : misalnya dengan Kemotherapi atau Pembedahan.

d. Pencegahan Tingkat Ketiga

Dengan cara Rehabilitasi.

2.11 PENCEGAHAN PENYAKIT TIDAK MENULAR

Beraktifitas fisik paling tidak 30 menit setiap hari

Tidak merokok atau mengkonsumsi tembakau dan tidak minum alcohol

Hindari minuman mengandung pemanis, batasi konsumsi makanan energi padat

(terutama makanan olahan tinggi kadar gula, atau rendah serat, atau tinggi kadar

lemak).

Perbanyak makan beraneka ragam sayuran, buah-buahan, semua biji-bijian dan

kacang-kacangan seperti buncis.

Batasi konsumsi daging merah dan hindari daging olahan

Batasi konsumsi makanan yang asin

Capai berat badan ideal

Berikan ASI Ekslusif 6 bulan pada bayi

2.12 CARA UNTUK MENDETEKSI DINI PENYAKIT TIDAK MENULAR

Memeriksa tekanan darah

Memeriksa kadar gula darah

Kontrol berat badan

18

a. Kebijakan

Promosi dan pencegahan PTM dilakukan pada seluruh fase kehidupan, melalui

pemberdayaan berbagai komponen di masyarakat seperti organisasi profesi, LSM, media

Massa, dunia usaha/swasta.

Upaya promosi dan pencegahan PTM tersebut ditekankan pada masyarakat yang

masih sehat (well being) dan masyarakat yang beresiko (at risk) dengan tidak melupakan

masyarakat yang berpenyakit (deseased population) dan masyarakat yang menderita

kecacatan dan memerlukan rehabilitasi (Rehabilitated population).

b. Penanggulangan PTM

PTM mengutamakan pencegahan timbulnya faktor resiko utama dengan

meningkatkan aktivitas fisik, menu makanan seimbang dan tidak merokok.

Promosi dan pencegahan PTM juga dikembangkan melalui upaya-upaya yang

mendorong/memfasilitasi diterbitkannya kebijakan public yang mendukung upaya

pencegahan dan penanggulangan PTM.

Promosi dan Pencegahan PTM dilakukan melaui pengembangan kemitraan antara

pemerintah, masyarakat, organisasi kemasyarakatan, organisasi profesi termasuk

dunia usaha dan swasta.

19

Promosi dan pencegahan PTM merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam

semua pelayanan kesehatan yang terkait dengan penanggulangan PTM.

Promosi dan pencegahan PTM perlu didukung oleh tenaga profesional melalui

peningkatan kemampuan secara terus menerus (capacity building).

Promosi dan pencegahan PTM dikembangkan dengan menggunakan teknologi tepat

guna sesuai dengan masalah, potensi dan social budaya untuk meningkatkan

efektifitas intervensi yang dilakukan di bidang penanggulangan PTM.

c. Strategi

Sasaran Promosi dan pencegahan PTM secara operasional di lakukan pada

beberapa tatanan (Rumah tangga, Tempat kerja, tempat pelayanan kesehatan, tempat

sekolah, tempat umum, dll) Area yang menjadi perhatian adalah diet seimbang, merokok,

aktivitas fisik dan kesehatan lainnya yang mendukung.

Strategi promosi dan pencegahan PTM secara umum meliputi Advokasi, Bina

suasana dan Pemberdayaan masyarakat. Mendorong dan memfasilitasi adanya kebijakan

public berwawasan kesehatan yang mendukung upaya pencegahan dan penanggulangan

PTM. Mendorong dan memfasilitasi berfungsinya jaringan kerjasama antar institusi

penyelenggara promosi dan mitra potensi dalam upaya pencegahan dan penanggulangan

PTM.

Meningkatkan peran aktif tenaga promosi kesehatan di dalam upaya

penanggulangan PTM secara komprehensif baik dalam upaya promotif, preventif, kuratif

maupun rehabilitatif di masing-masing institusi pelayanan. Meningkatkan Kapasitas

tenaga profesional bidang promosi kesehatan baik di pusat maupun daerah khususnya

dalam pencegahan dan penanggulangan PTM. Meningkatkan pengetahuan dan

kemampuan pemeliharaan kesehatan mandiri masyarakat dalam pencegahan dan

penanggulangan PTM. Melibatkan masyarakat secara aktif dalam proses pemecahan

masalah PTM yang dihadapi untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dan

lingkungannya dalam pencegahan dan penanggulangan PTM.

Mengembangkan daerah kajian teknologi promosi kesehatan tepat guna dalam

penanggulangan PTM.

d. Indikator

20

Untuk mengetahui sampai seberapa jauh keberhasilan pelaksanaan strategi

penanggulangan PTM, ada beberapa patokan yang dapat dipergunakan untuk monitoring

dan evaluasi melalui system pencatatan dan pelaporan kegiatan pencegahan dan

penanggulangan PTM. Indikator keberhasilan strategi promosi dan pencegahan PTM.

1) Indikator Umum

o Menurunnya angka kematian (mortalitas) penderita PTM utama.

o Menurunnya angka kesakitan (morbiditas) penderita PTM utama.

o Menurunnya angka kecacatan (disabilitas) penderita PTM utama.

o Menurunnya angka faktor risiko bersama PTM utama.

2) Indikator Khusus

o Penurunan 3 faktor risiko utama PTM (merokok, kurang aktifitas fisik dan

konsumsi rendah serat).

o Penurunan proporsi penduduk yang mengalami obesitas, penyalahgunaan

alcohol dan BBLR.

o Peningkatan kebijakan dan regulasi lintas sector yang mendukung

penanggulangan PTM.

o Peningkatan bina suasana melalui kemitraan dalam pemberdayaan potensi

masyarakat.

o Tersedianya model-model intervensi yang efektif dalam promosi dan

pencegahan PTM.

o Peningkatan pelaksanaan promosi dan pencegahan di institusi pelayanan.

o Pemantauan Rencana Operasional Promosi Kesehatan dalam Pengendalian

PTM dilakukan secara berjenjang dan berkesinambungan setiap tahun

dalam kurun waktu 5 tahun.

o Pemantauan merupakan upaya untuk mengamati seberapa jauh kegiatan

yang direncanakan sudah dilaksanakan.

Evaluasi dilaksanakan untuk melihat kemajuan dan keberhasilan pelaksanaan kegiatan

promosi kesehatan dalam Pengendalian PTM. Pemantauan rencana dan pelaksanaan kegiatan

promosi kesehatan untuk pengendalian PTM dilaksanakan oleh pengelola program pengendalian

PTM. Pengelola program promosi kesehatan dan mitra terkait pada masing-masing jenjang

21

administrasi. Melalui lingkup Promosi Kesehatan secara menyeluruh mulai dari kegiatan

advokasi, bina suasana, pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan kemitraan, maka

upaya Pengendalian PTM akan memberikan hasil yang optimal.

22

BAB III

PENUTUP

1,1 KESIMPULAN

Bedasarkan pembagian penyakit dapat dibedakan menurut

RIWAYAT ALAMIAH PENYAKIT

A. Proses terjadinya penyakit

3. Proses terjadinya penyakit tergantung pada :

d. Karakterisitik dari agent

e. Karakteristik dari Host

f. Karakteristik dari environment

4. Pada Penyakit Tidak Menular

Manusia mempertahankan keseimbangan untuk tetap sehat melawan :

d. Agent (non living organisme)

e. Kondisi lingkungan yang sesuai dengan organisme tersebut

f. Faktor predisposisi

B. Riwayat alamiah penyakit tidak menular

3. Definisi Riwayat Alamiah Penyakit :

c. Perkembangan penyakit tanpa campur tangan medis atau bentuk intervensi

lainnya sehingga suatu penyakit berlangsung secara natural

d. Adanya respon dari host terhadap stimulus dari interaksi agent dan environment

4. Tahapan :

c. Prepathogenesis

1) Faktor-faktor : hereditas, ekonomi, sosial, lingkungan fisik, psikis

stimulus penyakit

2) Stimulus dapat terjadi sebelum terjadinya interaksi antara stimulus dan

manusia

3) Interaksi awal antara faktor –faktor host, agent dan environment disebut

periode prepathogenesis.

23

d. Pathogenesis

Mulai saat terjadinya kelainan /gangguan pada tubuh manusia akibat interaksi

antara stimulus penyakit dengan manusia sampai terjadinya : kesembuhan,

kematian, kronik dan cacat.

Pada pembahasan diatas tidak dijelaskan tentang kondisi orang sebelum terinfeksi, tetapi

mempunyai resiko untuk terkena suatu penyakit. Untuk mengatasi kekurangan ini, perjalanan

penyakit dikembangkan menjadi :

e) Fase Suseptibilitas (Tahap Peka)

1) Pada fase ini penyakit belum berkembang, tapi mempunyai faktor resiko atau

predisposisi untuk terkena penyakit .

2) Faktor resiko tersebut dapat berupa :

g. Genetika /etnik

h. Kondisi fisik, misalnya : kelelahan, kurang tidur dan kurang gizi.

i. Jenis kelamin

Wanita mempunyai resiko lebih tinggi untuk terkena penyakit Diabetes mellitus

dan reumatoid artritis dibandingkan dengan pria dan sebaliknya pria mempunyai

resiko lebih tinggi terkena penyakit jantung dan hipertensi dibandingkan wanita.

j. Umur

Bayi dan balita yang masih rentan terhadap perubahan lingkungan mempunyai

resiko yang tinggi terkena penyakit infeksi sedangkan pada usia lanjut

mempunyai resiko untuk terkena penyakit jantung dan kanker.

k. Kebiasaan hidup

Kebiasaan hidup yang kurang sehat seperti merokok mempunyai resiko untuk

terkena penyakit jantung dan karsinoma paru-paru.

l. Sosial ekonomi

Tingkat sosial ekonomi yang rendah mempunyai resiko terkena penyakit infeksi

sedangkan tingkat sosial yang tinggi mempunyai resiko terkena penyakit

hipertensi, penyakit jantung koroner, gangguan kardiovaskuler dll, karena pada

dengan tingkat sosial ekonomi yang tinggi mempunyai kecenderungan untuk

terjadinya perubahan pola konsumsi makanan dengan kadar kolesterol tinggi.

24

3) Untuk menimbulkan penyakit, faktor-faktor diatas dapat berdiri sendiri atau

kombinasi beberapa faktor.

Contoh : Kadar kolesterol meningkat akan mengakibatkan terjadinya penyakit

jantung koroner. Kelelahan, alkoholik merupakan kondisi yang suseptibel untuk

terjadinya Hepatitis.

f) Fase Subklinis

a. Disebut juga fase Presimptomatik

b. Pada tahap ini penyakit belum bermanifestasi dengan nyata (sign dan symptom

masih negatif) , tapi telah terjadi perubahan-perubahan dalam jaringan tubuh

(Struktur ataupun fungsi)

c. Kondisi seperti diatas dikatakan dalam kondisi “Below The Level of clinical

horizon”

d. Fase ini mempunyai ciri-ciri : Perubahan akibat infeksi atau pemaparan oleh agen

penyebab penyakit masih belum nampak. Pada penyakit infeksi terjadi

perkembangbiakan mikroorganisme patogen sedangkan pada penyakit non –

infeksi merupakan periode terjadinya perubahan anatomi dan histologi, misalnya

terjadinya ateroskelotik pada pembuluh darah koroner yang mengakibatkan

penyempitan pembuluh darah.

g) Fase Klinis

a. Pada fase ini perubahan-perubahan yang terjadi pada jaringan tubuh telah cukup

untuk memunculkan gejala-gejala (symptom) dan tanda-tanda (signs) penyakit.

b. Fase ini dibagi menjadi fase akut dan kronis.

h) Fase Konvalescen

a. Akhir dari fase klinis dapat berupa :

Fase Konvalescen (Penyembuhan)

Meninggal dunia

b. Fase konvalescen dapat berkembang menjadi :

Sembuh total

Sembuh dengan cacat (Disabilitas atau sekuele)

Penyakit menjadi kronis

c. Disabilitas (Kecacatan/ketidakmampuan)

25

Terjadi penurunan fungsi sebagian atauv keseluruhan dari struktur/organ tubuh

tertentu sehingga menurunkan fungsi aktivitas seseorang secara keseluruhan

Dapat bersifat : sementara (akut), kronis dan menetap

d. Sekuele

Lebih cenderung kepada adanya defect/cacatv pada struktur jaringan sehingga

menurunkan fungsi jaringan dan tidak sampai menggangu aktivitas seseorang.

26

DAFTAR PUSTAKA

http://dinkes.tabalongkab.go.id/2014/12/pencegahan-penyakit-tidak-menular/

https://agungswastika.wordpress.com/program-kb/pencegahan-penyakit-tidak-menular/

http://www.idmedis.com/2014/11/definisi-penyakit-akut-dan-kronis-serta.html

http://ekasarinoviersa-kesehatanmasyarakat.blogspot.co.id/2011/09/epidemiologi-penyakit-tidak-

menular.html

http://www.jevuska.com/2012/12/10/penyakit-tidak-menular/

Bambang Sutrisna (1994). Pengantar Metoda Epidemiologi, Jakarta, Dian Rakyat.

Beaglehole, Bonita (1997). Dasar – Dasar Epidemiologi, Yogyakarta, Gadjah Mada University

Press.

Bhisma Murti (2003). Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi, Yogyakarta, Gadjah Mada

University Press.

Bustan MN (2002). Pengantar Epidemiologi, Jakarta, Rineka Cipta.

Bustan MN ( 1997 ). Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta. Rineka Cipta.

Eko Budiarto (2003). Pengantar Epidemiologi, Jakarta, EGC.

Noor Nasri Noor (2000). Dasar Epidemiologi, Jakarta, Rineka Cipta.

Thomas C. Timmreck, PhD, 2005, Epidemiologi Suatu Pengantar, Jakarta, EGC.

27