Makalah Enzim Dan Koenzim

20
 ENZIM DAN KOENZIM  Substrate Enzim  product  product Kompleks enzim substart Enzim

description

nm

Transcript of Makalah Enzim Dan Koenzim

1

ENZIM DAN KOENZIM

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar BelakangBeberapa reaksi kimia dalam tubuh mahluk hidup terjadi sangat cepat. Hal ini terjadi karena adanya suatu zat yang membantu proses tersebut. Bila zat ini tidak ada ada maka proses proses tersebut akan terjadi lambat atau tidak berlangsung sama sekali. Zat tersebut dikenal dengan nama fermen atau enzim.

Enzim adalah biomolekul yang berfungsi sebagai katalis (senyawa yang mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi) dalam suatu reaksi kimia. (Grisham, et al, 1999; Smith AL (Ed) et al., 1997). Enzim adalah biokatalisator yang dihasilkan oleh sel, berfungsi untuk mempercepat reaksi kimia. Setelah reaksi berlangsung, enzim tidak mengalami perubahan jumlah, sehingga jumlah enzim sebelum dan setelah reaksi adalah tetap. (http://sumarsih07.files.wordpress.com)Enzim merupakan polimer biologis yang mengkatalis reaksi kimia yang memungkinkan berlangsungnya kehidupan seperti yang kita kenal. Keberadaan dan pemeliharaan rangkaian enzim yang lengkap dan seimbang merupakan hal yang esensial untuk: (1) Menguraikan nutrien menjadi energi dan chemical building block (bahan dasar kimiawi); (2) Menyusun bahan-bahan dasar tersebut menjadi protein, DNA, membrane sel dan jaringan serta (3) Memanfaatkan energi untuk melakukan motilitas sel, fungsi saraf dan kontraksi otot.(Murray, R.K, 2009, pp:53).

Hampir semua enzim merupakan protein. Pada reaksi yang dikatalisasi oleh enzim, molekul awal reaksi disebut sebagai substrat, dan enzim mengubah molekul tersebut menjadi molekul-molekul yang berbeda, disebut produk. Hampir semua proses biologis sel memerlukan enzim agar dapat berlangsung dengan cukup cepat.

Tanpa adanya enzim, kehidupan yang kita kenal tidak mungkin ada. Sebagai biokatalisator yang mengatur semua kecepatan semua proses fisiologis, enzim memegang peranan utama dalam kesehatan dan penyakit. Meskipun dalam keadaan sehat semua proses fisiologis akan berlangsung dengan cara tersusun serta teratur sementara homeostasis akan dipertahankan, namun keadaan homeostasis dapat mengalami gangguan yang berat dalam keadaan patologis (Mutiara I, 2004).Enzim mempunyai selektivitas dan spesifitas yang tinggi terhadap reaktan yang direaksikan dan jenis reaksi yang dikatalisasi. Semua reaksi metabolisme (anabolisme dan katabolisme) biokimia makanan mutlak memerlukan enzim sehingga menghasilkan produk yang diinginkan seperti pada reaksi glikolisis, lipolisis, pentosa fosfat, siklus Krebs, oksidasi fosforilasi, gkukoneogenesis, sintesis kolesterol, ketogenesis dll

Kerja enzim dipengaruhi oleh beberapa faktor, terutama oleh: (1) Substrat; (2) Suhu; (3) Tingkat Keasaman (pH); (4) Inhibitor; (5) Kofaktor, dan (6) Induktor. Inhibitor adalah molekul yang menurunkan aktivitas enzim, sedangkan aktivator atau kofaktor adalah suatu zat yang dapat mengaktifkan dan meningkatkan kinerja enzim yang semula belum aktif. B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Setelah proses pembelajaran diharapkan mahasiswa dapat memahami tentang Enzim dan Koenzim2. Tujuan KhususSetelah proses pembelajaran diharapkan mahasiswa dapat memahami tentang: a Profil enzim meliputi: pengertian, struktur, fungsi, sifat, dan faktor-faktor yang mempengaruhi aktifitas enzim.b Profil koenzim meliputi: pengertian, jenis, fungsi dan peran dalam aktifitas enzim.BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian tentang Enzim

1. Pengertian Enzim Menurut Kuhne (1878), enzim berasal dari kata in + zyme yang berarti sesuatu didalam ragi.(Crayonpedia, 2008).Enzim adalah biomolekul yang berfungsi sebagai katalis (senyawa yang mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi) dalam suatu reaksi kimia. (Grisham, et al, 1999; Smith AL (Ed) et al., 1997).

Enzim adalah biokatalisator yang dihasilkan oleh sel, berfungsi untuk mempercepat reaksi kimia. Setelah reaksi berlangsung, enzim tidak mengalami perubahan jumlah, sehingga jumlah enzim sebelum dan setelah reaksi adalah tetap. (http://sumarsih07. files.wordpress.com).2. Sejarah Penemuan Enzim

Pada tahun 1850, Louis Pasteur menyimpulkan bahwa fermentasi gula menjadi alkohol oleh ragi yang dikatalisis fermen. Pasteur mengemukakan bahwa fermen ini, yang kemudian dinamakan enzim (di dalam ragi) tidak dapat dipisahkan dari struktur sel ragi hidup, suatu pendapat yang bertahan selama bertahan-tahun. Penemuan penting oleh Eduard Buchner tahun 1897 berhasil mengekstrak ke dalam larutan, suatu bentuk yang aktif dari sel ragi, yaitu serangkaian enzim yang mengkatalisis fermentasi gula menjadi alkohol. Penemuan ini membuktikan, bahwa enzim yang penting ini, yang mengkatalisis lintas metabolik utama penghasil energi,dapat tetap berfungsi jika dipindahkan dari struktur sel hidup.

Baru pada tahun 1926, enzim urease dapat diisolasi dan dikristalkan oleh James Sumner. Beliau juga menemukan bahwa semua enzim adalah protein yang memiliki berat molekul antara 12.000-1 juta. Pada tahun 1930 John Northrop berhasil mengkristalkan enzim pepsin dan tripsin.

3. Struktur Enzim Enzim umumnya merupakan protein globular dan ukurannya berkisar dari hanya 62 asam amino pada monomer 4-oksalokrotonat tautomerase, sampai dengan lebih dari 2.500 residu pada asam lemak sintase. (Chen LH et al, 1992, Smith S, Desember 1994). Berdasarkan penelitian, disimpulkan bahwa enzim adalah suatu protein yang berupa molekul molekul besar, yang berat molekulnya adalah ribuan, sebagai contoh adalah enzim katalase berat molekulnya 248.000 dan enzim urese beratnya adalah 438.000.

Terdapat pula sejumlah kecil katalis RNA, dengan yang paling umum merupakan ribosom; Jenis enzim ini dirujuk sebagai RNA-enzim ataupun ribozim. Aktivitas enzim ditentukan oleh struktur tiga dimensinya (struktur kwartener). Walaupun struktur enzim menentukan fungsinya, prediksi aktivitas enzim baru yang hanya dilihat dari strukturnya adalah hal yang sangat sulit. (Anfinsen C.B., 1973, Dunaway-Mariano D, 2008).

Gambar 1. Enzim karbonat anhidrase

(Sumber: Wikipedia, 2009)

Kebanyakan enzim berukuran lebih besar daripada substratnya, tetapi hanya sebagian kecil asam amino enzim (sekitar 34 asam amino) yang secara langsung terlibat dalam katalisis. (The Catalytic Site Atlas at The European Bioinformatics Institute Accessed 4 April 2007, dikutip dari Wikipedia, 2009).Daerah yang mengandung residu katalitik yang akan mengikat substrat dan kemudian menjalani reaksi ini dikenal sebagai tapak atau sisi aktif. Enzim juga dapat mengandung tapak yang mengikat kofaktor yang diperlukan untuk katalisis. Beberapa enzim juga memiliki tapak ikat untuk molekul kecil, yang sering kali merupakan produk langsung ataupun tak langsung dari reaksi yang dikatalisasi. Pengikatan ini dapat meningkatkan ataupun menurunkan aktivitas enzim. Dengan demikian ia berfungsi sebagai regulasi umpan balik.

Sama seperti protein-protein lainnya, enzim merupakan rantai asam amino yang melipat. Tiap-tiap urutan asam amino menghasilkan struktur pelipatan dan sifat-sifat kimiawi yang khas. Rantai protein tunggal kadang-kadang dapat berkumpul bersama dan membentuk kompleks protein. Kebanyakan enzim dapat mengalami denaturasi (yakni terbuka dari lipatannya dan menjadi tidak aktif) oleh pemanasan ataupun denaturan kimiawi. Tergantung pada jenis-jenis enzim, denaturasi dapat bersifat reversibel maupun ireversibel. Pada enzim terdapat bagian protein yang tidak tahan panas yaitu disebut dengan apoenzim, sedangkan bagian yang bukan protein adalah bagian yang aktif dan diberi nama gugus prostetik, biasanya berupa logam seperti besi, tembaga, seng atau suatu bahan senyawa organik yang mengandung logam.

Apoenzim dan gugus prostetik merupakan suatu kesatuan yang disebut holoenzim, tetapi ada juga bagian enzim yang apoenzim dan gugus prospetiknya tidak menyatu. Bagian gugus prostetik yang lepas kita sebut koenzim, yang aktif seperti halnya gugus prostetik. Contoh koenzim adalah vitamin atau bagian vitamin (misalnya: vitamin B1, B2, B6, niasin dan biotin).

4. Fungsi Enzim

Fungsi enzim adalah sebagai katalis (senyawa yang mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi) dalam suatu reaksi kimia. Enzim meningkatkan laju reaksi dalam cara yang selektif dan efisien (Grisham, et al, 1999; Smith AL (Ed) et al., 1997). Enzim yang mengkatalis perubahan satu atau lebih senyawa (substrat) menjadi satu atau lebih senyawa lain (produk) meningkatkan laju reaksi setidaknya 106 kali dibandingkan jika tidk dikatalisis. (Robert, K.M, 2009).

Enzim merupakan unit fungsional dari metabolisme zat, bekerja dengan urutan yang teratur. Enzim mengkatalis ratusan reaksi tahap yang menguraikan molekul nukleat. Reaksi yang menyimpan dan mengubah energi kimia dan membuat makromolekul sel dan prekusor sederhana. Diantara sekelompok yang berpartisipasi dalam metabolisme terdapat sekelompok khusus yang dikenal sebagai enzim pengatur yang dapat mengenali berbagai isyarat metabolik dan mengubah kecepatan kataliknya sesuai dengan isyarat yang diterima. Melalui aktivitasnya, sistem enzim terkoordinasi dengan baik menghasilkan suatu hubungan yang harmonis antara sejumlah aktivitas metabolik yang berbeda yang diperlukan untuk menunjang kehidupan (Lehnninger, 1995).5. Sifat-sifat Enzima. Enzim bersifat koloid, luas permukaan besar, bersifat hidrofil. Dapat bereaksi dengan senyawa asam maupun basa, kation maupun anion

b. Biokatalisator, mempercepat jalannya reaksi tanpa ikut bereaksi. Sebagai biokatalisator dibutuhkan dalam jumlah sedikit, namun reaksinya sangat cepat dan dapat digunakan berulang-ulang.c. Enzim adalah protein, karena itu sifatnya sama dengan protein pada umumnya. Kalau suhu terlalu tinggi atau terlalu asam ia tidak bisa bekerja, bahkan mungkin rusak.

d. Konsentrasi substrat akan mempengaruhi kegiatan enzim. Kalau konsentrasi substrat sedikit, maka sedikit diikat pada protein. Konsentrasi substrat yang banyak mula-mula memacu aktifitas enzim, tetapi selanjutnya akan menghambat karena penumpukan produk (feed back effect)e. Ia bekerja pada suhu dan pH yang optimum. Suhu optimum antara satu enzim dengan yang lainnya berbeda beda. Bersifat thermolabil; mudah rusak, bila dipanasi lebih dari suhu 60 C, karena enzim tersusun dari protein yang mempunyai sifat thermolabil. Enzim bekerja pada rentang pH yang sempit, jika pH meningkat maka maka enzim tidak dapat aktif.

f. Enzim bekerja secara reversible, enzim yang menghasilkan produk dapat dipergunakan untuk mengkatalisis reaksi lainnya.g. Bersifat spesifik, artinya suatu enzim hanya aktif pada substrat tertentu atau satu substrat untuk satu enzim. Enzim bersifat spesifik, karena bagian yang aktif (permukaan tempat melekatnya substrat) hanya setangkup dengan permukaan substrat tertentu.Tabel 1. pH Optimum Enzim

NoEnzimpH Optimum

1. Lipase (pankreas)8.0

2. Lipase (stomach)4.0 5.0

3. Liase (castor oil)4.7

4. Pepsin1.5 1.6

5. Trypsin7.8 8.7

6. Urease7.0

7. Invertase4.5

8. Maltase6.1 6.8

9. Amylase (pankreas)6.7 7.0

10. Amylase (malt)4.6 5.2

11. Catalase7.0

(Sumber: fpk.unair.ac.id/enzim)h. Umumnya enzim bekerja mengkatalisis reaksi satu arah, meskipun ada juga yang mengkatalisis reaksi dua arah, contoh: lipase, mengkatalisis pembentukan dan penguraian lemak. lipase

Lemak + H2O

Asam lemak + Gliseroli. Bekerjanya ada yang di dalam sel (endoenzim) dan di luar sel (ektoenzim), contoh ektoenzim: amilasedan maltase. Sebagian besar enzim bersifat endoenzim. Endoenzim disebut juga enzim intraseluler, yaitu enzim yang bekerjanya di dalam sel. Umumnya merupakan enzim yang digunakan untuk proses sintesis di dalam sel dan untuk pembentukan energi (ATP) yang berguna untuk proses kehidupan sel, misal dalam proses respirasi.

Eksoenzim disebut juga enzim ekstraseluler, yaitu enzim yang bekerjanya di luar sel. Umumnya berfungsi untuk mencernakan substrat secara hidrolisis, untuk dijadikan molekul yang lebih sederhana dengan BM lebih rendah sehingga dapat masuk melewati membran sel. Energi yang dibebaskan pada reaksi pemecahan substrat di luar sel tidak digunakan dalam proses kehidupan sel.

j. Enzim dapat dipacu maupun dihambat aktifitasnya. Umumnya enzim tak dapat bekerja tanpa adanya suatu zat non protein tambahan yang disebut kofaktor.k. Air dan vitamin memacu aktivitas enzim.(http://www.ilmupedia.com/ dan http://sumarsih07.files.wordpress. com)6. Jenis atau Klasifikasi Enzim

International Union of Biochemistris (IUB) menciptakan suatu sistem terpadu tatanama enzim yaitu suatu enzim memiliki nama dan kode khusus yang menujukkan tipe reaksi yang dikatalis dan substrat yang terlibat. Enzim dikelompokkan dalam enam kelas, yaitu:

a. Oxidoreduktase, terkait dalam transfer elektron (proses oksidasi dan reduksi), misalnya alkohol : oksidoreduktase NAD mengkatalisa oksidasi alkohol menjadi aldehid. Enzim ini melepaskan 2 buah elektron seperti 2 buah hidrogen dari alkohol untuk menghasilkan aldehid.

b. Transferase, mentransfer suatu gugus kimia dari suatu zat ke zat lainnya, seperti gugus glikosil, metil atau fosforil, contoh: Aminotransferase (transaminase), mentransfer grup amino dari satu asam amino ke akseptor asam keto, dengan menghasilkan pembentukan asam amino yang baru dan asam keto yang baruc. Hidrolase, memotong substrat dengan mengambil suatu molekul air (hidrolisis)

d. Liase, membentuk ikatan ganda dengan cara menambahkan atau memindahkan suatu unsur kimia seperti air, amonia atu CO2. Contoh: Dekarboksilase yaitu: menghilangkan unsur CO2 dari asam keto alfa, beta atau asam amino.

e. Isomerase, memindahkan satu kelompok didalam suatu molekul untuk membentuk isomer atau mengkatalis perubahan geometrik atau struktural didalam suatu molekul. Enzim dari kelompok yang sangat heterogen mengkatalisa isomerase beberapa jenis. Diantaranya cis-trans, ketoenol dan interkonversi (perubahan bentuk) aldose-ketose.

f. Ligase, mengkatalis penyatuan dua molekul yang dikaitkan dengan hidrolisis ATP. Tiap-tiap enzim ditetapkan ke dalam empat tingkat nomor kelas dan diberikan suatu nama sistematik, yang mengidentifikasi reaksi yang dikatalisis. Contoh, enzim yang mengkatalisis reaksi: ATP + D-glukosa ADP + D-glukosa 6 fosfat.

Nama sistematik formal enzim ini adalah: fosfotransferase ATP: glukosa, yang menunjukkan bahwa enzim ini mengkatalisis pemindahan gugus fosfat dari ATP ke glukosa. Enzim ini ditempatkan ke dalam kelas 2 pada tabel 4, dan nomor klasifikasinya adalah 2.7.1.1, dengan bilangan pertama (yaitu 2) menunjukkan nama kelas (transferase), bilangan kedua (7 ) bagi subkelas (fosfotransferase) dan bilangan ketiga (1) bagi sub-sub kelas (fosfotransferase dengan gugus hidroksil sebagai penerima), dan bilangan keempat (1) bagi D-glukosa sebagai penerima gugus fosfat. Jika nama sistematiknya rumit, maka nama biasa dari enzim ini adalah heksokinase.7. Faktor-faktor yang mempengaruhi Aktivitas Enzim

a. Konsentrasi Enzim Agar reaksi berjalan optimum, maka perbandingan jumlah antara enzim dan zubstrat harus sesuai. Jika enzim terlalu sedikit dan substrat terlalu banyak reaksi akan berjalan lambat bahkan ada substrat yang tidak terkatalisasi. Sebaliknya jika semakin banyak enzim, reaksi akan semakin cepat.

Kecepatan rekasi enzim (v) berbanding lurus dengan konsentrasi enzim (Enz). Makin besar jumlah enzim makin cepat reaksinya. Lihat pada gambar.

Gambar 2. Hubungan konsentrasi enzim dengan kecepatan reaksi

(Sumber: Mutiara I, 2004; Crayonpedia, 2008) b. Konsentrasi substrat

Penambahan kadar substrat sampai jumlah tertentu dengan jumlah enzim yang tetap, akan mempercepat reaksi enzimatik sampai mencapai maksimum. Penambahan substrat selanjutnya tidak akan menambah kecepatan reaksi.Kecepatan reaksi enzimatik juga dipengaruhi kadar enzim, jumlah enzim yang terikat substrat (ES) dan konstanta Michaelis (Km). Km menggambarkan kesetimbangan disosiasi kompleks ES menjadi enzim dan substrat. Nilai Km kecil berarti enzim mempunyai afinitas tinggi terhadap substrat maka kompleks ES sangat mantap, sehingga kesetimbangan reaksi kearah kompleks ES. Apabila nilai Km besar berarti enzim mempunyai afinitas rendah terhadap substrat, sehingga kesetimbangan reaksi kearah E + S.

Keterangan: E : Enzim, S: Substrat (reaktan), ES: ikatan sementara, P: Hasil reaksi

Sistem enzim-substrat untuk tiap-tiap reaksi enzimatik bersifat khusus. Kestabilan ikatan enzim-substrat ditentukan oleh konstanta Michaelis (Km).

Bila konsentrasi substrat (S) bertambah, sedangkan keadaan lainya tetap sama, kecepatan reaksi juga akan meningkat sampai suatu batas maksimum V. Pada titik maksimum ini enzim telah jenuh dengan subtrat. Seperti pada gambar.

Pada titik-titik A dan B belum semua enzim bereaksi dengan subtrat, maka pada A dan B penambahan subtrat S akan menyebabkan jumlah EnzS bertambah dan kecepatan reaksi v akan bertambah, sesuai dengan penambahan S.

Pada titik C semua enzim telah bereaksi denagn subtrat, sehingga penambahan S tidak akan menambah kecepatan reaksi, karena tidak ada lagi enzim bebas.

Pada titik B kecepatan reaksi tepat setengah kecepatan maksimum. Konsentrasi subtrat yang menghasilkan setengah kecepatan maksimum dinamakan harga Km atau konstanta Michaelis.

Gambar 3. Pengaruh substrat terhadap kecepatan reaksi enzim

(Sumber: Mutiara I, 2004)c. SuhuSeperti reaksi kimia pada umumnya, maka reaksi enzimatik dipengaruhi oleh suhu. Kenaikan suhu sampai optimum akan diikuti pula oleh kenaikan kecepatan reaksi enzimatik. Kepekaan enzim terhadap suhu pada keadaan suhu melebihi optimum disebabkan terjadinya perubahan fisikokimia protein penyusun enzim.

Suhu rendah yang mendekati titik beku biasanya tidak merusak enzim. Pada suhu dimana enzim masih aktif, kenaikan suhu sebanyak 100C, menyebabkan keaktifan menjadi 2 kali lebih besar (Q10 = 2). Pada suhu optimum reaksi berlangsung paling cepat. Bila suhu dinaikan terus, maka jumlah enzim yang aktif akan berkurang karena mengalami denaturasi. Enzim didalam tubuh manusia memiliki suhu optimum sekitar 370C dan memperlihatkan stabilitas pada rentang suhu 45-550C. Sebaliknya enzim dari mikorganisme termofilik yang hidup dalam lingkungan dengan suhu tinggi seperti di mata air panas vulkanik atau celah hidrotermal bawah laut mungkin stabil hingga suhu di atas 1000C atau dengan kata lain mempunyai suhu optimum yang tinggi (Robert, K.M, 2009).Sebagian besar enzim menjadi tidak aktif pada pemanasan sampai diatas 500C ( 600C). Ini disebabkan karena proses denaturasi enzim yang terjadi karena energi panas meningkatkan energi kinetik enzim hingga ke suatu titik yang melebihi hambatan energi, akibatnya terjadi kerusakan interaksi nonkovalen yang mempertahankan struktur tiga dimensi enzim, rantai polipeptida enzim enzim terurai atau mengalami denaturasi disertai dengan hilangnya kemampuan katalitik enzim. Walaupun demikian ada beberapa enzim yang tahan terhadap suhu tinggi, misalnya taka-diastase dan tripsin. (Robert, K.M, 2009). Dalam beberapa keadaan, jika pemanasan dihentikan dan enzim didinginkan kembali aktivitasnya akan pulih. Hal ini disebabkan oleh karena proses denaturasi masih reversible. pH dan zat-zat pelindung dapat mempengaruhi denaturasi pada pemanasan ini.

Hubungan antara aktivitas enzim dan suhu dapat dilihat pada Gambar berikut.:

Gambar.4. Pengaruh suhu terhadap kecepatan reaksi enzim

(Sumber: Mutiara Indah, 2004)d. Tingkat Keasaman (pH)

Bila aktivitas enzim diukur pada pH yang berlainan, maka sebagian besar enzim didalam tubuh akan menunjukan aktivitas optimum antara pH 5,0 - 9,0 kecuali beberapa enzim misalnya pepsin (pH optimum = 2).

Ini disesbabkan oleh :

1) Pada pH rendah atau tingi, enzim akan mengalami denaturasi.

2) Pada pH rendah atau tinggi, enzim maupun substrat dapat mengalami perubahan muatan listrik dengan akibat perubahan aktivitas enzim.

Misalnya suatu reaksi enzim dapat berjalan bila enzim tadi bermuatan negatif (Enz-) dan substratnya bermuatan positif (SH+):

Enz- + SH+ EnzSH

Pada pH rendah Enz- akan bereaksi dengan H+ menjadi enzim yang tidak bermuatan.

Enz- + H+ Enz-H

Demikian pula pada pH tinggi, SH+ yang dapat bereaksi dengan Enz-, maka pada pH yang extrem rendah atau tiggi konsentrasi efektif SH+ dan Enz akan berkurang, karena itu kecepatan reaksinya juga berkurang, seperti pada gambar berikut:

Gambar.5. Pengaruh pH terhadap kecepatan reaksi enzim

(Sumber: Mutiara I, 2004) e. Kofaktor (uraian lengkap pada sub judul B)f. InhibitorLaju reaksi enzim dapat diturunkan menggunakan berbagai jenis inhibitor enzim. Inhibitor digolongkan menjadi 2 jenis utama, yaitu: 1) Inhibitor yang bekerja secara tidak dapat balik (irreversible), 2) Inhibitor yang bekerja secara dapat balik (reversible).Penghambat yang irreversible adalah golongan yang bereaksi dengan, atau merusakkan suatu gugus fungsional pada molekul enzim yang penting bagi aktivitas katalitiknya. Sebagai contoh, adalah senyawa diisoprofilfluorofosfat (DFP), yang menghambat enzim asetilkolinesterase, yaitu enzim yang penting di dalam transmisi impuls syaraf. Asetilkolinesterase mengkatalisis hidrolisis asetilkolin, suatu senyawa neurotransmitter yang berfungsi di dalam bagian sinaps yang dihasilkan oleh ujung syaraf (akson) yang telah menerima impuls. Asetilkolin yang dihasilkan diteruskan ke sel syaraf lainnya atau ke efektor (misalnya otot) untuk meneruskan impuls syaraf. Akan tetapi, sebelum impuls kedua dapat dipancarkan melalui sinaps, asetilkolin yang dihasilkan setelah impuls pertama harus dihidrolisis oleh asetilkolisnesterase pada sambungan sel syaraf. Produk penguraian asetilkolin oleh asetilkolinesterase adalah asetat dan kolin, dan tidak memiliki aktivitas transmitter.DFP sangat reaktif, dan bereaksi dengan bagian sisi aktif dari enzim asetilkolinesterase, yaitu gugus hidroksil dari residu serin essensial, sehingga enzim tidak aktif untuk mengkatalisis asetilkolin. DFP merupakan gas syaraf yang pertama kali ditemukan, jika diberikan pada hewan, hewan tersebut menjadi lemah, tidak dapat lagi melaksanakan fungsi bagian-bagian tertentu, karena impuls syaraf tidak lagi dapat ditransmisikan secara normal. Tetapi, terdapat manfaat lain dari DFP. Senyawa ini menyebabkan berkembangnya malation dan insektisida lain yang relatif tidak beracun bagi manusia. Malation diubah oleh enzimenzim pada insekta, menjadi penghambat aktif asetilkolinesterase insekta ersebut. DFP telah ditemukan menghambat semua jenis enzim, banyak diantaranya yang mampu mengkatalisis hidrolisis ikatan peptida atau ester. Golongan ini tidak hanya mencakup asetilkolinesterase, tetapi juga tripsin, khimotripsin, elastase, fosfoglukomutase, dan kokoonase, suatu enzim yang dihasilkan oleh larva ulat sutra untuk menghidrolisis serat-serat sutra kepompong, dan menyebabkan larva dapat dibebaskan. Semua enzim yang dihambat oleh DFP memiliki residu serin essensial pada sisi aktifnya, yang berpartisipasi dalam aktivitas katalitiknya.Jenis kedua adalah, penghambat enzim yang dapat balik, yang dapat digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu: 1) zat penghambat yang bersaingan (kompetitif), 2) zat penghambat yang tidak bersaingan (non-kompetitif).1) Inhibisi kompetitif

Pada inihibisi kompetitif, inhibitor dan substrat berkompetisi untuk berikatan dengan enzim. Seringkali inhibitor kompetitif memiliki struktur yang sangat mirip dengan substrat asli enzim. Sebagai contoh, metotreksat adalah inihibitor kompetitif untuk enzim dihidrofolat reduktase. Kemiripan antara struktur asam folat dengan obat ini ditunjukkan oleh gambar di samping bawah. Perhatikan bahwa pengikatan inhibitor tidaklah perlu terjadi pada tapak pengikatan substrat apabila pengikatan inihibitor mengubah konformasi enzim, sehingga menghalangi pengikatan substrat. Pada inhibisi kompetitif, kelajuan maksimal reaksi tidak berubah, namun memerlukan konsentrasi substrat yang lebih tinggi untuk mencapai kelajuan maksimal tersebut, sehingga meningkatkan Km.Koenzim asam folat (kiri) dan obat anti kanker metotreksat (kanan) memiliki struktur yang sangat mirip. Oleh sebab itu, metotreksat adalah inhibitor kompetitif bagi enzim yang menggunukan folat.

2) Inhibisi non kompetitif

Pada inhibisi non kompetitif, inhibitor tidak dapat berikatan dengan enzim bebas, namun hanya dapat dengan komples ES. Kompleks EIS yang terbentuk kemudian menjadi tidak aktif. Jenis inhibisi ini sangat jarang, namun dapat terjadi pada enzim-enzim multimerik.

Inhibitor non-kompetitif dapat mengikat enzim pada saat yang sama substrat berikatan dengan enzim. Baik kompleks EI dan EIS tidak aktif. Karena inhibitor tidak dapat dilawan dengan peningkatan konsentrasi substrat, Vmax reaksi berubah. Namun, karena substrat masih dapat mengikat enzim, Km tetaplah sama.

Gambar.6. Inhibitor kompetitif dan non kompetitif

(Sumber: Crayonpedia, 2008)

Kegunaan inhibitor

Pada banyak organisme, inhibitor dapat merupakan bagian dari mekanisme umpan balik. Jika enzim memproduksi terlalu banyak produk, produk tersebut dapat berperan sebagai inhibitor bagi enzim tersebut. Hal ini akan menyebabkan produksi produk melambat atau berhenti. Bentuk umpan balik ini adalah umpan balik negatif. Enzim memiliki bentuk regulasi seperti ini sering kali multimerik dan mempunyai tapak ikat alosterik. Kurva substrat/kelajuan enzim ini tidak berbentuk hiperbola melainkan berbentuk S.

Oleh karena inhibitor menghambat fungsi enzim, inhibitor sering digunakan sebagai obat. Contohnya adalah inhibitor yang digunakan sebagai obat aspirin. Aspirin menginhibisi enzim COX-1 dan COX-2 yang memproduksi pembawa pesan peradangan prostaglandin, sehingga ia dapat menekan peradangan dan rasa sakit. Namun, banyak pula inhibitor enzim lainnya yang beracun. Sebagai contohnya, sianida yang merupakan inhibitor enzim ireversibel, akan bergabung dengan tembaga dan besi pada tapak aktif enzim sitokrom c oksidase dan memblok pernafasan sel (Yoshikawa S et al., 1990).Inhibitor ireversibel bereaksi dengan enzim dan membentuk aduk dengan protein. Inaktivasi ini bersifat ireversible. Inhibitor seperti ini contohnya efloritina, obat yang digunakan untuk mengobati penyakit yang disebabkan oleh protozoa African trypanosomiasis. (Poulin R, et al, 1992). Penisilin dan Aspirin juga bekerja dengan cara yang sama. Senyawa obat ini terikat pada tapak aktif, dan enzim kemudian mengubah inhibitor menjadi bentuk aktif yang bereaksi secara ireversibel dengan satu atau lebih residu asam amino.g. Pengaruh oleh faktor lain.Enzim dapat dirusak dengan pengocokan, penyinaran ultraviolet dan sinar-x, sinar- dan sinar-. Untuk sebagian ini disebabkan karena oxidasi oleh peroxida yang dibentuk pada penyinaran tersebut. Kerja enzim juga dipengaruhi oleh adanya inhibitor seperti obat-obatan dan sebagainya (Mutiara I, 2004)

B. Kajian tentang Kofaktor Enzim1. Pengertian KofaktorKofaktor adalah molekul non-protein yang berikatan dengan enzim, membuat enzim menjadi aktif, terikat pada sisi aktif enzim dan terlibat dalam katalisis. (de Bolster, M.W.G., 1997).Aktivator atau kofaktor adalah suatu zat yang dapat mengaktifkan enzim yang semula belum aktif. Enzim yang belum aktif disebut dengan pre-enzim atau zymogen. Kofaktor dapat berbentuk ion-ion dari unsur H, Fe, Cu, Mg, Mo, Zn, Co, atau berupa koenzim, vitamin, dan enzim lain (http://sumarsih07.files.word-press.com/)

2. Jenis-jenis Kofaktor a. Kofaktor anorganik (Kofaktor logam)Kofaktor logam adalah molekul anorganik non protein spesifik, seperti ion logam. Contoh kofaktor seng (Zn+) yang terikat pada sisi aktif enzim karbonat anhidrase. (Fisher Z , et al, 2005).

Ion kofaktor logam lainnya adalah Na+, K+, Mg+, Ca+, Mn+, Zn+, Fe2+, Co2+,Cu+, Cr3+, dan Ni2+ (Page D.S., 1985).Enzim yang memerlukan kofaktor namun tidak terdapat kofaktor yang terikat dengannya disebut sebagai apoenzim atau apoprotein. Apoenzim beserta dengan kofaktornya disebut holoenzim.

b. Kofaktor organik (Koenzim)Koenzim adalah senyawa organik non protein spesifik, seperti: NADH, NADPH dan adenosina trifosfat. (de Bolster, M.W.G., 1997). Sistem komplit enzim dan koenzim disebut holoenzim, sedangkan bagian protein sistem tersebut dinamakan apoenzim. Jadi apoenzim + koenzim = holoenzim. Hanya bila enzim dan koenzim keduanya terdapat, akan terjadi katalisis. Bila holoenzim berbentuk ikatan kovalen (ikatan kuat) disebut dengan gugusan prostetik sedangkan koenzim yang bersifat kosubstrat maka ikatan holoenzimnya lemah (non kovalen), karena melekat dan dilepaskan dari enzim sebagai sustrat dan produk (hasil). Jenis reaksi yang sering memerlukan partisipasi koenzim adalah oksidoreduksi, reaksi-reaksi pemindahan gugus dan isomerasi, dan yang menghasilkan pembentukan ikatan kovalen, sebaliknya, reaksi lisis, termasuk reaksi hidrolisis seperti yang dikatalis oleh enzim-enzim saluran pencernaan, tidak memerlukan koenzim.

Seringkali vitamin golongan B-kompleks merupakan bagian struktur koenzim. Misalnya:

Untuk metabolisme asam-asam amino diperlukan vitamin B6.

Untuk oksidasi biologi diperlukan nikotinamida, tianin, riboflavin, asam pantotenat dan asam lipoat.

Untuk metabolisme zat dengan satu atom C (C-1 unit) diperlukan asam folat dan vitamin B12.

3. Fungsi dan Peran Kofaktor Koenzim dalam Biokimiaa. KoenzimKoenzim adalah molekul organik kecil yang mengantarkan gugus kimia dari satu enzim ke enzim lainnya. (Agner, Arthur L., 1975). Beberapa koenzim seperti riboflavin, tiamin, dan asam folat adalah vitamin.

Molekul-molekul ini bekerja dengan mentransfer gugus kimiawi antar enzim dan akan melepaskan diri dari sisi aktif enzim sewaktu reaksi telah berlangsung. Gugus kimiawi yang ditransfer mencakup:

Ion hidrogen (H+) yang dibawa oleh NAD, NADP+, FMN, FAD, dan Koenzim Q)

Elektron yang dibawa oleh Heme dan NHI

Gugus asetil yang dibawa oleh koenzim A, formil, dan metenil

Gugus metil yang dibawa oleh asam folat dan S-adenosilmetionina.

Gugus fosfat yang dibawa oleh ATP

Gugus NH2 yang dibawa oleh Piridoksal fosfat

Gugus CO2 yang dibawa oleh BiositinTabel 3. Jenis Koenzim, kandungan Vitamin dan FungsinyaKoenzimKandungan vitaminFungsi

Nikotinamida adenin dinukleotida (NAD+)Asam nikotinat

(Niasin)Redoks

Nikotinamida adenin dinukleotida fosfat (NADP+)Asam nikotinat

(Niasin)Redoks

Flavin adenin dinukleotida (FAD)RiboflavinRedoks

Flavin mononukleotida (FMN)RiboflavinRedoks

Asam lipoatTidak adaRedoks

Heme (Porfirin)Tidak adaRedoks

Tiamin pirofosfat (TPP)Tiamin (B1)Oksidatif dekarboksilasi

Piridoksal fosfat (Py)Piridoksin (Vitamin B6)Transaminasi

Koenzim A (CoASH)Asam pantetonatTransfer gugus asil

Asam tetrahidrofolat (THF)Asam folatTransfer gugus satu-karbon

BiotinBiotinTransfer (CO2)

5-Deoksidenosil kobalamin (koenzim B12)Kobalamin (Vitamin B12)Transfer gugus

(Sumber: Page D.S., 1985, pp: 99; Murray RK, 2009, pp: 54)

Oleh karena koenzim secara kimiawi berubah oleh aksi enzim, maka dapat dikatakan koenzim merupakan substrat yang khusus, ataupun substrat sekunder, sebagai contoh, sekitar 700 enzim diketahui menggunakan koenzim NADH (Brenda, The Comprehensive Enzyme Information System, dikutip dari wikipedia enzim, 2009).

Regenerasi serta pemeliharaan konsentrasi koenzim terjadi dalam sel. NADPH diregenerasi melalui lintasan pentosa fosfat, dan S-adenosilmetionina melalui metionina adenosiltransferase.Niasin dapat juga disebut dengan vitamin B3 atau asam nikotinat yang berperan dalam reaksi enzimatik dalam tubuh. Asam nikotinat merupakan unsur dari dua buah koenzim, yaitu Nikotinamid Adenin Dinukleotida (NAD) dan Nikotinamid Adenin Dinukleotida Fosfat (NADP). NAD adalah koenzim bagi sejumlah enzim dehidrogenase yang berperanan dalam metabolisme lemak, karbohidrat dan asam amino. Sedangkan NADP berperan dalam reaksi hidrogenasi pada jalur heksosa monofosfat (HMP) dalam metabolisme glukosa. Bentuk tereduksi dari NADP mempunyai peranan penting dalam sintesis lemak dan steroid (Muchtadi dkk, 1993).

Dalam metabolisme karbohidrat terdapat jalur reaksi pentosa fosfat, dimana enzim 6-Phosphogluconat dehidrogenase (6-PGD) mempunyai peranan penting dalam jalur tersebut. Peranan enzim ini mengubah senyawa 6-phospho-D-gluconate menjadi D-ribulose 5-phosphate dan NADPH, melalui reaksi oksidatif dekarboksilasi, dimana sebelumnya membentuk senyawa antara yaitu 3-keto-6 fosfoglukonat. Reaksi ini memerlukan koenzim NADP sebagai akseptor hidrogen sehingga menghasilkan NADPH dan juga memerlukan kofaktor Mg++, Mn++ atau Ca++ serta bisa dirangsang oleh insulin.

Bianchi D, et al, 2001; Kahler SG, et al, 1983; Takizawa T, et al, 1986; Kozar RA, et al, 2000; Srivastava SK, et al, 1989, yang dikutip dari lhami G.L.et al (2004) menyatakan bahwa NADPH merupakan koenzim yang penting untuk melindungi sel terutama sel darah merah dari agent-agent oksidatif dengan cara mereduksi glutation. NADPH juga koenzim yang berpartisipasi dalam sintesis sejumlah biomolekul seperti asam lemak, steroid, dan beberapa asam amino. Sehingga dalam kasus defisiensi NADPH, proses reduksi glutathione menjadi menurun yang mengakibatkan kematian sel, maka enzim 6-PGD dapat juga disebut dengan enzim anti oxidant.Riboflavin berperan dalam proses oksidasi reduksi dalam jaringan dan terdapat dalam bentuk koenzim/enzim flavin yang disebut flavoprotein. Flavoprotein ini sebagai koenzim pada oksidasi asam amino, reaksi dihydropolite dehydrogenase dan transport elektron. Riboflavin di dalam usus diubah kedalam bentuk koenzimnya dan setelah itu akan didistribusikan ke dalam sel-sel agar dapat berfungsi dalam proses biokimia. Ada dua koenzim dari riboflavin yaitu Flavin Mono Nucleotida (FMN) dan Flavin Adenin Dinucleotida (FAD) (Prawirokusumo, 1991).Piridoksin berperan dalam metabolisme asam amino, maka bila kekurangan vitamin ini akan metabolisme protein ada enam reaksi yang memerlukan vitamin B6 yaitu reaksi transaminasi, reaksi decarboksilasi, reaksi dehydrasi, reaksi desulphurasi, reaksi racemisasi, reaksi cleavage, reaksi kondensasi, reaksi aldolase, serta reaksi-reaksi lainnya. Piridoksin didalam usus diubah ke dalam bentuk piridoksal fosfat dan piridoksamin fosfat. Metabolisme piridoksin dimulai sejak vitamin ini masuk ke dalam organ atau jaringan tubuh dan akan diubah menjadi piridoksal fosfat dan piridoksamin fosfat sampai dikeluarkan lagi ke dalam berbagai bentuk untuk digunakan oleh jaringan lain atau dieksresikan. Transportasi vitamin ini di dalam tubuh diperantarai oleh enzim piridoksal kinase yang banyak terdapat pada semua jaringan terutama otak, hati, dan ginjal.

Koenzim A (KoA) tersusun atas asam pantotenat dan adenosin trifosfat (ATP), koenzim ini mudah larut dalam air, tidaklarut dalam pelarut nonpolar dan mudah teroksidasi. KoA berperan pada transfer gugus asil seperti dalam sintesis kolesterol, P-oksidai, daur Krebs dan pemanjangan asam lemak. Satu unit KoA akuivalen dengan 0,7 (g asam pantetonat; 1 mg mengandung 413 satuan Lipmann (http://files.ictpamekasan.net, Glosarium).

Asam pantotenat berperan dalam formasi koenzim A yang strukturnya merupakan gabungan antara mercapto ethyl amine dengan phosphopanthothenic acid dan adenosin 3151 diphosphat. Koenzim A ini berfungsi dalam metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak (Prawirokusumo, 1991).Asam folat merupakan koenzim untuk beberapa sistem enzim. Di dalam tubuh asam folat berfungsi untuk mentransfer satu satuan karbon seperti gugus metal dimana unit-unit karbon ini akan dihasilkan selama metabolisme asam amino. Oleh karena itu, asam folat berperan di dalam sintesis asam amino. Asam folat yang terdapat dalam bahan baku pakan biasanya dalam bentuk poliglumat sedangkan asam folat yang dapat diserap oleh usus harus dalam bentuk monoglutamat. Oleh karena itu, sebelum dapat diserap oleh usus, asam folat harus dihidrolisis terlebih dahulu. Hidrolisis berlangsung oleh adanya aktivitas enzim konjugase. Penyerapan asam folat dipengaruhi oleh efisiensi mekanisme dekonjungase yaitu yeast. Kelebihan asam folat didalam tubuh akan dibuang melalui urin.Biotin dikenal sebagai vitamin H, nama lainnya adalah Bios II, faktor X, koenzim R, Bios II B, faktor anti egg-white-injury, faktor W, vitamin Bw dan faktor S. Secara kimia biotin disebut juga dengan cis-tetrahidro-2-2oxotieno 3-4-dimidazolin-4-asam valerat atau C10 H16 N2 O3 S.

Biotin merupakan koenzim untuk reaksi karboksilasiberperan dalam pembawa gugus karboksi (-COO-) pada sejumlah reaksi karboksilasi enzimatik yang memerlukan ATP seperti reaksi karboksilasi (dari asam piruvat menjadi asam oksaloasetat dalam siklus Krebs) dan reaksi transkarboksilasi dari asetil Co-A menjadi malonil Co-A. Biotin berperan di dalam metabolisme sebagai fiksasi karbon dioksida yang selanjutnya ditransfer ke substrat yang lain. Biotin yang berikatan dengan karbondioksida disebut dengan karboksibiotin. Biotin juga berperan dalam reaksi dalam pembentukan asam lemak, metabolisme beberapa asam amino, danmetabolisme karbohidrat.

Vitamin B12 disebut juga dengan cyanokobalamin karena berdasarkan struktur kimianya vitamin ini terdiri atas asam cobalt di tengah dengan tetra ring dari porphyrin. Gugus cyanide terdapat pada asam cobalt, karena itu disebut cyanokobalamin. Vitamin ini berperan dalam penggunaan asam propionat.BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Enzim merupakan katalisator protein yang mengatur kecepatan berlangsungnya berbagai proses fisiologis. Sebagai katalisator, enzim ikut serta dalam reaksi dan kembali ke keadaan semula bila reeaksi telah selesai.

Enzim bekerja mengkatalisis reaksi yang spesifik yaitu suatu enzim hanya dapat mengatalisa beberapa reaksi, malahan seringkali hanya satu reaksi saja. Ini merupakan salah satu sifat penting enzim. Kespesifikan enzim dapat dibedakan dalam kespesifikan Optik dan kespesifikan Gugus.

Temperatur, pH, konsentrasi substrat, konsentrasi enzim, inhibitor dan kfaktor mempengaruhi kecepatan reaksi yang dikatalisis enzim dengan implikasi yang penting bagi kesehatan dan penyakit. Kofaktor adalah molekul non-protein yang berikatan dengan enzim, membuat enzim menjadi aktif, terikat pada sisi aktif enzim dan terlibat dalam katalisis, yang dapat berbentuk ion logam ataupun koenzim.

Kofaktor logam adalah molekul anorganik non protein spesifik, seperti ion logam antara lain: Na+, K+, Mg+, Ca+, Mn+, Zn+, Fe2+, Co2+,Cu+, Cr3+, dan Ni2+. Koenzim adalah senyawa organik non protein spesifik, seperti: NADH, NADPH, FAD, FMN, ATP, KoA, Biotin dll.Kofaktor logam mempercepat kecepatan reaksi kimia enzim dengan cara katalisis asam-asam umum, katalisis kovalen, mendekatkan pereaksi, dan mengadakan tekanan pada enzim atau substrat, sedangkan koenzim berperan dalam memindahkan gugus kimia, ion H dan elektron dari satu enzim ke enzim lainnya.B. Saran

Mineral logam (kofaktor logam) sangat penting bagi tubuh, karena bila mengalami defisiensi maka akan menimbulkan masalah klinis, seperti kekurangan Fe akan menimbulkan anemia. Beberapa koenzim seperti NAD, FAD, Tiamin pirifosfat mempunyai bahan dasar dari vitamin, oleh karena itu tubuh jangan sempat mengalami kekurangan vitamin.

DAFTAR PUSTAKA

Agner, Arthur L., 1975, Vitamins and Coenzymes. Krieger Pub Co. ISBN 0-88275-258-8.

Anfinsen C.B., 1973, "Principles that Govern the Folding of Protein Chains". Science 181: 22330. DOI:10.1126/science.181.4096.223.

Brenda, The Comprehensive Enzyme Information System, Accessed 4 April 2007

Chen LH, Kenyon GL, Curtin F, Harayama S, Bembenek ME, Hajipour G, Whitman CP, 1992, "4-Oxalocrotonate tautomerase, an enzyme composed of 62 amino acid residues per monomer". J. Biol. Chem. 267 (25): 1771621.de Bolster, M.W.G. 1997, Glossary of Terms Used in Bioinorganic Chemistry: Cofactor. International Union of Pure and Applied Chemistry. Diakses pada 2007-10-30Dunaway-Mariano D, November 2008, "Enzyme function discovery". Structure 16 (11): 1599600. DOI:10.1016/j.str.2008.10.001.

Endi Ridwan, 1997, Tempe Mampu Menghambat Proses Ketuaan, Cermin Dunia Kedokteran No. 120, 1997 available at: http://www.kalbe.co.id/, akses tgl 6-8-2009Fisher Z, Hernandez Prada JA, Tu C, Duda D, Yoshioka C, An H, Govindasamy L, Silverman DN and McKenna R., 2005, "Structural and kinetic characterization of active-site histidine as a proton shuttle in catalysis by human carbonic anhydrase II". Biochemistry. 44 (4): 1097115. DOI:10.1021/bi0480279Grisham, Charles M.; Reginald H. Garrett, 1999, Biochemistry. Philadelphia: Saunders College Pub, 4267. ISBN 0-03-022318-0Indah, M, 2004, Enzim, available at: http://library.usu.ac.id/download/fk/biokimia-mutiara.pdf, akses tanggal 15 Juli 2009

Lehninger A, Nelson D, Cox M M . 1995, Principles of Biochemistry

Made Astawan, 2009, Zinc, available at: http://kulinerkita.multiply.com, diakses tgl 6 Agustus 2009

Murray R K, et al., 2009, Biokimia Harper, edisi 27, EGC Kedokteran: Jakarta, pp: 53, 67-70Page D.S., 1985, Prinsip-prinsip Biokimia, Edisi ke dua, Penerbit Erlangga, JakartaPoulin R, Lu L, Ackermann B, Bey P, Pegg AE. 1992, Mechanism of the irreversible inactivation of mouse ornithine decarboxylase by alpha-difluoromethylornithine. Characterization of sequences at the inhibitor and coenzyme binding sites. J Biol Chem. 1992 January 5;267(1):1508. PMID 1730582Smith AL (Ed) et al., 1997, Oxford dictionary of biochemistry and molecular biology. Oxford [Oxfordshire]: Oxford University Press. ISBN 0-19-854768-4.

Smith S, Desember 1994, "The animal fatty acid synthase: one gene, one polypeptide, seven enzymes". Faseb J. 8 (15): 124859.

lhami G.L.N, .kr. BEYDEMR, 2004, The Effects of Melatonin on 6-Phosphoglukonat Dehidrogenase: An In Vitro and In Vivo Study Turk J Med Sci. 34, pp: 295-299.

Vyas D. C. 1984, Functional Implications of Iron Deficiency. Dalam Stekel. Ed Iron Nutrition in Infancy and childhood. New York Raven Press.

Wendry S.P., 2006, Pengaruh Kofaktor Logam Ca dan Mg Terhadap Aktivitas Hyalurodidase Streptococcus agalactie, UNPAD,tidak dipublikasikan.

Yoshikawa S and Caughey WS. Mei 1990, "Infrared evidence of cyanide binding to iron and copper sites in bovine heart cytochrome c oxidase. Implications regarding oxygen reduction". J Biol Chem. 265 (14): 794558------, Enzim mikroba, available at: http://sumarsih07.files.wordpress.com, diakses tgl 8 Agustus 2009

-------, 2007, The Catalytic Site Atlas at The European Bioinformatics Institute Accessed 4 April 2007

http://www.crayonpedia.org/mw/Enzim, akses tgl 7 Agustus 2009http://www.wikipedia/Enzim, akses tgl 6 Agustus 2009

http://www.ilmupedia.com/akademik, akses tgl 7 Agustus 2009 fpk.unair.ac.id/index.php?option=com...view=category,enzim, akses tgl 6 Agustus 2009http://files.ictpamekasan.net, Glosarium-Kimia Pangan, akses tgl 7 Agustus 2009.

Substrate

Enzim

product

product

Kompleks enzim substart

Enzim

PAGE 11RY/Biokimia/Reg/SMT II/Enzim & Koenzim