Makalah Ekoper Sp

40
“ EKOSISTEM HUTAN MANGROVE DAN PERANANNYA SABAGAI HABITAT BERBAGAI FLORA DAN FAUNA “ MAKALAH FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

Transcript of Makalah Ekoper Sp

Page 1: Makalah Ekoper Sp

“ EKOSISTEM HUTAN MANGROVE DAN PERANANNYA SABAGAI HABITAT BERBAGAI FLORA DAN FAUNA “MAKALAH

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

Page 2: Makalah Ekoper Sp

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya

maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul

“Ekosistem Hutan Mangrove Dan Peranannya Sebagai Habitat Berbagai Flora

dan Fauna”.

Penulisan makalah adalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan

untuk menyelesaikan tugas mata pelajaran Ekologi Perairan di Fakultas

Perikanan dan Ilmu kelautan, Universitas Brawijaya Malang.

Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-

kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan

kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak

sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih

yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan

penelitian ini,

Akhirnya penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal

pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua

bantuan ini sebagai ibadah, Amiin Yaa Robbal ‘Alamiin.

Malang, 26 Juli 2012

Pemakalah,

2 | P a g e

Page 3: Makalah Ekoper Sp

DAFTAR ISI

COVER 1

KATA PENGANTAR 2

DAFTAR ISI 3

1. PENDADULUAN 4

1.1. Latar Belakang 4

1.2. Maksud 5

1.3. Tujuan 5

1.4. Rumusan Masalah 5

2. ISI MATERI 6

2.1. Pengertian Mangrove 6

2.2. Jenis-Jenis Tumbuhan pada Hutan Mangrove 8

2.3. Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Mangrove 9

2.4. Ekosistem Mangrove 10

2.5. Adaptasi Mangrove 13

2.6. Peranan Mangrove 14

2.7. Zonasi Hutan Mangrove 16

2.8. Manfaat Ekosistem Hutan Mangrove 17

2.9. Fauna Di Habitat Mangrove 19

3. PENUTUP 24

3.1. Kesimpulan 24

3.2. Saran 25

DAFTAR PUSTAKA 26

3 | P a g e

Page 4: Makalah Ekoper Sp

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan dengan jumlah pulau sekitar 17.508

pulau dan panjang pantai kurang lebih 81.000 km, memiliki sumberdaya pesisir

yang sangat besar, baik hayati maupun nonhayati. Pesisir merupakan wilayah

perbatasan antara daratan dan laut, oleh karena itu wilayah ini dipengaruhi oleh

proses-proses yang ada di darat maupun yang ada di laut. Wilayah demikian

disebut sebagai ekoton, yaitu daerah transisi yang sangat tajam antara dua atau

lebih komunitas (Odum, 1983 dalam Kaswadji, 2001). Sebagai daerah transisi,

ekoton dihuni oleh organisme yang berasal dari kedua komunitas tersebut, yang

secara berangsur-angsur menghilang dan diganti oleh spesies lain yang

merupakan ciri ekoton, dimana seringkali kelimpahannya lebih besar dari dari

komunitas yang mengapitnya.

Sebagai salah satu ekosistem pesisir, hutan mangrove merupakan ekosistem

yang unik dan rawan. Ekosistem ini mempunyai fungsi ekologis dan ekonomis.

Fungsi ekologis hutan mangrove antara lain : pelindung garis pantai, mencegah

intrusi air laut, habitat (tempat tinggal), tempat mencari makan (feeding ground),

tempat asuhan dan pembesaran (nursery ground), tempat pemijahan (spawning

ground) bagi aneka biota perairan, serta sebagai pengatur iklim mikro.

Sedangkan fungsi ekonominya antara lain : penghasil keperluan rumah tangga,

penghasil keperluan industri, dan penghasil bibit.

Kawasan hutan mangrove merupakan komponen potensial dari wilayah

pesisir Indonesia terutama di bidang perikanan yang bila dikelola secara baik

dapat menghasilkan komoditas ekspor yang tidak sedikit nilainya. Salah satu

komoditas ekspor yang bernilai ekonomis tinggi dan mendiami ekosistem hutan

mangrove adalah kepiting bakau (Scylla spp.) yang dikenal juga dengan nama

kepiting lumpur (mud crab). Hewan ini merupakan penghuni tetap kawasan hutan

mangrove sehingga dalam menjalani hidupnya sangat bergantung pada kondisi

hutan mangrove tersebut.

Sebagian manusia dalam memenuhi keperluan hidupnyadengan

mengintervensi ekosistem mangrove. Hal ini dapat dilihat dari adanya alih fungsi

4 | P a g e

Page 5: Makalah Ekoper Sp

lahan (mangrove) menjadi tambak, pemukiman, industri, dan sebagainya

maupun penebangan oleh masyarakat untuk berbagai keperluan.

Dampak ekologis akibat berkurang dan rusaknya ekosistem mangrove adalah

hilangnya berbagai spesies flora dan fauna yang berasosiasi dengan ekosistem

mangrove, yang dalam jangka panjang akan mengganggu keseimbangan

ekosistem mangrove khususnya dan ekosistem pesisir umumnya.

1.2. Maksud

Tulisan ini dimaksudkan untuk menjelaskan semua ekosistem mangrove

kaitannya dengan strategi dan pengelolaan mangrove, hubungan antar

ekosistem pesisir tehadap ekosistem mangrove, serta untuk mengetahui

Ekosistem Hutan Mangrove Dan Peranannya Sebagai Habitat Berbagai Fauna

Aquatik.

1.3. Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini ialah untuk mengetahui dan memaparkan

bagaimana ekologi mangrove dan perannya terhadap ekosistem di lingkungan

serta mengetahui mengetahu aspek biotic dan abiotik yang ada di dalamnya.

1.4. Rumusan Masalah

-Apa itu hutan mangrove ?

-Jenis-jenis apa saja yang tumbuh pada hutan mangrove ?

-Faktor apa saja yang mempengaruhi pertumbuhan mangrove ?

-Ekosistem mangrove, peranan dan fungsinya?

-Bagaimana adaptasi mangrove?

-Apa saja zonasi hutan mangrove ?

-Fauna apa saja yang terdapata di habitat mangrove?

-Apa manfaat ekosistem hutan mangrove ?

5 | P a g e

Page 6: Makalah Ekoper Sp

2. ISI MATERI

2.1. Pengertian Mangrove

Istilah ‘mangrove’ tidak diketahui secara pasti asal usulnya. Ada yang

mengatakan bahwa istilah tersebut kemungkinan merupakan kombinasi dari

bahasa Portugis dan Inggris. Bangsa Portugis menyebut salah satu jenis pohon

mangrove sebagai ‘mangue’ dan istilah Inggris ‘grove’, bila disatukan akan

menjadi ‘mangrove’ atau ‘mangrave’. Ada kemungkinan pula berasal dari bahasa

Malay, yang menyebut jenis tanaman ini dengan ‘mangi-mangi’ atau ‘mangin’.

Mangrove adalah tanaman pepohonan atau komunitas tanaman yang hidup di

antara laut dan daratan yang dipengaruhi oleh pasang surut. Habitat mangrove

seringkali ditemukandi tempat pertemuan antara muara sungai dan air laut yang

kemudian menjadi pelindung daratan dari gelombang laut yang besar. Sungai

mengalirkan air tawar untuk mangrove dan pada saat pasang, pohon mangrove

dikelilingi oleh air garam atau air payau.

Mangrove adalah jenis tanaman dikotil yang hidup di habitat payau. Tanaman

dikotil adalah tumbuhan yang buahnya berbiji berbelah dua. Pohon mangga

adalah contoh pohon dikotil dan contoh tanaman monokotil adalah pohon kelapa.

Kelompok pohon di daerah mangrove bisa terdiri atassuatu jenis pohon tertentu

saja atau sekumpulan komunitas pepohonan yang dapat hidup di air asin. Hutan

mangrove biasa ditemukan di sepanjang pantai daerah tropis dan subtropis,

antara 32° Lintang Utara dan 38° Lintang Selatan.

Hutan mangrove merupakan formasi dari tumbuhan yang spesifik, dan

umumnya dijumpai tumbuh dan berkembang pada kawasanpesisir yang

terlindung didaerah tropika dan subtropika. Kata mangrove sendiri berasal dari

perpaduan antara bahasa Portugisyaitu mangue, dan bahasa Inggris yaitu grove

(Macnae 1968). Dalambahasa Portugis, kata mangrove dipergunakan untuk

individu jenis tumbuhan, dan kata mangaldipergunakanuntuk komunitas

hutanyangterdiri atas individu-individu jenis mangrove. Sedangkan dalam bahasa

Inggris, kata mangrove dipergunakan baik untuk komunitas pohon-pohonan atau

rumput-rumputan yang tumbuh dikawasan pesisir maupun untuk individu jenis

tumbuhan lainnya yang tumbuh yang berasosiasi dengannya. Selain itu, Mastaller

dalam Noor Dkk. (1999) menyebutkan bahwa kata mangrove adalah berasal dari

6 | P a g e

Page 7: Makalah Ekoper Sp

bahasa Melayu-kuno, yaitu mangi-mangi yang digunakan untuk menerangkan

marga Avicennia, dan sampai saat ini istilah tersebut masih digunakan untuk

kawasan Maluku. Berkaitan dengan hal tersebut, berbagai macam istilah yang

digunakan untuk memberikan sebutan pada hutan mangrove, antara lain adalah

coastal woodland, mangal dan tidalforest (Macnae 1968; Walsh 1974).

Secara umum, Saenger et al. (1986) memberikan pengertian bahwa hutan

mangrove adalah sebagai suatu formasi hutan yang dipengaruhi oleh adanya

pasang-surut air laut, dengan keadaan tanah yang anaerobik. Sedangkan

Sukardjo (1996), mendefinisikan hutan mangrove sebagai sekelompok tumbuhan

yang terdiri atas berbagai macam jenis tumbuhan dari famili yang berbeda,

namun memiliki persamaan daya adaptasi morfologi dan fisiologi yang sama

terhadap habitat yang dipengaruhi oleh pasang surut. Sementara Sorianegara

(1987) memberi definisi hutan mangrove sebagai hutan yang terutama tumbuh

pada lumpur aluvial di daerah pantai dan muara sungai, yang eksistensinya selalu

dipengaruhi oleh air pasang-surut, dan terdiri dari jenis Avicennia, Sonneratia,

Rhizophora, Bruguiera, Ceriops, Lumnitzera, Excoecaria, Xylocarpus,

Scyphyphora dan Nypa. Tomlilnson (1986) mendefinisikan mangrove baik

sebagai tumbuhan yang tumbuh di daerah pasang-surut maupun sebagai

komunitas.

Hutan Mangrove memberikan perlindungan kepada berbagai organisme baik

hewan darat maupun hewan air untuk bermukim dan berkembang biak. Hutan

Mangorove dipenuhi pula oleh kehidupan lain seperti mamalia, amfibi, reptil,

burung, kepiting, ikan, primata, serangga dan sebagainya. Selain menyediakan

keanekaragaman hayati (biodiversity), ekosistem Mangorove juga sebagai plasma

nutfah (geneticpool) dan menunjang keseluruhan sistem kehidupan di sekitarnya.

Habitat Mangorove merupakan tempat mencari makan (feeding ground) bagi

hewan-hewan tersebut dan sebagai tempat mengasuh dan membesarkan

(nursery ground), tempat bertelur dan memijah (spawning ground) dan tempat

berlindung yang aman bagi berbagai ikan-ikan kecil serta kerang (shellfish) dari

predator.

7 | P a g e

Page 8: Makalah Ekoper Sp

2.2. Jenis Tumbuh pada Hutan Mangrove

Di dunia dikenal banyak jenis mangrove yang berbeda-beda. Tercatat telah

dikenali sebanyak sampai dengan 24 famili dan antara 54 sampai dengan 75

spesies, tentunya tergantung kepada pakar mangrove yang mana pertanyaan kita

tujukan. (Tomlinson, 1986 dan Field, 1995).

Ada yang menyatakan bahwa Asia merupakan daerah yang paling tinggi

keanekaragaman dan jenis mangrovenya. Di Thailand terdapat sebanyak 27 jenis

mangrove, di Ceylon ada 32 jenis, dan terdapat sebanyak 41 jenis di Filipina. Di

benua Amerika hanya memiliki sekitar 12 spesies mangrove, sedangkan

Indonesia disebutkan memiliki sebanyak tidak kurang dari 89 jenis pohon

mangrove, atau paling tidak menurut FAO terdapat sebanyak 37 jenis. Dari

berbagai jenis mangrove tersebut, yang hidup di daerah pasang surut, tahan air

garam dan berbuah vivipar terdapat sekitar 12 famili.

Dari sekian banyak jenis mangrove di Indonesia, jenis mangrove yang banyak

ditemukan antara lain adalah jenis api-api (Avicennia sp.), bakau (Rhizophora

sp.), tancang (Bruguiera sp.), dan bogem atau pedada (Sonneratia sp.)

merupakan tumbuhan mangrove utama yang banyak dijumpai. Jenis-jenis

mangrove tersebut adalah kelompok mangrove yang menangkap, menahan

endapan dan menstabilkan tanah habitatnya.

a. Jenis api-api (Avicennia sp.) atau di dunia dikenal sebagai black mangrove

mungkin merupakan jenis terbaik dalam proses menstabilkan tanah

habitatnya karena penyebaran benihnya mudah, toleransi terhadap

temperartur tinggi, cepat menumbuhkan akar pernafasan (akar pasak) dan

sistem perakaran di bawahnya mampu menahan endapan dengan baik.

8 | P a g e

Gambar 1. Avicennia sp.

Page 9: Makalah Ekoper Sp

b. Red mangrove (Rhizophora sp.) atau mangrove merah Mangrove besar,

merupakan jenis kedua terbaik. Jenis-jenis tersebut dapat mengurangi

dampak kerusakan terhadap arus, gelombang besar dan angin.

2.3. Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Mangrove

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan mangrove adalah :

1. Gerakan gelombang yang minimal, agar jenis tumbuhan mangrove dapat

menancapkan akarnya

2. Salinitas payau (pertemuan air laut dan tawar)

3. Endapan Lumpur

4. Zona intertidal (pasang surut) yang lebar

Sebagai daerah peralihan antara laut dan daratan, hutan mangrove

mempunyai gradien sifat lingkungan yang sangat ekstrim. Pasang-surut air laut

menyebabkan terjadinya perubahan beberapa faktor lingkungan yang besar,

terutama suhu dan salinitas. Oleh karena itu, hanya beberapa jenis tumbuhan

yang memiliki daya toleransi yang tinggi terhadap lingkungan yang ekstrim

tersebut saja yang mampu bertahan hidup dan berkembang didalamnya. Kondisi

yang terjadi tersebut juga menyebabkan rendahnya keanekaragaman jenis,

namun disisi lain kepadatan populasi masing-masing jenis umumnya tinggi.

Walaupun habitat hutan mangrove bersifat khusus, namun masing-masing

jenis tumbuhan memiliki kisaran ekologi tersendiri, sehingga kondisi ini

menyebabkan terbentuknya berbagai macam komunitas dan bahkan

permintakatan atau zonasi, sehingga kompetisi jenis berbeda dari satu tempat ke

tempat lainnya. Munculnya fenomena permintakatan yang terjadi pada hutan

9 | P a g e

Gambar 2. Rhizophora sp.

Page 10: Makalah Ekoper Sp

mangrove tersebut sangat berkaitan erat dengan beberapa faktor, antara lain

adalah tipe tanah, keterbukaanareal mangrove dari hempasan ombak, salinitas

dan pengaruh pasang-surut (Soerianegara 1971; Chapman 1976, Kartawinata &

Waluyo 1977).Pengaruh tipe tanah atau substrat tersebut, sangat jelas terlihat

pada jenis Rhizophora, misalnya pada tanah lumpur yang dalam dan lembek akan

tumbuh dan didominasi oleh Rhizophora mucronata yang kadang-kadang tumbuh

berdampingan dengan Avicennia marina, kemudian untuk Rhizophora stylosa

lebih menyukai pada pantai yang memiliki tanah pasir atau pecahan terumbu

karang, dan biasanya berasosiasi dengan jenis Sonnerafia alba. Sedangkan

untuk jenis Rhizophora apiculata hidup pada daerah transisi.

Selain tipe tanah, kondisi kadar garam atau salinitas pada substrat juga

mempunyai pengaruh terhadap sebaran dan terjadinya permintakatan. Berbagai

macam jenis tumbuhan mangrove mampu bertahan hidup pada salinitas tinggi,

namun jenis Avicennia merupakan jenis yang mampu hidup bertoleransi terhadap

kisaran salinitas yang sangat besar. Macnae (1968) menyebutkan bahwa

Avicennia marina mampu tumbuh pada salinitas sangat rendah sampai 90‰,

sedangkan Sonneratia sp. umumnya hidup pada salinitas yang tinggi, kecuali

Sonnerafia casiolaris (sekitar 10 ‰). Jenis Bruguiera sp biasanya tumbuh pada

salinitas maksimum sekitar 25‰, sedangkan jenis Ceriops tagal, Rhizophora

mucronafa dan Rhizophora stylosa mampu hidup pada salinitas yang relatif tinggi.

2.4. Ekosistem Mangrove

Mangrove adalah khas daerah tropis yang hidupnya hanya berkemban baik

pada temperatur dari 19° sampai 40° C. dengan toleransi fluktuasi tidak lebih dari

10° C. Berbagai jenis Mangrove yang tumbuh di bibir pantai dan merambah

tumbuh menjorok ke zona berair laut, merupakan suatu ekosistem yang khas.

Khas karena bertahan hidup di dua zona transisi antara daratan dan lautan,

sementara tanaman lain tidak mampu bertahan. Kumpulan berbagai jenis pohon

yang seolah menjadi garda depan garis pantai yang secara kolektif disebut hutan

Mangrove. Hutan Mangrove memberikan perlindungan kepada berbagai

organisme lain baik hewan darat maupun hewan air untuk bermukim dan

berkembang biak.

10 | P a g e

Page 11: Makalah Ekoper Sp

Hutan mangrove menangkap dan mengumpulkan sedimen yang terbawa arus

pasang surut dari daratan lewat aliran sungai. Hutan mangrove selain melindungi

pantai dari gelombang dan angin merupakan tempat yang dipenuhi pula oleh

kehidupan lain seperti mamalia, amfibi, reptil, burung, kepiting, ikan, primata,

serangga dan sebagainya. Selain menyediakan keanekaragaman hayati (bio-

diversity), ekosistem mangrove juga sebagai plasma nutfah (genetic pool) dan

menunjang keseluruhan sistem kehidupan di sekitarnya. Habitat mangrove

merupakan tempat mencari makan (feeding ground) bagi hewan-hewan tersebut

dan sebagai tempat mengasuh dan membesarkan (nursery ground), tempat

bertelur dan memijah (spawning ground) dan tempat berlindung yang aman bagi

berbagai juvenil dan larva ikan serta kerang (shellfish) dari predator. (Cooper,

Harrison dan Ramm. 1995)

Jaringan sistem akar mangrove memberikan banyak nutrien bagi larva dan

juvenil ikan tersebut. Sistem perakaran mangrove juga menghidupkan komunitas

invertebrata laut dan algae.

Beberapa hewan tinggal di atas pohon sebagian lain di antara akar dan

lumpur sekitarnya. Walaupun banyak hewan yang tinggal sepanjang tahun,

habitat mangrove penting pula untuk pengunjung yang hanya sementara waktu

saja, seperti burung yang menggunakan dahan mangrove untuk bertengger atau

membuat sarangnya tetapi mencari makan di bagian daratan yang lebih ke dalam,

jauh dari daerah habitat mangrove. Kelompok hewan arboreal yang hidup di atas

daratan seperti serangga, ular pohon, primata dan burung yang tidak sepanjang

hidupnya berada di habitat mangrove, tidak perlu beradaptasi dengan kondisi

pasang surut. (Nybakken, 1993)

11 | P a g e

Gambar 3. Diagram ilustrasi penyebaran fauna di habitat ekosistem mangrove.

Page 12: Makalah Ekoper Sp

Ekosistem mangrove adalah suatu sistem di alam tempat berlangsungnya

kehidupan yang mencerminkan hubungan timbal balik antara makhluk hidup

dengan lingkungannya dan diantara makhluk hidup itu sendiri, terdapat pada

wilayah pesisir, terpengaruh pasang surut air laut, dan didominasi oleh spesies

pohon atau semak yangkhas dan mampu tumbuh dalam perairan asin/payau

(Santoso, 2000).

Dalam suatu paparan mangrove di suatu daerah tidak harus terdapat semua

jenis spesies mangrove (Hutching and Saenger,1987 dalam Idawaty, 1999).

Formasi hutan mangrove dipengaruhi oleh beberapa faktorseperti kekeringan,

energi gelombang, kondisi pasang surut, sedimentasi, mineralogi, efek

neotektonik (Jenning and Bird, 1967 dalam Idawaty, 1999). Sedangkan IUCN

(1993), menyebutkan bahwa komposisi spesies dan karakteristik hutan mangrove

tergantung pada faktor-faktor cuaca, bentuk lahan pesisir, jarak antar pasang

surut air laut, ketersediaanair tawar, dan tipe tanah.

Ekosistem hutan mangrove menggambarkan adanya hubungan yang erat

antara sekumpulan vegetasi dengan geomorfologi, yang ditetapkan sebagai

habitat (Sukardjo 1996). Fenomena yang muncul di kawasan pantai adalah

terjadinya proses pengendapan sedimen dan kolonisasi oleh tumbuhan mangrove

dari jenis Rhizophora stylosa yang dikenal sebagai jenis pioner, sehingga

memungkinkan bertambahnya luas areal hutan mangrove. Kondisi sebaliknya

juga dapat terjadi apabila kawasan pantai tersebut tidak terlindung, hal ini

disebabkan oleh adanya proses erosi pantai sebagai akibat gelombang laut.

Terkait dengan fenomena tersebut, Percival & Womersley (1975)

mengungkapkan bahwa ekosistem hutan mangrove merupakan refleksi dinamik

antaravariasi iklim dari proses-proses yang terjadi di kawasan pesisir dan

kombinasi interaksi biologis, antara lain seperti flora, fauna dan elemen fisiknya

termasuk intervensi aktivitas manusia.

Ekosistem mangrove merupakan ekosistem peralihan antara darat dan laut

yang dikenal memiliki peran dan fungsi sangat besar. Secara ekologis mangrove

memiliki fungsi yang sangat penting dalam memainkan peranan sebagai mata

rantai makanan di suatu perairan, yang dapat menumpang kehidupan berbagai

jenis ikan, udang dan moluska. Perlu diketahui bahwa hutan mangrove tidak

hanya melengkapi pangan bagi biota aquatik saja, akan tetapi juga dapat

menciptakan suasana iklim yang kondusif bagi kehidupan biota aquatik, serta

12 | P a g e

Page 13: Makalah Ekoper Sp

memiliki kontribusi terhadap keseimbangan siklus biologi di suatu perairan.

Kekhasan tipe perakaran beberapa jenis tumbuhan mangrove seperti Rhizophora

sp., Avicennia sp. dan Sonneratia sp. dan kondisi lantai hutan, kubangan serta

alur-alur yang saling berhubungan merupakan perlidungan bagi larva berbagai

biota laut. Kondisi seperti ini juga sangat penting dalam menyediakan tempat

untuk bertelur, pemijahan dan pembesarkan serta tempat mencari makan

berbagai macam ikan dan udang kecil, karena suplai makanannya tersedia dan

terlindung dari ikan pemangsa. Ekosistem mangrove juga berperan sebagai

habitat bagi jenis-jenis ikan, kepiting dan kerang-kerangan yang mempunyai nilai

ekonomi tinggi.

2.5. Adaptasi Mangrove

Tumbuhan mangrove mempunyai daya adaptasi yang khas terhadap

lingkungan. Bengen (2001), menguraikan adaptasi tersebut dalam bentuk :

1. Adaptasi terhadap kadar kadar oksigen rendah, menyebabkan mangrove

memiliki bentuk perakaran yang khas :

(1) bertipe cakar ayam yang mempunyai pneumatofora (misalnya :

Avecennia spp., Xylocarpus., dan Sonneratia spp.) untuk mengambil

oksigen dari udara; dan

(2) bertipe penyangga/tongkat yang mempunyai lentisel (misalnya

Rhyzophora spp.).

2. Adaptasi terhadap kadar garam yang tinggi :

(1) Memiliki sel-sel khusus dalam daun yang berfungsi untuk menyimpan

garam.

(2) Berdaun kuat dan tebal yang banyak mengandung air untuk mengatur

keseimbangan garam.

(3) Daunnya memiliki struktur stomata khusus untuk mengurangi

penguapan.

3. Adaptasi terhadap tanah yang kurang strabil dan adanya pasang surut,

dengan cara mengembangkan struktur akar yang sangat ekstensif dan

membentuk jaringan horisontal yang lebar. Di samping untuk

memperkokoh pohon, akar tersebut juga berfungsi untuk mengambil unsur

hara dan menahan sedimen.

13 | P a g e

Page 14: Makalah Ekoper Sp

2.6. Peranan Mangrove

Dilihat dari aspek fisik, hutan mangrove mempunyai peranan sebagai

pelindung kawasan pesisir dari hempasan angin, arus dan ombak dari laut, serta

berperan juga sebagai benteng dari pengaruh banjir dari daratan. Tipe perakaran

beberapa jenis tumbuhan mangrove (pneumatophore) tersebut juga mampu

mengendapkan lumpur, sehingga memung-kinkan terjadinya perluasan areal

hutan mangrove. Disamping itu, perakaran jenis tumbuhan mangrove juga

mampu berperan sebagai perangkap sedimen dan sekaligus mengendapkan

sedimen, yang berarti pula dapat melindungi ekosistem padang lamun dan

terumbu karang dari bahaya pelumpuran. Terciptanya keutuhan dan kelestarian

ketiga ekosistem dari bahaya kerusakan tersebut, dapat menciptakan suatu

ekosistem yang sangat luas dan komplek serta dapat memelihara kesuburan,

sehingga pada akhirnya dapat menciptakan dan memberikan kesuburan bagi

perairan kawasan pantai dan sekitarnya.

Menurut kamus Webster, habitat didefinisikan sebagai "the natural abode of a

plant or animal, esp. the particular location where it normally grows or lives, as the

seacoast, desert, etc". terjemahan bebasnya kira-kira adalah, tempat bermukim di

alam bagi tumbuhan dan hewan terutama untuk bisa hidup dan tumbuh secara

biasa dan normal, seperti pantai laut, padang pasir dan sebagainya. Salah satu

tempat tinggal komunitas hewan dan tanaman adalah daerah pantai sebagai

habitat mangrove. Di habitat ini bermukim pula hewan dan tanaman lain. Tidak

semua habitat sama kondisinya, tergantung pada keaneka ragaman species dan

daya dukung lingkungan hidupnya.

Telah banyak diketahui bahwa pulau, sebagai salah satu habitat komunitas

mangrove, bersifat dinamis, artinya dapat berkembang meluas ataupun berubah

mengecil bersamaan dengan berjalannya waktu. Bentuk dan luas pulau dapat

berubah karena aktivitas proses vulkanik atau karena pergeseran lapisan dasar

laut. Tetapi sedikit orang yang mengetahui bahwa mangrove berperan besar

dalam dinamika perubahan pulau, bahkan cukup mengagetkan bila ada yang

menyatakan bahwa mangrove itu dapat membentuk suatu pulau. Dikatakan

bahwa mangrove berperan penting dalam ‘membentuk pulau’.

Beberapa berpendapat bahwa sebenarnya mangrove hanya berperan dalam

menangkap, menyimpan, mempertahankan dan mengumpulkan benda dan

14 | P a g e

Page 15: Makalah Ekoper Sp

partikel endapan dengan struktur akarnya yang lebat, sehingga lebih suka

menyebutkan peran mangrove sebagai “shoreline stabilizer” daripada sebagai

“island initiator” atau sebagai pembentuk pulau. Dalam proses ini yang terjadi

adalah tanah di sekitar pohon mangrove tersebut menjadi lebih stabil dengan

adanya mangrove tersebut.

Peran mangrove sebagai barisan penjaga adalah melindungi zona perbatasan

darat laut di sepanjang garis pantai dan menunjang kehidupan organisme lainnya

di daerah yang dilindunginya tersebut. Hampir semua pulau di daerah tropis

memiliki pohon mangrove.

Bila buah mangrove jatuh dari pohonnya kemudian terbawa air sampai

menemukan tanah di lokasi lain tempat menetap buah tersebut akan tumbuh

menjadi pohon baru. Di tempat ini, pohon mangrove akan tumbuh dan

mengembangkan sistem perakarannya yang rapat dan kompleks. Di tempat

tersebut bahan organik dan partikel endapan yang terbawa air akan terperangkap

menyangkut pada akar mangrove. Proses ini akan berlangsung dari waktu ke

waktu dan terjadi proses penstabilan tanah dan lumpur atau barisan pasir (sand

bar). Melalui perjalanan waktu, semakin lama akan semakin bertambah jumlah

pohon mangrove yang datang dan tumbuh di lokasi tanah ini, menguasai dan

mempertahankan daerah habitat baru ini dari hempasan ombak laut yang akan

meyapu lumpur dan pasir. Bila proses ini berjalan terus, hasil akhirnya adalah

terbentuknya suatu pulau kecil yang mungkin akan terus berkembang dengan

pertumbuhan berbagai jenis mangrove serta organisme lain dalam suatu

ekosistem mangrove.

Dalam proses demikian inilah mangrove dikatakan sebagai bisa membentuk

pulau. Sebagai barisan pertahanan pantai, mangrove menjadi bagian terbesar

perisai terhadap hantaman gelombang laut di zona terluar daratan pulau. Hutan

mangrove juga melindungi bagian dalam pulau secara efektif dari pengaruh

gelombang dan badai yang terjadi. Mangrove merupakan pelindung dan sekaligus

sumber nutrient bagi organisme yang hidup di tengahnya.

Daun mangrove yang jatuh akan terurai oleh bakteri tanah menghasilkan

makanan bagi plankton dan merupakan nutrien bagi pertumbuhan algae laut.

Plankton dan algae yang berkembang akan menjadi makanan bagi berbagai jenis

organisme darat dan air di habitat yang bersangkutan. Demikianlah suatu

15 | P a g e

Page 16: Makalah Ekoper Sp

ekosistem mangrove dapat terbentuk dan berkembang dari pertumbuhan biji

mangrove.

Pada saat terjadi badai, mangrove memberikan perlindungan bagi pantai dan

perahu yang bertambat. Sistem perakarannya yang kompleks, tangguh terhadap

gelombang dan angin serta mencegah erosi pantai. Pada saat cuaca tenang akar

mangrove mengumpulkan bahan yang terbawa air dan partikel endapan,

memperlambat aliran arus air. Apabila mangrove ditebang atau diambil dari

habitatnya di pantai maka akan dapat mengakibatkan hilangnya perlindungan

terhadap erosi pantai oleh gelombang laut, dan menebarkan partikel endapan

sehingga air laut menjadi keruh yang kemudian menyebabkan kematian pada

ikan dan hewan sekitarnya karena kekurangan oksigen. Proses ini menyebabkan

pula melambatnya pertumbuhan padang lamun (seagrass).

2.7. Zonasi Hutan Mangrove

Menurut Bengen (2001), penyebaran dan zonasi hutan mangrove tergantung

oleh berbagai faktor lingkungan. Berikut salah satu tipe zonasi hutan mangrore di

Indonesia :

1. Daerah yang paling dekat dengan laut, dengan substrat agak berpasir, sering

ditumbuhi oleh Avicennia spp. Pada zona ini biasa berasosiasi Sonneratia

spp. yang dominan tumbuh pada lumpur dalam yang kaya bahan organik.

2. Lebih ke arah darat, hutan mangrove umumnya didominasi oleh Rhizophora

spp. Di zona ini juga dijumpai Bruguiera spp. dan Xylocarpus spp.

3. Zona berikutnya didominasi oleh Bruguiera spp.

4. Zona transisi antara hutan mangrove dengan hutan dataran rendah biasa

ditumbuhi oleh Nypa fruticans, dan beberapa spesies palem lainnya.

16 | P a g e

Page 17: Makalah Ekoper Sp

Umumnya di perbatasan daerah laut didominasi jenis mangrove pionir

Avicennia spp. dan Sonneratia spp. Di pinggiran atau bantaran muara sungai,

Rhizophora spp. yang menempati. Di belakang zona ini merupakan zona

campuran jenis mangrove seperti Rhizophora spp., Sonneratia spp., Bruguiera

spp., dan jenis pohon yang berasosiasi dengan mangrove seperti tingi (Ceriops

sp,) dan panggang (Excoecaria sp.). Di sepanjang sungai di bagian muara

biasanya dijumpai pohon nipah (Nypa fruticans).

2.8. Manfaat Ekosistem Hutan Mangrove

Sebagaiman telah dijelaskan pada bagian pendahuluan, ekosistem hutan

mangrove bermanfaat secara ekologis dan ekonomis. Fungsi ekologis dan

ekonomis hutan mangrove adalah (Santoso dan H.W. Arifin, 1998) :

1. Fungsi ekologis :

- Pelindung garis pantai dari abrasi,

- Mempercepat perluasan pantai melalui pengendapan,

- Mencegah intrusi air laut ke daratan,

- Tempat berpijah aneka biota laut,

- Tempat berlindung dan berkembangbiak berbagai jenis burung, mamalia,

reptil, dan serangga,

- Sebagai pengatur iklim mikro.

17 | P a g e

Gambar 4. Zonasi penyebaran jenis pohon mangrove.

Page 18: Makalah Ekoper Sp

2. Fungsi ekonomis :

- Penghasil keperluan rumah tangga (kayu bakar, arang, bahan bangunan,

bahan makanan, obat-obatan),

- Penghasil keperluan industri (bahan baku kertas, tekstil, kosmetik,

penyamak kulit, pewarna),

- Penghasil bibit ikan, nener udang, kepiting, kerang, madu, dan telur

burung, pariwisata, penelitian, dan pendidikan.

Beberapa manfaat hutan mangrove dapat dikelompokan sebagai berikut:

1. Manfaat / Fungsi Fisik :

- Menjaga agar garis pantai tetap stabil

- Melindungi pantai dan sungai dari bahaya erosi dan abrasi.

- Menahan badai/angin kencang dari laut

- Menahan hasil proses penimbunan lumpur, sehingga memungkinkan

terbentuknya lahan baru.

- Menjadi wilayah penyangga, serta berfungsi menyaring air laut menjadi air

daratan yang tawar

- Mengolah limbah beracun, penghasil O2dan penyerap CO2.

2. Manfaat / Fungsi Biologik :

- Menghasilkan bahan pelapukan yang menjadi sumber makanan penting

bagi plankton, sehingga penting pula bagi keberlanjutan rantai makanan.

- Tempat memijah dan berkembang biaknya ikan-ikan, kerang, kepiting dan

udang.

- Tempat berlindung, bersarang dan berkembang.biak dari burung dan satwa

lain.

- Sumber plasma nutfah & sumber genetik.

- Merupakan habitat alami bagi berbagai jenis biota.

3. Manfaat / Fungsi Ekonomik :

- Penghasil kayu : bakar, arang, bahan bangunan.

- Penghasil bahan baku industri : pulp, tanin, kertas, tekstil, makanan, obat-

obatan, kosmetik, dll

- Penghasil bibit ikan, nener, kerang, kepiting, bandeng melalui pola tambak

silvofishery

- Tempat wisata, penelitian & pendidikan.

18 | P a g e

Page 19: Makalah Ekoper Sp

Ekosistem hutan mangrove memberikan banyak manfaat baik secara tidak

langsung (non economic value) maupun secara langsung kepada kehidupan

manusia (economic vallues).

2.9. Fauna di Habitat Mangrove

Komunitas hutan mangrove membentuk percampuran antara 2 (dua)

kelompok.

1. Kelompok fauna daratan membentuk/terestrial yang umumnya menempati

bagian atas pohon mangrove, terdiri atas : insekta, ular, primata dan burung.

Kelompok ini sifat adaptasi khusus untuk hidup didalam hutan mangrove,

karena mereka melewatkan sebagian besar hidupnya diluar jangkauan air laut

pada bagian pohon yang tinggi meskipun mereka dapat mengumpulkan

makanannya berupa hewan laut pada saat air surut.

2. Kelompok fauna perairan / akuatik, terdiri atas dua tipe yaitu :

a. Yang hidup dikolam air, terutama berbagai jenis ikan dan udang.

b. Yang menempati substrat baik keras (akar dan batang mangrove)

maupun lunak (lumpur) terutama kepiting, kerang dan berbagai jenis

invertebrata lainnya.

Habitat mangrove adalah sumber produktivitas yang bisa dimanfaatkan baik

dalam hal produktivitas perikanan dan kehutanan ataupun secara umum

merupakan sumber alam yang kaya sebagai ekosistem tempat bermukimnya

berbagai flora dan fauna.

Mulai dari perkembangan mikro organisme seperti bakteri dan jamur yang

memproduksi detritus yang dapat dimakan larva ikan dan hewan-hewan laut kecil

lainnya. Pada gilirannya akan menjadi makanan hewan yang lebih besar dan

akhirnya menjadi mangsa predator besar termasuk pemanfaatan oleh manusia.

Misalnya kepiting, ikan blodok, larva udang dan lobster memakan plankton dan

detritus di habitat ini. Kepiting diambil dan dimanfaatkan manusia sebagai

makanan.

19 | P a g e

Page 20: Makalah Ekoper Sp

Berbagai hewan seperti, reptil, hewan ampibi, mamalia, datang dan hidup

walaupun tidak seluruh waktu hidupnya dihabiskan di habitat mangrove.

Berbagai jenis ikan, ular, serangga dan lain-lain seperti burung dan jenis hewan

mamalia dapat bermukim di sini. Sebagai sifat alam yang beraneka ragam maka

berbeda tempat atau lokasi habitat mangrovenya maka akan berbeda pula jenis

dan keragaman flora maupun fauna yang hidup di lokasi tersebut.

Beberapa jenis hewan yang bisa dijumpai di habitat mangrove antara lain

adalah; dari jenis serangga misalnya semut (Oecophylla sp.), ngengat (Attacus

sp.), kutu (Dysdercus sp.); jenis krustasea seperti lobster lumpur (Thalassina

sp.), jenis laba-laba (Argipe spp., Nephila spp., Cryptophora spp.); jenis ikan

seperti ikan blodok (Periopthalmodon sp.), ikan sumpit (Toxotes sp.); jenis reptil

seperti kadal (Varanus sp.), ular pohon (Chrysopelea sp.), ular air (Cerberus sp.);

jenis mamalia seperti berang-berang (Lutrogale sp,) dan tupai (Callosciurus sp.),

golongan primata (Nasalis larvatus) dan masih banyak lagi seperti nyamuk, ulat,

lebah madu, kelelawar dan lain-lain.

20 | P a g e

Gambar 5. Kepiting manrove.

Gambar 6. Kadal (Varanus sp.).

Page 21: Makalah Ekoper Sp

Hutan mangrove juga merupakan habitat bagi beberapa satwa liar yang

diantaranya terancam punah, seperti harimau sumatera (Panthera tigris

sumatranensis), bekantan (Nasalis larvatus), wilwo (Mycteria cinerea), bubut

hitam (Centropus nigrorufus), dan bangau tongtong (Leptoptilus javanicus), dan

tempat persinggahan bagi burung-burung migran.

Di Kalimantan bermukim bekantan (Proboscis Monkey) atau Nasalis larvatus

sejenis primata langka yang dilindungi. Bekantan ini bermukim di daerah pantai.

Di negara bagian Serawak (Malaysia) terdapat Silver-leaf Monkey yang suka

berkelompok sambil makan daun-daun mangrove.

21 | P a g e

Gambar 7. Ular pohon (Chrysopelea sp.)

Gambar 8. Pteropus vampirus

Gambar 9. Harimau sumatera (Panthera tigris sumatranensis)

Gambar 10. Insecta pada Daerah Mangrove

Page 22: Makalah Ekoper Sp

Ada pula Long-Tailed Mongkey, salah satu jenis kera yang menyukai dan

mencari kepiting untuk makanannya. Di Taman Nasional tersebut tercatat lebih

dari 150 spesies burung bermukim dan berkunjung ke habitat mangrove. Berang-

berang bisa dijumpai di hutan mangrove sebagai hewan pemangsa ikan,

kepiting, siput dan kodok yang juga ada di habitat mangrove. Kadal pun dapat

ditemukan di hutan mangrove, menyukai ikan-ikan kecil sebagai makanannya.

Penyebaran fauna penghuni hutan mangrove mem-perlihatkan dua cara, yaitu

penyebaran secara vertical dan secara horisontal. Penyebaran secara vertikal

umumnya dilakukan oleh jenis fauna yang hidupnya menempel atau melekat

pada, akar, cabang maupun batang pohon mangrove, misalnya jenis Liftorina

scabra, Nerita albicilla, Menetaria annulus dan Melongena galeodes (Budiman &

Darnaedi 1984; Soemodihardjo 1977).

Sedangkan penyebaran secara horisontal biasanya ditemukan pada jenis

fauna yang hidup pada substrat, baik itu yang tergolong infauna, yaitu fauna

yang hidup dalam lubang atau dalam substrat, maupun yang tergolong epifauna,

22 | P a g e

Gambar 11. Nasalis larvatus

Gambar 12. Lutrogale perspicillata

Gambar 13. Berbagai Spesies Burung yang Berada Pada Habitat Mangrove

Gambar 14. Dendrocygna javanica.

Page 23: Makalah Ekoper Sp

yaitu fauna yang hidup bebas di atas substrat. Distribusi fauna secara horisontal

pada areal hutan mangrove yang sangat luas, biasanya memperlihatkan pola

permintakatan jenis fauna yang dominan dan sejajar dengan garis pantai.

Permintakatan yang terjadi di daerah ini sangat erat kaitannya dengan

perubahan sifat ekologi yang sangat ekstrim yang terjadi dari laut ke darat.

Kartawinata & Soemodihardjo (1977) menyatakan bahwa, permintakatan fauna

hanya terlihat pada hutan mangrove sangat iuas, tetapi tidak terlihat pada hutan

mangrove yang ketebalannya sangat rendah.

Dari fauna Gastropoda penghuni mangrove yang memilikipenyebaran yang

sangat luas adalah Littorina scabra, Terebraliapalustris, T. sulcata dan Cerithium

patalum. Sedangkan jenis yang memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap

lingkungan yang sangat ekstrim adalah Littorinascabra, Crassostrea cacullata

dan Enigmonia aenigmatica (Budiman & Darnaedi1984). Selanjutnya

disebutkanpula bahwa dari sebanyak Gastropoda penghuni hutan mangrove

tersebutbeberapa diantaranya dapat dimanfaatkan untuk dikonsumsimasyarakat

sekitar mangrove, antara lain adalahjenis Terebralia palustris dan Telescopium

telescopium. Sedangkan kelas Bivalvia yang dikonsumsi masyarakat adalah

jenis Polymesodacoaxans, Anadaraantiquata dan Ostreacucullata. Kelas

Crustacea yang ditemukanpada ekosistem hutan mangrove adalah sebanyak 54

jenis, dan umumnya didominasi oleh jenis kepiting (Brachyura) yang dapat

dikategorikan sebagai golongan infauna, sedangkan beberapa jenis udang

(Macrura) yang ditemukan pada ekosistem mangrove sebagian besar hanya

sebagai penghuni sementara. Dari beberapa penelitianyangdilakukan diberbagai

tempat menunjukkanbahwa family Grapsidae merupakan penyusun utama fauna

Crustacea hutanmangrove (Soemodihardjo,1977, Budiman Dkk. 1977). Jenis

Thalassinaanomala merupakan jenis udang lumpur sebagai penghuni setia hutan

mangrove, karena udang ini hidup dengan cara membuat lubang dan

mencarimakan hanya disekitar sarang tersebut. Sedangkan pada hutan

mangrove bersubstrat lumpur agak pejal, umumnya didominasi Uca dusumeri.

Jenis lain yang muncul pada substrat tersebut adalah Ucalactea, U. vocans,

U.signatus dan U.conso-brinus. Diantara kepiting mangrove yang mempunyai

nilai ekonomis dan dikonsumsi masyarakat adalah Scyllaserrata, S. olivacea,

Portunus pelagicus, Epixanthus dentatus dan Labnanium politum.

23 | P a g e

Page 24: Makalah Ekoper Sp

3. PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Ekosistem mangrove merupakan salah satuekosistem pesisir yang unik dan

khas yang bernilai ekologis dan ekonomis.

Mengingat aktivitas manusia dalam pemanfaatan hutan mangrove, maka

diperlukan pengelolaan mangrove yang meliputi aspek perlindungan dan

konservasi.

Dalam rangka pengelolaan, dikembangkan suatu pola pengawasan

pengelolaan mangrove yang melibatkan semua unsur masyarakat yang

terlibat.

Habitat mangrove seringkali ditemukan di tempat pertemuan antara muara

sungai dan air laut yang kemudian menjadi pelindung daratan dari gelombang

laut yang besar.

Sungai mengalirkan air tawar untuk mangrove dan pada saat pasang, pohon

mangrove dikelilingi oleh air garam atau air payau.

Hutan mangrove ditemukan di sepanjang pantai daerah tropis dan subtropis,

antara 32° Lintang Utara dan 38° Lintang Selatan. Hidup pada temperatur dari

19° sampai 40° C. dengan toleransi fluktuasi tidak lebih dari 10° C.

Jenis mangrove yang banyak ditemukan adalah jenis api-api (Avicennia sp.),

bakau (Rhizophora sp.), tancang (Bruguiera sp.), dan bogem atau pedada

(Sonneratia sp.).

Beberapa jenis hewan yang bisa dijumpai di habitat mangrove antara lain

adalah; dari jenis serangga misalnya semut (Oecophylla sp.), ngengat

(Attacus.sp.), kutu (Dysdercus sp.); jenis krustasea seperti lobster lumpur

(Thalassina sp.), jenis laba-laba (Argipe spp., Nephila spp., Cryptophora spp.);

jenis ikan seperti ikan blodok (Periopthalmodon sp.), ikan sumpit (Toxotes

sp.); jenis reptil seperti kadal (Varanus sp.), ular pohon (Chrysopelea sp.), ular

air (Cerberus sp.); jenis mamalia seperti berang-berang (Lutrogale sp,) dan

tupai lagi seperti nyamuk, ulat, lebah madu, kelelawar dan lain-lain.

Ekosistem hutan mangrove memberikan banyak manfaat baik secara tidak

langsung (non economic value) maupun secara langsung kepada kehidupan

manusia (economic vallues).

24 | P a g e

Page 25: Makalah Ekoper Sp

3.2. Saran

Diharapkan adanya tindakan pemberdayaan, pengelolaan dan pemantauan

hutam mangrove dan ekosistemya agar keseimbangan ekologi didalamnya tidak

terganggu, serta keragaman organism didalamnya tetap melimpah dan tidak

terjadi kepunahan.

25 | P a g e

Page 26: Makalah Ekoper Sp

DAFTAR PUSTAKA

AL HAKIM, I., A. L. DEVI dan SISWANTO 1982. Studi pendahuluan susunan jenis moluska dan krustasea di Tanjung Karawang, Jawa Barat Pros. Sem. II Ekos. Hut. Mangrove. MAB-LIPI: 224-231.

BENGEN, D.G. 2000. Sinopsis Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan – Institut Pertanian Bogor. Bogor, Indonesia.

BENGEN, D.G. 2001. Pedoman Teknis Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan – Institut Pertanian Bogor. Bogor, Indonesia.

BUDIMAN, A., M. DJAJASASMITA dan F. SABAR 1977. Penyebaran keong dan kepeting hutan bakau Wai Sekampung, Lampung. Ber. Biol. 2:1-24.

BUDIMAN, A. dan D. DARNAEDI 1984. Struktur komunitas moluska di hutan mangrove Morowali, Sulawesi Tengah. Pros. Sem. II Ekos. Mangrove. MAB-LIPI: 175-182.

CHAPMAN, V. J. 1976. Mangrove vegetation. J. Cramer, Inder A. R. Gantner Verlag Kommanditgesellschaft, FL-9490 VADUZ, p. 447.

DAHURI, M., J.RAIS., S.P. GINTING., DAN M.J. SITEPU. 1996. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir Secara Terpadu. PT. Pradnya Paramita. Jakarta, Indonesia.

DARSIDI, A. 1984. Pengelolaan hutan man-grove di Indonesia. Pros. Sem. II Ekos. Hut. Mangrove. MAB-LIPI: 19-28.

D JAMA LI, A. 1990 . Telah eko logi kelimpahan juwana udang jerbung (Paneus merguensisi de Man) di perairan sekitar mangrove Sungai Donan, Jawa Tengah. Pros. Sem. IV Ekos. Mangrove. MAB-LIPI: 174-182.

FELLER, I, C AND M. SITNIK. 1996. Mangrove Ecology: A Manual for a Field Course A Field Manual Focused on the Biocomplexity on Mangrove Ecosystems. Smithsonian Institution. Washington. DC.

GIESEN, W. 1993. Indonesian Mangrove: An update on remaining area and main management issues. Presented at International Seminar on "Coastal Zone Management of Small Island Ecosystems ". Ambon 7-10 April 1993.

HOGARTH, P.J. 1999. The Biology of Mangroves. Published in The United States. Oxford University. New York.

IDAWATY. 1999. Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Lansekap Hutan Mangrove Di Muara Sungai Cisadane, Kecamatan Teluk Naga, Jawa Barat. Tesis Magister. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor, Indonesia.

IUCN - THE WORD CONSERVATION UNION. 1993. Oil and Gas Exploration and Production in Mangrove Areas. IUCN. Gland, Switzerland.

26 | P a g e

Page 27: Makalah Ekoper Sp

KASWADJI, R. 2001. Keterkaitan Ekosistem Di Dalam Wilayah Pesisir. Sebagian bahan kuliah SPL.727 (Analisis Ekosistem Pesisir dan Laut). Fakultas Perikanan dan Kelautan IPB. Bogor, Indonesia.

KARTAWINATA, K. and E. B. WALUYO 1977. A preliminary study of the mangrove forest on Pulau Rambut, Jakarta Bay. Mar. Res. Indon. 18:119-129.

KARTAWINATA, K., S. ADISOEMARTO, S. SOEMODIHARDJO dan I. G. M. TANTRA 1979. Status pengetahuan hutan bakau di Indonesia Pros. Sem. Ekos. Hutan Mangrove: 21-39.MacNAE, W. 1968. A general account of the fauna and flora of mangrove swamps and forests in the Indo-West Pacific Region. Adv. Mar. Biol. 6: 73-270.

KHAZALI, M. 1999. Panduan Teknis Penanaman Mangrove Bersama Masyarakat. Wetland International – Indonesia Programme. Bogor, Indonesia.

LAWRENCE, D. 1998. Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Alih bahasa oleh T. Mack dan S. Anggraeni.The Great Barrier Reef Marine Park Authority. Townsville, Australia.

MARTOSUBROTO, P. and N. NAAKIIN 1977. Relationship between tidal forest (mangroves) and commercial shrimp production in Indonesia. Mar. Res. Indonesia. 18:81-86.

MUSTAFA, M. NURKIM, H. SOEGONDO, N. SUTIKNO dan H. SANUSI 1979. Penelitian komunitas lingkungan dan regenerasi serta pengembangan hutan mangrove di Sulawesi Selatan. Univer-sitas Hasanudin, Ujung Pandang. (Tidak dipublikasi).

NOOR, Y. R., M. KHAZALI dan I. N. N. SIJRYADIPURA 1999. Panduan pengenalan mangrove di Indonesia.PKA/WI-IP, Bogor: 220 hall.

NYBAKKER, J.W. 1982. Marine Biology: An Ecological Approach. Terjemahan Dr. M. Eidman. Gramedia Jakarta.

NYBAKKEN, J.W. 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Alih bahasa oleh M. Eidman., Koesoebiono., D.G. Bengen., M. Hutomo., S. Sukardjo. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta, Indonesia.

ODUM, W.E. AND C.C. MCIVOR. 1990. Mangroves. Pp. 517-548. In Ecosystems of Florida, R. L. Myers and J. J. Ewel (eds.). University of Central Florida Press.

ODUM, W. E., C. C. MCLVOR, AND T. J. SMITH III. 1982. The ecology of the mangroves of south Florida: A community profile. U. S. Fish & Wildlife Service, Office of Biological Services. Washington, D. C.

PERCIVAL, M. and J. S. WOMERSLEY 1975. Floristics and ecology of the mangrove vegetation of Papua New &uinea. Bot. Bull. No. 8:1-96.

SABAR, F. M. DJAJASASMITA dan A BUDIMAN 1979. Susunan dan penyebaran moluska dan krustasea pada beberapa hutan rawa. Pros. Sem. Ekos. Hutan Mangrove, MAB-LIPI: 120-125.

27 | P a g e

Page 28: Makalah Ekoper Sp

SANTOSO, N., H.W. ARIFIN. 1998. Rehabilitas Hutan Mangrove Pada Jalur Hijau Di Indonesia. Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Mangrove (LPP Mangrove). Jakarta, Indonesia.

SANTOSO, N. 2000. Pola Pengawasan Ekosistem Mangrove. Makalah disampaikan pada Lokakarya Nasional Pengembangan Sistem Pengawasan Ekosistem Laut Tahun 2000. Jakarta, Indonesia.

SUPRIHARYONO. 2000. Pelestarian dan Pengelolaan Sumber Daya Alam di Wilayah Pesisir Tropis. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta, Indonesia.

WIDIGDO, B. 2000. Diperlukan Pembakuan Kriteria Eko-Biologis Untuk Menentukan “Potensi Alami” Kawasan Pesisir Untuk Budidaya Udang. Dalam : Prosiding Pelatihan Untuk Pelatih Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan – Institut Pertanian Bogor dan Proyek Pesisir dan Coastal Resources Center – Universityof Rhode Island. Bogor, Indonesia.

YAHYA, R.P. 1999. Zonasi Pengembangan Ekoturisme Kawasan Mangrove Yang Berkelanjutan Di Laguna Segara AnakanKabupaten Cilacap Propinsi JawATengan. Tesis Magister. Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan - Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor, Indonesia.

28 | P a g e