Makalah. Dk3 Pengantar Faal Kerja

86
MAKALAH DASAR – DASAR KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA PENGANTAR FAAL KERJA DAN ERGONOMI Oleh : KELOMPOK 11 Andry Caniago I1A111218 Ahmad Tarmizi I1A111056 Aprizal Satria Hanafi I1A111033 Aulia Aina Rahman I1A111019 Eliya Damayanti I1A111203 Martina Saita E.W. I1A107231 Sariyati I1A111049 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT 1

description

dasar keselamatan dan kesehatan kerja, memuat mengenai faal kerja, posisi/antropometri tubuh.

Transcript of Makalah. Dk3 Pengantar Faal Kerja

Page 1: Makalah. Dk3 Pengantar Faal Kerja

MAKALAH

DASAR – DASAR KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

PENGANTAR FAAL KERJA DAN ERGONOMI

Oleh :

KELOMPOK 11

Andry Caniago I1A111218

Ahmad Tarmizi I1A111056

Aprizal Satria Hanafi I1A111033

Aulia Aina Rahman I1A111019

Eliya Damayanti I1A111203

Martina Saita E.W. I1A107231

Sariyati I1A111049

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARBARU

2012

1

Page 2: Makalah. Dk3 Pengantar Faal Kerja

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas segala

rahmat, berkah, dan ridho-Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah yang

berjudul “Pengantar Faal Kerja dan Ergonomi”.

Makalah ini disusun guna menyelesaikan tugas dan memberikan informasi

tambahan kepada para pembaca agar dapat lebih memahami Pengantar Faal

Kerja dan Ergonomi. Dalam penyusunan makalah ini, kami banyak

mendapatkan bimbingan, arahan, dan bantuan dari berbagai pihak. Kami juga

mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang sumbernya berupa artikel,

tulisan, dan buku yang telah kami jadikan referensi guna penyusunan makalah ini.

Kami berharap, semoga informasi yang ada dalam makalah ini dapat

berguna bagi kami khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya. Kami

menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Kami mohon maaf jika

banyak kekurangan dan kesalahan. Kami sangat menerima kritik dan saran yang

membantu penyempurnaan makalah ini.

Banjarbaru, Maret 2012

TIM PENYUSUN

2

Page 3: Makalah. Dk3 Pengantar Faal Kerja

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL............................................................................ . i

KATA PENGANTAR.......................................................................... . ii

DAFTAR ISI.......................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR............................................................................ . iv

BAB I Pengantar Faal dan Ergonomi Kerja

A. Sejarah Ergonomi dan Perkembangannya...................... 1

B. Pengertian Faal Kerja................................................... . 1

C. Pengertian Ergonomi Kerja........................................ . 3

D. Program Faal dan Ergonomi Kerja.............................. . 4

E. Pilar Ergonomi........................................................ . 10

BAB II Ruang Lingkup Ergonomi

A. Ruang Lingkup......................................................... . 33

B. Pelatihan Ergonomi........................................................ 35

C. Metode Ergonomi..................................................... . 36

D. Aplikasi/penerapan Ergonomik.................................. . 36

BAB III Masalah Ergonomi Kerja

A. Sakit dan Cacat Akibat Cara Kerja yang Tidak

Ergonomis...................................................................... 39

B. Penyebab................................................................. . 40

C. Masalah ergonomi pada proses industri...................... . 41

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

3

Page 4: Makalah. Dk3 Pengantar Faal Kerja

DAFTAR GAMBAR

4

Page 5: Makalah. Dk3 Pengantar Faal Kerja

5

Page 6: Makalah. Dk3 Pengantar Faal Kerja

6

Page 7: Makalah. Dk3 Pengantar Faal Kerja

7

Page 8: Makalah. Dk3 Pengantar Faal Kerja

BAB I

PENGANTAR FAAL DAN ERGONOMI KERJA

F. Sejarah Ergonomi dan Perkembangannya

Perubahan waktu secara perlahan-lahan telah merubah manusia dari

keadaan primitif menjadi manusia yang berbudaya. Kejadian antara lain

terlihat pada perubahan rancangan peralatan-peralatan yang digunakan, yaitu

mulai dari batu yang tidak berbentuk menjadi batu yang mulai berbentuk

dengan meruncingkan beberapa bagian dari batu tersebut. Perubahan pada

alat sederhana ini menunjukkan bahwa manusia sejak awal kebudayaan

berusaha memperbaiki alat-alat yang dipakainya untuk memudahkan

pemakaiannya. Hal ini terlihat lagi pada alat-alat batu runcing yang bagian

atasnya dipahat bulat tepat sebesar genggaman sehingga lebih memudahkan

dan menggerakkan pemakaiannya.

Pada abad ke-20 orang mulai mensistemasikan cara-cara perbaikan

tersebut dan secara khusus mengembangkannya. Usaha-usaha ini terus

berkembang terus menerus dan sekarang dikenal sebagai salah satu cabang

8

Page 9: Makalah. Dk3 Pengantar Faal Kerja

ilmu yang disebut Ergonomi. Istilah untuk ilmu baru ini berbeda dibeberapa

negara, seperti: “Arbeltswissenschaft” di Jerman “Bioteknologi” dinegara-

negara Skandinavia: “Human Engineering”. “Human Factor Engineering” di

negara-negara Amerika bagian utara. Perbedaan nama-nama diatas

hendaknya tidak dijadikan masalah, karena secara praktis istilah-istilah tadi

mempunyai maksud yang sama.

G. Pengertian Faal Kerja

Ilmu faal kerja atau fisiologi kerja adalah ilmu faal yang dikhususkan

untuk manusia yang bekerja. Secara fifiologis, bekerja adalah hasil kerja

sama dalam koordinasi yang sebaik-baiknya dari saraf pusat dan perifer,

panca dria (mata, telinga, peraba, perasa, dan lain-lain), serta otot dan rangka

(kedua yang terakhir ini adalah pelaku utama perbuatan). Bekerja mungkin

dikelompokan menjadi kerja otak (mental), dan kerja otot (fisik). Dalam faal

kerja, perhatian utama difokuskan kepada kerja fisik atau otot. Untuk bekerja

pertukaran zat dalam organ tubuh yang diperlukan sebagai sumber energi dan

transportasi sisa metabolisme yang harus dibuang, jelas sangat penting peran

peredaran darah ke dan dari susunan saraf serta otot-otot dan rangka

(muskulo-skeletal) dan juga organ-organ lainnya. Selain jantung dan sistem

peredaran darah, paru dan alat pernafasan lainnya, sistem gastro-intestinal

(mulut, esofagus, usus, hati, dan lainnya) juga memainkan fungsi masing-

masing dalam mendukung dan menunjang kelancaran berlangsungnya

aktivitas dan rangkaian kegiatan dilakukannya pekerjaan. Untuk

kelangsungan pelaksanaan pekerjaan, semua organ terkait dan juga seluruh

sistem yang beroperasi fisiologis dalam tubuh harus berada pada kondisi

optimal (bila mungkin prima) (1).

Mekanisme bekerja fisik diperlihatkan oleh gambar 17.

9

Page 10: Makalah. Dk3 Pengantar Faal Kerja

Mula-mula koordinasi anatara susunan saraf pusat, indra, otot, dan

organ-organ tubuh tidak mudah diwujudkan dan pada stadium tersebut untuk

berlangsungnya koordinasi yang baik diperlukan upaya yang cukup intensif.

Kenyataan ini terlihat pada tenaga kerja baru yang mulai bekerja dan sedang

menjalani latihan keterampilan atau permagangan. Tidak jarang ditemukan

keadaan betapa seorang tenaga kerja yang tidak terlatih menghadapi kesulitan

untuk bekerja dengan benar, sekalipun prosedur kerja sebenarnya sangat

sederhana. Melalui pendidikan dan pelatihan koordinasi yang baik dapat

dibina dan diciptakan; pelatihan keterampilan yang tepat memungkinkan

pelaksanaan pekerjaan termasuk gerakan yang dilakukan berlangsung sebagai

suatu refleks, sehingga bekerja merupakan proses yang berlangsung secara

otomatis dengan penuh kemudahan serta pencapaian kualitas hasil kerja yang

baik. Semakin pendek waktu yang diperlukan bagi siklus yang bersifat refleks

dalam bekerja atau kiat cepatnya otomatis pekerjaan dilakukan menunjukkan

semakin baiknya koordinasi berfungsinya organ-organ tubuh dalam

memberikan dukungan kepada pelaksanaan kerja serta merupakan peluang

bagi pencapaian hasil kerja yang baik sebagai konsekuensi semakin baiknya

keterampilan tenaga kerja.

Untuk pekerjaan fisik, otot adalah bagian tubuh terpenting bagi

pelaksanaan aktivitas kerja. Otot bekerja dengan mekanisme kontraksi

(mengerut) dan melemas. Kekuatan bekerjanya suatu otot ditentukan oleh

10

Page 11: Makalah. Dk3 Pengantar Faal Kerja

jumlah dan kualitas serat yang menyusunnya, daya kontraksi dan cepatnya

berkontraksi serta melemas. Pada waktu otot kontraksi dalam (mengerut),

darah yang berada antara serat-serat otot atau diluar pembuluh darah otot

terjepit sehingga peredaran darah terhambat, jadi pertukaran zat terganggu

dan hal demikian menjadi salah satu penyebab dari timbulnya kelelahan otot.

Maka dari itu, kerutan yang selalu diselingi pelemasan, sebagaimana biasanya

disebut kontraksi otot dinamis, sangat tepat dipakai sebagai prisnsip

pelaksanaan bekerjanya otot pada setiap pekerjaan yang berkaitan dengan

dilaksanakannya kegiatan dan proses pekerjaan.

H. Pengertian Ergonomi Kerja

Ergonomi berasal dari bahasa Yunani : ergon (kerja) dan nomos

(peraturan, hukum). Pada berbagai negara digunakan istilah yang berbeda,

seperti Arbeitswissenschaft di Jerman Human Factors Engineering atau

Personal Research di Amerika Utara. Ergonomi adalah penerapan ilmu-ilmu

biologis tentang manusia bersama-sama dengan ilmu teknik dan teknologi

untuk mencapai penyesuaian satu sama lain secara optimal dari manusia

terhadap pekerjaannya, yan manfaat dari padanya diukur dengan efisiensi

dan kesejahteraan kerja. Tidak jarang pula kepada ergonomi diberikan

pengertian sebagai ilmu tentang bekerja (study of work) atau ilmu tentang

kerja (1). Untuk ergonomi, di Indonesia digunakan pula istilah tata karya

atau tata kerja. Sasaran penelitian ergonomi ialah manusia pada saat bekerja

dalam lingkungan. Secara singkat dapat dikatakan bahwa ergonomi ialah

penyesuaian tugas pekerjaan dengan kondisi tubuh manusia ialah untuk

menurunkan stress yang akan dihadapi. Upayanya antara lain berupa

menyesuaikan ukuran tempat kerja dengan dimensi tubuh agar tidak

melelahkan, pengaturan suhu, cahaya dan kelembaban bertujuan agar sesuai

dengan kebutuhan tubuh manusia. Penerapan Ergonomi di tempat kerja

bertujuan agar pekerja saat bekerja selalu dalam keadaan sehat, nyaman,

selamat, produktif dan sejahtera. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, perlu

11

Page 12: Makalah. Dk3 Pengantar Faal Kerja

kemauan, kemampuan dan kerjasama yang baik dari semua pihak. Pihak

pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan sebagai lembaga yang

bertanggungjawab terhadap kesehatan masyarakat, membuat berbagai

peraturan, petunjuk teknis dan pedoman K3 di Tempat Kerja serta menjalin

kerjasama lintas program maupun lintas sektor terkait dalam pembinaannya.

I. Program Faal dan Ergonomi Kerja

Ergonomi merupakan perpaduan dari berbagai lapangan ilmu seperti

antropologi, biometrika, fisiologi kerja, higiene perusahaan dan kesehatan

kerja, perencanaan kerja, riset terpakai, dan sibernatika (cybernatics). Namun

kekhususan utamanya adalah perencanaan tata kerja yang dilaksanakan

dengan cara yang lebih baik dalam hal metoda kerja dan peralatan serta

perlengkapannya (8).

Program ergonomi meliputi identifikasi problema yang dihadapi,

pengambilan kebijakan pemecahan masalah, implementasi rumusan jalan

keluar dengan memulainya pada skala kecil untuk dievaluasi efektivitasnya

dan selanjutnya pelaksanaan hasil uji yang positif pada lingkup yang luas.

Dalam praktek, pendekatan seringkali dilakukan melalui trial and error.

Dengan cukup berkembangnya keilmuan dan praktek ergonomi, pendekatan

demikian sudah sepatutnya tidak digunakan lagi. Penentuan problema

ergonomi dilakukan dengan antara lain pengamatan terhadap gejala atau

tanda seperti absenteisme, kebiasaan sering pindah atau ganti kerja dan lain-

lain yang mungkin merupakan akibat dari beban kerja yang berlebihan dan

tidak terpikulkan oleh tenaga kerja, organisasi kerja yang sistemnya tidak

memperhatikan kapasitas faktor manusia, kesulitan melakukan pekerjaan

sebagai akibat buruknya desain mesin dan pengaturan tata kerja. Kelanjutan

dari pengamatan adalah dibuatnya analisis pekerjaan, yang meliputi sistem

kerja; hala ini dapat diselenggarakan, dengan melakukan time and motion

study dari aktivitas faktor manusia dalam proses produksi, observasi langsung

atau telemetris dari cara melakukan pekerjaan atau juga terhadap parameter

fisiologis faktor manusia, analisis potensi dan risiko bahaya atau kecelakaan

12

Page 13: Makalah. Dk3 Pengantar Faal Kerja

yang sumbernya karakteristika fisik atau kejiwaan. Penilaian dan koreksi atau

perencanaan ergonomi ditujukan kepada operasi dan proses produksi, dengan

memanfaatkan model-model penerapan ergonomi yang telah dikembangkan

melalui penelitian, percobaan, pengujian atau pengalaman lapangan. Atas

dasar setiap temuan yang sifatnya non-ergonomis misalnya penggunaan alat

kerja yang tidak cocok untuk suatu pekerjaan, waktu kerja yang

mengabaikan,waktu istirahat dan waktu untuk makan, beban kerja yang

melebihi kemampuan, tenaga kerja, pekerjaan pada posisi berdiri tanpa

kempatan untuk duduk, dan sebainya senantiasa harus diikuti dengan upaya

koreksi, yang hasilnya tercermin dari perbaikan pelaksanaan pekerjaan ke

arah pencapaian tujuan efisiensi dan kesejahteraan yang optimal.

Pedoman yang dapat digunakan sebagai pegangan untuk penerapan

ergonomi, yaitu :

1. Sikap tubuh dalam melakukan pekerjaan sangat dipengaruhi oleh

bentuk,ukuran, susunan,dan penempatan mesin dan peralatan serta

perlengkapan kerja; juga bentuk, ukuran dan penempatan alat kendali

serta alat petunjuk, cara kerja mengoperasikan mesin dan peralatan yang

merinci macam gerak, arah dan kekuatannya yang harus dilakukan.

2. Untuk standarisasi bentuk dan ukuran mesin dan peralatan kerja, harus

diambil ukuran terbesar (misal rerata + 2 deviasi standar) sebagai dasar

serta diatur suatu cara, sehingga dengan ukuran tersebut mesin dan

peralatan kerja dapat dioperasikan oleh tenaga kerja yang ukuran

antropometrisnya kurang dari ukuran standar. Sebagai contoh adalah

kursi yang tingginya dapat dinaik turunkan sesuai dengan ukuran

antropometris tenaga kerja yang duduk pada kursi tersebut, atau tempat

duduk yang dapat disetel (diatur posisinya) mundur ke belakang atau

maju ke depan untuk menyesuaikannya terhadap ukuran jarak unjuk lutut

ke garis belakang punggung.

3. Ukuran antropometris statis terpenting sebagai dasar desain dan

pengoperasian mesin atau peralatan kerja antara lain :

13

Page 14: Makalah. Dk3 Pengantar Faal Kerja

Berdiri : a. Tinggi badan berdiri ;

b. Tinggi bahu;

c. Tinggi siku ;

d. Tinggi pinggul ;

e. Panjang depa ;

f. Panjang lengan ;

Duduk : a. Tinggi duduk ;

b. Panjang lengan atas ;

c. Panjang lengan bawah dan tangan ;

d. Jarak lekuk lutut-garis punggung ;

e. Jarak lekuk lutut-telapak kaki.

4. Standar ukuran meja kerja bagi pekerjaan yang dilakukan dengan berdiri :

a. Pada pekerjaan tangan (manual) yang dilakukan dengan cara berdiri,

tinggi meja kerja sebaiknya 5-10 cm dibawah tinggi siku ;

b. Apabila bekerja dilakukan dengan berdiri dan pekerjaan dikerjakan di

atas meja dan dtaran tinggi siku dinyatakan sebagai dataran 0 maka

bidang kerja :

i. Untuk pekerjaan memerlukan ketelitian 0+(5-10) cm ;

ii. Untuk pekerjaan ringan 0-(5-10) cm ;

iii. Untuk pekerja berat yang perlu mengangkat barang berat dan

memerlukan bekerjanya otot punggung 0-(10-20) cm.

5. Dari segi otot, posisi duduk yang paling baik adalah sedikit membungkuk,

sedangkan dari aspek tulang, terbaik adalah duduk yang tegak, agar

punggung tidak bungkuk dan otot perut tidak dalam keadaan yang

lemas.Sebagai jalan keluar, dianjurkan agar digunakan posisi duduk yang

tegak dengan di selingi istirahat dalam bentuk sedikit membungkuk.

6. Tempat duduk yang baik memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a. Tinggi dataran duduk dapat diatur dengan papan injakan kaki

sehingga sesuai dengan tinggi lutut, sedangkan paha dalam keadaan

datar ;

14

Page 15: Makalah. Dk3 Pengantar Faal Kerja

b. Tinggi papan sandaran punggung dapat di atur dan menekan dengan

baik kepada punggung :

c. Lebar alas duduk tidak kurang dari lebar terbesar ukuran

antropometris pinggul misalnya lebih dari 40 cm ;

d. Tinggi meja kerja merupakan ukuran dasar sesuai dengan pedoman

pada butir 4b.

7. Pekerjaan berdiri sedapat mungkin dirubah menjadi pekerjaan yang

menjadi posisi duduk. Untuk pekerjaan yang dilakukan sambil berdiri,

bagi tenaga kerja disediakan tenpat duduk dan diberi kesempatan untuk

duduk.

8. Arah penglihatan untuk pekerjaan berdiri adalah 23-37° ke bawah

sedangkan untuk pekerjaan duduk 32-44° ke bawah. Arah penglihatan ini

sesuai dengan posisi kepala yang berada pada keadaan istirahat (relaxed).

9. Ruang gerak lengan ditentukan oleh punggung lengan seluruhnya dan juga

oleh lengan bawah ; pegangan dari obyek kerja harus diletakkan di daerah

ruang gerak tersebut ; hal ini lebih penting lagi bila sikap tubuh berada

pada posisi tidak berubah.

10. Macam gerakan yang kontinyu (tidak mendadak atau tersendat atau

putus-putus) dan berirama lebih diutamakan, swedangkan gerakan yang

sekonyong-konyong pada permulaan dan berhenti dengan pakas asangat

melelahkan. Gerakan keatas harus dihindarkan.Papan penyokong bagian

anggota badan misalnya lengan atas atau lainnya dipakai untuk posisi

kerja lengan yang melelahkan misalnya menahan beban suatu °berada

pada pusat penyangga beban yaitu pinggul dan ditopang oleh sistem otot-

tulang dengan pemanfaatan secara tepat potensi kekuatannya.

11. Pembebanan kerja sebaiknya dipilih yang optimal, yaitu beban kerja yang

dikerjakan dengan pengerahan tenaga paling efisien.Beban fisik

maksimum menurut ILO sebesar 50 kg (untuk Indonesia beban demikian

terlalu besar dan 35 kg adalah realistis). Cara mengangkat dan menolak

15

Page 16: Makalah. Dk3 Pengantar Faal Kerja

serta menarik memperhatikan kaidah ilmu gaya mekanika dan

dihindarkan penggunaan tenaga yang tidak perlu. Gaya dari beban

diupayakan berada pada pusat penyangga beban yaitu pinggul dan

ditopang oleh sistem oto-tulang dengan pemanfaatan secara tepat potensi

kekuatannya.

12. Gerakan ritmis seperti mendayung, mengayuh pedal, memutar roda atau

menggergaji memerlukan frekuensi siklus gerak repetitif yang optimal

dengan menggunakan tenaga yang efisien. Sebagai misal pada frekuensi

siklus gerakan ritmis 60 kali setiap menitnya mengayuh pedal atau

memutar roda dirasakan lebih enteng.

13. Apabila seorang tenaga kerja (dengan atau tanpa beban) harus berjalan

pada jalan yang menanjak atau naik tangga, maka derajat tanjakan

optimum sebagai berikut :

- Jalan menanajak 10°

- Tangga rumah 30°

- Tangga 70°

(dengan anak tangga yang berukuran berkisar anatara 20-30 cm tergantung

pada beban kerja.)

14. Kemampuan seseorang bekerja seharian adalah 8-10 jam, lebih dari itu

efisiensi dan kualitas kerja serta keselamatan, kesehatan dan kepuasan

kerja sangat menurun.

15. Waktu istirahat didasarkan kepada keperluan atas pertimbangan

ergonomi.Harus dihindari istirahat sekehendak tenaga kerja atau istirahat

curian diluar sistem kerja, yaitu istirahat oleh karena turunnya

kemampuan dan kesanggupan tubuh untuk melakukan pekerjaan atau

tenaga kerja sebenarnya telah menjadi lelah dan tidak kuat lagi bekerja.

16. Beban tambahan akibat lingkungan kerja fisik, mental,psikologis,dan

sosial sebaiknya sedapat mungkin dikurangi.

16

Page 17: Makalah. Dk3 Pengantar Faal Kerja

17. Pemeliharaan indera penglihatan dilakukan sebaik-baiknya terutama

dengan penyelenggaraan pencahayaan dan penerangan yang baik

terutama berkaitan dengan kepentingan pelaksanaan pekerjaan.

18. Kondisi mental psikologis dipelihara dan ditingkatkan dengan

memberikan insentif atau perangsang dan juga bila perlu disinsentif,

menggelorakan motivasi kerja untuk menaikkan produktivitas dan

kesejahteraan, mewujudkan harmoni iklim kerja dan lain-lain.

19. Beban kerja fisik dinilai antara lain dengan mengukur konsumsi O2,

frekuensi nadi, suhu badan, dan lain-lainnya atau analisi kegiatan dari

pekerjaan itu sendiri.

20. Batas kemampuan atau kesanggupan bekerja sudah tercapai,apabila

bilangan nadi kerja mencapai angka 30/menit diatas bilangan nadi

istirahat,sedangkan nadi kerja tersebut tidak terus naik dan sehabis

bekerja nadi pulih kembali kepada keadaan istirahat sesudah lebih kurang

15 menit.

Untuk menentukan sejauh mana prinsip-prinsip ergonomi telah

diterapkan pada suatu kegiatan atau proses pekerjaan, biasanya disusun

kuesioner yang dapat diaudit olehnya pelaksana ergonomi pekerjaan yang

bersangkutan. Bagi keperluan dimaksud, daftar pertanyaan menurut

keperluan dan disesuaikan dengan sifat dan karakteristika pekerjaan yang

penerapan ergonominya akan dinilai.

17

Page 18: Makalah. Dk3 Pengantar Faal Kerja

J. Pilar Ergonomi

1. Antrometri

Antrometri adalah Ilmu yang secara khusus mempelajari tentang

pengukuran tubuh manusia guna merumuskan perbedaan-perbedaan

ukuran pada tiap individu atau kelompok. Ukuran tubuh manusia

bervariasi berdasarkan umur, jenis kelamin, suku bangsa, bahkan

kelompok pekerjaan. Interaksi antara ruang dengan manusia secara

dimensional dapat menimbulkan dampak antropometris, yaitu kesesuaian

dimensi-dimensi ruang terhadap dimensi tubuh manusia. secara luas akan

digunakan sebagai pertimbangan ergonomis dalam proses perencanaan

(design) produk maupun sistem kerja yang memerlukan interaksi manusia.

Tujuan penggunaan antropometri untuk pekerja adalah untuk

mengurangi tingkat kelelahan kerja,meningkatkan performansi kerja dan

meminimasi potensi kecelakaan kerja (Mustafa, Pulat, Industrial

ergonomics case studies, 1992).

Data antropometri digunakan untuk Perancangan areal kerja,

perancangan peralatan kerja seperti mesin, equipment, perkakas ( tools)

dan sebagainya, Perancangan produk-produk konsumtif seperti pakaian ,

kursi, meja, komputer dan lain-lain dan Perancangan lingkungan kerja

fisik.

Antropometri dibagi dalam dua bagian yaitu Antropometri statis dan

antropometri dinamis. Antropometri statis dimana pengukurn dilakukan

18

PILAR

ANTROPOMETRI

BIOMEKANIKA

FISIOLOGI

PSIKOLOGI

Page 19: Makalah. Dk3 Pengantar Faal Kerja

pada saat tubuh dalam keadaan diam/posisi diam/ tidak bergerak. Dan

Antropometri dinamis, dimana dimensi tubuh diukur dalam berbagai posisi

tubuh yang sedang bergerak. Ada terdapat tiga kelas pengukuran

antropometri dinamis, yaitu Pengukuran tingkat keterampilan sebagai

pendekatan untuk mengerti keadaan mekanis dari suatu aktifitas,

contohnya mempelajari performasi seseorang, Pengukuran jangkauan

ruang yang dibutuhkan saat bekerja dan Pengukuran variabilitas kerja.

Anthropolometer adalah suatu alat untuk mengukur jarak, ketinggian

dan sudut suatu titik dari suatu posisi acuan tertentu. Realisasinya, alat ini

berguna sebagai alat bantu untuk mendisain atau mengetahui posisi alat-

alat atau instrumen pengendali dari suatu mesin atau sistem kerja terhadap

posisi operatornya.

1). Tahapan perancangan sistem kerja menyangkut work space design

dengan memperhatikan faktor antropometri secara umum

adalah( Roebuck, 1995) Menentukan kebutuhan perancangan dan

kebutuhannnya (establish requirement). Mendefinisikan dan

mendeskripsikan populasi pemakai.

a. Pemilihan sampel yang akan diambil datanya.

b. Penentuan kebutuhan data (dimensi tubuh yang akan diambil).

c. Penentuan sumber data ( dimensi tubuh yang akan diambil) dan

pemilihan persentil yang akan dipakai.

d. Penyiapan alat ukur yang akan dipakai.

e. Pengambilan data.

f. Pengolahan data

g. Visualisasi rancangan

2). Prinsip Penerapan Anthropometri dalam Ergonomika

Populasi manusia memiliki variasi bentuk dan ukuran tubuh yang

tinggi. Dengan menggunakan sebaran normal, persentil dalam data

19

Page 20: Makalah. Dk3 Pengantar Faal Kerja

anthropometri menunjukkan bila suatu ukuran adalah rata-rata, diatas atau

dibawah rata-rata. Jika kita membuat grafik tinggi tubuh (atau dimensi

lainnya) dari sebuah populasi.

3). Aplikasi Data Antropometri

Terdapat tiga tipe perancangan, yaitu :

– Perancangan untuk pemakaian nilai ekstrem

– Perancangan untuk pemakaian rata-rata, Data dengan persentil

ekstrim minimum 5% dan ekstrim maksimum 95%. – Perancangan untuk pemakaian yang disesuaikan (adjustable),

Data dengan persentil 50 %.

Intinya untuk merancang bagi ukuran yang kecil seperti tinggi

orang pendek maka gunakan persentil5, dan untuk ukuran yang

besar seperti tinggi pintu maka gunakan persentil95.

2. Biomekanika

Biomekanika merupakan salah satu dari empat bidang penelitian

informasi hasil ergonomi. Yaitu penelitian tentang kekuatan fisik manusia

yang mencakup kekuatan atau daya fisik manusia ketika bekerja dan

mempelajari bagaimana cara kerja serta peralatan harus dirancang agar

sesuai dengan kemampuan fisik manusia ketika melakukan aktivitas kerja

tersebut. Dalam biomekanik ini banyak disiplin ilmu yang mendasari dan

berkaitan untuk dapat menopang perkembangan biomekanik. Disiplin ilmu

ini tidak terlepas dari kompleksnya masalah yang ditangani oleh

biomekanik ini.

A). Konsep Biomekanika

20

Page 21: Makalah. Dk3 Pengantar Faal Kerja

Biomekanika diklasifikasikan menjadi 2, yaitu :

1). General Biomechanic

General Biomechanic adalah bagian dari Biomekanika

yang berbicara mengenai hukum – hukum dan konsep – konsep

dasar yang mempengaruhi tubuh organic manusia baik dalam

posisi diam maupun bergerak. Dibagi menjadi 2, yaitu:

a) Biostatics adalah bagian dari biomekanika umum yang hanya

menganalisis tubuh pada posisi diam atau bergerak pada garis

lurus dengan kecepatan seragam (uniform).

b) Biodinamic adalah bagian dari biomekanik umum yang

berkaitan dengan gambaran gerakan – gerakan tubuh tanpa

mempertim-bangkan gaya yang terjadi (kinematik) dan

gerakan yang disebabkan gaya yang bekerja dalam tubuh

(kinetik) (5, Tayyari, 1997).

2). Occupational Biomechanic.

Didefinisikan sebagai bagian dari biomekanik terapan yang

mempelajari interaksi fisik antara pekerja dengan mesin, material

dan peralatan dengan tujuan untuk meminimumkan keluhan pada

sistem kerangka otot agar produktifitas kerja dapat meningkat.

Setelah melihat klasifikasi diatas maka dalam praktikum kita ini

dapat kita kategorikan dalam Biomekanik Occupational

Biomechanic. Untuk leebih jelasnya disini akan kita bahas tentang

anatomi tubuh yang menjadi dasar perhitungan dan penganalisaan

biomekanik.

Dalam biomekanik ini banyak melibatkan bagian bagian tubuh

yang berkolaborasi untuk menghasilkan gerak yang akan dilakukan

oleh organ tubuh yakni kolaborasi antara Tulang, Jaringan

penghubung (Connective Tissue) dan otot yang dapat dijelaskan

sebagai berikut:

21

Page 22: Makalah. Dk3 Pengantar Faal Kerja

1. Tulang

Tulang adalah alat untuk meredam dan mendistribusikan

gaya/tegangan yang ada padanya. Tulang yang besar dan panjang

berfungsi untuk memberikan perbandingan terhadap beban yang

terjadi pada tulang tersebut. Mungkin dalam aplikasinya

biomekanik selalu berhubungan dengan kerangka manusia, oleh

sebab itu di bawah ini adalah gambar kerangka manusia (Eko

Nurmianto, 1996). Tulang juga selalu terikat dengan otot, dan

jaringan penghubung (connective Tissue) yakni ligamen,cartilage

dan Tendon. Fungsi otot disini untuk menjaga posisi tubuh agar

tetap sikap sempurna.

2. Connective Tissue atau jaringan penghubung

a. Cartilagenous

Fungsi dari sambungan Cartilagenous adalah untuk

pergerakan yang relatif kecil. Contoh : Sambungan tulang iga

(ribs) dan pangkal tulang iga (sternum) Sambungan cartilagenous

khusus, antara vertebrata ( ruas-ruas tulang belakang) yaitu dikenal

sebagai interveterbratal disc, yang terdiri dari pembungkus, dan

dikelilingi oleh inti (puply core). Verterbrae juga terdapat pada

ligamen dan otot. Adanya gerakan yang relatif kecil pada setiap

jointnya, dapat mengakibatkan adanya flaksibelitas badan manusia

untuk membungkuk, menengadah, dan memutar. Sedangkan disc

berfungsisebagai peredam getaran pada saat manusia bergerak baik

translasi dan rotasi (2, Nurmianto, 1996).

b. Ligamen

Ligamen berfungsi sebagai penghubung antara tulang

dengan tulang untuk stabilitas sambungan (joint stability) atau

22

Page 23: Makalah. Dk3 Pengantar Faal Kerja

untuk membentuk bagian sambungan dan menempel pada tulang.

Ligamen tersusun atas serabut yang letaknya tidak paralel. Oleh

karenanya tendon dan ligamen bersifat inelastic dan berfungsi pula

untuk menahan deformasi. Adanya tegangan yang konstan akan

dapat memperpanjang ligamen dan menjadikannya kurang efektif

dalam menstabilkan sambungan (joints). Lengan dan tungkai

adalah sambungan yang komplek, yang mampu untuk mengadakan

gerakan 3 dimensi, Contoh: gerakan mengangkat tangan,

sambungan siku juga dibantu oleh sambungan bahu, pergerakan

rotasi seluruh tangan pada sumbunya dan gerakan lengan tangan

pada sambungan pergelangan tangannya. Tangan manusia

mempunyai flesibilitas yang tinggi dalam gerakannya (2,

Nurmianto, 1996).

c. Tendon

Berfungsi sebagai penghubung antara antara tulang dan otot

terdiri dari sekelompok serabut collagen yang letaknya paralel

dengan panjang tendon. Tendon bergerak dalam sekelompok

jaringan serabut dalam sutu area dimana adanya gaya gesekan

harus diminimumkan. Bagian dalam dari

3. Otot ( Muscle )

Membahas masalah otot striatik yaitu otot sadar. Otot

terbentuk atas visber (fibre), dengan ukuran panjang dari 10-40

mm dan berdiameter 0,01-0,1 mm dan sumber energi otot berasal

dari pemecahan senyawa kaya energi melalui proses aerob maupun

anaerob.

a. Anaerobic

Yaitu proses perubahan ATP menjadi ADP dan energi

tanpa bantuan oksigen. Glikogen yang terdapat dalam otot terpecah

23

Page 24: Makalah. Dk3 Pengantar Faal Kerja

menjadi energi, dan membentuk asam laktat. Dalam proses ini

asam laktat akan memberikan indikasi adanya kelelahan otot secara

local, karena kurangnya jumlah oksigen yang disebabkan oleh

kurangnya jumlah suplai darah yang dipompa dari jantung.

Misalnya jika ada gerakan yang sifatnya tiba-tiba (mendadak), lari

jarak dekat (sprint), dan lain sebagainya. Sebab lain adalah karena

pencegahan kebutuhan aliran darah yang mengandung oksigen

dengan adanya beban otot statis. Ataupun karena aliran darah yang

tidak cukup mensuplai oksigen dan glikogen akan melepaskan

asam laktat.

b. Aerobic

Yaitu proses perubahan ATP menjadi ADP dan enegi

dengan bantuan oksigen yang cukup. Asam laktat yang dihasilkan

oleh kontraksi otot dioksidasi dengan cepat menjadi dan dalam

kondisi aerobic. Sehingga beban pekerjaan yang tidak terlalu

melelahkan akan dapat berlangsung cukup lama. Di samping itu

aliran darah yang cukup akan mensuplai lemak, karbohidrat dan

oksigen ke dalam otot. Akibat dari kondisi kerja yang terlalu lama

akan menyebabkan kadar glikogen dalam darah akan menurun

drastic di bawah norma, dan kebalikannya kadar asam laktat akan

meningkat, dan kalau sudah demikian maka cara terbaik adalah

menghentikan pekerjaan, kemudian istirahat dan makan makanan

yang bergizi untuk membentuk kadar gula dalam darah.

Hal tersebut di atas merupakan proses kontraksi otot yang

telah disederhanakan analisa pembangkit energinya, dan sekaligus

menandakan arti pentingnya aliran darah untuk otot. Oleh

karenanya para ergonom hendaklah memperhatikan hal-hal seperti

berikut untuk sedapat mungkin dihindari (Nurmianto, 1996):

a) Beban otot statis (static muscle loads).

24

Page 25: Makalah. Dk3 Pengantar Faal Kerja

b) Oklusi (penyumbatan aliran darah) karena tekanan, misalnya

tekanan segi kursi pada popliteal (lipat lutut).

c) Bekerja dengan lengan berada di atas yang menyebabkan siku

aliran darah bekerja berlawanan dengan arah gravitasi.

Dalam dunia kerja yang menjadi perhatian adalah :

a. Kekuatan kerja otot.

Kekuatan kerja otot bergantung pada :

1. Posisi anggota tubuh yang bekerja

2. Arah gerakan kerja.

3. Perbedaan kekuatan antar bagian tubuh.

4. Usia.

b. Kecepatan dan ketelitian.

c. Daya tahan jaringan tubuh terhadap beban.

Suatu hal yang penting untuk mengetahui jenis otot yang

sesuai untuk menopang beban statis. Beban statis yang terjadi

pada semua otot harus diminimumkan. Gaya yang terjadi pada

kontraksi otot sama dengan sebanding dengan penampang

melintangnya. Otot hanya mempunyai kemampuan berkontraksi

dan relaksi bila bergerak dengan arah berlawanan terhadap otot

yang lain, dikenal dengan gerakan antagonis.

Biomekanika dapat diterapkan pada [CHA91]:

perancangan kembali pekerjaan yang sudah ada, mengevaluasi

pekerjaan, penanganan material secara manual, pembebanan

statis dan penentuan sistem waktu.

Prinsip-prinsip biomekanika dalam pengangkatan beban

[CHA91]:

25

Page 26: Makalah. Dk3 Pengantar Faal Kerja

1. Sesuaikan berat dengan kemapanan pekerja dengan

mempertimbangkan frekuensi pemindahan.

2. Manfaatkan dua atau lebih pekerja untuk memindahkan

barang yang berat.

3. Ubahlah aktivitas jika mungkin sehingga lebih mudah,

ringan dan tidak berbahaya.

4. Minimasi jarak horizontal gerakan antara tempat mulai dan

berakhir pada pemindahan barang.

5. Material terletak tidak lebih tinggi dari bahu.

6. Kurangi frekuensi pemindahan.

7. Berikan waktu istirahat.

8. Berlakukan rotasi kerja terhadap pekerjaan yang sedikit

membutuhkan tenaga.

9. Rancang kontainer agar mempunyai pegangan yang dapat

dipegang dekat dengan tubuh.

10. Benda yang berat ditempatkan setinggi lutut agar dalam

pemindahan tidak menimbulkan cidera punggung.

B. Kelelahan

Kelelahan ditimbulkan oleh bekerjanya otot yang terus menerus

tanpa berhenti, sekalipun disusun dalam sistem kontraksi otot dinamis

dalam bekerja, selalu diikuti dengan terjadinya kelelahan yang

memerlukan istirahat untuk pemulihan. Kelelahan menyebabkan

proses menurunnya efisiensi performansi kerja dan berkurangnya

kekuatan atau ketahanan fisik tubuh manusia untuk melanjutkan

kegiatan yang harus dilakukan. Atas dasar kenyataan itu, waktu

istirahat dalam bekerja atau sesudah melakukan pekerjaan sangat

penting. Kelelahan otot secara fisik anatara lain merupakan akibat dari

efek zat sisa metabolisme seperti asam laktat, CO2, atau lainnya.

Selain itu, kelelahan tidak hanya ditentukan oleh kondisi ototnya

sendiri, melainkan juga dipengaruhi oleh aspek mental-psikologis

yang biasanya berefek cukup besar. Unsur mental-psikologis bagi

26

Page 27: Makalah. Dk3 Pengantar Faal Kerja

timbulnya kelelahan otot mencerminkan mekanisme bekerja itu

sendiri, oleh karena susunan saraf dan faktor kejiwaan memegang

peran besar sebagai pengendali pelaksanaan pekerjaan. Kelelahan otot

bersumber kepada menurunnya kekuatan otot itu sendiri, bertambah

panjangnya waktu laten kontraksi dan waktu melemas, berkurangnya

koordinasi antara berbagai otot yang harus serempak bekerja atau

antara otot dengan saraf dan indera, serta terjadinya tremor atau

gemetannya otot. Tremor adalah tanda dari kelelahan otot tetapi juga

mungkin oleh penyebab lainnya seperti kondisi sakit fisik atau

kurangnya kepercayaan diri. Kelelahan ini juga tidak lepas dari

biomekanik karena dalam aplikasinya biomekanik melihat orang

secara mekanik, tetapi kodrat kemanusiaan pada manusia tidak dapat

dikesampingkan sehingga manusia/pekerja mempunyai keterbatasan

yaitu salah satunya keadaan yang dinamakan lelah (5).

Dalam hal ini kita harus waspada dan harus kita bedakan jenis

kelelahannya, beberapa ahli membedakan/membaginya sebagai

berikut :

1. Kelelahan fisik

Kelelahan fisik akibat kerja yang berlebihan, dimana masih

dapat dikompensasi dan diperbaiki performansnya seperti semula.

Kalau tidak terlalu berat kelelahan ini bisa hilang setelah istirahat

dan tidur yang cukup.

2. Kelelahan yang patologis

Kelelahan ini tergabung dengan penyakit yang diderita,

biasanya muncul tiba-tiba dan berat gejalanya.

3. Psikologis dan emotional fatique

Kelelahan ini adalah bentuk yang umum. Kemungkinan

merupakan sejenis “mekanisme melarikan diri dari kenyataan”

pada penderita psikosomatik. Semangat yang baik dan motivasi

kerja akan mengurangi angka kejadiannya di tempat kerja.

27

Page 28: Makalah. Dk3 Pengantar Faal Kerja

Dalam bahasan lain, kelelahan didefinisikan sebagai suatu pola yang

timbul pada suatu keadaan yang secara umum terjadi pada setiap individu

yang telah tidak sanggup lagi untuk melakukan aktivitasnya. Ada

beberapa macam kelelahan yang diakibatkan oleh beberapa faktor,

seperti:

1. Lelah otot, yang diindikasikan dengan munculnya gejala kesakitan

ketika otot harus menerima beban berlebihan.

2. Lelah visual, yaitu lelah yang diakibatkan ketegangan yang terjadi

pada organ visual (mata) yang terkonsentrasi secara terus menerus

pada suatu objek.

3. Lelah mental, yaitu kelelahan yang datang melalui kerja mental seperti

berfikir sering juga disebut sebagai lelah otak.

4. Lelah monotonis, yaitu kelelahan yang disebabkan oleh aktivitas kerja

yang bersifat rutin, monoton, ataupun lingkungan kerja yang

menjemukan.

Sedangkan kelelahan yang disebabkan oleh sejumlah faktor

yang berlangsung secara terus menerus dan terakumulasi, akan

menyebabkan apa yang disebut dengan lelah kronis. Di mana gejala-

gejala yang tampak jelas akibat lelah kronis dapat dicirikan seperti:

1. Meningkatnya emosi dan rasa jengkel sehingga orang menjadi

kurang toleran atau asosial terhadap orang lain.

2. Munculnya sikap apatis terhadap pekerjaan.

3. Depresi yang berat.

Upaya kesehatan kerja dalam mengatasi kelelahan meskipun

seseorang mempunyai batas ketahanan, akan tetapi beberapa hal di

bawah ini akan mengurangi kelelahan yang tidak seharusnya terjadi :

Lingkungan harus bersih dari zat-zat kimia. Pencahayaan dan

ventilasi harus memadai dan tidak ada gangguan bising

28

Page 29: Makalah. Dk3 Pengantar Faal Kerja

Jam kerja sehari diberikan waktu istirahat sejenak dan istirahat

yang cukup saat makan siang.

Kesehatan pekerja harus tetap dimonitor.

Tempo kegiatan tidak harus terus menerus

Waktu perjalanan dari dan ke tempat kerja harus sesingkat

mungkin, kalau memungkinkan.

Secara aktif mengidentifikasi sejumlah pekerja dalam

peningkatan semangat kerja.

Fasilitas rekreasi dan istirahat harus disediakan di tempat kerja.

Waktu untuk liburan harus diberikan pada semua pekerja

Kelompok pekerja yang rentan harus lebih diawasi misalnya;

Pekerja remaja

Wanita hamil dan menyusui

Pekerja yang telah berumur

Pekerja shift

Migrant.

Para pekerja yang mempunyai kebiasaan pada alkohol dan zat

stimulan atau zat addiktif lainnya perlu diawasi.

Pemeriksaan kelelahan :

Tes kelelahan tidak sederhana, biasanya tes yang dilakukan

seperti tes pada kelopak mata dan kecepatan reflek jari dan mata serta

kecepatan mendeteksi sinyal, atau pemeriksaan pada serabut otot

secara elektrik dan sebagainya. Persoalan yang terpenting adalah

kelelahan yang terjadi apakah ada hubungannya dengan masalah

ergonomi, karena mungkin saja masalah ergonomi akan mempercepat

terjadinya kelelahan.

1). Proses Terjadinya Kelelahan

29

Page 30: Makalah. Dk3 Pengantar Faal Kerja

Kelelahan terjadi karena terkumpulnya produk-produk sisa

dalam otot dan peredaran darah, di mana produk-produk sisa ini

bersifat membatasi kelangsungan aktivitas otot dan mempengaruhi

serat-serat syaraf dan sistem syaraf pusat sehingga orang menjadi

lambat bekerja. Makanan yang mengandung glikogen mengalir dalam

tubuh melalui peredaran darah. Setiap kontraksi dari otot selalu diikuti

oleh kimia (oksidasi glukosa) yang merubah glikogen menjadi tenaga,

panas dan asam laktat (produk sisa).

Pada dasarnya kelelahan timbul karena terakumulasinya

produk sisa dalam otot dan tidak seimbangnya antara kerja dan proses

pemulihan.

Secara lebih jelas terdapat 3 penyebab timbulnya kelelahan fisik,

yaitu:

1. Oksidase glukosa dalam otot menimbulkan CO2 ,saerolactic,

phosphati dan sebagainya, dimana zat-zat tersebut terikat dalam

darah yang kemusian dikeluarkan waktu bernafas. Kelelahan

terjadi apabila pembentukan zat-zat tersebut tidak seimbang

dengan proses pengeluaran, sehingga timbul penimbunan dalam

jaringan otot yang mengganggu kegiatan otot selanjutnya.

2. Karbohidrat didapat dari makanan dirubah jadi glukosa dan

disimpan dihati dalam bentuk glukogen. Setiap cm2 darah normal

akan membawa 1 mm glukosa, berarti setiap sirkulasi darah hanya

membawa 0,1% dari sejumlah glikogen yang ada dalam hati karena

bekerja persediaan glikogen akan menipis dan kelelahan akan

timbul apabila konsentrasi glikogen dalam hati tinggal 0,7%.

3. Dalam keadaan normal jumlah udara yang masuk dalam

pernafasan kira-kira 4 Lt/menit, sedangkan dalam keadaan kerja

keras dibutuhkan udara kira-kira 15 Lt/menit. Ini berarti pada suatu

tingkat kerja tetentu akan dijumpai suatu keadaan dimana jumlah

oksigen yang masuk melalui pernafasan lebih kecil dari tingkat

kebutuhan. Jika hal ini terjadi maka kelelahan yang timbul

30

Page 31: Makalah. Dk3 Pengantar Faal Kerja

dikarenakan reaksi oksidasi dalam tubuh yaitu untuk mengurangi

asam laktat menjadi air dan karbon dioksida agar dikeluarkan dari

tubuh, menjadi tidak seimbang dengan pembentukan asam laktat

itu sendiri (asam laktat terakumulasi dalam otot dalam peredaran

darah)

2). Gejala-Gejala Kelelahan

Secara pasti datangnya keletihan yang menimpa pada diri

seseorang akan sulit untuk diidentifikasikan secara jelas mengukur

lingkungan kelelahan seseorang bukanlah pekerjaan yang mudah.

Prestasi ataupun performansi kerja yang bisa mengevaluasi tingkatan

kelelahan. Kelelahan dapat kita lihat melalui indikasi-indikasi (gejala-

gejala) sebagai berikut:

1. Perhatian pekerja yang menurun.

2. Perasaan berat dikepala, menjadi lelah seluruh badan, kaki terasa

berat menguap, pikiran merasa kacau, mata merasa berat, kaku dan

canggung dalam gerakan tidak seimbang dalam berdiri terasa

berbaring.

3. Merasa susah berpikir menjadi gugup tidak dapat konsentrasi tidak

dapat mempunyai perhatian terhadap sesuatu cenderung lupa

kurang kepercayaan cemas terhadap sesuatu tidak dapat

mengontrol sikap dan tidak tekun dalam pekerjaan.

4. Sakit kekakuan bahu nyeri di pinggang pernafasan merasa tertekan

suara serat, haus, terasa pening , spasme dari kelopak mata, tremor

pada anggota badan merasa kurang sehat badan.

Kemudian untuk mengetahui dan menilai kelelahan dapat dilakukan

pengukuran/pengujian mengenai :

1. Waktu reaksi (reaksi sederhana atas rangsang tunggal atau reaksi

kompleks yang memerlukan koordinasi);

31

Page 32: Makalah. Dk3 Pengantar Faal Kerja

2. Konsentrasi (pemeriksaan Bourdon Wiersma, uji KLT);

3. Uji fusi kelipan (flicker fusion test);

4. Elektro-ensefalogram

3). Upaya Mengurangi Kelelahan.

Problematika kelelahan akhirnya membawa manajemen untuk

selalu berupaya mencari jalan keluar. Karena apabila kelelahan tidak

segera ditangani secara serius akan menghambat produktivitas kerja

dan bisa menyebabkan kecelakaan kerja (5).

Adapun upaya-upaya untuk mengurangi kelelahan adalah

sebagai berikut;

1. Sediakan kalori secukupnya sebagai input untuk tubuh.

2. Bekerja menggunakan metode kerja yang baik. Misalkan bekerja

dengan menggunakan prinsip ekonomi gerakan.

3. Memperhatikan kemampuan tubuh, artinya mengeluarkan tenaga

tidak melebihi pemasukannya dengan memperhatikan batasan-

batasannya.

4. Memperhatikan waktu kerja yang teratur. Berarti harus dilakukan

pengaturan terhadap jam kerja, waktu istirahat, dan sarana-

sarananya. Masa-masa libur dan rekreasi.

5. Mengatur lingkungan fisik sebaik-baiknya, seperti temperatur,

kelembaban, sirkulasi udara, pencahayaan kebisingan getaran,

bau/wangi-wangian, dll.

6. Berusaha untuk mengurangi monotoni warna dan dekorasi ruangan

kerja, menyediakan musik, menyediakan waktu-waktu olah raga,

dll.

4). Penyebab Kelelahan

32

Page 33: Makalah. Dk3 Pengantar Faal Kerja

Kelelahan yang terjadi dapat disebabkan berbagai hal penyebab

yang paling penting adalah:

1. Monotonitas

2. Intensitas dan durasi kerja

3. Lingkungan suasana, cahaya, dan kebisingan.

4. Fisiologi tanggung jawab.

5. Sakit, ngilu, dan gejala nutrisi

3. Fisiologis

Secara garis besar terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi

hasil kerja manusia, dan dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu :

1) Faktor-faktor terdiri dari : sikap, sistem, nilai, karakteristik, fisik,

motivasi, usia, jenis kelamin, pendidikan, pengalaman dll.

2) Faktor-faktor situasional : lingkungan fisik, mesin dan peralatan,

metode kerja dll.

Kerja manusia bersifat mental dan fisik yang masing-masing

mempunyai intensitas yang berbeda-beda. Tingkat Intensitas yang terlalu

tinggi memungkinkan pemakaian energi yang berlebihan, sebaliknya

Intensitas yang terlalu rendah memungkinkan rasa bosan dan jenuh.

Karena itu perlu diupayakan tingkat Intensitas yang optimum yang ada

diantara kedua batas yang ekstrim tadi dan tentunya untuk tiap individu

berbeda. Tingkat Intensitas kerja optimum, umumnya apabila tidak ada

tekanan dan ketegangan. Tekanan disini berkenaan dengan beberapa

aspek dari aktivitas manusia dari lingkungannya yang terjadi akibat

adanya reaksi individu tersebut tidak mendapatkan keinginan yang

sesuai. Sedangkan ketegangan merupakan konsekuensi logis yang harus

diterima oleh individu yang bersangkutan sebagai akibat dari tekanan.

1. Kerja Fisik dan Mental

33

Page 34: Makalah. Dk3 Pengantar Faal Kerja

Kerja fisik adalah kerja yang memerlukan energi fisik otot

manusia sebagai sumber tenaganya (power). Kerja fisik disebut juga

“manual operation‟ dimana performans kerja sepenuhnya akan

tergantung pada manusia yang berfungsi sebagai sumber tenaga

(power) ataupun pengendali kerja. Kerja fisik juga dapat

dikonotasikan dengan kerja berat atau kerja kasar karena kegiatan

tersebut memerlukan usaha fisik manusia yang kuat selama periode

kerja berlangsung.Dalam kerja fisik konsumsi energi merupakan

factor utama yang dijadikan tolak ukur penentu berat / ringannya suatu

pekerjaan. Secara garis besar, kegiatan-kegiatan manusia dapat

digolongkan menjadi kerja fisik dan kerja mental. Pemisahan ini tidak

dapat dilakukan secara sempurna, karena terdapatnya hubungan yang

erat antar satu dengan lainnya. Kerja fisik akan mengakibatkan

perubahan fungsi pada alat-alat tubuh, yang dapat dideteksi melalui :

1. Konsumsi oksigen

2. Denyut jantung

3. Peredaran udara dalam paru-paru

4. Temperatur tubuh

5. Konsentrasi asam laktat dalam darah

6. Komposisi kimia dalam darah dan air seni

7. Tingkat penguapan

8. Faktor lainnya

Kerja fisik akan mengeluarkan energi yang berhubungan erat

dengan konsumsi energi. Konsumsi energi pada waktu kerja biasanya

ditentukan dengan cara tidak langsung, yaitu dengan pengukuran :

1. Kecepatan denyut jantung

2. Konsumsi Oksigen

34

Page 35: Makalah. Dk3 Pengantar Faal Kerja

1. Tekanan Darah

2. Aliran Darah

3. Komposisi Kimia dalamr Darah

4. Temperatur Tubuh

5. Tingkat Penguapan

6. Jumlah udara yang dikeluarkan oleh paru-

paru

Kecepatan Denyut Jantung

Hubungan

Sedangkan kerja mental merupakan kerja yang melibatkan

proses berpikir dari otak kita. Pekerjaan ini akan mengakibatkan

kelelahan mental bila kerja tersebut dalam kondisi yang lama, bukan

diakibatkan oleh aktivitas fisik secara langsung melainkan akibat kerja

otak kita.

Kecepatan denyut jantung memiliki hubungan yang sangat erat

dengan aktivitas faali lainnya.

Gambar 1.1 Hubungan kecepatan denyut jantung dengan aktivitas

faali

2. Pengukuran Kerja Dengan Metode Fisiologi

Dalam suatu kerja fisik, manusia akan menghasilkan perubahan dalam

konsumsi Oksigen, Heart Rate, Temperatur tubuh dan perubahan

senyawa kimia dalam tubuh.

Kerja fisik ini dikelompokkan oleh Davis dan Miller :

1. Kerja total seluruh tubuh, yang menngunakan sebagian besar otot

biasanya melibatkan dua per tiga atau tiga seperempat otot tubuh.

2. Kerja otot yang membutuhkan energi Expenditure karena otot yang

digunakan lebih sedikit.

3. Kerja otot statis, otot digunakan untuk menghasilkan gaya tetapi

tanpa kerja mekanik membutuhkan kontraksi sebagian otot

35

Page 36: Makalah. Dk3 Pengantar Faal Kerja

Metode Pengukuran kerja fisik dilakukan dengan menggunakan

standar :

1. Konsep Horse-Power oleh Taylor, tetapi tidak memuaskan.

2. Tingkat konsumsi energi untuk mengukur pengeluaran energi.

3. Perubahan tingkat kerja jantung dan konsumsi Oksigen.

Studi Pengukuran fisiologis ditujukan untuk mengatasi :

1. Pengetahuan baru tentang performans manusia

2. Lebih memantau perilaku / sifat para atlit juara.

3. Membantu kendala fisik seseorang

Tiffin mengemukakan kriteria yang dapat digunakan untuk

mengetahui pengaruh pekerjaan terhadap manusia dalam suatu sistem

kerja, yaitu : Kriteria Faali, kriteria kejiwaan dan kriteria hasil kerja.

Kriteria Faali meliputi: Kecepatan denyut jantung, konsumsi

Oksigen, Tekanan darah, Tingkat penguapan, Temperatur tubuh,

komposisi kimiawi dalam darah dan air seni. Kriteria ini

digunakan untuk mengetahui perubahan fungsi alat-alat tubuh.

Kriteria Kejiwaan meliputi: pengujian tingkat kejiwaan pekerja,

seperti tingkat kejenuhan, emosi, motivasi, sikap dan lain-lain.

Kriteria kejiwaan digunakan untuk mengetahui perubahan

kejiwaan yang timbul selama bekerja.

Kriteria Hasil Kerja meliputi: hasil kerja yang diperoleh dari

pekerja. Kriteria ini digunakan untuk mengetahui pengaruh

seluruh kondisi kerja dengan melihat hasil kerja yang diperoleh

dari pekerja tersebut.

3. Penilaian Beban Kerja Berdasarkan Denyut Nadi Kerja

36

Page 37: Makalah. Dk3 Pengantar Faal Kerja

Pengukuran denyut nadi selama bekerja merupakan suatu

metode untuk menilai cardiovasculair strain. Salah satu peralatan

yang dapat digunakan untuk menghitung denyut nadi adalah telemetri

dengan menggunakan rangsangan ElectroCardio Graph (ECG).

Apabila peralatan tersebut tidaktersedia, maka dapat dicatat secara

manual memakai stopwatch dengan metode 10 denyut (Kilbon, 1992).

Dengan metode tersebut dapat dihitung denyut nadi kerja sebagai

berikut:

3.1 Denyut Nadi (Denyut/Menit)

= 60 10 x itungan WaktuPenghDenyut

Kepekaan denyut nadi terhadapa perubahan pembebanan

yang diterima tubuh cukup tinggi. Denyut nadi akan segera

berubah seirama dengan perubahan pembebanan, baik yang berasal

dari pembebanan mekanik, fisik maupun kimiawi (Kurniawan,

1995). Grandjean (1993) juga menjelaskan bahwa konsumsi energi

sendiri tidak cukup unutk mengestimasi beban kerja fisik. Beban

kerja fisik tidak hanya ditentukan oleh jumlah kJ yang dikonsumsi,

tetapi juga ditentukan oleh jumlah otot yang terlibat dan beban

statis yang diterima serta tekanan panas dari lingkungan kerjanya

yang dapat meningkatkan denyut nadi. Berdasarkan hal tersebut

maka denyut nadi lebih mudah dan dapat untuk menghitung indek

beban kerja. Astrand & Rodahl (1997); Rodahl (1989) menyatakan

bahwa denyut nadi mempunyai hubungan linier yang tinggi dengan

asupan oksigen pada waktu kerja. Dan salah satu cara yang

sederhana untuk menghitung denyut nadi adalah dengan merasakan

denyutan pada arteri radialis di pergelangan tangan.

Denyut nadi untuk mengestimasi indek beban kerja fisik

terdiri dari beberapa jenis yang didefinisikan oleh Grandjean

(1993) :

37

Page 38: Makalah. Dk3 Pengantar Faal Kerja

1. Denyut nadi istirahat adalah rerata denyut nadi sebelum

pekerjaan dimulai.

2. Denyut nadi kerja adalah rerata denyut nadi selama bekerja.

3. Nadi kerja adalah selisih antara denyut nadi istirahat dan denyut

nadi kerja.

Peningkatan denyut nadi mempunyai peran yang sangat

penting dalam peningkatan cardiac output dari istirahat sampai

kerja maksimum. Manuaba & Vanwonterghem (1996) menentukan

klasifikasi beban kerja berdasarkan peningkatan denyut nadi kerja

yang dibandingkan dengan denyut nadi maksimum karena beban

kardiovaskular (cardiovascular load = % CVL ) yang dihitung

dengan rumus sebagai berikut :

%CVL=100 x(denyut nadi kerja−denyut nadiistira h at)denyut nadimaksimum−denyut nadi istirah at

3.2 Denyut nadi maksimum = 220 – umur (Astrand and Rodahl,

1977)

Dari hasil perhitungan % CVL tersebut kemudian

dibandingkan dengan klasifikasi sebagai berikut

- X ≤30 % = tidak terjadi kelelahan

- 30 < X ≤ 60 % = diperlukan perbaikan

- 60 < X ≤ 80 % = kerja dalam waktu singkat

- 80 < X ≤ 100 % = diperlukan tindakan segera

- X > 100 % = tidak diperbolehkan beraktivitas

4. Menentukan Waktu Standar Dengan Metode Fisiologi

Waktu standar biasanya ditentukan dengan time study, data

standar atau penentuan awal data waktu yang umum, sehingga

38

Page 39: Makalah. Dk3 Pengantar Faal Kerja

operator kualitas rata-rata, terlatih dan berpengalaman dapat

berproduksi pada level sekitar 125% saat intensif diberikan.

Diharapkan sesuai atau lebih cepat dari standar. Ternyata sebagian

Operator dapat bekerja dalam performans 100% dengan jauh lebih

mudah daripada pekerja lainnya. Sebagai hasilnya mungkin beberapa

orang yang memiliki performansi 150% hingga 160% menggunakan

energi Ekspenditure sama dengan orang yang performansnya 110%

sampai 115%. Waktu standar ditentukan untuk tugas, pekerjaan yang

spesifik dan jelas definisinya.

Pengukuran Fisiologis dapat digunakan untuk membandingkan

cost energi pada suatu pekerjaan yang memenuhi waktu standar

dengan pekerjaan serupa yang tidak standar, tetapi perundingan harus

dibuat untuk orang yang sama. Dr.Lucien Broucha telah membuat

tabel klasifikasi beban kerja dalam reaksi Fisiologi, untuk menentukan

berat ringannya pekerjaan.

Tabel 1.1 Tabel Klasifikasi Beban Kerja

Work LoadOxygen

consumtion(liter/min)

Energi

Expenditure

(cal/min)

Heart Rate

during Work

(Beats/min)

Light 0.5 – 1.0 2.5 – 5.0 60 – 100

Moderate 1.0 – 1.5 5.0 – 7.5 100 – 125

Heavy 1.5 – 2.0 7.5 – 10.0 125 – 150

Very Heavy 2.0 – 2.5 10.0 – 12.5 150 – 175

Selain itu, fisiologis kerja juga mempelajari bagaimana tubuh bereaksi

kala melakukan berbagai tipe kerja dan aktivitas. Fisiologi mempelajari

informasi mengenai seberapa besar aktivitas berbagai sistem tubuh

(sirkulasi darah, pernafasan, pencernaan, dan aktivitas muskuloskeletal)

dpt bertahan tanpa mengalami kerja yg berlebihan dan mengalami

kelelahan (7).

39

Page 40: Makalah. Dk3 Pengantar Faal Kerja

4. Psikologis

Psikologi sebagai ilmu tingkah laku dapat dipelajari dari dua sisi,

yaitu sisi perilaku yang dimunculkan pengaruh aspek biologis (sistem

syaraf, faal manusia), dan lingkungan sosial. Jadi yang ditampilkan

merupakan hasil dinamika yang terjadi dalam diri manusia meliputi

aspek biologis dan psikologis. Psikologi juga mempelajari tentang :

- bagaimana kita berpikir dan bersikap.

- bagaimana perasaan kita bekerja & bgmn motivasi & atensi

mempengaruhi kinerja & perilaku.

- bagaimana kita menyelesaikan masalah.

- bagaimana perkembangan dari anak sp dewasa & bgmn emosi

berperan terhadap apa yg dikerjakan & putuskan.

Data psikologis digunakam utk memastikan agar disain tdk membebani

pikiran dan perilaku.

BAB II

RUANG LINGKUP ERGONOMI

E. Ruang Lingkup

Ergonomi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia

dengan elemen-elemen lain dalam suatu sistem dan pekerjaan yang

40

Page 41: Makalah. Dk3 Pengantar Faal Kerja

mengaplikasikan teori, prinsip, data dan metode untuk merancang suatu

sistem yang optimal, dilihat dari sisi manusia dan kinerjanya. Ergonomi

memberikan sumbangan untuk rancangan dan evaluasi tugas, pekerjaan,

produk, lingkungan dan sistem kerja, agar dapat digunakan secara

harmonis sesuai dengan kebutuhan, kemampuan dan keterbatasan manusia

(International Ergonomic Assosiation, 2002).

Spesialisasi bidang ergonomi meliputi: ergonomi fisik, ergonomi

kognitif, ergonomi sosial, ergonomi organisasi, ergonomi lingkungan dan

faktor lain yang sesuai. Evaluasi ergonomi merupakan studi tentang

penerapan ergonomi dalam suatu sistem kerja yang bertujuan untuk

mengetahui kelebihan dan kekurangan penerapan ergonomi, sehingga

didapatkan suatu rancangan keergonomikan yang terbaik. Adapun isi

ruang lingkup bidang ergonomi meliputi:

· Ergonomi Fisik : berkaitan dengan anatomi tubuh manusia,

anthropometri, karakteristik fisiolgi dan biomekanika yang

berhubungan dengan aktifitas fisik. Topik-topik yang relevan dalam

ergonomi fisik antara lain: postur kerja, pemindahan material, gerakan

berulan-ulang, sumber daya manusia (SDM), tata letak tempat kerja,

keselamatan dan kesehatan.

· Ergonomi Kognitif: berkaitan dengan proses mental manusia, termasuk

di dalamnya; persepsi, ingatan, dan reaksi, sebagai akibat dari interaksi

manusia terhadap pemakaian elemen sistem. Topik-topik yang relevan

dalam ergonomi kognitif antara lain; beban kerja, pengambilan

keputusan, performance, human-computer interaction, kehandalan

manusia, dan stress kerja.

Kognisi merupakan suatu aktifitas mental yang melibatkan proses

akuisi (acquisition), penyimpanan (storage), pemanggilan (retrieval)

dan penggunaan (use) pengetahuan (Matlin, 1994). Simon dan Kaplan

(1989) menyebutkan bahwa studi kognitif (cognitive science)

merupakan studi mengenai kecerdasan dan system cerdas dengan

referensi tertentu mengenai prilaku kecerdasan sebagai komputasi.

41

Page 42: Makalah. Dk3 Pengantar Faal Kerja

Keilmuan kognitif dapat pula dilihat sebagai studi dari kognitif itu

sendiri yang meliputi prototype dari sebuah fenomena atau biasa

dikenal dengan presepsi, pemecahan masalah (problem solving),

reasoning, pembelajaran (learning), dan memori (pylyshyn, 1989).

Cognitive science juga merupakan suatu bidang keilmuan yang

berusaha untuk menjawab pertanyaan mengenai proses munculnya

suatu pengetahuan, termasuk komponen, pengembangan, dan

pemanfaatan pengetahuan tersebut (Gardner, 1985). Adapun bahasan

kognitif meliputi (Matlin, 1994):

Proses presepsi (perceptual process).

Memori (memory).

Model Mental (mental images).

Kemampuan bahasa: mendengarkan (listening), membaca

(reading).

Produksi bahasa (language speaking): berbicara (speaking),

menulis (writing).

Pemecahan masalah dan kreativitas (creativity).

Pertimbangan logis (logical reasoning) dan pengambilan keputusan

(decision making).

Kemampuan kognitif diatas akan digunakan pada saat membaca,

mendengarkan dan memahami instruksi, menghadapi masalah yang

harus dipecahkan, menghadapi pilihan keputusan dan lain-lain. Kognitif

atau disebut juga kognisi yang berarti adalah “proses berpikir”. Kognisi

adalah kepercayaan seseorang tentang sesuatu yang didapatkan dari

proses berpikir tentang seseorang atau sesuatu. Proses berpikir yang

dilakukan adalah memperoleh pengetahuan dan memanipulasi

pengetahuan melalui aktivitas mengingat, menganalisa, memahami,

menilai, menalar, membayangkan dan berbahasa. Kapasitas atau

kemampuan kognitif yang dimiliki setiap individu erat kaitannya

dengan kecerdasan atau inteligensi. Kecerdasan dapat diukur dengan

menggunakan alat psikometri yang biasa disebut test IQ. Dalam

42

Page 43: Makalah. Dk3 Pengantar Faal Kerja

beberapa kasus, kecerdasan bisa termasuk kreativitas, kepribadian,

watak, pengetahuan atau kebijaksanaan. Namun, beberapa psikolog tak

memasukksan hal-hal tadi dalam kerangka definisi kecerdasan.

Kecerdasan biasanya merujuk pada kemampuan atau kapasitas mental

dalam berpikir, namun belum terdapat definisi yang memuaskan

mengenai kecerdasan.

· Ergonomi Organisasi: berkaitan dengan optimasi sistem sosioleknik,

termasuk sturktur organisasi, kebijakan dan proses. Topik-topik yang

relevan dalam ergonomi organisasi antara lain; komunikasi, manajemen

sumber daya manusia (MSDM), perancangan kerja, perancangan waktu

kerja, teamwork, perancangan partisipasi, komunitas ergonomi, cultur

organisasi, organisasi virtual, dll.

· Ergonomi Lingkungan: berkaitan dengan pencahayaan, temperatur,

kebisingan, dan getaran. Topik-topik yang relevan dengan ergonomi

lingkungan antara lain; perancangan ruang kerja, sistem akustik dan

lain-lain.

F. Pelatihan Ergonomi

Pelatihan bidang ergonomi sangat penting, sebab ahli ergonomi

umumnya berlatar belakang pendidikan tehnik, psikologi, fisiologi atau

dokter, meskipun ada juga yang dasar keilmuannya tentang desain,

manajer dan lain-lain. Akan tetapi semuanya ditujukan pada aspek proses

kerja dan lingkungan kerja.

C. Metode Ergonomi

1. Diagnosis, dapat dilakukan melalui wawancara dengan pekerja, inspeksi

tempat kerja penilaian fisik pekerja, uji pencahayaan, ergonomik

checklist dan pengukuran lingkungan kerja lainnya. Variasinya akan

sangat luas mulai dari yang sederhana sampai kompleks.

43

Page 44: Makalah. Dk3 Pengantar Faal Kerja

2. Treatment, pemecahan masalah ergonomi akan tergantung data dasar

pada saat diagnosis. Kadang sangat sederhana seperti merubah posisi

meubel, letak pencahayaan atau jendela yang sesuai. Membeli furniture

sesuai dengan demensi fisik pekerja.

3. Follow-up, dengan evaluasi yang subyektif atau obyektif, subyektif

misalnya dengan menanyakan kenyamanan, bagian badan yang sakit,

nyeri bahu dan siku, keletihan , sakit kepala dan lain-lain. Secara

obyektif misalnya dengan parameter produk yang ditolak, absensi sakit,

angka kecelakaan dan lain-lain.

D. Aplikasi/penerapan Ergonomik:

1. Posisi Kerja terdiri dari posisi duduk dan posisi berdiri, posisi duduk

dimana kaki tidak terbebani dengan berat tubuh dan posisi stabil selama

bekerja. Sedangkan posisi berdiri dimana posisi tulang belakang

vertikal dan berat badan tertumpu secara seimbang pada dua kaki.

2. Proses Kerja

Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi

waktu bekerja dan sesuai dengan ukuran anthropometrinya. Harus

dibedakan ukuran anthropometri barat dan timur.

3. Tata letak tempat kerja

Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja.

Sedangkan simbol yang berlaku secara internasional lebih banyak

digunakan daripada kata-kata.

4. Mengangkat beban

Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban yakni, dengan kepala,

bahu, tangan, punggung dsbnya. Beban yang terlalu berat dapat

menimbulkan cedera tulang punggung, jaringan otot dan persendian

akibat gerakan yang berlebihan.

a. Menjinjing beban

Beban yang diangkat tidak melebihi aturan yang ditetapkan ILO sbb:

44

Page 45: Makalah. Dk3 Pengantar Faal Kerja

- Laki-laki dewasa 40 kg

- Wanita dewasa 15-20 kg

- Laki-laki (16-18 th) 15-20 kg

- Wanita (16-18 th) 12-15 kg

b. Organisasi kerja

Pekerjaan harus di atur dengan berbagai cara :

- Alat bantu mekanik diperlukan kapanpun

- Frekuensi pergerakan diminimalisasi

- Jarak mengangkat beban dikurangi

- Dalam membawa beban perlu diingat bidangnya tidak licin dan

mengangkat tidak terlalu tinggi.

- Prinsip ergonomi yang relevan bisa diterapkan.

c. Metode mengangkat beban

Semua pekerja harus diajarkan mengangkat beban. Metode kinetik dari

pedoman penanganan harus dipakai yang didasarkan pada dua prinsip :

- Otot lengan lebih banyak digunakan dari pada otot punggung

- Untuk memulai gerakan horizontal maka digunakan momentum berat

badan.

Metoda ini termasuk 5 faktor dasar :

o Posisi kaki yang benar

o Punggung kuat dan kekar

o Posisi lengan dekat dengan tubuh

o Mengangkat dengan benar

o Menggunakan berat badan

d. Supervisi medis

Semua pekerja secara kontinyu harus mendapat supervisi medis teratur.

- Pemeriksaan sebelum bekerja untuk menyesuaikan dengan beban

kerjanya

45

Page 46: Makalah. Dk3 Pengantar Faal Kerja

- Pemeriksaan berkala untuk memastikan pekerja sesuai dengan

pekerjaannya dan mendeteksi bila ada kelainan

- Nasehat harus diberikan tentang hygiene dan kesehatan, khususnya

pada wanita muda dan yang sudah berumur.

BAB III

MASALAH ERGONOMI KERJA

D. Sakit dan Cacat Akibat Cara Kerja yang Tidak Ergonomis

46

Page 47: Makalah. Dk3 Pengantar Faal Kerja

Cara kerja harus dilakukan dengan benar, karena sangat perlu

mendapat perhatian yang layak, sebab cara kerja yang tidak benar dari segi

faal kerja atau ergonomi dapat mengakibatkan risiko gangguan kesehatan,

penyakit bahkan juga kecacatan. Sindrom Pemakaian atau Penggunaan

Berlebihan Akibat Kerja (SPBAK), menunjukkan gejala rasa nyeri pada bahu,

leher, lengan, dan tangan yang merupakan efek kerja berlebihan kepada

sistem musko-skeletal yaitu otot, saraf, sendi, ligamen dan atau struktur

lainnya. Manifestasi SPBAK dapat berupa :

1) Sindrom nyeri miofasial (myofacial pain syndrome)

Gejala yang ditimbulkan adalah rasa nyeri pada bahu dan leher dan atau

nyeri tekan pada sekurang-kurangnya salah satu pada otot leher bagian atas

dan m.trapezius bagian atas; dan sekurang-kurangnya salah satu dari

m.supraspinatus atau m.imfraspinatus.

2) Kapsulitis bahu (shoulder capsulitis)

Dengan gejala nyeri pada bahu dan terjadinya hambatan gerak aktif dan

pasif pada sendi glenohumoral dengan pola kapsuler yaitu hambatan gerak

rotasi eksternal lebih besar daripada abduksi dan hambatan gerak abduksi

lebih besar daripada rotasi internal.

3) Tendinitis tendo sekitar kapsul sendi bahu (rotator cuff tendinitis)

Dengan gejala yang datang-hilang pada bahu yang rasa nyerinya

bertambah saat mengangkat lengan dan/nyeri tekan pada tuberkulum majus

humeri;paling sedikit terasa nyeri pada tahanan salah satu dari gerak aktif

abduksi, rotasi eksternal atau internal.

4) Epikondilitis lateral (lateral epicondilitis)

Dengan rasa nyeri pada sisi lateral siku dan nyeri tekan pada bagian sisi

tersebut yang disertai timbulnya rasa nyeri dibagian siku dimaksud pada

tahanan ekstensi pergelangan tangan.

5) Epikondilitis medial (medial epicondilitis)

47

Page 48: Makalah. Dk3 Pengantar Faal Kerja

Dengan rasa nyeri pada sisi merliar siku dan nyeri tekan pada bagian siku

tersebut yang disertai timbulnya rasa nyeri di bagian siku dimaksud pada

tahanan fleksi pergelangan tangan.

6) Sindrom terowongan pergelangan tangan (karpal)(carpal tunel

syndrome)

Dengan gejala rasa nyeri atau kesemutan (paraesthesia) atau rasa baal

didaerah persyarafan n.medianus dan salah satu tanda obyektif hasil

positif tes Tinel atau tes Phalen; pada eksaserbasi sindrom ini gejalanya

timbul malam hari; dan terdapat kelumpuhan (paralisis atau paresisi) atau

kelemahan pada m.abduktor polisis brevis.

7) Penyakit de Quervain (tenosinovitis; de Quervain’s)

Dengan gejala rasa nyeri pada sekitar prosessus stiloiedeus dan

pembengkakan yang disertai rasa nyeri pada ekstensor jari pertama yang

disertai timbulnya rasa nyeri pada tahanan ekstensi ibu jari atau tes

Finkelstein positif.

8) Nyeri non-spesifik lengan bawah

Dengan gejala rasa nyeri lengan bawah tanpa gambaran patologis spesifik

dan tidak memiliki karakteristika untuk dipandang sebagai sindrom yang

khusus. Adapun gejala atau tanda nyeri non spesifik lengan bawah

meliputi rasa lemah atau kurangnya tenaga lengan bawah; kejang (cram)

otot lengan bawah; lengan bawah tidak berfungsi sebagaimana mestinya;

nyeri tekan dilengan bawah; dan pelambatan gerakan lengan bawah.

E. Penyebab

Cidera diakibatkan karena:

1. Penggunaan yg berulang-ulang alat atau peralatan yg bergetar.

2. Alat/tugas yg membutuhkan gerakan memutar tangan atau sendi.

3. Menggunakan kekuatan dlm posisi canggung (awkward posture).

4. Menggunakan tekanan yg berlebih pd bagian-bagian tangan, punggung,

pergelangan tangan atau sendi-sendi.

5. Menggunakan tangan menjangkau di atas kepala.

48

Page 49: Makalah. Dk3 Pengantar Faal Kerja

6. Kerja membungkuk.

7. Mengangkat/mendorong beban berat.

F. Masalah ergonomi pada proses industri

Ergonomi mempunyai peranan penting dalam mengawal proses

industri. Mekanisasi dan otomasi adalah ciri masyarakat industri lebih-lebih

masyarakat industri maju, tetapi hal itu bukan monopoli masyarakat demikian

saja melainkan terjadi di dunia pertanian dan pedesaan serta sektor informal

yang baru saja memulai pengembangan aktivitas kehidupannya dan juga pada

pekerjaaan administrasi di perkantoran, maka biasanya timbul permasalahan

sebagai berikut :

1. Terjadi pengaruh besar dari pekerjaan baru dalam hal pengerahan tenaga

fisik dan daya mental pada pekerjaan yang bebannya berat dan dikerjakan

secara berulang (repetitif) pada tenaga kerja pelaksanaannya;

2. Pengoperasian, perawatan dan perbaikan mesin dan peralatan kerja yang

tidak dilaksanakan dengan cara kerja dan pada lingkungan kerja yang

tidak memenuhi persyaratan ergonomis yang semestinya;

3. Kurang dipenuhinya persyaratan kesehatan fisik dan mental sehubungan

dengan pekerjaan yang menyangkut besarnya beban fisik dan mental,

lama dan tempo kerja, interaksi tenaga kerja dengan pekerjaannya,

pengaruh kerja bergilir, perasan terisolasi dan bertambahnya tanggung

jawab dan dan lainnya. Juga sangat besarnya beban tambahan yang

dikarenakan oleh faktor lingkungan dalam pekerjaan, diperusahaan dan

pada masyarakat umum;

4. Pindahnya tenaga kerja pertanian ke perindustrian dan perkotaan terutama

dalam masyarakat yang sektor pertaniannya tidak cukup memberikan

lapangan pekerjaan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Suma’mur. Hiegene Perusahaan dan Keselamatan Kerja. Hal. 319-371. Sabung Seto : Jakarta. 2009

49

Page 50: Makalah. Dk3 Pengantar Faal Kerja

2. Eko Nurmianto. 1996. Ergonomi, Konsep Dasar dan Aplikasinya, Jakarta. PT Candimas Metropole.

3. Julius Paneroand Martin Zelnik(1979), Human Dimension and Interior Space, Whitney Library of Design

4. Pheasant. S (1986), Body space, Anthopometri, Ergonomic and Design, London; Taylor and Francis.

5. Tayyari, N. Eko, 1996. Penguuran Kerja Fisik Manusia Dengan Pendekatan Biomekanika: Universitas Islam Indonesia

6. Carmel M. and Andre R. 2000. An Update on Ergonomic Issues in Sonography B.Sc. Healthcare Benefit Trust

7. Anonim.2008.Analisis Pengukuran Beban Kerja Fisik dengan Metode Fisiologi

8. www.isjd.com ”Ergonomi : Pusat Kesehatan Kerja Departemen Kesehatan RI”.

GLOSARIUM

Abduksi : Gerakan tangan mendekati badan

50

Page 51: Makalah. Dk3 Pengantar Faal Kerja

Anthropolometer : suatu alat untuk mengukur jarak, ketinggian dan sudut suatu

titik dari suatu posisi acuan tertentu.

Antrometri : Ilmu yang secara khusus mempelajari tentang pengukuran tubuh

manusia guna merumuskan perbedaan-perbedaan ukuran pada

tiap individu atau kelompok.

Biomekanika : penelitian tentang kekuatan fisik manusia yang mencakup

kekuatan atau daya fisik manusia ketika bekerja dan

mempelajari bagaimana cara kerja serta peralatan harus

dirancang agar sesuai dengan kemampuan fisik manusia ketika

melakukan aktivitas kerja tersebut.

Bioteknologi : cabang ilmu yang mempelajari pemanfaatan makhluk hidup

(bakteri, fungi,virus, dan lain-lain) maupun produk dari makhluk

hidup (enzim, alkohol) dalam proses produksi untuk

menghasilkan barang dan jasa.

Efisien : Penggunaan sesuatu secara tepat guna

Ergonomi : perencanaan tata kerja yang dilaksanakan dengan cara yang

lebih baik dalam hal metoda kerja dan peralatan serta

perlengkapann

Faal kerja : Ilmu yang digunakan khusus untuk orang yang bekerja

Fisiologi : mempelajari informasi mengenai seberapa besar aktivitas

berbagai sistem tubuh (sirkulasi darah, pernafasan, pencernaan,

dan aktivitas muskuloskeletal) dpt bertahan tanpa mengalami

kerja yg berlebihan dan mengalami kelelahan

Insentif : Pemberian bonus kepada tenaga kerja secara berkala

Kuesioner : Suatu metode penelitian dengan mengajukan pertanyaan

Konsumtif : Perilaku yang menggunakan sesuatu secara berlebihan(boros)

Musko-skeletal : Pelajaran tentang tulang dan penyusunnya

51

Page 52: Makalah. Dk3 Pengantar Faal Kerja

Psikologis : ilmu tingkah laku dapat dipelajari dari dua sisi, yaitu sisi

perilaku yang dimunculkan pengaruh aspek biologis (sistem

syaraf, faal manusia), dan lingkungan sosial.

INDEKS

52

Page 53: Makalah. Dk3 Pengantar Faal Kerja

Abduksi, 39

Absenteisme, 5

Anthropolometer, 11

Antropologi, 4

Arbeitswissenschaft, 1,3

Biometrika, 4

Bising, 21,25

Carpal tunel syndrome, 4

Cartilagenous, 14

Checklist, 36

Connective Tissue, 14

Cardivascular, 29,30

Design, 5,6,35

Diagnosis, 36

Disinsentif, 9

Efisien, 4,5,7,9,18

Elektrik, 21

Emotional fatique, 20

Epikondilitis lateral, 39

Epikondilitis medial, 40

Ergonomi, 3,4,5,9,10,12,33,36,37,39

Ergonomi fisik, 33

Ergonomi kognitif, 33

Ergonomi lingkungan, 33,35

Ergonomi organisasi, 33,35

Ergonomi social, 33

Evaluasi, 36

Faal, 1,32,39

Fisiologi, 1,2,4,5,25,27,28,31,32,33,35

53

Page 54: Makalah. Dk3 Pengantar Faal Kerja

Furniture, 36

Higiene, 4

Horizontal, 18,37

Inelastic, 15

Kapasitas, 5,35

Kapsul sendi bahu, 39

Karakteristika, 10,40

Karpal, 40

Kelelahan, 19,20,21,22

Kinematik, 13

Kinetik, 13,37

Kognitif, 35

Lateral epicondilitis, 39

Metode, 4

Migrant, 21

Miofasial, 39

Monotonis, 20,25

Muskuloskeletal, 32,39

M.abduktor, 40

M.trapezius, 39

Observasi, 5

Obyektif, 36,40

Optimal, 2,4,5,8,33

Organik, 13

Organisasi, 5,35,37

Paralisis, 40

Paraesthesia, 40

Parameter, 5,36

Perifer, 1

Presepsi, 34

54

Page 55: Makalah. Dk3 Pengantar Faal Kerja

Produktif, 4,9

Psikosomatik, 20

Psiologis, 9,19,20,32,35

Refleks, 3,21

Repetitive, 8,41

Rotasi, 15,18,39

Shift, 21

Sibernatika, 4

Sindrom, 39,40

Subyektif, 36

Supervisi medis, 38

Tendinitis tendo, 39

Tes Finkelstein positif, 40

Tuberkulum, 39

Uniform, 13

Variabilitas, 11

Variasi, 36

Ventilasi, 21

Verterbrae, 14

Visual, 20

Visualisas, 12

Zat, 21

Zat adiktif, 21

55

Page 56: Makalah. Dk3 Pengantar Faal Kerja

Soal

Pilihlah jawaban yang paling tepat.

1. Ilmu yang mempelajari hubungan antara pekerja, tempat

kerja dan rancangan pekerjaan adalah. . .

A. ergonomi B. faal C.

fisiologi

D. hiperkes E. fatologi

2. Kelelahan yang disebabkan oleh aktivitas kerja yang

bersifat rutin, monoton, ataupun lingkungan kerja yang

menjemukan.

A. lelah otot B. lelah monotonis

C. lelah mental

D. lelah visual E. lelah kronis

3. Yang merupakan bagian dari pilar ergonomi, kecuali . . .

A. fisiologi B. biomekanika C.

psikologi

D. antropometri E. ekologi

4. Ilmu yang secara khusus mempelajari tentang pengukuran

tubuh manusia guna merumuskan perbedaan-perbedaan

ukuran pada tiap individu atau kelompok adalah . . .

A. antropometri B. biomekanika C.

psikologi

D. fisiologis E. ekologi

5. Masalah ini menempatkan stres pada sistem sirkulasi,

termasuk jantung. Akibatnya, jantung harus memompa

darah lebih banyak ke otot untuk memenuhi kebutuhan

oksigen yang meningkat. Merupakan masalah di

bidang . . .

A. antropometri

56

Page 57: Makalah. Dk3 Pengantar Faal Kerja

B. kognitif.

C. muskuloskeletal

D. kardiovaskular

E. psikomotor

6. Merupakan salah satu dari empat bidang penelitian

informasi hasil ergonomik adalah . . .

A. antropometri B. biomekanika C.

psikologi

D. fisiologis E. ekologi

7. Mempelajari bagaimana tubuh bereaksi kala melakukan

berbagai tipe kerja dan aktivitas adalah . . .

A. antropometri

B. biomekanika

C. psikologis kerja

D. fisiologis kerja

E. ekologi

8. Ilmu tingkah laku dapat dipelajari dari dua sisi, yaitu sisi

perilaku yang dimunculkan pengaruh aspek biologis

(sistem syaraf, faal manusia), dan lingkungan social adalah

A. antropometri B. biomekanika C.

psikologis

D. fisiologis E. ekologi

9. Ergonomi memperhatikan beberapa faktor, yaitu

kecuali . . .

A. faktor fisik

B. faktor biologik

C. faktor kerja

D. faktor organisasi

E. faktor Kelimatik

57

Page 58: Makalah. Dk3 Pengantar Faal Kerja

10. Penyakit atau cacat akibat kerja yang tidak

Ergonomis yaitu nyeri pada sisi lateral siku dan nyeri tekan

pada bagian sisi tersebut yang disertai timbulnya rasa

nyeri dibagian siku dimaksud pada tahanan ekstensi

pergelangan tangan adalah . . .

A. myofacial pain syndrome

B. shoulder capsulitis

C. rotator cuff tendinitis

D. lateral epicondilitis

E. medial epicondilitis

58