Makalah DISPEPSIA

25
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Angka harapan hidup di Indonesia setiap tahunnya semakin meningkat. Hal itu berdampak pada meningkatnya jumlah penduduk lanjut usia (lansia) dibanding jumlah penduduk secara keseluruhan. Kantor Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat (KESRA) melaporkan, jika tahun 1980 usia harapan hidup (UHH) 52,2 tahun dan jumlah lansia 7.998.543 orang (5,45%) maka pada tahun 2006 menjadi 19 juta orang (8,90%) dan UHH juga meningkat (66,2 tahun). Pada tahun 2010 perkiraan penduduk lansia di Indonesia akan mencapai 23,9 juta atau 9,77 % dan UHH sekitar 67,4 tahun. Sepuluh tahun kemudian atau pada 2020 perkiraan penduduk lansia di Indonesia mencapai 28,8 juta atau 11,34 % dengan UHH sekitar 71,1 tahun. Penurunan fungsi tubuh akan menurun seiring bertambahnya umur seseorang. Hal itu membuat lansia sangat identik dengan menurunnya daya tahan tubuh dan mengalami berbagai macam penyakit. Beberapa perubahan dapat terjadi pada saluran cerna atas akibat proses penuaan, terutama pada ketahanan mukosa lambung. Kadar asam lambung lansia biasanya mengalami penuruna 1

description

dispepsia

Transcript of Makalah DISPEPSIA

Page 1: Makalah DISPEPSIA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Angka harapan hidup di Indonesia setiap tahunnya semakin meningkat.

Hal itu berdampak pada meningkatnya jumlah penduduk lanjut usia (lansia)

dibanding jumlah penduduk secara keseluruhan. Kantor Kementerian

Koordinator Kesejahteraan Rakyat (KESRA) melaporkan, jika tahun 1980 usia

harapan hidup (UHH) 52,2 tahun dan jumlah lansia 7.998.543 orang (5,45%)

maka pada tahun 2006 menjadi 19 juta orang (8,90%) dan UHH juga

meningkat (66,2 tahun). Pada tahun 2010 perkiraan penduduk lansia di

Indonesia akan mencapai 23,9 juta atau 9,77 % dan UHH sekitar 67,4 tahun.

Sepuluh tahun kemudian atau pada 2020 perkiraan penduduk lansia di

Indonesia mencapai 28,8 juta atau 11,34 % dengan UHH sekitar 71,1 tahun.

Penurunan fungsi tubuh akan menurun seiring bertambahnya umur

seseorang. Hal itu membuat lansia sangat identik dengan menurunnya daya

tahan tubuh dan mengalami berbagai macam penyakit. Beberapa perubahan

dapat terjadi pada saluran cerna atas akibat proses penuaan, terutama pada

ketahanan mukosa lambung. Kadar asam lambung lansia biasanya mengalami

penuruna hingga 85%. Penurunan tersebut akan membuat lansia rentan

menderita penyakit.

Lansia akan memerlukan obat yang jumlah atau macamnya tergantung

dari penyakit yang diderita. Semakin banyak penyakit pada lansia, semakin

banyak jenis obat yang diperlukan. Banyaknya jenis obat akan menimbulkan

masalah antara lain kemungkinan memerlukan ketaatan atau menimbulkan

kebingungan dalam menggunakan atau cara minum obat. Disamping itu dapat

meningkatkan resiko efek samping obat atau interaksi obat.

Dispepsia atau sakit maag adalah sekumpulan gejala (sindrom) yang

terdiri dari nyeri atau rasa tidak nyaman di epigastrium, mual, muntah,

kembung, rasa penuh atau cepat kenyang, dan sering bersendawa. Kondisi

tersebut dapat menurunkan kualitas hidup lansia. Jika tidak diantisipasi dengan

1

Page 2: Makalah DISPEPSIA

deteksi dini dan tindakan yang tepat, maka dapat berakibat fatal bagi lansia.

Oleh karena itu, peningkatan jumlah penduduk lansia harus diimbangi dengan

peningkatan pelayanan kesehatan. Harapannya agar terjadi peningkatan

kualitas hidup lansia dan memperkecil resiko lansia yang menderita penyakit,

salah satunya adalah dispepsia.

B. Rumusan masalah

1. Apa definisi, etiologi, manifestasi, dan komplikasi dispepsia?

2. Bagaimana patofisiologi (pathway) dan pemeriksaan penunjang dispepsia?

3. Apa saja pengkajian yang perlu dilakukan pada pasien lansia dengan

dispepsia?

4. Apa diagnosa yang sering muncul pada pasien lansia dengan dispepsia?

5. Intervensi apa saja yang dapat diterapkan pada pasien lansia dengan

dispepsia?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi, etiologi, manifestasi, dan komplikasi dispepsia.

2. Untuk mengetahui pathway dan pemeriksaan penunjang dispepsia.

3. Untuk mengetahui pengkajian yang perlu dilakukan pada pasien lansia

dengan dispepsia.

4. Untuk mengetahui diagnosa yang sering muncul pada pasien lansia dengan

dispepsia

5. Untuk mengetahui intervensi apa saja yang dapat diterapkan pada pasien

lansia dengan dispepsia.

2

Page 3: Makalah DISPEPSIA

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

Dispepsia berasal dari bahasa Yunani (Dys) berarti sulit dan Pepse

berarti pencernaan. Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinisyang

terdiri dari rasa tidak enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau

mengalamikekambuhan. Keluhan refluks gastroesofagus klasik berupa rasa

panas di dada (heartburn) dan regurgitasi asam lambung, kini tidak lagi

termasuk dispepsia. Pengertian dispepsia terbagi dua, yaitu :

1. Dispepsia organik, bila telah diketahui adanya kelainan organik sebagai

penyebabnya.Sindroma dispepsi organik terdapat kelainan yang nyata

terhadap organ tubuh misalnyatukak (luka) lambung, usus dua belas jari,

radang pankreas, radang empedu, dan lain-lain.

2. Dispepsia nonorganik atau dispepsia fungsional, atau dispesia nonulkus

(DNU), bila tidak jelas penyebabnya. Dispepsi fungsional tanpa disertai

kelainan atau gangguan struktur organberdasarkan pemeriksaan klinis,

laboratorium, radiologi, dan endoskopi (teropong saluranpencernaan).

Dispepsia atau sakit maag adalah sekumpulan gejala (sindrom) yang

terdiri dari nyeri atau rasa tidak nyaman di epigastrium, mual, muntah,

kembung, rasa penuh atau cepat kenyang, dan sering bersendawa. Biasanya

berhubungan dengan pola makan yang tidak teratur, makanan yang pedas,

asam, minuman bersoda, kopi, obat-obatan tertentu, ataupun kondisi

emosional tertentu misalnya stress (Wibawa, 2006).

Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari

rasa tidak enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami

kekambuhan keluhan refluks gastroesofagus klasik berupa rasa panas di dada

(heartburn) dan regurgitasi asam lambung kini tidak lagi termasuk dispepsia

(Mansjoer A edisi III, 2000).

3

Page 4: Makalah DISPEPSIA

Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis (sindrom) yang

terdiri dari rasa tidak enak/sakit diperut bagian atas yang dapat pula disertai

dengan keluhan lain, perasaan panas di dada daerah jantung (heartburn),

regurgitasi, kembung, perut terasa penuh, cepat kenyang, sendawa, anoreksia,

mual, muntah, dan beberapa keluhan lainnya (Warpadji Sarwono, et all, 1996,

hal. 26)

B. Etiologi

Beberapa perubahan dapat terjadi pada saluran cerna atas akibat proses

penuaan, terutama pada ketahanan mukosa lambung (Wibawa, 2006). Kadar

asam lambung lansia biasanya mengalami penuruna hingga 85%.

Dispepsia dapat disebabkan oleh kelainan organik, yaitu :

a. Gangguan penyakit dalam lumen saluran cerna: tukak gaster atau

duodenum, gastritis, tumor, infeksi bakteri Helicobacter pylori.

Gambar 1. Infeksi bakteri H. Pylori

b. Obat-obatan: anti inflamasi non steroid (OAINS), aspirin, beberapa jenis

antibiotik, digitalis, teofilin dan sebagainya.

c. Penyakit pada hati, pankreas, maupun pada sistem bilier seperti hepatitis,

pankreatitis, kolesistitis kronik.

4

Page 5: Makalah DISPEPSIA

d. Penyakit sistemik seperti diabetes melitus, penyakit tiroid, penyakit jantung

koroner.

Dispepsia fungsional dibagi 3, yaitu :

a. Dispepsia mirip ulkus bila gejala yang dominan adalah nyeri ulu hati.

b. Dispepsia mirip dismotilitas bila gejala dominan adalah kembung, mual,

cepat kenyang.

c. Dispepsia non-spesifik yaitu bila gejalanya tidak sesuai dengan dispepsia

mirip ulkus maupun dispepsia mirip dismotilitis.

Peranan pemakaian OAINS dan infeksi H. Pylori sangat besar pada

kasus-kasus dengan kelainan organik (Panchmatia, 2010).

C. Manifestasi Klinis

a. Nyeri perut (abdominal discomfort),

b. Rasa perih di ulu hati,

c. Mual, kadang-kadang sampai muntah,

d. Nafsu makan berkurang,

e. Rasa lekas kenyang,

f. Perut kembung,

g. Rasa panas di dada dan perut,

h. Regurgitasi (keluar cairan dari lambung secara tiba-tiba).

D. Patofisiologi

Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas,

zat-zat seperti nikotin dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan stres,

pemasukan makanan menjadi kurang sehingga lambung akan kosong,

kekosongan lambung dapat mengakibatkan erosi pada lambung akibat gesekan

antara dinding-dinding lambung, kondisi demikian dapat mengakibatkan

peningkatan produksi HCL yang akan merangsang terjadinya kondisi asam

pada lambung, sehingga rangsangan di medulla oblongata membawa impuls

muntah sehingga intake tidak adekuat baik makanan maupun cairan.

5

Page 6: Makalah DISPEPSIA

Pathway

E. Komplikasi

Penderita sindroma dispepsia selama bertahun-tahun dapat memicu

adanya komplikasi yang tidak ringan. Salah satunya komplikasi dispepsia yaitu

luka di dinding lambung yang dalam atau melebar tergantung berapa lama

lambung terpapar oleh asam lambung. Bila keadaan dispepsia ini terus terjadi

luka akan semakin dalam dan dapat menimbulkan komplikasi pendarahan

6

DISPEPSIA

Respon mukosa lambung

Eksfeliasi (Pengelupasan)

Nyeri

Nyeri epigastrium b/d iritasi pd mukosa lambung

Perangsangan saraf simpatis NV

(Nervus Vagus)

↑ Produksi HCL di lambung

Mual, muntah, anoreksia

Nutrisi kurang dari kebutuhan

Merokok

Stress

Kopi & alkohol

Sel epitel kolumner (-) prduksinya

HCL kontak dengan mukosa gaster

DISPEPSIA Fungsional

vaso dilatasi mukosa gaster

Dispepsia Organik

Kecemasan b/d perubahan status

kesehatan

Perubahan keseimbngan cairan

& elektrolit b/d adanya mual&

muntah

Page 7: Makalah DISPEPSIA

saluran cerna yang ditandai dengan terjadinya muntah darah, di mana

merupakan pertanda yang timbul belakangan. Awalnya penderita pasti akan

mengalami buang air besar berwarna hitam terlebih dulu yang artinya sudah

ada perdarahan awal. Tapi komplikasi yang paling dikuatirkan adalah

terjadinya kanker lambung yang mengharuskan penderitanya melakukan

operasi.

F. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang harus bias menyingkirkan kelainan serius,

terutama kanker lambung, sekaligus menegakkan diagnosis bila mungkin.

Sebagian pasien memiliki resiko kanker yang rendah dan dianjurkan untuk

terapi empiris tanpa endoskopi.

a. Tes Darah

Hitung darah lengkap dan LED normal membantu menyingkirkan

kelainan serius. Hasil tes serologi positif untuk Helicobacter pylori

menunjukkan ulkus peptikum namun belum menyingkirkan keganasan

saluran pencernaan.

b. Endoskopi (esofago-gastro-duodenoskopi)

Endoskopi adalah tes definitive untuk esofagitis, penyakit epitellium

Barret, dan ulkus peptikum. Biopsi antrum untuk tes ureumse untuk

H.pylori (tes CLO) (Davey,Patrick, 2006).

Endoskopi adalah pemeriksaan terbaik masa kini untuk

menyingkirkan kausa organic pada pasien dispepsia. Namun, pemeriksaan

H. pylori merupakan pendekatan bermanfaat pada penanganan kasus

dispepsia baru. Pemeriksaan endoskopi diindikasikan terutama pada pasien

dengan keluhan yang muncul pertama kali pada usia tua atau pasien dengan

tanda alarm seperti penurunan berat badan, muntah, disfagia, atau

perdarahan yang diduga sangat mungkin terdapat penyakit struktural.

Pemeriksaan endoskopi adalah aman pada usia lanjut dengan

kemungkinan komplikasi serupa dengan pasien muda. Menurut Tytgat GNJ,

endoskopi direkomendasikan sebagai investigasi pertama pada evaluasi

penderita dispepsia dan sangat penting untuk dapat mengklasifikasikan

7

Page 8: Makalah DISPEPSIA

keadaan pasien apakah dispepsia organik atau fungsional. Dengan

endoskopi dapat dilakukan biopsy mukosa untuk mengetahui keadaan

patologis mukosa lambung (Wibawa, I Dewa Nyoman, 2006).

c. DPL : Anemia mengarahkan keganasan

d. EGD : Tumor, PUD, penilaian esofagitis

(Pierce.A.Grace & Neil.R.Borley, 2006)

e. Dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan laboratorium termasuk hitung

darah lengkap, laju endap darah, amylase, lipase, profil kimia, dan

pemeriksaan ovum dan parasit pada tinja. Jika terdapat emesis atau

pengeluaran darah lewat saluran cerna maka dianjurkan untuk melakukan

pemeriksaan barium pada saluran cerna bgian atas (Schwartz, M William,

2004).

G. Pemeriksaan Fisik

Anamnesis dan pemeriksaan fisik pada pasien dyspepsia yang belum

diinvestigasi terutama hasrus ditujukan untuk mencari kemungkinan adanya

kelainan organik sebagai kausa dispepsia. Pasien dispepsia dengan alarm

symptoms kemungkinan besar didasari kelainan organik. Menurut Wibawa

(2006), yang termasuk keluhan alarm adalah:

1. Disfagia,

2. Penurunan Berat Badan (weight loss),

3. Bukti perdarahan saluran cerna (hematemesis, melena, hematochezia,

anemia defisiensi besi,atau fecal occult blood),

4. Tanda obstruksi saluran cerna atas (muntah, cepat penuh).

Pasien dengan alarm symptoms perlu dilakukan endoskopi segera untuk

menyingkirkan penyakit tukak peptic dengan komplikasinya, GERD

(gastroesophageal reflux disease), atau keganasan.

8

Page 9: Makalah DISPEPSIA

H. Pencegahan

Pola makan yang normal, dan teratur, pilih makanan yang seimbang

dengan kebutuhan dan jadwal makan yang teratur, sebaiknya tidak

mengkonsumsi makanan yang berkadar asam tinggi, cabai, alkohol dan,

pantang rokok, bila harus makan obat karena sesuatu penyakit, misalnya sakit

kepala, gunakan obat secara wajar dan tidak mengganggu fungsi lambung.

I. Asuhan Keperawatan

Pengkajian

1. Biodata

a. Identitas Pasien : nama, umur, jenis kelamin, suku / bangsa, agama,

pekerjaan, pendidikan, alamat.

b. Identitas penanggung jawab : nama, umur, jenis kelamin, agama,

pekerjaan, hubungan dengan pasien, alamat.

2. Keluhan Utama

3. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat kesehatan sekarang

b. Riwayat kesehatan yang lalu

c. Riwayat kesehatan keluarga

4. Keadaan Umum

a. Tingkat kecemasan

b. Tanda-tanda vital : tekanan darah, suhu, nadi, dan respirasi.

c. Penampilan umum : lemah atau tidak

5. Pemeriksaan

a. Kulit : warna kulit dan tekstur kulit.

b. Kuku : keadaan kuku dan warna kuku.

c. Kepala : bentuk kepala, kelainan, keadaan rambut dan kulit kepala.

d. Mata : sklera, konjungtiva, reflek cahaya, pupil, dan kelainan.

e. Hidung : fungsi penciuman, bentuk, serumen, kelainan.

f. Telinga : fungsi pendengaran, bentuk dan keadaan telinga.

g. Mulut : funsi pengecapan, kebersihan gigi dan kelainan bibir.

h. Dada dan paru-paru : bentuk dan frekuensi napas.

9

Page 10: Makalah DISPEPSIA

i. Abdomen : Nyeri tekanan

j. Genitalia : keadaan rectum

k. Kekuatan otot : reflek bisep, trisep, patella dan babyn sky.

6. Aspek Psiko-Sosial-Spiritual

a. Aspek Psikologis

b. Aspek Sosial

c. Aspek Spritual

7. Aktivitas Daily Living

No Jenis

Aktivitas

Saat Sehat/

Di Rumah

Saat Sakit/

Di RS

1. Minum

Jenis air minum

Frekuensi

Kesulitan

2. Personal hygiene

Frekuensi mandi

Sikat gigi

Frekuensi keramas

3 Eliminasi

A. Eliminasi fecal

Warna urine

Konsistensi urine

Kelainan

B. Euminasi urine

Warna urine

Konsintensi urine

Kelainan

4 Istirahat / tidur

Mulai tidur

Lamanya tidur

Sering terjaga

8. Daftar Penunjang

10

Page 11: Makalah DISPEPSIA

a. Pemeriksaan diagnostic

No Tanggal Jenis

Pemeriksaan

Hasil Nilai

Normal

b. Program terapi

No Hari, Tanggal Nama Obat Dosis Yang Diberikan

Diagnosa

Menurut Inayah (2004) bahwa diagnosa keperawatan yang lazim timbul

pada klien dengan dispepsia antara lain :

a. Nyeri epigastrium berhubungan dengan iritasi pada mukosa lambung.

b. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan rasa tidak enak setelah

makan, anoreksia.

c. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan adanya

mual, muntah.

d. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatannya.

Rencana dan intervensi keperawatan

11

Page 12: Makalah DISPEPSIA

a. Nyeri epigastrium berhubungan dengan iritasi pada mukosa lambung.

Tujuan : Terjadinya penurunan atau hilangnya rasa nyeri

Kriteria Hasil : klien melaporkan terjadinya penurunan atau hilangnya ras

nyeri.

Intervensi Rasional

1. Kaji tingkat nyeri, beratnya (skala 0-

10)

2. Berikan istirahat dengan posisi

semifowler

3. Anjurkan klien untuk menghindari

makanan yang dapat meningkatkan

kerja asam lambung.

4. Anjurkan klien untuk tetap mengatur

waktu makannya

5. Observasi TTV tiap 24 jam

6. Diskusikan dan ajarkan teknik

relaksasi

7. Kolaborasi dengan pemberian obat

analgesik

1. Berguna dalam pengawasan kefektifan

obat, kemajuan penyembuhan

2. Dengan posisi semi-fowler dapat

menghilangkan tegangan abdomen

yang bertambah dengan posisi telentang

3. Dapat menghilangkan nyeri akut/hebat

dan menurunkan aktivitas peristaltik

4. Mencegah terjadinya perih pada ulu

hati/epigastrium.

5. Sebagai indikator untuk melanjutkan

intervensi berikutnya.

6. Mengurangi rasa nyeri atau dapat

terkontrol

7. Menghilangkan rasa nyeri dan

mempermudah kerjasama dengan

intervensi terapi lain

12

Page 13: Makalah DISPEPSIA

b. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan rasa tidak enak setelah

makan, anoreksia.

Tujuan : Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai rentang yang

diharapkan individu.

Kriteria Hasil : menyatakan pemahaman kebutuhan nutrisi

Intervensi Rasional

1. Pantau dan dokumentasikan dan

haluaran tiap jam secara adekuat

2. Timbang BB klien

3. Berikan makanan sedikit tapi sering

4. Catat status nutrisi paasien: turgor kulit,

timbang berat badan, integritas mukosa

mulut, kemampuan menelan, adanya

bising usus, riwayat mual/rnuntah atau

diare.

5. Kaji pola diet klien yang disukai/tidak

disukai.

6. Monitor intake dan output secara

periodik.

7. Catat adanya anoreksia, mual, muntah,

dan tetapkan jika ada hubungannya

dengan medikasi. Awasi frekuensi,

volume, konsistensi Buang Air Besar

(BAB).

1. Untuk mengidentifikasi indikasi atau

perkembangan dari hasil yang diharapkan

2. Membantu menentukan keseimbangan

cairan yang tepat

3. Meminimalkan anoreksia, dan mengurangi

iritasi gaster

4. Berguna dalam mendefinisikan derajat

masalah dan intervensi yang tepat Berguna

dalam pengawasan kefektifan obat,

kemajuan penyembuhan.

5. Membantu intervensi kebutuhan yang

spesifik, meningkatkan intake diet klien.

6. Mengukur keefektifan nutrisi dan cairan

7. Dapat menentukan jenis diet dan

mengidentifikasi pemecahan masalah

untuk meningkatkan intake nutrisi.

13

Page 14: Makalah DISPEPSIA

c. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan adanya

mual, muntah.

Tujuan : menyatakan pemahaman faktor penyebab dan prilaku yang perlu

untuk memperbaiki defisit cairan.

Kriteria Hasil : mempertahankan/menunjukkan perubaan keseimbangan

cairan, dibuktikan stabil, membran mukosa lembab, turgor kulit baik.

Intervensi Rasional

1. Awasi tekanan darah dan nadi,

pengisian kapiler, status membran

mukosa, turgor kulit.

2. Awasi jumlah dan tipe masukan cairan,

ukur haluaran urine dengan akurat.

3. Diskusikan strategi untuk

menghentikan muntah dan penggunaan

laksatif/diuretik.

4. Identifikasi rencana untuk

meningkatkan/mempertahankan

keseimbangan cairan optimal

misalnya : jadwal masukan cairan.

5. Berikan/awasi hiperalimentasi IV

1. Indikator keadekuatan volume sirkulasi

perifer dan hidrasi seluler.

2. Klien tidak mengkomsumsi cairan sama

sekali mengakibatkan dehidrasi atau

mengganti cairan untuk masukan kalori

yang berdampak pada keseimbangan

elektrolit.

3. Membantu klien menerima perasaan

bahwa akibat muntah dan atau

penggunaan laksatif/diuretik mencegah

kehilangan cairan lanjut.

4. Melibatkan klien dalam rencana untuk

memperbaiki keseimbangan untuk

berhasil.

5. Tindakan daruat untuk memperbaiki

ketidak seimbangan cairan elektroli

14

Page 15: Makalah DISPEPSIA

d. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan.

Tujuan : Mendemonstrasikan koping yang positif dan mengungkapkan

penurunan kecemasan.

Kriteria Hasil : menyatakan pemahaman tentang penyakitnya.

Intervensi Rasional

1. Kaji tingkat kecemasan.

2. Berikan dorongan dan berikan waktu

untuk mengungkapkan pikiran dan

dengarkan semua keluhannya.

3. Jelaskan semua prosedur dan

pengobatan.

4. Berikan dorongan spiritual

1. Mengetahui sejauh mana tingkat

kecemasan yang dirasakan oleh klien

sehingga memudahkan dlam tindakan

selanjutnya.

2. Klien merasa ada yang memperhatikan

sehingga klien merasa aman dalam segala

hal tundakan yang diberikan.

3. Klien memahami dan mengerti tentang

prosedur sehingga mau bekejasama dalam

perawatannya.

4. Bahwa segala tindakan yang diberikan

untuk proses penyembuhan penyakitnya,

masih ada yang berkuasa

menyembuhkannya yaitu Tuhan Yang

Maha Esa.

15

Page 16: Makalah DISPEPSIA

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dispepsia atau sakit maag adalah sekumpulan gejala (sindrom) yang terdiri

dari nyeri atau rasa tidak nyaman di epigastrium, mual, muntah, kembung,

rasa penuh atau cepat kenyang, dan sering bersendawa.

Etiologi dari dispepsia karena kelainan organik, yaitu gangguan atau

penyakit dalam lumen saluran cerna, obat-obatan, Penyakit pada hati,

pankreas, maupun pada sistem bilier seperti hepatitis, pankreatitis,

kolesistitis kronik, serta penyakit sistemik

Manifestasi klinis dari dispepsia, yaitu:

a. Nyeri perut (abdominal discomfort),

b. Rasa perih di ulu hati,

c. Mual, kadang-kadang sampai muntah,

d. Nafsu makan berkurang,

e. Rasa lekas kenyang,

f. Perut kembung,

g. Rasa panas di dada dan perut,

h. Regurgitasi (keluar cairan dari lambung secara tiba-tiba).

Patofisiologi dari dispepsia yaitu adanya perubahan pola makan yang tidak

teratur, obat-obatan yang tidak jelas, zat-zat seperti nikotin dan alkohol serta

adanya kondisi kejiwaan stres, pemasukan makanan menjadi kurang

sehingga lambung akan kosong, dan mengakibatkan erosi pada lambung

akibat gesekan antara dinding-dinding lambung, sehingga peningkatan

produksi HCL akan merangsang terjadinya kondisi asam pada lambung, dan

rangsangan di medulla oblongata membawa impuls muntah sehingga intake

tidak adekuat baik makanan maupun cairan.

Komplikasi dari dispepsia yaitu luka di dinding lambung yang dalam atau

melebar tergantung berapa lama lambung terpapar oleh asam lambung, dan

kanker lambung.

16

Page 17: Makalah DISPEPSIA

Pemeriksaan penunjang dari dispepsia yaitu dengan tes darah, endoskopi

(esofago-gastro-duodenoskopi), DPL, EGD, serta dianjurkan untuk

melakukan pemeriksaan laboratorium termasuk hitung darah lengkap, laju

endap darah, amylase, lipase, profil kimia, dan pemeriksaan ovum dan

parasit pada tinja.

Pemeriksaan penunjang dari dispepsia yaitu ditujukan untuk mencari

kemungkinan adanya kelainan organik sebagai kausa dispepsia.

Diagnosa dari dispepsia, yaitu :

a. Nyeri epigastrium berhubungan dengan iritasi pada mukosa lambung.

b. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan rasa tidak enak

setelah makan, anoreksia.

c. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan

adanya mual, muntah.

b. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatannya.

B. Saran

1. Untuk Institusi

Sebagai sekolah yang bergerak di bidang kesehatan, hendaknya

dapat memberi pendidikan yang lebih baik lagi kepada siswanya dalam

praktik pelayanan kesehatan dan menyediakan buku-buku penunjang

sebagai acuan dalam melakukan asuhan keperawatan.

2. Untuk Keluarga

Dalam proses asuhan keperawatan, sangat diperlukan kerja sama

keluarga dan pasien itu sendiri guna memperoleh data yang bermutu untuk

menentukan tindakan sehingga memperoleh hasil yang diharapkan.

17