makalah depresi

31
BAB I PENDAHULUAN Mood didefinisikan sebagai “alam perasaan” atau “suasana perasaan” yang bersifat internal. Ekspresi eksternal dari mood disebut afek. Yang paling utama dari gangguan mood ini adalah mood yang menurun atau tertekan yang disebut depresi dan mood yang meningkat disebut mania. Depresi merupakan suatu sindrom yang ditandai dengan sejumlah gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda pada masing – masing individu. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM – IV) merupakan salah satu instrumen yang dipakai untuk menegakan diagnosis depresi, selain PPDGJ III (ICD – X) yang dipakai di RSJ di Indonesia. Bila manifestasi gejala depresi muncul dalam bentuk keluhan yang berkaitan dengan mood (seperti murung, sedih, putus asa), diagnosis depresi dengan mudah dapat ditegakan. Ada masalah yang dapat menutupi diagnosis depresi, misalnya individu penyalah guna alkohol atau NAPZA untuk mengatasi depresi, atau depresi muncul dalam bentuk gangguan perilaku. Gangguan depresi sering dijumpai. Prevalensi selama kehidupan pada wanita 10% - 25% dan pada laki – laki 5% - 12%. Walaupun depresi lebih sering pada wanita, bunuh diri lebih sering pada laki – laki terutama usia muda dan tua. 1

Transcript of makalah depresi

Page 1: makalah depresi

BAB I

PENDAHULUAN

Mood didefinisikan sebagai “alam perasaan” atau “suasana perasaan” yang bersifat

internal. Ekspresi eksternal dari mood disebut afek. Yang paling utama dari gangguan mood ini

adalah mood yang menurun atau tertekan yang disebut depresi dan mood yang meningkat

disebut mania.

Depresi merupakan suatu sindrom yang ditandai dengan sejumlah gejala klinik yang

manifestasinya bisa berbeda pada masing – masing individu. Diagnostic and Statistical Manual

of Mental Disorders (DSM – IV) merupakan salah satu instrumen yang dipakai untuk

menegakan diagnosis depresi, selain PPDGJ III (ICD – X) yang dipakai di RSJ di Indonesia. Bila

manifestasi gejala depresi muncul dalam bentuk keluhan yang berkaitan dengan mood (seperti

murung, sedih, putus asa), diagnosis depresi dengan mudah dapat ditegakan. Ada masalah yang

dapat menutupi diagnosis depresi, misalnya individu penyalah guna alkohol atau NAPZA untuk

mengatasi depresi, atau depresi muncul dalam bentuk gangguan perilaku.

Gangguan depresi sering dijumpai. Prevalensi selama kehidupan pada wanita 10% - 25%

dan pada laki – laki 5% - 12%. Walaupun depresi lebih sering pada wanita, bunuh diri lebih

sering pada laki – laki terutama usia muda dan tua.

Faktor – faktor yang diduga berperan pada terjadinya gangguan depresi ini, yaitu

peristiwa – peristiwa kehidupan yang berakibat stressor (masalah keuangan, perkawinan,

pekerjaan, dan lain lain), faktor kepribadian, genetik, dan biologik seperti ketidakseimbangan

neurotransmitter, gangguan hormon imunologik

1

Page 2: makalah depresi

BAB II

LATAR BELAKANG

Gangguan suasana perasaan ( gangguan mood) merupakan sekelompok penyakit yang biasanya

mengarah ke depresi atau elasi (suasana perasaan yang meningkat) pasien dengan mood yang

meninggi menunjukkan sikap yang meluap luap, gagasan yang meloncat loncat, penurunan

kebutuhan tidur, peninggian harga diri dan gagasan kebesaran. Pasien dengan mood yang

terdepresi merasakan hilangnya energi dan minat, perasaan bersalah, kesulitan konsentrasi,

hilangnya nafsu makan, pikiran tentang kematian dan bunuh diri.

Secara sederhana, depresi adalah suatu pengalaman yang menyakitkan dan perasaan tidak

ada harapan lagi. Pada saat ini, depresi menjadi gangguan kejiwaan yang sangat mempengaruhi

kehidupan, baik hubungan dengan orang lain maupun dalam pekerjaan. WHO memprediksikan

pada tahun 2020, depresi akan menjadi salah satu penyakit mental yang banyak dialami

masyarakat dunia.

Pada sindrom depresi terjadi defisiensi dari salah satu atau beberapa neurotransmitter

aminergik, pada celah sinaps neuron khususnya di sistem limbik sehingga aktivitas reseptor

serotonin menurun.

Gangguan manik depresi atau yang lebih dikenal dengan gangguan bipolar adalah gangguan

mood yang mempengaruhi sekitar 5.700.000 orang Amerika. Gangguan ini memiliki ciri episode

depresi dan manik bergantian. Gejala gangguan bipolar sangat bervariasi dan sering

mempengaruhi keseharian individu dan hubungan interpersonal. Gangguan bipolar memiliki

resiko bunuh diri yang besar.

2

Page 3: makalah depresi

BAB III

BATASAN ISI

3.1 DEFINISI DEPRESI

Depresi adalah suatu perasaan sedih yang sangat mendalam yang terjadi setelah mengalami suatu

peristiwa dramatis atau menyedihkan, misalnya kehilangan seseorang yang disayangi. Seseorang

bisa jatuh dalam kondisi depresi jika ia terus-menerus memikirkan kejadian pahit, menyakitkan,

keterpurukan dan peristiwa sedih yang menimpanya dalam waktu lama melebihi waktu normal

bagi kebanyakan orang.1

Depresi dapat terjadi pada siapa pun, golongan mana pun, keadaan sosial ekonomi apa pun, serta

pada usia berapa pun. Tetapi umumnya depresi mulai timbul pada usia 20 sampai 40 tahun-an.

Depresi biasanya berlangsung selama 6-9 bulan, dan sekitar 15-20% penderita berlangsung

sampai 2 tahun atau lebih. Episode depresi cenderung berulang sebanyak beberapa kali dalam

kehidupan seseorang.

Menurut National Institute of Mental Health (dalam Siswanto, 2002), gangguan depresi

dipahami sebagai suatu penyakit tubuh yang menyeluruh (whole-body), yang meliputi tubuh,

suasana perasaan dan pikiran. Ini berpengaruh terhadap cara makan dan tidur, cara seseorang

merasa mengenai dirinya sendiri dan cara orang berpikir mengenai sesuatu. Gangguan depresi

tidak sama dengan suasana murung (blue mood). Ini juga tidak sama dengan kelemahan pribadi

atau suatu kondisi yang dapat dikehendaki atau diharapkan berlaku. Orang dengan penyakit

depresi tidak dapat begitu saja “memaksa diri mereka sendiri” dan menjadi lebih baik.

3.2 MANIFESTASI KLINIS

Depresi muncul secara bertahap selama beberapa hari atau minggu. Penderita tampak tenang dan

sedih atau mudah tersinggung dan cemas datang silih berganti, lama – lama gejala tersebut

bertambah berat dan menetap. Gejala depresi yang paling serius adalah pemikiran tentang bunuh

diri. Banyak penderita yang ingin mati atau merasa mereka sangat tidak berguna sehingga

mereka sepantasnya mati. Sebanyak 15% penderita menunjukkan perilaku bunuh diri. Rencana

3

Page 4: makalah depresi

bunuh diri merupakan keadaan yang sangat berbahaya sehingga penderitanya harus dirawat dan

diawasi secara ketat, sampai keinginan bunuh dirinya hilang.

Banyak penderita yang tidak dapat merasakan emosi sedih, gembira, dan senang secara normal.

Dari perspektifnya dunia tampak semakin suram, tidak ada kehidupan, dan menjemukan.

Berpikir, berbicaram dan kegiatan umum lainnya semakin jarang dilakukan, dan akhirnya akan

menghentikan seluruh aktivitasnya.

Pikirannya dipenuhi oleh perasaan bersalah dan memiliki gagasan untuk menghancurkan dirinya

sendiri, serta tidak dapat berkonsentrasi dengan baik dan daya ingat menurun. Mereka sering

bimbang dan menarik diri, merasa tidak berdaya dan putus asa serta berpikir tentang kematian

dan bunuh diri.

Penderita mengalami kesulitan tidur dan seringkali terbangun, terutama pada dini hari. Gairah

dan kenikmatan seksualnya hilang. Nafsu makan yang buruk dan penurunan berat badan kadang

menyebabkan penderita menjadi kurus dan siklus menstruasinya terganggu atau berhenti. Pada

sekitar 20% penderita, gejalanya lebih ringan tetapi berlangsung selama bertahun – tahun bahkan

berpuluh-puluh tahun. Apabila depresinya ringanm penderita akan makan sangat banyak

sehingga terjadi penambahan berat badan berlebihanm terjadi kegemukan.1,2

3.3. MACAM DAN BENTUK DEPRESI

Depresi dapat muncul dalam beberapa bentuk, antara lain:

1. Depresi Situasional, merupakan depresi yang terjadi setelah mengalami suatu peristiwa

sedih yang berat/traumatik, seperti kematian orang yang dicintai, di-PHK, kehilangan

mata pencaharian mendadak, bangkrut, dan sebagainya.

2. Holiday Blues, merupakan depresi yang terjadi ketika sedang berlibur atau merayakan

suatu momen sedih, mengenang peristiwa masa lalu yang pahit, lalu timbul depresi.

Depresi jenis ini biasanya bersifat sementara, begitu momen perasaan khususnya selesai,

ia akan kembali pulih.

3. Depresi Endogenous, merupakan depresi tanpa penyebab yang pasti, tiba – tiba saja

muncul tanpa diketahui faktor pencetusnya.

4. Depresi Vegetatif, merupakan depresi yang membuat penderita cenderung menarik diri

dari pergaulan, jarang berbicara, tidak mau makan dan tidak mau tidur. Yang

dilakukannya hanya melamun dan bingung.

4

Page 5: makalah depresi

5. Depresi Agitatif, diketahui dari penderitanya yang tampak sangat gelisah, cemas,

meremas – remas tangannya serta banyak bicara, hiperaktif, tidak bisa diam.

6. Depresi Disrtimik, depresi jenis ini berhubungan dengan perubahan kepribadian yang

nyata. Penderita tampak lusuh, muram, pesimis, tidak suka bercanda atau tidak mampu

menikmati kesenangan. Ia berlaku pasif, menarik diri (introvert), curiga, suka mengkritik,

dan sering menyesali dirinya sendiri. Pikiran penderita dipenuhi dengan kekurangan,

kegagalan, dan hal – hal negatif, bahkan menikmati kegagalannya.

Beberapa penderita mengeluhkan penyakit fisik, berupa sakit dan nyeri, ketakutan akan

musibah, atau takut menjadi gila. Penderita juga merasa bahwa mereka menderita

penyakit yang tidak dapat disembuhkan atau yang memalukan (misalnya kanker atau

penyakit menular seksual, AIDS/HIV) dan berpikir telah menularkannya kepada orang

lain sehingga timbul rasa bersalah dan penyelasan mendalam.

F 34.1 Distimia

Pedoman Diagnostik

• Ciri esensial ialah efek depresif yang berlangsung sangat lama yang tidak pernah

atau jarang sekali cukup parah untuk memenuhi kriteria gangguan depresif berulang

ringan atau sedang (F33.0 atau F33.1)

• Biasanya mulai pada usia dini masa dewasa dab berlangsung sekurang-kurangnya

beberapa tahun, kadang-kadang untuk jangka waktu tidak terbatas.

Jika onsetnya pada usia lanjut, gangguan ini seringkali merupakan kelanjutan suatu

episode depresif tersendiri (F32.) dan berhubungan dengan masa berkabung atau stress

lain yang tampak jelas.

7. Depresi Psikotik. Sekitar 15 % penderita terutama pada depresi berat, akan mengalami

delusi (keyakinan yang salah terhadap sesuatu) atau halusinasi (melihat atau mendengar

sesuatu yang sesungguhnya tidak ada). Mereka yakin telah berbuat dosa atau kejahatan

besar yang tidak dapat diampuni atau mendengar suara-suara yang menuduh mereka telah

melakukan berbagai perbuatan asusila yang tidak senonoh atau suara-suara yang

mengutuk mereka supaya mati. Kadang penderita membayangkan bahwa mereka melihat

peti mati dan orang-orang yang sudah meninggal. Perasaan tidak aman dan tidak

5

Page 6: makalah depresi

berharga bisa menyebabkan depresi yang sangat berat pada penderita yang yakin bahwa

mereka diawasi dan dihukum.1,2,3

3.4 KRITERIA DIAGNOSIS

(Menurut PPDGJ III)

1. Episode Depresif

Pada semua tiga variasi dari episode depresif khas yang tercantum di bawah ini:

ringan, sedang dan berat, individu biasanya menderita suasana perasaan (mood) yang

depresif, kehilangan minat dan kegembiraan, dan berkurangnya energy yang menuju

meningkatnya keadaan mudah lelah dan berkurangnya aktivitas. Biasanya ada rasa

lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja. Gejala lazim lainnya adalah Konsentrasi

dan perhatian berkurang

a. Harga diri dan kepercayaan diri berkurang

b. Gagasan tentang perasaan bersalah dan tidak berguna (bahkan pada episode tipe

ringan sekalipun)

c. Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis

d. Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri

e. Tidur terganggu

f. Nafsu makan berkurang

Untuk episode depresif dari ketiga-tiganya tingkat keparahan, biasanya

diperlukan masa sekurang-kurangnya 2 minggu untuk penegakkan diagnosis, akan

tetapi periode lebih pendek dapat dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan

berlangsung cepat

F32.0 Episode depresif ringan

Suasana perasaan mood yang depresif, kehilangan minat dan kesenangan,

dan mudah menjadi lelah biasanya dipandang sebagai gejala depresi yang paling

khas; sekurang-kurangnya dua dari ini, ditambah sekurang-kurangnya dua gejala

lazim di atas harus ada untuk menegakkan diagnosis pasti. Tidak boleh ada gejala

yang berat di antaranya. Lamanya seluruh episode berlansung ialah sekurang-

kurangnya sekitar 2 minggu

6

Page 7: makalah depresi

Individu yang mengalami episode depresif ringan biasanya resah tentang

gejalanya dan agak sukar baginya untuk meneruskan pekerjaan biasa dan kegiatan

social, namun mungkin ia tidak akan berhenti berfungsi sama sekali

F32.1 Episode depresif sedang

Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala yang paling khas yang

ditentukan untuk episode depresif ringan, ditambah sekurang-kurangnya tiga (dan

sebaiknya empat) gejala lainnya. Beberapa gejala mungkin tampil amat menyolok,

namun ini tidak esensial apabila secara keseluruhan ada cukup banyak variasi

gejalanya. Lamanya seluruh episode berlangsung minimal sekitar 2 minggu

Individu dengan episode depresif taraf; sedang biasanya menghadapi kesulitan

nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan dan urusan rumah tangga.

F32.2 Episode depresif berat tanpa gejala psikotik

Pada episode depresif berat, penderita biasanya menunjukkan ketegangan

atau kegelisahan yang amat nyata, kecuali apabila retardasi merupakan ciri

terkemuka. Kehilangan harga diri dan perasaan dirinya tak berguna mungkin

mencolok, dan bunuh diri merupakan bahaya nyata terutama pada beberapa kasus

berat. Anggapan di sini ialah bahwa sindrom somatik hampir selalu ada pada episode

dpresif berat.

Semua tiga gejala khas yang ditentukan untuk episode depresif ringan dan

sedang harus ada, ditambah sekurang-kurangnya empat gejala lainnya, dan beberapa

diantaranya harus berintensitas berat. Namun, apabila gejala penting (misalnya

agitasi atau retardasi) menyolok, maka pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu

utnuk melaporkan banyak gejalanya secara terinci. Dalam hal demikian, penentuan

menyeluruh dalam subkategori episode berat masih dapat dibenarkan. Episode

depresif biasanya seharusnya berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu, akan tetapi

jika gejala amat berat dan beronset sangat cepat, maka mungkin dibenarkan untuk

menegakkan diagnosis dalam waktu kurang dari 2 minggu.

7

Page 8: makalah depresi

Selama episode depresif berat, sangat tidak mungkin penderita akan

mampu meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan atau urusan rumah tangga, kecuali

pada taraf yang sangat terbatas.

Kategori ini hendaknya digunakan hanya untuk episode depresif berat

tunggal tanpa gejala psikotik; untuk episode selanjutnya, harus digunakan

subkategori dari gangguan depresif berulang.

F32.3 Episode depresif berat dengan gejala psikotik

Episode depresif berat yang memenuhi kriteria menurut F32.2 terssebut di

atas, disertai waham, halusinasi atau stupor depresif. Wahamnya biasanya melibatkan

ide tentang dosa, kemiskinan atau malapetaka yang mengancam, dan pasien dapat

merasa bertanggung jawab atas hal itu. Halusinasi auditorik atau olfaktorik biasanya

berupa suara yang menghina atau menuduh atau bau kotoran atau daging membusuk.

Retardasi psikomotor yang berat dapat menuju pada stupor. Jika diperlukan, waham

atau halusinasi dapat ditentukan sebagai serasi atau tidak serasi dengan suasana

perasaan (mood).

Diagnosis banding. Stupor depresif perlu dibedakan dari skizofrenia

katatonik, stupor disosiatif, dan bentuk stupor organik lainnya. Kategori ini

hendaknya hanya digunakan untuk episode depresif berat tunggal dengan gejala

psikotik; untuk episode selanjutnya harus digunakan subkategori gangguan depresif

berulang.3

8

Page 9: makalah depresi

BAB IV

EPIDEMIOLOGI

Pada pengamatan universal, prevalensi gangguan depresif berat pada wanita dua kali lebih besar

dari pada laki – laki. Lebih banyaknya wanita yang tercatat mengalami depresi bisa disebabkan

oleh pola komunikasi wanita yang ingin memberitahukan masalahnya kepada orang lain dan

harapan untuk mendapatkan bantuan atau dukungan sedangkan pada laki – laki cenderung untuk

memikirkan masalahnya sendiri dan jarang menunjukkan emosinya.

Berbagai penelitian mengungkapkan golongan usia muda yaitu remaja dan dewasa awal lebih

mudah terkena depresi. Hal ini terjadi karena pada usia tersebut terdapat tahap – tahap serta tugas

perkembangan yang penting yaitu peralihan dari masa anak – anak ke masa remaja, remaja ke

dewasa, masa sekolah ke masa kuliah dan bekerja serta masa pubertas ke masa pernikahan.

Survei telah melaporkan prevalensi yang tinggi dari depresi terjadi pada usia 18 – 44 tahun.

Beberapa data epidemiologis baru – baru ini menyatakan insidensi gangguan depresif berat

meningkat pada usia kurang dari 20 tahun. Penurunan kecenderungan depresi pada usia dewasa

di duga karena berkurangnya respon emosi seseorang seiring bertambahnya usia, meningkatnya

kontrol emosi dan kekebalan terhadap pengalaman dan peristiwa hidup yang dapat memicu stres.

Pada umumnya gangguan depresif berat paling sering terjadi pada seseorang yang tidak memiliki

hubungan interpersonal yang erat, telah bercerai atau berpisah dengan pasangan hidup. 2,4

9

Page 10: makalah depresi

BAB V

ETIOLOGI & PATOGENESIS

5.1 Faktor Biologis

Beberapa bahan kimia di dalam otak dan tubuh memiliki peranan yang penting dalam

mengendalikan emosi kita. Dalam otak terdapat substansi biokimia yaitu neurotransmitter yang

berfungsi sebagai pembawa pesan komunikasi antar neuron di otak. Jika neurotransmitter ini

berada pada tingkat yang normal, otak akan bekerja secara harmonis. Berdasarkan riset,

kekurangan neurotransmitter serotonin, norepinefrin dan dopamin dapat menyebabkan depresi.

Disatu sisi, jika neurotransmitter ini berlebihan dapat menyebabkan gangguan manik. Selain itu

antidepresan trisiklik dapat memicu mania.

Serotonin adalah neurotransmitter aminergic yang paling sering dihubungkan dengan depresi.

Penurunan serotonin dapat menyebabkan depresi. Pada beberapa pasien yang bunuh diri

memiliki konsentrasi metabolit serotonin yang rendah di cairan serebrospinalnya. Pada

penggunaan antidepresan jangka panjang terjadi penurunan jumlah tempat ambilan kembali

serotonin.

Norepinefrin. Korelasi yang dinyatakan oleh penelitian ilmiah dasar antara regulasi turun (down-

regulation) reseptor adrenergic-beta dan reseptor antidepresan klinik kemungkinan merupakan

bagian data yang paling memaksakan yang menyatakan adanya peranan langsung sistem

noradrenergik dalam depresi. Jenis bukti lain juga telah melibatkan reseptor adrenergic-alfa2

dalam depresi, karena aktivasi reseptor tersebut menyebabkan penurunan jumlah norepinefrin

yang dilepaskan. Reseptor adrenergik-alfa2 juga berlokasi pada neuron serotonergic dan

mengatur jumlah serotonin yang dilepaskan. Adanya noradrenergik yang hampir murni, obat

antidepresan yang efektif secara klinis sebagai contohnya, desipramine (norpramine) mendukung

lebih lanjut peranan norepinefrin di dalam patofisiologi sekurangnya gejala depresi.

Dopamin juga diperkirakan memiliki peranan dalam menyebabkan depresi. Data menunjukkan

aktivitas dopamin yang menurun pada depresi dan meningkat pada mania. Obat yang

menurunkan kadar dopamin seperti reserpine dan pada penyakit yang mengalami penurunan

10

Page 11: makalah depresi

dopamin seperti Parkinson disertai juga dengan gejala depresi. Obat – obat yang meningkatkan

kadar dopamin seperti tyrosin, amphetamine, bupropion menurunkan gejala depresi. Disfungsi

jalur dopamin mesolimbic dan hipoaktivitas reseptor dopamin tipe 1 (D1) terjadi pada depresi.1,2

Gambar 1. Mekanisme terjadinya depresi dengan etiologi neurotransmitter

5.2 Faktor Psikososial

Menurut Freud dalam teori psikodinamikanya, penyebab depresi adalah kehilangan objek

yang dicintai. Ada sejumlah faktor psikososial yang diprediksi sebagai penyebab gangguan

mental pada lanjut usia yang pada umumnya berhubungan dengan kehilangan. Faktor psikososial

tersebut adalah hilangnya peranan sosial, hilangnya otonomi, kematian teman atau sanak

saudara, penurunan kesehatan, peningkatan isolasi diri, keterbatasan finansial, dan penurunan

fungsi kognitif3 Sedangkan menurut Kane, faktor psikososial meliputi penurunan percaya diri,

kemampuan untuk mengadakan hubungan intim, penurunan jaringan sosial, kesepian,

perpisahan, kemiskinan dan penyakit fisik. Faktor psikososial yang mempengaruhi depresi

meliputi peristiwa kehidupan dan stressor lingkungan, kepribadian, psikodinamika, kegagalan

yang berulang, teori kognitif dan dukungan sosial.

11

Page 12: makalah depresi

Peristiwa kehidupan dan stresor lingkungan. Peristiwa kehidupan yang menyebabkan

stres, lebih sering mendahului episode pertama gangguan mood dari episode selanjutnya. Para

klinisi mempercayai bahwa peristiwa kehidupan memegang peranan utama dalam depresi, klinisi

lain menyatakan bahwa peristiwa kehidupan hanya memiliki peranan terbatas dalam onset

depresi. Stressor lingkungan yang paling berhubungan dengan onset suatu episode depresi adalah

kehilangan pasangan. 3 Stressor psikososial yang bersifat akut, seperti kehilangan orang yang

dicintai, atau stressor kronis misalnya kekurangan finansial yang berlangsung lama, kesulitan

hubungan interpersonal, ancaman keamanan dapat menimbulkan depresi.

Faktor kepribadian. Beberapa ciri kepribadian tertentu yang terdapat pada individu,

seperti kepribadian dependen, anankastik, histrionik, diduga mempunyai resiko tinggi untuk

terjadinya depresi. Sedangkan kepribadian antisosial dan paranoid (kepribadian yang memakai

proyeksi sebagai mekanisme defensif) mempunyai resiko yang rendah. 3

Faktor psikodinamika dan psikoanalitik. Berdasarkan teori psikodinamika Freud,

dinyatakan bahwa kehilangan objek yang dicintai dapat menimbulkan depresi. 3 Dalam upaya

untuk mengerti depresi, Sigmud Freud mendalilkan suatu hubungan antara kehilangan objek dan

melankolia. Ia menyatakan bahwa kekerasan yang dilakukan pasien depresi diarahkan secara

internal karena identifikasi dengan objek yang hilang. Freud percaya bahwa introjeksi mungkin

merupakan cara satu-satunya bagi ego untuk melepaskan suatu objek, ia membedakan

melankolia atau depresi dari duka cita atas dasar bahwa pasien terdepresi merasakan penurunan

harga diri yang melanda dalam hubungan dengan perasaan bersalah dan mencela diri sendiri,

sedangkan orang yang berkabung tidak demikian. 2

5.3 Formulasi Lain Depresi

Ketidakberdayaan yang dipelajari (Learned helplessness).

Dalam percobaan binatang yang dipapari kejutan listrik yang tidak bisa dihindari, secara

berulang-ulang, binatang akhirnya menyerah tidak melakukan usaha lagi untuk menghindari.

Disini terjadi proses belajar bahwa mereka tidak berdaya. Pada manusia yang menderita depresi

juga ditemukan ketidakberdayaan yang mirip.

Faktor kognitif. Adanya interpretasi yang keliru terhadap sesuatu, menyebabkan distorsi

pikiran menjadi negatif tentang pengalaman hidup, penilaian diri yang negatif, pesimisme dan

keputusasaan. Pandangan yang negatif tersebut menyebabkan perasaan depresi. 2

5.4 Faktor genetik

12

Page 13: makalah depresi

Faktor genetik dianggap mempengaruhi transmisi gangguan afektif melalui riwayat keluarga atau

keturunan. Hal ini disepakati bahwa faktor keturunan dan lingkungan memegang peranan

penting dalam beberapa gangguan mood. Gangguan tipe Bipolar dan Mayor depresif terjadi pada

keluarga, tetapi fakta menunjukkan bahwa yang diturunkan adalah tipe bipolar, dengan

kecenderungan sebagai berikut:

1. Salah satu orang tua menderita gangguan mood tipe bipolar; kecenderungan terjadi 25%

pada anak

2. Dua orang tua menderita gangguan mood tipe bipolar; kecenderungan terjadi 50-75%

pada anaknya

3. Satu monozygote kembar mengalami bipolar; 40-70% kecenderungan terjadi pada

kembarannya

4. Satu dizygote kembar mengalami bipolar; kecenderungan 20% terjadi pada saudara

kembarnya

5. Satu orang tua mengalami kelainan tipe depresif; 10-13% kecenderungan terjadi pada

anaknya. 5

BAB VI

13

Page 14: makalah depresi

PENATALAKSANAAN

Kini pengobatan depresi tidak harus sampai dirawat di rumah sakit. Penderita harus dirawat di

rumah sakit apabila:

1. Memiliki kecenderungan untuk bunuh diri atau merencanakan tindakan bunuh diri.

2. Penurunan ekstrim nafsu makan sehingga penderita terlalu lemah karena berat badan

turun drastis.

3. Memiliki resiko terjadinya keadaan gawat, misalnya penyakit jantung atau stroke

perdarahan karena penderita sangat gelisah.

Dewasa ini terapi depresi dengan pemberian obat-obatan sangat menolong dan merupakan

pilihan utama, atau dikombinasi dengan pengobatan lainnya seperti psikoterapi dan terapi elektro

konvulsif. Jika diperlukan dapat menggunakan kombinasi dari ketiga jenis terapi tersebut.1

6.1 OBAT – OBATAN

Antidepresan merupakan obat yang paling sesuai untuk pasien depresi dengan gangguan

vegetative yang jelas, gangguan tidur, nafsu makan menurun, penurunan berat badan dan

penurunan libido. Mekanisme obat antidepresan adalah menghambat ambilan

neurotransmitter aminergic dan menghambat penghancuran oleh enzim monoamine oxidase

(MAO) sehingga terjadi peningkatan jumlah neurotransmitter aminergic pada celah sinaps

neuron yang dapat meningkatkan aktivitas reseptor serotonin.6

Obat antidepresan yang ideal harus memenuhi kriteria berikut:

1. Efektif pada berbagai gangguan depresi

2. Efektif dalam perawatan jangka pendek dan jangka panjang

3. Efektif dalam berbagai kelompok umur

4. Memiliki onset cepat

5. Dosis sekali sehari

6. Biaya yang terjangkau

7. Ditoleransi tubuh dengan baik

8. Tidak mempengaruhi perilaku

9. Toleransi terhadap berbagai penyakit fisik

14

Page 15: makalah depresi

10. Bebas dari interaksi dengan makanan atau obat – obatan

11. aman

Dewasa ini telah tersedia beberapa jenis obat yang dapat digunakan untuk terapi depresi.

Obat biasanya harus diminum secara teratur, minimal selama beberapa minggu, sampai obat

mulai bekerja dan dipertahankan pada dosis dengan efek yang optimal.

Beberapa obat yang dapat digunakan untuk terapi depresi, diantaranya:

a. Antidepresan trisiklik dan tetrasiklik

Trisiklik mudah diabsorbsi peroral dan bersifat lipofilik sehingga mudahmasuk SSP.

Pada dosis tinggi dapat memperlambat aktivitas gastrointestinal dan memperpanjang

waktu pengosongan lambung sehingga penyerapan obat menjadi lebih lama. Konsentrasi

puncak dalam serum dicapai setelah beberapa jam. Obat ini di metabolisme di hati dan

dikeluarkan sebagai metabolit non aktif melalui ginjal.

Mekanisme kerja dari trisiklik adalah menghambat ambilan neurotransmitter monoamine

(norepinefrin atau serotonin) ke terminal saraf parasimpatik yang menyebabkan

peningkatan konsentrasi neurotransmitter monoamine pada celah sinaptik sehingga

berefek antidepresan, dan menghambat reseptor serotonin, α-adrenergik, histamin, dan

muskarinik.1,2,6

Contoh obat golongan trisiklik adalah:

Amitriptiline (generik, Elvail)

Dosis :75 – 150 mg/hari

Oral: 10; 25; 50; 75; 100; 150 mg tablet

Parenteral: 10 mg/mL injeksi

Imipramine (generik, Tofranil)

Dosis : 75 – 1500 mg/hari

Oral : 25;50 tablet

Parenteral : 25mg/2mL IM injeksi

Clomipramine (generik, Anafranil)

Dosis : 75 – 150 mg/hari

Oral : 25; 50; 75 mg kaspul

Tianeptine (Stablon)

Dosis : 25 – 50 mg/hari; oral : 12,5 tablet

15

Page 16: makalah depresi

Contoh obat antidepresi tetrasiklik adalah

Maprotiline (generik, Ludiomil)

Dosis : 75 – 150 mg/ hari

Oral : 25; 50; 75 mg tablet

Amoxapine (generik, Asendin)

Dosis : 200 – 300 mg/hari

Oral : 25; 50; 100; 150 mg tablet

Efek samping obat ini adalah mengantuk dan penambahan berat badan. Obat ini juga

menyebabkan peningkatan denyut jantung, penurunan tekanan darah ketika penderita

berdiri, pandangan kabur, mulut kering, linglung, kesulitan untuk memulai berkemih, dan

orgasme yang tertunda.1

b. Selective Serotonin Reuptake Inhibitors (SSRIs)

SSRI bekerja dengan cara menghambatan bersifat selektif terhadap neurotransmitter

serotonin (5HT2). Dibanding TCA, SSRI memiliki efek antikolinergik dan kardiotoksik

lebih rendah.6

Contoh golongan obat ini adalah:

Sertraline HCl Zoloft)

Dosis : 50 – 100 mg/hari

Oral : 25; 50 tablet

Paroxetine HCl (Seroxat)

Dosis : 20 – 40 mg/hari

Oral : 20 mg tablet

Fluoxetine (Prozac)

Dosis :20 -40 mg/hari

Oral : 20 mg kapsul

Duloxetine (Cymbalta)

Dosis :30 – 60 mg/hari

Efek sampingnya lebih sedikit dan biasanya lebih aman digunakan pada penderita depresi

yang disertai kelainan jiwa. Efek samping yang terjadi berupa mual, diare dan sakit

kepala ringan dan akan segera menghilang jika pemakaian obat dilanjutkan. SSRIs efektif

16

Page 17: makalah depresi

digunakan pada depresi yang disertai oleh kelainan jiwa seperti penyakit obsesif-

kompulsif, penyakit panik, fobia sosial, bulimia.

Efek samping utama dari SSRIs adalah sering menyebabkan penurunan gairah

seks/libido.1

c. Monoamine Oxidase Inhibitors (MAOIs)

Obat ini mudah diabsorbsi dalam bentuk oral. Regenerasi enzim yang dinonaktifkan

secara irreversible biasanya terjadi beberapa minggu setelah penghentian pengobatan.

Obat ini dimetabolisme dan diekskresi dengan cepat melalui ginjal. MAOI bekerja di

presinaps dengan menghambat enzim yang memecah serotonin sehingga jumlah

serotonin yang dilepaskan di celah sinaps bertambah dan dengan demikian yang

diteruskan ke pasca sinaps juga bertambah.

Contoh obat MAOI adalah Moclobomide (Aurorix) dengan dosis 300 – 600 mg/hari. Efek

samping yang mungkin terjadi pada kelompok MAOI yang klasik adalah

- Hipotensi dan hipertensi

- Gangguan hepar

- Gangguan otonom

- Gangguan sistem saraf

- Gangguan hematologi

MAOI dan SSRI jangan diberikan bersamaan karena dapat terjadi bahaya sindrom

serotonin yang dapat mematikan. Diperlukan waktu enam minggu sebelum menggunakan

obat lain.1,6

Cara Kerja

Depresi terjadi karena rendahnya kadar serotonin di pasca sinaps. Secara umum anti

depresan bekerja pada sistem serotonin dengan meningkatkan jumlah serotonin di pasca

sinaps. Golongan trisiklik dan tetrasiklik bersifat serotonergic dengan menghambat ambilan

kembali (reuptake) neurotransmitter yang dilepaskan di pasca sinaps tetapi tidak selektif

sehingga kemungkinan muncul berbagai efek samping yang tidak diharapkan semakin besar.

Sementara SSRI bekerja dengan cara yang sama tetapi hambatan bersifat selektif terhadap

neurotransmitter serotonin (5HT2). Kelompok MAOI bekerja di presinaps dengan

menghambat enzim yang memecah serotonin sehingga jumlah serotonin yang dilepaskan di

17

Page 18: makalah depresi

celah sinaps bertambah dan dengan demikian yang diteruskan ke pasca sinaps juga

bertambah.

6.2 PSIKOTERAPI

Pengobatan psikoterapi yang diberikan bersamaan dengan pemberian obat antidepresan

memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan psikoterapi secara sendirian.

Psikoterapi individual maupun kelompok bisa membantu penderita secara bertahap untuk

memulai kembali kehidupan dan tanggung jawabnya, serta menyesuaikan diri dengan beban

hidup yang wajar dan biasa. Banyak penelitian menyatakan bahwa kombinasi psikoterapi

dengan farmakoterapi adalah terapi yang paling efektif untuk gangguan depresi berat. Tiga

jenis psikoterapi jangka pendek seperti terapi interpersonal, terapi kognitif, dan terapi

perilaku telah diteliti manfaatnya dalam terapi gangguan depresi berat.

Pada psikoterapi interpersonal dikembangkan oleh Gerald Klerman, penderita diberikan

dukungan oleh lingkungannya untuk menyesuaikan diri dengan perubahan dalam hidupnya.

Terapi ini memusatkan pada satu atau dua masalah interpersonal yang sekarang dialami oleh

pasien dengan anggapan bahwa masalah interpersonal sekarang ini memiliki hubungan

dengan awal yang disfungsional dan masalah interpersonal sekarang mungkin terlibat dalam

mencetuskan atau memperberat gejala depresi sekarang. Beberapa percobaan menyatakan

bahwa terapi interpersonal efektif dalam pengobatan gangguan depresi berat. Program terapi

interpersonal biasanya terdiri dari 12 sampai 16 sesion.

Terapi kognitif awalnya dikembangkan oleh Aaron Back. Tujuan terapi ini adalah

menghilangkan episode depresif dan mencegah rekurensinya dengan membantu pasien

mengidentifikasi uji kognitif negatif, mengembangkan cara berpikir alternatif, fleksibel, bisa

membantu mengubah pikiran negatif dan rasa putus asa dengan pikiran dan perilaku yang

positif sehingga meningkatkan daya juang dan semangat hidup. Untuk depresi yang lebih

ringan, psikoterapi saja bisa memberikan hasil yang baik dan efektif sama dengan terapi obat

– obatan. Untuk pasien dengan gangguan depresif yang parah, menurut NIHM Treatment of

18

Page 19: makalah depresi

Depression Collaboration Research Program menemukan bahwa kombinasi terapi kognitif

dengan farmakoterapi atau hanya farmakoterapi saja, merupakan terapi terpilih.

Terapi perilaku didasarkan pada hipotesis bahwa pola perilaku maladaptif menyebabkan

seseorang mendapatkan sedikit umpan balik positif dari masyarakat dan kemungkinan

menerima penolakan. Dengan memusatkan terapi pada perilaku maladaptif ini, pasien akan

belajar untuk berfungsi dengan cara tertentu sehingga mereka akan mendapat dorongan yang

positif. Data saat ini menyatakan terapi perilaku adalah modalitas pengobatan yang efektif

untuk gangguan depresif berat.1,2

6.2 TERAPI ELEKTROKONVULSIF

Indikasi ECT yang paling lazim adalah gangguan depresif berat. Untuk gangguan ini,

karena ECT adalah terapi yang tercepat dan paling efektif yang tersedia. ECT harus

dipertimbangkan untuk digunakan pada pasien yang telah gagal dengan pengobatan, tidak

menoleransi obat, memiliki gejala yang berat atau psikoik, memiliki kecenderungan akut

untuk bunuh diri atau membenuh, atau memiliki gejala agitasi atau stupor yang nyata.

Teknis terapi ini adalah dengan memasang elektroda di kulit kepala, lalu diberi aliran

listrik untuk merangsang peningkatan arus listrik di dalam otak. Efek kejang yang timbul

dapat membuat depresinya berkurang. Kemungkinan kejang buatan ini memutus atau

mengacaukan sambungan aliran impuls depresi di otak. ECT bisa menyebabkan

hilangnya ingatan untuk sementara waktu. Pengobatan dengan ECT dilakukan sebanyak

5-7 kali. Aliran listrik bisa menimbulkan efek kontraksi otot dan nyeri, karena itu

penderita dibius total selama pengobatan ECT.

Sebelum terapi pasien tidak boleh diberikan apapun melalui mulut selama 6 jam sebelum

terapi. Tepat sebelum prosedur dilakukan, mulut pasien harus diperiksa adanya gigi palsu

atau benda asing lain, dan jalur intravena harus dipasang. Batang untuk gigitan

dimasukkan ke dalam mulut tepat sebelum terapi dilakukan untuk melindungi gigi dan

lidah pasien selama bangkitan. Kecuali untuk interval singkat stimulasi listrik, oksigen

100 persen harus diberikan dengan laju 5 L per menit selama prosedur sampai

19

Page 20: makalah depresi

kembalinya pernapasan spontan. Peralatan gawat darurat untuk jalan napas harus segera

tersedia jika diperlukan.

Obat antikolinergik muskarinik diberikan sebelum ECT ubntuk meminimalkan sekresi

mulut dan pernapasan serta untuk menyekat bradikardia dan asistol.Obat yang lazim

digunakan adalah atropine yang diberikan sebesar 0,3 sampai 0,6 mg im atau subkutan 30

hingga 60 menit sebelum anastetik atau 0,4 sampai 1,0 g IV 2 atau 3 menit sebelum

anestetik.

Anastesia umum dan oksigenasi diperlukan untuk ECT. Kedalaman ECT seringan

mungkin, selain untuk meminimalkan efek samping tetapi juga untuk menghindari

meningkatnya ambang bangkitan akibat anestesik.Methohexital adalah anastetik yang

paling lazim digunakan karena durasi kerjanya yang lebih singkat dan lebih jarang

menyebabkan aritmia pascaiktal dibandingkan thiopental, meskipun perbedaan efeng

samping tidak diterima secara universal. Empat alternative anestesik lain adalah

etomidate, ketamine, alfetanil, dan propofol.

Setelah onset efek anasteteik, realksan otot biasanya diberikan untuk meminimalkan

reesiko patah tulang dan cedera lain akibat aktivitas motoric selama bangkitan.

Pasien dengan lesi desak ruang di SSP memiliki risiko yang meningkat untuk mengalami

edema dan herniasi otak. Pasien yang memiliki tekanan intraserebral yang meningkat

atau memiliki resiko terjadinya perdarahan serbral. Pasien dengan infark miokardium

merupaka kelompok resiko lainnya.Pasien dengan hipertensi harus distabilkan dengan

obat antihipertensif sebelum ECT.1,2

BAB VII

20

Page 21: makalah depresi

PENUTUP

Depresi adalah suatu kondisi yang lebih dari suatu keadaan sedih, bila kondisi depresi seseorang

sampai menyebabkan terganggunya aktivitas sosial sehari – harinya maka hal itu disebut sebagai

gangguan depresi. Beberapa gejala gangguan depresi adalah merasakan hilangnya energi dan

minat, perasaan bersalah, kesulitan konsentrasi, hilangnya nafsu makan, pikiran tentang kematian

dan bunuh diri. Gangguan depresi dapat disebabkan oleh faktor biologik, genetik, dan

psikososial. Penatalaksaan dengan terapi psikososial, farmakoterapi dan terapi kejang listrik.

Pemilihan agen – agen farmakoterapi untuk gangguan mood adalah tergantung pada toleransi

pasien terhadap efek samping dan penyesuaian efek samping terhadap kondisi pasien. Dukungan

dari orang – orang terdekat sangat membantu dalam penyembuhan.

21