MAKALAH DAMKAR

download MAKALAH DAMKAR

of 16

Transcript of MAKALAH DAMKAR

  • 7/22/2019 MAKALAH DAMKAR

    1/16

    PENGENALAN PEMADAM

    KEBAKARAN DAN

    PENANGGULANGAN BENCANASebagai Laporan atas Seminar yang Diikuti Pada Tanggal 13 Desember 2012

    Oleh:

    IKHWAN SETIAWAN

    (10320047)

    UNIVERSITAS TAMA JAGAKARSA

    FAKULTAS EKONOMI PRODI AKUNTANSI S1

    SEMESTER V (PAGI)

  • 7/22/2019 MAKALAH DAMKAR

    2/16

    DAFTAR ISI

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    B. Tujuan

    BAB II PEMBAHASAN

    A. Profil DPK-PB DKI Jakarta

    1. Struktur Organisasi

    2. Visi & Misi

    3. Tugas dan Fungsi

    B. Api dan Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

    1. Definisi Api

    2. Metode Pemadaman Kebakaran

    3. Klasifikasi Pembakaran

    4. Klasifikasi Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

    C. Kendala Petugas Pemadam Kebakaran

    1. Kendala yang Dialami Petugas Pemadam Kebakaran

    2. Alternatif Pemecahan Masalah

    D. Potensi Ancaman Bahaya Kebakaran

    1. Bangunan Menengah dan Tinggi

    2. Bangunan Prototipe Ruko (Rumah dan Kantor)

    3. Kawasan Tempat Hiburan

    4. Kawasan Industri dan Pergudangan

    5. Lingkungan Pemukiman Tak Tertata/Kumuh

    BAB III KESIMPULAN

  • 7/22/2019 MAKALAH DAMKAR

    3/16

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. LATAR BELAKANG

    Bahaya kebakaran adalah bahaya yang tidak dapat diduga kapan akan datang.

    Aktivitas-aktivitas penghuni bangunan dan berbagai peralatan yang digunakan dapat menjadi

    penyebab kebakaran. Bangunan perlu dilengkapi proteksi kebakaran, sarana penanggulangan

    kebakaran dan fasilitas penyelamatan jiwa, seperti alat pemadam kebakaran, sistem alarm

    kebakaran, sprinkler otomatis, tangga darurat yang kedap asap, pintu darurat yang tahan api

    serta tempat evakuasi. Fasilitas tersebut tidak hanya harus disiapkan, tetapi juga perlu

    diperhatikan persyaratan teknis dan standar mutu serta perawatannya. Sarana tersebut apabila

    tidak dirawat dapat tidak berfungsi sama sekali apabila terjadi kebakaran.

    Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mempunyai tanggung jawab atas keamanan dan

    keselamatan bangunan serta penghuninya. Unit pelaksana Pemerintah Provinsi yang

    betanggung jawab dan punya kewenangan atas faktor keamanan dan keselamatan bangunan

    serta penghuninya dari ancaman bahaya kebakaran adalah Dinas Pemadam Kebakaran.

    Tanggung jawab dan kewenangan ini merupakan salah satu fungsi utama dalam

    penyelenggaraan pemerintahan oleh aparatur dalam memberikan pelayanan, sebagai upaya

    pemenuhan kebutuhan masyarakat.

    Tugas pokok Dinas Pemadam Kebakaran tidak hanya memadamkan kebakaran tetapi

    juga melaksanakan usaha-usaha pencegahan kebakaran dan penyelamatan jiwa. Tugas pokok

    ini dituangkan dalam visi Dinas Pemadam Kebakaran Provinsi DKI Jakarta, yaitu "terciptanya

    rasa aman masyarakat dari kebakaran dan bencana lainnya". Pelaksanaan visi dituangkan

    dalam misi. Salah satu misi tersebut adalah memberikan pelayanan prima dalam bidang

    pencegahan, pemadaman dan penyelamatan.

    Pencegahan kebakaran merupakan hal yang penting, karena mencegah lebih baik dari

    pada menanggulangi. Pelaksanaan fungsi pencegahan kebakaran oleh Dinas Pemadam

    kebakaran Provinsi DKI Jakarta, dilaksanakan oleh Subdinas Pencegahan, Subdinas Pertisipasi

    Masyarakat dan Unit Pelaksana Teknis Laboratorium Pemadam Kebakaran. Sebagai salah satu

    bagian dari Dinas Pemadam Kebakaran yang paling mungkin berhubungan langsung dengan

    masyarakat, Subdinas partisipasi masyarakat bertugas melaksanakan kegiatan penyuluhan

    kebakaran sebagai pemberdayaan masyarakat.

    Menyadari begitu beratnya tugas-tugas dan tantangan yang dihadapi jajarannya,

    lembaga DPK-PB tentu tidak akan berhasil menjalankan misinya secara maksimal tanpa

  • 7/22/2019 MAKALAH DAMKAR

    4/16

    dukungan dan partisipasi masyarakat. Dan masyarakat sendiri baru dapat memberikan

    partisipasinya apabila mereka sudah memiliki pengetahuan yang memadai mengenai ancaman

    bahaya kebakaran secara menyeluruh.

    Untuk itu, perlu bagi masyarakat dari semua kalangan, baik pelajar, mahasiswa,

    karyawan, ibu rumah tangga, dan masyarakat umum, untuk mengikuti Seminar Pengenalan

    Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana yang secara rutin diadakan oleh Dinas

    Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana Provinsi DKI Jakarta.

    B. TUJUAN

    Penulisan makalah ini secara umum bertujuan untuk menjabarkan berbagai

    pengetahuan yang didapat penulis dari seminar yang diikuti pada hari kamis, tanggal 13

    Desember 2012, mengenai "Pengenalan Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana"

    yang diselenggarakan oleh Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana

    Provinsi DKI Jakarta. Mengingat banyaknya materi yang disampaikan pada seminar tersebut

    dan ketidaksiapan serta keterbatasan penulis terutama dalam hal waktu, maka makalah ini

    hanya akan membahas beberapa poin penting diantaranya: Profil DPK-PB DKI Jakarta, Api dan

    Alat Pemadam Api Ringan (APAR), Kendala Petugas Pemadam Kebakaran, serta Potensi

    Ancaman Bahaya Kebakaran.

    Dilihat dari beberapa poin penting yang akan dibahas, maka tujuan penulisan makalah

    ini secara rinci adalah sebagai berikut:

    Untuk mengetahui Profil Dinas Pemadam Kebakaran dan penanggulangan Bencana

    DKI Jakarta.

    Untuk mengetahui penjelasan umum mengenai api dan Alat Pemadam Api Ringan

    (APAR).

    Untuk mengetahui kendala apa saja yang biasa dialami oleh petugas pemadam

    kebakaran.

    Untuk mengetahui potensi ancaman bahaya kebakaran di berbagai kawasan/lingkungan

    di wilayah DKI Jakarta.

  • 7/22/2019 MAKALAH DAMKAR

    5/16

    BAB II

    PEMBAHASAN

    A. PROFIL DINAS PEMADAM KEBAKARAN DAN PENANGGULANGAN BENCANA

    (DPK-PB) DKI JAKARTA

    1. Struktur Organisasi

    Sekretariat Dinas

    Sekretariat merupakan unit kerja lini staf yang mendukung fungsi dinas dalam bidang

    administrasi yang meliputi kepegawaian, logistik dan keuangan.

    Bidang pencegahan Kebakaran

    Bidang pencegahan Kebakaran merupakan unit kerja lini staf dalam pelaksanaan upaya

    pencegahan kebakaran dan keselamatan jiwa pada bangunan. Tugas pokok Bidang

    pencegahan Kebakaran adalah melakukan upaya pengendalian bahaya kebakaran pada setiap

    tahapan penyelenggaraan bangunan, dari mulai tahap perencanaan, pelaksanaanpembangunan, pemanfaatan bangunan.

    Bidang Operasi

    Bidang operasi merupakan unsur unit kerja lini staf sebagai pendukung bagi keberhasilan suatu

    operasi pemadaman kebakaran dan penyelamatan. Tugas pokok bidang operasi meliputi

    penyiapan data pendukung operasi, membantu pimpinan dinas dalam fungsi pengendalian

    KEPALA DINAS

    BIDANG

    PERTISIPASI

    MASYARAKAT

    BIDANG SARANA

    BIDANG

    PENANGULANGAN

    BENCANA

    BIDANG OPERASI

    BIDANG

    PENCEGAHAN

    KEBAKARAN

    SEKRETARIAT

    SUB BAGIAN

    KEUANGAN

    SUB BAGIAN

    PROGRAM DAN

    ANGGARAN

    SUB BAGIAN

    KEPEGAWAIAN

    SUB BAGIAN

    UMUM

  • 7/22/2019 MAKALAH DAMKAR

    6/16

    operasi , penyiapan rancana operasi dan penyiapan bantuan tenaga atau personil untuk

    mendukung operasi pemadaman kebakaran dan penyelamatan jiwa.

    Bidang Sarana

    Bidang sarana merupakan unsur unit kerja lini staf yang mempunyai tugas pokok menyiapkan

    dan mengelola sarana untuk mendukung operasi pemadaman kebakaran dan penanggulangan

    bencana. Kegiatan Bidang Sarana ini mulai dari proses penyusunan rencana pengadaan,

    distribusi dan pengendalian sarana operasi.

    Bidang Penanggulangan Bencana

    Bidang Penanggulangan Bencana merupakan unsur unit kerja lini yang dipersiapkan untuk

    melaksanakan tugas penanggulangan bencana. Kegiatan Bidang ini meliputi hal-hal yang

    terkait dengan kebencanaan, mulai dari kegiatan pra-bencana, kegiatan pada saat kejadian

    bencana dan kegiatan setelah (pasca) kejadian bencana. Di dalamnya juga termasuk

    melakukan kegiatan dalam rangka mitigasi atau pengurangan risiko akibat bencana.

    Bidang Partisipasi Masyarakat

    Bidang Partimas merupakan unsur unit kerja lini yang disiapkan untuk melaksanakan tugas

    pembinaan dan pengembangan peran serta masyarakat dalam pencegahan dan

    penanggulangan kebakaran serta penanggulangan bencana. Selain itu, Bidang Partimas juga

    berperan dalam upaya mempublikasikan kebijakan pemerintah serta hal-hal terkait dengan

    penyelenggaraan pelayanan dalam bidang kebakaran dan penanggulangan bencana.

    2. Visi & Misi

    Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana DKI Jakarta memiliki visi

    dan misi sebagai berikut:

    Terciptanya Rasa Aman Masyarakat dari Kebakaran dan Bencana Lain

    Sedangkan misi Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana DKI

    Jakarta adalah:

    Memberikan Pelayanan Prima dalam Bidang Pencegahan, Pemadaman, dan

    Penyelamatan.

    Meningkatkan Ketahanan Lingkungan bersama Masyarakat.

    Meningkatkan Kerjasama dengan Instansi Terkait.

  • 7/22/2019 MAKALAH DAMKAR

    7/16

    3. Tugas dan Fungsi

    Tugas:

    Melaksanakan pencegahan, pemadaman kebakaran dan penanggulangan bencana.

    Fungsi:

    a. Menyusun, dan melaksanakan rencana kerja dan anggaran;

    b. Merumuskan kebijakan teknis pelaksanaan pencegahan, pemadaman kebakaran dan

    penanggulangan bencana;

    c. Melaksankan upaya pencegahan, pemadaman kebakaran dan penanggulangan

    bencana;

    d. Pertolongan pertama dan penyelamatan pada kebakaran dan kejadian bencana

    termasuk pelaksanaan pelayanan ambulans darurat dan/atau evakuasi;

    e. Pengawasan dan pengendalian peredaran barang dan bahan yang mudah terbakar;

    f. Pengadaan, pemeliharaan, perawatan dan pemanfaatan sumber air dan/atau bahan-

    bahan lain, prasarana dan sarana pemadaman kebakaran dan penanggulangan

    bencana;

    g. Memberdayakan masyarakat di bidang usaha pencegahan, pemadaman kebakaran,

    dan penanggulangan bencana;

    h. Pemegang komando dan koordinasi dalam operasi pemadam kebakaran dan

    penanggulangan bencana;

    i. Penelitian dan pengujian bahan kebakaran di laboraturium;

    j. Menyelidiki sebab-sebab kebakaran atau bencana lain bekerjasama dengan instansi

    terkait;

    k. Pengoordinasian dan bimbingan teknis upaya pencegahan, pemadaman kebakaran dan

    penanggulangan bencana pada instansi pemerintah, swasta, dan/atau masyarakat;

    l. Pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dan/atau tenaga bantuan pemadam

    kebakaran dan penanggulangan bencana;

    m. Monitoring dan evaluasi ketersediaan dan kelaikan sistem proteksi kebakaran dan

    penyelamatan jiwa pada gedung/kantor pemerintah/swasta/masyarakat;

    n. Standarisasi prasarana dan sarana pemadam kebakaran dan penanggulangan bencana

    baik pemerintah, masyarakat maupun swasta;

    o. Menegakkan peraturan perundang-undangan di bidang kebakaran dan penanggulangan

    bencana;

  • 7/22/2019 MAKALAH DAMKAR

    8/16

    p. Penyediaan, penatausahaan, penggunaan, pemeliharaan, dan perawatan prasarana

    dan sarana pemadaman kebakaran dan penanggulangan bencana;

    q. Memberikan dukungan teknis kepada masyarakat dan perangkat daerah;

    r. Mengelola kepegawaian, keuangan, barang, dan ketatausahaan dinas pemadam

    kebakaran dan penanggulangan bencana;

    s. Pelaporan, dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi.

    B. API DAN ALAT PEMADAM API RINGAN (APAR)

    1. Definisi Api

    Api adalah suatu reaksi kimia berupa oksidasi dari bendabenda yang mudah terbakar,

    yang diikuti oleh suatu pelepasan energi didalam bentuk panas dan cahaya.

    Beberapa teori dikembangkan untuk menjelaskan tentang pembakaran dan

    pemadaman. Dari teori-teori tersebut dibuat suatu transisi dari ilmu ukur bidang gambar

    bersegitiga, yang dikenal sebagai segitiga api. Unsurunsur Segitiga Api terdiri dari :

    a. Oksigen

    Di dalam udara normal terdapat sumber O2 sebanyak 21 %, dan hanya diperlukan

    sekitar 16% atau beberapa bahan bakar yang berisi 02 untuk dapat menyokong pembakaran.

    b. Panas

    Untuk mencapai suatu penyalaan diperlukan sumber sumber panas yang antara lain

    seperti: mata hari, permukaan permukaan panas, Bunga api dan bunga api listrik, gesekan

    aksi kimia, Energi Listrik, serta pemampatan gasgas dan lain-lain.

    c. Bahan

    Keadaan fisik dari bahanbahan yang mudah terbakar, seperti:

    Gas gas: Gas alam, Propane, Butane, Hidrogen, Acetylene, Co, dan lain

    lainnya.

    Cairan: Bensin, Minyak tanah, Turpentine, Alcohol, Minyak Ikan, Laut, Cat,

    Pernis, Minyak zaitun, dan lainlain .

    Padat: Batu bara, Kayu, Kertas, Pakaian, Lilin, Gemuk, Kulit, Plastik, gula, Padi,

    Jerami/rumput kering, gabus, dan lainlain.

  • 7/22/2019 MAKALAH DAMKAR

    9/16

    2. Metode Pemadaman Kebakaran

    Berdasarkan teori segitiga api, terdapat 3 metode pemadaman kebakaran:

    a. Pindahkan bahan bakar

    Pemindahan bahan bakar untuk memadamkan api adalah efektif tetapi tidak selalu

    praktis atau memungkinkan.

    b. Menghilangkan Oksigen

    Proses api menjadi kecil atau menyelimuti akan memadamkan melalui pemisahan O2

    dari halhal utama lain yang membuat suatu api.

    c. Menurunkan Temperatur

    Suatu metode yang sudah terkenal digunakan adalah metode pemadaman kebakaran

    dengan pendinginan atau memadamkan ,diamana pengendalian temperature termasuk

    penyerapan panas karena akibat pendingunan bahan bakar sampai pada titik tertentu

    dimana panas berhenti untuk mengeluarkan cukup uap yang mudah menyala.

    3. Klasifikasi Pembakaran

    Tipe alat pemadam kebakaran yang berbeda diperuntukkan untuk kelas kebakaran yang

    berbeda. Berikut klasifikasi pembakaran menurut sumbernya:

    a. Api kelas A: Yaitu kebakaran bahan padat kecuali logam misalnya, kertas, kayu, plastik,

    karet, dan lain-lain.

    b. Api kelas B: Yaitu kebakaran bahan cair atau gas yang mudah terbakar, misalnya,

    bensin, minyak tanah, solar, gas.

    c. Api kelas C: Yaitu kebakaran yang disebabkan oleh listrik .

    d. Api kelas D: Yaitu kebakaran yang disebabkan dari bahan logam misalnya titanium,

    almunium magnesil dan lain-lain.

    4. Klasifikasi Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

    Alat pemadam api ringan (APAR) biasanya berbentuk tabung berwarna merah

    berukuran sedang dan memiliki selang yang tidak terlalu panjang. Sejalan dengan klasifikasi

  • 7/22/2019 MAKALAH DAMKAR

    10/16

    pembakaran diatas maka Alat Pemadam Api Ringan (APAR) juga diklasifikasikan sebagai

    berikut:

    a. Kategori A - APAR jenis ini berisi air bertekanan. Efektif apabila digunakan untuk

    memadamkan api pada benda-benda sejenis kayu, kertas, dan kain. Jangan menggunakannya

    untuk Kebakaran bahan cair mudah terbakar karena kebakaran bisa meluas, dan jangan

    menggunakannya untuk memadamkan kebakaran peralatan listrik karena air adalah

    penghantar arus listrik yang baik.

    b. Kategori B APAR jenis ini diisi dengan gas CO2 bertekanan tinggi. Lebih efektif

    apabila digunakan untuk memadamkan api pada minyak dan cairan lain yang mudah terbakar.

    CO2 tidak Efektif untuk Mematikan Kebakaran Kelas A Karena Tidak Mampu Menggeser

    Keberadaan Oksigen untuk Mematikan Kebakaran sehingga Kebakaran dapat Kembali

    Membara dan Menyala.

    c. Kategori C - APAR jenis ini berisikan Dry Chemical Powder. Efektif apabila digunakan

    untuk memadamkan api yang melibatkan alat-alat elektrikal. Apabila di tabung tertulis BC,

    maka berarti tabung itu efektif apabila digunakan untuk memadamkan kebakaran pada cairan

    yang mudah terbakar dan juga pada alat-alat elektrikal.

    d. Kategori D - Untuk memadamkan api karena bahan metal. Tapi kelas ini jarang

    digunakan.

    C. KENDALA PETUGAS PEMADAM KEBAKARAN

    1. Kendala yang Dialami Petugas Pemadam Kebakaran

    Kendala atau Permasalahan yang biasanya dialami oleh pihak Pemadam Kebakaran

    adalah sebagai berikut:

    a. Jalan - Lalin (Lalu Lintas)

    Keadaan Jalanan diwilayah Jakarta ini tidak bisa ditentukan. Kemacetan sudah bukan

    barang baru bagi warga Jakarta tak terkecuali pertugas pemadam kebakaran, terutama di jam-

    jam berangkat dan pulang kerja.

    b. Tempat Kejadian Perkara (TKP)

  • 7/22/2019 MAKALAH DAMKAR

    11/16

    Kurangnya kesadaran masyarakat dilingkungan tersebut. Hal yang biasa terjadi adalah

    kemarahan masyarakat di lingkungan tersebut terhadap petugas pemadam kebakaran yang

    disebabkan telatnya datang ke TKP.

    c. Sumber Air

    Sulitnya mencari sumber air di wilayah Jakarta. Mungkin kita semua sudah paham

    tentang keadaan fisik di wilayah jakarta ini. Semua permukaan tanah sudah banyak yang

    tertutup dari pada yang terbuka, sehingga penyerapan air dalam tanah itu sangat sulit. Yang

    ada hanyalah kali, empang dan laut saja. Padahal hampir semua kali di Jakarta berisikan air

    berkualitas buruk.

    d. Adanya penelpon gelap

    Sering terjadi adanya penelpon gelap yang membuat bingung petugas untuk

    menanggapinya apakah benar terjadi kebakaran diwilayah tersebut.

    e. Kekurangan karyawan

    Kurangnya karyawan karena unit yang bertambah tidak diikuti dengan penambahan

    tenaga kerja karena tidak ada rekrutmen dari pemerintah.

    2. Alternatif Pemecahan Masalah

    Dari pemasalahan-permasalahan diatas, didapat beberapa alternatif pemecahan

    masalah yang mungkin dapat digunakan untuk membantu petugas dalam menghadapi

    permasalahan-permasalahan tersebut, diantaranya:

    a. Jalan - Lalin (Lalu Lintas)

    Petugas berkoordinasi dengan SATLANTAS agar perjalan ke TKP berjalan dengan

    lancar dan tidak mengalami kemacetan. Selain itu petugas juga diperbolehkan melalui jalur

    khusus busway untuk mempercepat perjalanan.

    b. Tempat Kejadian Perkara (TKP)

    Pemberitahuan kepada masyarakat dengan situasi yang dihadapi petugas saat itu.

    c. Sumber air

  • 7/22/2019 MAKALAH DAMKAR

    12/16

    Petugas dapat memperoleh sumber air dengan cara berikut:

    Dengan cara STATIS, yaitu pencarian sumber air dengan cara roling atau

    bergantian.

    Dengan cara DINAMIS, yaitu pencarian sumber air dengan cara terhubung satusama lain.

    d. Penelpon gelap

    Pengantisipasinya hanya perlu bukti lebih banyak lagi dengan landasan jika benar-benar

    terjadi kebakaran minimal ada 8-10 penelpon dengan nama dan alamat TKP yang sama.

    e. Kekurangan karyawan

    Pengajuan rekrutmen kepada pemerintah DKI jakarta.

    D. POTENSI ANCAMAN BAHAYA KEBAKARAN

    1. Bangunan Menengah dan Tinggi

    Kawasan bangunan menengah dan tinggi biasanya berfungsi sebagai pusat kegiatan

    perkantoran, perdagangan, pusat perbelanjaan/mall, hotel, dan apartemen. Oleh karena itu

    bangunan menengah dan tinggi identik dengan tempat berkumpulnya banyak orang, bahkan

    bisa mencapai ratusan sampai ribuan orang dalam satu bangunan. Bangunan menengah

    adalah bangunan 5 sampai dengan 8 lantai dengan ketinggian di atas 14 meter sampai dengan

    40 meter. Sedangkan bangunan tinggi adalah bangunan 9 lantai ke atas dengan ketinggian

    lebih dari 40 meter. Jenis bangunan ini tersebar di 5 wilayah kota, dengan konsentrasi di

    kawasan segitiga emas (Jl.M.H, Thamrin, Jl. Gatot Subroto, Jl. Jend. Sudirman). Sampai saat

    ini jumlah bangunan menengah yang terdata di dinas pemadam kebakaran dan

    Penanggulangan Bencana Provinsi DKI Jakarta mencapai 466 bangunan sedangkan untuk

    bangunan tinggi mencapai 535 bangunan.

    Potensi terjadinya kebakaran:

    Pada kawasan bangunan menengah dan tinggi terdapat potensi besar akan terjadinya

    kebakaran. Jika terjadi kebakaran, besar kemungkinan keselamatan jiwa penghuni akan

    terancam karena beberapa hal, seperti: kobaran api dan asap menjalar ke atas, jalan

    keluar/sarana exit terbatas, penghuni tidak memahami jalur/rute jalan keluar.

  • 7/22/2019 MAKALAH DAMKAR

    13/16

    Penanggulangannya relatif lebih sulit karena faktor ketinggiannya, transportasi peralatan

    dan petugas, koordinasi dan komunikasi antar sektor, pengendalian asap dan panas

    dalam ruangan.

    2. Bangunan Prototipe Ruko (Rumah dan Kantor)

    Ruko biasanya merupakan bangunan yang tersusun dan bergandeng (kopel); terdiri dari

    2 (dua) sampai 5 (lima) lantai. Atapnya dibuat datar, terbuat dari beton betulang dan sekaligus

    merupakan lantai teratas yang terbuka. Masing-masing unit ruko terpisah secara penuh dari

    bawah ke atas dengan dinding penyekat. Masing-masing unit tersedia 1 buah tangga yang

    menghubungkan lantai dasar sampai lantai teratas, yang biasanya disediakan bukan menuju

    lantai atap. Pada lantai atap setiap pemilik Ruko membuat pagar pembatas yang tinggi. Masing-

    masing unit Ruko biasanya menggunakan "Rolling Door" ditambah dengan pintu lipat dari

    bahan logam. Dan Bangunan Prototipe Ruko ini seringkali dialihfungsikan dari peruntukan

    semula, tanpa izin dari pihak yang berwenang.

    Potensi terjadinya kebakaran:

    Jika terjadi kebakaran, kemungkinan jatuhnya korban jiwa sangat besar karena hal-hal

    berikut:

    Petugas pemadam kebakaran sulit memasuki lokasi karena terhalang Rolling Door.

    Penghuni sulit keluar karena jalan menuju keluar terhalang kobaran, dan mati karena

    pengaruh asap dan terbakar.

    3. Kawasan Tempat Hiburan

    Tempat hiburan seperti bioskop, teater, Pubs, karaoke, tarian, dan lain-lain tersebar di

    lima wilayah kota, baik yang ada di dalam hotel-hotel maupun yang berdiri sendiri-sendiri.Bahan-bahan interior dan tata ruangnya biasanya mengutamakan keindahan den cenderung

    mengabaikan aspek bahaya kebakaran. Bersuasana temaram, redup dan mendekati gelap,

    bising dan sangat padat pengunjung. Pengunjung dalam suasana eforia, terkadang dalam

    kondisi setengah sadar (mabuk) dan cenderung mengabaikan kemungkinan datangnya bahaya.

  • 7/22/2019 MAKALAH DAMKAR

    14/16

    Potensi terjadinya kebakaran:

    Pada suatu kebakaran awal, penghuni mungkin tidak mendengar tanda

    peringatan/alarm karena suara bising.

    Kobaran api akan cepat menjadi besar karena tidak terkendali. Pengunjung dalam jumlah besar/padat akan berdesakan atau saling bertabrakan

    mencari jalan keluar karena ruangan sangat sempit dan gelap.

    Potensi terjadinya kepanikan massal sangat besar.

    Berpotensi besar menimbulkan korban jiwa yang mati di tempat.

    4. Kawasan Industri dan Pergudangan

    Kawasan industri, baik besar maupun menengah, tersebar di beberapa wilayah DKI

    Jakarta, seperti di Pulogadung, Cakung, Semper, Sunter, Cengkareng, Rawa buaya, Kapuk

    muara dan Kamal. Selain itu terdapat pula sejumlah kegiatan industri rumah tangga yang

    berlokasi di daerah-daerah pemukiman.

    Potensi terjadinya kebakaran:

    Kebakaran dapat dipicu oleh proses produksi, kelalaian manusia, kurang

    memperhatikan aspek keselamatan, peralatan proteksi kebakaran yang tidak lengkapatau tidak siap atau prosedur tidak jelas.

    Keberadaan bahan-bahan berbahaya merupakan salah satu ancaman bahaya baik bagi

    karyawan maupun petugas pemadam kebakaran.

    Pada industri dengan jumlah karyawan massal, seperti garment dan mainan anak-anak,

    kemungkinan besar akan menimbulkan jatuhnya korban jiwa.

    5. Lingkungan Pemukiman Tak Tertata/Kumuh

    Lingkungan pemukiman tak tertata (kumuh) tersebar pada 87 kelurahan di lima wilayah

    DKI Jakarta. Bangunan biasanya dibuat dari bahan seadanya dan mudah terbakar. Jarak antar

    rumah sangat rapat dan penempatannya tidak teratur. Penduduknya padat dengan tingkat

    kesadaran terhadap bahaya kebakaran rendah. Jalan lingkungan sempit, berupa gang-gang

  • 7/22/2019 MAKALAH DAMKAR

    15/16

    panjang dan banyak belokan, kalaupun terdapat jalan lingkungan biasanya disalahgunakan

    untuk parkir kendaraan. Dan terakhir, sumber air di lingkungan ini biasanya langka atau jauh

    dari lokasi.

    Potensi terjadinya kebakaran:

    Statistik DAMKAR & PB membuktikan tingginya potensi kebakaran di lingkungan ini.

    Jika terjadi kebakaran umumnya sulit dikendalikan dan cenderung membesar dan

    meluas.

    Mobil pemadam kebakaran sulit mendekati lokasi kebakaran dan sulit memperoleh

    pasokan air untuk pemadaman.

    Suasana di lokasi begitu kacau dan gaduh, seperti: sebagian masyarakat yang

    menonton, mengamankan barang-barang dan banyak juga yang menghambatkelancaran operasional petugas karena tindakan-tindakan mereka yang tidak koperatif

    terhadap petugas pemadam kebakaran.

  • 7/22/2019 MAKALAH DAMKAR

    16/16

    BAB III

    KESIMPULAN

    1. Dalam menjalankan fungsi-fungsinya, organisasi DPK-PB memiliki beberapa bagian,

    yang meliputi 1 sekretariat dengan 4 Sub bagian dan 5 Bidang, yaitu Bidang

    pencegahan Kebakaran, Bidang Operasi, Bidang Sarana, Bidang Penanggulangan

    Bencana, Bidang Partisipasi Masyarakat. Visi Dinas Pemadam Kebakaran Provinsi DKI

    Jakarta, yaitu "terciptanya rasa aman masyarakat dari kebakaran dan bencana lainnya".

    Pelaksanaan visi dituangkan dalam misi. Selain itu, DPK-PB DKI Jakarta juga memiliki

    tugas dan fungsi tersendiri.

    2. Api adalah suatu reaksi kimia berupa oksidasi dari bendabenda yang mudah terbakar,

    yang diikuti oleh suatu pelepasan energi didalam bentuk panas dan cahaya. Unsur

    unsur Segitiga Api terdiri dari Oksigen, Panas, dan Bahan. Alat pemadam api ringan

    (APAR) biasanya berbentuk tabung berwarna merah berukuran sedang dan memiliki

    selang yang tidak terlalu panjang. Sejalan dengan klasifikasi pembakaran maka Alat

    Pemadam Api Ringan (APAR) diklasifikasikan sebagai berikut:

    Kategori A - berisi air bertekanan

    Kategori Bdiisi dengan gas CO2

    Kategori C - berisikan Dry Chemical Powder

    Kategori D - Untuk memadamkan api karena bahan metal.

    3. Kendala atau Permasalahan yang biasanya dialami oleh pihak Pemadam Kebakaran

    adalah sebagai berikut: Keadaan Jalanan (Lalu Lintas) yang tidak bisa ditentukan,

    kurangnya kesadaran masyarakat dilingkungan tempat kejadian perkara (TKP), sulitnya

    mencari sumber air, adanya penelpon gelap, dan kekurangan karyawan.

    4. Potensi ancaman bahaya kebakaran berbeda-beda tergantung lingkungannya. Secara

    garis besar terdapat 5 (lima) lingkungan/kawasan yang memiliki potensi ancaman

    bahaya kebakaran, yaitu: Bangunan Menengah dan Tinggi, Bangunan Prototipe Ruko

    (Rumah dan Kantor), Kawasan Tempat Hiburan, Kawasan Industri dan Pergudangan,

    serta Lingkungan Pemukiman Tak Tertata/Kumuh. Kelima lingkungan ini tentunya

    memiliki karakteristik yang berbeda sehingga terdapat cara yang berbeda dalam usaha

    pencegahan kebakaran maupun tindak penanggulangan kebakaran pada masing-

    masing kawasan.