makalah curah hujan

14
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sebagai Negara yang terletak pada bidang yang dilalui garis khatulistiwa, maka indonesia merupakan salah satu negara tropis, negara tropis umumnya akan mempunya 2 musim antara lain yaitu musim hujan dan musim kemara. Terkadang ke dua musim ini bisa menjadi probelem. Salah satunya yaitu problem pada saat musim hujan yaitu kebanjiran. Unutuk itu sebagai salah satu negara tropis akan dilakukan pemantauan yang berkelanjutan mengenai iklim dan klimatologi dari setiap daerah yang ada di indonesia, salah satun ya yaitu dengan mengukur curah hujan pada setiap daerah maupun wilayah yang ada di indonesia. Salah satu kegunaan pengukuran data curah hujan adalah untuk mengetahui besaran dan intensitas hujan yang turun pada suatu wilayah, sehingga nnatinya dapat berhubungan langsung dengan pengelolaan irigasi, proses kalender tanam pada bidang pertanian dan lain sebagainya. I.2 Maksud dan Tujuan

description

tgs

Transcript of makalah curah hujan

Page 1: makalah curah hujan

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Sebagai Negara yang terletak pada bidang yang dilalui garis

khatulistiwa, maka indonesia merupakan salah satu negara tropis, negara

tropis umumnya akan mempunya 2 musim antara lain yaitu musim hujan dan

musim kemara. Terkadang ke dua musim ini bisa menjadi probelem. Salah

satunya yaitu problem pada saat musim hujan yaitu kebanjiran. Unutuk itu

sebagai salah satu negara tropis akan dilakukan pemantauan yang

berkelanjutan mengenai iklim dan klimatologi dari setiap daerah yang ada di

indonesia, salah satun ya yaitu dengan mengukur curah hujan pada setiap

daerah maupun wilayah yang ada di indonesia. Salah satu kegunaan

pengukuran data curah hujan adalah untuk mengetahui besaran dan intensitas

hujan yang turun pada suatu wilayah, sehingga nnatinya dapat berhubungan

langsung dengan pengelolaan irigasi, proses kalender tanam pada bidang

pertanian dan lain sebagainya.

I.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui cara

penghitungan rerata curah hujan suatu wilayah dengan menggunakan konsep

yang salah satunya dibahas di dalam dasar teori nanti.

I.3 Metode Penulisan

Dalam pembuatan makalah ini akan digunakan metode penulisan

berupa studi literatur dan juga dalam analisi perhitungan data curah hujan

akan digunakan kemampuan komunikasi nalar dalam memecahkan masalah

tersebut.

Page 2: makalah curah hujan

BAB II

STUDI PUSTAKA

II.1 Dasar Teori

Umumnya penakaran curah hujan banyak dilakaukan dengan

menggunakan penakar hujan Observatarium. Penakar hujan tipe

observatorium adalah penakar hujan tipe kolektor yang menggunakan gelas

ukur untuk mengukur air hujan. Penakar hujan ini adalah merupakan penakar

hujan yang paling banyak digunakan di Indonesia dan merupakan "standar" di

negara kita.

Penakar curah hujan tipe observatorium mempunyai kelebihan dan

kekuranga tersendiri, kelebihan dan kekurangannya antara lain adalah sebagai

berikut. Penakar hujan observatorium mempunyai kelebihan berupa : mudah

dipasangnya, mudah dioperasikannya karena langsung terukur pada gelas

ukur dan pemeliharaannya juga relatif mudah karena tak ada bagian-bagian

tambahan pada alat. Akan tetapi kekurangannya adalah data yang didapat

hanyalah data jumlah curah hujan selama periode 24 jam. Resiko kerusakan

gelas ukur dan resiko kesalahan pembacaan dapat terjadi saat membaca

permukaan dari tinggi air di gelas ukur, sehingga hasilnya dapat berbeda.

Penakar hujan dapat di terangkan melalui Bagian – Bagian yang

menyusun dan membentuk Penakar tersebut, Bagian - bagian dari penakar

hujan Observatorium adalah sebagai berikut ( Gambar 2.1).

Curah hujan (mm) merupakan ketinggian air hujan yang terkumpul

dalam tempat yang datar, tidak menguap, tidak meresap, dan tidak mengalir.

Curah hujan 1 (satu) millimeter, artinya dalam luasan satu meter persegi pada

tempat yang datar tertampung air setinggi satu millimeter atau tertampung air

sebanyak satu liter.

Page 3: makalah curah hujan

Gambar 2.1

Penakar Hujan Observatorium

Keterangan gambar :

1. Corong penakar (luas 100 cm2)

2. Tempat penampungan air hujan

3. Kran air

4. Kaki kayu yang disanggahkan ke dalam penakar

5. Pondasi/ kaki kayu

6. Pondasi beton

Penempatan penakar juga harus sesuai dengan aturan dan juga standar

yang telah di tentukan, ini bertujuan untuk memperkecil tingkat kesalahan

dalam pengukuran curah hujan. Penempatan alat penakar hujan hendaknya

dilakukan ditempat yang datar dan terbuka untuk menghindari terhambatnya

jatuhan curah hujan kedalam corong penakar. Cara pemasangan penakar

hujan dekat bangunan/ pohon:

garis sumbu tengah-tengah penakar.

Page 4: makalah curah hujan

Jarak penakar ke pohon/ bangunan paling sedikit sama tinggi dengan

pohon atau bangunan (contoh: jika pohon/ bangunan tinggi 10 m, maka

jarak penakar ke pohon/bangunan lebih dari sama dengan 10 m.

Gambar 2.2

Posisi Alat Pengukur Terhadap Rumah Atau Pohon Didekatnya

Penakar hujan dipasang pada tonggak kayu yang dibeton, kayunya dicat

dengan tir.

Setelah terpasang tinggi bibir corong dari muka tanah harus 120 cm.

Bibir corong harus waterpass/ datar.

Penakar dipaku/disekrup kuat pada tonggak penyanggah.

Penakar dipagar tingginya 1 m dan diberi kunci.

II.2 Metode Perhitungan Data Curah Hujan

1. Cara rata-rata aritmatik

Cara rata-rata aritamatik adalah cara yang paling mudah diantara cara

lainnya ( poligon dan isohet), cara arimatik digunakan khususnya untuk

daerah seragam dengan variasi Curah Hujan (CH) kecil. Cara ini

dilakukan dengan mengukur serempak untuk lama waktu tertentu dari

semua alat penakar dan dijumlahkan seluruhnya, Kemudian hasil

penjumlahannya dibagi dengan jumlah penakar hujan maka akan

dihasilkan rata-rata curah hujan di daerah tersebut. Secara matimatik

ditulis persamaan sbb:

Page 5: makalah curah hujan

Contoh perhitungan:

Untuk mengukur rata-rata curah hujan yang mewakili suatu daerah X

diperlukan 4 (empat buah) penakar hujan yaitu pada stasiun A, B, C dan

D. Tercatat selama waktu tertentu di stasiun A sebesar 6 cm, di B (10

cm), di C (8cm) dan di D (11cm). Maka : Rata-rata CH = (6+10+8+11) /

4 = 8,75 cm

2. Cara Poligon (Thiessen polygon)

Cara ini untuk daerah yang tidak seragam dan variasi CH besar.

Menurut Shaw (1985) cara ini tidak cocok untuk daerah bergunung

dengan intensitas CH tinggi. Dilakukan dengan membagi suatu wilayah

( luasnya A) ke dalam beberapa daerah-daerah membentuk poligon (luas

masing-masing daerah a), seperti pada Gambar 1.1 :

Gambar 2.3

Daerah – Daerah Poligon (a1 a2 a3 a4) yang dibatasi

oleh garis Putus – putus pada wilayah A

Page 6: makalah curah hujan

Tabel 1.1. Perhitungan prosentasi luas daerah (a) pada suatu wilayah A (10.000ha)

Untuk menghitung Curah Hujan rata-rata cara poligon menggunakan persamaan

Tabel 2.1 Perhitungan Curah Hujan rata -rata cara poligon di suatu Wilayah

A

: 3. Cara Isohet (Isohyetal)

Cara ini dipandang paling baik, tetapi bersifat subyektif dan

tergantung pada keahlian, pengalaman, pengetahuan pemakai terhadap

sifat curah hujan pada daerah setempat. Isohet adalah garis pada peta yang

menunjukkan tempat -tempat dengan curah hujan yang sama (Gambar 1.2)

Dalam metode isohet ini Wilayah dibagi dalam daerah -daerah yang

masing-masing dibatasi oleh dua garis isohet yang berdekatan, misalnya

Page 7: makalah curah hujan

Isohet 1 dan 2 atau (I1– I). Oleh karena itu, dalam Gambar 2, curah hujan

rata –rata untuk daerah I1– I2 adalah (7 cm + 6,5 cm) / 2 = 6,75 cm Untuk

menghitung luas darah (I21– I) dalam suatu peta kita bisa menggunakan

Planimeter. Sercara sederhana bisa juga menggunakan kertas milimeter

block dengan cara menghitung kotak yang masu k dalam batas daerah

yang diukur.

Gambar 1.2. Garis-garis besarnya curah hujan

pada masing-masing Isohet (I)

Tabel 1.2. Perhitungan Curah Hujan rata -rata cara Isohet pada wilayah A

Page 8: makalah curah hujan

Metode isohet bergunan terutama berguna untuk mempelajari

pengaruh hujan terhadap perilaku aliran air sungai terutama untuk daerah

dengan tipe curah hujan orografik (daerah pegunungan)

BAB III

PEMBAHASAN

III.1 Perhitungan Data Curah Hujan berdasarkan data pada Bulan September

2012.

Page 9: makalah curah hujan

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

IV.1 KESIMPULAN

1. Curah Hujan merupakan data Hujan yang turun ke permukaan bumi,

kadang disajikan dalam kurung waktu Harian Bulanan ataupun Tahunan.

2. Penempatan dan Pengukuran curah Hujan harus sesuai dengan aturan

standar.

3. Terdapat 3 metode perhitungan curah hujan yaitu, cara aritmatika, cara

Poligon, dan cara isohet (isohyetal).

4. Curah hujan (mm) merupakan ketinggian air hujan yang terkumpul dalam

tempat yang datar, tidak menguap, tidak meresap, dan tidak mengalir.

Curah hujan 1 (satu) millimeter, artinya dalam luasan satu meter persegi

pada tempat yang datar tertampung air setinggi satu millimeter atau

tertampung air sebanyak satu liter.

5. Dalam data BMKG palembang di dapatkan bahwa data curah hujan yang

ter jadi pada bulan september 2012 adalah sebanyak 14 mm.

IV. SARAN

1. Pengukuran dan pembacaan data curah hujan pada alat penampung hujan

harus dilakukan kontinue pada jam yang sama setiap harinya pada setiap

stasiun unutk menghindari beberapa kesalahan.

Page 10: makalah curah hujan

2. Pada saat pembahasan seharusnya data yang diolah harus berupa data

mentah, sehingga pencarian crah hujan berdasarkan 3 metode yang dibahas

dapat di terapkan langsung.

3. Semakin banyak stasiun yang digunakan unutk mengukur curah hujan

maka akan di dapatkan haasil yang akurat, namun pada kasus ini tidak,

sehingga kedepannya pengambilan data hendaknya dilakukan dari

beberapa stasiun pengumpul curah hujan.

DAFTAR PUSTAKA

Asdak, C. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta :

Gadjah Mada University Press.

Sudjarwadi. 1987. Teknik Sumber Daya Air. Yogyakarta : PAU Ilmu Teknik

UGM.

Sosrodarsono, S., dan Takeda. 1999. HidrologiUntuk Pengairan. Jakarta : P.T.

Pradnya Paramita.

http://ustadzklimat.blogspot.com/2012/02/pengamatan-curah-hujan-dengan-

penakar.html. Online 29 oktober 2012.

Data curah hujan BMKG stasiun Klimatologi kelas II kenten Palembang.