Makalah CSR Sampoerna.docx

download Makalah CSR Sampoerna.docx

of 26

Transcript of Makalah CSR Sampoerna.docx

BAB IPENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAHGagasan mengenai Corporate Social Resposibility (CSR) dimulai pada awal abad ke-20 di Amerika Serikat. Pada saat itu banyak perusahaan yang mendapat kritik karena dianggap melakukan praktik monopoli, kecurangan, dan tidak peka terhadap masalah-masalah sosial. Dilakukan usaha-usaha untuk meredam kekuatan korporat melalui ketentuan hukum yang menentang yang menentang penggabungan industry-industri (antitrust laws) dan peraturan-peraturan lainnya.Secara global, istilah CSR mulai digunakan sejak tahun 1970-an dan semakin populer terutama setelah kehadiran buku Cannibals With Forks: The Triple Bottom Line in 21st Century Business (1998), karya John Elkington. Elkington mengemas CSR ke dalam tiga bagian utama: 3P, yang merupakan singkatan dari profit, planet, dan people. Perusahaan yang baik tidak hanya memburu keuntungan ekonomi belaka (profit), melainkan pula memiliki kepedulian terhadap kelestarian lingkungan (planet) dan kesejahteraan masyarakat (people).Di Indonesia, istilah CSR semakin populer digunakan sejak tahun 1990-an. Beberapa perusahaan sebenarnya telah lama melakukan CSA (Corporate Social Activity). Walaupun tidak menamainya CSR, namun secara faktual aksi dari perusahaan tersebut mendekati konsep CSR yang mempresentasikan bentuk peran serta kepedulian perusahaan terhadap aspek sosial dan lingkungan.Kepedulian sosial perusahaan terutama didasari alasan bahwa kegiatan perusahaan membawa dampak for better or worse, bagi kondisi lingkungan dan sosial ekonomi masyarakat, khususnya di sekitar perusahaan. Selain itu, pemilik perusahaan sejatinya bukan hanya shareholders, melainkan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap keberlangsungan hidup dari perusahaan.

CSR membuat perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada single bottom line, yaitu nilai perusahaan (corporate value) yang direfleksikan dalam kondisi keuangannya (financial) saja. Dengan CSR, tanggung jawab perusahaan harus berpijak pada triple bottom lines, yaitu perusahaan juga memperhatikan masalah sosial dan lingkungan.

1.2 IDENTIFIKASI MASALAHBatasan masalah dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:1. Pengertian mengenai Corporate Sosial Responsibility (CSR).2. Penerapan CSR pada PT. HM Sampoerna Tbk., yaitu salah satu perusahaan publik di Indonesia.

1.3 TUJUAN PEMBUATAN MAKALAH Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:1. Memenuhi salah satu tugas mata kuliah Etika dalam Akuntansi Semester I pada Program Magister Akuntansi Universitas Padjajaran Tahun 2013 yang dibimbing oleh Prof. Dr. Sukrisno Agoes, SE., MM., Ak.2. Memahami materi tentang Corporate Sosial Responsibility (CSR).

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1TEORI STAKEHOLDERSMenurut Schroeder (1998), paling tidak ada enam teori mengenai stakeholders, yaitu teori kepemilikan (proprietary theory), teori entitas (entity theory), teori dana (fund theory), teori komando (command theory), teori perusahaan (enterprise theory), dan teori ekuitas sisa (residual equity theory).Walaupun belum ada kesamaan mengenai istilah yang baku, namun belakangan ini muncul pandangan baru tentang pengelolaan perusahaan menggunakan beberapa istilah berbeda tetapi mempunyai makna yang sama, yaitu perusahaan tercerahkan (enlightened company), atau perusahaan dengan modal spiritual (spiritual capital). Istilah perusahaan tercerahkan (enlightened company) diperkenalkan oleh Hansen dan Allen dalam bukunya yang terkenal berjudul Cracking the Millionaire Code, sedangkan istilah spiritual capital diperkenalkan oleh Zohar dan Marshall dalam buku best seller-nya yang berjudul Spiritual Capital.Definisi stakeholders menurut Freeman (1984) yang dikutip Bertens (2000) adalah kelompok atau individu yang dapat mempengaruhi dan atau dipengaruhi oleh suatu pencapaian tujuan tertentu. Tujuan pengelolaan perusahaan jelas adalah untuk meningkatkan laba dan kekayaan pemilik. Dengan berkembangnya perusahaan hingga mencapai skala besar dan dengan diperkenalkannya bentuk hukum perusahaan yang berstatus Perseroan Terbatas (PT), serta dengan makin banyaknya perusahaan yang kepemilikannya dimiliki oleh masyarakat umum (perusahaan go public), maka mulai terdapat pemisahan antara pengelola (manajemen, eksekutif) dengan pemilik perusahaan (pemegang saham). Walaupun sudah terdapat pemisahan antara pengelola dengan pemilik perusahaan, namun orientasi dan paradigma pengelolaan ini masih belum berubah. Itu berarti bahwa tujuan pengelolaan perusahaan adalah untuk meningkatkan laba dan kekayaan para pemilik perusahaan (pemegang saham), sedangkan kepentingan para pemangku kepentingan selain pemegang saham belum mendapat perhatian yang seimbang. Oleh karena itu, paradigma pengelolaan masih menganut teori kepemilikan . Pada hakikatnya, pandangan pengelola perusahaan dalam teori ekuitas sisa masih sama dengan pandangan pengelola dalam teori kepemilikan. Hanya saja dalam teori ekuitas sisa, orientasi pengelola lebih ditunjukan kepada para pemegang saham biasa, sedangkan pemegang saham preferen tidak mendapat perhatian yang setara.Paradigma yang sangat berbeda dijumpai pada teori dana dan teori komando. Dalam teori dana, manajemen dalam mengelola suatu lembaga/ organisasi lebih berorientasi kepada rekstriksi legal atas penggunaan dana yang dipercayakan kepadanya. Para penyandang dana memberikan otoritas pengelolaan dana yang dipercayakan kepadanya. Para penyandang dana memberikan otoritas pengelolaan dana kepada manajemen dalam batas-batas/ koridor legal yang diperkenankan untuk setiap jenis dana. Setiap jenis dana hanya diperkenankan digunakan untuk jenis pengeluaran/ program spesifik sesuai persetujuan dari penyandang dana. Paradigma teori dana ini lebih banyak dianut oleh pengelola dana public nirlaba, seperti pemerintah atau lembaga-lembaga sosial/ keagamaan. Pemerintah atau pengelola organisasi nirlaba ini mempertanggungjawabkan dana public berdasarkan ketentuan, restriksi, dan alokasi anggaran dana yang disetujui oleh penyandang dana.Kondisi yang berlawanan dengan hal di atas terdapat pada teori komando. Dalam teori komando, manajemen tidak lagi berorientasi kepada para pemangku kepentingan di luar perusahaan, tetapi lebih melihat fungsi dirinya dalam mengendalikan perusahaan. Manajemen mulai berorientasi ke dalam, yaitu unit-unit organisasi internal perusahaan. Dalam hal ini, manajemen mulai meminta pertanggungjawaban dari setiap unit organisasi yang ada di bawah komando/ kendalinya atas kewenangan yang didelegasikan kepada setiap unit organisasi dalam mengelola dana/ harta perusahaan yang dipercayakan kepada unit-unit organisasi tersebut. Sejalan dengan paradigma ini, peranan fungsi akuntansi adalah memberikan bantuan untuk menyusun laporan pertanggungjawaban atas sumber daya dan dana yang dikelola oleh setiap unit untuk dilaporkan kepada atasan yang berjenjang. Dari situ kemudian muncul istilah akuntansi pertanggungjawaban (responsibility accounting).Selanjutnya, peran dan paradigma pengelolaan perusahaan mulai berubah lagi seiring dengan makin besar dan kompleksnya perusahaan. Sejalan dengan ini, mulai muncul teori baru yang lebih dikenal sebagai teori perusahaan (enterprise theory). Dalam teori ini, peranan bisnis tidak lagi hanya dilihat secara terbatas dari satu atau beberapa pemangku kepentingan saja. Perusahaan sudah dianggap sebagai lembaga sosial, yaitu suatu lembaga yang menciptakan manfaat dan kesejahteraan kepada semua pemangku kepentingan. Teori perusahaan kini lebih populer dengan istilah teori pemangku kepentingan (stakeholders theory).

2.2PENGERTIAN STAKEHOLDERSDefinisi stakeholders menurut Freeman (1984) yang dikutip Bertens (2000, p.163) adalah kelompok atau individu yang dapat mempengaruhi dan atau dipengaruhi oleh suatu pencapaian tujuan tertentu.Sedangkan definisi stakeholders menurut Lawrence & Weber (2011) : Stakeholders refers to person and groups that affected by, an organizations decisions, policies, and operations. The word stake means an interest in or claim on a business enterprise. Menurut Lawrence & Weber ( 2011), stakeholders dibagi ke dalam dua golongan, yaitu market stakeholders dan nonmarket stakeholders.1. Market stakeholders, are those that engage in economic transactions with the company as it carries out its primary purpose of providing society with goods and services. Market stakeholders ini terdiri dari konsumen (customers), pemasok (suppliers), kreditur (creditors), pemegang saham (stockholders), karyawan (employees), dan distributor/ grosir/ pengecer (distributors/ wholesalers/ retailers).2. Nonmarket stakeholders, are people and groups who are nonetheless affected by or can affect its actions. Nonmarket stakeholders ini terdiri dari community, government, nongovernmental organizations, media, business support groups, and the general public.Sedangkan Sukrisno Agoes & I. Cenik Armada (2009) mengutip beberapa pendapat ahli mengenai jenis-jenis stakeholders, antara lain :1. Baron (2006), stakeholders terdiri dari lingkungan pasar (market environment) dan lingkungan non pasar (nonmarket environment).2. Sonny Keraf (1998), stakeholders terdiri dari : Kelompok primer, adalah mereka yang mengadakan transaksi atau berinteraksi langsung dengan perusahaan, yaitu pelanggan, pemasok, pemegang saham, pemberi pinjaman, serta karyawan. Kelompok sekunder, adalah mereka yang tidak secara langsung mengadakan transaksi atau berinteraksi dengan perusahaan, tetapi kekuatan dan kepentingan kelompok ini dapat saja memengaruhi keberadaan perusahaan.Semakin maraknya skandal bisnis pada abad ke-20 dalam berbagai bentuk manipulasi laporan keuangan yang melibatkan para eksekutif puncak perusahaan-perusahaan besar berskala global, telah merugikan banyak pihak yang berkepentingan, maka muncul pengaturan baru dari otoritas pemerintah yang pada intinya mempertegas pengawasan, wewenang, dan tanggung jawab para eksekutif puncak dalam mengelola perusahaan. Di Amerika Serikat, wujud baru pengawasan, wewenang, dan tanggung jawab pada eksekutif ini tertuang dalam Undang-Undang yang sangat terkenal disebut Sarbanes-Oxley Act (SOX).Namun yang lebih penting adalah munculnya pandangan baru dalam mengelola suatu perusahaan. Pandangan baru ini lebih menyoroti perilaku para eksekutif puncak perusahaan karena perilaku para eksekutif puncak ini sangat menentukan keberlangsungan hidup suatu perusahaan. Para eksekutif puncak dituntut untuk tidak hanya bersifat etis, tetapi diharapkan mempunyai tingkat kesadaran transcendental atau tingkat kesadaran spiritual.Para eksekutif yang telah mencapai tingkat kesadaran spiritual ini akan memaknai kegiatan pengelolaan perusahaan sebagai bagian dari ibadah kepada Tuhan yang Maha Kuasa, menjadikan perusahaan yang dikelolanya sebagai sarana untuk melakukan pelayanan secara tulus untuk memajukan kesejahteraan semua pemangku kepentingan, sekaligus menjaga dan memelihara kelestarian alam. Perusahaan yang dikelolana akan menjadi perusahaan yang tercerahkan (enlightened company).

Gambar 2.1Hubungan Perusahaandengan Para Pemangku Kepentingan (Stakeholders)

Aktivis Lingkungan Pemerintah Media Massa Masyarakat Pemasok PelangganKaryawan Perusahaan Pemodal Kelompok Primer Kelompok Sekunder

Sumber: Sukrisno Agoes dan I Cenik Ardana, 2009, Etika Bisnis dan Profesi, Tantangan Membangun Manusia Seutuhnya.

2.3 ANALISIS PEMANGKU KEPENTINGAN (STAKEHOLDERS ANALYSIS)Berdasarkan pendekatan sistem, perusahaan adalah bagian atau unsure dari sistem yang lebih besar (suprasystem). Sebagai suatu sistem terbuka, perusahaan saling berinteraksi dengan semua pihak terkait (stakeholders) sehingga keberadaan perusahaan bersifat saling mempengaruhi dengan semua pemangku kepentingan tersebut. Menyadari bahwa keberadaan perusahaan sangat ditentukan oleh para pemangku kepentingan ini, maka pada eksekutif perusahaan mulai menyadari pentingnya melakukan proses pengambilan keputusan berdasarkan pendeketan dan analisis pemangku kepentingan. Hal penting yang perlu dipertimbangkan dalam proses pengambilan keputusan berdasarkan pendekatan pemangku kepentingan, antara lain:a. Lakukan identifikasi semua pemangku kepentingan, baik yang nyata maupun yang bersifat potensial.b. Cari tahu kepentingan (interest) dan kekuasaan (power) setiap golongan pemangku kepentingan.c. Cari tahu apakah ada koalisi kepentingan dan kekuasaan antara golongan pemangku kepentingan tersebut.Keputusan diambil berdasarkan pertimbangan:a. Pemangku kepentingan adalah pihak yang menerima manfaat paling besar dari keputusan itu; ataub. Kalaupun ada pihak yang dirugikan, dampak kerugiannya hanya menimpa sesedikit mungkin pemangku kepentingan; atauc. Keputusan yang siambil tidak membentur kepentingan dan kekuasaan kelompok pemangku kepentingan yang dominan.

Pengertian kepentingan disini adalah sesuatu uang menyebabkan kelompok pemangku kepentingan ini tertarik atau peduli pada perusahaan, sedangkan kekuasaan di sini diartikan sebagai seberapa kuat pengaruh kelompok ini dalam menentukan arah dan keberadaan perusahaan. Beberapa contoh kelompok kepentingan serta kepentingan dan kekuasaan mereka dijelaskan pada tabel berikut ini:Tabel 2.1Kepentingan dan Kekuasaan Pemangku KepentinganKelompok Sekunder

Pemangku KepentinganKepentingan (interest)Kekuasaan (power)

Kelompok Primer:

1. PelangganMemperoleh produk yang aman dan berkualitas sesuai dengan yang dijanjikan serta memperoleh pelayanan yang memuaskan.Membatalkan pesanan dan membeli dari pesaing; Melakukan kampanye negatif tentang perusahaan.

2. PemasokMenerima pembayaran tepat waktu; Memperoleh order secara teratur.Membatalkan atau memboikot oerder dan menjual kepada pesaing.

3. Pemodal Pemegang Saham

KrediturMemperoleh deviden dan capital gain dari saham yang dimiliki.

Memperoleh penerimaan bunga dan pengembalian pokok pinjaman sesuai jadwal yang ditetapkan.Tidak mau membeli saham perusahaan; Memberhentikan para eksekutif perusahaan.

Tidak memberikan kredit; Membatalkan/ menarik kembali pinjaman yang telah diberikan.

4. KaryawanMemperoleh gaji/ upah yang wajar dan ada kepastian kelangsungan pekerjaan.Melakukan aksi unjuk rasa/ mogok kerja; Memaksakan kehendak melalui organisasi buruh yang ada.

Kelompok Sekunder:

1. PemerintahMengharapkan pertumbuhan ekonomi dan lapangan kerja; Memperoleh pajak.Menutup/ menyegel perusahaan; Mengeluarkan berbagai peraturan.

2. MasyarakatMengharapkan peran serta perusahaan dalam program kesejahteraan masyarakat; Menjaga kesehatan lingkungan.Menekan pemerintah melalui unjuk rasa missal; Melakukan aksi kekerasan.

3. Media MassaMenginformasikan semua kegiatan perusahaan yang berkaitan dengan isu etika, nilai-nilai, kesehatan, keamanan, dan kesejahteraan.Mempublikasikan berita negatif yang merusak citra perusahaan.

4. Aktivis LingkunganKepedulian terhadap pengaruh positif dan negatif dari tindakan perusahaan terhadap lingkungan hidup, HAM, dan sebagainya.Mengampanyekan aksi boikot dengan mempengaruhi pemerintah, media massa dan masyarakat; Melobi pemerintah untuk membatasi/ melarang impor produk perusahaan tersebut bila merusak lingkungan hidup atau melanggar HAM.

Sumber: Sukrisno Agoes dan I Cenik Ardana, 2009, Etika Bisnis dan Profesi, Tantangan Membangun Manusia Seutuhnya.

2.4 Hubungan Tingkat Kesadaran, Teori Etika, dan Paradigma Pengelolaan PerusahaanBerikut disajikan ringkasan hubungan antara tingkat kesadaran, teori etika dan paradigma pengelolaan perusahaan.Tabel 2.2Hubungan Tingkat Kesadaran, Teori Etika, dan Paradigma Pengelolaan Perusahaan

Tingkat KesadaranTeori EtikaParadigma PengelolaanSasaran Perusahaan

Kesadaran Hewani Teori Egoisme Teori Hak Paradigma Kepemilikan (Proprietorship Paradigm)

Paradigma Pemegang Saham (Stockholders Paradigm)Memperoleh kekayaan dan keuntungan optimal bagi pengelola yang sekaligus merangkap sebagai pemilik perusahaan.

Pengelola (manajemen) sudah terpisah dari pemegang saham selaku pemilik perusahaan.

Sasaran perusahaan adalah memperoleh kekayaan dan keuntungan optimal bagi para pemegang saham.

Kesadaran Manusiawi Teori Utilitarianisme Teori Keadilan (Fairness Theory) Teori Kewajiban (Deontologi) Teori KeutamaanParadigma Ekuitas (Equity Paradigm)Sasaran pengelolaan perusahaan untuk meningkatkan kekayaan dan keuntungan pada investor (pemegang saham dan kreditur)

Paradigma Perusahaan (Enterprise Paradigm)Sasaran pengelolaan perusahaan adalah untuk kesejahteraan seluruh masyarakat (semua pemangku kepentingan/ stakeholders)

Kesadaran TransendentalTeori TeonomParadigma Perusahaan Tercerahkan (Enlightened Company)Tujuan pengelolaan perusahaan adalah sebagai bagian dari ibadah kepada Tuhan melalui pengabdian tulus untuk kemakmuran bersama dan menjaga kelestarian.

Sumber: Sukrisno Agoes dan I Cenik Ardana, 2009, Etika Bisnis dan Profesi, Tantangan Membangun Manusia Seutuhnya.

2.5 TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN (CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY CSR)Muncul isu pemanasan global, penipisan lapisan ozon, kerusakan hutan, kerusakan lokasi di sekitar areal pertambangan, pencemaran air akibat limbah beracun, pencemaran udara, pencemaran air laut akibat tumpahan minyak dari kapal tangki pengangkut minyak yang bocor, dan sebagainya merupakan akibat negatif dari munculnya aktivitas bisnis yang hanya berorientasi pada keuntungan semata tanpa memperdulikan dampak negatif yang merugikan masyarakat dam bumi ini. Munculnya konsep Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan respons atas tindakan perusahaan yang telah merugikan masyarakat dan bumi yang kita huni ini.

2.5.1 DEFINISI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITIES (CSR)World Bank (bank dunia) mendefinisikan CSR sebagai:CSR is commitment of business to contribute to sustainable economic development working with employees and their representatives, the local community and society at large to improve quality of live, in ways that are both good for business and good for development.

Pada definisi diatas, CSR merupakan suatu komitmen bisnis untuk berperan dalam pembangunan ekonomi yang dapat bekerja dengan karyawan dan perwakilan mereka, masyarakat sekitar dan masyarakat yang lebih luas untuk memperbaiki kualitas hidup, dengan cara yang baik bagi bisnis maupun pengembangan.Draft 3 ISO 26000, 2007, guidance on social responsibility, mendefinisikan CSR sebagai tanggung jawab dari suatu organisasi untuk dampak-dampak dari keputusan-keputusan dan aktivitas di masyarakat dan lingkungan melalui transparansi dan perilaku etis yang konsisten dengan perkembangan berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat; Mempertimbangkan harapan stakeholders; sesuai dengan ketentuan hukum yang bias diterapkan dan norma-norma international yang konsisten dari perilaku; dan terintegrasi sepanjang organisasi.Gambar 2.2Cakupan CSR

Customer Issues

Human Rights

Fair Operating practices

Social DevelopmentLabour practises

SocialResponsibility

The EnviromentOrganizational Governance

Sumber: Draft 3 ISO 26000, 2007, Guidance on Social ResponsibilityMenurut Agoes dan Ardana (2009), konsep CSR dewasa ini sangat populer, namun belum dijumpai keseragaman dalam mendefinisikan konsep CSR. Berikut adalah beberapa definisi CSR yang dikutip dari buku Membedah Konsep dan Aplikasi CSR karangan Yusuf Wibisono (2007) dan buku Corporate Social Responsibility dari A. B. Susanto (2007).a. The World Business Council for Sustainable Development mendefinisikan CSR sebagai Continuing commitment by business to behave ethically and contribute to economic development while improving the quality of life of the workforce and their families as well as of the local community and society and large. [Komitmen bisnis untuk secara terus-menerus berperilaku etis dan berkontribusi dalam pembangunan ekonomi serta meningkatkan kualitas hidup karyawan dan keluarganya, masyarakat lokal, serta masyarakat luas pada umumnya.]b. EU Green Paper on CSR memberikan definisi CSR sebagai a concept whereby companies integrate social and environmental concerns in their business operations and in their interaction with their stakeholders in a voluntary basis. [ Suatu konsep dimana perusahaan mengintegrasikan perhatian pada masyarakat dan lingkungan dalam operasi bisnisnya serta dalam interaksinya dengan para pemangku kepentingan secara sukarela.]c. Magnan dan Ferrel mendefinisikan CSR sebagai a business acts in a socially responsible manner when its decision and account for and balance diverse stakeholder interest. [ Suatu bisnis dikatakan telah melaksanakan tanggung jawab sosialnya jika keputusan-keputusan yang diambil telah mempertimbangkan keseimbangan antar berbagai pemangku kepentingan yang berbeda-beda.]d. A.B. Susanto mendefinisikan CSR sebagai tanggung jawab perusahaan baik ke dalam maupun ke luar perusahaan. Tanggung jawab ke dalam diarahkan kepada pemegang saham dan karyawan dalam wujud profitabilitas dan pertumbuhan perusahaan, sedangkan tanggung jawab ke luar dikaitkan dengan peran perusahaan sebagai pembayar pajak dan penyedia lapangan kerja, meningkatkan kesejahteraan dan kompetensi masyarakat, serta memelihara lingkungan bagi generasi mendatang.e. Elkington mengemukakan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan mencakup tiga dimensi, yang lebih populer dengan singkatan 3P, yaitu : Profit; sebagai fungsi ekonomis yang merupakan fungsi tradisional perusahaan, yaitu untuk memperoleh keuntungan bagi perusahaan tersebut, terutama kepentingan pemegang saham. People; sebagai fungsi sosial untuk memberdayakan manusianya, yaitu para stakeholders. Selain itu, perusahaan dapat berperan menjaga keadilan dalam membagi manfaat dan menanggung beban yang ditimbulkan dari aktivitas perusahaan. Planet; sebagai fungsi alamiah untuk menjaga kelestarian alam/ bumi.perusahaan merupakan salah satu elemen dalam sistem kehidupan di muka bumi ini. Bila bumi dirusak, maka seluruh bentuk kehidupan di bumi akan terancam musnah. Bila tidak ada kehidupan, bagaimana mungkin akan ada perusahaan yang masih bertahan hidup?

2.5.2 TINGKAT/ LINGKUP KETERLIBATAN dalam CSRWalaupun sudah banyak perusahaan yang menyadari pentingnya untuk menjalankan CSR, namun masih ada juga perusahaan yang berkeberatan menjalankannya, bahkan di antara mereka yang setuju, masih terdapat perbedaan dalam memaknai tingkat keterlibatan perusahaan dalam menjalankan program CSR. Pada akhirnya, keberhasilan CSR dan cakupan program CSR yang dijalankan akan ditentukan oleh tingkat kesadaran pada pelaku bisnis dan para pemangku kepentingan terkait lainnya. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, ada tiga tingkat kesadaran yang dimiliki oleh seseorang, yaitu kesadaran hewani, tingkat kesadaran manusiawi dan tingkat kesadaran transedental. Mereka yang masih berkeberatan dengan program CSR ini dapat dikatakan bahwa mereka ini masih mempunyai tingkat kesadaran hewani, dan menganut teori etika egoisme. Program CSR akan berjalan efektif bila para pihak terkait dalam bisnis (oknum pengelola, pemerintah, dan masyarakat) sudah mempunyai tingkat kesadaran manusiawi atau transcendental, serta menganut teori-teori etika dalam koridor utilitarianisme, deontologi, keutamaan, dan teonom.Berikut adalah skema hubungan antara tingkat kesadaran, teori etika yang dianut, dan tingkat keterlibatan/ cakupan program CSR yang dilaksanakan oleh suatu perusahaan.

Gambar 2.3Hubungan Tingkat Kesadaran, Teori Etika, dan Tingkat Keterlibatan CSR

Tingkat KesadaranHewani

Manusiawi

TransendentalTeori EtikaEgoisme

Utilitarianisme

TeonomTingkat Keterlibatan CSRRendah

Tinggi

Sumber: Sukrisno Agoes dan I Cenik Ardana, 2009, Etika Bisnis dan Profesi, Tantangan Membangun Manusia Seutuhnya.

Lawrence, Weber, dan Post (2005) mendeskripsikan tingkat kesadaran ini dalam bentuk tingkat keterlibatan bisnis dengan para pemangku kepentingan dalam beberapa tingkatan hubungan, yaitu inactive, reactive, proactive, dan interactive. Perusahaan yang inactive sama sekali mengabaikan apa yang menjadi perhatian para pemangku kepentingan. Perusahaan yang reactive hanya bereaksi bila ada ancaman atau tekanan yang diperkirakan akan menganggu perusahaan dari pihak pemangku kepentingan tertentu. Perusahaan yang proactive akan selalu mengantisipasi apa saja yang menjadi kepedulian para pemangku kepentingan, sedangkan perusahaan yang interactive selalu membuka diri dan mengajak para pemangku kepentingan untuk berdialog setiap saat atas dasar saling menghormati, saling mempercayai, dan saling menguntungkan.Lawrence, Weber, dan Post (2005) juga membedakan dua prinsip CSR berdasarkan tingkat/ lingkup keterlibatan ini, yaitu prinsip amal (charity principles) dan prinsip pelayanan (stewardship principles). Pada tabel berikut ini, merupakan ciri-ciri yang membedakan kedua prinsip ini.Tabel 2.3Fondasi Prinsip CSR

Ciri-ciriPrinsip AmalPrinsip Pelayanan

DefinisiBisnis seharusnya memberikan bantuan sukarela kepada orang atau kelompok yang memerlukan.Sebagai agen publik, tindakan bisnis seharusnya mempertimbangkan semua kelompok pemangku kepentingan yang dipengaruhi oleh keputusan dan kebijakan perusahaan.

Tipe aktivitasFilantropi korporasi; tindakan sukarela untuk menunjang citra perusahaan.Mengakui adanya saling ketergantungan perusahaan dengan masyarakat; Menyeimbangkan kepentingan dan kebutuhan semua ragam kelompok di masyarakat.

ContohMendirikan yayasan amal, berinisiatif untuk menanggulangi masalah sosial, bekerja sama dengan kelompok masyarakat yang memerlukan.Pribadi yang tercerahkan, memenuhi ketentuan hukum, menggunakan pendekatan stakeholders dalam perencanaan strategis perusahaan.

Sumber: Lawrence, Weber, Post, 2005, Business Society.

BAB IIIPENERAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PADA PT. HM SAMPOERNA Tbk.

PT. Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk. (Sampoerna) merupakan salah satu produsen rokok terkemuka di Indonesia. Perusahaan ini memproduksi sejumlah merek rokok kretek yang dikenal luas, seperti Sampoerna Kretek, A Mild, serta Raja Kretek yang legendaries yaitu Dji Sam Soe. PT. HM Sampoerna Tbk. merupakan perusahaan afiliasi dari PT. Philip Morris Indonesia dan bagian dari Philip Morris International, produsen rokok terkemuka di dunia.

3.1SEJARAH PT. HM SAMPOERNA Tbk.Sejarah dan keberhasilan PT. HM Sampoerna Tbk. (Sampoerna) tidak terpisahkan dari sejarah keluarga Sampoerna sebagai pendirinya.Pada tahun 1913, Liem Seeng Tee, seorang imigran asal Cina mulai membuat dan menjual rokok kretek linting tangan di rumahnya di Surabaya, Indonesia. Perusahaan kecilnya tersebut merupakan salah satu perusahaan pertama yang memproduksi dan memasarkan rokok kretek maupun rokok putih.Popularitas rokok kretek tumbuh dengan pesat dan pada awal 1930-an, Lim Seeng Tee mengganti nama keluarga sekaligus nama perusahaannya menjadi Sampoerna, yang berarti kesempurnaan. Setelah usahanya cukup mapan, Liem Seeng Tee memindahkan tempat tinggal keluarga dan pabriknya ke sebuah kompleks bangunan yang terbengkalai di Surabaya yang kemudian direnovasi olehnya.Bangunan tersebut kemudian juga dijadikan tempat tinggal keluarganya, dan hingga kini, bangunan yang dikenal sebagai Taman Sampoerna tersebut masih memproduksi kretek linting tangan. Bangunan tersebut kini juga meliputi sebuah museum yang mencatat sejarah keluarga Sampoerna dan usahanya, serta merupakan salah satu tujuan wisata utama di Surabaya.Generasi ketiga keluarga Sampoerna, Putera Sampoerna, mengambil alih kemudi perusahaan pada tahun 1978. Di bawah kendalinya, Sampoerna berkembang pesat dan menjadi perseroan public pada tahun 1990 dengan struktur usaha modern, dan memulai masa investasi dan ekspansi. Selanjutnya Sampoerna berhasil memperkuat posisinya menjadi salah satu perusahaan terkemuka di Indonesia.

3.2VISI, MISI, DAN TATA KELOLA PERUSAHAAN PT. HM SAMPOERNA Tbk.Visi PT. HM Sampoerna Tbk. terkandung dalam Falsafah Tiga Tangan. Falsafah tersebut mengambil gambaran mengenai lingkungan usaha dan peranan Sampoerna di dalamnya. Masing-masing dari ketiga tangan tersebut mewakili perokok dewasa, karyawan, dan mitra bisnis, serta masyarakat luas, merupakan pihak-pihak yang harus dirangkul oleh Sampoerna untuk meraih visi menjadi perusahaan paling terkemuka di Indonesia.Sampoerna meraih ketiga kelompok ini dengan cara sebagai berikut:1. Memproduksi rokok berkualitas tinggi dengan harga yang wajar bagi perokok dewasa.Sampoerna berkomitmen penuh untuk memproduksi sigaret berkualitas tinggi dengan harga yang wajar bagi konsumen dewasa. Ini dicapai melalui penawaran produk yang relevan dan inovatif untuk memenuhi selera konsumen.

2. Memberikan kompensasi dan lingkungan kerja yang baik kepada karyawan dan membina hubungan baik dengan mitra usaha.Karyawan adalah asset terpenting Sampoerna. Kompensasi, lingkungan kerja dan peluang yang baik untuk pengembangan adalah kunci utama membangun motivasi dan produktivitas karyawan. Di sisi lain, mitra usaha Sampoerna juga berperan penting dalam keberhasilan perusahaan, dan perusahaan mempertahankan kerjasama yang erat dengan mereka.3. Memberikan sumbangsih kepada masyarakat luas.Kesuksesan Sampoerna tidak lepas dari dukungan masyarakat di seluruh Indonesia. Dalam memberikan sumbangsih, perusahaan fokus pada kegiatan pengentasan kemiskinan, pendidikan, pelestarian lingkungan, penanggulangan bencana dan kegiatan sosial karyawan.

Sampoerna menjalan program tata kelola yang ditujukan untuk melindungi seluruh pemangku kepentingan Sampoerna dengan baik dan efektif. Komitmen tersebut diwujudkan dengan menumbuhkan dan menjaga standar kepatuhan, perilaku bertanggung jawab dan integritas yang tertinggi di seluruh lapisan organisasi Sampoerna.Sampoerna juga menetapkan standar kepatuhan dan integritas yang sangan tinggi dalam menjalankan usaha. Aturan berperilaku (code of conduct) yang diterapkan pada seluruh afiliasi Philip Morris International Inc., termasuk Sampoerna. Aturan berperilaku ini dikomunikasikan kepada karyawan Sampoerna pada seluruh tingkatan organisasi. Program pelatihan diadakan secara berkala dan partisipasi karyawan dimonitor dengan ketat.

3.3PERKEMBANGAN TERKINI PT. HM SAMPOERNA Tbk.Keberhasilan Sampoerna telah menarik perhatian Philip Morris International Inc., salah satu perusahaan rokok terkemuka di dunia. Akhirnya pada bulan Mei 2005, PT. Philip Morris Indonesia, afiliasi dari Philip Morris International Inc. mengakuisisi kepemilikan mayoritas Sampoerna.Jajaran Direksi dan manajemen baru yang terdiri dari gabungan professional Sampoerna dan Philip Morris International Inc. meneruskan kepemimpinan perseroan dengan menciptakan sinergi operasional dengan Philip Morris International Inc., sekaligus tetap menjaga tradisi dan warisan budaya Indonesia yang telah dimiliki sejak hampir satu abad yang lalu.Pada tahun 2012, Sampoerna memilki pangsa pasar sebesar 35,6% di pasar rokok Indonesia, berdasarkan hasil Nielsen Retail Audit Results Full Year 2012. Pada akhir 2012, jumlah karyawan Sampoerna dan anak perusahaannya mencapai 28.500 orang. Selain itu, Sampoerna juga bekerja sama dengan 38 unit Mitra Produksi Sigaret (MPS) yang berada di berbagai lokasi di Pulau Jawa dalam memproduksi Sigaret Kretek Tangan, dan secara keseluruhan memiliki 61.000 orang karyawan. Perseroan menjual dan mendistribusikan rokok melalui 73 kantor penjualan di seluruh Indonesia.Tahun 2012 merupakan tahun yang cemerlang bagi Sampoerna karena Sampoerna dapat mencapai penjualan melebihi 100 milliar batang, ditambah berbagai pencapaian lain di banyak bidang, yaitu pembukaan dua pabrik sigaret kretek tangan baru di Jawa Timur dan pendirian pusat pelatihan search and rescue di Pasuruan sebagai bagian dari program tanggung jawab sosial Sampoerna.

3.4 PROGRAM TANGGUNG JAWAB SOSIAL PT. HM SAMPOERNA Tbk.Bagi Sampoerna, berinvestasi pada kesejahteraan masyarakat tak kalah pentingnya dengan investasi pada masa depan bisnis. Sampoerna mendukung berbagai program tanggung jawab sosial untuk meningkatkan kondisi hidup di lingkungan tinggal dan kerja pada karyawannya, serta masyarakat petani yang memasok tembakau. Sejumlah bidang utama pemberian dukungan adalah pengentasan kemiskinan, pendidikan, pelestarian lingkungan, dan penanganan bencana alam yang disebut sebagai 4 Pilar Tanggung Jawab Sosial Sampoerna.

3.4.1 PENGENTASAN KEMISKINAN MELALUI PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKATPada tahun 2006, Pusat Pelatihan Kewirausahaan Sampoerna (PPK Sampoerna) mulai beroperasi di atas lahan Perusahaan seluas 10 hektar di dekat pabrik Sampoerna di Sukorejo, Pasuruan, Jawa Timur. PPK Sampoerna menyelenggarakan program pendidikan dan pelatihan untuk mendorong pengembangan usaha kecil di masyarakat yang tinggal di sekitar pabrik Sampoerna dan di sejumlah daerah lain di Jawa Timur dan Lombok.PPK Sampoerna kini beroperasi di atas lahan seluas 27 hektar fasilitas terpadu, yang meliputi ruang pelatihan, bengkel otomotif dan lahan peternakan dan pertanian percobaan. PPK Sampoerna merupakan program percobaan unik yang juga dimanfaatkan untuk memberikan pelatihan dan keahlian kerja bagi karyawan Sampoerna yang akan memasuki masa pensiun dan masyarakat disekitar pabrik untuk mereka gunakan dalam memulai usaha baru atau mengembangkan usaha yang telah berjalan. Sebagai bentuk dukungan tambahan bagi peserta pelatihan, perusahaan juga melangsungkan program pinjaman usaha bergilir.Dalam upaya menyukseskan PPK Sampoerna ini, sejak awal pendiriannya, perusahaan bekerja sama dengan mitra yang berkompetensi dan bereputasi seperti Institut Pertanian Bogor dalam perencanaan dan pengoperasiannya, serta dalam memberikan pelatihan.

3.4.2 PENDIDIKANPerusahaan fokus dalam memberikan akses lebih besar terhadap materi pendidikan melalui Pusat Pembelajaran Masyarakat dan Mobil Pustaka di daerah pabrik kami di Jawa Timur dan Jawa Barat. Perusahaan juga mengoperasikan perpustakaan karyawan di pabrik SKT di Surabaya, Jawa Timur.Program Kampus Sampoerna merupakan bentuk lain dukungan perusahaan bagi pendidikan tinggi di Indonesia. Program ini bertujuan untuk membantu mahasiswa dan dosen memperluas wawasan mereka ini melalui berbagai pengalaman mendidik di luar kelas. Program ini menawarkan berbagai kegiatan, seperti diskusi interaktif, serta workshop kewirausahaan dan manajemen di tujuh lokasi perpustakaan kampus yang diberi nama Sampoerna Corner, serta program kunjungan studi Sampoerna Best Student Visit.

3.4.2.1 PUTERA SAMPOERNA FOUNDATIONGambar 3.1Lambang Putera Sampoerna Foundation

Sumber: www.sampoernafoundation.org

PSF adalah Institusi Bisnis Sosial pertama di Indonesia yang memiliki visi untuk mencetak calon-calon pemimpin masa depan dan wirausahawan yang handal demi menghadapi tantangan global. Putra Sampoerna Foundation memiliki tujuan untuk menciptakan 1.000 pemimpin per tahun yang diharapkan dapat memberikan kontribusi dan perubahan di komunitasnya. Dalam menjalankan kegiatannya, Putera Sampoerna Foundation didukung oleh mitra strategis antara lain, Sahabat Wanita, Siswa Bangsa dan Bait Al-Kamil, serta melakukan inisiatif mendirikan badan usaha Access yang meningkatkan pertukaran pelajar dan kerjasama dengan universitas di luar negeri.PSF adalah organisasi non-profit pertama yang memperoleh sertifikasi ISO 9001:2008, yakni sertifikat sistem kualitas manajemen bertaraf international. Menerapkan prinsip-prinsip keterbukaan dan akuntabilitas dalam segala aktivitasnya. Putera Sampoerna Foundation telah dipercaya lebih dari 250 perusahaan, organisasi, maupun asosiasi untuk menjalankan program tanggung jawab sosial. PSF mengikuti audit yang dilakukan oleh pihak auditor internasional secara berkala dan laporannya diterbitkan pada laporan tahunan Putera Sampoerna Foundation. Sejak didirikan tahun 2001, Putera Sampoerna Foundation telah menyalurkan lebih dari 34.000 beasiswa, menyelenggarakan pelatihan untuk lebih dari 14.000 guru dan kepala sekolah, mengadopsi 17 sekolah negeri dan 5 madrasah. Pada tahun 2009, Putera Sampoerna Foundation mendirikan sekolah berstandar international berasrama yaitu Sampoerna Academy, sekolah tinggi untuk mencetak generasi pendidik masa depan yakni Sampoerna School of Education yang sekaligus merupakan elemen pertama pendirian universitas bertaraf dunia. Setelah itu, disusul pendirian Sampoerna School of Business pada tahun 2010.

Gambar 3.2Putera Sampoerna Foundation: Government Agencies PartnersSumber: www.sampoernafoundation.org

Gambar 3.3Putera Sampoerna Foundation: Education Program Partners

Sumber: www.sampoernafoundation.org

3.4.3 PELESTARIAN LINGKUNGANMelalui kerja sama dengan beberapa organisasi lingkungan, Sampoerna mendukung Program Pelestarian Mangrove di Surabaya dan penanaman kembali hutan di Pasuruan dan Lombok untuk mewujudkan lingkungan yang berkelanjutan.Pada bulan Mei 2010, Sampoerna menerima piagam penghargaan Wana Lestari dari Kementerian Kehutanan Republik Indonesia dalam acara yang diikuti dengan penandatanganan nota kesepahaman untuk mendukung pengembangan Hutan Tanaman Industri (HTI), Hutan Tanaman Rakyat (HTR) dan Hutan Rakyat Indonesia, untuk mendukung program penanaman 1 Milliar Pohon 2010 Kementerian Kehutanan.

3.4.4 PENANGANAN BENCANA ALAMBencana alam merupakan salah satu bagian memilukan dari realitas di Indonesia. Tim Sampoerna Rescue (SAR) telah dikerahkan untuk melakukan penanganan bencana alam di berbagai daerah di Indonesia. Tim SAR terdiri dari relawan karyawan dan relawan medis dengan misi memberikan bantuan cepat dan praktis kepada korban bencana alam kapan pun dan dimana pun bencana terjadi di Indonesia.Tim SAR dilengkapi dengan perahu, ambulans, truk pemadam kebakaran, pembangkit listrik, unit medis berjalan, dapur umum, dan penyuling air bersih.Contohnya, ketika bencana gempa besar terjadi di Padang pada 30 September 2009, tim SAR bekerja dengan tim penanggulangan bencana lain dalam memberikan bantuan medis, makanan dan mendirikan tempat penampungan bagi warga yang kehilangan tempat tinggal. Perlengkapan dan anggota tim dikerahkan secara maksimal untuk membantu misi tersebut.Pada April 2010, tim SAR diturunkan untuk membantu korban banjir besar di Desa Sukaluyu dan Desa Puserjaya, Kabupaten Karawang. Misi SAR di sini meliputi bantuan logistic dan pemberian sumbangan karyawan Sampoerna kepada 1.700 kepala keluarga.Setiap tahun, tim SAR aktif melakukan berbagai kegiatan kemanusiaan penting, termasuk kegiatan pembersihan sungai, pencegahan kebakaran dan penyelamatan.

BAB IVPENUTUP

Tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal dengan istilah Corporate Social Responsibility merupakan komitmen perusahaan secara berkesinambungan untuk memberikan kontribusi positif bagi mng asyarakat lingkungan sekitar. Corporate Social Responsibility telah diatur dalam undang-undang no. 40 tahun 2007 yang menyebutkan bahwa Perseroan yang menjalankan usahanya di bidang yang berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Di samping pelaksanaan yang bersifat wajib, kini perusahaan juga mulai memiliki kesadaran secara sukarela untuk melaksanakan Corporate Social Responsibility. Hal tersebut dikarenakan perusahaan sadar bahwa penerapan Corporate Social Responsibility akan membawa dampak positif bagi stakeholder maupun perusahaan baik dalam menjalankan operasi perusahaan maupun kelangsungan hidup perusahaan di masa yang akan datang.PT. HM Sampoerna Tbk. adalah salah satu perusahaan rokok terbesar di Indonesia yang memiliki berbagai program CSR. Komitmen perusahaan untuk terus melaksanakan program yang telah dibentuk sangatlah besar. Berbagai program tersebut dipadukan dalam suatu organisasi atau yayasan yang dibentuk oleh perusahaan yaitu Putera Sampoerna Foundation (PSF). Kegiatan di PSF sendiri sangat bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan di sekitar perusahaan. Dengan kata lain, Sampoerna adalah salah satu perusahaan yang menerapkan etika bisnis yang baik, sehingga citra positif selalu melekat pada tiap bagian perusahaan.Kegiatan CSR yang dilakukan Sampoerna meliputi berbagai tingkatan, mulai dari sekedar donasi, menjaga lingkungan sebagai tanggung jawab pengekplorasian alam, hingga mulai merintis community development dengan mengadakan pelatihan kewirausahaan, ikut serta meningkatkan kualitas di bidang pendidikan dan pelatihan kemasyarakatan.Suatu perusahaan akan memiliki kelangsungan hidup yang panjang jika memperhatikan lingkungan atau komunitas di sekitanya. Perusahaan dan komunitas masyarakat ibarat dua sisi mata uang yang saling mempengaruhi eksistensi masing-masing. Pembuatan program CSR harus tepat dalam implementasinya sehingga tidak hanya memberikan harapan semu bagi targetnya. Maka dari itu, program yang akan dilaksanakan harus dipertimbangkan berdasarkan fakta yang ada, laporan yang jujur karena berpengaruh pada kepercayaan stakeholder, agar tidak membuat CSR hanya menjadi sebuah rencana tanggung jawab sosial perusahaan tanpa eksekusi yang tepat.

11