Makalah Cream Pasta

29
MAKALAH CREAM DAN PASTA OLEH KELOMPOK : I (SATU) GOLONGAN : FARMASI B SAMATA – GOWA 2011/2012

Transcript of Makalah Cream Pasta

MAKALAH

CREAM DAN PASTA

OLEH

KELOMPOK : I (SATU)

GOLONGAN : FARMASI B

SAMATA – GOWA

2011/2012

CREAM

PENDAHULUAN

Menurut Farmakope Indonesia Edisi III, krim adalah bentuk sediaan

setengah padat, berupa emulsi mengandung air tidak kurang dari 60% dan

dimaksudkan untuk pemakaian luar.

Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, krim adalah bentuk sediaan

setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi

dalam bahan dasar yang sesuai.

Menurut Formularium Nasional, krim adalah sediaan setengah padat,

berupa emulsi kental mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan

untuk pemakaian luar.

Secara tradisional istilah krim digunakan untuk sediaan setengah padat

yang mempunyai konsistensi relatif cair di formulasi sebagai emulsi air dalam

minyak(a/m) atau minyak dalam air (m/a).

PENGGOLONGAN KRIM

Krim terdiri dari emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam

lemak atau alkohol berantai panjang dalam air yang dapat dicuci dengan air dan

lebih ditujukan untuk pemakaian kosmetika dan estetika.

Ada dua tipe krim, yaitu:

1. Tipe a/m, yaitu air terdispersi dalam minyak

Contoh : cold cream

Cold cream adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud

memberikan rasa dingin dan nyaman pada kulit, sebagai krim pembersih,

berwarna putih dan bebas dari butiran. Cold cream mengandung mineral

oil dalam jumlah besar.

2. Tipe m/a, yaitu minyak terdispersi dalam air

Contoh: vanishing cream

Vanishing cream adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk

maksud membersihkan, melembabkan dan sebagai alas bedak. Vanishing

cream sebagai pelembab (moisturizing) meninggalkan lapisan

berminyak/film pada kulit.

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN SEDIAAN KRIM

a. Kelebihan sediaan krim, yaitu:

1. Mudah menyebar rata

2. Praktis

3. Mudah dibersihkan atau dicuci

4. Cara kerja berlangsung pada jaringan setempat

5. Tidak lengket terutama tipe m/a

6. Memberikan rasa dingin (cold cream) berupa tipe a/m

7. Digunakan sebagai kosmetik

8. Bahan untuk pemakaian topikal jumlah yang diabsorpsi tidak

cukup beracun.

b. Kekurangan sediaan krim, yaitu:

1. Susah dalam pembuatannya karena pembuatan krim harus dalam

keadaan panas

2. Gampang pecah disebabkan dalam pembuatan formula tidak pas

3. Mudah kering dan mudah rusak khususnya tipe a/m karena

terganggu sistem campuran terutama disebabkan oleh perubahan

suhu dan perubahan komposisi disebabkan penambahan salah satu

fase secara berlebihan.

BAHAN-BAHAN PENYUSUN KRIM

Formula dasar krim, antara lain:

1. fase minyak, yaitu bahan obat larut dalam minyak, bersifat asam

Contoh: asam stearat, parafin liq, cetaceum, cera, vaselin dan lain-lain.

2. fase air, yaitu bahan obat yang larut dalam air, bersifat basa

Contoh: Natr. Tetraborat (borax, Na. Biborat), TEA, NaOH, KOH, gliserin

dan lain-lain.

Bahan-bahan penyusun krim, antara lain:

Zat berkhasiat

Minyak

Air

Pengemulsi

Bahan Pengemulsi

Bahan pemgemulsi yang digunakan dalam sediaan krim disesuaikan

dengan jenis dan sifat krim yang akan dibuat /dikehendaki. Sebagai bahan

pengemulsi dapat digunakan emulgide, lemak bulu domba, setaseum, setil

alkohol, stearil alkohol, trietanolamin stearat, polisorbat, PEG.

Bahan-bahan tambahan dalam sediaan krim, antara lain:

Zat pengawet, untuk meningkatkan stabilitas sediaan

Bahan Pengawet

Bahan pengawet sering digunakan umumnya metil paraben (nipagin) 0,12-

0,18%, propil paraben (nipasol) 0,02-0,05%.

Pendapar, untuk mempertahankan pH sediaan

Pelembab

Antioksidan, untuk mencegah ketengikan akibat oksidasi oleh cahaya pada

minyak tak jenuh.

METODE PEMBUATAN KRIM

Pembuatan sediaan krim meliputi proses peleburan dan proses

emulsifikasi. Biasanya komponen yang tidak bercampur dengan air seperti

minyak dan lilin dicairkan bersama-sama di penangas air pada suhu 70-75 °C,

sementara itu semua larutan berair yang tahan panas, komponen yang larut dalam

air dipanaskan pada suhu yang sama dengan komponen lemak. Kemudian larutan

berair secara perlahan-lahan ditambahkan ke dalam campuran lemak yang cair

dan diaduk secara konstan, temperatur dipertahankan selama 5-10 menit untuk

mencegah kristalisasi dari lilin/lemak. Selanjutnya campuran perlahan-lahan

didinginkan dengan pengadukan yang terus-menerus sampai campuran mengental.

Bila larutan berair tidak sama temperaturnya dengan leburan lemak, maka

beberapa lilin akan menjadi padat, sehingga terjadi pemisahan antara fase lemak

dengan fase cair.

PENGEMASAN

Sediaan krim dikemas sama seperti sediaan salep yaitu dalam botol atau

tube.

STABILITAS SEDIAAN KRIM

Sediaan krim dapat menjadi rusak bila terganggu sistem campurannya

terutama disebabkan oleh perubahan suhu dan perubahan komposisi karena

penambahan salah satu fase secara berlebihan atau pencampuran dua tipe krim

jika zat pengemulsinya tidak tercampurkan satu sama lain. Pengenceran krim

hanya dapat dilakukan jika diketahui pengencer yang cocok. Krim yang sudah

diencerkan harus digunakan dalam waktu satu bulan.

RESEP

1. FORMULA I

R/ Parafin liq 12,75

Cetaceum 1,625

Acid stearic 1,6

Cera alba 0,625

TEA 0,2

Natr. Biborat 0,2

Gliserin 0,25

Parfum q.s.

Aqua ad 25

m.f. cold cream

s.u.e.

#

Pro : Diana

2. PENIMBANGAN

Parafin liq = 12,75 g

Cetaceum = 1,6 g

Acid stearic = 1,6 g

Cera alba = 625 mg ∞ 600 mg

TEA = 200 mg

Natr. Biborat = 200 mg

Gliserin = 250 mg

Aqua = 25 – (12,75+ 1,625+ 1,6+ 0,62 + 0,2+ 0,2+

0,85)

= 7,75ml

Parfum = 2 tetes (penimbangan dapat diabaikan)

3. PEMBUATAN

Persyaratan yang harus diingat:

- Komponen yang tidak dapat bercampur dengan air atau dengan kata

lain komponen minyak serta tahan pemanasan dicairkan bersama-sama

di penangas air pada suhu 70-750C. Dalam hal ini : parafin liq,

cetaceum, acid stearic dan cera alba

- Komponen yang larut air dan tahan panas dilarutkan dalam air panas

dengan suhu yang sama dengan komponen lemak. Dalam hal ini : TEA

Posedur Kerja

Tara cawan, timbang parafin liquid di dalamnya

Kemudian timbang cetaceum, acid stearic dan cera alba di kertas

perkamen

Lebur parafin liq bersama dengan cetaceum, acid stearic, dan cera

alba di atas water bath (penangas aiar)

Sambil menunggu leburan, panaskan lumpang (70-75)0C.

Selanjutnya tara kaca arloji, timbang TEA didalamnya

Timbang Natrium Biborat di atas perkamen

Kalibrasi beaker glass sebanyak aqua yang diperlukan dengan

gelas ukur, beri tanda.

Setelah leburan mencair, gerus searah didalam lumpang panas

Isi beaker glass dengan air panas sampai batas tanda dan larutkan

TEA ke dalamnya

Setelah larut, masukkan larutan tersebut sedikit demi sedikit

kedalam lumpang panas yang berisi hasil leburan.

Tambahkan Natrium Biborat. Gerus kencang searah hingga

terbentuk massa cream yang baik

Ttambahkan gliserin, homogenkan

Kemudian masukkan parfum setelah suhu turun (330C) dan

homogenkan.

Masukkan Cream ke dalam wadah.

4. FORMULA II

R/ Acid Stearinic 4,73

Gliserin 3.33

Natr. Biborat 0.083

TEA 0.33

Aquadest ad 25

m.f. cream

s.u.e.

#

Pro : Juli

5. PENIMBANGAN

Acid Stearinic = 4.73 g ∞ 4,7 g

Natr. Biborat = 83 mg ∞50 mg

Gliserin = 3.33 g ∞ 3.3 g

TEA = 330 mg ∞ 300 mg

Aqua = 25 - (4,7+ 0,005+ 3,3+ 0,3)

= 16,695 ml

6. PEMBUATAN

Prosedur Kerja

Timbang acid stearinic, kemudian lebur diatas waterbath sampai

mencair

Panaskan lumpang (70-750C)

Timbang TEA di kaca arloji yang telah ditara

Kalibrasi beaker glass sebanyak aqua yang diperlukan dengan

gelas ukur dan beri tanda

Setelah Acid stearinic mencair, pindahkan kedalam lumpang

panas, gerus

Isi air panas dalam beaker glass sampai batas tanda, larutkan TEA

di dalamnya

Tambahkan Larutan tersebut sedikit demi sedikit ke dalam

lumpang, dan gerus searah sampai terebntuk dasar krim

Masukkan Natr. Biborat kedalam dasar krim. Gerus Homogen

Tambahkan gliserin, gerus homogen

Masukkukn krim ke dalam wadah.

7. EVALUASI CREAM

a. Uji Homogenitas

Alat : objek glass

Cara : jika dioleskan pada sekeping objek glass lalu di timpa dengan objek

glass yang lain harus menunjukkan susunan yang homogen.

Pengamatan:

kedua Krim yang dihasilkan homogen.

b. Uji Type Cream

Cream dilarutkan dalam air

Cara: sebagian krim di larutkan dengan air kedalam beaker glass,

diaduk.

Pengamatan :

Krim I tidak larut dalam air

Krim II larut dalam air

Cream ditambahkan metil biru

Cara: sebagian krim dilarutkan dengan air dan ditetesi dengan

metil biru, diaduk. Sebagian lgi diletakkan di atas objek glass dan

ditetesi metil biru, homogenkan. Tutup dengan cover glass dan

lihat dibawah mikroskop.

Pengamatan :

Krim I biru tidak homogen dan dilihat dibawah mikroskop terdapat

bulatan-bulatan besar yang tidak merata

Krim II biru homogen dan dilihat dibawah mikroskop terdapat

bulatan-bulatan kecil yang merata

Cream diletakkan sedikit diatas kertas saring

Cara: teteskan sedikit krim di atas kertas saring, amati.

Pengamatan :

Krim I tetesan krim tidak menyebar

Krim II tetesan krim tampak menyebar dikertas saring

PASTA

1. DEFINISI PASTA

Pasta adalah salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat serbuk.

Karena merupakan salep yang tebal, keras dan tidak meleleh pada suhu badan

maka digunakan sebagai salep penutup atau pelindung. (buku farmasetika, prof.

Drs. Moh. Anief, Apt.)

Menurut farmakope Indonesia edisi ke-3 adalah sediaan berupa masa

lembek yang dimaksudkan untuk pemakaian luar. Biasanya dibuat dengan

mencampurkan bahan obat yang berbentuk serbuk dalam jumlah besar denngan

vaselin atau paravin cair atau dengan bahan dasar tidak berlemak yang dibuat

dengan Gliserol, musilago atau sabun. Digunakan sebagai antiseptik, atau

pelindung.

Sedangkan menurut farmakope Indonesia edisi ke-4 adalah sediaan semi

padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat yang digunakan untuk

pemakaian topical.

Pastes are stiff preparations containing a high proportion of finely

powdered solids such as zinc oxide and starch suspended in an ointment. they are

used for circumscribe lesions such as those with occur in lichen simplex, chronic

eczema, or psoriasis. they are less occlusive than ointments and can be used to

protect inflamed, lichenified, or excoriated skin. (British National Formulary

Bag-2)

Menurut DOM, Pasta adalah sediaan semi padat dermatologis yang

menunjukkan aliran dilatan yang penting. Ketika digunakan, pasta memiliki nilai

yield tertentu dan tahan untuk mengalir meningkat dengan meningkatnya gaya

pada penggunaan. Pasta biasanya disiapkan dengan menambahkan sejumlah

serbuk yang tidak larut yang signifikan (biasanya 20% atau lebih) pada basis salep

konvensional sehingga akan merubah aliran plastis dari salep menjadi aliran

dilatan.

Menurut Scoville’s , Pasta terkenal pada daerah dermatologi dan tebal,

salep kental dimana pada dasarnya tidak melebur pada suhu tubuh, sehingga

membentuk dan menahan lapisan pelindung pada area dimana pasta digunakan.

Menurut Prescription, Pasta terbagi menjadi dua kelas seperti sediaan

salep untuk penggunaan luar. Pasta berlemak seperti pasta ZnO dan pasta tidak

berlemak mengandung gliserin dengan pektin, gelatin, tragakan dan lain-lain.

Pasta biasanya sangat kental atau kaku dan kurang berlemak dibandingkan dengan

salep dimana bahan-bahan serbuk seperti pati, ZnO dan kalsium karbonat pada

basisnya memiliki bagian yang tinggi.

Sehingga secara umum pasta adalah sediaan semi padat yang mengandung

satu atau lebih bahan obat yang digunakan secara topikal. Biasanya mengandung

serbuk sampai 50% hingga pasta lebih kaku dan kental dan kurang berminyak

dibandingkan salep. Pasta tidak melebur pada suhu tubuh dan memberi

perlindungan berlebih pada daerah dimana pasta digunakan.

- Macam-macam Pasta

Pasta Berlemak

Pasta berlemak merupakan suatu salep yang mengandung lebih dari 50% zat

padat (serbuk)

Pasta Kering

Mengandung ± 60% zat padat (serbuk).

Pasta Pendingin

Merupakan campuran serbuk minyak lemak dan cairan berair dikenal dengan

salep 3 dara.

Pasta Detifriciae (Pasta Gigi)

Merupakan campuran kental terdiri dari serbuk dan Glycerinum yang

digunakan untuk pembersih gigi.

- Karakteristik Pasta

Daya adsorbs pasta lebih besar

Sering digunakan untuk mengadsorbsi sekresi cairan serosal pada tempat

pemakaian. Sehingga cocok untuk luka akut.

Tidak sesuai dengan bagian tubuh yang berbulu.

Mengandung satu atau lebih bahan obat yang ditujukan untuk pemakaian

topikal.

Konsistensi lebih kenyal dari unguentum.

Tidak memberikan rasa berminyak seperti unguentum.

Memiliki persentase bahan padat lebih besar dari pada salep yaitu

mengandung bahan serbuk (padat) antara 40 %- 50 %

- Kelebihan Pasta

Pasta mengikat cairan secret, pasta lebih baik dari unguentum untuk luka

akut dengan tendensi mengeluarkan cairan

Bahan obat dalam pasta lebih melekat pada kulit sehingga meningkatkan

daya kerja local

Konsentrasi lebih kental dari salep

Daya adsorpsi sediaan pasta lebih besar dan kurang berlemak

dibandingkan dengan sediaan salep.

- Kekurangan Pasta

Karena sifat pasta yang kaku dan tidak dapat ditembus, pasta pada umumnya

tidak sesuai untuk pemakaian pada bagian tubuh yang berbulu.

Dapat mengeringkan kulit dan merusak lapisan kulit epidermis

Dapat menyebabkan iritasi kulit

2. TEORI PEMBENTUKAN

            Umumnya pasta dibuat dengan cara yang sama dengan salep. Tetapi,

bahan untuk menggerus dan menghaluskan digunakan untuk membuat komponen

serbuk menjadi lembut, bagian dari dasar ini sering digunakan lebih banyak

daripada minyak mineral sebagai cairan untuk melembutkan pasta. Untuk bahan

dasar yang berbentuk setengah padat, dicairkan terlebih dahulu, setelah itu baru

kemudian dicampur dengan bahan padat dalam keadaan panas agar lebih

tercampur dan homogen.

Pembuatan pasta dilakukan dengan dua metode :

1.      Pencampuran

Komponen dari pasta dicampur bersama-sama dengan segala cara sampai sediaan

yang rata tercapai.

2.      Peleburan

Semua atau beberapa komponen dari pasta dicampurkan dengan meleburkannya

secara bersamaan, kemudian didinginkan dengan pengadukan yang konstan

sampai mengental. Komponen-komponen yang tidak dicairkan biasanya

ditambahkan pada campuran yang sedang mengental setelah didinginkan dan

diaduk.

- Bahan dasar pasta : vaselin, lanolin, adepslanae, unguentum simplex, minyak

lemak dan parafin liquidum. 

- Pembuatan : bahan dasar yang berbentuk setengah padat dicairkan lebih dulu,

baru dicampur dengan bahan padat dalam keadaan panas agar lebih tercampur dan

homogen.

Basis atau Pembawanya

Pada dasarnya basis yang digunakan dalam formulasi sediaan pasta tidak jauh

berbeda dengan basis yang digunakan dalam formulasi sediaan salep, yaitu:

a.      Basis Hidrokarbon

Karakteristik :

      - Tidak diabsorbsi oleh kulit

      - Inert

      - Tidak bercampur dengan air

      - Daya adsorbsi air rendah

      - Menghambat kehilangan air pada kulit dengan membentuk lapisan tahan air

dan meningkatkan absorbsi obat melalui kulit.

- Dibagi menjadi 5, yaitu : Soft paraffin, Hard paraffin, Liquid paraffin, 

Paraffin substitute, paraffin ointment

Contoh : vaselin, White Petrolatum/paraffin, White Ointment

b.      Basis Absorbsi

- Karakteristik : bersifat hidrofil dan dapat menyerap sejumlah tertentu air dan

larutan cair.

- Terbagi :

      Non emulsi co, basis ini menyerap air untuk memproduksi  emulsi air dalam

minyak . Terdiri atas : Wool fat, wool alcohols, beeswax and cholesterol.

   - Emulsi A/M co, terdiri atas : Hydrous wool fat (lanolin), Oily cream.

c.       Larut Air

Misalnya PEG (polyethylene Glycol) yang mampu melarutkan zat aktif yang tak

larut dalam air dan meningkatkan penyebaran obat. Bersifat stabil, tersebar

merata, dapat mengikat pygmen dan higroskopis (mudah menguap), sehingga

dapat memberikan kenyamanan pada pemakaian sediaan pasta.

d.      Air-misibel, misalnya salep beremulsi.

3. TEORI PREPARASI

- Contoh resep

R/ Zinci Oxide 25%

Starch 25 %

Calamine 5 %

White petrolatum qs ad 100 %

m.f 50 g

o Perhitungan Bahan

Zinc Oxide : 25/100 x 50=12,5 g

Starch : 25/100 x 50=12,5 g

Calamine : 5/100 x 50=2,5 g

White Petrolatum : 50 – (12,5 + 12,5 + 2,5) = 22,5 g

o Cara Kerja

1. Siapkan alat dan bahan, timbang sesuai kebutuhan

2. Ayak Zinc Oxide dengan ayakan No.100 sebelum ditimbang

3. Campur Zinc Oxide, Starch, dan Calamine, aduk ad homogen

4. Lebur sebagian Vaselin Putih , tambahkan dalam campuran serbuk,

aduk ad homogen

5. Tambahkan sisa Vaselin Putih yang tidak di lebur, aduk ad homogen

6. Masukkan ke dalam wadah.

(Anonim, 2011)

o Pembahasan

Berdasarkan hasil yang di praktekkan banyak yang dijadikan

perubahan. Umumnya Starch terdiri dari 5 golongan , yaitu : Amylum

Manihot (Pati Singkong), Amylum Maydis (Pati Jagung), Amylum

Oryzae (Pati Beras), Amylum Solani (Pati Kentang), Amylum Tritici

(Pati Gandum) (Sumber : Handbook of Pharmaceutical Excipients, Hal

483).

Tetapi dari kelima Starch tersebut yang digunakan sebagai

formulasi untuk sediaan Pasta adalah Pati Jagung (Corn Starch). Dan

cara kerja pada pasta pun harus sangat teliti agar pasta homogeny yaitu

dengan cara menyisihkan sebagian sediaan Starch, Zinc Oxyde, dan

Calamine yang telah dicampur ad homogeny dan tambahkan White

Petrolatum sedikit demi sedikit lalu gerus perlahan-lahan sampai

sediaan menyatu dan terbentuk homogeny (Anonim, 2011).

o Hasil Kerja

Bobot pot kosong : 13,6 g

Bobot pot + isi : 62,55 g

Bobot isi : 62,55 – 13,6 = 48,95 g

Bobot penyusutan : 50 – 48,95 = 1,05 g

Persentase bobot penyusutan : 1,05/50 x 100 % = 2,1 %

o Kesimpulan

Dari hasil praktikum yang dipraktekkan bahwa terjadinya penyusutan

drastis yang disebabkan oleh efek peleburan yang terlalu lama

sehingga terjadi penguapan yang banyak dan melekatnya bahan pada

cawan atau beaker glass serta penimbangan bahan yang tidak sesuai

dengan yang diperintahkan. Dan homogenitas yang kurang akibat dari

cara pengadukan yang tidak sesuai pada saat pengerjaan (Anonim,

2011).

Contoh resep sediaan pasta berlemak :

-          Acidi salicylici Zinc Oxydy Pas (F.N 1978)

R/         Acidi Salicylici            2

                      Zinci Oxydi     25

                        Amyli Tritici    25

-          Pasta Zinci Oxydi

R/         Zyncy Oxydi   25

                         Amily Tratici   25

              Vaselin Flavi   50

(Nugraha, 2010)

o Cara Kerja

Pada Zinc Oxyda dibuat dengan cara menggerus kemudian

mencampurkan 25% dari masing-masing Zinc Oxyda dan Amylum

dengan Vaselin putih. Hasil produksi ini berupa salep yang padat,

kaku, tidak meleleh pada suhu tubuh serta mampu mengabsorbsi upa

air jenuh lebih besar dan biasa digunakan sebagai astringen dan

pelindung. Pasta juga sering digunakan menjadi pembawa untuk

bahan obat lainnya (Nuhgraha, 2010).

Salah satu contoh resep yang didapat di buku panduan praktikum

Farmasetika adalah sbb :

o Cara pembuatan :

1. Zinci oxyda yang sudah diayak B40, ditimbang, langsung

dimasukkan dalam mortir dan digerus.

2. Vaselin ditimbang, dimasukkan dalam cawan porselen, lalu

dilelehkan dalam waterbath.

3. Vaselin yang sudah meleleh dimasukkan kedalam mortir sedikit

demi sedikit dan aduk hingga homogen.

4. Masukkan dalam pot dan beri etiket.

4. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN AGAR SEDIAAN

BERHASIL

Bila meracik sediaan semisolid, peracik menyiapkan jumlah berlebih dari

jumlah total sediaan. Dalam meracik sediaan ini diperhatikan :

1. Tidak memakai bahan-bahan yang pedas, mengiritasi,alergenik terhadap kulit

atau tapak pemakaian lain kecuali kalau perlu untuk pengobatan.

2. Pilih dasar atau pembawa yang membolehkan bahan aktif memberikan efek

terapetik lokal atau sistemik.

3. Kurangi ukuran partikel menjadi terkecil yang layak.

4. Gabungkan bahan aktif dengan bahan-bahan yang ditambahkan untuk

mendapatkan cairan yang uniform atau dispersi padat dalam sediaan.

5. Amati keseragaman (uniformityI dispersi dengan menyebarkan lapisan tipis

sediaan akhir pada permukaan datar transparan.

R/ Pasta Zinci Ph.Ned V 30 S.t.d.d.u.e.d.i.d

Pro : Andreas

- Proses meracik (compounding process)

Peracik mengingat langkah-langkah berkut untuk meminimalkan kesalahan dan

memaksimalkan tujuan papenulis resep.

1. Pertimbangkan kecocokan resep yang akan diracik dengan syarat-syarat

keamanan dan tujuan pemakaian.

2. Kerjakan perhitungan yang yang penting untuk mendapatkan jumlah bahan-

bahan yang diperlukan.

3. Identifikasi alat-alat yang diperlukan

4. Pakai pakaian yang tepat dan cuci tangan

5. Bersihkan daerah peracikan dan alat yang diperlukan

6. Hanya satu resep yang harus diracik pada satu waktu dalam suatu peracikan

yang ditentukan.

7. Kumpulkan semua bahan-bahan untuk meracik resep

8. Racik sediaan dengan mengikuti catatan formulasi (formulation record)

9. Nilai variasi berat, kecukupan pencampuran, kejernihan, bau, warna,

konsistensi, dan pH setepatnya.

10. Bubuhi keterangan catatan racikan dan jelaskan rupa sediaan.

11. Beri label wadah resep dengan memasukkan item berikut: a) nama sedaan, b)

nomor identifikasi internal, c) initial compounder, d) penyimpanan yang

diperlukan, dan pernyataan yang diperlukan berdasarkan undang-undang.

12. Tandatangani dan beri tanggal resep yang menegaskan bahwa semua prosedur

telah dikerjakan untuk menjamin keseragaman, identitas, kekuatan,kuantitas,

dan kemurnian.

13. Bersihkan semua peralatan dan simpan dengan tepat (Bangun, 2004)

5. CARA PENYIMPANAN

Obat membutuhkan perlakuan khusus dalam penyimpanan tergantung dari

karakteristiknya sehingga obat tetap bisa dipakai dan tidak kehilangan efek

farmakologisnya. Berikut ini hal hal yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan

obat yang benar yang dapat dilakukan di rumah, yaitu :

1. Simpan dalam wadah aslinya beserta label dan petunjuknya

Jika anda ingin menyimpan obat dalam wadah lain, simpan wadah aslinya

beserta label dan petunjuknya jika sewaktu-waktu diperlukan dikemudian hari.

Kebanyakan obat dapat disimpan pada tempat sejuk dan kering yaitu pada

suhu kamar yang jauh dari sumber panas.

2. Ikuti petunjuk penyimpanan pada label kemasan obat

3. Biasanya pada label kemasan obat akan tertulis petunjuk, antara lain simpan

obat dalam wadah tertutup pada suhu kamar, jauh dari panas, kelembaban, dan

cahaya langsung, serta jauhkan dari pembekuan.

4. Hindari meninggalkan obat di kamar mandi, mobil, atau di tempat yang

lembab dan terlalu panas.

5. Gunakan tempat khusus untuk menyimpan obat, lebih baik jika dalam lemari

obat.

6. Simpanlah obat terpisah dari bahan makanan dan jangan sampai memindahkan

tempat obat ke bekas tempat makanan.

7. Berikanlah catatan pada masing-masing obat, terutama jika dalam keluarga

mempunyai beberapa anak sehingga obat tidak tertukar.

8. Pastikan semua obat yang disimpan aman dari jangkauan anak

Menyimpan obat jauh dari jangkauan anak-anak sangat penting karena dapat

menghindarkan kesalahan penggunaan obat tertentu oleh anak, sehingga tidak

menimbulkann akibat yang fatal.

9. Obat yang harus di buang (dimusnahkan) yaitu jika :

• Sudah melebihi tanggal kedaluwarsa dari yang tertera pada label obat.

• Terjadi perubahan fisik obat yaitu terjadi perubahan warna, bau dan bentuk

walaupun belum lewat tanggal kedaluwarsa.

Tidak diketahui identitas obat yang bisa menjelaskan tentang nama,

kegunaan, cara penggunaan dan efek samping. Jangan menebak-nebak

identitas obat yang tidak jelas. Jika membutuhkan informasi sebaiknya

hubungi dokter atau apoteker.

10. Jangka waktu penyimpanan salep / pasta (tube) adalah selama 3 tahun. Pada

obat-obat biasanya ada kandungan zat pengawet, yang dapat merintangi

pertumbuhan kuman dan jamur. Akan tetapi bila wadah sudah dibuka, maka

zat pengawetpun tidak dapat menghindarkan rusaknya obat secara

keseluruhan, apalagi palagi bila wadah sering dibuka-tutup. bat hendaknya

diperlakukan dengan hati-hati, yaitu setelah digunakan, wadah obat perlu

ditutup kembali dengan baik. Angka ini hanya merupakan pedoman saja, dan

hanya berlaku bila obat disimpan menurut petunjuk2 yang tertera dalam aturan

pakai

11. .Cara memusnahkan obat yang sudah tidak terpakai

Obat yang sudah tidak terpakai sebaiknya tidak dibuang begitu saja ke tempat

sampah, hal ini untuk menghindari ada yang mengambil kembali obat

tersebut. Sebelum dibuang sebaiknya obat dibuka dari kemasannya kemudian

isinya dihancurkan (jika berbentuk padat) atau dikosongkan dari wadahnya

jika bentuknya cair atau setengah padat (salep, krim dll)

Karena obat bisa berbahaya jika tidak tepat cara memperlakukannya maka

upaya untuk menyimpan obat dengan cara yang benar dapat menghindari

terjadinya kecelakaan. Jangan sampai kecerobohan dan keteledoran membawa

musibah dan bencana.

6. CARA PEMAKAIAN

a. Cuci tangan

b. Sediakan peralatan yang dibutuhkan, seperti obatnya dan tissue

c. Posisikan diri dengan tepat dan nyaman, pastikan hanya membuka area yang

akan diberi obat.

d. Periksa kondisi kulit.

e. Cuci area yang sakit, bersihkan semua kotoran pada kulit.

f. Keringkan atau biarkan area kering oleh udara

g. Oleskan obat (pasta) pada area kulit yang sakit

h. Pastikan tangan yang digunakan untuk mengoleskan sudah bersih

i. Jika sudah dioleskan, cuci tangan kembali.