Makalah Complete Teori Konseling

28
TEORI-TEORI KONSELING “PENDEKATAN KONSELING BEHAVIORAL” Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teori-Teori Konseling Dosen Pengampu : Kadek Suranata, S.Pd., M.Pd., Kons. Oleh Kelompok 7 Kelas B Ni Komang Hendri P. ( 1011011071 ) I Made Sumadiyasa ( 1011011103 ) Luh Pt. Ayu Widya Ningsih ( 1011011110 ) JURUSAN BIMBINGAN KONSELING FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA 2011

Transcript of Makalah Complete Teori Konseling

Page 1: Makalah Complete Teori Konseling

TEORI-TEORI KONSELING

“PENDEKATAN KONSELING BEHAVIORAL”

Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Teori-Teori Konseling

Dosen Pengampu : Kadek Suranata, S.Pd., M.Pd., Kons.

Oleh Kelompok 7 Kelas B

Ni Komang Hendri P. ( 1011011071 )

I Made Sumadiyasa ( 1011011103 )

Luh Pt. Ayu Widya Ningsih ( 1011011110 )

JURUSAN BIMBINGAN KONSELING

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

2011

Page 2: Makalah Complete Teori Konseling

ii

KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa

karena berkat rahmat beliaulah kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Berdasarkan mata kuliah yang telah diberikan, kami memberi judul makalah ini

Teori-Teori Konseling dengan membahas secara khusus “Pendekatan Konseling

Behavioral”.

Seorang konselor yang memberikan pelayanannya kepada masyarakat atau

individu yang membutuhkan bantuannya untuk penyelesaian masalah yang

dihadapinya harus mengetahui dan memahami tentang berbagai teori-teori yang

terdapat dalam konseling. Teori-teori inilah yang nantinya akan dipraktekan

dalam pemberian layanan kepada konseli namun, teori yang perlu dikuasai tidak

satu atau dua teori saja karena penggunaan teori tersebut disesuaikan dengan

kebutuhan pada saat memberikan layanan, selain itu setiap teori memiliki

kekurangan dan kelebihannya masing-masing, oleh karena itu sebaiknya seorang

konselor juga memahami teori-teori lain yang ada dalam bidang bimbingan

konseling.

Terselesaikannya makalah ini tidak lepas dari bantuan dan dorongan dari

pihak-pihak yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam proses

penyusunan dan pembuatan makalah ini. Rasa terimakasih kami sampaikan

kepada Bapak dosen pembimbing Kadek Suranata, S.Pd., M.Pd., Kons. yang telah

bersedia menuntun dan membantu kami dalam pembuatan makalah ini serta

narasumber dan pihak-pihak lainnya yang turut serta membantu demi

terselesaikannya makalah ini sesuai dengan apa yang telah diharapkan

sebelumnya.

Kami sebagai manusia yang banyak memiliki kekurangan menyadari

bahwa apa yang kami sampaikan dalam makalah ini masih jauh dari

kesempurnaan baik dalam proses penyampaiannya maupun isi atau hal-hal yang

terkandung di dalamnya. Maka dari itu kami selaku penulis dan penyusun

makalah ini sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca yang kami

banggakan yang bersifat membangun sehingga dapat membantu kami untuk dapat

Page 3: Makalah Complete Teori Konseling

iii

lebih menyempurnakan lagi makalah yang kami buat ini. Kami sangat berharap

apa yang kami sajikan dan apa yang kami sajikan dalam makalah ini dapat

memberikan manfaat-manfaat yang sedianya dapat berguna pagi pembaca pada

umumnya dan para calon konselor pada khususnya sehingga apa yang menjadi

tujuan pendidikan di Indonesia serta tujuan Bangsa Indonesia dapat tercapai

sebagaimana yang diharapkan.

Singaraja, 15 September 2011

Kelompok 7,

Page 4: Makalah Complete Teori Konseling

iv

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................. ii

DAFTAR ISI............................................................................................ iv

BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1

Latar Belakang Masalah................................................................ 1

Rumusan Masalah.......................................................................... 1

Tujuan............................................................................................ 2

Manfaat.......................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................... 3

Pengantar....................................................................................... 3

Konsep-konsep Dasar.................................................................... 4

Tujuan Terapiutik........................................................................... 6

Fungsi dan Peranan Terapis............................................................ 8

Proses Terapiutik............................................................................ 8

Prosedur dan Teknik Terapiutik..................................................... 9

BAB III PENUTUP................................................................................... 23

Kesimpulan..................................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 24

Page 5: Makalah Complete Teori Konseling

1

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah.

Sebagai seorang konselor yang bertugas untuk memberikan

pelayanan kepada individu-individu yang membutuhkan bantuanya tanpa

memandang jenis kelamin, usia, profesi, etnis, agama, dsb, harus didukung

oleh pengetahuan intelektual yang mendukung untuk melaksanakan

pelayanan konseling kepada klien. Pengetahuan ini sendiri telah diperoleh

ketika seorang calon konselor menjalani pengembangan profesi prajabatan

yaitu ketika masih mengikuti pendidikan di lembaga-lembaga pendidikan

pencetak setingkat universitas. Masih dalam hubungan antara

pengembangan jabatan dan dalam jabatan, seorang calon konselor selama

mengikuti pendidikan prajabatan ini dituntut untuk menguasai berbagai

ilmu atau pun hal-hal yang perlu untuk dimiliki dan dikuasai oleh seorang

calon konselor agar nantinya ketika ia menjadi seorang konselor dapat

memberikan pelayanan kepada individu-individu yang membutuhkan

bantuan dan bimbingannya. Salah satu hal yang perlu dikuasai oleh

seorang konselor adalah penguasaan terhadap konsep teori-teori konseling

yang dicetuskan oleh ahli-ahli dalam bidang bimbingan konseling. Salah

satunya adalah teori pendekatan konseling behavioral. Dalam pemberian

pelayanan nantinya seorang konselor dapat menggunakan teori pendekatan

konseling behavioral dengan teknik-teknik tertentu yang tentunya berbeda

dengan teori lainnya. Oleh karena itu seorang konselor atau calon konselor

perlu untuk memahami dan menguasai teori pendekatan konseling

behavoral.

2. Rumusan Masalah.

Berdasarkan apa yang tedapat di dalam latar belakang masalah,

maka yang menjadi rumusan masalah di sini adalah :

- Bagaimana penerapan teori pendekatan behavioral dalam

praktik konseling yang meliputi proses terapiutik, teknik dan

prosedur ?

Page 6: Makalah Complete Teori Konseling

2

3. Tujuan.

Sesuai dengan apa yang terdapat dalam latar belakang masalah,

rumusan malasah, maka yang menjadi tujuan pembuatan makalah ini

adalah :

- Memberikan pemahaman dan pengetahuan tentang konsep teori

pendekatan konseling behavoral kepada pembaca pada

umumnya dan kepada calon konselor pada khususnya.

- Pembaca atau calon konselor memperoleh pengetahuan tentang

bagaimana proses terapiutik dengan teori pendekatan konseling

behavioral.

4. Manfaat.

Berdasarkan apa yang terdapat dalam latar belakang masalah,

rumusan masalah, dan tujuan, maka yang menjadi manfaat pembuatan

makalah ini adalah :

- Pembaca atau calon konselor memperoleh pemahaman tentang

konsep-konsep teori pendekatan konseling behavioral.

- Calon konselor atau pun pembaca mengetahui bagaimana

penerapan teori pendekatan konseling behavioral dalam praktek

konseling.

Page 7: Makalah Complete Teori Konseling

3

BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengantar.

a. Ikhtisar.

Terapi behavior secara relatif adalah pendatang baru dalam

lingkungan psikoterapi. Baru pada akhr 1950-an terapi itu muncul

sebagai suatu pendekatan yang sistematis dalam penilaian dan

perlakuan pada gangguan-gangguan psikologis. Dalam tahap-tahap

awalnya perkembangan, terapi behavior diberikan batasan-batasan

sebagai aplikasi teori belajar modern pada perlakuan problem-problem

klinis. Kata teori belajar modern kemudian menunjuk kepada prinsip-

prinsip dan prosedur kondisioning klasik dan operan. Terapi behavior

dipandang sebagai perluasan behaviorisme kepada bentuk-bentuk

kompleks dan canggih.

Sekarang terapi behavior ditandai oleh beragamnya pandangan.

Sekarang terdapat suatu rentangan luas prosedur yang beraneka ragam

dengan rasional teori yang berbeda, dan terbuka untuk

dipermasalahkan mengenai landasan konseptual, persyaratan

metodologi, dan bukti kemujarabannya ( Kazdin & Wilson, 1978 ).

Teori behavioral merupakan teori menyeluruh dan menjelaskan

prinsip-prinsip tingkah laku manusia dipelajari. Dan menurut Watson

seorang anak bisa dilatih dari kelahirannya untuk menjadi apa saja,

artis, dokter, peminta-minta, pencuri. Pandangan bahwa kemampuan,

bakat, watak dan tabiat mental itu merupakan ciri-ciri menurun tidak

bisa diterima karena hal-hal tersebut tergantung dari latihan. Dalam

hal ini tergantung pada rangsangan-rangsangan, respon-respon, dan

pengkondisian lingkungan dimana ia berada dengan bantuan hal-hal

yang bersifat kebiasaan. Respon-respon bisa terbuka atau tertutup,

dipelajari atau tidak.

Page 8: Makalah Complete Teori Konseling

4

2. Konsep-konsep dasar.

Berbagai pendekatan dalam terapi behavioral sekarang termasuk

( a ) analisa tinggkah laku yang diterapkan, ( b ) model stimulus respons

neobehavioristik, ( c ) teori belajar sosial, ( d ) modifikasi tingkah laku

kognitif.

Sebenarnya keempat pendekatan ini berbeda dalam tingkat

penggunaan konsep-konsep kognitif dan prosedur. Pada satu titik ujung

kontinum ini adalah analisa tingkah laku yang diterapkan, yang

berfokuskan ekslusif pada tingkah laku yang dapat diobservasi dan

menolak semua proses yang merantarai kognitif. Pada titik ujung yang lain

adalah teori belajar sosial dan modifikasi tingkah laku kognitif yang

menyadarkan dri dengan berat pada teori-teori kognitif.

- Analisa tingkah laku yang diterapkan.

Pendekatan ini adalah suatu perluasan langsung dari

behviorisme radikal Skinner ( 1953 ), mendasakan diri apda

kondisioning operan, asumsi mendasar menyatakan bahwa tingkah

laku adalah konsekuensi-konsekuensinya. Selain dari pada itu,

prosedur perlakuan didasarkan atas merubah hubungan antara

tingkah laku yang menampak dengan konsekuensi-konsekuensinya.

Analisa tingkah laku terapan menggunakan teknik-teknik

berdasarkan pada penguatan, hukuman, ekstingsion, kontrol

stimulus dan prosedur-prosedur lain berasal dari riset laboratorium.

Proses-proses kognitif dianggap sebagai pristiwa-pristiwa pribadi

dan tidak dipandang sebagai subyek yang layak untuk analisa

ilmiah. Analisa tingkah laku terapan juga dibedakan oleh

metodologi untuk menilai hasil perlakuan. Fokus adalah pada studi

intensif pada subyek perorangan.

- Model stimulus-respon menengahi neobehavioristik.

Sifat pendekatan ini adalah pemakainan asas-asas

kondisioning klasik dan kondisioning penghindaran. Itu berasal

dari teori belajar Ivan Pavlov, E. R. Gutrie, Clark Hull, O. H.

Mowrer, dan N. E. Miller. Berbeda dengan pendekatan operan,

Page 9: Makalah Complete Teori Konseling

5

model stimulus-respon adalah bersifat menengahi dengan variabel

mencampuri dan diutamakan konstruk-konstruk hipotesis. Contoh

sifat menengahi pendekatan ini adalah yang paling penting sekali

dinyatakan kecemasan. Teknik-teknik perlakuan desentisasi erat

sekali terkait dengan model ini, keduanya terarahkan

menghilangkan kecemasan yang melatarbelakangi dan yang

diasumsikan menimbulkan gangguan phobia. Pristiwa-pristiwa

pribadi, terutama khayalan, merupakan bagian integral pendekatan

ini, termasuk desentisasi sistemik, teknik-teknik kondisioning

tersembunyi seperti sensitisasi tersembunyi. Rasional di belakang

semua metode ini adalah proses tersembunyi mengikuti hukum-

hukum belajar yang mengatur tingkah laku yang nampak.

- Teori belajar sosial.

Pendekatan belajar sosial pada terapi behavioral tergantung

atas teori bahwa tingkah laku berdasarkan atas tiga sistem terpisah

tetapi merupakan sistem pengatur yang saling berkaitan ( Bandura,

1977 ) itu adalah ( a ) pristiwa-pristiwa stimulus eksternal, ( b )

penguat eksternal dan yang paling penting, proses perantara

kognitif.

Dalam pendekatan belajar sosial, pengaruh pristiwa-

pristiwa lingkungan pada tingkah laku sebagian besar ditentukan

oleh proses-proses kognitif, yang mengatur pengaruh-pengaruh

lingkungan apa yang diperhatikan, bagaimana pengaruh-pengaruh

itu dirasakan, dan bagaimana individu menginterpretasi hal-hal itu.

Teori belajar sosial berdasarkan atas model proses sebab akibat

yang saling mempengaruhi dalam tingkah laku manusia. Fungsi

psikologis menurut pandangan ini, melihat suatu interaksi timbal

balik antara tiga pengaruh tingkah laku, proses kognitif, dan faktor-

faktor lingkungan. Bandura ( 1977 ) menyatakan sebagai berikut :

Faktor-faktor lingkungan dan pribadi tidak berfungsi sebagai

penentu yang berdiri sendiri, mereka saling menentukan satu

sama lain, atau tidak dapat “pribadi” dianggap sebagai

Page 10: Makalah Complete Teori Konseling

6

penyebab yang berdiri sendiri atas tingkah laku mereka.

Sebagian besar tingkah laku mereka yang orang menciptakan

kondisi-kondisi lingkungan yang mempengaruhi tingkah laku

mereka dalam cara timbal balik. Pengalaman yang ditimbulkan

oleh juga sebagian menentukan apa yang individu pikir, harap

dan dapat lakukan yang pada gilirannya mempengaruhi tingkah

laku berikutnya. ( h. 345 ).

Dalam teori sosial, pribadi adalah pelaku perubahan, teori

menekakan kemampuan manusia untuk perubahan tingkah laku

yang terarahkan.

- Modifikasi tingkah laku kognitif.

Pendekatan keempat ini mengandung sejumlah prosedur

yang berbeda-beda, beberapa di antaranya adalah yang

dikembangkan di luar aliran pokok terapi behavior. Teknik-teknik

yang mempunyai ciri-ciri paling menonjol dalam modifikasi

tingkah laku kognitif adalah ditunjuk sebagai restrukturing kognitif

( cognitive restructuring ). Satu bentuk restrukturing kognitif

adalah terapi rasional emotif ( RET ) Ellis ( 1962 ). Asumsi dasar

pendekatan ini bahwa bukan pengalaman itu sendiri, tetapi

interpretasi orang pada pengalaman yang menyebabkan gangguan

psikologis. Terapi terdiri atas persuasi dan argumentasi yang

diarahkan pada perubahan ide-ide yang tidak rasional. Tugas-tugas

behavioral khusus juga digunakan untuk merubah persepsi-persepsi

dan interpretasi-interpretasi kejadian kehidupan penting yang keliru.

3. Tujuan Terapiutik.

Tujuan terapi menempati kedudukan yang amat penting dalam

terapi behavior. Kelien memilih tujuan-tujuan konseling, terutama yang

dirumuskan semenjak permulaan proses terapi untuk menentukan tingkat

pencapaian tujuan.

Tujuan umum terapi behavior adalah menciptakan kondisi-kondisi

baru untuk belajar. Asumsinya adalah bahwa pengalaman belajar yang

demikian itu akan dapat memperbaiki tingkah laku yang bermasalah.

Page 11: Makalah Complete Teori Konseling

7

Fokus terapi adalah pada faktor-faktor yang mempengaruhi tingkah laku

sekarang dan apa yang dilakukan untuk merubah tingkah laku itu. Urutan

pemilihan dan penentuan tujuan digambarkan oleh Cormier dalam Cormier

( 1985, h 220-221 ). Proses ini menunjukan sifat esensial hubungan kerja

sama antara terapis dan klien :

- Konselor menerangkan maksud tujuan.

- Klien merinci perubahan positif yang diinginkan sebagai hasil

konseling.

- Klien dan konselor menentukan apakah tujuan-tujuan yang

dirumuskan adalah perubahan-perubahan yang “dimiliki” oleh

klien.

- Bersama-sama mereka mengeksplorasi apakah tujuan-tujuan

itu realistis.

- Mereka membahas keuntungan-keuntungan tujuan yang

mungkin

- Mereka membahas kerugian-kerugian tujuan yang mungkin.

- Atas dasar informasi yang diperoleh mengenai tujuan-tujuan

yang dirumuskan klien, konselor dan klien membuat salah satu

keputusan yang meliputi : melanjutkan konseling, meninjau

kembali tujuan klien, atau mencari referal.

Corey ( 1991 ) meringkas tujuan dari terapi perilaku sebagai:

Secara umum untuk menghilangkan perilaku malasuai dan belajar

berperilaku lebih efektif. Memusatkan perhatian pada faktor yang

mempengaruhi perilaku dan memahami apa yang bisa dilakukan terhadap

perilaku yang menjadi masalah. Pasien atau klien memiliki peran aktif

dalam menentukan tujuan terapi dan melakukan penilaian bagaimana

tujuan-tujuan dapat dicapai.

Ivey et al. ( 1987 ) meringkas tujuan terapi perilaku sebagai berikut:

Untuk menghilangkan perilaku dan kesalahan yang telah terjadi melalui

proses belajar dan menggantinya dengan pola perilaku yang lebih sesuai.

Arah perubahan perilaku secara khusus ditentukan oleh pasien atau klien.

Page 12: Makalah Complete Teori Konseling

8

Tujuan terapi perilaku dengan orientasi ke arah kegiatan konseling,

menurut George & Cristiani ( 1981 ) adalah:

- Mengubah perilaku malasuai pada klien.

- Membantu klien belajar dalam proses pengambilan keputusan

secara lebih efisien.

- Mencegah munculnya masalah dikemudian hari.

- Memecahkan masalah perilaku khusus yang diminta oleh

klien.

- Mencapai perubahan perilaku yang dapat dipakai dalam

kegiatan kehidupannya.

4. Fungsi dan peranan terapis.

Terapis behavior fungsi khasnya adalah sebagai seorang guru,

pengarah, dan ahli dalam mendiagnosa tingkah laku terganggu dan dalam

menentukan prosedur perbaikan, yang diharapakan akan dapat

menyebabkan tingkah laku terbaiki. Fungsi penting lainnya adalah peranan

percontohan terapis bagi klien. Bandura ( 1969, 1971a, 1977 )

mengemukakan bahwa sebagian terbesar proses belajar yang terjadi

melalui pengalaman langsung dan juga dapat diperoleh melalui observasi

tingkah laku orang lain.

5. Proses terapiutik.

Salah satu sumbangan untuk terapi behavior adalah memberi

terapis suatu sistem prosedur yang terumus dengan baik untuk digunakan

dalam kontek peranan yang terumus baik. hal itu juga memberikan

peranan yang jelas dan menekankan pentingnya kesadaran dan

keikutsertaan klien dalam proses terapiutik. Klien harus terlibat dengan

aktif dalam pemilihan dan penentuan tujuan-tujuan, harus memiliki

motivasi untuk berubah, dan harus bersedia untuk bekerja sama dalam

melaksanakan kegiatan terapiutik. Klien didorong untuk bereksperimen

guna meperluas khasanah tingkah laku yang tepat untuk dirinya, klien

harus berbuat jauh dari pada sekedar menumbuhkan pemahaman, mereka

harus bersedia mengambil resiko-resiko. Keberhasilan dan kegagalan

Page 13: Makalah Complete Teori Konseling

9

mencoba melaksanakan tingkah laku baru merupakan bagian penting

perjalanan terapiutik.

6. Prosedur dan teknik terapeutik.

Prosedur dan teknik terapiutik yang digunakan oleh terapis

behavioral sesuai, khususnya untuk klien tertentu dari pada dipilih secara

acak dari sebuah “karung teknik”. Terapis sering kali sangat kreatif dalam

rancangan intervensi mereka. Berikut ini Corey menjelaskan satu

rentangan teknik-teknik behavior yang dapat digunakan oleh para praktisi :

- Latihan relaksasi dan metode-metode yang berkaitan.

Latihan ini bertujuan untuk mengendorkan syaraf da

mental dan metode ini mudah dipelajari. Setelah klien belajar

dasar-dasar prosedur pengendoran, mutlak mereka melakukan

latihan-latihan ini setiap hari agar memperoleh hasil yang

maksimal. Latihan pengendoran mengandung beberapa unsur

yang secara khas memerlukan empat sampai delapan jam

pelajaran. Klien diberikan serangkaian perintah yang meminta

mereka untuk mengendorkan syaraf. Mereka beranggapan

suatu posisi yang santai dan pasif dalam suatu lingkungan yang

tenang maka selama itu akan terjadi pengendoran. Pada waktu

yang bersamaan memusatkan pikiran kepada gambaran dan

pikiran yang menyenangkan. Pengendoran ini akan menjadi

suatu kebiasaan apabila dilakukan selama 20 atau 25 menit

setiap hari. Prosedur lain yang serupa dengan metode

pengendoran adalah hipnose, biofeedback, latihan otogenik dan

meditasi. Instruksi-instruksi pengendoran mengandung banyak

kesamaan dengan sugesti hipnose, termasuk sugesti untuk

santai dan untuk mencapai keadaan tenang. Biofeedback,

menggunakan instrumen guna memberikan umpan balik

kepada seseorang yang terus-menerus dan mengenai fungsi-

fungsi tubuhnya, seperti denyut jantung yang secara normal

orang tidak menyadarinya. Prosedur ini dapat digunakan

sebagai suatu cara untuk mengajari orang menjadi sadar akan

Page 14: Makalah Complete Teori Konseling

10

tingkat pengendoran. Latihan otogenik berisi serangkaian

instruksi-instruksi untuk membantu klien memperoleh kontrol

atas fungsi-fungsi otonomi. Berbagai prosedur meditasi dapat

dipelajari sebagai suatu pelengkap metode-metode

pengendoran, dan meditasi dapat diintegrasikan ke dalam sesi

latihan sehari-hari dalam belajar untuk bisa menjadi santai.

Dasar umum untuk melaksanakan ini diberikan oleh Bernstein

& Given ( 1984 ) sebagai berikut:

Mengajarkan klien bagaimana meregangkan otot-otot.

Klien memulai meregangkan otot setelah terapis

mengatakan “sekarang!”. Peregangan dipertahankan

selama lima sampai tujuh detik. Perhatian klien

dipusatkan pada timbulnya perasaan karena

peregangannya dengan ucapan yang tepat.

Klien mengendorkan peregangan dan memulai relaks

setelah mendengar perkataan relaks. Suruhlah klien

memusatkan pada perasaan relaks sebagai pengganti

perasaan tegang. Pakailah ucapan-ucapan yang tepat

untuk membantu klien mengarahkan perhatian secara

langsung, agar merasakan relaks [yang disertai

perasaan nyaman] selama kira-kira 30-40 detik.

Ulangi siklus peregangan-pengendoran pada otot yang

sama, tetapi beri waktu sedikit lebih banyak untuk

merasakan relaks, yakni sekitar 40-50 detik.

Meminta klien untuk memberikan tanda [misalnya

dengan mengangkat jari] kalau ototnya tidak

sepenuhnya relaks. Dalam keadaan demikian, dapat

diulang.

Sering kali terjadi jika klien diminta melakukan

peregangan pada sesuatu kelompok otot, kelompok otot

lain akan terpengaruh dan ikut tegang. Karena itu

setelah latihan pertama, kepada klien diminta hanya

Page 15: Makalah Complete Teori Konseling

11

meregangkan pada kelompok otot yang diminta dan

mencegah agar kelompok otot lain tidak terpengaruh.

Pengulangan langkah-langkah tersebut di atas untuk

kelompok otot yang lain sampai ke-14 kelompok otot

telah dilakukan.

Setelah ke-14 kelompok otot terjadi pelemasan, terapis

mengarahkan perhatian pasien atau klien agar merasakan relaks

( nyaman ) pada seluruh tubuh, melalui ucapan-ucapan yang

sugestif dan menyuruhnya melakukan pernapasan dalam.

Setelah itu baru dilakukan langkah-langkah lebih lanjut. Ke-14

kelompok otot tersebut ialah:

Yang dominan pada tangan dan lengan.

Yang tidak dominan pada tangan dan lengan.

Dahi dan mata.

Pipi bagian atas dan hidung.

Dagu, muka bagian bawah, leher.

Pundak, punggung bagian atas, dada.

Perut.

Pinggul.

Yang dominan pada paha.

Yang dominan pada kaki.

Yang dominan pada tapak kaki.

Yang tidak dominan pada paha.

Yang tidak dominan pada kaki.

Yang tidak dominan pada tapak kaki.

Jika pasien atau klien berhasil mencapai keadaan relaks setelah

tiga kali pertemuan, pengelompokan otot bisa diperbesar

menjadi lima kelompok, yaitu:

Lengan dan tangan bersama-sama.

Semua otot muka.

Dada, pundak, punggung bagian atas, perut.

Pinggul dan pangkal paha.

Page 16: Makalah Complete Teori Konseling

12

Kaki dan tapak kaki.

Efek dan latihan relaksasi menurut Masters, et al (1987 ), adalah:

Meningkatnya pemahaman mengenai ketegangan otot.

Meningkatnya kemampuan untuk menguasai

ketegangan otot.

Meningkatnya kemampuan untuk menguasai kegiatan

yang terjadi dengan sendirinya.

Meningkatnya kemampuan untuk menguasai kegiatan

kognitif, meliputi pemusatan perhatian [konsentrasi].

Berkurangnya ketegangan otot.

Berkurangnya perasaan bergelora secara kefaalan.

Berkurangnya perasaan cemas dan emosi lain yang

negatif.

Berkurangnya kekhawatiran.

- Desentisasi Sistematis.

Prosedur yang dilakukan dalam teknik ini adalah :

Stimulus yang menimbulkan kecemasan dalam suatu

bidang tertentu, seperti penolakan, keirihatian, kritik,

atau suatu phobia dianalisis. Terapis menyusun daftar

situasi yang terurut, yang menimbulkan kecemasan atau

penghindaran. Hirarki disusun dalam bentuk urutan dari

situasi yang terburuk sehingga klien dapat

menggambarkan situasi yang menimbulkan kecemasan

paling kecil. Misalnya jika telah ditentukan klien

memiliki kecemasan paling tinggi pada penolakan,

situasi yang menimbulkan kecemasan yang paling

tinggi mungkin adalah penolakan oleh suami/istri,

kemudian oleh teman dekatnya, selanjutnya oleh teman

kerjanya. Situasi yang paling baik atau menimbulkan

kecemasan paling kecil adalah tidak diperhatikan ketika

pelaksanaan suatu kegiatan.

Page 17: Makalah Complete Teori Konseling

13

Selama beberapa sesi permulaan klien diberikan latihan

pengendoran, yang berdasarkan teknik yang digariskan

oleh Jacobson ( 1938 ) dan diuraikan lebih terperinci

oleh Wolpe ( 1969 ). Disarankan pikiran -pikiran dan

gambaran-gambaran situasi-situasi yang dahulu

menciptakan suasana santai. Penting bagi klien untuk

mencapai suatu keadaan yang tenang dan damai. Klien

diajarkan bagaimana mengendorkan semua syaraf

dengan penekanan pada syaraf muka. Syaraf tangan

yang kendor pertama, diikuti oleh kepala, kemudian

leher dan bahu, punggung, perut dan dada dan

kemudian anggota tubuh bagian bawah. Klien diminta

untuk melatih pengendoran di luar sesi kurang lebih 30

menit setiap hari. Bila klien sudah belajar pengendoran

dengan tepat, prosedur desentisasi dimulai.

Proses desentisasi meliputi klien menjadi santai

sepenuhnya dengan mata terpejam. Terapis

menggabarkan serangkaian adegan-adegan dan

meminta klien untuk mengkhayalkan dirinya dalam

setiap adegan. Jika klien masih tetap santai klien

diminta untuk mengkhayalkan adegan yang paling

kurang menimbulkan kecemasan. Terapi berpindah

secara progresif ke hirarki sehingga klien sampau klien

memberikan tanda-tanda bahwa dia mengalami

kecemasan adalah pada saat mana adegan dihentikan.

Kemudian pengendoran dibuat lagi dan klien

melakukan semua adegan dalam hirarki. Perlakuan

berakhir sampai klien mampu untuk tetap santai dalam

keadaan yang sebelumnya menimbulkan kecemasan

dan merupakan adegan yang paling mengganggu.

Desentisasi sistematis adalah suatu teknik yang sesuai

untuk perlakuan phobia, tetapi merupakan kesalahan

Page 18: Makalah Complete Teori Konseling

14

pengertian jika teknik ini digunakan untuk perlakuan

ketakutan. Teknik ini dapat digunakan secara efektif

untuk sebagian besar macam-macam situasi yang

menimbulkan kecemasan, termasuk ketakutan-

ketakutan.

- Kupon ekonomi.

Kupon ekonomi adalah suatu pendekatan behavior yang

berdasarkan atas asas-asas kondisioning operan Skinner,

termasuk penguatan. Tetapi dari pada menggunakan penguatan

secara langsung, kupon dihadiahkan untuk ditukarkan dengan

bermacam-macam barang yang diinginkan klien, tidak

digunakan untuk individu-individu, pendekatan ini biasanya

digunakan untuk lingkungan kelompok, seperti kelas sekolah,

rumah untuk pemuda yang melanggar ketertiban sosial, atau

ruangan psikiatri. Kupon ekonomi bertujuan untuk

mengembangkan tingkah laku yang dapat menyesuaikan

dengan memberikan penguatan dengan kupon. Ayllon dan

Azrin ( 1968 ) yang telah dipuji karena mengembangkan

aplikasi kupon ekonomi, menggambarkan penggunaan teknik-

teknik dalam suatu lembaga kejiwaan negara untuk menangani

penderita psikotik. Para penghuni dianggap tidak

berpengharapan, sebagian besar dari mereka dirawat dalam

waktu yang cukup lama, dan mereka tidak mampu merawat

diri mereka. Dengan sistem kupon ekonomi mereka diberikan

kesempatan untuk melakukan “pekerjaan”. Untuk pekerjaan

seperti mengatur tempat tidur, menggosok gigi mereka,

menyisir rambut, mereka diberikan kupon. Mereka mungkin

mendapatkan kupon lebih banyak dengan membersihkan

ruangan dan melaksanakan kewajiban rutin lainnya. Kemudian

mereka dapat menjual kupon yang mereka peroleh untuk

membeli sesuatu dan untuk kekayaan sehingga mereka dapat

meningkatkan kualitas hidup mereka. Sistem ini sangat efektif

Page 19: Makalah Complete Teori Konseling

15

untuk mengarahkan klien untuk pemeliharaan diri dan

pemeliharaan ruangan. Terdapat peningkatan interaksi di

antara pasien dalam ruangan. Para pasien belajar memikul

tanggung jawab lebih besar, begitu mereka melakukannya

maka rasa kepercayaan diri mereka akan meningkat. Mereka

menjadi kurang bergantung, lebih mampu dan lebih

bertanggung jawab. Penguatan yang mereka peroleh untuk

beberapa tingkah laku dapat memberikan pengaruh pada

perubahan seluruh tingkah laku mereka. Efektivitas modifikasi

perilaku amat tergantung kepada eksistensi lingkungan sosial

terkontrol, yang menjadikan prilaku si obyek dapat dikuatkan

secara konsisten ke arah yang diinginkan. Guna kefektifan

yang kekal, maka penting sekali bahwa kupon ekonomi secara

berangsur-angsur diberhentikan dengan penguatan sosial

( pujian lisan ) yang dapat diguanakan sebagai suatu cara

meningkatkan motivasi intrinsik.

- Hukuman

Adalah suatu intervensi kondisioning operan yang

digunakan untuk mengurangi tingkah laku yang tidak

diinginkan. Teknik ini terdiri atas pemberian stimulus yang

tidak menyenangkan sebagai suatu konsekuensi tingkah laku

yang telah dilakukan. Skinner sering kali percaya bahwa

hukuman sering kali tidak menekan tingkah laku, hukuman

hanya mengurangi kecenderungan merespon. Jika hukuman

digunakan seharusnya diiringi dengan penguatan positif. Riset

yang dilakukan Skinner menunjukan bahwa hukuman sangat

kurang dari pada kontrol positif.

- Metode-metode percontohan.

Pengaruh dan peniruan melalui penokohan ( modeling ),

menurut Bandura ( yang dikutip oleh Corey, 1991 ) ada tiga

hal, yakni:

Page 20: Makalah Complete Teori Konseling

16

Pengambilan respons atau keterampilan baru dan

memperlihatkan dalam perilakunya setelah memadukan

apa yang diperoleh dari pengamatannya dengan pola

perilaku yang baru. Contohnya: Keterampilan baru dalam

olahraga, dalam hubungan sosial, bahasa atau pada anak

dengan penyimpangan perilaku yang tadinya tidak mau

berbicara, kemudian mau lebih banyak berbicara.

Hilangnya respons takut setelah melihat tokoh ( sebagai

model ) melakukan sesuatu yang oleh si pengamat

menimbulkan perasaan takut, namun pada tokoh yang

dilihatnya tidak berakibat apa-apa atau akibatnya bahkan

positif. Contoh: Tokoh yang bermain-main dengan ular

dan ternyata ia tidak digigit.

Pengambilan sesuatu respons dari respons-respons yang

diperlihatkan oleh tokoh yang memberikan jalan untuk

ditiru. Melalui pengamatan terhadap tokoh, seseorang

terdorong untuk melakukan sesuatu yang mungkin sudah

diketahui atau dipelajari dan ternyata tidak ada hambatan.

Contoh: Remaja yang berbicara mengenai sesuatu mode

pakaian di televisi.

Istilah percontohan ( modeling ), belajar dengan

mengamati ( observation learning ), menirukan ( imitation ),

belajar sosial ( social learning ), dan belajar mengalami

dipergunakan saling bergantian. Melalui proses belajar

mengamati, klien dapat belajar melaksanakan perbuatan-

perbuatan yang diinginkan tanpa belajar trial and error.

Bandura ( 1969 , 1971a, 1971b, 1977 ) menekankan

pentingnya peranan percontohan dalam pengembangan dan

perubahan tingkah laku manusia. Tipe-tipe model yang dapat

digunakan seperti model hidup dapat mengajarkan klien

tingkah laku yang sesuai, mempengaruhi sikap dan nilai serta

mengajarkan keterampilan-keterampilan sosial. Terapis dapat

Page 21: Makalah Complete Teori Konseling

17

bertindak sebagai model hidup untuk kliennya melalui tingkah

laku yang sebenarnya yang dilakukan selama sesi-sesi terapi,

terapis juga dapat mempengaruhi dengan contoh yang

berlawanan dari contoh yang positif. Model simbolik dapat

pula digunakan yang dipertunjukan dalam media visual seperti

video. Berdasarkan bukti riset Bandura ( 1969 ) menulis bahwa

model-model simbolik telah berhasil dalam berbagai situasi.

Model ganda terutama relevan dengan terapi kelompok.

Pengamat dapat merubah sikap dan belajar keterampilan-

keterampilan baru dengan cara mengamati teman-teman dalam

kelompoknya yang berhasil ( atau melalui pengamatan pada

pemimpin kelompok ). Keuntungan model ganda adalah bahwa

pengamat dapat belajar berbagai cara alternatif untuk tingkah

laku, karena mereka dapat menyakskan berbagai gaya tingkah

laku yang sesuai dan telah berhasil.

Teknik peniruan melalui penokohan, dapat dipakai untuk

menghadapi pasien atau klien yang menderita fobia, penderita

ketergantungan atau kecanduan obat-obatan atau alkohol,

bahkan dapat dipakai untuk menghadapi penderita dengan

gangguan kepribadian yang berat seperti psikosis, khususnya

agar memperoleh keterampilan untuk menyesuaikan diri

dengan lingkungannya. Juga bisa dipergunakan dalam

menghadapi anak dengan fobia tertentu seperti fobia terhadap

dokter gigi, atau anak-anak yang mengalami hambatan dalam

pergaulan, misalnya di sekolah.

- Latihan asersi

Menurut Christoff & Kelly [1985], ada tiga kategori

perilaku asertif yakni:

Asertif penolakan. Ditandai oleh ucapan untuk

memperhalus seperti: maaf.

Asertif pujian. Ditandai oleh kemampuan untuk

mengekspresikan perasaan positif seperti menghargai,

Page 22: Makalah Complete Teori Konseling

18

menyukai, mencintai, mengagumi, memuji dan

bersyukur.

Asertif permintaan. Jenis asertif ini terjadi kalau

seseorang meminta orang lain melakukan sesuatu yang

memungkinkan kebutuhan atau tujuan seseorang tercapai,

tanpa tekanan atau paksaan. Dari uraian ini terlihat

bahwa perilaku asertif adalah perilaku yang

menunjukkan adanya keterampilan untuk bisa

menyesuaikan dalam hubungan interpersonal, dalam

lingkungan sosial. Sebaliknya dari perilaku yang tidak

asertif, ialah misalnya, agresivitas.

Terdapat enam strategi klinis yang secara khas para terapis

pergunakan selama berlangsungnya latihan asersi ( Bellak &

Hersen, 1977 ) :

Perintah : terapis mengatakan kepada klien tingkah

laku khusus yang diharapkan.

Umpan balik. : ini menunjuk kepada komentar terapis atas

tingkah laku klien setelah perintah untuk melaksanakan

seperangkat tingkah laku. Umpan balik positif dan negatif

telah ditunjukan untuk menyebabkan terjadinya perbahan

tingkah laku yang menonjol.

Percontohan : pada saat-saat tertentu terapis akan

meragakan dengan sesungguhnya prilaku yang diinginkan

agar klien menirukan. Model-model hidup atau pun video

keduanya dipergunakan.

Latihan tingkah laku : ini melibatkan bermain peran

selama sesi-sesi berlangsung. Keduanya adalah tingkah

laku yang efektif dan tidak efektif dalam situasi-situasi

hubungan antar pribadi dan performa-performa dilatihkan

dalam berbagai situasi.

Penguatan sosial : ini menyangkut pemberian pujian klien

bilamana mereka memperoleh respon yang diinginkan.

Page 23: Makalah Complete Teori Konseling

19

Suatu respon sasaran yang ditentukan dibentuk atas suatu

dasar yang bertingkat dengan menggunakan pujian.

Tugas pekerjaan rumah : suatu bagian integral latihan

asersi adalah melaksanakan tugas-tugas pekerjaan rumah

khusus yang bersifat behavioral. Melalui tugas-tugas ini

klien dapat membawa apa yang telah mereka pelajari

dalam sesi-sesi pertemuan ke dalam kehidupan sehari-hari,

dan mereka mampu menggunakan hasil belajar baru ini ke

dalam situasi-situasi hubungan antar pribadi dalam

kehidupan nyata.

Menurut Alberti ( 1977 ) ( salah seorang tokoh yang

banyak menulis mengenai perilaku asertif ), latihan asertif

( atau terapi perilaku asertif-assertive behavior therapy, atau

latihan keterampilan sosial - social skills training ) adalah

prosedur latihan yang diberikan kepada klien untuk melatih

perilaku penyesuaian sosial melalui ekspresi diri dari perasaan,

sikap, harapan, pendapat dan haknya. Prosedurnya adalah:

Latihan keterampilan, di mana perilaku verbal maupun

nonverbal diajarkan, dilatih dan diintegrasikan ke dalam

rangkaian perilakunya. Teknik untuk melakukan hal ini

adalah: peniruan dengan contoh [modeling], umpan balik

secara sistematik, tugas pekerjaan rumah, latihan-latihan

khusus antara lain melalui permainan.

Mengurangi kecemasan, yang diperoleh secara langung

[misalnya, pengebalan] atau tidak langsung, sebagai hasil

tambahan dari latihan keterampilan. Teknik untuk

melakukan hal ini antara lain dengan pendekatan

tradisional untuk pengebalan, baik melalui imajinasi

maupun keadaan aktual.

Menstruktur kembali aspek kognitif, di mana nilai-nilai,

kepercayaan, sikap yang membatasi ekspresi diri pada

klien, diubah oleh pemahaman dan hal-hal yang dicapai

Page 24: Makalah Complete Teori Konseling

20

dari perilakunya.Teknik untuk melakukan hal ini meliputi

penyajian didaktik tentang hak-hak manusia, kondisioning

sosial, uraian nilai-nilai dan pengambilan keputusan.

Sebagaimana diketahui, bahwa hambatan untuk

mengekspresikan diri pada seseorang, yaitu masyarakat,

kebudayaan, umur, jenis kelamin, status sosial-ekonomi,

keluarga, perlu diperhatikan karena kaitannya dengan hak-

hak pribadi seseorang.

Latihan asertif menurut Corey ( 1991 ), bisa bermanfaat untuk

dipergunakan dalam menghadapi mereka yang:

Tidak bisa mengekspresikan kemarahan atau perasaannya

yang tersinggung.

Mengalami kesulitan untuk mengatakan “tidak”.

Terlalu halus ( sopan ) yang membiarkan orang lain

mengambil keuntungan dari keadaannya.

Mengalami kesulitan untuk mengekspresikan afeksi

( perasaan yang kuat ) dan respons-respons lain yang

positif.

Merasa tidak memiliki hak untuk mengekspresikan pikiran,

kepercayaan dan perasaannya.

- Program-program swa-kelola dan tingkah laku yang

terarahkan-sendiri.

Dasar pendekatan ini ialah:

Jika kepada seseorang diberikan peran yang lebih aktif

dalam proses perubahan, akan lebih mudah mencapai

tujuan.

Pasien atau klien dapat mempergunakan keterampilan

dan teknik mengurus diri untuk menghadapi masalah,

yang dalam terapi tidak secara langung diperoleh.

Perubahan yang diperoleh harus benar-benar mantap

dan tidak berubah jika pasien atau klien menghendaki

perubahan.

Page 25: Makalah Complete Teori Konseling

21

Dalam program swa-kelola orang membuat keputusan-

keputusan berkenaan dengan tingkah laku khusus yang mereka

ingin kendalikan atau rubah. Contoh yang umum adalah

kebiasaan yang berlebihan dalam makan, minum dan merokok.

Orang sering kali menemukan bahwa alasan utama mereka

tidak mencapai tujuan mereka adalah karena kurangnya

keterampilan-keterampilan tertentu. Dalam bidang-bidang

semacam ini, pendekatan swa-pengarahan dapat memberikan

pedoman-pedoman garis besar untuk mengadakan perubahan

dan suatu rencana yang akan mengarahkan perubahan. Watson

dan Tharp ( 1985 ) memberikan suatu model yang dirancang

untuk perubahan yang terarahkan sendiri yaitu :

Pemilihan tujuan. Tahap awal dimulai dengan merinci

perubahan-perubahan apa yang diinginkan. Tujuan-tujuan

seharusnya dirumuskan dan tujuan-tujuan itu seharusnya

dapat diukur, dapat dicapai, positif, dan berarti bagi orang

yang bersangkutan.

Menterjemahkan tujuan-tujuan ke dalam tingkah laku

sasaran. Kemudian tujuan yang telah dipilih itu pada tahap

awal dicerminkan ke dalam tingkah laku sasaran.

Pertanyaan yang relevan : rangkaian tindakan apa yang

dapat mencapai tujuan saya ? Tingkah laku khusus apa

saja yang ingin saya tingkatkan atau kurangi ?

Merekam sendiri. Menurut Mahoney dan Thoreson

( 1974 ), langkah penting pertama dalam perubahan yang

terdiri atas tindakan mengamati dan merekam tingkah

lakunya sendiri dengan tepat. Usaha ini dapat

menumbuhkan kesadaran dan berfokus pada tingkah laku

yang konkrit dan yang dapat diamati dari pada

pengalaman yang lalu atau pengalaman perasaan.

Merumuskan suatu rencana perubahan. Suatu program

tindakan yang akan mengarahkan kepada perubahan

Page 26: Makalah Complete Teori Konseling

22

mungkin dapat menggantikan secara bertahap tindakan

yang tidak dikehendaki dengan suatu tindakan yang

diinginkan atau mempertinggi suatu tindakan yang

diinginkan. Program tersebut adalah penguatan sendiri

yaitu suatu peristiwa atau obyek yang dapat memberikan

pengaruh kepada individu. Yang penting dalam

menggunakan penguatan untuk merubah tingkah laku

adalah memilih ganjaran sendiri yang sesuai dan dapat

memotivasi secara pribadi. Program lainnya adalah

perjanjian sendiri yang merupakan rencana yang dapat

membantu klien tetap terikat untuk melaksanakan rencana

tindakan mereka dengan tingkat konsistensi tertentu.

- Multimodal therapy.

Multimodal terapy adalah suatu pendekatan yang

menyeluruh dan bulat dikembangkan oleh Arnold Lazarus

( 1971, 1981 ). Terapis multimodal mengajukan pertanyaan

“siapa atau apa yang terbaik untuk orang tertentu ini” jadi

mereka memberika perhatian yang besar bukan untuk berusaha

mencocokan klien pada suatu perlakuan yang telah ditentukan

lebih dulu. Para terapis multimodal secara tetap menyesuaikan

prosedur mereka agar dapat mencapai dengan efektif tujuan

klien dalam terapi. Skema multimodal Lazarus memberikan

suatu contoh bagaimana terapis behavior dapat menarik

metode-metode dari ketiga pendekatan behavior yang utama,

klasik, operan dan kognitif.

Page 27: Makalah Complete Teori Konseling

23

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan.

Berdasarkan pada pembahasan tersebut di atas, maka dapat disimpulakan

bahwa teori behavioral merupakan teori menyeluruh dan menjelaskan prinsip-

prinsip tingkah laku manusia dipelajari. Dalam penerapan teori konseling

pendekatan behavioral terdapat beberapa teknik yang mana masing-masing teknik

tersebut memiliki prosedur-prosedur yang berbeda satu sama lain seperti yang

sebelumnya telah dijelaskan pada pembahasan yang kesemuanya bertujuan untuk

membantu konseli mencapai tujuannya atau memecahkan masalahnya.

Page 28: Makalah Complete Teori Konseling

24

DAFTAR PUSTAKA

Rosjidan. 1988. Pengantar Teori-Teori Konseling. Jakarta : Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan Jakarta

1988.

Dharsana, I Ketut. 2010. Diktat Teori-Teori Konseling. Singaraja : Jurusan

Bimbingan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan

Ganesha Singaraja.

Gunarsa, Singgih D. 1992. Konseling dan Psikoterapi. Jakarta : PT. BPK Gunung

Mulia.

McLeod, John. 2008. Pengantar Konseling : Teori dan Studi Kasus. Jakarta :

Kencana Prenada Media Group.