MAKALAH CHRONIC GRANULA DIESES

27
BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Penyakit granulomatosa kronis ditandai dengan leukosit yang tidak dapat menghasilkan senyawa aktif O 2 dan oleh cacat pada fungsi sel fagosit mikrobisida. Lebih dari 50% dari kasus penyakit granulomatosa kronis(CGD) ini adalah penyakit keturunan. Kebanyakan penyakit granulomatosa menyerang anak laki-laki sehingga hal tersebut menyebabkan pertumbuhan pada anak-anak terhambat, kurangnya pengetahuan dan kebersihan dapat menyebabkan terjadinya penyakit granulomatosa. Penyakit granulomatosa terjadi karena sel fagosit pada leukosit tidak bisa bekerja secara optimal sehingga terjadilah infeksi berulang-ulang, dengan demikian timbullah gejala seperti abses dan bisa jadi sampai kematian karena terjadi penyebaran inflamasi pada daerah-daerah seperti paru,kelenjar getah bening, mulut, hidung dan usus. Untuk mencegah terjadinya penyakit granulomatosa masyarakat harus menjaga kesehatan kulit dan tubuh, 1

description

KEPERAWATAN

Transcript of MAKALAH CHRONIC GRANULA DIESES

BAB IPENDAHULUAN

A. LatarbelakangPenyakit granulomatosa kronis ditandai dengan leukosit yang tidak dapat menghasilkan senyawa aktif O2 dan oleh cacat pada fungsi sel fagosit mikrobisida. Lebih dari 50% dari kasus penyakit granulomatosa kronis(CGD) ini adalah penyakit keturunan.Kebanyakan penyakit granulomatosa menyerang anak laki-laki sehingga hal tersebut menyebabkan pertumbuhan pada anak-anak terhambat, kurangnya pengetahuan dan kebersihan dapat menyebabkan terjadinya penyakit granulomatosa.Penyakit granulomatosa terjadi karena sel fagosit pada leukosit tidak bisa bekerja secara optimal sehingga terjadilah infeksi berulang-ulang, dengan demikian timbullah gejala seperti abses dan bisa jadi sampai kematian karena terjadi penyebaran inflamasi pada daerah-daerah seperti paru,kelenjar getah bening, mulut, hidung dan usus.Untuk mencegah terjadinya penyakit granulomatosa masyarakat harus menjaga kesehatan kulit dan tubuh, memelihara lingkungan yang bersih dan sehat, memperhatikan setiap makanan yang akan dikonsumsi.B. Rumusan Masalah1. Bagaimana Definisi tentang CGD ?2. Bagaimana Etiologi dari CGD ?3. Bagaimana Sign And Symptom dari CGD ?4. Bagaimana Pemeriksaan Diagnostik dari CGD ?5. Bagimana Penatalaksanaan Terapi CGD ?6. Bagaimana Prognosa dari CGD ?7. Bagaimana Asuhan Keperawatan dari CGD ?C. Tujuan1. Mengetahui Definisi tentang CGD2. Memahami Etiologi dari CGD3. Mengetahui Sign And Symptom dari CGD4. Mengetahui dan memahami Pemeriksaan Diagnostik dari CGD5. Mengetahui Penatalaksanaan Terapi CGD6. Memahami Prognosa dari CGD7. Mengetahui dan memahami Asuhan Keperawatan dari CGD

BAB IIKONSEP PENYAKITA. DefinisiPenyakit granulomatosa kronis (CGD) adalah kelainan bawaan di mana sel-sel sistem kekebalan yang disebut fagosit tidak berfungsi dengan baik. Hal ini menyebabkan infeksi yang sedang berlangsung bertambah parah.Granuloma merupakan salah satu dari sejumlah bentuk nodul peradangan lokal yang ditemukan pada jaringan. Granuloma dibedakan menjadi granuloma anulare dan granuloma pyogenik.a. Granuloma annulare mungkin terlokalisir, generalisata, perforantes, atau subkutan. Granulomasubkutan annulare biasanya muncul pada anak-anak tersebar pada kaki, tungkai bawah, jari-jari, tangan, lengan bawah, kulit kepala, dan dahi.b. Granuloma pyogenik adalah kelainan angiogenesis dengan etiologi yang mendasarinya tidak diketahui. Tempat predileksinya ada di kepala dan leher, meskipun lesinya dapat muncul pada setiap bagian dari tubuh yang lain.

B. EtiologiGranuloma dapat disebabkan oleh berbagai iritasi biologis, kimia dan fisik pada jaringan. Penyebab annulare granuloma tidak diketahui. Penyakit ini kadang-kadang dikaitkan dengan diabetes mellitus dan penyakit lainnya. C. Sign and SymptomGejala biasanya muncul pada awal masa kanak-kanak tetapi kadang-kadang tidak sampai masa remaja.Infeksi kronis terjadi pada kulit, paru-paru, kelenjar getah bening, mulut, hidung, dan usus. Mungkin juga ada tanda-tanda infeksi tulang (osteomielitis).

a. Granuloma Annulare1. Anak dengan granuloma annulare biasanya sehat dan memiliki lesi dalam beberapa bulan tanpa ada keluhan lainnya.2. Satu atau lebih nodul jaringan lunak yang tidak nyeri tekan pada ekstremitas, scalp, atau dahi.3. Papula dengan diameter 1-5 mm, berwarna kemerahan atau merah muda terang, dan mulus tidak bersisik.4. Paling sering ditemukan sepanjang aspek ekstensor ekstremitas, dan dengan dengan sendi.5. Benjolan kulit berwarna kemerahan yang dapat meluas atau bergabung membentuk pola cincin, paling sering ditemui pada tangan dan kaki. Polanya dapat menyerupai kurap.6. Gatal ringan pada beberapa orang, meskipun benjolan biasanya tidak menyebabkan rasa sakit atau gatal.7. Annulare granuloma biasanya tidak menyebabkan tanda-tanda lain dan dapat menghilang kemudian muncul lagi di lain waktu.b. Granuloma Pyogenic1. Pada pasien dengan dicurigai granuloma piogenik, anamnesis harus berfokus pada onset dan timbulnya gejala ruam.2. Tanyakan pada pasien atau orangtuanya mengenai riwayat trauma, infeksi virus dan bakteri, kehamilan atau infeksi HIV.3. Pasien dan keluarganya harus ditanyakan tentang ruam dan pengobatan awal.4. Ada tidaknya tanda perdarahan atau ulserasi harus dicatat.

D. PatofisiologiDi CGD, leukosit tidak menghasilkan hidrogenperoksida, superoksida, dan senyawa O2 lainnya diaktifkan karena adenin aktivitas oksidase dinukleotida fosfatnicotinamide kekurangan. Fungsi mikrobisida sel fagosit rusak, dengan demikian,bakteri dan jamur tidak dibunuh meskipun fagositosis normal.CGD biasanya dimulai dengan abses berulang pada anak usia dini, tetapipada beberapa pasien, onsetter tunda sampai remaja awal. Patogen yang khas organis mekatalase-memproduksi (misalnya, Staphylococcus aureus, Escherichiacoli, Serratia, Klebsiella, dan Pseudomonassp;jamur). Infeksi Aspergillus adalah penyebab utama kematian.

E. WOC

CGD

Rusaknya sel fagosit pada Leukosit

Infeksi Kronis

Rusaknya jaringan kulitAbsesRisti Sepsis

MK : Nyeri berdasarkan inflamasi

KematianMK : Penurunan Integritas kulit

MK : Kurangnya Pengetahuan

D. Pemeriksaan DiagnostikDiagnosis ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit yang ditandai dengan adanya benjolan merah terang yang khas. Untuk memperkuat diagnosis, dilakukan pemeriksaan mikroskopik terhadap contoh pinggiran benjolan tersebutPemeriksaan laboratorium diantaranya meliputi :1. Direct microscopyDilakukan dengan melakukan pemeriksaan pada jaringan yang diambil dari sekitar lesi dengan menggunakan apusan Wright atau Giemsa. Hasil pemeriksaan akan menggambarkan adanya organisme berkelompok berwarna biru atau hitam berbentuk batang (Milkulicz cells) dengan gambaran seperti peniti di dalam sitoplasma sel mononukleus. Hiperplasia pseudo epithelio matosus sering tampak pada daerah tepi ulkus.Pemeriksaan histologis yang terbaik dilakukan dengan menggunakan metode Giemsa atau Silver. Gambar karakteristik menunjukkan peradangan kronis dengan infiltrasi plasma sel dan leukosit PMN.2. Pemeriksaan histopatologi spesimen biopsi menggunakan mikroskop elektron dengan glutaraldehyde fixation and plastic embedding.3. Culture: hanya satu pemeriksaan yang telah dicapai dalam dua laboratorium di masa sekarang dan tidak tersedia secara rutin.4. PCR: Metode PCR termasuk metode deteksi colorimetric. Sebuah penyakit ulkus kelamin tes PCR multipleks telah dikembangkan menggunakan in-house. Teknik amplifikasi asam nukleat yang menggunakan primer C. granulomatis. Namun, tidak ada tes PCR komersial untuk donovanosis tersedia saat ini.5. Serologi: tes serologi telah dikembangkan tetapi tidak dapat diandalkan.Jika tidak ada alat diagnostik yang segera tersedia, swab kering harus diambil dan didinginkan, kemudian pengaturan untuk tes PCR dilakukan.6. Pemeriksaan lain : misalnya tes komplemen fiksasi, imunofluoresensi indirek.

E. Penatalaksanaan TerapiPerawatan dan obat-obatan:Dalam kebanyakan kasus, pengobatan tidak diperlukan untuk mengatasi annulare granuloma. Kebanyakan benjolan menghilang dalam beberapa bulan sampai dua tahun.Jika muncul ruam yang mengganggu, tindakan yang dapat dilakukan diantaranya;1. Krim atau salep kortikosteroid.Dokter mungkin meresepkan krim kortikosteroid oles untuk membantu memperbaiki penampilan dan mempercepat menghilangnya benjolan. Tergantung pada ketebalan benjolan dan kekuatan krim, dokter mungkin mengarahkan pasien untuk menutupi bagian tubuh yang diberi krim dengan perban. Menutupi krim steroid akan membuatnya lebih efektif.2. Kortikosteroid suntikan.Jika benjolan kulit lebih tebal dan gejalanya lebih besar, dokter mungkin menyuntikkan kortikosteroid langsung ke kulit yang terkena untuk membantu agar benjolan lebih cepat menghilang.3. Pembekuan benjolan (cryotherapy).Dalam cryotherapy, dokter memberikan nitrogen cair ke daerah yang terkena dengan alat berujung kapas atau alat kecil yang dirancang untuk mengalirkan suhu dingin ekstrim.Prosedur ini biasanya berlangsung selama beberapa detik hingga satu menit. Nitrogen cair membekukan benjolan, membantu menghilangkan benjolan, dan merangsang pertumbuhan sel-sel kulit baru.4. Terapi cahayaDalam kasus yang parah, dokter dapat merekomendasikan terapi sinar ultraviolet khusus yang disebut psoralen plus ultraviolet A (PUVA). Perawatan ini menggabungkan paparan sinar ultraviolet (fototerapi) dengan obat yang disebut psoralen untuk membantu agar kulit lebih peka terhadap efek sinar ultraviolet.Selain itu dapat juga diberikan antibiotik antara lain :1. Tetrasiklin 4 x 500 mg. Obat pilihan pertama walaupun pernah terjadi resistensi2. Kloramfenikol 4 x 500 mg3. Eritromisin 4x 500 mgselama 2-3 minggu (dianjurkan untuk wanita hamil)4. Trimethoprim-sulfamethoxazole, 1 tablet double strength per oral dua kali sehari minimal selama 3 minggu,5. Doksisiklin 100 mg dua kali sehari selama 3 minggu, 6. Ciprofloxacine 750 mg 2 kali sehari selama 3 minggu, 7. Terapi paling efektif adalah azitromisin 1 x 500 mg/hari selama 1 minggu. 8. Golongan quinolon : norfloksasin, siprofloksasin dan ceftriaxon.

F. PrognosaPengobatan harus dilanjutkan sampai lesi sembuh sempurna, minimal 3 minggu. Bila pengobatan dihentikan sebelum 3 minggu biasanya terjadi penyembuhan, namun kemungkinan rekurensi lebih besar. Jangka waktu pengobatan harus sampai penyembuhan total.

BAB IIIKONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian1. Identitas klien dan penanggung jawaba. Data Demografi1) BiodataNama : Usia : Alamat : Agama :Status Pernikahan : Pekerjaan : 2) Penanggung JawabNama :Usia : Agama: Pekerjaan : Alamat : Hub. Dengan klien :2. Riwayat kesehatana. Keluhan utamaKlien mengeluh merasakan nyeri skala 1-10. b. Riwayat penyakit sekarang Klien mengalami abses diwajah dan tangan sehingga klien merasa nyeri dan berwajah pucat.c. Riwayat Kesehatan / Perawatan DahuluKlien belum pernah mengalami sakit seperti yang dialami pada saat ini dan klien mempunyai riwayat alergi pada obat-obatan tertentu.( kaji riwayat alergi klien, dan penyakit yang pernah ia derita, seperti yang dialami sekarang).d. Riwayat Kesehatan / Perawatan KeluargaDalam keluarga klien tidak ada keluarga yang menderita penyakit seperti yang dialami klien saat ini.(kaji riwayat kesehatan keluarga,apakah keluarga klien ada yang menderita sakit seperti yang dialami oleh klien).B. Pemeriksaan Fisik1. Head to toea. Kepala1) KepalaBentuk kepala simetris, tidak ada lesi, tidak ada benjolan, serta terdapat nyeri pada wajah karena terdapat abses 2) RambutKondisi rambut bersih, tidak ada ketombe, warna rambut hitam, rambut lurus.3) MataWarna sklera putih, konjungtiva ada kemerah-merahan, pupil klien isokor, pergerakan mata kurang normal, adanya perdarahan, simblefarop, ulkus kornea, iritis, dan iridosiklitis. 4) Hidung Bentuk simetris kiri dan kanan, pilek, ada secret, cuping hidung normal, tidak ada nyeri tekan, dan klien sukar bernafas.5) Mulut Kelainan di selaput lendir pada mukosa mulut, terjadi stomatitis, kemampuan menelan klien kurang baik, bibir tampak krusta berwarna hitam yang tebal.6) TelingaBentuk simetris kiri dan kanan, fungsi pendengaran jelas, dan tidak ada nyeri tekan.

7) LeherAdanya nyeri tenggorokan, adanya kelainan mukosa (pseudo membran) di faring dapat menimbulkan keluhaan nyeri karena terdapat benjolan-benjolan berupa abses.b. Dada1) ParuBentuk paru normal, ukuran anterior dan posterior seimbang, frekuensi pernafasan 20 x/mnt, terjadi gangguan pola nafas.2) JantungInspeksi :Denyutan jantung normal, tidak ada clubbing finger.Palpasi :Ictus cordis normal di ICS ke 5.Auskultasi :Bunyi jantung teratur, ada pembesaran jantung ringan.c. AbdomenInspeksi :Warna kulit abdomen normal seperti warna kulit disekitarnya, tidak ada distensi, tidak adanya bekas operasi, tidak terdapat kolostomi.Auskultasi : Peristaltik usus normal 18x/menit.Perkusi: timpani.Palpasi : Tidak adanya nyeri tekan, tidak ada hematomegali, tidak ada pembesaran lien, ginjal normal.d. Otot dan rangka integumenInspeksi :Klien mengalami gatal-gatal, di ikuti dengan kulit odem, ruam di sekitar kulit, serta kemerahan di seluruh anggota tubuh, terjadi luka-luka pada kulit, pergerakan kurang baik/nyeri saat bergerak, sendi lengan dan tungkai normal, tidak ada fraktur, tidak ada dislokasi, warna kulit pucat, tulang belakang normal, dan terjadi body image.Palpasi :Turgor menurun, sering didapatkan adanya kekuatan otot kurang, dan ada nyeri tekan.

2. ADL (Activity Daily Living) a. Pola NutrisiSelama sakit klien bisa mengalami intake nutrisi kurang adekuat di sebabkan karena kesulitan menelan akibat kelainan selaput lendir (esophagus) sehingga menyebabkan gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan. a. Pola HyginePenurunan kemampuan / peningkatan kebutuhan bantuan melakukan aktifitas sehari-hari, kebersihan buruk, bau badan.b. Integritas egoPerubahan pola hidup, ansietas, ketakutan, peka rangsang.c. PernafasanJalan nafas terganggu karena adanya kelainan mukosa di faring.d. KeamananRiwayat reaksi alergi / sensitif terhadap zat atau faktor lingkungan.e. Interaksi sosialHubungan ketergantungan, kurang sistem pendukung, keterbatasan mobilitas fisik.f. Pola Istirahat dan tidurSelama sakit klien mengalami gangguan pola tidur karena badannya terasa gatal-gatal dan kesulitan untuk bernafas.

g. Pola aktivitasBiasanya sakitnya mengganggu aktivitasnya, serta dalam melakukan kegiatan sehari-hari klien membutuhkan bantuan orang lain.

C. Diagnosa Keperawatan1. Nyeri berdasarkan inflamasi dan kerusakan jaringan.2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan proses penyakit.3. Kurang pengetahuan tentang penyakit dan kurang informasi.

D. Intervensi

1) Diagnosa Keperawatan :Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan kerusakan jaringan.

Tujuan : Gangguan nyeri berkurang atau hilang dan perbaikan dalam tingkat kenyamanan.Kriteria hasil : Setelah diberikan tindakkan Asuhan Keperawatan selama 1x24 jam pasien menyatakan :1. Skala nyeri berkurang 0-3 2. Tidak ada tanda-tanda inflamasi ( rubor,kolor,dolor, tumor, fungsio, laisa)

Rencana IntervensiRasional

Kaji keluhan nyeri : Pencetus, catat lokasi, karateristik, dan intensitas skala nyeri 1-10Nyeri hampir selalu ada beberapa derajat beratnya keterlibatan jaringan/kerusakan tetapi, biasanya paling berat selama penggantian balutan dan debridemen.

Tutup luka sesegera mungkin.Suhu berubah dan gerakan udara dapat menyebabkan nyeri hebat pada pemajanan ujung saraf.

Pertahankan suhu lingkungan agar tetap nyaman.Perubahan suhu lingkungan mempengaruhi presepsi terhadap nyeri.

Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian analgetik.Obat-obat analgetik memblokade pusat nyeri.

2) Diagnosa Keperawatan :Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan proses penyakit.

Tujuan : Pemeliharaan dan perawatan integritas kulit.Kriteria hasil : Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan tidak terjadi:1. Turgor kulit normal.2. Menunjukkan kulit dan jaringan kulit yang utuh.3. Tidak terjadi inflamasi.

Rencana intervensiRasional

Kaji kulit setiap hari. Catat warna, turgor, sirkulasi dan sensasi. Gambarkan lesi dan amati perubahan.Menentukan garis dasar di mana perubahan pada status dapat di bandingkan dan melakukan intervensi yang tepat.

Pertahankan/ intruksikan dalam hygiene kulit, misalnya membasuh kemudian mengerikannya dengan berhati-hati dan melakukan masase dengan menggunakan lotion atau krim.Mempertahankan kebersihan karena kulit yang kering dapat menjadi barier infeksi.

Gunting kuku secara teraturKuku yang panjang dan kasar meningkatkan risiko kerusakan dermal.

3) Diagnosa Keperawatan :Kurang pengetahuan berdasarkan kurangnya sumber informasi.

Tujuan : Memberikan informasi tentang penyakit dan prosesnya kepada klien dan keluarga klien / orang terdekat (bila tidak ada keluarga).Kriteria hasil : Klien dan keluarga / orang terdekat mendapatkan pengetahuan dari informasi yang diberikan

Rencan intervensiRasional

Tinjau ulang proses penyakit dan apa yang menjadi harpan di masa depan.Memberikan pengetahuan dasar di mana pasien dapat membuat pilihan bedasarkan informasi.

Tinjau ulang cara penularan penyakit.Mengoreksi mitos dan kesalahan konsepsi, meningkatkan, mendukung keamanan bagi pasien / orang lain

Dorong aktivitas/ latihan pada tingkat yang dapat di toleransi pasien.Merangsang pelepasan endorphin pada otak, meningkatkan rasa sejahtera.

E. Implementasi1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan kerusakan jaringana. Mengkaji keluhan nyeri yang dirasakan pasienb. Menutup lukac. Mempertahankan suhu lingkungan agar pasien tetap nyamand. Berkolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan proses penyakita. Mengkaji kulit pasien setiap hari,seperti melihat warna kulit,sensasi, dan tugor.b. Pertahankan hygiene kulit, misalnya membasuh kemudian mengeringkannya dengan berhati-hati dan melakukan masase dengan menggunakan lotion atau krimc. Menggunting kuku pasien secara teratur3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya sumber informasia. Meninjau ulang proses penyakitb. Menininjau ulang bagaimana cara penularan penyakitc. Mendorong aktivitas/latihan pada tingkat yang dapat di toleransi pasien

F. EvaluasiEvaluasi adalah merupakan salah satu alat untuk mengukur suatu perlakuan atau tindakan keperawatan terhadap pasien. Dimana evaluasi ini meliputi evaluasi formatif / evaluasi proses yang dilihat dari setiap selesai melakukan implementasi yang dibuat setiap hari sedangkan evaluasi sumatif / evaluasi hasil dibuat sesuai dengan tujuan yang dibuat mengacu pada kriteria hasil yang diharapkan. Adapun evaluasi yang di harapkan pada klien dengan kasus Chronic Granulomatous Disease ialah :a. Skala nyeri normal dan nyeri berkurang.b. Aktivitas sehari hari teratur sesuai kebutuhan dan di sesuaikan dengan kondisi klien.c. Klien dapat melakukan imobilisasi dalam memenuhi kegiatan sehari harinya. d. Integritas kulit kembali normal.e. Klien mengerti dan menerima terhadap penyakitnya.f. f.Pasien mengetahui tentang penyakit yang dideritanya.

BAB IVPENUTUPA. KesimpulanPenyakit granulomatosa kronis (CGD) adalah kelainan bawaan di mana sel-sel sistem kekebalan yang disebut fagosit tidak berfungsi dengan baik. Hal ini menyebabkan infeksi yang sedang berlangsung bertambah parah.a. Granuloma dibedakan menjadi granuloma anulare dan granuloma pyogenik.b. Granuloma annulare mungkin terlokalisir, generalisata, perforantes, atau subkutan. Granulomasubkutan annulare biasanya muncul pada anak-anak tersebar pada kaki, tungkai bawah, jari-jari, tangan, lengan bawah, kulit kepala, dan dahi.c. Granuloma pyogenik adalah kelainan angiogenesis dengan etiologi yang mendasarinya tidak diketahui. Tempat predileksinya ada di kepala dan leher, meskipun lesinya dapat muncul pada setiap bagian dari tubuh yang lain.

B. SaranAgar dalam penyusunan karya ilmiah ini bisa memberikan manfaat yang besar maka penulis menyarankan :a. Menjaga kesehatan kulit dan tubuhb. Memelihara lingkungan yang bersih dan sehatc. Memperhatikan setiap makanan yang akan dikonsumsi

DAFTAR PUSTAKAhttp://medicastore.com/penyakit/3348/Penyakit_Granulomatous_Kronis.htmlhttp://www.spesialis.info/?gejala-penyakit-granulomatous-kronis,405http://id.wikipedia.org/wiki/Granulomahttp://www.artikelkedokteran.com/search/artikel-askep-granulomahttp://www.ilmukesehatan.com/artikel/artikel-askep-granuloma.html

19