Makalah Blok 7

37
Struktur dan Mekanisme Sistem Pernapasan Clara Shinta Tandi Rante Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510 email: [email protected] Abstrak Respirasi adalah pertukaran gas oksigen (O2) yang dibutuhkan tubuh untuk metabolisme sel dengan karbondioksida (CO2) yang dihasilkan dari metabolisme tersebut dikeluarkan dari tubuh. Transport O2 dan CO2 dari dan ke seluruh tubuh dialirkan melalui sistem peredaran darah. Mekanisme pernapasan ini melibatkan koordinasi dari berbagai macam otot, saluran pernapasan, saraf pusat dan saraf tepi. Mekanisme pernapasan juga turut berpengaruh terhadap keseimbangan asam dan basa dalam tubuh. Kata kunci: respirasi, saluran, transport, asam basa. Abstract Respiration is the exchange of oxygen (O2) that is needed by the body for cell metabolism with carbon dioxide (CO2) that is produced from the 1

description

Kedokteran

Transcript of Makalah Blok 7

Page 1: Makalah Blok 7

Struktur dan Mekanisme Sistem Pernapasan

Clara Shinta Tandi Rante

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510

email: [email protected]

Abstrak

Respirasi adalah pertukaran gas oksigen (O2) yang dibutuhkan tubuh untuk

metabolisme sel dengan karbondioksida (CO2) yang dihasilkan dari metabolisme

tersebut dikeluarkan dari tubuh. Transport O2 dan CO2 dari dan ke seluruh tubuh

dialirkan melalui sistem peredaran darah. Mekanisme pernapasan ini melibatkan

koordinasi dari berbagai macam otot, saluran pernapasan, saraf pusat dan saraf tepi.

Mekanisme pernapasan juga turut berpengaruh terhadap keseimbangan asam dan basa

dalam tubuh.

Kata kunci: respirasi, saluran, transport, asam basa.

Abstract

Respiration is the exchange of oxygen (O2) that is needed by the body for cell

metabolism with carbon dioxide (CO2) that is produced from the metabolism and will

be removed continuously. Oxygen dan carbondioxide transport flow from and to the

body through the circulatory system. The respiratory mechanism involves the

coordination of a wide range of muscle, respiratory tract, central nervous and

peripheral nerves. Respiratory mechanisms also affect the balance of acid and base in

the body.

Keyword: respiration, tract, transport, acid and base.

1

Page 2: Makalah Blok 7

Pendahuluan

Pernafasan atau respirasi adalah menghirup udara dari luar yang mengandung

oksigen (O2) kedalam tubuh serta menghembuskan udara yang banyak mengandung

karbondioksida (CO2) sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh. Udara masuk dan

menetap dalam sistem pernafasan dan masuk dalam pernafasan otot sehingga trakea

dapat melakukan penyaringan, penghangatan dan melembabkan udara yang masuk

juga melindungi organ lembut. Penghisapan ini disebut inspirasi dan menghembuskan

disebut ekspirasi.

Isi

A. Struktur Anatomi Saluran Pernapasan

Sistem pernapasan atau sistem respirasi adalah sistem organ yang digunakan

untuk pertukaran gas. Sistem pernapasan umumnya termasuk saluran yang digunakan

untuk membawa udara ke dalam paru-paru di mana terjadi pertukaran gas. Saluran

pernapasan digolongkan menjadi dua berdasarkan letaknya, yaitu:1

i. Saluran pernapasan atas (Upper Respiratory Airway)

dengan fungsi utama:

sebagai penyalur udara menuju saluran napas bagian bawah untuk

pertukaran gas

sebagai pelindung saluran napas bagian bawah agar terhindar dari

masuknya benda asing

sebagai bagian yang menghangatkan, menyaring, dan memberi kelembaban

udara yang dihirup.

ii. Saluran pernapasan bawah (Upper Respiratory Airway)

yang terdiri atas:

Saluran udara konduktif, sering disebut sebagai percabangan

trakheobronkhialis (tracheobronchial tree) yang terdiri atas trakea, bronkus,

dan bronkhiolus.

Saluran respiratoris terminal yang berfungsi sebagai penyalur (konduksi)

gas masuk dan keluar dari satuan respiratorius terminal (saluran pernapasan

yang paling ujung), yang merupakan tempat pertukaran gas yang

sesungguhnya.

2

Page 3: Makalah Blok 7

Saluran Pernapasan Atas

1. Rongga Hidung (cavum nasi)

Hidung berbentuk pyramid dengan pangkal berkesinambungan dengan

dahi. Penyangga hidung dibentuk oleh tulang sejati dan tulang rawan hialin.

Rangka bagian tulang terdiri atas os nasale, processus frontalis maxillae dan

bagian nasale ossis frontalis. Rangka tulang rawannya dibentuk atas kartilago

septi nasi, kartilago nasi lateral dan kartilago ala nasi mayor dan minor bersama-

sama tulang didekatnya yang saling dihubungkan. Hidung berfungsi sebagai jalan

napas, pengatur udara, pengatur kelembaban udara (humidifikasi), pengatur suhu,

pelindung dan penyaring udara, indra pencium, dan resonator suara.2

Bagian dalam hidung merupakan suatu lubang yang dipisahkan menjadi

lubang kiri dan kanan oleh septum nasi dan berhubungan keluar melalui nares

(lubang hidung). Pada daerah anterior rongga hidung di sekitar rongga hidung

(vestibulum) dilapisi oleh kulit tipis yang mengandung rambut kasar (vibrissae)

yang berrfungsi untuk menyaring partikel debu yang kasar yang masuk ke rongga

hidung. Lapisan dermis pada bagian ini mengandung banyak kelenjar sebasea dan

kelenjar keringat. Rongga hidung (kecuali bagian vestibulum) pada rongga

hidung yang lebih posterior dilapisi oleh epitel respiratori (epitel berlapis torak

bersilia) yang dilengkapi oleh sel goblet. Sel tersebut mengeluarkan lendir

sehingga dapat menangkap benda asing yang masuk ke dalam saluran

pernapasan. Kita dapat mencium aroma karena di dalam lubang hidung terdapat

reseptor. Reseptor bau terletak pada cribriform plate, di dalamnya terdapat ujung

dari saraf kranial I.3

Di dinding lateralnya terdapat 3 tonjolan tulang yaitu chonca nasalis

superior, choncha nasalis medius dan chonca nasalis inferior. Dimana chonca

nasalis inferior terdapat banyak plexus venosus yang disebut sweet bodies, yang

berfungsi untuk menghangatkan udara pernapasan melalui hidung. Di sebelah

posterior rongga hidung terhubung dengan nasofaring melalui dua lubang yang

disebut choanae. 3

Pada region olfaktori (di atap rongga hidung, tepi rongga hidung dan

konka nasalis superior) diliputi oleh epitel olfaktori. Di bawahnya terdapat lamina

propria yang mengandung kelenjar bowman yang mengahsilkan secret serosa.

Lapisan epitel olfaktori terdiri atas:3

Sel olfaktori

3

Page 4: Makalah Blok 7

merupakan neuron bipolar, yang memiliki vesikula di bagian distal dan silia

non motil yang berfungsi sebagai reseptor. Terletak di antara sel penyokong.

Sel penyokong (sustenkular)

Merupakan sel silindris dengan permukaan yang mempunyai mikrovili.

Sitoplasmanya mengandung pigmen berwarna kuning/kuning kecoklatan

yang menyebabkan warna khas pada mukosa olfaktori. Berfungsi untuk

memberikan dukungan fisik, nutrisi dan menjadi sel penyekat (isolator)

listrik bagi sel olfaktori.

Sel basal

Terdapat 2 jenis yaitu yang sel horizontal (pipih) dan sel bulat (berbentuk

pyramid). Sel jenis bulat merupakan sel yang memiliki kemampuan untuk

memperbanyak diri dan menjadi sel pengganti baik untuk sel penyokong

maupun sel olfaktori. Sementara sel basal horizontal memperbarnyak diri

untuk menggantikan sel basal bulat.

Otot yang melapisi hidung merupakan bagian dari otot wajah . Otot

hidung tersusun atas M. nasalis dan M. depressor septi nasi. 2 Pendarahan hidung

bagian luar disuplai oleh cabang-cabang A.fascialis, A.dorsalis nasi cabang

A.ophtalmica dan A.infraorbitalis cabang A.maxillaris interna. Pembuluh

baliknya menuju V.fascialis dan V.ophtalmica. Sedangkan perdarahan untuk

rongga hidung terdiri dari arteri ethmoidalis anterior dan posterior, arteri

sphenopalatina cabang maxillaris interna, arteri palatina mayor dan arteri labialis

superior. Dan vena-vena pada rongga hidung akan membentuk plexus cavernosus

yang terdiri dari venasphenopalatina, vena facialis dan vena ethmoidalis anterior

dan berakhir di vena opthalmica. 2

Persarafan otot hidung oleh N. fascialis; kulit sisi medial punggung

hidung sampai ujung hidung dipersarafi oleh cabang-cabang infratrochlearis dan

nasalis externus N.ophtalmicus /N.V1; kulit sisi lateral hidung dipersarafi oleh

cabang infraorbitalis N.maxillaris/ N.V2. Sementara pada rongga hidung

dipersarafi oleh N.olfaktorius, N.trigeminus, N.ethmoidalis anterior,

N.infraorbitalis dan N.canalis pterygoidei. 2

2. Faring (Pharynx)

4

Page 5: Makalah Blok 7

Faring merupakan pipa berotot (musculomembranosa) berbentuk

cerobong yang letaknya bermula dari basis cranii sampai persambungannya

dengan esofagus pada ketinggian kartilago krikoid (setinggi vertebra cervical 6).

Faring sendiri merupakan percabangan dua saluran yakni traktus digestivus dan

traktusrespiratorius. Cavitas pharynges merupakan jalan bersama untuk udara dan

makanan. Berdasarkan letaknya faring dibagi menjadi tiga yaitu di belakang

hidung (nasopharynx), belakang mulut (oropharynx), dan belakang laring

(laringopharynx). 2

Nasopharynx

Terdapat pada superior di area yang terdapat epitel bersilia (pseudo stratified)

dan tonsil (adenoid), serta merupakan muara tube eustachius. Struktur

tersebut penting sebagai mata rantai nodus limfatikus untuk menjaga tubuh

dari invasi organisme yang masuk ke dalam hidung dan tenggorokan.

Berbeda dari orofaring dan laringofaring, rongga nasofaring tidak pernah

tertutup, Nasofaring berhubungan dengan rongga hidung melalui choanae.

Sedangkan dengan orofaring berhubungan melalui isthimus pharingeum. 2

Nasofaring tersusun epitel respirasi (epitel berlaping gepeng bersilia bersel

goblet), terdapat kelanjar campur, ada noduli limfatisi.3

Oropharynx

Berfungsi untuk menampung udara dari naso-faring dan makanan dari mulut.

Pada bagian ini terdapat tonsili platina (posterior) dan tonsili lingualis (dasar

lidah). Berhubungan dengan rongga mulut melalui isthmusoropharingeum.

Makanan dalam bentuk bolus dari rongga mulut didorong masuk ke

orofaring. Bolus menekan uvula (tekak) sehingga menutup saluran menuju

ke hidung. Hal ini berguna untuk menjaga makanan yang masuk tidak keluar

ke hidung. Proses dilanjutkan dengan menurunnya epiglotis yang menutup

glotis. Bolus akan masuk ke esophagus melalui laringofaring.2 Orofaring

tersusun atas epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk dan terdapat tonsil

palatine.3

Laringopharynx

Membentang dari tepi cranial epiglottis sampai tepi inferior cartilage

cricoidea (setinggi bagian bawah vertebra cervical 3 sampai bagian atas

vertebra cervical 6). Ke arah caudal berlanjut sebagai oesophagus. Di dinding

anterior terdapat pintu masuk ke dalam larynx (additus larynges) dan

5

Page 6: Makalah Blok 7

dibawahnya terdapat permukaan posterior cartilage arytaenoidea dan

cartilage cricoidea.2 Tersusun atas epitel bervariasi, sebagian besar epitel

berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk.3

Pada faring terdapat tiga otot lingkar/sirkular yakni musculus contrictor

pharingis inferior, musculus contrictor pharingis medius dan musculus constrictor

pharingissuperior, serta tiga otot yang masing-masing turun dari processus

styloideus, torustubarius cartilaginis tubae auditiva dan palatum molle, yakni

musculus stylopharingeus, musculus salpingopharingeus dan musculus

palatopharingeus. Perdarahan pada faring berasal dari arteri pharingea ascendens,

arteri palatinaascendens dan ramus ronsillaris cabang arteri facialis, arteri palatina

major dan artericanalis ptrygoidea cabang arteri maxillaris interna dan rami

dorsales linguae cabang arterilingualis. Pembulih balik membentuk sebuah plexus

yang keatas berhubungan dengan plexus pterygoidea dan kearah bawah bermuara

kedalam vena jugularis interna dan venafacialis. Persarafan pada faring berasal

dari plexus pharingeus yang terdiri dari nervus palatina minor dan nervus

glossopharing.4

3. Laring

Laring sebagai suatu saluran udara yang bersifat spinchter juga sebagai

organ pembentuk suara. Berada di antara pembuluh besar leher. Di sebelah

ventral tertutup kulit, fascia dan otot-otot depressor lidah. Kearah atas terbuka

kearah laryngopharynx; ke arah bawah dilanjutkan sebagai trakea. Laring atau

kotak suara berperan untuk fonasi dan menjaga agar cairan atau benda padat tidak

masuk ke dalam system pernapasan ketika menelan. 2

Laring dikelilingi oleh tulang rawan yang terdiri atas cartilago threoidea,

cartilago cricoidea dan cartilago epiglotis yang berjumlah tunggal serta cartilago

arytenoidea, cartilago cuneiformis dan cartilago corniculata yang berjumlah

sepasang. Tulang-tulang rawan tersebut dihubungkan satu sama lain oleh

ligament dan gerakannya dikontrol oleh otot rangka intrinsik yang

menhubungkan kartilago satu dan lainnya maupun ekstrinsik yang

menghubungkan kartilago dan daerah sekelilingnya. Di sebelah ventral faring

ditutupi oleh kulit dan fascia, di kiri dan kanan linea mediana terdapat otot-otot

infrahyoideus.2

6

Page 7: Makalah Blok 7

Laring dapat ditutup oleh katup pangkal tenggorok (epiglotis). Dibagian

bawah epiglotis terdapat dua lipatan mukosa yang menonjol ke arah lumen laring.

Pasangan lipatan mukosa bagian atas menutupi ligamentum ventriculare dan

membentuk plica vestibularis. Plika vestibularis terbentuk dari epitel bertingkat

torak bersilia bersel goblet. Lamina proprianya berisi jaringan ikat longgar,

kelenjar campur, terdapat kelompok jaringan limfoid dan sebagian besar lamina

propria melekat pada perikondrium kartilago tiroidea.3 Plika vestibularis

berfungsi sebagai katub yang mencegah udara keluar dari paru-paru sehingga

meningkatkan tekanan intrathoracal yang dibutuhkan utnuk batuk dan bersin.

Celah antara kedua plica ventricularis disebut rima vestibuli.5

Pasangan lipatan mukosa dibagian bawah menutupi ligamentum vocale

dan membentuk plica vocalis yang berkaitan dengan pembentukan suara. Plika

vokalis tersusun atas epitel berlapis gepeng tak bertanduk dengan lamina propria

yang terbentuk dari jaringan ikat longgar, terdapat serat-serat elastin yang

membentuk pita suara , tidak ada kelenjar campur dan mempunyai kelompok otot

bercorak yaitu M.vocalis.3 Kedua plica vocal ini bersama permukaan medial

kedua cartilago arytaenoid membentuk rima glotidis/glotis. Celah antar kedua

plica disebut sinus laringis morgagni.5

Otot-otot yang menyusun laring terdiri atas otot ekstrinsik dan intrinsik.

Otot ekstrinsik berfungsi untuk menggerakan laring, termasuk otot-otot tersebut

adalah M. sternothyreoideus, M. thyreohyoid dan M. constrictor pharingis

inferior. Otot intrinsik berfungsi membuka rima glotidis sehingga dapat dilalui

oleh udara respirasi serta menutup rima glotidis dan vestibulum laringis untuk

mencegah makanan masuk ke dalam trakea waktu menelan serta berfungsi untuk

mengatur ketegangan plika vokalis ketika berbicara. Otot yang termasuk dalam

otot intrinsik laring adalah M. cricoarytaenoid posterior, M. cricoarytaenoid

lateral, M. arytaenoid obliqus, M. arytaenoid transversus, M. thyreoarytaenoid,

M. aryepigloticcus dan sekitarnya.

Perdarahan utama laring berasal dari cabang-cabang artery thyreodea

superior dan arteri thyroidea inferior. Persarafan berasal dari cabang-cabang

internus dan externus N. laringeus superior dan nervus reccuren serta saraf

simpatis.

Saluran Pernapasan Bawah

1. Trakea

7

Page 8: Makalah Blok 7

Trakea merupakan pipa panjang yang terbentuk dari cincin tulang rawan

yang berbentuk C berjumlah 16-20 buah yang membatasi dinding anterior dan

selaput fibro-muskular dan otot polos di bagian posterior yang menempel pada

bagian depan oesofagus. Trakea merupakan lanjutan dari larynx. Trakea berjalan

dari kartilago cricoidea ke bawah pada bagian depan leher dan di belakang

manubrium sterni, berakhir pada setinggi angulus sternalis (taut manubrium

dengan corpus sterni). Ujung caudal terbelah menjadi bronkus principalis dextra

dan sinistra.5 Trakea diperdarahi oleh arteri thyreodea inferior sedangkan ujung

thoracalnya diperdarahi oleh cabang arteri bronchiales. Persarafan pada trakea

berasal dari cabang tracheal nervus vagi, nervus recurrens dan truncus

symphaticus.4

Trakea memiliki 3 lapisan yaitu tunika mukosa, tunika submukosa dan

tunika adventitia:3

a. Lapisan mukosa

Lapisan mukosa trakea tersusun atas epitel bertingkat torak bersilia bersel

goblet (epitel respiratori) yang teridiri dari:

Sel goblet terdapat bulatan-bulatan kosong, berfungsi untuk

menghasilkan musigen

Sel silindris bersilia berjumlah paling banyak, berfungsi untuk

menggerakan mucus dan partikel terperangkap dan melalui gerakan silia

mendorongnya ke arah nasofaring untuk selanjutnya dibuang ke luar.

Sel basal belum mengalami diferensisasi sehingga dapat menjadi sel

goblet, sel silindris dan sel sikat.

Sel sikat (sel kaveola) merupakan sel mucus bergranula kecil .

Sel serosa menghasilkan cairan serosa

Sel DNES (diffuse neuroendocrine system / sel Kuchitsky) sel

bergranula kecil yang memiliki kemampuan untuk memantau kadar O2

dan CO2 dalam lumen saluran udara.

b. Lapisan Submukosa

Lapisan submukosa trakea disusun oleh jaringan penyambung fibroelastin

yang iregular, di dalamnya terdapat kelenjar mukosa dan seromukosa.

c. Lapisan Adventisia

8

Page 9: Makalah Blok 7

Lapisan adventisia trakea disusun oleh jaringan penyambung fibroelastin.

Gambaran ynag sangat menonjol dari adventisia adalah tulang rawan hialin

cincin C dan diselingi oleh jaringan penyambung fibrosa. Adventisia juga

berperan untuk mengaitkan trakea ke struktur terdekatnya seperti esofagus dan

jaringan penyambung leher.

2. Bronkus dan Bronkiolus 3,5

Bronkus merupakan percabangan trakea. Struktur bronkus primer identik

dengan trakea, hanya saja diameternya lebih kecil dan dindingnya lebih tipis.

Setiap bronkus primer akan didampingi oleh arteri pulmonalis, vena, dan

pembuluh limf. Bronkus principalis dexter lebih lebar, lebih pendek dan lebih

curam daripada bronkus principalis sinister. Hal ini menjelaskan kekerapan benda

asing yang tersedak lebih sering memasuki bronkus principalis dectra daripada

sinistra. Kedua bronkus terbentuk dari belahan trakea pada ketinggian kira-kira

vertebra torakalis keempat – kelima. Bronkus kanan bercabang tiga mengarah ke

tiga lobus paru kanan , dan bronkus kiri bercabang dua, dan memberi cabangnya

ke dua lobus paru kiri.

Bronkiolus adalah percabangan dari bronkus. Saluran ini lebih halus dan

dindingnya lebih tipis. Lapisan epitel bronkiolus mulai dari sel silindris selapis

bersilia dan terkadang bersel goblet pada bronkiolus yang lebih besar sampai sel

kuboid selapis terkadang dengan sel clara, pada bronkiolus kecil tidak ada sel

goblet. Bronkhus disusun oleh jaringan kartilago sedangkan bronkhiolus, yang

berakhir di alveoli, tidak mengandung kartilago. Tidak adanya kartilago

menyebabkan bronkhiolus mampu menangkap udara, namun juga dapat

mengalami kolaps. Agar tidak kolaps alveoli dilengkapi dengan poros/lubang

kecil yang terletak antar alveoli yang berfungsi untu mencegah kolaps alveoli.

Dinding bronkus dan bronkiolus dipersarafi oleh susunan saraf otonom.

Ditemukan banyak reseptor muskarinik dan perangsangan kolinergik

mengakibatkan bronkokontriksi.

Saluran pernapasan mulai dari trakhea sampai bronkhus terminalis tidak

mengalami pertukaran gas dan merupakan area yang dinamakan Anatomical

Dead Space. Awal dari proses pertukaran gas terjadi di bronkhiolus respiratorius.1

Bronkiolus terminalis 3

9

Page 10: Makalah Blok 7

Tiap bronkiolus membagi diri membentuk beberapa bronkiolus terminalis

yang lebih kecil dengan diameter kurang dari 0,5 mm dan membuat bagian akhir

konduksi sistem pernapasan. Epitel bronkiolus terminalis disusun oleh sel clara

dan sel kuboid, sebagian bersilia. Lamina propria yang sempit terdiri dari

jaringan fibroelastis dan dikelilingi oleh satu atau dua lapisan sel otot polos. Serat

elastin tersebar dari adventisia, dan pada bronkiolus, akan berikatan dengan serat

elastin dari anggota bronkus lain. Bronkiolus terminalis bercabang menjadi

bronkiolus resspiratorius.

Bronkiolus respiratorius 3

Struktur bronkiolus respiratorius mirip bronkiolus terminalis, namun

dindingnya diselingi oleh oleh bangunan seperti kantong berdinding tipis dikenal

sebagai alveolus, dimana terjadi pertukaran gas. Dengan bercabangnya

bronkiolus respiratorius, diameter semakin kecil dan populasi alveolus makin

meningkat. Setelah bercabang lagi, tiap bronkiolus berakhir ke duktus alveolaris.

Duktus alveolaris 3

Duktus alveolaris tidak mempunyai dinding sendiri dan disusun oleh

alveolus saja. Duktus alveolaris berasal dari percabangan bronkiolus

respiratorius, dan duktus alveolaris berakhir sebagai kantong buntu yang terdiri

dari dua atau lebih kelompok kecil alveolus disebut sebagai sakus alveolaris.

Alveolus 3

Alveous merupakan pengantongan keluar yang kecil, berdiamete sekitar

200 µmdari dinding bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris, dan sakus

alveolaris. Alveolus membentuk struktur primer dan unit fungsional sistem

pernapasan, karena dindingnya tipis memungkinkan pertukaran gass diantara

udara dilumen dan darah dalam kapiler disekitarnya. Alveolus dan kapiler

disusun oleh sel epitel, keduanya ditopang oleh lamina basalis yang jelas. Muara

alveolus pada sakus alveolaris, berbeda dengan pada bronkiolus respiratorius dan

duktus alveolaris, tidak mempunyai sel otot polos.

3. Paru-paru2,4

Kedua paru terletak di dalam cavum pleura, terpisah oleh jantung dan sisi

mediastinum lainnya kecuali struktur-struktur yang melintasi hilus pulmonis.

Paru memliki apex, basis, tiga tepi dan dua permukaan. Bentuk menyerupai

kerucut. Normal, paru kanan lebih besar daripada paru kiri karena mediastinum

10

Page 11: Makalah Blok 7

medius yang berisi jantung lebih ke arah kiri daripada ke kanan. Paru-paru kanan

terdiri dari tiga lobus (superior, medial dan inferior). udara memasuki dan

meninggalkan pulmo melalui bronchus principalis yang merupakan cabang

trachea. Arteri pulmonalis dextra dan sinistra mengalirkan darah deoxigenasi ke

pulmo dari ventriculus dexter cordis. Paru-paru kiri terdiri dari dua lobus

(superior dan inferior). Selaput pembungkus paru-paru disebut pleura.

Basis pulmo berada di atas diaphragm. Apex berproyeksi di atas costa 1

dan ke dalam pangkal leher. Dua permukaan pada paru yaitu facies costalis yang

terletak langsung berdkatan dengan costa dan spatium intercostale dinding cavitas

thoracis; dan facies mediastinalis yang berhadapan dengan mediastinum di

anterior dan columna vertebralis di posterior, berisi hilum pulmonis yang

berbentuk koma. Terdapat pula 3 batas yaitu margo inferior yang tajam dan

terpisah dari basis permukaan costalis; margo anterior dan posterior yang halus

dan membulat, memisahkan facies costalis dari permukaan medial.

Radix pulmonalis merupakan kumpulan struktur tabung pendek yang

bersama-sama melekatkan pulmo ke struktur mediastinum. Di dalam hilus

pulmonalis terdapat A.pulmonalis, dua V. pulmonalis, bronkus principalis, A. dan

Vv. bronchiales, plexus otonom, nervi dan pembuluh-pembuluh getah bening.

Semua terbungkus oleh selubung pleura mediastinalis. Pada pulmo sinistra letak

bronkus principalis di superior A.pulmonalis (hip) sementara pada pulmo dextra

letak bronkus principalis sejajar atau lebih superior dari A.pulmonalis (epi).

Pulmo dexter memiliki 3 lobus; lobus superior, medius dan inferior; dan 2

fissura; fisura oblique yang memisahkan lobus inferior dari lobus superior dan

lobus medius pulmo dexter; dan fissure horizontalis memisahkan lobus superior

dan lobus medius. Sementara pada pulmo sinistra hanya terdapat 2 lobus; lobus

superior dan inferior yang dipisahkan oleh fisura oblique. Pada masing-masing

paru terdapat 10 segmen bronchopulmonaslis .

Perdarahan pada pulmo dextra oleh A.pulmonalis dextra, dimana lebih

panjang dari yang sinistra. Letaknya di anterior dan sedikit inferior terhadap

bifurcation tracheae dan sebelah anterior terhadap bronkus principalis dexter; dan

disebelah posterior terhadap aorta ascendens, V.cava superior dan V.pulmonalis

dextra atas. Sementara pada pulmo sinistra diperdarahi oleh A. pulmonalis

sinistra yang terletak di sebelah anterior terhadap aorta descenden dan sebelah

posterior terhadap V. pulmonalis superior kiri.

11

Page 12: Makalah Blok 7

Di dalam paru, V.pulmonalis superior dan V.pulmonalis inferior masing-

masing membawa darah beroksigen menuju atrium cordis sinistrum.

V.pulmonalis superior kanan terbentuk dari penyatuan vena-vena lobus superior

dan medius; sedangkan yang inferior kanan terbentuk oleh penyatuan vena-vena

lobus inferior. V.pulmonalis superior kiri terbentuk dari penyatuan vena-vena

lobus superior dan yang inferior dari penyatuan vena-vena lobus inferior.

B. Mekanisme Pernapasan

Fungsi utama system pernapasan yaitu penyediaan oksigen untuk

kelangsungan proses metabolism sel-sel tubuh dan mengeluarkan karbondioksida

hasil metabolism secara terus-menerus. Sistem pernapasan ini mencakup 2 proses

yaitu pernapasan luar dan pernapasan dalam. Pernapasan dalam (internal respiration)

meliputi proses metabolism intra sel yang terjadi di mitokondria termasuk konsumsi

O2 dan produksi CO2 selama pengambilan energy dan molekul nutrient. Sementara

pernapasan luar (external respiration) adalah meliputi ururtan langkah kejadian antara

sel tubuh dengan lingkungan luar. Terdapat 4 proses respirasi :5

1. Ventilasi Pulmonal-pengerakan udara masuk dan keluar dari paru-paru

sehingga tersedia gas yang terus menerus di tukar dan segar (bernapas).

2. Respirasi eksternal-pergerakan oksigen dari paru ke darah dan karbon dioksida

dari darah ke paru-paru.

3. Transport gas –pengangkutan oksigen dari paru ke jaringan tubuh dan

pengangkutan karbondioksida dari jaringan tubuh ke paru-paru. Ia dilakukan

dengan sistem kardiovaskular menggunakan darah sebagai transportasi.

4. Respirasi internal- pergerakan oksigen dari darah ke jarinagn tubuh dan

karbondioksida dari jaringan tubuh ke darah

Secara garis besar proses respirasi mterbagi menjadi 2 proses yaitu inspirasi

(menghirup napas) dan ekspirasi (menghembuskan napas). Masuk keluarnya udara

dalam paru-paru dipengaruhi oleh perbedaan tekanan udara dalam rongga dada

dengan tekanan udara di luar tubuh. Jika tekanan di luar rongga dada lebih besar maka

udara akan masuk. Sebaliknya, apabila tekanan dalam rongga dada lebih besar maka

udara akan keluar.

Terdapat 3 tekanan penting dalam proses ventilasi yaitu:6

Tekanan atmosfer (barometric)

12

Page 13: Makalah Blok 7

Yaitu tekanan yang ditimbulkan oleh berat udara di atmosfer pada benda di

permukaan bumi. Pada ketinggian permukaan laut tekanan ini sama dengan 760

mmHg. Tekanan atmosfer akan berkurang seiring peningkatan ketinggian di atas

permukaan air laut.

Tekanan intra alveolus (intraparu)

Yaitu tekanan di dalam alveolus. Karena alveolus berhubungan dengan atmosfer

melalui saluran pernapasan sehingga udara cepat menuruni gradient (dari tekanan

atmosfer ke tekanan intaalveolus) sampai kedua tekanan seimbang.

Tekanan intrapleura (intrathoraks)

Yaitu tekanan di dalam kantung pleura. Tekanan ini ditimbulkan di luar paru di

dalam rongga thoraks. Umumnya tekanan ini lebih rendah daripada tekanan

atmosfer sehingga disebut tekanan negatif absolut.

Ventilasi pulmonal

Ventilasi pulmonal ialah suatu proses mekanik yang mengandaikan pada

perubahan volume pada rongga dada. Perubahan volume membawa kepada perubahan

tekanan yang yang selanjutnya membawa kealiran gas untuk menyimbangkan tekanan

tersebut. Dalam kata lain, ventilasi pulmonal adalah pertukaran udara antara atmosfer

dengan alveoli di paru-paru atau yang lebih dikenal sebagai bernapas. Ventilasi

pulmonal terbagi menjadi dua yaitu inspirasi dan ekspirasi. Keduanya terjadi dari

perubahan dari volume thoraks yang menyebabkan udara bergerah dari tekanan tinggi

ke tekanan yang rendah. (penerapan Hukum Boyle)

Pertukaran Gas 7

Inspirasi

Proses inspirasi merupakan suatu proses aktif di mana otot-otot inspirasi

berkontraksi. Otot utama yang berkontraksi untuk menghasilkan inspirasi sewaktu

pernapasan tenang termasuklah diafragma dan otot intercotales externus. Inspirasi

berlaku dengan mengikuti tahapan-tahapan berikut ini :

1. Pada permulan inspirasi, otot-otot inspirasi berkontrasksi dan diapragma

menurun. Sehingga menyebabkan volume thoraks bertambah secara vertikal.

Manakalah otot externus interkosta berkonraksi akan terjadi penambahan

volume thorax.

13

Page 14: Makalah Blok 7

2. Hal ini menyebabkan volume rongga thoraks membesar. Tulang-tulang iga

terangkat dan sternum bergerak ke anterior.

3. Paru-paru di paksa merenggang dan menjadi luas untuk mengisi rongga

thoraks yang membesar. Volume interpulmonal meningkat akibat terjadi

regang paru-paru.

4. Apabila paru membesar, tekanan intra-alveoli menurun hingga 760mmHg

menjadi 759mmHg, dengan kata lain tekanannya lebih rendah dibandingkan

tekanan atmosfer.

5. Udara mengalir kedalam paru dan menurunkan gradien tekanan sehingga

tekanan intra alveol menyamai tekanan atmosfer.

Inspirasi yang kuat menyebabkan kontraksi diafragma dan otot interkostal externus

lebih kuat dengan membawa otot-otot inspirasi tambahan dalam berkeja sama.

Perluasan yang terjadi menyebabkan penurunan tekanan intra alveol yang lebih dan

mengakibatkan pengaliran udara ke paru yang lebih besar.

Expirasi

Proses expirasi secara umum dimana udara dibawah keluar dari paru. Expirasi

tenang merupakan suatu proses pasif dan melibatkan relaksasi otot-otot inspirasi

yaitu otot-otot diapragma dan otot interkostal extenus. Proses-proses :

1. Otot-otot inspirasi berelaksasi dimana diafragma menarik. Penaikan

diaragma ini mengakibatkan volume rongga thoraks berkurang dalam

dimensi lateral dan anteroposterior.

2. Relaksasi otot-otot inspirasi membawa kepada pengurangan volume thorax

secara keseluruhan. Hal ini menyebabkan turunnya tulang-tulang iga.

3. Paru yang elastis kembali keukuran semula. Ini merupakan daya recoil pasif

jaringan paru. Daya recoil membawa paru kedalam keadaan berkurangnya

volume intrapulmonal.

4. Volume paru yang berkurang mengakibatkan tekanan intra alveol mengikat

dari 760 mmHgdan menjadi lebih tinggi dibandingkan tekanan atmosfer.

Ekspirasi kuat atau ekspirasi aktif membutuhkan kontraksi dari otot-otot ekspirasi

yaitu otot dinding perut dan otot interkostal internus. Kontraksi otot dinding perut

meningkatkan tekanan intra-abdominal menyebabkan diafragma terdorong keatas

dan mengurangkan dimensi vesikel rongga thoraks. Kontraksi otot interkostal

internus pula menurunkan volume rongga thorak di dalam dimensi lateral-

anteroposterior.

14

Page 15: Makalah Blok 7

Volume dan Kapasitas Paru 7

a. Volume tidal (tidal volume, TV) adalah volume udara yang masuk dan keluar

paru-paru selama ventilasi normal biasa. Nilai rerata pada kondisi istirahat =

500 ml.

b. Volume cadangan inspirasi (inspiratory reserve volume, IRV) adalah volume

udara ekstra yang masuk ke paru-paru dengan mnspirasi maksimum di atas

inspirasi tidal. Nilai rerata = 3000 ml.

c. Volume cadangan ekspirasi (expiratory reserve volume, ERV) adalah volume

ekstra udara yang dapat dengan kuat dikeluarkan pada akhir ekspirasi tidal

normal. Nilai rerata = 1100 ml.

d. Volume residual (residual volume, RV) adalah volume udara sisa dalam paru-

paru setelah melakukan ekspirasi kuat. Volume residual periting untuk

kelangsungan aerasi dalam darah saat jeda pernapasan. Rata-rata volume =

1200.

e. Kapasitas Inspirasi (inspiration capacity, IC)

Kapasitas Inspirasi, sama dengan volume tidal + volume cadangan inspirasi.

Besarnya ± 3500 ml, dan merupakan jumlah udara yang dapat dihirup

seseorang mulai pada tingkat ekspirasi normal dan mengembangkan paru

sampai jumlah maksimum

f. Kapasitas Residu Fungsional (functional residu capacity, FRC)

Kapasitas Residu Fungsional, sama dengan volume cadangan inspirasi +

volume residu. Besarnya ± 2300 ml, dan merupakan besarnya udara yang

tersisa dalam paru pada akhir eskpirasi normal.

g. Kapasitas Vital (vital capacity, VC)

Kapasitas Vital, sama dengan volume cadangan inspirasi + volume tidal +

volume cadangan ekspirasi. Besarnya ± 4600 ml, dan merupakan jumlah udara

maksimal yang dapat dikeluarkan dari paru, setelah terlebih dahulu mengisi

paru secara maksimal dan kemudian mengeluarkannya sebanyak-banyaknya.

h. Kapasitas Paru Total (total lung capacity, TLC)

Kapasitas Paru Total, sama dengan kapasitas vital + volume residu. Besarnya

± 5800 ml, adalah volume maksimal dimana paru dikembangkan sebesar

mungkin dengan inspirasi paksa. Volume dan kapasitas seluruh paru pada

15

Page 16: Makalah Blok 7

wanita ± 20 – 25% lebih kecil daripada pria, dan lebih besar pada atlet dan

orang yang bertubuh besar daripada orang yang bertubuh kecil dan astenis.

Otot-otot Pernapasan

Otot pernapasan pada proses inspirasi dan respirasi tenang yaitu oleh otot-otot

inspirasi. Dimana ketika otot inspirasi kontraksi maka terjadi proses inspirasi tenang

sedangkan ketika otot inspirasi relaksasi terjadi respirasi tenang.

Otot-otot inspirasi pada pernafasan normal yaitu M.serratus posterior, Mm.

intercostales, M.transversus thoracis, Mm.levatores costarum, M. subcostalis dan

diaphragm. Pembesaran rongga dada saat inspirasi kira-kira 75% oleh diafragma.

Sementara 25% oleh M.intercostal eksternus. Saat inspirasi kontraksi diafragma

bergerak turun ke bawah sehingga bentuknya menjadi datar dan menyebabkan

pembesaran rongga dada kea rah ventrikal dan lateral. Sementara kontraksi

M.intercostalis eksternus akan mengakibatkan iga-iga terangkat ke atas dan lateral

dan sternum bergerak ke anterior atas. Otot-otot inspirasi tambahan yaitu M.

pectoralis major et minor, Mm scalenus (anterior, medius dan posterior), M.latissimus

dorsi, M.sternocleidomastoideus, M.serratus anterior, M.illiocostalis bagian atas.

Sementara pada saat ekspirasi (pasif) terjadi relaksasi otot inspirasi sehingga

haringan paru kembali ke kedudukan semula (daya recoil). Otot-otot yang diperlukan

untuk melakukan ekspirasi kuat / tambahan yaotu M.illiocostalis bagian bawah,

M.rectus abdominis, M.longissimus, M.obliqus abdominis ext et int.

Pengendalian Pernapasan

Pola pernapasan spontan berirama dihasilkan oleh pusat pernapasan di batang

otak. Pada batas tertentu aktifitas pernapasan dapat dimodifikasi. Pusat pernapasan

secara volunteer dikendalikan di korteks cerebri yang impulsnya disalurkan melalui

traktus kortikospinalis ke motor neuron saraf pernapasan. Pusat pernapasan otomasi

terletak pada medulla oblongata dan pons.

1. Pusat respirasi

Pusat respirasi terdapat di fromastio retikularis medulla oblongata yang

menghasilkan pernapasan spontan dan berirama. Impuls yang berasal dari pusat

di medulla berakhir di badan badan sel neuron motorik pernapasan yaitu

N.phrenicus dan Nn.intercostal. Ketika neuron motorik diaktifkan maka neuron

tersebut sebaliknya mengaktifkan otot-otot pernapasan, menyebabkan inspirasi;

16

Page 17: Makalah Blok 7

ketika neuron-neuron ini tidak menghasilkan impuls maka otot inspirasi melemas

dan berlangsunglah ekspirasi.8

Pusat pernapasan terdiri dari dua kelompok neuron yang dikenal sebagai

kelompok repiratorik dorsal dan kelompok repiratorik ventral:8

Kelompok respiratorik dorsal (KRD)

Kelompok respiratorik dorsal terutama terdiri dari neuron I (inspiratorik)

yang secara periodic melepas impulse 12-15 kali/menit. Serat-serat

desendens berakhir di neuron motorik yang mempersarafi otot inspirasi.

Ketika neuron-neuron KRD ini melepas muatanmaka terjadi inspirasi, ketika

mereka tidak menghasilkan sinyal terjadilahekspirasi. Ekspirasi diakhiri

karena neuron-neuron inspiratorik kembali mencapai ambang dan

melepaskan muatan. KRD memiliki hubungan penting dengan kelompok

respiratorik ventral.

Kelompok respiratorik ventral (KRV)

Kelompok respiratorik ventral terdiri dari neuron inspiratorik (I) dan neuron

ekspiratorik (E) yang keduanya tetap inaktif selama bernapas normal/tenang.

Bagian ini diaktifkan oleh KRD sebagai mekanisme penguat selama periode-

periode saat kebutuhan akan ventilasi meningkat. Hal ini terutama penting

pada ekspirasi aktif. Selama bernapas tenang tidak ada impuls yang

dihasilkan di jalur desendens oleh neuron ekspiratorik. Hanya ketika

ekspirasi aktif barulah neuron ekspiratorik merangsang neuronmotorik yang

menyarafi otot-otot ekspirasi. Selain itu, neuron-neuron inspiratorik KRV,

ketika dirangsang KRD, memacu aktivitas inspirasi ketika kebutuhan akan

ventilasi tinggi. Terdapat pula suatu mekanisme feedback negatif antara

neuron I kelompok dorsal dan neuron E kelompok ventral. Impuls dari I-

DRG, selain merangsang motor neuron otot inspirasi, juga akan merangsang

neuron E-VRG. Neuron E-VRG sebaliknya akan mengeluarkan impuls yang

menghambat neuron I-DRG. Dengan demikian, neuron I-DRG akan

menghentikan aktivitasnya sendiri melalui penglepasan rangsang inhibisi.

2. Pusat Pneumotaksik dan Apenustik 8

Apneustik dan pneumotaxic center merupakan sepasang nuceli yang terletak di

pons dengan susunan pneumotaksis lebih superior daripada apneustik. Pusat

pernapasan di pons melakukan “penyesuain halus” terhadap pusat di medula

17

Page 18: Makalah Blok 7

untuk membantu menghasilkan inspirasi dan ekspirasi yang lancar dan mulus.

Pusat apneustik mengirim impuls ke KRD untuk mencegah neuron-neuron

inspiratorik dipadamkan, sehingga dorongan inspirasi meningkat. Sebaliknya

pusat pneumostatik yang membantu memadamkan neuron-neuron inpiratorik

sehingga durasi inspirasi dibatasi. Pusat pneumotaksik lebih dominan daripada

pusat apneustik sehingga membantu menghentikan inspirasi dan membiarkan

ekspirasi terjadi secara normal.

C. Transport O2 dan CO2

Transpor Oksigen

Sistem pengangkut O2 di tubuh terdiri atas paru dan sistem kardiovaskular.

Pengangkutan O2 menuju jaringan tertentu bergantung pada jumlah O2 yang masuk ke

dalam paru, adanya pertukaran gas di paru yang adekuat, aliran darah yang menuju

jaringan, dan kapasitas darah untuk mengangkut O2. Aliran darah bergantung pada

derajat konstriktusijalinan vaskular di jaringan serta curah jantung. Jumlah O2 di

dalam darah ditentukan oleh jumlah O2 yang larut, jumlah hemoglobin dalam darah,

dan afinitas hemoglobin terhadap O2.

Terdapat tiga keadaan penting yang mempengaruhi kurva disosiasi

hemoglobin-oksigen yaitu pH suhu dan kadar 2,3 BPG. Peningkatan suhu atau

penurunan pH mengakibatkan PO2 yang lebih tinggi diperlukan agar hemoglobin

dapat mengikat sejumlah O2. Sebaliknya, penurunan suhu atau peningkatan pH

dibutuhkan PO2 yang lebih rendah untuk mengikat sejumlah O2. Suatu penurunan pH

akan menurunkan afinitas emoglobin terhadap O2, yang merupakan suatu pengaruh

yang disebut pergeseran Bohr. Karena CO2 berekasi dengan air untuk membentuk

asam karbonat, maka jaringan aktif akan menurunkan pH di sekelilingnya dan

menginduksi hemoglobin supaya melepaskan lebih banyak oksigennya, sehingga

dapat digunakan untuk respirasi selular.

Transpor Karbon Dioksida

Selain perannya dalam transpor oksigen, hemoglobin juga membantu darah

untuk mengangku karbon dioksida dan membantu dalam penyanggan pH darah yaitu,

mencegah perubahan pH yang membahayakan. Sekitar 7% dari karbon dioksida yang

18

Page 19: Makalah Blok 7

dibebeaskan oleh sel-sel yang berespirasi diangkut sebagai CO2 yang terlarut dalam

pllasma darah. Sebanyak 23% karbon dioksida terikat dengan banyak gugus amino

hemoglobin.

Sebagain besar karbon dioksida, sekitar 70%, diangkut dalam darah dalam

bentuk ion bikaronat. Karbon dioksida yang dilepaskan oleh sel-sel yang berespirasi

berdifusi masuk ke dalam plasma darah dan kemudian masuk ke dalam sel darah

merah, dimana CO2 tersebut diubah menjadi bikarbonat.

Karbon dioksida pertama bereaksi dengan air untuk membentuk asam karbonat, yang

kemudian berdisosiasi menjadi ion hydrogen dan ion bikarbonat. Sebagian besar ion

hydrogen berikatan di berbagai tempat pada hemoglobin dan protein lain sehingga

tidak mengubah pH darah. Ion bikarbonat lalu berdifusi ke dalam plasma. Ketika

darah mengalir melalui paru-paru, proses tersebut dibalik. Difusi O2 keluar dari darah

akan menggeser kesetibangan kimiawi di dalam sel darah merah kearah perubahan

bikarbonat menjadi CO2.

D. Kesetimbangan Asam Basa 9

Keseimbangan asam-basa terkait dengan pengaturan-pengaturan konsentrasi

ion H+ bebas dalam cairan tubuh. pH rata-rata darah adalah 7,4, pH darah arteri 7,45

dan darah vena 7,35. Jika pH darah < 7,35 dikatakan asidosis, dan jika pH darah >

7,45 dikatakan alkalosis. Ion H+ terutama diperoleh dari aktivitas metabolik dalam

tubuh. Ion H+ secara normal dan kontinyu akan ditambahkan ke cairan tubuh dari 3

sumber, yaitu:

1. pembentukan asam karbonat dan sebagian akan berdisosiasi menjadi ion H dan

bikarbonat

2. katabolisme zat organik

3. disosiasi asam organic pada metabolisme intermedia, misalnya pada metabolism

lemak terbentuk asam lemak dan asam laktat, sebagian asam ini akan

berdisosiasi melepaskan ion H+.

Proses perubahan pH darah ada dua macam yaitu proses perubahan yang bersifat

metabolic dan bersifat respiratorik. Perubahan pH yang bersifat metabolic terjadi

karena adanya perubahan konsentrasi bikarbonat yang disebabkan gangguan

metabolism. Sementara Perubahan pH yang bersifat respiratorik terjadi karena adanya

perubahan tekanan parsial CO2 yang disebabkan gangguan respirasi.

19

Page 20: Makalah Blok 7

Tubuh menggunakan 3 mekanisme untuk mengendalikan asam basa darah:

1. Mengaktifkan system dapar kimia

Tubuh menggunakan penyangga pH / buffer dalam darah sebagai pelindung

terhadap suatu perubahan yang terjadi secara tiba-tiba dalam pH darah. Salah

satu penyangga pH yang penting dalam darah menggunakan bikarbonat (suatu

komponen basa). Bikarbonat (suatu komponen basa) berada dalam

keseimbangan dengan CO2 (komponen asam). Jika lebih banyak asam yang

masuk dalam aliran darah, maka akan dihasilkan lebih banyak bikarbonat

daripada CO2. Sebaliknya, jika lebih banyak basa yang masuk dalam aliran

darah, maka akan dihasilkan lebih banyak CO2 daripada bikarbonat.

2. Mekanisme pengontrolan pH oleh sistem perkemihan

Kelebihan asam akan dibuang oleh ginjal, sebagian besar dalam bentuk

ammonia. Ginjal memiliki kemampuan untuk merubah jumlah asam atau basa

yang dibuang, biasanya berlangsung dalam beberapa hari.

3. Mekanisme pengontrolan pH oleh sistem pernapasan

Pembuangan CO2 merupakan hasil metabolism penting yang dihasilkan terus

menerus oleh sel. Darah membawa CO2 ke paru-paru dan di paru-paru CO2 akan

dikeluarkan. Pusat pernapasan di otak mengatur jumlah CO2 yang dihembuskan

dan mengendalikan kecepatan dan kedalaman pernapasan. Jika pernapasan

meningkat, kadar CO2 darah menurun dan darah menjadi lebih basa. Jika

pernapasan menurun kadar CO2 darah akan meningkat dan menjadi darah lebih

asam.

Ada 4 sistem dapar kimia yaitu:

1. Dapar bikarbonat (HCO3-)

Merupakan sistem dapar di cairan ekstrasel terutama untuk perubahan yang

disebabkan oleh non-bikarbonat.

2. Dapar protein

Merupakan sistem dapar di cairan ekstrasel dan intrasel.

3. Dapar hemoglobin

Merupakan sistem dapar di dalam eritrosit untuk perubahan asam karbonat.

4. Dapar fosfat

Merupakan sistem dapar di sistem perkemihan dan cairan intrasel.

20

Page 21: Makalah Blok 7

Sistem dapar kimia hanya mengatasi ketidakseimbangan asam-basa sementera.

Jika dengan dapar kimia tidak cukup memperbaiki ketidakseimbangan, maka

pengontrolan pH akan dilanjutkan oleh paru-paru yang berespons secara cepat

terhadap perubahan kadar ion H+ dalam darah akibat rangsangan pada kemoreseptor

dan pusat pernapasan, kemudian mempertahankan kadarnya sampai ginjal

menghilangkan ketidakseimbangan tersebut. Ginjal mampu meregulasi

ketidakseimbangan ion H+ secara lambat dengan mensekresikan ion H+ dan

menambahkan bikarbonat baru ke dalam darah karena memiliki dapar fosfat dan

ammonia.

Ada 4 kategori ketidakseimbangan asam-basa, yaitu:

1. Asidosis respiratori

Disebabkan oleh retensi (kelebihan) CO2 akibat hipoventilasi. Akibatnya

pembentukan H2CO3 meningkat, dan disosiasi asam ini akan meningkatkan

konsentrasi ion H+ sehingga pH darah kurang dari normal (dibawah 7,4). Untuk itu

konsentrasi HCO3- harus ditingkatkan dengan meningkatkan reabsorbsi bikarbonat

di tubuli ginjal. Urin akan menjadi asam. Asidosis respiratorik dapat terjadi pada

setiap gangguan fungsi paru, keracunan morfin dan pemasukan CO2 kronik

(polutan berlebihan).

2. Alkalosis respiratori

Disebabkan oleh kehilangan CO2 yang berlebihan akibat hiperventilasi.

Pembentukan H2CO3 menurun sehingga pembentukan ion H+ menurun. Akibatnya

pH darah akan melebihi batas normal. Untuk itu konsentrasi HCO3- harus

diturunkan dengan menurunkan reabsorsi bikarbonat di tubuli ginjal. Alkalosis

respiratorik dapat terjadi pada orang yang sedang histeris dan pada pendaki gunung

(mengalami hiperventilasi) serta pada keracunan salisilat awal.

3. Asidosis metabolik

Asidosis yang bukan disebabkan oleh gangguan ventilasi paru namun karena diare

akut, diabetes mellitus, olahraga yang terlalu berat, dan asidosis uremia akibat

gagal ginjal akan menyebabkan penurunan kadar bikarbonat sehingga kadar ion H+

bebas meningkat akibatnya pH darah di bawah batas normal. Disamping itu kadar

CO2 dalam darah juga rendah sehingga sebagai kompensasinya konsentrasi H2CO3

juga harus diturunkan melalui hiperventilasi.

4. Alkalosis metabolik

21

Page 22: Makalah Blok 7

Pada alkalosis metabolik terjadi penurunan kadar ion H+ dalam plasma karena

defisiensi asam non-karbonat. Akibatnya konsentrasi bikarbonat meningkat. Hal

ini terjadi karena kehilangan ion H+ karena muntah-muntah dan minum obat-obat

alkalis. Hilangnya ion H+ akan menyebabkan berkurangnya kemampuan untuk

menetralisir bikarbonat, sehingga kadar bikarbonat plasma meningkat. Untuk itu

sebagai kompensasinya konsentrasi H2CO3 harus dinaikkan melalui hipoventilasi.

Pada ketidakseimbangan ini urin bersifat basa, kecuali pada hypokalemia.

Kesimpulan

Pernapasan merupakan salah satu mekanisme terpenting bagi mahluk hidup.

Melalui pernapasan, tubuh dapat mencukupi kebutuhan oksigen untuk selanjutnya

digunakan dalam proses metabolisme tubuh untuk menghasilkan energy.

Mekanisme pernapasan ini memerlukan koordinasi tidak hanya dari saluran

pernapasan dan otot-otot thorax yang memungkinkan proses inspirasi dan

ekspirasi, namun juga oleh transport O2 dan CO2 melalui sistem peredaran darah

yang kemudian nantinya mempengaruhi kesetimbangan asam dan basa dalam

tubuh.

Daftar Pustaka

1. Somantri, Irman. Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem

pernafasan. Jakarta: Salemba Medika; 2004.

22

Page 23: Makalah Blok 7

2. Gunardi S. Anatomi system pernapasan. Jakarta: Balai Penerbit FKUI;

2007.h.2-97.

3. Gartner LP, Hiatt JL. Buku ajar histologi berwarna. Singapore: Saunders

Elsevier; 2012.h.335-53.

4. Drake RL, Vogl AW, Mitchell MW. Dasar-dasar anatomi gray. Singapore:

Elsevier; 2012.80-4.

5. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: Penerbit EGC;

2004.h.266-8.

6. Sherwood L. Fisiologi manusia. Edisi 6. Jakarta: EGC; 2011.h.502-12.

7. Ganong WF. Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta: Penerbit EGC; 2008;

h.669-708.

8. Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta: Penerbit EGC;

2006.h.498-9.

9. Darwis D, Munajat Y, dkk. Gangguan keseimbangan air, elektrolit dan asam

basa. Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 2007.h.43-59.

23