Makalah Blok 10

download Makalah Blok 10

of 23

description

tugas

Transcript of Makalah Blok 10

Fungsi dan Mekanisme Kerja Ginjal

Kelompok A9 :Terry Reniban 102010352Yulita Hera 102011132Gracita Geminica 102013042Yenny Maria Angelina102013131Raydel Briankwee Amalo102013203Melyana Sari102013300Yuvina 102013450Abdul Siddiq Bin Rahani102013483Lanny Winarta102013539

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaJalan Arjuna Utara No. 6, Jakarta Barat 11510Telp. (021) 56942061. Fax (021) 5631731Abstrak Manusia membutuhkan cairan tubuh untuk mempertahankan kehidupannya. Cara mempertahankannya yaitu dengan cara homeostatis. Sistem ini merupakan salah satu sistem yang kerja utamanya ialah sebagai tempat pembuangan zat-zat sisa metabolisme tubuh, yang tidak terpakai. Yang kalau tidak segera dibuang akan menjadi racun bagi tubuh manusia itu sendiri dan akan mengganggu homeostasis tubuh. Ginjal berperan penting dalam mengatur keseimbangan air dan elektrolit yang terdapat di dalam tubuh. Untuk mengatur keseimbangan air dan elektrolit yang terdapat di dalam tubuh, ginjal melakukan serangkaian proses berupa filtrasi, reabsorpsi, dan sekresi. Dalam pengaturannya, urin membawa produk sisa yang tidak diperlukan oleh tubuh berupa urea, kreatinin dan asam urat. Untuk dapat membuang zat yang tidak diperlukan oleh tubuh melalui urin, diperlukan saluran berupa ureter. Urin didorong sepanjang ureter oleh kontraksi peristaltik tunica muskularis, dan dibantu oleh tekanan filtrasi dari glomerulus.

Kata kunci: cairan tubuh, homeostatis, ginjal.

Abstract Human body needs fluids to sustain life. Way of preventing is by way of homeostasis. This system is one of system that primarily working as a disposal of substances unused body metabolism. That otherwise would be discarded immediately toxic to human body and will disrupt homeostasis. The kidneys play an important role in regulating balance of water and electrolytes contained in the body. To regulate water and electrolyte balance contained in the body, kidneys perform a series of processes such as filtration, reabsorption, and secretion. In settings, urine bring unused products that are not required by the body in the form of urea, creatinine and uric acid. To get rid of substances that are not needed by the body through the urine, a necessary channel of the ureter. Urine driven along the ureter by peristaltic contractions of the tunica muscularis, and aided by pressure of glomerular filtration.

Keywords : body fluids, homeostasis, kidney.

Pendahuluan Tubuh manusia merupakan suatu sistem pengatur yang sangat kompleks. Didalamnya terdapat banyak sekali organ yang melaksanakan fungsinya bergantung pada kondisi keseimbangan cairan pada tubuh itu sendiri. Karena pada umumya jika sel-sel pada tubuh kita mengabsorbsi terlalu banyak cairan maka dapat terjadi udema, atau bahkan jika kekurangan, maka kita dapat mengalami dehidrasi. Organ yang berperan dalam mengatur fungsi homeostatis ini adalah ginjal. Ginjal atau ren dalam bahasa latin memiliki struktur berupa nefron yang berfungsi untuk melaksanakan beberapa fungsi yang sangat krusial antara lain: mempertahankan keseimbangan H2O dalam tubuh, mempertahankan osmolaritas cairan tubuh yang sesuai, mengatur jumlah dan konsentrasi sebagian besar ion CES (Cairan Ekstra Sel), mempertahankan volume plasma yang tepat, mempertahankan keseimbangan asam-basa dalam tubuh, mengekskresikan produk-produk sisa metabolisme tubuh, mengeluarkan senyawa asing, menghasilkan hormon eritropoietin dan rennin, serta mengubah vit D menjadi bentuk aktifnya. Identifikasi istilah yang tidak diketahui Tidak ada Rumusan masalah Seorang perempuan berusia 8 tahun tidak berkemih sejak muntaber tadi malam. Hipotesis Seorang perempuan berusia 8 tahun tidak berkemih sejak muntaber tadi malam dikarenakan terganggunya proses di ginjal. Menentukan sasaran pembelajaran Mahasiswa dapat menjelaskan tentang mekanisme terbentuknya urin. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang keseimbangan asam basa. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang sistem saluran kemih. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang efek muntaber terhadap keseimbangan cairan tubuh.

SkenarioSeorang ibu membawa anak perempuannya yang berusia 8 tahun ke IGD RS dengan keluhan muntaber sejak tadi malam, sekitar jam 8 sebelum ke RS. Dari alloanamnesis diketahui anak sudah tidak berkemih sejak muntaber.

Pembahasan Struktur Makroskopis A. Ginjal (Ren)

Gambar 1. Dinding posterior abdomen, memperlihatkan posisi ginjal.1Ren berwarna coklat-kemerahan dan terletak di belakang peritoneum, tinggi pada dinding posterior abdomen di samping kanan dan kiri columna vertebralis. Ren dextra terletak sedikit lebih rendah dibandingkan ren sinistra, karena adanya lobus hepatis dexter yang besar. Pada kedua margo medialis ren yang cekung, terdapat celah vertikal yang dibatasi oleh pinggir-pinggir substansi ren yang tebal dan disebut hilum renale. Hilum renale meluas ke suatu ruangan yang besar disebut sinus renalis. Hilum renale dilalui, dari depan ke belakang, oleh vena renalis, dua cabang arteria renalis, ureterm dan cabang ketiga arteria renalis. Pembuluh-pembuluh limfatik dan serabut-serabut simpatis juga melalui hilum ini.1Ren memiliki selubung sebagai berikut:11. Capsula fibrosa: meliputi dan melekat dengan erat pada permukaan luar ren.2. Capsula adiposa: meliputi capsula fibrosa.3. Fascia renalis: merupakan kondensasi jaringan ikat yang terletak di luar capsula adiposa serta meliputi ren dan glandula suprarenalis. Di lateral fascia ini melanjutkan diri sebagai fascia transversalis.4. Corpus adiposum pararenale: terletak di luar fascia renalis dan sering didapatkan dalam jumlah besar. Corpus adiposum pararenale membentuk sebagian lemak retroperitoneal. Capsula adiposa, fascia renalis, dan corpus adiposus pararenale menyokong dan memfiksasi ren pada posisinya di dinding posterior abdomen.1

Gambar 2. Ren dextra memperlihatkan struktur di bagian dalam ren.1Masing-masing ren mempunyai cortex renalis di bagian luar, yang berwarna coklat gelap, dan medulla renalis di bagian dalam yang berwarna coklat lebih terang dibandingkan cortex. Medulla renalis terdiri atas kira-kira selusin pyramides renales yang masing-masing mempunyai basis yang menghadap ke cortex renalis, dan apex yaitu papila renalis yang menonjol ke medial. Bagian cortex yang menonjol ke medulla di antara pyramides yang berdekatan disebut columnae renales. Bagian bergaris-garis yang membentang dari basis pyramides renales sampai ke cortex disebut radii medullares.1Sinus renalis merupakan ruangan di dalam hilum renalem berisi pelebaran ke atas ureterm yang disebut pelvis renalis. Pelvin renalis terbagi menjadi dua atau tiga calices renales majores yang masing-masing akan bercabang menjadi dua atau tiga calices renalis minores. Setiap calyx minor diinvaginasi oleh apex pyramid renalis yang disebut papila renalis.1

Gambar 3. Batas-batas anterior ren.2

Gambar 4. Batas-batas posterior ren.2Ren dextra memiliki hubungan di sisi anterior dan posterior. Di anterior, ren dextra berhubungan dengan glandula suprarenalis, hepar, pars descendens duodenum, dan flexura coli dextra. Di posterior berhubungan dengan diaphragma, recessus costodiaphragmaticus, costa XII, musculus psoas major, musculus quadratus lumborum, dan musculus transversus abdominis. Nervus subcostalis (T12), nervus iliohypogastricus, dan nervus ilioinguinalis (L1) berjalan ke bawah dan lateral.1Ren sinistra juga memiliki hubungan ke anterior dan posterior. Di anterior, ren sinistra berhubungan dengan gladula suprarenalis, lien, gaster, pancreas, flexura coli sinistra, dan lengkung-lengkung jejunum. Di posterior berhubungan dengan diaphragma, recessus costodiaphragmaticus; costa XI (ren sinistra lebih tinggi dibandingkan ren dexter) dan costa XII; dan musculus psoas, musculus quadratus lumborum, dan musculus transversus abdomonis. Nervus subcostalis (T12), nervus iliohypogastricus, dan nervus ilioinguinalis (L1) berjalan ke bawah dan lateral.1Arteri yang mendarahi ren adalah arteri renalis. Arteri renalis berasal dari aorta setinggi vertebra lumbalis II. Masing-masing arteria renalis biasanya bercabang menjadi lima arteriae segmentales yang masuk ke dalam hilum renalis. Arteriae ini mendarahi segmen-segmen atau area renalis yang berbeda. Arteriae lobares berasal dari arteria segmentalis, masing-masing satu buah untuk satu pyramid renalis. Sebelum masuk substansia renalis, setiap arteria lobaris mempercabangkan dua atau tiga arteriae interlobares. Arteriae interlobares berjalan menuju cortex di antara pyramides renales. Pada perbatasan cortex dan medula renalis, arteriae interlobares bercabang menjadi arteriae arcuate yang melengkung di atas basis pyramides renales. Arteriae arcuatae mempercabangkan sejumlah arteriae interlobulares yang berjalan ke atas di dalam cortex. Arteriolae aferen glomerulus merupakan cabang arteriae interlobulares. Vena renalis keluar dari hilum renale di depan arteria renalis dan mengalirkan darah ke vena cava inferior.1Serabut-serabut aferen ren berjalan melalui plexus renalis masuk ke medulla spinalis melalui nervi thoracici. Aliran limfnya adalah nodi aortici laterales di sekitar pangkal arteria renalis.1

B. Kantung Kemih (Vesica Urinaria)Setelah bermuara pada pelvis renalis, selanjutnya urin mengalir melalui sebuah saluran khusus yang diberi nama ureter, saluran ini merupakan penghubung antara ren dengan vesica urinaria. Berbicara mengenai susunan anatomis dari kandung kemih maka kita dapat menemukan beberapa otot yang bekerja antara lain: musculus detrusor (mengeluarkan urin), musculus trigonal (membuka orificium urethra interna), serta musculus sphincter vesica (menahan urin). Selain itu pada bagian apex dari vesica urinaria terdapat ligamentum umbilicalis medialis, dulu ligamentum ini merupakan urachus (sisa kantong alantois) yang berfungsi untuk menghubungkan vesica urinaria janin dengan ibunya melalui umbilicus.Selain itu terdapat suatu lekukan peritoneum yakni excavatio yang terletak pada bagian dorsal dari vesica urinaria, pada laki-laki disebut excavatio recto vesicalis sedangkan pada perempuan disebut dengan istilah excavatio vesico uterina.

Gambar 5. Bagian Dalam Vesica Urinaria2

Gambar 6. Perbandingan Lekukan Peritoneum Pria Dan Wanita2C. UrethraUrethra pada laki-laki (masculina) berbeda dengan wanita (femina). Urethra masculina merupakan pipa fibromuscular dengan panjang 18-22 cm dan mempunyai fungsi menyalurkan urine dari vesica urinaria dan sebagai tempat lewatnya semen/sperma.Urethra masculina terdiri dari 4 bagian, yaitu:1. Urethra pars intramuralis (preprostatica)Panjang urethra pars intramuralis adalah 0,5-1,5 cm.2. Urethra pars prostatica Panjang urethra pars prostatica 3 cm, membentang dari collum vesica urinaria sampai sedikit ventral apex gl.prostata. pada dinding posteriornya dapat dijumpai:a. Crista urethralis, merupakan rigi yang memanjang.b. Sinus prostaticus, merupakan lekukan di sisi kiri dan kanan crista urethralis dan muara ductus excretorius prostaticus.c. Colliculus seminalis, merupakan tonjolan di tengah-tengah crista urethralis dan memiliki lubang yang disebut utriculus prostaticus (uterus masculinus).d. Muara ductus ejaculatorius di kanan dan kiri utriculus prostaticus.Jadi dapat disimpulkan bahwa urethra pars prostaticus merupakan pertemuan saluran urine dan reproduksi.

3. Urethra pars membranaceaUrethra pars membranacea merupakan bagian yang paling pendek sepanjang 1-2 cm, dan membentang apex prostat sampai bulbus penis. Bagian paling sempit urethra pars membranacea disebabkan oleh otot yang mengelilingi urethra, yaitu m. sphincter urethrae. Urethra bagian ini seluruhnya terletak dalam diaphragma pelvis/diaphragma urogenitale. Selain pendek dan sempit, urethra bagian ini susah diregangkan dan sangat tipis di bagian distalnya sehingga mudah robek pada kateterisasi.4. Urethra pars spongiosaUrethra pars spongiosa merupakan bagian urethra terpanjang yaitu 15 cm, dan membentang dari bulbus penis sampai ujung glans penis. Seluruh bagian urethra pars spongiosa dikelilingi corpus spongiosum/corpus cavernosum. Pada glans penis terdapat bagian yang melebar disebut fossa naviculare urethrae. Muara urethra pars spongiosa pada glans penis disebut orificium externum urethrae dan pada bagian anterior bermuara gl. Urethralis Littre.

Gambar 7. Urethra Masculina2

Pada wanita urethra jauh lebih pendek, panjangnya hanya 4 cm dan lebarnya 6 mm serta lebih mudah direntangkan karena terdiri dari jaringan elastis.

Gambar 8. Urethra Femina2

Struktur MikroskopikA. Ginjal Ginjal dibagi atas daerah luar, yaitu korteks dan daerah dalam, yaitu medula. Korteks ditutupi simpai jaringan ikat dan jaringan ikuat perirenal, dan jaringan lemak.3

Gambar 9. Korteks dan Piramid tampak menyeluruh.3Di dalam korteks terdapat tubuli kontortus, glomeruli, tubuli lurus, dan berkas medula. Korteks juga mengandung korpuskulum renal (Bowman dan glomeruli), tubuli kontortus proksimal dan distal nefron di dekatnya, arteri interlobular dan vena lobular, berkas medular mengandung bagian-bagian lurus nefron dan duktus koligens. Berkas medula tidak meluas ke dalam kapsul ginjal karena ada zona sempit tubuli kontorti.3Medula dibentuk oleh sejumlah piramid renal. Dasar setiap piramid menghadap korteks dan apeksnya mengarah ke dalam. Apeks piramid renal membentuk papila yang terjulur ke dalam kaliks minor. Medula juga mengandung ansa Henle dan duktus koligentes. Duktus koligentes bergabung di medula membentuk duktus papilaris yang besar.3Papila biasanya ditutupi epitel selapis silindris. Saat epitel ini berlanjut ke dinding luar kaliks, epitel ini menjadi epitel transisional. Di bawah epitel, terdapat selapis tipis jaringan ikat dan otot polos yang kemudian menyatu dengan jaringan ikat sinus renalis.3Di dalam sinus renalis di antara piramid, terdapat cabang-cabang arteri dan vena renalis, yaitu pembuluh interlobaris. Pembuluh ini memasuki ginjal, kemudian melengkung menyusuri dasar piramid pada taut korteks-medula sebagai arteri arkuata. Pembuluh arkuata mempercabangkan arteri dan vena interlobular yang lebih kecil. Arteri arkuata berjalan secara radial menuju korteks ginjal dan mencabangkan banyak arteri aferen glomerular di glomeruli.3

Gambar 10. Ginjal daerah korteks di dalam dan medula di luar.3Pembesaran lebih kuat korteks ginjal menampakkan korpuskuum renal secara lebih rinci. Setiap korpuskulum terdiri atas sebuah glomerulus dan sebuah kapsul Bowman. Glomerulus adalah sekumpulan kapiler yang terbentuk dari arteriol aferen dan ditunjang jaringan ikat halus.3Lapisan viseral kapsul glomerular terdiri atas sel epitel yang dimodifikasi, disebut podosit. Sel-sel ini mengikuti kontur glomerulus dengan rapat dan membungkus kapiler-kapilernya. Di kutub (polus) vaskular, epitel viseral membalik membentuk lapisan parietal kapsul glomerular. Ruang di antara lapisan viseral dan parietal adalah rongga kapsul yang akan menjadi lumen tubulus kontortus proksimal di polus urinarius. Di polus urinarius, epitel gepeng lapisan parietal berubah menjadi epitel kuboid tubulus kontortus proksimal.3Terlihat banyak potongan tubuli di sekitar korpuskulum renal. Tubuli ini terutama terdiri atas dua jenis, yaitu kontortus proksimal dan kontortus distal; tubuli ini berturut-turut adalah segmen awal dan akhir nefron. Tubuli kontortus proksimal banyak terdapat di korteks, dan lumen kecil tidak rata, dan dibentuk oleh selapis sel kuboid besar dengan sitoplasma eosinofilik kuat dan bergranul. Terdapat brush border yang berkembang baik, namun tidak selalu ada pada setiap sediaan.3Tubuli kontortus distal jumlahnya lebih sedikit, memiliki lumen besar yang dilapisi sel-sel kuboid lebih kecil. Sitoplasmanya kurang terpulas, tanpa brush border.3Korpuskulum renal dan tubuli terkait membentuk korteks ginjal. Korteks mengelilingi berkas medula yang terdiri atas bagian lurus nefron dan duktus koligentes. Berkas medula terdiri atas tiga jenis tubuli: segmen lurus (descendens) tubuli kontortus proksimal, segmen lurus (ascendens) tubuli kontortus distal, dan duktus koligentes. Segmen lurus tubuli proksimal serupa dengan tubulus kontortus proksimal dan segmen lurus tubuli distal yang serupa dengan tubulus kontortus distal. Duktus koligentes dapat dikenali karena sel-selnya kuboid pucat dan membran basalnya yang jelas terlihat.3Medula hanya mengandung bagian-bagian lurus tubuli dan segmen tipis ansa Henle. Di bagian luar medula terlihat segmen tipis ansa Henle yang dilapisi epitel gepeng, segmen lurus tubuli distal, dan duktus koligentes.3

Gambar 11. Korteks ginjal: aparatus jukstaglomerular.3

Pembesaran lebih kuat lagi pada sebagian korteks ginjal memperlihatkan korpuskulum renal, tubuli di dekatnya, dan aparatus jukstaglomerular.3Korpuskulum renal menampakkan kapiler glomerular, epitel parietal dan viseral kapsul bowman, dan ruang kapsular. Brush border yang tampak jelas dan sel asidofilik membedakan tubuli kontortus proksimal dengan tubuli kontortus distal yang selnya lebih kecil dan pucat tanpa brush border. Sel-sel tubulus koligens berbentuk kuboid, dengan batas sel jelas dan sitoplasma pucat bening. Membran basal yang jelas mengelilingi tubuli ini.3Setiap korpuskulum renal memiliki sebuah polus vaskular pada satu sisi yang merupakan tempat arteriol glomerular aferen masuk dan arteriol eferen keluar. Di sisi lain korpuskulum, terdapat polus urinarius tempat ruang kapsular menyatu dengan lumen tubulus kontortus proksimal.3Di polus vaskular, sel-sel otot tunika media arteriol aferen diganti oleh sel-sel epiteloid yang sangat termodifikasi dengan granul sitoplasma. Inilah sel-se; jukstaglomerular. Pada segmen tubulus kontortus distal yang bersebelahan, sel-sel yang berbatasan dengan daerah jukstaglomerular lebih langsing dan tinggi dibanding dengan bagian lain di tubulus. Daerah dengan sel-sel yang lebih padat dan tampak lebih gelap ini disebut makula densa. Sel-sel jukstaglomerular pada arteriol eferen dan sel-sel makula densa pada tubulus kontortus distal bersama-sama membentuk aparatus jukstaglomerular.3

Gambar 12. Medula ginjal: papila.3

Papila ginjal mengandung bagian-bagian terminal duktus koligens, yaitu duktus papilaris. Duktus ini berdiameter besar dengan lumen lebar dan dilapisi sel silindris tinggi dan terpulas pucat. Di sini juga terdapat potongan segmen tipis ansa Henle dan segmen lurus tubuli kontortus distal. Jaringan ikat lebih banyak di daerah ini dan duktus koligens tidak begitu berhimpitan.3

Gambar 13. Medula ginjal: papila di dekat kaliks.3

Sejumlah duktus koligens menyatu di medula membentuk tubuli lurus dan besar, disebut duktus papilaris yang bermuara di ujung papila. Banyaknya muara pada permukaan papila memberi gambaran seperti saringan; daerah ini disebut area kribosa. Papila dilapisi epitel berlapis kuboid. Namun di area kribosa, epitel pelapisnya umumnya adalah selapis silindris yang menyatu dengan pelapis duktus papilaris. Tampak segmen-segmen tipis ansa Henle dan segmen lurus asendens tubuli distal.3B. Vesica UrinariaVesica urinaria atau kantung kemih merupakan organ penampung urin sementara sebelum dikeluarkan atau berkemih. Organ ini memiliki tiga lapisan otot polos yang cukup tebal dan tidak tersusun rapi seperti di ureter karena susunannya beranastomosis. Otot ini disebut m. detrusor. Epitel permukaannya adalah transisional dengan enam lapis sel, lebih tebal dibandingkan ureter.4C. Urethra Uretra merupakan traktus fibromuskular yang membawa urin dari vesica urinaria keluar tubuh. Epitelnya tidak hanya satu jenis. Pada wanita, yang panjangnya sekitar 4 5 cm, dinding uretra tersusun atas epitel transisional di bagian proksimal dan epitel berlapis skuamosa di bagian luarnya. Pada pria yang memiliki uretra lebih panjang dari wanita dapat ditemukan epitel berlapis kolumnar.4

Mekanisme Kerja GinjalDalam fungsinya sebagai organ homeostatis tubuh, ginjal perlu melakukan tiga buah fungsi yang harus terintegrasi dengan baik, antara lain filtrasi, reabsorbsi, dan sekresi.FiltrasiProses pertama kali dari keseluruhan pembentukan urin adalah filtrasi. Sesuai dengan namanya filtrasi berarti proses penyaringan bahan bahan mana saja yang boleh masuk ke dalam ginjal. Secara fisiologis rumus dari filtrat adalah plasma darah protein. Oleh karena itu, pada normalnya filtrat pada glomerulus tidak mengandung protein sama sekali. Bahkan, protein plasma terkecil yakni albumin tidak dapat masuk oleh karena kesamaan muatan (-) dengan glikoprotein pada membrane basal.2

Komponen FilterKomponen filtrasi alami pada ginjal ada tiga yakni: dinding kapiler glomerulus, membrane basal, serta sel podocyt. Dinding kapiler glomerulus memiliki jenis fenestrata atau berongga (berpori-pori besar), sehingga jauh lebih permeabel terhadap keseluruhan komponen plasma darah kecuali protein plasma yang memang ukuran molekulnya lebih besar daripada pori-pori yang ada. Lapisan kedua yakni membran basal merupakan lapisan gelatinosa aselular yang terbentuk dari kolagen serta glikoprotein. Walaupun protein plasma bermolekul besar tidak dapat masuk, namun suatu protein plasma terkecil yakni albumin dapat bebas dari proses filtrasi tahap pertama. Lajur dari protein albumin ini dihentikan pada saat berada pada lapisan filter kedua yakni membrane basal, glikoprotein disini memiliki muatan (-) yang sama dengan keseluruhan protein termasuk albumin sehingga albumin tidak dapat berjalan lebih jauh lagi mencapai kapsul bowman.2Komponen filter yang terakhir adalah sel podosit (podo:kaki), sel ini memiliki bentuk seperti akar pohon, bercabang banyak serta saling berhubungan satu sama lain. Celah celah yang tersisa dari berkumpulnya sel podosit inilah yang merupakan filter terakhir yang pada akhirnya menghasilkan ultrafiltrat pada kapsul bowman.2

Gaya-Gaya yang Berperan saat FiltrasiKeseluruhan proses filtrasi diatas tentunya tidak dapat berjalan tanpa didukung oleh adanya gaya-gaya yang berperan didalamnya, gaya-gaya tersebut antara lain: tekanan darah kapiler glomerulus, tekanan osmotic koloid plasma, serta tekanan hidrostatik kapsul bowman.2Gaya yang pertama yakni tekanan darah kapiler glomerulus; merupakan tekanan darah yang dipompa oleh jantung yang sampai pada glomerulus. Rerata pada umumnya bagi ukuran tekanan kapiler glomerulus sebesar 55 mmHg, tekanan ini lebih tinggi daripada kapiler pada umumnya. Penyebabnya antara lain karena diameter dari arteriol aferen yang lebih besar daripada diameter arteriol eferen sehingga darah banyak tertahan di glomerulus. Gaya kedua yakni tekanan osmotik koloid plasma yang disebabkan oleh dorongan osmotic H2O pada kapsul bowman. Dikarenakan hampir keseluruhan H2O masuk kedalam kapsul bowman, menciptakan gradient osmotic yang tinggi dari ruang bowman menuju kapiler glomerulus (melawan filtrasi). Rerata dari gaya ini sebesar 30 mmHg. Gaya terakhir yang berperan adalah tekanan hidrostatik kapsul bowman, selain H2O yang tertumpuk pada kapsul bowman yang memberikan gaya, ada gaya hidrostatik yang tercipta dari adanya H2O pada saluran awal tubulus yang membantu mendesak H2O untuk keluar menuju kapiler glomerulus. Rerata dari gaya ini besarnya 15 mmHg.2 Jika kita mengakumulasikan keseluruhan gaya seperti ini: 55-(30+15) = 10 mmHgMaka akan didapat hasil akhir sebesar 10 mmHg yang menjaga proses filtrasi dapat berlangsung dengan baik.

Mekanisme AutoregulasiProses autoregulasi dapat terjadi dengan dua cara yakni: mekanisme miogenik serta tubuloglomerulus feedback yang saling bahu membahu untuk menjaga keseluruhan proses yang berlangsung pada ginjal.2

Mekanisme MiogenikSesuai dengan namanya miogenik yang berarti dipengaruhi oleh otot yang dalam konteks ini adalah otot polos pada arteriol aferen, mekanisme ini dipicu oleh teregang atau tidaknya pembuluh darah arteriol afferent. Karena sesuai dengan sifat otot pada umumnya, secara inheren otot polos pada arteriol aferen akan mengalami kontraksi yang menyebabkan pembuluh darah mengalami vasokonstriksi sebagai kompensasi dari tekanan darah yang tinggi. Begitu juga sebalikanya akan mengalami vasodilatasi jika secara refleks otot polos pada arteriol aferen tidak teregang. Mekanisme inilah yang berusaha mempertahankan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) agar dapat berjalan pada batas normalnya.

Tubuloglomerulus FeedbackUmpan balik tubuloglomerulus terjadi apabila terjadi perubahan kadar garam dalam tubulus distal. Jika terjadi peningkatan kadar garam yang dipicu oleh peningkatan LFG dan tekanan darah maka macula densa yang terletak dekat dengan glomerulus mengeluarkan adenosin yang berfungsi untuk mengatur pembuluh darah sekitarnya. Sama dengan mekanisme miogenik, jika terjadi peningkatan kadar garam maka adenosine akan diperbanyak dan terjadilah vasokontriksi, begitu juga sebaliknya jika terjadi penurunan kadar garam maka secara refleks terjadi penurunan produksi adenosine yang menyebabkan vasodilatasi.

ReabsorbsiTahap-Tahap Dalam ReabsorbsiDalam prosesnya, bahan-bahan yang sekiranya dibutuhkan oleh tubuh akan direabsorbsi lagi oleh tubulus dan dikembalikan kepada pembuluh darah. Proses reabsorbsi secara singkat dimulai dari saluran tubulus yakni bahan yang dibutuhkan akan direabsorsi melewati membrane luminal tubulus, setelah itu masuk kedalam sitosol sel, keluar menuju cairan interstium dengan melewati membrane basolateral terlebih dahulu, dan yang terakhir menembus masuk ke dinding kapiler darah. Presentase bahan-bahan yang direabsorbsi adalah sebagai berikut: 99% air, 99,5% Natrium, 100% glukosa, serta urea 50%.2

Gambar 14. Tahap Reabsorbsi5

Reabsorbsi Aktif Na+ 2Reabsorbsi Na+ mempunyai peran yang sangat penting dalam proses reabsorbsi bahan-bahan lainnya. Distribusi penyerapannya yakni 67% tubulus proksimal, 25% ansa henle, serta 8% di tubulus distal dan koligentes. Dalam prosesnya reabsorbsi natrium dibantu oleh pompa transport aktif pada membrane basolateral.

Gambar 15. Transpor Aktif Natrium2

Dikarenakan adanya pompa aktif ini, maka konsentrasi Na+ sel tubulus tetap dijaga rendah sehingga natrium dapat berdifusi secara pasif menuruni gradiennya melalui membrane luminal. Setelah sampai didalam sel tubulus, Na+ akan dipindahkan melawan gradiennya melalui transport aktif, dikarenakan konsentrasi Na+ pada cairan interstium tinggi karena setiap Na+ yang masuk akan langsung segera dipompa keluar. Selanjutnya Na+ tinggal berdifusi masuk ke kapiler darah.

Korelasi Reabsorbsi Na+ Dengan Bahan LainnyaProses reabsorbsi Na+ nampaknya memegang peranan kunci dalam proses reabsorbsi bahan lainnya. Sebagai contohnya glukosa dan asam amino disebabkan oleh transport aktif sekunder, sedangkan Cl-, H2O, dan urea dapat reabsorbsi secara pasif dikarenakan reabsorbsi aktif Na+.2

Transpor Aktif Sekunder Glukosa dan Asam AminoDikarenakan memang glukosa dan asam amino diperlukan bagi tubuh, maka secara fisiologis dua bahan ini akan diserap seluruhnya kembali kepada kapiler darah pada tubulus proksimal. Dikatakan dependen kepada Na+ karena memang molekul glukosa dan asam amino mendapat tumpangan gratis untuk dapat masuk melewati membran luminal menggunakan pembawa ko-transport khusus yang secara bersamaan dilewati oleh Na+, glukosa, dan asam amino; sayangnya pembawa ko-transport ini hanya dapat bekerja jika terdapat Na+ pada lumen tubulus. Dikatakan sekunder dikarenakan kedua molekul ini bergantung secara tidak langsung dalam proses transport aktif Na+, selain itu proses masuknya glukosa dan asam amino dibantu dengan adanya gradien konsentrasi glukosa dan asam amino pada sel tubulus yang rendah. Selanjutnya glukosa dan asam amino berdifusi keluar dan masuk ke pembuluh darah.2

Reabsorbsi Pasif Cl-2 Proses reabsorbsi Cl-, H2O, dan urea tidak memerlukan energi namun sangat bergantung pada reabsorbsi Na+. Bahan yang pertama yakni Cl- dapat direabsorbsi secara pasif akibat adanya gradient kelistrikan oleh reabsorbsi Na+. Dikarenakan natrium yang bermuatan positif terserap banyak menuju sel tubulus, maka ion Cl- yang bermuatan negatif pun ikut tertarik kedalam sel tubulus dengan semakin besarnya gradient listrik yang tercipta.

Reabsorbsi Pasif H2OReabsorbsi air disini sebenarnya hanya tergantung pada tekanan osmotik yang ditimbulkan oleh pompa Na+. Akibat dari pompa Na+ yang secara terus menerus menjaga kondisi tingginya konsentrasi cairan interstium. Akibatnya air akan tertarik masuk melalui akuaporin/saluran air maupun taut celah yang bocor menuju ke dalam sel tubulus. Selanjutnya, dikarenakan konsentrasi Na+ diluar sangat tinggi maka terbentuk tekanan osmotik yang memicu air melakukan osmosis keluar menuju cairan interstium. Setelah air sampai pada cairan interstium, maka akan menciptakan tekanan hidrostatik yang mendorong air air lainnya masuk menuju kapiler darah. Selain itu, dengan tingginya konsentrasi protein plasma pada kapiler peritubulus akan menciptakan tekanan osmotik yang sangat besar untuk membantu menarik air-air ini menuju kedalamnya.2

Gambar 16. Proses Osmotik Air2Reabsorbsi Pasif UreaReabsorbsi urea tak lain disebabkan karena meningkatnya konsentrasi urea pada lumen tubulus disebabkan oleh terserapnya air menuju kapiler peritubulus. Akibatnya konsentrasi urea pada tubulus menjadi semakin pekat beberapa kali lipat dari semula pada plasma darah. Perbedaan gradient inilah yang mendorong terjadinya reabsorbsi pasif urea menuju kapiler peritubulus.2

Koordinasi Hormon Renin-Angiotensin-AldosteronStruktur struktur yang berperan untuk menjaga homeostatis tubuh adalah: sel granular apparatus jukstaglomerulus (baroresepetor intrarenal); menghasilkan renin jika dideteksi terdapat penurunan tekanan darah dan juga sebagai refleks simpatis untuk mengeluarkan lebih banyak rennin, sel makula densa tubulus apparatus jukstaglomerulus sebagai reseptor NaCl; jika terjadi penurunan garam maka akan merangsang sel granular untuk mengeluarkan rennin lebih banyak.2 Hormon rennin yang berasal dari ginjal ini lebih lanjut mengaktifkan angiotensinogen dari hati menjadi angiotensin I, selanjutnya angiotensin I diibah menjadi angiotensin II oleh Angiotensin Converting Enzyme (ACE) yang mempunyai banyak fungsi: menimbulkan rasa haus, vasokonstriksi arteriol, merangsang vasopressin/ADH, serta yang terakhir merangsang korteks adrenal melepaskan aldosteron. Aldosteron inilah yang merangsang ginjal untuk meningkatkan reabsorbsi Na+ yang pada akhirnya juga meningkatkan reabsorbsi air untuk mengembalikan tekanan darah arteri yang turun tadi.2

Gambar 17. Mekanisme Renin-Angiotensin-Aldosteron1Pengaruh HormonalADH. Hormon ini memiliki peran dalam meningkatkan reabsorpsi air sehingga dapat mengendalikan keseimbangan air dalam tubuh. Hormon ini dibentuk oleh hipotalamus yang ada di hipofisis posterior yang mensekresi ADH dengan meningkatkan osmolaritas dan menurunkan cairan ekstrasel.6Aldosteron. Hormon ini berfungsi pada absorbsi natrium yang disekresi oleh kelenjar adrenal di tubulus ginjal. Proses pengeluaran aldosteron ini diatur oleh adanya perubahan konsentrasi kalium, natrium, dan sistem angiotensin rennin.6 Prostaglandin. Prostagladin merupakan asam lemak yang ada pada jaringan yang berfungsi merespons radang, pengendalian tekanan darah, kontraksi uterus, dan pengaturan pergerakan gastrointestinal. Pada ginjal, asam lemak ini berperan dalam mengatur sirkulasi ginjal.6Gukokortikoid. Hormon ini berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi natrium dan air yang menyebabkan volume darah meningkat sehingga terjadi retensi natrium.6Renin. Selain itu ginjal menghasilkan Renin; yang dihasilkan oleh sel-sel apparatus jukstaglomerularis pada :61. Konstriksi arteria renalis (iskhemia ginjal)2. Terdapat perdarahan (iskhemia ginjal)3. Uncapsulated ren (ginjal dibungkus dengan karet atau sutra)4. Innervasi ginjal dihilangkan5. Transplantasi ginjal (iskhemia ginjal)

Keseimbangan Asam Basa Keseimbangan asam basa sebenarnya mengacu kepada pengaturan ketat konsentrasi ion H+ bebas di dalam cairan tubuh. Asam adalah sekelompok zat yang mengandung hidrogen yang mengalami disosiasi atau terpisah apabila berada dalam larutan untuk menghasilkan H+ bebas dan anion. Banyak zat yang juga mengandung hidrogen tetapi tidak digolongkan sebagai asam karena hidrogen terikat erat di dalam struktur molekul mereka dan tidak pernah dilepaskan sebagai H+ bebas. Basa adalah bahan yang dapat berikatan dengan H+ bebas dan dengan demikian dapat menarik ion tersebut dari larutan. Basa kuat lebih mudah berikatan dengan H+ daripada basa lemah, pH darah arteri dalam keadaan normal adalah 7,45 dan pH darah vena sedikit lebih rendah daripada pH darah arteri karena adanya H+ yang dihasilkan oleh pembentukan H2CO3 dan CO2 yang diserap di kapiler jaringan. Asidosis terjadi apabila pH darah turun dibawah 7,35 sementara alkalosis terjadi jika pH darah lebih dari 7,45.7Asam melepaskan ion H+ ke dalam larutan, basa mengikat ion H+ dan menyingkirkannya dari larutan. Keseimbangan asam basa mengacu pada pengaturan konsentrasi H+ di dalam cairan tubuh.7Tantangan utama dalam mengendalikan keseimbangan asam basa adalah pemeliharaan alkalinitas plasma normal menghadapi penambahan ion H+ terus-menerus ke plasma dari aktivitas metabolisme yang berlangsung kontinu. Tiga hal yang menahan perubahan H+ adalah sistem penyangga kimiawi, kontrol pH oleh sistem pernafasan, dan kontrol pH oleh ginjal.7Sistem penyangga kimiawi ini adalah pertahanan pertama yang masing - masing terdiri dari sepasang zat kimia yang terlibat dalam suatu reaksi reversibel yang salah satunya dapat membebaskan ion H+ sedangkan yang lain dapat mengikat H+. Pertahanan kedua adalah sistem pernafasan yang secara normal mengeliminasi CO2 hasil metabolisme sehingga tidak terjadi penimbunan H2CO3 di dalam cairan tubuh. Ginjal adalah pertahanan ketiga dan yang paling kuat. Ginjal memerlukan waktu beberapa jam sampai hari untuk mengkompensasikan penyimpangan pH cairan tubuh. Ginjal mengkompensasi asidosis dengan mengekskresikan kelebihan H+ di dalam urin sementara menambahkan HCO3 baru ke dalam plasma untuk meningkatkan kapasitas penyangga HCO3. Selama alkalosis, ginjal menghemat H+ dengan mengurangi sekresinya dalam urin. Ginjal juga mengeluarkan HCO3 yang berada dalam keadaan berlebihan karena HCO3 yang terikat ke H+ berkurang karena jumlah H+ menurun.7

Efek Muntaber terhadap Mekanisme Ginjal Muntaber merupakan salah satu gangguan keseimbangan asam basa yaitu alkalosis metabolik. Pada alkalosis metabolik peningkatan pH pada cairan ekstraseluler, penurunan konsentrasi hidrogen yang terjadi akibat peningkatan konsentrasi ion bikarbonat cairan ekstraseluler. Yang terjadi pada ginjal adalah peningkatan konsentrasi dalam cairan ekstraseluler menimbulkan peningkatan muatan bikarbonat yang di filtrasi yang kemudian menyebabkan kelebihan ion bikarbonat melebihi ion hidrogen yang disekresikan dalam cairan tubulus ginjal. Kelebihan ion bikarbonat dalam cairan tubulus ginjal gagal untuk di reabsobsi karena tidak ada ion hidrogen yang bereaksi dengannya. Ion bikarbonat ini akhirnya diekskresikan dalam urin.8

Kesimpulan Ginjal mengatur konsentrasi ion hidrogen dalam cairan tubuh untuk mencegah asidosis atau alkalosis dengan jalan mengekskresikan urin asam atau urin alkali, sehingga menyesuaikan kembali konsentrasi ion hidrogen cairan ekstraseluler menuju normal selama asidosis dan alkalosis yang bereaksi lebih lambat. Pengaturan keseimbangan konsentrasi ion hidrogen ini dilakukan ginjal melalui tiga mekanisme dasar yaitu filtrasi, reabsorbsi, dan sekresi. Pada alkalosis, kelebihan ion bikarbonat yang tidak di reabsorbsi dari tubulus akan dieksresi melalui urin.

Daftar Pustaka1. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke system. 6th ed. Jakarta: EGC; 2012.2. Putz R, Pabst R. Sobotta atlas of human anatomy. 14th ed. Munich: Elsevier; 2006.3. Faiz O , Moffat D. At A Glance Anatomi. Jakarta ; Erlangga. 2008. h 56, 57. 4. Mescher AL. Junqueiras basic histology text & atlas. 13th ed. China: McGraw-Hill; 2013. 5. Silverthorn DU, Johnso BR, Ober WC, Garrison CW, Silverthorn AC. Human physiology. Fifth Edition. San Fransisco: Pearson; 2010.p.631-4.6. Sudiono H, Iskandar I, Halim SL, Santoso R, Sinsanta. Urinalisis. Faal Ginjal. Jakarta: Sinar Surya Mega Perkasa;2008.p.4-10.7. Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC; 2006.8. Vander, Sherman, Luciano. Human physiology, the mechanisms of body function. 2001, h 543-8.3