Makalah Biomassa

24
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan energi di negara kita semakin meningkat dan berbanding terbalik dengan ketersediaan dan produksi energi itu sendiri. Pokok permasalahan terletak pada semakin minimnya bahan bakar fosil sebagai sumber energi utama saat ini. Menurut Tampubolon (2008) penggunaan energi terbarukan (renewable energy) dalam konteks diversifikasi energi sangat strategis karena sejalan dengan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) dan ramah lingkungan (emisi gas rumah kaca relatif rendah). Hal ini sejatinya sudah diakomodasikan dalam Peraturan Presiden No.5/2006 tentang Kebijakan Energi Nasional (KEN). Biomassa adalah bahan organik yang dihasilkan melalui pross fotosintetik, baik berupa produk maupun buangan. Contoh biomassa antara lain adalah tanaman, pepohonan, rumput, ubi, limbah pertanian, limbah hutan, tinja dan kotoran ternak. Selain digunakan untuk tujuan primer serat, bahan pangan, pakan ternak, miyak nabati, bahan bangunan dan sebagainya, biomassa juga digunakan sebagai sumber energi (bahan bakar). Umum yang digunakan sebagai bahan bakar adalah biomassa yang nilai ekonomisnya rendah atau merupakan limbah setelah diambil produk primernya. Potensi biomassa di Indonesia yang bisa digunakan sebagai sumber energi jumlahnya sangat melimpah. Limbah yang berasal dari hewan maupun tumbuhan semuanya potensial untuk dikembangkan. Tanaman pangan dan perkebunan menghasilkan limbah yang cukup besar, yang dapat dipergunakan untuk keperluan lain seperti bahan bakar nabati. Pemanfaatan limbah sebagai bahan bakar nabati memberi tiga keuntungan langsung. Pertama, peningkatan efisiensi energi secara keseluruhan karena kandungan energi yang terdapat pada limbah cukup besar 1

description

Makalah Biomassa

Transcript of Makalah Biomassa

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kebutuhan energi di negara kita semakin meningkat dan berbanding terbalik dengan ketersediaan dan produksi energi itu sendiri. Pokok permasalahan terletak  pada semakin minimnya bahan bakar fosil sebagai sumber energi utama saat ini. Menurut Tampubolon (2008) penggunaan energi terbarukan (renewable energy) dalam konteks diversifikasi energi sangat strategis karena sejalan dengan  pembangunan berkelanjutan (sustainable development) dan ramah lingkungan (emisi gas rumah kaca relatif rendah). Hal ini sejatinya sudah diakomodasikan dalam Peraturan Presiden No.5/2006 tentang Kebijakan Energi Nasional (KEN).

Biomassa adalah bahan organik yang dihasilkan melalui pross fotosintetik,  baik berupa produk maupun buangan. Contoh biomassa antara lain adalah tanaman,  pepohonan, rumput, ubi, limbah pertanian, limbah hutan, tinja dan kotoran ternak. Selain digunakan untuk tujuan primer serat, bahan pangan, pakan ternak, miyak nabati, bahan bangunan dan sebagainya, biomassa juga digunakan sebagai sumber energi (bahan bakar). Umum yang digunakan sebagai bahan bakar adalah biomassa yang nilai ekonomisnya rendah atau merupakan limbah setelah diambil produk primernya.

Potensi biomassa di Indonesia yang bisa digunakan sebagai sumber energi  jumlahnya sangat melimpah. Limbah yang berasal dari hewan maupun tumbuhan semuanya potensial untuk dikembangkan. Tanaman pangan dan perkebunan menghasilkan limbah yang cukup besar, yang dapat dipergunakan untuk keperluan lain seperti bahan bakar nabati. Pemanfaatan limbah sebagai bahan bakar nabati memberi tiga keuntungan langsung. Pertama, peningkatan efisiensi energi secara keseluruhan karena kandungan energi yang terdapat pada limbah cukup besar dan akan terbuang percuma jika tidak dimanfaatkan. Kedua, penghematan biaya, karena seringkali membuang limbah bisa lebih mahal dari pada memanfaatkannya. Ketiga, mengurangi keperluan akan tempat penimbunan sampah karena penyediaan tempat penimbunan akan menjadi lebih sulit dan mahal, khususnya di daerah perkotaan. Semua wilayah di Indonesia sesungguhnya menyimpan potensi besar bagi  pembangkitan listrik atau energi terbarukan (renewable energy) dari kekayaan  biomassanya.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini antara lain :

a. Definisi dari Biomassab. Kajian Potensi dan cara mendapatkan biomassa c. Pemanfaatan biomassa sebagai energi baru dan terbarukan

1

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini yaitu:

1. Untuk mengetahui definisi serta analisis mengenai biomassa 2. Mempelajari dan sekaligus dapat mengembangkan potensi keberadaan biomassa

terutama di Indonesia3. Mempelajari dan mendalami proses pemanfaatan biomassa serta mengembangkan

aplikasinya sebagai energi baru dan terbarukan

2

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Biomassa

Biomassa adalah bahan organik yang dihasilkan melalui pross fotosintetik, baik

berupa produk maupun buangan. Contoh biomassa antara lain adalah tanaman, pepohonan,

rumput, ubi, limbah pertanian, limbah hutan, tinja dan kotoran ternak. Selain digunakan untuk

tujuan primer serat, bahan pangan, pakan ternak, miyak nabati, bahan bangunan dan

sebagainya, biomassa juga digunakan sebagai sumber energi (bahan bakar). Umum yang

digunakan sebagai bahan bakar adalah biomassa yang nilai ekonomisnya rendah atau

merupakan limbah setelah diambil produk primernya. (Pari dan Hartoyo, 1983).

Secara umum biomassa merupakan bahan yang dapat diperoleh dari tanaman baik secara

langsung maupun tidak langsung dan dimanfaatkan sebagai energi atau bahan dalam jumlah

yang besar. “Secara tidak langsung” mengacu pada produk yang diperoleh melalui peternakan

dan industri makanan.

Sumber energi biomassa mempunyai beberapa kelebihan  antara lain merupakan

sumber energi yang dapat diperbaharui (renewable) sehingga dapat menyediakan sumber

energi secara berkesinambungan (suistainable).  Di Indonesia, biomassa merupakan sumber

daya alam yang sangat penting dengan berbagai produk primer sebagai serat, kayu, minyak,

bahan pangan dan lain-lain yang selain digunakan untuk memenuhi kebutuhan domestik juga

diekspor dan menjadi tulang punggung penghasil devisa negara.

2.2 Potensi Biomassa

Gambar 1. Limbah Biomassa3

Potensi biomassa di Indonesia adalah cukup tinggi. Dengan hutan tropis

Indonesia yang sangat luas, setiap tahun diperkirakan terdapat limbah kayu

sebanyak 25 juta ton yang terbuang dan belum dimanfaatkan. Jumlah energi yang

terkandung dalam kayu itu besar, yaitu 100 milyar kkal setahun. Demikian juga

sekam padi, tongkol jagung, dan tempurung kelapa yang merupakan limbah pertanian

dan perkebunan, memiliki potensi yang besar sekali. Tabel 1 memberikan suatu

ikhtisar dari potensi energi biomassa yang terdapat di Indonesia. Jenis energi ini adalah

terbarukan, sehingga merupakan suatu produksi yang tiap tahun dapat diperoleh.

Tabel 1. Potensi energi biomassa di Indonesia

Sumber : The Potential of Biomass Residues as Energy Sources in Indonesia.

Dewi dan Siagian, (1992).

Potensi biomassa di Indonesia seperti limbah yang berasal dari hewan maupun

tumbuhan semuanya potensial untuk dikembangkan. Tanaman pangan dan perkebunan

menghasilkan limbah yang cukup besar, yang dapat dipergunakan untuk keperluan lain seperti

bahan bakar nabati. Pemanfaatan limbah sebagai bahan bakar nabati memberi tiga keuntungan

langsung:

- Pertama, peningkatan efisiensi energi secara keseluruhan karena kandungan energi

yang terdapat pada limbah cukup besar dan akan terbuang percuma jika tidak

dimanfaatkan.

- Kedua, penghematan biaya, karena seringkali membuang limbah bisa lebih mahal dari

pada memanfaatkannya.

- Ketiga, mengurangi keperluan akan tempat penimbunan sampah karena penyediaan

tempat penimbunan akan menjadi lebih sulit dan mahal, khususnya di daerah

perkotaan.

4

2.3 Karakteristik Biomassa

Sumber daya biomassa dapat digunakan berulang kali dan bersifat tidak terbatas

berdasarkan siklus dasar karbon melalui proses fotosintesis. Sebaliknya, sumber daya fosil secara

prinsip bersifat terbatas dan hanya untuk sementara. Selain itu, emisi CO2 yang takterbalikkan

dari pembakaran fosil akan memberikan efek yang serius terhadap iklim global. Ada dua jenis

sumber energi, yaitu: (1) sumber daya tidak terbarukan (jenis stok) dan (2) sumber daya

terbaharui (jenis aliran seperti sinar matahari, angin, kekuatan hidrolik dan biomassa).

Sumber jenis aliran bersifat tidak terbatas namun ia seharusnya dibatasi dalam jangka waktu

tertentu. Penggunaan yang berlebihan seperti penggundulan hutan bisa menyebabkan

ketidakberlanjutan sistem energi terbarukan ini. Biomassa mempunyai dua jenis sumber daya:

a. Biomassa jenis aliran. Jumlah bersih produktivitas primer adalah sebanyak 170

Gt/tahun (sekitar 7 kali jumlah permintaan energi di seluruh dunia)

b. Biomassa jenis stok. Kebanyakan di hutan; 1800 Gt (sekitar 80 kali jumlah permintaan

energi di seluruh dunia).

2.4 Cara Mendapatkan Biomassa

Biomassa terdiri atas beberapa komponen yaitu kandungan air (moisture

content), zat mudah menguap (volatile matter), karbon terikat (fixed carbon), dan abu

(ash). Mekanisme pembakaran biomassa terdiri dari tiga tahap yaitu

- Pengeringan (drying), akan menghilangkan moisture,

- Devolatilisasi (devolatilization), yang merupakan tahapan pirolisis akan melepaskan

volatile

- Pembakaran arang (char combustion). Proses pengeringan , dan pembakaran arang

yang merupakan tahapan reaksi antara karbon dan oksigen, akan melepaskan

kalor. Laju pembakaran arang tergantung pada laju reaksi antara karbon dan

oksigen pada permukaan dan laju difusi oksigen pada lapis batas dan bagian dalam

dari arang. Reaksi permukaan terutama membentuk CO. Diluar partikel, CO

akan bereaksi lebih lanjut membentuk CO2. Pembakaran akan menyisakan

material berupa abu.

Proses pembakaran dikatakan sempurna jika hasil akhir pembakaran berupa abu

berwarna keputihan dan seluruh energi di dalam bahan organik dibebaskan. Namun

dalam pengarangan, energi pada bahan akan dibebaskan secara perlahan. Apabila proses

pembakaran dihentikan secara tiba-tiba ketika bahan masih membara, bahan tersebut

5

akan menjadi arang yang berwarna kehitaman. Pada bahan masih terdapat sisa energi yang

dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Bahan organik yang sudah menjadi arang

tersebut akan mengeluarkan sedikit asap dibandingkan dibakar langsung menjadi abu

(Kurniawan dan Marsono, 2008).

Menurut Abdullah, dkk, (1991), proses pengarangan (pirolisa) adalah penguraian

biomassa (lysis) menjadi panas (piro) pada suhu lebih dari 150°C. Pada proses pirolisa

terdapat beberapa tingkatan proses yaitu pirolisa primer dan pirolisa sekunder. Pirolisa

primer adalah pirolisa yang terjadi pada bahan baku (umpan), sedangkan pirolisa sekunder

adalah pirolisa yang terjadi atas partikel dan gas/uap hasil pirolisa primer. Selama proses

pengarangan dengan alur konveksi pirolisa, asap yang ditimbulkan selama proses tersebut

dibedakan menjadi 3, yaitu:

- Jika asap tebal dan putih, berarti bahan sedang mengering.

- Jika asap tebal dan kuning, berarti pengkarbonan sedang berlangsung. Pada fase ini

sebaiknya tungku ditutup dengan maksud agar oksigen pada ruang

pengarangan serendah-rendahnya.

- Jika asap semakin tipis dan berwarna biru berarti pengarangan hampir selesai,

kemudian drum dibalik dan proses pembakaran selesai. (Anonimous, 1989).

Karbon yang terkandung di dalam arang bereaksi dengan oksigen pada

permukaan membentuk karbon monoksida menurut reaksi berikut (Borman dan Ragland,

1998):

C + ½ O2 CO (1)

Permukaan karbon juga bereaksi dengan karbondioksida dan uap air dengan reaksi

reduksi sebagai berikut :

C + CO2 2CO (2)

C + H2O CO + H2 (3)

Selama proses karbonisasi, gas-gas yang bisa terbakar seperti CO, CH4, H2,

formaldehid, methana, asam formiat dan asam asetat serta gas- gas yang tidak bisa terbakar

seperti CO2, H2O dan tar cair dilepaskan. Gas-gas yang dilepaskan pada proses ini mempunyai

nilai kalor yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan kalor pada proses karbonisasi.

Prinsip proses karbonisasi adalah pembakaran biomassa tanpa adanya kehadiran

oksigen. Sehingga yang terlepas hanya bagian volatile matter, sedangkan karbonnya

tetap tinggal di dalamnya. Temperatur karbonisasi akan sangat berpengaruh terhadap

arang yang dihasilkan sehingga penentuan temperatur yang tepat akan menentukan

kualitas arang. (Pari dan Hartoyo, 1983). 6

2.5 Pemanfaatan Biomasssa

Untuk pemanfaatan biomassa, bahan baku hayati yang dipilih dari berbagai jenis

biomassa harus mempertimbangkan tujuan pemanfaatannya, permintaan dan ketersediaan.

Setelah itu, barulah bahan baku ini bisa diubah menjadi bahan baru atau energi. Pengangkutan

dan penyimpanan biomassa tidaklah mudah karena ukurannya terlalu besar dan mudah

terurai. Oleh karena itu, biomassa layak untuk digunakan di daerah dimana biomaasa

tersebut diproduksi. Berdasarkan alasan ini, biomassa sering digunakan di dalam daerah atau

daerah terdekat dimana pasokan dan permintaan biomassa seimbang. Akan tetapi, jika

biomassa diubah menjadi bentuk yang mudah untuk diangkut seperti pelet atau bahan

bakar cair, maka ia dapat dimanfaatkan di daerah yang lebih jauh.

Gambar 2. Diagram pemanfaatan dan pendaur ulangan biomassa

Agar biomassa bisa digunakan sebagai bahan bakar maka diperlukan teknologi untuk

mengkonversinya. Terdapat beberapa teknologi untuk konversi biomassa, dijelaskan pada

Gambar 3. Teknologi konversi biomassa tentu saja membutuhkan  perbedaan pada alat yang

digunakan untuk mengkonversi biomassa dan menghasilkan perbedaan bahan bakar yang

dihasilkan.Secara umum teknologi konversi biomassa menjadi bahan bakar dapat dibedakan

menjadi tiga yaitu:

Pembakaran langsung merupakan teknologi yang paling sederhana karena pada

umumnya biomassa telah dapat langsung dibakar.  Beberapa biomassa perlu

dikeringkan terlebih dahulu dan didensifikasi untuk kepraktisan dalam penggunaan. 

Konversi termokimiawi merupakan teknologi yang memerlukan perlakuan termal

untuk memicu terjadinya reaksi kimia dalam menghasilkan bahan bakar. 

Konversi biokimiawi merupakan teknologi konversi yang menggunakan bantuan

mikroba dalam  menghasilkan bahan bakar.

7

Ada berbagai teknologi konversi yang bisa digunakan untuk merubah kualitas biomassa

sesuai dengan tujuan penggunaannya. Ada teknik fisika, kimia dan biologi. Gambar 4 me-

nunjukkan teknologi konversi yang biasa digunakan.

Konversi fisika termasuk penggerusan, penggerindaan, dan pengukusan untuk mengurai

struktur biomassa dengan tujuan meningkatkan luas permukaan sehingga proses

selanjutnya, yaitu kimia, termal dan biologi bisa dipercepat. Proses ini juga meliputi

pemisahan, ekstraksi, penyulingan dan sebagainya untuk mendapatkan bahan

berguna dari biomassa serta proses pemampatan, pengeringan atau kontrol

kelembaban dengan tujuan membuat biomassa lebih mudah diangkut dan disimpan.

Teknologi konversi fisika sering digunakan pada perlakuan pendahuluan untuk

mempercepat proses utama.

Konversi kimia meliputi hidrolisis, oksidasi parsial, pembakaran, karbonisasi, pirolisis,

reaksi hidrotermal untuk penguraian biomassa, serta sintesis, polimerisasi, hidrogenasi

untuk membangun molekul baru atau pembentukan kembali biomassa. Penghasilan

elektron dari proses oksidasi biomassa dapat digunakan pada sel bahan bakar untuk

menghasilkan listrik.

Konversi biologi umumnya terdiri atas proses fermentasi seperti fermentasi etanol,

fermentasi metana, fermentasi aseton-butanol, fermentasi hidrogen, dan perlakuan

enzimatis yang berperan penting pada penggunaan bioetanol generasi kedua. Aplikasi

proses fotosintesis dan fotolisis akan menjadi lebih penting untuk memperbaiki sistem

8

Gambar 3. Teknologi konversi Biomassa

biomassa menjadi lebih baik.

Kalor pembakaran biomassa diubah menjadi energi mekanis melalui daur panas

seperti Daur Otto (untuk mesin bensin), Daur Disel (mesin diesel), daur Rankine (mesinuap),

Daur Brayton (turbin gas) dan lain-lain. Pembangkit listrik elektromagnetik dapat

digunakan untuk merubah energi mekanis menjadi listrik.

Gambar 4. Ragam teknologi konversi dan praperlakuan.

Teknologi praperlakuan seperti pemisahan, pengekstrakan, kisaran, asahan, kontrol

kelembaban dan selainnya sering dilakukan sebelum proses konversi utama. Gambar 4

menunjukkan contoh yang disebut kotak ajaib dimana biomassa ditempatkan di bawah

dan diubah melalui berbagai teknik untuk memenuhi tujuan Penggunannya. Penilaian

terhadap proses-proses konversi ini dilakukan berdasarkan kualitas produk, efisiensi

energi, hasil dan ekonomi sistem.

Perancangan sistem konversi dan penggunaan seharusnya mempertimbangkan

aspek-aspek yang berikut: naik turun pasokan biomassa, cara dan biaya transportasi dan

penyimpanan, manajemen organisasi dan peraturan seperti yang ditetapkan otoritas yang

9

terkait dan juga dari aspek ekonomi untuk keseluruhan sistem.

2.6 Contoh Aplikasi Biomassa

1. Biobriket

Briket adalah salah satu cara yang digunakan untuk mengkonversi sumber energi

biomassa ke bentuk biomassa lain dengan cara dimampatkan sehingga bentuknya menjadi

lebih teratur. Briket yang terkenal adalah briket batubara namun tidak hanya batubara saja

yang bisa di bikin briket. Biomassa lain seperti sekam, arang sekam, serbuk gergaji, serbuk

kayu, dan limbah-limbah biomassa yang lainnya. Pembuatan briket tidak terlalu sulit, alat

yang digunakan juga tidak terlalu rumit. Di IPB terdapat banyak jenis-jenis mesin pengempa

briket mulai dari yang manual, semi mekanis, dan yang memakai mesin.

2. Gasifikasi

Secara sederhana, gasifikasi biomassa dapat didefinisikan sebagai proses

konversi bahan selulosa dalam suatu reaktor gasifikasi (gasifier) menjadi bahan bakar. Gas

tersebut dipergunakan sebagai bahan bakar motor untuk menggerakan generatorpembangkit

listrik. Gasifikasi merupakan salah satu alternatif dalam rangka program penghematan dan

diversifikasi energi. Selain itu gasifikasi akan membantu mengatasi masalah penanganan dan

pemanfaatan limbah pertanian, perkebunan dan kehutanan.  Ada tiga bagian utama perangkat

gasifikasi, yaitu : (a) unit pengkonversi bahan baku (umpan) menjadi gas, disebut reaktor

gasifikasi ataugasifier, (b) unit pemurnian gas, (c) unit pemanfaatan gas.

Gambar 5. Skema Gasifikasi Biomassa dan Sistem Pembangkit Daya

3. Pirolisa

Pirolisa adalah penguraian biomassa (lysis) karena panas (pyro) pada suhu yang lebih

dari 150oC. Pada proses pirolisa terdapat beberapa tingkatan proses, yaitu pirolisa primer dan

pirolisa sekunder. Pirolisa primer adalah pirolisa yang terjadi pada bahan baku (umpan),

sedangkan pirolisa sekunder adalah pirolisa yang terjadi atas partikel dan gas/uap hasil

pirolisa primer.  Penting diingat bahwa pirolisa adalah penguraian karena panas, sehingga

keberadaan O2 dihindari pada proses tersebut karena akan memicu reaksi pembakaran.

10

Gambar 6. Bagan proses pirolisa dengan energi pembakaran gas hasil pirolisa

 

4.  Liquification

Liquification merupakan proses perubahan wujud dari gas ke cairan dengan proses

kondensasi, biasanya melalui pendinginan, atau perubahan dari padat ke cairan dengan

peleburan, bisa juga dengan pemanasan atau penggilingan dan pencampuran dengan cairan

lain untuk memutuskan ikatan. Pada bidang energiliquification tejadi pada batubara dan gas

menjadi bentuk cairan untuk menghemat transportasi dan memudahkan dalam pemanfaatan.

5. Biokimia

Pemanfaatan energi biomassa  yang lain adalah dengan cara proses biokimia. Contoh

proses yang termasuk ke dalam proses biokimia adalah hidrolisis, fermentasi dan an-aerobic

digestion. An-aerobic digestion adalah penguraian bahan organik atau selulosa menjadi

CH4 dan gas lain melalui proses biokimia. Adapun tahapan proses anaerobik digestion adalah

diperlihatkan pada Gambar 7.

Selain anaerobic digestion, proses pembuatan etanol dari biomassa tergolong dalam

konversi biokimiawi.  Biomassa yang kaya dengan karbohidrat atau glukosa dapat

difermentasi sehingga terurai menjadi etanol dan CO2.  Akan tetapi, karbohidrat harus

mengalami penguraian (hidrolisa) terlebih dahulu menjadi glukosa.  Etanol hasil fermentasi

pada umumnya mempunyai kadar air yang tinggi dan tidak sesuai untuk pemanfaatannya

sebagai bahan bakar pengganti bensin.  Etanol ini harus didistilasi sedemikian rupa mencapai

kadar etanol di atas 99.5%.

11

Gambar 7. Skema Pembentukan Gas Bio

2.7 Manfaat Penggunaan Biomassa

1. Deplesi minyak bumi

Sumber daya hutan dan batu bara sangat melimpah dan cukup untuk memenuhi

permintaan energi. Akan tetapi, akibat kreativitas manusia yang melebihi harapan, diperlukan

teknologi berbasis batu bara dan minyak bumi untuk menghasilkan energi yang lebih efisien.

Cadangan minyak bumi dunia diperkirakan sebanyak 2000 miliar barel. Konsumsi global

per hari adalah sekitar 71,7 juta barel. Diperkirakan sekitar 1000 milyar barel telah digunakan

dan hanya tersisa 1000 miliar barel cadangan minyak bumi di seluruh dunia (Asifa dan Muneer,

2007). Harga bensin dan bahan bakar yang lain akan meningkat seiring dengan efek ekonomi

yang buruk sehingga manusia akan beralih ke alternatif lain selain bahan bakar fosil.

Peningkatan penggunaan biomassa akan memperpanjang umur pasokan minyak

mentah yang semakin berkurang. Carpentieri et al. (2005) menunjukkan manfaat lingkungan

yang penting dari pemanfaatan biomassa dalam hal pengurangan pasokan sumber daya alam,

meskipun metodologi penilaian dampak yang lebih baik harus dilakukan untuk membuktikan

kelebihan pemanfaatan biomassa.

2. Pemanasan global

Peningkatan laju emisi gas rumah kaca seperti CO2 secara global menimbulkan ancaman

terhadap iklim dunia. Berdasarkan perkiraan pada tahun 2000, lebih dari 20 juta ton metrik CO2

diperkirakan akan dilepaskan ke atmosfer setiap tahun (Saxena et al., in press). Jika ini

berlanjut, diperkirakan bencana alam yang ekstrem seperti hujan lebat yang mengakibatkan

banjir atau ketidakseimbangan lokal mungkin terjadi. Biomassa merupakan sumber netral 12

karbon dalam siklus hidupnya dan merupakan penyumbang utama terhadap efek rumah kaca.

Biomassa merupakan sumber energi keempat terbesar di dunia setelah batu bara,

minyak bumi, dan gas alam serta berkontribusi kepada hampir 14% konsumsi energi

primer dunia (Saxena et al., in press). Biomassa saat ini dianggap sebagai sumber energi

yang penting di seluruh dunia.

Untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dari konsumsi energi, beberapa alternatif

kebijakan seperti pajak emisi dan izin pembebasan perdagangan telah diajukan. Kebijakan

mitigasi ini akan membantu untuk meningkatkan manfaat persaingan energi biomassa terhadap

bahan bakar fosil karena biomassa dapat menggantikan emisi CO2 yang dilepaskan oleh bahan

bakar fosil. Akan tetapi, telah dipahami dengan baik bahwa konversi biomassa ke bioenergi

membutuhkan input energi tambahan, biasanya dari bahan bakar fosil itu sendiri. Siklus hidup

keseimbangan energi biomassa harus positif jika dibandingkan dengan bahan bakar fosil yang

lazim, tetapi bergantung pada jenis proses, permintaan kumulatif energi fosil terkadang hanya

sedikit lebih rendah atau bahkan terkadang lebih tinggi dari apa yang diperlukan oleh bahan

bakar fosil cair. Sistem bioenergi seharusnya dibandingkan dengan sistem bahan bakar

berdasarkan dasar siklus hidup atau menggunakan LCA.

3. Perbaikan taraf hidup

Karena bidang pertanian sangat penting untuk ekonomi yang sedang berkembang,

maka diharapkan pertanian yang berkelanjutan akan meningkatkan taraf hidup petani

disamping pendapatan mereka. Pendidikan masyarakat juga sangat penting karena tingkat

literasi di daerah pedesaan untuk negara berkembang tidak terlalu tinggi.

Dalam hal ini, maka penting untuk menyediakan informasi yang akurat tentang

teknologi ini kepada para petani. Apa yang dianggap penting dari segi pemanfaatan biomassa

oleh para petani adalah kemudahan untuk mengakses tanaman biomassa atau tempat

pengumpulan biomassa. Meskipun para petani memiliki atau menghasilkan bahan baku

biomassa, hal ini sangat sia-sia jika tidak ada akses ke tempat dimana biomassa tersebut

diproduksi.

4. Peningkatan pendapatan petani

Ada 2 cara utama untuk membantu para petani (The Japan Institute of Energi, 2007).

Salah satu cara adalah dengan memberikan energi agar para petani ini mendapat akses ke bahan

bakar yang berguna. Di Thailand, para petani menggunakan gas untuk memasak yang berasal

13

dari proses biometanasi skala kecil, sehingga mereka tidak perlu membeli gas propana untuk

keperluan memasak.

Bantuan kepada para petani ini juga efektif untuk menciptakan pertanian

yang berkelanjutan dikarenakan pengurangan penggunaan bahan bakar fosil. Bantuan yang lain

adalah melalui pemberian uang tunai. Jika para petani ini menanam bahan baku untuk produksi

etanol lalu menjualnya dengan harga yang lebih tinggi, maka mereka akan mendapatkan uang

untuk membeli listrik. Karena mereka yang menggunakan etanol sebagai bahan bakar lebih kaya

jika dibandingkan para petani, maka mekanisme ini bisa dianggap sebagai “redistribusi

kekayaan”.

5. Keamanan energi

Perekonomian semua negara dan khususnya negara maju bergantung pada pasokan energi

yang aman. Keamanan energi berarti ketersediaan energi yang konsisten dalam berbagai bentuk

pada harga yang terjangkau. Kondisi ini harus bisa tetap bertahan untuk jangka panjang agar

dapat berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan. Perhatian terhadap keamanan energi

sangat penting karena distribusi sumber daya bahan bakar fosil yang tidak seimbang di

kebanyakan negara saat ini. Pasokan energi akan menjadi lebih rentan pada waktu dekat

ini akibat kebergantungan global terhadap minyak impor. Biomassa merupakan sumber

daya domestik yang tidak terkena pengaruh fluktuasi harga pasar dunia atau ketidakpastian

pasokan bahan bakar impor.

6. Mata uang asing

Ada peluang bagi negara berkembang untuk mendapatkan mata uang asing melalui

ekspor bioenergi. Misalnya, untuk kasus produksi ubi kayu di Thailand, produksi ubi kayu untuk

keperluan makanan dan etanol adalah seimbang saat ini. Akan tetapi, penggunaan ubi kayu untuk

masa depan harus dipertimbangkan dengan teliti. Pada masa depan, jumlah produksi ubi kayu

untuk etanol mungkin meningkat, hal ini sering dikatakan bahwa pemanfaatan bioenergi

mungkin akan mengalami konflik dengan produksi makanan, dengan kata lain permintaan dunia

terhadap etanol mungkin akan mengancam stabilitas pasokan makanan domestik.

14

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Biomassa adalah bahan organik yang dihasilkan melalui pross fotosintetik, baik berupa

produk maupun buangan. Contoh biomassa antara lain adalah tanaman, pepohonan, rumput,

ubi, limbah pertanian, limbah hutan, tinja dan kotoran ternak. Selain digunakan untuk tujuan

primer serat, bahan pangan, pakan ternak, miyak nabati, bahan bangunan dan sebagainya,

biomassa juga digunakan sebagai sumber energi (bahan bakar) yang terbarukan (renewable

energy).

Dilihat dari fungsinya, Energi berbasis biomassa berpotensi besar dalam mendukung

pasokan energi yang berkelanjutan di masa mendatang. Maka dari itu Pemanfaatan biomassa

perlu dikembangkan dan digunakan dengan semaksimal mungkin. Jumlah biomassa yang

terdapat di Indonesia sangatlah berlimpah. Apabila setiap daerah yang memiliki biomassa

dapat memanfaatkan  biomassa tersebut, maka Indonesia akan menjadi negara yang hemat

energi. Tetapi Meskipun demikian, pengembangannya harus dirancang

sedemikian rupa sehingga berefek positif terhadap pembangunan sosial

ekonomi masyarakat terutama di Indonesia dan di pihak lain juga agar

tidak berdampak negatif terhadap lingkungan.

15

DAFTAR PUSTAKA

Asifa, M.; Muneer, T. Energi supply, its demand and security issues for developed and emerging

economies, Renewable and Sustainable Energi Reviews, 11, 1388-1413 (2007)

Carpentieri, M.; Corti, A.; Lombardi, L. Life cycle assessment (LCA) of an integrated biomass

gasification combined cycle (IBGCC) with CO2 removal, Energi Conservation and

Management, 46, 1790-1808 (2005)

Saxena, R.C.; Adhikaria, D.K.; Goyal, H.B. Biomass-based energi fuel through

biochemical routes: A review, Renewable and Sustainable Energi Reviews (in press)

The Japan Institute of Energi. Report on the Investigation and Technological Exchange Projects

Concerning Sustainable Agriculture and Related Environmental Issues, Entrusted by

the Ministry of Agriculture, Forestry and Fisheries of Japan (Fiscal year of 2006)

(2007)

16