Makalah Bindo

119
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang perlu berinteraksi butuh berkomunikasi dengan manusia lain. Interaksi semakin penting pada saat manusia ingin menampilkan eksistensi diri agar keberadaan dirinya diantara manusia lainnya. Agar interaksi dapat berlangsung interaktif, tentunya membutuhkan alat, sarana atau media dan yang paling utama dibutuhkan adalah bahasa. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan analisis dan imajinatif yang ada dalam dirinya antara bahasa- bahasa lain didunia informatika. Pembelajaran adalah suatu proses kegiatan yang ditata dan diatur sedemikian rupa dengan didasarkan 1

Transcript of Makalah Bindo

Page 1: Makalah Bindo

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia adalah mahluk sosial yang perlu berinteraksi butuh

berkomunikasi dengan manusia lain. Interaksi  semakin penting pada saat

manusia ingin menampilkan eksistensi diri agar keberadaan dirinya diantara

manusia lainnya. Agar interaksi dapat berlangsung interaktif, tentunya

membutuhkan alat, sarana atau media dan yang paling utama dibutuhkan

adalah bahasa.

Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial

dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam

mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran diharapkan membantu peserta

didik mengenal dirinya, budayanya dan budaya orang lain, mengemukakan

gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan

bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan analisis dan

imajinatif yang ada dalam dirinya antara bahasa-bahasa lain didunia

informatika.

Pembelajaran adalah suatu proses kegiatan yang ditata dan diatur

sedemikian rupa dengan didasarkan pada berbagai aspek. Baik itu aspek

secara konsep hakikat pembelajaran ataupun ketentuan-ketentuan yuridis

formal yang mengatur pelaksanaan pendidikan pada umumnya  dan

pembelajaran secara lebih khusus. Sebagai seorang guru atau calon guru,

tentu sudah banyak membaca berbagai konsep atau pengertian  pembelajaran.

Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia

dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tertulis serta menumbuhkan

apresiasi terhadap hasil kesastraan Indonesia. Pembelajaran bahasa Indonesia

merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang

1

Page 2: Makalah Bindo

menggambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa dan sikap

positif terhadap bahas dan sastra Indonesia. Dan pembelajaran bahasa

Indonesia ini merupakan dasar bagi peserta didik untuk memahami dan

merespon situasi lokal, regional, nasional dan global.

Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar dilaksanakan secara

integratif (terpadu). Bentuk keterpaduan tersebut dapat dapat dilakukan secara

intra bidang atau antar bidang studi. Bentuk keterpaduan ini juga dapat

dilakukan melalui pemanduan konsep dalam mata pelajaran bahasa Indonesia.

Semua kegiatan ini diintegrasikan oleh tema-tema yang bermakna, yang

ditentukan bersama-sama oleh guru dan siswa.

Pembelajaran bahasa Indonesia secara terpadu sepatutnya

dilaksanakan di SD sesuai dengan cara anak memandang dan menghayati

dunianya. Oleh karena itu, pembelajaran Indonesia ini diharapkan siswa dapat

memahami rasional serta konsep-konsep yang terkait dengan pembelajaran

bahasa Indonesia secara terpadu.

Maka prinsip-prinsip dalam pembelajaran bahasa Indonesia ini

diharapkan agar peserta didik dapat berkomunikasi secara efektif dan efisien

sesuai dengan etika yang berlaku, baik lisan maupun tulisan, menghargai dan

bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa

Negara, memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan

kreatif untuk berbagai tujuan, dapat menggunakan bahasa Indonesia untuk

meningkatkan kemampuan intelektual serta kematangan emosional dan

sosial, menikmati dan memanpaatkan karya sastra untuk memperluas

wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan

kemampuan berbahsa dan menghargai juga membanggakan sastra Indonesia

sebagai kazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.

Pelaksanaan proses pendidikan di Indonesia didasarkan pada landasan

formal berupa Undang-Undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003 tentang

Sistem  Pendidikan Nasional. Berdasarkan lasadasan tersebut maka

pelaksanaan pengajaran didasarkan pada kurikulum yang telah ditetapkan.

Dalam UUD No 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional dikemukakan bahwa

2

Page 3: Makalah Bindo

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memilki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlakukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Budaya belajar inilah yang hendaknya merupakan bagian dari peserta

didik atau lulusan lembaga pendidik sehingga mereka mampu belajar untuk

mengetahui, belajar untuk belajar, belajar untuk mengerjakan sesuatu, belajar

untuk memecahkan masalah, belajar untuk hidup bersama dan belajar untuk

kemajuan kehidupan.

Untuk bisa melaksanakan pembelajaran bahasa indonesia guru perlu

memahami tentang konsep bahasa, belajar dan pembelajaran bahasa serta

hubungan anatara ketiganya. Selain itu, guru harus memahami pemerolehan

bahasa anak, berbagai pendekatan pembelajaran bahasa di SD, dan harus

mampu mengkaji kurikulum dan buku teks mata pelajaran bahasa Indonesia

SD kelas rendah.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka penulis membuat

perumusan masalah sebagai berikut :

1. Apa Hakikat Bahasa dan Pembelajaran Bahasa Indonesia?;

2. Bagaimana Pemerolehan bahasa anak?;

3. Apa Pendekatan, Metode dan teknik Pembelajaran Bahasa?; dan

4. Bagaimana Kurikulum dan Buku Teks Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

SD Kelas Rendah?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui Hakikat Bahasa dan Pembelajaran Bahasa Indonesia?;

2. Untuk mengetahui Pemerolehan bahasa anak?;

3

Page 4: Makalah Bindo

3. Untuk mengetahui Pendekatan, Metode dan teknik Pembelajaran

Bahasa?; dan

4. Untuk mengetahui Kurikulum dan Buku Teks Mata Pelajaran Bahasa

Indonesia SD Kelas Rendah?

D. Prosedur Pemecahan Masalah

Masalah-masalah diatas akan dibahas secara rinci dengan mengacu

kepada studi literatur buku-buku rujukan yang sesuai. Pembahasan masalah-

masalah ini hanya bersifat teoritis yang berdasarkan pendapat-pendapat dari

para ahli yang dirujuk dari beberapa buku sumber disertakan pula pendapat

penulis yang merupakan kesimpulan dari pendapat para ahli tersebut.

  

4

Page 5: Makalah Bindo

BAB II

PEMBAHASAN

A. Hakikat Bahasa dan Pembelajaran Bahasa Indonesia

1. Hakikat Bahasa

a. Pengertian Bahasa

Bahasa merupakan alat komunikasi yang berupa sistem lambang

bunyi yang dihasilkan alat ucap manusia. Bahasa terdiri atas kata-kata

atau kumpulan kata. Masing-masing mempunyai makna, yaitu,

hubungan abstrak antara kata sebagai lambang dengan objek atau

konsep yang diwakili kumpulan kata atau kosakata itu oleh ahli bahasa

disusun secara alfabetis, atau menurut urutan abjad,disertai penjelasan

artinya dan kemudian dibukukan menjadi sebuah kamus.

Berikut ini beberapa pengertian bahasa menurut para ahli :

1) Harimurti Kridalaksana (1985:12) menyatakan bahwa bahasa adalah

sistem bunyi bermakna yang dipergunakan untuk komunikasi oleh

kelompok manusia.

2) Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (2001:88), Bahasa adalah

sistem bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh anggota suatu

masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan

mengidentifikasikan diri.

3) Finoechiaro (1964:8), Bahasa adalah sistem simbol vokal yang

arbitrer yang memungkinkan semua orang dalam suatu kebudayaan

tertentu, atau orang lain yang mempelajari sistem kebudayaan itu,

berkomunikasi atau berinteraksi.

4) Carol (1961:10), Bahasa merupakan sistem bunyi atau urutan bunyi

vokal yang terstruktur yang digunakan atau dapat digunakan dalam

komunikasi internasional oleh kelompok manusia dan secara

5

Page 6: Makalah Bindo

lengkap digunakan untuk mengungkapkan sesuatu, peristiwa, dan

proses yang terdapat di sekitar manusia.

5) I.G.N. Oka dan Suparno (1994:3), Bahasa adalah sistem lambang

bunyi oral yang arbitrer yang digunakan oleh sekelompok manusia

(masyarakat) sebagai alat komunikasi.

6) Kamus Linguistik (2001:21), Bahasa adalah sistem lambang bunyi

yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota suatu masyarakat

untuk kerja sama, berinteraksi dan mengidentifikasikan diri.

7) Gorys Keraf (1984:1 dan 1991:2), Bahasa adalah komunikasi antar

anggota masyarakat, berupa lambang bunyi ujaran yang dihasilkan

oleh alat ucap manusia.

8) D.P. Tambulan (1994:3), Bahasa adalah untuk memahami pikiran

dan perasaan, serta menyatakan pikiran dan perasaan.

9) H.G. Brown (1987:4), Bahasa adalah suatu sistem komunikasi

menggunakan bunyi yang diucapkan melalui organ-organ ujaran

dan didengar di antara anggota-anggota masyarakat, serta

menggunakan pemrosesan simbol-simbol vokal dengan makna

konvensional secara arbitrer.

b. Karakteristik Bahasa

Bahasa adalah sebuah sistem berupa bunyi, bersifat abitrer,

produktif, dinamis, beragam dan manusiawi. Dari pengertian tersebut,

dapat disimpulkan bahwa di antara karakteristik bahasa adalah abitrer,

produktif, dinamis, beragam, dan manusiawi.

1) Bahasa Bersifat Abritrer

Bahasa bersifat abritrer artinya hubungan antara lambang dengan

yang dilambangkan tidak bersifat wajib, bisa berubah dan tidak

dapat dijelaskan mengapa lambang tersebut mengonsepi makna

tertentu. Secara kongkret, alasan “kuda” melambangkan ‘sejenis

binatang berkaki empat yang bisa dikendarai’ adalah tidak bisa

dijelaskan. Meskipun bersifat abritrer, tetapi juga konvensional.

Artinya setiap penutur suatu bahasa akan mematuhi hubungan antara

6

Page 7: Makalah Bindo

lambang dengan yang dilambangkannya. Dia akan mematuhi,

misalnya, lambang ‘buku’ hanya digunakan untuk menyatakan

‘tumpukan kertas bercetak yang dijilid’, dan tidak untuk

melambangkan konsep yang lain, sebab jika dilakukannya berarti dia

telah melanggar konvensi itu.

2) Bahasa Bersifat Produktif

Bahasa bersifat produktif artinya, dengan sejumlah besar unsur yang

terbatas, namun dapat dibuat satuan-satuan ujaran yang hampir tidak

terbatas. Misalnya, menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia

susunan WJS. Purwadarminta bahasa Indonesia hanya mempunyai

kurang lebih 23.000 kosa kata, tetapi dengan 23.000 buah kata

tersebut dapat dibuat jutaan kalimat yang tidak terbatas.

3) Bahasa Bersifat Dinamis

Bahasa bersifat dinamis berarti bahwa bahasa itu tidak lepas dari

berbagai kemungkinan perubahan sewaktu-waktu dapat terjadi.

Perubahan itu dapat terjadi pada tataran apa saja: fonologis,

morfologis, sintaksis, semantic dan leksikon. Pada setiap waktu

mungkin saja terdapat kosakata baru yang muncul, tetapi juga ada

kosakata lama yang tenggelam, tidak digunakan lagi.

4) Bahasa Bersifat Beragam

Meskipun bahasa mempunyai kaidah atau pola tertentu yang sama,

namun karena bahasa itu digunakan oleh penutur yang heterogen

yang mempunyai latar belakang sosial dan kebiasaan yang berbeda,

maka bahasa itu menjadi beragam, baik dalam tataran fonologis,

morfologis, sintaksis maupun pada tataran leksikon. Bahasa Jawa

yang digunakan di Surabaya berbeda dengan yang digunakan di

Yogyakarta. Begitu juga bahasa Arab yang digunakan di Mesir

berbeda dengan yang digunakan di Arab Saudi.

5) Bahasa Bersifat Manusiawi

Bahasa sebagai alat komunikasi verbal, hanya dimiliki manusia.

Hewan tidak mempunyai bahasa. Yang dimiliki hewan sebagai alat

7

Page 8: Makalah Bindo

komunikasi, yang berupa bunyi atau gerak isyarat, tidak bersifat

produktif dan dinamis. Manusia dalam menguasai bahasa bukanlah

secara instingtif atau naluriah, tetapi dengan cara belajar. Hewan

tidak mampu untuk mempelajari bahasa manusia, oleh karena itu

dikatakan bahwa bahasa itu bersifat manusiawi.

c. Fungsi Bahasa

Secara umum sudah jelas bahwa fungsi bahasa adalah sebagai alat

komunikasi. Bahasa sebagai wahana komunikasi bagi manusia, baik

komunikasi lisan maupun tulis. Fungsi ini adalah dasar bahasa yang

belum dikaitkan dengan status dan nilai-nilai sosial. Dalam kehidupan

sehari-hari, bahasa tidak dapat dilepaskan dari kegiatan hidup

masyarakat, yang di dalamnya sebenarnya terdapat status dan niali-nilai

sosial. Bahasa selalu mengikuti dan mewarnai kehidupan manusia

sehari-hari, baik manusia sebagai anggota suku maupun bangsa.

Terkait hal itu, Santoso, dkk. (2004) berpendapat bahwa bahasa

sebagai alat komunikasi memiliki fungsi sebagai berikut:

1) Fungsi informasi, yaitu untuk menyampaikan informasi timbal-balik

antaranggota keluarga ataupun anggota-anggota masyarakat.

2) Fungsi ekspresi diri, yaitu untuk menyalurkan perasaan, sikap,

gagasan, emosi atau tekanan-tekanan perasaan pembaca. Bahasa

sebagai alat mengekspresikan diri ini dapat menjadi media untuk

menyatakan eksistensi (keberadaan) diri, membebaskan diri dari

tekanan emosi dan untuk menarik perhatian orang.

3) Fungsi adaptasi dan integrasi, yaitu untuk menyesuaikan dan

membaurkan diri dengan anggota masyarakat, melalui bahasa

seorang anggota masyarakat sedikit demi sedikit belajar adat istiadat,

kebudayaan, pola hidup, perilaku, dan etika masyarakatnya. Mereka

menyesuaikan diri dengan semua ketentuan yang berlaku dalam

masyarakat melalui bahasa.

4) Fungsi kontrol sosial, bahasa berfungsi untuk mempengaruhi sikap

dan pendapat orang lain. Bila fungsi ini berlaku dengan baik, maka

8

Page 9: Makalah Bindo

semua kegiatan sosial akan berlangsung dengan baik pula. Dengan

bahasa seseorang dapat mengembangkan kepribadian dan nilai-nilai

sosial kepada tingkat yang lebih berkualitas.

Fungsi bahasa menurut Hallyday (1992) sebagai alat komunikasi

untuk berbagai keperluan sebagai berikut:

1) Fungsi instrumental, yakni bahasa digunakan untuk memperoleh

sesuatu. Bahasa berfungsi menghasilkan kondisi-kondisi tertentu dan

menyebabkan terjadinya peristiwa-peristiwa tertentu. Kalimat-

kalimat berikut ini mengandung fungsi instrumental dan merupakan

tindakan-tindakan komunikatif yang menghasilkan kondisi-kondisi

tertentu.

Contoh :

a. Cepat, pergi!

b. Sampaikan salam hormat saya kepada Beliau!

c. Silakan Anda berangkat sekarang!

2) Fungsi regulatoris, yaitu bahasa digunakan untuk mengendalikan

perilaku orang lain.

Contoh :

a. Kalau Anda tekun belajar maka Anda akan lulus dengan baik.

b. Kalau kamu mencuri maka kamu pasti dihukum.

c. Sekali berbohong maka kamu akan ditinggalkan kawan-

kawanmu.

3) Fungsi intraksional, yaitu bahasa digunakan untuk berinteraksi

dengan orang lain.

Contoh :

a. Penyapa hendaknya menyapa dengan sapaan yang tepat dan

hormat.

b. Penutur sangat perlu mempertimbangkan siapa mitra tutumya dan

bagaimana adat-istiadat serta budaya lokal yang berlaku pada

suatu daerah tertentu.

9

Page 10: Makalah Bindo

4) Fungsi personal, yaitu bahasa dapat digunakan untuk berinteraksi

dengan orang lain. Dari bahasa yang dipakai oleh seseorang maka

akan diketahui apakah dia sedang marah, jengkel, sedih, gembira,

dan sebagainya.

5) Fungsi heuristik, yaitu bahasa dapat digunakan untuk belajar dan

menemukan sesuatu.

Contoh :

a. Mengapa di dunia ini ada matahari?

b. Mengapa matahari bersinar?

c. Mengapa jika matahari tenggelam hari menjadi gelap?

6) Fungsi imajinatif, yakni bahasa dapat difungsikan untuk

menciptakan dunia imajinasi. Fungsi ini biasanya untuk

mengisahkan cerita·cerita, dongeng-dongeng, membacakan lelucon,

atau menuliskan cerpen, novel, dan sebagainya.

7) Fungsi representasional, bahasa difungsikan untuk menyampaikan

informasi.

Contoh :

a. Gula manis.

b. Bulan bersinar.

c. Jalan ke Tawangmangu naik turun dan berkelok-kelok.

Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional mempunyai fungsi

khusus yang sesuai dengan kepentingan bangsa Indonesia. Fungsi itu

adalah sebagai:

1) Bahasa resmi kenegaraan. Fungsi ini bahasa Indonesia dipergunakan

dalam administrasi kenegaraan, upacara atau peristiwa kenegaraan,

komunikasi timbal balik antara pemerintah dengan masyarakat.

2) Bahasa pengantar dalam dunia pendidikan. Sebagai bahasa

pengantar, bahasa Indonesia digunakan di lembaga-lembaga

pendidikan, baik formal maupun nonformal, dari tingkat taman

kanak-kanak sampai perguruan tinggi.

10

Page 11: Makalah Bindo

3) Sebagai alat pemersatu berbagai suku di Indonesia. Indonesia terdiri

dari berbagai macam suku yang masing-masing memiliki bahasa dan

dialeknya sendiri. Maka dalam mengintegrasikan semua suku

tersebut, bahasa Indonesia memainkan peranan yang sangat penting.

4) Alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi.

Bahasa Indonesia adalah satu-satunya alat yang memungkinkan kita

membina serta mengembangkan kebudayaan nasional sedemikian

rupa sehingga ia memiliki identitasnya sendiri, yang

membedakannya dengan bahasa daerah. Pengembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi modern, baik dalam bentuk penyajian

pelajaran, penulisan buku atau penerjemahan , dilakukan dalam

bahasa Indonesia.

5) Bahasa resmi untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan

pembangunan nasional serta kepentingan pemerintah. Dalam

hubungannya dengan fungsi ini, bahasa Indonesia tidak hanya

dipakai sebagai alat komunikasi timbal-balik antara pemerintah

dengan masyarakat luas atau antar suku, tetapi juga sebagai alat

berhubungan di dalam masyarakat yang keadaan sosial budaya dan

bahasanya sama.

d. Ragam Bahasa

Ragam atau variasi bahasa adalah bentuk atau wujud bahasa yang

ditandai oleh ciri-ciri linguistik tertentu, seperti fonologi, morfologi,

dan sintaksis. Di samping ditandai oleh ciri-ciri linguistik, timbulnya

ragam bahasa juga ditandai oleh cirri-ciri nonlinguistic, misalnya,

lokasi atau tempat penggunaannya, lingkungan sosial pemakaiannya,

dan lingkungan keprofesian pemakai bahasa yang bersangkutan.

Berdasarkan pokok pembicaraan, ragam bahasa dibedakan antara

lain atas: Ragam bahasa undang-undang, Ragam bahasa jurnalistik,

Ragam bahasa ilmiah, dan Ragam bahasa sastra.

11

Page 12: Makalah Bindo

Berdasarkan media pembicaraan, ragam bahasa dibedakan atas:

1) Ragam Lisan

Ragam bahasa lisan adalah bahan yang dihasilkan alat ucap (organ

of speech) dengan fonem sebagai unsur dasar. Dalam ragam lisan,

kita berurusan dengan tata bahasa, kosakata, dan lafal. Dalam ragam

bahasa lisan ini, pembicara dapat memanfaatkan tinggi rendah suara

atau tekanan, air muka, gerak tangan atau isyarat untuk

mengungkapkan ide. Contoh ragam lisan antara lain meliputi:

Ragam bahasa cakapan, Ragam bahasa pidato, Ragam bahasa

kuliah, dan Ragam bahasa panggung.

Ciri-ciri ragam bahasa lisan yaitu memerlukan kehadiran orang lain,

unsur gramatikal tidak dinyatakan secara lengkap, terikat ruang dan

waktu, dan dipengaruhi oleh tinggi rendahnya suara

2) Ragam Tulis

Ragam bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan

memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya. Dalam

ragam tulis, kita berurusan dengan tata cara penulisan (ejaan) di

samping aspek tata bahasa dan kosa kata. Dengan kata lain dalam

ragam bahasa tulis, kita dituntut adanya kelengkapan unsur tata

bahasa seperti bentuk kata ataupun susunan kalimat, ketepatan

pilihan kata, kebenaran penggunaan ejaan, dan penggunaan tanda

baca dalam mengungkapkan ide. Contoh ragam lisan antara lain

meliputi: Ragam bahasa teknis, Ragam bahasa undang-undang,

Ragam bahasa catatan, dan Ragam bahasa surat.

Ciri-ciri ragam bahasa tulis yaitu tidak memerlukan kehadiran orang

lain, unsur gramatikal dinyatakan secara lengkap, tidak terikat ruang

dan waktu, dan dipengaruhi oleh tanda baca atau ejaan.

Ragam bahasa menurut hubungan antar pembicara dibedakan

menurut akrab tidaknya pembicara yang meliputi : Ragam bahasa

resmi, Ragam bahasa akrab, Ragam bahasa agak resmi, Ragam bahasa

12

Page 13: Makalah Bindo

santai dan sebagainya. Sedangkan, ragam Bahasa Berdasarkan

Penuturnya dibedakan menjadi:

1) Ragam bahasa berdasarkan daerah disebut ragam daerah

(logat/dialek).

Luasnya pemakaian bahasa dapat menimbulkan perbedaan

pemakaian bahasa. Bahasa Indonesia yang digunakan oleh orang

yang tinggal di Jakarta berbeda dengan bahasa Indonesia yang

digunakan di Jawa Tengah, Bali, Jayapura, dan Tapanuli. Masing-

masing memilikiciri khas yang berbeda-beda. Misalnya logat bahasa

Indonesia orang Jawa Tengah tampak padapelafalan/b/pada

posisiawal saat melafalkan nama-nama kota seperti Bogor,

Bandung, Banyuwangi, dll. Logat bahasa Indonesia orang Bali

tampak pada pelafalan /t/ seperti pada kata ithu, kitha, canthik, dll.

2) Ragam bahasa berdasarkan pendidikan penutur.

Bahasa Indonesia yang digunakan oleh kelompok penutur yang

berpendidikan berbeda dengan yang tidak berpendidikan, terutama

dalam pelafalan kata yang berasal dari bahasa asing, misalnya

fitnah, kompleks,vitamin, video, film, fakultas. Penutur yang tidak

berpendidikan mungkin akan mengucapkan pitnah, komplek,

pitamin, pideo, pilm, pakultas. Perbedaan ini juga terjadi dalam

bidang tata bahasa, misalnya mbawa seharusnya membawa, nyari

seharusnya mencari. Selain itu bentuk kata dalam kalimat pun

sering menanggalkan awalan yang seharusnya dipakai.

contoh:

a. Ira mau nulis surat à Ira mau menulis surat

b. Saya akan ceritakan tentang Kancil à Saya akan menceritakan

tentang Kancil.

3) Ragam bahasa berdasarkan sikap penutur.

Ragam bahasa dipengaruhi juga oleh setiap penutur terhadap kawan

bicara (jika lisan) atau sikap penulis terhadap pembawa (jika

dituliskan) sikap itu antara lain resmi, akrab, dan santai. Kedudukan

13

Page 14: Makalah Bindo

kawan bicara atau pembaca terhadap penutur atau penulis juga

mempengaruhi sikap tersebut. Misalnya, kita dapat mengamati

bahasa seorang bawahan atau petugas ketika melapor kepada

atasannya. Jika terdapat jarak antara penutur dan kawan bicara atau

penulis dan pembaca, akan digunakan ragam bahasa resmi atau

bahasa baku. Makin formal jarak penutur dan kawan bicara akan

makin resmi dan makin tinggi tingkat kebakuan bahasa yang

digunakan. Sebaliknya, makin rendah tingkat keformalannya, makin

rendah pula tingkat kebakuan bahasa yang digunakan.

Berdasarkan topik pembicaraan atau pemakaiannya, ragam bahasa

terdiri dari ragam bahasa ilmiah, ragam hukum, ragam bisnis, ragam

agama, ragam sosial, ragam kedokteran dan ragam sastra.

1) Ragam bahasa ilmiah

Ciri-ciri ragam ilmiah yaitu Bahasa Indonesia ragam baku;

Penggunaan kalimat efektif; Menghindari bentuk bahasa yang

bermakna ganda; Penggunaan kata dan istilah yang bermakna lugas

dan menghindari pemakaian kata dan istilah yang bermakna kias;

Menghindari penonjolan persona dengan tujuan menjaga

objektivitas isi tulisan; dan Adanya keselarasan dan keruntutan

antarproposisi dan antaralinea.

2) Ragam hukum

Contoh : Dia dihukum karena melakukan tindak pidana

3) Ragam bisnis

Contoh : Setiap pembelian di atas nilai tertentu akan diberikan

diskon

4) Ragam agama

5) Ragam psikologi

Contoh : Penderita autis perlu mendapatkan bimbingan yang

intensif.

14

Page 15: Makalah Bindo

6) Ragam kedokteran

Contoh : Anak itu menderita penyakit kuorsior.

7) Ragam sastra

Contoh : Cerita itu menggunakan unsur flashback.

2. Hakikat Pembelajaran Bahasa

a. Konsep Belajar

Belajar adalah sebuah proses penambahan bagian demi bagian

informasi baru terhadap apa yang telah mereka ketahui dan kuasai

sebelumnya. Pengetahuan dibangun siswa melalui keterlibatan mereka

secara aktif dalam belajar atau apa yang dikenal dengan istilah John

Dewey “belajar sambil berbuat (learning by doing). Jadi keberhasilan

pembelajaran tidak terletak pada seberapa banyak materi atau informasi

yang disampaikan guru kepada siswa.

Padahal, ukuran utama keberhasilan pembelajaran terletak pada

seberapa jauh guru dapat melibatkan siswa secara aktif dalam belajar.

Siswa belajar dengan menggunakan tiga cara, yaitu melalui pengalaman

(dengan kegiatan langsung atau tidak langsung), pengamatan (melihat

contoh atau model), dan bahasa.

Implikasinya bagi guru dalam pembelajaran adalah :

Pertama : karena siswa belajar berdasrkan apa yang telah dipahami

atau dikuasai sebelumnya maka, guru hendaknya

mengupayakan agar pembelajaran bertolak dari apa yang

telah diketahui siswa.

Kedua : karena belajar dilakukan secara aktif oleh siswa melalui

kegiatan atau pengalaman belajar yang dilaluinya maka

siswalah yang berperan sebagai pusat pembelajaran.

Ketiga : dalam belajar siswa perlu berinteraksi dengan yang lain

serta dukungan guru dan temannya maka guru perlu

merancang kegiatan belajar bukan hanya dalam bentuk

klasikal atau individual, tetapi juga dalam bentuk kelompok.

15

Page 16: Makalah Bindo

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah

perubahan tingkah laku siswa melalui latihan dan pengalaman yang

dilakukannya secara aktif. Hasil belajar berupa pengetahuan, siap atau

keterampilan yang dibangun siswa berdasarkan apa yang telah dipahami

dan dikuasainya. Dalam pembelajaran tugas guru adalah menjadikan

siswa belajar melalui penciptaan strategi dan lingkungan belajar yang

menarik dan bermakna.

b. Belajar Bahasa

Belajar bahasa pada hakikatnya adalah belajar komunikasi. Oleh

karena itu, pembelajaran bahasa diarahkan untuk meningkatkan

kemampuan pebelajar dalam berkomunikasi, baik lisan maupun tulis

(Depdikbud, 1995). Hal ini relevan dengan kurikulum 2004 bahwa

kompetensi pebelajar bahasa diarahkan ke dalam empat subaspek, yaitu

membaca, berbicara, menyimak, dan mendengarkan.

Anak-anak itu belajar dan menguasai bahasa tanpa disadari dan

tanpa beban, apalagi diajari secara khusus. Mereka belajar bahasa

melalui pola berikut.

1) Semua komponen, Sistem dan Keterampilan Bahasa Dipelajari

secara Terpadu

2) Belajar bahasa dilakukan secara alami dan langsung dalam konteks

yang otentik

3) Belajar bahasa dilakukan secara bertahap, sesuai dengan

kebutuhannya

4) Belajar bahasa dilakukan melalui strategi uji coba (Trial-Error) dan

strategi lainnya

16

Page 17: Makalah Bindo

c. Pembelajaran Bahasa

Halliday (1979, dalam goodman,dkk.,1987) menyatakan ada tiga

tipe belajar yang melibatkan bahasa :

1) Belajar Bahasa

Kemampuan ini melibatkan dua hal, yaitu (1) kemampuan untuk

menyampaikan pesan, baik secara lisan (melalui berbicara) maupun

tertulis (melalui menulis), serta (2) kemampuan memahami,

menafsirkan dan menerima pesan, baik yang disampaikan secara

lisan (melalui kegiatan menyimak) maupun tertulis (melalui kegiatan

membaca).

2) Belajar melalui Bahasa

Seseorang menggunakan bahasa untuk mempelajari pengetahuan,

sikap, keterampilan.

3) Belajar tentang Bahasa

Seseorang mempelejari bahasa untuk mengetahui segala hal yang

terdapat pada suatu bahasa, seperti sejarah, sistem bahassa, kaidah

berbahasa, dan produk bahasa seperti sastra.

Apabila kita berbicara tentang kemampuan berbahasa maka

wujud kemampuan itu lazimnya diklasifikasikan menjadi empat

macam:

1) Kemampuan Menyimak atau mendengarkan

Kemampuan memahami dan menafsirkan pesan yang disampaikan

secara lisan oleh orang lain.

2) Kemampuan berbicara

Kemampuan untuk menyampaikan pesan secara lisan kepada orang

lain.

3) Kemampuan Membaca

Kemampuan untuk memahami dan menafsirkan pesan yang

disampaikan secara tertulis oleh pihak lain.

4) Kemampuan menulis

Kemampuan menyampaikan pesan kepada pihak lain secara tertulis

17

Page 18: Makalah Bindo

Dari Penelitiannya Walter Loban (1976, dal;am Tomkins dan

Hoskisson, 1995) menyimpulkan bahwa adanya hubungan

antarketerampilan berbahasa siswa dan keterampilan berbahasa dengan

belajar. Pertama, siswa dengan kemampuan berbahsa lisan (menyimak

dan berbicara) yang kurang efektif cenderung kurang efektif puila

kemampuan berbahasa tulisnya (membaca dan menulis). Kedua,

terdapat hubungan yang kuat antara kemampuan berbahasa siswa

dengan kemampuan akademik yang diperolehnya.

Paradigma atau cara pandang pembelajaran bahasa di sekolah

dasar adalah sebagai berikut :

1) Imersi, yaitu pembelajaran bahasa dilakukan dengan ‘menerjunkam’

siswa secara langsung dalam kegiatan berbahsa yang dipelajarinya.

2) Pengerjaan (employment), yaitu pembelajaran bahasa dilakukan

dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat aktif

dalam berbagai kegiatan berbahasa yang bermakna, fungsional dan

otentik.

3) Demonstrasi, yaitu siswa belajar bahasa melaluio demonstrasi

dengan pemodelan dan dukungan yang disediakan guru.

4) Tanggung jawab (responsibility), yaitu pembelajaran bahasa yang

memberikan kesempatan kepada siswa untuk memilih aktivitas

berbahasa yang akan dilakukannya.

5) Uji coba (trial-error), yaitu pembelajaran bahasa yang memberikan

kesempatan kepada siswa untuk melakukan kegiatan dari perspektif

atau sudut pandang siswa.

6) Pengharapan (expectation), artinya siswa akan berupaya utuk sukses

atau berhasil dalam belajar jika ada merasa bahwa gurunya

mengharapkan dia menjadi sukses.

18

Page 19: Makalah Bindo

B. Pemerolehan bahasa anak

1. Pemerolehan Bahasa Pertama

a. Pengertian Pemerolehan Bahasa

Mengenai pemerolehan bahasa ini terdapat beberapa pengertian.

Pengertian yang satu mengatakan bahwa pemerolehan bahasa

mempunyai suatu permulaan yang tiba-tiba, mendadak. Kemerdekaan

bahasa mulai sekitar usia satu tahun di saat anak-anak mulai

menggunakan kata-kata lepas atau kata-kata terpisah dari sandi

linguistik untuk mencapai tujuan sosial mereka. Pengertian lain

mengatakan bahwa pemerolehan bahasa memiliki suatu permulaan

yang gradual yang muncul dari prestasi-prestasi kognitif pra-linguistik

(McGraw, 1987 ; 570).

Pemerolehan bahasa anak melibatkan dua keterampilan, yaitu

kemampuan untuk menghasilkan tuturan secara spontan, dan

kemampuan untuk memahami tuturan orang lain. Jika dikaitkan dengan

hal tersebut, maka yang dimaksud dengan pemerolehan bahasa adalah

proses pemilikan kemampuan berbahasa, baik berupa pemahaman

ataupun pengungkapan secara alami, tanpa melalui kegiatan

pembelajaran formal (Tarigan dkk., 1998).

Selain pendapat tersebut, Kiparsky dan Tarigan (1988)

mengatakan bahwa pemerolehan bahasa adalah suatu proses yang

digunakan oleh anak-anak untuk menyesuaikan serangkaian hipotesis

dengan ucapan orang tua hingga dapat memilih kaidah tata bahasa yang

paling baik dan paling sederhana dari bahasa yang bersangkutan.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam

pemerolehan bahasa :

1) Berlangsung dalam situasi informal, anak-anak belajar tanpa beban

dan berlangsung di luar sekolah.

2) Pemilikan bahasa tidak melalui pembelajaran formal di lembaga-

lembaga pendidikan seperti sekolah atau kursus.

3) Dilakukan tanpa sadar atau secara spontan.

19

Page 20: Makalah Bindo

4) Dialami langsung oleh anak dan terjadi dalam konteks berbahasa

yang bermakna bagi anak.

b. Teori Pemerolehan Bahasa

1) Teori Behaviorisme

Teori behaviorisme menyoroti perilaku kebahasaan yang

dapat diamati langsung dan hubungan antara rangsangan (stimulus)

dan reaksi (respon). Perilaku bahasa yang efektif adalah membuat

reaksi yang tepat terhadap rangsangan. Reaksi ini akan menjadi

suatu kebiasaan jika reaksi tersebut dibenarkan. Dengan demikian,

anak belajar bahasa pertamanya.

Sebagai contoh, seorang anak mengucap bilangkali untuk

barangkali pasti si anak akan dikritik oleh ibunya atau siapa saja

yang mendengar kata tersebut. Apabila suatu ketika si anak

mengucapkan barangkali dengan tepat, dia tidak akan mendapat

kritikan karena pengucapannya sudah benar. Situasi seperti inilah

yang dinamakan membuat reaksi yang tepat terhadap rangsangan

dan merupakan hal pokok bagi pemerolehan bahasa pertama.

B.F. Skinner adalah tokoh behaviorisme. Dia menulis buku

Verbal Behavior (1957) yang digunakan sebagai rujukan bagi

pengikut aliran ini. Menurut aliran ini, belajar merupakan hasil

faktor eksternal yang dikenakan pada suatu organisme. Menurut

Skinner, perilaku kebahasaan sama dengan perilaku yang lain,

dikontrol oleh konsekuensinya. Apabila suatu usaha menyenangkan

perilaku itu akan terus dikerjakan. Sebaliknya, apabila tidak

menguntungkan, perilaku itu akan ditinggalkan.

2) Teori Nativisme

Chomsky merupakan penganut nativisme. Menurutnya,

bahasa hanya dapat dikusai oleh manusia, binatang tidak mungkin

dapat menguasai bahasa manusia. Pendapat Chomsky didasarkan

pada beberapa asumsi. Pertama, perilaku berbahasa adalah sesuatu

20

Page 21: Makalah Bindo

yang diturunkan (genetik), setiap bahasa memiliki pola

perkembangan yan sama (merupakan sesuatu yang universal), dan

lingkungan memiliki peran kecil dalam proses pematangan bahasa.

Kedua, bahasa dapat dikuasai dalam waktu yang relatif

singkat. Ketiga, lingkungan bahasa anak tidak dapat menyediakan

data yang cukup bagi penguasaan tata bahasa yang rumit dari orang

dewasa.

Menurut aliran ini, bahasa adalah sesuatu yang kompleks dan

rumit sehingga mustahil dapat dikuasai dalam waktu yang singkat

melalui “peniruan”. Nativisme juga dipercaya bahwa setiap manusia

yang lahir sudah dibekali dengan suatu alat untuk memperoleh

bahasa (language acquisition device, disingkat LAD). Tanpa LAD,

tidak mungkin seorang anak dapat menguasai bahasa dalam waktu

singkat dan bisa menguasai sistem bahasa yang rumit. LAD juga

memungkinkan seorang anak dapat membedakan bunyi bahasa dan

bukan bunyi bahasa.

3) Teori Kognitivisme

Munculnya teori ini dipelopori oleh Jean Piaget (1954) yang

mengatakan bahwa bahasa itu salah satu di antara beberapa

kemampuan yang berasal dari kematangan kognitif. Jadi

perkembangan bahasa itu ditentukan oleh urutan-urutan

perkembangan kognitif.

Menurut teori ini, bahasa bukanlah suatu ciri alamiah yang

terpisah, melainkan salah satu diantara beberapa kemampuan yang

berasal dari kematangan kognitif. Bahasa distrukturisi oleh nalar.

Perkembangan bahasa harus berlandaskan pada perubahan yang

lebih mendasar dan lebih umum di dalam kognisi. Jadi, urutan-

urutan perkembangan kognitif menentukan urutan perkembangan

bahasa (Chaer, 2003:223). Hal ini tentu saja berbeda dengan

pendapat Chomsky yang menyatakan bahwa mekanisme umum dari

perkembangan kognitif tidak dapat menjelaskan struktur bahasa yang

21

Page 22: Makalah Bindo

kompleks, abstrak, dan khas. Begitu juga dengan lingkungan

berbahasa. Bahasa harus diperoleh secara alamiah.

Menurut teori kognitivisme, yang paling utama harus dicapai

adalah perkembangan kognitif, barulah pengetahuan dapat keluar

dalam bentuk keterampilan berbahasa. Dari lahir sampai 18 bulan,

bahasa dianggap belum ada. Anak hanya memahami dunia melalui

inderanya. Anak hanya mengenal benda yang dilihat secara

langsung. Pada akhir usia satu tahun, anak sudah dapat mengerti

bahwa benda memiliki sifat permanen sehingga anak mulai

menggunakan symbol untuk mempresentasikan benda yang tidak

hadir dihadapannya. Simbol ini kemudian berkembang menjadi kata-

kata awal yang diucapkan anak.

4) Teori Interaksionisme

Teori interaksionisme beranggapan bahwa pemerolehan

bahasa merupakan hasil interaksi antara kemampuan mental

pembelajaran dan lingkungan bahasa. Pemerolehan bahasa itu

berhubungan dengan adanya interaksi antara “input” dan

kemampuan internal yang dimiliki pembelajaran.

Setiap anak sudah memiliki LAD sejak lahir. Hal ini

dibuktikan oleh berbagai penemuan seperti yang telah dilakukan

oleh Howard Gardner. Dia mengatakan bahwa sejak lahir anak telah

dibekali berbaai kecerdasan. Salah satu kecerdasan yang dimaksud

adalah kecerdasan berbahasa (Campbel, dkk. 2006:23). Akan tetapi,

yang tidak dapat dilupakan adalah lingkungan juga faktor yang

mempengaruhi kemampuan berbahasa si anak.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemerolehan Bahasa Anak

1) Faktor Biologis

Setiap anak yang lahir telah dilengkapi dengan kemamuan

kodrati atau alami yang memungkinkannya menguasai bahasa.

Potensi alami itu bekerja secara otomatis. Chomsky (1975 dalam

22

Page 23: Makalah Bindo

Santrock, 1994) menyebut potensi yang terkandung dalam perangkat

biologis anak dengan istilah Piranti pemerolehan bahasa (Language

Acquisition Device). Dengan piranti itu, anak dapat menerapkan

sistem suastu bahasa yang terdiri atas subsitem fonologis, tata

bahasa, kosakata, dan pragmatik, serta menggunakannya dalam

berbahasa.

Perangkat biologis yang menentukan anak dapat memperoleh

kemampuan bahasanya ada 3, yaitu otak (sistem syaraf pusat), alat

dengar, dan alat ucap. Dalam proses berbahasa, seseorang

dikendalikan oleh sistem syaraf pusat yang ada di otaknya. Pada

belahan otak sebelah kiri dikendalikan oleh sistem syaraf pusat yang

ada di mengontrol produksi atau penghasilan bahasa, seperti

berbicara dan menulis. Pada belahan otak sebelah kanan terdapat

wilayah Wernicke yang mempengaruhi dan bagian otak itu terdapat

wilayah motor suplementer. Bagian ini berfungsi untuk

mengendalikan unsur fisik penghasil ujaran. Berdasarkan tugas

tenaga bagian otak itu, alur penerimaan dan penghasilan bahasa

dapat disederhanakan seperti berikut. Bahasa didengarkan dan

dipahami melalui daerah Wernicke. Isyarat bahasa itu kemudian

dialihkan ke daerah Broca untuk mempersiapkan penghasilan

balasan. Selanjutnya isyarat tanggapan bahasa itu dikirimkan ke

daerah motor, seperti alat ucap, untuk menghasilkan bahasa secara

fisik.

2) Faktor Lingkungan Sosial

Untuk memperoleh kemampuan berbahasa, seorang anak

memerlukan orang lain untuk berinteraksi dan berkomunikasi. Anak

yang secara sengaja dicegah untuk mendegarkan sesuatu atau

menggunakan bahasanya untuk berkomunikasi, tidak akan memiliki

kemampuan berbahasa. Mengapa demikian? Bahasa yang diperoleh

anak tidak diwariskan secara genetis atau keturunan, tetapi didapat

dalam lingkungan yang menggunakan bahasa. Atas dasar itu maka

23

Page 24: Makalah Bindo

anak memerlukan orang lain untuk mengirimkan dan menerima

tanda-tanda suara dalam bahasa itu secara fisik. Anak memerlukan

contoh atau model berbahasa, respon atau tanggapan, secara temah

untuk berlatih dan beruji coba dalam belajar bahasa dalam konteks

yang sesungguhnya.

Dengan demikian, lingkungan sosial tempat anak tinggal dan

tumbuh, seperti keluarga dan masyarakat merupakan salah satu

faktor utama yang menentukan pemerolehan bahasa anak. Lalu,

bagaimana kaitan lingkungan sosial dengan perangkat biologis yang

telah dimiliki anak lahir? Apakah kalau unsur biologis anak normal

masih tetap memerlukan lingkungan sosial untuk mendapatkan

kemampuan berbahasanya? Kaitan keduanya sangat erat, tak

terpisahkan. Kehilangan salah satu dari keduanya akan

mengakibatkan anak tidak mampu berbahasa. Jika disederhanakan

piranti biologis adalah wadah atau alat maka lingkungan berperan

memberi isi atau muatan. Apabila digambarkan maka bentuknya

seperti berikut.

Banyak bukti menunjukkan bahwa otak alat dengar dan alat

ucap, memiliki peran dasar sangat penting. Gangguan pada salah

satu dari ketiganya akan sangat menghambat bahasa anak.

Lennerberg (1975 dalam Cahyono, 1995) membuktikannya melalui

penelitian yang dilakukan terhadap anak-anak tunarungu, lemah

mental, dan tnawicara.

Dari kajiannya mengenai anak-anak tunarungu, Lennerberg

menemukan fakta berikut. Tiga belum setelah dilahirkan anak-anak

tunarungu dapat menghasilkan bunyi-bunyi yang sama seperti anak

normal. Dari bulan keempat hingga bulan kedua belas, hanya

sebagian bunyi yang mereka hasilkan sama dengan anak normal.

Setelah itu, bunyi-bunyi yang mereka hasilkan lebih terbatas dari

pada bunyi-bunyi yang diproduksi anak yang berpendengaran

normal.

24

Page 25: Makalah Bindo

Hasil pengajaran terhadap anak-anak tunarungu menunjukkan

bahwa peluang mereka untuk belajar menggunakan suara dan alat

ucapnya sangat kecil. Ketika mereka berusaha berbicara, kualitas

suara mereka berubaha dengan tekanan yang kurang biak serta pula

informasi yang tak terkendali.

Anak-anak lemah mental cenderung mengartikulasikan

tuturannya secara lemah dengan gramatika yang banyak

mengandung kesalham. Kesalahan itu kadang-kadang

pembicarannya bahwa mereka kurang memahami apa yang

disampaikannya dan topik pembicarannya kabur, kurang terarah.

Berdasarkan kajian Lennerberg, anak-anak tunarungu tidak

dapat berceloteh dan menirukan kata. Mereka tidak dapat memiliki

kemampuan mengartikulasikan atau membunyikan tuturannya secara

normal. Hal ini disebabkan adanya gangguan alat ucap mereka.

Meskipun demikian, mereka dapat memahami tuturan dengan relatif

baik.

Demikianlah uraian mengenai peranan unsur biologis yang

akibatnya lebih rendah terjadinya pemerolehan bahasa anak.

Hambatan biologis yang akibatnya lebih rendah dalam pemilikan

bahasa dapat anda amati pada anak-anak gagap, cadel, atau sengau.

Konsep lingkungan sosial di sini mengacu kepada berbagai

perilaku berbahasa setiap individu, seperti orang tua, saudara,

anggota masyarakat sekitar, dalam mendukung perkembangan

bahasa anak. Dukungan dan keterlibatan sosial ini diperlukan anak.

Inilah yang disebut Bruner (1983 dalam Santrock, 1994) sebagai

sistem pendukung pemerolehan bahasa (languange acquisition

supprot system).

Kita semua tahu bawah pemakai bahasa yang baik itu harus

memiliki dua hal. Pertama dia harus menguasai sistem atau aturan

bahasa yang digunakannya. Kedua, dia juga harus memehami dan

menguasai aturan sosial penggunaan bahsa itu. Kita akan menyebut

25

Page 26: Makalah Bindo

kurang ajar apbila seorang anak berbahasa dengan gurunya

menggunakan ragam dan cara bahasa seperti dengan kawa

sebayanya. Nah, apabila piranti biologis memungkinkan anak

memahami sistem bahasanya maka lingkungan sosial memberikan

kesempatan baginya untuk berinteraksi dengan bahasa yang

dimilikinya sehingga bahasanya berfungsi secara wajar. Berikut ini

adalah beberapa cara sosial itu memberikan dukungan kepada anak

dalam belajar bahasa:

(a) Bahasa semang (motheresse) yaitu penyederhanaan bahasa oleh

orang tua atau orang dewasa lainnya ketika berbicara dengan

bayi anak kecil. Misalnya, “Napa chayang? Mau mimi, iya?

Bentar, ya!”

(b) Parafrase, yaitu pengungkapan kembali ujaran yang diucapkan

anak dengan cara yang berbeda. Misalnya kalimat pernyataan

menjadi kalimat pertanyaan. Efek parafase ini sangat menolong

anak belajar bahasa. Oleh karena itu, orang dewasa sebaiknya

membiarkan anak menunjukkan minat serta mengungkapkannya

dalam bentuk komentar, demontrasi dan menjelaskan. Menurut

Rice (Santrock, 1994), pendekatan direktif atau langsung

sewaktu berkomunikasi dengan anak akan mengganggunya.

Misalnya:

Anak : “Mammam!”

Ibu : “Oh, maem, chayang?” (Oh maka, sayang?)

(c) Menegaskan kembali (echoing) yaitu mengulang apa yang

dikatakan anak, terutama apabila tuturannya tidak lengkap atau

tidak sesuai dengan maksud. Misalnya:

Anak : “Mah itu!” sambil menunjuk. Mukanya seperti

ketakutan.

Ibu : “Oh, cecak, Rani takut cecak? Nggak apa-apa. Cecak baik,

kok!”

Anak : “Iya!”

26

Page 27: Makalah Bindo

(d) Memperluas (expanding) yaitu mengungkapkan kembali apa

yang dikatakan anak dalam bentuk kebahasaan yang lebih

kompleks.

(e) Menamai (labeling), yaitu mengindentifikasi nama-nama benda.

Bisa dalam bentuk benda sebenarnya atau benda tiruan (realia),

gambar, permainan kata, dan sebagainya.

(f) Penguatan (reinforcement) yaitu menanggapi atau memberi

respon positif atas perilaku bahasa anak. Misalnya, dengan

memuji, memberi acungan jempol, dan tepuk tangan.

(g) Pemodelan (modelling), yaitu contoh berbhasa yang dilakukan

orang tua atau orang dewasa (Santrock, 1994; Benson, 1998).

3) Faktor Intelegensi

Intelengesi adalah daya atau kemampuan anak dalam berpikir

atau bernalar. Zanden (1980) mendefinisikannya sebagai

kemampuan seseorang dalam memecahkan masalah. Intelengesiini

bersifat abstrak dan tak dapat diamati secara langsung. Pemahaman

kita tentan tingkat intelengensi seseorang hanya dapat disimpulkan

melalui perilakunya.

Kemudian, bagaimana pengaruh faktor untuk mengatakan

bahwa anak yang bernalar anak? Sebenarnya, penulis tidak

bermaksud untuk mengatakan bahwa anak yang bernalar tinggi lebih

tinggi akan lebih sukses dari pada anak yang berdaya nalar pas-pasan

kecuali, tentu saja anak-anak yang sangat rendah intelegensinya

seperti yang telah dijelaskan pada faktor bilogis, dapat belajar dan

memperoleh bahasa dengan sukses. Perbedaannya terletak pada

jangka waktu dan tingkat kreativitas. Anak yang berintelengensi

tinggi, tingkat pencapaian bahasanya cenderung lebih cepat, lebih

banyak dan lebh bevariasi bahasanya dari pada anak-anak yang

bernalar sedang atau rendah.

27

Page 28: Makalah Bindo

4) Faktor Motivasi

Benson (1988) menyatakan bahwa kekuatan motivasi dapat

menjelaskan “Mengapa seorang anak yang normal sukses

mempelajari bahasa ibunya”. Sumber motivasi itu ada 2 yaitu dari

dalam dan luar diri anak.

Dalam belajar bahasa seorang anak tidak terdorong demi

bahasa sendiri. Dia belajar bahasa karena kebutuhan dasar yang

bersifat, seperti lapar, haus, serta perlu perhatian dan kasih sayang

(Goodman, 1986; Tompkins dan Hoskisson. 1995). Inilah yang

disebut motivasi intrinsik yang berasal dari dalam diri anak sendiri.

Untuk itulah mereka memerlukan kemunikasi dengan sekitarnya.

Kebutuhan komunikasi ini ditunjukkan agar dia dapat dipahami dan

memahami guna mewujudkan kepentingan dirinya.

Dalam perkembangan selanjutnya si anak merasakan bahwa

komunikasi bahasa yang dilakukannya membuat orang lain senang

dan gembira sehingg dia pin kerap menerima pujian dan respon baik

dari mitra bicaranya. Kondisi ini memacu anak untuk belajar dan

menguasai bahasanya lebih baik lagi. Nak karena dorongan belajar

anak itu berasal dari luar dirinya maka motivasinya disebut motivasi

ekstrinsik.

d. Strategi Pemerolehan Bahasa

Berbeda dengan orang dewasa, anak kecil cenderung lebih cepat

belajar dan menguasai suatu bahsa. Dalam lingkungan masyarakat

bahasa apa pun mereka hidup anak-anak hanya memerlukan waktu

relatif sebentar untuk menguasai sistem bahasa itu. Apalagi kalau

mereka berada dalam lingkungan bahasa ibunya (Bahasa Pertama).

Sebenarnya strategi apa yang ditempuh anak-anak dalam belajar

bahasa sehingga dengan cepat mereka dapat menguasai itu. Padahal

mereka tidak sengaja belajar atau diajari secara khusus. Ternyata, untuk

memperoleh kemampuan bahasa lisannya mereka melakukannya

dengan berbagai cara seperti di bawah ini.

28

Page 29: Makalah Bindo

1) Mengingat

Mengapa memainkan peranan penting dalam belajar bahasa

anak atau belajar apa pun. Setiap pengalaman indrawi yang dilalui

anak, direkam dalam benaknya. Ketika dia menyentuh, mencerap,

mencium, melihat, dan mendengar sesuatu, memori anak

menyimpangnya. Pancaindra itu sangat penting bagi anak dalam

membangun pengetahuan tentang dunianya.

Pada setiap awal belajar bahasa, anak mulai membangun

pengetahuan tentang kombinasi bunyi-bunuyi tertentu yang

menyertai dan merujuk pada sesusatu yang dia alami. Ingatan itu

akan semakin kuat, terutama apabila penyebutan akan benda atau

peristiwa tertentu terjadi berulang-ulang. Dengan cara ini, anak-anak

mengingat kata-kata tentang sesusatu sekaligus berulang-ulang pula

cara mengucapnya.

Hanya saja, khasanah bahasa yang diingat anak ketika

diucapkan tidak salah tepat. Mungkin lafalnya kurang pas atau hanya

suku kata awal atau akhirnya saja. Hal ini terjadi karena

pertumbuhan otak dan alat ucap anak masih sedsang berkembang.

Dia menyimpan kata yang dia dengar, yang dia diperlukan dalam

memorinya. Dia pun mencoba mengatakannya. Namun tingkat

perkembangannya yang belum memungkinkan dia melafalkan

tuturan sesempurna orang dewasa. Oleh kareana itu, dalam

berbahasa biasanya anak dibantu oleh ekspresi, gerak tangan atau

menunjuk benda-benda tertentu. Inilah versi bahasa anak.

Mengingat kondisi itu, dalam berkomunikasi dengan anak

biasanya orang tua atau orang dewasa menyederhanakan bahasanya.

Penyerderhanaan itu diwujudkan dalam tuturan yang pelan,

ekspresif, dan modifikasi kata yang mudah diingat dan diucapkan

anak, seperti kata “pus” untuk kucing, “mimi” untuk minum,

“mamam” atau “Ma’em” untuk makan, “bobo” tidur, dan “pipis”

untuk kencing.

29

Page 30: Makalah Bindo

2) Meniru

Strategi penting lainnya yang dilakukan anak dalam belajar

bahasa adalah peneriuan. Perwujudan strategi ini sebenarnya tak

dapat dipisahkan dari strategi mengingat. Kemudian apakah peniruan

yang dilakukan dalam belajar bahasa itu seperti beo? Apakah dia

meniru bulat-bulat dan hanya sekedar mengulang kembali apa yang

didengarnya?

Perkataan anak tidaklah selalu merupakan pengulangan

searah persis apa yang didengarnya, seperti halnya beo. Cobalah

anda amati atau minta seorang anak mengulang suatu tuturan yang

dicontohlan. Anda akan menemukan bahwa tuturan anak cenderung

mengalami perubahan. Perubahan itu daopat berupa pengurangan,

penambahan, dan penggatian kata atau pengurutan susunan kata.

Mengapat begitu?

Sedikitnya ada 2 penyebab. Penyebab pertama, berkaitan

dengan perkembangan otak, penguasaan kaidah bahasa, serta alat

ucap. Dengan demikian anak hanya akan mengucapkan tuturan yang

telah dikuasainya. Penyebab kedua, berkenaan dengan kreativitas

berbahasa anak. Di suatu sisim secsara bertahap dia dapat

memahami dan menggunakan suatu sistem bahasa yang

memungkinkan dia mengerti dan memproduksi jumlah tuturan yang

tak terbatas. Keadaan ini mendorong anak senang melakukan

percobaan atau eksperimen dalam berbhasa. Percobaan ini terus

berlangsung sampai kemampuan berbahasanya berpindah pada

tingkat yang lebih kompleks.

Atas dasar itu pula, tampaknya sulit bagi anak untuk meniru

bulat-bulat tuturan orang dewasa. Sebab, apabila anak berkonsentrasi

pada tuturan tersebut maka perkembangan kemampuan

komunikasinya akan sangat terganggu. Hasilnya pun akan sangat

terbatas (MaCaualay, 1980). Oleh karena itu tak perlu heran apabila

suatu ketika anda mendengar anak mampu memproduksi tuturan

30

Page 31: Makalah Bindo

yang belum pernah anda dengar sebelumnya. Hal ini terjadi karena

dalam belajar bahasa, seorang anak tidak sekedar menangkap kata-

kata. Dia juga mencerna prinsip-prinsip organisasi bahasa secara

alami. Dengan demikian, sifat peniruan anak cenderung bersifat

dinamis dan kreatif. Oleh karena strategi peniruan itu pula maka

model (orang) yang memberikan masukan kebahasaan kepada anak

sangat mempengaruhi corak bahasa yang baik. Sebaliknya, apabila

modelnya kurang baik maka versi bahasa yang kurang baik itulah

yang akan dipelajarinya.

3) Mengalami Langsung

Strategi lain yang mempercepat anak menguasai bahasa

pertamanya adalah mengalami langsung kegiatan berbahasa dalam

konteks yang nyata. Anak menggunakan bahasanya baik ketika

berkomunikasi dengan orang lain, maupun sewaktu sendirian. Dia

menyimak dan berbicara langsung, dan sekaligus memperoleh

tanggapan dari mitra bicaranya. Dari tanggapan yang diperolehnya,

secara tidak sadar anak memperoleh masukan tentang kewajaran dan

ketepatan perilaku berbahasanya, dan dalam waktu yang sama juga

si anak mendapat masukan dari tindak berbahasa yang dilakukan

mitra berbicaranya.

4) Bermain

Kegiatan bermain sangat penting untuk mendorong

pengembangan kemampuan berbahasa anak. Dalam bermain, si anak

kadang berperan sebagai orang dewasa, sebagai penjual atau pembeli

dalam bermain dagang-dagangan, ibu, bapak atau anak dalam

bermain rumah-rumahan, sebagai dokter atau perawat atau pasien

atau sebagai guru atau murid dalam bermain sekolah-sekolahan.

5) Penyederhanaan

Perbuatan anak bersifat egosentris (berpusat pada dirinya)

perkembangan kemampuan anak yang bertahap yang membuat

turunan yang digunakannya lebih sederhana dan langsung. Satu atau

31

Page 32: Makalah Bindo

dua kata mewakili satu kalimat. Ciri berbahasa anak seperti ini

disebut penyederhanaan atau reduksi. Stategi itu tentu tidak disadari

si anak. Meskipun sederhana, kita sebagai orang dewasa akan

memahaminya karena dibantu oleh konteks terjadinya perilaku

berbahasa anak.

e. Tahap-tahap Pemerolehan Bahasa

Proses pemerolehan bahasa anak-anak tidaklah tiba-tiba, tidak

pula sekaligus, akan tetapi bertahap. Berikut adalah tahapan

pemerolehan bahasa anak menurut Solchan (2014,2.17):

1) Tahap asing Pralinguistik

Bunyi bahasa yang dihasilkan akan semakin mendekati bunyi vocal

atau konsonan tertentu. Perkembangan bahasa pada fase ini disebut

Pralinguistik. Fase ini bersangsung sejak anak lahir sampai berumur

sekitar 12 bulan.

(a) Pada umur 0-2 bulan,anak hanya mengeluarkan bunyi-bunyi

refleksif untuk menyatakan rasa lapar, haus, sakit atau ketidak

nyamanan, serta bunyi-bunyi vegetatif yang berkaitan dengan

aktifitas butuh.

(b) Pada umur 2-5 bulan, anak mulai mendekut dan mengluarkan

bunyi-bunyi vocal yang bercampur dengan bunyi-bunyi mirip

konsonan.

(c) Pada umur 4-7 bulan, anak mulai mengeluarkan bunyi yang

agak utuh dengan rentang waktu yang lebih lama.

(d) Pada umur 6-12 bulan, anak mulai mulai berceloteh.

Celotehannya berupa reduplikasi atau mengulangan konsenan

dan vocal yang sama.

2) Tahap satu Kata Holofrasis

Pada umur 12-18 bulan, anak mulai mengunakan satu kata yang

bermakna mewakili keseluruhan ide yang di sampaikannya. Kata

yang diucapkan anak adalah kata-kata yang telah dikenal dan di

32

Page 33: Makalah Bindo

kuasainya. Kata-kata itu biasanya sering muncul dalam tuturan

keseharian dilingkungan anak.

3) Tahap Dua kata

Pada usia 18-24 bulan, tahap ini kosakata dan gramatika anak

berkembang dengan cepat, seiring dengan kematangan otak dan alat

ucapannya.

4) Tahap telegrafis

Antara usia 2-3 tahun anak telah menghasilkan ujaran dalam bentuk

kalimat-kalimat pendek. Ciri yang paling mencolok pada fase ini

bukanlah pada jumlah kata yang dihasilkan anak, tetapi pada fariasi

bentuk kata yang sudah mulai muncul. Namun demikian, pada fase

ini, anak belum menggunakan kata tugas dalam bertutur.

Bayi dalam usia 2-4 bulan ternyata telah memahami dan merespon

maksud tuturan orang tuanya, melalui berbagai nada suara tertentu.

Sekitar 6 bulan, anak mulai mengaitkan tuturan yang di dengarnya

dengan konteks yang menyertainya, seperti ucapan dadah(disertai

dengan lambaian tangan ), tepuk tangan atau gurauan.

2. Pemerolehan Bahasa Kedua

a. Pengertian dan Cara Pemerolehan Bahasa Kedua

Bahasa kedua adalah bahasa yang di peroleh anak setelah

mereka memperoleh bahasa lain. Peteda (1990:99) behasil beberapa

mengumpulkan beberapa istilah yang mengacu pada konsep B1 dan B2

istilah –istilah tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

B1 B2

Bahasa pertama (first language)

Bahasa asli (native languange)

Bahasa ibu (mother  tongue)

Bahasa utama (primary languange)

Bahasa kuat (stonger language)

Bahasa kedua (second language)

Bukan bahasa asli(nonnative language)

Bahasa asing (foreign language)

Bahasa kedua(secondary languge)

Bahasa lemah(weaxer language)

33

Page 34: Makalah Bindo

Ciri –Ciri Proses Pemerolehan Bahasa Kedua Cirinya:

1) Pembelajaran bahasa terjadi dalam interaksi sosial antar individu.

2) Pembelajaran tumbuh dan berkembang menuju kedewasaan ber-B2

sehingga proses mengajar ini dapat diharapkan memberikan

pengalamannya  untuk membantu pembelajaran.

3) Proses pembelajaran merupakan kesempatan sebesar besarnya

pembelajar melakukan respon, tidak hanya duduk dan diam.

b. Teori Pemerolehan Bahasa Kedua

Suatu bahasa disebut bahasa kedua apabila bahasa tersebut

dikuasai anak melalui belajar formal. Tipe perolehan bahasa kedua

dapat dibedakan menjadi pemerolehan bahasa kedua secara terpimpin,

secara alamiah serta terpimpin dan alamiah. Pemerolehan bahasa kedua

secara terpimpin dilakukan melalui aktivitas pembelajaran baik di

sekolah maupun kursus atau les. Umumnya ragam yang dipelajari

bersifat formal atau baku. Pemerolehan bahasa kedua secara alamiah

dilakukan secara spontan. Kunci keberhasilan belajar bahasa kedua

adalah kemauan belajar, keberanian, mempraktikkan dalam situasi riil

dan keintensifan dalam berkomunikasi.

Ellis (1986) telah mengidentifikasi tujuh teori pemerolehan

bahasa kedua yaitu :

1) Model Akulturasi

Akulturasi adalah proses adaptasi atau penyesuaian dengan

kebudayaan baru. Akulturasi ditentukan oleh jarak sosial dan jarak

psikologis antara pembelajar (B1) dengan budaya sasaran (B2). Jarak

sosial adalah pengaruh faktor-faktor pembelajar sebagai anggota

masyarakat yang harus berhubungan dengan masyarakat “pemilik”

B2. Sementara jarak psikologis adalah pengaruh faktor afeksi

pembelajar sebagai pribadi pembelajar.

2) Teori Akomodasi

Teori akomodasi menyatakan bahwa hubungan masyarakat B1

dengan B2 dalam berinteraksi sangat menentukan pemerolehan B2.

34

Page 35: Makalah Bindo

3) Teori Wacana

Teori wacana menekankan pentingnya pembelajar B2 menemukan

makna bahasa melalui keterlibatannya dalam berkomunikasi.

Melalui kesertaannya dalam komunikasi, pembelajar dapat

mengembangkan kaidah gramatika dan penggunaan bahasanya.

4) Model Monitor

Model ini menyatakan bahwa tampilan berbahasa pembelajar B2

ditentukan oleh cara mereka menggunakan monitor. Penggunaan

monitor yang berlebihan akan menghambat penguasaan bahasa

pembelajar. Monitor memiliki lima hipotesis yaitu :

(a) Hipotesis pemerolehan belajar

(b) Hipotesis urutan alamiah

(c) Hipotesis monitor

(d) Hipotesis masukan

(e) Hipotesis saringan afektif

5) Model Kompetensi Variabel

Model ini menyatakan bahwa cara seseorang mempelajari bahasa

akan mencerminkan cara orang itu menggunakan bahasa yang

dipelajarinya. Produk penggunaan bahasa terdiri dari produk bahasa

yang tidak direncanakan sampai yang terencana. Produk yang tidak

direncanakan adalah wujud penggunaan bahasa yang

pengungkapkannya bersifat spontan, tanpa persiapan, dan tidak

melalui pemikiran yang matang. Penggunaan bahasa ini terjadi

dalam komunikasi rutin seperti tutur-sapa, percakapan. Sebaliknya

produk bahasa yang direncanakan merupakan wujud penggunaan

bahasa yang pengungkapkannya didahului dengan persiapan dan

pemikiran yang cukup matang. Produk bahasa ini umumnya terjadi

dalam aktivitas berbahasa resmi seperti pidato, sambutan atau

diskusi resmi.

35

Page 36: Makalah Bindo

6) Hipotesis Universal

Hipotesis ini menyatakan bahwa anak menemukan kaidah-kaidah

bahasa dengan bentuk gramatika universal yakni gramatika inti.

Bahasa antara anak kan terisi dengan kaidah-kaidah bahasa yang

bersifat universal.

7) Teori Neurofungsional

Teori ini menyatakan bahwa adanya hubungan antara bahasa dengan

anatomi syaraf. Dua daerah dalam otak, yaitu belahan otak kanan

dan belahan otak kiri menentukan pemerolehan B2. Belahan otak

kanan berkaitan dengan proses menyeluruh dan berfungsi untuk

merekam dan memproses ujaran yang berpola. Sementara belahan

otak kiri berkaitan dengan penggunaan bahasa secara kreatif yang

meliputi pemrosesan secara sintatik dan semantik serta pengendali

aktivitas berbicara dan menulis.

C. Pendekatan, Metode dan teknik Pembelajaran Bahasa

1. Hakikat Pendekatan, Metode dan Teknik

a. Pendekatan

Pendekatan (approach) adalah cara memulai sesuatu atau cara

memulai pengajaran bahasa. Pendekatan merupakan dasar teoretis

untuk suatu metode. Secara lebih luas, pendekatan merupakan asumsi

tentang bahasa, antara lain asumsi yang menganggap bahasa sebagai

kebiasaan; ada pula yang menganggap bahasa sebagai suatu sistem

komunikasi yang pada dasarnya dilisankan; dan ada lagi yang

menganggap bahasa sebagai seperangkat kaidah.

b. Metode

Istilah metode berarti perencanaan secara menyeluruh untuk

menyajikan materi pelajaran bahasa secara teratur. Istilah ini bersifat

prosedural dalam arti penerapan suatu metode dalam pembelajaran

bahasa dikerjakan dengan melalui langkah-langkah yang teratur dan

secara bertahap, dimulai dari penyusunan perencanaan pengajaran,

36

Page 37: Makalah Bindo

penyajian pengajaran, proses belajar mengajar, dan penilaian hasil

belajar.

Machfudz (2000) mengutip penjelasan Edward M. Anthony

(dalam H. Allen and Robert, 1972) menjelaskan bahwa istilah metode

dalam pembelajaran Bahasa Indonesia berarti perencanaan secara

menyeluruh untuk menyajikan materi pelajaran bahasa secara teratur.

Istilah ini lebih bersifat prosedural dalam arti penerapan suatu metode

dalam pembelajaran bahasa dikerjakan dengan melalui langkah-langkah

yang teratur dan secara bertahap, dimulai dari penyusunan perencanaan

pengajaran, penyajian pengajaran, proses belajar mengajar, dan

penilaian hasil belajar. Sedangkan menurut Salamun (2002), metode

pembelajaran adalah cara-cara yang berbeda untuk mencapai hasil

pembelajaran yang berbeda di bawah kondisi yang berbeda. Jadi dapat

disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah sebuah cara untuk

perencanaan secara utuh dalam menyajikan materi pelajaran secara

teratur dengan cara yang berbeda-beda untuk mencapai hasil

pembelajaran yang berbeda di bawah kondisi yang berbeda.

c. Teknik

Istilah teknik dalam pembelajaran bahasa mengacu pada

pengertian implementasi perencanaan pengajaran di depan kelas, yaitu

penyajian pelajaran dalam kelas tertentu dalam jam dan materi tertentu

pula. Teknik mengajar berupa berbagai macam cara, kegiatan, dan kiat

(trik) untuk menyajikan pelajaran dalam rangka mencapai tujuan

pembelajaran. Teknik pembelajaran bersifat implementasi, individual,

dan situasional.

Saksomo (1983) menyebutkan teknik dalam pembelajaran

Bahasa Indonesia antara lain (1) ceramah, (2) tanya jawab , (3) diskusi,

(4) pemberian tugas dan resitasi, (5) demonstrasi dan eksperimen, (6)

meramu pendapat (brainstorming), (7) mengajar di laboratorium, (8)

induktif, inkuiri, dan diskoveri, (9) peragaan, dramatisasi, dan ostensif,

37

Page 38: Makalah Bindo

(10) simulasi, main peran, dan sosio-drama, (11) karya wisata dan

bermain-main, dan (12) eklektik, campuran, dan serta-merta.

2. Jenis-jenis Pendekatan Pembelajaran Bahasa

Berikut adalah beberapa Pendekatan yang dapat diaplikasikan

dalam pembelajaran bahasa:

a. Pendekatan Kontekstual

Johnson (Nurhadi, 2004:12) mengungkapkan sistem kontekstual

adalah suatu proses pendidikan yang bertujuan membantu peserta didik

melihat makna dalam bahan yang mereka pelajari dengan cara

menghubungkannya dengan konteks kehidupannya sehari-hari.

Sementara, The Washington State Consortium for Contextual Teaching

and Learning merumuskan pengajaran kontekstual adalah pengajaran

yang memungkinkan peserta didik memperkuat, memperluas, dan

menerapkan pengetahuan dan keterampilan akademisnya dalam

berbagai latar di sekolah dan di luar sekolah untuk memecahkan

persoalan yang ada dalam dunia nyata.

Nurhadi (2004:13) menyimpulkan bahwa pembelajaran

kontekstual adalah konsep belajar pasda saat guru menghadirkan dunia

nyata ke dalam kelas dan mendorong peserta didik membuat hubungan

antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam

kehidupannya sehari-hari. Proses pembelajaran berlangsung secara

alamiah dalam bentuk pesera didik bekerja dan mengalami, bukan

berupa pemindahan pengetahuan dari guru kepada peserta didik.

Johnson (Nurhadi, 2004:13-14) mengungkapkan bahwa

karakteristik pendekatan kontekstual memiliki delapan komponen

utama yaitu.

1) Memiliki hubungan yang bermakna

2) Melakukan kegiatan yang signifikan

3) Belajar yang diatur sendiri

4) Bekerja sama

5) Berfikir kritis dan kreatif

38

Page 39: Makalah Bindo

6) Mengasuh dan memelihara pribadi peserta didik

7) Mencapai standar yang tinggi

8) Menggunakan penilaian autentik

Sementara, The Northwest Regional EducationLaboratory USA

(dalam Nurhadi, 2004:14-15) mengidentifikasi adanya enam kunci

dasar pembelajaran kontekstual yaitu.

1) Pembelajaran bermakna

2) Penerapan pengetahuan

3) Berpikir tingkat tinggi

4) Kurikulum yang dikembangkan berdasarkan standar

5) Responsif terhadap budaya

6) Penilaian autentik

Lebih kompleks lagi, karakteristik pendekatan kontekstual yang

diungkapkan oleh Departemen Pendidikan Nasional (2003:20-21) yaitu:

Kerjasama; Saling menunjang; Menyenangkan; Belajar dengan

bergairah; Pembelajaran terintegrasi; Menggunakan berbagai sumber;

Peserta didik aktif; Sharing dengan teman; Peserta didik kritis; Guru

kreatif; Dinding kelas dan lorong-lorong penuh dengan hasil karya

peserta didik, peta, gambar, artikel, dan sebagainya; serta Laporan

kepada orang tua bukan hanya rapor, melainkan hasil karya peserta

didik, laporan hasil praktikum, karangan, dan sebagainya.

Sesuai dengan komponen yang dimiliki oleh pendekatan

kontekstual, maka sebuah kelas dikatakan menggunakan pendekatan

tersebut jika mengggunakan ketujuh komponen yaitu konstruktivisme,

menemukan, bertanya, masyarakar belajar, pemodelan, refleksi, dan

asesmen autentik. Secara garis besar, langkah-langkah penerapan

kontekstual di kelas sebagai berikut.

1) Kembangkan pemikiran bahwa peserta didik akan belajar lebih

bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan

mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya

(komponen konstruktivisme).

39

Page 40: Makalah Bindo

2) Laksanakan kegiatan menemukan sendiri untuk mencapai

kompetisi yang diinginkan (komponen inkuiri).

3) Kembangkan sifat ingin tahu peserta didik dengan bertanya

(komponen bertanya).

4) Ciptakan masyarakat belajar, kerja kelompok (Komponen

Masyarakat Belajar).

5) Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran (komponen

pemodelan).

6) Lakukan refleksi di akhir pertemuan, agar peserta didik merasa

bahwa hari ini mereka belajar sesuatu (komponen refleksi).

7) Lakukan penilaian yang autentik dari berbagai sumber dan cara

(komponen asesmen autentik).

b. Pendekatan Komunikatif

Pendekatan komunikatif merupakan pendekatan yang

berlandaskan pada pemikiran bahwa kemampuan menggunakan bahasa

dalam berkomunikasi merupakan tujuan yang harus dicapai dalam

pembelajaran bahasa (Zuchdi dan Budiarsih, 1996/1997:33-34). Hal ini

sesuai dengan yang dituntut baik oleh Kurikulum 1994 maupun oleh

Kurikulum 2004, bahwa tujuan pembelajaran bahasa Indonesia di SD

tidak lagi untuk menciptakan bagaimana peserta didik memahami

tentang bahasa, tetapi lebih ditekankan pada kemampuan menggunakan

Bahasa Indonesia secara lisan dan tulisan.

Kompetensi berbahasa seseorang tidak memberikan pengaruh

terhadap performansi berbahasanya atau sebaliknya. Pengetahuan

kebahasaan bertalian dengan pengetahuan penutur terhadap bahasa

sebagai suatu sistem dan merupakan kemampuan potensial dalam diri

penutur. Melalui kemampuan potensial ini penutur dapat menciptakan

tuturantuturan, biasanya berupa kalimat-kalimat. Oleh karena itu, dapat

dikatakan bahwa kompetensi linguistik merupakan daya dorong untuk

berbahasa secara kreatif. Pandangan tersebut diperluas oleh para pakar

dari versi kuat. Jadi pembelajaran yang komunikatif adalah

40

Page 41: Makalah Bindo

pembelajaran bahasa yang memungkinkan peserta didik memiliki

kesempatan yang memadai untuk mengembangkan kebahasaan dan

mengunjukkan dalam kegiatan berbahasa, baik kegiatan produktif

maupun reseptif sesuai dengan situasi yang nyata, bukan situasi

buatan.yang terlepas dari konteks.

Brumfit dan Finocchiaro (dalam Richards dan Rogers, 186:87)

mengungkapkan ciri-ciri pendekatan komunikatif adalah.

1) Makna merupakan hal yang terpenting.

2) Percakapan harus berpusat di sekitar fungsi komunikatif dan tidak

dihafalkan secara normal.

3) Kontekstualisasi merupakan premis pertama.

4) Belajar bahasa berarti belajar berkomunikasi.

5) Dianjurkan berkomunikasi efektif.

6) Latihan penubihan atau drill diperbolehkan, tetapi tidak

memberatkan.

7) Ucapan yang dapat dipahami diutamakan.

8) Setiap alat bantu peserta didik diterima dengan baik.

9) Segala upaya untuk berkomunikasi dapat didorong sejak awal.

10) Penggunaan bahasa secara bijaksana dapat diterima bila memang

layak.

11) Terjemahan digunakan jika diperlukan peserta didik.

12) Membaca dan menulis dapat dimulai sejak awal.

13) Sistem bahasa dipelajari melalui kegiatan berkomunikasi.

14) Komunikasi komunikatif merupakan tujuan.

15) Variasi linguistik merupakan konsep inti dalam materi dan

metodologi.

16) Urutan ditentukan berdasarkan pertimbangan isi, fungsi, atau

makna untuk memperkuat minat belajar.

17) Guru mendorong peserta didik agar dapat bekerja sama dengan

menggunakan bahasa itu.

41

Page 42: Makalah Bindo

18) Bahasa diciptakan oleh peserta didik melalui mencoba dan

mencoba.

19) Kefasihan dan bahasa yang berterima merupakan tujuan utama,

ketepatan dinilai dalam konteks bukan dalam keabstrakan.

20) Peserta didik diharapkan berinteraksi dengan orang lain melalui

kelompok atau pasangan, lisan dan tulis.

21) Guru tidak bisa meramal bahasa apa yang akan digunakan peserta

didiknya.

22) Motivasi intrinksik akan timbul melalui minat terhadap hal-hal

yang dikomunikasikan.

Robin dan Thompson (dalam Tarigan, 1990:201) mengemukakan

bahwa ciri-ciri peserta didik yang sesuai dengan konsep pendekatan

komunikatif adalah:

1) Selalu berkeinginan untuk menafsirkan tuturan secara tepat.

2) Berkeinginan agar bahasa yang digunakan selalu komunikatif.

3) Tidak merasa malu jika berbuat kesalahan dalam berkomunikasi.

4) Selalu menyesuaikan bentuk dan makna dalam berkomunikasi.

5) Frekuensi latihan berbahasa lebih tinggi.

6) Selalu memantau ujaran sendiri dan ujaran mitra bicaranya untuk

mengetahui apakah pola-pola bahasa yang diucapkan tersebut dapat

diterima dan dipahami oleh masyarakat.

Berdasarkan konsep pendekatan komunikatif, guru bukanlah

penguasa tunggal dalam kelas. Guru bukanlah satu-satunya pemberi

informasi dan sumber belajar, akan tetapi guru juga sebagai penerima

informasi dari peserta didik. Jadi pembelajaran didasarkan atas multi

sumber. Sumber pembelajaran adalah guru, peserta didik, dan

lingkungan. Lingkungan terdekat adalah kelas. Chandlin (dalam

Tarigan,1990:201) menyebutkan dua peran guru dalam proses belajar-

mengajar, yaitu:

42

Page 43: Makalah Bindo

1) Pemberi kemudahan dalam proses komunikasi antara semua

peserta didik dalam kelas, antara peserta didik dengan kegiatan

pembelajaran, serta teks atau materi.

2) Sebagai partisipan mandiri dalam kelompok belajar-mengajar.

Implikasi dari kedua peran di atas menimbulkan peran-peran kecil

lainnya, yaitu peran sebagai pengorganisasi, pembimbing, peneliti, dan

pembelajar dalam proses belajar-mengajar. Materi pembelajaran

dipersiapkan setelah guru mengadakan suatu analisis kebutuhan peserta

didik. Keanekaragaman kebutuhan peserta didik ini ditampung guru dan

dipertimbangkan dalam mempersiapkan materi pembelajaran. Implikasi

dari keadaan ini adalah aktivitas peserta didik dalam kelas berorientasi

pada peserta didik. Kedudukan materi pembelajaran ditekankan pada

sesuatu yang menunjang komunikasi peserta didik secara aktif.

Ada tiga jenis materi yang perlu dipertimbangakan (dalam

Tarigan, 1989), yaitu:

1) Materi yang berdasarkan teks,

2) Materi yang berdasarkan tugas, dan

3) Materi yang berdasarkan bahan yang otentik.

Tarigan (1989 : 285) mengungkapkan bahwa metode-metode

pembelajaran bahasa komunikatif dilandasi oleh teori pembelajaran

yang mengacu pada dua prinsip, yaitu:

1) Prinsip komunikasi, kegiatan-kegiatan yang melibatkan komunikasi

nyata mampu mengembangkan proses pembelajaran; dan

2) Prinsip tugas, kegiatan-kegiatan tempat dipakainya bahasa untuk

melaksanakan tugas-tugas yang bermakna dapat mengembangkan

proses pembelajaran.

Berdasarkan kedua prinsip tersebut, Tarigan (1989 : 195)

mengungkapkan materi pembelajaran bahasa hendaknya

memungkinkan dapat diterapkannya metode permainan, simulasi,

bermain peran, dan komunikasi pasangan. Salah satu teknik yang dapat

digunakan untuk mewujudkan metode-metode tersebut adalah teknik

43

Page 44: Makalah Bindo

drama. Penggunaan teknik drama dalam pembelajaran bahasa

merupakan upaya guru peserta didik untuk “mengalami” secara

langsung proses pembelajaran bahasa melalui peniruan. Diharapkan

melalui pengalaman langsung tersebut tercipta komunikasi yang ideal

antara guru dan peserta didik dan antara peserta didik dengan peserta

didik. Masing-masing anggota kelas memiliki peran-peran tertentu

sesuai dengan tuntutan drama. Hal ini sejalan dengan pendapat Hamzah

(1994:159) bahwa dengan berteater peserta didik diberi kesempatan

untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan secara maksimal,

berekspresi, dan berakting, di samping memberikan kesempatan kepada

peserta didik untuk bermain sehingga tidak merasa jenuh dalam proses

belajar-mengajar.

c. Pendekatan Tujuan

Pendekatan tujuan ini dilandasi oleh pemikiran bahwa dalam

setiap kegiatan belajar mengajar, yang harus dipikirkan dan ditetapkan

lebih dahulu ialah tujuan yang hendak dicapai. Dengan memperhatikan

tujuan yang telah ditetapkan itu dapat ditentukan metode mana yang

akan digunakan dan teknik pengajaran yang bagaimana yang diterapkan

agar tujuan pembelajaran tersebut dapat dicapai. Jadi, proses belajar

mengajar ditentukan oleh tujuan yang telah ditetapkan untuk mencapai

tujuan itu sendiri.

Pada bagian terdahulu telah disebutkan bahwa kurikulum disusun

berdasarkan suatu pendekatan. Seperti kita ketahui, kurikulum 1975

merupakan kurikulum yang berorientasi pada pendekatan tujuan.

Sejalan dengan hal itu, bidang-bidang studi pun orientasinya pada

pendekatan tujuan; demikian pula bidang studi Bahasa Indonesia. Oleh

karena orientasinya pada tujuan, maka pembelajarannya pun

penekanannya pada tercapainya tujuan.

Misalnya, untuk pokok bahasan menulis, tujuan pembelajaran

yang ditetapkan ialah "siswa mampu membuat karangan/cerita

berdasarkan pengalaman atau informasi dari bacaan”. Berdasar pada

44

Page 45: Makalah Bindo

pendekatan tujuan, maka yang penting ialah tercapainya tujuan, yakni

siswa memiliki kemampuan mengarang. Adapun mengenai bagaimana

proses pembelajarannya, bagaimana metodenya, bagaimana teknik

pembelajarannya tidak merupakan masalah penting. Demikian pula

kalau yang diajarkan pokok bahasan struktur, dengan tujuan "siswa

memiliki pemahaman mengenai bentuk-bentuk kata Bahasa Indonesia.”

Tujuan tersebut dapat dicapai melalui pembelajaran morfologi

bahasa Indonesia. Penerapan pendekatan tujuan ini sering dikaitkan

dengan "cara belajar tuntas". Dengan "cara belajar tuntas", berarti suatu

kegiatan belajar mengajar dianggap berhasil apabila sedikitnya 85%

dari jumlah siswa yang mengikuti pelajaran itu menguasai minimal

75% dari bahan ajar yang diberikan oleh guru. Penentuan keberhasilan

itu didasarkan hasil tes sumatif; jika sekurang-kurangnya 85% dari

jumlah siswa dapat mengerjakan atau dapat menjawab dengan benar

minimal 75% dari soal yang diberikan oleh guru maka pembelajaran

dapat dianggap berhasil. Dari berbagai pengertian dan pendapat di atas,

kita dapat menyimpulkan bahwa pendekatan tujuan merupakan

pendekatan yang menekankan pada tujuan pembelajaran yang akan

dicapai.

d. Pendekatan Struktural

Pendekatan struktural merupakan salah satu pendekatan dalam

pembelajaran bahasa, yang dilandasi oleh asumsi bahwa bahasa sebagai

seperangkat kaidah, norma, dan aturan. Pendekatan struktural

merupakan salah satu pendekatan dalam pembelajaran bahasa, yang

dilandasi oleh asumsi bahwa bahasa sebagai seperangkat kaidah, norma,

dan aturan.

Atas dasar anggapan tersebut timbul pemikiran bahwa

pembelajaran bahasa harus mengutamakan penguasaan kaidah-kaidah

bahasa atau tata bahasa. Oleh sebab itu, pembelajaran bahasa perlu

dititikberatkan pada pengetahuan tentang struktur bahasa yang tercakup

dalam fonologi, morfologi, dan sintaksis dalam hal ini pengetahuan

45

Page 46: Makalah Bindo

tentang pola-pola kalimat, pola kata, dan suku kata menjadi sangat

penting. Jelas bahwa aspek kognitif bahasa lebih diutamakan.

Di samping mempunyai kelemahan, pendekatan ini juga memiliki

kelebihan. Dengan pedekatan struktural, siswa akan menjadi cermat

dalam menyusun kalimat, karena mereka memahami kaidah-kaidahnya.

Misalnya saja, mereka mungkin tidak akan membuat kesalahan seperti

di bawah ini. "Bajunya anak itu baru"."Di sekolahan kami mengadakan

pertandingan sepak bola"."Anak-anak itu lari-lari di halaman".

Pendekatan struktural merupakan salah satu pendekatan dalam

pembelajaran bahasa, yang dilandasi oleh asumsi bahwa bahasa sebagai

seperangkat kaidah, norma, dan aturan.

e. Pendekatan Keterampilan Proses

Dalam proses belajar atau belajar bagaimana belajar diperlukan

keterampilan intelektual, keterampilan sosial, dan keterampilan fisik.

Ketiga keterampilan inilah yang disebut keterampilan proses. Setiap

keterampilan ini terdiri atas sejumlah keterampilan. Dengan perkataan

lain keterampilan proses terdiri atas sejumlah sub keterampilan proses.

Keterampilan proses berfungsi sebagai alat menemukan dan

mengembangkan konsep. Konsep yang telah ditemukan atau

dikembangkan berfungsi pula sebagai penunjang keterampilan proses.

Interaksi antara pengembangan keterampilan proses dengan

pengembangan konsep dalam proses belajar-mengajar menghasilkan

sikap dan nilai dalam diri siswa. Tanda-tandanya terlihat pada diri siswa

seperti, teliti, kreatif, kritis, objektif, tenggang rasa, bertanggung jawab,

jujur, terbuka, dapat bekerja sama , rajin, dan sebagainya.

Keterampilan proses dibangun oleh sejumlah keterampilan.

Karena itu pencapaian atau pengembangnya dilaksanakan dalam setiap

proses belajar-mengajar dalam semua mata palajaran. Tidak ada satu

pelajaran pun yang dapat mengembangkan keterampilan itu secara utuh.

Karena itu pula, ada keterampilan yang cocok dikembangkan oleh

pelajaran tertentu dan kurang cocok dikembangkan oleh mata pelajaran

46

Page 47: Makalah Bindo

lainnya. Setiap mata pelajaran mempunyai karakteristik sendiri. Karena

itu penjabaran keterampilan proses dapat berbeda pada setiap mata

pelajaran.

1) Mengamati

a) Menatap: memperhatikan

b) Membaca: memahami suatu bacaan

c) Menyimak: memahami sesuatu yang dibicarakan orang lain

2) Menggolongkan

Mencari persamaan, perbedaan atau penggolongan (dapat berupa

wacana, kalimat, dan kosa kata).

3) Menafsirkan

a) Menafsirkan: mencari atau menemukan arti, situasi, pola,

kesimpulan dan mengelompokkan suatu wacana.

b) Mencari dasar penggolongan: mengelompokkan sesuatu

berdasarkan suatu kaidah, dapat berupa kata dasar, kata bentukan,

jenis kata, pola kalimat ataupun wacana.

c) Memberi arti: mencari arti kata-kata atau mencari pengertian

sesuatu wacana kemudian mengutarakan kembali baik lisan

maupun tertulis.

d) Mencari hubungan situasi: mencari atau menebak waktu kejadian

dari suatu wacana puisi. Menghubungkan antarsituasi yang satu

dengan yang lain dari beberapa wacana.

e) Menemukan pola: menentukan atau menebak suatu pola cerita

yang berupa prosa maupun pola kalimat.

f) Menarik kesimpulan: mengambil suatu kesimpulan dari suatu

wacana secara induktif maupun deduktif.

g) Menggeneralisasikan: mengambil kesimpulan secara induktif atau

dari ruang lingkup yang lebih luas daripada menarik kesimpulan.

h) Mengalisis: menganalisis suatu wacana berdasarkan paragraf,

kalimat, dan unsur-unsur.

4) Menerapkan

47

Page 48: Makalah Bindo

Menggunakan konsep: kaidah bahasa dalam menyusun dapat berupa

penulisan wacana, karangan, surat-menyurat, kalimatkalimat, kata

bentukan dengan memperhatikan ejaan/kaidah bahasa.

5) Mengkomunikasikan

a) Berdiskusi: melakukan diskusi dan tanya jawab dengan memakai

argumentasi/ alasan-alasan dan bukti-bukti untuk memecahkan

suatu masalah.

b) Mendeklamasikan: melakukan deklamasi suatu puisi dengan

menjiwai sesuatu yang dideklamasikan (dapat dengan

menggerakkan anggota badan, kepala, pandangan mata, atau

perubahan air muka).

c) Dramatisasi: menirukan sesuatu perilaku dengan penjiwaan yang

mendalam.

d) Bertanya: mengajukan berbagai jenis pertanyaan yang mengarah

kepada: pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, atau

evaluasi.

e) Mengarang: menulis sesuatu dapat dengan melihat objeknya yang

nyata dulu dengan bantuan gambar atau tanpa bantuan apa-apa.

f) Mendramakan/bermain drama: memainkan sesuatu teks cerita

persis seperti apa yang tertera pada bacaan.

g) Mengungkapkan/melaporkan sesuatu dalam bentuk lisan dan

tulisan: melaporkan darmawisata, pertandingan, peninjauan ke

lapangan, dan sebagainya.

f. Pendekatan Whole Language

Whole language dapat dinyatakan sebagai perangkat wawasan

yang mengarahkan kerangka pikir praktisi dalam menentukan bahasa

sebagai materi pelajaran, isi pembelajaran, dan proses pembelajaran.

Pengembangan wawasan whole language diilhami konsep

konstrutivisme, language experience approach (LEA), dan

progresivisme dalam pendidikan. Wawasan yang dikembangkan

sehubungan dengan bahasa sebagai materi pelajaran dan penentuan isi

48

Page 49: Makalah Bindo

pembelajarannya diwarnai oleh fungsionalisme dan semiotika (Edelsky,

Altwerger, dan Flores, 1991). Sementara itu, prinsip dan penggarapan

proses pembelajarannya diwarnai oleh progresivisme dan

konstruktivisme menyatakan bahwa siswa membentuk sendiri

pengetahuannya melalui peran aktifnya dalam belajar secara utuh

(whole)dan terpadu (integrated) (Roberts, 1996).

Siswa termotivasi untuk belajar jika mereka melihat bahwa yang

dipelajarinya itu diperukan oleh mereka. Guru berkewajiban untuk

menyediakan lingkungan yang menunjang untuk siswa agarmereka

dapat belajar dengan baik. Fungsi guru dalam kelas whole language

berubah dari desiminator informasi menjadi fasilitor (Lame & Hysith,

1993).

Penentuan isi pembelajaran dalam perspektif whole language

diarahkan oleh konsepsi tentang kebahasaan dan nilai fungsionalnya

bagi pebelajar dalam kehidupan sosial masyarakat. Berdasarkan

konsepsi bahwa pengajaran bahasa mesti didasarkan pada kenyataan

penggunaan bahasa, maka isi pembelajaran bahasa diorientasikan pada

topik pengajaran (1) membaca, (2) menulis, (3) menyimak, dan (4)

wicara. Ditinjau dari nilai fungsionalnya dalam kehidupan, penguasaan

yang perlu dijadikan fokus dan perlu dikembangkan adalah penguasaan

kemampuan membaca dan menulis.

Sebab itulah konsep literacy (keberwacanaan) dalam persfektif

whole language yang hanya dihubungkan dengan perihal membaca dan

menulis (Au, mason, dan Scheu, 1995, Eanes, 1997). Ditinjau dari

konsepsi demikian, topik pengajaran menyimak, wicara, membaca, dan

menulis tidak harus digarap secara seimbang karena alokasi waktu

pengajaran mesti lebih banyak digunakan untuk pembelajaran membaca

dan menulis.

Whole language adalah cara untuk menyatukan pandangan

tentang bahasa, tentang pembelajaran, dan tentang orang-orang yang

terlibat dalam pembelajaran. Dalam hal ini orang-orang yang dimaksud

49

Page 50: Makalah Bindo

adalah siswa dan guru.Menurut Routman dan Froese (1991) dalam

Suratinah dan Teguh Prakoso (2003: 2.3) ada delapan komponen whole

language, yaitu reading aloud, sustained silent reading, shared reading,

journal writing, guided reading, guided writing, independent reading,

dan independent writing. Namun sesuai dengan definisi whole language

yaitu pembelajaran bahasa yang disajikan secara utuh dan tidak

terpisah-pisah, maka dalam menerapkan setiap komponen whole

language di kelas harus pula melibatkan semua keterampilan dan unsur

bahasa dalam kegiatan pembelajaran.

1) Reading Aloud

Reading aloud adalah kegiatan membaca yang dilakukan oleh guru

dan siswa. Guru dapat menggunakan bacaan yang terdapat dalam

buku teks atau buku cerita lainnya dan membacakannya dengan

suara keras dan intonasi yang benar sehingga setiap siswa dapat

mendengarkan dan menikmati ceritanya. Kegiatan ini sangat

bermanfaat terutama jika dilakukan di kelas rendah. Manfaat yang

didapat dari reading aloud antara lain meningkatkan keterampilan

menyimak, memperkaya kosakata, membantu meningkatkan

membaca pemahaman, dan yang tidak kalah penting adalah

menumbuhkan minat baca pada siswa.

2) Sustained Silent Reading

Sustained Silent Reading (SSR) adalah kegiatan membaca dalam hati

yang dilakukan oleh siswa. Dalam kegiatan ini kesempatan untuk

memilih sendiri buku atau materi yang akan dibacanya. Pada

kegiatan ini guru memberikan kebebasan kepada siswa untuk

memilih bahan bacaan yang sesuai dengan kemampuan mereka

sendiri sehingga mereka dapat menyelesaikan membaca bacaan

tersebut. Guru dalam hal ini sedapat mungkin menyediakan bahan

bacaan yang menarik dari berbagai buku atau sumber sehingga

memungkinkan siswa memilih materi bacaan. Guru dapat memberi

contoh sikap membaca dalam hati yang baik sehingga mereka dapat

50

Page 51: Makalah Bindo

meningkatkan kemampuan membaca dalam hati untuk waktu yang

cukup lama. Pesan yang ingin disampaikan kepada siswa melalui

kegiatan ini adalah (a) membaca adalah kegiatan penting yang

menyenangkan; (b) membaca dapat dilakukan oleh siapa pun; (c)

membaca berarti kita berkomunikasi dengan pengarang buku

tersebut; (d) siswa dapat membaca dan berkonsentrasi pada

bacaannya dalam waktu yang cukup lama; (e) guru percaya bahwa

siswa memahami apa yang mereka baca; dan (f) siswa dapat berbagi

pengetahuan yang menarik dari materi yang dibacanya setelah

kegiatan SSR berakhir.

3) Journal Writing

Salah satu cara yang dipandang cukup efektif untuk meningkatkan

keterampilan siswa menulis adalah dengan mengimplementasikan

pembelajaran menulis jurnal atau menulis informal. Melalui menulis

jurnal, siswa dilatih untuk lancar mencurahkan gagasan dan

menceritakan kejadian di sekitarnya tanpa sekaligus memikirkan hal-

hal yang bersifat mekanik. Tompkins (1991:210) menyatakan bahwa

penekanan pada hal-hal yang bersifat mekanik membuat tulisan mati

karena hal tersebut tidak mengizinkan gagasan siswa tercurah secara

alami. Dengan demikian, siswa dapat bebas mencurahkan gagasan

tanpa merasa cemas dan tertekan memikirkan mekanik tulisannya.

Banyak manfaat yang dapat kita peroleh dari kegiatan menulis jurnal

ini. Manfaat tersebut antara lain adalah sebagai berikut: 1)

Meningkatkan kemampuan menulis; 2) Meningkatkan kemampuan

membaca; 3) Menumbuhkan keberanian menghadap risiko; 4)

Memberi kesempatan untuk membuat refleksi; 5) Memvalidasi

pengalaman dan perasaan pribadi; 6) Memberikan tempat yang aman

dan rahasia untuk menulis; 7) Meningkatkan kemampuan berpikir;

8) Meningkatkan kesadaran akan peraturan menulis; 9) Menjadi alat

evaluasi; dan 10) Menjadi dokumen tertulis.

4) Shared Reading

51

Page 52: Makalah Bindo

Shared reading ini adalah kegiatan membaca bersama antara guru

dan siswa dan mereka harus mempunyai buku untuk dibaca

bersama. Kegiatan ini dapat dilakukan baik di kelas rendah maupun

di kelas tinggi. Ada beberapa cara melakukan kegiatan ini yaitu: 1)

guru membaca dan siswa mengikutinya (untuk kelas rendah); 2) guru

membaca dan siswa menyimak sambil melihat bacaan yang tertera

pada buku; dan 3) siswa membaca bergiliran. Maksud kegiatan ini

adalah: 1) sambil melihat tulisan, siswa berkesempatan untuk

memperhatikan guru membaca sebagai model; 2) memberikan

kesempatan untuk memperlihatkan keterampilan membacanya; dan

3) siswa yang masih kurang terampil dalam membaca mendapat

contoh membaca yang benar.

5) Guided Reading

Dalam guided reading, guru lebih berperan sebagai model dalam

membaca, dalam guided reading atau disebut juga membaca

terbimbing guru menjadi pengamat dan fasilator. Dalam membaca

terbimbing penekanannya bukan dalam cara membaca itu sendiri

tetapi lebih pada membaca pemahaman. Dalam guided reading

semua siswa membaca dan mendiskusikan buku yang sama. Guru

melemparkan pertanyaan yang meminta siswa menjawab dengan

kritis, bukan sekedar pertanyaan pemahaman. Kegiatan ini

merupakan kegiatan membaca yang penting dilakukan di kelas.

6) Guided Writing

Guided writing atau menulis terbimbing seperti dalam membaca

terbimbing, dalam menulis terbimbing peran guru adalah sebagai

fasilator, membantu siswa menemukan apa yang ingin ditulisnya dan

bagaimana menulisnya dengan jelas, sistematis, dan menarik. Guru

bertindak sebagai pendorong bukan pengatur, sebagai pemberi saran

bukan pemberi petunjuk. Dalam kegiatan ini proses writing seperti

memilih topik, membuat draf, memperbaiki, dan mengedit dilakukan

sendiri oleh siswa.

52

Page 53: Makalah Bindo

7) Independent Reading

Independent reading atau membaca bebas adalah kegiatan membaca

yang memberi kesempatan kepada siswa untuk menentukan sendiri

materi yang ingin dibacanya. Membaca bebas merupakan bagian

integral dari whole language. Dalam independent reading siswa

bertanggung jawab terhadap bacaan yang dipilihnya sehingga peran

guru pun berubah dari seorang pemprakasa, model, dan pemberi

tuntunan menjadi seorang pengamat, fasilator, dan pemberi respon.

Inti dari independent reading adalah membantu siswa meningkatkan

kemampuan pemahamannya, mengembangkan kosa kata,

melancarkan membaca, dan secara keseluruhan memfasilitasi

membaca.

8) Independent Writing

Independent writing atau menulis bebas bertujuan untuk

meningkatkan kemampuan menulis, meningkatkan kebiasaan

menulis, dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Dalam

menulis bebas siswa mempunyai kesempatan untuk menulis tanpa

ada intervensi dari guru. Siswa bertanggung jawab sepenuhnya

dalam proses menulis. Jenis menulis yang termasuk dalam

independent writing antara lain menulis jurnal dan menulis respon.

Ada tujuh ciri yang menandakan kelas whole language, yaitu: 1)

Kelas yang menerapkan whole language penuh dengan barang cetakan;

2) Guru berperan sebagai model, guru menjadi contoh perwujudan

bentuk aktivitas berbahasa yang ideal, dalam kegiatan membaca,

menulis, menyimak, dan wicara; 3) Siswa bekerja dan belajar sesuai

dengan tingkat kemamapuannya; 4) Siswa berbagi tanggung jawab

dalam pembelajaran; 5) Siswa terlibat secara aktif dalam pembelajaran

bermakna; 6) Siswa berani mengambil resiko dan bebas bereksperimen;

dan 7) Siswa mendapatkan balikan (feedback) positif baik dari guru

maupun temannya.

53

Page 54: Makalah Bindo

Dari ketujuh ciri tersebut dapat dilihat bahwa siswa berperan aktif

dalam pembelajaran. Guru tidak perlu lagi berdiri di depan kelas

menyampaikan materi. Sebagai fasilitator guru berkeliling kelas

mengamati dan mencatat kegiatan siswa, dalam hal ini guru menilai

siswa secara informal. Penilaian dalam kelas whole language, guru

senantiasa memperhatikan kegiatan yang dilakukan siswa. Secara

informal, selama pembelajaran berlangsung, guru memperhatikan siswa

menulis, mendengarkan, siswa berdiskusi baik dalam kelompok

ataupun diskusi kelas. Ketika siswa bercakap-cakap dengan temannya

atau dengan guru, penilaian juga dilakukan, bahkan guru juga

memberikan penilaian saat siswa bermain selama waktu istirahat.

Penilaian juga berlangsung ketika siswa dan guru mengadakan

konferensi. Walaupun guru tidak terlihat membawa-bawa buku nilai,

namun guru menggunakan alat penilaian seperti format observasi dan

catatan anekdot. Dengan kata lain, dalam kelas whole language guru

memberikan penilaian pada siswa selama proses pembelajaran

berlangsung. Selain penilaian informal, penilaian juga dilakukan

dengan menggunakan portofolio. Portofolio adalah kumpulan hasil

kerja siswa selama kegiatan pembelajaran. Dengan portofolio

perkembangan siswa dapat terlihat secara otentik.

g. Pendekatan Terpadu

Pendekatan terpadu dalam pembelajaran Bahasa Indonesia berarti

pendekatan yang pelaksanaannya memadukan aspek-aspek bahasa.

Aspek-aspek bahasa tersebut di dalam praktik berbahasa selalu

digunakan secara bersama dan terpadu, baik aspek-aspek kebahasaan

maupun aspek-aspek keterampilan berbahasa. Bahkan dengan bidang-

bidang lain, bahasa selalu menyatu di dalam pemakaian.

Pembelajaran bahasa secara terpadu menaruh penghargaan

terhadap bahasa, dan dengan seksama meningkatkan penguasaan bahasa

siswa (Yeager, 1991). Hal-hal penting yang terjadi di dalam kelas

dengan bahasa terpadu menurut Yeager yaitu: 1) Siswa banyak bergaul

54

Page 55: Makalah Bindo

dengan literatur (bacaan); 2) Siswa merasakan peningkatan dalam

belajarnya dan memperlihatkan kesanggupan belajar yang tinggi; 3)

Guru-guru berinteraksi dengan siswa, baik sebagai pembaca maupun

sebagai penulis; dan 4) Guru memperlihatkan perhatiannya terhadap

bacaan dan penulisan pada umumnya.

3. Pembelajaran Bahasa Indonesia Terpadu di SD

a. Pembelajaran Terpadu Lintas Materi

Nielsen (1989) menyatakan bahwa pendekatan terpadu adalah

suatu pendekatan pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan aspek-

aspek intra dan interbidang studi, sehingga pembelajar memperoleh

pengetahuan dan keterampilan secara utuh dan simultan dalam konteks

yang bermakna. Karena itu, ukuran keterpaduan dalam pembelajaran

terpadu adalah bahwa pembelajaran dilakukan secara sadar, sengaja,

bertujuan, dan sistematis yang dapat membantu anak memahami topik

tertentu atau ide umum dari berbagai sisi. Aktivitas pendidikan

hendaknya menghilangkan jurang pemisah antara bidang-bidang studi

dan agar memfokuskan arah pembelajaran kepada proses integratif,

yang mengharuskan anak larut bila hendak mengorganisasi

pengetahuan dan pengalaman mereka.

Sementara itu, ahli pembelajaran terpadu seperti H.H. Jacobs

dalam sebuah wawancara dengan Brandt (1991) mengatakan bahwa

kebutuhan untuk melaksanakan pembelajaran terpadu didasari beberapa

alasan, yaitu: (1) bahwa sementara jam belajar di sekolah tetap, ilmu

pengetahuan terus berkembang, (2) ada kecenderungan anak tidak betah

di sekolah karena apa yang harus dipelajari tidak sesuai dengan

kebutuhannya, dan (3) sudah jelas tidak logis mengajarkan konsep-

konsep secara terpisah-pisah sementara kehidupan anak tidak pernah

menuntut pemisahan tersebut.

Dari sejumlah teori pembelajaran terpadu yang ada, maka

pengertiannya dapat diuraikan sebagai berikut: (1) pembelajaran

terpadu beranjak dari suatu tema sebagai pusat perhatian yang

55

Page 56: Makalah Bindo

digunakan untuk memahami gejala-gejala dan konsep lain, baik yang

berasal dari bidang studi yang bersangkutan maupun dari bidang studi

lain, (2) pembelajaran terpadu merupakan suatu pendekatan

pembelajaran yang menghubungkan berbagai bidang studi yang

mencerminkan dunia nyata di sekeliling dan dalam rentang kemampuan

dan perkembangan anak, (3) pembelajaran terpadu merupakan suatu

cara untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan secara

simultan, dan (4) pembelajaran terpadu merakit dan menghubungkan

sejumlah konsep dalam beberapa bidang studi yang berbeda, dengan

harapan anak akan belajar dengan lebih baik dan bermakna.

Sebagai suatu pendekatan yang berorientasi proses, pembelajaran

terpadu mempunyai ciri-ciri: (1) berpusat pada siswa, (2) memberikan

pengalaman langsung pada anak, (3) pemisahan antarbidang studi tidak

begitu jelas, (4) menyajikan konsep dari berbagai bidang studi dalam

satu proses pembelajaran, (5) bersifat luwes, dan (6) hasil pembelajaran

dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak (Zuchdi,

1997).

Model pembelajaran terpadu yang paling dikenal adalah model

terhubung (connected model), model jarring laba-laba (webbed model),

dan model terpadu (integrated model). Pembelajaran terpadu

antarbidang studi dapat dilihat pada contoh di bawah ini.

56

Page 57: Makalah Bindo

b. Pembelajaran Terpadu Lintas Kurikulum

Pembelajaran Bahasa akan menyenangkan jika menekankan pada

kebermaknaan dalam proses belajar mengajar di kelas dengan

mengaitkan manfaat materi belajar dalam kehidupan peserta didik pada

khususnya dan manusia pada umumnya. Dalam hal ini, akan dirasakan

oleh peserta didik bahwa apa yang dipelajari oleh peserta didik di kelas

benar-benar bermakna atau bermanfaat kelak di kemudian hari.

Pembelajaran bahasa akan menarik dan bervariasi jika materi dapat

diintegrasikan dengan materi pelajaran lain atau nilai-nilai yang ada

dalam kehidupan nyata.

Mengapa Pelajaran bahasa seringkali disepelekan ? Ini terjadi

karena ‘image’ yang terbentuk dalam masyarakat diakibatkan proses

pembelajaran yang kurang bermakna. Kebermaknaan pembelajaran

bahasa dapat terjadi apabila metode pembelajaran itu selalu

mengaitkan materi yang ada dengan mata pelajaran lain secara terpadu

dan terintegrasi, misalnya : pembelajaran bahasa dikaitkan dengan

57

TemaLingkungan

Berbicara- Mendiskusikan isi teks bacaan

Menulis- Menulis Karangan- Memeriksa Pemakaian tanda baca dalam karangan

Mendengarkan- Mendengarkan pembacaan karangan

Membaca- membaca tekas BacaanMendeklamasikan Puisi

Page 58: Makalah Bindo

pelajaran agama, PPKn, IPA, IPS, olah raga, kesenian dan sebagainya.

Pengaitan ini dapat dilakukan dengan :

1) Secara terpadu, misalnya : laporan hasil penelitian peserta didik

tentang percobaan IPA dapat dilihat dari segi bahasanya.

2) Terkait/terpisah, artinya merupakan tindak lanjutdari pembelajaran

sebelumnya, misalnya: pelajaran menulis puisi ,menyunting puisi,

membaca puisi, dan memparafrasekan puisi, serta menanggapi

pembacaan puisi.

Pembelajaran Bahasa dengan melalui lintas kurikulum memiliki

kelebihan antara lain: 1)Waktu dapat dimanfaatkan lebih eisien; 2)

Pembelajaran tidak membosankan karena lebih bervariasi; dan

3)Memperkuat pemahaman peserta didik pada pelajaran lain. Berikut

adalah contoh-Contoh Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Lintas

Kurikulum

4) Cerita “ Malin Kundang”

Isi cerita Malin Kundang dapat dikaitkan Pelajaran Agama

Islam tentu saja bagi peserta didik yang beragama Islam, sedang

untuk yang beragama non-Islam menyesuaikan dirui dengan agama

yang dimilikinya.

Contoh Untuk Peserta didik Yang Beragama Islam :

Bagaimana sikap Malin terhadap ibunya jelas menyimpang

dari ajaran agama Islam.Untuk itu guru segera membuka Al Qur’an

dan menyuruh peserta didik membaca Surat An Nisaa’ayat 36 dan

Surat Al Israa’ayat 23-24. Peserta didik diajak untuk berpikir

mengaitkan sikap dan perilaku Si Malin Kundang dengan surat

tersebut,

Hal ini dapat kita kaitkan dengan perintah agama Islam

yang terdapat dalam Surat An Nisaa’ayat 36 yang artinya “ Dan

sembahlah Allah dan janganlah menyekutukan -Nya dengan

sesuatu apapun dan berbuat baiklah kepada kedua ibu- bapakmu,

kepada kaum kerabat, kepada anak-anak yatim,kepada orang-orang

58

Page 59: Makalah Bindo

miskin,kepada tetangga –tetangga dekat,tetangga yang jauh, teman

sejawat, ibnu sabil dan hamba sahaya, sesungguhnya Allah tidak

menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan dirinya

sendiri”

Dan Surat Al Israa’ayat 23-24 yang isinya “ Dan Robmu

telah memerintahkankepada manusia janganlah ia beribadah

melainkan hanya kepada-Nya dan hendaklah berbuat baiklah kepad

kedua orang tuanya dengan sebaik-baiknya, Dan jika salah satu

atau keduanya sudah beruasia lanjut di sisimu maka janganlah

katakan ‘ah’ dan janganlah kamu membentak-bentak keduanya. “

Dan katakanlah kepada keduanya perkataan yang mulia dan

rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih

sayang dan katakanlah wahai Rabbku sayangilah keduanya

sebagaimana mereka menyayangiku di waktu kecil,” Hal ini bisa

dikaitkan dan dikembangkan lebih luas lagi dari segi amanat cerita

yang ada dengan ajaran agama yang sesuai.

5) Cerita rakyat Sangkuriang

Pada pembelajaran ini peserta didik diajak untuk

menemukan nilai-nilai yang dapat dikaitkan dengan kehidupan

nyata. Untuk itu peserta didik berdiskusi untuk menemukan unsur-

unsur intrinsiknya dan kemudian mampu menemukan nilai-nilai

yang sesuai dengan kehidupan nyata. Peserta didik dibiarkan untuk

mengembara dengan pikirannya membayangkan antara cerita yang

fiktif dan mengaitkan dengan kebenaran yang ada secara logika.

Cerita ini bisa dikaitkan pelajaran geografi, di mana kebenaran

cerita ini dilihat dari sudut pandang ilmu alam dengan hakikat

sebuah dongeng itu sendiri . sehingga peserta didik bisa memahami

kedudukan dongeng yang berjudul Sangkuriang itu sebagai sebuah

legenda dan sejarah Gunung Tangkuban Perahu yang sebenarnya.

59

Page 60: Makalah Bindo

6) Pembelajaran Membaca Teks Perangkat Upacara

Pada pembelajaran ini dapat dikembangkan dengan cara

peserta didik diajak terlebih dahalu melakukan olah raga ringan

dengan gerakan tangan ,leher, dan badan. Di samping itu,

dilakukan latihan olah vokal dengan melatih peserta didik

mengucapkan : A-I-U-E-O serta S dengan pengaturan nafas dari

perut dan pengucapan vokal dengan benar. Ini berarti pembelajaran

bahasa menggunakan penggabungan pelajaran olah raga sekaligus

kesenian. Setelah kedua hal tersebut selesai, peserta didik diajak

menyanyikan lagu–lagu wajib yang biasa ditampilkan di saat

upacara Hari Senin dengan suara perut dan pengucapan vokal yang

benar.

Hal itu sebagai awal pembelajaran membaca teks perangkat

upacara dengan benar. Setelah itu, baru masuk pada teknis

pembacaan teks perangkat upacara dipandu langsung oleh guru

dengan memberikan tanda penekanan / enjambemen pada naskah

tersebut. Di mana peserta didik membentuk kelompok untuk

berlatih dan kemudian setiap peserta didik diundi untuk

pengambilan nilai membaca teks perangkat upacara, Peserta didik

diundi secara urut sesuai absen tetapi yang diundi materi yang akan

dibacanya. Sehingga peserta didik harus menyiapkan diri agar siap

membaca teks perangkat upacara .Guru mencari waktu yang tepat

untuk memasukkan variasi yaitu menyanyikan lagu Indonesia

Raya, Hymne Guru, Mengeningkan Cipta, dan minimal satu lagu

wajib. Tentu saja diperhatikan betul bagaimana bernyanyi dengan

vokal dan penghayatan yang benar . Dengan demikian, berarti

terjadi perpaduan pembelajaran Bahasa Indonesia dengan

pembelajaran Seni Budaya.

7) Menyimak Wawancara

Sebelum pembelajaran menyimak dimulai, peserta didik

diajak bagaimana melatih konsentrasi terlebih dahulu. Karena

60

Page 61: Makalah Bindo

menyimak tidak akan dilakukan jika konsentrasi tidak bisa

dilakukan, Untuk itu, peserta didik dilatih membentuk konsentrasi

terlebih dahulu dengan olah raga yaitu senam otak, Yaitu dengan

menggerakkan jari-jari tangan dan gerakan tangan yang sederhana.

Setelah itu, peserta didik dibawa pada tahap menyimak wawancara

yang telah dipersiapkan. Berikan kepada peserta didik manfaat dari

menyimak informasi dan bagaimana kaitannya dengan arus

globalisasi yang begitu pesat melaju terus serta bagaimana dengan

keterbatasan kemampuan kita menyikapinya. Maka masuklah

pendidikan moral dan budaya sebagai variasinya. Buatlah

komitmen dalam hal ini dengan peserta didik.

D. Kurikulum dan Buku Teks Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SD Kelas

Rendah

1. Hakikat Kurikulum

a. Pengertian Kurikulum

Kurikulum dalam bahasa latin berarti lapangan pertandingan

(race course) yaitu arena tempat peserta didik berlari untuk mencapai

finis, baru pada tahun 1955 istilah kurikulum dipakai dalam bidang

pendidikan. Menurut Oliva (1982), definisi kurikulum bisa berdasarkan

pada tujuan kurikulum, konteks tempat digunakannya kurikulum, dan

strategi yang digunakan pada keseluruhan kurikulum. Berdasarkan

tujuan, kurikulum dijelaskan sebagai pengembangan berpikir reflektip

dari peserta didik atau sebagai saluran pengembangan dan pelestarian

budaya.

Menurut Taba (1962), kurikulum adalah suatu rencana

pembelajaran. Lebih jauh dijelaskan bahwa kurikulum terdiri atas

sejumlah elemen, yaitu ada tujuan umum dan tujuan khusus, isi dan

organisasi isi, pola belajar mengajar, dan evaluasi hasil belajar dilihat

pada keluarannya. Jadi kurikulum mencakup unsur evaluasi di

61

Page 62: Makalah Bindo

dalamnya. Hasil evaluasi ini digunakan untuk mengembangkan atau

menyempurnakan kurikulum.

Kurikulum digunakan dalam berbagai makna, mulai dari

deskripsi mata pelajarn atau program yang diterapkan di kelas sampai

dengan penilaian (Madaus & Kellagan, 1992). Semua kurikulum

dirancang untuk membantu peserta didik memperoleh sejumlah

kompetensi penting. Kurikulum dapat dipandang sebagai suatu

lingkungan yang terdiri atas kondisi fisik, kondisi sosial, dan kondisi

intelektual. Bahkan pandangan yang lebih luas, kurikulum mencakup

perilaku pimpinan dan para pendidik sebagai acuan dalam berperilaku.

Jadi, perilaku seorang pimpinan lembaga pendidikan beserta tenaga

pendidiknya harus memberi pengalaman belajar yang terbaik buat

peserta didik.

Menurut Madaus dan Kellaghan (1992), kurikulum terdiri atas 6

komponen utama, yaitu: (1) konteks, (2) tujuan umum, (3) tujuan

khusus pelajaran, (4) materi kurikulum, (5) transaksi, dan (6) hasil

transaksi. Masalah penting pada konteks adalah karakteristik peserta

didik yang mencakup pengetahuan, keterampilan, kebutuhan, dan

minat. Tujuan umum kurikulum selalu diperdebatkan dan hal ini akan

terus terjadi selama masyarakat memiliki perbedaan dalam perspektif

politik, ekonomi, dan moral.

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut di atas dapat

disimpulkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan

pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang

digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran

untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi

tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi

dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Oleh sebab itu,

kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan

penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang

ada di daerah.

62

Page 63: Makalah Bindo

b. Fungsi dan Tujuan Kurikulum

Pada dasarnya kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman atau

acuan. Bagi guru, kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman dalam

melaksanakan proses pembelajaran. Bagi sekolah atau pengawas,

berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan supervisi atau

pengawasan. Bagi orang tua, kurikulurn itu berfungsi sebagai pedoman

dalam membimbing anaknya belajar di rumah. Bagi masyarakat,

kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman untuk memberikan bantuan

bagi terselenggaranya proses pendidikan di sekolah. Bagi siswa itu

sendiri, kurikulum berfungsi sebagai suatu pedoman belajar.

Berkaitan dengan fungsi kurikulum bagi siswa sebagai subjek

didik, terdapat enam fungsi kurikulum, yaitu:

1) Fungsi Penyesuaian (the adjustive or adaptive function)

Fungsi penyesuaian mengandung makna bahwa kurikulum sebagai

alat pendidikan harus mampu mengarahkan siswa agar memiliki sifat

well adjusted yaitu mampu menyesuaikan dirinya dengan

lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial.

Lingkungan itu sendiri senantiasa mengalami perubahan dan bersifat

dinamis. Oleh karena itu, siswa pun harus memiliki kemampuan

untuk menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi di

lingkungannya.

2) Fungsi Integrasi (the integrating function)

Fungsi integrasi mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat

pendidikan harus mampu menghasilkan pribadi-pribadi yang utuh.

Siswa pada dasarnya merupakan anggota dan bagian integral dari

masyarakat. Oleh karena itu, siswa harus memiliki kepribadian yang

dibutuhkan untuk dapat hidup dan berintegrasi dengan

masyarakatnya.

3) Fungsi Diferensiasi (the differentiating function)

Fungsi diferensiasi mengandung makna bahwa kurikulum sebagai

alat pendidikan harus mampu memberikan pelayanan terhadap

63

Page 64: Makalah Bindo

perbedaan individu siswa. Setiap siswa memiliki perbedaan, baik

dari aspek fisik maupun psikis yang harus dihargai dan dilayani

dengan baik.

4) Fungsi Persiapan (the propaedeutic function)

Fungsi persiapan mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat

pendidikan harus mampu mempersiapkan siswa untuk melanjutkan

studi ke jenjang pendidikan berikutnya. Selain itu, kurikulum juga

diharapkan dapat mempersiapkan siswa untuk dapat hidup dalam

masyarakat seandainya karena sesuatu hal, tidak dapat melanjutkan

pendidikannya.

5) Fungsi Pemilihan (the selective function)

Fungsi pemilihan mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat

pendidikan harus mampu memberikan kesempatan kepada siswa

untuk memilih program-program belajar yang sesuai dengan

kemampuan dan minatnya. Fungsi pemilihan ini sangat erat

hubungannya dengan fungsi diferensiasi, karena pengakuan atas

adanya perbedaan individual siswa berarti pula diberinya

kesempatan bagi siswatersebut untuk memilih apayang sesuai

dengan minat dan kemampuannya. Untuk mewujudkan kedua fungsi

tersebut, kurikulum perlu disusun secara lebih luas dan bersifat

fleksibel.

6) Fungsi Diagnostik (the diagnostic function)

Fungsi diagnostik mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat

pendidikan harus mampu membantu dan mengarahkan siswa untuk

dapat memahami dan menerima kekuatan (potensi) dan kelemahan

yang dimilikinya. Apabila siswa sudah mampu memahami kekuatan-

kekuatan dan kelemahan-kelemahan yang ada pada dirinya, maka

diharapkan siswa dapat mengembangkan sendiri potensi kekuatan

yang dimilikinya atau memperbaiki kelemahan-kelemahannya

c. Komponen-komponen Kurikulum

64

Page 65: Makalah Bindo

Ada 4 unsur komponen kurikulum yaitu: tujuan, isi (bahan

pelajaran), strategi pelaksanaan (proses belajar mengajar), dan penilaian

(evaluasi).

1) Komponen Tujuan

Kurikulum merupakan suatu program yang dimaksudkan untuk

mencapai tujuan pendidikan. Tujuan itulah yang dijadikan arah atau

acuan segala kegiatan pendidikan yang dijalankan. Berhasil atau

tidaknya program pengajaran di Sekolah dapat diukur dari seberapa

jauh dan banyaknya pencapaian tujuan-tujuan tersebut. Dalam setiap

kurikulum lembaga pendidikan, pasti dicantumkian tujuan-tujuan

pendidikan yang akan atau harus dicapai oleh lembaga pendidikan

yang bersangkutan.

Tujuan pendidikan nasional yang merupakan pendidikan pada

tataran makroskopik, selanjutnya dijabarkan ke dalam tujuan

institusional yaitu tujuan pendidikan yang ingin dicapai dari setiap

jenis maupun jenjang sekolah atau satuan pendidikan tertentu.

Dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2007 dikemukakan bahwa

tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah

dirumuskan mengacu kepada tujuan umum pendidikan berikut.

a) Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan,

pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk

hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.

b) Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan,

pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk

hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.

c) Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan

kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta

keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan

lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.

d) Tujuan pendidikan institusional tersebut kemudian dijabarkan lagi

ke dalam tujuan kurikuler; yaitu tujuan pendidikan yang ingin

65

Page 66: Makalah Bindo

dicapai dari setiap mata pelajaran yang dikembangkan di setiap

sekolah atau satuan pendidikan.

2) Komponen Isi/Materi

Isi program kurikulum adalah segala sesuatu yang diberikan

kepada anak didik dalam kegiatan belajar mengajar dalam rangka

mencapai tujuan. Isi kurikulum meliputi jenis-jenis bidang studi

yang diajarkan dan isi program masing-masing bidang studi tersebut.

Bidang-bidang studi tersebut disesuaikan dengan jenis, jenjang

maupun jalur pendidikan yang ada.

Kriteria yang dapat membantu pada perancangan kurikulum

dalam menentukan isi kurikulum. Kriteria itu natara lain:

a) Isi kurikulum harus sesuai, tepat dan bermakna bagi

perkembangan siswa.

b) Isi kurikulum harus mencerminkan kenyataan sosial.

c) Isi kurikulum harus mengandung pengetahuan ilmiah yang tahan

uji.

d) Isi kurikulum mengandung bahan pelajaran yang jelas.

e) Isi kurikulum dapat menunjanga tercapainya tujuan pendidikan.

Materi kurikulum pada hakekatnya adalah isi kurikulum yang

dikembangkan dan disusun dengan prinsip-prinsip sebagai berikut :

a) Materi kurikulum berupa bahan pelajaran terdiri dari bahan kajian

atau topiktopik pelajaran yang dapat dikaji oleh siswa dalam

proses pembelajaran.

b) Mengacu pada pencapaian tujuan setiap satuan pelajaran.

c) Diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

3) Komponen Strategi

Strategi merujuk pada pendekatan dan metode serta peralatan

mengajar yang digunakan dalam pengajaran. Tetapi pada hakikatnya

strategi pengajaran tidak hanya terbatas pada hal itu saja.

Pembicaraan strategi pengajaran tidak hanya terbatas pada hal itu

saja. Pembicaraan strategi pengajaran tergambar dari cara yang

66

Page 67: Makalah Bindo

ditempuh dalam melaksanakan pengajaan, mengadakan penilaian,

pelaksanaan bimbiungan dan mengatur kegiatan, baik yang secara

umum berlaku maupun yang bersifat khusus dalam pengajaran.

Strategi pelaksanaan kurikulum berhubungan dengan

bagaimana kurikulum itu dilaksanakan disekolah. Kurikulum

merupakan rencana, ide, harapan, yang harus diwujudkan secara

nyata disekolah, sehingga mampu mampu mengantarkan anak didik

mencapai tujuan pendidikan. Kurikulum yang baik tidak akan

mencapai hasil yang maksimal, jika pelaksanaannya menghasilkan

sesuatu yang baik bagi anak didik. Komponen strategi pelaksanaan

kurikulum meliputi pengajaran, penilaian, bimbingan dan

penyuluhan dan pengaturan kegiatan sekolah.

4) Komponen Evaluasi

Evaluasi merupakan salah satu komponen kurikulum. Dalam

pengertian terbatas, evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk

memeriksa tingkat ketercapaian tujuan-tujuan pendidikan yang ingin

diwujudkan melalui kurikulum yang bersangkutan. Sedangkan dalam

pengertian yang lebih luas, evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk

memeriksa kinerja kurikulum secara keseluruhan ditinjau dari

berbagai kriteria. Indikator kinerja yang dievaluasi tidak hanya

terbatas pada efektivitas saja, namun juga relevansi, efisiensi,

kelaikan (feasibility) program.

Pada bagian lain, dikatakan bahwa luas atau tidaknya suatu

program evaluasi kurikulum sebenarnya ditentukan oleh tujuan

diadakannya evaluasi kurikulum. Apakah evaluasi tersebut ditujukan

untuk mengevaluasi keseluruhan sistem kurikulum atau komponen-

komponen tertentu saja dalam sistem kurikulum tersebut. Salah satu

komponen kurikulum penting yang perlu dievaluasi adalah

berkenaan dengan proses dan hasil belajar siswa.

Evaluasi kurikulum memegang peranan penting, baik untuk

penentuan kebijakan pendidikan pada umumnya maupun untuk

67

Page 68: Makalah Bindo

pengambilan keputusan dalam kurikulum itu sendiri. Hasil-hasil

evaluasi kurikulum dapat digunakan oleh para pemegang kebijakan

pendidikan dan para pengembang kurikulum dalam memilih dan

menetapkan kebijakan pengembangan sistem pendidikan dan

pengembangan model kurikulum yang digunakan.

Hasil-hasil evaluasi kurikulum juga dapat digunakan oleh

guru-guru, kepala sekolah dan para pelaksana pendidikan lainnya

dalam memahami dan membantu perkembangan peserta didik,

memilih bahan pelajaran, memilih metode dan alat-alat bantu

pelajaran, cara penilaian serta fasilitas pendidikan lainnya.

Evaluasi merupakan suatu komponen kurikulum, karena

dengan evaluasi dapat di peroleh informasi akurat tentang

penyelenggaraan pembelajaran dan keberhasilan belajar

siswa.berdasarkan informasi itu dapat dibuat keputusan tentang

kurikulum itu sendiri,pembelajaran kesulitan dan upaya bimbingan

yang perlu di lakukan.

Tabel 3.1

Struktur Kurikulum Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah

Mata PelajaranAlokasi Waktu

Kelas I dan II Kelas III – VI

1. Pendidikan Agama

27

3

2. Bahasa Indonesia 6

3. Matematika 6

4. Ilmu Pengetahuan Alam 4

5. Ilmu Pengetahuan Sosial 5

6. Kerajinan Tangan dan Kesenian 4

7. Pendidikan Jasmani 3

Jumlah 27 31

68

Page 69: Makalah Bindo

Berikut adalah penjelasan struktur kurikulum untuk Kelas Rendah

(Kelas I dan II):

1) Pengelolaan kegiatan pembelajaran dalam mata pelajaran dan

kegiatan belajar pembiasaan dengan menggunakan pendekatan

tematik diorganisasikan sepenuhnya oleh sekolah dan madrasah.

2) Penjelasan teknis pendekatan tematik diatur dalam pedoman

tersendiri.

3) Alokasi waktu total yang disediakan adalah 27 jam pelajaran per

minggu. Daerah, sekolah atau madrasah dapat menambah alokasi

waktu total atau mengubah alokasi waktu mata pelajaran sesuai

dengan kebutuhan siswa, sekolah, madrasah atau daerah.

4) Satu jam pelajaran tatap muka dilaksanakan selama 35 menit. 4

5) Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (2 semester) adalah 34-

40 minggu dan jam tatap muka per minggu adalah 34-40 minggu

dan jam tatap muka per minggu adalah 945 menit (16 jam), jumlah

jam tatap muka per tahun adalah 544 jam (32.640).

6) Alokasi waktu sebanyak 27 jam pelajaran pada dasarnya dapat

diatur dengan bobot berkisar: (a) 15% untuk Agama; (b) 50% untuk

Membaca dan Menulis Permulaan serta Berhitung; dan (c)35%

untuk Sains, Pengetahuan Sosial, Kerajinan Tangan dan Kesenian,

dan Pendidikan Jasmani.

7) Sekolah dasar dan madrasah dapat mengenalkan teknologi

informasi dan komunikasi sesuai dengan kemampuannya.

Secara garis besar struktur kurikulum berisi:

1. Sejumlah mata pelajaran

2. Kegiatan belajar pembiasaan

3. Alokasi waktu

Mata pelajaran merupakan seperangkat kompetensi dasar yang

dibakukan dan substansi pelajaran mata pelajaran tertentu per satuan

pendidikan dan per kelas selama masa persekolahan. Mata pelajaran

memuat sejumlah kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa per

69

Page 70: Makalah Bindo

kelas dan per satuan pendidikan sesuai dengan tingkatan pencapaian

hasil belajarnya. Tolok ukur kompetensi dinyatakan dalam indikator.

Mata pelajaran mengutamakan kegiatan intruksional yang

berjadwal dan berstruktur. Yang dimaksud kegiatan belajar pembiasaan

yaitu kegiatan yang mengutamakan pembentukan dan pengendalian

perilaku yang diwujudkan dalam kegiatan rutin, spontan, dan

pengenalan unsur-unsur penting kehidupan masyarakat. Alokasi waktu

menunjukkan satuan waktu yang digunakan untuk tatap muka.

Kegiatan pembelajaran pembiasaan diselenggarakan secara

berkesinambungan mulai dari pendidikan taman kanak-kanak,

pendidikan dasar, sampai dengan pendidikan menengah. Pada

pendidikan kanak-kanak dan raudhatul athfal serta pendidikan dasar

diselenggarakan melalui kegiatan terprogram yang diberikan alokasi

waktu secara khusus. Sedangkan pada sekolah menengah atas dan yang

sederajat diselenggarakan melalui kegiatan ekstrakurikuler yang tidak

didan berikan alokasi secara khusus.

5 Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indoneisa disusun

untuk meningkatkan kompetensi berbahasa Indonesia secara nasional.

Saat ini berbagai informasi dan kemajuan ilmu pengetahuan hadir dan

tidak dapat dicegah. Bagi sebagian masyarakat hal tersebut bermanfaat

bagi kehidupan. Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia

merupakan salah satu sarana yang dapat mengakses berbagai informasi

dan kemajuan tersebut. Untuk itu kemahiran berkomunikasi dalam

bahasa Indonesia secara lisan dan tertulis harus benar-benar dimiliki

dan ditingkatkan. Kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan,

sikap dan nilai-nilai yang diwujudkan dalam kebiasaan berpikir dan

bertindak.

Kompetensi dapat dikenali melalui sejumlah hasil belajar dan

indikatornya yang dapat diukur dan diamati. Kompetensi dapat dicapai

melalui pengalaman belajar yang dikaitkan dengan bahan kajian dan

bahan pelajaran secara kontekstual. Kompetensi dikembangkan sejak

70

Page 71: Makalah Bindo

taman kanak-kanak, kelas I SD sampai kelas XII yang menggambarkan

satu rangkaian kemampuan yang bertahap, berkelanjutan, dan konsisten

seiring dengan perkembangan psikologis peserta didik.

2. Aspek-aspek Pembelajaran Bahasa

Menurut Hoetomo MA (2005:531-532) terampil adalah cakap dalam

menyelesaikan tugas, mampu dan cekatan. Keterampilan adalah kecakapan

untuk menyelesaikan tugas. atau kecakapan yang disyaratkan. Dalam

pengertian luas, jelas bahwa setiap cara yang digunakan untuk

mengembangkan manusia, bermutu dan memiliki pengetahuan,

keterampilan dan kemampuan sebagaimana diisyaratkan (Suparno,

2001:27).

a. Aspek-aspek Keterampilan Bahasa

Sehubungan dengan penggunaan bahasa, terdapat empat

keterampilan dasar bahasa, yaitu mendengarkan (menyimak), berbicara,

membaca, dan menulis.

1) Keterampilan Menyimak

Menyimak adalah keterampilan memahami bahasa lisan yang

bersifat reseftif. Dengan demikian di sini berarti bukan sekedar

mendengarkan bunyi-bunyi bahasa melainkan sekaligus

memahaminya. Dalam bahasa pertama (bahasa ibu), kita

memperoleh keterampilan mendengarkan melalui proses yang tidak

kita sadari sehingga kitapun tidak menyadari begitu kompleksnya

proses pemerolehan keterampilan mendengar tersebut. Berikut ini

secara singkat disajikan disekripsi mengenai aspek-aspek yang

terkait dalam upaya belajar memahami apa yang kita sajikan dalam

bahasa kedua.

Berikut ini adalah keterampilan-keterampilan mikro yang

terlibat ketika kita berupaya untuk memahami apa yang kita dengar:

a) Menyimpan/mengingat unsur bahasa yang didengar

menggunakan daya ingat jangka pendek (short term memory).

71

Page 72: Makalah Bindo

b) Berupaya membedakan bunyi-bunyi yang yang membedakan arti

dalam bahasa target.

c) Menyadari adanya bentuk-bentuk tekanan dan nada, warna suara

dan intonasi, menyadari adanya reduksi bentuk-bentuk kata.

d) Membedakan dan memahami arti dari kata-kata yang didengar.

e) Mengenal bentuk-bentuk kata yang khusus (typical word-order

patterns).

2) Keterampilan Berbicara

Kemudian sehubungan dengan keterampilan berbicara secara

garis besar ada tiga jenis situasi berbicara, yaitu interaktif, semiaktif,

dan noninteraktif. Situasi-situasi berbicara interaktif, misalnya

percakapan secara tatap muka dan berbicara lewat telepon yang

memungkinkan adanya pergantuan anatara berbicara dan

mendengarkan, dan juga memungkinkan kita meminta klarifikasi,

pengulangan atau kiat dapat memintal lawan berbicara,

memperlambat tempo bicara dari lawan bicara.

Kemudian ada pula situasi berbicara yang semiaktif, misalnya

dalam berpidato di hadapan umum secara langsung. Dalam situasi

ini, audiens memang tidak dapat melakukan interupsi terhadap

pembicaraan, namun pembicara dapat melihat reaksi pendengar dari

ekspresi wajah dan bahasa tubuh mereka. Beberapa situasi berbicara

dapat dikatakan bersifat noninteraktif, misalnya berpidato melalui

radio atau televisi.

a) Mengucapkan bunyi-bunyi yang berbeda secara jelas sehingga

pendengar dapat membedakannya.

b) Menggunakan tekanan dan nada serta intonasi secara jelas dan

tepat sehingga pendengar dapat memahami apa yang diucapkan

pembicara.

c) Menggunakan bentuk-bentuk kata, urutan kata, serta pilihan kata

yang tepat.

72

Page 73: Makalah Bindo

d) Menggunakan register atau ragam bahasa yang sesuai terhadap

situasi komunikasi termasuk sesuai ditinjau dari hubungan antar

pembicara dan pendengar.

e) Berupaya agar kalimat-kalimat utama jelas bagi pendengar.

3) Keterampilan Membaca

Membaca adalah keterampilan reseptif bahasa tulis.

Keterampilan membaca dapat dikembangkan secara tersendiri,

terpisah dari keterampilan mendengar dan berbicara. Tetapi, pada

masyarakat yang memilki tradisi lireasi yang telah berkembang,

seringkali keterampilan membaca dikembangkan secara terintergrasi

dengan keterampilan menyimak dan berbicara.

a) Mengenal sistem tulisan yang digunakan.

b) Mengenal kosakata.

c) Menentukan kata-kata kunci yang mngindentifikasikan topik dan

gagasan utama.

d) Menentukan makna kata-kata, termasuk kosakata split, dari

konteks tertulis.

e) Mengenal kelas kata gramatikal, kata benda, kata sifat, dan

sebagainya.

4) Keterampilan Menulis

Menulis adalah keterampilan produktif dengan menggunakan

tulisan. Menulis dapat dikatakan suatu keterampilan berbahasa yang

paling rumit di antara jenis-jenis keterampilan berbahasa lainnya. Ini

karena menulis bukanlah sekedar menyalin kata-kata dan kalimat-

kalimat, melainkan juga mengembangkan dan menuangkan pikiran-

pikiran dalam suatu struktur tulisan yang teratur.

a) Menggunakan ortografi dengan benar, termasuk di sini

penggunaan ejaan.

b) Memilih kata yang tepat.

73

Page 74: Makalah Bindo

c) Menggunakan bentuk kata dengan benar.

d) Mengurutkan kata-kata dengan benar.

e) Menggunakan struktur kalimat yang tepat dan jelas bagi pembaca.

Keterampilan menulis adalah kemampuan yang dimiliki

seseorang dalam bidang tulis menulis sehingga tenaga potensial

dalam menulis. Keterampilan menulis untuk saat sekarang telah

menjadi rebutan dan setiap orang berusaha untuk dapat berperan

dalam dunia menulis. Banyak orang berusaha meningkatkan

keterampilan menulisnya dengan harapan dapat menjadi penulis

handal.

b. Perpaduan Antaraspek dalam Pembelajaran

Dalam Kurikulum Bahasa Indonesia SD tahun 2004,

pembelajaran Bahasa Indonesia dimulai dengan aspek mendengarkan

yang Standar Kompetensinya telah ditetapkan oleh BSNP. Standar

kKompetensi tersebut dijabarkan dalam bentuk tabel yang terdiri dari

Kompetensi Dasar, Hasil Belajar, Indikator dan Materi pokok seperti

yang biasa kita temui dalam silabus pembelajaran.

Kemudian setelah aspek mendengarkan, diikuti oleh aspek-

aspek lainnya yaitu Aspek Berbicara, Aspek Membaca dan Aspek

Menulis. Aspek-aspek tersebut berurutan seperti itu dan sama dari

mulai kelas 1 sampai dengan kelas 6.

74