Tugas BI Membuat Makalah Dampak Narkoba Bagi Anak Bangsa(Autosave)
Makalah bi makalah statistik
-
Upload
muhammad-baidowi -
Category
Education
-
view
111 -
download
3
Transcript of Makalah bi makalah statistik
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Para penutur bahasa Proto-Melayu ini adalah pelaut-pelaut yang sejak
dini sudah menjelajahi laut-laut di Nusantara dan kemungkinan besar
memainkan peran menentukan dalam kegiatan perdagangan dalam negri-negri
barat(india selatan) dan utara tidak banyak mengetahui tentang bahasa melayu
sampai abad ke-16, jelas bahwa bahasa ini telah berkembang seiring waktu
bahwa sejak dini sudah ada ragam-ragam dialektal menurut daerahnya dan
bahwa bahasa ini telah mendapat pengaruh dari bahasa-bahasa lain.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana deskripsi Bahasa melayu sebelum abad ke- 17-18 ?
2. Menjelaskan tentang Indikasi dan Sansekertanisasi
3. Menjelaskan Islaminisasi dan Arabisasi
4. Bagaimana deskripsi bahasa melayu dan awal masuknya pengaruh eropa ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui deskripsi tentang bahasa melayu sebelum abad ke-17-
18.
2. Untuk mengetahui Indikasi dan Sansekertanosasi.
3. Untuk mengetahui Islaminisasi dan Sansekertanisasi.
4. Untuk mengetahui bahasa melayu dan awal masuknya pengaruh eropa.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Zaman Prakolonial
Meskipun zaman Prasejarah bahasa sebagaian masih berdasarkan hipotesa,
penelitian-penelitian mutakhir sudah memberikan beberapa kepastian, terutama
mengenai sejarah kuno bahasa melayu. Pada abad terakhir sebelum masehi,
bahasa proto – melayu yang menurunkan semua dialek melayu masa lampau
dan masa kini dipakai di pesisir dan daerah rawa – rawa bagian barat borneo.
Dari sana, bahasa ini menyebar ke beberapa arah dan pada berbagai masa
(Collins 1998 : 4 – 5 ):
- Menuju kedua pesisir selat malaka dan kepulauan riau,
- Menuju pesisir – pesisir borneo yang lain ( utara, timur, selatan ),
kemudian menuju utara ( teluk Filipina ) dan timur ( beberapa pulau
Maluku ),
- Menuju Sumatra bagian selatan ( sungai Musi dan batang hari ) dan
pesisir utara jawa bagian barat ( daerah Jakarta sekarang ini )
Para penutur bahasa proto – melayu ini adalah pelaut – pelaut yang sejak
dini sudah menjelajahi laut – laut di nusantara dan kemungkinan besar
memainkan peran menentukan dalam kegiatan perdagangan dengan negeri –
negeri barat ( India selatan ) dan utara ( Vietnam, Tiongkok ) sejak awal
zaman masehi. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika wilayah penutur
bahasa Melayu dekat selat malaka pernah menjadi ibu kota kerajaan Bahari,
Sriwijaya, yang menghasilkan prasasti – prasasti paling kuno yang dikenal
dalam sebuah bahasa nusantara, yaitu bahasa melayu kuno.
B. Bahas Melayu Sebelum Abad ke-16
Di Indonesia, khususnya di wilayah berbahasa melayu, seperti dalam
kebudayaan-kebudayaan di Asia Tenggara yang kuat di pengaruhi kebudayaan
india, sejak dini telah dilakukan proses menuju penetapan sebuah norma
bahasa. Dalam bidang ejaan, L.Vikor mengamati bahwa :
2
“ Contoh – contoh bahasa Melayu tertulis, yaitu prasasti – prasasti dalam
bahasa melayu kuno yang di temukan di bagian Sumatra, yang berasal dari
akhir abad ke– 17 dan di tulis dalam aksara pahlawan palawa dari selatan India,
menunjukkan keseragaman ejaan yang luar biasa sehingga dapat disimpulkan
bahwa prasasti–prasasti itu telah di dahului oleh sebuah tradisi panjang tulisan,
dengan aturan-aturan ejaan yang ditetapkan secara terinci.”
Sebelum zaman modern hanya sedikit yang diketahui tentang keadaan
bahasa melayu pada zaman itu, sementara antara abad ke-7 dan ke-16 bahasa
ini berkembeng pesat. Dari periode sebelumnya, kita mendapatkan sekitar
sepuluh prasasti (yang tertua bertahun 632), tersebar di bagian selatan Sumatra,
Pulau Bangka, Jawa Barat dan Jawa Tengah serta Semenanjung Tanah Melayu.
Bahasa Melayu Kuno yang berasal dari pesisir timur Sumatra bagian
selatan dan menjadi bahasa kerajaan perdagangan Sriwijaya, sudah sangat awal
digunakan di bagian barat Nusantara dan di Semenanjung Tanah Melayu,
setidaknya di lingkungan istana, keagaman dan perdagangan, seperti
dinyatakan oleh prasasti-prasasti yang ditemukan di luar pusat Sriwijaya dan di
luar wilayah-wilayah penutur bahasa Melayu. Enam prasasti bertangga antara
792 dan abad ke-9, ditemukan di jawa. Prasasti pertama di Jawa menyebut
seorang nakoda kapal, sehingga menimbulkan dugaan bahwa posisi Sriwijaya
di Jawa lebih bersifat perdagagngan dari pada politik. Dari situ timbul hipotesa
bahwa sejak abad ke-8, bahasa Melayu sudah mulai berperan sebagai bahasa
perhubungan luas. Lima ratus tahun kemudian, ketika Islam mulai
menyebarkan pengaruh di wilayah wilayah penutur bahasa Melayu, Bahasa
Melayu sudah cukup banyak dipakai di pusat-pusat perkotaan dan di pesisir
pualu–pulau besar di barat Nusantara, sehingga menjadi bahasa perantara untuk
penyebaran agama Islam. Hal ini memperkuat posisi bahasa Melayu sebagai
bahasa penghubungan luas (agam lisan dan tulis), bahasa kesusastraan,
pemerintahan atau diplomasi. Sejak itu , bahasa melayu di tulis dengan aksara
Arab, meskipun aksara ini kurang sesuai untuk mengalihtuliskan bahasa ini
dengan efisien. Ketika bangsa Portugis tiba, pada tahun 1511-1513, bahasa
melayu sudah tersebar di wilayah yang lebih luas.
3
Disisi lain, meskipun kita tidak banyak mengetahui tentang bahasa Melayu
sampai abad ke-16, jelas bahwa bahasa ini telah berkembang seiring waktu dan
bahasa ini telah mendapat pengaruh dari bahasa – bahasa lain. Dua prasasti
menggambarkan kedua dugaan pertama. Yang pertama, ditemukan di Kedu
(Jawa Tengah) berasal dari abad ke-9, ditulis dalam sebuah bahasa yang
agaknya sudah lebih dekat dengan bahasa melayu kuno yang tertera pada
prasasti–prasasti yang lebih tua. Yang kedua, berasal dari abad ke-14,
ditemukan di Trengganu (Sumenanjung Tanah Melayu) dan bahasanya,
kalaupun berbeda dengan bahasa melayu klasik, agaknya mirip dengan dialek
bahasa Melayu trengganu dewasa ini (Teeuw 1959: 147 – 149). Di luar
daerah–daerah penutur bahasa Melayu, pemakaian bahasa Melayu yang keliru
menunjukkan persinggungan antara bahasa Melayu dan bahasa local yang tidak
selalu termasuk rumpun bahasa Austronesia.
C. Indianisasi dan sanskertanisasi
Fenomena sejarah yang disebut dengan indianisasi sudah di mulai pada
periode awal tarikh masehi dan berlangsung selama lebih dari seribu tahun.
Di negeri-negeri Nusantara, indisianisasi dan pengaruhnya pada penduduk
asli dapat di amati sejak abad ke-4 akan tetapi baru dengan prasasti pertama
berbahasa Melayu Kuno (682-686) ketika kerajaan bahari itu sudah berdiri
sejak satu dasawarsa atau lebih.
Dalam bidang keagamaan, sumbangan utama indianisasi adalah
diperkenalkan agama-agama besar india, bunda dan hindu, yang jejak-jejak
awalnya dapat kita telusuri sejak abad ke-4 semenanjung tanah melayu dan
abad ke-5 jawa dan borneo.
Kosa kata baru itu dipakai untuk mengungkapkan konsep-konsep agama
buda yang sebelumnya tidak ada dalam bahasa melayu. Sebagai contoh di
prasasti-prasasti itu tercantum:
- Vodhicitta (pemikiran bodhi), vajracarira (raga intan), pranidana (doa)
- Nama-nama bulan dan hari: caitra (antara maret – april), pancami
(hari kelima) siklus bulan pratipada (haripertama bulan baru) serta
beberapa adverba dan kata keterangan waktu.
4
Tentu saja keadaan itu tidak memuaskan bagi sejarawan bahasa yang tidak
dapat
Jumlah kata diperoleh dari prasasti-prasasti dalam bahasa melayu kuno
sangat terbatas (200-250 unsur pungutan) dan merupakan cerminan yang
berlebih-lebihan dan sekaligus parsial tentang penetrasi bahasa melayu melalui
bahasa sansekerta pada zaman negara-negara yang mengalami indisianisasi.
Berikut ini tiga contoh yang di perluas kelingkub bahasa jawa kuno yang
juga mengalami fenomena yang sama, dan ke bahasa-bahasa lain pembawa
kata-kata baru :
- Jw. kuno dan Mel.dhwaja<Skt.Dhvaya,tetapi BI “bendera” <
Port.bandeira,
- Jw. Kuno. Bertyas < Skt bhrtas “pelayan”, tetapi BI “kenek” <
Bld.knecht (“pembantu”),
- Mel sisya < Skt. Sisya : “siswa”, tetapi BI “murid” < Ar.murid (sisya
bertahan juga).
Dapat di tambahkan puhavam dalam prasasti-prasasti,yang kemudian di
gantikan kedudukanya oleh “nahkoda” < Pers. Nakhuda, disaingi oleh “juraga”
(mel) dan “kapten” < Bld.kapiten.
D. Islamisasi dan Arabisasi
Perdagangan dan hubungan intelektual dengan masyarakat Arab-Persia
dari teluk persia dan dengan india islam (antara lain gurajat) yang semakin
berkembang menyebapkan masuk dan menyebarnya islam, pembawa bentuk
kemoderenan lain.
Sebuah prasastiyang ditemukan di trenganu dan diperkirakan berasal dari
tahun 1303 atau 1386/7 engenali menurut penafsiranya,memungkinkan kita
untuk mengenali awal perubahan keagamaan ini,dengan masuknya konsep-
konsep baru yang pada awalnya sulit di ungkapkan oleh bahasa.
Denys Lombard (1990 II) mempelajari perubahan mentalitas yang
disebapkan oleh islamisasi: bangkitnya proses tentang pribadi,konseb baru
tentang ruang dan wakt,seperti tersirat dalam kosakata.
5
Literatur keagamaan menduduki tempat penting di antara naskah-naskah
berbahasa melayu dan pengarang-pengarangnya pun sering mengunjungi
pusat-pusat keagamaan di semenanjung arab dalam rangka ziarah atau belajar
(Hamzah Fanzuri , Yusuf al-Maqassari, Adb al-samad al-palimbani) atau
memang berasal dari Asia Selatan (Nurrudin al-Raniri,asal gujarat).Dalam
bidang hukum,arabisasi dimulia dengan istilah yang menunjuk bidang itu
sendiri dan cabang-cabangnya: “hukum” (Ar.hukm), “hukum adat”,(Ar.adat),
“hukum kanun”,(Ar hukm qanun) serta beberapa konsep dasar :
“adil”,”keadilan” (Ar adil), “kadi” (Ar qadi).
Diluar bidang-bidang itu terutama keagamaan sulit ditentukan bidang-
bidang mana yang yang paling banyak diperkaya oleh bahasa arab.Jika kita
melihat perluasan dan fungsi bahasa melayupada abad ke 16, ketika bangsa-
bangsa barat mulai menjalin hubungan dengan negeri-negeri Nusantara, kita
mendapat bahwa berbagai segi bahasa melayu sebanding dengan bahasa latin.
E. Bahasa Melayu dan Awal Masuknya Pengaruh Eropa.
Warisan kosakata yang berasal dari periode yang pendek ini tidak dapat
diremehkan,tetapi kebanyakan berkaitan dengan benda benda keperluan sehari
hari yang diperkenalkan oleh bangsa portugis dan beberapa istilah keagamaan
(lih.Grijins 1984)Sebaliknya,para pegawai administrasi dan pedagang Belanda
dari Vereenigde Ost-Indische Compagnie (selanjutnya VOC) yang datang jauh
dari Ambon,pada awal abad ke 17.di Jawa-dengan sedikit penutur bahasa
melayu dan dengan bahasa utama termasuk subrumpun bahasa yang berbeda
sehingga menutup kemungkinan saling mengerti- orang menggangab bahwa
salah satu ciri orang belanda adalah memakai bahasa melayu dalam percakapan
(Lombartd 1990 I: 182).
Namun keadaan itu tidak menutup perdebatan mengenai bahasa yang
mesti di gunakan untukberhubungan dengan penduduk asli.antara lain untuk
penginjilan dan mengenai pemasyarakatan kategori bahasa yaitu bahasa
melayu klasik dan tertulis yang disebut “ Melayu tinggi” bahasa melayu
perhubungan luas yang disebut “Melayu Rendah” Kategori-kategori ini berjaya
sampai abad ke-19 dan bahkan sesudahnya.John Hoffman (1979) memberikan
6
analisis sangat lengkap tentang perdebatan tersebut.Ia juga menunjukkan
bahwa pergantian penguasa yang disebapkan oleh masuknya inggris di
Nusantara (1811-1816) sempat menghidupkan kembali perdebatan mengenai
masalah bahasa perhubungan. Bahasa jawa sempat mendapat angin,tetapi
situasi kebahasaan tetap tidak berubah dan tetap menguntungkan bahasa
melayu,terutama diluar jawa.
7
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Pabad terakhir sebelum masehi bahasa pioto melayu yang menurunkan
semu dialek melayu masa lampau dan masa kini di pakai di pesisir dan daerah
rawa-rawa bagian barat borneo. Oleh karena itu tidak mengherankan jika
wilayah penutur bahasa melayu dekat selat melaka pernah menjadi ibu kota
kerajaan bahari sriwijaya yang menghasilkan prasasti-prasasti paling kuno
dikenal dalam sebuah bahasa nusantara yaitu bahasa melayu.
B. SARAN
8