Makalah Beneran Kelompok IV

67
1 Pembagian Peran Kerja dalam Sistem Produksi Pertanian Dusun Cuntel Disusun oleh: Nur Huda 0706165255 Akbar Rahmadi 0706284585 Andri Ramawan Adipura 0706284616 Duty Andhika N. 0706284673 Mahendra Valentino 0706284811 Noverdhy Rabusetyoko 0706284875 PROGRAM SARJANA REGULER SOSIOLOGI DEPARTEMEN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS INDONESIA 2009

Transcript of Makalah Beneran Kelompok IV

Page 1: Makalah Beneran Kelompok IV

1

Pembagian Peran Kerja dalam Sistem Produksi

Pertanian Dusun Cuntel

Disusun oleh:

Nur Huda 0706165255

Akbar Rahmadi 0706284585

Andri Ramawan Adipura 0706284616

Duty Andhika N. 0706284673

Mahendra Valentino 0706284811

Noverdhy Rabusetyoko 0706284875

PROGRAM SARJANA REGULER SOSIOLOGI

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS INDONESIA

2009

Page 2: Makalah Beneran Kelompok IV

2

Kata Pengantar

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-

Nya, kami dapat menyelesaikan makalah penelitian kami yang berjudul ‖ Pembagian Peran

Kerja dalam Sistem Produksi Pertanian Dusun Cuntel‖ dari mata kuliah Sosiologi Pedesaan

sesuai dengan waktu yang telah kami rencanakan. Penulisan makalah penelitian ini bertujuan

untuk memberikan penjelasan mengenai bagaimana pembagian peran kerja dalam sistem

produksi pertanian di Dusun Cuntel sehingga kita bisa mengetahui bagaimana pembagian

peran kerja petani pada desa-desa di Jawa. Dalam kesempatan ini, kami mengucapkan terima

kasih kepada semua pihak yang telah membantu, baik secara langsung maupun tidak

langsung dalam penulisan makalah ini. Terutama untuk para dosen sosiologi pedesaan yang

telah memberikan bimbingannya, dan para mentor yang telah memberikan banyak bantuan,

serta teman-teman yang telah memberikan dukungan kepada kami dalam pembuatan makalah

ini, dan khususnya untuk warga Dusun Cuntel yang telah membantu dan bersedia menjadi

subjek penelitian kami sehingga makalah ini dapat selesai dan juga karena telah memberikan

pengajaran yang berharga kepada kami tentang arti sebuah kehidupan.

Makalah penelitian ini telah kami kerjakan dengan semaksimal mungkin dan dengan

berbagai upaya yang dapat membuat makalah ini menjadi yang tebaik. Namun, kami

menyadari bahwa sebagai manusia kami masih punya banyak kekurangan, begitu pula dalam

pembuatan makalah ini. Oleh karena itu kami mohon maaf bila ada kesalahan, kami juga

mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak, demi tercapainya

perbaikan untuk makalah-makalah kami berikutnya. Kami juga berharap semoga makalah ini

dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Depok, Desember 2008

Page 3: Makalah Beneran Kelompok IV

3

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………….1

DAFTAR ISI ........................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................4

Latar Belakang Masalah................................................................................................4

Permasalahan..................................................................................................................9

Tujuan Penelitian............................................................................................................10

Metode Penelitian............................................................................................................10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................11

Kerangka Konsep............................................................................................................11

Desa..............................................................................................................................11

Pertanian dan Sistem Pertanian................................................................................13

Peran, status, dan multiple-role Petani......................................................................14

Pembagian kerja.........................................................................................................17

Etika ekonomi dan Etika subsistensi…………………………………………….....18

BAB III TEMUAN LAPANGAN…………………………………………………………19

Sejarah Dusun Cuntel………………………………………………………………….19

Profil Dusun Cuntel…………………………………………………………………….20

Informasi dari Informan……………………………………………………………….21

Informan 1..………………………………………………………………………….22

Informan 2……………………………………………………………………………23

Informan 3…..………………………………………………………………………..25

Informan 4.....………………………………………………………………………..26

Informan 5.....………………………………………………………………………..27

Page 4: Makalah Beneran Kelompok IV

4

Informan 6.....………………………………………………………………………..28

Informan 7.....………………………………………………………………………..29

Informan 8.....………………………………………………………………………..29

Informan 10.....………………………………………………………………………31

Informan 9...…………………………………………………………….……………33

Informan 11 ………………………………………………………………………..33

BAB IV PEMBAHASAN…………………………………………………………………...36

Sistem Produksi Pertanian di Dusun Cuntel……………………………………….....38

Pembagian peran dalam sistem pertanian Dusun Cuntel……………………………39

Pemilik Lahan Pertanian……………………………………………………………39

Penyewa Lahan Pertanian…………………………………………………………..40

Buruh Cangkul……………………………………………………………………….40

Pemborong……………………………………………………………………………41

Buruh Pupuk…………………………………………………………………………41

Hubungan antar Unit dalam Sistem Produksi Pertanian Dusun Cuntel……………43

PENUTUP ………………………………………………………………………..47

Kesimpulan ………………………………………………………………………..47

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………….48

Buku……………………………………………………………………………………..48

Internet…………………………………………………………………………………..48

LAMPIRAN…………………………………………………………………………………50

Rekapitulasi Penduduk Dusun Cuntel………………………………………………...50

Denah Dusun Cuntel…………………..…………………..…………………..………..50

Data Luas Lahan Menurut SPPT…………………..…………………..……………..51

Page 5: Makalah Beneran Kelompok IV

5

BAB I

PENDAHULUAN

I. 1. Latar Belakang Masalah

Alam merupakan sumber kehidupan bagi makluk hidup yang hidup di sekitarnya.

Selain hewan, manusia adalah konsumen terbesar kedua yang menkonsumsi hasil dari alam.1

Manusia tidak bisa hidup tanpa alam, karena semua yang di butuhkan manusia hanya bisa

didapatkan di alam, mulai dari kebutuhan pangan, papan dan sandang. Berbeda dengan

binatang, manusia melakukan pengolahan dan pembudidayaan alam untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya. Hubungan ini semakin berkembang dan akhirnya membentuk suatu

system pengelolaan alam didalamnya terjadi kesalingtergantungan antara manusia dengan

alam. Salah satu bentuk dari hubungan manusia dengan alam yang telah membentuk sistem

adalah hubungan dalam kegiatan pertanian. Di dalam kegiatan pertanian terjadi hubungan

timbal-balik saat petani mengelola lahan produksi (sawah, lahan, tegal, pekarangan dan lain-

lain). Disana petani memberikan pengelolaan yang terbaik untuk lahan dan tanaman (alam),

dan alam memberikan apa yang di butuhkan manusia.

Yang dimaksud dengan ―pertanian‖ (agriculture) adalah semua kegiatan

menghasilkan pangan lewat mengolah tanah, seperti padi, gandum, katun, teh, kopi, coklat,

tebu, pisang, dsb. Tetapi dalam pertanian juga termasuk kegiatan memelihara ternak, seperti

ayam, sapi, kambing, ikan, dsb. Bahkan akhir-akhir ini usaha mengembangkan bunga juga

termasuk dalam pertanian. Maka hasil pertanian mencakup makanan (sayur-mayur, beras,

gandum, jagung), serat (katun, wool, sutra), dan bunga juga merupakan bentuk pertanian.

Kendati demikian, definisi tersebut dapat disempitkan pada hasil mengolah tanah, terutama

beras, gandum dan sayur-sayuran.2 Mengolah tanah sebenarnya merupakan kegiatan kuno

setelah manusia meninggalkan fase masyarakat pastoral sebelum masuk ke fase masyarakat

industrial. Pada masa itu manusia menanam untuk mencukupi kebutuhannya. Menurut Martin

Wolf, para petani (peasants) memakai hasil buminya untuk tiga kebutuhan: makan, benih,

dan upacara. Dengan kata lain, para petani itu tidak mengadakan jual-beli hasil tanamnya.

1 http://www.kasundaan.org/index.php?option=com_content&task=view&id=84&Itemid=30 2 www.pertaniansehat.or.id

Page 6: Makalah Beneran Kelompok IV

6

Kalau pun terjadi pertukaran (exchange), tidaklah melibatkan uang, melainkan tukar-menukar

barang (barter). Kehidupan petani pada dasarnya berciri ―subsisten,‖ sekedar mencukupi

kebutuhan hidup minimal. (James Scott)3

Keterkaitan yang sangat erat antara manusia dengan lingkungan di sekitarnya tidak

hanya menyangkut lingkungan alam, melainkan juga lingkungan sosial. Lingkungan sosial ini

mengacu pada hubungan antar manusia dalam kehidupan mereka sehari-hari, baik yang

berhubungan dalam konteks sosial secara umum, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya.

Kembali pada kegiatan pengelolaan alam sebagai upaya manusia untuk memenuhi

kebutuhannya, konteks lingkungan sosial ini agaknya berperan cukup banyak. Disamping

keterbatasan kemampuan manusia, keterbatasan sumberdaya alam yang tersedia membuat

manusia tidak dapat menggunakannya dengan seenaknya untuk memenuhi kebutuhannya

sendiri. Sebagai hasilnya, manusia melakukan pengelolaan alam secara kolektif bersama-

sama dengan manusia yang lainnya.

Jika kita melihat kepada pengertian sistem produksi sebagai sebuah kegiatan

mengolah bahan baku atau bahan belum jadi menjadi barang jadi melalui sebuah mekanisme

proses yang melibatkan sekumpulan kumpulan komponen yang saling berintegrasi untuk

menjalankan suatu aktivitas atau suatu proses yang dimulai dari input sampai output,

pengelolaan lahan pertanian secara bersama-sama ini bisa dilihat sebagai sebuah bentuk

sistem produksi.4 Dalam sistem tersebut, komponen utamanya adalah manusia dan alam yang

bekerja bersama. Lebih jauh lagi, pengelolaan alam secara kolektif kemudian juga

melahirkan pembagian tugas dan peran di antara manusia itu sendiri. Disini semakin

kompleks sebuah masyarakat berkembang, maka peran-peran yang ada di dalamnya juga

berkembang semakin banyak dan kompleks.

Sistem Produksi Pertanian ini meliputi produksi biologis yang memanfaatkan materi

dan proses hayati untuk memperoleh laba yang layak bagi pelakunya (petani) yang dikemas

dalam berbagai subsistem mulai dari subsistem pra produksi, produksi, panen dan pasca

panen serta distribusi dan pemasaran (Badan Litbang Pertanian, 1999).5 Subsistem-subsistem

3 http://criticalglobalisation.com/2008/05/globalisasi-pertanian.html 4 Diambil dari Sudaryanto, Tahlim: Konsep Sistem Usaha Pertanian, Serta Peranan BPTP dalam Rekayasa

Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi. 5 Ibid,

Page 7: Makalah Beneran Kelompok IV

7

tersebut saling terkait dan saling mempengaruhi antara satu dengan lainnya. Di dalam

subsistem-subsistem tersebut terdapat serangkaian peranan yang dijalankan oleh individu-

individu anggota masyarakat yang terlibat dalam sistem produksi tersebut.

Dalam bukunya yang berjudul Moral Ekonomi Petani, James Scott menjelaskan

bahwa sistem produksi yang berkembang di kalangan masyarakat pedesaan yang pra kapitalis

tidaklah sama dengan masyarakat kapitalis pada umumnya (Scott, 1976 : 5). Kegiatan

produksi yang mereka lakukan hanyalah bersifat subsisten dan bukan ekonomi rasional,

artinya hanya diperuntukkan untuk memenuhi kebutuhan minimalnya saja untuk hidup. Hal

inilah yang membuat sistem produksi pertanian di daerah pedesaan berkembang secara khas

dengan ciri stagnasinya. Seiring dengan berjalannya waktu, timbul pertanyaan apakah

masyarakat pedesaan seperti yang dicirikan oleh Scott ini masih bertahan hingga saat ini,

terutama dengan semakin berkembangnya teknologi pertanian dan masyarakat itu sendiri.

Sebagian besar penduduk Indonesia memiliki mata pencaharian sebagai petani. Hal

ini dibuktikan dengan luas lahan untuk pertanian di Indonesia, yaitu sekitar 107 juta hektar

dari total luas daratan Indonesia (sekitar 192 juta hektar)6. Berdasarkan BPS (2002), data

tersebut belum termasuk Maluku dan Papua. Dari luasan tersebut sekitar 24,5 juta hektar

adalah lahan basah untuk lahan sawah, 25,3 juta hektar adalah lahan kering yang berpotensi

untuk tanaman semusim, dan 50,9 juta hektar untuk padang rumput dan tanaman kayu-

kayuan. Sedangkan lahan pertanian tergarap untuk usaha tanaman bahan pangan yang kini

tersedia hanya 7,8 juta hektar lahan basah dan lebih dari 80 persen bahan pangan kita masih

dihasilkan dari lahan basah yang relatif sempit tersebut.

Tabel 1. Luas lahan sawah di Indonesia7

No Wilayah Sawah

irigasi

Persentas

e

Sawah

nonirigas

i

Persentas

e

Total Persentas

e

Ha % Ha % ha %

1 Sumatera 997.060 23,74 1.332.040 36,84 2.329.224 29,80

2 Jawa & Bali 2.442.100 58,74 968.440 27,34 3.430.698 43,89

3 NT & 154.920 5,69 155.120 4,29 310.144 3,97

6 www.pertaniansehat.or.id, diakses pada tanggal 03 Maret pukul 19.45

7 http://balittanah.litbang.deptan.go.id, diakses pada tanggal 07 Maret 2009 pukul 20.35

Page 8: Makalah Beneran Kelompok IV

8

Maluku

4 Kalimantan 228.850 5,45 772.890 21,38 1.001.845 12,82

5 Sulawesi 373.500 8,89 346.630 9,59 720.239 9,21

6 Irian Jaya 4.240 0,10 20.640 0,57 24.980 0,32

Indonesia 4.200.670 100,0 3.595.760 100,0 7.817.130 100,0

Sementara sejumlah 69% penduduk Republik Indonesia bermukim di pedesaan.

Mayoritas dari mereka bekerja di sektor pertanian, baik sebagai petani gurem, petani

penyakap, maupun buruh tani. Dari ke 179.321.641 jiwa penduduk Indonesia8, sekitar 60% di

antaranya yaitu 107.573.749 jiwa bermukim di Pulau Jawa, yang luasnya hanya sekitar 7%

dari luas wilayah Indonesia. Dapat diduga kepadatan penduduk Pulau Jawa sangat tinggi.

Berdasarkan data sensus Pertanian 19839, diketahui 57,4% rumah tangga petani di Pulau

Jawa terdiri dari petani gurem, petani penyekap, dan buruh tani dengan luas kepemilikan

lahan sawah yang sangat minim yakni berkisar antara 0,00-0,05 Hektar.

Di pulau Jawa sendiri, salah satu wilayah yang dikenal sebagai sentral produksi

pertanian adalah Provinsi Jawa Tengah. Pada tahun 2007 Jawa Tengah memiliki kontribusi

total terhadap produksi nasional yang mencapai 21,63%. Kontribusi di sector pertanian

tersebut lebih besar jika dibandingkan dengan provinsi Jawa Barat yang memiliki kontribusi

produksi nasional sebesar 10,36%.10

Komoditas hasil pertanian yang paling banyak itu

terdapat di daerah Jawa Tengah dengan hasil komoditas pertanian yang berupa sayur-sayuran

dan buah-buahan, seperti kacang tanah, kedelai, bawang merah, lombok, kubis, kentang,

petai, pisang, mangga, durian, pepaya, dan nanas.11

Dari aspek sumberdaya manusia juga

tercatat bahwa jumlah penduduk Jawa Tengah yang bekerja di sektor pertanian pada tahun

1998 mencapai 43,38 %.12

Peranan sektor pertanian di Jawa Tengah yang meliputi pertanian pangan dan

hortikultura, perkebunan, peternakan, dan perikanan, dalam pembangunan perekonomian

Jawa Tengah salama ini masih dominan dan cukup strategis. Kontribusi sektor pertanian

terhadap PDRB dari tahun 1994 sampai tahun 1997 menduduki proporsi terbesar dibanding

8 Data Sensus Penduduk 1990

9 http:// digilib.upi.edu, Jumlah Petani di Pulau Jawa, diakses pada tanggal 07 Maret 2009 pukul 19.57

10 http://makassarterkini.com 11 www.ri.go.id 12 www.jawatengah.go.id

Page 9: Makalah Beneran Kelompok IV

9

sektor-sektor lainnya. Kontribusi PDRB dalam sektor pertanian di Semarang sebagai ibukota

Provinsi saja hingga kini mencapai 14,42%13

Hal ini dapat kita lihat dari data Situs Resmi

Pemerintah Kabupaten Semarang sebagai berikut: 14

Saat Panen : sepanjang tahun

Sentra produksi : Kec.Ambarawa, Bawen,

Sumowono, dan Getasan

Pemasaran : hampir seluruh kota di Jawa

Tengah dan DIY.

Sumber : www.semarangkab.go.id

Di Kabupaten Semarang sendiri, salah satu daerah yang menjadi sentral penghasil

sayur-sayuran adalah Kecamatan Getasan yang terletak di bagian bawah Gunung Merbabu.

Di Kecamatan Getasan sendiri terdapat sebuah kawasan yang lokasinya paling tinggi dan

sangat terpencil di kaki Gunung Merbabu bernama Cuntel. Sesuai dengan namanya yang

berarti ―terakhir‖, Dusun Cuntel ini merupakan Dusun terakhir (paling dekat dengan gunung)

dan terletak di salah satu jalur pendakian Gunung Merbabu. Jalur yang menghubungkan

Dusun Cuntel dengan Dusun-dusun di bawahnya masih berupa jalanan batu yang masih sulit

dialalui. Sebagian besar penduduk disana menggantungkan kehidupannya melalui pertanian

(hampir 90 %) Tanaman pertanian yang dikembangkan sebagian besar merupakan tanaman

hortikultura. Tanaman yang dikembangkan antara lain : bawang daun, brokoli, kentang,

kubis, wortel, tomat, dll. Kondisi yag demikian membuat Dusun Cuntel cukup sering

didatangi oleh para pengunjung baik dari dalam maupun luar negeri.

Disini menarik untuk mengkaji lebih dalam mengenai bagaimanakah sistem pertanian

yang telah berkembang hingga saat ini di Dusun Cuntel. Mengkaji mengenai bagaimanakah

pertanian sekunder (bermacam-macam sayur-sayuran) yang menjadi sumber matapen-

caharian utama mereka diorganisasikan dalam keterbatasan kondisi geografisnya yang kurang

strategis dan cukup tandus. Selain itu, dengan banyaknya pendatang yang telah masuk ke

13 www.bpk.go.id 14 www.semarangkab.go.id

Page 10: Makalah Beneran Kelompok IV

10

wilayah mereka, menarik pula untuk mengkaji lebih jauh mengenai bagaimanakah relasi

sosial yang terjadi dalam kegiatan pertaniaanya. Mengkaji apakah sistem pertanian disana

telah berkembang secara berbeda ataukah sama saja dengan wilayah pedesaan lainnya yang

mengembangkan pertanian primer (makanan pokok) dan memiliki ciri subsiten.

I. 2. Permasalahan

Cuntel adalah salah satu contoh nyata dari kawasan pedesaan di Indonesia yang

wilayahnya cukup sempit dan terpencil. Sebagai sebuah kawasan pedesaan, Cuntel juga

dicirikan dengan corak masyarakatnya yang sebagian besar bermata pencaharian sebagai

petani. Pertanian yang berkembang di sana adalah pertanian sekunder (pertanian

sayuran/hortikultura) yang sangat beragam, seperti bawang daun, brokoli, kentang, kubis,

wortel, tomat, dll. Dusun Cuntel ini merupakan Dusun terakhir (paling dekat dengan gunung)

yang cukup terpencil dengan kualitas jalur transportasi (jalan) yang masih susah diakses,

Selain itu, Sisi khas dari Cuntel adalah interaksi mereka yang cukup sering dengan para

pendatang dari luar, baik para pendaki, peneliti, missionaris maupun para wisatawan yang

ingin menikmati keindahan alam dan suasana pedesaan baik dari dalam maupun luar negeri.

Keadaan alam dan lingkungan sosial yang demikian melahirkan rasa keingintahuan

mengenai bagaimanakah sistem pertanian yang telah berkembang disana dalam konteks saat

ini. Selain masalah lokasi yang terpencil dan beragamnya jenis sayuran yang dibudidayakan,

masalah lainnya adalah fakta bahwa di dusun Cuntel jenis pertanian dimana sebagian besar

penduduknya menggantungkan hidupnya adalah jenis pertanian sekunder (sayuran) yang

tentunya bukan merupakan makanan pokok. Fakta ini membuat para petani tersebut mau

tidak mau hanya menggunakan pertanian sebagai sumber pendapatan dan bukan sumber

penghidupan seperti halnya para petani padi. Selain itu, menarik juga untuk mengkaji lebih

dalam mengenai bagaimanakah relasi sosial yang terjadi dalam sistem produksi pertanian

tersebut.

Dari rumusan permasalahan di atas, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

Bagaimanakah peta sistem pertanian yang ada di Dusun Cuntel?

Bagaimanakah deskripsi peran-peran dalam peta sistem produksi tersebut?

Bagaimanakah relasi sosial yang terjadi antarunit di dalam sistem produksi tersebut?

Page 11: Makalah Beneran Kelompok IV

11

I. 3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

Membuat ―role mapping‖ sistem pertanian yang ada di Dusun Cuntel

Mendeskripsikan pola-pola sistem pertanian petani Dusun Cuntel

Menjelaskan berbagai relasi sosial yang terjadi antarunit di dalam sistem produksi

pertanian yang ada di Dusun Cuntel

I. 3. Metodologi

Penelitian ini menggunakan paradigma interpretive guna menjelaskan secara

deskriptif mengenai sistem pertanian Dusun Cuntel beserta relasi antar unit di dalam sistem

tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan

metode wawancara mendalam terhadap 12 informan yang dirasa relevan dan ―tahu‖

mengenai sistem produksi pertanain di Dusun Cuntel. Pengambilan informan sendiri

menggunakan teknik snowball dimana dalam hal ini, informan yang diambil adalah mereka

yang memiliki hubungan dengan informan sebelumnya. Sebagai informan awalnya, kami

mengambil seorang tokoh masyarakat di Dusun Cuntel. Informan berikutnya kami ambil

berdasarkan luas tanah yang dimiki, yaitu 3 orang yang memiliki tanah paling luas dan tiga

orang dengan luas lahan tersempit. Langkah pemilihan ini kami ambil karena tanah

merupakan faktor yang menjadi sumber daya utama dalam melakukan kegiatan bertani

(Moore dalam Scott, 1981: 10)15. Berikutnya wawancara dilanjutkan dengan para Informan

yang juga terlibat dalam sistem produksi berdasarkan informasi dari informan sebelumnya.

15 Sumber daya merupakan suatu substansi yang berperan dalam suatu proses atau operasi karena adanya fungsi yang operasional untuk mencapai tujuan tertentu di dalamnya, seperti memenuhi kepuasan (Zimmermann, 1964 dalam Zen, 1982: 4), dalam skripsi Petani Buah: Suatu Kajian Tantang Pola Penghasilan dan Pembelanjaan Petani Buah di Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur, oleh: Didik Wedyo Susatyo.

Page 12: Makalah Beneran Kelompok IV

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II. 1. Kerangka Konsep

II. 1. 1. Desa

Pengertian desa secara umum lebih sering dikaitkan dengan pertanian (Rahardjo,

1999: 15). Akan tetapi, sebenarnya faktor pertanian bukanlah ciri yang harus selalu melekat

pada setiap desa. Ciri utama yang terlekat pada desa adalah fungsinya sebagai tempat tinggal

(menetap) dari suatu kelompok masyarakat yang relatif kecil. Artinya, suatu desa ditandai

oleh keterikatan warganya terhadap suatu wilayah tertentu. Keterikatan terhadap wilayah ini

disamping terutama untuk tempat tinggal, juga untuk menyangga kehidupan mereka. Dalam

sosiologi, jenis kelompok seperti ini–yakni yang memiliki ikatan kebersamaan dan ikatan

terhadap wilayah tertentu—pengertiannya tercakup dalam konsep komunitas. Oleh karena itu

, desa dilihat dari karakteristik yang dimilikinya adalah suatu komunitas. Koentjaraningrat

(1977) membagi komunitas menjadi dua yaitu komunitas besar dan kecil. Desa merupakan

termasuk kedalam komunitas kecil. Koentjaraningrat mendefinisikannya sebagai :‖komunitas

kecil yang menetap tetap di suatu tempat ―(1977:162).

Definisi lain, Menurut Egon E.Bergel (1955:121-123), pengertian desa dibagi menjadi

dua. Pertama, desa diartikan sebagai ―setiap pemukiman para petani (peasant), terlepas dari

ukuran besar kecilnya. Yang kedua, terdapat juga desa-desa perdagangan. Yang dimaksud

dengan desa perdagangan tidaklah berarti bahwa seluruh penduduk desa terlibat dalam

kegiatan perdagangan, melainkan hanya sejumlah orang saja dari desa itu yang memiliki

mata pencaharian dalam bidang perdagangan. Jenis pekerjaan non-pertanian ini dikelola

secara tradisional, baik dalam hal pemasaran produksi maupun transformasi keahliannya.

Selain itu, definisi desa menurut Paul H. Landis (1948:12-13), seorang sarjana

Sosiologi Pedesaan dari Amerika Serikat, mengatakan bahwa definisi desa dapat dipilah

menjadi tiga, tergantung pada tujuan analisa. Untuk tujuan analisa statistik, desa didefinisikan

sebagai suatu lingkungan yang penduduknya kurang dari 2500 orang. Untuk tujuan analisa

sosial-psikologis, desa didefinisikan sebgai suatu lingkungan yang pendudukanya memiliki

Page 13: Makalah Beneran Kelompok IV

13

hubungan yang akrab dan serba informal antara sesame warganya. Sedangkan untuk tujuan

analisa ekonomi, desa didefinisikan sebagai suatu lingkungan yang penduduknya tergantung

pada pertanian.

II. 1. 2. Pertanian dan Sistem Pertanian

Pertanian dalam arti luas diartikan sebagai usaha budidaya tanaman, ternak, ikan,

hutan agar memberikan suatu hasil, sedangkan dalam arti sempit adalah budidaya tanaman

pangan, perkebunan, hortikultura, dan tanaman pakan ternak16

. Perkembangan pertanian

berhubungan erat dengan perkembangan dari setiap kondisi masyarakatnya.

Contoh:

1. Primitif masih dengan sistem berburu dengan mengumpulkan hasil hutan.

2. Masyarakat yang sudah lebih maju misalnya didapatkannya api berpengaruh terhadap

perkembangan pertanian.

3. Setelah mengenal manajemen sederhana, juga berpengaruh dalam usaha peningkatan

kualitas tanaman dan hewan, dimulai dari penjinakan, seleksi dan sampai ke adaptasi.

Sistem pertanian di Indonesia berdasarkan pada tingkat efisiensi teknologi yang

diterapkan, terbagi menjadi17

Sistem ladang, Sistem tegal pekarangan, Sistem Sawah, dan

Sistem perkebunan.

Sistem ladang merupakan sistem pertanian yang pertama dan paling primitif. Suatu

sistem peralihan dari tahap budaya pengumpul ke tahap budaya penanam. Pengolahan

tanahnya sangat minimum, produktivitas bergantung kepada ketersediaan lapisan humus yang

ada, yang terjadi karena sistem hutan. Sistem ini pada umumnya terdapat di daerah yang

berpenduduk sedikit dengan ketersediaan lahan tak terbatas. Tanaman yang diusahakan

umumnya tanaman pangan, seperti padi darat, jagung, atau umbi-umbian.

Kedua adalah sistem tegal pekarangan berkembang di lahan-lahan kering, yang jauh

dari sumber-sumber air yang cukup. Sistem ini diusahakan orang setelah mereka menetap

16 http://fp.elcom.umy.ac.id/course/view.php?id=11

17 http://fp.uns.ac.id/~hamasains/BAB%20IIdasgro.htm

Page 14: Makalah Beneran Kelompok IV

14

lama di wilayah itu, walupun demikian tingkatan pengusahaannya rendah. Pengelolaan tegal

pada umumnya jarang menggunakan tenaga yang intensif, jarang ada yang menggunakan

tenaga hewan. Tanaman-tanaman yang diusahakan terutama tanaman tanaman yang tahan

kekeringan dan pohon-pohonan.

Ketiga, Sistem sawah merupakan teknik budidaya yang tinggi, terutama dalam

pengolahan tanah dan pengelolaan air, sehingga tercapai stabilitas biologi yang tinggi,

sehingga kesuburan tanah dapat dipertahankan. Ini dicapai dengan sistem pengairan yang

sinambung dan drainase yang baik. Sistem sawah merupakan potensi besar untuk produksi

pangan, baik padi maupun palawija. Di beberapa daerah, pertanian tebu dan tembakau

menggunakan sistem sawah.

Sistem partanian yang terakhir adalah sistem perkebunan. Sistem ini termasuk

perkebunan rakyat maupun perkebunan besar (estate) yang dulu milik swasta asing dan

sekarang kebanyakan perusahaan negara, berkembang karena kebutuhan tanaman ekspor.

Dimulai dengan bahan-bahan ekspor seperti karet, kopi, teh dan coklat yang merupakan hasil

utama, sampai sekarang sistem perkebunan berkembang dengan manajemen yang industri

pertanian.

Dari sistem-sistem yang diutarakan di atas, sistem pertanian yang dipakai di daerah

Dusun Cuntel dapat dikategorikan sebagai sistem tegal karang. Hal ini karena pertanian di

Dusun Cuntel termasuk dalam kriteria sistem tegal pekarangan, seperti lahan yang dipakai

adalah lahan kering serta pangelolaan yang dilakukan terhadap lahan di Dusun Cuntel pun

masih tebilang rendah karena mereka masih menggunakan alat-alat yang sederhana dan juga

teknik penanaman mereka yang masih melakukan sistem tanam campur, sistem menanam

tanaman dengan mengabungkan beberapa tanaman dalam satu lahan tertentu, seperti

menanam wortel dengan bawang daun.

II. 1. 3. Petani

Eric Wolf mendefinisikan petani sebagai orang yang menanam tanaman pangan dan

memelihara hewan ternak. Produksi yang berlebih didistribusikan ke kota. Sementara

Raymond Firth mendefinisikan petani sebagai sebuah sistem produksi skala kecil dengan

teknologi sederhana untuk pemenuhan kebutuhan pangan sendiri. Kategori ini juga termasuk

nelayan.

Page 15: Makalah Beneran Kelompok IV

15

Daniel Thorner mendefinisikan petani dengan menitikberatkan kepada sistem

ekonominya, yaitu ekonomi pertanian. Mereka adalah unit yang mampu memberi makan diri

mereka sendiri, dan juga memberi makan kepada orang kota. Mereka bisa meproduksi dan

melakukan pertukaran. Unit produksinya adalah keluarga, tetapi bisa juga unit yang lebih

besar seperti perkebunan. Mereka hidup tidak hanya dari pertanian, tetapi juga dari

pertukangan atau kerajinan.

Robert Redfield mendefinisikan petani dengan menekankan kepada sistem nilai.

Mereka dijuluki masyarakat dengan nilai setengah desa setengah kota. Ada proses

reinterpretasi dan reintegrasi dengan elemen-elemen yang dipandang lebih tinggi dari mereka

(kota). (Sasongko, 2006: 26-27).

II. 1. 4. Peran, status, dan multiple-role18

Dalam sistem lapisan masyarakat kedudukan (status) dan peranan (role) merupakan

unsure-unsur yang baku, dan mempunyai arti yang penting bagi system sosial. Yang diartikan

system sosial ini adalah pola-pola yang mengatur hubungan timbal-balik antara individu

dengan msayarakat, dan tingkah laku individu-individu tersebut.19

1. Kedudukan

Kedudukan diartikan sebagai tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial.

Kedudukan sosial artinya adalah tempat seseorang secara umum dalam masyarakatnya

sehubungan dengan orang lain, dala arti lingkungan pergaulannya, prestisenya dan hak-hak

serta kewajiban-kewajibannnya.

Secara abstrak, kedudukan berarti tempat seseorang dalam suatu pola tertentu.20

Dengan

demikian, seseorang dikatakan mempunyai beberapa kedudukan, oleh karena seseorang

bisanya ikut serta dalam berbagai pola kehidupan.

Apabila dipisahkan dari individu yang memilikinya, kedudkan hanya merupakan

kumpulan hak-hak dan kewajiban, karena hak dan kewajiban termasuk hanya dapat

terlakasana melalui perantara individu, maka agka sukar untuk memisahkannya secara tegas

dan kaku. Di dalam masyarakat sendiri terdapat dua macam kedudukan, yaitu:

18 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, cet ke-28, 1999 hlm 246.

19 Ralph Linton, The Study of man, an introduction, Appleton Century. Crofts. New York, 1956, hal. 105. 20 Ibid, hal. 113.

Page 16: Makalah Beneran Kelompok IV

16

a. Ascribed-Status, yaitu kedudukan seseorang dalam masyarkat tanpa memperhatikan

perbedaan-perbedaan rohaniah dan kemampuan. Kedudukan tersebut diperoleh karena

kelahiran, misalnya kedudukan anak seorang bangsawan adalah bangsawan pula. Pada

umumnya ascribed-status dijumpai pada masyarakat-masyarakat dengan system lapisan yang

tertutup, misalnya masyarakat feudal, atau masyarkat dimana system lapisan tergantung pada

perbedaan rasial. Namun, pada masyarakt-masyarakat dengan system lapisan yang terbuka

mungkin saja ada, misalnya kedudukan laki-laki dalam satu kelarga, kedudukannya berbeda

dengan kedudukan istri dan anak-anaknya.

b. Achived-Status adalah kedudukan yang diacapai oleh seseorang dengan usaha-usaha

yang disengaja. Kedudukan ini tidak diperoleh atas dasar kelahiran, akan tetapi bersifat

terbuka bagi siap saja tergantung dari kemampuan masing-masing dalam mengejar serta

mencapai tujuan-tujuannya. Misalnya, setiap orang dapat menjadi hakim asalkan memenuhi

persyaratan tertentu.

Namun ada lagi satu macam kedudukan, yaitu assigned-status,21

yang merupakan

kedudkan yang diberikan. Kedudukan ini sering mempunyai hbungan yang erat dengan

achived-status. Artinya suatu kelompok atau golongan memberikan kedudukan yang lebih

tinggi kepada seseorang yang berjasa, yang telah memperjuangkan sesuatu untuk memenuhi

kebutuhan dan kepentingan masyarakat. Akan tetapi kadang-kadang kedudukan tersebut

diberikan, karena seseorang telah lama menduduki suatu kepangkatan tertentu.

Kedudukan-kedudukan yang ada pada seseorang sering kali menimbulkan suatu konflik

atau pertentangan antara kedudukan itu. Hal itu biasa dinamakan status-conflict. Hal ini

karena setiap orang umunya memiliki beberapa status, yang stiap statusnya ada pada setiap

kondisi atau sistem yang berbeda-beda.

Kedudukan seseorang atau kedududukan yang melekat kepadanya dapat terlihat pada

kehidupan sehari-harinya melalui ciri-ciri tertentu yang dalam sosiologi dinamakan prestise-

simbol (status-symbol, misalnya cara berpakaian, pergaulan, cara mengisi waktu senggang,

memilih tempat tinggal, cara dan corak menghiasi rumah kediaman dan seterusnya.

21 JBAF Mayor Polak, Sosiologi, Suatu Pengantar Ringkasan, cetakan kelima, Penerbit dan Balai Buku “Ikhtiar”, Jaakarta 1966, hal. 198.

Page 17: Makalah Beneran Kelompok IV

17

2. Peranan (role)

Peranan merupakan aspek dinamis kedudukan. Apabila seseorang melaksanakan hak

dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maa dia menjalankan suatu peranan.

Kedudukan dan peranna tak dapat dipisahkan karena yang saling ketergantungan. Peranan

mempunyai dua arti, yang pertama adalah bahwa setiap orang mempunyai macam-macam

peranan yang berasal dari pola-pola pergaulan hidupnya.hal itu sekaligus berarti bahwa

peranan menentukan apa yang diperbuatnya bagi masyarakat serta kesempatan-kesempatan

apa yang diberikan oleh masyarakat kepadanya. Hubungan-hubungan sosial yang ada dalam

masyarakat, merupakan hubungan antara peranan-peranan individu dalam masyarakat.

Peranan diatur oleh norma-norma yang berlaku.

Posisi seseorang dalam masyarakat merupakan unsur statis yang menunjukan tempat

individu pada organisasi masyarakat. Peranan lebih banyak menunjukan pada fungsi,

penyesuaian diri dan sebagai suatu proses. Peranan mencakup tiga buah hal, yaitu:22

a. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau

tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan

rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam

kehidupan kemasyarakatan.

b. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh

individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

c. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi

struktur sosial masyarakat.

Sejalan dengan adanya status-conflict, juga ada conflict of roles, konflik yang terjadi

karena bentroknya beberapa peranan seseorang. Hal ini karena umumnya orang memiliki

beberapa peran atau sering disebut multiple-role. Bahkan kadang-kadang suatu pemisahan

antara individu dengan peranannya yang sesungguhnya harus dilaksanakannya. Hal ini

dinamakan role-distance. Gejala tadi timbul apabila individu merasa dirinya tertekan,

sehingga dia tidak melaksanakan peranannya dengan sempurna atau tidak terpenuhi oleh

orang itu.

22 Levinson, Role, Personality and Social structure, dalam Lewis A. Coser dan Bernard Rosenberg, Sociological theory, a book of redings, edisi ke-2, The Macmillan Company, New York, 1964, hal.204 dan seterusnya.

Page 18: Makalah Beneran Kelompok IV

18

II. 1. 5. Pembagian kerja23

Pembagian kerja merupakan konsep dari Emile Durkheim, yaitu Division of Labor,

suatu bentuk sistem pembagian kerja berdasarkan spesialisasi dan pemisahan okupasi.

Durkheim mengemukakan bahwa dibidang perekonomian seperti bidang idustri modern

terjadi penggunaa mesin serta konsentrasi modal dan tenaga kerja yang mengakibatkan

pembagian kerja dalam bentuk spesialisasi dan pemisahan okupasi yang semakin rinci. Gejala

pembagian tersebut ditemukan juga dibidang pertanian dan perniagaan. Tujuan kajian

Durkheim ialah untuk memahami fungsi pembagian kerja tersebut, serta untuk mengetahui

faktor penyebabnya (lihat Durkheim, 1968: 39-46).

Menurut Durkheim, pembagian kerja ini erat hubungannya dengan solidaritas dalam

masyarakat. Dia membedakan dua tipe utama solidaritas: solidaritas mekanik dan solidaritas

organik. Solidaritas mekanik merupakan suatu tipe solidaritas yang didasarkan atas

persamaan. Menurut Durkheim solidaritas mekanik dijumpai pada masyarakat yang masih

sederhana, yaitu masyarakat yang dinamakannya ‖segemental‖. Pada masyarakat seperti ini

belum terdapat pembagian kerja yang berarti. Apa yang dapat dilakukan oleh seorang

anggota masyarakat biasanya dapat pula dilakukan oleh orang lain. Dengan demikian tidak

terdapat saling ketergantungan antara kelompok yang berbeda, karena masing-masing

kelompok dapat memnuhi kebutuhannya sendiri dan masing-masing kelompok pun terpisah

satu sama lain. Tipe solidaritas yang didasarkan atas kepercayaan dan kesetiakawanan ini

diikat oleh apa yang disebut Durkheim dengan conscience collective, suatu sistem

kepercayaan dan perasaan yang menyebar merata pada semua anggota masyarakat.

Dengan adanya diferensiasi maka solidaritas masyarakat mengalami perubahan, yang

semula solidaritas mekanik berubah menjadi solidaritas organik. Pada masyarakat dengan

solidaritas organik masing-masing anggota masyarakat tidak dapat lagi memenuhi

kebutuhannya sendiri malinkan ditandai oleh saling ketergantungan yang besar dengan

kelompok lain. Seperti dengan organisme biologi dimana masing-masing anggota memiliki

fungsi yang berbeda. Berbeda dengan solidaritas mekanik yang didasarkan pada hati nurani

kolektif, maka solidaritas organik didasarkan pada hukum dan akal. Pemabagian kerja ini

memiliki fungsi meningkatkan solidaritas. Karena dengan adanya pembagian kerja maka

ketergantungan antara kelompok dalam masyarakat menjadi lebih tinggi.

23 Soenarto, Kamanto. 2004. Pengantar Sosiologi. Depok: LPFEUI. Hal.5-6

Page 19: Makalah Beneran Kelompok IV

19

II. 1. 6. Etika ekonomi dan Etika subsistensi24

Ke khawatiran akan kekurangan pangan di kalangan petani Indonesia yang pra-

kapitalis telah menimbulkan sebuah etika yang dinamakan dengan ―etika subistensi‖. Etika

subsitensi petani berisi tentang nilai-nilai normatif dan moral petani dengan prinsip

―dahulukan selamat‖ (safety first) terutama dalam hal pembuatan keputusan. Sehingga dapat

dikatakan bahwa etika ini secara fundamental telah masuk ke dalam jiwa petani agar mereka

sebisa mungkin dapat menjamin subsitensinya tanpa memikirkan hal lainnya. Etika subsitensi

disini selalu saja merujuk pada penghasilan minimum petani yang pada nantinya akan

digunakan untuk kebutuhan hidupnya sehari-hari bersama dengan keluarganya. Dalam hal ini

etika subsitensi juga dapat dijadikan sebuah acuan terhadap ―garis batas kehidupan‖

(maksudnya lebih kepada garis minimal dalam pemenuhan kebutuhan) sehingga sebisa

mungkin petani kebanyakan di Indonesia pada umumnya dan di Jawa tengah pada khususnya

selalu berusaha sebiasa mungkin agar mereka tidak berada di bawah garis subsitensi tersebut.

Etika subsitensi ini pada umumnya berakar dalam, kebiasaan kebiasaan ekonomi dan

pertukaran pertukaran sosial dalam masyarakat petani, dimana etika tersebut secara

fundamental telah mempengaruhi tindakan tindakan yang dilakukan oleh petani dalam bertani

guna memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Hal tersebut pada akhirnya juga

mempengaruhi moral ekonomi petani dimana selalu mengarah kepada bentuk engan risiko

(risk-averse) atau selalu meminimumkan kemungkinan subyektif dari kerugian maksimum

dan sebisa mungkin menghindari kegagalan. Hal tersebut juga mempengaruhi prinsip petani

yang mengarah pada bentuk prinsip ―safety first‖ atau mendahului selamat yang secara

langsung juga melatarbelakangi banyak sekali pengaturan teknis, sosial dan moral dalam satu

tatanan agraria. Etika subsitensi juga tidak hanya merupakan satu fakta (given) dalam ilmu

ekonomi petani, tapi ia juga mempunyai dimensi normatif atau moral. Hal ini bisa dilihat

pada struktur resiprositas desa, pilihan-pilihan sosial, sistim-sistim sewa yang disukai, dan

sika-sikap terhadap pajak.

24 Scott. C James. ( 1976). Moral Ekonomi Petani. Diterjemahkan oleh Hasan Basari. London: Yale University Press.

Page 20: Makalah Beneran Kelompok IV

20

BAB III

TEMUAN LAPANGAN

III. 1. Sejarah Dusun Cuntel

Kata ‖Cuntel‖ berasal dari Bahasa Jawa yang berarti ‖buntu‖. Sejarah terbentuknya

dusun Cuntel diawali ketika ada seorang Bekel prajurit yang tidak menyetujui adanya

perjanjian Gianti yang dirasa sangat merugikan rakyat kecil.berhubung prajurit terrsebut

hanya pemimpin tingkat rendah, maka dia tidak dapat berbuat banyak. Akhirnya bersama

dengan beberapa pengawal dia memilih untuk meninggalkan kekuasaannya tanpa tujuan yang

pasti. Dalam pelarian tersebut mereka memilih jalan membelah hutan dengan alasan agar

tidak ketahuan. Akhirnya mereka menemukan tempat yang dirasa aman, namun dengan

berbagai dalaih para pengawal selalu bertengkar dengan tidak menggunakan akal pikiran

yang sehat dan semuanya putus asa (dalam bahasa Jawa ―getas‖). Akhirnya tempat tersebut

dinamakan Getas yang sekarang terkenal dengan kebun karetnya didaerah Bringin kabupaten

Semarang.

Selanjutnya mereka melanjutkan perjalanan ke utara denan mengambil jalan yang

jauh dari keramaian. Sesampai disebuah tempat Bekel Kusno memerintahan para pengawal

beristirahat dan membuat sebuah tempat peristirahatan. Mereka harus meratakan tempat

peristirahatan tersebut terlebih dahulu sebelum didirikan rumah karena tempat itu tidak rata.

Dalam bahasa Jawa, meratakan tanah untuk didirikan rumah disebut dengan Bebatur, belum

selesai bebatur mereka mendengar ada prajurit yang mengejarnya, mereka lari ke daerah

gunung dan sebelum mereka pergi sempat member nama tempat itu Batur.

Dalam perjalanan mereka mendapat tempat yang begitu sulit dilalui sehingga mereka

member nama Tekelan. Akhirnya mereka berbelok kearah barat karena menemui jalan buntu.

Karena sudah tua, Bekel Kusno seringkali beristirahat dan menyuruh para pengawal untuk

mencari jalan dan melanjutkan perjalanan. Namun pengawal selalu menemukan jalan buntu

dan akhirnya mereka memutuskan untuk tetap tinggal di tempat tersebut.

Di Tempat tersebut bekel Kusno member nama Cuntel yang artinya selesai (berakhir)

melakukan perjalanan. Mereka mulai hidup di Cuntel dan mulai mengerjakan tanah yang ada

di sekitarnya untuk ditanami sesuatu yang bias dimakan. Hal ini dilakukan karena letak

pemukiman mereka yang jauh dar pasar. Selang beberapa tahun tersebut Bekel Kusno

Page 21: Makalah Beneran Kelompok IV

21

meninggal dunia dan diusung ke Surakarta. Ada satu keluarga yang diserahi tugas untuk

menjaga dusun Cuntel. Akhirnya dari satu keluarga inilah berkembang menjadi dusun Cuntel

seperti yang sekarang ini.

III. 2. Profil Dusun Cuntel

Dusun Cuntel termasuk daerah sekitar wisata Kopeng, kecamatan Getasan, kabupaten

Semarang. Tepatnya dilereng gunung Merbabu ujung paling selatan wilayah kabupaten

Semarang, dengan ketinggian ± 1.700 m dari permukaan laut. Dusun Cuntel merupakan

daerah perbatasan antara kabupaten Semarang dan kabupaten Magelang yang bertetangga

dengan batas batas daerah:

Sebelah barat: Dusun Daman (Genikan), Kecamatan Ngablak, Magelang

Sebelah Timur: Dusun Tekelan, Desa Batur

Sebelah Utara: Dusun Deles, Desa Jogonayan, Ngablak dan Dusun Tayeman, Desa

Kopeng, Semarang.

Sebelah Selatan: Gunung Merbabu

Lokasi Dusun Cuntel cukup terpencil dibandingkan Dusun-dusun di Desa Kopeng yang

lainnya karena berbatasan langsung dengan Gunung Merbabu. Dusun yang terdekat dengan

Cuntel adalah Dusun Deles dan Tayeman yang masing-masing berjarak sekitar 2 Km.

Keadaan geografis yang seperti ini membuat Cuntel dikaruniai pemandangan alam yang

indah dengan udara khas pegunungan yang segar. Selain itu, ikatan kekeluargaan dan

keramahan masyarakatnya juga cukup tinggi.

Cuntel juga terletak di salah satu dari tiga jalur pendakian ke Gunung Merbabu. Setiap

akhir pekan biasanya banyak pendaki yang kebetulan singgah (dan terkadang juga mencari

guide pendakian) di Dusun Cuntel. Selain itu, Dusun Cuntel juga cukup sering mendapat

kunjungan dari para pendatang, baik sebagai missionaries, peneliti, maupun sekedar

wisatawan yang ingin menikmati keindahan alam dan suasana kahidupan pedesaan. Para

pendatang ini biasanya masuk melalui ―gereja‖ dan berasal dari beragam wilayah di

Indonesia, bahkan luar negeri. Frekuensi kedatangan mereka juga cukup sering, bahkan pihak

gereja yang menjadi ―pintu masuk‖ mereka pun mengaku cukup kesulitan mengatur jadwal

waktu kedatangan mereka.

Page 22: Makalah Beneran Kelompok IV

22

Keadaan jalan yang menjadi jalur penghubung antara Cubtel dengan Dusun yang

lainnya masih cukup kurang secara kualitas (masih berupa jalan batu) sehingga masih sulit

untuk dilalui kendaraan bermotor. Luas tanah dusun Cuntel hanya seluas 53,7 Ha yang terdiri

dari 47,3 Ha tanah pertanian dan 9,4 Ha tanah pekarangan. Wilayah Dusun Cuntel ini terbagi

menajdi 5 RT dan dalam 1 RW. Pada Desember 2005, kepadatan penduduk Dusun Cuntel

mencapai 1000 m2 tiap penduduk. Jumlah penduduk dusun Cuntel per Desember 2008 ada

477 jiwa yang terdiri dari 244 jiwa perempuan dan 233 jiwa laki-laki. Sedangkan jumlah

kepala keluarganya ada 141 KK. Luas lahan yang dimiliki penduduk bervariasi dari yang

paling kecil (112 m2) sampai yang paling luas (26.874 m2).

Mata pencaharian utama adalah bertani, dari keseluruhan penduduk Dusun Cuntel,

sebanyak 268 jiwa (82,46 %) bekerja sebagai petani. Sementara sisanya 6 orang bekerja

sebagai Pegawai Negeri (1,85%) dan 51 orang bekerja di sektor Swasta (15,69%). Sampai

dengan buku ini ditulis, dari jumlah 127 KK, penganut agama Kristen berjumlah 81 KK atau

63% sedangkan sisanya yang berjumlah 46 KK atau 36,2% penganut agama Islam. Jenis

pertanian yang berkembang disana adalah pertanian sayur-sayuran seperti Kubis, Kentang,

Wortel, Sawi, Brokoli, Daun Bawang, Tomat dan Seledri.

III. 3. Informasi dari Informan

Informan 1

Informan yang ke 1 adalah seorang buruh cangkul

dengan inisial TRM. Ia saat ini sudah berumur 37 tahun dan

telah dikaruniai dua orang anak yang masing-masing berumur 6

tahun dan 3 tahun. Ia merupakan seorang warga Dusun Cuntel

dengan kepercayaan islam dan saat ini ia tinggal di rumah

pribadi yang merupakan hasil dari warisan orang tuanya yang

juga telah meninggalkan beberapa petak luas lahan pertanian.

sebagai seorang yang berprofesi sebagai buruh cangkul selama

kurang lebih 10 tahun, ia merasa bahwa pekerjaan ini sangat

diperlukannya mengingat lahan pertanian miliknya sangatlah sempit sehingga ia memiliki

waktu yang cukup luang untuk mengolah lahan milik orang lain. Kegiatan yang ia lakukan

sebagai buruh adalah mencangkul, meananam benih, mendangir, menyemprot hama, hingga

memupuk. Namun dalam hal ini kegiatannya tidak sampai pada tahap memanen. Upah yang

Page 23: Makalah Beneran Kelompok IV

23

ia peroleh dari hasil pekerjaan mengolah lahan orang lain adalah sebesar 15.000 rupiah/ hari

dengan THR pada saat lebaran tiba. Tarmin sebagai seorang buruh cangkul, mengaku bahwa

pekerjaan ini merupakan warisan dari ayahnya sehingga ia meneruskan pekerjaan ayahnya ini

sebagai buruh cangkul karena dalam hal ini ayahnya pun telah dipercaya oleh pemilik lahan

(KD) yang mempekerjakannya di ladang. Walaupun dalam hal ini pekerjaan sebagai buruh

cangkul merupakan sampingannya. Karena dalam hal ini yang tetap menjadi fokus utamanya

adalah lahan pertanian milik sendiri yang diolah sendiri.

Informan 2

Informan yang ke 2 adalah seorang pemborong

dengan inisial SKR. Saat ini ia sudah berumur 40 tahun dan

telah dikaruniai dua orang anak yang masing-masing

berumur 25 tahun dan 20 tahun. Ia merupakan seorang

warga Dusun Cuntel dengan kepercayaan islam dan saat ini

tengah tinggal di rumah pribadi yang juga merupakan hasil

dari warisan orang tuanya dengan beberapa petak lahan

pertanian yang tergolong sempit.

Sebagai seorang yang berprofesi sebagai pemborong selama kurang lebih 15 tahun, ia

merasa bahwa pekerjaan sebagai pemborong cukup menunjang jika dibandingkan dengan

pekerjaan sebagai buruh cangkul. Sebagai seorang pemborong, ia juga memperkerjakan

anaknya untuk mengambil hasil panen di ladang milik orang yang sedang panen dan berniat

untuk menjual kepadanya. Hasil panen tersebut kemudian siap dibawa dengan mobil sewaan

milik seorang warga Dusun Cuntel (SKM). Dengan mobil bak sewaan tersebutlah hasil panen

dibawa ke pasar dan siap dijual kepada pemborong lagi di Pasar Kopeng. Dalam hal ini ia

tidak berharap pada untung yang besar, melainkan hanya cukup terjual habis. Karena cukup

sulit membuat barang borongannya habis terjual. Dalam hal ini sebagai seorang pedagang ia

juga diharuskan untuk bersaing dengan pemborong lainnya.

Masalah harga merupakan masalah yang amat sulit baginya karena penghasilannya

dirasakan tidak menentu karena harganya pun tidak pernah menentu dan hanya tergantung

hasil tawar menawar denga pedagang di pasar. Karena hasil panen di Dusun Cuntel itu tidak

serentak dalam satu atau dua hari, maka dalam setiap hari ia dapat membawa hasil panen

warga ke pasar dan penghasilan perhari pun dapat ia peroleh.

Page 24: Makalah Beneran Kelompok IV

24

Usaha berdagang yang ia jalankan bersama keluarganya hingga kini merupakan milik

keluarga yang juga warisan usaha kedua orang tuanya yang diturunkan secara turun temurun.

Lahan pertanian kecil miliknya pun diolah bersama keluarganya. Namun dalam hal ini fokus

perhatian utamanya adalah profesi pemborong yang sedang ia jalankan.

Informan 3

Informan kami ini berinisil STT. STT ini adalah pemilik tanah terlus ke tiga di dusun

Cuntel. Lahan yang dimiliki STT saat ini adalah tanah warisan dari orang tuanya seluas

21.899 m2 Saat ini STT masih berusia 22 tahun, sudah menikah dan memiliki satu anak yang

baru berusia satu bulan. STT bergama islam, pendidikan terakhirnya adalah sampai pada

tingkat SMA. Semenjak lulus SMA, STT bekerja membantu orang tuanya mengerjakan lahan

kelurga dan tidak memiliki pengalaman pekerjaan yang lain. STT adalah anak tunggal dari

mendiang Bapak KS yang baru meninggal sekitar tiga atau empat tahun yang lalu. Semasa

bapak KS masih hidup, keluarga STT mengerjakan keseluruhan lahan yang dimilikinya

dengan bantuan buruh. Buruh yang diperkerjakan disini hanyalah untuk membantu

mencangkul lahan dan melakukan perabukan (pemupukan). Sementara keluarga STT hanya

melakukan penanaman benih, pembersihan gulma, dan pemanenan.

Bagi STT, tanah yang ia dapatkan dari orang tua adalah warisan yang harus dijaga

dan oleh karenanya tidak boleh dijual. Oleh karena itulah sepeninggal Bapak KS, STT yang

merasa tidak mampu mengerjakan keseluruhan lahannya lebih memilih untuk menyewakan

lahannya daripada menjualnya. Dengan bantuan sang Isteri (TM), STT sekarang bekerja

menanam beragam jenis sayur-sayuran di ladangnya secara bergantian, mulai dari kubis,

kentang, seledri, sawi hingga bawang daun. Pemilihan jenis ini bergantung pada cuaca dan

harga jual di pasar. Dalam kegiatan pengolahan lahannya, selain jumlah lahannya yang

berkurang, praktis tidak ada perubahan yang signifikan sejak kematian mendiang KS. Bapak

STT tetap menggunakan bantuan buruh dan hanya melakukan penanaman benih,

pembersihan gulma dan pemanenan.

Saat ini beberapa lahannya disewakan kepada tiga orang penyewa dari Desa sebelah

(Deles dan Tayeman), masing-masing Bapak IM, SN dan WTN. Sebelumnya STT sama

sekali tidak mengenal ataupun memiliki hubungan kekerabatan apapun ketiga orang tersebut.

Ketiga orang ini adalah orang-orang yang dipromosikan oleh paman (pakde KR) dari STT

yang tinggal di Desa Deles. Menurut keterangan STT, KR mengenalkan mereka sebagai

sebagai orang yang sudah sering menyewa dan sedang membutuhkan tanah. Harga sewa

Page 25: Makalah Beneran Kelompok IV

25

tanah STT ditentukan dengan melakukan tawar-menawar dengan ketiga orang tersebut.

Setelah melewati proses tawar-menawar, harga yang disepakati adalah Rp.1.250.000 per

tahun untuk setiap orangnya.

Bagian yang dikerjakan sendiri oleh Bapak STT diburuhkan kepada Bapak YMN,

seorang dari desa Tayeman. Bapak YMN ini adalah seorang yang memang telah bekerja

kepada keluarga STT semenjak mendiang Bapak KS masih hidup. Berbeda dengan umumnya

warga Cuntel yang biasa dibayar Rp. 15.000 setiap hari kerja, Bapak YMN dibayar setiap

kali mencangkul per keseluruhan luas lahan yang dimintakan kepadanya untuk dikerjakan.

Menurut STT, hal inilah yang membuat ia lebih senang memperkerjakan orang dari desa lain

karena biayanya menjadi lebih murah. Untuk luas lahan yang ia kerjakan saat ini, Bapak

YMN mendapatkan upah sebesar 600 ribu rupiah setiap kali mencangkul. Pada satu kali masa

tanam, YMN melakukan dua kali pencangkulan, yaitu sebelum penanaman dan pada saat

pendangiran.

Selain Bapak YMN, orang lain yang juga diperkerjakan oleh Bapak STT adalah

Bapak ST. Bapak ST ini adalah orang yang memang sehari-harinya dikenal sebagai buruh

pupuk yang bekerja melakukan pemupukan (perabukan). Rabuk yang digunakan adalah

kotoran ternak dari rumah Bapak STT sendiri yang dingkut menggunakan keranjang dari

bambu. Bapak ST ini dibayar per keranjang yang ia angkut, rata-rata 700 sampai 1.000 rupiah

tergantung dari jauh dekatnya lahan dari kandang. Pada satu kali masa tanam, perabukan ini

hanya dilakukan satu kali saya, yaitu sebelum penanaman.

Pada saat panen tiba, jika hasil pertaniannya sedang banyak, Bapak STT biasanya

meminta bantuan kepada tetangga dan sanak kerabatnya untuk melakukan pemanenan. Disini

Bapak STT tidak mengeluarkan uang untuk membayar mereka, melainkan hanya perlu

menyiapkan konsumsi (makanan dan minuman) pada saat panen berlangsung. Tradisi seperti

ini memang terlah ada di sana sejak masa lalu termasuk saat mendiang Bapak KS masih

hidup. STT mengaku bahwa ia cukup jarang membantu tatangga dan sanak saudaranya ketika

mereka melakukan pemanenan. Alasannya keluarga STT terlalu sibuk mengerjakan lahannya

sendiri.

Pada masa Bapak KS masih hidup, keluarga Bapak STT biasa menjual hasil

pertaniannya kepada seorang pemborong berinisial PP. PP ini adalah seorang pemborong

yang berasal dari Pasar di Getasan. Akses yang lebih baik dengan pasar ini membuat PP

mampu membeli hasil panen dengan harga yang lebih tinggi daripada pemborong-pemborong

lainnya dari Dusun Cuntel sendiri. Hal ini juga sejalan dengan hasil pertanian keluarga KS

Page 26: Makalah Beneran Kelompok IV

26

yang cukup banyak setiap kali panen karena saat itu mereka mengerjakan keseluruhan lahan

yang mereka miliki. Sepeninggal Bapak KS, hasil pertanian keluarga Bapak STT pun

semakin menurun karena sebagian besar lahan yang ia miliki sekarang telah disewakan.

Menurut STT, hal inilah yang membuat PP tidak lagi datang untuk membeli hasil pertanian

dari keluarga Bapak STT karena merasa terlalu berat di ongkos transportasinya. Saat ini

Bapak STT biasa mejual hasil pertaniaannya kepada pemborong setempat (Dusun Cuntel

sendiri) yang berani menawar dengan harga lebih tinggi, pemborong yang cukup sering

membeli hasil panennya adalah W dan T. Biasanya saat panen tiba, W dan T ini datang ke

rumah STT untuk menawar hasil pertanian STT.

Informan 4

Informan kami ini berinisial ST. ST adalah seorang yang

sehari-harinya mempunyai pekerjaan utama sebagai seorang buruh

pupuk (rabuk). Saat ini ST sudah berusia 39 tahun, mempunyai

seorang isteri (MN), dan telah dikaruniai seorang anak perempuan

(MR) yang sedang duduk di kelas dua SD. Pria asli Cuntel ini adalah

seorang jamaah yang cukup taat dari Gereja Kristen Jawa Tengah

Utara (GKJTU). ST adalah anak pertama dari mendiang STM.

Pendidikan terakhir ST adalah SMP dan dia memiliki seorang adik (SRN) yang saat ini

bekerja sebagai buruh cangkul. STM bukanlah seorang yang kaya di Cuntel, akhibatnya ia

hanya mewariskan tanah yang sangat terbatas jumlahnya kepada kedua anaknya. Selain lahan

dimana rumah ST saat ini berdiri sejak dua tahun lalu, ST hanya memiliki satu petak tanah

untuk lahan pertanian.

Sebelumnya ST sempat merusaha memperbaiki nasibnya dengan bekerja keluar

dusun. ST sempat bekerja di Semarang dan Solo sebagai tukang bangunan, namun karena

merasa tidak cocok dengan pekerjaannya dan rindu dengan kampung halamannya, ST pun

akhirnya kembali ke Cuntel dan membentuk rumah tangga pada awal tahun 1990-an. Lahan

yang kecil warisan dari orang tuanya ini tidak mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari

keluarga ST sehingga membuatnya harus mencari penghasilan tambahan disamping

menanam sayur-sayuran. Karena tidak memiliki modal, ST membuang keinginannya untuk

menyewa lahan dari petani lain. ST pun kemudian memutuskan untuk bekerja sebagai buruh

angkut pupuk (rabuk) hingga saat ini.

Page 27: Makalah Beneran Kelompok IV

27

Dalam pekerjaannya sebagai buruh pupuk, ST dibayar per keranjang yang ia angkut

antara 700 sampai 1.500 rupiah, tergantung jarak yang ditempuh antara lahan dan kandang

orang yang memperkerjakannya. Penghasilan yang ia dapatkan dari pekerjaan ini ditambah

hasil pertaniannya masih sangat minim sehingga hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan

makan sehari-hari. Setiap hari (kecuali hari minggu) ia berangkat bekerja mulai dari jam 6

atau 7 (setelah sarapan) dan pulang pada jam makan siang untuk makan. Selesai makan,

biasanya ia melanjutkan bekerja sampai sore, baik itu mengangkut pupuk maupun

mengerjakan ladangnya. Meskipun terkadang juga bekerja sebagai buruh cangkul, ST

mengaku lebih senang bekerja sebagai buruh pupuk daripada buruh cangkul karena selain

saingannya yang sedikit, jumlah yang ia dapatkan per harinya bisa lebih besar dari pada

buruh cangkul yang setiap harinya hanya dibayar 15.000 rupiah sesuai standar harga di

Cuntel.

Bapak ST mengaku tidak pilih-pilih dalam menentukan kepada siapa dia akan

bekerja. Yang penting adalah jika ia diminta pada saat yang tepat dimana ia sedang tidak ada

pekerjaan, maka ia akan melaksanakannya, baik sebagai buruh pupuk maupun buruh cangkul.

Saat ini ST sudah bekerja selama sekitar 16 tahun sebagai pengangkut pupuk namun tidak

berani menaikkan tarif karena takut tidak ada yang mau memperkerjakannya kelak.

Informan 5

Informan ini berinisial SKNH. SKNH adalah seorang ibu berumur 47 tahun yang

mempunyai empat orang anak. Ketika kita temui, ibu ini terlihat sedang bersantai dengan ibu-

ibu tetangga di depan rumah. Ibu SKNH merupakan salah satu pemilik lahan terkecil di

cuntel, lahan ibu ini luasnya sekitar 168 m2 pendidikan terakhir informan kami ini adalah SD.

Berdasarkan pengakuan SKNH, lahan yang dia miliki merupakan lahan warisan dari

orang tuanya yang juga merupakan petani di desa Cuntel. Berhubung tanah miliknya tidak

terlalu luas maka ibu ini tidak menghabiskan waktu yang lama di lahan. Dia sering

menghabiskan waktu di lahan orang dikarenakan banyaknya yang meminta bantuan tenaga

mereka (SKNH & suami) sebagai buruh tani dengan upah 15ribu per sehari kerja. Tenaga

suami dirasa sudah cukup untuk mengerjakan lahan mereka yang kecil ini. Dari lahan yang

kecil ini menghasilkan hasil panen yang sedikit juga. Untuk benih biasanya ibu SKNH

mencari di gunung karena gratis.

Page 28: Makalah Beneran Kelompok IV

28

Hasil panen dari lahan SKNH biasanya di jual kepada salah satu tengkulak yaitu pak

RHMT atau pak SKM. Namun seringkali ibu SKNH membawa sendiri hasil panen ke pasar.

Menurutnya hal ini digunakan untuk menghemat karena untuk menggunakan jasa angkutan

mobil dibutuhkan biaya yang menurutnya terlalu berat.

Seperti yang sudah diceritakan di atas, SKNH memiliki lahan yang Menurut SKNH,

pak Wagimin atau ibu jemi seringkali menawari dia untuk menjadi buruh di lahan mereka.

Tidak hanya ibu SKNH yang ditawari untuk menjadi buruh namun juga beberapa ibu-ibu

yang menganggur juga mendapat tawaran untuk bekerja mencabut gulma. Dengan bekerja

sebagai buruh gulma, bu SKNH mendapat upah 10.000-15.000 per hari.

Informan 6

Informan selanjutnya adalah RHMT. Pak RHMT yang berumur 51 yang kita temui

sehabis mencabut rumput dan wortel di lahan. Pak RHMT memiliki istri (YN) berumur 52

tahun dan 3 anak serta 2 cucu.anak pertama bekerja di kuala lumpur, Anak keduanya sering

membantunya untuk menjual keliling hasil panen ke pasar, sedangkan anak ketiga masih

duduk di bangku SMA. Bapak yang mengaku sudah menikah sejak kelas 6 SD ini beragama

Islam. Beliau memiliki lahan seluas 3.527 m2 yang didapatkan dari warisan dan sebagian

beliau dapatkan melalui proses jual beli.

Pak RHMT merupakan salah satu tengkulak yang ada di Cuntel. Beberapa pemilik

lahan merupakan penyuplai sayuran kepada pak RHMT, mereka adalah pak BYN. Pak JL, bu

SRMI, pak ISK, bu STTI, pak MGGH, pak YNTO dll. Berdasarkan pengakuan pak RHMT,

orang-orang ini menjadi pensuplai kepada pak RHMT bukan karena mereka menjual harga

dengan lebih murah. Namun karena mereka sudah dekat satu sama lain. Jadi sifatnya lebih

kekeluargaan dalam hal jual beli. Biasanya jika sudah memasuki waktu panen, maka para

pemilik lahan akan mendatangi pak RHMT untuk menawarkan hasil panennya. Biasanya

beliau membeli tanaman kentang dari warga dengan harga antara 4.200-4.500 dan akan dijual

sekitar 4.600- 4.700. Menurutnya antara tengkulak juga

tidak terjadi perebutan pensuplai, karena masing-masing

tengkulak memiliki pelanggan masing-masing.

Pak RHMT biasa berdagang di pasar Kopeng,

Getasan, dan pasar-pasar terdekat lainnya. Jika sudah

Page 29: Makalah Beneran Kelompok IV

29

sampai pasar menurut pak RHMT sudah tidak ada lagi rasa kekeluargaan, dia akan menjual

kepada penawar dengan harga tertinggi, bukan karena ada hubungan kekerabatan yang dekat.

Jadi menurut dia kekeluargaan hanya berlaku di Desa tidak di pasar. Berhubung pak RHMT

tidak memiliki mobil sendiri, maka dia menitipkan hasil panen yang sudah dia beli kepada

tengkulak lain yaitu pak SKM. Pak SKM merupakan satu-satunya pemilik mobil di desa

Cuntel. Pak RHMT membayar biasanya membayar sekitar 7500 untuk barang yang dititipkan

kepada pak SKM.

Jika dilihat secara garis keturunan, maka ayah dan ibu pak RHMT juga merupakan

seorang pedagang. Selain itu kakek dari pak RHMT juga merupakan seorang pedagang. Bisa

jadi kemampuan pak RHMT berdagang didapat dari keluarganya yang sudah turun temurun.

Informan 7

Informan kami ini berinisial SF. SF adalah anak ketiga dari pasangan WW yang

merupakan salah satu pemilik lahan luas di Cuntel (26.874 m2). Pendidikan terakhir beliau

adalah SMP. Perempuan berumur 30 tahun ini belum memiliki suami. Ketika kami temui

beliau sedang bekerja di ladang, namun beliau bersedia untuk berhenti bekerja untuk kami

wawancarai.

Dari hasil wawancara kita dapatkan bahwa lahan milik kelaurga WW ini merupakan

tanah warisan dari orang tua dan juga sebagian mereka beli. Tanah mereka ada yang berada

di dusun Cuntel dan sebagian lainnya berada di dusun Tayeman. Tanah mereka yang berada

di Cuntel diolah oleh mereka sendiri dan dibantu oleh buruh dari dusun tetangga. Sedangkan

lahan mereka yang berada di dusun Tayeman di kerjakan sepenuhnya oleh buruh upahan.

Tidak ada lahan yang disewakan sebagaimana biasanya pemilik lahan luas di Dusun Cuntel.

Hasil panen mereka biasanya dijual kepada pak SKM dan pak RHMT. Namun

berdasarkan penutuan SF, mereka lebih sering mejual hasil panen kepada pak Sukemi.

Menurutnya hasil panen lahan mereka tidak memuaskan karena tanah disana kurang bagus.

Seringkali mereka mengalami gagal panen. Oleh karena itu mereka tidak terlalu

menggantungkan penghasilan dari bertani, beliau juga menggemukkan sapi untuk menambah

penghasilan. Berbeda dengan kebanyakan warga Cuntel yang biasanya menyewa sapi,

keluarga WW ini memiliki sapi sendiri. Menurutnya penggemukan sapi ini dapat

memberikan masukan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Page 30: Makalah Beneran Kelompok IV

30

Informan 8

Informan kami ini berinisial SRS. SRS ini termasuk 3 besar pemilik lahan besar di

desa Cuntel . Luas lahannya 26.326 m2. Lahan yang dia punya merupakan tanah warisan

turun-temurun dari keluarganya. Usianya sekitar 70 tahunan. Pendidikan terakhirnya adalah

SD. Beliau mengurus lahannya sendiri, dan hanya menyewa orang untuk memotong rumput

yang ada di lahan bila rumput itu cukup banyak. Beliau juga menyewa orang untuk memanen

lahan yang beliau garap. Orang yang beliau minta tolong untuk memotong rumput dan

memanen hasil lahannya selalu orang yang sama, Pak MHM, seorang petani Cuntel.

Alasannya karena beliau tahu bahwa orang yang ia minta tolong itu ahli dan sudah lama

bekerja sama dengan dia, namun beliau tidak mengharuskan hanya pak MHM saja yang dapat

memabantu beliau, itu tergantung kondisi.

Lahan yang ia gunakan kebanyakan digunakan untuk ditanami dengan sayur-sayuran,

seperti wortel, bawang, kol, dan lain-lain. Namun sebagian lagi, sekitar 1000 m2, ia biarkan

sebagi hutan, ditanami oleh pohon-pohon besar dan rumput, yang batang-batang keringnya

digunakan untuk bahan bakar kompor kayu, dan rumputnya digunakan untuk makanan

ternak.

Selain memiliki pertanian, Pak SRS juga memilliki pekerjaan yang lain, yaitu sebagai

peternak sapi perah, dengan hasil tiap harinya sekitar 10-12 liter. Dia baru melakukan

pekerjaan ini sekitar 3 bulan. Untuk membeli sapi tersebut, beliau menggunakan biaya

sendiri. Susu hasil perahan itu dijual ke agen susu yang tiap hari diambil pada jam 7 pagi, dan

jam 3 sore.

Pak SRS memiliki tiga anak, 2 anak perempuan dan satu laki-laki. Semua anaknya

lulus SMA. Anaknya yang perempuan sudah menikah dan bekerja sebagai petani dan anak

perempuan yang satu lagi bekerja sebagai peternak. Mereka berdua tinggal di daerah Cuntel.

Anak yang laki-laki bekerja sebagai perwira TNI. Mereka semua dibebaskan untuk memilih

pekerjaannya.

Informan 9

Informan berikutnya berinisial RSM. Luas lahan yang ia miliki menurut SPPT adalah

sebesar 112 m2, jadi kami mewawancarai beliau sebagai pemilik lahan yang termasuk tiga

terkecil. Namun setelah kami mewawancarai beliau, ia mengaku memiliki lahan seluas

Page 31: Makalah Beneran Kelompok IV

31

4000m2. Lahannya itu dipanen sendiri oleh dirinya, namun kadang-kadang dibantu oleh

orang lain baik dari Dusun Cuntel maupun dari dusun luar, Dusun Tayeman, dengan diberi

upah Rp.15.000,00/hari. Namun umumnya orang yang membantu beliau itu masih memiliki

hubungan saudara, tapi untuk kegiatan penggarapannya kadang dilakukan oleh keluarga

anak-anaknya, dan tetangga. Lahan yang ia miliki itu merupakan warisan dari orang tuanya.

Bu RSM memiliki empat orang anak, yaitu dua anak laki-laki dan dua anak

perempuan. Kedua anak laki-lakinya mengenyam pendidikan hingga SMA dan saat ini

bekerja sebagai buruh dan sedangkan kkedua anak perempuannya mengenyam pendidikan

hingga SMP dan saat ini bekerja sebagai petani yang menggarap lahan orang tuanya,

sementara lahannya sendiri digarap oleh tetangganya. Mereka telah berkeluarga, sedangkan

untuk Bu RSM hanya lulusan SD. Bu RSM ini mengarahkan anak-anaknya untuk menjadi

petani, namun bila mereka tidak menginginkannya Bu RSM ini tetap menyetujui keinginan

anaknya itu.

Informan 10

Informan yang berinisial WKM. Pak WKM ini memiliki lahan seluas 4000 m2,

merupakan warisan dari keluarga. Ia berusia 54 tahun. Dalam menggarap lahannya, Pak

WKM dibantu oleh orang lain yang dipekerjakan sebagai buruh. Buruh ini bisa berasal dari

warga Cuntel maupun dari desa luar Cuntel, karena merasa tidak mampu menggarapnya

sendiri.

Selain menggarap lahan pertanian, Pak WKM menternak sapi perah yang baru

dimilikinya selama satu tahun. Sapi tersebut dibeli dari hasil pinjaman bank sebesar

Rp.15.000.000,00 yang dicicil Rp.4520.000,00/bulan selama 5 tahun. Sapi perahnya dapat

menghasilkan 15 – 18 liter/hari, karena sedang hamil 6 bulan, hanya diambil 6 – 7 liter/hari.

Dari sapi itu dia berharap bisa mempunyai sapi sendiri, karena Pak WKM berencana bila

anaknya itu betina maka ia akan merawatnya lagi hingga dewasa dan meneruskan usaha susu

perahnya, begitu selanjutnya, namun bila anaknya adalah jantan maka akan dijual sebagai

sapi potong setelah dewasa sehingga bias mendapatkan hasil yang lebih besar.

Ia memiliki 2 orang istri dan 3 orang anak, 1 anak laki-laki & 2 lagi anak perempuan.

Ketiganya mengenyam pendidikan hingga SMA dan telah memiliki keluarga. Anak laki-laki

bekerja di toko, perempuan bekerja di toko & sebagai buruh, semua di semarang. Anak

Page 32: Makalah Beneran Kelompok IV

32

mereka diarahkan untuk tidak menjadi petani karena menurut Pak WKM, kondisi petani

sangat sulit. Pa WKM tidak akan menjual tanahnya walaupun anak-anaknya telah

mempunyai pekerjaan semua, karena beliau anggap bahwa lahan tani itu akan digunakan oleh

anak-anak mereka bila mereka semua telah tua dan sudah pensiun dari pekerjaannya. Selain

itu jumlah lahan tersebut yang Pa WKM anggap sedikit sekali membuat beliau berusaha

sehingga anaknya memiliki pekerjaan lainnya. Meskipun mereka telah bekerja di Ungaran

saat ini, namun mereka membangun rumah sendiri di Cuntel dengan alasan harga tanah di

Cuntel lebih murah dibandingkan di Semarang.

Istri yang pertama merupakan salah satu pemborong, orang yang membeli hasil panen

dari para petani untuk dikirim ke pasar, di desa itu. Bayaran yang didapat dari borongan itu

adalah sekitar 2500/keranjang untuk jenis sayuran, sedangkan untuk kentang sebesar

2500/bakul.

Beliau pernah menjadi pengantar barang dari magelang ke semarang selama 3 tahun

yang penghasilannya lebih baik dari petani. Ketika menjadi pengantar barang, itu dilakukan

saat belia baru mempunyai anak. Saat ini, Pak WKM menanam tembakau karena saat ini

musim kering karena tembakau dapat bertahan terhadap cuaca tersebut.

Informan 11

Berinisial PT, beliau adalah seorang petani dan juga merupakan salah satu penjaga

basecamp untuk pos pendakian desa Kopeng, dusun Cuntel sehingga menjadi induk semang

dan menampung tamu di rumahnya sudah bukan barang baru baginya. Beliau memiliki 2

orang anak, si sulung sudah keluar dari dusun Cuntel dan sedang menjadi siswi kelas 3 SMK

di bekasi setelah sebelumnya bekerja karena kesulitan ekonomi untuk melanjutkan biaya

sekolahnya yang kemudian oleh pakdenya dibantu untuk melanjutkan sekolah. Sedangkan si

bungsu masih duduk di bangku kelas 4 SD. Bersama istri, ia menggantungkan hidup dari

bertani dan menggemukkan ternak. Untuk saat tertentu dia juga mengupah orang untuk

bekerja di lahannya, untuk mencabuti gulma yang diupah 10.000 per hari kerja. Harga

tersebut merupakan harga yang sudah ditentukan sebelumnya, karena memang upah yang

disetujui adalah kisaran 10-15ribu. Walaupun begitu, tidak jarang dia juga menjadi buruh di

lahan orang dengan bayaran yang serupa pula.

Page 33: Makalah Beneran Kelompok IV

33

Penghasilannya bertani terkadang tidak mencukupi, oleh karena itu dia menerima

permintaan untuk menggemukkan ternaknya, yang ternyata masih merupakan sanak

saudaranya sendiri. Ternak tersebut diternakkan hingga mencapai usia tertentu dan sudah

dianggap cukup gemuk lalu kemudian dijual di pasar. Pemiliknya (owner) memberikan

kewenangan pada yang memelihara (breeder) untuk melepas ternaknya pada harga berapapun

(tapi diusahakan tidak terlalu lama ditahan karena makin lama maka akan semakin mahal

biaya perawatannya) karena dianggap dia (breeder) yang lebih mengerti dan sudah ada

perjanjian sebelumnya untuk pembagian keuntungan, semisal 50% keuntungan untuk yang

menggemukkan dan 50% juga bagi pemiliknya, suatu perjanjian yang cukup adil mengingat

pemilik hanya tinggal terima untung saja. Pt tidak menyebutkan langsung jumlah

keuntungannya, tapi biasanya si pemilik mendapatkan keuntungan 2 juta sejak pembelian

ternak tersebut.

Sebagai seorang petani tentunya dia harus menjual hasil panennya untuk mendapatkan

uang sebagai gantinya. Seperti kebanyakan petani di dusun Cuntel, Pt menggunakan jasa

tengkulak atau pengepul untuk menjadi perantara dirinya dan konsumen di pasar,

dikarenakan sangat repot apabila harus membawa sendiri hasilnya. Beliau biasa

mempercayakan penjualan pada Bu Sukemi karena memang sudah sejak lama mereka kenal

dan menjalin hubungan bisnis yang sehat. Walaupun begitu ternyata petani tidak selalu

mengandalkan hubungan yang sudah lama terjalin, tapi juga masih memungkinkan adanya

kompetisi antara pengepul, karena sebagian petani masih mencari siapa yang berani

membayar lebih tinggi. Jadi tidak hanya berlandaskan kepercayaan dari hubungan sejak lama,

tapi juga dari keuntungan yang didapat.

Bekerja sebagai petani yang tidak bisa dibilang berpenghasilan besar -dan terkadang

malah tidak mencukupi- memaksa Pt dan beberapa orang di dusun Cuntel untuk lebih kreatif

dalam mengakali biaya produksi pertaniannya. Salah satunya adalah swadaya berramai-ramai

mencari sumber air untuk perairan lahan mereka. Mereka yang terdiri dari 9 KK tergabung

dalam kelompok pengumpul air yang kemudian dibayar 200 rupiah per kg air yang mereka

gunakan per meternya. Jadi mereka mendapatkan 200ribu rupiah untuk tiap hektar yang

disiram.

Page 34: Makalah Beneran Kelompok IV

34

BAB IV

PEMBAHASAN

IV. 1. Sistem Produksi Pertanian di Dusun Cuntel

Dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia melakukan proses

produksi. Salah satu bentuk dari proses produksi ini adalah kegiatan bertani yang bersifat

ekstraktif, artinya memanfaatkan secara langsung sumber daya yang disediakan oleh alam. Di

dalam kegiatan produksi pertanian ini sendiri terjalin sebuah relasi hubungan yang

memebentuk sistem, baik antara manusia dengan alam maupun manusia dengan sesamanya.

Sistem produksi pertanian ini merupakan rangkaian subsistem-subsistem yang berupa paket

peranan dalam jalannya system produksi yang saling berjalan secara fungsional dan kinerja

dari relasi antar peran peran tersebut sangat berpengaruh pada hasil akhir dari system

produksi itu sendiri.

Sebelum membahas lebih jauh mengenai sistem pertanian di Dusun Cuntel, terdapat

dua poin yang harus menjadi pijakan kita dalam melihat pertanian di Cuntel. Pertama adalah

kondisi geografis. Dusun Cuntel terletak di kaki Gunung merbabu, selain terpencil seperti

disebutkan pada Bab sebelumnya, lahan pertanian yang ada disana tidak subur dan bahkan

tergolong kering. Tidak ada sungai yang melalui Dusun ataupun lahan pertanian. Pengairan

lahan hanya dilakukan menggunakan air hujan pertanian yang saat ini semakin tidak pasti

waktu kedatangaannya. Kepemilikan lahan di Cuntel juga bisa dikatakan cukup moderat

karena masing-masing warga disana mempunyai lahan pertanian meskipun luasnya berbeda-

beda antara satu dengan yang lainnya.

Kedua adalah pertaniannya. Pertanian yang dikembangkan oleh masyarakat Dusun

Cuntel adalah sayur-sayuran seperti Kubis, Kentang, Wortel, Sawi, Brokoli, Daun Bawang,

Tomat dan Seledri. Jenis pertanian ini adalah pertanian sekunder dan menghasilkan makanan

pokok seperti padi ataupun jagung, artinya mereka harus menjual terlebih dahulu hasil

pertaniannya untuk bisa makan. Meskipun hasilnya tidak begitu baik namun pertanian sayur

ini tidak bergantung pada faktor cuaca sehingga tidak dilakukan secara serentak seperti

halnya pertanian padi. Akhibatnya disana tidak dikenal adanya masa awal tamam ataupun

masa penen, melainkan hanya masa tanam yang mengacu pada waktu berapa lama sebuah

Page 35: Makalah Beneran Kelompok IV

35

tanaman dari mulai ditanam hingga siap dipanen. Masa tanam ini berbeda-beda antara satu

jenis tanaman dengan jenis yang lainnya. Selain itu, setiap lahan juga memiliki masa

tanamnya masing-masing meskipun dimungkinkan juga adanya persamaan waktu mulai

antara satu lahan dengan lahan yang lainnya.

Beranjak dari dua poin ini, kita masuk pada masalah ‖tanah‖ yang disebut Moore

sebagai sumberdaya utama dalam kegiatan pertanian. Dengan kata lain tanah ini merupakan

‖modal‖ yang utama di dalam kegiatan produksi masyarakat pedesaan. Oleh karena itulah

dalam melihat sistem pertanian di Dusun Cuntel sebagai sebuah sistem produksi, kita harus

berangkat dari pembahasan mengenai kepemilikan tanah dan pola penggunaan tanah yang

mereka lakukan. Berdasarkan hasil temuan kami di lapangan, kepemilikan lahan di Cuntel

bisa dikatakan cukup moderat karena masing-masing warga disana mempunyai lahan

pertanian meskipun luasnya berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. Seluruh KK di

dusun Cuntel memiliki lahan pertanian, sebagian besar lahan ini merupakan warisan dari

orang tua sementara hanya sebagian kecil yang merupakan hasil jual beli.

Sebagai sebuah ‖modal produksi‖, luas sempitnya lahan ini berpengaruh terhadap

penghasilan panen dan tentunya tingkatan ekonomi pemiliknya. Semakin luas lahan maka

semakin besar pula penghasilan warga tersebut, sebaliknya semakin sempit maka penghasilan

warga menjadi semakin sedikit. Disamping itu, semakin luas lahan juga berarti sebuah

tuntutan untuk meningkatkan faktor produksi yang lainnya guna meningkatkan produktifitas

dari proses produksi. Sementara semakin sempit lahan juga berarti kebutuhan akan sumber

penghasilan yang baru sebagai tambahan dari penghasilan utama dari hasil panen. Dari data

SPPT yang kami dapatkan mengenai kepemilikan lahan di Dusun Cuntel, terdapat hanya 11

KK yang memiliki lahan lebih dati 1ha, sementara sisanya sebanyak 108 KK hanya memiliki

lahan dengan luas kurang dari 1ha.

Perbedaan luas tanah yang dimiliki ini akhirnya berdampak pada mekanisme

penggunaan lahan yang mereka gunakan. Secara umum lahan yang dimiliki warga cuntel–

selain yang mereka gunakan untuk tempat tinggal–digunakan sebagai lahan untuk pertanian

atau sarana bercocok tanam. Di dalam kegiatan pertanian ini ternyata berkembang beberapa

mekanisme penggunaan lahan. Mekanisme pertama adalah pemilik lahan yang mengerjakan

keseluruhan proses pertanian di lahannya, mulai dari penanaman hingga pemenenan.

Mekanisme yang kedua adalah pemilik lahan yang menggunakan bentuan buruh dalam

Page 36: Makalah Beneran Kelompok IV

36

mengerjakan lahannya. Mekanisme yang terakhir adalah menyewakan lahan yang mereka

miliki kepada pihak lain. Dari data yang berhasil kami himpun, lahan yang disewakan ini pun

hanya digunakan sebagai lahan pertanian oleh pihak yang menyewanya.

Mekanisme-mekanisme ini merupakan bagian dari wujud sistem produksi pertanian

yang berkembang disana. Terlepas dari jenis komoditas yang ditanam, secara umum sistem

produksi pertanian di Cuntel meliputi serangkaian kegiatan dari awal pencangkulan hingga

penjualan hasil panen. Secara berurutan rangkaian kegiatan ini meliputi: 1) Pencangkulan

sebelum mulai menanam, disini lahan yang akan digunakan untuk kegiatan pertanian di

gemburkan dengan menggunakan cangkul. 2) Kegiatan perabukan atau pemberian pupuk

kandang terhadap lahan yang akan di tanami, disini lahan yang sudah selesai dicangkul

kemudian ditaburi dengan menggunakan pupuk kandang 3) Kegiatan penanaman benih,

disini pada lahan yang sudah dicangkul dan diberi pupuk kandang kemudian di ‖gejik‖ atau

diberi lubang dengan menggunakan batang kayu berdiameter sekitar 5 cm dan kedalaman

sekitar 10-15 cm, kemudian benih yang sudah disiapkan dimasukkan ke dalamnya dan

lubangnya ditutup kembali dengan menggunakan tanah. 4) Pembersihan rumput dan gulma,

pada pertengahan masa tanam biasanya akan banyak gulma dan rumput yang muncul, gulma

dan rumput ini merupakan tanaman pengganggu yang harus dibersihkan agar tanaman bisa

tumbuh dengan maksimal 5) Penyemprotan (pestisida), penyemprotan pestisida ini biasanya

dilakukan untuk membasmi hama namun pengunaan pestisida ini cukup berbahaya bagi

kesehatan jangka panjang 6) Pendangiran atau mencangkulan pada pertengahan masa tanam,

biasanya kegiatan ini dilakukan dengan mencangkul ulang tanah guna memperoleh tanah

yang gembur. 7) Pemanenan, kegiatan pemanenan ini dilakukan setelah tanaman pertanian

dirasa sudah saatnya untuk di panen. Hasil panen tersebut diambil dari ladang kemudian

dibawa kerumah atau langsung dijual kepada para pemborong. 8) Penjualan hasil panen, ini

merupakan tahap akhir dari sistem produksi pertanian setalah hasil panen tersebut diambil

dari lahan pertanian, dimana hasil panen tersebut pada nantinya akan dijual kepada para

pemborong yang kemudian hasil panen tersebut siap dipasarkan kepada para konsumen di

pasar-pasar di dekat Cuntel.

Di dalam sistem produksi tersebut, terdapat selang waktu yang cukup panjang antara

satu kegiatan dengan kegiatan yang lainnya karena masa tanam sebuah komoditas berkisar

antara tiga sampai empat bulan. Hal ini menyebabkan para petani disana mempunyai sebuah

selang waktu untuk melakukan hal lain diluar mengolah lahannya sendiri. Disisi lain, seperti

Page 37: Makalah Beneran Kelompok IV

37

telah disebutkan di atas, di Cuntel terdapat beberapa orang yang memiliki lahan yang cukup

luas sehingga membutuhkan tenaga dan faktor produksi yang lebih dalam melakukan

kegiatan pertaniannya. Selain lahan yang luas, beberapa petani yang memiliki pekerjaan lain

diluar mengolah lahan biasanya juga mengalami kesulitan untuk mengolah lahan yang

mereka miliki dengan menggunakan tenaga sendiri. Beberapa hal ini kemudian bertemu

dengan dua hal lainnya yaitu adanya perbedaan masa tanam antara lahan yang satu dengan

yang lainnya dan kebutuhan untuk meningkatkan pendapatan ekonomi keluarga sehingga

melahirkan sebuah sistem produksi pertanian yang di dalamnya terdapat kerjasama antar

petani dalam bentuk hubungan kerja.

Berbagai jenis kegiatan dalam sistem produksi pertanian ini pun akhirnya melahirkan

adanya pembagian peran di dalam masyarakat pertanian Cuntel. Poin penting yang perlu

dicatat disini adalah bahwa peran-peran yang ada disini bukanlah sebuah spesialisasi secara

organis karena seorang petani di Cuntel menjalankan lebih dari sebuah peran. Oleh karena

itulah istilah pembagian peran kerja digunakan disini dan bukan pembagian kerja. Selain itu,

tidak semua peran tersebut akhirnya melahirkan hubungan dan lapangan kerja baru bagi

warga Cuntel. Hal ini dikarenakan tidak semua peran dan kegiatan tersebut terlalu ‖berat‖

untuk dilaksanakan sendiri oleh pemilik lahan sehingga memerlukan bantuan orang lain.

Secara umum pembagian peran kerja di Dusun Cuntel meliputi peran sebagai pemilik lahan,

penyewa, buruh cangkul, penanam benih, buruh pupuk, buruh cabut gulma, penyemprot,

pemanen, dan pemborong. Ragam peran kerja yang digunakan disini adalah ‖peran‖ yang

terkait dengan sebuah identitas dan ‖jenis‖ kegiatan (bukan per kegiatan) di dalam sistem

produksi pertanian tersebut. Misalnya untuk kegiatan pendangiran, pada pelaksanannya yang

dilakukan adalah kegiatan mencangkul, oleh karena itu kegiatan ini tidak melahirkan peran

kerja baru dalam sistem produksi pertanian Cuntel.

IV. 2. Pembagian peran dalam sistem pertanian Dusun Cuntel

Dari hasil pengamatan dan data-data yang kami dapatkan mengenai Dususn Cuntel, kami

menemukan terdapat tujuh bentuk peran dalam sistem produksi pertanian disana, yaitu:

Pemilik Lahan Pertanian

Sesuai dengan hasil pengamatan, dapat dideskripsikan bahwa Pemilik lahan pertanian

merupakan seorang individu yang memiliki lahan pertanian. Lahan pertanian disini

Page 38: Makalah Beneran Kelompok IV

38

merupakan sebuah lahan yang memiliki luas tertentu dan dapat ditanami berbagai macam

jenis sayuran yang pada nantinya hasilnya akan dijual. Lahan pertanian di dalam cakupan

Dusun Cuntel ini memiliki berbagai macam manfaat, terutama dalam segi ekonomi,

dimana lahan pertanian inilah yang pada nantinya dijadikan sebuah modal bagi para

penduduk Dusun Cuntel untuk menunjang mata pencahariannya yaitu bertani. Sehingga

dapat dikatakan bahwa pada akhirnya dari lahan ini para penduduk dapat memperoleh

penghasilan guna memenuhi kebutuhan hidup keluarganya sehari-hari. Berdasarkan hasil

temuan lapangan, dapat dilihat bahwa seluruh KK di Dusun Cuntel ini memiliki lahan

pertanian dan perlu diketahui juga bahwa sebagian besar lahan pertanian di Dusun Cuntel

merupakan warisan dari keluarganya masing-masing yang diturunkan secara turun

temurun dan kebanyakan dari para penduduk berpendapat bahwa tanah warisan dari orang

tua mereka itu tidak boleh dijual dengan alasan harus diturunkan lagi kepada generasi

selanjutnya guna menopang kehidupannya. Sebagian lahan lainnya didapatkan melalui

pembelian. Lahan pertanian disini juga dapat dikelompokan berdasarkan luasnya, yaitu

luas (lebih dari 20.000m2), sedang (10.000m2 sampai dengan 20.000m2), dan sempit

(kurang dari 10.000m2). Luas sempitnya lahan ini berpengaruh terhadap beban

pengelolaan dan tingkat penghasilan panen pemiliknya.

Kegiatan yang dilakukan oleh para pemilik lahan pertanian ini pun sungguh beragam, bagi

yang memiliki lahan luas seperti SRS (26.326m2), STT (21.899m2), dan WW (26.874m2).

Mereka disini bekerja sebagai pengolah lahan hingga masa panen tiba, namun lahan yang

cukup luas ini membuatnya berpikir untuk mempekerjakan buruh seperti buruh cangkul,

buruh cabut gulma, buruh pupuk, dsb. Ada pula yang menyewakan lahannya kepada

penyewa lahan guna mendapatkan keuntungan yang cukup besar seperti pada informan

STT, salah satu informan dengan luas lahan yang cukup luas ini lebih berorientasi pada

motif-motif ekonomi dengan mencari keuntungan dari lahan yang ia miliki, hal ini dapat

dilihat dari caranya menyewakan lahan. Ia lebih baik menyewakan lahan kepada dusun

diluar cuntel (seperti dusun delles) dibandingkan dengan dusun cuntel dengan alasan

tawaran uang sewa dari dusun delles lebih besar daripada dusun cuntel itu sendiri. Lain

halnya dengan informan SRS dan WW, mereka lebih memilih untuk memperkerjakan

buruh buruh tani yang berasal dari Dusun Cuntel sendiri dengan alasan sudah biasa turun

temurun dari orang tuanya. Sebagai pembandingnya, dapat dilihat pada para pemilik luas

lahan sempit sepert informan TRM, SKNH, RSM. Dimana para pemilik lahan yang sempit

Page 39: Makalah Beneran Kelompok IV

39

ini pada umumnya memiliki waktu lebih luang karena lahan mereka hanya sedikit. Oleh

karena itu untuk mengisi kekosongan waktunya itu, mereka biasanya menjadi buruh yang

mengolah lahan orang lain yang cukup luas dan membutuhkan bantuan tenaga untuk

mengolahnya. Para pemilik lahan luas ini biasanya sudah memiliki buruh-buruh tetap yaitu

orang-orang yang sering membantu mereka dalam mengerjakan lahan. Para pemilik lahan

sempit ini memerlukan pekerjaan ini untuk menambah penghasilan mereka dengan alasan

hasil panen dari lahan mereka yang sempit itu biasanya masih kurang untuk mencukupi

kebutuhan hidup sehari-hari. Sehingga dapat dilihat disini bahwa tekanan ekonomi telah

membuatnya mencari alternatif lain dengan mencari penghasilan dalam kekosongan

waktunya.

Penyewa Lahan Pertanian

Sesuai dengan hasil pengamatan, dapat dideskripsikan bahwa Penyewa lahan pertanian

merupakan seorang individu yang menyewa lahan dari orang lain untuk diolah lebih lanjut

guna menghasilkan suatu komoditas untuk dijual ke pasar. Yang berperan sebagai

penyewa lahan disini berasal dari para penduduk Dusun Cuntel itu sendiri dan para

penduduk yang singgah disekitar Dusun Cuntel seperti Dusun Deles dan Tayeman. Bagi

para penyewa lahan seperti informan IM, SN, dan WTN memilih untuk menyewa lahan

pertanian dengan alasan ingin mendapatkan penghasilan dan keuntungan yang lebih besar.

Terdapat perbedaan sistem penyewaan antara warga Cuntel dan warga luar Cuntel ini.

Dalam masyarakat Cuntel, sistem yang berkembang adalah sistem ―lobang‖. Lobang yang

dimaksud disini adalah lubang tanam, lubang tanam ini mewakili 1 meter persegi, biaya

untuk setiap meter persegi lahan per tahun adalah Rp. 250, 00,-. Sementara bagi warga

dari luar cuntel, sistem yang digunakan adalah sistem tawar-menawar, jadi biaya yang

dibayarkan adalah per keseluruhan luas lahan yang di sewa per tahun. Besarannya

bergantung dari hasil tawar menawar yang dilakukan. Untuk IM, SN, dan WTN yang

merupakan penyewa dari Deles dan Tayeman tadi, setiap tahunnya masing-masing

membayar biaya sewa lahan sebesar Rp.1.250.000,00.- kepada STT. Sewa lahan ini

dilakukan oleh mereka yang memiliki lahan luas, menurut mereka hal ini menguntungkan

daripada harus mengurus lahan tersebut menggunakan jasa buruh. Sehingga dapat dilihat

disini bahwa sebagian besar mereka yang berperan sebagai orang yang menyewakan lahan

Page 40: Makalah Beneran Kelompok IV

40

memiliki motif ekonomi dimana mereka masih lebih memilih pilihan yang lebih rasional

dengan mencari mana yang lebih menguntungkan.

Buruh Cangkul

Sesuai dengan hasil pengamatan, dapat dideskripsikan bahwa Buruh dapat diartikan

sebagai seorang individu atau kelompok yang bekerja kepada orang lain dengan cara

menyumbangkan tenaganya dengan motif memperoleh penghasilan yang pada nantinya

akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya, yang dikerjakan oleh

buruh ini adalah mencangkul lahan milik orang lain yang mempekerjakannya hingga masa

panen tiba dan pekerjaannya pun berakhir. Pencangkulan ini dilakukan dua kali yaitu

waktu sebelum penanaman dan pada waktu ―pendangiran‖ di tengah masa tanam.

Buruh yang berasal dari Cuntel digaji 15ribu per hari seperti pada informan TRM,

sementara buruh dari dusun lain biasa digaji per luas lahan yang dikerjakan seperti YMN

dari Tayeman. Pekerjaan untuk menjadi buruh cangkul cukup diminati karena dibutuhkan

banyak buruh cangkul di Desa Cuntel terutama oleh mereka yang memiliki lahan luas,

tidak jarang para pemilik lahan sedang pun membutuhkan tenaga buruh cangkul. Jenis

pekerjaan buruh cangkul ini biasa diisi oleh mereka yang memiliki lahan sempit atau

sedang. Pekerjaan ini seringkali dibutuhkan oleh orang-orang tersebut untuk mendapatkan

penghasilan tambahan. Mereka membutuhkan ini karena penghasilan dari hasil panen saja

dirasa kurang untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka. Sehingga tekanan ekonomi

sepeti ini yang medorong mereka yang memiliki lahan sempit untuk bekerja. Namun perlu

diketahui juga bahwa pekerjaan ini juga hanya menjadi sampingan bagi mereka, fokus

utama tetap mengolah lahan sendiri.

Buruh Pupuk

Warga desa yang bekerja sebagai buruh pupuk berperan mengangkut dan menyebarkan

pupuk kandang di ladang. Menurut hasil deskripsi dari informan ST, dapat dilihat bahwa

penghasilan yang diperoleh Buruh pupuk ini berkisar antara 700 rupiah hingga 1500

rupiah/ keranjang yang diangkut. Upah ini bisa berubah sesuai dengan jarak angkut antara

kandang dengan lahan milik warga yang ingin diberi pupuk. Di dalam Dusun Cuntel itu

sendiri hanya terdapat sedikit warga desa yang menjadi buruh pupuk. Menurut pengakuan

informan ST, menjadi buruh pupuk itu cukup menguntungkan karena hanya memiliki

Page 41: Makalah Beneran Kelompok IV

41

sedikit saingan. Sehingga ia bisa mendapatkan penghasilan lebih daripada menjadi buruh

cangkul yang dibayar 15.000 per hari. Dengan demikian dapat dilihat juga bahwa

motivasi informan ST dalam perannya sebagai buruh pupuk ini lebih mengarah pada

kepentingan ekonomi karena lahan yang sempit itu masih dirasa kurang mampu

memenhui kebutuhan sehari-hari. Dan ia lebih memilih menjadi buruh pupuk

dibandingkan menjadi buruh cangkul karena memang pekerjaan menjadi buruh puuk ini

cukup menguntungkan. Oleh karenanya dapat dilihat secara langsung bahwa jenis

pekerjaan buruh pupuk ini diisi oleh mereka yang memiliki lahan sempit, Walaupun

demikian, buruh pupuk ini tidak memilih-milih dalam bekerjasama dengan warga, siapa

saja yang membutuhkan tenaga mereka maka akan dibantu. Buruh pupuk bisa melakukan

ini karena tenaga buruh pupuk masih sedikit, sehingga kemungkinan terjadinya konflik

antara buruh pupuk itu sendiri sangat kecil atau bisa dikatakan tidak ada.

Penanam Benih

Kegiatan menanam benih dilakukan setelah pemupukan. Jadi setelah tanah dicangkul dan

dipupuk maka tanah sudah siap untuk di tanami benih. Kegiatan ini juga tidak

memerlukan tenaga yang besar, tergantung luas lahan. Namun seluruh petani di Cuntel

tidak pernah menggunakan tenaga orang lain untuk mengerjakan proses penanaman benih

ini. Berdasarkan informasi yang kami dapatkan dari informan, kita memperoleh informasi

bahwa tidak ada buruh penanam benih di dusun Cuntel. Kegiatan menanam benih ini

dilakukan sendiri karena tidak membutuhkan tenaga yang terlalu besar dan hanya

dilakukan sekali dalam masa penanaman. Selain itu mereka merasa rugi jika harus

membayar orang untuk sekedar menanam benih sekali saja. Berdasarkan informan TRM,

kegiatan ini cukup dilakukan sendiri karena memang tidak berat jika dilakukan sendiri.

Penyemprot Hama

Kegiatan menyemprot hama merupakan bagian dari sistem produksi pertanian, dimana

fungsi dari penyemprotan hama adalah untuk mengusir hama perusak tanaman.

Penyemprotan ini dilakukan sekali sepanjang umur tanaman. Kegiatan menyemprot

hama ini biasa dilakukan sendiri oleh pemilik lahan karena kegiatan ini tidak memakan

waktu dan tenaga, sehingga tidak ada buruh penyemprot hama di dusun Cuntel.

Berdasarkan wawancara dengan informan TRM, dia tidak menggunakan tenaga orang

lain untuk menyemprot hama hal ini dikarenakan tidak membutuhkan banyak tenaga dan

Page 42: Makalah Beneran Kelompok IV

42

rugi jika harus membayar orang lain hanya untuk menyemprot hama. Informan SKNH

juga memiliki argumen yang sama, selain karena memang lahannya sempit. Kegiatan

menyemprot hama ini tidak terlalu memakan tenaga dan waktu sehingga tidak

memerlukan tenaga orang lain untuk menyemprot hama.

Pemanen

Pemanen adalah mereka yang mengumpulkan hasil panen dari ladang. Ketika panen tiba

biasanya warga membutuhkan tenaga pemanen yang cukup banyak tergantung dari luas

lahan mereka. Menurut penuturan salah satu informan, bisa sampai 40 orang untuk

mengumpulkan hasil panen. Tidak semua tenaga pemanen ini mendapatkan upah berupa

uang. Beberapa pemanen hanya mendapatkan makan siang atas tenaga yang mereka

berikan untuk membantu memanen. Biasanya mereka yang hanya mendapatkan makanan

ini merupakan kerabat dekat dari pemilik lahan dan mereka membantu dengan sukarela

tanpa meminta bayaran. Pemanen jenis ini biasanya akan datang dengan sendirinya ketika

salah satu warga sedang panen.

Jenis pemanen yang lain adalah pemanen dengan upah tertentu. Tenaga pemanen jenis ini

bisa didapatkan dari Dusun Cuntel sendiri atau dari dusun lain. Biasanya ketika panen

tiba mereka akan mendapatkan ajakan dari pemilik lahan untuk memanen. Namun warga

lebih cenderung untuk memilih jenis pemanen sukarela yaitu mereka yang tidak meminta

bayaran untuk memanen dan cukup diberi makan siang saja. Informan STT mengaku

lebih memilih pemanen jenis ini karena bisa menghemat biaya. Namun terkadang mereka

harus membayar jasa pemanen jika tidak ada yang membantu mereka ketika masa panen

telah tiba. Jumlah pemanen sukarela ini sangat bervariasi antara satu lahan dengan lahan

lainnya. Di lahan tertentu biasanya mendapatkan bantuan lebih banyak dari lahan lainnya,

mungkin di lahan lain mendapatkan bantuan tenaga lebih sedikit dari lahan lainnya,

bergantung pada posisi dan jaringan pemilik lahan di dalam masyarakat.

Pemborong

Warga desa yang bekerja sebagai pemborong berperan sebagai seseorang yang membeli

hasil panen sekaligus berperan sebagai pengangkut hasil panen dari pemilik lahan pada

masa panen tiba. Kemudian hasil panen yang telah dibeli oleh pemborong ini siap

dipasarkan ke pasar. Seperti pada informan SKR, RHMT, SKM yang selalu menjual

Page 43: Makalah Beneran Kelompok IV

43

hasil borongannya ke sebuah pasar berada di sekitar dusun Cuntel, seperti Pasar Kopeng

dan Getasan. Tenaga pemborong ini sangat diperlukan oleh Dusun Cuntel karena untuk

membawa sendiri hasil panen diperlukan tenaga dan waktu yang banyak. Dengan adanya

pemborong ini mereka tidak perlu lagi membawa langsung hasil panen mereka ke pasar.

Selain itu mereka juga tidak perlu khawatir apakah hasil panen mereka akan terjual atau

tidak karena para pemborong ini membeli hasil panen mereka secara keseluruhan. Para

pemborong ini biasanya sudah memiliki pembeli tetap dipasar yaitu para penjual sayur di

pasar. Menurut informasi yang kita dapatkan, ada satu orang yang sering membawa hasil

panen lahan sendiri ke pasar tanpa menggunakan jasa pemborong. Dia adalah bu Seneng.

Biasanya para pemborong ini akan menjual hasil borongannya dengan harga yang tidak

tentu dan disesuaikan dengan keadaan pasar. Dimana banyaknya panen akan membuat

harga barang borongannya tersebut turun, iklim yang tidak mendukung juga akan

berpengaruh pada harga barang borongannya, dimana hujan akan membuat barangnya

menjadi tidak laku sehingga harga pun turun. Oleh karenanya kebanyakan pemborong

yang berada di Dusun Cuntel ini lebih memilih menjualnya dengan harga murah asalkan

barang borongan terjual semua. Motif yang mendasari seseorang menjadi pemborong

adalah motif ekonomi, karena dianggap lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan

bekerja sebagai buruh tani. Walaupun dalam hal ini lahan pertanian 4 informan yang

berperan sebagai pemborong itu termasuk sempit. Namun ia terus menggunakan modal

yang berasal dari warisan orang tuanya sebagai modal menjadi seorang pemborong.

Menurut pengakuan informan kami yang berperan sebagai pemborong, dalam kegiatan ini

tidak pernah terjadi perebutan hasil panen antara para pemborong di Dusun Cuntel.

Perebutan ini tidak terjadi karena masing-masing pemborong sudah memiliki penyuplai

tetap yang biasa membeli hasil borongannya di pasar. Jadi setiap satu pemilik lahan

biasanya cenderung untuk menjual pada satu pemborong yang biasa membeli hasil

borongannya. Menurut pengakuan salah satu pemborong hal ini bisa terjadi karena

didasarkan pada faktor kedekatan mereka dengan pemilik lahan, bukan karena faktor

ekonomi. Jadi mereka sudah biasa bekerja sama dengan orang-orang tertentu yang

mereka percaya.

Salah satu pemborong yang memiliki peran penting di Dusun Cuntel adalah informan

SKM. Beliau adalah satu-satunya pemborong yang memiliki mobil di Dusun Cuntel.

Mobil ini memiliki fungsi penting untuk membawa hasil panen dalam jumlah yang besar.

Page 44: Makalah Beneran Kelompok IV

44

Beberapa pemborong juga menggunakan jasa dari informan SKM untuk membawa

barang dagangan mereka ke pasar dan dijual kembali kepada pemborong yang berada di

pasar.

IV. 3. Hubungan antar Unit dalam Sistem Produksi Pertanian Dusun Cuntel

Beragamnya peran kerja tersebut membuat seluruh petani Cuntel mempunyai peran

ganda dalam kegiatan pertaniannya. Seorang pemilik lahan misalnya, bisa saja dia adalah

juga seorang penyewa, buruh cangkul, penanam benih, buruh pupuk, buruh cabut gulma,

penyemprot, pemanen, atau bahkan pemborong. Peran ganda yang dimiliki petani ini sangat

terkait dengan mekanisme pengunaan lahan yang mereka gunakan, entah itu digunakan

dengan tenaga sendiri, disewakan, atau menggunakan buruh. Disini pembagian dan kepemili-

kan peran ini sendiri sangat dipengaruhi oleh dua faktor utama yang saling terkait yaitu

kepemilikan tanah sebagai sumberdaya produksi utama dalam pertanian dan tingkat

kemampuan ekonomi warga.

Dalam mekanisme penggunaan lahan yang menggunakan tenaga sendiri, semua

rangkaian kegiatan pertanian dilakukan sendiri oleh si pemilik lahan. Pemilik lahan

mengerjakan sendiri keseluruhan kegiatan pertanian mulai dari pencangkulan sampai dengan

pemanenan. Bahkan ada juga salah satu dari Informan kami yaitu SKNH yang melanjutkan

sendiri hingga sampai pada kegiatan penjualan hasil pertanian tanpa melalui para pemborong

dengan tujuan meningkatkan pendapatan. Mekanisme ini banyak digunakan oleh para petani

yang memiliki lahan dengan luas cukup sempit sehingga masih sanggup untuk dikerjakan

sendiri dan tidak cukup untuk disewakan. Selain itu mereka juga mempunyai tingkat ekonomi

yang cukup rendah sehingga tidak mampu untuk membayar buruh. Disini kita bisa melihat

bahwa relasi kerja yang utama terjadi hanya pada saat penjualan hasil panen sebagian pada

saat pemanenan. Pada saat pemanenan, relasi terjadi antara mereka dengan para pemanen

yang merupakan tetangga dan sanak saudara mereka sendiri atas dasar kekeluargaan.

Sementara pada saat penjualan hasil panen—kecuali mereka yang menjual sendiri hasil

pertaniaannya di pasar seperti Ibu SKNH—relasi kerja terjadi antara mereka dengan para

pemborong. Dalam relasi dengan para pemborong ini, sebagian masih menggunakan asas

kekeluargaan dan menjual hasil pertaniannya kepada pemborong yang memang sudah

menjadi langganannya.

Page 45: Makalah Beneran Kelompok IV

45

Lain lagi dengan dalam mekanisme pengunaan lahan dengan cara disewakan. Meka-

isme ini cukup jarang ditemukan di Cuntel karena seperti telah disebutkan di bagian

sebelumnya bahwa hanya ada beberapa saja warga Cuntel yang memiliki lahan ‖luas‖

sehingga bisa disewakan. Selain itu, jumlah orang yang mempunyai modal yang cukup untuk

menyewa lahan pun juga terbatas jumlahnya. Pada mekanisme ini, relasi kerja yang terjadi

adalah antara pemilik lahan dengan penyewa lahan dan antara penyewa lahan dengan

pemborong. Relasi yang terjadi antara pemilik lahan dan penyewa terjadi dalam bentuk relasi

bisnis pembayaran biaya sewa lahan setiap tahunnya. Motif ekonomi agaknya cukup berperan

disini karena besarnya biaya sewa ini merupakan hasil kesepakatan antara kedua belah pihak

atau harga sewa yang berlaku umum disana. Dalam relasi antara penyewa dengan

pemborong, hubungan yang terjadi tidak jauh berbeda dengan pada mekanisme sebelumnya,

karena selain faktor sewa lahan yang dia lakukan, kegiatan yang mereka lakukan dalam

mengelola lahan tidaklah berbeda dengan seorang pemilik lahan yang menolah sendiri lahan

pertaniannya.

Sementara dalam mekanisme penggunaan lahan yang menggunakan bantuan buruh di

dalamnya, hubungan kerja yang terjadi jauh lebih kompleks daripada dua mekanisme

sebelumnya. Mekanisme ini merupakan mekanisme yang paling banyak digunakan dan

melibatkan hubungan kerja dengan jumlah yang paling banyak di Dusun Cuntel. Faktor

kepercayaan dan pertimbangan berat tidaknya sebuah kegiatan sangat berpengaruh disini,

oleh karena itulah hanya beberapa kegiatan saja yang melahirkan peran yang diisi oleh orang

selain pemilik lahan. Dari informasi yang kami dapatkan, kegiatan-kegiatan seperti

penanaman benih dan penyemprotan masih dilakukan sendiri oleh para pemilik lahan.

Alasannya adalah pekerjaan ini dianggap krusial dan masih cukup ringan untuk dilakukan

sendiri. Hal ini berbeda dengan kegiatan pencangkulan, perabukan (pemupukan mengguna-

kan pupuk kandang), pencabutan gulma, pendangiran, pemanenan dan penjualan hasil panen

yang biasanya tidak dapat dikerjakan sendiri oleh pemilik lahan karena berbagai alasan.

Kegiatan-kegiatan inilah yang akhirnya berkembang menjadi lapangan kerja baru bagi warga.

Dalam mekanisme ini kita bisa melihat bahwa terdapat relasi antar peran yang terjadi,

yaitu antara si pemilik lahan dengan buruh (baik buruh cangkul, buruh pupuk, maupun buruh

cabut gulma), dengan para pemanen, dan dengan para pemborong. Dalam hubungan antara

pemilik dengan buruh ini, si pemilik lahan mendapatkan bantuan dalam mengerjakan

lahannya, sementara si buruh mendapatkan gaji dari bantuan yang dia berikan. Kendati

Page 46: Makalah Beneran Kelompok IV

46

demikian, motif ekonomi tidaklah selalu berada di balik relasi mereka, melainkan juga

kekeluargaan. Hal ini bisa kita lihat misalnya dalam kasus TRM yang bekerja kepada KD

karena melanjutkan pekerjaan mendiang ayahnya yang dulu bekerja kepada KD dan

mendiang Ayah KD. Dalam relasi antara pemilik lahan dengan para pemanen, secara umum

masih berdasarkan pada asas kekeluargaan dimana para pemanen adalah tetangga dan sanak

saudara yang tidak digaji meskipun ada juga pemilik lahan yang menggunakan bantuan buruh

panen. Sedangkan dalam relasi antara pemilik lahan dengan pemborong, baik motif ekonomi

maupun kekeluargaan dapat kita temukan disini. Motif ekonomi dapat kita temukan misalnya

dalam kasus STT yang memilih untuk menjual hasil pertaniannya pada pemborong yang

membeli dengan harga paling mahal. Sedangkan motif kekeluargaan misalnya dapat kita

temukan pada kasus SF yang menjual hasil panennya pada SKM karena memang sudah

terbiasa menjual kesana.

Kembali pada poin bahwa pembagian peran ini tidaklah bersifat organis dan sangat

dipengaruhi oleh faktor kepemilikan lahan serta tingkat ekonomi warga, pembahasan yang

mengenai relasi peran-peran yang ada ini tentunya tidak dapat dilepaskan dari pembahasan

mengenai relasi unit yang menjalankan peran tersebut. Unit yang menjalankan peran-peran

tersebut merupakan para warga Dusun Cuntel. Meskipun dikatakan bahwa pembagian peran

ini tidaklah bersifat organis, namun tetap saja tidak semua orang dapat menjalankan

keseluruhan peran yang ada disana. Hal ini dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu

kepemilikan lahan sebagai sumberdaya produksi dan tingkat ekonomi dari warga

bersangkutan. Seseorang dengan lahan yang sempit dan tingkat ekonomi yang rendah

misalnya tidak akan bisa menjadi pemilik lahan, penyewa lahan ataupun pemborong. Dari

sini pembahasan akan dilanjutkan dengan lebih memfokuskan pada unit yang menjadi aktor

dalam menjalankan peran-peran tersebut.

Secara umum kami membagi para aktor ini menjadi mereka yang berada pada

kelompok petani kaya dengan lahan yang luas, kelompok petani menengah dengan luas lahan

yang juga menengah, dan kelompok petani miskin dengan kepemilikan lahan yang sempit.

Kelompok petani kaya dengan lahan yang luas ini biasanya menggunakan lahannya dengan

ketiga mekanisme yang umum digunakan disana. Lahan yang luas dan perekonomian yang

baik membuat mereka bisa memilih untuk menyewakan lahannya, menggunakan buruh untuk

membantu, atau mengerjakan sendiri lahannya. Mereka juga bisa memilih untuk

menyewakan sebagian lahannya, mengerjakan sendiri sebagian lahannya, dan menggunakan

Page 47: Makalah Beneran Kelompok IV

47

buruh untuk membantu mengerjakan sebagian lahannya yang lain. Dengan kapasitas

ekonominya, mereka bahkan bisa menjadi buruh cangkul untuk lahan warga lain atau

pemborong jika mereka mau. Namun demikian, kasus seperti ini tidak ada karena

pertimbangan ekonomi dan budaya. Jadi bisa dikatakan bahwa mereka ‖bisa‖ memerankan

semua peran yang ada dalam sistem pertanian.

Sementara kelompok petani sedang dengan luas lahan yang sedang, biasanya

menggunakan mekanisme pengolahan lahan dengan menggunakan tenaga sendiri dan

menggunakan bantuan buruh. Luas lahan yang masih terbatas membuat mereka tidak dapat

menyewakan lahannya. Selain itu, perekonomian yang juga berada pada level sedang

membuat mereka berusaha untuk mencari penghasilan tambahan diluar penghasilan dari hasil

lahan yang mereka miliki. Selain pekerjaan tambahan dari sektor diluar kegiatan pertanian,

mereka juga bekerja mengerjakan lahan milik petani lain disela-sela kegiatan mengolah lahan

yang mereka miliki sendiri. Seperti misalnya pada kasus bapak PT. Mereka juga dapat

berperan sebagai pemborong seperti misalnya dalam kasus bapak RHMT. Jadi bisa dikatakan

bahwa mereka memiliki kompetensi untuk menjalankan semua peran yang ada, terkecuali

peran sebagai pemilik lahan yang menyewakan lahannya.

Sedangkan pada kelompok petani miskin dengan kepemilikan lahan yang sempit,

biasanya mereka menggunakan mekanisme penggunaan lahan dengan tenaga sendiri untuk

lahan yang mereka miliki. Lahan yang sempit membuat mereka hanya perlu menghabiskan

sedikit waktu saja di ladang mereka. Keadaan ini bersama dengan keadaan ekonomi mereka

yang buruk membuat mereka tidak dapat menggantungkan hidupnya hanya pada hasil

pertanian dari lahan yang mereka miliki. Akhibatnya mereka tidak hanya mencari

penghasilan tambahan dari pekerjaan lain seperti mengerjakan lahan orang lain atau menjadi

pemborong, melainkan lebih menggantungkan diri pada pekerjaan tersebut dibanding pada

pertanian dari lahan yang mereka miliki. Dalam sistem produksi pertanian disana, kalompok

ini dapat berperan sebagai buruh dan sebagian kecil sebagai pemborong, seperti misalnya

pada kasus bapak SKR. Namun demikian, mereka tidak dapat menjalankan peranan sebagai

pemilik lahan yang menyewakan lahannya ataupun menggunakan bantuan buruh untuk

mengerjakan lahannya.

Page 48: Makalah Beneran Kelompok IV

48

BAB V

PENUTUP

V. 1. Kesimpulan

Terlepas dari jenis komoditas yang ditanam, secara umum sistem produksi pertanian

di Cuntel meliputi serangkaian kegiatan mulai dari pencangkulan sebelum mulai

menanam, perabukan atau pemberian pupuk kandang terhadap lahan yang akan di

tanami, penanaman benih, pembersihan rumput dan gulma, penyemprotan (pestisida),

pendangiran atau mencangkulan pada pertengahan masa tanam, pemanenan, dan

penjualan hasil panen.

Di dalam sistem produksi pertanian Dusun Cuntel, terdapat tiga pola atau mekanisme

utama dalam penggunaan lahan yang mereka lakukan meliputi Mengolah lahan

dengan tenaga sendiri, Mengolah lahan dengan bantuan buruh, dan Menyewakan

lahan yang dimiliki. Pola yang digunakan ini tidaklah bersifat mutually exclusive

karena pola yang digunakan bisa merupakan kombinasi antara dua atau lebih

mekanisme.

Berbagai jenis kegiatan dalam sistem produksi pertanian ini kemudian melahirkan

adanya pembagian peran di dalam masyarakat pertanian Cuntel meliputi peran

sebagai Pemilik Lahan, Penyewa Lahan, Pencangkul, Penyebar Rabuk/Pupuk

Kandang, Penanam Benih, Pencabut Gulma, Penyemprot, Pemanen, dan Pemborong.

Peran-peran yang ada disini bukanlah pembagian kerja yang terspesialisasi secara

organis karena seorang petani di Cuntel menjalankan lebih dari hanya sebuah peran.

Dua faktor utama yang sangat menentukan dalam pembagian peran tersebut adalah

tingkatan ekonomi warga dan luas lahan yang dimiliki oleh warga.

Dalam relasi kerja yang terbentuk antara aktor-aktor yang melaksanakan peran

tersebut, tidak hanya motif kekeluargaan saja yang mendasarinya, melainkan juga

motif ekonomi.

Page 49: Makalah Beneran Kelompok IV

49

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Husken, Frans. 1998. Masyarakat Desa dalam Perubahan Zaman: Sejarah Diferensiasi Sosial di

Jawa 1830 – 1980. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia

Levinson. 1964. Role, Personality and Social structure, dalam Lewis A. Coser dan Bernard

Rosenberg, Sociological theory, a book of redings, edisi ke-2, New York: The Macmillan

Company

Linton , Ralph, 1956. The Study of man, an introduction, New York : Appleton Century Crofts.

Polak, Mayor, 1966. Sosiologi, Suatu Pengantar Ringkasan, cetakan kelima, Jakarta: Balai Buku

Ikhtiar

Scott. C James. 1976. Moral Ekonomi Petani. Diterjemahkan oleh Hasan Basari. London: Yale

University Press.

Soenarto, Kamanto. 2004. Pengantar Sosiologi. Depok: LPFEUI

Sudaryanto, Tahlim: Konsep Sistem Usaha Pertanian, Serta Peranan BPTP dalam Rekayasa

Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi. Pusat analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian.

Internet

http://balittanah.litbang.deptan.go.id diakses pada tanggal 07 Maret 2009 pukul 20.35

www.bpk.go.id diakses pada tanggal 03 Maret pukul 19.45

http://criticalglobalisation.com/2008/05/globalisasi-pertanian.html diakses pada tanggal 03 Maret

pukul 19.45

http:// digilib.upi.edu Jumlah Petani di Pulau Jawa, diakses pada tanggal 07 Maret 2009 pukul

19.57

http://fp.elcom.umy.ac.id/course/view.php?id=11 diakses pada tanggal 03 Maret pukul 19.45

http://fp.uns.ac.id/~hamasains/BAB%20IIdasgro.htm diakses pada tanggal 03 Maret pukul 19.45

www.jawatengah.go.id diakses pada tanggal 03 Maret pukul 19.45

http://www.kasundaan.org/index.php?option=com_content&task=view&id=84&Itemid=30 diakses

pada tanggal 03 Maret pukul 19.45

Page 50: Makalah Beneran Kelompok IV

50

http://www.kasundaan.org/index.php?option=com_content&task=view&id=84&Itemid=30 diakses

pada tanggal 03 Maret pukul 19.45

http://www.lablink.or.id/Agro/agr-sis-ind.htm diakses pada tanggal 03 Maret pukul 19.45

http://makassarterkini.com diakses pada tanggal 03 Maret pukul 19.45

www.pertaniansehat.or.id diakses pada tanggal 03 Maret pukul 19.45

www.pertaniansehat.or.id diakses pada tanggal 03 Maret pukul 19.45

www.pertaniansehat.or.id diakses pada tanggal 03 Maret pukul 19.45

www.ri.go.id diakses pada tanggal 03 Maret pukul 19.45

www.semarangkab.go.id diakses pada tanggal 03 Maret pukul 19.45

Page 51: Makalah Beneran Kelompok IV

51

LAMPIRAN

1. Rekapitulasi Penduduk Dusun Cuntel

2. Denah Dusun Cuntel

Page 52: Makalah Beneran Kelompok IV

52

3. Data Luas Lahan Menurut SPPT

RT 1

No Nama Blok luas

lahan total

1 Heru adi pramono 20 8857 9324

22 467

2 Masri 20 788 2615

348

22 616

384

20 479

3 Subandi 20 240 3493

381

22 2728

21 144

4 sugeng 20 2479 4129

18 909

22 485

256

5 Sukarno 21 600 6661

18 606

20 679

392

21 1764

660

165

450

345

20 1000

6 Sunarto 21 914 7143

20 1425

1040

2605

403

132

22 624

7 ngatman 21 178 1212

286

20 172

22 576

8 Duty adipura 22 212 3528

Page 53: Makalah Beneran Kelompok IV

53

1644

20 504

353

284

333

21 410

9 Suyono 22 2550 3484

20 934

10 Yastrobejo 18 192 2504

20 326

21 870

21 338

533

245

11 Suyadi 20 208 1991

18 412

20 210

22 791

22 370

12 Marjuki 22 4279 16368

20 1638

1715

22 1480

20 754

1152

179

102

22 2553

10 1436

20 442

638

13 Japar 18 919 2432

20 240

115

21 440

20 718

14 Mujar 20 264 4063

18 577

891

20 258

22 1073

1000

15 Samidi 20 708 812

Page 54: Makalah Beneran Kelompok IV

54

104

16 Ngatiyem 20 85 823

738

17 Kamisan 20 178 2263

22 950

20 1135

18 Partono 22 545 3411

20 145

1021

22 1700

19 Darso 20 192 2682

264

480

430

604

712

20 Mislan 22 618 2126

376

20 270

117

18 745

21 Supomo 20 173 3412

20 363

231

22 378

936

21 437

22 518

376

22 Jumadi 20 209 1512

173

337

18 300

20 162

331

23 Jumar 20 540 3525

476

154

336

22 716

1140

20 163

24 Surami 18 360 1809

Page 55: Makalah Beneran Kelompok IV

55

20 213

958

278

RT 2

1 Iskak Susardi 21 1271 18022

22 2496

20 690

883

1008

270

853

711

22 370

21 1480

22 7990

2 Mujadi 20 1225 19139

22 3770

21 2588

1665

2044

20 805

22 658

20 134

2318

22 2450

1482

3 Sukir 20 105 192

87

4 Trimo 20 210 920

22 506

204

5 Eko Primuryani 20 774 3109

22 2085

20 250

6 Supangat 20 1078 2669

306

21 1285

7 Kusmin 22 2086 8202

900

20 2006

22 3210

Page 56: Makalah Beneran Kelompok IV

56

8 Kemi 21 2378 5516

1978

20 750

22 410

9 Taimo / Makiyem 21 848 14613

22 3317

22 856

20 2150

284

124

22 7034

10 Yatini 21 516 2232

597

20 296

231

592

11 Ramat 20 233 6863

22 1800

441

2054

20 2335

12 Ngatiyem Kasimin 22 490 4188

944

808

551

20 64

18 567

20 204

560

13 Sukinah 20 168 168

14 Muhyidin 22 336 6802

592

1613

232

841

21 2883

20 305

15 Kasrohman cs 22 1490 3385

20 152

Page 57: Makalah Beneran Kelompok IV

57

21 1743

16 Ngatinem 20 204 4283

205

22 1373

1216

1285

17 Warto Warni 22 2599 26874

860

382

18 482

640

20 530

656

923

1060

1875

237

219

264

20 505

22 1652

522

3584

2766

21 2890

22 897

3331

18 Ngadiran 22 264 2265

512

154

1335

19 Rahmat 22 1014 3527

838

1326

20 349

20 Hartan 22 112 5000

495

20 182

20 1097

22 383

20 473

804

Page 58: Makalah Beneran Kelompok IV

58

1454

21 Trioso 22 306 4438

388

21 735

20 264

1012

248

22 1485

22 Sundari 20 2660 6544

22 3884

23 Wasini 20 155 221

66

24 Sukidi 18 337 4164

21 704

638

590

20 398

100

198

100

1001

98

25 Hanawati 20 176 512

22 336

26 Sukirah 20 311 3836

234

1307

22 896

18 516

572

27 Mujiono 22 149 3458

20 1912

1397

28 Sarman 21 560 1176

20 308

308

RT 3

1 Suwadi 20 420 3023

477

22 2126

2 Brahim 20 1353 3009

1384

272

Page 59: Makalah Beneran Kelompok IV

59

3 Sutomo 20 1214 6585

3204

22 1103

20 346

718

4 Karsad 20 838 1366

126

402

5 Suyut 20 1018 4154

263

22 1413

1460

6 Sutrisno 21 559 674

20 115

7 Kamsu 21 1208 3247

1553

20 144

22 342

8 Sudario Slamet 21 342 1220

20 68

18 621

21 189

9 Wartini 21 368 442

20 74

10 Marno 21 338 1790

20 149

18 367

198

22 388

21 350

11 Ginem 22 1446 2267

20 63

21 758

12 Mungguh 20 526 526

13 Handoko 22 2160 6963

414

18 4389

14 Yudha AP 22 434 8270

1392

624

5820

Page 60: Makalah Beneran Kelompok IV

60

15 Purwaningsih 22 826 7110

20 1903

2617

1008

756

16 Suwingsih 22 653 2394

1660

20 81

17 Juleni 22 1414 9762

20 312

612

21 2600

1828

22 1040

1300

20 656

18 Istiningsih 22 1562 5891

2303

21 1970

20 56

19 Rusmi 20 112 112

20 Kusen 20 1100 2544

22 786

20 658

21 Rusito 21 885 2118

357

18 243

21 516

20 117

22 Gimin 21 1035 5628

22 648

20 461

22 509

1554

1160

20 96

165

23 Mingsih 21 300 1128

20 727

101

Page 61: Makalah Beneran Kelompok IV

61

24 Karli/Surip 18 270 7933

1306

22 2228

18 2065

21 1728

20 253

22 83

25 Endang 20 5050 5355

305

26 Suradi 20 803 3189

22 930

21 462

105

22 889

27 Sulami 22 690 1851

20 116

210

22 835

RT 4

1 Hemiwati 22 215 215

2 Kartono 22 365 4660

20 163

22 2245

18 880

441

22 566

3 Kasmuri 22 216 2423

21 604

20 308

18 735

22 560

4 Ngatmo 22 980 4948

354

1480

111

20 495

603

22 925

5 Harto 22 244 244

Page 62: Makalah Beneran Kelompok IV

62

6 Yoso Kasiman/

Ngatini 22 335 4752

3437

980

7 Yatiyem/ Tukiman 22 307 7961

20 1424

22 888

882

1020

365

20 1368

867

840

8 Sumarmo 22 160 2149

945

309

189

546

9 Wartoyo 22 462 5060

20 1504

22 412

380

21 1003

22 350

949

10 Sutoyo 22 403 6185

2072

1074

889

798

949

11 Painuk 21 224 1653

22 356

1073

12 Sugito 22 880 16950

361

1092

1925

182

20 3138

18 1716

Page 63: Makalah Beneran Kelompok IV

63

18 598

1751

307

583

477

20 3940

13 Darmanto 20 1324 6228

22 557

892

361

20 838

22 1202

430

624

14 Trimo 21 1176 2185

20 276

18 613

120

15 Iskak/Kuat 20 648 2457

901

170

156

21 218

22 364

16 Kusmi 20 79 482

21 194

22 209

17 Sukinem 22 342 947

20 132

250

21 223

18 Sutimin Muhadi 20 409 7288

22 475

240

3681

843

20 221

21 980

18 439

19 Sutimah 20 408 10762

624

Page 64: Makalah Beneran Kelompok IV

64

22 1696

760

270

20 1998

18 2642

1800

21 564

20 Dinomo/Mukiyem 18 860 5865

21 187

722

20 643

22 161

392

368

20 1320

719

22 493

21 Kusman/Sutoto 18 1815 21899

1897

1849

20 914

654

2226

584

5994

21 952

1502

22 1134

20 2378

22 Martopo 20 314 789

160

21 315

RT 5

1 Suroso 18 2085 26326

20 3446

22 4068

2550

944

156

21 1625

Page 65: Makalah Beneran Kelompok IV

65

6953

20 526

605

825

2543

2 Darjo 21 3520 22027

22 3639

2160

1273

452

452

20 1320

5008

18 4203

3 Surati 21 1155 6786

2525

22 2550

495

18 61

4 Jinem 22 654 2898

363

243

21 1638

5 Yoso/Rasini 20 669 6114

22 908

652

410

446

462

451

446

545

493

287

20 345

6 Kasirah 22 222 3432

611

528

540

269

20 1010

252

7 Ngatimin 22 307 5494

Page 66: Makalah Beneran Kelompok IV

66

644

1008

471

647

1705

510

20 202

8 Suyanti 21 665 1506

22 167

376

18 298

9 Sumitro 21 917 3330

22 441

159

20 483

18 713

617

10 Kasman 22 912 3654

205

1320

1217

11 Jayus/Kartomo 18 3890 8874

595

450

194

21 791

20 810

369

22 572

425

778

12 Sukiman 22 228 3356

729

21 2399

13 Hirman 20 143 1879

18 759

22 871

106

14 Marmi 22 500 740

240

15 Sumarno/Mahda 20 1035 13094

22 337

Page 67: Makalah Beneran Kelompok IV

67

1358

1248

856

1495

20 531

1598

684

3952

16 Wakimin 20 232 8833

270

132

22 891

1426

20 2116

18 860

553

1670

21 683

17 Wasimin 20 1237 7530

22 1666

510

1102

20 126

361

696

1648

184

18 Karno 20 2767 7791

22 1428

961

20 286

266

21 157

228

22 225

20 1021

18 452