Makalah Bayi Fr. Klavikula Kanan

22
7/23/2019 Makalah Bayi Fr. Klavikula Kanan http://slidepdf.com/reader/full/makalah-bayi-fr-klavikula-kanan 1/22 BAB I PENDAHULUAN Dalam beberapa tahun terakhir kasus penuntutan terhadap dokter atas dugaan adanya kelalaian medis ataupun malpraktek medis tercatat meningkat dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Seirama dengan itu, tercatat jumlah kasus pengaduan dugaan pelanggaran etik kedokteran yang diajukan ke MKEK juga meningkat. MKEK IDI wilayah DKI pada tahun-tahun sebelum 1999 hanya melayani 7-13 kasus per tahun, namun pada tahun 2000-2004 menjadi 15- 25 kasus per tahun. Bahkan akhir-akhir ini juga terdapat beberapa kasus pidana kelalaian yang mengakibatkan kematian yang menyangkut dokter atau petugas rumah sakit lain sebagai terdakwa. Pada dasarnya kelalaian terjadi apabila seseorang melakukan sesuatu yang seharusnya tidak dilakukan atau tidak melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan oleh orang lain yang memiliki kualifikasi sama pada suatu keadaan dan situasi yang sama. Pengertian istilah kelalaian medik tersirat dari pengertian malpraktek medis menurut World Medical Association (1992), yaitu: “ medical malpractice involves the physician’s faillure to conform to the standard of care for treatment of the patient’s condition, or lack of skill, or negligence in providing care to the patient, which is the direct cause of an injury to the patient ”. WMA mengingatkan pula bahwa tidak semua kegagalan medis adalah akibat malpraktek medis. Suatu peristiwa buruk yang tidak dapat diduga sebelumnya ( unforeseeable) yang terjadi saat dilakukan tindakan medis yang sesuai standar tetapi mengakibatkan cedera pada pasien tidak termasuk ke dalam pengertian malpraktek. 1

Transcript of Makalah Bayi Fr. Klavikula Kanan

Page 1: Makalah Bayi Fr. Klavikula Kanan

7/23/2019 Makalah Bayi Fr. Klavikula Kanan

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-bayi-fr-klavikula-kanan 1/22

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam beberapa tahun terakhir kasus penuntutan terhadap dokter atas dugaan adanya

kelalaian medis ataupun malpraktek medis tercatat meningkat dibandingkan dengan tahun-tahun

sebelumnya. Seirama dengan itu, tercatat jumlah kasus pengaduan dugaan pelanggaran etik 

kedokteran yang diajukan ke MKEK juga meningkat. MKEK IDI wilayah DKI pada tahun-tahun

sebelum 1999 hanya melayani 7-13 kasus per tahun, namun pada tahun 2000-2004 menjadi 15-

25 kasus per tahun. Bahkan akhir-akhir ini juga terdapat beberapa kasus pidana kelalaian yang

mengakibatkan kematian yang menyangkut dokter atau petugas rumah sakit lain sebagaiterdakwa.

Pada dasarnya kelalaian terjadi apabila seseorang melakukan sesuatu yang seharusnya

tidak dilakukan atau tidak melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan oleh orang lain yang

memiliki kualifikasi sama pada suatu keadaan dan situasi yang sama.

Pengertian istilah kelalaian medik tersirat dari pengertian malpraktek medis menurut

World Medical Association (1992), yaitu: “medical malpractice involves the physician’s faillure

to conform to the standard of care for treatment of the patient’s condition, or lack of skill, or 

negligence in providing care to the patient, which is the direct cause of an injury to the patient ”.

WMA mengingatkan pula bahwa tidak semua kegagalan medis adalah akibat malpraktek 

medis. Suatu peristiwa buruk yang tidak dapat diduga sebelumnya (unforeseeable) yang terjadi

saat dilakukan tindakan medis yang sesuai standar tetapi mengakibatkan cedera pada pasien tidak 

termasuk ke dalam pengertian malpraktek.

1

Page 2: Makalah Bayi Fr. Klavikula Kanan

7/23/2019 Makalah Bayi Fr. Klavikula Kanan

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-bayi-fr-klavikula-kanan 2/22

BAB II

LAPORAN KASUS

Seorang pasien bayi dibawa orang tuanya datang ke tempat praktek dokter A, seorang

dokter anak. Ibu pasien bercerita bahwa ia adalah pasien seorang dokter obsgyn B sewaktu

melahirkan, dan anaknya dirawat oleh dokter anak C. Baik dokter B mahupun C tidak pernah

mengatakan bahwa anaknya menderita penyakit atau cedera sewaktu lahir dan dirawat disana.

Sepuluh hari pasca lahir orang tua bayi menemukan benjolan di pundak kanan bayi.

Setelah diperiksa oleh dokter A dan pemeriksaan radiologi sebagai penunjang, pasien

dinyatakan fraktur klavikula kanan yang sudah berbentuk kalus. Kepada dokter A mereka

meminta kepastian apakah benar terjadi patah tulang klavikula, dan kapan kira – kira terjadinya.

Bila benar bahwa patah tulang tersebut terjadi sewaktu kelahiran, mereka akan menuntut dokter 

B karena telah mengakibatkan patah tulang dan dokter C karena lalai tidak dapat

mengdiagnosisnya. Mereka juga menduga bahwa dokter C kurang kompeten sehingga sebaiknya

ia merawat anaknya ke dokter A saja. Dokter A berpikir apa sebaiknya ia katakan.

2

Page 3: Makalah Bayi Fr. Klavikula Kanan

7/23/2019 Makalah Bayi Fr. Klavikula Kanan

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-bayi-fr-klavikula-kanan 3/22

3

Page 4: Makalah Bayi Fr. Klavikula Kanan

7/23/2019 Makalah Bayi Fr. Klavikula Kanan

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-bayi-fr-klavikula-kanan 4/22

BAB III

PEMBAHASAN

I. KRONOLOGIS KASUS

Dokter B adalah seorang dokter obsgyn di sebuah rumah sakit besar di Jakarta. Pada

suatu hari, dokter B mendapatkan seorang pasien yang memeriksakan kehamilan pertamanya.

Menjelang kelahirannya, dokter B memberitahu kepada pasien bahwa proses persalinan akan

dilakukan secara normal (pervaginam). Pada saat persalinan berlangsung, ibu dari bayimengalami kelelahan akibat stress pra partum sehingga dokter B menarik bayi tersebut agar 

segera lahir. Tindakan yang dilakukan dokter B tersebut mengakibatkan fraktur klavikula

 pada bayi tanpa disadarinya. Setelah lahir bayi dirawat oleh dokter anak C, karena ibu dan

 bayi dalam keadaan sehat maka 3 hari kemudian mereka diperbolehkan pulang. Sepuluh hari

 pasca lahir, orang tua bayi menemukan adanya benjolan di pundak kanan bayi. Mereka

memutuskan untuk membawa bayi tersebut ke tempat praktik dokter anak A karena tidak 

 percaya dan menganggap dokter C kurang kompeten dalam merawat anaknya. Setelah

dilakukan pemeriksaan radiologis oleh dokter A ditemukan adanya fraktur klavikula tipe

greenstick yang telah mengalami penyembuhan (terbentuk kalus) pada klavikula kanan bayi.

Kedua orangtua bayi meminta penjelasan mengenai kapan terjadinya fraktur tersebut, dan

 bila terjadinya fraktur pada saat kelahiran bayi, mereka berniat untuk melaporkan dokter B

dan C ke jalur hukum dengan tuduhan malpraktek.

II. PRINSIP ETIKA KEDOKTERAN

A. Bioetika 1,2

• Bioetika (F. Abel) adalah studi interdisipliner tentang problem yang ditimbulkan oleh

 perkembangan di bidang biologi dan ilmu kedokteran, pada skala mikro maupun

4

Page 5: Makalah Bayi Fr. Klavikula Kanan

7/23/2019 Makalah Bayi Fr. Klavikula Kanan

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-bayi-fr-klavikula-kanan 5/22

makro, termasuk dampaknya terhadap masyarakat luas serta sistem nilainya, kini dan

masa mendatang.

• Bioetika merupakan pandangan lebih luas dari etika kedokteran karena begitu saling

mempengaruhi antara manusia dan lingkungan hidup. Bioetika merupakan "genus",

sedangkan etika kedokteran merupakan "spesies".

B. Etika kedokteran 2,3

Secara sederhana etika merupakan kajian mengenai moralitas - refleksi terhadap

moral secara sistematik dan hati-hati dan analisis terhadap keputusan moral dan perilaku

 baik pada masa lampau, sekarang atau masa mendatang. Etika kedokteran sangat terkait

namun tidak sama dengan bioetika (etika biomedis). Etika kedokteran berfokus terutama

dengan masalah yang muncul dalam praktik pengobatan sedangkan bioetika merupakan

subjek yang sangat luas yang berhubungan dengan masalah-maslah moral yang muncul

karena perkembangan dalam ilmu pengetahuan biologis yang lebih umum.

Etika kedokteran merupakan seperangkat perilaku anggota profesi kedokteran dalam

hubungannya dengan klien / pasien, teman sejawat dan masyarakat umumnya serta

merupakan bagian dari keseluruhan proses pengambilan keputusan dan tindakan medic

ditinjau dari segi nilai-nilai moral. Tujuan dari etika profesi dokter adalah untuk 

mengantisipasi atau mencegah terjadinya perkembangan yang buruk terhadap profesi

dokter dan mencegah agar dokter dalam menjalani profesinya dapat bersikap professionalmaka perlu kiranya membentuk kode etik profesi kedokteran untuk mengawal sang

dokter dalam menjalankan profesinya tersebut agar sesuai dengan tuntutan ideal.

Tuntutan tersebut kita kenal dengan kode etik profesi dokter.

C. Kaidah dasar moral 2,3

Beauchamp dan Childress (1994) menguraikan bahwa untuk mencapai ke suatu

keputusan etik diperlukan 4 kaidah dasar moral (moral principle) dan beberapa aturan

dibawahnya. Keempat kaidah tersebut adalah :

Prinsip otonomi, yaitu prinsip moral yang menghormati hak-hak pasien, terutama

hak otonomi pasien (the right to self determination).Prinsip moral inilah yang

kemudian melahirkan doktrin informed consent.

Prinsip beneficence, yaitu prinsip moral yang mengutamakan tindakan yang

ditujukan untuk kebaikan pasien. Dalam beneficence tidak hanya dikenal perbuatan

5

Page 6: Makalah Bayi Fr. Klavikula Kanan

7/23/2019 Makalah Bayi Fr. Klavikula Kanan

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-bayi-fr-klavikula-kanan 6/22

untuk kebaikan saja, melainkan juga perbuatan yang sisi baiknya (manfaat) lebih

 besar daripada sisi buruknya.

Prinsip non-maleficence, yaitu prinsip moral yang melarang tindakan yang

memperburuk keadaan pasien. Prinsip ini dikenal sebagai “primum non nocere”

atau “above all do no harm”.

Prinsip justice, yaitu prinsip moral yang mementingkan fairness dan keadilan dalam

 bersikap maupun dalam mendistribusikan sumber daya. Sedangkan aturan

dibawahnya adalah veracity (berbicara benar, jujur dan terbuka),  privacy

(menghormati hak privasi pasien), confidentiality (menjaga kerahasiaan pasien) dan

 fidelity (loyalitas dan promise keeping ).

Pembuatan keputusan etik, terutama dalam situasi klinik, dapat juga dilakukan

dengan pendekatan yang berbeda dengan pendekatan kaidah dasar moral diatas. Jonsen,

Siegler dan Winslade (2002) mengembangkan teori etik yang menggunakan 4 topik yang

essential dalam pelayanan klinik, yaitu:3

1. Medical indication

Semua prosedur diagnostic dan terapi yang sesuai untuk mengevaluasi keadaan

 pasien dan mengobatinya.Penilaian aspek indikasi medis ini ditinjau dari sisi etiknya,

terutama menggunakan kaidah beneficence dan non-malificence. Pertanyaan etika

 pada topic ini adalah serupa dengan seluruh informasi yang selayaknya disampaikan

kepada pasien pada doktrin informed consent.

2. Patient preferences

Kita memperhatikan nilai dan penilaian pasien tentang manfaat dan beban yang

akan diterimanya, yang berarti cerminan kaidah autonomy. Pertanyaan etika meliputi pertanyaan tentang kompetensi pasien, sifat volunteer sikap dan keputusannya,

 pemahaman atas informasi, siapa pembuat keputusan bila pasien dalam keadaan tidak 

sadar dan kompeten serta nilai dan keyakinan yang dianut oleh pasien.

3. Quality of life

6

Page 7: Makalah Bayi Fr. Klavikula Kanan

7/23/2019 Makalah Bayi Fr. Klavikula Kanan

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-bayi-fr-klavikula-kanan 7/22

Merupakan aktualisasi salah satu tujuan kedokteran yaitu memperbaiki, menjaga

atau meningkatkan kualitas hidup insane.Apa, siapa dan bagaimana melakukan

 penilaian kualitas hidup merupakan pertanyaan etik sekitar prognosis yang berkaitan

dengan beneficence, non-malificence dan autonomy.

4. Contextual features

Pertanyaan etik seputar aspek non medis yang mendahului keputusan seperti

factor keluarga, ekonomi, agama, budaya, kerahasiaan, alokasi sumber daya dan

factor hukum.

III.INFORMED CONSENT

Informasi dalam lingkup medis sangat penting bagi memberi peluang kepada pasien

untuk mengetahui tentang status sebenar kesehatan diri dan tindakan yang akan dilakukan

terhadap pasien. Para professional dalam pelayanan kesehatan perlu meningkatkan perhatian

terhadap pentingnya informed consent sebagai sebagian dari prosedur pengobatan atau

clinical trial.

Informed Consent adalah suatu persetujuan mengenai tindakan kedokteran yang akan

dilakukan oleh dokter terhadap pasien. Persetujuan boleh dalam bentuk lisan maupun tertulis.

Informed consent ini juga merupakan sebagian dari prosese komunikasi antara dokter-pasien

tentang kesepakatan tindakan medis yang akan dilakukan. Formulir informed consent

merupakan tanda bukti yang disimpan dalam arsip rekam medis pasien.4

Dalam Undang-Undang Republika Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik 

Kedokteran, telah diatur tentang Informed Consent ini pada Pasal 45 tentang “Persetujuan

Tindakan Kedokteran atau Kedokteran Gigi” yang isinya antara lain:

1. Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan oleh dokter ataudokter gigi terhadap pasien harus mendapat persetujuan.

2. Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setelah pasien mendapat

 penjelasan secara lengkap.

3. Penjelasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekurang-kurangnya mencakup:

• Diagnosis dan tata cara tindakan medis.

7

Page 8: Makalah Bayi Fr. Klavikula Kanan

7/23/2019 Makalah Bayi Fr. Klavikula Kanan

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-bayi-fr-klavikula-kanan 8/22

• Tujuan tindakan medis yang dilakukan.

• Alternative tindakan lain dan resikonya.

• Risikonya dan komplikasi yang mungkin terjadi.

•Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan

4. Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat diberikan baik secara tertulis

maupun lisan.

5. Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang mengandung risiko tinggi harus

diberikan dengan persetujuan tertulis yang ditandatangani oleh yang berhak 

memberikan persetujuan.

Dalam penjelasan atas UU Nomor 29 Tahun 2004 tersebut disebutkan bahwa pada

 prinsipnya yang berhak memberikan persetujuan atau penolakan tindakan medis adalah

 pasien yang bersangkutan. Namun, apabila pasien yang bersangkutan berada di bawah

 pengampuan, persetujuan atau penolakan tindakan medis dapat diberikan oleh keluarga

terdekat antara lain suami/istri/ibu kandung, anak-anak kandung atau saudara-saudara

kandung.

Jika sesuatu tindakan medis dilakukan tanpa izin pasien, ia digolongkan sebagai tindakan

 penganiayaan berdasarkan KUHP Pasal 351( trespass, battery, bodily assault ).Menurut Pasal

5 Permenkes No 290 / Menkes / PER / III / 2008, sebelum dimulai tindakan (1), persetujuan

tindakan kedokteran dapat dibatalkan oleh yang memberi persetujuan dan pembatalan

tersebut harus secara bertulis oleh yang memberi persetujuaan (2).1,4

Elemen-elemen yang terdapat dalam informed consent adalah penjelasan mengenai:

• Penyakit dan atau tindakan yang akan dilakukan.

• Harapan dari tindkan dan prognosisnya.

• Alternative tindakan dan tingkat harapan serta keberhasilannya.

• Resiko, komplikasi dan biaya.

Dokter hanya boleh bertindak melebihi yang telah disepakati apabila gawat-darurat dan

 butuh waktu yang singkat.

Seperti yang terjadi dalam kasus ini pula, telah terjadinya informed consent antara dokter 

A kepada keluarga si bayi mengenai keadaan anaknya. Bagi dokter B dan C pula, kurang

8

Page 9: Makalah Bayi Fr. Klavikula Kanan

7/23/2019 Makalah Bayi Fr. Klavikula Kanan

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-bayi-fr-klavikula-kanan 9/22

komunikasi kepada keluarga bayi mengenai apa yang terjadi pada bayi tersebut sehinggakan

dicurigai telah melakukan kesalahan dalam merawat bayi tersebut dan bisa dituntut ke

 pengadilan oleh keluarga si bayi.

Kurangnya komunikasi yang terjalin antara dokter dan keluarga pasien merupakan salah

satu sebab ketidak puasan pasien.Komunikasi merupakan kunci penting hubungan dokter 

dengan pasien atau keluarga selain dari memeriksa dan member obat. Pasien atau keluarga

 juga perlu sama menanyakan ke dokter dan minta dijelaskan kemungkinan penyakitnya.

Dokter harus bertanggungjawab terhadap perbuatannya jika terdapat kasus yang berunsur 

kelalaian dari pihak dokter.Dari pihak pasien pula, perlu adanya bukti yang kukuh terhadap

kelalaian tersebut jika ingin menuntut. Jika hal tersebut adalah resiko dari tindakan yang

telah dinyatakan dalam informed consent, maka penuntutan tidak boleh dilakukan.4

IV.ASPEK &DAMPAK HUKUM

A. ASPEK HUKUM MALPRAKTEK 

1. Penyimpangan dari Standar Profesi Medis

2. Kesalahan yang dilakukan dokter,baik berupa kesengajaan ataupun kelalaian

3. Akibat yang terjadi disebabkan oleh tindakan medis yang menimbulkan kerugian

materiil atau non materiil maupun fisik atau mental5

B. SANKSI HUKUM PERDATA

• Pasal 1365 KUH Perdata

1. Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada seorang

lain,mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu,

mengganti kerugian tersebut.

• Pasal 1366 KUH Perdata( Kelalaian )

1. Setiap orang bertanggung jawab tidak saja atas kerugian yang disebabkan karena

 perbuatannya , tetapi juga atas kerugian yang disebabkan karena kelalainnnya

ataukurang hati – hatinya

9

Page 10: Makalah Bayi Fr. Klavikula Kanan

7/23/2019 Makalah Bayi Fr. Klavikula Kanan

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-bayi-fr-klavikula-kanan 10/22

• Pasal 1371 KUH Perdata : Penyebab luka atau cacatnya sesuatu anggota badan

dengan sengaja atau karena kurang hati-hati memberikan hak kepada si korban untuk 

selain penggantian biaya-biaya penyembuhan, menuntut penggantian kerugian yang

disebabkan oleh luka atau cacat tersebut. Juga penggantian kerugian ini dinilai

menurut kedudukan dan kemampuan kedua belah pihak, dan menurut keadaan.

• Pasal 54 Undang-Undang No.23 Tahun 1992 tentang Kesehatan

1. Terhadap tenaga kesehatan yang melakukan kesalahan atau kelalaian data

melaksanakan profesinya dapat dikenakan tindakan disiplin.

2. Penentuan ada tidaknya kesalahan atau kelalaian sebagaimana dimaksud dalam

(1) ditentukan oleh Majelis Disiplin Tenaga Kesehatan.

3. Ketentuan mengenai pembentukan, tugas, fungsi, dan tata kerja Majelis Disiplin

Tenaga Kesehatan ditetapkan dengan Keputusan Presiden.

• Pasal 55 UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan

1. Setiap orang berhak atas ganti rugi akibat kesalahan atau kelalaian yang dilakukan

tenaga kesehatan .

2. Ganti rugi sebagaimana diatur dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan sesuai

dengan peraturan yang berlaku1,6

C. DAMPAK HUKUM

Perlindungan hukum terhadap dokter yang diduga melakukan tindakan malpraktek 

medik menggunakan Pasal 48, Pasal 50, Pasal 51 Ayat 1 Kitab Undang-Undang Hukum

Pidana (KUHP), Pasal 50 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek 

Kedokteran, Pasal 53 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan

dan Pasal 24 Ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga

Kesehatan. Seorang dokter dapat memperoleh perlindungan hukum sepanjang ia

melaksanakan tugas sesuai dengan standar profesi dan Standar Operating Procedure

(SOP), serta dikarenakan adanya dua dasar peniadaan kesalahan dokter, yaitu alasan

 pembenar dan alasan pemaaf yang ditetapkan di dalam KUHP.

Hubungan dokter dengan pasien haruslah berupa mitra. Dokter tidak dapat disalahkan

10

Page 11: Makalah Bayi Fr. Klavikula Kanan

7/23/2019 Makalah Bayi Fr. Klavikula Kanan

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-bayi-fr-klavikula-kanan 11/22

 bila pasien tidak bersikap jujur. Sehingga rekam medik (medical record) dan informed

consent (persetujuan) yang baik dan benar harus terpenuhi. Cara dan tahapan mekanisme

 perlindungan hukum terhadap dokter yang diduga melakukan tindakan malpraktek 

medis adalah dengan dibentuknya Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia

(MKDKI) yang bekerja sama dengan pihak Kepolisian Republik Indonesia (POLRI) atas

dasar hubungan lintas sektoral dan saling menghargai komunitas profesi. Dalam tahapan

mekanisme penanganan pelanggaran disiplin kedokteran, MKDKI menentukan tiga jenis

 pelanggarannya yaitu pelanggaran etik, disiplin dan pidana. Untuk pelanggaran etik 

dilimpahkan kepada Majelis Kode Etik Kedokteran (MKEK), pelanggaran disiplin

dilimpahkan kepada Konsil Kedokteran Indonesia (KKI), dan pelanggaran pidana

dilimpahkan kepada pihak pasien untuk dapat kemudian dilimpahkan kepada pihak 

kepolisian atau ke pengadilan negeri. Apabila kasus dilimpahkan kepada pihak 

kepolisian maka pada tingkat penyelidikannya dokter yang diduga telah melakukan

tindakan malpraktek medik tetap mendapatkan haknya dalam hukum yang ditetapkan

dalam Pasal 52, Pasal 54, Pasal 55, Pasal 57 Ayat 1, Pasal 65, Pasal 68, dan Pasal 70

Ayat 1 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP). Dan apabila kasus

dilimpahkan kepada tingkat pengadilan maka pembuktian dugaan malpraktek dapat

menggunakan rekam medik (medical record) sebagai alat bukti berupa surat yang sah

(Pasal 184 Ayat 1 KUHAP).

11

Page 12: Makalah Bayi Fr. Klavikula Kanan

7/23/2019 Makalah Bayi Fr. Klavikula Kanan

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-bayi-fr-klavikula-kanan 12/22

BAB IV

TINJAUAN PUSTAKA

A. KODE ETIK KEDOKTERAN

KEWAJIBAN UMUM

• Pasal 1

Setiap dokter harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah dokter.

• Pasal 2

Seorang dokter harus senantiasa berupaya melaksanakan profesinya sesuai dengan standar 

 profesi yang tertinggi.

• Pasal 3

Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter tidak boleh dipengaruhi oleh

sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dan kemandirian profesi.

• Pasal 4

Setiap dokter harus menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifat memuji diri.

• Pasal 5

Tiap perbuatan atau nasehat yang mungkin melemahkan daya tahan psikis maupun fisik 

hanya diberikan untuk kepentingan dan kebaikan pasien, setelah memperoleh persetujuan

 pasien.

• Pasal 6

Setiap dokter harus senantiasa berhati-hati dalam mengumumkan dan menerapkan setiap

 penemuan teknik atau pengobatan baru yang belum diuji kebenarannya dan hal-hal yang

dapat menimbulkan keresahan masyarakat.

• Pasal 7

Seorang dokter hanya memberi surat keterangan dan pendapat yang telah diperiksa sendiri

kebenarannya.

12

Page 13: Makalah Bayi Fr. Klavikula Kanan

7/23/2019 Makalah Bayi Fr. Klavikula Kanan

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-bayi-fr-klavikula-kanan 13/22

• Pasal 7a

Seorang dokter harus, dalam setiap praktik medisnya, memberikan pelayanan medis yang

kompeten dengan kebebasan teknis dan moral sepenuhnya, disertai rasa kasih sayang

(compassion) dan penghormatan atas martabat manusia.

• Pasal 7b

Seorang dokter harus bersikap jujur dalam berhubungan dengan pasien dan sejawatnya, dan

 berupaya untuk mengingatkan sejawatnya yang dia ketahui memiliki kekurangan dalam

karakter atau kompetensi, atau yang melakukan penipuan atau penggelapan, dalam

menangani pasien

• Pasal 7c

Seorang dokter harus menghormati hak-hak pasien, hak-hak sejawatnya, dan hak tenaga

kesehatan lainnya, dan harus menjaga kepercayaan pasien

• Pasal 7d

Setiap dokten harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup makhluk insani.

• Pasal 8

Dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter harus memperhatikan kepentingan

masyarakat dan memperhatikan semua aspek pelayanan kesehatan yang menyeluruh

(promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif), baik fisik maupun psiko-sosial, serta berusaha

menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat yang sebenar-benarnya.

• Pasal 9

Setiap dokter dalam bekerja sama dengan para pejabat di bidang kesehatan dan bidang

lainnya serta masyarakat, harus saling menghormati.

KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP PASIEN

• Pasal 10

Setiap dokten wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan

ketrampilannya untuk kepentingan pasien. Dalam hal ini ia tidak mampu melakukan suatu

 pemeriksaan atau pengobatan, maka atas persetujuan pasien,ia wajib menujuk pasien kepada

dokten yang mempunyai keahlian dalam penyakit tersebut.

• Pasal 11

13

Page 14: Makalah Bayi Fr. Klavikula Kanan

7/23/2019 Makalah Bayi Fr. Klavikula Kanan

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-bayi-fr-klavikula-kanan 14/22

Setiap dokter harus memberikan kesempatan kepada pasien agar senantiasa dapat

 berhubungan dengan keluarga dan penasehatnya dalam beribadat dan atau dalam masalah

lainnya.

• Pasal 12

Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang pasien,

 bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia.

• Pasal 13

Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu tugas perikemanusiaan,

kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia dan mampu memberikannya.

KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP TEMAN SEJAWAT

• Pasal 14

Setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan.

• Pasal 15

Setiap dokter tidak boleh mengambil alih pasien dan teman sejawat, kecuali dengan

 persetujuan atau berdasarkan prosedur yang etis.

KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP DIRI SENDIRI

• Pasal 16

Setiap dokter harus memelihara kesehatannya, supaya dapat bekerja dengan baik.

• Pasal 17

Setiap dokter harus senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

kedokteran/kesehatan.7

B. HUBUNGAN DOKTER-PASIEN

Pasien (klien pelayanan medik) adalah orang yang memerlukan pertolongan dokter 

karena penyakitnya dan dokter adalah orang yang dimintaipertolongan karena kemampuan

 profesinya yang dianggap mampu mengobati penyakit.Hubungan terjadi ketika dokter 

 bersedia menerima klien itu sebagai pasiennya.Hubungan antara orang yang memerlukan

 pertolongan dan orang yang diharapkan memberikan pertolongan pada umumnya bersifat

tidak seimbang.Dokter pada posisi yang lebih kuat dan pasien berada pada posisi yang lebih

14

Page 15: Makalah Bayi Fr. Klavikula Kanan

7/23/2019 Makalah Bayi Fr. Klavikula Kanan

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-bayi-fr-klavikula-kanan 15/22

lemah. Dalam hubungan yang demikian, dokter diharapkan akan bersikap bijaksana dan

tidak memanfaatkan kelemahan pasien sebagai keuntungan bagi dirinya sendiri.

Selain itu dokter juga mempunyai kewajiban moral untuk menghormati hak pasiennya

sebagai manusia.Ketika dalam hubungan itu disertai dengan permintaan dokter untuk 

mendapatkan imbalan jasa dari klien (pasien) dan klien (pasien) bersedia memenuhinya,

maka terjadilah hubungan yang disbeut sebagai hubungan kontraktual.Dalam hubungan

kontraktual terdapat kewajiban dan hak dari kedua belah pihak yang harus saling dihormati,

serta tanggung jawab jika ada yang tidak memenuhi kesepakatan tersebut. Pihak klien

(pasien) akan bersedia bersikap jujur dalam mengungkapkan berbagai hal yang ingin

diketahui oleh dokter, termasuk hal yang bersifat pribadi, dan dokter akan bersikap jujur 

dalam upaya yang akan dilakukannya untuk menolong klien (pasien). Selain itu dokter juga

harus dapat dipercaya bahwa ia tidak akan menyimpan semua rahasia klien (pasien) serta

tidak akan mengungkapkan rahasia itu kepada siapapun juga tanpa persetujuan klien (pasien)

kecuali atas perintah undangundang.

Dalam hubungan dokter-pasien yang tidak seimbang tersebut, maka pola komunikasi

antara keduanya dapat bersifat :9,10,11

• Aktif-Pasif 

Dalam pola komunikasi akti-pasif ini dokter bersifat aktif dan pasien bersifat pasif 

dan hanya menjawab ketika ditanya atau berbuat setelah diperintahkan olehdokter.Termasuk dalam makan atau menggunakan obat yang diberikan dokter.Di sini ada

kecenderungan bahwa dokter akanbersikap otoriter dan tidak memberi kesempatan pasien

untuk mengemukakan pendapatnya. Di masa sekarang, dengan perkembangan ilmu

kedokteran dan kesadaran masyarakat akan hak-haknya, hubungan semacam ini sudah

tidak sesuai lagi. Ilmu kedokteran sekarang menyadari bahwa kesembuhan suatu penyakit

memerlukan pengetahuan dan kesertaan pasien dan keluarganya.

• Guidance – Cooperation

Hubungan yang lebih maju dari pola komunikasi model pertama adalah bimbingan

yang ditujukan untuk mengajak kerjasama dari pasien. Pasien tetap dianggap tidak (perlu)

 banyak tahu tetapi perlu dibimbing dan diajak bekerja sama dalam upaya menyembuhkan

 penyakitnya. Dokter membimbing-kerjasama seperti halnya orang tua dengan remaja .Ia

 berusaha mencari pertolongan pengobatan dan bersedia bekerja sama. Walaupun dokter 

15

Page 16: Makalah Bayi Fr. Klavikula Kanan

7/23/2019 Makalah Bayi Fr. Klavikula Kanan

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-bayi-fr-klavikula-kanan 16/22

mengetahui lebih banyak, ia tidak semata-mata menjalankan kekuasaan, namun

mengharapkan kerja sama pasien yang diwujudkan dengan menuruti nasihat atau anjuran

dokter.

• Mutual Participation

Filosofi pola ini berdasarkan pemikiran bahwa setiap manusia memiliki martabat dan

hak yang sama. Pasien secara sadar aktif dan berperan dalam pengobatan terhadap

dirinya.Hal ini tidak dapat diterapkan pada pasien dengan latar belakang pendidikan dan

sosial yang rendah, juga pada anak atau pasien dengan gangguan mental tertentu.

Berbicara mengenai hak-hak pasien dalam pelayanan kesehatan, secara umum hak pasien

tersebut dapat dirinci sebagai berikut :3,8,10

• Hak pasien atas perawatan

• Hak untuk menolak cara perawatan tertentu

• Hak untuk memilih tenaga kesehatan dan rumah sakit yang akan merawat pasien

• Hak Informasi

• Hak untuk menolak perawatan tanpa izin

• Hak atas rasa aman

• Hak atas pembatasan terhadap pengaturan kebebasan perawatan

• Hak untuk mengakhiri perjanjian perawatan

• Hak atas twenty-for-a-day-visitor-rights.

• Hak pasien menggugat atau menuntut

• Hak pasien mengenai bantuan hukum

• Hak pasien untuk menasihatkan mengenai percobaan oleh tenaga kesehatan atau ahlinya.

16

Page 17: Makalah Bayi Fr. Klavikula Kanan

7/23/2019 Makalah Bayi Fr. Klavikula Kanan

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-bayi-fr-klavikula-kanan 17/22

Berbarengan dengan hak tersebut pasien juga mempunyai kewajiban, baik kewajiban

secara moral maupun secara yuridis. Secara moral pasien berkewajiban memelihara

kesehatannya dan menjalankan aturan-aturan perawatan sesuai dengan nasihat dokter yang

merawatnya. Beberapa kewajiban pasien yang harus dipenuhinya dalam pelayanan kesehatan

adalah sebagai berikut: 3,8,10

Kewajiban memberikan informasi medis

Kewajiban melaksanakan nasihat dokter atau tenaga kesehatan

Kewajiban memenuhi aturan-aturan pada kesehatan

Kewajiban untuk berterus terang apabila timbul masalah dalam hubungannya dengan

dokter atau tenaga kesehatan

Kewajiban memberikan imbalan jasa

Menyimpan rahasia pribadi dokter yang diketahuinya

Berdasarkan pada perjanjian terapeutik yang menimbulkan hak dan kewajiban bagi para

 pihak, dokter juga mempunyai hak dan kewajiban sebagai pengemban profesi. Hak-hak 

dokter sebagai pengemban profesi dapat dirumuskan sebagai berikut: 3,8,10

Hak memperoleh informasi yang selengkap-lengkapnya dan sejujur-jujurnya dari pasien

yang akan digunakannya bagi kepentingan diagnosis maupun terapeutik.

Hak atas imbalan jasa atau honorarium terhadap pelayanan yang diberikannya kepada

 pasien.

Hak atas itikad baik dari pasien atau keluarganya dalam melaksanakan transaksi

terapeutik.

Hak membela diri terhadap tuntutan atau gugatan pasien atas pelayanan kesehatan yang

diberikannya.

Hak untuk memperoleh persetujuan tindakan medic dari pasien atau keluarganya.

17

Page 18: Makalah Bayi Fr. Klavikula Kanan

7/23/2019 Makalah Bayi Fr. Klavikula Kanan

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-bayi-fr-klavikula-kanan 18/22

Disamping hak-hak tersebut, dokter juga mempunyai kewajiban yang harus dilaksanakan

yaitu sebagai berikut: 3,8,10

Kewajiban untuk memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi, yaitu

dengan cara melakukan tindakan medis dalam suatu kasus yang konkret menurut ukuran

tertentu yang didasarkan pada ilmu medis dan pengalaman.

Kewajiban untuk menghormati hak-hak pasien, antara lain rahasia atas kesehatan pasien

 bahkan setelah pasien meninggal dunia.

Kewajiban untuk memberikan informasi pada pasien dan/atau keluarganya tentang

tindakan medis yang dilakukannya dan risiko yang mungkin terjadi akibat tindakan medis

tersebut.

Kewajiban merujuk pasien untuk berobat ke dokter lain yang mempunyai

keahlian/kemampuan yang lebih baik 

Kewajiban untuk memberikan pertolongan dalam keadaan darurat sebagai tugas

 perikemanusiaan

C. HUBUNGAN DOKTER-TEMAN SEJAWAT

Menurut Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI) terdapat 4 kewajiban seorang

dokter dalam menjalani profesinya dan salah satunya itu adalah mengenai kewajiban

terhadap teman sejawat. Pasal-pasal dalam KODEKI yang mengatur mengenai kewajiban

terhadap teman sejawat adalah sebagai berikut:2,3

Seorang dokter harus bersikap jujur dalam berhubungan dengan pasien dan sejawatnya,

dan berupaya untuk mengingatkan sejawatnya yang dia ketahui memiliki kekurangandalam karakter atau kompetensi atau yang melakukan penipuan atau penggelapan dalam

menangani pasien.

Seorang dokter harus menghargai hak-hak pasien, hak-hak sejawatnya dan hak tenaga

kesehatan lainnya dan harus menjaga kepercayaan pasien.

18

Page 19: Makalah Bayi Fr. Klavikula Kanan

7/23/2019 Makalah Bayi Fr. Klavikula Kanan

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-bayi-fr-klavikula-kanan 19/22

Setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia ingin diperlakukan.

Setiap dokter tidak boleh mengambil alih pasien dari teman sejawat, kecuali dengan

 persetujuan atau berdasarkan prosedur yang etis.

19

Page 20: Makalah Bayi Fr. Klavikula Kanan

7/23/2019 Makalah Bayi Fr. Klavikula Kanan

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-bayi-fr-klavikula-kanan 20/22

BAB V

KESIMPULAN

Dari kasus disimpulkan bahwa Dokter A bersikap netral terhadap pasien dan teman

sejawatnya. Dia memeriksakan dan mengobati pasien anak tersebut karena fraktur klavikula

yang berbentuk kalus tersebut tidak akan menyebabkan kecacatan atau keterbatasan apa pun

 pada masa depan bayi itu. Dia juga tidak menyalahkan dokter B dan dokter C karena tidak 

mendapat informasi yang lengkap semasa kelahiran bayi tersebut karena bisa saja bayi tersebut

mengalami cedera saat sudah dibawa pulang ke rumah dan tidak disadari oleh orang

tuanya.Tiada dugaan malpraktek mau pun kelalaian sehingga menyebabkan cedera tersebut.

Dalam menjalankan perannya di masyarakat, seorang dokter perlu mempunyai

kompetensi komunikasi baik kepada pasien maupun pada masyarakat luas.Komunikasi yang baik 

antara dokter dan pasien sangatlah penting dan memiliki berbagai dampak pada berbagai aspek 

outcome kesehatan.Dampak tersebut meliputi outcome kesehatan yang lebih baik, kenyamanan

yang lebih tinggi terhadap rejimen terapi pada pasien, kepuasan yang lebih tinggi pada pasien

dan dokter serta penurunan risiko malpraktek. Selain komunikasi dokter dan pasien di aspek 

kuratif dan rehabilitatif, komunikasi dokter dengan pasien serta masyarakat luas dalam hal

 preventif dan promotif semakin dibutuhkan dewasa ini dengan semakin tingginya masalah

kesehatan yang terkait dengan perilaku kesehatan

20

Page 21: Makalah Bayi Fr. Klavikula Kanan

7/23/2019 Makalah Bayi Fr. Klavikula Kanan

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-bayi-fr-klavikula-kanan 21/22

BAB VI

DAFTAR PUSTAKA

1. Sampurna B, Syamsu Z, Siswaja TD. Didalam: Bioetik dan Hukum Kedokteran. Juli

2007.

2. Williams JR. Panduan etika medis, disertai studi kasus-kasus etika pelayanan medis

sehari-hari. Pusat Studi Kedokteran Islam Fakultas Kedokteran Universitas

Muhammadiyah. Yogyakarta:2005;12-13.

3. Purwadianto A. Kaedah dasar moral dan teori etika dalam membingkai tanggung jawab

 profesi kedokteran. Diunduh dari http://www.hukor.depkes.go.id/?art=57, 18 April 2013.

4. Penerangan informed consent dalam pelayanan kesihatan [online]. 2009. [cited 18 April

2013].Availablefrom:http://eprints.undip.ac.id/1133/1/A_1_Informed_Consent_Journal__ 

RS.pdf 

5. Pinzon R. Strategi 4s untuk pelayanan medik berbasis bukti. Cermin dunia kedokteran

163:Vol 36;2009;208.

6. Bagian kedokteran forensik. Peraturan perundang-undangan bidang kedokteran. Hukum

 perdata yang berkaitan dengan profesi dokter. FKUI. Jakarta:1994;51.

7. Kode Etik Kedokteran. [online]. 2009. [cited 18 April 2013]. Available from:

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/652/1/Kode%20Etik%20Kedokteran.pdf 

21

Page 22: Makalah Bayi Fr. Klavikula Kanan

7/23/2019 Makalah Bayi Fr. Klavikula Kanan

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-bayi-fr-klavikula-kanan 22/22

8. Hanafiah, Jusuf M, Amri A.  Etika kedokteran dan Hukum Kesehatan. Penerbit Buku

Kedokteran:EGC. Jakarta. 2007

9. Samil, Suprapti R. Etika Kedokteran Indonesia. Penerbit: Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo. Jakarta. 2001.

10. Moeloek  FA, Purwadianto A,Suharto A.Kesehatan Dan Hak  

AsasiManusia.Jakarta;Perpustakaan Nasional RI;2003.

11. Guwandi J.Dugaan Malpraktek Medik dan Draft RPP : “ Perjanjian Terapetik antara

Dokter dan Pasien”.Jakarta:Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;2006

22