Makalah Bayi Fr. Klavikula Kanan
Transcript of Makalah Bayi Fr. Klavikula Kanan
7/23/2019 Makalah Bayi Fr. Klavikula Kanan
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-bayi-fr-klavikula-kanan 1/22
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam beberapa tahun terakhir kasus penuntutan terhadap dokter atas dugaan adanya
kelalaian medis ataupun malpraktek medis tercatat meningkat dibandingkan dengan tahun-tahun
sebelumnya. Seirama dengan itu, tercatat jumlah kasus pengaduan dugaan pelanggaran etik
kedokteran yang diajukan ke MKEK juga meningkat. MKEK IDI wilayah DKI pada tahun-tahun
sebelum 1999 hanya melayani 7-13 kasus per tahun, namun pada tahun 2000-2004 menjadi 15-
25 kasus per tahun. Bahkan akhir-akhir ini juga terdapat beberapa kasus pidana kelalaian yang
mengakibatkan kematian yang menyangkut dokter atau petugas rumah sakit lain sebagaiterdakwa.
Pada dasarnya kelalaian terjadi apabila seseorang melakukan sesuatu yang seharusnya
tidak dilakukan atau tidak melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan oleh orang lain yang
memiliki kualifikasi sama pada suatu keadaan dan situasi yang sama.
Pengertian istilah kelalaian medik tersirat dari pengertian malpraktek medis menurut
World Medical Association (1992), yaitu: “medical malpractice involves the physician’s faillure
to conform to the standard of care for treatment of the patient’s condition, or lack of skill, or
negligence in providing care to the patient, which is the direct cause of an injury to the patient ”.
WMA mengingatkan pula bahwa tidak semua kegagalan medis adalah akibat malpraktek
medis. Suatu peristiwa buruk yang tidak dapat diduga sebelumnya (unforeseeable) yang terjadi
saat dilakukan tindakan medis yang sesuai standar tetapi mengakibatkan cedera pada pasien tidak
termasuk ke dalam pengertian malpraktek.
1
7/23/2019 Makalah Bayi Fr. Klavikula Kanan
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-bayi-fr-klavikula-kanan 2/22
BAB II
LAPORAN KASUS
Seorang pasien bayi dibawa orang tuanya datang ke tempat praktek dokter A, seorang
dokter anak. Ibu pasien bercerita bahwa ia adalah pasien seorang dokter obsgyn B sewaktu
melahirkan, dan anaknya dirawat oleh dokter anak C. Baik dokter B mahupun C tidak pernah
mengatakan bahwa anaknya menderita penyakit atau cedera sewaktu lahir dan dirawat disana.
Sepuluh hari pasca lahir orang tua bayi menemukan benjolan di pundak kanan bayi.
Setelah diperiksa oleh dokter A dan pemeriksaan radiologi sebagai penunjang, pasien
dinyatakan fraktur klavikula kanan yang sudah berbentuk kalus. Kepada dokter A mereka
meminta kepastian apakah benar terjadi patah tulang klavikula, dan kapan kira – kira terjadinya.
Bila benar bahwa patah tulang tersebut terjadi sewaktu kelahiran, mereka akan menuntut dokter
B karena telah mengakibatkan patah tulang dan dokter C karena lalai tidak dapat
mengdiagnosisnya. Mereka juga menduga bahwa dokter C kurang kompeten sehingga sebaiknya
ia merawat anaknya ke dokter A saja. Dokter A berpikir apa sebaiknya ia katakan.
2
7/23/2019 Makalah Bayi Fr. Klavikula Kanan
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-bayi-fr-klavikula-kanan 3/22
3
7/23/2019 Makalah Bayi Fr. Klavikula Kanan
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-bayi-fr-klavikula-kanan 4/22
BAB III
PEMBAHASAN
I. KRONOLOGIS KASUS
Dokter B adalah seorang dokter obsgyn di sebuah rumah sakit besar di Jakarta. Pada
suatu hari, dokter B mendapatkan seorang pasien yang memeriksakan kehamilan pertamanya.
Menjelang kelahirannya, dokter B memberitahu kepada pasien bahwa proses persalinan akan
dilakukan secara normal (pervaginam). Pada saat persalinan berlangsung, ibu dari bayimengalami kelelahan akibat stress pra partum sehingga dokter B menarik bayi tersebut agar
segera lahir. Tindakan yang dilakukan dokter B tersebut mengakibatkan fraktur klavikula
pada bayi tanpa disadarinya. Setelah lahir bayi dirawat oleh dokter anak C, karena ibu dan
bayi dalam keadaan sehat maka 3 hari kemudian mereka diperbolehkan pulang. Sepuluh hari
pasca lahir, orang tua bayi menemukan adanya benjolan di pundak kanan bayi. Mereka
memutuskan untuk membawa bayi tersebut ke tempat praktik dokter anak A karena tidak
percaya dan menganggap dokter C kurang kompeten dalam merawat anaknya. Setelah
dilakukan pemeriksaan radiologis oleh dokter A ditemukan adanya fraktur klavikula tipe
greenstick yang telah mengalami penyembuhan (terbentuk kalus) pada klavikula kanan bayi.
Kedua orangtua bayi meminta penjelasan mengenai kapan terjadinya fraktur tersebut, dan
bila terjadinya fraktur pada saat kelahiran bayi, mereka berniat untuk melaporkan dokter B
dan C ke jalur hukum dengan tuduhan malpraktek.
II. PRINSIP ETIKA KEDOKTERAN
A. Bioetika 1,2
• Bioetika (F. Abel) adalah studi interdisipliner tentang problem yang ditimbulkan oleh
perkembangan di bidang biologi dan ilmu kedokteran, pada skala mikro maupun
4
7/23/2019 Makalah Bayi Fr. Klavikula Kanan
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-bayi-fr-klavikula-kanan 5/22
makro, termasuk dampaknya terhadap masyarakat luas serta sistem nilainya, kini dan
masa mendatang.
• Bioetika merupakan pandangan lebih luas dari etika kedokteran karena begitu saling
mempengaruhi antara manusia dan lingkungan hidup. Bioetika merupakan "genus",
sedangkan etika kedokteran merupakan "spesies".
B. Etika kedokteran 2,3
Secara sederhana etika merupakan kajian mengenai moralitas - refleksi terhadap
moral secara sistematik dan hati-hati dan analisis terhadap keputusan moral dan perilaku
baik pada masa lampau, sekarang atau masa mendatang. Etika kedokteran sangat terkait
namun tidak sama dengan bioetika (etika biomedis). Etika kedokteran berfokus terutama
dengan masalah yang muncul dalam praktik pengobatan sedangkan bioetika merupakan
subjek yang sangat luas yang berhubungan dengan masalah-maslah moral yang muncul
karena perkembangan dalam ilmu pengetahuan biologis yang lebih umum.
Etika kedokteran merupakan seperangkat perilaku anggota profesi kedokteran dalam
hubungannya dengan klien / pasien, teman sejawat dan masyarakat umumnya serta
merupakan bagian dari keseluruhan proses pengambilan keputusan dan tindakan medic
ditinjau dari segi nilai-nilai moral. Tujuan dari etika profesi dokter adalah untuk
mengantisipasi atau mencegah terjadinya perkembangan yang buruk terhadap profesi
dokter dan mencegah agar dokter dalam menjalani profesinya dapat bersikap professionalmaka perlu kiranya membentuk kode etik profesi kedokteran untuk mengawal sang
dokter dalam menjalankan profesinya tersebut agar sesuai dengan tuntutan ideal.
Tuntutan tersebut kita kenal dengan kode etik profesi dokter.
C. Kaidah dasar moral 2,3
Beauchamp dan Childress (1994) menguraikan bahwa untuk mencapai ke suatu
keputusan etik diperlukan 4 kaidah dasar moral (moral principle) dan beberapa aturan
dibawahnya. Keempat kaidah tersebut adalah :
Prinsip otonomi, yaitu prinsip moral yang menghormati hak-hak pasien, terutama
hak otonomi pasien (the right to self determination).Prinsip moral inilah yang
kemudian melahirkan doktrin informed consent.
Prinsip beneficence, yaitu prinsip moral yang mengutamakan tindakan yang
ditujukan untuk kebaikan pasien. Dalam beneficence tidak hanya dikenal perbuatan
5
7/23/2019 Makalah Bayi Fr. Klavikula Kanan
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-bayi-fr-klavikula-kanan 6/22
untuk kebaikan saja, melainkan juga perbuatan yang sisi baiknya (manfaat) lebih
besar daripada sisi buruknya.
Prinsip non-maleficence, yaitu prinsip moral yang melarang tindakan yang
memperburuk keadaan pasien. Prinsip ini dikenal sebagai “primum non nocere”
atau “above all do no harm”.
Prinsip justice, yaitu prinsip moral yang mementingkan fairness dan keadilan dalam
bersikap maupun dalam mendistribusikan sumber daya. Sedangkan aturan
dibawahnya adalah veracity (berbicara benar, jujur dan terbuka), privacy
(menghormati hak privasi pasien), confidentiality (menjaga kerahasiaan pasien) dan
fidelity (loyalitas dan promise keeping ).
Pembuatan keputusan etik, terutama dalam situasi klinik, dapat juga dilakukan
dengan pendekatan yang berbeda dengan pendekatan kaidah dasar moral diatas. Jonsen,
Siegler dan Winslade (2002) mengembangkan teori etik yang menggunakan 4 topik yang
essential dalam pelayanan klinik, yaitu:3
1. Medical indication
Semua prosedur diagnostic dan terapi yang sesuai untuk mengevaluasi keadaan
pasien dan mengobatinya.Penilaian aspek indikasi medis ini ditinjau dari sisi etiknya,
terutama menggunakan kaidah beneficence dan non-malificence. Pertanyaan etika
pada topic ini adalah serupa dengan seluruh informasi yang selayaknya disampaikan
kepada pasien pada doktrin informed consent.
2. Patient preferences
Kita memperhatikan nilai dan penilaian pasien tentang manfaat dan beban yang
akan diterimanya, yang berarti cerminan kaidah autonomy. Pertanyaan etika meliputi pertanyaan tentang kompetensi pasien, sifat volunteer sikap dan keputusannya,
pemahaman atas informasi, siapa pembuat keputusan bila pasien dalam keadaan tidak
sadar dan kompeten serta nilai dan keyakinan yang dianut oleh pasien.
3. Quality of life
6
7/23/2019 Makalah Bayi Fr. Klavikula Kanan
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-bayi-fr-klavikula-kanan 7/22
Merupakan aktualisasi salah satu tujuan kedokteran yaitu memperbaiki, menjaga
atau meningkatkan kualitas hidup insane.Apa, siapa dan bagaimana melakukan
penilaian kualitas hidup merupakan pertanyaan etik sekitar prognosis yang berkaitan
dengan beneficence, non-malificence dan autonomy.
4. Contextual features
Pertanyaan etik seputar aspek non medis yang mendahului keputusan seperti
factor keluarga, ekonomi, agama, budaya, kerahasiaan, alokasi sumber daya dan
factor hukum.
III.INFORMED CONSENT
Informasi dalam lingkup medis sangat penting bagi memberi peluang kepada pasien
untuk mengetahui tentang status sebenar kesehatan diri dan tindakan yang akan dilakukan
terhadap pasien. Para professional dalam pelayanan kesehatan perlu meningkatkan perhatian
terhadap pentingnya informed consent sebagai sebagian dari prosedur pengobatan atau
clinical trial.
Informed Consent adalah suatu persetujuan mengenai tindakan kedokteran yang akan
dilakukan oleh dokter terhadap pasien. Persetujuan boleh dalam bentuk lisan maupun tertulis.
Informed consent ini juga merupakan sebagian dari prosese komunikasi antara dokter-pasien
tentang kesepakatan tindakan medis yang akan dilakukan. Formulir informed consent
merupakan tanda bukti yang disimpan dalam arsip rekam medis pasien.4
Dalam Undang-Undang Republika Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran, telah diatur tentang Informed Consent ini pada Pasal 45 tentang “Persetujuan
Tindakan Kedokteran atau Kedokteran Gigi” yang isinya antara lain:
1. Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan oleh dokter ataudokter gigi terhadap pasien harus mendapat persetujuan.
2. Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setelah pasien mendapat
penjelasan secara lengkap.
3. Penjelasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekurang-kurangnya mencakup:
• Diagnosis dan tata cara tindakan medis.
7
7/23/2019 Makalah Bayi Fr. Klavikula Kanan
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-bayi-fr-klavikula-kanan 8/22
• Tujuan tindakan medis yang dilakukan.
• Alternative tindakan lain dan resikonya.
• Risikonya dan komplikasi yang mungkin terjadi.
•Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan
4. Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat diberikan baik secara tertulis
maupun lisan.
5. Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang mengandung risiko tinggi harus
diberikan dengan persetujuan tertulis yang ditandatangani oleh yang berhak
memberikan persetujuan.
Dalam penjelasan atas UU Nomor 29 Tahun 2004 tersebut disebutkan bahwa pada
prinsipnya yang berhak memberikan persetujuan atau penolakan tindakan medis adalah
pasien yang bersangkutan. Namun, apabila pasien yang bersangkutan berada di bawah
pengampuan, persetujuan atau penolakan tindakan medis dapat diberikan oleh keluarga
terdekat antara lain suami/istri/ibu kandung, anak-anak kandung atau saudara-saudara
kandung.
Jika sesuatu tindakan medis dilakukan tanpa izin pasien, ia digolongkan sebagai tindakan
penganiayaan berdasarkan KUHP Pasal 351( trespass, battery, bodily assault ).Menurut Pasal
5 Permenkes No 290 / Menkes / PER / III / 2008, sebelum dimulai tindakan (1), persetujuan
tindakan kedokteran dapat dibatalkan oleh yang memberi persetujuan dan pembatalan
tersebut harus secara bertulis oleh yang memberi persetujuaan (2).1,4
Elemen-elemen yang terdapat dalam informed consent adalah penjelasan mengenai:
• Penyakit dan atau tindakan yang akan dilakukan.
• Harapan dari tindkan dan prognosisnya.
• Alternative tindakan dan tingkat harapan serta keberhasilannya.
• Resiko, komplikasi dan biaya.
Dokter hanya boleh bertindak melebihi yang telah disepakati apabila gawat-darurat dan
butuh waktu yang singkat.
Seperti yang terjadi dalam kasus ini pula, telah terjadinya informed consent antara dokter
A kepada keluarga si bayi mengenai keadaan anaknya. Bagi dokter B dan C pula, kurang
8
7/23/2019 Makalah Bayi Fr. Klavikula Kanan
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-bayi-fr-klavikula-kanan 9/22
komunikasi kepada keluarga bayi mengenai apa yang terjadi pada bayi tersebut sehinggakan
dicurigai telah melakukan kesalahan dalam merawat bayi tersebut dan bisa dituntut ke
pengadilan oleh keluarga si bayi.
Kurangnya komunikasi yang terjalin antara dokter dan keluarga pasien merupakan salah
satu sebab ketidak puasan pasien.Komunikasi merupakan kunci penting hubungan dokter
dengan pasien atau keluarga selain dari memeriksa dan member obat. Pasien atau keluarga
juga perlu sama menanyakan ke dokter dan minta dijelaskan kemungkinan penyakitnya.
Dokter harus bertanggungjawab terhadap perbuatannya jika terdapat kasus yang berunsur
kelalaian dari pihak dokter.Dari pihak pasien pula, perlu adanya bukti yang kukuh terhadap
kelalaian tersebut jika ingin menuntut. Jika hal tersebut adalah resiko dari tindakan yang
telah dinyatakan dalam informed consent, maka penuntutan tidak boleh dilakukan.4
IV.ASPEK &DAMPAK HUKUM
A. ASPEK HUKUM MALPRAKTEK
1. Penyimpangan dari Standar Profesi Medis
2. Kesalahan yang dilakukan dokter,baik berupa kesengajaan ataupun kelalaian
3. Akibat yang terjadi disebabkan oleh tindakan medis yang menimbulkan kerugian
materiil atau non materiil maupun fisik atau mental5
B. SANKSI HUKUM PERDATA
• Pasal 1365 KUH Perdata
1. Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada seorang
lain,mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu,
mengganti kerugian tersebut.
• Pasal 1366 KUH Perdata( Kelalaian )
1. Setiap orang bertanggung jawab tidak saja atas kerugian yang disebabkan karena
perbuatannya , tetapi juga atas kerugian yang disebabkan karena kelalainnnya
ataukurang hati – hatinya
9
7/23/2019 Makalah Bayi Fr. Klavikula Kanan
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-bayi-fr-klavikula-kanan 10/22
• Pasal 1371 KUH Perdata : Penyebab luka atau cacatnya sesuatu anggota badan
dengan sengaja atau karena kurang hati-hati memberikan hak kepada si korban untuk
selain penggantian biaya-biaya penyembuhan, menuntut penggantian kerugian yang
disebabkan oleh luka atau cacat tersebut. Juga penggantian kerugian ini dinilai
menurut kedudukan dan kemampuan kedua belah pihak, dan menurut keadaan.
• Pasal 54 Undang-Undang No.23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
1. Terhadap tenaga kesehatan yang melakukan kesalahan atau kelalaian data
melaksanakan profesinya dapat dikenakan tindakan disiplin.
2. Penentuan ada tidaknya kesalahan atau kelalaian sebagaimana dimaksud dalam
(1) ditentukan oleh Majelis Disiplin Tenaga Kesehatan.
3. Ketentuan mengenai pembentukan, tugas, fungsi, dan tata kerja Majelis Disiplin
Tenaga Kesehatan ditetapkan dengan Keputusan Presiden.
• Pasal 55 UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
1. Setiap orang berhak atas ganti rugi akibat kesalahan atau kelalaian yang dilakukan
tenaga kesehatan .
2. Ganti rugi sebagaimana diatur dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan sesuai
dengan peraturan yang berlaku1,6
C. DAMPAK HUKUM
Perlindungan hukum terhadap dokter yang diduga melakukan tindakan malpraktek
medik menggunakan Pasal 48, Pasal 50, Pasal 51 Ayat 1 Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana (KUHP), Pasal 50 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek
Kedokteran, Pasal 53 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
dan Pasal 24 Ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan. Seorang dokter dapat memperoleh perlindungan hukum sepanjang ia
melaksanakan tugas sesuai dengan standar profesi dan Standar Operating Procedure
(SOP), serta dikarenakan adanya dua dasar peniadaan kesalahan dokter, yaitu alasan
pembenar dan alasan pemaaf yang ditetapkan di dalam KUHP.
Hubungan dokter dengan pasien haruslah berupa mitra. Dokter tidak dapat disalahkan
10
7/23/2019 Makalah Bayi Fr. Klavikula Kanan
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-bayi-fr-klavikula-kanan 11/22
bila pasien tidak bersikap jujur. Sehingga rekam medik (medical record) dan informed
consent (persetujuan) yang baik dan benar harus terpenuhi. Cara dan tahapan mekanisme
perlindungan hukum terhadap dokter yang diduga melakukan tindakan malpraktek
medis adalah dengan dibentuknya Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia
(MKDKI) yang bekerja sama dengan pihak Kepolisian Republik Indonesia (POLRI) atas
dasar hubungan lintas sektoral dan saling menghargai komunitas profesi. Dalam tahapan
mekanisme penanganan pelanggaran disiplin kedokteran, MKDKI menentukan tiga jenis
pelanggarannya yaitu pelanggaran etik, disiplin dan pidana. Untuk pelanggaran etik
dilimpahkan kepada Majelis Kode Etik Kedokteran (MKEK), pelanggaran disiplin
dilimpahkan kepada Konsil Kedokteran Indonesia (KKI), dan pelanggaran pidana
dilimpahkan kepada pihak pasien untuk dapat kemudian dilimpahkan kepada pihak
kepolisian atau ke pengadilan negeri. Apabila kasus dilimpahkan kepada pihak
kepolisian maka pada tingkat penyelidikannya dokter yang diduga telah melakukan
tindakan malpraktek medik tetap mendapatkan haknya dalam hukum yang ditetapkan
dalam Pasal 52, Pasal 54, Pasal 55, Pasal 57 Ayat 1, Pasal 65, Pasal 68, dan Pasal 70
Ayat 1 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP). Dan apabila kasus
dilimpahkan kepada tingkat pengadilan maka pembuktian dugaan malpraktek dapat
menggunakan rekam medik (medical record) sebagai alat bukti berupa surat yang sah
(Pasal 184 Ayat 1 KUHAP).
11
7/23/2019 Makalah Bayi Fr. Klavikula Kanan
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-bayi-fr-klavikula-kanan 12/22
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
A. KODE ETIK KEDOKTERAN
KEWAJIBAN UMUM
• Pasal 1
Setiap dokter harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah dokter.
• Pasal 2
Seorang dokter harus senantiasa berupaya melaksanakan profesinya sesuai dengan standar
profesi yang tertinggi.
• Pasal 3
Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter tidak boleh dipengaruhi oleh
sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dan kemandirian profesi.
• Pasal 4
Setiap dokter harus menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifat memuji diri.
• Pasal 5
Tiap perbuatan atau nasehat yang mungkin melemahkan daya tahan psikis maupun fisik
hanya diberikan untuk kepentingan dan kebaikan pasien, setelah memperoleh persetujuan
pasien.
• Pasal 6
Setiap dokter harus senantiasa berhati-hati dalam mengumumkan dan menerapkan setiap
penemuan teknik atau pengobatan baru yang belum diuji kebenarannya dan hal-hal yang
dapat menimbulkan keresahan masyarakat.
• Pasal 7
Seorang dokter hanya memberi surat keterangan dan pendapat yang telah diperiksa sendiri
kebenarannya.
12
7/23/2019 Makalah Bayi Fr. Klavikula Kanan
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-bayi-fr-klavikula-kanan 13/22
• Pasal 7a
Seorang dokter harus, dalam setiap praktik medisnya, memberikan pelayanan medis yang
kompeten dengan kebebasan teknis dan moral sepenuhnya, disertai rasa kasih sayang
(compassion) dan penghormatan atas martabat manusia.
• Pasal 7b
Seorang dokter harus bersikap jujur dalam berhubungan dengan pasien dan sejawatnya, dan
berupaya untuk mengingatkan sejawatnya yang dia ketahui memiliki kekurangan dalam
karakter atau kompetensi, atau yang melakukan penipuan atau penggelapan, dalam
menangani pasien
• Pasal 7c
Seorang dokter harus menghormati hak-hak pasien, hak-hak sejawatnya, dan hak tenaga
kesehatan lainnya, dan harus menjaga kepercayaan pasien
• Pasal 7d
Setiap dokten harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup makhluk insani.
• Pasal 8
Dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter harus memperhatikan kepentingan
masyarakat dan memperhatikan semua aspek pelayanan kesehatan yang menyeluruh
(promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif), baik fisik maupun psiko-sosial, serta berusaha
menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat yang sebenar-benarnya.
• Pasal 9
Setiap dokter dalam bekerja sama dengan para pejabat di bidang kesehatan dan bidang
lainnya serta masyarakat, harus saling menghormati.
KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP PASIEN
• Pasal 10
Setiap dokten wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan
ketrampilannya untuk kepentingan pasien. Dalam hal ini ia tidak mampu melakukan suatu
pemeriksaan atau pengobatan, maka atas persetujuan pasien,ia wajib menujuk pasien kepada
dokten yang mempunyai keahlian dalam penyakit tersebut.
• Pasal 11
13
7/23/2019 Makalah Bayi Fr. Klavikula Kanan
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-bayi-fr-klavikula-kanan 14/22
Setiap dokter harus memberikan kesempatan kepada pasien agar senantiasa dapat
berhubungan dengan keluarga dan penasehatnya dalam beribadat dan atau dalam masalah
lainnya.
• Pasal 12
Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang pasien,
bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia.
• Pasal 13
Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu tugas perikemanusiaan,
kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia dan mampu memberikannya.
KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP TEMAN SEJAWAT
• Pasal 14
Setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan.
• Pasal 15
Setiap dokter tidak boleh mengambil alih pasien dan teman sejawat, kecuali dengan
persetujuan atau berdasarkan prosedur yang etis.
KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP DIRI SENDIRI
• Pasal 16
Setiap dokter harus memelihara kesehatannya, supaya dapat bekerja dengan baik.
• Pasal 17
Setiap dokter harus senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
kedokteran/kesehatan.7
B. HUBUNGAN DOKTER-PASIEN
Pasien (klien pelayanan medik) adalah orang yang memerlukan pertolongan dokter
karena penyakitnya dan dokter adalah orang yang dimintaipertolongan karena kemampuan
profesinya yang dianggap mampu mengobati penyakit.Hubungan terjadi ketika dokter
bersedia menerima klien itu sebagai pasiennya.Hubungan antara orang yang memerlukan
pertolongan dan orang yang diharapkan memberikan pertolongan pada umumnya bersifat
tidak seimbang.Dokter pada posisi yang lebih kuat dan pasien berada pada posisi yang lebih
14
7/23/2019 Makalah Bayi Fr. Klavikula Kanan
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-bayi-fr-klavikula-kanan 15/22
lemah. Dalam hubungan yang demikian, dokter diharapkan akan bersikap bijaksana dan
tidak memanfaatkan kelemahan pasien sebagai keuntungan bagi dirinya sendiri.
Selain itu dokter juga mempunyai kewajiban moral untuk menghormati hak pasiennya
sebagai manusia.Ketika dalam hubungan itu disertai dengan permintaan dokter untuk
mendapatkan imbalan jasa dari klien (pasien) dan klien (pasien) bersedia memenuhinya,
maka terjadilah hubungan yang disbeut sebagai hubungan kontraktual.Dalam hubungan
kontraktual terdapat kewajiban dan hak dari kedua belah pihak yang harus saling dihormati,
serta tanggung jawab jika ada yang tidak memenuhi kesepakatan tersebut. Pihak klien
(pasien) akan bersedia bersikap jujur dalam mengungkapkan berbagai hal yang ingin
diketahui oleh dokter, termasuk hal yang bersifat pribadi, dan dokter akan bersikap jujur
dalam upaya yang akan dilakukannya untuk menolong klien (pasien). Selain itu dokter juga
harus dapat dipercaya bahwa ia tidak akan menyimpan semua rahasia klien (pasien) serta
tidak akan mengungkapkan rahasia itu kepada siapapun juga tanpa persetujuan klien (pasien)
kecuali atas perintah undangundang.
Dalam hubungan dokter-pasien yang tidak seimbang tersebut, maka pola komunikasi
antara keduanya dapat bersifat :9,10,11
• Aktif-Pasif
Dalam pola komunikasi akti-pasif ini dokter bersifat aktif dan pasien bersifat pasif
dan hanya menjawab ketika ditanya atau berbuat setelah diperintahkan olehdokter.Termasuk dalam makan atau menggunakan obat yang diberikan dokter.Di sini ada
kecenderungan bahwa dokter akanbersikap otoriter dan tidak memberi kesempatan pasien
untuk mengemukakan pendapatnya. Di masa sekarang, dengan perkembangan ilmu
kedokteran dan kesadaran masyarakat akan hak-haknya, hubungan semacam ini sudah
tidak sesuai lagi. Ilmu kedokteran sekarang menyadari bahwa kesembuhan suatu penyakit
memerlukan pengetahuan dan kesertaan pasien dan keluarganya.
• Guidance – Cooperation
Hubungan yang lebih maju dari pola komunikasi model pertama adalah bimbingan
yang ditujukan untuk mengajak kerjasama dari pasien. Pasien tetap dianggap tidak (perlu)
banyak tahu tetapi perlu dibimbing dan diajak bekerja sama dalam upaya menyembuhkan
penyakitnya. Dokter membimbing-kerjasama seperti halnya orang tua dengan remaja .Ia
berusaha mencari pertolongan pengobatan dan bersedia bekerja sama. Walaupun dokter
15
7/23/2019 Makalah Bayi Fr. Klavikula Kanan
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-bayi-fr-klavikula-kanan 16/22
mengetahui lebih banyak, ia tidak semata-mata menjalankan kekuasaan, namun
mengharapkan kerja sama pasien yang diwujudkan dengan menuruti nasihat atau anjuran
dokter.
• Mutual Participation
Filosofi pola ini berdasarkan pemikiran bahwa setiap manusia memiliki martabat dan
hak yang sama. Pasien secara sadar aktif dan berperan dalam pengobatan terhadap
dirinya.Hal ini tidak dapat diterapkan pada pasien dengan latar belakang pendidikan dan
sosial yang rendah, juga pada anak atau pasien dengan gangguan mental tertentu.
Berbicara mengenai hak-hak pasien dalam pelayanan kesehatan, secara umum hak pasien
tersebut dapat dirinci sebagai berikut :3,8,10
• Hak pasien atas perawatan
• Hak untuk menolak cara perawatan tertentu
• Hak untuk memilih tenaga kesehatan dan rumah sakit yang akan merawat pasien
• Hak Informasi
• Hak untuk menolak perawatan tanpa izin
• Hak atas rasa aman
• Hak atas pembatasan terhadap pengaturan kebebasan perawatan
• Hak untuk mengakhiri perjanjian perawatan
• Hak atas twenty-for-a-day-visitor-rights.
• Hak pasien menggugat atau menuntut
• Hak pasien mengenai bantuan hukum
• Hak pasien untuk menasihatkan mengenai percobaan oleh tenaga kesehatan atau ahlinya.
16
7/23/2019 Makalah Bayi Fr. Klavikula Kanan
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-bayi-fr-klavikula-kanan 17/22
Berbarengan dengan hak tersebut pasien juga mempunyai kewajiban, baik kewajiban
secara moral maupun secara yuridis. Secara moral pasien berkewajiban memelihara
kesehatannya dan menjalankan aturan-aturan perawatan sesuai dengan nasihat dokter yang
merawatnya. Beberapa kewajiban pasien yang harus dipenuhinya dalam pelayanan kesehatan
adalah sebagai berikut: 3,8,10
Kewajiban memberikan informasi medis
Kewajiban melaksanakan nasihat dokter atau tenaga kesehatan
Kewajiban memenuhi aturan-aturan pada kesehatan
Kewajiban untuk berterus terang apabila timbul masalah dalam hubungannya dengan
dokter atau tenaga kesehatan
Kewajiban memberikan imbalan jasa
Menyimpan rahasia pribadi dokter yang diketahuinya
Berdasarkan pada perjanjian terapeutik yang menimbulkan hak dan kewajiban bagi para
pihak, dokter juga mempunyai hak dan kewajiban sebagai pengemban profesi. Hak-hak
dokter sebagai pengemban profesi dapat dirumuskan sebagai berikut: 3,8,10
Hak memperoleh informasi yang selengkap-lengkapnya dan sejujur-jujurnya dari pasien
yang akan digunakannya bagi kepentingan diagnosis maupun terapeutik.
Hak atas imbalan jasa atau honorarium terhadap pelayanan yang diberikannya kepada
pasien.
Hak atas itikad baik dari pasien atau keluarganya dalam melaksanakan transaksi
terapeutik.
Hak membela diri terhadap tuntutan atau gugatan pasien atas pelayanan kesehatan yang
diberikannya.
Hak untuk memperoleh persetujuan tindakan medic dari pasien atau keluarganya.
17
7/23/2019 Makalah Bayi Fr. Klavikula Kanan
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-bayi-fr-klavikula-kanan 18/22
Disamping hak-hak tersebut, dokter juga mempunyai kewajiban yang harus dilaksanakan
yaitu sebagai berikut: 3,8,10
Kewajiban untuk memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi, yaitu
dengan cara melakukan tindakan medis dalam suatu kasus yang konkret menurut ukuran
tertentu yang didasarkan pada ilmu medis dan pengalaman.
Kewajiban untuk menghormati hak-hak pasien, antara lain rahasia atas kesehatan pasien
bahkan setelah pasien meninggal dunia.
Kewajiban untuk memberikan informasi pada pasien dan/atau keluarganya tentang
tindakan medis yang dilakukannya dan risiko yang mungkin terjadi akibat tindakan medis
tersebut.
Kewajiban merujuk pasien untuk berobat ke dokter lain yang mempunyai
keahlian/kemampuan yang lebih baik
Kewajiban untuk memberikan pertolongan dalam keadaan darurat sebagai tugas
perikemanusiaan
C. HUBUNGAN DOKTER-TEMAN SEJAWAT
Menurut Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI) terdapat 4 kewajiban seorang
dokter dalam menjalani profesinya dan salah satunya itu adalah mengenai kewajiban
terhadap teman sejawat. Pasal-pasal dalam KODEKI yang mengatur mengenai kewajiban
terhadap teman sejawat adalah sebagai berikut:2,3
Seorang dokter harus bersikap jujur dalam berhubungan dengan pasien dan sejawatnya,
dan berupaya untuk mengingatkan sejawatnya yang dia ketahui memiliki kekurangandalam karakter atau kompetensi atau yang melakukan penipuan atau penggelapan dalam
menangani pasien.
Seorang dokter harus menghargai hak-hak pasien, hak-hak sejawatnya dan hak tenaga
kesehatan lainnya dan harus menjaga kepercayaan pasien.
18
7/23/2019 Makalah Bayi Fr. Klavikula Kanan
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-bayi-fr-klavikula-kanan 19/22
Setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia ingin diperlakukan.
Setiap dokter tidak boleh mengambil alih pasien dari teman sejawat, kecuali dengan
persetujuan atau berdasarkan prosedur yang etis.
19
7/23/2019 Makalah Bayi Fr. Klavikula Kanan
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-bayi-fr-klavikula-kanan 20/22
BAB V
KESIMPULAN
Dari kasus disimpulkan bahwa Dokter A bersikap netral terhadap pasien dan teman
sejawatnya. Dia memeriksakan dan mengobati pasien anak tersebut karena fraktur klavikula
yang berbentuk kalus tersebut tidak akan menyebabkan kecacatan atau keterbatasan apa pun
pada masa depan bayi itu. Dia juga tidak menyalahkan dokter B dan dokter C karena tidak
mendapat informasi yang lengkap semasa kelahiran bayi tersebut karena bisa saja bayi tersebut
mengalami cedera saat sudah dibawa pulang ke rumah dan tidak disadari oleh orang
tuanya.Tiada dugaan malpraktek mau pun kelalaian sehingga menyebabkan cedera tersebut.
Dalam menjalankan perannya di masyarakat, seorang dokter perlu mempunyai
kompetensi komunikasi baik kepada pasien maupun pada masyarakat luas.Komunikasi yang baik
antara dokter dan pasien sangatlah penting dan memiliki berbagai dampak pada berbagai aspek
outcome kesehatan.Dampak tersebut meliputi outcome kesehatan yang lebih baik, kenyamanan
yang lebih tinggi terhadap rejimen terapi pada pasien, kepuasan yang lebih tinggi pada pasien
dan dokter serta penurunan risiko malpraktek. Selain komunikasi dokter dan pasien di aspek
kuratif dan rehabilitatif, komunikasi dokter dengan pasien serta masyarakat luas dalam hal
preventif dan promotif semakin dibutuhkan dewasa ini dengan semakin tingginya masalah
kesehatan yang terkait dengan perilaku kesehatan
20
7/23/2019 Makalah Bayi Fr. Klavikula Kanan
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-bayi-fr-klavikula-kanan 21/22
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
1. Sampurna B, Syamsu Z, Siswaja TD. Didalam: Bioetik dan Hukum Kedokteran. Juli
2007.
2. Williams JR. Panduan etika medis, disertai studi kasus-kasus etika pelayanan medis
sehari-hari. Pusat Studi Kedokteran Islam Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah. Yogyakarta:2005;12-13.
3. Purwadianto A. Kaedah dasar moral dan teori etika dalam membingkai tanggung jawab
profesi kedokteran. Diunduh dari http://www.hukor.depkes.go.id/?art=57, 18 April 2013.
4. Penerangan informed consent dalam pelayanan kesihatan [online]. 2009. [cited 18 April
2013].Availablefrom:http://eprints.undip.ac.id/1133/1/A_1_Informed_Consent_Journal__
RS.pdf
5. Pinzon R. Strategi 4s untuk pelayanan medik berbasis bukti. Cermin dunia kedokteran
163:Vol 36;2009;208.
6. Bagian kedokteran forensik. Peraturan perundang-undangan bidang kedokteran. Hukum
perdata yang berkaitan dengan profesi dokter. FKUI. Jakarta:1994;51.
7. Kode Etik Kedokteran. [online]. 2009. [cited 18 April 2013]. Available from:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/652/1/Kode%20Etik%20Kedokteran.pdf
21
7/23/2019 Makalah Bayi Fr. Klavikula Kanan
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-bayi-fr-klavikula-kanan 22/22
8. Hanafiah, Jusuf M, Amri A. Etika kedokteran dan Hukum Kesehatan. Penerbit Buku
Kedokteran:EGC. Jakarta. 2007
9. Samil, Suprapti R. Etika Kedokteran Indonesia. Penerbit: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. Jakarta. 2001.
10. Moeloek FA, Purwadianto A,Suharto A.Kesehatan Dan Hak
AsasiManusia.Jakarta;Perpustakaan Nasional RI;2003.
11. Guwandi J.Dugaan Malpraktek Medik dan Draft RPP : “ Perjanjian Terapetik antara
Dokter dan Pasien”.Jakarta:Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;2006
22