Makalah Batubara Bu Er

17
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mengingat adanya kebijakan pemerintah, bahwasanya komoditi berbagai macam bahan baku energi, mempunyai peran yang sangat strategis dalam pembangunan perekonomian Indonesia, maka kualitas serta kuantitas akan keberadaannya semakin dicari dan sangat diperlukan mengenai informasinya. Untuk itu maka harus selalu diantisipasi dengan kegiatan pekerjaan yang menyangkut inventarisasi dari berbagai macam bahan baku energi, baik melakukan kegiatan yang bersifat lapangan maupun bersifat study literature. Mengingat akan pentingnya bahan baku energi alternatif pengganti minyak bumi, yang salah satunya adalah batubara yang keberadaannya cukup melimpah dan sangat potensial sebagai bahan bakar industri. Kegiatan eksplorasi batubara di Indonesia semakin meningkat terutama sejak tahun 1985, baik yang dilakukan oleh instansi pemerintah maupun swasta. Hal ini disebabkan karena semakin meningkatnya kebutuhan batubara, baik kebutuhan dalam negeri maupun untuk diekspor. Endapan batubara di Indonesia cukup melimpah terutama di Pulau Sumatera dan Kalimantan serta sebagian kecil di Pulau Jawa, Papua dan Sulawesi. Batubara di Indonesia berdasarkan data 2005, kalori rendah (24,36%), kalori sedang (61,42%), kalori tinggi (13,08%) dan kalori sangat tinggi (1,14%) dengan jumlah sumberdaya sebesar

description

batubara adalah

Transcript of Makalah Batubara Bu Er

Page 1: Makalah Batubara Bu Er

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mengingat adanya kebijakan pemerintah, bahwasanya komoditi berbagai macam bahan

baku energi, mempunyai peran yang sangat strategis dalam pembangunan perekonomian

Indonesia, maka kualitas serta kuantitas akan keberadaannya semakin dicari dan sangat

diperlukan mengenai informasinya.

Untuk itu maka harus selalu diantisipasi dengan kegiatan pekerjaan yang menyangkut

inventarisasi dari berbagai macam bahan baku energi, baik melakukan kegiatan yang

bersifat lapangan maupun bersifat study literature. Mengingat akan pentingnya bahan baku

energi alternatif pengganti minyak bumi, yang salah satunya adalah batubara yang

keberadaannya cukup melimpah dan sangat potensial sebagai bahan bakar industri.

Kegiatan eksplorasi batubara di Indonesia semakin meningkat terutama sejak tahun 1985,

baik yang dilakukan oleh instansi pemerintah maupun swasta. Hal ini disebabkan karena

semakin meningkatnya kebutuhan batubara, baik kebutuhan dalam negeri maupun untuk

diekspor. Endapan batubara di Indonesia cukup melimpah terutama di Pulau Sumatera dan

Kalimantan serta sebagian kecil di Pulau Jawa, Papua dan Sulawesi.

Batubara di Indonesia berdasarkan data 2005, kalori rendah (24,36%), kalori sedang

(61,42%), kalori tinggi (13,08%) dan kalori sangat tinggi (1,14%) dengan jumlah

sumberdaya sebesar 61.273,99 milyar ton. Sumber daya batubara tersebut tersebar di 19

propinsi.

Perkembangan produksi batubara nasional tersebut tentunya tidak terlepas dari permintaan

dalam negeri (domestik) dan luar negeri (ekspor) yang terus meningkat setiap tahunnya.

Sebagian besar produksi tersebut untuk memenuhi permintaan luar negeri yaitu rata-rata

72,11% dan sisanya 27,89% untuk memenuhi permintaan dalam negeri. Hal ini mengingat

sumber daya batubara Indonesia yang masih melimpah, dilain pihak harga BBM yang tetap

tinggi, menuntut industri yang selama ini berbahan bakar minyak untuk beralih

menggunakan batubara.

Adanya rencana pembangunan PLTU baru di dalam dan luar Pulau Jawa dengan total

kapasitas 10.000 MW, meningkatnya produksi semen setiap tahun, dan semakin

Page 2: Makalah Batubara Bu Er

berkembangnya industri-industri lain, seperti industri kertas (pulp) dan industri tekstil

merupakan indikasi permintaan dalam negeri akan semakin meningkat. Demikian pula

halnya dengan permintaan batubara dari negara-negara pengimpor mengakibatkan produksi

akan semakin meningkat pula.

Terkait dengan hal tersebut, pemerintah mengeluarkan Kebijakan Energi Nasional (KEN)

melalui PP Nomor 5 Tahun 2006 sebagai pembaruan Kebijakan Umum Bidang Energi

(KUBE) tahun 1998. KEN mempunyai tujuan utama untuk menciptakan keamanan pasokan

energi nasional secara berkelanjutan dan pemanfaatan energi secara efisien, serta

terwujudnya bauran energi (energy mix) yang optimal pada tahun 2025. Untuk itu

ketergantungan terhadap satu jenis sumber energi seperti BBM harus dikurangi dengan

memanfaatkan sumber energi alternatif diantaraanya batubara. Penimbunan danau dan

sedimen lainnya, bersama dengan pergeseran kerak bumi (dikenal sebagai pergeseran

tektonik) mengubur rawa dan gambut yang seringkali sampai ke kedalaman yang sangat

dalam. Dengan penimbunan tersebut, material tumbuhan tersebut terkena suhu dan tekanan

yang tinggi. Suhu dan tekanan yang tinggi tersebut menyebabkan tumbuhan tersebut

mengalami proses perubahan fisika dan kimiawi dan mengubah tumbuhan tersebut menjadi

gambut dan kemudian batubara.

Batubara merupakan batuan hidrokarbon padat yang terbentuk dari tetumbuhan dalam

lingkungan bebas oksigen, serta terkena pengaruh tekanan dan panas yang berlangsung

sangat lama.

Proses pembentukan batubara (coalification) dimulai sejak Carboniferous Period (Periode

Pembentukan Karbon atau Batubara) dikenal sebagai zaman batubara pertama yang

berlangsung antara 360 juta sampai 290 juta tahun yang lalu.

Mutu dari setiap endapan batubara ditentukan oleh suhu dan tekanan serta lama waktu

pembentukan, yang disebut sebagai ‘maturitas organik’. Proses awalnya gambut berubah

menjadi lignite (batubara muda) atau brown coal (batubara coklat). Ini adalah batubara

dengan jenis maturitas organik rendah dibandingkan dengan batubara jenis lainnya,

batubara muda agak lembut dan warnanya bervariasi dari hitam pekat sampai kecoklat-

coklatan.

Page 3: Makalah Batubara Bu Er

Mendapat pengaruh suhu dan tekanan yang terus menerus selama jutaan tahun, batubara

muda mengalami perubahan yang secara bertahap menambah maturitas organiknya dan

mengubah batubara muda menjadi batubara sub bitumen. Perubahan kimiawi dan fisika

terus berlangsung hingga batubara menjadi lebih keras dan warnanya lebih hitam dan

membentuk bitumen atau antrasit. Dalam kondisi yang tepat, peningkatan maturitas organik

yang semakin tinggi terus berlangsung hingga membentuk antrasit. Analisa unsur

memberikan rumus formula empiris seperti C137H97O9NS untuk bituminus dan C240H90O4NS

untuk antrasit.

Di Indonesia, endapan batubara yang bernilai ekonomis terdapat di cekungan tersier, yang

terletak di bagian barat Paparan Sunda (termasuk Pulau Sumatera dan Kalimantan), pada

umumnya endapan batubara tersebut tergolong usia muda, yang dapat dikelompokkan

sebagai batubara berumur tersier bawah atau batubara berumur Eosen kira-kira 45 juta

tahun yang lalu dan tersier atas atau batubara Miosen kira-kira 20 juta tahun yang lalu

menurut skala waktu geologi. Dengan kata lain, kubah gambut terbentuk pada kondisi

dimana mineral-mineral anorganik yang terbawa air dapat masuk ke dalam sistem dan

membentuk lapisan batubara yang berkadar abu dan sulfur rendah dan menebal secara

lokal. Hal ini sangat umum dijumpai pada batubara miosen. Sebaliknya endapan batubara

eosen umumnya lebih tipis, berkadar abu dan sulfur tinggi. Potensi batubara Indonesia

sangat melimpah, terutama di Pulau Kalimantan dan Pulau Sumatera, sedangkan didaerah

lainnya dapat dijumpai batubara walaupun dalam jumlah kecil, seperti di Jawa Barat, Jawa

Tengah, Papua dan Sulawesi.

Maksud dan Tujuan

Dalam rangka untuk merealisasikan pemanfaatan batubara secara terpadu dan

berkonseptual guna menunjang kebijakan pemerintah, mengenai diversifikasi penggunaan

energi yang lain selain minyak bumi, maka maksud dari Batubara sebagai Sumber Energi

Masa Depan Kitayaitu untuk mengetahui peta zona sebaran endapan batubara diseluruh

wilayah Indonesia, terutama di Pulau Sumatera dan Pulau Kalimantan yang kiranya sangat

berpotensi untuk dieksplorasi atau eksploitasi lebih lanjut dan peta sebaran batubara

berdasarkan kalori ini adalah untuk mengetahui dan melengkapi data sumber daya,

Page 4: Makalah Batubara Bu Er

cadangan dan kualitas batubara Indonesia secara nasional sehingga diharapkan dapat

membantu  dalam menentukan kebijaksanaan di bidang energi terutama energi batubara

secara nasional.

Sebagai media informasi mengenai data sumber daya batubara yang dapat dipakai sebagai

acuan untuk mengembangkan potensi sumber daya batubara pada masing-masing daerah di

wilayah Indonesia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah pembentukan batubara

Endapan Batubara Eosen

Endapan ini terbentuk pada tatanan tektonik ekstensional yang dimulai sekitar Tersier

Bawah atau Paleogen pada cekungan-cekungan sedimen di Sumatera dan Kalimantan.

Ekstensi berumur eosen ini terjadi sepanjang tepian Paparan Sunda, dari sebelah barat

Sulawesi, Kalimantan bagian timur, Laut Jawa hingga Sumatera. Dari batuan sedimen yang

pernah ditemukan dapat diketahui  bahwa pengendapan berlangsung mulai terjadi pada

eosen tengah. Pemekaran Tersier Bawah terjadi pada Paparan Sunda ini ditafsirkan berada

di tatanan busur dalam, yang disebabkan terutama oleh gerak penunjaman Lempeng Indo-

Australia. Lingkungan pengendapan mula-mula pada saat Paleogen itu non marin, terutama

fluviatil, kipas aluvial dan endapan danau dangkal.

Endapan betubara eosen yang telah umum dikenal terjadi pada cekungan berikut : Pasir dan

Asam-asam (Kalimantan Selatan dan Timur), Barito (Kalimantan Selatan), Kutai Atas

(Kalimantan Tengah dan Timur), Melawi dan Ketungau (Kalimantan Barat), Tarakan

(Kalimantan Timur), Ombilin (Sumatera Barat) dan Sumatera Tengah (Riau).

Endapan Batubara Eosen

Pada Miosen Awal, pemekaran regional tersier bawah – tengah pada Paparan Sunda telah

berakhir. Pada kala Oligosen hingga awal Miosen ini terjadi transgresi marin pada kawasan

yang luas dimana terendapkan sedimen marin klasik yang tebal dan perselingan sekuen batu

gamping. Pengangkatan dan kompresi adalah kenampakan yang umum pada tektonik

Neogen di Kalimantan maupun Sumatera. Endapan batubara miosen yang ekonomis

terutama terdapat di cekungan Kutai bagian bawah (Kalimantan Timur), cekungan Barito

Page 5: Makalah Batubara Bu Er

(Kalimantan Selatan) dan cekungan Sumatera bagian Selatan. Batubara miosen juga secara

ekonomis ditambang di cekungan Bengkulu.

Batubara ini umumnya terdeposisi pada lingkungan fluvial, delta dan dataran pantai yang

mirip dengan daerah pembentukan gambut sat ini di Sumatera bagian timur. Ciri utama

lainnya adalah kadar abu dan belerang yang rendah. Namun kebanyakan sumberdaya

batubara miosen ini tergolong sub bituminus atau lignit sehingga kurang ekonomis kecuali

sangat tebal atau lokasi geografisnya menguntungkan. Namun batubara miosen di beberapa

lokasi juga tergolong kelas tinggi seperti pada Cebakan Pinang, endapan batubara disekitar

hilir Sungai Mahakam, Kalimantan Timur dan beberapa lokasi di dekat Tanjung Enim,

Cekungan Sumatera bagian Selatan.

2.2 Materi Pembentuk Batubara

Hampir seluruh pembentuk batubara berasal dari tumbuhan. Jenis-jenis tumbuhan

pembentuk batubara dan umurnya menurut Diessel (1981) adalah sebagai berikut :

      Alga, dari Zaman Pre-Kambrium hingga Ordovisium dan bersel tunggal. Sangat sedikit

endapan batubara dari periode ini.

      Silofita, dari Zaman Silur hingga Devon Tengah, merupakan turunan dari alga. Sedikit

endapan batubara pada periode ini.

      Pteridofita, umur Devon Atas hingga Karbon Atas. Materi utama pembentuk batubara

berumur Karbon di Eropa dan Amerika Utara. Tetumbuhan tanpa bunga dan biji,

berkembang biak dengan spora dan tumbuh di iklim hangat.

      Gimnospermae, kurun waktu mulai Zaman Permian hingga Kapur Tengah. Tumbuhan

heteroseksual, biji terbungkus dalam buah, misal pinus, mengandung kadar getah (resin)

tinggi. Jenis Pteridospermae seperti gangamopteris dan glossopteris adalah penyusun utama

batubara Permian seperti di Australia, India dan Afrika.

      Angiospermae, dari Zaman Kapur Atas hingga kini. Jenis tumbuhan modern, buah yang

menutupi biji, jantan dan betina dalam satu bunga, kurang bergetah dibanding

gimnospermae sehingga secara umum kurang terawetkan.

KELAS DAN JENIS BATUBARA

Page 6: Makalah Batubara Bu Er

Berdasarkan tingkat proses pembentukannya yang dikontrol oleh tekanan, panas dan waktu,

batubara umumnya dibagi dalam lima kelas yaitu antrasit, bituminus, sub bituminus, lignit

dan gambut. Tingkat perubahan yang dialami batubara dari gambut sampai menjadi antrasit

disebut sebagai pengarangan dan memiliki hubungan yang penting dan hubungan tersebut

disebagai ‘tingkat mutu’ batubara.

      Antrasit adalah kelas batubara tertinggi, dengan warna hitam berkilauan (luster)

metalik, mengandung antara 86% – 98% unsur karbon (C) dengan kadar air kurang dari

8%. Batubara jenis ini adalah batubara dengan mutu yang lebih tinggi umumnya lebih keras

dan kuat dan seringkali berwarna hitam cemerlang seperti kaca. Batubara jenis ini memiliki

kandungan karbon yang lebih banyak, tingkat kelembaban yang lebih rendah dan

menghasilkan energi yang lebih banyak.

      Bituminus mengandung 68% – 86% unsur karbon (C) dengan kadar air 8 – 10% dari

beratnya, Kelas batubara yang paling banyak ditambang di Australia.

      Sub Bituminus mengandung sedikit karbon dan banyak air. Oleh karenanya menjadi

sumber panas yang kurang efisien dibandingkan dengan bituminus.

      Lignit atau batubara muda coklat  adalah batubara yang sangat lunak dengan kadar air

35 – 75% dari beratnya. Batubara muda memiliki tingkat kelembaban yang tinggi an

kandungan karbon yang rendah sehingga kandungan energinya pun rendah.

      Gambut, berpori dan memiliki kadar air diatas 75% serta nilai kalori yang paling

rendah.

Pembuatan neraca batubara dan gambut Indonesia, mengacu pada :

US System (ASTM (ASA)

International System (UN-ECE)

Amandemen I-SNI 13-50414-1998

Keppres No. 13 Tahun 2000 diperbaharui dengan PP No. 45 Tahun 2003 tentang tarif

atas jenis penerimaan negara bukan pajak yang berlaku pada Departemen Pertambangan

dan Energi bidang Pertambangan Umum.

Berdasarkan acuan tersebut dibuat dasar pembagian kualitas batubara Indonesia, yaitu :

Page 7: Makalah Batubara Bu Er

Batubara Kalori Rendah adalah jenis batubara yang paling rendah peringkatnya, bersifat

lunak-keras, mudah diremas, mengandung kadar air tinggi (10 – 70%), memperlihatkan

struktur kayu, nilai kalorinya < 5100 kal/gr (adb).

Batubara Kalori Sedang adalah jenis batubara yang peringkatnya lebih tinggi, bersifat lebih

keras, mudah diremas – tidak bisa diremas, kadar air relatif lebih rendah, umumnya struktur

kayu masih tampak, nilai kalorinya 5100 – 6100 kal/gr (adb).

Batubara Kalori Tinggi adalah jenis batubara yang peringkatnya lebih tinggi, bersifat lebih

keras, tidak mudah diremas, kadar air relatif lebih rendah, umumnya struktur kayu tidak

tampak, nilai kalorinya 6100- 7100 kal/gr (adb).

Batubara Kalori Sanngat Tinggi adalah jenis batubara dengan peringkat paling tinggi,

umumnya dipengaruhi intrusi ataupun struktur lainnya, kadar air dangat rendah, nilai

kalorinya >7100 kal/gr (adb). Kualitas ini dibuat untuk membatasi batubara kalori tinggi.

BAB III

3.1 Sumber Daya Batubara Di Indonesia

Potensi sumberdaya batubara di Indonesia  sangat melimpah terutama di Pulau Kalimantan

dan Pulau Sumatera, sedangkan di daerah lainnya dapat dijumpai batubara walaupun dalam

jumlah kecil dan belum dapat ditentukan keekonomisannya, seperti di Jawa Barat, Jawa

Tengah, Papua dan Sulawesi.

Di Indonesia, batubara merupakan bahan bakar utama selain solar (diesel fuel) yang telah

umum digunakan pada banyak industri, dari segi ekonomis batubara jauh lebih hemat

dibandingkan solar. Dari segi kuantitas batubara termasuk cadangan energi fosil terpenting

bagi Indonesia. Jumlahnya sangat berlimpah mencapai puluhan milyar ton. Jumlah ini

sebenarnya cukup untuk memasok kebutuhan energi listrik hingga ratusan tahun ke depan.

Sayangnya, Indonesia tidak mungkin membakar habis batubara dan mengubahnya menjadi

energi listrik melalui PLTU. Selain mengotori lingkungan melalui polutan CO2, SO2,

NOx dan CxHy cara ini dinilai kurang efisien dan kurang memberi nilai tambah tinggi.

Batubara sebaiknya tidak langsung dibakar, akan lebih bermakna dan efisien jika

dikonversikan menjadi migas sintetis, atau bahan petrokimia lain yang bernilai ekonomi

tinggi. Dua cara yang dipertimbangkan dalam hal ini adalah likuifikasi dan gasifikasi

batubara.

Page 8: Makalah Batubara Bu Er

Sumberdaya batubara (coal resources) adalah bagian dari endapan batubara yang

diharapkan dapat dimanfaatkan. Sumberdaya batubara ini dibagi dalam kelas-kelas

sumberdaya berdasarkan tingkat keyakinan geologi yang ditentukan secara kualitatif oleh

kondisi geologi / tingkat kompleksitas dan secara kuantitatif oleh jarak titik informasi.

Sumberdaya ini dapat meningkat menjadi cadangan apabila setelah dilakukan kajian

kelayakan dinyatakan layak.

Cadangan batubara (coal reserves) adalah bagian dari sumberdaya batubara yang telah

diketahui dimensi, sebaran kuantitas dan kualitasnya, yang pada saat pengkajian kelayakan

dinyatakan layak untuk ditambang.

Klasifikasi sumberdaya dan cadangan batubara didasarkan pada tingkat keyakinan geologi

dan kajian kelayakan. Pengelompokan tersebut mengandung dua aspek, yaitu aspek geologi

dan aspek ekonomi.

Kelas Sumber Daya

1. 1.      Sumberdaya Batubara Hipotetik (Hypothetical Coal Resource)

Sumberdaya batubara hipotetik adalah batubara di daerah penyelidikan atau bagian dari

daerah penyelidikan, yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat yang

ditetapkan untuk tahap penyelidikan survei tinjau.

Sejumlah kelas sumberdaya yang belum ditemukan yang sama dengan cadangan batubara

yang diharapkan mungkin ada di daerah atau wilayah batubara yang sama dibawah kondisi

geologi atau perluasan dari sumberdaya batubara tereka. Pada umumnya, sumberdaya

berada pada daerah dimana titik-titik sampling dan pengukuran serat bukti untuk ketebalan

dan keberadaan batubara diambil dari distant outcrops, pertambangan, lubang-lubang

galian, serta sumur-sumur. Jika eksplorasi menyatakan bahwa kebenaran dari hipotetis

sumberdaya dan mengungkapkan informasi yang cukup tentang kualitasnya, jumlah serta

rank, maka mereka akan diklasifikasikan kembali sebagai sumberdaya teridentifikasi

(identified resources)

1. 2.      Sumberdaya Batubara Tereka (Inferred Coal Resource)

Page 9: Makalah Batubara Bu Er

Sumberdaya batubara tereka adalah jumlah batubara di daerah penyelidikan atau bagian

dari daerah penyelidikan, yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat

yang ditetapkan untuk tahap penyelidikan prospeksi.

Titik pengamatan mempunyai jarak yang cukup jauh sehingga penilaian dari sumberdaya

tidak dapat diandalkan. Daerah sumberdaya ini ditentukan dari proyeksi ketebalan dan

tanah penutup, rank, dan kualitas data dari titik pengukuran dan sampling berdasarkan bukti

geologi dalam daerah antara 1,2 km – 4,8 km, termasuk antrasit dan bituminus dengan

ketebalan 35 cm atau lebih, sub bituminus dengan ketebalan 75 cm atau lebih, lignit dengan

ketebalan 150 cm atau lebih.

1. 3.      Sumberdaya Batubara Tertunjuk (Indicated Coal Resource)

Sumberdaya batubara tertunjuk adalah jumlah batubara di daerah penyelidikan atau bagian

dari daerah penyelidikan, yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat

yang ditetapkan untuk tahap eksplorasi pendahuluan.

Densitas dan kualitas titik pengamatan cukup untuk melakukan penafsiran secara relistik

dari ketebalan, kualitas, kedalaman, dan jumlah insitu batubara dan dengan alasan

sumberdaya yang ditafsir tidak akan mempunyai variasi yang cukup besar jika ekplorasi

yang lebih detail dilakukan. Daerah sumberdaya ini ditentukan dari proyeksi ketebalan dan

tanah penutup, rank, dan kualitas data dari titik pengukuran dan sampling berdasarkan bukti

geologi dalam daerah antara 0,4 km – 1,2 km, termasuk antrasit dan bituminus dengan

ketebalan 35 cm atau lebih, sub bituminus dengan ketebalan 75 cm atau lebih, lignit dengan

ketebalan 150 cm.

1. 4.      Sumberdaya Batubara Terukur (Measured Coal Resource)

Sumberdaya batubara terukur adalah jumlah batubara didaerah penyelidikan atau bagian

dari daerah penyelidikan, yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat

yang ditetapkan untuk tahap eksplorasi rinci.

Densitas dan kualitas titik pengamatan cukup untuk diandalkan untuk melakukan penafsiran

ketebalan batubara, kualitas, kedalaman, dan jumlah batubara insitu. Daerah sumberdaya ini

ditentukan dari proyeksi ketebalan dan tanah penutup, rank, dan kualitas data dari titik

Page 10: Makalah Batubara Bu Er

pengukuran dan sampling berdasarkan bukti geologi dalam radius 0,4 km. Termasuk

antrasit dan bituminus dengan ketebalan 35 cm atau lebih, sub bituminus dengan ketebalan

75 cm atau lebih, lignit dengan ketebalan 150 cm

Cadangan Batubara di masa depan

Sistem energi global menghadapi berbagai masalah di abad ini. Hatus terus memasok energi

yang aman dan terjangkau untuk menghadapi kebutuhan yang terus tumbuh. Pada saat yang

bersamaan masyarakat mengharapkan energi yang lebih bersih dan polusi yang rendah

dengan meningkatkan penekanan pada ketahanan lingkungan hidup.

Dalam waktu 30 tahun ke depan, diperkirakan bahwa kebutuhan energi global akan

meningkat sebesar hampir 60%. Dua pertiga dari kenaikan tersebut akan berasal dari

negara-negara berkembang. Pada tahun 2030 negara-negara tersebut akan berjumlah hampir

setengah dari seluruh kebutuhan energi.

Energi vital bagi pembangunan manusia. Tidak mungkin menjalankan pabrik, menjalankan

toko, menyerahkan barang ke konsumen atau bercocok tanam, misalnya tanpa adanya

energi. Sebagai bahan bakar yang paling penting untuk membangkitkan listrik dan masukan

vital dalam prouksi baja, batubara akan memainkan peran penting dalam memenuhi

kebutuhan energi masa depan. Batubara akan terus memainkan peran vital dalam

membangkitkan listrik dunia. Sementara batubara memasok 39% dari listrik dunia, angka

ini hanya akan turun satu angka persentase dalam waktu tiga dekade ke depan.

Demikian halnya dengan produksi batubara Indonesia di masa mendatang, diperkirakan

akan terus meningkat. Tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri (domestik),

tetapi juga untuk memenuhi permintaan luar negeri (ekspor). Hal ini mengingat sumberdaya

batubara Indonesia yang masih melimpah, di lain pihak harga BBM yang tetap tinggi,

menuntut inustri yang selama ini berbahan bakar minyak untuk beralih menggunakan

batubara.

Produksi batubara nasional terus mengalami perkembangan yang sangat signifikan. Pada

tahun 1992 tercatat sebesar 22,951 juta ton, naik menjadi 151,594 juta ton pada tahun 2005,

atau naik rata-rata 15,68% pertahun. Jika diasumsikan proyeksi untuk tahun-tahun

mendatang mengikuti kecenderungan (trend) tersebut diatas, maka kondisi pada tahun

2025, produksi akan meningkat menjadi sekitar 628 juta ton.

Page 11: Makalah Batubara Bu Er

Dari sisi konsumsi, hingga saat ini segmen pasar batubara di dalam negeri meliputi PLTU,

industri semen, industri menengah hingga industri kecil dan rumah tangga. Dalam kurun

waktu 1998-2005, konsumsi batubara di dalam negeri berkembang 13,29%. Kondisi saat ini

(2005) konsumsi batubara tercatat 35,342 juta ton, diantaranya 71,11% dikonsumsi PLTU,

16,48% dikonsumsi industri semen, dan 6.43% dikonsumsi industri kertas

Daftar Pustaka

http://www.tekmira.esdm.go.id/data/files/Batubara%20Indonesia.pdf

http://uwityangyoyo.wordpress.com/2009/08/15/potensi-batubara-indonesia/

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil gambaran tend supply-demand batubara nasional dari seluruh laporan

yang terkumpul dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Produksi batubara nasional terus mengalami perkembangan yang sangat signifikan. Pada

tahun 1992 tercatat sebesar 22,951 juta ton, naik menjadi 151,594 juta ton pada tahun

2005, atau naik rata-rata 15,68% pertahun. Jika diasumsikan proyeksi untuk tahun-tahun

mendatang mengikuti kecenderungan (trend) tersebut diatas, maka kondisi pada tahun

2025, produksi akan meningkat menjadi sekitar 628 juta ton.

2. Batubara di Indonesia berdasarkan data 2005, kalori rendah (24,36%), kalori sedang

(61,42%), kalori tinggi (13,08%) dan kalori sangat tinggi (1,14%) dengan jumlah

sumberdaya sebesar 61.273,99 milyar ton. Sumber daya batubara tersebut tersebar di 19

propinsi.