Makalah Bahasa Tubuh

52
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semua orang di seluruh dunia mampu menguasai dan menggunakan bahasa, yang berarti bahwa setiap manusia memiliki bahasa, dan bahasa ini pula yang membedakan manusia dengan mahluk Tuhan yang lainnya. Bahasa adalah alat yang paling dasar dalam berkomunikasi. Seseorang dalam mengemukakan ide ataupun pendapat kepada orang lain mendapatkan kenyataan yang baru dalam menjawab pertanyaan, menerima pesanan dan sebagainya. Bahasa itu sendiri sebagai pusat dari segala keinginan manusia dari setiap interaksi. Komunikasi dengan menggunakan bahasa berasal dari dua dasar kegiatan manusia yaitu berbicara dan mendengar. Dalam berbicara manusia mengeluarkan ide-ide melalui kata-kata, menceritakan persepsi, perasaan dan harapan yang mereka inginkan. Berbicara dan mendengar adalah membuka dasar pemikiran dan bagaimana menghubungkannya dengan persepsi perasaan

Transcript of Makalah Bahasa Tubuh

Page 1: Makalah Bahasa Tubuh

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Semua orang di seluruh dunia mampu menguasai dan menggunakan

bahasa, yang berarti bahwa setiap manusia memiliki bahasa, dan bahasa ini pula

yang membedakan manusia dengan mahluk Tuhan yang lainnya. Bahasa adalah

alat yang paling dasar dalam berkomunikasi. Seseorang dalam mengemukakan ide

ataupun pendapat kepada orang lain mendapatkan kenyataan yang baru dalam

menjawab pertanyaan, menerima pesanan dan sebagainya. Bahasa itu sendiri

sebagai pusat dari segala keinginan manusia dari setiap interaksi. Komunikasi

dengan menggunakan bahasa berasal dari dua dasar kegiatan manusia yaitu

berbicara dan mendengar. Dalam berbicara manusia mengeluarkan ide-ide melalui

kata-kata, menceritakan persepsi, perasaan dan harapan yang mereka inginkan.

Berbicara dan mendengar adalah membuka dasar pemikiran dan bagaimana

menghubungkannya dengan persepsi perasaan dan harapan. Namun berbicara dan

mendengarkan adalah alat-alat yang digunakan manusia dalam beraktifitas.

Pada dasarnya fungsi bahasa sebagai alat komunikasi dan pada umumnya

ada tiga elemen dalam berkomunikasi yaitu pembicara, pendengar dan sebuah

system. Sistem penanda harus dimiliki oleh pembicara dan pendengar untuk

digunakan berkomunikasi yang dimulai dari si pembicara kemudian si pendengar

meneria tanda/signal. Untuk lebih efektif, komunikasi verbal dan non verbal si

pembicara harus memperhatikan pendengar mereka. Kita mengkomunikasikan

Page 2: Makalah Bahasa Tubuh

begitu banyak informasi secara non verbal dalam percakapan-percakapan

sehingga sering kali aspek verbal percakapan terabaikan, terutama ini berlaku bagi

fungsi-fungsi bahasa interaktif dimana kontak sosial sangat penting dimana bukan

apa yang kita katakan yang diperhitungkan tetapi bagaimana kita mengatakannya,

apa yang kita sampaikan dengan bahasa tubuh, gerak tubuh, kontak mata, jarak

fisik dan pesan-pesan non verbal lainnya. Bagaimanapun komunikasi non verbal

sedemikian subtil dan spontan dalam diri penutur asli sehingga bahasa verbal jika

diperbandingkan tampak sangat mekanis dan sistematis. Bahasa menjadi amat

manusiawi berkat dimensi non verbalnya.

Komunikasi non verbal berhubungan dengan bahasa isyarat termasuk

semua alat-alat komunikasi manusia antara lain visual, gerak, taktik dan bahkan

rasa. Dalam hal ini bahasa isyarat paling bernilai dan cara yang baik dimana

orang-orang menyampaikan makna tanpa menggunakan kata-kata, dengan

komunikasi non verbal dapat menyampaikan tiga fungsi yang berbeda-beda dalam

berinteraksi secara langsung. Pertama bahasa isyarat dapat mengkomunikasikan

makna khusus melalui penggunaan bahasa isyarat. Kedua, bahasa isyarat sebagai

jaringan komunikasi yang kompleks dalam penyampaian pesan-pesan sehingga

orang-orang dapat mengemukakan perasaan serta emosinya. Ketiga bahasa isyarat

memegang peranan penting dalam ujaran sehingga dapat menolong terjadinya

komunikasi yang efektif.

Bahasa tubuh adalah komunikasi pesan nonverbal (tanpa kata-kata). Bahasa

tubuh merupakan proses pertukaran pikiran dan gagasan dimana pesan yang

disampaikan dapat berupa isyarat, ekspresi wajah, pandangan mata, sentuhan,

Page 3: Makalah Bahasa Tubuh

artifak (lambang yang digunakan), diam, waktu, suara, serta postur dan gerakan

tubuh.

Page 4: Makalah Bahasa Tubuh

BAB II

TINAJUAN TEORI

2.1. Konsep Dasar Bahasa Tubuh

Menurut David Cohen dalam buku “bahasa tubuh dalam pergaulan” yang

menjelaskan tentang bahasa tubuh sebagai bentuk topeng-topeng mengungkapkan

bahwa bahasa tubuh juga menyingkapkan topeng-topeng kita. Manusia belajar

menggunakan topeng sejak kecil dan banyak diantara kita dapat melakukannya

dengan baik. Banyak isayarat-isyarat nonverbal tantang perasaan bersifat sangat

halus dan terjadi hanya sekilas. Membacanya seperti mencoba menguraikan pola

dari selendang yang dipakai seseorang yang sedang lewat. Anda dapat

melakukannya, tapi membutuhkan keahlian dan latihan.

Apa yang dapat menerobos topeng yang kita pakai adalah apa yang disebut

oleh para ahli psikologi sebagai “isyarat yang bocor”, isyarat yang sebenarnya

tidak ingin kita berikan namun tidak dapat terkontrol. Mengatur ekspresi wajah

sangat mudah dilakukan. Jika anda tidak ingin tampak sedih, anda dapat berpura-

pura. Lebih sulit mengatur nada suara kita atau gerakan tubuh, mereka ini sering

“bocor”. Pelajari mereka dan anda akan segera tahu banyak tentang apa yang

sedang dipikirkan orang lain.

Cara seseorang berbicara mencerminkan kepribadiannya. Beberapa orang

bicaranya keras dan tanpa henti; orang lainnya sukar dimengerti dan beberapa

sangat diam. David Cohen tidak menyetujui anggapan bahwa orang dengan

Page 5: Makalah Bahasa Tubuh

kepribadian tertentu cenderung memiliki gaya tubuh tertentu yang tidak akan

sama dengan orang lain.

Beberapa penelitian yang baik tentang kepribadian, menunjukkan kontras

antara ekstravert, yang ceria, ramah, cepat, tidak teliti, suka humor, tidak sabar

dan memiliki metabolisme yang tinggi dengan introvert yang teliti banyak cemas,

lamban, dan kurang kemampuan dalam sosialisasi. Kepribadian yang satu tidak

lebih baik dari kepribadian lainnya. Mereka adalah gaya, tapi gaya yang terungkap

melalui bahasa tubuh.

Dalam hubungan antar pribadi, banyak orang merasa berada dibawah

tekanan untuk tidak menunjukkan perasaan mereka. Kita hidup melalui suatu

periode perubahan sosial yang kompleks, membuat banyak dari kita merasa lebih

aman bersembunyi dibalik kedok.

Dalam kamus komunikasi dari Onong U. Effendy bahwa Kinesic

Communication atau komunikasi kial/komunikasi kinesik adalah komunikasi yang

dilakukan dengan gerakan anggota tubuh; salah satu jenis komunikasi nonverbal.

Peter Clayton dalam buku “Bahasa Tubuh Dalam Pergaulan Sehari-Hari”

mengungkapkan bahwa Apa yang disebut dengan bahasa tubuh? saya telah

mengajukan pertanyaan ini kepada orang yang tak terhitung banyaknya. Jawaban

yang mereka berikan tanpa kecuali sesuatu yang sejalan dengan komunikasi

nonverbalyang menurut hemat saya tidak salah sejauh ini. Akan tetapi, jawaban

itu tidak benar-benar menjelaskan kebenaran alami dari bahasa tubuh. Selama

bertahun-tahun saya berusaha untuk menyingkat pengertian ini menjadi beberapa

kalimat sederhana.

Page 6: Makalah Bahasa Tubuh

Alo Liliweri dalam buku “Komunikasi Verbal Dan Nonverbal”

menjelaskan bahwa bahasa tubuh adalah gerakan tubuh yang merupakan sebagian

perilaku nonverbal (termasuk yang anda miliki) dapat disampaikan melalui simbol

komunikasi kepada orang lain. Perilaku itu sangat bergantung dari erat tidaknya

hubungan dengan orang lain. Dalam bagian ini akan diuraikan komunikasi

nonverbal “gerak tubuh” atau yang disebut kinesik.

2.2. Fungsi pesan nonverbal

Repetisi. Mengulang kembali gagasan yang sudah disampaikan secara verbal.

Contoh: Anak kecil yang menjawab mau diajak ke dufan akan mengiyakan sambil

melompat-lompat senang.

Subtitusi. Menggantikan lambang verbal. Contoh: Tanpa mengatakan

sepatah katapun, di Indonesia bila seseorang menggeleng, maka lawan bicaranya

akan tahu bahwa itu sebagai tanda ketidaksetujuan.

Kontradiksi. Menolak sebuah pesan verbal dengan memberikan makna lain

menggunakan pesan nonverbal. Contoh: Seseorang mengiyakan dan

menganggukkan kepala saat diminta mendekat namun lalu mengambil langkah

seribu dan lari secepat-cepatnya. Bahasa tubuhnya yang menghindari kontak

dengan melarikan diri menandakan bahwa ia takut, kontradiktif dengan awal

pesan verbalnya saat ia mengiyakan.

Pelengkap (complement). Melengkapi dan memperkaya pesan nonverbal.

Contoh: Air muka yang menunjukkan rasa sakit luar biasa tanpa mengeluarkan

sepatah katapun.

Page 7: Makalah Bahasa Tubuh

Aksentuasi. Menegaskan pesan nonverbal. Contoh: Kekesalan diungkapkan

dengan memukul lemari.

Empat jenis bahasa tubuh yang secara umum menyiratkan pikiran dan

perasaan anda.

1. Bahasa tubuh terbuka yaitu postur hadap depan (/foward looking/),

posisi tubuh dan wajah menghadap lawan bicara. Bahasa tubuh ini

menyiratkan kesiapan memberi perhatian dan kehangatan. Umumnya

bahasa tubuh ini mencerminkan respon positif terhadap lawan bicara.

2. Bahasa tubuh tertutup. Sikap tubuh tertarik ke belakang, tetapi bukan

memunggungi lawan bicara. Misalnya menoleh ke arah lain ketika

lawan tengah berbicara. Sikap ini mencerminkan rasa malu dan bosan.

Bagi lawan bicara, sikap ini seringkali diartikan dengan sikap dingin.

3. Bahasa tubuh ekspansif. Sikap tubuh tampak dalam postur siaga,

misalnya berdiri tegak dengan dagu sedikit mendongak. Sikap ini

mencerminkan rasa bangga dan arogansi. Umumnya, sikap ini

dimiliki oleh orang yang rasa percaya dirinya cukup tinggi.

Sayangnya orang-orang seperti ini kurang bisa menghargai lawan

bicaranya.

4. Bahasa tubuh tegang. Ini terlihat dari postur tubuh yang mengkerut,

seolah-olah tubuh ditarik kedalam. Misalnya wajah menunduk, tangan

dilipat, dan mata tidak berani menatap. Sikap ini mencerminkan rasa

kecewa, sedih, atau frustasi.

Page 8: Makalah Bahasa Tubuh

2.3. Sejarah Singkat Tentang Bahasa Tubuh

Selama berabad-abad, penulis-penulis besar seperti Shakespeare, telah

mengetahui bahwa sikap dan gerakan tubuh mencerminkan suasana hati. Pada

cerita “Malam Kedua-belas”, Malviolo, pelayan Olivia, membuat dirinya konyol

dengan mengenakan ikat kaos kaki kuning dan bertingkah laku aneh. Tetapi tidak

ada penelitian yang teratur tentang bahasa tubuh sampai tahun 1960-an. Lalu

seorang ahli psikologi Amerika Paul Elkman meneliti bagaimana kemampuan kita

membaca pesan-pesan tanpa kata dari wajah-wajah orang. Seorang ahli psikologi

Ingggris Michael Argyle, dari Universitas Oxford, mempelajari bahasa tubuh jenis

lain yaitu gerak isyarat tubuh, sejauh mana kita menjadi akrab dengan seseorang

jika kita menyentuh seseorang dan dimana kita melakukannya.

Argyle dan Elkman keduanya menekankan bahwa bahasa tubuh adalah

sungguh-sungguh sebuah bahasa. Anda tidak dapat melihat suatu gerakan tubuh

secara tersendiri. Anda harus mempelajari pola yang utuh tentang gerakan tubuh,

sikap tubuh, dan nada dari suara untuk dapat mengerti situasi secara menyeluruh.

Sebagaian dari seni membaca bahasa tubuh adalah menempatkan semua tanda

didalam “kelompok”, jadi seperti menyusun kata-kata menjadi kalimat yang dapat

dimengerti.

2.4. Bentuk-bentuk bahasa tubuh

Bentuk dan tipe umum dari bahasa tubuh menurut Beliak dan Baker

(1981) ada tiga yakni : (1) kontak mata, (2) ekspresi wajah, (3) gerakan anggota

tubuh. Agar jelasnya diuraikan secara singkat sebagai berikut :

Page 9: Makalah Bahasa Tubuh

2.4.1. Kontak mata

kontak mata juga mengacu pada sesuatu tang disebut dengan gaze yang

meliputi suatu keadaan penglihatan secara langsung antar orang (selalu pada

wilayah wajah) disaat sedang berbicara. Kontak mata sangat menentukan

kebutuhan psikologis dan membantu kita memantau efek komunikasi antar

pribadi. Melalui kontak mata anda dapat menceritakan kepada orang lain suatu

pesan sehingga orang akan memperhatikan kata demi kata melalui tatapan.

Misalnya pandangan yang sayu, cemas, takut, terharu, dapat mewarnai latar

belakang psikologis anda. Jumlah dan cara-cara penataan mata berbeda dari

seseorang dengan orang yang lainnya, dari budaya yang satu ke budaya lain.

Pelbagai studi menunjukkan bahwa orang memandang orang lain disaat

percakapan sekitar 50-60 persen. Bagi pembicara digunakan 40 persen dann bagi

pendengar kira-kira 70 persen penglihatan. Pertanyaannnya kapankah anda suka

melihat orang lain ketika anda sedang berbicara? Mata anda seolah-olah membuat

kontak yang semakin besar/awas seperti waktu berdiskusi, lalu saling memberikan

reaksi dan seterusnya. Kontak mata sebagai simbol komunikasi nonverbal

mempengaruhi perilaku, kepercayaan dalamm berkomunikasi. Ingatlah bahwa

sejak kontak mata anda dilakukan, orang langsung dapat mengukur sejauh mana

kemampuan anda dalam melakukan komunikasi. Barbara Westbrook Eakins dan

R. Gene Eakins (1978) dalam Samovar dan Porter (1985) mengemukakan bahwa

kaum pria lebih suka memandang/mencuri pandangan terhadap wanita adalah

pendapat yang keliru. Laporan penelitian yang dikutipnya agak kontradiktif

dengan pandangan klasik yang di anut orang.

Page 10: Makalah Bahasa Tubuh

Beberapa contoh dibawah ini berkaitan dengan perilaku kontak mata di

pelbagai etnik/bangsa di dunia. Aparat kepolisisan menggunakan bahasa tubuh

mata pada para supir di jalanan baik pengemudi motor maupun mobil dapat

menjadi sinyal atau pertanda kelengkapan surat-surat yang mereka miliki, jika

para pengemudi tidak memiliki surat-surat yang lengkap maka ada kecenderungan

memiliki pandangan mata yang berbeda ketika bertemu dengan para aparat

kepolisisian dalam suatu operasi di jalan, dan biasanya aparat kepolisisan dapat

melihat perbedaan pandangan mata para pengemudi yang merasa bersalah atau

tidak bersalah.

Begitu pun kontak mata menjadi pertanda bagi para penjahat atau orang-

orang yang merasa bersalah dari aspek hukum baik dalam kasus pencurian,

perampokan, pembunuhan dan para pelaku kriminal lainnya. Cenderung memiliki

kontak mata yang berbeda ketika melihat aparat kepolisian. Walau pun kontak

mata ini justru dipelajari oleh para pelaku kriminal untuk dapat menguasai kontak

mata secara professional sehinga mampu bertindak wajar dan tidak mencurigakan

baik dihadapan para aparat kepolisian maupun para calon korban, sehingga aksi

kejahatan atau aksi penangkapan aparat dapat mereka lakukan di setiap

kesempatan.

Kesalahan memandang orang lain dapat berakibat fatal. Ketika seorang

wanita Jepang dengan seorang pria Amerika, sang wanita harus menunduk tetapi

sang pria terus memandang dengan penasaran. Setibanya di asrama mahasiswa

(keduanya tinggal bersama di suatu flat mahasiswa), sang pria marah-marah dan

mengejek wanita orang yang tidak bersahabat. Sang wanita tersinggung dan

Page 11: Makalah Bahasa Tubuh

menangis histeris. Setelah diselidiki terrnyata dalam budaya Jepang hanya wanita

kurang baik yang boleh memandang seorang pria di tempat umum, hal demikian

tidak terjadi di Amerika.

Anda pun bisa salah sangka, suatu waktu anda duduk di alun-alun kota

bandung atau berjalan di pasar senen dikala senja. Banyak wanita berseliweran.

Anda mungkin dapat membedakan pandangan wanita P dengan wanita orang

baik-baik. Banyak orang beranggapan : mata merupakan kata hati!

2.4.2. Ekspresi wajah

Ekspresi wajah meliputi pengaruh raut wajah yang dipergunakan untuk

berkomunikasi secara emosional atau bereaksi terhadap suatu pesan. Wajah setiap

orang selalu menyatakan hati dan perasaannya. Wajah ibarat cermin dari pikiran,

dan perasaan. Melalui wajah orang juga bisa membaca makna suatu pesan.

Pernyataan wajah menandai masalah ketika : (1) ekspresi wajah tidak merupakan

tanda perasaan (2) ekspresi wajah yang dinyatakan tidak seluruhnya/tidak secara

total merupakan tanda pikiran dan perasaan. Dengan demikian penampilan wajah

sangat tergantung pada orang yang menanggapi atau menafsirkannya. Ekspresi

wajah dari budaya yang lain memandang berbeda.

Ekspresi wajah juga dapat kita lihat ketika kita memandang seseorang

yang dianggap sebagai orang yang polos/lugu atau dianggap kejam/dingin. hal ini

didasari oleh ada sebuah ekspresi wajah yang nampak pada orang yang

bersangkutan tidak menunjukkan sebuah perubahan seperti yang dilakukan oleh

Page 12: Makalah Bahasa Tubuh

orang lain ketika mendengar atau mengetahui suatu peristiwa baik kesedihan

maupun kegembiraan, keanehan atau kelayakan.

2.4.3. Gestures

Gestures merupakan bentuk perilaku nonverbal pada gerakan tangan,

bahu, jari-jari. Kita sering menggunakan gerakan anggota tubuh secara sadar

maupun tidak sadar untuk menekankan suatu pesan. Ketika anda berkata : pohon

itu tinggi, atau rumahnya dekat; maka anda pasti menggerakkan tangan untuk

menggambarkan deskripsi verbalnya.

Pada saat anda mengatakan : letakkan barang itu! Lihat pada saya! Maka

yang bergerak adalah telunjuk yang menunjukkan arah. Ternyata manusia

mempunyai banyak cara dan bervariasi dalam menggerakkan tubuh dan angota

tubuhnya ketika mereka sedang berbicara. Mereka yang cacat bahkan

berkomunikasi hanya dengan tangan saja.

2.5. Penggunaan Gerakan Tubuh

Mungkin anda juga perlu mengetahui dan mengerti bagaimana gerak

tubuh dipergunakan dalam komunikasi nonverbal. Tanpa diobservasi sekalipun,

ternyata setiap gerakan tubuh mengkomunikasikan fungsi tertentu. Ekman dan

Friesen mengkategorikannya sebagai emblem, illustrator, affect display, regulator,

adaptor.

Page 13: Makalah Bahasa Tubuh

2.5.1. Emblem

Emblem merupakan terjemahan pesan nonverbal yang melukiskan suatu

makna bagi suatu kelompok sosial. Tanda V menunjukkan suatu tanda kekuatan

dan kemenangan yang biasanya dipakai dalam kampanye presiden di Amerika

Serikat. Atau di Indonesia dipakai untuk menunjukkan kemenangan Golkar.

Emblem harus dipelajari melalui proses yang mungkin saja merupakan bentuk

lain dari arbitrary, iconic dalam perlambangan saja

2.5.2. Ilustrator

Ilustrator merupakan tanda-tanda nonverbal dalam komunikasi. Tanda ini

merupakan gerakan anggota tubuh yang menjelaskan atau menunjukkan contoh

sesuatu. Seorang ibu melukiskan bahwa tyani, putrinya yang sekolah di SMA

Negeri di jalan Belitung Bandung, mempunyai tinggi badan tertentu. Sang ibu

menaik turunkan tangannya dari permukaan tanah.

Ada 8 bentuk ilustrator yang perlu diperhatikan :

1. Baton, merupakan suatu gerakan yang menunjukkan suatu tekanan tertentu

pada suatu pesan yang disampaikan.

2. Ideographs, adalah gerakan yang membuat peta atau mengarahkan pikiran.

Dengan demikian penampilan wajah sangat bergantung terhadap orang yang

menanggapi atau menafsirkannya. Ekspresi wajah dari budaya yang satu dengan

budaya yang lain memang berbeda.

Page 14: Makalah Bahasa Tubuh

3. Deitic Movement, adalah gerakan untuk menunjukan sesuatu.

4. Apatial Movements, adalah gerakan yang melukiskan besar atau kecilnya

ruangan

5. Kinetographs adalah gerakan yang menggambarkan tindakan fisik

6. Rhytmic Movements adalah gerakan yang menunjukkan suatu irama

tertentu

7. Pictographs, adalah gerakan yang menggambarkan sesuatu di udara

8. Emblematic Movements, adalah gerakan yang menggambarkan suatu

pernyataan verbal tertentu.

Batasan antara setiap bentuk illustrator seperti diuraikan di atas biasanya

kurang jelas, hal ini disebabkan karena seseorang tidaklah selalu menggunakan

hanya satu bentuk tetapi beberapa bentuk nonverbal sekaligus dalam

berkomunikasi.

2.5.3. Adaptor

Adaptor merupakan gerakan anggota tubuh yang bersifat spesifik. Pada

mulanya gerakan ini berfungsi untuk menyebarkan atau membagi ketegangan

anggota tubuh, misalnya meliuk-liukan tubuh, memulas tubuh, menggaruk kepala,

loncatan kaki.

Ada beberapa jenis adaptor yaitu : (a) self adaptor misalnya menggaruk

kepala untuk menunjukkan kebingungan; (b) alter adaptors; geraka nadaptor yang

diarahkan kepada orang lain, mengusap-usao kepala orang lain sebagai tanda

kasih sayang; (c) obyek adaptor; adalah gerakan adaptor yang diarahkan kepada

Page 15: Makalah Bahasa Tubuh

obyek tertentu. Gerakan adaptor sebenarnya gerakan seseorang yang

menggambarkan perilaku ikonik dan intrinsic yang kadang-kadang secara sadar

dilakukan terhadap dirinya sendiri; kecuali untuk orang lain maka adaptor

bertujuan menumbuhkan interaksi dan komunikasi.

2.5.4. Regulator

Regulator adalah gerakan yang berfungsi mengarahkan, mengawasi,

mengkoordinasi interaksi dnegan seksama. Sebagai contoh, kita menggunkan

kontak mata sebagai tanda untuk memperhatikan orang lain yang sedang berbicar

dan mendengarkan orang lain. Regulator merupakan tanda utama yang bersifat

interaktif, bentuknya ikonik dan intrinsic.

2.5.5. Affect Display

Prilaku affect display selalu menggambarkan perasaan dan emosi. Wajah

merupaka n media yang paling digunakan untuk menunjukkan reaksi terhadap

pesan yang direspon. Bentuk affect display bersifat intrinsic yang digunaka

nuntuk fungsi interaktif dan informative.

Beberapa contoh perilaku gerakan anggota tubuh dapat terlihat sebagai

berikut. Kalau di Amerika atau diEropa continental anda boleh menggunakan

tanda V sebagai lambang kemenangan (Victory) yang dipopulerkan Winston

Churchill maka di Afrika Selatan V tidak boleh anda gunakan. Di Afrika Selatan

pun anda diharapkan tidak memasukkan ibu jari diantara telunjuk dan jari tengah.

Isyarat-isyarat tangan sebaiknya dihindari jika anda bertemu dengan orang

Page 16: Makalah Bahasa Tubuh

argentina; di Australia ibu jari yang diacungkan merupakan sisyarat yang kasar,

dala mpertemuan dengan orang asutralia berdirilah tegak dan gunak ntangan secar

asederhana.

Di Austria sebaiknya anda mengjhindari berbicar dengan tang na disaku;

sebaiknya di belanda and aboleh melambaikan tngan bagi orang yang jauh. Yang

tidak boleh dilakukan di belanda adalah mengunyah permen karet atau berdiri

dengan tangan di saku tidaklah sopan (tanda sombong dan angkuh).

Di Chili waktu bercakap sambil duduk merupakan terbaik, namun hindari

isyarat tangan karena hany apelayan restoran yang dipanggil denga ntangan.

Tidak hanya tangan di kolombia jangan bertelanjang kali apalagi menaruh kaki di

atas meubel dianggap kurang ajar, karena di kolombia orang memanggil orang

lain denga nmelembaikan jarijari tangan atau seluruh tangan dan telapaknya

mengahdap ke bawah. Sama denga ndi afrika selatan maka di Costarica jangan

mengepalkan tangan dengan ibu jari tersembul diantara telunjuk dan jari tengah.

Pada waktu makan keduatangan harus ada di tatas meja.

Di Elsavador jangan menunjuk seseorang dengan jari tangan atau

mengarahakan kaki ke arah orang lain. Hanya temen aakrab yang dipanggil

dengan tangan. Di Inggris isyarat berlebihan seperti menepuk punggung atau

merangkul bahu dengan lengan harus dihindari.

Page 17: Makalah Bahasa Tubuh

BAB III

PEMBASAHAN

In order to provide competent and responsible dental care, the dental team

must develop a connected and supportive relationship with each patient.

Successful relationships provide the basis for greater patient satisfaction for the

services received from the dentist and in turn, offer significant personal and

financial rewards for the dentist. Some of the benefits of successful relationships

are decreased dentist and patient anxiety, increased new patient referrals,

improved patient retention, and more successful treatment acceptance needed for

private fee-for-service practice growth.( Dr. Marvin Mansky The Relationship

Factor: A Practical Guide to Successful Relationships)

Kutipan di atas memperlihatkan bahwa komunikasi yang efektif antara

dokter gigi dan pasien merupakan komponen yang sangat penting agar dapat

menumbuhkan kepercayaan pasien. Komunikasi yang efektif dapat mengurangi

keraguan pasien, menambah rujukan pasien baru, meningkatkan loyalitas pasien

dan tumbuhnya praktek layanan dokter gigi pribadi.

Pasien dan penyedia layanan kesehatan sama-sama memperoleh manfaat

dari saling berbagi dalam hubungan yang erat. Setiap pihak merasa dimengerti.

Pasien merasa saman dan terlindung. Dokter profesional yang menanganinya

ingin melakukan yang terbaik untuk pasiennya. Ketika saling terhubung, sang

dokter dapat mengerti dan bereaksi lebih baik pada perubahan perilaku dan

perhatiannya pada pasien setiap saat. Lebih lagi, sang dokter gigi dan stafnya

Page 18: Makalah Bahasa Tubuh

dapat menyediakan layanan yang lebih kompeten yang mencerminkan

kepribadian setiap pasien yang berbeda-beda.

Pengamat masalah hubungan antara dokter gigi dan pasiennya

menyebutkan ada empat keinginan pasien yang harus dipenuhi untuk membangun

hubungan yang baik antara dokter gigi dan pasien. Pasien ingin:

Merasa ada jalinan dengan dokter giginya dan mengetahui bahwa ia

memperoleh perhatian penuh dari sang dokter

Mengetahui bahwa sang dokter dapat fokus pada setiap tindakan

pengobatan dan interaksinya.

Merasa rileks dan bebas dari kekhawatiran pada suasana ruang praktek.

Mengetahui bahwa dokternya dapat diandalkan.

Semakin mampu sang dokter dan stafnya dalam memuaskan harapannya,

semakin tinggi hubungan yang dapat dibina. Adanya tugas rangkap antara fungsi

teknis, administrasi dan bisnis berlomba dengan waktu yang dimiliki dokter gigi.

Oleh karena itu, syarat untuk membangun hubungan haruslah sederhana, cara

yang mudah diulang dan secara konsisten dapat dilakukan dengan efektif.

Dari sudut pandang pasien, hubungan yang terjalin akan meningkatkan

kepercayaan dan komunikasi yang efektif. Dokter gigi akan tanggap pada respon

pasien atas informasi yang disampaikannya. Pasien akan lebih terbuka dalam

mendengar dan belajar. Pertukaran pandangan yang sama akan mudah

dikembangkan dan pasien lebih bersedia untuk melakukan tindakan yang sesuai

harapannya. Pasien menjadi lebih siap menerima tindakan pengobatan (atau

Page 19: Makalah Bahasa Tubuh

pemeliharaan) dan akan menyarankan orang lain ke dokter yang memiliki

hubungan baik dengannya.

3.1. Mengapa sulit sekali bagi dokter gigi untuk membina hubungan?

Mengerti apa yang dipikirkan dan dirasakan orang lain (empati) dapat

memperkuat hubungan. Menurut para ahli tentang komunikasi dokter dan pasien,

ada dua hambatan utama untuk mengerti apa yang dipikirkan dan dirasakan orang

lain. Pertama adalah bahwa orang itu tidak pernah berpikir untuk bertanya. Kedua

adalah karena dia tidak tahu bagaimana caranya bertanya. Kemudian para ahli

juga menyebutkan tentang bagaimana kurikulum kedokteran gigi sangat sedikit

memberikan pelajaran tentang komunikasi:

Kurikulum kedokteran gigi berorientasi secara intensif pada tehnik.

Kebetulan, mahasiswa tidak mendapatkan latihan yang cukup untuk mengerti

hubungan yang kompleks yang memberi karakter pada pertukaran dokter gigi

dengan pasien karena waktu kuliah yang padat dan kurangnya minat fakultas pada

hal ini. Setelah lulus, percakapan dokter gigi dengan pasien pada umumnya satu

arah, dimana sang dokter bicara pada pasien yang ‘mulutnya penuh’ sehingga

tidak mungkin merespon secara positif; artinya dokter saja yang bisa bicara.

Karena hal ini, sang dokter umumnya tidak mempelajari bagaimana pikiran dan

perasaan pasien.

Akibatnya, dokter gigi sering bicara pada pasiennya berdasarkan asumsi dan

kerangka pikirannya saja. Akhirnya sang dokter berpikir bahwa pasien selalu akan

mengerti, setuju dan mengikuti apa yang dipikirkan oleh sang dokter.

Page 20: Makalah Bahasa Tubuh

Pendekatan melalui tindakan mendengar dan berkomunikasi secara empatik

dan efektif untuk mengetahui respon pasien tidak menjadi bagian dari latihan

seorang dokter gigi. Karena itu, sang dokter umumnya menerima jawaban ‘ya’

atau anggukan sebagai penerimaan pada rekomendasi dan idenya.

Lebih lagi ketika sang dokter kemudian mengetahui bahwa pasiennya tidak

mengikuti rekomendasinya, dia lalu kecewa, curiga, merasa disalah mengertikan,

menjadi otoriter dan akhirnya “hangus (burnout)”.

3.2. Tehnik Komunikasi Efektif

Untuk meningkatkan efektifitas komunikasi antar pribadi (interpersonal

communication) antara dokter dan pasien , inisiatif harus diambil oleh dokter gigi

karena menurut para ahli, dokterlah yang dituntut untuk menciptakan suasana

yang medukung. Akan tetapi seperti juga disebutkan sebelumnya, waktu kerja

dokter sangat sempit dengan pekerjaaan yang banyak, sehingga tehnik yang dapat

diterapkan harus bersifat sederhana, mudah digunakan dan efektif.

Terdapat banyak cara untuk dapat melakukan komunikasi secara efektif.

Tetapi dari sekian banyak cara, terdapat cara yang bisa dianggap mudah untuk

menciptakan komunikasi yang efektif yaiu dari teori yang dibuat oleh DeVito.

Untuk dapat menciptakan komunikasi antara persona, terdapat syarat yang harus

dipenuhi, yaitu:

Positiveness (sikap positif)

Empathy (merasakan perasaan orang lain)

Page 21: Makalah Bahasa Tubuh

Supportiveness (sikap mendukung)

Equality (keseimbangan antar pelaku komunikasi)

Openess (sikap dan keinginan untuk terbuka)

Dalam tindakan praktisnya, kondisi komunikasi antara dokter gigi dengan

pasiennya diharapkan terjadi seperti berikut:

3.2.1.Positiveness

Dokter diharapkan mau menunjukkan sikap positif pada pesan yang disampaikan

oleh pasien (keluhan, usulan, pendapat, pertanyaan). Tidak boleh seorang dokter

selalu menyanggah apapun yang sampaikan pasiennya, sesederhana bahkan

seaneh apapun pesan yang disampaikan, (karena mungkin menurut pasien, pesan

itu merupakan gagasan hebat). Dengan demikian pasien akan lebih berani

menyampaikan pesannya, bukan kemudian menyimpannya dalam hati dan

menyampaikannya, bahkan mengadukan pada orang lain.

3.2.2. Empathy

Dari pengalaman sendiri dan hasil pengamatan serta cerita-cerita para

pasien, diketahui bahwa hampir semua pasien yang harus ditangani/ diobati oleh

dokter memiliki rasa takut yang besar. Yang terutama adalah ketakutan pada rasa

sakit yang ditimbulkan oleh alat-alat yang digunakan. Rasa takut itu sudah muncul

hanya dengan melihat alat-alat yang sudah siap di meja sebelah kursi, bahkan jika

alat itu tidak menimbulkan kesakitan (cermin, misalnya). Seorang dokter gigi

Page 22: Makalah Bahasa Tubuh

diharapkan menyadari dan peduli pada perasaan ini (empati) dan menunjukkan

pada pasien bahwa ia perduli. Kejujuran seorang dokter yang mengatakan “Anda

akan merasakan sakit sebentar…” justru akan menenangkan pasien karena pasien

merasa tidak sendirian dalam merasakan sakit. Ada orang lain yang perduli.

3.2.3. Supportiveness

Ketika seorang pasien nampak ragu untuk memutuskan sebuah pilihan

tindakan, dokter diharapkan memberikan dukungan agar keraguan itu berkurang

atau bahkan hilang, sehingga si pasien menjadi percaya diri dan berani saat

memilih keputusan itu. Walaupun akibat keputusan itu akan menimbulkan

‘derita’, dengan dukungan dokter, derita akan dianggap konsekuensi oleh pasien,

bukan resiko (posisi sebagai ‘korban’). Akan lebih baik jika dokter

mencontohkan (walaupun hanya karangan) bahwa dia juga akan mengambil

keputusan yang sama dengan pasien jika dia memiliki masalah seperti itu.

3.2.4. Equality

Yang dimaksud dengan kesamaan/ kesetaraan adalah bahwa diantara

dokter gigi dan pasien tidak boleh ada ‘kedudukan’ yang sangat berbeda seperti

misalnya dokter yang menguasai semua keadaan dan pasien yang tidak berdaya.

Walaupun dalam relasi ini dokter diakui lebih tahu dan lebih bisa, dia tidak boleh

lalu memperlakukan pasiennya hanya sebagai objek yang ‘bodoh’ dan tidak boleh

berpendapat atau bahkan bertanya. Lebih lagi pasien tidak boleh diperlakukan

sebagai benda mati yang tidak pernah ditanyai kabar atau kesiapannya menjalani

Page 23: Makalah Bahasa Tubuh

pemeriksaan/ penanganan/ pengobatan. Jika memungkinkan, pasien sebaiknya

merasa bahwa dokter giginya adalah teman, bukan orang asing yang tidak boleh

ditanyai apapun.

3.2.5. Openess

So, the question remains, “How can you develop such a healthy dentist-

patient relationship?” The key word is trust. Trust is what a good dentist-patient

relationship is built on. The best way to establish trust between you and your

dentist is to have good communications.

Dengan menciptakan suasana yang santai (dengan musik instrumental

lembut di latar belakang) di ruang praktek, keakraban dapat dibangun dan

diharapkan pasien mau menyampaikan apa yang dikhawatirkannya, tindakan apa

yang sebenarnya diinginkan dilakukan oleh dokternya. Sebaliknya adalah bahwa

dokter diharapkan juga lebih bersedia bercerita tentang apa yang sedang

dilakukannya saat demi saat. Jika perlu, dokter dapat mengatakan kesulitan yang

dihadapinya saat menangani masalah pasien, masalah yang bakal dihadapi pasien,

dan sebagainya. Dengan keterbukaan komunikasi ini maka akan terbangun

kepercayaan (trust) dari pasien pada dokternya. Para pengamat mengatakan:

Salah satu elemen yang akan membawa hubungan ini adalah komunikasi

yang baik. Dengan menempatkan penanganan pasien lebih dulu, dokter gigi akan

memeriksa si pasien, mendiskusikan semua opsi yang berhubungan dengan

perawatan, membuat rekomendasi perawatan dan menjelaskan hasil yang

Page 24: Makalah Bahasa Tubuh

berhubungan dengan penanganan yang potensial. Di lain pihak, si pasien, ingin

mungkin ingin mengetahui tentang penanganan padanya dan akibat perawatan

jangka panjang atau jangka pendek, berapa biaya yang harus dikeluarkan, apa

yang akan atau tidak akan tercakup dalam perawatan gigi dan setiap tanggung

jawab pembayaran yang harus ditanggung pasien.

3.3. Lebih Mudah Dikatakan Daripada Dilakukan

Kebiasaan umum yang sudah berjalan lama sekali memang sulit diubah.

Hubungan dokter dengan pasien seolah memang ‘ditakdirkan’ seperti itu. Garis

antara dokter sebagai penentu, pengambil keputusan, dan pasien sebagai ‘objek

penderita’ digambar dengan sangat tebal, hampir menyerupai dinding yang tidak

bisa dirobohkan. Nyaris tidak pernah terjadi komunikasi yang sesungguhnya.

Yang ada hanyalah kalimat pendek, atau bahkan hanya kata yang dianggap perlu

saja. Masing-masing memperlakukan lawannya sebagai mahluk asing (bahkan

dalam topik seminar ini kata dengan diganti menjadi versus yang artinya lawan).

Namun seperti sudah disampaikan pada awal tulisan, buruknya kualitas

komunikasi antara dokter dan pasien tidak bisa lagi dibiarkan atau tidak

diperdulikan oleh dokter gigi yang diharapkan dapat mengambil inisiatif sebagai

pihak yang ‘berkompeten’ dalam hubungan dokter dengan pasien. Ini berarti

bahwa dokter yang harus belajar lebih dahulu untuk mampu berkomunikasi secara

efektif, sesibuk apapun sang dokter dalam menjalankan profesinya.

Page 25: Makalah Bahasa Tubuh

3.6. How to Start?

Suasana

Hal pertama yang dapat dilakukan adalah dengan mulai memperhatikan

suasana ruang praktek. Selama ini ruang praktek dokter gigi (menurut

pengalaman) sangat bernuansa ‘gigi’ dengan gambar model gigi dalam berbagai

bentuk,dan biasanya model gigi yang buruk. Dalam ruang praktek tidak ada benda

lain yang kecuali peralatan yang siap digunakan untuk ‘menangani’ pasien. Dan

biasanya sepi, tanpa musik! Suasana ini selalu menumbuhkan suasana

menegangkan untuk pasien. Bukan hanya pada anak kecil.

Gantilah suasana ini dengan mulai menambahkan dekorasi lain, seperti

misalnya lukisan berwarna cerah. Sementara gambar gigi bisa ditempatkan di

tempat lain dan hanya digunakan jika memang perlu diperlihatkan sebagai contoh

pada pasien. Kemudian hadirkanlah musik lembut hanya sebagai latar belakang.

Instrumental akan lebih baik sehingga tidak mengganggu obrolan antara dokter

dan pasiennya.

Sambutan

Walaupun sekedar basa basi, sapalah pasien layaknya seorang tamu yang

berkunjung ke rumah (memang tidak perlu disuguhi minum atau penganan kerena

malah merepotkan kerja dokter). Tanyailah pasien sedikit tentang hal lain sebelum

mulai pada pembicaraan inti. Topiknya bisa apapun, karena memang peran

komunikasi pembukaan ini lebih untuk mencairkan suasana kaku. Tunjukkan

Page 26: Makalah Bahasa Tubuh

kepedulian pada ‘diri’ pasien, bukan hanya pada ‘gigi’nya. Cobalah untuk

merasakan kekhawatiran yang ada dalam diri pasien saat pertama bertemu.

Berbicaralah

Hal paling menegangkan, yang pada pasien dewasa biasanya mampu

disembunyikan, adalah saat duduk di kursi periksa, dengan ‘benda-benda tajam’

di dekatnya. Dan pada saat itu biasanya dokter tidak langsung mendekati tapi

membiarkannya dulu karena ia harus menyiapkan hal lain. Ketegangan meningkat

karena pasien tidak pernah mengetahui apa yang sedang dilakukan dokternya dan

apa yang akan terjadi selanjutnya (sepertinya lebih menegangkan dibanding

nonton film horor, karena ini kejadian betulan!)

Pada saat seperti inilah komunikasi sudah harus dimulai dengan dokter

sebagai inisiator. Katakan pada pasien apa yang sedang dilakukan dokter dan apa

yang akan terjadi selanjutnya. Sesederhana apapun penjelasannya (walaupun

misalnya sekedar mengatakan: “Kotoran yang nyelip di gigi seperti ini memang

sulit dibersikan dengan sikat gigi. Saya harus membersihkannya supaya tidak

menghalangi perawatan.” Ini penting karena pasien tidak pernah mengerti,

walaupun sudah sikat gigi, dokter selalu juga mencungkili sesuatu di gigi depan,

padahal yang bermasalah adalah gigi geraham!).

Bahasa

Bahasa yang digunakan oleh dokter tentu saja bahasa umum yang dikenal

pasien. Bukan bahasa medis yang makin membuat pasien merasa bodoh dan tidak

Page 27: Makalah Bahasa Tubuh

berdaya serta tambah ketakutan. Akan sangat baik sekali kalau dokter juga belajar

bercanda. Bukan mengumpulkan cerita lucu, dan bukan ‘mengorbankan’ pasien

untuk ditertawai. Atau jika pasien kebetulan menawarkan sebuah canda,

tanggapilan dengan seimbang. Jika belum mungkin juga, sang dokter perlu

bercermin dan melihat apakah memiliki wajah ramah (garis bibir tengah lebih

rendah atau sama dengan garis bibir pinggir). Kalau belum, berlatihlah! Akan baik

juga kalau dokter berpenampilan modis dan tidak kaku (model kacamata,

misalnya).

Terus terang

Jika dokter menemukan bahwa ada masalah besar pada gigi pasien dan

perlu perawatan khusus berbiaya tinggi, katakan langsung pada pasien dengan

menggunakan kalimat yang tidak menimbulkan ketakutan (pasien memang

gampang takut). Sertakan alternatif jika langkah pertama sulit dan biaya tidak

terjangkau.Jika memungkinkan, bantulah pasien menemukan jalan keluarnya,

misalnya dengan membuatkan surat keterangan atau rekomendasi yang bisa

digunakan pasien.

Dengan cara-cara berkomunikasi seperti itu, kepercayaan bahwa dokter

memperhatikan keadaan pasien akan memberikan ketenangan pada pasien. Pasien

seperti ini kemudian akan menjadi promotor karena ia akan menceritakan pada

orang lain dan merekomendasikan orang lain (saudara atau temannya) untuk

hanya dirawat oleh sang dokter yang baik hati ini.

Page 28: Makalah Bahasa Tubuh

Penggunaan bahasa tubuh dalam berkomunikasi, biasa disebut sebagai

komunikasi non-ujaran (non-verbal communication). Manajer perlu mengetahui

cara menggunakan bahasa tubuh sebagai cara penekanan ekspresi pesan yang

akan disampaikan. Hal ini penting untuk menghindari terjadinya distorsi

informasi.

           Ketika berkomunikasi dengan menggunakan bahasa ujaran (verbal

communication) orang acap menggunakan bantuan gerak-gerik anggota tubuh

[seperti mata, tangan, kepala, dll). Kemampuan memanfaatkan anggota tubuh

merupakan aset komunikasi dan bukan sekedar tampilan fisik. Jika digunakan

secara tepat dan benar akan menimbulkan rasa tenteram (bagi diri sendiri atau

pendengar), memperjelas bahasa ujaran dan sekaligus akan menghasilkan dampak

positif yang mungkin tidak diduga. Sebagai contoh, cara berdiri, bergerak,

menatap, dan tersenyum yang dimanipulasikan sedemikian rupa akan memberi

nuansa komunikatif terhadap penampilan kata-kata.

Beberapa teknik sederhana yang dapat digunakan adalah:

(1) Lakukan   tatapan  mata  setiap  saat,  pada  individu  atau kelompok tertentu

untuk memperoleh keyakinan bahwa mereka memperhatikan  konten  yang  

sedang dibicarakan untuk menumbuhkan rasa percaya diri sebagai  pembicara. 

Jika keberanian  untuk  melakukan hal ini belum ada, layangkan selalu  tatapan 

mata kebagian pendengar di barisan belakang. Kekhawatiran itu akan terkikis 

sedikit demi  sedikit selama  berbicara sehingga akhirnya  timbul  keberanian 

menatap pada satu arah pendengar tertentu. Jangan lupa memberi keseimbangan 

Page 29: Makalah Bahasa Tubuh

tatapan, berganti  arah. [Jangan  sekali-kali menatap  ke  bahan tertulis konten 

pembicaraan/menunduk selama berbicara].

(2) Gunakan bahasa tangan untuk mengilustrasikan poin-poin ujaran yang

disampaikan. Jika tidak terbiasa menggunakan gerakan tangan sebagai aksentuasi,

silangkan  saja  dibagian punggung (jika bicara sambil berdiri) atau  di  balik 

podium (jika  berdiri di mimbar). Jangan sekali-kali menggunakan gerakan 

tangan  yang menunjukkan  kegelisahan  atau sebaliknya membuat gerakan yang

membuat pendengar menjadi tidak tenteram (misal, memutar-mutar pulpen

dengan  tangan atau mengetuk-ngetukkannya di meja selama berbicara).

(3) Bergerak santai jika bicara sambil berdiri. Tapi jangan mundar mandir dari 

satu sisi  ke sisi  yang lain terlalu cepat (seperti orang sedang adu  lari)  atau 

terlalu diatur (sehingga terkesan seperti pragawati).

(4) Rileks dan santai, jangan tegang. Dalam berkomunikasi dihindari ada rasa

beban. Kalau tidak akan terjadi ketegangan dan ketidakteraturan berbicara.

Dengan demikian interaksi komunikasi yang positif tidak terjadi.

(5) Senyum  dan  senyum.  Ini akan menimbulkan keyakinan pada  diri  sendiri 

dan rasa akrab bagi pendengar. Selalu tersenyum sambil menceritakan suatu 

anekdot  atau humor yang terkait dengan bahan pembicaraan akan  membuat 

pendengar  benar-benar  menikmati  humor dan anekdot tersebut [paling tidak

untuk sopan santun, mereka akan turut tertawa juga]. Dan ini penting buat

pembicara.  Sebab, jika humor tidak bersambut akan mengakibatkan hilang

kontrol dan  percaya diri pembicara juga akan hilang.

Page 30: Makalah Bahasa Tubuh

Akhirnya,  apa pun konten pembicaraan yang akan disampaikan maka

keberhasilannya akan bergantung  pada kemampuan menggabungkan unsur isi

pembicaraan, pengungkapannya dalam bahasa ujaran, dan aksentuasinya dalam

bentuk non-ujaran atau bahasa tubuh. Semua ini harus bersifat sinergis.

Page 31: Makalah Bahasa Tubuh

KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan bahwa:

- Komunikasi adalah sebuah proses pengekspresian ide ataupun perasaan

kepada orang lain dengan menggunakan symbol-simbol yang mengandung

makna.

- Proses komunikasi memiliki lima komponen yang sangat penting yaitu:

komunikator, komunikant, pesan, media dan pengaruh atau bisa juga

disebut sebagai pengirin pesan (komunikator), penerima pesan

(komunikant), symbol-simbol yang mengekspresikan perasaan atau

pikiran si pengirin pesan (pesan), sarana atau fasilitas yang mempengaruhi

untuk mentrasfer pesan –pesan (media) dan tanggapan terhadap pesan itu

sendiri (pengaruh).

- Bahasa sebagai alat yang terbaik dalam dalam berkomunikasi dengan

seseorang untuk mengekspresikan ide atau perasaan melalui tulisan

ataupunlisan bagi orang –orang yang memiliki pendengaran dan

kemampuan berbicara yang baik sedangkan bahasa isyarat bisa disebut

sebagai alat dasar komunikasi bagi orang-orang yang kemampuan

mendengar serta berbicara kurang normal, namun ada juga orang-orang

yang normal menggunakan bahasa isyarat dalam bekomunikasi untuk

menyampaikan pesan –pesan yang sangat rahasia.Sebaliknya bagi orang-

orang yang kurang normal bahasa isyarat tersebut sebagai dasar yang

sangat fundamen dalam komunikasi.

Page 32: Makalah Bahasa Tubuh

- Bahasa isyarat bisa digunakan sebagai alat komunikasi yang posisinya

sama dengan bahasa lisan dan tulisan bagi orang-orang tertentu.

- Bahasa isyarat juga bisa menjadi dasar alat pengajaran bagi orang-orang

tertentu misalnya tuna rungu dan tuna wicara.

- Untuk membina komunikasi yang baik, dokter gigi harus menyadari

bahwa pasiennya bukanlah sekedar kumpulan gigi melainkan keseluruhan

pribadi manusia yang sangat ingin diperlakukan seperti seharusnya yaitu

didengarkan, diperhatikan dan diperdulikan.

Page 33: Makalah Bahasa Tubuh

DAFTAR PUSTAKA

Allan, Pease, 1993, Bahasa Tubuh, Bagaimana Membaca Pikiran Seseorang

Melalui Gerak Isyarat. Jakarta. PT. Gramedia

Brown, H. Douglas, 2007, Prinsip Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa,

Jakarta. Pearson Education, Inc

David Graddol, 1997. Describing Language. London, Open University Press

Desmond Morris, 1999. Gesture. England. Jolly and Barber Ltd

Dorothy Miles, 1998. British Sign language. Englad. Jolly and Barber Ltd

RRK, Hartman, 1997. Language and Linguistik. London, London Ltd

Sibarani, Robert 1999. Hakikat Bahasa. Medan, USU Press

Soekanto, 2002. Sosiologi suatu Pengantar. Jakarta. UI Press

www. wikipedia.com. Bahasa Isyarat

Blake, Reed H. Haroldsen, Edwin O. 2003, Taksonomi Konsep Komunikasi,

Surabaya, Papyrus

Clayton, Peter, 2003, Bahasa Tubuh dalam Pergaulan Sehari-hari. London,

Part of Octopus Publishing Group Ltd.

Cohen, David, 1992, Bahasa Tubuh dalam Pergaulan, London, Sheldon Press,

SPCK.

Effendy, Onong U. 1989, Kamus Komunikasi, Bandung, Mandar Maju

Page 34: Makalah Bahasa Tubuh

Lim Nan Sen, Irwin. 1987, Bahasa Tubuh/Body Talk, Batam, Inter Aksara

Liliweri, Alo. 1994, Komunikasi Verbal dan Nonverbal. Bandung, PT. Citra

Aditya Bakti

Mulyana, Deddy. 2001. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung, PT.

Remaja Rosdakarya

Ruth Freeman , 2005, Reflections on professional and lay perspectives of the

dentist-patient interaction, , School of Clinical Dentistry, The Queen's

University of Belfast, Belfast BT12 6BP

Watson, James, 1985, What is Communication Studies?, London: Edward

Arnold

Joseph A DeVito,1998, Essentials Of Human Communication , Essentials Of

Human Communication 4ed, http ://www.howtotalkwithconfidence.com/

newreport.htm