Makalah Bahasa Indonesia - EYD

37
EJAAN YANG DISEMPURNAKAN Makalah ini dibuat untuk melengkapi tugas mata kuliah bahasa indonesia Dosen : Drs. H. Adung Abdul Mukti Disusun oleh : Nama : Ues Kurni NIM : - Semester/Kelas : I / 1G Jurusan : PAI FAKULTAS TARBIYAH

Transcript of Makalah Bahasa Indonesia - EYD

EJAAN YANG DISEMPURNAKAN

Makalah ini dibuat untuk melengkapi tugas mata kuliah

bahasa indonesia

Dosen : Drs. H. Adung Abdul Mukti

Disusun oleh :

Nama : Ues Kurni

NIM : -

Semester/Kelas : I / 1G

Jurusan : PAI

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM BANTEN

( IAIB )

SERANG-BANTEN

DAFTAR ISI

Kata Pengantar

BAB I Pendahuluan……………………………………………………………….(3)

1.1 Latar Belakang ………………………………………………………..(4)

1.2 Tujuan ………………………………………………………………...(4)

BAB II Pembahasan ………………………………………………………………(5)

2.1 Pengertian EYD……………………………………………………….(5)

2.2 Ruang Lingkup EYD …………………………………………………(6)

2.3 Pemakaian Huruf ……………………………………………………..(7)

2.4 Pemenggalan Kata ……………………………………………………(9)

2.5 Nama Diri …………………………………………………………….(10)

2.6 Penulisan Huruf ……………………………………………………...(12)

BAB III Penutup …………………………………………………………………..(26)

Daftar Pustaka …………………………………………………………………………...(27)

2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt atas rahmat dan karunia-Nya

saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah yang berjudul “Ejaan Yang

Disempurnakan” ini membahas mengenai seperangkat aturan tentang cara menuliskan

bahasa dengan huruf, kata dan tanda baca sebagai sarananya.

Dalam penulisan makalah ini saya banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak.

Oleh karena itu, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu penulisan makalah ini.

Saya sadar bahwa dalam makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, Hal itu di

karenakan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan saya. Oleh karena itu, saya sangat

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca. Semoga

makalah ini dapat bermanfaat bagi kita.

Akhir kata, saya memohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini terdapat

banyak kesalahan.

Serang, 14 November 2009

3

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan, karena selain digunakan sebagai

alat komunikasi secara langsung, bahasa juga dapat digunakan sebagai alat komunikasi secara

tulisan, di zaman era globalisasi dan pembangunan reformasi demokrasi ini, masyarakat

dituntut secara aktif untuk dapat mengawasi dan memahami infrormasi di segala aspek

kehidupan sosial secara baik dan benar, sebagai bahan pendukung kelengkapan tersebut,

bahasa berfungsi sebagai media penyampaian informasi secara baik dan tepat, dengan

penyampaian berita atau materi secara tertulis, diharapkan masyarakat dapat menggunakan

media tersebut secara baik dan benar. Dalam memadukan satu kesepakatan dalam etika

berbahasa, disinilah peran aturan baku tersebut di gunakan, dalam hal ini kita selaku warga

Negara yang baik hendaknya selalu memperhatikan rambu-rambu ketata bahasaan Indonesia

yang baik dan benar. Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah sub. materi dalam ketata

bahasaan Indonesia, yang memilik peran yang cukup besar dalam mengatur etika berbahasa

secara tertulis sehingga diharapkan informasi tersebut dapat di sampaikan dan di fahami

secara komprehensif dan terarah. Dalam prakteknya diharapkan aturan tersebut dapat

digunakan dalam keseharian Masyarakat sehingga proses penggunaan tata bahasa Indonesia

dapat digunakan secara baik dan benar.

1.2 Tujuan

Tujuan penulis menyusun makalah ini yaitu :

Memahami Konsep EYD

Ruang Lingkup EYD

Penulisan Huruf Kapital dan Huruf Miring

Penulisan Kata

4

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Ejaan adalah seperangkat aturan tentang cara menuliskan bahasa

dengan menggunakan huruf, Kata, dan tanda baca sebagai sarananya.

Batasan tersebut menunjukan pengertian kata ejaan berbeda dengan kata

mengeja. Mengeja adalah kegiatan melafalkan huruf, suku kata, atau

kata; sedangkan ejaan adalah suatu sistem aturan yang jauh lebih luas

dari sekedar masalah pelafalan. Ejaan mengatur keseluruhan cara

menuliskan bahasa.

Ejaan merupakan kaidah yang harus dipatuhi oleh pemakai bahasa

demi keteraturan dan keseragaman bentuk, terutama dalam bahasa tulis.

Keteraturan bentuk akan berimplikasi pada ketepatan dan kejelasan

makna. Ibarat sedang mengemudi kendaraan, ejaan adalah rambu lalu

lintas yang harus dipatuhi oleh setiap pengemudi. Jika para pengemudi

mematuhi rambu-rambu yang ada, terciptalah lalu lintas yang tertib dan

teratur. Seperti itulah kira-kira bentuk hubungan antara pemakai bahasa

dengan ejaan.

Ejaan yang berlaku sekarang dinamakan Ejaan yang disempurnakan

(EYD). EYD muali diberlakukan pada tanggal 16 Agustus 1972. Ejaan

ketiga dalam sejarah bahasa Indonesia ini memang merupakan upaya

penyempurnaan ejaan sebelumnya yang sudah dipakai selama dua puluh

lima tahun yang dikenal dengan Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi

(Menteri PP dan K Republik Indonesia pada saat Ejaan itu diresmikan pada

tahun 1947).

Ejaan pertama bahasa Indonesia adalah Ejaan van Ophuijsen (nama

seorang guru besar belanda yang juga pemerhati bahasa), diberlakukan

pada tahun 1901 oleh pemerintah Belanda yang berkuasa di Indonesia

pada masa itu. Ejaan van Ophuijsen dipakai selama 46 tahun, lebih lama

5

dari Ejaan Republik, dan baru diganti setelah dua tahun Indonesia

merdeka.

Untuk sekedar memperoleh gambaran tentang ejaan yang pernah

berlaku pada masa lalu itu dan sekaligus untuk membandingkannya

dengan ejaan sekarang, perhtaikan pemakaian huruf dan kata-kata yang

ditulis dengan ketiga macam ejaan itu seperti berikut ini.

PERUBAHAN PEMAKAIAN HURUF

DALAM TIGA EJAAN BAHASA INDONESIA

Ejaan Yang

Disempurnakan

(EYD)

(mulai 16 Agustus

1972)

Ejaan Republik

(Ejaan Soewandi)

(1947-1972)

Ejaan Van Ophuijsen

(1901-1947)

khusus

Jumat

yakni

chusus

Djum’at

Jakni

choesoes

Djoem’at

ja’ni

2.2 Ruang Lingkup Ejaan yang Disempurnakan (EYD)

Ruang lingkup EYD mencakupi lima aspek, yaitu (1) pemakaian

huruf, (2) penulisan huruf, (3) penulisan kata, (4) penulisan unsur

serapan, dan (5) pemakaian tanda baca.

1) Pemakaian huruf membicarakan masalah yang mendasar dari

suatu bahasa, yaitu

(1)abjad (4) pemenggalan

(2)vokal (5) nama diri,

(3)konsonan

6

2) Penulisan huruf membicarakan beberapa perubahan huruf dari

ejaan sebelumnya yang meliputi

(1)huruf kapital

(2)huruf miring

3) Penulisan kata membicarakan bidang morfologi dengan segala

bentuk dan jenisnya berupa

(1)kata dasar (6) kata depan di, ke, dan dari

(2)kata turunan (7) kata sandang si, dan sang

(3)kata ulang (8) partikel

(4)gabungan kata (9) singkatan dan akronim

(5)kata ganti kau, ku, mu, dan nya (10) angka dan lambang

bilangan.

4) Penulisan unsur serapan membicarakan kaidah cara penulisan

unsur serapan, terutama kosakata yang berasal dari bahasa asing.

5) Pemakaian tanda baca (pugtuasi) membicarakan teknik

penerapan kelima belas tanda baca dalam penulisan. Tanda baca itu

adalah

(1)Tanda titik (.) (9) tanda seru (!)

(2)Tanda koma (,) (10) tanda kurung ((…))

(3)Tanda titik koma (;) (11) tanda kurung siku ([ ])

(4)Tanda titik dua (:) (12) tanda petik ganda (“…”)

(5)Tanda hubung (-) (13) tanda petik tunggal (‘…’)

(6)Tanda pisah (--) (14) tanda garis miring (/)

(7)Tanda elipsis (…) (15) tanda penyingkat (‘)

(8)Tanda tanya (?)

2.3 Pemakaian Huruf

1) Abjad, Vokal dan Konsonan

7

Abjad bahasa Indonesia menggunakan 26 huruf sebagai berikut.

Perhatikan lafal setiap huruf.

Huruf Lafal Huruf Lafal Huruf Lafal

Aa [a] Jj [je] Ss [es]

Bb [be] Kk [k] Tt [te]

Cc [ce] Ll [el] Uu [u]

Dd [de] Mm [em] Vv [fe]

Ee [e] Nn [en] Ww [we]

Ff [ef] Oo [o] Xx [eks]

Gg [ge] Pp [pe] Yy [ye[

Hh [ha] Qq [ki] Zz [zet]

Ii [i] Rr [er]

Dalam abjad itu terdapat lima huruf vokal (v), yaitu a,i,u,e,o sisanya

adalah konsonan (k) sebanyak 21 huruf. Disamping 26 huruf itu, dalam

bahasa Indonesia juga digunakan gabungan konsonan (diagraf) sebanyak

empat pasang :

kh seperti dalam kata khusus, akhir

ng seperti dalam kata ngilu, bangun

ny seperti dalam kata nyata, anyam

sy seperti dalam kata syair, asyik

setiap pasangan itu menghasilkan satu fonem atau satu bunyi yang dapat

membedakan arti. Karena itu, kh,ng,ny,sy masing-masing dihitung

sebagai satu k (konsonan).

Contoh :

akhir = vkvk ngilu = kvkv

anyam = vkvk syair = kvkv

Dalam uraian diatas v-k di atas terlihat meskipun jumlah huruf dalam

setiap kata ada lima, namun jumlah v dan k untuk setiap kata hanya

empat.

8

Selain gabungan dua konsonan, ada pula gabungan dua vokal yang

berurutan-harus dalam satu suku kata-menciptakan bunyi luncuran (bunyi

yang berubah kualitasnya) yang berbeda dengan lafal aslinya. Perhatikan

contoh dibawah ini.

Huruf diftongContoh pemakaian dalam kata

Di Awal Di Tengah Di Akhir

Ai ain Syaitan Pandai

Au aula Saudara harimau

Oi - boikot amboi

Jika vokal berurutan ai, au, dan oi terdapat dalam kata yang

pelafalannya persis sama dengan huruf aslinya, vokal beruntun itu bukan

diftong. Contoh ai, au, dan oi yang bukan diftong adalah yang terdapat

dalam kata berikut.

mulai dilafalkan [mulai] bukan [mulay]

namai dilafalkan [namai] bukan [namay]

bau dilafalkan [bau] bukan [baw]

mau dilafalkan [mau] bukan [maw]

dengan berpedoman pada EYD, khususnya cara pelafalan huruf

hendaknya mengikuti aturan yang sudah dibakukan. Untuk membaca

singkatan kata (termasuk kata asing selain akronim) yang dibaca huruf

demi huruf, jika penutur sedang berbahasa Indonesia, pelafalannya harus

sesuai dengan lafal huruf bahasa Indonesia.

Singkatan Lafal yang benar Lafal yang salah

AC [a-ce] [a-se]

ACC [a-ce-ce] [a-se-se]

CV [ce-fe] [se-fe], [si-fi]

9

MTQ [em-te-ki] [em-te-kyu]

RCTI [er-ce-te-i] [er-se-te-i]

TV [te-fe] [ti-fi]

TVRI [te-fe-er-i] [te-fi-er-i]

WC [we-ce] [we-se]

Jika seseorang sedang berbahasa asing, misalnya bahasa Inggris, lafal

huruf dalam singkatan itu harus mengikuti aturan pelafalan bahasa

Inggris. Demikian juga jika singkatan itu hendak dilafalkan dalam bahasa

asing lainnya.

2.4 Pemenggalan Kata

1) Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut.

a. Jika ditengah kata ada vokal yang berurutan, pemenggalan itu

dilakukan diantara kedua huruf vokal itu.

Misalnya : ma-in, sa-at, bu-ah.

Huruf diftong ai, au, dan oi tidak pernah diceraikan sehingga

pemenggalan kata tidak dilakukan di antara kedua huruf itu.

Misalnya :

au-la bukan a-u-la

sau-da-ra bukan sa-u-da-r-a

am-boi bukan am-bo-i

b. Jika di tengah kata ada huruf konsonan, termasuk gabungan huruf

konsonan, di antara dua buah huruf vokal, pemenggalan dilakukan

sebelum huruf konsonan.

Misalnya :

ba-pak, ba-rang, su-lit, la-wan, de-ngan, ke-nyang, mu-ta-khir.

c. Jika ditengah kata ada dua huruf konsonan yang berurutan,

pemenggalan dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu.

Gabungan huruf konsonan tidak pernah diceraikan.

Misalnya :

10

man-di, som-bong, swas-ta, cap-lok, Ap-ril, bang-sa, makhluk

d. Jika di tengah kata ada tiga buah huruf konsonan atau lebih,

pemenggalan dilakukan di antara huruf konsonan yang pertama

dan huruf konsonan yang kedua.

misalnya :

in-stru-men, ul-tra, in-fra, bang-krut, ben-trok, ikh-las

2) Imbuhan akhiran dan imbuhan awalan, termasuk awalan yang

mengalami perubahan bentuk serta partikel yang biasanya ditulis

serangkai dengan kata dasarnya, dapat dipenggal pada pergantian

baris.

misalnya :

Makan-an, me-rasa-kan, mem-bantu, pergi-lah

catatan :

a. Bentuk dasar pada kata turunan sedapat-dapatnya tidak dipenggal.

b. Akhiran -i tidak dipenggal. (lihat juga keterangan tentang tanda

hubung, Bab V, pasal E, ayat 1 )

c. Pada kata yang berimbuhan sisipan, pemenggalan kata dilakukan

sebagai berikut.

misalnya : te-lun-juk, si-nam-bung, ge-li-gi

3) Jika suatu kata terdiri dari atas lebih dari satu unsur dan salah satu

unsur itu dapat bergabung dengan unsur lain, pemenggalan dapat

dilakukan (1) di antara unsur-unsur itu atau (2) pada unsur gabungan

itu sesuai dengan kaidah 1a,1b,1c dan 1d di atas.

misalnya :

bio-grafi, bi-o-gra-fi

foto-grafi, fo-to-gra-fi

intro-speksi, in-tro-spek-si

2.5 Nama Diri

11

Cara penulisan nama diri (nama orang, lembaga, tempat, jalan,

sungai, gunung, dan nama lainnya) harus mengikuti EYD, kecuali jika ada

pertimbangan khusus yang menyangkut segi adat, hukum, atau sejarah.

Contoh pemakaian biasa :

Rumahnya di Jalan Pajajaran No.5.

Ia berkantor di Jalan Budi Utomo.

Contoh pemakaian dengan pertimbangan khusus :

Pamanku dosen Institut Agama Islam Banten, Serang

Perkumpulan Boedi Oetomo didirikan pada tahun 1908.

Untuk penggunaan huruf x berlaku ketentuan khusus sebagai

berikut.

(1)Untuk penulisan nama diri, unsur kimia, istilah ilmu pengetahuan,

dan lambang dalam matematika, lambang huruf yang dipakai

adalah x.

Misalnya ;

Alex, Mexico, Texas (nama diri)

Xenon, xantat (nama unsur kimia)

Sinar-x, (istilah ilmu pengetahuan )

X1, x2, (lambang dalam matematika)

(2)Untuk penulisan kata-kata biasa yang bukan nama diri, lambang

huruf yang dipakai adalah ks. Perhatikan penulisan dibawah ini.

Penulisan yang salah Penulisan yang benar

export

extra

complex

taxi

telex

ekspor

ekstra

kompleks

taksi

teleks

Selain ketentuan diatas, untuk menulis nama orang berlaku

ketentuan khusus. Penulisan nama seseorang harus mengikuti

kebiasaan orang yang empunya nama kendatipun hasil

12

penulisannya menyalahi EYD. Karena itulah ketentuannya disebut

ketentuan khusus. Betapa tidak, untuk menulis nama orang yang

diafalkannya [yudi], penulisannya bisa lebih dari sepuluh macam

dan semuanya sah adanya, yaitu

(1)Judi (5) Yudi (9) Yoedi

(2)Judie (6) Yudy (10) Yoedhy

(3)Judy (7) Yudhi (11) Yoedhie

(4)Judhy (8) Yudhie (12) Yoedy

Cukup banyak orang disekitar kita yang mengalami era ejaan lama

(Ejaan van Ophuijsen dan Ejaan Republik) dan sudah dewasa pada

waktu EYD diberlakukan, tetap menulis namanya memakai ejaan

lama karena alasan yang bersifat pribadi. Kita memang harus

menghormati hak asasi setia idividu dalam urusan penulisan nama,

yaitu dengan cara menuliskan nama seseorang seperti yang

dikehendakinya. Penulisannya seperti contoh kasus Yudi tadi;

mungkin dengan menggunakan ejaan yang pernah berlaku bagi

bahasa Indonesia seperti contoh dibawah ini.

Ejaan van

Ophuijsen

Ejaan Republik EYD

Soehardjo Suhardjo Suharjo

Abdoellah Tjoet Abdullah Tjut Abdullah Cut

Bagdja Waloeja Djati Bagja Waluja Djati Bagja Waluya Jati

Djoni Hoetasoehoet Djoni Hutasuhut Joni Hutasuhut

Nji Ajoe Soenji Nji Aju Sunji Nyi Ayu Sunyi

Walaupun diatas telah dinyatakan tentang ketentuan khusus yang

memberi keistimewaan menulis nama menurut selera pribadi, namun

hendaknya menulis nama harus mengikuti ejaan yang berlaku, sehingga

kesalahan pelafalan huruf untuk nama tidak akan terjadi, yang akan

terjadi justru ketertiban dalam menulis dan membaca nama.

13

2.6 Penulisan Huruf

A. Huruf Kapital atau Huruf Besar

1. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama pada awal kalimat.

Misalnya :

- Selain buku juga penggaris yang dijual

- Dia hendak ke Sumatera

2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.

Misalnya :

- “Ibu bertanya”

- “Kapan Anton pergi”

3. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang

berhubungan dengan nama Tuhan, nama agama, dan kitab suci;

termasuk kata ganti untuk Tuhan.

Misalnya :

- Allah - Tuhan Yesus

- Sang Pencipta - Maha Kuasa

- Kepada-Mulah - Yang Maha Agung

4. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar

kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang di ikuti dengan nama

orang.

Misalnya :

- Haji Agus Salim bedakan : ia pergi naik haji

- Mahaputra Yamin

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar

kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama

orang.

Misalnya :

- Dia baru saja diangkat menjadi sultan

- Tahun ini dia pergi naik haji

5. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama, jabatan,

pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai

pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.

14

Misalnya :

- Gubernur Imam Utomo - Wakil Presiden

- Ir. Hari Haryono - Nyonya Atin Suharti

- Jakarta - Jl. Serayu

Huruf kapital tidak dipakai sebagai hurup pertama nama jabatan

dan pangkat yang tidak diikuti nama orang, atau nama tempat.

Misalnya :

- Siapa gubernur yang baru dilantik itu

- Kemarin Brigadir Jenderal Ahmad dilantik menjadi mayor

jenderal.

6. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama

orang.

Misalnya :

- Bibit Slamet Riyanto - Syamsul Hidayat

- Chandra Hamzah - Ues Kurni

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang

digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran.

Misalnya :

- mesin diesel - 5 ampere

- 10 volt

7. Huruf kapital dipaka sebagai huruf pertama nama bangsa, suku

bangsa, dan bahasa.

Misalnya :

- bangsa Indonesia - bahasa Inggris

- suku Sunda - bahasa Jepang

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa,

suku bangsa, dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata

turunan.

Misalnya :

- mengindonesiakan kata asing

- keinggris-inggrisan

15

8. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan,

hari, hari raya, dan peristiwa sejarah.

Misalnya :

- bulan September - hari Natal

- bulan Maulid - Perang Badar

- hari Galungan - tahun Hijriah

- hari Jumat - tarikh Masehi

- hari Lebaran - Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah

yang tidak dipakai sebagai nama.

Misalnya :

- Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan

bangsanya.

- Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya perang dunia.

9. Huruf kapital dipakai sebagai nama geografi;

Misalnya :

- Laut Jawa - Selat Sunda

- Asia Tenggara - Teluk Jakarta

- Serang - Danau Toba

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi

yang tidak dipakai menjadi unsur nama diri.

Misalnya :

- berlayar ke teluk - menyeberangi selat

- mandi di kali - pergi ke arah tenggara

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi

yang dipakai sebagai nama jenis.

Misalnya :

- garam inggris - pisang ambon

- gula jawa - kacang bogor

16

10. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur

nama negara, lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, serta

nama dokumen resmi kecuali kata seperti dan.

Misalnya :

- Republik Indonesia

- Mejelis Permusyawaratan Rakyat

- Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

- Badan Kesejahteraan Ibu dan Anak

- Keputusan Presiden Republik Indonesia, Nomor 57, Tahun 1972

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan

resmi negara, lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, badan

serta nama dokumen resmi.

Misalnya :

- menjadi sebuah republik - kerjasama antara pemerintah

dan rakyat

- beberapa badan hukum - menurut undang-undang

yang berlaku

11. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur

bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga

pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi.

Misalnya :

- Perserikatan Bangsa Bangsa - Undang-Undang Dasar

Republik Indonesia

- Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial - Rancangan Undang-Undang

12. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata

(termasuk semua unsur kata ulang sempurna) didalam nama buku,

majalah, surat kabar, dan judul karangan kecuali kata seperti di,

ke, dari, dan, yang dan untuk yang tidak terletak apda posisi

awal.

17

- Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke

Roma.

- Bacalah majalah Sastra dan Bahasa.

- Dia adalah agen surat kabar Sinar Pembangunan.

- Ia menyelesaikan makalah “Asas-Asas Hukum Perdata”

13. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan

nama gelar, pangkat, dan sapaan.

Misalnya :

- Dr. = doktor M.A. = master of art

- S.H. = sarjana hukum S.S = sarjana sastra

- Tn = tuan Ny = nyonya

- Prof = profesor Sdr = saudara

14. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata petunjuk

hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik,

dan paman yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuaan.

Misalnya :

“Kapan Bapak berangkat?” tanya Harto.

Adik bertanya “itu apa, Bu?”

Surat Saudara sudah saya terima.

“Silakan duduk, Dik!” kata ucok.

Besok Paman akan datang.

Mereka akan pergi kerumah Pak Camat.

Para ibu mengunjungi Ibu Hasan.

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk

hubungan kekerabatan yang tidak dipakai dalam pengacuan atau

penyapaan.

Misalnya :

Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.

Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.

15. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti anda.

Sudahkah Anda tahu ?

18

Surat Anda telah kami terima.

B. Huruf Miring

1. Huruf Miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku,

majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.

Misalnya :

majalah Bahasa dan Kesusatraan

buku Negarakertagama karangan Prapanca

surat kabar Suara Karya

2. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau

mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.

Misalnya :

Huruf pertama kata abad ialah a.

Dia bukan menipu tapi ditipu.

Bab ini tidak membicarakan penulisan huruf kapital.

Buatlah kalimat dengan kata berlepas tangan.

3. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama

ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan

ejaannya.

Misalnya :

Nama ilmiah buah manggis adalah Garcinia mangostana

Politik divide et impera pernah merajalela dinegeri ini.

Weltanschauung antara lain diterjemahkan menjadi ‘pandangan

dunia’.

Akan tetapi, perhatikan penulisan berikut :

Negara itu telah megalami beberapa kali kudeta ( dari coup d’etat

).

Catatan :

Dalam tulisan tangan atau ketikan, huruf atau kata yang akan

dicetak miring diberi satu garis dibawahnya.

2.2.3 Penulisan Kata

19

A. Kata dasar

Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.

Misalnya :

Kantor pos sangai ramai. (Kedua kalimat ini

dibangun

Buku itu sudah saya baca. dengan gabungan kata

dasar)

B. Kata Turunan

1) Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata

dasarnya.

Misalnya :

Bergerigi ketetapan sentuhan

Gemetar mempertanyakan terhapus

2) Jika bentuk dasar berupa gabungan kata,awalan atau akhiran

ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau

mendahului.

Misalnya :

Diberi tahu, beritahukan

Bertanda tangan, tanda tangani

Berlipat ganda, lipat gandakan

3) Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan

dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai.

Misalnya :

Memberitahukan

Ditandatangani

Melipatgandakan

C. Bentuk Ulang dan Kata Ulang

Bentuk ulang dan kata ulang ditulis secara lengkap dengan

menggunakan kata tanda hubung.

Misalnya :

20

Anak-anak, berjalan-jalan, biri-biri, buku-buku, dibesar-

besarkan, gerak-gerik, huru-hara, kupu-kupu, laba-laba,

lauk-pauk.

D. Gabungan Kata

1) Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk

istilah khusus, unsur-unsurnya ditulis terpisah.

Misalnya :

duta besar, kerja sama, kereta api cepat, meja tulis,

orang tua, rumah sakit, terima kasih, mata kuliah.

2) Gabungan kata, termasuk istilah khusus yang mungkin

menimbulkan salah pengertian dapat ditulis dengan tanda

hubung untuk menegaskan pertalian unsur yang berkaitan.

Misalnya :

alat pandang-dengar (audio-visual aid), anak, istri, saya

(keluarga), buku sejarah baru (sejarahnya yang baru),

ibu-bapak (orang tua), oarang-tua muda (ayah ibu

muda), kaki-tangan penguasa (alat penguasa)

3) Gabungan kata berikut ditulis serangkai karena hubungannya

sudah sangat padu sehingga tidak dirasakan lagi sebagai dua

kata.

Misalnya :

acapkali, apabila, bagaimana, barangkali, bagaimana,

barangkali, beasiswa, belasungkawa, bumiputera,

daripada, darmabakti, halal-bihalal, kacamata,

kilometer, manakala, matahari, olahraga, radioaktif,

saputangan

4) Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam

kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangakai.

Misalnya :

Adibusana, anatakota, biokimia, caturtunggal,

dasawarsa, inkonvensional, konposer, mahasiswa,

mancanegara, multilateral, narapidana, nonkolesterol,

21

neokolonialisme paripurna, prasangka, purnawirawan,

tunawisma

Jika bentuk terikat oleh kata yang huruf awalnya kapital, diantara

kedua unsur kata itu dituliskan tanda hubung (-).

Misalnya :

non-Asia neo-Nazi

E. Kata Ganti ku, kau, mu, dan nya

Kata ganti ku dan kau sebagai bentuk sigkat dari kata aku dan

engkau, ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.

aku ….. = aku bawa, aku ambil

ku ….. = kubawa, kuambil

engkau ….. = engkau bawa, engkau ambil

kau ….. = kaubawa, kauambil

Misalnya :

Bolehkah aku ambil jeruk ini satu ?

Kalau mau, boleh engkau baca buku itu.

Akan tetapi, perhatikan penulisan berikut ini.

Bolehkah kuambil jeruk ini satu?

Kalau mau, boleh kaubaca buku itu.

Kata ganti ku dan mu sebagai bentuk singkat dari aku dan kamu,

ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.

….. kamu = sepeda kamu

………mu = sepedamu

….. aku = rumah aku

………ku = rumahku

Kata ganti nya selalu ditulis dengan kata yang mendahului.

………nya = bukunya

Misalnya :

Bolehkah aku pakai sepeda kamu sebentar?

Sepedamu lebih kokoh dari sepedaku.

Gadis ayu itu tinggal didepan rumahku.

22

Eva sedang menyampul bukunya.

F. Kata Depan di, ke, dan dari

Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang

mengikutinya, kecuali didalam gabungan kata yang sudah dianggap

sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.

Misalnya :

Tinggalah bersama saya di sini.

Di mana orang tuamu?

Saya sudah makan di restoran.

Ibuku sedang ke luar kota.

Ia pantas tampil ke depan

Duduklah dulu, saya mau ke dalam sebentar.

Bram berasal dari keluarga terpelajar.

Akan tetapi, perhatikan penulisan yang berikut.

Kinerja Lely lebih baik daripada Tuti.

Kami percaya kepada Anda

G. Kata Sandang si dan sang

Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.

Misalnya :

Salah Benar

Sikecil Si kecil

Sipemalu Si pemalu

Sangdiktator Sang

diktator

Sangkancil Sang

kancil

H. Partikel

23

1) Partikel -lah dan -kah ditulis serangkai dengan kata yang

mendahulinya.

Misalnya :

Bacalah peraturan ini sampai tuntas.

Siapakah tokoh yang menentukan radium?

2) Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.

Misalnya :

Apa pun yang dikatakannya, aku tetap tak percaya.

Hendak makan pun lauknya sudah habis.

Satu kali pun Dedy belum pernah datang ke rumahku.

Bukan hanya saya, melainkan dia pun turut serta.

Catatan :

Kelompok yang dianggap padu berikut ini ditulis serangkai, yaitu

adapun, andaipun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun,

kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun, sungguhpun,

walaupun.

Misalnya :

Adapun sebab-musababnya sampai sekarang belum

diketahui .

Bagaimanapun juga akan dicobanya mengajukan

permohonan itu.

Baik para dosen maupun mahasiswa ikut menjadi

anggota koperasi.

Walaupun hari hujan, ia datang juga.

3) Partikel per yang berarti ‘demi’ dan ‘tiap’ ditulis terpisah dari

bagian kalimat yang mendahului atau mengikutinya.

Misalnya :

Mereka masuk kelas satu per satu. (‘satu demi satu’)

Harga kain itu Rp 8.000,00 per meter (‘tiap meter’)

24

I. Singkatan dan Akronim

(1)Singkatan adalah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas

satu huruf atau lebih. Adapun aturan penulisannya adalah

sebagai berikut.

a. Setiap menyingkat satu kata, dipakai satu tanda titik.

Misalnya :

nomor disingkat no.

ibidem disingkat ibid.

halaman disingkat hlm.

b. Bila menyingkat dua kata, dipakai dua titik .

Misalnya :

loco citato disingkat loc. cit.

opere citato disingkta op. cit.

atas nama disingkat a.n.

Akan tetapi, singkatan nama diri yang terbentuk dari

gabungan huruf awal kata yang disingkat, ditulis tanpa titik.

Misalnya :

Perseroan Terbatas disingkat PT

Perusahaan Dagang disingkat PD

Comannditaire Venootschap disingkat CV

Amerika Serikat disingkat AS

c. Bila menyingkat tiga kata atau lebih, pada akhir singkatannya

dipakai satu tanda titik.

Misalnya :

dan kawan-kawan disingkat dkk.

yang akan datang disingkat yad.

dan lain-lain disingkat dll.

atas nama beliau disingkat anb.

Akan tetapi singkatan nama diri yang terbentuk dari

gabungan huruf awal kata yang disingkat, ditulis tanpa titik.

Misalnya :

BUMN (Badan Usaha Milik Negara)

25

DKI (Daerah Khusus Ibukota)

BPS (Badan Pusat Statistik)

RCTI (Rajawali Citra Televisi Indonesia)

d. Penulisan lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran,

timbangan, dan mata uang tidak di ikuti titik.

Misalnya :

Au aurum

TNT trinitrotoleun

cm centimeter

KVA kilovolt-ampere

Kg kilogram

Rp (5.000,00) (lima ribu) rupiah

(2)Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal kata

atau gabungan suku kata dari deret kata yang disingkat. Akronim

dibaca diperlakukan sebagai kata. Ada tiga ketentuan dalam

penulisan akronim.

a. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari

deret kata yang disingkat, seluruhnya ditulis dengan huruf

kapital.

Misalnya :

FISIP (Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik)

ISPA (Infeksi Salurana Pernafasan Atas)

b. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau

gabungan huruf dan suku kata dari deret kata, huruf awalnya

ditulis dengan huruf kapital dan tidak diakhiri oleh tanda titik.

Misalnya :

Bappenas (Badan Perencanaan Pembangunan

Nasional)

Kadin (Kamar Dagang dan Industri)

Sespa (Sekolah Staf dan Pemimpin

Administrasi)

26

c. Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf,

suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret

kata yang disingkat, seluruhnya ditulis dengan huruf kecil

(lower case).

Misalnya :

radar radio detecting and ranging

rapim rapat pimpinan

rudal peluru kendali

J. Angka dan Lambang Bilangan

1) Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan nomor. Dalam

tulisan lazim digunakan angka Arab atau Romawi.

Misalnya :

Angka Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9

Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X

L (50), C (100), D (500), M (1000)

2) Angka digunakan untuk menggunakan (i) ukuran panjang, berat,

luas, dan isi (ii) satuan waktu, (iii) nilai uang, dan (iv) kuantitas.

Misalnya :

19 meter 4 ons 9 hektar 65 liter

Pukul 15.3010 detik 30 meenit 5 jam

Rp 10.000,00 USS 3.50 500 Yen Y500

3) Angka dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah,

apartemen, atau kamar pada alamat.

Misalnya :

Jalan Sentosa III No. 152

Rumah Susun Perumnas Klender, Blok F2, No. 10

4) Angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat

kitab suci.

Misalnya :

27

Bab X, Pasal 5, halaman 354

Surat Annisa: 9

5) Penulisan lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai

berikut.

a. Bilangan utuh

Misalnya :

Dua belas 12

Dua puluh dua 22

Dua ratus dua puluh dua 222

b. Bilangan pecahan

Misalnya :

Setengah ½

Tiga perempat ¼

6) Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara

yang berikut.

Misalnya :

lihat Bab II, Pasal 5 dalam bab ke-2 buku itu

7) Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika

perlu, susunan kalimat diubah sehingga susunan yang tidak dapat

dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak terdapat pada awal

kalimat.

Misalnya :

Lima puluh orang tewas akibat bencana alam itu.

Bukan : 50 orang tewas akibat bencana itu.

Pak Yayat mengundang 500 orang tamu.

Bukan : 500 orang tamu diundang Pak Yayat.

28

BAB 3

PENUTUP

Pada dasarnya masyarakat kita telah memahami penggunaan

kaidah tata bahasa Indonesia yang baik dan benar, akan tetapi dalam

pelaksanaannya seringkali masyarakat dihadapkan pada situasi dan

kondisi berbahasa yang tidak mendukung, maksudnya ialah masyarakat

masih enggan untuk mengikuti kaidah tata bahasa Indnesia yang baik dan

benar dalam komunikasinya sehari-hari, masyarakat sering terdikte oleh

aturan-aturan tata bahasa yang salah, sehingga bermula dari kesalahan-

kesalahan tersebut dapat menjadi kesalahan yang sangat fatal dalam

mengikuti aturan-aturan ketata bahasaan yang akhirnya kesalahan

tersebut menjadi sebuah kebiasaan dan parahnya lagi hal tersebut

menjadi membudaya dan di benarkan penggunaan dalam keseharian,

untuk itu sudah menjadi kewajiban kita bersama untuk selalu

mengingatkan kepada masyarakan untuk dapat menggunakan kaidah

tata bahasa Indonesia yang baik dan benar, karena bagaimanapun

bahasa memiliki peran penting dalam proses pembangunan karakter

masyarakat dalam bangsa ini.

29

DAFTAR PUSTAKA

Finoza, Lamuddin. 2008. Komposisi Bahasa Indonesia Untuk Mahasiswa Non Jurusan. Cetakan ke-16, revisi (3). Jakarta : Diksi Insan Mulia

Waridah, Ernawati. 2008. EYD & Seputar Kebahasa-Indonesiaan. Jakarta. : KawanPustaka

Novia, Windi._____. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Kashiko Press

30