Makalah Bahasa Indonesia

27
 Makalah PENYAKIT POLIO YANG MENYERANG USIA BALITA Disusun Oleh RESKIALWANI 112401047 FMIPA DIII KIMIA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA TAHUN AJARAN 2012/2013

Transcript of Makalah Bahasa Indonesia

Page 1: Makalah Bahasa Indonesia

5/17/2018 Makalah Bahasa Indonesia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-bahasa-indonesia-55b07a9e1dd10 1/27

Makalah

PENYAKIT POLIO YANG MENYERANG USIA BALITA

Disusun Oleh

RESKIALWANI 112401047

FMIPA DIII KIMIA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

TAHUN AJARAN 2012/2013

Page 2: Makalah Bahasa Indonesia

5/17/2018 Makalah Bahasa Indonesia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-bahasa-indonesia-55b07a9e1dd10 2/27

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan pemilik semesta alam dan sumber

segala pengetahuan atas bimbingan dan penyeraan-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan

karya tulis yang berjudul “PENYAKIT POLIO YANG MENYERANG ANAK-ANAK”. 

Penyusunan karya tulis ini dimaksudkan untuk mengembangkan pola pemikiran baru guna

meningkatkan sumberdaya manusia dalam hal ini generasi anak-anak serta menimbulkan kepedulian

mahasiswa terhadap masyarakat sekitar khususunya permasalahan pendidikan.

Kami sangat menyadari karya tulis ini masih jauh dari kesempuranaan. Oleh karena itu, kritik dan

saran yang sifatnya membangun kami sangat harapakan untuk kesempurnaan dari kekurangan-

kekurangan yang ada, sehingga karya tulis ini bisa bermanfaat.

Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu kami

dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.

Medan,13 Januari 2012

Penulis,

Page 3: Makalah Bahasa Indonesia

5/17/2018 Makalah Bahasa Indonesia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-bahasa-indonesia-55b07a9e1dd10 3/27

DAFTAR ISI

Cover................................................................................................................. 0

Kata Pengantar.................................................................................................. 1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1.  Latar belakang........................................................................................ 2

1.2.  Perumusan Masalah............................................................................... 2

1.3.  Tujuan Penelitian.................................................................................... 2

1.4.  Manfaat Penelitian................................................................................. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Umum....................................................................................... 4

2.2. Etiologi..................................................................................................... 4

2.3. Epidemiologi............................................................................................. 8

2.4. Tanda-tanda klinik dan praklinik............................................................... 9

2.5. Diagnosis.................................................................................................. 10

2.6. Pemeriksaan Penunjang........................................................................... 11

2.7. Diagnosis Penunjang................................................................................. 12

2.8. Pengobatan............................................................................................... 13 

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian........................................................................................ 15 

3.2. Lokasi dan waktu penelitian.................................................................... 16 

3.3. Populasi dan Sampel................................................................................ 16 

1. Populasi ............................................................................................... 16 

2. Sampel.................................................................................................. 16

3.4. Pengumpulan Data.................................................................................. 16 

3.5. Instrumen Penelitian................................................................................ 16 

3.6. Pengolahan dan Penyajian Data............................................................... 16

Page 4: Makalah Bahasa Indonesia

5/17/2018 Makalah Bahasa Indonesia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-bahasa-indonesia-55b07a9e1dd10 4/27

 

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian 

IV.1. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan.................................... 17 

IV.2. Karakteristik responden melakukan imunisasi pada anaknya................... 17 

IV.3. Karakteristik responden berdasarkan imunisasi lengkap.......................... 18 

IV.4. Karakteristik responden berdasarkan tempat imunisasi........................... 18 

IV.5. Karakteristik responden mengenai wawasan dari polio............................ 19 

IV.6 Karakteristik responden mengenai manfaat imunisasi polio......................19 

4.2. Pembahasan 

4.2.1. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan..................................... 21 

4.2.2. Karakteristik responden melakukan imunisasi pada anaknya.................... 22 

4.2.3. Karakteristik responden berdasarkan imunisas dasar lengkap ..................23 

4.2.4 Karakteristik Responden berdasarkan tempat imunisasi.............................24 

4.2.5. Karakteristik responden mengenai wawasan dari polio ............................25 

4.2.6. Karakteristik responden mengenai manfaat imunisasi polio .................... 26 

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 

5.1. Kesimpulan............................................................................................ 27

5.2. Saran...................................................................................................... 27

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................... 28

Page 5: Makalah Bahasa Indonesia

5/17/2018 Makalah Bahasa Indonesia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-bahasa-indonesia-55b07a9e1dd10 5/27

BAB I

PENDAHULUAN 

1.1. Latar Belakang Masalah

Sekitar dua puluh tahun terakhir, secara global telah terjadi perubahan paradigma

dari “pengobatan ke pencegahan” (dari kuratif ke preventif). Yang menjadi dasar

pemikiran perubahan paradigma ini adalah pendapat para ahli dalam pengobatan

penyakit infeksi terhadap keterbatasan pengobatan antibiotika. Telah dirasakan makin

hari makin banyak antibiotika yang tidak mempan lagi menghadapi bakteri penyebab

penyakit infeksi berat (resistensi bakteri). Maka upaya pencegahan melalui imunisasi

merupakan pilihan tepat, sebelum anak menderita penyakit infeksi berat.(1)

 

Cikal pemikiran imunisasi ini pertama kali dilaksanakan dalam tahun 1797 oleh Jenner,

seorang sarjana Inggris. Ia menggoreskan cairan luka dari sapi yang menderita cacar

kepada James Phipps, seorang anak lelaki berumur 8 tahun. Kemudian ternyata anak

tersebut terhindar dari penyakit cacar. Dalam pikiran sarjana ini timbullah gagasan untuk

melindungi tubuh manusia terhadap penyakit infeksi ganas lainnya. Imunisasi atau sering

kali disebut juga vaksinasi, merupakan upaya pencegahan penyakit-penyakit infeksi yang

sangat efektif.(1)

 

Imunasasi merupakan salah satu cara pencegahan penyakit infeksi serius yang paling

efektif-biaya. Integrasi praktek-praktek imunasasi menjadi pelayanan perawatan

kesehatan rutin, memberikan kepada dokter anak, pengendalian sebagian besar penyakit

dan mortalitas yang mengganggu Amerika Serikat dan Negara-negara lai sampai

pertengahan abad ke 20. Penggunaan vaksin yang luas membawa pada pemberantasan

cacar global, pelenyapan poliomyelitis dari Amerika, dan pemberantasan betul-betul

poliomyelitis darp Pasifik Barat. Di Amerika Serikat, imunisasi telah hamper melenyapkan

sindroma rubella congenital, tetanus dan difteria dan mengurangi insiden pertusis,

rubella, campak, parotitis epidemika, dan meningitis Haemophilus influenza tipe b secara

dramatis. Lebih dari 50 produk-produk biologis diizinkan di Amerika Serikat dan 11

antigen digunakan untuk imunisasi rutin bayi dan anak-anak, termasuk toksoid difteri dantetanus dan vaksin pertusis, polio trivalent, vaksin campak, parotitis dan rubella, vaksin

Page 6: Makalah Bahasa Indonesia

5/17/2018 Makalah Bahasa Indonesia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-bahasa-indonesia-55b07a9e1dd10 6/27

Hib, dan hepatitis B.(2)

 

Defenisi dan mekanisme. Vaksinasi berarti pemberian setiap vaksin atau toksoid.

Imunisasi menggambarkan proses yang menginduksi imunitas secara artificial dengan

pemberian bahan antigenic, seperti agen imunobiologis. Pemberian agen imunobiologis

tidak bisa disamakan secara automatis dengan perkembangan imunitas yang cukup.(2)

 

Imunisasi aktif terdiri dari induksi tubuh untuk mengembangkan pertahanan terhadap

penyakit dengan pemberian vaksin atau toksoid yang merangsang isistem imun untuk

menghasilkan antibody dan respon imun seluler yang melindungi terhadap agen infeksi.

Imunisasi pasif terdiri dari pemberian proteksi sementara melalui pemberian antibody

yang dihasilkan oleh eksogen. Imunisasi pasif terjadi melalui pemindahan antibody

transplasenta pada janin, yang memberikan proteksi terhadap penyakit selama 3-6 bulan

pertama kehidupan, dan injeksi globulin imun untuk tujuan pencegahan spesifik.(2)

 

Agen imunisasi meliputi vaksin, toksoid, dan antibody yang mengandung preparat dari

donor darah manusia atau binatang. Kebanyakan daria gen ini mengandung pengawet,

stabilsator, antibiotic, tambahan (adjuvan), dan cairan suspensi.(2)

 

Pendekatan utama imunisasi aktif adalah penggunaan agen infeksi hidup, biasanya

dilemahkan dan penggunaan agen yang diinaktifkan atau didetoksifikasi atau ekstraknya

atau produk-produk rekombinasi spesifik (hepatitis B). kesua pendekatan telah

digunakan untuk banyak pennyakit (influenza, poliomielitis). Vaksin hidup yang

dilemahkan, diduga menginduksi respons imunologis yang lebih menyerupai respons

yang ditimbulkan oleh infeksi alamiah daripada vaksin mati. Vaksin yang diaktifkan atau

vaksin mati terdiri atas seluruh organism yang diinaktifkan (missal, vaksin pertusis),

eksotoksin yang didetoksifikasi saja (missal, toksoid tetanus) atau endotoksin terikat pada

protein pembawa, bahan kapsul yang dapat larut (missal, polisakharida pneumokokus)

atau bahan kapsul gabungan (misal, hepatitis B) atau komponen-komponen organism

(misal, subunit influenza).(2)

 

Dengan memberikan vaksin, seorang anak akan terhindar atau hanya bergejala ringan

apabila terkena penyakit infeksi berat yang dapat menimbulkan kematian atau

kecacatan. Dampak negatif yang ditimbulkan oleh vaksin sangat kecil apabila

Page 7: Makalah Bahasa Indonesia

5/17/2018 Makalah Bahasa Indonesia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-bahasa-indonesia-55b07a9e1dd10 7/27

dibandingkan dengan penyakitnya. Sedangkan dampak positifnya, imunisasi dapat

dikatakan suatu “investasi” untuk menjamin kesehatan di masa depan.(2)

 

Di Indonesia Program imunisasi sudah digalakkan sejak tahun 1977. Namun,

berdasarkan data tahun 2001- 2005 kejadian penyakit yang dapat dicegah dengan

imunisasi justru mengalami peningkatan. Sedangkan data mengenai cakupan imunisasi

sendiri di Indonesia belum begitu jelas. Menurut WHO-UNICEF, angka cakupan imunisasi

campak, yang biasa dipakai untuk menggambarkan kelengkapan imunisasi dasar adalah

78% di tahun 2005. Tetapi angka cakupan imunisasi campak ini belum tentu dapat

menggambarkan kelengkapan imunisasi dasar yang sebenarnya.(2)

 

Perlu diketahui bahwa pemilihan imunisasi di satu negara dapat berbeda dengan negara

lain, karena kejadian penyakit di tiap negara berbeda. Misalnya imunisasi BCG atau

hepatitis B tidak menjadi kewajiban di negara amerika serikat, atau beberapa negara di

eropa. Namun di indonesia merupakan imunisasi wajib, mengingat penyakit tuberkulosis

(TB) dan hepatitis B merupakan penyakit yang banyak dijumpai. Maka untuk anak yamg

tinggal di indonesia, para orang tua harus menaati jadwal imunisasi yang telah di

tentukan pemeritahdan ikatan Dokter Anak Indonesia.(2)

 

Melihat kenyataan yang diatas maka saya sebagai peneliti merasa tertarik untuk

mengkaji lebih dalam tentangsejauh manah tingkat pengetahuan masyarakt di kampong

lejang, kelurahan samalewa, kecamatan bungoro, kabupaten pangkajene periode 2010.

1.2. Rumusan Masalah 

Dalam penelitian ini, peneliti merumuskan masalah mengenai “bagaimana tingkat

pengetahuan masyarakat tentang polio di Kel.. Samalewa, Kec. Bungoro, Kab.

Pangkajene. Periode Tahun 2010”. 

1.3. Tujuan Penelitian 

Tujuan dilaksanakan penelitian ini, meliputi :

Page 8: Makalah Bahasa Indonesia

5/17/2018 Makalah Bahasa Indonesia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-bahasa-indonesia-55b07a9e1dd10 8/27

1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat tentang polio di Kel.. Samalewa,

Kec. Bungoro, Kab. Pangkajene. Tahun 2010

2. Untuk mengetahuai sampai dimana tingkat pengetahuan masyarakat mengenai polio.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai salah satu sumber informasi bagi instansi terkait.

2. Sebagai bahan perbandingan bagi peneliti lain yang berminat melakukan penelitian

yang sama pada lokasi dan waktu yang berbeda. Sehingga diharapkan dapat

menghasilkan yang lebih akurat.

3. Bagi peneliti, diharapkan akan menjadi pengalaman berharga dalam memperluas

wawasan dan pengetahuan tentang tingkat pengetahuan masyarakat kampong lejang

tentang polio.

4. Merupakan pengalaman berharga utamanya dalam memperluas wawasan dan

menambah pengetahuan khususnya mengenai polio. 

Page 9: Makalah Bahasa Indonesia

5/17/2018 Makalah Bahasa Indonesia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-bahasa-indonesia-55b07a9e1dd10 9/27

BAB II 

TINJAUAN PUSTAKA 

2.1. Tinjauan Umum

Kata polio (abu-abu) dan myelon (sumsum), berasal dari bahasa latin yang berarti

medulla spinalis. Penyakit ini disebabkan oleh virus poliomyelitis pada medulla spinalis

yang secara klasik menimbulkan kelumpuhan.(3)

 

Pada tahun 1789 Underwood yang berasal dari Inggris pertama kali menulis tentang

kelumpuhan anggota badan bagian bawah (ekstremitis inferior) pada anak, yang

kemudian dikenal sebagai poliomyelitis. Pada permulaan abad ke 19 dilaporkan terjadi

wabah di Eropa dan beberapa tahun kemudian terjadi di Amerika Serikat. Pada saat itu

banyak terjadi wabah penyakit pada musim gugur. Pada tahun 1952 penyakit polio

mencapai puncaknya dan dilaporkan terdapat lebih dari 21.000 kasus polio paralitik.

Angka kejadian kasus polio secara drastis menurun setelah pemberian vaksin yang sangat

efektif. Di Amerika Serikat kasus terakhir virus polio liar ditemukan pada tahun 1979.(3)

 

Di Indonesia imunisasi polio pada program memakai oral polio vaccine (OPV)

dilaksanakan sejak tahun 1980 dan tahun 1990 telah mencapai UCI. Dalam usaha

eradikasi polio mencapai kemajuan sangat bermakna semenjak dilakukannya Pekan

Imunisasi Nasional (PIN) tiga tahun berturut-turut, yaitu pada tahun 1995, 1996, dan

1997. Pada hari PIN tersebut telah diimunisasi sebanyak 22 juta anak balita di seluruh

Indonesia. Setelah pelaksanaan PIN tersebut kasus polio di Ondonesia menurun drastic.

Kejadian terakhir dari pemeriksaan laboratorium ditemukan 7 kasus dengan virus polio

liar (tipe 1, 2, dan 3) pada tahun 1995, dan sejak itu tak pernah lagi.

2.2. Etiologi 

Virus polio termasuk dalam kelompok (sub-group) entero virus, family Picomavindae.

Dikenal 3 macap serotype virus polio yaitu P1, P2, dan P3. Virus polio ini menjadi tidak

aktif apabila terkena panas, formal dehid, klorin dan sinar ultraviolet.(3) 

Page 10: Makalah Bahasa Indonesia

5/17/2018 Makalah Bahasa Indonesia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-bahasa-indonesia-55b07a9e1dd10 10/27

2.3. Epidemiologi 

Infeksi virus polio terjadi di seluruh dunia, untuk Amerika Serikat transmisi virus polio

liar berhenti sekitar tahun 1979. Di Negara-negara Barat, eliminasi polio sejak tahun

1991. Program eradikasi polio global secara dramatis mengurangi transmisi polio liar di

seluruh dunia, kecuali beberapa Negara yang sampai saat ini masih ada transmisi virus

polio liar di India , Timur Tengah dan Afrika. Reservoir virus polio liar hanya pada

manusia, yang sering ditularkan oleh pasien infeksi polio yang tanpa gejala. Namun tidak

ada pembawa kuman dengan status karier asimtomatis kecuali pada orang yang

menderita defisien system imun.(3)

 

Virus polio menyebar dari satu orang ke orang lain melalui jalur oro-fecal pada

beberapa kasus dapat berlangsung secara oral-oral. Infeksi virus mencapai puncak pana

musim panas, sedangkan pada daerah tropis tidak ada bentuk musiman penyebaran

infeksi. Virus polio sangat menular, pada kontak antar rumah tangga (yang belum

diimunisasi) derajat serokonversinya lebih dari 90%. Kasus-kasus polio sangat

infeksiusdari 7-10 hari sebelum dan setelah timbulnya gejala, tetapi virus polio dapat

ditemukan dalam tinja 3 sampai 6 minggu.(3)

 

2.4. Tanda-tanda klinik dan praklinik 

Virus polio yang masuk akan berbiak di tenggorokan dan usus, dan tanda-tand klinik

yang timbul kemudian akan sesuai dengan kerusakan anatomic yang terjadi. Biasanya,

masa inkubasinya adalah 3-6 hari, dan kelumpuhan terjadi dalam waktu 7-21 hari.

Replikasi di motor neuron terutama terjadi di sungsum tulang belakang yang

menimbulkan kerusakan sel dan kelumpuhan serta atrofi otot, sedang virus yang berbiak

di batang otak akan menyebabkan kelumpihan bulbar dan kelumpuhan pernafasan.

Selain gejalaklinik yang akut, juga dikenal adanya post-polio syndrome (PPS) yang gejala

kelumpuhannya terjadi bertahun-tahun setelah infeksi akut.Pada setiap anak yang dating

dengan panas disertai sakit kepala, sakit pinggang, kesulitan menekuk leher dan

punggung, kekauan oto yang diperjelas dengan tanda head drop, tanda tripod saat

duduk, tanda-tanda spinal, Brudzinsky atau Kernig, harus dicurigai kemungkinan adanya

poliomeilitis.Infeksi virus polio pada manusia sangat bervariasi, dari gejala yang sangat

Page 11: Makalah Bahasa Indonesia

5/17/2018 Makalah Bahasa Indonesia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-bahasa-indonesia-55b07a9e1dd10 11/27

ringan sampai terjadi paralisis. Infeksi virus polio dapat diklasifikasikan menjadi minor

illness (penyakit dengan gajala ringan) dan major illness (termasuk jenis non-paralitik dan

paralitik).(4)

 

2.5. Diagnosis 

Diagnosis polio dibuat berdasarkan:

1. Pemeriksaan virology dengan cara membiakkan virus polio, baik liar maupun virus

vaksin. Selain tatacara laboratorik yang ketat dan standar (dengan kultur sel jaringan),

kualitas specimen sangat mempengaruhi hasil pemeriksaan. Specimen yang kering, tidak

dingin, terkontaminasi atau pengambilan sampel setelah 2 minggu setelah lumpuh

memberikan hasil biakan negative palsu. Lumpuh layuh juga dapat disebabkan oleh

infeksi dengan enterovirus 71 atau Coxsackie A& atau non-polio-enterovirus yang lain.

Selain biakan, identifikasi antigen dilakukan dengan pemeriksaan probe atau sequencing. 

2. Pengamatan gejala dan perjalanan klinik. Banyak sekasli kasus yang menunjukkan

gejala lumpuh layuh yang termasuk dalam acute flaccid paralysis. Pemeriksaan yang teliti

dan pengamatan lanjutan yang sangat membantu. Kasus klinik mirip polio ( polio-

compatibel ) adalah kasus yang setelah 60 hari masih mempunyai paralisis residual tanpa

informasi medic yang jelas, atau penderita meninggal. Sensitifitas menjadi 64% dan

spesifitas 82% apabila kita menggunakan variable gabungan dengan menambahkan

variable umur di bawah 6 tahun, adanya panas pada permulaan sakit, perubahan paralisis

yang cepat menjadi maksimal (dalam waktu 4 hari). Cara lain adalah menambahkan

variable lain misalnya penambahan pola neurologikyang dianggap khas seperti

kelumpuhan proksimal, unilateral, tidak adanya gangguan sensori. Pada akhir program

eradikasi sensitivitas diperlebar dengan memasukkan border-line cases, yaitu semua

penderita yang lumpuh layuh akut.

3. Pemeriksaan khusus. Pemeriksaan hantaran saraf dan elektromiografi dapat merujuk

secara lebih tepat letak kerusakan saraf secara anatomic. Cara ini akan dapat

memisahkan kerusakan motor neuron dengan kelainan lain akibat demyelinasi pada saraf 

tepi, sehingga dapat mempermudah membedakan polio dengan kelainan kerusakan

lower motor neuron lain, misalnya Guillain-Barre syndrome. Pemeriksaan lain seperti

pemeriksaan MRI dapat menunjukkan kerusakan di daerah kolumna anterior, sedangkan

Page 12: Makalah Bahasa Indonesia

5/17/2018 Makalah Bahasa Indonesia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-bahasa-indonesia-55b07a9e1dd10 12/27

pemeriksaan likuor memberikan gambaran sel dan bahan kimia (kadar gula dan protein)

yang sangat penting untuk menentukan kerusakan yang terjadi pada sel motor neuron.

4. Pemeriksaan adanya gejala sisa neurologic (residual paralysis). Pemeriksaan ini

dilakukan 60 hari setelah kelumpuhan, untuk mencari deficit neurologic, misalnya

mencari kelumpuhan partial atau kelemahan otot pada satu atau sekelompok otot.

Pemeriksaan sebaiknya tepat waktu (jangan diundur), karena kelemahan ini bias

menghilang akibat adanya kompensasi oleh otot lain atau perbaikan dari sisa otot yang

masih baik. Bilamana ada keraguan sebaiknya dilanjutkan dengan pemeriksaan

elektrodiagnostik.

2.6. Pemeriksaan Penunjang

A. Darah Tepi Perifer 

Tidak ada pemeriksaan yang spesifik untuk diagnosis poliomeilitis pada gejala awal,

sama seperti virus lainnya. Pemeriksaan darah perifer mungkin dalam batas normal atau

terjadi leukositosis pada fase akut mayor illness yaitu 10.000-30.000/µl dengan

predominan PMN.

B. Cairan Serebrospinal 

Pada 90% kasus mayor illness, terjadi peningkatan jumlah sel bervariasi 20-300 sel/µl,

pada umumnya dalan 72 jam pertama terjadi dominasi PMN, selanjutnya dominasi

limfosit dan jumlah sel menurun pada minggu ke-2 menjadi 10-15/µl. terdapat

penurunan kadar gula likuor dan peninggian kadar protein 30-200mg/dl pada minggu ke-

2, dan kembali normal dalam sebulan. 

C. Pemeriksaan Serologik 

Diagnosis poliomeilitis ditegakkan berdasarkan peninggian titer antibody 4x atau lebih

antara fase akut dan konvalesens, yaitu dengan cara pemeriksaan uji netralisasi dan uji

fiksasi komplemen. Karena complement fixing antibody mempunyai waktu yang lebih

pendek dibandingkan filter netralisasi, dan lebih kuat maka dapat ditentukan adanya

infeksi polio baru bial terdapat peninggian tes fiksasi komplemen. Sangat membantu bila

wabah disebabkan oleh type tertentu atau oleh NPE yang lain.

Page 13: Makalah Bahasa Indonesia

5/17/2018 Makalah Bahasa Indonesia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-bahasa-indonesia-55b07a9e1dd10 13/27

 

D. Isolasi Virus 

Penderita mulai mengeluarkan virus ke dalam tinja saat sebelum fase paralitik terjadi.

Pada isolasi feses yang diambil 10 hari dari awitan dari gejala neurologic, 80-90% positif 

untuk virus polio, oleh karena itu ekskresi terjadi intermiten maka yang sebainya diambil

2 atau lebih specimen dalam beberapa hari. Ekskresi dari faring dan cairan serebrospinal

 jarang menghsilkan virus dan mempengaruhi cara vaksinasi.

2.7. Diagnosis Banding

Untuk menegakkan diagnosis klinis secara tepat terhadap poliomeilitis paralitik agak

sulit. Sebagai pegangan praktis, apabila dijumpai penyakit akut lain yang menyebabkan

nyeri kepala hebat, nyeri leher, ddemam dan paralisis flasid yang asimetris tanpa

menyebabkan kehilangan sensorik, yang diikuti kenaikan leukosit pada cairan likuor.

Diagnosos banding adalah :

1. Sindrom Gullain-Barre. Paralitis dapat diduga post-infection polyneuropathy (Sindrom

Gullain-Barre) jika terdapat sedikit perubahan system saraf sensorik. Biasanya pada

polineuropati, rasa lemah yang timbul simetris, tidak dijumpai demam. Likuor jarang

menunjukkan pleiositosis dan sering terjadi peningkatan protein likuor > 100 mg/dl.

2. Meilitis transversa akut. Kelainan pada saraf sensorik dan motorik setinggi segmen

spinal yang bersangkutan, yang mengalami peradangan.

3. Epidemic neuromistenia (Iceland disease) dan pleurodinia (Bornholm’s disease). Pola

epidemiologi, abnormalitas likuor yang kurang dan tidak adanya paralisis motor neuron

digunakan untuk membedakan dengan poliomyelitis.

4. ADEM (acute demyelinating encephalomyelopathy)

5. Ensefalitis akibat virus lain.

Pada kasus jarang, infeksi dengan virus lain dapat menyebabkan nyeri paralitik yang

mirip poliomyelitis paralitik. Baik coxsachie virus maupun echo virus dilaporkan juga

menyebabkan ensefalitis, terutama ngejala dan tanda dari motor neuron. Walaupun

 jarang, jika disertai dengan paralisis yang berat.

Page 14: Makalah Bahasa Indonesia

5/17/2018 Makalah Bahasa Indonesia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-bahasa-indonesia-55b07a9e1dd10 14/27

2.8. Pengobatan 

Terapi poliomyelitis tak ada yang spesifik, tetapi tergantung penyulit yang terjadi.

Inhibisi metabolic untuk mencegah serangan virus ke susunan saraf yang dilakukan in-

vitro tidak dapatdikerjakan pada manusia. Pemberian immunoglobulin mungkin dapat

mencegah penyebaran hematogen ke susunan saraf, tatapi bila fase paralitik telah

terjadi, sudah terlambat. Selain fisioterapi dan ortopedi perlu diperhatikan fungsi yang

lain. Mana jemen pengobatan suportif yang baik (respirasi buatan pada anak) gangguan

respirasi/kardiovaskuler.(4)

 

A. Fase Pre-paralitik 

Selama epidemic polio semua penderita dengan gejala sistemik yang tak spesifik harus

diperhatikan kemungkinan terjadi paralisis. Tirah baring merupakan pengobatan yang

penting untuk menjaga terjadinya footdrop, bila anak tampak gelisah dapat diberikan

sedative ringan seperti diazepam, pada otot yang sakit diberikan kompres buli-buli panas,

dan apat diberikan antipiretik bila demam.(4)

 

B. Fase Paralitik 

Selama fase akut dapat diberi analgetik non narkotik. Rasa nyeri pada otot dikurangi

dengan mengurangi manipulasi. Dianjurkan fisioterapi dimulai pada masa konvalesens

untuk mencegah kontraktur. Pemberian cairan suplemen bila per-oral kurang dan

pemberian enema bila obstipasi. Setelah fase akut lewat, mulai dilakukan fisioterapi aktif.

Konsultasi ortopedi dapat dilakukan segera tetapi operasi, biasanya dilakukan 1-2 tahun

setelah awitan. Braces mungkin dapat dipakai untuk mengkompensasi kelemahan otot.(4)

 

Page 15: Makalah Bahasa Indonesia

5/17/2018 Makalah Bahasa Indonesia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-bahasa-indonesia-55b07a9e1dd10 15/27

BAB III 

METODE PENELITIAN 

3.1 Jenis Penelitian

Jenis Penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yang dimaksudkan untuk

mengetahui gambaran tingkat pengetahuan tentang Polio di kelurahan Samalewa,

kecamatan Bungoro, kabupaten Pangkajene.

3.2 Lokasi dan waktu penelitian 

Lokasi penelitian di kelurahan samalewa, kecamatan bungoro, kabupaten pangkajene.

Penelitian di laksanakan selama 40 hari. (15 maret – 24 april tahun 2010).

3.3 Populasi dan Sampel 

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah Ibu yang ada di Kelurahan Samalewa, Kecamatan

Bungoro, Kabupaten Pangkajene periode tahun 2010.

2. Sampel

Sampel yang diambil adalah wanita yang memiliki anak di Kelurahan Samalewa ,

Kecamatan Bungoro, Kabupaten Pangkajene tahun 2010.

3.4 Pengumpulan Data 

Teknik pengumpulan data melalui, data-data dari internet.

Page 16: Makalah Bahasa Indonesia

5/17/2018 Makalah Bahasa Indonesia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-bahasa-indonesia-55b07a9e1dd10 16/27

3.5 Instrumen Penelitian 

Instrumen atau alat pengumpul data primer yang digunakan adalah kuesioner yang diisi

oleh responden, berisi kuis Pengetahuan, Pendidikan, Imunisasi dan juga menggunakan

data sekunder.

3.6 Pengolahan dan Penyajian Data 

Pengolahan data dilakukan secara manual dan elektronik dan disajikan dalam bentuk

tabel distribusi frekuensi disertai penjelasannya.

Page 17: Makalah Bahasa Indonesia

5/17/2018 Makalah Bahasa Indonesia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-bahasa-indonesia-55b07a9e1dd10 17/27

BAB IV 

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 

4.1. Hasil Penelitian 

Penelitian dilaksanakan di kelurahan samalewa, kecamatan bungoro, kabupaten

pangkajene pada tanggal 15 maret -25 april 2010 dengan jumlah responden 30 orang.

Untuk menjamin jawaban responden mendekati validitas dan reabilitas dilakukan :

1. Memberikan penjelasan sebelum dan selama pengisian kuesioner kepada responden.

2. Memberikan waktu yang cukup untuk mengisi kuesioner yaitu sekitar 15 menit.

3. Mengusahakan agar responden menjawab sesuai hati nurani tidak ada paksaan dari

orang lain.

Selanjutnya, setiap jawaban diperiksa dengan saksama secara manual. Data yang

diperoleh kemudian diolah sesuai dengan tujuan penelitian dan disajikan dan disajikan

dalam bentuk table.

IV.1. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan 

Tabel 11. 

Distribusi responden berdasarkan pendidikan

Pendidikan  Jumlah 

N  % 

Tidak sekolah 0 0

SD 18 60,00

SMP 7 23,33

Page 18: Makalah Bahasa Indonesia

5/17/2018 Makalah Bahasa Indonesia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-bahasa-indonesia-55b07a9e1dd10 18/27

SMA 5 16,67

Perguruan Tinggi 0 0

Total 30  100 

Sumber : Data primer  

Table 1 menunjukan bahwa berdasarkan pendidikan, responden tidak sekolah 0 (0%),

responden sekolah dasar 18 (60,00%), responden sekolah menengah pertama 7 (23,33%),

responden sekolah menengah atas 5 (16,67%) dan responden perguruan tinggi 0 (0%). Ini

menunjukan responden sekolah dasar lebih banyak dibandingkan sekolah menengah

pertama dan sekolah menegah atas.

Page 19: Makalah Bahasa Indonesia

5/17/2018 Makalah Bahasa Indonesia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-bahasa-indonesia-55b07a9e1dd10 19/27

IV.2. Karakteristik responden melakukan imunisasi pada anaknya 

Tabel 12. 

Distribusi responden melakukan imunisasi pada anaknya 

Defenisi Imunisasi  Jumlah 

N  % 

Ya 12 40,00

Tidak 18 60,00

Total  30  100 

Sumber : Data primer  

Table menunjukan bahwa dari 30 responden terdapat 12 (40%) yang melakukan

imunisasi pada anaknya dan sebanyak 18 (60%) yang tidak melakukan imunisasi pada

anaknya.

Page 20: Makalah Bahasa Indonesia

5/17/2018 Makalah Bahasa Indonesia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-bahasa-indonesia-55b07a9e1dd10 20/27

IV.3. Karakteristik responden berdasarkan imunisasi lengkap 

Tabel 13. 

Distribusi Responden berdasarkan pengetahuan mengenai imunisasi lengkap 

Tempat  Jumlah 

N %

Baik 11 36,67

Tidak 19 63,33

Total  30  100 

Sumber : Data primer  

Dari table di atas menunjukan bahwa dari 30 responden yang mengetahui imunisasi

lengkap hanya 11 (36,67) dan yang tidak mengetahui imunisasi dasar lengkap ada 19

(63,33%), jadi cenderun lebih banyak responden yang tidak mengetahui imunisasi

lengkap.

IV.4. Karakteristik responden berdasarkan tempat imunisasi 

Tabel 14. 

Distribusi Responden Mengenai pengetahuan tempat imunisasi

Page 21: Makalah Bahasa Indonesia

5/17/2018 Makalah Bahasa Indonesia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-bahasa-indonesia-55b07a9e1dd10 21/27

Tempat  Jumlah 

N %

Rumah Sakit 0 0

Puskesmas 2 6,67

Posyandu 19 63,33

Tidak pernah 9 30,00

Total  30  100 

Sumber : data primer  

Dari table di atas menunjukan bahwa dari 30 responden yang menggunakan rumah

sakit sebagai tempat imunisasi 0 (0%), puskesmas 2 (6,67%), posyandu 19 (63,33%) dan

yang tidak pernah 9(30%). Jadi,jika kita tinjau dari dari segi tempat-tempat imunisasi

ternyata ada beberapa yang tidak pernah membawa anaknya ke tempat imunisasi.

IV.5. Karakteristik responden mengenai wawasan dari polio 

Tabel 15. 

Distribusi Responden Mengenai wawasan dari polio

Page 22: Makalah Bahasa Indonesia

5/17/2018 Makalah Bahasa Indonesia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-bahasa-indonesia-55b07a9e1dd10 22/27

Defenisi Polio  Jumlah 

N %

Baik 11 36,67

Tidak 19 63,33

Total  30  100 

Sumber : Data primer  

Table menunjukan dari 30 responden hanya 11(36%) yang baik mengenai wawasan dari

polio dan 19(63,33%) yang tidak mengetahui wawasan dari polio.

IV.6 Karakteristik responden mengenai manfaat imunisasi polio 

Tabel 16. 

Distribusi Responden berdasarkan pengetahuan mengenai Manfaat imunisasi polio  

Manfaat Vaksin Polio  Jumlah 

N %

Baik 10 33,33

Tidak 20 66,67

Page 23: Makalah Bahasa Indonesia

5/17/2018 Makalah Bahasa Indonesia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-bahasa-indonesia-55b07a9e1dd10 23/27

Total  30  100 

Sumber : Data primer  

Table menunjukan dari 30 responden hanya 10 (33,33%) yang baik mengetahui manfaat

dari imunisasi polio yaitu mencegah terjadinya penyakit lumpuhan dan 20 (66,67%) yang

tidak mengetahui manfaat dari imunisasi polio.

4.2. Pembahasan

4.2.1. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan 

Setelah dilakukan penelitian tentang pengetahuan masyarakat tentang polio di

Kelurahan Samalewa, Kecamatan Bungoro, Kabupaten Pangkajene pada tanggal 15

Maret sampai 24 April 2010, rata-rata responden hanya tamatan Sekolah Dasar. Jika

ditinjau dari segi defenisi pendidikan, Pendidikan” adalah sebuah proses pengubahan

sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia

melalui upaya pengajaran dan pelatihan, maka jelas dapat kita kerucutkan sebuah visi

pendidikan yaitu mencerdaskan manusia.

4.2.2. Karakteristik responden melakukan imunisasi pada anaknya 

Imunasasi merupakan salah satu cara pencegahan penyakit infeksi serius yang paling

efektif.

Dari hasil penelitian didapatkan 12 (40%) yang melakukan imunisasi pada anaknya dan

sebanyak 18 (60%) yang tidak melakukan imunisasi pada anaknya, Ini menunjukan

banyak responden yang tidak melalukan imunisasi pada anaknya.

4.2.3. Karakteristik responden berdasarkan imunisas dasar lengkap

Dari table di atas menunjukan bahwa dari 30 responden yang mengetahui imunisasi

lengkap hanya 11 (36,67) dan yang tidak mengetahui imunisasi dasar lengkap ada 19

Page 24: Makalah Bahasa Indonesia

5/17/2018 Makalah Bahasa Indonesia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-bahasa-indonesia-55b07a9e1dd10 24/27

(63,33%), Ini menunjukkan lebih banyak responden yang tidak mengetahui imunisasi

lengkap.

Imunisasi ada yang dilakukan dengan cara disuntik, ada pula yang diteteskan ke mulut.

Saat ini, berdasarkan rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), ada 8 imunisasi

yang perlu dilakukan bagi bayi yang berusia 0 bulan hingga anak berumur 12 tahun. Yaitu

imunisasi Hepatitis B, Polio/DPT, BCG, TBC, campak, tetanus fteria dan batuk rejan.

4.2.4 Karakteristik Responden berdasarkan tempat imunisasi 

Dari data yang diperoleh, responden yang menggunakan rumah sakit sebagai tempat

imunisasi 0 (0%), puskesmas 2 (6,67%), posyandu 19 (63,33%) dan yang tidak pernah

9(30%). Ini menunjukan tenyata masih ada orang tua yang tidak mengikutkan anaknya

untuk imunisasi.

Setiap anak, begitu ia dilahirkan, apalagi dalam kondisi sehat, perlu diimunisasi. Dan

adalah kewajiban Orang tua untuk membawa anak-anaknya, ke pusat pelayanan

kesehatan masyarakat (Puskesmas) atau rumah sakit, untuk memperoleh imunisasi

sesuai jadwal yang direkomendasikan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).(7)

 

4.2.5. Karakteristik responden mengenai wawasan dari polio

Dari hasil penelitian responden hanya 11(36%) yang baik mengenai wawasan dari polio

dan 19(63,33%) yang tidak mengetahui wawasan dari polio. Ini menunjukan masih ada

yang belum mengetahui wawasan dari polio.

Polio (Poliomielitis) adalah suatu infeksi virus yang sangat menular, yang menyerang

seluruh tubuh (termasuk otot dan saraf) dan bisa menyebabkan kelemahan otot yang

sifatnya permanen, kelumpuhan atau kematian.(8)

 

4.2.6. Karakteristik responden mengenai manfaat imunisasi polio

Dari hasil penelitian responden hanaya 10 (33,33%) yang baik mengetahui manfaat dari

imunisasi polio yaitu mencegah terjadinya penyakit lumpuhan dan 20 (66,67%) yang tidak

Page 25: Makalah Bahasa Indonesia

5/17/2018 Makalah Bahasa Indonesia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-bahasa-indonesia-55b07a9e1dd10 25/27

mengetahui manfaat dari imunisasi polio. Ini menunjukan masih ada masyarakat yang

belum mengetahui manfaat dari polio.Virus polio berkembang biak dalam tenggorokan

dan saluran pencernaan atau usus, lalu masuk ke aliran darah dan akhirnya ke sumsum

tulang belakang hingga bisa menyebabkan kelumpuhan otot tangan dan kaki. Bila

mengenai otot pernapasan,penderita akan kesulitan bernapas dan bisa meninggal.Masa

inkubasi virus antara 6-10 hari. Setelah demam 2-5 hari, umumnya akan mengalami

kelumpuhan mendadak pada salah satu anggota gerak. Namun tak semua orang yang

terkena virus polio akan mengalami kelumpuhan, tergantung keganasan virus polio yang

menyerang dan daya tahan tubuh si anak. Nah, imunisasi polio akan memberikan

kekebalan terhadap serangan virus polio.

Page 26: Makalah Bahasa Indonesia

5/17/2018 Makalah Bahasa Indonesia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-bahasa-indonesia-55b07a9e1dd10 26/27

BAB V 

KESIMPULAN DAN SARAN 

5.1. Kesimpulan

1. Berdasarkan tingkat pendidikan rata –rata responden hanya tamatan Sekolah Dasar.

2. Sebagian responden tidak melalukan imunisasi pada anaknya.

3. Sebagian responden belum mengetahui mana yang termasuk imunisasi dasar

lengkap.

4. Pengetahuan responden mengeanai tempat imunisasi, sebagian besar mengantarkan

anak ke posyandu.

5. Sebagian responden masih kurang wawasannya mengenai polio.

6. Sebagian responden belum mengetahui manfaat dari vaksin polio

5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis dapat memberikan saran sebagai berikut :

1. Meningkatkan penyuluhan mengenai pentingnya penggunaan Imunisasi terutama

untuk mencegah anak dari bahaya penyakit infeksi.

2. Melihat masih ada masyarakat yang belum mengetahui imunisasi dan polio di

Kelurahan Samalewa, Kecamatan Bungoro, Kabupaten Pangkajene dapat dilakukan

penelitian ulang bagi peneliti yang berminat sehingga dapat mengengetahui

perkembangan pengetahuan masyarakat.

Page 27: Makalah Bahasa Indonesia

5/17/2018 Makalah Bahasa Indonesia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-bahasa-indonesia-55b07a9e1dd10 27/27

DAFTAR PUSTAKA 

1. Danusantoso Halim, Buku Saku Ilmu Penyakit Paru. Hipokrates: Jakarta, 2000; 93-132

2. Nelson. Waldo E, Nelson Texbook of Pediatrics, Buku Kedokteran EGC Vol.2, Jakarta, 2000.

3. Soeyitno. Hariyon, Raanuh.I.G.N, Buku Imunisasi Indonesia, Satgas Imunisasi IDI,

Jakarta.2001.

4. S, Poorwo Soedarmo, Buku Ajar Infeksi & Pedatri Tropis, Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK

UI, Jakarta, 2002.

5. Pendidikan [Online]. Cited 2010 May 1st

available from:

http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan