Makalah Bahasa Indonesia
-
Upload
resky-alwani -
Category
Documents
-
view
93 -
download
0
Transcript of Makalah Bahasa Indonesia
5/17/2018 Makalah Bahasa Indonesia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-bahasa-indonesia-55b07a9e1dd10 1/27
Makalah
PENYAKIT POLIO YANG MENYERANG USIA BALITA
Disusun Oleh
RESKIALWANI 112401047
FMIPA DIII KIMIA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
TAHUN AJARAN 2012/2013
5/17/2018 Makalah Bahasa Indonesia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-bahasa-indonesia-55b07a9e1dd10 2/27
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan pemilik semesta alam dan sumber
segala pengetahuan atas bimbingan dan penyeraan-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan
karya tulis yang berjudul “PENYAKIT POLIO YANG MENYERANG ANAK-ANAK”.
Penyusunan karya tulis ini dimaksudkan untuk mengembangkan pola pemikiran baru guna
meningkatkan sumberdaya manusia dalam hal ini generasi anak-anak serta menimbulkan kepedulian
mahasiswa terhadap masyarakat sekitar khususunya permasalahan pendidikan.
Kami sangat menyadari karya tulis ini masih jauh dari kesempuranaan. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang sifatnya membangun kami sangat harapakan untuk kesempurnaan dari kekurangan-
kekurangan yang ada, sehingga karya tulis ini bisa bermanfaat.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu kami
dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.
Medan,13 Januari 2012
Penulis,
5/17/2018 Makalah Bahasa Indonesia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-bahasa-indonesia-55b07a9e1dd10 3/27
DAFTAR ISI
Cover................................................................................................................. 0
Kata Pengantar.................................................................................................. 1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang........................................................................................ 2
1.2. Perumusan Masalah............................................................................... 2
1.3. Tujuan Penelitian.................................................................................... 2
1.4. Manfaat Penelitian................................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Umum....................................................................................... 4
2.2. Etiologi..................................................................................................... 4
2.3. Epidemiologi............................................................................................. 8
2.4. Tanda-tanda klinik dan praklinik............................................................... 9
2.5. Diagnosis.................................................................................................. 10
2.6. Pemeriksaan Penunjang........................................................................... 11
2.7. Diagnosis Penunjang................................................................................. 12
2.8. Pengobatan............................................................................................... 13
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian........................................................................................ 15
3.2. Lokasi dan waktu penelitian.................................................................... 16
3.3. Populasi dan Sampel................................................................................ 16
1. Populasi ............................................................................................... 16
2. Sampel.................................................................................................. 16
3.4. Pengumpulan Data.................................................................................. 16
3.5. Instrumen Penelitian................................................................................ 16
3.6. Pengolahan dan Penyajian Data............................................................... 16
5/17/2018 Makalah Bahasa Indonesia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-bahasa-indonesia-55b07a9e1dd10 4/27
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
IV.1. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan.................................... 17
IV.2. Karakteristik responden melakukan imunisasi pada anaknya................... 17
IV.3. Karakteristik responden berdasarkan imunisasi lengkap.......................... 18
IV.4. Karakteristik responden berdasarkan tempat imunisasi........................... 18
IV.5. Karakteristik responden mengenai wawasan dari polio............................ 19
IV.6 Karakteristik responden mengenai manfaat imunisasi polio......................19
4.2. Pembahasan
4.2.1. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan..................................... 21
4.2.2. Karakteristik responden melakukan imunisasi pada anaknya.................... 22
4.2.3. Karakteristik responden berdasarkan imunisas dasar lengkap ..................23
4.2.4 Karakteristik Responden berdasarkan tempat imunisasi.............................24
4.2.5. Karakteristik responden mengenai wawasan dari polio ............................25
4.2.6. Karakteristik responden mengenai manfaat imunisasi polio .................... 26
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan............................................................................................ 27
5.2. Saran...................................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................... 28
5/17/2018 Makalah Bahasa Indonesia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-bahasa-indonesia-55b07a9e1dd10 5/27
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Sekitar dua puluh tahun terakhir, secara global telah terjadi perubahan paradigma
dari “pengobatan ke pencegahan” (dari kuratif ke preventif). Yang menjadi dasar
pemikiran perubahan paradigma ini adalah pendapat para ahli dalam pengobatan
penyakit infeksi terhadap keterbatasan pengobatan antibiotika. Telah dirasakan makin
hari makin banyak antibiotika yang tidak mempan lagi menghadapi bakteri penyebab
penyakit infeksi berat (resistensi bakteri). Maka upaya pencegahan melalui imunisasi
merupakan pilihan tepat, sebelum anak menderita penyakit infeksi berat.(1)
Cikal pemikiran imunisasi ini pertama kali dilaksanakan dalam tahun 1797 oleh Jenner,
seorang sarjana Inggris. Ia menggoreskan cairan luka dari sapi yang menderita cacar
kepada James Phipps, seorang anak lelaki berumur 8 tahun. Kemudian ternyata anak
tersebut terhindar dari penyakit cacar. Dalam pikiran sarjana ini timbullah gagasan untuk
melindungi tubuh manusia terhadap penyakit infeksi ganas lainnya. Imunisasi atau sering
kali disebut juga vaksinasi, merupakan upaya pencegahan penyakit-penyakit infeksi yang
sangat efektif.(1)
Imunasasi merupakan salah satu cara pencegahan penyakit infeksi serius yang paling
efektif-biaya. Integrasi praktek-praktek imunasasi menjadi pelayanan perawatan
kesehatan rutin, memberikan kepada dokter anak, pengendalian sebagian besar penyakit
dan mortalitas yang mengganggu Amerika Serikat dan Negara-negara lai sampai
pertengahan abad ke 20. Penggunaan vaksin yang luas membawa pada pemberantasan
cacar global, pelenyapan poliomyelitis dari Amerika, dan pemberantasan betul-betul
poliomyelitis darp Pasifik Barat. Di Amerika Serikat, imunisasi telah hamper melenyapkan
sindroma rubella congenital, tetanus dan difteria dan mengurangi insiden pertusis,
rubella, campak, parotitis epidemika, dan meningitis Haemophilus influenza tipe b secara
dramatis. Lebih dari 50 produk-produk biologis diizinkan di Amerika Serikat dan 11
antigen digunakan untuk imunisasi rutin bayi dan anak-anak, termasuk toksoid difteri dantetanus dan vaksin pertusis, polio trivalent, vaksin campak, parotitis dan rubella, vaksin
5/17/2018 Makalah Bahasa Indonesia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-bahasa-indonesia-55b07a9e1dd10 6/27
Hib, dan hepatitis B.(2)
Defenisi dan mekanisme. Vaksinasi berarti pemberian setiap vaksin atau toksoid.
Imunisasi menggambarkan proses yang menginduksi imunitas secara artificial dengan
pemberian bahan antigenic, seperti agen imunobiologis. Pemberian agen imunobiologis
tidak bisa disamakan secara automatis dengan perkembangan imunitas yang cukup.(2)
Imunisasi aktif terdiri dari induksi tubuh untuk mengembangkan pertahanan terhadap
penyakit dengan pemberian vaksin atau toksoid yang merangsang isistem imun untuk
menghasilkan antibody dan respon imun seluler yang melindungi terhadap agen infeksi.
Imunisasi pasif terdiri dari pemberian proteksi sementara melalui pemberian antibody
yang dihasilkan oleh eksogen. Imunisasi pasif terjadi melalui pemindahan antibody
transplasenta pada janin, yang memberikan proteksi terhadap penyakit selama 3-6 bulan
pertama kehidupan, dan injeksi globulin imun untuk tujuan pencegahan spesifik.(2)
Agen imunisasi meliputi vaksin, toksoid, dan antibody yang mengandung preparat dari
donor darah manusia atau binatang. Kebanyakan daria gen ini mengandung pengawet,
stabilsator, antibiotic, tambahan (adjuvan), dan cairan suspensi.(2)
Pendekatan utama imunisasi aktif adalah penggunaan agen infeksi hidup, biasanya
dilemahkan dan penggunaan agen yang diinaktifkan atau didetoksifikasi atau ekstraknya
atau produk-produk rekombinasi spesifik (hepatitis B). kesua pendekatan telah
digunakan untuk banyak pennyakit (influenza, poliomielitis). Vaksin hidup yang
dilemahkan, diduga menginduksi respons imunologis yang lebih menyerupai respons
yang ditimbulkan oleh infeksi alamiah daripada vaksin mati. Vaksin yang diaktifkan atau
vaksin mati terdiri atas seluruh organism yang diinaktifkan (missal, vaksin pertusis),
eksotoksin yang didetoksifikasi saja (missal, toksoid tetanus) atau endotoksin terikat pada
protein pembawa, bahan kapsul yang dapat larut (missal, polisakharida pneumokokus)
atau bahan kapsul gabungan (misal, hepatitis B) atau komponen-komponen organism
(misal, subunit influenza).(2)
Dengan memberikan vaksin, seorang anak akan terhindar atau hanya bergejala ringan
apabila terkena penyakit infeksi berat yang dapat menimbulkan kematian atau
kecacatan. Dampak negatif yang ditimbulkan oleh vaksin sangat kecil apabila
5/17/2018 Makalah Bahasa Indonesia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-bahasa-indonesia-55b07a9e1dd10 7/27
dibandingkan dengan penyakitnya. Sedangkan dampak positifnya, imunisasi dapat
dikatakan suatu “investasi” untuk menjamin kesehatan di masa depan.(2)
Di Indonesia Program imunisasi sudah digalakkan sejak tahun 1977. Namun,
berdasarkan data tahun 2001- 2005 kejadian penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi justru mengalami peningkatan. Sedangkan data mengenai cakupan imunisasi
sendiri di Indonesia belum begitu jelas. Menurut WHO-UNICEF, angka cakupan imunisasi
campak, yang biasa dipakai untuk menggambarkan kelengkapan imunisasi dasar adalah
78% di tahun 2005. Tetapi angka cakupan imunisasi campak ini belum tentu dapat
menggambarkan kelengkapan imunisasi dasar yang sebenarnya.(2)
Perlu diketahui bahwa pemilihan imunisasi di satu negara dapat berbeda dengan negara
lain, karena kejadian penyakit di tiap negara berbeda. Misalnya imunisasi BCG atau
hepatitis B tidak menjadi kewajiban di negara amerika serikat, atau beberapa negara di
eropa. Namun di indonesia merupakan imunisasi wajib, mengingat penyakit tuberkulosis
(TB) dan hepatitis B merupakan penyakit yang banyak dijumpai. Maka untuk anak yamg
tinggal di indonesia, para orang tua harus menaati jadwal imunisasi yang telah di
tentukan pemeritahdan ikatan Dokter Anak Indonesia.(2)
Melihat kenyataan yang diatas maka saya sebagai peneliti merasa tertarik untuk
mengkaji lebih dalam tentangsejauh manah tingkat pengetahuan masyarakt di kampong
lejang, kelurahan samalewa, kecamatan bungoro, kabupaten pangkajene periode 2010.
1.2. Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini, peneliti merumuskan masalah mengenai “bagaimana tingkat
pengetahuan masyarakat tentang polio di Kel.. Samalewa, Kec. Bungoro, Kab.
Pangkajene. Periode Tahun 2010”.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dilaksanakan penelitian ini, meliputi :
5/17/2018 Makalah Bahasa Indonesia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-bahasa-indonesia-55b07a9e1dd10 8/27
1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat tentang polio di Kel.. Samalewa,
Kec. Bungoro, Kab. Pangkajene. Tahun 2010
2. Untuk mengetahuai sampai dimana tingkat pengetahuan masyarakat mengenai polio.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Sebagai salah satu sumber informasi bagi instansi terkait.
2. Sebagai bahan perbandingan bagi peneliti lain yang berminat melakukan penelitian
yang sama pada lokasi dan waktu yang berbeda. Sehingga diharapkan dapat
menghasilkan yang lebih akurat.
3. Bagi peneliti, diharapkan akan menjadi pengalaman berharga dalam memperluas
wawasan dan pengetahuan tentang tingkat pengetahuan masyarakat kampong lejang
tentang polio.
4. Merupakan pengalaman berharga utamanya dalam memperluas wawasan dan
menambah pengetahuan khususnya mengenai polio.
5/17/2018 Makalah Bahasa Indonesia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-bahasa-indonesia-55b07a9e1dd10 9/27
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Umum
Kata polio (abu-abu) dan myelon (sumsum), berasal dari bahasa latin yang berarti
medulla spinalis. Penyakit ini disebabkan oleh virus poliomyelitis pada medulla spinalis
yang secara klasik menimbulkan kelumpuhan.(3)
Pada tahun 1789 Underwood yang berasal dari Inggris pertama kali menulis tentang
kelumpuhan anggota badan bagian bawah (ekstremitis inferior) pada anak, yang
kemudian dikenal sebagai poliomyelitis. Pada permulaan abad ke 19 dilaporkan terjadi
wabah di Eropa dan beberapa tahun kemudian terjadi di Amerika Serikat. Pada saat itu
banyak terjadi wabah penyakit pada musim gugur. Pada tahun 1952 penyakit polio
mencapai puncaknya dan dilaporkan terdapat lebih dari 21.000 kasus polio paralitik.
Angka kejadian kasus polio secara drastis menurun setelah pemberian vaksin yang sangat
efektif. Di Amerika Serikat kasus terakhir virus polio liar ditemukan pada tahun 1979.(3)
Di Indonesia imunisasi polio pada program memakai oral polio vaccine (OPV)
dilaksanakan sejak tahun 1980 dan tahun 1990 telah mencapai UCI. Dalam usaha
eradikasi polio mencapai kemajuan sangat bermakna semenjak dilakukannya Pekan
Imunisasi Nasional (PIN) tiga tahun berturut-turut, yaitu pada tahun 1995, 1996, dan
1997. Pada hari PIN tersebut telah diimunisasi sebanyak 22 juta anak balita di seluruh
Indonesia. Setelah pelaksanaan PIN tersebut kasus polio di Ondonesia menurun drastic.
Kejadian terakhir dari pemeriksaan laboratorium ditemukan 7 kasus dengan virus polio
liar (tipe 1, 2, dan 3) pada tahun 1995, dan sejak itu tak pernah lagi.
2.2. Etiologi
Virus polio termasuk dalam kelompok (sub-group) entero virus, family Picomavindae.
Dikenal 3 macap serotype virus polio yaitu P1, P2, dan P3. Virus polio ini menjadi tidak
aktif apabila terkena panas, formal dehid, klorin dan sinar ultraviolet.(3)
5/17/2018 Makalah Bahasa Indonesia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-bahasa-indonesia-55b07a9e1dd10 10/27
2.3. Epidemiologi
Infeksi virus polio terjadi di seluruh dunia, untuk Amerika Serikat transmisi virus polio
liar berhenti sekitar tahun 1979. Di Negara-negara Barat, eliminasi polio sejak tahun
1991. Program eradikasi polio global secara dramatis mengurangi transmisi polio liar di
seluruh dunia, kecuali beberapa Negara yang sampai saat ini masih ada transmisi virus
polio liar di India , Timur Tengah dan Afrika. Reservoir virus polio liar hanya pada
manusia, yang sering ditularkan oleh pasien infeksi polio yang tanpa gejala. Namun tidak
ada pembawa kuman dengan status karier asimtomatis kecuali pada orang yang
menderita defisien system imun.(3)
Virus polio menyebar dari satu orang ke orang lain melalui jalur oro-fecal pada
beberapa kasus dapat berlangsung secara oral-oral. Infeksi virus mencapai puncak pana
musim panas, sedangkan pada daerah tropis tidak ada bentuk musiman penyebaran
infeksi. Virus polio sangat menular, pada kontak antar rumah tangga (yang belum
diimunisasi) derajat serokonversinya lebih dari 90%. Kasus-kasus polio sangat
infeksiusdari 7-10 hari sebelum dan setelah timbulnya gejala, tetapi virus polio dapat
ditemukan dalam tinja 3 sampai 6 minggu.(3)
2.4. Tanda-tanda klinik dan praklinik
Virus polio yang masuk akan berbiak di tenggorokan dan usus, dan tanda-tand klinik
yang timbul kemudian akan sesuai dengan kerusakan anatomic yang terjadi. Biasanya,
masa inkubasinya adalah 3-6 hari, dan kelumpuhan terjadi dalam waktu 7-21 hari.
Replikasi di motor neuron terutama terjadi di sungsum tulang belakang yang
menimbulkan kerusakan sel dan kelumpuhan serta atrofi otot, sedang virus yang berbiak
di batang otak akan menyebabkan kelumpihan bulbar dan kelumpuhan pernafasan.
Selain gejalaklinik yang akut, juga dikenal adanya post-polio syndrome (PPS) yang gejala
kelumpuhannya terjadi bertahun-tahun setelah infeksi akut.Pada setiap anak yang dating
dengan panas disertai sakit kepala, sakit pinggang, kesulitan menekuk leher dan
punggung, kekauan oto yang diperjelas dengan tanda head drop, tanda tripod saat
duduk, tanda-tanda spinal, Brudzinsky atau Kernig, harus dicurigai kemungkinan adanya
poliomeilitis.Infeksi virus polio pada manusia sangat bervariasi, dari gejala yang sangat
5/17/2018 Makalah Bahasa Indonesia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-bahasa-indonesia-55b07a9e1dd10 11/27
ringan sampai terjadi paralisis. Infeksi virus polio dapat diklasifikasikan menjadi minor
illness (penyakit dengan gajala ringan) dan major illness (termasuk jenis non-paralitik dan
paralitik).(4)
2.5. Diagnosis
Diagnosis polio dibuat berdasarkan:
1. Pemeriksaan virology dengan cara membiakkan virus polio, baik liar maupun virus
vaksin. Selain tatacara laboratorik yang ketat dan standar (dengan kultur sel jaringan),
kualitas specimen sangat mempengaruhi hasil pemeriksaan. Specimen yang kering, tidak
dingin, terkontaminasi atau pengambilan sampel setelah 2 minggu setelah lumpuh
memberikan hasil biakan negative palsu. Lumpuh layuh juga dapat disebabkan oleh
infeksi dengan enterovirus 71 atau Coxsackie A& atau non-polio-enterovirus yang lain.
Selain biakan, identifikasi antigen dilakukan dengan pemeriksaan probe atau sequencing.
2. Pengamatan gejala dan perjalanan klinik. Banyak sekasli kasus yang menunjukkan
gejala lumpuh layuh yang termasuk dalam acute flaccid paralysis. Pemeriksaan yang teliti
dan pengamatan lanjutan yang sangat membantu. Kasus klinik mirip polio ( polio-
compatibel ) adalah kasus yang setelah 60 hari masih mempunyai paralisis residual tanpa
informasi medic yang jelas, atau penderita meninggal. Sensitifitas menjadi 64% dan
spesifitas 82% apabila kita menggunakan variable gabungan dengan menambahkan
variable umur di bawah 6 tahun, adanya panas pada permulaan sakit, perubahan paralisis
yang cepat menjadi maksimal (dalam waktu 4 hari). Cara lain adalah menambahkan
variable lain misalnya penambahan pola neurologikyang dianggap khas seperti
kelumpuhan proksimal, unilateral, tidak adanya gangguan sensori. Pada akhir program
eradikasi sensitivitas diperlebar dengan memasukkan border-line cases, yaitu semua
penderita yang lumpuh layuh akut.
3. Pemeriksaan khusus. Pemeriksaan hantaran saraf dan elektromiografi dapat merujuk
secara lebih tepat letak kerusakan saraf secara anatomic. Cara ini akan dapat
memisahkan kerusakan motor neuron dengan kelainan lain akibat demyelinasi pada saraf
tepi, sehingga dapat mempermudah membedakan polio dengan kelainan kerusakan
lower motor neuron lain, misalnya Guillain-Barre syndrome. Pemeriksaan lain seperti
pemeriksaan MRI dapat menunjukkan kerusakan di daerah kolumna anterior, sedangkan
5/17/2018 Makalah Bahasa Indonesia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-bahasa-indonesia-55b07a9e1dd10 12/27
pemeriksaan likuor memberikan gambaran sel dan bahan kimia (kadar gula dan protein)
yang sangat penting untuk menentukan kerusakan yang terjadi pada sel motor neuron.
4. Pemeriksaan adanya gejala sisa neurologic (residual paralysis). Pemeriksaan ini
dilakukan 60 hari setelah kelumpuhan, untuk mencari deficit neurologic, misalnya
mencari kelumpuhan partial atau kelemahan otot pada satu atau sekelompok otot.
Pemeriksaan sebaiknya tepat waktu (jangan diundur), karena kelemahan ini bias
menghilang akibat adanya kompensasi oleh otot lain atau perbaikan dari sisa otot yang
masih baik. Bilamana ada keraguan sebaiknya dilanjutkan dengan pemeriksaan
elektrodiagnostik.
2.6. Pemeriksaan Penunjang
A. Darah Tepi Perifer
Tidak ada pemeriksaan yang spesifik untuk diagnosis poliomeilitis pada gejala awal,
sama seperti virus lainnya. Pemeriksaan darah perifer mungkin dalam batas normal atau
terjadi leukositosis pada fase akut mayor illness yaitu 10.000-30.000/µl dengan
predominan PMN.
B. Cairan Serebrospinal
Pada 90% kasus mayor illness, terjadi peningkatan jumlah sel bervariasi 20-300 sel/µl,
pada umumnya dalan 72 jam pertama terjadi dominasi PMN, selanjutnya dominasi
limfosit dan jumlah sel menurun pada minggu ke-2 menjadi 10-15/µl. terdapat
penurunan kadar gula likuor dan peninggian kadar protein 30-200mg/dl pada minggu ke-
2, dan kembali normal dalam sebulan.
C. Pemeriksaan Serologik
Diagnosis poliomeilitis ditegakkan berdasarkan peninggian titer antibody 4x atau lebih
antara fase akut dan konvalesens, yaitu dengan cara pemeriksaan uji netralisasi dan uji
fiksasi komplemen. Karena complement fixing antibody mempunyai waktu yang lebih
pendek dibandingkan filter netralisasi, dan lebih kuat maka dapat ditentukan adanya
infeksi polio baru bial terdapat peninggian tes fiksasi komplemen. Sangat membantu bila
wabah disebabkan oleh type tertentu atau oleh NPE yang lain.
5/17/2018 Makalah Bahasa Indonesia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-bahasa-indonesia-55b07a9e1dd10 13/27
D. Isolasi Virus
Penderita mulai mengeluarkan virus ke dalam tinja saat sebelum fase paralitik terjadi.
Pada isolasi feses yang diambil 10 hari dari awitan dari gejala neurologic, 80-90% positif
untuk virus polio, oleh karena itu ekskresi terjadi intermiten maka yang sebainya diambil
2 atau lebih specimen dalam beberapa hari. Ekskresi dari faring dan cairan serebrospinal
jarang menghsilkan virus dan mempengaruhi cara vaksinasi.
2.7. Diagnosis Banding
Untuk menegakkan diagnosis klinis secara tepat terhadap poliomeilitis paralitik agak
sulit. Sebagai pegangan praktis, apabila dijumpai penyakit akut lain yang menyebabkan
nyeri kepala hebat, nyeri leher, ddemam dan paralisis flasid yang asimetris tanpa
menyebabkan kehilangan sensorik, yang diikuti kenaikan leukosit pada cairan likuor.
Diagnosos banding adalah :
1. Sindrom Gullain-Barre. Paralitis dapat diduga post-infection polyneuropathy (Sindrom
Gullain-Barre) jika terdapat sedikit perubahan system saraf sensorik. Biasanya pada
polineuropati, rasa lemah yang timbul simetris, tidak dijumpai demam. Likuor jarang
menunjukkan pleiositosis dan sering terjadi peningkatan protein likuor > 100 mg/dl.
2. Meilitis transversa akut. Kelainan pada saraf sensorik dan motorik setinggi segmen
spinal yang bersangkutan, yang mengalami peradangan.
3. Epidemic neuromistenia (Iceland disease) dan pleurodinia (Bornholm’s disease). Pola
epidemiologi, abnormalitas likuor yang kurang dan tidak adanya paralisis motor neuron
digunakan untuk membedakan dengan poliomyelitis.
4. ADEM (acute demyelinating encephalomyelopathy)
5. Ensefalitis akibat virus lain.
Pada kasus jarang, infeksi dengan virus lain dapat menyebabkan nyeri paralitik yang
mirip poliomyelitis paralitik. Baik coxsachie virus maupun echo virus dilaporkan juga
menyebabkan ensefalitis, terutama ngejala dan tanda dari motor neuron. Walaupun
jarang, jika disertai dengan paralisis yang berat.
5/17/2018 Makalah Bahasa Indonesia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-bahasa-indonesia-55b07a9e1dd10 14/27
2.8. Pengobatan
Terapi poliomyelitis tak ada yang spesifik, tetapi tergantung penyulit yang terjadi.
Inhibisi metabolic untuk mencegah serangan virus ke susunan saraf yang dilakukan in-
vitro tidak dapatdikerjakan pada manusia. Pemberian immunoglobulin mungkin dapat
mencegah penyebaran hematogen ke susunan saraf, tatapi bila fase paralitik telah
terjadi, sudah terlambat. Selain fisioterapi dan ortopedi perlu diperhatikan fungsi yang
lain. Mana jemen pengobatan suportif yang baik (respirasi buatan pada anak) gangguan
respirasi/kardiovaskuler.(4)
A. Fase Pre-paralitik
Selama epidemic polio semua penderita dengan gejala sistemik yang tak spesifik harus
diperhatikan kemungkinan terjadi paralisis. Tirah baring merupakan pengobatan yang
penting untuk menjaga terjadinya footdrop, bila anak tampak gelisah dapat diberikan
sedative ringan seperti diazepam, pada otot yang sakit diberikan kompres buli-buli panas,
dan apat diberikan antipiretik bila demam.(4)
B. Fase Paralitik
Selama fase akut dapat diberi analgetik non narkotik. Rasa nyeri pada otot dikurangi
dengan mengurangi manipulasi. Dianjurkan fisioterapi dimulai pada masa konvalesens
untuk mencegah kontraktur. Pemberian cairan suplemen bila per-oral kurang dan
pemberian enema bila obstipasi. Setelah fase akut lewat, mulai dilakukan fisioterapi aktif.
Konsultasi ortopedi dapat dilakukan segera tetapi operasi, biasanya dilakukan 1-2 tahun
setelah awitan. Braces mungkin dapat dipakai untuk mengkompensasi kelemahan otot.(4)
5/17/2018 Makalah Bahasa Indonesia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-bahasa-indonesia-55b07a9e1dd10 15/27
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis Penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yang dimaksudkan untuk
mengetahui gambaran tingkat pengetahuan tentang Polio di kelurahan Samalewa,
kecamatan Bungoro, kabupaten Pangkajene.
3.2 Lokasi dan waktu penelitian
Lokasi penelitian di kelurahan samalewa, kecamatan bungoro, kabupaten pangkajene.
Penelitian di laksanakan selama 40 hari. (15 maret – 24 april tahun 2010).
3.3 Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah Ibu yang ada di Kelurahan Samalewa, Kecamatan
Bungoro, Kabupaten Pangkajene periode tahun 2010.
2. Sampel
Sampel yang diambil adalah wanita yang memiliki anak di Kelurahan Samalewa ,
Kecamatan Bungoro, Kabupaten Pangkajene tahun 2010.
3.4 Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data melalui, data-data dari internet.
5/17/2018 Makalah Bahasa Indonesia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-bahasa-indonesia-55b07a9e1dd10 16/27
3.5 Instrumen Penelitian
Instrumen atau alat pengumpul data primer yang digunakan adalah kuesioner yang diisi
oleh responden, berisi kuis Pengetahuan, Pendidikan, Imunisasi dan juga menggunakan
data sekunder.
3.6 Pengolahan dan Penyajian Data
Pengolahan data dilakukan secara manual dan elektronik dan disajikan dalam bentuk
tabel distribusi frekuensi disertai penjelasannya.
5/17/2018 Makalah Bahasa Indonesia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-bahasa-indonesia-55b07a9e1dd10 17/27
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
Penelitian dilaksanakan di kelurahan samalewa, kecamatan bungoro, kabupaten
pangkajene pada tanggal 15 maret -25 april 2010 dengan jumlah responden 30 orang.
Untuk menjamin jawaban responden mendekati validitas dan reabilitas dilakukan :
1. Memberikan penjelasan sebelum dan selama pengisian kuesioner kepada responden.
2. Memberikan waktu yang cukup untuk mengisi kuesioner yaitu sekitar 15 menit.
3. Mengusahakan agar responden menjawab sesuai hati nurani tidak ada paksaan dari
orang lain.
Selanjutnya, setiap jawaban diperiksa dengan saksama secara manual. Data yang
diperoleh kemudian diolah sesuai dengan tujuan penelitian dan disajikan dan disajikan
dalam bentuk table.
IV.1. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan
Tabel 11.
Distribusi responden berdasarkan pendidikan
Pendidikan Jumlah
N %
Tidak sekolah 0 0
SD 18 60,00
SMP 7 23,33
5/17/2018 Makalah Bahasa Indonesia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-bahasa-indonesia-55b07a9e1dd10 18/27
SMA 5 16,67
Perguruan Tinggi 0 0
Total 30 100
Sumber : Data primer
Table 1 menunjukan bahwa berdasarkan pendidikan, responden tidak sekolah 0 (0%),
responden sekolah dasar 18 (60,00%), responden sekolah menengah pertama 7 (23,33%),
responden sekolah menengah atas 5 (16,67%) dan responden perguruan tinggi 0 (0%). Ini
menunjukan responden sekolah dasar lebih banyak dibandingkan sekolah menengah
pertama dan sekolah menegah atas.
5/17/2018 Makalah Bahasa Indonesia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-bahasa-indonesia-55b07a9e1dd10 19/27
IV.2. Karakteristik responden melakukan imunisasi pada anaknya
Tabel 12.
Distribusi responden melakukan imunisasi pada anaknya
Defenisi Imunisasi Jumlah
N %
Ya 12 40,00
Tidak 18 60,00
Total 30 100
Sumber : Data primer
Table menunjukan bahwa dari 30 responden terdapat 12 (40%) yang melakukan
imunisasi pada anaknya dan sebanyak 18 (60%) yang tidak melakukan imunisasi pada
anaknya.
5/17/2018 Makalah Bahasa Indonesia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-bahasa-indonesia-55b07a9e1dd10 20/27
IV.3. Karakteristik responden berdasarkan imunisasi lengkap
Tabel 13.
Distribusi Responden berdasarkan pengetahuan mengenai imunisasi lengkap
Tempat Jumlah
N %
Baik 11 36,67
Tidak 19 63,33
Total 30 100
Sumber : Data primer
Dari table di atas menunjukan bahwa dari 30 responden yang mengetahui imunisasi
lengkap hanya 11 (36,67) dan yang tidak mengetahui imunisasi dasar lengkap ada 19
(63,33%), jadi cenderun lebih banyak responden yang tidak mengetahui imunisasi
lengkap.
IV.4. Karakteristik responden berdasarkan tempat imunisasi
Tabel 14.
Distribusi Responden Mengenai pengetahuan tempat imunisasi
5/17/2018 Makalah Bahasa Indonesia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-bahasa-indonesia-55b07a9e1dd10 21/27
Tempat Jumlah
N %
Rumah Sakit 0 0
Puskesmas 2 6,67
Posyandu 19 63,33
Tidak pernah 9 30,00
Total 30 100
Sumber : data primer
Dari table di atas menunjukan bahwa dari 30 responden yang menggunakan rumah
sakit sebagai tempat imunisasi 0 (0%), puskesmas 2 (6,67%), posyandu 19 (63,33%) dan
yang tidak pernah 9(30%). Jadi,jika kita tinjau dari dari segi tempat-tempat imunisasi
ternyata ada beberapa yang tidak pernah membawa anaknya ke tempat imunisasi.
IV.5. Karakteristik responden mengenai wawasan dari polio
Tabel 15.
Distribusi Responden Mengenai wawasan dari polio
5/17/2018 Makalah Bahasa Indonesia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-bahasa-indonesia-55b07a9e1dd10 22/27
Defenisi Polio Jumlah
N %
Baik 11 36,67
Tidak 19 63,33
Total 30 100
Sumber : Data primer
Table menunjukan dari 30 responden hanya 11(36%) yang baik mengenai wawasan dari
polio dan 19(63,33%) yang tidak mengetahui wawasan dari polio.
IV.6 Karakteristik responden mengenai manfaat imunisasi polio
Tabel 16.
Distribusi Responden berdasarkan pengetahuan mengenai Manfaat imunisasi polio
Manfaat Vaksin Polio Jumlah
N %
Baik 10 33,33
Tidak 20 66,67
5/17/2018 Makalah Bahasa Indonesia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-bahasa-indonesia-55b07a9e1dd10 23/27
Total 30 100
Sumber : Data primer
Table menunjukan dari 30 responden hanya 10 (33,33%) yang baik mengetahui manfaat
dari imunisasi polio yaitu mencegah terjadinya penyakit lumpuhan dan 20 (66,67%) yang
tidak mengetahui manfaat dari imunisasi polio.
4.2. Pembahasan
4.2.1. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan
Setelah dilakukan penelitian tentang pengetahuan masyarakat tentang polio di
Kelurahan Samalewa, Kecamatan Bungoro, Kabupaten Pangkajene pada tanggal 15
Maret sampai 24 April 2010, rata-rata responden hanya tamatan Sekolah Dasar. Jika
ditinjau dari segi defenisi pendidikan, Pendidikan” adalah sebuah proses pengubahan
sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan pelatihan, maka jelas dapat kita kerucutkan sebuah visi
pendidikan yaitu mencerdaskan manusia.
4.2.2. Karakteristik responden melakukan imunisasi pada anaknya
Imunasasi merupakan salah satu cara pencegahan penyakit infeksi serius yang paling
efektif.
Dari hasil penelitian didapatkan 12 (40%) yang melakukan imunisasi pada anaknya dan
sebanyak 18 (60%) yang tidak melakukan imunisasi pada anaknya, Ini menunjukan
banyak responden yang tidak melalukan imunisasi pada anaknya.
4.2.3. Karakteristik responden berdasarkan imunisas dasar lengkap
Dari table di atas menunjukan bahwa dari 30 responden yang mengetahui imunisasi
lengkap hanya 11 (36,67) dan yang tidak mengetahui imunisasi dasar lengkap ada 19
5/17/2018 Makalah Bahasa Indonesia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-bahasa-indonesia-55b07a9e1dd10 24/27
(63,33%), Ini menunjukkan lebih banyak responden yang tidak mengetahui imunisasi
lengkap.
Imunisasi ada yang dilakukan dengan cara disuntik, ada pula yang diteteskan ke mulut.
Saat ini, berdasarkan rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), ada 8 imunisasi
yang perlu dilakukan bagi bayi yang berusia 0 bulan hingga anak berumur 12 tahun. Yaitu
imunisasi Hepatitis B, Polio/DPT, BCG, TBC, campak, tetanus fteria dan batuk rejan.
4.2.4 Karakteristik Responden berdasarkan tempat imunisasi
Dari data yang diperoleh, responden yang menggunakan rumah sakit sebagai tempat
imunisasi 0 (0%), puskesmas 2 (6,67%), posyandu 19 (63,33%) dan yang tidak pernah
9(30%). Ini menunjukan tenyata masih ada orang tua yang tidak mengikutkan anaknya
untuk imunisasi.
Setiap anak, begitu ia dilahirkan, apalagi dalam kondisi sehat, perlu diimunisasi. Dan
adalah kewajiban Orang tua untuk membawa anak-anaknya, ke pusat pelayanan
kesehatan masyarakat (Puskesmas) atau rumah sakit, untuk memperoleh imunisasi
sesuai jadwal yang direkomendasikan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).(7)
4.2.5. Karakteristik responden mengenai wawasan dari polio
Dari hasil penelitian responden hanya 11(36%) yang baik mengenai wawasan dari polio
dan 19(63,33%) yang tidak mengetahui wawasan dari polio. Ini menunjukan masih ada
yang belum mengetahui wawasan dari polio.
Polio (Poliomielitis) adalah suatu infeksi virus yang sangat menular, yang menyerang
seluruh tubuh (termasuk otot dan saraf) dan bisa menyebabkan kelemahan otot yang
sifatnya permanen, kelumpuhan atau kematian.(8)
4.2.6. Karakteristik responden mengenai manfaat imunisasi polio
Dari hasil penelitian responden hanaya 10 (33,33%) yang baik mengetahui manfaat dari
imunisasi polio yaitu mencegah terjadinya penyakit lumpuhan dan 20 (66,67%) yang tidak
5/17/2018 Makalah Bahasa Indonesia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-bahasa-indonesia-55b07a9e1dd10 25/27
mengetahui manfaat dari imunisasi polio. Ini menunjukan masih ada masyarakat yang
belum mengetahui manfaat dari polio.Virus polio berkembang biak dalam tenggorokan
dan saluran pencernaan atau usus, lalu masuk ke aliran darah dan akhirnya ke sumsum
tulang belakang hingga bisa menyebabkan kelumpuhan otot tangan dan kaki. Bila
mengenai otot pernapasan,penderita akan kesulitan bernapas dan bisa meninggal.Masa
inkubasi virus antara 6-10 hari. Setelah demam 2-5 hari, umumnya akan mengalami
kelumpuhan mendadak pada salah satu anggota gerak. Namun tak semua orang yang
terkena virus polio akan mengalami kelumpuhan, tergantung keganasan virus polio yang
menyerang dan daya tahan tubuh si anak. Nah, imunisasi polio akan memberikan
kekebalan terhadap serangan virus polio.
5/17/2018 Makalah Bahasa Indonesia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-bahasa-indonesia-55b07a9e1dd10 26/27
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Berdasarkan tingkat pendidikan rata –rata responden hanya tamatan Sekolah Dasar.
2. Sebagian responden tidak melalukan imunisasi pada anaknya.
3. Sebagian responden belum mengetahui mana yang termasuk imunisasi dasar
lengkap.
4. Pengetahuan responden mengeanai tempat imunisasi, sebagian besar mengantarkan
anak ke posyandu.
5. Sebagian responden masih kurang wawasannya mengenai polio.
6. Sebagian responden belum mengetahui manfaat dari vaksin polio
5.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis dapat memberikan saran sebagai berikut :
1. Meningkatkan penyuluhan mengenai pentingnya penggunaan Imunisasi terutama
untuk mencegah anak dari bahaya penyakit infeksi.
2. Melihat masih ada masyarakat yang belum mengetahui imunisasi dan polio di
Kelurahan Samalewa, Kecamatan Bungoro, Kabupaten Pangkajene dapat dilakukan
penelitian ulang bagi peneliti yang berminat sehingga dapat mengengetahui
perkembangan pengetahuan masyarakat.
5/17/2018 Makalah Bahasa Indonesia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-bahasa-indonesia-55b07a9e1dd10 27/27
DAFTAR PUSTAKA
1. Danusantoso Halim, Buku Saku Ilmu Penyakit Paru. Hipokrates: Jakarta, 2000; 93-132
2. Nelson. Waldo E, Nelson Texbook of Pediatrics, Buku Kedokteran EGC Vol.2, Jakarta, 2000.
3. Soeyitno. Hariyon, Raanuh.I.G.N, Buku Imunisasi Indonesia, Satgas Imunisasi IDI,
Jakarta.2001.
4. S, Poorwo Soedarmo, Buku Ajar Infeksi & Pedatri Tropis, Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK
UI, Jakarta, 2002.
5. Pendidikan [Online]. Cited 2010 May 1st
available from:
http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan