Makalah Bahasa
-
Upload
maya-elvisa -
Category
Documents
-
view
26 -
download
0
description
Transcript of Makalah Bahasa
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang
berjudul ‘’Penulisan huruf dan tanda baca’’. Tujuan dibuatnya makalah ini sebagai salah satu
syarat ataupun tugas dalam bahasa Indonesia. Dalam makalah ini dalam bentuk maupun
isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu
acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini
sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki
sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
1
Daftar Isi
Kata Pengantar ......................................................................................... 1
Daftar Isi ......................................................................................... 2
Bab 1 pendahuluan ......................................................................................... 3
Latar Belakang ......................................................................................... 3
Rumusan Masalah ......................................................................................... 3
Bab II pembahasan
a) Penggunaan tanda baca ......................................................................................... 4
b) Penulisan huruf dan kata....................................................................................... 15
c) Ejaan ....................................................................................... 26
Bab III penutup ......................................................................................... 21
Daftar Pustaka ......................................................................................... 22
2
BAB I
Pendahuluan
I.1 Latar Belakang
Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan, karena selain digunakan sebagai
alat komunikasi secara langsung, bahasa juga dapat digunakan sebagai alat komunikasi secara
tulisan. Di zaman era globalisasi dan pembangunan reformasi demokrasi ini, masyarakat
dituntut secara aktif untuk dapat mengawasi dan memahami infrormasi di segala aspek
kehidupan sosial secara baik dan benar, sebagai bahan pendukung kelengkapan tersebut,
bahasa berfungsi sebagai media penyampaian informasi secara baik dan tepat, dengan
penyampaian berita atau materi secara tertulis, diharapkan masyarakat dapat menggunakan
media tersebut secara baik dan benar.
Dalam memadukan satu kesepakatan dalam etika berbahasa, disinilah peran aturan
baku tersebut di gunakan, dalam hal ini kita selaku warga Negara yang baik hendaknya selalu
memperhatikan rambu-rambu ketata bahasaan Indonesia yang baik dan benar. Ejaan Yang
Disempurnakan (EYD) adalah sub. materi dalam ketata bahasaan Indonesia, yang memilik
peran yang cukup besar dalam mengatur etika berbahasa secara tertulis sehingga diharapkan
informasi tersebut dapat di sampaikan dan di fahami secara komprehensif dan terarah. Dalam
prakteknya diharapkan aturan tersebut dapat digunakan dalam keseharian Masyarakat
sehingga proses penggunaan tata bahasa Indonesia dapat digunakan secara baik dan benar.
I.2 Rumusan Masalah
a) Penggunaan tanda baca
b) Penulisan huruf dan kata
3
BAB II
Pembahasan
A. Penggunaan Tanda Baca
Ejaan yang disempurnakan atau yang lebih dikenal dengan singkatan EYD adalah ejaan
yang mulai resmi dipakai dan digunakan di Indonesia tanngal 16 agustus 1972.Ejaan ini
masih tetap digunakan hingga saat ini. EYD adalah rangkaian aturan yang wajib digunakan
dan ditaati dalam tulisan bahasa indonesia resmi.EYD mencakup penggunaan dalam
penggunaan macam-macam huruf, huruf besar (kapital), huruf miring,tanda baca, penulisan
kata dan unsur serapan.
Tanda baca adalah simbol atau tanda yang digunakan untuk memberi isyarat kepada
pembaca supaya melakukan sesuatu dalam bacaan untuk memperjelas makna dari kalimat. Ia
diletakkan di tempat-tempat tertentu dalam kalimat berdasarkan tujuan dan kecocokannya.
Macam-macam tanda baca adalah :
1. Tanda titik ( . )
2. Tanda koma ( , )
3. Tanda titik koma ( ; )
4. Tanda titik dua ( : )
5. Tanda Hubung ( - )
6. Tanda pisah ( ― )
7. Tanda tanya ( ? )
8. Tanda seru ( ! )
9. Tanda Kurung ( ( ) )
10. Tanda Kurung Siku ( [ ] )
11. Tanda Kurung Ganda ( «...» )
12. Tanda Kurung Kurawal ( {...} )
13. Tanda Kurung Lancip (<...>)
14. Tanda Elipsis ( . . . )
15. Tanda petik (“ “)
16. Tanda Petik Tunggal (‘ ‘)
17. Tanda garis miring ( / )
18. Tanda Garis Miring Terbalik (\)
19. Tanda Penyingkat atau Apostrof ( ‘ )
4
20. Tanda Ulang (2/2)
Tanda Titik (.)
1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan
Contoh:
Saya suka makan nasi.
Hana menanyakan kapan ayahnya akan pulang.
Sebuah kalimat diakhiri dengan titik.Apabila dilanjutkan dengan kalimat baru, harus diberi
jarak satu ketukan.Cara ini dilakukan dalam penulisan karya ilmiah.
2. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang.
Contoh:
R.W. Dodo
George W. Bush
Tetapi apabila nama itu ditulis lengkap, tanda titik tidak dipergunakan.
Contoh:
Muhammad Nur Khalimuddin
3. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan.
Contoh:
Dr. (Doktor)
Ny. (Nyonya)
S.E. (Sarjana Ekonomi)
4. Tanda titik dipakai pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah sangat umum.Pada
singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih hanya dipakai satu tanda titik.
Contoh:
dll. (dan lain-lain)
dsb. (dan sebagainya)
tgl. (tanggal)
Dalam karya ilmiah seperti skripsi, makalah, laporan, tesis, dan disertasi, dianjurkan
tidak mempergunakan singkatan.
5. Tanda titik dibelakang huruf dalam suatu bagan, ikhtisar atau daftar.
Contoh:
II. Manajemen Pembelajaran
A. Perencanaan
5
B. Pelaksanaan
C. Penilaian/Evaluasi
b.VI. Departemen Dalam Negeri
A.Direktoral Jenderal Pembangunan Masyarakat Desa
B.Direktoral Jenderal Agraria
1. ...
Jika berupa angka, maka urutan angka itu dapat disusun sebagai berikut dan tanda titik
tidak dipakai pada akhir sistem desimal.
Contoh:
• 1.1 • 1.2.1
• 1.2 • 1.2.1.2
6. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan
waktu.
Contoh:
Pukul 7.10.12 (pukul 7 lewat 10 menit 12 detik)
7. Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan angka ribuan, jutaan, dan seterusnya yang
tidak menunjukkan jumlah.
Contoh:
Dia lahir pada tahun 1988 di Sukabumi
Nomor Giro 0313983 telah saya kasih kepada Michael.
8. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan
jangka waktu.
Contoh:
1.29.54 (1 jam, 29 menit, 54 detik)
9. Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan yang terdiri dari huruf-huruf awal kata atau
suku kata, atau gabungan keduanya, yang terdapat di dalam nama badan pemerintah,
lembaga- lembaga nasional di dalam akronomi yang sudah diterima oleh masyarakat.
Contoh:
Sekjen : (Sekretaris Jenderal)
UUD : (Undang-Undang Dasar)
SMA : (Sekolah Menengah Atas)
WHO : (World Health Organization)
10. Tanda titik dipakai dalam daftar pustaka di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak
berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru, dan tanda terbit.
6
Contoh:
Purba, Michael. 2006. Kimia. Jakarta: Erlangga.
11. Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan lambang kimia, satuan ukuran, takaran,
timbangan, dan mata uang.
Contoh:
• Cu (Kuprum) • ml (mililiter)
• 52 cm • Rp 350,00
12. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.
Contoh:
Gempa yang terjadi beberapa tahun lalu menewaskan 1.213 jiwa.
Kota Yogyakarta berpenduduk 34.268 jiwa.
13. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan, atau kepala
ilustrasi, tabel dan sebagainya.
Contoh:
• Latar Belakang Pembentukan
• Sistem Acara
14. Tanda titik tidak dipakai di belakang alamat pengirim dan tanggal surat, atau nama dan
alamat penerima surat.
Contoh:
Jalan Kebayoran 32
Jakarta, 3 Mei 1997
Yth. Sdr. Iva
Jalan Istana 30
Surabaya
Tanda Koma ( , )
1. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau pembilangan.
Contoh:
Saya mencuci baju, celana, dan sepatu.
Contoh penggunaan yang salah: Saya membeli udang, kepiting dan ikan.
7
2. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara yang
berikutnya, yang didahului oleh kata seperti, tetapi, dan melainkan.
Contoh:
Saya bergabung dengan Matapena, tetapi tidak aktif.
3. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila anak
kalimat tersebut mendahului induk kalimatnya.
Contoh:
• Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.
• Karena ketiduran, ia lupa akan tugasnya.
4. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila
anak kalimat tersebut mengiringi induk kalimat.
Contoh:
Saya tidak akan datang kalau hari hujan.
5. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antara kalimat yang
terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula,
meskipun begitu, akan tetapi.
Contoh:
• Oleh karena itu, kamu harus datang.
• Jadi, saya tidak jadi datang.
6. Tanda koma dipakai di belakang kata-kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan, yang
terdapat pada awal kalimat.
Contoh:
• O, begitu.
• Wah, bukan main.
7. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
Contoh:
Kata adik, "Saya sedih sekali".
8. Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan tanggal, (ii) bagian-bagian kalimat, (iii)
tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
Contoh:
Medan, 18 Juni 1984
Sdr. Khoirul Azzam, Jalan Condong Catur, Sleman, Yogyakarta.
Medan, Indonesia
8
9. Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam
daftar pustaka.
Contoh:
Lanin, Ivan. 1999. Cara Penggunaan Wikipedia. Jilid 5 dan 6. Jakarta: PT Wikipedia
Indonesia.
10. Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki.
Contoh:
Gatot, Bahasa Indonesia untuk Wikipedia. (Bandung: UP Indonesia, 1990), hlm. 22.
11. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk
membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
Contoh:
Faizun Amir, M.Pd.
12. Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang
dinyatakan dengan angka.
Contoh:
• 35,5 m
• Rp 10,50
13. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak
membatasi.
Contoh:
Adik saya, Riry, lincah sekali.
14. Tanda koma dipakai untuk menghindari salah baca di belakang keterangan yang terdapat
pada awal kalimat.
Contoh:
Atas perhatian bapak, kami mengucapkan terima kasih
15. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang
mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau
tanda seru.
Contoh:
"Di mana Alex tinggal?" tanya shilvia.
“Masuk!” perintah petugas keamanan.
9
Tanda Titik Koma ( ; )
1. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis
dan setara.
Contoh:
Matahari makin meninggi; Rizka belum bangun dari tidurnya juga.
2. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam suatu
kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung.
Contoh:
Ayah membaca Koran di ruang tamu; ibu menyiapkan sarapan di dapur, Alvin
menonton tayangan berita televisi.
Tanda Titik Dua (:)
1. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti rangkaian atau
pemerian.
Contoh:
yang kita perlukan sekarang adalah barang-barang berikut: kursi, meja, dan lemari.
Fakultas itu mempunyai empat jurusan: Pendidikan Bahasa Arab, Pendidikan
Agama Islam, Pendidikan Guru Madrasah Ibtida’iyah, dan Kependidikan Islam.
2. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Contoh:
Ketua : Wildan Bakhtiar
Wakil Ketua : Linda Sari
Sekretaris : Ali Dede
Wakil Sekretaris : Fadhilah putri
Bendahara : Elsa Dani
Wakil bendahara : Istiqomah
3. Tanda titik dua dipakai dalam teks drama kata yang menunjukkan pelaku dalam
percakapan.
Contoh:
Novi : "Tega sekali kamu meninggalkanku sendiri di sini!"
Fahad : "Maafkan aku. Aku tidak bermaksud untuk melakukan itu. Hanya saja aku
tergesa-gesa pulang ke rumah”
10
Novi : “O, apa yang terjadi di rumahmu?”
Fahad : “Kucingku melahirkan.”
4. Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di antara bab dan
ayat dalam kitab-kitab suci, atau (iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan.
Contoh:
(i) Tempo, I (1971), 34:7
(ii) Surah Yasin:9
(iii) Karangan Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup: Sebuah Studi sudah terbit.
5. Tanda titik dua tidak dipakai kalau rangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkap
yang mengakhiri pernyataan.
Contoh:
Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.
Tanda Hubung ( - )
1. Tanda hubung dipakai untuk menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh
pergantian baris.
Contoh:
Rahma mengalami banyak peru-
bahan dalam kehidupannya.
Suku kata yang terdiri atas satu huruf tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf
saja pada ujung baris.
Contoh:
Menurut hakim masalah i-
tu akan segera diproses.
2. Tanda hubung dipakai untuk menyambung awalan dengan bagian kata dan belakangnya,
atau akhiran dengan bagian kata di depannya ada pergantian baris.
Contoh:
Kini ada cara baru meng-
ukur panas
akhiran -i tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf saja pada pangkal baris.
Contoh:
Kita harus mengharga-
i pendapat orang lain.
11
3. Tanda hubung dipakai untuk menyambung unsur-unsur kata ulang.
Contoh:
• anak-anak
• bolak-balik
• melambai-lambai
4. Tanda hubung dipakai untuk menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-
bagian tanggal.
Contoh:
• p-e-n-y-a-n-y-i
5. Tanda hubung dapat dipakai untuk memperjelas hubungan bagian-bagian ungkapan.
bandingkan:
• ber-evolusi dengan be-revolusi
• dua puluh lima-ribuan (20x5000) dengan dua-puluh-lima-ribuan (1x25000).
• Istri-perwira yang ramah dengan istri perwira-yang ramah
• PN dengan di-PN-kan.
6. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (a) se- dengan kata berikutnya yang dimulai
dengan huruf kapital; (b) ke- dengan angka, (c) angka dengan -an, dan (d) singkatan huruf
kapital dengan imbulan atau kata.
Contoh:
• se-Yogyakarta • ber-SMA
• hadiah ke-3 • KTP-nya nomor 11111
• tahun 90-an • bom-V2
• sinar-X
7. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa
asing.
Contoh:
• di-charter
• pen-tackle-an
8. Tanda hubung sebagai lambang matematika untuk pengurangan (tanda kurang).
Contoh:
• 52 – 35 =17
12
Tanda Pisah (—)
1. Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberikan penjelasan khusus
di luar bangun kalimat.
Contoh:
• Wikipedia Indonesia—saya harapkan—akan menjadi Wikipedia terbesar
Dalam pengetikan karangan ilmiah, tanda pisah dinyatakan dengan 2 tanda hubung tanpa
jarak.
Contoh:
• Medan—Ibu kota Sumut—terletak di Sumatera
2. Tanda pisah menegaskan adanya posisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat
menjadi lebih tegas.
Contoh:
Rangkaian penemuan ini—evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan atom—
telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.
3. Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan atau tanggal yang berarti sampai dengan atau
di antara dua nama kota yang berarti 'ke', atau 'sampai'.
Contoh:
• 1918—1961
• Cepu—Yogyakarta
• 15—24 Desember 1999
Tanda Tanya ( ? )
1. Tanda Tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.
Contoh:
• Kapan Siska pulang?
• Bapak menjemput Nurul, bukan?
2. Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurang untuk menyatakan bagian kalimat yang
disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Contoh:
• Beliau keturunan darah biru (?).
• Berlian seharga 26 juta rupiah (?) hilang.
13
Tanda Seru (!)
Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah
yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat.
Contoh:
• Alangkah indahnya kota Yogyakarta!
• Tutup semua jendela!
• Merdeka!
Tanda Kurung ( (...) )
1. Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Contoh:
Dalam rapat guru yang diadakan kemarin membahas tentang KBM (Kegiatan Belajar
Mengajar) Madrasah Tsanawiyah Negeri Sleman.
2. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok
pembicaraan.
Contoh:
Keterangan itu (lihat Tabel 5) menunjukkan kemerosotan perekonomian desa
Candiharjo.
Novel Tetralogi Laskar Pelangi menceritakan kisah anak Bangka Belitung (suatu
wilayah yang terdapat di pulau Sumatra)
3. Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat
dihilangkan.
Contoh:
• Kata cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kokain(a).
• Korban kecelakaan itu berasal dari (kota) Purbalingga.
4. Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan.
Contoh:
Manajemen pembelajaran menyangkut masalah (1) perencanaan, (2) pelaksanaan,
dan (3) penilaian
Tanda Kurung Siku ( [...] )
14
1. Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau
tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda yang
menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asli.
Contoh:
• Katanya, "[Adam] tidak datang ke sekolah hari ini".
• Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemersik.
2. Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda
kurung.
Contoh:
• Persamaan kedua kasus ini (perbedaannya dituliskan di dalam Bab III [lihat halaman 25-
28]) perlu ditinjau kembali.
Tanda Kurung Ganda ( ((...)) )
Biasa digunakan di bahasa pemrograman komputer
Tanda Kurung Kurawal ( {...} )
Disebut juga tanda kurung besar atau akolade
Tanda Kurung Lancip (<...>)
Kadang disebut juga tanda kurung lancip atau tanda kurung bersudut. Biasa digunakan
di bahasa komputer HTML.Untuk tanda kurung kurawal dan tanda kurung sudut tidak diatur
dalam EYD
Tanda Elipsis (....)
1. Tanda Elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus.
Contoh:
• Kalau begitu … ya, marilah kita berangkat sekarang sebelum hujan turun.
2. Tanda Elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang
dihilangkan.
15
Contoh:
• Faktor-faktor kemunduran … akan dievaluasi lebih lanjut.
Tanda Petik ( "..." )
1. Tanda petik digunakan untuk menyatakan suatu kalimat langsung atau kadang juga
sebagai penegasan.
contoh:
• kata Fitrah, "Kita harus menyelesaikan makalah ini segera!"
2. Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau
bahan tertulis lainnnya.
Contoh:
• “Saya sudah siap” kata masykur, “mari kita berangkat!”
• Pasal 36 UUD 1945 berbunyi, “Bahasa negara ialah bahasa Indonesia.”
3. Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.
Contoh:
• Bacalah “Karakteristik Ajaran Agama” dalam buku Metodologi Studi Islam.
• Puisi “Aku” ditulis oleh penyair terkenal Khairil Anwar.
4. Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti
khusus.
Contoh:
• Kebanyakan remaja saat ini memakai celana “pensil”.
• Penelitian itu dilakukan dengan teknik “coba dan ralat”.
5. Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung.
Contoh:
• Kak Tino, “Saya pesan dua ”
6. Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda petik
yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat
atau bagian kalimat.
Contoh:
• Karena proporsi tubuhnya kecil, dia dijuluki “ si mungil”.
• Bang Kholil sering disebut “jagoan”; dia sendiri tidak tahu sebabnnya.
Tanda Petik Tunggal ( '...' )
16
1. Tanda petik tunggal digunakan untuk mengapit petikan yang tersusun dalam petikan lain.
Contoh:
• “Aku mendengar seseorang memanggil, ‘Sani, Sani’, dari hutan itu,” ujar Riza.
2. Tanda petik tunggal digunakan untuk mengapit terjemahan, ungkapan asing, atau
penjelasan kata.
Contoh:
• Problem-Solving ‘pemecahan masalah’
• feed-back ‘balikan’
Kalau dalam linguistik, tanda petik itu disebutkan mengapit makna.
Tanda Garis Miring ( / )
1. Tanda garis miring digunakan sebagai pengganti kata "atau", “tiap”. Biasanya untuk dua
kata yang bersinonim.
Contoh:
mengangkat/menjinjing.
(dibaca: mengangkat atau menjinjing)
Perjalanan Yogyakarta—Palembang ditempuh lewat darat/udara.
(dibaca: Perjalanan Yogyakarta—Palembang ditempuh lewat darat atau udara
Harga rambutan itu Rp3.500,00/ikat.
(dibaca: Harga rambutan itu Rp3.500,00 tiap ikat)
Untuk dua hal yang hampir serupa bunyinya, dalam hal ini tanda "/" tidak dibaca.
Contoh:
RT/RW (dibaca: RTRW)
AC/DC (dibaca: ACDC)
2. Tanda garis miring digunakan di dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan
penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua takwim.
Contoh:
No. 53/PR/2009
Jalan KH. Wahab Chasbulloh III/64
tahun pelajaran 2009/2010
3. Tanda garis miring digunakan sebagai lambang matematika untuk pembagian (tanda
bagi).
17
Contoh:
• 72 / 8 = 9
Tanda Garis Miring Terbalik ( \ )
Tanda garis miring terbalik digunakan untuk mengganti karakter khusus menjadi karakter
literal (yakni "mengubah" karakter)
Tanda Penyingkat (Apostrof) ( ' )
Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.
Contoh:
• Pesawat selanjutnya ‘kan tiba setengah jam kemudian. (‘kan = akan)
• 24 April ’90. (’90 = 1990)
• Malam ‘lah larut. (‘lah = telah)
Tanda Ulang (...2)
Ditulis dengan menambahkan angka 2 atau 2 (pangkat 2) di akhir kata yang seharusnya
diulang, menandakan kata tersebut diulang dua kali.Tanda penyingkatan ini tidak resmi.Kata
yang berulang harus ditulis penuh.
Contoh:
• Buku-buku (bukan "buku2")
• Saudara-saudara (bukan "saudara2")
Tanda ulang singkatan hanya digunakan pada tulisan cepat dan notula, dan tidak
dipakai pada teks karangan.
Contoh:
• anak2 tidak berangkat ke sekolah bersama2
B. Penulisan Huruf dan Kata
a) PEMAKAIAN HURUF BESAR (KAPITAL)
Penggunaan huruf kapital merupakan standar dasar penulisan yang sudah
disepakati. Tanpa mengikuti aturan ini, tulisan kita akan berkurang nilainya di mata
18
pembaca blog kita dan akan langsung dibuang oleh redaksi sebuah koran tempat kita
mengirim artikel opini.
Aturan penggunaan huruf kapital
1. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
Misalnya:
Dia mengantuk.
Apa maksudnya?
Kita harus bekerja keras.
Pekerjaan itu belum selesai.
2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
Misalnya:
Adik bertanya, “Kapan kita pulang?”
Bapak menasihatkan, “Berhati-hatilah, Nak!”
“Kemarin engkau terlambat,” katanya.
“Besok pagi,” kata Ibu, “Dia akan berangkat”.
3. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan
dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan.
Misalnya:
Allah, Yang Mahakuasa
Yang Maha Pengasih
Alkitab
Quran
Weda
Islam
Kristen
Tuhan akan menunjukkan jalan yang benar kepada hamba-Nya.
Bimbinglah hamba-Mu, ya Tuhan, ke jalan yang Engkau beri rahmat.
19
4. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan
keagamaan yang diikuti nama orang.
Misalnya:
Mahaputra Yamin
Sultan Hasanuddin
Haji Agus Salim
Imam Syafii
Nabi Ibrahim
5. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang
diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama
instansi, atau nama tempat.
Misalnya:
Wakil Presiden Adam Malik
Perdana Menteri Nehru
Profesor Supomo
Laksamana Muda Udara Husen Sastranegara
Sekretaris Jenderal Departemen Pertanian
Gubernur Irian Jaya
6. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.
Misalnya:
Amir Hamzah
Dewi Sartika
Wage Rudolf Supratman
Halim Perdanakusumah
Ampere
7. Huruf kapital sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa.
Misalnya:
bangsa Indonesia
suku Sunda
bahasa Inggris
20
8. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan
peristiwa sejarah.
Misalnya:
bulan Agustus
hari Natal
bulan Maulid
Perang Candu
hari Galungan
tahun Hijriah
hari Jumat
tarikh Masehi
hari Lebaran
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
9. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.
Misalnya:
Asia Tenggara Kali Brantas
Banyuwangi Lembah Baliem
Bukit Barisan Ngarai Sianok
Cirebon Pegunungan Jayawijaya
Danau Toba Selat Lombok
Daratan Tinggi Dieng Tanjung Harapan
Gunung Semeru Teluk Benggala
Jalan Diponegoro Terusan Suez
Jazirah Arab
10. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga
pemerintahan dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali kata seperti dan.
Misalnya:
Republik Indonesia
Majelis Permusyawaratan Rakyat
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Badan Kesejahteraan Ibu dan Anak
Keputusan Presiden Republik Indonesia, Nomor 57, Tahun 1972
21
11. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang
terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen
resmi.
Misalnya:
Perserikatan Bangsa-Bangsa
Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
Rancangan Undang-Undang Kepegawaian
12. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata
ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan
kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi
awal.
Misalnya:
Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.
Dia adalah agen surat kabar Sinar Pembangunan.
Ia menyelesaikan makalah “Asas-Asas Hukum Perdata”.
13. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan
sapaan.
Misalnya:
Dr.
M.A.
S.H.
S.S.
Prof.
Tn.
Ny.
Sdr.
14. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan
seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai dalam penyapaan
22
dan pengacuan.
Misalnya:
“Kapan Bapak berangkat?” tanya Harto.
Adik bertanya, “Itu apa, Bu?”
Surat Saudara sudah saya terima.
“Silakan duduk, Dik!” kata Ucok.
Besok Paman akan datang.
Mereka pergi ke rumah Pak Camat.
Para ibu mengunjungi Ibu Hasan.
15. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda.
Misalnya:
Sudahkah Anda tahu?
Surat Anda telah kami terima.
Huruf besar tidak boleh dipakai pada :
1. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar, kehormatan,
keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang.
Misalnya:
Dia baru saja diangkat menjadi sultan.
Tahun ini ia pergi naik haji
2. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang
tidak diikuti nama orang, atau nama tempat.
Misalnya:
Siapa gubernur yang baru dilantik itu?
Kemarin Brigadir Jenderal Ahmad dilantik menjadi mayor jenderal.
3. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan
sebagai nama sejenis atau satuan ukuran.
Misalnya:
mesin diesel
10 volt
5 ampere
23
4. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak
dipakai sebagai nama.
Misalnya:
Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsanya.
Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya perang dunia.
5. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak
menjadi unsur nama diri.
Misalnya:
berlayar ke teluk
mandi di kali
menyeberangi selat
pergi ke arah tenggara
6. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang digunakan
sebagai nama jenis.
Misalnya:
garam inggris
gula jawa
kacang bogor
pisang ambon
7. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi
negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen resmi.
Misalnya:
menjadi sebuah republik
beberapa badan hukum
kerja sama antara pemerintah dan rakyat
menurut undang-undang yang berlaku
8. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan
kekerabatan yang tidak dipakai dalam pengacuan atau penyapaan.
Misalnya:
Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.
Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.
24
b) PEMAKAIAN HURUF BESAR (KAPITAL)
1. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menulis nama buku, majalah, dan surat
kabar yang dikutip dalam tulisan.
Misalnya:
majalah Bahasa dan Kesusastraan
buku Negarakertagama karangan Prapanca
surat kabar Suara Karya
2. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf,
bagian kata, kata, atau kelompok kata.
Misalnya:
Huruf pertama kata abad ialah a.
Dia bukan menipu, tetapi ditipu.
Bab ini tidak membicarakan penulisan huruf kapital.
Buatlah kalimat dengan berlepas tangan.
3. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau
ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.
Misalnya:
Nama ilmiah buah manggis ialah Carcinia mangostana.
Politik divide et impera pernah merajalela di negeri ini.
Weltanschauung antara lain diterjemahkan menjadi ‘pandangan dunia’.
Tetapi:
Negara itu telah mengalami empat kudeta.
Catatan:
Dalam tulisan tangan atau ketikan, huruf atau kata yang akan dicetak miring diberi
satu garis di bawahnya.
C. Ejaan
1. Pengertian Ejaan
25
Ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi-bunyi ujaran,
bagaimana menempatkan tanda-tanda baca, bagaimana memotong-motong suatu kata, dan
bagaimana menggabungkan kata-kata.
2. Macam-macam Ejaan
1. Ejaan Van Ophuysen
Ejaan Van Ophuysen disebut juga Ejaan Balai pustaka. Masyarakat pengguna bahasa
menerapkannya sejak tahun 1901 sampai 1947.Ejaan ini merupakan karya Ch.A. Van
Ophuysen, dimuat dalam kitab Logat Melayoe (1901). Ciri khusus ejaan Van Ophuysen:
Ejaan ini digunakan untuk menuliskan kata-kata Melayu menurut model yang dimengerti
oleh orang Belanda, yaitu menggunakan huruf Latin dan bunyi yang mirip dengan tuturan
Belanda, antara lain:
1. Huruf (u) ditulis (oe).
2. Komahamzah (k) ditulis dengan tanda (’) pada akhir kata misalnya bapa’, ta’
3. Jika pada suatu kata berakhir dengan huruf (a) mendapat akhiran (i), maka di atas
akhiran itu diberi tanda trema (”)
4. Huruf (c) yang pelafalannya keras diberi tanda (’) diatasnya
5. Kata ulang diberi angka 2, misalnya: janda2 (janda-janda)
6. Kata majemuk dirangkai ditulis dengan 3 cara :
o Dirangkai menjadi satu, misalnya (hoeloebalang, apabila)
o Dengan menggunakan tanda penghubung misalnya, (rumah-sakit)
o Dipisahkan, misalnya (anaknegeri)
Huruf hidup yang diberi titik dua diatasnya seperti ä, ë, ï dan ö, menandai bahwa huruf
tersebut dibaca sebagai satu suku kata, bukan dipotong, sama seperti ejaan Bahasa Belanda
sampai saat ini.
Kebanyakan catatan tertulis Bahasa Melayu pada masa itu menggunakan huruf Arab yang
dikenal sebagai tulisan Jawi.
2. Ejaan Republik/Ejaan Suwandi
Ejaan Republik dimuat dalam surat keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mr.
Soewandi No.264/Bhg. A tanggal 19 maret 1947.Sebab ejaan ini disebut sebagai Ejaan
Suwandi. Sistem ejaan suwandi merupakan sistem ejaan latin untuk Bahasa Indonesia.
Ciri khusus Ejaan Republik/ Suwandi :
26
1. Huruf (oe) dalam ejaan Van Ophuysen berubah menada (u).
2. Tanda trema pada huruf (a) dan (i) dihilangkan.
3. Koma ‘ain dan koma hamzah dihilangkan. Koma hamzah ditulis dengan (k) misalnya
kata’ menjadi katak.
4. Huruf (e) keras dan (e) lemah ditulis tidak menggunakan tanda khusus, misalnya
ejaan, seekor, dsb.
5. Penulisan kata ulang dapat dilakukan dengan dua cara.
Contohnya :
a. Berlari-larian
b. Berlari2-an
6. Penulisan kata majemuk dapat dilakukan dengan tiga cara
Contohnya :
a. Tata laksana
b. Tata-laksana
c. Tatalaksana
7. Kata yang berasal dari bahasa asing yang tidak menggunakan (e) lemah (pepet) dalam
Bahasa Indonesia ditulis tidak menggunakan (e) lemah, misalnya: (putra) bukan (putera),
(praktek) bukan (peraktek).
3. Ejaan Malindo
Ejaan Malindo (Melayu-Indonesia) adalah suatu ejaan dari perumusan ejaan melayu dan
Indonesia.Perumusan ini berangkat dari kongres Bahasa Indonesia tahun 1954 di Medan,
Sumatera Utara.Ejaan Malindo ini belum sempat diterapkan dalam kegiatan sehari-hari
karena saat itu terjadi konfrontasi antara Indonesia dan Malaysia.
4. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan/EYD
Pada Pada tanggal 16 Agustus 1972 Presiden Republik Indonesia meresmikan
pemakaianEjaan Bahasa Indonesia. Peresmian ejaan baru itu berdasarkan Putusan Presiden
No. 57,Tahun 1972. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyebarkan buku kecil yang
berjudul Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, sebagai patokan pemakaian
ejaan itu.
Karena penuntun itu perlu dilengkapi, Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia, Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, yang dibentuk oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
dengan surat putusannya tanggal 12 Oktober 1972, No. 156/P/1972 (Amran Halim, Ketua),
27
menyusun buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan yang berupa
pemaparan kaidah ejaan yang lebih luas. Setelah itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
dengan surat putusannya No. 0196/1975 memberlakukan Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Pada tahun 1987
kedua pedoman tersebut direvisi. Edisi revisi dikuatkan dengan surat Putusan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan No. 0543a/U/1987, tanggal 9 September 1987.
1. Pemakaian Huruf
Apabila dibanding dengan Ejaan Suwandi, ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
menggunakan huruf abjad lebih banyak. Ejaan Suwandi hanya menggunakan 19 huruf
sedangkan Ejaan Bahasa Indonesia yang tlah Disempurnakan menggunakan 26 huruf.Jumlah
huruf dalam abjad ada 26buah.Ini berarti ejaan kita sekarang telah memanfaatkan semua
huruf yang terdapat dalam abjad.Kebijakan ini merupakan suatu langkah maju dalam
pengembangan Bahasa Indonesia.
Pemakaian Bahasa Indonesia ingin berkembang dan maju dalam segala bidang seirama
dengan tuntutan pembangunan. Langkah praktis yang ditempuhnya dengan menyerap unsur-
unsur asing (yang mengandung konsep yang tidak terdapat dalam Bahasa Indonesia) dalam
pemakaian Bahasa Indonesia.karena tidak ada konsepnya dalam Bahasa Indonesia, mereka
menyerap unsur asing, misalnya, izin, folio, dan vak dalam Bahasa Indonesia. Dengan
demikian, unsur bunyi z, f, v yang tadinya tidak ada dalam Bahasa Indonesia menjadi ada .hal
ini tidk dapat dihindari, sebab situasi dan kondisi menuntut yang seperti itu. Kita tidak pantas
lagi mengikuti aliran purisme yang mempertahankan “keaslian” bahasanya secara tidak
proposional.Menyadari keadaan yang demikian itulah, ejaan kita sekarang menerima
pemakaian huruf z, f, v, q, x, dan c dalam Bahasa Indonesia, walaupun pemakaiannya dalam
batas-batas tertentu.
o Huruf q dan x pemakaiannya dibatasi hanya dalam keperluan ilmu dan nama. Jadi,
dalam pemakain umum, yaitu dalam kata-kata umum dan istilah, kedua huruf itu
belum dapat dipakai. Dalam matematika, misalnya, dapat menandai sesuatu dengan q
da x. begitu juga nama Baihaqi, Iqbal (nama orang); dan xerox, Xerxes, sinar-X (nama
barang) dibenarkan. Tetapi kata-kata asing aquarium, equator, quadrat, extra, dan taxi
harus dituliskan akuarium, ekuator, kuadrat, ekstra, dantaksi.Jadi q diganti k dan x
digantti ks.
o Huruf f dan v, walaupun dalam Bahasa Indonesia keduanya dibunyikan sama tetap
dipakai secara berbeda. Kata-kata asing yang diucapkan (f) tak bersuara oleh
pemakaian bahasa asing yang bersangkutan ditulis f dalam Bahasa Indonesia,
28
sedangkan yang diucapkan (v) besuara oleh pemakaian bahasa asing yang
bersangkutan dilambangkan dengan v. jadi, kata-kata asing factor, physiology,
photocopy, vitamin, television, dan vacuum diubah menjadi faktor, fisiologi, fotokopi,
vitamin, televisi, dan vakum.
o Sedangkan huruf c dan y pemakaian kedua huruf ini sebagai realisasi kerjasama antara
indonesia dan Malaysia, khususnya dalam hal pengembangan dan pembinaan kedua
bahasa, yaitu Bahasa Melayu dan Bahasa Indonesia . apabila pada Ejaan suwandi
penulisan bunyi (cacat) dan (sayat) ditulis tjatjat dan sajat, maka pada ejaan sekarang
ditulis cacat dan sayat. Dalam Bahasa Melayu pun ditulis cacat dan sayat.
o Bunyi (z) pada unsur asing yang masuk kedalam Bahasa Indonesia ditulis sebagai
bunyi aslinya, yaitu z. oleh sebab itu, kata zakat, ziarah, zebra, zat, zodiac yang
dianggap tepat, tetapi bukan jakat, jiarah, jebra, jat, dan sodiak.
Masalah lain yang perlu dibicarakan sehubungan dengan pemakaian huruf ini ialah tentang
pelafalan huruf. Di dalam pedoman ejaan sekarang ini telah disebutkan tentang pelafalan
huruf abjad yang dipakai dalam Bahasa Indonesia. Secara terperinci, huruf-huruf serta nama
dan bunyinya sebagai berikut.
Huruf Nama Bunyi yang dilambangkan
A A A
B Be B dan P
C Ce C
D De D dan T
E E E
F Ef F
G Ge G dan K
H Ha H
29
I I I
J Je Je
K Ka K dan G
L El L
M Em M
N En N
O O O
P Pe P
Q Ki K
R Er R
S Es S
T Te T
U U U
V Ve F
W We W
X Eks Ks
30
Y Ye Y
Z Zet Z
Selain huruf-huruf abjad di atas dalam Bahasa Indonesia juga dikenal Huruf Diftong. Huruf
Diftong merupakan dua bunyi vokal yang dirangkap dalam satu suku kata. Di antara dari
huruf-huruf diftong tersebut ialah:
Huruf
Diftong
Contoh Pemakaian dalam Kata
Awal Tengah Akhir
Ai
Au
Oi
Ei
Ain
Aula
-
-
Syaitan
Saudara
Boikot
Pleistosen
Pandai
Harimau
Amboi
Survei
Terlepas dari huruf abjad utama pula dalam Bahasa Indonesia terdapat gabungan huruf
konsonan yang membentuk sebuah bunyi. Contohnya adalah:
Gabungan
Huruf
Konsonan
Contoh Pemakaian dalam Kata
Awal Tengah Akhir
Kh
Ng
Ny
Sy
Khusus
Ngilu
Nyata
Syarat
Akhir
Bangun
Hanyut
Isyarat
Tarikh
Senang
-
-
31
BAB III
Penutup
Tanda baca dalam bahasa Indonesia merupakan salah satu kaedah bahasa yang sangat
penting. Tanda baca merupakan simbol dalam suatu bacaan untuk dapat difahami dengan
mudah oleh pembacanya. Tanpa tanda baca, kita akan sulit memahami maksud yang
terkandung dalam bacaan tersebut. Oleh karena itu, tanda baca tersebut sangat perlu kita
pelajari agar kita tahu maksud dari suatu bacaan, dan mampu membuat tulisan dengan baik
dan benar.
32
Tanda baca dalam bahasa Indonesia bermacam-macam, misalnya: tanda titik (.)
biasanya dipakai pada akhir kalimat yang bukan berupa pernyataan atau seruan. Tanda Koma
(,) biasanya digunakan sebagai pengganti kata “dan” serta penjeda dalam suatu kalimat,
Tanda Tanya (?) digunakan untuk kalimat pertanyaan, Tanda Seru (!) digunakan untuk
kalimat perintah, dan lain sebagainya.
Dengan makalah ini kami berharap kita semua dapat menambah wawasan khususnya
tentang pentingnya penggunaan tanda baca dalam Bahasa Indonesia, yang tentunya akan
membantu kita memahami suatu bacaan dan mampu menghasilkan tulisan yang baik dan
benar.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan. Jakarta: Pusat Bahasa.
Fatihalqurba. 2013. Ejaan, Tanda Baca dan Jenis-Jenis Ejaan, (Online),
(http://fatihalqurba.wordpress.com/2013/04/05/ejaan-tanda-baca-dan-jenis-jenis-
ejaan / , diundah tanggal 20 Oktober 2014)
33