Makalah Bahasa

46
Kata Pengantar Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul ‘’Penulisan huruf dan tanda baca’’. Tujuan dibuatnya makalah ini sebagai salah satu syarat ataupun tugas dalam bahasa Indonesia. Dalam makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik. Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan- masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini. 1

description

makalah bahasa indonesia

Transcript of Makalah Bahasa

Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,

Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang

berjudul ‘’Penulisan huruf dan tanda baca’’. Tujuan dibuatnya makalah ini sebagai salah satu

syarat ataupun tugas dalam bahasa Indonesia. Dalam makalah ini dalam bentuk maupun

isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu

acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca

Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman

bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini

sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki

sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan

masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

1

Daftar Isi

Kata Pengantar ......................................................................................... 1

Daftar Isi ......................................................................................... 2

Bab 1 pendahuluan ......................................................................................... 3

Latar Belakang ......................................................................................... 3

Rumusan Masalah ......................................................................................... 3

Bab II pembahasan

a) Penggunaan tanda baca ......................................................................................... 4

b) Penulisan huruf dan kata....................................................................................... 15

c) Ejaan ....................................................................................... 26

Bab III penutup ......................................................................................... 21

Daftar Pustaka ......................................................................................... 22

2

BAB I

Pendahuluan

I.1 Latar Belakang

Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan, karena selain digunakan sebagai

alat komunikasi secara langsung, bahasa juga dapat digunakan sebagai alat komunikasi secara

tulisan. Di zaman era globalisasi dan pembangunan reformasi demokrasi ini, masyarakat

dituntut secara aktif untuk dapat mengawasi dan memahami infrormasi di segala aspek

kehidupan sosial secara baik dan benar, sebagai bahan pendukung kelengkapan tersebut,

bahasa berfungsi sebagai media penyampaian informasi secara baik dan tepat, dengan

penyampaian berita atau materi secara tertulis, diharapkan masyarakat dapat menggunakan

media tersebut secara baik dan benar.

Dalam memadukan satu kesepakatan dalam etika berbahasa, disinilah peran aturan

baku tersebut di gunakan, dalam hal ini kita selaku warga Negara yang baik hendaknya selalu

memperhatikan rambu-rambu ketata bahasaan Indonesia yang baik dan benar. Ejaan Yang

Disempurnakan (EYD) adalah sub. materi dalam ketata bahasaan Indonesia, yang memilik

peran yang cukup besar dalam mengatur etika berbahasa secara tertulis sehingga diharapkan

informasi tersebut dapat di sampaikan dan di fahami secara komprehensif dan terarah. Dalam

prakteknya diharapkan aturan tersebut dapat digunakan dalam keseharian Masyarakat

sehingga proses penggunaan tata bahasa Indonesia dapat digunakan secara baik dan benar.

I.2 Rumusan Masalah

a) Penggunaan tanda baca

b) Penulisan huruf dan kata

3

BAB II

Pembahasan

A. Penggunaan Tanda Baca

Ejaan yang disempurnakan atau yang lebih dikenal dengan singkatan EYD adalah ejaan

yang mulai resmi dipakai dan digunakan di Indonesia tanngal 16 agustus 1972.Ejaan ini

masih tetap digunakan hingga saat ini. EYD adalah rangkaian aturan yang wajib digunakan

dan ditaati dalam tulisan bahasa indonesia resmi.EYD mencakup penggunaan dalam

penggunaan macam-macam huruf, huruf besar (kapital), huruf miring,tanda baca, penulisan

kata dan unsur serapan.

            Tanda baca adalah simbol atau tanda yang digunakan untuk memberi isyarat kepada

pembaca supaya melakukan sesuatu dalam bacaan untuk memperjelas makna dari kalimat. Ia

diletakkan di tempat-tempat tertentu dalam kalimat berdasarkan tujuan dan kecocokannya.

Macam-macam tanda baca adalah :

1. Tanda titik   ( . )

2. Tanda koma  ( , )

3. Tanda titik koma ( ; ) 

4. Tanda titik dua ( : )

5. Tanda Hubung  ( - ) 

6. Tanda pisah  ( ― )

7. Tanda tanya  ( ? )

8. Tanda seru  ( ! )

9. Tanda Kurung ( (   ) )

10. Tanda Kurung Siku ( [   ] )

11. Tanda Kurung Ganda ( «...» )

12. Tanda Kurung Kurawal ( {...} )

13. Tanda Kurung Lancip (<...>)

14. Tanda Elipsis ( . . . )

15. Tanda petik  (“  “)

16. Tanda Petik Tunggal (‘  ‘)

17. Tanda garis miring ( / )

18. Tanda Garis Miring Terbalik  (\)

19. Tanda Penyingkat atau Apostrof  ( ‘ )

4

20. Tanda Ulang (2/2)

Tanda Titik (.)

1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan

Contoh:

Saya suka makan nasi.

Hana menanyakan kapan ayahnya akan pulang.

Sebuah kalimat diakhiri dengan titik.Apabila dilanjutkan dengan kalimat baru, harus diberi

jarak satu ketukan.Cara ini dilakukan dalam penulisan karya ilmiah.

2. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang.

Contoh:

R.W. Dodo

George W. Bush

Tetapi apabila nama itu ditulis lengkap, tanda titik tidak dipergunakan.

Contoh: 

Muhammad Nur Khalimuddin

3. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan.

Contoh:

Dr. (Doktor)

Ny. (Nyonya)

S.E. (Sarjana Ekonomi)

4. Tanda titik dipakai pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah sangat umum.Pada

singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih hanya dipakai satu tanda titik.

Contoh:

dll. (dan lain-lain)

dsb. (dan sebagainya)

tgl. (tanggal)

Dalam karya ilmiah seperti skripsi, makalah, laporan, tesis, dan disertasi, dianjurkan

tidak mempergunakan singkatan.

5. Tanda titik dibelakang huruf dalam suatu bagan, ikhtisar atau daftar.

Contoh:

II.   Manajemen Pembelajaran

A. Perencanaan

5

B. Pelaksanaan

C. Penilaian/Evaluasi

b.VI.  Departemen Dalam Negeri

A.Direktoral Jenderal Pembangunan Masyarakat Desa

B.Direktoral Jenderal Agraria

1. ...

Jika berupa angka, maka urutan angka itu dapat disusun sebagai berikut dan tanda titik

tidak dipakai pada akhir sistem desimal.

Contoh:

• 1.1                                                          • 1.2.1

• 1.2                                                          • 1.2.1.2

6. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan

waktu.

Contoh:

Pukul 7.10.12 (pukul 7 lewat 10 menit 12 detik)

7. Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan angka ribuan, jutaan, dan seterusnya yang

tidak menunjukkan jumlah.

Contoh:

Dia lahir pada tahun 1988 di Sukabumi

Nomor Giro 0313983 telah saya kasih kepada Michael.

8. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan

jangka waktu.

Contoh: 

1.29.54 (1 jam, 29 menit, 54 detik)

9. Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan yang terdiri dari huruf-huruf awal kata atau

suku kata, atau gabungan keduanya, yang terdapat di dalam nama badan pemerintah,

lembaga- lembaga nasional di dalam akronomi yang sudah diterima oleh masyarakat.

Contoh:

Sekjen : (Sekretaris Jenderal)

UUD : (Undang-Undang Dasar)

SMA : (Sekolah Menengah Atas)

WHO : (World Health Organization)

10. Tanda titik dipakai dalam daftar pustaka di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak

berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru, dan tanda terbit.

6

Contoh:

Purba, Michael. 2006. Kimia. Jakarta: Erlangga.

11. Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan lambang kimia, satuan ukuran, takaran,

timbangan, dan mata uang.

Contoh:

• Cu (Kuprum)                                         • ml (mililiter)

• 52 cm                                                     • Rp 350,00

12. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.

Contoh:

Gempa yang terjadi beberapa tahun lalu menewaskan 1.213 jiwa.

Kota Yogyakarta berpenduduk 34.268 jiwa.

13. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan, atau kepala

ilustrasi, tabel dan sebagainya.

Contoh:

• Latar Belakang Pembentukan

• Sistem Acara

14. Tanda titik tidak dipakai di belakang alamat pengirim dan tanggal surat, atau nama dan

alamat penerima surat.

Contoh:

Jalan Kebayoran 32

Jakarta, 3 Mei 1997

Yth. Sdr. Iva

Jalan Istana 30

Surabaya

Tanda Koma ( , )

1. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau pembilangan.

Contoh:

Saya mencuci baju, celana, dan sepatu.

Contoh penggunaan yang salah: Saya membeli udang, kepiting dan ikan.

7

2. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara yang

berikutnya, yang didahului oleh kata seperti, tetapi, dan melainkan.

Contoh:

Saya bergabung dengan Matapena, tetapi tidak aktif.

3. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila anak

kalimat tersebut mendahului induk kalimatnya.

Contoh:

• Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.

• Karena ketiduran, ia lupa akan tugasnya.

4. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila

anak kalimat tersebut mengiringi induk kalimat.

Contoh:

Saya tidak akan datang kalau hari hujan.

5. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antara kalimat yang

terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula,

meskipun begitu, akan tetapi.

Contoh:

• Oleh karena itu, kamu harus datang.

• Jadi, saya tidak jadi datang.

6. Tanda koma dipakai di belakang kata-kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan, yang

terdapat pada awal kalimat.

Contoh:

• O, begitu.

• Wah, bukan main.

7. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.

Contoh:

Kata adik, "Saya sedih sekali".

8. Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan tanggal, (ii) bagian-bagian kalimat, (iii)

tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.

Contoh:

Medan, 18 Juni 1984

Sdr. Khoirul Azzam, Jalan Condong Catur, Sleman, Yogyakarta.

Medan, Indonesia

8

9. Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam

daftar pustaka.

Contoh:

Lanin, Ivan. 1999. Cara Penggunaan Wikipedia. Jilid 5 dan 6. Jakarta: PT Wikipedia

Indonesia.

10. Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki.

Contoh:

Gatot, Bahasa Indonesia untuk Wikipedia. (Bandung: UP Indonesia, 1990), hlm. 22.

11. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk

membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.

Contoh:

Faizun Amir, M.Pd.

12. Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang

dinyatakan dengan angka.

Contoh:

• 35,5 m

• Rp 10,50

13. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak

membatasi.

Contoh:

Adik saya, Riry, lincah sekali.

14. Tanda koma dipakai untuk menghindari salah baca di belakang keterangan yang terdapat

pada awal kalimat.

Contoh:

Atas perhatian bapak, kami mengucapkan terima kasih

15. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang

mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau

tanda seru.

Contoh:

"Di mana Alex tinggal?" tanya shilvia.

“Masuk!” perintah petugas keamanan.

9

Tanda Titik Koma ( ; )

1. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis

dan setara.

Contoh:

Matahari makin meninggi; Rizka belum bangun dari tidurnya juga.

2. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam suatu

kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung.

Contoh:

Ayah membaca Koran di ruang tamu; ibu menyiapkan sarapan di dapur, Alvin

menonton tayangan berita televisi.

Tanda Titik Dua (:)

1. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti rangkaian atau

pemerian.

Contoh:

yang kita perlukan sekarang adalah barang-barang berikut: kursi, meja, dan lemari.

Fakultas itu mempunyai empat  jurusan: Pendidikan Bahasa Arab, Pendidikan

Agama Islam, Pendidikan Guru Madrasah Ibtida’iyah, dan Kependidikan Islam.

2. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.

Contoh:

Ketua                               : Wildan Bakhtiar

Wakil Ketua                    : Linda Sari

Sekretaris                         : Ali Dede

Wakil Sekretaris              : Fadhilah putri

Bendahara                       : Elsa Dani

Wakil bendahara             : Istiqomah

3. Tanda titik dua dipakai dalam teks drama kata yang menunjukkan pelaku dalam

percakapan.

Contoh:

Novi             : "Tega sekali kamu meninggalkanku sendiri di sini!"

Fahad           : "Maafkan aku. Aku tidak bermaksud untuk melakukan itu. Hanya saja aku

tergesa-gesa pulang ke rumah” 

10

Novi             : “O, apa yang terjadi di rumahmu?”

Fahad           : “Kucingku melahirkan.”

4. Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di antara bab dan

ayat dalam kitab-kitab suci, atau (iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan.

Contoh:

(i) Tempo, I (1971), 34:7

(ii) Surah Yasin:9

(iii) Karangan Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup: Sebuah Studi sudah terbit.

5. Tanda titik dua tidak dipakai kalau rangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkap

yang mengakhiri pernyataan.

Contoh: 

Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.

Tanda Hubung ( - )

1. Tanda hubung dipakai untuk menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh

pergantian baris.

Contoh:

Rahma mengalami banyak peru-

bahan dalam kehidupannya.

Suku kata yang terdiri atas satu huruf tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf

saja pada ujung baris.

Contoh:

Menurut hakim masalah i-

tu akan segera diproses.

2. Tanda hubung dipakai untuk menyambung awalan dengan bagian kata dan belakangnya,

atau akhiran dengan bagian kata di depannya ada pergantian baris.

Contoh:

Kini ada cara baru meng-

ukur panas

akhiran -i tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf saja pada pangkal baris.

Contoh:

Kita harus mengharga-

i pendapat orang lain.

11

3. Tanda hubung dipakai untuk menyambung unsur-unsur kata ulang.

Contoh: 

• anak-anak

• bolak-balik

• melambai-lambai

4. Tanda hubung dipakai untuk menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-

bagian tanggal.

Contoh:

 • p-e-n-y-a-n-y-i

5. Tanda hubung dapat dipakai untuk memperjelas hubungan bagian-bagian ungkapan.

bandingkan:

• ber-evolusi dengan be-revolusi

• dua puluh lima-ribuan (20x5000) dengan dua-puluh-lima-ribuan (1x25000).

• Istri-perwira yang ramah dengan istri perwira-yang ramah

• PN dengan di-PN-kan.

6. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (a) se- dengan kata berikutnya yang dimulai

dengan huruf kapital; (b) ke- dengan angka, (c) angka dengan -an, dan (d) singkatan huruf

kapital dengan imbulan atau kata.

Contoh:

• se-Yogyakarta                                       • ber-SMA

• hadiah ke-3                                            • KTP-nya nomor 11111

• tahun 90-an                                            • bom-V2

• sinar-X

7. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa

asing.

Contoh:

• di-charter

• pen-tackle-an

8. Tanda hubung sebagai lambang matematika untuk pengurangan (tanda kurang).

Contoh:

• 52 – 35 =17

12

Tanda Pisah (—)

1. Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberikan penjelasan khusus

di luar bangun kalimat.

Contoh:

• Wikipedia Indonesia—saya harapkan—akan menjadi Wikipedia terbesar

Dalam pengetikan karangan ilmiah, tanda pisah dinyatakan dengan 2 tanda hubung tanpa

jarak.

Contoh: 

• Medan—Ibu kota Sumut—terletak di Sumatera

2. Tanda pisah menegaskan adanya posisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat

menjadi lebih tegas.

Contoh:

Rangkaian penemuan ini—evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan atom—

telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.

3. Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan atau tanggal yang berarti sampai dengan atau

di antara dua nama kota yang berarti 'ke', atau 'sampai'.

Contoh:

• 1918—1961

• Cepu—Yogyakarta

• 15—24 Desember 1999

Tanda Tanya ( ? )

1. Tanda Tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.

 Contoh:

• Kapan Siska pulang?

• Bapak menjemput Nurul, bukan?

2. Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurang untuk menyatakan bagian kalimat yang

disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.

Contoh: 

• Beliau keturunan darah biru (?).

• Berlian seharga 26 juta rupiah (?) hilang.

13

Tanda Seru (!)

Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah

yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat.

Contoh: 

• Alangkah indahnya kota Yogyakarta!

• Tutup semua jendela!

• Merdeka!

Tanda Kurung  ( (...) )

1. Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.

Contoh:

Dalam rapat guru yang diadakan kemarin membahas tentang KBM (Kegiatan Belajar

Mengajar) Madrasah Tsanawiyah Negeri Sleman.

2. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok

pembicaraan.

Contoh:

Keterangan itu (lihat Tabel 5) menunjukkan kemerosotan perekonomian desa

Candiharjo.

Novel Tetralogi Laskar Pelangi menceritakan kisah anak Bangka Belitung (suatu

wilayah yang terdapat di pulau Sumatra)

3. Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat

dihilangkan.

Contoh:

• Kata cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kokain(a).

• Korban kecelakaan itu berasal dari (kota) Purbalingga.

4. Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan.

Contoh: 

Manajemen pembelajaran menyangkut masalah (1) perencanaan, (2) pelaksanaan,

dan (3) penilaian

Tanda Kurung Siku ( [...] )

14

1. Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau

tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda yang

menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asli. 

Contoh:

• Katanya, "[Adam] tidak datang ke sekolah hari ini".

• Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemersik.

2. Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda

kurung.

Contoh:

• Persamaan kedua kasus ini (perbedaannya dituliskan di dalam Bab III [lihat halaman 25-

28]) perlu ditinjau kembali.

Tanda Kurung Ganda ( ((...)) )

Biasa digunakan di bahasa pemrograman komputer

Tanda Kurung Kurawal ( {...} )

Disebut juga tanda kurung besar atau akolade

Tanda Kurung Lancip (<...>)

Kadang disebut juga tanda kurung lancip atau tanda kurung bersudut. Biasa digunakan

di bahasa komputer HTML.Untuk tanda kurung kurawal dan tanda kurung sudut tidak diatur

dalam EYD

Tanda Elipsis (....)

1. Tanda Elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus.

Contoh: 

• Kalau begitu … ya, marilah kita berangkat sekarang sebelum hujan turun.

2. Tanda Elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang

dihilangkan.

15

Contoh:

• Faktor-faktor kemunduran  … akan dievaluasi lebih lanjut.

Tanda Petik ( "..." )

1. Tanda petik digunakan untuk menyatakan suatu kalimat langsung atau kadang juga

sebagai penegasan.

contoh: 

• kata Fitrah, "Kita harus menyelesaikan makalah ini segera!"

2. Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau

bahan tertulis lainnnya.

Contoh: 

• “Saya sudah siap” kata masykur, “mari kita berangkat!”

• Pasal 36 UUD 1945 berbunyi, “Bahasa negara ialah bahasa Indonesia.”

3. Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.

Contoh:

• Bacalah “Karakteristik Ajaran Agama” dalam buku Metodologi Studi Islam.

• Puisi “Aku” ditulis oleh penyair terkenal Khairil Anwar.

4. Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti

khusus.

Contoh:

• Kebanyakan remaja saat ini memakai celana “pensil”.

• Penelitian itu dilakukan dengan teknik “coba dan ralat”.

5. Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung.

Contoh: 

• Kak Tino, “Saya pesan dua ”

6. Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda petik

yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat

atau bagian kalimat.

Contoh:

• Karena proporsi tubuhnya kecil, dia dijuluki “ si mungil”.

• Bang Kholil sering disebut “jagoan”; dia sendiri tidak tahu sebabnnya.

Tanda Petik Tunggal ( '...' )

16

1. Tanda petik tunggal digunakan untuk mengapit petikan yang tersusun dalam petikan lain. 

Contoh:

• “Aku mendengar seseorang memanggil, ‘Sani, Sani’, dari hutan itu,” ujar Riza.

2. Tanda petik tunggal digunakan untuk mengapit terjemahan, ungkapan asing, atau

penjelasan kata.

Contoh:

• Problem-Solving  ‘pemecahan masalah’

• feed-back  ‘balikan’

Kalau dalam linguistik, tanda petik itu disebutkan mengapit makna.

Tanda Garis Miring ( / )

1. Tanda garis miring digunakan sebagai pengganti kata "atau", “tiap”. Biasanya untuk dua

kata yang bersinonim. 

Contoh:

mengangkat/menjinjing. 

(dibaca: mengangkat atau menjinjing)

Perjalanan Yogyakarta—Palembang ditempuh lewat darat/udara. 

(dibaca: Perjalanan Yogyakarta—Palembang ditempuh lewat darat atau udara

Harga rambutan itu Rp3.500,00/ikat.  

(dibaca: Harga rambutan itu Rp3.500,00 tiap ikat)

Untuk dua hal yang hampir serupa bunyinya, dalam hal ini tanda "/" tidak dibaca. 

Contoh:

RT/RW  (dibaca: RTRW)

AC/DC  (dibaca: ACDC)

2. Tanda garis miring digunakan di dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan

penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua takwim.

Contoh: 

No. 53/PR/2009

Jalan KH. Wahab Chasbulloh III/64

tahun pelajaran 2009/2010

3. Tanda garis miring digunakan sebagai lambang matematika untuk pembagian (tanda

bagi).

17

Contoh:

• 72 / 8 = 9

Tanda Garis Miring Terbalik ( \ )

Tanda garis miring terbalik digunakan untuk mengganti karakter khusus menjadi karakter

literal (yakni "mengubah" karakter)

Tanda Penyingkat (Apostrof) ( ' )

Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.

Contoh:

• Pesawat selanjutnya ‘kan tiba setengah jam kemudian.  (‘kan = akan)

• 24 April ’90.  (’90 = 1990)

• Malam ‘lah larut.  (‘lah = telah)

Tanda Ulang (...2)

Ditulis dengan menambahkan angka 2 atau 2 (pangkat 2) di akhir kata yang seharusnya

diulang, menandakan kata tersebut diulang dua kali.Tanda penyingkatan ini tidak resmi.Kata

yang berulang harus ditulis penuh. 

Contoh:

• Buku-buku (bukan "buku2")

• Saudara-saudara (bukan "saudara2")

Tanda ulang singkatan  hanya digunakan pada tulisan cepat dan notula, dan tidak

dipakai pada teks karangan.

Contoh:

• anak2 tidak berangkat ke sekolah bersama2

B. Penulisan Huruf dan Kata

a) PEMAKAIAN HURUF BESAR (KAPITAL)

Penggunaan huruf kapital merupakan standar dasar penulisan yang sudah

disepakati. Tanpa mengikuti aturan ini, tulisan kita akan berkurang nilainya di mata

18

pembaca blog kita dan akan langsung dibuang oleh redaksi sebuah koran tempat kita

mengirim artikel opini.

Aturan penggunaan huruf kapital

1. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.

Misalnya:

Dia mengantuk.

Apa maksudnya?

Kita harus bekerja keras.

Pekerjaan itu belum selesai.

2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.

Misalnya:

Adik bertanya, “Kapan kita pulang?”

Bapak menasihatkan, “Berhati-hatilah, Nak!”

“Kemarin engkau terlambat,” katanya.

“Besok pagi,” kata Ibu, “Dia akan berangkat”.

3. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan

dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan.

Misalnya:

Allah, Yang Mahakuasa

Yang Maha Pengasih

Alkitab

Quran

Weda

Islam

Kristen

Tuhan akan menunjukkan jalan yang benar kepada hamba-Nya.

Bimbinglah hamba-Mu, ya Tuhan, ke jalan yang Engkau beri rahmat.

19

4. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan

keagamaan yang diikuti nama orang.

Misalnya:

Mahaputra Yamin

Sultan Hasanuddin

Haji Agus Salim

Imam Syafii

Nabi Ibrahim

5. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang

diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama

instansi, atau nama tempat.

Misalnya:

Wakil Presiden Adam Malik

Perdana Menteri Nehru

Profesor Supomo

Laksamana Muda Udara Husen Sastranegara

Sekretaris Jenderal Departemen Pertanian

Gubernur Irian Jaya

6. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.

Misalnya:

Amir Hamzah

Dewi Sartika

Wage Rudolf Supratman

Halim Perdanakusumah

Ampere

7. Huruf kapital sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa.

Misalnya:

bangsa Indonesia

suku Sunda

bahasa Inggris

20

8. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan

peristiwa sejarah.

Misalnya:

bulan Agustus

hari Natal

bulan Maulid

Perang Candu

hari Galungan

tahun Hijriah

hari Jumat

tarikh Masehi

hari Lebaran

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

9. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.

Misalnya:

Asia Tenggara Kali Brantas

Banyuwangi Lembah Baliem

Bukit Barisan Ngarai Sianok

Cirebon Pegunungan Jayawijaya

Danau Toba Selat Lombok

Daratan Tinggi Dieng Tanjung Harapan

Gunung Semeru Teluk Benggala

Jalan Diponegoro Terusan Suez

Jazirah Arab

10. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga

pemerintahan dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali kata seperti dan.

Misalnya:

Republik Indonesia

Majelis Permusyawaratan Rakyat

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Badan Kesejahteraan Ibu dan Anak

Keputusan Presiden Republik Indonesia, Nomor 57, Tahun 1972

21

11. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang

terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen

resmi.

Misalnya:

Perserikatan Bangsa-Bangsa

Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia

Rancangan Undang-Undang Kepegawaian

12. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata

ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan

kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi

awal.

Misalnya:

Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.

Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.

Dia adalah agen surat kabar Sinar Pembangunan.

Ia menyelesaikan makalah “Asas-Asas Hukum Perdata”.

13. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan

sapaan.

Misalnya:

Dr.

M.A.

S.H.

S.S.

Prof.

Tn.

Ny.

Sdr.

14. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan

seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai dalam penyapaan

22

dan pengacuan.

Misalnya:

“Kapan Bapak berangkat?” tanya Harto.

Adik bertanya, “Itu apa, Bu?”

Surat Saudara sudah saya terima.

“Silakan duduk, Dik!” kata Ucok.

Besok Paman akan datang.

Mereka pergi ke rumah Pak Camat.

Para ibu mengunjungi Ibu Hasan.

15. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda.

Misalnya:

Sudahkah Anda tahu?

Surat Anda telah kami terima.

Huruf besar tidak boleh dipakai pada :

1. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar, kehormatan,

keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang.

Misalnya:

Dia baru saja diangkat menjadi sultan.

Tahun ini ia pergi naik haji

2. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang

tidak diikuti nama orang, atau nama tempat.

Misalnya:

Siapa gubernur yang baru dilantik itu?

Kemarin Brigadir Jenderal Ahmad dilantik menjadi mayor jenderal.

3. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan

sebagai nama sejenis atau satuan ukuran.

Misalnya:

mesin diesel

10 volt

5 ampere

23

4. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak

dipakai sebagai nama.

Misalnya:

Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsanya.

Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya perang dunia.

5. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak

menjadi unsur nama diri.

Misalnya:

berlayar ke teluk

mandi di kali

menyeberangi selat

pergi ke arah tenggara

6. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang digunakan

sebagai nama jenis.

Misalnya:

garam inggris

gula jawa

kacang bogor

pisang ambon

7. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi

negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen resmi.

Misalnya:

menjadi sebuah republik

beberapa badan hukum

kerja sama antara pemerintah dan rakyat

menurut undang-undang yang berlaku

8. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan

kekerabatan yang tidak dipakai dalam pengacuan atau penyapaan.

Misalnya:

Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.

Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.

24

b) PEMAKAIAN HURUF BESAR (KAPITAL)

1. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menulis nama buku, majalah, dan surat

kabar yang dikutip dalam tulisan.

Misalnya:

majalah Bahasa dan Kesusastraan

buku Negarakertagama karangan Prapanca

surat kabar Suara Karya

2. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf,

bagian kata, kata, atau kelompok kata.

Misalnya:

Huruf pertama kata abad ialah a.

Dia bukan menipu, tetapi ditipu.

Bab ini tidak membicarakan penulisan huruf kapital.

Buatlah kalimat dengan berlepas tangan.

3. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau

ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.

Misalnya:

Nama ilmiah buah manggis ialah Carcinia mangostana.

Politik divide et impera pernah merajalela di negeri ini.

Weltanschauung antara lain diterjemahkan menjadi ‘pandangan dunia’.

Tetapi:

Negara itu telah mengalami empat kudeta.

Catatan:

Dalam tulisan tangan atau ketikan, huruf atau kata yang akan dicetak miring diberi

satu garis di bawahnya.

C. Ejaan

1. Pengertian Ejaan

25

Ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi-bunyi ujaran,

bagaimana menempatkan tanda-tanda baca, bagaimana memotong-motong suatu kata, dan

bagaimana menggabungkan kata-kata.

2. Macam-macam Ejaan

1. Ejaan Van Ophuysen

Ejaan Van Ophuysen disebut juga Ejaan Balai pustaka. Masyarakat pengguna bahasa

menerapkannya sejak tahun 1901 sampai 1947.Ejaan ini merupakan karya Ch.A. Van

Ophuysen, dimuat dalam kitab Logat Melayoe (1901). Ciri khusus ejaan Van Ophuysen:

Ejaan ini digunakan untuk menuliskan kata-kata Melayu menurut model yang dimengerti

oleh orang Belanda, yaitu menggunakan huruf Latin dan bunyi yang mirip dengan tuturan

Belanda, antara lain:

1. Huruf (u) ditulis (oe).

2. Komahamzah (k) ditulis dengan tanda (’) pada akhir kata misalnya bapa’, ta’

3. Jika pada suatu kata berakhir dengan huruf (a) mendapat akhiran (i), maka di atas

akhiran itu diberi tanda trema (”)

4. Huruf (c) yang pelafalannya keras diberi tanda (’) diatasnya

5. Kata ulang diberi angka 2, misalnya: janda2 (janda-janda)

6. Kata majemuk dirangkai ditulis dengan 3 cara :

o Dirangkai menjadi satu, misalnya (hoeloebalang, apabila)

o Dengan menggunakan tanda penghubung misalnya, (rumah-sakit)

o Dipisahkan, misalnya (anaknegeri)

Huruf hidup yang diberi titik dua diatasnya seperti ä, ë, ï dan ö, menandai bahwa huruf

tersebut dibaca sebagai satu suku kata, bukan dipotong, sama seperti ejaan Bahasa Belanda

sampai saat ini.

Kebanyakan catatan tertulis Bahasa Melayu pada masa itu menggunakan huruf Arab yang

dikenal sebagai tulisan Jawi.

2. Ejaan Republik/Ejaan Suwandi

Ejaan Republik dimuat dalam surat keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mr.

Soewandi No.264/Bhg. A tanggal 19 maret 1947.Sebab ejaan ini disebut sebagai Ejaan

Suwandi. Sistem ejaan suwandi merupakan sistem ejaan latin untuk Bahasa Indonesia.

Ciri khusus Ejaan Republik/ Suwandi :

26

1. Huruf (oe) dalam ejaan Van Ophuysen berubah menada (u).

2. Tanda trema pada huruf (a) dan (i) dihilangkan.

3. Koma ‘ain dan koma hamzah dihilangkan. Koma hamzah ditulis dengan (k) misalnya

kata’ menjadi katak.

4. Huruf (e) keras dan (e) lemah ditulis tidak menggunakan tanda khusus, misalnya

ejaan, seekor, dsb.

5. Penulisan kata ulang dapat dilakukan dengan dua cara.

Contohnya :

a. Berlari-larian

b. Berlari2-an

6. Penulisan kata majemuk dapat dilakukan dengan tiga cara

Contohnya :

a. Tata laksana

b. Tata-laksana

c. Tatalaksana

7. Kata yang berasal dari bahasa asing yang tidak menggunakan (e) lemah (pepet) dalam

Bahasa Indonesia ditulis tidak menggunakan (e) lemah, misalnya: (putra) bukan (putera),

(praktek) bukan (peraktek).

3. Ejaan Malindo

Ejaan Malindo (Melayu-Indonesia) adalah suatu ejaan dari perumusan ejaan melayu dan

Indonesia.Perumusan ini berangkat dari kongres Bahasa Indonesia tahun 1954 di Medan,

Sumatera Utara.Ejaan Malindo ini belum sempat diterapkan dalam kegiatan sehari-hari

karena saat itu terjadi konfrontasi antara Indonesia dan Malaysia.

4. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan/EYD

Pada Pada tanggal 16 Agustus 1972 Presiden Republik Indonesia meresmikan

pemakaianEjaan Bahasa Indonesia. Peresmian ejaan baru itu berdasarkan Putusan Presiden

No. 57,Tahun 1972. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyebarkan buku kecil yang

berjudul Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, sebagai patokan pemakaian

ejaan itu.

Karena penuntun itu perlu dilengkapi, Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia, Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan, yang dibentuk oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

dengan surat putusannya tanggal 12 Oktober 1972, No. 156/P/1972 (Amran Halim, Ketua),

27

menyusun buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan yang berupa

pemaparan kaidah ejaan yang lebih luas. Setelah itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

dengan surat putusannya No. 0196/1975 memberlakukan Pedoman Umum Ejaan Bahasa

Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Pada tahun 1987

kedua pedoman tersebut direvisi. Edisi revisi dikuatkan dengan surat Putusan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan No. 0543a/U/1987, tanggal 9 September 1987.

1. Pemakaian Huruf

Apabila dibanding dengan Ejaan Suwandi, ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan

menggunakan huruf abjad lebih banyak. Ejaan Suwandi hanya menggunakan 19 huruf

sedangkan Ejaan Bahasa Indonesia yang tlah Disempurnakan menggunakan 26 huruf.Jumlah

huruf dalam abjad ada 26buah.Ini berarti ejaan kita sekarang telah memanfaatkan semua

huruf yang terdapat dalam abjad.Kebijakan ini merupakan suatu langkah maju dalam

pengembangan Bahasa Indonesia.

Pemakaian Bahasa Indonesia ingin berkembang dan maju dalam segala bidang seirama

dengan tuntutan pembangunan. Langkah praktis yang ditempuhnya dengan menyerap unsur-

unsur asing (yang mengandung konsep yang tidak terdapat dalam Bahasa Indonesia) dalam

pemakaian Bahasa Indonesia.karena tidak ada konsepnya dalam Bahasa Indonesia, mereka

menyerap unsur asing, misalnya, izin, folio, dan vak dalam Bahasa Indonesia. Dengan

demikian, unsur bunyi z, f, v yang tadinya tidak ada dalam Bahasa Indonesia menjadi ada .hal

ini tidk dapat dihindari, sebab situasi dan kondisi menuntut yang seperti itu. Kita tidak pantas

lagi mengikuti aliran purisme yang mempertahankan “keaslian” bahasanya secara tidak

proposional.Menyadari keadaan yang demikian itulah, ejaan kita sekarang menerima

pemakaian huruf z, f, v, q, x, dan c dalam Bahasa Indonesia, walaupun pemakaiannya dalam

batas-batas tertentu.

o Huruf q dan x pemakaiannya dibatasi hanya dalam keperluan ilmu dan nama. Jadi,

dalam pemakain umum, yaitu dalam kata-kata umum dan istilah, kedua huruf itu

belum dapat dipakai. Dalam matematika, misalnya, dapat menandai sesuatu dengan q

da x. begitu juga nama Baihaqi, Iqbal (nama orang); dan xerox, Xerxes, sinar-X (nama

barang) dibenarkan. Tetapi kata-kata asing aquarium, equator, quadrat, extra, dan taxi

harus dituliskan akuarium, ekuator, kuadrat, ekstra, dantaksi.Jadi q diganti k dan x

digantti ks.

o Huruf f dan v, walaupun dalam Bahasa Indonesia keduanya dibunyikan sama tetap

dipakai secara berbeda. Kata-kata asing yang diucapkan (f) tak bersuara oleh

pemakaian bahasa asing yang bersangkutan ditulis f dalam Bahasa Indonesia,

28

sedangkan yang diucapkan (v) besuara oleh pemakaian bahasa asing yang

bersangkutan dilambangkan dengan v. jadi, kata-kata asing factor, physiology,

photocopy, vitamin, television, dan vacuum diubah menjadi faktor, fisiologi, fotokopi,

vitamin, televisi, dan vakum.

o Sedangkan huruf c dan y pemakaian kedua huruf ini sebagai realisasi kerjasama antara

indonesia dan Malaysia, khususnya dalam hal pengembangan dan pembinaan kedua

bahasa, yaitu Bahasa Melayu dan Bahasa Indonesia . apabila pada Ejaan suwandi

penulisan bunyi (cacat) dan (sayat) ditulis tjatjat dan sajat, maka pada ejaan sekarang

ditulis cacat dan sayat. Dalam Bahasa Melayu pun ditulis cacat dan sayat.

o Bunyi (z) pada unsur asing yang masuk kedalam Bahasa Indonesia ditulis sebagai

bunyi aslinya, yaitu z. oleh sebab itu, kata zakat, ziarah, zebra, zat, zodiac yang

dianggap tepat, tetapi bukan jakat, jiarah, jebra, jat, dan sodiak.

Masalah lain yang perlu dibicarakan sehubungan dengan pemakaian huruf ini ialah tentang

pelafalan huruf. Di dalam pedoman ejaan sekarang ini telah disebutkan tentang pelafalan

huruf abjad yang dipakai dalam Bahasa Indonesia. Secara terperinci, huruf-huruf serta nama

dan bunyinya sebagai berikut.

Huruf Nama Bunyi yang dilambangkan

A A A

B Be B dan P

C Ce C

D De D dan T

E E E

F Ef F

G Ge G dan K

H Ha H

29

I I I

J Je Je

K Ka K dan G

L El L

M Em M

N En N

O O O

P Pe P

Q Ki K

R Er R

S Es S

T Te T

U U U

V Ve F

W We W

X Eks Ks

30

Y Ye Y

Z Zet Z

 

Selain huruf-huruf abjad di atas dalam Bahasa Indonesia juga dikenal Huruf Diftong. Huruf

Diftong merupakan dua bunyi vokal yang dirangkap dalam satu suku kata. Di antara dari

huruf-huruf diftong tersebut ialah:

Huruf

Diftong

Contoh Pemakaian dalam Kata

Awal Tengah Akhir

Ai

Au

Oi

Ei

Ain

Aula

-

-

Syaitan

Saudara

Boikot

Pleistosen

Pandai

Harimau

Amboi

Survei

 

Terlepas dari huruf abjad utama pula dalam Bahasa Indonesia terdapat gabungan huruf

konsonan yang membentuk sebuah bunyi. Contohnya adalah:

Gabungan

Huruf

Konsonan

Contoh Pemakaian dalam Kata

Awal Tengah Akhir

Kh

Ng

Ny

Sy

Khusus

Ngilu

Nyata

Syarat

Akhir

Bangun

Hanyut

Isyarat

Tarikh

Senang

-

-

 

31

BAB III

Penutup

            Tanda baca dalam bahasa Indonesia merupakan salah satu kaedah bahasa yang sangat

penting. Tanda baca merupakan simbol dalam suatu bacaan untuk dapat difahami dengan

mudah oleh pembacanya. Tanpa tanda baca, kita akan sulit memahami maksud yang

terkandung dalam bacaan tersebut. Oleh karena itu, tanda baca tersebut sangat perlu kita

pelajari agar kita tahu maksud dari suatu bacaan, dan mampu membuat tulisan dengan baik

dan benar.

32

            Tanda baca dalam bahasa Indonesia bermacam-macam, misalnya: tanda titik (.)

biasanya dipakai pada akhir kalimat yang bukan  berupa pernyataan atau seruan. Tanda Koma

(,) biasanya digunakan sebagai pengganti kata “dan” serta penjeda dalam suatu kalimat,

Tanda Tanya (?) digunakan untuk kalimat pertanyaan, Tanda Seru (!) digunakan untuk

kalimat perintah, dan  lain sebagainya.

            Dengan makalah ini kami berharap kita semua dapat menambah wawasan khususnya

tentang pentingnya penggunaan tanda baca dalam Bahasa Indonesia, yang tentunya akan

membantu kita memahami suatu bacaan dan mampu menghasilkan tulisan yang baik dan

benar.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang

Disempurnakan. Jakarta: Pusat Bahasa.

Fatihalqurba. 2013. Ejaan, Tanda Baca dan Jenis-Jenis Ejaan, (Online),

(http://fatihalqurba.wordpress.com/2013/04/05/ejaan-tanda-baca-dan-jenis-jenis-

ejaan / , diundah tanggal 20 Oktober 2014)

33

34