Makalah audit laporan keuangan dan tanggung jawab auditor

31
Audit Siklus Pendapatan: Pengujian Substantif Pengujian Pengendalian Siklus Pendapatan dan Pengujian Substantif Transaksi Kelompok 2 Audit Siklus Pendapatan: Pengujian Substantif Pengujian Pengendalian Siklus Pendapatan dan Pengujian Substantif Transaksi 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Audit terhadap siklus pendapatan mencakup dua pendekatan yaitu pengujian kepatuhan dan pengujian substansi. Pengujian kepatuhan bertujuan untuk memahamai struktur pengendalian intern terhadap siklus penjualan, yang selanjutnya digunakan sebagai dasar pengujian substansi. Pengujian substansi dimaksudkan untuk melakukan verifikasi terhadap kelayakan jumlah rupiah serta kesesuaian penyajiannya dengan prinsip akuntansi yang diterapkan di Indonesia. Kedua pendekatan ini sangat berbeda dalam imlpementasinya, sehingga program audit untuk yang kedua pendekatan tersebut juga sangat berbeda. Sebelum membahas lebih lanjut siklus pendapatan ini, terlebih dahulu perlu dijelaskan pengertian pendapatan dan penghasilan. Pendapatan merupakan terjemahan dari istilah revenue yang merupakan pendekatan gross sedangkan penghasilan merupakan penterjemahan istilah income yang merupakan pendekatan netto. Dengan pengertian peristilahan tersebut istilah revenue cycle diterjemahkan dengan siklus pendapatan. Istilah penerimaan digunakan untuk menterjemahkan istilah 1

Transcript of Makalah audit laporan keuangan dan tanggung jawab auditor

Page 1: Makalah audit laporan keuangan dan tanggung jawab auditor

Audit Siklus Pendapatan: Pengujian SubstantifPengujian Pengendalian Siklus Pendapatan dan Pengujian Substantif

Transaksi

Kelompok 2

Audit Siklus Pendapatan: Pengujian Substantif

Pengujian Pengendalian Siklus Pendapatan dan Pengujian

Substantif Transaksi1. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Audit terhadap siklus pendapatan mencakup dua pendekatan yaitu

pengujian kepatuhan dan pengujian substansi. Pengujian kepatuhan

bertujuan untuk memahamai struktur pengendalian intern terhadap siklus

penjualan, yang selanjutnya digunakan sebagai dasar pengujian

substansi. Pengujian substansi dimaksudkan untuk melakukan verifikasi

terhadap kelayakan jumlah rupiah serta kesesuaian penyajiannya dengan

prinsip akuntansi yang diterapkan di Indonesia. Kedua pendekatan ini

sangat berbeda dalam imlpementasinya, sehingga program audit untuk

yang kedua pendekatan tersebut juga sangat berbeda.

Sebelum membahas lebih lanjut siklus pendapatan ini, terlebih dahulu

perlu dijelaskan pengertian pendapatan dan penghasilan. Pendapatan

merupakan terjemahan dari istilah revenue yang merupakan pendekatan

gross sedangkan penghasilan merupakan penterjemahan istilah income

yang merupakan pendekatan netto. Dengan pengertian peristilahan

tersebut istilah revenue cycle diterjemahkan dengan siklus pendapatan.

Istilah penerimaan digunakan untuk menterjemahkan istilah receipt,

sehingga cash receipt di istilahkan dengan penerimaan kas.

Dalam pembahasan ini, sistem penjualan tidak dibahas mengingat

keterbatasan ruang lingkup pembahasan. Dengan demikian kami disini

akan membahas salah satu aspek yaitu system penjualan kredit dan

system penerimaan kas. System penjualan kredit dan system penerimaan

kas menjadi materi pembahasan dengan pertimbangan sebagian besar

perusahaan menggunakan mekanisme penjualan kredit dan tunai.

Transaksi penjualan dalam suatu perusahaan mengakibat transfer

kekayaan (dalam hal ini barang-barang atau jasa-jasa) kepada pihak lain

dan mengakibatkan terbentuknya aktiva baru berupa kas atau piutang

1

Page 2: Makalah audit laporan keuangan dan tanggung jawab auditor

Audit Siklus Pendapatan: Pengujian SubstantifPengujian Pengendalian Siklus Pendapatan dan Pengujian Substantif

Transaksi

Kelompok 2

dagang. Meskipun demikian harus disadari bahwa proses penjualan tidak

selalu akan mengakibatkan terbentuknya aktiva baru tersebut, mengingat

dalam penjualan sering terjadi kegagalan atau pembatalan dari pihak

pelanggan. Oleh karena itu dalam siklus pendapatan ditemukan adanya

transaksi penyesuaian penjualan (sales adjustment). Sebagai akibatnya

siklus pendapatan juga terbentuk dari beberapa system yang antar lain:

1. Sistem Penjualan Kredit (kredit dan tunai),

2. Sistem Penerimaan Kas,

3. Penyesuaian Penjualan yang meliputi potongan penjualan, return

and allowance dan rekening uncollectible.

Ketiga subsistem tersebut diatas, secara bersama-sama membentuk

siklus pendapatan. Ditinjau dari sudut pandang auditor ketiganya memiliki

satu kesatuan proses audit yang dengan sendirinya mudah mengikuti jejak

transaksi dari satu system ke system lainnya, rekening-rekening yang

terkait dengan siklus pendapatan meliputi:

1. Penjualan (sales),

2. Kos penjualan (cost of sales),

3. Kas,

4. Piutang Dagang (account receivable,

5. Persediaan (inventory),

6. Potongan Penjualan,

7. Pencadangan dan Kembalian Piutang,

8. Pencadangan Kerugian Piutang (allowance for uncollectible

accounts),

9. Kerugian Piutang (bad debts expence).

Semua rekening-rekening tersebut diatas dipengaruhi secara

langsung oleh transaksi siklus pendapatan. Dengan demikian besarnya

jumlah rupiah yang disajikan dalam rekening-rekening tersebut saling

berelasi dan saling mempengaruhi rekening yang lain.

2

Page 3: Makalah audit laporan keuangan dan tanggung jawab auditor

Audit Siklus Pendapatan: Pengujian SubstantifPengujian Pengendalian Siklus Pendapatan dan Pengujian Substantif

Transaksi

Kelompok 2

1.2 Rumusan Materi Pembelajaraan

Pengujian substantif atas piutang usaha

Penentuan risiko deteksi.

Perancangan pengujian substantif

Prosedur awal dan analitis

Pengujian rincian transaksi

Pengujian rincian saldo

1.3 Tujuan Materi Pembelajaran

Dapat menjelaskan pengujian substantive atau piutang usaha

Dapat menjelaskan Penentuan risiko deteksi.

Dapat menjelaskan Perancangan pengujian substantif

Dapat menjelaskan prosedur awal dan analitis pengujian rincian

transaksi

Dapat menjelaskan pengujian rincian saldo.

3

Page 4: Makalah audit laporan keuangan dan tanggung jawab auditor

Audit Siklus Pendapatan: Pengujian SubstantifPengujian Pengendalian Siklus Pendapatan dan Pengujian Substantif

Transaksi

Kelompok 2

2. PEMBAHASAN

2.1 PENGUJIAN SUBSTANTIF ATAS PIUTANG USAHA

Deskripsi Piutang

Piutang merupakan klaim pihak lain atas uang, barang atau jasa yang

dapat diterima dalam jangka waktu 1 tahun, atau dalam satu siklus kegiatan

perusahaan. Piutang umumnya disajkan di neraca dalam dua kelompok :

(a) piutang usaha dan

(b) piutang non usaha.

Piutang usaha adalah piutang yang timbul dari transaksi penjualan barang

atau jasa dalam kegiatan normal perusahaan. Piutang non usaha timbul dari

transaksi selain penjualan barang dan jasa kepada pihak luar seperti misalnya

piutang kepada karyawan, piutang penjualan saham, piutang klaim asuransi,

piutang pengembalian pajak, piutang dividen dan bunga.

Piutang meliputi jumlah yang harus dibayar pelanggan, karyawan, dan

afiliasi atas akun terbuka, wesel, serta pinjaman, dan bunga akrual atas saldo

semacam itu. Piutang kotor pelanggan atas transaksi penjualan kredit memiliki

akun kontra yaitu penyisihan untuk piutang tak tertagih. Penyisihan untuk piutang

tak tertagih merupakan hal penting untuk mengingat kembali bahwa dengan

mengaudit piutang usaha, auditor dapat mengaudit penjualan yang berkaitan.

Penjualan yang paling mungkin menghadirkan potensi salah saji merupakan

penjualan yang tidak dapat ditagih. Untuk merancang pengujian substantif atas

akun-akun ini, auditor pertama-tama harus menentukan tingkat risiko pengujian

rincian yang dapat diterima untuk setiap asersi signifikan yang berkaitan.

Tujuan Pengujian Substantif Piutang

Tujuan pengujian subtantif terhadap piutang usaha adalah :

a. Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang

bersangkutan dengan piutang. Sebelum auditor melakukan pengujian

mengenai kewajaran saldo piutang yang dicantumkan di negara, ia harus

memperoleh keyakinan mengenai ketelitian dan keandalan catatan

akuntansi yang mendukung informasi piutang yang disajikan di neraca.

Untuk itu auditor melakukan rekonsiliasi antara saldo piutang yang

dicantumkan di neraca dengan akun piutang di dalam buku besar.4

Page 5: Makalah audit laporan keuangan dan tanggung jawab auditor

Audit Siklus Pendapatan: Pengujian SubstantifPengujian Pengendalian Siklus Pendapatan dan Pengujian Substantif

Transaksi

Kelompok 2

b. Membuktikan asersi keberadaan atau keterjadian piutang usaha yang

dicantumkan di neraca. Dalam pengujian substantif terhadap aktiva pada

umumnya, pengujian ditujukan untuk membuktikan apakah aktiva yang

dicantumkan di neraca sesuai dengan aktiva yang sesungguhnya ada dan

berasal dari transaksi yang benar-benar terjadi.

c. Membuktikan asersi kelengkapan piutang usaha yang dicantumkan di

neraca. Untuk membuktikan bahwa piutang usaha yang dicantumkan di

neraca mencakup semua klaim klien kepada debitur pada tanggal neraca

dan mencakup semua transaksi yang berkaitan dengan piutang usaha

dalam tahun yang diaudit.

Salah satu pengujian substantif untuk membuktikan asersi kelengkapan

piutang usaha adalah pemeriksaan terhadap ketepatan pisah batas

transaksi yang bersangkutan dengan piutang usaha.

d. Membuktikan asersi hak kepemilikan klien atas piutang yang

dicantumkan di neraca. Piutang usaha yang ada pada tanggal neraca

belum tentu merupakan hak milik klien, karena piutang tersebut telah

dijual kepada perusahaan penagih atau digadaikan sebagai jaminan

penarikan utang. Auditor melakukan pengujian substantif berikut ini :

pemeriksaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan piutang

usaha dan konfirmasi piutang usaha.

e. Membuktikan asersi penilaian piutang usaha yang dicantumkan di

neraca seperti tersebut dalam prinsip akuntansi berterima umum, piutang

uasaha harus disajikan di neraca pada nilai bersih yang dapat

direalisasikan pada tanggal neraca atau dengan kata lain sebesar jumlah

yang diperkirakan dapat ditagih dari debitur pada tanggal neraca

f. Membuktikan asersi penyajian dan pengungkapan piutang usaha di

neraca. Penyajian dan pengungkapan unsur-unsur laporan keuangan

yang harus didasarkan pada prinsip akuntansi berterima umum. Pengujian

substantif terhadap piutang usaha diarahkan untuk mencapai salah satu

tujuan membuktikan apakah unsur piutang usaha telah disajikan dan

diungkapkan oleh klien di neracanya sesuai dengan prinsip akuntansi

berterima umum.

5

Page 6: Makalah audit laporan keuangan dan tanggung jawab auditor

Audit Siklus Pendapatan: Pengujian SubstantifPengujian Pengendalian Siklus Pendapatan dan Pengujian Substantif

Transaksi

Kelompok 2

2.2 PENENTUAN RISIKO DETEKSI UNTUK PENGUJIAN RINCIANRisiko pengujian rincian berhubungan terbalik dengan penilaian tingkat

risiko inheren, risiko prosedur analitis, dan risiko pengendalian. Jadi, faktor-faktor

yang berkaitan dengan penilaian ini harus dipertimbangkan dalam penentuan

tigkat risiko pengujian rincian yang dapat diterima untuk setiap asersi piutang

usaha.

Beberapa faktor risiko inheren pervasif yang mempengaruhi piutang kotor

dan bersih serta faktor-faktor spesifik pada siklus pendapatan memiliki pengaruh

yang menyebabkan risiko penjualan kredit ditetapkan terlalu besar dan

penyisihan piutang tak tertagih ditetapkan terlalu rendah, masing-masing dapat

mengakibatkan penilaian risiko inheren yang tinggi untuk asersi eksistensi atau

kejadian dan penilaian atau alokasi pada piutang usaha kotor serta asersi

penilaian atau alokasi untuk akun penyisihan terkait.

Penilaian risiko pengendalian untuk asersi piutang usaha tergantung pada

penilaian risiko pengendalian terkait untuk kelompok transaksi (penjualan kredit,

penerimaan kas, dan penyesuaian penjualan) yang mempengaruhi saldo piutang

usaha.

Penilaian tingkat risiko inheren yang direncanakan, risiko prosedur analitis,

dan risiko pengendalian yang tepat telah digunakan dalam model risiko audit,

yaitu pada fase perencanaan, guna mencapai tingkat risiko pengujian rincian

yang tepat dan tingkat pengujian substantif terkait yang direncanakan, maka

model risiko audit akan digunakan sekali lagi dengan data aktual untuk

menentukan tingkat risiko pengujian rincian yang dapat diterima yang telah

direvisi untuk setiap asersi.

2.3 PERANCANGAN PENGUJIAN SUBSTANTIFUntuk mendapatkan dasar yang masuk akal dalam memberi pendapat

atas laporan keuangan kliennya, auditor harus memperoleh bukti kompeten

yang cukup seperti disyaratkan oleh standar pekerjaan lapangan ketiga dalam

standar auditing. Pengujian substantif di satu sisi bisa menghasilkan bukti

tentang kewajaran setiap asersi laporan keuangan yang signifikan, dan di sisi

6

Page 7: Makalah audit laporan keuangan dan tanggung jawab auditor

Audit Siklus Pendapatan: Pengujian SubstantifPengujian Pengendalian Siklus Pendapatan dan Pengujian Substantif

Transaksi

Kelompok 2

lain pengujian substantif juga bisa menghasilkan bukti yang menunjukkan

adanya kekeliruan jumlah rupiah atau salah saji dalam pencatatan atau

pelaporan transaksi dan saldo. Perancangan pengujian substantif meliputi

penentuan sifat, saat, dan luas pengujian yang diperlukan untuk memenuhi

tingkat risiko deteksi yang dapat diterima untuk setiap asersi.

Langkah selanjutnya adalah mengakhiri program audit untuk mencapai

tujuan audit spesifik atas setiap kategori asersi saldo akun. Daftar pengujian

substantif yang merupakan program audit formal dibuat dengan memberikan

judul (heading) kertas kerja dan kolom yang mendukung referensi kertas kerja,

tanda tangan dan tanggal. Dalam kolom daftar pengujian substantif terdapat

kolom kategori pengujian substantif dan tujuan audit spesifik saldo akun di

mana pengujian ini diberlakukan. Beberapa pengujian diterapkan pada lebih

dari satu tujuan dan setiap tujuan akan dibahas dengan berbagai pengujian

yang mungkin (multiple possible test). Setiap pengujian akan diuraikan,

termasuk komentar mengenai bagaimana beberapa pengujian dapat

ditoleransi berdasarkan tingkat risiko deteksi yang dapat diterapkan yang

hendak dicapai.

2.4 PROSEDUR AWALTitik awal untuk memulai setiap pengujian audit adalah memperoleh

pemahaman tentang bisnis dan industri klien. Auditor juga harus memahami

persyaratan perdagangan standar, pengalaman penagihan dengan klien dan

industry, aspek musiman dari industry tersebut, dan luas konsentrasi bisnis

dengan pelanggan tertentu. Pengetahuan ini memberikan konteks untuk

mengevaluasi hasil prosedur analitis, pengujian pengendalian, dan pengujian

substantif. Sebagai contoh, bukti yang diperoleh ketika melakukan pengujian

rincian transaksi dan saldo saldo, seperti harga faktur atau besarnya piutang

untuk pelanggan tertentu, harus konsisten dengan harapan atau ekspektasi

tentang persaingan industry, kapasitas wktu produktif perusahaan, dan eksistensi

pelanggan utama.

7

Page 8: Makalah audit laporan keuangan dan tanggung jawab auditor

Audit Siklus Pendapatan: Pengujian SubstantifPengujian Pengendalian Siklus Pendapatan dan Pengujian Substantif

Transaksi

Kelompok 2

Prosedur awal yang penting untuk memverifikasi piutang usaha dan akun

penyisihan terkait adalah menelusuri saldo awal periode berjalan ke saldo akhir

yang telah diaudit dalam kertas kerja tahun sebelumnya (jika dapat dilakukan).

Selanjutnya, aktivitas periode berjalan dalam akun pengendali buku besar dan

akun penyisihan terkait harus direview untuk setiap ayat jurnal yang signifikan,

yang tidak biasa dari segi sifat atau jumlah, yang memerlukan investigasi khusus.

Sebagai contoh, auditor harus menginvestigasi setiap piutang dan pendapatan

yang belum dibukukan dengan cara mencatat faktur penjualan dalam jurnal

penjualan. Di samping itu, daftar dari seluruh saldo pelanggan, yang disebut

neraca saldo piutang usaha (accounts receivable trial balance), juga telah

diperoleh (biasanya dalam bentuk digital). Auditor biasanya menggunakan

perangkat lunak audit tergeneralisasi untuk memeriksa penjumlahan secara

vertical (foot) dalam neracasaldo piutang usaha dan totalnya harus dibandingkan

dengan (1) total buku pembantu atau file induk yang telah disiapkan dan (2) akun

pengendali buku besar. Auditor juga harus membandingkan sampel saldo

pelanggan, yang ditunjukkan pada neraca saldo, dengan yang ada dalam buku

pembantu dan sebaliknya untuk menentukan bahwa neraca saldo telah akurat

serta kelengkapan representasi yang mendasari catatan akuntansi. Hal ini

kemudian dapat berfungsi sebagai representasi fisik atas populasi piutang usaha

yang akan mendapat pengujian substantif lebih lanjut.

Selain itu, auditor juga dapat membuat neraca saldo piutang usaha secara

langsung dari file induk klien dengan menggunakan perangkat lunak audit. Jika

auditor dapat memperoleh catatan klien dalam mesin yang dapat membaca

formulir, maka dia juga dapat menggunakan perangkat lunak audit

tergeneralisasi untuk mengidentifikasi pelanggan yang signifikan, menganalisis

volume transaksi dengan pelanggan, dan mengidentifikasi transaksi yang tidak

biasa atau transaksi dengan volume tinggi mendekati akhir tahun.

Contoh kertas kerja untuk neraca saldo piutang usaha disajikan dalam

gambar berikut. Kertas kerja ini tidak hanya memberikan bukti tentang

pelaksanaan prosedur awal yang baru saja dijelaskan, tetapi juga beberapa

pengujian substantive lainnya yang akan dibahas dalam bagian selanjutnya.

Prosedur awal dalam memverifikasi keakuratan neraca saldo dan menentukan

8

Page 9: Makalah audit laporan keuangan dan tanggung jawab auditor

Audit Siklus Pendapatan: Pengujian SubstantifPengujian Pengendalian Siklus Pendapatan dan Pengujian Substantif

Transaksi

Kelompok 2

kesesuaiannya dengan buku besar terutama berhubungan dengan pemostingan

dan pengikhtisaran komponen asersi penilaian atau alokasi.

2.5 PROSEDUR ANALITISTujuan auditor dalam melakukan prosedur analitis adalah

mengembangkan ekspektasi atas saldo piutang usaha, hubungan piutang usaha

dengan penjualan, dan marjin kotor perusahaan. Auditor harus mengarahkan

perhatian utamanya pada kenaikan piutang dan pendapatan yang tidak

diharapkan. Prosedur analitis akan dilaksanakan dalam tahap akhir dari

penugasan untuk memastikan bahwa bukti yang dievaluasi dalam pengujian

rincian konsisten dengan gambaran menyeluruh yang dilaporkan pada laporan

keuangan.

2.6 PENGUJIAN RINCIAN TRANSAKSIPengujian rincian transaksi tertentu dapat dilaksanakan selama pekerjaan

interim (interim work) bersama dengan pengujian pengendalian dalam bentuk

pengujian bertujuan ganda (dual-purpose tests). Pengujian saldo yang juga

merupakan pengujian transaksi dan transaksi pendapatan yang belum ditagih,

9

Page 10: Makalah audit laporan keuangan dan tanggung jawab auditor

Audit Siklus Pendapatan: Pengujian SubstantifPengujian Pengendalian Siklus Pendapatan dan Pengujian Substantif

Transaksi

Kelompok 2

yang telah termasuk dalam piutang usaha, memiliki risiko salah saji yang lebih

tinggi daripada yang telah tertagih.

Memvouching Catatan Piutang ke Transaksi PendukungFile akun pelanggan yang diselenggarakan oleh klien harus berisi

dokumen seperti pesanan pelanggan, pesanan penjualan, dokumen pengiriman,

faktur penjualan, memorandum kredit, dan korespondensi. Dalam melakukan

pengujian ini, sampel debet ke akun pelanggan dapat divouching ke faktur

penjualan pendukung dan mencocokkan dokumen-dokumen itu untuk

memberikan bukti yang berkaitan dengan asersi eksistensi atau kejadian, hak

dan kewajiban, serta penilaian atau alokasi. Kredit dapat divouching ke bukti

penerimaan uang dan otorisasi penyesuaian penjualan. Bukti bahwa

pengurangan saldo pelanggan ini telah sah berkaitan dengan asersi kelengkapan

untuk piutang usaha.

Pengujian ini dapat dilaksanakan secara lebih ekstensif apabila tingkat

risiko deteksi yang berlaku yang akan dicapai adalah rendah, apabila prosedur

konfirmasi tidak praktis, atau untuk melengkapi prosedur konfirmasi apabila

situasi tertentu terjadi.

Melakukan Pengujian Pisah Batas untuk Penjualan dan Retur PenjualanPengujian pisah batas penjualan (sales cut-off tests) dirancang untuk

memperoleh kepastian yang layak bahwa (1) penjualan dan piutang usaha telah

dicatat dalam periode akuntansi dimana transaksi tersebut terjadi dan (2) ayat

jurnal yang berkaitan dengan persediaan dan harga pokok penjualan telah dibuat

dalam periode yang sama.

Pengujian pisah batas penjualan akan dilakukan pada tanggal neraca.

Untuk penjualan barang dari persediaan, pengujian akan mencakup

perbandingan sampel penjualan yang dicatat dalam beberapa hari periodde

berjalan dan beberapa hari pertama periode berikutnya dengan dokumen

pengiriman untuk menentukan apakah transaksi telah dicatat dalam periode

benar. Untuk barang yang diproduksi menurut pesanan, auditor mungkin perlu

untuk memeriksa kesepakatan penjualan yang berhubungan . hal ini juga

10

Page 11: Makalah audit laporan keuangan dan tanggung jawab auditor

Audit Siklus Pendapatan: Pengujian SubstantifPengujian Pengendalian Siklus Pendapatan dan Pengujian Substantif

Transaksi

Kelompok 2

diperlukan untuk menentukan keakuratan pisah batas setiap pengiriman terakhir

yang dilakukan pemasok klien secara langsung.

Pengujian pisah batas memberikan bukti mengenasi asersi eksistensi atau

kejadian dan kelengkapan untuk piutang usaha serta penjualan. Untuk tahun

kalender klien, juka penjualan bulan januari dicatat dalam bulan desember, maka

ada salah saji dalam asersi eksistensi atau kejadian. Sebaliknya, jika penjualan

bulan desember belum dicatat sampai bulan januari, maka ada salah saji dalam

asersi kelengkapan.

Pengujian pisah batas retur penjualan (sales return cutoff test) adalah

serupa dan terutama diarahkan langsung pada kemungkinan bahwa retur yang

dilakukan sebelum akhir tahun belum dicatat setelah akhir tahun, sehingga

mengakibatkan piutang dan penjualan ditetapkan terlalu tinggi. Penentuan waktu

yang tepat dapat ditentukna dengan menetapkan tanggal laporan penerimaan

barang-barang yang dikembalikan dan korespondensi dengan pelanggan.

Melakukan Pengujian Pisah Batas atas Penerimaan Kas Pengujian pisah batas penerimaan kas (cash receipts cutoff test)

dirancang untuk memperoleh kepastian yang layak bahwa penerimaan kas telah

dicatat dalam periode akuntansi yang tepat. Pisah batas yang tepat pada tanggal

neraca merupakan hal yang penting untuk menyajikan secara benar baik kas

maupun piutang usaha. Pengujian ini berhubungan dengan asersi eksistensi

atau kejadian dan kelengkapan baik untuk kas maupun piutang usaha.

Observasi terhadap personil atau review dokumentasi dapat memberikan

bukti mengenai ketetapan waktu pisah batas. Jika auditor dapat menyajikan pada

tanggal akhir tahun, maka dapat mengobservasi bahwa seluruh penagihan yang

diterima sebelum penutupan usaha telah dimasukkan ke kas di tangan atau

setoran berjalan, serta auditor juga dapat meriview dokumentasi pendukung

seperti ikhtisar kas harian dan slip setoran yang telah disahkan selama hari

terakhir tahun berjalan. Tujuan review ini bertujuan untuk menentukan bahwa

penerimaan yang ditunjukkan dalam ikhtisar kas harian

2.7 PENGUJIAN RINCIAN SALDO

11

Page 12: Makalah audit laporan keuangan dan tanggung jawab auditor

Audit Siklus Pendapatan: Pengujian SubstantifPengujian Pengendalian Siklus Pendapatan dan Pengujian Substantif

Transaksi

Kelompok 2

Dua bidang utama dari prosedur dalam kategori pengujian substantif untuk

piutang usaha ini akan dibahas :

konfirmasi piutang dan prosedur tindak lanjut yang berkaitan serta

prosedur untuk mengevaluasi kecukupan penyisihan piutang tak tertagih.

2.8 PROSEDUR AUDIT YANG BERLAKU UMUMKonfimasi piutang adalah prosedur sudit yang berlaku umum. AU 330,

proses konfimasi (SAS 67), Menyatakan ada anggapan bahwa auditor akan

meminta konfirmasi piutang selama melakukan audit, kecuali:

Piutang usaha bersifat tidak material terhadap laporan keuangan

Penggunaan konfirmasi akan menjadi tidak efektif sebagai suatu prosedur

audit

Penilaian gabungan auditor atas resiko inheren serta resiko pengendalian

Auditor yang tidak meminta konfirmasi piutang harus mendokumentasikan dalam

kertas kerjanua bagaimna dia mengatasi anggapan bahwa konfirmasi harus

diajukan.

Kadang-kadang, klie erhak melarang auditor untuk mengkonfirmasi setiap atau

piutang usaha tertentu. Larangan ini mencerminkan adanya batasan serius atas

lingkup audit yang mengakibatkan penolakan untuk memberikan pendapat atas

laporan keuangan.

2.9 FORMULIR KONFIRMASIAda dua formulir permintaan konfirmasi:

1. Konfirmasi Positif

2. Konfirmasi Negatif

Bentuk konfirmasi positif pada umumnya menghasikan bukti yang lebih

baik, karena dalam konfirmasi negatif, kelalaian untuk menerima jawaban hanya

akan menimbulkan anggapan bahwa saldo sudah benar, sementara pelanggan

mungkin mengabaikan permintaan tersebut atau lalai untuk mengembalikan

pengecualian.

Variasi dari bentuk positif adalah “formulir kosong” yang dinamakan

demikian karena saldo pelanggan tidak dinyatakan. Di samping itu, pelanggan

12

Page 13: Makalah audit laporan keuangan dan tanggung jawab auditor

Audit Siklus Pendapatan: Pengujian SubstantifPengujian Pengendalian Siklus Pendapatan dan Pengujian Substantif

Transaksi

Kelompok 2

juga diminta untuk mengisi saldo itu. Penggunaan formulir ini akan memberikan

tingkat keyakinan tinggi mengenai informasi yang dikonfirmasikan. Tetapi

diperlukan pekerjaan ekstra bagi responden sehingga bisa mengurangi tingkat

jawaban secara signifikan.

Pemilihan bentuk permintaan konfirmasi tergantung pada auditor. Dalam

membuat keputusan ini, auditor mempertimbangkan tingkat risiko deteksi yang

berlaku dan komposisi saldo pelanggan. Bentuk konfirmasi positif akan

digunakan apabila risiko deteksi adalah rendah atau saldo masing-masing

pelanggan relatif besar. AU 330.20 menyebutkan bahwa bentuk konfirmasi

negatif harus digunakan hanya apabila semua dari ketiga kondisi berikut berlaku:

Tingkat risiko deteksi yang berlaku untuk asersi-asersi bersangkutan

adalah sedang atau tinggi.

Sejumlah besar saldo yang bernilai kecil terlibat.

Auditor tidak memiliki alasan untuk percaya bahwa penerima premintaan

konfirmasi tidak akan memberikan pertimbangannya.

2.10 PENENTUAN WAKTU DAN LUAS PERMINTAAN KONFIRMASIApabila tingkat risiko deteksi yang berlaku adalah rendah, maka auditor

biasanya mengirimkan permintaan konfirmasi piutang pada tanggal neraca.

Sebaliknya, tanggal pengiriman konfirmasi dapat dipilih satu atau dua bulan

sebelumnya. Dalam kasus ini, auditor diharapkan untuk memvouching

perubahan yang material antara tanggal pengiriman konfirmasi dan tanggal

neraca serta dapat memilih untuk mengkonfirmasi kembali akun dengan

perubahan yang tidak biasa.

Luas permintaan konfirmasi, atau ukuran sampel, berhubungan terbalik

dengan setiap faktor-faktor berikut: (1) tingkat risiko deteksi yang dapat diterima

(untuk pengujian rincian) untuk asersi di mana bukti konfirmasi akan dipakai (2)

luas di mana pengujian substantif lainnya akan bermanfaat untuk mencapai

tingkat risiko deteksi tersebut, dan (3) salah saji piutang usaha yang dapat

ditoleransi. Permintaan konfirmasi negatif membutuhkan ukuran sampel yang

lebih besar daripada konfirmasi positif. Stratifikasi ini juga dapat mempengaruhi

ukuran sampel. Sebagai contoh, auditor seringkali ingin mengkonfirmasi semua

13

Page 14: Makalah audit laporan keuangan dan tanggung jawab auditor

Audit Siklus Pendapatan: Pengujian SubstantifPengujian Pengendalian Siklus Pendapatan dan Pengujian Substantif

Transaksi

Kelompok 2

akun yang saldonya melebihi nilai uang tertentu (lebih kecil atau sama dengan

salah saji yang dapat ditoleransi) atau melebihi umur tertentu, dan memilih

sampel acak atas semua akun lainnya.

2.11 PENGENDALIAN ATAS PERMINTAAN KONFIRMASIAuditor harus mengendalikan setiap langkah dalam proses konfirmasi. Hal ini

berarti:

Memastikan bahwa jumlah, nama, dan alamat pada konfirmasi telah

sesuai dengan data terkait dalam akun pelanggan.

Menjaga penyimpanan konfirmasi sampai dikirimkan.

Menggunakan amplop yang dilampirkan dengan logo perusahaan

bersangkutan untuk menjawab konfirmasi.

Menangani sendiri pemasukan surat konfirmasi ke dalam amplop dan

mengirimkannya melalui pos.

Mewajibkan pengiriman jawaban langsung kepada auditor.

Kertas kerja harus menunjukkan setiap akun yang dipilih untuk konfirmasi, hasil

yang diperoleh dari setiap permintan konfirmasi, dan referensi silang atas

jawaban konfirmasi aktual.

2.12 DISPOSISI PENGECUALIANJawaban konfirmasi mungkin akan berisi beberapa pengecualian

(exception) yang tidak dapat dihindarkan. Pengecualian ini dapat disebabkan

oleh barang yang masih dalam perjalanan (in transit) dari klien ke pelanggan,

barang yang dikembalikan, pembayaran dari pelanggan kepada klien yang masih

dalam perjalanan. Semua pengecualian ini harus diinvestigasi oleh auditor dan

penyelesaiannya harus ditujukkan dalam kertas kerja.

2.13 PROSEDUR ALTERNATIF UNTUK KONFIRMASI YANG TIDAK DIJAWAB

Apabila tidak ada jawaban yang diterima atas permintaan konfirmasi positif

kedua atau ketiga dari pelanggan, maka prosedur alternative biasanya dilakukan.

14

Page 15: Makalah audit laporan keuangan dan tanggung jawab auditor

Audit Siklus Pendapatan: Pengujian SubstantifPengujian Pengendalian Siklus Pendapatan dan Pengujian Substantif

Transaksi

Kelompok 2

AU 330.31 menyatakan bahwa pengabaian prosedur semacam ini dapat diterima

apabila dua kondisi berikut berlaku:

Tidak ada faktor kuantitatif yang tidak biasa atau karakteristik sistematik yang

bersangkutan dengan tidak menjawab konfirmasi, seperti semua jawaban

yang tidak diterima menyangkut transaksi akhir tahun.

Tidak adanya jawaban, yang diproyeksikan sebagai salah saji 100%

terhadap populasi dan ditambahkan ke jumlah semua perbedaan lainnya

yang belum disesuaikan, tidak akan mempengaruhi keputusan auditor

tentang apakah laporan keuangan secara material sudah benar.

Dua prosedur alternative yang utama adalah memeriksa penagihan

berikutnya dan memvouching faktur penjualan terbuka yang berisi saldo

pelanggan.

2.14 MEMERIKSA PENAGIHAN BERIKUTNYABukti terbaik mengenai eksistensi dan ketertagihan piutang adalah

penerimaan pembayaran dari pelanggan. Sebelum mengakhiri pekerjaan

lapangan audit, klien mungkin telah menerima pembayaran dari beberapa

pembayaran dari beberapa pelanggan sebagai pelunasan hutang pada tanggal

konfirmasi. Pencocokan penagihan itu kembali ke faktur terbuka (belum dibayar)

yang mengandung saldo pelanggan pada tanggal konfirmasi menetapkan

eksistensi dan ketertagihan piutang.

Dalam melakukan pengujian ini, auditor harus menyadari kemungkinan

implikasi yang merugikan dari penagihan yang tidak dapat dicocokkan dengan

transaksi atau saldo tertentu. Sebagai contoh, penjumlahan secara berurutan

dapat, berdasarkan investigasi, mengungkapkan item-item yang tidak sesuai,

dan bukti pembayaran atas saldo yang besar dapat menunjukkan ketidakstabilan

keuangan pelanggan.

2.15 MEMVOUCHING FAKTUR-FAKTUR TERBUKA YANG BERISI SALDOSatu-satunya perbedaan adalah bahwa prosedur tersebut dibatasi untuk item-

item yang mengandung saldo akun per tanggal konfirmasi di mana jawaban

konfirmasi tidak diterima dan bukan keseluruhan populasi piutang usaha.

15

Page 16: Makalah audit laporan keuangan dan tanggung jawab auditor

Audit Siklus Pendapatan: Pengujian SubstantifPengujian Pengendalian Siklus Pendapatan dan Pengujian Substantif

Transaksi

Kelompok 2

2.16 MENGIKHTISARKAN DAN MENGEVALUASI HASILKertas kerja auditor harus berisi hasil dari mengkonfirmasi piutang usaha.

Ikhtisar tersebut harus memberikan, pada tingkat minimum, data statistic

mengenai:

Jumlah dan nilai dollar konfirmasi yang dikirimkan serta jawaban yang

diterima.

Proporsi dari total populasi yang dicakup oleh sampul

Hubungan antara nilai yang diaudit dengan nilai buku item-item yang

tercakup dalam sampel.

Prosedur statistic dan nonstatistik dapat digunakan untuk memproyeksikan

salah saji yang ditemukan dalam sampel terhadap populasi. Bukti gabungan

yang diperoleh dari konfirmasi, prosedur alternative yang dilaksanakan apabila

konfirmasi tidak dijawab, dan pengujian rincian serta prosedur analitis lainnya

dievaluasi untuk menentukan apakah bukti piutang usaha kotor. Apabila

sejumlah besar pengecualian ditemukan, atau jawaban yang tidak memadai

diterima dari permintaan konfirmasi dan auditor tidak dapat memperoleh bukti

yang cukup kompeten dari pengujian substantive lainnya, maka dia tidak

mungkin menerbitkan laporan auditor standar.

2.17 APLIKABILITAS ASERSIKonfirmasi piutang usaha merupakan sumber bukti yang utama dalam

memenuhi asersi eksistensi atau kejadian. Pengakuan hutang oleh pelanggan

ketika menjawab konfirmasi menunjukkan bahwa klien memiliki klaim legal

terhadap pelanggan. Jadi, pengujian ini memberikan bukti yang berkaitan

dengan asersi hak dan kewajiban. Konfirmasi piutang usaha bukan merupakan

permintaan untuk membayar. Jadi, konfirmasi ini tidak memberikan bukti tentang

ketertagihan saldo yang terhutang.

Mengevaluasi Kelayakan Penyisihan Piutang Tak TertagihPengujian saldo meliputi:

16

Page 17: Makalah audit laporan keuangan dan tanggung jawab auditor

Audit Siklus Pendapatan: Pengujian SubstantifPengujian Pengendalian Siklus Pendapatan dan Pengujian Substantif

Transaksi

Kelompok 2

Penggunaan perangkat lunak audit tergeneralisasi untuk menjumlah

secara vertical dan menjumlah ke samping neraca saldo umur piutang

usaha serta mencocokkan totalnya dengan saldo buku besar.

Pengujian penentuan umur atas jumlah-jumlah yang tercantum pada

kategori umur dalam neraca saldo.

Pertimbangan bukti yang berkaitan dengan ketertagihan jumlah yang telah

jatuh tempo, misalnya, dengan membaca korespondensi dari pelanggan.

Penilaian kelayakan presentase yang digunakan untuk menghitung

komponen penyisihan yang diperlukan pada setiap kategori umur dan

kelayakan penyisihan secara keseluruhan.

Pengevaluasian estimasi sebelumnya atas piutang tak tertagih dengan

pengalaman berikutnya dan manfaat melihat kembali pengalaman

sebelumnya.

Auditor dapat menggunakan perangkat lunak audit tergeneralisasi untuk

menentukan umur piutang dan file induk klien. Selain itu, jumlah yang

diperlihatkan dalam setiap kategori umur ke buku pembantu atau file induk, dan

menentukan lamanya waktu antara tanggal faktur penjualan yang belum dibayar,

yang terdiri dari setiap jumlah yang terhutang, dicatat serta tanggal neraca saldo.

Dalam mempertimbangkan ketertagihan jumlah yang sudah jatuh tempo,

auditor dapat memeriksa korespondensi dengan pelanggan dan agen penagihan

luar, mereview laporan kredit para pelanggan serta laporan keuangan, dan

membahas ketertagihan akun-akun tertentu dengan personil manajemen yang

sesuai.

Penyisihan piutang tak tertagih merupakan estimasi akuntansi yang dibuat

manajemen yang melibatkan baik pertimbangan objektif maupun subjektif. Pada

dasarnya, hal itu merupakan estimasi prospektif atas piutang usaha yang tidak

dapt ditagih di masa depan. Tanggung jawab auditor adalah menilai kelayakan

penyisihan serta provisi yang berkaitan dengan beban piutang tak tertagih. Dari

data mengenai umur piutang, informasi tentang ketertagihan, dan analisis atas

pengalaman sebelumnya dengan piutang tak tertagih, auditor dapat menilai

kelayakan persentase yang digunakan untuk menghitung komponen penyisihan

yang diperlukan atas setiap kategori umur, serta kecukupan penyisihan secara

17

Page 18: Makalah audit laporan keuangan dan tanggung jawab auditor

Audit Siklus Pendapatan: Pengujian SubstantifPengujian Pengendalian Siklus Pendapatan dan Pengujian Substantif

Transaksi

Kelompok 2

keseluruhan. Salah satu aspek penting dalam mengevaluasi pengalaman

sebelumnya dengan perusahaan adalah melakukan peninjauan atas peristiwa di

masa lalu untuk mengevaluasi estimasi sebelumnya atas penyisihan serta

pengalaman berikutnya ketika menagih piutang yang beredar pada tanggal

estimasi dibuat. Apabila pengendalian klien atas pembelian kredit dan

penghapusan piutang usaha cukup kuat, maka bukti yang diperlukan untuk

melakukan penilaian ini akan lebih sedikit jika dibandingkan dengan apabila

pengendaliannya lemah.

2.18 PERBANDINGAN PENYAJIAN LAPORAN DENGAN GAAPAuditor harus memiliki pengetahuan tentang cara penyajian laporan dan

persyaratan pengungkapan untuk piutang usaha dan penjualan menurut prinsip-

prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP). Persyaratan ini meliputi

identifikasi dan klasifikasi yang tepat. Review atas neraca saldo piutang usaha

dapat menunjukkan piutang dari karyawan, pejabat perusahaan, perusahaan

afiliasi, serta pihak terkait lainnya yang harus diklasifikasi kembali atau

diungkapkan secara terpisah, jika material. Sumber yang sama ini juga dapat

mengungkapkan piutang dengan saldo kredit yang jika signifikan secara agregat,

harus diklasifikasikan kembali sebagai kewajiban lancar. GAAP juga

mengharuskan kalsifikasi yang tepat atas piutang sebagai lancar dan tidak

lancar, serta pengungkapan yang berkaitan dengan penggadaian, pembebanan,

dan pemfaktoran piutang. Bukti yang relevan dengan hal-hal tersebut harus bias

diperoleh melalui Tanya jawab dengan manajemen dan mereview notulen rapat

dewan komisaris serta perjanjian pinjaman. Representasi manajemen mengenai

hal-hal tersebut harus diperoleh secara tertulis dalam bentuk surat representasi

klien yang merupakan salah satu langkah terakhir dari audit.

2.19 JASA BERNILAI TAMBAHStandar audit yang berlaku umum tidak mensyaratkan auditor untuk

melakukan jasa bernilai tambah (value-added service). Akan tetapi, banyak

auditor mengembangkan spesialisasi industri sehingga mereka dapat memahami

kecenderungan industry dan mengidentifikasi dengan lebih baik risiko yang

18

Page 19: Makalah audit laporan keuangan dan tanggung jawab auditor

Audit Siklus Pendapatan: Pengujian SubstantifPengujian Pengendalian Siklus Pendapatan dan Pengujian Substantif

Transaksi

Kelompok 2

berkaitan dengan laporan keuangan yang tidak menyajikan secara wajar posisi

keuangan, hasil operasi, atau arus kas. Klien dan dewan komisaris biasanya

ingin mengambil keuntungan penuh dari pengetahuan auditor itu.

Dalam proses pelaksanaan audit, auditor dapat menetapkan tolak ukur atas

kinerja perusahaan dibandingkan dengan perusahaan lain dalam industri itu.

Sebagai contoh, auditor dapat membicarakan apakah:

Perusahaan telah secara efektif memanfaatkan aktiva untuk menghasilkan

penjualan berdasarkan rasio penjualan terhadap total aktiva.

Piutang telah tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan penjualan,

sehingga menghasilkan arus kas.

Perusahaan telah secara tepat menetapkan risiko yang berkaitan dengan

perubahan atau kedewasaan pasar.

Perusahaan telah sukses membuat inovasi produk baru di pasaran dan

menikmati persentase pendapatan yang tinggi dari produk baru tersebut,

relative terhadap persaingan.

Setelah auditor menyelesaikan audit atas siklus penjulan, dia harus

mengikhtisarkan masalah penting yang dapat menghambat kinerja jasa

bernilai tambah kepada klien.

19

Page 20: Makalah audit laporan keuangan dan tanggung jawab auditor

Audit Siklus Pendapatan: Pengujian SubstantifPengujian Pengendalian Siklus Pendapatan dan Pengujian Substantif

Transaksi

Kelompok 2

3. Kesimpulan dan Saran

3.1 KesimpulanDalam melaksanakan audit, auditor harus menaruh perhatian pada

semua bidang pertanggung jawaban manajemen seperti diuraikan diatas,

tetapi dengan tingkat tekanan yang berbeda-beda dengan masing-masing

penugasan. Bidang mana yang akan memeperoleh perhatian yang lebih

besartergantung pada pertimbangan terhadap bergabai factor yang

terlibat pada waktu menentuka arah kegiatan audit dan resiko yang

dihadapai organisasi.

Hasil dari tahap pengujian substantive adalah temuan. Temuan

audit berpangkal dari perbandingan kondisi (apa yang sebenrnya terjadi)

dengan criteria (apa yang seharusnya terjadi), mengungkap akibat yang

ditimbulkan dari perbedaan kondisi dan criteria tersebut serta mencari

penyebabnya. Pengembangan temuan setelah pengujian substantive

dangat menetukan keberhasilan tugas audit. Untuk itu, auditor perlu

memahami unsure-unsur temuan, sehingga pengembangan temuan

menjaid lebih efektif.20

Page 21: Makalah audit laporan keuangan dan tanggung jawab auditor

Audit Siklus Pendapatan: Pengujian SubstantifPengujian Pengendalian Siklus Pendapatan dan Pengujian Substantif

Transaksi

Kelompok 2

3.2 Saran

Kami menyarankan kepada rekan-rekan untuk dapat memahami

definisi, komponen dan tujuan sistem pengendalian intern agar

kedepan rekan-rekan rekan Kelas B Angkatan II Program S1-

STAR BPKP Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Hasanuddin tidak kesulitan dalam pemahaman lebih

dalam terkait Auditing II.

Kami juga menyarankan rekan-rekan untuk aktif melakukan

sharing pendapat terkait “Audit Siklus Pendapatan: Pengujian

Substantif Pengujian Pengendalian Siklus Pendapatan dan

Pengujian Substantif Transaksi” agar kita dapat saling membagi

dan mendapatkan pemahaman maksimal terhadap ilmu tersebut.

21

Page 22: Makalah audit laporan keuangan dan tanggung jawab auditor

Audit Siklus Pendapatan: Pengujian SubstantifPengujian Pengendalian Siklus Pendapatan dan Pengujian Substantif

Transaksi

Kelompok 2

DAFTAR PUSTAKA

Boynton, William C., Johnson, Raymond N., Kell. 2001. Modern Auditing.

Seventh Edition. John Wiley & Sons Inc. New York.

Jr, William F. Meisser, Glover, Steven M., Prawitt, Douglas F. 2006. Auditing & Assurance Services: A Systematic Approach, Forth Edition. McGraw-Hill. New York.

Institut Akuntan Publik Indonesia. Standard Audit (SA)

22