Makalah Audit Delay (Repaired)

56
| 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyajian informasi dapat bermanfaat bilamana disajikan secara akurat dan tepat waktu pada saat dibutuhkan oleh pemakai laporan keuangan. Laporan auditan adalah laporan keuangan yang telah di audit oleh auditor. Nilai dan ketepatan waktu pelaporan keuangan merupakan faktor penting bagi kemanfaatan laporan keuangan. Laporan keuangan tersebut terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas dan catatan atas laporan keuangan. Ketepatan waktu ini terkait dengan manfaat dari laporan keuangan itu sendiri dan merupakan unsur penting dalam pengambilan keputusan investasi. Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pengguna. Terdapat empat karakteristik kualitatif pokok yaitu : dapat dipahami, relevan, keandalan, dan dapat diperbandingkan. Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pengguna. Informasi memiliki kualitas relevan kalau dapat memengaruhi keputusan ekonomi pengguna dengan membantu mereka mengevaluasi Audit Delay

Transcript of Makalah Audit Delay (Repaired)

Page 1: Makalah Audit Delay (Repaired)

| 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyajian informasi dapat bermanfaat bilamana disajikan secara akurat dan tepat waktu

pada saat dibutuhkan oleh pemakai laporan keuangan. Laporan auditan adalah laporan keuangan

yang telah di audit oleh auditor. Nilai dan ketepatan waktu pelaporan keuangan merupakan

faktor penting bagi kemanfaatan laporan keuangan. Laporan keuangan tersebut terdiri dari

neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas dan catatan atas laporan

keuangan. Ketepatan waktu ini terkait dengan manfaat dari laporan keuangan itu sendiri dan

merupakan unsur penting dalam pengambilan keputusan investasi. Karakteristik kualitatif

merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pengguna.

Terdapat empat karakteristik kualitatif pokok yaitu : dapat dipahami, relevan, keandalan, dan

dapat diperbandingkan. Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan

adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pengguna. Informasi memiliki kualitas

relevan kalau dapat memengaruhi keputusan ekonomi pengguna dengan membantu mereka

mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan, atau mengoreksi,

hasil evaluasi pengguna di masa lalu (IAI 2007 : 5).

Menurut Suwardjono (2002:170), ketepatwaktuan informasi mengandung pengertian bahwa

informasi tersedia sebelum kehilangan kemampuannya untuk mempengaruhi atau membuat

perbedaan dalam keputusan. Dengan demikian, informasi yang memiliki prediksi tinggi dapat

menjadi tidak relevan apabila tidak tersedia pada saat dibutuhkan. Menurut Belkaui (2001)

dalam Arif Wicaksono (2009:3) laporan keuangan merupakan suatu sumber informasi yang

berperan penting dalam pengambilan keputusan dan bertujuan sebagai media bagi perusahaan

untuk mengkomunikasikan berbagai informasi dan pengukuran secara ekonomis mengenai

kinerja keuangan, perubahan posisi keuangan, arus kas, serta sumber daya yang dimiliki

perusahaan kepada berbagai pihak yang mempunyai kepentingan atas informasi tersebut. Bagi

Audit Delay

Page 2: Makalah Audit Delay (Repaired)

| 2

yang berkepentingan dengan kondisi keuangan perusahaan, informasi yang akurat dan tepat

waktu sangat penting, karena turut menentukan langkah yang akan diambilnya.

Laporan keuangan merupakan salah satu instrumen penting dalam mendukung

keberlangsungan suatu perusahaan, utamanya perusahaan yang telah go public. Seiring

pesatnya perkembangan perusahaan-perusahaan yang go public, makin tinggi pula permintaan

atas audit laporan keuangan yang menjadi sumber informasi bagi investor.

Informasi yang terkandung dalam laporan keuangan disebut bermanfaat jika disajikan secara

akurat dan tepat waktu, yakni tersedia saat dibutuhkan oleh investor. Menurut Givoly dan

Palmon (1982) dalam Aryati (2005), nilai dari ketepatwaktuan pelaporan keuangan merupakan

faktor penting bagi kemanfaatan laporan keuangan tersebut. Sementara Halim (2000)

menyebutkan bahwa ketepatan waktu penyajian laporan keuangan dan laporan audit

(timeliness) menjadi prasyarat utama bagi peningkatan harga saham perusahaan tersebut. Di sisi

lain, auditing merupakan kegiatan yang membutuhkan waktu sehingga adakalanya

pengumuman laba dan laporan keuangan tertunda. Ketertundaan laporan keuangan ini dapat

berdampak negatif pada reaksi pasar. Makin lama masa tunda, maka relevansi laporan keuangan

makin diragukan.

Chambers dan Penman (1984) dalam Subekti (2004) menunjukkan bahwa pengumuman

laba yang terlambat menyebabkan abnormal returns negatif sedangkan pengumuman laba yang

lebih cepat menunjukkan hasil sebaliknya. Hal ini terjadi dikarenakan investor pada umumnya

menganggap keterlambatan pelaporan keuangan merupakan pertanda buruk bagi kondisi

kesehatan perusahaan.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang “Peraturan Pasar Modal” menyatakan bahwa

semua perusahaan yang terdaftar dalam pasar modal wajib menyampaikan laporan keuangan

secara berkala kepada Bapepam dan mengumumkan kepada masyarakat. Salah satu kewajiban

perusahaan yang sudah go public adalah mempublikasikan laporan keuangan yang telah

disusun dengan standar akuntansi keuangan dan telah diaudit oleh akuntan publik yang terdaftar

dalam Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam). Auditor memiliki tanggung jawab yang besar

dan tentunya hal ini membuat auditor untuk bekerja secara lebih profesional. Salah satu kriteria

profesionalisme auditor tampak dalam ketepatan waktu penyampaian laporan auditannya (Imam

Subekti dan Novi Wulandari, 2004 dalam Supriyati, 2007:109). Ketepatan waktu penyusunan

Audit Delay

Page 3: Makalah Audit Delay (Repaired)

| 3

atau pelaporan suatu laporan audit atas laporan keuangan perusahaan bisa mempengaruhi pada

nilai laporan keuangan tersebut.

Keterlambatan informasi akan menimbulkan reaksi negatif dari perilaku pasar modal, karena

laporan keuangan auditan yang di dalamnya memuat informasi penting, seperti laba yang

dihasilkan perusahaan bersangkutan dijadikan sebagai salah satu dasar pengambilan keputusan

untuk membeli atau menjual kepemilikan yang dimiliki oleh investor, artinya informasi laba

dari laporan keuangan yang dipublikasikan akan menyebabkan kenaikan atau penurunan harga

saham. Jarak waktu antara akhir periode akuntansi dengan tanggal ditandatanganinya laporan

audit dapat mempengaruhi ketepatan waktu informasi tersebut dipublikasikan (Supriyati

Yuliasri Rolinda, 2007:110), dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ketetapan waktu

pelaporan merupakan catatan pokok laporan yang memadai.

Pemakai informasi tidak hanya perlu memiliki informasi keuangan yang relevan dengan

prediksi dan pembuatan keputusannya, tetapi informasi harus bersifat baru. Laporan keuangan

seharusnya disajikan pada interval waktu untuk menjelaskan perubahan yang terjadi dalam

perusahaan yang mungkin mempengaruhi pemakai informasi dalam membuat prediksi dan

keputusan.

Standar audit, menurut Generally Accepted Auditing Standards (GAAS), khususnya

standar umum ketiga menyatakan bahwa audit harus dilaksanakan dengan penuh kecermatan

dan ketelitian. Sebagaimana tercantum dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) dari

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) tentang Standar Pekerjaan Lapangan yang mengatur prosedur

dalam penyelesaian pekerjaan lapangan bagi auditor, bahwa auditor perlu memiliki perencanaan

atas aktivitas yang akan dilakukan. Juga perlu pemahaman yang memadai atas struktur

pengendalian internal, diikuti dengan pengumpulan bukti-bukti kompeten yang diperoleh

melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaan, dan konfirmasi sebagai dasar dalam

menyatakan pendapat atas laporan keuangan. Menurut Subekti dan Widiyanti (2004),

pelaksanaan audit yang makin sesuai dengan standar membutuhkan waktu lebih lama,

sebaliknya makin tidak sesuai dengan standar makin pendek pula waktu yang diperlukan.

Hal ini yang kadang menyebabkan lamanya suatu proses pengauditan dilakukan, sehingga

publikasi laporan keuangan yang diharapkan secepat mungkin menjadi terlambat. Perbedaan

waktu antara tanggal laporan keuangan dengan tanggal opini audit dalam laporan keuangan

mengindikasikan tentang lamanya waktu penyelesaian audit yang dilakukan oleh auditor,

Audit Delay

Page 4: Makalah Audit Delay (Repaired)

| 4

kondisi ini sering disebut sebagai Audit Delay. Audit Delay adalah lamanya waktu penyelesaian

audit yang diukur dari tanggal penutupan tahun buku hingga tanggal diselesaikannya laporan

audit independen (Wiwik Utami, 2006:4).

Audit Delay yang melewati batas waktu ketentuan BAPEPAM, tentu berakibat pada

keterlambatan publikasi laporan keuangan. Keterlambatan publikasi laporan keuangan tersebut

dapat mengindikasikan adanya masalah dalam laporan keuangan emiten, sehingga memerlukan

waktu yang lebih lama dalam penyelesaian audit. Menurut penelitian Imam Subekti dan

Widiyanti (2004) yang dikutip dari Ardhi Dharma (2008), menyebutkan bahwa pada tahun 2001

rata-rata waktu tunggu pelaporan ke BAPEPAM dari waktu antara tanggal laporan sampai

tanggal opini auditor membutuhkan waktu 98 hari. Pada tahun 2008, BAPEPAM dan Lembaga

Keuangan mengeluarkan lampiran Keputusan Ketua BAPEPAM dan Lembaga Keuangan

Nomor: KEP-460/BL/2008 tentang kewajiban penyampaian laporan berkala yaitu bahwa

perusahaan publik wajib menyampaikan laporan keuangan tahunan yang telah diaudit selambat-

lambatnya 90 hari setelah tanggal laporan keuangan tahunan.

Dalam peraturan Bapepam lain Nomor KEP-310/BL/2008 tentang “Independensi Akuntan

yang Memberikan Jasa di Pasar Modal” menyebutkan ketentuan mengenai Periode Audit dan

Periode Penugasan Profesional. Periode audit adalah periode yang mencakup periode laporan

keuangan yang diaudit atau direview, sedangkan jangka waktu Periode Penugasan profesional

ditandai sejak dimulainya pekerjaan lapangan atau penandatanganan penugasan, mana yang

lebih dahulu. Periode ini berakhir saat disampaikannya pemberitahuan secara tertulis oleh

auditor atau klien kepada BAPEPAM bahwa penugasan telah selesai, mana yang lebih dahulu.

Jika dilihat dari batas waktu 90 hari yang ditetapkan BAPEPAM, terlihat masih banyak

perusahaan publik yang belum patuh terhadap peraturan informasi di Indonesia. Beberapa

faktor yang kemungkinan menyebabkan Audit Delay semakin lama, yaitu: Ukuran Perusahaan,

Opini Auditor, Ukuran Kantor Akuntan Publik, Solvabilitas, Profitabilitas, Komite Audit, Umur

Perusahaan, jenis industry dan Lamanya perusahaan menjadi klien sebuah kantor akuntan

publik

Audit Delay

Page 5: Makalah Audit Delay (Repaired)

| 5

1.2 Rumusan Masalah

berdasarkan uraian-uraian yang telah dikemukan pada latar belakang maka yang menjadi

permasalahan pokok peneliti ini adalah :

1. Apa yang dimaksud Teori Pengambilan Keputusan ?

2. Apa definisi dari Auditing, Standar Auditing dan Laporan Auditing ?

3. Apa yang dimaksud Laporan Keuangan ?

4. Apa yang dimaksud Audit Delay ?

5. Apa saja yang Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Delay ?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan Makalah

Berdasarkan perumusan masalah diatas, tujuan yang diharapkan adalah :

1. Untuk mengetahui dan menjelaskan Teori Pengambilan Keputusan.

2. Untuk mengetahui dan menjelaskan apa itu Auditing, Standar apa yang digunakan, dan

Laporan Auditing.

3. Untuk mengetahui dan menjelaskan apa Laporan Keuangan.

4. Untuk mengetahui dan menjelaskan Audit Delay.

5. Untuk mengetahui dan menjelaskan Faktor Apa Saja yang Mempengaruhi Audit Delay.

Audit Delay

Page 6: Makalah Audit Delay (Repaired)

| 6

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Teori Pengambilan Keputusan

Keputusan dijabarkan oleh Davis (Hasan, 2002) sebagai hasil pemecahan masalah yang

dihadapi dengan tegas. Sebuah keputusan merupakan jawaban yang pasti terhadap suatu

pertanyaan. Masih menurut Davis, keputusan harus dapat menjawab pertanyaan tentang apa

yang dibicarakan dalam hubungannya dengan perencanaan, dan dapat pula berupa tindakan

terhadap pelaksanaan yang sangat menyimpang dari rencana semula.

Sementara itu, Stoner (Hasan, 2002) memaknai keputusan sebagai pemilihan di antara

alternatif-alternatif. Definisi ini mengandung tiga pengertian, yaitu: ada pilihan atas dasar

logika/ pertimbangan, ada beberapa alternatif yang harus dipilih mana yang terbaik, dan ada

tujuan yang hendak dicapai di mana keputusan itu akan makin mendekatkan pada tujuan

tersebut.

Berdasar uraian di atas Hasan (2002) memaknai Teori Pengambilan Keputusan sebagai

teori-teori atau teknik-teknik atau pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam suatu proses

pengambilan keputusan. Mengacu pada tujuan laporan keuangan, ialah memberikan informasi

yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat

keputusan-keputusan ekonomi, pengambilan keputusan memainkan peran utama dalam teori

akuntansi. Pihak manajemen selalu mempertimbangkan apakah suatu laporan keuangan hendak

disampaikan tepat waktu atau ditunda. Adanya good news dalam laporan keuangan, misalnya,

akan mendorong pihak manajemen menyampaikan laporan keuangan dengan tepat waktu

lantaran adanya insentif dari prinsipal.

Ketepatwaktuan tersebut dapat pula dipengaruhi oleh reaksi positif investor yang dapat

berakibat terhadap kenaikan harga saham. Demikian sebaliknya, laporan keuangan yang

mengandung bad news cenderung ditunda pelaporannya karena pihak manajemen

mengkhawatirkan beberapa dampak buruk yang terjadi, umpamanya reaksi penarikan investasi

oleh investor. Penyampaian informasi laporan keuangan untuk pengambilan keputusan harus

Audit Delay

Page 7: Makalah Audit Delay (Repaired)

| 7

mempunyai nilai guna untuk semua pengguna laporan keuangan. Sebagaimana diungkap oleh

Hasan (2002), pengambilan keputusan banyak dipengaruhi ketersediaan informasi yang

diperlukan, di mana informasi tersebut haruslah lengkap dan memenuhi sifat tertentu sehingga

hasilnya berkualitas. Adapun sifat yang musti dipenuhi mencakup akurat, artinya informasi

harus sesuai dengan keadaan sebenarnya; up to date, berarti informasi harus tepat waktu;

komprehensif, yakni informasi harus dapat mewakili; dan relevan, dimaknai berhubungan

dengan masalah yang harus diselesaikan.

Dalam hal penyampaian laporan keuangan kepada pihak eksternal, auditor bertindak sebagai

penjamin informasi yang dikeluarkan perusahaan. Apabila terdapat hal-hal yang mendorong

auditor untuk mengambil keputusan memperinci proses audit, semisal adanya resiko audit yang

tinggi dalam laporan keuangan perusahaan, bisa jadi waktu audit akan lebih lama.

2.2 Auditing (Pengauditan)

A. Definisi Auditing

Menurut Mulyadi (2002:9), pengertian pengauditan dapat diartikan sebagai berikut:

“Suatu proses sistematis untuk mendapatkan dan mencari bukti-bukti dengan cara objektif yang

berkaitan dengan pernyataan-peryataan tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian

ekonomi untuk menentukan kesesuaian antara pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah

ditetapkan dan menyampaikan hasilnya kepada pihak yang berkepentingan”.

Dalam pelaksanaan audit diperlukan adanya perencanaan audit yang salah satunya barupa

penyusunan anggaran waktu (time budget) yang secara sederhana menetapkan pedoman

mengenai jumlah waktu dari masing-masing bagian audit. Anggaran waktu jika digunakan

secara tepat akan menghasilkan sejumlah manfaat. Anggaran tersebut dapat memberikan

metode yang efisien untuk menjadwal staf, Memberikan pedoman tentang berbagai bidang

audit, memberikan insentif kepada staf audit untuk bekerja efisien, dan sebagai alat untuk

menentukan honor audit. Akan tetapi, anggaran waktu jika tidak digunakan secara tepat dapat

merugikan. Anggaran waktu merupakan suatu pedoman tetapi tidak absolut.

Jika auditor menyimpang dari program audit, misalnya terjadi perubahan kondisi, auditor

mungkin juga terpaksa menyimpang dari anggaran waktu. Auditor tekadang merasa mendapat

tekanan untuk memenuhi anggaran waktu guna menunjukkan efisiensinya sebagai auditor dan

Audit Delay

Page 8: Makalah Audit Delay (Repaired)

| 8

membantu mengevaluasi kinerjanya. Namun, begitu saja mengikuti anggaran juga tidak tepat.

Tujuan utama dari audit adalah menyatakan pendapat sesuai dengan standar auditing yang

berlaku umum, bukan untuk memenuhi anggaran waktu. Akibat langsung tidak terrealisasinya

anggaran waktu antara lain terjadinya keterlambatan pelaporan keuangan.

Perlunya laporan keuangan diaudit karena (Asmara, 1996:7 dalam Anggit Wasis Sejati,

2007:29):

1. Adanya perbedaan kepentingan antara pemakai laporan keuangan dengan manajemen

sebagai pihak yang bertanggungjawab terhadap penyusunan laporan keuangan tersebut.

2. Laporan keuangan memegang peranan penting dalam proses pengambilan keputusan oleh

para pemakai laporan keuangan.

3. Kerumitan data

4. Keterbatasan akses pemakai laporan keuangan terhadap catatan-catatan akuntansi

B. Standar Auditing

Standar auditing merupakan ukuran pelaksanaan tindakan yang menjadi pedoman umum

bagi auditor dalam melaksanakan audit (Mulyadi, 2002). IAI (2001) telah menetapkan standar

auditing sebagai berikut:

1. Standar Umum

Standar umum berhubungan dengan kualifikasi seorang auditor dan kualitas pekerjaan

auditor, yaitu :

a. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan

teknis cukup sebagai auditor.

b. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap

mental harus diperhatikan oleh auditor.

c. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan

kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.

2. Standar Pekerjaan Lapangan

Standar pekerjaan lapangan terutama berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan audit

dilapangan, yaitu :

Audit Delay

Page 9: Makalah Audit Delay (Repaired)

| 9

a. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus

disupervisi dengan semestinya.

b. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan

audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.

c. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan,

permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan

pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.

3. Standar Pelaporan

Standar pelaporan berhubungan dengan masalah pengkomunikasian hasil-hasil audit, yaitu :

a. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai

dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

b. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada ketidakkonsistenan

penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan

dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.

c. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali

dinyatakan lain dalam laporan auditor.

d. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan

secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan.

Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus

dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan

auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang

dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggungjawab yang dipikul oleh auditor.

Dalam prakteknya, pelaksanaan audit yang makin sesuai dengan standar akan membutuhkan

waktu makin lama. Demikian pula sebaliknya, waktu yang diperlukan akan makin pendek

ketika pelaksanaan audit makin tidak sesuai dengan standar. Pertimbangan bahwa laporan

keuangan harus disampaikan tepat waktu mengakibatkan auditor cenderung mengambil pilihan

mengabaikan standar, sementara di sisi lain adanya tuntutan relevansi informasi mengharuskan

auditor untuk melaksanakan audit sesuai standar.

Audit Delay

Page 10: Makalah Audit Delay (Repaired)

| 10

C. Laporan Audit

Laporan audit merupakan media yang dipakai oleh auditor dalam berkomunikasi dengan

masyarakat lingkungannya (Mulyadi, 2002:12). Dalam laporan tersebut auditor menyatakan

pendapatnya mengenai kewajaran laporan keuangan auditan. Pendapat auditor biasanya

disampaikan dalam bentuk tertulis yang umumnya berupa laporan audit baku. Laporan audit

baku terdiri dari tiga paragraf yaitu: paragraf pengantar (introductory paragraph), paragraf

lingkup (scope paragraph), dan paragraf pendapat (opinion paragraph). Menurut Haryono Jusup

(2001:57) laporan audit adalah alat formal yang digunakan auditor dalam mengkomunikasikan

kesimpulan tentang laporan keuangan yang diaudit kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

Didalam menerbitkan suatu laporan audit, auditor harus mematuhi keempat standar pelaporan

dalam standar auditing.

2.3 Laporan Keuangan

Ada beberapa pengertian laporan keuangan menurut para ahli ekonomi:

Pengertian laporan keuangan menurut Mulyadi (2002:61) adalah :

“Suatu penyajian data keuangan termasuk catatan yang menerimanya, bila ada, yang

dimaksudkan untuk mengkomunikasikan sumber daya ekonomi (aktiva) dan/ atau kewajiban

entitas pada saat tertentu atau perubahan atas aktiva dan/atau kewajiban selama suatu

periode tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum atau basis akuntansi

komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum”.

Pengertian laporan keuangan menurut Haryono Jusup (2001:100) adalah :

“Suatu penyajian data keuangan termasuk catatan yang menyertainya, bila ada yang

dimaksudkan untuk mengkomunikasikan sumber daya ekonomi (aktiva) dan atau kewajiban

suatu entitas pada saat tertentu atau perubahan atas aktiva dan atau kewajiban selama periode

waktu tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum atau basis akuntansi

komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum”.

Laporan keuangan perusahaan merupakan salah satu sumber informasi yang penting

disamping informasi lain seperti informasi industri, kondisi perekonomian, pangsa perusahaan,

kualitas menejemen dan lainya. Jadi setiap perusahaan go public diwajibkan untuk

Audit Delay

Page 11: Makalah Audit Delay (Repaired)

| 11

mempublikasikan laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar akuntansi keuangan

dan telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) yang telah terdaftar di Badan Pengawasan

Pasar Modal (Bapepam). Laporan keuangan yang lengkap menurut Pernyataan Standar

Akuntansi Keuangan (PSAK) terdiri dari komponen-komponen yaitu : (a) Neraca, (b) Laporan

Rugi-Laba, (c) Laporan perubahan ekuitas, (d) Laporan arus kas, dan(e) Catatan atas laporan

keuangan.

1. Neraca (Balance Sheet)

Neraca adalah sebuah laporan tentang posisi keuangan perusahaan pada titik waktu tertentu

(Bringham & Houston, 2006:46). Persamaan akuntansi (disebut juga identitas neraca)

merupakan dasar sistem akuntansi. Disisi kiri persamaan ini terkait dengan sumber daya

yang dikendalikan oleh perusahaan, atau aktiva sumber daya yang merupakan investasi

yang diharapkan untuk menghasilkan laba dimasa depan melalui aktiva operasi sisi kanan

persamaan ini yang mengidentifikasi sumber pendanaan. Kewajiban (liability) merupakan

pendanaan dari kreditor dan mewakili kewajiban perusahaan, atau klaim kreditor atas aktiva.

Ekuitas atau ekuitas pemegang saham (shareholders equity) merupakan total dari (1)

pendanaan yang menginvestasikan atau dikontribusi oleh pemilik (modal kontribusi) dan (2)

akuntansi laba yang tidak dibagikan kepada pemilik (laba ditahan) sejak berdirinya

perusahaan.

2. Laporan Laba Rugi (Income Statement)

Laporan laba rugi adalah laporan yang mengikhtisarkan pendapatan dan pengeluaran

perusahaan selama satu periode akuntansi, yang biasanya setiap satu kuartal atau satu tahun

(Bringham & Houston, 2006:50). Laporan laba rugi mengukur kinerja keuangan perusahaan

antara tanggal neraca. Laporan ini mencerminkan aktivitas operasi perusahaan. Laporan laba

rugi menyediakan rincian pendapatan, beban, untung, dan rugi perusahaan untuk suatu

periode waktu.

3. Laporan Arus Kas

Laporan arus kas adalah laporan yang melaporkan dampak dari aktivitas-aktivitas operasi,

investasi, dan pendanaan oleh perusahaan pada arus kas selama satu periode akuntansi

(Bringham & Houston, 2006:59). Tujuan pokok laporan arus kas adalah untuk memberikan

informasi mengenai penerimaanmdan pembayaran kas perusahaan selama periode tertentu.

Audit Delay

Page 12: Makalah Audit Delay (Repaired)

| 12

Ketepatan waktu penyajian laporan keuangan ke publik adalah sinyal dari perusahaan yang

menunjukan adanya informasi yang bermanfaat dalam kebutuhan untuk pembuatan keputusan

investor (Made Gede, 2004 dalam Yugo Trianto, 2006). Hal ini berarti apabila penyampaian

laporan keuangan terlambat maka informasi yang didapat akan kehilangan relevansinya dan

secara tidak langsung sebagai sinyal buruk bagi perusahaan. Menurut Ainun Na’im (1988)

tujuan umum laporan keuangan adalah:

1. Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai aktiva dan

kewajiban serta modal suatu perusahaan

2. Untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai perubahan dalam aktiva netto

suatu perusahaan yang timbul dari kegiatan usaha dalam rangka memperoleh laba

3. Memberikan informasi keuangan yang membantu pemakai laporan dalam menaksir potensi

perusahaan.

Tujuan umum laporan keuangan dalam PSAK 2009 adalah memberikan informasi tentang

posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan

pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan

pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakannya.

Laporan keuangan merupakan pertanggungjawaban pengelolaa perusahaan oleh manajemen

atas sumberdaya yang dipercayakan kepadanya. Menurut Ghozali dan Chariri (2007),

pengungkapan laporan keuangan berarti bahwa laporan tersebut harus memberikan informasi

dan penjelasan yang cukup mengenai hasil aktivitas suatu unit usaha. Dengan demikian,

informasi tersebut haruslah lengkap dan jelas serta dapat menggambarkan secara tepat kejadian-

kejadian ekonomi yang berpengaruh terhadap hasil operasi usaha tersebut.

Konsep pengungkapan yang umumnya diusulkan adalah pengungkapan yang cukup

(adequate), wajar (fair), dan lengkap (full). Yang paling umum digunakan dari ketiga konsep di

atas adalah pengungkapan yang cukup, mencakup pengungkapan minimal yang harus dilakukan

agar laporan keuangan tidak menyesatkan. Sementara itu, wajar menunjukkan tujuan etis agar

dapat memberikan perlakuan yang sama dan bersifat umum bagi semua pemakai laporan

keuangan. Pengungkapan yang lengkap mensyaratkan perlunya penyajian semua informasi yang

Audit Delay

Page 13: Makalah Audit Delay (Repaired)

| 13

relevan. Mengacu pada konsep relevansi dan reliabilitas, penyajian laporan keuangan menuntut

pemenuhan karakteristik kualitatif dari informasi yang disajikan.

Karakteristik kualitatif merupakan ciri yang melekat pada informasi keuangan atau

akuntansi sehingga bisa mempunyai nilai tambah. Ciri ini tidak dapat diukur dengan bentuk

kuantitatif. Standar Akuntansi Keuangan (SAK) menyebutkan empat karakteristik kualitatif

pokok dalam laporan keuangan (IAI 2004):

1. Dapat dipahami

Kualitas penting informasi dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk segera

dipahami oleh pemakai. Guna mencapai maksud ini, diasumsikan pemakai memiliki

pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan

untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar.

2. Relevan

Informasi disebut relevan ketika dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai. Agar

relevan, informasi harus dapat digunakan untuk mengevaluasi masa lalu, masa sekarang, dan

masa mendatang (predictive value), menegaskan atau memperbaiki harapan yang dibuat

sebelumnya (feedback value), juga harus tersedia tepat waktu bagi pengambil keputusan

sebelum mereka kehilangan kesempatan atau untuk mempengaruhi keputusan yang diambil

(timeliness).

3. Keandalan

Informasi disebut andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material,

dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus dan jujur (faithful

representation) dari yang seharusnya disajikan atau yang dapat disajikan secara wajar.

4. Dapat dibandingkan

Identifikasi kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan laporan keuangan

perusahaan antar periode hendaknya dapat diperbandingkan oleh pemakai. Dengan demikian

pemakai dapat memperoleh informasi tentang kebijakan akuntansi yang digunakan dalam

penyusunan laporan keuangan dan perubahan kebijakan serta pengaruh perubahan tersebut.

Ketaatan pada standar akuntansi keuangan, termasuk pengungkapan kebijakan akuntansi yang

digunakan oleh perusahaan, membantu pencapaian karakteristik ini.

Audit Delay

Page 14: Makalah Audit Delay (Repaired)

| 14

Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan yang berkualitas adalah

laporan dengan kandungan informasi dapat dipahami, relevan, dapat diandalkan, dan

mempunyai daya banding. Karakteristik relevan di sini berarti laporan tersebut mampu

mendeskripsikan kondisi keuangan perusahaan secara tepat waktu.

Suwarjono (2002, dalam Wirakusuma, 2004) menyebutkan bahwa ketepatwaktuan

informasi bermakna informasi tersedia sebelum kehilangan kemampuan mempengaruhi

keputusan maupun untuk membuat perbedaan dalam suatu keputusan. Termaktub pula dalam

SAK (2004), bahwa penundaan yang tidak semestinya dalam pelaporan keuangan akan

berakibat pada hilangnya relevansi laporan keuangan.

Dyer dan McHug (1975) menggunakan tiga kriteria keterlambatan pelaporan keuangan

dalam penelitiannnya:

1. Preliminary lag: Interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai penerimaan

laporan akhir preliminari oeh bursa.

2. Auditor’s Report lag: Interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai tanggal

laporan auditor ditandatangani.

3. Total lag: Interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai tanggal penerimaan

laporan dipublikasikan di bursa.

Audit Delay juga dikenal dengan istilah Audit Report lag.

2.4 Audit Delay

Audit Delay adalah lamanya waktu penyelesaian audit yang diukur dari tanggal penutupan

tahun buku, hingga tanggal diselesaikannya laporan audit independen (Wiwik Utami, 2006:4).

Senada dengan pernyataan Wiwik Utami, Aryati (2005) menyebutkan audit delay sebagai

rentang waktu penyelesaian laporan audit laporan keuangan tahunan, diukur berdasarkan

lamanya hari yang dibutuhkan untuk memperoleh laporan keuangan auditor independen atas

audit laporan keuangan perusahaan sejak tanggal tutup buku perusahaan, yaitu per 31

Desember sampai tanggal yang tertera pada laporan auditor independen.

Ketepatwaktuan penerbitan laporan keuangan audit merupakan hal yang sangat penting,

khususnya untuk perusahaan-perusahaan publik yang menggunakan pasar modal sebagai salah

satu sumber pendanaan. Menurut Lawrence dan Briyan (1988) dalam Yugo Trianto (2006:31)

Audit Delay

Page 15: Makalah Audit Delay (Repaired)

| 15

Audit Delay adalah lamanya hari yang dibutuhkan auditor untuk menyelesaikan pekerjaan

auditnya, yang diukur dari tanggal penutupan tahun buku hingga tanggal diterbitkannya laporan

keuangan audit.

Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 1 paragraf 38, suatu

perusahaan sebaiknya mengeluarkan laporan keuangannya paling lama 4 (empat) bulan setelah

tanggal neraca (SAK, 2007:1.7), Perusahaan yang sudah go public harus menyerahkan laporan

keuangan tahunannya disertai dengan opini auditor kepada Bapepam. Peraturan Bapepam

tersebut diatur dalam Undang-Undang No.8 tahun 1995 tentang publikasi laporan keuangan

tahunan auditan yang bersifat wajib dengan batas waktu 120 hari dari akhir tahun fiskal sampai

tanggal diserahkannya laporan keuangan yang telah diaudit ke BAPEPAM. Namun, Sejak 30

September 2003, peraturan ini diganti dengan peraturan baru dengan Nomor X.K.2 tentang

kewajiban penyampaian laporan keuangan ke Bapepam menjadi 90 hari.

Ketepatwaktuan merupakan kualitas yang berkaitan dengan ketersediaan informasi pada saat

dibutuhkan. Waktu antara tanggal laporan keuangan dan laporan audit (Audit Delay)

mencerminkan ketepatwaktuan penyampaian laporan keuangan. Informasi yang sebenarnya

bernilai tinggi dapat menjadi tidak relevan kalau tidak tersedia pada saat dibutuhan.

Ketepatwaktuan informasi mengandung pengertian bahwa informasi tersedia sebelum

kehilangan kemampuannya untuk mempengaruhi atau membuat perbedaaan dalam keputusan.

Informasi harus disampaikan sedini mungkin untuk dapat digunakan sebagai dasar membantu

dalam pengambilan keputusan ekonomi dan untuk menghindari tertundanya pengambilan

keputusan tersebut (Zaki Baridwan, 2001:5).

Tujuan menyeluruh dari suatu audit laporan keuangan adalah menyatakan pendapat apakah

laporan keuangan klien sudah menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material sesuai

dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Maka semakin panjang audit delay semakin lama

auditor dalam menyelesaikan pekerjaan auditnya.

Beberapa penelitian terdahulu di luar negeri menunjukkan variasi rata-rata audit delay yang

terjadi. Hasil penelitian Ashton dan Elliot (1987) di Kanada menunjukkan lamanya audit delay

sebesar 62.5 hari, Dyer dan Mc Hugh (1975) dan Whittred (1980) di Australia selama 83.5 hari.

Garsombke (dikutip oleh Wasis S., Anggit, 2007) di Amerika Serikat selama 53 hari. Courtis

(1976) dan Gilling (1977) di New Zelland sebesar 62 hari. Carslaw dan Kaplan (1991) di New

Audit Delay

Page 16: Makalah Audit Delay (Repaired)

| 16

Zelland pada pengujian di tahun 1987 selama 88 hari sedangkan pada tahun 1988 selama 95

hari.

2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay

A. Ukuran Perusahaan

Ukuran Perusahaan dapat diartikan sebagai suatu skala di mana dapat diklasifikasikan besar

kecil perusahaan dengan berbagai cara antara lain dinyatakan dalam total aktiva, nilai pasar

saham, dan lain-lain. Keputusan ketua Bapepam No. Kep. 11/PM/1997 menyebutkan

perusahaan kecil dan menengah berdasarkan aktiva (kekayaan) adalah badan hukum yang

memiliki total aktiva tidak lebih dari seratus milyar, sedangkan perusahaan besar adalah badan

hukum yang total aktivanya diatas seratus milyar.

Pada dasarnya Ukuran Perusahaan hanya terbagi pada tiga kategori, yaitu perusahaan besar

(large firm), perusahaan menengah (medium size), dan perusahaan kecil (small firm). Penentuan

perusahaan ini didasarkan pada total asset perusahaan (Llangnp1035Masud Machfoedz, 1994).

Kategori Ukuran Perusahaan yaitu:

1. Perusahaan Besar

Perusahaan besar adalah perusahaan yang memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp 10

Milyar termasuk tanah dan bangunan. Memiliki penjualan lebih dari Rp 50 Milyar/tahun.

2. Perusahaan Menengah

Perusahaan menengah adalah perusahaan yang memiliki kekayaan bersih Rp 1-10 Milyar

termasuk tanah dan bangunan. Memiliki hasil penjualan lebih besar dari Rp 1 Milyar dan

kurang dari Rp 50 Milyar

3. Perusahaan Kecil

Perusahaan kecil adalah perusahaan yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200

juta tidak termasuk tanah dan bangunan dan memiliki hasil penjualan minimal Rp 1

Milyar/tahun.

Faktor Ukuran Perusahaan merupakan salah satu faktor yang sering diteliti pada penelitian

sebelumnya. Givoli dan Palmon (1982) dalam Prabandi dan Rustiana (2007:29), dalam

penelitiannya menemukan adanya hubungan antara Ukuran Perusahaan, kompleksitas

perusahaan dan kualitas pengendalian internal dengan Audit Delay. Ukuran Perusahaan

merupakan fungsi dari kecepatan pelaporan keuangan karena semakin besar suatu perusahaan

Audit Delay

Page 17: Makalah Audit Delay (Repaired)

| 17

maka perusahaan akan melaporkan hasil laporan keuangan yang telah diaudit semakin cepat

karena perusahaan memiliki banyak sumber informasi dan memiliki sistem pengendalian

internal perusahaan yang baik sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahan dalam penyusunan

laporan keuangan yang memudahkan auditor dalam melakukan audit laporan keuangan.

Sebaliknya, Boynton dan Kell (1996) dalam Halim (2000) menyebutkan audit delay akan

semakin lama apabila ukuran perusahaan yang diaudit semakin besar.

Hal ini berkaitan dengan semakin banyaknya jumlah sampel yang harus diambil dan

semakin luas prosedur audit yang harus ditempuh. Namun logikanya saja manajemen

perusahaan berskala besar cenderung diberikan insentif untuk mengurangi audit delay

dikarenakan perusahaan-perusahaan tersebut dimonitor secara ketat oleh investor, pengawas

permodalan, dan pemerintah. Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan berskala besar cenderung

mengalami tekanan eksternal yang lebih tinggi untuk mengumumkan laporan audit lebih awal.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemungkinan Ukuran Perusahaan dapat

mempengaruhi waktu penyelesaian audit.

B. Opini Auditor

Laporan audit adalah alat formal yang digunakan auditor dalam mengkomunikasikan

kesimpulan tentang laporan keuangan yang diaudit kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

Pendapat auditor sangatlah penting bagi perusahaan ataupun pihak-pihak lain yang

membutuhkan hasil dari laporan keuangan auditan. Auditor dapat memilih tipe pendapat yang

akan dinyatakan atas laporan keuangan auditan.

Auditor menyatakan pendapatnya berpijak pada audit yang dilaksanakan berdasarkan

standar auditing dan atas temuan-temuannya. Standar auditing antara lain memuat empat

standar pelaporan. Dalam hal pemberian opini, Standar Pelaporan keempat dalam SPAP (IAI

2001) memaparkan:

“Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan

secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika

pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam

hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat

petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat

tanggung jawab yang dipikul oleh auditor”.

Audit Delay

Page 18: Makalah Audit Delay (Repaired)

| 18

Secara lebih rinci, berbagai tipe pendapat auditor dijelaskan sebagai berikut:

1. Pendapat wajar tanpa pengecualian (Unqualified Opinion).

Pendapat wajar tanpa pengecualian menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara

wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas

tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum di Indonesia (IAI, 2001).

Kesesuaian dengan prinsip akuntansi berterima umum ini dipaparkan lebih lanjut oleh

Mulyadi (2002), jika memenuhi kondisi berikut:

a. Prinsip akuntansi berterima umum digunakan untuk menyusun laporan keuangan.

b. Perubahan penerapan prinsip akuntansi berterima umum dari periode ke periode telah

cukup dijelaskan.

c. Informasi dalam catatan-catatan yang mendukungnya telah digambarkan dan dijelaskan

dengan cukup dalam laporan keuangan, sesuai dengan prinsip akuntansi berterima

umum.

2. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan (Unqualified Opinion with

Explanatory Language).

IAI (2001) memuat penjelasan, bahwa keadaan tertentu mungkin mengharuskan auditor

untuk menambahkan suatu paragraf penjelasan (atau bahasa penjelasan yang lain) dalam

laporan auditnya. Meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian atas

laporan keuangan.

3. Pendapat wajar dengan pengecualian (Qualified Opinion).

Jika auditor menjumpai kondisi-kondisi berikut, ia akan memberikan pendapat wajar dengan

pengecualian dalam laporan audit (Mulyadi, 2002):

a. Lingkup audit dibatasi oleh klien.

b. Auditor tidak dapat melaksanakan prosedur audit penting atau tidak dapat memperoleh

informasi penting karena kondisi-kondisi yang berada di luar jangkauan kekuasaan

klien maupun auditor.

c. Laporan keuangan tidak disusun sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum.

d. Prinsip akuntansi berterima umum yang digunakan dalam penyususnan laporan

keuangan tidak diterapkan secara konsisten. Dengan demikian pendapat wajar dengan

pengecualian ini menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam

semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas sesuai

Audit Delay

Page 19: Makalah Audit Delay (Repaired)

| 19

dengan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia, kecuali untuk dampak hal-hal

yang berhubungan dengan yang dikecualikan (IAI, 2001).

4. Pendapat tidak wajar (Adverse Opinion).

IAI (2001) menyebutkan, pendapat tidak wajar dimaknai laporan keuangan tidak

menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai

dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Keterangan lebih lanjut

dideskripsikan oleh Mulyadi (2000) bahwasanya laporan keuangan yang diberi pendapat

tidak wajar oleh auditor memuat informasi yang sama sekali tidak dapat dipercaya, sehingga

tidak dapat dipakai oleh pemakai informasi keuangan untuk pengambilan keputusan.

5. Pernyataan tidak memberikan pendapat (Disclaimer of Opinion).

Auditor tidak melaksanakan audit yang berlingkup memadai untuk memungkinkan auditor

memberikan pendapat atas laporan keuangan. Kondisi yang menyebabkan auditor

menyatakan tidak memberikan pendapat adalah:

a. Pembatasan yang luar biasa sifatnya terhadap lingkungan audit.

b. Auditor tidak independen dalam hubungannya dengan kliennya.

Sebagai pemeriksa laporan keuangan auditor akan memberikan opini atas laporan keuangan

yang diauditnya. Opini yang dikeluarkan berdasarkan bukti dan penemuan selama

melaksanakan pekerjaan lapangan. Carslaw dan Kaplan (1991) menyatakan bahwa terdapat

hubungan positif antara opini auditor dengan audit delay. Apabila selama pelaksanaan

pekerjaan lapangan auditor tidak menemukan masalah ataupun bukti yang sangat menyimpang

sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum maka auditor mungkin dapat dengan cepat

menyelesaikan tugasnya dan kemudian mengeluarkan opini audit yang sesuai dengan hasil yang

diperoleh, tetapi jika auditor menemukan penyimpangan karena laporan keuangan tidak sesuai

dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum kemungkinan auditor akan lebih banyak lagi

mencari penyimpangan serta bukti-bukti lain melibatkan negosiasi dengan klien, konsultasi

dengan partner audit yang lebih senior atau staf teknis lainnya dan perluasan lingkup audit yang

akhirnya dapat mempengaruhi penyelesaian waktu audit (Ardhi Dharma Yuana, 2008:15).

Selain itu, perusahaan yang menerima opini selain wajar tanpa pengecualian dianggap sebagai

bad news sehingga penyampaian laporan keuangan akan diperlambat.

Audit Delay

Page 20: Makalah Audit Delay (Repaired)

| 20

C. Ukuran Kantor Akuntan Publik

Menurut SK. Menkeu No.43/KMK.017/1997 tertanggal 27 Januari 1997 sebagaimana telah

diubah dengan SK. Menkeu No. 470/KMK.017/1999 tertanggal 4 Oktober 1999 dalam Haryono

Jusup (2001:19), Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah lembaga yang memiliki izin dari

Menteri Keuangan sebagai wadah bagi Akuntan Publik dalam menjalakan pekerjaannya. Jumlah

kantor akuntan publik di Indonesia dari tahun ke tahun semakin bertambah sejalan dengan

perkembangan perekonomian dan bisnis. Dewasa ini di seluruh Indonesia terdapat 448 kantor

akuntan publik yang dapat digolongkan menjadi kantor akuntan besar, sedang dan kecil. Kantor

akuntan publik yang tergolong besar hanya sedikit jumlahnya dan umumnya bekerjasama

dengan kantor-kantor akuntan besar yang berskala internasional. Sebagian besar terdiri dari

kantor-kantor akuntan publik kecil dengan wilayah operasi yang terbatas (Haryono Jusup,

2001:19).

Struktur Kantor Akuntan Publik, Mengingat pekerjaan audit atas laporan keuangan

menuntut tanggungjawab yang besar, maka pekerjaan profesional kantor akuntan publik

menuntut indenpendensi dan kompetensi yang tinggi pula. Indenpendensi memungkinkan

auditor untuk menarik kesimpulan tanpa bias tentang laporan keuangan yang diauditnya.

Kompentensi memungkinkan auditor untuk melakukan audit secara efisien dan efektif. Adanya

kepercayaan atas indenpendensi dan kompentensi auditor, menyebabkan pemakai bisa

mengandalkan diri pada laporan yang dibuat auditor. kantor akuntan publik demikian banyak

jumlahnya, maka tidaklah mungkin bagi pemakai laporan untuk menilai independensi dan

kompentensi masing-masing kantor akuntan publik.

Carslaw dan Kaplan (1991) menyebutkan tidak adanya hubungan positif yang signifikan

antara audit delay dan kualitas KAP, sementara Gilling (1977) dalam Hossain dan Taylor

(1998) menunjukkan adanya korelasi positif antara kedua hal tersebut. Literatur yang ada

memaparkan bahwa KAP besar, dalam hal ini the big five, cenderung lebih cepat menyelesaikan

tugas audit yang mereka terima bila dibandingkan dengan non big five dikarenakan reputasi

yang harus mereka jaga (Hossain dan Taylor, 1998). Sekiranya tidak, ada kemungkinan mereka

akan kehilangan pekerjaan pengauditan untuk tahun-tahun berikutnya sebab dinilai kurang

kompeten.

Penelitian Wooten yang memaparkan Teori De Angelo (1981 dalam Yuliana dan Ardiati,

2004) menunjukkan bahwa the big five cenderung menyajikan audit yang lebih baik

Audit Delay

Page 21: Makalah Audit Delay (Repaired)

| 21

dibandingkan dengan non big five, karena mereka memiliki nama baik yang dipertaruhkan.

Selain itu, KAP besar lebih banyak mengeluarkan pendapat going concern daripada KAP kecil.

Hal ini mengindikasikan bahwa KAP besar lebih menginginkan untuk mengambil sikap yang

tepat dalam mengeluarkan pendapat yang sesuai dan memiliki kemampuan teknis untuk

mendeteksi going concern perusahaan sehingga menarik klien lebih banyak.

Bentuk usaha Kantor Akuntan Publik yang dikenal menurut hukum Indonesia ada dua

macam yaitu (Haryono Jusup, 2001:20) :

a. Kantor Akuntan Publik dalam bentuk Usaha Sendiri. Kantor Akuntan Publik bentuk ini

menggunakan nama akuntan publik yang bersangutan.

b. Kantor Akuntan Publik dalam bentuk Usaha Kerjasama. Kantor Akuntan Publik bentuk ini

menggunakan nama sebanyak-banyaknya tiga nama akuntan publik yang menjadi

rekan/partner dalam Kantor Akuntan Publik yang bersangkutan.

Usai kasus Enron yang melibatkan KAP Arthur Andersen, the big five menjadi the big four.

Auditor Empat Besar (The Big Four Auditors) adalah kelompok empat firma jasa profesional

dan akuntansi internasional terbesar, yang menangani mayoritas pekerjaan audit untuk

perusahaan publik maupun perusahaan tertutup. Menurut Yuliana dan Aloysia (2004:115)

Kantor Akuntan Publik di Indonesia dibagi menjadi KAP the big four dan Kantor Akuntan

Publik non the big four. Kantor Akuntan Publik yang masuk kategori KAP the big four di

Indonesia adalah:

1. KAP Price Waterhouse Coopers (PWC), bekerjasama dengan KAP Drs. Hadi Sutanto &

Rekan, Haryanto Sahari & Rekan.

2. KAP Klynveld Peat Marwick Goerdeler (KPMG), bekerjasama dengan KAP Sidharta-

Sidharta & Widjaja.

3. KAP Ernest & Young (E & Y), bekerjasama dengan KAP Prasetio, Sarwoko, & Sanjadja.

4. KAP Deloitte Touche Thomatsu (Deloitte), bekerjasama dengan KAP Hans Tuanakotta &

Mustofa, Osman Ramli Satrio &Rekan..

Menurut Supriyati Yuliastri Rolinda (2007:114) Kantor Akuntan Publik internasional atau

yang di kenal dengan the Big Four dianggap dapat melaksanakan auditnya secara efisien dan

memiliki jadwal waktu yang lebih tinggi untuk menyelesaikan audit tepat pada waktunya.

Kantor Akuntan Publik yang besar memperoleh insentif yang tinggi untuk menyelesaikan

pekerjaan auditnya lebih cepat dibandingkan Kantor Akuntan Publik lainnya. Waktu audit yang

Audit Delay

Page 22: Makalah Audit Delay (Repaired)

| 22

lebih cepat adalah cara bagi Kantor Akuntan Publik besar untuk mempertahankan reputasinya,

karena jika tidak menyelesaikan audit dengan cepat maka untuk tahun yang akan datang mereka

akan kehilangan kliennya. Pemilihan kantor akuntan publik yang berkompeten kemungkinan

dapat membantu waktu penyelesaian audit menjadi lebih segera atau tepat waktu. Penyelesaian

waktu audit secara tepat waktu kemungkinan dapat meningkatkan reputasi kantor akuntan

publik dan menjaga kepercayaan klien untuk memakai jasanya kembali untuk waktu yang akan

datang. Dengan demikian besar kecilnya Ukuran Kantor Akuntan Publik kemungkinan dapat

mempengaruhi waktu penyelesaian audit laporan keuangan.

D. Profitabilitas

Profitabilitas menunjukkan keberhasilan perusahaan dalam memperoleh keuntungan. Maka

tingkat profitabilitas rendah ditengarai berpengaruh terhadap audit delay. Hal tersebut berkaitan

dengan akibat yang dapat ditimbulkan pasar terhadap pengumuman rugi oleh perusahaan.

Penelitian Naim (1998) memperlihatkan bahwa tingkat profitabilitas yang lebih rendah memacu

kemunduran publikasi laporan keuangan. Demikian pula Carslaw dan Kaplan (1991)

memaparkan perusahaan yang melaporkan kerugian mungkin akan meminta auditor untuk

mengatur waktu audit yang lebih lama ketimbang biasanya.

Ditemukan oleh Owusu-Ansah (2000), perusahaan yang memiliki hasil gemilang (good

news) akan melaporkan lebih tepat waktu dibandingkan dengan perusahaan yang mengalami

kerugian (bad news). Ungkapan senada dikemukakan dalam penelitian Annisa (2004),

perusahaan dengan hasil yang baik akan melaporkan lebih cepat dari perusahaan yang gagal

operasi atau merugi. Berlawanan dengan pemaparan di atas, Ashton (1987) menyebutkan

profitabilitas bukanlah faktor yang signifikan mempengaruhi audit delay.

Indikator yang digunakan untuk mengetahui tingkat profitabilitas suatu perusahaan dalam

penelitian ini adalah return on asset (ROA), rasio yang mengukur efektivitas pemakaian total

sumber daya alam oleh perusahaan. Alasan pemilihan ROA yaitu:

1. Sifatnya yang menyeluruh, dapat digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal,

efisiensi produk, dan efisiensi penjualan.

2. Apabila perusahaan mempunyai data industri, ROA dapat digunakan untuk mengukur rasio

industri sehingga dapat dibandingkan dengan perusahaan lain.

3. ROA dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas masing-masing produk yang

dihasilkan oleh perusahaan.

Audit Delay

Page 23: Makalah Audit Delay (Repaired)

| 23

4. ROA dapat digunakan untuk mengukur efisiensi kinerja masing-masing divisi.

5. ROA dapat digunakan sebagai fungsi kontrol dan fungsi perencanaan.

Menurut Respati (2004), penggunaan ROA sebagai indikator profitabilitas perusahaan

berkaitan dengan ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan dipakai dalam penelitian

Dyer dan McHugh (1975) dan Na’im (1998). Dari uraian di atas tampak bahwa tingkat

profiabilitas suatu perusahaan mempengaruhi rentang waktu penyelesaian audit dan

pengumuman laporan keuangan tahunan.

Berdasarkan definisi di atas, maka dalam penelitian ini yang menjadi tolak ukur tingkat

profitabilitas yaitu Return On Asset Rasio (ROA) yang diproleh dengan persamaan berikut

(Martono dan Agus Harjito, 2005):

ROA = EBIT × 100%

Total Asset

*Keterangan

Return on Asset (ROA) : Rasio Tingkat Profitabilitas

EBIT : Jumlah laba bersih perusahaan setelah pajak

Total Asset : Jumlah asset yang dimiliki perusahaan

Berdasarkan persamaan diatas, maka ROA merupakan perbandingan antara jumlah laba

yang dihasilkan terhadap asset yang digunakan, sehingga menunjukan sejumlah perusahaan

mampu untuk menghasilkan laba dari sumber daya (asset) yang dimiliki. Dengan demikian

kemungkinan Profitabilitas yang diukur dengan Return on Asset dapat mempengaruhi waktu

penyelesaian audit.

E. Solvabilitas

Solvabilitas acapkali disebut leverage ratio. Weston dan Copeland (1995) dalam Respati

(2004) menyatakan bahwa rasio leverage mengukur tingkat aktiva perusahaan yang telah

dibiayai oleh penggunaan hutang. Dengan demikian solvabilitas merupakan kemampuan suatu

perusahaan untuk membayar semua hutang-hutangnya baik jangka pendek maupun jangka

panjang. Solvabilitas juga disebut kemampuan perusahaan untuk memenuhi semua kewajiban-

Audit Delay

Page 24: Makalah Audit Delay (Repaired)

| 24

kewajibannya baik kewajiban jangka pendek maupun jangka panjangnya. Perusahaan yang

tidak solvabel adalah perusahaan yang utang totalnya lebih besar dibandingkan total asetnya

(Hanafi dan Halim, 1996). Tingginya rasio debt to equity mencerminkan tingginya resiko

keuangan perusahaan. Tingginya resiko ini menunjukkan adanya kemungkinan bahwa

perusahaan tersebut tidak bisa melunasi kewajiban atau hutangnya baik berupa pokok maupun

bunga. Resiko perusahaan yang tinggi mengindikasikan bahwa perusahaan mengalami kesulitan

keuangan. Kesulitan keuangan merupakan berita buruk yang akan mempengaruhi kondisi

perusahaan di mata masyarakat. Pihak manajemen cenderung menunda penyampaian laporan

keuangan berisi berita buruk. (Ukago, 2005).

Pembahasan lebih lanjut dalam menganalisa peranan solvabilitas guna menjelaskan rentang

waktu penyelesaian pelaporan keuangan ke publik, didasari oleh penemuan Jensen dan

Meckling (1976) yang menyatakan bahwa debt holders menghendaki syarat-syarat tertentu

dalam perjanjian kontrak utang untuk membatasi aktivitas manajemen, yang salah satunya

mengharuskan manajemen menyajikan laporan keuangan lebih cepat dan bersifat rutin untuk

waktu tertentu. Hal ini dimaksudkan agar debt holders dapat menilai kinerja finansial

manajemen. Wirakusuma (2004), konsisten dengan penemuan Carslaw dan Kaplan (1991)

memperoleh hubungan yang signifikan antara solvabilitas dengan audit delay perusahaan.

Semakin tinggi rasio utang terhadap total aktiva, semakin lama rentang waktu yang dibutuhkan

untuk penyelesaian audit laporan keuangan tahunan.

Berdasarkan definisi di atas, maka dalam penelitian ini yang menjadi tolak ukur Solvabilitas

diukur dengan rasio total debt to total asset ratio (TDTA) yang membandingkan jumlah aktiva

(total asset) dengan jumlah utang (baik jangka pendek ataupun jangka panjang). Perhitungan

solvabilitas dengan rasio total debt to total asset (TDTA) sendiri di hitung dengan rumus:

TDTA = Total Aktiva × 100%

Utang Total

Penelitian Carlaw dan Kaplan (1991) dalam Yugo Trianto (2006), menemukan pengaruh

yang signifikan antara solvabilitas yang diukur dari rasio total debt to total assets (TDTA)

terhadap Audit Delay untuk perusahaan sampelnya tahun 1988. Alasan yang dapat mendukung

hubungan antara debt to assets ratio adalah pertama, bahwa total debt to total assets ratio

mengindikasikan kesehatan dari perusahaan. Proporsi total debt to total assets ratio yang tinggi

Audit Delay

Page 25: Makalah Audit Delay (Repaired)

| 25

akan meningkatkan kegagalan perusahaan sehingga auditor akan meningkatkan perhatian bahwa

ada kemungkinan laporan keuangan kurang dapat dipercaya. Kedua, mengaudit hutang

memerlukan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan mengaudit modal. Biasanya

mengaudit utang lebih melibatkan banyak staf dan lebih rumit dibandingkan mengaudit modal.

Dengan demikian solvabilitas yang di ukur dengan total debt to total assets ratio dapat

mempengaruhi waktu penyelesaian audit.

F. Komite Audit

Pemerintah mengeluarkan beberapa peraturan bagi perusahaan publik untuk mencapai good

corporate governance antara lain Bapepam dengan Surat Edaran No. SE-03/PM/2000

mensyaratkan bahwa setiap perusahaan go publik di Indonesia wajib membentuk komite audit

dengan anggota minimal 3 orang yang diketuai oleh satu orang komisaris independen

perusahaan dan dua orang dari luar perusahaan yang independen terhadap perusahaan. Selain

independen surat edaran tersebut juga mensyaratkan bahwa anggota komite audit harus

menguasai dan memiliki latar belakang akuntansi dan keuangan.

Sementara bagi perusahaan BUMN/BUMD, sesuai dengan Keputusan Menteri Badan Usaha

Milik Negara Nomor: 117/M-MBU/2002 menyatakan bahwa: “Komisaris/Dewan Pengawas

harus membentuk komite yang bekerja secara kolektif dan berfungsi membantu

Komisaris/Dewan Pengawas dalam melaksanakan tugasnya, yaitu membantu Komisaris/ Dewan

Pengawas dalam memastikan efektifitas sistem pengendalian intern, efektivitas pelaksanaan

tugas auditor eksternal dan auditor internal” Kalbers & Fogarty (1993) menyebutkan tiga faktor

yang mempengaruhi keberhasilan komite audit dalam menjalankan tugasnya , yaitu:

1. kewenangan formal dan tertulis,

2. kerjasama manajemen, dan

3. kualitas/kompetensi anggota komite audit.

Selain itu, Effendi (2005) juga menambahkan masalah komunikasi dengan komisaris,

direksi, auditor internal dan eksternal serta pihak lain sebagai aspek yang penting dalam

keberhasilan kerja komite audit. Dengan kewenangan, independensi, kompetensi dan

komunikasi melalui pertemuan yang rutin dengan pihak-pihak terkait diharapkan fungsi dan

peran dari komite audit lebih bisa berjalan dengan efektif sehingga laporan keuangan tahunan

dapat selesai tepat waktu dan tidak terlambat dalam menyampaikannya kepada Bapepam.

Dalam peraturan No. IX.I.5 tentang “Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite

Audit Delay

Page 26: Makalah Audit Delay (Repaired)

| 26

Audit”, Lampiran Keputusan Ketua Bapepam No: Kep-41/PM/2003, komite audit didefinisikan

sebagai komite yang dibentuk oleh Dewan Komisaris dalam rangka membantu melaksanakan

tugas dan fungsinya. Salah satu tugasnya antara lain meningkatkan integritas dan kredibilitas

pelaporan keuangan. menurut Siallagan dan Mahfoedz (2006) Hal ini dilakukan dengan cara:

1. Mengawasi proses pelaporan termasuk sistem pengendalian internal dan penggunaan prinsip

akuntansi berlaku umum;

2. Mengawasi proses audit secara keseluruhan. Penjelasan tersebut mengindikasikan bahwa

komite audit memiliki kontribusi pada pelaporan keuangan, yaitu:

a. berkurangnya pengukuran akuntansi yang tidak tepat,

b. berkurangnya pengungkapan akuntansi yang tidak tepat;

3. berkurangnya tindakan kecurangan manajemen dan tindakan ilegal.

Dengan kontribusi yang diberikan oleh komite audit diharapkan dapat membantu proses

audit yang dilakukan oleh auditor dan akhirnya dapat mempercepat penyelesaian laporan

keuangan auditan.

G. Umur Perusahaan

Idealnya umur perusahaan diukur berdasarkan tanggal pada saat berdirinya perusahaan yang

bersangkutan. Namun, umur perusahaan dalam penelitian ini diukur berdasarkan tanggal first

issue (listed)-nya perusahaan di pasar modal (Owusu dan Ansah, 2000 dalam Catrinasari,

2006:25). Umur perusahaan juga merupakan hal yang dipertimbangkan oleh investor sebelum

menanamkan modalnya. Umur perusahaan mencerminkan perusahaan tetap survive dan

menjadi bukti bahwa perusahaan tersebut mampu bersaing dan dapat mengambil kesempatan

bisnis yang ada dalam perekonomian. Perusahaan yang memiliki umur lebih tua cenderung

untuk lebih terampil dalam pengumpulan, pemrosesan dan menghasilkan informasi ketika

diperlukan, karena perusahaan memiliki cukup banyak pengalaman dalam hal tersebut

(Owusu dan Ansah, 2000).

penelitian Petronila menunjukkan bahwa umur perusahaan berpengaruh negative terhadap

audit delay. semakin lama umur perusahaan suatu perusahaan maka jangka waktu pelaporan

auditnya akan semakin cepat demikian pula sebaliknya. namun, owushu-ansah (dalam Petronila,

2007) menemukan bahwa adanya pengaruh positif antara umur perusahaan dengan ketepatan

Audit Delay

Page 27: Makalah Audit Delay (Repaired)

| 27

waktu penyampaian laporan keuangan tahunan perusahaa. Courtis (dalam Petronila, 2007)

menemukan bahwa umur perusahaan tidak berpengaruh terhadap audit delay

H. Lamanya Perusahaan Menjadi Klien Sebuah KAP

Hasil penelitian Ashton (1987) menemukan bahwa semakin lama menjadi klien KAP,

semakin pendek audit delay. Hal ini dikarenakan KAP tidak perlu lagi memahami karakteristik

perusahaan, sistem pengendalian internal perusahaan, dan sebagainya. Hasil ini berbeda dengan

yang ditemukan Halim (2000) yaitu semakin lama menjadi klien KAP maka semakin lama

audit delay, hal ini kemungkinan disebabkan oleh skala perusahaan yang cenderung meningkat

dari tahun ke tahun kecuali tahun 1997 (karena krisis moneter).

I. Jenis Industri

Jenis industri diklasifikasikan menjadi sektor keuangan dan non-keuangan. Menurut

penelitian sebelumnya Ashton et.al (1987) dan Carslaw (1991) berpendapat perusahaan sektor

keuangan memilki audit delay yang lebih pendek atau berpengaruh negatif terhadap audit delay.

Penelitian yang dilakukan oleh Ashton, Willingham dan Elliot (1987) mengklasifikasikan jenis

industri menjadi dua kelompok yaitu perusahaan manufaktur, dagang, perusahaan minyak dan

gas sebagai sub sampel industri. Sedangkan bank komersial, simpan pinjam, bank penyimpanan

dan perusahaan asuransi sebagai sub sampel perusahaan finansial. Hasil dan penelitiannya

menunjukkan bahwa perusahaan industri mengalami audit delay yang lebih panjang

dibandingkan perusahaan finansial. Audit delay diharapkan untuk lebih singkat pada perusahaan

finansial karena perusahaan dengan jenis tersebut mempunyai sedikit persediaan atau bahkan

tidak sama sekali sehingga waktu audit yang dibutuhkan tidak lama. Selain itu kebanyakan asset

yang dimiliki berbentuk nilai moneter sehingga lebih mudah diukur dibandingkan dengan

perusahaan non finansial, kebanyakan asset yang dimiliki berbentuk fisik seperti persediaan,

aktiva tetap, dan aktiva tidak berwujud.

Jadi, Audit delay berpengaruh terhadap tingkat relevansi informasi dalam laporan keuangan,

dan pada akhirnya berdampak pula pada tingkat kepastian keputusan yang didasarkan pada

informasi tersebut. Hal ini dikarenakan jangka waktu penyelesaian audit dapat mempengaruhi

ketepatwaktuan penyampaian informasi dalam laporan keuangan perusahaan. Panjang

pendeknya jangka waktu tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor, yang telah dibahas diatas.

Audit Delay

Page 28: Makalah Audit Delay (Repaired)

| 28

faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay dengan variabel bebas berupa ukuran perusahaan,

profitabilitas perusahaan, solvabilitas, kualitas auditor, opini auditor, Umur perusahaan, Jenis

Industrin, Komite Audit, Lamanya Perusahaan menjadi Klian sebuah KAP. Berdasarkan

gambaran tersebut, hubungan antar variabel akan diperlihatkan dalam model berikut:

Audit Delay

Audit Delay

Ukuran Perusahaan

Opini Auditor

Kualitas KAP

Profitabilitas

Solvabilitas

Komite Audit

Umur Perusahaan

Lamanya Perusahaan Menjadi Klien sebuah KAP

Jenis Industri

Page 29: Makalah Audit Delay (Repaired)

| 29

Penelitian Terdahulu

Peneliti Variable BebasTahun

PenelitianHasil Penelitian

Ashton dkk.

(1987),

Amerika

Serikat

Kompleksitas perusahaan, kompleksitas

operasional, kompleksitas keuangan,

kompleksitas pelaporan keuangan, jenis

industri, perusahaan publik atau

nonpublik, tahun buku, SPI, EDP,

audit firm tenure, 1982 Jenis opini

qualified, perusahaan industri,

perusahaan nonpublik, tahunbuku selain

31 Desember, SPI dan EDP yang lemah

memperpanjang audit delay.

besarnya laba/rugi, profitabilitas, dan

jenis opini.

1982

Jenis opini

qualified, perusahaan

industri, perusahaan

nonpublik, tahun

buku selain 31

Desember, SPI dan

EDP yang lemah

memperpanjang

audit delay.

Subekti dan

Widiyanti

(2004),

Indonesia

Profitabilitas, ukuran

perusahaan, sektor

industri, opini auditor, KAP Big5

2001

Kelima variable

Independen

berpengaruh

signifikan

terhadap audit

delay.

Wirakusum

a

(2004),

Indonesia

Jenis opini, solvabilitas,

internal auditor, ukuran

perusahaan, profitabilitas, reputasi

auditor, jenis industri.

1999-2001

Jenis opini,

solvabilitas,

internal auditor,

dan ukuran

perusahaan

berpengaruh

terhadap rentang

waktu

penyelesaian audit.

Audit Delay

Page 30: Makalah Audit Delay (Repaired)

| 30

Haron dkk.

(2006),

Indonesia

Contingent liability,

extraordinary item, reputasi KAP, opini

auditor, ukuran perusahaan, tipe

industri, pengumuman rugi, ratio of

gathering, anak cabang perusahaan

multinasional, good

corporate governance.

2002-2004

Hanya variable opini

auditor, tipe

industri, dan anak

cabang perusahaan

multinasional yang

berpengaruh

terhadap audit

delay.

1. Penelitian yang dilakukan Supriyati Yuliastari Rolinda (2007)

Penelitain ini mengambil judul Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit Delay

(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur dan Finansial di Indonesia). Penelitian ini

dilakukan dengan sampel penelitian perusahaan manufaktur dan finansial yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia tahun 2004-2005 terhadap 36 sampel perusahaan, penelitian ini

menggunakan variabel independen Ukuran Perusahaan, Debt To Equity Ratio, Profitabilitas,

Ukuran KAP, Jenis Pendapat/Opini, dan Jenis Industri perusahaan. Hasil penelitian berdasarkan

analisis regresi menunjukan bahwa secara signifikan Ukuran KAP dan Jenis Industri

Perusahaan berpengaruh signifikan terhadap Audit Delay, sedangkan Ukuran Perusahaan, Debt

To Equity Ratio, Tingkat Profitabilitas dan Jenis Pendapat/Opini menunjukan hipotesis yang

diajukan tidak dapat terbukti atau tidak mempunyai pengaruh terhadap Audit Delay.

2. Penelitian yang dilakukan Yugo Trianto (2006)

Penelitian ini mengambil judul Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Audit Delay

(Studi Empiris Pada Perusahaan-Perusahaan Go Public Di Bursa Efek Indonesia) tahun 2004

terhadap 243 sampel perusahaan go public dengan menggunakan 6 variabel yang diteliti yaitu

Ukuran Perusahaan, Jenis Perusahaan, Opini Auditor, Ukuran KAP, Solvabilitas dan

Profitabilitas. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa secara simultan semua variabel

independen berpengaruh terhadap Audit Delay. Secara parsial Opini Auditor dan Profitabilitas

berpengaruh signifikan terhadap Audit Delay, sedangkan variabel Ukuran Perusahaan, Jenis

Perusahaan, Ukuran KAP dan Solvabilitas tidak berpengaruh terhadap Audit Delay.

Persamaan penelitian yang sekarang dengan penelitian yang sebelumnya adalah sama-sama

Audit Delay

Page 31: Makalah Audit Delay (Repaired)

| 31

menggunakan variabel Ukuran Perusahaan, Opini Auditor, Ukuran KAP, Solvabilitas dan

Profitabilitas.

3. Penelitian yang dilakukan Anggit Wasis Sejati (2007)

Penelitian ini mengambil judul Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit Delay

Pada Perusahaan Go Public Di Bursa Efek Jakarta Tahun 2003-2005 terhadap 270 perusahaan

dalam satu tahunnya (total 810 perusahaan). Penelitian ini menggunakan tiga variabel yaitu

Ukuran Perusahaan, Klasifikasi Industri, dan Laba/rugi Perusahaan. Hasil penelitin

menunjukan bahwa secara simultan variabel Ukuran Perusahaan, Klasifikasi Industri, dan

Laba/rugi Perusahaan berpengaruh positif terhadap Audit Delay, sedangkan secara parsial

hanya Laba/Rugi perusahaan yang berpengaruh signifikan terhadap Audit Delay.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Sistya Rachmawati (2008)

Penelitian ini mengambil judul Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Perusahaan

Terhadap Audit Delay dan Timeliness pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa efek

Indonesia tahun 2003-2005. Dalam penelitian ini terdapat dua variable dependen yaitu Audit

Delay dan Timeliness dengan lima variabel independen yaitu Profitabilitas, Solvabilitas,

Internal Auditor, Size Perusahaan dan Ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP). Hasil penelitian

menunjukan bahwa Size Perusahaan dan Ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP) berpengaruh

secara signifikan terhadap Audit Delay sedangkan variabel Profitabilitas, Solvabilitas, dan

Internal Auditor tidak mempunyai pengaruh terhadap Audit Delay.

5. Penelitian Courtis (1976)

Menunjukkan bahwa variabel yang paling signifikan pengaruhnya terhadap audit delay

adalah tingkat profitabilitas perusahaan. Jika perusahaan menghasilkan tingkat profitabilitas

yang lebih tinggi maka audit delay lebih pendek dibandingkan perusahaan yang memiliki

tingkat profitabilitas yang lebih rendah. Perusahaan tambang dan eksplorasi lebih lambat

pelaporannya daripada kelompok industri tertentu. Sedangkan ukuran perusahaan (total asset),

umur perusahaan, jumlah pemegang saham dan jumlah halamam pelaporan tidak mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap audit delay. Rata-rata audit delay untuk perusahaan-

perusahaan publik di New Zelland adalah 83 hari.

Audit Delay

Page 32: Makalah Audit Delay (Repaired)

| 32

6. Givoly dan Palmon (1982)

Melakukan penelitian terhadap lima aspek yang mempengaruhi lama waktu pelaporan

keuangan meliputi tren keterlambatan laporan keuangan, bentuk pengungkapan laporan

keuangan dalam industri, hubungan antara lama waktu pelaporan keuangan dengan isi laporan

keuangan, hubungan antara keterlambatan dengan atribut perusahaan dan hubungan antara

keterlambatan informasi informasi yang terkandung dalam laporan keuangan. Hasil penelitian

menunjukan bahwa rata-rata keterlambatan yang terjadi antara 41 hari hingga 63 hari. Ketepatan

waktu penerbitan laporan keuangan dikaitkan dengan isi laporan keuangan, sedangkan

keterlambatan penerbitan laporan keuangan dikaitkan dengan berita baik (good news) atau

berita buruk (bad news) dari perusahaan. Berita baik dan buruk erat kaitannya dengan tingkat

profitabilitas perusahaan. Perusahaan dengan tingkat profitabilitas tinggi akan menerbitkan

laporan keuangan lebih cepat daripada perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang rendah.

7. Ashton dan Elliot (1987)

meneliti hubungan antara audit delay dengan beberapa variabel independen yang terdiri dari

total pendapatan, kompleksitas perusahaan, jenis industri, status perusahaan publik atau

nonpublik, bulan penutupan tahun buku, kualitas sistem pengendalian internal, kompleksitas

operasional, kompleksitas keuangan, kompleksitas pelaporan keuangan, campuran relatif antara

waktu pemeriksaan pada interim dan akhir tahun, lamanya perusahaan menjadi klien kantor

akuntan publik, besarnya laba atau rugi, tingkat profitabilitas dan jenis opini auditor. Hasilnya

menunjukkan bahwa rata-rata interval waktu antara tanggal penutupan tahun buku dan tanggal

laporan audit adalah 63 hari dengan variabel-variabel yang signifikan berpengaruh

memperpanjang audit delay adalah jenis opini unqualified, jenis perusahaan industri

dibandingkan dengan perusahaan finansial, status perusahaan bukan publik, bulan penutupan

tahun buku selain bulan Desember, dan pekerjaan pemeriksaan relatif memiliki intensitas yang

lebih banyak setelah berakhirnya penutupan tahun buku.

8. Carslaw dan Kaplan (1991)

melakukan penelitian mengenai audit delay pada perusahaan-perusahaan publik di New

Zelland. Variabel yang digunakan adalah ukuran perusahaan, jenis industri, mengumumkan laba

Audit Delay

Page 33: Makalah Audit Delay (Repaired)

| 33

atau rugi, adanya extraordinary item, jenis opini akuntan publik, reputasi auditor, tahun buku

perusahaan, kepemilikan perusahaan dan proporsi hutang terhadap asset. Hasil peneltitian

menunjukan bahwa variabel yang signifikan berpengaruh adalah ukuran perusahaan (total asset)

dan pengumuman kerugian oleh perusahaan. Sedangkan rata- rata audit delay di New Zelland

pada tahun 1987 adalah 88 hari sedangkan pada tahun 1988 sebanyak 95 hari.

9. Halim (dikutip oleh Subekti & Novi, 2004)

Melakukan penelitian tentang audit delay di Indonesia dengan menggunakan sampel 287

perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 1997. Variabel independen yang

digunakan dalam penelitian ini antara lain total revenue, jenis industri, bulan penutupan tahun

buku, lamanya menjadi klien KAP tertentu, laba atau rugi operasi, tingkat profitabilitas, dan

jenis opini audit. Dari hasil penelitian univariat diperoleh indikasi bahwa audit delay cenderung

lama jika perusahaan menggunakan tahun buku 31 Desember, perusahaan telah lama menjadi

klien KAP tertentu dan mengumumkan kerugian. Hasil penelitian multivariat menunjukan

bahwa ketujuh faktor tersebut secara serentak sangat berpengaruh terhadap audit delay, namun

yang konsisten berpengaruh terhadap audit delay adalah akhir tahun buku dan pengumuman

kerugian. Rata-rata audit delay pada perusahaan–perusahaan di BEI adalah 85 hari.

10. Hanipah (dikutip oleh Subekti & Novi, 2004)

Melakukan penelitian tentang rata-rata audit delay pada perusahaan manufaktur yang

terdaftar di BEI tahun 1999. variabel yang digunakan antara lain 28 ukuran perusahaan, jenis

pendapat akuntan publik, tingkat profitabilitas, pelaporan laba atau rugi, dan reputasi auditor.

Hasil penelitian menunjukkan waktu penyelesaian audit yang diukur dari tanggal penutupan

tahun buku sampai tanggal ditandatanganinya laporan audit untuk perusahaan manufaktur di

BEI adalah 90 hari. Waktu penyelesaian audit cenderung panjang jika ukuran perusahaan

menjadi semakin besar, mendapatkan opini unqualified opinion, memiliki tingkat profitabilitas

rendah dan mengumumkan kerugian.

11. Subekti dan Novi (2004)

Melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap audit delay di

Indonesia. Penelitian ini dilakukan dengan objek laporan keuangan auditan yang terjadi di

Audit Delay

Page 34: Makalah Audit Delay (Repaired)

| 34

Indonesia pada masa krisis ekonomi. Variabel yang digunakan antara lain tingkat probabilitas,

ukuran perusahaan, jenis industri perusahaan, jenis pendapat akuntan publik, dan ukuran

auditor-Kantor Akuntan Publik. Hasil penelitian menunjukana bahwa variabel dependen audit

delay dipengaruhi oleh kelima variabel independen yaitu tingkat probabilitas, ukuran

perusahaan, jenis industri perusahaan, jenis pendapat akuntan publik, dan ukuran auditor-Kantor

Akuntan Publik

.

12. Wasis S., Anggit (2007)

Melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay di Indonesia.

Penelitian ini mengambil objek penelitian laporan keuangan tahunan perusahaan go public di

Bursa Efek Jakarta tahun 2003 s.d. 2005. Variabel independen yang digunakan antara lain

ukuran perusahaan, klasifikasi industri, dan pengungkapan laba atau rugi perusahaan. Hasil

penelitian 29 menunjukkan bahwa variabel dependen audit delay tidak signifikan dipengaruhi

oleh ukuran perusahaan sedangkan klasifikasi perusahaan serta pengungkapan laba atau rugi

perusahaan signifikan mempengaruhi audit delay.

Audit Delay

Page 35: Makalah Audit Delay (Repaired)

| 35

BAB III

PENUTUP

3.1 KesimpulanTujuan umum laporan keuangan dalam PSAK 2009 adalah memberikan informasi tentang

posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan

pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan

pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakannya.

Audit Delay adalah rentang waktu penyelesaian laporan audit laporan keuangan tahunan,

diukur berdasarkan lamanya hari yang dibutuhkan untuk memperoleh laporan keuangan auditor

independen atas audit laporan keuangan perusahaan sejak tanggal tutup buku perusahaan, yaitu

per 31 Desember sampai tanggal yang tertera pada laporan auditor independen.

Ketepatwaktuan penerbitan laporan keuangan audit merupakan hal yang sangat penting,

Ketepatwaktuan merupakan kualitas yang berkaitan dengan ketersediaan informasi pada saat

dibutuhkan. Waktu antara tanggal laporan keuangan dan laporan audit (Audit Delay)

mencerminkan ketepatwaktuan penyampaian laporan keuangan. Informasi yang sebenarnya

bernilai tinggi dapat menjadi tidak relevan kalau tidak tersedia pada saat dibutuhan.

Ketepatwaktuan informasi mengandung pengertian bahwa informasi tersedia sebelum

kehilangan kemampuannya untuk mempengaruhi.

3.2 Saran

Audit Delay