Makalah Atraumatic Care

26
PRA KATA Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat, dan karunianya makalah ini dapat terselesaikan oleh penulis tepat pada waktunya. Dalam pembuatan makalah ini penulis bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak II Semester VIII Fakultas Keperawatan UNIKA De La Salle Manado. Adapun judul makalah ini adalah Perawatan Atraumatik Pada Anak. Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini dapat terselesaikan atas kerjasama kelompok dan bantuan dari beberapa pihak, untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan banyak terimakasih atas dorongan, perhatian dan kerjasamanya. Namun penulis menyadari dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu segala saran, kritik yang membangun sangatlah diharapkan agar lebih maju dimasa yang akan datang. Harapan penulis makalah ini dapat jadi referensi bagi penulis dan pembaca untuk membangun tenaga kesehatan yang lebih professional dan bermutu dalam profesi keperawatan. i

description

dokumen

Transcript of Makalah Atraumatic Care

Page 1: Makalah Atraumatic Care

PRA KATA

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

rahmat, dan karunianya makalah ini dapat terselesaikan oleh penulis tepat pada

waktunya.

Dalam pembuatan makalah ini penulis bertujuan untuk memenuhi tugas

mata kuliah Keperawatan Anak II Semester VIII Fakultas Keperawatan UNIKA

De La Salle Manado. Adapun judul makalah ini adalah Perawatan Atraumatik

Pada Anak.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini dapat

terselesaikan atas kerjasama kelompok dan bantuan dari beberapa pihak, untuk itu

dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan banyak terimakasih atas

dorongan, perhatian dan kerjasamanya. Namun penulis menyadari dalam

pembuatan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu segala

saran, kritik yang membangun sangatlah diharapkan agar lebih maju dimasa yang

akan datang.

Harapan penulis makalah ini dapat jadi referensi bagi penulis dan pembaca

untuk membangun tenaga kesehatan yang lebih professional dan bermutu dalam

profesi keperawatan.

Manado, 14 Februari 2013

Tim Penulis

i

Page 2: Makalah Atraumatic Care

DAFTAR PUSTAKA

PRA KATA...............................................................................................................i

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

1.1 Latar Belakang.............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah........................................................................................1

1.3 Tujuan dan Manfaat.....................................................................................1

1.4 Metode Penulisan.........................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSATAKA...........................................................................2

2.1 Konsep Anak................................................................................................2

2.1.1 Paradigma Keperawatan Anak...........................................................2

2.1.2 Prinsip-prinsip perawatan anak..........................................................2

2.2 Perawatan Atraumatik Pada Anak...............................................................3

2.2.1 Defenisi Perawatan Atraumatik Pada Anak.......................................3

2.2.2 Prinsip Perawatan Atraumatik pada Anak.........................................4

2.2.3 Reaksi Anak Terhadap Hospitalisasi.................................................7

2.2.4 Permainan Terapeutik........................................................................9

2.2.5 Pencegahan kecelakaan pada anak...................................................10

2.2.6 Intervensi Keperawatan....................................................................11

BAB III PENUTUP...............................................................................................13

3.1 Kesimpulan................................................................................................13

3.2 Saran...........................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14

ii

Page 3: Makalah Atraumatic Care

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Atraumatic care atau asuhan yang tidak menimbulkan trauma pada anak

da keluarganya merupakan asuhan yang terapeutik karena bertujuan sebagai

terapi bagi anak. Dasar pemikiran pentingnya asuhan terapeutik ini adalah bahwa

walaupun ilmu pegetahuan dan teknologi di bidang pediatrik telah berkembang

pesat, tindakan yang dilakukan pada anak tetap menimbulkan trauma, rasa nyeri,

marah, cemas dan takut pada anak. Sangat disadari bahwa sampai saat ini belum

ada teknologi yang dapat mengatasi masalah yang timbul sebagai dampak

perawatan tersebut diatas. Hal ini memerlukan perhatian khusus dari tenaga

kesehatan, khususnya perawat dalam melaksanakan tindakan pada anak dan

orang tua (Supartini, 2004).

Beberapa bukti penelitian menunjukkan bahwa lingkungan rumah sakit

yang dapat menimbulkan trauma bagi anak adalah lingkungan fisik rumah sakit,

tenaga kesehatan baik dari sikap maupun pakaian putih, alat-alat yang digunakan,

dan lingkunagan sosial antar sesama pasien. Dengan adanya stresor tersebut,

distres yang dapat dialami anak adalah gangguan tidur, pembatasan aktivitas,

perasaan nyeri, dan suara bising, sedangkan dostres psikologis mencakup

kecemasan, takut, marah, kecewa, sedih, malu, dan rasa bersalah (Supartini,

2004).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang ada, masalah yang dapat dirumuskan

adalah bagaimanakah teori atau sebuah konsep tentang atraumatic care itu?.

1.3 Tujuan dan Manfaat

Adapun tujuan dan manfaat pembuatan makalah adalah untuk melatih dan

menambah pengetahuan tentang konsep atraumatic care pada anak. Di samping itu

juga sebagai syarat dari tugas mata kuliah Keperawatan Anak II.

1.4 Metode Penulisan

Dalam penulisan makalah ini digunakan metode penulisan yang berdasarkan

literatur atau metode pustaka.

1

Page 4: Makalah Atraumatic Care

BAB II

TINJAUAN PUSATAKA

2.1 Konsep Anak

2.1.1 Paradigma Keperawatan Anak

Paradigma keperawatan anak menurut (Supartini, 2004) dikelompokkan 4

komponen yaitu:

a. Manusia (Anak)

Manusia sebagai klien dalam keperwatan anak adalah individu yang berusia

antara 0 sampai 18 tahun, yang sedang dalam proses tumbuh kembang,

mempunyai kebutuhan yang spesifik (fisik, psikologik, dan spiritual) yang

berbeda dengan orang dewasa.

b. Sehat

Sehat dalam keperawatan anak adalah sehat dalam rentang sehat-sakit. Sehat

adalah keadaan kesejahteraan optimal antara fisik, mental, dan sosial yang

harus dicapai sepanjang kehidupan anak dalam rangka mencapai tingkat

pertumbuhan dan perkembangan yang optimal sesuai dengan usianya.

c. Lingkungan

Lingkungan terdiri atas lingkungan interna dan lingkungan eksternal yang

dapat mempengaruhi kesehatan anak. Lingkungan interna, yaitu genetik

(keturunan), kematangan biologis, jenis kelamin, intelektual, emosi, dan

adanya predisposisi atau resistensi terhadap penyakit. Lingkungan eksternal

yaitu status nutrisi, orang tua, saudara sekandung (sibling), masyarakat atau

kelompok sekolah dan lain-lain.

d. Keperawatan

Untuk memperoleh pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, perawat

dapat membantu anak dan keluarganya memenuhi kebutuhan yang spesifik

dengan cara membina hubungan terapeutik dengan anak atau keluarga

melalui perannya sebagai pembela, pemulih atau pemelihara kesehatan,

koordinator, kolabolator, pembuat keputusan etik dan perencana kesehatan.

2.1.2 Prinsip-Prinsip Perawatan Anak

Prinsip-prinsip dalam asuhan keperawatan anak (Hidayat, 2005) yaitu:

2

Page 5: Makalah Atraumatic Care

1. Anak bukan miniature orang dewasa tetapi sebagai individu yang unik.

Prinsip ini mengandung arti bahwa tidak boleh memandang anak dari

ukuran fisik saja, karena anak mempunyai pola pertumbuhan dan

perkembangan menuju proses kematangan

2. Anak adalah sebagai individu yang unik dan mempunyai kebutuhan

sesuai dengan tahap perkembangan.

3. Pelayanan keperawatan anak berorientasi pada upaya pencegahan

penyakit dan peningkatan derajat kesehatan untuk menurunkan angka

kesakitan dan kematian.

4. Keperawatan anak merupakan disiplin ilmu kesehatan yang berfokus

pada kesejahteraan anak sehingga perawat bertanggungjawab

komprehensif dalam memberikan asuhan keperawatan anak misalnya

anak tidak merasakan gangguan psikologis, rasa cemas dan takut.

5. Praktik keperawatan anak mencakup kontrak dengan anak dan keluarga

untuk mencegah, mengkaji, mengintervensi, dan meningkatkan

kesejahteraan hidup, dengan menggunakan proses keperawatan yang

sesuai dengan aspek moral (etik) dan aspek hukum (legal).

6. Tujuan keperawatan anak dan remaja adalah untuk meningkatkan

maturasi atau kematangan yang sehat bagi anak dan remaja sabagai

makhluk biopsikososial dan spiritual dalam konteks keluarga dan

masyarakat.

7. Pada masa yang akan datang kecendrungan keperawatan anak berfokus

pada ilmu tumbuh kembang .

2.2 Perawatan Atraumatik Pada Anak

2.2.1 Defenisi Perawatan Atraumatik Pada Anak

Menurut Hidayat (2005), atraumatik care adalah perawatan yang tidak

menimbulkan adanya trauma pada anak maupun keluarga. Perawatan tersebut

difokuskan dalam pencegahan terhadap trauma yang merupakan bagian dalam

keperawatan anak. Perhatian khusus kepada anak sebagai individu yang masih

dalam usia tumbuh kembang, sangat penting karena masa anak merupakan proses

menuju kematangan.

3

Page 6: Makalah Atraumatic Care

Dengan demikian, atraumatik care sebagai bentuk perawatan terapeutik

dapat diberikan kepada anak dan keluarga dengan mengurangi dampak psikologis

dari tindakan keperawatan yang diberikan seperti memperhatikan dampak

tindakan yang diberikan dengan melihat prosedur tindakan atau aspek lain yang

kemungkinan berdampak adanya trauma (Hidayat, 2005).

Menurut (Whaley and Wong 1995) dalam Wong (2005) atraumatic care

merupakan sebagai ketetapan dan kepedulian dari tim pelayanan kesehatan

melalui intervensi yang meminimalkan atau meniadakan stressor yang dialami

oleh anak dan keluarga di rumah sakit baik fisik maupun psikis. Perawatan

atraumatik juga disebut dengan perawatan yang terapeutik yang meliputi pada

pencegahan trauma, hasil diagnosa, dan mengurangi dampak kondisi-kondisi yang

akut maupun kronis. Dan Wiggins (1994) dalam (Wong, 2005) mengungkapkan

bahwa stresor lingkungan yang sering dialami oleh anak adalah lingkungan rumah

sakit yang tidak nyaman bagi mereka yang mengakibatkatkan anak stress selam

dirawat dirumah sakit.

2.2.2 Prinsip Perawatan Atraumatik pada Anak

Pada umumnya anak yang dirawat di rumah sakit akan timbul rasa takut

baik pada dokter maupun perawat, apalagi jika anak telah mempunyai pengalaman

mendapatkan imunisasi. Dalam bayangannya, perawat atau dokter akan menyakiti

dan menyuntik. Selain itu anak juga merasa terganggu hubungannya dengan orang

tua dan saudaranya. Lingkungan di rumah tentu berbeda bentuk dan suasananya

dengan ruang perawatan. Reaksi pertama selain ketakutan, tidak mau makan dan

minum bahkan menangis. Untuk mengatasi masalah tersebut adalah memberikan

perawatan atraumatik.

Ada beberapa prinsip perawatan atraumatik yang harus dimiliki oleh

perawat anak (Hidayat, 2005) yaitu:

1. Menurunkan atau mencegah dampak perpisahan dari keluarga.

Dampak perpisahan dari keluarga, anak akan mengalami gangguan psikologis

seperti kecemasan, ketakutan, kurangmya kasih sayang, gangguan ini akan

menghambat proses penyembuhan anak dan dapat mengganggu pertumbuhan dan

perkembangan anak. Bila anak dirawat di rumah sakit dan selama itu tidak boleh

4

Page 7: Makalah Atraumatic Care

berhubungan dengan orang tuanya, maka ia akan merasa ditolak oleh keluarga dan

mengakibatkan anak cendrung emosi saat kembali pada keluarganya. Pada

umumnya anak bereaksi negatif waktu pulang ke rumah (Mc.Ghie, 1996) dalam

Juli (2008). Selama anak mengalami hospitalisasi, keluarga memainkan peran

bersifat dukungan moril seperti kasih sayang, perhatian, rasa aman, dan dukungan

materil berupa usaha keluarga untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga. Jika

dukungan tersebut tidak ada, maka keberhasilan untuk penyembuhan sangat

berkurang.

Untuk mencegah atau meminimalkan dampak perpisahan dari keluarga dapat

dilakukan dengan cara melibatkan orang tua berperan aktif dalam perawatan anak

dengan cara membolehkan mereka untuk tinggal bersama anak selama 24 jam

(rooming in), jika tidak mungkin untuk rooming in, beri kesempatan orang tua

untuk melihat anak setiap saat dengan maksud mempertahankan kontak antar

mereka dan mempertahankan kontak dengan kegiatan sekolah, diantaranya

dengan memfasilitasi pertemuan dengan guru, teman sekolah dan lain-lain

(Supartini, 2004).

2. Meningkatkan kemampuan orang tua dalam mengontrol perawatan pada

anak.

Melalui peningkatan kontrol orang tua pada diri anak diharapkan anak

mampu dalam kehidupannya. Anak akan selalu berhati-hati dalam melakukan

aktivitas sehari-hari, selalu bersikap waspada dalam segala hal. Serta pendidikan

terhadap kemampuan dan keterampilan orang tua dalam mengawasi perawatan

anak. Dan fokuskan intervensi keperawatan pada upaya untuk mengurangi

ketergantungan dengan cara memberi kesempatan anak mengambil keputusan dan

melibatkan orang tua.

3. Mencegah atau mengurangi cedera (injury) dan nyeri (dampak psikologis)

Mengurangi nyeri merupakan tindakan yang harus dilakukan dalam

keperawatan anak. Proses pengurangan rasa nyeri tidak bisa dihilangkan secara

cepat akan tetapi dapat dikurangi melalui berbagai teknik misalnya, distraksi,

relaksasi, imaginary. Apabila tindakan pencegahan tidak dilakukan maka cedera

dan nyeri akan berlangsung lama pada anak sehingga dapat mengganggu

pertumbuhan dan perkembangan anak.

5

Page 8: Makalah Atraumatic Care

Untuk meminimalkan rasa takut terhadap cedera tubuh dan rasa nyeri

dilakukan dengan cara mempersiapkan psikologis anak dan orang tua untuk

tindakan prosedur yang mnimbulkan rasa nyeri, yaitu dengan menjelaskan apa

yang akan dilakukan dan memberikan dukungan psikologis pada orang tua.

Lakukan permainan terlebih dahulu sebelum melakukan persiapan fisik anak,

misalnya dengan bercerita yang berkaitan dengan tindakan atau prosedur yang

akan dilakukan pada anak. Aktivitas bermain dilakukan perawat pada anak akan

memberikan keuntungan seperti meningkatkan hubungan antara klien (anak dan

keluarga dan perawat karena bermain merupakan alat komunikasi yang efektif

antara perawat dan klien, aktivitas bermain yang terprogram akan memulihkan

perasaan mandiri pada anak, dan bisa mengekspresikan perasaan anak.

Pertimbangkan untuk menghadirkan orang tua pada saat dilakukan atau prosedur

yang menimbulkan rasa nyeri apabila mereka tidak dapat menahan diri, bahkan

menangis bila melihatnya. Dalam kondisi ini, tawarkan pada anak dan orang tua

untuk mempercayakan kepada perawat sebagai pendamping anak.

Tunjukkan sikap empati sabagai pendekatan utama dalam mengurangi rasa

takut akibat prosedur yang menyakitkan. Pada tindakan pembedahan elektif,

lakukan persiapan khusus jauh hari sebelumnya apabila memungkinkan.

Misalnya, dengan mengorientasikan kamar bedah, tindakan yang akan dilakukan

dan lain-lain.

4. Tidak melakukan kekerasan pada anak

Secara umum kekerasan didefenisikan sebagai sutu tindakan yang dilakukan

oleh individu terhadap individu lain yang mengakibatkan gangguan fisik dan

psikis. Kekerasan pada anak adalah tindakan yang dilakukan seseorang atau

individu pada mereka yang belum genap berusia 18 tahun yang menyebabkan

kondisi fisik dan psikis terganggu (Sugiarno, 2007).

Kekerasan pada anak akan menimbulkan gangguan psikologis yang sangat

berarti dalam kehidupan anak. Apabila ini terjadi pada saat anak dalam proses

tumbuh kembang maka kemungkinan pencapaian kematangan akan terhambat,

dengan demikian tindakan kekerasan pada anak sangat tidak dianjurkan karena

akan memperberat kondisi anak seperti melakukan tindakan keperawatan yang

berulang-ulang (dalam pemasangan IVFD).

6

Page 9: Makalah Atraumatic Care

5. Modifikasi lingkungan fisik.

Melalui modifikasi lingkungan fisik rumah sakit yang bernuansa anak dapat

meningkatkan keceriaan, perasaan aman, dan nyaman bagi lingkungan anak

sehingga anak selalu berkembang dan merasa nyaman di lingkungannya.

Modifikasi ruang perawatan dengan cara membuat situasi ruang rawat seperti di

rumah dan Ruangan tersebut memerlukan dekorasi yang penuh dengan nuansa

anak, seperti adanya gambar dinding berupa gambar binatang, bunga, tirai dan

sprei serta sarung bantal yang berwarna dan bercorak binatang atau bunga, cat

dinding yang berwarna, serta tangga yang pegangannya berwarna ceria.

Wong (2005) mengungkapkan ada 3 prinsip perawatan atraumatik yang harus

dimiliki oleh tim kesehatan dalam merawat pasien anak yaitu diantaranya adalah

mencegah atau meiminimalkan stressor fisik dan psikis yang meliputi prosedur

yang menyakitkan seperti suntikan, kegelisahan, ketidakberdayaan, tidur yang

tidak nyaman, pengekangan, suara bising, bau yang tidak sedap dan lain-lain,

mencegah dampak perpisahan orang tua dan anggota keluarga yang lain, bersikap

empati kepada keluarga dan anak yang sedang dirawat serta memberikan

pendidikan kesehatan tentang kondisi sakit yang dialami anak.

2.2.3 Reaksi Anak Terhadap Hospitalisasi

Reaksi tersebut bersifat individual dan sangat tergantung pada usia

perkembangan anak, pengalaman sebelumnya terhadap sakit, sistem pendukung

yang tersedia dan kemampuan koping yang dimilikinya,pada umumnya,reaksi

anak terhadap sakit adalah kecemasan karena perpisahan,kehilangan,

perlukaan tubuh, dan rasa nyeri.

Reaksi anak pada hospitalisasi:

1. Masa bayi (0-1 Tahun) 

Usia anak > 6 bln terjadi stanger anxiety /cemas:

Menangis keras

Pergerakan tubuh yang banyak

Ekspresi wajah yang tak menyenangkan

2. Masa todler (2-3 Tahun)

7

Page 10: Makalah Atraumatic Care

Sumber utama adalah cemas akibat perpisahan. Disini respon perilaku anak

berlangsung dalam beberapa tahap yaitu:

a. Tahap protes menangis, menjerit, menolak perhatian orang lain

b. Putus asa menangis berkurang, anak tak aktif, kurang menunjukkan

minat bermain, sedih, apatis.

c. Pengingkaran/denial terhadap kecemasan

1)      Mulai menerima perpisahan

2)      Membina hubungan secara dangkal

3)      Anak mulai menyukai lingkungannya

3.      Masa prasekolah ( 3 sampai 6 tahun )

a.         Menolak makan

b.         Sering bertanya

c.         Menangis perlahan

d.        Tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan

Sering kali dipersepsikan anak sekolah sebagai hukuman. Sehingga ada

perasaan malu, takut sehingga menimbulkan reaksi agresif, marah,

berontak,tidak mau bekerja sama dengan perawat.

4.      Masa sekolah 6 sampai 12 tahun

Perawatan di rumah sakit memaksakan meninggalkan lingkungan yang

dicintai, keluarga, kelompok sosial sehingga menimbulkan kecemasan.

Kehilangan kontrol berdampak pada perubahan peran dlm klg, kehilangan klp

sosial,perasaan takut mati, kelemahan fisik. Reaksi nyeri bisa digambarkan

dgn verbal dan non verbal.

5.    Masa remaja (12 sampai 18 tahun )

Anak remaja begitu percaya dan terpengaruh kelompok sebayanya. Saat MRS

cemas karena perpisahan tersebut. Pembatasan aktifitas kehilangan kontrol

Reaksi yang muncul :

a.       Menolak perawatan / tindakan yang dilakukan

b.      Tidak kooperatif dengan petugas

Perasaan sakit akibat perlukaan menimbulkan respon :

- bertanya-tanya

- menarik diri 

8

Page 11: Makalah Atraumatic Care

- menolak kehadiran orang lain. Reaksi orang tua terhadap hospitalisasi

Perasaan yang muncul dalam hospitalisasi:

Takut dan cemas,perasaan sedih dan frustasi:

2.2.4 Permainan Terapeutik

Bermain merupakan suatu aktivitas bagi anak yang menyenangkan dan

merupakan suatu metode bagaimana mereka mengenal dunia. Bagi anak bermain

tidak sekedar mengisi waktu, tetapi merupakan kebutuhan anak seperti halnya

makanan, perawatan, cinta kasih dan lain-lain. Anak-anak memerlukan berbagai

variasi permainan untuk kesehatan fisik, mental dan perkembangan emosinya.

Dengan bermain anak dapat menstimulasi pertumbuhan otot-ototnya, kognitifnya

dan juga emosinya karena mereka bermain dengan seluruh emosinya, perasaannya

dan pikirannya.

Elemen pokok dalam bermain adalah kesenangan dimana dengan

kesenangan ini mereka mengenal segala sesuatu yang ada disekitarnya sehingga

anak yang mendapat kesempatan cukup untuk bermain juga akan mendapatkan

kesempatan yang cukup untuk mengenal sekitarnya sehingga ia akan menjadi

orang dewasa yang lebih mudah berteman, kreatif dan cerdas, bila dibandingkan

dengan mereka yang masa kecilnya   kurang mendapat kesempatan bermain.

Macam – macam bermain :

1. Bermain aktif

Pada permainan ini anak berperan secara aktif, kesenangan diperoleh dari apa

yang diperbuat oleh mereka sendiri. Bermain aktif meliputi :

a.      Bermain mengamati/menyelidiki (Exploratory Play)

Perhatian pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa alat

permainan tersebut, memperhatikan, mengocok-ocok apakah ada bunyi,

mencium, meraba, menekan dan kadang-kadang berusaha membongkar.

b.     Bermain konstruksi (Construction Play)

Pada anak umur 3 tahun dapat menyusun balok-balok menjadi rumah-

rumahan.

c.      Bermain drama (Dramatic Play)

9

Page 12: Makalah Atraumatic Care

Misalnya bermain sandiwara boneka, main rumah-rumahan dengan

teman-temannya.

d.     Bermain fisik

Misalnya bermain bola, bermain tali dan lain-lain. Untuk di hospitalisasi

bermain fisik harus disesuaikan dengan kemampuan dan kesehatan anak

saat itu.

2. Bermain pasif

Pada permainan ini anak bermain pasif antara lain dengan melihat dan 

mendengar. Permainan ini cocok apabila anak sudah lelah bernmain aktif dan

membutuhkan sesuatu untuk mengatasi kebosanan dan keletihannya.

Contoh: Melihat gambar di buku/majalah ,mendengar cerita atau musik,

menonton televisi dan sebagainya.

Dalam kegiatan bermain kadang tidak dapat dicapai keseimbangan dalam

bermain, yaitu apabila terdapat hal-hal seperti dibawah ini :

a.       Kesehatan anak menurun. Anak yang sakit tidak mempunyai energi

untuk aktif bermain.

b.      Tidak ada variasi dari alat permainan.

c.       Tidak ada kesempatan belajar dari alat permainannya.

d.      Tidak mempunyai teman bermain.

2.2.5 Pencegahan kecelakaan pada anak

Ada beberapa cara pencegahan kecelakaan terhadap anak sebagai berikut

(Sacharin, 1996).

1. Jatuh dari tempat tidur

Hal ini merupakan kecelakaan yang umum terjadi pada anak-anak di bangsal

rumah sakit. Tempat tidur harus dirancang sehingga bagian sisi tempat tidur

dapat dikunci dan cukup tinggi sehingga anak yang mulai berjalan tidak dapat

memanjat keluar. Karena itu perawat harus menjamin bahwa sisi tempat tidur

terkunci setelah menyelesaikan suatu tindakan.

2. Mandi

Tersiram air panas ataupun tenggelam merupakan konsekuensi dari

perencanaan dan prosedur yang sembrono. Oleh karena itu suhu air harus

10

Page 13: Makalah Atraumatic Care

aman bagi anak. Untuk mencegah tenggelam maka diperlukan pengawasan

yang konstan selama mandi. Tidak selalu memungkinkan untuk mencegah

anak masuk kamar mandi, karena hal ini sebagian besar tergantung pada

penataan bangsal.

3. Obat-obatan Penyimpanan

Obat-obatan secara aman merupakan ketentuan hukum yang mengikat semua

perawat. Selama pembagian obat harus dibawah pengawasan perawat.

4. Peralatan (rumah sakit)

Setiap peralatan yang digunakan harus dalam keadaan dapat dipakai dan

secara mekanis dan listrik dalam keadaan aman seperti termometer, mainan

dari rumah sakit, spuit, dan lain-lain.

2.2.6 Intervensi Keperawatan

Fokus intervensi keperawatan adalah

1. Upaya meminimalkan stresor atau penyebab stress

Dapat dilakukan dengan cara :

Mencegah atau mengurangi dampak perpisahan

Mencegah perasaan kehilangan kontrol

Mengurangi / meminimalkan rasa takut terhadap perlukaan tubuh dan rasa

nyeri

2. Upaya mencegah / meminimalkan dampak perpisahan

Melibatkan orang tua berperan aktif dalam perawatan anak

Modifikasi ruang perawatan

Mempertahankan kontak dengan kegiatan sekolah

Surat menyurat, bertemu teman sekolah

3. Mencegah perasaan kehilangan kontrol:

Hindarkan pembatasan fisik jika anak dapat kooperatif.

Bila anak diisolasi lakukan modifikasi lingkungan

Buat jadwal untuk prosedur terapi,latihan,bermain

Memberi kesempatan anak mengambil keputusan dan melibatkan orang

tua dalam perencanaan kegiatan

4. Meminimalkan rasa takut terhadap cedera tubuh dan rasa nyeri

11

Page 14: Makalah Atraumatic Care

Mempersiapkan psikologis anak dan orang tua untuk tindakan prosedur

yang menimbulkan rasa nyeri

Lakukan permainan sebelum melakukan persiapan fisik anak

Menghadirkan orang tua bila memungkinkan

Tunjukkan sikap empati

Pada tindakan elektif bila memungkinkan menceritakan tindakan yang

dilakukan melalui cerita, gambar. Perlu dilakukan pengkajian tentang

kemampuan psikologis anak menerima informasi ini dengan terbuka.

5. Memaksimalkan manfaat hospitalisasi anak

Membantu perkembangan anak dengan memberi kesempatan orang tua

untuk belajar .

Memberi kesempatan pada orang tua untuk belajar tentang penyakit anak.

Meningkatkan kemampuan kontrol diri.

Memberi kesempatan untuk sosialisasi.

Memberi support kepada anggota keluarga.

6. Mempersiapkan anak untuk mendapat perawatan di rumah sakit

Siapkan ruang rawat sesuai dengan tahapan usia anak.

Mengorientasikan situasi rumah sakit.

Pada hari pertama lakukan tindakan :

1) Kenalkan perawat dan dokter yang merawatnya.

2) Kenalkan pada pasien yang lain.

3) Berikan identitas pada anak.

4) Jelaskan aturan rumah sakit.

5) laksanakan pengkajian.

6) Lakukan pemeriksaan fisik.

12

Page 15: Makalah Atraumatic Care

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Atraumatic care merupakan asuhan keperawatan yang tidak menimbulkan

trauma pada anak dan keluarganya dan merupakan asuhan yang teurapetik karena

bertujuan sebagai therapi pada anak. Atraumatic care merupakan bentuk

perawatan teurapetik yang diberikan oleh tenaga kesehatan dalam tatanan

kesehatan anak, melalui penggunakan tindakan yang dapat mengurangi stres fisik

maupun stres psikologis yang dialami anak maupun orang tuanya. Atraumatic car

ebukan suatu bentuk intervensi yang nyata terlihat, tetapi memberikan perhatian

pada apa, siapa, dimana, mengapa dan bagaimana prosedur dilakukan pada anak

dengantujuan mencegah dan mengurangi stres fisik maupun psikologis. Aktivitas

bermain merupakan salah satu stimulus bagi perkembangan anak. Sekarang

banyak dijual berbagai macam mainan anak-anak, jika orang tua tidak selektif

dalam memilih jenis permainan pada anaknya atau kurang memahami fungsinya

maka alat permainan tersebut yang sudah dibeli tidak akan berfungsi secara

efektif.

3.2 Saran

Diharapkan dengan adanya penjelasan mengenai perawatan atraumatik,

dapat menunjang kita dalam proses pembelajaran pada mata kuliah Keperawatan

Anak I serta menjadi bahan pembelajaran. Oleh karena itu dengan adanya bahan

materi ini diharapkan kita dapat mengaplikasikan konsep ini saat praktek

keperawatan anak di RS dan dalam melaksanakan profesi kita sebagai perawat

nantinya.

13

Page 16: Makalah Atraumatic Care

DAFTAR PUSTAKA

Alimul, Aziz Hidayat. 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 2 Cetakan 3 Jilid

Ke 2. Jakarta: Salemba Medik.

Bets, Cecili Lynn.. 2009. Buku Saku : Keperawatan Pediatric Edisi 5 Cetakan Pertama.

Jakarta: EGC.

Erwandino. 2012. Atraumatic Care. Diakses dalam

Http://Erwandoni.Blogspot.Com/2012/06/Normal-0-False-False-False-En-

Us-X-None.Html Pada tanggal 12 Februari 2013 pada pukul 10.00 WITA.

Kurniawati, Sri. 2009. Skripsi: Persepsi Perawat Terhadap Prinsip Perawatan

Atraumatik Pada Anak Di Ruang III RSU Dr. Pirngadi Medan. Medan: USU

Repository.

Mansjoer, Arif Et All. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Jakarta : Media

Aesculapius.

14