English Week II : Apresiasi untuk Mahasiswa Sastra Inggris ...
Makalah Apresiasi Karya Sastra Anak secara Produktif
-
Upload
universitas-negeri-semarang -
Category
Education
-
view
1.568 -
download
132
Transcript of Makalah Apresiasi Karya Sastra Anak secara Produktif
MAKALAH
KAJIAN BAHASA INDONESIA SD
“Apresiasi Karya Sastra Anak Secara Produktif”
Makalah ini ditujukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah
Kajian Bahasa Indonesia SD
Dosen Pengampu: Drs. Suwandi M. Pd.
Disusun Oleh:
1. Anas setiaji / 14014140742. Lya Farida Oktaviani / 14014144323. Nurhidayati / 14014143054. Restuta Anugrahaeni Wigati / 14014140845. Rizkyana Amaliah Devi / 14014140956. Tika Lutfi M / 1401414056
PROGRAM PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014
i
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur, penulis persembahkan kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya. Oleh karena itu, penulis
berhasil menyusun sebuah Makalah Kajian Bahasa Indonesia tentang Apresiasi Karya Sastra
Anak Secara Produktif.
Maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi Tugas Mata
Kuliah Kajian Bahasa Indonesia SD.
Pada kesempatan kali ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Bpk. Drs.
Suwandi M. Pd. selaku Dosen Pengampu mata kuliah Kajian Bahasa Indonesia SD. Tak lupa
juga penulis berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses
pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan makalah
ini. Harapan penulis semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.
Tegal, Desember 2014
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul................................................................................................................i
Kata Pengantar................................................................................................................ii
Daftar Isi.........................................................................................................................iii
Bab I Pendahuluan..........................................................................................................1
A. Latar belakang.....................................................................................................1B. Rumusan Masalah...............................................................................................1C. Tujuan Penulisan.................................................................................................1
Bab II Pembahasan.........................................................................................................2
A. Pengertian Apresiasi Sastra dan Karya Sastra Anak...........................................2B. Bentuk Karya Sastra...........................................................................................2C. Apresiasi Sastra Secara Produktif.......................................................................3
Bab III Penutup...............................................................................................................10
A. Kesimpulan.........................................................................................................10B. Saran...................................................................................................................10
Daftar Pustaka.................................................................................................................11
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah apresiasi berasal dari bahasa Inggris "apresiation" yang berarti
penghargaan, penilaian, pengertian. Bentuk itu berasal dari kata kerja "ti appreciate"
yang berarti menghargai, menilai, mengerti dalam bahasa Indonesia menjadi
mengapresiasi. Dengan demikian, yang dimaksud dengan apresiasi sastra adalah
penghargaan, penilaian, dan pengertian terhadap karya sastra, baik yang berbentuk
puisi maupun prosa atau suatu kegiatan menggauli sastra dengan sungguh-sungguh
hingga tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan
perasaan yang baik terhadap cipta sastra.
Dalam makalah ini kami mencoba membahas mengenai definisi dari apresiasi
sastra, tujuan beserta manfaat dari apresiasi sastra dan tahapan dalam
mengapresiasikan sastra.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas ditemukan beberapa permasalahan, diantaranya:
1. Apa yang dimaksud dengan apresiasi sastra dan karya sastra anak?
2. Apa saja bentuk karya sastra?
3. Apakah yang dimaksud dengan apresiasi sastra anak-anak secara produktif?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Mengetahui pengertian apresiasi sastra dan karya sastra anak.
2. Mengetahui bentuk-bentuk karya sastra.
3. Mengetahui apresiasi karya sastra secara produktif.
iv
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Apresiasi Sastra dan Karya Sastra Anak
Istilah apresiasi berasal dari bahasa Inggris "apresiation" yang berarti
penghargaan,penilaian,pengertian. Bentuk itu berasal dari kata kerja " ti appreciate"
yang berarti menghargai, menilai,mengerti dalam bahasa indonesia menjadi
mengapresiasi. Dengan demikian, yang dimaksud dengan apresiasi sastra adalah
penghargaan, penilaian, dan pengertian terhadap karya sastra, baik yang berbentuk
puisi maupun prosa, atau suatu kegiatan menggauli sastra dengan sungguh-sungguh
hingga tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan
perasaan yang baik terhadap cipta sastra.
Sedangkan karya sastra anak adalah karya sastra yang isinya mengenai anak-
anak; kehidupannya,kesenangannya,sifat-sifatnya,dan perkembangannya. Perbeda-an
yang mencolok antara karya sastra anak dengan karya sastra orang dewasa terletak
pada tingkat keterbacaan dan tingkat kesesuaiannya.
Keterbacaan adalah mudah tidaknya suatu bacaan untuk
dicerna,dihayati,dipahami, dan dinikmati oleh pembacanya. Kriteria keterbacaan
meliputi: kejelasan bahasa, kejelasan tema, kejelasan tema, kesederhanaan plot,
kejelasan perwatakan, kesederhanaan latar, dan kejelasan pusat pengisahan.
Sedangkan kesesuaian, karya sastra anak-anak harus memperhatikan perkembangan
psikologi atau jiwa, usia dan moral anak-anak.
Dengan demikian, sastra anak-anak dapat dikatakan bahwa suatu karya sastra
yang bahasa dan isinya sesuai perkembangan usia dan kehidupan anak, baik ditulis
oleh pengarang yang sudah dewasa, remaja atau oleh anak-anak itu sendiri. Karya
sastra yang dimaksud bukan hanya yang berbentuk puisi dan prosa, melainkan juga
bentuk drama.
B. Bentuk Karya Sastra
Menurut bentuknya karya sastra dapat dibedakan menjadi: prosa, puisi, dan drama.
Prosa adalah karya sastra yang ditulis dengan menggunakan kalimat-kalimat
yang disusun secara horizontal. Kalimat-kalimat yang disusun membentuk kesatuan
pikiran menjadi paragraf, paragraf membentuk bab atau bagian-bagian, dan
seterusnya.
v
Puisi adalah karya sastra yang ditulis dengan bentuk larik-larik dan bait.
Kalimat-kalimat disusun secara vertikal. Kalimat dalam puisi padat-padat.
Drama adalah katya sastra yang ditulis dengan bahasa dalam bentuk dialog.
Perbedaan karya sastra yang satu ini dengan karya sastra lainnya terletak pada tujuan
penulisan naskahnya. Naskah drama ditulis dengan tujuan untuk dipertunjukkan,
sedangkan karya sastra lain (prosa atau puisi) bertujuan untuk dibaca.
C. Apresiasi Sastra Secara Produktif
Apresiasi produktif adalah apresiasi karya sastra yang menekankan pada
proses kreatif dan penciptaan. Dalam hubungannya dalam apresiasi produktif,
pengapresiasian dituntun menghasilkan karya sastra yang dapat berupa puisi, prosa,
drama, pementasan karya sastra, dan esai.
Ada beberapa pendekatan yang dapat diterapkan dalam mengapresiasi sastra secara
produktif, diantaranya sebagai berikut:
1. Pendekatan Parafrastis
Parafrase merupakan salah satu keterampilan yang dapat meningkatkan
apresiasi sastra siswa. Melalui parafrase, siswa berlatih mengubah bentuk karya
sastra tertentu menjadi bentuk karya sastra yang lain tanpa mengubah tema atau
gagasan pokoknya. Aminudin (2004) menjelaskan bahwa parafrase adalah strategi
pemahaman makna suatu bentuk karya sastra dengan cara mengungkapkan
kembali karya pengarang tertentu dengan menggunakan kata-kata yang berbeda
dengan kata-kata yang digunakan pengarang.
Di samping itu, Aminudin (2004) mengemukakan bahwa pendekatan
parafrastis pada dasarnya beranjak dari prinsip bahwa:
a. Pengubahan bentuk karya sastra tertentu kedalam bentuk sastra yang lain akan
semakin meningkatkan keluasan dan ketajaman pemahaman pembaca yang
bersangkutan.
b. Gagasan tertentu dapat dikemukakan dalam bentuk yang berbeda.
c. Simbol yang konotatif dapat diganti dengan kata yang lebih konkret dan
mudah dipahami.
d. Pengungkapan yang eliptis dapat ditambah sehingga semakin lengkap dan
mudah dimengerti.
vi
I.G.P Antara (1985) mengemukakan bahwa teknik memparafrasekan puisi
menjadi prosa dapat dilakukan dengan berbagai cara,yaitu :
a. Teknik Larik
Teknik larik yakni perubahan bentuk puisi ke dalam bentuk prosa dengan
mendasarkan kepada kalimat demi kalimat yang terdapat dalam puisi
tersebut.
b. Teknik Bait
Teknik bait yakni perubahan bentuk puisi menjadi prosa didasarkan
kepada susunan bait demi bait yang menyusun puisi yang diparafrasekan.
c. Teknik Global
Teknik global yakni perubahan bentuk puisi menjadi prosa yang
didasarkan kepada keseluruhan unsur yang membentuk puisi itu. Makna
yang tercermin dalam puisi itu dituangkan ke dalam bentuk prosa .
Berikut disajikan contoh parafrase puisi ke prosa.
HARI LIBUR
Hatiku gembira
Ujian usai sudah
Rapor ku terima
Aku rangking pertama
Esok amulai libur
Liburan kuhabiskan di rumah nenek
Liburan sambil melepas rindu
Kunikmati damainya desa
Tiap hari
Kutelusuri pematang sawah
Bernyanyi riang
Menyambut kicau burung
Satu minggu sudah
Hari libur habis
Aku harus pulang
Selamat tinggal
Selamat tinggal nenek
vii
Puisi yang berjudul “Hari Libur” di atas dapat diubah menjadi sebuah cerita
seperti berikut:
HARI LIBUR
Selain hari minggu, saya selalu menyelesaikan tugas PR selama 1-2 jam sesudah bangun tidur siang hari. Setelah itu, baru pergi main bersama teman-teman. Setelah salat magrib secara berjamaah dengan Bapak, Ibu dan Kakek, Nenek, dan Kakak, saya belajar selama satu jam untuk mengulangi pelajaran yang telah dipelajari di sekolah, kemudian pergi menonton dan tidur. Dengan demikian, pada waktu ujian cawu, seluruh pertanyaan dapat saya jawab dengan baik dan tepat. Dengan ketekunan dan kedisiplinan belajar tersebut, pada waktu menerima rapor, di , lalu saya buka, di dalamnya tertulis sebagai peringkat I . langsung saya mengucapkan Alhamdulillah, betapa senangnya dan puasnya saya saat itu. Begitu pun, mama ,bapak, dan nenek di rumah.
Sesaat setelah pembagian rapor, ada siswa bertanya, “Kapan mulai libur cawu , Bu?,” tanya Imran.
“Libur cawu mulai besok,” jawab Bu Guru.Ady sambung bertanya, “Berapa lama libur, Bu?”Jawab bu Guru, “Sembilan hari. Jadi kita mulai sekolah pada hari Rabu”Pada malam harinya, bapak bertanya, “Berapa lama kau libur, Nak?”
“Sembilan hari , Pak!” Jawabku singkat. “Lalu di mana akan berlibur?” tanya bapak Lagi.“ “Saya mau berlibur ke rumah nenek di desa sambil melepas rindu, sekaligus menikmati damai dan indahnya panorama desa.“ Jawabku dengan wajah yang ceria.“ Itu ide yang bagus. Insya Allah nanti bapak-ibu antar besok sekalian melepas rindu juga dengan nenek dan kelu-arga lainnya di desa kelahiran bapak.
Keesokan harinya, tepatnya pada hari minggu pagi, saya berangkat bersama Ayah dan ibu ke rumah nenek yang jauhnya sekitar 25 kilometer dari rumah kami. Dua jam kemudian saya tiba rumah nenek. Betapa gembiranya nenek menyambut kami, saya langsung dipeluk dan dicium sambil berkata “Kenapa baru datang, Nak. Lama sekali rasanya baru bertemu. Nenek sudah rindu sekali”. Baru libur, Nek! Jawabku.
Selama di rumah nenek, setiap hari aku berjalan bersama nenek, mene-lusuri pematang sawah sambil menyanyi dengan riang gembira. Utamanya pada pagi hari setelah shalat subuh, kami berjalan-jalan bersama nenek mengelilingi desa sambil mendengarkan kicauan berbagai macam burung yang begitu mengasyikkan. Alangkah indahnya berlibur di rumah nenek.
Pada malam Selasa, saya menyampikan kepada nenek bahwa besok saya akan pulang karena sudah beberapa hari di sini . “Mengapa cepat sekali pulang cucuku? Rindu nenek masih...” ” Lusa hari sekolah sudah mulai, Nek!” sambungku cepat. “Kalau begitu, nenek tidak bisa menahanmu, nanti bapakmu marah.” Nek, bisa antar saya besok sekalian jalan-jalan ke kota. Sudah lama juga nenek tidak ke kota. Nanti kita jalanjalan menikmati ramai dan hiruk pikuknya kendaraan dan megahnya bangunan di kota Makassar .“ “Nenek sudah tua, dan ada sepupumu akan dinikahkan minggu depan” Jawabnya.
Keesokan harinya, Bapak dan Ibu menjemputku. Sekiat 20 meter dari rumah nek, Saya melambaikan tangan kepada nenek sambil mengucapkan dalam hati “Selamat tinggal panorama desaku yang indah dan permai, sela-mat tinggal nenek tersayang , sampai jumpa nek di libur cawu mendatang.”
viii
2. Pendekatan Analitis
Pendekatan Analitis merupakan pendekatan yang mengarahkan pembaca
untuk memahami unsur-unsur intrinsik yang membangun suatu karya sastra
tertentu dan hubungan antarunsur yang satu dengan lainnya sebagai suatu
kesatuan yang utuh (Aminuddin,2004).
Menurut I.A Richard (dalam Situmorang, 1980) ada dua hal pokok yang
membangun puisi, yaitu hakikat puisi dan metode puisi. Hakikat puisi meliputi
tema, rasa, nada, dan amanat, sedang metode puisi meliputi diksi, gaya bahasa,
kata konkret, gaya bayang, irama dan rima. Hubungan keduanya erat, oleh
Karigan (1989) seperti hubungan jiwa dan tubuh. Sehingga hakikat puisi dapat
disebut sebagai unsur batiniah dan metode puisi dapat disebut sebagai unsur
lahiriah puisi.
a) Unsur Lahiriah (Metode Puisi)
1. Diksi
Diksi merupakan kemampuan memilih kata demi kata secara tepat
menurut tempatnya yang sesuai dalam suatu jalinan kata yang harmonis
dan artistik sehingga sejalan dengan maksud puisinya, baik secara
denotatif maupun konotatif.
Contoh:
Sekali berarti (bukan: bermakna, berguna, bermanfaat)
Sudah itu mati (bukan: wafat, meninggal, tewas, mampus, dll)
2. Gaya bahasa
Gaya bahasa ialah gaya tertentu yang digunakan penyair untuk
menciptakan kesan tertentu, daya bayang dan nilai keindahan.
Contoh:
Gaya personifikasi : “Kerling danau di pagi hari” (Situr Situmorang)
Gaya simbolisme : Ah, rumput, akarmu jangan turut mengering
(Waluyati)
3. Kata konkret
Kata konkret ialah pemakaian kata-kata yang dapat mewakili suatu
pengertian secara konkret dengan memilih kata yang khusus, bukan yang
umum, misal:
ix
- Anak itu bersimpuh di kaki ibundanya. (kata khusus)
- Anak itu duduk lalu memeluk kaki ibundanya. (kata umum)
4. Daya bayang (imagery)
Daya bayang adalah kemampuan penyair mendskripsikan atau melukiskan
suatu benda atau peristiwa sehingga seolah-olah pembaca menyaksikan
benda atau mengalami peristiwa seperti yang disaksikan atau dialami
penyair tersebut. Daya bayang terwujud sebagai manifestasi dari
pemakaian kata konkret, diksi, dan gaya bahasa yang tepat. Misalnya:
Sajak Kecil Buat Penggalang
Dengan gagah perkasa
Engkau berdiri siap siaga
Bersenjata tongkat dibalut kain selempang
Berhias tanda-tanda kecakapan
Tali merah tali sempritan
Tersandang di lengan tangan kiri
Kepala dibalut baret
Lengkap lencana tunas kelapa
Tali melingkar bergantung dipinggang
Sangkur menambah indah dipandang
.....................................
5. Irama dan rima
Irama adalah berkaitan dengan kera lembutnya suara (tekanan), panjang
pendeknya suara (tempo), dan tinggi rendahnya suara (nada), perhentian
sejenak (jeda) dan lainnya. Rima adalah persamaan bunyi awal, akhir,
awal-akhir.
Misalnya:
Caya bulan di ombak menitik
Embun berdikit turun menitik (J.E.Tatengkeng)
Segala menebal, segala mengental
Segala tak kukenal
Selamat tinggal...... (Chairil Anwar)
x
b) Unsur Batiniah Puisi
1. Tema
Tema ialah pokok persoalan yang mendasari dan menjiwai setiap larik
puisi. Misalnya: Ayip Rosidi menuangkan tema “Ketidakpuasan “ dalam
puisi “Di Akuarium”.
Di Akuarium
(Ayip Rosidi)
Kulihat ikan-ikan berenangan, alangkah nyaman
dan tenang hidup tanpa persoalan. Betapa ingin
aku menjadi ikan.
Dari balik kaca, matanya cemburu memandang
Barangkali ingin menjadi manusia, menjadi aku
Yang pergi memancing di hari minggu.
2. Rasa
Rasa ialah sikap pandang penyair terhadap pokok persoalan atau tema
tertentu. Ada penyair yang bersikap simpati-antipati, setuju-tidak setuju,
dll.
Contoh:
Chairil Anwar (“Penerimaan”) masih bersikap menerima terhadap gadis yang
telah mengecewakannya dengan persyaratan tertentu. Sebaliknya Armyn Pane
(Kembang Setengah Jalan) bersikap menolak terhadap gadis yang telah
mengecewakannya.
PENERIMAAN
(Chairil Anwar)
KEMBANG SETENGAH JALAN
(Armyn Pane)
Kalau kau mau, kuterima kembaliDengan sepenuh hatiAku masih tetapi sendiriKutahu kau yang bukan dulu lagiBak kembang sari sudah terbagiJangan tunduk! Tantang Akudengan berani
Mejaku hendak dihiasiKembang jauh dari gunungKau petik sekarangan kembangJauh jalan panas hariBunga layu setengah jalan
xi
3. Nada
Nada ialah sikap bahasa penyair tehadap penikmat karyanya. Ada penyair
bersikap didaktis, persuasif, sinis (ironis), tawadhu (rendah diri), dan
sebagainya. Misalnya Ali Hasymi bersikap persuasif dalam puisinya
sebagai berikut:
MENYESAL
Pagiku hilang melayangHari mudaku sudah pergiSekarang petang datang membayangBatang usiaku sudah tinggi
Aku lalai di hari pagiBeta lengah di hari pagiKini hidup meracuni hatiMiskin ilmu miskin harta
Ah, apa guna kusesalkanMenyesal tua tiada bergunaHanya menambah luka sukma
Kepada yang muda kuharapkanAtur barisan di pagi hariMenuju ke arah padang bakti
4. Amanat
Amanat ialah pesan, nasihat, petuah, yang disampaikan oleh penyair dalam
karyanya baik secara langsung atau tak langsung.
Pesan tersebut dapat dijadikan sebagai perluasan wawasan, memperkaya
pengalaman, dan memperhalus budi pekerta, serta mempertinggi nilai -
nilai kemanusiaan. Misalnya larik puisi Chairil Anwar yang berbunyi
“/pilih kuda liar/ pacu sampai melaju / jangan tambatkan pada siang dan
malam/”, antara lain mengandung amanat bahwa kita harus hidup dengan
penuh semangat, selalu memanfatkan waktu secara dinamis kreatif.
xii
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Apresiasi sastra adalah penghargaan, penilaian, dan pengertian terhadap karya
sastra, baik yang berbentuk puisi maupun prosa, atau suatu kegiatan menggauli sastra
dengan sungguh-sungguh hingga tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran
kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap cipta sastra.
Sedangkan karya sastra anak adalah karya sastra yang isinya mengenai anak-anak;
kehidupannya,kesenangannya,sifat-sifatnya,dan perkembangannya.
Menurut bentuknya karya sastra dapat dibedakan menjadi prosa, puisi, dan
drama.
Apresiasi produktif adalah apresiasi karya sastra yang menekankan pada
proses kreatif dan penciptaan. Dalam hubungannya dalam apresiasi produktif,
pengapresiasi dituntun menghasilkan karya sastra yang dapat berupa puisi, prosa,
drama, pementasan karya sastra, dan esai. Pendekatan yang dapat diterapkan dalam
mengapresiasi sastra anak-anak secara produktif diantaranya adalah pendekatan
Parafrastis dan pendekatan Analitis.
B. Saran
Penulis berharap pendidik dapat menggunakan dan menghasilkan sebuah
apesiasi karya sastra anak-anak secara reseptif dan produktif agar anak-anak
mendapatkan pembelajaran tentang sastra sesuai dengan porsinya dan lebih
meningkatkan daya imajinasi dan kreativitas anak dalam dunia sastra.
xiii
DAFTAR PUSTAKA
Faisal, M. dkk. 2009. Kajian Bahasa Indonesia SD. Semarang: Departemen Pendidikan Nasional.
Zuchdi, D. dan Budiasih. 1999. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah. Semarang: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
xiv