Makalah Aplikasi Aspek Hukum: Agama dan Etika dalam Praktik Keperawatan

29
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan pengetahuan dan teknologi yang sedemikian cepat dalam segala bidang serta meningkatnya pengetahuan masyarakat berpengaruh pula terhadap meningkatnya tuntutan masyarakat akan mutu pelayanan kesehatan termasuk pelayanan keperawatan. Hal ini merupakan tantangan bagi profesi keperawatan dalam mengembangkan profesionalisme selama memberi pelayanan yang berkualitas. Kualitas pelayanan yang tinggi memerlukan landasan komitmen yang kuat dengan basis pada etik dan moral yang tinggi. Tidak hanya berbasis etik dan moral, tetapi juga agama. Sikap etis profesional yang kokoh dari setiap perawat akan tercermin dalam setiap langkahnya, termasuk penampilan diri serta keputusan yang diambil dalam merespon situasi yang muncul. Oleh karena itu pemahaman yang mendalam tentang etika dan agama serta penerapannya menjadi bagian yang sangat penting dan mendasar dalam memberikan asuhan keperawatan dimana nilai-nilai pasien selalu menjadi pertimbangan dan dihormati. Dalam kehidupan profesional, tiap cabang ilmu keperawatan tentu sudah mempunyai patokan tentang apa

description

Keperawatan Profesional

Transcript of Makalah Aplikasi Aspek Hukum: Agama dan Etika dalam Praktik Keperawatan

Page 1: Makalah Aplikasi Aspek Hukum: Agama dan Etika dalam Praktik Keperawatan

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peningkatan pengetahuan dan teknologi yang sedemikian cepat dalam

segala bidang serta meningkatnya pengetahuan masyarakat berpengaruh pula

terhadap meningkatnya tuntutan masyarakat akan mutu pelayanan kesehatan

termasuk pelayanan keperawatan. Hal ini merupakan tantangan bagi profesi

keperawatan dalam mengembangkan profesionalisme selama memberi pelayanan

yang berkualitas. Kualitas pelayanan yang tinggi memerlukan landasan komitmen

yang kuat dengan basis pada etik dan moral yang tinggi. Tidak hanya berbasis etik

dan moral, tetapi juga agama.

Sikap etis profesional yang kokoh dari setiap perawat akan tercermin

dalam setiap langkahnya, termasuk penampilan diri serta keputusan yang diambil

dalam merespon situasi yang muncul. Oleh karena itu pemahaman yang

mendalam tentang etika dan agama serta penerapannya menjadi bagian yang

sangat penting dan mendasar dalam memberikan asuhan keperawatan dimana

nilai-nilai pasien selalu menjadi pertimbangan dan dihormati.

Dalam kehidupan profesional, tiap cabang ilmu keperawatan tentu sudah

mempunyai patokan tentang apa yang harus dan tidak boleh dilakukan. Selain itu,

terdapat mata kuliah keperawatan profesional yang diharapkan dapat

menumbuhkan sikap profesional sesuai dengan tuntutan dunia keperawatan, untuk

membentuk mahasiswa yang siap pakai dan terampil dan bahkan bisa dikatakan

tindakannya sesuai dengan tuntutan hukum etika dan agama dalam keperawatan.

Agama dan etika tetap penting untuk diajarkan, karena untuk menekankan

aspek tertentu bagi masyarakat kita. Peran agama dan etika sangat besar, hanya

bagaimana pemanfaatannya yang perlu dibenahi.

Page 2: Makalah Aplikasi Aspek Hukum: Agama dan Etika dalam Praktik Keperawatan

2

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa sajakah dasar hukum praktik keperawatan tentang agama?

2. Bagaimana aplikasi dasar hukum tentang agama dalam praktik keperawatan?

3. Apa contoh kasus dan bagaimana analisis kasus dari penerapan hukum agama

dalam praktik keperawatan?

4. Apa sajakah dasar hukum tentang praktik keperawatan yang berkaitan dengan

etik?

5. Bagaimana aplikasi dasar hukum tentang etik dalam praktik keperawatan?

6. Apa contoh kasus dan bagaimana analisis kasus dari penerapan hukum etik

dalam praktik keperawatan?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui apa sajakah dasar hukum praktik keperawatan tentang agama..

2. Mengetahui aplikasi dasar hukum tentang agama dalam praktik keperawatan.

3. Mengetahui contoh kasus dan analisis kasus dari penerapan hukum agama

dalam praktik keperawatan.

4. Mengetahui apa sajakah dasar hukum tentang praktik keperawatan yang

berkaitan dengan etik.

5. Mengetahui aplikasi dasar hukum tentang etik dalam praktik keperawatan.

6. Mengetahui contoh kasus dan analisis kasus dari penerapan hukum etik dalam

praktik keperawatan.

Page 3: Makalah Aplikasi Aspek Hukum: Agama dan Etika dalam Praktik Keperawatan

3

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Dasar Hukum Praktik Keperawatan Tentang Agama

1. UU Nomor 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan

Pasal 2

Undang-Undang ini berasaskan: Perikemanusiaan; manfaat; pemerataan; etika dan

profesionalitas; penghormatan terhadap hak dan kewajiban; keadilan; pengabdian;

norma agama; dan pelindungan.

Yang dimaksud dengan "asas perikemanusiaan" adalah bahwa pengaturan Tenaga

Kesehatan harus dilandasi atas perikemanusiaan yang berdasarkan pada

Ketuhanan Yang Maha Esa dengan tidak membedakan suku, bangsa, agama,

status sosiai, dan ras serta tidak membedakan perlakuan terhadap perempuan dan

laki-laki.

Yang dimaksud dengan "asas norma agama" adalah bahwa pengaturan tenaga

kesehatan harus memperhatikan dan menghormati serta tidak membedakan agama

yang dianut masyarakat.

Pasal 57 (D)

HAK DAN KEWAJIBAN TENAGA KESEHATAN

Tenaga kesehatan dalam menjalankan praktiknya berhak memperoleh

pelindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja, perlakuan yang sesuai dengan

harkat dan martabat manusia, moral, kesusilaan, serta nilai-nilai agama.

2. UU Nomor 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan

Pasal 2

Praktik Keperawatan berasaskan: perikemanusiaan; nilai ilmiah; etika dan

profesionalitas; manfaat; keadilan; pelindungan; dan kesehatan dan keselamatan

Klien.

Yang dimaksud dengan "asas perikemanusiaan" adalah asas yang harus

mencerminkan pelindungan dan penghormatan hak asasi manusia serta harkat dan

Page 4: Makalah Aplikasi Aspek Hukum: Agama dan Etika dalam Praktik Keperawatan

4

martabat setiap warga negara dan penduduk tanpa membedakan suku, bangsa,

agama, status sosial, dan ras.

2.2 Aplikasi Dasar Hukum Tentang Agama dalam Praktik Keperawatan

2.2.1 Aplikasi dalam Hak dan Kewajiban Perawat

1. Perawat wajib dalam melaksanakan pengabdiannya di bidang keperawatan

senantiasa memelihara suasana lingkungan yang menghormati nilai

budaya, adat istiadat dan kelangsungan hidup beragama (menghormati

hak-hak pasien).

2. Perawat wajib menghindarkan diri untuk tujuan yang bertentangan dengan

norma-norma agama dan etika profesi.

3. Perawat wajib dalam menunaikan tugas tidak terpengaruh oleh

kebangsaan, kesukuan, aliran politik, dan agama, serta kedudukan sosial

pasien.

4. Perawat wajib memberikan kesempatan kepada pasien untuk bertemu

dengan keluarga dan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan

keyakinan masing-masing.

2.2.2 Aplikasi dalam Beberapa Agama

Agama/

Budaya

Kepercayaan terhadap

pelayanan kesehatan

Respon terhadap

penyakit

Penerapan pada

kesehatan dan perawatan

HinduMenerima ilmu medis

terkini

1. Dosa masa lalu

menyebabkan

penyakit

2. Memperpanjang

hidup tidak

dibenarkan

Waktu untuk do’a, jimat,

ritual, simbol

Shikhism Menerima ilmu medis

terkini

1. Wanita harus

diperiksa oleh

wanita

1. Sebisa mungkin

pasien wanita harus

diperiksa oleh tenaga

Page 5: Makalah Aplikasi Aspek Hukum: Agama dan Etika dalam Praktik Keperawatan

5

2. Melepaskan

pakaian dalam

akan

menyebabkan

distres yang besar

medis wanita

2. Menjaga privasi

pasien

BuddhaMenerima ilmu medis

terkini

1. Menolak

pengobatan pada

hari suci

2. Roh non manusia

yang menyerang

manusia

menyebabkan

penyakit

3. Mengizinkan

untuk

menghentikan

pendukung hidup

1. Mungkin

menginginkan

pendeta budha

2. Tidak mempraktikkan

euthanasia

Islam

1. Harus dapat

mempraktikkan

hukum Islam

2. Terkadang

memiliki

pandangan

kesehatan yang

salah

1. Menggunakan

kepercayaan

penyembuhan

2. Kesehatan dan

spiritual saling

berhubungan

1. Tidak

mempertimbangkan

transplantasi organ

2. Tidak melakukan

eutanasia

Yahudi 1. Mempercayai

kesucian hidup

2. Ibadah hari

sabath, menolak

pengobatan hari

1. Mengunjungi

orang sakit

adalah suatu

kewajiban

2. Mereka

Euthanasia dilarang

Page 6: Makalah Aplikasi Aspek Hukum: Agama dan Etika dalam Praktik Keperawatan

6

sabath

3. Mempercayai

sanksi dari

kehidupan

4. Tuhan dan

kedokteran harus

mempunyai

keseimbangan

5. Kepatuhan kepada

hari Sabat adalah

penting

6. Tidak melakukan

aktivitas pada hari

Sabath

berkewajiban

untuk mencari

perawatan

3. Pendukung hidup

tidak dibenarkan

4. Percaya penting

hidup sehat

KristianiMenerima ilmu medis

terkini

1. Menggunakan

doa, kepercayaan

sebagai

penyembuh

2. Menghargai

kunjungan dan

gereja

3. Beberapa

menggunakan

“penumpangan

tangan”

4. Komuni suci

umumnya

digunakan

1. Mendukung donor

organ

2. Menggunakan doa,

kuas penyembuhan

Shinto Menerima

pengobatan medis

Akan tidak

mengizinkan

Mempertimbangkan

metode pengobatan

Page 7: Makalah Aplikasi Aspek Hukum: Agama dan Etika dalam Praktik Keperawatan

7

modern sejalan

dengan tradisi leluhur

pengobatan yang

“tampak”

mencederai tubuh

2.3 Contoh Kasus dan Analisis Kasus

Contoh kasus 1

Tuan Rudi berusia 50 tahun beragama Islam, masuk rumah sakit di RS

Sentosa ruangan Dahlia dengan kondisi fraktur femur akibat kecelakaan 2 hari

yang lalu. Sebagai umat Islam, maka Tuan Rudi berkewajiban melaksanakan

sholat 5 waktu. Tetapi Tuan Rudi merasa kesulitan melaksanakan sholat karena

tidak mengetahui cara melaksanakan ibadah dalam kondisi seperti itu. Tuan Rudi

merasa gelisah karena meninggalkan ibadahnya dan beliau merasa sungkan

menanyakan tata cara sholat dalam keadaan tersebut kepada perawat yang sedang

bertugas. Akhirnya, Tuan Rudi merasa stress karena beliau tidak dapat

melaksanakan kewajibannya sebagai umat Islam.

Analisis kasus

Jika ditinjau dari kasus di atas, perawat lalai dalam melaksanakan

pemenuhan kebutuhan spiritual pasien dan pasien kurang tahu menahu perkara

hak pasien. Sebagai pasien, maka Tuan Rudi berhak menjalankan ritual ibadahnya

sesuai dengan agamanya dan perawat wajib memenuhi kebutuhan spiritualnya.

Seharusnya Tuan Rudi tidak merasa sungkan untuk bertanya kepada perawat yang

sedang bertugas di ruangannya. Begitu pula dengan perawat. Perawat seringkali

lalai dalam melaksanakan pemenuhan kebutuhan spiritual pasiennya. Perawat

yang bertugas di ruangan Tuan Rudi seharusnya tanggap dalam hal ini dengan

cara menanyakan apakah Tuan Rudi dapat melaksanakan sholat dan bersuci

dengan cara berbaring, jika tidak maka perawat wajib membantu atau mengajari

cara melaksanakan sholat dengan berbaring apabila Tuan Rudi tidak mengetahui

tata caranya.

Page 8: Makalah Aplikasi Aspek Hukum: Agama dan Etika dalam Praktik Keperawatan

8

Contoh kasus 2

Nona Erika berusia 30 tahun beragama Kristen dirawat di RS Bahagia

dengan leukimia stadium akhir dan ia telah merasakan tanda-tanda akan

meninggal. Karena Nona Erika beragama Kristen, maka ia meminta untuk

perawat yang beragama sama dengannya atau pastur untuk mendampingi proses

kematiannya. Perawat Maria beragama Kristen bersedia mendampingi Nona Erika

untuk menghadapi proses kematiannya dan perawat memanggilkan pastur terdekat

untuk membantu melaksanakan ritual kematiannya. Tidak hanya itu saja, perawat

Maria menawarkan ke salah satu keluarga terdekat Nona Erika untuk

mendampingi Nona Erika menghadapi proses kematiannya.

Analisis kasus

Jika ditinjau dari kasus di atas, perawat Maria telah melaksanakan

pemenuhan kebutuhan spiritual Nona Erika. Perawat tersebut telah melaksanakan

kewajibannya sebagai perawat dan tidak melalaikan hak pasien dalam

pelaksanaan ibadah sesuai agamanya. Sesuai hak dan kewajiban perawat, perawat

Maria sudah memberikan kesempatan kepada pasien untuk bertemu dengan

keluarga dan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan keyakinan masing-

masing. Apabila pemenuhan kebutuhan spiritual dan kewajiban perawat serta hak

pasien telah terpenuhi atau terlaksana, maka pasien pun tenang dan perawat tidak

melanggar etikanya sebagai perawat.

2.4 Dasar Hukum Praktik Keperawatan yang Berkaitan dengan Etik

1. UU Nomor 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan

Bahwa penyelenggaraan pelayanan keperawatan harus dilakukan secara

bertanggung jawab, akuntabel, bermutu, aman, dan terjangkau oleh perawat yang

memiliki kompetensi, kewenangan, etik, dan moral tinggi

Pasal 2

Praktik keperawatan berasaskan: perikemanusiaan; nilai ilmiah; etika dan

profesionalitas; manfaat; keadilan; pelindungan; dan kesehatan dan keselamatan

klien.

Page 9: Makalah Aplikasi Aspek Hukum: Agama dan Etika dalam Praktik Keperawatan

9

Yang dimaksud dengan "asas etika dan profesionalitas" adalah bahwa pengaturan

praktik keperawatan harus dapat mencapai dan meningkatkan keprofesionalan

perawat dalam menjalankan praktik keperawatan serta memiliki etika profesi dan

sikap profesional.

Pasal 28 (3)

Praktik keperawatan harus didasarkan pada kode etik, standar pelayanan, standar

profesi, dan standar prosedur operasional.

Pasal 36

HAK DAN KEWAJIBAN PERAWAT

Perawat dalam melaksanakan praktik keperawalan berhak menolak keinginan

klien atau pihak lain yang bertentangan dengan kode etik, standar pelayanan,

standar profesi, standar prosedur operasional, atau ketentua peraturan perundang-

undangan

Pasal 37

Perawat dalam melaksanakan praktik keperawatan berkewajiban memberikan

pelayanan keperawatan sesuai dengan kode etik, standar pelayanan keperawatan,

standar profesi, standar prosedur operasional, dan ketentuan peraturan perundang-

undangan

Pasal 38

HAK DAN KEWAJIBAN KLIEN

Dalam praktik keperawatan, klien berhak mendapatkan pelayanan keperawatan

sesuai dengan kode etik, standar pelayanan keperawatan, standar prolesi, standar

prosedur operasional, dan ketentuan peraturan perundang-undangan

2. UU Nomor 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan

Bahwa penyelenggaraan upaya kesehatan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan

yang bertanggung jawab, yang memiliki etik dan moral yang tinggi, keahlian, dan

kewenangan yang secara terus menerus harus ditingkatkan mutunya melalui

pendidikan dan pelatihan berkelanjutan, sertifikasi, registrasi, perizinan, serta

pembinaan, pengawasan, dan pemantauan agar penyelenggaraan upaya kesehatan

Page 10: Makalah Aplikasi Aspek Hukum: Agama dan Etika dalam Praktik Keperawatan

10

memenuhi rasa keadilan dan perikemanusiaan serta sesuai dengan perkembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan.

Pasal 2

Undang-undang ini berasaskan: perikemanusiaan; manfaat; pemerataan; etika dan

profesionalitas; penghormatan terhadap hak dan kewajiban; keadilan; pengabdian;

norma agama; dan pelindungan.

Yang dimaksud dengan "asas etika dan profesionalitas" adalah bahwa pengaturan

tenaga kesehatan harus dapat mencapai dan meningkatkan profesionalisme tenaga

kesehatan dalam menjalankan praktik serta memiliki etika profesi dan sikap

profesional.

Pasal 57 (F)

HAK DAN KEWAJIBAN TENAGA KESEHATAN

Tenaga kesehatan dalam menjalankan praktik berhak menolak keinginan

penerima pelayanan kesehatan atau pihak lain yang bertentangan dengan standar

profesi, kode etik, standar pelayanan, standar prosedur operasional, atau ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Pasal 58

Tenaga kesehatan dalam menjalankan praktik wajib memberikan pelayanan

kesehatan sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan profesi, standar

prosedur operasional, dan etika profesi serta kebutuhan kesehatan penerima

pelayanan kesehatan.

Pasal 60

PENYELENGGARAAN KEPROFESIAN

Tenaga kesehatan bertanggung jawab untuk bersikap dan berperilaku sesuai

dengan etika profesi.

3. Standar Praktik Keperawatan PPNI (2005)

Standar V: Etik

Keputusan dan tindakan perawat atas nama klien ditentukan dengan cara yang etis

(sesuai dengan norma, nilai budaya, modul dan idealisme profesi).

Page 11: Makalah Aplikasi Aspek Hukum: Agama dan Etika dalam Praktik Keperawatan

11

2.5 Aplikasi Dasar Hukum Etik dalam Praktik Keperawatan

2.5.1 Aplikasi dalam Hak dan Kewajiban Perawat

1. Perawat berhak untuk keinginan pasien atau profesi lain yang bertentanan

dengan peraturan perundangan dan etika profesi.

2. Perawat wajib menghindarkan diri untuk tujuan yang bertentangan dengan

norma-norma agama dan etika profesi.

3. Perawat berhak menolak dipindahkan ke tempat tugas lain, baik melalui

anjaran maupun pengumuman tertullis karena diperlukan, untuk

melakukan tindakan yang bertentangan dengan standar profesi atau kode

etik keperawatan atau aturan perundang-undangan lainnya.

2.5.2 Aplikasi dalam Beberapa Tindakan Keperawatan

Sesuai Standar Praktik Keperawatan PPNI (2005), Standar V: Etik.

Berbagai isu spesifik tentang etik yang menjadi kepedulian perawat meliputi:

penolakan pasien terhadap pengobatan, “informed-consent”, pemberhentian

bantuan hidup, kerahasiaan klien.

1. Menghadapi penolakan pasien terhadap tindakan keperawatan atau

pengobatan

Masalah ini sering juga terjadi, apalagi pada saat ini banyak

bentuk-bentuk pengobatan sebagai alternatif tindakan. Berkembangnya

teknologi yang memungkinkan orang untuk mencari jalan sesuai dengan

kondisinya. Penolakan pasien menerima pengobatan dapat saja terjadi dan

dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti pengetahuan, tuntutan untuk

dapat sembuh cepat, keuangan, sosial dan lain-lain. Penolakan atas

pengobatan dan tindakan asuhan keperawatan merupakan hak pasien dan

merupakan hak otonomi pasien, pasien berhak memilih, menolak segala

bentuk tindakan yang mereka anggap tidak sesuai dengan dirinnya, yang

perlu dilakukan oleh perawat adalah menfasilitasi kondisi ini sehingga

tidak terjadi konflik sehingga menimbulkan masalah-masalah lain yang

lebih tidak etis.

2. Informed Consent

Page 12: Makalah Aplikasi Aspek Hukum: Agama dan Etika dalam Praktik Keperawatan

12

Berbagai format persetujuan disediakan oleh institusi pelayanan

dalam bentuk yang cukup bervariasi. Beberapa rumah sakit

memberikan format persetujuan pada awal pasien masuk rumah sakit

yang mengandung pernyataan kesanggupan pasien untuk dirawat dan

menjalani pengobatan. Bentuk persetujuan lain adalah format

persetujuan operasi. Perawat dalam proses persetujuan ini biasanya

berperan sebagai saksi. Sebelum informasi dari dokter ahli bedah atau

perawat tentang tindakan yang akan dilakukan beserta risikonya.

3. Kerahasiaan klien

Sesuai dengan prinsip etika confidentiality (kerahasiaan), aturan

dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga

privasinya. Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan

kesehatan klien hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan klien dan

peningkatan kesehatan klien. Tidak ada seorangpun dapat memperoleh

informasi tersebut kecuali jika diizinkan oleh klien dengan bukti

persetujuan. Diskusi tentang klien di luar area pelayanan harus

dihindari.

Pada kriteria proses Standar V: Etik,

1. Praktik perawat berpedoman pada kode etik.

2. Perawat menjaga kerahasiaan klien.

3. Perawat bertindak sebagai advokat klien.

4. Perawat memberikan asuhan dengan “tanpa menghakimi” (non-

judgement), tanpa diskriminasi.

5. Perawat memberikan asuhan dengan melindungi otonomi, martabat dan

hak-hak klien.

6. Perawat mencari sumber-sumber yang tersedia untuk membantu

7. Menetapkan keputusan etik.

2.6 Contoh Kasus dan Analisis Kasus

Kasus 1

Page 13: Makalah Aplikasi Aspek Hukum: Agama dan Etika dalam Praktik Keperawatan

13

Nyonya Delia seorang ibu rumah tangga, umur 35 tahun, mempunyai 2

orang anak yang berumur 6 dan 4 tahun, Nyonya Delia berpendidikan SMA, dan

suami beliau bekerja sebagai sopir angkutan umum. Saat ini Nyonya Delia

dirawat di ruang kandungan RS sejak 2 hari yang lalu. Sesuai hasil pemeriksaan

Nyonya Delia positif menderita kanker rahim stadium III, dan dokter

merencanakan klien harus dioperasi untuk dilakukan operasi pengangkatan kanker

rahim, karena tidak ada tindakan lain yang dapat dilakukan. Semua pemeriksaan

telah dilakukan untuk persiapan operasi Nyonya Delia. Klien tampak hanya diam

dan tampak cemas dan bingung dengan rencana operasi yang akan dijalaninnya.

Pada saat ingin meninggalkan ruangan, dokter memberitahu perawat kalau

Nyonya Delia atau keluarganya bertanya, sampaikan operasi adalah jalan terakhir

dan jangan dijelaskan tentang apapun, hanya dokter yang akan menjelaskannya.

Menjelang hari operasinya klien berusaha bertanya kepada perawat

ruangan yang merawatnya, yaitu “Apakah saya masih bisa punya anak setelah

dioperasi nanti? Karena kami masih ingin punya anak. Lalu, masih adakah

pengobatan yang lain selain operasi? Apakah operasi saya bisa diundur dulu

suster?”. Dari beberapa pertanyaan tersebut perawat ruangan hanya menjawab

secara singkat, “Ibu kan sudah diberitahu dokter bahwa ibu harus operasi.

Penyakit ibu hanya bisa dengan operasi, tidak ada jalan lain. Yang jelas ibu tidak

akan bisa punya anak lagi. Bila ibu tidak puas dengan jawaban saya, ibu tanyakan

lansung dengan dokternya…ya.”

Sehari sebelum operasi klien berunding dengan suaminya dan

memutuskan menolak operasi dengan alasan, klien dan suami masih ingin punya

anak lagi.

Analisis kasus

Kasus di atas menjadi dilema etik bagi perawat dimana dilema etik ini

didefinisikan sebagai suatu masalah yang melibatkan dua atau lebih landasan

moral suatu tindakan tetapi tidak dapat dilakukan keduanya. Ini merupakan suatu

kondisi dimana setiap alternatif tindakan memiliki landasan moral atau prinsip.

Pada kasus dilema etik ini sukar untuk menentukan yang benar atau salah dan

dapat menimbulkan kebingungan pada tim medis yang dalam konteks kasus ini

Page 14: Makalah Aplikasi Aspek Hukum: Agama dan Etika dalam Praktik Keperawatan

14

khususnya pada perawat karena dia tahu apa yang harus dilakukan, tetapi banyak

rintangan untuk melakukannya.

Dalam menyelesaikan kasus dilema etik yang terjadi pada kasus Nyonya

Delia, dapat diambil salah satu kerangka penyelesaian etik, yaitu kerangka

pemecahan etik, dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Mengembangkan data dasar dalam hal klarifiaksi dilema etik, mencari

informasi sebanyaknya, berkaitan dengan:

Orang yang terlibat, yaitu: Pasien, suami pasien, dokter bedah/kandungan,

Rohaniawan dan perawat.

2. Tindakan yang diusulkan yaitu:

Operasi pengangkatan kandungan/rahim pada Nyonya Delia tetapi pasien

mempunyai otonomi untuk membiarkan penyakitnya menggorogoti tubuhnya,

walaupun sebenarnya bukan itu yang diharapkan, karena pasien masih

meginginkan keturunan. Maksud dari tindakan yaitu: dengan memberikan

pendidikan, konselor, advokasi diharapkan pasien mau menjalani operasi serta

dapat membuat keputusan yang tepat terhadap masalah yang saat ini dihadapi.

Dengan tujuan agar kanker rahim yang dialami Nyonya Delia dapat diangkat

(tidak menjalar ke organ lain) dan pengobatan tuntas.

3. Konsekuensi dari tindakan yang diusulkan yaitu:

a. Bila operasi dilaksanakan:

Biaya yang dibutuhkan klien cukup besar untuk pelaksanaan operasinya.

b. Psikologis: pasien merasa bersyukur diberi umur yang panjang bila operasi

berjalan baik dan lancar, namun klien juga dihadapkan pada kondisi stress akan

kelanjutan hidupnya bila ternyata operasi itu gagal. Selain itu konsekuensi

yang harus dituanggung oleh klien dan suaminya bahwa ia tidak mungkin lagi

bisa memiliki keturunan.

c. Fisik: klien mempunyai bentuk tubuh yang normal.

d. Psikologis: klien dihadapkan pada suatu ancaman kematian, terjadi kecemasan

dan rasa sedih dalam hatinya dan hidup dalam masa masa sulit dingan

penyakitnya.

Page 15: Makalah Aplikasi Aspek Hukum: Agama dan Etika dalam Praktik Keperawatan

15

e. Fisik: timbulnya nyeri pinggul atau tidak bisa BAK, perdarahan sesudah

senggama, keluar keputihan atau cairan encer dari vagina.

4. Mengidentifikasi konflik yang terjadi berdasarkan situasi tersebut:

a. Untuk memutuskan apakah operasi dilakukan pada wanita tersebut, perawat

dihadapkan pada konflik tidak menghormati otonomi klien.

b. Apabila tindakan operasi dilaukan perawat dihadapkan pada konflik tidak

melaksanakan kode etik profesi dan prinsip moral.

c. Bila menyampaikan penjelasan dengan selengkapnya perawat kawatir akan

kondisi Nyonya Delia akan semakin parah dan stress, putus asa akan

keinginannya untuk mempunyai anak

d. Bila tidak dijelaskan seperti kondisi tersebut, perawat tidak melaksanakan

prinsip-prinsip profesional perawat

e. Bila perawat menyampaikan pesan dokter, perawat melangkahi wewenang

yang diberikan oleh dokter, tetapi bila tidak disampaikan perawat tidak bekerja

sesuai standar profesi.

f. Membuat tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang direncanakan

dan mempertimbangkan hasil akhir atau konsekuensi tindakan tersebut.

g. Menjelaskan secara rinci rencana tindakan operasi termasuk dampak setelah

dioperasi.

h. Menjelaskan dengan jelas dan rinci hal-hal yang berkaitan dengan penyakit bila

tidak dilakukan tindakan operasi

i. Memberikan penjelasan dan saran yang berkaitan dengan keinginan dari

mempunyai anak lagi, kemungkinan dengan anak angkat dan sebagainnya.

j. Mendiskusikan dan memberi kesempatan kepada keluarga atas penolakan

tindakan operasi dan memberikan alternatif tindakan yang mungkin dapat

dilakukan oleh keluarga.

k. Memberikan advokasi kepada pasien dan keluarga untuk dapat bertemu dan

mendapat penjelasan langsung pada dokter bedah, dan memfasilitasi pasien dan

kelurga untuk dapat mendapat penjelasan seluas-luasnya tentang rencana

tindakan operasi dan dampaknya bila dilakukan dan bila tidak dilakukan.

Page 16: Makalah Aplikasi Aspek Hukum: Agama dan Etika dalam Praktik Keperawatan

16

5. Menentukan siapa yang terlibat dalam masalah tersebut dan siapa pengambil

keputusan yang tepat. Kasus pasien tersebut merupakan masalah yang kompleks

dan rumit, membuat keputusan dilkukan operasi atau tida, tidak dapat diputuskan

pihak tertentu saja, tetapi harus diputuskan bersama-sama yang meliputi:

a. Siapa yang sebaiknya terlibat dalam membuat keputusan dan mengapa mereka

ditunjuk.

b. Untuk siapa saja keputusan itu dibuat

c. Apa kriteria untuk menetapkan siapa pembuat keputusan (social, ekonomi,

fisiologi, psikologi dan peraturan/hukum).

d. Sejauh mana persetujuan pasien dibutuhkan

e. Apa saja prinsip moral yang ditekankan atau diabaikan oleh tindakan yang

diusulkan.

6. Dalam kasus Nyonya Delia, dokter bedah yakin bahwa pembuat keputusan, jadi

atau tidaknya untuk dilakukan operasi adalah dirinya, dengan memperhatikan

faktor-faktor dari pasien, dokter akan memutuskan untuk memberikan penjelasan

yang rinci dan memberikan alternatif pengobatan yang kemungkinan dapat

dilakukan oleh Nyonya Delia dan keluarga. Sedangkan perawat primer seharusnya

bertindak sebagai advokasi dan fasilitator agar pasien dan keluarga dapat

membuat keputusan yang tidak merugikan bagi dirinya, sehingga pasien

diharapkan dapat memutuskan hal terbaik dan memilih alternatif yang lebih baik

dari penolakan yang dilakukan.

Bila beberapa kriteria sudah disebutkan mungkin konflik tentang

penolakan rencana operasi dapat diselesaikan atau diterima oleh pasien setelah

mendiskusikan dan memberikan informasi yang lengkap dan valid tentang

kondisinya, dilakukan operasi ataupun tidak dilakukan operasi yang jelas pasien

telah mendapat informasi yang jelas dan lengkap sehingga hak autonomi pasien

dapat dipenuhi serta dapat memuaskan semua pihak. Baik pasien, keluarga,

perawat primer, kepala ruangan dan dokter bedahnya.

7. Mendefinisikan kewajiban perawat

Dalam membantu pasien dalam membuat keputusan, perawat perlu membuat

daftar kewajiban keperawatan yang harus diperhatikan, sebagai berikut:

Page 17: Makalah Aplikasi Aspek Hukum: Agama dan Etika dalam Praktik Keperawatan

17

a. Memberikan informasi yang jelas, lengkap dan terkini

b. Meningkatkan kesejahteran pasien

c. Membuat keseimbangan antara kebutuhan pasien baik otonomi, hak dan

tanggung jawab keluarga tentang kesehatan dirinya.

d. Membantu keluarga dan pasien tentang pentingnya sistem pendukung

e. Melaksanakan peraturan Rumah Sakit selama dirawat

f. Melindungi dan melaksanakan standar keperawatan yang disesuikan dengan

kompetensi keperawatan professional dan SOP yang berlaku diruangan

tersebut.

g. Membuat keputusan.

Dalam suatu dilema etik, tidak ada jawaban yang benar atau salah,

mengatasi dilema etik, tim kesehatan perlu dipertimbangkan pendekatan yang

paling menguntungkan atau paling tepat untuk pasien. Kalau keputusan sudah

ditetapkan, secara konsisten keputusan tersebut dilaksanakan dan apapun yang

diputuskan untuk kasus tersebut, itulah tindakan etik dalam membuat keputusan

pada keadaan tersebut. Hal penting lagi sebelum membuat keputusan dilema etik,

perlu mengali dahulu apakah niat/untuk kepentinganya siapa semua yang

dilakukan, apakah dilakukan untuk kepentingan pasien atau kepentingan pemberi

asuhan, niat inilah yang berkaitan dengan moralitas etis yang dilakukan.

Pada kondisi kasus Nyonya Delia dapat diputuskan menerima penolakan

pasien dan keluarga tetapi setelah perawat atau tim perawatan dan medis,

menjelaskan secara lengkap dan rinci tentang kondisi pasien dan dampaknya bila

dilakukan operasi atau tidak dilakukan operasi. Penjelasan dapat dilakukan

melalui wakil dari tim yang terlibat dalam pengelolaan perawatan dan pengobatan

Nyonya Delia tetapi harus juga diingat dengan memberikan penjelasan dahulu

beberapa alternatif pengobatan yang dapat dipertanggung jawabkan sesuai kondisi

Nyonya Delia sebagai bentuk tanggung jawab perawat terhadap tugas dan prinsip

moral profesionalnya. Pasien menerima atau menolak suatu tindakan harus

disadari oleh semua pihak yang terlibat, bahwa hal itu merupakan hak, ataupun

otonomi pasien dan keluarga. Keputusan yang dapat diambil sesuai dengan hak

otonomi klien dan keluarganya serta pertimbangan tim kesehatan sebagai seorang

Page 18: Makalah Aplikasi Aspek Hukum: Agama dan Etika dalam Praktik Keperawatan

18

perawat, keputusan yang terbaik adalah dilakukan operasi berhasil atau tidaknya

adalah kehendak yang maha kuasa sebagai manusia hanya bisa berusaha.

Page 19: Makalah Aplikasi Aspek Hukum: Agama dan Etika dalam Praktik Keperawatan

19

BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Peran agama dan etik di dunia keperawatan itu sangat penting, untuk

menjadikan seorang perawat profesional akhlak yang baik dan terampil

menangani pasien. Dengan memiliki etika dan akhlak yang baik perawat

profesional dapat membedakan antara yang baik dan buruk. Peran keperawatan

dalam setiap agama berbeda, jadi sebagai seseorang perawat profesional kita harus

memahami agama masing-masing, bagaimana kebiasaan mereka agar kita dapat

menerapkan keahlian dengan posisi yang benar tanpa membedakan agama.

Kaidah dan etika agama dalam kesehatan berbeda-berbeda tergantung

kepercayaaan dari agama masing-masing.