Makalah Antidiare-fitoterapi Bu Berna

34
FITOTERAPI DIARE Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fitoterapi Dosen Pengasuh : Prof. Dr. Berna Elya, M.Si., Apt Disusun oleh: Astra Suryani Putri 1406598661 Sarah Zielda Najib 1406663950

description

herbal

Transcript of Makalah Antidiare-fitoterapi Bu Berna

Page 1: Makalah Antidiare-fitoterapi Bu Berna

FITOTERAPI

DIARE

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fitoterapi

Dosen Pengasuh : Prof. Dr. Berna Elya, M.Si., Apt

Disusun oleh:

Astra Suryani Putri 1406598661

Sarah Zielda Najib 1406663950

JURUSAN HERBAL MEDIK

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS INDONESIA

2015

Page 2: Makalah Antidiare-fitoterapi Bu Berna

BAB 1

DIARE

1. PENDAHULUAN

Diare adalah peningkatan fluiditas atau volume dari feses dan frekuensi

defekasi (WHO, 2013). Penyebab diare diantaranya infeksi mikroba (bakteri,

virus, parasit). Agen penyebab yang paling umum adalah Rotavirus dan E.coli,

malnutrisi, sumber yang terkontaminasi dengan feses manusia (air, makanan,

dll), kebersihan diri yang buruk, stres dan efek samping obat-obatan (WHO,

2013).

Faktor-faktor yang mempengaruhi volume dan konsistensi feses penderita diare

antara lain kandungan air dalam kolon, adanya makanan yang tidak dapat

diserap dan sekresi usus (intestinal) (Corwin, 2001).

1. Jenis-jenis diare

Secara klinis, jenis-jenis diare adalah sebagai berikut: (WHO, 2013)

Diare berair akut (acute watery diarrhoea) terjadi beberapa jam, dan

termasuk kolera.

Diare berdarah akut (acute bloody diarrhoea) disebut juga disentri.

Diare persisten (persistent diarrhoea) berlangsung lebih dari 14 hari

atau lebih lama.

2. Proses patofisiologi diare

Patofisiologi diare antara lain:

Osmosis

Akibat asupan makanan yang tidak dapat diabsorpsi dengan baik, tetapi

bahan tersebut larut dalam air sehingga menyebabkan retensi air dalam

lumen usus. Penyebabnya antara laian: intoleransi laktosa, penyerapan

antasida yang mengandung Mg2+

Sekresi

Akibat peningkatan sekrsi ion-ion dalam lumen usus sehingga terjadi

peningkatan jumlah cairan intralumen. Penyebabnya antara lain: obat,

toksin.

Inflamasi

Page 3: Makalah Antidiare-fitoterapi Bu Berna

Akibat perubahan mukosa usus sehingga proses absorpsi terganggu dan

menyebabkan peningkatan protein dan zat lain dalam lumen usus

disertai retensi cairan. Penyebabnya agen infeksi.

Motilitas

Peningkatan motilitas usus menyebabkan penurunan waktu kontak

antara makanan yang akan dicerna denga mukosa usus sehingga terjadi

penurunan reabsorpsi dan peningkatan cairan dalam feses.

(Burns, Chisholm, Terry, Patrick, jill, John, Joseph, 2008).

3. Pengobatan diare

Diare menyebabkan tubuh kehilangan air dan elektrolit (Na,Cl, K, HCO3)

melalui feses cair, muntah, keringat, urin, dan pernafasan atau disebut juga

dehidrasi (WHO, 2013).

Tatalaksana pengobatan diare adalah sebagai berikut:

Rehidrasi, dengan larutan garam rehidrasi oral (Oralit)

Suplemen Zink

Rehidrasi dengan cairan yang dimasukkan secara intra vena pada

kondisi diare berat

Makanan yang kaya akan gizi dapat memutus siklus buruk diare yang

terjadi pada diare dengan penyebab malnutrisi

Konsultasi dengan profesional kesehatan, untuk diare persisren, disentri

(biasanya dikombinasikan dengan antibiotik) (WHO, 2013).

Page 4: Makalah Antidiare-fitoterapi Bu Berna

BAB 2

FITOTERAPI DIARE

Fitoterapi diare yang akan dibahas dalam makalah ini antara lain: Berberis

aristata, Psidii guajava, dan Camelia sinensis.

1. Berberis aristata

a. Klasifikasi Botani

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Bangsa : Ranunculales

Suku : Berberidaceae

Marga : Berberis

Jenis : Berberis aristata

b. Deskripsi tanaman:

Berberis aristata DC, famili berberidasease, merupakan semak yang

tumbuh hingga 1,5-2 m, dengan akar kayu tebal ditutupi kulit kayu tipis

yang mudah rapuh. Saunnya silindris, lurus, meruncing, sangat tajam, keras

duri halus. Bunga berwarna kuning. Buah berry kecil, bulat telur dal licin.

Berbunga di bulan April dam Mei (Mitra, Saumya, Sanjita, Kumer, 2011).

Gambar 1. Akar Berberis aristata

c. Penggunaan secara tradisional

Page 5: Makalah Antidiare-fitoterapi Bu Berna

B.aristata telah digunakan dalam pengobatan herbal selama lebih dari 2500

tahun. Penggunaan secara tradisional antara lain:

Untuk mencegah wabah pes (Mesir kuno)

Menyembuhkan disentri (Ayurveda)

Mengobati penyakit liver dan empedu (Eropa)

Mengobati radang, tekanan darah tinggi, dan pendarahan uterus (Rusia)

Tingtur B.aristata digunakan sebagai tonik., obat perut, kolagoga,

antiperiodik neuralgia dan menorrhagia.

B.aristata dicampur dengan madu digunakan untuk luka lecet

Dekok kulit akar B.aristata digunakan secara eksternal untuk pencuci

mata, luka dan hemoroid

Pengobatan kusta (Unani system of medicine)

(Mitra, Saumya, Sanjita, Kumer, 2011).

d. Kandungan kimia

B.aristata mengandung berberine, oksiberberine, berbamine, aromoline,

karachin, palmatin, oxyacanthine, dan taksilamin. Selain itu, juga

mengandung protoberberine dan bis isokuinolin golongan alkaloid.

Akarnya mengandung alkaloid berbamine, berberine, oxyacanthine,

dehidrocaroline, jatrorhizin, columbamine, karachine, dihydrokarachine,

taximaline, oxyberberine, dan aromaline (Mitra, Saumya, Sanjita, Kumer,

2011).

Gambar 2. Kandungan kimia B.aristata

e. Uji praklinis

Page 6: Makalah Antidiare-fitoterapi Bu Berna

Studi pada hewan menunjukkan bahwa berberine menurunkan sekresi air

dan elektrolit intestinal yg diinduksi oleh toksin kolera. Studi lain

menunjukkan berberine secara langsung menghambat enteroktoksin

V.cholera dan E.coli, signifikan menurunkan kontraksi otot polos dan

motilitas intestinal, dan menunda waktu transit di usus pada manusia.

Berberine sulfate bersifat bakterisid terhadap V.cholera. Pada kasus

E.coli, berberine sulfate mampu menghambat perlekatan bakteri pada

mukosa atau permukaan epitel (tahap pertama pada proses infeksi)

(Thorne Research Inc, 2000).

Zhang et al (2012) menunjukkan berberin dapat meningkatkan mRNA dan

protein expression level NHE3 dan (aquaporin)AQP4 pada model diare

tikus dan human intestinal epitel cell line. Berberine memperlihatkan efek

antidiare terutama dengan meningkatkan absorpsi Na+ dan air (Zhang et

al, 2012).

Efek lain: menghambat parasit intestinal, infeksi ocular trakoma, efek

kardiovaskular, anti inflamasi, neurodegeneration (Thorne Research Inc,

2000).

f. Uji klinik

Uji klinik terkontrol acak, pada 165 orang dewasa dengan diare yang

disebabkan oleh enterotoksin E.coli atau V.cholera. Pada pasien dengan

diare E.coli volume feses menurun signifikan pada 8 jam setelah treatment

dg 400 mg berberin sulfat, dibanding dengan kontrol. Setelah 24 jam

pertama signifikan menghentikan diare pada lebih banyak pasien dibanding

kontrol (42% vs 20%). Pada pasien diare V.cholera yg diobservasi, tidak

ada perbedaan signifikan antara pasien yg di treated dg 1200 mg berberin

sulfat + tetrasiklin dengan yg di treated tetrasiklin saja (Asgari, 2010).

Khin et al (1985) dalam uji klinisnya melaporkan bahwa efek vibriostatik

berberine tidak terbukti. Berberine siginifikan tidak mengurangi eksreksi

vibrio dalam feses. Secara klinis, pasien dengan kolera yang diberikan

tetrasiklin dan berberin menderita diare lebih lama di rumah sakit, frekuensi

BAB lebih sering dan membutuhkan cairan intravena lebih banyak daripada

pasien yang diberikan tetrasiklin saja. Hal ini menunjukkan bahwa kerja

Page 7: Makalah Antidiare-fitoterapi Bu Berna

vibriostatik tetrasiklin diantagonis oleh berberin. Berberine mempunyai efek

antisekretori (meskipun tidak signifikan).

Dosis berberin 100 mg 4 kali sehari tidak memperlihatkan efek antisekretori

yang signifikan (Khin et al, 1985).

g. Toksisitas

LD50 ekstrak B.aristata >5000 mg/kg body weight. Berberin tidak toksik

pada dosis yang digunakan dalam klinis, juga belum terbukti sitotoksik dan

mutagenik (Joshi, Shirkhedkar, Prakash, Maheshwari, 2011).

Ahmed et al (2015) dalam review articlenya: Treatment berberine pada

dosis 5-15 mg/kg menurunkan jumlah neuron dopaminergik pada substansia

nigra dan striatum. Hal ini menunjukkan bahwa berberine mempunyai efek

toksik pada neuron ini dan efek samping ini dapat menyebabkan gangguan

pada fungsi saraf motorik dan kognitif. Berberin dalam sel kultur

menghambat sintesis dopamin dan ditemukan toksik terhadap neuron (pada

dosis 10-30µM) dengan meningkatkan neurotoksisitas 6-hidroksidopamin.

Report lainnya menunjukkan bahwa berberine dapat menginduksi kerusakan

DNA (Ahmed et al, 2015).

h. Efek samping

Efek samping terjadi akibat penggunaan dosis tinggi berberin dan

menungkin menyebabkan ketidaknyamanan pencernaan, dyspnea,

menurunkan tekanan darah, flu like symptom dan merusak jantung (Thorne

Research Inc, 2000).

i. Kontra indikasi

Penggunaan berberin harus dihindari pada wanita hamil, karena berpotensi

menyebabkan kontraksi rahim dan keguguran, dan pada neonatus

menyebabkan jaundice (Thorne Research Inc, 2000).

j. Interaksi obat

Dosis tinggi berberin meningkatkan biovaibilitas siklosporin (Bone dan

Mills, 2013).

k. Dosis

Dosis terapi yang digunakan untuk kebanyakan kondisi klinis adalah 200

mg per oral 2-4 kali sehari (Thorne Research Inc, 2000).

Page 8: Makalah Antidiare-fitoterapi Bu Berna

l. Penyimpanan

Simpan di tempat sejuk dan kering, di dalam wadah tertutup rapat, jauh dari

jangkauan anak-anak.

Gambar 3. Contoh sediaan yang sudah beredar mengandung berberin

2. Psidii guajava

a. Klasifikasi Botani

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Bangsa : Myrtales

Suku : Myrtaceae

Marga : Psidium

Jenis : Psidium guajava

(Balitbangkes, 2001)

b. Deskripsi tanaman

Psidum guajava, famili Myrtaceae, tingginya mencapai 5-10 m. Batang

berkayu, bulat, kulit batang licin, mengelupas, bercabang, coklat kehijauan.

Daun tunggal, bulat telur, ujung tumpul, pangkal membulat, tepi rata,

berhadapan, pertulangan menyirip, hijau kekuningan. Bunga tunggal, di

Page 9: Makalah Antidiare-fitoterapi Bu Berna

ketiak daun, kelopak bentuk corong, mahkota bulat telur, benang sari pipih,

putih, putik bulat kecil, putih kekuningan. Buah buni, biji keras, kecil, akar

tunggang (Balitbangkes, 2001).

Gambar 4. Psidii guajava Linn

c. Penggunaan terapi tradisional

Daun jambu biji (Psidii guajava) berkhasiat sebagi obat mencret dan

peluruh hais (Balitbangkes, 2001). Pada pengobatan tradisional Aztec di

Mexico, infus daun jambu biji digunakan untuk mengurangi gangguan

gastrointestinal. Secara historical di Mexico, tanaman ini digunakan untuk

disentri, mengobati kram perut, ketegangan abdominal, dan mengobati diare

(Lozoya, 1999).

d. Uji praklinis

Anti mikrobial

In vitro studi terhadap ekstrak air dan alkohol ekstrak daun jambu biji dapat

menghambat pertumbuhan S.aureus, E.coli, dan bakteri patogen lainnya

(Colliere, 1949, Coutino-Rodrı´guez et al., 2001, Ca´ceres et al., 1993,

Jairaj, Khoohaswan, 1999, Gnan and Demello, 1999).

Anti diare

Anti diare diukur sebagai efek pada motilitas usus menggunakan studi in

vitro dan in vivo menunjukkan efek antispasmodik (Maikere et al., 1989,

Lutterodt, 1989, Lutterodt, 1992, Lozoya et al., 1990, Lozoya et al.,1994,

Tona, Kambu, 2000).

Page 10: Makalah Antidiare-fitoterapi Bu Berna

Efek sedatif

Efek sedatif ektrak jambu biji diukur aktivitas saraf lokomotor pada hewan

coba (Lutterodt, Maleque, 1988, Lutterodt, 1993, Meckes et al., 1996,

Shaheen et al., 2000).

Efek lain: nyeri pada dismenorae, antipiretik, tonik, anti diabetes, anti

infalamasi (Lozoya et al, 2012).

e. Uji klinis

Daun P.guajva L. (QG-5Ò) dengan konsentrasi standar flavanoid (dihitung

sebagai quersetin (1 mg/500 mg) dan disiapkan dalam kapsul untuk

pemberian oral. Uji klinik random, double blind untuk mengevaluasi efikasi

QG-5Ò dilakukan pada sekelompok pasien dewasa dengan diare akut.

Kapsul 500 mg QG-5Ò diberikan setiap 8 jam selama 3 hari

(kel.eksperimen), plasebo setiap 8 jam selama 3 hari (kel.kontrol). Hasilnya,

QG-5Ò dapat menurunkan durasi nyeri abdominal (efek spasmolitik),

meskipun tidak ada perubahan signifikan pada konsistensi dan frekuensi dati

feses dibandingkan dengan kel.kontrol (Lozoya et al, 2002).

f. Toksisitas

LD50 ekstrak etanol jambu biji yang diberikan secara intra peritoneal pada

tikus adalah 0,188 g/kgBB. LD50 ekstrak air jambu biji >5 g/KgBB per oral

(Ross, I.A., 1999).

g. Dosis

Ekstrak jambu biji 500 mg (quersetin 1 mg/500mg) diberikan setiap 8 jam

selama 3 hari untuk mengurangi nyeri abdominal pada diare akut (Lozoya et

al, 2002)

h. Penyimpanan

Simpan di tempat sejuk dan kering, di dalam wadah tertutup rapat, jauh dari

jangkauan anak-anak.

3. Camellia sinensis

a. Klasifikasi Botani

Page 11: Makalah Antidiare-fitoterapi Bu Berna

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Magnoliophyta

Kelas : Dicotyledonae

Sub kelas : Dilleniidae

Bangsa : Theales

Suku : Theaceae

Marga : Camellia

Jenis : Camellia sinensis

b. Deskripsi tanaman

Camellia sinensis merupakan perdu atau pohon kecil yang biasanya

dipangkas bila dibudidayakan untuk dipanen daunnya. Akarnya tunggang

yang kuat. Bunganya kuning-putih berdiameter 2,5–4 cm dengan 7 hingga 8

petal. Tumbuhan Camellia sinensis, dengan irisan melintang bunga (kiri

bawah) dan bijinya (kanan bawah). Biji Camellia sinensis serta

biji Camellia oleifera dapat di pres untuk mendapatkan minyak teh, suatu

bumbu yang agak manis sekaligus minyak masak yang berbeda dari minyak

pohon teh, suatu minyak atsiri yang dipakai untuk tujuan kesehatan dan

kecantikan dan berasal dari dedaunan tumbuhan yang berbeda. Daunnya

memiliki panjang 4–15 cm dan lebar 2–5 cm. Daun segar mengandung 

kafein sekitar 4%. Daun muda yang berwarna hijau muda lebih disukai

untuk produksi teh; daun-daun itu mempunyai rambut-rambut pendek putih

di bagian bawah daun. Daun tua berwarna lebih gelap. Daun dengan umur

yang berbeda menghasilkan kualitas teh yang berbeda-beda, karena

komposisi kimianya yang berbeda. Biasanya, pucuk dan dua hingga tiga

daun pertama dipanen untuk permrosesan. Pemetikan dengan tangan ini

diulang setiap dua minggu.

Page 12: Makalah Antidiare-fitoterapi Bu Berna

Gambar 5. Green tea

c. Penggunaan secara tradisional

Di india, masyarakat menggunakan teh hijau sebagai obat anti diare,

menambah nafsu makan , anti hoperdipsia (rasa haus yang berlebihan),

migrain, demam,  pengobatan jantung, dan mengurangi rasa lelah.

Di China, teh hijau biasa digunakan untuk mengobati migrain, gangguan

pencernaan, dan mencegah pertumbuhan sel kanker. Teh hijau biasanya

dimanfaatkan sebagai minuman sehat. Bagi bangsa Cina, tanaman ini bukan

sekedar hanya sebagai minuman, namun juga sebagai ramuan herbal yang

berfungsi untuk meluruhkan lemak di tubuh, menjadikan aroma tubuh

harum, memperbaiki mood, dan sebagai antioksidan. Bahkan teh hijau

ternyata mampu menghilangkan jerawat beserta noda-nodanya.

d. Kandungan kimia

Polifenol (katekin)

Katekin merupakan kelompok utama dari substansi teh hijau dan paling

berpengaruh terhadap seluruh komponen teh. Dalam pengolahannya,

senyawa tidak berwarna ini, baik langsung maupun tidak langsung selalu

dihubungkan dengan semua sifat produk teh, yaitu rasa, warna, dan aroma.

Katekin teh hijau tersusun sebagian besar atas senyawa-senyawa katekin,

(C), epikatekin (EC), galokatekin (GC), epigalokatekin (EGC), epikatekin

galat (ECG), galokatekin galat (GCG), dan epigalokatekin galat (EGCG).

Page 13: Makalah Antidiare-fitoterapi Bu Berna

Diketahui bahwa katekin membentuk beberapa kompleks dalam reaksi

dengan kafein, protein, peptida, ion tembaga, atau siklodekstrin.

Flavanol

Flavanol pada teh meliputi quersetin, kaempferol, dan mirisetin. Flavanol

merupakan satu di antara sekian banyak antioksidan alami yang terdapat

dalam tanaman pangan dan mempunyai kemampuan mengikat logam.

Aktivitas antioksidan flavanol meningkat seiring dengan bertambahnya

gugus hidroksil dalam cincin A dan B.

Alkaloid Purin : caffeine, theobromine, theophhylline

Ion anorganik ; fluoride, potassium, aluminium

e. Mekanisme aksi

Antikarsinogenik : aktivitas antioksidan mempromosikan penghambatan

penanda biokimia inisiasi tumor dan promosi, induksi apoptosis, dan

penghambatan tingkat replikasi sel sehingga memperlambat pertumbuhan

neoplasma.

Efek CNS : kafein merangsang pusat dan menyebabkan efek antidepresan.

Diuresis = adenosin antagonisme dengan kafein menyebabkan pelebaran

pembuluh ginjal dengan peningkatan berturut-turut di tingkat filtrasi.

anti diare = tannin efek dan polifenol mempromosikan pertumbuhan

Lactobacillus dan Bifidobacterium sementara menghambat pertumbuhan C.

Perfingens, penyebab diare.

Kolesterol Penurunan = antioksidan memiliki efek langsung pada penurunan

LDL dan TG's1.

Dental Hygiene = jumlah besar fluoride dan penghambatan pertumbuhan

bakteri rongga-terkait seperti Streptococcus mutans dan E. Coli.

f. Uji praklinis dan klinis

Sebagai antioksidan

Kerusakan oleh karena proses oksidasi berasal dari peningkatan radikal

bebas baik yang secara endogen (proses inflamasi), maupun secara eksogen

(radiasi, polusi, dan asap rokok). Salah satu efek biologis teh hijau adalah

bekerja sebagai antioksidan. Kerusakan oleh karena proses oksidasi berasal

dari peningkatan radikal bebas baik yang secara endogen (proses inflamasi),

Page 14: Makalah Antidiare-fitoterapi Bu Berna

maupun secara eksogen (radiasi, polusi, dan asap rokok). Polifenol yang

terdapat di dalam teh hijau dikatakan dapat menjadi antimikroba dalam

Mahmood et al (2010).

Menurunkan Kadar Lipid Darah

Pemberian sari seduhan daun teh hijau dosis 10 kali dosis manusia (0,54 g/

200 gBB) pada tikus putih jantan yang diberi kuning telur sebanyak 1,25

g/200 gBB/hari dan sukrosa 1,25 g/200 gBB/hari, selama 8 minggu terbukti

dapat menurunkan kadar kolesterol total, LDL dan trigliserida hewan coba

dan juga berat badan hewan coba. Penelitian uji klinik selama 12 minggu

menunjukkan bahwa pemberian ekstrak daun teh yang mengandung 75 mg

teaflavin, 150 mg katekin dan 150 mg polifenol dengan dosis 1x1 setiap hari

selama 12 minggu ternyata dapat menurunkan kolesterol total serum

penderita sebanyak 11,3% dan menurunkan kadar LDL penderita sebesar

16,4% (BPOM, 2010).

Antihipertensi

Penelitian Yokogashi dkk. Menunjukkan bahwa pemberian teanin injeksi

intra peritoneal pada tikus hipertensi, secara nyata menurunkan tekanan

darah tikus. Pemberian glutamat yang memiliki struktur kimia menyerupai

teanin tidak memberikan efek antihipertensi. Pengaturan tekanan darah

berkaitan erat dengan neuron katekolaminergik dan neurotonergik di dalam

sistem saraf otak dan perifer. Tanin dipercaya dapat menurunkan kadar

neurotransmiter serotonin, sehingga dapat berperan untuk menurunkan

tekanan darah (BPOM, 2006). 

Hepatoprotektor

Ekstrak air teh hijau mengandung polifenol 200 mg/mL secara signifikan

dapat menurunkan aktivitas enzim-enzim hati (alkalin fosfatase, SGOT dan

SGPT) dan lipid peroksidase, tetapi meningkatkan enzim superoksida

dismutase, katalase, glutation tereduksi (GSH), total tiol, glutation

peroksidase (GPx), glutation reduktase (GR) dan glutation S-transferase

(GST) hati mencit. Ekstrak 2% juga dapat melindungi kerusakan hati dan

ginjal akibat pemberian aflatoksin 25 dan 50 mg selama 30 hari pada

mencit. Ekstrak 0.5-1.5% yang diberikan dalam air minum selama 1 minggu

Page 15: Makalah Antidiare-fitoterapi Bu Berna

dapat melindungi kerusakan jaringan prostat, hati dan ginjal mencit akibat

pemberian per oral 7,12-dimetil benz(a)antrasena (DMBA) 50 mg/kgBB.

Ekstrak 50, 100 dan 200 mg/kgBB diberikan per oral 5 kali sebelum

pemberian D-galaktosamin mampu mencegah kenaikan aktivitas GOT, GPT

dan ALP, mencegah penurunan albumin serum dan kolesterol total pada

tikus (BPOM, 2008).

Antiradang dan Antitumor

Teh dapat menghambat faktor transkripsi NF-KB. Penderita kanker payudara

dan kanker lambung tampaknya lebih rendah pada peminum teh hijau.

Beberapa uji klinik menunjukkan bahwa teh hijau dapat menghambat

kejadian kanker pankreas, kolon, usus kecil, lambung, payudara dan paru-

paru.

Uji klinik kasus kontrol yang dilakukan di China untuk kanker pankreas,

kolon dan rektum pada penderita usia 30-74 tahun menunjukkan bahwa

peningkatan konsumsi teh dapat menurunkan insiden ketiga kanker tersebut.

Konsumsi teh yang tinggi pada wanita (> atau = 200 g/bulan) dapat

menurunan resiko kanker kolon 33%, kanker rektum 43% dan kanker

pankreas 47%. Untuk pria, konsumsi teh hijau > atau = 300 g/bulan dapat

mengurangi resiko kanker kolon 18%, kanker rektum 43% dan kanker

pankreas 47%.

Penelitian kasus kontrol, 2 bagian, dilakukan pada 472 wanita di Jepang

yang menderita kanker payudara stadium I, II atau III. Hubungan antara

konsumsi teh dan kekambuhan kanker menunjukkan hubungan terbalik,

konsumsi ≥ 5 cangkir/hari menunjukkan angka kekambuhan 16.7% dan

konsumsi ≤ 4 cangkir/hari menunjukkan angka kekambuhan 24.3%.

Kardiovaskular

Konsumsi teh hitam menghasilkan resiko kematian yang lebih rendah akibat

penyakit iskemia jantung dan terbukti mengembalikan disfungsi endotel

pada penyakit jantung koroner.

Antidiare

Pemberian tanin dikombinasi dengan polifenol 400 mg yang diberikan tiga

kali sehari dapat merangsang pertumbuhan Lactobacillis dan Bifidobacter

Page 16: Makalah Antidiare-fitoterapi Bu Berna

dan menghambat pertumbuhan Clostridium perfringens dan Clostridium

difficile.

Antimikroba

Obat kumur yang mengandung teh hijau dapat menghambat pertumbuhan

bakteri Streptococcus mutans, Streptococcus salivarius dan Escherichia

coli.

Efek lainnya :

Kafein mempunyai efek sebagai antagonis adenosine yang mendorong

terjadinya dilatasi pembuluh darah ginjal sehingga terjadi peningkatan laju

filtrasi ginjal (diuresis). Kafein merupakan inotropik positif, dapat

merangsang sekresi getah lambung, glikolisis dan lipolisis. Pada percobaan

binatang, efek antagonis terhadap bradikinin dan prostaglandin dapat

memberikan efek anti inflamasi.

Pemberian ekstrak teh oolong yang mengandung etanol 0.2% dapat

menghambat terjadinya plak pada gigi. Indeks plak dan gingival menurun

secara signifikan setelah pemberian regimen yang mengandung 0.2% CTP

(Chinese Green Tea) untuk sikat gigi.

g. Toksisitas

Secara umum teh bersifat non toksik (Heinrich M., Barnes J., Gibbons S.,

Williamson E.M., 2010). Tetapi, beberapa penelitian menunjukkan bahwa

keracunan kafein kronis dapat terjadi bila meminum 5 cangkir teh setiap

hari yang setara dengan 300 mg kafein. Gejalanya berupa gangguan

pencernaan (dispepsia), rasa lemah, gelisah, tremor, suka tidur, tidak ada

nafsu makan, sakit kepala, pusing (vertigo), bingung, berdebar, sesak nafas

dan kadang sembelit (BPOM, 2006).

h. Kontra indikasi

Hindari pemberian pada wanita hamil karena kandungan kafein dalam teh

dapat menyebabkan efek teratogenik (studi pada hewan).

Pemberian pada menyususi sebaiknya lebih berhati-hati, karena kandungan

kafein dalam daun teh dapat menyebabkan gangguan tidur pada bayi.

i. Efek samping

Page 17: Makalah Antidiare-fitoterapi Bu Berna

Kemungkinan efek samping yang dapat timbul berupa reaksi alergi, diare,

konstipasi, mual, peningkatan asam lambung, dan gejala gangguan cerna

lainnya, ansietas, insomnia, peningkatan tekanan darah, dan kadar glukosa

darah.

j. Peringatan

Konsumsi jangka panjang dan terus menerus, teh dapat menyebabkan

anemia defisiensi besi karena absorpsi zat besi terganggu. Penggunaan

dalam dosis besar dapat menyebabkan kanker esofagus (BPOM, 2008).

Pernah dilaporkan kasus anemia mikrositik pada bayi yang diberikan teh

hijau rata-rata 250 mL setiap hari. Hal ini mungkin disebabkan karena

gangguan metabolisme besi.

k. Penyiapan dosis

Dosage form:

Infusi: 1:1

Tablet: 100 mg/tablet

Kapsul: 100, 150, 175, 333, 383, dan 500 mg/kapsul

Filter tea bags: 1,8-2,2 g/tea ekrang kering

Recommended dose:

Sehari 300-400 mg polifenol

Lebih dari 5 gelas per hari dapat menyebabkan adverse effects (efek yang

merugikan)

Dosis 3-10 g per hari dapa tmenyebabkan toksisitas

l. Penyimpanan

Simpan di tempat sejuk dan kering, di dalam wadah yang tertutup rapat,

jauh dari jangkauan.

4. Fitoterapi lainnya

Fitoterapi lain yang digunakan untuk diare akut antara lain:

Berberine (Berberis aristata)

Tormentil Root (Potentialla tormentilla)

Baohauhau (Baobaosan plant)

Carob (Ceratonia siliqua)

Page 18: Makalah Antidiare-fitoterapi Bu Berna

Pectin (Malus domestica)

Seirogan (Creosote bush)

Belladonna (Atropa belladona)

White bean (Phaseolis vulgaris)

Wheat (Triticum aestivum)

(Asgari, 2010).

Page 19: Makalah Antidiare-fitoterapi Bu Berna

DAFTAR PUSTAKA

Achmad Imron Rosyadi. (2001). Efisiensi Penggunaan Sumber Daya Untuk

Memproduksi Teh Hitam Berkelanjutan. Bandung: Disertasi, Universitas

Padjajaran.

Ahmed, Gilani, Abdollahi, Daglia, Nabavi SF, Nabavi SM (2015). Berberine and

neurodegeneration: A review of literatur. Pharmacological Reports xxx.

Asgari. (2010). A systematic review of the evidence for use of herbal medicine

for the treatment of acute diarrhea. The University of Texas.

Balitbangkes. (2001). Inventaris tanaman obat Indonesia (1) Jilis 2, Jakarta.

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). (2006). Acuan Sediaan Herbal Vol

Keempat Edisi Pertama. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan

Republik Indonesia. 121-125.

Bone, Mills. (2013). Principles and practice of phytotherapy modern herbal

medicine. Churchill Livingstone.

Burns, Chisholm, Terry, Patrick, Jill, John, dan Joseph (2008). Dipiro.

Pharmacotherapy Principle & Practice.USA.

Caceres, A., Fletes, L., Aguilar, L., Ramirez, O., Figueroa, L., Taracena, A.M.,

Samoya, B. (1993). Plants used in Guatemala for the treatment of

gastrointestinal disorders. 3. Conformation of activity againts enterobacteria

of 16 plant extracts. Journal of ethnopharmacology 38, 31-38.

Colliere, W.A. (1949). The antibiotic actions of plants, specially the higher plants,

results with Indonesian plants. Chronic of nature 105, 8-19.

Corwin Elizabeth(2001). Handbook of Pathophysiology, Springhouse, Pa.:

Springhouse Corp.

Coutino-Rodriguez, R., Hernandez-Cruz, P., Giles-Rios, H. (2001). Lectins in

fruits having gastrointestinal activity: their participation in the

hemagglunating property of Escherichia coli o157: H7. Archives of medical

research 32, 251-257.

Dolby V, Mitscher LA. The Green Tea Book: China’s Fountain of Youth. Garden

City Park (NY): Avery Publishing Group; 1998.

Page 20: Makalah Antidiare-fitoterapi Bu Berna

Duke, J.A., Godwin, M.J.B., duCellier, J., Duke, P.A.K. (2002). Handbook of

medicinal herbs (Edisi ke-2). New york: CRC Press.

Gnan, S., Demello, M. (1999). Inhibition of Staphylococcus aureus by aqueous

Goiaba extracts. Journal of ethnopharmacology 68, 103-108.

Gruenwald, Joerg, et al., ed. PDR for Herbal Medicines. Montvale: Medical

Economics Company, Inc.2000.

Hamilton-Miller, JMT. Anti-cariogenic properties of tea (Camellia sinensis). J

Med Microbiol. 50(4):299-302, 2001 April.

Heinrich M., Barnes J., Gibbons S., Williamson E.M. (2010). Farmakognosi dan

Fitoterapi. Jakarta: EGC. 320-321.

Jairaj, P., Khoohaswan, P. (1999). Anticough and microbial activities of psidium

guajava Linn leaf extract. Journal of ethnopharmacology 67, 203-212.

Jellin JM, Batz F, Hitchens, K. Pharmacist’s Letter/Prescriber’s Letter Natural

Medicines Comprehensive Database. Stockton, CA: Therapeutic Research

Faculty; 1999: 412-414.

Joshi, Shirkhedkar, Prakash, Maheshwari (2011). Antidiarrheal activity, chemical

and toxicity profile of Berberis aristata. Pharm Biol. 49(1):94-100.

Juni, H. 2000.  DAYA ANTI INFLAMASI EKSTRAK DAUN TEH SEGAR

(Camellia sinensis varietas Thea viridis) : KAJIAN UJI FAGOSITOSIS

LEKOSIT SECARA IN VITRO. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada.

Available online at : http://repository.ugm.ac.id/id/eprint/92475

Kaegi E. Unconventional therapies for cancer: Green tea. The Task Force on

Alternative Therapies of the Canadian Breast Cancer Research Initiative.

CMAJ. 158(8):1033-5, 1998 Apr 21.

Khin maung u, Myo khin, Nyunt nyunt wai, Aye kyaw, Tin u (1985). Clinical trial

of berberine in acute watery diarrhoea. British Medical Journal. Volume 291.

Lozoya, X., Becerril, G., Martinez, M. (1990). Intraluminal perfusion model of in

vitro guinea pig ileum as a model of study of the antidiarrheic properties of

the guava Psidium guajava. Archives of medical research 21, 155-162.

Lozoya, X., Meckes, M., Aboud-Zaid, M., Tortoriello, J., Nozolillo, C., Arnason,

J.T. (1994). Quercetine glycosides in Psidium guajava L. leaves and

Page 21: Makalah Antidiare-fitoterapi Bu Berna

determination of a spasmolytic principle. Archives of medical research 25,

11-15

Lozoya. (1999). Xiuhpatli, herba officinalis. SSA/UNAM. Mexico.

Lozoya , X., Reyes-Morales, H., Marco, A., Chaves-Soto, Martinez-Garcia,

M.D.C., Soto-Gonzales, Y., Svetlana, V., Doubova. (2002). Anti spasmodic

effect of a phytodrug of Psidium guajava folia in treatment of acute diarrheic

disease. Journal of ethnopharmacology. 83:19-24.

Lutterodt, G.D., Maleque, A. (1988). Effects on mice locomotor activity of a

narcotic-like principle from Psidium guajava leaves. Journal of

ethnopharmacology 24, 219-231.

Lutterodt, G.D. (1989). Inhibition of gastrointestinal release of acetylcholine by

quercetin as a possible mode of action of Psidium guajava leaf extracts in the

treatment of acute diarrhoeal disease. Journal of ethnopharmacology 17, 151-

157.

Lutterodt, G.D. (1992). Inhibition of Microlax induced experimental diarrhoea

with narcotic-like extracts of Psidium guajava leaf in rats. Journal of

ethnopharmacology 17, 151-157.

Lutterodt, G.D. (1993). Analgesic efficacy of Psidium gujava extractive in mouse

experimental models. Asia-pacific journal of pharmacy 8, 83-87.

Maikere, R., van Puyvelde, L., Mutwewingabo, A.. (1989). Study of Rwandese

medical plants used in the treatment of diarrhoea. Journal of

ethnopharmacology 26, 101-109.

Meckes, M., Calzada, F., Tortoriello, J., Gonzales, J.L., Martinez, M. (1996).

Terpenoid isolated from Psidium guajava with depressant activity on central

nervous system. Phytotherapy research 10, 600-603.

Medical Economics Company (US). PDR for Herbal Medicines. 2nd ed.

Montvale: Medical Economics Co.; 2000. p. 369-372.

Mitra, Saumya, Sanjita, Kumer. (2011). Phyto-pharmacology of Berberis aristata

DC: a review. Journal of drug delivery & therapeutics; 2011,1(2):46-50.

Moore LL, Minne K & Moore MB (Eds): AltMed-REAX ® System.

MICROMEDEX, Inc., Englewood, Colorado (Edition expires [03/2001]).

Page 22: Makalah Antidiare-fitoterapi Bu Berna

Moore LL, Minne K & Moore MB (Eds): AltCareDex ® System.

MICROMEDEX, Inc., Englewood, Colorado (Edition expires [03/2001]).

Princen HMG, et.al. No Effect of Consumption of Green and Black Tea on

Plasma Lipid and Antioxidant Levels and on LDL Oxidation in Smokers.

Arterioscler Thromb Biol. 18(5):833-841-5, 1998 May.

Ross, I.A. (1999). Medicinal plants of the world: chemical constituents,

traditional and modern medicinal uses. New Jersey: Humana Press Inc.

Shaheen, H.M., Ali, B.H., Alqarawi, A.A., Bashir, A.K. (2000). Effect system in

mice. Phytotherapy research 14, 107-111.

Thorne Research, Inc (2000). Monograph berberine. Alternative Medicine

Review. Volume 5, No 2.

Tona, L., Kambu, K. (2000). Antiamoebic and spasmolytic activities of extracts

from some antidiarrheic traditional preparations used in Kinshasa, Congo.

International journal of phytotherapy and phytopharmacology 7, 31-38.

Wagu. 2001. Teh Produk Hilir Lebih Prospektif. Majalah Gema Industri Kecil,

Edisi 14 J

WHO (2013). Diarrhoeal disease. Diakses dari

http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs330/en/. Diakses tanggal 20

April 2015.

Yovita, T., Roesnaeni dan Sylvia, S. 2006. Efek Antidiare infusa Daun Teh Hijau

(Camellia sinensi L) Pada Mencit Galur Swiss Webster Jantan. Universitas

Kristen Maranatha : Bandung.

Zhang, Y., Wang, X., Sha, S., Liang, S., Zhao, L., Liu, L., Chai, N., Wang, H.,

Wu, K. (2012). Berberine increases the expression of NHE3 and AQP4 in

sennoside A-induced diarrhoea model. Fitoterapia 83:1014-1022.