Makalah Ampisilin

34
Makalah Sediaan Ampisilin Injeksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Farmakope Indonesia Edisi III, injeksi adalah sediaan sterilberupa larutan, emulsi, suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit ataumelalui selaput lendir.(FI.III.1979) Sedangkan menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, injeksi adalah injeksi yang dikemas dalam wadah 100 mL atau kurang. Umumnya hanya larutan obat dalam air yang bisa diberikan secara intravena. Suspensi tidak bisa diberikan karena berbahaya yang dapat menyebabkan penyumbatan pada pembuluh darah kapiler.(FI.IV.1995) Sediaan steril injeksi dapat berupa ampul, ataupun berupa vial. Injeksi vial adalah salah satu bentuk sediaan steril yang umumnya digunakan pada dosis ganda dan memiliki kapasitas atau volume 0,5 mL – 100 mL. Injeksi vial pun dapat berupa takaran tunggal atau ganda dimana digunakan untuk mewadahi serbuk bahan obat, larutan atau suspensi dengan volume sebanyak 5 mL atau pun lebih. (Anonim.Penuntun Praktikum Farmasetika I.2011) B. Tujuan Makalah SemsolPage 1

Transcript of Makalah Ampisilin

Page 1: Makalah Ampisilin

Makalah Sediaan Ampisilin Injeksi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Farmakope Indonesia Edisi III, injeksi adalah sediaan sterilberupa larutan,

emulsi, suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu

sebelum digunakan, yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau

melalui kulit ataumelalui selaput lendir.(FI.III.1979)

Sedangkan menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, injeksi adalah injeksi yang

dikemas dalam wadah 100 mL atau kurang. Umumnya hanya larutan obat dalam air yang

bisa diberikan secara intravena. Suspensi tidak bisa diberikan karena berbahaya yang dapat

menyebabkan penyumbatan pada pembuluh darah kapiler.(FI.IV.1995)

Sediaan steril injeksi dapat berupa ampul, ataupun berupa vial. Injeksi vial adalah

salah satu bentuk sediaan steril yang umumnya digunakan pada dosis ganda dan memiliki

kapasitas atau volume 0,5 mL – 100 mL. Injeksi vial pun dapat berupa takaran tunggal atau

ganda dimana digunakan untuk mewadahi serbuk bahan obat, larutan atau suspensi dengan

volume sebanyak 5 mL atau pun lebih. (Anonim.Penuntun Praktikum Farmasetika I.2011)

B. Tujuan

Tujuan obat dibuat steril (seperti obat suntik) karena berhubungan langsung dengan

darah atau cairan tubuh dan jaringan tubuh yang lain dimana pertahanan terhadap zat

asing tidak selengkap yang berada di saluran cerna / gastrointestinal, misalnya hati

yang dapat berfungsi untuk menetralisir / menawarkan racun

(detoksikasi=detoksifikasi).

Diharapkan dengan steril dapat dihindari adanya infeksi sekunder. Dalam hal ini tidak

berlaku relatif steril atau setengah steril, hanya ada dua pilihan yaitu steril dan tidak

steril.

Makalah SemsolPage 1

Page 2: Makalah Ampisilin

Makalah Sediaan Ampisilin Injeksi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian

              Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk

yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang

disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput

lendir.

              Dalam FI.ed.IV, sediaan steril untuk kegunaan parenteral digolongkan menjadi

5  jenis yang berbeda :

1.   Sediaan berupa larutan dalam air/minyak/pelarut organik yang lain yang

digunakan untuk injeksi, ditandai dengan nama,   Injeksi................

       Dalam FI.ed.III disebut  berupa Larutan. Misalnya :      

Inj. Vit.C, pelarutnya aqua pro injection                         

Inj. Camphor oil , pelarutnya Olea neutralisata ad injection

Inj. Luminal, pelarutnya Sol Petit atau propilenglikol dan air

2     Sediaan padat kering (untuk dilarutkan) atau cairan pekat tidak mengandung

dapar, pengencer atau bahan tambahan lain dan larutan yang diperoleh setelah

penambahan pelarut yang sesuai memenuhi persyaratan injeksi, ditandai dengan

nama Sediaan Steril.

       Dalam FI.ed..III disebut berupa zat padat kering jika akan disuntikkan ditambah

zat pembawa yang cocok dan steril, hasilnya merupakan larutan yang memenuhi

syarat larutan injeksi. Misalnya: Inj. Dihydrostreptomycin Sulfat  steril

3     Sediaan padat kering dengan bahan pembawa yang sesuai membentuk larutan

yang memenuhi persyaratan untuk suspensi steril setelahpenambahan bahan

pembawa yang sesuai, ditandai dengan nama ,    ............ Steril untuk Suspensi.

       Dalam FI.ed.III disebut berupa zat padat kering jika akan disuntikkan ditambah

zat pembawa yang cocok dan steril, hasilnya merupakan suspensi  yang

memenuhi syarat suspensi steril. Misalnya : Inj. Procaine Penicilline Gsteril

untuk  suspensi.

Makalah SemsolPage 2

Page 3: Makalah Ampisilin

Makalah Sediaan Ampisilin Injeksi

4     Sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium cair yang sesuai dan tidak

disuntikkan secara intravena atau ke dalam saluran spinal, ditandai dengan

nama , Suspensi.......... Steril.

       Dalam FI.ed.III disebut Suspensi steril ( zat padat yang telah disuspensikan dalam

pembawa yang cocok dan steril) .

       Misalnya : Inj. Suspensi Hydrocortisone Acetat steril

5     Sediaan berupa emulsi, mengandung satu atau lebih dapar, pengencer atau bahan

tambahan lain, ditandai dengan nama, ............. Untuk Injeksi.

       Dalam FI.ed.III disebut bahan obat dalam pembawa cair yang cocok, hasilnya

merupakan emulsi yang memenuhi semua persyaratan emulsi steril. Misalnya :

Inj. Penicilline Oil untuk injeksi

B. Rute-rute Injeksi

1.      Parenteral Volume Kecil

a.  Intradermal

Istilah intradermal (ID) berasal dari kata "intra" yang berarti lipis dan

"dermis" yang berarti sensitif, lapisan pembuluh darah dalam kulit. Ketika

sisi anatominya mempunyai derajat pembuluh darah tinggi, pembuluh darah

betul-betul kecil. Makanya penyerapan dari injeksi disini lambat dan

dibatasi dengan efek sistemik yang dapat dibandingkan karena absorpsinya

terbatas, maka penggunaannya biasa untuk aksi lokal dalam kulit untuk obat

yang sensitif atau untuk menentukan sensitivitas terhadap mikroorganisme.

b.  Intramuskular

Istilah intramuskular (IM) digunakan untuk injeksi ke dalam obat. Rute

intramuskular menyiapkan kecepatan aksi onset sedikit lebih normal

daripada rute intravena, tetapi lebih besar daripada rute subkutan.

c.  Intravena

Istilah intravena (IV) berarti injeksi ke dalam vena. Ketika tidak ada

absorpsi, puncak konsentrasi dalam darah terjadi dengan segera, dan efek

yang diinginkan dari obat diperoleh hampir sekejap.

Makalah SemsolPage 3

Page 4: Makalah Ampisilin

Makalah Sediaan Ampisilin Injeksi

d. Subkutan

Subkutan (SC) atau injeksi hipodermik diberikan di bawah kulit. Parenteral

diberikan dengan rute ini mempunyai perbandingan aksi onset lambat

dengan absorpsi sedikit daripada yang diberikan dengan IV atau IM.

e.  Rute intra-arterial

Disuntikkan langsung ke dalam arteri, digunakan untuk rute intravena

ketika aksi segera diinginkan dalam daerah perifer tubuh.

f.  Intrakardial

Disuntikkan langsung ke dalam jantung, digunakan ketika kehidupan

terancam dalam keadaan darurat seperti gagal jantung.

g. Intraserebral

Injeksi ke dalam serebrum, digunakan khusus untuk aksi lokal sebagaimana

penggunaan fenol dalam pengobatan trigeminal neuroligia.

h. Intraspinal

Injeksi ke dalam kanal spinal menghasilkan konsentrasi tinggi dari obat

dalam daerah lokal. Untuk pengobatan penyakit neoplastik seperti

leukemia.

i.  Intraperitoneal dan intrapleural

Merupakan rute yang digunakan untuk pemberian berupa vaksin rabies.

Rute ini juga digunakan untuk pemberian larutan dialisis ginjal.

j.  Intra-artikular

Injeksi yang digunakan untuk memasukkan bahan-bahan seperti obat

antiinflamasi secara langsung ke dalam sendi yang rusak atau teriritasi.

k. Intrasisternal dan peridual

Injeksi ke dalam sisterna intracranial dan durameter pada urat spinal.

Keduanya merupakan cara yang sulit dilakukan, dengan keadaan kritis

untuk injeksi.

Intrakutan (i.c). Injeksi yang dimasukkan secara langsung ke dalam

epidermis di bawah stratum corneum. Rute ini digunakan untuk memberi

volume kecil (0,1-0,5 ml) bahan-bahan diagnostik atau vaksin.

l.  Intratekal

Makalah SemsolPage 4

Page 5: Makalah Ampisilin

Makalah Sediaan Ampisilin Injeksi

Larutan yang digunakan untuk menginduksi spinal atau anestesi lumbar

oleh larutan injeksi ke dalam ruang subarachnoid. Cairan serebrospinal

biasanya diam pada mulanya untuk mencegah peningkatan volume cairan

dan pengaruh tekanan dalam serabut saraf spinal. Volume 1-2 ml biasa

digunakan. Berat jenis dari larutan dapat diatur untuk membuat anestesi

untuk bergerak atau turun dalam kanal spinal, sesuai keadaan tubuh pasien.

2.    Parenteral Volume Besar

Untuk pemberian larutan volume besar, hanya rute intravena dan subkutan yang

secara normal digunakan.

C. Komposisi Injeksi

1.      Bahan aktif

Data zat aktif yang diperlukan (Preformulasi)

a.   Kelarutan

Terutama data kelarutan dalam air dari zat aktif sangat diperlukan,

karena bentuk larutan air paling dipilih pada pembuaan sediaan steril. Data

kelarutan ini diperlukan untuk menentukan bentuk sediaan. Zat aktif yang larut

air membentuk sediaan larutan dalam air, zat aktif yang larut minyak dibuat

larutan dalam pembawa minyak. Sedangkan zat yang tidak larut dalam kedua

pembawa tersebut dibuat sediaan suspensi.  Jika zat aktif tidak larut dalam air

ada beberapa alternatif yang dapat diambil sebelum memutuskan untuk

membuat sediaan suspensi atau larutan minyak yaitu dengan mencari bentuk

garam dari zat aktif, melakukan reaksi penggaraman, atau dicari bentuk

kompleksnya

b.   pH stabilita

pH stabilita adalah pH dimana penguraian zat aktif paling minimal,

sehingga diharapkan kerja farmakologinya optimal. pH stabilita dicapai dengan

menambahkan asam encer, basa lemah atau dapar.

c.   Stabilitas zat aktif

Data ini membantu menentukan jenis sediaan, jenis bahan pembawa,

metoda sterilisasi atau cara pembuatan. Beberapa factor yang mempengaruhi

penguraian zat aktif adalah:

a)  Oksigen (Oksidasi) Pada kasus ini, setelah air dididihkan makaperlu dialiri

gas nitrogen dan ditambahkan antioksidan.

Makalah SemsolPage 5

Page 6: Makalah Ampisilin

Makalah Sediaan Ampisilin Injeksi

b)  Air (Hidrolisis) Jika zat aktif terurai oleh air dapat dipilih alternatif :

Dibuat pH stabilitanya dengan penambahan asam/basa atau buffer.

Memilih jenis pelarut dengan polaritas lebih rendah daripada air,

seperti campuran pelarut     air-gliserin-propilenglikol atau pelarut

campur lainnya.

Dibuat dalam bentuk kering dan steril yang dilarutkan saat

disuntikkan.

c)   Suhu Jika zat aktif tidak tahan panas dipilih metode sterilisasi tahan panas,

seperti filtrasi.

d)  Cahaya Pengaruh cahaya matahari dihindari dengan penggunaan wadah

berwarna cokelat.

e)  Tak tersatukannya (homogenitas) zat aktif ,

f)  Baik ditinjau dari segi kimia, fisika, atau farmakologi.

d. Dosis

Data ini menentukan tonisitas larutan dan cara pemberian. Rute

pemberian yang akan digunakan akan berpengaruh pada formulasi, dalam

hal: Volume maksimal sediaan yang dapat diberikan pada rute tersebut (Lihat

datanya pada bagian rute pemberian).

Pemilihan pelarut disesuaikan dengan rute pemberian

Isotonisitas dari sediaan juga dipengaruhi oleh rute pemberian. Pada

larutan intravena isotonisitas menjadi kurang penting selama pemberian

dilakukan dengan perlahan untuk memberikan waktu pengenceran dan ’adjust’

oleh darah. Injeksi intraspinal mutlak harus isotonis.

2.      Bahan tambahan

a. Antioksidan : Garam-garam sulfurdioksida, termasuk bisulfit, metasulfit dan

sulfit adalah yang paling umum digunakan sebagai antioksidan. Selain itu

digunakan :Asam askorbat, Sistein, Monotiogliseril, Tokoferol.

b. Bahan antimikroba atau pengawet : Benzalkonium klorida, Benzil alcohol,

Klorobutanol, Metakreosol, Timerosol, Butil p-hidroksibenzoat, Metil p-

hidroksibenzoat, Propil p-hidroksibenzoat, Fenol.

c. Buffer : Asetat, Sitrat, Fosfat.

d. Bahan pengkhelat : Garam etilendiamintetraasetat (EDTA).

e. Gas inert : Nitrogen dan Argon.

Makalah SemsolPage 6

Page 7: Makalah Ampisilin

Makalah Sediaan Ampisilin Injeksi

f. Bahan penambah kelarutan (Kosolven) : Etil alcohol, Gliserin, Polietilen glikol.

g. Propilen glikol, Lecithin

h. Surfaktan : Polioksietilen dan Sorbitan monooleat.

i. Bahan pengisotonis : Dekstrosa dan NaCl

j. Bahan pelindung : Dekstrosa, Laktosa, Maltosa dan Albumin serum manusia.

k. Bahan penyerbuk : Laktosa, Manitol, Sorbitol, Gliserin.

3.  Bahan Pembawa

Bahan pembawa injeksi dapat berupa air maupun non air.Sebagian besar

produk parenteral menggunakan pembawa air. Hal tersebut dikarenakan

kompatibilitas air dengan jaringan tubuh, dapat digunakan untuk berbagai rute

pemberian, air mempunyai konstanta dielektrik tinggi sehingga lebih mudah untuk

melarutkan elektrolit yang terionisasi dan ikatan hydrogen yang terjadi akan

memfasilitasi pelarutan dari alkohol, aldehid, keton, dan amin.

Syarat air untuk injeksi menurut USP :

a. Harus dibuat segar dan bebas pirogen.

b. Tidak mengndung lebih dari 10 ppm dari total zat padat.

c. pH antara 5-7

d. Tidak mengandung ion-ion klorida, sulfat, kalsium dan amonium,

karbondioksida, dan kandungan logam berat serta material organik (tanin, lignin),

partikel berada pada batas yang diperbolehkan.

Air Pro Injeksi  

Aqua bidest dengan pH tertentu, tidak mengandung logam berat (timbal, Besi,

Tembaga), juga tidak boleh mengandung ion Ca, Cl, NO3, SO4, amonium, NO2,

CO3. Harus steril dan penggunaan diatas 10 ml harus bebas pirogen. Aqua steril Pro

Injeksi adalah air untuk injeksi yang disterilisasi dan dikemas dengan cara yang

sesuai, tidak mengandung bahan antimikroba atau bahan tambahan lainnya.

Cara pembuatan : didihkan air selama 30 menit dihitung dari setelah air mendidih di

atas api lalu didinginkan. Cara : Aqua p.i + karbon aktif 0,1% dari

volume, dipanaskan 60-70oC selama 15 menit.Tidak boleh menggunakan Aqua DM

Makalah SemsolPage 7

Page 8: Makalah Ampisilin

Makalah Sediaan Ampisilin Injeksi

karena ada zat-zat organik yang tidak bermuatan dapat lolos, ditanggulangi dengan

filtrasi karbon adsorben dan filtrasi bakteri.

1.   Air Pro Injeksi Bebas CO2

CO2 mampu menguraikan garam natrium dari senyawa organic

seperti barbiturate dan sulfonamide kembali membentuk asam lemahnya yang

mengendap.

Cara pembuatan : Mendidihkan air p.i selama 20-30 menit lalu dialiri

gas nitrogen sambil didinginkan. (Rep. Tek Fa. Steril hal 4)

2.  Air Pro Injeksi bebas O2

Dibuat dengan mendidihkan air p.i selama 20-30 menit dan pada

saat pendinginannya dialiri gas nitrogen. Dipakai untuk melarutkan zat aktif yang

mudah teroksidasi, seperti apomorfin, klorfeniramin, klorpromazin, ergometrin,

ergotamine, metilergotamin, proklorperazin, promazin, promesatin HCl,

sulfamidin, turbokurarin.

3.  Pembawa Non Air

Pembawa non air digunakan jika:

a. Zat aktif tidak larut dalam air

b. Zat aktif terurai dalam air

c. Diinginkan kerja depo dalam sediaan Syarat umum pembawa non air .

d. Tidak toksik, tidak mengiritasi dan menyebabkan sensitisasi

e. Dapat tersatukan dengan zat aktif

f. Inert secara farmakologi

g. Stabil dalam kondisi di mana sediaan tersebut biasa digunakan

h. Viskositasnya harus sedemikian rupa sehingga dapat disuntikan dengan muda

i. Harus tetap cair pada rentang suhu yang cukup lebar

j. Mempunyai titik didih yang tinggi sehingga dapat dilakukan sterilisasi dengan

panas

k. Dapat bercampur dengan air atau cairan tubuh

D. Evaluasi

Dilakukan setelah sediaan disterilkan dan sebelum wadah dipasang etiket dan dikemas

Makalah SemsolPage 8

Page 9: Makalah Ampisilin

Makalah Sediaan Ampisilin Injeksi

1. Evaluasi Fisika

a. Penetapan pH .   (FI ed. IV, hal 1039-1040)

b. Bahan Partikulat dalam Injeksi  <751>  ( FI> ed IV, hal. 981-984).

c. Penetapan Volume Injeksi Dlam Wadah <1131>  (FI ed. IV Hal 1044).

d. Uji Keseragaman Bobot dan Keseragaman Volume (FI ed III hal.   19)

e. Uji Kejernihan Larutan  (FI ED. IV, hal 998)

f. Uji Kebocoran   (Goeswin Agus, Larutan Parenteral.

Pada pembuatan kecil-kecilan hal ini dapat dilakukan dengan mata tetapi

untuk produksi skala besar hal ini tidak mungkin dikerjakan.Wadah-wadah takaran

tunggal yang masih panas setelah selesai disterilkan dimasukkan kedalam larutan

biru metilen 0,1%. Jika ada wadah-wadah yang bocor maka larutan biru metilen

akan dimasukkan kedalamnya karena perbedaan tekanan di luar dan di dalam wadah

tersebut. Cara ini tidak dapat dilakukan untuk larutan-larutan yang sudah

berwarna. Wadah-wadah takaran tunggal disterilkan terbalik, jika ada kebocoran

maka larutan ini akan keluar dari dalam wadah. Wadah-wadah yang tidak dapat

disterilkan, kebocorannya harus diperiksa dengan memasukkan wadah-wadah

tersebut ke dalam eksikator yang divakumkan. Jika ada kebocoran akan diserap

keluar.

Uji Kejernihan dan Warna ( Goeswin Agus, Larutan Parenteral, HAL

201) Umumnya setiap larutan suntik harus jernih dan bebas dari kotoran-kotoran.

Uji ini sangat sulit dipenuhi bila dilakukan pemeriksaan yang sangat teliti karena

hampir tidak ada larutan jernih. Oleh sebab itu untuk uji ini kriterianya cukup jika

dilihat dengan mata biasa saja yaitu menyinari wadah dari samping dengan latar

belakang berwarna hitam dan putih. Latar belakang warna hitam dipakai untuk

menyelidiki kotoran-kotoran berwarna muda, sedangkan latar belakang putih untuk

menyelidiki kotoran-kotoran berwarna gelap.

2.   Evaluasi Biologi

a. Uji Efektivitas Pengawet Antimikroba <61> (FI ed IV, HAL 854-855)

b. Uji Sterilitas  <71> (FI ed. IV, HAL 855-863)

c. Uji Endotoksin Bakteri <201> (FI ed. IV, HAL 905-907)

d. Uji Pirogen <231> (FI ed. IV, HAL. 908-909)

e. Uji Kandungan Zat Antimikroba <441> (FI ed. IV, HAL. 939-942)

Makalah SemsolPage 9

Page 10: Makalah Ampisilin

Makalah Sediaan Ampisilin Injeksi

f. 3.      Evaluasi Kimia

g. Uji Identifikasi (Sesuai dengan monografi sediaan masing-masing)

h. Penetapan Kadar (Sesuai dengan monografi sediaan masing-masing

E. PREFORMULASI

Ampisilin Sodium

(FI IV hal 106; Martindale”the complete Drug Reference” hal 181)

Rumus molekul : C16H18N3NaO4S

Pemerian : serbuk putih atau hampir putih, larut dalam air, sedikit larut dalam aseton,

praktis tidak larut dalam paraffin cair,dan minyak lemak.

( martindale hal 181)

Kelarutan : larut dalam air, sedikit larut dalam aseton, praktis tidak larut dalam paraffin

cair,dan minyak lemak (Martindale hal 181)

Sifat fisika kimia : Ampisilin natrium Steril mempunyai potensi setara dengan tidak

kurang dari 854µg dan tidak lebih dari 988 µg ampisilin, C16H19N3O4S per mg.pada

saat penggunaan larutan terkonstitusi dibuat dari larutan Ampisilin natrium steril yang

memenuhi syarat untuk larutan terkonstitusi pada injeksi.( FI IV hal 106)

Dosis : 1,5 – 3 g ; Perbandingan 2:1

( DI halaman 395)

Khasiat : infeksi Meninghitis ( DI halaman 395)

Ph : 8.0 – 10.0 ( Martindale hal 181)

Stabilitas : stabilitas dipengaruhi oleh beberapa faktor termasuk konsentrasi, pH,

temperatur. Stabilitas meningkat oleh sodium bikarbonat,dan laktat.disarankan bahwa

dalam pembuatan rekonstitusi ampisilin sodium untuk injeksi seharusnya dalam waktu

24 jam preparasi nya dan disimpan pada suhu 2ºdan 8ºC tetapi tidak sampai beku.

Makalah SemsolPage 10

Page 11: Makalah Ampisilin

Makalah Sediaan Ampisilin Injeksi

OTT : pada beberapa obat , termasuk beberapa antibacterial pada konsentrasi yang

tinggi, dan juga pada larutan yang mengandung glukosa

Wadah dan penyimpanan : simpan dalam tempat kedap udara, ( Martindale hal 181).

Lindungi larutan terkonstitusi dari pembekuan. (FI IV hal 107 ).

Sterilisasi : Aseptis

Sulbaktam Sodium

( Martindale hal 298 )

Rumus molekul : C8H10NNaO5S = 255,2

Pemerian : putih atau hampir putih, higroskopis, serbuk kristal.

Kelarutan : Larut dalam air, sedikit larut dalam alkohol,sukar larut dalam etil asetat.

pH : 5,2 – 7,2

Khasiat : antibacterial ( martindale hal 298)

Dosis : 1,5 – 3 g ( Di 2003 hal 395)

Stabilitas : setiap 5% larutan dalam air memiliki pH 5,2 sampai 7,2 (Martindale hal 298)

Penyimpanan : hindari dari udara luar ( dalam kedap udara) (Martindale hal 298)

Sterilisasi : Aseptis

NaCl (Natrium klorida)

(FI IV hal. 584, Martindale 28 hal. 635, Excipient hal. 440)

Rumus molekul : NaCl

Bobot molekul : 58,44

Makalah SemsolPage 11

Page 12: Makalah Ampisilin

Makalah Sediaan Ampisilin Injeksi

Pemerian : Kristal tidak berbau tidak berwarna atau serbuk kristal putih, tiap 1g setara

dengan 17,1 mmol NaCl.

2,54g NaCl ekivalen dengan 1 g Na

Kelarutan : 1 bagian larut dalam 3 bagian air, 10 bagian gliserol

Sterilisasi : Autoklaf atau filtrasi (Martindale 28 hal: 635)

Stabilitas : Stabil dalam bentuk larutan. Larutan stabil dapat menyebabkan pengguratan

partikel dari tipe gelas

pH : 4,5 –7(DI 2003 hal 1415) 6,7-7,3 ( Excipient hal 672)

OTT : logam Ag, Hg, Fe

E NaCl : 1 (Sprowls hal 189)

Kesetaraan E elektrolit : 1 g ≈ 17,1 mEq

Konsentrasi/dosis : lebih dari 0,9% (Excipient hal 440). Injeksi IV 3-5% dalam 100ml

selama 1 jam (DI 2003 hal 1415). Injeksi NaCl mengandung 2,5-4 mEq/ml. Na+ dalam

plasma = 135-145 mEq/L (steril dosage form hal 251 )

Khasiat/kegunaan : Pengganti ion Na+, Cl- dalam tubuh

Efek samping : Keracunan NaCl disebabkan oleh induksi yang gagal dapat menyebabkan

hipernatremia yang memicu terjadinya trombosit dan hemorrage. Efek samping yang

sering terjadi nausea, mual, diare, kram usus, haus, menurunkan salivasi dan lakrimasi,

berkeringat, demam, hipertensi, takikardi, gagal ginjal, sakit kepala, lemas, kejang, koma

dan kematian.

Kontraindikasi : Untuk pasien penyakit hati perifer udem atau pulmonali udem, kelainan

fungsi ginjal.

Farmakologi : berfungsi untuk mengatur distribusi air, cairan dan keseimbangan

elektrolit dan tekanan osmotik cairan tubuh.

Makalah SemsolPage 12

Page 13: Makalah Ampisilin

Makalah Sediaan Ampisilin Injeksi

Aqua Pro Injeksi

(FI IV hal 112, FI III hal 97)

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau

Sterilisasi : Kalor basah (autoklaf)

Kegunaan : Pembawa dan melarutkan

Alasan pemilihan : Karena digunakan untuk melarutkan zat aktif dan zat-zat tambahan

Cara pembuatan : didihkan aqua dan diamkan selama 30 menit, dinginkan

F. Keuntungan dan Kerugian  Bentuk  Sediaan Injeksi

Keuntungan :

1. Bekerja cepat , misalnya pada injeksi Adrenalin pada schock anfilaksis.

2. Dapat digunakan jika : obat rusak jika kena cairan lambung, merangsang jika ke

cairan lambung, tidak diabsorpsi secara baik oleh cairan lambung.

3. Kemurnian dan takaran zat khasiat lebih terjamin

4. Dapat digunakan sebagai depo terapi

Kerugian :

1. Karena bekerja cepat, jika terjadi kekeliruan sukar dilakukan pencegahan.

2. Cara pemberian lebih sukar, harus memakai tenaga khusus.

3. Kemungkinan terjadinya infeksi pada bekas suntikan.

4. Secara ekonomis lebih mahal dibanding dengan sediaan yang digunakan per oral.

G. Syarat-syarat Injeksi

1. Bebas dari mikroorganisme, steril atau dibuat dari bahan-bahan steril di bawah

kondisi yang kurang akan adanya kombinasi mikroorganisme (proses aseptik).

2. Bahan-bahan bebas dari endotoksin bakteri dan bahan pirogenik lainnya.

3. Bahan-bahan yang bebas dari bahan asing dari luar yang tidak larut.

4. Sterilitas

5. Bebas dari bahan partikulat

6. Bebas dari Pirogen

Makalah SemsolPage 13

Page 14: Makalah Ampisilin

Makalah Sediaan Ampisilin Injeksi

7. Kestabilan

8. Injeksi sedapat mungkin isotonis dengan darah.

BAB III

METODE

A. KOMPONEN OBAT

FORMULA

No Nama Bahan Komposisi per vial Komposisi 100 vial

1 Ampicilin Sodium 1000 mg 100 kg

2 Sulbactam Sodium 500 mg 50 kg

3 Aqua for Injection 5 ml 500 ml

TOTAL 1500 mg 150 kg

ORIENTAL JOURNAL OF CHEMISTRY, 2011, Vol. 27, No. (4): Pg. 1659-1664

B. Cara Pembuatan Sediaan

Dalam garis besar cara pembuatan larutan injeksi dibedakan :

1.    Cara aseptik

2.    Cara non-aseptik ( Nasteril )

1. Cara aseptic :

Digunakan kalau bahan obatnya tidak dapat disterilkan, karena akan rusak atau

mengurai.

Caranya : 

Zat pembawa, zat pembantu, wadah, alat-alat dari gelas untuk pembuatan, dan yang

lainnya yang diperlukan disterilkan sendiri-sendiri. Kemudian bahan obat, zat

Makalah SemsolPage 14

Page 15: Makalah Ampisilin

Makalah Sediaan Ampisilin Injeksi

pembawa, zat pembantu dicampur secara aseptik dalam ruang aseptik hingga

terbentuk larutan injeksi dan dikemas secara aseptic

Skema pembuatan secara aseptik :

Bahan obat

Zat pembawa  

( steril )

Zat

pembantu

( steril )

Alat untuk pembuatan

( gelas )

Dicuci → disterilkan → Dilarutkan     

     ( ruang

steril )

wadah ( ampul, vial )

Dicuci → disterilkan → Diisi

Ditutup

kedap

Dikarantina

Diberi etiket dan dikemas Diperiksa

2. Cara non-aseptik ( NASTERIL ).

Dilakukan sterilisasi akhir

Makalah SemsolPage 15

Page 16: Makalah Ampisilin

Makalah Sediaan Ampisilin Injeksi

Caranya :

bahan obat dan zat pembantu dilarutkan ke dalam zat pembawa dan dibuat larutan

injeksi. Saring hingga jernih dan tidak boleh ada serat yang terbawa ke dalam filtrat

larutan. Masukkan ke dalam wadah dalam keadaan bersih dan sedapat mungkin

aseptik, setelah dikemas, hasilnya disterilkan dengan cara yang cocok.

Skema pembuatan secara non-aseptik :

Bahan obat

Zat pembawa Zat pembantu

Alat untuk pembuatan

( gelas )

Dicuci Dilarutkan      

    ( ruang

steril )

wadah ( ampul, vial )

Disaring

DicuciDiisi

Ditutup

kedap

Disterilkan

Dikarantina

Diberi etiket dan dikemas Diperiksa

Makalah SemsolPage 16

Page 17: Makalah Ampisilin

Makalah Sediaan Ampisilin Injeksi

C. Evaluasi

Evaluasi Fisika

a. Penetapan pH .  

b. Bahan Partikulat dalam Injeksi  .

c. Penetapan Volume Injeksi Dlam Wadah .

d. Uji Keseragaman Bobot dan Keseragaman Volume

e. Uji Kejernihan Larutan 

f. Uji Kebocoran  

Pada pembuatan kecil-kecilan hal ini dapat dilakukan dengan mata tetapi

untuk produksi skala besar hal ini tidak mungkin dikerjakan.Wadah-wadah takaran

tunggal yang masih panas setelah selesai disterilkan dimasukkan kedalam larutan

biru metilen 0,1%. Jika ada wadah-wadah yang bocor maka larutan biru metilen

akan dimasukkan kedalamnya karena perbedaan tekanan di luar dan di dalam wadah

tersebut. Cara ini tidak dapat dilakukan untuk larutan-larutan yang sudah

berwarna. Wadah-wadah takaran tunggal disterilkan terbalik, jika ada kebocoran

maka larutan ini akan keluar dari dalam wadah. Wadah-wadah yang tidak dapat

disterilkan, kebocorannya harus diperiksa dengan memasukkan wadah-wadah

tersebut ke dalam eksikator yang divakumkan. Jika ada kebocoran akan diserap

keluar.

g. Uji Kejernihan dan Warna

h. Umumnya setiap larutan suntik harus jernih dan bebas dari kotoran-kotoran. Uji ini

sangat sulit dipenuhi bila dilakukan pemeriksaan yang sangat teliti karena hampir

tidak ada larutan jernih. Oleh sebab itu untuk uji ini kriterianya cukup jika dilihat

dengan mata biasa saja yaitu menyinari wadah dari samping dengan latar belakang

berwarna hitam dan putih. Latar belakang warna hitam dipakai untuk menyelidiki

kotoran-kotoran berwarna muda, sedangkan latar belakang putih untuk menyelidiki

kotoran-kotoran berwarna gelap.

Evaluasi Biologi

a. Uji Efektivitas Pengawet Antimikroba

b. Uji Sterilitas 

c. Uji Endotoksin Bakteri

d. Uji Pirogen

Makalah SemsolPage 17

Page 18: Makalah Ampisilin

Makalah Sediaan Ampisilin Injeksi

e. Uji Kandungan Zat Antimikroba

Evaluasi Kimia

a. Uji Identifikasi (Sesuai dengan monografi sediaan masing-masing)

b. Penetapan Kadar (Sesuai dengan monografi sediaan masing-masing

BAB IV

PEMBASAHAN

NoNama

BahanFungsi

Formula

I II III IV V

1 Ampicilin

Sodium

Zat Aktif 1000

mg

250

mg

500

mg

250

mg

1500

mg

2 Sulbactam

Sodium

Zat

Pembantu/Pelarut

500

mg

250

mg

125

mg

30%

3 NaCl Zat

Pembantu/Pelarut

100

mg

500

mg

4 Aqua for

Injection

pelarut qs qs qs Qs Qs

A. Karakteristik Sediaan yang baik

B. Komponen

1. Bahan Aktif

a. Ampisilin Sodium

Rumus molekul : C16H18N3NaO4S

Pemerian : serbuk putih atau hampir putih, larut dalam air, sedikit larut dalam

aseton, praktis tidak larut dalam paraffin cair,dan minyak lemak.

Makalah SemsolPage 18

Page 19: Makalah Ampisilin

Makalah Sediaan Ampisilin Injeksi

Kelarutan : larut dalam air, sedikit larut dalam aseton, praktis tidak larut dalam

paraffin cair,dan minyak lemak.

Sifat fisika kimia : Ampisilin natrium Steril mempunyai potensi setara dengan

tidak kurang dari 854µg dan tidak lebih dari 988 µg ampisilin, C16H19N3O4S

per mg.pada saat penggunaan larutan terkonstitusi dibuat dari larutan Ampisilin

natrium steril yang memenuhi syarat untuk larutan terkonstitusi pada injeksi.( FI

IV hal 106)

Dosis : 1,5 – 3 g ; Perbandingan 2:1

Khasiat : infeksi Meninghitis

Ph : 8.0 – 10.0

Stabilitas : stabilitas dipengaruhi oleh beberapa faktor termasuk konsentrasi, pH,

temperatur. Stabilitas meningkat oleh sodium bikarbonat,dan laktat.disarankan

bahwa dalam pembuatan rekonstitusi ampisilin sodium untuk injeksi seharusnya

dalam waktu 24 jam preparasi nya dan disimpan pada suhu 2ºdan 8ºC tetapi

tidak sampai beku.

OTT : pada beberapa obat , termasuk beberapa antibacterial pada konsentrasi

yang tinggi, dan juga pada larutan yang mengandung glukosa

Wadah dan penyimpanan : simpan dalam tempat kedap udara.

Lindungi larutan terkonstitusi dari pembekuan.

Sterilisasi : Aseptis

b. Sulbaktam Sodium

Rumus molekul : C8H10NNaO5S = 255,2

Pemerian : putih atau hampir putih, higroskopis, serbuk kristal.

Kelarutan : Larut dalam air, sedikit larut dalam alkohol,sukar larut dalam etil

asetat.

Makalah SemsolPage 19

Page 20: Makalah Ampisilin

Makalah Sediaan Ampisilin Injeksi

pH : 5,2 – 7,2

Khasiat : antibacterial

Dosis : 1,5 – 3 g

Stabilitas : setiap 5% larutan dalam air memiliki pH 5,2 sampai

7,2Penyimpanan : hindari dari udara luar ( dalam kedap udara)

Sterilisasi : Aseptis

2. Zat Pembantu / Pelarut

NaCl (Natrium klorida)

Rumus molekul : NaCl

Bobot molekul : 58,44

Pemerian : Kristal tidak berbau tidak berwarna atau serbuk kristal putih, tiap 1g setara

dengan 17,1 mmol NaCl.

2,54g NaCl ekivalen dengan 1 g Na

Kelarutan : 1 bagian larut dalam 3 bagian air, 10 bagian gliserol

Sterilisasi : Autoklaf atau filtrasi

Stabilitas : Stabil dalam bentuk larutan. Larutan stabil dapat menyebabkan

pengguratan partikel dari tipe gelas

pH : 4,5 –7(DI 2003 hal 1415) 6,7-7,3

OTT : logam Ag, Hg, Fe

E NaCl : 1 (Sprowls hal 189)

Kesetaraan E elektrolit : 1 g ≈ 17,1 mEq

Makalah SemsolPage 20

Page 21: Makalah Ampisilin

Makalah Sediaan Ampisilin Injeksi

Konsentrasi/dosis : lebih dari 0,9% (Excipient hal 440). Injeksi IV 3-5% dalam 100ml

selama 1 jam (DI 2003 hal 1415). Injeksi NaCl mengandung 2,5-4 mEq/ml. Na+

dalam plasma = 135-145 mEq/L

Khasiat/kegunaan : Pengganti ion Na+, Cl- dalam tubuh

Efek samping : Keracunan NaCl disebabkan oleh induksi yang gagal dapat

menyebabkan hipernatremia yang memicu terjadinya trombosit dan hemorrage. Efek

samping yang sering terjadi nausea, mual, diare, kram usus, haus, menurunkan

salivasi dan lakrimasi, berkeringat, demam, hipertensi, takikardi, gagal ginjal, sakit

kepala, lemas, kejang, koma dan kematian.

Kontraindikasi : Untuk pasien penyakit hati perifer udem atau pulmonali udem,

kelainan fungsi ginjal.

Farmakologi : berfungsi untuk mengatur distribusi air, cairan dan keseimbangan

elektrolit dan tekanan osmotik cairan tubuh.

3. Pelarut sediaan

Aqua Pro Injeksi

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau

Sterilisasi : Kalor basah (autoklaf)

Kegunaan : Pembawa dan melarutkan

Alasan pemilihan : Karena digunakan untuk melarutkan zat aktif dan zat-zat tambahan

Cara pembuatan : didihkan aqua dan diamkan selama 30 menit, dinginkan

C. Evaluasi Sediaan

1. Uji Identifikasi (Sesuai dengan monografi sediaan masing-masing)

2. Penetapan Kadar (Sesuai dengan monografi sediaan masing-masing

3. Uji Keseragaman Bobot dan Keseragaman Volume (FI ed III hal.   19)

4. Uji Kejernihan Larutan  (FI ED. IV, hal 998)

Makalah SemsolPage 21

Page 22: Makalah Ampisilin

Makalah Sediaan Ampisilin Injeksi

5. Uji Kebocoran   (Goeswin Agus, Larutan Parenteral.

6. Uji Kejernihan dan Warna

BAB V

KESIMPULAN

Makalah SemsolPage 22

Page 23: Makalah Ampisilin

Makalah Sediaan Ampisilin Injeksi

DAFTAR PUSTAKA

1. Ansel. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi.  Jakarta : UI press

2. Anonim. 1979. Farmakope Indonesia edisi III. Jakarta : Departemen Kesehatan RI

3. Anonim. 1995. Farmakope Indonesia ediai IV. Jakarta : Departemen Kesehatan RI

4. Pharmacopee  Ned edisi V

5. Soetopo dkk. 2002. Ilmu Resep Teori. Jakarta : Departemen Kesehatan

6. Voigt. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Yogyakarta : UGM Press

7. Lachman dkk. 1994. Teori Dan Praktek Farmasi Industri. Jakarta : UI Press

8. Departemen Kesehatan RI. 1978. Formularium Nasional edisi II. Jakarta

9. Van Duin. 1947. Ilmu Resep. Jakarta : Soeroengan

10. Anonim. Farmakope Herbal

11. Anief. 2006.  Ilmu Meracik Obat.  Yogyakarta : UGM Pres

12. Martindale, The Extra Pharmacopeia Twenty-eight Edition. The Parmaceutical

Press, London. 1982.

13. MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi. Jakarta: PT Infomaster.

14. Departement of pharmaceutical Science. 1982. Martindale the Extra

Pharmacoeia 28th edition. London: The Pharmaceutical Press.

15. Badan Pengawas Obat dan Makanan. ISFI. 2006. ISO Indonesia, volume IV.

Jakarta: PT. Anem Kosong Anem (AKA).

Makalah SemsolPage 23

Page 24: Makalah Ampisilin

Makalah Sediaan Ampisilin Injeksi

16. Wade, Ainley and Paul J Weller.Handbook of Pharmaceutical excipients.Ed

II.1994.London; The Pharmaceutical Press.

17. Hardjasaputra, S. L. Purwanto, Dr. dkk. 2002. Data Obat di Indonesia (DOI),

edisi 10.   Jakarta: Grafidian medi press. (#Akfar PIM/2010)

18. http://alyridwan.blogspot.com/2014/03/tekhnologi-sediaan-steril-injeksi.html

19. http://baharuddintogatorop.blogspot.com/2013/04/injeksi.html

20. BADGUJAR & MANGAONKAR, Orient. J. Chem., Vol. 27(4), 1659-1664 (2011)

Makalah SemsolPage 24