Makalah Alat Ukur Curah Hujan
-
Upload
nur-syamsu -
Category
Documents
-
view
633 -
download
105
description
Transcript of Makalah Alat Ukur Curah Hujan
MAKALAHHIDROGEOLOGI
Tentang
“ ALAT UKUR CURAH HUJAN “
Oleh :
RINALDI SATRIA16791/2010
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG2012
Kata Pengantar
Puji syukur tetap wajib kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan karuniannya kepada kita semua, termasuk kepada penulis sehingga dapat menulis makalah
ini yang akan digunakan sebagai pelengkap tugas mata kuliah Hidrogeologi. Semoga makalah ini
bisa digunakan sebagaimana mestinya.
Ucapan Terima kasih penulis sampaikan kepada orang tua, teman – teman dan rekan –
rekan semua yang selalu memberikan dukungan kepada penulis untuk belajar di Universitas
Negeri Padang, dan kepada Bapak Drs. Syamsul Bahri, MT, selaku dosen pembimbing mata
kuliah Hidrogeologi yang telah memberikan semua pengetahuan tentang ilmu Hidrogeologi
sesuai dengan bahan ajar. Semoga ilmu ini bermanfaat di dunia dan akhirat, Amin.
Padang, Februari 2012
Penulis
Rinaldi Satria
Daftar isi
Bab I. Pendahuluan
A. Latar BelakangB. Tujuan
Bab II. Alat Ukur Curah Hujan
A. Pengertian Alat Ukur Curah Hujan
B. Jenis – Jenis Alat Penakar Hujan
C. Penakar hujan biasa Tipe Obervatorium (Obs.) atau Non Recording.
D. Penakar Hujan Otomatis Type Hellmann
E. Penakar Hujan Otomatis Type Bendix
F. Penakat Hujan Otomatis Type Tilting Siphon
G. Penakar Hujan Otomatis Type Tipping Bucket.
H. Alat Pengukur Curah Hujan Standar WMO (World Metrological Organization)
Bab III. Penutup
A. Kesimpulan
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Air di atmosfer berada dalam bentuk uap air. Uap air berasal dari air di daratan
dan laut yang menguap karena panas cahaya matahari. Sebagian besar uap air di atmosfer
berasal dari laut karena laut mencapai tigaperempat luas permukaan bumi. Uap air di
atmosfer terkondensasi menjadi awan yang turun ke daratan dan laut dalam bentuk hujan.
Air hujan di daratan masuk ke dalam tanah membentuk air permukaan tanah dan air
tanah.
Hujan adalah peristiwa turunnya titik-titik air atau kristal-kristal es dari awan
sampai ke permukaan tanah. Curah hujan (dalam satuan mm.) merupakan ketinggian air
hujan yang terkumpul dalam tempat yang datar, tidak menguap, tidak meresap, dan tidak
mengalir.
B. Tujuan
Adapun tujuan di buatnya makalah tentang Alat Ukur Curah Hujan tersebut ialah
agar mahasiswa dapat memahami, mempelajari serta mengenal lebih lanjut bagaimana
alat pengukur curah hujan tersebut beroperasi serta fungsinya dari berbagai jenis alat
tersebut sehingga di dapat nilai besaran curah hujan yang dapat kita jadikan suatu acuan
untuk keadaan cuaca yang sedang terjadi dan semoga dapat kita terapkan dalam
kehidupan sehari – hari.
BAB II
ALAT UKUR CURAH HUJAN
A. Pengertian Alat Ukur Curah Hujan
Hujan merupakan peristiwa turunnya titik-titik air atau kristal-kristal es dari awan
sampai ke permukaan tanah. Curah hujan (dalam satuan mm.) merupakan ketinggian air
hujan yang terkumpul dalam tempat yang datar, tidak menguap, tidak meresap, dan tidak
mengalir.
Alat untuk mengukur jumlah curah hujan yang turun kepermukaan tanah per
satuan luas, disebut Penakar Hujan. Satuan curah hujan yang umumnya dipakai oleh
BMKG adalah millimeter (mm.). Jadi jumlah curah hujan yang diukur, sebenarnya adalah
tebalnya atau tingginya permukaan air hujan yang menutupi suatu daerah luasan di
permukaan bumi / tanah. Curah hujan 1 (satu) millimeter, artinya dalam luasan satu meter
persegi pada tempat yang datar tertampung air setinggi 1 (satu) millimeter atau
tertampung air sebanyak 1 (satu ) liter atau 1000 ml. Misalnya disuatu daerah atau lokasi
pengamatan curah hujannya 10 mm., itu berarti daerah luasan sekitar daerah / lokasi
tergenangi oleh air hujan setinggi atau tebalnya 10 millimeter (mm.)
B. Jenis – Jenis Alat Penakar Hujan
Alat penakar hujan terbagi dalam 2 jenis yaitu :
1. Penakar hujan biasa tipe Obervatorium (Obs.) atau non recording.
2. Penakar hujan Otomatis / penakar hujan yang dapat mencatat sendiri (self-recording).
Terbagi dalam 2 tipe :
a. Penakar Hujan Otomatis type Hellmann yaitu penakar hujan yang menggunakan
sistem pelampung ( Float ).
b. Penakar Hujan Otomatis yang menggunakan sistemTipping Bucket.
C. Penakar hujan biasa Tipe Obervatorium (Obs.) atau Non Recording.
Penakar hujan yang baku di gunakan di indonesia adalah tipe observatorium.
Semua alat penakar hujan yang beraganm bentuknya atau yang otomatis di bandingkan
dengn alat penakar hujan otomatis ( OBS ). Penakar hujan OBS adalah manual. Jumlah
air hujan yang tertampung ukur denga gelas ukur yang telah dikonversi dalam satuan
tinggi atau gelas ukur yag kemudian di bagi 10 karena luas penampang nya adalah 100
cm sehingga dihasilkan satuan mm. Pengamatan dilakukan sekali dalam 24 jam yaitu
pada pagi hari. Hujan yang di ukur pada pagi hari adalah hujan kemaren bukan hari ini.
Penakar hujan ini tidak dapat mencatat sendiri (non recording), bentuknya
sederhana terbuat dari seng plat tingginya sekitar 60 Cm dicat aluminium, ada juga yang
terbuat dari pipa pralon tingginnya 100 Cm. Penakar hujan biasa terdiri dari :
a. Sebuah corong yang dapat dilepas dari bagian badan alat, mulut corong ( bagian
atasnya ) terbuat dari kuningan yang berbentuk cincin ( lingkaran ) dengan luas 100
Cm2.
b. Bak tempat menampung air hujan.
c. Kran, untuk mengeluarkan air dari dalam bak ke gelas ukur.
d. Kaki yang berbentuk silinder, tempat memasang penakar hujan pada pondasi kayu
dengan cara disekrup.
e. Gelas ukur penakar hujan untuk luas corong 100 Cm2 , dengan skala ukur 0 s/d 25
mm. Keseragaman pemasangan alat, cara pengamatan, dan waktu observasi sangat
diperlukan untuk memperoleh hasil pengamatan yang teliti, dengan maksud data yang
dihasilkan dapat dibandingkan satu sama lain.
Tetapi banyak penakar hujan yang dipasang pada Stasiun Meteorologi Khusus /
Stasiun kerja sama yang belum atau tidak mempunyai taman alat, dalam hal ini untuk
penentuan tempat pemasangan penakar hujan perlu diperhatikan hal – hal berikut.
Syarat – syarat pemasangan :
a. Penakar hujan harus dipasang pada lapangan terbuka, tanpa ada gangguan
disekitar penakar, seperti pohon dan bangunan, kabel atau antene yang melintang
diatasnya. Jarak yang terdekat antara pohon / bangunan dengan penakar hujan
adalah 1 kali tinggi pohon / bangunan tersebut.
b. Penakar hujan tidak boleh dipasang pada tanah miring (lereng bukit), puncak
bukit, diatas dinding atau atap.
c. Penakar dipasang dengan cara disekrup / dipaku pada balok bulat yang dicat putih
dan ditanam pada pondasi beton (lihat gambar), sehingga tinggi penakar hujan
dari permukaan corong sampai permukaan tanah 120 Cm.(lihat gbr), letak
penampang corong harus datar (horizontal) bukaan kran diberi kunci gembok
sebagai pengaman.
d. Penakar harus dipagar keliling dengan kawat, ukuran 1.5 m x 1.5 m dengan tinggi
1m, agar tidak dapat diganggu binatang dan orang yang tidak berkepentingan.
Cara pengamatan :
a. Pengamatan untuk curah hujan harus dilakukan tiap hari pada jam 07.00 waktu
setempat, atau jam-jam tertentu.
b. Buka kunci gembok dan letakkan gelas penakar hujan dibawah kran, kemudian
kran dibuka agar airnya tertampung dalam gelas penakar.
c. Jika curah hujan diperkirakan melebihi 25 mm. sebelum mencapai skala 25 mm.
kran ditutup dahulu, lakukan pembacaan dan catat. Kemudian lanjutkan
pengukuran sampai air dalam bak penakar habis, seluruh yang dicatat
dijumlahkan.
d. Untuk menghindarkan kesalahan parallax, pembacaan curah hujan pada gelas
penakar dilakukan tepat pada dasar meniskusnya.
e. Bila dasar meniskus tidak tepat pada garis skala, diambil garis skala yang terdekat
dengan dasar meniskus tadi.
f. Bila dasar meniskus tepat pada pertengahan antara dua garis skala, diambil atau
dibaca ke angka yang ganjil, misalnya : 17,5 mm. menjadi 17 mm.. 24,5 mm.
menjadi 25 mm.
g. Untuk pembacaan setinggi x mm dimana 0,5 / x / 1,5 mm, maka dibaca x = 1 mm.
h. Untuk pembacaan lebih kecil dari 0,5 mm, pada kartu hujan ditulis angka 0 (Nol)
dan tetap dinyatakan sebagai hari hujan.
i. Jika tidak ada hujan, beri tanda ( – ) atau ( . ) pada kartu hujan.
j. Jika tidak dapat dilakukan pengamatan dalam satu atau beberapa hari, beri tanda
(X) pada kartu hujan.
k. Apabila gelas penakar hujan biasa (Obs.) pecah, dapat digunakan gelas penakar
hujan Hellman dimana hasil yang dibaca dikalikan 2. Atau dapat juga dipakai
gelas ukur yang berskala ml. (Cc), yang dapat dibeli di Apotik.
Pemeliharaan :
a. Alat harus selalu dijaga tetap bersih, dan dicat aluminium.
b. Kayu di cat putih, supaya tahan lama terhadap rayap dan cuaca.
c. Corong harus tetap bersih, tidak boleh tertutup oleh benda-benda atau kotoran yan
dapat menyumbatnya.
d. Kran harus selalu diperiksa, jika bocor (air menetes keluar) sumbu pembuka kran
dikeluarkan kemudian diberi gemuk. Apabila badan penakar hujan bocor, maka
harus segera diperbaiki dengan disolder.
e. Bak penampung air hujan harus sering dikontrol dan dibersihkan dari endapan
debu / kotoran, dengan jalan menuangkan air kedalamnya dan kran dibuka.
f. Gelas penakar hujan harus dijaga tetap bersih jangan sampai berlumut, dan
disimpan pada tempat yang aman agar tidak terjatuh / pecah.
g. Rumput disekitar tempat penakar hujan dipasang, harus selalu pendek dan rapih
tidak boleh ada semak semak disekitarnya.
D. Penakar Hujan Otomatis Type Hellmann
Penakar hujan Otomatis type Hellman adalah penakar hujan yang dapat mencatat
sendiri, badannya berbentuk silinder, luas permukaan corong penakarnya 200 Cm2,
tingginya antara 100 sampai dengan 120 Cm. Jika pintu penakar hujan dalam keadaan
terbuka, maka bagian dalamnya akan terlihat seperti gambar terlampir :
Syarat -syarat pemasangan :
Pada umumnya persyaratan tempat pemasangan alat penakar hujan type Hellman,
sama dengan alat penakar hujan biasa (Obs). Alat ini dipasang dengan cara disekrup
pada alas papan yang dipasang pada pondasi beton (lihat gambar), sehingga tinggi
permukaan. corongnya dari permukaan tanah adalah 140 Cm. Letak permukaan
corong penakar, dan dasar tempat meletakkan tabung berpelampung harus benar-
benar datar (waterpas).
Prinsip kerja alat :
Jika hujan turun, air hujan akan masuk kedalam tabung yang berpelampung
melalui corongnya, air yang masuk kedalam tabung mengakibatkan pelampung
beserta tangkainya terangkat (naik keatas). Pada tangkai pelampung terdapat tangkai
pena yang bergerak mengikuti tangkai pelampung, gerakan pena akan menggores pias
yang diletakkan/digulung pada silinder jam yang dapat berputar dengan sendirinya.
Penunjukkan pena pada pias sesuai dengan jumlah volume air yang masuk ke
dalam tabung, apabila pena telah menunjuk angka 10 mm. maka air dalam tabung
akan keluar melalui gelas siphon yang bentuknya melengkung. Seiring dengan
keluarnya air maka pelampung akan turun, dan dengan turunnya pelampung tangkai
penapun akan bergerak turun sambil menggores pias berupa garis lurus vertikal.
Setelah airnya keluar semua, pena akan berhenti dan akan menunjuk pada angka 0,
yang kemudian akan naik lagi apabila ada hujan turun.
Cara mengkalibrasi penakar hujan type Hellmann :
Mengkalibrasi penakar hujan type Hellmann, dapat juga diartikan penyetelan
pertama atau penyetelan ulang kedudukan posisi pena dan posisi pipa gelas siphon
sebelum alat dioperasikan. Penyetelan yang dilakukan disini adalah penyetelan untuk
menentukan kedudukan / posisi pena dipias pada posisi awal 0 mm dan posisi puncak
angka 10 mm.
Cara yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Ambil silinder jam, putar per secukupnya (jangan terlalu pol), pasangpias pada
silinder tersebut dengan menggunakan penjepitnya, kemudian letakkan silinder
jam pada sumbunya dengan hati-hati.
b. Tuangkan air ke dalam corong secukupnya, sampai air keluar melalui pipa gelas
siphon. Setelah air berhenti mengalir, berarti permukaan air berada tepat pada
ujung bawah saluran gelas siphon yang berada pada tabung.
c. Pada kedudukan demikian, pena harus menunjuk posisi awal yaitu angka 0 pada
pias. Jika pena menunjuk lebih atau kurang dari 0, maka kedudukannya dapat
diatur dengan jalan mengendurkan sekrup yang menyekrup tangkai pena dengan
tangkai pelampung. Setelah sekrup kendur, kedudukan pena dapat disetel
(dinaikkan atau diturunkan) sehingga pena menunjuk pada angka 0, kemudian
sekrup tadi dikencangkan kembali.
d. Setelah memperoleh posisi pena pada angka 0, tindakan selanjutnya ialah
menentukan posisi puncak pena yaitu pada angka 10. Caranya tuangkan air
sebanyak 10 mm. sesuai takaran pada gelas hujan Hellmann atau sebanyak 200
cc (200 ml) kedalam corong penakar hujan secara perlahan-lahan, sambil
memperhatikan gerakan pena dan kedudukan air dalam gelas siphon. Bila air
telah tertuang semua dan pena tepat menunjukkan angka 10 pada pias, namun air
belum tertumpah keluar melalui pipa gelas siphon berarti kedudukan gelas
siphon terlalu tinggi. Untuk itu kedudukan pipa gelas siphon harus diturunkan
yaitu dengan cara mengedurkan klem/sekrup yang terdapat pada gelas siphon.
e. Kemudian secara perlahan-lahan masukkan (turunkan gelas siphon) dengan arah
kedalam tabung, sambil memperhatikan permukaaan air yang terdapat pada
lengkungan gelas siphon.
f. Jika keadaan terjadi sebaliknya, yaitu air sudah tumpah keluar sebelum pena
menunjukkan angka 10, berarti kedudukan pipa gelas siphon terlalo rendah.
Untuk mengatasinya kendurkan sekrup dan tarik keatas pipa gelas siphon
secukupnya, kemudian ulangi lagi perlakuan seperti diatas, sehingga apabila
dituangkan air sebanyak 200ml. Pena akan turun tepat pada posisi angka 10mm
pada pias.
g. Setelah penyetelan posisi pena pada angka 0 dan 10, kemudian lakukan beberapa
kali menuangkan air sebanyak 200 cc dan apabila hasilnya baik, maka alat siap
dioperasikan.
Pemeliharaan alat penakar hujan type Hellmann
a. Corong penakar hujan harus selalu diperiksa dan dibersihkan dari debu / kotoran
agar tidak menyumbat.
b. Pena harus tetap bersih bila rusak segera diganti, apabila penanya jenis catridge
agar diganti kalau sudah tidak nyata pencatatannya. Pemasangan kembali pena
tidak boleh terlalu keras menekan pias, karena akan mengganggu kepekaan dan
ketelitian alat.
c. Apabila gerakan pelampung saat naik dan turun tidak lancar atau tersendat,
bersihkan tangkai pelampung dan periksa / bersihkan pipa gelas siphon serta
tabung tempat pelampung dari kotoran / lumut yang melekat.
E. Penakar Hujan Otomatis Type Bendix
Penakar hujan otomatis, prinsip secara menimbang air hujan yang di tamping.
Melalui cara mekanis timbangan ini di transfer ke jarum petunjuk berpena di atas kertas
pias.
F. Penakat Hujan Otomatis Type Tilting Siphon
Prinsip alat, air hujan di tampung dalam tabung penampung. Bila penampung
penuh, tabung menjadi miring dan siphon mulai bekerja mengeluarkan air dari dalam
tabung. Setiap pergerakan air dalam tabung penampung tercatat pada pias sama seperti
alat penakar hujan lainnya.
G.[F.] Penakar Hujan Otomatis Type Tipping Bucket.
Prinsip alat, air hujan ditampung pada bejana yang berjungkit. Bila air mengisi
bejana penampung yang setara dengan tinggi hujan 0.5 mm kan berjungkit dan air
dikeluarkan. Terdapat dua buah bejana yang saling bergantian menampung air hujan.
Tiap geraka bejana berjungkit secara mekanis tercatat pada pias atau menggerakan
counter ( perhitungan ). Jumlah hitungan dikalikan dengan 0.5 mm adalah tinggi hujan
yang terjadi. Curah hujan di bawah 0.5 mm tidak tercatat.
Penakar hujan Otomatis type Tipping bucket terbagi 2 macam yaitu :
1. Penakar Hujan Tipping Bucket yang sistem kerjanya mekanik.
Penakar hujan Tipping Bucket jenis ini yaitu merk Jules Richard, yang terpasang
dan dioperasikan dibeberapa Stasiun Meteorologi BMG pada tahun 1976,
kemungkinan besar saat ini sudah banyak yang tidak dioperasikan lagi. Luas
permukaan corong penakar hujan ini 400 Cm2. Silinder jam untuk meletakkan pias,
serta perlengkapan bucketnya berada pada satu kotak, dan dapat diangkat keluar dari
badan penakar hujan saat penggantian pias. piasnya berskala 50 mm. Pada saat
penggantian pias kedudukkan pena tidak perlu dirubah atau diturunkan, sebagaimana
halnya pada penakar hujan type Hellman. Dalam pemasangan alat ini, tinggi
permukaan corongnya 140 Cm dari permukaan tanah.
Prinsip kerja alat :
Air hujan akan masuk melalui permukaan corong penakar, kemudian mengalir
untuk mengisi salah satu bucket. Setiap jumlah air hujan yang masuk sebanyak
0.5 mm. atau sejumlah 20 ml maka bucket akan berjungkit, dimana bucket yang
satunya akan terangkat dan siap untuk menerima air hujan yang akan masuk
berikutnya. Pada saat bucket berjungkit maka pena akan menggores pias 0.5 skala
(0,5 mm.), pena akan menggores pias dengan gerakan naik ataupun turun.
Demikianlah seterusnya bucket akan bergantian berjungkit bila ada air hujan yang
masuk, dari goresan pena pada skala pias dapat diketahui jumlah curah hujannya.
2. Penakar hujan Tipping Bucket yang sistem kerjanya elektrik.
Pada umumnya peralatan Automatic Weather Station (AWS) yang kini
banyak dioperasikan di Stasiun Meteorologi, perangkat sensor penakar hujannya
menggunakan Tipping Bucket. Dimana pada saat bucketnya saling berjungkit, secara
elektrik terjadi kontak dan menghasilkan keluaran nilai curah hujan yang displaynya
dapat dilihat pada monitor. Penakar hujan type tipping bucket, nilai curah hujannya
tiap bucket berjungkit tidak sama, serta luas permukaan corongnya beragam
tegantung dari merk pembuatnya. Jadi dalam kita mengoperasikan penakar hujan
jenis tipping bucket, kita harus pula mengetahui secara teliti dasar dari perhitungan
data yang dihasilkannya. Untuk itu perlu dilakukan pengetesan atau
mengkalibrasinya, dengan cara menuangkan sejumlah air sesuai dengan luas
permukaan corong dan nilai curah hujan tiap jungkit / tip bucketnya. Jadi nilai curah
hujan 1 mm yang masuk pada luasan permukaan corong yang berbeda, maka volume
air yang tertampung pun berbeda.
Pemeliharaan :
a. Corong penakar, terutama pada bagian saringannya / debris filter (lihat
gambar), harus selalu diperiksa dan dibersihkan dari debu atau kotoran yang
melekat , sehingga tidak akan menyumbat masuknya air hujan.
b. Perangkat tipping bucket secara periodik diperiksa, serta dibersihkan dari
kotoran yang melekat, supaya keseimbangannya tetap terjaga sehingga hasil
pencatatannya tetap teliti.
c. Disamping pemeriksaan tersebut diatas, diperiksa pula saluran kabel-kabel
dan konektornya.
H.[G.] Alat Pengukur Curah Hujan Standar WMO (World Metrological Organization)
Latar Belakang Peranan air dalam kehidupan sangat besar. Mekanisme kompleks
kehidupan tidak mungkin berfungsi tanpa kehadiran cairan yang berupa air. Bagian besar
bumi dan makhluk hidup juga terdiri atas air.
Air yang berasal dari hujan merupakan fenomena alam yang paling penting bagi
terjadinya kehidupan di bumi. Butiran hujan selain membawa molekul air juga membawa
banyak materi yang penting bagi kehidupan, seperti material pupuk yang lengkap bagi
tumbuhan. Dengan adanya air hujan diperkirakan sekitar 150 ton pupuk jatuh ke bumi
setiap tahunnya. Tanpa adanya mekanisme seperti itu, maka mungkin saat ini jumlah
jenis tanaman tidak akan sebanyak yang kita ketahui.
Dari uraian di atas, kita mengetahui bahwa manfaat air hujan sangatlah penting
bagi kehidupan. Namun, di lain pihak kita belum mampu mengamati fenomena
banyaknya curah hujan yang terjadi pada suatu tempat secara otomatis dan tercatat dalam
sebuah database sehingga data curah hujan belum bisa dimanfaatkan secara optimal.
Deskripsi
Alat pengukur curah hujan merupakan alat untuk mengukur curah hujan yang
terjadi pada suatu daerah baik pedesaan, kecamatan, atau-pun propinsi yang mengacu
pada standar WMO (World Metrological Organitation). Dengan adanya alat pengukur
curah hujan ini kita dapat mengetahui banyaknya curah hujan yang terjadi setiap
waktu. Data curah hujan yang dihasilkan secara otomatis dari alat pengukur curah
hujan ini dapat dikirimkan secara online melalui internet dengan operating sistem
IGOS dan disimpan dalam suatu database yang dapat diakses oleh siapa saja melalui
internet.
Keunggulan
a. Memudahkan BMG dalam mengamati curah hujan pada suatu daerah.
b. Mengukur curah hujan secara otomatis.
c. Database curah hujan di setiap daerah dapat diakses secara online dan setiap saat
sehingga dapat memprediksi terjadinya banjir di suatu daerah.
d. Memberikan data hidrologi untuk kepentingan depertemen-departemen yang
terkait.
e. Software aplikasi dapat dikembangkan menjadi Sistim Informasi Monitoring
banjir, kelembaban udara, temperatur, dan sebagainya.
f. Pencatatan waktu dalam data curah hujan menggunakan waktu yang tertelusur ke
time server.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Alat untuk mengukur jumlah curah hujan yang turun kepermukaan tanah per
satuan luas, disebut Penakar Hujan. Satuan curah hujan yang umumnya dipakai oleh
BMKG adalah millimeter (mm.).
Alat penakar hujan terbagi dalam 2 jenis yaitu :
1. Penakar hujan biasa tipe Obervatorium (Obs.) atau non recording.
2. Penakar hujan Otomatis / penakar hujan yang dapat mencatat sendiri (self-recording).
Terbagi dalam 2 tipe :
a. Penakar Hujan Otomatis type Hellmann yaitu penakar hujan yang menggunakan
sistem pelampung ( Float ).
b. Penakar Hujan Otomatis yang menggunakan sistemTipping Bucket.
Semua alat penakar hujan harus di perhatikan penempatannya di lapangan terbuka
bebas dari halangan. Alat yag teliti dengan menempatkan yang salah akan mengukur
besaran yang salah pula. Alat yang otomatis pemeliharaannya harus lebih intensif.
Keadan alat yang baik yang manual ataupun yang otomatis harus di periksa dari
kebocoran. Saluran penampung yang tersumbat kotoran, tintapena jangan sampai kering
dan jam pemutar silinder pias dalam keadaan berjalan dengan baik.
Daftar Pustaka
Foth, H.D. 1994. Alat Ukur Curah Hujan. Gadjah Mada University Press,Yogyakarta.
Hardjowigeno. S., 1987. Ilmu Ukur Cuaca. Akademika Presindo., Jakarta.