Makalah Akreditasi Madrasah Aliyah

download Makalah Akreditasi Madrasah Aliyah

of 21

description

Penyelenggaraan akreditasi madrasah merupakan kebutuhan bersama, baik pemerintah, masyarakat, maupun bagi lembaga pendidkan itu sendiri. Bagi pemerintah penyelanggaraan akreditasi memiliki arti yang penting, walau secara kuantitas jumlah madrasah sangat banyak dan tersebar hingga pelosok daerah, mengingat sebagian besar madrasah adalah inisiatif masyarakat secara swadaya, namun demikian keterbatasan sumber daya keuangan dan sumber daya manusia dalam penyelenggaraan akreditasi madrasah merupakan masalah yang tentu membatasi jumlah madrasah yang dapat diakreditasi setiap tahunnya.

Transcript of Makalah Akreditasi Madrasah Aliyah

  • AKREDITASI MADRASAH ALIYAH (MA)

    DALAM KEBIJAKAN PENDIDIKAN NASIONAL

    R E V I S I M A K A L A H

    Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah

    " Analisis Kebijakan dan Problematika Pendidikan Islam "

    Dosen Pengampu :

    Dr. H. Mastuki, M.Ag

    Dr. Asaril Muhajir, M.Ag

    Disusun Oleh :

    AFIFUL IKHWAN

    2841104002

    MPI A SMT 2

    PASCASARJANA

    SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

    (STAIN) TULUNGAGUNG

    Juli 2011

  • 2

    AKREDITASI MADRASAH ALIYAH (MA)

    DALAM KEBIJAKAN PENDIDIKAN NASIONAL

    A. Pendahuluan

    Pendidikan merupakan salah satu pranata sosial yang sangat penting dalam

    upaya mencerdaskan bangsa bagi terciptanya kehidupan masyarakat yang maju,

    demokratis dan sejahtera. Hal tersebut sejalan dengan fungsi pendidikan yang

    dikemukakan dalam UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 pasal 3 bahwa Pendidikan Nasional

    berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa

    yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

    berkembangnya potensi agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada

    Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat Jasmani dan Rokhani, berilmu, cakap,

    kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.1

    Pembaharuan pendidikan dilakukan terus menerus agar mampu menghadapi

    berbagai tantangan sesuai perkembangan dengan zamannya. Dalam era reformasi dan

    demokratisasi pendidikan, tantangan yang dihadapi oleh sistem pendidikan meliputi

    persoalan-persoalan yang terkait dengan pemerataan, mutu, relevansi dan efisiensi

    pendidikan.2

    Penyelenggaraan akreditasi sebagai salah satu kegiatan peningkatan mutu

    dibidang pendidikan, pada hakikatnya ialah agar penyelenggara pendidikan dapat

    mencapai standar kualitas yang ditetapkan dan pada gilirannya peserta didik dapat

    mencapai keberhasilan baik dalam penguasaan ilmu pengetahuan, keterampilan maupun

    dalam pembentukan kepribadian.

    Disamping itu, perlu diupayakan penyelenggaraan akreditasi yang sesuai dengan

    paradigma baru dalam penyelenggaraan akreditasi, diantaranya adalah tidak lagi

    membedakan antara lembaga pendidikan negeri dan swasta, mendayagunakan

    keterlibatan dan peran serta masyarakat, serta prinsip keterbukaan.

    Madrasah sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional dituntut untuk selalu

    berupaya meningkatkan kualitas dalam penyelenggaraan pendidikan, hingga dapat

    menghasilkan lulusan yang berkualitas, mampu bersaing serta mampu menghadapi

    1 Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Pasal (3) tentang Sistem pendidikan nasional.

    (Bidang DIKBUD KBRI Tokyo), h. 3 2 Departemen Agama RI. Pedoman Akreditasi Madrasah. (Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan

    Agama Islam Depag RI, 2005), h. 4

  • 3

    tantangan zaman. Penyelenggaraan pendidikan yang menghasilkan lulusan bermutu

    rendah sebenarnya merupakan pemborosan waktu, tenaga dan biaya. Oleh karena itu,

    penyelenggara akreditasi madrasah, sebagai upaya pengendalian mutu, baik melalui

    sistem penilaian hasil belajar, penerapan kurikulum, sarana, tenaga kependidikan,

    maupun melalui pengaturan sistem belajar mengajar adalah sebagai suatu keharusan.3

    Dalam PP Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan

    Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom, telah memuat secara tegas kewenangan

    pemerintah pusat dan kewenangan daerah dalam bidang pendidikan. Berdasarkan

    kebutuhan akan pentingnya peningkatan kualitas madrasah secara sistematis serta

    kebijakan tentang otonomi pendidikan, maka pemerintah (dalam hal ini Diknas dan

    Depag) telah membuat suatu perubahan dalam konteks penilaian kualitas pendidikan

    melalui perbaikan atau revisi dan pengembangan pedoman akreditasi sekolah dan

    madrasah.

    Didalam menentukan kualitas suatu lembaga pendidikan, sistem akreditasi

    memainkan peranan peran yang tidak hanya penting, tetapi juga strategis, antara lain:

    Pertama, memberikan informasi yang komprehensif kepada masyarakat (Stakeholders)

    mengenai madrasah tertentu. Dengan informasi hasil akreditasi tersebut masyarakat

    memperoleh gambaran tentang kekurangan, kelebihan, peluang, dan ancaman yang

    dihadapi madrasah. Kedua, sebagai titik tolak para ahli pendidikan dan para pembina

    madrasah dalam menganalisis dan memberikan solusi terhadap masalah-masalah yang

    dihadapi madrasah. Dengan demikian, pembinaan yang dilakukan terhadap madrsasah

    akan selalu kontekstual dan tepat sasaran. Ketiga, sebagai alat pengendalian kualitas.

    Dengan akreditasi yang komprehensif akan didapatkan peta madrasah dari segi

    kualitasnya. Ini tidak hanya penting bagi para pengambil kebijakan, tetapi juga sangat

    bermanfaat bagi madrasah-madrasah bersangkutan. Informasi akurat yang didapat dari

    akreditasi akan menjadi titik tolak bagi madrasah bersangkutan untuk melakukan

    internal review yang dapat dijadikan patokan dalam penigkatan kualitas.

    Dalam konteks penyempurnaan sistem akreditasi, Pembinaan Perguruan Agama

    Islam (Ditbinrua) Depag RI berusaha semaksimal mungkin memberikan kebijakan-

    kebijakan pendukung. Sekarang ini Depag sedang melakukan reformasi pendidikan

    agama. Dalam hal ini, terdapat beberapa langkah yang ditempuh. Pertama,

    3 Ibid..., h. 4-5

  • 4

    demokratisasi pendidikan. Kedua, debirokratisasi. Ketiga, transparansi. Keempat,

    otonomi pendidikan.4

    Akreditasi madrasah diselenggarakan atas dasar pertimbagan bahwa upaya

    peningkatan madrasah adalah upaya peningkatan kualitas para lulusannya, sehingga

    dapat memiliki basis ilmu pengetahuan dan moral yang diperlukan dalam menghadapi

    masa depannya. Oleh karena itu penyelenggaraan akreditasi madrasah merupakan

    langkah penting dilakukan oleh Departemen Agama, khususnya direktorat madrasah

    dan PAI disekolah umum Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, dalam

    memotret kinerja madrasah dalam rangka peningkatan mutu penyelenggaraan dan

    pelayanan pendidikan.5

    Latar belakang atau alasan dilakukannya kebijakan akreditasi sekolah/madrasah

    adalah bahwa setiap warga negara Indonesia berhak mendapat pendidikan yang layak

    dan bermutu. Untuk memenuhi pendidikan yang layak dan bermutu maka tiap

    sekolah/madrasah harus diakreditasi untuk memenuhi standar kelayakan.

    B. Dasar Hukum Akreditasi Madrasah

    Pada hakekatnya pendidikan dalam konteks pembangunan nasional mempunyai

    fungsi (1) pemersatu bangsa, (2) penyamaan kesempatan, dan (3) pengembangan

    potensi diri. Pendidikan diharapkan dapat memperkuat kebutuhan bangsa dalam Negara

    Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), memberi kesempatan yang sama bagi setiap

    warga Negara untuk berpartisipasi dalam pembangunan, dan memungkinkan setiap

    warga negara untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya secara optimal. Dalam

    Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

    Nasional Bab XVI Pasal (60) tentang akreditasi dijelaskan bahwa :

    (1) Akreditasi dilakukan untuk menentukan kelayakan program dan satuan

    pendidikan pada jalur pendidikan formal dan nonformal pada setiap jenjang dan

    jenis pendidikan.

    (2) Akreditasi terhadap program dan satuan pendidikan dilakukan oleh Pemerintah

    dan/atau lembaga mandiri yang berwenang sebagai bentuk akuntabilitas publik.

    (3) Akreditasi dilakukan atas dasar kriteria yang bersifat terbuka.

    4 Muhammad Irfan, Menyoal Sistem Akreditasi Madrasah, dalam Jurnal Madrasah. (Jakarta:

    Departemen Agama Pusat, Vol. 5, No. 1, 2001), h. 19 5 H. Abdul Azis, dalam Sambutan Direktur Madrasah dan Pendidikan Agama Islam di Sekolah Umum

    dalam Departemen Agama RI. Pedoman Akreditasi Madrasah. (Jakarta: Direktorat Jenderal

    Kelembagaan Agama Islam Depag RI, 2005), h. v

  • 5

    (4) Ketentuan mengenai akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2),

    dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.6

    Akreditasi sekolah mangacu pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

    Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Bab XIII tentang

    Akreditasi yang memuat pasal:

    Pasal 86

    (1) Pemerintah melakukan akreditasi pada setiap jenjang dan satuan pendidikan

    untuk menentukan kelayakan program dan/atau satuan pendidikan.

    (2) Kewenangan akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat pula

    dilakukan oleh lembaga mandiri yang diberi kewenangan oleh Pemerintah

    untuk melakukan akreditasi.

    (3) Akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) sebagai bentuk

    akuntabilitas publik dilakukan secara obyektif, adil, transparan, dan

    komprehensif dengan menggunakan instrumen dan kriteria yang mengacu

    kepada Stndar Nasional Pendidikan.7

    Pasal 87

    (1) Akreditasi oleh Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 86 ayat (1)

    dilaksanakan oleh:

    a. BAN-S/M (Badan Akreditasi Nasional-Sekolah/Madrasah) terhadap

    program dan/atau satuan pendidikan pendidikan jalur formal pada

    jenjang pendidikan dasar dan menengah;

    (2) Dalam melaksanakan akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), BAN-

    S/M (Badan Akreditasi Nasional-Sekolah/Madrasah) dibantu oleh badan

    akreditasi provinsi yang dibentuk oleh Gubernur.

    (3) Badan akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berada di bawah dan

    bertanggung jawab kepada Menteri.

    (4) Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya badan akreditasi sebagaimana

    dimaksud pada ayat (1) bersifat mandiri.

    6 Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Pasal (3) tentang Sistem pendidikan nasional,

    h. 19 7 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,

    h. 59

  • 6

    (5) Ketentuan mengenai badan akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

    diatur labih lanjut dengan Peraturan Menteri.8

    Undang-Undang tersebut memuat visi, misi, fungsi, dan tujuan pendidikan

    nasional, untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu, relevan dengan kebutuhan

    masyarakat, dan berdaya saing dalam kehidupan global.

    Visi Pendidikan Nasional adalah mewujudkan sistem pendidikan sebagai

    pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga Negara

    Indonesia agar berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan

    proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Misi pendidikan nasional

    adalah :

    1. mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh

    pendidikan yang bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia;

    2. meningkatkan mutu pendidikan yang memiliki daya saing di tingkat

    nasional, regional, dan internasional;

    3. Meningkatkan relevansi pendidikan dengan kebutuhan masyarakat dan

    tantangan global;

    4. membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa secara

    utuh sejak usia dini sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan

    masyarakat belajar;

    5. meningkatkan kesiapan masukan dan kualitas proses pendidikan untuk

    mengoptimalkan pembentukan kepribadian yang bermoral;

    6. meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan

    sebagai pusat pembudayaan ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman,

    sikap, dan nilai berdasarkan standar nasional dan global; dan

    7. memberdayakan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan

    berdasarkan prinsip otonomi dalam konteks Negara Kesatuan Republik

    Indonesia.

    8 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

    Bab XIII tentang Akreditasi, h. 59-60

  • 7

    Terkait dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Pasal

    (3) tentang Sistem pendidikan nasional, terkait dengan Peraturan Pemerintah Republik

    Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, terkait tentang

    visi dan misi pendidikan nasional tersebut, maka reformasi pendidikan meliputi hal-hal

    berikut:

    1. Penyelenggaraan pendidikan dinyatakan sebagai suatu proses pembudayaan

    dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.

    2. Adanya perubahan pandangan tentang peran manusia dari paradigma

    manusia sebagai sumber daya pembangunan, menjadi paradigma manusia

    sebagai subjek pembangunan secara utuh.

    3. Adanya pandangan terhadap keberadaan peserta didik yang terintegrasi

    dengan lingkungan sosial-kulturalnya dan pada gilirannya akan

    menumbuhkan individu sebagai pribadi dan anggota masyarakat mandiri

    yang berbudaya.

    4. Dalam rangka mewujudkan visi dan menjalankan misi pendidikan nasional

    tersebut, maka diperlukan suatu acuan dasar (berchmark) oleh setiap

    penyelenggara dan satuan pendidikan. 9

    C. Pengertian Akreditasi Madrasah

    Secara terminologi akreditasi didefinisikan sebagai suatu proses penilaian

    kualitas dengan menggunakan kriteria baku mutu yang ditetapkan dan bersifat terbuka.

    Dalam konteks akreditasi madrasah dapat diberikan pengertian sebagai suatu proses

    penilaian kualitas madrasah, baik madrasah negeri maupun madrasah swasta dengan

    menggunakan kriteria baku mutu yang diterapkan oleh pemerintah atau lembaga

    akreditasi. Hasil penilaian tersebut selanjutnya dijadikan dasar untuk memelihara dan

    meningkatkan kualitas penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan lembaga yang

    bersangkutan.10

    Akreditasi sekolah/madrasah adalah kegiatan penilaian yang dilakukan

    oleh pemerintah atau lembaga mandiri yang berwenang. untuk menentukan kelayakan

    program atau satuan pendidikan pada jalur pendidikan formal dan non-formal pada

    setiap jenjang dan jenis pendidikan., berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, sebagai

    bentuk akuntabilitas publik yang dilakukan secara obyektif, adil, transparan, dan

    9 Mulyono, Manajenem Administrasi & Organisasi Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2009),

    h.273-276 10

    Departemen Agama RI. Pedoman Akreditasi Madrasah..., h. 5-6

  • 8

    komprehensif dengan menggunakan instrumen dan kriteria yang mengacu kepada

    Standar Nasional Pendidikan.11

    D. Tujuan, Fungsi dan Manfaat Akreditasi Madrasah

    Tujuan Akreditasi Madrasah/Sekolah adalah:

    1. Memberikan informasi tentang kelayakan Sekolah/Madrasah atau program yang

    dilaksanakannya berdasarkan Standar Nasional Pendidikan.

    2. Memberikan pengakuan peringkat kelayakan.

    3. Memberikan rekomendasi tentang penjaminan mutu pendidikan kepada program

    dan/atau satuan pendidikan yang diakreditasi oleh pihak terkait. 12

    Fungsi Akreditasi Madrasah

    Dengan menggunakan instrumen akreditasi yang komprehensif, hasil akreditasi

    diharapkan dapat memetakan secara utuh profil sekolah/madrasah. Proses akreditasi

    sekolah/madrasah berfungsi untuk :

    1. Pengetahuan, yaitu sebagai informasi bagi semua pihak tentang kelayakan

    sekolah/madrasah dilihat dari berbagai unsur terkait yang mengacu pada standar

    minimal beserta indikator-indikator.

    2. Akuntabilitas, yaitu sebagai bentuk pertanggung jawaban sekolah/madrasah

    kepada publik, apakah layanan yang dilakukan dan diberikan oleh

    sekolah/madrasah telah memenuhi harapan atau keinginan masyarakat.

    3. Pembinaan dan pengembangan, yaitu sebagai dasar bagi sekolah/madrasah,

    pemerintah, dan masyarakat dalam upaya peningkatan atau pengembangan mutu

    sekolah/madrasah.13

    4. Perlindungan Masyarakat (Quality Assurance)

    Maksudnya agar masyarakat memperoleh jaminan tentang kualitas pendidikan

    madrasah yang akan dipilihnya sehingga terhindar dari adanya praktik yang

    tidak bertanggung jawab.

    11

    Pengertian ini digariskan Undang-undang sistem pendidikan pada pasal 60 ayat (1) dan (2) serta PP 19

    tahun 2005 Pasal 1 ayat (21) dan Pasal 86 ayat (3) 12

    Departemen Agama RI. Pedoman Akreditasi Madrasah..., h. 6 13

    Ninuk Dwi Wuriyani, dalam Akreditasi Sekolah & Madrasah, http://ninukdwiwuriyani.blogspot.com/,

    diakses pada Kamis, 16 Juni 2011, 20.00 wib.

  • 9

    5. Pengendalian Mutu (Quality Control)

    Maksudnya agar madrasah mengetahui akan kekuatan dan kelemahan yang

    dimilikinya sehingga dapat menyusun perencanaan pengembangan secara

    kesinambungan.

    6. Pengembangan Mutu (Quality Improvement)

    Maksudnya agar madrasah merasa terdorong dan tertantang untuk selalu

    mengembangkan dan mempertahankan kualitas serta berupaya

    menyempurnakan dari berbagai kekurangan.14

    Manfaat Akreditasi Madrasah

    1. Dapat dijadikan sebagai acuan dalam upaya peningkatan mutu

    Sekolah/Madrasah dan rencana pengembangan Sekolah/Madrasah.

    2. Dapat dijadikan sebagai motivator agar Sekolah/Madrasah terus meningkatkan

    mutu pendidikan secara bertahap, terencana, dan kompetitif baik di tingkat

    kabupaten/kota, provinsi, nasional bahkan regional dan internasional.

    3. Dapat dijadikan umpan balik dalam usaha pemberdayaan dan pengembangan

    kinerja warga Sekolah/Madrasah dalam rangka menerapkan visi, misi, tujuan,

    sasaran, strategi, dan program Sekolah/Madrasah.

    4. Membantu mengidentifikasi Sekolah/Madrasah dan program dalam rangka

    pemberian bantuan pemerintah, investasi dana swasta dan donatur atau bentuk

    bantuan lainnya.

    5. Bahan informasi bagi Sekolah/Madrasah sebagai masyarakat belajar untuk

    meningkatkan dukungan dari pemerintah, masy, maupun sektor swasta dalam

    hal profesionalisme, moral, tenaga, dan dana.

    6. Membantu Sekolah/Madrasah dalam menentukan dan mempermudah

    kepindahan peserta didik dari satu sekolah ke sekolah lain, pertukaran guru, dan

    kerjasama yang saling menguntungkan.15

    E. Sasaran Akreditasi Madrasah

    Sesuai dengan amanat yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun

    2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2000

    tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas), bahwa perlu adanya

    keterlaksanaan pengembangan sistem akreditasi satuan pendidikan formal dan non

    14

    Mulyono, Manajenem Administrasi & Organisasi Pendidikan, h. 279-280 15

    Ninuk Dwi Wuriyani, dalam Akreditasi Sekolah & Madrasah, Kamis, 16 Juni 2011, 20.05 wib.

  • 10

    formal secara adil dan merata, baik negeri maupun swasta, maka satuan pendidikan di

    lingkungan Departemen Agama pada jalur formal yang menjadi sasaran akreditasi

    adalah:

    1. Madrasah Ibtidaiyah Negeri dan Swasta.

    2. Madrasah Tsanawiyah Negeri dan Swasta.

    3. Madrasah Aliyah Negeri dan Swasta.16

    Adapun juga Lingkup Akreditasi yang lebih luas mencakup:

    1. Taman Kanak-kanak (TK)/Raudhatul Atfal (RA).

    2. Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI).

    3. Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs).

    4. Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA).

    5. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)/Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK).

    6. Sekolah Luar Biasa (SLB) yang terdiri dari Taman Kanak-kanak Luar Biasa

    (TKLB), Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama

    Luar Biasa (SLTPLB), dan Sekolah Menengah Luar Biasa (SMLB).17

    F. Persyaratan Akreditasi Madrasah

    Untuk memperoleh pengakuan status dan tingkat kelayakan madrasah melalui

    akreditasi, sekurang-kurangnya satuan pendidikan madrasah harus telah memenuhi

    persyaratan sebagai lembaga penyelenggara pendidikan, yaitu:

    1. Tersedianya komponen penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran pada

    satuan pendidikan, yaitu:

    a. Kepala madrasah

    b. Pendidikan dan tenaga kependidikan, yang terdiri dari sekurang-

    kurangnya guru setiap kelas bagi Madrasah Ibtidaiyah, seorang guru

    untuk masing-masing mata pelajaran bagi Madrasah Tsanawiyah dan

    Madrasah Aliyah.

    c. Siswa sekurang-kurangnya 10 orang setiap tingkatan.

    d. Melaksanakan kurikulum yang berlaku.

    e. Ruang belajar.

    f. Buku pelajaran, peralatan dan media pendidikan yang diperlukan.

    16

    Mulyono, Manajenem Administrasi & Organisasi Pendidikan, h. 280 17

    Fahri Azis, dalam Akreditasi Sekolah dan Madrasah,

    http://fahriartikel.blogspot.com/2010/01/akreditasi-sekolah-dan-madrasah.html, diakses pada Kamis, 16

    Juni 2011, 18.30 wib.

  • 11

    g. Sumber dana tetap.

    2. Penyelenggara pendidikan, baik itu dari pemerintah maupun dari

    masyarakat. Adapun penyelenggara pendidikan dari masyarakat harus

    berbentuk yayasan atau organisasi sosial yang berbadan hukum.

    3. Telah memiliki piagam terdaftar atau izin operasional penyelanggaraan

    madrasah dari instansi yang berwenang.18

    4. Telah menamatkan peserta didik.

    G. Penilaian Akreditasi Madrasah

    Untuk menilai mutu madrasah dalam menghasilakan lulusan yang berkualitas,

    komponen penting yang dijadikan sasaran penilaian dalam akreditasi madrasah adalah:

    a. Proses Belajar Mengajar (PBM); Perencanaan, Pelaksanaan program kurikuler,

    Pelaksanaan program ekstrakurikuler, Hasil, dan Dampak.

    b. Sumber Daya; Sarana dan prasarana pendidikan, Sumber daya manusia, Sumber

    daya keuangan.

    c. Manajemen Madrasah; Manajemen Sarana Prasarana, Manajemen Sumber Daya

    Manusia, Manajemen Keuangan.

    d. Kultur dan Lingkup Madrasah; Suasana ke-Islaman, Suasana sosial hubungan

    madrasah dengan masyarakat, lembaga pendidikan lain, serta berkenaan dengan

    peran serta majelis madrasah.19

    H. Prinsip yang Perlu Dipegang dalam Kegiatan Akreditasi Madrasah

    1. Objektif; akreditasi Sekolah/Madrasah pada hakikatnya merupakan kegiatan

    penilaian tentang kelayakan penyelenggaraan pendidikan yang ditunjukkan oleh

    suatu Sekolah/Madrasah. Dalam pelaksanaan penilaian ini berbagai aspek yang

    terkait dengan kelayakan itu diperiksa dengan jelas dan benar untuk memperoleh

    informasi tentang kebera-daannya. Agar hasil penilaian itu dapat menggambarkan

    kondisi yang sebenarnya untuk dibandingkan dengan kondisi yang diharapkan maka

    dalam prosesnya digunakan indikator-indikator terkait dengan kriteria-kriteria yang

    ditetapkan.

    2. Komprehensif; dalam pelaksanaan akreditasi Sekolah/Madrasah, fokus penilaian

    tidak hanya terbatas pada aspek-aspek tertentu saja tetapi juga meliputi berbagai

    18

    Departemen Agama RI. Pedoman Akreditasi Madrasah..., h. 7-8 19

    Mulyono, Manajenem Administrasi & Organisasi Pendidikan, h. 281-288

  • 12

    komponen pendidikan yang bersifat menyeluruh. Dengan demikian hasil yang

    diperoleh dapat menggambarkan secara utuh kondisi kelayakan Sekolah/Madrasah

    tersebut.

    3. Adil; dalam melaksanakan akreditasi, semua Sekolah/Madrasah harus diperlakukan

    sama dengan tidak membedakan S/M atas dasar kultur, keyakinan, sosial budaya,

    dan tidak memandang status Sekolah/Madrasah baik negeri ataupun swasta.

    Sekolah/Madrasah harus dilayani sesuai dengan kriteria dan mekanisme kerja secara

    adil dan/atau tidak diskriminatif.

    4. Transparan; data dan informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan akreditasi S/M

    seperti kriteria, mekanisme kerja, jadwal serta sistem penilaian akreditasi dan

    lainnya harus disampaikan secara terbuka dan dapat diakses oleh siapa saja yang

    memerlukannya.

    5. Akuntabel; pelaksanaan akreditasi S/M harus dapat dipertanggungjawabkan baik

    dari sisi penilaian maupun keputusannya sesuai aturan dan prosedur yang telah

    ditetapkan20

    I. Komponen Penilaian Akreditasi Madrasah dan Mekanisme Akreditasi Madrasah

    Komponen Penilaian Akreditasi Madrasah: (Terlampir)

    1. Standar Isi, [Permendiknas No. 22/2006] - Lihat Lampiran Hal. 1

    2. Standar Proses, [Permendiknas No. 41/2007] - Lihat Lampiran Hal. 5

    3. Standar Kompetensi Lulusan, [Permendiknas No. 23/2006] - Lihat Lampiran

    Hal. 8

    4. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, [Permendiknas No. 13/2007

    tentang Kepala Sekolah, Permendiknas No. 16/2007 tentang Guru,

    Permendiknas No. 24/2008 tentang Tenaga Administrasi] - Lihat Lampiran Hal.

    16

    5. Standar Sarana dan Prasarana [Permendiknas 24/2007] - Lihat Lampiran Hal. 18

    6. Standar Pengelolaan, [Permendiknas 19/2007] - Lihat Lampiran Hal. 26

    7. Standar Pembiayaan, [Peraturan Pemerintah. 48/2008] - Lihat Lampiran Hal. 32

    8. Standar Penilaian Pendidikan. [Permendiknas 20/2007]21 - Lihat Lampiran Hal.

    39

    20

    Pelatihan Materi 1, Kebijakan Umum Akreditasi Sekolah/Madrasah, h. 13-15 21

    Ibid.., h. 16

  • 13

    Mekanisme Akreditasi Madrasah meliputi tahapan-tahapan sebagai berikut:

    1. Penyusunan Rencana Jumlah dan Alokasi Sekolah/Madrasah

    Badan Akreditasi Provinsi Sekolah/Madrasah (BAP-S/M) menyusun

    perencanaan jumlah dan alokasi Sekolah/Madrasah yang akan diakreditasi

    dengan koordinasi Disdik Provinsi dan Kanwil Depag untuk tiap provinsi pada

    setiap tahunnya dan jabaran alokasi untuk setiap kabupaten/kota.

    2. Pengumuman Secara Terbuka kepada Sekolah/Madrasah

    Badan Akreditasi Provinsi Sekolah/Madrasah (BAP-S/M) mengumumkan secara

    terbuka kepada Sekolah/Madrasah pada provinsinya masing-masing untuk

    menyampaikan usul akreditasi melalui Disdik Kabupaten/Kota, Kandepag,

    UPA, dan media lainnya.

    3. Pengusulan Daftar Sekolah/Madrasah

    Disdik Provinsi dan Kabupaten/Kota, Kanwil Depag, dan Kandepag

    mengusulkan daftar nama dan alamat Sekolah/Madrasah yang akan diakreditasi

    mengacu pada alokasi yang telah ditetapkan.

    4. Pengiriman Perangkat Akreditasi ke Sekolah/Madrasah

    Badan Akreditasi Provinsi Sekolah/Madrasah BAP-S/M mengirimkan Perangkat

    Akreditasi ke Sekolah/Madrasah yang akan diakreditasi, terdiri dari:

    a. Instrumen Akreditasi.

    b. Petunjuk Teknis Pengisian Instrumen Akreditasi.

    c. Instrumen Pengumpulan Data dan Informasi Pendukung, serta

    d. Teknik Penskoran dan Pemeringkatan Hasil Akreditasi.

    5. Pengisian Instrumen Akreditasi dan Instrumen Pendukung

    Sebelum mengajukan permohonan akreditasi, Sekolah/Madrasah harus

    melakukan evaluasi diri terlebih dahulu. Evaluasi diri ini dilakukan melalui

    pengisian Instrumen Akreditasi dan Instrumen Pendukung yang telah dikirimkan

    oleh Badan Akreditasi Provinsi Sekolah/Madrasah BAP-S/M.

    6. Pengiriman Instrumen Akreditasi dan Instrumen Pendukung

    Sekolah/Madrasah mengirimkan Instrumen Akreditasi dan Instrumen

    Pendukung dan mengajukan permohonan untuk diakreditasi kepada Badan

    Akreditasi Provinsi Sekolah/Madrasah BAP-S/M melalui Unit Pelaksana

    Akreditasi-Sekolah/Madrasah UPA-S/M Kab/Kota, atau langsung ke BAP-S/M

    bagi Kab/Kota yang tidak memiliki Unit Pelaksana Akreditasi-

  • 14

    Sekolah/Madrasah (UPA-S/M), dengan tembusan ke Dinas Pendidikan

    Kab/Kota dan Kandepag. Pengajuan akreditasi oleh Sekolah/Madrasah harus

    dilengkapi dengan surat pernyataan Kepala Sekolah/Madrasah tentang

    Keabsahan Data dalam Instrumen Akreditasi dan Instrumen Pendukung.

    7. Penentuan Kelayakan Visitasi

    Badan Akreditasi Provinsi Sekolah/Madrasah BAP-S/M menentukan kelayakan

    visitasi berdasarkan hasil evaluasi diri. Apabila pemeriksaan hasil evaluasi diri

    dinyatakan layak untuk divisitasi, maka BAP-S/M menugaskan asesor untuk

    melaksanakan visitasi ke Sekolah/Madrasah. Namun apabila hasil pemeriksaan

    tersebut dinyatakan tidak layak, maka BAP-S/M membuat surat kepada

    Sekolah/Madrasah yang berisi tentang penjelasan agar Sekolah/Madrasah yang

    bersangkutan melakukan perbaikan.

    8. Penugasan Tim Asesor

    BAP-S/M menetapkan dan menugaskan tim asesor untuk melaksanakan visitasi

    ke Sekolah/Madrasah.

    9. Pelaksanaan Visitasi

    Asesor melaksanakan visitasi dengan jalan melakukan klarifikasi, verifikasi, dan

    validasi data evaluasi diri Sekolah/Madrasah sesuai dengan kondisi yang ada.

    Setelah itu tim asesor melaporkan hasil visitasi tersebut kepada Badan

    Akreditasi Provinsi Sekolah/Madrasah BAP-S/M.

    10. Verifikasi Hasil Visitasi Asesor

    Badan Akreditasi Provinsi Sekolah/Madrasah BAP-S/M melakukan verifikasi

    terhadap hasil visitasi asesor terutama untuk butir-butir esensial.

    11. Penetapan Hasil Akreditasi Sekolah/Madrasah

    Badan Akreditasi Provinsi Sekolah/Madrasah BAP-S/M menetapkan hasil

    akreditasi Sekolah/Madrasah melalui rapat pleno. Rapat pleno penetapan hasil

    akhir akreditasi harus dihadiri oleh sekurang-kurangnya lebih dari 50% jumlah

    anggota BAP-S/M. Keputusan penetapan hasil akreditasi ditetapkan melalui

    musyawarah untuk mufakat. Hasil rapat pleno BAP-S/M tentang penetapan hasil

    akreditasi dituangkan dalam bentuk Surat Keputusan BAP-S/M.

    12. Penerbitan Sertifikat

    Berdasarkan hasil akreditasi yang ditetapkan melalui rapat pleno, BAP-S/M

    sesuai dengan kewenangannya akan menerbitkan sertifikat akreditasi S/M sesuai

    dengan format dan blanko yang dikeluarkan oleh BAN-S/M.

  • 15

    13. Pelaporan Hasil Akreditasi

    Hasil akreditasi Sekolah/Madrasah tersebut akan dilaporkan ke berbagai pihak

    sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing, sebagai berikut.

    BAN-S/M melaporkan kegiatan akreditasi Sekolah/Madrasah kepada

    Mendiknas.

    BAP-S/M melaporkan kegiatan akreditasi Sekolah/Madrasah kepada

    Gubernur dengan tembusan kepada BAN-S/M, Dinas Pendidikan

    Provinsi, Kanwil Depag, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, Kandepag,

    dan Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP).

    Laporan hasil akreditasi Sekolah/Madrasah juga dapat diakses oleh

    berbagai pihak yang terkait dan berkepentingan dengan peningkatan

    mutu pendidikan.

    Seluruh hasil akreditasi secara nasional diumumkan melalui website

    BAN-S/M dengan alamat situs di www.ban-sm.or.id Depdiknas, Depag,

    Dinas Pendidikan Provinsi, Kanwil Depag, Dinas Pendidikan Kab/Kota,

    Kandepag, dan penyelenggara melakukan pembinaan terhadap

    Sekolah/Madrasah berdasarkan hasil akreditasi sesuai dengan

    kewenangannya.22

    22

    Tim Pelaksana Akreditasi, Kebijakan dan Pedoman Akreditasi Sekolah/Madrasah, t.t, t.p, 2005, h. 41-

    46

  • 16

    Alur Pelaksanaan Akreditasi Madrasah Aliyah23

    J. Analisis SWOT

    1. Strengths (Kekuatan)

    Pembaharuan di bidang pendidikan dilakukan terus-menerus agar mampu

    menghadapi berbagai tantangan sesuai perkembangan zaman dalam era reformasi

    dan demokrasi pendidikan. Tantangan yang dihadapi sistem pendidikan meliputi

    persoalan-persoalan pemerataan, mutu, relevansi dan efesiensi pendidikan. Denagn

    diadakannya program akreditasi ini diharapkan dapat mencapai standar kualitas

    yang ditetapkan pada gilirannya peserta didik dapat mencapai keberhasilan

    pendidikan.

    Adanya landasan hukum tentang akreditasi madrasah/sekolah dalam undang-

    undang sebagai wujud dukungan dari pemerintah dalam mewujudkan kelayakan

    program satuan pendidikan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, sebagaimana

    pengertian dasar pada akreditasi itu sendiri.

    Adanya pula dukungan, berupa peran serta besar dari masyarakat sebagai

    wujud mensukseskan dan mendukung pemerintah sebagaimana yang sudah

    ditetapkan dalam undang-undang untuk meningkatkan suatu lembaga pendidikan

    23

    Mulyono, Manajenem Administrasi & Organisasi Pendidikan, h. 299

    MA

    Mengajukan

    Permohonan Untuk

    Diakreditasi Kepada

    MA (Kanwil)

    Kanwil Provinsi

    Membentuk Dewan

    Akreditasi Madrasah

    (DAM) Provinsi

    Lalu Kanwil

    mengeluarkan

    keputusan tentang

    penetapan Peringkat

    Akreditasi Madrasah

    DAM Kab./Kota

    Mengusulkan

    kepada Kanwil

    Penetapan Peringkat

    Akreditasi Madrasah

    yg sdh diketahui

    oleh pihak kab/kota

    DAM Provinsi

    Membuat Surat

    Tugas Tim Penilai

    Provinsi

    Tim Penilai

    melakukan visitasi

    dan penilaian

    Tim Penilai

    melaporkan hasil

    penilaian kepada

    DAM Kab./Kota

    (untuk diketahui

    pihak kab/kota)

  • 17

    dengan penilaian dari pemerintah baik pusat maupun daerah dengan alat akreditasi.

    Dengan demikian kepercayaan masyarakat pada suatu lembaga pendidikan

    madrasah/sekolah ter-akreditasi meningkat dengan bukti out put atau lulusan para

    peserta didiknya yang mampu berkompeten atau berdaya saing dari tiap-tiap

    madrasah yang sudah terakreditasi ataupun belum. Dan dari waktu ke waktu telah

    lahir banyak madrasah aliyah sebagai bentuk kepedulian terhadap pendidikan.

    2. Weaknesses (Kelemahan)

    Pelaku Madrasah Swasta yang masih belum begitu paham seputar

    perekomendasian pengusulan akreditasi, terutama dalam penerapannya dilapangan

    yang pada kenyataannya tidak sesuai dengan teori atau ketetapan pemerintah yang

    sudah jelas termaktub dalam undang-undang dasar, dikarenakan karakteristik

    individu pemegang pemerintah (Kinerja Pemerintah).

    Salah satu syarat akreditasi yang kurang pemahaman pada madrasah dalam

    menerapkan kurikulum nasional antara lain ditandai dengan ketidak pemilikan

    dokumen kurikulum (terutama KTSP pada saat ini yang ditetapkan oleh pemerintah)

    secara lengkap.

    "Bagi publik dan masyarakat, tidak ada artinya bila pelayanan publik

    menjadi beban masyarakat. Ini kebijakan pertama yang harus kita pikirkan dan

    bagaimana mekanisme yang kita ambil. Jadi nantinya sepenuhnya ditanggung oleh

    pemerintah,"24

    (Sebagian orang kebijakan pemerintah masih dianggap membebani

    masyarakat).

    3. Opportunities (Peluang)

    Pencapaian prestasi oleh siswa madrasah berkat bimbingan para guru

    pendidik yang profesional, pembenahan sistem, regulasi serta mekanisme

    pendidikan pada madrasah berkat kekuatan (Strengths) dari akreditasi.

    Peningkatan keahlian dan profesionalisme guru dilakukan secara intensif

    melalui sertifikasi dan peningkatan kredibilitas lembaga pendidikan melalui

    akreditasi madrasah.

    4. Threats (Ancaman)

    Kedudukan akreditasi yang demikian strategis itu justru akan menjadi

    boomerang jika sistem akreditasi yang diterapkan tidak credible dan komprehensif.

    Akreditasi hanya akan menjadi informasi di atas kertas yang tidak selamanya

    24

    Bahrul Ayat. Kemenag Tengah Pertimbangkan Pendidikan di Madrasah Gratis. MAPENDA

    Kementerian Agama Kabupaten Malang. Rubrik : Berita Terkini. By: mapenda. 2011-01-03

  • 18

    bersesuaian dengan kondisi objektif lapangan. Oleh karena itulah sistem akreditasi

    harus mendapatkan porsi perhatian yang sama besarnya dengan masalah-masalah di

    dunia pendidikan lainnya.

    Selama ini akreditasi yang dilakukan cenderung masih berkisar pada bidang-

    bidang yang bersifat kuantitatif dan administratif. Dalam visitasi, yang merupakan

    salah satu komponen penting dalam kegiatan akreditasi, kondisi riil madrasah hanya

    dilihat dari sisi admnistratif. Hal ini memberikan informasi yang bersifat statis

    karena dinamika proses belajar mengajar itu.

    Akreditasi yang selalu berfokus pada masalah administratif bukan hanya

    gagal memberikan informasi komprehensif kepada masyarakat, tetapi juga

    memberikan informasi tidak lengkap kepada para ahli pendidikan dan pembina

    madrasah.

    Solusi-solusi yang diajukan pun kemudian sering tidak sejalan dengan

    masalah riil yang dihadapi oleh madrasah. Dalam hal ini, akreditasi harus mencakup

    bidang-bidang kualitatif.

    K. Analisis Root Cause Analysis (RCA)25

    1. Gejala

    Masih ada sebagian besar anggapan masyarakat dalam penilaian akreditasi terjadi

    manipulasi data yang tidak sesuai dengan realita di Madrasah, bahwa seharusnya

    sebuah Madrasah itu tidak layak Ter-Akreditasi.

    2. Penyebab

    Kurang dalam pengawasan baik kepada Tim Penilai Akreditasi maupun kepada

    Sekolah/Madrasah yang mengajukan akreditasi, karena mereka bekerjasama untuk

    saling menguntungkan, Tim Penilai mendapatkan amplop dan Madrasah

    mendapatkan nilai Akreditasi.

    3. Akar Permasalahan

    Pengawasannya, baik dari pemerintah atau masyarakat yang lebih tau kondisi real

    madrasah di daerahnya, adapun jika masyarakat mendukung manipulasi tersebut

    demi kemajuan nama daerahnya seharusnya mereka sadar out put (lulusan) apakah

    benar-benar berkompeten sesuai kelayakan akreditasi madrasah itu atau tidak.

    25

    Masih berupa anggapan/isu yang tersebar luas di masyarakat/hasil diskusi kelas Senin, 27 Juni 2011,

    belum bisa dibuktikan secara real, baik berupa penelitan lapangan (field Research) atau melalui

    lembaga survey tentang Akreditasi Madrasah Aliyah, dikarenakan keterbatasan waktu untuk

    pengumpulan tugas ini.

  • 19

    4. Akibat

    Out put (alumni peserta didik) Madrasah tersebut tidak berdaya saing/berkompeten

    ke-ilmuanya sesuai tujuan pendidikan dan harapan masyarakat umum pastinya.

    5. Solusi

    Sadarkan masyarakat betapa pentingnya segala sesuatu yang berhubungan demi

    untuk memajukan pendidikan, yang salah satunya adalah Akreditasi ini, terutama

    masyarakat pedesaan. Dan mengadakan pelatihan Kepala Sekolah atau guru-guru

    madrasah guna pemahaman lebih jauh tentang Akreditasi khususnya, setelah

    pelatihan Kepala Sekolah atau perwakilan guru itu tadi menyampaikannya pula

    kepada teman sejawat guru lainya.

    E. Kesimpulan

    Penyelenggaraan akreditasi madrasah merupakan kebutuhan bersama, baik

    pemerintah, masyarakat, maupun bagi lembaga pendidkan itu sendiri. Bagi pemerintah

    penyelanggaraan akreditasi memiliki arti yang penting, walau secara kuantitas jumlah

    madrasah sangat banyak dan tersebar hingga pelosok daerah, mengingat sebagian besar

    madrasah adalah inisiatif masyarakat secara swadaya, namun demikian keterbatasan

    sumber daya keuangan dan sumber daya manusia dalam penyelenggaraan akreditasi

    madrasah merupakan masalah yang tentu membatasi jumlah madrasah yang dapat

    diakreditasi setiap tahunnya.

    Bagi madrasah yang telah diakreditasi dan masa berlaku piagam akreditasinya

    masih berlaku, maka diberikan kesempatan untuk tetap menggunakan hasil akreditasi

    yang ada sampai batas waktu berlakunya habis. Selanjutnya, madrasah tersebut dapat

    mengajukan permohonan untuk diakreditasi kembali sesuai dengan ketentuan yang

    berlaku.

    Dilakukannya kebijakan akreditasi sekolah/madrasah adalah bahwa setiap warga

    negara Indonesia berhak mendapat pendidikan yang layak dan bermutu. Untuk

    memenuhi pendidikan yang layak dan bermutu maka tiap sekolah/madrasah harus

    diakreditasi untuk memenuhi standar kelayakan.

    Alternatif lain dari penyelenggaraan akreditasi madrasah adalah dimungkinkan

    untuk menggunakan lembaga akreditasi selain Dewan Akreditasi Madrasah (DAM),

    sepanjang lembaga tersebut berbadan hukum dan diakui keberadaannya oleh

    Pemerintah Republik Indonesia.

  • 20

    Menurut singkat penulis, akreditasi adalah bumerang kecil bagi pihak pengelola

    pendidikan jika dalam meningkatkan mutu kualitas madrasah secara yuridis hukum

    menjadi ajang konflik internal bahkan eksternal dalam mencapai target kuantitas dari

    pelanggan bukan kualitasnya dan melalaikan kepuasan terselubung atas mutualisme

    yang terjadi dalam transaksi nilai pendidikan di madraasah, tidak terlalu berlebihan

    untuk mengatakan bahwa akreditasi madrasah/sekolah dapat bersudut pada marketable

    yang bermuara pada money education, yang mendapat laba adalah yang laris di pasaran

    pendidikan, dan yang defisit26 adalah yang sepi pelanggan, akankah persaingan

    semacam (dianggap ancaman) ini terus berlangsung? Jawabannya adalah ya, persaingan

    dalam dunia pendidikan memang harus terjadi secara positif, dan jika kita ingin

    mengetahui bermutu atau tidaknya suatu madrasah harus terpaksa bisa menilai out put

    dan out come, walaupun itu bukan jaminan pasti. Namun jika kita keluar dari

    problematika money education tentu kita bisa mencoba dan mempelajari kembali Total

    Quality Management (TQM) yang bisa menjadi pertimbangan mutu pendidikan

    nasional yang masih duduk di gerbong 111 dari sekiang negara di dunia ini.

    Tujuan akhir dari penyelenggara akreditasi madrasah pada hakikatnya adalah

    peningkatan mutu madrasah, khususnya mutu lulusan dapat tercapai sebagaimana yang

    diharapakan.

    26

    Defisit secara harfiah berarti adalah kekurangan dalam kas keuangan. Defisit biasa terjadi ketika suatu

    organisasi (biasanya pemerintah) memiliki pengeluaran lebih banyak daripada penghasilan, sumber:

    wikepedia indonesia.

  • 21

    DAFTAR PUSTAKA

    Abdul Azis, dalam Sambutan Direktur Madrasah dan Pendidikan Agama Islam di

    Sekolah Umum dalam Departemen Agama RI. Pedoman Akreditasi Madrasah.

    (Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam Depag RI, 2005)

    Bahrul Ayat. Kemenag Tengah Pertimbangkan Pendidikan di Madrasah Gratis.

    MAPENDA Kementerian Agama Kabupaten Malang. Rubrik : Berita Terkini.

    By: mapenda. 2011-01-03

    Departemen Agama RI. Pedoman Akreditasi Madrasah. (Jakarta: Direktorat Jenderal

    Kelembagaan Agama Islam Depag RI, 2005)

    Fahri Azis, dalam Akreditasi Sekolah dan Madrasah,

    http://fahriartikel.blogspot.com/2010/01/akreditasi-sekolah-dan-madrasah.html,

    diakses pada Kamis, 16 Juni 2011, 18.30 wib.

    Muhammad Irfan, Menyoal Sistem Akreditasi Madrasah, dalam Jurnal Madrasah. (Jakarta: Departemen Agama Pusat, Vol. 5, No. 1, 2001)

    Mulyono, Manajenem Administrasi & Organisasi Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz

    Media, 2009)

    Ninuk Dwi Wuriyani, dalam Akreditasi Sekolah & Madrasah,

    http://ninukdwiwuriyani.blogspot.com/, diakses pada Kamis, 16 Juni 2011,

    20.00 wib.

    Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar

    Nasional Pendidikan.

    Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Pasal (3) tentang Sistem

    Pendidikan Nasional. (Bidang DIKBUD KBRI Tokyo)