Makalah akp

65
Bab I Pendahuluan Kebijakan pemerintah mengenai penanggulangan kemiskinan masih bersifat terpusat, sehingga program yang dijalankan tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat atau daerah tertentu. Sehingga banyak program penanggulangan kemiskinan yang menempatkan masyarakat sebagai obyek, akibatnya masyarakat kurang berpartisipasi secara aktif dalam menggali potensi dirinya dan lingkungannya untuk keluar dari kemiskinan. Selain itu program-program yang dilaksanakan cenderung bersifat sektoral yang sering kali mengakibatan adanya semangat ego-sektoral dan saling tumpang tindih. Keadaan ini lebih dipersulit karena umumnya tiap departemen atau instansi mempunyai definisi dan kreteria sendiri tentang kemiskinan. Akibatnya kemiskinan cenderung dipahami secara parsial, dan penanggulangannya cenderung bersifat sektoral. Hal inilah yang menyebabkan sulitnya menjaga kontinuitas program dan cenderung membuat program baru, dimana program baru tersebut bukan merupakan kelanjutan program lama. Berangkat dari kegagalan dari program penanggulangan kemiskinan sebelumnya, maka diperlukan strategi atau model program penanggulangan yang kemiskinan yang pada prinsipnya menjadikan masyarakat miskin sebagai subyek. Untuk itu diperlukan model yang bisa: pertama, mendidik masyarakat miskin untuk terus menerus menemukenali potensi yang dimiliki baik individu, keluarga, maupun lingkungan (keterampilan, material, dan sumberdaya alam) sebagai modal dasar untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Sehingga dengan mengenali potensi tersebut, akan mendorong tumbuhnya rasa percaya diri mereka akan 1

Transcript of Makalah akp

Page 1: Makalah akp

Bab I Pendahuluan

Kebijakan pemerintah mengenai penanggulangan kemiskinan masih bersifat

terpusat sehingga program yang dijalankan tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat

atau daerah tertentu Sehingga banyak program penanggulangan kemiskinan yang

menempatkan masyarakat sebagai obyek akibatnya masyarakat kurang berpartisipasi

secara aktif dalam menggali potensi dirinya dan lingkungannya untuk keluar dari

kemiskinan

Selain itu program-program yang dilaksanakan cenderung bersifat sektoral

yang sering kali mengakibatan adanya semangat ego-sektoral dan saling tumpang

tindih Keadaan ini lebih dipersulit karena umumnya tiap departemen atau instansi

mempunyai definisi dan kreteria sendiri tentang kemiskinan Akibatnya kemiskinan

cenderung dipahami secara parsial dan penanggulangannya cenderung bersifat

sektoral Hal inilah yang menyebabkan sulitnya menjaga kontinuitas program dan

cenderung membuat program baru dimana program baru tersebut bukan merupakan

kelanjutan program lama

Berangkat dari kegagalan dari program penanggulangan kemiskinan

sebelumnya maka diperlukan strategi atau model program penanggulangan yang

kemiskinan yang pada prinsipnya menjadikan masyarakat miskin sebagai subyek Untuk

itu diperlukan model yang bisa pertama mendidik masyarakat miskin untuk terus

menerus menemukenali potensi yang dimiliki baik individu keluarga maupun

lingkungan (keterampilan material dan sumberdaya alam) sebagai modal dasar untuk

meningkatkan kesejahteraan hidupnya Sehingga dengan mengenali potensi tersebut

akan mendorong tumbuhnya rasa percaya diri mereka akan kemampuannya untuk lepas

dari belenggu kemiskinan Kedua model tersebut juga harus mampu menyadarkan

bahwa tidak akan ada seseoranglingkungan yang dapat keluar dari kemiskinan

melainkan atas usaha orangkeluargalingkungan itu sendiri serta memberikan

pemahaman bahwa masalah penanggulangan kemiskinan merupakan tugas dan

tanggungjawab bersama pemerintah dan masyarakat

Perumusan masalah

1 Bagaimana pengembangan model penanggulangan kemiskinan

2 Bagaimana peta sebaran penduduk miskin serta identifikasi penyebab

masyarakat miskin di Kota Malang Pasuruan dan Sidoarjo

1

Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari latar belakang yang telah diuraikan di atas maka tujuan dari

penelitian ini adalah sebagai berikut

1 Bagaimana permasalahan kemiskinan berdasarkan pada kondisi geografi dan

topografi wilayah

2 Bagaimana permasalahan kemiskinan berdasarkan persoalan sikap seseorang

atau masyarakat yang disebabkan oleh faktor budaya atau yang disebeut

dengan kemiskinan kultural

3 Bagaimana permasalahan kemiskinan berdasarkan pada aspek struktural atau

dampak dari kebijakan pembangunan perkotaan

Bab II Studi Pustaka

21 Penyebab Kemiskinan

Kemiskinan merupakan salah satu problem sosial yang amat serius Langkah

awal yang perlu dilakukan dalam membahas masalah ini adalah mengidentifikasi apa

sebenamya yang dimaksud dengan miskin atau kemiskinan dan bagaimana

mengukurnya Konsep yang berbeda akan melahirkan cara pengukuran yang berbeda

pula Setelah itu dicari faktor-faktor dominan (baik yang bersifat kultural maupun

struktural) yang menyebabkan kemiskinan Langkah berikutnya adalah mencari solusi

yang relevan untuk memecahkan problem dengan cara merumuskan strategi

mengentaskan kelompok miskin atau masyarakat miskin

Kemiskinan menurut Sharp (1996) dari sisi ekonomi penyebabnya dibagi

menjadi tiga yaitu Pertama secara mikro kemiskinan muncul karena adanya ketidak

samaan pola kepemilikan sumber daya yang menimbulkan distribusi pendapatan yang

timpang Penduduk miskin hanya memiliki sumberdaya alam jumlah terbatas dan

kualitasnya rendah Kedua kemiskinan muncul akibat perbedaan kualitas sumberdaya

manusia kualitas sumberdaya manusia yang rendah berarti produktivitasnya rendah

yang pada gilirannya upahnya randah Rendahnya kualitas sumberdaya manusia ini

karena rendahnya pendidikan nasib yang kurang beruntung adanya diskriminasi atau

karena keturunan Ketiga kemiskinan muncul akibat perbedaan dalam akses modal

Hubungan antara pertumbuhan ekonomi kemiskinan dan ketimpangan telah

banyak dilakukan di Indonesia salah satunya dilakukan oleh Sumarto (2002) dari

SMERU Research Institute Penelitian ini melakukan studi pada 100 desa selama

2

periode Agustus 1998 hingga Oktober 1999 Berdasarkan hasil studi tersebut ada

beberapa hal yang menjadi temuan berkaitan dengan penanggulangan kemiskian antara

lain

- Terdapat hubungan negatif yang sangat kuat antara pertumbuhan dan kemiskinan

Artinya ketika perekonomian tumbuh kemiskinan berkurang namun ketika

perekonomian mengalami kontraksi pertumbuhan kemiskinan meningkat lagi

- Pertumbuhan tidak mengurangi kemikinan secara permenen Walaupun terjadi

pertumbuhan dalam jangka panjang selama periode sebelum krisis banyak

masyarakat yang tetap rentan terhdap kemiskinan Oleh arena itu manajemen

kejutan (management of shocks) dan jaring pengaman harus diterapkan

- Pertumbuhan secara kontemporer dapat mengurangi kemiskinan Sehingga

pertumbuhan yang berkelanjutan penting untuk mengurangi kemiskinan

- Pengurangan ketimpangan mengurangi kemiskinan secara signifikan Sehingga

sangat untuk mencegah pertumbuhan yang meningkatkan ketimpangan

- Memberikan hak atas properti dan memberikan akses terhadap kapital untuk

golongan masyarakat miskin dapat mengurangi kesenjangan merangsang

pertumbuhan dan mengurangi kemiskinan

22 Pendekatan Ilmiah Masalah Kemiskinan

Tiga pendekatan ilmiah yang cukup popular di dalam memahami masalah

kemiskinan (Ancok dalam Dewanta1999( ialah pendekatan kultural pendekatan

situasional dan pendekatan interaksional

221 pendekatan kultural

Tokoh utama yang menggunakan pendekatan kultural ialah Oscar Lewis (1966)

Dengan konsep cultural poverty Lewis berpendapat bahwa keamiskinan adalah suatu

budaya yang terjadi karena penderitaan ekonomi (economic depretiation) yang

berlangsung lama Berdasarkan penelitian pada beberapa kebudaya kelompok etnik

Lewis menemukan bahwa kemiskinan adalah salah satu sub-kultur masyarakat yang

mempunyai kesamaan ciri antar etnik satu dengan etnik yang lain Akar dari timbulnya

budaya miskin tersebut menurut pendapat Lewis adalah keadaan masyarakat yang

mempunyai siri-siri berikut

Sistem perekonomian yang terlalu berorientasi pada mencari keuntungan

Tingginya angka pengangguran dan angka under employment bagi golongan

yang tidak punya keahlian

Rendanya upahgaji yang diperoleh pekerja

3

Tidak adanya organisasi sosial politik dan ekonomi bagi kaum miskin baik yang

didirikan oleh pemerintah maupun oleh swadaya masyarakat

Hadirnya sistem kekeluargaan yang bilateral yang menggantikan sistem yang

unilateral

Hadirnya kelas masyarakat yang dominan yang menekankan pada penumpukan

harta dan kekayaan kesempatan untuk terus meningkat dalam status anggota

kelas masyarakat ini beranggapan bahwa kemiskinan disebabkan oleh karena

sifat pribadi yang lemah dan inferior

Menurut Lewis (1966) budaya keniskinan adalah suatu cara yang dipakai oleh orang

miskin untuk beradaptasi dan bereaksi terhadap posisi mereka yang marginal dalam

masyarakat yang memiliki kelas-kelas dan bersifat individualistic dan kapitalistik Budaya

kemiskinan adalah desain kehidupan bagi orang-orang miskin yang bersisikan

pemecahan problem ndash problem hidup mereka yang diturunkan dari satu generasi ke

generasi selanjutnya

Dalam menggambarkan cara hidup orang yang berada dalam budaya kemiskinan

Lewis memformulasikan serangkaian sifat-sifat ekonomi sosial dan psikologi yang

berkaitan satu dengan yang lainnya Ciri pokok dari orang-orang yang idup dalam

budaya kemiskinan adalah kurangnya partisipasi yang efektif dalam ingrative dalam

institusi-institusi penting yang ada dalam masyarakat karena sebagian besar yang buta

huruf dan berpendidikan rendah serta kekurangan uang Kehidupan mereka yang serba

kekurangan kondisi tempat tinggal yang sangat menyedihkan kesumpekan tempat

tinggal kekurangan makanan dan pakaian telah mempengaruhi aspek psikologis

mereka

Kehidupan seksual yang agak bebas penelantaran anakn kurangnya fasilitas

pendidikan tidak memungkinkan untuk mendidik anakanya ke arah pertumbuhan yang

baik Orang-orang yang dibesarkan dalam budaya kemiskinan mempunyai ciri-ciri

kepribadian antara lain merasa diri mereka tidak berguna penuh denga keputusasaan

merasa inferior sangat dependent terhadap orang lain Orang miskin tersebut juga tidak

mempunyai kepribadian yang kuat kurang bisa mengontrol diri mudah impulsive dan

sangat berorientasi pada masa kini tanpa memikirkan masa depan

Untuk menghilangkan budaya kemiskinan tersebut Lewis menyarankan agar

orang-orang miskin bersatu dalam organisasi Lewis (1966) menulis dalam buku The

Study of Slum CultureBacgrounds for la Vida seperti berikut rdquosetiap gerakan baik itu

4

gerakan yang bersifat religius pasifis ataupun revolusioner yang mengorganisasikan

dan memberikan harapan bagi si miskin dan secara efektif mempromosikan solidaritas

dan perasaan identitas yang sama dengan kelompok masyarakat yang lebih luas akan

dapat menghancurkan sifat-sifat utama yang merupakan ciri orang-orang dari budaya

kemiskinanrdquo

23 Model Solusi Kemiskinan

Pengalaman di negara-negara Asia menunjukkan berbagai model mobilisasi

perekonomian pedesaan untuk memerangi kemiskinan yaitu Pertama mendasarkan

pada mobilitas tenaga kerja yang masih belum didaya gunakan (idle) dalam rumah

tangga petani gurem agar terjadi pembentukan modal di pedesaan (Nurkse 1953)

Tenaga kerja yang masih belum didayagunakan pada rumah tangga petani kecil dan

gurem merupakan sumberdaya yang tersembunyi dan potensi tabungan Alternatif cara

untuk memobilisasi tenaga kerja dan tabungan pedesaaan adalah 1) menggunakan

pajak langsung atas tanah seperti yang dilakukan di Jepang 2) dilakukan dengan

menyusun kerangka kelembagaan di pedesaan yang memungkinkan tenaga kerja yang

belum didayagunakan untuk pemupukan modal tanpa perlu menambah upah Ini persis

yang dilakukan Cina yang menerapkan sistem kerjasama kelompok dan brigades

ditingkat daerah yang paling rendah (communes) Dengan metode ini ternyat

memungkinkan adanya kenaikan yang substansial dalam itensitas tenaga kerja dan

produktivitas tenaga kerja

Model kedua menitik beratkan pada tranfer daya dari pertanian ke industri

melalui mekanisme pasar (Fei amp Gustav 1964) Ide bahwa penawaran tenaga kerja

yang tidak terbatas dari rumah tangga petani kecil dapat meningkatkan tabungan dan

formasi modal lewat proses pasar Pengalaman Taiwan menyajikan contoh yang baik

atas mobilisasi sumber daya dari sektor pertanian mengandalkan mekanisme pasar

tanpa menggunakan instrumen pajak seperti yang dilakukan oleh Jepang Proporsi

output sektor pertanian sebagian besar tetap dijaga sebagai surplus lewat intermediasi

pemilik tanah dan melalui nilai tukar (terms of trade) sebelum Perang Dunia II

Model ketiga menyoroti pesatnya pertumbuhan dalam sektor pertanian yang

dibuka dengan kemajuan teknologi dan kemungkinan sektor yang memimpin (Mellor

1976) Model ini dikenal dengan nama Model Pertumbuhan Berbasis Teknologi atau

Rural-Led Development Proses ini akan berhasil apabila dua syarat berikut terpenuhi

1) kemampuan mencapai tingkat pertumbuhan output pertanian yang tinggi 2) proses

5

ini juga menciptakan pola permintaan yang kondusif terhadap pertumbuhan Pada

gilirannya ini tergantung dari dampak keterkaitan ekonomi pedesaan lewat pengeluaran

atas barang konsumsi yang dipasok dari dalam sektor itu sendiri dan melalui invesatasi

yang didorong

Model keempat menyoroti dimensi spasial dalam menanggulangi kemiskinan

Kemiskinan bisa diatasi dengan cara kemudahan dalam mengakses dua bidang yaitu

1) bidang ekonomi dan 2) bidang sosial (Kuncoro 2004) Akses dalam bidang ekonomi

dibagi menjadi dua yaitu akses terhadap lapangan kerja dan akses terhadap faktor

ekonomi Akses terhadap faktor produksi terdiri dari 1) Kemudahan masyarakat dalam

mengakses modal usaha 2) kemudahan masyarakat dalam mengakses pasar 3)

kemudahan masyarakat dalam kepemilikanmodal Sedangkan akses dalam bidang

sosial dibagi menjadi dua yaitu akses terhadap fasilitas pendidikan dan akses terhadap

fasilitas kesehatan

23 Strategi Penanggulangan Kemiskikan Di Indonesia

Kemiskinan dapat bermakna kesenjangan ekonomi dan ketidak merataan

pendapatan Kedua hal ini merupakan masalah yang hangat dibicarakan karena masih

besarnya penggangguran terselubung yang disebabkan masih adanya pekerjaan yang

dilakukan di bawah produktivitas kerja (underemployment) serta rendahnya kualitas

tenaga kerja Indonesia Ada dua macam ukuran kemiskinan yaitu kemiskinan absolut

dan kemiskinan relatif Kemiskinan absolut adalah kemiskinan yang disebabkan karena

ketidak mampuan seseorang melampaui garis kemiskinan (proverty line) yang

ditetapkan Sedangkan kemiskinan relatif berkaitan dengan perbedaan tingkat

pendapatan suatu golongan dibandingkan dengan golongan lainnya (Rintuh 2005)

Beberapa program pembangunan yang dilaksakan di Indonesia baik yang

dilakukan oleh pemerintah mapun bantuan donor antara lain telah dilaksanakan melalui

progam Impres Desa Tertinggal (IDT) dan dimantapkan melalui program Pembangunan

Prasarana Pendukung Desa Tertinggal (P3DT) Program dilanjutkan dengan Program

Pengembangan Kecamatan (PPK) Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan

Program Pemberdayaan Daerah Mengatasi Dampak Krisis Ekonomi (PDMDKE) dan

Program Pengembangan Kawasan Desa-Kota Terpadu atau Poverty Alleviation Through

Rural Urban Lingkage (PARUL) Dari berbagai program pengentasan kemiskinan

tersebut terdapat beberapa perbedaan dan kesamaan yang dapat dilihat pada tabel

berikut (Sumodiningrat 1999)

6

Berikut ini beberpa penyempurnaan kebijakan program pemberdayaan

masyarakat dan pennanggulangan kemiskinan

Tabel 3

Perkembangan dan Penyempurnaan Kebijakan Program Pemberdayaan Masyarakat dan Program Penanggulangan Kemiskinan Dalam Kurun Pelita VI

No

Program

Bentuk Kebijakan

Pengembangan

Ekonomi

Pengembangan SDM

Pengembangan Prasarana

Pengembangan

Kelembagaan

Pengembangan Sistem Informasi

Bantuan Modal

Bantuan Pendampin

gan

Bantuan Prasarana

Sarana

Bantuan PengembanaganKelemb

agaan

Bantuan Pemantaua

n dan Pelaporan

1 IDT Diberikan dalam bentuk uang tunai seniali Rp 20 juta tahun selama 3 tahun

Dana bantuan digunakan untuk modal usaha dan bersifat hibah dan bergulir (revolving block grant)

Pengembangan kemampuan masyarakat dalam pengelolaan modal bergulir melalui bantuan tenaga pendamping

Secara khusus belum ada namun beberapa bantuan melalui program pembangunan sektoral telah memberikan bantuan teknologi tepat guna untuk membantu mengembangkan kegiatan sosial ekonomi produktif pokmas

Pengembangan kelembagaan dilakukan dalam wadah pokmas melalui kegiatan perguliran dana

Pembangunan kelembagaan aparat dilakukan pembinaan berjenjang secara vertikal yang dilakukan oleh jajajrn Depdagri bersama Depkeu dan departeme teknis terkait lain melalui program pembangunan sektoral masing-masing

7

2 P3DT Dana bantuan digunakan untuk investasi sosial dan bersifat hibah (block grant) serta mendukung kegiatan sosial ekonomi yang didanai oleh bantuan IDT

Pengembangan kemampuan masyarakat dan aparat dalam pembangunan dibina oleh tenaga pendamping profesional (antara lain oleh tenaga konsultan)

Bantuan prasarana mendapat perhatian melalui pengembangan prasarana transportasi yang mendukung kegiatan ekonomi (pembangunan jalan jembatan tambatan perahu dll) dan pengembangan prasarana sosial yang langsung mendukung kegiatan ekonomi lokal (pembangunan prasarana kesehatan dasr MCK sanitasi dan air bersih)

Masyarakat melaksanakan sendiri manajemen pembangunan lokal

Pembinaan aparat dilakukan secara vertikal melalui Tim Koordinasi Pembangunan sebagai wadah musyawarah dan mufakat Sehingga komitmen dan perhatian pembangunan untuk rakyat tetap dalam arah yang benar

Masyarakat melakukan sendiri kegiatan pemantauan dan pelaporan pembangunan ditingkat lokal dibantu oleh tenaga pendamping profesional

Aparat melakukan pemantauan dan pelaporan secara berjenjang (vertikal) yang hasilnya dipergunakan untuk mendukung pengambilan keputusan lebih lanjut dalam rangka pengembangan program

3 PPK Bantuan

senilai Rp 250 juta ndash Rp 750 juta per kecamatan bersifat hibah bergulir Namun pemanfaatan bantuan semata diarahkan agar

Pengembangan SDM dilakukan melalui diseminasi dan pelatihan secara berjenjang baik melalui jalur tenaga pendamping dan jajaran aparat pemerintah

Pembangunan pengadaan prasarasna sarana hanya untuk mendukung kegiatan ekonomi yang sudah mapan

Pengembangan kelembagaan masyarakat dilakukan dalam wadah pokmas melalui kegiatan perguliran dana yang dilembagakan dalam

Sistem pemantauan dan pelaporan dilakukan untuk menilai perkembangan pelaksanaan kegiatan ekonomi prioritas perguliran dana dan

8

pemanfaatan program dapat berlatih mengguanakan dana itu sebagai stimulan agar dalam pengembangan lebih lanjut dapat memanfaatkan fasilitas microfinance

Dilakukan memalui bantuan dana yang dipergunakan untuk membiayai investasi sosial dan investasi ekonomi Bantuan dana digunakan sepenuhnya untuk menciptakan kegiatan ekonomi produktif yang berlanjut

Pengembangan kemampuan dan keterampilan masyarakat lokal diarahkan pada pelaksanaan administrasi pembangunan (UDKP) dan administrasi keuangan (UPK)

forum UPK sebagai bagian dari pelaksanaan forum UDKP

peningkatan kapasitas masyarakat melalui jumlah akumulasi modal

4 P2KPSecara prinsip sama dengan yang dilakukan oleh

Dilakukan melalui bantuan dana yang dipergunakan untuk membiayai investasi sosial dan investasi ekonomi Bantuan

Pengembangan SDM dilakukan melalui diseminasi dan pelatihan secara berjenjang baik melalui jalur tenaga pendamping

Pembangunan pengadaan prasarana sarana hanya untuk mendukung kegiatan ekonomi yang sudah mapan

Pengembangan kelembagaan masyarakat dilakukan dalam wadah pokmas melalui kegiatan perguliran

Sistem pemantauan dan pelaporan dilakukan untuk menilai perkembangan pelaksanaan kegiatan ekonomi

9

PPK namun sasaran lokasi dititikberatkan pada kecamatan di kawasan perkotaan

dana digunakan sepenuhnya untuk menciptakan kegiatan ekonomi produktif yang berlanjut

dan jajaran aparat pemerintahPengembangan kemampuan dan keterampilan masyarakat lokal diarahkan pada pelaksanaan administrasi pembangunan (UDKP) dan administrasi keuangan (UPK)

dana yang dikembangkan dalam forum UPK sebagai bagian dari pelaksanaan forum UDKP

Pengembangan kelembagaan aparat dilakukan bersama masyarakat melalui mekanisme forum UDKP

prioritas perguliran dana dan peningkatan kapasitas masyarakat melalui jumlah akumulasi modal

5 PDMKE

Dilakukan untuk membiayai kegiatan yang bersifat padat karya

Dilakukan melalui pembangunan dan prasarana amp sarana sesuai permintaan lokal

6 PARUL

Dilakukan melalui bantuan dana yang dipergunakan untuk kegiatan sosial-ekonomi produksi dan distribusi jasa natar kawasan

Pengembangan kemampuan masyarakat diarahkan pada peningkatan kemampuan dan keterampilan untuk memperoleh akses dan meningkatkan keterkaitan pada jalur produksi distribusi dan penyediaan jasa yang

Pengembangan prasarana dilakukan dalam wujud pembangunan prasarana sarana dan penerapan teknologi yang mendukung secara langsung kegiatan ekonomi kawasan

Peningkatan kemampuan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan yang menekankan prakarsa lokal pada kawasan itu

Sistem pemantauan dan pelaporan menekankan peningkatan kapasitas masyarakat dalam kegiatan produksi distribusi dan jasa dalam suatu kawasan ekonomi antara pedesaan dan perkotaan

10

sesuai dengan kapasitas ekonomi kawasan

Sumber Kuncoro (2004)

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa program penanggulangan

kemiskinan yang dilakukan di Indonesia masih bersifat parsial Hal tersebut bisa dilihat

dari hampir semua program yang pernah dilakukan masih bermasalah dalam hal

mensinergikan antara masyarakat miskin dengan masyarakat yang berdaya (non

miskin) pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat Akibat dari kondisi tersebut

penanggulangan kemiskinan tidak efektif tidak mandiri dan tidak berkelanjutan

24 Kelemahan Program Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia

Salah satu penyebab kurang berhasilnya penanggulangan kemiskinan di

Indonesia adalah sistem politik yang cenderung sentralistik Sentralisasi yang sangat

kuat di masa lalu juga berimbas ke kebijakan penanggulangan kemiskinan dimana

hampir semua program penanggulangan kemiskinan bersifat rdquotop-downrdquo dengan

keterlibatan minimal dari pemerintah daerah dalam formulasi kebijakannya Program

atau kebijakan yang sangat rdquotop-downrdquo ternyata juga gagal dalam merefleksikan

pebedaan antar daerah yang kadang-kadang bisa menjadi sangat signifikan Akibatnya

timbul berbagai kegagalan berskala besar dalam program atau kebijakan yang pada

akhirnya berakibat pada dihentikannya program tersebut Berikut ini bentuk atau ciri-ciri

dan kelemahan program penanggulangan kemiskinan yang pernah dilakukan

Tabel 4

Ciri-ciri dan Kelemahan Program Penanggulangan Kemiskinan

Kelemahan Program Upaya Penanggulangan Kemiskinan

Prinsip-prinsip Penanggulangan

Kemiskinan

Perencanaan penentuan sasaran dan kreteria miskin serta pengaturan teknis pelaksanaan yang

Mendidik masyarakat miskin untuk terus menerus menemukenali potensi yang dimiliki baik individu keluarga

Program penanggulangan kemiskinan harus mengarah pada pendekatan yang menyeluruh (multi-sektor)

11

dilakukan oleh pemerintahinstansi pusat (top-down) seringkali tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat atau daerah tertentu

maupun lingkungan (keterampilan material dan sumberdaya alam) sebagai modal dasar untuk meningkatkan kesejahteraan hidup

Program-program yang dilaksanakan secara sektoral sering kali mengakibatan adanya semangat ego-sektoral dan saling tumpang tindih

Mendorong tumbuhnya rasa percaya diri akan kemampuannya untuk lepas dari belenggu kemiskinan

Perencanaan dan penentuan sasaran dilakukan oleh masyarakat bersama aparat dilapangan sehingga sesuai dengan kebutuhan masyarakat

Banyak program penanggulangan kemiskinan yang menempatkan masyarakat sebagai obyek sehingga masyarakat kurang berpartisipasi secara aktif

Menyadarkan bahwa tidak akan ada seseoranglingkungan yang dapat keluar dari genggaman kemiskinan melainkan atas usaha orangkeluargalingkungan itu sendiri

Masyarakat ditempatkan sebagai ldquopelaku utama dalam perang melawan kemiskinanrdquo agar masyarakat berpartisipasi secara aktif

Sulitnya menjaga kontinuitas program (program baru bukan merupakan kelanjutan program lama) mengakibatkan banyak program penanggulangan kemiskinan tidak berkesinambungan

Memberikan pemahaman bahwa masalah penanggulangan kemiskinan merupakan tugas dan tanggungjawab bersama pemerintah dan masyarakat

Pertanggungjawaban kepada pemerintah dan masyarakat untuk membangun keterbukaan dan akuntabilitas

Pertanggungjawaban hanya bersifat administratif kepada pemerintah sehingga tidak terbangun keterbukaan dan akuntabilitas publik akibat pendekatan proyek maka keberhasilan program hanya diukur dengan persentase bantuan yang berhasil

Menciptakan lapangan kerja dan peluang berusaha untuk menguatkan ekonomi masyarakat setempatPenguatan organisasikelompok masyarakat yang ada memberikan bantuan fasilitas (dana dan keahlian) yang dibutuhkan untuk mendayagunakan potensi yang dimiliki

Merupakan program yang berkesinambungan Ukuran keberhasilan ditentukan oleh berdayanya masyarakat untuk keluar dari belenggu kemiskinan danmenguatnya kemampuan ekonomi masyarakat melalui terciptanya akses kepada faktor produksi dan pasar

12

disalurkan dan jumlah sasaran penerima

Sumber Hamid (2003) Dalam Kuncoro (2004)

Sebenarnya perbedaan antara pendekatan ldquotop-downrdquo dan ldquobottom uprdquo tidak

perlu terjadi terjadi apabila sistem politik nasional dan terutama lokal mampu

menciptakan akuntabilitas pemerintah terhadap masyarakatnya Ketiadaan mekanisme

akuntabilitas selain membuat pihak eksekutif dan legislatif kurang tanggap terhadap

keluhan masyarakatnya juga membuat masyarakat tersebut tidak terlalu peduli atas

kualitas layanan publik yang diterimanya ataupun terhadap kebijakan perekonmian

daerahnya Dengan sistem perimbangan keuangan pusat dan daerah saat ini dimana

sebagian besar pajak masih dikuasai pemerintah pusat sangat mudah bagi pemerintah

daerah menyalahkan pemerintah pusat apabila ada ketidakpuasan di kalangan

masyarakat lokal mengenai kualitas layanan publik

Bab III METODE PENELITIAN

1 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini mempunyai tujuan utama membangun model penaggulangan

kemiskinan yang bersifat terpadu berdasarkan aspek spasial ekonomi dan

struktural di masing-masing desakelurahan yang ada di wilayah administrasi Kota

Malang

Berdasarkan pada tujuan utama penelitian ini maka kerangka pikir mengenai

Penyusunan Model Penanggulangan Kemiskinan di Kota Malang dijelaskan pada

Gambar berikut

Gambar 1Bagan Alir Penyusunan Model KulturalStruktural dan Spasial

Sebagai Penanggulangan Kemiskinan

13

AN

AL

ISA

P

ER

MA

SA

LA

HA

N

KE

MIS

KIN

AN

P

ER

KO

TA

AA

N

Aspek StrukturalMengukur Efektifitas

program penanggulangan

kemiskinan yang telah dilakukan

Aspek Ekonomi

Mengukur kondisi ekonomi

masyarakat miskin

Aspek SpacialMengukur kondisi

geografi dan topografi

(lingkungan fisik) masyarakat miskin

OutputKesenjangan

antara program

dgn kebutuhan

OutputProses generasi

tingkat

pendidikan jenis pekerjaan

OutputKondisi

Geografitopografi

PorsesIdentifikasi

ermasalahan kemiskian perkotaan

OUTPUT

Database Permasalahan kemiskinan Profil kemiskinan Isue Strategis

OutputWork Plan

Penanggulangan

Kemiskinan

OutputMaster Plan

PenanggulanganKemiskinan

Sebagaimana telah dikemukakan di atas upaya penaggulangan kemiskinan

dilakukan dengan pendekatan spasial ekonomi dan struktural Pendekatan tersebut

pada dasarnya bertujuan untuk menghasilkan model penanggulangan kemiskinan yang

bisa menghasilkan rencana strategis dan program kerja penanggunalangan kemiskinan

secara terpadu dan berkelanjutan di Kota Malang Setidaknya ada 5 (lima)

komponenkegiatan utama yang perlu dilakukan Kegiatan-kegiatan tersebut meliputi

1 Identifikasi dan Analisis Kondisi Eksisting masing-masing kota

Tujuan utama kegiatan ini adalah untuk memahami kondisi setiap desakelurahan

dan kecenderungan perkembangan dalam kurun waktu perencanaan Adapun informasi

yang perlu dikumpulkan dikaji dan dianalisis meliputi gambar mengenai kondisi fisik

sosial ekonomi desakelurahan kebijakan dan program-program yang terkait dengan

pengembangan desa perkembangan sektor-sektor ekonomi desa dan kondisi sistem

prasarana Semua informasi ini diharapkan dapat menggambarkan eksisiting yang

tengah berlangsung (on-going) maupun yang akan dikembangkan (commited)

2 Identifikasi Potensi dan Permasalahan Kemiskinan

Berdasarkan analisis terhadap kondisi wilayah dan kecenderungan

perkembangannya diidentifikasi potensi ekonomi yang mampu mendukung

pembangunan wilayah masing-masing Kota Identifikasi yang dimaksud meliputi

antara lain

Potensi desakelurahan yang terkandung baik yang sudah

dimanfaatkan belum dimanfaatkan maupun potensial diperkirakan

ada di desa Terkait dengan hal ini adalah identifikasi sektor unggulan

atau komoditi unggulan

Kendala-kendala dalam pengembangan potensi ekonomi baik dalam

kaitannya dengan bidang prasarana keuangan dan kebijakan

sehingga menimbulkan kemiskinan pada masyarakat setempat

3 Penyusunan Skenario Penanggulangan Kemiskinan

Skenario penanggulangan kemiskinan berisi antara lain pemanfaatan ruang dan

struktur ruang (pengembangan sektor-sektor unggulan kawasan dan sistem

14

prasarana) yang merupakan acuan pengembangan desa Skenario ini disusun

berdasarkan potensi pengembangan Kota

4 Perumusan Model Penaggulangan Kemiskian

Rumusan model penaggulangan kemiskinan yang dimaksud berisi program-

program pengembangan sektor kota dan sistem prasarana dasar Program-

program ini dirumuskan dalam rangka mendukung pencapaian skenario-skenario

yang telah dirumuskan

5 Rekomendasi Pola Pelaksanaan Program-Program Pengentasan Kemiskinan

Program-program yang layak untuk diimplementasikan selanjutnya dikaji pola

pelaksanaannya Dalam hal ini pola pelaksanaan yang dimaksud

memperhitungkan seluruh pelaku pembangunan yaitu pemerintah swasta dan

masyarakat

2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Kegiatan penyusunan model penanggulangan masyarakat miskin di Kota Malang

akan melakukan survei di seluruh wilayah yang termasuk dalam wilayah admisnistratif Kota

Malang Pasuruan Sidoarjo

Analisis dan penyusunan model penaggulangan kemiskinan dilakukan secara

bertahap tahapan tersebut didasarkan pada aspek kegiatan yang diukur dan dianalisis

Penelitian ini akan dilakukan dua tahap dinama setiap tahap penelitian diperkirakan

akan menghabiskan waktu plusmn 11 bulan jadi secara keseluruhan penelitian akan

menghabiskan waktu plusmn 22 bulan

3 Definisi Operasional Variabel

Aspek yang digunakan untuk membanguan model penanggulangan

kemiskinan di Kota Malang ada tiga aspek yaitu 1) Struktural atau Kelembagaan 2)

Aspek Kultural dan 3) Aspek Spasial (wilayah)

1) Aspek Struktural

Dalam aspek ini akan dilihat sejauhmana keterpaduan program-program yang

telah dilakukan oleh pemerintah baik pusat maupun daerah dengan kapasitas

15

dan kebutuhan masyarakat miskin Aspek struktural atau kelembagaan

mempunyai dua sub-indikator yaitu 1) Sub-indikator kebijakan pemerintah dan

2) Sub-indikator kapasitas sosial masyarakat (social capacity) Masing-masing

sub-indikator mempunyai variabel total variabel untuk mengukur indikator

aspek struktural atau kelembagaan sebanyak 8 variabel

Variabel-variabel yang digunakan dalam aspek struktural atau kelembagaan

dalam melakukan pengukuran terhadap desakelurahan dapat dilihat pada

tabel berikut

Tabel 5

Jumlah Sub Indikator dan Variabel Dari Aspek Struktural

No Sub Indikator

Variabel Diskripsi

1 Kebijakan Pemerintah (3 variabel)

- Program penanggulangan kemiskinan yang berasaldari pemerintah pusat

- Program penanggulangan kemiskinan yang berasaldari pemerintah propinsi

- Program penanggulangan kemiskinan yang berasaldari pemerintah daerah kabupaten

- Program penanggulangan kemiskinan yang berasal dari perangkat desa

Mengukur seberapa besar keterlibatan pemerintah baik pusat maupun daerah dalam upaya penanggulangan kemiskinan

2 Kapasitas sosial masyarakat(6 variabel)

- Gengsi sosialorang miskin

- Nilai adatbudaya dan agama terhadap orang miskin

- Rasionalitas penduduk miskin (semangat membebaskan diri dari kemiskinan)

- Budaya dan etos kerja- Semangat gotong

royong- Keperdulian

Mengukur seberapa besar social capital masyarakat miskin dalam keluar dari kemiskinan

16

masyarakat sekitar terhadap orang miskin

2) Aspek Kultural

cultural poverty adalah suatu budaya yang terjadi karena penderitaan ekonomi

(economic depretiation) yang berlangsung lama Berdasarkan penelitian pada

beberapa kebudaya kelompok etnik ditemukan bahwa kemiskinan adalah salah

satu sub-kultur masyarakat yang mempunyai kesamaan ciri antar etnik satu

dengan etnik yang lain Dalam aspek ini akan dilihat seberapa besar potensi

kemiskinan yang tercipta akibat dari kultur atau kebudayaan yang sudah

berlangsung di suatu wilayah Aspek kultural ini akan mencakup 1) tingginya

angka pengangguran 2) tingkat upahtinggi rendahnya gaji dan 3) sistem

ekonomi yang terlalu berorientasi pada mencari keuntungan

Variabel-variabel yang digunakan dalam aspek ekonomi dalam melakukan

pengukuran terhadap desakelurahan dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 6

Jumlah Sub Indikator dan Variabel Dari Aspek Struktural

No Sub Indikator Variabel Diskripsi1 Tingginya

angka pengangguran

- Lama bekerja- Banyaknya pekerja

dalam satu rumah

Mengukur seberapa besar tingkat pengangguran di suatu wilayah

2 Tingkat Upah - Besarnya gaji perbulan

- Ada tidaknya bonus

Mengukur seberapa besar kenaikan upah yang berhubungan dengan kesejahteraan masyarakat

3 Sistem Ekonomi

- Tujuan bekerja- Langkah untuk

memenuhi kebutuhan

Mengukur sebesarapa penting antara kebutuhan dan penimbunan kekayaan

3) Aspek Spasial

Dalam aspek ini akan dilihat seberapa besar konsisi wilayah (space) mampu

mendorong proses penanggulanagan kemiskinan Aspek spasial atau wilayah

mempunyai dua sub-indikator yaitu 1) Sub-indikator Kondisi geografis dan 2)

Sub-indikator Aksesibilitas sarana dan prasarana Masing-masing sub-indikator

17

mempunyai variabel total variabel untuk mengukur indikator aspek struktural

atau kelembagaan sebanyak 6 variabel

Variabel-variabel yang digunakan dalam aspek spasial atau wilayah dalam

melakukan pengukuran terhadap desakelurahan dapat dilihat pada tabel

berikut

Tabel 7

Jumlah Sub Indikator dan Variabel Dari Aspek Spasial

No Sub Indikator

Variabel Diskripsi

1 Kondisi geografis(4 variabel)

- Letak geografis- Topografi- Kondisi jalan- Kondisi jembatan

Mengukur sejauhmana kondisi geografis mampu bermanfaat untuk pemberdayaan masyarkat miskin

2 Aksesibilitas terhadap sarana dan prasarana(5 variabel)

- Akses terhadap pasar- Akses terhadap sarana

pendidikan- Akses terahadap

fasilitas kesehatan- Akses terahadap

aktivitas produksi

Mengukur tingkat kemudahan akses terhadap sarana dan prasarana pokok untuk penanggulangan kemiskinan

4 Jenis Data

Dilihat dari sumbernya data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua

jenis yaitu data sekunder dan data primer

1 Data Sekunder

Data ini merupakan data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain Adapun data

sekunder yang akan digunakan dalam penelitian ini diantaranya seperti Jumlah

penduduk luas desa topografi desa monografi desa letak geografi desa dan

lain-lain

2 Data Primer

Data ini merupakan data yang diperoleh langsung dari obyek penelitian Adapun

data primer yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya seperti data yang

18

digunakan untuk mengukur indikator kelembagaan indikator tipologipenyebab

kemisikinan indikator sumberdaya dan potensi ekonomi dan lain-lain

5 Teknik Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam pengumpulan informasi dan data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah Participatory Rural Appraisal (PRA) meliputi

1 Wawancara yaitu metode pengumpulan data dengan wawancara secara

mendalam dengan key-person (formal dan informal leaders) untuk

mengidentifikasi kebutuhan (needs) masyarakat

2 Dokumentasi yaitu metode pengumpulan data sekunder yang dimiliki oleh

responden lembaga ekonomi dan sosial maupun instansi teknis terkait

3 Observasi ( pengamatan) dan survei lapang

Dalam hal meyakinkan data dan informasi yang diperoleh dari responden

peneliti mengadakan pengamatan dan survei lapang secara langsung terhadap

obyek yang diamati mendengar serta mencatat hasil temuan lapang

4 Pengumpulan Data Sekunder

Selain dukungan data primer yang menjadi sumber data utama penelitian ini juga

menggunakan data sekunder yang diperoleh dari dokumen-dokumen serta catatan-

catatan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti Dokumen yang dimaksud

adalah jumlah keluarga miskin yang diperoleh dari Badan Perencanaan Kota

(Bapekot) Malang Catatan Sipil Kota malang (data Penduduk Kota malang sampai

dengan bulan Februari 2006) dan statistik kecamatan dari tiga kecamatan yang

diterbitkan oleh Kantor Statistik Kota Malang 2006

5 Focus Group Discussion (Diskusi Kelompok)

Peneliti melaksanakan diskusi dengan obyek penelitian ketika peneltian lapang akan

dilakukan Kegiatan ini pertama dilakukan adalah dimaksudkan untuk

mensosialisasikan pelaksanaan pengumpulan data (sebagai kegiatan penting

penelitian ini) kepada para sekretaris kecamatan dan seluruh sekretaris

desakelurahan yang diperkirakan menjadi sasaran dari kegiatan penelitian lapang

Berbagai informasi yang disampaikan dalam kegiatan sosialisasi ini antara lain

meliputi pentingnya dilaksanakan kegiatan inventarisasi dan pemetaan kemiskinan

di Kabupaten Sumenep proses pengumpulan data dan hasil akhir yang dihasilkan

kegiatan ini Melalui kegiatan ini dicapai jalinan suatu kebersamaan antara peneliti

19

dengan calon responden (subyek yang diteliti) sehingga dapat diperoleh data yang

optimal

Diskusi kelompok kedua dilakukan pada saat menjelang kegiatan ini berakhir

Diskusi ini dilakukan dengan stakeholders tingkat kota dimaksudkan untuk

mengoptimalkan hasil temuan lapangan Dikusi kelompok ini diarahkan kepada

upaya-upaya mengklarifikasi hasil temuan lapangan mendapatkan koreksi dan

masukan serta kesepakatan tentang hasil akhir kegiatan ini

6 Alat Analisis

Analisis dilakukan dengan memadukan pendekatan struktural (data

kuantitatif dan kualitatif) ekonomi (potensi sumberdaya pemabngunan) dan spasial

(pemetaan) Maksudnya bahwa dari himpunan data yang telah dikompilasi

dilakukan analisis statistik sederhana dengan lebih banyak menggunakan tabulasi

silang dan perhitungan-perhitungan statistik yang secara mudah dapat dipahami

Himpunan data tersebut selanjutnya diinterpretasikan dan dirancang dengan

menempatkan hasil analisis tersebut ke dalam peta (pendekatan spasial)

Pemetaan tersebut dimaksudkan untuk menentukan tata letak potensi sarana

ekonomi yang dimaksud oleh penelitian ini paling tidak untuk

1) memahami keberadaan keluarga miskin baik melalui data struktural maupun

melalui tampilan peta setiap desakelurahan

2) memahami secara terintegrasi keberadaan masyarakat miskin di Kota malang

dalam perspektif kepentingan ekonomi dan pembangunan Kota Malang ke

depan

Selain menggunakan pendekatan di atas penelitian ini juga menggunakan

metode Performance-Importance Analysis dalam menjawab tujuan yang akan dicapai

Analisis ini digunakan untuk melihat tingkat kesenjangan (gap) antara atribut kinerja

pelayanan publik (performance) yang telah dilakukan oleh pemerintah melalui dinas-

dinas terkait penanggulangan kemiskinan di Kota Malang dengan persepsi tingkat

kepentingan (importance) akan atribut-atribut yang dibutuhkan

Pengukuran tingkat kepentingan dan performance dilakukan dengan cara

menyebarkan kuesioner bagi masyarakat miskin yang menjadi obyek penelitian

Responden akan diminta untuk memberikan penilian atau persepsi mereka terhadap

sejauh mana layanan yang telah diberikan pemerintah melalui dinas-dinas terkait di Kota

Malang (performance) terhadap penanggulangan kemiskinan Dengan memberikan

20

penilaian atas atribut yang mereka anggap paling dibutuhkan saat ini (importance)

dengan asumsi bahwa obyek penelitian mengerti sejauh mana kinerja atribut pelayanan

publik yang telah dilakukan dinas-dinas terkait dan berkompeten dalam penanggulangan

kemiskinan

Dari analisis Kuadran akan diketahui pada kuadran manakah suatu atribut

berada sehingga nantinya dapat digunakan sebagai instrumen untuk

merekomendasikan tindakan atau kebijakan yang seharusnya dilakukan bagi

keberhasilan penanggulangan kemiskinan di Kota Malang

Bab 4 Hasil analisis

1 Gambaran geografis Jawa Timur

Jawa Timur adalah sebuah provinsi di bagian timur Pulau Jawa Indonesia

Ibukotanya adalah Surabaya Luas wilayahnya 47922 kmsup2 dan jumlah penduduknya

37070731 jiwa (2005) Jawa Timur merupakan provinsi terluas diantara 6 provinsi di

Pulau Jawa dan memiliki jumlah penduduk terbanyak kedua di Indonesia setelah Jawa

Barat Jawa Timur berbatasan dengan Laut Jawa di utara Selat Bali di timur Samudra

Hindia di selatan serta Provinsi Jawa Tengah di barat Wilayah Jawa Timur juga

meliputi Pulau Madura Pulau Bawean serta sejumlah pulau-pulau kecil di Laut Jawa

dan Samudera Hindia

Jawa Timur dikenal sebagai pusat Kawasan Timur Indonesia dan memiliki

signifikansi perekonomian yang cukup tinggi yakni berkontribusi 1485 terhadap

Produk Domestik Bruto nasional Pembagian wilayah administrasi Pemerintah Propinsi

Jawa Timur pada tahun 2003 sd tahun 2007 terbagi dalam 4 (empat) Badan Koordinasi

Wilayah Pembantu Gubernur 29 Kabupaten dan 9 Kota serta jumlah kecamatan

berjumlah 642 kecamatan Perwakilan kecamatan sejak tahun 2003 telah ditiadakan

sebelumnya berjumlah 114 dan Kota Administratif Batu sejak tahun 2003 telah menjadi

Kotasedang Kota Administratif Jember berdasarkan peraturan perundangan telah

21

dicabut dengan demikian Jember hanya sebagai Kabupaten Jumlah kelurahan

sebanyak 785 Kelurahan dan Desa sebanyak 7680 desa

Table 8

Pembagian Wilayah Administrasi Provinsi Jawa Timur

Uraian 2001 2002 2003 2004 2005 2006Badan koordinasi wilayah 4 4 4 4 4 4Jumlah Kabupaten 29 29 29 29 29 29Jumlah kota 9 9 9 9 9 9Jumlah Kecamatan 642 642 642 642 657 657Jumlah Kelurahan 784 784 784 784 784 784Jumlah Desa 7715 7715 7715 7715 8484 8484

Sumber Biro Pemerintahan dan Otoda Setda Prop Jatim amp Jatim Dalam Angka 2006

2 Gambaran geografis

a gambaran geografis kabupaten Pasuruan

Kota Pasuruan adalah ibu kota Pasuruan Jawa Timur terletak di persimpangan

jalur regional Surabaya-Probolinggo-Malang Orientasi Wilayah Kota Pasuruan memiliki

wilayah seluas 3529 kmsup2 dengan jumlah penduduk sebanyak 158864 jiwa (Sensus

Penduduk 2000) Wilayahnya terdiri dari 3 kecamatan 19 kelurahan dan 15 desa

Tiga kecamatan tersebut yaitu Kecamatan Gading rejo Purworejo dan Bugulkidul

Kecamatan Bugulkidul memiliki wilayah terbesar (1624 kmsup2) sedang untuk Gadingrejo

dan Purworejo masing-masing 1046 kmsup2 dan 859 kmsup2

b Gambaran geografis kabupaten Sidoarjo

Kota Sidoarjo merupakan Ibukota Kecamatan Sidoarjo yang terletak di tepi Selat

Madura dan termasuk dalam wilayah administratif Kabupaten Sidoarjo Propinsi Jawa

Timur Batas-batas administrasi dari kota Sidoarjo ini adalah

1048707 Sebelah utara Kecamatan Waru

22

1048707 Sebelah selatan Kecamatan Porong

1048707 Sebelah Timur Selat Madura

1048707 Sebelah Barat Kecamatan Krian

Secara geografis wilayah Kota Sidoarjo memiliki luas wilayah 6256 Ha Ditinjau dari

Topografi keadaan medan Kota Sidoarjo berada pada ketinggian antara 23 - 32 diatas

permukaan laut

c Gambaran geografis kabupaten malang

3 Pemetaan Penduduk miskin di kabupaten Sidoarjo Pasuruan dan Malang

Gambaran Rumah Tangga Miskin Di Kabupaten Sidoarjo Pasuruan Dan Malang

Hasil penelitian dengan menggunakan data skunder yang telah dilakukan mengenai jumlah rumah tangga miskin yang ada di kabupaten sidoarjo pasuruan dan malang seperti tergambar pada table di bawah ini

Table 9Jumlah keluarga miskin di kabupaten sidoarjo pasuruan dan malang

Kabupaten 2005 2006 Sidoarjo 239100 1402 223300 1297Pasuruan 285100 2016 308900 2167Malang 373700 1617 404800 171Jawa timur 7139900 1995 7678100 2109

sumber BPS

Dari deskripsi data diatas mengenai jumlah keluarga miskin di 3 kabupaten

provinsi jawa timur antara tahun 2005 dan 2006 menunjukkan tingkat kemiskinan yang

bervariasi Untuk kabupaten sidoarjo jumlah keluarga miskin sebesar 239100 atau

mencapai 1402 dari jumlah penduduk di tahun 2005 Tahun berikutnya jumlah

keluarga miskin berkurang menjadi 223300 atau 1297 dari total penduduk di

kabupaten sidoarjo Penurunan jumlah keluarga di kabupaten sidoarjo ternyata tidak

diikuti di tetangga kabupatennya seperti pasuruan dan malang Jumlah keluarga miskin

di kabupaten pasuruan sebanyak 285100 atau 2016 di tahun 2005 dan naik menjadi

308900 atau 2167 dari toatal keluarga di kabupaten pasuruan Demikian juga dengan

23

kabupaten malang jumlah keluarga miskin di tahun 2006 juga mengalami kenaikan

Tahun 2005 jumlah keluarga miskin sebanyak 373700 atau 167 naik menjadi

404800 atau 171 dari jumlah keluarga yang tinggal di kabupaten malang

4 Gambaran rumah tangga miskin pada kabupaten pasuruan sidoarjo dan

malang

Jika dilihat mengenai masalah kemiskinan di daerah provinsi jawa timur maka dapat

diketahui bahwa peta penduduk miskin tidak hanya terkelompok pada kabupaten yang

mempunyai sumberdaya alam yang sedikit namun juga terdapat ppotensi kemiskinan di

daerah yang mempunyai sumber daya alam yang banyak Untuk lebih jelasnya berikut

peta potensi kemiskinan pada masing ndash masing kabupaten yang diikuti dengan jumlah

penduduknya

Tabel

Jumlah Rumahtangga Miskin Masing-Masing Kabupaten

Di Wilayah Provinsi Jawa Timur

KabupatenJumlah Penduduk Jumlah Penduduk Miskin

2005 2006 2005 2006Kabupatenkab Pacitan 869642 885986 150100 162600kab Ponorogo 665070 687786 152500 165200kab Trenggalek 969461 984460 165800 189000kab Blitar 525888 1140809 175800 190400kab Kediri 1429137 1525231 255900 277200kab Malang 2336363 2419822 373700 404800kab Lumajang 999525 1026400 186100 201900kab Jember 2261477 2278718 408000 423300kab Banyuwangi 1514605 1575265 236100 251900kab Bondowoso 698504 725571 169500 183600kab Situbondo 605208 636200 113200 107200kab Probolinggo 1021279 1070137 267400 289700kab Pasuruan 1398122 1485342 285100 308900kab Sidoarjo 1697435 1838666 239100 223300kab Mojokerto 969299 1027871 154300 165400kab Jombang 1222499 1212876 278600 289900kab Nganjuk 989693 1065459 235800 255400kab Madiun 641596 667709 137500 144700kab Magetan 617492 621862 104600 113300kab Ngawi 827728 857449 193400 209100kab Bojonegoro 1228939 1251051 323900 350900

24

kab Tuban 1063375 1104538 300700 325800kab Lamongan 1187065 1274194 280800 304200kab Gresik 1118841 1120541 242500 287500kab Bangkalan 889590 945863 286700 306700kab Sampang 835122 894046 325900 353100kab Pamekasan 762876 782076 237600 271500kab Sumenep 1004758 1068595 331200 351100

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa di kabupaten malang mempunyai potensi

kemiskinan yang tinggi pada tahun 2005 dan 2006 Tingginya angka kemiskinan di

kabupaten tersebut mengindikasikan bahwa kurang adanya pemerataan pada

pembangunan perekonomian Kabupaten pasuruan dan kabupaten sidoarjo memiliki

jumlah penduduk miskin relatif dibawah kabupaten malang Hal tersebut bisa terjadi

karena kedua kabupaten berada pada lingkar urat nadi perekonomian jawa timur

sehingga perekonomian di wilayah tersebut dapat terdongkrak akibat aktivitas

perekonomian jawa timur

5 Karakteristik Perekonomian Rumah Tangga Miskin

51 Kabupaten Pasuruan

Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden

Salah satu penentuan sebuah masyarakat miskin adalah dengan melihat rata-

rata tingkat pendapatannya Oscar Lewis (1966) akar dari timbulnya budaya miskin

salah satunya adalah rendahnya gajipendapatan

Tabel

Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden kabupaten pasuruan

No

lt 200000200000

sd 400000

410000 sd

500000gt 500000 Jumlah

1Tidak

Bekerja

2 2 29

2Buruh Pasar

3 3 6 613 10

3Kuli

Banguan

1 2 1 4 44 7 3

4 Pemulung

1 1 8 10 104 3 22

25

5 Pedagang

4 8 10 22 2217 28 27

6 Becak 3 7

10 1010 19

7Sopir

Angkutan

1 4 5 10 104 14 14

8 Wiraswasta

1 2 1 15 54 7 3 11

9 Bengkel

2 3 1 17 79 10 3 11

10Buruh Pabrik

4 610 1011 67

11 Lain-lain

8 3 1 12 1235 10 11 100

Jumlah 23 29 37 9 98

Table diatas menjelaskan mengenai tingkat pendapatan dan jenis pekerjaan

pada kabupaten pasuruan Dari 91 sampel yang di ambil ada beberapa karakteristik

pendapatan dari para pekerja Secara umum masyarakat yang mempunyai pendapatan

lebih dari 500 ribu di domonasi oleh pekerja swasta bengkel buruh pabrik dan lain-lain

Buruh pabrik memiliki tingkat pendapatan di atas 500 ribu disebabkan karena adanya

kebijakan UMR yang harus dipenuhi oleh perusahaan di wilayah tersebut

Tabel

Keahlian Yang Dimiliki Masyarakat kabupaten pasuruan

No Jenis Pekerjaan Responden Wiraswasta BengkelMontir Sopir

Tukang Bangunan

DagangLain-lain

jumlah

1 Tidak Bekerja 0 0

2 Buruh Pasar

1 1 2 26 0 0 0 7 0

3 Kuli Bangunan

5 5 414 1428 0 0 25 0 22

4 Pemulung

33 30 0 0 0 0 17

5 Pedagang

2 1 3 28 80 0 13 5 21 11

26

6 Becak

2 4 5 314 140 17 25 25 0 17

7 Sopir Angkutan

2 3 5 50 17 19 0 0 0

8 Wiraswasta

5 3 5 13 1328 0 0 15 36 0

9 Bengkel

5 2 29 90 42 13 0 0 11

10 Buruh Pabrik

5 3 3 11 1128 0 0 15 21 0

11 Lain-lain

2 3 5 3 2 419 1911 25 31 15 14 22

Jumlah 18 12 16 20 14 18 98 100

Keberagaman keahlian yang dimiliki oleh masyarakat kabupaten pasuruan tidak

berarti bahwa keahlian yang dimilikinya terspesifikasi pada satu jenis keahlian tertentu

namun tidak sedikit masyarakat yang mempunyai keahlian lain diluar dari profesi yang

dimilikinya Sebagai contoh adalah seorang pegawai bengkel tidak hanya ahli dalam

memperbaiki kendaraan bermotor namun juga bisa berprofesi sebagai sopir Hal

tersebut ditunjukkan oleh hasil observasi yang telah dilakukan untuk masyarakat daerah

pasuruan dimana pegawai bengkel ternyata juga bisa berprofesi sebagai sopir atau

bidang usaha yang lain

Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan

NoJenis

Pekerjaan Responden

Tempat Usaha

Alat Modal Pemasaran Ketrampilan jumlah

1 Tidak Bekerja

2 Buruh Pasar

3Kuli

Bangunan

4 Pemulung

5 5 10 10 23 12

5 Pedagang

8 5 13 1350 12

27

6 Becak

4 8 12 12 18 19

7Sopir

Angkutan

5 5 5 12

8 Wiraswasta

8 6 14 14 36 14

9 Bengkel

5 6 11 11 23 14

10 Buruh Pabrik

77 7 41

11 Lain-lain

8 8 1026 2750 19 59

Jumlah 16 22 43 0 17 98 100

Dengan keahlian yang dimiliki oleh masyarakat pasuruan dapat diindikasikan

bahwa keahlian yang dimiliki mempunyai kemerataan sampel Dari seluruh responden

yang dijadikan sampel sebagian besar menginginkan bantuan modal alat dan tempat

usaha Untuk jenis pekerjaan bengkel sampel menyatakan bahwa responden

menginginkan bantuan modal dan alat untuk dapat mengembangkan usahanya Hal

yang sama juga ditunjukkan untuk jenis pekerjaan wiraswasta dimana 23 menyatakan

menginginkan bantuan alat dan 24 menginginkan bantuan modal

52 Kabupaten Sidoarjo

Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden

No Gaji amp Jenis Pekerjaan

lt 200000

200000 sd

400000

410000 sd

500000gt 500000 Jumlah

1 Tidak Bekerja

2

2 2111

2 Buruh Pasar

6 4

10 11333 200

3 Kuli Banguan

1 8 1

10 1156 400 50

4 Pemulung

8 2

10 11444 100

5 Pedagang

1 2 7

10 1150 100 212

28

6 Becak

1 2

3 356 100

7 Sopir Angkutan

2 6 1

9 10100 300 30

8 Wiraswasta

1 2 7

10 1150 100 212

9 Bengkel

4 5

9 10200 152

10 Buruh Pabrik

5 5

10 11250 152

11 Lain-lain

8

8 9242

Jumlah 18 20 20 33 91 100

Karakteristik pendapatan masyarakat di daerah perkotaan kabupaten sidoarjo

menunjukkan kesamaan dari kabupaten pasuruan Secara keseluruhan responden yang

berpenghasilan di atas 500 ribu di dominasi oleh masyarakat yang mempunyai

pekerjaan sebagai wiraswasta bengkel buruh pabrik dll Jika ditelaah lebih lanjut

memang untuk golongan buruh pabrik mereka berpenghasilan ditas 500 ribu karena ada

jaminan dari pemerintah mengenai pendapatan minimum melalui UMR Sedangkan

masyarakat yang bekerja di bengkel mendapatkan pendapatan yang tinggi karena

sidoarjo merupakan daerah industry sehingga tidak sedikit masyarakat yang

menggunakan kendaraan bermotor dalam aktifitasnya

Tabel

Keahlian Yang Dimiliki Masyarakat kabupaten sidoarjo

NoJenis

Pekerjaan Responden

Wiraswasta BengkelMontir

SopirTukang

BangunanDagang

Lain-lain

jumlah

1Tidak

Bekerja

2 Buruh Pasar

5 6 718 1831 43 37

3 6 8 14 14

29

Kuli 46

4 Pemulung

6 7 13 13 23 54

5 Pedagang

8 3 11 1150 30

6 Becak

8 8 8 57

7Sopir

Angkutan

5 49 9 19 21

8 Wiraswasta

3 5 8 8 30 19

9 Bengkel

4 4 4 15

10Buruh Pabrik

11 Lain-lain

3 4 6 13 1319 40 23

Jumlah 16 10 26 13 14 19 98 100

Menurut survey yang telah dilakukan ternyata tipikal masyarakat sidoarjo dan

pasuruan untuk kategori keahlian yang dimiliki adalah sama penyebarannya Untuk

kabupaten sidoarjo jenis pekerjaan terbanyak adalah buruh pasar dengan keahlian yang

dimiliki berdagang serta ada yang memiliki keahlian sebagai tukang sepatu

Keberagaman jumlah responden menunjukkan keberagaman pekerjaan masyarakat

yang dijadikan sebagai obyek penelitian Menurut hasil penelitian digambarkan bahwa

seorang yang berprofesi sebagai pemulung ternyata juga memiliki keahlian di bidang

lainnya seperti tukang bangunan bahkan sopir Dari informasi yang dimiliki tersebut

diharapkan pemerintah dapat memberikan bantuan sesuai dengan bidang profesi

masyarakat atau keahlian masyarakat itu sendiri

30

Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan

NoJenis

Pekerjaan Responden

Tempat Usaha

Alat Modal Pemasaran jumlah

1Tidak

Bekerja

0 0

2Buruh Pasar

2 8 10 01020418 15

3Kuli

Bangunan

1 3 6 10 01020414 14 12

4 Pemulung

1 8 9 00918374 15

5 Pedagang

10 2 4 16 016326540 10 8

6 Becak

2 4 6 12 01224498 19 12

7Sopir

Angkutan

2 6 8 00816338 12

8 Wiraswasta

3 7 10 0102041 14 13

9 Bengkel

5 6 11 0112245 24 12

10Buruh Pabrik

0 0

11 Lain-lain

7 4 1 12 012244928 19 2

Jumlah 25 21 52 0 98

Masyarakat daerah sidoarjo untuk segala jenis pekerjaan yang dijadikan subyek

penelitian menyatakan bahwa masyarakat memilih diberikan bantuan modal alat dan

tempat usaha Sedangkan untuk aspek pemasaran masyarakat sidoarjo tidak begitu

memerlukan bantuan Karena jika kita perhatikan kabupaten sidoarjo terletak di urat nadi

perekonomian jawa timur sehingga diharapkan pemasaran tidak menjadi kendala Dari

98 orang yang dijadikan responden sebanyak 52 orang dari berbagai macam profesi

menginginkan bantuan modal usaha

31

Berdasarkan hasil data skunder yang telah dilakukan terhadap seluruh

rumahtangga miskin yang ada di Kota Malang maka gambaran lokasi rumahtangga

misikin yang ada di Kota Malang seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini

Tabel

Jumlah Keluarga Miskin Masing-Masing Kecamatan

Di Kota Malang

No Kecamatan Jumlah Rumah Tangga

Prosentase

1 Kedungkandang 6635 2730

2 Sukun 6255 2574

3 Klojen 3432 1412

4 Blimbing 4158 1711

5 Lowok Waru 3821 1572 Sumber Pemkot Malang 2006

Data di atas menunjukkan jumlah rumah tangga miskin yang ada di kota malang

di masing-masing Kecamatan Dari 5 kecamatan yang ada dikota Malang jumlah

kemiskinannya adalah sebagai berikut Kecamatan yang paling tinggi angka

kemiskinannya adalah kecamatan Kedungkandang yaitu sebesar 2730 kecamatan

Sukun sebesar 2574 kemudian Kecamatan Lowok Waru sebesar 1572

Kecamatan Blimbing 1711 dan angka terendah Rumah tangga miskinnya adalah

kecamatan Klojen yairu sebesar 1412

Gambar

Jumlah keluarga Miskin di Kota Malang

0 1 2 3 4 5 6 7

Kedungkandang

Sukun

Klojen

Blimbing

Lowok Waru

Jumlah Rumah Tangga

32

Berdasarkan gambaan di atas jumlah rumah tangga miskin di kota malang

berada pada daerah-daeah tertentu (Kedungkandang dan Sukun) wilayah ini merupakan

wilayah pinggiran kota yang padat dengan jumlah penduduknya Kecamatan

Kedungkandang merupakan daerah yang umumnya pdat penduduk dan daerah tersebut

merupakan daerah pinggiran kota serta rata-rata penduduknya memiliki mata

pencaharian pedagang Daerah tersebut juga merupakan daerah pusat-pusat industri

kecil dan yang lebih telihat bahwa kebanyakan rumah tangga miskin bertempat tinggal

di daerah aliran sungai brantas (DAS Brantas) serta di pinggiran jalur kereta api

Berbeda halnya dengan kecamatan Sukun daerah ini selain terdapatnya pusat

perdagangan juga merupakan daerah industri kecil (home industri) Keberadaan rumah

tangga miskin selain rata-rata kehidupannya berdagang juga bertempat tinggal pada

daerah-daerah perkampungan

33 Aspek Kultural Pada Masyarakat Miskin

Urbanisasi merupakan salah satu faktor pemicu perkembangan kota terjadinya

perpindahan penduduk dari desa ke kota disebabkan oleh berbagai faktor baik faktor

pearik maupun pendorong perkembangan industri dan perdagangan di kota merupakan

faktor penarik yang menyebabkan orang untuk berdatangan dan tinggal di daerah

perkotaan Keinginan untuk dapat mendapatkan penghasilan dan pekerjaan yang lebih

baik untuk mencukupi kebutuhan hidup merupakan penyebab utama terjadinya

urbanisasi Namun kondisi tersebut tidak seiring dengan kualitas pendidikan dan

ketrampilan yang memadai sehingga mereka tidak dapat ditampung di sektor formal

melainkan menggantungkan hidupnya pada sektor informal yang kurang menentu

Selain itu yang menjadi faktor pendorong terjadinya urbanisasi adalah kondisi fasilitas di

daerah asal (pedesaan) kurang memadai serta semakin menyempitnya lahan pertanian

dan peluang pekerjaan

Pertambahan penduduk di kota yang sangat tinggi menyebabkan berbagai

permasalahan sosial permasalahan yang muncul adalah adanya perkampungan kumuh

dan perumahan liar di pinggiran kota dan umumnya di daerah pinggiran aliran sungai

brantas (DAS) Masalah tersebut disebabkan oleh ketidak mampuan masyarakat miskin

perkotaan untuk memiliki rumah yang layak huni Penyebab lainnya adalah ketidak

mampuan pemerintah kota untuk menyediakan sarana bagi masyarakat miskin

33

perkotaan Pembangunan perkotaan senantiasa bukan memberikan solusi dalam

pengentasan kemiskinan perkotaan melainkan sebaliknya yaitu menjadikan proses

penggusuran dan semakin terdesaknya kehidupan masyarakat miskin tersebut

Tabel

Daerah Asal Responden sidoarjo

NoJenis

Pekerjaan Responden

Jawa Timur Non

Madura

Madura Jawa Barat

Jawa Tengah

Luar Jawa

jumlah

1Tidak

Bekerja

2Buruh Pasar

8 1 1 10 1011 7 7

3Kuli

Bangunan

7 2 1 10 1010 14 7

4 Pemulung

9 9 913

5 Pedagang

10 10 1014

6 Becak

8 1 2 11 1111 7 14

7Sopir

Angkutan

10 10 1014

8 Wiraswasta

8 6 14 1411 43

9 Bengkel

10Buruh Pabrik

8 2 10 1011 14

11 Lain-lain

2 2 10 14 143 14 71

Jumlah 70 14 0 14 0 98 100

Dari data diatas sebagian besar kaum migrant untuk setiap profesi berasal dari

jawa timur Di definisikan jawa timur karena seluruh masyarakat urban berasal dari jawa

timur kecuali Madura Ada beberapa alasan dari responden mengapa mereka

melakukan urbanisasi salah satunya adalah untuk memperbaiki taraf ekonomi karena

kabupaten sidoarjo dianggap sebagai kabupaten yang memiliki potensi yang cukup

34

tinggi dalam bidang industry Profesi terbanyak yang diminati oleh pendatang adalah

sebagai pedagang dan sebagai sopir

Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin

pada kabupaten sidoarjo dapat diperhatikan gambar di bawah ini

Gambar

Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin

35

Tabel

Daerah Asal Responden pasuruan

NoJenis

Pekerjaan Responden

Jawa Timur Non

Madura

Madura Jawa Barat

Jawa Tengah

Luar Jawa

jumlah

1 Tidak Bekerja

2 Buruh Pasar

4 4 24

3 Kuli Bangunan

5 5 55

4 Pemulung

10 10 1011

5 Pedagang

20 20 2022

6 Becak

8 2 10 109 33

7Sopir

Angkutan

0 0

8 Wiraswasta

0 0

9 Bengkel

10 Buruh Pabrik

15 4 19 1916 67

11 Lain-lain

30 30 3133

Jumlah 92 6 98 98 98

Sama seperti pada kabupaten sidoarjo sebagian besar pendatang adalah dari

wilayah jawa timur Pendatang sebagian besar berprofesi sebagai pedagang karena

wilayah sidoarjo selain sebagai sentra industry provinsi jawa timur juga sebagai urat nadi

perekonomian jawa timur Sehingga bagi para pedagang akan sangat menguntungkan

karena di lewati dari berbagai wilayah di jawa timur

Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin

pada kabupaten pasuruan dapat diperhatikan gambar di bawah ini

Gambar

36

Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin

Tabel 5Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan di kota malang

Lama Tinggal (Tahun)Kecamatan

pddkAsli le 2 3 - 6 7 - 9 ge 10

Jumlahrespondn

Kedung kandang10

(1053)- 3

(316)11

(1158)71

(1473) 95

18 - - 15 52

37

Sukun (2118) (1764) (6118) 85

Klojen9

(1200)5

(667)12

(1600)9

(1200)40

(5333) 75

Blimbing8

(100)2

(25)- 8

(100)62

(775) 80

Lowok Waru15

(1923)- - 7

(897)56

(7180) 78

Sumber Data Primer

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa dari responden (keluarga miskin)

perkotaan sebagian besar bukan penduduk asli daerah kota Malang melainkan

pendatang yang merupakan kaum migran dan menetap di kota Malang kecamatan

kedung Kandang merupakan daerah yang padat penduduknya dimana 1473

menunjukkan jumlah responden yang sudah lama tinggal di kota malang (di atas 10

tahun) bahkan beberapa responden sudah turun-menurun dari keluarga mereka

Kecamatan Sukun yang merupakan kaum pendatang yang tinggal di kota Malang sudah

puluhan tahun sebanyak 6118 dari responden yang ada Kecamatan Klojen sebesar

5333 Kecamatan Blimbing sebanyak 775 dan untuk kecamatan Lowok Waru

sebanyak 7180 dari masing-masing responden di tingkat kecamatan Kondisi ini

menjelaskan bahwa masyarakat miskin perkotaan adalah rata-rata kaum migran yang

sengaja datang ke kota Malang untuk mencari kehidupan yang lebih baik dari daerah

asal mereka Umumnya mereka datang sebagai migran tetap dan keberadaan mereka

sudah terbiasa hidup dalam kondisi serba kekurangan Beberapa responden yang

ditemui juga menjelaskan bahwa sebagai kaum pendatang sudah tidak asing lagi

dengan kehidupan masyarakat di kota Malang Umumnya mereka membaur dengan

masyarakat pendatang lainnya dengan hidup di kepadatan penduduk kota Malang

Salain dilihat dari lamanya masayarakat pendatang (migran tetap) tinggal di kota

Malang dapat pula dijelaskan mengenai temapat asal (daerah asal) responden untuk

melihat derah asal rumah tangga miskin perkotaan dapat kita bagi dengan

menggunakan batasan daerah (wilayah) Dimana wilayah pembagiannya adalah

mereka yang berasal dari daerah Jawa Timur (non-Madura) daerah Madura daerah

Jawa Tengah Jawa Barat dan Luar Jawa Adapun gambaran daerah asal rumah

tangga miskin perkotaan dapat dilihat pada tabel berikut

38

Tabel

Daerah Asal Responden

Daerah

Asal

Kecamatan

Jawa

Timur

Non-

Madura

Madur

a

Jawa

Tengah

Jawa

Barat

Luar

Jawa

Jumlah

Respond

n

Kedung kandang21

(2470)52

(6118)9

(1059)3

(353)- 85

Sukun19

(2836)28

(4179)12

(1791)8

(1194)- 67

Klojen9

(1364)49

(7424)5

(758)3

(454)- 66

Blimbing31

(4306)33

(4563)6

(833)2

(278)- 72

Lowok Waru28

(4444)21

(3333)9

(1429)5

((794)- 63

Sumber Data Primer

Berdasarkan data pada tabel di atas menunjukkan bahwa umumnya kaum

migran berasal dari daerah Jawa Timur dan daerah Madura Untuk kecamatan Kedung

Kandang sebesar 6118 berasal dari Madura kemudian Kecamatan Sukun 4179

kaum Migran berasal juga dari Madura Kecamatan Klojen 7424 Kecamatan Blimbing

sebesar 4563 dan kecamatan Lowok Waru sebesar 3333 Dari kelima kecamatan

tersebut yang banyak di datangi oleh migran yang berasal dari daeah Madura adalah di

Kecamatan Kedung Kandang (6118) dan Kecamatan Klojen (7424) dan mereka

sengaja tinggal di dekat pusat perkotaan dengan tujuan memudahkan untuk aktifitas

kegiatan pekerjaannya yang rata-rata bergelut disektor informal (pedagang kaki lima)

331 Kondisi Tempat Tinggal Masyarakat Miskin Perkotaan

Dilihat dari tempat tinggal masyarakat miskin perkotaan rata-rata kondisi tempat

tinggalnya dengan model bangunan semi permanen dan permanen sederhanan dengan

memanfatkan kondisi tanah yang rawan bencana (longsor kebisingan kumuh dan

sebagainya)

Tabel

Kondisi Fisik Bangunan Rumah RTM

39

Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan

Kondisi Fisik RumahKecamatan

Sesek(papan)

SemiPermanen Permanen

Jumlahrespondn

Kedung kandang

11(1158)

52(5474)

32(3368) 95

Sukun20

(2353)33

(3882)32

(3765) 85

Klojen5

(667)31

(1733)39

(5200) 75

Blimbing3

(375)13

(1625)64

(8000) 80

Lowok Waru9

(1154)24

(3077)45

(5769) 78

Sumber Data Primer

dari data primer (tabel) menunjukkan bahwa sebagian besar tempat tinggal

masyarakat miskin perkotaan adalah semi permanen dan permanen akan tetapi dengan

ukuran ruang (luas bangunan) yang cukup minim Dan umumnya yang mereka lakukan

adalah dengan menyewa tanah dan atau menempati tanah rawan musibah adapun

kondisi perumahan masyarakat miskin perkotaan dapat dilihat pada gambar berikut

Gambar

Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin Perkotaan

40

Dari gambar di atas terlihat bahwa kondisi tempat tinggal mereka sangat rawan

dengan terjadinya bencana dan kekumuhan kondisi ini selain rawan terhadap adanya

bahaya tersebut juga sangat rawan dengan permasalahan kesehatan

34 Analisa Spasial

Informasi mengenai tipologi perekonomian masyarakat akan sangat membantu

pemerintah dalam menentukan kebijakan ekonomi di masa mendatang Dari informasi

tersebut dibuatlah peta potensi ekonomi dengan maksud merelevansikan antara potensi

ekonomi daerah dan kebijakan ekonomi Selain itu jika kebijakan ekonomi hanya

terfokus di suatu wilayah tertentu akan berdampak pada ketimpangan pertumbuhan

ekonomi Seperti dijelaskan sebelumnya inventarisasi sarana ekonomi sebuah wilayah

dilakukan dengan menggunakan pendekatan tipologi suatu wilayah Melalui pendekatan

ini selanjutnya dapat digambarkan wilayah majemuk dengan fenomena yang kompleks

dengan beberapa persamaan di dalamnya Maksudnya bahwa pada tipologi suatu

wilayah ada relevansinya dengan keberadaan potensi ekonomi maupun potensi sarana

ekonomi di wilayah tersebut Ini menandakan bahwa kebijakan pengembangan ekonomi

suatu wilayah diperlukan pengadaan sarana ekonomi yang tepat sedikitnya sesuai

dengan kondisi wilayah yang dibangun termasuk karakteristik kegiatan ekonomi yang

dilakukan oleh masyarakat setempat sehingga keberadaan sarana tersebut mampu

mendorong aktivitas ekonomi masyarakat dan pada akhirnya mengentaskan dan

menanggulangi kemiskinan

41

Di wilayah kabupaten pasuruan terdapat berbagai macam potensi ekonomi yang

belum tersentuh pengembangannya oleh pemerintah daerah Potensi yang terdapat di

wilayah tersebut bukan hanya pada potensi sumber daya alam melainkan juga potensii

sumber daya manusianya Untuk wilayah ssidoarjo perlu adanya perhatian mendalam

pada pengembangan sumber daya manusia karena di wilayah tersebut banyak sekali

potensi industri yang dapat berkembang Sedangkan untuk daerah malang hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa disinyalir masih terdapat kegiatan ekonomi maupun

sarana ekonomi yang menunjang kegiatan tersebut belum dimanfaatkan secara optimal

Keadaan ini menjadikan keduanya masih bersifat potensial dan memerlukan

penanganan pengelolannya agar dapat diperoleh output yang optimal pula Pengelolaan

optimal tersebut tentu masih memerlukan suatu pengkajian tersendiri untuk mengukur

sampai sejauh mana tingkat feasibilitasnya

Potensi sarana ekonomi kabupaten ssidoarjo kabupaten pasuruan dan Kota

Malang merujuk pada sarana ekonomi (dalam bentuk fisik) yang teridentifikasi di setiap

daerah maupun yang sudah terkompilasikan di tingkat kabupaten dan kota Potensi

tersebut dapat di petakan pada masing-masing kabupaten di wilayah Jawa Timur

melalui Peta berikut

Gambar Provinsi Jawa Timur

42

Gambar kota Malang

43

keterangan

daerah masyarakat miskin perkotaan

daerah potensi terjadinya kemiskinan

tidak ada potensi terjadnya kemiskinan

Sejalan dengan maksud di atas Pemerintah Kota Malang masih

perlu melakukan kajian mendalam tentang pengembangan potensi wilayah

sebagai salah satu upaya untuk mendukung pemulihan ekonomi yang

bersifat jangka menengah Dukungan kajian ini dilakukan dengan menggali

lebih dalam potensi yang dimiliki setiap kawasan di wilayah Kota Malang

Dengan demikian Pemerintah Kota Malang dengan mudah dapat mengambil

langkah-langkah menumbuh kembangkan potensi sarana ekonomi daerah

44

Kec Blimbing Industri (kecil-

menengah)Pariwisata Pertanianperumahanperdagangan

Kec Kedungkandang Industri (kecil-

menengah)Pertanianperumahan

Kec Sukun Industri kecilPendidikanperumahan

Kec Kolojen perdagangan PendidikanPerhotelanperkantoran

Kec Lowokwaruperumahan PendidikanIndustri (kecil-

menengah)

khususnya yang berada di pusat-pusat kegiatan produksi masyarakat yang

dianggap cukup strategis di Kota Malang

Sejalan dengan semakin meningkatnya peran serta dunia usaha

dan masyarakat di dalam pelaksanaan pembangunan maka program-

program pembangunan Kota Malang perlu disusun dengan

mempertimbangkan keterlibatan mereka Upaya ini dimaksudkan agar

Pemerintah Kota Malang lebih mudah mengefektifkan potensi sarana

ekonomi dan mengarahkannya untuk kepentingan pembangunan yang lebih

konsisten efektif dan efisien serta berkelanjutan dalam menanggulangi

kemiskinan

Secara keseluruhan penduduk miskin di wilayah kota malang masih tersebar

merata di seluruh kecamatan Kecuali di kecamatan Lowokwaru sebagian besar di

kecamatan ini tidak ada potensi kemiskinan Hal tersebut dikarenakan banyaknya

industry pendidikan seperti UMM UNISMA UNIGA Brawijaya ITN UM dll Dengan

banyaknya perguruan tinggi di wilayah tersebut maka potensi perekonomian semakin

besar Tidak sedikit masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang makanan karena

untuk memnuhi kebutuhan para mahasiswa

Pada data dikatakan bahwa rata-rata pendapatan di kecamatan Lowokwaru

masih besar padahal menurut analisis spasial potensi terjadinya kemiskinan sangat

kecil Pada analisi ekonomi diindentifikasi bahwa banyak masyarakat yang

berpendapatan dibawah 400 ribu Hal tersebut terjadi pada masyarakat yang tinggal di

daerah pesisir sungai Masih banyak masyarakat yang tinggal di Daerah Aliran Sungai

tidak memiliki kesempatan kemampuan untuk bersaing dengan masyarakat yang tidak

tiggal di Daerah Aliran Sungai Di perkirakan masyarakat yang menempati DAS

merupakan masyarakat pendatang yang berurbanisasi dengan tidak membawa suatu

keahlian

Potensi kemiskinan terbesar dapat terjadi di Kecamatan Sukun Banyak

masyarakat di daerah ini yang memiliki pendapatan dibawah 400 ribu Jika kita

bandingkan dengan kecamatan Lowokwaru potensi kemiskinan di daerah kecamatan

Sukun tidak hanya terjadi di DAS namun juga pada masyarakat lainnya Banyak faktor

yang mengindikasikan potensi kemiskinan salah satu faktor utama adalah sulitnya

pemasaran dan persaingan yang ketat Meski kegiatan masyarakat di kecamatan

Lowokwaru dengan kecamatan Sukun relatif sama namun di kecamatan Lowokwaru

45

pemasaran barang dan jasa yang diproduksi tidak sesulit di kecamatan Sukun meski

ada persaingan

Hampir memeratanya potensi masyarakat miskin di kecamatan Sukun

menimbulkan dampak di kecamatan Kedungkandang terutama di perbatasan diantara

kedua kecamatan tersebut Menurut survey yang dilakukan memang sebagian besar

masyarakat miskin berpotensi di DAS Dapat dilihat di peta bahwa gambar merah

bersinggungan antara kedua kecamatan dan di kedua wilayah tersebut dialiri sungai

yang sama namun jika kita lihat kebawahnya warna kecamatan Kedungkandang mulai

ada yang Hijau Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat diluar DAS mempunyai

usaha yang berhubungan positif dengan pendapatan seperti pertanian

Berbeda halnya di kecamatan Klojen kecamatan ini merupakan pusat

pemerintahan kota Malang Banyak warga di kecamatan ini yang berprofesi sebagai

pegawai negeri sipil Memang masih terindikasi adanya kemiskinan di daerah tersebut

namun kemiskinan itu timbul karena mereka yang tidak mempunyai kesempatan dan

daya tawar diri mereka Kebanyakan yang tidak memiliki daya tawar diri yang tinggi

adalah mereka para pendatang yang tidak membawa keahlian kemudian mereka

tinggal di DAS dan berprofesi sebagai buruh tani buruh pabrik ataupun yang lainnya

yang tidak membutuhkan keahlian lebih

Bab V Kesimpulan dan Saran

Setelah melalui beberapa tahapan analisis dalam mengidentifikasi kemiskinan

perkotaan di beberapa wiayah Jawa Timur terdapat beberapa kesimpulan yaitu

1 Didapat bahwa sebaran penduduk miskin berkosentrasi pada daerah

sepanjang aliran sungai dan ada beberapa kota yang mengindikasikan

bahwa penduduk miskin berasal dari pendatang dari luar kota

2 Dalam penanggulangan kemiskinan pemerintah sudah banyak

mengeluarkan berbagai macam program pengentasan kemiskinan seperti

P2K P2KP BLT dll namun dalam aplikasinya banyak program yang belum

tepat sasaran

3 Ada beberapa karakteristik yang menarik dalam pengentasan kemiskinan

diantaranya bahwa dalam mengentaskan masyarakat miskin metode yang

46

diterapkan lebih kepada pembinaan keahlian dan mentalitas karena

seperti yang terdapat di kota malang masyarakat miskin dipicu dari

kebiasaan atau mentalitas dari masyarakat tersebut dalam kehidupan

sehari-hari Riset menemukan meskipun masyarakat miskin diberikan

bantuan uang seperti BLT namun bantuan tersebut tidak diperuntukkan

kepada pengembangan usaha namun habis untuk konsumsi begitu pula

dengan program ndash program pengentasan kemiskinan yang lainnya

Saran

Dalam pengentasan kemiskinan disarankan kepada pemerintah untuk mencari

data kemiskinan yang akurat dengan tujuan pemberian bantuan dalam rangka

pengentasan kemiskinan dapat terserap tepat pada masyarakat yang dituju Selain itu

untuk mengentaskan masyarakat yang bertipikal ldquokultur miskinrdquo harus banyak diberikan

pelatihan dan pembinaan mental

47

DAFTAR PUSTAKA

Blakely Edward J (1989) Planning Local Economic Development Theory and Practice Sage Library of Social Research 168 Sage Publication

BPS (1999) Perkembangan Tingkat Kemiskinan dan Beberapa Dimensi Sosial Ekonominya 1996-1999 Jakarta BPS

Budi Soeradji Mubyarto (1998) Gerakan Penanggulangan Kemiskinan Laporan

Penelitian di Daerah-Daerah Yogyakarta Aditya Media

Faisal Basri (2002) Perekonomian Indonesia Tantangan dan Harapan bagi Kebangkitan Indonesia Jakarta Erlangga

Fei J C H amp Gustav R (1964) Development Economics What Next In a Ranis G P Schulta (Ed) The State of Development Economics

Gunawan Sumodiningrat (1999) Penanggulangan Krisis Harus Memihak Rakyat Disampaikan pada konferensi pers untuk launcing The Economic and Social Survey of Asia and the Pacific 1999 (ESCAP) di UNIC Jakarta

Kuncoro M (2000) Ekonomi Pembangunan Teori Masalah dan Kebijakan (1st ed) Yogyakarta UPP AMP YKPN

Kuncoro M (2004) Otonomi dan Pembangunan Daerah Reformasi Perencanaan Strategi dan Peluang Jakarata Erlangga

Mellor J W (1976) The New Economies of Growth A Strategy for India and the Developing Countries Cornell Cornell University Press

Nurkse R (1953) Problem of Capital Formation in Underdeveloped Countries In Meier Gerald M Leading Issues in Economic Development edisi ke 6 Oxford University Press Oxford

Rintuh Cornelis amp Miar (2005) Kelembagaan dan Ekonomi Rakyat BPFE-UGM Yogyakarta

Sharp Ansel M Charles A Register and Paul W Cerimes (1996) Economics of Social Issues edisi ke 12 Richard D Chicago Irwin

Sumarto Sudarno (2002) ldquoGrowth Inequality and Poverty Evidence from Micro Datardquo Makala dalam The Young Economics Seminar Jakarta World Bank

48

Page 2: Makalah akp

Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari latar belakang yang telah diuraikan di atas maka tujuan dari

penelitian ini adalah sebagai berikut

1 Bagaimana permasalahan kemiskinan berdasarkan pada kondisi geografi dan

topografi wilayah

2 Bagaimana permasalahan kemiskinan berdasarkan persoalan sikap seseorang

atau masyarakat yang disebabkan oleh faktor budaya atau yang disebeut

dengan kemiskinan kultural

3 Bagaimana permasalahan kemiskinan berdasarkan pada aspek struktural atau

dampak dari kebijakan pembangunan perkotaan

Bab II Studi Pustaka

21 Penyebab Kemiskinan

Kemiskinan merupakan salah satu problem sosial yang amat serius Langkah

awal yang perlu dilakukan dalam membahas masalah ini adalah mengidentifikasi apa

sebenamya yang dimaksud dengan miskin atau kemiskinan dan bagaimana

mengukurnya Konsep yang berbeda akan melahirkan cara pengukuran yang berbeda

pula Setelah itu dicari faktor-faktor dominan (baik yang bersifat kultural maupun

struktural) yang menyebabkan kemiskinan Langkah berikutnya adalah mencari solusi

yang relevan untuk memecahkan problem dengan cara merumuskan strategi

mengentaskan kelompok miskin atau masyarakat miskin

Kemiskinan menurut Sharp (1996) dari sisi ekonomi penyebabnya dibagi

menjadi tiga yaitu Pertama secara mikro kemiskinan muncul karena adanya ketidak

samaan pola kepemilikan sumber daya yang menimbulkan distribusi pendapatan yang

timpang Penduduk miskin hanya memiliki sumberdaya alam jumlah terbatas dan

kualitasnya rendah Kedua kemiskinan muncul akibat perbedaan kualitas sumberdaya

manusia kualitas sumberdaya manusia yang rendah berarti produktivitasnya rendah

yang pada gilirannya upahnya randah Rendahnya kualitas sumberdaya manusia ini

karena rendahnya pendidikan nasib yang kurang beruntung adanya diskriminasi atau

karena keturunan Ketiga kemiskinan muncul akibat perbedaan dalam akses modal

Hubungan antara pertumbuhan ekonomi kemiskinan dan ketimpangan telah

banyak dilakukan di Indonesia salah satunya dilakukan oleh Sumarto (2002) dari

SMERU Research Institute Penelitian ini melakukan studi pada 100 desa selama

2

periode Agustus 1998 hingga Oktober 1999 Berdasarkan hasil studi tersebut ada

beberapa hal yang menjadi temuan berkaitan dengan penanggulangan kemiskian antara

lain

- Terdapat hubungan negatif yang sangat kuat antara pertumbuhan dan kemiskinan

Artinya ketika perekonomian tumbuh kemiskinan berkurang namun ketika

perekonomian mengalami kontraksi pertumbuhan kemiskinan meningkat lagi

- Pertumbuhan tidak mengurangi kemikinan secara permenen Walaupun terjadi

pertumbuhan dalam jangka panjang selama periode sebelum krisis banyak

masyarakat yang tetap rentan terhdap kemiskinan Oleh arena itu manajemen

kejutan (management of shocks) dan jaring pengaman harus diterapkan

- Pertumbuhan secara kontemporer dapat mengurangi kemiskinan Sehingga

pertumbuhan yang berkelanjutan penting untuk mengurangi kemiskinan

- Pengurangan ketimpangan mengurangi kemiskinan secara signifikan Sehingga

sangat untuk mencegah pertumbuhan yang meningkatkan ketimpangan

- Memberikan hak atas properti dan memberikan akses terhadap kapital untuk

golongan masyarakat miskin dapat mengurangi kesenjangan merangsang

pertumbuhan dan mengurangi kemiskinan

22 Pendekatan Ilmiah Masalah Kemiskinan

Tiga pendekatan ilmiah yang cukup popular di dalam memahami masalah

kemiskinan (Ancok dalam Dewanta1999( ialah pendekatan kultural pendekatan

situasional dan pendekatan interaksional

221 pendekatan kultural

Tokoh utama yang menggunakan pendekatan kultural ialah Oscar Lewis (1966)

Dengan konsep cultural poverty Lewis berpendapat bahwa keamiskinan adalah suatu

budaya yang terjadi karena penderitaan ekonomi (economic depretiation) yang

berlangsung lama Berdasarkan penelitian pada beberapa kebudaya kelompok etnik

Lewis menemukan bahwa kemiskinan adalah salah satu sub-kultur masyarakat yang

mempunyai kesamaan ciri antar etnik satu dengan etnik yang lain Akar dari timbulnya

budaya miskin tersebut menurut pendapat Lewis adalah keadaan masyarakat yang

mempunyai siri-siri berikut

Sistem perekonomian yang terlalu berorientasi pada mencari keuntungan

Tingginya angka pengangguran dan angka under employment bagi golongan

yang tidak punya keahlian

Rendanya upahgaji yang diperoleh pekerja

3

Tidak adanya organisasi sosial politik dan ekonomi bagi kaum miskin baik yang

didirikan oleh pemerintah maupun oleh swadaya masyarakat

Hadirnya sistem kekeluargaan yang bilateral yang menggantikan sistem yang

unilateral

Hadirnya kelas masyarakat yang dominan yang menekankan pada penumpukan

harta dan kekayaan kesempatan untuk terus meningkat dalam status anggota

kelas masyarakat ini beranggapan bahwa kemiskinan disebabkan oleh karena

sifat pribadi yang lemah dan inferior

Menurut Lewis (1966) budaya keniskinan adalah suatu cara yang dipakai oleh orang

miskin untuk beradaptasi dan bereaksi terhadap posisi mereka yang marginal dalam

masyarakat yang memiliki kelas-kelas dan bersifat individualistic dan kapitalistik Budaya

kemiskinan adalah desain kehidupan bagi orang-orang miskin yang bersisikan

pemecahan problem ndash problem hidup mereka yang diturunkan dari satu generasi ke

generasi selanjutnya

Dalam menggambarkan cara hidup orang yang berada dalam budaya kemiskinan

Lewis memformulasikan serangkaian sifat-sifat ekonomi sosial dan psikologi yang

berkaitan satu dengan yang lainnya Ciri pokok dari orang-orang yang idup dalam

budaya kemiskinan adalah kurangnya partisipasi yang efektif dalam ingrative dalam

institusi-institusi penting yang ada dalam masyarakat karena sebagian besar yang buta

huruf dan berpendidikan rendah serta kekurangan uang Kehidupan mereka yang serba

kekurangan kondisi tempat tinggal yang sangat menyedihkan kesumpekan tempat

tinggal kekurangan makanan dan pakaian telah mempengaruhi aspek psikologis

mereka

Kehidupan seksual yang agak bebas penelantaran anakn kurangnya fasilitas

pendidikan tidak memungkinkan untuk mendidik anakanya ke arah pertumbuhan yang

baik Orang-orang yang dibesarkan dalam budaya kemiskinan mempunyai ciri-ciri

kepribadian antara lain merasa diri mereka tidak berguna penuh denga keputusasaan

merasa inferior sangat dependent terhadap orang lain Orang miskin tersebut juga tidak

mempunyai kepribadian yang kuat kurang bisa mengontrol diri mudah impulsive dan

sangat berorientasi pada masa kini tanpa memikirkan masa depan

Untuk menghilangkan budaya kemiskinan tersebut Lewis menyarankan agar

orang-orang miskin bersatu dalam organisasi Lewis (1966) menulis dalam buku The

Study of Slum CultureBacgrounds for la Vida seperti berikut rdquosetiap gerakan baik itu

4

gerakan yang bersifat religius pasifis ataupun revolusioner yang mengorganisasikan

dan memberikan harapan bagi si miskin dan secara efektif mempromosikan solidaritas

dan perasaan identitas yang sama dengan kelompok masyarakat yang lebih luas akan

dapat menghancurkan sifat-sifat utama yang merupakan ciri orang-orang dari budaya

kemiskinanrdquo

23 Model Solusi Kemiskinan

Pengalaman di negara-negara Asia menunjukkan berbagai model mobilisasi

perekonomian pedesaan untuk memerangi kemiskinan yaitu Pertama mendasarkan

pada mobilitas tenaga kerja yang masih belum didaya gunakan (idle) dalam rumah

tangga petani gurem agar terjadi pembentukan modal di pedesaan (Nurkse 1953)

Tenaga kerja yang masih belum didayagunakan pada rumah tangga petani kecil dan

gurem merupakan sumberdaya yang tersembunyi dan potensi tabungan Alternatif cara

untuk memobilisasi tenaga kerja dan tabungan pedesaaan adalah 1) menggunakan

pajak langsung atas tanah seperti yang dilakukan di Jepang 2) dilakukan dengan

menyusun kerangka kelembagaan di pedesaan yang memungkinkan tenaga kerja yang

belum didayagunakan untuk pemupukan modal tanpa perlu menambah upah Ini persis

yang dilakukan Cina yang menerapkan sistem kerjasama kelompok dan brigades

ditingkat daerah yang paling rendah (communes) Dengan metode ini ternyat

memungkinkan adanya kenaikan yang substansial dalam itensitas tenaga kerja dan

produktivitas tenaga kerja

Model kedua menitik beratkan pada tranfer daya dari pertanian ke industri

melalui mekanisme pasar (Fei amp Gustav 1964) Ide bahwa penawaran tenaga kerja

yang tidak terbatas dari rumah tangga petani kecil dapat meningkatkan tabungan dan

formasi modal lewat proses pasar Pengalaman Taiwan menyajikan contoh yang baik

atas mobilisasi sumber daya dari sektor pertanian mengandalkan mekanisme pasar

tanpa menggunakan instrumen pajak seperti yang dilakukan oleh Jepang Proporsi

output sektor pertanian sebagian besar tetap dijaga sebagai surplus lewat intermediasi

pemilik tanah dan melalui nilai tukar (terms of trade) sebelum Perang Dunia II

Model ketiga menyoroti pesatnya pertumbuhan dalam sektor pertanian yang

dibuka dengan kemajuan teknologi dan kemungkinan sektor yang memimpin (Mellor

1976) Model ini dikenal dengan nama Model Pertumbuhan Berbasis Teknologi atau

Rural-Led Development Proses ini akan berhasil apabila dua syarat berikut terpenuhi

1) kemampuan mencapai tingkat pertumbuhan output pertanian yang tinggi 2) proses

5

ini juga menciptakan pola permintaan yang kondusif terhadap pertumbuhan Pada

gilirannya ini tergantung dari dampak keterkaitan ekonomi pedesaan lewat pengeluaran

atas barang konsumsi yang dipasok dari dalam sektor itu sendiri dan melalui invesatasi

yang didorong

Model keempat menyoroti dimensi spasial dalam menanggulangi kemiskinan

Kemiskinan bisa diatasi dengan cara kemudahan dalam mengakses dua bidang yaitu

1) bidang ekonomi dan 2) bidang sosial (Kuncoro 2004) Akses dalam bidang ekonomi

dibagi menjadi dua yaitu akses terhadap lapangan kerja dan akses terhadap faktor

ekonomi Akses terhadap faktor produksi terdiri dari 1) Kemudahan masyarakat dalam

mengakses modal usaha 2) kemudahan masyarakat dalam mengakses pasar 3)

kemudahan masyarakat dalam kepemilikanmodal Sedangkan akses dalam bidang

sosial dibagi menjadi dua yaitu akses terhadap fasilitas pendidikan dan akses terhadap

fasilitas kesehatan

23 Strategi Penanggulangan Kemiskikan Di Indonesia

Kemiskinan dapat bermakna kesenjangan ekonomi dan ketidak merataan

pendapatan Kedua hal ini merupakan masalah yang hangat dibicarakan karena masih

besarnya penggangguran terselubung yang disebabkan masih adanya pekerjaan yang

dilakukan di bawah produktivitas kerja (underemployment) serta rendahnya kualitas

tenaga kerja Indonesia Ada dua macam ukuran kemiskinan yaitu kemiskinan absolut

dan kemiskinan relatif Kemiskinan absolut adalah kemiskinan yang disebabkan karena

ketidak mampuan seseorang melampaui garis kemiskinan (proverty line) yang

ditetapkan Sedangkan kemiskinan relatif berkaitan dengan perbedaan tingkat

pendapatan suatu golongan dibandingkan dengan golongan lainnya (Rintuh 2005)

Beberapa program pembangunan yang dilaksakan di Indonesia baik yang

dilakukan oleh pemerintah mapun bantuan donor antara lain telah dilaksanakan melalui

progam Impres Desa Tertinggal (IDT) dan dimantapkan melalui program Pembangunan

Prasarana Pendukung Desa Tertinggal (P3DT) Program dilanjutkan dengan Program

Pengembangan Kecamatan (PPK) Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan

Program Pemberdayaan Daerah Mengatasi Dampak Krisis Ekonomi (PDMDKE) dan

Program Pengembangan Kawasan Desa-Kota Terpadu atau Poverty Alleviation Through

Rural Urban Lingkage (PARUL) Dari berbagai program pengentasan kemiskinan

tersebut terdapat beberapa perbedaan dan kesamaan yang dapat dilihat pada tabel

berikut (Sumodiningrat 1999)

6

Berikut ini beberpa penyempurnaan kebijakan program pemberdayaan

masyarakat dan pennanggulangan kemiskinan

Tabel 3

Perkembangan dan Penyempurnaan Kebijakan Program Pemberdayaan Masyarakat dan Program Penanggulangan Kemiskinan Dalam Kurun Pelita VI

No

Program

Bentuk Kebijakan

Pengembangan

Ekonomi

Pengembangan SDM

Pengembangan Prasarana

Pengembangan

Kelembagaan

Pengembangan Sistem Informasi

Bantuan Modal

Bantuan Pendampin

gan

Bantuan Prasarana

Sarana

Bantuan PengembanaganKelemb

agaan

Bantuan Pemantaua

n dan Pelaporan

1 IDT Diberikan dalam bentuk uang tunai seniali Rp 20 juta tahun selama 3 tahun

Dana bantuan digunakan untuk modal usaha dan bersifat hibah dan bergulir (revolving block grant)

Pengembangan kemampuan masyarakat dalam pengelolaan modal bergulir melalui bantuan tenaga pendamping

Secara khusus belum ada namun beberapa bantuan melalui program pembangunan sektoral telah memberikan bantuan teknologi tepat guna untuk membantu mengembangkan kegiatan sosial ekonomi produktif pokmas

Pengembangan kelembagaan dilakukan dalam wadah pokmas melalui kegiatan perguliran dana

Pembangunan kelembagaan aparat dilakukan pembinaan berjenjang secara vertikal yang dilakukan oleh jajajrn Depdagri bersama Depkeu dan departeme teknis terkait lain melalui program pembangunan sektoral masing-masing

7

2 P3DT Dana bantuan digunakan untuk investasi sosial dan bersifat hibah (block grant) serta mendukung kegiatan sosial ekonomi yang didanai oleh bantuan IDT

Pengembangan kemampuan masyarakat dan aparat dalam pembangunan dibina oleh tenaga pendamping profesional (antara lain oleh tenaga konsultan)

Bantuan prasarana mendapat perhatian melalui pengembangan prasarana transportasi yang mendukung kegiatan ekonomi (pembangunan jalan jembatan tambatan perahu dll) dan pengembangan prasarana sosial yang langsung mendukung kegiatan ekonomi lokal (pembangunan prasarana kesehatan dasr MCK sanitasi dan air bersih)

Masyarakat melaksanakan sendiri manajemen pembangunan lokal

Pembinaan aparat dilakukan secara vertikal melalui Tim Koordinasi Pembangunan sebagai wadah musyawarah dan mufakat Sehingga komitmen dan perhatian pembangunan untuk rakyat tetap dalam arah yang benar

Masyarakat melakukan sendiri kegiatan pemantauan dan pelaporan pembangunan ditingkat lokal dibantu oleh tenaga pendamping profesional

Aparat melakukan pemantauan dan pelaporan secara berjenjang (vertikal) yang hasilnya dipergunakan untuk mendukung pengambilan keputusan lebih lanjut dalam rangka pengembangan program

3 PPK Bantuan

senilai Rp 250 juta ndash Rp 750 juta per kecamatan bersifat hibah bergulir Namun pemanfaatan bantuan semata diarahkan agar

Pengembangan SDM dilakukan melalui diseminasi dan pelatihan secara berjenjang baik melalui jalur tenaga pendamping dan jajaran aparat pemerintah

Pembangunan pengadaan prasarasna sarana hanya untuk mendukung kegiatan ekonomi yang sudah mapan

Pengembangan kelembagaan masyarakat dilakukan dalam wadah pokmas melalui kegiatan perguliran dana yang dilembagakan dalam

Sistem pemantauan dan pelaporan dilakukan untuk menilai perkembangan pelaksanaan kegiatan ekonomi prioritas perguliran dana dan

8

pemanfaatan program dapat berlatih mengguanakan dana itu sebagai stimulan agar dalam pengembangan lebih lanjut dapat memanfaatkan fasilitas microfinance

Dilakukan memalui bantuan dana yang dipergunakan untuk membiayai investasi sosial dan investasi ekonomi Bantuan dana digunakan sepenuhnya untuk menciptakan kegiatan ekonomi produktif yang berlanjut

Pengembangan kemampuan dan keterampilan masyarakat lokal diarahkan pada pelaksanaan administrasi pembangunan (UDKP) dan administrasi keuangan (UPK)

forum UPK sebagai bagian dari pelaksanaan forum UDKP

peningkatan kapasitas masyarakat melalui jumlah akumulasi modal

4 P2KPSecara prinsip sama dengan yang dilakukan oleh

Dilakukan melalui bantuan dana yang dipergunakan untuk membiayai investasi sosial dan investasi ekonomi Bantuan

Pengembangan SDM dilakukan melalui diseminasi dan pelatihan secara berjenjang baik melalui jalur tenaga pendamping

Pembangunan pengadaan prasarana sarana hanya untuk mendukung kegiatan ekonomi yang sudah mapan

Pengembangan kelembagaan masyarakat dilakukan dalam wadah pokmas melalui kegiatan perguliran

Sistem pemantauan dan pelaporan dilakukan untuk menilai perkembangan pelaksanaan kegiatan ekonomi

9

PPK namun sasaran lokasi dititikberatkan pada kecamatan di kawasan perkotaan

dana digunakan sepenuhnya untuk menciptakan kegiatan ekonomi produktif yang berlanjut

dan jajaran aparat pemerintahPengembangan kemampuan dan keterampilan masyarakat lokal diarahkan pada pelaksanaan administrasi pembangunan (UDKP) dan administrasi keuangan (UPK)

dana yang dikembangkan dalam forum UPK sebagai bagian dari pelaksanaan forum UDKP

Pengembangan kelembagaan aparat dilakukan bersama masyarakat melalui mekanisme forum UDKP

prioritas perguliran dana dan peningkatan kapasitas masyarakat melalui jumlah akumulasi modal

5 PDMKE

Dilakukan untuk membiayai kegiatan yang bersifat padat karya

Dilakukan melalui pembangunan dan prasarana amp sarana sesuai permintaan lokal

6 PARUL

Dilakukan melalui bantuan dana yang dipergunakan untuk kegiatan sosial-ekonomi produksi dan distribusi jasa natar kawasan

Pengembangan kemampuan masyarakat diarahkan pada peningkatan kemampuan dan keterampilan untuk memperoleh akses dan meningkatkan keterkaitan pada jalur produksi distribusi dan penyediaan jasa yang

Pengembangan prasarana dilakukan dalam wujud pembangunan prasarana sarana dan penerapan teknologi yang mendukung secara langsung kegiatan ekonomi kawasan

Peningkatan kemampuan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan yang menekankan prakarsa lokal pada kawasan itu

Sistem pemantauan dan pelaporan menekankan peningkatan kapasitas masyarakat dalam kegiatan produksi distribusi dan jasa dalam suatu kawasan ekonomi antara pedesaan dan perkotaan

10

sesuai dengan kapasitas ekonomi kawasan

Sumber Kuncoro (2004)

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa program penanggulangan

kemiskinan yang dilakukan di Indonesia masih bersifat parsial Hal tersebut bisa dilihat

dari hampir semua program yang pernah dilakukan masih bermasalah dalam hal

mensinergikan antara masyarakat miskin dengan masyarakat yang berdaya (non

miskin) pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat Akibat dari kondisi tersebut

penanggulangan kemiskinan tidak efektif tidak mandiri dan tidak berkelanjutan

24 Kelemahan Program Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia

Salah satu penyebab kurang berhasilnya penanggulangan kemiskinan di

Indonesia adalah sistem politik yang cenderung sentralistik Sentralisasi yang sangat

kuat di masa lalu juga berimbas ke kebijakan penanggulangan kemiskinan dimana

hampir semua program penanggulangan kemiskinan bersifat rdquotop-downrdquo dengan

keterlibatan minimal dari pemerintah daerah dalam formulasi kebijakannya Program

atau kebijakan yang sangat rdquotop-downrdquo ternyata juga gagal dalam merefleksikan

pebedaan antar daerah yang kadang-kadang bisa menjadi sangat signifikan Akibatnya

timbul berbagai kegagalan berskala besar dalam program atau kebijakan yang pada

akhirnya berakibat pada dihentikannya program tersebut Berikut ini bentuk atau ciri-ciri

dan kelemahan program penanggulangan kemiskinan yang pernah dilakukan

Tabel 4

Ciri-ciri dan Kelemahan Program Penanggulangan Kemiskinan

Kelemahan Program Upaya Penanggulangan Kemiskinan

Prinsip-prinsip Penanggulangan

Kemiskinan

Perencanaan penentuan sasaran dan kreteria miskin serta pengaturan teknis pelaksanaan yang

Mendidik masyarakat miskin untuk terus menerus menemukenali potensi yang dimiliki baik individu keluarga

Program penanggulangan kemiskinan harus mengarah pada pendekatan yang menyeluruh (multi-sektor)

11

dilakukan oleh pemerintahinstansi pusat (top-down) seringkali tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat atau daerah tertentu

maupun lingkungan (keterampilan material dan sumberdaya alam) sebagai modal dasar untuk meningkatkan kesejahteraan hidup

Program-program yang dilaksanakan secara sektoral sering kali mengakibatan adanya semangat ego-sektoral dan saling tumpang tindih

Mendorong tumbuhnya rasa percaya diri akan kemampuannya untuk lepas dari belenggu kemiskinan

Perencanaan dan penentuan sasaran dilakukan oleh masyarakat bersama aparat dilapangan sehingga sesuai dengan kebutuhan masyarakat

Banyak program penanggulangan kemiskinan yang menempatkan masyarakat sebagai obyek sehingga masyarakat kurang berpartisipasi secara aktif

Menyadarkan bahwa tidak akan ada seseoranglingkungan yang dapat keluar dari genggaman kemiskinan melainkan atas usaha orangkeluargalingkungan itu sendiri

Masyarakat ditempatkan sebagai ldquopelaku utama dalam perang melawan kemiskinanrdquo agar masyarakat berpartisipasi secara aktif

Sulitnya menjaga kontinuitas program (program baru bukan merupakan kelanjutan program lama) mengakibatkan banyak program penanggulangan kemiskinan tidak berkesinambungan

Memberikan pemahaman bahwa masalah penanggulangan kemiskinan merupakan tugas dan tanggungjawab bersama pemerintah dan masyarakat

Pertanggungjawaban kepada pemerintah dan masyarakat untuk membangun keterbukaan dan akuntabilitas

Pertanggungjawaban hanya bersifat administratif kepada pemerintah sehingga tidak terbangun keterbukaan dan akuntabilitas publik akibat pendekatan proyek maka keberhasilan program hanya diukur dengan persentase bantuan yang berhasil

Menciptakan lapangan kerja dan peluang berusaha untuk menguatkan ekonomi masyarakat setempatPenguatan organisasikelompok masyarakat yang ada memberikan bantuan fasilitas (dana dan keahlian) yang dibutuhkan untuk mendayagunakan potensi yang dimiliki

Merupakan program yang berkesinambungan Ukuran keberhasilan ditentukan oleh berdayanya masyarakat untuk keluar dari belenggu kemiskinan danmenguatnya kemampuan ekonomi masyarakat melalui terciptanya akses kepada faktor produksi dan pasar

12

disalurkan dan jumlah sasaran penerima

Sumber Hamid (2003) Dalam Kuncoro (2004)

Sebenarnya perbedaan antara pendekatan ldquotop-downrdquo dan ldquobottom uprdquo tidak

perlu terjadi terjadi apabila sistem politik nasional dan terutama lokal mampu

menciptakan akuntabilitas pemerintah terhadap masyarakatnya Ketiadaan mekanisme

akuntabilitas selain membuat pihak eksekutif dan legislatif kurang tanggap terhadap

keluhan masyarakatnya juga membuat masyarakat tersebut tidak terlalu peduli atas

kualitas layanan publik yang diterimanya ataupun terhadap kebijakan perekonmian

daerahnya Dengan sistem perimbangan keuangan pusat dan daerah saat ini dimana

sebagian besar pajak masih dikuasai pemerintah pusat sangat mudah bagi pemerintah

daerah menyalahkan pemerintah pusat apabila ada ketidakpuasan di kalangan

masyarakat lokal mengenai kualitas layanan publik

Bab III METODE PENELITIAN

1 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini mempunyai tujuan utama membangun model penaggulangan

kemiskinan yang bersifat terpadu berdasarkan aspek spasial ekonomi dan

struktural di masing-masing desakelurahan yang ada di wilayah administrasi Kota

Malang

Berdasarkan pada tujuan utama penelitian ini maka kerangka pikir mengenai

Penyusunan Model Penanggulangan Kemiskinan di Kota Malang dijelaskan pada

Gambar berikut

Gambar 1Bagan Alir Penyusunan Model KulturalStruktural dan Spasial

Sebagai Penanggulangan Kemiskinan

13

AN

AL

ISA

P

ER

MA

SA

LA

HA

N

KE

MIS

KIN

AN

P

ER

KO

TA

AA

N

Aspek StrukturalMengukur Efektifitas

program penanggulangan

kemiskinan yang telah dilakukan

Aspek Ekonomi

Mengukur kondisi ekonomi

masyarakat miskin

Aspek SpacialMengukur kondisi

geografi dan topografi

(lingkungan fisik) masyarakat miskin

OutputKesenjangan

antara program

dgn kebutuhan

OutputProses generasi

tingkat

pendidikan jenis pekerjaan

OutputKondisi

Geografitopografi

PorsesIdentifikasi

ermasalahan kemiskian perkotaan

OUTPUT

Database Permasalahan kemiskinan Profil kemiskinan Isue Strategis

OutputWork Plan

Penanggulangan

Kemiskinan

OutputMaster Plan

PenanggulanganKemiskinan

Sebagaimana telah dikemukakan di atas upaya penaggulangan kemiskinan

dilakukan dengan pendekatan spasial ekonomi dan struktural Pendekatan tersebut

pada dasarnya bertujuan untuk menghasilkan model penanggulangan kemiskinan yang

bisa menghasilkan rencana strategis dan program kerja penanggunalangan kemiskinan

secara terpadu dan berkelanjutan di Kota Malang Setidaknya ada 5 (lima)

komponenkegiatan utama yang perlu dilakukan Kegiatan-kegiatan tersebut meliputi

1 Identifikasi dan Analisis Kondisi Eksisting masing-masing kota

Tujuan utama kegiatan ini adalah untuk memahami kondisi setiap desakelurahan

dan kecenderungan perkembangan dalam kurun waktu perencanaan Adapun informasi

yang perlu dikumpulkan dikaji dan dianalisis meliputi gambar mengenai kondisi fisik

sosial ekonomi desakelurahan kebijakan dan program-program yang terkait dengan

pengembangan desa perkembangan sektor-sektor ekonomi desa dan kondisi sistem

prasarana Semua informasi ini diharapkan dapat menggambarkan eksisiting yang

tengah berlangsung (on-going) maupun yang akan dikembangkan (commited)

2 Identifikasi Potensi dan Permasalahan Kemiskinan

Berdasarkan analisis terhadap kondisi wilayah dan kecenderungan

perkembangannya diidentifikasi potensi ekonomi yang mampu mendukung

pembangunan wilayah masing-masing Kota Identifikasi yang dimaksud meliputi

antara lain

Potensi desakelurahan yang terkandung baik yang sudah

dimanfaatkan belum dimanfaatkan maupun potensial diperkirakan

ada di desa Terkait dengan hal ini adalah identifikasi sektor unggulan

atau komoditi unggulan

Kendala-kendala dalam pengembangan potensi ekonomi baik dalam

kaitannya dengan bidang prasarana keuangan dan kebijakan

sehingga menimbulkan kemiskinan pada masyarakat setempat

3 Penyusunan Skenario Penanggulangan Kemiskinan

Skenario penanggulangan kemiskinan berisi antara lain pemanfaatan ruang dan

struktur ruang (pengembangan sektor-sektor unggulan kawasan dan sistem

14

prasarana) yang merupakan acuan pengembangan desa Skenario ini disusun

berdasarkan potensi pengembangan Kota

4 Perumusan Model Penaggulangan Kemiskian

Rumusan model penaggulangan kemiskinan yang dimaksud berisi program-

program pengembangan sektor kota dan sistem prasarana dasar Program-

program ini dirumuskan dalam rangka mendukung pencapaian skenario-skenario

yang telah dirumuskan

5 Rekomendasi Pola Pelaksanaan Program-Program Pengentasan Kemiskinan

Program-program yang layak untuk diimplementasikan selanjutnya dikaji pola

pelaksanaannya Dalam hal ini pola pelaksanaan yang dimaksud

memperhitungkan seluruh pelaku pembangunan yaitu pemerintah swasta dan

masyarakat

2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Kegiatan penyusunan model penanggulangan masyarakat miskin di Kota Malang

akan melakukan survei di seluruh wilayah yang termasuk dalam wilayah admisnistratif Kota

Malang Pasuruan Sidoarjo

Analisis dan penyusunan model penaggulangan kemiskinan dilakukan secara

bertahap tahapan tersebut didasarkan pada aspek kegiatan yang diukur dan dianalisis

Penelitian ini akan dilakukan dua tahap dinama setiap tahap penelitian diperkirakan

akan menghabiskan waktu plusmn 11 bulan jadi secara keseluruhan penelitian akan

menghabiskan waktu plusmn 22 bulan

3 Definisi Operasional Variabel

Aspek yang digunakan untuk membanguan model penanggulangan

kemiskinan di Kota Malang ada tiga aspek yaitu 1) Struktural atau Kelembagaan 2)

Aspek Kultural dan 3) Aspek Spasial (wilayah)

1) Aspek Struktural

Dalam aspek ini akan dilihat sejauhmana keterpaduan program-program yang

telah dilakukan oleh pemerintah baik pusat maupun daerah dengan kapasitas

15

dan kebutuhan masyarakat miskin Aspek struktural atau kelembagaan

mempunyai dua sub-indikator yaitu 1) Sub-indikator kebijakan pemerintah dan

2) Sub-indikator kapasitas sosial masyarakat (social capacity) Masing-masing

sub-indikator mempunyai variabel total variabel untuk mengukur indikator

aspek struktural atau kelembagaan sebanyak 8 variabel

Variabel-variabel yang digunakan dalam aspek struktural atau kelembagaan

dalam melakukan pengukuran terhadap desakelurahan dapat dilihat pada

tabel berikut

Tabel 5

Jumlah Sub Indikator dan Variabel Dari Aspek Struktural

No Sub Indikator

Variabel Diskripsi

1 Kebijakan Pemerintah (3 variabel)

- Program penanggulangan kemiskinan yang berasaldari pemerintah pusat

- Program penanggulangan kemiskinan yang berasaldari pemerintah propinsi

- Program penanggulangan kemiskinan yang berasaldari pemerintah daerah kabupaten

- Program penanggulangan kemiskinan yang berasal dari perangkat desa

Mengukur seberapa besar keterlibatan pemerintah baik pusat maupun daerah dalam upaya penanggulangan kemiskinan

2 Kapasitas sosial masyarakat(6 variabel)

- Gengsi sosialorang miskin

- Nilai adatbudaya dan agama terhadap orang miskin

- Rasionalitas penduduk miskin (semangat membebaskan diri dari kemiskinan)

- Budaya dan etos kerja- Semangat gotong

royong- Keperdulian

Mengukur seberapa besar social capital masyarakat miskin dalam keluar dari kemiskinan

16

masyarakat sekitar terhadap orang miskin

2) Aspek Kultural

cultural poverty adalah suatu budaya yang terjadi karena penderitaan ekonomi

(economic depretiation) yang berlangsung lama Berdasarkan penelitian pada

beberapa kebudaya kelompok etnik ditemukan bahwa kemiskinan adalah salah

satu sub-kultur masyarakat yang mempunyai kesamaan ciri antar etnik satu

dengan etnik yang lain Dalam aspek ini akan dilihat seberapa besar potensi

kemiskinan yang tercipta akibat dari kultur atau kebudayaan yang sudah

berlangsung di suatu wilayah Aspek kultural ini akan mencakup 1) tingginya

angka pengangguran 2) tingkat upahtinggi rendahnya gaji dan 3) sistem

ekonomi yang terlalu berorientasi pada mencari keuntungan

Variabel-variabel yang digunakan dalam aspek ekonomi dalam melakukan

pengukuran terhadap desakelurahan dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 6

Jumlah Sub Indikator dan Variabel Dari Aspek Struktural

No Sub Indikator Variabel Diskripsi1 Tingginya

angka pengangguran

- Lama bekerja- Banyaknya pekerja

dalam satu rumah

Mengukur seberapa besar tingkat pengangguran di suatu wilayah

2 Tingkat Upah - Besarnya gaji perbulan

- Ada tidaknya bonus

Mengukur seberapa besar kenaikan upah yang berhubungan dengan kesejahteraan masyarakat

3 Sistem Ekonomi

- Tujuan bekerja- Langkah untuk

memenuhi kebutuhan

Mengukur sebesarapa penting antara kebutuhan dan penimbunan kekayaan

3) Aspek Spasial

Dalam aspek ini akan dilihat seberapa besar konsisi wilayah (space) mampu

mendorong proses penanggulanagan kemiskinan Aspek spasial atau wilayah

mempunyai dua sub-indikator yaitu 1) Sub-indikator Kondisi geografis dan 2)

Sub-indikator Aksesibilitas sarana dan prasarana Masing-masing sub-indikator

17

mempunyai variabel total variabel untuk mengukur indikator aspek struktural

atau kelembagaan sebanyak 6 variabel

Variabel-variabel yang digunakan dalam aspek spasial atau wilayah dalam

melakukan pengukuran terhadap desakelurahan dapat dilihat pada tabel

berikut

Tabel 7

Jumlah Sub Indikator dan Variabel Dari Aspek Spasial

No Sub Indikator

Variabel Diskripsi

1 Kondisi geografis(4 variabel)

- Letak geografis- Topografi- Kondisi jalan- Kondisi jembatan

Mengukur sejauhmana kondisi geografis mampu bermanfaat untuk pemberdayaan masyarkat miskin

2 Aksesibilitas terhadap sarana dan prasarana(5 variabel)

- Akses terhadap pasar- Akses terhadap sarana

pendidikan- Akses terahadap

fasilitas kesehatan- Akses terahadap

aktivitas produksi

Mengukur tingkat kemudahan akses terhadap sarana dan prasarana pokok untuk penanggulangan kemiskinan

4 Jenis Data

Dilihat dari sumbernya data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua

jenis yaitu data sekunder dan data primer

1 Data Sekunder

Data ini merupakan data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain Adapun data

sekunder yang akan digunakan dalam penelitian ini diantaranya seperti Jumlah

penduduk luas desa topografi desa monografi desa letak geografi desa dan

lain-lain

2 Data Primer

Data ini merupakan data yang diperoleh langsung dari obyek penelitian Adapun

data primer yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya seperti data yang

18

digunakan untuk mengukur indikator kelembagaan indikator tipologipenyebab

kemisikinan indikator sumberdaya dan potensi ekonomi dan lain-lain

5 Teknik Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam pengumpulan informasi dan data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah Participatory Rural Appraisal (PRA) meliputi

1 Wawancara yaitu metode pengumpulan data dengan wawancara secara

mendalam dengan key-person (formal dan informal leaders) untuk

mengidentifikasi kebutuhan (needs) masyarakat

2 Dokumentasi yaitu metode pengumpulan data sekunder yang dimiliki oleh

responden lembaga ekonomi dan sosial maupun instansi teknis terkait

3 Observasi ( pengamatan) dan survei lapang

Dalam hal meyakinkan data dan informasi yang diperoleh dari responden

peneliti mengadakan pengamatan dan survei lapang secara langsung terhadap

obyek yang diamati mendengar serta mencatat hasil temuan lapang

4 Pengumpulan Data Sekunder

Selain dukungan data primer yang menjadi sumber data utama penelitian ini juga

menggunakan data sekunder yang diperoleh dari dokumen-dokumen serta catatan-

catatan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti Dokumen yang dimaksud

adalah jumlah keluarga miskin yang diperoleh dari Badan Perencanaan Kota

(Bapekot) Malang Catatan Sipil Kota malang (data Penduduk Kota malang sampai

dengan bulan Februari 2006) dan statistik kecamatan dari tiga kecamatan yang

diterbitkan oleh Kantor Statistik Kota Malang 2006

5 Focus Group Discussion (Diskusi Kelompok)

Peneliti melaksanakan diskusi dengan obyek penelitian ketika peneltian lapang akan

dilakukan Kegiatan ini pertama dilakukan adalah dimaksudkan untuk

mensosialisasikan pelaksanaan pengumpulan data (sebagai kegiatan penting

penelitian ini) kepada para sekretaris kecamatan dan seluruh sekretaris

desakelurahan yang diperkirakan menjadi sasaran dari kegiatan penelitian lapang

Berbagai informasi yang disampaikan dalam kegiatan sosialisasi ini antara lain

meliputi pentingnya dilaksanakan kegiatan inventarisasi dan pemetaan kemiskinan

di Kabupaten Sumenep proses pengumpulan data dan hasil akhir yang dihasilkan

kegiatan ini Melalui kegiatan ini dicapai jalinan suatu kebersamaan antara peneliti

19

dengan calon responden (subyek yang diteliti) sehingga dapat diperoleh data yang

optimal

Diskusi kelompok kedua dilakukan pada saat menjelang kegiatan ini berakhir

Diskusi ini dilakukan dengan stakeholders tingkat kota dimaksudkan untuk

mengoptimalkan hasil temuan lapangan Dikusi kelompok ini diarahkan kepada

upaya-upaya mengklarifikasi hasil temuan lapangan mendapatkan koreksi dan

masukan serta kesepakatan tentang hasil akhir kegiatan ini

6 Alat Analisis

Analisis dilakukan dengan memadukan pendekatan struktural (data

kuantitatif dan kualitatif) ekonomi (potensi sumberdaya pemabngunan) dan spasial

(pemetaan) Maksudnya bahwa dari himpunan data yang telah dikompilasi

dilakukan analisis statistik sederhana dengan lebih banyak menggunakan tabulasi

silang dan perhitungan-perhitungan statistik yang secara mudah dapat dipahami

Himpunan data tersebut selanjutnya diinterpretasikan dan dirancang dengan

menempatkan hasil analisis tersebut ke dalam peta (pendekatan spasial)

Pemetaan tersebut dimaksudkan untuk menentukan tata letak potensi sarana

ekonomi yang dimaksud oleh penelitian ini paling tidak untuk

1) memahami keberadaan keluarga miskin baik melalui data struktural maupun

melalui tampilan peta setiap desakelurahan

2) memahami secara terintegrasi keberadaan masyarakat miskin di Kota malang

dalam perspektif kepentingan ekonomi dan pembangunan Kota Malang ke

depan

Selain menggunakan pendekatan di atas penelitian ini juga menggunakan

metode Performance-Importance Analysis dalam menjawab tujuan yang akan dicapai

Analisis ini digunakan untuk melihat tingkat kesenjangan (gap) antara atribut kinerja

pelayanan publik (performance) yang telah dilakukan oleh pemerintah melalui dinas-

dinas terkait penanggulangan kemiskinan di Kota Malang dengan persepsi tingkat

kepentingan (importance) akan atribut-atribut yang dibutuhkan

Pengukuran tingkat kepentingan dan performance dilakukan dengan cara

menyebarkan kuesioner bagi masyarakat miskin yang menjadi obyek penelitian

Responden akan diminta untuk memberikan penilian atau persepsi mereka terhadap

sejauh mana layanan yang telah diberikan pemerintah melalui dinas-dinas terkait di Kota

Malang (performance) terhadap penanggulangan kemiskinan Dengan memberikan

20

penilaian atas atribut yang mereka anggap paling dibutuhkan saat ini (importance)

dengan asumsi bahwa obyek penelitian mengerti sejauh mana kinerja atribut pelayanan

publik yang telah dilakukan dinas-dinas terkait dan berkompeten dalam penanggulangan

kemiskinan

Dari analisis Kuadran akan diketahui pada kuadran manakah suatu atribut

berada sehingga nantinya dapat digunakan sebagai instrumen untuk

merekomendasikan tindakan atau kebijakan yang seharusnya dilakukan bagi

keberhasilan penanggulangan kemiskinan di Kota Malang

Bab 4 Hasil analisis

1 Gambaran geografis Jawa Timur

Jawa Timur adalah sebuah provinsi di bagian timur Pulau Jawa Indonesia

Ibukotanya adalah Surabaya Luas wilayahnya 47922 kmsup2 dan jumlah penduduknya

37070731 jiwa (2005) Jawa Timur merupakan provinsi terluas diantara 6 provinsi di

Pulau Jawa dan memiliki jumlah penduduk terbanyak kedua di Indonesia setelah Jawa

Barat Jawa Timur berbatasan dengan Laut Jawa di utara Selat Bali di timur Samudra

Hindia di selatan serta Provinsi Jawa Tengah di barat Wilayah Jawa Timur juga

meliputi Pulau Madura Pulau Bawean serta sejumlah pulau-pulau kecil di Laut Jawa

dan Samudera Hindia

Jawa Timur dikenal sebagai pusat Kawasan Timur Indonesia dan memiliki

signifikansi perekonomian yang cukup tinggi yakni berkontribusi 1485 terhadap

Produk Domestik Bruto nasional Pembagian wilayah administrasi Pemerintah Propinsi

Jawa Timur pada tahun 2003 sd tahun 2007 terbagi dalam 4 (empat) Badan Koordinasi

Wilayah Pembantu Gubernur 29 Kabupaten dan 9 Kota serta jumlah kecamatan

berjumlah 642 kecamatan Perwakilan kecamatan sejak tahun 2003 telah ditiadakan

sebelumnya berjumlah 114 dan Kota Administratif Batu sejak tahun 2003 telah menjadi

Kotasedang Kota Administratif Jember berdasarkan peraturan perundangan telah

21

dicabut dengan demikian Jember hanya sebagai Kabupaten Jumlah kelurahan

sebanyak 785 Kelurahan dan Desa sebanyak 7680 desa

Table 8

Pembagian Wilayah Administrasi Provinsi Jawa Timur

Uraian 2001 2002 2003 2004 2005 2006Badan koordinasi wilayah 4 4 4 4 4 4Jumlah Kabupaten 29 29 29 29 29 29Jumlah kota 9 9 9 9 9 9Jumlah Kecamatan 642 642 642 642 657 657Jumlah Kelurahan 784 784 784 784 784 784Jumlah Desa 7715 7715 7715 7715 8484 8484

Sumber Biro Pemerintahan dan Otoda Setda Prop Jatim amp Jatim Dalam Angka 2006

2 Gambaran geografis

a gambaran geografis kabupaten Pasuruan

Kota Pasuruan adalah ibu kota Pasuruan Jawa Timur terletak di persimpangan

jalur regional Surabaya-Probolinggo-Malang Orientasi Wilayah Kota Pasuruan memiliki

wilayah seluas 3529 kmsup2 dengan jumlah penduduk sebanyak 158864 jiwa (Sensus

Penduduk 2000) Wilayahnya terdiri dari 3 kecamatan 19 kelurahan dan 15 desa

Tiga kecamatan tersebut yaitu Kecamatan Gading rejo Purworejo dan Bugulkidul

Kecamatan Bugulkidul memiliki wilayah terbesar (1624 kmsup2) sedang untuk Gadingrejo

dan Purworejo masing-masing 1046 kmsup2 dan 859 kmsup2

b Gambaran geografis kabupaten Sidoarjo

Kota Sidoarjo merupakan Ibukota Kecamatan Sidoarjo yang terletak di tepi Selat

Madura dan termasuk dalam wilayah administratif Kabupaten Sidoarjo Propinsi Jawa

Timur Batas-batas administrasi dari kota Sidoarjo ini adalah

1048707 Sebelah utara Kecamatan Waru

22

1048707 Sebelah selatan Kecamatan Porong

1048707 Sebelah Timur Selat Madura

1048707 Sebelah Barat Kecamatan Krian

Secara geografis wilayah Kota Sidoarjo memiliki luas wilayah 6256 Ha Ditinjau dari

Topografi keadaan medan Kota Sidoarjo berada pada ketinggian antara 23 - 32 diatas

permukaan laut

c Gambaran geografis kabupaten malang

3 Pemetaan Penduduk miskin di kabupaten Sidoarjo Pasuruan dan Malang

Gambaran Rumah Tangga Miskin Di Kabupaten Sidoarjo Pasuruan Dan Malang

Hasil penelitian dengan menggunakan data skunder yang telah dilakukan mengenai jumlah rumah tangga miskin yang ada di kabupaten sidoarjo pasuruan dan malang seperti tergambar pada table di bawah ini

Table 9Jumlah keluarga miskin di kabupaten sidoarjo pasuruan dan malang

Kabupaten 2005 2006 Sidoarjo 239100 1402 223300 1297Pasuruan 285100 2016 308900 2167Malang 373700 1617 404800 171Jawa timur 7139900 1995 7678100 2109

sumber BPS

Dari deskripsi data diatas mengenai jumlah keluarga miskin di 3 kabupaten

provinsi jawa timur antara tahun 2005 dan 2006 menunjukkan tingkat kemiskinan yang

bervariasi Untuk kabupaten sidoarjo jumlah keluarga miskin sebesar 239100 atau

mencapai 1402 dari jumlah penduduk di tahun 2005 Tahun berikutnya jumlah

keluarga miskin berkurang menjadi 223300 atau 1297 dari total penduduk di

kabupaten sidoarjo Penurunan jumlah keluarga di kabupaten sidoarjo ternyata tidak

diikuti di tetangga kabupatennya seperti pasuruan dan malang Jumlah keluarga miskin

di kabupaten pasuruan sebanyak 285100 atau 2016 di tahun 2005 dan naik menjadi

308900 atau 2167 dari toatal keluarga di kabupaten pasuruan Demikian juga dengan

23

kabupaten malang jumlah keluarga miskin di tahun 2006 juga mengalami kenaikan

Tahun 2005 jumlah keluarga miskin sebanyak 373700 atau 167 naik menjadi

404800 atau 171 dari jumlah keluarga yang tinggal di kabupaten malang

4 Gambaran rumah tangga miskin pada kabupaten pasuruan sidoarjo dan

malang

Jika dilihat mengenai masalah kemiskinan di daerah provinsi jawa timur maka dapat

diketahui bahwa peta penduduk miskin tidak hanya terkelompok pada kabupaten yang

mempunyai sumberdaya alam yang sedikit namun juga terdapat ppotensi kemiskinan di

daerah yang mempunyai sumber daya alam yang banyak Untuk lebih jelasnya berikut

peta potensi kemiskinan pada masing ndash masing kabupaten yang diikuti dengan jumlah

penduduknya

Tabel

Jumlah Rumahtangga Miskin Masing-Masing Kabupaten

Di Wilayah Provinsi Jawa Timur

KabupatenJumlah Penduduk Jumlah Penduduk Miskin

2005 2006 2005 2006Kabupatenkab Pacitan 869642 885986 150100 162600kab Ponorogo 665070 687786 152500 165200kab Trenggalek 969461 984460 165800 189000kab Blitar 525888 1140809 175800 190400kab Kediri 1429137 1525231 255900 277200kab Malang 2336363 2419822 373700 404800kab Lumajang 999525 1026400 186100 201900kab Jember 2261477 2278718 408000 423300kab Banyuwangi 1514605 1575265 236100 251900kab Bondowoso 698504 725571 169500 183600kab Situbondo 605208 636200 113200 107200kab Probolinggo 1021279 1070137 267400 289700kab Pasuruan 1398122 1485342 285100 308900kab Sidoarjo 1697435 1838666 239100 223300kab Mojokerto 969299 1027871 154300 165400kab Jombang 1222499 1212876 278600 289900kab Nganjuk 989693 1065459 235800 255400kab Madiun 641596 667709 137500 144700kab Magetan 617492 621862 104600 113300kab Ngawi 827728 857449 193400 209100kab Bojonegoro 1228939 1251051 323900 350900

24

kab Tuban 1063375 1104538 300700 325800kab Lamongan 1187065 1274194 280800 304200kab Gresik 1118841 1120541 242500 287500kab Bangkalan 889590 945863 286700 306700kab Sampang 835122 894046 325900 353100kab Pamekasan 762876 782076 237600 271500kab Sumenep 1004758 1068595 331200 351100

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa di kabupaten malang mempunyai potensi

kemiskinan yang tinggi pada tahun 2005 dan 2006 Tingginya angka kemiskinan di

kabupaten tersebut mengindikasikan bahwa kurang adanya pemerataan pada

pembangunan perekonomian Kabupaten pasuruan dan kabupaten sidoarjo memiliki

jumlah penduduk miskin relatif dibawah kabupaten malang Hal tersebut bisa terjadi

karena kedua kabupaten berada pada lingkar urat nadi perekonomian jawa timur

sehingga perekonomian di wilayah tersebut dapat terdongkrak akibat aktivitas

perekonomian jawa timur

5 Karakteristik Perekonomian Rumah Tangga Miskin

51 Kabupaten Pasuruan

Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden

Salah satu penentuan sebuah masyarakat miskin adalah dengan melihat rata-

rata tingkat pendapatannya Oscar Lewis (1966) akar dari timbulnya budaya miskin

salah satunya adalah rendahnya gajipendapatan

Tabel

Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden kabupaten pasuruan

No

lt 200000200000

sd 400000

410000 sd

500000gt 500000 Jumlah

1Tidak

Bekerja

2 2 29

2Buruh Pasar

3 3 6 613 10

3Kuli

Banguan

1 2 1 4 44 7 3

4 Pemulung

1 1 8 10 104 3 22

25

5 Pedagang

4 8 10 22 2217 28 27

6 Becak 3 7

10 1010 19

7Sopir

Angkutan

1 4 5 10 104 14 14

8 Wiraswasta

1 2 1 15 54 7 3 11

9 Bengkel

2 3 1 17 79 10 3 11

10Buruh Pabrik

4 610 1011 67

11 Lain-lain

8 3 1 12 1235 10 11 100

Jumlah 23 29 37 9 98

Table diatas menjelaskan mengenai tingkat pendapatan dan jenis pekerjaan

pada kabupaten pasuruan Dari 91 sampel yang di ambil ada beberapa karakteristik

pendapatan dari para pekerja Secara umum masyarakat yang mempunyai pendapatan

lebih dari 500 ribu di domonasi oleh pekerja swasta bengkel buruh pabrik dan lain-lain

Buruh pabrik memiliki tingkat pendapatan di atas 500 ribu disebabkan karena adanya

kebijakan UMR yang harus dipenuhi oleh perusahaan di wilayah tersebut

Tabel

Keahlian Yang Dimiliki Masyarakat kabupaten pasuruan

No Jenis Pekerjaan Responden Wiraswasta BengkelMontir Sopir

Tukang Bangunan

DagangLain-lain

jumlah

1 Tidak Bekerja 0 0

2 Buruh Pasar

1 1 2 26 0 0 0 7 0

3 Kuli Bangunan

5 5 414 1428 0 0 25 0 22

4 Pemulung

33 30 0 0 0 0 17

5 Pedagang

2 1 3 28 80 0 13 5 21 11

26

6 Becak

2 4 5 314 140 17 25 25 0 17

7 Sopir Angkutan

2 3 5 50 17 19 0 0 0

8 Wiraswasta

5 3 5 13 1328 0 0 15 36 0

9 Bengkel

5 2 29 90 42 13 0 0 11

10 Buruh Pabrik

5 3 3 11 1128 0 0 15 21 0

11 Lain-lain

2 3 5 3 2 419 1911 25 31 15 14 22

Jumlah 18 12 16 20 14 18 98 100

Keberagaman keahlian yang dimiliki oleh masyarakat kabupaten pasuruan tidak

berarti bahwa keahlian yang dimilikinya terspesifikasi pada satu jenis keahlian tertentu

namun tidak sedikit masyarakat yang mempunyai keahlian lain diluar dari profesi yang

dimilikinya Sebagai contoh adalah seorang pegawai bengkel tidak hanya ahli dalam

memperbaiki kendaraan bermotor namun juga bisa berprofesi sebagai sopir Hal

tersebut ditunjukkan oleh hasil observasi yang telah dilakukan untuk masyarakat daerah

pasuruan dimana pegawai bengkel ternyata juga bisa berprofesi sebagai sopir atau

bidang usaha yang lain

Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan

NoJenis

Pekerjaan Responden

Tempat Usaha

Alat Modal Pemasaran Ketrampilan jumlah

1 Tidak Bekerja

2 Buruh Pasar

3Kuli

Bangunan

4 Pemulung

5 5 10 10 23 12

5 Pedagang

8 5 13 1350 12

27

6 Becak

4 8 12 12 18 19

7Sopir

Angkutan

5 5 5 12

8 Wiraswasta

8 6 14 14 36 14

9 Bengkel

5 6 11 11 23 14

10 Buruh Pabrik

77 7 41

11 Lain-lain

8 8 1026 2750 19 59

Jumlah 16 22 43 0 17 98 100

Dengan keahlian yang dimiliki oleh masyarakat pasuruan dapat diindikasikan

bahwa keahlian yang dimiliki mempunyai kemerataan sampel Dari seluruh responden

yang dijadikan sampel sebagian besar menginginkan bantuan modal alat dan tempat

usaha Untuk jenis pekerjaan bengkel sampel menyatakan bahwa responden

menginginkan bantuan modal dan alat untuk dapat mengembangkan usahanya Hal

yang sama juga ditunjukkan untuk jenis pekerjaan wiraswasta dimana 23 menyatakan

menginginkan bantuan alat dan 24 menginginkan bantuan modal

52 Kabupaten Sidoarjo

Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden

No Gaji amp Jenis Pekerjaan

lt 200000

200000 sd

400000

410000 sd

500000gt 500000 Jumlah

1 Tidak Bekerja

2

2 2111

2 Buruh Pasar

6 4

10 11333 200

3 Kuli Banguan

1 8 1

10 1156 400 50

4 Pemulung

8 2

10 11444 100

5 Pedagang

1 2 7

10 1150 100 212

28

6 Becak

1 2

3 356 100

7 Sopir Angkutan

2 6 1

9 10100 300 30

8 Wiraswasta

1 2 7

10 1150 100 212

9 Bengkel

4 5

9 10200 152

10 Buruh Pabrik

5 5

10 11250 152

11 Lain-lain

8

8 9242

Jumlah 18 20 20 33 91 100

Karakteristik pendapatan masyarakat di daerah perkotaan kabupaten sidoarjo

menunjukkan kesamaan dari kabupaten pasuruan Secara keseluruhan responden yang

berpenghasilan di atas 500 ribu di dominasi oleh masyarakat yang mempunyai

pekerjaan sebagai wiraswasta bengkel buruh pabrik dll Jika ditelaah lebih lanjut

memang untuk golongan buruh pabrik mereka berpenghasilan ditas 500 ribu karena ada

jaminan dari pemerintah mengenai pendapatan minimum melalui UMR Sedangkan

masyarakat yang bekerja di bengkel mendapatkan pendapatan yang tinggi karena

sidoarjo merupakan daerah industry sehingga tidak sedikit masyarakat yang

menggunakan kendaraan bermotor dalam aktifitasnya

Tabel

Keahlian Yang Dimiliki Masyarakat kabupaten sidoarjo

NoJenis

Pekerjaan Responden

Wiraswasta BengkelMontir

SopirTukang

BangunanDagang

Lain-lain

jumlah

1Tidak

Bekerja

2 Buruh Pasar

5 6 718 1831 43 37

3 6 8 14 14

29

Kuli 46

4 Pemulung

6 7 13 13 23 54

5 Pedagang

8 3 11 1150 30

6 Becak

8 8 8 57

7Sopir

Angkutan

5 49 9 19 21

8 Wiraswasta

3 5 8 8 30 19

9 Bengkel

4 4 4 15

10Buruh Pabrik

11 Lain-lain

3 4 6 13 1319 40 23

Jumlah 16 10 26 13 14 19 98 100

Menurut survey yang telah dilakukan ternyata tipikal masyarakat sidoarjo dan

pasuruan untuk kategori keahlian yang dimiliki adalah sama penyebarannya Untuk

kabupaten sidoarjo jenis pekerjaan terbanyak adalah buruh pasar dengan keahlian yang

dimiliki berdagang serta ada yang memiliki keahlian sebagai tukang sepatu

Keberagaman jumlah responden menunjukkan keberagaman pekerjaan masyarakat

yang dijadikan sebagai obyek penelitian Menurut hasil penelitian digambarkan bahwa

seorang yang berprofesi sebagai pemulung ternyata juga memiliki keahlian di bidang

lainnya seperti tukang bangunan bahkan sopir Dari informasi yang dimiliki tersebut

diharapkan pemerintah dapat memberikan bantuan sesuai dengan bidang profesi

masyarakat atau keahlian masyarakat itu sendiri

30

Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan

NoJenis

Pekerjaan Responden

Tempat Usaha

Alat Modal Pemasaran jumlah

1Tidak

Bekerja

0 0

2Buruh Pasar

2 8 10 01020418 15

3Kuli

Bangunan

1 3 6 10 01020414 14 12

4 Pemulung

1 8 9 00918374 15

5 Pedagang

10 2 4 16 016326540 10 8

6 Becak

2 4 6 12 01224498 19 12

7Sopir

Angkutan

2 6 8 00816338 12

8 Wiraswasta

3 7 10 0102041 14 13

9 Bengkel

5 6 11 0112245 24 12

10Buruh Pabrik

0 0

11 Lain-lain

7 4 1 12 012244928 19 2

Jumlah 25 21 52 0 98

Masyarakat daerah sidoarjo untuk segala jenis pekerjaan yang dijadikan subyek

penelitian menyatakan bahwa masyarakat memilih diberikan bantuan modal alat dan

tempat usaha Sedangkan untuk aspek pemasaran masyarakat sidoarjo tidak begitu

memerlukan bantuan Karena jika kita perhatikan kabupaten sidoarjo terletak di urat nadi

perekonomian jawa timur sehingga diharapkan pemasaran tidak menjadi kendala Dari

98 orang yang dijadikan responden sebanyak 52 orang dari berbagai macam profesi

menginginkan bantuan modal usaha

31

Berdasarkan hasil data skunder yang telah dilakukan terhadap seluruh

rumahtangga miskin yang ada di Kota Malang maka gambaran lokasi rumahtangga

misikin yang ada di Kota Malang seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini

Tabel

Jumlah Keluarga Miskin Masing-Masing Kecamatan

Di Kota Malang

No Kecamatan Jumlah Rumah Tangga

Prosentase

1 Kedungkandang 6635 2730

2 Sukun 6255 2574

3 Klojen 3432 1412

4 Blimbing 4158 1711

5 Lowok Waru 3821 1572 Sumber Pemkot Malang 2006

Data di atas menunjukkan jumlah rumah tangga miskin yang ada di kota malang

di masing-masing Kecamatan Dari 5 kecamatan yang ada dikota Malang jumlah

kemiskinannya adalah sebagai berikut Kecamatan yang paling tinggi angka

kemiskinannya adalah kecamatan Kedungkandang yaitu sebesar 2730 kecamatan

Sukun sebesar 2574 kemudian Kecamatan Lowok Waru sebesar 1572

Kecamatan Blimbing 1711 dan angka terendah Rumah tangga miskinnya adalah

kecamatan Klojen yairu sebesar 1412

Gambar

Jumlah keluarga Miskin di Kota Malang

0 1 2 3 4 5 6 7

Kedungkandang

Sukun

Klojen

Blimbing

Lowok Waru

Jumlah Rumah Tangga

32

Berdasarkan gambaan di atas jumlah rumah tangga miskin di kota malang

berada pada daerah-daeah tertentu (Kedungkandang dan Sukun) wilayah ini merupakan

wilayah pinggiran kota yang padat dengan jumlah penduduknya Kecamatan

Kedungkandang merupakan daerah yang umumnya pdat penduduk dan daerah tersebut

merupakan daerah pinggiran kota serta rata-rata penduduknya memiliki mata

pencaharian pedagang Daerah tersebut juga merupakan daerah pusat-pusat industri

kecil dan yang lebih telihat bahwa kebanyakan rumah tangga miskin bertempat tinggal

di daerah aliran sungai brantas (DAS Brantas) serta di pinggiran jalur kereta api

Berbeda halnya dengan kecamatan Sukun daerah ini selain terdapatnya pusat

perdagangan juga merupakan daerah industri kecil (home industri) Keberadaan rumah

tangga miskin selain rata-rata kehidupannya berdagang juga bertempat tinggal pada

daerah-daerah perkampungan

33 Aspek Kultural Pada Masyarakat Miskin

Urbanisasi merupakan salah satu faktor pemicu perkembangan kota terjadinya

perpindahan penduduk dari desa ke kota disebabkan oleh berbagai faktor baik faktor

pearik maupun pendorong perkembangan industri dan perdagangan di kota merupakan

faktor penarik yang menyebabkan orang untuk berdatangan dan tinggal di daerah

perkotaan Keinginan untuk dapat mendapatkan penghasilan dan pekerjaan yang lebih

baik untuk mencukupi kebutuhan hidup merupakan penyebab utama terjadinya

urbanisasi Namun kondisi tersebut tidak seiring dengan kualitas pendidikan dan

ketrampilan yang memadai sehingga mereka tidak dapat ditampung di sektor formal

melainkan menggantungkan hidupnya pada sektor informal yang kurang menentu

Selain itu yang menjadi faktor pendorong terjadinya urbanisasi adalah kondisi fasilitas di

daerah asal (pedesaan) kurang memadai serta semakin menyempitnya lahan pertanian

dan peluang pekerjaan

Pertambahan penduduk di kota yang sangat tinggi menyebabkan berbagai

permasalahan sosial permasalahan yang muncul adalah adanya perkampungan kumuh

dan perumahan liar di pinggiran kota dan umumnya di daerah pinggiran aliran sungai

brantas (DAS) Masalah tersebut disebabkan oleh ketidak mampuan masyarakat miskin

perkotaan untuk memiliki rumah yang layak huni Penyebab lainnya adalah ketidak

mampuan pemerintah kota untuk menyediakan sarana bagi masyarakat miskin

33

perkotaan Pembangunan perkotaan senantiasa bukan memberikan solusi dalam

pengentasan kemiskinan perkotaan melainkan sebaliknya yaitu menjadikan proses

penggusuran dan semakin terdesaknya kehidupan masyarakat miskin tersebut

Tabel

Daerah Asal Responden sidoarjo

NoJenis

Pekerjaan Responden

Jawa Timur Non

Madura

Madura Jawa Barat

Jawa Tengah

Luar Jawa

jumlah

1Tidak

Bekerja

2Buruh Pasar

8 1 1 10 1011 7 7

3Kuli

Bangunan

7 2 1 10 1010 14 7

4 Pemulung

9 9 913

5 Pedagang

10 10 1014

6 Becak

8 1 2 11 1111 7 14

7Sopir

Angkutan

10 10 1014

8 Wiraswasta

8 6 14 1411 43

9 Bengkel

10Buruh Pabrik

8 2 10 1011 14

11 Lain-lain

2 2 10 14 143 14 71

Jumlah 70 14 0 14 0 98 100

Dari data diatas sebagian besar kaum migrant untuk setiap profesi berasal dari

jawa timur Di definisikan jawa timur karena seluruh masyarakat urban berasal dari jawa

timur kecuali Madura Ada beberapa alasan dari responden mengapa mereka

melakukan urbanisasi salah satunya adalah untuk memperbaiki taraf ekonomi karena

kabupaten sidoarjo dianggap sebagai kabupaten yang memiliki potensi yang cukup

34

tinggi dalam bidang industry Profesi terbanyak yang diminati oleh pendatang adalah

sebagai pedagang dan sebagai sopir

Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin

pada kabupaten sidoarjo dapat diperhatikan gambar di bawah ini

Gambar

Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin

35

Tabel

Daerah Asal Responden pasuruan

NoJenis

Pekerjaan Responden

Jawa Timur Non

Madura

Madura Jawa Barat

Jawa Tengah

Luar Jawa

jumlah

1 Tidak Bekerja

2 Buruh Pasar

4 4 24

3 Kuli Bangunan

5 5 55

4 Pemulung

10 10 1011

5 Pedagang

20 20 2022

6 Becak

8 2 10 109 33

7Sopir

Angkutan

0 0

8 Wiraswasta

0 0

9 Bengkel

10 Buruh Pabrik

15 4 19 1916 67

11 Lain-lain

30 30 3133

Jumlah 92 6 98 98 98

Sama seperti pada kabupaten sidoarjo sebagian besar pendatang adalah dari

wilayah jawa timur Pendatang sebagian besar berprofesi sebagai pedagang karena

wilayah sidoarjo selain sebagai sentra industry provinsi jawa timur juga sebagai urat nadi

perekonomian jawa timur Sehingga bagi para pedagang akan sangat menguntungkan

karena di lewati dari berbagai wilayah di jawa timur

Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin

pada kabupaten pasuruan dapat diperhatikan gambar di bawah ini

Gambar

36

Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin

Tabel 5Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan di kota malang

Lama Tinggal (Tahun)Kecamatan

pddkAsli le 2 3 - 6 7 - 9 ge 10

Jumlahrespondn

Kedung kandang10

(1053)- 3

(316)11

(1158)71

(1473) 95

18 - - 15 52

37

Sukun (2118) (1764) (6118) 85

Klojen9

(1200)5

(667)12

(1600)9

(1200)40

(5333) 75

Blimbing8

(100)2

(25)- 8

(100)62

(775) 80

Lowok Waru15

(1923)- - 7

(897)56

(7180) 78

Sumber Data Primer

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa dari responden (keluarga miskin)

perkotaan sebagian besar bukan penduduk asli daerah kota Malang melainkan

pendatang yang merupakan kaum migran dan menetap di kota Malang kecamatan

kedung Kandang merupakan daerah yang padat penduduknya dimana 1473

menunjukkan jumlah responden yang sudah lama tinggal di kota malang (di atas 10

tahun) bahkan beberapa responden sudah turun-menurun dari keluarga mereka

Kecamatan Sukun yang merupakan kaum pendatang yang tinggal di kota Malang sudah

puluhan tahun sebanyak 6118 dari responden yang ada Kecamatan Klojen sebesar

5333 Kecamatan Blimbing sebanyak 775 dan untuk kecamatan Lowok Waru

sebanyak 7180 dari masing-masing responden di tingkat kecamatan Kondisi ini

menjelaskan bahwa masyarakat miskin perkotaan adalah rata-rata kaum migran yang

sengaja datang ke kota Malang untuk mencari kehidupan yang lebih baik dari daerah

asal mereka Umumnya mereka datang sebagai migran tetap dan keberadaan mereka

sudah terbiasa hidup dalam kondisi serba kekurangan Beberapa responden yang

ditemui juga menjelaskan bahwa sebagai kaum pendatang sudah tidak asing lagi

dengan kehidupan masyarakat di kota Malang Umumnya mereka membaur dengan

masyarakat pendatang lainnya dengan hidup di kepadatan penduduk kota Malang

Salain dilihat dari lamanya masayarakat pendatang (migran tetap) tinggal di kota

Malang dapat pula dijelaskan mengenai temapat asal (daerah asal) responden untuk

melihat derah asal rumah tangga miskin perkotaan dapat kita bagi dengan

menggunakan batasan daerah (wilayah) Dimana wilayah pembagiannya adalah

mereka yang berasal dari daerah Jawa Timur (non-Madura) daerah Madura daerah

Jawa Tengah Jawa Barat dan Luar Jawa Adapun gambaran daerah asal rumah

tangga miskin perkotaan dapat dilihat pada tabel berikut

38

Tabel

Daerah Asal Responden

Daerah

Asal

Kecamatan

Jawa

Timur

Non-

Madura

Madur

a

Jawa

Tengah

Jawa

Barat

Luar

Jawa

Jumlah

Respond

n

Kedung kandang21

(2470)52

(6118)9

(1059)3

(353)- 85

Sukun19

(2836)28

(4179)12

(1791)8

(1194)- 67

Klojen9

(1364)49

(7424)5

(758)3

(454)- 66

Blimbing31

(4306)33

(4563)6

(833)2

(278)- 72

Lowok Waru28

(4444)21

(3333)9

(1429)5

((794)- 63

Sumber Data Primer

Berdasarkan data pada tabel di atas menunjukkan bahwa umumnya kaum

migran berasal dari daerah Jawa Timur dan daerah Madura Untuk kecamatan Kedung

Kandang sebesar 6118 berasal dari Madura kemudian Kecamatan Sukun 4179

kaum Migran berasal juga dari Madura Kecamatan Klojen 7424 Kecamatan Blimbing

sebesar 4563 dan kecamatan Lowok Waru sebesar 3333 Dari kelima kecamatan

tersebut yang banyak di datangi oleh migran yang berasal dari daeah Madura adalah di

Kecamatan Kedung Kandang (6118) dan Kecamatan Klojen (7424) dan mereka

sengaja tinggal di dekat pusat perkotaan dengan tujuan memudahkan untuk aktifitas

kegiatan pekerjaannya yang rata-rata bergelut disektor informal (pedagang kaki lima)

331 Kondisi Tempat Tinggal Masyarakat Miskin Perkotaan

Dilihat dari tempat tinggal masyarakat miskin perkotaan rata-rata kondisi tempat

tinggalnya dengan model bangunan semi permanen dan permanen sederhanan dengan

memanfatkan kondisi tanah yang rawan bencana (longsor kebisingan kumuh dan

sebagainya)

Tabel

Kondisi Fisik Bangunan Rumah RTM

39

Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan

Kondisi Fisik RumahKecamatan

Sesek(papan)

SemiPermanen Permanen

Jumlahrespondn

Kedung kandang

11(1158)

52(5474)

32(3368) 95

Sukun20

(2353)33

(3882)32

(3765) 85

Klojen5

(667)31

(1733)39

(5200) 75

Blimbing3

(375)13

(1625)64

(8000) 80

Lowok Waru9

(1154)24

(3077)45

(5769) 78

Sumber Data Primer

dari data primer (tabel) menunjukkan bahwa sebagian besar tempat tinggal

masyarakat miskin perkotaan adalah semi permanen dan permanen akan tetapi dengan

ukuran ruang (luas bangunan) yang cukup minim Dan umumnya yang mereka lakukan

adalah dengan menyewa tanah dan atau menempati tanah rawan musibah adapun

kondisi perumahan masyarakat miskin perkotaan dapat dilihat pada gambar berikut

Gambar

Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin Perkotaan

40

Dari gambar di atas terlihat bahwa kondisi tempat tinggal mereka sangat rawan

dengan terjadinya bencana dan kekumuhan kondisi ini selain rawan terhadap adanya

bahaya tersebut juga sangat rawan dengan permasalahan kesehatan

34 Analisa Spasial

Informasi mengenai tipologi perekonomian masyarakat akan sangat membantu

pemerintah dalam menentukan kebijakan ekonomi di masa mendatang Dari informasi

tersebut dibuatlah peta potensi ekonomi dengan maksud merelevansikan antara potensi

ekonomi daerah dan kebijakan ekonomi Selain itu jika kebijakan ekonomi hanya

terfokus di suatu wilayah tertentu akan berdampak pada ketimpangan pertumbuhan

ekonomi Seperti dijelaskan sebelumnya inventarisasi sarana ekonomi sebuah wilayah

dilakukan dengan menggunakan pendekatan tipologi suatu wilayah Melalui pendekatan

ini selanjutnya dapat digambarkan wilayah majemuk dengan fenomena yang kompleks

dengan beberapa persamaan di dalamnya Maksudnya bahwa pada tipologi suatu

wilayah ada relevansinya dengan keberadaan potensi ekonomi maupun potensi sarana

ekonomi di wilayah tersebut Ini menandakan bahwa kebijakan pengembangan ekonomi

suatu wilayah diperlukan pengadaan sarana ekonomi yang tepat sedikitnya sesuai

dengan kondisi wilayah yang dibangun termasuk karakteristik kegiatan ekonomi yang

dilakukan oleh masyarakat setempat sehingga keberadaan sarana tersebut mampu

mendorong aktivitas ekonomi masyarakat dan pada akhirnya mengentaskan dan

menanggulangi kemiskinan

41

Di wilayah kabupaten pasuruan terdapat berbagai macam potensi ekonomi yang

belum tersentuh pengembangannya oleh pemerintah daerah Potensi yang terdapat di

wilayah tersebut bukan hanya pada potensi sumber daya alam melainkan juga potensii

sumber daya manusianya Untuk wilayah ssidoarjo perlu adanya perhatian mendalam

pada pengembangan sumber daya manusia karena di wilayah tersebut banyak sekali

potensi industri yang dapat berkembang Sedangkan untuk daerah malang hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa disinyalir masih terdapat kegiatan ekonomi maupun

sarana ekonomi yang menunjang kegiatan tersebut belum dimanfaatkan secara optimal

Keadaan ini menjadikan keduanya masih bersifat potensial dan memerlukan

penanganan pengelolannya agar dapat diperoleh output yang optimal pula Pengelolaan

optimal tersebut tentu masih memerlukan suatu pengkajian tersendiri untuk mengukur

sampai sejauh mana tingkat feasibilitasnya

Potensi sarana ekonomi kabupaten ssidoarjo kabupaten pasuruan dan Kota

Malang merujuk pada sarana ekonomi (dalam bentuk fisik) yang teridentifikasi di setiap

daerah maupun yang sudah terkompilasikan di tingkat kabupaten dan kota Potensi

tersebut dapat di petakan pada masing-masing kabupaten di wilayah Jawa Timur

melalui Peta berikut

Gambar Provinsi Jawa Timur

42

Gambar kota Malang

43

keterangan

daerah masyarakat miskin perkotaan

daerah potensi terjadinya kemiskinan

tidak ada potensi terjadnya kemiskinan

Sejalan dengan maksud di atas Pemerintah Kota Malang masih

perlu melakukan kajian mendalam tentang pengembangan potensi wilayah

sebagai salah satu upaya untuk mendukung pemulihan ekonomi yang

bersifat jangka menengah Dukungan kajian ini dilakukan dengan menggali

lebih dalam potensi yang dimiliki setiap kawasan di wilayah Kota Malang

Dengan demikian Pemerintah Kota Malang dengan mudah dapat mengambil

langkah-langkah menumbuh kembangkan potensi sarana ekonomi daerah

44

Kec Blimbing Industri (kecil-

menengah)Pariwisata Pertanianperumahanperdagangan

Kec Kedungkandang Industri (kecil-

menengah)Pertanianperumahan

Kec Sukun Industri kecilPendidikanperumahan

Kec Kolojen perdagangan PendidikanPerhotelanperkantoran

Kec Lowokwaruperumahan PendidikanIndustri (kecil-

menengah)

khususnya yang berada di pusat-pusat kegiatan produksi masyarakat yang

dianggap cukup strategis di Kota Malang

Sejalan dengan semakin meningkatnya peran serta dunia usaha

dan masyarakat di dalam pelaksanaan pembangunan maka program-

program pembangunan Kota Malang perlu disusun dengan

mempertimbangkan keterlibatan mereka Upaya ini dimaksudkan agar

Pemerintah Kota Malang lebih mudah mengefektifkan potensi sarana

ekonomi dan mengarahkannya untuk kepentingan pembangunan yang lebih

konsisten efektif dan efisien serta berkelanjutan dalam menanggulangi

kemiskinan

Secara keseluruhan penduduk miskin di wilayah kota malang masih tersebar

merata di seluruh kecamatan Kecuali di kecamatan Lowokwaru sebagian besar di

kecamatan ini tidak ada potensi kemiskinan Hal tersebut dikarenakan banyaknya

industry pendidikan seperti UMM UNISMA UNIGA Brawijaya ITN UM dll Dengan

banyaknya perguruan tinggi di wilayah tersebut maka potensi perekonomian semakin

besar Tidak sedikit masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang makanan karena

untuk memnuhi kebutuhan para mahasiswa

Pada data dikatakan bahwa rata-rata pendapatan di kecamatan Lowokwaru

masih besar padahal menurut analisis spasial potensi terjadinya kemiskinan sangat

kecil Pada analisi ekonomi diindentifikasi bahwa banyak masyarakat yang

berpendapatan dibawah 400 ribu Hal tersebut terjadi pada masyarakat yang tinggal di

daerah pesisir sungai Masih banyak masyarakat yang tinggal di Daerah Aliran Sungai

tidak memiliki kesempatan kemampuan untuk bersaing dengan masyarakat yang tidak

tiggal di Daerah Aliran Sungai Di perkirakan masyarakat yang menempati DAS

merupakan masyarakat pendatang yang berurbanisasi dengan tidak membawa suatu

keahlian

Potensi kemiskinan terbesar dapat terjadi di Kecamatan Sukun Banyak

masyarakat di daerah ini yang memiliki pendapatan dibawah 400 ribu Jika kita

bandingkan dengan kecamatan Lowokwaru potensi kemiskinan di daerah kecamatan

Sukun tidak hanya terjadi di DAS namun juga pada masyarakat lainnya Banyak faktor

yang mengindikasikan potensi kemiskinan salah satu faktor utama adalah sulitnya

pemasaran dan persaingan yang ketat Meski kegiatan masyarakat di kecamatan

Lowokwaru dengan kecamatan Sukun relatif sama namun di kecamatan Lowokwaru

45

pemasaran barang dan jasa yang diproduksi tidak sesulit di kecamatan Sukun meski

ada persaingan

Hampir memeratanya potensi masyarakat miskin di kecamatan Sukun

menimbulkan dampak di kecamatan Kedungkandang terutama di perbatasan diantara

kedua kecamatan tersebut Menurut survey yang dilakukan memang sebagian besar

masyarakat miskin berpotensi di DAS Dapat dilihat di peta bahwa gambar merah

bersinggungan antara kedua kecamatan dan di kedua wilayah tersebut dialiri sungai

yang sama namun jika kita lihat kebawahnya warna kecamatan Kedungkandang mulai

ada yang Hijau Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat diluar DAS mempunyai

usaha yang berhubungan positif dengan pendapatan seperti pertanian

Berbeda halnya di kecamatan Klojen kecamatan ini merupakan pusat

pemerintahan kota Malang Banyak warga di kecamatan ini yang berprofesi sebagai

pegawai negeri sipil Memang masih terindikasi adanya kemiskinan di daerah tersebut

namun kemiskinan itu timbul karena mereka yang tidak mempunyai kesempatan dan

daya tawar diri mereka Kebanyakan yang tidak memiliki daya tawar diri yang tinggi

adalah mereka para pendatang yang tidak membawa keahlian kemudian mereka

tinggal di DAS dan berprofesi sebagai buruh tani buruh pabrik ataupun yang lainnya

yang tidak membutuhkan keahlian lebih

Bab V Kesimpulan dan Saran

Setelah melalui beberapa tahapan analisis dalam mengidentifikasi kemiskinan

perkotaan di beberapa wiayah Jawa Timur terdapat beberapa kesimpulan yaitu

1 Didapat bahwa sebaran penduduk miskin berkosentrasi pada daerah

sepanjang aliran sungai dan ada beberapa kota yang mengindikasikan

bahwa penduduk miskin berasal dari pendatang dari luar kota

2 Dalam penanggulangan kemiskinan pemerintah sudah banyak

mengeluarkan berbagai macam program pengentasan kemiskinan seperti

P2K P2KP BLT dll namun dalam aplikasinya banyak program yang belum

tepat sasaran

3 Ada beberapa karakteristik yang menarik dalam pengentasan kemiskinan

diantaranya bahwa dalam mengentaskan masyarakat miskin metode yang

46

diterapkan lebih kepada pembinaan keahlian dan mentalitas karena

seperti yang terdapat di kota malang masyarakat miskin dipicu dari

kebiasaan atau mentalitas dari masyarakat tersebut dalam kehidupan

sehari-hari Riset menemukan meskipun masyarakat miskin diberikan

bantuan uang seperti BLT namun bantuan tersebut tidak diperuntukkan

kepada pengembangan usaha namun habis untuk konsumsi begitu pula

dengan program ndash program pengentasan kemiskinan yang lainnya

Saran

Dalam pengentasan kemiskinan disarankan kepada pemerintah untuk mencari

data kemiskinan yang akurat dengan tujuan pemberian bantuan dalam rangka

pengentasan kemiskinan dapat terserap tepat pada masyarakat yang dituju Selain itu

untuk mengentaskan masyarakat yang bertipikal ldquokultur miskinrdquo harus banyak diberikan

pelatihan dan pembinaan mental

47

DAFTAR PUSTAKA

Blakely Edward J (1989) Planning Local Economic Development Theory and Practice Sage Library of Social Research 168 Sage Publication

BPS (1999) Perkembangan Tingkat Kemiskinan dan Beberapa Dimensi Sosial Ekonominya 1996-1999 Jakarta BPS

Budi Soeradji Mubyarto (1998) Gerakan Penanggulangan Kemiskinan Laporan

Penelitian di Daerah-Daerah Yogyakarta Aditya Media

Faisal Basri (2002) Perekonomian Indonesia Tantangan dan Harapan bagi Kebangkitan Indonesia Jakarta Erlangga

Fei J C H amp Gustav R (1964) Development Economics What Next In a Ranis G P Schulta (Ed) The State of Development Economics

Gunawan Sumodiningrat (1999) Penanggulangan Krisis Harus Memihak Rakyat Disampaikan pada konferensi pers untuk launcing The Economic and Social Survey of Asia and the Pacific 1999 (ESCAP) di UNIC Jakarta

Kuncoro M (2000) Ekonomi Pembangunan Teori Masalah dan Kebijakan (1st ed) Yogyakarta UPP AMP YKPN

Kuncoro M (2004) Otonomi dan Pembangunan Daerah Reformasi Perencanaan Strategi dan Peluang Jakarata Erlangga

Mellor J W (1976) The New Economies of Growth A Strategy for India and the Developing Countries Cornell Cornell University Press

Nurkse R (1953) Problem of Capital Formation in Underdeveloped Countries In Meier Gerald M Leading Issues in Economic Development edisi ke 6 Oxford University Press Oxford

Rintuh Cornelis amp Miar (2005) Kelembagaan dan Ekonomi Rakyat BPFE-UGM Yogyakarta

Sharp Ansel M Charles A Register and Paul W Cerimes (1996) Economics of Social Issues edisi ke 12 Richard D Chicago Irwin

Sumarto Sudarno (2002) ldquoGrowth Inequality and Poverty Evidence from Micro Datardquo Makala dalam The Young Economics Seminar Jakarta World Bank

48

Page 3: Makalah akp

periode Agustus 1998 hingga Oktober 1999 Berdasarkan hasil studi tersebut ada

beberapa hal yang menjadi temuan berkaitan dengan penanggulangan kemiskian antara

lain

- Terdapat hubungan negatif yang sangat kuat antara pertumbuhan dan kemiskinan

Artinya ketika perekonomian tumbuh kemiskinan berkurang namun ketika

perekonomian mengalami kontraksi pertumbuhan kemiskinan meningkat lagi

- Pertumbuhan tidak mengurangi kemikinan secara permenen Walaupun terjadi

pertumbuhan dalam jangka panjang selama periode sebelum krisis banyak

masyarakat yang tetap rentan terhdap kemiskinan Oleh arena itu manajemen

kejutan (management of shocks) dan jaring pengaman harus diterapkan

- Pertumbuhan secara kontemporer dapat mengurangi kemiskinan Sehingga

pertumbuhan yang berkelanjutan penting untuk mengurangi kemiskinan

- Pengurangan ketimpangan mengurangi kemiskinan secara signifikan Sehingga

sangat untuk mencegah pertumbuhan yang meningkatkan ketimpangan

- Memberikan hak atas properti dan memberikan akses terhadap kapital untuk

golongan masyarakat miskin dapat mengurangi kesenjangan merangsang

pertumbuhan dan mengurangi kemiskinan

22 Pendekatan Ilmiah Masalah Kemiskinan

Tiga pendekatan ilmiah yang cukup popular di dalam memahami masalah

kemiskinan (Ancok dalam Dewanta1999( ialah pendekatan kultural pendekatan

situasional dan pendekatan interaksional

221 pendekatan kultural

Tokoh utama yang menggunakan pendekatan kultural ialah Oscar Lewis (1966)

Dengan konsep cultural poverty Lewis berpendapat bahwa keamiskinan adalah suatu

budaya yang terjadi karena penderitaan ekonomi (economic depretiation) yang

berlangsung lama Berdasarkan penelitian pada beberapa kebudaya kelompok etnik

Lewis menemukan bahwa kemiskinan adalah salah satu sub-kultur masyarakat yang

mempunyai kesamaan ciri antar etnik satu dengan etnik yang lain Akar dari timbulnya

budaya miskin tersebut menurut pendapat Lewis adalah keadaan masyarakat yang

mempunyai siri-siri berikut

Sistem perekonomian yang terlalu berorientasi pada mencari keuntungan

Tingginya angka pengangguran dan angka under employment bagi golongan

yang tidak punya keahlian

Rendanya upahgaji yang diperoleh pekerja

3

Tidak adanya organisasi sosial politik dan ekonomi bagi kaum miskin baik yang

didirikan oleh pemerintah maupun oleh swadaya masyarakat

Hadirnya sistem kekeluargaan yang bilateral yang menggantikan sistem yang

unilateral

Hadirnya kelas masyarakat yang dominan yang menekankan pada penumpukan

harta dan kekayaan kesempatan untuk terus meningkat dalam status anggota

kelas masyarakat ini beranggapan bahwa kemiskinan disebabkan oleh karena

sifat pribadi yang lemah dan inferior

Menurut Lewis (1966) budaya keniskinan adalah suatu cara yang dipakai oleh orang

miskin untuk beradaptasi dan bereaksi terhadap posisi mereka yang marginal dalam

masyarakat yang memiliki kelas-kelas dan bersifat individualistic dan kapitalistik Budaya

kemiskinan adalah desain kehidupan bagi orang-orang miskin yang bersisikan

pemecahan problem ndash problem hidup mereka yang diturunkan dari satu generasi ke

generasi selanjutnya

Dalam menggambarkan cara hidup orang yang berada dalam budaya kemiskinan

Lewis memformulasikan serangkaian sifat-sifat ekonomi sosial dan psikologi yang

berkaitan satu dengan yang lainnya Ciri pokok dari orang-orang yang idup dalam

budaya kemiskinan adalah kurangnya partisipasi yang efektif dalam ingrative dalam

institusi-institusi penting yang ada dalam masyarakat karena sebagian besar yang buta

huruf dan berpendidikan rendah serta kekurangan uang Kehidupan mereka yang serba

kekurangan kondisi tempat tinggal yang sangat menyedihkan kesumpekan tempat

tinggal kekurangan makanan dan pakaian telah mempengaruhi aspek psikologis

mereka

Kehidupan seksual yang agak bebas penelantaran anakn kurangnya fasilitas

pendidikan tidak memungkinkan untuk mendidik anakanya ke arah pertumbuhan yang

baik Orang-orang yang dibesarkan dalam budaya kemiskinan mempunyai ciri-ciri

kepribadian antara lain merasa diri mereka tidak berguna penuh denga keputusasaan

merasa inferior sangat dependent terhadap orang lain Orang miskin tersebut juga tidak

mempunyai kepribadian yang kuat kurang bisa mengontrol diri mudah impulsive dan

sangat berorientasi pada masa kini tanpa memikirkan masa depan

Untuk menghilangkan budaya kemiskinan tersebut Lewis menyarankan agar

orang-orang miskin bersatu dalam organisasi Lewis (1966) menulis dalam buku The

Study of Slum CultureBacgrounds for la Vida seperti berikut rdquosetiap gerakan baik itu

4

gerakan yang bersifat religius pasifis ataupun revolusioner yang mengorganisasikan

dan memberikan harapan bagi si miskin dan secara efektif mempromosikan solidaritas

dan perasaan identitas yang sama dengan kelompok masyarakat yang lebih luas akan

dapat menghancurkan sifat-sifat utama yang merupakan ciri orang-orang dari budaya

kemiskinanrdquo

23 Model Solusi Kemiskinan

Pengalaman di negara-negara Asia menunjukkan berbagai model mobilisasi

perekonomian pedesaan untuk memerangi kemiskinan yaitu Pertama mendasarkan

pada mobilitas tenaga kerja yang masih belum didaya gunakan (idle) dalam rumah

tangga petani gurem agar terjadi pembentukan modal di pedesaan (Nurkse 1953)

Tenaga kerja yang masih belum didayagunakan pada rumah tangga petani kecil dan

gurem merupakan sumberdaya yang tersembunyi dan potensi tabungan Alternatif cara

untuk memobilisasi tenaga kerja dan tabungan pedesaaan adalah 1) menggunakan

pajak langsung atas tanah seperti yang dilakukan di Jepang 2) dilakukan dengan

menyusun kerangka kelembagaan di pedesaan yang memungkinkan tenaga kerja yang

belum didayagunakan untuk pemupukan modal tanpa perlu menambah upah Ini persis

yang dilakukan Cina yang menerapkan sistem kerjasama kelompok dan brigades

ditingkat daerah yang paling rendah (communes) Dengan metode ini ternyat

memungkinkan adanya kenaikan yang substansial dalam itensitas tenaga kerja dan

produktivitas tenaga kerja

Model kedua menitik beratkan pada tranfer daya dari pertanian ke industri

melalui mekanisme pasar (Fei amp Gustav 1964) Ide bahwa penawaran tenaga kerja

yang tidak terbatas dari rumah tangga petani kecil dapat meningkatkan tabungan dan

formasi modal lewat proses pasar Pengalaman Taiwan menyajikan contoh yang baik

atas mobilisasi sumber daya dari sektor pertanian mengandalkan mekanisme pasar

tanpa menggunakan instrumen pajak seperti yang dilakukan oleh Jepang Proporsi

output sektor pertanian sebagian besar tetap dijaga sebagai surplus lewat intermediasi

pemilik tanah dan melalui nilai tukar (terms of trade) sebelum Perang Dunia II

Model ketiga menyoroti pesatnya pertumbuhan dalam sektor pertanian yang

dibuka dengan kemajuan teknologi dan kemungkinan sektor yang memimpin (Mellor

1976) Model ini dikenal dengan nama Model Pertumbuhan Berbasis Teknologi atau

Rural-Led Development Proses ini akan berhasil apabila dua syarat berikut terpenuhi

1) kemampuan mencapai tingkat pertumbuhan output pertanian yang tinggi 2) proses

5

ini juga menciptakan pola permintaan yang kondusif terhadap pertumbuhan Pada

gilirannya ini tergantung dari dampak keterkaitan ekonomi pedesaan lewat pengeluaran

atas barang konsumsi yang dipasok dari dalam sektor itu sendiri dan melalui invesatasi

yang didorong

Model keempat menyoroti dimensi spasial dalam menanggulangi kemiskinan

Kemiskinan bisa diatasi dengan cara kemudahan dalam mengakses dua bidang yaitu

1) bidang ekonomi dan 2) bidang sosial (Kuncoro 2004) Akses dalam bidang ekonomi

dibagi menjadi dua yaitu akses terhadap lapangan kerja dan akses terhadap faktor

ekonomi Akses terhadap faktor produksi terdiri dari 1) Kemudahan masyarakat dalam

mengakses modal usaha 2) kemudahan masyarakat dalam mengakses pasar 3)

kemudahan masyarakat dalam kepemilikanmodal Sedangkan akses dalam bidang

sosial dibagi menjadi dua yaitu akses terhadap fasilitas pendidikan dan akses terhadap

fasilitas kesehatan

23 Strategi Penanggulangan Kemiskikan Di Indonesia

Kemiskinan dapat bermakna kesenjangan ekonomi dan ketidak merataan

pendapatan Kedua hal ini merupakan masalah yang hangat dibicarakan karena masih

besarnya penggangguran terselubung yang disebabkan masih adanya pekerjaan yang

dilakukan di bawah produktivitas kerja (underemployment) serta rendahnya kualitas

tenaga kerja Indonesia Ada dua macam ukuran kemiskinan yaitu kemiskinan absolut

dan kemiskinan relatif Kemiskinan absolut adalah kemiskinan yang disebabkan karena

ketidak mampuan seseorang melampaui garis kemiskinan (proverty line) yang

ditetapkan Sedangkan kemiskinan relatif berkaitan dengan perbedaan tingkat

pendapatan suatu golongan dibandingkan dengan golongan lainnya (Rintuh 2005)

Beberapa program pembangunan yang dilaksakan di Indonesia baik yang

dilakukan oleh pemerintah mapun bantuan donor antara lain telah dilaksanakan melalui

progam Impres Desa Tertinggal (IDT) dan dimantapkan melalui program Pembangunan

Prasarana Pendukung Desa Tertinggal (P3DT) Program dilanjutkan dengan Program

Pengembangan Kecamatan (PPK) Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan

Program Pemberdayaan Daerah Mengatasi Dampak Krisis Ekonomi (PDMDKE) dan

Program Pengembangan Kawasan Desa-Kota Terpadu atau Poverty Alleviation Through

Rural Urban Lingkage (PARUL) Dari berbagai program pengentasan kemiskinan

tersebut terdapat beberapa perbedaan dan kesamaan yang dapat dilihat pada tabel

berikut (Sumodiningrat 1999)

6

Berikut ini beberpa penyempurnaan kebijakan program pemberdayaan

masyarakat dan pennanggulangan kemiskinan

Tabel 3

Perkembangan dan Penyempurnaan Kebijakan Program Pemberdayaan Masyarakat dan Program Penanggulangan Kemiskinan Dalam Kurun Pelita VI

No

Program

Bentuk Kebijakan

Pengembangan

Ekonomi

Pengembangan SDM

Pengembangan Prasarana

Pengembangan

Kelembagaan

Pengembangan Sistem Informasi

Bantuan Modal

Bantuan Pendampin

gan

Bantuan Prasarana

Sarana

Bantuan PengembanaganKelemb

agaan

Bantuan Pemantaua

n dan Pelaporan

1 IDT Diberikan dalam bentuk uang tunai seniali Rp 20 juta tahun selama 3 tahun

Dana bantuan digunakan untuk modal usaha dan bersifat hibah dan bergulir (revolving block grant)

Pengembangan kemampuan masyarakat dalam pengelolaan modal bergulir melalui bantuan tenaga pendamping

Secara khusus belum ada namun beberapa bantuan melalui program pembangunan sektoral telah memberikan bantuan teknologi tepat guna untuk membantu mengembangkan kegiatan sosial ekonomi produktif pokmas

Pengembangan kelembagaan dilakukan dalam wadah pokmas melalui kegiatan perguliran dana

Pembangunan kelembagaan aparat dilakukan pembinaan berjenjang secara vertikal yang dilakukan oleh jajajrn Depdagri bersama Depkeu dan departeme teknis terkait lain melalui program pembangunan sektoral masing-masing

7

2 P3DT Dana bantuan digunakan untuk investasi sosial dan bersifat hibah (block grant) serta mendukung kegiatan sosial ekonomi yang didanai oleh bantuan IDT

Pengembangan kemampuan masyarakat dan aparat dalam pembangunan dibina oleh tenaga pendamping profesional (antara lain oleh tenaga konsultan)

Bantuan prasarana mendapat perhatian melalui pengembangan prasarana transportasi yang mendukung kegiatan ekonomi (pembangunan jalan jembatan tambatan perahu dll) dan pengembangan prasarana sosial yang langsung mendukung kegiatan ekonomi lokal (pembangunan prasarana kesehatan dasr MCK sanitasi dan air bersih)

Masyarakat melaksanakan sendiri manajemen pembangunan lokal

Pembinaan aparat dilakukan secara vertikal melalui Tim Koordinasi Pembangunan sebagai wadah musyawarah dan mufakat Sehingga komitmen dan perhatian pembangunan untuk rakyat tetap dalam arah yang benar

Masyarakat melakukan sendiri kegiatan pemantauan dan pelaporan pembangunan ditingkat lokal dibantu oleh tenaga pendamping profesional

Aparat melakukan pemantauan dan pelaporan secara berjenjang (vertikal) yang hasilnya dipergunakan untuk mendukung pengambilan keputusan lebih lanjut dalam rangka pengembangan program

3 PPK Bantuan

senilai Rp 250 juta ndash Rp 750 juta per kecamatan bersifat hibah bergulir Namun pemanfaatan bantuan semata diarahkan agar

Pengembangan SDM dilakukan melalui diseminasi dan pelatihan secara berjenjang baik melalui jalur tenaga pendamping dan jajaran aparat pemerintah

Pembangunan pengadaan prasarasna sarana hanya untuk mendukung kegiatan ekonomi yang sudah mapan

Pengembangan kelembagaan masyarakat dilakukan dalam wadah pokmas melalui kegiatan perguliran dana yang dilembagakan dalam

Sistem pemantauan dan pelaporan dilakukan untuk menilai perkembangan pelaksanaan kegiatan ekonomi prioritas perguliran dana dan

8

pemanfaatan program dapat berlatih mengguanakan dana itu sebagai stimulan agar dalam pengembangan lebih lanjut dapat memanfaatkan fasilitas microfinance

Dilakukan memalui bantuan dana yang dipergunakan untuk membiayai investasi sosial dan investasi ekonomi Bantuan dana digunakan sepenuhnya untuk menciptakan kegiatan ekonomi produktif yang berlanjut

Pengembangan kemampuan dan keterampilan masyarakat lokal diarahkan pada pelaksanaan administrasi pembangunan (UDKP) dan administrasi keuangan (UPK)

forum UPK sebagai bagian dari pelaksanaan forum UDKP

peningkatan kapasitas masyarakat melalui jumlah akumulasi modal

4 P2KPSecara prinsip sama dengan yang dilakukan oleh

Dilakukan melalui bantuan dana yang dipergunakan untuk membiayai investasi sosial dan investasi ekonomi Bantuan

Pengembangan SDM dilakukan melalui diseminasi dan pelatihan secara berjenjang baik melalui jalur tenaga pendamping

Pembangunan pengadaan prasarana sarana hanya untuk mendukung kegiatan ekonomi yang sudah mapan

Pengembangan kelembagaan masyarakat dilakukan dalam wadah pokmas melalui kegiatan perguliran

Sistem pemantauan dan pelaporan dilakukan untuk menilai perkembangan pelaksanaan kegiatan ekonomi

9

PPK namun sasaran lokasi dititikberatkan pada kecamatan di kawasan perkotaan

dana digunakan sepenuhnya untuk menciptakan kegiatan ekonomi produktif yang berlanjut

dan jajaran aparat pemerintahPengembangan kemampuan dan keterampilan masyarakat lokal diarahkan pada pelaksanaan administrasi pembangunan (UDKP) dan administrasi keuangan (UPK)

dana yang dikembangkan dalam forum UPK sebagai bagian dari pelaksanaan forum UDKP

Pengembangan kelembagaan aparat dilakukan bersama masyarakat melalui mekanisme forum UDKP

prioritas perguliran dana dan peningkatan kapasitas masyarakat melalui jumlah akumulasi modal

5 PDMKE

Dilakukan untuk membiayai kegiatan yang bersifat padat karya

Dilakukan melalui pembangunan dan prasarana amp sarana sesuai permintaan lokal

6 PARUL

Dilakukan melalui bantuan dana yang dipergunakan untuk kegiatan sosial-ekonomi produksi dan distribusi jasa natar kawasan

Pengembangan kemampuan masyarakat diarahkan pada peningkatan kemampuan dan keterampilan untuk memperoleh akses dan meningkatkan keterkaitan pada jalur produksi distribusi dan penyediaan jasa yang

Pengembangan prasarana dilakukan dalam wujud pembangunan prasarana sarana dan penerapan teknologi yang mendukung secara langsung kegiatan ekonomi kawasan

Peningkatan kemampuan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan yang menekankan prakarsa lokal pada kawasan itu

Sistem pemantauan dan pelaporan menekankan peningkatan kapasitas masyarakat dalam kegiatan produksi distribusi dan jasa dalam suatu kawasan ekonomi antara pedesaan dan perkotaan

10

sesuai dengan kapasitas ekonomi kawasan

Sumber Kuncoro (2004)

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa program penanggulangan

kemiskinan yang dilakukan di Indonesia masih bersifat parsial Hal tersebut bisa dilihat

dari hampir semua program yang pernah dilakukan masih bermasalah dalam hal

mensinergikan antara masyarakat miskin dengan masyarakat yang berdaya (non

miskin) pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat Akibat dari kondisi tersebut

penanggulangan kemiskinan tidak efektif tidak mandiri dan tidak berkelanjutan

24 Kelemahan Program Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia

Salah satu penyebab kurang berhasilnya penanggulangan kemiskinan di

Indonesia adalah sistem politik yang cenderung sentralistik Sentralisasi yang sangat

kuat di masa lalu juga berimbas ke kebijakan penanggulangan kemiskinan dimana

hampir semua program penanggulangan kemiskinan bersifat rdquotop-downrdquo dengan

keterlibatan minimal dari pemerintah daerah dalam formulasi kebijakannya Program

atau kebijakan yang sangat rdquotop-downrdquo ternyata juga gagal dalam merefleksikan

pebedaan antar daerah yang kadang-kadang bisa menjadi sangat signifikan Akibatnya

timbul berbagai kegagalan berskala besar dalam program atau kebijakan yang pada

akhirnya berakibat pada dihentikannya program tersebut Berikut ini bentuk atau ciri-ciri

dan kelemahan program penanggulangan kemiskinan yang pernah dilakukan

Tabel 4

Ciri-ciri dan Kelemahan Program Penanggulangan Kemiskinan

Kelemahan Program Upaya Penanggulangan Kemiskinan

Prinsip-prinsip Penanggulangan

Kemiskinan

Perencanaan penentuan sasaran dan kreteria miskin serta pengaturan teknis pelaksanaan yang

Mendidik masyarakat miskin untuk terus menerus menemukenali potensi yang dimiliki baik individu keluarga

Program penanggulangan kemiskinan harus mengarah pada pendekatan yang menyeluruh (multi-sektor)

11

dilakukan oleh pemerintahinstansi pusat (top-down) seringkali tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat atau daerah tertentu

maupun lingkungan (keterampilan material dan sumberdaya alam) sebagai modal dasar untuk meningkatkan kesejahteraan hidup

Program-program yang dilaksanakan secara sektoral sering kali mengakibatan adanya semangat ego-sektoral dan saling tumpang tindih

Mendorong tumbuhnya rasa percaya diri akan kemampuannya untuk lepas dari belenggu kemiskinan

Perencanaan dan penentuan sasaran dilakukan oleh masyarakat bersama aparat dilapangan sehingga sesuai dengan kebutuhan masyarakat

Banyak program penanggulangan kemiskinan yang menempatkan masyarakat sebagai obyek sehingga masyarakat kurang berpartisipasi secara aktif

Menyadarkan bahwa tidak akan ada seseoranglingkungan yang dapat keluar dari genggaman kemiskinan melainkan atas usaha orangkeluargalingkungan itu sendiri

Masyarakat ditempatkan sebagai ldquopelaku utama dalam perang melawan kemiskinanrdquo agar masyarakat berpartisipasi secara aktif

Sulitnya menjaga kontinuitas program (program baru bukan merupakan kelanjutan program lama) mengakibatkan banyak program penanggulangan kemiskinan tidak berkesinambungan

Memberikan pemahaman bahwa masalah penanggulangan kemiskinan merupakan tugas dan tanggungjawab bersama pemerintah dan masyarakat

Pertanggungjawaban kepada pemerintah dan masyarakat untuk membangun keterbukaan dan akuntabilitas

Pertanggungjawaban hanya bersifat administratif kepada pemerintah sehingga tidak terbangun keterbukaan dan akuntabilitas publik akibat pendekatan proyek maka keberhasilan program hanya diukur dengan persentase bantuan yang berhasil

Menciptakan lapangan kerja dan peluang berusaha untuk menguatkan ekonomi masyarakat setempatPenguatan organisasikelompok masyarakat yang ada memberikan bantuan fasilitas (dana dan keahlian) yang dibutuhkan untuk mendayagunakan potensi yang dimiliki

Merupakan program yang berkesinambungan Ukuran keberhasilan ditentukan oleh berdayanya masyarakat untuk keluar dari belenggu kemiskinan danmenguatnya kemampuan ekonomi masyarakat melalui terciptanya akses kepada faktor produksi dan pasar

12

disalurkan dan jumlah sasaran penerima

Sumber Hamid (2003) Dalam Kuncoro (2004)

Sebenarnya perbedaan antara pendekatan ldquotop-downrdquo dan ldquobottom uprdquo tidak

perlu terjadi terjadi apabila sistem politik nasional dan terutama lokal mampu

menciptakan akuntabilitas pemerintah terhadap masyarakatnya Ketiadaan mekanisme

akuntabilitas selain membuat pihak eksekutif dan legislatif kurang tanggap terhadap

keluhan masyarakatnya juga membuat masyarakat tersebut tidak terlalu peduli atas

kualitas layanan publik yang diterimanya ataupun terhadap kebijakan perekonmian

daerahnya Dengan sistem perimbangan keuangan pusat dan daerah saat ini dimana

sebagian besar pajak masih dikuasai pemerintah pusat sangat mudah bagi pemerintah

daerah menyalahkan pemerintah pusat apabila ada ketidakpuasan di kalangan

masyarakat lokal mengenai kualitas layanan publik

Bab III METODE PENELITIAN

1 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini mempunyai tujuan utama membangun model penaggulangan

kemiskinan yang bersifat terpadu berdasarkan aspek spasial ekonomi dan

struktural di masing-masing desakelurahan yang ada di wilayah administrasi Kota

Malang

Berdasarkan pada tujuan utama penelitian ini maka kerangka pikir mengenai

Penyusunan Model Penanggulangan Kemiskinan di Kota Malang dijelaskan pada

Gambar berikut

Gambar 1Bagan Alir Penyusunan Model KulturalStruktural dan Spasial

Sebagai Penanggulangan Kemiskinan

13

AN

AL

ISA

P

ER

MA

SA

LA

HA

N

KE

MIS

KIN

AN

P

ER

KO

TA

AA

N

Aspek StrukturalMengukur Efektifitas

program penanggulangan

kemiskinan yang telah dilakukan

Aspek Ekonomi

Mengukur kondisi ekonomi

masyarakat miskin

Aspek SpacialMengukur kondisi

geografi dan topografi

(lingkungan fisik) masyarakat miskin

OutputKesenjangan

antara program

dgn kebutuhan

OutputProses generasi

tingkat

pendidikan jenis pekerjaan

OutputKondisi

Geografitopografi

PorsesIdentifikasi

ermasalahan kemiskian perkotaan

OUTPUT

Database Permasalahan kemiskinan Profil kemiskinan Isue Strategis

OutputWork Plan

Penanggulangan

Kemiskinan

OutputMaster Plan

PenanggulanganKemiskinan

Sebagaimana telah dikemukakan di atas upaya penaggulangan kemiskinan

dilakukan dengan pendekatan spasial ekonomi dan struktural Pendekatan tersebut

pada dasarnya bertujuan untuk menghasilkan model penanggulangan kemiskinan yang

bisa menghasilkan rencana strategis dan program kerja penanggunalangan kemiskinan

secara terpadu dan berkelanjutan di Kota Malang Setidaknya ada 5 (lima)

komponenkegiatan utama yang perlu dilakukan Kegiatan-kegiatan tersebut meliputi

1 Identifikasi dan Analisis Kondisi Eksisting masing-masing kota

Tujuan utama kegiatan ini adalah untuk memahami kondisi setiap desakelurahan

dan kecenderungan perkembangan dalam kurun waktu perencanaan Adapun informasi

yang perlu dikumpulkan dikaji dan dianalisis meliputi gambar mengenai kondisi fisik

sosial ekonomi desakelurahan kebijakan dan program-program yang terkait dengan

pengembangan desa perkembangan sektor-sektor ekonomi desa dan kondisi sistem

prasarana Semua informasi ini diharapkan dapat menggambarkan eksisiting yang

tengah berlangsung (on-going) maupun yang akan dikembangkan (commited)

2 Identifikasi Potensi dan Permasalahan Kemiskinan

Berdasarkan analisis terhadap kondisi wilayah dan kecenderungan

perkembangannya diidentifikasi potensi ekonomi yang mampu mendukung

pembangunan wilayah masing-masing Kota Identifikasi yang dimaksud meliputi

antara lain

Potensi desakelurahan yang terkandung baik yang sudah

dimanfaatkan belum dimanfaatkan maupun potensial diperkirakan

ada di desa Terkait dengan hal ini adalah identifikasi sektor unggulan

atau komoditi unggulan

Kendala-kendala dalam pengembangan potensi ekonomi baik dalam

kaitannya dengan bidang prasarana keuangan dan kebijakan

sehingga menimbulkan kemiskinan pada masyarakat setempat

3 Penyusunan Skenario Penanggulangan Kemiskinan

Skenario penanggulangan kemiskinan berisi antara lain pemanfaatan ruang dan

struktur ruang (pengembangan sektor-sektor unggulan kawasan dan sistem

14

prasarana) yang merupakan acuan pengembangan desa Skenario ini disusun

berdasarkan potensi pengembangan Kota

4 Perumusan Model Penaggulangan Kemiskian

Rumusan model penaggulangan kemiskinan yang dimaksud berisi program-

program pengembangan sektor kota dan sistem prasarana dasar Program-

program ini dirumuskan dalam rangka mendukung pencapaian skenario-skenario

yang telah dirumuskan

5 Rekomendasi Pola Pelaksanaan Program-Program Pengentasan Kemiskinan

Program-program yang layak untuk diimplementasikan selanjutnya dikaji pola

pelaksanaannya Dalam hal ini pola pelaksanaan yang dimaksud

memperhitungkan seluruh pelaku pembangunan yaitu pemerintah swasta dan

masyarakat

2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Kegiatan penyusunan model penanggulangan masyarakat miskin di Kota Malang

akan melakukan survei di seluruh wilayah yang termasuk dalam wilayah admisnistratif Kota

Malang Pasuruan Sidoarjo

Analisis dan penyusunan model penaggulangan kemiskinan dilakukan secara

bertahap tahapan tersebut didasarkan pada aspek kegiatan yang diukur dan dianalisis

Penelitian ini akan dilakukan dua tahap dinama setiap tahap penelitian diperkirakan

akan menghabiskan waktu plusmn 11 bulan jadi secara keseluruhan penelitian akan

menghabiskan waktu plusmn 22 bulan

3 Definisi Operasional Variabel

Aspek yang digunakan untuk membanguan model penanggulangan

kemiskinan di Kota Malang ada tiga aspek yaitu 1) Struktural atau Kelembagaan 2)

Aspek Kultural dan 3) Aspek Spasial (wilayah)

1) Aspek Struktural

Dalam aspek ini akan dilihat sejauhmana keterpaduan program-program yang

telah dilakukan oleh pemerintah baik pusat maupun daerah dengan kapasitas

15

dan kebutuhan masyarakat miskin Aspek struktural atau kelembagaan

mempunyai dua sub-indikator yaitu 1) Sub-indikator kebijakan pemerintah dan

2) Sub-indikator kapasitas sosial masyarakat (social capacity) Masing-masing

sub-indikator mempunyai variabel total variabel untuk mengukur indikator

aspek struktural atau kelembagaan sebanyak 8 variabel

Variabel-variabel yang digunakan dalam aspek struktural atau kelembagaan

dalam melakukan pengukuran terhadap desakelurahan dapat dilihat pada

tabel berikut

Tabel 5

Jumlah Sub Indikator dan Variabel Dari Aspek Struktural

No Sub Indikator

Variabel Diskripsi

1 Kebijakan Pemerintah (3 variabel)

- Program penanggulangan kemiskinan yang berasaldari pemerintah pusat

- Program penanggulangan kemiskinan yang berasaldari pemerintah propinsi

- Program penanggulangan kemiskinan yang berasaldari pemerintah daerah kabupaten

- Program penanggulangan kemiskinan yang berasal dari perangkat desa

Mengukur seberapa besar keterlibatan pemerintah baik pusat maupun daerah dalam upaya penanggulangan kemiskinan

2 Kapasitas sosial masyarakat(6 variabel)

- Gengsi sosialorang miskin

- Nilai adatbudaya dan agama terhadap orang miskin

- Rasionalitas penduduk miskin (semangat membebaskan diri dari kemiskinan)

- Budaya dan etos kerja- Semangat gotong

royong- Keperdulian

Mengukur seberapa besar social capital masyarakat miskin dalam keluar dari kemiskinan

16

masyarakat sekitar terhadap orang miskin

2) Aspek Kultural

cultural poverty adalah suatu budaya yang terjadi karena penderitaan ekonomi

(economic depretiation) yang berlangsung lama Berdasarkan penelitian pada

beberapa kebudaya kelompok etnik ditemukan bahwa kemiskinan adalah salah

satu sub-kultur masyarakat yang mempunyai kesamaan ciri antar etnik satu

dengan etnik yang lain Dalam aspek ini akan dilihat seberapa besar potensi

kemiskinan yang tercipta akibat dari kultur atau kebudayaan yang sudah

berlangsung di suatu wilayah Aspek kultural ini akan mencakup 1) tingginya

angka pengangguran 2) tingkat upahtinggi rendahnya gaji dan 3) sistem

ekonomi yang terlalu berorientasi pada mencari keuntungan

Variabel-variabel yang digunakan dalam aspek ekonomi dalam melakukan

pengukuran terhadap desakelurahan dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 6

Jumlah Sub Indikator dan Variabel Dari Aspek Struktural

No Sub Indikator Variabel Diskripsi1 Tingginya

angka pengangguran

- Lama bekerja- Banyaknya pekerja

dalam satu rumah

Mengukur seberapa besar tingkat pengangguran di suatu wilayah

2 Tingkat Upah - Besarnya gaji perbulan

- Ada tidaknya bonus

Mengukur seberapa besar kenaikan upah yang berhubungan dengan kesejahteraan masyarakat

3 Sistem Ekonomi

- Tujuan bekerja- Langkah untuk

memenuhi kebutuhan

Mengukur sebesarapa penting antara kebutuhan dan penimbunan kekayaan

3) Aspek Spasial

Dalam aspek ini akan dilihat seberapa besar konsisi wilayah (space) mampu

mendorong proses penanggulanagan kemiskinan Aspek spasial atau wilayah

mempunyai dua sub-indikator yaitu 1) Sub-indikator Kondisi geografis dan 2)

Sub-indikator Aksesibilitas sarana dan prasarana Masing-masing sub-indikator

17

mempunyai variabel total variabel untuk mengukur indikator aspek struktural

atau kelembagaan sebanyak 6 variabel

Variabel-variabel yang digunakan dalam aspek spasial atau wilayah dalam

melakukan pengukuran terhadap desakelurahan dapat dilihat pada tabel

berikut

Tabel 7

Jumlah Sub Indikator dan Variabel Dari Aspek Spasial

No Sub Indikator

Variabel Diskripsi

1 Kondisi geografis(4 variabel)

- Letak geografis- Topografi- Kondisi jalan- Kondisi jembatan

Mengukur sejauhmana kondisi geografis mampu bermanfaat untuk pemberdayaan masyarkat miskin

2 Aksesibilitas terhadap sarana dan prasarana(5 variabel)

- Akses terhadap pasar- Akses terhadap sarana

pendidikan- Akses terahadap

fasilitas kesehatan- Akses terahadap

aktivitas produksi

Mengukur tingkat kemudahan akses terhadap sarana dan prasarana pokok untuk penanggulangan kemiskinan

4 Jenis Data

Dilihat dari sumbernya data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua

jenis yaitu data sekunder dan data primer

1 Data Sekunder

Data ini merupakan data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain Adapun data

sekunder yang akan digunakan dalam penelitian ini diantaranya seperti Jumlah

penduduk luas desa topografi desa monografi desa letak geografi desa dan

lain-lain

2 Data Primer

Data ini merupakan data yang diperoleh langsung dari obyek penelitian Adapun

data primer yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya seperti data yang

18

digunakan untuk mengukur indikator kelembagaan indikator tipologipenyebab

kemisikinan indikator sumberdaya dan potensi ekonomi dan lain-lain

5 Teknik Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam pengumpulan informasi dan data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah Participatory Rural Appraisal (PRA) meliputi

1 Wawancara yaitu metode pengumpulan data dengan wawancara secara

mendalam dengan key-person (formal dan informal leaders) untuk

mengidentifikasi kebutuhan (needs) masyarakat

2 Dokumentasi yaitu metode pengumpulan data sekunder yang dimiliki oleh

responden lembaga ekonomi dan sosial maupun instansi teknis terkait

3 Observasi ( pengamatan) dan survei lapang

Dalam hal meyakinkan data dan informasi yang diperoleh dari responden

peneliti mengadakan pengamatan dan survei lapang secara langsung terhadap

obyek yang diamati mendengar serta mencatat hasil temuan lapang

4 Pengumpulan Data Sekunder

Selain dukungan data primer yang menjadi sumber data utama penelitian ini juga

menggunakan data sekunder yang diperoleh dari dokumen-dokumen serta catatan-

catatan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti Dokumen yang dimaksud

adalah jumlah keluarga miskin yang diperoleh dari Badan Perencanaan Kota

(Bapekot) Malang Catatan Sipil Kota malang (data Penduduk Kota malang sampai

dengan bulan Februari 2006) dan statistik kecamatan dari tiga kecamatan yang

diterbitkan oleh Kantor Statistik Kota Malang 2006

5 Focus Group Discussion (Diskusi Kelompok)

Peneliti melaksanakan diskusi dengan obyek penelitian ketika peneltian lapang akan

dilakukan Kegiatan ini pertama dilakukan adalah dimaksudkan untuk

mensosialisasikan pelaksanaan pengumpulan data (sebagai kegiatan penting

penelitian ini) kepada para sekretaris kecamatan dan seluruh sekretaris

desakelurahan yang diperkirakan menjadi sasaran dari kegiatan penelitian lapang

Berbagai informasi yang disampaikan dalam kegiatan sosialisasi ini antara lain

meliputi pentingnya dilaksanakan kegiatan inventarisasi dan pemetaan kemiskinan

di Kabupaten Sumenep proses pengumpulan data dan hasil akhir yang dihasilkan

kegiatan ini Melalui kegiatan ini dicapai jalinan suatu kebersamaan antara peneliti

19

dengan calon responden (subyek yang diteliti) sehingga dapat diperoleh data yang

optimal

Diskusi kelompok kedua dilakukan pada saat menjelang kegiatan ini berakhir

Diskusi ini dilakukan dengan stakeholders tingkat kota dimaksudkan untuk

mengoptimalkan hasil temuan lapangan Dikusi kelompok ini diarahkan kepada

upaya-upaya mengklarifikasi hasil temuan lapangan mendapatkan koreksi dan

masukan serta kesepakatan tentang hasil akhir kegiatan ini

6 Alat Analisis

Analisis dilakukan dengan memadukan pendekatan struktural (data

kuantitatif dan kualitatif) ekonomi (potensi sumberdaya pemabngunan) dan spasial

(pemetaan) Maksudnya bahwa dari himpunan data yang telah dikompilasi

dilakukan analisis statistik sederhana dengan lebih banyak menggunakan tabulasi

silang dan perhitungan-perhitungan statistik yang secara mudah dapat dipahami

Himpunan data tersebut selanjutnya diinterpretasikan dan dirancang dengan

menempatkan hasil analisis tersebut ke dalam peta (pendekatan spasial)

Pemetaan tersebut dimaksudkan untuk menentukan tata letak potensi sarana

ekonomi yang dimaksud oleh penelitian ini paling tidak untuk

1) memahami keberadaan keluarga miskin baik melalui data struktural maupun

melalui tampilan peta setiap desakelurahan

2) memahami secara terintegrasi keberadaan masyarakat miskin di Kota malang

dalam perspektif kepentingan ekonomi dan pembangunan Kota Malang ke

depan

Selain menggunakan pendekatan di atas penelitian ini juga menggunakan

metode Performance-Importance Analysis dalam menjawab tujuan yang akan dicapai

Analisis ini digunakan untuk melihat tingkat kesenjangan (gap) antara atribut kinerja

pelayanan publik (performance) yang telah dilakukan oleh pemerintah melalui dinas-

dinas terkait penanggulangan kemiskinan di Kota Malang dengan persepsi tingkat

kepentingan (importance) akan atribut-atribut yang dibutuhkan

Pengukuran tingkat kepentingan dan performance dilakukan dengan cara

menyebarkan kuesioner bagi masyarakat miskin yang menjadi obyek penelitian

Responden akan diminta untuk memberikan penilian atau persepsi mereka terhadap

sejauh mana layanan yang telah diberikan pemerintah melalui dinas-dinas terkait di Kota

Malang (performance) terhadap penanggulangan kemiskinan Dengan memberikan

20

penilaian atas atribut yang mereka anggap paling dibutuhkan saat ini (importance)

dengan asumsi bahwa obyek penelitian mengerti sejauh mana kinerja atribut pelayanan

publik yang telah dilakukan dinas-dinas terkait dan berkompeten dalam penanggulangan

kemiskinan

Dari analisis Kuadran akan diketahui pada kuadran manakah suatu atribut

berada sehingga nantinya dapat digunakan sebagai instrumen untuk

merekomendasikan tindakan atau kebijakan yang seharusnya dilakukan bagi

keberhasilan penanggulangan kemiskinan di Kota Malang

Bab 4 Hasil analisis

1 Gambaran geografis Jawa Timur

Jawa Timur adalah sebuah provinsi di bagian timur Pulau Jawa Indonesia

Ibukotanya adalah Surabaya Luas wilayahnya 47922 kmsup2 dan jumlah penduduknya

37070731 jiwa (2005) Jawa Timur merupakan provinsi terluas diantara 6 provinsi di

Pulau Jawa dan memiliki jumlah penduduk terbanyak kedua di Indonesia setelah Jawa

Barat Jawa Timur berbatasan dengan Laut Jawa di utara Selat Bali di timur Samudra

Hindia di selatan serta Provinsi Jawa Tengah di barat Wilayah Jawa Timur juga

meliputi Pulau Madura Pulau Bawean serta sejumlah pulau-pulau kecil di Laut Jawa

dan Samudera Hindia

Jawa Timur dikenal sebagai pusat Kawasan Timur Indonesia dan memiliki

signifikansi perekonomian yang cukup tinggi yakni berkontribusi 1485 terhadap

Produk Domestik Bruto nasional Pembagian wilayah administrasi Pemerintah Propinsi

Jawa Timur pada tahun 2003 sd tahun 2007 terbagi dalam 4 (empat) Badan Koordinasi

Wilayah Pembantu Gubernur 29 Kabupaten dan 9 Kota serta jumlah kecamatan

berjumlah 642 kecamatan Perwakilan kecamatan sejak tahun 2003 telah ditiadakan

sebelumnya berjumlah 114 dan Kota Administratif Batu sejak tahun 2003 telah menjadi

Kotasedang Kota Administratif Jember berdasarkan peraturan perundangan telah

21

dicabut dengan demikian Jember hanya sebagai Kabupaten Jumlah kelurahan

sebanyak 785 Kelurahan dan Desa sebanyak 7680 desa

Table 8

Pembagian Wilayah Administrasi Provinsi Jawa Timur

Uraian 2001 2002 2003 2004 2005 2006Badan koordinasi wilayah 4 4 4 4 4 4Jumlah Kabupaten 29 29 29 29 29 29Jumlah kota 9 9 9 9 9 9Jumlah Kecamatan 642 642 642 642 657 657Jumlah Kelurahan 784 784 784 784 784 784Jumlah Desa 7715 7715 7715 7715 8484 8484

Sumber Biro Pemerintahan dan Otoda Setda Prop Jatim amp Jatim Dalam Angka 2006

2 Gambaran geografis

a gambaran geografis kabupaten Pasuruan

Kota Pasuruan adalah ibu kota Pasuruan Jawa Timur terletak di persimpangan

jalur regional Surabaya-Probolinggo-Malang Orientasi Wilayah Kota Pasuruan memiliki

wilayah seluas 3529 kmsup2 dengan jumlah penduduk sebanyak 158864 jiwa (Sensus

Penduduk 2000) Wilayahnya terdiri dari 3 kecamatan 19 kelurahan dan 15 desa

Tiga kecamatan tersebut yaitu Kecamatan Gading rejo Purworejo dan Bugulkidul

Kecamatan Bugulkidul memiliki wilayah terbesar (1624 kmsup2) sedang untuk Gadingrejo

dan Purworejo masing-masing 1046 kmsup2 dan 859 kmsup2

b Gambaran geografis kabupaten Sidoarjo

Kota Sidoarjo merupakan Ibukota Kecamatan Sidoarjo yang terletak di tepi Selat

Madura dan termasuk dalam wilayah administratif Kabupaten Sidoarjo Propinsi Jawa

Timur Batas-batas administrasi dari kota Sidoarjo ini adalah

1048707 Sebelah utara Kecamatan Waru

22

1048707 Sebelah selatan Kecamatan Porong

1048707 Sebelah Timur Selat Madura

1048707 Sebelah Barat Kecamatan Krian

Secara geografis wilayah Kota Sidoarjo memiliki luas wilayah 6256 Ha Ditinjau dari

Topografi keadaan medan Kota Sidoarjo berada pada ketinggian antara 23 - 32 diatas

permukaan laut

c Gambaran geografis kabupaten malang

3 Pemetaan Penduduk miskin di kabupaten Sidoarjo Pasuruan dan Malang

Gambaran Rumah Tangga Miskin Di Kabupaten Sidoarjo Pasuruan Dan Malang

Hasil penelitian dengan menggunakan data skunder yang telah dilakukan mengenai jumlah rumah tangga miskin yang ada di kabupaten sidoarjo pasuruan dan malang seperti tergambar pada table di bawah ini

Table 9Jumlah keluarga miskin di kabupaten sidoarjo pasuruan dan malang

Kabupaten 2005 2006 Sidoarjo 239100 1402 223300 1297Pasuruan 285100 2016 308900 2167Malang 373700 1617 404800 171Jawa timur 7139900 1995 7678100 2109

sumber BPS

Dari deskripsi data diatas mengenai jumlah keluarga miskin di 3 kabupaten

provinsi jawa timur antara tahun 2005 dan 2006 menunjukkan tingkat kemiskinan yang

bervariasi Untuk kabupaten sidoarjo jumlah keluarga miskin sebesar 239100 atau

mencapai 1402 dari jumlah penduduk di tahun 2005 Tahun berikutnya jumlah

keluarga miskin berkurang menjadi 223300 atau 1297 dari total penduduk di

kabupaten sidoarjo Penurunan jumlah keluarga di kabupaten sidoarjo ternyata tidak

diikuti di tetangga kabupatennya seperti pasuruan dan malang Jumlah keluarga miskin

di kabupaten pasuruan sebanyak 285100 atau 2016 di tahun 2005 dan naik menjadi

308900 atau 2167 dari toatal keluarga di kabupaten pasuruan Demikian juga dengan

23

kabupaten malang jumlah keluarga miskin di tahun 2006 juga mengalami kenaikan

Tahun 2005 jumlah keluarga miskin sebanyak 373700 atau 167 naik menjadi

404800 atau 171 dari jumlah keluarga yang tinggal di kabupaten malang

4 Gambaran rumah tangga miskin pada kabupaten pasuruan sidoarjo dan

malang

Jika dilihat mengenai masalah kemiskinan di daerah provinsi jawa timur maka dapat

diketahui bahwa peta penduduk miskin tidak hanya terkelompok pada kabupaten yang

mempunyai sumberdaya alam yang sedikit namun juga terdapat ppotensi kemiskinan di

daerah yang mempunyai sumber daya alam yang banyak Untuk lebih jelasnya berikut

peta potensi kemiskinan pada masing ndash masing kabupaten yang diikuti dengan jumlah

penduduknya

Tabel

Jumlah Rumahtangga Miskin Masing-Masing Kabupaten

Di Wilayah Provinsi Jawa Timur

KabupatenJumlah Penduduk Jumlah Penduduk Miskin

2005 2006 2005 2006Kabupatenkab Pacitan 869642 885986 150100 162600kab Ponorogo 665070 687786 152500 165200kab Trenggalek 969461 984460 165800 189000kab Blitar 525888 1140809 175800 190400kab Kediri 1429137 1525231 255900 277200kab Malang 2336363 2419822 373700 404800kab Lumajang 999525 1026400 186100 201900kab Jember 2261477 2278718 408000 423300kab Banyuwangi 1514605 1575265 236100 251900kab Bondowoso 698504 725571 169500 183600kab Situbondo 605208 636200 113200 107200kab Probolinggo 1021279 1070137 267400 289700kab Pasuruan 1398122 1485342 285100 308900kab Sidoarjo 1697435 1838666 239100 223300kab Mojokerto 969299 1027871 154300 165400kab Jombang 1222499 1212876 278600 289900kab Nganjuk 989693 1065459 235800 255400kab Madiun 641596 667709 137500 144700kab Magetan 617492 621862 104600 113300kab Ngawi 827728 857449 193400 209100kab Bojonegoro 1228939 1251051 323900 350900

24

kab Tuban 1063375 1104538 300700 325800kab Lamongan 1187065 1274194 280800 304200kab Gresik 1118841 1120541 242500 287500kab Bangkalan 889590 945863 286700 306700kab Sampang 835122 894046 325900 353100kab Pamekasan 762876 782076 237600 271500kab Sumenep 1004758 1068595 331200 351100

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa di kabupaten malang mempunyai potensi

kemiskinan yang tinggi pada tahun 2005 dan 2006 Tingginya angka kemiskinan di

kabupaten tersebut mengindikasikan bahwa kurang adanya pemerataan pada

pembangunan perekonomian Kabupaten pasuruan dan kabupaten sidoarjo memiliki

jumlah penduduk miskin relatif dibawah kabupaten malang Hal tersebut bisa terjadi

karena kedua kabupaten berada pada lingkar urat nadi perekonomian jawa timur

sehingga perekonomian di wilayah tersebut dapat terdongkrak akibat aktivitas

perekonomian jawa timur

5 Karakteristik Perekonomian Rumah Tangga Miskin

51 Kabupaten Pasuruan

Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden

Salah satu penentuan sebuah masyarakat miskin adalah dengan melihat rata-

rata tingkat pendapatannya Oscar Lewis (1966) akar dari timbulnya budaya miskin

salah satunya adalah rendahnya gajipendapatan

Tabel

Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden kabupaten pasuruan

No

lt 200000200000

sd 400000

410000 sd

500000gt 500000 Jumlah

1Tidak

Bekerja

2 2 29

2Buruh Pasar

3 3 6 613 10

3Kuli

Banguan

1 2 1 4 44 7 3

4 Pemulung

1 1 8 10 104 3 22

25

5 Pedagang

4 8 10 22 2217 28 27

6 Becak 3 7

10 1010 19

7Sopir

Angkutan

1 4 5 10 104 14 14

8 Wiraswasta

1 2 1 15 54 7 3 11

9 Bengkel

2 3 1 17 79 10 3 11

10Buruh Pabrik

4 610 1011 67

11 Lain-lain

8 3 1 12 1235 10 11 100

Jumlah 23 29 37 9 98

Table diatas menjelaskan mengenai tingkat pendapatan dan jenis pekerjaan

pada kabupaten pasuruan Dari 91 sampel yang di ambil ada beberapa karakteristik

pendapatan dari para pekerja Secara umum masyarakat yang mempunyai pendapatan

lebih dari 500 ribu di domonasi oleh pekerja swasta bengkel buruh pabrik dan lain-lain

Buruh pabrik memiliki tingkat pendapatan di atas 500 ribu disebabkan karena adanya

kebijakan UMR yang harus dipenuhi oleh perusahaan di wilayah tersebut

Tabel

Keahlian Yang Dimiliki Masyarakat kabupaten pasuruan

No Jenis Pekerjaan Responden Wiraswasta BengkelMontir Sopir

Tukang Bangunan

DagangLain-lain

jumlah

1 Tidak Bekerja 0 0

2 Buruh Pasar

1 1 2 26 0 0 0 7 0

3 Kuli Bangunan

5 5 414 1428 0 0 25 0 22

4 Pemulung

33 30 0 0 0 0 17

5 Pedagang

2 1 3 28 80 0 13 5 21 11

26

6 Becak

2 4 5 314 140 17 25 25 0 17

7 Sopir Angkutan

2 3 5 50 17 19 0 0 0

8 Wiraswasta

5 3 5 13 1328 0 0 15 36 0

9 Bengkel

5 2 29 90 42 13 0 0 11

10 Buruh Pabrik

5 3 3 11 1128 0 0 15 21 0

11 Lain-lain

2 3 5 3 2 419 1911 25 31 15 14 22

Jumlah 18 12 16 20 14 18 98 100

Keberagaman keahlian yang dimiliki oleh masyarakat kabupaten pasuruan tidak

berarti bahwa keahlian yang dimilikinya terspesifikasi pada satu jenis keahlian tertentu

namun tidak sedikit masyarakat yang mempunyai keahlian lain diluar dari profesi yang

dimilikinya Sebagai contoh adalah seorang pegawai bengkel tidak hanya ahli dalam

memperbaiki kendaraan bermotor namun juga bisa berprofesi sebagai sopir Hal

tersebut ditunjukkan oleh hasil observasi yang telah dilakukan untuk masyarakat daerah

pasuruan dimana pegawai bengkel ternyata juga bisa berprofesi sebagai sopir atau

bidang usaha yang lain

Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan

NoJenis

Pekerjaan Responden

Tempat Usaha

Alat Modal Pemasaran Ketrampilan jumlah

1 Tidak Bekerja

2 Buruh Pasar

3Kuli

Bangunan

4 Pemulung

5 5 10 10 23 12

5 Pedagang

8 5 13 1350 12

27

6 Becak

4 8 12 12 18 19

7Sopir

Angkutan

5 5 5 12

8 Wiraswasta

8 6 14 14 36 14

9 Bengkel

5 6 11 11 23 14

10 Buruh Pabrik

77 7 41

11 Lain-lain

8 8 1026 2750 19 59

Jumlah 16 22 43 0 17 98 100

Dengan keahlian yang dimiliki oleh masyarakat pasuruan dapat diindikasikan

bahwa keahlian yang dimiliki mempunyai kemerataan sampel Dari seluruh responden

yang dijadikan sampel sebagian besar menginginkan bantuan modal alat dan tempat

usaha Untuk jenis pekerjaan bengkel sampel menyatakan bahwa responden

menginginkan bantuan modal dan alat untuk dapat mengembangkan usahanya Hal

yang sama juga ditunjukkan untuk jenis pekerjaan wiraswasta dimana 23 menyatakan

menginginkan bantuan alat dan 24 menginginkan bantuan modal

52 Kabupaten Sidoarjo

Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden

No Gaji amp Jenis Pekerjaan

lt 200000

200000 sd

400000

410000 sd

500000gt 500000 Jumlah

1 Tidak Bekerja

2

2 2111

2 Buruh Pasar

6 4

10 11333 200

3 Kuli Banguan

1 8 1

10 1156 400 50

4 Pemulung

8 2

10 11444 100

5 Pedagang

1 2 7

10 1150 100 212

28

6 Becak

1 2

3 356 100

7 Sopir Angkutan

2 6 1

9 10100 300 30

8 Wiraswasta

1 2 7

10 1150 100 212

9 Bengkel

4 5

9 10200 152

10 Buruh Pabrik

5 5

10 11250 152

11 Lain-lain

8

8 9242

Jumlah 18 20 20 33 91 100

Karakteristik pendapatan masyarakat di daerah perkotaan kabupaten sidoarjo

menunjukkan kesamaan dari kabupaten pasuruan Secara keseluruhan responden yang

berpenghasilan di atas 500 ribu di dominasi oleh masyarakat yang mempunyai

pekerjaan sebagai wiraswasta bengkel buruh pabrik dll Jika ditelaah lebih lanjut

memang untuk golongan buruh pabrik mereka berpenghasilan ditas 500 ribu karena ada

jaminan dari pemerintah mengenai pendapatan minimum melalui UMR Sedangkan

masyarakat yang bekerja di bengkel mendapatkan pendapatan yang tinggi karena

sidoarjo merupakan daerah industry sehingga tidak sedikit masyarakat yang

menggunakan kendaraan bermotor dalam aktifitasnya

Tabel

Keahlian Yang Dimiliki Masyarakat kabupaten sidoarjo

NoJenis

Pekerjaan Responden

Wiraswasta BengkelMontir

SopirTukang

BangunanDagang

Lain-lain

jumlah

1Tidak

Bekerja

2 Buruh Pasar

5 6 718 1831 43 37

3 6 8 14 14

29

Kuli 46

4 Pemulung

6 7 13 13 23 54

5 Pedagang

8 3 11 1150 30

6 Becak

8 8 8 57

7Sopir

Angkutan

5 49 9 19 21

8 Wiraswasta

3 5 8 8 30 19

9 Bengkel

4 4 4 15

10Buruh Pabrik

11 Lain-lain

3 4 6 13 1319 40 23

Jumlah 16 10 26 13 14 19 98 100

Menurut survey yang telah dilakukan ternyata tipikal masyarakat sidoarjo dan

pasuruan untuk kategori keahlian yang dimiliki adalah sama penyebarannya Untuk

kabupaten sidoarjo jenis pekerjaan terbanyak adalah buruh pasar dengan keahlian yang

dimiliki berdagang serta ada yang memiliki keahlian sebagai tukang sepatu

Keberagaman jumlah responden menunjukkan keberagaman pekerjaan masyarakat

yang dijadikan sebagai obyek penelitian Menurut hasil penelitian digambarkan bahwa

seorang yang berprofesi sebagai pemulung ternyata juga memiliki keahlian di bidang

lainnya seperti tukang bangunan bahkan sopir Dari informasi yang dimiliki tersebut

diharapkan pemerintah dapat memberikan bantuan sesuai dengan bidang profesi

masyarakat atau keahlian masyarakat itu sendiri

30

Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan

NoJenis

Pekerjaan Responden

Tempat Usaha

Alat Modal Pemasaran jumlah

1Tidak

Bekerja

0 0

2Buruh Pasar

2 8 10 01020418 15

3Kuli

Bangunan

1 3 6 10 01020414 14 12

4 Pemulung

1 8 9 00918374 15

5 Pedagang

10 2 4 16 016326540 10 8

6 Becak

2 4 6 12 01224498 19 12

7Sopir

Angkutan

2 6 8 00816338 12

8 Wiraswasta

3 7 10 0102041 14 13

9 Bengkel

5 6 11 0112245 24 12

10Buruh Pabrik

0 0

11 Lain-lain

7 4 1 12 012244928 19 2

Jumlah 25 21 52 0 98

Masyarakat daerah sidoarjo untuk segala jenis pekerjaan yang dijadikan subyek

penelitian menyatakan bahwa masyarakat memilih diberikan bantuan modal alat dan

tempat usaha Sedangkan untuk aspek pemasaran masyarakat sidoarjo tidak begitu

memerlukan bantuan Karena jika kita perhatikan kabupaten sidoarjo terletak di urat nadi

perekonomian jawa timur sehingga diharapkan pemasaran tidak menjadi kendala Dari

98 orang yang dijadikan responden sebanyak 52 orang dari berbagai macam profesi

menginginkan bantuan modal usaha

31

Berdasarkan hasil data skunder yang telah dilakukan terhadap seluruh

rumahtangga miskin yang ada di Kota Malang maka gambaran lokasi rumahtangga

misikin yang ada di Kota Malang seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini

Tabel

Jumlah Keluarga Miskin Masing-Masing Kecamatan

Di Kota Malang

No Kecamatan Jumlah Rumah Tangga

Prosentase

1 Kedungkandang 6635 2730

2 Sukun 6255 2574

3 Klojen 3432 1412

4 Blimbing 4158 1711

5 Lowok Waru 3821 1572 Sumber Pemkot Malang 2006

Data di atas menunjukkan jumlah rumah tangga miskin yang ada di kota malang

di masing-masing Kecamatan Dari 5 kecamatan yang ada dikota Malang jumlah

kemiskinannya adalah sebagai berikut Kecamatan yang paling tinggi angka

kemiskinannya adalah kecamatan Kedungkandang yaitu sebesar 2730 kecamatan

Sukun sebesar 2574 kemudian Kecamatan Lowok Waru sebesar 1572

Kecamatan Blimbing 1711 dan angka terendah Rumah tangga miskinnya adalah

kecamatan Klojen yairu sebesar 1412

Gambar

Jumlah keluarga Miskin di Kota Malang

0 1 2 3 4 5 6 7

Kedungkandang

Sukun

Klojen

Blimbing

Lowok Waru

Jumlah Rumah Tangga

32

Berdasarkan gambaan di atas jumlah rumah tangga miskin di kota malang

berada pada daerah-daeah tertentu (Kedungkandang dan Sukun) wilayah ini merupakan

wilayah pinggiran kota yang padat dengan jumlah penduduknya Kecamatan

Kedungkandang merupakan daerah yang umumnya pdat penduduk dan daerah tersebut

merupakan daerah pinggiran kota serta rata-rata penduduknya memiliki mata

pencaharian pedagang Daerah tersebut juga merupakan daerah pusat-pusat industri

kecil dan yang lebih telihat bahwa kebanyakan rumah tangga miskin bertempat tinggal

di daerah aliran sungai brantas (DAS Brantas) serta di pinggiran jalur kereta api

Berbeda halnya dengan kecamatan Sukun daerah ini selain terdapatnya pusat

perdagangan juga merupakan daerah industri kecil (home industri) Keberadaan rumah

tangga miskin selain rata-rata kehidupannya berdagang juga bertempat tinggal pada

daerah-daerah perkampungan

33 Aspek Kultural Pada Masyarakat Miskin

Urbanisasi merupakan salah satu faktor pemicu perkembangan kota terjadinya

perpindahan penduduk dari desa ke kota disebabkan oleh berbagai faktor baik faktor

pearik maupun pendorong perkembangan industri dan perdagangan di kota merupakan

faktor penarik yang menyebabkan orang untuk berdatangan dan tinggal di daerah

perkotaan Keinginan untuk dapat mendapatkan penghasilan dan pekerjaan yang lebih

baik untuk mencukupi kebutuhan hidup merupakan penyebab utama terjadinya

urbanisasi Namun kondisi tersebut tidak seiring dengan kualitas pendidikan dan

ketrampilan yang memadai sehingga mereka tidak dapat ditampung di sektor formal

melainkan menggantungkan hidupnya pada sektor informal yang kurang menentu

Selain itu yang menjadi faktor pendorong terjadinya urbanisasi adalah kondisi fasilitas di

daerah asal (pedesaan) kurang memadai serta semakin menyempitnya lahan pertanian

dan peluang pekerjaan

Pertambahan penduduk di kota yang sangat tinggi menyebabkan berbagai

permasalahan sosial permasalahan yang muncul adalah adanya perkampungan kumuh

dan perumahan liar di pinggiran kota dan umumnya di daerah pinggiran aliran sungai

brantas (DAS) Masalah tersebut disebabkan oleh ketidak mampuan masyarakat miskin

perkotaan untuk memiliki rumah yang layak huni Penyebab lainnya adalah ketidak

mampuan pemerintah kota untuk menyediakan sarana bagi masyarakat miskin

33

perkotaan Pembangunan perkotaan senantiasa bukan memberikan solusi dalam

pengentasan kemiskinan perkotaan melainkan sebaliknya yaitu menjadikan proses

penggusuran dan semakin terdesaknya kehidupan masyarakat miskin tersebut

Tabel

Daerah Asal Responden sidoarjo

NoJenis

Pekerjaan Responden

Jawa Timur Non

Madura

Madura Jawa Barat

Jawa Tengah

Luar Jawa

jumlah

1Tidak

Bekerja

2Buruh Pasar

8 1 1 10 1011 7 7

3Kuli

Bangunan

7 2 1 10 1010 14 7

4 Pemulung

9 9 913

5 Pedagang

10 10 1014

6 Becak

8 1 2 11 1111 7 14

7Sopir

Angkutan

10 10 1014

8 Wiraswasta

8 6 14 1411 43

9 Bengkel

10Buruh Pabrik

8 2 10 1011 14

11 Lain-lain

2 2 10 14 143 14 71

Jumlah 70 14 0 14 0 98 100

Dari data diatas sebagian besar kaum migrant untuk setiap profesi berasal dari

jawa timur Di definisikan jawa timur karena seluruh masyarakat urban berasal dari jawa

timur kecuali Madura Ada beberapa alasan dari responden mengapa mereka

melakukan urbanisasi salah satunya adalah untuk memperbaiki taraf ekonomi karena

kabupaten sidoarjo dianggap sebagai kabupaten yang memiliki potensi yang cukup

34

tinggi dalam bidang industry Profesi terbanyak yang diminati oleh pendatang adalah

sebagai pedagang dan sebagai sopir

Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin

pada kabupaten sidoarjo dapat diperhatikan gambar di bawah ini

Gambar

Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin

35

Tabel

Daerah Asal Responden pasuruan

NoJenis

Pekerjaan Responden

Jawa Timur Non

Madura

Madura Jawa Barat

Jawa Tengah

Luar Jawa

jumlah

1 Tidak Bekerja

2 Buruh Pasar

4 4 24

3 Kuli Bangunan

5 5 55

4 Pemulung

10 10 1011

5 Pedagang

20 20 2022

6 Becak

8 2 10 109 33

7Sopir

Angkutan

0 0

8 Wiraswasta

0 0

9 Bengkel

10 Buruh Pabrik

15 4 19 1916 67

11 Lain-lain

30 30 3133

Jumlah 92 6 98 98 98

Sama seperti pada kabupaten sidoarjo sebagian besar pendatang adalah dari

wilayah jawa timur Pendatang sebagian besar berprofesi sebagai pedagang karena

wilayah sidoarjo selain sebagai sentra industry provinsi jawa timur juga sebagai urat nadi

perekonomian jawa timur Sehingga bagi para pedagang akan sangat menguntungkan

karena di lewati dari berbagai wilayah di jawa timur

Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin

pada kabupaten pasuruan dapat diperhatikan gambar di bawah ini

Gambar

36

Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin

Tabel 5Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan di kota malang

Lama Tinggal (Tahun)Kecamatan

pddkAsli le 2 3 - 6 7 - 9 ge 10

Jumlahrespondn

Kedung kandang10

(1053)- 3

(316)11

(1158)71

(1473) 95

18 - - 15 52

37

Sukun (2118) (1764) (6118) 85

Klojen9

(1200)5

(667)12

(1600)9

(1200)40

(5333) 75

Blimbing8

(100)2

(25)- 8

(100)62

(775) 80

Lowok Waru15

(1923)- - 7

(897)56

(7180) 78

Sumber Data Primer

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa dari responden (keluarga miskin)

perkotaan sebagian besar bukan penduduk asli daerah kota Malang melainkan

pendatang yang merupakan kaum migran dan menetap di kota Malang kecamatan

kedung Kandang merupakan daerah yang padat penduduknya dimana 1473

menunjukkan jumlah responden yang sudah lama tinggal di kota malang (di atas 10

tahun) bahkan beberapa responden sudah turun-menurun dari keluarga mereka

Kecamatan Sukun yang merupakan kaum pendatang yang tinggal di kota Malang sudah

puluhan tahun sebanyak 6118 dari responden yang ada Kecamatan Klojen sebesar

5333 Kecamatan Blimbing sebanyak 775 dan untuk kecamatan Lowok Waru

sebanyak 7180 dari masing-masing responden di tingkat kecamatan Kondisi ini

menjelaskan bahwa masyarakat miskin perkotaan adalah rata-rata kaum migran yang

sengaja datang ke kota Malang untuk mencari kehidupan yang lebih baik dari daerah

asal mereka Umumnya mereka datang sebagai migran tetap dan keberadaan mereka

sudah terbiasa hidup dalam kondisi serba kekurangan Beberapa responden yang

ditemui juga menjelaskan bahwa sebagai kaum pendatang sudah tidak asing lagi

dengan kehidupan masyarakat di kota Malang Umumnya mereka membaur dengan

masyarakat pendatang lainnya dengan hidup di kepadatan penduduk kota Malang

Salain dilihat dari lamanya masayarakat pendatang (migran tetap) tinggal di kota

Malang dapat pula dijelaskan mengenai temapat asal (daerah asal) responden untuk

melihat derah asal rumah tangga miskin perkotaan dapat kita bagi dengan

menggunakan batasan daerah (wilayah) Dimana wilayah pembagiannya adalah

mereka yang berasal dari daerah Jawa Timur (non-Madura) daerah Madura daerah

Jawa Tengah Jawa Barat dan Luar Jawa Adapun gambaran daerah asal rumah

tangga miskin perkotaan dapat dilihat pada tabel berikut

38

Tabel

Daerah Asal Responden

Daerah

Asal

Kecamatan

Jawa

Timur

Non-

Madura

Madur

a

Jawa

Tengah

Jawa

Barat

Luar

Jawa

Jumlah

Respond

n

Kedung kandang21

(2470)52

(6118)9

(1059)3

(353)- 85

Sukun19

(2836)28

(4179)12

(1791)8

(1194)- 67

Klojen9

(1364)49

(7424)5

(758)3

(454)- 66

Blimbing31

(4306)33

(4563)6

(833)2

(278)- 72

Lowok Waru28

(4444)21

(3333)9

(1429)5

((794)- 63

Sumber Data Primer

Berdasarkan data pada tabel di atas menunjukkan bahwa umumnya kaum

migran berasal dari daerah Jawa Timur dan daerah Madura Untuk kecamatan Kedung

Kandang sebesar 6118 berasal dari Madura kemudian Kecamatan Sukun 4179

kaum Migran berasal juga dari Madura Kecamatan Klojen 7424 Kecamatan Blimbing

sebesar 4563 dan kecamatan Lowok Waru sebesar 3333 Dari kelima kecamatan

tersebut yang banyak di datangi oleh migran yang berasal dari daeah Madura adalah di

Kecamatan Kedung Kandang (6118) dan Kecamatan Klojen (7424) dan mereka

sengaja tinggal di dekat pusat perkotaan dengan tujuan memudahkan untuk aktifitas

kegiatan pekerjaannya yang rata-rata bergelut disektor informal (pedagang kaki lima)

331 Kondisi Tempat Tinggal Masyarakat Miskin Perkotaan

Dilihat dari tempat tinggal masyarakat miskin perkotaan rata-rata kondisi tempat

tinggalnya dengan model bangunan semi permanen dan permanen sederhanan dengan

memanfatkan kondisi tanah yang rawan bencana (longsor kebisingan kumuh dan

sebagainya)

Tabel

Kondisi Fisik Bangunan Rumah RTM

39

Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan

Kondisi Fisik RumahKecamatan

Sesek(papan)

SemiPermanen Permanen

Jumlahrespondn

Kedung kandang

11(1158)

52(5474)

32(3368) 95

Sukun20

(2353)33

(3882)32

(3765) 85

Klojen5

(667)31

(1733)39

(5200) 75

Blimbing3

(375)13

(1625)64

(8000) 80

Lowok Waru9

(1154)24

(3077)45

(5769) 78

Sumber Data Primer

dari data primer (tabel) menunjukkan bahwa sebagian besar tempat tinggal

masyarakat miskin perkotaan adalah semi permanen dan permanen akan tetapi dengan

ukuran ruang (luas bangunan) yang cukup minim Dan umumnya yang mereka lakukan

adalah dengan menyewa tanah dan atau menempati tanah rawan musibah adapun

kondisi perumahan masyarakat miskin perkotaan dapat dilihat pada gambar berikut

Gambar

Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin Perkotaan

40

Dari gambar di atas terlihat bahwa kondisi tempat tinggal mereka sangat rawan

dengan terjadinya bencana dan kekumuhan kondisi ini selain rawan terhadap adanya

bahaya tersebut juga sangat rawan dengan permasalahan kesehatan

34 Analisa Spasial

Informasi mengenai tipologi perekonomian masyarakat akan sangat membantu

pemerintah dalam menentukan kebijakan ekonomi di masa mendatang Dari informasi

tersebut dibuatlah peta potensi ekonomi dengan maksud merelevansikan antara potensi

ekonomi daerah dan kebijakan ekonomi Selain itu jika kebijakan ekonomi hanya

terfokus di suatu wilayah tertentu akan berdampak pada ketimpangan pertumbuhan

ekonomi Seperti dijelaskan sebelumnya inventarisasi sarana ekonomi sebuah wilayah

dilakukan dengan menggunakan pendekatan tipologi suatu wilayah Melalui pendekatan

ini selanjutnya dapat digambarkan wilayah majemuk dengan fenomena yang kompleks

dengan beberapa persamaan di dalamnya Maksudnya bahwa pada tipologi suatu

wilayah ada relevansinya dengan keberadaan potensi ekonomi maupun potensi sarana

ekonomi di wilayah tersebut Ini menandakan bahwa kebijakan pengembangan ekonomi

suatu wilayah diperlukan pengadaan sarana ekonomi yang tepat sedikitnya sesuai

dengan kondisi wilayah yang dibangun termasuk karakteristik kegiatan ekonomi yang

dilakukan oleh masyarakat setempat sehingga keberadaan sarana tersebut mampu

mendorong aktivitas ekonomi masyarakat dan pada akhirnya mengentaskan dan

menanggulangi kemiskinan

41

Di wilayah kabupaten pasuruan terdapat berbagai macam potensi ekonomi yang

belum tersentuh pengembangannya oleh pemerintah daerah Potensi yang terdapat di

wilayah tersebut bukan hanya pada potensi sumber daya alam melainkan juga potensii

sumber daya manusianya Untuk wilayah ssidoarjo perlu adanya perhatian mendalam

pada pengembangan sumber daya manusia karena di wilayah tersebut banyak sekali

potensi industri yang dapat berkembang Sedangkan untuk daerah malang hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa disinyalir masih terdapat kegiatan ekonomi maupun

sarana ekonomi yang menunjang kegiatan tersebut belum dimanfaatkan secara optimal

Keadaan ini menjadikan keduanya masih bersifat potensial dan memerlukan

penanganan pengelolannya agar dapat diperoleh output yang optimal pula Pengelolaan

optimal tersebut tentu masih memerlukan suatu pengkajian tersendiri untuk mengukur

sampai sejauh mana tingkat feasibilitasnya

Potensi sarana ekonomi kabupaten ssidoarjo kabupaten pasuruan dan Kota

Malang merujuk pada sarana ekonomi (dalam bentuk fisik) yang teridentifikasi di setiap

daerah maupun yang sudah terkompilasikan di tingkat kabupaten dan kota Potensi

tersebut dapat di petakan pada masing-masing kabupaten di wilayah Jawa Timur

melalui Peta berikut

Gambar Provinsi Jawa Timur

42

Gambar kota Malang

43

keterangan

daerah masyarakat miskin perkotaan

daerah potensi terjadinya kemiskinan

tidak ada potensi terjadnya kemiskinan

Sejalan dengan maksud di atas Pemerintah Kota Malang masih

perlu melakukan kajian mendalam tentang pengembangan potensi wilayah

sebagai salah satu upaya untuk mendukung pemulihan ekonomi yang

bersifat jangka menengah Dukungan kajian ini dilakukan dengan menggali

lebih dalam potensi yang dimiliki setiap kawasan di wilayah Kota Malang

Dengan demikian Pemerintah Kota Malang dengan mudah dapat mengambil

langkah-langkah menumbuh kembangkan potensi sarana ekonomi daerah

44

Kec Blimbing Industri (kecil-

menengah)Pariwisata Pertanianperumahanperdagangan

Kec Kedungkandang Industri (kecil-

menengah)Pertanianperumahan

Kec Sukun Industri kecilPendidikanperumahan

Kec Kolojen perdagangan PendidikanPerhotelanperkantoran

Kec Lowokwaruperumahan PendidikanIndustri (kecil-

menengah)

khususnya yang berada di pusat-pusat kegiatan produksi masyarakat yang

dianggap cukup strategis di Kota Malang

Sejalan dengan semakin meningkatnya peran serta dunia usaha

dan masyarakat di dalam pelaksanaan pembangunan maka program-

program pembangunan Kota Malang perlu disusun dengan

mempertimbangkan keterlibatan mereka Upaya ini dimaksudkan agar

Pemerintah Kota Malang lebih mudah mengefektifkan potensi sarana

ekonomi dan mengarahkannya untuk kepentingan pembangunan yang lebih

konsisten efektif dan efisien serta berkelanjutan dalam menanggulangi

kemiskinan

Secara keseluruhan penduduk miskin di wilayah kota malang masih tersebar

merata di seluruh kecamatan Kecuali di kecamatan Lowokwaru sebagian besar di

kecamatan ini tidak ada potensi kemiskinan Hal tersebut dikarenakan banyaknya

industry pendidikan seperti UMM UNISMA UNIGA Brawijaya ITN UM dll Dengan

banyaknya perguruan tinggi di wilayah tersebut maka potensi perekonomian semakin

besar Tidak sedikit masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang makanan karena

untuk memnuhi kebutuhan para mahasiswa

Pada data dikatakan bahwa rata-rata pendapatan di kecamatan Lowokwaru

masih besar padahal menurut analisis spasial potensi terjadinya kemiskinan sangat

kecil Pada analisi ekonomi diindentifikasi bahwa banyak masyarakat yang

berpendapatan dibawah 400 ribu Hal tersebut terjadi pada masyarakat yang tinggal di

daerah pesisir sungai Masih banyak masyarakat yang tinggal di Daerah Aliran Sungai

tidak memiliki kesempatan kemampuan untuk bersaing dengan masyarakat yang tidak

tiggal di Daerah Aliran Sungai Di perkirakan masyarakat yang menempati DAS

merupakan masyarakat pendatang yang berurbanisasi dengan tidak membawa suatu

keahlian

Potensi kemiskinan terbesar dapat terjadi di Kecamatan Sukun Banyak

masyarakat di daerah ini yang memiliki pendapatan dibawah 400 ribu Jika kita

bandingkan dengan kecamatan Lowokwaru potensi kemiskinan di daerah kecamatan

Sukun tidak hanya terjadi di DAS namun juga pada masyarakat lainnya Banyak faktor

yang mengindikasikan potensi kemiskinan salah satu faktor utama adalah sulitnya

pemasaran dan persaingan yang ketat Meski kegiatan masyarakat di kecamatan

Lowokwaru dengan kecamatan Sukun relatif sama namun di kecamatan Lowokwaru

45

pemasaran barang dan jasa yang diproduksi tidak sesulit di kecamatan Sukun meski

ada persaingan

Hampir memeratanya potensi masyarakat miskin di kecamatan Sukun

menimbulkan dampak di kecamatan Kedungkandang terutama di perbatasan diantara

kedua kecamatan tersebut Menurut survey yang dilakukan memang sebagian besar

masyarakat miskin berpotensi di DAS Dapat dilihat di peta bahwa gambar merah

bersinggungan antara kedua kecamatan dan di kedua wilayah tersebut dialiri sungai

yang sama namun jika kita lihat kebawahnya warna kecamatan Kedungkandang mulai

ada yang Hijau Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat diluar DAS mempunyai

usaha yang berhubungan positif dengan pendapatan seperti pertanian

Berbeda halnya di kecamatan Klojen kecamatan ini merupakan pusat

pemerintahan kota Malang Banyak warga di kecamatan ini yang berprofesi sebagai

pegawai negeri sipil Memang masih terindikasi adanya kemiskinan di daerah tersebut

namun kemiskinan itu timbul karena mereka yang tidak mempunyai kesempatan dan

daya tawar diri mereka Kebanyakan yang tidak memiliki daya tawar diri yang tinggi

adalah mereka para pendatang yang tidak membawa keahlian kemudian mereka

tinggal di DAS dan berprofesi sebagai buruh tani buruh pabrik ataupun yang lainnya

yang tidak membutuhkan keahlian lebih

Bab V Kesimpulan dan Saran

Setelah melalui beberapa tahapan analisis dalam mengidentifikasi kemiskinan

perkotaan di beberapa wiayah Jawa Timur terdapat beberapa kesimpulan yaitu

1 Didapat bahwa sebaran penduduk miskin berkosentrasi pada daerah

sepanjang aliran sungai dan ada beberapa kota yang mengindikasikan

bahwa penduduk miskin berasal dari pendatang dari luar kota

2 Dalam penanggulangan kemiskinan pemerintah sudah banyak

mengeluarkan berbagai macam program pengentasan kemiskinan seperti

P2K P2KP BLT dll namun dalam aplikasinya banyak program yang belum

tepat sasaran

3 Ada beberapa karakteristik yang menarik dalam pengentasan kemiskinan

diantaranya bahwa dalam mengentaskan masyarakat miskin metode yang

46

diterapkan lebih kepada pembinaan keahlian dan mentalitas karena

seperti yang terdapat di kota malang masyarakat miskin dipicu dari

kebiasaan atau mentalitas dari masyarakat tersebut dalam kehidupan

sehari-hari Riset menemukan meskipun masyarakat miskin diberikan

bantuan uang seperti BLT namun bantuan tersebut tidak diperuntukkan

kepada pengembangan usaha namun habis untuk konsumsi begitu pula

dengan program ndash program pengentasan kemiskinan yang lainnya

Saran

Dalam pengentasan kemiskinan disarankan kepada pemerintah untuk mencari

data kemiskinan yang akurat dengan tujuan pemberian bantuan dalam rangka

pengentasan kemiskinan dapat terserap tepat pada masyarakat yang dituju Selain itu

untuk mengentaskan masyarakat yang bertipikal ldquokultur miskinrdquo harus banyak diberikan

pelatihan dan pembinaan mental

47

DAFTAR PUSTAKA

Blakely Edward J (1989) Planning Local Economic Development Theory and Practice Sage Library of Social Research 168 Sage Publication

BPS (1999) Perkembangan Tingkat Kemiskinan dan Beberapa Dimensi Sosial Ekonominya 1996-1999 Jakarta BPS

Budi Soeradji Mubyarto (1998) Gerakan Penanggulangan Kemiskinan Laporan

Penelitian di Daerah-Daerah Yogyakarta Aditya Media

Faisal Basri (2002) Perekonomian Indonesia Tantangan dan Harapan bagi Kebangkitan Indonesia Jakarta Erlangga

Fei J C H amp Gustav R (1964) Development Economics What Next In a Ranis G P Schulta (Ed) The State of Development Economics

Gunawan Sumodiningrat (1999) Penanggulangan Krisis Harus Memihak Rakyat Disampaikan pada konferensi pers untuk launcing The Economic and Social Survey of Asia and the Pacific 1999 (ESCAP) di UNIC Jakarta

Kuncoro M (2000) Ekonomi Pembangunan Teori Masalah dan Kebijakan (1st ed) Yogyakarta UPP AMP YKPN

Kuncoro M (2004) Otonomi dan Pembangunan Daerah Reformasi Perencanaan Strategi dan Peluang Jakarata Erlangga

Mellor J W (1976) The New Economies of Growth A Strategy for India and the Developing Countries Cornell Cornell University Press

Nurkse R (1953) Problem of Capital Formation in Underdeveloped Countries In Meier Gerald M Leading Issues in Economic Development edisi ke 6 Oxford University Press Oxford

Rintuh Cornelis amp Miar (2005) Kelembagaan dan Ekonomi Rakyat BPFE-UGM Yogyakarta

Sharp Ansel M Charles A Register and Paul W Cerimes (1996) Economics of Social Issues edisi ke 12 Richard D Chicago Irwin

Sumarto Sudarno (2002) ldquoGrowth Inequality and Poverty Evidence from Micro Datardquo Makala dalam The Young Economics Seminar Jakarta World Bank

48

Page 4: Makalah akp

Tidak adanya organisasi sosial politik dan ekonomi bagi kaum miskin baik yang

didirikan oleh pemerintah maupun oleh swadaya masyarakat

Hadirnya sistem kekeluargaan yang bilateral yang menggantikan sistem yang

unilateral

Hadirnya kelas masyarakat yang dominan yang menekankan pada penumpukan

harta dan kekayaan kesempatan untuk terus meningkat dalam status anggota

kelas masyarakat ini beranggapan bahwa kemiskinan disebabkan oleh karena

sifat pribadi yang lemah dan inferior

Menurut Lewis (1966) budaya keniskinan adalah suatu cara yang dipakai oleh orang

miskin untuk beradaptasi dan bereaksi terhadap posisi mereka yang marginal dalam

masyarakat yang memiliki kelas-kelas dan bersifat individualistic dan kapitalistik Budaya

kemiskinan adalah desain kehidupan bagi orang-orang miskin yang bersisikan

pemecahan problem ndash problem hidup mereka yang diturunkan dari satu generasi ke

generasi selanjutnya

Dalam menggambarkan cara hidup orang yang berada dalam budaya kemiskinan

Lewis memformulasikan serangkaian sifat-sifat ekonomi sosial dan psikologi yang

berkaitan satu dengan yang lainnya Ciri pokok dari orang-orang yang idup dalam

budaya kemiskinan adalah kurangnya partisipasi yang efektif dalam ingrative dalam

institusi-institusi penting yang ada dalam masyarakat karena sebagian besar yang buta

huruf dan berpendidikan rendah serta kekurangan uang Kehidupan mereka yang serba

kekurangan kondisi tempat tinggal yang sangat menyedihkan kesumpekan tempat

tinggal kekurangan makanan dan pakaian telah mempengaruhi aspek psikologis

mereka

Kehidupan seksual yang agak bebas penelantaran anakn kurangnya fasilitas

pendidikan tidak memungkinkan untuk mendidik anakanya ke arah pertumbuhan yang

baik Orang-orang yang dibesarkan dalam budaya kemiskinan mempunyai ciri-ciri

kepribadian antara lain merasa diri mereka tidak berguna penuh denga keputusasaan

merasa inferior sangat dependent terhadap orang lain Orang miskin tersebut juga tidak

mempunyai kepribadian yang kuat kurang bisa mengontrol diri mudah impulsive dan

sangat berorientasi pada masa kini tanpa memikirkan masa depan

Untuk menghilangkan budaya kemiskinan tersebut Lewis menyarankan agar

orang-orang miskin bersatu dalam organisasi Lewis (1966) menulis dalam buku The

Study of Slum CultureBacgrounds for la Vida seperti berikut rdquosetiap gerakan baik itu

4

gerakan yang bersifat religius pasifis ataupun revolusioner yang mengorganisasikan

dan memberikan harapan bagi si miskin dan secara efektif mempromosikan solidaritas

dan perasaan identitas yang sama dengan kelompok masyarakat yang lebih luas akan

dapat menghancurkan sifat-sifat utama yang merupakan ciri orang-orang dari budaya

kemiskinanrdquo

23 Model Solusi Kemiskinan

Pengalaman di negara-negara Asia menunjukkan berbagai model mobilisasi

perekonomian pedesaan untuk memerangi kemiskinan yaitu Pertama mendasarkan

pada mobilitas tenaga kerja yang masih belum didaya gunakan (idle) dalam rumah

tangga petani gurem agar terjadi pembentukan modal di pedesaan (Nurkse 1953)

Tenaga kerja yang masih belum didayagunakan pada rumah tangga petani kecil dan

gurem merupakan sumberdaya yang tersembunyi dan potensi tabungan Alternatif cara

untuk memobilisasi tenaga kerja dan tabungan pedesaaan adalah 1) menggunakan

pajak langsung atas tanah seperti yang dilakukan di Jepang 2) dilakukan dengan

menyusun kerangka kelembagaan di pedesaan yang memungkinkan tenaga kerja yang

belum didayagunakan untuk pemupukan modal tanpa perlu menambah upah Ini persis

yang dilakukan Cina yang menerapkan sistem kerjasama kelompok dan brigades

ditingkat daerah yang paling rendah (communes) Dengan metode ini ternyat

memungkinkan adanya kenaikan yang substansial dalam itensitas tenaga kerja dan

produktivitas tenaga kerja

Model kedua menitik beratkan pada tranfer daya dari pertanian ke industri

melalui mekanisme pasar (Fei amp Gustav 1964) Ide bahwa penawaran tenaga kerja

yang tidak terbatas dari rumah tangga petani kecil dapat meningkatkan tabungan dan

formasi modal lewat proses pasar Pengalaman Taiwan menyajikan contoh yang baik

atas mobilisasi sumber daya dari sektor pertanian mengandalkan mekanisme pasar

tanpa menggunakan instrumen pajak seperti yang dilakukan oleh Jepang Proporsi

output sektor pertanian sebagian besar tetap dijaga sebagai surplus lewat intermediasi

pemilik tanah dan melalui nilai tukar (terms of trade) sebelum Perang Dunia II

Model ketiga menyoroti pesatnya pertumbuhan dalam sektor pertanian yang

dibuka dengan kemajuan teknologi dan kemungkinan sektor yang memimpin (Mellor

1976) Model ini dikenal dengan nama Model Pertumbuhan Berbasis Teknologi atau

Rural-Led Development Proses ini akan berhasil apabila dua syarat berikut terpenuhi

1) kemampuan mencapai tingkat pertumbuhan output pertanian yang tinggi 2) proses

5

ini juga menciptakan pola permintaan yang kondusif terhadap pertumbuhan Pada

gilirannya ini tergantung dari dampak keterkaitan ekonomi pedesaan lewat pengeluaran

atas barang konsumsi yang dipasok dari dalam sektor itu sendiri dan melalui invesatasi

yang didorong

Model keempat menyoroti dimensi spasial dalam menanggulangi kemiskinan

Kemiskinan bisa diatasi dengan cara kemudahan dalam mengakses dua bidang yaitu

1) bidang ekonomi dan 2) bidang sosial (Kuncoro 2004) Akses dalam bidang ekonomi

dibagi menjadi dua yaitu akses terhadap lapangan kerja dan akses terhadap faktor

ekonomi Akses terhadap faktor produksi terdiri dari 1) Kemudahan masyarakat dalam

mengakses modal usaha 2) kemudahan masyarakat dalam mengakses pasar 3)

kemudahan masyarakat dalam kepemilikanmodal Sedangkan akses dalam bidang

sosial dibagi menjadi dua yaitu akses terhadap fasilitas pendidikan dan akses terhadap

fasilitas kesehatan

23 Strategi Penanggulangan Kemiskikan Di Indonesia

Kemiskinan dapat bermakna kesenjangan ekonomi dan ketidak merataan

pendapatan Kedua hal ini merupakan masalah yang hangat dibicarakan karena masih

besarnya penggangguran terselubung yang disebabkan masih adanya pekerjaan yang

dilakukan di bawah produktivitas kerja (underemployment) serta rendahnya kualitas

tenaga kerja Indonesia Ada dua macam ukuran kemiskinan yaitu kemiskinan absolut

dan kemiskinan relatif Kemiskinan absolut adalah kemiskinan yang disebabkan karena

ketidak mampuan seseorang melampaui garis kemiskinan (proverty line) yang

ditetapkan Sedangkan kemiskinan relatif berkaitan dengan perbedaan tingkat

pendapatan suatu golongan dibandingkan dengan golongan lainnya (Rintuh 2005)

Beberapa program pembangunan yang dilaksakan di Indonesia baik yang

dilakukan oleh pemerintah mapun bantuan donor antara lain telah dilaksanakan melalui

progam Impres Desa Tertinggal (IDT) dan dimantapkan melalui program Pembangunan

Prasarana Pendukung Desa Tertinggal (P3DT) Program dilanjutkan dengan Program

Pengembangan Kecamatan (PPK) Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan

Program Pemberdayaan Daerah Mengatasi Dampak Krisis Ekonomi (PDMDKE) dan

Program Pengembangan Kawasan Desa-Kota Terpadu atau Poverty Alleviation Through

Rural Urban Lingkage (PARUL) Dari berbagai program pengentasan kemiskinan

tersebut terdapat beberapa perbedaan dan kesamaan yang dapat dilihat pada tabel

berikut (Sumodiningrat 1999)

6

Berikut ini beberpa penyempurnaan kebijakan program pemberdayaan

masyarakat dan pennanggulangan kemiskinan

Tabel 3

Perkembangan dan Penyempurnaan Kebijakan Program Pemberdayaan Masyarakat dan Program Penanggulangan Kemiskinan Dalam Kurun Pelita VI

No

Program

Bentuk Kebijakan

Pengembangan

Ekonomi

Pengembangan SDM

Pengembangan Prasarana

Pengembangan

Kelembagaan

Pengembangan Sistem Informasi

Bantuan Modal

Bantuan Pendampin

gan

Bantuan Prasarana

Sarana

Bantuan PengembanaganKelemb

agaan

Bantuan Pemantaua

n dan Pelaporan

1 IDT Diberikan dalam bentuk uang tunai seniali Rp 20 juta tahun selama 3 tahun

Dana bantuan digunakan untuk modal usaha dan bersifat hibah dan bergulir (revolving block grant)

Pengembangan kemampuan masyarakat dalam pengelolaan modal bergulir melalui bantuan tenaga pendamping

Secara khusus belum ada namun beberapa bantuan melalui program pembangunan sektoral telah memberikan bantuan teknologi tepat guna untuk membantu mengembangkan kegiatan sosial ekonomi produktif pokmas

Pengembangan kelembagaan dilakukan dalam wadah pokmas melalui kegiatan perguliran dana

Pembangunan kelembagaan aparat dilakukan pembinaan berjenjang secara vertikal yang dilakukan oleh jajajrn Depdagri bersama Depkeu dan departeme teknis terkait lain melalui program pembangunan sektoral masing-masing

7

2 P3DT Dana bantuan digunakan untuk investasi sosial dan bersifat hibah (block grant) serta mendukung kegiatan sosial ekonomi yang didanai oleh bantuan IDT

Pengembangan kemampuan masyarakat dan aparat dalam pembangunan dibina oleh tenaga pendamping profesional (antara lain oleh tenaga konsultan)

Bantuan prasarana mendapat perhatian melalui pengembangan prasarana transportasi yang mendukung kegiatan ekonomi (pembangunan jalan jembatan tambatan perahu dll) dan pengembangan prasarana sosial yang langsung mendukung kegiatan ekonomi lokal (pembangunan prasarana kesehatan dasr MCK sanitasi dan air bersih)

Masyarakat melaksanakan sendiri manajemen pembangunan lokal

Pembinaan aparat dilakukan secara vertikal melalui Tim Koordinasi Pembangunan sebagai wadah musyawarah dan mufakat Sehingga komitmen dan perhatian pembangunan untuk rakyat tetap dalam arah yang benar

Masyarakat melakukan sendiri kegiatan pemantauan dan pelaporan pembangunan ditingkat lokal dibantu oleh tenaga pendamping profesional

Aparat melakukan pemantauan dan pelaporan secara berjenjang (vertikal) yang hasilnya dipergunakan untuk mendukung pengambilan keputusan lebih lanjut dalam rangka pengembangan program

3 PPK Bantuan

senilai Rp 250 juta ndash Rp 750 juta per kecamatan bersifat hibah bergulir Namun pemanfaatan bantuan semata diarahkan agar

Pengembangan SDM dilakukan melalui diseminasi dan pelatihan secara berjenjang baik melalui jalur tenaga pendamping dan jajaran aparat pemerintah

Pembangunan pengadaan prasarasna sarana hanya untuk mendukung kegiatan ekonomi yang sudah mapan

Pengembangan kelembagaan masyarakat dilakukan dalam wadah pokmas melalui kegiatan perguliran dana yang dilembagakan dalam

Sistem pemantauan dan pelaporan dilakukan untuk menilai perkembangan pelaksanaan kegiatan ekonomi prioritas perguliran dana dan

8

pemanfaatan program dapat berlatih mengguanakan dana itu sebagai stimulan agar dalam pengembangan lebih lanjut dapat memanfaatkan fasilitas microfinance

Dilakukan memalui bantuan dana yang dipergunakan untuk membiayai investasi sosial dan investasi ekonomi Bantuan dana digunakan sepenuhnya untuk menciptakan kegiatan ekonomi produktif yang berlanjut

Pengembangan kemampuan dan keterampilan masyarakat lokal diarahkan pada pelaksanaan administrasi pembangunan (UDKP) dan administrasi keuangan (UPK)

forum UPK sebagai bagian dari pelaksanaan forum UDKP

peningkatan kapasitas masyarakat melalui jumlah akumulasi modal

4 P2KPSecara prinsip sama dengan yang dilakukan oleh

Dilakukan melalui bantuan dana yang dipergunakan untuk membiayai investasi sosial dan investasi ekonomi Bantuan

Pengembangan SDM dilakukan melalui diseminasi dan pelatihan secara berjenjang baik melalui jalur tenaga pendamping

Pembangunan pengadaan prasarana sarana hanya untuk mendukung kegiatan ekonomi yang sudah mapan

Pengembangan kelembagaan masyarakat dilakukan dalam wadah pokmas melalui kegiatan perguliran

Sistem pemantauan dan pelaporan dilakukan untuk menilai perkembangan pelaksanaan kegiatan ekonomi

9

PPK namun sasaran lokasi dititikberatkan pada kecamatan di kawasan perkotaan

dana digunakan sepenuhnya untuk menciptakan kegiatan ekonomi produktif yang berlanjut

dan jajaran aparat pemerintahPengembangan kemampuan dan keterampilan masyarakat lokal diarahkan pada pelaksanaan administrasi pembangunan (UDKP) dan administrasi keuangan (UPK)

dana yang dikembangkan dalam forum UPK sebagai bagian dari pelaksanaan forum UDKP

Pengembangan kelembagaan aparat dilakukan bersama masyarakat melalui mekanisme forum UDKP

prioritas perguliran dana dan peningkatan kapasitas masyarakat melalui jumlah akumulasi modal

5 PDMKE

Dilakukan untuk membiayai kegiatan yang bersifat padat karya

Dilakukan melalui pembangunan dan prasarana amp sarana sesuai permintaan lokal

6 PARUL

Dilakukan melalui bantuan dana yang dipergunakan untuk kegiatan sosial-ekonomi produksi dan distribusi jasa natar kawasan

Pengembangan kemampuan masyarakat diarahkan pada peningkatan kemampuan dan keterampilan untuk memperoleh akses dan meningkatkan keterkaitan pada jalur produksi distribusi dan penyediaan jasa yang

Pengembangan prasarana dilakukan dalam wujud pembangunan prasarana sarana dan penerapan teknologi yang mendukung secara langsung kegiatan ekonomi kawasan

Peningkatan kemampuan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan yang menekankan prakarsa lokal pada kawasan itu

Sistem pemantauan dan pelaporan menekankan peningkatan kapasitas masyarakat dalam kegiatan produksi distribusi dan jasa dalam suatu kawasan ekonomi antara pedesaan dan perkotaan

10

sesuai dengan kapasitas ekonomi kawasan

Sumber Kuncoro (2004)

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa program penanggulangan

kemiskinan yang dilakukan di Indonesia masih bersifat parsial Hal tersebut bisa dilihat

dari hampir semua program yang pernah dilakukan masih bermasalah dalam hal

mensinergikan antara masyarakat miskin dengan masyarakat yang berdaya (non

miskin) pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat Akibat dari kondisi tersebut

penanggulangan kemiskinan tidak efektif tidak mandiri dan tidak berkelanjutan

24 Kelemahan Program Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia

Salah satu penyebab kurang berhasilnya penanggulangan kemiskinan di

Indonesia adalah sistem politik yang cenderung sentralistik Sentralisasi yang sangat

kuat di masa lalu juga berimbas ke kebijakan penanggulangan kemiskinan dimana

hampir semua program penanggulangan kemiskinan bersifat rdquotop-downrdquo dengan

keterlibatan minimal dari pemerintah daerah dalam formulasi kebijakannya Program

atau kebijakan yang sangat rdquotop-downrdquo ternyata juga gagal dalam merefleksikan

pebedaan antar daerah yang kadang-kadang bisa menjadi sangat signifikan Akibatnya

timbul berbagai kegagalan berskala besar dalam program atau kebijakan yang pada

akhirnya berakibat pada dihentikannya program tersebut Berikut ini bentuk atau ciri-ciri

dan kelemahan program penanggulangan kemiskinan yang pernah dilakukan

Tabel 4

Ciri-ciri dan Kelemahan Program Penanggulangan Kemiskinan

Kelemahan Program Upaya Penanggulangan Kemiskinan

Prinsip-prinsip Penanggulangan

Kemiskinan

Perencanaan penentuan sasaran dan kreteria miskin serta pengaturan teknis pelaksanaan yang

Mendidik masyarakat miskin untuk terus menerus menemukenali potensi yang dimiliki baik individu keluarga

Program penanggulangan kemiskinan harus mengarah pada pendekatan yang menyeluruh (multi-sektor)

11

dilakukan oleh pemerintahinstansi pusat (top-down) seringkali tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat atau daerah tertentu

maupun lingkungan (keterampilan material dan sumberdaya alam) sebagai modal dasar untuk meningkatkan kesejahteraan hidup

Program-program yang dilaksanakan secara sektoral sering kali mengakibatan adanya semangat ego-sektoral dan saling tumpang tindih

Mendorong tumbuhnya rasa percaya diri akan kemampuannya untuk lepas dari belenggu kemiskinan

Perencanaan dan penentuan sasaran dilakukan oleh masyarakat bersama aparat dilapangan sehingga sesuai dengan kebutuhan masyarakat

Banyak program penanggulangan kemiskinan yang menempatkan masyarakat sebagai obyek sehingga masyarakat kurang berpartisipasi secara aktif

Menyadarkan bahwa tidak akan ada seseoranglingkungan yang dapat keluar dari genggaman kemiskinan melainkan atas usaha orangkeluargalingkungan itu sendiri

Masyarakat ditempatkan sebagai ldquopelaku utama dalam perang melawan kemiskinanrdquo agar masyarakat berpartisipasi secara aktif

Sulitnya menjaga kontinuitas program (program baru bukan merupakan kelanjutan program lama) mengakibatkan banyak program penanggulangan kemiskinan tidak berkesinambungan

Memberikan pemahaman bahwa masalah penanggulangan kemiskinan merupakan tugas dan tanggungjawab bersama pemerintah dan masyarakat

Pertanggungjawaban kepada pemerintah dan masyarakat untuk membangun keterbukaan dan akuntabilitas

Pertanggungjawaban hanya bersifat administratif kepada pemerintah sehingga tidak terbangun keterbukaan dan akuntabilitas publik akibat pendekatan proyek maka keberhasilan program hanya diukur dengan persentase bantuan yang berhasil

Menciptakan lapangan kerja dan peluang berusaha untuk menguatkan ekonomi masyarakat setempatPenguatan organisasikelompok masyarakat yang ada memberikan bantuan fasilitas (dana dan keahlian) yang dibutuhkan untuk mendayagunakan potensi yang dimiliki

Merupakan program yang berkesinambungan Ukuran keberhasilan ditentukan oleh berdayanya masyarakat untuk keluar dari belenggu kemiskinan danmenguatnya kemampuan ekonomi masyarakat melalui terciptanya akses kepada faktor produksi dan pasar

12

disalurkan dan jumlah sasaran penerima

Sumber Hamid (2003) Dalam Kuncoro (2004)

Sebenarnya perbedaan antara pendekatan ldquotop-downrdquo dan ldquobottom uprdquo tidak

perlu terjadi terjadi apabila sistem politik nasional dan terutama lokal mampu

menciptakan akuntabilitas pemerintah terhadap masyarakatnya Ketiadaan mekanisme

akuntabilitas selain membuat pihak eksekutif dan legislatif kurang tanggap terhadap

keluhan masyarakatnya juga membuat masyarakat tersebut tidak terlalu peduli atas

kualitas layanan publik yang diterimanya ataupun terhadap kebijakan perekonmian

daerahnya Dengan sistem perimbangan keuangan pusat dan daerah saat ini dimana

sebagian besar pajak masih dikuasai pemerintah pusat sangat mudah bagi pemerintah

daerah menyalahkan pemerintah pusat apabila ada ketidakpuasan di kalangan

masyarakat lokal mengenai kualitas layanan publik

Bab III METODE PENELITIAN

1 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini mempunyai tujuan utama membangun model penaggulangan

kemiskinan yang bersifat terpadu berdasarkan aspek spasial ekonomi dan

struktural di masing-masing desakelurahan yang ada di wilayah administrasi Kota

Malang

Berdasarkan pada tujuan utama penelitian ini maka kerangka pikir mengenai

Penyusunan Model Penanggulangan Kemiskinan di Kota Malang dijelaskan pada

Gambar berikut

Gambar 1Bagan Alir Penyusunan Model KulturalStruktural dan Spasial

Sebagai Penanggulangan Kemiskinan

13

AN

AL

ISA

P

ER

MA

SA

LA

HA

N

KE

MIS

KIN

AN

P

ER

KO

TA

AA

N

Aspek StrukturalMengukur Efektifitas

program penanggulangan

kemiskinan yang telah dilakukan

Aspek Ekonomi

Mengukur kondisi ekonomi

masyarakat miskin

Aspek SpacialMengukur kondisi

geografi dan topografi

(lingkungan fisik) masyarakat miskin

OutputKesenjangan

antara program

dgn kebutuhan

OutputProses generasi

tingkat

pendidikan jenis pekerjaan

OutputKondisi

Geografitopografi

PorsesIdentifikasi

ermasalahan kemiskian perkotaan

OUTPUT

Database Permasalahan kemiskinan Profil kemiskinan Isue Strategis

OutputWork Plan

Penanggulangan

Kemiskinan

OutputMaster Plan

PenanggulanganKemiskinan

Sebagaimana telah dikemukakan di atas upaya penaggulangan kemiskinan

dilakukan dengan pendekatan spasial ekonomi dan struktural Pendekatan tersebut

pada dasarnya bertujuan untuk menghasilkan model penanggulangan kemiskinan yang

bisa menghasilkan rencana strategis dan program kerja penanggunalangan kemiskinan

secara terpadu dan berkelanjutan di Kota Malang Setidaknya ada 5 (lima)

komponenkegiatan utama yang perlu dilakukan Kegiatan-kegiatan tersebut meliputi

1 Identifikasi dan Analisis Kondisi Eksisting masing-masing kota

Tujuan utama kegiatan ini adalah untuk memahami kondisi setiap desakelurahan

dan kecenderungan perkembangan dalam kurun waktu perencanaan Adapun informasi

yang perlu dikumpulkan dikaji dan dianalisis meliputi gambar mengenai kondisi fisik

sosial ekonomi desakelurahan kebijakan dan program-program yang terkait dengan

pengembangan desa perkembangan sektor-sektor ekonomi desa dan kondisi sistem

prasarana Semua informasi ini diharapkan dapat menggambarkan eksisiting yang

tengah berlangsung (on-going) maupun yang akan dikembangkan (commited)

2 Identifikasi Potensi dan Permasalahan Kemiskinan

Berdasarkan analisis terhadap kondisi wilayah dan kecenderungan

perkembangannya diidentifikasi potensi ekonomi yang mampu mendukung

pembangunan wilayah masing-masing Kota Identifikasi yang dimaksud meliputi

antara lain

Potensi desakelurahan yang terkandung baik yang sudah

dimanfaatkan belum dimanfaatkan maupun potensial diperkirakan

ada di desa Terkait dengan hal ini adalah identifikasi sektor unggulan

atau komoditi unggulan

Kendala-kendala dalam pengembangan potensi ekonomi baik dalam

kaitannya dengan bidang prasarana keuangan dan kebijakan

sehingga menimbulkan kemiskinan pada masyarakat setempat

3 Penyusunan Skenario Penanggulangan Kemiskinan

Skenario penanggulangan kemiskinan berisi antara lain pemanfaatan ruang dan

struktur ruang (pengembangan sektor-sektor unggulan kawasan dan sistem

14

prasarana) yang merupakan acuan pengembangan desa Skenario ini disusun

berdasarkan potensi pengembangan Kota

4 Perumusan Model Penaggulangan Kemiskian

Rumusan model penaggulangan kemiskinan yang dimaksud berisi program-

program pengembangan sektor kota dan sistem prasarana dasar Program-

program ini dirumuskan dalam rangka mendukung pencapaian skenario-skenario

yang telah dirumuskan

5 Rekomendasi Pola Pelaksanaan Program-Program Pengentasan Kemiskinan

Program-program yang layak untuk diimplementasikan selanjutnya dikaji pola

pelaksanaannya Dalam hal ini pola pelaksanaan yang dimaksud

memperhitungkan seluruh pelaku pembangunan yaitu pemerintah swasta dan

masyarakat

2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Kegiatan penyusunan model penanggulangan masyarakat miskin di Kota Malang

akan melakukan survei di seluruh wilayah yang termasuk dalam wilayah admisnistratif Kota

Malang Pasuruan Sidoarjo

Analisis dan penyusunan model penaggulangan kemiskinan dilakukan secara

bertahap tahapan tersebut didasarkan pada aspek kegiatan yang diukur dan dianalisis

Penelitian ini akan dilakukan dua tahap dinama setiap tahap penelitian diperkirakan

akan menghabiskan waktu plusmn 11 bulan jadi secara keseluruhan penelitian akan

menghabiskan waktu plusmn 22 bulan

3 Definisi Operasional Variabel

Aspek yang digunakan untuk membanguan model penanggulangan

kemiskinan di Kota Malang ada tiga aspek yaitu 1) Struktural atau Kelembagaan 2)

Aspek Kultural dan 3) Aspek Spasial (wilayah)

1) Aspek Struktural

Dalam aspek ini akan dilihat sejauhmana keterpaduan program-program yang

telah dilakukan oleh pemerintah baik pusat maupun daerah dengan kapasitas

15

dan kebutuhan masyarakat miskin Aspek struktural atau kelembagaan

mempunyai dua sub-indikator yaitu 1) Sub-indikator kebijakan pemerintah dan

2) Sub-indikator kapasitas sosial masyarakat (social capacity) Masing-masing

sub-indikator mempunyai variabel total variabel untuk mengukur indikator

aspek struktural atau kelembagaan sebanyak 8 variabel

Variabel-variabel yang digunakan dalam aspek struktural atau kelembagaan

dalam melakukan pengukuran terhadap desakelurahan dapat dilihat pada

tabel berikut

Tabel 5

Jumlah Sub Indikator dan Variabel Dari Aspek Struktural

No Sub Indikator

Variabel Diskripsi

1 Kebijakan Pemerintah (3 variabel)

- Program penanggulangan kemiskinan yang berasaldari pemerintah pusat

- Program penanggulangan kemiskinan yang berasaldari pemerintah propinsi

- Program penanggulangan kemiskinan yang berasaldari pemerintah daerah kabupaten

- Program penanggulangan kemiskinan yang berasal dari perangkat desa

Mengukur seberapa besar keterlibatan pemerintah baik pusat maupun daerah dalam upaya penanggulangan kemiskinan

2 Kapasitas sosial masyarakat(6 variabel)

- Gengsi sosialorang miskin

- Nilai adatbudaya dan agama terhadap orang miskin

- Rasionalitas penduduk miskin (semangat membebaskan diri dari kemiskinan)

- Budaya dan etos kerja- Semangat gotong

royong- Keperdulian

Mengukur seberapa besar social capital masyarakat miskin dalam keluar dari kemiskinan

16

masyarakat sekitar terhadap orang miskin

2) Aspek Kultural

cultural poverty adalah suatu budaya yang terjadi karena penderitaan ekonomi

(economic depretiation) yang berlangsung lama Berdasarkan penelitian pada

beberapa kebudaya kelompok etnik ditemukan bahwa kemiskinan adalah salah

satu sub-kultur masyarakat yang mempunyai kesamaan ciri antar etnik satu

dengan etnik yang lain Dalam aspek ini akan dilihat seberapa besar potensi

kemiskinan yang tercipta akibat dari kultur atau kebudayaan yang sudah

berlangsung di suatu wilayah Aspek kultural ini akan mencakup 1) tingginya

angka pengangguran 2) tingkat upahtinggi rendahnya gaji dan 3) sistem

ekonomi yang terlalu berorientasi pada mencari keuntungan

Variabel-variabel yang digunakan dalam aspek ekonomi dalam melakukan

pengukuran terhadap desakelurahan dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 6

Jumlah Sub Indikator dan Variabel Dari Aspek Struktural

No Sub Indikator Variabel Diskripsi1 Tingginya

angka pengangguran

- Lama bekerja- Banyaknya pekerja

dalam satu rumah

Mengukur seberapa besar tingkat pengangguran di suatu wilayah

2 Tingkat Upah - Besarnya gaji perbulan

- Ada tidaknya bonus

Mengukur seberapa besar kenaikan upah yang berhubungan dengan kesejahteraan masyarakat

3 Sistem Ekonomi

- Tujuan bekerja- Langkah untuk

memenuhi kebutuhan

Mengukur sebesarapa penting antara kebutuhan dan penimbunan kekayaan

3) Aspek Spasial

Dalam aspek ini akan dilihat seberapa besar konsisi wilayah (space) mampu

mendorong proses penanggulanagan kemiskinan Aspek spasial atau wilayah

mempunyai dua sub-indikator yaitu 1) Sub-indikator Kondisi geografis dan 2)

Sub-indikator Aksesibilitas sarana dan prasarana Masing-masing sub-indikator

17

mempunyai variabel total variabel untuk mengukur indikator aspek struktural

atau kelembagaan sebanyak 6 variabel

Variabel-variabel yang digunakan dalam aspek spasial atau wilayah dalam

melakukan pengukuran terhadap desakelurahan dapat dilihat pada tabel

berikut

Tabel 7

Jumlah Sub Indikator dan Variabel Dari Aspek Spasial

No Sub Indikator

Variabel Diskripsi

1 Kondisi geografis(4 variabel)

- Letak geografis- Topografi- Kondisi jalan- Kondisi jembatan

Mengukur sejauhmana kondisi geografis mampu bermanfaat untuk pemberdayaan masyarkat miskin

2 Aksesibilitas terhadap sarana dan prasarana(5 variabel)

- Akses terhadap pasar- Akses terhadap sarana

pendidikan- Akses terahadap

fasilitas kesehatan- Akses terahadap

aktivitas produksi

Mengukur tingkat kemudahan akses terhadap sarana dan prasarana pokok untuk penanggulangan kemiskinan

4 Jenis Data

Dilihat dari sumbernya data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua

jenis yaitu data sekunder dan data primer

1 Data Sekunder

Data ini merupakan data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain Adapun data

sekunder yang akan digunakan dalam penelitian ini diantaranya seperti Jumlah

penduduk luas desa topografi desa monografi desa letak geografi desa dan

lain-lain

2 Data Primer

Data ini merupakan data yang diperoleh langsung dari obyek penelitian Adapun

data primer yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya seperti data yang

18

digunakan untuk mengukur indikator kelembagaan indikator tipologipenyebab

kemisikinan indikator sumberdaya dan potensi ekonomi dan lain-lain

5 Teknik Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam pengumpulan informasi dan data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah Participatory Rural Appraisal (PRA) meliputi

1 Wawancara yaitu metode pengumpulan data dengan wawancara secara

mendalam dengan key-person (formal dan informal leaders) untuk

mengidentifikasi kebutuhan (needs) masyarakat

2 Dokumentasi yaitu metode pengumpulan data sekunder yang dimiliki oleh

responden lembaga ekonomi dan sosial maupun instansi teknis terkait

3 Observasi ( pengamatan) dan survei lapang

Dalam hal meyakinkan data dan informasi yang diperoleh dari responden

peneliti mengadakan pengamatan dan survei lapang secara langsung terhadap

obyek yang diamati mendengar serta mencatat hasil temuan lapang

4 Pengumpulan Data Sekunder

Selain dukungan data primer yang menjadi sumber data utama penelitian ini juga

menggunakan data sekunder yang diperoleh dari dokumen-dokumen serta catatan-

catatan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti Dokumen yang dimaksud

adalah jumlah keluarga miskin yang diperoleh dari Badan Perencanaan Kota

(Bapekot) Malang Catatan Sipil Kota malang (data Penduduk Kota malang sampai

dengan bulan Februari 2006) dan statistik kecamatan dari tiga kecamatan yang

diterbitkan oleh Kantor Statistik Kota Malang 2006

5 Focus Group Discussion (Diskusi Kelompok)

Peneliti melaksanakan diskusi dengan obyek penelitian ketika peneltian lapang akan

dilakukan Kegiatan ini pertama dilakukan adalah dimaksudkan untuk

mensosialisasikan pelaksanaan pengumpulan data (sebagai kegiatan penting

penelitian ini) kepada para sekretaris kecamatan dan seluruh sekretaris

desakelurahan yang diperkirakan menjadi sasaran dari kegiatan penelitian lapang

Berbagai informasi yang disampaikan dalam kegiatan sosialisasi ini antara lain

meliputi pentingnya dilaksanakan kegiatan inventarisasi dan pemetaan kemiskinan

di Kabupaten Sumenep proses pengumpulan data dan hasil akhir yang dihasilkan

kegiatan ini Melalui kegiatan ini dicapai jalinan suatu kebersamaan antara peneliti

19

dengan calon responden (subyek yang diteliti) sehingga dapat diperoleh data yang

optimal

Diskusi kelompok kedua dilakukan pada saat menjelang kegiatan ini berakhir

Diskusi ini dilakukan dengan stakeholders tingkat kota dimaksudkan untuk

mengoptimalkan hasil temuan lapangan Dikusi kelompok ini diarahkan kepada

upaya-upaya mengklarifikasi hasil temuan lapangan mendapatkan koreksi dan

masukan serta kesepakatan tentang hasil akhir kegiatan ini

6 Alat Analisis

Analisis dilakukan dengan memadukan pendekatan struktural (data

kuantitatif dan kualitatif) ekonomi (potensi sumberdaya pemabngunan) dan spasial

(pemetaan) Maksudnya bahwa dari himpunan data yang telah dikompilasi

dilakukan analisis statistik sederhana dengan lebih banyak menggunakan tabulasi

silang dan perhitungan-perhitungan statistik yang secara mudah dapat dipahami

Himpunan data tersebut selanjutnya diinterpretasikan dan dirancang dengan

menempatkan hasil analisis tersebut ke dalam peta (pendekatan spasial)

Pemetaan tersebut dimaksudkan untuk menentukan tata letak potensi sarana

ekonomi yang dimaksud oleh penelitian ini paling tidak untuk

1) memahami keberadaan keluarga miskin baik melalui data struktural maupun

melalui tampilan peta setiap desakelurahan

2) memahami secara terintegrasi keberadaan masyarakat miskin di Kota malang

dalam perspektif kepentingan ekonomi dan pembangunan Kota Malang ke

depan

Selain menggunakan pendekatan di atas penelitian ini juga menggunakan

metode Performance-Importance Analysis dalam menjawab tujuan yang akan dicapai

Analisis ini digunakan untuk melihat tingkat kesenjangan (gap) antara atribut kinerja

pelayanan publik (performance) yang telah dilakukan oleh pemerintah melalui dinas-

dinas terkait penanggulangan kemiskinan di Kota Malang dengan persepsi tingkat

kepentingan (importance) akan atribut-atribut yang dibutuhkan

Pengukuran tingkat kepentingan dan performance dilakukan dengan cara

menyebarkan kuesioner bagi masyarakat miskin yang menjadi obyek penelitian

Responden akan diminta untuk memberikan penilian atau persepsi mereka terhadap

sejauh mana layanan yang telah diberikan pemerintah melalui dinas-dinas terkait di Kota

Malang (performance) terhadap penanggulangan kemiskinan Dengan memberikan

20

penilaian atas atribut yang mereka anggap paling dibutuhkan saat ini (importance)

dengan asumsi bahwa obyek penelitian mengerti sejauh mana kinerja atribut pelayanan

publik yang telah dilakukan dinas-dinas terkait dan berkompeten dalam penanggulangan

kemiskinan

Dari analisis Kuadran akan diketahui pada kuadran manakah suatu atribut

berada sehingga nantinya dapat digunakan sebagai instrumen untuk

merekomendasikan tindakan atau kebijakan yang seharusnya dilakukan bagi

keberhasilan penanggulangan kemiskinan di Kota Malang

Bab 4 Hasil analisis

1 Gambaran geografis Jawa Timur

Jawa Timur adalah sebuah provinsi di bagian timur Pulau Jawa Indonesia

Ibukotanya adalah Surabaya Luas wilayahnya 47922 kmsup2 dan jumlah penduduknya

37070731 jiwa (2005) Jawa Timur merupakan provinsi terluas diantara 6 provinsi di

Pulau Jawa dan memiliki jumlah penduduk terbanyak kedua di Indonesia setelah Jawa

Barat Jawa Timur berbatasan dengan Laut Jawa di utara Selat Bali di timur Samudra

Hindia di selatan serta Provinsi Jawa Tengah di barat Wilayah Jawa Timur juga

meliputi Pulau Madura Pulau Bawean serta sejumlah pulau-pulau kecil di Laut Jawa

dan Samudera Hindia

Jawa Timur dikenal sebagai pusat Kawasan Timur Indonesia dan memiliki

signifikansi perekonomian yang cukup tinggi yakni berkontribusi 1485 terhadap

Produk Domestik Bruto nasional Pembagian wilayah administrasi Pemerintah Propinsi

Jawa Timur pada tahun 2003 sd tahun 2007 terbagi dalam 4 (empat) Badan Koordinasi

Wilayah Pembantu Gubernur 29 Kabupaten dan 9 Kota serta jumlah kecamatan

berjumlah 642 kecamatan Perwakilan kecamatan sejak tahun 2003 telah ditiadakan

sebelumnya berjumlah 114 dan Kota Administratif Batu sejak tahun 2003 telah menjadi

Kotasedang Kota Administratif Jember berdasarkan peraturan perundangan telah

21

dicabut dengan demikian Jember hanya sebagai Kabupaten Jumlah kelurahan

sebanyak 785 Kelurahan dan Desa sebanyak 7680 desa

Table 8

Pembagian Wilayah Administrasi Provinsi Jawa Timur

Uraian 2001 2002 2003 2004 2005 2006Badan koordinasi wilayah 4 4 4 4 4 4Jumlah Kabupaten 29 29 29 29 29 29Jumlah kota 9 9 9 9 9 9Jumlah Kecamatan 642 642 642 642 657 657Jumlah Kelurahan 784 784 784 784 784 784Jumlah Desa 7715 7715 7715 7715 8484 8484

Sumber Biro Pemerintahan dan Otoda Setda Prop Jatim amp Jatim Dalam Angka 2006

2 Gambaran geografis

a gambaran geografis kabupaten Pasuruan

Kota Pasuruan adalah ibu kota Pasuruan Jawa Timur terletak di persimpangan

jalur regional Surabaya-Probolinggo-Malang Orientasi Wilayah Kota Pasuruan memiliki

wilayah seluas 3529 kmsup2 dengan jumlah penduduk sebanyak 158864 jiwa (Sensus

Penduduk 2000) Wilayahnya terdiri dari 3 kecamatan 19 kelurahan dan 15 desa

Tiga kecamatan tersebut yaitu Kecamatan Gading rejo Purworejo dan Bugulkidul

Kecamatan Bugulkidul memiliki wilayah terbesar (1624 kmsup2) sedang untuk Gadingrejo

dan Purworejo masing-masing 1046 kmsup2 dan 859 kmsup2

b Gambaran geografis kabupaten Sidoarjo

Kota Sidoarjo merupakan Ibukota Kecamatan Sidoarjo yang terletak di tepi Selat

Madura dan termasuk dalam wilayah administratif Kabupaten Sidoarjo Propinsi Jawa

Timur Batas-batas administrasi dari kota Sidoarjo ini adalah

1048707 Sebelah utara Kecamatan Waru

22

1048707 Sebelah selatan Kecamatan Porong

1048707 Sebelah Timur Selat Madura

1048707 Sebelah Barat Kecamatan Krian

Secara geografis wilayah Kota Sidoarjo memiliki luas wilayah 6256 Ha Ditinjau dari

Topografi keadaan medan Kota Sidoarjo berada pada ketinggian antara 23 - 32 diatas

permukaan laut

c Gambaran geografis kabupaten malang

3 Pemetaan Penduduk miskin di kabupaten Sidoarjo Pasuruan dan Malang

Gambaran Rumah Tangga Miskin Di Kabupaten Sidoarjo Pasuruan Dan Malang

Hasil penelitian dengan menggunakan data skunder yang telah dilakukan mengenai jumlah rumah tangga miskin yang ada di kabupaten sidoarjo pasuruan dan malang seperti tergambar pada table di bawah ini

Table 9Jumlah keluarga miskin di kabupaten sidoarjo pasuruan dan malang

Kabupaten 2005 2006 Sidoarjo 239100 1402 223300 1297Pasuruan 285100 2016 308900 2167Malang 373700 1617 404800 171Jawa timur 7139900 1995 7678100 2109

sumber BPS

Dari deskripsi data diatas mengenai jumlah keluarga miskin di 3 kabupaten

provinsi jawa timur antara tahun 2005 dan 2006 menunjukkan tingkat kemiskinan yang

bervariasi Untuk kabupaten sidoarjo jumlah keluarga miskin sebesar 239100 atau

mencapai 1402 dari jumlah penduduk di tahun 2005 Tahun berikutnya jumlah

keluarga miskin berkurang menjadi 223300 atau 1297 dari total penduduk di

kabupaten sidoarjo Penurunan jumlah keluarga di kabupaten sidoarjo ternyata tidak

diikuti di tetangga kabupatennya seperti pasuruan dan malang Jumlah keluarga miskin

di kabupaten pasuruan sebanyak 285100 atau 2016 di tahun 2005 dan naik menjadi

308900 atau 2167 dari toatal keluarga di kabupaten pasuruan Demikian juga dengan

23

kabupaten malang jumlah keluarga miskin di tahun 2006 juga mengalami kenaikan

Tahun 2005 jumlah keluarga miskin sebanyak 373700 atau 167 naik menjadi

404800 atau 171 dari jumlah keluarga yang tinggal di kabupaten malang

4 Gambaran rumah tangga miskin pada kabupaten pasuruan sidoarjo dan

malang

Jika dilihat mengenai masalah kemiskinan di daerah provinsi jawa timur maka dapat

diketahui bahwa peta penduduk miskin tidak hanya terkelompok pada kabupaten yang

mempunyai sumberdaya alam yang sedikit namun juga terdapat ppotensi kemiskinan di

daerah yang mempunyai sumber daya alam yang banyak Untuk lebih jelasnya berikut

peta potensi kemiskinan pada masing ndash masing kabupaten yang diikuti dengan jumlah

penduduknya

Tabel

Jumlah Rumahtangga Miskin Masing-Masing Kabupaten

Di Wilayah Provinsi Jawa Timur

KabupatenJumlah Penduduk Jumlah Penduduk Miskin

2005 2006 2005 2006Kabupatenkab Pacitan 869642 885986 150100 162600kab Ponorogo 665070 687786 152500 165200kab Trenggalek 969461 984460 165800 189000kab Blitar 525888 1140809 175800 190400kab Kediri 1429137 1525231 255900 277200kab Malang 2336363 2419822 373700 404800kab Lumajang 999525 1026400 186100 201900kab Jember 2261477 2278718 408000 423300kab Banyuwangi 1514605 1575265 236100 251900kab Bondowoso 698504 725571 169500 183600kab Situbondo 605208 636200 113200 107200kab Probolinggo 1021279 1070137 267400 289700kab Pasuruan 1398122 1485342 285100 308900kab Sidoarjo 1697435 1838666 239100 223300kab Mojokerto 969299 1027871 154300 165400kab Jombang 1222499 1212876 278600 289900kab Nganjuk 989693 1065459 235800 255400kab Madiun 641596 667709 137500 144700kab Magetan 617492 621862 104600 113300kab Ngawi 827728 857449 193400 209100kab Bojonegoro 1228939 1251051 323900 350900

24

kab Tuban 1063375 1104538 300700 325800kab Lamongan 1187065 1274194 280800 304200kab Gresik 1118841 1120541 242500 287500kab Bangkalan 889590 945863 286700 306700kab Sampang 835122 894046 325900 353100kab Pamekasan 762876 782076 237600 271500kab Sumenep 1004758 1068595 331200 351100

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa di kabupaten malang mempunyai potensi

kemiskinan yang tinggi pada tahun 2005 dan 2006 Tingginya angka kemiskinan di

kabupaten tersebut mengindikasikan bahwa kurang adanya pemerataan pada

pembangunan perekonomian Kabupaten pasuruan dan kabupaten sidoarjo memiliki

jumlah penduduk miskin relatif dibawah kabupaten malang Hal tersebut bisa terjadi

karena kedua kabupaten berada pada lingkar urat nadi perekonomian jawa timur

sehingga perekonomian di wilayah tersebut dapat terdongkrak akibat aktivitas

perekonomian jawa timur

5 Karakteristik Perekonomian Rumah Tangga Miskin

51 Kabupaten Pasuruan

Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden

Salah satu penentuan sebuah masyarakat miskin adalah dengan melihat rata-

rata tingkat pendapatannya Oscar Lewis (1966) akar dari timbulnya budaya miskin

salah satunya adalah rendahnya gajipendapatan

Tabel

Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden kabupaten pasuruan

No

lt 200000200000

sd 400000

410000 sd

500000gt 500000 Jumlah

1Tidak

Bekerja

2 2 29

2Buruh Pasar

3 3 6 613 10

3Kuli

Banguan

1 2 1 4 44 7 3

4 Pemulung

1 1 8 10 104 3 22

25

5 Pedagang

4 8 10 22 2217 28 27

6 Becak 3 7

10 1010 19

7Sopir

Angkutan

1 4 5 10 104 14 14

8 Wiraswasta

1 2 1 15 54 7 3 11

9 Bengkel

2 3 1 17 79 10 3 11

10Buruh Pabrik

4 610 1011 67

11 Lain-lain

8 3 1 12 1235 10 11 100

Jumlah 23 29 37 9 98

Table diatas menjelaskan mengenai tingkat pendapatan dan jenis pekerjaan

pada kabupaten pasuruan Dari 91 sampel yang di ambil ada beberapa karakteristik

pendapatan dari para pekerja Secara umum masyarakat yang mempunyai pendapatan

lebih dari 500 ribu di domonasi oleh pekerja swasta bengkel buruh pabrik dan lain-lain

Buruh pabrik memiliki tingkat pendapatan di atas 500 ribu disebabkan karena adanya

kebijakan UMR yang harus dipenuhi oleh perusahaan di wilayah tersebut

Tabel

Keahlian Yang Dimiliki Masyarakat kabupaten pasuruan

No Jenis Pekerjaan Responden Wiraswasta BengkelMontir Sopir

Tukang Bangunan

DagangLain-lain

jumlah

1 Tidak Bekerja 0 0

2 Buruh Pasar

1 1 2 26 0 0 0 7 0

3 Kuli Bangunan

5 5 414 1428 0 0 25 0 22

4 Pemulung

33 30 0 0 0 0 17

5 Pedagang

2 1 3 28 80 0 13 5 21 11

26

6 Becak

2 4 5 314 140 17 25 25 0 17

7 Sopir Angkutan

2 3 5 50 17 19 0 0 0

8 Wiraswasta

5 3 5 13 1328 0 0 15 36 0

9 Bengkel

5 2 29 90 42 13 0 0 11

10 Buruh Pabrik

5 3 3 11 1128 0 0 15 21 0

11 Lain-lain

2 3 5 3 2 419 1911 25 31 15 14 22

Jumlah 18 12 16 20 14 18 98 100

Keberagaman keahlian yang dimiliki oleh masyarakat kabupaten pasuruan tidak

berarti bahwa keahlian yang dimilikinya terspesifikasi pada satu jenis keahlian tertentu

namun tidak sedikit masyarakat yang mempunyai keahlian lain diluar dari profesi yang

dimilikinya Sebagai contoh adalah seorang pegawai bengkel tidak hanya ahli dalam

memperbaiki kendaraan bermotor namun juga bisa berprofesi sebagai sopir Hal

tersebut ditunjukkan oleh hasil observasi yang telah dilakukan untuk masyarakat daerah

pasuruan dimana pegawai bengkel ternyata juga bisa berprofesi sebagai sopir atau

bidang usaha yang lain

Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan

NoJenis

Pekerjaan Responden

Tempat Usaha

Alat Modal Pemasaran Ketrampilan jumlah

1 Tidak Bekerja

2 Buruh Pasar

3Kuli

Bangunan

4 Pemulung

5 5 10 10 23 12

5 Pedagang

8 5 13 1350 12

27

6 Becak

4 8 12 12 18 19

7Sopir

Angkutan

5 5 5 12

8 Wiraswasta

8 6 14 14 36 14

9 Bengkel

5 6 11 11 23 14

10 Buruh Pabrik

77 7 41

11 Lain-lain

8 8 1026 2750 19 59

Jumlah 16 22 43 0 17 98 100

Dengan keahlian yang dimiliki oleh masyarakat pasuruan dapat diindikasikan

bahwa keahlian yang dimiliki mempunyai kemerataan sampel Dari seluruh responden

yang dijadikan sampel sebagian besar menginginkan bantuan modal alat dan tempat

usaha Untuk jenis pekerjaan bengkel sampel menyatakan bahwa responden

menginginkan bantuan modal dan alat untuk dapat mengembangkan usahanya Hal

yang sama juga ditunjukkan untuk jenis pekerjaan wiraswasta dimana 23 menyatakan

menginginkan bantuan alat dan 24 menginginkan bantuan modal

52 Kabupaten Sidoarjo

Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden

No Gaji amp Jenis Pekerjaan

lt 200000

200000 sd

400000

410000 sd

500000gt 500000 Jumlah

1 Tidak Bekerja

2

2 2111

2 Buruh Pasar

6 4

10 11333 200

3 Kuli Banguan

1 8 1

10 1156 400 50

4 Pemulung

8 2

10 11444 100

5 Pedagang

1 2 7

10 1150 100 212

28

6 Becak

1 2

3 356 100

7 Sopir Angkutan

2 6 1

9 10100 300 30

8 Wiraswasta

1 2 7

10 1150 100 212

9 Bengkel

4 5

9 10200 152

10 Buruh Pabrik

5 5

10 11250 152

11 Lain-lain

8

8 9242

Jumlah 18 20 20 33 91 100

Karakteristik pendapatan masyarakat di daerah perkotaan kabupaten sidoarjo

menunjukkan kesamaan dari kabupaten pasuruan Secara keseluruhan responden yang

berpenghasilan di atas 500 ribu di dominasi oleh masyarakat yang mempunyai

pekerjaan sebagai wiraswasta bengkel buruh pabrik dll Jika ditelaah lebih lanjut

memang untuk golongan buruh pabrik mereka berpenghasilan ditas 500 ribu karena ada

jaminan dari pemerintah mengenai pendapatan minimum melalui UMR Sedangkan

masyarakat yang bekerja di bengkel mendapatkan pendapatan yang tinggi karena

sidoarjo merupakan daerah industry sehingga tidak sedikit masyarakat yang

menggunakan kendaraan bermotor dalam aktifitasnya

Tabel

Keahlian Yang Dimiliki Masyarakat kabupaten sidoarjo

NoJenis

Pekerjaan Responden

Wiraswasta BengkelMontir

SopirTukang

BangunanDagang

Lain-lain

jumlah

1Tidak

Bekerja

2 Buruh Pasar

5 6 718 1831 43 37

3 6 8 14 14

29

Kuli 46

4 Pemulung

6 7 13 13 23 54

5 Pedagang

8 3 11 1150 30

6 Becak

8 8 8 57

7Sopir

Angkutan

5 49 9 19 21

8 Wiraswasta

3 5 8 8 30 19

9 Bengkel

4 4 4 15

10Buruh Pabrik

11 Lain-lain

3 4 6 13 1319 40 23

Jumlah 16 10 26 13 14 19 98 100

Menurut survey yang telah dilakukan ternyata tipikal masyarakat sidoarjo dan

pasuruan untuk kategori keahlian yang dimiliki adalah sama penyebarannya Untuk

kabupaten sidoarjo jenis pekerjaan terbanyak adalah buruh pasar dengan keahlian yang

dimiliki berdagang serta ada yang memiliki keahlian sebagai tukang sepatu

Keberagaman jumlah responden menunjukkan keberagaman pekerjaan masyarakat

yang dijadikan sebagai obyek penelitian Menurut hasil penelitian digambarkan bahwa

seorang yang berprofesi sebagai pemulung ternyata juga memiliki keahlian di bidang

lainnya seperti tukang bangunan bahkan sopir Dari informasi yang dimiliki tersebut

diharapkan pemerintah dapat memberikan bantuan sesuai dengan bidang profesi

masyarakat atau keahlian masyarakat itu sendiri

30

Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan

NoJenis

Pekerjaan Responden

Tempat Usaha

Alat Modal Pemasaran jumlah

1Tidak

Bekerja

0 0

2Buruh Pasar

2 8 10 01020418 15

3Kuli

Bangunan

1 3 6 10 01020414 14 12

4 Pemulung

1 8 9 00918374 15

5 Pedagang

10 2 4 16 016326540 10 8

6 Becak

2 4 6 12 01224498 19 12

7Sopir

Angkutan

2 6 8 00816338 12

8 Wiraswasta

3 7 10 0102041 14 13

9 Bengkel

5 6 11 0112245 24 12

10Buruh Pabrik

0 0

11 Lain-lain

7 4 1 12 012244928 19 2

Jumlah 25 21 52 0 98

Masyarakat daerah sidoarjo untuk segala jenis pekerjaan yang dijadikan subyek

penelitian menyatakan bahwa masyarakat memilih diberikan bantuan modal alat dan

tempat usaha Sedangkan untuk aspek pemasaran masyarakat sidoarjo tidak begitu

memerlukan bantuan Karena jika kita perhatikan kabupaten sidoarjo terletak di urat nadi

perekonomian jawa timur sehingga diharapkan pemasaran tidak menjadi kendala Dari

98 orang yang dijadikan responden sebanyak 52 orang dari berbagai macam profesi

menginginkan bantuan modal usaha

31

Berdasarkan hasil data skunder yang telah dilakukan terhadap seluruh

rumahtangga miskin yang ada di Kota Malang maka gambaran lokasi rumahtangga

misikin yang ada di Kota Malang seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini

Tabel

Jumlah Keluarga Miskin Masing-Masing Kecamatan

Di Kota Malang

No Kecamatan Jumlah Rumah Tangga

Prosentase

1 Kedungkandang 6635 2730

2 Sukun 6255 2574

3 Klojen 3432 1412

4 Blimbing 4158 1711

5 Lowok Waru 3821 1572 Sumber Pemkot Malang 2006

Data di atas menunjukkan jumlah rumah tangga miskin yang ada di kota malang

di masing-masing Kecamatan Dari 5 kecamatan yang ada dikota Malang jumlah

kemiskinannya adalah sebagai berikut Kecamatan yang paling tinggi angka

kemiskinannya adalah kecamatan Kedungkandang yaitu sebesar 2730 kecamatan

Sukun sebesar 2574 kemudian Kecamatan Lowok Waru sebesar 1572

Kecamatan Blimbing 1711 dan angka terendah Rumah tangga miskinnya adalah

kecamatan Klojen yairu sebesar 1412

Gambar

Jumlah keluarga Miskin di Kota Malang

0 1 2 3 4 5 6 7

Kedungkandang

Sukun

Klojen

Blimbing

Lowok Waru

Jumlah Rumah Tangga

32

Berdasarkan gambaan di atas jumlah rumah tangga miskin di kota malang

berada pada daerah-daeah tertentu (Kedungkandang dan Sukun) wilayah ini merupakan

wilayah pinggiran kota yang padat dengan jumlah penduduknya Kecamatan

Kedungkandang merupakan daerah yang umumnya pdat penduduk dan daerah tersebut

merupakan daerah pinggiran kota serta rata-rata penduduknya memiliki mata

pencaharian pedagang Daerah tersebut juga merupakan daerah pusat-pusat industri

kecil dan yang lebih telihat bahwa kebanyakan rumah tangga miskin bertempat tinggal

di daerah aliran sungai brantas (DAS Brantas) serta di pinggiran jalur kereta api

Berbeda halnya dengan kecamatan Sukun daerah ini selain terdapatnya pusat

perdagangan juga merupakan daerah industri kecil (home industri) Keberadaan rumah

tangga miskin selain rata-rata kehidupannya berdagang juga bertempat tinggal pada

daerah-daerah perkampungan

33 Aspek Kultural Pada Masyarakat Miskin

Urbanisasi merupakan salah satu faktor pemicu perkembangan kota terjadinya

perpindahan penduduk dari desa ke kota disebabkan oleh berbagai faktor baik faktor

pearik maupun pendorong perkembangan industri dan perdagangan di kota merupakan

faktor penarik yang menyebabkan orang untuk berdatangan dan tinggal di daerah

perkotaan Keinginan untuk dapat mendapatkan penghasilan dan pekerjaan yang lebih

baik untuk mencukupi kebutuhan hidup merupakan penyebab utama terjadinya

urbanisasi Namun kondisi tersebut tidak seiring dengan kualitas pendidikan dan

ketrampilan yang memadai sehingga mereka tidak dapat ditampung di sektor formal

melainkan menggantungkan hidupnya pada sektor informal yang kurang menentu

Selain itu yang menjadi faktor pendorong terjadinya urbanisasi adalah kondisi fasilitas di

daerah asal (pedesaan) kurang memadai serta semakin menyempitnya lahan pertanian

dan peluang pekerjaan

Pertambahan penduduk di kota yang sangat tinggi menyebabkan berbagai

permasalahan sosial permasalahan yang muncul adalah adanya perkampungan kumuh

dan perumahan liar di pinggiran kota dan umumnya di daerah pinggiran aliran sungai

brantas (DAS) Masalah tersebut disebabkan oleh ketidak mampuan masyarakat miskin

perkotaan untuk memiliki rumah yang layak huni Penyebab lainnya adalah ketidak

mampuan pemerintah kota untuk menyediakan sarana bagi masyarakat miskin

33

perkotaan Pembangunan perkotaan senantiasa bukan memberikan solusi dalam

pengentasan kemiskinan perkotaan melainkan sebaliknya yaitu menjadikan proses

penggusuran dan semakin terdesaknya kehidupan masyarakat miskin tersebut

Tabel

Daerah Asal Responden sidoarjo

NoJenis

Pekerjaan Responden

Jawa Timur Non

Madura

Madura Jawa Barat

Jawa Tengah

Luar Jawa

jumlah

1Tidak

Bekerja

2Buruh Pasar

8 1 1 10 1011 7 7

3Kuli

Bangunan

7 2 1 10 1010 14 7

4 Pemulung

9 9 913

5 Pedagang

10 10 1014

6 Becak

8 1 2 11 1111 7 14

7Sopir

Angkutan

10 10 1014

8 Wiraswasta

8 6 14 1411 43

9 Bengkel

10Buruh Pabrik

8 2 10 1011 14

11 Lain-lain

2 2 10 14 143 14 71

Jumlah 70 14 0 14 0 98 100

Dari data diatas sebagian besar kaum migrant untuk setiap profesi berasal dari

jawa timur Di definisikan jawa timur karena seluruh masyarakat urban berasal dari jawa

timur kecuali Madura Ada beberapa alasan dari responden mengapa mereka

melakukan urbanisasi salah satunya adalah untuk memperbaiki taraf ekonomi karena

kabupaten sidoarjo dianggap sebagai kabupaten yang memiliki potensi yang cukup

34

tinggi dalam bidang industry Profesi terbanyak yang diminati oleh pendatang adalah

sebagai pedagang dan sebagai sopir

Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin

pada kabupaten sidoarjo dapat diperhatikan gambar di bawah ini

Gambar

Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin

35

Tabel

Daerah Asal Responden pasuruan

NoJenis

Pekerjaan Responden

Jawa Timur Non

Madura

Madura Jawa Barat

Jawa Tengah

Luar Jawa

jumlah

1 Tidak Bekerja

2 Buruh Pasar

4 4 24

3 Kuli Bangunan

5 5 55

4 Pemulung

10 10 1011

5 Pedagang

20 20 2022

6 Becak

8 2 10 109 33

7Sopir

Angkutan

0 0

8 Wiraswasta

0 0

9 Bengkel

10 Buruh Pabrik

15 4 19 1916 67

11 Lain-lain

30 30 3133

Jumlah 92 6 98 98 98

Sama seperti pada kabupaten sidoarjo sebagian besar pendatang adalah dari

wilayah jawa timur Pendatang sebagian besar berprofesi sebagai pedagang karena

wilayah sidoarjo selain sebagai sentra industry provinsi jawa timur juga sebagai urat nadi

perekonomian jawa timur Sehingga bagi para pedagang akan sangat menguntungkan

karena di lewati dari berbagai wilayah di jawa timur

Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin

pada kabupaten pasuruan dapat diperhatikan gambar di bawah ini

Gambar

36

Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin

Tabel 5Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan di kota malang

Lama Tinggal (Tahun)Kecamatan

pddkAsli le 2 3 - 6 7 - 9 ge 10

Jumlahrespondn

Kedung kandang10

(1053)- 3

(316)11

(1158)71

(1473) 95

18 - - 15 52

37

Sukun (2118) (1764) (6118) 85

Klojen9

(1200)5

(667)12

(1600)9

(1200)40

(5333) 75

Blimbing8

(100)2

(25)- 8

(100)62

(775) 80

Lowok Waru15

(1923)- - 7

(897)56

(7180) 78

Sumber Data Primer

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa dari responden (keluarga miskin)

perkotaan sebagian besar bukan penduduk asli daerah kota Malang melainkan

pendatang yang merupakan kaum migran dan menetap di kota Malang kecamatan

kedung Kandang merupakan daerah yang padat penduduknya dimana 1473

menunjukkan jumlah responden yang sudah lama tinggal di kota malang (di atas 10

tahun) bahkan beberapa responden sudah turun-menurun dari keluarga mereka

Kecamatan Sukun yang merupakan kaum pendatang yang tinggal di kota Malang sudah

puluhan tahun sebanyak 6118 dari responden yang ada Kecamatan Klojen sebesar

5333 Kecamatan Blimbing sebanyak 775 dan untuk kecamatan Lowok Waru

sebanyak 7180 dari masing-masing responden di tingkat kecamatan Kondisi ini

menjelaskan bahwa masyarakat miskin perkotaan adalah rata-rata kaum migran yang

sengaja datang ke kota Malang untuk mencari kehidupan yang lebih baik dari daerah

asal mereka Umumnya mereka datang sebagai migran tetap dan keberadaan mereka

sudah terbiasa hidup dalam kondisi serba kekurangan Beberapa responden yang

ditemui juga menjelaskan bahwa sebagai kaum pendatang sudah tidak asing lagi

dengan kehidupan masyarakat di kota Malang Umumnya mereka membaur dengan

masyarakat pendatang lainnya dengan hidup di kepadatan penduduk kota Malang

Salain dilihat dari lamanya masayarakat pendatang (migran tetap) tinggal di kota

Malang dapat pula dijelaskan mengenai temapat asal (daerah asal) responden untuk

melihat derah asal rumah tangga miskin perkotaan dapat kita bagi dengan

menggunakan batasan daerah (wilayah) Dimana wilayah pembagiannya adalah

mereka yang berasal dari daerah Jawa Timur (non-Madura) daerah Madura daerah

Jawa Tengah Jawa Barat dan Luar Jawa Adapun gambaran daerah asal rumah

tangga miskin perkotaan dapat dilihat pada tabel berikut

38

Tabel

Daerah Asal Responden

Daerah

Asal

Kecamatan

Jawa

Timur

Non-

Madura

Madur

a

Jawa

Tengah

Jawa

Barat

Luar

Jawa

Jumlah

Respond

n

Kedung kandang21

(2470)52

(6118)9

(1059)3

(353)- 85

Sukun19

(2836)28

(4179)12

(1791)8

(1194)- 67

Klojen9

(1364)49

(7424)5

(758)3

(454)- 66

Blimbing31

(4306)33

(4563)6

(833)2

(278)- 72

Lowok Waru28

(4444)21

(3333)9

(1429)5

((794)- 63

Sumber Data Primer

Berdasarkan data pada tabel di atas menunjukkan bahwa umumnya kaum

migran berasal dari daerah Jawa Timur dan daerah Madura Untuk kecamatan Kedung

Kandang sebesar 6118 berasal dari Madura kemudian Kecamatan Sukun 4179

kaum Migran berasal juga dari Madura Kecamatan Klojen 7424 Kecamatan Blimbing

sebesar 4563 dan kecamatan Lowok Waru sebesar 3333 Dari kelima kecamatan

tersebut yang banyak di datangi oleh migran yang berasal dari daeah Madura adalah di

Kecamatan Kedung Kandang (6118) dan Kecamatan Klojen (7424) dan mereka

sengaja tinggal di dekat pusat perkotaan dengan tujuan memudahkan untuk aktifitas

kegiatan pekerjaannya yang rata-rata bergelut disektor informal (pedagang kaki lima)

331 Kondisi Tempat Tinggal Masyarakat Miskin Perkotaan

Dilihat dari tempat tinggal masyarakat miskin perkotaan rata-rata kondisi tempat

tinggalnya dengan model bangunan semi permanen dan permanen sederhanan dengan

memanfatkan kondisi tanah yang rawan bencana (longsor kebisingan kumuh dan

sebagainya)

Tabel

Kondisi Fisik Bangunan Rumah RTM

39

Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan

Kondisi Fisik RumahKecamatan

Sesek(papan)

SemiPermanen Permanen

Jumlahrespondn

Kedung kandang

11(1158)

52(5474)

32(3368) 95

Sukun20

(2353)33

(3882)32

(3765) 85

Klojen5

(667)31

(1733)39

(5200) 75

Blimbing3

(375)13

(1625)64

(8000) 80

Lowok Waru9

(1154)24

(3077)45

(5769) 78

Sumber Data Primer

dari data primer (tabel) menunjukkan bahwa sebagian besar tempat tinggal

masyarakat miskin perkotaan adalah semi permanen dan permanen akan tetapi dengan

ukuran ruang (luas bangunan) yang cukup minim Dan umumnya yang mereka lakukan

adalah dengan menyewa tanah dan atau menempati tanah rawan musibah adapun

kondisi perumahan masyarakat miskin perkotaan dapat dilihat pada gambar berikut

Gambar

Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin Perkotaan

40

Dari gambar di atas terlihat bahwa kondisi tempat tinggal mereka sangat rawan

dengan terjadinya bencana dan kekumuhan kondisi ini selain rawan terhadap adanya

bahaya tersebut juga sangat rawan dengan permasalahan kesehatan

34 Analisa Spasial

Informasi mengenai tipologi perekonomian masyarakat akan sangat membantu

pemerintah dalam menentukan kebijakan ekonomi di masa mendatang Dari informasi

tersebut dibuatlah peta potensi ekonomi dengan maksud merelevansikan antara potensi

ekonomi daerah dan kebijakan ekonomi Selain itu jika kebijakan ekonomi hanya

terfokus di suatu wilayah tertentu akan berdampak pada ketimpangan pertumbuhan

ekonomi Seperti dijelaskan sebelumnya inventarisasi sarana ekonomi sebuah wilayah

dilakukan dengan menggunakan pendekatan tipologi suatu wilayah Melalui pendekatan

ini selanjutnya dapat digambarkan wilayah majemuk dengan fenomena yang kompleks

dengan beberapa persamaan di dalamnya Maksudnya bahwa pada tipologi suatu

wilayah ada relevansinya dengan keberadaan potensi ekonomi maupun potensi sarana

ekonomi di wilayah tersebut Ini menandakan bahwa kebijakan pengembangan ekonomi

suatu wilayah diperlukan pengadaan sarana ekonomi yang tepat sedikitnya sesuai

dengan kondisi wilayah yang dibangun termasuk karakteristik kegiatan ekonomi yang

dilakukan oleh masyarakat setempat sehingga keberadaan sarana tersebut mampu

mendorong aktivitas ekonomi masyarakat dan pada akhirnya mengentaskan dan

menanggulangi kemiskinan

41

Di wilayah kabupaten pasuruan terdapat berbagai macam potensi ekonomi yang

belum tersentuh pengembangannya oleh pemerintah daerah Potensi yang terdapat di

wilayah tersebut bukan hanya pada potensi sumber daya alam melainkan juga potensii

sumber daya manusianya Untuk wilayah ssidoarjo perlu adanya perhatian mendalam

pada pengembangan sumber daya manusia karena di wilayah tersebut banyak sekali

potensi industri yang dapat berkembang Sedangkan untuk daerah malang hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa disinyalir masih terdapat kegiatan ekonomi maupun

sarana ekonomi yang menunjang kegiatan tersebut belum dimanfaatkan secara optimal

Keadaan ini menjadikan keduanya masih bersifat potensial dan memerlukan

penanganan pengelolannya agar dapat diperoleh output yang optimal pula Pengelolaan

optimal tersebut tentu masih memerlukan suatu pengkajian tersendiri untuk mengukur

sampai sejauh mana tingkat feasibilitasnya

Potensi sarana ekonomi kabupaten ssidoarjo kabupaten pasuruan dan Kota

Malang merujuk pada sarana ekonomi (dalam bentuk fisik) yang teridentifikasi di setiap

daerah maupun yang sudah terkompilasikan di tingkat kabupaten dan kota Potensi

tersebut dapat di petakan pada masing-masing kabupaten di wilayah Jawa Timur

melalui Peta berikut

Gambar Provinsi Jawa Timur

42

Gambar kota Malang

43

keterangan

daerah masyarakat miskin perkotaan

daerah potensi terjadinya kemiskinan

tidak ada potensi terjadnya kemiskinan

Sejalan dengan maksud di atas Pemerintah Kota Malang masih

perlu melakukan kajian mendalam tentang pengembangan potensi wilayah

sebagai salah satu upaya untuk mendukung pemulihan ekonomi yang

bersifat jangka menengah Dukungan kajian ini dilakukan dengan menggali

lebih dalam potensi yang dimiliki setiap kawasan di wilayah Kota Malang

Dengan demikian Pemerintah Kota Malang dengan mudah dapat mengambil

langkah-langkah menumbuh kembangkan potensi sarana ekonomi daerah

44

Kec Blimbing Industri (kecil-

menengah)Pariwisata Pertanianperumahanperdagangan

Kec Kedungkandang Industri (kecil-

menengah)Pertanianperumahan

Kec Sukun Industri kecilPendidikanperumahan

Kec Kolojen perdagangan PendidikanPerhotelanperkantoran

Kec Lowokwaruperumahan PendidikanIndustri (kecil-

menengah)

khususnya yang berada di pusat-pusat kegiatan produksi masyarakat yang

dianggap cukup strategis di Kota Malang

Sejalan dengan semakin meningkatnya peran serta dunia usaha

dan masyarakat di dalam pelaksanaan pembangunan maka program-

program pembangunan Kota Malang perlu disusun dengan

mempertimbangkan keterlibatan mereka Upaya ini dimaksudkan agar

Pemerintah Kota Malang lebih mudah mengefektifkan potensi sarana

ekonomi dan mengarahkannya untuk kepentingan pembangunan yang lebih

konsisten efektif dan efisien serta berkelanjutan dalam menanggulangi

kemiskinan

Secara keseluruhan penduduk miskin di wilayah kota malang masih tersebar

merata di seluruh kecamatan Kecuali di kecamatan Lowokwaru sebagian besar di

kecamatan ini tidak ada potensi kemiskinan Hal tersebut dikarenakan banyaknya

industry pendidikan seperti UMM UNISMA UNIGA Brawijaya ITN UM dll Dengan

banyaknya perguruan tinggi di wilayah tersebut maka potensi perekonomian semakin

besar Tidak sedikit masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang makanan karena

untuk memnuhi kebutuhan para mahasiswa

Pada data dikatakan bahwa rata-rata pendapatan di kecamatan Lowokwaru

masih besar padahal menurut analisis spasial potensi terjadinya kemiskinan sangat

kecil Pada analisi ekonomi diindentifikasi bahwa banyak masyarakat yang

berpendapatan dibawah 400 ribu Hal tersebut terjadi pada masyarakat yang tinggal di

daerah pesisir sungai Masih banyak masyarakat yang tinggal di Daerah Aliran Sungai

tidak memiliki kesempatan kemampuan untuk bersaing dengan masyarakat yang tidak

tiggal di Daerah Aliran Sungai Di perkirakan masyarakat yang menempati DAS

merupakan masyarakat pendatang yang berurbanisasi dengan tidak membawa suatu

keahlian

Potensi kemiskinan terbesar dapat terjadi di Kecamatan Sukun Banyak

masyarakat di daerah ini yang memiliki pendapatan dibawah 400 ribu Jika kita

bandingkan dengan kecamatan Lowokwaru potensi kemiskinan di daerah kecamatan

Sukun tidak hanya terjadi di DAS namun juga pada masyarakat lainnya Banyak faktor

yang mengindikasikan potensi kemiskinan salah satu faktor utama adalah sulitnya

pemasaran dan persaingan yang ketat Meski kegiatan masyarakat di kecamatan

Lowokwaru dengan kecamatan Sukun relatif sama namun di kecamatan Lowokwaru

45

pemasaran barang dan jasa yang diproduksi tidak sesulit di kecamatan Sukun meski

ada persaingan

Hampir memeratanya potensi masyarakat miskin di kecamatan Sukun

menimbulkan dampak di kecamatan Kedungkandang terutama di perbatasan diantara

kedua kecamatan tersebut Menurut survey yang dilakukan memang sebagian besar

masyarakat miskin berpotensi di DAS Dapat dilihat di peta bahwa gambar merah

bersinggungan antara kedua kecamatan dan di kedua wilayah tersebut dialiri sungai

yang sama namun jika kita lihat kebawahnya warna kecamatan Kedungkandang mulai

ada yang Hijau Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat diluar DAS mempunyai

usaha yang berhubungan positif dengan pendapatan seperti pertanian

Berbeda halnya di kecamatan Klojen kecamatan ini merupakan pusat

pemerintahan kota Malang Banyak warga di kecamatan ini yang berprofesi sebagai

pegawai negeri sipil Memang masih terindikasi adanya kemiskinan di daerah tersebut

namun kemiskinan itu timbul karena mereka yang tidak mempunyai kesempatan dan

daya tawar diri mereka Kebanyakan yang tidak memiliki daya tawar diri yang tinggi

adalah mereka para pendatang yang tidak membawa keahlian kemudian mereka

tinggal di DAS dan berprofesi sebagai buruh tani buruh pabrik ataupun yang lainnya

yang tidak membutuhkan keahlian lebih

Bab V Kesimpulan dan Saran

Setelah melalui beberapa tahapan analisis dalam mengidentifikasi kemiskinan

perkotaan di beberapa wiayah Jawa Timur terdapat beberapa kesimpulan yaitu

1 Didapat bahwa sebaran penduduk miskin berkosentrasi pada daerah

sepanjang aliran sungai dan ada beberapa kota yang mengindikasikan

bahwa penduduk miskin berasal dari pendatang dari luar kota

2 Dalam penanggulangan kemiskinan pemerintah sudah banyak

mengeluarkan berbagai macam program pengentasan kemiskinan seperti

P2K P2KP BLT dll namun dalam aplikasinya banyak program yang belum

tepat sasaran

3 Ada beberapa karakteristik yang menarik dalam pengentasan kemiskinan

diantaranya bahwa dalam mengentaskan masyarakat miskin metode yang

46

diterapkan lebih kepada pembinaan keahlian dan mentalitas karena

seperti yang terdapat di kota malang masyarakat miskin dipicu dari

kebiasaan atau mentalitas dari masyarakat tersebut dalam kehidupan

sehari-hari Riset menemukan meskipun masyarakat miskin diberikan

bantuan uang seperti BLT namun bantuan tersebut tidak diperuntukkan

kepada pengembangan usaha namun habis untuk konsumsi begitu pula

dengan program ndash program pengentasan kemiskinan yang lainnya

Saran

Dalam pengentasan kemiskinan disarankan kepada pemerintah untuk mencari

data kemiskinan yang akurat dengan tujuan pemberian bantuan dalam rangka

pengentasan kemiskinan dapat terserap tepat pada masyarakat yang dituju Selain itu

untuk mengentaskan masyarakat yang bertipikal ldquokultur miskinrdquo harus banyak diberikan

pelatihan dan pembinaan mental

47

DAFTAR PUSTAKA

Blakely Edward J (1989) Planning Local Economic Development Theory and Practice Sage Library of Social Research 168 Sage Publication

BPS (1999) Perkembangan Tingkat Kemiskinan dan Beberapa Dimensi Sosial Ekonominya 1996-1999 Jakarta BPS

Budi Soeradji Mubyarto (1998) Gerakan Penanggulangan Kemiskinan Laporan

Penelitian di Daerah-Daerah Yogyakarta Aditya Media

Faisal Basri (2002) Perekonomian Indonesia Tantangan dan Harapan bagi Kebangkitan Indonesia Jakarta Erlangga

Fei J C H amp Gustav R (1964) Development Economics What Next In a Ranis G P Schulta (Ed) The State of Development Economics

Gunawan Sumodiningrat (1999) Penanggulangan Krisis Harus Memihak Rakyat Disampaikan pada konferensi pers untuk launcing The Economic and Social Survey of Asia and the Pacific 1999 (ESCAP) di UNIC Jakarta

Kuncoro M (2000) Ekonomi Pembangunan Teori Masalah dan Kebijakan (1st ed) Yogyakarta UPP AMP YKPN

Kuncoro M (2004) Otonomi dan Pembangunan Daerah Reformasi Perencanaan Strategi dan Peluang Jakarata Erlangga

Mellor J W (1976) The New Economies of Growth A Strategy for India and the Developing Countries Cornell Cornell University Press

Nurkse R (1953) Problem of Capital Formation in Underdeveloped Countries In Meier Gerald M Leading Issues in Economic Development edisi ke 6 Oxford University Press Oxford

Rintuh Cornelis amp Miar (2005) Kelembagaan dan Ekonomi Rakyat BPFE-UGM Yogyakarta

Sharp Ansel M Charles A Register and Paul W Cerimes (1996) Economics of Social Issues edisi ke 12 Richard D Chicago Irwin

Sumarto Sudarno (2002) ldquoGrowth Inequality and Poverty Evidence from Micro Datardquo Makala dalam The Young Economics Seminar Jakarta World Bank

48

Page 5: Makalah akp

gerakan yang bersifat religius pasifis ataupun revolusioner yang mengorganisasikan

dan memberikan harapan bagi si miskin dan secara efektif mempromosikan solidaritas

dan perasaan identitas yang sama dengan kelompok masyarakat yang lebih luas akan

dapat menghancurkan sifat-sifat utama yang merupakan ciri orang-orang dari budaya

kemiskinanrdquo

23 Model Solusi Kemiskinan

Pengalaman di negara-negara Asia menunjukkan berbagai model mobilisasi

perekonomian pedesaan untuk memerangi kemiskinan yaitu Pertama mendasarkan

pada mobilitas tenaga kerja yang masih belum didaya gunakan (idle) dalam rumah

tangga petani gurem agar terjadi pembentukan modal di pedesaan (Nurkse 1953)

Tenaga kerja yang masih belum didayagunakan pada rumah tangga petani kecil dan

gurem merupakan sumberdaya yang tersembunyi dan potensi tabungan Alternatif cara

untuk memobilisasi tenaga kerja dan tabungan pedesaaan adalah 1) menggunakan

pajak langsung atas tanah seperti yang dilakukan di Jepang 2) dilakukan dengan

menyusun kerangka kelembagaan di pedesaan yang memungkinkan tenaga kerja yang

belum didayagunakan untuk pemupukan modal tanpa perlu menambah upah Ini persis

yang dilakukan Cina yang menerapkan sistem kerjasama kelompok dan brigades

ditingkat daerah yang paling rendah (communes) Dengan metode ini ternyat

memungkinkan adanya kenaikan yang substansial dalam itensitas tenaga kerja dan

produktivitas tenaga kerja

Model kedua menitik beratkan pada tranfer daya dari pertanian ke industri

melalui mekanisme pasar (Fei amp Gustav 1964) Ide bahwa penawaran tenaga kerja

yang tidak terbatas dari rumah tangga petani kecil dapat meningkatkan tabungan dan

formasi modal lewat proses pasar Pengalaman Taiwan menyajikan contoh yang baik

atas mobilisasi sumber daya dari sektor pertanian mengandalkan mekanisme pasar

tanpa menggunakan instrumen pajak seperti yang dilakukan oleh Jepang Proporsi

output sektor pertanian sebagian besar tetap dijaga sebagai surplus lewat intermediasi

pemilik tanah dan melalui nilai tukar (terms of trade) sebelum Perang Dunia II

Model ketiga menyoroti pesatnya pertumbuhan dalam sektor pertanian yang

dibuka dengan kemajuan teknologi dan kemungkinan sektor yang memimpin (Mellor

1976) Model ini dikenal dengan nama Model Pertumbuhan Berbasis Teknologi atau

Rural-Led Development Proses ini akan berhasil apabila dua syarat berikut terpenuhi

1) kemampuan mencapai tingkat pertumbuhan output pertanian yang tinggi 2) proses

5

ini juga menciptakan pola permintaan yang kondusif terhadap pertumbuhan Pada

gilirannya ini tergantung dari dampak keterkaitan ekonomi pedesaan lewat pengeluaran

atas barang konsumsi yang dipasok dari dalam sektor itu sendiri dan melalui invesatasi

yang didorong

Model keempat menyoroti dimensi spasial dalam menanggulangi kemiskinan

Kemiskinan bisa diatasi dengan cara kemudahan dalam mengakses dua bidang yaitu

1) bidang ekonomi dan 2) bidang sosial (Kuncoro 2004) Akses dalam bidang ekonomi

dibagi menjadi dua yaitu akses terhadap lapangan kerja dan akses terhadap faktor

ekonomi Akses terhadap faktor produksi terdiri dari 1) Kemudahan masyarakat dalam

mengakses modal usaha 2) kemudahan masyarakat dalam mengakses pasar 3)

kemudahan masyarakat dalam kepemilikanmodal Sedangkan akses dalam bidang

sosial dibagi menjadi dua yaitu akses terhadap fasilitas pendidikan dan akses terhadap

fasilitas kesehatan

23 Strategi Penanggulangan Kemiskikan Di Indonesia

Kemiskinan dapat bermakna kesenjangan ekonomi dan ketidak merataan

pendapatan Kedua hal ini merupakan masalah yang hangat dibicarakan karena masih

besarnya penggangguran terselubung yang disebabkan masih adanya pekerjaan yang

dilakukan di bawah produktivitas kerja (underemployment) serta rendahnya kualitas

tenaga kerja Indonesia Ada dua macam ukuran kemiskinan yaitu kemiskinan absolut

dan kemiskinan relatif Kemiskinan absolut adalah kemiskinan yang disebabkan karena

ketidak mampuan seseorang melampaui garis kemiskinan (proverty line) yang

ditetapkan Sedangkan kemiskinan relatif berkaitan dengan perbedaan tingkat

pendapatan suatu golongan dibandingkan dengan golongan lainnya (Rintuh 2005)

Beberapa program pembangunan yang dilaksakan di Indonesia baik yang

dilakukan oleh pemerintah mapun bantuan donor antara lain telah dilaksanakan melalui

progam Impres Desa Tertinggal (IDT) dan dimantapkan melalui program Pembangunan

Prasarana Pendukung Desa Tertinggal (P3DT) Program dilanjutkan dengan Program

Pengembangan Kecamatan (PPK) Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan

Program Pemberdayaan Daerah Mengatasi Dampak Krisis Ekonomi (PDMDKE) dan

Program Pengembangan Kawasan Desa-Kota Terpadu atau Poverty Alleviation Through

Rural Urban Lingkage (PARUL) Dari berbagai program pengentasan kemiskinan

tersebut terdapat beberapa perbedaan dan kesamaan yang dapat dilihat pada tabel

berikut (Sumodiningrat 1999)

6

Berikut ini beberpa penyempurnaan kebijakan program pemberdayaan

masyarakat dan pennanggulangan kemiskinan

Tabel 3

Perkembangan dan Penyempurnaan Kebijakan Program Pemberdayaan Masyarakat dan Program Penanggulangan Kemiskinan Dalam Kurun Pelita VI

No

Program

Bentuk Kebijakan

Pengembangan

Ekonomi

Pengembangan SDM

Pengembangan Prasarana

Pengembangan

Kelembagaan

Pengembangan Sistem Informasi

Bantuan Modal

Bantuan Pendampin

gan

Bantuan Prasarana

Sarana

Bantuan PengembanaganKelemb

agaan

Bantuan Pemantaua

n dan Pelaporan

1 IDT Diberikan dalam bentuk uang tunai seniali Rp 20 juta tahun selama 3 tahun

Dana bantuan digunakan untuk modal usaha dan bersifat hibah dan bergulir (revolving block grant)

Pengembangan kemampuan masyarakat dalam pengelolaan modal bergulir melalui bantuan tenaga pendamping

Secara khusus belum ada namun beberapa bantuan melalui program pembangunan sektoral telah memberikan bantuan teknologi tepat guna untuk membantu mengembangkan kegiatan sosial ekonomi produktif pokmas

Pengembangan kelembagaan dilakukan dalam wadah pokmas melalui kegiatan perguliran dana

Pembangunan kelembagaan aparat dilakukan pembinaan berjenjang secara vertikal yang dilakukan oleh jajajrn Depdagri bersama Depkeu dan departeme teknis terkait lain melalui program pembangunan sektoral masing-masing

7

2 P3DT Dana bantuan digunakan untuk investasi sosial dan bersifat hibah (block grant) serta mendukung kegiatan sosial ekonomi yang didanai oleh bantuan IDT

Pengembangan kemampuan masyarakat dan aparat dalam pembangunan dibina oleh tenaga pendamping profesional (antara lain oleh tenaga konsultan)

Bantuan prasarana mendapat perhatian melalui pengembangan prasarana transportasi yang mendukung kegiatan ekonomi (pembangunan jalan jembatan tambatan perahu dll) dan pengembangan prasarana sosial yang langsung mendukung kegiatan ekonomi lokal (pembangunan prasarana kesehatan dasr MCK sanitasi dan air bersih)

Masyarakat melaksanakan sendiri manajemen pembangunan lokal

Pembinaan aparat dilakukan secara vertikal melalui Tim Koordinasi Pembangunan sebagai wadah musyawarah dan mufakat Sehingga komitmen dan perhatian pembangunan untuk rakyat tetap dalam arah yang benar

Masyarakat melakukan sendiri kegiatan pemantauan dan pelaporan pembangunan ditingkat lokal dibantu oleh tenaga pendamping profesional

Aparat melakukan pemantauan dan pelaporan secara berjenjang (vertikal) yang hasilnya dipergunakan untuk mendukung pengambilan keputusan lebih lanjut dalam rangka pengembangan program

3 PPK Bantuan

senilai Rp 250 juta ndash Rp 750 juta per kecamatan bersifat hibah bergulir Namun pemanfaatan bantuan semata diarahkan agar

Pengembangan SDM dilakukan melalui diseminasi dan pelatihan secara berjenjang baik melalui jalur tenaga pendamping dan jajaran aparat pemerintah

Pembangunan pengadaan prasarasna sarana hanya untuk mendukung kegiatan ekonomi yang sudah mapan

Pengembangan kelembagaan masyarakat dilakukan dalam wadah pokmas melalui kegiatan perguliran dana yang dilembagakan dalam

Sistem pemantauan dan pelaporan dilakukan untuk menilai perkembangan pelaksanaan kegiatan ekonomi prioritas perguliran dana dan

8

pemanfaatan program dapat berlatih mengguanakan dana itu sebagai stimulan agar dalam pengembangan lebih lanjut dapat memanfaatkan fasilitas microfinance

Dilakukan memalui bantuan dana yang dipergunakan untuk membiayai investasi sosial dan investasi ekonomi Bantuan dana digunakan sepenuhnya untuk menciptakan kegiatan ekonomi produktif yang berlanjut

Pengembangan kemampuan dan keterampilan masyarakat lokal diarahkan pada pelaksanaan administrasi pembangunan (UDKP) dan administrasi keuangan (UPK)

forum UPK sebagai bagian dari pelaksanaan forum UDKP

peningkatan kapasitas masyarakat melalui jumlah akumulasi modal

4 P2KPSecara prinsip sama dengan yang dilakukan oleh

Dilakukan melalui bantuan dana yang dipergunakan untuk membiayai investasi sosial dan investasi ekonomi Bantuan

Pengembangan SDM dilakukan melalui diseminasi dan pelatihan secara berjenjang baik melalui jalur tenaga pendamping

Pembangunan pengadaan prasarana sarana hanya untuk mendukung kegiatan ekonomi yang sudah mapan

Pengembangan kelembagaan masyarakat dilakukan dalam wadah pokmas melalui kegiatan perguliran

Sistem pemantauan dan pelaporan dilakukan untuk menilai perkembangan pelaksanaan kegiatan ekonomi

9

PPK namun sasaran lokasi dititikberatkan pada kecamatan di kawasan perkotaan

dana digunakan sepenuhnya untuk menciptakan kegiatan ekonomi produktif yang berlanjut

dan jajaran aparat pemerintahPengembangan kemampuan dan keterampilan masyarakat lokal diarahkan pada pelaksanaan administrasi pembangunan (UDKP) dan administrasi keuangan (UPK)

dana yang dikembangkan dalam forum UPK sebagai bagian dari pelaksanaan forum UDKP

Pengembangan kelembagaan aparat dilakukan bersama masyarakat melalui mekanisme forum UDKP

prioritas perguliran dana dan peningkatan kapasitas masyarakat melalui jumlah akumulasi modal

5 PDMKE

Dilakukan untuk membiayai kegiatan yang bersifat padat karya

Dilakukan melalui pembangunan dan prasarana amp sarana sesuai permintaan lokal

6 PARUL

Dilakukan melalui bantuan dana yang dipergunakan untuk kegiatan sosial-ekonomi produksi dan distribusi jasa natar kawasan

Pengembangan kemampuan masyarakat diarahkan pada peningkatan kemampuan dan keterampilan untuk memperoleh akses dan meningkatkan keterkaitan pada jalur produksi distribusi dan penyediaan jasa yang

Pengembangan prasarana dilakukan dalam wujud pembangunan prasarana sarana dan penerapan teknologi yang mendukung secara langsung kegiatan ekonomi kawasan

Peningkatan kemampuan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan yang menekankan prakarsa lokal pada kawasan itu

Sistem pemantauan dan pelaporan menekankan peningkatan kapasitas masyarakat dalam kegiatan produksi distribusi dan jasa dalam suatu kawasan ekonomi antara pedesaan dan perkotaan

10

sesuai dengan kapasitas ekonomi kawasan

Sumber Kuncoro (2004)

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa program penanggulangan

kemiskinan yang dilakukan di Indonesia masih bersifat parsial Hal tersebut bisa dilihat

dari hampir semua program yang pernah dilakukan masih bermasalah dalam hal

mensinergikan antara masyarakat miskin dengan masyarakat yang berdaya (non

miskin) pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat Akibat dari kondisi tersebut

penanggulangan kemiskinan tidak efektif tidak mandiri dan tidak berkelanjutan

24 Kelemahan Program Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia

Salah satu penyebab kurang berhasilnya penanggulangan kemiskinan di

Indonesia adalah sistem politik yang cenderung sentralistik Sentralisasi yang sangat

kuat di masa lalu juga berimbas ke kebijakan penanggulangan kemiskinan dimana

hampir semua program penanggulangan kemiskinan bersifat rdquotop-downrdquo dengan

keterlibatan minimal dari pemerintah daerah dalam formulasi kebijakannya Program

atau kebijakan yang sangat rdquotop-downrdquo ternyata juga gagal dalam merefleksikan

pebedaan antar daerah yang kadang-kadang bisa menjadi sangat signifikan Akibatnya

timbul berbagai kegagalan berskala besar dalam program atau kebijakan yang pada

akhirnya berakibat pada dihentikannya program tersebut Berikut ini bentuk atau ciri-ciri

dan kelemahan program penanggulangan kemiskinan yang pernah dilakukan

Tabel 4

Ciri-ciri dan Kelemahan Program Penanggulangan Kemiskinan

Kelemahan Program Upaya Penanggulangan Kemiskinan

Prinsip-prinsip Penanggulangan

Kemiskinan

Perencanaan penentuan sasaran dan kreteria miskin serta pengaturan teknis pelaksanaan yang

Mendidik masyarakat miskin untuk terus menerus menemukenali potensi yang dimiliki baik individu keluarga

Program penanggulangan kemiskinan harus mengarah pada pendekatan yang menyeluruh (multi-sektor)

11

dilakukan oleh pemerintahinstansi pusat (top-down) seringkali tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat atau daerah tertentu

maupun lingkungan (keterampilan material dan sumberdaya alam) sebagai modal dasar untuk meningkatkan kesejahteraan hidup

Program-program yang dilaksanakan secara sektoral sering kali mengakibatan adanya semangat ego-sektoral dan saling tumpang tindih

Mendorong tumbuhnya rasa percaya diri akan kemampuannya untuk lepas dari belenggu kemiskinan

Perencanaan dan penentuan sasaran dilakukan oleh masyarakat bersama aparat dilapangan sehingga sesuai dengan kebutuhan masyarakat

Banyak program penanggulangan kemiskinan yang menempatkan masyarakat sebagai obyek sehingga masyarakat kurang berpartisipasi secara aktif

Menyadarkan bahwa tidak akan ada seseoranglingkungan yang dapat keluar dari genggaman kemiskinan melainkan atas usaha orangkeluargalingkungan itu sendiri

Masyarakat ditempatkan sebagai ldquopelaku utama dalam perang melawan kemiskinanrdquo agar masyarakat berpartisipasi secara aktif

Sulitnya menjaga kontinuitas program (program baru bukan merupakan kelanjutan program lama) mengakibatkan banyak program penanggulangan kemiskinan tidak berkesinambungan

Memberikan pemahaman bahwa masalah penanggulangan kemiskinan merupakan tugas dan tanggungjawab bersama pemerintah dan masyarakat

Pertanggungjawaban kepada pemerintah dan masyarakat untuk membangun keterbukaan dan akuntabilitas

Pertanggungjawaban hanya bersifat administratif kepada pemerintah sehingga tidak terbangun keterbukaan dan akuntabilitas publik akibat pendekatan proyek maka keberhasilan program hanya diukur dengan persentase bantuan yang berhasil

Menciptakan lapangan kerja dan peluang berusaha untuk menguatkan ekonomi masyarakat setempatPenguatan organisasikelompok masyarakat yang ada memberikan bantuan fasilitas (dana dan keahlian) yang dibutuhkan untuk mendayagunakan potensi yang dimiliki

Merupakan program yang berkesinambungan Ukuran keberhasilan ditentukan oleh berdayanya masyarakat untuk keluar dari belenggu kemiskinan danmenguatnya kemampuan ekonomi masyarakat melalui terciptanya akses kepada faktor produksi dan pasar

12

disalurkan dan jumlah sasaran penerima

Sumber Hamid (2003) Dalam Kuncoro (2004)

Sebenarnya perbedaan antara pendekatan ldquotop-downrdquo dan ldquobottom uprdquo tidak

perlu terjadi terjadi apabila sistem politik nasional dan terutama lokal mampu

menciptakan akuntabilitas pemerintah terhadap masyarakatnya Ketiadaan mekanisme

akuntabilitas selain membuat pihak eksekutif dan legislatif kurang tanggap terhadap

keluhan masyarakatnya juga membuat masyarakat tersebut tidak terlalu peduli atas

kualitas layanan publik yang diterimanya ataupun terhadap kebijakan perekonmian

daerahnya Dengan sistem perimbangan keuangan pusat dan daerah saat ini dimana

sebagian besar pajak masih dikuasai pemerintah pusat sangat mudah bagi pemerintah

daerah menyalahkan pemerintah pusat apabila ada ketidakpuasan di kalangan

masyarakat lokal mengenai kualitas layanan publik

Bab III METODE PENELITIAN

1 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini mempunyai tujuan utama membangun model penaggulangan

kemiskinan yang bersifat terpadu berdasarkan aspek spasial ekonomi dan

struktural di masing-masing desakelurahan yang ada di wilayah administrasi Kota

Malang

Berdasarkan pada tujuan utama penelitian ini maka kerangka pikir mengenai

Penyusunan Model Penanggulangan Kemiskinan di Kota Malang dijelaskan pada

Gambar berikut

Gambar 1Bagan Alir Penyusunan Model KulturalStruktural dan Spasial

Sebagai Penanggulangan Kemiskinan

13

AN

AL

ISA

P

ER

MA

SA

LA

HA

N

KE

MIS

KIN

AN

P

ER

KO

TA

AA

N

Aspek StrukturalMengukur Efektifitas

program penanggulangan

kemiskinan yang telah dilakukan

Aspek Ekonomi

Mengukur kondisi ekonomi

masyarakat miskin

Aspek SpacialMengukur kondisi

geografi dan topografi

(lingkungan fisik) masyarakat miskin

OutputKesenjangan

antara program

dgn kebutuhan

OutputProses generasi

tingkat

pendidikan jenis pekerjaan

OutputKondisi

Geografitopografi

PorsesIdentifikasi

ermasalahan kemiskian perkotaan

OUTPUT

Database Permasalahan kemiskinan Profil kemiskinan Isue Strategis

OutputWork Plan

Penanggulangan

Kemiskinan

OutputMaster Plan

PenanggulanganKemiskinan

Sebagaimana telah dikemukakan di atas upaya penaggulangan kemiskinan

dilakukan dengan pendekatan spasial ekonomi dan struktural Pendekatan tersebut

pada dasarnya bertujuan untuk menghasilkan model penanggulangan kemiskinan yang

bisa menghasilkan rencana strategis dan program kerja penanggunalangan kemiskinan

secara terpadu dan berkelanjutan di Kota Malang Setidaknya ada 5 (lima)

komponenkegiatan utama yang perlu dilakukan Kegiatan-kegiatan tersebut meliputi

1 Identifikasi dan Analisis Kondisi Eksisting masing-masing kota

Tujuan utama kegiatan ini adalah untuk memahami kondisi setiap desakelurahan

dan kecenderungan perkembangan dalam kurun waktu perencanaan Adapun informasi

yang perlu dikumpulkan dikaji dan dianalisis meliputi gambar mengenai kondisi fisik

sosial ekonomi desakelurahan kebijakan dan program-program yang terkait dengan

pengembangan desa perkembangan sektor-sektor ekonomi desa dan kondisi sistem

prasarana Semua informasi ini diharapkan dapat menggambarkan eksisiting yang

tengah berlangsung (on-going) maupun yang akan dikembangkan (commited)

2 Identifikasi Potensi dan Permasalahan Kemiskinan

Berdasarkan analisis terhadap kondisi wilayah dan kecenderungan

perkembangannya diidentifikasi potensi ekonomi yang mampu mendukung

pembangunan wilayah masing-masing Kota Identifikasi yang dimaksud meliputi

antara lain

Potensi desakelurahan yang terkandung baik yang sudah

dimanfaatkan belum dimanfaatkan maupun potensial diperkirakan

ada di desa Terkait dengan hal ini adalah identifikasi sektor unggulan

atau komoditi unggulan

Kendala-kendala dalam pengembangan potensi ekonomi baik dalam

kaitannya dengan bidang prasarana keuangan dan kebijakan

sehingga menimbulkan kemiskinan pada masyarakat setempat

3 Penyusunan Skenario Penanggulangan Kemiskinan

Skenario penanggulangan kemiskinan berisi antara lain pemanfaatan ruang dan

struktur ruang (pengembangan sektor-sektor unggulan kawasan dan sistem

14

prasarana) yang merupakan acuan pengembangan desa Skenario ini disusun

berdasarkan potensi pengembangan Kota

4 Perumusan Model Penaggulangan Kemiskian

Rumusan model penaggulangan kemiskinan yang dimaksud berisi program-

program pengembangan sektor kota dan sistem prasarana dasar Program-

program ini dirumuskan dalam rangka mendukung pencapaian skenario-skenario

yang telah dirumuskan

5 Rekomendasi Pola Pelaksanaan Program-Program Pengentasan Kemiskinan

Program-program yang layak untuk diimplementasikan selanjutnya dikaji pola

pelaksanaannya Dalam hal ini pola pelaksanaan yang dimaksud

memperhitungkan seluruh pelaku pembangunan yaitu pemerintah swasta dan

masyarakat

2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Kegiatan penyusunan model penanggulangan masyarakat miskin di Kota Malang

akan melakukan survei di seluruh wilayah yang termasuk dalam wilayah admisnistratif Kota

Malang Pasuruan Sidoarjo

Analisis dan penyusunan model penaggulangan kemiskinan dilakukan secara

bertahap tahapan tersebut didasarkan pada aspek kegiatan yang diukur dan dianalisis

Penelitian ini akan dilakukan dua tahap dinama setiap tahap penelitian diperkirakan

akan menghabiskan waktu plusmn 11 bulan jadi secara keseluruhan penelitian akan

menghabiskan waktu plusmn 22 bulan

3 Definisi Operasional Variabel

Aspek yang digunakan untuk membanguan model penanggulangan

kemiskinan di Kota Malang ada tiga aspek yaitu 1) Struktural atau Kelembagaan 2)

Aspek Kultural dan 3) Aspek Spasial (wilayah)

1) Aspek Struktural

Dalam aspek ini akan dilihat sejauhmana keterpaduan program-program yang

telah dilakukan oleh pemerintah baik pusat maupun daerah dengan kapasitas

15

dan kebutuhan masyarakat miskin Aspek struktural atau kelembagaan

mempunyai dua sub-indikator yaitu 1) Sub-indikator kebijakan pemerintah dan

2) Sub-indikator kapasitas sosial masyarakat (social capacity) Masing-masing

sub-indikator mempunyai variabel total variabel untuk mengukur indikator

aspek struktural atau kelembagaan sebanyak 8 variabel

Variabel-variabel yang digunakan dalam aspek struktural atau kelembagaan

dalam melakukan pengukuran terhadap desakelurahan dapat dilihat pada

tabel berikut

Tabel 5

Jumlah Sub Indikator dan Variabel Dari Aspek Struktural

No Sub Indikator

Variabel Diskripsi

1 Kebijakan Pemerintah (3 variabel)

- Program penanggulangan kemiskinan yang berasaldari pemerintah pusat

- Program penanggulangan kemiskinan yang berasaldari pemerintah propinsi

- Program penanggulangan kemiskinan yang berasaldari pemerintah daerah kabupaten

- Program penanggulangan kemiskinan yang berasal dari perangkat desa

Mengukur seberapa besar keterlibatan pemerintah baik pusat maupun daerah dalam upaya penanggulangan kemiskinan

2 Kapasitas sosial masyarakat(6 variabel)

- Gengsi sosialorang miskin

- Nilai adatbudaya dan agama terhadap orang miskin

- Rasionalitas penduduk miskin (semangat membebaskan diri dari kemiskinan)

- Budaya dan etos kerja- Semangat gotong

royong- Keperdulian

Mengukur seberapa besar social capital masyarakat miskin dalam keluar dari kemiskinan

16

masyarakat sekitar terhadap orang miskin

2) Aspek Kultural

cultural poverty adalah suatu budaya yang terjadi karena penderitaan ekonomi

(economic depretiation) yang berlangsung lama Berdasarkan penelitian pada

beberapa kebudaya kelompok etnik ditemukan bahwa kemiskinan adalah salah

satu sub-kultur masyarakat yang mempunyai kesamaan ciri antar etnik satu

dengan etnik yang lain Dalam aspek ini akan dilihat seberapa besar potensi

kemiskinan yang tercipta akibat dari kultur atau kebudayaan yang sudah

berlangsung di suatu wilayah Aspek kultural ini akan mencakup 1) tingginya

angka pengangguran 2) tingkat upahtinggi rendahnya gaji dan 3) sistem

ekonomi yang terlalu berorientasi pada mencari keuntungan

Variabel-variabel yang digunakan dalam aspek ekonomi dalam melakukan

pengukuran terhadap desakelurahan dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 6

Jumlah Sub Indikator dan Variabel Dari Aspek Struktural

No Sub Indikator Variabel Diskripsi1 Tingginya

angka pengangguran

- Lama bekerja- Banyaknya pekerja

dalam satu rumah

Mengukur seberapa besar tingkat pengangguran di suatu wilayah

2 Tingkat Upah - Besarnya gaji perbulan

- Ada tidaknya bonus

Mengukur seberapa besar kenaikan upah yang berhubungan dengan kesejahteraan masyarakat

3 Sistem Ekonomi

- Tujuan bekerja- Langkah untuk

memenuhi kebutuhan

Mengukur sebesarapa penting antara kebutuhan dan penimbunan kekayaan

3) Aspek Spasial

Dalam aspek ini akan dilihat seberapa besar konsisi wilayah (space) mampu

mendorong proses penanggulanagan kemiskinan Aspek spasial atau wilayah

mempunyai dua sub-indikator yaitu 1) Sub-indikator Kondisi geografis dan 2)

Sub-indikator Aksesibilitas sarana dan prasarana Masing-masing sub-indikator

17

mempunyai variabel total variabel untuk mengukur indikator aspek struktural

atau kelembagaan sebanyak 6 variabel

Variabel-variabel yang digunakan dalam aspek spasial atau wilayah dalam

melakukan pengukuran terhadap desakelurahan dapat dilihat pada tabel

berikut

Tabel 7

Jumlah Sub Indikator dan Variabel Dari Aspek Spasial

No Sub Indikator

Variabel Diskripsi

1 Kondisi geografis(4 variabel)

- Letak geografis- Topografi- Kondisi jalan- Kondisi jembatan

Mengukur sejauhmana kondisi geografis mampu bermanfaat untuk pemberdayaan masyarkat miskin

2 Aksesibilitas terhadap sarana dan prasarana(5 variabel)

- Akses terhadap pasar- Akses terhadap sarana

pendidikan- Akses terahadap

fasilitas kesehatan- Akses terahadap

aktivitas produksi

Mengukur tingkat kemudahan akses terhadap sarana dan prasarana pokok untuk penanggulangan kemiskinan

4 Jenis Data

Dilihat dari sumbernya data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua

jenis yaitu data sekunder dan data primer

1 Data Sekunder

Data ini merupakan data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain Adapun data

sekunder yang akan digunakan dalam penelitian ini diantaranya seperti Jumlah

penduduk luas desa topografi desa monografi desa letak geografi desa dan

lain-lain

2 Data Primer

Data ini merupakan data yang diperoleh langsung dari obyek penelitian Adapun

data primer yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya seperti data yang

18

digunakan untuk mengukur indikator kelembagaan indikator tipologipenyebab

kemisikinan indikator sumberdaya dan potensi ekonomi dan lain-lain

5 Teknik Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam pengumpulan informasi dan data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah Participatory Rural Appraisal (PRA) meliputi

1 Wawancara yaitu metode pengumpulan data dengan wawancara secara

mendalam dengan key-person (formal dan informal leaders) untuk

mengidentifikasi kebutuhan (needs) masyarakat

2 Dokumentasi yaitu metode pengumpulan data sekunder yang dimiliki oleh

responden lembaga ekonomi dan sosial maupun instansi teknis terkait

3 Observasi ( pengamatan) dan survei lapang

Dalam hal meyakinkan data dan informasi yang diperoleh dari responden

peneliti mengadakan pengamatan dan survei lapang secara langsung terhadap

obyek yang diamati mendengar serta mencatat hasil temuan lapang

4 Pengumpulan Data Sekunder

Selain dukungan data primer yang menjadi sumber data utama penelitian ini juga

menggunakan data sekunder yang diperoleh dari dokumen-dokumen serta catatan-

catatan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti Dokumen yang dimaksud

adalah jumlah keluarga miskin yang diperoleh dari Badan Perencanaan Kota

(Bapekot) Malang Catatan Sipil Kota malang (data Penduduk Kota malang sampai

dengan bulan Februari 2006) dan statistik kecamatan dari tiga kecamatan yang

diterbitkan oleh Kantor Statistik Kota Malang 2006

5 Focus Group Discussion (Diskusi Kelompok)

Peneliti melaksanakan diskusi dengan obyek penelitian ketika peneltian lapang akan

dilakukan Kegiatan ini pertama dilakukan adalah dimaksudkan untuk

mensosialisasikan pelaksanaan pengumpulan data (sebagai kegiatan penting

penelitian ini) kepada para sekretaris kecamatan dan seluruh sekretaris

desakelurahan yang diperkirakan menjadi sasaran dari kegiatan penelitian lapang

Berbagai informasi yang disampaikan dalam kegiatan sosialisasi ini antara lain

meliputi pentingnya dilaksanakan kegiatan inventarisasi dan pemetaan kemiskinan

di Kabupaten Sumenep proses pengumpulan data dan hasil akhir yang dihasilkan

kegiatan ini Melalui kegiatan ini dicapai jalinan suatu kebersamaan antara peneliti

19

dengan calon responden (subyek yang diteliti) sehingga dapat diperoleh data yang

optimal

Diskusi kelompok kedua dilakukan pada saat menjelang kegiatan ini berakhir

Diskusi ini dilakukan dengan stakeholders tingkat kota dimaksudkan untuk

mengoptimalkan hasil temuan lapangan Dikusi kelompok ini diarahkan kepada

upaya-upaya mengklarifikasi hasil temuan lapangan mendapatkan koreksi dan

masukan serta kesepakatan tentang hasil akhir kegiatan ini

6 Alat Analisis

Analisis dilakukan dengan memadukan pendekatan struktural (data

kuantitatif dan kualitatif) ekonomi (potensi sumberdaya pemabngunan) dan spasial

(pemetaan) Maksudnya bahwa dari himpunan data yang telah dikompilasi

dilakukan analisis statistik sederhana dengan lebih banyak menggunakan tabulasi

silang dan perhitungan-perhitungan statistik yang secara mudah dapat dipahami

Himpunan data tersebut selanjutnya diinterpretasikan dan dirancang dengan

menempatkan hasil analisis tersebut ke dalam peta (pendekatan spasial)

Pemetaan tersebut dimaksudkan untuk menentukan tata letak potensi sarana

ekonomi yang dimaksud oleh penelitian ini paling tidak untuk

1) memahami keberadaan keluarga miskin baik melalui data struktural maupun

melalui tampilan peta setiap desakelurahan

2) memahami secara terintegrasi keberadaan masyarakat miskin di Kota malang

dalam perspektif kepentingan ekonomi dan pembangunan Kota Malang ke

depan

Selain menggunakan pendekatan di atas penelitian ini juga menggunakan

metode Performance-Importance Analysis dalam menjawab tujuan yang akan dicapai

Analisis ini digunakan untuk melihat tingkat kesenjangan (gap) antara atribut kinerja

pelayanan publik (performance) yang telah dilakukan oleh pemerintah melalui dinas-

dinas terkait penanggulangan kemiskinan di Kota Malang dengan persepsi tingkat

kepentingan (importance) akan atribut-atribut yang dibutuhkan

Pengukuran tingkat kepentingan dan performance dilakukan dengan cara

menyebarkan kuesioner bagi masyarakat miskin yang menjadi obyek penelitian

Responden akan diminta untuk memberikan penilian atau persepsi mereka terhadap

sejauh mana layanan yang telah diberikan pemerintah melalui dinas-dinas terkait di Kota

Malang (performance) terhadap penanggulangan kemiskinan Dengan memberikan

20

penilaian atas atribut yang mereka anggap paling dibutuhkan saat ini (importance)

dengan asumsi bahwa obyek penelitian mengerti sejauh mana kinerja atribut pelayanan

publik yang telah dilakukan dinas-dinas terkait dan berkompeten dalam penanggulangan

kemiskinan

Dari analisis Kuadran akan diketahui pada kuadran manakah suatu atribut

berada sehingga nantinya dapat digunakan sebagai instrumen untuk

merekomendasikan tindakan atau kebijakan yang seharusnya dilakukan bagi

keberhasilan penanggulangan kemiskinan di Kota Malang

Bab 4 Hasil analisis

1 Gambaran geografis Jawa Timur

Jawa Timur adalah sebuah provinsi di bagian timur Pulau Jawa Indonesia

Ibukotanya adalah Surabaya Luas wilayahnya 47922 kmsup2 dan jumlah penduduknya

37070731 jiwa (2005) Jawa Timur merupakan provinsi terluas diantara 6 provinsi di

Pulau Jawa dan memiliki jumlah penduduk terbanyak kedua di Indonesia setelah Jawa

Barat Jawa Timur berbatasan dengan Laut Jawa di utara Selat Bali di timur Samudra

Hindia di selatan serta Provinsi Jawa Tengah di barat Wilayah Jawa Timur juga

meliputi Pulau Madura Pulau Bawean serta sejumlah pulau-pulau kecil di Laut Jawa

dan Samudera Hindia

Jawa Timur dikenal sebagai pusat Kawasan Timur Indonesia dan memiliki

signifikansi perekonomian yang cukup tinggi yakni berkontribusi 1485 terhadap

Produk Domestik Bruto nasional Pembagian wilayah administrasi Pemerintah Propinsi

Jawa Timur pada tahun 2003 sd tahun 2007 terbagi dalam 4 (empat) Badan Koordinasi

Wilayah Pembantu Gubernur 29 Kabupaten dan 9 Kota serta jumlah kecamatan

berjumlah 642 kecamatan Perwakilan kecamatan sejak tahun 2003 telah ditiadakan

sebelumnya berjumlah 114 dan Kota Administratif Batu sejak tahun 2003 telah menjadi

Kotasedang Kota Administratif Jember berdasarkan peraturan perundangan telah

21

dicabut dengan demikian Jember hanya sebagai Kabupaten Jumlah kelurahan

sebanyak 785 Kelurahan dan Desa sebanyak 7680 desa

Table 8

Pembagian Wilayah Administrasi Provinsi Jawa Timur

Uraian 2001 2002 2003 2004 2005 2006Badan koordinasi wilayah 4 4 4 4 4 4Jumlah Kabupaten 29 29 29 29 29 29Jumlah kota 9 9 9 9 9 9Jumlah Kecamatan 642 642 642 642 657 657Jumlah Kelurahan 784 784 784 784 784 784Jumlah Desa 7715 7715 7715 7715 8484 8484

Sumber Biro Pemerintahan dan Otoda Setda Prop Jatim amp Jatim Dalam Angka 2006

2 Gambaran geografis

a gambaran geografis kabupaten Pasuruan

Kota Pasuruan adalah ibu kota Pasuruan Jawa Timur terletak di persimpangan

jalur regional Surabaya-Probolinggo-Malang Orientasi Wilayah Kota Pasuruan memiliki

wilayah seluas 3529 kmsup2 dengan jumlah penduduk sebanyak 158864 jiwa (Sensus

Penduduk 2000) Wilayahnya terdiri dari 3 kecamatan 19 kelurahan dan 15 desa

Tiga kecamatan tersebut yaitu Kecamatan Gading rejo Purworejo dan Bugulkidul

Kecamatan Bugulkidul memiliki wilayah terbesar (1624 kmsup2) sedang untuk Gadingrejo

dan Purworejo masing-masing 1046 kmsup2 dan 859 kmsup2

b Gambaran geografis kabupaten Sidoarjo

Kota Sidoarjo merupakan Ibukota Kecamatan Sidoarjo yang terletak di tepi Selat

Madura dan termasuk dalam wilayah administratif Kabupaten Sidoarjo Propinsi Jawa

Timur Batas-batas administrasi dari kota Sidoarjo ini adalah

1048707 Sebelah utara Kecamatan Waru

22

1048707 Sebelah selatan Kecamatan Porong

1048707 Sebelah Timur Selat Madura

1048707 Sebelah Barat Kecamatan Krian

Secara geografis wilayah Kota Sidoarjo memiliki luas wilayah 6256 Ha Ditinjau dari

Topografi keadaan medan Kota Sidoarjo berada pada ketinggian antara 23 - 32 diatas

permukaan laut

c Gambaran geografis kabupaten malang

3 Pemetaan Penduduk miskin di kabupaten Sidoarjo Pasuruan dan Malang

Gambaran Rumah Tangga Miskin Di Kabupaten Sidoarjo Pasuruan Dan Malang

Hasil penelitian dengan menggunakan data skunder yang telah dilakukan mengenai jumlah rumah tangga miskin yang ada di kabupaten sidoarjo pasuruan dan malang seperti tergambar pada table di bawah ini

Table 9Jumlah keluarga miskin di kabupaten sidoarjo pasuruan dan malang

Kabupaten 2005 2006 Sidoarjo 239100 1402 223300 1297Pasuruan 285100 2016 308900 2167Malang 373700 1617 404800 171Jawa timur 7139900 1995 7678100 2109

sumber BPS

Dari deskripsi data diatas mengenai jumlah keluarga miskin di 3 kabupaten

provinsi jawa timur antara tahun 2005 dan 2006 menunjukkan tingkat kemiskinan yang

bervariasi Untuk kabupaten sidoarjo jumlah keluarga miskin sebesar 239100 atau

mencapai 1402 dari jumlah penduduk di tahun 2005 Tahun berikutnya jumlah

keluarga miskin berkurang menjadi 223300 atau 1297 dari total penduduk di

kabupaten sidoarjo Penurunan jumlah keluarga di kabupaten sidoarjo ternyata tidak

diikuti di tetangga kabupatennya seperti pasuruan dan malang Jumlah keluarga miskin

di kabupaten pasuruan sebanyak 285100 atau 2016 di tahun 2005 dan naik menjadi

308900 atau 2167 dari toatal keluarga di kabupaten pasuruan Demikian juga dengan

23

kabupaten malang jumlah keluarga miskin di tahun 2006 juga mengalami kenaikan

Tahun 2005 jumlah keluarga miskin sebanyak 373700 atau 167 naik menjadi

404800 atau 171 dari jumlah keluarga yang tinggal di kabupaten malang

4 Gambaran rumah tangga miskin pada kabupaten pasuruan sidoarjo dan

malang

Jika dilihat mengenai masalah kemiskinan di daerah provinsi jawa timur maka dapat

diketahui bahwa peta penduduk miskin tidak hanya terkelompok pada kabupaten yang

mempunyai sumberdaya alam yang sedikit namun juga terdapat ppotensi kemiskinan di

daerah yang mempunyai sumber daya alam yang banyak Untuk lebih jelasnya berikut

peta potensi kemiskinan pada masing ndash masing kabupaten yang diikuti dengan jumlah

penduduknya

Tabel

Jumlah Rumahtangga Miskin Masing-Masing Kabupaten

Di Wilayah Provinsi Jawa Timur

KabupatenJumlah Penduduk Jumlah Penduduk Miskin

2005 2006 2005 2006Kabupatenkab Pacitan 869642 885986 150100 162600kab Ponorogo 665070 687786 152500 165200kab Trenggalek 969461 984460 165800 189000kab Blitar 525888 1140809 175800 190400kab Kediri 1429137 1525231 255900 277200kab Malang 2336363 2419822 373700 404800kab Lumajang 999525 1026400 186100 201900kab Jember 2261477 2278718 408000 423300kab Banyuwangi 1514605 1575265 236100 251900kab Bondowoso 698504 725571 169500 183600kab Situbondo 605208 636200 113200 107200kab Probolinggo 1021279 1070137 267400 289700kab Pasuruan 1398122 1485342 285100 308900kab Sidoarjo 1697435 1838666 239100 223300kab Mojokerto 969299 1027871 154300 165400kab Jombang 1222499 1212876 278600 289900kab Nganjuk 989693 1065459 235800 255400kab Madiun 641596 667709 137500 144700kab Magetan 617492 621862 104600 113300kab Ngawi 827728 857449 193400 209100kab Bojonegoro 1228939 1251051 323900 350900

24

kab Tuban 1063375 1104538 300700 325800kab Lamongan 1187065 1274194 280800 304200kab Gresik 1118841 1120541 242500 287500kab Bangkalan 889590 945863 286700 306700kab Sampang 835122 894046 325900 353100kab Pamekasan 762876 782076 237600 271500kab Sumenep 1004758 1068595 331200 351100

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa di kabupaten malang mempunyai potensi

kemiskinan yang tinggi pada tahun 2005 dan 2006 Tingginya angka kemiskinan di

kabupaten tersebut mengindikasikan bahwa kurang adanya pemerataan pada

pembangunan perekonomian Kabupaten pasuruan dan kabupaten sidoarjo memiliki

jumlah penduduk miskin relatif dibawah kabupaten malang Hal tersebut bisa terjadi

karena kedua kabupaten berada pada lingkar urat nadi perekonomian jawa timur

sehingga perekonomian di wilayah tersebut dapat terdongkrak akibat aktivitas

perekonomian jawa timur

5 Karakteristik Perekonomian Rumah Tangga Miskin

51 Kabupaten Pasuruan

Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden

Salah satu penentuan sebuah masyarakat miskin adalah dengan melihat rata-

rata tingkat pendapatannya Oscar Lewis (1966) akar dari timbulnya budaya miskin

salah satunya adalah rendahnya gajipendapatan

Tabel

Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden kabupaten pasuruan

No

lt 200000200000

sd 400000

410000 sd

500000gt 500000 Jumlah

1Tidak

Bekerja

2 2 29

2Buruh Pasar

3 3 6 613 10

3Kuli

Banguan

1 2 1 4 44 7 3

4 Pemulung

1 1 8 10 104 3 22

25

5 Pedagang

4 8 10 22 2217 28 27

6 Becak 3 7

10 1010 19

7Sopir

Angkutan

1 4 5 10 104 14 14

8 Wiraswasta

1 2 1 15 54 7 3 11

9 Bengkel

2 3 1 17 79 10 3 11

10Buruh Pabrik

4 610 1011 67

11 Lain-lain

8 3 1 12 1235 10 11 100

Jumlah 23 29 37 9 98

Table diatas menjelaskan mengenai tingkat pendapatan dan jenis pekerjaan

pada kabupaten pasuruan Dari 91 sampel yang di ambil ada beberapa karakteristik

pendapatan dari para pekerja Secara umum masyarakat yang mempunyai pendapatan

lebih dari 500 ribu di domonasi oleh pekerja swasta bengkel buruh pabrik dan lain-lain

Buruh pabrik memiliki tingkat pendapatan di atas 500 ribu disebabkan karena adanya

kebijakan UMR yang harus dipenuhi oleh perusahaan di wilayah tersebut

Tabel

Keahlian Yang Dimiliki Masyarakat kabupaten pasuruan

No Jenis Pekerjaan Responden Wiraswasta BengkelMontir Sopir

Tukang Bangunan

DagangLain-lain

jumlah

1 Tidak Bekerja 0 0

2 Buruh Pasar

1 1 2 26 0 0 0 7 0

3 Kuli Bangunan

5 5 414 1428 0 0 25 0 22

4 Pemulung

33 30 0 0 0 0 17

5 Pedagang

2 1 3 28 80 0 13 5 21 11

26

6 Becak

2 4 5 314 140 17 25 25 0 17

7 Sopir Angkutan

2 3 5 50 17 19 0 0 0

8 Wiraswasta

5 3 5 13 1328 0 0 15 36 0

9 Bengkel

5 2 29 90 42 13 0 0 11

10 Buruh Pabrik

5 3 3 11 1128 0 0 15 21 0

11 Lain-lain

2 3 5 3 2 419 1911 25 31 15 14 22

Jumlah 18 12 16 20 14 18 98 100

Keberagaman keahlian yang dimiliki oleh masyarakat kabupaten pasuruan tidak

berarti bahwa keahlian yang dimilikinya terspesifikasi pada satu jenis keahlian tertentu

namun tidak sedikit masyarakat yang mempunyai keahlian lain diluar dari profesi yang

dimilikinya Sebagai contoh adalah seorang pegawai bengkel tidak hanya ahli dalam

memperbaiki kendaraan bermotor namun juga bisa berprofesi sebagai sopir Hal

tersebut ditunjukkan oleh hasil observasi yang telah dilakukan untuk masyarakat daerah

pasuruan dimana pegawai bengkel ternyata juga bisa berprofesi sebagai sopir atau

bidang usaha yang lain

Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan

NoJenis

Pekerjaan Responden

Tempat Usaha

Alat Modal Pemasaran Ketrampilan jumlah

1 Tidak Bekerja

2 Buruh Pasar

3Kuli

Bangunan

4 Pemulung

5 5 10 10 23 12

5 Pedagang

8 5 13 1350 12

27

6 Becak

4 8 12 12 18 19

7Sopir

Angkutan

5 5 5 12

8 Wiraswasta

8 6 14 14 36 14

9 Bengkel

5 6 11 11 23 14

10 Buruh Pabrik

77 7 41

11 Lain-lain

8 8 1026 2750 19 59

Jumlah 16 22 43 0 17 98 100

Dengan keahlian yang dimiliki oleh masyarakat pasuruan dapat diindikasikan

bahwa keahlian yang dimiliki mempunyai kemerataan sampel Dari seluruh responden

yang dijadikan sampel sebagian besar menginginkan bantuan modal alat dan tempat

usaha Untuk jenis pekerjaan bengkel sampel menyatakan bahwa responden

menginginkan bantuan modal dan alat untuk dapat mengembangkan usahanya Hal

yang sama juga ditunjukkan untuk jenis pekerjaan wiraswasta dimana 23 menyatakan

menginginkan bantuan alat dan 24 menginginkan bantuan modal

52 Kabupaten Sidoarjo

Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden

No Gaji amp Jenis Pekerjaan

lt 200000

200000 sd

400000

410000 sd

500000gt 500000 Jumlah

1 Tidak Bekerja

2

2 2111

2 Buruh Pasar

6 4

10 11333 200

3 Kuli Banguan

1 8 1

10 1156 400 50

4 Pemulung

8 2

10 11444 100

5 Pedagang

1 2 7

10 1150 100 212

28

6 Becak

1 2

3 356 100

7 Sopir Angkutan

2 6 1

9 10100 300 30

8 Wiraswasta

1 2 7

10 1150 100 212

9 Bengkel

4 5

9 10200 152

10 Buruh Pabrik

5 5

10 11250 152

11 Lain-lain

8

8 9242

Jumlah 18 20 20 33 91 100

Karakteristik pendapatan masyarakat di daerah perkotaan kabupaten sidoarjo

menunjukkan kesamaan dari kabupaten pasuruan Secara keseluruhan responden yang

berpenghasilan di atas 500 ribu di dominasi oleh masyarakat yang mempunyai

pekerjaan sebagai wiraswasta bengkel buruh pabrik dll Jika ditelaah lebih lanjut

memang untuk golongan buruh pabrik mereka berpenghasilan ditas 500 ribu karena ada

jaminan dari pemerintah mengenai pendapatan minimum melalui UMR Sedangkan

masyarakat yang bekerja di bengkel mendapatkan pendapatan yang tinggi karena

sidoarjo merupakan daerah industry sehingga tidak sedikit masyarakat yang

menggunakan kendaraan bermotor dalam aktifitasnya

Tabel

Keahlian Yang Dimiliki Masyarakat kabupaten sidoarjo

NoJenis

Pekerjaan Responden

Wiraswasta BengkelMontir

SopirTukang

BangunanDagang

Lain-lain

jumlah

1Tidak

Bekerja

2 Buruh Pasar

5 6 718 1831 43 37

3 6 8 14 14

29

Kuli 46

4 Pemulung

6 7 13 13 23 54

5 Pedagang

8 3 11 1150 30

6 Becak

8 8 8 57

7Sopir

Angkutan

5 49 9 19 21

8 Wiraswasta

3 5 8 8 30 19

9 Bengkel

4 4 4 15

10Buruh Pabrik

11 Lain-lain

3 4 6 13 1319 40 23

Jumlah 16 10 26 13 14 19 98 100

Menurut survey yang telah dilakukan ternyata tipikal masyarakat sidoarjo dan

pasuruan untuk kategori keahlian yang dimiliki adalah sama penyebarannya Untuk

kabupaten sidoarjo jenis pekerjaan terbanyak adalah buruh pasar dengan keahlian yang

dimiliki berdagang serta ada yang memiliki keahlian sebagai tukang sepatu

Keberagaman jumlah responden menunjukkan keberagaman pekerjaan masyarakat

yang dijadikan sebagai obyek penelitian Menurut hasil penelitian digambarkan bahwa

seorang yang berprofesi sebagai pemulung ternyata juga memiliki keahlian di bidang

lainnya seperti tukang bangunan bahkan sopir Dari informasi yang dimiliki tersebut

diharapkan pemerintah dapat memberikan bantuan sesuai dengan bidang profesi

masyarakat atau keahlian masyarakat itu sendiri

30

Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan

NoJenis

Pekerjaan Responden

Tempat Usaha

Alat Modal Pemasaran jumlah

1Tidak

Bekerja

0 0

2Buruh Pasar

2 8 10 01020418 15

3Kuli

Bangunan

1 3 6 10 01020414 14 12

4 Pemulung

1 8 9 00918374 15

5 Pedagang

10 2 4 16 016326540 10 8

6 Becak

2 4 6 12 01224498 19 12

7Sopir

Angkutan

2 6 8 00816338 12

8 Wiraswasta

3 7 10 0102041 14 13

9 Bengkel

5 6 11 0112245 24 12

10Buruh Pabrik

0 0

11 Lain-lain

7 4 1 12 012244928 19 2

Jumlah 25 21 52 0 98

Masyarakat daerah sidoarjo untuk segala jenis pekerjaan yang dijadikan subyek

penelitian menyatakan bahwa masyarakat memilih diberikan bantuan modal alat dan

tempat usaha Sedangkan untuk aspek pemasaran masyarakat sidoarjo tidak begitu

memerlukan bantuan Karena jika kita perhatikan kabupaten sidoarjo terletak di urat nadi

perekonomian jawa timur sehingga diharapkan pemasaran tidak menjadi kendala Dari

98 orang yang dijadikan responden sebanyak 52 orang dari berbagai macam profesi

menginginkan bantuan modal usaha

31

Berdasarkan hasil data skunder yang telah dilakukan terhadap seluruh

rumahtangga miskin yang ada di Kota Malang maka gambaran lokasi rumahtangga

misikin yang ada di Kota Malang seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini

Tabel

Jumlah Keluarga Miskin Masing-Masing Kecamatan

Di Kota Malang

No Kecamatan Jumlah Rumah Tangga

Prosentase

1 Kedungkandang 6635 2730

2 Sukun 6255 2574

3 Klojen 3432 1412

4 Blimbing 4158 1711

5 Lowok Waru 3821 1572 Sumber Pemkot Malang 2006

Data di atas menunjukkan jumlah rumah tangga miskin yang ada di kota malang

di masing-masing Kecamatan Dari 5 kecamatan yang ada dikota Malang jumlah

kemiskinannya adalah sebagai berikut Kecamatan yang paling tinggi angka

kemiskinannya adalah kecamatan Kedungkandang yaitu sebesar 2730 kecamatan

Sukun sebesar 2574 kemudian Kecamatan Lowok Waru sebesar 1572

Kecamatan Blimbing 1711 dan angka terendah Rumah tangga miskinnya adalah

kecamatan Klojen yairu sebesar 1412

Gambar

Jumlah keluarga Miskin di Kota Malang

0 1 2 3 4 5 6 7

Kedungkandang

Sukun

Klojen

Blimbing

Lowok Waru

Jumlah Rumah Tangga

32

Berdasarkan gambaan di atas jumlah rumah tangga miskin di kota malang

berada pada daerah-daeah tertentu (Kedungkandang dan Sukun) wilayah ini merupakan

wilayah pinggiran kota yang padat dengan jumlah penduduknya Kecamatan

Kedungkandang merupakan daerah yang umumnya pdat penduduk dan daerah tersebut

merupakan daerah pinggiran kota serta rata-rata penduduknya memiliki mata

pencaharian pedagang Daerah tersebut juga merupakan daerah pusat-pusat industri

kecil dan yang lebih telihat bahwa kebanyakan rumah tangga miskin bertempat tinggal

di daerah aliran sungai brantas (DAS Brantas) serta di pinggiran jalur kereta api

Berbeda halnya dengan kecamatan Sukun daerah ini selain terdapatnya pusat

perdagangan juga merupakan daerah industri kecil (home industri) Keberadaan rumah

tangga miskin selain rata-rata kehidupannya berdagang juga bertempat tinggal pada

daerah-daerah perkampungan

33 Aspek Kultural Pada Masyarakat Miskin

Urbanisasi merupakan salah satu faktor pemicu perkembangan kota terjadinya

perpindahan penduduk dari desa ke kota disebabkan oleh berbagai faktor baik faktor

pearik maupun pendorong perkembangan industri dan perdagangan di kota merupakan

faktor penarik yang menyebabkan orang untuk berdatangan dan tinggal di daerah

perkotaan Keinginan untuk dapat mendapatkan penghasilan dan pekerjaan yang lebih

baik untuk mencukupi kebutuhan hidup merupakan penyebab utama terjadinya

urbanisasi Namun kondisi tersebut tidak seiring dengan kualitas pendidikan dan

ketrampilan yang memadai sehingga mereka tidak dapat ditampung di sektor formal

melainkan menggantungkan hidupnya pada sektor informal yang kurang menentu

Selain itu yang menjadi faktor pendorong terjadinya urbanisasi adalah kondisi fasilitas di

daerah asal (pedesaan) kurang memadai serta semakin menyempitnya lahan pertanian

dan peluang pekerjaan

Pertambahan penduduk di kota yang sangat tinggi menyebabkan berbagai

permasalahan sosial permasalahan yang muncul adalah adanya perkampungan kumuh

dan perumahan liar di pinggiran kota dan umumnya di daerah pinggiran aliran sungai

brantas (DAS) Masalah tersebut disebabkan oleh ketidak mampuan masyarakat miskin

perkotaan untuk memiliki rumah yang layak huni Penyebab lainnya adalah ketidak

mampuan pemerintah kota untuk menyediakan sarana bagi masyarakat miskin

33

perkotaan Pembangunan perkotaan senantiasa bukan memberikan solusi dalam

pengentasan kemiskinan perkotaan melainkan sebaliknya yaitu menjadikan proses

penggusuran dan semakin terdesaknya kehidupan masyarakat miskin tersebut

Tabel

Daerah Asal Responden sidoarjo

NoJenis

Pekerjaan Responden

Jawa Timur Non

Madura

Madura Jawa Barat

Jawa Tengah

Luar Jawa

jumlah

1Tidak

Bekerja

2Buruh Pasar

8 1 1 10 1011 7 7

3Kuli

Bangunan

7 2 1 10 1010 14 7

4 Pemulung

9 9 913

5 Pedagang

10 10 1014

6 Becak

8 1 2 11 1111 7 14

7Sopir

Angkutan

10 10 1014

8 Wiraswasta

8 6 14 1411 43

9 Bengkel

10Buruh Pabrik

8 2 10 1011 14

11 Lain-lain

2 2 10 14 143 14 71

Jumlah 70 14 0 14 0 98 100

Dari data diatas sebagian besar kaum migrant untuk setiap profesi berasal dari

jawa timur Di definisikan jawa timur karena seluruh masyarakat urban berasal dari jawa

timur kecuali Madura Ada beberapa alasan dari responden mengapa mereka

melakukan urbanisasi salah satunya adalah untuk memperbaiki taraf ekonomi karena

kabupaten sidoarjo dianggap sebagai kabupaten yang memiliki potensi yang cukup

34

tinggi dalam bidang industry Profesi terbanyak yang diminati oleh pendatang adalah

sebagai pedagang dan sebagai sopir

Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin

pada kabupaten sidoarjo dapat diperhatikan gambar di bawah ini

Gambar

Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin

35

Tabel

Daerah Asal Responden pasuruan

NoJenis

Pekerjaan Responden

Jawa Timur Non

Madura

Madura Jawa Barat

Jawa Tengah

Luar Jawa

jumlah

1 Tidak Bekerja

2 Buruh Pasar

4 4 24

3 Kuli Bangunan

5 5 55

4 Pemulung

10 10 1011

5 Pedagang

20 20 2022

6 Becak

8 2 10 109 33

7Sopir

Angkutan

0 0

8 Wiraswasta

0 0

9 Bengkel

10 Buruh Pabrik

15 4 19 1916 67

11 Lain-lain

30 30 3133

Jumlah 92 6 98 98 98

Sama seperti pada kabupaten sidoarjo sebagian besar pendatang adalah dari

wilayah jawa timur Pendatang sebagian besar berprofesi sebagai pedagang karena

wilayah sidoarjo selain sebagai sentra industry provinsi jawa timur juga sebagai urat nadi

perekonomian jawa timur Sehingga bagi para pedagang akan sangat menguntungkan

karena di lewati dari berbagai wilayah di jawa timur

Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin

pada kabupaten pasuruan dapat diperhatikan gambar di bawah ini

Gambar

36

Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin

Tabel 5Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan di kota malang

Lama Tinggal (Tahun)Kecamatan

pddkAsli le 2 3 - 6 7 - 9 ge 10

Jumlahrespondn

Kedung kandang10

(1053)- 3

(316)11

(1158)71

(1473) 95

18 - - 15 52

37

Sukun (2118) (1764) (6118) 85

Klojen9

(1200)5

(667)12

(1600)9

(1200)40

(5333) 75

Blimbing8

(100)2

(25)- 8

(100)62

(775) 80

Lowok Waru15

(1923)- - 7

(897)56

(7180) 78

Sumber Data Primer

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa dari responden (keluarga miskin)

perkotaan sebagian besar bukan penduduk asli daerah kota Malang melainkan

pendatang yang merupakan kaum migran dan menetap di kota Malang kecamatan

kedung Kandang merupakan daerah yang padat penduduknya dimana 1473

menunjukkan jumlah responden yang sudah lama tinggal di kota malang (di atas 10

tahun) bahkan beberapa responden sudah turun-menurun dari keluarga mereka

Kecamatan Sukun yang merupakan kaum pendatang yang tinggal di kota Malang sudah

puluhan tahun sebanyak 6118 dari responden yang ada Kecamatan Klojen sebesar

5333 Kecamatan Blimbing sebanyak 775 dan untuk kecamatan Lowok Waru

sebanyak 7180 dari masing-masing responden di tingkat kecamatan Kondisi ini

menjelaskan bahwa masyarakat miskin perkotaan adalah rata-rata kaum migran yang

sengaja datang ke kota Malang untuk mencari kehidupan yang lebih baik dari daerah

asal mereka Umumnya mereka datang sebagai migran tetap dan keberadaan mereka

sudah terbiasa hidup dalam kondisi serba kekurangan Beberapa responden yang

ditemui juga menjelaskan bahwa sebagai kaum pendatang sudah tidak asing lagi

dengan kehidupan masyarakat di kota Malang Umumnya mereka membaur dengan

masyarakat pendatang lainnya dengan hidup di kepadatan penduduk kota Malang

Salain dilihat dari lamanya masayarakat pendatang (migran tetap) tinggal di kota

Malang dapat pula dijelaskan mengenai temapat asal (daerah asal) responden untuk

melihat derah asal rumah tangga miskin perkotaan dapat kita bagi dengan

menggunakan batasan daerah (wilayah) Dimana wilayah pembagiannya adalah

mereka yang berasal dari daerah Jawa Timur (non-Madura) daerah Madura daerah

Jawa Tengah Jawa Barat dan Luar Jawa Adapun gambaran daerah asal rumah

tangga miskin perkotaan dapat dilihat pada tabel berikut

38

Tabel

Daerah Asal Responden

Daerah

Asal

Kecamatan

Jawa

Timur

Non-

Madura

Madur

a

Jawa

Tengah

Jawa

Barat

Luar

Jawa

Jumlah

Respond

n

Kedung kandang21

(2470)52

(6118)9

(1059)3

(353)- 85

Sukun19

(2836)28

(4179)12

(1791)8

(1194)- 67

Klojen9

(1364)49

(7424)5

(758)3

(454)- 66

Blimbing31

(4306)33

(4563)6

(833)2

(278)- 72

Lowok Waru28

(4444)21

(3333)9

(1429)5

((794)- 63

Sumber Data Primer

Berdasarkan data pada tabel di atas menunjukkan bahwa umumnya kaum

migran berasal dari daerah Jawa Timur dan daerah Madura Untuk kecamatan Kedung

Kandang sebesar 6118 berasal dari Madura kemudian Kecamatan Sukun 4179

kaum Migran berasal juga dari Madura Kecamatan Klojen 7424 Kecamatan Blimbing

sebesar 4563 dan kecamatan Lowok Waru sebesar 3333 Dari kelima kecamatan

tersebut yang banyak di datangi oleh migran yang berasal dari daeah Madura adalah di

Kecamatan Kedung Kandang (6118) dan Kecamatan Klojen (7424) dan mereka

sengaja tinggal di dekat pusat perkotaan dengan tujuan memudahkan untuk aktifitas

kegiatan pekerjaannya yang rata-rata bergelut disektor informal (pedagang kaki lima)

331 Kondisi Tempat Tinggal Masyarakat Miskin Perkotaan

Dilihat dari tempat tinggal masyarakat miskin perkotaan rata-rata kondisi tempat

tinggalnya dengan model bangunan semi permanen dan permanen sederhanan dengan

memanfatkan kondisi tanah yang rawan bencana (longsor kebisingan kumuh dan

sebagainya)

Tabel

Kondisi Fisik Bangunan Rumah RTM

39

Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan

Kondisi Fisik RumahKecamatan

Sesek(papan)

SemiPermanen Permanen

Jumlahrespondn

Kedung kandang

11(1158)

52(5474)

32(3368) 95

Sukun20

(2353)33

(3882)32

(3765) 85

Klojen5

(667)31

(1733)39

(5200) 75

Blimbing3

(375)13

(1625)64

(8000) 80

Lowok Waru9

(1154)24

(3077)45

(5769) 78

Sumber Data Primer

dari data primer (tabel) menunjukkan bahwa sebagian besar tempat tinggal

masyarakat miskin perkotaan adalah semi permanen dan permanen akan tetapi dengan

ukuran ruang (luas bangunan) yang cukup minim Dan umumnya yang mereka lakukan

adalah dengan menyewa tanah dan atau menempati tanah rawan musibah adapun

kondisi perumahan masyarakat miskin perkotaan dapat dilihat pada gambar berikut

Gambar

Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin Perkotaan

40

Dari gambar di atas terlihat bahwa kondisi tempat tinggal mereka sangat rawan

dengan terjadinya bencana dan kekumuhan kondisi ini selain rawan terhadap adanya

bahaya tersebut juga sangat rawan dengan permasalahan kesehatan

34 Analisa Spasial

Informasi mengenai tipologi perekonomian masyarakat akan sangat membantu

pemerintah dalam menentukan kebijakan ekonomi di masa mendatang Dari informasi

tersebut dibuatlah peta potensi ekonomi dengan maksud merelevansikan antara potensi

ekonomi daerah dan kebijakan ekonomi Selain itu jika kebijakan ekonomi hanya

terfokus di suatu wilayah tertentu akan berdampak pada ketimpangan pertumbuhan

ekonomi Seperti dijelaskan sebelumnya inventarisasi sarana ekonomi sebuah wilayah

dilakukan dengan menggunakan pendekatan tipologi suatu wilayah Melalui pendekatan

ini selanjutnya dapat digambarkan wilayah majemuk dengan fenomena yang kompleks

dengan beberapa persamaan di dalamnya Maksudnya bahwa pada tipologi suatu

wilayah ada relevansinya dengan keberadaan potensi ekonomi maupun potensi sarana

ekonomi di wilayah tersebut Ini menandakan bahwa kebijakan pengembangan ekonomi

suatu wilayah diperlukan pengadaan sarana ekonomi yang tepat sedikitnya sesuai

dengan kondisi wilayah yang dibangun termasuk karakteristik kegiatan ekonomi yang

dilakukan oleh masyarakat setempat sehingga keberadaan sarana tersebut mampu

mendorong aktivitas ekonomi masyarakat dan pada akhirnya mengentaskan dan

menanggulangi kemiskinan

41

Di wilayah kabupaten pasuruan terdapat berbagai macam potensi ekonomi yang

belum tersentuh pengembangannya oleh pemerintah daerah Potensi yang terdapat di

wilayah tersebut bukan hanya pada potensi sumber daya alam melainkan juga potensii

sumber daya manusianya Untuk wilayah ssidoarjo perlu adanya perhatian mendalam

pada pengembangan sumber daya manusia karena di wilayah tersebut banyak sekali

potensi industri yang dapat berkembang Sedangkan untuk daerah malang hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa disinyalir masih terdapat kegiatan ekonomi maupun

sarana ekonomi yang menunjang kegiatan tersebut belum dimanfaatkan secara optimal

Keadaan ini menjadikan keduanya masih bersifat potensial dan memerlukan

penanganan pengelolannya agar dapat diperoleh output yang optimal pula Pengelolaan

optimal tersebut tentu masih memerlukan suatu pengkajian tersendiri untuk mengukur

sampai sejauh mana tingkat feasibilitasnya

Potensi sarana ekonomi kabupaten ssidoarjo kabupaten pasuruan dan Kota

Malang merujuk pada sarana ekonomi (dalam bentuk fisik) yang teridentifikasi di setiap

daerah maupun yang sudah terkompilasikan di tingkat kabupaten dan kota Potensi

tersebut dapat di petakan pada masing-masing kabupaten di wilayah Jawa Timur

melalui Peta berikut

Gambar Provinsi Jawa Timur

42

Gambar kota Malang

43

keterangan

daerah masyarakat miskin perkotaan

daerah potensi terjadinya kemiskinan

tidak ada potensi terjadnya kemiskinan

Sejalan dengan maksud di atas Pemerintah Kota Malang masih

perlu melakukan kajian mendalam tentang pengembangan potensi wilayah

sebagai salah satu upaya untuk mendukung pemulihan ekonomi yang

bersifat jangka menengah Dukungan kajian ini dilakukan dengan menggali

lebih dalam potensi yang dimiliki setiap kawasan di wilayah Kota Malang

Dengan demikian Pemerintah Kota Malang dengan mudah dapat mengambil

langkah-langkah menumbuh kembangkan potensi sarana ekonomi daerah

44

Kec Blimbing Industri (kecil-

menengah)Pariwisata Pertanianperumahanperdagangan

Kec Kedungkandang Industri (kecil-

menengah)Pertanianperumahan

Kec Sukun Industri kecilPendidikanperumahan

Kec Kolojen perdagangan PendidikanPerhotelanperkantoran

Kec Lowokwaruperumahan PendidikanIndustri (kecil-

menengah)

khususnya yang berada di pusat-pusat kegiatan produksi masyarakat yang

dianggap cukup strategis di Kota Malang

Sejalan dengan semakin meningkatnya peran serta dunia usaha

dan masyarakat di dalam pelaksanaan pembangunan maka program-

program pembangunan Kota Malang perlu disusun dengan

mempertimbangkan keterlibatan mereka Upaya ini dimaksudkan agar

Pemerintah Kota Malang lebih mudah mengefektifkan potensi sarana

ekonomi dan mengarahkannya untuk kepentingan pembangunan yang lebih

konsisten efektif dan efisien serta berkelanjutan dalam menanggulangi

kemiskinan

Secara keseluruhan penduduk miskin di wilayah kota malang masih tersebar

merata di seluruh kecamatan Kecuali di kecamatan Lowokwaru sebagian besar di

kecamatan ini tidak ada potensi kemiskinan Hal tersebut dikarenakan banyaknya

industry pendidikan seperti UMM UNISMA UNIGA Brawijaya ITN UM dll Dengan

banyaknya perguruan tinggi di wilayah tersebut maka potensi perekonomian semakin

besar Tidak sedikit masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang makanan karena

untuk memnuhi kebutuhan para mahasiswa

Pada data dikatakan bahwa rata-rata pendapatan di kecamatan Lowokwaru

masih besar padahal menurut analisis spasial potensi terjadinya kemiskinan sangat

kecil Pada analisi ekonomi diindentifikasi bahwa banyak masyarakat yang

berpendapatan dibawah 400 ribu Hal tersebut terjadi pada masyarakat yang tinggal di

daerah pesisir sungai Masih banyak masyarakat yang tinggal di Daerah Aliran Sungai

tidak memiliki kesempatan kemampuan untuk bersaing dengan masyarakat yang tidak

tiggal di Daerah Aliran Sungai Di perkirakan masyarakat yang menempati DAS

merupakan masyarakat pendatang yang berurbanisasi dengan tidak membawa suatu

keahlian

Potensi kemiskinan terbesar dapat terjadi di Kecamatan Sukun Banyak

masyarakat di daerah ini yang memiliki pendapatan dibawah 400 ribu Jika kita

bandingkan dengan kecamatan Lowokwaru potensi kemiskinan di daerah kecamatan

Sukun tidak hanya terjadi di DAS namun juga pada masyarakat lainnya Banyak faktor

yang mengindikasikan potensi kemiskinan salah satu faktor utama adalah sulitnya

pemasaran dan persaingan yang ketat Meski kegiatan masyarakat di kecamatan

Lowokwaru dengan kecamatan Sukun relatif sama namun di kecamatan Lowokwaru

45

pemasaran barang dan jasa yang diproduksi tidak sesulit di kecamatan Sukun meski

ada persaingan

Hampir memeratanya potensi masyarakat miskin di kecamatan Sukun

menimbulkan dampak di kecamatan Kedungkandang terutama di perbatasan diantara

kedua kecamatan tersebut Menurut survey yang dilakukan memang sebagian besar

masyarakat miskin berpotensi di DAS Dapat dilihat di peta bahwa gambar merah

bersinggungan antara kedua kecamatan dan di kedua wilayah tersebut dialiri sungai

yang sama namun jika kita lihat kebawahnya warna kecamatan Kedungkandang mulai

ada yang Hijau Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat diluar DAS mempunyai

usaha yang berhubungan positif dengan pendapatan seperti pertanian

Berbeda halnya di kecamatan Klojen kecamatan ini merupakan pusat

pemerintahan kota Malang Banyak warga di kecamatan ini yang berprofesi sebagai

pegawai negeri sipil Memang masih terindikasi adanya kemiskinan di daerah tersebut

namun kemiskinan itu timbul karena mereka yang tidak mempunyai kesempatan dan

daya tawar diri mereka Kebanyakan yang tidak memiliki daya tawar diri yang tinggi

adalah mereka para pendatang yang tidak membawa keahlian kemudian mereka

tinggal di DAS dan berprofesi sebagai buruh tani buruh pabrik ataupun yang lainnya

yang tidak membutuhkan keahlian lebih

Bab V Kesimpulan dan Saran

Setelah melalui beberapa tahapan analisis dalam mengidentifikasi kemiskinan

perkotaan di beberapa wiayah Jawa Timur terdapat beberapa kesimpulan yaitu

1 Didapat bahwa sebaran penduduk miskin berkosentrasi pada daerah

sepanjang aliran sungai dan ada beberapa kota yang mengindikasikan

bahwa penduduk miskin berasal dari pendatang dari luar kota

2 Dalam penanggulangan kemiskinan pemerintah sudah banyak

mengeluarkan berbagai macam program pengentasan kemiskinan seperti

P2K P2KP BLT dll namun dalam aplikasinya banyak program yang belum

tepat sasaran

3 Ada beberapa karakteristik yang menarik dalam pengentasan kemiskinan

diantaranya bahwa dalam mengentaskan masyarakat miskin metode yang

46

diterapkan lebih kepada pembinaan keahlian dan mentalitas karena

seperti yang terdapat di kota malang masyarakat miskin dipicu dari

kebiasaan atau mentalitas dari masyarakat tersebut dalam kehidupan

sehari-hari Riset menemukan meskipun masyarakat miskin diberikan

bantuan uang seperti BLT namun bantuan tersebut tidak diperuntukkan

kepada pengembangan usaha namun habis untuk konsumsi begitu pula

dengan program ndash program pengentasan kemiskinan yang lainnya

Saran

Dalam pengentasan kemiskinan disarankan kepada pemerintah untuk mencari

data kemiskinan yang akurat dengan tujuan pemberian bantuan dalam rangka

pengentasan kemiskinan dapat terserap tepat pada masyarakat yang dituju Selain itu

untuk mengentaskan masyarakat yang bertipikal ldquokultur miskinrdquo harus banyak diberikan

pelatihan dan pembinaan mental

47

DAFTAR PUSTAKA

Blakely Edward J (1989) Planning Local Economic Development Theory and Practice Sage Library of Social Research 168 Sage Publication

BPS (1999) Perkembangan Tingkat Kemiskinan dan Beberapa Dimensi Sosial Ekonominya 1996-1999 Jakarta BPS

Budi Soeradji Mubyarto (1998) Gerakan Penanggulangan Kemiskinan Laporan

Penelitian di Daerah-Daerah Yogyakarta Aditya Media

Faisal Basri (2002) Perekonomian Indonesia Tantangan dan Harapan bagi Kebangkitan Indonesia Jakarta Erlangga

Fei J C H amp Gustav R (1964) Development Economics What Next In a Ranis G P Schulta (Ed) The State of Development Economics

Gunawan Sumodiningrat (1999) Penanggulangan Krisis Harus Memihak Rakyat Disampaikan pada konferensi pers untuk launcing The Economic and Social Survey of Asia and the Pacific 1999 (ESCAP) di UNIC Jakarta

Kuncoro M (2000) Ekonomi Pembangunan Teori Masalah dan Kebijakan (1st ed) Yogyakarta UPP AMP YKPN

Kuncoro M (2004) Otonomi dan Pembangunan Daerah Reformasi Perencanaan Strategi dan Peluang Jakarata Erlangga

Mellor J W (1976) The New Economies of Growth A Strategy for India and the Developing Countries Cornell Cornell University Press

Nurkse R (1953) Problem of Capital Formation in Underdeveloped Countries In Meier Gerald M Leading Issues in Economic Development edisi ke 6 Oxford University Press Oxford

Rintuh Cornelis amp Miar (2005) Kelembagaan dan Ekonomi Rakyat BPFE-UGM Yogyakarta

Sharp Ansel M Charles A Register and Paul W Cerimes (1996) Economics of Social Issues edisi ke 12 Richard D Chicago Irwin

Sumarto Sudarno (2002) ldquoGrowth Inequality and Poverty Evidence from Micro Datardquo Makala dalam The Young Economics Seminar Jakarta World Bank

48

Page 6: Makalah akp

ini juga menciptakan pola permintaan yang kondusif terhadap pertumbuhan Pada

gilirannya ini tergantung dari dampak keterkaitan ekonomi pedesaan lewat pengeluaran

atas barang konsumsi yang dipasok dari dalam sektor itu sendiri dan melalui invesatasi

yang didorong

Model keempat menyoroti dimensi spasial dalam menanggulangi kemiskinan

Kemiskinan bisa diatasi dengan cara kemudahan dalam mengakses dua bidang yaitu

1) bidang ekonomi dan 2) bidang sosial (Kuncoro 2004) Akses dalam bidang ekonomi

dibagi menjadi dua yaitu akses terhadap lapangan kerja dan akses terhadap faktor

ekonomi Akses terhadap faktor produksi terdiri dari 1) Kemudahan masyarakat dalam

mengakses modal usaha 2) kemudahan masyarakat dalam mengakses pasar 3)

kemudahan masyarakat dalam kepemilikanmodal Sedangkan akses dalam bidang

sosial dibagi menjadi dua yaitu akses terhadap fasilitas pendidikan dan akses terhadap

fasilitas kesehatan

23 Strategi Penanggulangan Kemiskikan Di Indonesia

Kemiskinan dapat bermakna kesenjangan ekonomi dan ketidak merataan

pendapatan Kedua hal ini merupakan masalah yang hangat dibicarakan karena masih

besarnya penggangguran terselubung yang disebabkan masih adanya pekerjaan yang

dilakukan di bawah produktivitas kerja (underemployment) serta rendahnya kualitas

tenaga kerja Indonesia Ada dua macam ukuran kemiskinan yaitu kemiskinan absolut

dan kemiskinan relatif Kemiskinan absolut adalah kemiskinan yang disebabkan karena

ketidak mampuan seseorang melampaui garis kemiskinan (proverty line) yang

ditetapkan Sedangkan kemiskinan relatif berkaitan dengan perbedaan tingkat

pendapatan suatu golongan dibandingkan dengan golongan lainnya (Rintuh 2005)

Beberapa program pembangunan yang dilaksakan di Indonesia baik yang

dilakukan oleh pemerintah mapun bantuan donor antara lain telah dilaksanakan melalui

progam Impres Desa Tertinggal (IDT) dan dimantapkan melalui program Pembangunan

Prasarana Pendukung Desa Tertinggal (P3DT) Program dilanjutkan dengan Program

Pengembangan Kecamatan (PPK) Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan

Program Pemberdayaan Daerah Mengatasi Dampak Krisis Ekonomi (PDMDKE) dan

Program Pengembangan Kawasan Desa-Kota Terpadu atau Poverty Alleviation Through

Rural Urban Lingkage (PARUL) Dari berbagai program pengentasan kemiskinan

tersebut terdapat beberapa perbedaan dan kesamaan yang dapat dilihat pada tabel

berikut (Sumodiningrat 1999)

6

Berikut ini beberpa penyempurnaan kebijakan program pemberdayaan

masyarakat dan pennanggulangan kemiskinan

Tabel 3

Perkembangan dan Penyempurnaan Kebijakan Program Pemberdayaan Masyarakat dan Program Penanggulangan Kemiskinan Dalam Kurun Pelita VI

No

Program

Bentuk Kebijakan

Pengembangan

Ekonomi

Pengembangan SDM

Pengembangan Prasarana

Pengembangan

Kelembagaan

Pengembangan Sistem Informasi

Bantuan Modal

Bantuan Pendampin

gan

Bantuan Prasarana

Sarana

Bantuan PengembanaganKelemb

agaan

Bantuan Pemantaua

n dan Pelaporan

1 IDT Diberikan dalam bentuk uang tunai seniali Rp 20 juta tahun selama 3 tahun

Dana bantuan digunakan untuk modal usaha dan bersifat hibah dan bergulir (revolving block grant)

Pengembangan kemampuan masyarakat dalam pengelolaan modal bergulir melalui bantuan tenaga pendamping

Secara khusus belum ada namun beberapa bantuan melalui program pembangunan sektoral telah memberikan bantuan teknologi tepat guna untuk membantu mengembangkan kegiatan sosial ekonomi produktif pokmas

Pengembangan kelembagaan dilakukan dalam wadah pokmas melalui kegiatan perguliran dana

Pembangunan kelembagaan aparat dilakukan pembinaan berjenjang secara vertikal yang dilakukan oleh jajajrn Depdagri bersama Depkeu dan departeme teknis terkait lain melalui program pembangunan sektoral masing-masing

7

2 P3DT Dana bantuan digunakan untuk investasi sosial dan bersifat hibah (block grant) serta mendukung kegiatan sosial ekonomi yang didanai oleh bantuan IDT

Pengembangan kemampuan masyarakat dan aparat dalam pembangunan dibina oleh tenaga pendamping profesional (antara lain oleh tenaga konsultan)

Bantuan prasarana mendapat perhatian melalui pengembangan prasarana transportasi yang mendukung kegiatan ekonomi (pembangunan jalan jembatan tambatan perahu dll) dan pengembangan prasarana sosial yang langsung mendukung kegiatan ekonomi lokal (pembangunan prasarana kesehatan dasr MCK sanitasi dan air bersih)

Masyarakat melaksanakan sendiri manajemen pembangunan lokal

Pembinaan aparat dilakukan secara vertikal melalui Tim Koordinasi Pembangunan sebagai wadah musyawarah dan mufakat Sehingga komitmen dan perhatian pembangunan untuk rakyat tetap dalam arah yang benar

Masyarakat melakukan sendiri kegiatan pemantauan dan pelaporan pembangunan ditingkat lokal dibantu oleh tenaga pendamping profesional

Aparat melakukan pemantauan dan pelaporan secara berjenjang (vertikal) yang hasilnya dipergunakan untuk mendukung pengambilan keputusan lebih lanjut dalam rangka pengembangan program

3 PPK Bantuan

senilai Rp 250 juta ndash Rp 750 juta per kecamatan bersifat hibah bergulir Namun pemanfaatan bantuan semata diarahkan agar

Pengembangan SDM dilakukan melalui diseminasi dan pelatihan secara berjenjang baik melalui jalur tenaga pendamping dan jajaran aparat pemerintah

Pembangunan pengadaan prasarasna sarana hanya untuk mendukung kegiatan ekonomi yang sudah mapan

Pengembangan kelembagaan masyarakat dilakukan dalam wadah pokmas melalui kegiatan perguliran dana yang dilembagakan dalam

Sistem pemantauan dan pelaporan dilakukan untuk menilai perkembangan pelaksanaan kegiatan ekonomi prioritas perguliran dana dan

8

pemanfaatan program dapat berlatih mengguanakan dana itu sebagai stimulan agar dalam pengembangan lebih lanjut dapat memanfaatkan fasilitas microfinance

Dilakukan memalui bantuan dana yang dipergunakan untuk membiayai investasi sosial dan investasi ekonomi Bantuan dana digunakan sepenuhnya untuk menciptakan kegiatan ekonomi produktif yang berlanjut

Pengembangan kemampuan dan keterampilan masyarakat lokal diarahkan pada pelaksanaan administrasi pembangunan (UDKP) dan administrasi keuangan (UPK)

forum UPK sebagai bagian dari pelaksanaan forum UDKP

peningkatan kapasitas masyarakat melalui jumlah akumulasi modal

4 P2KPSecara prinsip sama dengan yang dilakukan oleh

Dilakukan melalui bantuan dana yang dipergunakan untuk membiayai investasi sosial dan investasi ekonomi Bantuan

Pengembangan SDM dilakukan melalui diseminasi dan pelatihan secara berjenjang baik melalui jalur tenaga pendamping

Pembangunan pengadaan prasarana sarana hanya untuk mendukung kegiatan ekonomi yang sudah mapan

Pengembangan kelembagaan masyarakat dilakukan dalam wadah pokmas melalui kegiatan perguliran

Sistem pemantauan dan pelaporan dilakukan untuk menilai perkembangan pelaksanaan kegiatan ekonomi

9

PPK namun sasaran lokasi dititikberatkan pada kecamatan di kawasan perkotaan

dana digunakan sepenuhnya untuk menciptakan kegiatan ekonomi produktif yang berlanjut

dan jajaran aparat pemerintahPengembangan kemampuan dan keterampilan masyarakat lokal diarahkan pada pelaksanaan administrasi pembangunan (UDKP) dan administrasi keuangan (UPK)

dana yang dikembangkan dalam forum UPK sebagai bagian dari pelaksanaan forum UDKP

Pengembangan kelembagaan aparat dilakukan bersama masyarakat melalui mekanisme forum UDKP

prioritas perguliran dana dan peningkatan kapasitas masyarakat melalui jumlah akumulasi modal

5 PDMKE

Dilakukan untuk membiayai kegiatan yang bersifat padat karya

Dilakukan melalui pembangunan dan prasarana amp sarana sesuai permintaan lokal

6 PARUL

Dilakukan melalui bantuan dana yang dipergunakan untuk kegiatan sosial-ekonomi produksi dan distribusi jasa natar kawasan

Pengembangan kemampuan masyarakat diarahkan pada peningkatan kemampuan dan keterampilan untuk memperoleh akses dan meningkatkan keterkaitan pada jalur produksi distribusi dan penyediaan jasa yang

Pengembangan prasarana dilakukan dalam wujud pembangunan prasarana sarana dan penerapan teknologi yang mendukung secara langsung kegiatan ekonomi kawasan

Peningkatan kemampuan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan yang menekankan prakarsa lokal pada kawasan itu

Sistem pemantauan dan pelaporan menekankan peningkatan kapasitas masyarakat dalam kegiatan produksi distribusi dan jasa dalam suatu kawasan ekonomi antara pedesaan dan perkotaan

10

sesuai dengan kapasitas ekonomi kawasan

Sumber Kuncoro (2004)

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa program penanggulangan

kemiskinan yang dilakukan di Indonesia masih bersifat parsial Hal tersebut bisa dilihat

dari hampir semua program yang pernah dilakukan masih bermasalah dalam hal

mensinergikan antara masyarakat miskin dengan masyarakat yang berdaya (non

miskin) pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat Akibat dari kondisi tersebut

penanggulangan kemiskinan tidak efektif tidak mandiri dan tidak berkelanjutan

24 Kelemahan Program Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia

Salah satu penyebab kurang berhasilnya penanggulangan kemiskinan di

Indonesia adalah sistem politik yang cenderung sentralistik Sentralisasi yang sangat

kuat di masa lalu juga berimbas ke kebijakan penanggulangan kemiskinan dimana

hampir semua program penanggulangan kemiskinan bersifat rdquotop-downrdquo dengan

keterlibatan minimal dari pemerintah daerah dalam formulasi kebijakannya Program

atau kebijakan yang sangat rdquotop-downrdquo ternyata juga gagal dalam merefleksikan

pebedaan antar daerah yang kadang-kadang bisa menjadi sangat signifikan Akibatnya

timbul berbagai kegagalan berskala besar dalam program atau kebijakan yang pada

akhirnya berakibat pada dihentikannya program tersebut Berikut ini bentuk atau ciri-ciri

dan kelemahan program penanggulangan kemiskinan yang pernah dilakukan

Tabel 4

Ciri-ciri dan Kelemahan Program Penanggulangan Kemiskinan

Kelemahan Program Upaya Penanggulangan Kemiskinan

Prinsip-prinsip Penanggulangan

Kemiskinan

Perencanaan penentuan sasaran dan kreteria miskin serta pengaturan teknis pelaksanaan yang

Mendidik masyarakat miskin untuk terus menerus menemukenali potensi yang dimiliki baik individu keluarga

Program penanggulangan kemiskinan harus mengarah pada pendekatan yang menyeluruh (multi-sektor)

11

dilakukan oleh pemerintahinstansi pusat (top-down) seringkali tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat atau daerah tertentu

maupun lingkungan (keterampilan material dan sumberdaya alam) sebagai modal dasar untuk meningkatkan kesejahteraan hidup

Program-program yang dilaksanakan secara sektoral sering kali mengakibatan adanya semangat ego-sektoral dan saling tumpang tindih

Mendorong tumbuhnya rasa percaya diri akan kemampuannya untuk lepas dari belenggu kemiskinan

Perencanaan dan penentuan sasaran dilakukan oleh masyarakat bersama aparat dilapangan sehingga sesuai dengan kebutuhan masyarakat

Banyak program penanggulangan kemiskinan yang menempatkan masyarakat sebagai obyek sehingga masyarakat kurang berpartisipasi secara aktif

Menyadarkan bahwa tidak akan ada seseoranglingkungan yang dapat keluar dari genggaman kemiskinan melainkan atas usaha orangkeluargalingkungan itu sendiri

Masyarakat ditempatkan sebagai ldquopelaku utama dalam perang melawan kemiskinanrdquo agar masyarakat berpartisipasi secara aktif

Sulitnya menjaga kontinuitas program (program baru bukan merupakan kelanjutan program lama) mengakibatkan banyak program penanggulangan kemiskinan tidak berkesinambungan

Memberikan pemahaman bahwa masalah penanggulangan kemiskinan merupakan tugas dan tanggungjawab bersama pemerintah dan masyarakat

Pertanggungjawaban kepada pemerintah dan masyarakat untuk membangun keterbukaan dan akuntabilitas

Pertanggungjawaban hanya bersifat administratif kepada pemerintah sehingga tidak terbangun keterbukaan dan akuntabilitas publik akibat pendekatan proyek maka keberhasilan program hanya diukur dengan persentase bantuan yang berhasil

Menciptakan lapangan kerja dan peluang berusaha untuk menguatkan ekonomi masyarakat setempatPenguatan organisasikelompok masyarakat yang ada memberikan bantuan fasilitas (dana dan keahlian) yang dibutuhkan untuk mendayagunakan potensi yang dimiliki

Merupakan program yang berkesinambungan Ukuran keberhasilan ditentukan oleh berdayanya masyarakat untuk keluar dari belenggu kemiskinan danmenguatnya kemampuan ekonomi masyarakat melalui terciptanya akses kepada faktor produksi dan pasar

12

disalurkan dan jumlah sasaran penerima

Sumber Hamid (2003) Dalam Kuncoro (2004)

Sebenarnya perbedaan antara pendekatan ldquotop-downrdquo dan ldquobottom uprdquo tidak

perlu terjadi terjadi apabila sistem politik nasional dan terutama lokal mampu

menciptakan akuntabilitas pemerintah terhadap masyarakatnya Ketiadaan mekanisme

akuntabilitas selain membuat pihak eksekutif dan legislatif kurang tanggap terhadap

keluhan masyarakatnya juga membuat masyarakat tersebut tidak terlalu peduli atas

kualitas layanan publik yang diterimanya ataupun terhadap kebijakan perekonmian

daerahnya Dengan sistem perimbangan keuangan pusat dan daerah saat ini dimana

sebagian besar pajak masih dikuasai pemerintah pusat sangat mudah bagi pemerintah

daerah menyalahkan pemerintah pusat apabila ada ketidakpuasan di kalangan

masyarakat lokal mengenai kualitas layanan publik

Bab III METODE PENELITIAN

1 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini mempunyai tujuan utama membangun model penaggulangan

kemiskinan yang bersifat terpadu berdasarkan aspek spasial ekonomi dan

struktural di masing-masing desakelurahan yang ada di wilayah administrasi Kota

Malang

Berdasarkan pada tujuan utama penelitian ini maka kerangka pikir mengenai

Penyusunan Model Penanggulangan Kemiskinan di Kota Malang dijelaskan pada

Gambar berikut

Gambar 1Bagan Alir Penyusunan Model KulturalStruktural dan Spasial

Sebagai Penanggulangan Kemiskinan

13

AN

AL

ISA

P

ER

MA

SA

LA

HA

N

KE

MIS

KIN

AN

P

ER

KO

TA

AA

N

Aspek StrukturalMengukur Efektifitas

program penanggulangan

kemiskinan yang telah dilakukan

Aspek Ekonomi

Mengukur kondisi ekonomi

masyarakat miskin

Aspek SpacialMengukur kondisi

geografi dan topografi

(lingkungan fisik) masyarakat miskin

OutputKesenjangan

antara program

dgn kebutuhan

OutputProses generasi

tingkat

pendidikan jenis pekerjaan

OutputKondisi

Geografitopografi

PorsesIdentifikasi

ermasalahan kemiskian perkotaan

OUTPUT

Database Permasalahan kemiskinan Profil kemiskinan Isue Strategis

OutputWork Plan

Penanggulangan

Kemiskinan

OutputMaster Plan

PenanggulanganKemiskinan

Sebagaimana telah dikemukakan di atas upaya penaggulangan kemiskinan

dilakukan dengan pendekatan spasial ekonomi dan struktural Pendekatan tersebut

pada dasarnya bertujuan untuk menghasilkan model penanggulangan kemiskinan yang

bisa menghasilkan rencana strategis dan program kerja penanggunalangan kemiskinan

secara terpadu dan berkelanjutan di Kota Malang Setidaknya ada 5 (lima)

komponenkegiatan utama yang perlu dilakukan Kegiatan-kegiatan tersebut meliputi

1 Identifikasi dan Analisis Kondisi Eksisting masing-masing kota

Tujuan utama kegiatan ini adalah untuk memahami kondisi setiap desakelurahan

dan kecenderungan perkembangan dalam kurun waktu perencanaan Adapun informasi

yang perlu dikumpulkan dikaji dan dianalisis meliputi gambar mengenai kondisi fisik

sosial ekonomi desakelurahan kebijakan dan program-program yang terkait dengan

pengembangan desa perkembangan sektor-sektor ekonomi desa dan kondisi sistem

prasarana Semua informasi ini diharapkan dapat menggambarkan eksisiting yang

tengah berlangsung (on-going) maupun yang akan dikembangkan (commited)

2 Identifikasi Potensi dan Permasalahan Kemiskinan

Berdasarkan analisis terhadap kondisi wilayah dan kecenderungan

perkembangannya diidentifikasi potensi ekonomi yang mampu mendukung

pembangunan wilayah masing-masing Kota Identifikasi yang dimaksud meliputi

antara lain

Potensi desakelurahan yang terkandung baik yang sudah

dimanfaatkan belum dimanfaatkan maupun potensial diperkirakan

ada di desa Terkait dengan hal ini adalah identifikasi sektor unggulan

atau komoditi unggulan

Kendala-kendala dalam pengembangan potensi ekonomi baik dalam

kaitannya dengan bidang prasarana keuangan dan kebijakan

sehingga menimbulkan kemiskinan pada masyarakat setempat

3 Penyusunan Skenario Penanggulangan Kemiskinan

Skenario penanggulangan kemiskinan berisi antara lain pemanfaatan ruang dan

struktur ruang (pengembangan sektor-sektor unggulan kawasan dan sistem

14

prasarana) yang merupakan acuan pengembangan desa Skenario ini disusun

berdasarkan potensi pengembangan Kota

4 Perumusan Model Penaggulangan Kemiskian

Rumusan model penaggulangan kemiskinan yang dimaksud berisi program-

program pengembangan sektor kota dan sistem prasarana dasar Program-

program ini dirumuskan dalam rangka mendukung pencapaian skenario-skenario

yang telah dirumuskan

5 Rekomendasi Pola Pelaksanaan Program-Program Pengentasan Kemiskinan

Program-program yang layak untuk diimplementasikan selanjutnya dikaji pola

pelaksanaannya Dalam hal ini pola pelaksanaan yang dimaksud

memperhitungkan seluruh pelaku pembangunan yaitu pemerintah swasta dan

masyarakat

2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Kegiatan penyusunan model penanggulangan masyarakat miskin di Kota Malang

akan melakukan survei di seluruh wilayah yang termasuk dalam wilayah admisnistratif Kota

Malang Pasuruan Sidoarjo

Analisis dan penyusunan model penaggulangan kemiskinan dilakukan secara

bertahap tahapan tersebut didasarkan pada aspek kegiatan yang diukur dan dianalisis

Penelitian ini akan dilakukan dua tahap dinama setiap tahap penelitian diperkirakan

akan menghabiskan waktu plusmn 11 bulan jadi secara keseluruhan penelitian akan

menghabiskan waktu plusmn 22 bulan

3 Definisi Operasional Variabel

Aspek yang digunakan untuk membanguan model penanggulangan

kemiskinan di Kota Malang ada tiga aspek yaitu 1) Struktural atau Kelembagaan 2)

Aspek Kultural dan 3) Aspek Spasial (wilayah)

1) Aspek Struktural

Dalam aspek ini akan dilihat sejauhmana keterpaduan program-program yang

telah dilakukan oleh pemerintah baik pusat maupun daerah dengan kapasitas

15

dan kebutuhan masyarakat miskin Aspek struktural atau kelembagaan

mempunyai dua sub-indikator yaitu 1) Sub-indikator kebijakan pemerintah dan

2) Sub-indikator kapasitas sosial masyarakat (social capacity) Masing-masing

sub-indikator mempunyai variabel total variabel untuk mengukur indikator

aspek struktural atau kelembagaan sebanyak 8 variabel

Variabel-variabel yang digunakan dalam aspek struktural atau kelembagaan

dalam melakukan pengukuran terhadap desakelurahan dapat dilihat pada

tabel berikut

Tabel 5

Jumlah Sub Indikator dan Variabel Dari Aspek Struktural

No Sub Indikator

Variabel Diskripsi

1 Kebijakan Pemerintah (3 variabel)

- Program penanggulangan kemiskinan yang berasaldari pemerintah pusat

- Program penanggulangan kemiskinan yang berasaldari pemerintah propinsi

- Program penanggulangan kemiskinan yang berasaldari pemerintah daerah kabupaten

- Program penanggulangan kemiskinan yang berasal dari perangkat desa

Mengukur seberapa besar keterlibatan pemerintah baik pusat maupun daerah dalam upaya penanggulangan kemiskinan

2 Kapasitas sosial masyarakat(6 variabel)

- Gengsi sosialorang miskin

- Nilai adatbudaya dan agama terhadap orang miskin

- Rasionalitas penduduk miskin (semangat membebaskan diri dari kemiskinan)

- Budaya dan etos kerja- Semangat gotong

royong- Keperdulian

Mengukur seberapa besar social capital masyarakat miskin dalam keluar dari kemiskinan

16

masyarakat sekitar terhadap orang miskin

2) Aspek Kultural

cultural poverty adalah suatu budaya yang terjadi karena penderitaan ekonomi

(economic depretiation) yang berlangsung lama Berdasarkan penelitian pada

beberapa kebudaya kelompok etnik ditemukan bahwa kemiskinan adalah salah

satu sub-kultur masyarakat yang mempunyai kesamaan ciri antar etnik satu

dengan etnik yang lain Dalam aspek ini akan dilihat seberapa besar potensi

kemiskinan yang tercipta akibat dari kultur atau kebudayaan yang sudah

berlangsung di suatu wilayah Aspek kultural ini akan mencakup 1) tingginya

angka pengangguran 2) tingkat upahtinggi rendahnya gaji dan 3) sistem

ekonomi yang terlalu berorientasi pada mencari keuntungan

Variabel-variabel yang digunakan dalam aspek ekonomi dalam melakukan

pengukuran terhadap desakelurahan dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 6

Jumlah Sub Indikator dan Variabel Dari Aspek Struktural

No Sub Indikator Variabel Diskripsi1 Tingginya

angka pengangguran

- Lama bekerja- Banyaknya pekerja

dalam satu rumah

Mengukur seberapa besar tingkat pengangguran di suatu wilayah

2 Tingkat Upah - Besarnya gaji perbulan

- Ada tidaknya bonus

Mengukur seberapa besar kenaikan upah yang berhubungan dengan kesejahteraan masyarakat

3 Sistem Ekonomi

- Tujuan bekerja- Langkah untuk

memenuhi kebutuhan

Mengukur sebesarapa penting antara kebutuhan dan penimbunan kekayaan

3) Aspek Spasial

Dalam aspek ini akan dilihat seberapa besar konsisi wilayah (space) mampu

mendorong proses penanggulanagan kemiskinan Aspek spasial atau wilayah

mempunyai dua sub-indikator yaitu 1) Sub-indikator Kondisi geografis dan 2)

Sub-indikator Aksesibilitas sarana dan prasarana Masing-masing sub-indikator

17

mempunyai variabel total variabel untuk mengukur indikator aspek struktural

atau kelembagaan sebanyak 6 variabel

Variabel-variabel yang digunakan dalam aspek spasial atau wilayah dalam

melakukan pengukuran terhadap desakelurahan dapat dilihat pada tabel

berikut

Tabel 7

Jumlah Sub Indikator dan Variabel Dari Aspek Spasial

No Sub Indikator

Variabel Diskripsi

1 Kondisi geografis(4 variabel)

- Letak geografis- Topografi- Kondisi jalan- Kondisi jembatan

Mengukur sejauhmana kondisi geografis mampu bermanfaat untuk pemberdayaan masyarkat miskin

2 Aksesibilitas terhadap sarana dan prasarana(5 variabel)

- Akses terhadap pasar- Akses terhadap sarana

pendidikan- Akses terahadap

fasilitas kesehatan- Akses terahadap

aktivitas produksi

Mengukur tingkat kemudahan akses terhadap sarana dan prasarana pokok untuk penanggulangan kemiskinan

4 Jenis Data

Dilihat dari sumbernya data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua

jenis yaitu data sekunder dan data primer

1 Data Sekunder

Data ini merupakan data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain Adapun data

sekunder yang akan digunakan dalam penelitian ini diantaranya seperti Jumlah

penduduk luas desa topografi desa monografi desa letak geografi desa dan

lain-lain

2 Data Primer

Data ini merupakan data yang diperoleh langsung dari obyek penelitian Adapun

data primer yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya seperti data yang

18

digunakan untuk mengukur indikator kelembagaan indikator tipologipenyebab

kemisikinan indikator sumberdaya dan potensi ekonomi dan lain-lain

5 Teknik Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam pengumpulan informasi dan data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah Participatory Rural Appraisal (PRA) meliputi

1 Wawancara yaitu metode pengumpulan data dengan wawancara secara

mendalam dengan key-person (formal dan informal leaders) untuk

mengidentifikasi kebutuhan (needs) masyarakat

2 Dokumentasi yaitu metode pengumpulan data sekunder yang dimiliki oleh

responden lembaga ekonomi dan sosial maupun instansi teknis terkait

3 Observasi ( pengamatan) dan survei lapang

Dalam hal meyakinkan data dan informasi yang diperoleh dari responden

peneliti mengadakan pengamatan dan survei lapang secara langsung terhadap

obyek yang diamati mendengar serta mencatat hasil temuan lapang

4 Pengumpulan Data Sekunder

Selain dukungan data primer yang menjadi sumber data utama penelitian ini juga

menggunakan data sekunder yang diperoleh dari dokumen-dokumen serta catatan-

catatan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti Dokumen yang dimaksud

adalah jumlah keluarga miskin yang diperoleh dari Badan Perencanaan Kota

(Bapekot) Malang Catatan Sipil Kota malang (data Penduduk Kota malang sampai

dengan bulan Februari 2006) dan statistik kecamatan dari tiga kecamatan yang

diterbitkan oleh Kantor Statistik Kota Malang 2006

5 Focus Group Discussion (Diskusi Kelompok)

Peneliti melaksanakan diskusi dengan obyek penelitian ketika peneltian lapang akan

dilakukan Kegiatan ini pertama dilakukan adalah dimaksudkan untuk

mensosialisasikan pelaksanaan pengumpulan data (sebagai kegiatan penting

penelitian ini) kepada para sekretaris kecamatan dan seluruh sekretaris

desakelurahan yang diperkirakan menjadi sasaran dari kegiatan penelitian lapang

Berbagai informasi yang disampaikan dalam kegiatan sosialisasi ini antara lain

meliputi pentingnya dilaksanakan kegiatan inventarisasi dan pemetaan kemiskinan

di Kabupaten Sumenep proses pengumpulan data dan hasil akhir yang dihasilkan

kegiatan ini Melalui kegiatan ini dicapai jalinan suatu kebersamaan antara peneliti

19

dengan calon responden (subyek yang diteliti) sehingga dapat diperoleh data yang

optimal

Diskusi kelompok kedua dilakukan pada saat menjelang kegiatan ini berakhir

Diskusi ini dilakukan dengan stakeholders tingkat kota dimaksudkan untuk

mengoptimalkan hasil temuan lapangan Dikusi kelompok ini diarahkan kepada

upaya-upaya mengklarifikasi hasil temuan lapangan mendapatkan koreksi dan

masukan serta kesepakatan tentang hasil akhir kegiatan ini

6 Alat Analisis

Analisis dilakukan dengan memadukan pendekatan struktural (data

kuantitatif dan kualitatif) ekonomi (potensi sumberdaya pemabngunan) dan spasial

(pemetaan) Maksudnya bahwa dari himpunan data yang telah dikompilasi

dilakukan analisis statistik sederhana dengan lebih banyak menggunakan tabulasi

silang dan perhitungan-perhitungan statistik yang secara mudah dapat dipahami

Himpunan data tersebut selanjutnya diinterpretasikan dan dirancang dengan

menempatkan hasil analisis tersebut ke dalam peta (pendekatan spasial)

Pemetaan tersebut dimaksudkan untuk menentukan tata letak potensi sarana

ekonomi yang dimaksud oleh penelitian ini paling tidak untuk

1) memahami keberadaan keluarga miskin baik melalui data struktural maupun

melalui tampilan peta setiap desakelurahan

2) memahami secara terintegrasi keberadaan masyarakat miskin di Kota malang

dalam perspektif kepentingan ekonomi dan pembangunan Kota Malang ke

depan

Selain menggunakan pendekatan di atas penelitian ini juga menggunakan

metode Performance-Importance Analysis dalam menjawab tujuan yang akan dicapai

Analisis ini digunakan untuk melihat tingkat kesenjangan (gap) antara atribut kinerja

pelayanan publik (performance) yang telah dilakukan oleh pemerintah melalui dinas-

dinas terkait penanggulangan kemiskinan di Kota Malang dengan persepsi tingkat

kepentingan (importance) akan atribut-atribut yang dibutuhkan

Pengukuran tingkat kepentingan dan performance dilakukan dengan cara

menyebarkan kuesioner bagi masyarakat miskin yang menjadi obyek penelitian

Responden akan diminta untuk memberikan penilian atau persepsi mereka terhadap

sejauh mana layanan yang telah diberikan pemerintah melalui dinas-dinas terkait di Kota

Malang (performance) terhadap penanggulangan kemiskinan Dengan memberikan

20

penilaian atas atribut yang mereka anggap paling dibutuhkan saat ini (importance)

dengan asumsi bahwa obyek penelitian mengerti sejauh mana kinerja atribut pelayanan

publik yang telah dilakukan dinas-dinas terkait dan berkompeten dalam penanggulangan

kemiskinan

Dari analisis Kuadran akan diketahui pada kuadran manakah suatu atribut

berada sehingga nantinya dapat digunakan sebagai instrumen untuk

merekomendasikan tindakan atau kebijakan yang seharusnya dilakukan bagi

keberhasilan penanggulangan kemiskinan di Kota Malang

Bab 4 Hasil analisis

1 Gambaran geografis Jawa Timur

Jawa Timur adalah sebuah provinsi di bagian timur Pulau Jawa Indonesia

Ibukotanya adalah Surabaya Luas wilayahnya 47922 kmsup2 dan jumlah penduduknya

37070731 jiwa (2005) Jawa Timur merupakan provinsi terluas diantara 6 provinsi di

Pulau Jawa dan memiliki jumlah penduduk terbanyak kedua di Indonesia setelah Jawa

Barat Jawa Timur berbatasan dengan Laut Jawa di utara Selat Bali di timur Samudra

Hindia di selatan serta Provinsi Jawa Tengah di barat Wilayah Jawa Timur juga

meliputi Pulau Madura Pulau Bawean serta sejumlah pulau-pulau kecil di Laut Jawa

dan Samudera Hindia

Jawa Timur dikenal sebagai pusat Kawasan Timur Indonesia dan memiliki

signifikansi perekonomian yang cukup tinggi yakni berkontribusi 1485 terhadap

Produk Domestik Bruto nasional Pembagian wilayah administrasi Pemerintah Propinsi

Jawa Timur pada tahun 2003 sd tahun 2007 terbagi dalam 4 (empat) Badan Koordinasi

Wilayah Pembantu Gubernur 29 Kabupaten dan 9 Kota serta jumlah kecamatan

berjumlah 642 kecamatan Perwakilan kecamatan sejak tahun 2003 telah ditiadakan

sebelumnya berjumlah 114 dan Kota Administratif Batu sejak tahun 2003 telah menjadi

Kotasedang Kota Administratif Jember berdasarkan peraturan perundangan telah

21

dicabut dengan demikian Jember hanya sebagai Kabupaten Jumlah kelurahan

sebanyak 785 Kelurahan dan Desa sebanyak 7680 desa

Table 8

Pembagian Wilayah Administrasi Provinsi Jawa Timur

Uraian 2001 2002 2003 2004 2005 2006Badan koordinasi wilayah 4 4 4 4 4 4Jumlah Kabupaten 29 29 29 29 29 29Jumlah kota 9 9 9 9 9 9Jumlah Kecamatan 642 642 642 642 657 657Jumlah Kelurahan 784 784 784 784 784 784Jumlah Desa 7715 7715 7715 7715 8484 8484

Sumber Biro Pemerintahan dan Otoda Setda Prop Jatim amp Jatim Dalam Angka 2006

2 Gambaran geografis

a gambaran geografis kabupaten Pasuruan

Kota Pasuruan adalah ibu kota Pasuruan Jawa Timur terletak di persimpangan

jalur regional Surabaya-Probolinggo-Malang Orientasi Wilayah Kota Pasuruan memiliki

wilayah seluas 3529 kmsup2 dengan jumlah penduduk sebanyak 158864 jiwa (Sensus

Penduduk 2000) Wilayahnya terdiri dari 3 kecamatan 19 kelurahan dan 15 desa

Tiga kecamatan tersebut yaitu Kecamatan Gading rejo Purworejo dan Bugulkidul

Kecamatan Bugulkidul memiliki wilayah terbesar (1624 kmsup2) sedang untuk Gadingrejo

dan Purworejo masing-masing 1046 kmsup2 dan 859 kmsup2

b Gambaran geografis kabupaten Sidoarjo

Kota Sidoarjo merupakan Ibukota Kecamatan Sidoarjo yang terletak di tepi Selat

Madura dan termasuk dalam wilayah administratif Kabupaten Sidoarjo Propinsi Jawa

Timur Batas-batas administrasi dari kota Sidoarjo ini adalah

1048707 Sebelah utara Kecamatan Waru

22

1048707 Sebelah selatan Kecamatan Porong

1048707 Sebelah Timur Selat Madura

1048707 Sebelah Barat Kecamatan Krian

Secara geografis wilayah Kota Sidoarjo memiliki luas wilayah 6256 Ha Ditinjau dari

Topografi keadaan medan Kota Sidoarjo berada pada ketinggian antara 23 - 32 diatas

permukaan laut

c Gambaran geografis kabupaten malang

3 Pemetaan Penduduk miskin di kabupaten Sidoarjo Pasuruan dan Malang

Gambaran Rumah Tangga Miskin Di Kabupaten Sidoarjo Pasuruan Dan Malang

Hasil penelitian dengan menggunakan data skunder yang telah dilakukan mengenai jumlah rumah tangga miskin yang ada di kabupaten sidoarjo pasuruan dan malang seperti tergambar pada table di bawah ini

Table 9Jumlah keluarga miskin di kabupaten sidoarjo pasuruan dan malang

Kabupaten 2005 2006 Sidoarjo 239100 1402 223300 1297Pasuruan 285100 2016 308900 2167Malang 373700 1617 404800 171Jawa timur 7139900 1995 7678100 2109

sumber BPS

Dari deskripsi data diatas mengenai jumlah keluarga miskin di 3 kabupaten

provinsi jawa timur antara tahun 2005 dan 2006 menunjukkan tingkat kemiskinan yang

bervariasi Untuk kabupaten sidoarjo jumlah keluarga miskin sebesar 239100 atau

mencapai 1402 dari jumlah penduduk di tahun 2005 Tahun berikutnya jumlah

keluarga miskin berkurang menjadi 223300 atau 1297 dari total penduduk di

kabupaten sidoarjo Penurunan jumlah keluarga di kabupaten sidoarjo ternyata tidak

diikuti di tetangga kabupatennya seperti pasuruan dan malang Jumlah keluarga miskin

di kabupaten pasuruan sebanyak 285100 atau 2016 di tahun 2005 dan naik menjadi

308900 atau 2167 dari toatal keluarga di kabupaten pasuruan Demikian juga dengan

23

kabupaten malang jumlah keluarga miskin di tahun 2006 juga mengalami kenaikan

Tahun 2005 jumlah keluarga miskin sebanyak 373700 atau 167 naik menjadi

404800 atau 171 dari jumlah keluarga yang tinggal di kabupaten malang

4 Gambaran rumah tangga miskin pada kabupaten pasuruan sidoarjo dan

malang

Jika dilihat mengenai masalah kemiskinan di daerah provinsi jawa timur maka dapat

diketahui bahwa peta penduduk miskin tidak hanya terkelompok pada kabupaten yang

mempunyai sumberdaya alam yang sedikit namun juga terdapat ppotensi kemiskinan di

daerah yang mempunyai sumber daya alam yang banyak Untuk lebih jelasnya berikut

peta potensi kemiskinan pada masing ndash masing kabupaten yang diikuti dengan jumlah

penduduknya

Tabel

Jumlah Rumahtangga Miskin Masing-Masing Kabupaten

Di Wilayah Provinsi Jawa Timur

KabupatenJumlah Penduduk Jumlah Penduduk Miskin

2005 2006 2005 2006Kabupatenkab Pacitan 869642 885986 150100 162600kab Ponorogo 665070 687786 152500 165200kab Trenggalek 969461 984460 165800 189000kab Blitar 525888 1140809 175800 190400kab Kediri 1429137 1525231 255900 277200kab Malang 2336363 2419822 373700 404800kab Lumajang 999525 1026400 186100 201900kab Jember 2261477 2278718 408000 423300kab Banyuwangi 1514605 1575265 236100 251900kab Bondowoso 698504 725571 169500 183600kab Situbondo 605208 636200 113200 107200kab Probolinggo 1021279 1070137 267400 289700kab Pasuruan 1398122 1485342 285100 308900kab Sidoarjo 1697435 1838666 239100 223300kab Mojokerto 969299 1027871 154300 165400kab Jombang 1222499 1212876 278600 289900kab Nganjuk 989693 1065459 235800 255400kab Madiun 641596 667709 137500 144700kab Magetan 617492 621862 104600 113300kab Ngawi 827728 857449 193400 209100kab Bojonegoro 1228939 1251051 323900 350900

24

kab Tuban 1063375 1104538 300700 325800kab Lamongan 1187065 1274194 280800 304200kab Gresik 1118841 1120541 242500 287500kab Bangkalan 889590 945863 286700 306700kab Sampang 835122 894046 325900 353100kab Pamekasan 762876 782076 237600 271500kab Sumenep 1004758 1068595 331200 351100

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa di kabupaten malang mempunyai potensi

kemiskinan yang tinggi pada tahun 2005 dan 2006 Tingginya angka kemiskinan di

kabupaten tersebut mengindikasikan bahwa kurang adanya pemerataan pada

pembangunan perekonomian Kabupaten pasuruan dan kabupaten sidoarjo memiliki

jumlah penduduk miskin relatif dibawah kabupaten malang Hal tersebut bisa terjadi

karena kedua kabupaten berada pada lingkar urat nadi perekonomian jawa timur

sehingga perekonomian di wilayah tersebut dapat terdongkrak akibat aktivitas

perekonomian jawa timur

5 Karakteristik Perekonomian Rumah Tangga Miskin

51 Kabupaten Pasuruan

Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden

Salah satu penentuan sebuah masyarakat miskin adalah dengan melihat rata-

rata tingkat pendapatannya Oscar Lewis (1966) akar dari timbulnya budaya miskin

salah satunya adalah rendahnya gajipendapatan

Tabel

Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden kabupaten pasuruan

No

lt 200000200000

sd 400000

410000 sd

500000gt 500000 Jumlah

1Tidak

Bekerja

2 2 29

2Buruh Pasar

3 3 6 613 10

3Kuli

Banguan

1 2 1 4 44 7 3

4 Pemulung

1 1 8 10 104 3 22

25

5 Pedagang

4 8 10 22 2217 28 27

6 Becak 3 7

10 1010 19

7Sopir

Angkutan

1 4 5 10 104 14 14

8 Wiraswasta

1 2 1 15 54 7 3 11

9 Bengkel

2 3 1 17 79 10 3 11

10Buruh Pabrik

4 610 1011 67

11 Lain-lain

8 3 1 12 1235 10 11 100

Jumlah 23 29 37 9 98

Table diatas menjelaskan mengenai tingkat pendapatan dan jenis pekerjaan

pada kabupaten pasuruan Dari 91 sampel yang di ambil ada beberapa karakteristik

pendapatan dari para pekerja Secara umum masyarakat yang mempunyai pendapatan

lebih dari 500 ribu di domonasi oleh pekerja swasta bengkel buruh pabrik dan lain-lain

Buruh pabrik memiliki tingkat pendapatan di atas 500 ribu disebabkan karena adanya

kebijakan UMR yang harus dipenuhi oleh perusahaan di wilayah tersebut

Tabel

Keahlian Yang Dimiliki Masyarakat kabupaten pasuruan

No Jenis Pekerjaan Responden Wiraswasta BengkelMontir Sopir

Tukang Bangunan

DagangLain-lain

jumlah

1 Tidak Bekerja 0 0

2 Buruh Pasar

1 1 2 26 0 0 0 7 0

3 Kuli Bangunan

5 5 414 1428 0 0 25 0 22

4 Pemulung

33 30 0 0 0 0 17

5 Pedagang

2 1 3 28 80 0 13 5 21 11

26

6 Becak

2 4 5 314 140 17 25 25 0 17

7 Sopir Angkutan

2 3 5 50 17 19 0 0 0

8 Wiraswasta

5 3 5 13 1328 0 0 15 36 0

9 Bengkel

5 2 29 90 42 13 0 0 11

10 Buruh Pabrik

5 3 3 11 1128 0 0 15 21 0

11 Lain-lain

2 3 5 3 2 419 1911 25 31 15 14 22

Jumlah 18 12 16 20 14 18 98 100

Keberagaman keahlian yang dimiliki oleh masyarakat kabupaten pasuruan tidak

berarti bahwa keahlian yang dimilikinya terspesifikasi pada satu jenis keahlian tertentu

namun tidak sedikit masyarakat yang mempunyai keahlian lain diluar dari profesi yang

dimilikinya Sebagai contoh adalah seorang pegawai bengkel tidak hanya ahli dalam

memperbaiki kendaraan bermotor namun juga bisa berprofesi sebagai sopir Hal

tersebut ditunjukkan oleh hasil observasi yang telah dilakukan untuk masyarakat daerah

pasuruan dimana pegawai bengkel ternyata juga bisa berprofesi sebagai sopir atau

bidang usaha yang lain

Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan

NoJenis

Pekerjaan Responden

Tempat Usaha

Alat Modal Pemasaran Ketrampilan jumlah

1 Tidak Bekerja

2 Buruh Pasar

3Kuli

Bangunan

4 Pemulung

5 5 10 10 23 12

5 Pedagang

8 5 13 1350 12

27

6 Becak

4 8 12 12 18 19

7Sopir

Angkutan

5 5 5 12

8 Wiraswasta

8 6 14 14 36 14

9 Bengkel

5 6 11 11 23 14

10 Buruh Pabrik

77 7 41

11 Lain-lain

8 8 1026 2750 19 59

Jumlah 16 22 43 0 17 98 100

Dengan keahlian yang dimiliki oleh masyarakat pasuruan dapat diindikasikan

bahwa keahlian yang dimiliki mempunyai kemerataan sampel Dari seluruh responden

yang dijadikan sampel sebagian besar menginginkan bantuan modal alat dan tempat

usaha Untuk jenis pekerjaan bengkel sampel menyatakan bahwa responden

menginginkan bantuan modal dan alat untuk dapat mengembangkan usahanya Hal

yang sama juga ditunjukkan untuk jenis pekerjaan wiraswasta dimana 23 menyatakan

menginginkan bantuan alat dan 24 menginginkan bantuan modal

52 Kabupaten Sidoarjo

Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden

No Gaji amp Jenis Pekerjaan

lt 200000

200000 sd

400000

410000 sd

500000gt 500000 Jumlah

1 Tidak Bekerja

2

2 2111

2 Buruh Pasar

6 4

10 11333 200

3 Kuli Banguan

1 8 1

10 1156 400 50

4 Pemulung

8 2

10 11444 100

5 Pedagang

1 2 7

10 1150 100 212

28

6 Becak

1 2

3 356 100

7 Sopir Angkutan

2 6 1

9 10100 300 30

8 Wiraswasta

1 2 7

10 1150 100 212

9 Bengkel

4 5

9 10200 152

10 Buruh Pabrik

5 5

10 11250 152

11 Lain-lain

8

8 9242

Jumlah 18 20 20 33 91 100

Karakteristik pendapatan masyarakat di daerah perkotaan kabupaten sidoarjo

menunjukkan kesamaan dari kabupaten pasuruan Secara keseluruhan responden yang

berpenghasilan di atas 500 ribu di dominasi oleh masyarakat yang mempunyai

pekerjaan sebagai wiraswasta bengkel buruh pabrik dll Jika ditelaah lebih lanjut

memang untuk golongan buruh pabrik mereka berpenghasilan ditas 500 ribu karena ada

jaminan dari pemerintah mengenai pendapatan minimum melalui UMR Sedangkan

masyarakat yang bekerja di bengkel mendapatkan pendapatan yang tinggi karena

sidoarjo merupakan daerah industry sehingga tidak sedikit masyarakat yang

menggunakan kendaraan bermotor dalam aktifitasnya

Tabel

Keahlian Yang Dimiliki Masyarakat kabupaten sidoarjo

NoJenis

Pekerjaan Responden

Wiraswasta BengkelMontir

SopirTukang

BangunanDagang

Lain-lain

jumlah

1Tidak

Bekerja

2 Buruh Pasar

5 6 718 1831 43 37

3 6 8 14 14

29

Kuli 46

4 Pemulung

6 7 13 13 23 54

5 Pedagang

8 3 11 1150 30

6 Becak

8 8 8 57

7Sopir

Angkutan

5 49 9 19 21

8 Wiraswasta

3 5 8 8 30 19

9 Bengkel

4 4 4 15

10Buruh Pabrik

11 Lain-lain

3 4 6 13 1319 40 23

Jumlah 16 10 26 13 14 19 98 100

Menurut survey yang telah dilakukan ternyata tipikal masyarakat sidoarjo dan

pasuruan untuk kategori keahlian yang dimiliki adalah sama penyebarannya Untuk

kabupaten sidoarjo jenis pekerjaan terbanyak adalah buruh pasar dengan keahlian yang

dimiliki berdagang serta ada yang memiliki keahlian sebagai tukang sepatu

Keberagaman jumlah responden menunjukkan keberagaman pekerjaan masyarakat

yang dijadikan sebagai obyek penelitian Menurut hasil penelitian digambarkan bahwa

seorang yang berprofesi sebagai pemulung ternyata juga memiliki keahlian di bidang

lainnya seperti tukang bangunan bahkan sopir Dari informasi yang dimiliki tersebut

diharapkan pemerintah dapat memberikan bantuan sesuai dengan bidang profesi

masyarakat atau keahlian masyarakat itu sendiri

30

Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan

NoJenis

Pekerjaan Responden

Tempat Usaha

Alat Modal Pemasaran jumlah

1Tidak

Bekerja

0 0

2Buruh Pasar

2 8 10 01020418 15

3Kuli

Bangunan

1 3 6 10 01020414 14 12

4 Pemulung

1 8 9 00918374 15

5 Pedagang

10 2 4 16 016326540 10 8

6 Becak

2 4 6 12 01224498 19 12

7Sopir

Angkutan

2 6 8 00816338 12

8 Wiraswasta

3 7 10 0102041 14 13

9 Bengkel

5 6 11 0112245 24 12

10Buruh Pabrik

0 0

11 Lain-lain

7 4 1 12 012244928 19 2

Jumlah 25 21 52 0 98

Masyarakat daerah sidoarjo untuk segala jenis pekerjaan yang dijadikan subyek

penelitian menyatakan bahwa masyarakat memilih diberikan bantuan modal alat dan

tempat usaha Sedangkan untuk aspek pemasaran masyarakat sidoarjo tidak begitu

memerlukan bantuan Karena jika kita perhatikan kabupaten sidoarjo terletak di urat nadi

perekonomian jawa timur sehingga diharapkan pemasaran tidak menjadi kendala Dari

98 orang yang dijadikan responden sebanyak 52 orang dari berbagai macam profesi

menginginkan bantuan modal usaha

31

Berdasarkan hasil data skunder yang telah dilakukan terhadap seluruh

rumahtangga miskin yang ada di Kota Malang maka gambaran lokasi rumahtangga

misikin yang ada di Kota Malang seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini

Tabel

Jumlah Keluarga Miskin Masing-Masing Kecamatan

Di Kota Malang

No Kecamatan Jumlah Rumah Tangga

Prosentase

1 Kedungkandang 6635 2730

2 Sukun 6255 2574

3 Klojen 3432 1412

4 Blimbing 4158 1711

5 Lowok Waru 3821 1572 Sumber Pemkot Malang 2006

Data di atas menunjukkan jumlah rumah tangga miskin yang ada di kota malang

di masing-masing Kecamatan Dari 5 kecamatan yang ada dikota Malang jumlah

kemiskinannya adalah sebagai berikut Kecamatan yang paling tinggi angka

kemiskinannya adalah kecamatan Kedungkandang yaitu sebesar 2730 kecamatan

Sukun sebesar 2574 kemudian Kecamatan Lowok Waru sebesar 1572

Kecamatan Blimbing 1711 dan angka terendah Rumah tangga miskinnya adalah

kecamatan Klojen yairu sebesar 1412

Gambar

Jumlah keluarga Miskin di Kota Malang

0 1 2 3 4 5 6 7

Kedungkandang

Sukun

Klojen

Blimbing

Lowok Waru

Jumlah Rumah Tangga

32

Berdasarkan gambaan di atas jumlah rumah tangga miskin di kota malang

berada pada daerah-daeah tertentu (Kedungkandang dan Sukun) wilayah ini merupakan

wilayah pinggiran kota yang padat dengan jumlah penduduknya Kecamatan

Kedungkandang merupakan daerah yang umumnya pdat penduduk dan daerah tersebut

merupakan daerah pinggiran kota serta rata-rata penduduknya memiliki mata

pencaharian pedagang Daerah tersebut juga merupakan daerah pusat-pusat industri

kecil dan yang lebih telihat bahwa kebanyakan rumah tangga miskin bertempat tinggal

di daerah aliran sungai brantas (DAS Brantas) serta di pinggiran jalur kereta api

Berbeda halnya dengan kecamatan Sukun daerah ini selain terdapatnya pusat

perdagangan juga merupakan daerah industri kecil (home industri) Keberadaan rumah

tangga miskin selain rata-rata kehidupannya berdagang juga bertempat tinggal pada

daerah-daerah perkampungan

33 Aspek Kultural Pada Masyarakat Miskin

Urbanisasi merupakan salah satu faktor pemicu perkembangan kota terjadinya

perpindahan penduduk dari desa ke kota disebabkan oleh berbagai faktor baik faktor

pearik maupun pendorong perkembangan industri dan perdagangan di kota merupakan

faktor penarik yang menyebabkan orang untuk berdatangan dan tinggal di daerah

perkotaan Keinginan untuk dapat mendapatkan penghasilan dan pekerjaan yang lebih

baik untuk mencukupi kebutuhan hidup merupakan penyebab utama terjadinya

urbanisasi Namun kondisi tersebut tidak seiring dengan kualitas pendidikan dan

ketrampilan yang memadai sehingga mereka tidak dapat ditampung di sektor formal

melainkan menggantungkan hidupnya pada sektor informal yang kurang menentu

Selain itu yang menjadi faktor pendorong terjadinya urbanisasi adalah kondisi fasilitas di

daerah asal (pedesaan) kurang memadai serta semakin menyempitnya lahan pertanian

dan peluang pekerjaan

Pertambahan penduduk di kota yang sangat tinggi menyebabkan berbagai

permasalahan sosial permasalahan yang muncul adalah adanya perkampungan kumuh

dan perumahan liar di pinggiran kota dan umumnya di daerah pinggiran aliran sungai

brantas (DAS) Masalah tersebut disebabkan oleh ketidak mampuan masyarakat miskin

perkotaan untuk memiliki rumah yang layak huni Penyebab lainnya adalah ketidak

mampuan pemerintah kota untuk menyediakan sarana bagi masyarakat miskin

33

perkotaan Pembangunan perkotaan senantiasa bukan memberikan solusi dalam

pengentasan kemiskinan perkotaan melainkan sebaliknya yaitu menjadikan proses

penggusuran dan semakin terdesaknya kehidupan masyarakat miskin tersebut

Tabel

Daerah Asal Responden sidoarjo

NoJenis

Pekerjaan Responden

Jawa Timur Non

Madura

Madura Jawa Barat

Jawa Tengah

Luar Jawa

jumlah

1Tidak

Bekerja

2Buruh Pasar

8 1 1 10 1011 7 7

3Kuli

Bangunan

7 2 1 10 1010 14 7

4 Pemulung

9 9 913

5 Pedagang

10 10 1014

6 Becak

8 1 2 11 1111 7 14

7Sopir

Angkutan

10 10 1014

8 Wiraswasta

8 6 14 1411 43

9 Bengkel

10Buruh Pabrik

8 2 10 1011 14

11 Lain-lain

2 2 10 14 143 14 71

Jumlah 70 14 0 14 0 98 100

Dari data diatas sebagian besar kaum migrant untuk setiap profesi berasal dari

jawa timur Di definisikan jawa timur karena seluruh masyarakat urban berasal dari jawa

timur kecuali Madura Ada beberapa alasan dari responden mengapa mereka

melakukan urbanisasi salah satunya adalah untuk memperbaiki taraf ekonomi karena

kabupaten sidoarjo dianggap sebagai kabupaten yang memiliki potensi yang cukup

34

tinggi dalam bidang industry Profesi terbanyak yang diminati oleh pendatang adalah

sebagai pedagang dan sebagai sopir

Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin

pada kabupaten sidoarjo dapat diperhatikan gambar di bawah ini

Gambar

Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin

35

Tabel

Daerah Asal Responden pasuruan

NoJenis

Pekerjaan Responden

Jawa Timur Non

Madura

Madura Jawa Barat

Jawa Tengah

Luar Jawa

jumlah

1 Tidak Bekerja

2 Buruh Pasar

4 4 24

3 Kuli Bangunan

5 5 55

4 Pemulung

10 10 1011

5 Pedagang

20 20 2022

6 Becak

8 2 10 109 33

7Sopir

Angkutan

0 0

8 Wiraswasta

0 0

9 Bengkel

10 Buruh Pabrik

15 4 19 1916 67

11 Lain-lain

30 30 3133

Jumlah 92 6 98 98 98

Sama seperti pada kabupaten sidoarjo sebagian besar pendatang adalah dari

wilayah jawa timur Pendatang sebagian besar berprofesi sebagai pedagang karena

wilayah sidoarjo selain sebagai sentra industry provinsi jawa timur juga sebagai urat nadi

perekonomian jawa timur Sehingga bagi para pedagang akan sangat menguntungkan

karena di lewati dari berbagai wilayah di jawa timur

Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin

pada kabupaten pasuruan dapat diperhatikan gambar di bawah ini

Gambar

36

Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin

Tabel 5Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan di kota malang

Lama Tinggal (Tahun)Kecamatan

pddkAsli le 2 3 - 6 7 - 9 ge 10

Jumlahrespondn

Kedung kandang10

(1053)- 3

(316)11

(1158)71

(1473) 95

18 - - 15 52

37

Sukun (2118) (1764) (6118) 85

Klojen9

(1200)5

(667)12

(1600)9

(1200)40

(5333) 75

Blimbing8

(100)2

(25)- 8

(100)62

(775) 80

Lowok Waru15

(1923)- - 7

(897)56

(7180) 78

Sumber Data Primer

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa dari responden (keluarga miskin)

perkotaan sebagian besar bukan penduduk asli daerah kota Malang melainkan

pendatang yang merupakan kaum migran dan menetap di kota Malang kecamatan

kedung Kandang merupakan daerah yang padat penduduknya dimana 1473

menunjukkan jumlah responden yang sudah lama tinggal di kota malang (di atas 10

tahun) bahkan beberapa responden sudah turun-menurun dari keluarga mereka

Kecamatan Sukun yang merupakan kaum pendatang yang tinggal di kota Malang sudah

puluhan tahun sebanyak 6118 dari responden yang ada Kecamatan Klojen sebesar

5333 Kecamatan Blimbing sebanyak 775 dan untuk kecamatan Lowok Waru

sebanyak 7180 dari masing-masing responden di tingkat kecamatan Kondisi ini

menjelaskan bahwa masyarakat miskin perkotaan adalah rata-rata kaum migran yang

sengaja datang ke kota Malang untuk mencari kehidupan yang lebih baik dari daerah

asal mereka Umumnya mereka datang sebagai migran tetap dan keberadaan mereka

sudah terbiasa hidup dalam kondisi serba kekurangan Beberapa responden yang

ditemui juga menjelaskan bahwa sebagai kaum pendatang sudah tidak asing lagi

dengan kehidupan masyarakat di kota Malang Umumnya mereka membaur dengan

masyarakat pendatang lainnya dengan hidup di kepadatan penduduk kota Malang

Salain dilihat dari lamanya masayarakat pendatang (migran tetap) tinggal di kota

Malang dapat pula dijelaskan mengenai temapat asal (daerah asal) responden untuk

melihat derah asal rumah tangga miskin perkotaan dapat kita bagi dengan

menggunakan batasan daerah (wilayah) Dimana wilayah pembagiannya adalah

mereka yang berasal dari daerah Jawa Timur (non-Madura) daerah Madura daerah

Jawa Tengah Jawa Barat dan Luar Jawa Adapun gambaran daerah asal rumah

tangga miskin perkotaan dapat dilihat pada tabel berikut

38

Tabel

Daerah Asal Responden

Daerah

Asal

Kecamatan

Jawa

Timur

Non-

Madura

Madur

a

Jawa

Tengah

Jawa

Barat

Luar

Jawa

Jumlah

Respond

n

Kedung kandang21

(2470)52

(6118)9

(1059)3

(353)- 85

Sukun19

(2836)28

(4179)12

(1791)8

(1194)- 67

Klojen9

(1364)49

(7424)5

(758)3

(454)- 66

Blimbing31

(4306)33

(4563)6

(833)2

(278)- 72

Lowok Waru28

(4444)21

(3333)9

(1429)5

((794)- 63

Sumber Data Primer

Berdasarkan data pada tabel di atas menunjukkan bahwa umumnya kaum

migran berasal dari daerah Jawa Timur dan daerah Madura Untuk kecamatan Kedung

Kandang sebesar 6118 berasal dari Madura kemudian Kecamatan Sukun 4179

kaum Migran berasal juga dari Madura Kecamatan Klojen 7424 Kecamatan Blimbing

sebesar 4563 dan kecamatan Lowok Waru sebesar 3333 Dari kelima kecamatan

tersebut yang banyak di datangi oleh migran yang berasal dari daeah Madura adalah di

Kecamatan Kedung Kandang (6118) dan Kecamatan Klojen (7424) dan mereka

sengaja tinggal di dekat pusat perkotaan dengan tujuan memudahkan untuk aktifitas

kegiatan pekerjaannya yang rata-rata bergelut disektor informal (pedagang kaki lima)

331 Kondisi Tempat Tinggal Masyarakat Miskin Perkotaan

Dilihat dari tempat tinggal masyarakat miskin perkotaan rata-rata kondisi tempat

tinggalnya dengan model bangunan semi permanen dan permanen sederhanan dengan

memanfatkan kondisi tanah yang rawan bencana (longsor kebisingan kumuh dan

sebagainya)

Tabel

Kondisi Fisik Bangunan Rumah RTM

39

Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan

Kondisi Fisik RumahKecamatan

Sesek(papan)

SemiPermanen Permanen

Jumlahrespondn

Kedung kandang

11(1158)

52(5474)

32(3368) 95

Sukun20

(2353)33

(3882)32

(3765) 85

Klojen5

(667)31

(1733)39

(5200) 75

Blimbing3

(375)13

(1625)64

(8000) 80

Lowok Waru9

(1154)24

(3077)45

(5769) 78

Sumber Data Primer

dari data primer (tabel) menunjukkan bahwa sebagian besar tempat tinggal

masyarakat miskin perkotaan adalah semi permanen dan permanen akan tetapi dengan

ukuran ruang (luas bangunan) yang cukup minim Dan umumnya yang mereka lakukan

adalah dengan menyewa tanah dan atau menempati tanah rawan musibah adapun

kondisi perumahan masyarakat miskin perkotaan dapat dilihat pada gambar berikut

Gambar

Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin Perkotaan

40

Dari gambar di atas terlihat bahwa kondisi tempat tinggal mereka sangat rawan

dengan terjadinya bencana dan kekumuhan kondisi ini selain rawan terhadap adanya

bahaya tersebut juga sangat rawan dengan permasalahan kesehatan

34 Analisa Spasial

Informasi mengenai tipologi perekonomian masyarakat akan sangat membantu

pemerintah dalam menentukan kebijakan ekonomi di masa mendatang Dari informasi

tersebut dibuatlah peta potensi ekonomi dengan maksud merelevansikan antara potensi

ekonomi daerah dan kebijakan ekonomi Selain itu jika kebijakan ekonomi hanya

terfokus di suatu wilayah tertentu akan berdampak pada ketimpangan pertumbuhan

ekonomi Seperti dijelaskan sebelumnya inventarisasi sarana ekonomi sebuah wilayah

dilakukan dengan menggunakan pendekatan tipologi suatu wilayah Melalui pendekatan

ini selanjutnya dapat digambarkan wilayah majemuk dengan fenomena yang kompleks

dengan beberapa persamaan di dalamnya Maksudnya bahwa pada tipologi suatu

wilayah ada relevansinya dengan keberadaan potensi ekonomi maupun potensi sarana

ekonomi di wilayah tersebut Ini menandakan bahwa kebijakan pengembangan ekonomi

suatu wilayah diperlukan pengadaan sarana ekonomi yang tepat sedikitnya sesuai

dengan kondisi wilayah yang dibangun termasuk karakteristik kegiatan ekonomi yang

dilakukan oleh masyarakat setempat sehingga keberadaan sarana tersebut mampu

mendorong aktivitas ekonomi masyarakat dan pada akhirnya mengentaskan dan

menanggulangi kemiskinan

41

Di wilayah kabupaten pasuruan terdapat berbagai macam potensi ekonomi yang

belum tersentuh pengembangannya oleh pemerintah daerah Potensi yang terdapat di

wilayah tersebut bukan hanya pada potensi sumber daya alam melainkan juga potensii

sumber daya manusianya Untuk wilayah ssidoarjo perlu adanya perhatian mendalam

pada pengembangan sumber daya manusia karena di wilayah tersebut banyak sekali

potensi industri yang dapat berkembang Sedangkan untuk daerah malang hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa disinyalir masih terdapat kegiatan ekonomi maupun

sarana ekonomi yang menunjang kegiatan tersebut belum dimanfaatkan secara optimal

Keadaan ini menjadikan keduanya masih bersifat potensial dan memerlukan

penanganan pengelolannya agar dapat diperoleh output yang optimal pula Pengelolaan

optimal tersebut tentu masih memerlukan suatu pengkajian tersendiri untuk mengukur

sampai sejauh mana tingkat feasibilitasnya

Potensi sarana ekonomi kabupaten ssidoarjo kabupaten pasuruan dan Kota

Malang merujuk pada sarana ekonomi (dalam bentuk fisik) yang teridentifikasi di setiap

daerah maupun yang sudah terkompilasikan di tingkat kabupaten dan kota Potensi

tersebut dapat di petakan pada masing-masing kabupaten di wilayah Jawa Timur

melalui Peta berikut

Gambar Provinsi Jawa Timur

42

Gambar kota Malang

43

keterangan

daerah masyarakat miskin perkotaan

daerah potensi terjadinya kemiskinan

tidak ada potensi terjadnya kemiskinan

Sejalan dengan maksud di atas Pemerintah Kota Malang masih

perlu melakukan kajian mendalam tentang pengembangan potensi wilayah

sebagai salah satu upaya untuk mendukung pemulihan ekonomi yang

bersifat jangka menengah Dukungan kajian ini dilakukan dengan menggali

lebih dalam potensi yang dimiliki setiap kawasan di wilayah Kota Malang

Dengan demikian Pemerintah Kota Malang dengan mudah dapat mengambil

langkah-langkah menumbuh kembangkan potensi sarana ekonomi daerah

44

Kec Blimbing Industri (kecil-

menengah)Pariwisata Pertanianperumahanperdagangan

Kec Kedungkandang Industri (kecil-

menengah)Pertanianperumahan

Kec Sukun Industri kecilPendidikanperumahan

Kec Kolojen perdagangan PendidikanPerhotelanperkantoran

Kec Lowokwaruperumahan PendidikanIndustri (kecil-

menengah)

khususnya yang berada di pusat-pusat kegiatan produksi masyarakat yang

dianggap cukup strategis di Kota Malang

Sejalan dengan semakin meningkatnya peran serta dunia usaha

dan masyarakat di dalam pelaksanaan pembangunan maka program-

program pembangunan Kota Malang perlu disusun dengan

mempertimbangkan keterlibatan mereka Upaya ini dimaksudkan agar

Pemerintah Kota Malang lebih mudah mengefektifkan potensi sarana

ekonomi dan mengarahkannya untuk kepentingan pembangunan yang lebih

konsisten efektif dan efisien serta berkelanjutan dalam menanggulangi

kemiskinan

Secara keseluruhan penduduk miskin di wilayah kota malang masih tersebar

merata di seluruh kecamatan Kecuali di kecamatan Lowokwaru sebagian besar di

kecamatan ini tidak ada potensi kemiskinan Hal tersebut dikarenakan banyaknya

industry pendidikan seperti UMM UNISMA UNIGA Brawijaya ITN UM dll Dengan

banyaknya perguruan tinggi di wilayah tersebut maka potensi perekonomian semakin

besar Tidak sedikit masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang makanan karena

untuk memnuhi kebutuhan para mahasiswa

Pada data dikatakan bahwa rata-rata pendapatan di kecamatan Lowokwaru

masih besar padahal menurut analisis spasial potensi terjadinya kemiskinan sangat

kecil Pada analisi ekonomi diindentifikasi bahwa banyak masyarakat yang

berpendapatan dibawah 400 ribu Hal tersebut terjadi pada masyarakat yang tinggal di

daerah pesisir sungai Masih banyak masyarakat yang tinggal di Daerah Aliran Sungai

tidak memiliki kesempatan kemampuan untuk bersaing dengan masyarakat yang tidak

tiggal di Daerah Aliran Sungai Di perkirakan masyarakat yang menempati DAS

merupakan masyarakat pendatang yang berurbanisasi dengan tidak membawa suatu

keahlian

Potensi kemiskinan terbesar dapat terjadi di Kecamatan Sukun Banyak

masyarakat di daerah ini yang memiliki pendapatan dibawah 400 ribu Jika kita

bandingkan dengan kecamatan Lowokwaru potensi kemiskinan di daerah kecamatan

Sukun tidak hanya terjadi di DAS namun juga pada masyarakat lainnya Banyak faktor

yang mengindikasikan potensi kemiskinan salah satu faktor utama adalah sulitnya

pemasaran dan persaingan yang ketat Meski kegiatan masyarakat di kecamatan

Lowokwaru dengan kecamatan Sukun relatif sama namun di kecamatan Lowokwaru

45

pemasaran barang dan jasa yang diproduksi tidak sesulit di kecamatan Sukun meski

ada persaingan

Hampir memeratanya potensi masyarakat miskin di kecamatan Sukun

menimbulkan dampak di kecamatan Kedungkandang terutama di perbatasan diantara

kedua kecamatan tersebut Menurut survey yang dilakukan memang sebagian besar

masyarakat miskin berpotensi di DAS Dapat dilihat di peta bahwa gambar merah

bersinggungan antara kedua kecamatan dan di kedua wilayah tersebut dialiri sungai

yang sama namun jika kita lihat kebawahnya warna kecamatan Kedungkandang mulai

ada yang Hijau Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat diluar DAS mempunyai

usaha yang berhubungan positif dengan pendapatan seperti pertanian

Berbeda halnya di kecamatan Klojen kecamatan ini merupakan pusat

pemerintahan kota Malang Banyak warga di kecamatan ini yang berprofesi sebagai

pegawai negeri sipil Memang masih terindikasi adanya kemiskinan di daerah tersebut

namun kemiskinan itu timbul karena mereka yang tidak mempunyai kesempatan dan

daya tawar diri mereka Kebanyakan yang tidak memiliki daya tawar diri yang tinggi

adalah mereka para pendatang yang tidak membawa keahlian kemudian mereka

tinggal di DAS dan berprofesi sebagai buruh tani buruh pabrik ataupun yang lainnya

yang tidak membutuhkan keahlian lebih

Bab V Kesimpulan dan Saran

Setelah melalui beberapa tahapan analisis dalam mengidentifikasi kemiskinan

perkotaan di beberapa wiayah Jawa Timur terdapat beberapa kesimpulan yaitu

1 Didapat bahwa sebaran penduduk miskin berkosentrasi pada daerah

sepanjang aliran sungai dan ada beberapa kota yang mengindikasikan

bahwa penduduk miskin berasal dari pendatang dari luar kota

2 Dalam penanggulangan kemiskinan pemerintah sudah banyak

mengeluarkan berbagai macam program pengentasan kemiskinan seperti

P2K P2KP BLT dll namun dalam aplikasinya banyak program yang belum

tepat sasaran

3 Ada beberapa karakteristik yang menarik dalam pengentasan kemiskinan

diantaranya bahwa dalam mengentaskan masyarakat miskin metode yang

46

diterapkan lebih kepada pembinaan keahlian dan mentalitas karena

seperti yang terdapat di kota malang masyarakat miskin dipicu dari

kebiasaan atau mentalitas dari masyarakat tersebut dalam kehidupan

sehari-hari Riset menemukan meskipun masyarakat miskin diberikan

bantuan uang seperti BLT namun bantuan tersebut tidak diperuntukkan

kepada pengembangan usaha namun habis untuk konsumsi begitu pula

dengan program ndash program pengentasan kemiskinan yang lainnya

Saran

Dalam pengentasan kemiskinan disarankan kepada pemerintah untuk mencari

data kemiskinan yang akurat dengan tujuan pemberian bantuan dalam rangka

pengentasan kemiskinan dapat terserap tepat pada masyarakat yang dituju Selain itu

untuk mengentaskan masyarakat yang bertipikal ldquokultur miskinrdquo harus banyak diberikan

pelatihan dan pembinaan mental

47

DAFTAR PUSTAKA

Blakely Edward J (1989) Planning Local Economic Development Theory and Practice Sage Library of Social Research 168 Sage Publication

BPS (1999) Perkembangan Tingkat Kemiskinan dan Beberapa Dimensi Sosial Ekonominya 1996-1999 Jakarta BPS

Budi Soeradji Mubyarto (1998) Gerakan Penanggulangan Kemiskinan Laporan

Penelitian di Daerah-Daerah Yogyakarta Aditya Media

Faisal Basri (2002) Perekonomian Indonesia Tantangan dan Harapan bagi Kebangkitan Indonesia Jakarta Erlangga

Fei J C H amp Gustav R (1964) Development Economics What Next In a Ranis G P Schulta (Ed) The State of Development Economics

Gunawan Sumodiningrat (1999) Penanggulangan Krisis Harus Memihak Rakyat Disampaikan pada konferensi pers untuk launcing The Economic and Social Survey of Asia and the Pacific 1999 (ESCAP) di UNIC Jakarta

Kuncoro M (2000) Ekonomi Pembangunan Teori Masalah dan Kebijakan (1st ed) Yogyakarta UPP AMP YKPN

Kuncoro M (2004) Otonomi dan Pembangunan Daerah Reformasi Perencanaan Strategi dan Peluang Jakarata Erlangga

Mellor J W (1976) The New Economies of Growth A Strategy for India and the Developing Countries Cornell Cornell University Press

Nurkse R (1953) Problem of Capital Formation in Underdeveloped Countries In Meier Gerald M Leading Issues in Economic Development edisi ke 6 Oxford University Press Oxford

Rintuh Cornelis amp Miar (2005) Kelembagaan dan Ekonomi Rakyat BPFE-UGM Yogyakarta

Sharp Ansel M Charles A Register and Paul W Cerimes (1996) Economics of Social Issues edisi ke 12 Richard D Chicago Irwin

Sumarto Sudarno (2002) ldquoGrowth Inequality and Poverty Evidence from Micro Datardquo Makala dalam The Young Economics Seminar Jakarta World Bank

48

Page 7: Makalah akp

Berikut ini beberpa penyempurnaan kebijakan program pemberdayaan

masyarakat dan pennanggulangan kemiskinan

Tabel 3

Perkembangan dan Penyempurnaan Kebijakan Program Pemberdayaan Masyarakat dan Program Penanggulangan Kemiskinan Dalam Kurun Pelita VI

No

Program

Bentuk Kebijakan

Pengembangan

Ekonomi

Pengembangan SDM

Pengembangan Prasarana

Pengembangan

Kelembagaan

Pengembangan Sistem Informasi

Bantuan Modal

Bantuan Pendampin

gan

Bantuan Prasarana

Sarana

Bantuan PengembanaganKelemb

agaan

Bantuan Pemantaua

n dan Pelaporan

1 IDT Diberikan dalam bentuk uang tunai seniali Rp 20 juta tahun selama 3 tahun

Dana bantuan digunakan untuk modal usaha dan bersifat hibah dan bergulir (revolving block grant)

Pengembangan kemampuan masyarakat dalam pengelolaan modal bergulir melalui bantuan tenaga pendamping

Secara khusus belum ada namun beberapa bantuan melalui program pembangunan sektoral telah memberikan bantuan teknologi tepat guna untuk membantu mengembangkan kegiatan sosial ekonomi produktif pokmas

Pengembangan kelembagaan dilakukan dalam wadah pokmas melalui kegiatan perguliran dana

Pembangunan kelembagaan aparat dilakukan pembinaan berjenjang secara vertikal yang dilakukan oleh jajajrn Depdagri bersama Depkeu dan departeme teknis terkait lain melalui program pembangunan sektoral masing-masing

7

2 P3DT Dana bantuan digunakan untuk investasi sosial dan bersifat hibah (block grant) serta mendukung kegiatan sosial ekonomi yang didanai oleh bantuan IDT

Pengembangan kemampuan masyarakat dan aparat dalam pembangunan dibina oleh tenaga pendamping profesional (antara lain oleh tenaga konsultan)

Bantuan prasarana mendapat perhatian melalui pengembangan prasarana transportasi yang mendukung kegiatan ekonomi (pembangunan jalan jembatan tambatan perahu dll) dan pengembangan prasarana sosial yang langsung mendukung kegiatan ekonomi lokal (pembangunan prasarana kesehatan dasr MCK sanitasi dan air bersih)

Masyarakat melaksanakan sendiri manajemen pembangunan lokal

Pembinaan aparat dilakukan secara vertikal melalui Tim Koordinasi Pembangunan sebagai wadah musyawarah dan mufakat Sehingga komitmen dan perhatian pembangunan untuk rakyat tetap dalam arah yang benar

Masyarakat melakukan sendiri kegiatan pemantauan dan pelaporan pembangunan ditingkat lokal dibantu oleh tenaga pendamping profesional

Aparat melakukan pemantauan dan pelaporan secara berjenjang (vertikal) yang hasilnya dipergunakan untuk mendukung pengambilan keputusan lebih lanjut dalam rangka pengembangan program

3 PPK Bantuan

senilai Rp 250 juta ndash Rp 750 juta per kecamatan bersifat hibah bergulir Namun pemanfaatan bantuan semata diarahkan agar

Pengembangan SDM dilakukan melalui diseminasi dan pelatihan secara berjenjang baik melalui jalur tenaga pendamping dan jajaran aparat pemerintah

Pembangunan pengadaan prasarasna sarana hanya untuk mendukung kegiatan ekonomi yang sudah mapan

Pengembangan kelembagaan masyarakat dilakukan dalam wadah pokmas melalui kegiatan perguliran dana yang dilembagakan dalam

Sistem pemantauan dan pelaporan dilakukan untuk menilai perkembangan pelaksanaan kegiatan ekonomi prioritas perguliran dana dan

8

pemanfaatan program dapat berlatih mengguanakan dana itu sebagai stimulan agar dalam pengembangan lebih lanjut dapat memanfaatkan fasilitas microfinance

Dilakukan memalui bantuan dana yang dipergunakan untuk membiayai investasi sosial dan investasi ekonomi Bantuan dana digunakan sepenuhnya untuk menciptakan kegiatan ekonomi produktif yang berlanjut

Pengembangan kemampuan dan keterampilan masyarakat lokal diarahkan pada pelaksanaan administrasi pembangunan (UDKP) dan administrasi keuangan (UPK)

forum UPK sebagai bagian dari pelaksanaan forum UDKP

peningkatan kapasitas masyarakat melalui jumlah akumulasi modal

4 P2KPSecara prinsip sama dengan yang dilakukan oleh

Dilakukan melalui bantuan dana yang dipergunakan untuk membiayai investasi sosial dan investasi ekonomi Bantuan

Pengembangan SDM dilakukan melalui diseminasi dan pelatihan secara berjenjang baik melalui jalur tenaga pendamping

Pembangunan pengadaan prasarana sarana hanya untuk mendukung kegiatan ekonomi yang sudah mapan

Pengembangan kelembagaan masyarakat dilakukan dalam wadah pokmas melalui kegiatan perguliran

Sistem pemantauan dan pelaporan dilakukan untuk menilai perkembangan pelaksanaan kegiatan ekonomi

9

PPK namun sasaran lokasi dititikberatkan pada kecamatan di kawasan perkotaan

dana digunakan sepenuhnya untuk menciptakan kegiatan ekonomi produktif yang berlanjut

dan jajaran aparat pemerintahPengembangan kemampuan dan keterampilan masyarakat lokal diarahkan pada pelaksanaan administrasi pembangunan (UDKP) dan administrasi keuangan (UPK)

dana yang dikembangkan dalam forum UPK sebagai bagian dari pelaksanaan forum UDKP

Pengembangan kelembagaan aparat dilakukan bersama masyarakat melalui mekanisme forum UDKP

prioritas perguliran dana dan peningkatan kapasitas masyarakat melalui jumlah akumulasi modal

5 PDMKE

Dilakukan untuk membiayai kegiatan yang bersifat padat karya

Dilakukan melalui pembangunan dan prasarana amp sarana sesuai permintaan lokal

6 PARUL

Dilakukan melalui bantuan dana yang dipergunakan untuk kegiatan sosial-ekonomi produksi dan distribusi jasa natar kawasan

Pengembangan kemampuan masyarakat diarahkan pada peningkatan kemampuan dan keterampilan untuk memperoleh akses dan meningkatkan keterkaitan pada jalur produksi distribusi dan penyediaan jasa yang

Pengembangan prasarana dilakukan dalam wujud pembangunan prasarana sarana dan penerapan teknologi yang mendukung secara langsung kegiatan ekonomi kawasan

Peningkatan kemampuan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan yang menekankan prakarsa lokal pada kawasan itu

Sistem pemantauan dan pelaporan menekankan peningkatan kapasitas masyarakat dalam kegiatan produksi distribusi dan jasa dalam suatu kawasan ekonomi antara pedesaan dan perkotaan

10

sesuai dengan kapasitas ekonomi kawasan

Sumber Kuncoro (2004)

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa program penanggulangan

kemiskinan yang dilakukan di Indonesia masih bersifat parsial Hal tersebut bisa dilihat

dari hampir semua program yang pernah dilakukan masih bermasalah dalam hal

mensinergikan antara masyarakat miskin dengan masyarakat yang berdaya (non

miskin) pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat Akibat dari kondisi tersebut

penanggulangan kemiskinan tidak efektif tidak mandiri dan tidak berkelanjutan

24 Kelemahan Program Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia

Salah satu penyebab kurang berhasilnya penanggulangan kemiskinan di

Indonesia adalah sistem politik yang cenderung sentralistik Sentralisasi yang sangat

kuat di masa lalu juga berimbas ke kebijakan penanggulangan kemiskinan dimana

hampir semua program penanggulangan kemiskinan bersifat rdquotop-downrdquo dengan

keterlibatan minimal dari pemerintah daerah dalam formulasi kebijakannya Program

atau kebijakan yang sangat rdquotop-downrdquo ternyata juga gagal dalam merefleksikan

pebedaan antar daerah yang kadang-kadang bisa menjadi sangat signifikan Akibatnya

timbul berbagai kegagalan berskala besar dalam program atau kebijakan yang pada

akhirnya berakibat pada dihentikannya program tersebut Berikut ini bentuk atau ciri-ciri

dan kelemahan program penanggulangan kemiskinan yang pernah dilakukan

Tabel 4

Ciri-ciri dan Kelemahan Program Penanggulangan Kemiskinan

Kelemahan Program Upaya Penanggulangan Kemiskinan

Prinsip-prinsip Penanggulangan

Kemiskinan

Perencanaan penentuan sasaran dan kreteria miskin serta pengaturan teknis pelaksanaan yang

Mendidik masyarakat miskin untuk terus menerus menemukenali potensi yang dimiliki baik individu keluarga

Program penanggulangan kemiskinan harus mengarah pada pendekatan yang menyeluruh (multi-sektor)

11

dilakukan oleh pemerintahinstansi pusat (top-down) seringkali tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat atau daerah tertentu

maupun lingkungan (keterampilan material dan sumberdaya alam) sebagai modal dasar untuk meningkatkan kesejahteraan hidup

Program-program yang dilaksanakan secara sektoral sering kali mengakibatan adanya semangat ego-sektoral dan saling tumpang tindih

Mendorong tumbuhnya rasa percaya diri akan kemampuannya untuk lepas dari belenggu kemiskinan

Perencanaan dan penentuan sasaran dilakukan oleh masyarakat bersama aparat dilapangan sehingga sesuai dengan kebutuhan masyarakat

Banyak program penanggulangan kemiskinan yang menempatkan masyarakat sebagai obyek sehingga masyarakat kurang berpartisipasi secara aktif

Menyadarkan bahwa tidak akan ada seseoranglingkungan yang dapat keluar dari genggaman kemiskinan melainkan atas usaha orangkeluargalingkungan itu sendiri

Masyarakat ditempatkan sebagai ldquopelaku utama dalam perang melawan kemiskinanrdquo agar masyarakat berpartisipasi secara aktif

Sulitnya menjaga kontinuitas program (program baru bukan merupakan kelanjutan program lama) mengakibatkan banyak program penanggulangan kemiskinan tidak berkesinambungan

Memberikan pemahaman bahwa masalah penanggulangan kemiskinan merupakan tugas dan tanggungjawab bersama pemerintah dan masyarakat

Pertanggungjawaban kepada pemerintah dan masyarakat untuk membangun keterbukaan dan akuntabilitas

Pertanggungjawaban hanya bersifat administratif kepada pemerintah sehingga tidak terbangun keterbukaan dan akuntabilitas publik akibat pendekatan proyek maka keberhasilan program hanya diukur dengan persentase bantuan yang berhasil

Menciptakan lapangan kerja dan peluang berusaha untuk menguatkan ekonomi masyarakat setempatPenguatan organisasikelompok masyarakat yang ada memberikan bantuan fasilitas (dana dan keahlian) yang dibutuhkan untuk mendayagunakan potensi yang dimiliki

Merupakan program yang berkesinambungan Ukuran keberhasilan ditentukan oleh berdayanya masyarakat untuk keluar dari belenggu kemiskinan danmenguatnya kemampuan ekonomi masyarakat melalui terciptanya akses kepada faktor produksi dan pasar

12

disalurkan dan jumlah sasaran penerima

Sumber Hamid (2003) Dalam Kuncoro (2004)

Sebenarnya perbedaan antara pendekatan ldquotop-downrdquo dan ldquobottom uprdquo tidak

perlu terjadi terjadi apabila sistem politik nasional dan terutama lokal mampu

menciptakan akuntabilitas pemerintah terhadap masyarakatnya Ketiadaan mekanisme

akuntabilitas selain membuat pihak eksekutif dan legislatif kurang tanggap terhadap

keluhan masyarakatnya juga membuat masyarakat tersebut tidak terlalu peduli atas

kualitas layanan publik yang diterimanya ataupun terhadap kebijakan perekonmian

daerahnya Dengan sistem perimbangan keuangan pusat dan daerah saat ini dimana

sebagian besar pajak masih dikuasai pemerintah pusat sangat mudah bagi pemerintah

daerah menyalahkan pemerintah pusat apabila ada ketidakpuasan di kalangan

masyarakat lokal mengenai kualitas layanan publik

Bab III METODE PENELITIAN

1 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini mempunyai tujuan utama membangun model penaggulangan

kemiskinan yang bersifat terpadu berdasarkan aspek spasial ekonomi dan

struktural di masing-masing desakelurahan yang ada di wilayah administrasi Kota

Malang

Berdasarkan pada tujuan utama penelitian ini maka kerangka pikir mengenai

Penyusunan Model Penanggulangan Kemiskinan di Kota Malang dijelaskan pada

Gambar berikut

Gambar 1Bagan Alir Penyusunan Model KulturalStruktural dan Spasial

Sebagai Penanggulangan Kemiskinan

13

AN

AL

ISA

P

ER

MA

SA

LA

HA

N

KE

MIS

KIN

AN

P

ER

KO

TA

AA

N

Aspek StrukturalMengukur Efektifitas

program penanggulangan

kemiskinan yang telah dilakukan

Aspek Ekonomi

Mengukur kondisi ekonomi

masyarakat miskin

Aspek SpacialMengukur kondisi

geografi dan topografi

(lingkungan fisik) masyarakat miskin

OutputKesenjangan

antara program

dgn kebutuhan

OutputProses generasi

tingkat

pendidikan jenis pekerjaan

OutputKondisi

Geografitopografi

PorsesIdentifikasi

ermasalahan kemiskian perkotaan

OUTPUT

Database Permasalahan kemiskinan Profil kemiskinan Isue Strategis

OutputWork Plan

Penanggulangan

Kemiskinan

OutputMaster Plan

PenanggulanganKemiskinan

Sebagaimana telah dikemukakan di atas upaya penaggulangan kemiskinan

dilakukan dengan pendekatan spasial ekonomi dan struktural Pendekatan tersebut

pada dasarnya bertujuan untuk menghasilkan model penanggulangan kemiskinan yang

bisa menghasilkan rencana strategis dan program kerja penanggunalangan kemiskinan

secara terpadu dan berkelanjutan di Kota Malang Setidaknya ada 5 (lima)

komponenkegiatan utama yang perlu dilakukan Kegiatan-kegiatan tersebut meliputi

1 Identifikasi dan Analisis Kondisi Eksisting masing-masing kota

Tujuan utama kegiatan ini adalah untuk memahami kondisi setiap desakelurahan

dan kecenderungan perkembangan dalam kurun waktu perencanaan Adapun informasi

yang perlu dikumpulkan dikaji dan dianalisis meliputi gambar mengenai kondisi fisik

sosial ekonomi desakelurahan kebijakan dan program-program yang terkait dengan

pengembangan desa perkembangan sektor-sektor ekonomi desa dan kondisi sistem

prasarana Semua informasi ini diharapkan dapat menggambarkan eksisiting yang

tengah berlangsung (on-going) maupun yang akan dikembangkan (commited)

2 Identifikasi Potensi dan Permasalahan Kemiskinan

Berdasarkan analisis terhadap kondisi wilayah dan kecenderungan

perkembangannya diidentifikasi potensi ekonomi yang mampu mendukung

pembangunan wilayah masing-masing Kota Identifikasi yang dimaksud meliputi

antara lain

Potensi desakelurahan yang terkandung baik yang sudah

dimanfaatkan belum dimanfaatkan maupun potensial diperkirakan

ada di desa Terkait dengan hal ini adalah identifikasi sektor unggulan

atau komoditi unggulan

Kendala-kendala dalam pengembangan potensi ekonomi baik dalam

kaitannya dengan bidang prasarana keuangan dan kebijakan

sehingga menimbulkan kemiskinan pada masyarakat setempat

3 Penyusunan Skenario Penanggulangan Kemiskinan

Skenario penanggulangan kemiskinan berisi antara lain pemanfaatan ruang dan

struktur ruang (pengembangan sektor-sektor unggulan kawasan dan sistem

14

prasarana) yang merupakan acuan pengembangan desa Skenario ini disusun

berdasarkan potensi pengembangan Kota

4 Perumusan Model Penaggulangan Kemiskian

Rumusan model penaggulangan kemiskinan yang dimaksud berisi program-

program pengembangan sektor kota dan sistem prasarana dasar Program-

program ini dirumuskan dalam rangka mendukung pencapaian skenario-skenario

yang telah dirumuskan

5 Rekomendasi Pola Pelaksanaan Program-Program Pengentasan Kemiskinan

Program-program yang layak untuk diimplementasikan selanjutnya dikaji pola

pelaksanaannya Dalam hal ini pola pelaksanaan yang dimaksud

memperhitungkan seluruh pelaku pembangunan yaitu pemerintah swasta dan

masyarakat

2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Kegiatan penyusunan model penanggulangan masyarakat miskin di Kota Malang

akan melakukan survei di seluruh wilayah yang termasuk dalam wilayah admisnistratif Kota

Malang Pasuruan Sidoarjo

Analisis dan penyusunan model penaggulangan kemiskinan dilakukan secara

bertahap tahapan tersebut didasarkan pada aspek kegiatan yang diukur dan dianalisis

Penelitian ini akan dilakukan dua tahap dinama setiap tahap penelitian diperkirakan

akan menghabiskan waktu plusmn 11 bulan jadi secara keseluruhan penelitian akan

menghabiskan waktu plusmn 22 bulan

3 Definisi Operasional Variabel

Aspek yang digunakan untuk membanguan model penanggulangan

kemiskinan di Kota Malang ada tiga aspek yaitu 1) Struktural atau Kelembagaan 2)

Aspek Kultural dan 3) Aspek Spasial (wilayah)

1) Aspek Struktural

Dalam aspek ini akan dilihat sejauhmana keterpaduan program-program yang

telah dilakukan oleh pemerintah baik pusat maupun daerah dengan kapasitas

15

dan kebutuhan masyarakat miskin Aspek struktural atau kelembagaan

mempunyai dua sub-indikator yaitu 1) Sub-indikator kebijakan pemerintah dan

2) Sub-indikator kapasitas sosial masyarakat (social capacity) Masing-masing

sub-indikator mempunyai variabel total variabel untuk mengukur indikator

aspek struktural atau kelembagaan sebanyak 8 variabel

Variabel-variabel yang digunakan dalam aspek struktural atau kelembagaan

dalam melakukan pengukuran terhadap desakelurahan dapat dilihat pada

tabel berikut

Tabel 5

Jumlah Sub Indikator dan Variabel Dari Aspek Struktural

No Sub Indikator

Variabel Diskripsi

1 Kebijakan Pemerintah (3 variabel)

- Program penanggulangan kemiskinan yang berasaldari pemerintah pusat

- Program penanggulangan kemiskinan yang berasaldari pemerintah propinsi

- Program penanggulangan kemiskinan yang berasaldari pemerintah daerah kabupaten

- Program penanggulangan kemiskinan yang berasal dari perangkat desa

Mengukur seberapa besar keterlibatan pemerintah baik pusat maupun daerah dalam upaya penanggulangan kemiskinan

2 Kapasitas sosial masyarakat(6 variabel)

- Gengsi sosialorang miskin

- Nilai adatbudaya dan agama terhadap orang miskin

- Rasionalitas penduduk miskin (semangat membebaskan diri dari kemiskinan)

- Budaya dan etos kerja- Semangat gotong

royong- Keperdulian

Mengukur seberapa besar social capital masyarakat miskin dalam keluar dari kemiskinan

16

masyarakat sekitar terhadap orang miskin

2) Aspek Kultural

cultural poverty adalah suatu budaya yang terjadi karena penderitaan ekonomi

(economic depretiation) yang berlangsung lama Berdasarkan penelitian pada

beberapa kebudaya kelompok etnik ditemukan bahwa kemiskinan adalah salah

satu sub-kultur masyarakat yang mempunyai kesamaan ciri antar etnik satu

dengan etnik yang lain Dalam aspek ini akan dilihat seberapa besar potensi

kemiskinan yang tercipta akibat dari kultur atau kebudayaan yang sudah

berlangsung di suatu wilayah Aspek kultural ini akan mencakup 1) tingginya

angka pengangguran 2) tingkat upahtinggi rendahnya gaji dan 3) sistem

ekonomi yang terlalu berorientasi pada mencari keuntungan

Variabel-variabel yang digunakan dalam aspek ekonomi dalam melakukan

pengukuran terhadap desakelurahan dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 6

Jumlah Sub Indikator dan Variabel Dari Aspek Struktural

No Sub Indikator Variabel Diskripsi1 Tingginya

angka pengangguran

- Lama bekerja- Banyaknya pekerja

dalam satu rumah

Mengukur seberapa besar tingkat pengangguran di suatu wilayah

2 Tingkat Upah - Besarnya gaji perbulan

- Ada tidaknya bonus

Mengukur seberapa besar kenaikan upah yang berhubungan dengan kesejahteraan masyarakat

3 Sistem Ekonomi

- Tujuan bekerja- Langkah untuk

memenuhi kebutuhan

Mengukur sebesarapa penting antara kebutuhan dan penimbunan kekayaan

3) Aspek Spasial

Dalam aspek ini akan dilihat seberapa besar konsisi wilayah (space) mampu

mendorong proses penanggulanagan kemiskinan Aspek spasial atau wilayah

mempunyai dua sub-indikator yaitu 1) Sub-indikator Kondisi geografis dan 2)

Sub-indikator Aksesibilitas sarana dan prasarana Masing-masing sub-indikator

17

mempunyai variabel total variabel untuk mengukur indikator aspek struktural

atau kelembagaan sebanyak 6 variabel

Variabel-variabel yang digunakan dalam aspek spasial atau wilayah dalam

melakukan pengukuran terhadap desakelurahan dapat dilihat pada tabel

berikut

Tabel 7

Jumlah Sub Indikator dan Variabel Dari Aspek Spasial

No Sub Indikator

Variabel Diskripsi

1 Kondisi geografis(4 variabel)

- Letak geografis- Topografi- Kondisi jalan- Kondisi jembatan

Mengukur sejauhmana kondisi geografis mampu bermanfaat untuk pemberdayaan masyarkat miskin

2 Aksesibilitas terhadap sarana dan prasarana(5 variabel)

- Akses terhadap pasar- Akses terhadap sarana

pendidikan- Akses terahadap

fasilitas kesehatan- Akses terahadap

aktivitas produksi

Mengukur tingkat kemudahan akses terhadap sarana dan prasarana pokok untuk penanggulangan kemiskinan

4 Jenis Data

Dilihat dari sumbernya data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua

jenis yaitu data sekunder dan data primer

1 Data Sekunder

Data ini merupakan data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain Adapun data

sekunder yang akan digunakan dalam penelitian ini diantaranya seperti Jumlah

penduduk luas desa topografi desa monografi desa letak geografi desa dan

lain-lain

2 Data Primer

Data ini merupakan data yang diperoleh langsung dari obyek penelitian Adapun

data primer yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya seperti data yang

18

digunakan untuk mengukur indikator kelembagaan indikator tipologipenyebab

kemisikinan indikator sumberdaya dan potensi ekonomi dan lain-lain

5 Teknik Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam pengumpulan informasi dan data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah Participatory Rural Appraisal (PRA) meliputi

1 Wawancara yaitu metode pengumpulan data dengan wawancara secara

mendalam dengan key-person (formal dan informal leaders) untuk

mengidentifikasi kebutuhan (needs) masyarakat

2 Dokumentasi yaitu metode pengumpulan data sekunder yang dimiliki oleh

responden lembaga ekonomi dan sosial maupun instansi teknis terkait

3 Observasi ( pengamatan) dan survei lapang

Dalam hal meyakinkan data dan informasi yang diperoleh dari responden

peneliti mengadakan pengamatan dan survei lapang secara langsung terhadap

obyek yang diamati mendengar serta mencatat hasil temuan lapang

4 Pengumpulan Data Sekunder

Selain dukungan data primer yang menjadi sumber data utama penelitian ini juga

menggunakan data sekunder yang diperoleh dari dokumen-dokumen serta catatan-

catatan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti Dokumen yang dimaksud

adalah jumlah keluarga miskin yang diperoleh dari Badan Perencanaan Kota

(Bapekot) Malang Catatan Sipil Kota malang (data Penduduk Kota malang sampai

dengan bulan Februari 2006) dan statistik kecamatan dari tiga kecamatan yang

diterbitkan oleh Kantor Statistik Kota Malang 2006

5 Focus Group Discussion (Diskusi Kelompok)

Peneliti melaksanakan diskusi dengan obyek penelitian ketika peneltian lapang akan

dilakukan Kegiatan ini pertama dilakukan adalah dimaksudkan untuk

mensosialisasikan pelaksanaan pengumpulan data (sebagai kegiatan penting

penelitian ini) kepada para sekretaris kecamatan dan seluruh sekretaris

desakelurahan yang diperkirakan menjadi sasaran dari kegiatan penelitian lapang

Berbagai informasi yang disampaikan dalam kegiatan sosialisasi ini antara lain

meliputi pentingnya dilaksanakan kegiatan inventarisasi dan pemetaan kemiskinan

di Kabupaten Sumenep proses pengumpulan data dan hasil akhir yang dihasilkan

kegiatan ini Melalui kegiatan ini dicapai jalinan suatu kebersamaan antara peneliti

19

dengan calon responden (subyek yang diteliti) sehingga dapat diperoleh data yang

optimal

Diskusi kelompok kedua dilakukan pada saat menjelang kegiatan ini berakhir

Diskusi ini dilakukan dengan stakeholders tingkat kota dimaksudkan untuk

mengoptimalkan hasil temuan lapangan Dikusi kelompok ini diarahkan kepada

upaya-upaya mengklarifikasi hasil temuan lapangan mendapatkan koreksi dan

masukan serta kesepakatan tentang hasil akhir kegiatan ini

6 Alat Analisis

Analisis dilakukan dengan memadukan pendekatan struktural (data

kuantitatif dan kualitatif) ekonomi (potensi sumberdaya pemabngunan) dan spasial

(pemetaan) Maksudnya bahwa dari himpunan data yang telah dikompilasi

dilakukan analisis statistik sederhana dengan lebih banyak menggunakan tabulasi

silang dan perhitungan-perhitungan statistik yang secara mudah dapat dipahami

Himpunan data tersebut selanjutnya diinterpretasikan dan dirancang dengan

menempatkan hasil analisis tersebut ke dalam peta (pendekatan spasial)

Pemetaan tersebut dimaksudkan untuk menentukan tata letak potensi sarana

ekonomi yang dimaksud oleh penelitian ini paling tidak untuk

1) memahami keberadaan keluarga miskin baik melalui data struktural maupun

melalui tampilan peta setiap desakelurahan

2) memahami secara terintegrasi keberadaan masyarakat miskin di Kota malang

dalam perspektif kepentingan ekonomi dan pembangunan Kota Malang ke

depan

Selain menggunakan pendekatan di atas penelitian ini juga menggunakan

metode Performance-Importance Analysis dalam menjawab tujuan yang akan dicapai

Analisis ini digunakan untuk melihat tingkat kesenjangan (gap) antara atribut kinerja

pelayanan publik (performance) yang telah dilakukan oleh pemerintah melalui dinas-

dinas terkait penanggulangan kemiskinan di Kota Malang dengan persepsi tingkat

kepentingan (importance) akan atribut-atribut yang dibutuhkan

Pengukuran tingkat kepentingan dan performance dilakukan dengan cara

menyebarkan kuesioner bagi masyarakat miskin yang menjadi obyek penelitian

Responden akan diminta untuk memberikan penilian atau persepsi mereka terhadap

sejauh mana layanan yang telah diberikan pemerintah melalui dinas-dinas terkait di Kota

Malang (performance) terhadap penanggulangan kemiskinan Dengan memberikan

20

penilaian atas atribut yang mereka anggap paling dibutuhkan saat ini (importance)

dengan asumsi bahwa obyek penelitian mengerti sejauh mana kinerja atribut pelayanan

publik yang telah dilakukan dinas-dinas terkait dan berkompeten dalam penanggulangan

kemiskinan

Dari analisis Kuadran akan diketahui pada kuadran manakah suatu atribut

berada sehingga nantinya dapat digunakan sebagai instrumen untuk

merekomendasikan tindakan atau kebijakan yang seharusnya dilakukan bagi

keberhasilan penanggulangan kemiskinan di Kota Malang

Bab 4 Hasil analisis

1 Gambaran geografis Jawa Timur

Jawa Timur adalah sebuah provinsi di bagian timur Pulau Jawa Indonesia

Ibukotanya adalah Surabaya Luas wilayahnya 47922 kmsup2 dan jumlah penduduknya

37070731 jiwa (2005) Jawa Timur merupakan provinsi terluas diantara 6 provinsi di

Pulau Jawa dan memiliki jumlah penduduk terbanyak kedua di Indonesia setelah Jawa

Barat Jawa Timur berbatasan dengan Laut Jawa di utara Selat Bali di timur Samudra

Hindia di selatan serta Provinsi Jawa Tengah di barat Wilayah Jawa Timur juga

meliputi Pulau Madura Pulau Bawean serta sejumlah pulau-pulau kecil di Laut Jawa

dan Samudera Hindia

Jawa Timur dikenal sebagai pusat Kawasan Timur Indonesia dan memiliki

signifikansi perekonomian yang cukup tinggi yakni berkontribusi 1485 terhadap

Produk Domestik Bruto nasional Pembagian wilayah administrasi Pemerintah Propinsi

Jawa Timur pada tahun 2003 sd tahun 2007 terbagi dalam 4 (empat) Badan Koordinasi

Wilayah Pembantu Gubernur 29 Kabupaten dan 9 Kota serta jumlah kecamatan

berjumlah 642 kecamatan Perwakilan kecamatan sejak tahun 2003 telah ditiadakan

sebelumnya berjumlah 114 dan Kota Administratif Batu sejak tahun 2003 telah menjadi

Kotasedang Kota Administratif Jember berdasarkan peraturan perundangan telah

21

dicabut dengan demikian Jember hanya sebagai Kabupaten Jumlah kelurahan

sebanyak 785 Kelurahan dan Desa sebanyak 7680 desa

Table 8

Pembagian Wilayah Administrasi Provinsi Jawa Timur

Uraian 2001 2002 2003 2004 2005 2006Badan koordinasi wilayah 4 4 4 4 4 4Jumlah Kabupaten 29 29 29 29 29 29Jumlah kota 9 9 9 9 9 9Jumlah Kecamatan 642 642 642 642 657 657Jumlah Kelurahan 784 784 784 784 784 784Jumlah Desa 7715 7715 7715 7715 8484 8484

Sumber Biro Pemerintahan dan Otoda Setda Prop Jatim amp Jatim Dalam Angka 2006

2 Gambaran geografis

a gambaran geografis kabupaten Pasuruan

Kota Pasuruan adalah ibu kota Pasuruan Jawa Timur terletak di persimpangan

jalur regional Surabaya-Probolinggo-Malang Orientasi Wilayah Kota Pasuruan memiliki

wilayah seluas 3529 kmsup2 dengan jumlah penduduk sebanyak 158864 jiwa (Sensus

Penduduk 2000) Wilayahnya terdiri dari 3 kecamatan 19 kelurahan dan 15 desa

Tiga kecamatan tersebut yaitu Kecamatan Gading rejo Purworejo dan Bugulkidul

Kecamatan Bugulkidul memiliki wilayah terbesar (1624 kmsup2) sedang untuk Gadingrejo

dan Purworejo masing-masing 1046 kmsup2 dan 859 kmsup2

b Gambaran geografis kabupaten Sidoarjo

Kota Sidoarjo merupakan Ibukota Kecamatan Sidoarjo yang terletak di tepi Selat

Madura dan termasuk dalam wilayah administratif Kabupaten Sidoarjo Propinsi Jawa

Timur Batas-batas administrasi dari kota Sidoarjo ini adalah

1048707 Sebelah utara Kecamatan Waru

22

1048707 Sebelah selatan Kecamatan Porong

1048707 Sebelah Timur Selat Madura

1048707 Sebelah Barat Kecamatan Krian

Secara geografis wilayah Kota Sidoarjo memiliki luas wilayah 6256 Ha Ditinjau dari

Topografi keadaan medan Kota Sidoarjo berada pada ketinggian antara 23 - 32 diatas

permukaan laut

c Gambaran geografis kabupaten malang

3 Pemetaan Penduduk miskin di kabupaten Sidoarjo Pasuruan dan Malang

Gambaran Rumah Tangga Miskin Di Kabupaten Sidoarjo Pasuruan Dan Malang

Hasil penelitian dengan menggunakan data skunder yang telah dilakukan mengenai jumlah rumah tangga miskin yang ada di kabupaten sidoarjo pasuruan dan malang seperti tergambar pada table di bawah ini

Table 9Jumlah keluarga miskin di kabupaten sidoarjo pasuruan dan malang

Kabupaten 2005 2006 Sidoarjo 239100 1402 223300 1297Pasuruan 285100 2016 308900 2167Malang 373700 1617 404800 171Jawa timur 7139900 1995 7678100 2109

sumber BPS

Dari deskripsi data diatas mengenai jumlah keluarga miskin di 3 kabupaten

provinsi jawa timur antara tahun 2005 dan 2006 menunjukkan tingkat kemiskinan yang

bervariasi Untuk kabupaten sidoarjo jumlah keluarga miskin sebesar 239100 atau

mencapai 1402 dari jumlah penduduk di tahun 2005 Tahun berikutnya jumlah

keluarga miskin berkurang menjadi 223300 atau 1297 dari total penduduk di

kabupaten sidoarjo Penurunan jumlah keluarga di kabupaten sidoarjo ternyata tidak

diikuti di tetangga kabupatennya seperti pasuruan dan malang Jumlah keluarga miskin

di kabupaten pasuruan sebanyak 285100 atau 2016 di tahun 2005 dan naik menjadi

308900 atau 2167 dari toatal keluarga di kabupaten pasuruan Demikian juga dengan

23

kabupaten malang jumlah keluarga miskin di tahun 2006 juga mengalami kenaikan

Tahun 2005 jumlah keluarga miskin sebanyak 373700 atau 167 naik menjadi

404800 atau 171 dari jumlah keluarga yang tinggal di kabupaten malang

4 Gambaran rumah tangga miskin pada kabupaten pasuruan sidoarjo dan

malang

Jika dilihat mengenai masalah kemiskinan di daerah provinsi jawa timur maka dapat

diketahui bahwa peta penduduk miskin tidak hanya terkelompok pada kabupaten yang

mempunyai sumberdaya alam yang sedikit namun juga terdapat ppotensi kemiskinan di

daerah yang mempunyai sumber daya alam yang banyak Untuk lebih jelasnya berikut

peta potensi kemiskinan pada masing ndash masing kabupaten yang diikuti dengan jumlah

penduduknya

Tabel

Jumlah Rumahtangga Miskin Masing-Masing Kabupaten

Di Wilayah Provinsi Jawa Timur

KabupatenJumlah Penduduk Jumlah Penduduk Miskin

2005 2006 2005 2006Kabupatenkab Pacitan 869642 885986 150100 162600kab Ponorogo 665070 687786 152500 165200kab Trenggalek 969461 984460 165800 189000kab Blitar 525888 1140809 175800 190400kab Kediri 1429137 1525231 255900 277200kab Malang 2336363 2419822 373700 404800kab Lumajang 999525 1026400 186100 201900kab Jember 2261477 2278718 408000 423300kab Banyuwangi 1514605 1575265 236100 251900kab Bondowoso 698504 725571 169500 183600kab Situbondo 605208 636200 113200 107200kab Probolinggo 1021279 1070137 267400 289700kab Pasuruan 1398122 1485342 285100 308900kab Sidoarjo 1697435 1838666 239100 223300kab Mojokerto 969299 1027871 154300 165400kab Jombang 1222499 1212876 278600 289900kab Nganjuk 989693 1065459 235800 255400kab Madiun 641596 667709 137500 144700kab Magetan 617492 621862 104600 113300kab Ngawi 827728 857449 193400 209100kab Bojonegoro 1228939 1251051 323900 350900

24

kab Tuban 1063375 1104538 300700 325800kab Lamongan 1187065 1274194 280800 304200kab Gresik 1118841 1120541 242500 287500kab Bangkalan 889590 945863 286700 306700kab Sampang 835122 894046 325900 353100kab Pamekasan 762876 782076 237600 271500kab Sumenep 1004758 1068595 331200 351100

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa di kabupaten malang mempunyai potensi

kemiskinan yang tinggi pada tahun 2005 dan 2006 Tingginya angka kemiskinan di

kabupaten tersebut mengindikasikan bahwa kurang adanya pemerataan pada

pembangunan perekonomian Kabupaten pasuruan dan kabupaten sidoarjo memiliki

jumlah penduduk miskin relatif dibawah kabupaten malang Hal tersebut bisa terjadi

karena kedua kabupaten berada pada lingkar urat nadi perekonomian jawa timur

sehingga perekonomian di wilayah tersebut dapat terdongkrak akibat aktivitas

perekonomian jawa timur

5 Karakteristik Perekonomian Rumah Tangga Miskin

51 Kabupaten Pasuruan

Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden

Salah satu penentuan sebuah masyarakat miskin adalah dengan melihat rata-

rata tingkat pendapatannya Oscar Lewis (1966) akar dari timbulnya budaya miskin

salah satunya adalah rendahnya gajipendapatan

Tabel

Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden kabupaten pasuruan

No

lt 200000200000

sd 400000

410000 sd

500000gt 500000 Jumlah

1Tidak

Bekerja

2 2 29

2Buruh Pasar

3 3 6 613 10

3Kuli

Banguan

1 2 1 4 44 7 3

4 Pemulung

1 1 8 10 104 3 22

25

5 Pedagang

4 8 10 22 2217 28 27

6 Becak 3 7

10 1010 19

7Sopir

Angkutan

1 4 5 10 104 14 14

8 Wiraswasta

1 2 1 15 54 7 3 11

9 Bengkel

2 3 1 17 79 10 3 11

10Buruh Pabrik

4 610 1011 67

11 Lain-lain

8 3 1 12 1235 10 11 100

Jumlah 23 29 37 9 98

Table diatas menjelaskan mengenai tingkat pendapatan dan jenis pekerjaan

pada kabupaten pasuruan Dari 91 sampel yang di ambil ada beberapa karakteristik

pendapatan dari para pekerja Secara umum masyarakat yang mempunyai pendapatan

lebih dari 500 ribu di domonasi oleh pekerja swasta bengkel buruh pabrik dan lain-lain

Buruh pabrik memiliki tingkat pendapatan di atas 500 ribu disebabkan karena adanya

kebijakan UMR yang harus dipenuhi oleh perusahaan di wilayah tersebut

Tabel

Keahlian Yang Dimiliki Masyarakat kabupaten pasuruan

No Jenis Pekerjaan Responden Wiraswasta BengkelMontir Sopir

Tukang Bangunan

DagangLain-lain

jumlah

1 Tidak Bekerja 0 0

2 Buruh Pasar

1 1 2 26 0 0 0 7 0

3 Kuli Bangunan

5 5 414 1428 0 0 25 0 22

4 Pemulung

33 30 0 0 0 0 17

5 Pedagang

2 1 3 28 80 0 13 5 21 11

26

6 Becak

2 4 5 314 140 17 25 25 0 17

7 Sopir Angkutan

2 3 5 50 17 19 0 0 0

8 Wiraswasta

5 3 5 13 1328 0 0 15 36 0

9 Bengkel

5 2 29 90 42 13 0 0 11

10 Buruh Pabrik

5 3 3 11 1128 0 0 15 21 0

11 Lain-lain

2 3 5 3 2 419 1911 25 31 15 14 22

Jumlah 18 12 16 20 14 18 98 100

Keberagaman keahlian yang dimiliki oleh masyarakat kabupaten pasuruan tidak

berarti bahwa keahlian yang dimilikinya terspesifikasi pada satu jenis keahlian tertentu

namun tidak sedikit masyarakat yang mempunyai keahlian lain diluar dari profesi yang

dimilikinya Sebagai contoh adalah seorang pegawai bengkel tidak hanya ahli dalam

memperbaiki kendaraan bermotor namun juga bisa berprofesi sebagai sopir Hal

tersebut ditunjukkan oleh hasil observasi yang telah dilakukan untuk masyarakat daerah

pasuruan dimana pegawai bengkel ternyata juga bisa berprofesi sebagai sopir atau

bidang usaha yang lain

Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan

NoJenis

Pekerjaan Responden

Tempat Usaha

Alat Modal Pemasaran Ketrampilan jumlah

1 Tidak Bekerja

2 Buruh Pasar

3Kuli

Bangunan

4 Pemulung

5 5 10 10 23 12

5 Pedagang

8 5 13 1350 12

27

6 Becak

4 8 12 12 18 19

7Sopir

Angkutan

5 5 5 12

8 Wiraswasta

8 6 14 14 36 14

9 Bengkel

5 6 11 11 23 14

10 Buruh Pabrik

77 7 41

11 Lain-lain

8 8 1026 2750 19 59

Jumlah 16 22 43 0 17 98 100

Dengan keahlian yang dimiliki oleh masyarakat pasuruan dapat diindikasikan

bahwa keahlian yang dimiliki mempunyai kemerataan sampel Dari seluruh responden

yang dijadikan sampel sebagian besar menginginkan bantuan modal alat dan tempat

usaha Untuk jenis pekerjaan bengkel sampel menyatakan bahwa responden

menginginkan bantuan modal dan alat untuk dapat mengembangkan usahanya Hal

yang sama juga ditunjukkan untuk jenis pekerjaan wiraswasta dimana 23 menyatakan

menginginkan bantuan alat dan 24 menginginkan bantuan modal

52 Kabupaten Sidoarjo

Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden

No Gaji amp Jenis Pekerjaan

lt 200000

200000 sd

400000

410000 sd

500000gt 500000 Jumlah

1 Tidak Bekerja

2

2 2111

2 Buruh Pasar

6 4

10 11333 200

3 Kuli Banguan

1 8 1

10 1156 400 50

4 Pemulung

8 2

10 11444 100

5 Pedagang

1 2 7

10 1150 100 212

28

6 Becak

1 2

3 356 100

7 Sopir Angkutan

2 6 1

9 10100 300 30

8 Wiraswasta

1 2 7

10 1150 100 212

9 Bengkel

4 5

9 10200 152

10 Buruh Pabrik

5 5

10 11250 152

11 Lain-lain

8

8 9242

Jumlah 18 20 20 33 91 100

Karakteristik pendapatan masyarakat di daerah perkotaan kabupaten sidoarjo

menunjukkan kesamaan dari kabupaten pasuruan Secara keseluruhan responden yang

berpenghasilan di atas 500 ribu di dominasi oleh masyarakat yang mempunyai

pekerjaan sebagai wiraswasta bengkel buruh pabrik dll Jika ditelaah lebih lanjut

memang untuk golongan buruh pabrik mereka berpenghasilan ditas 500 ribu karena ada

jaminan dari pemerintah mengenai pendapatan minimum melalui UMR Sedangkan

masyarakat yang bekerja di bengkel mendapatkan pendapatan yang tinggi karena

sidoarjo merupakan daerah industry sehingga tidak sedikit masyarakat yang

menggunakan kendaraan bermotor dalam aktifitasnya

Tabel

Keahlian Yang Dimiliki Masyarakat kabupaten sidoarjo

NoJenis

Pekerjaan Responden

Wiraswasta BengkelMontir

SopirTukang

BangunanDagang

Lain-lain

jumlah

1Tidak

Bekerja

2 Buruh Pasar

5 6 718 1831 43 37

3 6 8 14 14

29

Kuli 46

4 Pemulung

6 7 13 13 23 54

5 Pedagang

8 3 11 1150 30

6 Becak

8 8 8 57

7Sopir

Angkutan

5 49 9 19 21

8 Wiraswasta

3 5 8 8 30 19

9 Bengkel

4 4 4 15

10Buruh Pabrik

11 Lain-lain

3 4 6 13 1319 40 23

Jumlah 16 10 26 13 14 19 98 100

Menurut survey yang telah dilakukan ternyata tipikal masyarakat sidoarjo dan

pasuruan untuk kategori keahlian yang dimiliki adalah sama penyebarannya Untuk

kabupaten sidoarjo jenis pekerjaan terbanyak adalah buruh pasar dengan keahlian yang

dimiliki berdagang serta ada yang memiliki keahlian sebagai tukang sepatu

Keberagaman jumlah responden menunjukkan keberagaman pekerjaan masyarakat

yang dijadikan sebagai obyek penelitian Menurut hasil penelitian digambarkan bahwa

seorang yang berprofesi sebagai pemulung ternyata juga memiliki keahlian di bidang

lainnya seperti tukang bangunan bahkan sopir Dari informasi yang dimiliki tersebut

diharapkan pemerintah dapat memberikan bantuan sesuai dengan bidang profesi

masyarakat atau keahlian masyarakat itu sendiri

30

Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan

NoJenis

Pekerjaan Responden

Tempat Usaha

Alat Modal Pemasaran jumlah

1Tidak

Bekerja

0 0

2Buruh Pasar

2 8 10 01020418 15

3Kuli

Bangunan

1 3 6 10 01020414 14 12

4 Pemulung

1 8 9 00918374 15

5 Pedagang

10 2 4 16 016326540 10 8

6 Becak

2 4 6 12 01224498 19 12

7Sopir

Angkutan

2 6 8 00816338 12

8 Wiraswasta

3 7 10 0102041 14 13

9 Bengkel

5 6 11 0112245 24 12

10Buruh Pabrik

0 0

11 Lain-lain

7 4 1 12 012244928 19 2

Jumlah 25 21 52 0 98

Masyarakat daerah sidoarjo untuk segala jenis pekerjaan yang dijadikan subyek

penelitian menyatakan bahwa masyarakat memilih diberikan bantuan modal alat dan

tempat usaha Sedangkan untuk aspek pemasaran masyarakat sidoarjo tidak begitu

memerlukan bantuan Karena jika kita perhatikan kabupaten sidoarjo terletak di urat nadi

perekonomian jawa timur sehingga diharapkan pemasaran tidak menjadi kendala Dari

98 orang yang dijadikan responden sebanyak 52 orang dari berbagai macam profesi

menginginkan bantuan modal usaha

31

Berdasarkan hasil data skunder yang telah dilakukan terhadap seluruh

rumahtangga miskin yang ada di Kota Malang maka gambaran lokasi rumahtangga

misikin yang ada di Kota Malang seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini

Tabel

Jumlah Keluarga Miskin Masing-Masing Kecamatan

Di Kota Malang

No Kecamatan Jumlah Rumah Tangga

Prosentase

1 Kedungkandang 6635 2730

2 Sukun 6255 2574

3 Klojen 3432 1412

4 Blimbing 4158 1711

5 Lowok Waru 3821 1572 Sumber Pemkot Malang 2006

Data di atas menunjukkan jumlah rumah tangga miskin yang ada di kota malang

di masing-masing Kecamatan Dari 5 kecamatan yang ada dikota Malang jumlah

kemiskinannya adalah sebagai berikut Kecamatan yang paling tinggi angka

kemiskinannya adalah kecamatan Kedungkandang yaitu sebesar 2730 kecamatan

Sukun sebesar 2574 kemudian Kecamatan Lowok Waru sebesar 1572

Kecamatan Blimbing 1711 dan angka terendah Rumah tangga miskinnya adalah

kecamatan Klojen yairu sebesar 1412

Gambar

Jumlah keluarga Miskin di Kota Malang

0 1 2 3 4 5 6 7

Kedungkandang

Sukun

Klojen

Blimbing

Lowok Waru

Jumlah Rumah Tangga

32

Berdasarkan gambaan di atas jumlah rumah tangga miskin di kota malang

berada pada daerah-daeah tertentu (Kedungkandang dan Sukun) wilayah ini merupakan

wilayah pinggiran kota yang padat dengan jumlah penduduknya Kecamatan

Kedungkandang merupakan daerah yang umumnya pdat penduduk dan daerah tersebut

merupakan daerah pinggiran kota serta rata-rata penduduknya memiliki mata

pencaharian pedagang Daerah tersebut juga merupakan daerah pusat-pusat industri

kecil dan yang lebih telihat bahwa kebanyakan rumah tangga miskin bertempat tinggal

di daerah aliran sungai brantas (DAS Brantas) serta di pinggiran jalur kereta api

Berbeda halnya dengan kecamatan Sukun daerah ini selain terdapatnya pusat

perdagangan juga merupakan daerah industri kecil (home industri) Keberadaan rumah

tangga miskin selain rata-rata kehidupannya berdagang juga bertempat tinggal pada

daerah-daerah perkampungan

33 Aspek Kultural Pada Masyarakat Miskin

Urbanisasi merupakan salah satu faktor pemicu perkembangan kota terjadinya

perpindahan penduduk dari desa ke kota disebabkan oleh berbagai faktor baik faktor

pearik maupun pendorong perkembangan industri dan perdagangan di kota merupakan

faktor penarik yang menyebabkan orang untuk berdatangan dan tinggal di daerah

perkotaan Keinginan untuk dapat mendapatkan penghasilan dan pekerjaan yang lebih

baik untuk mencukupi kebutuhan hidup merupakan penyebab utama terjadinya

urbanisasi Namun kondisi tersebut tidak seiring dengan kualitas pendidikan dan

ketrampilan yang memadai sehingga mereka tidak dapat ditampung di sektor formal

melainkan menggantungkan hidupnya pada sektor informal yang kurang menentu

Selain itu yang menjadi faktor pendorong terjadinya urbanisasi adalah kondisi fasilitas di

daerah asal (pedesaan) kurang memadai serta semakin menyempitnya lahan pertanian

dan peluang pekerjaan

Pertambahan penduduk di kota yang sangat tinggi menyebabkan berbagai

permasalahan sosial permasalahan yang muncul adalah adanya perkampungan kumuh

dan perumahan liar di pinggiran kota dan umumnya di daerah pinggiran aliran sungai

brantas (DAS) Masalah tersebut disebabkan oleh ketidak mampuan masyarakat miskin

perkotaan untuk memiliki rumah yang layak huni Penyebab lainnya adalah ketidak

mampuan pemerintah kota untuk menyediakan sarana bagi masyarakat miskin

33

perkotaan Pembangunan perkotaan senantiasa bukan memberikan solusi dalam

pengentasan kemiskinan perkotaan melainkan sebaliknya yaitu menjadikan proses

penggusuran dan semakin terdesaknya kehidupan masyarakat miskin tersebut

Tabel

Daerah Asal Responden sidoarjo

NoJenis

Pekerjaan Responden

Jawa Timur Non

Madura

Madura Jawa Barat

Jawa Tengah

Luar Jawa

jumlah

1Tidak

Bekerja

2Buruh Pasar

8 1 1 10 1011 7 7

3Kuli

Bangunan

7 2 1 10 1010 14 7

4 Pemulung

9 9 913

5 Pedagang

10 10 1014

6 Becak

8 1 2 11 1111 7 14

7Sopir

Angkutan

10 10 1014

8 Wiraswasta

8 6 14 1411 43

9 Bengkel

10Buruh Pabrik

8 2 10 1011 14

11 Lain-lain

2 2 10 14 143 14 71

Jumlah 70 14 0 14 0 98 100

Dari data diatas sebagian besar kaum migrant untuk setiap profesi berasal dari

jawa timur Di definisikan jawa timur karena seluruh masyarakat urban berasal dari jawa

timur kecuali Madura Ada beberapa alasan dari responden mengapa mereka

melakukan urbanisasi salah satunya adalah untuk memperbaiki taraf ekonomi karena

kabupaten sidoarjo dianggap sebagai kabupaten yang memiliki potensi yang cukup

34

tinggi dalam bidang industry Profesi terbanyak yang diminati oleh pendatang adalah

sebagai pedagang dan sebagai sopir

Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin

pada kabupaten sidoarjo dapat diperhatikan gambar di bawah ini

Gambar

Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin

35

Tabel

Daerah Asal Responden pasuruan

NoJenis

Pekerjaan Responden

Jawa Timur Non

Madura

Madura Jawa Barat

Jawa Tengah

Luar Jawa

jumlah

1 Tidak Bekerja

2 Buruh Pasar

4 4 24

3 Kuli Bangunan

5 5 55

4 Pemulung

10 10 1011

5 Pedagang

20 20 2022

6 Becak

8 2 10 109 33

7Sopir

Angkutan

0 0

8 Wiraswasta

0 0

9 Bengkel

10 Buruh Pabrik

15 4 19 1916 67

11 Lain-lain

30 30 3133

Jumlah 92 6 98 98 98

Sama seperti pada kabupaten sidoarjo sebagian besar pendatang adalah dari

wilayah jawa timur Pendatang sebagian besar berprofesi sebagai pedagang karena

wilayah sidoarjo selain sebagai sentra industry provinsi jawa timur juga sebagai urat nadi

perekonomian jawa timur Sehingga bagi para pedagang akan sangat menguntungkan

karena di lewati dari berbagai wilayah di jawa timur

Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin

pada kabupaten pasuruan dapat diperhatikan gambar di bawah ini

Gambar

36

Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin

Tabel 5Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan di kota malang

Lama Tinggal (Tahun)Kecamatan

pddkAsli le 2 3 - 6 7 - 9 ge 10

Jumlahrespondn

Kedung kandang10

(1053)- 3

(316)11

(1158)71

(1473) 95

18 - - 15 52

37

Sukun (2118) (1764) (6118) 85

Klojen9

(1200)5

(667)12

(1600)9

(1200)40

(5333) 75

Blimbing8

(100)2

(25)- 8

(100)62

(775) 80

Lowok Waru15

(1923)- - 7

(897)56

(7180) 78

Sumber Data Primer

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa dari responden (keluarga miskin)

perkotaan sebagian besar bukan penduduk asli daerah kota Malang melainkan

pendatang yang merupakan kaum migran dan menetap di kota Malang kecamatan

kedung Kandang merupakan daerah yang padat penduduknya dimana 1473

menunjukkan jumlah responden yang sudah lama tinggal di kota malang (di atas 10

tahun) bahkan beberapa responden sudah turun-menurun dari keluarga mereka

Kecamatan Sukun yang merupakan kaum pendatang yang tinggal di kota Malang sudah

puluhan tahun sebanyak 6118 dari responden yang ada Kecamatan Klojen sebesar

5333 Kecamatan Blimbing sebanyak 775 dan untuk kecamatan Lowok Waru

sebanyak 7180 dari masing-masing responden di tingkat kecamatan Kondisi ini

menjelaskan bahwa masyarakat miskin perkotaan adalah rata-rata kaum migran yang

sengaja datang ke kota Malang untuk mencari kehidupan yang lebih baik dari daerah

asal mereka Umumnya mereka datang sebagai migran tetap dan keberadaan mereka

sudah terbiasa hidup dalam kondisi serba kekurangan Beberapa responden yang

ditemui juga menjelaskan bahwa sebagai kaum pendatang sudah tidak asing lagi

dengan kehidupan masyarakat di kota Malang Umumnya mereka membaur dengan

masyarakat pendatang lainnya dengan hidup di kepadatan penduduk kota Malang

Salain dilihat dari lamanya masayarakat pendatang (migran tetap) tinggal di kota

Malang dapat pula dijelaskan mengenai temapat asal (daerah asal) responden untuk

melihat derah asal rumah tangga miskin perkotaan dapat kita bagi dengan

menggunakan batasan daerah (wilayah) Dimana wilayah pembagiannya adalah

mereka yang berasal dari daerah Jawa Timur (non-Madura) daerah Madura daerah

Jawa Tengah Jawa Barat dan Luar Jawa Adapun gambaran daerah asal rumah

tangga miskin perkotaan dapat dilihat pada tabel berikut

38

Tabel

Daerah Asal Responden

Daerah

Asal

Kecamatan

Jawa

Timur

Non-

Madura

Madur

a

Jawa

Tengah

Jawa

Barat

Luar

Jawa

Jumlah

Respond

n

Kedung kandang21

(2470)52

(6118)9

(1059)3

(353)- 85

Sukun19

(2836)28

(4179)12

(1791)8

(1194)- 67

Klojen9

(1364)49

(7424)5

(758)3

(454)- 66

Blimbing31

(4306)33

(4563)6

(833)2

(278)- 72

Lowok Waru28

(4444)21

(3333)9

(1429)5

((794)- 63

Sumber Data Primer

Berdasarkan data pada tabel di atas menunjukkan bahwa umumnya kaum

migran berasal dari daerah Jawa Timur dan daerah Madura Untuk kecamatan Kedung

Kandang sebesar 6118 berasal dari Madura kemudian Kecamatan Sukun 4179

kaum Migran berasal juga dari Madura Kecamatan Klojen 7424 Kecamatan Blimbing

sebesar 4563 dan kecamatan Lowok Waru sebesar 3333 Dari kelima kecamatan

tersebut yang banyak di datangi oleh migran yang berasal dari daeah Madura adalah di

Kecamatan Kedung Kandang (6118) dan Kecamatan Klojen (7424) dan mereka

sengaja tinggal di dekat pusat perkotaan dengan tujuan memudahkan untuk aktifitas

kegiatan pekerjaannya yang rata-rata bergelut disektor informal (pedagang kaki lima)

331 Kondisi Tempat Tinggal Masyarakat Miskin Perkotaan

Dilihat dari tempat tinggal masyarakat miskin perkotaan rata-rata kondisi tempat

tinggalnya dengan model bangunan semi permanen dan permanen sederhanan dengan

memanfatkan kondisi tanah yang rawan bencana (longsor kebisingan kumuh dan

sebagainya)

Tabel

Kondisi Fisik Bangunan Rumah RTM

39

Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan

Kondisi Fisik RumahKecamatan

Sesek(papan)

SemiPermanen Permanen

Jumlahrespondn

Kedung kandang

11(1158)

52(5474)

32(3368) 95

Sukun20

(2353)33

(3882)32

(3765) 85

Klojen5

(667)31

(1733)39

(5200) 75

Blimbing3

(375)13

(1625)64

(8000) 80

Lowok Waru9

(1154)24

(3077)45

(5769) 78

Sumber Data Primer

dari data primer (tabel) menunjukkan bahwa sebagian besar tempat tinggal

masyarakat miskin perkotaan adalah semi permanen dan permanen akan tetapi dengan

ukuran ruang (luas bangunan) yang cukup minim Dan umumnya yang mereka lakukan

adalah dengan menyewa tanah dan atau menempati tanah rawan musibah adapun

kondisi perumahan masyarakat miskin perkotaan dapat dilihat pada gambar berikut

Gambar

Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin Perkotaan

40

Dari gambar di atas terlihat bahwa kondisi tempat tinggal mereka sangat rawan

dengan terjadinya bencana dan kekumuhan kondisi ini selain rawan terhadap adanya

bahaya tersebut juga sangat rawan dengan permasalahan kesehatan

34 Analisa Spasial

Informasi mengenai tipologi perekonomian masyarakat akan sangat membantu

pemerintah dalam menentukan kebijakan ekonomi di masa mendatang Dari informasi

tersebut dibuatlah peta potensi ekonomi dengan maksud merelevansikan antara potensi

ekonomi daerah dan kebijakan ekonomi Selain itu jika kebijakan ekonomi hanya

terfokus di suatu wilayah tertentu akan berdampak pada ketimpangan pertumbuhan

ekonomi Seperti dijelaskan sebelumnya inventarisasi sarana ekonomi sebuah wilayah

dilakukan dengan menggunakan pendekatan tipologi suatu wilayah Melalui pendekatan

ini selanjutnya dapat digambarkan wilayah majemuk dengan fenomena yang kompleks

dengan beberapa persamaan di dalamnya Maksudnya bahwa pada tipologi suatu

wilayah ada relevansinya dengan keberadaan potensi ekonomi maupun potensi sarana

ekonomi di wilayah tersebut Ini menandakan bahwa kebijakan pengembangan ekonomi

suatu wilayah diperlukan pengadaan sarana ekonomi yang tepat sedikitnya sesuai

dengan kondisi wilayah yang dibangun termasuk karakteristik kegiatan ekonomi yang

dilakukan oleh masyarakat setempat sehingga keberadaan sarana tersebut mampu

mendorong aktivitas ekonomi masyarakat dan pada akhirnya mengentaskan dan

menanggulangi kemiskinan

41

Di wilayah kabupaten pasuruan terdapat berbagai macam potensi ekonomi yang

belum tersentuh pengembangannya oleh pemerintah daerah Potensi yang terdapat di

wilayah tersebut bukan hanya pada potensi sumber daya alam melainkan juga potensii

sumber daya manusianya Untuk wilayah ssidoarjo perlu adanya perhatian mendalam

pada pengembangan sumber daya manusia karena di wilayah tersebut banyak sekali

potensi industri yang dapat berkembang Sedangkan untuk daerah malang hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa disinyalir masih terdapat kegiatan ekonomi maupun

sarana ekonomi yang menunjang kegiatan tersebut belum dimanfaatkan secara optimal

Keadaan ini menjadikan keduanya masih bersifat potensial dan memerlukan

penanganan pengelolannya agar dapat diperoleh output yang optimal pula Pengelolaan

optimal tersebut tentu masih memerlukan suatu pengkajian tersendiri untuk mengukur

sampai sejauh mana tingkat feasibilitasnya

Potensi sarana ekonomi kabupaten ssidoarjo kabupaten pasuruan dan Kota

Malang merujuk pada sarana ekonomi (dalam bentuk fisik) yang teridentifikasi di setiap

daerah maupun yang sudah terkompilasikan di tingkat kabupaten dan kota Potensi

tersebut dapat di petakan pada masing-masing kabupaten di wilayah Jawa Timur

melalui Peta berikut

Gambar Provinsi Jawa Timur

42

Gambar kota Malang

43

keterangan

daerah masyarakat miskin perkotaan

daerah potensi terjadinya kemiskinan

tidak ada potensi terjadnya kemiskinan

Sejalan dengan maksud di atas Pemerintah Kota Malang masih

perlu melakukan kajian mendalam tentang pengembangan potensi wilayah

sebagai salah satu upaya untuk mendukung pemulihan ekonomi yang

bersifat jangka menengah Dukungan kajian ini dilakukan dengan menggali

lebih dalam potensi yang dimiliki setiap kawasan di wilayah Kota Malang

Dengan demikian Pemerintah Kota Malang dengan mudah dapat mengambil

langkah-langkah menumbuh kembangkan potensi sarana ekonomi daerah

44

Kec Blimbing Industri (kecil-

menengah)Pariwisata Pertanianperumahanperdagangan

Kec Kedungkandang Industri (kecil-

menengah)Pertanianperumahan

Kec Sukun Industri kecilPendidikanperumahan

Kec Kolojen perdagangan PendidikanPerhotelanperkantoran

Kec Lowokwaruperumahan PendidikanIndustri (kecil-

menengah)

khususnya yang berada di pusat-pusat kegiatan produksi masyarakat yang

dianggap cukup strategis di Kota Malang

Sejalan dengan semakin meningkatnya peran serta dunia usaha

dan masyarakat di dalam pelaksanaan pembangunan maka program-

program pembangunan Kota Malang perlu disusun dengan

mempertimbangkan keterlibatan mereka Upaya ini dimaksudkan agar

Pemerintah Kota Malang lebih mudah mengefektifkan potensi sarana

ekonomi dan mengarahkannya untuk kepentingan pembangunan yang lebih

konsisten efektif dan efisien serta berkelanjutan dalam menanggulangi

kemiskinan

Secara keseluruhan penduduk miskin di wilayah kota malang masih tersebar

merata di seluruh kecamatan Kecuali di kecamatan Lowokwaru sebagian besar di

kecamatan ini tidak ada potensi kemiskinan Hal tersebut dikarenakan banyaknya

industry pendidikan seperti UMM UNISMA UNIGA Brawijaya ITN UM dll Dengan

banyaknya perguruan tinggi di wilayah tersebut maka potensi perekonomian semakin

besar Tidak sedikit masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang makanan karena

untuk memnuhi kebutuhan para mahasiswa

Pada data dikatakan bahwa rata-rata pendapatan di kecamatan Lowokwaru

masih besar padahal menurut analisis spasial potensi terjadinya kemiskinan sangat

kecil Pada analisi ekonomi diindentifikasi bahwa banyak masyarakat yang

berpendapatan dibawah 400 ribu Hal tersebut terjadi pada masyarakat yang tinggal di

daerah pesisir sungai Masih banyak masyarakat yang tinggal di Daerah Aliran Sungai

tidak memiliki kesempatan kemampuan untuk bersaing dengan masyarakat yang tidak

tiggal di Daerah Aliran Sungai Di perkirakan masyarakat yang menempati DAS

merupakan masyarakat pendatang yang berurbanisasi dengan tidak membawa suatu

keahlian

Potensi kemiskinan terbesar dapat terjadi di Kecamatan Sukun Banyak

masyarakat di daerah ini yang memiliki pendapatan dibawah 400 ribu Jika kita

bandingkan dengan kecamatan Lowokwaru potensi kemiskinan di daerah kecamatan

Sukun tidak hanya terjadi di DAS namun juga pada masyarakat lainnya Banyak faktor

yang mengindikasikan potensi kemiskinan salah satu faktor utama adalah sulitnya

pemasaran dan persaingan yang ketat Meski kegiatan masyarakat di kecamatan

Lowokwaru dengan kecamatan Sukun relatif sama namun di kecamatan Lowokwaru

45

pemasaran barang dan jasa yang diproduksi tidak sesulit di kecamatan Sukun meski

ada persaingan

Hampir memeratanya potensi masyarakat miskin di kecamatan Sukun

menimbulkan dampak di kecamatan Kedungkandang terutama di perbatasan diantara

kedua kecamatan tersebut Menurut survey yang dilakukan memang sebagian besar

masyarakat miskin berpotensi di DAS Dapat dilihat di peta bahwa gambar merah

bersinggungan antara kedua kecamatan dan di kedua wilayah tersebut dialiri sungai

yang sama namun jika kita lihat kebawahnya warna kecamatan Kedungkandang mulai

ada yang Hijau Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat diluar DAS mempunyai

usaha yang berhubungan positif dengan pendapatan seperti pertanian

Berbeda halnya di kecamatan Klojen kecamatan ini merupakan pusat

pemerintahan kota Malang Banyak warga di kecamatan ini yang berprofesi sebagai

pegawai negeri sipil Memang masih terindikasi adanya kemiskinan di daerah tersebut

namun kemiskinan itu timbul karena mereka yang tidak mempunyai kesempatan dan

daya tawar diri mereka Kebanyakan yang tidak memiliki daya tawar diri yang tinggi

adalah mereka para pendatang yang tidak membawa keahlian kemudian mereka

tinggal di DAS dan berprofesi sebagai buruh tani buruh pabrik ataupun yang lainnya

yang tidak membutuhkan keahlian lebih

Bab V Kesimpulan dan Saran

Setelah melalui beberapa tahapan analisis dalam mengidentifikasi kemiskinan

perkotaan di beberapa wiayah Jawa Timur terdapat beberapa kesimpulan yaitu

1 Didapat bahwa sebaran penduduk miskin berkosentrasi pada daerah

sepanjang aliran sungai dan ada beberapa kota yang mengindikasikan

bahwa penduduk miskin berasal dari pendatang dari luar kota

2 Dalam penanggulangan kemiskinan pemerintah sudah banyak

mengeluarkan berbagai macam program pengentasan kemiskinan seperti

P2K P2KP BLT dll namun dalam aplikasinya banyak program yang belum

tepat sasaran

3 Ada beberapa karakteristik yang menarik dalam pengentasan kemiskinan

diantaranya bahwa dalam mengentaskan masyarakat miskin metode yang

46

diterapkan lebih kepada pembinaan keahlian dan mentalitas karena

seperti yang terdapat di kota malang masyarakat miskin dipicu dari

kebiasaan atau mentalitas dari masyarakat tersebut dalam kehidupan

sehari-hari Riset menemukan meskipun masyarakat miskin diberikan

bantuan uang seperti BLT namun bantuan tersebut tidak diperuntukkan

kepada pengembangan usaha namun habis untuk konsumsi begitu pula

dengan program ndash program pengentasan kemiskinan yang lainnya

Saran

Dalam pengentasan kemiskinan disarankan kepada pemerintah untuk mencari

data kemiskinan yang akurat dengan tujuan pemberian bantuan dalam rangka

pengentasan kemiskinan dapat terserap tepat pada masyarakat yang dituju Selain itu

untuk mengentaskan masyarakat yang bertipikal ldquokultur miskinrdquo harus banyak diberikan

pelatihan dan pembinaan mental

47

DAFTAR PUSTAKA

Blakely Edward J (1989) Planning Local Economic Development Theory and Practice Sage Library of Social Research 168 Sage Publication

BPS (1999) Perkembangan Tingkat Kemiskinan dan Beberapa Dimensi Sosial Ekonominya 1996-1999 Jakarta BPS

Budi Soeradji Mubyarto (1998) Gerakan Penanggulangan Kemiskinan Laporan

Penelitian di Daerah-Daerah Yogyakarta Aditya Media

Faisal Basri (2002) Perekonomian Indonesia Tantangan dan Harapan bagi Kebangkitan Indonesia Jakarta Erlangga

Fei J C H amp Gustav R (1964) Development Economics What Next In a Ranis G P Schulta (Ed) The State of Development Economics

Gunawan Sumodiningrat (1999) Penanggulangan Krisis Harus Memihak Rakyat Disampaikan pada konferensi pers untuk launcing The Economic and Social Survey of Asia and the Pacific 1999 (ESCAP) di UNIC Jakarta

Kuncoro M (2000) Ekonomi Pembangunan Teori Masalah dan Kebijakan (1st ed) Yogyakarta UPP AMP YKPN

Kuncoro M (2004) Otonomi dan Pembangunan Daerah Reformasi Perencanaan Strategi dan Peluang Jakarata Erlangga

Mellor J W (1976) The New Economies of Growth A Strategy for India and the Developing Countries Cornell Cornell University Press

Nurkse R (1953) Problem of Capital Formation in Underdeveloped Countries In Meier Gerald M Leading Issues in Economic Development edisi ke 6 Oxford University Press Oxford

Rintuh Cornelis amp Miar (2005) Kelembagaan dan Ekonomi Rakyat BPFE-UGM Yogyakarta

Sharp Ansel M Charles A Register and Paul W Cerimes (1996) Economics of Social Issues edisi ke 12 Richard D Chicago Irwin

Sumarto Sudarno (2002) ldquoGrowth Inequality and Poverty Evidence from Micro Datardquo Makala dalam The Young Economics Seminar Jakarta World Bank

48

Page 8: Makalah akp

2 P3DT Dana bantuan digunakan untuk investasi sosial dan bersifat hibah (block grant) serta mendukung kegiatan sosial ekonomi yang didanai oleh bantuan IDT

Pengembangan kemampuan masyarakat dan aparat dalam pembangunan dibina oleh tenaga pendamping profesional (antara lain oleh tenaga konsultan)

Bantuan prasarana mendapat perhatian melalui pengembangan prasarana transportasi yang mendukung kegiatan ekonomi (pembangunan jalan jembatan tambatan perahu dll) dan pengembangan prasarana sosial yang langsung mendukung kegiatan ekonomi lokal (pembangunan prasarana kesehatan dasr MCK sanitasi dan air bersih)

Masyarakat melaksanakan sendiri manajemen pembangunan lokal

Pembinaan aparat dilakukan secara vertikal melalui Tim Koordinasi Pembangunan sebagai wadah musyawarah dan mufakat Sehingga komitmen dan perhatian pembangunan untuk rakyat tetap dalam arah yang benar

Masyarakat melakukan sendiri kegiatan pemantauan dan pelaporan pembangunan ditingkat lokal dibantu oleh tenaga pendamping profesional

Aparat melakukan pemantauan dan pelaporan secara berjenjang (vertikal) yang hasilnya dipergunakan untuk mendukung pengambilan keputusan lebih lanjut dalam rangka pengembangan program

3 PPK Bantuan

senilai Rp 250 juta ndash Rp 750 juta per kecamatan bersifat hibah bergulir Namun pemanfaatan bantuan semata diarahkan agar

Pengembangan SDM dilakukan melalui diseminasi dan pelatihan secara berjenjang baik melalui jalur tenaga pendamping dan jajaran aparat pemerintah

Pembangunan pengadaan prasarasna sarana hanya untuk mendukung kegiatan ekonomi yang sudah mapan

Pengembangan kelembagaan masyarakat dilakukan dalam wadah pokmas melalui kegiatan perguliran dana yang dilembagakan dalam

Sistem pemantauan dan pelaporan dilakukan untuk menilai perkembangan pelaksanaan kegiatan ekonomi prioritas perguliran dana dan

8

pemanfaatan program dapat berlatih mengguanakan dana itu sebagai stimulan agar dalam pengembangan lebih lanjut dapat memanfaatkan fasilitas microfinance

Dilakukan memalui bantuan dana yang dipergunakan untuk membiayai investasi sosial dan investasi ekonomi Bantuan dana digunakan sepenuhnya untuk menciptakan kegiatan ekonomi produktif yang berlanjut

Pengembangan kemampuan dan keterampilan masyarakat lokal diarahkan pada pelaksanaan administrasi pembangunan (UDKP) dan administrasi keuangan (UPK)

forum UPK sebagai bagian dari pelaksanaan forum UDKP

peningkatan kapasitas masyarakat melalui jumlah akumulasi modal

4 P2KPSecara prinsip sama dengan yang dilakukan oleh

Dilakukan melalui bantuan dana yang dipergunakan untuk membiayai investasi sosial dan investasi ekonomi Bantuan

Pengembangan SDM dilakukan melalui diseminasi dan pelatihan secara berjenjang baik melalui jalur tenaga pendamping

Pembangunan pengadaan prasarana sarana hanya untuk mendukung kegiatan ekonomi yang sudah mapan

Pengembangan kelembagaan masyarakat dilakukan dalam wadah pokmas melalui kegiatan perguliran

Sistem pemantauan dan pelaporan dilakukan untuk menilai perkembangan pelaksanaan kegiatan ekonomi

9

PPK namun sasaran lokasi dititikberatkan pada kecamatan di kawasan perkotaan

dana digunakan sepenuhnya untuk menciptakan kegiatan ekonomi produktif yang berlanjut

dan jajaran aparat pemerintahPengembangan kemampuan dan keterampilan masyarakat lokal diarahkan pada pelaksanaan administrasi pembangunan (UDKP) dan administrasi keuangan (UPK)

dana yang dikembangkan dalam forum UPK sebagai bagian dari pelaksanaan forum UDKP

Pengembangan kelembagaan aparat dilakukan bersama masyarakat melalui mekanisme forum UDKP

prioritas perguliran dana dan peningkatan kapasitas masyarakat melalui jumlah akumulasi modal

5 PDMKE

Dilakukan untuk membiayai kegiatan yang bersifat padat karya

Dilakukan melalui pembangunan dan prasarana amp sarana sesuai permintaan lokal

6 PARUL

Dilakukan melalui bantuan dana yang dipergunakan untuk kegiatan sosial-ekonomi produksi dan distribusi jasa natar kawasan

Pengembangan kemampuan masyarakat diarahkan pada peningkatan kemampuan dan keterampilan untuk memperoleh akses dan meningkatkan keterkaitan pada jalur produksi distribusi dan penyediaan jasa yang

Pengembangan prasarana dilakukan dalam wujud pembangunan prasarana sarana dan penerapan teknologi yang mendukung secara langsung kegiatan ekonomi kawasan

Peningkatan kemampuan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan yang menekankan prakarsa lokal pada kawasan itu

Sistem pemantauan dan pelaporan menekankan peningkatan kapasitas masyarakat dalam kegiatan produksi distribusi dan jasa dalam suatu kawasan ekonomi antara pedesaan dan perkotaan

10

sesuai dengan kapasitas ekonomi kawasan

Sumber Kuncoro (2004)

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa program penanggulangan

kemiskinan yang dilakukan di Indonesia masih bersifat parsial Hal tersebut bisa dilihat

dari hampir semua program yang pernah dilakukan masih bermasalah dalam hal

mensinergikan antara masyarakat miskin dengan masyarakat yang berdaya (non

miskin) pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat Akibat dari kondisi tersebut

penanggulangan kemiskinan tidak efektif tidak mandiri dan tidak berkelanjutan

24 Kelemahan Program Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia

Salah satu penyebab kurang berhasilnya penanggulangan kemiskinan di

Indonesia adalah sistem politik yang cenderung sentralistik Sentralisasi yang sangat

kuat di masa lalu juga berimbas ke kebijakan penanggulangan kemiskinan dimana

hampir semua program penanggulangan kemiskinan bersifat rdquotop-downrdquo dengan

keterlibatan minimal dari pemerintah daerah dalam formulasi kebijakannya Program

atau kebijakan yang sangat rdquotop-downrdquo ternyata juga gagal dalam merefleksikan

pebedaan antar daerah yang kadang-kadang bisa menjadi sangat signifikan Akibatnya

timbul berbagai kegagalan berskala besar dalam program atau kebijakan yang pada

akhirnya berakibat pada dihentikannya program tersebut Berikut ini bentuk atau ciri-ciri

dan kelemahan program penanggulangan kemiskinan yang pernah dilakukan

Tabel 4

Ciri-ciri dan Kelemahan Program Penanggulangan Kemiskinan

Kelemahan Program Upaya Penanggulangan Kemiskinan

Prinsip-prinsip Penanggulangan

Kemiskinan

Perencanaan penentuan sasaran dan kreteria miskin serta pengaturan teknis pelaksanaan yang

Mendidik masyarakat miskin untuk terus menerus menemukenali potensi yang dimiliki baik individu keluarga

Program penanggulangan kemiskinan harus mengarah pada pendekatan yang menyeluruh (multi-sektor)

11

dilakukan oleh pemerintahinstansi pusat (top-down) seringkali tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat atau daerah tertentu

maupun lingkungan (keterampilan material dan sumberdaya alam) sebagai modal dasar untuk meningkatkan kesejahteraan hidup

Program-program yang dilaksanakan secara sektoral sering kali mengakibatan adanya semangat ego-sektoral dan saling tumpang tindih

Mendorong tumbuhnya rasa percaya diri akan kemampuannya untuk lepas dari belenggu kemiskinan

Perencanaan dan penentuan sasaran dilakukan oleh masyarakat bersama aparat dilapangan sehingga sesuai dengan kebutuhan masyarakat

Banyak program penanggulangan kemiskinan yang menempatkan masyarakat sebagai obyek sehingga masyarakat kurang berpartisipasi secara aktif

Menyadarkan bahwa tidak akan ada seseoranglingkungan yang dapat keluar dari genggaman kemiskinan melainkan atas usaha orangkeluargalingkungan itu sendiri

Masyarakat ditempatkan sebagai ldquopelaku utama dalam perang melawan kemiskinanrdquo agar masyarakat berpartisipasi secara aktif

Sulitnya menjaga kontinuitas program (program baru bukan merupakan kelanjutan program lama) mengakibatkan banyak program penanggulangan kemiskinan tidak berkesinambungan

Memberikan pemahaman bahwa masalah penanggulangan kemiskinan merupakan tugas dan tanggungjawab bersama pemerintah dan masyarakat

Pertanggungjawaban kepada pemerintah dan masyarakat untuk membangun keterbukaan dan akuntabilitas

Pertanggungjawaban hanya bersifat administratif kepada pemerintah sehingga tidak terbangun keterbukaan dan akuntabilitas publik akibat pendekatan proyek maka keberhasilan program hanya diukur dengan persentase bantuan yang berhasil

Menciptakan lapangan kerja dan peluang berusaha untuk menguatkan ekonomi masyarakat setempatPenguatan organisasikelompok masyarakat yang ada memberikan bantuan fasilitas (dana dan keahlian) yang dibutuhkan untuk mendayagunakan potensi yang dimiliki

Merupakan program yang berkesinambungan Ukuran keberhasilan ditentukan oleh berdayanya masyarakat untuk keluar dari belenggu kemiskinan danmenguatnya kemampuan ekonomi masyarakat melalui terciptanya akses kepada faktor produksi dan pasar

12

disalurkan dan jumlah sasaran penerima

Sumber Hamid (2003) Dalam Kuncoro (2004)

Sebenarnya perbedaan antara pendekatan ldquotop-downrdquo dan ldquobottom uprdquo tidak

perlu terjadi terjadi apabila sistem politik nasional dan terutama lokal mampu

menciptakan akuntabilitas pemerintah terhadap masyarakatnya Ketiadaan mekanisme

akuntabilitas selain membuat pihak eksekutif dan legislatif kurang tanggap terhadap

keluhan masyarakatnya juga membuat masyarakat tersebut tidak terlalu peduli atas

kualitas layanan publik yang diterimanya ataupun terhadap kebijakan perekonmian

daerahnya Dengan sistem perimbangan keuangan pusat dan daerah saat ini dimana

sebagian besar pajak masih dikuasai pemerintah pusat sangat mudah bagi pemerintah

daerah menyalahkan pemerintah pusat apabila ada ketidakpuasan di kalangan

masyarakat lokal mengenai kualitas layanan publik

Bab III METODE PENELITIAN

1 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini mempunyai tujuan utama membangun model penaggulangan

kemiskinan yang bersifat terpadu berdasarkan aspek spasial ekonomi dan

struktural di masing-masing desakelurahan yang ada di wilayah administrasi Kota

Malang

Berdasarkan pada tujuan utama penelitian ini maka kerangka pikir mengenai

Penyusunan Model Penanggulangan Kemiskinan di Kota Malang dijelaskan pada

Gambar berikut

Gambar 1Bagan Alir Penyusunan Model KulturalStruktural dan Spasial

Sebagai Penanggulangan Kemiskinan

13

AN

AL

ISA

P

ER

MA

SA

LA

HA

N

KE

MIS

KIN

AN

P

ER

KO

TA

AA

N

Aspek StrukturalMengukur Efektifitas

program penanggulangan

kemiskinan yang telah dilakukan

Aspek Ekonomi

Mengukur kondisi ekonomi

masyarakat miskin

Aspek SpacialMengukur kondisi

geografi dan topografi

(lingkungan fisik) masyarakat miskin

OutputKesenjangan

antara program

dgn kebutuhan

OutputProses generasi

tingkat

pendidikan jenis pekerjaan

OutputKondisi

Geografitopografi

PorsesIdentifikasi

ermasalahan kemiskian perkotaan

OUTPUT

Database Permasalahan kemiskinan Profil kemiskinan Isue Strategis

OutputWork Plan

Penanggulangan

Kemiskinan

OutputMaster Plan

PenanggulanganKemiskinan

Sebagaimana telah dikemukakan di atas upaya penaggulangan kemiskinan

dilakukan dengan pendekatan spasial ekonomi dan struktural Pendekatan tersebut

pada dasarnya bertujuan untuk menghasilkan model penanggulangan kemiskinan yang

bisa menghasilkan rencana strategis dan program kerja penanggunalangan kemiskinan

secara terpadu dan berkelanjutan di Kota Malang Setidaknya ada 5 (lima)

komponenkegiatan utama yang perlu dilakukan Kegiatan-kegiatan tersebut meliputi

1 Identifikasi dan Analisis Kondisi Eksisting masing-masing kota

Tujuan utama kegiatan ini adalah untuk memahami kondisi setiap desakelurahan

dan kecenderungan perkembangan dalam kurun waktu perencanaan Adapun informasi

yang perlu dikumpulkan dikaji dan dianalisis meliputi gambar mengenai kondisi fisik

sosial ekonomi desakelurahan kebijakan dan program-program yang terkait dengan

pengembangan desa perkembangan sektor-sektor ekonomi desa dan kondisi sistem

prasarana Semua informasi ini diharapkan dapat menggambarkan eksisiting yang

tengah berlangsung (on-going) maupun yang akan dikembangkan (commited)

2 Identifikasi Potensi dan Permasalahan Kemiskinan

Berdasarkan analisis terhadap kondisi wilayah dan kecenderungan

perkembangannya diidentifikasi potensi ekonomi yang mampu mendukung

pembangunan wilayah masing-masing Kota Identifikasi yang dimaksud meliputi

antara lain

Potensi desakelurahan yang terkandung baik yang sudah

dimanfaatkan belum dimanfaatkan maupun potensial diperkirakan

ada di desa Terkait dengan hal ini adalah identifikasi sektor unggulan

atau komoditi unggulan

Kendala-kendala dalam pengembangan potensi ekonomi baik dalam

kaitannya dengan bidang prasarana keuangan dan kebijakan

sehingga menimbulkan kemiskinan pada masyarakat setempat

3 Penyusunan Skenario Penanggulangan Kemiskinan

Skenario penanggulangan kemiskinan berisi antara lain pemanfaatan ruang dan

struktur ruang (pengembangan sektor-sektor unggulan kawasan dan sistem

14

prasarana) yang merupakan acuan pengembangan desa Skenario ini disusun

berdasarkan potensi pengembangan Kota

4 Perumusan Model Penaggulangan Kemiskian

Rumusan model penaggulangan kemiskinan yang dimaksud berisi program-

program pengembangan sektor kota dan sistem prasarana dasar Program-

program ini dirumuskan dalam rangka mendukung pencapaian skenario-skenario

yang telah dirumuskan

5 Rekomendasi Pola Pelaksanaan Program-Program Pengentasan Kemiskinan

Program-program yang layak untuk diimplementasikan selanjutnya dikaji pola

pelaksanaannya Dalam hal ini pola pelaksanaan yang dimaksud

memperhitungkan seluruh pelaku pembangunan yaitu pemerintah swasta dan

masyarakat

2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Kegiatan penyusunan model penanggulangan masyarakat miskin di Kota Malang

akan melakukan survei di seluruh wilayah yang termasuk dalam wilayah admisnistratif Kota

Malang Pasuruan Sidoarjo

Analisis dan penyusunan model penaggulangan kemiskinan dilakukan secara

bertahap tahapan tersebut didasarkan pada aspek kegiatan yang diukur dan dianalisis

Penelitian ini akan dilakukan dua tahap dinama setiap tahap penelitian diperkirakan

akan menghabiskan waktu plusmn 11 bulan jadi secara keseluruhan penelitian akan

menghabiskan waktu plusmn 22 bulan

3 Definisi Operasional Variabel

Aspek yang digunakan untuk membanguan model penanggulangan

kemiskinan di Kota Malang ada tiga aspek yaitu 1) Struktural atau Kelembagaan 2)

Aspek Kultural dan 3) Aspek Spasial (wilayah)

1) Aspek Struktural

Dalam aspek ini akan dilihat sejauhmana keterpaduan program-program yang

telah dilakukan oleh pemerintah baik pusat maupun daerah dengan kapasitas

15

dan kebutuhan masyarakat miskin Aspek struktural atau kelembagaan

mempunyai dua sub-indikator yaitu 1) Sub-indikator kebijakan pemerintah dan

2) Sub-indikator kapasitas sosial masyarakat (social capacity) Masing-masing

sub-indikator mempunyai variabel total variabel untuk mengukur indikator

aspek struktural atau kelembagaan sebanyak 8 variabel

Variabel-variabel yang digunakan dalam aspek struktural atau kelembagaan

dalam melakukan pengukuran terhadap desakelurahan dapat dilihat pada

tabel berikut

Tabel 5

Jumlah Sub Indikator dan Variabel Dari Aspek Struktural

No Sub Indikator

Variabel Diskripsi

1 Kebijakan Pemerintah (3 variabel)

- Program penanggulangan kemiskinan yang berasaldari pemerintah pusat

- Program penanggulangan kemiskinan yang berasaldari pemerintah propinsi

- Program penanggulangan kemiskinan yang berasaldari pemerintah daerah kabupaten

- Program penanggulangan kemiskinan yang berasal dari perangkat desa

Mengukur seberapa besar keterlibatan pemerintah baik pusat maupun daerah dalam upaya penanggulangan kemiskinan

2 Kapasitas sosial masyarakat(6 variabel)

- Gengsi sosialorang miskin

- Nilai adatbudaya dan agama terhadap orang miskin

- Rasionalitas penduduk miskin (semangat membebaskan diri dari kemiskinan)

- Budaya dan etos kerja- Semangat gotong

royong- Keperdulian

Mengukur seberapa besar social capital masyarakat miskin dalam keluar dari kemiskinan

16

masyarakat sekitar terhadap orang miskin

2) Aspek Kultural

cultural poverty adalah suatu budaya yang terjadi karena penderitaan ekonomi

(economic depretiation) yang berlangsung lama Berdasarkan penelitian pada

beberapa kebudaya kelompok etnik ditemukan bahwa kemiskinan adalah salah

satu sub-kultur masyarakat yang mempunyai kesamaan ciri antar etnik satu

dengan etnik yang lain Dalam aspek ini akan dilihat seberapa besar potensi

kemiskinan yang tercipta akibat dari kultur atau kebudayaan yang sudah

berlangsung di suatu wilayah Aspek kultural ini akan mencakup 1) tingginya

angka pengangguran 2) tingkat upahtinggi rendahnya gaji dan 3) sistem

ekonomi yang terlalu berorientasi pada mencari keuntungan

Variabel-variabel yang digunakan dalam aspek ekonomi dalam melakukan

pengukuran terhadap desakelurahan dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 6

Jumlah Sub Indikator dan Variabel Dari Aspek Struktural

No Sub Indikator Variabel Diskripsi1 Tingginya

angka pengangguran

- Lama bekerja- Banyaknya pekerja

dalam satu rumah

Mengukur seberapa besar tingkat pengangguran di suatu wilayah

2 Tingkat Upah - Besarnya gaji perbulan

- Ada tidaknya bonus

Mengukur seberapa besar kenaikan upah yang berhubungan dengan kesejahteraan masyarakat

3 Sistem Ekonomi

- Tujuan bekerja- Langkah untuk

memenuhi kebutuhan

Mengukur sebesarapa penting antara kebutuhan dan penimbunan kekayaan

3) Aspek Spasial

Dalam aspek ini akan dilihat seberapa besar konsisi wilayah (space) mampu

mendorong proses penanggulanagan kemiskinan Aspek spasial atau wilayah

mempunyai dua sub-indikator yaitu 1) Sub-indikator Kondisi geografis dan 2)

Sub-indikator Aksesibilitas sarana dan prasarana Masing-masing sub-indikator

17

mempunyai variabel total variabel untuk mengukur indikator aspek struktural

atau kelembagaan sebanyak 6 variabel

Variabel-variabel yang digunakan dalam aspek spasial atau wilayah dalam

melakukan pengukuran terhadap desakelurahan dapat dilihat pada tabel

berikut

Tabel 7

Jumlah Sub Indikator dan Variabel Dari Aspek Spasial

No Sub Indikator

Variabel Diskripsi

1 Kondisi geografis(4 variabel)

- Letak geografis- Topografi- Kondisi jalan- Kondisi jembatan

Mengukur sejauhmana kondisi geografis mampu bermanfaat untuk pemberdayaan masyarkat miskin

2 Aksesibilitas terhadap sarana dan prasarana(5 variabel)

- Akses terhadap pasar- Akses terhadap sarana

pendidikan- Akses terahadap

fasilitas kesehatan- Akses terahadap

aktivitas produksi

Mengukur tingkat kemudahan akses terhadap sarana dan prasarana pokok untuk penanggulangan kemiskinan

4 Jenis Data

Dilihat dari sumbernya data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua

jenis yaitu data sekunder dan data primer

1 Data Sekunder

Data ini merupakan data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain Adapun data

sekunder yang akan digunakan dalam penelitian ini diantaranya seperti Jumlah

penduduk luas desa topografi desa monografi desa letak geografi desa dan

lain-lain

2 Data Primer

Data ini merupakan data yang diperoleh langsung dari obyek penelitian Adapun

data primer yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya seperti data yang

18

digunakan untuk mengukur indikator kelembagaan indikator tipologipenyebab

kemisikinan indikator sumberdaya dan potensi ekonomi dan lain-lain

5 Teknik Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam pengumpulan informasi dan data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah Participatory Rural Appraisal (PRA) meliputi

1 Wawancara yaitu metode pengumpulan data dengan wawancara secara

mendalam dengan key-person (formal dan informal leaders) untuk

mengidentifikasi kebutuhan (needs) masyarakat

2 Dokumentasi yaitu metode pengumpulan data sekunder yang dimiliki oleh

responden lembaga ekonomi dan sosial maupun instansi teknis terkait

3 Observasi ( pengamatan) dan survei lapang

Dalam hal meyakinkan data dan informasi yang diperoleh dari responden

peneliti mengadakan pengamatan dan survei lapang secara langsung terhadap

obyek yang diamati mendengar serta mencatat hasil temuan lapang

4 Pengumpulan Data Sekunder

Selain dukungan data primer yang menjadi sumber data utama penelitian ini juga

menggunakan data sekunder yang diperoleh dari dokumen-dokumen serta catatan-

catatan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti Dokumen yang dimaksud

adalah jumlah keluarga miskin yang diperoleh dari Badan Perencanaan Kota

(Bapekot) Malang Catatan Sipil Kota malang (data Penduduk Kota malang sampai

dengan bulan Februari 2006) dan statistik kecamatan dari tiga kecamatan yang

diterbitkan oleh Kantor Statistik Kota Malang 2006

5 Focus Group Discussion (Diskusi Kelompok)

Peneliti melaksanakan diskusi dengan obyek penelitian ketika peneltian lapang akan

dilakukan Kegiatan ini pertama dilakukan adalah dimaksudkan untuk

mensosialisasikan pelaksanaan pengumpulan data (sebagai kegiatan penting

penelitian ini) kepada para sekretaris kecamatan dan seluruh sekretaris

desakelurahan yang diperkirakan menjadi sasaran dari kegiatan penelitian lapang

Berbagai informasi yang disampaikan dalam kegiatan sosialisasi ini antara lain

meliputi pentingnya dilaksanakan kegiatan inventarisasi dan pemetaan kemiskinan

di Kabupaten Sumenep proses pengumpulan data dan hasil akhir yang dihasilkan

kegiatan ini Melalui kegiatan ini dicapai jalinan suatu kebersamaan antara peneliti

19

dengan calon responden (subyek yang diteliti) sehingga dapat diperoleh data yang

optimal

Diskusi kelompok kedua dilakukan pada saat menjelang kegiatan ini berakhir

Diskusi ini dilakukan dengan stakeholders tingkat kota dimaksudkan untuk

mengoptimalkan hasil temuan lapangan Dikusi kelompok ini diarahkan kepada

upaya-upaya mengklarifikasi hasil temuan lapangan mendapatkan koreksi dan

masukan serta kesepakatan tentang hasil akhir kegiatan ini

6 Alat Analisis

Analisis dilakukan dengan memadukan pendekatan struktural (data

kuantitatif dan kualitatif) ekonomi (potensi sumberdaya pemabngunan) dan spasial

(pemetaan) Maksudnya bahwa dari himpunan data yang telah dikompilasi

dilakukan analisis statistik sederhana dengan lebih banyak menggunakan tabulasi

silang dan perhitungan-perhitungan statistik yang secara mudah dapat dipahami

Himpunan data tersebut selanjutnya diinterpretasikan dan dirancang dengan

menempatkan hasil analisis tersebut ke dalam peta (pendekatan spasial)

Pemetaan tersebut dimaksudkan untuk menentukan tata letak potensi sarana

ekonomi yang dimaksud oleh penelitian ini paling tidak untuk

1) memahami keberadaan keluarga miskin baik melalui data struktural maupun

melalui tampilan peta setiap desakelurahan

2) memahami secara terintegrasi keberadaan masyarakat miskin di Kota malang

dalam perspektif kepentingan ekonomi dan pembangunan Kota Malang ke

depan

Selain menggunakan pendekatan di atas penelitian ini juga menggunakan

metode Performance-Importance Analysis dalam menjawab tujuan yang akan dicapai

Analisis ini digunakan untuk melihat tingkat kesenjangan (gap) antara atribut kinerja

pelayanan publik (performance) yang telah dilakukan oleh pemerintah melalui dinas-

dinas terkait penanggulangan kemiskinan di Kota Malang dengan persepsi tingkat

kepentingan (importance) akan atribut-atribut yang dibutuhkan

Pengukuran tingkat kepentingan dan performance dilakukan dengan cara

menyebarkan kuesioner bagi masyarakat miskin yang menjadi obyek penelitian

Responden akan diminta untuk memberikan penilian atau persepsi mereka terhadap

sejauh mana layanan yang telah diberikan pemerintah melalui dinas-dinas terkait di Kota

Malang (performance) terhadap penanggulangan kemiskinan Dengan memberikan

20

penilaian atas atribut yang mereka anggap paling dibutuhkan saat ini (importance)

dengan asumsi bahwa obyek penelitian mengerti sejauh mana kinerja atribut pelayanan

publik yang telah dilakukan dinas-dinas terkait dan berkompeten dalam penanggulangan

kemiskinan

Dari analisis Kuadran akan diketahui pada kuadran manakah suatu atribut

berada sehingga nantinya dapat digunakan sebagai instrumen untuk

merekomendasikan tindakan atau kebijakan yang seharusnya dilakukan bagi

keberhasilan penanggulangan kemiskinan di Kota Malang

Bab 4 Hasil analisis

1 Gambaran geografis Jawa Timur

Jawa Timur adalah sebuah provinsi di bagian timur Pulau Jawa Indonesia

Ibukotanya adalah Surabaya Luas wilayahnya 47922 kmsup2 dan jumlah penduduknya

37070731 jiwa (2005) Jawa Timur merupakan provinsi terluas diantara 6 provinsi di

Pulau Jawa dan memiliki jumlah penduduk terbanyak kedua di Indonesia setelah Jawa

Barat Jawa Timur berbatasan dengan Laut Jawa di utara Selat Bali di timur Samudra

Hindia di selatan serta Provinsi Jawa Tengah di barat Wilayah Jawa Timur juga

meliputi Pulau Madura Pulau Bawean serta sejumlah pulau-pulau kecil di Laut Jawa

dan Samudera Hindia

Jawa Timur dikenal sebagai pusat Kawasan Timur Indonesia dan memiliki

signifikansi perekonomian yang cukup tinggi yakni berkontribusi 1485 terhadap

Produk Domestik Bruto nasional Pembagian wilayah administrasi Pemerintah Propinsi

Jawa Timur pada tahun 2003 sd tahun 2007 terbagi dalam 4 (empat) Badan Koordinasi

Wilayah Pembantu Gubernur 29 Kabupaten dan 9 Kota serta jumlah kecamatan

berjumlah 642 kecamatan Perwakilan kecamatan sejak tahun 2003 telah ditiadakan

sebelumnya berjumlah 114 dan Kota Administratif Batu sejak tahun 2003 telah menjadi

Kotasedang Kota Administratif Jember berdasarkan peraturan perundangan telah

21

dicabut dengan demikian Jember hanya sebagai Kabupaten Jumlah kelurahan

sebanyak 785 Kelurahan dan Desa sebanyak 7680 desa

Table 8

Pembagian Wilayah Administrasi Provinsi Jawa Timur

Uraian 2001 2002 2003 2004 2005 2006Badan koordinasi wilayah 4 4 4 4 4 4Jumlah Kabupaten 29 29 29 29 29 29Jumlah kota 9 9 9 9 9 9Jumlah Kecamatan 642 642 642 642 657 657Jumlah Kelurahan 784 784 784 784 784 784Jumlah Desa 7715 7715 7715 7715 8484 8484

Sumber Biro Pemerintahan dan Otoda Setda Prop Jatim amp Jatim Dalam Angka 2006

2 Gambaran geografis

a gambaran geografis kabupaten Pasuruan

Kota Pasuruan adalah ibu kota Pasuruan Jawa Timur terletak di persimpangan

jalur regional Surabaya-Probolinggo-Malang Orientasi Wilayah Kota Pasuruan memiliki

wilayah seluas 3529 kmsup2 dengan jumlah penduduk sebanyak 158864 jiwa (Sensus

Penduduk 2000) Wilayahnya terdiri dari 3 kecamatan 19 kelurahan dan 15 desa

Tiga kecamatan tersebut yaitu Kecamatan Gading rejo Purworejo dan Bugulkidul

Kecamatan Bugulkidul memiliki wilayah terbesar (1624 kmsup2) sedang untuk Gadingrejo

dan Purworejo masing-masing 1046 kmsup2 dan 859 kmsup2

b Gambaran geografis kabupaten Sidoarjo

Kota Sidoarjo merupakan Ibukota Kecamatan Sidoarjo yang terletak di tepi Selat

Madura dan termasuk dalam wilayah administratif Kabupaten Sidoarjo Propinsi Jawa

Timur Batas-batas administrasi dari kota Sidoarjo ini adalah

1048707 Sebelah utara Kecamatan Waru

22

1048707 Sebelah selatan Kecamatan Porong

1048707 Sebelah Timur Selat Madura

1048707 Sebelah Barat Kecamatan Krian

Secara geografis wilayah Kota Sidoarjo memiliki luas wilayah 6256 Ha Ditinjau dari

Topografi keadaan medan Kota Sidoarjo berada pada ketinggian antara 23 - 32 diatas

permukaan laut

c Gambaran geografis kabupaten malang

3 Pemetaan Penduduk miskin di kabupaten Sidoarjo Pasuruan dan Malang

Gambaran Rumah Tangga Miskin Di Kabupaten Sidoarjo Pasuruan Dan Malang

Hasil penelitian dengan menggunakan data skunder yang telah dilakukan mengenai jumlah rumah tangga miskin yang ada di kabupaten sidoarjo pasuruan dan malang seperti tergambar pada table di bawah ini

Table 9Jumlah keluarga miskin di kabupaten sidoarjo pasuruan dan malang

Kabupaten 2005 2006 Sidoarjo 239100 1402 223300 1297Pasuruan 285100 2016 308900 2167Malang 373700 1617 404800 171Jawa timur 7139900 1995 7678100 2109

sumber BPS

Dari deskripsi data diatas mengenai jumlah keluarga miskin di 3 kabupaten

provinsi jawa timur antara tahun 2005 dan 2006 menunjukkan tingkat kemiskinan yang

bervariasi Untuk kabupaten sidoarjo jumlah keluarga miskin sebesar 239100 atau

mencapai 1402 dari jumlah penduduk di tahun 2005 Tahun berikutnya jumlah

keluarga miskin berkurang menjadi 223300 atau 1297 dari total penduduk di

kabupaten sidoarjo Penurunan jumlah keluarga di kabupaten sidoarjo ternyata tidak

diikuti di tetangga kabupatennya seperti pasuruan dan malang Jumlah keluarga miskin

di kabupaten pasuruan sebanyak 285100 atau 2016 di tahun 2005 dan naik menjadi

308900 atau 2167 dari toatal keluarga di kabupaten pasuruan Demikian juga dengan

23

kabupaten malang jumlah keluarga miskin di tahun 2006 juga mengalami kenaikan

Tahun 2005 jumlah keluarga miskin sebanyak 373700 atau 167 naik menjadi

404800 atau 171 dari jumlah keluarga yang tinggal di kabupaten malang

4 Gambaran rumah tangga miskin pada kabupaten pasuruan sidoarjo dan

malang

Jika dilihat mengenai masalah kemiskinan di daerah provinsi jawa timur maka dapat

diketahui bahwa peta penduduk miskin tidak hanya terkelompok pada kabupaten yang

mempunyai sumberdaya alam yang sedikit namun juga terdapat ppotensi kemiskinan di

daerah yang mempunyai sumber daya alam yang banyak Untuk lebih jelasnya berikut

peta potensi kemiskinan pada masing ndash masing kabupaten yang diikuti dengan jumlah

penduduknya

Tabel

Jumlah Rumahtangga Miskin Masing-Masing Kabupaten

Di Wilayah Provinsi Jawa Timur

KabupatenJumlah Penduduk Jumlah Penduduk Miskin

2005 2006 2005 2006Kabupatenkab Pacitan 869642 885986 150100 162600kab Ponorogo 665070 687786 152500 165200kab Trenggalek 969461 984460 165800 189000kab Blitar 525888 1140809 175800 190400kab Kediri 1429137 1525231 255900 277200kab Malang 2336363 2419822 373700 404800kab Lumajang 999525 1026400 186100 201900kab Jember 2261477 2278718 408000 423300kab Banyuwangi 1514605 1575265 236100 251900kab Bondowoso 698504 725571 169500 183600kab Situbondo 605208 636200 113200 107200kab Probolinggo 1021279 1070137 267400 289700kab Pasuruan 1398122 1485342 285100 308900kab Sidoarjo 1697435 1838666 239100 223300kab Mojokerto 969299 1027871 154300 165400kab Jombang 1222499 1212876 278600 289900kab Nganjuk 989693 1065459 235800 255400kab Madiun 641596 667709 137500 144700kab Magetan 617492 621862 104600 113300kab Ngawi 827728 857449 193400 209100kab Bojonegoro 1228939 1251051 323900 350900

24

kab Tuban 1063375 1104538 300700 325800kab Lamongan 1187065 1274194 280800 304200kab Gresik 1118841 1120541 242500 287500kab Bangkalan 889590 945863 286700 306700kab Sampang 835122 894046 325900 353100kab Pamekasan 762876 782076 237600 271500kab Sumenep 1004758 1068595 331200 351100

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa di kabupaten malang mempunyai potensi

kemiskinan yang tinggi pada tahun 2005 dan 2006 Tingginya angka kemiskinan di

kabupaten tersebut mengindikasikan bahwa kurang adanya pemerataan pada

pembangunan perekonomian Kabupaten pasuruan dan kabupaten sidoarjo memiliki

jumlah penduduk miskin relatif dibawah kabupaten malang Hal tersebut bisa terjadi

karena kedua kabupaten berada pada lingkar urat nadi perekonomian jawa timur

sehingga perekonomian di wilayah tersebut dapat terdongkrak akibat aktivitas

perekonomian jawa timur

5 Karakteristik Perekonomian Rumah Tangga Miskin

51 Kabupaten Pasuruan

Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden

Salah satu penentuan sebuah masyarakat miskin adalah dengan melihat rata-

rata tingkat pendapatannya Oscar Lewis (1966) akar dari timbulnya budaya miskin

salah satunya adalah rendahnya gajipendapatan

Tabel

Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden kabupaten pasuruan

No

lt 200000200000

sd 400000

410000 sd

500000gt 500000 Jumlah

1Tidak

Bekerja

2 2 29

2Buruh Pasar

3 3 6 613 10

3Kuli

Banguan

1 2 1 4 44 7 3

4 Pemulung

1 1 8 10 104 3 22

25

5 Pedagang

4 8 10 22 2217 28 27

6 Becak 3 7

10 1010 19

7Sopir

Angkutan

1 4 5 10 104 14 14

8 Wiraswasta

1 2 1 15 54 7 3 11

9 Bengkel

2 3 1 17 79 10 3 11

10Buruh Pabrik

4 610 1011 67

11 Lain-lain

8 3 1 12 1235 10 11 100

Jumlah 23 29 37 9 98

Table diatas menjelaskan mengenai tingkat pendapatan dan jenis pekerjaan

pada kabupaten pasuruan Dari 91 sampel yang di ambil ada beberapa karakteristik

pendapatan dari para pekerja Secara umum masyarakat yang mempunyai pendapatan

lebih dari 500 ribu di domonasi oleh pekerja swasta bengkel buruh pabrik dan lain-lain

Buruh pabrik memiliki tingkat pendapatan di atas 500 ribu disebabkan karena adanya

kebijakan UMR yang harus dipenuhi oleh perusahaan di wilayah tersebut

Tabel

Keahlian Yang Dimiliki Masyarakat kabupaten pasuruan

No Jenis Pekerjaan Responden Wiraswasta BengkelMontir Sopir

Tukang Bangunan

DagangLain-lain

jumlah

1 Tidak Bekerja 0 0

2 Buruh Pasar

1 1 2 26 0 0 0 7 0

3 Kuli Bangunan

5 5 414 1428 0 0 25 0 22

4 Pemulung

33 30 0 0 0 0 17

5 Pedagang

2 1 3 28 80 0 13 5 21 11

26

6 Becak

2 4 5 314 140 17 25 25 0 17

7 Sopir Angkutan

2 3 5 50 17 19 0 0 0

8 Wiraswasta

5 3 5 13 1328 0 0 15 36 0

9 Bengkel

5 2 29 90 42 13 0 0 11

10 Buruh Pabrik

5 3 3 11 1128 0 0 15 21 0

11 Lain-lain

2 3 5 3 2 419 1911 25 31 15 14 22

Jumlah 18 12 16 20 14 18 98 100

Keberagaman keahlian yang dimiliki oleh masyarakat kabupaten pasuruan tidak

berarti bahwa keahlian yang dimilikinya terspesifikasi pada satu jenis keahlian tertentu

namun tidak sedikit masyarakat yang mempunyai keahlian lain diluar dari profesi yang

dimilikinya Sebagai contoh adalah seorang pegawai bengkel tidak hanya ahli dalam

memperbaiki kendaraan bermotor namun juga bisa berprofesi sebagai sopir Hal

tersebut ditunjukkan oleh hasil observasi yang telah dilakukan untuk masyarakat daerah

pasuruan dimana pegawai bengkel ternyata juga bisa berprofesi sebagai sopir atau

bidang usaha yang lain

Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan

NoJenis

Pekerjaan Responden

Tempat Usaha

Alat Modal Pemasaran Ketrampilan jumlah

1 Tidak Bekerja

2 Buruh Pasar

3Kuli

Bangunan

4 Pemulung

5 5 10 10 23 12

5 Pedagang

8 5 13 1350 12

27

6 Becak

4 8 12 12 18 19

7Sopir

Angkutan

5 5 5 12

8 Wiraswasta

8 6 14 14 36 14

9 Bengkel

5 6 11 11 23 14

10 Buruh Pabrik

77 7 41

11 Lain-lain

8 8 1026 2750 19 59

Jumlah 16 22 43 0 17 98 100

Dengan keahlian yang dimiliki oleh masyarakat pasuruan dapat diindikasikan

bahwa keahlian yang dimiliki mempunyai kemerataan sampel Dari seluruh responden

yang dijadikan sampel sebagian besar menginginkan bantuan modal alat dan tempat

usaha Untuk jenis pekerjaan bengkel sampel menyatakan bahwa responden

menginginkan bantuan modal dan alat untuk dapat mengembangkan usahanya Hal

yang sama juga ditunjukkan untuk jenis pekerjaan wiraswasta dimana 23 menyatakan

menginginkan bantuan alat dan 24 menginginkan bantuan modal

52 Kabupaten Sidoarjo

Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden

No Gaji amp Jenis Pekerjaan

lt 200000

200000 sd

400000

410000 sd

500000gt 500000 Jumlah

1 Tidak Bekerja

2

2 2111

2 Buruh Pasar

6 4

10 11333 200

3 Kuli Banguan

1 8 1

10 1156 400 50

4 Pemulung

8 2

10 11444 100

5 Pedagang

1 2 7

10 1150 100 212

28

6 Becak

1 2

3 356 100

7 Sopir Angkutan

2 6 1

9 10100 300 30

8 Wiraswasta

1 2 7

10 1150 100 212

9 Bengkel

4 5

9 10200 152

10 Buruh Pabrik

5 5

10 11250 152

11 Lain-lain

8

8 9242

Jumlah 18 20 20 33 91 100

Karakteristik pendapatan masyarakat di daerah perkotaan kabupaten sidoarjo

menunjukkan kesamaan dari kabupaten pasuruan Secara keseluruhan responden yang

berpenghasilan di atas 500 ribu di dominasi oleh masyarakat yang mempunyai

pekerjaan sebagai wiraswasta bengkel buruh pabrik dll Jika ditelaah lebih lanjut

memang untuk golongan buruh pabrik mereka berpenghasilan ditas 500 ribu karena ada

jaminan dari pemerintah mengenai pendapatan minimum melalui UMR Sedangkan

masyarakat yang bekerja di bengkel mendapatkan pendapatan yang tinggi karena

sidoarjo merupakan daerah industry sehingga tidak sedikit masyarakat yang

menggunakan kendaraan bermotor dalam aktifitasnya

Tabel

Keahlian Yang Dimiliki Masyarakat kabupaten sidoarjo

NoJenis

Pekerjaan Responden

Wiraswasta BengkelMontir

SopirTukang

BangunanDagang

Lain-lain

jumlah

1Tidak

Bekerja

2 Buruh Pasar

5 6 718 1831 43 37

3 6 8 14 14

29

Kuli 46

4 Pemulung

6 7 13 13 23 54

5 Pedagang

8 3 11 1150 30

6 Becak

8 8 8 57

7Sopir

Angkutan

5 49 9 19 21

8 Wiraswasta

3 5 8 8 30 19

9 Bengkel

4 4 4 15

10Buruh Pabrik

11 Lain-lain

3 4 6 13 1319 40 23

Jumlah 16 10 26 13 14 19 98 100

Menurut survey yang telah dilakukan ternyata tipikal masyarakat sidoarjo dan

pasuruan untuk kategori keahlian yang dimiliki adalah sama penyebarannya Untuk

kabupaten sidoarjo jenis pekerjaan terbanyak adalah buruh pasar dengan keahlian yang

dimiliki berdagang serta ada yang memiliki keahlian sebagai tukang sepatu

Keberagaman jumlah responden menunjukkan keberagaman pekerjaan masyarakat

yang dijadikan sebagai obyek penelitian Menurut hasil penelitian digambarkan bahwa

seorang yang berprofesi sebagai pemulung ternyata juga memiliki keahlian di bidang

lainnya seperti tukang bangunan bahkan sopir Dari informasi yang dimiliki tersebut

diharapkan pemerintah dapat memberikan bantuan sesuai dengan bidang profesi

masyarakat atau keahlian masyarakat itu sendiri

30

Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan

NoJenis

Pekerjaan Responden

Tempat Usaha

Alat Modal Pemasaran jumlah

1Tidak

Bekerja

0 0

2Buruh Pasar

2 8 10 01020418 15

3Kuli

Bangunan

1 3 6 10 01020414 14 12

4 Pemulung

1 8 9 00918374 15

5 Pedagang

10 2 4 16 016326540 10 8

6 Becak

2 4 6 12 01224498 19 12

7Sopir

Angkutan

2 6 8 00816338 12

8 Wiraswasta

3 7 10 0102041 14 13

9 Bengkel

5 6 11 0112245 24 12

10Buruh Pabrik

0 0

11 Lain-lain

7 4 1 12 012244928 19 2

Jumlah 25 21 52 0 98

Masyarakat daerah sidoarjo untuk segala jenis pekerjaan yang dijadikan subyek

penelitian menyatakan bahwa masyarakat memilih diberikan bantuan modal alat dan

tempat usaha Sedangkan untuk aspek pemasaran masyarakat sidoarjo tidak begitu

memerlukan bantuan Karena jika kita perhatikan kabupaten sidoarjo terletak di urat nadi

perekonomian jawa timur sehingga diharapkan pemasaran tidak menjadi kendala Dari

98 orang yang dijadikan responden sebanyak 52 orang dari berbagai macam profesi

menginginkan bantuan modal usaha

31

Berdasarkan hasil data skunder yang telah dilakukan terhadap seluruh

rumahtangga miskin yang ada di Kota Malang maka gambaran lokasi rumahtangga

misikin yang ada di Kota Malang seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini

Tabel

Jumlah Keluarga Miskin Masing-Masing Kecamatan

Di Kota Malang

No Kecamatan Jumlah Rumah Tangga

Prosentase

1 Kedungkandang 6635 2730

2 Sukun 6255 2574

3 Klojen 3432 1412

4 Blimbing 4158 1711

5 Lowok Waru 3821 1572 Sumber Pemkot Malang 2006

Data di atas menunjukkan jumlah rumah tangga miskin yang ada di kota malang

di masing-masing Kecamatan Dari 5 kecamatan yang ada dikota Malang jumlah

kemiskinannya adalah sebagai berikut Kecamatan yang paling tinggi angka

kemiskinannya adalah kecamatan Kedungkandang yaitu sebesar 2730 kecamatan

Sukun sebesar 2574 kemudian Kecamatan Lowok Waru sebesar 1572

Kecamatan Blimbing 1711 dan angka terendah Rumah tangga miskinnya adalah

kecamatan Klojen yairu sebesar 1412

Gambar

Jumlah keluarga Miskin di Kota Malang

0 1 2 3 4 5 6 7

Kedungkandang

Sukun

Klojen

Blimbing

Lowok Waru

Jumlah Rumah Tangga

32

Berdasarkan gambaan di atas jumlah rumah tangga miskin di kota malang

berada pada daerah-daeah tertentu (Kedungkandang dan Sukun) wilayah ini merupakan

wilayah pinggiran kota yang padat dengan jumlah penduduknya Kecamatan

Kedungkandang merupakan daerah yang umumnya pdat penduduk dan daerah tersebut

merupakan daerah pinggiran kota serta rata-rata penduduknya memiliki mata

pencaharian pedagang Daerah tersebut juga merupakan daerah pusat-pusat industri

kecil dan yang lebih telihat bahwa kebanyakan rumah tangga miskin bertempat tinggal

di daerah aliran sungai brantas (DAS Brantas) serta di pinggiran jalur kereta api

Berbeda halnya dengan kecamatan Sukun daerah ini selain terdapatnya pusat

perdagangan juga merupakan daerah industri kecil (home industri) Keberadaan rumah

tangga miskin selain rata-rata kehidupannya berdagang juga bertempat tinggal pada

daerah-daerah perkampungan

33 Aspek Kultural Pada Masyarakat Miskin

Urbanisasi merupakan salah satu faktor pemicu perkembangan kota terjadinya

perpindahan penduduk dari desa ke kota disebabkan oleh berbagai faktor baik faktor

pearik maupun pendorong perkembangan industri dan perdagangan di kota merupakan

faktor penarik yang menyebabkan orang untuk berdatangan dan tinggal di daerah

perkotaan Keinginan untuk dapat mendapatkan penghasilan dan pekerjaan yang lebih

baik untuk mencukupi kebutuhan hidup merupakan penyebab utama terjadinya

urbanisasi Namun kondisi tersebut tidak seiring dengan kualitas pendidikan dan

ketrampilan yang memadai sehingga mereka tidak dapat ditampung di sektor formal

melainkan menggantungkan hidupnya pada sektor informal yang kurang menentu

Selain itu yang menjadi faktor pendorong terjadinya urbanisasi adalah kondisi fasilitas di

daerah asal (pedesaan) kurang memadai serta semakin menyempitnya lahan pertanian

dan peluang pekerjaan

Pertambahan penduduk di kota yang sangat tinggi menyebabkan berbagai

permasalahan sosial permasalahan yang muncul adalah adanya perkampungan kumuh

dan perumahan liar di pinggiran kota dan umumnya di daerah pinggiran aliran sungai

brantas (DAS) Masalah tersebut disebabkan oleh ketidak mampuan masyarakat miskin

perkotaan untuk memiliki rumah yang layak huni Penyebab lainnya adalah ketidak

mampuan pemerintah kota untuk menyediakan sarana bagi masyarakat miskin

33

perkotaan Pembangunan perkotaan senantiasa bukan memberikan solusi dalam

pengentasan kemiskinan perkotaan melainkan sebaliknya yaitu menjadikan proses

penggusuran dan semakin terdesaknya kehidupan masyarakat miskin tersebut

Tabel

Daerah Asal Responden sidoarjo

NoJenis

Pekerjaan Responden

Jawa Timur Non

Madura

Madura Jawa Barat

Jawa Tengah

Luar Jawa

jumlah

1Tidak

Bekerja

2Buruh Pasar

8 1 1 10 1011 7 7

3Kuli

Bangunan

7 2 1 10 1010 14 7

4 Pemulung

9 9 913

5 Pedagang

10 10 1014

6 Becak

8 1 2 11 1111 7 14

7Sopir

Angkutan

10 10 1014

8 Wiraswasta

8 6 14 1411 43

9 Bengkel

10Buruh Pabrik

8 2 10 1011 14

11 Lain-lain

2 2 10 14 143 14 71

Jumlah 70 14 0 14 0 98 100

Dari data diatas sebagian besar kaum migrant untuk setiap profesi berasal dari

jawa timur Di definisikan jawa timur karena seluruh masyarakat urban berasal dari jawa

timur kecuali Madura Ada beberapa alasan dari responden mengapa mereka

melakukan urbanisasi salah satunya adalah untuk memperbaiki taraf ekonomi karena

kabupaten sidoarjo dianggap sebagai kabupaten yang memiliki potensi yang cukup

34

tinggi dalam bidang industry Profesi terbanyak yang diminati oleh pendatang adalah

sebagai pedagang dan sebagai sopir

Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin

pada kabupaten sidoarjo dapat diperhatikan gambar di bawah ini

Gambar

Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin

35

Tabel

Daerah Asal Responden pasuruan

NoJenis

Pekerjaan Responden

Jawa Timur Non

Madura

Madura Jawa Barat

Jawa Tengah

Luar Jawa

jumlah

1 Tidak Bekerja

2 Buruh Pasar

4 4 24

3 Kuli Bangunan

5 5 55

4 Pemulung

10 10 1011

5 Pedagang

20 20 2022

6 Becak

8 2 10 109 33

7Sopir

Angkutan

0 0

8 Wiraswasta

0 0

9 Bengkel

10 Buruh Pabrik

15 4 19 1916 67

11 Lain-lain

30 30 3133

Jumlah 92 6 98 98 98

Sama seperti pada kabupaten sidoarjo sebagian besar pendatang adalah dari

wilayah jawa timur Pendatang sebagian besar berprofesi sebagai pedagang karena

wilayah sidoarjo selain sebagai sentra industry provinsi jawa timur juga sebagai urat nadi

perekonomian jawa timur Sehingga bagi para pedagang akan sangat menguntungkan

karena di lewati dari berbagai wilayah di jawa timur

Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin

pada kabupaten pasuruan dapat diperhatikan gambar di bawah ini

Gambar

36

Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin

Tabel 5Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan di kota malang

Lama Tinggal (Tahun)Kecamatan

pddkAsli le 2 3 - 6 7 - 9 ge 10

Jumlahrespondn

Kedung kandang10

(1053)- 3

(316)11

(1158)71

(1473) 95

18 - - 15 52

37

Sukun (2118) (1764) (6118) 85

Klojen9

(1200)5

(667)12

(1600)9

(1200)40

(5333) 75

Blimbing8

(100)2

(25)- 8

(100)62

(775) 80

Lowok Waru15

(1923)- - 7

(897)56

(7180) 78

Sumber Data Primer

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa dari responden (keluarga miskin)

perkotaan sebagian besar bukan penduduk asli daerah kota Malang melainkan

pendatang yang merupakan kaum migran dan menetap di kota Malang kecamatan

kedung Kandang merupakan daerah yang padat penduduknya dimana 1473

menunjukkan jumlah responden yang sudah lama tinggal di kota malang (di atas 10

tahun) bahkan beberapa responden sudah turun-menurun dari keluarga mereka

Kecamatan Sukun yang merupakan kaum pendatang yang tinggal di kota Malang sudah

puluhan tahun sebanyak 6118 dari responden yang ada Kecamatan Klojen sebesar

5333 Kecamatan Blimbing sebanyak 775 dan untuk kecamatan Lowok Waru

sebanyak 7180 dari masing-masing responden di tingkat kecamatan Kondisi ini

menjelaskan bahwa masyarakat miskin perkotaan adalah rata-rata kaum migran yang

sengaja datang ke kota Malang untuk mencari kehidupan yang lebih baik dari daerah

asal mereka Umumnya mereka datang sebagai migran tetap dan keberadaan mereka

sudah terbiasa hidup dalam kondisi serba kekurangan Beberapa responden yang

ditemui juga menjelaskan bahwa sebagai kaum pendatang sudah tidak asing lagi

dengan kehidupan masyarakat di kota Malang Umumnya mereka membaur dengan

masyarakat pendatang lainnya dengan hidup di kepadatan penduduk kota Malang

Salain dilihat dari lamanya masayarakat pendatang (migran tetap) tinggal di kota

Malang dapat pula dijelaskan mengenai temapat asal (daerah asal) responden untuk

melihat derah asal rumah tangga miskin perkotaan dapat kita bagi dengan

menggunakan batasan daerah (wilayah) Dimana wilayah pembagiannya adalah

mereka yang berasal dari daerah Jawa Timur (non-Madura) daerah Madura daerah

Jawa Tengah Jawa Barat dan Luar Jawa Adapun gambaran daerah asal rumah

tangga miskin perkotaan dapat dilihat pada tabel berikut

38

Tabel

Daerah Asal Responden

Daerah

Asal

Kecamatan

Jawa

Timur

Non-

Madura

Madur

a

Jawa

Tengah

Jawa

Barat

Luar

Jawa

Jumlah

Respond

n

Kedung kandang21

(2470)52

(6118)9

(1059)3

(353)- 85

Sukun19

(2836)28

(4179)12

(1791)8

(1194)- 67

Klojen9

(1364)49

(7424)5

(758)3

(454)- 66

Blimbing31

(4306)33

(4563)6

(833)2

(278)- 72

Lowok Waru28

(4444)21

(3333)9

(1429)5

((794)- 63

Sumber Data Primer

Berdasarkan data pada tabel di atas menunjukkan bahwa umumnya kaum

migran berasal dari daerah Jawa Timur dan daerah Madura Untuk kecamatan Kedung

Kandang sebesar 6118 berasal dari Madura kemudian Kecamatan Sukun 4179

kaum Migran berasal juga dari Madura Kecamatan Klojen 7424 Kecamatan Blimbing

sebesar 4563 dan kecamatan Lowok Waru sebesar 3333 Dari kelima kecamatan

tersebut yang banyak di datangi oleh migran yang berasal dari daeah Madura adalah di

Kecamatan Kedung Kandang (6118) dan Kecamatan Klojen (7424) dan mereka

sengaja tinggal di dekat pusat perkotaan dengan tujuan memudahkan untuk aktifitas

kegiatan pekerjaannya yang rata-rata bergelut disektor informal (pedagang kaki lima)

331 Kondisi Tempat Tinggal Masyarakat Miskin Perkotaan

Dilihat dari tempat tinggal masyarakat miskin perkotaan rata-rata kondisi tempat

tinggalnya dengan model bangunan semi permanen dan permanen sederhanan dengan

memanfatkan kondisi tanah yang rawan bencana (longsor kebisingan kumuh dan

sebagainya)

Tabel

Kondisi Fisik Bangunan Rumah RTM

39

Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan

Kondisi Fisik RumahKecamatan

Sesek(papan)

SemiPermanen Permanen

Jumlahrespondn

Kedung kandang

11(1158)

52(5474)

32(3368) 95

Sukun20

(2353)33

(3882)32

(3765) 85

Klojen5

(667)31

(1733)39

(5200) 75

Blimbing3

(375)13

(1625)64

(8000) 80

Lowok Waru9

(1154)24

(3077)45

(5769) 78

Sumber Data Primer

dari data primer (tabel) menunjukkan bahwa sebagian besar tempat tinggal

masyarakat miskin perkotaan adalah semi permanen dan permanen akan tetapi dengan

ukuran ruang (luas bangunan) yang cukup minim Dan umumnya yang mereka lakukan

adalah dengan menyewa tanah dan atau menempati tanah rawan musibah adapun

kondisi perumahan masyarakat miskin perkotaan dapat dilihat pada gambar berikut

Gambar

Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin Perkotaan

40

Dari gambar di atas terlihat bahwa kondisi tempat tinggal mereka sangat rawan

dengan terjadinya bencana dan kekumuhan kondisi ini selain rawan terhadap adanya

bahaya tersebut juga sangat rawan dengan permasalahan kesehatan

34 Analisa Spasial

Informasi mengenai tipologi perekonomian masyarakat akan sangat membantu

pemerintah dalam menentukan kebijakan ekonomi di masa mendatang Dari informasi

tersebut dibuatlah peta potensi ekonomi dengan maksud merelevansikan antara potensi

ekonomi daerah dan kebijakan ekonomi Selain itu jika kebijakan ekonomi hanya

terfokus di suatu wilayah tertentu akan berdampak pada ketimpangan pertumbuhan

ekonomi Seperti dijelaskan sebelumnya inventarisasi sarana ekonomi sebuah wilayah

dilakukan dengan menggunakan pendekatan tipologi suatu wilayah Melalui pendekatan

ini selanjutnya dapat digambarkan wilayah majemuk dengan fenomena yang kompleks

dengan beberapa persamaan di dalamnya Maksudnya bahwa pada tipologi suatu

wilayah ada relevansinya dengan keberadaan potensi ekonomi maupun potensi sarana

ekonomi di wilayah tersebut Ini menandakan bahwa kebijakan pengembangan ekonomi

suatu wilayah diperlukan pengadaan sarana ekonomi yang tepat sedikitnya sesuai

dengan kondisi wilayah yang dibangun termasuk karakteristik kegiatan ekonomi yang

dilakukan oleh masyarakat setempat sehingga keberadaan sarana tersebut mampu

mendorong aktivitas ekonomi masyarakat dan pada akhirnya mengentaskan dan

menanggulangi kemiskinan

41

Di wilayah kabupaten pasuruan terdapat berbagai macam potensi ekonomi yang

belum tersentuh pengembangannya oleh pemerintah daerah Potensi yang terdapat di

wilayah tersebut bukan hanya pada potensi sumber daya alam melainkan juga potensii

sumber daya manusianya Untuk wilayah ssidoarjo perlu adanya perhatian mendalam

pada pengembangan sumber daya manusia karena di wilayah tersebut banyak sekali

potensi industri yang dapat berkembang Sedangkan untuk daerah malang hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa disinyalir masih terdapat kegiatan ekonomi maupun

sarana ekonomi yang menunjang kegiatan tersebut belum dimanfaatkan secara optimal

Keadaan ini menjadikan keduanya masih bersifat potensial dan memerlukan

penanganan pengelolannya agar dapat diperoleh output yang optimal pula Pengelolaan

optimal tersebut tentu masih memerlukan suatu pengkajian tersendiri untuk mengukur

sampai sejauh mana tingkat feasibilitasnya

Potensi sarana ekonomi kabupaten ssidoarjo kabupaten pasuruan dan Kota

Malang merujuk pada sarana ekonomi (dalam bentuk fisik) yang teridentifikasi di setiap

daerah maupun yang sudah terkompilasikan di tingkat kabupaten dan kota Potensi

tersebut dapat di petakan pada masing-masing kabupaten di wilayah Jawa Timur

melalui Peta berikut

Gambar Provinsi Jawa Timur

42

Gambar kota Malang

43

keterangan

daerah masyarakat miskin perkotaan

daerah potensi terjadinya kemiskinan

tidak ada potensi terjadnya kemiskinan

Sejalan dengan maksud di atas Pemerintah Kota Malang masih

perlu melakukan kajian mendalam tentang pengembangan potensi wilayah

sebagai salah satu upaya untuk mendukung pemulihan ekonomi yang

bersifat jangka menengah Dukungan kajian ini dilakukan dengan menggali

lebih dalam potensi yang dimiliki setiap kawasan di wilayah Kota Malang

Dengan demikian Pemerintah Kota Malang dengan mudah dapat mengambil

langkah-langkah menumbuh kembangkan potensi sarana ekonomi daerah

44

Kec Blimbing Industri (kecil-

menengah)Pariwisata Pertanianperumahanperdagangan

Kec Kedungkandang Industri (kecil-

menengah)Pertanianperumahan

Kec Sukun Industri kecilPendidikanperumahan

Kec Kolojen perdagangan PendidikanPerhotelanperkantoran

Kec Lowokwaruperumahan PendidikanIndustri (kecil-

menengah)

khususnya yang berada di pusat-pusat kegiatan produksi masyarakat yang

dianggap cukup strategis di Kota Malang

Sejalan dengan semakin meningkatnya peran serta dunia usaha

dan masyarakat di dalam pelaksanaan pembangunan maka program-

program pembangunan Kota Malang perlu disusun dengan

mempertimbangkan keterlibatan mereka Upaya ini dimaksudkan agar

Pemerintah Kota Malang lebih mudah mengefektifkan potensi sarana

ekonomi dan mengarahkannya untuk kepentingan pembangunan yang lebih

konsisten efektif dan efisien serta berkelanjutan dalam menanggulangi

kemiskinan

Secara keseluruhan penduduk miskin di wilayah kota malang masih tersebar

merata di seluruh kecamatan Kecuali di kecamatan Lowokwaru sebagian besar di

kecamatan ini tidak ada potensi kemiskinan Hal tersebut dikarenakan banyaknya

industry pendidikan seperti UMM UNISMA UNIGA Brawijaya ITN UM dll Dengan

banyaknya perguruan tinggi di wilayah tersebut maka potensi perekonomian semakin

besar Tidak sedikit masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang makanan karena

untuk memnuhi kebutuhan para mahasiswa

Pada data dikatakan bahwa rata-rata pendapatan di kecamatan Lowokwaru

masih besar padahal menurut analisis spasial potensi terjadinya kemiskinan sangat

kecil Pada analisi ekonomi diindentifikasi bahwa banyak masyarakat yang

berpendapatan dibawah 400 ribu Hal tersebut terjadi pada masyarakat yang tinggal di

daerah pesisir sungai Masih banyak masyarakat yang tinggal di Daerah Aliran Sungai

tidak memiliki kesempatan kemampuan untuk bersaing dengan masyarakat yang tidak

tiggal di Daerah Aliran Sungai Di perkirakan masyarakat yang menempati DAS

merupakan masyarakat pendatang yang berurbanisasi dengan tidak membawa suatu

keahlian

Potensi kemiskinan terbesar dapat terjadi di Kecamatan Sukun Banyak

masyarakat di daerah ini yang memiliki pendapatan dibawah 400 ribu Jika kita

bandingkan dengan kecamatan Lowokwaru potensi kemiskinan di daerah kecamatan

Sukun tidak hanya terjadi di DAS namun juga pada masyarakat lainnya Banyak faktor

yang mengindikasikan potensi kemiskinan salah satu faktor utama adalah sulitnya

pemasaran dan persaingan yang ketat Meski kegiatan masyarakat di kecamatan

Lowokwaru dengan kecamatan Sukun relatif sama namun di kecamatan Lowokwaru

45

pemasaran barang dan jasa yang diproduksi tidak sesulit di kecamatan Sukun meski

ada persaingan

Hampir memeratanya potensi masyarakat miskin di kecamatan Sukun

menimbulkan dampak di kecamatan Kedungkandang terutama di perbatasan diantara

kedua kecamatan tersebut Menurut survey yang dilakukan memang sebagian besar

masyarakat miskin berpotensi di DAS Dapat dilihat di peta bahwa gambar merah

bersinggungan antara kedua kecamatan dan di kedua wilayah tersebut dialiri sungai

yang sama namun jika kita lihat kebawahnya warna kecamatan Kedungkandang mulai

ada yang Hijau Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat diluar DAS mempunyai

usaha yang berhubungan positif dengan pendapatan seperti pertanian

Berbeda halnya di kecamatan Klojen kecamatan ini merupakan pusat

pemerintahan kota Malang Banyak warga di kecamatan ini yang berprofesi sebagai

pegawai negeri sipil Memang masih terindikasi adanya kemiskinan di daerah tersebut

namun kemiskinan itu timbul karena mereka yang tidak mempunyai kesempatan dan

daya tawar diri mereka Kebanyakan yang tidak memiliki daya tawar diri yang tinggi

adalah mereka para pendatang yang tidak membawa keahlian kemudian mereka

tinggal di DAS dan berprofesi sebagai buruh tani buruh pabrik ataupun yang lainnya

yang tidak membutuhkan keahlian lebih

Bab V Kesimpulan dan Saran

Setelah melalui beberapa tahapan analisis dalam mengidentifikasi kemiskinan

perkotaan di beberapa wiayah Jawa Timur terdapat beberapa kesimpulan yaitu

1 Didapat bahwa sebaran penduduk miskin berkosentrasi pada daerah

sepanjang aliran sungai dan ada beberapa kota yang mengindikasikan

bahwa penduduk miskin berasal dari pendatang dari luar kota

2 Dalam penanggulangan kemiskinan pemerintah sudah banyak

mengeluarkan berbagai macam program pengentasan kemiskinan seperti

P2K P2KP BLT dll namun dalam aplikasinya banyak program yang belum

tepat sasaran

3 Ada beberapa karakteristik yang menarik dalam pengentasan kemiskinan

diantaranya bahwa dalam mengentaskan masyarakat miskin metode yang

46

diterapkan lebih kepada pembinaan keahlian dan mentalitas karena

seperti yang terdapat di kota malang masyarakat miskin dipicu dari

kebiasaan atau mentalitas dari masyarakat tersebut dalam kehidupan

sehari-hari Riset menemukan meskipun masyarakat miskin diberikan

bantuan uang seperti BLT namun bantuan tersebut tidak diperuntukkan

kepada pengembangan usaha namun habis untuk konsumsi begitu pula

dengan program ndash program pengentasan kemiskinan yang lainnya

Saran

Dalam pengentasan kemiskinan disarankan kepada pemerintah untuk mencari

data kemiskinan yang akurat dengan tujuan pemberian bantuan dalam rangka

pengentasan kemiskinan dapat terserap tepat pada masyarakat yang dituju Selain itu

untuk mengentaskan masyarakat yang bertipikal ldquokultur miskinrdquo harus banyak diberikan

pelatihan dan pembinaan mental

47

DAFTAR PUSTAKA

Blakely Edward J (1989) Planning Local Economic Development Theory and Practice Sage Library of Social Research 168 Sage Publication

BPS (1999) Perkembangan Tingkat Kemiskinan dan Beberapa Dimensi Sosial Ekonominya 1996-1999 Jakarta BPS

Budi Soeradji Mubyarto (1998) Gerakan Penanggulangan Kemiskinan Laporan

Penelitian di Daerah-Daerah Yogyakarta Aditya Media

Faisal Basri (2002) Perekonomian Indonesia Tantangan dan Harapan bagi Kebangkitan Indonesia Jakarta Erlangga

Fei J C H amp Gustav R (1964) Development Economics What Next In a Ranis G P Schulta (Ed) The State of Development Economics

Gunawan Sumodiningrat (1999) Penanggulangan Krisis Harus Memihak Rakyat Disampaikan pada konferensi pers untuk launcing The Economic and Social Survey of Asia and the Pacific 1999 (ESCAP) di UNIC Jakarta

Kuncoro M (2000) Ekonomi Pembangunan Teori Masalah dan Kebijakan (1st ed) Yogyakarta UPP AMP YKPN

Kuncoro M (2004) Otonomi dan Pembangunan Daerah Reformasi Perencanaan Strategi dan Peluang Jakarata Erlangga

Mellor J W (1976) The New Economies of Growth A Strategy for India and the Developing Countries Cornell Cornell University Press

Nurkse R (1953) Problem of Capital Formation in Underdeveloped Countries In Meier Gerald M Leading Issues in Economic Development edisi ke 6 Oxford University Press Oxford

Rintuh Cornelis amp Miar (2005) Kelembagaan dan Ekonomi Rakyat BPFE-UGM Yogyakarta

Sharp Ansel M Charles A Register and Paul W Cerimes (1996) Economics of Social Issues edisi ke 12 Richard D Chicago Irwin

Sumarto Sudarno (2002) ldquoGrowth Inequality and Poverty Evidence from Micro Datardquo Makala dalam The Young Economics Seminar Jakarta World Bank

48

Page 9: Makalah akp

pemanfaatan program dapat berlatih mengguanakan dana itu sebagai stimulan agar dalam pengembangan lebih lanjut dapat memanfaatkan fasilitas microfinance

Dilakukan memalui bantuan dana yang dipergunakan untuk membiayai investasi sosial dan investasi ekonomi Bantuan dana digunakan sepenuhnya untuk menciptakan kegiatan ekonomi produktif yang berlanjut

Pengembangan kemampuan dan keterampilan masyarakat lokal diarahkan pada pelaksanaan administrasi pembangunan (UDKP) dan administrasi keuangan (UPK)

forum UPK sebagai bagian dari pelaksanaan forum UDKP

peningkatan kapasitas masyarakat melalui jumlah akumulasi modal

4 P2KPSecara prinsip sama dengan yang dilakukan oleh

Dilakukan melalui bantuan dana yang dipergunakan untuk membiayai investasi sosial dan investasi ekonomi Bantuan

Pengembangan SDM dilakukan melalui diseminasi dan pelatihan secara berjenjang baik melalui jalur tenaga pendamping

Pembangunan pengadaan prasarana sarana hanya untuk mendukung kegiatan ekonomi yang sudah mapan

Pengembangan kelembagaan masyarakat dilakukan dalam wadah pokmas melalui kegiatan perguliran

Sistem pemantauan dan pelaporan dilakukan untuk menilai perkembangan pelaksanaan kegiatan ekonomi

9

PPK namun sasaran lokasi dititikberatkan pada kecamatan di kawasan perkotaan

dana digunakan sepenuhnya untuk menciptakan kegiatan ekonomi produktif yang berlanjut

dan jajaran aparat pemerintahPengembangan kemampuan dan keterampilan masyarakat lokal diarahkan pada pelaksanaan administrasi pembangunan (UDKP) dan administrasi keuangan (UPK)

dana yang dikembangkan dalam forum UPK sebagai bagian dari pelaksanaan forum UDKP

Pengembangan kelembagaan aparat dilakukan bersama masyarakat melalui mekanisme forum UDKP

prioritas perguliran dana dan peningkatan kapasitas masyarakat melalui jumlah akumulasi modal

5 PDMKE

Dilakukan untuk membiayai kegiatan yang bersifat padat karya

Dilakukan melalui pembangunan dan prasarana amp sarana sesuai permintaan lokal

6 PARUL

Dilakukan melalui bantuan dana yang dipergunakan untuk kegiatan sosial-ekonomi produksi dan distribusi jasa natar kawasan

Pengembangan kemampuan masyarakat diarahkan pada peningkatan kemampuan dan keterampilan untuk memperoleh akses dan meningkatkan keterkaitan pada jalur produksi distribusi dan penyediaan jasa yang

Pengembangan prasarana dilakukan dalam wujud pembangunan prasarana sarana dan penerapan teknologi yang mendukung secara langsung kegiatan ekonomi kawasan

Peningkatan kemampuan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan yang menekankan prakarsa lokal pada kawasan itu

Sistem pemantauan dan pelaporan menekankan peningkatan kapasitas masyarakat dalam kegiatan produksi distribusi dan jasa dalam suatu kawasan ekonomi antara pedesaan dan perkotaan

10

sesuai dengan kapasitas ekonomi kawasan

Sumber Kuncoro (2004)

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa program penanggulangan

kemiskinan yang dilakukan di Indonesia masih bersifat parsial Hal tersebut bisa dilihat

dari hampir semua program yang pernah dilakukan masih bermasalah dalam hal

mensinergikan antara masyarakat miskin dengan masyarakat yang berdaya (non

miskin) pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat Akibat dari kondisi tersebut

penanggulangan kemiskinan tidak efektif tidak mandiri dan tidak berkelanjutan

24 Kelemahan Program Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia

Salah satu penyebab kurang berhasilnya penanggulangan kemiskinan di

Indonesia adalah sistem politik yang cenderung sentralistik Sentralisasi yang sangat

kuat di masa lalu juga berimbas ke kebijakan penanggulangan kemiskinan dimana

hampir semua program penanggulangan kemiskinan bersifat rdquotop-downrdquo dengan

keterlibatan minimal dari pemerintah daerah dalam formulasi kebijakannya Program

atau kebijakan yang sangat rdquotop-downrdquo ternyata juga gagal dalam merefleksikan

pebedaan antar daerah yang kadang-kadang bisa menjadi sangat signifikan Akibatnya

timbul berbagai kegagalan berskala besar dalam program atau kebijakan yang pada

akhirnya berakibat pada dihentikannya program tersebut Berikut ini bentuk atau ciri-ciri

dan kelemahan program penanggulangan kemiskinan yang pernah dilakukan

Tabel 4

Ciri-ciri dan Kelemahan Program Penanggulangan Kemiskinan

Kelemahan Program Upaya Penanggulangan Kemiskinan

Prinsip-prinsip Penanggulangan

Kemiskinan

Perencanaan penentuan sasaran dan kreteria miskin serta pengaturan teknis pelaksanaan yang

Mendidik masyarakat miskin untuk terus menerus menemukenali potensi yang dimiliki baik individu keluarga

Program penanggulangan kemiskinan harus mengarah pada pendekatan yang menyeluruh (multi-sektor)

11

dilakukan oleh pemerintahinstansi pusat (top-down) seringkali tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat atau daerah tertentu

maupun lingkungan (keterampilan material dan sumberdaya alam) sebagai modal dasar untuk meningkatkan kesejahteraan hidup

Program-program yang dilaksanakan secara sektoral sering kali mengakibatan adanya semangat ego-sektoral dan saling tumpang tindih

Mendorong tumbuhnya rasa percaya diri akan kemampuannya untuk lepas dari belenggu kemiskinan

Perencanaan dan penentuan sasaran dilakukan oleh masyarakat bersama aparat dilapangan sehingga sesuai dengan kebutuhan masyarakat

Banyak program penanggulangan kemiskinan yang menempatkan masyarakat sebagai obyek sehingga masyarakat kurang berpartisipasi secara aktif

Menyadarkan bahwa tidak akan ada seseoranglingkungan yang dapat keluar dari genggaman kemiskinan melainkan atas usaha orangkeluargalingkungan itu sendiri

Masyarakat ditempatkan sebagai ldquopelaku utama dalam perang melawan kemiskinanrdquo agar masyarakat berpartisipasi secara aktif

Sulitnya menjaga kontinuitas program (program baru bukan merupakan kelanjutan program lama) mengakibatkan banyak program penanggulangan kemiskinan tidak berkesinambungan

Memberikan pemahaman bahwa masalah penanggulangan kemiskinan merupakan tugas dan tanggungjawab bersama pemerintah dan masyarakat

Pertanggungjawaban kepada pemerintah dan masyarakat untuk membangun keterbukaan dan akuntabilitas

Pertanggungjawaban hanya bersifat administratif kepada pemerintah sehingga tidak terbangun keterbukaan dan akuntabilitas publik akibat pendekatan proyek maka keberhasilan program hanya diukur dengan persentase bantuan yang berhasil

Menciptakan lapangan kerja dan peluang berusaha untuk menguatkan ekonomi masyarakat setempatPenguatan organisasikelompok masyarakat yang ada memberikan bantuan fasilitas (dana dan keahlian) yang dibutuhkan untuk mendayagunakan potensi yang dimiliki

Merupakan program yang berkesinambungan Ukuran keberhasilan ditentukan oleh berdayanya masyarakat untuk keluar dari belenggu kemiskinan danmenguatnya kemampuan ekonomi masyarakat melalui terciptanya akses kepada faktor produksi dan pasar

12

disalurkan dan jumlah sasaran penerima

Sumber Hamid (2003) Dalam Kuncoro (2004)

Sebenarnya perbedaan antara pendekatan ldquotop-downrdquo dan ldquobottom uprdquo tidak

perlu terjadi terjadi apabila sistem politik nasional dan terutama lokal mampu

menciptakan akuntabilitas pemerintah terhadap masyarakatnya Ketiadaan mekanisme

akuntabilitas selain membuat pihak eksekutif dan legislatif kurang tanggap terhadap

keluhan masyarakatnya juga membuat masyarakat tersebut tidak terlalu peduli atas

kualitas layanan publik yang diterimanya ataupun terhadap kebijakan perekonmian

daerahnya Dengan sistem perimbangan keuangan pusat dan daerah saat ini dimana

sebagian besar pajak masih dikuasai pemerintah pusat sangat mudah bagi pemerintah

daerah menyalahkan pemerintah pusat apabila ada ketidakpuasan di kalangan

masyarakat lokal mengenai kualitas layanan publik

Bab III METODE PENELITIAN

1 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini mempunyai tujuan utama membangun model penaggulangan

kemiskinan yang bersifat terpadu berdasarkan aspek spasial ekonomi dan

struktural di masing-masing desakelurahan yang ada di wilayah administrasi Kota

Malang

Berdasarkan pada tujuan utama penelitian ini maka kerangka pikir mengenai

Penyusunan Model Penanggulangan Kemiskinan di Kota Malang dijelaskan pada

Gambar berikut

Gambar 1Bagan Alir Penyusunan Model KulturalStruktural dan Spasial

Sebagai Penanggulangan Kemiskinan

13

AN

AL

ISA

P

ER

MA

SA

LA

HA

N

KE

MIS

KIN

AN

P

ER

KO

TA

AA

N

Aspek StrukturalMengukur Efektifitas

program penanggulangan

kemiskinan yang telah dilakukan

Aspek Ekonomi

Mengukur kondisi ekonomi

masyarakat miskin

Aspek SpacialMengukur kondisi

geografi dan topografi

(lingkungan fisik) masyarakat miskin

OutputKesenjangan

antara program

dgn kebutuhan

OutputProses generasi

tingkat

pendidikan jenis pekerjaan

OutputKondisi

Geografitopografi

PorsesIdentifikasi

ermasalahan kemiskian perkotaan

OUTPUT

Database Permasalahan kemiskinan Profil kemiskinan Isue Strategis

OutputWork Plan

Penanggulangan

Kemiskinan

OutputMaster Plan

PenanggulanganKemiskinan

Sebagaimana telah dikemukakan di atas upaya penaggulangan kemiskinan

dilakukan dengan pendekatan spasial ekonomi dan struktural Pendekatan tersebut

pada dasarnya bertujuan untuk menghasilkan model penanggulangan kemiskinan yang

bisa menghasilkan rencana strategis dan program kerja penanggunalangan kemiskinan

secara terpadu dan berkelanjutan di Kota Malang Setidaknya ada 5 (lima)

komponenkegiatan utama yang perlu dilakukan Kegiatan-kegiatan tersebut meliputi

1 Identifikasi dan Analisis Kondisi Eksisting masing-masing kota

Tujuan utama kegiatan ini adalah untuk memahami kondisi setiap desakelurahan

dan kecenderungan perkembangan dalam kurun waktu perencanaan Adapun informasi

yang perlu dikumpulkan dikaji dan dianalisis meliputi gambar mengenai kondisi fisik

sosial ekonomi desakelurahan kebijakan dan program-program yang terkait dengan

pengembangan desa perkembangan sektor-sektor ekonomi desa dan kondisi sistem

prasarana Semua informasi ini diharapkan dapat menggambarkan eksisiting yang

tengah berlangsung (on-going) maupun yang akan dikembangkan (commited)

2 Identifikasi Potensi dan Permasalahan Kemiskinan

Berdasarkan analisis terhadap kondisi wilayah dan kecenderungan

perkembangannya diidentifikasi potensi ekonomi yang mampu mendukung

pembangunan wilayah masing-masing Kota Identifikasi yang dimaksud meliputi

antara lain

Potensi desakelurahan yang terkandung baik yang sudah

dimanfaatkan belum dimanfaatkan maupun potensial diperkirakan

ada di desa Terkait dengan hal ini adalah identifikasi sektor unggulan

atau komoditi unggulan

Kendala-kendala dalam pengembangan potensi ekonomi baik dalam

kaitannya dengan bidang prasarana keuangan dan kebijakan

sehingga menimbulkan kemiskinan pada masyarakat setempat

3 Penyusunan Skenario Penanggulangan Kemiskinan

Skenario penanggulangan kemiskinan berisi antara lain pemanfaatan ruang dan

struktur ruang (pengembangan sektor-sektor unggulan kawasan dan sistem

14

prasarana) yang merupakan acuan pengembangan desa Skenario ini disusun

berdasarkan potensi pengembangan Kota

4 Perumusan Model Penaggulangan Kemiskian

Rumusan model penaggulangan kemiskinan yang dimaksud berisi program-

program pengembangan sektor kota dan sistem prasarana dasar Program-

program ini dirumuskan dalam rangka mendukung pencapaian skenario-skenario

yang telah dirumuskan

5 Rekomendasi Pola Pelaksanaan Program-Program Pengentasan Kemiskinan

Program-program yang layak untuk diimplementasikan selanjutnya dikaji pola

pelaksanaannya Dalam hal ini pola pelaksanaan yang dimaksud

memperhitungkan seluruh pelaku pembangunan yaitu pemerintah swasta dan

masyarakat

2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Kegiatan penyusunan model penanggulangan masyarakat miskin di Kota Malang

akan melakukan survei di seluruh wilayah yang termasuk dalam wilayah admisnistratif Kota

Malang Pasuruan Sidoarjo

Analisis dan penyusunan model penaggulangan kemiskinan dilakukan secara

bertahap tahapan tersebut didasarkan pada aspek kegiatan yang diukur dan dianalisis

Penelitian ini akan dilakukan dua tahap dinama setiap tahap penelitian diperkirakan

akan menghabiskan waktu plusmn 11 bulan jadi secara keseluruhan penelitian akan

menghabiskan waktu plusmn 22 bulan

3 Definisi Operasional Variabel

Aspek yang digunakan untuk membanguan model penanggulangan

kemiskinan di Kota Malang ada tiga aspek yaitu 1) Struktural atau Kelembagaan 2)

Aspek Kultural dan 3) Aspek Spasial (wilayah)

1) Aspek Struktural

Dalam aspek ini akan dilihat sejauhmana keterpaduan program-program yang

telah dilakukan oleh pemerintah baik pusat maupun daerah dengan kapasitas

15

dan kebutuhan masyarakat miskin Aspek struktural atau kelembagaan

mempunyai dua sub-indikator yaitu 1) Sub-indikator kebijakan pemerintah dan

2) Sub-indikator kapasitas sosial masyarakat (social capacity) Masing-masing

sub-indikator mempunyai variabel total variabel untuk mengukur indikator

aspek struktural atau kelembagaan sebanyak 8 variabel

Variabel-variabel yang digunakan dalam aspek struktural atau kelembagaan

dalam melakukan pengukuran terhadap desakelurahan dapat dilihat pada

tabel berikut

Tabel 5

Jumlah Sub Indikator dan Variabel Dari Aspek Struktural

No Sub Indikator

Variabel Diskripsi

1 Kebijakan Pemerintah (3 variabel)

- Program penanggulangan kemiskinan yang berasaldari pemerintah pusat

- Program penanggulangan kemiskinan yang berasaldari pemerintah propinsi

- Program penanggulangan kemiskinan yang berasaldari pemerintah daerah kabupaten

- Program penanggulangan kemiskinan yang berasal dari perangkat desa

Mengukur seberapa besar keterlibatan pemerintah baik pusat maupun daerah dalam upaya penanggulangan kemiskinan

2 Kapasitas sosial masyarakat(6 variabel)

- Gengsi sosialorang miskin

- Nilai adatbudaya dan agama terhadap orang miskin

- Rasionalitas penduduk miskin (semangat membebaskan diri dari kemiskinan)

- Budaya dan etos kerja- Semangat gotong

royong- Keperdulian

Mengukur seberapa besar social capital masyarakat miskin dalam keluar dari kemiskinan

16

masyarakat sekitar terhadap orang miskin

2) Aspek Kultural

cultural poverty adalah suatu budaya yang terjadi karena penderitaan ekonomi

(economic depretiation) yang berlangsung lama Berdasarkan penelitian pada

beberapa kebudaya kelompok etnik ditemukan bahwa kemiskinan adalah salah

satu sub-kultur masyarakat yang mempunyai kesamaan ciri antar etnik satu

dengan etnik yang lain Dalam aspek ini akan dilihat seberapa besar potensi

kemiskinan yang tercipta akibat dari kultur atau kebudayaan yang sudah

berlangsung di suatu wilayah Aspek kultural ini akan mencakup 1) tingginya

angka pengangguran 2) tingkat upahtinggi rendahnya gaji dan 3) sistem

ekonomi yang terlalu berorientasi pada mencari keuntungan

Variabel-variabel yang digunakan dalam aspek ekonomi dalam melakukan

pengukuran terhadap desakelurahan dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 6

Jumlah Sub Indikator dan Variabel Dari Aspek Struktural

No Sub Indikator Variabel Diskripsi1 Tingginya

angka pengangguran

- Lama bekerja- Banyaknya pekerja

dalam satu rumah

Mengukur seberapa besar tingkat pengangguran di suatu wilayah

2 Tingkat Upah - Besarnya gaji perbulan

- Ada tidaknya bonus

Mengukur seberapa besar kenaikan upah yang berhubungan dengan kesejahteraan masyarakat

3 Sistem Ekonomi

- Tujuan bekerja- Langkah untuk

memenuhi kebutuhan

Mengukur sebesarapa penting antara kebutuhan dan penimbunan kekayaan

3) Aspek Spasial

Dalam aspek ini akan dilihat seberapa besar konsisi wilayah (space) mampu

mendorong proses penanggulanagan kemiskinan Aspek spasial atau wilayah

mempunyai dua sub-indikator yaitu 1) Sub-indikator Kondisi geografis dan 2)

Sub-indikator Aksesibilitas sarana dan prasarana Masing-masing sub-indikator

17

mempunyai variabel total variabel untuk mengukur indikator aspek struktural

atau kelembagaan sebanyak 6 variabel

Variabel-variabel yang digunakan dalam aspek spasial atau wilayah dalam

melakukan pengukuran terhadap desakelurahan dapat dilihat pada tabel

berikut

Tabel 7

Jumlah Sub Indikator dan Variabel Dari Aspek Spasial

No Sub Indikator

Variabel Diskripsi

1 Kondisi geografis(4 variabel)

- Letak geografis- Topografi- Kondisi jalan- Kondisi jembatan

Mengukur sejauhmana kondisi geografis mampu bermanfaat untuk pemberdayaan masyarkat miskin

2 Aksesibilitas terhadap sarana dan prasarana(5 variabel)

- Akses terhadap pasar- Akses terhadap sarana

pendidikan- Akses terahadap

fasilitas kesehatan- Akses terahadap

aktivitas produksi

Mengukur tingkat kemudahan akses terhadap sarana dan prasarana pokok untuk penanggulangan kemiskinan

4 Jenis Data

Dilihat dari sumbernya data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua

jenis yaitu data sekunder dan data primer

1 Data Sekunder

Data ini merupakan data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain Adapun data

sekunder yang akan digunakan dalam penelitian ini diantaranya seperti Jumlah

penduduk luas desa topografi desa monografi desa letak geografi desa dan

lain-lain

2 Data Primer

Data ini merupakan data yang diperoleh langsung dari obyek penelitian Adapun

data primer yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya seperti data yang

18

digunakan untuk mengukur indikator kelembagaan indikator tipologipenyebab

kemisikinan indikator sumberdaya dan potensi ekonomi dan lain-lain

5 Teknik Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam pengumpulan informasi dan data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah Participatory Rural Appraisal (PRA) meliputi

1 Wawancara yaitu metode pengumpulan data dengan wawancara secara

mendalam dengan key-person (formal dan informal leaders) untuk

mengidentifikasi kebutuhan (needs) masyarakat

2 Dokumentasi yaitu metode pengumpulan data sekunder yang dimiliki oleh

responden lembaga ekonomi dan sosial maupun instansi teknis terkait

3 Observasi ( pengamatan) dan survei lapang

Dalam hal meyakinkan data dan informasi yang diperoleh dari responden

peneliti mengadakan pengamatan dan survei lapang secara langsung terhadap

obyek yang diamati mendengar serta mencatat hasil temuan lapang

4 Pengumpulan Data Sekunder

Selain dukungan data primer yang menjadi sumber data utama penelitian ini juga

menggunakan data sekunder yang diperoleh dari dokumen-dokumen serta catatan-

catatan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti Dokumen yang dimaksud

adalah jumlah keluarga miskin yang diperoleh dari Badan Perencanaan Kota

(Bapekot) Malang Catatan Sipil Kota malang (data Penduduk Kota malang sampai

dengan bulan Februari 2006) dan statistik kecamatan dari tiga kecamatan yang

diterbitkan oleh Kantor Statistik Kota Malang 2006

5 Focus Group Discussion (Diskusi Kelompok)

Peneliti melaksanakan diskusi dengan obyek penelitian ketika peneltian lapang akan

dilakukan Kegiatan ini pertama dilakukan adalah dimaksudkan untuk

mensosialisasikan pelaksanaan pengumpulan data (sebagai kegiatan penting

penelitian ini) kepada para sekretaris kecamatan dan seluruh sekretaris

desakelurahan yang diperkirakan menjadi sasaran dari kegiatan penelitian lapang

Berbagai informasi yang disampaikan dalam kegiatan sosialisasi ini antara lain

meliputi pentingnya dilaksanakan kegiatan inventarisasi dan pemetaan kemiskinan

di Kabupaten Sumenep proses pengumpulan data dan hasil akhir yang dihasilkan

kegiatan ini Melalui kegiatan ini dicapai jalinan suatu kebersamaan antara peneliti

19

dengan calon responden (subyek yang diteliti) sehingga dapat diperoleh data yang

optimal

Diskusi kelompok kedua dilakukan pada saat menjelang kegiatan ini berakhir

Diskusi ini dilakukan dengan stakeholders tingkat kota dimaksudkan untuk

mengoptimalkan hasil temuan lapangan Dikusi kelompok ini diarahkan kepada

upaya-upaya mengklarifikasi hasil temuan lapangan mendapatkan koreksi dan

masukan serta kesepakatan tentang hasil akhir kegiatan ini

6 Alat Analisis

Analisis dilakukan dengan memadukan pendekatan struktural (data

kuantitatif dan kualitatif) ekonomi (potensi sumberdaya pemabngunan) dan spasial

(pemetaan) Maksudnya bahwa dari himpunan data yang telah dikompilasi

dilakukan analisis statistik sederhana dengan lebih banyak menggunakan tabulasi

silang dan perhitungan-perhitungan statistik yang secara mudah dapat dipahami

Himpunan data tersebut selanjutnya diinterpretasikan dan dirancang dengan

menempatkan hasil analisis tersebut ke dalam peta (pendekatan spasial)

Pemetaan tersebut dimaksudkan untuk menentukan tata letak potensi sarana

ekonomi yang dimaksud oleh penelitian ini paling tidak untuk

1) memahami keberadaan keluarga miskin baik melalui data struktural maupun

melalui tampilan peta setiap desakelurahan

2) memahami secara terintegrasi keberadaan masyarakat miskin di Kota malang

dalam perspektif kepentingan ekonomi dan pembangunan Kota Malang ke

depan

Selain menggunakan pendekatan di atas penelitian ini juga menggunakan

metode Performance-Importance Analysis dalam menjawab tujuan yang akan dicapai

Analisis ini digunakan untuk melihat tingkat kesenjangan (gap) antara atribut kinerja

pelayanan publik (performance) yang telah dilakukan oleh pemerintah melalui dinas-

dinas terkait penanggulangan kemiskinan di Kota Malang dengan persepsi tingkat

kepentingan (importance) akan atribut-atribut yang dibutuhkan

Pengukuran tingkat kepentingan dan performance dilakukan dengan cara

menyebarkan kuesioner bagi masyarakat miskin yang menjadi obyek penelitian

Responden akan diminta untuk memberikan penilian atau persepsi mereka terhadap

sejauh mana layanan yang telah diberikan pemerintah melalui dinas-dinas terkait di Kota

Malang (performance) terhadap penanggulangan kemiskinan Dengan memberikan

20

penilaian atas atribut yang mereka anggap paling dibutuhkan saat ini (importance)

dengan asumsi bahwa obyek penelitian mengerti sejauh mana kinerja atribut pelayanan

publik yang telah dilakukan dinas-dinas terkait dan berkompeten dalam penanggulangan

kemiskinan

Dari analisis Kuadran akan diketahui pada kuadran manakah suatu atribut

berada sehingga nantinya dapat digunakan sebagai instrumen untuk

merekomendasikan tindakan atau kebijakan yang seharusnya dilakukan bagi

keberhasilan penanggulangan kemiskinan di Kota Malang

Bab 4 Hasil analisis

1 Gambaran geografis Jawa Timur

Jawa Timur adalah sebuah provinsi di bagian timur Pulau Jawa Indonesia

Ibukotanya adalah Surabaya Luas wilayahnya 47922 kmsup2 dan jumlah penduduknya

37070731 jiwa (2005) Jawa Timur merupakan provinsi terluas diantara 6 provinsi di

Pulau Jawa dan memiliki jumlah penduduk terbanyak kedua di Indonesia setelah Jawa

Barat Jawa Timur berbatasan dengan Laut Jawa di utara Selat Bali di timur Samudra

Hindia di selatan serta Provinsi Jawa Tengah di barat Wilayah Jawa Timur juga

meliputi Pulau Madura Pulau Bawean serta sejumlah pulau-pulau kecil di Laut Jawa

dan Samudera Hindia

Jawa Timur dikenal sebagai pusat Kawasan Timur Indonesia dan memiliki

signifikansi perekonomian yang cukup tinggi yakni berkontribusi 1485 terhadap

Produk Domestik Bruto nasional Pembagian wilayah administrasi Pemerintah Propinsi

Jawa Timur pada tahun 2003 sd tahun 2007 terbagi dalam 4 (empat) Badan Koordinasi

Wilayah Pembantu Gubernur 29 Kabupaten dan 9 Kota serta jumlah kecamatan

berjumlah 642 kecamatan Perwakilan kecamatan sejak tahun 2003 telah ditiadakan

sebelumnya berjumlah 114 dan Kota Administratif Batu sejak tahun 2003 telah menjadi

Kotasedang Kota Administratif Jember berdasarkan peraturan perundangan telah

21

dicabut dengan demikian Jember hanya sebagai Kabupaten Jumlah kelurahan

sebanyak 785 Kelurahan dan Desa sebanyak 7680 desa

Table 8

Pembagian Wilayah Administrasi Provinsi Jawa Timur

Uraian 2001 2002 2003 2004 2005 2006Badan koordinasi wilayah 4 4 4 4 4 4Jumlah Kabupaten 29 29 29 29 29 29Jumlah kota 9 9 9 9 9 9Jumlah Kecamatan 642 642 642 642 657 657Jumlah Kelurahan 784 784 784 784 784 784Jumlah Desa 7715 7715 7715 7715 8484 8484

Sumber Biro Pemerintahan dan Otoda Setda Prop Jatim amp Jatim Dalam Angka 2006

2 Gambaran geografis

a gambaran geografis kabupaten Pasuruan

Kota Pasuruan adalah ibu kota Pasuruan Jawa Timur terletak di persimpangan

jalur regional Surabaya-Probolinggo-Malang Orientasi Wilayah Kota Pasuruan memiliki

wilayah seluas 3529 kmsup2 dengan jumlah penduduk sebanyak 158864 jiwa (Sensus

Penduduk 2000) Wilayahnya terdiri dari 3 kecamatan 19 kelurahan dan 15 desa

Tiga kecamatan tersebut yaitu Kecamatan Gading rejo Purworejo dan Bugulkidul

Kecamatan Bugulkidul memiliki wilayah terbesar (1624 kmsup2) sedang untuk Gadingrejo

dan Purworejo masing-masing 1046 kmsup2 dan 859 kmsup2

b Gambaran geografis kabupaten Sidoarjo

Kota Sidoarjo merupakan Ibukota Kecamatan Sidoarjo yang terletak di tepi Selat

Madura dan termasuk dalam wilayah administratif Kabupaten Sidoarjo Propinsi Jawa

Timur Batas-batas administrasi dari kota Sidoarjo ini adalah

1048707 Sebelah utara Kecamatan Waru

22

1048707 Sebelah selatan Kecamatan Porong

1048707 Sebelah Timur Selat Madura

1048707 Sebelah Barat Kecamatan Krian

Secara geografis wilayah Kota Sidoarjo memiliki luas wilayah 6256 Ha Ditinjau dari

Topografi keadaan medan Kota Sidoarjo berada pada ketinggian antara 23 - 32 diatas

permukaan laut

c Gambaran geografis kabupaten malang

3 Pemetaan Penduduk miskin di kabupaten Sidoarjo Pasuruan dan Malang

Gambaran Rumah Tangga Miskin Di Kabupaten Sidoarjo Pasuruan Dan Malang

Hasil penelitian dengan menggunakan data skunder yang telah dilakukan mengenai jumlah rumah tangga miskin yang ada di kabupaten sidoarjo pasuruan dan malang seperti tergambar pada table di bawah ini

Table 9Jumlah keluarga miskin di kabupaten sidoarjo pasuruan dan malang

Kabupaten 2005 2006 Sidoarjo 239100 1402 223300 1297Pasuruan 285100 2016 308900 2167Malang 373700 1617 404800 171Jawa timur 7139900 1995 7678100 2109

sumber BPS

Dari deskripsi data diatas mengenai jumlah keluarga miskin di 3 kabupaten

provinsi jawa timur antara tahun 2005 dan 2006 menunjukkan tingkat kemiskinan yang

bervariasi Untuk kabupaten sidoarjo jumlah keluarga miskin sebesar 239100 atau

mencapai 1402 dari jumlah penduduk di tahun 2005 Tahun berikutnya jumlah

keluarga miskin berkurang menjadi 223300 atau 1297 dari total penduduk di

kabupaten sidoarjo Penurunan jumlah keluarga di kabupaten sidoarjo ternyata tidak

diikuti di tetangga kabupatennya seperti pasuruan dan malang Jumlah keluarga miskin

di kabupaten pasuruan sebanyak 285100 atau 2016 di tahun 2005 dan naik menjadi

308900 atau 2167 dari toatal keluarga di kabupaten pasuruan Demikian juga dengan

23

kabupaten malang jumlah keluarga miskin di tahun 2006 juga mengalami kenaikan

Tahun 2005 jumlah keluarga miskin sebanyak 373700 atau 167 naik menjadi

404800 atau 171 dari jumlah keluarga yang tinggal di kabupaten malang

4 Gambaran rumah tangga miskin pada kabupaten pasuruan sidoarjo dan

malang

Jika dilihat mengenai masalah kemiskinan di daerah provinsi jawa timur maka dapat

diketahui bahwa peta penduduk miskin tidak hanya terkelompok pada kabupaten yang

mempunyai sumberdaya alam yang sedikit namun juga terdapat ppotensi kemiskinan di

daerah yang mempunyai sumber daya alam yang banyak Untuk lebih jelasnya berikut

peta potensi kemiskinan pada masing ndash masing kabupaten yang diikuti dengan jumlah

penduduknya

Tabel

Jumlah Rumahtangga Miskin Masing-Masing Kabupaten

Di Wilayah Provinsi Jawa Timur

KabupatenJumlah Penduduk Jumlah Penduduk Miskin

2005 2006 2005 2006Kabupatenkab Pacitan 869642 885986 150100 162600kab Ponorogo 665070 687786 152500 165200kab Trenggalek 969461 984460 165800 189000kab Blitar 525888 1140809 175800 190400kab Kediri 1429137 1525231 255900 277200kab Malang 2336363 2419822 373700 404800kab Lumajang 999525 1026400 186100 201900kab Jember 2261477 2278718 408000 423300kab Banyuwangi 1514605 1575265 236100 251900kab Bondowoso 698504 725571 169500 183600kab Situbondo 605208 636200 113200 107200kab Probolinggo 1021279 1070137 267400 289700kab Pasuruan 1398122 1485342 285100 308900kab Sidoarjo 1697435 1838666 239100 223300kab Mojokerto 969299 1027871 154300 165400kab Jombang 1222499 1212876 278600 289900kab Nganjuk 989693 1065459 235800 255400kab Madiun 641596 667709 137500 144700kab Magetan 617492 621862 104600 113300kab Ngawi 827728 857449 193400 209100kab Bojonegoro 1228939 1251051 323900 350900

24

kab Tuban 1063375 1104538 300700 325800kab Lamongan 1187065 1274194 280800 304200kab Gresik 1118841 1120541 242500 287500kab Bangkalan 889590 945863 286700 306700kab Sampang 835122 894046 325900 353100kab Pamekasan 762876 782076 237600 271500kab Sumenep 1004758 1068595 331200 351100

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa di kabupaten malang mempunyai potensi

kemiskinan yang tinggi pada tahun 2005 dan 2006 Tingginya angka kemiskinan di

kabupaten tersebut mengindikasikan bahwa kurang adanya pemerataan pada

pembangunan perekonomian Kabupaten pasuruan dan kabupaten sidoarjo memiliki

jumlah penduduk miskin relatif dibawah kabupaten malang Hal tersebut bisa terjadi

karena kedua kabupaten berada pada lingkar urat nadi perekonomian jawa timur

sehingga perekonomian di wilayah tersebut dapat terdongkrak akibat aktivitas

perekonomian jawa timur

5 Karakteristik Perekonomian Rumah Tangga Miskin

51 Kabupaten Pasuruan

Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden

Salah satu penentuan sebuah masyarakat miskin adalah dengan melihat rata-

rata tingkat pendapatannya Oscar Lewis (1966) akar dari timbulnya budaya miskin

salah satunya adalah rendahnya gajipendapatan

Tabel

Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden kabupaten pasuruan

No

lt 200000200000

sd 400000

410000 sd

500000gt 500000 Jumlah

1Tidak

Bekerja

2 2 29

2Buruh Pasar

3 3 6 613 10

3Kuli

Banguan

1 2 1 4 44 7 3

4 Pemulung

1 1 8 10 104 3 22

25

5 Pedagang

4 8 10 22 2217 28 27

6 Becak 3 7

10 1010 19

7Sopir

Angkutan

1 4 5 10 104 14 14

8 Wiraswasta

1 2 1 15 54 7 3 11

9 Bengkel

2 3 1 17 79 10 3 11

10Buruh Pabrik

4 610 1011 67

11 Lain-lain

8 3 1 12 1235 10 11 100

Jumlah 23 29 37 9 98

Table diatas menjelaskan mengenai tingkat pendapatan dan jenis pekerjaan

pada kabupaten pasuruan Dari 91 sampel yang di ambil ada beberapa karakteristik

pendapatan dari para pekerja Secara umum masyarakat yang mempunyai pendapatan

lebih dari 500 ribu di domonasi oleh pekerja swasta bengkel buruh pabrik dan lain-lain

Buruh pabrik memiliki tingkat pendapatan di atas 500 ribu disebabkan karena adanya

kebijakan UMR yang harus dipenuhi oleh perusahaan di wilayah tersebut

Tabel

Keahlian Yang Dimiliki Masyarakat kabupaten pasuruan

No Jenis Pekerjaan Responden Wiraswasta BengkelMontir Sopir

Tukang Bangunan

DagangLain-lain

jumlah

1 Tidak Bekerja 0 0

2 Buruh Pasar

1 1 2 26 0 0 0 7 0

3 Kuli Bangunan

5 5 414 1428 0 0 25 0 22

4 Pemulung

33 30 0 0 0 0 17

5 Pedagang

2 1 3 28 80 0 13 5 21 11

26

6 Becak

2 4 5 314 140 17 25 25 0 17

7 Sopir Angkutan

2 3 5 50 17 19 0 0 0

8 Wiraswasta

5 3 5 13 1328 0 0 15 36 0

9 Bengkel

5 2 29 90 42 13 0 0 11

10 Buruh Pabrik

5 3 3 11 1128 0 0 15 21 0

11 Lain-lain

2 3 5 3 2 419 1911 25 31 15 14 22

Jumlah 18 12 16 20 14 18 98 100

Keberagaman keahlian yang dimiliki oleh masyarakat kabupaten pasuruan tidak

berarti bahwa keahlian yang dimilikinya terspesifikasi pada satu jenis keahlian tertentu

namun tidak sedikit masyarakat yang mempunyai keahlian lain diluar dari profesi yang

dimilikinya Sebagai contoh adalah seorang pegawai bengkel tidak hanya ahli dalam

memperbaiki kendaraan bermotor namun juga bisa berprofesi sebagai sopir Hal

tersebut ditunjukkan oleh hasil observasi yang telah dilakukan untuk masyarakat daerah

pasuruan dimana pegawai bengkel ternyata juga bisa berprofesi sebagai sopir atau

bidang usaha yang lain

Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan

NoJenis

Pekerjaan Responden

Tempat Usaha

Alat Modal Pemasaran Ketrampilan jumlah

1 Tidak Bekerja

2 Buruh Pasar

3Kuli

Bangunan

4 Pemulung

5 5 10 10 23 12

5 Pedagang

8 5 13 1350 12

27

6 Becak

4 8 12 12 18 19

7Sopir

Angkutan

5 5 5 12

8 Wiraswasta

8 6 14 14 36 14

9 Bengkel

5 6 11 11 23 14

10 Buruh Pabrik

77 7 41

11 Lain-lain

8 8 1026 2750 19 59

Jumlah 16 22 43 0 17 98 100

Dengan keahlian yang dimiliki oleh masyarakat pasuruan dapat diindikasikan

bahwa keahlian yang dimiliki mempunyai kemerataan sampel Dari seluruh responden

yang dijadikan sampel sebagian besar menginginkan bantuan modal alat dan tempat

usaha Untuk jenis pekerjaan bengkel sampel menyatakan bahwa responden

menginginkan bantuan modal dan alat untuk dapat mengembangkan usahanya Hal

yang sama juga ditunjukkan untuk jenis pekerjaan wiraswasta dimana 23 menyatakan

menginginkan bantuan alat dan 24 menginginkan bantuan modal

52 Kabupaten Sidoarjo

Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden

No Gaji amp Jenis Pekerjaan

lt 200000

200000 sd

400000

410000 sd

500000gt 500000 Jumlah

1 Tidak Bekerja

2

2 2111

2 Buruh Pasar

6 4

10 11333 200

3 Kuli Banguan

1 8 1

10 1156 400 50

4 Pemulung

8 2

10 11444 100

5 Pedagang

1 2 7

10 1150 100 212

28

6 Becak

1 2

3 356 100

7 Sopir Angkutan

2 6 1

9 10100 300 30

8 Wiraswasta

1 2 7

10 1150 100 212

9 Bengkel

4 5

9 10200 152

10 Buruh Pabrik

5 5

10 11250 152

11 Lain-lain

8

8 9242

Jumlah 18 20 20 33 91 100

Karakteristik pendapatan masyarakat di daerah perkotaan kabupaten sidoarjo

menunjukkan kesamaan dari kabupaten pasuruan Secara keseluruhan responden yang

berpenghasilan di atas 500 ribu di dominasi oleh masyarakat yang mempunyai

pekerjaan sebagai wiraswasta bengkel buruh pabrik dll Jika ditelaah lebih lanjut

memang untuk golongan buruh pabrik mereka berpenghasilan ditas 500 ribu karena ada

jaminan dari pemerintah mengenai pendapatan minimum melalui UMR Sedangkan

masyarakat yang bekerja di bengkel mendapatkan pendapatan yang tinggi karena

sidoarjo merupakan daerah industry sehingga tidak sedikit masyarakat yang

menggunakan kendaraan bermotor dalam aktifitasnya

Tabel

Keahlian Yang Dimiliki Masyarakat kabupaten sidoarjo

NoJenis

Pekerjaan Responden

Wiraswasta BengkelMontir

SopirTukang

BangunanDagang

Lain-lain

jumlah

1Tidak

Bekerja

2 Buruh Pasar

5 6 718 1831 43 37

3 6 8 14 14

29

Kuli 46

4 Pemulung

6 7 13 13 23 54

5 Pedagang

8 3 11 1150 30

6 Becak

8 8 8 57

7Sopir

Angkutan

5 49 9 19 21

8 Wiraswasta

3 5 8 8 30 19

9 Bengkel

4 4 4 15

10Buruh Pabrik

11 Lain-lain

3 4 6 13 1319 40 23

Jumlah 16 10 26 13 14 19 98 100

Menurut survey yang telah dilakukan ternyata tipikal masyarakat sidoarjo dan

pasuruan untuk kategori keahlian yang dimiliki adalah sama penyebarannya Untuk

kabupaten sidoarjo jenis pekerjaan terbanyak adalah buruh pasar dengan keahlian yang

dimiliki berdagang serta ada yang memiliki keahlian sebagai tukang sepatu

Keberagaman jumlah responden menunjukkan keberagaman pekerjaan masyarakat

yang dijadikan sebagai obyek penelitian Menurut hasil penelitian digambarkan bahwa

seorang yang berprofesi sebagai pemulung ternyata juga memiliki keahlian di bidang

lainnya seperti tukang bangunan bahkan sopir Dari informasi yang dimiliki tersebut

diharapkan pemerintah dapat memberikan bantuan sesuai dengan bidang profesi

masyarakat atau keahlian masyarakat itu sendiri

30

Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan

NoJenis

Pekerjaan Responden

Tempat Usaha

Alat Modal Pemasaran jumlah

1Tidak

Bekerja

0 0

2Buruh Pasar

2 8 10 01020418 15

3Kuli

Bangunan

1 3 6 10 01020414 14 12

4 Pemulung

1 8 9 00918374 15

5 Pedagang

10 2 4 16 016326540 10 8

6 Becak

2 4 6 12 01224498 19 12

7Sopir

Angkutan

2 6 8 00816338 12

8 Wiraswasta

3 7 10 0102041 14 13

9 Bengkel

5 6 11 0112245 24 12

10Buruh Pabrik

0 0

11 Lain-lain

7 4 1 12 012244928 19 2

Jumlah 25 21 52 0 98

Masyarakat daerah sidoarjo untuk segala jenis pekerjaan yang dijadikan subyek

penelitian menyatakan bahwa masyarakat memilih diberikan bantuan modal alat dan

tempat usaha Sedangkan untuk aspek pemasaran masyarakat sidoarjo tidak begitu

memerlukan bantuan Karena jika kita perhatikan kabupaten sidoarjo terletak di urat nadi

perekonomian jawa timur sehingga diharapkan pemasaran tidak menjadi kendala Dari

98 orang yang dijadikan responden sebanyak 52 orang dari berbagai macam profesi

menginginkan bantuan modal usaha

31

Berdasarkan hasil data skunder yang telah dilakukan terhadap seluruh

rumahtangga miskin yang ada di Kota Malang maka gambaran lokasi rumahtangga

misikin yang ada di Kota Malang seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini

Tabel

Jumlah Keluarga Miskin Masing-Masing Kecamatan

Di Kota Malang

No Kecamatan Jumlah Rumah Tangga

Prosentase

1 Kedungkandang 6635 2730

2 Sukun 6255 2574

3 Klojen 3432 1412

4 Blimbing 4158 1711

5 Lowok Waru 3821 1572 Sumber Pemkot Malang 2006

Data di atas menunjukkan jumlah rumah tangga miskin yang ada di kota malang

di masing-masing Kecamatan Dari 5 kecamatan yang ada dikota Malang jumlah

kemiskinannya adalah sebagai berikut Kecamatan yang paling tinggi angka

kemiskinannya adalah kecamatan Kedungkandang yaitu sebesar 2730 kecamatan

Sukun sebesar 2574 kemudian Kecamatan Lowok Waru sebesar 1572

Kecamatan Blimbing 1711 dan angka terendah Rumah tangga miskinnya adalah

kecamatan Klojen yairu sebesar 1412

Gambar

Jumlah keluarga Miskin di Kota Malang

0 1 2 3 4 5 6 7

Kedungkandang

Sukun

Klojen

Blimbing

Lowok Waru

Jumlah Rumah Tangga

32

Berdasarkan gambaan di atas jumlah rumah tangga miskin di kota malang

berada pada daerah-daeah tertentu (Kedungkandang dan Sukun) wilayah ini merupakan

wilayah pinggiran kota yang padat dengan jumlah penduduknya Kecamatan

Kedungkandang merupakan daerah yang umumnya pdat penduduk dan daerah tersebut

merupakan daerah pinggiran kota serta rata-rata penduduknya memiliki mata

pencaharian pedagang Daerah tersebut juga merupakan daerah pusat-pusat industri

kecil dan yang lebih telihat bahwa kebanyakan rumah tangga miskin bertempat tinggal

di daerah aliran sungai brantas (DAS Brantas) serta di pinggiran jalur kereta api

Berbeda halnya dengan kecamatan Sukun daerah ini selain terdapatnya pusat

perdagangan juga merupakan daerah industri kecil (home industri) Keberadaan rumah

tangga miskin selain rata-rata kehidupannya berdagang juga bertempat tinggal pada

daerah-daerah perkampungan

33 Aspek Kultural Pada Masyarakat Miskin

Urbanisasi merupakan salah satu faktor pemicu perkembangan kota terjadinya

perpindahan penduduk dari desa ke kota disebabkan oleh berbagai faktor baik faktor

pearik maupun pendorong perkembangan industri dan perdagangan di kota merupakan

faktor penarik yang menyebabkan orang untuk berdatangan dan tinggal di daerah

perkotaan Keinginan untuk dapat mendapatkan penghasilan dan pekerjaan yang lebih

baik untuk mencukupi kebutuhan hidup merupakan penyebab utama terjadinya

urbanisasi Namun kondisi tersebut tidak seiring dengan kualitas pendidikan dan

ketrampilan yang memadai sehingga mereka tidak dapat ditampung di sektor formal

melainkan menggantungkan hidupnya pada sektor informal yang kurang menentu

Selain itu yang menjadi faktor pendorong terjadinya urbanisasi adalah kondisi fasilitas di

daerah asal (pedesaan) kurang memadai serta semakin menyempitnya lahan pertanian

dan peluang pekerjaan

Pertambahan penduduk di kota yang sangat tinggi menyebabkan berbagai

permasalahan sosial permasalahan yang muncul adalah adanya perkampungan kumuh

dan perumahan liar di pinggiran kota dan umumnya di daerah pinggiran aliran sungai

brantas (DAS) Masalah tersebut disebabkan oleh ketidak mampuan masyarakat miskin

perkotaan untuk memiliki rumah yang layak huni Penyebab lainnya adalah ketidak

mampuan pemerintah kota untuk menyediakan sarana bagi masyarakat miskin

33

perkotaan Pembangunan perkotaan senantiasa bukan memberikan solusi dalam

pengentasan kemiskinan perkotaan melainkan sebaliknya yaitu menjadikan proses

penggusuran dan semakin terdesaknya kehidupan masyarakat miskin tersebut

Tabel

Daerah Asal Responden sidoarjo

NoJenis

Pekerjaan Responden

Jawa Timur Non

Madura

Madura Jawa Barat

Jawa Tengah

Luar Jawa

jumlah

1Tidak

Bekerja

2Buruh Pasar

8 1 1 10 1011 7 7

3Kuli

Bangunan

7 2 1 10 1010 14 7

4 Pemulung

9 9 913

5 Pedagang

10 10 1014

6 Becak

8 1 2 11 1111 7 14

7Sopir

Angkutan

10 10 1014

8 Wiraswasta

8 6 14 1411 43

9 Bengkel

10Buruh Pabrik

8 2 10 1011 14

11 Lain-lain

2 2 10 14 143 14 71

Jumlah 70 14 0 14 0 98 100

Dari data diatas sebagian besar kaum migrant untuk setiap profesi berasal dari

jawa timur Di definisikan jawa timur karena seluruh masyarakat urban berasal dari jawa

timur kecuali Madura Ada beberapa alasan dari responden mengapa mereka

melakukan urbanisasi salah satunya adalah untuk memperbaiki taraf ekonomi karena

kabupaten sidoarjo dianggap sebagai kabupaten yang memiliki potensi yang cukup

34

tinggi dalam bidang industry Profesi terbanyak yang diminati oleh pendatang adalah

sebagai pedagang dan sebagai sopir

Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin

pada kabupaten sidoarjo dapat diperhatikan gambar di bawah ini

Gambar

Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin

35

Tabel

Daerah Asal Responden pasuruan

NoJenis

Pekerjaan Responden

Jawa Timur Non

Madura

Madura Jawa Barat

Jawa Tengah

Luar Jawa

jumlah

1 Tidak Bekerja

2 Buruh Pasar

4 4 24

3 Kuli Bangunan

5 5 55

4 Pemulung

10 10 1011

5 Pedagang

20 20 2022

6 Becak

8 2 10 109 33

7Sopir

Angkutan

0 0

8 Wiraswasta

0 0

9 Bengkel

10 Buruh Pabrik

15 4 19 1916 67

11 Lain-lain

30 30 3133

Jumlah 92 6 98 98 98

Sama seperti pada kabupaten sidoarjo sebagian besar pendatang adalah dari

wilayah jawa timur Pendatang sebagian besar berprofesi sebagai pedagang karena

wilayah sidoarjo selain sebagai sentra industry provinsi jawa timur juga sebagai urat nadi

perekonomian jawa timur Sehingga bagi para pedagang akan sangat menguntungkan

karena di lewati dari berbagai wilayah di jawa timur

Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin

pada kabupaten pasuruan dapat diperhatikan gambar di bawah ini

Gambar

36

Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin

Tabel 5Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan di kota malang

Lama Tinggal (Tahun)Kecamatan

pddkAsli le 2 3 - 6 7 - 9 ge 10

Jumlahrespondn

Kedung kandang10

(1053)- 3

(316)11

(1158)71

(1473) 95

18 - - 15 52

37

Sukun (2118) (1764) (6118) 85

Klojen9

(1200)5

(667)12

(1600)9

(1200)40

(5333) 75

Blimbing8

(100)2

(25)- 8

(100)62

(775) 80

Lowok Waru15

(1923)- - 7

(897)56

(7180) 78

Sumber Data Primer

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa dari responden (keluarga miskin)

perkotaan sebagian besar bukan penduduk asli daerah kota Malang melainkan

pendatang yang merupakan kaum migran dan menetap di kota Malang kecamatan

kedung Kandang merupakan daerah yang padat penduduknya dimana 1473

menunjukkan jumlah responden yang sudah lama tinggal di kota malang (di atas 10

tahun) bahkan beberapa responden sudah turun-menurun dari keluarga mereka

Kecamatan Sukun yang merupakan kaum pendatang yang tinggal di kota Malang sudah

puluhan tahun sebanyak 6118 dari responden yang ada Kecamatan Klojen sebesar

5333 Kecamatan Blimbing sebanyak 775 dan untuk kecamatan Lowok Waru

sebanyak 7180 dari masing-masing responden di tingkat kecamatan Kondisi ini

menjelaskan bahwa masyarakat miskin perkotaan adalah rata-rata kaum migran yang

sengaja datang ke kota Malang untuk mencari kehidupan yang lebih baik dari daerah

asal mereka Umumnya mereka datang sebagai migran tetap dan keberadaan mereka

sudah terbiasa hidup dalam kondisi serba kekurangan Beberapa responden yang

ditemui juga menjelaskan bahwa sebagai kaum pendatang sudah tidak asing lagi

dengan kehidupan masyarakat di kota Malang Umumnya mereka membaur dengan

masyarakat pendatang lainnya dengan hidup di kepadatan penduduk kota Malang

Salain dilihat dari lamanya masayarakat pendatang (migran tetap) tinggal di kota

Malang dapat pula dijelaskan mengenai temapat asal (daerah asal) responden untuk

melihat derah asal rumah tangga miskin perkotaan dapat kita bagi dengan

menggunakan batasan daerah (wilayah) Dimana wilayah pembagiannya adalah

mereka yang berasal dari daerah Jawa Timur (non-Madura) daerah Madura daerah

Jawa Tengah Jawa Barat dan Luar Jawa Adapun gambaran daerah asal rumah

tangga miskin perkotaan dapat dilihat pada tabel berikut

38

Tabel

Daerah Asal Responden

Daerah

Asal

Kecamatan

Jawa

Timur

Non-

Madura

Madur

a

Jawa

Tengah

Jawa

Barat

Luar

Jawa

Jumlah

Respond

n

Kedung kandang21

(2470)52

(6118)9

(1059)3

(353)- 85

Sukun19

(2836)28

(4179)12

(1791)8

(1194)- 67

Klojen9

(1364)49

(7424)5

(758)3

(454)- 66

Blimbing31

(4306)33

(4563)6

(833)2

(278)- 72

Lowok Waru28

(4444)21

(3333)9

(1429)5

((794)- 63

Sumber Data Primer

Berdasarkan data pada tabel di atas menunjukkan bahwa umumnya kaum

migran berasal dari daerah Jawa Timur dan daerah Madura Untuk kecamatan Kedung

Kandang sebesar 6118 berasal dari Madura kemudian Kecamatan Sukun 4179

kaum Migran berasal juga dari Madura Kecamatan Klojen 7424 Kecamatan Blimbing

sebesar 4563 dan kecamatan Lowok Waru sebesar 3333 Dari kelima kecamatan

tersebut yang banyak di datangi oleh migran yang berasal dari daeah Madura adalah di

Kecamatan Kedung Kandang (6118) dan Kecamatan Klojen (7424) dan mereka

sengaja tinggal di dekat pusat perkotaan dengan tujuan memudahkan untuk aktifitas

kegiatan pekerjaannya yang rata-rata bergelut disektor informal (pedagang kaki lima)

331 Kondisi Tempat Tinggal Masyarakat Miskin Perkotaan

Dilihat dari tempat tinggal masyarakat miskin perkotaan rata-rata kondisi tempat

tinggalnya dengan model bangunan semi permanen dan permanen sederhanan dengan

memanfatkan kondisi tanah yang rawan bencana (longsor kebisingan kumuh dan

sebagainya)

Tabel

Kondisi Fisik Bangunan Rumah RTM

39

Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan

Kondisi Fisik RumahKecamatan

Sesek(papan)

SemiPermanen Permanen

Jumlahrespondn

Kedung kandang

11(1158)

52(5474)

32(3368) 95

Sukun20

(2353)33

(3882)32

(3765) 85

Klojen5

(667)31

(1733)39

(5200) 75

Blimbing3

(375)13

(1625)64

(8000) 80

Lowok Waru9

(1154)24

(3077)45

(5769) 78

Sumber Data Primer

dari data primer (tabel) menunjukkan bahwa sebagian besar tempat tinggal

masyarakat miskin perkotaan adalah semi permanen dan permanen akan tetapi dengan

ukuran ruang (luas bangunan) yang cukup minim Dan umumnya yang mereka lakukan

adalah dengan menyewa tanah dan atau menempati tanah rawan musibah adapun

kondisi perumahan masyarakat miskin perkotaan dapat dilihat pada gambar berikut

Gambar

Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin Perkotaan

40

Dari gambar di atas terlihat bahwa kondisi tempat tinggal mereka sangat rawan

dengan terjadinya bencana dan kekumuhan kondisi ini selain rawan terhadap adanya

bahaya tersebut juga sangat rawan dengan permasalahan kesehatan

34 Analisa Spasial

Informasi mengenai tipologi perekonomian masyarakat akan sangat membantu

pemerintah dalam menentukan kebijakan ekonomi di masa mendatang Dari informasi

tersebut dibuatlah peta potensi ekonomi dengan maksud merelevansikan antara potensi

ekonomi daerah dan kebijakan ekonomi Selain itu jika kebijakan ekonomi hanya

terfokus di suatu wilayah tertentu akan berdampak pada ketimpangan pertumbuhan

ekonomi Seperti dijelaskan sebelumnya inventarisasi sarana ekonomi sebuah wilayah

dilakukan dengan menggunakan pendekatan tipologi suatu wilayah Melalui pendekatan

ini selanjutnya dapat digambarkan wilayah majemuk dengan fenomena yang kompleks

dengan beberapa persamaan di dalamnya Maksudnya bahwa pada tipologi suatu

wilayah ada relevansinya dengan keberadaan potensi ekonomi maupun potensi sarana

ekonomi di wilayah tersebut Ini menandakan bahwa kebijakan pengembangan ekonomi

suatu wilayah diperlukan pengadaan sarana ekonomi yang tepat sedikitnya sesuai

dengan kondisi wilayah yang dibangun termasuk karakteristik kegiatan ekonomi yang

dilakukan oleh masyarakat setempat sehingga keberadaan sarana tersebut mampu

mendorong aktivitas ekonomi masyarakat dan pada akhirnya mengentaskan dan

menanggulangi kemiskinan

41

Di wilayah kabupaten pasuruan terdapat berbagai macam potensi ekonomi yang

belum tersentuh pengembangannya oleh pemerintah daerah Potensi yang terdapat di

wilayah tersebut bukan hanya pada potensi sumber daya alam melainkan juga potensii

sumber daya manusianya Untuk wilayah ssidoarjo perlu adanya perhatian mendalam

pada pengembangan sumber daya manusia karena di wilayah tersebut banyak sekali

potensi industri yang dapat berkembang Sedangkan untuk daerah malang hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa disinyalir masih terdapat kegiatan ekonomi maupun

sarana ekonomi yang menunjang kegiatan tersebut belum dimanfaatkan secara optimal

Keadaan ini menjadikan keduanya masih bersifat potensial dan memerlukan

penanganan pengelolannya agar dapat diperoleh output yang optimal pula Pengelolaan

optimal tersebut tentu masih memerlukan suatu pengkajian tersendiri untuk mengukur

sampai sejauh mana tingkat feasibilitasnya

Potensi sarana ekonomi kabupaten ssidoarjo kabupaten pasuruan dan Kota

Malang merujuk pada sarana ekonomi (dalam bentuk fisik) yang teridentifikasi di setiap

daerah maupun yang sudah terkompilasikan di tingkat kabupaten dan kota Potensi

tersebut dapat di petakan pada masing-masing kabupaten di wilayah Jawa Timur

melalui Peta berikut

Gambar Provinsi Jawa Timur

42

Gambar kota Malang

43

keterangan

daerah masyarakat miskin perkotaan

daerah potensi terjadinya kemiskinan

tidak ada potensi terjadnya kemiskinan

Sejalan dengan maksud di atas Pemerintah Kota Malang masih

perlu melakukan kajian mendalam tentang pengembangan potensi wilayah

sebagai salah satu upaya untuk mendukung pemulihan ekonomi yang

bersifat jangka menengah Dukungan kajian ini dilakukan dengan menggali

lebih dalam potensi yang dimiliki setiap kawasan di wilayah Kota Malang

Dengan demikian Pemerintah Kota Malang dengan mudah dapat mengambil

langkah-langkah menumbuh kembangkan potensi sarana ekonomi daerah

44

Kec Blimbing Industri (kecil-

menengah)Pariwisata Pertanianperumahanperdagangan

Kec Kedungkandang Industri (kecil-

menengah)Pertanianperumahan

Kec Sukun Industri kecilPendidikanperumahan

Kec Kolojen perdagangan PendidikanPerhotelanperkantoran

Kec Lowokwaruperumahan PendidikanIndustri (kecil-

menengah)

khususnya yang berada di pusat-pusat kegiatan produksi masyarakat yang

dianggap cukup strategis di Kota Malang

Sejalan dengan semakin meningkatnya peran serta dunia usaha

dan masyarakat di dalam pelaksanaan pembangunan maka program-

program pembangunan Kota Malang perlu disusun dengan

mempertimbangkan keterlibatan mereka Upaya ini dimaksudkan agar

Pemerintah Kota Malang lebih mudah mengefektifkan potensi sarana

ekonomi dan mengarahkannya untuk kepentingan pembangunan yang lebih

konsisten efektif dan efisien serta berkelanjutan dalam menanggulangi

kemiskinan

Secara keseluruhan penduduk miskin di wilayah kota malang masih tersebar

merata di seluruh kecamatan Kecuali di kecamatan Lowokwaru sebagian besar di

kecamatan ini tidak ada potensi kemiskinan Hal tersebut dikarenakan banyaknya

industry pendidikan seperti UMM UNISMA UNIGA Brawijaya ITN UM dll Dengan

banyaknya perguruan tinggi di wilayah tersebut maka potensi perekonomian semakin

besar Tidak sedikit masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang makanan karena

untuk memnuhi kebutuhan para mahasiswa

Pada data dikatakan bahwa rata-rata pendapatan di kecamatan Lowokwaru

masih besar padahal menurut analisis spasial potensi terjadinya kemiskinan sangat

kecil Pada analisi ekonomi diindentifikasi bahwa banyak masyarakat yang

berpendapatan dibawah 400 ribu Hal tersebut terjadi pada masyarakat yang tinggal di

daerah pesisir sungai Masih banyak masyarakat yang tinggal di Daerah Aliran Sungai

tidak memiliki kesempatan kemampuan untuk bersaing dengan masyarakat yang tidak

tiggal di Daerah Aliran Sungai Di perkirakan masyarakat yang menempati DAS

merupakan masyarakat pendatang yang berurbanisasi dengan tidak membawa suatu

keahlian

Potensi kemiskinan terbesar dapat terjadi di Kecamatan Sukun Banyak

masyarakat di daerah ini yang memiliki pendapatan dibawah 400 ribu Jika kita

bandingkan dengan kecamatan Lowokwaru potensi kemiskinan di daerah kecamatan

Sukun tidak hanya terjadi di DAS namun juga pada masyarakat lainnya Banyak faktor

yang mengindikasikan potensi kemiskinan salah satu faktor utama adalah sulitnya

pemasaran dan persaingan yang ketat Meski kegiatan masyarakat di kecamatan

Lowokwaru dengan kecamatan Sukun relatif sama namun di kecamatan Lowokwaru

45

pemasaran barang dan jasa yang diproduksi tidak sesulit di kecamatan Sukun meski

ada persaingan

Hampir memeratanya potensi masyarakat miskin di kecamatan Sukun

menimbulkan dampak di kecamatan Kedungkandang terutama di perbatasan diantara

kedua kecamatan tersebut Menurut survey yang dilakukan memang sebagian besar

masyarakat miskin berpotensi di DAS Dapat dilihat di peta bahwa gambar merah

bersinggungan antara kedua kecamatan dan di kedua wilayah tersebut dialiri sungai

yang sama namun jika kita lihat kebawahnya warna kecamatan Kedungkandang mulai

ada yang Hijau Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat diluar DAS mempunyai

usaha yang berhubungan positif dengan pendapatan seperti pertanian

Berbeda halnya di kecamatan Klojen kecamatan ini merupakan pusat

pemerintahan kota Malang Banyak warga di kecamatan ini yang berprofesi sebagai

pegawai negeri sipil Memang masih terindikasi adanya kemiskinan di daerah tersebut

namun kemiskinan itu timbul karena mereka yang tidak mempunyai kesempatan dan

daya tawar diri mereka Kebanyakan yang tidak memiliki daya tawar diri yang tinggi

adalah mereka para pendatang yang tidak membawa keahlian kemudian mereka

tinggal di DAS dan berprofesi sebagai buruh tani buruh pabrik ataupun yang lainnya

yang tidak membutuhkan keahlian lebih

Bab V Kesimpulan dan Saran

Setelah melalui beberapa tahapan analisis dalam mengidentifikasi kemiskinan

perkotaan di beberapa wiayah Jawa Timur terdapat beberapa kesimpulan yaitu

1 Didapat bahwa sebaran penduduk miskin berkosentrasi pada daerah

sepanjang aliran sungai dan ada beberapa kota yang mengindikasikan

bahwa penduduk miskin berasal dari pendatang dari luar kota

2 Dalam penanggulangan kemiskinan pemerintah sudah banyak

mengeluarkan berbagai macam program pengentasan kemiskinan seperti

P2K P2KP BLT dll namun dalam aplikasinya banyak program yang belum

tepat sasaran

3 Ada beberapa karakteristik yang menarik dalam pengentasan kemiskinan

diantaranya bahwa dalam mengentaskan masyarakat miskin metode yang

46

diterapkan lebih kepada pembinaan keahlian dan mentalitas karena

seperti yang terdapat di kota malang masyarakat miskin dipicu dari

kebiasaan atau mentalitas dari masyarakat tersebut dalam kehidupan

sehari-hari Riset menemukan meskipun masyarakat miskin diberikan

bantuan uang seperti BLT namun bantuan tersebut tidak diperuntukkan

kepada pengembangan usaha namun habis untuk konsumsi begitu pula

dengan program ndash program pengentasan kemiskinan yang lainnya

Saran

Dalam pengentasan kemiskinan disarankan kepada pemerintah untuk mencari

data kemiskinan yang akurat dengan tujuan pemberian bantuan dalam rangka

pengentasan kemiskinan dapat terserap tepat pada masyarakat yang dituju Selain itu

untuk mengentaskan masyarakat yang bertipikal ldquokultur miskinrdquo harus banyak diberikan

pelatihan dan pembinaan mental

47

DAFTAR PUSTAKA

Blakely Edward J (1989) Planning Local Economic Development Theory and Practice Sage Library of Social Research 168 Sage Publication

BPS (1999) Perkembangan Tingkat Kemiskinan dan Beberapa Dimensi Sosial Ekonominya 1996-1999 Jakarta BPS

Budi Soeradji Mubyarto (1998) Gerakan Penanggulangan Kemiskinan Laporan

Penelitian di Daerah-Daerah Yogyakarta Aditya Media

Faisal Basri (2002) Perekonomian Indonesia Tantangan dan Harapan bagi Kebangkitan Indonesia Jakarta Erlangga

Fei J C H amp Gustav R (1964) Development Economics What Next In a Ranis G P Schulta (Ed) The State of Development Economics

Gunawan Sumodiningrat (1999) Penanggulangan Krisis Harus Memihak Rakyat Disampaikan pada konferensi pers untuk launcing The Economic and Social Survey of Asia and the Pacific 1999 (ESCAP) di UNIC Jakarta

Kuncoro M (2000) Ekonomi Pembangunan Teori Masalah dan Kebijakan (1st ed) Yogyakarta UPP AMP YKPN

Kuncoro M (2004) Otonomi dan Pembangunan Daerah Reformasi Perencanaan Strategi dan Peluang Jakarata Erlangga

Mellor J W (1976) The New Economies of Growth A Strategy for India and the Developing Countries Cornell Cornell University Press

Nurkse R (1953) Problem of Capital Formation in Underdeveloped Countries In Meier Gerald M Leading Issues in Economic Development edisi ke 6 Oxford University Press Oxford

Rintuh Cornelis amp Miar (2005) Kelembagaan dan Ekonomi Rakyat BPFE-UGM Yogyakarta

Sharp Ansel M Charles A Register and Paul W Cerimes (1996) Economics of Social Issues edisi ke 12 Richard D Chicago Irwin

Sumarto Sudarno (2002) ldquoGrowth Inequality and Poverty Evidence from Micro Datardquo Makala dalam The Young Economics Seminar Jakarta World Bank

48

Page 10: Makalah akp

PPK namun sasaran lokasi dititikberatkan pada kecamatan di kawasan perkotaan

dana digunakan sepenuhnya untuk menciptakan kegiatan ekonomi produktif yang berlanjut

dan jajaran aparat pemerintahPengembangan kemampuan dan keterampilan masyarakat lokal diarahkan pada pelaksanaan administrasi pembangunan (UDKP) dan administrasi keuangan (UPK)

dana yang dikembangkan dalam forum UPK sebagai bagian dari pelaksanaan forum UDKP

Pengembangan kelembagaan aparat dilakukan bersama masyarakat melalui mekanisme forum UDKP

prioritas perguliran dana dan peningkatan kapasitas masyarakat melalui jumlah akumulasi modal

5 PDMKE

Dilakukan untuk membiayai kegiatan yang bersifat padat karya

Dilakukan melalui pembangunan dan prasarana amp sarana sesuai permintaan lokal

6 PARUL

Dilakukan melalui bantuan dana yang dipergunakan untuk kegiatan sosial-ekonomi produksi dan distribusi jasa natar kawasan

Pengembangan kemampuan masyarakat diarahkan pada peningkatan kemampuan dan keterampilan untuk memperoleh akses dan meningkatkan keterkaitan pada jalur produksi distribusi dan penyediaan jasa yang

Pengembangan prasarana dilakukan dalam wujud pembangunan prasarana sarana dan penerapan teknologi yang mendukung secara langsung kegiatan ekonomi kawasan

Peningkatan kemampuan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan yang menekankan prakarsa lokal pada kawasan itu

Sistem pemantauan dan pelaporan menekankan peningkatan kapasitas masyarakat dalam kegiatan produksi distribusi dan jasa dalam suatu kawasan ekonomi antara pedesaan dan perkotaan

10

sesuai dengan kapasitas ekonomi kawasan

Sumber Kuncoro (2004)

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa program penanggulangan

kemiskinan yang dilakukan di Indonesia masih bersifat parsial Hal tersebut bisa dilihat

dari hampir semua program yang pernah dilakukan masih bermasalah dalam hal

mensinergikan antara masyarakat miskin dengan masyarakat yang berdaya (non

miskin) pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat Akibat dari kondisi tersebut

penanggulangan kemiskinan tidak efektif tidak mandiri dan tidak berkelanjutan

24 Kelemahan Program Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia

Salah satu penyebab kurang berhasilnya penanggulangan kemiskinan di

Indonesia adalah sistem politik yang cenderung sentralistik Sentralisasi yang sangat

kuat di masa lalu juga berimbas ke kebijakan penanggulangan kemiskinan dimana

hampir semua program penanggulangan kemiskinan bersifat rdquotop-downrdquo dengan

keterlibatan minimal dari pemerintah daerah dalam formulasi kebijakannya Program

atau kebijakan yang sangat rdquotop-downrdquo ternyata juga gagal dalam merefleksikan

pebedaan antar daerah yang kadang-kadang bisa menjadi sangat signifikan Akibatnya

timbul berbagai kegagalan berskala besar dalam program atau kebijakan yang pada

akhirnya berakibat pada dihentikannya program tersebut Berikut ini bentuk atau ciri-ciri

dan kelemahan program penanggulangan kemiskinan yang pernah dilakukan

Tabel 4

Ciri-ciri dan Kelemahan Program Penanggulangan Kemiskinan

Kelemahan Program Upaya Penanggulangan Kemiskinan

Prinsip-prinsip Penanggulangan

Kemiskinan

Perencanaan penentuan sasaran dan kreteria miskin serta pengaturan teknis pelaksanaan yang

Mendidik masyarakat miskin untuk terus menerus menemukenali potensi yang dimiliki baik individu keluarga

Program penanggulangan kemiskinan harus mengarah pada pendekatan yang menyeluruh (multi-sektor)

11

dilakukan oleh pemerintahinstansi pusat (top-down) seringkali tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat atau daerah tertentu

maupun lingkungan (keterampilan material dan sumberdaya alam) sebagai modal dasar untuk meningkatkan kesejahteraan hidup

Program-program yang dilaksanakan secara sektoral sering kali mengakibatan adanya semangat ego-sektoral dan saling tumpang tindih

Mendorong tumbuhnya rasa percaya diri akan kemampuannya untuk lepas dari belenggu kemiskinan

Perencanaan dan penentuan sasaran dilakukan oleh masyarakat bersama aparat dilapangan sehingga sesuai dengan kebutuhan masyarakat

Banyak program penanggulangan kemiskinan yang menempatkan masyarakat sebagai obyek sehingga masyarakat kurang berpartisipasi secara aktif

Menyadarkan bahwa tidak akan ada seseoranglingkungan yang dapat keluar dari genggaman kemiskinan melainkan atas usaha orangkeluargalingkungan itu sendiri

Masyarakat ditempatkan sebagai ldquopelaku utama dalam perang melawan kemiskinanrdquo agar masyarakat berpartisipasi secara aktif

Sulitnya menjaga kontinuitas program (program baru bukan merupakan kelanjutan program lama) mengakibatkan banyak program penanggulangan kemiskinan tidak berkesinambungan

Memberikan pemahaman bahwa masalah penanggulangan kemiskinan merupakan tugas dan tanggungjawab bersama pemerintah dan masyarakat

Pertanggungjawaban kepada pemerintah dan masyarakat untuk membangun keterbukaan dan akuntabilitas

Pertanggungjawaban hanya bersifat administratif kepada pemerintah sehingga tidak terbangun keterbukaan dan akuntabilitas publik akibat pendekatan proyek maka keberhasilan program hanya diukur dengan persentase bantuan yang berhasil

Menciptakan lapangan kerja dan peluang berusaha untuk menguatkan ekonomi masyarakat setempatPenguatan organisasikelompok masyarakat yang ada memberikan bantuan fasilitas (dana dan keahlian) yang dibutuhkan untuk mendayagunakan potensi yang dimiliki

Merupakan program yang berkesinambungan Ukuran keberhasilan ditentukan oleh berdayanya masyarakat untuk keluar dari belenggu kemiskinan danmenguatnya kemampuan ekonomi masyarakat melalui terciptanya akses kepada faktor produksi dan pasar

12

disalurkan dan jumlah sasaran penerima

Sumber Hamid (2003) Dalam Kuncoro (2004)

Sebenarnya perbedaan antara pendekatan ldquotop-downrdquo dan ldquobottom uprdquo tidak

perlu terjadi terjadi apabila sistem politik nasional dan terutama lokal mampu

menciptakan akuntabilitas pemerintah terhadap masyarakatnya Ketiadaan mekanisme

akuntabilitas selain membuat pihak eksekutif dan legislatif kurang tanggap terhadap

keluhan masyarakatnya juga membuat masyarakat tersebut tidak terlalu peduli atas

kualitas layanan publik yang diterimanya ataupun terhadap kebijakan perekonmian

daerahnya Dengan sistem perimbangan keuangan pusat dan daerah saat ini dimana

sebagian besar pajak masih dikuasai pemerintah pusat sangat mudah bagi pemerintah

daerah menyalahkan pemerintah pusat apabila ada ketidakpuasan di kalangan

masyarakat lokal mengenai kualitas layanan publik

Bab III METODE PENELITIAN

1 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini mempunyai tujuan utama membangun model penaggulangan

kemiskinan yang bersifat terpadu berdasarkan aspek spasial ekonomi dan

struktural di masing-masing desakelurahan yang ada di wilayah administrasi Kota

Malang

Berdasarkan pada tujuan utama penelitian ini maka kerangka pikir mengenai

Penyusunan Model Penanggulangan Kemiskinan di Kota Malang dijelaskan pada

Gambar berikut

Gambar 1Bagan Alir Penyusunan Model KulturalStruktural dan Spasial

Sebagai Penanggulangan Kemiskinan

13

AN

AL

ISA

P

ER

MA

SA

LA

HA

N

KE

MIS

KIN

AN

P

ER

KO

TA

AA

N

Aspek StrukturalMengukur Efektifitas

program penanggulangan

kemiskinan yang telah dilakukan

Aspek Ekonomi

Mengukur kondisi ekonomi

masyarakat miskin

Aspek SpacialMengukur kondisi

geografi dan topografi

(lingkungan fisik) masyarakat miskin

OutputKesenjangan

antara program

dgn kebutuhan

OutputProses generasi

tingkat

pendidikan jenis pekerjaan

OutputKondisi

Geografitopografi

PorsesIdentifikasi

ermasalahan kemiskian perkotaan

OUTPUT

Database Permasalahan kemiskinan Profil kemiskinan Isue Strategis

OutputWork Plan

Penanggulangan

Kemiskinan

OutputMaster Plan

PenanggulanganKemiskinan

Sebagaimana telah dikemukakan di atas upaya penaggulangan kemiskinan

dilakukan dengan pendekatan spasial ekonomi dan struktural Pendekatan tersebut

pada dasarnya bertujuan untuk menghasilkan model penanggulangan kemiskinan yang

bisa menghasilkan rencana strategis dan program kerja penanggunalangan kemiskinan

secara terpadu dan berkelanjutan di Kota Malang Setidaknya ada 5 (lima)

komponenkegiatan utama yang perlu dilakukan Kegiatan-kegiatan tersebut meliputi

1 Identifikasi dan Analisis Kondisi Eksisting masing-masing kota

Tujuan utama kegiatan ini adalah untuk memahami kondisi setiap desakelurahan

dan kecenderungan perkembangan dalam kurun waktu perencanaan Adapun informasi

yang perlu dikumpulkan dikaji dan dianalisis meliputi gambar mengenai kondisi fisik

sosial ekonomi desakelurahan kebijakan dan program-program yang terkait dengan

pengembangan desa perkembangan sektor-sektor ekonomi desa dan kondisi sistem

prasarana Semua informasi ini diharapkan dapat menggambarkan eksisiting yang

tengah berlangsung (on-going) maupun yang akan dikembangkan (commited)

2 Identifikasi Potensi dan Permasalahan Kemiskinan

Berdasarkan analisis terhadap kondisi wilayah dan kecenderungan

perkembangannya diidentifikasi potensi ekonomi yang mampu mendukung

pembangunan wilayah masing-masing Kota Identifikasi yang dimaksud meliputi

antara lain

Potensi desakelurahan yang terkandung baik yang sudah

dimanfaatkan belum dimanfaatkan maupun potensial diperkirakan

ada di desa Terkait dengan hal ini adalah identifikasi sektor unggulan

atau komoditi unggulan

Kendala-kendala dalam pengembangan potensi ekonomi baik dalam

kaitannya dengan bidang prasarana keuangan dan kebijakan

sehingga menimbulkan kemiskinan pada masyarakat setempat

3 Penyusunan Skenario Penanggulangan Kemiskinan

Skenario penanggulangan kemiskinan berisi antara lain pemanfaatan ruang dan

struktur ruang (pengembangan sektor-sektor unggulan kawasan dan sistem

14

prasarana) yang merupakan acuan pengembangan desa Skenario ini disusun

berdasarkan potensi pengembangan Kota

4 Perumusan Model Penaggulangan Kemiskian

Rumusan model penaggulangan kemiskinan yang dimaksud berisi program-

program pengembangan sektor kota dan sistem prasarana dasar Program-

program ini dirumuskan dalam rangka mendukung pencapaian skenario-skenario

yang telah dirumuskan

5 Rekomendasi Pola Pelaksanaan Program-Program Pengentasan Kemiskinan

Program-program yang layak untuk diimplementasikan selanjutnya dikaji pola

pelaksanaannya Dalam hal ini pola pelaksanaan yang dimaksud

memperhitungkan seluruh pelaku pembangunan yaitu pemerintah swasta dan

masyarakat

2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Kegiatan penyusunan model penanggulangan masyarakat miskin di Kota Malang

akan melakukan survei di seluruh wilayah yang termasuk dalam wilayah admisnistratif Kota

Malang Pasuruan Sidoarjo

Analisis dan penyusunan model penaggulangan kemiskinan dilakukan secara

bertahap tahapan tersebut didasarkan pada aspek kegiatan yang diukur dan dianalisis

Penelitian ini akan dilakukan dua tahap dinama setiap tahap penelitian diperkirakan

akan menghabiskan waktu plusmn 11 bulan jadi secara keseluruhan penelitian akan

menghabiskan waktu plusmn 22 bulan

3 Definisi Operasional Variabel

Aspek yang digunakan untuk membanguan model penanggulangan

kemiskinan di Kota Malang ada tiga aspek yaitu 1) Struktural atau Kelembagaan 2)

Aspek Kultural dan 3) Aspek Spasial (wilayah)

1) Aspek Struktural

Dalam aspek ini akan dilihat sejauhmana keterpaduan program-program yang

telah dilakukan oleh pemerintah baik pusat maupun daerah dengan kapasitas

15

dan kebutuhan masyarakat miskin Aspek struktural atau kelembagaan

mempunyai dua sub-indikator yaitu 1) Sub-indikator kebijakan pemerintah dan

2) Sub-indikator kapasitas sosial masyarakat (social capacity) Masing-masing

sub-indikator mempunyai variabel total variabel untuk mengukur indikator

aspek struktural atau kelembagaan sebanyak 8 variabel

Variabel-variabel yang digunakan dalam aspek struktural atau kelembagaan

dalam melakukan pengukuran terhadap desakelurahan dapat dilihat pada

tabel berikut

Tabel 5

Jumlah Sub Indikator dan Variabel Dari Aspek Struktural

No Sub Indikator

Variabel Diskripsi

1 Kebijakan Pemerintah (3 variabel)

- Program penanggulangan kemiskinan yang berasaldari pemerintah pusat

- Program penanggulangan kemiskinan yang berasaldari pemerintah propinsi

- Program penanggulangan kemiskinan yang berasaldari pemerintah daerah kabupaten

- Program penanggulangan kemiskinan yang berasal dari perangkat desa

Mengukur seberapa besar keterlibatan pemerintah baik pusat maupun daerah dalam upaya penanggulangan kemiskinan

2 Kapasitas sosial masyarakat(6 variabel)

- Gengsi sosialorang miskin

- Nilai adatbudaya dan agama terhadap orang miskin

- Rasionalitas penduduk miskin (semangat membebaskan diri dari kemiskinan)

- Budaya dan etos kerja- Semangat gotong

royong- Keperdulian

Mengukur seberapa besar social capital masyarakat miskin dalam keluar dari kemiskinan

16

masyarakat sekitar terhadap orang miskin

2) Aspek Kultural

cultural poverty adalah suatu budaya yang terjadi karena penderitaan ekonomi

(economic depretiation) yang berlangsung lama Berdasarkan penelitian pada

beberapa kebudaya kelompok etnik ditemukan bahwa kemiskinan adalah salah

satu sub-kultur masyarakat yang mempunyai kesamaan ciri antar etnik satu

dengan etnik yang lain Dalam aspek ini akan dilihat seberapa besar potensi

kemiskinan yang tercipta akibat dari kultur atau kebudayaan yang sudah

berlangsung di suatu wilayah Aspek kultural ini akan mencakup 1) tingginya

angka pengangguran 2) tingkat upahtinggi rendahnya gaji dan 3) sistem

ekonomi yang terlalu berorientasi pada mencari keuntungan

Variabel-variabel yang digunakan dalam aspek ekonomi dalam melakukan

pengukuran terhadap desakelurahan dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 6

Jumlah Sub Indikator dan Variabel Dari Aspek Struktural

No Sub Indikator Variabel Diskripsi1 Tingginya

angka pengangguran

- Lama bekerja- Banyaknya pekerja

dalam satu rumah

Mengukur seberapa besar tingkat pengangguran di suatu wilayah

2 Tingkat Upah - Besarnya gaji perbulan

- Ada tidaknya bonus

Mengukur seberapa besar kenaikan upah yang berhubungan dengan kesejahteraan masyarakat

3 Sistem Ekonomi

- Tujuan bekerja- Langkah untuk

memenuhi kebutuhan

Mengukur sebesarapa penting antara kebutuhan dan penimbunan kekayaan

3) Aspek Spasial

Dalam aspek ini akan dilihat seberapa besar konsisi wilayah (space) mampu

mendorong proses penanggulanagan kemiskinan Aspek spasial atau wilayah

mempunyai dua sub-indikator yaitu 1) Sub-indikator Kondisi geografis dan 2)

Sub-indikator Aksesibilitas sarana dan prasarana Masing-masing sub-indikator

17

mempunyai variabel total variabel untuk mengukur indikator aspek struktural

atau kelembagaan sebanyak 6 variabel

Variabel-variabel yang digunakan dalam aspek spasial atau wilayah dalam

melakukan pengukuran terhadap desakelurahan dapat dilihat pada tabel

berikut

Tabel 7

Jumlah Sub Indikator dan Variabel Dari Aspek Spasial

No Sub Indikator

Variabel Diskripsi

1 Kondisi geografis(4 variabel)

- Letak geografis- Topografi- Kondisi jalan- Kondisi jembatan

Mengukur sejauhmana kondisi geografis mampu bermanfaat untuk pemberdayaan masyarkat miskin

2 Aksesibilitas terhadap sarana dan prasarana(5 variabel)

- Akses terhadap pasar- Akses terhadap sarana

pendidikan- Akses terahadap

fasilitas kesehatan- Akses terahadap

aktivitas produksi

Mengukur tingkat kemudahan akses terhadap sarana dan prasarana pokok untuk penanggulangan kemiskinan

4 Jenis Data

Dilihat dari sumbernya data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua

jenis yaitu data sekunder dan data primer

1 Data Sekunder

Data ini merupakan data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain Adapun data

sekunder yang akan digunakan dalam penelitian ini diantaranya seperti Jumlah

penduduk luas desa topografi desa monografi desa letak geografi desa dan

lain-lain

2 Data Primer

Data ini merupakan data yang diperoleh langsung dari obyek penelitian Adapun

data primer yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya seperti data yang

18

digunakan untuk mengukur indikator kelembagaan indikator tipologipenyebab

kemisikinan indikator sumberdaya dan potensi ekonomi dan lain-lain

5 Teknik Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam pengumpulan informasi dan data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah Participatory Rural Appraisal (PRA) meliputi

1 Wawancara yaitu metode pengumpulan data dengan wawancara secara

mendalam dengan key-person (formal dan informal leaders) untuk

mengidentifikasi kebutuhan (needs) masyarakat

2 Dokumentasi yaitu metode pengumpulan data sekunder yang dimiliki oleh

responden lembaga ekonomi dan sosial maupun instansi teknis terkait

3 Observasi ( pengamatan) dan survei lapang

Dalam hal meyakinkan data dan informasi yang diperoleh dari responden

peneliti mengadakan pengamatan dan survei lapang secara langsung terhadap

obyek yang diamati mendengar serta mencatat hasil temuan lapang

4 Pengumpulan Data Sekunder

Selain dukungan data primer yang menjadi sumber data utama penelitian ini juga

menggunakan data sekunder yang diperoleh dari dokumen-dokumen serta catatan-

catatan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti Dokumen yang dimaksud

adalah jumlah keluarga miskin yang diperoleh dari Badan Perencanaan Kota

(Bapekot) Malang Catatan Sipil Kota malang (data Penduduk Kota malang sampai

dengan bulan Februari 2006) dan statistik kecamatan dari tiga kecamatan yang

diterbitkan oleh Kantor Statistik Kota Malang 2006

5 Focus Group Discussion (Diskusi Kelompok)

Peneliti melaksanakan diskusi dengan obyek penelitian ketika peneltian lapang akan

dilakukan Kegiatan ini pertama dilakukan adalah dimaksudkan untuk

mensosialisasikan pelaksanaan pengumpulan data (sebagai kegiatan penting

penelitian ini) kepada para sekretaris kecamatan dan seluruh sekretaris

desakelurahan yang diperkirakan menjadi sasaran dari kegiatan penelitian lapang

Berbagai informasi yang disampaikan dalam kegiatan sosialisasi ini antara lain

meliputi pentingnya dilaksanakan kegiatan inventarisasi dan pemetaan kemiskinan

di Kabupaten Sumenep proses pengumpulan data dan hasil akhir yang dihasilkan

kegiatan ini Melalui kegiatan ini dicapai jalinan suatu kebersamaan antara peneliti

19

dengan calon responden (subyek yang diteliti) sehingga dapat diperoleh data yang

optimal

Diskusi kelompok kedua dilakukan pada saat menjelang kegiatan ini berakhir

Diskusi ini dilakukan dengan stakeholders tingkat kota dimaksudkan untuk

mengoptimalkan hasil temuan lapangan Dikusi kelompok ini diarahkan kepada

upaya-upaya mengklarifikasi hasil temuan lapangan mendapatkan koreksi dan

masukan serta kesepakatan tentang hasil akhir kegiatan ini

6 Alat Analisis

Analisis dilakukan dengan memadukan pendekatan struktural (data

kuantitatif dan kualitatif) ekonomi (potensi sumberdaya pemabngunan) dan spasial

(pemetaan) Maksudnya bahwa dari himpunan data yang telah dikompilasi

dilakukan analisis statistik sederhana dengan lebih banyak menggunakan tabulasi

silang dan perhitungan-perhitungan statistik yang secara mudah dapat dipahami

Himpunan data tersebut selanjutnya diinterpretasikan dan dirancang dengan

menempatkan hasil analisis tersebut ke dalam peta (pendekatan spasial)

Pemetaan tersebut dimaksudkan untuk menentukan tata letak potensi sarana

ekonomi yang dimaksud oleh penelitian ini paling tidak untuk

1) memahami keberadaan keluarga miskin baik melalui data struktural maupun

melalui tampilan peta setiap desakelurahan

2) memahami secara terintegrasi keberadaan masyarakat miskin di Kota malang

dalam perspektif kepentingan ekonomi dan pembangunan Kota Malang ke

depan

Selain menggunakan pendekatan di atas penelitian ini juga menggunakan

metode Performance-Importance Analysis dalam menjawab tujuan yang akan dicapai

Analisis ini digunakan untuk melihat tingkat kesenjangan (gap) antara atribut kinerja

pelayanan publik (performance) yang telah dilakukan oleh pemerintah melalui dinas-

dinas terkait penanggulangan kemiskinan di Kota Malang dengan persepsi tingkat

kepentingan (importance) akan atribut-atribut yang dibutuhkan

Pengukuran tingkat kepentingan dan performance dilakukan dengan cara

menyebarkan kuesioner bagi masyarakat miskin yang menjadi obyek penelitian

Responden akan diminta untuk memberikan penilian atau persepsi mereka terhadap

sejauh mana layanan yang telah diberikan pemerintah melalui dinas-dinas terkait di Kota

Malang (performance) terhadap penanggulangan kemiskinan Dengan memberikan

20

penilaian atas atribut yang mereka anggap paling dibutuhkan saat ini (importance)

dengan asumsi bahwa obyek penelitian mengerti sejauh mana kinerja atribut pelayanan

publik yang telah dilakukan dinas-dinas terkait dan berkompeten dalam penanggulangan

kemiskinan

Dari analisis Kuadran akan diketahui pada kuadran manakah suatu atribut

berada sehingga nantinya dapat digunakan sebagai instrumen untuk

merekomendasikan tindakan atau kebijakan yang seharusnya dilakukan bagi

keberhasilan penanggulangan kemiskinan di Kota Malang

Bab 4 Hasil analisis

1 Gambaran geografis Jawa Timur

Jawa Timur adalah sebuah provinsi di bagian timur Pulau Jawa Indonesia

Ibukotanya adalah Surabaya Luas wilayahnya 47922 kmsup2 dan jumlah penduduknya

37070731 jiwa (2005) Jawa Timur merupakan provinsi terluas diantara 6 provinsi di

Pulau Jawa dan memiliki jumlah penduduk terbanyak kedua di Indonesia setelah Jawa

Barat Jawa Timur berbatasan dengan Laut Jawa di utara Selat Bali di timur Samudra

Hindia di selatan serta Provinsi Jawa Tengah di barat Wilayah Jawa Timur juga

meliputi Pulau Madura Pulau Bawean serta sejumlah pulau-pulau kecil di Laut Jawa

dan Samudera Hindia

Jawa Timur dikenal sebagai pusat Kawasan Timur Indonesia dan memiliki

signifikansi perekonomian yang cukup tinggi yakni berkontribusi 1485 terhadap

Produk Domestik Bruto nasional Pembagian wilayah administrasi Pemerintah Propinsi

Jawa Timur pada tahun 2003 sd tahun 2007 terbagi dalam 4 (empat) Badan Koordinasi

Wilayah Pembantu Gubernur 29 Kabupaten dan 9 Kota serta jumlah kecamatan

berjumlah 642 kecamatan Perwakilan kecamatan sejak tahun 2003 telah ditiadakan

sebelumnya berjumlah 114 dan Kota Administratif Batu sejak tahun 2003 telah menjadi

Kotasedang Kota Administratif Jember berdasarkan peraturan perundangan telah

21

dicabut dengan demikian Jember hanya sebagai Kabupaten Jumlah kelurahan

sebanyak 785 Kelurahan dan Desa sebanyak 7680 desa

Table 8

Pembagian Wilayah Administrasi Provinsi Jawa Timur

Uraian 2001 2002 2003 2004 2005 2006Badan koordinasi wilayah 4 4 4 4 4 4Jumlah Kabupaten 29 29 29 29 29 29Jumlah kota 9 9 9 9 9 9Jumlah Kecamatan 642 642 642 642 657 657Jumlah Kelurahan 784 784 784 784 784 784Jumlah Desa 7715 7715 7715 7715 8484 8484

Sumber Biro Pemerintahan dan Otoda Setda Prop Jatim amp Jatim Dalam Angka 2006

2 Gambaran geografis

a gambaran geografis kabupaten Pasuruan

Kota Pasuruan adalah ibu kota Pasuruan Jawa Timur terletak di persimpangan

jalur regional Surabaya-Probolinggo-Malang Orientasi Wilayah Kota Pasuruan memiliki

wilayah seluas 3529 kmsup2 dengan jumlah penduduk sebanyak 158864 jiwa (Sensus

Penduduk 2000) Wilayahnya terdiri dari 3 kecamatan 19 kelurahan dan 15 desa

Tiga kecamatan tersebut yaitu Kecamatan Gading rejo Purworejo dan Bugulkidul

Kecamatan Bugulkidul memiliki wilayah terbesar (1624 kmsup2) sedang untuk Gadingrejo

dan Purworejo masing-masing 1046 kmsup2 dan 859 kmsup2

b Gambaran geografis kabupaten Sidoarjo

Kota Sidoarjo merupakan Ibukota Kecamatan Sidoarjo yang terletak di tepi Selat

Madura dan termasuk dalam wilayah administratif Kabupaten Sidoarjo Propinsi Jawa

Timur Batas-batas administrasi dari kota Sidoarjo ini adalah

1048707 Sebelah utara Kecamatan Waru

22

1048707 Sebelah selatan Kecamatan Porong

1048707 Sebelah Timur Selat Madura

1048707 Sebelah Barat Kecamatan Krian

Secara geografis wilayah Kota Sidoarjo memiliki luas wilayah 6256 Ha Ditinjau dari

Topografi keadaan medan Kota Sidoarjo berada pada ketinggian antara 23 - 32 diatas

permukaan laut

c Gambaran geografis kabupaten malang

3 Pemetaan Penduduk miskin di kabupaten Sidoarjo Pasuruan dan Malang

Gambaran Rumah Tangga Miskin Di Kabupaten Sidoarjo Pasuruan Dan Malang

Hasil penelitian dengan menggunakan data skunder yang telah dilakukan mengenai jumlah rumah tangga miskin yang ada di kabupaten sidoarjo pasuruan dan malang seperti tergambar pada table di bawah ini

Table 9Jumlah keluarga miskin di kabupaten sidoarjo pasuruan dan malang

Kabupaten 2005 2006 Sidoarjo 239100 1402 223300 1297Pasuruan 285100 2016 308900 2167Malang 373700 1617 404800 171Jawa timur 7139900 1995 7678100 2109

sumber BPS

Dari deskripsi data diatas mengenai jumlah keluarga miskin di 3 kabupaten

provinsi jawa timur antara tahun 2005 dan 2006 menunjukkan tingkat kemiskinan yang

bervariasi Untuk kabupaten sidoarjo jumlah keluarga miskin sebesar 239100 atau

mencapai 1402 dari jumlah penduduk di tahun 2005 Tahun berikutnya jumlah

keluarga miskin berkurang menjadi 223300 atau 1297 dari total penduduk di

kabupaten sidoarjo Penurunan jumlah keluarga di kabupaten sidoarjo ternyata tidak

diikuti di tetangga kabupatennya seperti pasuruan dan malang Jumlah keluarga miskin

di kabupaten pasuruan sebanyak 285100 atau 2016 di tahun 2005 dan naik menjadi

308900 atau 2167 dari toatal keluarga di kabupaten pasuruan Demikian juga dengan

23

kabupaten malang jumlah keluarga miskin di tahun 2006 juga mengalami kenaikan

Tahun 2005 jumlah keluarga miskin sebanyak 373700 atau 167 naik menjadi

404800 atau 171 dari jumlah keluarga yang tinggal di kabupaten malang

4 Gambaran rumah tangga miskin pada kabupaten pasuruan sidoarjo dan

malang

Jika dilihat mengenai masalah kemiskinan di daerah provinsi jawa timur maka dapat

diketahui bahwa peta penduduk miskin tidak hanya terkelompok pada kabupaten yang

mempunyai sumberdaya alam yang sedikit namun juga terdapat ppotensi kemiskinan di

daerah yang mempunyai sumber daya alam yang banyak Untuk lebih jelasnya berikut

peta potensi kemiskinan pada masing ndash masing kabupaten yang diikuti dengan jumlah

penduduknya

Tabel

Jumlah Rumahtangga Miskin Masing-Masing Kabupaten

Di Wilayah Provinsi Jawa Timur

KabupatenJumlah Penduduk Jumlah Penduduk Miskin

2005 2006 2005 2006Kabupatenkab Pacitan 869642 885986 150100 162600kab Ponorogo 665070 687786 152500 165200kab Trenggalek 969461 984460 165800 189000kab Blitar 525888 1140809 175800 190400kab Kediri 1429137 1525231 255900 277200kab Malang 2336363 2419822 373700 404800kab Lumajang 999525 1026400 186100 201900kab Jember 2261477 2278718 408000 423300kab Banyuwangi 1514605 1575265 236100 251900kab Bondowoso 698504 725571 169500 183600kab Situbondo 605208 636200 113200 107200kab Probolinggo 1021279 1070137 267400 289700kab Pasuruan 1398122 1485342 285100 308900kab Sidoarjo 1697435 1838666 239100 223300kab Mojokerto 969299 1027871 154300 165400kab Jombang 1222499 1212876 278600 289900kab Nganjuk 989693 1065459 235800 255400kab Madiun 641596 667709 137500 144700kab Magetan 617492 621862 104600 113300kab Ngawi 827728 857449 193400 209100kab Bojonegoro 1228939 1251051 323900 350900

24

kab Tuban 1063375 1104538 300700 325800kab Lamongan 1187065 1274194 280800 304200kab Gresik 1118841 1120541 242500 287500kab Bangkalan 889590 945863 286700 306700kab Sampang 835122 894046 325900 353100kab Pamekasan 762876 782076 237600 271500kab Sumenep 1004758 1068595 331200 351100

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa di kabupaten malang mempunyai potensi

kemiskinan yang tinggi pada tahun 2005 dan 2006 Tingginya angka kemiskinan di

kabupaten tersebut mengindikasikan bahwa kurang adanya pemerataan pada

pembangunan perekonomian Kabupaten pasuruan dan kabupaten sidoarjo memiliki

jumlah penduduk miskin relatif dibawah kabupaten malang Hal tersebut bisa terjadi

karena kedua kabupaten berada pada lingkar urat nadi perekonomian jawa timur

sehingga perekonomian di wilayah tersebut dapat terdongkrak akibat aktivitas

perekonomian jawa timur

5 Karakteristik Perekonomian Rumah Tangga Miskin

51 Kabupaten Pasuruan

Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden

Salah satu penentuan sebuah masyarakat miskin adalah dengan melihat rata-

rata tingkat pendapatannya Oscar Lewis (1966) akar dari timbulnya budaya miskin

salah satunya adalah rendahnya gajipendapatan

Tabel

Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden kabupaten pasuruan

No

lt 200000200000

sd 400000

410000 sd

500000gt 500000 Jumlah

1Tidak

Bekerja

2 2 29

2Buruh Pasar

3 3 6 613 10

3Kuli

Banguan

1 2 1 4 44 7 3

4 Pemulung

1 1 8 10 104 3 22

25

5 Pedagang

4 8 10 22 2217 28 27

6 Becak 3 7

10 1010 19

7Sopir

Angkutan

1 4 5 10 104 14 14

8 Wiraswasta

1 2 1 15 54 7 3 11

9 Bengkel

2 3 1 17 79 10 3 11

10Buruh Pabrik

4 610 1011 67

11 Lain-lain

8 3 1 12 1235 10 11 100

Jumlah 23 29 37 9 98

Table diatas menjelaskan mengenai tingkat pendapatan dan jenis pekerjaan

pada kabupaten pasuruan Dari 91 sampel yang di ambil ada beberapa karakteristik

pendapatan dari para pekerja Secara umum masyarakat yang mempunyai pendapatan

lebih dari 500 ribu di domonasi oleh pekerja swasta bengkel buruh pabrik dan lain-lain

Buruh pabrik memiliki tingkat pendapatan di atas 500 ribu disebabkan karena adanya

kebijakan UMR yang harus dipenuhi oleh perusahaan di wilayah tersebut

Tabel

Keahlian Yang Dimiliki Masyarakat kabupaten pasuruan

No Jenis Pekerjaan Responden Wiraswasta BengkelMontir Sopir

Tukang Bangunan

DagangLain-lain

jumlah

1 Tidak Bekerja 0 0

2 Buruh Pasar

1 1 2 26 0 0 0 7 0

3 Kuli Bangunan

5 5 414 1428 0 0 25 0 22

4 Pemulung

33 30 0 0 0 0 17

5 Pedagang

2 1 3 28 80 0 13 5 21 11

26

6 Becak

2 4 5 314 140 17 25 25 0 17

7 Sopir Angkutan

2 3 5 50 17 19 0 0 0

8 Wiraswasta

5 3 5 13 1328 0 0 15 36 0

9 Bengkel

5 2 29 90 42 13 0 0 11

10 Buruh Pabrik

5 3 3 11 1128 0 0 15 21 0

11 Lain-lain

2 3 5 3 2 419 1911 25 31 15 14 22

Jumlah 18 12 16 20 14 18 98 100

Keberagaman keahlian yang dimiliki oleh masyarakat kabupaten pasuruan tidak

berarti bahwa keahlian yang dimilikinya terspesifikasi pada satu jenis keahlian tertentu

namun tidak sedikit masyarakat yang mempunyai keahlian lain diluar dari profesi yang

dimilikinya Sebagai contoh adalah seorang pegawai bengkel tidak hanya ahli dalam

memperbaiki kendaraan bermotor namun juga bisa berprofesi sebagai sopir Hal

tersebut ditunjukkan oleh hasil observasi yang telah dilakukan untuk masyarakat daerah

pasuruan dimana pegawai bengkel ternyata juga bisa berprofesi sebagai sopir atau

bidang usaha yang lain

Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan

NoJenis

Pekerjaan Responden

Tempat Usaha

Alat Modal Pemasaran Ketrampilan jumlah

1 Tidak Bekerja

2 Buruh Pasar

3Kuli

Bangunan

4 Pemulung

5 5 10 10 23 12

5 Pedagang

8 5 13 1350 12

27

6 Becak

4 8 12 12 18 19

7Sopir

Angkutan

5 5 5 12

8 Wiraswasta

8 6 14 14 36 14

9 Bengkel

5 6 11 11 23 14

10 Buruh Pabrik

77 7 41

11 Lain-lain

8 8 1026 2750 19 59

Jumlah 16 22 43 0 17 98 100

Dengan keahlian yang dimiliki oleh masyarakat pasuruan dapat diindikasikan

bahwa keahlian yang dimiliki mempunyai kemerataan sampel Dari seluruh responden

yang dijadikan sampel sebagian besar menginginkan bantuan modal alat dan tempat

usaha Untuk jenis pekerjaan bengkel sampel menyatakan bahwa responden

menginginkan bantuan modal dan alat untuk dapat mengembangkan usahanya Hal

yang sama juga ditunjukkan untuk jenis pekerjaan wiraswasta dimana 23 menyatakan

menginginkan bantuan alat dan 24 menginginkan bantuan modal

52 Kabupaten Sidoarjo

Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden

No Gaji amp Jenis Pekerjaan

lt 200000

200000 sd

400000

410000 sd

500000gt 500000 Jumlah

1 Tidak Bekerja

2

2 2111

2 Buruh Pasar

6 4

10 11333 200

3 Kuli Banguan

1 8 1

10 1156 400 50

4 Pemulung

8 2

10 11444 100

5 Pedagang

1 2 7

10 1150 100 212

28

6 Becak

1 2

3 356 100

7 Sopir Angkutan

2 6 1

9 10100 300 30

8 Wiraswasta

1 2 7

10 1150 100 212

9 Bengkel

4 5

9 10200 152

10 Buruh Pabrik

5 5

10 11250 152

11 Lain-lain

8

8 9242

Jumlah 18 20 20 33 91 100

Karakteristik pendapatan masyarakat di daerah perkotaan kabupaten sidoarjo

menunjukkan kesamaan dari kabupaten pasuruan Secara keseluruhan responden yang

berpenghasilan di atas 500 ribu di dominasi oleh masyarakat yang mempunyai

pekerjaan sebagai wiraswasta bengkel buruh pabrik dll Jika ditelaah lebih lanjut

memang untuk golongan buruh pabrik mereka berpenghasilan ditas 500 ribu karena ada

jaminan dari pemerintah mengenai pendapatan minimum melalui UMR Sedangkan

masyarakat yang bekerja di bengkel mendapatkan pendapatan yang tinggi karena

sidoarjo merupakan daerah industry sehingga tidak sedikit masyarakat yang

menggunakan kendaraan bermotor dalam aktifitasnya

Tabel

Keahlian Yang Dimiliki Masyarakat kabupaten sidoarjo

NoJenis

Pekerjaan Responden

Wiraswasta BengkelMontir

SopirTukang

BangunanDagang

Lain-lain

jumlah

1Tidak

Bekerja

2 Buruh Pasar

5 6 718 1831 43 37

3 6 8 14 14

29

Kuli 46

4 Pemulung

6 7 13 13 23 54

5 Pedagang

8 3 11 1150 30

6 Becak

8 8 8 57

7Sopir

Angkutan

5 49 9 19 21

8 Wiraswasta

3 5 8 8 30 19

9 Bengkel

4 4 4 15

10Buruh Pabrik

11 Lain-lain

3 4 6 13 1319 40 23

Jumlah 16 10 26 13 14 19 98 100

Menurut survey yang telah dilakukan ternyata tipikal masyarakat sidoarjo dan

pasuruan untuk kategori keahlian yang dimiliki adalah sama penyebarannya Untuk

kabupaten sidoarjo jenis pekerjaan terbanyak adalah buruh pasar dengan keahlian yang

dimiliki berdagang serta ada yang memiliki keahlian sebagai tukang sepatu

Keberagaman jumlah responden menunjukkan keberagaman pekerjaan masyarakat

yang dijadikan sebagai obyek penelitian Menurut hasil penelitian digambarkan bahwa

seorang yang berprofesi sebagai pemulung ternyata juga memiliki keahlian di bidang

lainnya seperti tukang bangunan bahkan sopir Dari informasi yang dimiliki tersebut

diharapkan pemerintah dapat memberikan bantuan sesuai dengan bidang profesi

masyarakat atau keahlian masyarakat itu sendiri

30

Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan

NoJenis

Pekerjaan Responden

Tempat Usaha

Alat Modal Pemasaran jumlah

1Tidak

Bekerja

0 0

2Buruh Pasar

2 8 10 01020418 15

3Kuli

Bangunan

1 3 6 10 01020414 14 12

4 Pemulung

1 8 9 00918374 15

5 Pedagang

10 2 4 16 016326540 10 8

6 Becak

2 4 6 12 01224498 19 12

7Sopir

Angkutan

2 6 8 00816338 12

8 Wiraswasta

3 7 10 0102041 14 13

9 Bengkel

5 6 11 0112245 24 12

10Buruh Pabrik

0 0

11 Lain-lain

7 4 1 12 012244928 19 2

Jumlah 25 21 52 0 98

Masyarakat daerah sidoarjo untuk segala jenis pekerjaan yang dijadikan subyek

penelitian menyatakan bahwa masyarakat memilih diberikan bantuan modal alat dan

tempat usaha Sedangkan untuk aspek pemasaran masyarakat sidoarjo tidak begitu

memerlukan bantuan Karena jika kita perhatikan kabupaten sidoarjo terletak di urat nadi

perekonomian jawa timur sehingga diharapkan pemasaran tidak menjadi kendala Dari

98 orang yang dijadikan responden sebanyak 52 orang dari berbagai macam profesi

menginginkan bantuan modal usaha

31

Berdasarkan hasil data skunder yang telah dilakukan terhadap seluruh

rumahtangga miskin yang ada di Kota Malang maka gambaran lokasi rumahtangga

misikin yang ada di Kota Malang seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini

Tabel

Jumlah Keluarga Miskin Masing-Masing Kecamatan

Di Kota Malang

No Kecamatan Jumlah Rumah Tangga

Prosentase

1 Kedungkandang 6635 2730

2 Sukun 6255 2574

3 Klojen 3432 1412

4 Blimbing 4158 1711

5 Lowok Waru 3821 1572 Sumber Pemkot Malang 2006

Data di atas menunjukkan jumlah rumah tangga miskin yang ada di kota malang

di masing-masing Kecamatan Dari 5 kecamatan yang ada dikota Malang jumlah

kemiskinannya adalah sebagai berikut Kecamatan yang paling tinggi angka

kemiskinannya adalah kecamatan Kedungkandang yaitu sebesar 2730 kecamatan

Sukun sebesar 2574 kemudian Kecamatan Lowok Waru sebesar 1572

Kecamatan Blimbing 1711 dan angka terendah Rumah tangga miskinnya adalah

kecamatan Klojen yairu sebesar 1412

Gambar

Jumlah keluarga Miskin di Kota Malang

0 1 2 3 4 5 6 7

Kedungkandang

Sukun

Klojen

Blimbing

Lowok Waru

Jumlah Rumah Tangga

32

Berdasarkan gambaan di atas jumlah rumah tangga miskin di kota malang

berada pada daerah-daeah tertentu (Kedungkandang dan Sukun) wilayah ini merupakan

wilayah pinggiran kota yang padat dengan jumlah penduduknya Kecamatan

Kedungkandang merupakan daerah yang umumnya pdat penduduk dan daerah tersebut

merupakan daerah pinggiran kota serta rata-rata penduduknya memiliki mata

pencaharian pedagang Daerah tersebut juga merupakan daerah pusat-pusat industri

kecil dan yang lebih telihat bahwa kebanyakan rumah tangga miskin bertempat tinggal

di daerah aliran sungai brantas (DAS Brantas) serta di pinggiran jalur kereta api

Berbeda halnya dengan kecamatan Sukun daerah ini selain terdapatnya pusat

perdagangan juga merupakan daerah industri kecil (home industri) Keberadaan rumah

tangga miskin selain rata-rata kehidupannya berdagang juga bertempat tinggal pada

daerah-daerah perkampungan

33 Aspek Kultural Pada Masyarakat Miskin

Urbanisasi merupakan salah satu faktor pemicu perkembangan kota terjadinya

perpindahan penduduk dari desa ke kota disebabkan oleh berbagai faktor baik faktor

pearik maupun pendorong perkembangan industri dan perdagangan di kota merupakan

faktor penarik yang menyebabkan orang untuk berdatangan dan tinggal di daerah

perkotaan Keinginan untuk dapat mendapatkan penghasilan dan pekerjaan yang lebih

baik untuk mencukupi kebutuhan hidup merupakan penyebab utama terjadinya

urbanisasi Namun kondisi tersebut tidak seiring dengan kualitas pendidikan dan

ketrampilan yang memadai sehingga mereka tidak dapat ditampung di sektor formal

melainkan menggantungkan hidupnya pada sektor informal yang kurang menentu

Selain itu yang menjadi faktor pendorong terjadinya urbanisasi adalah kondisi fasilitas di

daerah asal (pedesaan) kurang memadai serta semakin menyempitnya lahan pertanian

dan peluang pekerjaan

Pertambahan penduduk di kota yang sangat tinggi menyebabkan berbagai

permasalahan sosial permasalahan yang muncul adalah adanya perkampungan kumuh

dan perumahan liar di pinggiran kota dan umumnya di daerah pinggiran aliran sungai

brantas (DAS) Masalah tersebut disebabkan oleh ketidak mampuan masyarakat miskin

perkotaan untuk memiliki rumah yang layak huni Penyebab lainnya adalah ketidak

mampuan pemerintah kota untuk menyediakan sarana bagi masyarakat miskin

33

perkotaan Pembangunan perkotaan senantiasa bukan memberikan solusi dalam

pengentasan kemiskinan perkotaan melainkan sebaliknya yaitu menjadikan proses

penggusuran dan semakin terdesaknya kehidupan masyarakat miskin tersebut

Tabel

Daerah Asal Responden sidoarjo

NoJenis

Pekerjaan Responden

Jawa Timur Non

Madura

Madura Jawa Barat

Jawa Tengah

Luar Jawa

jumlah

1Tidak

Bekerja

2Buruh Pasar

8 1 1 10 1011 7 7

3Kuli

Bangunan

7 2 1 10 1010 14 7

4 Pemulung

9 9 913

5 Pedagang

10 10 1014

6 Becak

8 1 2 11 1111 7 14

7Sopir

Angkutan

10 10 1014

8 Wiraswasta

8 6 14 1411 43

9 Bengkel

10Buruh Pabrik

8 2 10 1011 14

11 Lain-lain

2 2 10 14 143 14 71

Jumlah 70 14 0 14 0 98 100

Dari data diatas sebagian besar kaum migrant untuk setiap profesi berasal dari

jawa timur Di definisikan jawa timur karena seluruh masyarakat urban berasal dari jawa

timur kecuali Madura Ada beberapa alasan dari responden mengapa mereka

melakukan urbanisasi salah satunya adalah untuk memperbaiki taraf ekonomi karena

kabupaten sidoarjo dianggap sebagai kabupaten yang memiliki potensi yang cukup

34

tinggi dalam bidang industry Profesi terbanyak yang diminati oleh pendatang adalah

sebagai pedagang dan sebagai sopir

Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin

pada kabupaten sidoarjo dapat diperhatikan gambar di bawah ini

Gambar

Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin

35

Tabel

Daerah Asal Responden pasuruan

NoJenis

Pekerjaan Responden

Jawa Timur Non

Madura

Madura Jawa Barat

Jawa Tengah

Luar Jawa

jumlah

1 Tidak Bekerja

2 Buruh Pasar

4 4 24

3 Kuli Bangunan

5 5 55

4 Pemulung

10 10 1011

5 Pedagang

20 20 2022

6 Becak

8 2 10 109 33

7Sopir

Angkutan

0 0

8 Wiraswasta

0 0

9 Bengkel

10 Buruh Pabrik

15 4 19 1916 67

11 Lain-lain

30 30 3133

Jumlah 92 6 98 98 98

Sama seperti pada kabupaten sidoarjo sebagian besar pendatang adalah dari

wilayah jawa timur Pendatang sebagian besar berprofesi sebagai pedagang karena

wilayah sidoarjo selain sebagai sentra industry provinsi jawa timur juga sebagai urat nadi

perekonomian jawa timur Sehingga bagi para pedagang akan sangat menguntungkan

karena di lewati dari berbagai wilayah di jawa timur

Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin

pada kabupaten pasuruan dapat diperhatikan gambar di bawah ini

Gambar

36

Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin

Tabel 5Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan di kota malang

Lama Tinggal (Tahun)Kecamatan

pddkAsli le 2 3 - 6 7 - 9 ge 10

Jumlahrespondn

Kedung kandang10

(1053)- 3

(316)11

(1158)71

(1473) 95

18 - - 15 52

37

Sukun (2118) (1764) (6118) 85

Klojen9

(1200)5

(667)12

(1600)9

(1200)40

(5333) 75

Blimbing8

(100)2

(25)- 8

(100)62

(775) 80

Lowok Waru15

(1923)- - 7

(897)56

(7180) 78

Sumber Data Primer

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa dari responden (keluarga miskin)

perkotaan sebagian besar bukan penduduk asli daerah kota Malang melainkan

pendatang yang merupakan kaum migran dan menetap di kota Malang kecamatan

kedung Kandang merupakan daerah yang padat penduduknya dimana 1473

menunjukkan jumlah responden yang sudah lama tinggal di kota malang (di atas 10

tahun) bahkan beberapa responden sudah turun-menurun dari keluarga mereka

Kecamatan Sukun yang merupakan kaum pendatang yang tinggal di kota Malang sudah

puluhan tahun sebanyak 6118 dari responden yang ada Kecamatan Klojen sebesar

5333 Kecamatan Blimbing sebanyak 775 dan untuk kecamatan Lowok Waru

sebanyak 7180 dari masing-masing responden di tingkat kecamatan Kondisi ini

menjelaskan bahwa masyarakat miskin perkotaan adalah rata-rata kaum migran yang

sengaja datang ke kota Malang untuk mencari kehidupan yang lebih baik dari daerah

asal mereka Umumnya mereka datang sebagai migran tetap dan keberadaan mereka

sudah terbiasa hidup dalam kondisi serba kekurangan Beberapa responden yang

ditemui juga menjelaskan bahwa sebagai kaum pendatang sudah tidak asing lagi

dengan kehidupan masyarakat di kota Malang Umumnya mereka membaur dengan

masyarakat pendatang lainnya dengan hidup di kepadatan penduduk kota Malang

Salain dilihat dari lamanya masayarakat pendatang (migran tetap) tinggal di kota

Malang dapat pula dijelaskan mengenai temapat asal (daerah asal) responden untuk

melihat derah asal rumah tangga miskin perkotaan dapat kita bagi dengan

menggunakan batasan daerah (wilayah) Dimana wilayah pembagiannya adalah

mereka yang berasal dari daerah Jawa Timur (non-Madura) daerah Madura daerah

Jawa Tengah Jawa Barat dan Luar Jawa Adapun gambaran daerah asal rumah

tangga miskin perkotaan dapat dilihat pada tabel berikut

38

Tabel

Daerah Asal Responden

Daerah

Asal

Kecamatan

Jawa

Timur

Non-

Madura

Madur

a

Jawa

Tengah

Jawa

Barat

Luar

Jawa

Jumlah

Respond

n

Kedung kandang21

(2470)52

(6118)9

(1059)3

(353)- 85

Sukun19

(2836)28

(4179)12

(1791)8

(1194)- 67

Klojen9

(1364)49

(7424)5

(758)3

(454)- 66

Blimbing31

(4306)33

(4563)6

(833)2

(278)- 72

Lowok Waru28

(4444)21

(3333)9

(1429)5

((794)- 63

Sumber Data Primer

Berdasarkan data pada tabel di atas menunjukkan bahwa umumnya kaum

migran berasal dari daerah Jawa Timur dan daerah Madura Untuk kecamatan Kedung

Kandang sebesar 6118 berasal dari Madura kemudian Kecamatan Sukun 4179

kaum Migran berasal juga dari Madura Kecamatan Klojen 7424 Kecamatan Blimbing

sebesar 4563 dan kecamatan Lowok Waru sebesar 3333 Dari kelima kecamatan

tersebut yang banyak di datangi oleh migran yang berasal dari daeah Madura adalah di

Kecamatan Kedung Kandang (6118) dan Kecamatan Klojen (7424) dan mereka

sengaja tinggal di dekat pusat perkotaan dengan tujuan memudahkan untuk aktifitas

kegiatan pekerjaannya yang rata-rata bergelut disektor informal (pedagang kaki lima)

331 Kondisi Tempat Tinggal Masyarakat Miskin Perkotaan

Dilihat dari tempat tinggal masyarakat miskin perkotaan rata-rata kondisi tempat

tinggalnya dengan model bangunan semi permanen dan permanen sederhanan dengan

memanfatkan kondisi tanah yang rawan bencana (longsor kebisingan kumuh dan

sebagainya)

Tabel

Kondisi Fisik Bangunan Rumah RTM

39

Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan

Kondisi Fisik RumahKecamatan

Sesek(papan)

SemiPermanen Permanen

Jumlahrespondn

Kedung kandang

11(1158)

52(5474)

32(3368) 95

Sukun20

(2353)33

(3882)32

(3765) 85

Klojen5

(667)31

(1733)39

(5200) 75

Blimbing3

(375)13

(1625)64

(8000) 80

Lowok Waru9

(1154)24

(3077)45

(5769) 78

Sumber Data Primer

dari data primer (tabel) menunjukkan bahwa sebagian besar tempat tinggal

masyarakat miskin perkotaan adalah semi permanen dan permanen akan tetapi dengan

ukuran ruang (luas bangunan) yang cukup minim Dan umumnya yang mereka lakukan

adalah dengan menyewa tanah dan atau menempati tanah rawan musibah adapun

kondisi perumahan masyarakat miskin perkotaan dapat dilihat pada gambar berikut

Gambar

Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin Perkotaan

40

Dari gambar di atas terlihat bahwa kondisi tempat tinggal mereka sangat rawan

dengan terjadinya bencana dan kekumuhan kondisi ini selain rawan terhadap adanya

bahaya tersebut juga sangat rawan dengan permasalahan kesehatan

34 Analisa Spasial

Informasi mengenai tipologi perekonomian masyarakat akan sangat membantu

pemerintah dalam menentukan kebijakan ekonomi di masa mendatang Dari informasi

tersebut dibuatlah peta potensi ekonomi dengan maksud merelevansikan antara potensi

ekonomi daerah dan kebijakan ekonomi Selain itu jika kebijakan ekonomi hanya

terfokus di suatu wilayah tertentu akan berdampak pada ketimpangan pertumbuhan

ekonomi Seperti dijelaskan sebelumnya inventarisasi sarana ekonomi sebuah wilayah

dilakukan dengan menggunakan pendekatan tipologi suatu wilayah Melalui pendekatan

ini selanjutnya dapat digambarkan wilayah majemuk dengan fenomena yang kompleks

dengan beberapa persamaan di dalamnya Maksudnya bahwa pada tipologi suatu

wilayah ada relevansinya dengan keberadaan potensi ekonomi maupun potensi sarana

ekonomi di wilayah tersebut Ini menandakan bahwa kebijakan pengembangan ekonomi

suatu wilayah diperlukan pengadaan sarana ekonomi yang tepat sedikitnya sesuai

dengan kondisi wilayah yang dibangun termasuk karakteristik kegiatan ekonomi yang

dilakukan oleh masyarakat setempat sehingga keberadaan sarana tersebut mampu

mendorong aktivitas ekonomi masyarakat dan pada akhirnya mengentaskan dan

menanggulangi kemiskinan

41

Di wilayah kabupaten pasuruan terdapat berbagai macam potensi ekonomi yang

belum tersentuh pengembangannya oleh pemerintah daerah Potensi yang terdapat di

wilayah tersebut bukan hanya pada potensi sumber daya alam melainkan juga potensii

sumber daya manusianya Untuk wilayah ssidoarjo perlu adanya perhatian mendalam

pada pengembangan sumber daya manusia karena di wilayah tersebut banyak sekali

potensi industri yang dapat berkembang Sedangkan untuk daerah malang hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa disinyalir masih terdapat kegiatan ekonomi maupun

sarana ekonomi yang menunjang kegiatan tersebut belum dimanfaatkan secara optimal

Keadaan ini menjadikan keduanya masih bersifat potensial dan memerlukan

penanganan pengelolannya agar dapat diperoleh output yang optimal pula Pengelolaan

optimal tersebut tentu masih memerlukan suatu pengkajian tersendiri untuk mengukur

sampai sejauh mana tingkat feasibilitasnya

Potensi sarana ekonomi kabupaten ssidoarjo kabupaten pasuruan dan Kota

Malang merujuk pada sarana ekonomi (dalam bentuk fisik) yang teridentifikasi di setiap

daerah maupun yang sudah terkompilasikan di tingkat kabupaten dan kota Potensi

tersebut dapat di petakan pada masing-masing kabupaten di wilayah Jawa Timur

melalui Peta berikut

Gambar Provinsi Jawa Timur

42

Gambar kota Malang

43

keterangan

daerah masyarakat miskin perkotaan

daerah potensi terjadinya kemiskinan

tidak ada potensi terjadnya kemiskinan

Sejalan dengan maksud di atas Pemerintah Kota Malang masih

perlu melakukan kajian mendalam tentang pengembangan potensi wilayah

sebagai salah satu upaya untuk mendukung pemulihan ekonomi yang

bersifat jangka menengah Dukungan kajian ini dilakukan dengan menggali

lebih dalam potensi yang dimiliki setiap kawasan di wilayah Kota Malang

Dengan demikian Pemerintah Kota Malang dengan mudah dapat mengambil

langkah-langkah menumbuh kembangkan potensi sarana ekonomi daerah

44

Kec Blimbing Industri (kecil-

menengah)Pariwisata Pertanianperumahanperdagangan

Kec Kedungkandang Industri (kecil-

menengah)Pertanianperumahan

Kec Sukun Industri kecilPendidikanperumahan

Kec Kolojen perdagangan PendidikanPerhotelanperkantoran

Kec Lowokwaruperumahan PendidikanIndustri (kecil-

menengah)

khususnya yang berada di pusat-pusat kegiatan produksi masyarakat yang

dianggap cukup strategis di Kota Malang

Sejalan dengan semakin meningkatnya peran serta dunia usaha

dan masyarakat di dalam pelaksanaan pembangunan maka program-

program pembangunan Kota Malang perlu disusun dengan

mempertimbangkan keterlibatan mereka Upaya ini dimaksudkan agar

Pemerintah Kota Malang lebih mudah mengefektifkan potensi sarana

ekonomi dan mengarahkannya untuk kepentingan pembangunan yang lebih

konsisten efektif dan efisien serta berkelanjutan dalam menanggulangi

kemiskinan

Secara keseluruhan penduduk miskin di wilayah kota malang masih tersebar

merata di seluruh kecamatan Kecuali di kecamatan Lowokwaru sebagian besar di

kecamatan ini tidak ada potensi kemiskinan Hal tersebut dikarenakan banyaknya

industry pendidikan seperti UMM UNISMA UNIGA Brawijaya ITN UM dll Dengan

banyaknya perguruan tinggi di wilayah tersebut maka potensi perekonomian semakin

besar Tidak sedikit masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang makanan karena

untuk memnuhi kebutuhan para mahasiswa

Pada data dikatakan bahwa rata-rata pendapatan di kecamatan Lowokwaru

masih besar padahal menurut analisis spasial potensi terjadinya kemiskinan sangat

kecil Pada analisi ekonomi diindentifikasi bahwa banyak masyarakat yang

berpendapatan dibawah 400 ribu Hal tersebut terjadi pada masyarakat yang tinggal di

daerah pesisir sungai Masih banyak masyarakat yang tinggal di Daerah Aliran Sungai

tidak memiliki kesempatan kemampuan untuk bersaing dengan masyarakat yang tidak

tiggal di Daerah Aliran Sungai Di perkirakan masyarakat yang menempati DAS

merupakan masyarakat pendatang yang berurbanisasi dengan tidak membawa suatu

keahlian

Potensi kemiskinan terbesar dapat terjadi di Kecamatan Sukun Banyak

masyarakat di daerah ini yang memiliki pendapatan dibawah 400 ribu Jika kita

bandingkan dengan kecamatan Lowokwaru potensi kemiskinan di daerah kecamatan

Sukun tidak hanya terjadi di DAS namun juga pada masyarakat lainnya Banyak faktor

yang mengindikasikan potensi kemiskinan salah satu faktor utama adalah sulitnya

pemasaran dan persaingan yang ketat Meski kegiatan masyarakat di kecamatan

Lowokwaru dengan kecamatan Sukun relatif sama namun di kecamatan Lowokwaru

45

pemasaran barang dan jasa yang diproduksi tidak sesulit di kecamatan Sukun meski

ada persaingan

Hampir memeratanya potensi masyarakat miskin di kecamatan Sukun

menimbulkan dampak di kecamatan Kedungkandang terutama di perbatasan diantara

kedua kecamatan tersebut Menurut survey yang dilakukan memang sebagian besar

masyarakat miskin berpotensi di DAS Dapat dilihat di peta bahwa gambar merah

bersinggungan antara kedua kecamatan dan di kedua wilayah tersebut dialiri sungai

yang sama namun jika kita lihat kebawahnya warna kecamatan Kedungkandang mulai

ada yang Hijau Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat diluar DAS mempunyai

usaha yang berhubungan positif dengan pendapatan seperti pertanian

Berbeda halnya di kecamatan Klojen kecamatan ini merupakan pusat

pemerintahan kota Malang Banyak warga di kecamatan ini yang berprofesi sebagai

pegawai negeri sipil Memang masih terindikasi adanya kemiskinan di daerah tersebut

namun kemiskinan itu timbul karena mereka yang tidak mempunyai kesempatan dan

daya tawar diri mereka Kebanyakan yang tidak memiliki daya tawar diri yang tinggi

adalah mereka para pendatang yang tidak membawa keahlian kemudian mereka

tinggal di DAS dan berprofesi sebagai buruh tani buruh pabrik ataupun yang lainnya

yang tidak membutuhkan keahlian lebih

Bab V Kesimpulan dan Saran

Setelah melalui beberapa tahapan analisis dalam mengidentifikasi kemiskinan

perkotaan di beberapa wiayah Jawa Timur terdapat beberapa kesimpulan yaitu

1 Didapat bahwa sebaran penduduk miskin berkosentrasi pada daerah

sepanjang aliran sungai dan ada beberapa kota yang mengindikasikan

bahwa penduduk miskin berasal dari pendatang dari luar kota

2 Dalam penanggulangan kemiskinan pemerintah sudah banyak

mengeluarkan berbagai macam program pengentasan kemiskinan seperti

P2K P2KP BLT dll namun dalam aplikasinya banyak program yang belum

tepat sasaran

3 Ada beberapa karakteristik yang menarik dalam pengentasan kemiskinan

diantaranya bahwa dalam mengentaskan masyarakat miskin metode yang

46

diterapkan lebih kepada pembinaan keahlian dan mentalitas karena

seperti yang terdapat di kota malang masyarakat miskin dipicu dari

kebiasaan atau mentalitas dari masyarakat tersebut dalam kehidupan

sehari-hari Riset menemukan meskipun masyarakat miskin diberikan

bantuan uang seperti BLT namun bantuan tersebut tidak diperuntukkan

kepada pengembangan usaha namun habis untuk konsumsi begitu pula

dengan program ndash program pengentasan kemiskinan yang lainnya

Saran

Dalam pengentasan kemiskinan disarankan kepada pemerintah untuk mencari

data kemiskinan yang akurat dengan tujuan pemberian bantuan dalam rangka

pengentasan kemiskinan dapat terserap tepat pada masyarakat yang dituju Selain itu

untuk mengentaskan masyarakat yang bertipikal ldquokultur miskinrdquo harus banyak diberikan

pelatihan dan pembinaan mental

47

DAFTAR PUSTAKA

Blakely Edward J (1989) Planning Local Economic Development Theory and Practice Sage Library of Social Research 168 Sage Publication

BPS (1999) Perkembangan Tingkat Kemiskinan dan Beberapa Dimensi Sosial Ekonominya 1996-1999 Jakarta BPS

Budi Soeradji Mubyarto (1998) Gerakan Penanggulangan Kemiskinan Laporan

Penelitian di Daerah-Daerah Yogyakarta Aditya Media

Faisal Basri (2002) Perekonomian Indonesia Tantangan dan Harapan bagi Kebangkitan Indonesia Jakarta Erlangga

Fei J C H amp Gustav R (1964) Development Economics What Next In a Ranis G P Schulta (Ed) The State of Development Economics

Gunawan Sumodiningrat (1999) Penanggulangan Krisis Harus Memihak Rakyat Disampaikan pada konferensi pers untuk launcing The Economic and Social Survey of Asia and the Pacific 1999 (ESCAP) di UNIC Jakarta

Kuncoro M (2000) Ekonomi Pembangunan Teori Masalah dan Kebijakan (1st ed) Yogyakarta UPP AMP YKPN

Kuncoro M (2004) Otonomi dan Pembangunan Daerah Reformasi Perencanaan Strategi dan Peluang Jakarata Erlangga

Mellor J W (1976) The New Economies of Growth A Strategy for India and the Developing Countries Cornell Cornell University Press

Nurkse R (1953) Problem of Capital Formation in Underdeveloped Countries In Meier Gerald M Leading Issues in Economic Development edisi ke 6 Oxford University Press Oxford

Rintuh Cornelis amp Miar (2005) Kelembagaan dan Ekonomi Rakyat BPFE-UGM Yogyakarta

Sharp Ansel M Charles A Register and Paul W Cerimes (1996) Economics of Social Issues edisi ke 12 Richard D Chicago Irwin

Sumarto Sudarno (2002) ldquoGrowth Inequality and Poverty Evidence from Micro Datardquo Makala dalam The Young Economics Seminar Jakarta World Bank

48

Page 11: Makalah akp

sesuai dengan kapasitas ekonomi kawasan

Sumber Kuncoro (2004)

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa program penanggulangan

kemiskinan yang dilakukan di Indonesia masih bersifat parsial Hal tersebut bisa dilihat

dari hampir semua program yang pernah dilakukan masih bermasalah dalam hal

mensinergikan antara masyarakat miskin dengan masyarakat yang berdaya (non

miskin) pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat Akibat dari kondisi tersebut

penanggulangan kemiskinan tidak efektif tidak mandiri dan tidak berkelanjutan

24 Kelemahan Program Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia

Salah satu penyebab kurang berhasilnya penanggulangan kemiskinan di

Indonesia adalah sistem politik yang cenderung sentralistik Sentralisasi yang sangat

kuat di masa lalu juga berimbas ke kebijakan penanggulangan kemiskinan dimana

hampir semua program penanggulangan kemiskinan bersifat rdquotop-downrdquo dengan

keterlibatan minimal dari pemerintah daerah dalam formulasi kebijakannya Program

atau kebijakan yang sangat rdquotop-downrdquo ternyata juga gagal dalam merefleksikan

pebedaan antar daerah yang kadang-kadang bisa menjadi sangat signifikan Akibatnya

timbul berbagai kegagalan berskala besar dalam program atau kebijakan yang pada

akhirnya berakibat pada dihentikannya program tersebut Berikut ini bentuk atau ciri-ciri

dan kelemahan program penanggulangan kemiskinan yang pernah dilakukan

Tabel 4

Ciri-ciri dan Kelemahan Program Penanggulangan Kemiskinan

Kelemahan Program Upaya Penanggulangan Kemiskinan

Prinsip-prinsip Penanggulangan

Kemiskinan

Perencanaan penentuan sasaran dan kreteria miskin serta pengaturan teknis pelaksanaan yang

Mendidik masyarakat miskin untuk terus menerus menemukenali potensi yang dimiliki baik individu keluarga

Program penanggulangan kemiskinan harus mengarah pada pendekatan yang menyeluruh (multi-sektor)

11

dilakukan oleh pemerintahinstansi pusat (top-down) seringkali tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat atau daerah tertentu

maupun lingkungan (keterampilan material dan sumberdaya alam) sebagai modal dasar untuk meningkatkan kesejahteraan hidup

Program-program yang dilaksanakan secara sektoral sering kali mengakibatan adanya semangat ego-sektoral dan saling tumpang tindih

Mendorong tumbuhnya rasa percaya diri akan kemampuannya untuk lepas dari belenggu kemiskinan

Perencanaan dan penentuan sasaran dilakukan oleh masyarakat bersama aparat dilapangan sehingga sesuai dengan kebutuhan masyarakat

Banyak program penanggulangan kemiskinan yang menempatkan masyarakat sebagai obyek sehingga masyarakat kurang berpartisipasi secara aktif

Menyadarkan bahwa tidak akan ada seseoranglingkungan yang dapat keluar dari genggaman kemiskinan melainkan atas usaha orangkeluargalingkungan itu sendiri

Masyarakat ditempatkan sebagai ldquopelaku utama dalam perang melawan kemiskinanrdquo agar masyarakat berpartisipasi secara aktif

Sulitnya menjaga kontinuitas program (program baru bukan merupakan kelanjutan program lama) mengakibatkan banyak program penanggulangan kemiskinan tidak berkesinambungan

Memberikan pemahaman bahwa masalah penanggulangan kemiskinan merupakan tugas dan tanggungjawab bersama pemerintah dan masyarakat

Pertanggungjawaban kepada pemerintah dan masyarakat untuk membangun keterbukaan dan akuntabilitas

Pertanggungjawaban hanya bersifat administratif kepada pemerintah sehingga tidak terbangun keterbukaan dan akuntabilitas publik akibat pendekatan proyek maka keberhasilan program hanya diukur dengan persentase bantuan yang berhasil

Menciptakan lapangan kerja dan peluang berusaha untuk menguatkan ekonomi masyarakat setempatPenguatan organisasikelompok masyarakat yang ada memberikan bantuan fasilitas (dana dan keahlian) yang dibutuhkan untuk mendayagunakan potensi yang dimiliki

Merupakan program yang berkesinambungan Ukuran keberhasilan ditentukan oleh berdayanya masyarakat untuk keluar dari belenggu kemiskinan danmenguatnya kemampuan ekonomi masyarakat melalui terciptanya akses kepada faktor produksi dan pasar

12

disalurkan dan jumlah sasaran penerima

Sumber Hamid (2003) Dalam Kuncoro (2004)

Sebenarnya perbedaan antara pendekatan ldquotop-downrdquo dan ldquobottom uprdquo tidak

perlu terjadi terjadi apabila sistem politik nasional dan terutama lokal mampu

menciptakan akuntabilitas pemerintah terhadap masyarakatnya Ketiadaan mekanisme

akuntabilitas selain membuat pihak eksekutif dan legislatif kurang tanggap terhadap

keluhan masyarakatnya juga membuat masyarakat tersebut tidak terlalu peduli atas

kualitas layanan publik yang diterimanya ataupun terhadap kebijakan perekonmian

daerahnya Dengan sistem perimbangan keuangan pusat dan daerah saat ini dimana

sebagian besar pajak masih dikuasai pemerintah pusat sangat mudah bagi pemerintah

daerah menyalahkan pemerintah pusat apabila ada ketidakpuasan di kalangan

masyarakat lokal mengenai kualitas layanan publik

Bab III METODE PENELITIAN

1 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini mempunyai tujuan utama membangun model penaggulangan

kemiskinan yang bersifat terpadu berdasarkan aspek spasial ekonomi dan

struktural di masing-masing desakelurahan yang ada di wilayah administrasi Kota

Malang

Berdasarkan pada tujuan utama penelitian ini maka kerangka pikir mengenai

Penyusunan Model Penanggulangan Kemiskinan di Kota Malang dijelaskan pada

Gambar berikut

Gambar 1Bagan Alir Penyusunan Model KulturalStruktural dan Spasial

Sebagai Penanggulangan Kemiskinan

13

AN

AL

ISA

P

ER

MA

SA

LA

HA

N

KE

MIS

KIN

AN

P

ER

KO

TA

AA

N

Aspek StrukturalMengukur Efektifitas

program penanggulangan

kemiskinan yang telah dilakukan

Aspek Ekonomi

Mengukur kondisi ekonomi

masyarakat miskin

Aspek SpacialMengukur kondisi

geografi dan topografi

(lingkungan fisik) masyarakat miskin

OutputKesenjangan

antara program

dgn kebutuhan

OutputProses generasi

tingkat

pendidikan jenis pekerjaan

OutputKondisi

Geografitopografi

PorsesIdentifikasi

ermasalahan kemiskian perkotaan

OUTPUT

Database Permasalahan kemiskinan Profil kemiskinan Isue Strategis

OutputWork Plan

Penanggulangan

Kemiskinan

OutputMaster Plan

PenanggulanganKemiskinan

Sebagaimana telah dikemukakan di atas upaya penaggulangan kemiskinan

dilakukan dengan pendekatan spasial ekonomi dan struktural Pendekatan tersebut

pada dasarnya bertujuan untuk menghasilkan model penanggulangan kemiskinan yang

bisa menghasilkan rencana strategis dan program kerja penanggunalangan kemiskinan

secara terpadu dan berkelanjutan di Kota Malang Setidaknya ada 5 (lima)

komponenkegiatan utama yang perlu dilakukan Kegiatan-kegiatan tersebut meliputi

1 Identifikasi dan Analisis Kondisi Eksisting masing-masing kota

Tujuan utama kegiatan ini adalah untuk memahami kondisi setiap desakelurahan

dan kecenderungan perkembangan dalam kurun waktu perencanaan Adapun informasi

yang perlu dikumpulkan dikaji dan dianalisis meliputi gambar mengenai kondisi fisik

sosial ekonomi desakelurahan kebijakan dan program-program yang terkait dengan

pengembangan desa perkembangan sektor-sektor ekonomi desa dan kondisi sistem

prasarana Semua informasi ini diharapkan dapat menggambarkan eksisiting yang

tengah berlangsung (on-going) maupun yang akan dikembangkan (commited)

2 Identifikasi Potensi dan Permasalahan Kemiskinan

Berdasarkan analisis terhadap kondisi wilayah dan kecenderungan

perkembangannya diidentifikasi potensi ekonomi yang mampu mendukung

pembangunan wilayah masing-masing Kota Identifikasi yang dimaksud meliputi

antara lain

Potensi desakelurahan yang terkandung baik yang sudah

dimanfaatkan belum dimanfaatkan maupun potensial diperkirakan

ada di desa Terkait dengan hal ini adalah identifikasi sektor unggulan

atau komoditi unggulan

Kendala-kendala dalam pengembangan potensi ekonomi baik dalam

kaitannya dengan bidang prasarana keuangan dan kebijakan

sehingga menimbulkan kemiskinan pada masyarakat setempat

3 Penyusunan Skenario Penanggulangan Kemiskinan

Skenario penanggulangan kemiskinan berisi antara lain pemanfaatan ruang dan

struktur ruang (pengembangan sektor-sektor unggulan kawasan dan sistem

14

prasarana) yang merupakan acuan pengembangan desa Skenario ini disusun

berdasarkan potensi pengembangan Kota

4 Perumusan Model Penaggulangan Kemiskian

Rumusan model penaggulangan kemiskinan yang dimaksud berisi program-

program pengembangan sektor kota dan sistem prasarana dasar Program-

program ini dirumuskan dalam rangka mendukung pencapaian skenario-skenario

yang telah dirumuskan

5 Rekomendasi Pola Pelaksanaan Program-Program Pengentasan Kemiskinan

Program-program yang layak untuk diimplementasikan selanjutnya dikaji pola

pelaksanaannya Dalam hal ini pola pelaksanaan yang dimaksud

memperhitungkan seluruh pelaku pembangunan yaitu pemerintah swasta dan

masyarakat

2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Kegiatan penyusunan model penanggulangan masyarakat miskin di Kota Malang

akan melakukan survei di seluruh wilayah yang termasuk dalam wilayah admisnistratif Kota

Malang Pasuruan Sidoarjo

Analisis dan penyusunan model penaggulangan kemiskinan dilakukan secara

bertahap tahapan tersebut didasarkan pada aspek kegiatan yang diukur dan dianalisis

Penelitian ini akan dilakukan dua tahap dinama setiap tahap penelitian diperkirakan

akan menghabiskan waktu plusmn 11 bulan jadi secara keseluruhan penelitian akan

menghabiskan waktu plusmn 22 bulan

3 Definisi Operasional Variabel

Aspek yang digunakan untuk membanguan model penanggulangan

kemiskinan di Kota Malang ada tiga aspek yaitu 1) Struktural atau Kelembagaan 2)

Aspek Kultural dan 3) Aspek Spasial (wilayah)

1) Aspek Struktural

Dalam aspek ini akan dilihat sejauhmana keterpaduan program-program yang

telah dilakukan oleh pemerintah baik pusat maupun daerah dengan kapasitas

15

dan kebutuhan masyarakat miskin Aspek struktural atau kelembagaan

mempunyai dua sub-indikator yaitu 1) Sub-indikator kebijakan pemerintah dan

2) Sub-indikator kapasitas sosial masyarakat (social capacity) Masing-masing

sub-indikator mempunyai variabel total variabel untuk mengukur indikator

aspek struktural atau kelembagaan sebanyak 8 variabel

Variabel-variabel yang digunakan dalam aspek struktural atau kelembagaan

dalam melakukan pengukuran terhadap desakelurahan dapat dilihat pada

tabel berikut

Tabel 5

Jumlah Sub Indikator dan Variabel Dari Aspek Struktural

No Sub Indikator

Variabel Diskripsi

1 Kebijakan Pemerintah (3 variabel)

- Program penanggulangan kemiskinan yang berasaldari pemerintah pusat

- Program penanggulangan kemiskinan yang berasaldari pemerintah propinsi

- Program penanggulangan kemiskinan yang berasaldari pemerintah daerah kabupaten

- Program penanggulangan kemiskinan yang berasal dari perangkat desa

Mengukur seberapa besar keterlibatan pemerintah baik pusat maupun daerah dalam upaya penanggulangan kemiskinan

2 Kapasitas sosial masyarakat(6 variabel)

- Gengsi sosialorang miskin

- Nilai adatbudaya dan agama terhadap orang miskin

- Rasionalitas penduduk miskin (semangat membebaskan diri dari kemiskinan)

- Budaya dan etos kerja- Semangat gotong

royong- Keperdulian

Mengukur seberapa besar social capital masyarakat miskin dalam keluar dari kemiskinan

16

masyarakat sekitar terhadap orang miskin

2) Aspek Kultural

cultural poverty adalah suatu budaya yang terjadi karena penderitaan ekonomi

(economic depretiation) yang berlangsung lama Berdasarkan penelitian pada

beberapa kebudaya kelompok etnik ditemukan bahwa kemiskinan adalah salah

satu sub-kultur masyarakat yang mempunyai kesamaan ciri antar etnik satu

dengan etnik yang lain Dalam aspek ini akan dilihat seberapa besar potensi

kemiskinan yang tercipta akibat dari kultur atau kebudayaan yang sudah

berlangsung di suatu wilayah Aspek kultural ini akan mencakup 1) tingginya

angka pengangguran 2) tingkat upahtinggi rendahnya gaji dan 3) sistem

ekonomi yang terlalu berorientasi pada mencari keuntungan

Variabel-variabel yang digunakan dalam aspek ekonomi dalam melakukan

pengukuran terhadap desakelurahan dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 6

Jumlah Sub Indikator dan Variabel Dari Aspek Struktural

No Sub Indikator Variabel Diskripsi1 Tingginya

angka pengangguran

- Lama bekerja- Banyaknya pekerja

dalam satu rumah

Mengukur seberapa besar tingkat pengangguran di suatu wilayah

2 Tingkat Upah - Besarnya gaji perbulan

- Ada tidaknya bonus

Mengukur seberapa besar kenaikan upah yang berhubungan dengan kesejahteraan masyarakat

3 Sistem Ekonomi

- Tujuan bekerja- Langkah untuk

memenuhi kebutuhan

Mengukur sebesarapa penting antara kebutuhan dan penimbunan kekayaan

3) Aspek Spasial

Dalam aspek ini akan dilihat seberapa besar konsisi wilayah (space) mampu

mendorong proses penanggulanagan kemiskinan Aspek spasial atau wilayah

mempunyai dua sub-indikator yaitu 1) Sub-indikator Kondisi geografis dan 2)

Sub-indikator Aksesibilitas sarana dan prasarana Masing-masing sub-indikator

17

mempunyai variabel total variabel untuk mengukur indikator aspek struktural

atau kelembagaan sebanyak 6 variabel

Variabel-variabel yang digunakan dalam aspek spasial atau wilayah dalam

melakukan pengukuran terhadap desakelurahan dapat dilihat pada tabel

berikut

Tabel 7

Jumlah Sub Indikator dan Variabel Dari Aspek Spasial

No Sub Indikator

Variabel Diskripsi

1 Kondisi geografis(4 variabel)

- Letak geografis- Topografi- Kondisi jalan- Kondisi jembatan

Mengukur sejauhmana kondisi geografis mampu bermanfaat untuk pemberdayaan masyarkat miskin

2 Aksesibilitas terhadap sarana dan prasarana(5 variabel)

- Akses terhadap pasar- Akses terhadap sarana

pendidikan- Akses terahadap

fasilitas kesehatan- Akses terahadap

aktivitas produksi

Mengukur tingkat kemudahan akses terhadap sarana dan prasarana pokok untuk penanggulangan kemiskinan

4 Jenis Data

Dilihat dari sumbernya data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua

jenis yaitu data sekunder dan data primer

1 Data Sekunder

Data ini merupakan data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain Adapun data

sekunder yang akan digunakan dalam penelitian ini diantaranya seperti Jumlah

penduduk luas desa topografi desa monografi desa letak geografi desa dan

lain-lain

2 Data Primer

Data ini merupakan data yang diperoleh langsung dari obyek penelitian Adapun

data primer yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya seperti data yang

18

digunakan untuk mengukur indikator kelembagaan indikator tipologipenyebab

kemisikinan indikator sumberdaya dan potensi ekonomi dan lain-lain

5 Teknik Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam pengumpulan informasi dan data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah Participatory Rural Appraisal (PRA) meliputi

1 Wawancara yaitu metode pengumpulan data dengan wawancara secara

mendalam dengan key-person (formal dan informal leaders) untuk

mengidentifikasi kebutuhan (needs) masyarakat

2 Dokumentasi yaitu metode pengumpulan data sekunder yang dimiliki oleh

responden lembaga ekonomi dan sosial maupun instansi teknis terkait

3 Observasi ( pengamatan) dan survei lapang

Dalam hal meyakinkan data dan informasi yang diperoleh dari responden

peneliti mengadakan pengamatan dan survei lapang secara langsung terhadap

obyek yang diamati mendengar serta mencatat hasil temuan lapang

4 Pengumpulan Data Sekunder

Selain dukungan data primer yang menjadi sumber data utama penelitian ini juga

menggunakan data sekunder yang diperoleh dari dokumen-dokumen serta catatan-

catatan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti Dokumen yang dimaksud

adalah jumlah keluarga miskin yang diperoleh dari Badan Perencanaan Kota

(Bapekot) Malang Catatan Sipil Kota malang (data Penduduk Kota malang sampai

dengan bulan Februari 2006) dan statistik kecamatan dari tiga kecamatan yang

diterbitkan oleh Kantor Statistik Kota Malang 2006

5 Focus Group Discussion (Diskusi Kelompok)

Peneliti melaksanakan diskusi dengan obyek penelitian ketika peneltian lapang akan

dilakukan Kegiatan ini pertama dilakukan adalah dimaksudkan untuk

mensosialisasikan pelaksanaan pengumpulan data (sebagai kegiatan penting

penelitian ini) kepada para sekretaris kecamatan dan seluruh sekretaris

desakelurahan yang diperkirakan menjadi sasaran dari kegiatan penelitian lapang

Berbagai informasi yang disampaikan dalam kegiatan sosialisasi ini antara lain

meliputi pentingnya dilaksanakan kegiatan inventarisasi dan pemetaan kemiskinan

di Kabupaten Sumenep proses pengumpulan data dan hasil akhir yang dihasilkan

kegiatan ini Melalui kegiatan ini dicapai jalinan suatu kebersamaan antara peneliti

19

dengan calon responden (subyek yang diteliti) sehingga dapat diperoleh data yang

optimal

Diskusi kelompok kedua dilakukan pada saat menjelang kegiatan ini berakhir

Diskusi ini dilakukan dengan stakeholders tingkat kota dimaksudkan untuk

mengoptimalkan hasil temuan lapangan Dikusi kelompok ini diarahkan kepada

upaya-upaya mengklarifikasi hasil temuan lapangan mendapatkan koreksi dan

masukan serta kesepakatan tentang hasil akhir kegiatan ini

6 Alat Analisis

Analisis dilakukan dengan memadukan pendekatan struktural (data

kuantitatif dan kualitatif) ekonomi (potensi sumberdaya pemabngunan) dan spasial

(pemetaan) Maksudnya bahwa dari himpunan data yang telah dikompilasi

dilakukan analisis statistik sederhana dengan lebih banyak menggunakan tabulasi

silang dan perhitungan-perhitungan statistik yang secara mudah dapat dipahami

Himpunan data tersebut selanjutnya diinterpretasikan dan dirancang dengan

menempatkan hasil analisis tersebut ke dalam peta (pendekatan spasial)

Pemetaan tersebut dimaksudkan untuk menentukan tata letak potensi sarana

ekonomi yang dimaksud oleh penelitian ini paling tidak untuk

1) memahami keberadaan keluarga miskin baik melalui data struktural maupun

melalui tampilan peta setiap desakelurahan

2) memahami secara terintegrasi keberadaan masyarakat miskin di Kota malang

dalam perspektif kepentingan ekonomi dan pembangunan Kota Malang ke

depan

Selain menggunakan pendekatan di atas penelitian ini juga menggunakan

metode Performance-Importance Analysis dalam menjawab tujuan yang akan dicapai

Analisis ini digunakan untuk melihat tingkat kesenjangan (gap) antara atribut kinerja

pelayanan publik (performance) yang telah dilakukan oleh pemerintah melalui dinas-

dinas terkait penanggulangan kemiskinan di Kota Malang dengan persepsi tingkat

kepentingan (importance) akan atribut-atribut yang dibutuhkan

Pengukuran tingkat kepentingan dan performance dilakukan dengan cara

menyebarkan kuesioner bagi masyarakat miskin yang menjadi obyek penelitian

Responden akan diminta untuk memberikan penilian atau persepsi mereka terhadap

sejauh mana layanan yang telah diberikan pemerintah melalui dinas-dinas terkait di Kota

Malang (performance) terhadap penanggulangan kemiskinan Dengan memberikan

20

penilaian atas atribut yang mereka anggap paling dibutuhkan saat ini (importance)

dengan asumsi bahwa obyek penelitian mengerti sejauh mana kinerja atribut pelayanan

publik yang telah dilakukan dinas-dinas terkait dan berkompeten dalam penanggulangan

kemiskinan

Dari analisis Kuadran akan diketahui pada kuadran manakah suatu atribut

berada sehingga nantinya dapat digunakan sebagai instrumen untuk

merekomendasikan tindakan atau kebijakan yang seharusnya dilakukan bagi

keberhasilan penanggulangan kemiskinan di Kota Malang

Bab 4 Hasil analisis

1 Gambaran geografis Jawa Timur

Jawa Timur adalah sebuah provinsi di bagian timur Pulau Jawa Indonesia

Ibukotanya adalah Surabaya Luas wilayahnya 47922 kmsup2 dan jumlah penduduknya

37070731 jiwa (2005) Jawa Timur merupakan provinsi terluas diantara 6 provinsi di

Pulau Jawa dan memiliki jumlah penduduk terbanyak kedua di Indonesia setelah Jawa

Barat Jawa Timur berbatasan dengan Laut Jawa di utara Selat Bali di timur Samudra

Hindia di selatan serta Provinsi Jawa Tengah di barat Wilayah Jawa Timur juga

meliputi Pulau Madura Pulau Bawean serta sejumlah pulau-pulau kecil di Laut Jawa

dan Samudera Hindia

Jawa Timur dikenal sebagai pusat Kawasan Timur Indonesia dan memiliki

signifikansi perekonomian yang cukup tinggi yakni berkontribusi 1485 terhadap

Produk Domestik Bruto nasional Pembagian wilayah administrasi Pemerintah Propinsi

Jawa Timur pada tahun 2003 sd tahun 2007 terbagi dalam 4 (empat) Badan Koordinasi

Wilayah Pembantu Gubernur 29 Kabupaten dan 9 Kota serta jumlah kecamatan

berjumlah 642 kecamatan Perwakilan kecamatan sejak tahun 2003 telah ditiadakan

sebelumnya berjumlah 114 dan Kota Administratif Batu sejak tahun 2003 telah menjadi

Kotasedang Kota Administratif Jember berdasarkan peraturan perundangan telah

21

dicabut dengan demikian Jember hanya sebagai Kabupaten Jumlah kelurahan

sebanyak 785 Kelurahan dan Desa sebanyak 7680 desa

Table 8

Pembagian Wilayah Administrasi Provinsi Jawa Timur

Uraian 2001 2002 2003 2004 2005 2006Badan koordinasi wilayah 4 4 4 4 4 4Jumlah Kabupaten 29 29 29 29 29 29Jumlah kota 9 9 9 9 9 9Jumlah Kecamatan 642 642 642 642 657 657Jumlah Kelurahan 784 784 784 784 784 784Jumlah Desa 7715 7715 7715 7715 8484 8484

Sumber Biro Pemerintahan dan Otoda Setda Prop Jatim amp Jatim Dalam Angka 2006

2 Gambaran geografis

a gambaran geografis kabupaten Pasuruan

Kota Pasuruan adalah ibu kota Pasuruan Jawa Timur terletak di persimpangan

jalur regional Surabaya-Probolinggo-Malang Orientasi Wilayah Kota Pasuruan memiliki

wilayah seluas 3529 kmsup2 dengan jumlah penduduk sebanyak 158864 jiwa (Sensus

Penduduk 2000) Wilayahnya terdiri dari 3 kecamatan 19 kelurahan dan 15 desa

Tiga kecamatan tersebut yaitu Kecamatan Gading rejo Purworejo dan Bugulkidul

Kecamatan Bugulkidul memiliki wilayah terbesar (1624 kmsup2) sedang untuk Gadingrejo

dan Purworejo masing-masing 1046 kmsup2 dan 859 kmsup2

b Gambaran geografis kabupaten Sidoarjo

Kota Sidoarjo merupakan Ibukota Kecamatan Sidoarjo yang terletak di tepi Selat

Madura dan termasuk dalam wilayah administratif Kabupaten Sidoarjo Propinsi Jawa

Timur Batas-batas administrasi dari kota Sidoarjo ini adalah

1048707 Sebelah utara Kecamatan Waru

22

1048707 Sebelah selatan Kecamatan Porong

1048707 Sebelah Timur Selat Madura

1048707 Sebelah Barat Kecamatan Krian

Secara geografis wilayah Kota Sidoarjo memiliki luas wilayah 6256 Ha Ditinjau dari

Topografi keadaan medan Kota Sidoarjo berada pada ketinggian antara 23 - 32 diatas

permukaan laut

c Gambaran geografis kabupaten malang

3 Pemetaan Penduduk miskin di kabupaten Sidoarjo Pasuruan dan Malang

Gambaran Rumah Tangga Miskin Di Kabupaten Sidoarjo Pasuruan Dan Malang

Hasil penelitian dengan menggunakan data skunder yang telah dilakukan mengenai jumlah rumah tangga miskin yang ada di kabupaten sidoarjo pasuruan dan malang seperti tergambar pada table di bawah ini

Table 9Jumlah keluarga miskin di kabupaten sidoarjo pasuruan dan malang

Kabupaten 2005 2006 Sidoarjo 239100 1402 223300 1297Pasuruan 285100 2016 308900 2167Malang 373700 1617 404800 171Jawa timur 7139900 1995 7678100 2109

sumber BPS

Dari deskripsi data diatas mengenai jumlah keluarga miskin di 3 kabupaten

provinsi jawa timur antara tahun 2005 dan 2006 menunjukkan tingkat kemiskinan yang

bervariasi Untuk kabupaten sidoarjo jumlah keluarga miskin sebesar 239100 atau

mencapai 1402 dari jumlah penduduk di tahun 2005 Tahun berikutnya jumlah

keluarga miskin berkurang menjadi 223300 atau 1297 dari total penduduk di

kabupaten sidoarjo Penurunan jumlah keluarga di kabupaten sidoarjo ternyata tidak

diikuti di tetangga kabupatennya seperti pasuruan dan malang Jumlah keluarga miskin

di kabupaten pasuruan sebanyak 285100 atau 2016 di tahun 2005 dan naik menjadi

308900 atau 2167 dari toatal keluarga di kabupaten pasuruan Demikian juga dengan

23

kabupaten malang jumlah keluarga miskin di tahun 2006 juga mengalami kenaikan

Tahun 2005 jumlah keluarga miskin sebanyak 373700 atau 167 naik menjadi

404800 atau 171 dari jumlah keluarga yang tinggal di kabupaten malang

4 Gambaran rumah tangga miskin pada kabupaten pasuruan sidoarjo dan

malang

Jika dilihat mengenai masalah kemiskinan di daerah provinsi jawa timur maka dapat

diketahui bahwa peta penduduk miskin tidak hanya terkelompok pada kabupaten yang

mempunyai sumberdaya alam yang sedikit namun juga terdapat ppotensi kemiskinan di

daerah yang mempunyai sumber daya alam yang banyak Untuk lebih jelasnya berikut

peta potensi kemiskinan pada masing ndash masing kabupaten yang diikuti dengan jumlah

penduduknya

Tabel

Jumlah Rumahtangga Miskin Masing-Masing Kabupaten

Di Wilayah Provinsi Jawa Timur

KabupatenJumlah Penduduk Jumlah Penduduk Miskin

2005 2006 2005 2006Kabupatenkab Pacitan 869642 885986 150100 162600kab Ponorogo 665070 687786 152500 165200kab Trenggalek 969461 984460 165800 189000kab Blitar 525888 1140809 175800 190400kab Kediri 1429137 1525231 255900 277200kab Malang 2336363 2419822 373700 404800kab Lumajang 999525 1026400 186100 201900kab Jember 2261477 2278718 408000 423300kab Banyuwangi 1514605 1575265 236100 251900kab Bondowoso 698504 725571 169500 183600kab Situbondo 605208 636200 113200 107200kab Probolinggo 1021279 1070137 267400 289700kab Pasuruan 1398122 1485342 285100 308900kab Sidoarjo 1697435 1838666 239100 223300kab Mojokerto 969299 1027871 154300 165400kab Jombang 1222499 1212876 278600 289900kab Nganjuk 989693 1065459 235800 255400kab Madiun 641596 667709 137500 144700kab Magetan 617492 621862 104600 113300kab Ngawi 827728 857449 193400 209100kab Bojonegoro 1228939 1251051 323900 350900

24

kab Tuban 1063375 1104538 300700 325800kab Lamongan 1187065 1274194 280800 304200kab Gresik 1118841 1120541 242500 287500kab Bangkalan 889590 945863 286700 306700kab Sampang 835122 894046 325900 353100kab Pamekasan 762876 782076 237600 271500kab Sumenep 1004758 1068595 331200 351100

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa di kabupaten malang mempunyai potensi

kemiskinan yang tinggi pada tahun 2005 dan 2006 Tingginya angka kemiskinan di

kabupaten tersebut mengindikasikan bahwa kurang adanya pemerataan pada

pembangunan perekonomian Kabupaten pasuruan dan kabupaten sidoarjo memiliki

jumlah penduduk miskin relatif dibawah kabupaten malang Hal tersebut bisa terjadi

karena kedua kabupaten berada pada lingkar urat nadi perekonomian jawa timur

sehingga perekonomian di wilayah tersebut dapat terdongkrak akibat aktivitas

perekonomian jawa timur

5 Karakteristik Perekonomian Rumah Tangga Miskin

51 Kabupaten Pasuruan

Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden

Salah satu penentuan sebuah masyarakat miskin adalah dengan melihat rata-

rata tingkat pendapatannya Oscar Lewis (1966) akar dari timbulnya budaya miskin

salah satunya adalah rendahnya gajipendapatan

Tabel

Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden kabupaten pasuruan

No

lt 200000200000

sd 400000

410000 sd

500000gt 500000 Jumlah

1Tidak

Bekerja

2 2 29

2Buruh Pasar

3 3 6 613 10

3Kuli

Banguan

1 2 1 4 44 7 3

4 Pemulung

1 1 8 10 104 3 22

25

5 Pedagang

4 8 10 22 2217 28 27

6 Becak 3 7

10 1010 19

7Sopir

Angkutan

1 4 5 10 104 14 14

8 Wiraswasta

1 2 1 15 54 7 3 11

9 Bengkel

2 3 1 17 79 10 3 11

10Buruh Pabrik

4 610 1011 67

11 Lain-lain

8 3 1 12 1235 10 11 100

Jumlah 23 29 37 9 98

Table diatas menjelaskan mengenai tingkat pendapatan dan jenis pekerjaan

pada kabupaten pasuruan Dari 91 sampel yang di ambil ada beberapa karakteristik

pendapatan dari para pekerja Secara umum masyarakat yang mempunyai pendapatan

lebih dari 500 ribu di domonasi oleh pekerja swasta bengkel buruh pabrik dan lain-lain

Buruh pabrik memiliki tingkat pendapatan di atas 500 ribu disebabkan karena adanya

kebijakan UMR yang harus dipenuhi oleh perusahaan di wilayah tersebut

Tabel

Keahlian Yang Dimiliki Masyarakat kabupaten pasuruan

No Jenis Pekerjaan Responden Wiraswasta BengkelMontir Sopir

Tukang Bangunan

DagangLain-lain

jumlah

1 Tidak Bekerja 0 0

2 Buruh Pasar

1 1 2 26 0 0 0 7 0

3 Kuli Bangunan

5 5 414 1428 0 0 25 0 22

4 Pemulung

33 30 0 0 0 0 17

5 Pedagang

2 1 3 28 80 0 13 5 21 11

26

6 Becak

2 4 5 314 140 17 25 25 0 17

7 Sopir Angkutan

2 3 5 50 17 19 0 0 0

8 Wiraswasta

5 3 5 13 1328 0 0 15 36 0

9 Bengkel

5 2 29 90 42 13 0 0 11

10 Buruh Pabrik

5 3 3 11 1128 0 0 15 21 0

11 Lain-lain

2 3 5 3 2 419 1911 25 31 15 14 22

Jumlah 18 12 16 20 14 18 98 100

Keberagaman keahlian yang dimiliki oleh masyarakat kabupaten pasuruan tidak

berarti bahwa keahlian yang dimilikinya terspesifikasi pada satu jenis keahlian tertentu

namun tidak sedikit masyarakat yang mempunyai keahlian lain diluar dari profesi yang

dimilikinya Sebagai contoh adalah seorang pegawai bengkel tidak hanya ahli dalam

memperbaiki kendaraan bermotor namun juga bisa berprofesi sebagai sopir Hal

tersebut ditunjukkan oleh hasil observasi yang telah dilakukan untuk masyarakat daerah

pasuruan dimana pegawai bengkel ternyata juga bisa berprofesi sebagai sopir atau

bidang usaha yang lain

Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan

NoJenis

Pekerjaan Responden

Tempat Usaha

Alat Modal Pemasaran Ketrampilan jumlah

1 Tidak Bekerja

2 Buruh Pasar

3Kuli

Bangunan

4 Pemulung

5 5 10 10 23 12

5 Pedagang

8 5 13 1350 12

27

6 Becak

4 8 12 12 18 19

7Sopir

Angkutan

5 5 5 12

8 Wiraswasta

8 6 14 14 36 14

9 Bengkel

5 6 11 11 23 14

10 Buruh Pabrik

77 7 41

11 Lain-lain

8 8 1026 2750 19 59

Jumlah 16 22 43 0 17 98 100

Dengan keahlian yang dimiliki oleh masyarakat pasuruan dapat diindikasikan

bahwa keahlian yang dimiliki mempunyai kemerataan sampel Dari seluruh responden

yang dijadikan sampel sebagian besar menginginkan bantuan modal alat dan tempat

usaha Untuk jenis pekerjaan bengkel sampel menyatakan bahwa responden

menginginkan bantuan modal dan alat untuk dapat mengembangkan usahanya Hal

yang sama juga ditunjukkan untuk jenis pekerjaan wiraswasta dimana 23 menyatakan

menginginkan bantuan alat dan 24 menginginkan bantuan modal

52 Kabupaten Sidoarjo

Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden

No Gaji amp Jenis Pekerjaan

lt 200000

200000 sd

400000

410000 sd

500000gt 500000 Jumlah

1 Tidak Bekerja

2

2 2111

2 Buruh Pasar

6 4

10 11333 200

3 Kuli Banguan

1 8 1

10 1156 400 50

4 Pemulung

8 2

10 11444 100

5 Pedagang

1 2 7

10 1150 100 212

28

6 Becak

1 2

3 356 100

7 Sopir Angkutan

2 6 1

9 10100 300 30

8 Wiraswasta

1 2 7

10 1150 100 212

9 Bengkel

4 5

9 10200 152

10 Buruh Pabrik

5 5

10 11250 152

11 Lain-lain

8

8 9242

Jumlah 18 20 20 33 91 100

Karakteristik pendapatan masyarakat di daerah perkotaan kabupaten sidoarjo

menunjukkan kesamaan dari kabupaten pasuruan Secara keseluruhan responden yang

berpenghasilan di atas 500 ribu di dominasi oleh masyarakat yang mempunyai

pekerjaan sebagai wiraswasta bengkel buruh pabrik dll Jika ditelaah lebih lanjut

memang untuk golongan buruh pabrik mereka berpenghasilan ditas 500 ribu karena ada

jaminan dari pemerintah mengenai pendapatan minimum melalui UMR Sedangkan

masyarakat yang bekerja di bengkel mendapatkan pendapatan yang tinggi karena

sidoarjo merupakan daerah industry sehingga tidak sedikit masyarakat yang

menggunakan kendaraan bermotor dalam aktifitasnya

Tabel

Keahlian Yang Dimiliki Masyarakat kabupaten sidoarjo

NoJenis

Pekerjaan Responden

Wiraswasta BengkelMontir

SopirTukang

BangunanDagang

Lain-lain

jumlah

1Tidak

Bekerja

2 Buruh Pasar

5 6 718 1831 43 37

3 6 8 14 14

29

Kuli 46

4 Pemulung

6 7 13 13 23 54

5 Pedagang

8 3 11 1150 30

6 Becak

8 8 8 57

7Sopir

Angkutan

5 49 9 19 21

8 Wiraswasta

3 5 8 8 30 19

9 Bengkel

4 4 4 15

10Buruh Pabrik

11 Lain-lain

3 4 6 13 1319 40 23

Jumlah 16 10 26 13 14 19 98 100

Menurut survey yang telah dilakukan ternyata tipikal masyarakat sidoarjo dan

pasuruan untuk kategori keahlian yang dimiliki adalah sama penyebarannya Untuk

kabupaten sidoarjo jenis pekerjaan terbanyak adalah buruh pasar dengan keahlian yang

dimiliki berdagang serta ada yang memiliki keahlian sebagai tukang sepatu

Keberagaman jumlah responden menunjukkan keberagaman pekerjaan masyarakat

yang dijadikan sebagai obyek penelitian Menurut hasil penelitian digambarkan bahwa

seorang yang berprofesi sebagai pemulung ternyata juga memiliki keahlian di bidang

lainnya seperti tukang bangunan bahkan sopir Dari informasi yang dimiliki tersebut

diharapkan pemerintah dapat memberikan bantuan sesuai dengan bidang profesi

masyarakat atau keahlian masyarakat itu sendiri

30

Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan

NoJenis

Pekerjaan Responden

Tempat Usaha

Alat Modal Pemasaran jumlah

1Tidak

Bekerja

0 0

2Buruh Pasar

2 8 10 01020418 15

3Kuli

Bangunan

1 3 6 10 01020414 14 12

4 Pemulung

1 8 9 00918374 15

5 Pedagang

10 2 4 16 016326540 10 8

6 Becak

2 4 6 12 01224498 19 12

7Sopir

Angkutan

2 6 8 00816338 12

8 Wiraswasta

3 7 10 0102041 14 13

9 Bengkel

5 6 11 0112245 24 12

10Buruh Pabrik

0 0

11 Lain-lain

7 4 1 12 012244928 19 2

Jumlah 25 21 52 0 98

Masyarakat daerah sidoarjo untuk segala jenis pekerjaan yang dijadikan subyek

penelitian menyatakan bahwa masyarakat memilih diberikan bantuan modal alat dan

tempat usaha Sedangkan untuk aspek pemasaran masyarakat sidoarjo tidak begitu

memerlukan bantuan Karena jika kita perhatikan kabupaten sidoarjo terletak di urat nadi

perekonomian jawa timur sehingga diharapkan pemasaran tidak menjadi kendala Dari

98 orang yang dijadikan responden sebanyak 52 orang dari berbagai macam profesi

menginginkan bantuan modal usaha

31

Berdasarkan hasil data skunder yang telah dilakukan terhadap seluruh

rumahtangga miskin yang ada di Kota Malang maka gambaran lokasi rumahtangga

misikin yang ada di Kota Malang seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini

Tabel

Jumlah Keluarga Miskin Masing-Masing Kecamatan

Di Kota Malang

No Kecamatan Jumlah Rumah Tangga

Prosentase

1 Kedungkandang 6635 2730

2 Sukun 6255 2574

3 Klojen 3432 1412

4 Blimbing 4158 1711

5 Lowok Waru 3821 1572 Sumber Pemkot Malang 2006

Data di atas menunjukkan jumlah rumah tangga miskin yang ada di kota malang

di masing-masing Kecamatan Dari 5 kecamatan yang ada dikota Malang jumlah

kemiskinannya adalah sebagai berikut Kecamatan yang paling tinggi angka

kemiskinannya adalah kecamatan Kedungkandang yaitu sebesar 2730 kecamatan

Sukun sebesar 2574 kemudian Kecamatan Lowok Waru sebesar 1572

Kecamatan Blimbing 1711 dan angka terendah Rumah tangga miskinnya adalah

kecamatan Klojen yairu sebesar 1412

Gambar

Jumlah keluarga Miskin di Kota Malang

0 1 2 3 4 5 6 7

Kedungkandang

Sukun

Klojen

Blimbing

Lowok Waru

Jumlah Rumah Tangga

32

Berdasarkan gambaan di atas jumlah rumah tangga miskin di kota malang

berada pada daerah-daeah tertentu (Kedungkandang dan Sukun) wilayah ini merupakan

wilayah pinggiran kota yang padat dengan jumlah penduduknya Kecamatan

Kedungkandang merupakan daerah yang umumnya pdat penduduk dan daerah tersebut

merupakan daerah pinggiran kota serta rata-rata penduduknya memiliki mata

pencaharian pedagang Daerah tersebut juga merupakan daerah pusat-pusat industri

kecil dan yang lebih telihat bahwa kebanyakan rumah tangga miskin bertempat tinggal

di daerah aliran sungai brantas (DAS Brantas) serta di pinggiran jalur kereta api

Berbeda halnya dengan kecamatan Sukun daerah ini selain terdapatnya pusat

perdagangan juga merupakan daerah industri kecil (home industri) Keberadaan rumah

tangga miskin selain rata-rata kehidupannya berdagang juga bertempat tinggal pada

daerah-daerah perkampungan

33 Aspek Kultural Pada Masyarakat Miskin

Urbanisasi merupakan salah satu faktor pemicu perkembangan kota terjadinya

perpindahan penduduk dari desa ke kota disebabkan oleh berbagai faktor baik faktor

pearik maupun pendorong perkembangan industri dan perdagangan di kota merupakan

faktor penarik yang menyebabkan orang untuk berdatangan dan tinggal di daerah

perkotaan Keinginan untuk dapat mendapatkan penghasilan dan pekerjaan yang lebih

baik untuk mencukupi kebutuhan hidup merupakan penyebab utama terjadinya

urbanisasi Namun kondisi tersebut tidak seiring dengan kualitas pendidikan dan

ketrampilan yang memadai sehingga mereka tidak dapat ditampung di sektor formal

melainkan menggantungkan hidupnya pada sektor informal yang kurang menentu

Selain itu yang menjadi faktor pendorong terjadinya urbanisasi adalah kondisi fasilitas di

daerah asal (pedesaan) kurang memadai serta semakin menyempitnya lahan pertanian

dan peluang pekerjaan

Pertambahan penduduk di kota yang sangat tinggi menyebabkan berbagai

permasalahan sosial permasalahan yang muncul adalah adanya perkampungan kumuh

dan perumahan liar di pinggiran kota dan umumnya di daerah pinggiran aliran sungai

brantas (DAS) Masalah tersebut disebabkan oleh ketidak mampuan masyarakat miskin

perkotaan untuk memiliki rumah yang layak huni Penyebab lainnya adalah ketidak

mampuan pemerintah kota untuk menyediakan sarana bagi masyarakat miskin

33

perkotaan Pembangunan perkotaan senantiasa bukan memberikan solusi dalam

pengentasan kemiskinan perkotaan melainkan sebaliknya yaitu menjadikan proses

penggusuran dan semakin terdesaknya kehidupan masyarakat miskin tersebut

Tabel

Daerah Asal Responden sidoarjo

NoJenis

Pekerjaan Responden

Jawa Timur Non

Madura

Madura Jawa Barat

Jawa Tengah

Luar Jawa

jumlah

1Tidak

Bekerja

2Buruh Pasar

8 1 1 10 1011 7 7

3Kuli

Bangunan

7 2 1 10 1010 14 7

4 Pemulung

9 9 913

5 Pedagang

10 10 1014

6 Becak

8 1 2 11 1111 7 14

7Sopir

Angkutan

10 10 1014

8 Wiraswasta

8 6 14 1411 43

9 Bengkel

10Buruh Pabrik

8 2 10 1011 14

11 Lain-lain

2 2 10 14 143 14 71

Jumlah 70 14 0 14 0 98 100

Dari data diatas sebagian besar kaum migrant untuk setiap profesi berasal dari

jawa timur Di definisikan jawa timur karena seluruh masyarakat urban berasal dari jawa

timur kecuali Madura Ada beberapa alasan dari responden mengapa mereka

melakukan urbanisasi salah satunya adalah untuk memperbaiki taraf ekonomi karena

kabupaten sidoarjo dianggap sebagai kabupaten yang memiliki potensi yang cukup

34

tinggi dalam bidang industry Profesi terbanyak yang diminati oleh pendatang adalah

sebagai pedagang dan sebagai sopir

Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin

pada kabupaten sidoarjo dapat diperhatikan gambar di bawah ini

Gambar

Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin

35

Tabel

Daerah Asal Responden pasuruan

NoJenis

Pekerjaan Responden

Jawa Timur Non

Madura

Madura Jawa Barat

Jawa Tengah

Luar Jawa

jumlah

1 Tidak Bekerja

2 Buruh Pasar

4 4 24

3 Kuli Bangunan

5 5 55

4 Pemulung

10 10 1011

5 Pedagang

20 20 2022

6 Becak

8 2 10 109 33

7Sopir

Angkutan

0 0

8 Wiraswasta

0 0

9 Bengkel

10 Buruh Pabrik

15 4 19 1916 67

11 Lain-lain

30 30 3133

Jumlah 92 6 98 98 98

Sama seperti pada kabupaten sidoarjo sebagian besar pendatang adalah dari

wilayah jawa timur Pendatang sebagian besar berprofesi sebagai pedagang karena

wilayah sidoarjo selain sebagai sentra industry provinsi jawa timur juga sebagai urat nadi

perekonomian jawa timur Sehingga bagi para pedagang akan sangat menguntungkan

karena di lewati dari berbagai wilayah di jawa timur

Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin

pada kabupaten pasuruan dapat diperhatikan gambar di bawah ini

Gambar

36

Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin

Tabel 5Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan di kota malang

Lama Tinggal (Tahun)Kecamatan

pddkAsli le 2 3 - 6 7 - 9 ge 10

Jumlahrespondn

Kedung kandang10

(1053)- 3

(316)11

(1158)71

(1473) 95

18 - - 15 52

37

Sukun (2118) (1764) (6118) 85

Klojen9

(1200)5

(667)12

(1600)9

(1200)40

(5333) 75

Blimbing8

(100)2

(25)- 8

(100)62

(775) 80

Lowok Waru15

(1923)- - 7

(897)56

(7180) 78

Sumber Data Primer

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa dari responden (keluarga miskin)

perkotaan sebagian besar bukan penduduk asli daerah kota Malang melainkan

pendatang yang merupakan kaum migran dan menetap di kota Malang kecamatan

kedung Kandang merupakan daerah yang padat penduduknya dimana 1473

menunjukkan jumlah responden yang sudah lama tinggal di kota malang (di atas 10

tahun) bahkan beberapa responden sudah turun-menurun dari keluarga mereka

Kecamatan Sukun yang merupakan kaum pendatang yang tinggal di kota Malang sudah

puluhan tahun sebanyak 6118 dari responden yang ada Kecamatan Klojen sebesar

5333 Kecamatan Blimbing sebanyak 775 dan untuk kecamatan Lowok Waru

sebanyak 7180 dari masing-masing responden di tingkat kecamatan Kondisi ini

menjelaskan bahwa masyarakat miskin perkotaan adalah rata-rata kaum migran yang

sengaja datang ke kota Malang untuk mencari kehidupan yang lebih baik dari daerah

asal mereka Umumnya mereka datang sebagai migran tetap dan keberadaan mereka

sudah terbiasa hidup dalam kondisi serba kekurangan Beberapa responden yang

ditemui juga menjelaskan bahwa sebagai kaum pendatang sudah tidak asing lagi

dengan kehidupan masyarakat di kota Malang Umumnya mereka membaur dengan

masyarakat pendatang lainnya dengan hidup di kepadatan penduduk kota Malang

Salain dilihat dari lamanya masayarakat pendatang (migran tetap) tinggal di kota

Malang dapat pula dijelaskan mengenai temapat asal (daerah asal) responden untuk

melihat derah asal rumah tangga miskin perkotaan dapat kita bagi dengan

menggunakan batasan daerah (wilayah) Dimana wilayah pembagiannya adalah

mereka yang berasal dari daerah Jawa Timur (non-Madura) daerah Madura daerah

Jawa Tengah Jawa Barat dan Luar Jawa Adapun gambaran daerah asal rumah

tangga miskin perkotaan dapat dilihat pada tabel berikut

38

Tabel

Daerah Asal Responden

Daerah

Asal

Kecamatan

Jawa

Timur

Non-

Madura

Madur

a

Jawa

Tengah

Jawa

Barat

Luar

Jawa

Jumlah

Respond

n

Kedung kandang21

(2470)52

(6118)9

(1059)3

(353)- 85

Sukun19

(2836)28

(4179)12

(1791)8

(1194)- 67

Klojen9

(1364)49

(7424)5

(758)3

(454)- 66

Blimbing31

(4306)33

(4563)6

(833)2

(278)- 72

Lowok Waru28

(4444)21

(3333)9

(1429)5

((794)- 63

Sumber Data Primer

Berdasarkan data pada tabel di atas menunjukkan bahwa umumnya kaum

migran berasal dari daerah Jawa Timur dan daerah Madura Untuk kecamatan Kedung

Kandang sebesar 6118 berasal dari Madura kemudian Kecamatan Sukun 4179

kaum Migran berasal juga dari Madura Kecamatan Klojen 7424 Kecamatan Blimbing

sebesar 4563 dan kecamatan Lowok Waru sebesar 3333 Dari kelima kecamatan

tersebut yang banyak di datangi oleh migran yang berasal dari daeah Madura adalah di

Kecamatan Kedung Kandang (6118) dan Kecamatan Klojen (7424) dan mereka

sengaja tinggal di dekat pusat perkotaan dengan tujuan memudahkan untuk aktifitas

kegiatan pekerjaannya yang rata-rata bergelut disektor informal (pedagang kaki lima)

331 Kondisi Tempat Tinggal Masyarakat Miskin Perkotaan

Dilihat dari tempat tinggal masyarakat miskin perkotaan rata-rata kondisi tempat

tinggalnya dengan model bangunan semi permanen dan permanen sederhanan dengan

memanfatkan kondisi tanah yang rawan bencana (longsor kebisingan kumuh dan

sebagainya)

Tabel

Kondisi Fisik Bangunan Rumah RTM

39

Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan

Kondisi Fisik RumahKecamatan

Sesek(papan)

SemiPermanen Permanen

Jumlahrespondn

Kedung kandang

11(1158)

52(5474)

32(3368) 95

Sukun20

(2353)33

(3882)32

(3765) 85

Klojen5

(667)31

(1733)39

(5200) 75

Blimbing3

(375)13

(1625)64

(8000) 80

Lowok Waru9

(1154)24

(3077)45

(5769) 78

Sumber Data Primer

dari data primer (tabel) menunjukkan bahwa sebagian besar tempat tinggal

masyarakat miskin perkotaan adalah semi permanen dan permanen akan tetapi dengan

ukuran ruang (luas bangunan) yang cukup minim Dan umumnya yang mereka lakukan

adalah dengan menyewa tanah dan atau menempati tanah rawan musibah adapun

kondisi perumahan masyarakat miskin perkotaan dapat dilihat pada gambar berikut

Gambar

Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin Perkotaan

40

Dari gambar di atas terlihat bahwa kondisi tempat tinggal mereka sangat rawan

dengan terjadinya bencana dan kekumuhan kondisi ini selain rawan terhadap adanya

bahaya tersebut juga sangat rawan dengan permasalahan kesehatan

34 Analisa Spasial

Informasi mengenai tipologi perekonomian masyarakat akan sangat membantu

pemerintah dalam menentukan kebijakan ekonomi di masa mendatang Dari informasi

tersebut dibuatlah peta potensi ekonomi dengan maksud merelevansikan antara potensi

ekonomi daerah dan kebijakan ekonomi Selain itu jika kebijakan ekonomi hanya

terfokus di suatu wilayah tertentu akan berdampak pada ketimpangan pertumbuhan

ekonomi Seperti dijelaskan sebelumnya inventarisasi sarana ekonomi sebuah wilayah

dilakukan dengan menggunakan pendekatan tipologi suatu wilayah Melalui pendekatan

ini selanjutnya dapat digambarkan wilayah majemuk dengan fenomena yang kompleks

dengan beberapa persamaan di dalamnya Maksudnya bahwa pada tipologi suatu

wilayah ada relevansinya dengan keberadaan potensi ekonomi maupun potensi sarana

ekonomi di wilayah tersebut Ini menandakan bahwa kebijakan pengembangan ekonomi

suatu wilayah diperlukan pengadaan sarana ekonomi yang tepat sedikitnya sesuai

dengan kondisi wilayah yang dibangun termasuk karakteristik kegiatan ekonomi yang

dilakukan oleh masyarakat setempat sehingga keberadaan sarana tersebut mampu

mendorong aktivitas ekonomi masyarakat dan pada akhirnya mengentaskan dan

menanggulangi kemiskinan

41

Di wilayah kabupaten pasuruan terdapat berbagai macam potensi ekonomi yang

belum tersentuh pengembangannya oleh pemerintah daerah Potensi yang terdapat di

wilayah tersebut bukan hanya pada potensi sumber daya alam melainkan juga potensii

sumber daya manusianya Untuk wilayah ssidoarjo perlu adanya perhatian mendalam

pada pengembangan sumber daya manusia karena di wilayah tersebut banyak sekali

potensi industri yang dapat berkembang Sedangkan untuk daerah malang hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa disinyalir masih terdapat kegiatan ekonomi maupun

sarana ekonomi yang menunjang kegiatan tersebut belum dimanfaatkan secara optimal

Keadaan ini menjadikan keduanya masih bersifat potensial dan memerlukan

penanganan pengelolannya agar dapat diperoleh output yang optimal pula Pengelolaan

optimal tersebut tentu masih memerlukan suatu pengkajian tersendiri untuk mengukur

sampai sejauh mana tingkat feasibilitasnya

Potensi sarana ekonomi kabupaten ssidoarjo kabupaten pasuruan dan Kota

Malang merujuk pada sarana ekonomi (dalam bentuk fisik) yang teridentifikasi di setiap

daerah maupun yang sudah terkompilasikan di tingkat kabupaten dan kota Potensi

tersebut dapat di petakan pada masing-masing kabupaten di wilayah Jawa Timur

melalui Peta berikut

Gambar Provinsi Jawa Timur

42

Gambar kota Malang

43

keterangan

daerah masyarakat miskin perkotaan

daerah potensi terjadinya kemiskinan

tidak ada potensi terjadnya kemiskinan

Sejalan dengan maksud di atas Pemerintah Kota Malang masih

perlu melakukan kajian mendalam tentang pengembangan potensi wilayah

sebagai salah satu upaya untuk mendukung pemulihan ekonomi yang

bersifat jangka menengah Dukungan kajian ini dilakukan dengan menggali

lebih dalam potensi yang dimiliki setiap kawasan di wilayah Kota Malang

Dengan demikian Pemerintah Kota Malang dengan mudah dapat mengambil

langkah-langkah menumbuh kembangkan potensi sarana ekonomi daerah

44

Kec Blimbing Industri (kecil-

menengah)Pariwisata Pertanianperumahanperdagangan

Kec Kedungkandang Industri (kecil-

menengah)Pertanianperumahan

Kec Sukun Industri kecilPendidikanperumahan

Kec Kolojen perdagangan PendidikanPerhotelanperkantoran

Kec Lowokwaruperumahan PendidikanIndustri (kecil-

menengah)

khususnya yang berada di pusat-pusat kegiatan produksi masyarakat yang

dianggap cukup strategis di Kota Malang

Sejalan dengan semakin meningkatnya peran serta dunia usaha

dan masyarakat di dalam pelaksanaan pembangunan maka program-

program pembangunan Kota Malang perlu disusun dengan

mempertimbangkan keterlibatan mereka Upaya ini dimaksudkan agar

Pemerintah Kota Malang lebih mudah mengefektifkan potensi sarana

ekonomi dan mengarahkannya untuk kepentingan pembangunan yang lebih

konsisten efektif dan efisien serta berkelanjutan dalam menanggulangi

kemiskinan

Secara keseluruhan penduduk miskin di wilayah kota malang masih tersebar

merata di seluruh kecamatan Kecuali di kecamatan Lowokwaru sebagian besar di

kecamatan ini tidak ada potensi kemiskinan Hal tersebut dikarenakan banyaknya

industry pendidikan seperti UMM UNISMA UNIGA Brawijaya ITN UM dll Dengan

banyaknya perguruan tinggi di wilayah tersebut maka potensi perekonomian semakin

besar Tidak sedikit masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang makanan karena

untuk memnuhi kebutuhan para mahasiswa

Pada data dikatakan bahwa rata-rata pendapatan di kecamatan Lowokwaru

masih besar padahal menurut analisis spasial potensi terjadinya kemiskinan sangat

kecil Pada analisi ekonomi diindentifikasi bahwa banyak masyarakat yang

berpendapatan dibawah 400 ribu Hal tersebut terjadi pada masyarakat yang tinggal di

daerah pesisir sungai Masih banyak masyarakat yang tinggal di Daerah Aliran Sungai

tidak memiliki kesempatan kemampuan untuk bersaing dengan masyarakat yang tidak

tiggal di Daerah Aliran Sungai Di perkirakan masyarakat yang menempati DAS

merupakan masyarakat pendatang yang berurbanisasi dengan tidak membawa suatu

keahlian

Potensi kemiskinan terbesar dapat terjadi di Kecamatan Sukun Banyak

masyarakat di daerah ini yang memiliki pendapatan dibawah 400 ribu Jika kita

bandingkan dengan kecamatan Lowokwaru potensi kemiskinan di daerah kecamatan

Sukun tidak hanya terjadi di DAS namun juga pada masyarakat lainnya Banyak faktor

yang mengindikasikan potensi kemiskinan salah satu faktor utama adalah sulitnya

pemasaran dan persaingan yang ketat Meski kegiatan masyarakat di kecamatan

Lowokwaru dengan kecamatan Sukun relatif sama namun di kecamatan Lowokwaru

45

pemasaran barang dan jasa yang diproduksi tidak sesulit di kecamatan Sukun meski

ada persaingan

Hampir memeratanya potensi masyarakat miskin di kecamatan Sukun

menimbulkan dampak di kecamatan Kedungkandang terutama di perbatasan diantara

kedua kecamatan tersebut Menurut survey yang dilakukan memang sebagian besar

masyarakat miskin berpotensi di DAS Dapat dilihat di peta bahwa gambar merah

bersinggungan antara kedua kecamatan dan di kedua wilayah tersebut dialiri sungai

yang sama namun jika kita lihat kebawahnya warna kecamatan Kedungkandang mulai

ada yang Hijau Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat diluar DAS mempunyai

usaha yang berhubungan positif dengan pendapatan seperti pertanian

Berbeda halnya di kecamatan Klojen kecamatan ini merupakan pusat

pemerintahan kota Malang Banyak warga di kecamatan ini yang berprofesi sebagai

pegawai negeri sipil Memang masih terindikasi adanya kemiskinan di daerah tersebut

namun kemiskinan itu timbul karena mereka yang tidak mempunyai kesempatan dan

daya tawar diri mereka Kebanyakan yang tidak memiliki daya tawar diri yang tinggi

adalah mereka para pendatang yang tidak membawa keahlian kemudian mereka

tinggal di DAS dan berprofesi sebagai buruh tani buruh pabrik ataupun yang lainnya

yang tidak membutuhkan keahlian lebih

Bab V Kesimpulan dan Saran

Setelah melalui beberapa tahapan analisis dalam mengidentifikasi kemiskinan

perkotaan di beberapa wiayah Jawa Timur terdapat beberapa kesimpulan yaitu

1 Didapat bahwa sebaran penduduk miskin berkosentrasi pada daerah

sepanjang aliran sungai dan ada beberapa kota yang mengindikasikan

bahwa penduduk miskin berasal dari pendatang dari luar kota

2 Dalam penanggulangan kemiskinan pemerintah sudah banyak

mengeluarkan berbagai macam program pengentasan kemiskinan seperti

P2K P2KP BLT dll namun dalam aplikasinya banyak program yang belum

tepat sasaran

3 Ada beberapa karakteristik yang menarik dalam pengentasan kemiskinan

diantaranya bahwa dalam mengentaskan masyarakat miskin metode yang

46

diterapkan lebih kepada pembinaan keahlian dan mentalitas karena

seperti yang terdapat di kota malang masyarakat miskin dipicu dari

kebiasaan atau mentalitas dari masyarakat tersebut dalam kehidupan

sehari-hari Riset menemukan meskipun masyarakat miskin diberikan

bantuan uang seperti BLT namun bantuan tersebut tidak diperuntukkan

kepada pengembangan usaha namun habis untuk konsumsi begitu pula

dengan program ndash program pengentasan kemiskinan yang lainnya

Saran

Dalam pengentasan kemiskinan disarankan kepada pemerintah untuk mencari

data kemiskinan yang akurat dengan tujuan pemberian bantuan dalam rangka

pengentasan kemiskinan dapat terserap tepat pada masyarakat yang dituju Selain itu

untuk mengentaskan masyarakat yang bertipikal ldquokultur miskinrdquo harus banyak diberikan

pelatihan dan pembinaan mental

47

DAFTAR PUSTAKA

Blakely Edward J (1989) Planning Local Economic Development Theory and Practice Sage Library of Social Research 168 Sage Publication

BPS (1999) Perkembangan Tingkat Kemiskinan dan Beberapa Dimensi Sosial Ekonominya 1996-1999 Jakarta BPS

Budi Soeradji Mubyarto (1998) Gerakan Penanggulangan Kemiskinan Laporan

Penelitian di Daerah-Daerah Yogyakarta Aditya Media

Faisal Basri (2002) Perekonomian Indonesia Tantangan dan Harapan bagi Kebangkitan Indonesia Jakarta Erlangga

Fei J C H amp Gustav R (1964) Development Economics What Next In a Ranis G P Schulta (Ed) The State of Development Economics

Gunawan Sumodiningrat (1999) Penanggulangan Krisis Harus Memihak Rakyat Disampaikan pada konferensi pers untuk launcing The Economic and Social Survey of Asia and the Pacific 1999 (ESCAP) di UNIC Jakarta

Kuncoro M (2000) Ekonomi Pembangunan Teori Masalah dan Kebijakan (1st ed) Yogyakarta UPP AMP YKPN

Kuncoro M (2004) Otonomi dan Pembangunan Daerah Reformasi Perencanaan Strategi dan Peluang Jakarata Erlangga

Mellor J W (1976) The New Economies of Growth A Strategy for India and the Developing Countries Cornell Cornell University Press

Nurkse R (1953) Problem of Capital Formation in Underdeveloped Countries In Meier Gerald M Leading Issues in Economic Development edisi ke 6 Oxford University Press Oxford

Rintuh Cornelis amp Miar (2005) Kelembagaan dan Ekonomi Rakyat BPFE-UGM Yogyakarta

Sharp Ansel M Charles A Register and Paul W Cerimes (1996) Economics of Social Issues edisi ke 12 Richard D Chicago Irwin

Sumarto Sudarno (2002) ldquoGrowth Inequality and Poverty Evidence from Micro Datardquo Makala dalam The Young Economics Seminar Jakarta World Bank

48

Page 12: Makalah akp

dilakukan oleh pemerintahinstansi pusat (top-down) seringkali tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat atau daerah tertentu

maupun lingkungan (keterampilan material dan sumberdaya alam) sebagai modal dasar untuk meningkatkan kesejahteraan hidup

Program-program yang dilaksanakan secara sektoral sering kali mengakibatan adanya semangat ego-sektoral dan saling tumpang tindih

Mendorong tumbuhnya rasa percaya diri akan kemampuannya untuk lepas dari belenggu kemiskinan

Perencanaan dan penentuan sasaran dilakukan oleh masyarakat bersama aparat dilapangan sehingga sesuai dengan kebutuhan masyarakat

Banyak program penanggulangan kemiskinan yang menempatkan masyarakat sebagai obyek sehingga masyarakat kurang berpartisipasi secara aktif

Menyadarkan bahwa tidak akan ada seseoranglingkungan yang dapat keluar dari genggaman kemiskinan melainkan atas usaha orangkeluargalingkungan itu sendiri

Masyarakat ditempatkan sebagai ldquopelaku utama dalam perang melawan kemiskinanrdquo agar masyarakat berpartisipasi secara aktif

Sulitnya menjaga kontinuitas program (program baru bukan merupakan kelanjutan program lama) mengakibatkan banyak program penanggulangan kemiskinan tidak berkesinambungan

Memberikan pemahaman bahwa masalah penanggulangan kemiskinan merupakan tugas dan tanggungjawab bersama pemerintah dan masyarakat

Pertanggungjawaban kepada pemerintah dan masyarakat untuk membangun keterbukaan dan akuntabilitas

Pertanggungjawaban hanya bersifat administratif kepada pemerintah sehingga tidak terbangun keterbukaan dan akuntabilitas publik akibat pendekatan proyek maka keberhasilan program hanya diukur dengan persentase bantuan yang berhasil

Menciptakan lapangan kerja dan peluang berusaha untuk menguatkan ekonomi masyarakat setempatPenguatan organisasikelompok masyarakat yang ada memberikan bantuan fasilitas (dana dan keahlian) yang dibutuhkan untuk mendayagunakan potensi yang dimiliki

Merupakan program yang berkesinambungan Ukuran keberhasilan ditentukan oleh berdayanya masyarakat untuk keluar dari belenggu kemiskinan danmenguatnya kemampuan ekonomi masyarakat melalui terciptanya akses kepada faktor produksi dan pasar

12

disalurkan dan jumlah sasaran penerima

Sumber Hamid (2003) Dalam Kuncoro (2004)

Sebenarnya perbedaan antara pendekatan ldquotop-downrdquo dan ldquobottom uprdquo tidak

perlu terjadi terjadi apabila sistem politik nasional dan terutama lokal mampu

menciptakan akuntabilitas pemerintah terhadap masyarakatnya Ketiadaan mekanisme

akuntabilitas selain membuat pihak eksekutif dan legislatif kurang tanggap terhadap

keluhan masyarakatnya juga membuat masyarakat tersebut tidak terlalu peduli atas

kualitas layanan publik yang diterimanya ataupun terhadap kebijakan perekonmian

daerahnya Dengan sistem perimbangan keuangan pusat dan daerah saat ini dimana

sebagian besar pajak masih dikuasai pemerintah pusat sangat mudah bagi pemerintah

daerah menyalahkan pemerintah pusat apabila ada ketidakpuasan di kalangan

masyarakat lokal mengenai kualitas layanan publik

Bab III METODE PENELITIAN

1 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini mempunyai tujuan utama membangun model penaggulangan

kemiskinan yang bersifat terpadu berdasarkan aspek spasial ekonomi dan

struktural di masing-masing desakelurahan yang ada di wilayah administrasi Kota

Malang

Berdasarkan pada tujuan utama penelitian ini maka kerangka pikir mengenai

Penyusunan Model Penanggulangan Kemiskinan di Kota Malang dijelaskan pada

Gambar berikut

Gambar 1Bagan Alir Penyusunan Model KulturalStruktural dan Spasial

Sebagai Penanggulangan Kemiskinan

13

AN

AL

ISA

P

ER

MA

SA

LA

HA

N

KE

MIS

KIN

AN

P

ER

KO

TA

AA

N

Aspek StrukturalMengukur Efektifitas

program penanggulangan

kemiskinan yang telah dilakukan

Aspek Ekonomi

Mengukur kondisi ekonomi

masyarakat miskin

Aspek SpacialMengukur kondisi

geografi dan topografi

(lingkungan fisik) masyarakat miskin

OutputKesenjangan

antara program

dgn kebutuhan

OutputProses generasi

tingkat

pendidikan jenis pekerjaan

OutputKondisi

Geografitopografi

PorsesIdentifikasi

ermasalahan kemiskian perkotaan

OUTPUT

Database Permasalahan kemiskinan Profil kemiskinan Isue Strategis

OutputWork Plan

Penanggulangan

Kemiskinan

OutputMaster Plan

PenanggulanganKemiskinan

Sebagaimana telah dikemukakan di atas upaya penaggulangan kemiskinan

dilakukan dengan pendekatan spasial ekonomi dan struktural Pendekatan tersebut

pada dasarnya bertujuan untuk menghasilkan model penanggulangan kemiskinan yang

bisa menghasilkan rencana strategis dan program kerja penanggunalangan kemiskinan

secara terpadu dan berkelanjutan di Kota Malang Setidaknya ada 5 (lima)

komponenkegiatan utama yang perlu dilakukan Kegiatan-kegiatan tersebut meliputi

1 Identifikasi dan Analisis Kondisi Eksisting masing-masing kota

Tujuan utama kegiatan ini adalah untuk memahami kondisi setiap desakelurahan

dan kecenderungan perkembangan dalam kurun waktu perencanaan Adapun informasi

yang perlu dikumpulkan dikaji dan dianalisis meliputi gambar mengenai kondisi fisik

sosial ekonomi desakelurahan kebijakan dan program-program yang terkait dengan

pengembangan desa perkembangan sektor-sektor ekonomi desa dan kondisi sistem

prasarana Semua informasi ini diharapkan dapat menggambarkan eksisiting yang

tengah berlangsung (on-going) maupun yang akan dikembangkan (commited)

2 Identifikasi Potensi dan Permasalahan Kemiskinan

Berdasarkan analisis terhadap kondisi wilayah dan kecenderungan

perkembangannya diidentifikasi potensi ekonomi yang mampu mendukung

pembangunan wilayah masing-masing Kota Identifikasi yang dimaksud meliputi

antara lain

Potensi desakelurahan yang terkandung baik yang sudah

dimanfaatkan belum dimanfaatkan maupun potensial diperkirakan

ada di desa Terkait dengan hal ini adalah identifikasi sektor unggulan

atau komoditi unggulan

Kendala-kendala dalam pengembangan potensi ekonomi baik dalam

kaitannya dengan bidang prasarana keuangan dan kebijakan

sehingga menimbulkan kemiskinan pada masyarakat setempat

3 Penyusunan Skenario Penanggulangan Kemiskinan

Skenario penanggulangan kemiskinan berisi antara lain pemanfaatan ruang dan

struktur ruang (pengembangan sektor-sektor unggulan kawasan dan sistem

14

prasarana) yang merupakan acuan pengembangan desa Skenario ini disusun

berdasarkan potensi pengembangan Kota

4 Perumusan Model Penaggulangan Kemiskian

Rumusan model penaggulangan kemiskinan yang dimaksud berisi program-

program pengembangan sektor kota dan sistem prasarana dasar Program-

program ini dirumuskan dalam rangka mendukung pencapaian skenario-skenario

yang telah dirumuskan

5 Rekomendasi Pola Pelaksanaan Program-Program Pengentasan Kemiskinan

Program-program yang layak untuk diimplementasikan selanjutnya dikaji pola

pelaksanaannya Dalam hal ini pola pelaksanaan yang dimaksud

memperhitungkan seluruh pelaku pembangunan yaitu pemerintah swasta dan

masyarakat

2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Kegiatan penyusunan model penanggulangan masyarakat miskin di Kota Malang

akan melakukan survei di seluruh wilayah yang termasuk dalam wilayah admisnistratif Kota

Malang Pasuruan Sidoarjo

Analisis dan penyusunan model penaggulangan kemiskinan dilakukan secara

bertahap tahapan tersebut didasarkan pada aspek kegiatan yang diukur dan dianalisis

Penelitian ini akan dilakukan dua tahap dinama setiap tahap penelitian diperkirakan

akan menghabiskan waktu plusmn 11 bulan jadi secara keseluruhan penelitian akan

menghabiskan waktu plusmn 22 bulan

3 Definisi Operasional Variabel

Aspek yang digunakan untuk membanguan model penanggulangan

kemiskinan di Kota Malang ada tiga aspek yaitu 1) Struktural atau Kelembagaan 2)

Aspek Kultural dan 3) Aspek Spasial (wilayah)

1) Aspek Struktural

Dalam aspek ini akan dilihat sejauhmana keterpaduan program-program yang

telah dilakukan oleh pemerintah baik pusat maupun daerah dengan kapasitas

15

dan kebutuhan masyarakat miskin Aspek struktural atau kelembagaan

mempunyai dua sub-indikator yaitu 1) Sub-indikator kebijakan pemerintah dan

2) Sub-indikator kapasitas sosial masyarakat (social capacity) Masing-masing

sub-indikator mempunyai variabel total variabel untuk mengukur indikator

aspek struktural atau kelembagaan sebanyak 8 variabel

Variabel-variabel yang digunakan dalam aspek struktural atau kelembagaan

dalam melakukan pengukuran terhadap desakelurahan dapat dilihat pada

tabel berikut

Tabel 5

Jumlah Sub Indikator dan Variabel Dari Aspek Struktural

No Sub Indikator

Variabel Diskripsi

1 Kebijakan Pemerintah (3 variabel)

- Program penanggulangan kemiskinan yang berasaldari pemerintah pusat

- Program penanggulangan kemiskinan yang berasaldari pemerintah propinsi

- Program penanggulangan kemiskinan yang berasaldari pemerintah daerah kabupaten

- Program penanggulangan kemiskinan yang berasal dari perangkat desa

Mengukur seberapa besar keterlibatan pemerintah baik pusat maupun daerah dalam upaya penanggulangan kemiskinan

2 Kapasitas sosial masyarakat(6 variabel)

- Gengsi sosialorang miskin

- Nilai adatbudaya dan agama terhadap orang miskin

- Rasionalitas penduduk miskin (semangat membebaskan diri dari kemiskinan)

- Budaya dan etos kerja- Semangat gotong

royong- Keperdulian

Mengukur seberapa besar social capital masyarakat miskin dalam keluar dari kemiskinan

16

masyarakat sekitar terhadap orang miskin

2) Aspek Kultural

cultural poverty adalah suatu budaya yang terjadi karena penderitaan ekonomi

(economic depretiation) yang berlangsung lama Berdasarkan penelitian pada

beberapa kebudaya kelompok etnik ditemukan bahwa kemiskinan adalah salah

satu sub-kultur masyarakat yang mempunyai kesamaan ciri antar etnik satu

dengan etnik yang lain Dalam aspek ini akan dilihat seberapa besar potensi

kemiskinan yang tercipta akibat dari kultur atau kebudayaan yang sudah

berlangsung di suatu wilayah Aspek kultural ini akan mencakup 1) tingginya

angka pengangguran 2) tingkat upahtinggi rendahnya gaji dan 3) sistem

ekonomi yang terlalu berorientasi pada mencari keuntungan

Variabel-variabel yang digunakan dalam aspek ekonomi dalam melakukan

pengukuran terhadap desakelurahan dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 6

Jumlah Sub Indikator dan Variabel Dari Aspek Struktural

No Sub Indikator Variabel Diskripsi1 Tingginya

angka pengangguran

- Lama bekerja- Banyaknya pekerja

dalam satu rumah

Mengukur seberapa besar tingkat pengangguran di suatu wilayah

2 Tingkat Upah - Besarnya gaji perbulan

- Ada tidaknya bonus

Mengukur seberapa besar kenaikan upah yang berhubungan dengan kesejahteraan masyarakat

3 Sistem Ekonomi

- Tujuan bekerja- Langkah untuk

memenuhi kebutuhan

Mengukur sebesarapa penting antara kebutuhan dan penimbunan kekayaan

3) Aspek Spasial

Dalam aspek ini akan dilihat seberapa besar konsisi wilayah (space) mampu

mendorong proses penanggulanagan kemiskinan Aspek spasial atau wilayah

mempunyai dua sub-indikator yaitu 1) Sub-indikator Kondisi geografis dan 2)

Sub-indikator Aksesibilitas sarana dan prasarana Masing-masing sub-indikator

17

mempunyai variabel total variabel untuk mengukur indikator aspek struktural

atau kelembagaan sebanyak 6 variabel

Variabel-variabel yang digunakan dalam aspek spasial atau wilayah dalam

melakukan pengukuran terhadap desakelurahan dapat dilihat pada tabel

berikut

Tabel 7

Jumlah Sub Indikator dan Variabel Dari Aspek Spasial

No Sub Indikator

Variabel Diskripsi

1 Kondisi geografis(4 variabel)

- Letak geografis- Topografi- Kondisi jalan- Kondisi jembatan

Mengukur sejauhmana kondisi geografis mampu bermanfaat untuk pemberdayaan masyarkat miskin

2 Aksesibilitas terhadap sarana dan prasarana(5 variabel)

- Akses terhadap pasar- Akses terhadap sarana

pendidikan- Akses terahadap

fasilitas kesehatan- Akses terahadap

aktivitas produksi

Mengukur tingkat kemudahan akses terhadap sarana dan prasarana pokok untuk penanggulangan kemiskinan

4 Jenis Data

Dilihat dari sumbernya data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua

jenis yaitu data sekunder dan data primer

1 Data Sekunder

Data ini merupakan data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain Adapun data

sekunder yang akan digunakan dalam penelitian ini diantaranya seperti Jumlah

penduduk luas desa topografi desa monografi desa letak geografi desa dan

lain-lain

2 Data Primer

Data ini merupakan data yang diperoleh langsung dari obyek penelitian Adapun

data primer yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya seperti data yang

18

digunakan untuk mengukur indikator kelembagaan indikator tipologipenyebab

kemisikinan indikator sumberdaya dan potensi ekonomi dan lain-lain

5 Teknik Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam pengumpulan informasi dan data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah Participatory Rural Appraisal (PRA) meliputi

1 Wawancara yaitu metode pengumpulan data dengan wawancara secara

mendalam dengan key-person (formal dan informal leaders) untuk

mengidentifikasi kebutuhan (needs) masyarakat

2 Dokumentasi yaitu metode pengumpulan data sekunder yang dimiliki oleh

responden lembaga ekonomi dan sosial maupun instansi teknis terkait

3 Observasi ( pengamatan) dan survei lapang

Dalam hal meyakinkan data dan informasi yang diperoleh dari responden

peneliti mengadakan pengamatan dan survei lapang secara langsung terhadap

obyek yang diamati mendengar serta mencatat hasil temuan lapang

4 Pengumpulan Data Sekunder

Selain dukungan data primer yang menjadi sumber data utama penelitian ini juga

menggunakan data sekunder yang diperoleh dari dokumen-dokumen serta catatan-

catatan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti Dokumen yang dimaksud

adalah jumlah keluarga miskin yang diperoleh dari Badan Perencanaan Kota

(Bapekot) Malang Catatan Sipil Kota malang (data Penduduk Kota malang sampai

dengan bulan Februari 2006) dan statistik kecamatan dari tiga kecamatan yang

diterbitkan oleh Kantor Statistik Kota Malang 2006

5 Focus Group Discussion (Diskusi Kelompok)

Peneliti melaksanakan diskusi dengan obyek penelitian ketika peneltian lapang akan

dilakukan Kegiatan ini pertama dilakukan adalah dimaksudkan untuk

mensosialisasikan pelaksanaan pengumpulan data (sebagai kegiatan penting

penelitian ini) kepada para sekretaris kecamatan dan seluruh sekretaris

desakelurahan yang diperkirakan menjadi sasaran dari kegiatan penelitian lapang

Berbagai informasi yang disampaikan dalam kegiatan sosialisasi ini antara lain

meliputi pentingnya dilaksanakan kegiatan inventarisasi dan pemetaan kemiskinan

di Kabupaten Sumenep proses pengumpulan data dan hasil akhir yang dihasilkan

kegiatan ini Melalui kegiatan ini dicapai jalinan suatu kebersamaan antara peneliti

19

dengan calon responden (subyek yang diteliti) sehingga dapat diperoleh data yang

optimal

Diskusi kelompok kedua dilakukan pada saat menjelang kegiatan ini berakhir

Diskusi ini dilakukan dengan stakeholders tingkat kota dimaksudkan untuk

mengoptimalkan hasil temuan lapangan Dikusi kelompok ini diarahkan kepada

upaya-upaya mengklarifikasi hasil temuan lapangan mendapatkan koreksi dan

masukan serta kesepakatan tentang hasil akhir kegiatan ini

6 Alat Analisis

Analisis dilakukan dengan memadukan pendekatan struktural (data

kuantitatif dan kualitatif) ekonomi (potensi sumberdaya pemabngunan) dan spasial

(pemetaan) Maksudnya bahwa dari himpunan data yang telah dikompilasi

dilakukan analisis statistik sederhana dengan lebih banyak menggunakan tabulasi

silang dan perhitungan-perhitungan statistik yang secara mudah dapat dipahami

Himpunan data tersebut selanjutnya diinterpretasikan dan dirancang dengan

menempatkan hasil analisis tersebut ke dalam peta (pendekatan spasial)

Pemetaan tersebut dimaksudkan untuk menentukan tata letak potensi sarana

ekonomi yang dimaksud oleh penelitian ini paling tidak untuk

1) memahami keberadaan keluarga miskin baik melalui data struktural maupun

melalui tampilan peta setiap desakelurahan

2) memahami secara terintegrasi keberadaan masyarakat miskin di Kota malang

dalam perspektif kepentingan ekonomi dan pembangunan Kota Malang ke

depan

Selain menggunakan pendekatan di atas penelitian ini juga menggunakan

metode Performance-Importance Analysis dalam menjawab tujuan yang akan dicapai

Analisis ini digunakan untuk melihat tingkat kesenjangan (gap) antara atribut kinerja

pelayanan publik (performance) yang telah dilakukan oleh pemerintah melalui dinas-

dinas terkait penanggulangan kemiskinan di Kota Malang dengan persepsi tingkat

kepentingan (importance) akan atribut-atribut yang dibutuhkan

Pengukuran tingkat kepentingan dan performance dilakukan dengan cara

menyebarkan kuesioner bagi masyarakat miskin yang menjadi obyek penelitian

Responden akan diminta untuk memberikan penilian atau persepsi mereka terhadap

sejauh mana layanan yang telah diberikan pemerintah melalui dinas-dinas terkait di Kota

Malang (performance) terhadap penanggulangan kemiskinan Dengan memberikan

20

penilaian atas atribut yang mereka anggap paling dibutuhkan saat ini (importance)

dengan asumsi bahwa obyek penelitian mengerti sejauh mana kinerja atribut pelayanan

publik yang telah dilakukan dinas-dinas terkait dan berkompeten dalam penanggulangan

kemiskinan

Dari analisis Kuadran akan diketahui pada kuadran manakah suatu atribut

berada sehingga nantinya dapat digunakan sebagai instrumen untuk

merekomendasikan tindakan atau kebijakan yang seharusnya dilakukan bagi

keberhasilan penanggulangan kemiskinan di Kota Malang

Bab 4 Hasil analisis

1 Gambaran geografis Jawa Timur

Jawa Timur adalah sebuah provinsi di bagian timur Pulau Jawa Indonesia

Ibukotanya adalah Surabaya Luas wilayahnya 47922 kmsup2 dan jumlah penduduknya

37070731 jiwa (2005) Jawa Timur merupakan provinsi terluas diantara 6 provinsi di

Pulau Jawa dan memiliki jumlah penduduk terbanyak kedua di Indonesia setelah Jawa

Barat Jawa Timur berbatasan dengan Laut Jawa di utara Selat Bali di timur Samudra

Hindia di selatan serta Provinsi Jawa Tengah di barat Wilayah Jawa Timur juga

meliputi Pulau Madura Pulau Bawean serta sejumlah pulau-pulau kecil di Laut Jawa

dan Samudera Hindia

Jawa Timur dikenal sebagai pusat Kawasan Timur Indonesia dan memiliki

signifikansi perekonomian yang cukup tinggi yakni berkontribusi 1485 terhadap

Produk Domestik Bruto nasional Pembagian wilayah administrasi Pemerintah Propinsi

Jawa Timur pada tahun 2003 sd tahun 2007 terbagi dalam 4 (empat) Badan Koordinasi

Wilayah Pembantu Gubernur 29 Kabupaten dan 9 Kota serta jumlah kecamatan

berjumlah 642 kecamatan Perwakilan kecamatan sejak tahun 2003 telah ditiadakan

sebelumnya berjumlah 114 dan Kota Administratif Batu sejak tahun 2003 telah menjadi

Kotasedang Kota Administratif Jember berdasarkan peraturan perundangan telah

21

dicabut dengan demikian Jember hanya sebagai Kabupaten Jumlah kelurahan

sebanyak 785 Kelurahan dan Desa sebanyak 7680 desa

Table 8

Pembagian Wilayah Administrasi Provinsi Jawa Timur

Uraian 2001 2002 2003 2004 2005 2006Badan koordinasi wilayah 4 4 4 4 4 4Jumlah Kabupaten 29 29 29 29 29 29Jumlah kota 9 9 9 9 9 9Jumlah Kecamatan 642 642 642 642 657 657Jumlah Kelurahan 784 784 784 784 784 784Jumlah Desa 7715 7715 7715 7715 8484 8484

Sumber Biro Pemerintahan dan Otoda Setda Prop Jatim amp Jatim Dalam Angka 2006

2 Gambaran geografis

a gambaran geografis kabupaten Pasuruan

Kota Pasuruan adalah ibu kota Pasuruan Jawa Timur terletak di persimpangan

jalur regional Surabaya-Probolinggo-Malang Orientasi Wilayah Kota Pasuruan memiliki

wilayah seluas 3529 kmsup2 dengan jumlah penduduk sebanyak 158864 jiwa (Sensus

Penduduk 2000) Wilayahnya terdiri dari 3 kecamatan 19 kelurahan dan 15 desa

Tiga kecamatan tersebut yaitu Kecamatan Gading rejo Purworejo dan Bugulkidul

Kecamatan Bugulkidul memiliki wilayah terbesar (1624 kmsup2) sedang untuk Gadingrejo

dan Purworejo masing-masing 1046 kmsup2 dan 859 kmsup2

b Gambaran geografis kabupaten Sidoarjo

Kota Sidoarjo merupakan Ibukota Kecamatan Sidoarjo yang terletak di tepi Selat

Madura dan termasuk dalam wilayah administratif Kabupaten Sidoarjo Propinsi Jawa

Timur Batas-batas administrasi dari kota Sidoarjo ini adalah

1048707 Sebelah utara Kecamatan Waru

22

1048707 Sebelah selatan Kecamatan Porong

1048707 Sebelah Timur Selat Madura

1048707 Sebelah Barat Kecamatan Krian

Secara geografis wilayah Kota Sidoarjo memiliki luas wilayah 6256 Ha Ditinjau dari

Topografi keadaan medan Kota Sidoarjo berada pada ketinggian antara 23 - 32 diatas

permukaan laut

c Gambaran geografis kabupaten malang

3 Pemetaan Penduduk miskin di kabupaten Sidoarjo Pasuruan dan Malang

Gambaran Rumah Tangga Miskin Di Kabupaten Sidoarjo Pasuruan Dan Malang

Hasil penelitian dengan menggunakan data skunder yang telah dilakukan mengenai jumlah rumah tangga miskin yang ada di kabupaten sidoarjo pasuruan dan malang seperti tergambar pada table di bawah ini

Table 9Jumlah keluarga miskin di kabupaten sidoarjo pasuruan dan malang

Kabupaten 2005 2006 Sidoarjo 239100 1402 223300 1297Pasuruan 285100 2016 308900 2167Malang 373700 1617 404800 171Jawa timur 7139900 1995 7678100 2109

sumber BPS

Dari deskripsi data diatas mengenai jumlah keluarga miskin di 3 kabupaten

provinsi jawa timur antara tahun 2005 dan 2006 menunjukkan tingkat kemiskinan yang

bervariasi Untuk kabupaten sidoarjo jumlah keluarga miskin sebesar 239100 atau

mencapai 1402 dari jumlah penduduk di tahun 2005 Tahun berikutnya jumlah

keluarga miskin berkurang menjadi 223300 atau 1297 dari total penduduk di

kabupaten sidoarjo Penurunan jumlah keluarga di kabupaten sidoarjo ternyata tidak

diikuti di tetangga kabupatennya seperti pasuruan dan malang Jumlah keluarga miskin

di kabupaten pasuruan sebanyak 285100 atau 2016 di tahun 2005 dan naik menjadi

308900 atau 2167 dari toatal keluarga di kabupaten pasuruan Demikian juga dengan

23

kabupaten malang jumlah keluarga miskin di tahun 2006 juga mengalami kenaikan

Tahun 2005 jumlah keluarga miskin sebanyak 373700 atau 167 naik menjadi

404800 atau 171 dari jumlah keluarga yang tinggal di kabupaten malang

4 Gambaran rumah tangga miskin pada kabupaten pasuruan sidoarjo dan

malang

Jika dilihat mengenai masalah kemiskinan di daerah provinsi jawa timur maka dapat

diketahui bahwa peta penduduk miskin tidak hanya terkelompok pada kabupaten yang

mempunyai sumberdaya alam yang sedikit namun juga terdapat ppotensi kemiskinan di

daerah yang mempunyai sumber daya alam yang banyak Untuk lebih jelasnya berikut

peta potensi kemiskinan pada masing ndash masing kabupaten yang diikuti dengan jumlah

penduduknya

Tabel

Jumlah Rumahtangga Miskin Masing-Masing Kabupaten

Di Wilayah Provinsi Jawa Timur

KabupatenJumlah Penduduk Jumlah Penduduk Miskin

2005 2006 2005 2006Kabupatenkab Pacitan 869642 885986 150100 162600kab Ponorogo 665070 687786 152500 165200kab Trenggalek 969461 984460 165800 189000kab Blitar 525888 1140809 175800 190400kab Kediri 1429137 1525231 255900 277200kab Malang 2336363 2419822 373700 404800kab Lumajang 999525 1026400 186100 201900kab Jember 2261477 2278718 408000 423300kab Banyuwangi 1514605 1575265 236100 251900kab Bondowoso 698504 725571 169500 183600kab Situbondo 605208 636200 113200 107200kab Probolinggo 1021279 1070137 267400 289700kab Pasuruan 1398122 1485342 285100 308900kab Sidoarjo 1697435 1838666 239100 223300kab Mojokerto 969299 1027871 154300 165400kab Jombang 1222499 1212876 278600 289900kab Nganjuk 989693 1065459 235800 255400kab Madiun 641596 667709 137500 144700kab Magetan 617492 621862 104600 113300kab Ngawi 827728 857449 193400 209100kab Bojonegoro 1228939 1251051 323900 350900

24

kab Tuban 1063375 1104538 300700 325800kab Lamongan 1187065 1274194 280800 304200kab Gresik 1118841 1120541 242500 287500kab Bangkalan 889590 945863 286700 306700kab Sampang 835122 894046 325900 353100kab Pamekasan 762876 782076 237600 271500kab Sumenep 1004758 1068595 331200 351100

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa di kabupaten malang mempunyai potensi

kemiskinan yang tinggi pada tahun 2005 dan 2006 Tingginya angka kemiskinan di

kabupaten tersebut mengindikasikan bahwa kurang adanya pemerataan pada

pembangunan perekonomian Kabupaten pasuruan dan kabupaten sidoarjo memiliki

jumlah penduduk miskin relatif dibawah kabupaten malang Hal tersebut bisa terjadi

karena kedua kabupaten berada pada lingkar urat nadi perekonomian jawa timur

sehingga perekonomian di wilayah tersebut dapat terdongkrak akibat aktivitas

perekonomian jawa timur

5 Karakteristik Perekonomian Rumah Tangga Miskin

51 Kabupaten Pasuruan

Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden

Salah satu penentuan sebuah masyarakat miskin adalah dengan melihat rata-

rata tingkat pendapatannya Oscar Lewis (1966) akar dari timbulnya budaya miskin

salah satunya adalah rendahnya gajipendapatan

Tabel

Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden kabupaten pasuruan

No

lt 200000200000

sd 400000

410000 sd

500000gt 500000 Jumlah

1Tidak

Bekerja

2 2 29

2Buruh Pasar

3 3 6 613 10

3Kuli

Banguan

1 2 1 4 44 7 3

4 Pemulung

1 1 8 10 104 3 22

25

5 Pedagang

4 8 10 22 2217 28 27

6 Becak 3 7

10 1010 19

7Sopir

Angkutan

1 4 5 10 104 14 14

8 Wiraswasta

1 2 1 15 54 7 3 11

9 Bengkel

2 3 1 17 79 10 3 11

10Buruh Pabrik

4 610 1011 67

11 Lain-lain

8 3 1 12 1235 10 11 100

Jumlah 23 29 37 9 98

Table diatas menjelaskan mengenai tingkat pendapatan dan jenis pekerjaan

pada kabupaten pasuruan Dari 91 sampel yang di ambil ada beberapa karakteristik

pendapatan dari para pekerja Secara umum masyarakat yang mempunyai pendapatan

lebih dari 500 ribu di domonasi oleh pekerja swasta bengkel buruh pabrik dan lain-lain

Buruh pabrik memiliki tingkat pendapatan di atas 500 ribu disebabkan karena adanya

kebijakan UMR yang harus dipenuhi oleh perusahaan di wilayah tersebut

Tabel

Keahlian Yang Dimiliki Masyarakat kabupaten pasuruan

No Jenis Pekerjaan Responden Wiraswasta BengkelMontir Sopir

Tukang Bangunan

DagangLain-lain

jumlah

1 Tidak Bekerja 0 0

2 Buruh Pasar

1 1 2 26 0 0 0 7 0

3 Kuli Bangunan

5 5 414 1428 0 0 25 0 22

4 Pemulung

33 30 0 0 0 0 17

5 Pedagang

2 1 3 28 80 0 13 5 21 11

26

6 Becak

2 4 5 314 140 17 25 25 0 17

7 Sopir Angkutan

2 3 5 50 17 19 0 0 0

8 Wiraswasta

5 3 5 13 1328 0 0 15 36 0

9 Bengkel

5 2 29 90 42 13 0 0 11

10 Buruh Pabrik

5 3 3 11 1128 0 0 15 21 0

11 Lain-lain

2 3 5 3 2 419 1911 25 31 15 14 22

Jumlah 18 12 16 20 14 18 98 100

Keberagaman keahlian yang dimiliki oleh masyarakat kabupaten pasuruan tidak

berarti bahwa keahlian yang dimilikinya terspesifikasi pada satu jenis keahlian tertentu

namun tidak sedikit masyarakat yang mempunyai keahlian lain diluar dari profesi yang

dimilikinya Sebagai contoh adalah seorang pegawai bengkel tidak hanya ahli dalam

memperbaiki kendaraan bermotor namun juga bisa berprofesi sebagai sopir Hal

tersebut ditunjukkan oleh hasil observasi yang telah dilakukan untuk masyarakat daerah

pasuruan dimana pegawai bengkel ternyata juga bisa berprofesi sebagai sopir atau

bidang usaha yang lain

Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan

NoJenis

Pekerjaan Responden

Tempat Usaha

Alat Modal Pemasaran Ketrampilan jumlah

1 Tidak Bekerja

2 Buruh Pasar

3Kuli

Bangunan

4 Pemulung

5 5 10 10 23 12

5 Pedagang

8 5 13 1350 12

27

6 Becak

4 8 12 12 18 19

7Sopir

Angkutan

5 5 5 12

8 Wiraswasta

8 6 14 14 36 14

9 Bengkel

5 6 11 11 23 14

10 Buruh Pabrik

77 7 41

11 Lain-lain

8 8 1026 2750 19 59

Jumlah 16 22 43 0 17 98 100

Dengan keahlian yang dimiliki oleh masyarakat pasuruan dapat diindikasikan

bahwa keahlian yang dimiliki mempunyai kemerataan sampel Dari seluruh responden

yang dijadikan sampel sebagian besar menginginkan bantuan modal alat dan tempat

usaha Untuk jenis pekerjaan bengkel sampel menyatakan bahwa responden

menginginkan bantuan modal dan alat untuk dapat mengembangkan usahanya Hal

yang sama juga ditunjukkan untuk jenis pekerjaan wiraswasta dimana 23 menyatakan

menginginkan bantuan alat dan 24 menginginkan bantuan modal

52 Kabupaten Sidoarjo

Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden

No Gaji amp Jenis Pekerjaan

lt 200000

200000 sd

400000

410000 sd

500000gt 500000 Jumlah

1 Tidak Bekerja

2

2 2111

2 Buruh Pasar

6 4

10 11333 200

3 Kuli Banguan

1 8 1

10 1156 400 50

4 Pemulung

8 2

10 11444 100

5 Pedagang

1 2 7

10 1150 100 212

28

6 Becak

1 2

3 356 100

7 Sopir Angkutan

2 6 1

9 10100 300 30

8 Wiraswasta

1 2 7

10 1150 100 212

9 Bengkel

4 5

9 10200 152

10 Buruh Pabrik

5 5

10 11250 152

11 Lain-lain

8

8 9242

Jumlah 18 20 20 33 91 100

Karakteristik pendapatan masyarakat di daerah perkotaan kabupaten sidoarjo

menunjukkan kesamaan dari kabupaten pasuruan Secara keseluruhan responden yang

berpenghasilan di atas 500 ribu di dominasi oleh masyarakat yang mempunyai

pekerjaan sebagai wiraswasta bengkel buruh pabrik dll Jika ditelaah lebih lanjut

memang untuk golongan buruh pabrik mereka berpenghasilan ditas 500 ribu karena ada

jaminan dari pemerintah mengenai pendapatan minimum melalui UMR Sedangkan

masyarakat yang bekerja di bengkel mendapatkan pendapatan yang tinggi karena

sidoarjo merupakan daerah industry sehingga tidak sedikit masyarakat yang

menggunakan kendaraan bermotor dalam aktifitasnya

Tabel

Keahlian Yang Dimiliki Masyarakat kabupaten sidoarjo

NoJenis

Pekerjaan Responden

Wiraswasta BengkelMontir

SopirTukang

BangunanDagang

Lain-lain

jumlah

1Tidak

Bekerja

2 Buruh Pasar

5 6 718 1831 43 37

3 6 8 14 14

29

Kuli 46

4 Pemulung

6 7 13 13 23 54

5 Pedagang

8 3 11 1150 30

6 Becak

8 8 8 57

7Sopir

Angkutan

5 49 9 19 21

8 Wiraswasta

3 5 8 8 30 19

9 Bengkel

4 4 4 15

10Buruh Pabrik

11 Lain-lain

3 4 6 13 1319 40 23

Jumlah 16 10 26 13 14 19 98 100

Menurut survey yang telah dilakukan ternyata tipikal masyarakat sidoarjo dan

pasuruan untuk kategori keahlian yang dimiliki adalah sama penyebarannya Untuk

kabupaten sidoarjo jenis pekerjaan terbanyak adalah buruh pasar dengan keahlian yang

dimiliki berdagang serta ada yang memiliki keahlian sebagai tukang sepatu

Keberagaman jumlah responden menunjukkan keberagaman pekerjaan masyarakat

yang dijadikan sebagai obyek penelitian Menurut hasil penelitian digambarkan bahwa

seorang yang berprofesi sebagai pemulung ternyata juga memiliki keahlian di bidang

lainnya seperti tukang bangunan bahkan sopir Dari informasi yang dimiliki tersebut

diharapkan pemerintah dapat memberikan bantuan sesuai dengan bidang profesi

masyarakat atau keahlian masyarakat itu sendiri

30

Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan

NoJenis

Pekerjaan Responden

Tempat Usaha

Alat Modal Pemasaran jumlah

1Tidak

Bekerja

0 0

2Buruh Pasar

2 8 10 01020418 15

3Kuli

Bangunan

1 3 6 10 01020414 14 12

4 Pemulung

1 8 9 00918374 15

5 Pedagang

10 2 4 16 016326540 10 8

6 Becak

2 4 6 12 01224498 19 12

7Sopir

Angkutan

2 6 8 00816338 12

8 Wiraswasta

3 7 10 0102041 14 13

9 Bengkel

5 6 11 0112245 24 12

10Buruh Pabrik

0 0

11 Lain-lain

7 4 1 12 012244928 19 2

Jumlah 25 21 52 0 98

Masyarakat daerah sidoarjo untuk segala jenis pekerjaan yang dijadikan subyek

penelitian menyatakan bahwa masyarakat memilih diberikan bantuan modal alat dan

tempat usaha Sedangkan untuk aspek pemasaran masyarakat sidoarjo tidak begitu

memerlukan bantuan Karena jika kita perhatikan kabupaten sidoarjo terletak di urat nadi

perekonomian jawa timur sehingga diharapkan pemasaran tidak menjadi kendala Dari

98 orang yang dijadikan responden sebanyak 52 orang dari berbagai macam profesi

menginginkan bantuan modal usaha

31

Berdasarkan hasil data skunder yang telah dilakukan terhadap seluruh

rumahtangga miskin yang ada di Kota Malang maka gambaran lokasi rumahtangga

misikin yang ada di Kota Malang seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini

Tabel

Jumlah Keluarga Miskin Masing-Masing Kecamatan

Di Kota Malang

No Kecamatan Jumlah Rumah Tangga

Prosentase

1 Kedungkandang 6635 2730

2 Sukun 6255 2574

3 Klojen 3432 1412

4 Blimbing 4158 1711

5 Lowok Waru 3821 1572 Sumber Pemkot Malang 2006

Data di atas menunjukkan jumlah rumah tangga miskin yang ada di kota malang

di masing-masing Kecamatan Dari 5 kecamatan yang ada dikota Malang jumlah

kemiskinannya adalah sebagai berikut Kecamatan yang paling tinggi angka

kemiskinannya adalah kecamatan Kedungkandang yaitu sebesar 2730 kecamatan

Sukun sebesar 2574 kemudian Kecamatan Lowok Waru sebesar 1572

Kecamatan Blimbing 1711 dan angka terendah Rumah tangga miskinnya adalah

kecamatan Klojen yairu sebesar 1412

Gambar

Jumlah keluarga Miskin di Kota Malang

0 1 2 3 4 5 6 7

Kedungkandang

Sukun

Klojen

Blimbing

Lowok Waru

Jumlah Rumah Tangga

32

Berdasarkan gambaan di atas jumlah rumah tangga miskin di kota malang

berada pada daerah-daeah tertentu (Kedungkandang dan Sukun) wilayah ini merupakan

wilayah pinggiran kota yang padat dengan jumlah penduduknya Kecamatan

Kedungkandang merupakan daerah yang umumnya pdat penduduk dan daerah tersebut

merupakan daerah pinggiran kota serta rata-rata penduduknya memiliki mata

pencaharian pedagang Daerah tersebut juga merupakan daerah pusat-pusat industri

kecil dan yang lebih telihat bahwa kebanyakan rumah tangga miskin bertempat tinggal

di daerah aliran sungai brantas (DAS Brantas) serta di pinggiran jalur kereta api

Berbeda halnya dengan kecamatan Sukun daerah ini selain terdapatnya pusat

perdagangan juga merupakan daerah industri kecil (home industri) Keberadaan rumah

tangga miskin selain rata-rata kehidupannya berdagang juga bertempat tinggal pada

daerah-daerah perkampungan

33 Aspek Kultural Pada Masyarakat Miskin

Urbanisasi merupakan salah satu faktor pemicu perkembangan kota terjadinya

perpindahan penduduk dari desa ke kota disebabkan oleh berbagai faktor baik faktor

pearik maupun pendorong perkembangan industri dan perdagangan di kota merupakan

faktor penarik yang menyebabkan orang untuk berdatangan dan tinggal di daerah

perkotaan Keinginan untuk dapat mendapatkan penghasilan dan pekerjaan yang lebih

baik untuk mencukupi kebutuhan hidup merupakan penyebab utama terjadinya

urbanisasi Namun kondisi tersebut tidak seiring dengan kualitas pendidikan dan

ketrampilan yang memadai sehingga mereka tidak dapat ditampung di sektor formal

melainkan menggantungkan hidupnya pada sektor informal yang kurang menentu

Selain itu yang menjadi faktor pendorong terjadinya urbanisasi adalah kondisi fasilitas di

daerah asal (pedesaan) kurang memadai serta semakin menyempitnya lahan pertanian

dan peluang pekerjaan

Pertambahan penduduk di kota yang sangat tinggi menyebabkan berbagai

permasalahan sosial permasalahan yang muncul adalah adanya perkampungan kumuh

dan perumahan liar di pinggiran kota dan umumnya di daerah pinggiran aliran sungai

brantas (DAS) Masalah tersebut disebabkan oleh ketidak mampuan masyarakat miskin

perkotaan untuk memiliki rumah yang layak huni Penyebab lainnya adalah ketidak

mampuan pemerintah kota untuk menyediakan sarana bagi masyarakat miskin

33

perkotaan Pembangunan perkotaan senantiasa bukan memberikan solusi dalam

pengentasan kemiskinan perkotaan melainkan sebaliknya yaitu menjadikan proses

penggusuran dan semakin terdesaknya kehidupan masyarakat miskin tersebut

Tabel

Daerah Asal Responden sidoarjo

NoJenis

Pekerjaan Responden

Jawa Timur Non

Madura

Madura Jawa Barat

Jawa Tengah

Luar Jawa

jumlah

1Tidak

Bekerja

2Buruh Pasar

8 1 1 10 1011 7 7

3Kuli

Bangunan

7 2 1 10 1010 14 7

4 Pemulung

9 9 913

5 Pedagang

10 10 1014

6 Becak

8 1 2 11 1111 7 14

7Sopir

Angkutan

10 10 1014

8 Wiraswasta

8 6 14 1411 43

9 Bengkel

10Buruh Pabrik

8 2 10 1011 14

11 Lain-lain

2 2 10 14 143 14 71

Jumlah 70 14 0 14 0 98 100

Dari data diatas sebagian besar kaum migrant untuk setiap profesi berasal dari

jawa timur Di definisikan jawa timur karena seluruh masyarakat urban berasal dari jawa

timur kecuali Madura Ada beberapa alasan dari responden mengapa mereka

melakukan urbanisasi salah satunya adalah untuk memperbaiki taraf ekonomi karena

kabupaten sidoarjo dianggap sebagai kabupaten yang memiliki potensi yang cukup

34

tinggi dalam bidang industry Profesi terbanyak yang diminati oleh pendatang adalah

sebagai pedagang dan sebagai sopir

Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin

pada kabupaten sidoarjo dapat diperhatikan gambar di bawah ini

Gambar

Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin

35

Tabel

Daerah Asal Responden pasuruan

NoJenis

Pekerjaan Responden

Jawa Timur Non

Madura

Madura Jawa Barat

Jawa Tengah

Luar Jawa

jumlah

1 Tidak Bekerja

2 Buruh Pasar

4 4 24

3 Kuli Bangunan

5 5 55

4 Pemulung

10 10 1011

5 Pedagang

20 20 2022

6 Becak

8 2 10 109 33

7Sopir

Angkutan

0 0

8 Wiraswasta

0 0

9 Bengkel

10 Buruh Pabrik

15 4 19 1916 67

11 Lain-lain

30 30 3133

Jumlah 92 6 98 98 98

Sama seperti pada kabupaten sidoarjo sebagian besar pendatang adalah dari

wilayah jawa timur Pendatang sebagian besar berprofesi sebagai pedagang karena

wilayah sidoarjo selain sebagai sentra industry provinsi jawa timur juga sebagai urat nadi

perekonomian jawa timur Sehingga bagi para pedagang akan sangat menguntungkan

karena di lewati dari berbagai wilayah di jawa timur

Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin

pada kabupaten pasuruan dapat diperhatikan gambar di bawah ini

Gambar

36

Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin

Tabel 5Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan di kota malang

Lama Tinggal (Tahun)Kecamatan

pddkAsli le 2 3 - 6 7 - 9 ge 10

Jumlahrespondn

Kedung kandang10

(1053)- 3

(316)11

(1158)71

(1473) 95

18 - - 15 52

37

Sukun (2118) (1764) (6118) 85

Klojen9

(1200)5

(667)12

(1600)9

(1200)40

(5333) 75

Blimbing8

(100)2

(25)- 8

(100)62

(775) 80

Lowok Waru15

(1923)- - 7

(897)56

(7180) 78

Sumber Data Primer

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa dari responden (keluarga miskin)

perkotaan sebagian besar bukan penduduk asli daerah kota Malang melainkan

pendatang yang merupakan kaum migran dan menetap di kota Malang kecamatan

kedung Kandang merupakan daerah yang padat penduduknya dimana 1473

menunjukkan jumlah responden yang sudah lama tinggal di kota malang (di atas 10

tahun) bahkan beberapa responden sudah turun-menurun dari keluarga mereka

Kecamatan Sukun yang merupakan kaum pendatang yang tinggal di kota Malang sudah

puluhan tahun sebanyak 6118 dari responden yang ada Kecamatan Klojen sebesar

5333 Kecamatan Blimbing sebanyak 775 dan untuk kecamatan Lowok Waru

sebanyak 7180 dari masing-masing responden di tingkat kecamatan Kondisi ini

menjelaskan bahwa masyarakat miskin perkotaan adalah rata-rata kaum migran yang

sengaja datang ke kota Malang untuk mencari kehidupan yang lebih baik dari daerah

asal mereka Umumnya mereka datang sebagai migran tetap dan keberadaan mereka

sudah terbiasa hidup dalam kondisi serba kekurangan Beberapa responden yang

ditemui juga menjelaskan bahwa sebagai kaum pendatang sudah tidak asing lagi

dengan kehidupan masyarakat di kota Malang Umumnya mereka membaur dengan

masyarakat pendatang lainnya dengan hidup di kepadatan penduduk kota Malang

Salain dilihat dari lamanya masayarakat pendatang (migran tetap) tinggal di kota

Malang dapat pula dijelaskan mengenai temapat asal (daerah asal) responden untuk

melihat derah asal rumah tangga miskin perkotaan dapat kita bagi dengan

menggunakan batasan daerah (wilayah) Dimana wilayah pembagiannya adalah

mereka yang berasal dari daerah Jawa Timur (non-Madura) daerah Madura daerah

Jawa Tengah Jawa Barat dan Luar Jawa Adapun gambaran daerah asal rumah

tangga miskin perkotaan dapat dilihat pada tabel berikut

38

Tabel

Daerah Asal Responden

Daerah

Asal

Kecamatan

Jawa

Timur

Non-

Madura

Madur

a

Jawa

Tengah

Jawa

Barat

Luar

Jawa

Jumlah

Respond

n

Kedung kandang21

(2470)52

(6118)9

(1059)3

(353)- 85

Sukun19

(2836)28

(4179)12

(1791)8

(1194)- 67

Klojen9

(1364)49

(7424)5

(758)3

(454)- 66

Blimbing31

(4306)33

(4563)6

(833)2

(278)- 72

Lowok Waru28

(4444)21

(3333)9

(1429)5

((794)- 63

Sumber Data Primer

Berdasarkan data pada tabel di atas menunjukkan bahwa umumnya kaum

migran berasal dari daerah Jawa Timur dan daerah Madura Untuk kecamatan Kedung

Kandang sebesar 6118 berasal dari Madura kemudian Kecamatan Sukun 4179

kaum Migran berasal juga dari Madura Kecamatan Klojen 7424 Kecamatan Blimbing

sebesar 4563 dan kecamatan Lowok Waru sebesar 3333 Dari kelima kecamatan

tersebut yang banyak di datangi oleh migran yang berasal dari daeah Madura adalah di

Kecamatan Kedung Kandang (6118) dan Kecamatan Klojen (7424) dan mereka

sengaja tinggal di dekat pusat perkotaan dengan tujuan memudahkan untuk aktifitas

kegiatan pekerjaannya yang rata-rata bergelut disektor informal (pedagang kaki lima)

331 Kondisi Tempat Tinggal Masyarakat Miskin Perkotaan

Dilihat dari tempat tinggal masyarakat miskin perkotaan rata-rata kondisi tempat

tinggalnya dengan model bangunan semi permanen dan permanen sederhanan dengan

memanfatkan kondisi tanah yang rawan bencana (longsor kebisingan kumuh dan

sebagainya)

Tabel

Kondisi Fisik Bangunan Rumah RTM

39

Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan

Kondisi Fisik RumahKecamatan

Sesek(papan)

SemiPermanen Permanen

Jumlahrespondn

Kedung kandang

11(1158)

52(5474)

32(3368) 95

Sukun20

(2353)33

(3882)32

(3765) 85

Klojen5

(667)31

(1733)39

(5200) 75

Blimbing3

(375)13

(1625)64

(8000) 80

Lowok Waru9

(1154)24

(3077)45

(5769) 78

Sumber Data Primer

dari data primer (tabel) menunjukkan bahwa sebagian besar tempat tinggal

masyarakat miskin perkotaan adalah semi permanen dan permanen akan tetapi dengan

ukuran ruang (luas bangunan) yang cukup minim Dan umumnya yang mereka lakukan

adalah dengan menyewa tanah dan atau menempati tanah rawan musibah adapun

kondisi perumahan masyarakat miskin perkotaan dapat dilihat pada gambar berikut

Gambar

Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin Perkotaan

40

Dari gambar di atas terlihat bahwa kondisi tempat tinggal mereka sangat rawan

dengan terjadinya bencana dan kekumuhan kondisi ini selain rawan terhadap adanya

bahaya tersebut juga sangat rawan dengan permasalahan kesehatan

34 Analisa Spasial

Informasi mengenai tipologi perekonomian masyarakat akan sangat membantu

pemerintah dalam menentukan kebijakan ekonomi di masa mendatang Dari informasi

tersebut dibuatlah peta potensi ekonomi dengan maksud merelevansikan antara potensi

ekonomi daerah dan kebijakan ekonomi Selain itu jika kebijakan ekonomi hanya

terfokus di suatu wilayah tertentu akan berdampak pada ketimpangan pertumbuhan

ekonomi Seperti dijelaskan sebelumnya inventarisasi sarana ekonomi sebuah wilayah

dilakukan dengan menggunakan pendekatan tipologi suatu wilayah Melalui pendekatan

ini selanjutnya dapat digambarkan wilayah majemuk dengan fenomena yang kompleks

dengan beberapa persamaan di dalamnya Maksudnya bahwa pada tipologi suatu

wilayah ada relevansinya dengan keberadaan potensi ekonomi maupun potensi sarana

ekonomi di wilayah tersebut Ini menandakan bahwa kebijakan pengembangan ekonomi

suatu wilayah diperlukan pengadaan sarana ekonomi yang tepat sedikitnya sesuai

dengan kondisi wilayah yang dibangun termasuk karakteristik kegiatan ekonomi yang

dilakukan oleh masyarakat setempat sehingga keberadaan sarana tersebut mampu

mendorong aktivitas ekonomi masyarakat dan pada akhirnya mengentaskan dan

menanggulangi kemiskinan

41

Di wilayah kabupaten pasuruan terdapat berbagai macam potensi ekonomi yang

belum tersentuh pengembangannya oleh pemerintah daerah Potensi yang terdapat di

wilayah tersebut bukan hanya pada potensi sumber daya alam melainkan juga potensii

sumber daya manusianya Untuk wilayah ssidoarjo perlu adanya perhatian mendalam

pada pengembangan sumber daya manusia karena di wilayah tersebut banyak sekali

potensi industri yang dapat berkembang Sedangkan untuk daerah malang hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa disinyalir masih terdapat kegiatan ekonomi maupun

sarana ekonomi yang menunjang kegiatan tersebut belum dimanfaatkan secara optimal

Keadaan ini menjadikan keduanya masih bersifat potensial dan memerlukan

penanganan pengelolannya agar dapat diperoleh output yang optimal pula Pengelolaan

optimal tersebut tentu masih memerlukan suatu pengkajian tersendiri untuk mengukur

sampai sejauh mana tingkat feasibilitasnya

Potensi sarana ekonomi kabupaten ssidoarjo kabupaten pasuruan dan Kota

Malang merujuk pada sarana ekonomi (dalam bentuk fisik) yang teridentifikasi di setiap

daerah maupun yang sudah terkompilasikan di tingkat kabupaten dan kota Potensi

tersebut dapat di petakan pada masing-masing kabupaten di wilayah Jawa Timur

melalui Peta berikut

Gambar Provinsi Jawa Timur

42

Gambar kota Malang

43

keterangan

daerah masyarakat miskin perkotaan

daerah potensi terjadinya kemiskinan

tidak ada potensi terjadnya kemiskinan

Sejalan dengan maksud di atas Pemerintah Kota Malang masih

perlu melakukan kajian mendalam tentang pengembangan potensi wilayah

sebagai salah satu upaya untuk mendukung pemulihan ekonomi yang

bersifat jangka menengah Dukungan kajian ini dilakukan dengan menggali

lebih dalam potensi yang dimiliki setiap kawasan di wilayah Kota Malang

Dengan demikian Pemerintah Kota Malang dengan mudah dapat mengambil

langkah-langkah menumbuh kembangkan potensi sarana ekonomi daerah

44

Kec Blimbing Industri (kecil-

menengah)Pariwisata Pertanianperumahanperdagangan

Kec Kedungkandang Industri (kecil-

menengah)Pertanianperumahan

Kec Sukun Industri kecilPendidikanperumahan

Kec Kolojen perdagangan PendidikanPerhotelanperkantoran

Kec Lowokwaruperumahan PendidikanIndustri (kecil-

menengah)

khususnya yang berada di pusat-pusat kegiatan produksi masyarakat yang

dianggap cukup strategis di Kota Malang

Sejalan dengan semakin meningkatnya peran serta dunia usaha

dan masyarakat di dalam pelaksanaan pembangunan maka program-

program pembangunan Kota Malang perlu disusun dengan

mempertimbangkan keterlibatan mereka Upaya ini dimaksudkan agar

Pemerintah Kota Malang lebih mudah mengefektifkan potensi sarana

ekonomi dan mengarahkannya untuk kepentingan pembangunan yang lebih

konsisten efektif dan efisien serta berkelanjutan dalam menanggulangi

kemiskinan

Secara keseluruhan penduduk miskin di wilayah kota malang masih tersebar

merata di seluruh kecamatan Kecuali di kecamatan Lowokwaru sebagian besar di

kecamatan ini tidak ada potensi kemiskinan Hal tersebut dikarenakan banyaknya

industry pendidikan seperti UMM UNISMA UNIGA Brawijaya ITN UM dll Dengan

banyaknya perguruan tinggi di wilayah tersebut maka potensi perekonomian semakin

besar Tidak sedikit masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang makanan karena

untuk memnuhi kebutuhan para mahasiswa

Pada data dikatakan bahwa rata-rata pendapatan di kecamatan Lowokwaru

masih besar padahal menurut analisis spasial potensi terjadinya kemiskinan sangat

kecil Pada analisi ekonomi diindentifikasi bahwa banyak masyarakat yang

berpendapatan dibawah 400 ribu Hal tersebut terjadi pada masyarakat yang tinggal di

daerah pesisir sungai Masih banyak masyarakat yang tinggal di Daerah Aliran Sungai

tidak memiliki kesempatan kemampuan untuk bersaing dengan masyarakat yang tidak

tiggal di Daerah Aliran Sungai Di perkirakan masyarakat yang menempati DAS

merupakan masyarakat pendatang yang berurbanisasi dengan tidak membawa suatu

keahlian

Potensi kemiskinan terbesar dapat terjadi di Kecamatan Sukun Banyak

masyarakat di daerah ini yang memiliki pendapatan dibawah 400 ribu Jika kita

bandingkan dengan kecamatan Lowokwaru potensi kemiskinan di daerah kecamatan

Sukun tidak hanya terjadi di DAS namun juga pada masyarakat lainnya Banyak faktor

yang mengindikasikan potensi kemiskinan salah satu faktor utama adalah sulitnya

pemasaran dan persaingan yang ketat Meski kegiatan masyarakat di kecamatan

Lowokwaru dengan kecamatan Sukun relatif sama namun di kecamatan Lowokwaru

45

pemasaran barang dan jasa yang diproduksi tidak sesulit di kecamatan Sukun meski

ada persaingan

Hampir memeratanya potensi masyarakat miskin di kecamatan Sukun

menimbulkan dampak di kecamatan Kedungkandang terutama di perbatasan diantara

kedua kecamatan tersebut Menurut survey yang dilakukan memang sebagian besar

masyarakat miskin berpotensi di DAS Dapat dilihat di peta bahwa gambar merah

bersinggungan antara kedua kecamatan dan di kedua wilayah tersebut dialiri sungai

yang sama namun jika kita lihat kebawahnya warna kecamatan Kedungkandang mulai

ada yang Hijau Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat diluar DAS mempunyai

usaha yang berhubungan positif dengan pendapatan seperti pertanian

Berbeda halnya di kecamatan Klojen kecamatan ini merupakan pusat

pemerintahan kota Malang Banyak warga di kecamatan ini yang berprofesi sebagai

pegawai negeri sipil Memang masih terindikasi adanya kemiskinan di daerah tersebut

namun kemiskinan itu timbul karena mereka yang tidak mempunyai kesempatan dan

daya tawar diri mereka Kebanyakan yang tidak memiliki daya tawar diri yang tinggi

adalah mereka para pendatang yang tidak membawa keahlian kemudian mereka

tinggal di DAS dan berprofesi sebagai buruh tani buruh pabrik ataupun yang lainnya

yang tidak membutuhkan keahlian lebih

Bab V Kesimpulan dan Saran

Setelah melalui beberapa tahapan analisis dalam mengidentifikasi kemiskinan

perkotaan di beberapa wiayah Jawa Timur terdapat beberapa kesimpulan yaitu

1 Didapat bahwa sebaran penduduk miskin berkosentrasi pada daerah

sepanjang aliran sungai dan ada beberapa kota yang mengindikasikan

bahwa penduduk miskin berasal dari pendatang dari luar kota

2 Dalam penanggulangan kemiskinan pemerintah sudah banyak

mengeluarkan berbagai macam program pengentasan kemiskinan seperti

P2K P2KP BLT dll namun dalam aplikasinya banyak program yang belum

tepat sasaran

3 Ada beberapa karakteristik yang menarik dalam pengentasan kemiskinan

diantaranya bahwa dalam mengentaskan masyarakat miskin metode yang

46

diterapkan lebih kepada pembinaan keahlian dan mentalitas karena

seperti yang terdapat di kota malang masyarakat miskin dipicu dari

kebiasaan atau mentalitas dari masyarakat tersebut dalam kehidupan

sehari-hari Riset menemukan meskipun masyarakat miskin diberikan

bantuan uang seperti BLT namun bantuan tersebut tidak diperuntukkan

kepada pengembangan usaha namun habis untuk konsumsi begitu pula

dengan program ndash program pengentasan kemiskinan yang lainnya

Saran

Dalam pengentasan kemiskinan disarankan kepada pemerintah untuk mencari

data kemiskinan yang akurat dengan tujuan pemberian bantuan dalam rangka

pengentasan kemiskinan dapat terserap tepat pada masyarakat yang dituju Selain itu

untuk mengentaskan masyarakat yang bertipikal ldquokultur miskinrdquo harus banyak diberikan

pelatihan dan pembinaan mental

47

DAFTAR PUSTAKA

Blakely Edward J (1989) Planning Local Economic Development Theory and Practice Sage Library of Social Research 168 Sage Publication

BPS (1999) Perkembangan Tingkat Kemiskinan dan Beberapa Dimensi Sosial Ekonominya 1996-1999 Jakarta BPS

Budi Soeradji Mubyarto (1998) Gerakan Penanggulangan Kemiskinan Laporan

Penelitian di Daerah-Daerah Yogyakarta Aditya Media

Faisal Basri (2002) Perekonomian Indonesia Tantangan dan Harapan bagi Kebangkitan Indonesia Jakarta Erlangga

Fei J C H amp Gustav R (1964) Development Economics What Next In a Ranis G P Schulta (Ed) The State of Development Economics

Gunawan Sumodiningrat (1999) Penanggulangan Krisis Harus Memihak Rakyat Disampaikan pada konferensi pers untuk launcing The Economic and Social Survey of Asia and the Pacific 1999 (ESCAP) di UNIC Jakarta

Kuncoro M (2000) Ekonomi Pembangunan Teori Masalah dan Kebijakan (1st ed) Yogyakarta UPP AMP YKPN

Kuncoro M (2004) Otonomi dan Pembangunan Daerah Reformasi Perencanaan Strategi dan Peluang Jakarata Erlangga

Mellor J W (1976) The New Economies of Growth A Strategy for India and the Developing Countries Cornell Cornell University Press

Nurkse R (1953) Problem of Capital Formation in Underdeveloped Countries In Meier Gerald M Leading Issues in Economic Development edisi ke 6 Oxford University Press Oxford

Rintuh Cornelis amp Miar (2005) Kelembagaan dan Ekonomi Rakyat BPFE-UGM Yogyakarta

Sharp Ansel M Charles A Register and Paul W Cerimes (1996) Economics of Social Issues edisi ke 12 Richard D Chicago Irwin

Sumarto Sudarno (2002) ldquoGrowth Inequality and Poverty Evidence from Micro Datardquo Makala dalam The Young Economics Seminar Jakarta World Bank

48

Page 13: Makalah akp

disalurkan dan jumlah sasaran penerima

Sumber Hamid (2003) Dalam Kuncoro (2004)

Sebenarnya perbedaan antara pendekatan ldquotop-downrdquo dan ldquobottom uprdquo tidak

perlu terjadi terjadi apabila sistem politik nasional dan terutama lokal mampu

menciptakan akuntabilitas pemerintah terhadap masyarakatnya Ketiadaan mekanisme

akuntabilitas selain membuat pihak eksekutif dan legislatif kurang tanggap terhadap

keluhan masyarakatnya juga membuat masyarakat tersebut tidak terlalu peduli atas

kualitas layanan publik yang diterimanya ataupun terhadap kebijakan perekonmian

daerahnya Dengan sistem perimbangan keuangan pusat dan daerah saat ini dimana

sebagian besar pajak masih dikuasai pemerintah pusat sangat mudah bagi pemerintah

daerah menyalahkan pemerintah pusat apabila ada ketidakpuasan di kalangan

masyarakat lokal mengenai kualitas layanan publik

Bab III METODE PENELITIAN

1 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini mempunyai tujuan utama membangun model penaggulangan

kemiskinan yang bersifat terpadu berdasarkan aspek spasial ekonomi dan

struktural di masing-masing desakelurahan yang ada di wilayah administrasi Kota

Malang

Berdasarkan pada tujuan utama penelitian ini maka kerangka pikir mengenai

Penyusunan Model Penanggulangan Kemiskinan di Kota Malang dijelaskan pada

Gambar berikut

Gambar 1Bagan Alir Penyusunan Model KulturalStruktural dan Spasial

Sebagai Penanggulangan Kemiskinan

13

AN

AL

ISA

P

ER

MA

SA

LA

HA

N

KE

MIS

KIN

AN

P

ER

KO

TA

AA

N

Aspek StrukturalMengukur Efektifitas

program penanggulangan

kemiskinan yang telah dilakukan

Aspek Ekonomi

Mengukur kondisi ekonomi

masyarakat miskin

Aspek SpacialMengukur kondisi

geografi dan topografi

(lingkungan fisik) masyarakat miskin

OutputKesenjangan

antara program

dgn kebutuhan

OutputProses generasi

tingkat

pendidikan jenis pekerjaan

OutputKondisi

Geografitopografi

PorsesIdentifikasi

ermasalahan kemiskian perkotaan

OUTPUT

Database Permasalahan kemiskinan Profil kemiskinan Isue Strategis

OutputWork Plan

Penanggulangan

Kemiskinan

OutputMaster Plan

PenanggulanganKemiskinan

Sebagaimana telah dikemukakan di atas upaya penaggulangan kemiskinan

dilakukan dengan pendekatan spasial ekonomi dan struktural Pendekatan tersebut

pada dasarnya bertujuan untuk menghasilkan model penanggulangan kemiskinan yang

bisa menghasilkan rencana strategis dan program kerja penanggunalangan kemiskinan

secara terpadu dan berkelanjutan di Kota Malang Setidaknya ada 5 (lima)

komponenkegiatan utama yang perlu dilakukan Kegiatan-kegiatan tersebut meliputi

1 Identifikasi dan Analisis Kondisi Eksisting masing-masing kota

Tujuan utama kegiatan ini adalah untuk memahami kondisi setiap desakelurahan

dan kecenderungan perkembangan dalam kurun waktu perencanaan Adapun informasi

yang perlu dikumpulkan dikaji dan dianalisis meliputi gambar mengenai kondisi fisik

sosial ekonomi desakelurahan kebijakan dan program-program yang terkait dengan

pengembangan desa perkembangan sektor-sektor ekonomi desa dan kondisi sistem

prasarana Semua informasi ini diharapkan dapat menggambarkan eksisiting yang

tengah berlangsung (on-going) maupun yang akan dikembangkan (commited)

2 Identifikasi Potensi dan Permasalahan Kemiskinan

Berdasarkan analisis terhadap kondisi wilayah dan kecenderungan

perkembangannya diidentifikasi potensi ekonomi yang mampu mendukung

pembangunan wilayah masing-masing Kota Identifikasi yang dimaksud meliputi

antara lain

Potensi desakelurahan yang terkandung baik yang sudah

dimanfaatkan belum dimanfaatkan maupun potensial diperkirakan

ada di desa Terkait dengan hal ini adalah identifikasi sektor unggulan

atau komoditi unggulan

Kendala-kendala dalam pengembangan potensi ekonomi baik dalam

kaitannya dengan bidang prasarana keuangan dan kebijakan

sehingga menimbulkan kemiskinan pada masyarakat setempat

3 Penyusunan Skenario Penanggulangan Kemiskinan

Skenario penanggulangan kemiskinan berisi antara lain pemanfaatan ruang dan

struktur ruang (pengembangan sektor-sektor unggulan kawasan dan sistem

14

prasarana) yang merupakan acuan pengembangan desa Skenario ini disusun

berdasarkan potensi pengembangan Kota

4 Perumusan Model Penaggulangan Kemiskian

Rumusan model penaggulangan kemiskinan yang dimaksud berisi program-

program pengembangan sektor kota dan sistem prasarana dasar Program-

program ini dirumuskan dalam rangka mendukung pencapaian skenario-skenario

yang telah dirumuskan

5 Rekomendasi Pola Pelaksanaan Program-Program Pengentasan Kemiskinan

Program-program yang layak untuk diimplementasikan selanjutnya dikaji pola

pelaksanaannya Dalam hal ini pola pelaksanaan yang dimaksud

memperhitungkan seluruh pelaku pembangunan yaitu pemerintah swasta dan

masyarakat

2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Kegiatan penyusunan model penanggulangan masyarakat miskin di Kota Malang

akan melakukan survei di seluruh wilayah yang termasuk dalam wilayah admisnistratif Kota

Malang Pasuruan Sidoarjo

Analisis dan penyusunan model penaggulangan kemiskinan dilakukan secara

bertahap tahapan tersebut didasarkan pada aspek kegiatan yang diukur dan dianalisis

Penelitian ini akan dilakukan dua tahap dinama setiap tahap penelitian diperkirakan

akan menghabiskan waktu plusmn 11 bulan jadi secara keseluruhan penelitian akan

menghabiskan waktu plusmn 22 bulan

3 Definisi Operasional Variabel

Aspek yang digunakan untuk membanguan model penanggulangan

kemiskinan di Kota Malang ada tiga aspek yaitu 1) Struktural atau Kelembagaan 2)

Aspek Kultural dan 3) Aspek Spasial (wilayah)

1) Aspek Struktural

Dalam aspek ini akan dilihat sejauhmana keterpaduan program-program yang

telah dilakukan oleh pemerintah baik pusat maupun daerah dengan kapasitas

15

dan kebutuhan masyarakat miskin Aspek struktural atau kelembagaan

mempunyai dua sub-indikator yaitu 1) Sub-indikator kebijakan pemerintah dan

2) Sub-indikator kapasitas sosial masyarakat (social capacity) Masing-masing

sub-indikator mempunyai variabel total variabel untuk mengukur indikator

aspek struktural atau kelembagaan sebanyak 8 variabel

Variabel-variabel yang digunakan dalam aspek struktural atau kelembagaan

dalam melakukan pengukuran terhadap desakelurahan dapat dilihat pada

tabel berikut

Tabel 5

Jumlah Sub Indikator dan Variabel Dari Aspek Struktural

No Sub Indikator

Variabel Diskripsi

1 Kebijakan Pemerintah (3 variabel)

- Program penanggulangan kemiskinan yang berasaldari pemerintah pusat

- Program penanggulangan kemiskinan yang berasaldari pemerintah propinsi

- Program penanggulangan kemiskinan yang berasaldari pemerintah daerah kabupaten

- Program penanggulangan kemiskinan yang berasal dari perangkat desa

Mengukur seberapa besar keterlibatan pemerintah baik pusat maupun daerah dalam upaya penanggulangan kemiskinan

2 Kapasitas sosial masyarakat(6 variabel)

- Gengsi sosialorang miskin

- Nilai adatbudaya dan agama terhadap orang miskin

- Rasionalitas penduduk miskin (semangat membebaskan diri dari kemiskinan)

- Budaya dan etos kerja- Semangat gotong

royong- Keperdulian

Mengukur seberapa besar social capital masyarakat miskin dalam keluar dari kemiskinan

16

masyarakat sekitar terhadap orang miskin

2) Aspek Kultural

cultural poverty adalah suatu budaya yang terjadi karena penderitaan ekonomi

(economic depretiation) yang berlangsung lama Berdasarkan penelitian pada

beberapa kebudaya kelompok etnik ditemukan bahwa kemiskinan adalah salah

satu sub-kultur masyarakat yang mempunyai kesamaan ciri antar etnik satu

dengan etnik yang lain Dalam aspek ini akan dilihat seberapa besar potensi

kemiskinan yang tercipta akibat dari kultur atau kebudayaan yang sudah

berlangsung di suatu wilayah Aspek kultural ini akan mencakup 1) tingginya

angka pengangguran 2) tingkat upahtinggi rendahnya gaji dan 3) sistem

ekonomi yang terlalu berorientasi pada mencari keuntungan

Variabel-variabel yang digunakan dalam aspek ekonomi dalam melakukan

pengukuran terhadap desakelurahan dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 6

Jumlah Sub Indikator dan Variabel Dari Aspek Struktural

No Sub Indikator Variabel Diskripsi1 Tingginya

angka pengangguran

- Lama bekerja- Banyaknya pekerja

dalam satu rumah

Mengukur seberapa besar tingkat pengangguran di suatu wilayah

2 Tingkat Upah - Besarnya gaji perbulan

- Ada tidaknya bonus

Mengukur seberapa besar kenaikan upah yang berhubungan dengan kesejahteraan masyarakat

3 Sistem Ekonomi

- Tujuan bekerja- Langkah untuk

memenuhi kebutuhan

Mengukur sebesarapa penting antara kebutuhan dan penimbunan kekayaan

3) Aspek Spasial

Dalam aspek ini akan dilihat seberapa besar konsisi wilayah (space) mampu

mendorong proses penanggulanagan kemiskinan Aspek spasial atau wilayah

mempunyai dua sub-indikator yaitu 1) Sub-indikator Kondisi geografis dan 2)

Sub-indikator Aksesibilitas sarana dan prasarana Masing-masing sub-indikator

17

mempunyai variabel total variabel untuk mengukur indikator aspek struktural

atau kelembagaan sebanyak 6 variabel

Variabel-variabel yang digunakan dalam aspek spasial atau wilayah dalam

melakukan pengukuran terhadap desakelurahan dapat dilihat pada tabel

berikut

Tabel 7

Jumlah Sub Indikator dan Variabel Dari Aspek Spasial

No Sub Indikator

Variabel Diskripsi

1 Kondisi geografis(4 variabel)

- Letak geografis- Topografi- Kondisi jalan- Kondisi jembatan

Mengukur sejauhmana kondisi geografis mampu bermanfaat untuk pemberdayaan masyarkat miskin

2 Aksesibilitas terhadap sarana dan prasarana(5 variabel)

- Akses terhadap pasar- Akses terhadap sarana

pendidikan- Akses terahadap

fasilitas kesehatan- Akses terahadap

aktivitas produksi

Mengukur tingkat kemudahan akses terhadap sarana dan prasarana pokok untuk penanggulangan kemiskinan

4 Jenis Data

Dilihat dari sumbernya data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua

jenis yaitu data sekunder dan data primer

1 Data Sekunder

Data ini merupakan data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain Adapun data

sekunder yang akan digunakan dalam penelitian ini diantaranya seperti Jumlah

penduduk luas desa topografi desa monografi desa letak geografi desa dan

lain-lain

2 Data Primer

Data ini merupakan data yang diperoleh langsung dari obyek penelitian Adapun

data primer yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya seperti data yang

18

digunakan untuk mengukur indikator kelembagaan indikator tipologipenyebab

kemisikinan indikator sumberdaya dan potensi ekonomi dan lain-lain

5 Teknik Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam pengumpulan informasi dan data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah Participatory Rural Appraisal (PRA) meliputi

1 Wawancara yaitu metode pengumpulan data dengan wawancara secara

mendalam dengan key-person (formal dan informal leaders) untuk

mengidentifikasi kebutuhan (needs) masyarakat

2 Dokumentasi yaitu metode pengumpulan data sekunder yang dimiliki oleh

responden lembaga ekonomi dan sosial maupun instansi teknis terkait

3 Observasi ( pengamatan) dan survei lapang

Dalam hal meyakinkan data dan informasi yang diperoleh dari responden

peneliti mengadakan pengamatan dan survei lapang secara langsung terhadap

obyek yang diamati mendengar serta mencatat hasil temuan lapang

4 Pengumpulan Data Sekunder

Selain dukungan data primer yang menjadi sumber data utama penelitian ini juga

menggunakan data sekunder yang diperoleh dari dokumen-dokumen serta catatan-

catatan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti Dokumen yang dimaksud

adalah jumlah keluarga miskin yang diperoleh dari Badan Perencanaan Kota

(Bapekot) Malang Catatan Sipil Kota malang (data Penduduk Kota malang sampai

dengan bulan Februari 2006) dan statistik kecamatan dari tiga kecamatan yang

diterbitkan oleh Kantor Statistik Kota Malang 2006

5 Focus Group Discussion (Diskusi Kelompok)

Peneliti melaksanakan diskusi dengan obyek penelitian ketika peneltian lapang akan

dilakukan Kegiatan ini pertama dilakukan adalah dimaksudkan untuk

mensosialisasikan pelaksanaan pengumpulan data (sebagai kegiatan penting

penelitian ini) kepada para sekretaris kecamatan dan seluruh sekretaris

desakelurahan yang diperkirakan menjadi sasaran dari kegiatan penelitian lapang

Berbagai informasi yang disampaikan dalam kegiatan sosialisasi ini antara lain

meliputi pentingnya dilaksanakan kegiatan inventarisasi dan pemetaan kemiskinan

di Kabupaten Sumenep proses pengumpulan data dan hasil akhir yang dihasilkan

kegiatan ini Melalui kegiatan ini dicapai jalinan suatu kebersamaan antara peneliti

19

dengan calon responden (subyek yang diteliti) sehingga dapat diperoleh data yang

optimal

Diskusi kelompok kedua dilakukan pada saat menjelang kegiatan ini berakhir

Diskusi ini dilakukan dengan stakeholders tingkat kota dimaksudkan untuk

mengoptimalkan hasil temuan lapangan Dikusi kelompok ini diarahkan kepada

upaya-upaya mengklarifikasi hasil temuan lapangan mendapatkan koreksi dan

masukan serta kesepakatan tentang hasil akhir kegiatan ini

6 Alat Analisis

Analisis dilakukan dengan memadukan pendekatan struktural (data

kuantitatif dan kualitatif) ekonomi (potensi sumberdaya pemabngunan) dan spasial

(pemetaan) Maksudnya bahwa dari himpunan data yang telah dikompilasi

dilakukan analisis statistik sederhana dengan lebih banyak menggunakan tabulasi

silang dan perhitungan-perhitungan statistik yang secara mudah dapat dipahami

Himpunan data tersebut selanjutnya diinterpretasikan dan dirancang dengan

menempatkan hasil analisis tersebut ke dalam peta (pendekatan spasial)

Pemetaan tersebut dimaksudkan untuk menentukan tata letak potensi sarana

ekonomi yang dimaksud oleh penelitian ini paling tidak untuk

1) memahami keberadaan keluarga miskin baik melalui data struktural maupun

melalui tampilan peta setiap desakelurahan

2) memahami secara terintegrasi keberadaan masyarakat miskin di Kota malang

dalam perspektif kepentingan ekonomi dan pembangunan Kota Malang ke

depan

Selain menggunakan pendekatan di atas penelitian ini juga menggunakan

metode Performance-Importance Analysis dalam menjawab tujuan yang akan dicapai

Analisis ini digunakan untuk melihat tingkat kesenjangan (gap) antara atribut kinerja

pelayanan publik (performance) yang telah dilakukan oleh pemerintah melalui dinas-

dinas terkait penanggulangan kemiskinan di Kota Malang dengan persepsi tingkat

kepentingan (importance) akan atribut-atribut yang dibutuhkan

Pengukuran tingkat kepentingan dan performance dilakukan dengan cara

menyebarkan kuesioner bagi masyarakat miskin yang menjadi obyek penelitian

Responden akan diminta untuk memberikan penilian atau persepsi mereka terhadap

sejauh mana layanan yang telah diberikan pemerintah melalui dinas-dinas terkait di Kota

Malang (performance) terhadap penanggulangan kemiskinan Dengan memberikan

20

penilaian atas atribut yang mereka anggap paling dibutuhkan saat ini (importance)

dengan asumsi bahwa obyek penelitian mengerti sejauh mana kinerja atribut pelayanan

publik yang telah dilakukan dinas-dinas terkait dan berkompeten dalam penanggulangan

kemiskinan

Dari analisis Kuadran akan diketahui pada kuadran manakah suatu atribut

berada sehingga nantinya dapat digunakan sebagai instrumen untuk

merekomendasikan tindakan atau kebijakan yang seharusnya dilakukan bagi

keberhasilan penanggulangan kemiskinan di Kota Malang

Bab 4 Hasil analisis

1 Gambaran geografis Jawa Timur

Jawa Timur adalah sebuah provinsi di bagian timur Pulau Jawa Indonesia

Ibukotanya adalah Surabaya Luas wilayahnya 47922 kmsup2 dan jumlah penduduknya

37070731 jiwa (2005) Jawa Timur merupakan provinsi terluas diantara 6 provinsi di

Pulau Jawa dan memiliki jumlah penduduk terbanyak kedua di Indonesia setelah Jawa

Barat Jawa Timur berbatasan dengan Laut Jawa di utara Selat Bali di timur Samudra

Hindia di selatan serta Provinsi Jawa Tengah di barat Wilayah Jawa Timur juga

meliputi Pulau Madura Pulau Bawean serta sejumlah pulau-pulau kecil di Laut Jawa

dan Samudera Hindia

Jawa Timur dikenal sebagai pusat Kawasan Timur Indonesia dan memiliki

signifikansi perekonomian yang cukup tinggi yakni berkontribusi 1485 terhadap

Produk Domestik Bruto nasional Pembagian wilayah administrasi Pemerintah Propinsi

Jawa Timur pada tahun 2003 sd tahun 2007 terbagi dalam 4 (empat) Badan Koordinasi

Wilayah Pembantu Gubernur 29 Kabupaten dan 9 Kota serta jumlah kecamatan

berjumlah 642 kecamatan Perwakilan kecamatan sejak tahun 2003 telah ditiadakan

sebelumnya berjumlah 114 dan Kota Administratif Batu sejak tahun 2003 telah menjadi

Kotasedang Kota Administratif Jember berdasarkan peraturan perundangan telah

21

dicabut dengan demikian Jember hanya sebagai Kabupaten Jumlah kelurahan

sebanyak 785 Kelurahan dan Desa sebanyak 7680 desa

Table 8

Pembagian Wilayah Administrasi Provinsi Jawa Timur

Uraian 2001 2002 2003 2004 2005 2006Badan koordinasi wilayah 4 4 4 4 4 4Jumlah Kabupaten 29 29 29 29 29 29Jumlah kota 9 9 9 9 9 9Jumlah Kecamatan 642 642 642 642 657 657Jumlah Kelurahan 784 784 784 784 784 784Jumlah Desa 7715 7715 7715 7715 8484 8484

Sumber Biro Pemerintahan dan Otoda Setda Prop Jatim amp Jatim Dalam Angka 2006

2 Gambaran geografis

a gambaran geografis kabupaten Pasuruan

Kota Pasuruan adalah ibu kota Pasuruan Jawa Timur terletak di persimpangan

jalur regional Surabaya-Probolinggo-Malang Orientasi Wilayah Kota Pasuruan memiliki

wilayah seluas 3529 kmsup2 dengan jumlah penduduk sebanyak 158864 jiwa (Sensus

Penduduk 2000) Wilayahnya terdiri dari 3 kecamatan 19 kelurahan dan 15 desa

Tiga kecamatan tersebut yaitu Kecamatan Gading rejo Purworejo dan Bugulkidul

Kecamatan Bugulkidul memiliki wilayah terbesar (1624 kmsup2) sedang untuk Gadingrejo

dan Purworejo masing-masing 1046 kmsup2 dan 859 kmsup2

b Gambaran geografis kabupaten Sidoarjo

Kota Sidoarjo merupakan Ibukota Kecamatan Sidoarjo yang terletak di tepi Selat

Madura dan termasuk dalam wilayah administratif Kabupaten Sidoarjo Propinsi Jawa

Timur Batas-batas administrasi dari kota Sidoarjo ini adalah

1048707 Sebelah utara Kecamatan Waru

22

1048707 Sebelah selatan Kecamatan Porong

1048707 Sebelah Timur Selat Madura

1048707 Sebelah Barat Kecamatan Krian

Secara geografis wilayah Kota Sidoarjo memiliki luas wilayah 6256 Ha Ditinjau dari

Topografi keadaan medan Kota Sidoarjo berada pada ketinggian antara 23 - 32 diatas

permukaan laut

c Gambaran geografis kabupaten malang

3 Pemetaan Penduduk miskin di kabupaten Sidoarjo Pasuruan dan Malang

Gambaran Rumah Tangga Miskin Di Kabupaten Sidoarjo Pasuruan Dan Malang

Hasil penelitian dengan menggunakan data skunder yang telah dilakukan mengenai jumlah rumah tangga miskin yang ada di kabupaten sidoarjo pasuruan dan malang seperti tergambar pada table di bawah ini

Table 9Jumlah keluarga miskin di kabupaten sidoarjo pasuruan dan malang

Kabupaten 2005 2006 Sidoarjo 239100 1402 223300 1297Pasuruan 285100 2016 308900 2167Malang 373700 1617 404800 171Jawa timur 7139900 1995 7678100 2109

sumber BPS

Dari deskripsi data diatas mengenai jumlah keluarga miskin di 3 kabupaten

provinsi jawa timur antara tahun 2005 dan 2006 menunjukkan tingkat kemiskinan yang

bervariasi Untuk kabupaten sidoarjo jumlah keluarga miskin sebesar 239100 atau

mencapai 1402 dari jumlah penduduk di tahun 2005 Tahun berikutnya jumlah

keluarga miskin berkurang menjadi 223300 atau 1297 dari total penduduk di

kabupaten sidoarjo Penurunan jumlah keluarga di kabupaten sidoarjo ternyata tidak

diikuti di tetangga kabupatennya seperti pasuruan dan malang Jumlah keluarga miskin

di kabupaten pasuruan sebanyak 285100 atau 2016 di tahun 2005 dan naik menjadi

308900 atau 2167 dari toatal keluarga di kabupaten pasuruan Demikian juga dengan

23

kabupaten malang jumlah keluarga miskin di tahun 2006 juga mengalami kenaikan

Tahun 2005 jumlah keluarga miskin sebanyak 373700 atau 167 naik menjadi

404800 atau 171 dari jumlah keluarga yang tinggal di kabupaten malang

4 Gambaran rumah tangga miskin pada kabupaten pasuruan sidoarjo dan

malang

Jika dilihat mengenai masalah kemiskinan di daerah provinsi jawa timur maka dapat

diketahui bahwa peta penduduk miskin tidak hanya terkelompok pada kabupaten yang

mempunyai sumberdaya alam yang sedikit namun juga terdapat ppotensi kemiskinan di

daerah yang mempunyai sumber daya alam yang banyak Untuk lebih jelasnya berikut

peta potensi kemiskinan pada masing ndash masing kabupaten yang diikuti dengan jumlah

penduduknya

Tabel

Jumlah Rumahtangga Miskin Masing-Masing Kabupaten

Di Wilayah Provinsi Jawa Timur

KabupatenJumlah Penduduk Jumlah Penduduk Miskin

2005 2006 2005 2006Kabupatenkab Pacitan 869642 885986 150100 162600kab Ponorogo 665070 687786 152500 165200kab Trenggalek 969461 984460 165800 189000kab Blitar 525888 1140809 175800 190400kab Kediri 1429137 1525231 255900 277200kab Malang 2336363 2419822 373700 404800kab Lumajang 999525 1026400 186100 201900kab Jember 2261477 2278718 408000 423300kab Banyuwangi 1514605 1575265 236100 251900kab Bondowoso 698504 725571 169500 183600kab Situbondo 605208 636200 113200 107200kab Probolinggo 1021279 1070137 267400 289700kab Pasuruan 1398122 1485342 285100 308900kab Sidoarjo 1697435 1838666 239100 223300kab Mojokerto 969299 1027871 154300 165400kab Jombang 1222499 1212876 278600 289900kab Nganjuk 989693 1065459 235800 255400kab Madiun 641596 667709 137500 144700kab Magetan 617492 621862 104600 113300kab Ngawi 827728 857449 193400 209100kab Bojonegoro 1228939 1251051 323900 350900

24

kab Tuban 1063375 1104538 300700 325800kab Lamongan 1187065 1274194 280800 304200kab Gresik 1118841 1120541 242500 287500kab Bangkalan 889590 945863 286700 306700kab Sampang 835122 894046 325900 353100kab Pamekasan 762876 782076 237600 271500kab Sumenep 1004758 1068595 331200 351100

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa di kabupaten malang mempunyai potensi

kemiskinan yang tinggi pada tahun 2005 dan 2006 Tingginya angka kemiskinan di

kabupaten tersebut mengindikasikan bahwa kurang adanya pemerataan pada

pembangunan perekonomian Kabupaten pasuruan dan kabupaten sidoarjo memiliki

jumlah penduduk miskin relatif dibawah kabupaten malang Hal tersebut bisa terjadi

karena kedua kabupaten berada pada lingkar urat nadi perekonomian jawa timur

sehingga perekonomian di wilayah tersebut dapat terdongkrak akibat aktivitas

perekonomian jawa timur

5 Karakteristik Perekonomian Rumah Tangga Miskin

51 Kabupaten Pasuruan

Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden

Salah satu penentuan sebuah masyarakat miskin adalah dengan melihat rata-

rata tingkat pendapatannya Oscar Lewis (1966) akar dari timbulnya budaya miskin

salah satunya adalah rendahnya gajipendapatan

Tabel

Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden kabupaten pasuruan

No

lt 200000200000

sd 400000

410000 sd

500000gt 500000 Jumlah

1Tidak

Bekerja

2 2 29

2Buruh Pasar

3 3 6 613 10

3Kuli

Banguan

1 2 1 4 44 7 3

4 Pemulung

1 1 8 10 104 3 22

25

5 Pedagang

4 8 10 22 2217 28 27

6 Becak 3 7

10 1010 19

7Sopir

Angkutan

1 4 5 10 104 14 14

8 Wiraswasta

1 2 1 15 54 7 3 11

9 Bengkel

2 3 1 17 79 10 3 11

10Buruh Pabrik

4 610 1011 67

11 Lain-lain

8 3 1 12 1235 10 11 100

Jumlah 23 29 37 9 98

Table diatas menjelaskan mengenai tingkat pendapatan dan jenis pekerjaan

pada kabupaten pasuruan Dari 91 sampel yang di ambil ada beberapa karakteristik

pendapatan dari para pekerja Secara umum masyarakat yang mempunyai pendapatan

lebih dari 500 ribu di domonasi oleh pekerja swasta bengkel buruh pabrik dan lain-lain

Buruh pabrik memiliki tingkat pendapatan di atas 500 ribu disebabkan karena adanya

kebijakan UMR yang harus dipenuhi oleh perusahaan di wilayah tersebut

Tabel

Keahlian Yang Dimiliki Masyarakat kabupaten pasuruan

No Jenis Pekerjaan Responden Wiraswasta BengkelMontir Sopir

Tukang Bangunan

DagangLain-lain

jumlah

1 Tidak Bekerja 0 0

2 Buruh Pasar

1 1 2 26 0 0 0 7 0

3 Kuli Bangunan

5 5 414 1428 0 0 25 0 22

4 Pemulung

33 30 0 0 0 0 17

5 Pedagang

2 1 3 28 80 0 13 5 21 11

26

6 Becak

2 4 5 314 140 17 25 25 0 17

7 Sopir Angkutan

2 3 5 50 17 19 0 0 0

8 Wiraswasta

5 3 5 13 1328 0 0 15 36 0

9 Bengkel

5 2 29 90 42 13 0 0 11

10 Buruh Pabrik

5 3 3 11 1128 0 0 15 21 0

11 Lain-lain

2 3 5 3 2 419 1911 25 31 15 14 22

Jumlah 18 12 16 20 14 18 98 100

Keberagaman keahlian yang dimiliki oleh masyarakat kabupaten pasuruan tidak

berarti bahwa keahlian yang dimilikinya terspesifikasi pada satu jenis keahlian tertentu

namun tidak sedikit masyarakat yang mempunyai keahlian lain diluar dari profesi yang

dimilikinya Sebagai contoh adalah seorang pegawai bengkel tidak hanya ahli dalam

memperbaiki kendaraan bermotor namun juga bisa berprofesi sebagai sopir Hal

tersebut ditunjukkan oleh hasil observasi yang telah dilakukan untuk masyarakat daerah

pasuruan dimana pegawai bengkel ternyata juga bisa berprofesi sebagai sopir atau

bidang usaha yang lain

Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan

NoJenis

Pekerjaan Responden

Tempat Usaha

Alat Modal Pemasaran Ketrampilan jumlah

1 Tidak Bekerja

2 Buruh Pasar

3Kuli

Bangunan

4 Pemulung

5 5 10 10 23 12

5 Pedagang

8 5 13 1350 12

27

6 Becak

4 8 12 12 18 19

7Sopir

Angkutan

5 5 5 12

8 Wiraswasta

8 6 14 14 36 14

9 Bengkel

5 6 11 11 23 14

10 Buruh Pabrik

77 7 41

11 Lain-lain

8 8 1026 2750 19 59

Jumlah 16 22 43 0 17 98 100

Dengan keahlian yang dimiliki oleh masyarakat pasuruan dapat diindikasikan

bahwa keahlian yang dimiliki mempunyai kemerataan sampel Dari seluruh responden

yang dijadikan sampel sebagian besar menginginkan bantuan modal alat dan tempat

usaha Untuk jenis pekerjaan bengkel sampel menyatakan bahwa responden

menginginkan bantuan modal dan alat untuk dapat mengembangkan usahanya Hal

yang sama juga ditunjukkan untuk jenis pekerjaan wiraswasta dimana 23 menyatakan

menginginkan bantuan alat dan 24 menginginkan bantuan modal

52 Kabupaten Sidoarjo

Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden

No Gaji amp Jenis Pekerjaan

lt 200000

200000 sd

400000

410000 sd

500000gt 500000 Jumlah

1 Tidak Bekerja

2

2 2111

2 Buruh Pasar

6 4

10 11333 200

3 Kuli Banguan

1 8 1

10 1156 400 50

4 Pemulung

8 2

10 11444 100

5 Pedagang

1 2 7

10 1150 100 212

28

6 Becak

1 2

3 356 100

7 Sopir Angkutan

2 6 1

9 10100 300 30

8 Wiraswasta

1 2 7

10 1150 100 212

9 Bengkel

4 5

9 10200 152

10 Buruh Pabrik

5 5

10 11250 152

11 Lain-lain

8

8 9242

Jumlah 18 20 20 33 91 100

Karakteristik pendapatan masyarakat di daerah perkotaan kabupaten sidoarjo

menunjukkan kesamaan dari kabupaten pasuruan Secara keseluruhan responden yang

berpenghasilan di atas 500 ribu di dominasi oleh masyarakat yang mempunyai

pekerjaan sebagai wiraswasta bengkel buruh pabrik dll Jika ditelaah lebih lanjut

memang untuk golongan buruh pabrik mereka berpenghasilan ditas 500 ribu karena ada

jaminan dari pemerintah mengenai pendapatan minimum melalui UMR Sedangkan

masyarakat yang bekerja di bengkel mendapatkan pendapatan yang tinggi karena

sidoarjo merupakan daerah industry sehingga tidak sedikit masyarakat yang

menggunakan kendaraan bermotor dalam aktifitasnya

Tabel

Keahlian Yang Dimiliki Masyarakat kabupaten sidoarjo

NoJenis

Pekerjaan Responden

Wiraswasta BengkelMontir

SopirTukang

BangunanDagang

Lain-lain

jumlah

1Tidak

Bekerja

2 Buruh Pasar

5 6 718 1831 43 37

3 6 8 14 14

29

Kuli 46

4 Pemulung

6 7 13 13 23 54

5 Pedagang

8 3 11 1150 30

6 Becak

8 8 8 57

7Sopir

Angkutan

5 49 9 19 21

8 Wiraswasta

3 5 8 8 30 19

9 Bengkel

4 4 4 15

10Buruh Pabrik

11 Lain-lain

3 4 6 13 1319 40 23

Jumlah 16 10 26 13 14 19 98 100

Menurut survey yang telah dilakukan ternyata tipikal masyarakat sidoarjo dan

pasuruan untuk kategori keahlian yang dimiliki adalah sama penyebarannya Untuk

kabupaten sidoarjo jenis pekerjaan terbanyak adalah buruh pasar dengan keahlian yang

dimiliki berdagang serta ada yang memiliki keahlian sebagai tukang sepatu

Keberagaman jumlah responden menunjukkan keberagaman pekerjaan masyarakat

yang dijadikan sebagai obyek penelitian Menurut hasil penelitian digambarkan bahwa

seorang yang berprofesi sebagai pemulung ternyata juga memiliki keahlian di bidang

lainnya seperti tukang bangunan bahkan sopir Dari informasi yang dimiliki tersebut

diharapkan pemerintah dapat memberikan bantuan sesuai dengan bidang profesi

masyarakat atau keahlian masyarakat itu sendiri

30

Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan

NoJenis

Pekerjaan Responden

Tempat Usaha

Alat Modal Pemasaran jumlah

1Tidak

Bekerja

0 0

2Buruh Pasar

2 8 10 01020418 15

3Kuli

Bangunan

1 3 6 10 01020414 14 12

4 Pemulung

1 8 9 00918374 15

5 Pedagang

10 2 4 16 016326540 10 8

6 Becak

2 4 6 12 01224498 19 12

7Sopir

Angkutan

2 6 8 00816338 12

8 Wiraswasta

3 7 10 0102041 14 13

9 Bengkel

5 6 11 0112245 24 12

10Buruh Pabrik

0 0

11 Lain-lain

7 4 1 12 012244928 19 2

Jumlah 25 21 52 0 98

Masyarakat daerah sidoarjo untuk segala jenis pekerjaan yang dijadikan subyek

penelitian menyatakan bahwa masyarakat memilih diberikan bantuan modal alat dan

tempat usaha Sedangkan untuk aspek pemasaran masyarakat sidoarjo tidak begitu

memerlukan bantuan Karena jika kita perhatikan kabupaten sidoarjo terletak di urat nadi

perekonomian jawa timur sehingga diharapkan pemasaran tidak menjadi kendala Dari

98 orang yang dijadikan responden sebanyak 52 orang dari berbagai macam profesi

menginginkan bantuan modal usaha

31

Berdasarkan hasil data skunder yang telah dilakukan terhadap seluruh

rumahtangga miskin yang ada di Kota Malang maka gambaran lokasi rumahtangga

misikin yang ada di Kota Malang seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini

Tabel

Jumlah Keluarga Miskin Masing-Masing Kecamatan

Di Kota Malang

No Kecamatan Jumlah Rumah Tangga

Prosentase

1 Kedungkandang 6635 2730

2 Sukun 6255 2574

3 Klojen 3432 1412

4 Blimbing 4158 1711

5 Lowok Waru 3821 1572 Sumber Pemkot Malang 2006

Data di atas menunjukkan jumlah rumah tangga miskin yang ada di kota malang

di masing-masing Kecamatan Dari 5 kecamatan yang ada dikota Malang jumlah

kemiskinannya adalah sebagai berikut Kecamatan yang paling tinggi angka

kemiskinannya adalah kecamatan Kedungkandang yaitu sebesar 2730 kecamatan

Sukun sebesar 2574 kemudian Kecamatan Lowok Waru sebesar 1572

Kecamatan Blimbing 1711 dan angka terendah Rumah tangga miskinnya adalah

kecamatan Klojen yairu sebesar 1412

Gambar

Jumlah keluarga Miskin di Kota Malang

0 1 2 3 4 5 6 7

Kedungkandang

Sukun

Klojen

Blimbing

Lowok Waru

Jumlah Rumah Tangga

32

Berdasarkan gambaan di atas jumlah rumah tangga miskin di kota malang

berada pada daerah-daeah tertentu (Kedungkandang dan Sukun) wilayah ini merupakan

wilayah pinggiran kota yang padat dengan jumlah penduduknya Kecamatan

Kedungkandang merupakan daerah yang umumnya pdat penduduk dan daerah tersebut

merupakan daerah pinggiran kota serta rata-rata penduduknya memiliki mata

pencaharian pedagang Daerah tersebut juga merupakan daerah pusat-pusat industri

kecil dan yang lebih telihat bahwa kebanyakan rumah tangga miskin bertempat tinggal

di daerah aliran sungai brantas (DAS Brantas) serta di pinggiran jalur kereta api

Berbeda halnya dengan kecamatan Sukun daerah ini selain terdapatnya pusat

perdagangan juga merupakan daerah industri kecil (home industri) Keberadaan rumah

tangga miskin selain rata-rata kehidupannya berdagang juga bertempat tinggal pada

daerah-daerah perkampungan

33 Aspek Kultural Pada Masyarakat Miskin

Urbanisasi merupakan salah satu faktor pemicu perkembangan kota terjadinya

perpindahan penduduk dari desa ke kota disebabkan oleh berbagai faktor baik faktor

pearik maupun pendorong perkembangan industri dan perdagangan di kota merupakan

faktor penarik yang menyebabkan orang untuk berdatangan dan tinggal di daerah

perkotaan Keinginan untuk dapat mendapatkan penghasilan dan pekerjaan yang lebih

baik untuk mencukupi kebutuhan hidup merupakan penyebab utama terjadinya

urbanisasi Namun kondisi tersebut tidak seiring dengan kualitas pendidikan dan

ketrampilan yang memadai sehingga mereka tidak dapat ditampung di sektor formal

melainkan menggantungkan hidupnya pada sektor informal yang kurang menentu

Selain itu yang menjadi faktor pendorong terjadinya urbanisasi adalah kondisi fasilitas di

daerah asal (pedesaan) kurang memadai serta semakin menyempitnya lahan pertanian

dan peluang pekerjaan

Pertambahan penduduk di kota yang sangat tinggi menyebabkan berbagai

permasalahan sosial permasalahan yang muncul adalah adanya perkampungan kumuh

dan perumahan liar di pinggiran kota dan umumnya di daerah pinggiran aliran sungai

brantas (DAS) Masalah tersebut disebabkan oleh ketidak mampuan masyarakat miskin

perkotaan untuk memiliki rumah yang layak huni Penyebab lainnya adalah ketidak

mampuan pemerintah kota untuk menyediakan sarana bagi masyarakat miskin

33

perkotaan Pembangunan perkotaan senantiasa bukan memberikan solusi dalam

pengentasan kemiskinan perkotaan melainkan sebaliknya yaitu menjadikan proses

penggusuran dan semakin terdesaknya kehidupan masyarakat miskin tersebut

Tabel

Daerah Asal Responden sidoarjo

NoJenis

Pekerjaan Responden

Jawa Timur Non

Madura

Madura Jawa Barat

Jawa Tengah

Luar Jawa

jumlah

1Tidak

Bekerja

2Buruh Pasar

8 1 1 10 1011 7 7

3Kuli

Bangunan

7 2 1 10 1010 14 7

4 Pemulung

9 9 913

5 Pedagang

10 10 1014

6 Becak

8 1 2 11 1111 7 14

7Sopir

Angkutan

10 10 1014

8 Wiraswasta

8 6 14 1411 43

9 Bengkel

10Buruh Pabrik

8 2 10 1011 14

11 Lain-lain

2 2 10 14 143 14 71

Jumlah 70 14 0 14 0 98 100

Dari data diatas sebagian besar kaum migrant untuk setiap profesi berasal dari

jawa timur Di definisikan jawa timur karena seluruh masyarakat urban berasal dari jawa

timur kecuali Madura Ada beberapa alasan dari responden mengapa mereka

melakukan urbanisasi salah satunya adalah untuk memperbaiki taraf ekonomi karena

kabupaten sidoarjo dianggap sebagai kabupaten yang memiliki potensi yang cukup

34

tinggi dalam bidang industry Profesi terbanyak yang diminati oleh pendatang adalah

sebagai pedagang dan sebagai sopir

Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin

pada kabupaten sidoarjo dapat diperhatikan gambar di bawah ini

Gambar

Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin

35

Tabel

Daerah Asal Responden pasuruan

NoJenis

Pekerjaan Responden

Jawa Timur Non

Madura

Madura Jawa Barat

Jawa Tengah

Luar Jawa

jumlah

1 Tidak Bekerja

2 Buruh Pasar

4 4 24

3 Kuli Bangunan

5 5 55

4 Pemulung

10 10 1011

5 Pedagang

20 20 2022

6 Becak

8 2 10 109 33

7Sopir

Angkutan

0 0

8 Wiraswasta

0 0

9 Bengkel

10 Buruh Pabrik

15 4 19 1916 67

11 Lain-lain

30 30 3133

Jumlah 92 6 98 98 98

Sama seperti pada kabupaten sidoarjo sebagian besar pendatang adalah dari

wilayah jawa timur Pendatang sebagian besar berprofesi sebagai pedagang karena

wilayah sidoarjo selain sebagai sentra industry provinsi jawa timur juga sebagai urat nadi

perekonomian jawa timur Sehingga bagi para pedagang akan sangat menguntungkan

karena di lewati dari berbagai wilayah di jawa timur

Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin

pada kabupaten pasuruan dapat diperhatikan gambar di bawah ini

Gambar

36

Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin

Tabel 5Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan di kota malang

Lama Tinggal (Tahun)Kecamatan

pddkAsli le 2 3 - 6 7 - 9 ge 10

Jumlahrespondn

Kedung kandang10

(1053)- 3

(316)11

(1158)71

(1473) 95

18 - - 15 52

37

Sukun (2118) (1764) (6118) 85

Klojen9

(1200)5

(667)12

(1600)9

(1200)40

(5333) 75

Blimbing8

(100)2

(25)- 8

(100)62

(775) 80

Lowok Waru15

(1923)- - 7

(897)56

(7180) 78

Sumber Data Primer

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa dari responden (keluarga miskin)

perkotaan sebagian besar bukan penduduk asli daerah kota Malang melainkan

pendatang yang merupakan kaum migran dan menetap di kota Malang kecamatan

kedung Kandang merupakan daerah yang padat penduduknya dimana 1473

menunjukkan jumlah responden yang sudah lama tinggal di kota malang (di atas 10

tahun) bahkan beberapa responden sudah turun-menurun dari keluarga mereka

Kecamatan Sukun yang merupakan kaum pendatang yang tinggal di kota Malang sudah

puluhan tahun sebanyak 6118 dari responden yang ada Kecamatan Klojen sebesar

5333 Kecamatan Blimbing sebanyak 775 dan untuk kecamatan Lowok Waru

sebanyak 7180 dari masing-masing responden di tingkat kecamatan Kondisi ini

menjelaskan bahwa masyarakat miskin perkotaan adalah rata-rata kaum migran yang

sengaja datang ke kota Malang untuk mencari kehidupan yang lebih baik dari daerah

asal mereka Umumnya mereka datang sebagai migran tetap dan keberadaan mereka

sudah terbiasa hidup dalam kondisi serba kekurangan Beberapa responden yang

ditemui juga menjelaskan bahwa sebagai kaum pendatang sudah tidak asing lagi

dengan kehidupan masyarakat di kota Malang Umumnya mereka membaur dengan

masyarakat pendatang lainnya dengan hidup di kepadatan penduduk kota Malang

Salain dilihat dari lamanya masayarakat pendatang (migran tetap) tinggal di kota

Malang dapat pula dijelaskan mengenai temapat asal (daerah asal) responden untuk

melihat derah asal rumah tangga miskin perkotaan dapat kita bagi dengan

menggunakan batasan daerah (wilayah) Dimana wilayah pembagiannya adalah

mereka yang berasal dari daerah Jawa Timur (non-Madura) daerah Madura daerah

Jawa Tengah Jawa Barat dan Luar Jawa Adapun gambaran daerah asal rumah

tangga miskin perkotaan dapat dilihat pada tabel berikut

38

Tabel

Daerah Asal Responden

Daerah

Asal

Kecamatan

Jawa

Timur

Non-

Madura

Madur

a

Jawa

Tengah

Jawa

Barat

Luar

Jawa

Jumlah

Respond

n

Kedung kandang21

(2470)52

(6118)9

(1059)3

(353)- 85

Sukun19

(2836)28

(4179)12

(1791)8

(1194)- 67

Klojen9

(1364)49

(7424)5

(758)3

(454)- 66

Blimbing31

(4306)33

(4563)6

(833)2

(278)- 72

Lowok Waru28

(4444)21

(3333)9

(1429)5

((794)- 63

Sumber Data Primer

Berdasarkan data pada tabel di atas menunjukkan bahwa umumnya kaum

migran berasal dari daerah Jawa Timur dan daerah Madura Untuk kecamatan Kedung

Kandang sebesar 6118 berasal dari Madura kemudian Kecamatan Sukun 4179

kaum Migran berasal juga dari Madura Kecamatan Klojen 7424 Kecamatan Blimbing

sebesar 4563 dan kecamatan Lowok Waru sebesar 3333 Dari kelima kecamatan

tersebut yang banyak di datangi oleh migran yang berasal dari daeah Madura adalah di

Kecamatan Kedung Kandang (6118) dan Kecamatan Klojen (7424) dan mereka

sengaja tinggal di dekat pusat perkotaan dengan tujuan memudahkan untuk aktifitas

kegiatan pekerjaannya yang rata-rata bergelut disektor informal (pedagang kaki lima)

331 Kondisi Tempat Tinggal Masyarakat Miskin Perkotaan

Dilihat dari tempat tinggal masyarakat miskin perkotaan rata-rata kondisi tempat

tinggalnya dengan model bangunan semi permanen dan permanen sederhanan dengan

memanfatkan kondisi tanah yang rawan bencana (longsor kebisingan kumuh dan

sebagainya)

Tabel

Kondisi Fisik Bangunan Rumah RTM

39

Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan

Kondisi Fisik RumahKecamatan

Sesek(papan)

SemiPermanen Permanen

Jumlahrespondn

Kedung kandang

11(1158)

52(5474)

32(3368) 95

Sukun20

(2353)33

(3882)32

(3765) 85

Klojen5

(667)31

(1733)39

(5200) 75

Blimbing3

(375)13

(1625)64

(8000) 80

Lowok Waru9

(1154)24

(3077)45

(5769) 78

Sumber Data Primer

dari data primer (tabel) menunjukkan bahwa sebagian besar tempat tinggal

masyarakat miskin perkotaan adalah semi permanen dan permanen akan tetapi dengan

ukuran ruang (luas bangunan) yang cukup minim Dan umumnya yang mereka lakukan

adalah dengan menyewa tanah dan atau menempati tanah rawan musibah adapun

kondisi perumahan masyarakat miskin perkotaan dapat dilihat pada gambar berikut

Gambar

Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin Perkotaan

40

Dari gambar di atas terlihat bahwa kondisi tempat tinggal mereka sangat rawan

dengan terjadinya bencana dan kekumuhan kondisi ini selain rawan terhadap adanya

bahaya tersebut juga sangat rawan dengan permasalahan kesehatan

34 Analisa Spasial

Informasi mengenai tipologi perekonomian masyarakat akan sangat membantu

pemerintah dalam menentukan kebijakan ekonomi di masa mendatang Dari informasi

tersebut dibuatlah peta potensi ekonomi dengan maksud merelevansikan antara potensi

ekonomi daerah dan kebijakan ekonomi Selain itu jika kebijakan ekonomi hanya

terfokus di suatu wilayah tertentu akan berdampak pada ketimpangan pertumbuhan

ekonomi Seperti dijelaskan sebelumnya inventarisasi sarana ekonomi sebuah wilayah

dilakukan dengan menggunakan pendekatan tipologi suatu wilayah Melalui pendekatan

ini selanjutnya dapat digambarkan wilayah majemuk dengan fenomena yang kompleks

dengan beberapa persamaan di dalamnya Maksudnya bahwa pada tipologi suatu

wilayah ada relevansinya dengan keberadaan potensi ekonomi maupun potensi sarana

ekonomi di wilayah tersebut Ini menandakan bahwa kebijakan pengembangan ekonomi

suatu wilayah diperlukan pengadaan sarana ekonomi yang tepat sedikitnya sesuai

dengan kondisi wilayah yang dibangun termasuk karakteristik kegiatan ekonomi yang

dilakukan oleh masyarakat setempat sehingga keberadaan sarana tersebut mampu

mendorong aktivitas ekonomi masyarakat dan pada akhirnya mengentaskan dan

menanggulangi kemiskinan

41

Di wilayah kabupaten pasuruan terdapat berbagai macam potensi ekonomi yang

belum tersentuh pengembangannya oleh pemerintah daerah Potensi yang terdapat di

wilayah tersebut bukan hanya pada potensi sumber daya alam melainkan juga potensii

sumber daya manusianya Untuk wilayah ssidoarjo perlu adanya perhatian mendalam

pada pengembangan sumber daya manusia karena di wilayah tersebut banyak sekali

potensi industri yang dapat berkembang Sedangkan untuk daerah malang hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa disinyalir masih terdapat kegiatan ekonomi maupun

sarana ekonomi yang menunjang kegiatan tersebut belum dimanfaatkan secara optimal

Keadaan ini menjadikan keduanya masih bersifat potensial dan memerlukan

penanganan pengelolannya agar dapat diperoleh output yang optimal pula Pengelolaan

optimal tersebut tentu masih memerlukan suatu pengkajian tersendiri untuk mengukur

sampai sejauh mana tingkat feasibilitasnya

Potensi sarana ekonomi kabupaten ssidoarjo kabupaten pasuruan dan Kota

Malang merujuk pada sarana ekonomi (dalam bentuk fisik) yang teridentifikasi di setiap

daerah maupun yang sudah terkompilasikan di tingkat kabupaten dan kota Potensi

tersebut dapat di petakan pada masing-masing kabupaten di wilayah Jawa Timur

melalui Peta berikut

Gambar Provinsi Jawa Timur

42

Gambar kota Malang

43

keterangan

daerah masyarakat miskin perkotaan

daerah potensi terjadinya kemiskinan

tidak ada potensi terjadnya kemiskinan

Sejalan dengan maksud di atas Pemerintah Kota Malang masih

perlu melakukan kajian mendalam tentang pengembangan potensi wilayah

sebagai salah satu upaya untuk mendukung pemulihan ekonomi yang

bersifat jangka menengah Dukungan kajian ini dilakukan dengan menggali

lebih dalam potensi yang dimiliki setiap kawasan di wilayah Kota Malang

Dengan demikian Pemerintah Kota Malang dengan mudah dapat mengambil

langkah-langkah menumbuh kembangkan potensi sarana ekonomi daerah

44

Kec Blimbing Industri (kecil-

menengah)Pariwisata Pertanianperumahanperdagangan

Kec Kedungkandang Industri (kecil-

menengah)Pertanianperumahan

Kec Sukun Industri kecilPendidikanperumahan

Kec Kolojen perdagangan PendidikanPerhotelanperkantoran

Kec Lowokwaruperumahan PendidikanIndustri (kecil-

menengah)

khususnya yang berada di pusat-pusat kegiatan produksi masyarakat yang

dianggap cukup strategis di Kota Malang

Sejalan dengan semakin meningkatnya peran serta dunia usaha

dan masyarakat di dalam pelaksanaan pembangunan maka program-

program pembangunan Kota Malang perlu disusun dengan

mempertimbangkan keterlibatan mereka Upaya ini dimaksudkan agar

Pemerintah Kota Malang lebih mudah mengefektifkan potensi sarana

ekonomi dan mengarahkannya untuk kepentingan pembangunan yang lebih

konsisten efektif dan efisien serta berkelanjutan dalam menanggulangi

kemiskinan

Secara keseluruhan penduduk miskin di wilayah kota malang masih tersebar

merata di seluruh kecamatan Kecuali di kecamatan Lowokwaru sebagian besar di

kecamatan ini tidak ada potensi kemiskinan Hal tersebut dikarenakan banyaknya

industry pendidikan seperti UMM UNISMA UNIGA Brawijaya ITN UM dll Dengan

banyaknya perguruan tinggi di wilayah tersebut maka potensi perekonomian semakin

besar Tidak sedikit masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang makanan karena

untuk memnuhi kebutuhan para mahasiswa

Pada data dikatakan bahwa rata-rata pendapatan di kecamatan Lowokwaru

masih besar padahal menurut analisis spasial potensi terjadinya kemiskinan sangat

kecil Pada analisi ekonomi diindentifikasi bahwa banyak masyarakat yang

berpendapatan dibawah 400 ribu Hal tersebut terjadi pada masyarakat yang tinggal di

daerah pesisir sungai Masih banyak masyarakat yang tinggal di Daerah Aliran Sungai

tidak memiliki kesempatan kemampuan untuk bersaing dengan masyarakat yang tidak

tiggal di Daerah Aliran Sungai Di perkirakan masyarakat yang menempati DAS

merupakan masyarakat pendatang yang berurbanisasi dengan tidak membawa suatu

keahlian

Potensi kemiskinan terbesar dapat terjadi di Kecamatan Sukun Banyak

masyarakat di daerah ini yang memiliki pendapatan dibawah 400 ribu Jika kita

bandingkan dengan kecamatan Lowokwaru potensi kemiskinan di daerah kecamatan

Sukun tidak hanya terjadi di DAS namun juga pada masyarakat lainnya Banyak faktor

yang mengindikasikan potensi kemiskinan salah satu faktor utama adalah sulitnya

pemasaran dan persaingan yang ketat Meski kegiatan masyarakat di kecamatan

Lowokwaru dengan kecamatan Sukun relatif sama namun di kecamatan Lowokwaru

45

pemasaran barang dan jasa yang diproduksi tidak sesulit di kecamatan Sukun meski

ada persaingan

Hampir memeratanya potensi masyarakat miskin di kecamatan Sukun

menimbulkan dampak di kecamatan Kedungkandang terutama di perbatasan diantara

kedua kecamatan tersebut Menurut survey yang dilakukan memang sebagian besar

masyarakat miskin berpotensi di DAS Dapat dilihat di peta bahwa gambar merah

bersinggungan antara kedua kecamatan dan di kedua wilayah tersebut dialiri sungai

yang sama namun jika kita lihat kebawahnya warna kecamatan Kedungkandang mulai

ada yang Hijau Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat diluar DAS mempunyai

usaha yang berhubungan positif dengan pendapatan seperti pertanian

Berbeda halnya di kecamatan Klojen kecamatan ini merupakan pusat

pemerintahan kota Malang Banyak warga di kecamatan ini yang berprofesi sebagai

pegawai negeri sipil Memang masih terindikasi adanya kemiskinan di daerah tersebut

namun kemiskinan itu timbul karena mereka yang tidak mempunyai kesempatan dan

daya tawar diri mereka Kebanyakan yang tidak memiliki daya tawar diri yang tinggi

adalah mereka para pendatang yang tidak membawa keahlian kemudian mereka

tinggal di DAS dan berprofesi sebagai buruh tani buruh pabrik ataupun yang lainnya

yang tidak membutuhkan keahlian lebih

Bab V Kesimpulan dan Saran

Setelah melalui beberapa tahapan analisis dalam mengidentifikasi kemiskinan

perkotaan di beberapa wiayah Jawa Timur terdapat beberapa kesimpulan yaitu

1 Didapat bahwa sebaran penduduk miskin berkosentrasi pada daerah

sepanjang aliran sungai dan ada beberapa kota yang mengindikasikan

bahwa penduduk miskin berasal dari pendatang dari luar kota

2 Dalam penanggulangan kemiskinan pemerintah sudah banyak

mengeluarkan berbagai macam program pengentasan kemiskinan seperti

P2K P2KP BLT dll namun dalam aplikasinya banyak program yang belum

tepat sasaran

3 Ada beberapa karakteristik yang menarik dalam pengentasan kemiskinan

diantaranya bahwa dalam mengentaskan masyarakat miskin metode yang

46

diterapkan lebih kepada pembinaan keahlian dan mentalitas karena

seperti yang terdapat di kota malang masyarakat miskin dipicu dari

kebiasaan atau mentalitas dari masyarakat tersebut dalam kehidupan

sehari-hari Riset menemukan meskipun masyarakat miskin diberikan

bantuan uang seperti BLT namun bantuan tersebut tidak diperuntukkan

kepada pengembangan usaha namun habis untuk konsumsi begitu pula

dengan program ndash program pengentasan kemiskinan yang lainnya

Saran

Dalam pengentasan kemiskinan disarankan kepada pemerintah untuk mencari

data kemiskinan yang akurat dengan tujuan pemberian bantuan dalam rangka

pengentasan kemiskinan dapat terserap tepat pada masyarakat yang dituju Selain itu

untuk mengentaskan masyarakat yang bertipikal ldquokultur miskinrdquo harus banyak diberikan

pelatihan dan pembinaan mental

47

DAFTAR PUSTAKA

Blakely Edward J (1989) Planning Local Economic Development Theory and Practice Sage Library of Social Research 168 Sage Publication

BPS (1999) Perkembangan Tingkat Kemiskinan dan Beberapa Dimensi Sosial Ekonominya 1996-1999 Jakarta BPS

Budi Soeradji Mubyarto (1998) Gerakan Penanggulangan Kemiskinan Laporan

Penelitian di Daerah-Daerah Yogyakarta Aditya Media

Faisal Basri (2002) Perekonomian Indonesia Tantangan dan Harapan bagi Kebangkitan Indonesia Jakarta Erlangga

Fei J C H amp Gustav R (1964) Development Economics What Next In a Ranis G P Schulta (Ed) The State of Development Economics

Gunawan Sumodiningrat (1999) Penanggulangan Krisis Harus Memihak Rakyat Disampaikan pada konferensi pers untuk launcing The Economic and Social Survey of Asia and the Pacific 1999 (ESCAP) di UNIC Jakarta

Kuncoro M (2000) Ekonomi Pembangunan Teori Masalah dan Kebijakan (1st ed) Yogyakarta UPP AMP YKPN

Kuncoro M (2004) Otonomi dan Pembangunan Daerah Reformasi Perencanaan Strategi dan Peluang Jakarata Erlangga

Mellor J W (1976) The New Economies of Growth A Strategy for India and the Developing Countries Cornell Cornell University Press

Nurkse R (1953) Problem of Capital Formation in Underdeveloped Countries In Meier Gerald M Leading Issues in Economic Development edisi ke 6 Oxford University Press Oxford

Rintuh Cornelis amp Miar (2005) Kelembagaan dan Ekonomi Rakyat BPFE-UGM Yogyakarta

Sharp Ansel M Charles A Register and Paul W Cerimes (1996) Economics of Social Issues edisi ke 12 Richard D Chicago Irwin

Sumarto Sudarno (2002) ldquoGrowth Inequality and Poverty Evidence from Micro Datardquo Makala dalam The Young Economics Seminar Jakarta World Bank

48

Page 14: Makalah akp

Sebagaimana telah dikemukakan di atas upaya penaggulangan kemiskinan

dilakukan dengan pendekatan spasial ekonomi dan struktural Pendekatan tersebut

pada dasarnya bertujuan untuk menghasilkan model penanggulangan kemiskinan yang

bisa menghasilkan rencana strategis dan program kerja penanggunalangan kemiskinan

secara terpadu dan berkelanjutan di Kota Malang Setidaknya ada 5 (lima)

komponenkegiatan utama yang perlu dilakukan Kegiatan-kegiatan tersebut meliputi

1 Identifikasi dan Analisis Kondisi Eksisting masing-masing kota

Tujuan utama kegiatan ini adalah untuk memahami kondisi setiap desakelurahan

dan kecenderungan perkembangan dalam kurun waktu perencanaan Adapun informasi

yang perlu dikumpulkan dikaji dan dianalisis meliputi gambar mengenai kondisi fisik

sosial ekonomi desakelurahan kebijakan dan program-program yang terkait dengan

pengembangan desa perkembangan sektor-sektor ekonomi desa dan kondisi sistem

prasarana Semua informasi ini diharapkan dapat menggambarkan eksisiting yang

tengah berlangsung (on-going) maupun yang akan dikembangkan (commited)

2 Identifikasi Potensi dan Permasalahan Kemiskinan

Berdasarkan analisis terhadap kondisi wilayah dan kecenderungan

perkembangannya diidentifikasi potensi ekonomi yang mampu mendukung

pembangunan wilayah masing-masing Kota Identifikasi yang dimaksud meliputi

antara lain

Potensi desakelurahan yang terkandung baik yang sudah

dimanfaatkan belum dimanfaatkan maupun potensial diperkirakan

ada di desa Terkait dengan hal ini adalah identifikasi sektor unggulan

atau komoditi unggulan

Kendala-kendala dalam pengembangan potensi ekonomi baik dalam

kaitannya dengan bidang prasarana keuangan dan kebijakan

sehingga menimbulkan kemiskinan pada masyarakat setempat

3 Penyusunan Skenario Penanggulangan Kemiskinan

Skenario penanggulangan kemiskinan berisi antara lain pemanfaatan ruang dan

struktur ruang (pengembangan sektor-sektor unggulan kawasan dan sistem

14

prasarana) yang merupakan acuan pengembangan desa Skenario ini disusun

berdasarkan potensi pengembangan Kota

4 Perumusan Model Penaggulangan Kemiskian

Rumusan model penaggulangan kemiskinan yang dimaksud berisi program-

program pengembangan sektor kota dan sistem prasarana dasar Program-

program ini dirumuskan dalam rangka mendukung pencapaian skenario-skenario

yang telah dirumuskan

5 Rekomendasi Pola Pelaksanaan Program-Program Pengentasan Kemiskinan

Program-program yang layak untuk diimplementasikan selanjutnya dikaji pola

pelaksanaannya Dalam hal ini pola pelaksanaan yang dimaksud

memperhitungkan seluruh pelaku pembangunan yaitu pemerintah swasta dan

masyarakat

2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Kegiatan penyusunan model penanggulangan masyarakat miskin di Kota Malang

akan melakukan survei di seluruh wilayah yang termasuk dalam wilayah admisnistratif Kota

Malang Pasuruan Sidoarjo

Analisis dan penyusunan model penaggulangan kemiskinan dilakukan secara

bertahap tahapan tersebut didasarkan pada aspek kegiatan yang diukur dan dianalisis

Penelitian ini akan dilakukan dua tahap dinama setiap tahap penelitian diperkirakan

akan menghabiskan waktu plusmn 11 bulan jadi secara keseluruhan penelitian akan

menghabiskan waktu plusmn 22 bulan

3 Definisi Operasional Variabel

Aspek yang digunakan untuk membanguan model penanggulangan

kemiskinan di Kota Malang ada tiga aspek yaitu 1) Struktural atau Kelembagaan 2)

Aspek Kultural dan 3) Aspek Spasial (wilayah)

1) Aspek Struktural

Dalam aspek ini akan dilihat sejauhmana keterpaduan program-program yang

telah dilakukan oleh pemerintah baik pusat maupun daerah dengan kapasitas

15

dan kebutuhan masyarakat miskin Aspek struktural atau kelembagaan

mempunyai dua sub-indikator yaitu 1) Sub-indikator kebijakan pemerintah dan

2) Sub-indikator kapasitas sosial masyarakat (social capacity) Masing-masing

sub-indikator mempunyai variabel total variabel untuk mengukur indikator

aspek struktural atau kelembagaan sebanyak 8 variabel

Variabel-variabel yang digunakan dalam aspek struktural atau kelembagaan

dalam melakukan pengukuran terhadap desakelurahan dapat dilihat pada

tabel berikut

Tabel 5

Jumlah Sub Indikator dan Variabel Dari Aspek Struktural

No Sub Indikator

Variabel Diskripsi

1 Kebijakan Pemerintah (3 variabel)

- Program penanggulangan kemiskinan yang berasaldari pemerintah pusat

- Program penanggulangan kemiskinan yang berasaldari pemerintah propinsi

- Program penanggulangan kemiskinan yang berasaldari pemerintah daerah kabupaten

- Program penanggulangan kemiskinan yang berasal dari perangkat desa

Mengukur seberapa besar keterlibatan pemerintah baik pusat maupun daerah dalam upaya penanggulangan kemiskinan

2 Kapasitas sosial masyarakat(6 variabel)

- Gengsi sosialorang miskin

- Nilai adatbudaya dan agama terhadap orang miskin

- Rasionalitas penduduk miskin (semangat membebaskan diri dari kemiskinan)

- Budaya dan etos kerja- Semangat gotong

royong- Keperdulian

Mengukur seberapa besar social capital masyarakat miskin dalam keluar dari kemiskinan

16

masyarakat sekitar terhadap orang miskin

2) Aspek Kultural

cultural poverty adalah suatu budaya yang terjadi karena penderitaan ekonomi

(economic depretiation) yang berlangsung lama Berdasarkan penelitian pada

beberapa kebudaya kelompok etnik ditemukan bahwa kemiskinan adalah salah

satu sub-kultur masyarakat yang mempunyai kesamaan ciri antar etnik satu

dengan etnik yang lain Dalam aspek ini akan dilihat seberapa besar potensi

kemiskinan yang tercipta akibat dari kultur atau kebudayaan yang sudah

berlangsung di suatu wilayah Aspek kultural ini akan mencakup 1) tingginya

angka pengangguran 2) tingkat upahtinggi rendahnya gaji dan 3) sistem

ekonomi yang terlalu berorientasi pada mencari keuntungan

Variabel-variabel yang digunakan dalam aspek ekonomi dalam melakukan

pengukuran terhadap desakelurahan dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 6

Jumlah Sub Indikator dan Variabel Dari Aspek Struktural

No Sub Indikator Variabel Diskripsi1 Tingginya

angka pengangguran

- Lama bekerja- Banyaknya pekerja

dalam satu rumah

Mengukur seberapa besar tingkat pengangguran di suatu wilayah

2 Tingkat Upah - Besarnya gaji perbulan

- Ada tidaknya bonus

Mengukur seberapa besar kenaikan upah yang berhubungan dengan kesejahteraan masyarakat

3 Sistem Ekonomi

- Tujuan bekerja- Langkah untuk

memenuhi kebutuhan

Mengukur sebesarapa penting antara kebutuhan dan penimbunan kekayaan

3) Aspek Spasial

Dalam aspek ini akan dilihat seberapa besar konsisi wilayah (space) mampu

mendorong proses penanggulanagan kemiskinan Aspek spasial atau wilayah

mempunyai dua sub-indikator yaitu 1) Sub-indikator Kondisi geografis dan 2)

Sub-indikator Aksesibilitas sarana dan prasarana Masing-masing sub-indikator

17

mempunyai variabel total variabel untuk mengukur indikator aspek struktural

atau kelembagaan sebanyak 6 variabel

Variabel-variabel yang digunakan dalam aspek spasial atau wilayah dalam

melakukan pengukuran terhadap desakelurahan dapat dilihat pada tabel

berikut

Tabel 7

Jumlah Sub Indikator dan Variabel Dari Aspek Spasial

No Sub Indikator

Variabel Diskripsi

1 Kondisi geografis(4 variabel)

- Letak geografis- Topografi- Kondisi jalan- Kondisi jembatan

Mengukur sejauhmana kondisi geografis mampu bermanfaat untuk pemberdayaan masyarkat miskin

2 Aksesibilitas terhadap sarana dan prasarana(5 variabel)

- Akses terhadap pasar- Akses terhadap sarana

pendidikan- Akses terahadap

fasilitas kesehatan- Akses terahadap

aktivitas produksi

Mengukur tingkat kemudahan akses terhadap sarana dan prasarana pokok untuk penanggulangan kemiskinan

4 Jenis Data

Dilihat dari sumbernya data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua

jenis yaitu data sekunder dan data primer

1 Data Sekunder

Data ini merupakan data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain Adapun data

sekunder yang akan digunakan dalam penelitian ini diantaranya seperti Jumlah

penduduk luas desa topografi desa monografi desa letak geografi desa dan

lain-lain

2 Data Primer

Data ini merupakan data yang diperoleh langsung dari obyek penelitian Adapun

data primer yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya seperti data yang

18

digunakan untuk mengukur indikator kelembagaan indikator tipologipenyebab

kemisikinan indikator sumberdaya dan potensi ekonomi dan lain-lain

5 Teknik Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam pengumpulan informasi dan data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah Participatory Rural Appraisal (PRA) meliputi

1 Wawancara yaitu metode pengumpulan data dengan wawancara secara

mendalam dengan key-person (formal dan informal leaders) untuk

mengidentifikasi kebutuhan (needs) masyarakat

2 Dokumentasi yaitu metode pengumpulan data sekunder yang dimiliki oleh

responden lembaga ekonomi dan sosial maupun instansi teknis terkait

3 Observasi ( pengamatan) dan survei lapang

Dalam hal meyakinkan data dan informasi yang diperoleh dari responden

peneliti mengadakan pengamatan dan survei lapang secara langsung terhadap

obyek yang diamati mendengar serta mencatat hasil temuan lapang

4 Pengumpulan Data Sekunder

Selain dukungan data primer yang menjadi sumber data utama penelitian ini juga

menggunakan data sekunder yang diperoleh dari dokumen-dokumen serta catatan-

catatan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti Dokumen yang dimaksud

adalah jumlah keluarga miskin yang diperoleh dari Badan Perencanaan Kota

(Bapekot) Malang Catatan Sipil Kota malang (data Penduduk Kota malang sampai

dengan bulan Februari 2006) dan statistik kecamatan dari tiga kecamatan yang

diterbitkan oleh Kantor Statistik Kota Malang 2006

5 Focus Group Discussion (Diskusi Kelompok)

Peneliti melaksanakan diskusi dengan obyek penelitian ketika peneltian lapang akan

dilakukan Kegiatan ini pertama dilakukan adalah dimaksudkan untuk

mensosialisasikan pelaksanaan pengumpulan data (sebagai kegiatan penting

penelitian ini) kepada para sekretaris kecamatan dan seluruh sekretaris

desakelurahan yang diperkirakan menjadi sasaran dari kegiatan penelitian lapang

Berbagai informasi yang disampaikan dalam kegiatan sosialisasi ini antara lain

meliputi pentingnya dilaksanakan kegiatan inventarisasi dan pemetaan kemiskinan

di Kabupaten Sumenep proses pengumpulan data dan hasil akhir yang dihasilkan

kegiatan ini Melalui kegiatan ini dicapai jalinan suatu kebersamaan antara peneliti

19

dengan calon responden (subyek yang diteliti) sehingga dapat diperoleh data yang

optimal

Diskusi kelompok kedua dilakukan pada saat menjelang kegiatan ini berakhir

Diskusi ini dilakukan dengan stakeholders tingkat kota dimaksudkan untuk

mengoptimalkan hasil temuan lapangan Dikusi kelompok ini diarahkan kepada

upaya-upaya mengklarifikasi hasil temuan lapangan mendapatkan koreksi dan

masukan serta kesepakatan tentang hasil akhir kegiatan ini

6 Alat Analisis

Analisis dilakukan dengan memadukan pendekatan struktural (data

kuantitatif dan kualitatif) ekonomi (potensi sumberdaya pemabngunan) dan spasial

(pemetaan) Maksudnya bahwa dari himpunan data yang telah dikompilasi

dilakukan analisis statistik sederhana dengan lebih banyak menggunakan tabulasi

silang dan perhitungan-perhitungan statistik yang secara mudah dapat dipahami

Himpunan data tersebut selanjutnya diinterpretasikan dan dirancang dengan

menempatkan hasil analisis tersebut ke dalam peta (pendekatan spasial)

Pemetaan tersebut dimaksudkan untuk menentukan tata letak potensi sarana

ekonomi yang dimaksud oleh penelitian ini paling tidak untuk

1) memahami keberadaan keluarga miskin baik melalui data struktural maupun

melalui tampilan peta setiap desakelurahan

2) memahami secara terintegrasi keberadaan masyarakat miskin di Kota malang

dalam perspektif kepentingan ekonomi dan pembangunan Kota Malang ke

depan

Selain menggunakan pendekatan di atas penelitian ini juga menggunakan

metode Performance-Importance Analysis dalam menjawab tujuan yang akan dicapai

Analisis ini digunakan untuk melihat tingkat kesenjangan (gap) antara atribut kinerja

pelayanan publik (performance) yang telah dilakukan oleh pemerintah melalui dinas-

dinas terkait penanggulangan kemiskinan di Kota Malang dengan persepsi tingkat

kepentingan (importance) akan atribut-atribut yang dibutuhkan

Pengukuran tingkat kepentingan dan performance dilakukan dengan cara

menyebarkan kuesioner bagi masyarakat miskin yang menjadi obyek penelitian

Responden akan diminta untuk memberikan penilian atau persepsi mereka terhadap

sejauh mana layanan yang telah diberikan pemerintah melalui dinas-dinas terkait di Kota

Malang (performance) terhadap penanggulangan kemiskinan Dengan memberikan

20

penilaian atas atribut yang mereka anggap paling dibutuhkan saat ini (importance)

dengan asumsi bahwa obyek penelitian mengerti sejauh mana kinerja atribut pelayanan

publik yang telah dilakukan dinas-dinas terkait dan berkompeten dalam penanggulangan

kemiskinan

Dari analisis Kuadran akan diketahui pada kuadran manakah suatu atribut

berada sehingga nantinya dapat digunakan sebagai instrumen untuk

merekomendasikan tindakan atau kebijakan yang seharusnya dilakukan bagi

keberhasilan penanggulangan kemiskinan di Kota Malang

Bab 4 Hasil analisis

1 Gambaran geografis Jawa Timur

Jawa Timur adalah sebuah provinsi di bagian timur Pulau Jawa Indonesia

Ibukotanya adalah Surabaya Luas wilayahnya 47922 kmsup2 dan jumlah penduduknya

37070731 jiwa (2005) Jawa Timur merupakan provinsi terluas diantara 6 provinsi di

Pulau Jawa dan memiliki jumlah penduduk terbanyak kedua di Indonesia setelah Jawa

Barat Jawa Timur berbatasan dengan Laut Jawa di utara Selat Bali di timur Samudra

Hindia di selatan serta Provinsi Jawa Tengah di barat Wilayah Jawa Timur juga

meliputi Pulau Madura Pulau Bawean serta sejumlah pulau-pulau kecil di Laut Jawa

dan Samudera Hindia

Jawa Timur dikenal sebagai pusat Kawasan Timur Indonesia dan memiliki

signifikansi perekonomian yang cukup tinggi yakni berkontribusi 1485 terhadap

Produk Domestik Bruto nasional Pembagian wilayah administrasi Pemerintah Propinsi

Jawa Timur pada tahun 2003 sd tahun 2007 terbagi dalam 4 (empat) Badan Koordinasi

Wilayah Pembantu Gubernur 29 Kabupaten dan 9 Kota serta jumlah kecamatan

berjumlah 642 kecamatan Perwakilan kecamatan sejak tahun 2003 telah ditiadakan

sebelumnya berjumlah 114 dan Kota Administratif Batu sejak tahun 2003 telah menjadi

Kotasedang Kota Administratif Jember berdasarkan peraturan perundangan telah

21

dicabut dengan demikian Jember hanya sebagai Kabupaten Jumlah kelurahan

sebanyak 785 Kelurahan dan Desa sebanyak 7680 desa

Table 8

Pembagian Wilayah Administrasi Provinsi Jawa Timur

Uraian 2001 2002 2003 2004 2005 2006Badan koordinasi wilayah 4 4 4 4 4 4Jumlah Kabupaten 29 29 29 29 29 29Jumlah kota 9 9 9 9 9 9Jumlah Kecamatan 642 642 642 642 657 657Jumlah Kelurahan 784 784 784 784 784 784Jumlah Desa 7715 7715 7715 7715 8484 8484

Sumber Biro Pemerintahan dan Otoda Setda Prop Jatim amp Jatim Dalam Angka 2006

2 Gambaran geografis

a gambaran geografis kabupaten Pasuruan

Kota Pasuruan adalah ibu kota Pasuruan Jawa Timur terletak di persimpangan

jalur regional Surabaya-Probolinggo-Malang Orientasi Wilayah Kota Pasuruan memiliki

wilayah seluas 3529 kmsup2 dengan jumlah penduduk sebanyak 158864 jiwa (Sensus

Penduduk 2000) Wilayahnya terdiri dari 3 kecamatan 19 kelurahan dan 15 desa

Tiga kecamatan tersebut yaitu Kecamatan Gading rejo Purworejo dan Bugulkidul

Kecamatan Bugulkidul memiliki wilayah terbesar (1624 kmsup2) sedang untuk Gadingrejo

dan Purworejo masing-masing 1046 kmsup2 dan 859 kmsup2

b Gambaran geografis kabupaten Sidoarjo

Kota Sidoarjo merupakan Ibukota Kecamatan Sidoarjo yang terletak di tepi Selat

Madura dan termasuk dalam wilayah administratif Kabupaten Sidoarjo Propinsi Jawa

Timur Batas-batas administrasi dari kota Sidoarjo ini adalah

1048707 Sebelah utara Kecamatan Waru

22

1048707 Sebelah selatan Kecamatan Porong

1048707 Sebelah Timur Selat Madura

1048707 Sebelah Barat Kecamatan Krian

Secara geografis wilayah Kota Sidoarjo memiliki luas wilayah 6256 Ha Ditinjau dari

Topografi keadaan medan Kota Sidoarjo berada pada ketinggian antara 23 - 32 diatas

permukaan laut

c Gambaran geografis kabupaten malang

3 Pemetaan Penduduk miskin di kabupaten Sidoarjo Pasuruan dan Malang

Gambaran Rumah Tangga Miskin Di Kabupaten Sidoarjo Pasuruan Dan Malang

Hasil penelitian dengan menggunakan data skunder yang telah dilakukan mengenai jumlah rumah tangga miskin yang ada di kabupaten sidoarjo pasuruan dan malang seperti tergambar pada table di bawah ini

Table 9Jumlah keluarga miskin di kabupaten sidoarjo pasuruan dan malang

Kabupaten 2005 2006 Sidoarjo 239100 1402 223300 1297Pasuruan 285100 2016 308900 2167Malang 373700 1617 404800 171Jawa timur 7139900 1995 7678100 2109

sumber BPS

Dari deskripsi data diatas mengenai jumlah keluarga miskin di 3 kabupaten

provinsi jawa timur antara tahun 2005 dan 2006 menunjukkan tingkat kemiskinan yang

bervariasi Untuk kabupaten sidoarjo jumlah keluarga miskin sebesar 239100 atau

mencapai 1402 dari jumlah penduduk di tahun 2005 Tahun berikutnya jumlah

keluarga miskin berkurang menjadi 223300 atau 1297 dari total penduduk di

kabupaten sidoarjo Penurunan jumlah keluarga di kabupaten sidoarjo ternyata tidak

diikuti di tetangga kabupatennya seperti pasuruan dan malang Jumlah keluarga miskin

di kabupaten pasuruan sebanyak 285100 atau 2016 di tahun 2005 dan naik menjadi

308900 atau 2167 dari toatal keluarga di kabupaten pasuruan Demikian juga dengan

23

kabupaten malang jumlah keluarga miskin di tahun 2006 juga mengalami kenaikan

Tahun 2005 jumlah keluarga miskin sebanyak 373700 atau 167 naik menjadi

404800 atau 171 dari jumlah keluarga yang tinggal di kabupaten malang

4 Gambaran rumah tangga miskin pada kabupaten pasuruan sidoarjo dan

malang

Jika dilihat mengenai masalah kemiskinan di daerah provinsi jawa timur maka dapat

diketahui bahwa peta penduduk miskin tidak hanya terkelompok pada kabupaten yang

mempunyai sumberdaya alam yang sedikit namun juga terdapat ppotensi kemiskinan di

daerah yang mempunyai sumber daya alam yang banyak Untuk lebih jelasnya berikut

peta potensi kemiskinan pada masing ndash masing kabupaten yang diikuti dengan jumlah

penduduknya

Tabel

Jumlah Rumahtangga Miskin Masing-Masing Kabupaten

Di Wilayah Provinsi Jawa Timur

KabupatenJumlah Penduduk Jumlah Penduduk Miskin

2005 2006 2005 2006Kabupatenkab Pacitan 869642 885986 150100 162600kab Ponorogo 665070 687786 152500 165200kab Trenggalek 969461 984460 165800 189000kab Blitar 525888 1140809 175800 190400kab Kediri 1429137 1525231 255900 277200kab Malang 2336363 2419822 373700 404800kab Lumajang 999525 1026400 186100 201900kab Jember 2261477 2278718 408000 423300kab Banyuwangi 1514605 1575265 236100 251900kab Bondowoso 698504 725571 169500 183600kab Situbondo 605208 636200 113200 107200kab Probolinggo 1021279 1070137 267400 289700kab Pasuruan 1398122 1485342 285100 308900kab Sidoarjo 1697435 1838666 239100 223300kab Mojokerto 969299 1027871 154300 165400kab Jombang 1222499 1212876 278600 289900kab Nganjuk 989693 1065459 235800 255400kab Madiun 641596 667709 137500 144700kab Magetan 617492 621862 104600 113300kab Ngawi 827728 857449 193400 209100kab Bojonegoro 1228939 1251051 323900 350900

24

kab Tuban 1063375 1104538 300700 325800kab Lamongan 1187065 1274194 280800 304200kab Gresik 1118841 1120541 242500 287500kab Bangkalan 889590 945863 286700 306700kab Sampang 835122 894046 325900 353100kab Pamekasan 762876 782076 237600 271500kab Sumenep 1004758 1068595 331200 351100

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa di kabupaten malang mempunyai potensi

kemiskinan yang tinggi pada tahun 2005 dan 2006 Tingginya angka kemiskinan di

kabupaten tersebut mengindikasikan bahwa kurang adanya pemerataan pada

pembangunan perekonomian Kabupaten pasuruan dan kabupaten sidoarjo memiliki

jumlah penduduk miskin relatif dibawah kabupaten malang Hal tersebut bisa terjadi

karena kedua kabupaten berada pada lingkar urat nadi perekonomian jawa timur

sehingga perekonomian di wilayah tersebut dapat terdongkrak akibat aktivitas

perekonomian jawa timur

5 Karakteristik Perekonomian Rumah Tangga Miskin

51 Kabupaten Pasuruan

Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden

Salah satu penentuan sebuah masyarakat miskin adalah dengan melihat rata-

rata tingkat pendapatannya Oscar Lewis (1966) akar dari timbulnya budaya miskin

salah satunya adalah rendahnya gajipendapatan

Tabel

Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden kabupaten pasuruan

No

lt 200000200000

sd 400000

410000 sd

500000gt 500000 Jumlah

1Tidak

Bekerja

2 2 29

2Buruh Pasar

3 3 6 613 10

3Kuli

Banguan

1 2 1 4 44 7 3

4 Pemulung

1 1 8 10 104 3 22

25

5 Pedagang

4 8 10 22 2217 28 27

6 Becak 3 7

10 1010 19

7Sopir

Angkutan

1 4 5 10 104 14 14

8 Wiraswasta

1 2 1 15 54 7 3 11

9 Bengkel

2 3 1 17 79 10 3 11

10Buruh Pabrik

4 610 1011 67

11 Lain-lain

8 3 1 12 1235 10 11 100

Jumlah 23 29 37 9 98

Table diatas menjelaskan mengenai tingkat pendapatan dan jenis pekerjaan

pada kabupaten pasuruan Dari 91 sampel yang di ambil ada beberapa karakteristik

pendapatan dari para pekerja Secara umum masyarakat yang mempunyai pendapatan

lebih dari 500 ribu di domonasi oleh pekerja swasta bengkel buruh pabrik dan lain-lain

Buruh pabrik memiliki tingkat pendapatan di atas 500 ribu disebabkan karena adanya

kebijakan UMR yang harus dipenuhi oleh perusahaan di wilayah tersebut

Tabel

Keahlian Yang Dimiliki Masyarakat kabupaten pasuruan

No Jenis Pekerjaan Responden Wiraswasta BengkelMontir Sopir

Tukang Bangunan

DagangLain-lain

jumlah

1 Tidak Bekerja 0 0

2 Buruh Pasar

1 1 2 26 0 0 0 7 0

3 Kuli Bangunan

5 5 414 1428 0 0 25 0 22

4 Pemulung

33 30 0 0 0 0 17

5 Pedagang

2 1 3 28 80 0 13 5 21 11

26

6 Becak

2 4 5 314 140 17 25 25 0 17

7 Sopir Angkutan

2 3 5 50 17 19 0 0 0

8 Wiraswasta

5 3 5 13 1328 0 0 15 36 0

9 Bengkel

5 2 29 90 42 13 0 0 11

10 Buruh Pabrik

5 3 3 11 1128 0 0 15 21 0

11 Lain-lain

2 3 5 3 2 419 1911 25 31 15 14 22

Jumlah 18 12 16 20 14 18 98 100

Keberagaman keahlian yang dimiliki oleh masyarakat kabupaten pasuruan tidak

berarti bahwa keahlian yang dimilikinya terspesifikasi pada satu jenis keahlian tertentu

namun tidak sedikit masyarakat yang mempunyai keahlian lain diluar dari profesi yang

dimilikinya Sebagai contoh adalah seorang pegawai bengkel tidak hanya ahli dalam

memperbaiki kendaraan bermotor namun juga bisa berprofesi sebagai sopir Hal

tersebut ditunjukkan oleh hasil observasi yang telah dilakukan untuk masyarakat daerah

pasuruan dimana pegawai bengkel ternyata juga bisa berprofesi sebagai sopir atau

bidang usaha yang lain

Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan

NoJenis

Pekerjaan Responden

Tempat Usaha

Alat Modal Pemasaran Ketrampilan jumlah

1 Tidak Bekerja

2 Buruh Pasar

3Kuli

Bangunan

4 Pemulung

5 5 10 10 23 12

5 Pedagang

8 5 13 1350 12

27

6 Becak

4 8 12 12 18 19

7Sopir

Angkutan

5 5 5 12

8 Wiraswasta

8 6 14 14 36 14

9 Bengkel

5 6 11 11 23 14

10 Buruh Pabrik

77 7 41

11 Lain-lain

8 8 1026 2750 19 59

Jumlah 16 22 43 0 17 98 100

Dengan keahlian yang dimiliki oleh masyarakat pasuruan dapat diindikasikan

bahwa keahlian yang dimiliki mempunyai kemerataan sampel Dari seluruh responden

yang dijadikan sampel sebagian besar menginginkan bantuan modal alat dan tempat

usaha Untuk jenis pekerjaan bengkel sampel menyatakan bahwa responden

menginginkan bantuan modal dan alat untuk dapat mengembangkan usahanya Hal

yang sama juga ditunjukkan untuk jenis pekerjaan wiraswasta dimana 23 menyatakan

menginginkan bantuan alat dan 24 menginginkan bantuan modal

52 Kabupaten Sidoarjo

Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden

No Gaji amp Jenis Pekerjaan

lt 200000

200000 sd

400000

410000 sd

500000gt 500000 Jumlah

1 Tidak Bekerja

2

2 2111

2 Buruh Pasar

6 4

10 11333 200

3 Kuli Banguan

1 8 1

10 1156 400 50

4 Pemulung

8 2

10 11444 100

5 Pedagang

1 2 7

10 1150 100 212

28

6 Becak

1 2

3 356 100

7 Sopir Angkutan

2 6 1

9 10100 300 30

8 Wiraswasta

1 2 7

10 1150 100 212

9 Bengkel

4 5

9 10200 152

10 Buruh Pabrik

5 5

10 11250 152

11 Lain-lain

8

8 9242

Jumlah 18 20 20 33 91 100

Karakteristik pendapatan masyarakat di daerah perkotaan kabupaten sidoarjo

menunjukkan kesamaan dari kabupaten pasuruan Secara keseluruhan responden yang

berpenghasilan di atas 500 ribu di dominasi oleh masyarakat yang mempunyai

pekerjaan sebagai wiraswasta bengkel buruh pabrik dll Jika ditelaah lebih lanjut

memang untuk golongan buruh pabrik mereka berpenghasilan ditas 500 ribu karena ada

jaminan dari pemerintah mengenai pendapatan minimum melalui UMR Sedangkan

masyarakat yang bekerja di bengkel mendapatkan pendapatan yang tinggi karena

sidoarjo merupakan daerah industry sehingga tidak sedikit masyarakat yang

menggunakan kendaraan bermotor dalam aktifitasnya

Tabel

Keahlian Yang Dimiliki Masyarakat kabupaten sidoarjo

NoJenis

Pekerjaan Responden

Wiraswasta BengkelMontir

SopirTukang

BangunanDagang

Lain-lain

jumlah

1Tidak

Bekerja

2 Buruh Pasar

5 6 718 1831 43 37

3 6 8 14 14

29

Kuli 46

4 Pemulung

6 7 13 13 23 54

5 Pedagang

8 3 11 1150 30

6 Becak

8 8 8 57

7Sopir

Angkutan

5 49 9 19 21

8 Wiraswasta

3 5 8 8 30 19

9 Bengkel

4 4 4 15

10Buruh Pabrik

11 Lain-lain

3 4 6 13 1319 40 23

Jumlah 16 10 26 13 14 19 98 100

Menurut survey yang telah dilakukan ternyata tipikal masyarakat sidoarjo dan

pasuruan untuk kategori keahlian yang dimiliki adalah sama penyebarannya Untuk

kabupaten sidoarjo jenis pekerjaan terbanyak adalah buruh pasar dengan keahlian yang

dimiliki berdagang serta ada yang memiliki keahlian sebagai tukang sepatu

Keberagaman jumlah responden menunjukkan keberagaman pekerjaan masyarakat

yang dijadikan sebagai obyek penelitian Menurut hasil penelitian digambarkan bahwa

seorang yang berprofesi sebagai pemulung ternyata juga memiliki keahlian di bidang

lainnya seperti tukang bangunan bahkan sopir Dari informasi yang dimiliki tersebut

diharapkan pemerintah dapat memberikan bantuan sesuai dengan bidang profesi

masyarakat atau keahlian masyarakat itu sendiri

30

Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan

NoJenis

Pekerjaan Responden

Tempat Usaha

Alat Modal Pemasaran jumlah

1Tidak

Bekerja

0 0

2Buruh Pasar

2 8 10 01020418 15

3Kuli

Bangunan

1 3 6 10 01020414 14 12

4 Pemulung

1 8 9 00918374 15

5 Pedagang

10 2 4 16 016326540 10 8

6 Becak

2 4 6 12 01224498 19 12

7Sopir

Angkutan

2 6 8 00816338 12

8 Wiraswasta

3 7 10 0102041 14 13

9 Bengkel

5 6 11 0112245 24 12

10Buruh Pabrik

0 0

11 Lain-lain

7 4 1 12 012244928 19 2

Jumlah 25 21 52 0 98

Masyarakat daerah sidoarjo untuk segala jenis pekerjaan yang dijadikan subyek

penelitian menyatakan bahwa masyarakat memilih diberikan bantuan modal alat dan

tempat usaha Sedangkan untuk aspek pemasaran masyarakat sidoarjo tidak begitu

memerlukan bantuan Karena jika kita perhatikan kabupaten sidoarjo terletak di urat nadi

perekonomian jawa timur sehingga diharapkan pemasaran tidak menjadi kendala Dari

98 orang yang dijadikan responden sebanyak 52 orang dari berbagai macam profesi

menginginkan bantuan modal usaha

31

Berdasarkan hasil data skunder yang telah dilakukan terhadap seluruh

rumahtangga miskin yang ada di Kota Malang maka gambaran lokasi rumahtangga

misikin yang ada di Kota Malang seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini

Tabel

Jumlah Keluarga Miskin Masing-Masing Kecamatan

Di Kota Malang

No Kecamatan Jumlah Rumah Tangga

Prosentase

1 Kedungkandang 6635 2730

2 Sukun 6255 2574

3 Klojen 3432 1412

4 Blimbing 4158 1711

5 Lowok Waru 3821 1572 Sumber Pemkot Malang 2006

Data di atas menunjukkan jumlah rumah tangga miskin yang ada di kota malang

di masing-masing Kecamatan Dari 5 kecamatan yang ada dikota Malang jumlah

kemiskinannya adalah sebagai berikut Kecamatan yang paling tinggi angka

kemiskinannya adalah kecamatan Kedungkandang yaitu sebesar 2730 kecamatan

Sukun sebesar 2574 kemudian Kecamatan Lowok Waru sebesar 1572

Kecamatan Blimbing 1711 dan angka terendah Rumah tangga miskinnya adalah

kecamatan Klojen yairu sebesar 1412

Gambar

Jumlah keluarga Miskin di Kota Malang

0 1 2 3 4 5 6 7

Kedungkandang

Sukun

Klojen

Blimbing

Lowok Waru

Jumlah Rumah Tangga

32

Berdasarkan gambaan di atas jumlah rumah tangga miskin di kota malang

berada pada daerah-daeah tertentu (Kedungkandang dan Sukun) wilayah ini merupakan

wilayah pinggiran kota yang padat dengan jumlah penduduknya Kecamatan

Kedungkandang merupakan daerah yang umumnya pdat penduduk dan daerah tersebut

merupakan daerah pinggiran kota serta rata-rata penduduknya memiliki mata

pencaharian pedagang Daerah tersebut juga merupakan daerah pusat-pusat industri

kecil dan yang lebih telihat bahwa kebanyakan rumah tangga miskin bertempat tinggal

di daerah aliran sungai brantas (DAS Brantas) serta di pinggiran jalur kereta api

Berbeda halnya dengan kecamatan Sukun daerah ini selain terdapatnya pusat

perdagangan juga merupakan daerah industri kecil (home industri) Keberadaan rumah

tangga miskin selain rata-rata kehidupannya berdagang juga bertempat tinggal pada

daerah-daerah perkampungan

33 Aspek Kultural Pada Masyarakat Miskin

Urbanisasi merupakan salah satu faktor pemicu perkembangan kota terjadinya

perpindahan penduduk dari desa ke kota disebabkan oleh berbagai faktor baik faktor

pearik maupun pendorong perkembangan industri dan perdagangan di kota merupakan

faktor penarik yang menyebabkan orang untuk berdatangan dan tinggal di daerah

perkotaan Keinginan untuk dapat mendapatkan penghasilan dan pekerjaan yang lebih

baik untuk mencukupi kebutuhan hidup merupakan penyebab utama terjadinya

urbanisasi Namun kondisi tersebut tidak seiring dengan kualitas pendidikan dan

ketrampilan yang memadai sehingga mereka tidak dapat ditampung di sektor formal

melainkan menggantungkan hidupnya pada sektor informal yang kurang menentu

Selain itu yang menjadi faktor pendorong terjadinya urbanisasi adalah kondisi fasilitas di

daerah asal (pedesaan) kurang memadai serta semakin menyempitnya lahan pertanian

dan peluang pekerjaan

Pertambahan penduduk di kota yang sangat tinggi menyebabkan berbagai

permasalahan sosial permasalahan yang muncul adalah adanya perkampungan kumuh

dan perumahan liar di pinggiran kota dan umumnya di daerah pinggiran aliran sungai

brantas (DAS) Masalah tersebut disebabkan oleh ketidak mampuan masyarakat miskin

perkotaan untuk memiliki rumah yang layak huni Penyebab lainnya adalah ketidak

mampuan pemerintah kota untuk menyediakan sarana bagi masyarakat miskin

33

perkotaan Pembangunan perkotaan senantiasa bukan memberikan solusi dalam

pengentasan kemiskinan perkotaan melainkan sebaliknya yaitu menjadikan proses

penggusuran dan semakin terdesaknya kehidupan masyarakat miskin tersebut

Tabel

Daerah Asal Responden sidoarjo

NoJenis

Pekerjaan Responden

Jawa Timur Non

Madura

Madura Jawa Barat

Jawa Tengah

Luar Jawa

jumlah

1Tidak

Bekerja

2Buruh Pasar

8 1 1 10 1011 7 7

3Kuli

Bangunan

7 2 1 10 1010 14 7

4 Pemulung

9 9 913

5 Pedagang

10 10 1014

6 Becak

8 1 2 11 1111 7 14

7Sopir

Angkutan

10 10 1014

8 Wiraswasta

8 6 14 1411 43

9 Bengkel

10Buruh Pabrik

8 2 10 1011 14

11 Lain-lain

2 2 10 14 143 14 71

Jumlah 70 14 0 14 0 98 100

Dari data diatas sebagian besar kaum migrant untuk setiap profesi berasal dari

jawa timur Di definisikan jawa timur karena seluruh masyarakat urban berasal dari jawa

timur kecuali Madura Ada beberapa alasan dari responden mengapa mereka

melakukan urbanisasi salah satunya adalah untuk memperbaiki taraf ekonomi karena

kabupaten sidoarjo dianggap sebagai kabupaten yang memiliki potensi yang cukup

34

tinggi dalam bidang industry Profesi terbanyak yang diminati oleh pendatang adalah

sebagai pedagang dan sebagai sopir

Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin

pada kabupaten sidoarjo dapat diperhatikan gambar di bawah ini

Gambar

Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin

35

Tabel

Daerah Asal Responden pasuruan

NoJenis

Pekerjaan Responden

Jawa Timur Non

Madura

Madura Jawa Barat

Jawa Tengah

Luar Jawa

jumlah

1 Tidak Bekerja

2 Buruh Pasar

4 4 24

3 Kuli Bangunan

5 5 55

4 Pemulung

10 10 1011

5 Pedagang

20 20 2022

6 Becak

8 2 10 109 33

7Sopir

Angkutan

0 0

8 Wiraswasta

0 0

9 Bengkel

10 Buruh Pabrik

15 4 19 1916 67

11 Lain-lain

30 30 3133

Jumlah 92 6 98 98 98

Sama seperti pada kabupaten sidoarjo sebagian besar pendatang adalah dari

wilayah jawa timur Pendatang sebagian besar berprofesi sebagai pedagang karena

wilayah sidoarjo selain sebagai sentra industry provinsi jawa timur juga sebagai urat nadi

perekonomian jawa timur Sehingga bagi para pedagang akan sangat menguntungkan

karena di lewati dari berbagai wilayah di jawa timur

Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin

pada kabupaten pasuruan dapat diperhatikan gambar di bawah ini

Gambar

36

Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin

Tabel 5Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan di kota malang

Lama Tinggal (Tahun)Kecamatan

pddkAsli le 2 3 - 6 7 - 9 ge 10

Jumlahrespondn

Kedung kandang10

(1053)- 3

(316)11

(1158)71

(1473) 95

18 - - 15 52

37

Sukun (2118) (1764) (6118) 85

Klojen9

(1200)5

(667)12

(1600)9

(1200)40

(5333) 75

Blimbing8

(100)2

(25)- 8

(100)62

(775) 80

Lowok Waru15

(1923)- - 7

(897)56

(7180) 78

Sumber Data Primer

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa dari responden (keluarga miskin)

perkotaan sebagian besar bukan penduduk asli daerah kota Malang melainkan

pendatang yang merupakan kaum migran dan menetap di kota Malang kecamatan

kedung Kandang merupakan daerah yang padat penduduknya dimana 1473

menunjukkan jumlah responden yang sudah lama tinggal di kota malang (di atas 10

tahun) bahkan beberapa responden sudah turun-menurun dari keluarga mereka

Kecamatan Sukun yang merupakan kaum pendatang yang tinggal di kota Malang sudah

puluhan tahun sebanyak 6118 dari responden yang ada Kecamatan Klojen sebesar

5333 Kecamatan Blimbing sebanyak 775 dan untuk kecamatan Lowok Waru

sebanyak 7180 dari masing-masing responden di tingkat kecamatan Kondisi ini

menjelaskan bahwa masyarakat miskin perkotaan adalah rata-rata kaum migran yang

sengaja datang ke kota Malang untuk mencari kehidupan yang lebih baik dari daerah

asal mereka Umumnya mereka datang sebagai migran tetap dan keberadaan mereka

sudah terbiasa hidup dalam kondisi serba kekurangan Beberapa responden yang

ditemui juga menjelaskan bahwa sebagai kaum pendatang sudah tidak asing lagi

dengan kehidupan masyarakat di kota Malang Umumnya mereka membaur dengan

masyarakat pendatang lainnya dengan hidup di kepadatan penduduk kota Malang

Salain dilihat dari lamanya masayarakat pendatang (migran tetap) tinggal di kota

Malang dapat pula dijelaskan mengenai temapat asal (daerah asal) responden untuk

melihat derah asal rumah tangga miskin perkotaan dapat kita bagi dengan

menggunakan batasan daerah (wilayah) Dimana wilayah pembagiannya adalah

mereka yang berasal dari daerah Jawa Timur (non-Madura) daerah Madura daerah

Jawa Tengah Jawa Barat dan Luar Jawa Adapun gambaran daerah asal rumah

tangga miskin perkotaan dapat dilihat pada tabel berikut

38

Tabel

Daerah Asal Responden

Daerah

Asal

Kecamatan

Jawa

Timur

Non-

Madura

Madur

a

Jawa

Tengah

Jawa

Barat

Luar

Jawa

Jumlah

Respond

n

Kedung kandang21

(2470)52

(6118)9

(1059)3

(353)- 85

Sukun19

(2836)28

(4179)12

(1791)8

(1194)- 67

Klojen9

(1364)49

(7424)5

(758)3

(454)- 66

Blimbing31

(4306)33

(4563)6

(833)2

(278)- 72

Lowok Waru28

(4444)21

(3333)9

(1429)5

((794)- 63

Sumber Data Primer

Berdasarkan data pada tabel di atas menunjukkan bahwa umumnya kaum

migran berasal dari daerah Jawa Timur dan daerah Madura Untuk kecamatan Kedung

Kandang sebesar 6118 berasal dari Madura kemudian Kecamatan Sukun 4179

kaum Migran berasal juga dari Madura Kecamatan Klojen 7424 Kecamatan Blimbing

sebesar 4563 dan kecamatan Lowok Waru sebesar 3333 Dari kelima kecamatan

tersebut yang banyak di datangi oleh migran yang berasal dari daeah Madura adalah di

Kecamatan Kedung Kandang (6118) dan Kecamatan Klojen (7424) dan mereka

sengaja tinggal di dekat pusat perkotaan dengan tujuan memudahkan untuk aktifitas

kegiatan pekerjaannya yang rata-rata bergelut disektor informal (pedagang kaki lima)

331 Kondisi Tempat Tinggal Masyarakat Miskin Perkotaan

Dilihat dari tempat tinggal masyarakat miskin perkotaan rata-rata kondisi tempat

tinggalnya dengan model bangunan semi permanen dan permanen sederhanan dengan

memanfatkan kondisi tanah yang rawan bencana (longsor kebisingan kumuh dan

sebagainya)

Tabel

Kondisi Fisik Bangunan Rumah RTM

39

Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan

Kondisi Fisik RumahKecamatan

Sesek(papan)

SemiPermanen Permanen

Jumlahrespondn

Kedung kandang

11(1158)

52(5474)

32(3368) 95

Sukun20

(2353)33

(3882)32

(3765) 85

Klojen5

(667)31

(1733)39

(5200) 75

Blimbing3

(375)13

(1625)64

(8000) 80

Lowok Waru9

(1154)24

(3077)45

(5769) 78

Sumber Data Primer

dari data primer (tabel) menunjukkan bahwa sebagian besar tempat tinggal

masyarakat miskin perkotaan adalah semi permanen dan permanen akan tetapi dengan

ukuran ruang (luas bangunan) yang cukup minim Dan umumnya yang mereka lakukan

adalah dengan menyewa tanah dan atau menempati tanah rawan musibah adapun

kondisi perumahan masyarakat miskin perkotaan dapat dilihat pada gambar berikut

Gambar

Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin Perkotaan

40

Dari gambar di atas terlihat bahwa kondisi tempat tinggal mereka sangat rawan

dengan terjadinya bencana dan kekumuhan kondisi ini selain rawan terhadap adanya

bahaya tersebut juga sangat rawan dengan permasalahan kesehatan

34 Analisa Spasial

Informasi mengenai tipologi perekonomian masyarakat akan sangat membantu

pemerintah dalam menentukan kebijakan ekonomi di masa mendatang Dari informasi

tersebut dibuatlah peta potensi ekonomi dengan maksud merelevansikan antara potensi

ekonomi daerah dan kebijakan ekonomi Selain itu jika kebijakan ekonomi hanya

terfokus di suatu wilayah tertentu akan berdampak pada ketimpangan pertumbuhan

ekonomi Seperti dijelaskan sebelumnya inventarisasi sarana ekonomi sebuah wilayah

dilakukan dengan menggunakan pendekatan tipologi suatu wilayah Melalui pendekatan

ini selanjutnya dapat digambarkan wilayah majemuk dengan fenomena yang kompleks

dengan beberapa persamaan di dalamnya Maksudnya bahwa pada tipologi suatu

wilayah ada relevansinya dengan keberadaan potensi ekonomi maupun potensi sarana

ekonomi di wilayah tersebut Ini menandakan bahwa kebijakan pengembangan ekonomi

suatu wilayah diperlukan pengadaan sarana ekonomi yang tepat sedikitnya sesuai

dengan kondisi wilayah yang dibangun termasuk karakteristik kegiatan ekonomi yang

dilakukan oleh masyarakat setempat sehingga keberadaan sarana tersebut mampu

mendorong aktivitas ekonomi masyarakat dan pada akhirnya mengentaskan dan

menanggulangi kemiskinan

41

Di wilayah kabupaten pasuruan terdapat berbagai macam potensi ekonomi yang

belum tersentuh pengembangannya oleh pemerintah daerah Potensi yang terdapat di

wilayah tersebut bukan hanya pada potensi sumber daya alam melainkan juga potensii

sumber daya manusianya Untuk wilayah ssidoarjo perlu adanya perhatian mendalam

pada pengembangan sumber daya manusia karena di wilayah tersebut banyak sekali

potensi industri yang dapat berkembang Sedangkan untuk daerah malang hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa disinyalir masih terdapat kegiatan ekonomi maupun

sarana ekonomi yang menunjang kegiatan tersebut belum dimanfaatkan secara optimal

Keadaan ini menjadikan keduanya masih bersifat potensial dan memerlukan

penanganan pengelolannya agar dapat diperoleh output yang optimal pula Pengelolaan

optimal tersebut tentu masih memerlukan suatu pengkajian tersendiri untuk mengukur

sampai sejauh mana tingkat feasibilitasnya

Potensi sarana ekonomi kabupaten ssidoarjo kabupaten pasuruan dan Kota

Malang merujuk pada sarana ekonomi (dalam bentuk fisik) yang teridentifikasi di setiap

daerah maupun yang sudah terkompilasikan di tingkat kabupaten dan kota Potensi

tersebut dapat di petakan pada masing-masing kabupaten di wilayah Jawa Timur

melalui Peta berikut

Gambar Provinsi Jawa Timur

42

Gambar kota Malang

43

keterangan

daerah masyarakat miskin perkotaan

daerah potensi terjadinya kemiskinan

tidak ada potensi terjadnya kemiskinan

Sejalan dengan maksud di atas Pemerintah Kota Malang masih

perlu melakukan kajian mendalam tentang pengembangan potensi wilayah

sebagai salah satu upaya untuk mendukung pemulihan ekonomi yang

bersifat jangka menengah Dukungan kajian ini dilakukan dengan menggali

lebih dalam potensi yang dimiliki setiap kawasan di wilayah Kota Malang

Dengan demikian Pemerintah Kota Malang dengan mudah dapat mengambil

langkah-langkah menumbuh kembangkan potensi sarana ekonomi daerah

44

Kec Blimbing Industri (kecil-

menengah)Pariwisata Pertanianperumahanperdagangan

Kec Kedungkandang Industri (kecil-

menengah)Pertanianperumahan

Kec Sukun Industri kecilPendidikanperumahan

Kec Kolojen perdagangan PendidikanPerhotelanperkantoran

Kec Lowokwaruperumahan PendidikanIndustri (kecil-

menengah)

khususnya yang berada di pusat-pusat kegiatan produksi masyarakat yang

dianggap cukup strategis di Kota Malang

Sejalan dengan semakin meningkatnya peran serta dunia usaha

dan masyarakat di dalam pelaksanaan pembangunan maka program-

program pembangunan Kota Malang perlu disusun dengan

mempertimbangkan keterlibatan mereka Upaya ini dimaksudkan agar

Pemerintah Kota Malang lebih mudah mengefektifkan potensi sarana

ekonomi dan mengarahkannya untuk kepentingan pembangunan yang lebih

konsisten efektif dan efisien serta berkelanjutan dalam menanggulangi

kemiskinan

Secara keseluruhan penduduk miskin di wilayah kota malang masih tersebar

merata di seluruh kecamatan Kecuali di kecamatan Lowokwaru sebagian besar di

kecamatan ini tidak ada potensi kemiskinan Hal tersebut dikarenakan banyaknya

industry pendidikan seperti UMM UNISMA UNIGA Brawijaya ITN UM dll Dengan

banyaknya perguruan tinggi di wilayah tersebut maka potensi perekonomian semakin

besar Tidak sedikit masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang makanan karena

untuk memnuhi kebutuhan para mahasiswa

Pada data dikatakan bahwa rata-rata pendapatan di kecamatan Lowokwaru

masih besar padahal menurut analisis spasial potensi terjadinya kemiskinan sangat

kecil Pada analisi ekonomi diindentifikasi bahwa banyak masyarakat yang

berpendapatan dibawah 400 ribu Hal tersebut terjadi pada masyarakat yang tinggal di

daerah pesisir sungai Masih banyak masyarakat yang tinggal di Daerah Aliran Sungai

tidak memiliki kesempatan kemampuan untuk bersaing dengan masyarakat yang tidak

tiggal di Daerah Aliran Sungai Di perkirakan masyarakat yang menempati DAS

merupakan masyarakat pendatang yang berurbanisasi dengan tidak membawa suatu

keahlian

Potensi kemiskinan terbesar dapat terjadi di Kecamatan Sukun Banyak

masyarakat di daerah ini yang memiliki pendapatan dibawah 400 ribu Jika kita

bandingkan dengan kecamatan Lowokwaru potensi kemiskinan di daerah kecamatan

Sukun tidak hanya terjadi di DAS namun juga pada masyarakat lainnya Banyak faktor

yang mengindikasikan potensi kemiskinan salah satu faktor utama adalah sulitnya

pemasaran dan persaingan yang ketat Meski kegiatan masyarakat di kecamatan

Lowokwaru dengan kecamatan Sukun relatif sama namun di kecamatan Lowokwaru

45

pemasaran barang dan jasa yang diproduksi tidak sesulit di kecamatan Sukun meski

ada persaingan

Hampir memeratanya potensi masyarakat miskin di kecamatan Sukun

menimbulkan dampak di kecamatan Kedungkandang terutama di perbatasan diantara

kedua kecamatan tersebut Menurut survey yang dilakukan memang sebagian besar

masyarakat miskin berpotensi di DAS Dapat dilihat di peta bahwa gambar merah

bersinggungan antara kedua kecamatan dan di kedua wilayah tersebut dialiri sungai

yang sama namun jika kita lihat kebawahnya warna kecamatan Kedungkandang mulai

ada yang Hijau Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat diluar DAS mempunyai

usaha yang berhubungan positif dengan pendapatan seperti pertanian

Berbeda halnya di kecamatan Klojen kecamatan ini merupakan pusat

pemerintahan kota Malang Banyak warga di kecamatan ini yang berprofesi sebagai

pegawai negeri sipil Memang masih terindikasi adanya kemiskinan di daerah tersebut

namun kemiskinan itu timbul karena mereka yang tidak mempunyai kesempatan dan

daya tawar diri mereka Kebanyakan yang tidak memiliki daya tawar diri yang tinggi

adalah mereka para pendatang yang tidak membawa keahlian kemudian mereka

tinggal di DAS dan berprofesi sebagai buruh tani buruh pabrik ataupun yang lainnya

yang tidak membutuhkan keahlian lebih

Bab V Kesimpulan dan Saran

Setelah melalui beberapa tahapan analisis dalam mengidentifikasi kemiskinan

perkotaan di beberapa wiayah Jawa Timur terdapat beberapa kesimpulan yaitu

1 Didapat bahwa sebaran penduduk miskin berkosentrasi pada daerah

sepanjang aliran sungai dan ada beberapa kota yang mengindikasikan

bahwa penduduk miskin berasal dari pendatang dari luar kota

2 Dalam penanggulangan kemiskinan pemerintah sudah banyak

mengeluarkan berbagai macam program pengentasan kemiskinan seperti

P2K P2KP BLT dll namun dalam aplikasinya banyak program yang belum

tepat sasaran

3 Ada beberapa karakteristik yang menarik dalam pengentasan kemiskinan

diantaranya bahwa dalam mengentaskan masyarakat miskin metode yang

46

diterapkan lebih kepada pembinaan keahlian dan mentalitas karena

seperti yang terdapat di kota malang masyarakat miskin dipicu dari

kebiasaan atau mentalitas dari masyarakat tersebut dalam kehidupan

sehari-hari Riset menemukan meskipun masyarakat miskin diberikan

bantuan uang seperti BLT namun bantuan tersebut tidak diperuntukkan

kepada pengembangan usaha namun habis untuk konsumsi begitu pula

dengan program ndash program pengentasan kemiskinan yang lainnya

Saran

Dalam pengentasan kemiskinan disarankan kepada pemerintah untuk mencari

data kemiskinan yang akurat dengan tujuan pemberian bantuan dalam rangka

pengentasan kemiskinan dapat terserap tepat pada masyarakat yang dituju Selain itu

untuk mengentaskan masyarakat yang bertipikal ldquokultur miskinrdquo harus banyak diberikan

pelatihan dan pembinaan mental

47

DAFTAR PUSTAKA

Blakely Edward J (1989) Planning Local Economic Development Theory and Practice Sage Library of Social Research 168 Sage Publication

BPS (1999) Perkembangan Tingkat Kemiskinan dan Beberapa Dimensi Sosial Ekonominya 1996-1999 Jakarta BPS

Budi Soeradji Mubyarto (1998) Gerakan Penanggulangan Kemiskinan Laporan

Penelitian di Daerah-Daerah Yogyakarta Aditya Media

Faisal Basri (2002) Perekonomian Indonesia Tantangan dan Harapan bagi Kebangkitan Indonesia Jakarta Erlangga

Fei J C H amp Gustav R (1964) Development Economics What Next In a Ranis G P Schulta (Ed) The State of Development Economics

Gunawan Sumodiningrat (1999) Penanggulangan Krisis Harus Memihak Rakyat Disampaikan pada konferensi pers untuk launcing The Economic and Social Survey of Asia and the Pacific 1999 (ESCAP) di UNIC Jakarta

Kuncoro M (2000) Ekonomi Pembangunan Teori Masalah dan Kebijakan (1st ed) Yogyakarta UPP AMP YKPN

Kuncoro M (2004) Otonomi dan Pembangunan Daerah Reformasi Perencanaan Strategi dan Peluang Jakarata Erlangga

Mellor J W (1976) The New Economies of Growth A Strategy for India and the Developing Countries Cornell Cornell University Press

Nurkse R (1953) Problem of Capital Formation in Underdeveloped Countries In Meier Gerald M Leading Issues in Economic Development edisi ke 6 Oxford University Press Oxford

Rintuh Cornelis amp Miar (2005) Kelembagaan dan Ekonomi Rakyat BPFE-UGM Yogyakarta

Sharp Ansel M Charles A Register and Paul W Cerimes (1996) Economics of Social Issues edisi ke 12 Richard D Chicago Irwin

Sumarto Sudarno (2002) ldquoGrowth Inequality and Poverty Evidence from Micro Datardquo Makala dalam The Young Economics Seminar Jakarta World Bank

48

Page 15: Makalah akp

prasarana) yang merupakan acuan pengembangan desa Skenario ini disusun

berdasarkan potensi pengembangan Kota

4 Perumusan Model Penaggulangan Kemiskian

Rumusan model penaggulangan kemiskinan yang dimaksud berisi program-

program pengembangan sektor kota dan sistem prasarana dasar Program-

program ini dirumuskan dalam rangka mendukung pencapaian skenario-skenario

yang telah dirumuskan

5 Rekomendasi Pola Pelaksanaan Program-Program Pengentasan Kemiskinan

Program-program yang layak untuk diimplementasikan selanjutnya dikaji pola

pelaksanaannya Dalam hal ini pola pelaksanaan yang dimaksud

memperhitungkan seluruh pelaku pembangunan yaitu pemerintah swasta dan

masyarakat

2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Kegiatan penyusunan model penanggulangan masyarakat miskin di Kota Malang

akan melakukan survei di seluruh wilayah yang termasuk dalam wilayah admisnistratif Kota

Malang Pasuruan Sidoarjo

Analisis dan penyusunan model penaggulangan kemiskinan dilakukan secara

bertahap tahapan tersebut didasarkan pada aspek kegiatan yang diukur dan dianalisis

Penelitian ini akan dilakukan dua tahap dinama setiap tahap penelitian diperkirakan

akan menghabiskan waktu plusmn 11 bulan jadi secara keseluruhan penelitian akan

menghabiskan waktu plusmn 22 bulan

3 Definisi Operasional Variabel

Aspek yang digunakan untuk membanguan model penanggulangan

kemiskinan di Kota Malang ada tiga aspek yaitu 1) Struktural atau Kelembagaan 2)

Aspek Kultural dan 3) Aspek Spasial (wilayah)

1) Aspek Struktural

Dalam aspek ini akan dilihat sejauhmana keterpaduan program-program yang

telah dilakukan oleh pemerintah baik pusat maupun daerah dengan kapasitas

15

dan kebutuhan masyarakat miskin Aspek struktural atau kelembagaan

mempunyai dua sub-indikator yaitu 1) Sub-indikator kebijakan pemerintah dan

2) Sub-indikator kapasitas sosial masyarakat (social capacity) Masing-masing

sub-indikator mempunyai variabel total variabel untuk mengukur indikator

aspek struktural atau kelembagaan sebanyak 8 variabel

Variabel-variabel yang digunakan dalam aspek struktural atau kelembagaan

dalam melakukan pengukuran terhadap desakelurahan dapat dilihat pada

tabel berikut

Tabel 5

Jumlah Sub Indikator dan Variabel Dari Aspek Struktural

No Sub Indikator

Variabel Diskripsi

1 Kebijakan Pemerintah (3 variabel)

- Program penanggulangan kemiskinan yang berasaldari pemerintah pusat

- Program penanggulangan kemiskinan yang berasaldari pemerintah propinsi

- Program penanggulangan kemiskinan yang berasaldari pemerintah daerah kabupaten

- Program penanggulangan kemiskinan yang berasal dari perangkat desa

Mengukur seberapa besar keterlibatan pemerintah baik pusat maupun daerah dalam upaya penanggulangan kemiskinan

2 Kapasitas sosial masyarakat(6 variabel)

- Gengsi sosialorang miskin

- Nilai adatbudaya dan agama terhadap orang miskin

- Rasionalitas penduduk miskin (semangat membebaskan diri dari kemiskinan)

- Budaya dan etos kerja- Semangat gotong

royong- Keperdulian

Mengukur seberapa besar social capital masyarakat miskin dalam keluar dari kemiskinan

16

masyarakat sekitar terhadap orang miskin

2) Aspek Kultural

cultural poverty adalah suatu budaya yang terjadi karena penderitaan ekonomi

(economic depretiation) yang berlangsung lama Berdasarkan penelitian pada

beberapa kebudaya kelompok etnik ditemukan bahwa kemiskinan adalah salah

satu sub-kultur masyarakat yang mempunyai kesamaan ciri antar etnik satu

dengan etnik yang lain Dalam aspek ini akan dilihat seberapa besar potensi

kemiskinan yang tercipta akibat dari kultur atau kebudayaan yang sudah

berlangsung di suatu wilayah Aspek kultural ini akan mencakup 1) tingginya

angka pengangguran 2) tingkat upahtinggi rendahnya gaji dan 3) sistem

ekonomi yang terlalu berorientasi pada mencari keuntungan

Variabel-variabel yang digunakan dalam aspek ekonomi dalam melakukan

pengukuran terhadap desakelurahan dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 6

Jumlah Sub Indikator dan Variabel Dari Aspek Struktural

No Sub Indikator Variabel Diskripsi1 Tingginya

angka pengangguran

- Lama bekerja- Banyaknya pekerja

dalam satu rumah

Mengukur seberapa besar tingkat pengangguran di suatu wilayah

2 Tingkat Upah - Besarnya gaji perbulan

- Ada tidaknya bonus

Mengukur seberapa besar kenaikan upah yang berhubungan dengan kesejahteraan masyarakat

3 Sistem Ekonomi

- Tujuan bekerja- Langkah untuk

memenuhi kebutuhan

Mengukur sebesarapa penting antara kebutuhan dan penimbunan kekayaan

3) Aspek Spasial

Dalam aspek ini akan dilihat seberapa besar konsisi wilayah (space) mampu

mendorong proses penanggulanagan kemiskinan Aspek spasial atau wilayah

mempunyai dua sub-indikator yaitu 1) Sub-indikator Kondisi geografis dan 2)

Sub-indikator Aksesibilitas sarana dan prasarana Masing-masing sub-indikator

17

mempunyai variabel total variabel untuk mengukur indikator aspek struktural

atau kelembagaan sebanyak 6 variabel

Variabel-variabel yang digunakan dalam aspek spasial atau wilayah dalam

melakukan pengukuran terhadap desakelurahan dapat dilihat pada tabel

berikut

Tabel 7

Jumlah Sub Indikator dan Variabel Dari Aspek Spasial

No Sub Indikator

Variabel Diskripsi

1 Kondisi geografis(4 variabel)

- Letak geografis- Topografi- Kondisi jalan- Kondisi jembatan

Mengukur sejauhmana kondisi geografis mampu bermanfaat untuk pemberdayaan masyarkat miskin

2 Aksesibilitas terhadap sarana dan prasarana(5 variabel)

- Akses terhadap pasar- Akses terhadap sarana

pendidikan- Akses terahadap

fasilitas kesehatan- Akses terahadap

aktivitas produksi

Mengukur tingkat kemudahan akses terhadap sarana dan prasarana pokok untuk penanggulangan kemiskinan

4 Jenis Data

Dilihat dari sumbernya data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua

jenis yaitu data sekunder dan data primer

1 Data Sekunder

Data ini merupakan data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain Adapun data

sekunder yang akan digunakan dalam penelitian ini diantaranya seperti Jumlah

penduduk luas desa topografi desa monografi desa letak geografi desa dan

lain-lain

2 Data Primer

Data ini merupakan data yang diperoleh langsung dari obyek penelitian Adapun

data primer yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya seperti data yang

18

digunakan untuk mengukur indikator kelembagaan indikator tipologipenyebab

kemisikinan indikator sumberdaya dan potensi ekonomi dan lain-lain

5 Teknik Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam pengumpulan informasi dan data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah Participatory Rural Appraisal (PRA) meliputi

1 Wawancara yaitu metode pengumpulan data dengan wawancara secara

mendalam dengan key-person (formal dan informal leaders) untuk

mengidentifikasi kebutuhan (needs) masyarakat

2 Dokumentasi yaitu metode pengumpulan data sekunder yang dimiliki oleh

responden lembaga ekonomi dan sosial maupun instansi teknis terkait

3 Observasi ( pengamatan) dan survei lapang

Dalam hal meyakinkan data dan informasi yang diperoleh dari responden

peneliti mengadakan pengamatan dan survei lapang secara langsung terhadap

obyek yang diamati mendengar serta mencatat hasil temuan lapang

4 Pengumpulan Data Sekunder

Selain dukungan data primer yang menjadi sumber data utama penelitian ini juga

menggunakan data sekunder yang diperoleh dari dokumen-dokumen serta catatan-

catatan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti Dokumen yang dimaksud

adalah jumlah keluarga miskin yang diperoleh dari Badan Perencanaan Kota

(Bapekot) Malang Catatan Sipil Kota malang (data Penduduk Kota malang sampai

dengan bulan Februari 2006) dan statistik kecamatan dari tiga kecamatan yang

diterbitkan oleh Kantor Statistik Kota Malang 2006

5 Focus Group Discussion (Diskusi Kelompok)

Peneliti melaksanakan diskusi dengan obyek penelitian ketika peneltian lapang akan

dilakukan Kegiatan ini pertama dilakukan adalah dimaksudkan untuk

mensosialisasikan pelaksanaan pengumpulan data (sebagai kegiatan penting

penelitian ini) kepada para sekretaris kecamatan dan seluruh sekretaris

desakelurahan yang diperkirakan menjadi sasaran dari kegiatan penelitian lapang

Berbagai informasi yang disampaikan dalam kegiatan sosialisasi ini antara lain

meliputi pentingnya dilaksanakan kegiatan inventarisasi dan pemetaan kemiskinan

di Kabupaten Sumenep proses pengumpulan data dan hasil akhir yang dihasilkan

kegiatan ini Melalui kegiatan ini dicapai jalinan suatu kebersamaan antara peneliti

19

dengan calon responden (subyek yang diteliti) sehingga dapat diperoleh data yang

optimal

Diskusi kelompok kedua dilakukan pada saat menjelang kegiatan ini berakhir

Diskusi ini dilakukan dengan stakeholders tingkat kota dimaksudkan untuk

mengoptimalkan hasil temuan lapangan Dikusi kelompok ini diarahkan kepada

upaya-upaya mengklarifikasi hasil temuan lapangan mendapatkan koreksi dan

masukan serta kesepakatan tentang hasil akhir kegiatan ini

6 Alat Analisis

Analisis dilakukan dengan memadukan pendekatan struktural (data

kuantitatif dan kualitatif) ekonomi (potensi sumberdaya pemabngunan) dan spasial

(pemetaan) Maksudnya bahwa dari himpunan data yang telah dikompilasi

dilakukan analisis statistik sederhana dengan lebih banyak menggunakan tabulasi

silang dan perhitungan-perhitungan statistik yang secara mudah dapat dipahami

Himpunan data tersebut selanjutnya diinterpretasikan dan dirancang dengan

menempatkan hasil analisis tersebut ke dalam peta (pendekatan spasial)

Pemetaan tersebut dimaksudkan untuk menentukan tata letak potensi sarana

ekonomi yang dimaksud oleh penelitian ini paling tidak untuk

1) memahami keberadaan keluarga miskin baik melalui data struktural maupun

melalui tampilan peta setiap desakelurahan

2) memahami secara terintegrasi keberadaan masyarakat miskin di Kota malang

dalam perspektif kepentingan ekonomi dan pembangunan Kota Malang ke

depan

Selain menggunakan pendekatan di atas penelitian ini juga menggunakan

metode Performance-Importance Analysis dalam menjawab tujuan yang akan dicapai

Analisis ini digunakan untuk melihat tingkat kesenjangan (gap) antara atribut kinerja

pelayanan publik (performance) yang telah dilakukan oleh pemerintah melalui dinas-

dinas terkait penanggulangan kemiskinan di Kota Malang dengan persepsi tingkat

kepentingan (importance) akan atribut-atribut yang dibutuhkan

Pengukuran tingkat kepentingan dan performance dilakukan dengan cara

menyebarkan kuesioner bagi masyarakat miskin yang menjadi obyek penelitian

Responden akan diminta untuk memberikan penilian atau persepsi mereka terhadap

sejauh mana layanan yang telah diberikan pemerintah melalui dinas-dinas terkait di Kota

Malang (performance) terhadap penanggulangan kemiskinan Dengan memberikan

20

penilaian atas atribut yang mereka anggap paling dibutuhkan saat ini (importance)

dengan asumsi bahwa obyek penelitian mengerti sejauh mana kinerja atribut pelayanan

publik yang telah dilakukan dinas-dinas terkait dan berkompeten dalam penanggulangan

kemiskinan

Dari analisis Kuadran akan diketahui pada kuadran manakah suatu atribut

berada sehingga nantinya dapat digunakan sebagai instrumen untuk

merekomendasikan tindakan atau kebijakan yang seharusnya dilakukan bagi

keberhasilan penanggulangan kemiskinan di Kota Malang

Bab 4 Hasil analisis

1 Gambaran geografis Jawa Timur

Jawa Timur adalah sebuah provinsi di bagian timur Pulau Jawa Indonesia

Ibukotanya adalah Surabaya Luas wilayahnya 47922 kmsup2 dan jumlah penduduknya

37070731 jiwa (2005) Jawa Timur merupakan provinsi terluas diantara 6 provinsi di

Pulau Jawa dan memiliki jumlah penduduk terbanyak kedua di Indonesia setelah Jawa

Barat Jawa Timur berbatasan dengan Laut Jawa di utara Selat Bali di timur Samudra

Hindia di selatan serta Provinsi Jawa Tengah di barat Wilayah Jawa Timur juga

meliputi Pulau Madura Pulau Bawean serta sejumlah pulau-pulau kecil di Laut Jawa

dan Samudera Hindia

Jawa Timur dikenal sebagai pusat Kawasan Timur Indonesia dan memiliki

signifikansi perekonomian yang cukup tinggi yakni berkontribusi 1485 terhadap

Produk Domestik Bruto nasional Pembagian wilayah administrasi Pemerintah Propinsi

Jawa Timur pada tahun 2003 sd tahun 2007 terbagi dalam 4 (empat) Badan Koordinasi

Wilayah Pembantu Gubernur 29 Kabupaten dan 9 Kota serta jumlah kecamatan

berjumlah 642 kecamatan Perwakilan kecamatan sejak tahun 2003 telah ditiadakan

sebelumnya berjumlah 114 dan Kota Administratif Batu sejak tahun 2003 telah menjadi

Kotasedang Kota Administratif Jember berdasarkan peraturan perundangan telah

21

dicabut dengan demikian Jember hanya sebagai Kabupaten Jumlah kelurahan

sebanyak 785 Kelurahan dan Desa sebanyak 7680 desa

Table 8

Pembagian Wilayah Administrasi Provinsi Jawa Timur

Uraian 2001 2002 2003 2004 2005 2006Badan koordinasi wilayah 4 4 4 4 4 4Jumlah Kabupaten 29 29 29 29 29 29Jumlah kota 9 9 9 9 9 9Jumlah Kecamatan 642 642 642 642 657 657Jumlah Kelurahan 784 784 784 784 784 784Jumlah Desa 7715 7715 7715 7715 8484 8484

Sumber Biro Pemerintahan dan Otoda Setda Prop Jatim amp Jatim Dalam Angka 2006

2 Gambaran geografis

a gambaran geografis kabupaten Pasuruan

Kota Pasuruan adalah ibu kota Pasuruan Jawa Timur terletak di persimpangan

jalur regional Surabaya-Probolinggo-Malang Orientasi Wilayah Kota Pasuruan memiliki

wilayah seluas 3529 kmsup2 dengan jumlah penduduk sebanyak 158864 jiwa (Sensus

Penduduk 2000) Wilayahnya terdiri dari 3 kecamatan 19 kelurahan dan 15 desa

Tiga kecamatan tersebut yaitu Kecamatan Gading rejo Purworejo dan Bugulkidul

Kecamatan Bugulkidul memiliki wilayah terbesar (1624 kmsup2) sedang untuk Gadingrejo

dan Purworejo masing-masing 1046 kmsup2 dan 859 kmsup2

b Gambaran geografis kabupaten Sidoarjo

Kota Sidoarjo merupakan Ibukota Kecamatan Sidoarjo yang terletak di tepi Selat

Madura dan termasuk dalam wilayah administratif Kabupaten Sidoarjo Propinsi Jawa

Timur Batas-batas administrasi dari kota Sidoarjo ini adalah

1048707 Sebelah utara Kecamatan Waru

22

1048707 Sebelah selatan Kecamatan Porong

1048707 Sebelah Timur Selat Madura

1048707 Sebelah Barat Kecamatan Krian

Secara geografis wilayah Kota Sidoarjo memiliki luas wilayah 6256 Ha Ditinjau dari

Topografi keadaan medan Kota Sidoarjo berada pada ketinggian antara 23 - 32 diatas

permukaan laut

c Gambaran geografis kabupaten malang

3 Pemetaan Penduduk miskin di kabupaten Sidoarjo Pasuruan dan Malang

Gambaran Rumah Tangga Miskin Di Kabupaten Sidoarjo Pasuruan Dan Malang

Hasil penelitian dengan menggunakan data skunder yang telah dilakukan mengenai jumlah rumah tangga miskin yang ada di kabupaten sidoarjo pasuruan dan malang seperti tergambar pada table di bawah ini

Table 9Jumlah keluarga miskin di kabupaten sidoarjo pasuruan dan malang

Kabupaten 2005 2006 Sidoarjo 239100 1402 223300 1297Pasuruan 285100 2016 308900 2167Malang 373700 1617 404800 171Jawa timur 7139900 1995 7678100 2109

sumber BPS

Dari deskripsi data diatas mengenai jumlah keluarga miskin di 3 kabupaten

provinsi jawa timur antara tahun 2005 dan 2006 menunjukkan tingkat kemiskinan yang

bervariasi Untuk kabupaten sidoarjo jumlah keluarga miskin sebesar 239100 atau

mencapai 1402 dari jumlah penduduk di tahun 2005 Tahun berikutnya jumlah

keluarga miskin berkurang menjadi 223300 atau 1297 dari total penduduk di

kabupaten sidoarjo Penurunan jumlah keluarga di kabupaten sidoarjo ternyata tidak

diikuti di tetangga kabupatennya seperti pasuruan dan malang Jumlah keluarga miskin

di kabupaten pasuruan sebanyak 285100 atau 2016 di tahun 2005 dan naik menjadi

308900 atau 2167 dari toatal keluarga di kabupaten pasuruan Demikian juga dengan

23

kabupaten malang jumlah keluarga miskin di tahun 2006 juga mengalami kenaikan

Tahun 2005 jumlah keluarga miskin sebanyak 373700 atau 167 naik menjadi

404800 atau 171 dari jumlah keluarga yang tinggal di kabupaten malang

4 Gambaran rumah tangga miskin pada kabupaten pasuruan sidoarjo dan

malang

Jika dilihat mengenai masalah kemiskinan di daerah provinsi jawa timur maka dapat

diketahui bahwa peta penduduk miskin tidak hanya terkelompok pada kabupaten yang

mempunyai sumberdaya alam yang sedikit namun juga terdapat ppotensi kemiskinan di

daerah yang mempunyai sumber daya alam yang banyak Untuk lebih jelasnya berikut

peta potensi kemiskinan pada masing ndash masing kabupaten yang diikuti dengan jumlah

penduduknya

Tabel

Jumlah Rumahtangga Miskin Masing-Masing Kabupaten

Di Wilayah Provinsi Jawa Timur

KabupatenJumlah Penduduk Jumlah Penduduk Miskin

2005 2006 2005 2006Kabupatenkab Pacitan 869642 885986 150100 162600kab Ponorogo 665070 687786 152500 165200kab Trenggalek 969461 984460 165800 189000kab Blitar 525888 1140809 175800 190400kab Kediri 1429137 1525231 255900 277200kab Malang 2336363 2419822 373700 404800kab Lumajang 999525 1026400 186100 201900kab Jember 2261477 2278718 408000 423300kab Banyuwangi 1514605 1575265 236100 251900kab Bondowoso 698504 725571 169500 183600kab Situbondo 605208 636200 113200 107200kab Probolinggo 1021279 1070137 267400 289700kab Pasuruan 1398122 1485342 285100 308900kab Sidoarjo 1697435 1838666 239100 223300kab Mojokerto 969299 1027871 154300 165400kab Jombang 1222499 1212876 278600 289900kab Nganjuk 989693 1065459 235800 255400kab Madiun 641596 667709 137500 144700kab Magetan 617492 621862 104600 113300kab Ngawi 827728 857449 193400 209100kab Bojonegoro 1228939 1251051 323900 350900

24

kab Tuban 1063375 1104538 300700 325800kab Lamongan 1187065 1274194 280800 304200kab Gresik 1118841 1120541 242500 287500kab Bangkalan 889590 945863 286700 306700kab Sampang 835122 894046 325900 353100kab Pamekasan 762876 782076 237600 271500kab Sumenep 1004758 1068595 331200 351100

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa di kabupaten malang mempunyai potensi

kemiskinan yang tinggi pada tahun 2005 dan 2006 Tingginya angka kemiskinan di

kabupaten tersebut mengindikasikan bahwa kurang adanya pemerataan pada

pembangunan perekonomian Kabupaten pasuruan dan kabupaten sidoarjo memiliki

jumlah penduduk miskin relatif dibawah kabupaten malang Hal tersebut bisa terjadi

karena kedua kabupaten berada pada lingkar urat nadi perekonomian jawa timur

sehingga perekonomian di wilayah tersebut dapat terdongkrak akibat aktivitas

perekonomian jawa timur

5 Karakteristik Perekonomian Rumah Tangga Miskin

51 Kabupaten Pasuruan

Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden

Salah satu penentuan sebuah masyarakat miskin adalah dengan melihat rata-

rata tingkat pendapatannya Oscar Lewis (1966) akar dari timbulnya budaya miskin

salah satunya adalah rendahnya gajipendapatan

Tabel

Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden kabupaten pasuruan

No

lt 200000200000

sd 400000

410000 sd

500000gt 500000 Jumlah

1Tidak

Bekerja

2 2 29

2Buruh Pasar

3 3 6 613 10

3Kuli

Banguan

1 2 1 4 44 7 3

4 Pemulung

1 1 8 10 104 3 22

25

5 Pedagang

4 8 10 22 2217 28 27

6 Becak 3 7

10 1010 19

7Sopir

Angkutan

1 4 5 10 104 14 14

8 Wiraswasta

1 2 1 15 54 7 3 11

9 Bengkel

2 3 1 17 79 10 3 11

10Buruh Pabrik

4 610 1011 67

11 Lain-lain

8 3 1 12 1235 10 11 100

Jumlah 23 29 37 9 98

Table diatas menjelaskan mengenai tingkat pendapatan dan jenis pekerjaan

pada kabupaten pasuruan Dari 91 sampel yang di ambil ada beberapa karakteristik

pendapatan dari para pekerja Secara umum masyarakat yang mempunyai pendapatan

lebih dari 500 ribu di domonasi oleh pekerja swasta bengkel buruh pabrik dan lain-lain

Buruh pabrik memiliki tingkat pendapatan di atas 500 ribu disebabkan karena adanya

kebijakan UMR yang harus dipenuhi oleh perusahaan di wilayah tersebut

Tabel

Keahlian Yang Dimiliki Masyarakat kabupaten pasuruan

No Jenis Pekerjaan Responden Wiraswasta BengkelMontir Sopir

Tukang Bangunan

DagangLain-lain

jumlah

1 Tidak Bekerja 0 0

2 Buruh Pasar

1 1 2 26 0 0 0 7 0

3 Kuli Bangunan

5 5 414 1428 0 0 25 0 22

4 Pemulung

33 30 0 0 0 0 17

5 Pedagang

2 1 3 28 80 0 13 5 21 11

26

6 Becak

2 4 5 314 140 17 25 25 0 17

7 Sopir Angkutan

2 3 5 50 17 19 0 0 0

8 Wiraswasta

5 3 5 13 1328 0 0 15 36 0

9 Bengkel

5 2 29 90 42 13 0 0 11

10 Buruh Pabrik

5 3 3 11 1128 0 0 15 21 0

11 Lain-lain

2 3 5 3 2 419 1911 25 31 15 14 22

Jumlah 18 12 16 20 14 18 98 100

Keberagaman keahlian yang dimiliki oleh masyarakat kabupaten pasuruan tidak

berarti bahwa keahlian yang dimilikinya terspesifikasi pada satu jenis keahlian tertentu

namun tidak sedikit masyarakat yang mempunyai keahlian lain diluar dari profesi yang

dimilikinya Sebagai contoh adalah seorang pegawai bengkel tidak hanya ahli dalam

memperbaiki kendaraan bermotor namun juga bisa berprofesi sebagai sopir Hal

tersebut ditunjukkan oleh hasil observasi yang telah dilakukan untuk masyarakat daerah

pasuruan dimana pegawai bengkel ternyata juga bisa berprofesi sebagai sopir atau

bidang usaha yang lain

Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan

NoJenis

Pekerjaan Responden

Tempat Usaha

Alat Modal Pemasaran Ketrampilan jumlah

1 Tidak Bekerja

2 Buruh Pasar

3Kuli

Bangunan

4 Pemulung

5 5 10 10 23 12

5 Pedagang

8 5 13 1350 12

27

6 Becak

4 8 12 12 18 19

7Sopir

Angkutan

5 5 5 12

8 Wiraswasta

8 6 14 14 36 14

9 Bengkel

5 6 11 11 23 14

10 Buruh Pabrik

77 7 41

11 Lain-lain

8 8 1026 2750 19 59

Jumlah 16 22 43 0 17 98 100

Dengan keahlian yang dimiliki oleh masyarakat pasuruan dapat diindikasikan

bahwa keahlian yang dimiliki mempunyai kemerataan sampel Dari seluruh responden

yang dijadikan sampel sebagian besar menginginkan bantuan modal alat dan tempat

usaha Untuk jenis pekerjaan bengkel sampel menyatakan bahwa responden

menginginkan bantuan modal dan alat untuk dapat mengembangkan usahanya Hal

yang sama juga ditunjukkan untuk jenis pekerjaan wiraswasta dimana 23 menyatakan

menginginkan bantuan alat dan 24 menginginkan bantuan modal

52 Kabupaten Sidoarjo

Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden

No Gaji amp Jenis Pekerjaan

lt 200000

200000 sd

400000

410000 sd

500000gt 500000 Jumlah

1 Tidak Bekerja

2

2 2111

2 Buruh Pasar

6 4

10 11333 200

3 Kuli Banguan

1 8 1

10 1156 400 50

4 Pemulung

8 2

10 11444 100

5 Pedagang

1 2 7

10 1150 100 212

28

6 Becak

1 2

3 356 100

7 Sopir Angkutan

2 6 1

9 10100 300 30

8 Wiraswasta

1 2 7

10 1150 100 212

9 Bengkel

4 5

9 10200 152

10 Buruh Pabrik

5 5

10 11250 152

11 Lain-lain

8

8 9242

Jumlah 18 20 20 33 91 100

Karakteristik pendapatan masyarakat di daerah perkotaan kabupaten sidoarjo

menunjukkan kesamaan dari kabupaten pasuruan Secara keseluruhan responden yang

berpenghasilan di atas 500 ribu di dominasi oleh masyarakat yang mempunyai

pekerjaan sebagai wiraswasta bengkel buruh pabrik dll Jika ditelaah lebih lanjut

memang untuk golongan buruh pabrik mereka berpenghasilan ditas 500 ribu karena ada

jaminan dari pemerintah mengenai pendapatan minimum melalui UMR Sedangkan

masyarakat yang bekerja di bengkel mendapatkan pendapatan yang tinggi karena

sidoarjo merupakan daerah industry sehingga tidak sedikit masyarakat yang

menggunakan kendaraan bermotor dalam aktifitasnya

Tabel

Keahlian Yang Dimiliki Masyarakat kabupaten sidoarjo

NoJenis

Pekerjaan Responden

Wiraswasta BengkelMontir

SopirTukang

BangunanDagang

Lain-lain

jumlah

1Tidak

Bekerja

2 Buruh Pasar

5 6 718 1831 43 37

3 6 8 14 14

29

Kuli 46

4 Pemulung

6 7 13 13 23 54

5 Pedagang

8 3 11 1150 30

6 Becak

8 8 8 57

7Sopir

Angkutan

5 49 9 19 21

8 Wiraswasta

3 5 8 8 30 19

9 Bengkel

4 4 4 15

10Buruh Pabrik

11 Lain-lain

3 4 6 13 1319 40 23

Jumlah 16 10 26 13 14 19 98 100

Menurut survey yang telah dilakukan ternyata tipikal masyarakat sidoarjo dan

pasuruan untuk kategori keahlian yang dimiliki adalah sama penyebarannya Untuk

kabupaten sidoarjo jenis pekerjaan terbanyak adalah buruh pasar dengan keahlian yang

dimiliki berdagang serta ada yang memiliki keahlian sebagai tukang sepatu

Keberagaman jumlah responden menunjukkan keberagaman pekerjaan masyarakat

yang dijadikan sebagai obyek penelitian Menurut hasil penelitian digambarkan bahwa

seorang yang berprofesi sebagai pemulung ternyata juga memiliki keahlian di bidang

lainnya seperti tukang bangunan bahkan sopir Dari informasi yang dimiliki tersebut

diharapkan pemerintah dapat memberikan bantuan sesuai dengan bidang profesi

masyarakat atau keahlian masyarakat itu sendiri

30

Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan

NoJenis

Pekerjaan Responden

Tempat Usaha

Alat Modal Pemasaran jumlah

1Tidak

Bekerja

0 0

2Buruh Pasar

2 8 10 01020418 15

3Kuli

Bangunan

1 3 6 10 01020414 14 12

4 Pemulung

1 8 9 00918374 15

5 Pedagang

10 2 4 16 016326540 10 8

6 Becak

2 4 6 12 01224498 19 12

7Sopir

Angkutan

2 6 8 00816338 12

8 Wiraswasta

3 7 10 0102041 14 13

9 Bengkel

5 6 11 0112245 24 12

10Buruh Pabrik

0 0

11 Lain-lain

7 4 1 12 012244928 19 2

Jumlah 25 21 52 0 98

Masyarakat daerah sidoarjo untuk segala jenis pekerjaan yang dijadikan subyek

penelitian menyatakan bahwa masyarakat memilih diberikan bantuan modal alat dan

tempat usaha Sedangkan untuk aspek pemasaran masyarakat sidoarjo tidak begitu

memerlukan bantuan Karena jika kita perhatikan kabupaten sidoarjo terletak di urat nadi

perekonomian jawa timur sehingga diharapkan pemasaran tidak menjadi kendala Dari

98 orang yang dijadikan responden sebanyak 52 orang dari berbagai macam profesi

menginginkan bantuan modal usaha

31

Berdasarkan hasil data skunder yang telah dilakukan terhadap seluruh

rumahtangga miskin yang ada di Kota Malang maka gambaran lokasi rumahtangga

misikin yang ada di Kota Malang seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini

Tabel

Jumlah Keluarga Miskin Masing-Masing Kecamatan

Di Kota Malang

No Kecamatan Jumlah Rumah Tangga

Prosentase

1 Kedungkandang 6635 2730

2 Sukun 6255 2574

3 Klojen 3432 1412

4 Blimbing 4158 1711

5 Lowok Waru 3821 1572 Sumber Pemkot Malang 2006

Data di atas menunjukkan jumlah rumah tangga miskin yang ada di kota malang

di masing-masing Kecamatan Dari 5 kecamatan yang ada dikota Malang jumlah

kemiskinannya adalah sebagai berikut Kecamatan yang paling tinggi angka

kemiskinannya adalah kecamatan Kedungkandang yaitu sebesar 2730 kecamatan

Sukun sebesar 2574 kemudian Kecamatan Lowok Waru sebesar 1572

Kecamatan Blimbing 1711 dan angka terendah Rumah tangga miskinnya adalah

kecamatan Klojen yairu sebesar 1412

Gambar

Jumlah keluarga Miskin di Kota Malang

0 1 2 3 4 5 6 7

Kedungkandang

Sukun

Klojen

Blimbing

Lowok Waru

Jumlah Rumah Tangga

32

Berdasarkan gambaan di atas jumlah rumah tangga miskin di kota malang

berada pada daerah-daeah tertentu (Kedungkandang dan Sukun) wilayah ini merupakan

wilayah pinggiran kota yang padat dengan jumlah penduduknya Kecamatan

Kedungkandang merupakan daerah yang umumnya pdat penduduk dan daerah tersebut

merupakan daerah pinggiran kota serta rata-rata penduduknya memiliki mata

pencaharian pedagang Daerah tersebut juga merupakan daerah pusat-pusat industri

kecil dan yang lebih telihat bahwa kebanyakan rumah tangga miskin bertempat tinggal

di daerah aliran sungai brantas (DAS Brantas) serta di pinggiran jalur kereta api

Berbeda halnya dengan kecamatan Sukun daerah ini selain terdapatnya pusat

perdagangan juga merupakan daerah industri kecil (home industri) Keberadaan rumah

tangga miskin selain rata-rata kehidupannya berdagang juga bertempat tinggal pada

daerah-daerah perkampungan

33 Aspek Kultural Pada Masyarakat Miskin

Urbanisasi merupakan salah satu faktor pemicu perkembangan kota terjadinya

perpindahan penduduk dari desa ke kota disebabkan oleh berbagai faktor baik faktor

pearik maupun pendorong perkembangan industri dan perdagangan di kota merupakan

faktor penarik yang menyebabkan orang untuk berdatangan dan tinggal di daerah

perkotaan Keinginan untuk dapat mendapatkan penghasilan dan pekerjaan yang lebih

baik untuk mencukupi kebutuhan hidup merupakan penyebab utama terjadinya

urbanisasi Namun kondisi tersebut tidak seiring dengan kualitas pendidikan dan

ketrampilan yang memadai sehingga mereka tidak dapat ditampung di sektor formal

melainkan menggantungkan hidupnya pada sektor informal yang kurang menentu

Selain itu yang menjadi faktor pendorong terjadinya urbanisasi adalah kondisi fasilitas di

daerah asal (pedesaan) kurang memadai serta semakin menyempitnya lahan pertanian

dan peluang pekerjaan

Pertambahan penduduk di kota yang sangat tinggi menyebabkan berbagai

permasalahan sosial permasalahan yang muncul adalah adanya perkampungan kumuh

dan perumahan liar di pinggiran kota dan umumnya di daerah pinggiran aliran sungai

brantas (DAS) Masalah tersebut disebabkan oleh ketidak mampuan masyarakat miskin

perkotaan untuk memiliki rumah yang layak huni Penyebab lainnya adalah ketidak

mampuan pemerintah kota untuk menyediakan sarana bagi masyarakat miskin

33

perkotaan Pembangunan perkotaan senantiasa bukan memberikan solusi dalam

pengentasan kemiskinan perkotaan melainkan sebaliknya yaitu menjadikan proses

penggusuran dan semakin terdesaknya kehidupan masyarakat miskin tersebut

Tabel

Daerah Asal Responden sidoarjo

NoJenis

Pekerjaan Responden

Jawa Timur Non

Madura

Madura Jawa Barat

Jawa Tengah

Luar Jawa

jumlah

1Tidak

Bekerja

2Buruh Pasar

8 1 1 10 1011 7 7

3Kuli

Bangunan

7 2 1 10 1010 14 7

4 Pemulung

9 9 913

5 Pedagang

10 10 1014

6 Becak

8 1 2 11 1111 7 14

7Sopir

Angkutan

10 10 1014

8 Wiraswasta

8 6 14 1411 43

9 Bengkel

10Buruh Pabrik

8 2 10 1011 14

11 Lain-lain

2 2 10 14 143 14 71

Jumlah 70 14 0 14 0 98 100

Dari data diatas sebagian besar kaum migrant untuk setiap profesi berasal dari

jawa timur Di definisikan jawa timur karena seluruh masyarakat urban berasal dari jawa

timur kecuali Madura Ada beberapa alasan dari responden mengapa mereka

melakukan urbanisasi salah satunya adalah untuk memperbaiki taraf ekonomi karena

kabupaten sidoarjo dianggap sebagai kabupaten yang memiliki potensi yang cukup

34

tinggi dalam bidang industry Profesi terbanyak yang diminati oleh pendatang adalah

sebagai pedagang dan sebagai sopir

Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin

pada kabupaten sidoarjo dapat diperhatikan gambar di bawah ini

Gambar

Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin

35

Tabel

Daerah Asal Responden pasuruan

NoJenis

Pekerjaan Responden

Jawa Timur Non

Madura

Madura Jawa Barat

Jawa Tengah

Luar Jawa

jumlah

1 Tidak Bekerja

2 Buruh Pasar

4 4 24

3 Kuli Bangunan

5 5 55

4 Pemulung

10 10 1011

5 Pedagang

20 20 2022

6 Becak

8 2 10 109 33

7Sopir

Angkutan

0 0

8 Wiraswasta

0 0

9 Bengkel

10 Buruh Pabrik

15 4 19 1916 67

11 Lain-lain

30 30 3133

Jumlah 92 6 98 98 98

Sama seperti pada kabupaten sidoarjo sebagian besar pendatang adalah dari

wilayah jawa timur Pendatang sebagian besar berprofesi sebagai pedagang karena

wilayah sidoarjo selain sebagai sentra industry provinsi jawa timur juga sebagai urat nadi

perekonomian jawa timur Sehingga bagi para pedagang akan sangat menguntungkan

karena di lewati dari berbagai wilayah di jawa timur

Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin

pada kabupaten pasuruan dapat diperhatikan gambar di bawah ini

Gambar

36

Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin

Tabel 5Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan di kota malang

Lama Tinggal (Tahun)Kecamatan

pddkAsli le 2 3 - 6 7 - 9 ge 10

Jumlahrespondn

Kedung kandang10

(1053)- 3

(316)11

(1158)71

(1473) 95

18 - - 15 52

37

Sukun (2118) (1764) (6118) 85

Klojen9

(1200)5

(667)12

(1600)9

(1200)40

(5333) 75

Blimbing8

(100)2

(25)- 8

(100)62

(775) 80

Lowok Waru15

(1923)- - 7

(897)56

(7180) 78

Sumber Data Primer

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa dari responden (keluarga miskin)

perkotaan sebagian besar bukan penduduk asli daerah kota Malang melainkan

pendatang yang merupakan kaum migran dan menetap di kota Malang kecamatan

kedung Kandang merupakan daerah yang padat penduduknya dimana 1473

menunjukkan jumlah responden yang sudah lama tinggal di kota malang (di atas 10

tahun) bahkan beberapa responden sudah turun-menurun dari keluarga mereka

Kecamatan Sukun yang merupakan kaum pendatang yang tinggal di kota Malang sudah

puluhan tahun sebanyak 6118 dari responden yang ada Kecamatan Klojen sebesar

5333 Kecamatan Blimbing sebanyak 775 dan untuk kecamatan Lowok Waru

sebanyak 7180 dari masing-masing responden di tingkat kecamatan Kondisi ini

menjelaskan bahwa masyarakat miskin perkotaan adalah rata-rata kaum migran yang

sengaja datang ke kota Malang untuk mencari kehidupan yang lebih baik dari daerah

asal mereka Umumnya mereka datang sebagai migran tetap dan keberadaan mereka

sudah terbiasa hidup dalam kondisi serba kekurangan Beberapa responden yang

ditemui juga menjelaskan bahwa sebagai kaum pendatang sudah tidak asing lagi

dengan kehidupan masyarakat di kota Malang Umumnya mereka membaur dengan

masyarakat pendatang lainnya dengan hidup di kepadatan penduduk kota Malang

Salain dilihat dari lamanya masayarakat pendatang (migran tetap) tinggal di kota

Malang dapat pula dijelaskan mengenai temapat asal (daerah asal) responden untuk

melihat derah asal rumah tangga miskin perkotaan dapat kita bagi dengan

menggunakan batasan daerah (wilayah) Dimana wilayah pembagiannya adalah

mereka yang berasal dari daerah Jawa Timur (non-Madura) daerah Madura daerah

Jawa Tengah Jawa Barat dan Luar Jawa Adapun gambaran daerah asal rumah

tangga miskin perkotaan dapat dilihat pada tabel berikut

38

Tabel

Daerah Asal Responden

Daerah

Asal

Kecamatan

Jawa

Timur

Non-

Madura

Madur

a

Jawa

Tengah

Jawa

Barat

Luar

Jawa

Jumlah

Respond

n

Kedung kandang21

(2470)52

(6118)9

(1059)3

(353)- 85

Sukun19

(2836)28

(4179)12

(1791)8

(1194)- 67

Klojen9

(1364)49

(7424)5

(758)3

(454)- 66

Blimbing31

(4306)33

(4563)6

(833)2

(278)- 72

Lowok Waru28

(4444)21

(3333)9

(1429)5

((794)- 63

Sumber Data Primer

Berdasarkan data pada tabel di atas menunjukkan bahwa umumnya kaum

migran berasal dari daerah Jawa Timur dan daerah Madura Untuk kecamatan Kedung

Kandang sebesar 6118 berasal dari Madura kemudian Kecamatan Sukun 4179

kaum Migran berasal juga dari Madura Kecamatan Klojen 7424 Kecamatan Blimbing

sebesar 4563 dan kecamatan Lowok Waru sebesar 3333 Dari kelima kecamatan

tersebut yang banyak di datangi oleh migran yang berasal dari daeah Madura adalah di

Kecamatan Kedung Kandang (6118) dan Kecamatan Klojen (7424) dan mereka

sengaja tinggal di dekat pusat perkotaan dengan tujuan memudahkan untuk aktifitas

kegiatan pekerjaannya yang rata-rata bergelut disektor informal (pedagang kaki lima)

331 Kondisi Tempat Tinggal Masyarakat Miskin Perkotaan

Dilihat dari tempat tinggal masyarakat miskin perkotaan rata-rata kondisi tempat

tinggalnya dengan model bangunan semi permanen dan permanen sederhanan dengan

memanfatkan kondisi tanah yang rawan bencana (longsor kebisingan kumuh dan

sebagainya)

Tabel

Kondisi Fisik Bangunan Rumah RTM

39

Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan

Kondisi Fisik RumahKecamatan

Sesek(papan)

SemiPermanen Permanen

Jumlahrespondn

Kedung kandang

11(1158)

52(5474)

32(3368) 95

Sukun20

(2353)33

(3882)32

(3765) 85

Klojen5

(667)31

(1733)39

(5200) 75

Blimbing3

(375)13

(1625)64

(8000) 80

Lowok Waru9

(1154)24

(3077)45

(5769) 78

Sumber Data Primer

dari data primer (tabel) menunjukkan bahwa sebagian besar tempat tinggal

masyarakat miskin perkotaan adalah semi permanen dan permanen akan tetapi dengan

ukuran ruang (luas bangunan) yang cukup minim Dan umumnya yang mereka lakukan

adalah dengan menyewa tanah dan atau menempati tanah rawan musibah adapun

kondisi perumahan masyarakat miskin perkotaan dapat dilihat pada gambar berikut

Gambar

Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin Perkotaan

40

Dari gambar di atas terlihat bahwa kondisi tempat tinggal mereka sangat rawan

dengan terjadinya bencana dan kekumuhan kondisi ini selain rawan terhadap adanya

bahaya tersebut juga sangat rawan dengan permasalahan kesehatan

34 Analisa Spasial

Informasi mengenai tipologi perekonomian masyarakat akan sangat membantu

pemerintah dalam menentukan kebijakan ekonomi di masa mendatang Dari informasi

tersebut dibuatlah peta potensi ekonomi dengan maksud merelevansikan antara potensi

ekonomi daerah dan kebijakan ekonomi Selain itu jika kebijakan ekonomi hanya

terfokus di suatu wilayah tertentu akan berdampak pada ketimpangan pertumbuhan

ekonomi Seperti dijelaskan sebelumnya inventarisasi sarana ekonomi sebuah wilayah

dilakukan dengan menggunakan pendekatan tipologi suatu wilayah Melalui pendekatan

ini selanjutnya dapat digambarkan wilayah majemuk dengan fenomena yang kompleks

dengan beberapa persamaan di dalamnya Maksudnya bahwa pada tipologi suatu

wilayah ada relevansinya dengan keberadaan potensi ekonomi maupun potensi sarana

ekonomi di wilayah tersebut Ini menandakan bahwa kebijakan pengembangan ekonomi

suatu wilayah diperlukan pengadaan sarana ekonomi yang tepat sedikitnya sesuai

dengan kondisi wilayah yang dibangun termasuk karakteristik kegiatan ekonomi yang

dilakukan oleh masyarakat setempat sehingga keberadaan sarana tersebut mampu

mendorong aktivitas ekonomi masyarakat dan pada akhirnya mengentaskan dan

menanggulangi kemiskinan

41

Di wilayah kabupaten pasuruan terdapat berbagai macam potensi ekonomi yang

belum tersentuh pengembangannya oleh pemerintah daerah Potensi yang terdapat di

wilayah tersebut bukan hanya pada potensi sumber daya alam melainkan juga potensii

sumber daya manusianya Untuk wilayah ssidoarjo perlu adanya perhatian mendalam

pada pengembangan sumber daya manusia karena di wilayah tersebut banyak sekali

potensi industri yang dapat berkembang Sedangkan untuk daerah malang hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa disinyalir masih terdapat kegiatan ekonomi maupun

sarana ekonomi yang menunjang kegiatan tersebut belum dimanfaatkan secara optimal

Keadaan ini menjadikan keduanya masih bersifat potensial dan memerlukan

penanganan pengelolannya agar dapat diperoleh output yang optimal pula Pengelolaan

optimal tersebut tentu masih memerlukan suatu pengkajian tersendiri untuk mengukur

sampai sejauh mana tingkat feasibilitasnya

Potensi sarana ekonomi kabupaten ssidoarjo kabupaten pasuruan dan Kota

Malang merujuk pada sarana ekonomi (dalam bentuk fisik) yang teridentifikasi di setiap

daerah maupun yang sudah terkompilasikan di tingkat kabupaten dan kota Potensi

tersebut dapat di petakan pada masing-masing kabupaten di wilayah Jawa Timur

melalui Peta berikut

Gambar Provinsi Jawa Timur

42

Gambar kota Malang

43

keterangan

daerah masyarakat miskin perkotaan

daerah potensi terjadinya kemiskinan

tidak ada potensi terjadnya kemiskinan

Sejalan dengan maksud di atas Pemerintah Kota Malang masih

perlu melakukan kajian mendalam tentang pengembangan potensi wilayah

sebagai salah satu upaya untuk mendukung pemulihan ekonomi yang

bersifat jangka menengah Dukungan kajian ini dilakukan dengan menggali

lebih dalam potensi yang dimiliki setiap kawasan di wilayah Kota Malang

Dengan demikian Pemerintah Kota Malang dengan mudah dapat mengambil

langkah-langkah menumbuh kembangkan potensi sarana ekonomi daerah

44

Kec Blimbing Industri (kecil-

menengah)Pariwisata Pertanianperumahanperdagangan

Kec Kedungkandang Industri (kecil-

menengah)Pertanianperumahan

Kec Sukun Industri kecilPendidikanperumahan

Kec Kolojen perdagangan PendidikanPerhotelanperkantoran

Kec Lowokwaruperumahan PendidikanIndustri (kecil-

menengah)

khususnya yang berada di pusat-pusat kegiatan produksi masyarakat yang

dianggap cukup strategis di Kota Malang

Sejalan dengan semakin meningkatnya peran serta dunia usaha

dan masyarakat di dalam pelaksanaan pembangunan maka program-

program pembangunan Kota Malang perlu disusun dengan

mempertimbangkan keterlibatan mereka Upaya ini dimaksudkan agar

Pemerintah Kota Malang lebih mudah mengefektifkan potensi sarana

ekonomi dan mengarahkannya untuk kepentingan pembangunan yang lebih

konsisten efektif dan efisien serta berkelanjutan dalam menanggulangi

kemiskinan

Secara keseluruhan penduduk miskin di wilayah kota malang masih tersebar

merata di seluruh kecamatan Kecuali di kecamatan Lowokwaru sebagian besar di

kecamatan ini tidak ada potensi kemiskinan Hal tersebut dikarenakan banyaknya

industry pendidikan seperti UMM UNISMA UNIGA Brawijaya ITN UM dll Dengan

banyaknya perguruan tinggi di wilayah tersebut maka potensi perekonomian semakin

besar Tidak sedikit masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang makanan karena

untuk memnuhi kebutuhan para mahasiswa

Pada data dikatakan bahwa rata-rata pendapatan di kecamatan Lowokwaru

masih besar padahal menurut analisis spasial potensi terjadinya kemiskinan sangat

kecil Pada analisi ekonomi diindentifikasi bahwa banyak masyarakat yang

berpendapatan dibawah 400 ribu Hal tersebut terjadi pada masyarakat yang tinggal di

daerah pesisir sungai Masih banyak masyarakat yang tinggal di Daerah Aliran Sungai

tidak memiliki kesempatan kemampuan untuk bersaing dengan masyarakat yang tidak

tiggal di Daerah Aliran Sungai Di perkirakan masyarakat yang menempati DAS

merupakan masyarakat pendatang yang berurbanisasi dengan tidak membawa suatu

keahlian

Potensi kemiskinan terbesar dapat terjadi di Kecamatan Sukun Banyak

masyarakat di daerah ini yang memiliki pendapatan dibawah 400 ribu Jika kita

bandingkan dengan kecamatan Lowokwaru potensi kemiskinan di daerah kecamatan

Sukun tidak hanya terjadi di DAS namun juga pada masyarakat lainnya Banyak faktor

yang mengindikasikan potensi kemiskinan salah satu faktor utama adalah sulitnya

pemasaran dan persaingan yang ketat Meski kegiatan masyarakat di kecamatan

Lowokwaru dengan kecamatan Sukun relatif sama namun di kecamatan Lowokwaru

45

pemasaran barang dan jasa yang diproduksi tidak sesulit di kecamatan Sukun meski

ada persaingan

Hampir memeratanya potensi masyarakat miskin di kecamatan Sukun

menimbulkan dampak di kecamatan Kedungkandang terutama di perbatasan diantara

kedua kecamatan tersebut Menurut survey yang dilakukan memang sebagian besar

masyarakat miskin berpotensi di DAS Dapat dilihat di peta bahwa gambar merah

bersinggungan antara kedua kecamatan dan di kedua wilayah tersebut dialiri sungai

yang sama namun jika kita lihat kebawahnya warna kecamatan Kedungkandang mulai

ada yang Hijau Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat diluar DAS mempunyai

usaha yang berhubungan positif dengan pendapatan seperti pertanian

Berbeda halnya di kecamatan Klojen kecamatan ini merupakan pusat

pemerintahan kota Malang Banyak warga di kecamatan ini yang berprofesi sebagai

pegawai negeri sipil Memang masih terindikasi adanya kemiskinan di daerah tersebut

namun kemiskinan itu timbul karena mereka yang tidak mempunyai kesempatan dan

daya tawar diri mereka Kebanyakan yang tidak memiliki daya tawar diri yang tinggi

adalah mereka para pendatang yang tidak membawa keahlian kemudian mereka

tinggal di DAS dan berprofesi sebagai buruh tani buruh pabrik ataupun yang lainnya

yang tidak membutuhkan keahlian lebih

Bab V Kesimpulan dan Saran

Setelah melalui beberapa tahapan analisis dalam mengidentifikasi kemiskinan

perkotaan di beberapa wiayah Jawa Timur terdapat beberapa kesimpulan yaitu

1 Didapat bahwa sebaran penduduk miskin berkosentrasi pada daerah

sepanjang aliran sungai dan ada beberapa kota yang mengindikasikan

bahwa penduduk miskin berasal dari pendatang dari luar kota

2 Dalam penanggulangan kemiskinan pemerintah sudah banyak

mengeluarkan berbagai macam program pengentasan kemiskinan seperti

P2K P2KP BLT dll namun dalam aplikasinya banyak program yang belum

tepat sasaran

3 Ada beberapa karakteristik yang menarik dalam pengentasan kemiskinan

diantaranya bahwa dalam mengentaskan masyarakat miskin metode yang

46

diterapkan lebih kepada pembinaan keahlian dan mentalitas karena

seperti yang terdapat di kota malang masyarakat miskin dipicu dari

kebiasaan atau mentalitas dari masyarakat tersebut dalam kehidupan

sehari-hari Riset menemukan meskipun masyarakat miskin diberikan

bantuan uang seperti BLT namun bantuan tersebut tidak diperuntukkan

kepada pengembangan usaha namun habis untuk konsumsi begitu pula

dengan program ndash program pengentasan kemiskinan yang lainnya

Saran

Dalam pengentasan kemiskinan disarankan kepada pemerintah untuk mencari

data kemiskinan yang akurat dengan tujuan pemberian bantuan dalam rangka

pengentasan kemiskinan dapat terserap tepat pada masyarakat yang dituju Selain itu

untuk mengentaskan masyarakat yang bertipikal ldquokultur miskinrdquo harus banyak diberikan

pelatihan dan pembinaan mental

47

DAFTAR PUSTAKA

Blakely Edward J (1989) Planning Local Economic Development Theory and Practice Sage Library of Social Research 168 Sage Publication

BPS (1999) Perkembangan Tingkat Kemiskinan dan Beberapa Dimensi Sosial Ekonominya 1996-1999 Jakarta BPS

Budi Soeradji Mubyarto (1998) Gerakan Penanggulangan Kemiskinan Laporan

Penelitian di Daerah-Daerah Yogyakarta Aditya Media

Faisal Basri (2002) Perekonomian Indonesia Tantangan dan Harapan bagi Kebangkitan Indonesia Jakarta Erlangga

Fei J C H amp Gustav R (1964) Development Economics What Next In a Ranis G P Schulta (Ed) The State of Development Economics

Gunawan Sumodiningrat (1999) Penanggulangan Krisis Harus Memihak Rakyat Disampaikan pada konferensi pers untuk launcing The Economic and Social Survey of Asia and the Pacific 1999 (ESCAP) di UNIC Jakarta

Kuncoro M (2000) Ekonomi Pembangunan Teori Masalah dan Kebijakan (1st ed) Yogyakarta UPP AMP YKPN

Kuncoro M (2004) Otonomi dan Pembangunan Daerah Reformasi Perencanaan Strategi dan Peluang Jakarata Erlangga

Mellor J W (1976) The New Economies of Growth A Strategy for India and the Developing Countries Cornell Cornell University Press

Nurkse R (1953) Problem of Capital Formation in Underdeveloped Countries In Meier Gerald M Leading Issues in Economic Development edisi ke 6 Oxford University Press Oxford

Rintuh Cornelis amp Miar (2005) Kelembagaan dan Ekonomi Rakyat BPFE-UGM Yogyakarta

Sharp Ansel M Charles A Register and Paul W Cerimes (1996) Economics of Social Issues edisi ke 12 Richard D Chicago Irwin

Sumarto Sudarno (2002) ldquoGrowth Inequality and Poverty Evidence from Micro Datardquo Makala dalam The Young Economics Seminar Jakarta World Bank

48

Page 16: Makalah akp

dan kebutuhan masyarakat miskin Aspek struktural atau kelembagaan

mempunyai dua sub-indikator yaitu 1) Sub-indikator kebijakan pemerintah dan

2) Sub-indikator kapasitas sosial masyarakat (social capacity) Masing-masing

sub-indikator mempunyai variabel total variabel untuk mengukur indikator

aspek struktural atau kelembagaan sebanyak 8 variabel

Variabel-variabel yang digunakan dalam aspek struktural atau kelembagaan

dalam melakukan pengukuran terhadap desakelurahan dapat dilihat pada

tabel berikut

Tabel 5

Jumlah Sub Indikator dan Variabel Dari Aspek Struktural

No Sub Indikator

Variabel Diskripsi

1 Kebijakan Pemerintah (3 variabel)

- Program penanggulangan kemiskinan yang berasaldari pemerintah pusat

- Program penanggulangan kemiskinan yang berasaldari pemerintah propinsi

- Program penanggulangan kemiskinan yang berasaldari pemerintah daerah kabupaten

- Program penanggulangan kemiskinan yang berasal dari perangkat desa

Mengukur seberapa besar keterlibatan pemerintah baik pusat maupun daerah dalam upaya penanggulangan kemiskinan

2 Kapasitas sosial masyarakat(6 variabel)

- Gengsi sosialorang miskin

- Nilai adatbudaya dan agama terhadap orang miskin

- Rasionalitas penduduk miskin (semangat membebaskan diri dari kemiskinan)

- Budaya dan etos kerja- Semangat gotong

royong- Keperdulian

Mengukur seberapa besar social capital masyarakat miskin dalam keluar dari kemiskinan

16

masyarakat sekitar terhadap orang miskin

2) Aspek Kultural

cultural poverty adalah suatu budaya yang terjadi karena penderitaan ekonomi

(economic depretiation) yang berlangsung lama Berdasarkan penelitian pada

beberapa kebudaya kelompok etnik ditemukan bahwa kemiskinan adalah salah

satu sub-kultur masyarakat yang mempunyai kesamaan ciri antar etnik satu

dengan etnik yang lain Dalam aspek ini akan dilihat seberapa besar potensi

kemiskinan yang tercipta akibat dari kultur atau kebudayaan yang sudah

berlangsung di suatu wilayah Aspek kultural ini akan mencakup 1) tingginya

angka pengangguran 2) tingkat upahtinggi rendahnya gaji dan 3) sistem

ekonomi yang terlalu berorientasi pada mencari keuntungan

Variabel-variabel yang digunakan dalam aspek ekonomi dalam melakukan

pengukuran terhadap desakelurahan dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 6

Jumlah Sub Indikator dan Variabel Dari Aspek Struktural

No Sub Indikator Variabel Diskripsi1 Tingginya

angka pengangguran

- Lama bekerja- Banyaknya pekerja

dalam satu rumah

Mengukur seberapa besar tingkat pengangguran di suatu wilayah

2 Tingkat Upah - Besarnya gaji perbulan

- Ada tidaknya bonus

Mengukur seberapa besar kenaikan upah yang berhubungan dengan kesejahteraan masyarakat

3 Sistem Ekonomi

- Tujuan bekerja- Langkah untuk

memenuhi kebutuhan

Mengukur sebesarapa penting antara kebutuhan dan penimbunan kekayaan

3) Aspek Spasial

Dalam aspek ini akan dilihat seberapa besar konsisi wilayah (space) mampu

mendorong proses penanggulanagan kemiskinan Aspek spasial atau wilayah

mempunyai dua sub-indikator yaitu 1) Sub-indikator Kondisi geografis dan 2)

Sub-indikator Aksesibilitas sarana dan prasarana Masing-masing sub-indikator

17

mempunyai variabel total variabel untuk mengukur indikator aspek struktural

atau kelembagaan sebanyak 6 variabel

Variabel-variabel yang digunakan dalam aspek spasial atau wilayah dalam

melakukan pengukuran terhadap desakelurahan dapat dilihat pada tabel

berikut

Tabel 7

Jumlah Sub Indikator dan Variabel Dari Aspek Spasial

No Sub Indikator

Variabel Diskripsi

1 Kondisi geografis(4 variabel)

- Letak geografis- Topografi- Kondisi jalan- Kondisi jembatan

Mengukur sejauhmana kondisi geografis mampu bermanfaat untuk pemberdayaan masyarkat miskin

2 Aksesibilitas terhadap sarana dan prasarana(5 variabel)

- Akses terhadap pasar- Akses terhadap sarana

pendidikan- Akses terahadap

fasilitas kesehatan- Akses terahadap

aktivitas produksi

Mengukur tingkat kemudahan akses terhadap sarana dan prasarana pokok untuk penanggulangan kemiskinan

4 Jenis Data

Dilihat dari sumbernya data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua

jenis yaitu data sekunder dan data primer

1 Data Sekunder

Data ini merupakan data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain Adapun data

sekunder yang akan digunakan dalam penelitian ini diantaranya seperti Jumlah

penduduk luas desa topografi desa monografi desa letak geografi desa dan

lain-lain

2 Data Primer

Data ini merupakan data yang diperoleh langsung dari obyek penelitian Adapun

data primer yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya seperti data yang

18

digunakan untuk mengukur indikator kelembagaan indikator tipologipenyebab

kemisikinan indikator sumberdaya dan potensi ekonomi dan lain-lain

5 Teknik Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam pengumpulan informasi dan data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah Participatory Rural Appraisal (PRA) meliputi

1 Wawancara yaitu metode pengumpulan data dengan wawancara secara

mendalam dengan key-person (formal dan informal leaders) untuk

mengidentifikasi kebutuhan (needs) masyarakat

2 Dokumentasi yaitu metode pengumpulan data sekunder yang dimiliki oleh

responden lembaga ekonomi dan sosial maupun instansi teknis terkait

3 Observasi ( pengamatan) dan survei lapang

Dalam hal meyakinkan data dan informasi yang diperoleh dari responden

peneliti mengadakan pengamatan dan survei lapang secara langsung terhadap

obyek yang diamati mendengar serta mencatat hasil temuan lapang

4 Pengumpulan Data Sekunder

Selain dukungan data primer yang menjadi sumber data utama penelitian ini juga

menggunakan data sekunder yang diperoleh dari dokumen-dokumen serta catatan-

catatan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti Dokumen yang dimaksud

adalah jumlah keluarga miskin yang diperoleh dari Badan Perencanaan Kota

(Bapekot) Malang Catatan Sipil Kota malang (data Penduduk Kota malang sampai

dengan bulan Februari 2006) dan statistik kecamatan dari tiga kecamatan yang

diterbitkan oleh Kantor Statistik Kota Malang 2006

5 Focus Group Discussion (Diskusi Kelompok)

Peneliti melaksanakan diskusi dengan obyek penelitian ketika peneltian lapang akan

dilakukan Kegiatan ini pertama dilakukan adalah dimaksudkan untuk

mensosialisasikan pelaksanaan pengumpulan data (sebagai kegiatan penting

penelitian ini) kepada para sekretaris kecamatan dan seluruh sekretaris

desakelurahan yang diperkirakan menjadi sasaran dari kegiatan penelitian lapang

Berbagai informasi yang disampaikan dalam kegiatan sosialisasi ini antara lain

meliputi pentingnya dilaksanakan kegiatan inventarisasi dan pemetaan kemiskinan

di Kabupaten Sumenep proses pengumpulan data dan hasil akhir yang dihasilkan

kegiatan ini Melalui kegiatan ini dicapai jalinan suatu kebersamaan antara peneliti

19

dengan calon responden (subyek yang diteliti) sehingga dapat diperoleh data yang

optimal

Diskusi kelompok kedua dilakukan pada saat menjelang kegiatan ini berakhir

Diskusi ini dilakukan dengan stakeholders tingkat kota dimaksudkan untuk

mengoptimalkan hasil temuan lapangan Dikusi kelompok ini diarahkan kepada

upaya-upaya mengklarifikasi hasil temuan lapangan mendapatkan koreksi dan

masukan serta kesepakatan tentang hasil akhir kegiatan ini

6 Alat Analisis

Analisis dilakukan dengan memadukan pendekatan struktural (data

kuantitatif dan kualitatif) ekonomi (potensi sumberdaya pemabngunan) dan spasial

(pemetaan) Maksudnya bahwa dari himpunan data yang telah dikompilasi

dilakukan analisis statistik sederhana dengan lebih banyak menggunakan tabulasi

silang dan perhitungan-perhitungan statistik yang secara mudah dapat dipahami

Himpunan data tersebut selanjutnya diinterpretasikan dan dirancang dengan

menempatkan hasil analisis tersebut ke dalam peta (pendekatan spasial)

Pemetaan tersebut dimaksudkan untuk menentukan tata letak potensi sarana

ekonomi yang dimaksud oleh penelitian ini paling tidak untuk

1) memahami keberadaan keluarga miskin baik melalui data struktural maupun

melalui tampilan peta setiap desakelurahan

2) memahami secara terintegrasi keberadaan masyarakat miskin di Kota malang

dalam perspektif kepentingan ekonomi dan pembangunan Kota Malang ke

depan

Selain menggunakan pendekatan di atas penelitian ini juga menggunakan

metode Performance-Importance Analysis dalam menjawab tujuan yang akan dicapai

Analisis ini digunakan untuk melihat tingkat kesenjangan (gap) antara atribut kinerja

pelayanan publik (performance) yang telah dilakukan oleh pemerintah melalui dinas-

dinas terkait penanggulangan kemiskinan di Kota Malang dengan persepsi tingkat

kepentingan (importance) akan atribut-atribut yang dibutuhkan

Pengukuran tingkat kepentingan dan performance dilakukan dengan cara

menyebarkan kuesioner bagi masyarakat miskin yang menjadi obyek penelitian

Responden akan diminta untuk memberikan penilian atau persepsi mereka terhadap

sejauh mana layanan yang telah diberikan pemerintah melalui dinas-dinas terkait di Kota

Malang (performance) terhadap penanggulangan kemiskinan Dengan memberikan

20

penilaian atas atribut yang mereka anggap paling dibutuhkan saat ini (importance)

dengan asumsi bahwa obyek penelitian mengerti sejauh mana kinerja atribut pelayanan

publik yang telah dilakukan dinas-dinas terkait dan berkompeten dalam penanggulangan

kemiskinan

Dari analisis Kuadran akan diketahui pada kuadran manakah suatu atribut

berada sehingga nantinya dapat digunakan sebagai instrumen untuk

merekomendasikan tindakan atau kebijakan yang seharusnya dilakukan bagi

keberhasilan penanggulangan kemiskinan di Kota Malang

Bab 4 Hasil analisis

1 Gambaran geografis Jawa Timur

Jawa Timur adalah sebuah provinsi di bagian timur Pulau Jawa Indonesia

Ibukotanya adalah Surabaya Luas wilayahnya 47922 kmsup2 dan jumlah penduduknya

37070731 jiwa (2005) Jawa Timur merupakan provinsi terluas diantara 6 provinsi di

Pulau Jawa dan memiliki jumlah penduduk terbanyak kedua di Indonesia setelah Jawa

Barat Jawa Timur berbatasan dengan Laut Jawa di utara Selat Bali di timur Samudra

Hindia di selatan serta Provinsi Jawa Tengah di barat Wilayah Jawa Timur juga

meliputi Pulau Madura Pulau Bawean serta sejumlah pulau-pulau kecil di Laut Jawa

dan Samudera Hindia

Jawa Timur dikenal sebagai pusat Kawasan Timur Indonesia dan memiliki

signifikansi perekonomian yang cukup tinggi yakni berkontribusi 1485 terhadap

Produk Domestik Bruto nasional Pembagian wilayah administrasi Pemerintah Propinsi

Jawa Timur pada tahun 2003 sd tahun 2007 terbagi dalam 4 (empat) Badan Koordinasi

Wilayah Pembantu Gubernur 29 Kabupaten dan 9 Kota serta jumlah kecamatan

berjumlah 642 kecamatan Perwakilan kecamatan sejak tahun 2003 telah ditiadakan

sebelumnya berjumlah 114 dan Kota Administratif Batu sejak tahun 2003 telah menjadi

Kotasedang Kota Administratif Jember berdasarkan peraturan perundangan telah

21

dicabut dengan demikian Jember hanya sebagai Kabupaten Jumlah kelurahan

sebanyak 785 Kelurahan dan Desa sebanyak 7680 desa

Table 8

Pembagian Wilayah Administrasi Provinsi Jawa Timur

Uraian 2001 2002 2003 2004 2005 2006Badan koordinasi wilayah 4 4 4 4 4 4Jumlah Kabupaten 29 29 29 29 29 29Jumlah kota 9 9 9 9 9 9Jumlah Kecamatan 642 642 642 642 657 657Jumlah Kelurahan 784 784 784 784 784 784Jumlah Desa 7715 7715 7715 7715 8484 8484

Sumber Biro Pemerintahan dan Otoda Setda Prop Jatim amp Jatim Dalam Angka 2006

2 Gambaran geografis

a gambaran geografis kabupaten Pasuruan

Kota Pasuruan adalah ibu kota Pasuruan Jawa Timur terletak di persimpangan

jalur regional Surabaya-Probolinggo-Malang Orientasi Wilayah Kota Pasuruan memiliki

wilayah seluas 3529 kmsup2 dengan jumlah penduduk sebanyak 158864 jiwa (Sensus

Penduduk 2000) Wilayahnya terdiri dari 3 kecamatan 19 kelurahan dan 15 desa

Tiga kecamatan tersebut yaitu Kecamatan Gading rejo Purworejo dan Bugulkidul

Kecamatan Bugulkidul memiliki wilayah terbesar (1624 kmsup2) sedang untuk Gadingrejo

dan Purworejo masing-masing 1046 kmsup2 dan 859 kmsup2

b Gambaran geografis kabupaten Sidoarjo

Kota Sidoarjo merupakan Ibukota Kecamatan Sidoarjo yang terletak di tepi Selat

Madura dan termasuk dalam wilayah administratif Kabupaten Sidoarjo Propinsi Jawa

Timur Batas-batas administrasi dari kota Sidoarjo ini adalah

1048707 Sebelah utara Kecamatan Waru

22

1048707 Sebelah selatan Kecamatan Porong

1048707 Sebelah Timur Selat Madura

1048707 Sebelah Barat Kecamatan Krian

Secara geografis wilayah Kota Sidoarjo memiliki luas wilayah 6256 Ha Ditinjau dari

Topografi keadaan medan Kota Sidoarjo berada pada ketinggian antara 23 - 32 diatas

permukaan laut

c Gambaran geografis kabupaten malang

3 Pemetaan Penduduk miskin di kabupaten Sidoarjo Pasuruan dan Malang

Gambaran Rumah Tangga Miskin Di Kabupaten Sidoarjo Pasuruan Dan Malang

Hasil penelitian dengan menggunakan data skunder yang telah dilakukan mengenai jumlah rumah tangga miskin yang ada di kabupaten sidoarjo pasuruan dan malang seperti tergambar pada table di bawah ini

Table 9Jumlah keluarga miskin di kabupaten sidoarjo pasuruan dan malang

Kabupaten 2005 2006 Sidoarjo 239100 1402 223300 1297Pasuruan 285100 2016 308900 2167Malang 373700 1617 404800 171Jawa timur 7139900 1995 7678100 2109

sumber BPS

Dari deskripsi data diatas mengenai jumlah keluarga miskin di 3 kabupaten

provinsi jawa timur antara tahun 2005 dan 2006 menunjukkan tingkat kemiskinan yang

bervariasi Untuk kabupaten sidoarjo jumlah keluarga miskin sebesar 239100 atau

mencapai 1402 dari jumlah penduduk di tahun 2005 Tahun berikutnya jumlah

keluarga miskin berkurang menjadi 223300 atau 1297 dari total penduduk di

kabupaten sidoarjo Penurunan jumlah keluarga di kabupaten sidoarjo ternyata tidak

diikuti di tetangga kabupatennya seperti pasuruan dan malang Jumlah keluarga miskin

di kabupaten pasuruan sebanyak 285100 atau 2016 di tahun 2005 dan naik menjadi

308900 atau 2167 dari toatal keluarga di kabupaten pasuruan Demikian juga dengan

23

kabupaten malang jumlah keluarga miskin di tahun 2006 juga mengalami kenaikan

Tahun 2005 jumlah keluarga miskin sebanyak 373700 atau 167 naik menjadi

404800 atau 171 dari jumlah keluarga yang tinggal di kabupaten malang

4 Gambaran rumah tangga miskin pada kabupaten pasuruan sidoarjo dan

malang

Jika dilihat mengenai masalah kemiskinan di daerah provinsi jawa timur maka dapat

diketahui bahwa peta penduduk miskin tidak hanya terkelompok pada kabupaten yang

mempunyai sumberdaya alam yang sedikit namun juga terdapat ppotensi kemiskinan di

daerah yang mempunyai sumber daya alam yang banyak Untuk lebih jelasnya berikut

peta potensi kemiskinan pada masing ndash masing kabupaten yang diikuti dengan jumlah

penduduknya

Tabel

Jumlah Rumahtangga Miskin Masing-Masing Kabupaten

Di Wilayah Provinsi Jawa Timur

KabupatenJumlah Penduduk Jumlah Penduduk Miskin

2005 2006 2005 2006Kabupatenkab Pacitan 869642 885986 150100 162600kab Ponorogo 665070 687786 152500 165200kab Trenggalek 969461 984460 165800 189000kab Blitar 525888 1140809 175800 190400kab Kediri 1429137 1525231 255900 277200kab Malang 2336363 2419822 373700 404800kab Lumajang 999525 1026400 186100 201900kab Jember 2261477 2278718 408000 423300kab Banyuwangi 1514605 1575265 236100 251900kab Bondowoso 698504 725571 169500 183600kab Situbondo 605208 636200 113200 107200kab Probolinggo 1021279 1070137 267400 289700kab Pasuruan 1398122 1485342 285100 308900kab Sidoarjo 1697435 1838666 239100 223300kab Mojokerto 969299 1027871 154300 165400kab Jombang 1222499 1212876 278600 289900kab Nganjuk 989693 1065459 235800 255400kab Madiun 641596 667709 137500 144700kab Magetan 617492 621862 104600 113300kab Ngawi 827728 857449 193400 209100kab Bojonegoro 1228939 1251051 323900 350900

24

kab Tuban 1063375 1104538 300700 325800kab Lamongan 1187065 1274194 280800 304200kab Gresik 1118841 1120541 242500 287500kab Bangkalan 889590 945863 286700 306700kab Sampang 835122 894046 325900 353100kab Pamekasan 762876 782076 237600 271500kab Sumenep 1004758 1068595 331200 351100

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa di kabupaten malang mempunyai potensi

kemiskinan yang tinggi pada tahun 2005 dan 2006 Tingginya angka kemiskinan di

kabupaten tersebut mengindikasikan bahwa kurang adanya pemerataan pada

pembangunan perekonomian Kabupaten pasuruan dan kabupaten sidoarjo memiliki

jumlah penduduk miskin relatif dibawah kabupaten malang Hal tersebut bisa terjadi

karena kedua kabupaten berada pada lingkar urat nadi perekonomian jawa timur

sehingga perekonomian di wilayah tersebut dapat terdongkrak akibat aktivitas

perekonomian jawa timur

5 Karakteristik Perekonomian Rumah Tangga Miskin

51 Kabupaten Pasuruan

Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden

Salah satu penentuan sebuah masyarakat miskin adalah dengan melihat rata-

rata tingkat pendapatannya Oscar Lewis (1966) akar dari timbulnya budaya miskin

salah satunya adalah rendahnya gajipendapatan

Tabel

Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden kabupaten pasuruan

No

lt 200000200000

sd 400000

410000 sd

500000gt 500000 Jumlah

1Tidak

Bekerja

2 2 29

2Buruh Pasar

3 3 6 613 10

3Kuli

Banguan

1 2 1 4 44 7 3

4 Pemulung

1 1 8 10 104 3 22

25

5 Pedagang

4 8 10 22 2217 28 27

6 Becak 3 7

10 1010 19

7Sopir

Angkutan

1 4 5 10 104 14 14

8 Wiraswasta

1 2 1 15 54 7 3 11

9 Bengkel

2 3 1 17 79 10 3 11

10Buruh Pabrik

4 610 1011 67

11 Lain-lain

8 3 1 12 1235 10 11 100

Jumlah 23 29 37 9 98

Table diatas menjelaskan mengenai tingkat pendapatan dan jenis pekerjaan

pada kabupaten pasuruan Dari 91 sampel yang di ambil ada beberapa karakteristik

pendapatan dari para pekerja Secara umum masyarakat yang mempunyai pendapatan

lebih dari 500 ribu di domonasi oleh pekerja swasta bengkel buruh pabrik dan lain-lain

Buruh pabrik memiliki tingkat pendapatan di atas 500 ribu disebabkan karena adanya

kebijakan UMR yang harus dipenuhi oleh perusahaan di wilayah tersebut

Tabel

Keahlian Yang Dimiliki Masyarakat kabupaten pasuruan

No Jenis Pekerjaan Responden Wiraswasta BengkelMontir Sopir

Tukang Bangunan

DagangLain-lain

jumlah

1 Tidak Bekerja 0 0

2 Buruh Pasar

1 1 2 26 0 0 0 7 0

3 Kuli Bangunan

5 5 414 1428 0 0 25 0 22

4 Pemulung

33 30 0 0 0 0 17

5 Pedagang

2 1 3 28 80 0 13 5 21 11

26

6 Becak

2 4 5 314 140 17 25 25 0 17

7 Sopir Angkutan

2 3 5 50 17 19 0 0 0

8 Wiraswasta

5 3 5 13 1328 0 0 15 36 0

9 Bengkel

5 2 29 90 42 13 0 0 11

10 Buruh Pabrik

5 3 3 11 1128 0 0 15 21 0

11 Lain-lain

2 3 5 3 2 419 1911 25 31 15 14 22

Jumlah 18 12 16 20 14 18 98 100

Keberagaman keahlian yang dimiliki oleh masyarakat kabupaten pasuruan tidak

berarti bahwa keahlian yang dimilikinya terspesifikasi pada satu jenis keahlian tertentu

namun tidak sedikit masyarakat yang mempunyai keahlian lain diluar dari profesi yang

dimilikinya Sebagai contoh adalah seorang pegawai bengkel tidak hanya ahli dalam

memperbaiki kendaraan bermotor namun juga bisa berprofesi sebagai sopir Hal

tersebut ditunjukkan oleh hasil observasi yang telah dilakukan untuk masyarakat daerah

pasuruan dimana pegawai bengkel ternyata juga bisa berprofesi sebagai sopir atau

bidang usaha yang lain

Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan

NoJenis

Pekerjaan Responden

Tempat Usaha

Alat Modal Pemasaran Ketrampilan jumlah

1 Tidak Bekerja

2 Buruh Pasar

3Kuli

Bangunan

4 Pemulung

5 5 10 10 23 12

5 Pedagang

8 5 13 1350 12

27

6 Becak

4 8 12 12 18 19

7Sopir

Angkutan

5 5 5 12

8 Wiraswasta

8 6 14 14 36 14

9 Bengkel

5 6 11 11 23 14

10 Buruh Pabrik

77 7 41

11 Lain-lain

8 8 1026 2750 19 59

Jumlah 16 22 43 0 17 98 100

Dengan keahlian yang dimiliki oleh masyarakat pasuruan dapat diindikasikan

bahwa keahlian yang dimiliki mempunyai kemerataan sampel Dari seluruh responden

yang dijadikan sampel sebagian besar menginginkan bantuan modal alat dan tempat

usaha Untuk jenis pekerjaan bengkel sampel menyatakan bahwa responden

menginginkan bantuan modal dan alat untuk dapat mengembangkan usahanya Hal

yang sama juga ditunjukkan untuk jenis pekerjaan wiraswasta dimana 23 menyatakan

menginginkan bantuan alat dan 24 menginginkan bantuan modal

52 Kabupaten Sidoarjo

Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden

No Gaji amp Jenis Pekerjaan

lt 200000

200000 sd

400000

410000 sd

500000gt 500000 Jumlah

1 Tidak Bekerja

2

2 2111

2 Buruh Pasar

6 4

10 11333 200

3 Kuli Banguan

1 8 1

10 1156 400 50

4 Pemulung

8 2

10 11444 100

5 Pedagang

1 2 7

10 1150 100 212

28

6 Becak

1 2

3 356 100

7 Sopir Angkutan

2 6 1

9 10100 300 30

8 Wiraswasta

1 2 7

10 1150 100 212

9 Bengkel

4 5

9 10200 152

10 Buruh Pabrik

5 5

10 11250 152

11 Lain-lain

8

8 9242

Jumlah 18 20 20 33 91 100

Karakteristik pendapatan masyarakat di daerah perkotaan kabupaten sidoarjo

menunjukkan kesamaan dari kabupaten pasuruan Secara keseluruhan responden yang

berpenghasilan di atas 500 ribu di dominasi oleh masyarakat yang mempunyai

pekerjaan sebagai wiraswasta bengkel buruh pabrik dll Jika ditelaah lebih lanjut

memang untuk golongan buruh pabrik mereka berpenghasilan ditas 500 ribu karena ada

jaminan dari pemerintah mengenai pendapatan minimum melalui UMR Sedangkan

masyarakat yang bekerja di bengkel mendapatkan pendapatan yang tinggi karena

sidoarjo merupakan daerah industry sehingga tidak sedikit masyarakat yang

menggunakan kendaraan bermotor dalam aktifitasnya

Tabel

Keahlian Yang Dimiliki Masyarakat kabupaten sidoarjo

NoJenis

Pekerjaan Responden

Wiraswasta BengkelMontir

SopirTukang

BangunanDagang

Lain-lain

jumlah

1Tidak

Bekerja

2 Buruh Pasar

5 6 718 1831 43 37

3 6 8 14 14

29

Kuli 46

4 Pemulung

6 7 13 13 23 54

5 Pedagang

8 3 11 1150 30

6 Becak

8 8 8 57

7Sopir

Angkutan

5 49 9 19 21

8 Wiraswasta

3 5 8 8 30 19

9 Bengkel

4 4 4 15

10Buruh Pabrik

11 Lain-lain

3 4 6 13 1319 40 23

Jumlah 16 10 26 13 14 19 98 100

Menurut survey yang telah dilakukan ternyata tipikal masyarakat sidoarjo dan

pasuruan untuk kategori keahlian yang dimiliki adalah sama penyebarannya Untuk

kabupaten sidoarjo jenis pekerjaan terbanyak adalah buruh pasar dengan keahlian yang

dimiliki berdagang serta ada yang memiliki keahlian sebagai tukang sepatu

Keberagaman jumlah responden menunjukkan keberagaman pekerjaan masyarakat

yang dijadikan sebagai obyek penelitian Menurut hasil penelitian digambarkan bahwa

seorang yang berprofesi sebagai pemulung ternyata juga memiliki keahlian di bidang

lainnya seperti tukang bangunan bahkan sopir Dari informasi yang dimiliki tersebut

diharapkan pemerintah dapat memberikan bantuan sesuai dengan bidang profesi

masyarakat atau keahlian masyarakat itu sendiri

30

Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan

NoJenis

Pekerjaan Responden

Tempat Usaha

Alat Modal Pemasaran jumlah

1Tidak

Bekerja

0 0

2Buruh Pasar

2 8 10 01020418 15

3Kuli

Bangunan

1 3 6 10 01020414 14 12

4 Pemulung

1 8 9 00918374 15

5 Pedagang

10 2 4 16 016326540 10 8

6 Becak

2 4 6 12 01224498 19 12

7Sopir

Angkutan

2 6 8 00816338 12

8 Wiraswasta

3 7 10 0102041 14 13

9 Bengkel

5 6 11 0112245 24 12

10Buruh Pabrik

0 0

11 Lain-lain

7 4 1 12 012244928 19 2

Jumlah 25 21 52 0 98

Masyarakat daerah sidoarjo untuk segala jenis pekerjaan yang dijadikan subyek

penelitian menyatakan bahwa masyarakat memilih diberikan bantuan modal alat dan

tempat usaha Sedangkan untuk aspek pemasaran masyarakat sidoarjo tidak begitu

memerlukan bantuan Karena jika kita perhatikan kabupaten sidoarjo terletak di urat nadi

perekonomian jawa timur sehingga diharapkan pemasaran tidak menjadi kendala Dari

98 orang yang dijadikan responden sebanyak 52 orang dari berbagai macam profesi

menginginkan bantuan modal usaha

31

Berdasarkan hasil data skunder yang telah dilakukan terhadap seluruh

rumahtangga miskin yang ada di Kota Malang maka gambaran lokasi rumahtangga

misikin yang ada di Kota Malang seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini

Tabel

Jumlah Keluarga Miskin Masing-Masing Kecamatan

Di Kota Malang

No Kecamatan Jumlah Rumah Tangga

Prosentase

1 Kedungkandang 6635 2730

2 Sukun 6255 2574

3 Klojen 3432 1412

4 Blimbing 4158 1711

5 Lowok Waru 3821 1572 Sumber Pemkot Malang 2006

Data di atas menunjukkan jumlah rumah tangga miskin yang ada di kota malang

di masing-masing Kecamatan Dari 5 kecamatan yang ada dikota Malang jumlah

kemiskinannya adalah sebagai berikut Kecamatan yang paling tinggi angka

kemiskinannya adalah kecamatan Kedungkandang yaitu sebesar 2730 kecamatan

Sukun sebesar 2574 kemudian Kecamatan Lowok Waru sebesar 1572

Kecamatan Blimbing 1711 dan angka terendah Rumah tangga miskinnya adalah

kecamatan Klojen yairu sebesar 1412

Gambar

Jumlah keluarga Miskin di Kota Malang

0 1 2 3 4 5 6 7

Kedungkandang

Sukun

Klojen

Blimbing

Lowok Waru

Jumlah Rumah Tangga

32

Berdasarkan gambaan di atas jumlah rumah tangga miskin di kota malang

berada pada daerah-daeah tertentu (Kedungkandang dan Sukun) wilayah ini merupakan

wilayah pinggiran kota yang padat dengan jumlah penduduknya Kecamatan

Kedungkandang merupakan daerah yang umumnya pdat penduduk dan daerah tersebut

merupakan daerah pinggiran kota serta rata-rata penduduknya memiliki mata

pencaharian pedagang Daerah tersebut juga merupakan daerah pusat-pusat industri

kecil dan yang lebih telihat bahwa kebanyakan rumah tangga miskin bertempat tinggal

di daerah aliran sungai brantas (DAS Brantas) serta di pinggiran jalur kereta api

Berbeda halnya dengan kecamatan Sukun daerah ini selain terdapatnya pusat

perdagangan juga merupakan daerah industri kecil (home industri) Keberadaan rumah

tangga miskin selain rata-rata kehidupannya berdagang juga bertempat tinggal pada

daerah-daerah perkampungan

33 Aspek Kultural Pada Masyarakat Miskin

Urbanisasi merupakan salah satu faktor pemicu perkembangan kota terjadinya

perpindahan penduduk dari desa ke kota disebabkan oleh berbagai faktor baik faktor

pearik maupun pendorong perkembangan industri dan perdagangan di kota merupakan

faktor penarik yang menyebabkan orang untuk berdatangan dan tinggal di daerah

perkotaan Keinginan untuk dapat mendapatkan penghasilan dan pekerjaan yang lebih

baik untuk mencukupi kebutuhan hidup merupakan penyebab utama terjadinya

urbanisasi Namun kondisi tersebut tidak seiring dengan kualitas pendidikan dan

ketrampilan yang memadai sehingga mereka tidak dapat ditampung di sektor formal

melainkan menggantungkan hidupnya pada sektor informal yang kurang menentu

Selain itu yang menjadi faktor pendorong terjadinya urbanisasi adalah kondisi fasilitas di

daerah asal (pedesaan) kurang memadai serta semakin menyempitnya lahan pertanian

dan peluang pekerjaan

Pertambahan penduduk di kota yang sangat tinggi menyebabkan berbagai

permasalahan sosial permasalahan yang muncul adalah adanya perkampungan kumuh

dan perumahan liar di pinggiran kota dan umumnya di daerah pinggiran aliran sungai

brantas (DAS) Masalah tersebut disebabkan oleh ketidak mampuan masyarakat miskin

perkotaan untuk memiliki rumah yang layak huni Penyebab lainnya adalah ketidak

mampuan pemerintah kota untuk menyediakan sarana bagi masyarakat miskin

33

perkotaan Pembangunan perkotaan senantiasa bukan memberikan solusi dalam

pengentasan kemiskinan perkotaan melainkan sebaliknya yaitu menjadikan proses

penggusuran dan semakin terdesaknya kehidupan masyarakat miskin tersebut

Tabel

Daerah Asal Responden sidoarjo

NoJenis

Pekerjaan Responden

Jawa Timur Non

Madura

Madura Jawa Barat

Jawa Tengah

Luar Jawa

jumlah

1Tidak

Bekerja

2Buruh Pasar

8 1 1 10 1011 7 7

3Kuli

Bangunan

7 2 1 10 1010 14 7

4 Pemulung

9 9 913

5 Pedagang

10 10 1014

6 Becak

8 1 2 11 1111 7 14

7Sopir

Angkutan

10 10 1014

8 Wiraswasta

8 6 14 1411 43

9 Bengkel

10Buruh Pabrik

8 2 10 1011 14

11 Lain-lain

2 2 10 14 143 14 71

Jumlah 70 14 0 14 0 98 100

Dari data diatas sebagian besar kaum migrant untuk setiap profesi berasal dari

jawa timur Di definisikan jawa timur karena seluruh masyarakat urban berasal dari jawa

timur kecuali Madura Ada beberapa alasan dari responden mengapa mereka

melakukan urbanisasi salah satunya adalah untuk memperbaiki taraf ekonomi karena

kabupaten sidoarjo dianggap sebagai kabupaten yang memiliki potensi yang cukup

34

tinggi dalam bidang industry Profesi terbanyak yang diminati oleh pendatang adalah

sebagai pedagang dan sebagai sopir

Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin

pada kabupaten sidoarjo dapat diperhatikan gambar di bawah ini

Gambar

Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin

35

Tabel

Daerah Asal Responden pasuruan

NoJenis

Pekerjaan Responden

Jawa Timur Non

Madura

Madura Jawa Barat

Jawa Tengah

Luar Jawa

jumlah

1 Tidak Bekerja

2 Buruh Pasar

4 4 24

3 Kuli Bangunan

5 5 55

4 Pemulung

10 10 1011

5 Pedagang

20 20 2022

6 Becak

8 2 10 109 33

7Sopir

Angkutan

0 0

8 Wiraswasta

0 0

9 Bengkel

10 Buruh Pabrik

15 4 19 1916 67

11 Lain-lain

30 30 3133

Jumlah 92 6 98 98 98

Sama seperti pada kabupaten sidoarjo sebagian besar pendatang adalah dari

wilayah jawa timur Pendatang sebagian besar berprofesi sebagai pedagang karena

wilayah sidoarjo selain sebagai sentra industry provinsi jawa timur juga sebagai urat nadi

perekonomian jawa timur Sehingga bagi para pedagang akan sangat menguntungkan

karena di lewati dari berbagai wilayah di jawa timur

Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin

pada kabupaten pasuruan dapat diperhatikan gambar di bawah ini

Gambar

36

Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin

Tabel 5Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan di kota malang

Lama Tinggal (Tahun)Kecamatan

pddkAsli le 2 3 - 6 7 - 9 ge 10

Jumlahrespondn

Kedung kandang10

(1053)- 3

(316)11

(1158)71

(1473) 95

18 - - 15 52

37

Sukun (2118) (1764) (6118) 85

Klojen9

(1200)5

(667)12

(1600)9

(1200)40

(5333) 75

Blimbing8

(100)2

(25)- 8

(100)62

(775) 80

Lowok Waru15

(1923)- - 7

(897)56

(7180) 78

Sumber Data Primer

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa dari responden (keluarga miskin)

perkotaan sebagian besar bukan penduduk asli daerah kota Malang melainkan

pendatang yang merupakan kaum migran dan menetap di kota Malang kecamatan

kedung Kandang merupakan daerah yang padat penduduknya dimana 1473

menunjukkan jumlah responden yang sudah lama tinggal di kota malang (di atas 10

tahun) bahkan beberapa responden sudah turun-menurun dari keluarga mereka

Kecamatan Sukun yang merupakan kaum pendatang yang tinggal di kota Malang sudah

puluhan tahun sebanyak 6118 dari responden yang ada Kecamatan Klojen sebesar

5333 Kecamatan Blimbing sebanyak 775 dan untuk kecamatan Lowok Waru

sebanyak 7180 dari masing-masing responden di tingkat kecamatan Kondisi ini

menjelaskan bahwa masyarakat miskin perkotaan adalah rata-rata kaum migran yang

sengaja datang ke kota Malang untuk mencari kehidupan yang lebih baik dari daerah

asal mereka Umumnya mereka datang sebagai migran tetap dan keberadaan mereka

sudah terbiasa hidup dalam kondisi serba kekurangan Beberapa responden yang

ditemui juga menjelaskan bahwa sebagai kaum pendatang sudah tidak asing lagi

dengan kehidupan masyarakat di kota Malang Umumnya mereka membaur dengan

masyarakat pendatang lainnya dengan hidup di kepadatan penduduk kota Malang

Salain dilihat dari lamanya masayarakat pendatang (migran tetap) tinggal di kota

Malang dapat pula dijelaskan mengenai temapat asal (daerah asal) responden untuk

melihat derah asal rumah tangga miskin perkotaan dapat kita bagi dengan

menggunakan batasan daerah (wilayah) Dimana wilayah pembagiannya adalah

mereka yang berasal dari daerah Jawa Timur (non-Madura) daerah Madura daerah

Jawa Tengah Jawa Barat dan Luar Jawa Adapun gambaran daerah asal rumah

tangga miskin perkotaan dapat dilihat pada tabel berikut

38

Tabel

Daerah Asal Responden

Daerah

Asal

Kecamatan

Jawa

Timur

Non-

Madura

Madur

a

Jawa

Tengah

Jawa

Barat

Luar

Jawa

Jumlah

Respond

n

Kedung kandang21

(2470)52

(6118)9

(1059)3

(353)- 85

Sukun19

(2836)28

(4179)12

(1791)8

(1194)- 67

Klojen9

(1364)49

(7424)5

(758)3

(454)- 66

Blimbing31

(4306)33

(4563)6

(833)2

(278)- 72

Lowok Waru28

(4444)21

(3333)9

(1429)5

((794)- 63

Sumber Data Primer

Berdasarkan data pada tabel di atas menunjukkan bahwa umumnya kaum

migran berasal dari daerah Jawa Timur dan daerah Madura Untuk kecamatan Kedung

Kandang sebesar 6118 berasal dari Madura kemudian Kecamatan Sukun 4179

kaum Migran berasal juga dari Madura Kecamatan Klojen 7424 Kecamatan Blimbing

sebesar 4563 dan kecamatan Lowok Waru sebesar 3333 Dari kelima kecamatan

tersebut yang banyak di datangi oleh migran yang berasal dari daeah Madura adalah di

Kecamatan Kedung Kandang (6118) dan Kecamatan Klojen (7424) dan mereka

sengaja tinggal di dekat pusat perkotaan dengan tujuan memudahkan untuk aktifitas

kegiatan pekerjaannya yang rata-rata bergelut disektor informal (pedagang kaki lima)

331 Kondisi Tempat Tinggal Masyarakat Miskin Perkotaan

Dilihat dari tempat tinggal masyarakat miskin perkotaan rata-rata kondisi tempat

tinggalnya dengan model bangunan semi permanen dan permanen sederhanan dengan

memanfatkan kondisi tanah yang rawan bencana (longsor kebisingan kumuh dan

sebagainya)

Tabel

Kondisi Fisik Bangunan Rumah RTM

39

Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan

Kondisi Fisik RumahKecamatan

Sesek(papan)

SemiPermanen Permanen

Jumlahrespondn

Kedung kandang

11(1158)

52(5474)

32(3368) 95

Sukun20

(2353)33

(3882)32

(3765) 85

Klojen5

(667)31

(1733)39

(5200) 75

Blimbing3

(375)13

(1625)64

(8000) 80

Lowok Waru9

(1154)24

(3077)45

(5769) 78

Sumber Data Primer

dari data primer (tabel) menunjukkan bahwa sebagian besar tempat tinggal

masyarakat miskin perkotaan adalah semi permanen dan permanen akan tetapi dengan

ukuran ruang (luas bangunan) yang cukup minim Dan umumnya yang mereka lakukan

adalah dengan menyewa tanah dan atau menempati tanah rawan musibah adapun

kondisi perumahan masyarakat miskin perkotaan dapat dilihat pada gambar berikut

Gambar

Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin Perkotaan

40

Dari gambar di atas terlihat bahwa kondisi tempat tinggal mereka sangat rawan

dengan terjadinya bencana dan kekumuhan kondisi ini selain rawan terhadap adanya

bahaya tersebut juga sangat rawan dengan permasalahan kesehatan

34 Analisa Spasial

Informasi mengenai tipologi perekonomian masyarakat akan sangat membantu

pemerintah dalam menentukan kebijakan ekonomi di masa mendatang Dari informasi

tersebut dibuatlah peta potensi ekonomi dengan maksud merelevansikan antara potensi

ekonomi daerah dan kebijakan ekonomi Selain itu jika kebijakan ekonomi hanya

terfokus di suatu wilayah tertentu akan berdampak pada ketimpangan pertumbuhan

ekonomi Seperti dijelaskan sebelumnya inventarisasi sarana ekonomi sebuah wilayah

dilakukan dengan menggunakan pendekatan tipologi suatu wilayah Melalui pendekatan

ini selanjutnya dapat digambarkan wilayah majemuk dengan fenomena yang kompleks

dengan beberapa persamaan di dalamnya Maksudnya bahwa pada tipologi suatu

wilayah ada relevansinya dengan keberadaan potensi ekonomi maupun potensi sarana

ekonomi di wilayah tersebut Ini menandakan bahwa kebijakan pengembangan ekonomi

suatu wilayah diperlukan pengadaan sarana ekonomi yang tepat sedikitnya sesuai

dengan kondisi wilayah yang dibangun termasuk karakteristik kegiatan ekonomi yang

dilakukan oleh masyarakat setempat sehingga keberadaan sarana tersebut mampu

mendorong aktivitas ekonomi masyarakat dan pada akhirnya mengentaskan dan

menanggulangi kemiskinan

41

Di wilayah kabupaten pasuruan terdapat berbagai macam potensi ekonomi yang

belum tersentuh pengembangannya oleh pemerintah daerah Potensi yang terdapat di

wilayah tersebut bukan hanya pada potensi sumber daya alam melainkan juga potensii

sumber daya manusianya Untuk wilayah ssidoarjo perlu adanya perhatian mendalam

pada pengembangan sumber daya manusia karena di wilayah tersebut banyak sekali

potensi industri yang dapat berkembang Sedangkan untuk daerah malang hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa disinyalir masih terdapat kegiatan ekonomi maupun

sarana ekonomi yang menunjang kegiatan tersebut belum dimanfaatkan secara optimal

Keadaan ini menjadikan keduanya masih bersifat potensial dan memerlukan

penanganan pengelolannya agar dapat diperoleh output yang optimal pula Pengelolaan

optimal tersebut tentu masih memerlukan suatu pengkajian tersendiri untuk mengukur

sampai sejauh mana tingkat feasibilitasnya

Potensi sarana ekonomi kabupaten ssidoarjo kabupaten pasuruan dan Kota

Malang merujuk pada sarana ekonomi (dalam bentuk fisik) yang teridentifikasi di setiap

daerah maupun yang sudah terkompilasikan di tingkat kabupaten dan kota Potensi

tersebut dapat di petakan pada masing-masing kabupaten di wilayah Jawa Timur

melalui Peta berikut

Gambar Provinsi Jawa Timur

42

Gambar kota Malang

43

keterangan

daerah masyarakat miskin perkotaan

daerah potensi terjadinya kemiskinan

tidak ada potensi terjadnya kemiskinan

Sejalan dengan maksud di atas Pemerintah Kota Malang masih

perlu melakukan kajian mendalam tentang pengembangan potensi wilayah

sebagai salah satu upaya untuk mendukung pemulihan ekonomi yang

bersifat jangka menengah Dukungan kajian ini dilakukan dengan menggali

lebih dalam potensi yang dimiliki setiap kawasan di wilayah Kota Malang

Dengan demikian Pemerintah Kota Malang dengan mudah dapat mengambil

langkah-langkah menumbuh kembangkan potensi sarana ekonomi daerah

44

Kec Blimbing Industri (kecil-

menengah)Pariwisata Pertanianperumahanperdagangan

Kec Kedungkandang Industri (kecil-

menengah)Pertanianperumahan

Kec Sukun Industri kecilPendidikanperumahan

Kec Kolojen perdagangan PendidikanPerhotelanperkantoran

Kec Lowokwaruperumahan PendidikanIndustri (kecil-

menengah)

khususnya yang berada di pusat-pusat kegiatan produksi masyarakat yang

dianggap cukup strategis di Kota Malang

Sejalan dengan semakin meningkatnya peran serta dunia usaha

dan masyarakat di dalam pelaksanaan pembangunan maka program-

program pembangunan Kota Malang perlu disusun dengan

mempertimbangkan keterlibatan mereka Upaya ini dimaksudkan agar

Pemerintah Kota Malang lebih mudah mengefektifkan potensi sarana

ekonomi dan mengarahkannya untuk kepentingan pembangunan yang lebih

konsisten efektif dan efisien serta berkelanjutan dalam menanggulangi

kemiskinan

Secara keseluruhan penduduk miskin di wilayah kota malang masih tersebar

merata di seluruh kecamatan Kecuali di kecamatan Lowokwaru sebagian besar di

kecamatan ini tidak ada potensi kemiskinan Hal tersebut dikarenakan banyaknya

industry pendidikan seperti UMM UNISMA UNIGA Brawijaya ITN UM dll Dengan

banyaknya perguruan tinggi di wilayah tersebut maka potensi perekonomian semakin

besar Tidak sedikit masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang makanan karena

untuk memnuhi kebutuhan para mahasiswa

Pada data dikatakan bahwa rata-rata pendapatan di kecamatan Lowokwaru

masih besar padahal menurut analisis spasial potensi terjadinya kemiskinan sangat

kecil Pada analisi ekonomi diindentifikasi bahwa banyak masyarakat yang

berpendapatan dibawah 400 ribu Hal tersebut terjadi pada masyarakat yang tinggal di

daerah pesisir sungai Masih banyak masyarakat yang tinggal di Daerah Aliran Sungai

tidak memiliki kesempatan kemampuan untuk bersaing dengan masyarakat yang tidak

tiggal di Daerah Aliran Sungai Di perkirakan masyarakat yang menempati DAS

merupakan masyarakat pendatang yang berurbanisasi dengan tidak membawa suatu

keahlian

Potensi kemiskinan terbesar dapat terjadi di Kecamatan Sukun Banyak

masyarakat di daerah ini yang memiliki pendapatan dibawah 400 ribu Jika kita

bandingkan dengan kecamatan Lowokwaru potensi kemiskinan di daerah kecamatan

Sukun tidak hanya terjadi di DAS namun juga pada masyarakat lainnya Banyak faktor

yang mengindikasikan potensi kemiskinan salah satu faktor utama adalah sulitnya

pemasaran dan persaingan yang ketat Meski kegiatan masyarakat di kecamatan

Lowokwaru dengan kecamatan Sukun relatif sama namun di kecamatan Lowokwaru

45

pemasaran barang dan jasa yang diproduksi tidak sesulit di kecamatan Sukun meski

ada persaingan

Hampir memeratanya potensi masyarakat miskin di kecamatan Sukun

menimbulkan dampak di kecamatan Kedungkandang terutama di perbatasan diantara

kedua kecamatan tersebut Menurut survey yang dilakukan memang sebagian besar

masyarakat miskin berpotensi di DAS Dapat dilihat di peta bahwa gambar merah

bersinggungan antara kedua kecamatan dan di kedua wilayah tersebut dialiri sungai

yang sama namun jika kita lihat kebawahnya warna kecamatan Kedungkandang mulai

ada yang Hijau Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat diluar DAS mempunyai

usaha yang berhubungan positif dengan pendapatan seperti pertanian

Berbeda halnya di kecamatan Klojen kecamatan ini merupakan pusat

pemerintahan kota Malang Banyak warga di kecamatan ini yang berprofesi sebagai

pegawai negeri sipil Memang masih terindikasi adanya kemiskinan di daerah tersebut

namun kemiskinan itu timbul karena mereka yang tidak mempunyai kesempatan dan

daya tawar diri mereka Kebanyakan yang tidak memiliki daya tawar diri yang tinggi

adalah mereka para pendatang yang tidak membawa keahlian kemudian mereka

tinggal di DAS dan berprofesi sebagai buruh tani buruh pabrik ataupun yang lainnya

yang tidak membutuhkan keahlian lebih

Bab V Kesimpulan dan Saran

Setelah melalui beberapa tahapan analisis dalam mengidentifikasi kemiskinan

perkotaan di beberapa wiayah Jawa Timur terdapat beberapa kesimpulan yaitu

1 Didapat bahwa sebaran penduduk miskin berkosentrasi pada daerah

sepanjang aliran sungai dan ada beberapa kota yang mengindikasikan

bahwa penduduk miskin berasal dari pendatang dari luar kota

2 Dalam penanggulangan kemiskinan pemerintah sudah banyak

mengeluarkan berbagai macam program pengentasan kemiskinan seperti

P2K P2KP BLT dll namun dalam aplikasinya banyak program yang belum

tepat sasaran

3 Ada beberapa karakteristik yang menarik dalam pengentasan kemiskinan

diantaranya bahwa dalam mengentaskan masyarakat miskin metode yang

46

diterapkan lebih kepada pembinaan keahlian dan mentalitas karena

seperti yang terdapat di kota malang masyarakat miskin dipicu dari

kebiasaan atau mentalitas dari masyarakat tersebut dalam kehidupan

sehari-hari Riset menemukan meskipun masyarakat miskin diberikan

bantuan uang seperti BLT namun bantuan tersebut tidak diperuntukkan

kepada pengembangan usaha namun habis untuk konsumsi begitu pula

dengan program ndash program pengentasan kemiskinan yang lainnya

Saran

Dalam pengentasan kemiskinan disarankan kepada pemerintah untuk mencari

data kemiskinan yang akurat dengan tujuan pemberian bantuan dalam rangka

pengentasan kemiskinan dapat terserap tepat pada masyarakat yang dituju Selain itu

untuk mengentaskan masyarakat yang bertipikal ldquokultur miskinrdquo harus banyak diberikan

pelatihan dan pembinaan mental

47

DAFTAR PUSTAKA

Blakely Edward J (1989) Planning Local Economic Development Theory and Practice Sage Library of Social Research 168 Sage Publication

BPS (1999) Perkembangan Tingkat Kemiskinan dan Beberapa Dimensi Sosial Ekonominya 1996-1999 Jakarta BPS

Budi Soeradji Mubyarto (1998) Gerakan Penanggulangan Kemiskinan Laporan

Penelitian di Daerah-Daerah Yogyakarta Aditya Media

Faisal Basri (2002) Perekonomian Indonesia Tantangan dan Harapan bagi Kebangkitan Indonesia Jakarta Erlangga

Fei J C H amp Gustav R (1964) Development Economics What Next In a Ranis G P Schulta (Ed) The State of Development Economics

Gunawan Sumodiningrat (1999) Penanggulangan Krisis Harus Memihak Rakyat Disampaikan pada konferensi pers untuk launcing The Economic and Social Survey of Asia and the Pacific 1999 (ESCAP) di UNIC Jakarta

Kuncoro M (2000) Ekonomi Pembangunan Teori Masalah dan Kebijakan (1st ed) Yogyakarta UPP AMP YKPN

Kuncoro M (2004) Otonomi dan Pembangunan Daerah Reformasi Perencanaan Strategi dan Peluang Jakarata Erlangga

Mellor J W (1976) The New Economies of Growth A Strategy for India and the Developing Countries Cornell Cornell University Press

Nurkse R (1953) Problem of Capital Formation in Underdeveloped Countries In Meier Gerald M Leading Issues in Economic Development edisi ke 6 Oxford University Press Oxford

Rintuh Cornelis amp Miar (2005) Kelembagaan dan Ekonomi Rakyat BPFE-UGM Yogyakarta

Sharp Ansel M Charles A Register and Paul W Cerimes (1996) Economics of Social Issues edisi ke 12 Richard D Chicago Irwin

Sumarto Sudarno (2002) ldquoGrowth Inequality and Poverty Evidence from Micro Datardquo Makala dalam The Young Economics Seminar Jakarta World Bank

48

Page 17: Makalah akp

masyarakat sekitar terhadap orang miskin

2) Aspek Kultural

cultural poverty adalah suatu budaya yang terjadi karena penderitaan ekonomi

(economic depretiation) yang berlangsung lama Berdasarkan penelitian pada

beberapa kebudaya kelompok etnik ditemukan bahwa kemiskinan adalah salah

satu sub-kultur masyarakat yang mempunyai kesamaan ciri antar etnik satu

dengan etnik yang lain Dalam aspek ini akan dilihat seberapa besar potensi

kemiskinan yang tercipta akibat dari kultur atau kebudayaan yang sudah

berlangsung di suatu wilayah Aspek kultural ini akan mencakup 1) tingginya

angka pengangguran 2) tingkat upahtinggi rendahnya gaji dan 3) sistem

ekonomi yang terlalu berorientasi pada mencari keuntungan

Variabel-variabel yang digunakan dalam aspek ekonomi dalam melakukan

pengukuran terhadap desakelurahan dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 6

Jumlah Sub Indikator dan Variabel Dari Aspek Struktural

No Sub Indikator Variabel Diskripsi1 Tingginya

angka pengangguran

- Lama bekerja- Banyaknya pekerja

dalam satu rumah

Mengukur seberapa besar tingkat pengangguran di suatu wilayah

2 Tingkat Upah - Besarnya gaji perbulan

- Ada tidaknya bonus

Mengukur seberapa besar kenaikan upah yang berhubungan dengan kesejahteraan masyarakat

3 Sistem Ekonomi

- Tujuan bekerja- Langkah untuk

memenuhi kebutuhan

Mengukur sebesarapa penting antara kebutuhan dan penimbunan kekayaan

3) Aspek Spasial

Dalam aspek ini akan dilihat seberapa besar konsisi wilayah (space) mampu

mendorong proses penanggulanagan kemiskinan Aspek spasial atau wilayah

mempunyai dua sub-indikator yaitu 1) Sub-indikator Kondisi geografis dan 2)

Sub-indikator Aksesibilitas sarana dan prasarana Masing-masing sub-indikator

17

mempunyai variabel total variabel untuk mengukur indikator aspek struktural

atau kelembagaan sebanyak 6 variabel

Variabel-variabel yang digunakan dalam aspek spasial atau wilayah dalam

melakukan pengukuran terhadap desakelurahan dapat dilihat pada tabel

berikut

Tabel 7

Jumlah Sub Indikator dan Variabel Dari Aspek Spasial

No Sub Indikator

Variabel Diskripsi

1 Kondisi geografis(4 variabel)

- Letak geografis- Topografi- Kondisi jalan- Kondisi jembatan

Mengukur sejauhmana kondisi geografis mampu bermanfaat untuk pemberdayaan masyarkat miskin

2 Aksesibilitas terhadap sarana dan prasarana(5 variabel)

- Akses terhadap pasar- Akses terhadap sarana

pendidikan- Akses terahadap

fasilitas kesehatan- Akses terahadap

aktivitas produksi

Mengukur tingkat kemudahan akses terhadap sarana dan prasarana pokok untuk penanggulangan kemiskinan

4 Jenis Data

Dilihat dari sumbernya data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua

jenis yaitu data sekunder dan data primer

1 Data Sekunder

Data ini merupakan data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain Adapun data

sekunder yang akan digunakan dalam penelitian ini diantaranya seperti Jumlah

penduduk luas desa topografi desa monografi desa letak geografi desa dan

lain-lain

2 Data Primer

Data ini merupakan data yang diperoleh langsung dari obyek penelitian Adapun

data primer yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya seperti data yang

18

digunakan untuk mengukur indikator kelembagaan indikator tipologipenyebab

kemisikinan indikator sumberdaya dan potensi ekonomi dan lain-lain

5 Teknik Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam pengumpulan informasi dan data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah Participatory Rural Appraisal (PRA) meliputi

1 Wawancara yaitu metode pengumpulan data dengan wawancara secara

mendalam dengan key-person (formal dan informal leaders) untuk

mengidentifikasi kebutuhan (needs) masyarakat

2 Dokumentasi yaitu metode pengumpulan data sekunder yang dimiliki oleh

responden lembaga ekonomi dan sosial maupun instansi teknis terkait

3 Observasi ( pengamatan) dan survei lapang

Dalam hal meyakinkan data dan informasi yang diperoleh dari responden

peneliti mengadakan pengamatan dan survei lapang secara langsung terhadap

obyek yang diamati mendengar serta mencatat hasil temuan lapang

4 Pengumpulan Data Sekunder

Selain dukungan data primer yang menjadi sumber data utama penelitian ini juga

menggunakan data sekunder yang diperoleh dari dokumen-dokumen serta catatan-

catatan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti Dokumen yang dimaksud

adalah jumlah keluarga miskin yang diperoleh dari Badan Perencanaan Kota

(Bapekot) Malang Catatan Sipil Kota malang (data Penduduk Kota malang sampai

dengan bulan Februari 2006) dan statistik kecamatan dari tiga kecamatan yang

diterbitkan oleh Kantor Statistik Kota Malang 2006

5 Focus Group Discussion (Diskusi Kelompok)

Peneliti melaksanakan diskusi dengan obyek penelitian ketika peneltian lapang akan

dilakukan Kegiatan ini pertama dilakukan adalah dimaksudkan untuk

mensosialisasikan pelaksanaan pengumpulan data (sebagai kegiatan penting

penelitian ini) kepada para sekretaris kecamatan dan seluruh sekretaris

desakelurahan yang diperkirakan menjadi sasaran dari kegiatan penelitian lapang

Berbagai informasi yang disampaikan dalam kegiatan sosialisasi ini antara lain

meliputi pentingnya dilaksanakan kegiatan inventarisasi dan pemetaan kemiskinan

di Kabupaten Sumenep proses pengumpulan data dan hasil akhir yang dihasilkan

kegiatan ini Melalui kegiatan ini dicapai jalinan suatu kebersamaan antara peneliti

19

dengan calon responden (subyek yang diteliti) sehingga dapat diperoleh data yang

optimal

Diskusi kelompok kedua dilakukan pada saat menjelang kegiatan ini berakhir

Diskusi ini dilakukan dengan stakeholders tingkat kota dimaksudkan untuk

mengoptimalkan hasil temuan lapangan Dikusi kelompok ini diarahkan kepada

upaya-upaya mengklarifikasi hasil temuan lapangan mendapatkan koreksi dan

masukan serta kesepakatan tentang hasil akhir kegiatan ini

6 Alat Analisis

Analisis dilakukan dengan memadukan pendekatan struktural (data

kuantitatif dan kualitatif) ekonomi (potensi sumberdaya pemabngunan) dan spasial

(pemetaan) Maksudnya bahwa dari himpunan data yang telah dikompilasi

dilakukan analisis statistik sederhana dengan lebih banyak menggunakan tabulasi

silang dan perhitungan-perhitungan statistik yang secara mudah dapat dipahami

Himpunan data tersebut selanjutnya diinterpretasikan dan dirancang dengan

menempatkan hasil analisis tersebut ke dalam peta (pendekatan spasial)

Pemetaan tersebut dimaksudkan untuk menentukan tata letak potensi sarana

ekonomi yang dimaksud oleh penelitian ini paling tidak untuk

1) memahami keberadaan keluarga miskin baik melalui data struktural maupun

melalui tampilan peta setiap desakelurahan

2) memahami secara terintegrasi keberadaan masyarakat miskin di Kota malang

dalam perspektif kepentingan ekonomi dan pembangunan Kota Malang ke

depan

Selain menggunakan pendekatan di atas penelitian ini juga menggunakan

metode Performance-Importance Analysis dalam menjawab tujuan yang akan dicapai

Analisis ini digunakan untuk melihat tingkat kesenjangan (gap) antara atribut kinerja

pelayanan publik (performance) yang telah dilakukan oleh pemerintah melalui dinas-

dinas terkait penanggulangan kemiskinan di Kota Malang dengan persepsi tingkat

kepentingan (importance) akan atribut-atribut yang dibutuhkan

Pengukuran tingkat kepentingan dan performance dilakukan dengan cara

menyebarkan kuesioner bagi masyarakat miskin yang menjadi obyek penelitian

Responden akan diminta untuk memberikan penilian atau persepsi mereka terhadap

sejauh mana layanan yang telah diberikan pemerintah melalui dinas-dinas terkait di Kota

Malang (performance) terhadap penanggulangan kemiskinan Dengan memberikan

20

penilaian atas atribut yang mereka anggap paling dibutuhkan saat ini (importance)

dengan asumsi bahwa obyek penelitian mengerti sejauh mana kinerja atribut pelayanan

publik yang telah dilakukan dinas-dinas terkait dan berkompeten dalam penanggulangan

kemiskinan

Dari analisis Kuadran akan diketahui pada kuadran manakah suatu atribut

berada sehingga nantinya dapat digunakan sebagai instrumen untuk

merekomendasikan tindakan atau kebijakan yang seharusnya dilakukan bagi

keberhasilan penanggulangan kemiskinan di Kota Malang

Bab 4 Hasil analisis

1 Gambaran geografis Jawa Timur

Jawa Timur adalah sebuah provinsi di bagian timur Pulau Jawa Indonesia

Ibukotanya adalah Surabaya Luas wilayahnya 47922 kmsup2 dan jumlah penduduknya

37070731 jiwa (2005) Jawa Timur merupakan provinsi terluas diantara 6 provinsi di

Pulau Jawa dan memiliki jumlah penduduk terbanyak kedua di Indonesia setelah Jawa

Barat Jawa Timur berbatasan dengan Laut Jawa di utara Selat Bali di timur Samudra

Hindia di selatan serta Provinsi Jawa Tengah di barat Wilayah Jawa Timur juga

meliputi Pulau Madura Pulau Bawean serta sejumlah pulau-pulau kecil di Laut Jawa

dan Samudera Hindia

Jawa Timur dikenal sebagai pusat Kawasan Timur Indonesia dan memiliki

signifikansi perekonomian yang cukup tinggi yakni berkontribusi 1485 terhadap

Produk Domestik Bruto nasional Pembagian wilayah administrasi Pemerintah Propinsi

Jawa Timur pada tahun 2003 sd tahun 2007 terbagi dalam 4 (empat) Badan Koordinasi

Wilayah Pembantu Gubernur 29 Kabupaten dan 9 Kota serta jumlah kecamatan

berjumlah 642 kecamatan Perwakilan kecamatan sejak tahun 2003 telah ditiadakan

sebelumnya berjumlah 114 dan Kota Administratif Batu sejak tahun 2003 telah menjadi

Kotasedang Kota Administratif Jember berdasarkan peraturan perundangan telah

21

dicabut dengan demikian Jember hanya sebagai Kabupaten Jumlah kelurahan

sebanyak 785 Kelurahan dan Desa sebanyak 7680 desa

Table 8

Pembagian Wilayah Administrasi Provinsi Jawa Timur

Uraian 2001 2002 2003 2004 2005 2006Badan koordinasi wilayah 4 4 4 4 4 4Jumlah Kabupaten 29 29 29 29 29 29Jumlah kota 9 9 9 9 9 9Jumlah Kecamatan 642 642 642 642 657 657Jumlah Kelurahan 784 784 784 784 784 784Jumlah Desa 7715 7715 7715 7715 8484 8484

Sumber Biro Pemerintahan dan Otoda Setda Prop Jatim amp Jatim Dalam Angka 2006

2 Gambaran geografis

a gambaran geografis kabupaten Pasuruan

Kota Pasuruan adalah ibu kota Pasuruan Jawa Timur terletak di persimpangan

jalur regional Surabaya-Probolinggo-Malang Orientasi Wilayah Kota Pasuruan memiliki

wilayah seluas 3529 kmsup2 dengan jumlah penduduk sebanyak 158864 jiwa (Sensus

Penduduk 2000) Wilayahnya terdiri dari 3 kecamatan 19 kelurahan dan 15 desa

Tiga kecamatan tersebut yaitu Kecamatan Gading rejo Purworejo dan Bugulkidul

Kecamatan Bugulkidul memiliki wilayah terbesar (1624 kmsup2) sedang untuk Gadingrejo

dan Purworejo masing-masing 1046 kmsup2 dan 859 kmsup2

b Gambaran geografis kabupaten Sidoarjo

Kota Sidoarjo merupakan Ibukota Kecamatan Sidoarjo yang terletak di tepi Selat

Madura dan termasuk dalam wilayah administratif Kabupaten Sidoarjo Propinsi Jawa

Timur Batas-batas administrasi dari kota Sidoarjo ini adalah

1048707 Sebelah utara Kecamatan Waru

22

1048707 Sebelah selatan Kecamatan Porong

1048707 Sebelah Timur Selat Madura

1048707 Sebelah Barat Kecamatan Krian

Secara geografis wilayah Kota Sidoarjo memiliki luas wilayah 6256 Ha Ditinjau dari

Topografi keadaan medan Kota Sidoarjo berada pada ketinggian antara 23 - 32 diatas

permukaan laut

c Gambaran geografis kabupaten malang

3 Pemetaan Penduduk miskin di kabupaten Sidoarjo Pasuruan dan Malang

Gambaran Rumah Tangga Miskin Di Kabupaten Sidoarjo Pasuruan Dan Malang

Hasil penelitian dengan menggunakan data skunder yang telah dilakukan mengenai jumlah rumah tangga miskin yang ada di kabupaten sidoarjo pasuruan dan malang seperti tergambar pada table di bawah ini

Table 9Jumlah keluarga miskin di kabupaten sidoarjo pasuruan dan malang

Kabupaten 2005 2006 Sidoarjo 239100 1402 223300 1297Pasuruan 285100 2016 308900 2167Malang 373700 1617 404800 171Jawa timur 7139900 1995 7678100 2109

sumber BPS

Dari deskripsi data diatas mengenai jumlah keluarga miskin di 3 kabupaten

provinsi jawa timur antara tahun 2005 dan 2006 menunjukkan tingkat kemiskinan yang

bervariasi Untuk kabupaten sidoarjo jumlah keluarga miskin sebesar 239100 atau

mencapai 1402 dari jumlah penduduk di tahun 2005 Tahun berikutnya jumlah

keluarga miskin berkurang menjadi 223300 atau 1297 dari total penduduk di

kabupaten sidoarjo Penurunan jumlah keluarga di kabupaten sidoarjo ternyata tidak

diikuti di tetangga kabupatennya seperti pasuruan dan malang Jumlah keluarga miskin

di kabupaten pasuruan sebanyak 285100 atau 2016 di tahun 2005 dan naik menjadi

308900 atau 2167 dari toatal keluarga di kabupaten pasuruan Demikian juga dengan

23

kabupaten malang jumlah keluarga miskin di tahun 2006 juga mengalami kenaikan

Tahun 2005 jumlah keluarga miskin sebanyak 373700 atau 167 naik menjadi

404800 atau 171 dari jumlah keluarga yang tinggal di kabupaten malang

4 Gambaran rumah tangga miskin pada kabupaten pasuruan sidoarjo dan

malang

Jika dilihat mengenai masalah kemiskinan di daerah provinsi jawa timur maka dapat

diketahui bahwa peta penduduk miskin tidak hanya terkelompok pada kabupaten yang

mempunyai sumberdaya alam yang sedikit namun juga terdapat ppotensi kemiskinan di

daerah yang mempunyai sumber daya alam yang banyak Untuk lebih jelasnya berikut

peta potensi kemiskinan pada masing ndash masing kabupaten yang diikuti dengan jumlah

penduduknya

Tabel

Jumlah Rumahtangga Miskin Masing-Masing Kabupaten

Di Wilayah Provinsi Jawa Timur

KabupatenJumlah Penduduk Jumlah Penduduk Miskin

2005 2006 2005 2006Kabupatenkab Pacitan 869642 885986 150100 162600kab Ponorogo 665070 687786 152500 165200kab Trenggalek 969461 984460 165800 189000kab Blitar 525888 1140809 175800 190400kab Kediri 1429137 1525231 255900 277200kab Malang 2336363 2419822 373700 404800kab Lumajang 999525 1026400 186100 201900kab Jember 2261477 2278718 408000 423300kab Banyuwangi 1514605 1575265 236100 251900kab Bondowoso 698504 725571 169500 183600kab Situbondo 605208 636200 113200 107200kab Probolinggo 1021279 1070137 267400 289700kab Pasuruan 1398122 1485342 285100 308900kab Sidoarjo 1697435 1838666 239100 223300kab Mojokerto 969299 1027871 154300 165400kab Jombang 1222499 1212876 278600 289900kab Nganjuk 989693 1065459 235800 255400kab Madiun 641596 667709 137500 144700kab Magetan 617492 621862 104600 113300kab Ngawi 827728 857449 193400 209100kab Bojonegoro 1228939 1251051 323900 350900

24

kab Tuban 1063375 1104538 300700 325800kab Lamongan 1187065 1274194 280800 304200kab Gresik 1118841 1120541 242500 287500kab Bangkalan 889590 945863 286700 306700kab Sampang 835122 894046 325900 353100kab Pamekasan 762876 782076 237600 271500kab Sumenep 1004758 1068595 331200 351100

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa di kabupaten malang mempunyai potensi

kemiskinan yang tinggi pada tahun 2005 dan 2006 Tingginya angka kemiskinan di

kabupaten tersebut mengindikasikan bahwa kurang adanya pemerataan pada

pembangunan perekonomian Kabupaten pasuruan dan kabupaten sidoarjo memiliki

jumlah penduduk miskin relatif dibawah kabupaten malang Hal tersebut bisa terjadi

karena kedua kabupaten berada pada lingkar urat nadi perekonomian jawa timur

sehingga perekonomian di wilayah tersebut dapat terdongkrak akibat aktivitas

perekonomian jawa timur

5 Karakteristik Perekonomian Rumah Tangga Miskin

51 Kabupaten Pasuruan

Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden

Salah satu penentuan sebuah masyarakat miskin adalah dengan melihat rata-

rata tingkat pendapatannya Oscar Lewis (1966) akar dari timbulnya budaya miskin

salah satunya adalah rendahnya gajipendapatan

Tabel

Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden kabupaten pasuruan

No

lt 200000200000

sd 400000

410000 sd

500000gt 500000 Jumlah

1Tidak

Bekerja

2 2 29

2Buruh Pasar

3 3 6 613 10

3Kuli

Banguan

1 2 1 4 44 7 3

4 Pemulung

1 1 8 10 104 3 22

25

5 Pedagang

4 8 10 22 2217 28 27

6 Becak 3 7

10 1010 19

7Sopir

Angkutan

1 4 5 10 104 14 14

8 Wiraswasta

1 2 1 15 54 7 3 11

9 Bengkel

2 3 1 17 79 10 3 11

10Buruh Pabrik

4 610 1011 67

11 Lain-lain

8 3 1 12 1235 10 11 100

Jumlah 23 29 37 9 98

Table diatas menjelaskan mengenai tingkat pendapatan dan jenis pekerjaan

pada kabupaten pasuruan Dari 91 sampel yang di ambil ada beberapa karakteristik

pendapatan dari para pekerja Secara umum masyarakat yang mempunyai pendapatan

lebih dari 500 ribu di domonasi oleh pekerja swasta bengkel buruh pabrik dan lain-lain

Buruh pabrik memiliki tingkat pendapatan di atas 500 ribu disebabkan karena adanya

kebijakan UMR yang harus dipenuhi oleh perusahaan di wilayah tersebut

Tabel

Keahlian Yang Dimiliki Masyarakat kabupaten pasuruan

No Jenis Pekerjaan Responden Wiraswasta BengkelMontir Sopir

Tukang Bangunan

DagangLain-lain

jumlah

1 Tidak Bekerja 0 0

2 Buruh Pasar

1 1 2 26 0 0 0 7 0

3 Kuli Bangunan

5 5 414 1428 0 0 25 0 22

4 Pemulung

33 30 0 0 0 0 17

5 Pedagang

2 1 3 28 80 0 13 5 21 11

26

6 Becak

2 4 5 314 140 17 25 25 0 17

7 Sopir Angkutan

2 3 5 50 17 19 0 0 0

8 Wiraswasta

5 3 5 13 1328 0 0 15 36 0

9 Bengkel

5 2 29 90 42 13 0 0 11

10 Buruh Pabrik

5 3 3 11 1128 0 0 15 21 0

11 Lain-lain

2 3 5 3 2 419 1911 25 31 15 14 22

Jumlah 18 12 16 20 14 18 98 100

Keberagaman keahlian yang dimiliki oleh masyarakat kabupaten pasuruan tidak

berarti bahwa keahlian yang dimilikinya terspesifikasi pada satu jenis keahlian tertentu

namun tidak sedikit masyarakat yang mempunyai keahlian lain diluar dari profesi yang

dimilikinya Sebagai contoh adalah seorang pegawai bengkel tidak hanya ahli dalam

memperbaiki kendaraan bermotor namun juga bisa berprofesi sebagai sopir Hal

tersebut ditunjukkan oleh hasil observasi yang telah dilakukan untuk masyarakat daerah

pasuruan dimana pegawai bengkel ternyata juga bisa berprofesi sebagai sopir atau

bidang usaha yang lain

Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan

NoJenis

Pekerjaan Responden

Tempat Usaha

Alat Modal Pemasaran Ketrampilan jumlah

1 Tidak Bekerja

2 Buruh Pasar

3Kuli

Bangunan

4 Pemulung

5 5 10 10 23 12

5 Pedagang

8 5 13 1350 12

27

6 Becak

4 8 12 12 18 19

7Sopir

Angkutan

5 5 5 12

8 Wiraswasta

8 6 14 14 36 14

9 Bengkel

5 6 11 11 23 14

10 Buruh Pabrik

77 7 41

11 Lain-lain

8 8 1026 2750 19 59

Jumlah 16 22 43 0 17 98 100

Dengan keahlian yang dimiliki oleh masyarakat pasuruan dapat diindikasikan

bahwa keahlian yang dimiliki mempunyai kemerataan sampel Dari seluruh responden

yang dijadikan sampel sebagian besar menginginkan bantuan modal alat dan tempat

usaha Untuk jenis pekerjaan bengkel sampel menyatakan bahwa responden

menginginkan bantuan modal dan alat untuk dapat mengembangkan usahanya Hal

yang sama juga ditunjukkan untuk jenis pekerjaan wiraswasta dimana 23 menyatakan

menginginkan bantuan alat dan 24 menginginkan bantuan modal

52 Kabupaten Sidoarjo

Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden

No Gaji amp Jenis Pekerjaan

lt 200000

200000 sd

400000

410000 sd

500000gt 500000 Jumlah

1 Tidak Bekerja

2

2 2111

2 Buruh Pasar

6 4

10 11333 200

3 Kuli Banguan

1 8 1

10 1156 400 50

4 Pemulung

8 2

10 11444 100

5 Pedagang

1 2 7

10 1150 100 212

28

6 Becak

1 2

3 356 100

7 Sopir Angkutan

2 6 1

9 10100 300 30

8 Wiraswasta

1 2 7

10 1150 100 212

9 Bengkel

4 5

9 10200 152

10 Buruh Pabrik

5 5

10 11250 152

11 Lain-lain

8

8 9242

Jumlah 18 20 20 33 91 100

Karakteristik pendapatan masyarakat di daerah perkotaan kabupaten sidoarjo

menunjukkan kesamaan dari kabupaten pasuruan Secara keseluruhan responden yang

berpenghasilan di atas 500 ribu di dominasi oleh masyarakat yang mempunyai

pekerjaan sebagai wiraswasta bengkel buruh pabrik dll Jika ditelaah lebih lanjut

memang untuk golongan buruh pabrik mereka berpenghasilan ditas 500 ribu karena ada

jaminan dari pemerintah mengenai pendapatan minimum melalui UMR Sedangkan

masyarakat yang bekerja di bengkel mendapatkan pendapatan yang tinggi karena

sidoarjo merupakan daerah industry sehingga tidak sedikit masyarakat yang

menggunakan kendaraan bermotor dalam aktifitasnya

Tabel

Keahlian Yang Dimiliki Masyarakat kabupaten sidoarjo

NoJenis

Pekerjaan Responden

Wiraswasta BengkelMontir

SopirTukang

BangunanDagang

Lain-lain

jumlah

1Tidak

Bekerja

2 Buruh Pasar

5 6 718 1831 43 37

3 6 8 14 14

29

Kuli 46

4 Pemulung

6 7 13 13 23 54

5 Pedagang

8 3 11 1150 30

6 Becak

8 8 8 57

7Sopir

Angkutan

5 49 9 19 21

8 Wiraswasta

3 5 8 8 30 19

9 Bengkel

4 4 4 15

10Buruh Pabrik

11 Lain-lain

3 4 6 13 1319 40 23

Jumlah 16 10 26 13 14 19 98 100

Menurut survey yang telah dilakukan ternyata tipikal masyarakat sidoarjo dan

pasuruan untuk kategori keahlian yang dimiliki adalah sama penyebarannya Untuk

kabupaten sidoarjo jenis pekerjaan terbanyak adalah buruh pasar dengan keahlian yang

dimiliki berdagang serta ada yang memiliki keahlian sebagai tukang sepatu

Keberagaman jumlah responden menunjukkan keberagaman pekerjaan masyarakat

yang dijadikan sebagai obyek penelitian Menurut hasil penelitian digambarkan bahwa

seorang yang berprofesi sebagai pemulung ternyata juga memiliki keahlian di bidang

lainnya seperti tukang bangunan bahkan sopir Dari informasi yang dimiliki tersebut

diharapkan pemerintah dapat memberikan bantuan sesuai dengan bidang profesi

masyarakat atau keahlian masyarakat itu sendiri

30

Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan

NoJenis

Pekerjaan Responden

Tempat Usaha

Alat Modal Pemasaran jumlah

1Tidak

Bekerja

0 0

2Buruh Pasar

2 8 10 01020418 15

3Kuli

Bangunan

1 3 6 10 01020414 14 12

4 Pemulung

1 8 9 00918374 15

5 Pedagang

10 2 4 16 016326540 10 8

6 Becak

2 4 6 12 01224498 19 12

7Sopir

Angkutan

2 6 8 00816338 12

8 Wiraswasta

3 7 10 0102041 14 13

9 Bengkel

5 6 11 0112245 24 12

10Buruh Pabrik

0 0

11 Lain-lain

7 4 1 12 012244928 19 2

Jumlah 25 21 52 0 98

Masyarakat daerah sidoarjo untuk segala jenis pekerjaan yang dijadikan subyek

penelitian menyatakan bahwa masyarakat memilih diberikan bantuan modal alat dan

tempat usaha Sedangkan untuk aspek pemasaran masyarakat sidoarjo tidak begitu

memerlukan bantuan Karena jika kita perhatikan kabupaten sidoarjo terletak di urat nadi

perekonomian jawa timur sehingga diharapkan pemasaran tidak menjadi kendala Dari

98 orang yang dijadikan responden sebanyak 52 orang dari berbagai macam profesi

menginginkan bantuan modal usaha

31

Berdasarkan hasil data skunder yang telah dilakukan terhadap seluruh

rumahtangga miskin yang ada di Kota Malang maka gambaran lokasi rumahtangga

misikin yang ada di Kota Malang seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini

Tabel

Jumlah Keluarga Miskin Masing-Masing Kecamatan

Di Kota Malang

No Kecamatan Jumlah Rumah Tangga

Prosentase

1 Kedungkandang 6635 2730

2 Sukun 6255 2574

3 Klojen 3432 1412

4 Blimbing 4158 1711

5 Lowok Waru 3821 1572 Sumber Pemkot Malang 2006

Data di atas menunjukkan jumlah rumah tangga miskin yang ada di kota malang

di masing-masing Kecamatan Dari 5 kecamatan yang ada dikota Malang jumlah

kemiskinannya adalah sebagai berikut Kecamatan yang paling tinggi angka

kemiskinannya adalah kecamatan Kedungkandang yaitu sebesar 2730 kecamatan

Sukun sebesar 2574 kemudian Kecamatan Lowok Waru sebesar 1572

Kecamatan Blimbing 1711 dan angka terendah Rumah tangga miskinnya adalah

kecamatan Klojen yairu sebesar 1412

Gambar

Jumlah keluarga Miskin di Kota Malang

0 1 2 3 4 5 6 7

Kedungkandang

Sukun

Klojen

Blimbing

Lowok Waru

Jumlah Rumah Tangga

32

Berdasarkan gambaan di atas jumlah rumah tangga miskin di kota malang

berada pada daerah-daeah tertentu (Kedungkandang dan Sukun) wilayah ini merupakan

wilayah pinggiran kota yang padat dengan jumlah penduduknya Kecamatan

Kedungkandang merupakan daerah yang umumnya pdat penduduk dan daerah tersebut

merupakan daerah pinggiran kota serta rata-rata penduduknya memiliki mata

pencaharian pedagang Daerah tersebut juga merupakan daerah pusat-pusat industri

kecil dan yang lebih telihat bahwa kebanyakan rumah tangga miskin bertempat tinggal

di daerah aliran sungai brantas (DAS Brantas) serta di pinggiran jalur kereta api

Berbeda halnya dengan kecamatan Sukun daerah ini selain terdapatnya pusat

perdagangan juga merupakan daerah industri kecil (home industri) Keberadaan rumah

tangga miskin selain rata-rata kehidupannya berdagang juga bertempat tinggal pada

daerah-daerah perkampungan

33 Aspek Kultural Pada Masyarakat Miskin

Urbanisasi merupakan salah satu faktor pemicu perkembangan kota terjadinya

perpindahan penduduk dari desa ke kota disebabkan oleh berbagai faktor baik faktor

pearik maupun pendorong perkembangan industri dan perdagangan di kota merupakan

faktor penarik yang menyebabkan orang untuk berdatangan dan tinggal di daerah

perkotaan Keinginan untuk dapat mendapatkan penghasilan dan pekerjaan yang lebih

baik untuk mencukupi kebutuhan hidup merupakan penyebab utama terjadinya

urbanisasi Namun kondisi tersebut tidak seiring dengan kualitas pendidikan dan

ketrampilan yang memadai sehingga mereka tidak dapat ditampung di sektor formal

melainkan menggantungkan hidupnya pada sektor informal yang kurang menentu

Selain itu yang menjadi faktor pendorong terjadinya urbanisasi adalah kondisi fasilitas di

daerah asal (pedesaan) kurang memadai serta semakin menyempitnya lahan pertanian

dan peluang pekerjaan

Pertambahan penduduk di kota yang sangat tinggi menyebabkan berbagai

permasalahan sosial permasalahan yang muncul adalah adanya perkampungan kumuh

dan perumahan liar di pinggiran kota dan umumnya di daerah pinggiran aliran sungai

brantas (DAS) Masalah tersebut disebabkan oleh ketidak mampuan masyarakat miskin

perkotaan untuk memiliki rumah yang layak huni Penyebab lainnya adalah ketidak

mampuan pemerintah kota untuk menyediakan sarana bagi masyarakat miskin

33

perkotaan Pembangunan perkotaan senantiasa bukan memberikan solusi dalam

pengentasan kemiskinan perkotaan melainkan sebaliknya yaitu menjadikan proses

penggusuran dan semakin terdesaknya kehidupan masyarakat miskin tersebut

Tabel

Daerah Asal Responden sidoarjo

NoJenis

Pekerjaan Responden

Jawa Timur Non

Madura

Madura Jawa Barat

Jawa Tengah

Luar Jawa

jumlah

1Tidak

Bekerja

2Buruh Pasar

8 1 1 10 1011 7 7

3Kuli

Bangunan

7 2 1 10 1010 14 7

4 Pemulung

9 9 913

5 Pedagang

10 10 1014

6 Becak

8 1 2 11 1111 7 14

7Sopir

Angkutan

10 10 1014

8 Wiraswasta

8 6 14 1411 43

9 Bengkel

10Buruh Pabrik

8 2 10 1011 14

11 Lain-lain

2 2 10 14 143 14 71

Jumlah 70 14 0 14 0 98 100

Dari data diatas sebagian besar kaum migrant untuk setiap profesi berasal dari

jawa timur Di definisikan jawa timur karena seluruh masyarakat urban berasal dari jawa

timur kecuali Madura Ada beberapa alasan dari responden mengapa mereka

melakukan urbanisasi salah satunya adalah untuk memperbaiki taraf ekonomi karena

kabupaten sidoarjo dianggap sebagai kabupaten yang memiliki potensi yang cukup

34

tinggi dalam bidang industry Profesi terbanyak yang diminati oleh pendatang adalah

sebagai pedagang dan sebagai sopir

Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin

pada kabupaten sidoarjo dapat diperhatikan gambar di bawah ini

Gambar

Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin

35

Tabel

Daerah Asal Responden pasuruan

NoJenis

Pekerjaan Responden

Jawa Timur Non

Madura

Madura Jawa Barat

Jawa Tengah

Luar Jawa

jumlah

1 Tidak Bekerja

2 Buruh Pasar

4 4 24

3 Kuli Bangunan

5 5 55

4 Pemulung

10 10 1011

5 Pedagang

20 20 2022

6 Becak

8 2 10 109 33

7Sopir

Angkutan

0 0

8 Wiraswasta

0 0

9 Bengkel

10 Buruh Pabrik

15 4 19 1916 67

11 Lain-lain

30 30 3133

Jumlah 92 6 98 98 98

Sama seperti pada kabupaten sidoarjo sebagian besar pendatang adalah dari

wilayah jawa timur Pendatang sebagian besar berprofesi sebagai pedagang karena

wilayah sidoarjo selain sebagai sentra industry provinsi jawa timur juga sebagai urat nadi

perekonomian jawa timur Sehingga bagi para pedagang akan sangat menguntungkan

karena di lewati dari berbagai wilayah di jawa timur

Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin

pada kabupaten pasuruan dapat diperhatikan gambar di bawah ini

Gambar

36

Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin

Tabel 5Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan di kota malang

Lama Tinggal (Tahun)Kecamatan

pddkAsli le 2 3 - 6 7 - 9 ge 10

Jumlahrespondn

Kedung kandang10

(1053)- 3

(316)11

(1158)71

(1473) 95

18 - - 15 52

37

Sukun (2118) (1764) (6118) 85

Klojen9

(1200)5

(667)12

(1600)9

(1200)40

(5333) 75

Blimbing8

(100)2

(25)- 8

(100)62

(775) 80

Lowok Waru15

(1923)- - 7

(897)56

(7180) 78

Sumber Data Primer

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa dari responden (keluarga miskin)

perkotaan sebagian besar bukan penduduk asli daerah kota Malang melainkan

pendatang yang merupakan kaum migran dan menetap di kota Malang kecamatan

kedung Kandang merupakan daerah yang padat penduduknya dimana 1473

menunjukkan jumlah responden yang sudah lama tinggal di kota malang (di atas 10

tahun) bahkan beberapa responden sudah turun-menurun dari keluarga mereka

Kecamatan Sukun yang merupakan kaum pendatang yang tinggal di kota Malang sudah

puluhan tahun sebanyak 6118 dari responden yang ada Kecamatan Klojen sebesar

5333 Kecamatan Blimbing sebanyak 775 dan untuk kecamatan Lowok Waru

sebanyak 7180 dari masing-masing responden di tingkat kecamatan Kondisi ini

menjelaskan bahwa masyarakat miskin perkotaan adalah rata-rata kaum migran yang

sengaja datang ke kota Malang untuk mencari kehidupan yang lebih baik dari daerah

asal mereka Umumnya mereka datang sebagai migran tetap dan keberadaan mereka

sudah terbiasa hidup dalam kondisi serba kekurangan Beberapa responden yang

ditemui juga menjelaskan bahwa sebagai kaum pendatang sudah tidak asing lagi

dengan kehidupan masyarakat di kota Malang Umumnya mereka membaur dengan

masyarakat pendatang lainnya dengan hidup di kepadatan penduduk kota Malang

Salain dilihat dari lamanya masayarakat pendatang (migran tetap) tinggal di kota

Malang dapat pula dijelaskan mengenai temapat asal (daerah asal) responden untuk

melihat derah asal rumah tangga miskin perkotaan dapat kita bagi dengan

menggunakan batasan daerah (wilayah) Dimana wilayah pembagiannya adalah

mereka yang berasal dari daerah Jawa Timur (non-Madura) daerah Madura daerah

Jawa Tengah Jawa Barat dan Luar Jawa Adapun gambaran daerah asal rumah

tangga miskin perkotaan dapat dilihat pada tabel berikut

38

Tabel

Daerah Asal Responden

Daerah

Asal

Kecamatan

Jawa

Timur

Non-

Madura

Madur

a

Jawa

Tengah

Jawa

Barat

Luar

Jawa

Jumlah

Respond

n

Kedung kandang21

(2470)52

(6118)9

(1059)3

(353)- 85

Sukun19

(2836)28

(4179)12

(1791)8

(1194)- 67

Klojen9

(1364)49

(7424)5

(758)3

(454)- 66

Blimbing31

(4306)33

(4563)6

(833)2

(278)- 72

Lowok Waru28

(4444)21

(3333)9

(1429)5

((794)- 63

Sumber Data Primer

Berdasarkan data pada tabel di atas menunjukkan bahwa umumnya kaum

migran berasal dari daerah Jawa Timur dan daerah Madura Untuk kecamatan Kedung

Kandang sebesar 6118 berasal dari Madura kemudian Kecamatan Sukun 4179

kaum Migran berasal juga dari Madura Kecamatan Klojen 7424 Kecamatan Blimbing

sebesar 4563 dan kecamatan Lowok Waru sebesar 3333 Dari kelima kecamatan

tersebut yang banyak di datangi oleh migran yang berasal dari daeah Madura adalah di

Kecamatan Kedung Kandang (6118) dan Kecamatan Klojen (7424) dan mereka

sengaja tinggal di dekat pusat perkotaan dengan tujuan memudahkan untuk aktifitas

kegiatan pekerjaannya yang rata-rata bergelut disektor informal (pedagang kaki lima)

331 Kondisi Tempat Tinggal Masyarakat Miskin Perkotaan

Dilihat dari tempat tinggal masyarakat miskin perkotaan rata-rata kondisi tempat

tinggalnya dengan model bangunan semi permanen dan permanen sederhanan dengan

memanfatkan kondisi tanah yang rawan bencana (longsor kebisingan kumuh dan

sebagainya)

Tabel

Kondisi Fisik Bangunan Rumah RTM

39

Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan

Kondisi Fisik RumahKecamatan

Sesek(papan)

SemiPermanen Permanen

Jumlahrespondn

Kedung kandang

11(1158)

52(5474)

32(3368) 95

Sukun20

(2353)33

(3882)32

(3765) 85

Klojen5

(667)31

(1733)39

(5200) 75

Blimbing3

(375)13

(1625)64

(8000) 80

Lowok Waru9

(1154)24

(3077)45

(5769) 78

Sumber Data Primer

dari data primer (tabel) menunjukkan bahwa sebagian besar tempat tinggal

masyarakat miskin perkotaan adalah semi permanen dan permanen akan tetapi dengan

ukuran ruang (luas bangunan) yang cukup minim Dan umumnya yang mereka lakukan

adalah dengan menyewa tanah dan atau menempati tanah rawan musibah adapun

kondisi perumahan masyarakat miskin perkotaan dapat dilihat pada gambar berikut

Gambar

Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin Perkotaan

40

Dari gambar di atas terlihat bahwa kondisi tempat tinggal mereka sangat rawan

dengan terjadinya bencana dan kekumuhan kondisi ini selain rawan terhadap adanya

bahaya tersebut juga sangat rawan dengan permasalahan kesehatan

34 Analisa Spasial

Informasi mengenai tipologi perekonomian masyarakat akan sangat membantu

pemerintah dalam menentukan kebijakan ekonomi di masa mendatang Dari informasi

tersebut dibuatlah peta potensi ekonomi dengan maksud merelevansikan antara potensi

ekonomi daerah dan kebijakan ekonomi Selain itu jika kebijakan ekonomi hanya

terfokus di suatu wilayah tertentu akan berdampak pada ketimpangan pertumbuhan

ekonomi Seperti dijelaskan sebelumnya inventarisasi sarana ekonomi sebuah wilayah

dilakukan dengan menggunakan pendekatan tipologi suatu wilayah Melalui pendekatan

ini selanjutnya dapat digambarkan wilayah majemuk dengan fenomena yang kompleks

dengan beberapa persamaan di dalamnya Maksudnya bahwa pada tipologi suatu

wilayah ada relevansinya dengan keberadaan potensi ekonomi maupun potensi sarana

ekonomi di wilayah tersebut Ini menandakan bahwa kebijakan pengembangan ekonomi

suatu wilayah diperlukan pengadaan sarana ekonomi yang tepat sedikitnya sesuai

dengan kondisi wilayah yang dibangun termasuk karakteristik kegiatan ekonomi yang

dilakukan oleh masyarakat setempat sehingga keberadaan sarana tersebut mampu

mendorong aktivitas ekonomi masyarakat dan pada akhirnya mengentaskan dan

menanggulangi kemiskinan

41

Di wilayah kabupaten pasuruan terdapat berbagai macam potensi ekonomi yang

belum tersentuh pengembangannya oleh pemerintah daerah Potensi yang terdapat di

wilayah tersebut bukan hanya pada potensi sumber daya alam melainkan juga potensii

sumber daya manusianya Untuk wilayah ssidoarjo perlu adanya perhatian mendalam

pada pengembangan sumber daya manusia karena di wilayah tersebut banyak sekali

potensi industri yang dapat berkembang Sedangkan untuk daerah malang hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa disinyalir masih terdapat kegiatan ekonomi maupun

sarana ekonomi yang menunjang kegiatan tersebut belum dimanfaatkan secara optimal

Keadaan ini menjadikan keduanya masih bersifat potensial dan memerlukan

penanganan pengelolannya agar dapat diperoleh output yang optimal pula Pengelolaan

optimal tersebut tentu masih memerlukan suatu pengkajian tersendiri untuk mengukur

sampai sejauh mana tingkat feasibilitasnya

Potensi sarana ekonomi kabupaten ssidoarjo kabupaten pasuruan dan Kota

Malang merujuk pada sarana ekonomi (dalam bentuk fisik) yang teridentifikasi di setiap

daerah maupun yang sudah terkompilasikan di tingkat kabupaten dan kota Potensi

tersebut dapat di petakan pada masing-masing kabupaten di wilayah Jawa Timur

melalui Peta berikut

Gambar Provinsi Jawa Timur

42

Gambar kota Malang

43

keterangan

daerah masyarakat miskin perkotaan

daerah potensi terjadinya kemiskinan

tidak ada potensi terjadnya kemiskinan

Sejalan dengan maksud di atas Pemerintah Kota Malang masih

perlu melakukan kajian mendalam tentang pengembangan potensi wilayah

sebagai salah satu upaya untuk mendukung pemulihan ekonomi yang

bersifat jangka menengah Dukungan kajian ini dilakukan dengan menggali

lebih dalam potensi yang dimiliki setiap kawasan di wilayah Kota Malang

Dengan demikian Pemerintah Kota Malang dengan mudah dapat mengambil

langkah-langkah menumbuh kembangkan potensi sarana ekonomi daerah

44

Kec Blimbing Industri (kecil-

menengah)Pariwisata Pertanianperumahanperdagangan

Kec Kedungkandang Industri (kecil-

menengah)Pertanianperumahan

Kec Sukun Industri kecilPendidikanperumahan

Kec Kolojen perdagangan PendidikanPerhotelanperkantoran

Kec Lowokwaruperumahan PendidikanIndustri (kecil-

menengah)

khususnya yang berada di pusat-pusat kegiatan produksi masyarakat yang

dianggap cukup strategis di Kota Malang

Sejalan dengan semakin meningkatnya peran serta dunia usaha

dan masyarakat di dalam pelaksanaan pembangunan maka program-

program pembangunan Kota Malang perlu disusun dengan

mempertimbangkan keterlibatan mereka Upaya ini dimaksudkan agar

Pemerintah Kota Malang lebih mudah mengefektifkan potensi sarana

ekonomi dan mengarahkannya untuk kepentingan pembangunan yang lebih

konsisten efektif dan efisien serta berkelanjutan dalam menanggulangi

kemiskinan

Secara keseluruhan penduduk miskin di wilayah kota malang masih tersebar

merata di seluruh kecamatan Kecuali di kecamatan Lowokwaru sebagian besar di

kecamatan ini tidak ada potensi kemiskinan Hal tersebut dikarenakan banyaknya

industry pendidikan seperti UMM UNISMA UNIGA Brawijaya ITN UM dll Dengan

banyaknya perguruan tinggi di wilayah tersebut maka potensi perekonomian semakin

besar Tidak sedikit masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang makanan karena

untuk memnuhi kebutuhan para mahasiswa

Pada data dikatakan bahwa rata-rata pendapatan di kecamatan Lowokwaru

masih besar padahal menurut analisis spasial potensi terjadinya kemiskinan sangat

kecil Pada analisi ekonomi diindentifikasi bahwa banyak masyarakat yang

berpendapatan dibawah 400 ribu Hal tersebut terjadi pada masyarakat yang tinggal di

daerah pesisir sungai Masih banyak masyarakat yang tinggal di Daerah Aliran Sungai

tidak memiliki kesempatan kemampuan untuk bersaing dengan masyarakat yang tidak

tiggal di Daerah Aliran Sungai Di perkirakan masyarakat yang menempati DAS

merupakan masyarakat pendatang yang berurbanisasi dengan tidak membawa suatu

keahlian

Potensi kemiskinan terbesar dapat terjadi di Kecamatan Sukun Banyak

masyarakat di daerah ini yang memiliki pendapatan dibawah 400 ribu Jika kita

bandingkan dengan kecamatan Lowokwaru potensi kemiskinan di daerah kecamatan

Sukun tidak hanya terjadi di DAS namun juga pada masyarakat lainnya Banyak faktor

yang mengindikasikan potensi kemiskinan salah satu faktor utama adalah sulitnya

pemasaran dan persaingan yang ketat Meski kegiatan masyarakat di kecamatan

Lowokwaru dengan kecamatan Sukun relatif sama namun di kecamatan Lowokwaru

45

pemasaran barang dan jasa yang diproduksi tidak sesulit di kecamatan Sukun meski

ada persaingan

Hampir memeratanya potensi masyarakat miskin di kecamatan Sukun

menimbulkan dampak di kecamatan Kedungkandang terutama di perbatasan diantara

kedua kecamatan tersebut Menurut survey yang dilakukan memang sebagian besar

masyarakat miskin berpotensi di DAS Dapat dilihat di peta bahwa gambar merah

bersinggungan antara kedua kecamatan dan di kedua wilayah tersebut dialiri sungai

yang sama namun jika kita lihat kebawahnya warna kecamatan Kedungkandang mulai

ada yang Hijau Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat diluar DAS mempunyai

usaha yang berhubungan positif dengan pendapatan seperti pertanian

Berbeda halnya di kecamatan Klojen kecamatan ini merupakan pusat

pemerintahan kota Malang Banyak warga di kecamatan ini yang berprofesi sebagai

pegawai negeri sipil Memang masih terindikasi adanya kemiskinan di daerah tersebut

namun kemiskinan itu timbul karena mereka yang tidak mempunyai kesempatan dan

daya tawar diri mereka Kebanyakan yang tidak memiliki daya tawar diri yang tinggi

adalah mereka para pendatang yang tidak membawa keahlian kemudian mereka

tinggal di DAS dan berprofesi sebagai buruh tani buruh pabrik ataupun yang lainnya

yang tidak membutuhkan keahlian lebih

Bab V Kesimpulan dan Saran

Setelah melalui beberapa tahapan analisis dalam mengidentifikasi kemiskinan

perkotaan di beberapa wiayah Jawa Timur terdapat beberapa kesimpulan yaitu

1 Didapat bahwa sebaran penduduk miskin berkosentrasi pada daerah

sepanjang aliran sungai dan ada beberapa kota yang mengindikasikan

bahwa penduduk miskin berasal dari pendatang dari luar kota

2 Dalam penanggulangan kemiskinan pemerintah sudah banyak

mengeluarkan berbagai macam program pengentasan kemiskinan seperti

P2K P2KP BLT dll namun dalam aplikasinya banyak program yang belum

tepat sasaran

3 Ada beberapa karakteristik yang menarik dalam pengentasan kemiskinan

diantaranya bahwa dalam mengentaskan masyarakat miskin metode yang

46

diterapkan lebih kepada pembinaan keahlian dan mentalitas karena

seperti yang terdapat di kota malang masyarakat miskin dipicu dari

kebiasaan atau mentalitas dari masyarakat tersebut dalam kehidupan

sehari-hari Riset menemukan meskipun masyarakat miskin diberikan

bantuan uang seperti BLT namun bantuan tersebut tidak diperuntukkan

kepada pengembangan usaha namun habis untuk konsumsi begitu pula

dengan program ndash program pengentasan kemiskinan yang lainnya

Saran

Dalam pengentasan kemiskinan disarankan kepada pemerintah untuk mencari

data kemiskinan yang akurat dengan tujuan pemberian bantuan dalam rangka

pengentasan kemiskinan dapat terserap tepat pada masyarakat yang dituju Selain itu

untuk mengentaskan masyarakat yang bertipikal ldquokultur miskinrdquo harus banyak diberikan

pelatihan dan pembinaan mental

47

DAFTAR PUSTAKA

Blakely Edward J (1989) Planning Local Economic Development Theory and Practice Sage Library of Social Research 168 Sage Publication

BPS (1999) Perkembangan Tingkat Kemiskinan dan Beberapa Dimensi Sosial Ekonominya 1996-1999 Jakarta BPS

Budi Soeradji Mubyarto (1998) Gerakan Penanggulangan Kemiskinan Laporan

Penelitian di Daerah-Daerah Yogyakarta Aditya Media

Faisal Basri (2002) Perekonomian Indonesia Tantangan dan Harapan bagi Kebangkitan Indonesia Jakarta Erlangga

Fei J C H amp Gustav R (1964) Development Economics What Next In a Ranis G P Schulta (Ed) The State of Development Economics

Gunawan Sumodiningrat (1999) Penanggulangan Krisis Harus Memihak Rakyat Disampaikan pada konferensi pers untuk launcing The Economic and Social Survey of Asia and the Pacific 1999 (ESCAP) di UNIC Jakarta

Kuncoro M (2000) Ekonomi Pembangunan Teori Masalah dan Kebijakan (1st ed) Yogyakarta UPP AMP YKPN

Kuncoro M (2004) Otonomi dan Pembangunan Daerah Reformasi Perencanaan Strategi dan Peluang Jakarata Erlangga

Mellor J W (1976) The New Economies of Growth A Strategy for India and the Developing Countries Cornell Cornell University Press

Nurkse R (1953) Problem of Capital Formation in Underdeveloped Countries In Meier Gerald M Leading Issues in Economic Development edisi ke 6 Oxford University Press Oxford

Rintuh Cornelis amp Miar (2005) Kelembagaan dan Ekonomi Rakyat BPFE-UGM Yogyakarta

Sharp Ansel M Charles A Register and Paul W Cerimes (1996) Economics of Social Issues edisi ke 12 Richard D Chicago Irwin

Sumarto Sudarno (2002) ldquoGrowth Inequality and Poverty Evidence from Micro Datardquo Makala dalam The Young Economics Seminar Jakarta World Bank

48

Page 18: Makalah akp

mempunyai variabel total variabel untuk mengukur indikator aspek struktural

atau kelembagaan sebanyak 6 variabel

Variabel-variabel yang digunakan dalam aspek spasial atau wilayah dalam

melakukan pengukuran terhadap desakelurahan dapat dilihat pada tabel

berikut

Tabel 7

Jumlah Sub Indikator dan Variabel Dari Aspek Spasial

No Sub Indikator

Variabel Diskripsi

1 Kondisi geografis(4 variabel)

- Letak geografis- Topografi- Kondisi jalan- Kondisi jembatan

Mengukur sejauhmana kondisi geografis mampu bermanfaat untuk pemberdayaan masyarkat miskin

2 Aksesibilitas terhadap sarana dan prasarana(5 variabel)

- Akses terhadap pasar- Akses terhadap sarana

pendidikan- Akses terahadap

fasilitas kesehatan- Akses terahadap

aktivitas produksi

Mengukur tingkat kemudahan akses terhadap sarana dan prasarana pokok untuk penanggulangan kemiskinan

4 Jenis Data

Dilihat dari sumbernya data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua

jenis yaitu data sekunder dan data primer

1 Data Sekunder

Data ini merupakan data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain Adapun data

sekunder yang akan digunakan dalam penelitian ini diantaranya seperti Jumlah

penduduk luas desa topografi desa monografi desa letak geografi desa dan

lain-lain

2 Data Primer

Data ini merupakan data yang diperoleh langsung dari obyek penelitian Adapun

data primer yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya seperti data yang

18

digunakan untuk mengukur indikator kelembagaan indikator tipologipenyebab

kemisikinan indikator sumberdaya dan potensi ekonomi dan lain-lain

5 Teknik Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam pengumpulan informasi dan data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah Participatory Rural Appraisal (PRA) meliputi

1 Wawancara yaitu metode pengumpulan data dengan wawancara secara

mendalam dengan key-person (formal dan informal leaders) untuk

mengidentifikasi kebutuhan (needs) masyarakat

2 Dokumentasi yaitu metode pengumpulan data sekunder yang dimiliki oleh

responden lembaga ekonomi dan sosial maupun instansi teknis terkait

3 Observasi ( pengamatan) dan survei lapang

Dalam hal meyakinkan data dan informasi yang diperoleh dari responden

peneliti mengadakan pengamatan dan survei lapang secara langsung terhadap

obyek yang diamati mendengar serta mencatat hasil temuan lapang

4 Pengumpulan Data Sekunder

Selain dukungan data primer yang menjadi sumber data utama penelitian ini juga

menggunakan data sekunder yang diperoleh dari dokumen-dokumen serta catatan-

catatan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti Dokumen yang dimaksud

adalah jumlah keluarga miskin yang diperoleh dari Badan Perencanaan Kota

(Bapekot) Malang Catatan Sipil Kota malang (data Penduduk Kota malang sampai

dengan bulan Februari 2006) dan statistik kecamatan dari tiga kecamatan yang

diterbitkan oleh Kantor Statistik Kota Malang 2006

5 Focus Group Discussion (Diskusi Kelompok)

Peneliti melaksanakan diskusi dengan obyek penelitian ketika peneltian lapang akan

dilakukan Kegiatan ini pertama dilakukan adalah dimaksudkan untuk

mensosialisasikan pelaksanaan pengumpulan data (sebagai kegiatan penting

penelitian ini) kepada para sekretaris kecamatan dan seluruh sekretaris

desakelurahan yang diperkirakan menjadi sasaran dari kegiatan penelitian lapang

Berbagai informasi yang disampaikan dalam kegiatan sosialisasi ini antara lain

meliputi pentingnya dilaksanakan kegiatan inventarisasi dan pemetaan kemiskinan

di Kabupaten Sumenep proses pengumpulan data dan hasil akhir yang dihasilkan

kegiatan ini Melalui kegiatan ini dicapai jalinan suatu kebersamaan antara peneliti

19

dengan calon responden (subyek yang diteliti) sehingga dapat diperoleh data yang

optimal

Diskusi kelompok kedua dilakukan pada saat menjelang kegiatan ini berakhir

Diskusi ini dilakukan dengan stakeholders tingkat kota dimaksudkan untuk

mengoptimalkan hasil temuan lapangan Dikusi kelompok ini diarahkan kepada

upaya-upaya mengklarifikasi hasil temuan lapangan mendapatkan koreksi dan

masukan serta kesepakatan tentang hasil akhir kegiatan ini

6 Alat Analisis

Analisis dilakukan dengan memadukan pendekatan struktural (data

kuantitatif dan kualitatif) ekonomi (potensi sumberdaya pemabngunan) dan spasial

(pemetaan) Maksudnya bahwa dari himpunan data yang telah dikompilasi

dilakukan analisis statistik sederhana dengan lebih banyak menggunakan tabulasi

silang dan perhitungan-perhitungan statistik yang secara mudah dapat dipahami

Himpunan data tersebut selanjutnya diinterpretasikan dan dirancang dengan

menempatkan hasil analisis tersebut ke dalam peta (pendekatan spasial)

Pemetaan tersebut dimaksudkan untuk menentukan tata letak potensi sarana

ekonomi yang dimaksud oleh penelitian ini paling tidak untuk

1) memahami keberadaan keluarga miskin baik melalui data struktural maupun

melalui tampilan peta setiap desakelurahan

2) memahami secara terintegrasi keberadaan masyarakat miskin di Kota malang

dalam perspektif kepentingan ekonomi dan pembangunan Kota Malang ke

depan

Selain menggunakan pendekatan di atas penelitian ini juga menggunakan

metode Performance-Importance Analysis dalam menjawab tujuan yang akan dicapai

Analisis ini digunakan untuk melihat tingkat kesenjangan (gap) antara atribut kinerja

pelayanan publik (performance) yang telah dilakukan oleh pemerintah melalui dinas-

dinas terkait penanggulangan kemiskinan di Kota Malang dengan persepsi tingkat

kepentingan (importance) akan atribut-atribut yang dibutuhkan

Pengukuran tingkat kepentingan dan performance dilakukan dengan cara

menyebarkan kuesioner bagi masyarakat miskin yang menjadi obyek penelitian

Responden akan diminta untuk memberikan penilian atau persepsi mereka terhadap

sejauh mana layanan yang telah diberikan pemerintah melalui dinas-dinas terkait di Kota

Malang (performance) terhadap penanggulangan kemiskinan Dengan memberikan

20

penilaian atas atribut yang mereka anggap paling dibutuhkan saat ini (importance)

dengan asumsi bahwa obyek penelitian mengerti sejauh mana kinerja atribut pelayanan

publik yang telah dilakukan dinas-dinas terkait dan berkompeten dalam penanggulangan

kemiskinan

Dari analisis Kuadran akan diketahui pada kuadran manakah suatu atribut

berada sehingga nantinya dapat digunakan sebagai instrumen untuk

merekomendasikan tindakan atau kebijakan yang seharusnya dilakukan bagi

keberhasilan penanggulangan kemiskinan di Kota Malang

Bab 4 Hasil analisis

1 Gambaran geografis Jawa Timur

Jawa Timur adalah sebuah provinsi di bagian timur Pulau Jawa Indonesia

Ibukotanya adalah Surabaya Luas wilayahnya 47922 kmsup2 dan jumlah penduduknya

37070731 jiwa (2005) Jawa Timur merupakan provinsi terluas diantara 6 provinsi di

Pulau Jawa dan memiliki jumlah penduduk terbanyak kedua di Indonesia setelah Jawa

Barat Jawa Timur berbatasan dengan Laut Jawa di utara Selat Bali di timur Samudra

Hindia di selatan serta Provinsi Jawa Tengah di barat Wilayah Jawa Timur juga

meliputi Pulau Madura Pulau Bawean serta sejumlah pulau-pulau kecil di Laut Jawa

dan Samudera Hindia

Jawa Timur dikenal sebagai pusat Kawasan Timur Indonesia dan memiliki

signifikansi perekonomian yang cukup tinggi yakni berkontribusi 1485 terhadap

Produk Domestik Bruto nasional Pembagian wilayah administrasi Pemerintah Propinsi

Jawa Timur pada tahun 2003 sd tahun 2007 terbagi dalam 4 (empat) Badan Koordinasi

Wilayah Pembantu Gubernur 29 Kabupaten dan 9 Kota serta jumlah kecamatan

berjumlah 642 kecamatan Perwakilan kecamatan sejak tahun 2003 telah ditiadakan

sebelumnya berjumlah 114 dan Kota Administratif Batu sejak tahun 2003 telah menjadi

Kotasedang Kota Administratif Jember berdasarkan peraturan perundangan telah

21

dicabut dengan demikian Jember hanya sebagai Kabupaten Jumlah kelurahan

sebanyak 785 Kelurahan dan Desa sebanyak 7680 desa

Table 8

Pembagian Wilayah Administrasi Provinsi Jawa Timur

Uraian 2001 2002 2003 2004 2005 2006Badan koordinasi wilayah 4 4 4 4 4 4Jumlah Kabupaten 29 29 29 29 29 29Jumlah kota 9 9 9 9 9 9Jumlah Kecamatan 642 642 642 642 657 657Jumlah Kelurahan 784 784 784 784 784 784Jumlah Desa 7715 7715 7715 7715 8484 8484

Sumber Biro Pemerintahan dan Otoda Setda Prop Jatim amp Jatim Dalam Angka 2006

2 Gambaran geografis

a gambaran geografis kabupaten Pasuruan

Kota Pasuruan adalah ibu kota Pasuruan Jawa Timur terletak di persimpangan

jalur regional Surabaya-Probolinggo-Malang Orientasi Wilayah Kota Pasuruan memiliki

wilayah seluas 3529 kmsup2 dengan jumlah penduduk sebanyak 158864 jiwa (Sensus

Penduduk 2000) Wilayahnya terdiri dari 3 kecamatan 19 kelurahan dan 15 desa

Tiga kecamatan tersebut yaitu Kecamatan Gading rejo Purworejo dan Bugulkidul

Kecamatan Bugulkidul memiliki wilayah terbesar (1624 kmsup2) sedang untuk Gadingrejo

dan Purworejo masing-masing 1046 kmsup2 dan 859 kmsup2

b Gambaran geografis kabupaten Sidoarjo

Kota Sidoarjo merupakan Ibukota Kecamatan Sidoarjo yang terletak di tepi Selat

Madura dan termasuk dalam wilayah administratif Kabupaten Sidoarjo Propinsi Jawa

Timur Batas-batas administrasi dari kota Sidoarjo ini adalah

1048707 Sebelah utara Kecamatan Waru

22

1048707 Sebelah selatan Kecamatan Porong

1048707 Sebelah Timur Selat Madura

1048707 Sebelah Barat Kecamatan Krian

Secara geografis wilayah Kota Sidoarjo memiliki luas wilayah 6256 Ha Ditinjau dari

Topografi keadaan medan Kota Sidoarjo berada pada ketinggian antara 23 - 32 diatas

permukaan laut

c Gambaran geografis kabupaten malang

3 Pemetaan Penduduk miskin di kabupaten Sidoarjo Pasuruan dan Malang

Gambaran Rumah Tangga Miskin Di Kabupaten Sidoarjo Pasuruan Dan Malang

Hasil penelitian dengan menggunakan data skunder yang telah dilakukan mengenai jumlah rumah tangga miskin yang ada di kabupaten sidoarjo pasuruan dan malang seperti tergambar pada table di bawah ini

Table 9Jumlah keluarga miskin di kabupaten sidoarjo pasuruan dan malang

Kabupaten 2005 2006 Sidoarjo 239100 1402 223300 1297Pasuruan 285100 2016 308900 2167Malang 373700 1617 404800 171Jawa timur 7139900 1995 7678100 2109

sumber BPS

Dari deskripsi data diatas mengenai jumlah keluarga miskin di 3 kabupaten

provinsi jawa timur antara tahun 2005 dan 2006 menunjukkan tingkat kemiskinan yang

bervariasi Untuk kabupaten sidoarjo jumlah keluarga miskin sebesar 239100 atau

mencapai 1402 dari jumlah penduduk di tahun 2005 Tahun berikutnya jumlah

keluarga miskin berkurang menjadi 223300 atau 1297 dari total penduduk di

kabupaten sidoarjo Penurunan jumlah keluarga di kabupaten sidoarjo ternyata tidak

diikuti di tetangga kabupatennya seperti pasuruan dan malang Jumlah keluarga miskin

di kabupaten pasuruan sebanyak 285100 atau 2016 di tahun 2005 dan naik menjadi

308900 atau 2167 dari toatal keluarga di kabupaten pasuruan Demikian juga dengan

23

kabupaten malang jumlah keluarga miskin di tahun 2006 juga mengalami kenaikan

Tahun 2005 jumlah keluarga miskin sebanyak 373700 atau 167 naik menjadi

404800 atau 171 dari jumlah keluarga yang tinggal di kabupaten malang

4 Gambaran rumah tangga miskin pada kabupaten pasuruan sidoarjo dan

malang

Jika dilihat mengenai masalah kemiskinan di daerah provinsi jawa timur maka dapat

diketahui bahwa peta penduduk miskin tidak hanya terkelompok pada kabupaten yang

mempunyai sumberdaya alam yang sedikit namun juga terdapat ppotensi kemiskinan di

daerah yang mempunyai sumber daya alam yang banyak Untuk lebih jelasnya berikut

peta potensi kemiskinan pada masing ndash masing kabupaten yang diikuti dengan jumlah

penduduknya

Tabel

Jumlah Rumahtangga Miskin Masing-Masing Kabupaten

Di Wilayah Provinsi Jawa Timur

KabupatenJumlah Penduduk Jumlah Penduduk Miskin

2005 2006 2005 2006Kabupatenkab Pacitan 869642 885986 150100 162600kab Ponorogo 665070 687786 152500 165200kab Trenggalek 969461 984460 165800 189000kab Blitar 525888 1140809 175800 190400kab Kediri 1429137 1525231 255900 277200kab Malang 2336363 2419822 373700 404800kab Lumajang 999525 1026400 186100 201900kab Jember 2261477 2278718 408000 423300kab Banyuwangi 1514605 1575265 236100 251900kab Bondowoso 698504 725571 169500 183600kab Situbondo 605208 636200 113200 107200kab Probolinggo 1021279 1070137 267400 289700kab Pasuruan 1398122 1485342 285100 308900kab Sidoarjo 1697435 1838666 239100 223300kab Mojokerto 969299 1027871 154300 165400kab Jombang 1222499 1212876 278600 289900kab Nganjuk 989693 1065459 235800 255400kab Madiun 641596 667709 137500 144700kab Magetan 617492 621862 104600 113300kab Ngawi 827728 857449 193400 209100kab Bojonegoro 1228939 1251051 323900 350900

24

kab Tuban 1063375 1104538 300700 325800kab Lamongan 1187065 1274194 280800 304200kab Gresik 1118841 1120541 242500 287500kab Bangkalan 889590 945863 286700 306700kab Sampang 835122 894046 325900 353100kab Pamekasan 762876 782076 237600 271500kab Sumenep 1004758 1068595 331200 351100

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa di kabupaten malang mempunyai potensi

kemiskinan yang tinggi pada tahun 2005 dan 2006 Tingginya angka kemiskinan di

kabupaten tersebut mengindikasikan bahwa kurang adanya pemerataan pada

pembangunan perekonomian Kabupaten pasuruan dan kabupaten sidoarjo memiliki

jumlah penduduk miskin relatif dibawah kabupaten malang Hal tersebut bisa terjadi

karena kedua kabupaten berada pada lingkar urat nadi perekonomian jawa timur

sehingga perekonomian di wilayah tersebut dapat terdongkrak akibat aktivitas

perekonomian jawa timur

5 Karakteristik Perekonomian Rumah Tangga Miskin

51 Kabupaten Pasuruan

Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden

Salah satu penentuan sebuah masyarakat miskin adalah dengan melihat rata-

rata tingkat pendapatannya Oscar Lewis (1966) akar dari timbulnya budaya miskin

salah satunya adalah rendahnya gajipendapatan

Tabel

Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden kabupaten pasuruan

No

lt 200000200000

sd 400000

410000 sd

500000gt 500000 Jumlah

1Tidak

Bekerja

2 2 29

2Buruh Pasar

3 3 6 613 10

3Kuli

Banguan

1 2 1 4 44 7 3

4 Pemulung

1 1 8 10 104 3 22

25

5 Pedagang

4 8 10 22 2217 28 27

6 Becak 3 7

10 1010 19

7Sopir

Angkutan

1 4 5 10 104 14 14

8 Wiraswasta

1 2 1 15 54 7 3 11

9 Bengkel

2 3 1 17 79 10 3 11

10Buruh Pabrik

4 610 1011 67

11 Lain-lain

8 3 1 12 1235 10 11 100

Jumlah 23 29 37 9 98

Table diatas menjelaskan mengenai tingkat pendapatan dan jenis pekerjaan

pada kabupaten pasuruan Dari 91 sampel yang di ambil ada beberapa karakteristik

pendapatan dari para pekerja Secara umum masyarakat yang mempunyai pendapatan

lebih dari 500 ribu di domonasi oleh pekerja swasta bengkel buruh pabrik dan lain-lain

Buruh pabrik memiliki tingkat pendapatan di atas 500 ribu disebabkan karena adanya

kebijakan UMR yang harus dipenuhi oleh perusahaan di wilayah tersebut

Tabel

Keahlian Yang Dimiliki Masyarakat kabupaten pasuruan

No Jenis Pekerjaan Responden Wiraswasta BengkelMontir Sopir

Tukang Bangunan

DagangLain-lain

jumlah

1 Tidak Bekerja 0 0

2 Buruh Pasar

1 1 2 26 0 0 0 7 0

3 Kuli Bangunan

5 5 414 1428 0 0 25 0 22

4 Pemulung

33 30 0 0 0 0 17

5 Pedagang

2 1 3 28 80 0 13 5 21 11

26

6 Becak

2 4 5 314 140 17 25 25 0 17

7 Sopir Angkutan

2 3 5 50 17 19 0 0 0

8 Wiraswasta

5 3 5 13 1328 0 0 15 36 0

9 Bengkel

5 2 29 90 42 13 0 0 11

10 Buruh Pabrik

5 3 3 11 1128 0 0 15 21 0

11 Lain-lain

2 3 5 3 2 419 1911 25 31 15 14 22

Jumlah 18 12 16 20 14 18 98 100

Keberagaman keahlian yang dimiliki oleh masyarakat kabupaten pasuruan tidak

berarti bahwa keahlian yang dimilikinya terspesifikasi pada satu jenis keahlian tertentu

namun tidak sedikit masyarakat yang mempunyai keahlian lain diluar dari profesi yang

dimilikinya Sebagai contoh adalah seorang pegawai bengkel tidak hanya ahli dalam

memperbaiki kendaraan bermotor namun juga bisa berprofesi sebagai sopir Hal

tersebut ditunjukkan oleh hasil observasi yang telah dilakukan untuk masyarakat daerah

pasuruan dimana pegawai bengkel ternyata juga bisa berprofesi sebagai sopir atau

bidang usaha yang lain

Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan

NoJenis

Pekerjaan Responden

Tempat Usaha

Alat Modal Pemasaran Ketrampilan jumlah

1 Tidak Bekerja

2 Buruh Pasar

3Kuli

Bangunan

4 Pemulung

5 5 10 10 23 12

5 Pedagang

8 5 13 1350 12

27

6 Becak

4 8 12 12 18 19

7Sopir

Angkutan

5 5 5 12

8 Wiraswasta

8 6 14 14 36 14

9 Bengkel

5 6 11 11 23 14

10 Buruh Pabrik

77 7 41

11 Lain-lain

8 8 1026 2750 19 59

Jumlah 16 22 43 0 17 98 100

Dengan keahlian yang dimiliki oleh masyarakat pasuruan dapat diindikasikan

bahwa keahlian yang dimiliki mempunyai kemerataan sampel Dari seluruh responden

yang dijadikan sampel sebagian besar menginginkan bantuan modal alat dan tempat

usaha Untuk jenis pekerjaan bengkel sampel menyatakan bahwa responden

menginginkan bantuan modal dan alat untuk dapat mengembangkan usahanya Hal

yang sama juga ditunjukkan untuk jenis pekerjaan wiraswasta dimana 23 menyatakan

menginginkan bantuan alat dan 24 menginginkan bantuan modal

52 Kabupaten Sidoarjo

Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden

No Gaji amp Jenis Pekerjaan

lt 200000

200000 sd

400000

410000 sd

500000gt 500000 Jumlah

1 Tidak Bekerja

2

2 2111

2 Buruh Pasar

6 4

10 11333 200

3 Kuli Banguan

1 8 1

10 1156 400 50

4 Pemulung

8 2

10 11444 100

5 Pedagang

1 2 7

10 1150 100 212

28

6 Becak

1 2

3 356 100

7 Sopir Angkutan

2 6 1

9 10100 300 30

8 Wiraswasta

1 2 7

10 1150 100 212

9 Bengkel

4 5

9 10200 152

10 Buruh Pabrik

5 5

10 11250 152

11 Lain-lain

8

8 9242

Jumlah 18 20 20 33 91 100

Karakteristik pendapatan masyarakat di daerah perkotaan kabupaten sidoarjo

menunjukkan kesamaan dari kabupaten pasuruan Secara keseluruhan responden yang

berpenghasilan di atas 500 ribu di dominasi oleh masyarakat yang mempunyai

pekerjaan sebagai wiraswasta bengkel buruh pabrik dll Jika ditelaah lebih lanjut

memang untuk golongan buruh pabrik mereka berpenghasilan ditas 500 ribu karena ada

jaminan dari pemerintah mengenai pendapatan minimum melalui UMR Sedangkan

masyarakat yang bekerja di bengkel mendapatkan pendapatan yang tinggi karena

sidoarjo merupakan daerah industry sehingga tidak sedikit masyarakat yang

menggunakan kendaraan bermotor dalam aktifitasnya

Tabel

Keahlian Yang Dimiliki Masyarakat kabupaten sidoarjo

NoJenis

Pekerjaan Responden

Wiraswasta BengkelMontir

SopirTukang

BangunanDagang

Lain-lain

jumlah

1Tidak

Bekerja

2 Buruh Pasar

5 6 718 1831 43 37

3 6 8 14 14

29

Kuli 46

4 Pemulung

6 7 13 13 23 54

5 Pedagang

8 3 11 1150 30

6 Becak

8 8 8 57

7Sopir

Angkutan

5 49 9 19 21

8 Wiraswasta

3 5 8 8 30 19

9 Bengkel

4 4 4 15

10Buruh Pabrik

11 Lain-lain

3 4 6 13 1319 40 23

Jumlah 16 10 26 13 14 19 98 100

Menurut survey yang telah dilakukan ternyata tipikal masyarakat sidoarjo dan

pasuruan untuk kategori keahlian yang dimiliki adalah sama penyebarannya Untuk

kabupaten sidoarjo jenis pekerjaan terbanyak adalah buruh pasar dengan keahlian yang

dimiliki berdagang serta ada yang memiliki keahlian sebagai tukang sepatu

Keberagaman jumlah responden menunjukkan keberagaman pekerjaan masyarakat

yang dijadikan sebagai obyek penelitian Menurut hasil penelitian digambarkan bahwa

seorang yang berprofesi sebagai pemulung ternyata juga memiliki keahlian di bidang

lainnya seperti tukang bangunan bahkan sopir Dari informasi yang dimiliki tersebut

diharapkan pemerintah dapat memberikan bantuan sesuai dengan bidang profesi

masyarakat atau keahlian masyarakat itu sendiri

30

Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan

NoJenis

Pekerjaan Responden

Tempat Usaha

Alat Modal Pemasaran jumlah

1Tidak

Bekerja

0 0

2Buruh Pasar

2 8 10 01020418 15

3Kuli

Bangunan

1 3 6 10 01020414 14 12

4 Pemulung

1 8 9 00918374 15

5 Pedagang

10 2 4 16 016326540 10 8

6 Becak

2 4 6 12 01224498 19 12

7Sopir

Angkutan

2 6 8 00816338 12

8 Wiraswasta

3 7 10 0102041 14 13

9 Bengkel

5 6 11 0112245 24 12

10Buruh Pabrik

0 0

11 Lain-lain

7 4 1 12 012244928 19 2

Jumlah 25 21 52 0 98

Masyarakat daerah sidoarjo untuk segala jenis pekerjaan yang dijadikan subyek

penelitian menyatakan bahwa masyarakat memilih diberikan bantuan modal alat dan

tempat usaha Sedangkan untuk aspek pemasaran masyarakat sidoarjo tidak begitu

memerlukan bantuan Karena jika kita perhatikan kabupaten sidoarjo terletak di urat nadi

perekonomian jawa timur sehingga diharapkan pemasaran tidak menjadi kendala Dari

98 orang yang dijadikan responden sebanyak 52 orang dari berbagai macam profesi

menginginkan bantuan modal usaha

31

Berdasarkan hasil data skunder yang telah dilakukan terhadap seluruh

rumahtangga miskin yang ada di Kota Malang maka gambaran lokasi rumahtangga

misikin yang ada di Kota Malang seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini

Tabel

Jumlah Keluarga Miskin Masing-Masing Kecamatan

Di Kota Malang

No Kecamatan Jumlah Rumah Tangga

Prosentase

1 Kedungkandang 6635 2730

2 Sukun 6255 2574

3 Klojen 3432 1412

4 Blimbing 4158 1711

5 Lowok Waru 3821 1572 Sumber Pemkot Malang 2006

Data di atas menunjukkan jumlah rumah tangga miskin yang ada di kota malang

di masing-masing Kecamatan Dari 5 kecamatan yang ada dikota Malang jumlah

kemiskinannya adalah sebagai berikut Kecamatan yang paling tinggi angka

kemiskinannya adalah kecamatan Kedungkandang yaitu sebesar 2730 kecamatan

Sukun sebesar 2574 kemudian Kecamatan Lowok Waru sebesar 1572

Kecamatan Blimbing 1711 dan angka terendah Rumah tangga miskinnya adalah

kecamatan Klojen yairu sebesar 1412

Gambar

Jumlah keluarga Miskin di Kota Malang

0 1 2 3 4 5 6 7

Kedungkandang

Sukun

Klojen

Blimbing

Lowok Waru

Jumlah Rumah Tangga

32

Berdasarkan gambaan di atas jumlah rumah tangga miskin di kota malang

berada pada daerah-daeah tertentu (Kedungkandang dan Sukun) wilayah ini merupakan

wilayah pinggiran kota yang padat dengan jumlah penduduknya Kecamatan

Kedungkandang merupakan daerah yang umumnya pdat penduduk dan daerah tersebut

merupakan daerah pinggiran kota serta rata-rata penduduknya memiliki mata

pencaharian pedagang Daerah tersebut juga merupakan daerah pusat-pusat industri

kecil dan yang lebih telihat bahwa kebanyakan rumah tangga miskin bertempat tinggal

di daerah aliran sungai brantas (DAS Brantas) serta di pinggiran jalur kereta api

Berbeda halnya dengan kecamatan Sukun daerah ini selain terdapatnya pusat

perdagangan juga merupakan daerah industri kecil (home industri) Keberadaan rumah

tangga miskin selain rata-rata kehidupannya berdagang juga bertempat tinggal pada

daerah-daerah perkampungan

33 Aspek Kultural Pada Masyarakat Miskin

Urbanisasi merupakan salah satu faktor pemicu perkembangan kota terjadinya

perpindahan penduduk dari desa ke kota disebabkan oleh berbagai faktor baik faktor

pearik maupun pendorong perkembangan industri dan perdagangan di kota merupakan

faktor penarik yang menyebabkan orang untuk berdatangan dan tinggal di daerah

perkotaan Keinginan untuk dapat mendapatkan penghasilan dan pekerjaan yang lebih

baik untuk mencukupi kebutuhan hidup merupakan penyebab utama terjadinya

urbanisasi Namun kondisi tersebut tidak seiring dengan kualitas pendidikan dan

ketrampilan yang memadai sehingga mereka tidak dapat ditampung di sektor formal

melainkan menggantungkan hidupnya pada sektor informal yang kurang menentu

Selain itu yang menjadi faktor pendorong terjadinya urbanisasi adalah kondisi fasilitas di

daerah asal (pedesaan) kurang memadai serta semakin menyempitnya lahan pertanian

dan peluang pekerjaan

Pertambahan penduduk di kota yang sangat tinggi menyebabkan berbagai

permasalahan sosial permasalahan yang muncul adalah adanya perkampungan kumuh

dan perumahan liar di pinggiran kota dan umumnya di daerah pinggiran aliran sungai

brantas (DAS) Masalah tersebut disebabkan oleh ketidak mampuan masyarakat miskin

perkotaan untuk memiliki rumah yang layak huni Penyebab lainnya adalah ketidak

mampuan pemerintah kota untuk menyediakan sarana bagi masyarakat miskin

33

perkotaan Pembangunan perkotaan senantiasa bukan memberikan solusi dalam

pengentasan kemiskinan perkotaan melainkan sebaliknya yaitu menjadikan proses

penggusuran dan semakin terdesaknya kehidupan masyarakat miskin tersebut

Tabel

Daerah Asal Responden sidoarjo

NoJenis

Pekerjaan Responden

Jawa Timur Non

Madura

Madura Jawa Barat

Jawa Tengah

Luar Jawa

jumlah

1Tidak

Bekerja

2Buruh Pasar

8 1 1 10 1011 7 7

3Kuli

Bangunan

7 2 1 10 1010 14 7

4 Pemulung

9 9 913

5 Pedagang

10 10 1014

6 Becak

8 1 2 11 1111 7 14

7Sopir

Angkutan

10 10 1014

8 Wiraswasta

8 6 14 1411 43

9 Bengkel

10Buruh Pabrik

8 2 10 1011 14

11 Lain-lain

2 2 10 14 143 14 71

Jumlah 70 14 0 14 0 98 100

Dari data diatas sebagian besar kaum migrant untuk setiap profesi berasal dari

jawa timur Di definisikan jawa timur karena seluruh masyarakat urban berasal dari jawa

timur kecuali Madura Ada beberapa alasan dari responden mengapa mereka

melakukan urbanisasi salah satunya adalah untuk memperbaiki taraf ekonomi karena

kabupaten sidoarjo dianggap sebagai kabupaten yang memiliki potensi yang cukup

34

tinggi dalam bidang industry Profesi terbanyak yang diminati oleh pendatang adalah

sebagai pedagang dan sebagai sopir

Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin

pada kabupaten sidoarjo dapat diperhatikan gambar di bawah ini

Gambar

Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin

35

Tabel

Daerah Asal Responden pasuruan

NoJenis

Pekerjaan Responden

Jawa Timur Non

Madura

Madura Jawa Barat

Jawa Tengah

Luar Jawa

jumlah

1 Tidak Bekerja

2 Buruh Pasar

4 4 24

3 Kuli Bangunan

5 5 55

4 Pemulung

10 10 1011

5 Pedagang

20 20 2022

6 Becak

8 2 10 109 33

7Sopir

Angkutan

0 0

8 Wiraswasta

0 0

9 Bengkel

10 Buruh Pabrik

15 4 19 1916 67

11 Lain-lain

30 30 3133

Jumlah 92 6 98 98 98

Sama seperti pada kabupaten sidoarjo sebagian besar pendatang adalah dari

wilayah jawa timur Pendatang sebagian besar berprofesi sebagai pedagang karena

wilayah sidoarjo selain sebagai sentra industry provinsi jawa timur juga sebagai urat nadi

perekonomian jawa timur Sehingga bagi para pedagang akan sangat menguntungkan

karena di lewati dari berbagai wilayah di jawa timur

Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin

pada kabupaten pasuruan dapat diperhatikan gambar di bawah ini

Gambar

36

Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin

Tabel 5Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan di kota malang

Lama Tinggal (Tahun)Kecamatan

pddkAsli le 2 3 - 6 7 - 9 ge 10

Jumlahrespondn

Kedung kandang10

(1053)- 3

(316)11

(1158)71

(1473) 95

18 - - 15 52

37

Sukun (2118) (1764) (6118) 85

Klojen9

(1200)5

(667)12

(1600)9

(1200)40

(5333) 75

Blimbing8

(100)2

(25)- 8

(100)62

(775) 80

Lowok Waru15

(1923)- - 7

(897)56

(7180) 78

Sumber Data Primer

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa dari responden (keluarga miskin)

perkotaan sebagian besar bukan penduduk asli daerah kota Malang melainkan

pendatang yang merupakan kaum migran dan menetap di kota Malang kecamatan

kedung Kandang merupakan daerah yang padat penduduknya dimana 1473

menunjukkan jumlah responden yang sudah lama tinggal di kota malang (di atas 10

tahun) bahkan beberapa responden sudah turun-menurun dari keluarga mereka

Kecamatan Sukun yang merupakan kaum pendatang yang tinggal di kota Malang sudah

puluhan tahun sebanyak 6118 dari responden yang ada Kecamatan Klojen sebesar

5333 Kecamatan Blimbing sebanyak 775 dan untuk kecamatan Lowok Waru

sebanyak 7180 dari masing-masing responden di tingkat kecamatan Kondisi ini

menjelaskan bahwa masyarakat miskin perkotaan adalah rata-rata kaum migran yang

sengaja datang ke kota Malang untuk mencari kehidupan yang lebih baik dari daerah

asal mereka Umumnya mereka datang sebagai migran tetap dan keberadaan mereka

sudah terbiasa hidup dalam kondisi serba kekurangan Beberapa responden yang

ditemui juga menjelaskan bahwa sebagai kaum pendatang sudah tidak asing lagi

dengan kehidupan masyarakat di kota Malang Umumnya mereka membaur dengan

masyarakat pendatang lainnya dengan hidup di kepadatan penduduk kota Malang

Salain dilihat dari lamanya masayarakat pendatang (migran tetap) tinggal di kota

Malang dapat pula dijelaskan mengenai temapat asal (daerah asal) responden untuk

melihat derah asal rumah tangga miskin perkotaan dapat kita bagi dengan

menggunakan batasan daerah (wilayah) Dimana wilayah pembagiannya adalah

mereka yang berasal dari daerah Jawa Timur (non-Madura) daerah Madura daerah

Jawa Tengah Jawa Barat dan Luar Jawa Adapun gambaran daerah asal rumah

tangga miskin perkotaan dapat dilihat pada tabel berikut

38

Tabel

Daerah Asal Responden

Daerah

Asal

Kecamatan

Jawa

Timur

Non-

Madura

Madur

a

Jawa

Tengah

Jawa

Barat

Luar

Jawa

Jumlah

Respond

n

Kedung kandang21

(2470)52

(6118)9

(1059)3

(353)- 85

Sukun19

(2836)28

(4179)12

(1791)8

(1194)- 67

Klojen9

(1364)49

(7424)5

(758)3

(454)- 66

Blimbing31

(4306)33

(4563)6

(833)2

(278)- 72

Lowok Waru28

(4444)21

(3333)9

(1429)5

((794)- 63

Sumber Data Primer

Berdasarkan data pada tabel di atas menunjukkan bahwa umumnya kaum

migran berasal dari daerah Jawa Timur dan daerah Madura Untuk kecamatan Kedung

Kandang sebesar 6118 berasal dari Madura kemudian Kecamatan Sukun 4179

kaum Migran berasal juga dari Madura Kecamatan Klojen 7424 Kecamatan Blimbing

sebesar 4563 dan kecamatan Lowok Waru sebesar 3333 Dari kelima kecamatan

tersebut yang banyak di datangi oleh migran yang berasal dari daeah Madura adalah di

Kecamatan Kedung Kandang (6118) dan Kecamatan Klojen (7424) dan mereka

sengaja tinggal di dekat pusat perkotaan dengan tujuan memudahkan untuk aktifitas

kegiatan pekerjaannya yang rata-rata bergelut disektor informal (pedagang kaki lima)

331 Kondisi Tempat Tinggal Masyarakat Miskin Perkotaan

Dilihat dari tempat tinggal masyarakat miskin perkotaan rata-rata kondisi tempat

tinggalnya dengan model bangunan semi permanen dan permanen sederhanan dengan

memanfatkan kondisi tanah yang rawan bencana (longsor kebisingan kumuh dan

sebagainya)

Tabel

Kondisi Fisik Bangunan Rumah RTM

39

Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan

Kondisi Fisik RumahKecamatan

Sesek(papan)

SemiPermanen Permanen

Jumlahrespondn

Kedung kandang

11(1158)

52(5474)

32(3368) 95

Sukun20

(2353)33

(3882)32

(3765) 85

Klojen5

(667)31

(1733)39

(5200) 75

Blimbing3

(375)13

(1625)64

(8000) 80

Lowok Waru9

(1154)24

(3077)45

(5769) 78

Sumber Data Primer

dari data primer (tabel) menunjukkan bahwa sebagian besar tempat tinggal

masyarakat miskin perkotaan adalah semi permanen dan permanen akan tetapi dengan

ukuran ruang (luas bangunan) yang cukup minim Dan umumnya yang mereka lakukan

adalah dengan menyewa tanah dan atau menempati tanah rawan musibah adapun

kondisi perumahan masyarakat miskin perkotaan dapat dilihat pada gambar berikut

Gambar

Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin Perkotaan

40

Dari gambar di atas terlihat bahwa kondisi tempat tinggal mereka sangat rawan

dengan terjadinya bencana dan kekumuhan kondisi ini selain rawan terhadap adanya

bahaya tersebut juga sangat rawan dengan permasalahan kesehatan

34 Analisa Spasial

Informasi mengenai tipologi perekonomian masyarakat akan sangat membantu

pemerintah dalam menentukan kebijakan ekonomi di masa mendatang Dari informasi

tersebut dibuatlah peta potensi ekonomi dengan maksud merelevansikan antara potensi

ekonomi daerah dan kebijakan ekonomi Selain itu jika kebijakan ekonomi hanya

terfokus di suatu wilayah tertentu akan berdampak pada ketimpangan pertumbuhan

ekonomi Seperti dijelaskan sebelumnya inventarisasi sarana ekonomi sebuah wilayah

dilakukan dengan menggunakan pendekatan tipologi suatu wilayah Melalui pendekatan

ini selanjutnya dapat digambarkan wilayah majemuk dengan fenomena yang kompleks

dengan beberapa persamaan di dalamnya Maksudnya bahwa pada tipologi suatu

wilayah ada relevansinya dengan keberadaan potensi ekonomi maupun potensi sarana

ekonomi di wilayah tersebut Ini menandakan bahwa kebijakan pengembangan ekonomi

suatu wilayah diperlukan pengadaan sarana ekonomi yang tepat sedikitnya sesuai

dengan kondisi wilayah yang dibangun termasuk karakteristik kegiatan ekonomi yang

dilakukan oleh masyarakat setempat sehingga keberadaan sarana tersebut mampu

mendorong aktivitas ekonomi masyarakat dan pada akhirnya mengentaskan dan

menanggulangi kemiskinan

41

Di wilayah kabupaten pasuruan terdapat berbagai macam potensi ekonomi yang

belum tersentuh pengembangannya oleh pemerintah daerah Potensi yang terdapat di

wilayah tersebut bukan hanya pada potensi sumber daya alam melainkan juga potensii

sumber daya manusianya Untuk wilayah ssidoarjo perlu adanya perhatian mendalam

pada pengembangan sumber daya manusia karena di wilayah tersebut banyak sekali

potensi industri yang dapat berkembang Sedangkan untuk daerah malang hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa disinyalir masih terdapat kegiatan ekonomi maupun

sarana ekonomi yang menunjang kegiatan tersebut belum dimanfaatkan secara optimal

Keadaan ini menjadikan keduanya masih bersifat potensial dan memerlukan

penanganan pengelolannya agar dapat diperoleh output yang optimal pula Pengelolaan

optimal tersebut tentu masih memerlukan suatu pengkajian tersendiri untuk mengukur

sampai sejauh mana tingkat feasibilitasnya

Potensi sarana ekonomi kabupaten ssidoarjo kabupaten pasuruan dan Kota

Malang merujuk pada sarana ekonomi (dalam bentuk fisik) yang teridentifikasi di setiap

daerah maupun yang sudah terkompilasikan di tingkat kabupaten dan kota Potensi

tersebut dapat di petakan pada masing-masing kabupaten di wilayah Jawa Timur

melalui Peta berikut

Gambar Provinsi Jawa Timur

42

Gambar kota Malang

43

keterangan

daerah masyarakat miskin perkotaan

daerah potensi terjadinya kemiskinan

tidak ada potensi terjadnya kemiskinan

Sejalan dengan maksud di atas Pemerintah Kota Malang masih

perlu melakukan kajian mendalam tentang pengembangan potensi wilayah

sebagai salah satu upaya untuk mendukung pemulihan ekonomi yang

bersifat jangka menengah Dukungan kajian ini dilakukan dengan menggali

lebih dalam potensi yang dimiliki setiap kawasan di wilayah Kota Malang

Dengan demikian Pemerintah Kota Malang dengan mudah dapat mengambil

langkah-langkah menumbuh kembangkan potensi sarana ekonomi daerah

44

Kec Blimbing Industri (kecil-

menengah)Pariwisata Pertanianperumahanperdagangan

Kec Kedungkandang Industri (kecil-

menengah)Pertanianperumahan

Kec Sukun Industri kecilPendidikanperumahan

Kec Kolojen perdagangan PendidikanPerhotelanperkantoran

Kec Lowokwaruperumahan PendidikanIndustri (kecil-

menengah)

khususnya yang berada di pusat-pusat kegiatan produksi masyarakat yang

dianggap cukup strategis di Kota Malang

Sejalan dengan semakin meningkatnya peran serta dunia usaha

dan masyarakat di dalam pelaksanaan pembangunan maka program-

program pembangunan Kota Malang perlu disusun dengan

mempertimbangkan keterlibatan mereka Upaya ini dimaksudkan agar

Pemerintah Kota Malang lebih mudah mengefektifkan potensi sarana

ekonomi dan mengarahkannya untuk kepentingan pembangunan yang lebih

konsisten efektif dan efisien serta berkelanjutan dalam menanggulangi

kemiskinan

Secara keseluruhan penduduk miskin di wilayah kota malang masih tersebar

merata di seluruh kecamatan Kecuali di kecamatan Lowokwaru sebagian besar di

kecamatan ini tidak ada potensi kemiskinan Hal tersebut dikarenakan banyaknya

industry pendidikan seperti UMM UNISMA UNIGA Brawijaya ITN UM dll Dengan

banyaknya perguruan tinggi di wilayah tersebut maka potensi perekonomian semakin

besar Tidak sedikit masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang makanan karena

untuk memnuhi kebutuhan para mahasiswa

Pada data dikatakan bahwa rata-rata pendapatan di kecamatan Lowokwaru

masih besar padahal menurut analisis spasial potensi terjadinya kemiskinan sangat

kecil Pada analisi ekonomi diindentifikasi bahwa banyak masyarakat yang

berpendapatan dibawah 400 ribu Hal tersebut terjadi pada masyarakat yang tinggal di

daerah pesisir sungai Masih banyak masyarakat yang tinggal di Daerah Aliran Sungai

tidak memiliki kesempatan kemampuan untuk bersaing dengan masyarakat yang tidak

tiggal di Daerah Aliran Sungai Di perkirakan masyarakat yang menempati DAS

merupakan masyarakat pendatang yang berurbanisasi dengan tidak membawa suatu

keahlian

Potensi kemiskinan terbesar dapat terjadi di Kecamatan Sukun Banyak

masyarakat di daerah ini yang memiliki pendapatan dibawah 400 ribu Jika kita

bandingkan dengan kecamatan Lowokwaru potensi kemiskinan di daerah kecamatan

Sukun tidak hanya terjadi di DAS namun juga pada masyarakat lainnya Banyak faktor

yang mengindikasikan potensi kemiskinan salah satu faktor utama adalah sulitnya

pemasaran dan persaingan yang ketat Meski kegiatan masyarakat di kecamatan

Lowokwaru dengan kecamatan Sukun relatif sama namun di kecamatan Lowokwaru

45

pemasaran barang dan jasa yang diproduksi tidak sesulit di kecamatan Sukun meski

ada persaingan

Hampir memeratanya potensi masyarakat miskin di kecamatan Sukun

menimbulkan dampak di kecamatan Kedungkandang terutama di perbatasan diantara

kedua kecamatan tersebut Menurut survey yang dilakukan memang sebagian besar

masyarakat miskin berpotensi di DAS Dapat dilihat di peta bahwa gambar merah

bersinggungan antara kedua kecamatan dan di kedua wilayah tersebut dialiri sungai

yang sama namun jika kita lihat kebawahnya warna kecamatan Kedungkandang mulai

ada yang Hijau Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat diluar DAS mempunyai

usaha yang berhubungan positif dengan pendapatan seperti pertanian

Berbeda halnya di kecamatan Klojen kecamatan ini merupakan pusat

pemerintahan kota Malang Banyak warga di kecamatan ini yang berprofesi sebagai

pegawai negeri sipil Memang masih terindikasi adanya kemiskinan di daerah tersebut

namun kemiskinan itu timbul karena mereka yang tidak mempunyai kesempatan dan

daya tawar diri mereka Kebanyakan yang tidak memiliki daya tawar diri yang tinggi

adalah mereka para pendatang yang tidak membawa keahlian kemudian mereka

tinggal di DAS dan berprofesi sebagai buruh tani buruh pabrik ataupun yang lainnya

yang tidak membutuhkan keahlian lebih

Bab V Kesimpulan dan Saran

Setelah melalui beberapa tahapan analisis dalam mengidentifikasi kemiskinan

perkotaan di beberapa wiayah Jawa Timur terdapat beberapa kesimpulan yaitu

1 Didapat bahwa sebaran penduduk miskin berkosentrasi pada daerah

sepanjang aliran sungai dan ada beberapa kota yang mengindikasikan

bahwa penduduk miskin berasal dari pendatang dari luar kota

2 Dalam penanggulangan kemiskinan pemerintah sudah banyak

mengeluarkan berbagai macam program pengentasan kemiskinan seperti

P2K P2KP BLT dll namun dalam aplikasinya banyak program yang belum

tepat sasaran

3 Ada beberapa karakteristik yang menarik dalam pengentasan kemiskinan

diantaranya bahwa dalam mengentaskan masyarakat miskin metode yang

46

diterapkan lebih kepada pembinaan keahlian dan mentalitas karena

seperti yang terdapat di kota malang masyarakat miskin dipicu dari

kebiasaan atau mentalitas dari masyarakat tersebut dalam kehidupan

sehari-hari Riset menemukan meskipun masyarakat miskin diberikan

bantuan uang seperti BLT namun bantuan tersebut tidak diperuntukkan

kepada pengembangan usaha namun habis untuk konsumsi begitu pula

dengan program ndash program pengentasan kemiskinan yang lainnya

Saran

Dalam pengentasan kemiskinan disarankan kepada pemerintah untuk mencari

data kemiskinan yang akurat dengan tujuan pemberian bantuan dalam rangka

pengentasan kemiskinan dapat terserap tepat pada masyarakat yang dituju Selain itu

untuk mengentaskan masyarakat yang bertipikal ldquokultur miskinrdquo harus banyak diberikan

pelatihan dan pembinaan mental

47

DAFTAR PUSTAKA

Blakely Edward J (1989) Planning Local Economic Development Theory and Practice Sage Library of Social Research 168 Sage Publication

BPS (1999) Perkembangan Tingkat Kemiskinan dan Beberapa Dimensi Sosial Ekonominya 1996-1999 Jakarta BPS

Budi Soeradji Mubyarto (1998) Gerakan Penanggulangan Kemiskinan Laporan

Penelitian di Daerah-Daerah Yogyakarta Aditya Media

Faisal Basri (2002) Perekonomian Indonesia Tantangan dan Harapan bagi Kebangkitan Indonesia Jakarta Erlangga

Fei J C H amp Gustav R (1964) Development Economics What Next In a Ranis G P Schulta (Ed) The State of Development Economics

Gunawan Sumodiningrat (1999) Penanggulangan Krisis Harus Memihak Rakyat Disampaikan pada konferensi pers untuk launcing The Economic and Social Survey of Asia and the Pacific 1999 (ESCAP) di UNIC Jakarta

Kuncoro M (2000) Ekonomi Pembangunan Teori Masalah dan Kebijakan (1st ed) Yogyakarta UPP AMP YKPN

Kuncoro M (2004) Otonomi dan Pembangunan Daerah Reformasi Perencanaan Strategi dan Peluang Jakarata Erlangga

Mellor J W (1976) The New Economies of Growth A Strategy for India and the Developing Countries Cornell Cornell University Press

Nurkse R (1953) Problem of Capital Formation in Underdeveloped Countries In Meier Gerald M Leading Issues in Economic Development edisi ke 6 Oxford University Press Oxford

Rintuh Cornelis amp Miar (2005) Kelembagaan dan Ekonomi Rakyat BPFE-UGM Yogyakarta

Sharp Ansel M Charles A Register and Paul W Cerimes (1996) Economics of Social Issues edisi ke 12 Richard D Chicago Irwin

Sumarto Sudarno (2002) ldquoGrowth Inequality and Poverty Evidence from Micro Datardquo Makala dalam The Young Economics Seminar Jakarta World Bank

48

Page 19: Makalah akp

digunakan untuk mengukur indikator kelembagaan indikator tipologipenyebab

kemisikinan indikator sumberdaya dan potensi ekonomi dan lain-lain

5 Teknik Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam pengumpulan informasi dan data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah Participatory Rural Appraisal (PRA) meliputi

1 Wawancara yaitu metode pengumpulan data dengan wawancara secara

mendalam dengan key-person (formal dan informal leaders) untuk

mengidentifikasi kebutuhan (needs) masyarakat

2 Dokumentasi yaitu metode pengumpulan data sekunder yang dimiliki oleh

responden lembaga ekonomi dan sosial maupun instansi teknis terkait

3 Observasi ( pengamatan) dan survei lapang

Dalam hal meyakinkan data dan informasi yang diperoleh dari responden

peneliti mengadakan pengamatan dan survei lapang secara langsung terhadap

obyek yang diamati mendengar serta mencatat hasil temuan lapang

4 Pengumpulan Data Sekunder

Selain dukungan data primer yang menjadi sumber data utama penelitian ini juga

menggunakan data sekunder yang diperoleh dari dokumen-dokumen serta catatan-

catatan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti Dokumen yang dimaksud

adalah jumlah keluarga miskin yang diperoleh dari Badan Perencanaan Kota

(Bapekot) Malang Catatan Sipil Kota malang (data Penduduk Kota malang sampai

dengan bulan Februari 2006) dan statistik kecamatan dari tiga kecamatan yang

diterbitkan oleh Kantor Statistik Kota Malang 2006

5 Focus Group Discussion (Diskusi Kelompok)

Peneliti melaksanakan diskusi dengan obyek penelitian ketika peneltian lapang akan

dilakukan Kegiatan ini pertama dilakukan adalah dimaksudkan untuk

mensosialisasikan pelaksanaan pengumpulan data (sebagai kegiatan penting

penelitian ini) kepada para sekretaris kecamatan dan seluruh sekretaris

desakelurahan yang diperkirakan menjadi sasaran dari kegiatan penelitian lapang

Berbagai informasi yang disampaikan dalam kegiatan sosialisasi ini antara lain

meliputi pentingnya dilaksanakan kegiatan inventarisasi dan pemetaan kemiskinan

di Kabupaten Sumenep proses pengumpulan data dan hasil akhir yang dihasilkan

kegiatan ini Melalui kegiatan ini dicapai jalinan suatu kebersamaan antara peneliti

19

dengan calon responden (subyek yang diteliti) sehingga dapat diperoleh data yang

optimal

Diskusi kelompok kedua dilakukan pada saat menjelang kegiatan ini berakhir

Diskusi ini dilakukan dengan stakeholders tingkat kota dimaksudkan untuk

mengoptimalkan hasil temuan lapangan Dikusi kelompok ini diarahkan kepada

upaya-upaya mengklarifikasi hasil temuan lapangan mendapatkan koreksi dan

masukan serta kesepakatan tentang hasil akhir kegiatan ini

6 Alat Analisis

Analisis dilakukan dengan memadukan pendekatan struktural (data

kuantitatif dan kualitatif) ekonomi (potensi sumberdaya pemabngunan) dan spasial

(pemetaan) Maksudnya bahwa dari himpunan data yang telah dikompilasi

dilakukan analisis statistik sederhana dengan lebih banyak menggunakan tabulasi

silang dan perhitungan-perhitungan statistik yang secara mudah dapat dipahami

Himpunan data tersebut selanjutnya diinterpretasikan dan dirancang dengan

menempatkan hasil analisis tersebut ke dalam peta (pendekatan spasial)

Pemetaan tersebut dimaksudkan untuk menentukan tata letak potensi sarana

ekonomi yang dimaksud oleh penelitian ini paling tidak untuk

1) memahami keberadaan keluarga miskin baik melalui data struktural maupun

melalui tampilan peta setiap desakelurahan

2) memahami secara terintegrasi keberadaan masyarakat miskin di Kota malang

dalam perspektif kepentingan ekonomi dan pembangunan Kota Malang ke

depan

Selain menggunakan pendekatan di atas penelitian ini juga menggunakan

metode Performance-Importance Analysis dalam menjawab tujuan yang akan dicapai

Analisis ini digunakan untuk melihat tingkat kesenjangan (gap) antara atribut kinerja

pelayanan publik (performance) yang telah dilakukan oleh pemerintah melalui dinas-

dinas terkait penanggulangan kemiskinan di Kota Malang dengan persepsi tingkat

kepentingan (importance) akan atribut-atribut yang dibutuhkan

Pengukuran tingkat kepentingan dan performance dilakukan dengan cara

menyebarkan kuesioner bagi masyarakat miskin yang menjadi obyek penelitian

Responden akan diminta untuk memberikan penilian atau persepsi mereka terhadap

sejauh mana layanan yang telah diberikan pemerintah melalui dinas-dinas terkait di Kota

Malang (performance) terhadap penanggulangan kemiskinan Dengan memberikan

20

penilaian atas atribut yang mereka anggap paling dibutuhkan saat ini (importance)

dengan asumsi bahwa obyek penelitian mengerti sejauh mana kinerja atribut pelayanan

publik yang telah dilakukan dinas-dinas terkait dan berkompeten dalam penanggulangan

kemiskinan

Dari analisis Kuadran akan diketahui pada kuadran manakah suatu atribut

berada sehingga nantinya dapat digunakan sebagai instrumen untuk

merekomendasikan tindakan atau kebijakan yang seharusnya dilakukan bagi

keberhasilan penanggulangan kemiskinan di Kota Malang

Bab 4 Hasil analisis

1 Gambaran geografis Jawa Timur

Jawa Timur adalah sebuah provinsi di bagian timur Pulau Jawa Indonesia

Ibukotanya adalah Surabaya Luas wilayahnya 47922 kmsup2 dan jumlah penduduknya

37070731 jiwa (2005) Jawa Timur merupakan provinsi terluas diantara 6 provinsi di

Pulau Jawa dan memiliki jumlah penduduk terbanyak kedua di Indonesia setelah Jawa

Barat Jawa Timur berbatasan dengan Laut Jawa di utara Selat Bali di timur Samudra

Hindia di selatan serta Provinsi Jawa Tengah di barat Wilayah Jawa Timur juga

meliputi Pulau Madura Pulau Bawean serta sejumlah pulau-pulau kecil di Laut Jawa

dan Samudera Hindia

Jawa Timur dikenal sebagai pusat Kawasan Timur Indonesia dan memiliki

signifikansi perekonomian yang cukup tinggi yakni berkontribusi 1485 terhadap

Produk Domestik Bruto nasional Pembagian wilayah administrasi Pemerintah Propinsi

Jawa Timur pada tahun 2003 sd tahun 2007 terbagi dalam 4 (empat) Badan Koordinasi

Wilayah Pembantu Gubernur 29 Kabupaten dan 9 Kota serta jumlah kecamatan

berjumlah 642 kecamatan Perwakilan kecamatan sejak tahun 2003 telah ditiadakan

sebelumnya berjumlah 114 dan Kota Administratif Batu sejak tahun 2003 telah menjadi

Kotasedang Kota Administratif Jember berdasarkan peraturan perundangan telah

21

dicabut dengan demikian Jember hanya sebagai Kabupaten Jumlah kelurahan

sebanyak 785 Kelurahan dan Desa sebanyak 7680 desa

Table 8

Pembagian Wilayah Administrasi Provinsi Jawa Timur

Uraian 2001 2002 2003 2004 2005 2006Badan koordinasi wilayah 4 4 4 4 4 4Jumlah Kabupaten 29 29 29 29 29 29Jumlah kota 9 9 9 9 9 9Jumlah Kecamatan 642 642 642 642 657 657Jumlah Kelurahan 784 784 784 784 784 784Jumlah Desa 7715 7715 7715 7715 8484 8484

Sumber Biro Pemerintahan dan Otoda Setda Prop Jatim amp Jatim Dalam Angka 2006

2 Gambaran geografis

a gambaran geografis kabupaten Pasuruan

Kota Pasuruan adalah ibu kota Pasuruan Jawa Timur terletak di persimpangan

jalur regional Surabaya-Probolinggo-Malang Orientasi Wilayah Kota Pasuruan memiliki

wilayah seluas 3529 kmsup2 dengan jumlah penduduk sebanyak 158864 jiwa (Sensus

Penduduk 2000) Wilayahnya terdiri dari 3 kecamatan 19 kelurahan dan 15 desa

Tiga kecamatan tersebut yaitu Kecamatan Gading rejo Purworejo dan Bugulkidul

Kecamatan Bugulkidul memiliki wilayah terbesar (1624 kmsup2) sedang untuk Gadingrejo

dan Purworejo masing-masing 1046 kmsup2 dan 859 kmsup2

b Gambaran geografis kabupaten Sidoarjo

Kota Sidoarjo merupakan Ibukota Kecamatan Sidoarjo yang terletak di tepi Selat

Madura dan termasuk dalam wilayah administratif Kabupaten Sidoarjo Propinsi Jawa

Timur Batas-batas administrasi dari kota Sidoarjo ini adalah

1048707 Sebelah utara Kecamatan Waru

22

1048707 Sebelah selatan Kecamatan Porong

1048707 Sebelah Timur Selat Madura

1048707 Sebelah Barat Kecamatan Krian

Secara geografis wilayah Kota Sidoarjo memiliki luas wilayah 6256 Ha Ditinjau dari

Topografi keadaan medan Kota Sidoarjo berada pada ketinggian antara 23 - 32 diatas

permukaan laut

c Gambaran geografis kabupaten malang

3 Pemetaan Penduduk miskin di kabupaten Sidoarjo Pasuruan dan Malang

Gambaran Rumah Tangga Miskin Di Kabupaten Sidoarjo Pasuruan Dan Malang

Hasil penelitian dengan menggunakan data skunder yang telah dilakukan mengenai jumlah rumah tangga miskin yang ada di kabupaten sidoarjo pasuruan dan malang seperti tergambar pada table di bawah ini

Table 9Jumlah keluarga miskin di kabupaten sidoarjo pasuruan dan malang

Kabupaten 2005 2006 Sidoarjo 239100 1402 223300 1297Pasuruan 285100 2016 308900 2167Malang 373700 1617 404800 171Jawa timur 7139900 1995 7678100 2109

sumber BPS

Dari deskripsi data diatas mengenai jumlah keluarga miskin di 3 kabupaten

provinsi jawa timur antara tahun 2005 dan 2006 menunjukkan tingkat kemiskinan yang

bervariasi Untuk kabupaten sidoarjo jumlah keluarga miskin sebesar 239100 atau

mencapai 1402 dari jumlah penduduk di tahun 2005 Tahun berikutnya jumlah

keluarga miskin berkurang menjadi 223300 atau 1297 dari total penduduk di

kabupaten sidoarjo Penurunan jumlah keluarga di kabupaten sidoarjo ternyata tidak

diikuti di tetangga kabupatennya seperti pasuruan dan malang Jumlah keluarga miskin

di kabupaten pasuruan sebanyak 285100 atau 2016 di tahun 2005 dan naik menjadi

308900 atau 2167 dari toatal keluarga di kabupaten pasuruan Demikian juga dengan

23

kabupaten malang jumlah keluarga miskin di tahun 2006 juga mengalami kenaikan

Tahun 2005 jumlah keluarga miskin sebanyak 373700 atau 167 naik menjadi

404800 atau 171 dari jumlah keluarga yang tinggal di kabupaten malang

4 Gambaran rumah tangga miskin pada kabupaten pasuruan sidoarjo dan

malang

Jika dilihat mengenai masalah kemiskinan di daerah provinsi jawa timur maka dapat

diketahui bahwa peta penduduk miskin tidak hanya terkelompok pada kabupaten yang

mempunyai sumberdaya alam yang sedikit namun juga terdapat ppotensi kemiskinan di

daerah yang mempunyai sumber daya alam yang banyak Untuk lebih jelasnya berikut

peta potensi kemiskinan pada masing ndash masing kabupaten yang diikuti dengan jumlah

penduduknya

Tabel

Jumlah Rumahtangga Miskin Masing-Masing Kabupaten

Di Wilayah Provinsi Jawa Timur

KabupatenJumlah Penduduk Jumlah Penduduk Miskin

2005 2006 2005 2006Kabupatenkab Pacitan 869642 885986 150100 162600kab Ponorogo 665070 687786 152500 165200kab Trenggalek 969461 984460 165800 189000kab Blitar 525888 1140809 175800 190400kab Kediri 1429137 1525231 255900 277200kab Malang 2336363 2419822 373700 404800kab Lumajang 999525 1026400 186100 201900kab Jember 2261477 2278718 408000 423300kab Banyuwangi 1514605 1575265 236100 251900kab Bondowoso 698504 725571 169500 183600kab Situbondo 605208 636200 113200 107200kab Probolinggo 1021279 1070137 267400 289700kab Pasuruan 1398122 1485342 285100 308900kab Sidoarjo 1697435 1838666 239100 223300kab Mojokerto 969299 1027871 154300 165400kab Jombang 1222499 1212876 278600 289900kab Nganjuk 989693 1065459 235800 255400kab Madiun 641596 667709 137500 144700kab Magetan 617492 621862 104600 113300kab Ngawi 827728 857449 193400 209100kab Bojonegoro 1228939 1251051 323900 350900

24

kab Tuban 1063375 1104538 300700 325800kab Lamongan 1187065 1274194 280800 304200kab Gresik 1118841 1120541 242500 287500kab Bangkalan 889590 945863 286700 306700kab Sampang 835122 894046 325900 353100kab Pamekasan 762876 782076 237600 271500kab Sumenep 1004758 1068595 331200 351100

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa di kabupaten malang mempunyai potensi

kemiskinan yang tinggi pada tahun 2005 dan 2006 Tingginya angka kemiskinan di

kabupaten tersebut mengindikasikan bahwa kurang adanya pemerataan pada

pembangunan perekonomian Kabupaten pasuruan dan kabupaten sidoarjo memiliki

jumlah penduduk miskin relatif dibawah kabupaten malang Hal tersebut bisa terjadi

karena kedua kabupaten berada pada lingkar urat nadi perekonomian jawa timur

sehingga perekonomian di wilayah tersebut dapat terdongkrak akibat aktivitas

perekonomian jawa timur

5 Karakteristik Perekonomian Rumah Tangga Miskin

51 Kabupaten Pasuruan

Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden

Salah satu penentuan sebuah masyarakat miskin adalah dengan melihat rata-

rata tingkat pendapatannya Oscar Lewis (1966) akar dari timbulnya budaya miskin

salah satunya adalah rendahnya gajipendapatan

Tabel

Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden kabupaten pasuruan

No

lt 200000200000

sd 400000

410000 sd

500000gt 500000 Jumlah

1Tidak

Bekerja

2 2 29

2Buruh Pasar

3 3 6 613 10

3Kuli

Banguan

1 2 1 4 44 7 3

4 Pemulung

1 1 8 10 104 3 22

25

5 Pedagang

4 8 10 22 2217 28 27

6 Becak 3 7

10 1010 19

7Sopir

Angkutan

1 4 5 10 104 14 14

8 Wiraswasta

1 2 1 15 54 7 3 11

9 Bengkel

2 3 1 17 79 10 3 11

10Buruh Pabrik

4 610 1011 67

11 Lain-lain

8 3 1 12 1235 10 11 100

Jumlah 23 29 37 9 98

Table diatas menjelaskan mengenai tingkat pendapatan dan jenis pekerjaan

pada kabupaten pasuruan Dari 91 sampel yang di ambil ada beberapa karakteristik

pendapatan dari para pekerja Secara umum masyarakat yang mempunyai pendapatan

lebih dari 500 ribu di domonasi oleh pekerja swasta bengkel buruh pabrik dan lain-lain

Buruh pabrik memiliki tingkat pendapatan di atas 500 ribu disebabkan karena adanya

kebijakan UMR yang harus dipenuhi oleh perusahaan di wilayah tersebut

Tabel

Keahlian Yang Dimiliki Masyarakat kabupaten pasuruan

No Jenis Pekerjaan Responden Wiraswasta BengkelMontir Sopir

Tukang Bangunan

DagangLain-lain

jumlah

1 Tidak Bekerja 0 0

2 Buruh Pasar

1 1 2 26 0 0 0 7 0

3 Kuli Bangunan

5 5 414 1428 0 0 25 0 22

4 Pemulung

33 30 0 0 0 0 17

5 Pedagang

2 1 3 28 80 0 13 5 21 11

26

6 Becak

2 4 5 314 140 17 25 25 0 17

7 Sopir Angkutan

2 3 5 50 17 19 0 0 0

8 Wiraswasta

5 3 5 13 1328 0 0 15 36 0

9 Bengkel

5 2 29 90 42 13 0 0 11

10 Buruh Pabrik

5 3 3 11 1128 0 0 15 21 0

11 Lain-lain

2 3 5 3 2 419 1911 25 31 15 14 22

Jumlah 18 12 16 20 14 18 98 100

Keberagaman keahlian yang dimiliki oleh masyarakat kabupaten pasuruan tidak

berarti bahwa keahlian yang dimilikinya terspesifikasi pada satu jenis keahlian tertentu

namun tidak sedikit masyarakat yang mempunyai keahlian lain diluar dari profesi yang

dimilikinya Sebagai contoh adalah seorang pegawai bengkel tidak hanya ahli dalam

memperbaiki kendaraan bermotor namun juga bisa berprofesi sebagai sopir Hal

tersebut ditunjukkan oleh hasil observasi yang telah dilakukan untuk masyarakat daerah

pasuruan dimana pegawai bengkel ternyata juga bisa berprofesi sebagai sopir atau

bidang usaha yang lain

Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan

NoJenis

Pekerjaan Responden

Tempat Usaha

Alat Modal Pemasaran Ketrampilan jumlah

1 Tidak Bekerja

2 Buruh Pasar

3Kuli

Bangunan

4 Pemulung

5 5 10 10 23 12

5 Pedagang

8 5 13 1350 12

27

6 Becak

4 8 12 12 18 19

7Sopir

Angkutan

5 5 5 12

8 Wiraswasta

8 6 14 14 36 14

9 Bengkel

5 6 11 11 23 14

10 Buruh Pabrik

77 7 41

11 Lain-lain

8 8 1026 2750 19 59

Jumlah 16 22 43 0 17 98 100

Dengan keahlian yang dimiliki oleh masyarakat pasuruan dapat diindikasikan

bahwa keahlian yang dimiliki mempunyai kemerataan sampel Dari seluruh responden

yang dijadikan sampel sebagian besar menginginkan bantuan modal alat dan tempat

usaha Untuk jenis pekerjaan bengkel sampel menyatakan bahwa responden

menginginkan bantuan modal dan alat untuk dapat mengembangkan usahanya Hal

yang sama juga ditunjukkan untuk jenis pekerjaan wiraswasta dimana 23 menyatakan

menginginkan bantuan alat dan 24 menginginkan bantuan modal

52 Kabupaten Sidoarjo

Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden

No Gaji amp Jenis Pekerjaan

lt 200000

200000 sd

400000

410000 sd

500000gt 500000 Jumlah

1 Tidak Bekerja

2

2 2111

2 Buruh Pasar

6 4

10 11333 200

3 Kuli Banguan

1 8 1

10 1156 400 50

4 Pemulung

8 2

10 11444 100

5 Pedagang

1 2 7

10 1150 100 212

28

6 Becak

1 2

3 356 100

7 Sopir Angkutan

2 6 1

9 10100 300 30

8 Wiraswasta

1 2 7

10 1150 100 212

9 Bengkel

4 5

9 10200 152

10 Buruh Pabrik

5 5

10 11250 152

11 Lain-lain

8

8 9242

Jumlah 18 20 20 33 91 100

Karakteristik pendapatan masyarakat di daerah perkotaan kabupaten sidoarjo

menunjukkan kesamaan dari kabupaten pasuruan Secara keseluruhan responden yang

berpenghasilan di atas 500 ribu di dominasi oleh masyarakat yang mempunyai

pekerjaan sebagai wiraswasta bengkel buruh pabrik dll Jika ditelaah lebih lanjut

memang untuk golongan buruh pabrik mereka berpenghasilan ditas 500 ribu karena ada

jaminan dari pemerintah mengenai pendapatan minimum melalui UMR Sedangkan

masyarakat yang bekerja di bengkel mendapatkan pendapatan yang tinggi karena

sidoarjo merupakan daerah industry sehingga tidak sedikit masyarakat yang

menggunakan kendaraan bermotor dalam aktifitasnya

Tabel

Keahlian Yang Dimiliki Masyarakat kabupaten sidoarjo

NoJenis

Pekerjaan Responden

Wiraswasta BengkelMontir

SopirTukang

BangunanDagang

Lain-lain

jumlah

1Tidak

Bekerja

2 Buruh Pasar

5 6 718 1831 43 37

3 6 8 14 14

29

Kuli 46

4 Pemulung

6 7 13 13 23 54

5 Pedagang

8 3 11 1150 30

6 Becak

8 8 8 57

7Sopir

Angkutan

5 49 9 19 21

8 Wiraswasta

3 5 8 8 30 19

9 Bengkel

4 4 4 15

10Buruh Pabrik

11 Lain-lain

3 4 6 13 1319 40 23

Jumlah 16 10 26 13 14 19 98 100

Menurut survey yang telah dilakukan ternyata tipikal masyarakat sidoarjo dan

pasuruan untuk kategori keahlian yang dimiliki adalah sama penyebarannya Untuk

kabupaten sidoarjo jenis pekerjaan terbanyak adalah buruh pasar dengan keahlian yang

dimiliki berdagang serta ada yang memiliki keahlian sebagai tukang sepatu

Keberagaman jumlah responden menunjukkan keberagaman pekerjaan masyarakat

yang dijadikan sebagai obyek penelitian Menurut hasil penelitian digambarkan bahwa

seorang yang berprofesi sebagai pemulung ternyata juga memiliki keahlian di bidang

lainnya seperti tukang bangunan bahkan sopir Dari informasi yang dimiliki tersebut

diharapkan pemerintah dapat memberikan bantuan sesuai dengan bidang profesi

masyarakat atau keahlian masyarakat itu sendiri

30

Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan

NoJenis

Pekerjaan Responden

Tempat Usaha

Alat Modal Pemasaran jumlah

1Tidak

Bekerja

0 0

2Buruh Pasar

2 8 10 01020418 15

3Kuli

Bangunan

1 3 6 10 01020414 14 12

4 Pemulung

1 8 9 00918374 15

5 Pedagang

10 2 4 16 016326540 10 8

6 Becak

2 4 6 12 01224498 19 12

7Sopir

Angkutan

2 6 8 00816338 12

8 Wiraswasta

3 7 10 0102041 14 13

9 Bengkel

5 6 11 0112245 24 12

10Buruh Pabrik

0 0

11 Lain-lain

7 4 1 12 012244928 19 2

Jumlah 25 21 52 0 98

Masyarakat daerah sidoarjo untuk segala jenis pekerjaan yang dijadikan subyek

penelitian menyatakan bahwa masyarakat memilih diberikan bantuan modal alat dan

tempat usaha Sedangkan untuk aspek pemasaran masyarakat sidoarjo tidak begitu

memerlukan bantuan Karena jika kita perhatikan kabupaten sidoarjo terletak di urat nadi

perekonomian jawa timur sehingga diharapkan pemasaran tidak menjadi kendala Dari

98 orang yang dijadikan responden sebanyak 52 orang dari berbagai macam profesi

menginginkan bantuan modal usaha

31

Berdasarkan hasil data skunder yang telah dilakukan terhadap seluruh

rumahtangga miskin yang ada di Kota Malang maka gambaran lokasi rumahtangga

misikin yang ada di Kota Malang seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini

Tabel

Jumlah Keluarga Miskin Masing-Masing Kecamatan

Di Kota Malang

No Kecamatan Jumlah Rumah Tangga

Prosentase

1 Kedungkandang 6635 2730

2 Sukun 6255 2574

3 Klojen 3432 1412

4 Blimbing 4158 1711

5 Lowok Waru 3821 1572 Sumber Pemkot Malang 2006

Data di atas menunjukkan jumlah rumah tangga miskin yang ada di kota malang

di masing-masing Kecamatan Dari 5 kecamatan yang ada dikota Malang jumlah

kemiskinannya adalah sebagai berikut Kecamatan yang paling tinggi angka

kemiskinannya adalah kecamatan Kedungkandang yaitu sebesar 2730 kecamatan

Sukun sebesar 2574 kemudian Kecamatan Lowok Waru sebesar 1572

Kecamatan Blimbing 1711 dan angka terendah Rumah tangga miskinnya adalah

kecamatan Klojen yairu sebesar 1412

Gambar

Jumlah keluarga Miskin di Kota Malang

0 1 2 3 4 5 6 7

Kedungkandang

Sukun

Klojen

Blimbing

Lowok Waru

Jumlah Rumah Tangga

32

Berdasarkan gambaan di atas jumlah rumah tangga miskin di kota malang

berada pada daerah-daeah tertentu (Kedungkandang dan Sukun) wilayah ini merupakan

wilayah pinggiran kota yang padat dengan jumlah penduduknya Kecamatan

Kedungkandang merupakan daerah yang umumnya pdat penduduk dan daerah tersebut

merupakan daerah pinggiran kota serta rata-rata penduduknya memiliki mata

pencaharian pedagang Daerah tersebut juga merupakan daerah pusat-pusat industri

kecil dan yang lebih telihat bahwa kebanyakan rumah tangga miskin bertempat tinggal

di daerah aliran sungai brantas (DAS Brantas) serta di pinggiran jalur kereta api

Berbeda halnya dengan kecamatan Sukun daerah ini selain terdapatnya pusat

perdagangan juga merupakan daerah industri kecil (home industri) Keberadaan rumah

tangga miskin selain rata-rata kehidupannya berdagang juga bertempat tinggal pada

daerah-daerah perkampungan

33 Aspek Kultural Pada Masyarakat Miskin

Urbanisasi merupakan salah satu faktor pemicu perkembangan kota terjadinya

perpindahan penduduk dari desa ke kota disebabkan oleh berbagai faktor baik faktor

pearik maupun pendorong perkembangan industri dan perdagangan di kota merupakan

faktor penarik yang menyebabkan orang untuk berdatangan dan tinggal di daerah

perkotaan Keinginan untuk dapat mendapatkan penghasilan dan pekerjaan yang lebih

baik untuk mencukupi kebutuhan hidup merupakan penyebab utama terjadinya

urbanisasi Namun kondisi tersebut tidak seiring dengan kualitas pendidikan dan

ketrampilan yang memadai sehingga mereka tidak dapat ditampung di sektor formal

melainkan menggantungkan hidupnya pada sektor informal yang kurang menentu

Selain itu yang menjadi faktor pendorong terjadinya urbanisasi adalah kondisi fasilitas di

daerah asal (pedesaan) kurang memadai serta semakin menyempitnya lahan pertanian

dan peluang pekerjaan

Pertambahan penduduk di kota yang sangat tinggi menyebabkan berbagai

permasalahan sosial permasalahan yang muncul adalah adanya perkampungan kumuh

dan perumahan liar di pinggiran kota dan umumnya di daerah pinggiran aliran sungai

brantas (DAS) Masalah tersebut disebabkan oleh ketidak mampuan masyarakat miskin

perkotaan untuk memiliki rumah yang layak huni Penyebab lainnya adalah ketidak

mampuan pemerintah kota untuk menyediakan sarana bagi masyarakat miskin

33

perkotaan Pembangunan perkotaan senantiasa bukan memberikan solusi dalam

pengentasan kemiskinan perkotaan melainkan sebaliknya yaitu menjadikan proses

penggusuran dan semakin terdesaknya kehidupan masyarakat miskin tersebut

Tabel

Daerah Asal Responden sidoarjo

NoJenis

Pekerjaan Responden

Jawa Timur Non

Madura

Madura Jawa Barat

Jawa Tengah

Luar Jawa

jumlah

1Tidak

Bekerja

2Buruh Pasar

8 1 1 10 1011 7 7

3Kuli

Bangunan

7 2 1 10 1010 14 7

4 Pemulung

9 9 913

5 Pedagang

10 10 1014

6 Becak

8 1 2 11 1111 7 14

7Sopir

Angkutan

10 10 1014

8 Wiraswasta

8 6 14 1411 43

9 Bengkel

10Buruh Pabrik

8 2 10 1011 14

11 Lain-lain

2 2 10 14 143 14 71

Jumlah 70 14 0 14 0 98 100

Dari data diatas sebagian besar kaum migrant untuk setiap profesi berasal dari

jawa timur Di definisikan jawa timur karena seluruh masyarakat urban berasal dari jawa

timur kecuali Madura Ada beberapa alasan dari responden mengapa mereka

melakukan urbanisasi salah satunya adalah untuk memperbaiki taraf ekonomi karena

kabupaten sidoarjo dianggap sebagai kabupaten yang memiliki potensi yang cukup

34

tinggi dalam bidang industry Profesi terbanyak yang diminati oleh pendatang adalah

sebagai pedagang dan sebagai sopir

Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin

pada kabupaten sidoarjo dapat diperhatikan gambar di bawah ini

Gambar

Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin

35

Tabel

Daerah Asal Responden pasuruan

NoJenis

Pekerjaan Responden

Jawa Timur Non

Madura

Madura Jawa Barat

Jawa Tengah

Luar Jawa

jumlah

1 Tidak Bekerja

2 Buruh Pasar

4 4 24

3 Kuli Bangunan

5 5 55

4 Pemulung

10 10 1011

5 Pedagang

20 20 2022

6 Becak

8 2 10 109 33

7Sopir

Angkutan

0 0

8 Wiraswasta

0 0

9 Bengkel

10 Buruh Pabrik

15 4 19 1916 67

11 Lain-lain

30 30 3133

Jumlah 92 6 98 98 98

Sama seperti pada kabupaten sidoarjo sebagian besar pendatang adalah dari

wilayah jawa timur Pendatang sebagian besar berprofesi sebagai pedagang karena

wilayah sidoarjo selain sebagai sentra industry provinsi jawa timur juga sebagai urat nadi

perekonomian jawa timur Sehingga bagi para pedagang akan sangat menguntungkan

karena di lewati dari berbagai wilayah di jawa timur

Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin

pada kabupaten pasuruan dapat diperhatikan gambar di bawah ini

Gambar

36

Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin

Tabel 5Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan di kota malang

Lama Tinggal (Tahun)Kecamatan

pddkAsli le 2 3 - 6 7 - 9 ge 10

Jumlahrespondn

Kedung kandang10

(1053)- 3

(316)11

(1158)71

(1473) 95

18 - - 15 52

37

Sukun (2118) (1764) (6118) 85

Klojen9

(1200)5

(667)12

(1600)9

(1200)40

(5333) 75

Blimbing8

(100)2

(25)- 8

(100)62

(775) 80

Lowok Waru15

(1923)- - 7

(897)56

(7180) 78

Sumber Data Primer

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa dari responden (keluarga miskin)

perkotaan sebagian besar bukan penduduk asli daerah kota Malang melainkan

pendatang yang merupakan kaum migran dan menetap di kota Malang kecamatan

kedung Kandang merupakan daerah yang padat penduduknya dimana 1473

menunjukkan jumlah responden yang sudah lama tinggal di kota malang (di atas 10

tahun) bahkan beberapa responden sudah turun-menurun dari keluarga mereka

Kecamatan Sukun yang merupakan kaum pendatang yang tinggal di kota Malang sudah

puluhan tahun sebanyak 6118 dari responden yang ada Kecamatan Klojen sebesar

5333 Kecamatan Blimbing sebanyak 775 dan untuk kecamatan Lowok Waru

sebanyak 7180 dari masing-masing responden di tingkat kecamatan Kondisi ini

menjelaskan bahwa masyarakat miskin perkotaan adalah rata-rata kaum migran yang

sengaja datang ke kota Malang untuk mencari kehidupan yang lebih baik dari daerah

asal mereka Umumnya mereka datang sebagai migran tetap dan keberadaan mereka

sudah terbiasa hidup dalam kondisi serba kekurangan Beberapa responden yang

ditemui juga menjelaskan bahwa sebagai kaum pendatang sudah tidak asing lagi

dengan kehidupan masyarakat di kota Malang Umumnya mereka membaur dengan

masyarakat pendatang lainnya dengan hidup di kepadatan penduduk kota Malang

Salain dilihat dari lamanya masayarakat pendatang (migran tetap) tinggal di kota

Malang dapat pula dijelaskan mengenai temapat asal (daerah asal) responden untuk

melihat derah asal rumah tangga miskin perkotaan dapat kita bagi dengan

menggunakan batasan daerah (wilayah) Dimana wilayah pembagiannya adalah

mereka yang berasal dari daerah Jawa Timur (non-Madura) daerah Madura daerah

Jawa Tengah Jawa Barat dan Luar Jawa Adapun gambaran daerah asal rumah

tangga miskin perkotaan dapat dilihat pada tabel berikut

38

Tabel

Daerah Asal Responden

Daerah

Asal

Kecamatan

Jawa

Timur

Non-

Madura

Madur

a

Jawa

Tengah

Jawa

Barat

Luar

Jawa

Jumlah

Respond

n

Kedung kandang21

(2470)52

(6118)9

(1059)3

(353)- 85

Sukun19

(2836)28

(4179)12

(1791)8

(1194)- 67

Klojen9

(1364)49

(7424)5

(758)3

(454)- 66

Blimbing31

(4306)33

(4563)6

(833)2

(278)- 72

Lowok Waru28

(4444)21

(3333)9

(1429)5

((794)- 63

Sumber Data Primer

Berdasarkan data pada tabel di atas menunjukkan bahwa umumnya kaum

migran berasal dari daerah Jawa Timur dan daerah Madura Untuk kecamatan Kedung

Kandang sebesar 6118 berasal dari Madura kemudian Kecamatan Sukun 4179

kaum Migran berasal juga dari Madura Kecamatan Klojen 7424 Kecamatan Blimbing

sebesar 4563 dan kecamatan Lowok Waru sebesar 3333 Dari kelima kecamatan

tersebut yang banyak di datangi oleh migran yang berasal dari daeah Madura adalah di

Kecamatan Kedung Kandang (6118) dan Kecamatan Klojen (7424) dan mereka

sengaja tinggal di dekat pusat perkotaan dengan tujuan memudahkan untuk aktifitas

kegiatan pekerjaannya yang rata-rata bergelut disektor informal (pedagang kaki lima)

331 Kondisi Tempat Tinggal Masyarakat Miskin Perkotaan

Dilihat dari tempat tinggal masyarakat miskin perkotaan rata-rata kondisi tempat

tinggalnya dengan model bangunan semi permanen dan permanen sederhanan dengan

memanfatkan kondisi tanah yang rawan bencana (longsor kebisingan kumuh dan

sebagainya)

Tabel

Kondisi Fisik Bangunan Rumah RTM

39

Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan

Kondisi Fisik RumahKecamatan

Sesek(papan)

SemiPermanen Permanen

Jumlahrespondn

Kedung kandang

11(1158)

52(5474)

32(3368) 95

Sukun20

(2353)33

(3882)32

(3765) 85

Klojen5

(667)31

(1733)39

(5200) 75

Blimbing3

(375)13

(1625)64

(8000) 80

Lowok Waru9

(1154)24

(3077)45

(5769) 78

Sumber Data Primer

dari data primer (tabel) menunjukkan bahwa sebagian besar tempat tinggal

masyarakat miskin perkotaan adalah semi permanen dan permanen akan tetapi dengan

ukuran ruang (luas bangunan) yang cukup minim Dan umumnya yang mereka lakukan

adalah dengan menyewa tanah dan atau menempati tanah rawan musibah adapun

kondisi perumahan masyarakat miskin perkotaan dapat dilihat pada gambar berikut

Gambar

Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin Perkotaan

40

Dari gambar di atas terlihat bahwa kondisi tempat tinggal mereka sangat rawan

dengan terjadinya bencana dan kekumuhan kondisi ini selain rawan terhadap adanya

bahaya tersebut juga sangat rawan dengan permasalahan kesehatan

34 Analisa Spasial

Informasi mengenai tipologi perekonomian masyarakat akan sangat membantu

pemerintah dalam menentukan kebijakan ekonomi di masa mendatang Dari informasi

tersebut dibuatlah peta potensi ekonomi dengan maksud merelevansikan antara potensi

ekonomi daerah dan kebijakan ekonomi Selain itu jika kebijakan ekonomi hanya

terfokus di suatu wilayah tertentu akan berdampak pada ketimpangan pertumbuhan

ekonomi Seperti dijelaskan sebelumnya inventarisasi sarana ekonomi sebuah wilayah

dilakukan dengan menggunakan pendekatan tipologi suatu wilayah Melalui pendekatan

ini selanjutnya dapat digambarkan wilayah majemuk dengan fenomena yang kompleks

dengan beberapa persamaan di dalamnya Maksudnya bahwa pada tipologi suatu

wilayah ada relevansinya dengan keberadaan potensi ekonomi maupun potensi sarana

ekonomi di wilayah tersebut Ini menandakan bahwa kebijakan pengembangan ekonomi

suatu wilayah diperlukan pengadaan sarana ekonomi yang tepat sedikitnya sesuai

dengan kondisi wilayah yang dibangun termasuk karakteristik kegiatan ekonomi yang

dilakukan oleh masyarakat setempat sehingga keberadaan sarana tersebut mampu

mendorong aktivitas ekonomi masyarakat dan pada akhirnya mengentaskan dan

menanggulangi kemiskinan

41

Di wilayah kabupaten pasuruan terdapat berbagai macam potensi ekonomi yang

belum tersentuh pengembangannya oleh pemerintah daerah Potensi yang terdapat di

wilayah tersebut bukan hanya pada potensi sumber daya alam melainkan juga potensii

sumber daya manusianya Untuk wilayah ssidoarjo perlu adanya perhatian mendalam

pada pengembangan sumber daya manusia karena di wilayah tersebut banyak sekali

potensi industri yang dapat berkembang Sedangkan untuk daerah malang hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa disinyalir masih terdapat kegiatan ekonomi maupun

sarana ekonomi yang menunjang kegiatan tersebut belum dimanfaatkan secara optimal

Keadaan ini menjadikan keduanya masih bersifat potensial dan memerlukan

penanganan pengelolannya agar dapat diperoleh output yang optimal pula Pengelolaan

optimal tersebut tentu masih memerlukan suatu pengkajian tersendiri untuk mengukur

sampai sejauh mana tingkat feasibilitasnya

Potensi sarana ekonomi kabupaten ssidoarjo kabupaten pasuruan dan Kota

Malang merujuk pada sarana ekonomi (dalam bentuk fisik) yang teridentifikasi di setiap

daerah maupun yang sudah terkompilasikan di tingkat kabupaten dan kota Potensi

tersebut dapat di petakan pada masing-masing kabupaten di wilayah Jawa Timur

melalui Peta berikut

Gambar Provinsi Jawa Timur

42

Gambar kota Malang

43

keterangan

daerah masyarakat miskin perkotaan

daerah potensi terjadinya kemiskinan

tidak ada potensi terjadnya kemiskinan

Sejalan dengan maksud di atas Pemerintah Kota Malang masih

perlu melakukan kajian mendalam tentang pengembangan potensi wilayah

sebagai salah satu upaya untuk mendukung pemulihan ekonomi yang

bersifat jangka menengah Dukungan kajian ini dilakukan dengan menggali

lebih dalam potensi yang dimiliki setiap kawasan di wilayah Kota Malang

Dengan demikian Pemerintah Kota Malang dengan mudah dapat mengambil

langkah-langkah menumbuh kembangkan potensi sarana ekonomi daerah

44

Kec Blimbing Industri (kecil-

menengah)Pariwisata Pertanianperumahanperdagangan

Kec Kedungkandang Industri (kecil-

menengah)Pertanianperumahan

Kec Sukun Industri kecilPendidikanperumahan

Kec Kolojen perdagangan PendidikanPerhotelanperkantoran

Kec Lowokwaruperumahan PendidikanIndustri (kecil-

menengah)

khususnya yang berada di pusat-pusat kegiatan produksi masyarakat yang

dianggap cukup strategis di Kota Malang

Sejalan dengan semakin meningkatnya peran serta dunia usaha

dan masyarakat di dalam pelaksanaan pembangunan maka program-

program pembangunan Kota Malang perlu disusun dengan

mempertimbangkan keterlibatan mereka Upaya ini dimaksudkan agar

Pemerintah Kota Malang lebih mudah mengefektifkan potensi sarana

ekonomi dan mengarahkannya untuk kepentingan pembangunan yang lebih

konsisten efektif dan efisien serta berkelanjutan dalam menanggulangi

kemiskinan

Secara keseluruhan penduduk miskin di wilayah kota malang masih tersebar

merata di seluruh kecamatan Kecuali di kecamatan Lowokwaru sebagian besar di

kecamatan ini tidak ada potensi kemiskinan Hal tersebut dikarenakan banyaknya

industry pendidikan seperti UMM UNISMA UNIGA Brawijaya ITN UM dll Dengan

banyaknya perguruan tinggi di wilayah tersebut maka potensi perekonomian semakin

besar Tidak sedikit masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang makanan karena

untuk memnuhi kebutuhan para mahasiswa

Pada data dikatakan bahwa rata-rata pendapatan di kecamatan Lowokwaru

masih besar padahal menurut analisis spasial potensi terjadinya kemiskinan sangat

kecil Pada analisi ekonomi diindentifikasi bahwa banyak masyarakat yang

berpendapatan dibawah 400 ribu Hal tersebut terjadi pada masyarakat yang tinggal di

daerah pesisir sungai Masih banyak masyarakat yang tinggal di Daerah Aliran Sungai

tidak memiliki kesempatan kemampuan untuk bersaing dengan masyarakat yang tidak

tiggal di Daerah Aliran Sungai Di perkirakan masyarakat yang menempati DAS

merupakan masyarakat pendatang yang berurbanisasi dengan tidak membawa suatu

keahlian

Potensi kemiskinan terbesar dapat terjadi di Kecamatan Sukun Banyak

masyarakat di daerah ini yang memiliki pendapatan dibawah 400 ribu Jika kita

bandingkan dengan kecamatan Lowokwaru potensi kemiskinan di daerah kecamatan

Sukun tidak hanya terjadi di DAS namun juga pada masyarakat lainnya Banyak faktor

yang mengindikasikan potensi kemiskinan salah satu faktor utama adalah sulitnya

pemasaran dan persaingan yang ketat Meski kegiatan masyarakat di kecamatan

Lowokwaru dengan kecamatan Sukun relatif sama namun di kecamatan Lowokwaru

45

pemasaran barang dan jasa yang diproduksi tidak sesulit di kecamatan Sukun meski

ada persaingan

Hampir memeratanya potensi masyarakat miskin di kecamatan Sukun

menimbulkan dampak di kecamatan Kedungkandang terutama di perbatasan diantara

kedua kecamatan tersebut Menurut survey yang dilakukan memang sebagian besar

masyarakat miskin berpotensi di DAS Dapat dilihat di peta bahwa gambar merah

bersinggungan antara kedua kecamatan dan di kedua wilayah tersebut dialiri sungai

yang sama namun jika kita lihat kebawahnya warna kecamatan Kedungkandang mulai

ada yang Hijau Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat diluar DAS mempunyai

usaha yang berhubungan positif dengan pendapatan seperti pertanian

Berbeda halnya di kecamatan Klojen kecamatan ini merupakan pusat

pemerintahan kota Malang Banyak warga di kecamatan ini yang berprofesi sebagai

pegawai negeri sipil Memang masih terindikasi adanya kemiskinan di daerah tersebut

namun kemiskinan itu timbul karena mereka yang tidak mempunyai kesempatan dan

daya tawar diri mereka Kebanyakan yang tidak memiliki daya tawar diri yang tinggi

adalah mereka para pendatang yang tidak membawa keahlian kemudian mereka

tinggal di DAS dan berprofesi sebagai buruh tani buruh pabrik ataupun yang lainnya

yang tidak membutuhkan keahlian lebih

Bab V Kesimpulan dan Saran

Setelah melalui beberapa tahapan analisis dalam mengidentifikasi kemiskinan

perkotaan di beberapa wiayah Jawa Timur terdapat beberapa kesimpulan yaitu

1 Didapat bahwa sebaran penduduk miskin berkosentrasi pada daerah

sepanjang aliran sungai dan ada beberapa kota yang mengindikasikan

bahwa penduduk miskin berasal dari pendatang dari luar kota

2 Dalam penanggulangan kemiskinan pemerintah sudah banyak

mengeluarkan berbagai macam program pengentasan kemiskinan seperti

P2K P2KP BLT dll namun dalam aplikasinya banyak program yang belum

tepat sasaran

3 Ada beberapa karakteristik yang menarik dalam pengentasan kemiskinan

diantaranya bahwa dalam mengentaskan masyarakat miskin metode yang

46

diterapkan lebih kepada pembinaan keahlian dan mentalitas karena

seperti yang terdapat di kota malang masyarakat miskin dipicu dari

kebiasaan atau mentalitas dari masyarakat tersebut dalam kehidupan

sehari-hari Riset menemukan meskipun masyarakat miskin diberikan

bantuan uang seperti BLT namun bantuan tersebut tidak diperuntukkan

kepada pengembangan usaha namun habis untuk konsumsi begitu pula

dengan program ndash program pengentasan kemiskinan yang lainnya

Saran

Dalam pengentasan kemiskinan disarankan kepada pemerintah untuk mencari

data kemiskinan yang akurat dengan tujuan pemberian bantuan dalam rangka

pengentasan kemiskinan dapat terserap tepat pada masyarakat yang dituju Selain itu

untuk mengentaskan masyarakat yang bertipikal ldquokultur miskinrdquo harus banyak diberikan

pelatihan dan pembinaan mental

47

DAFTAR PUSTAKA

Blakely Edward J (1989) Planning Local Economic Development Theory and Practice Sage Library of Social Research 168 Sage Publication

BPS (1999) Perkembangan Tingkat Kemiskinan dan Beberapa Dimensi Sosial Ekonominya 1996-1999 Jakarta BPS

Budi Soeradji Mubyarto (1998) Gerakan Penanggulangan Kemiskinan Laporan

Penelitian di Daerah-Daerah Yogyakarta Aditya Media

Faisal Basri (2002) Perekonomian Indonesia Tantangan dan Harapan bagi Kebangkitan Indonesia Jakarta Erlangga

Fei J C H amp Gustav R (1964) Development Economics What Next In a Ranis G P Schulta (Ed) The State of Development Economics

Gunawan Sumodiningrat (1999) Penanggulangan Krisis Harus Memihak Rakyat Disampaikan pada konferensi pers untuk launcing The Economic and Social Survey of Asia and the Pacific 1999 (ESCAP) di UNIC Jakarta

Kuncoro M (2000) Ekonomi Pembangunan Teori Masalah dan Kebijakan (1st ed) Yogyakarta UPP AMP YKPN

Kuncoro M (2004) Otonomi dan Pembangunan Daerah Reformasi Perencanaan Strategi dan Peluang Jakarata Erlangga

Mellor J W (1976) The New Economies of Growth A Strategy for India and the Developing Countries Cornell Cornell University Press

Nurkse R (1953) Problem of Capital Formation in Underdeveloped Countries In Meier Gerald M Leading Issues in Economic Development edisi ke 6 Oxford University Press Oxford

Rintuh Cornelis amp Miar (2005) Kelembagaan dan Ekonomi Rakyat BPFE-UGM Yogyakarta

Sharp Ansel M Charles A Register and Paul W Cerimes (1996) Economics of Social Issues edisi ke 12 Richard D Chicago Irwin

Sumarto Sudarno (2002) ldquoGrowth Inequality and Poverty Evidence from Micro Datardquo Makala dalam The Young Economics Seminar Jakarta World Bank

48

Page 20: Makalah akp

dengan calon responden (subyek yang diteliti) sehingga dapat diperoleh data yang

optimal

Diskusi kelompok kedua dilakukan pada saat menjelang kegiatan ini berakhir

Diskusi ini dilakukan dengan stakeholders tingkat kota dimaksudkan untuk

mengoptimalkan hasil temuan lapangan Dikusi kelompok ini diarahkan kepada

upaya-upaya mengklarifikasi hasil temuan lapangan mendapatkan koreksi dan

masukan serta kesepakatan tentang hasil akhir kegiatan ini

6 Alat Analisis

Analisis dilakukan dengan memadukan pendekatan struktural (data

kuantitatif dan kualitatif) ekonomi (potensi sumberdaya pemabngunan) dan spasial

(pemetaan) Maksudnya bahwa dari himpunan data yang telah dikompilasi

dilakukan analisis statistik sederhana dengan lebih banyak menggunakan tabulasi

silang dan perhitungan-perhitungan statistik yang secara mudah dapat dipahami

Himpunan data tersebut selanjutnya diinterpretasikan dan dirancang dengan

menempatkan hasil analisis tersebut ke dalam peta (pendekatan spasial)

Pemetaan tersebut dimaksudkan untuk menentukan tata letak potensi sarana

ekonomi yang dimaksud oleh penelitian ini paling tidak untuk

1) memahami keberadaan keluarga miskin baik melalui data struktural maupun

melalui tampilan peta setiap desakelurahan

2) memahami secara terintegrasi keberadaan masyarakat miskin di Kota malang

dalam perspektif kepentingan ekonomi dan pembangunan Kota Malang ke

depan

Selain menggunakan pendekatan di atas penelitian ini juga menggunakan

metode Performance-Importance Analysis dalam menjawab tujuan yang akan dicapai

Analisis ini digunakan untuk melihat tingkat kesenjangan (gap) antara atribut kinerja

pelayanan publik (performance) yang telah dilakukan oleh pemerintah melalui dinas-

dinas terkait penanggulangan kemiskinan di Kota Malang dengan persepsi tingkat

kepentingan (importance) akan atribut-atribut yang dibutuhkan

Pengukuran tingkat kepentingan dan performance dilakukan dengan cara

menyebarkan kuesioner bagi masyarakat miskin yang menjadi obyek penelitian

Responden akan diminta untuk memberikan penilian atau persepsi mereka terhadap

sejauh mana layanan yang telah diberikan pemerintah melalui dinas-dinas terkait di Kota

Malang (performance) terhadap penanggulangan kemiskinan Dengan memberikan

20

penilaian atas atribut yang mereka anggap paling dibutuhkan saat ini (importance)

dengan asumsi bahwa obyek penelitian mengerti sejauh mana kinerja atribut pelayanan

publik yang telah dilakukan dinas-dinas terkait dan berkompeten dalam penanggulangan

kemiskinan

Dari analisis Kuadran akan diketahui pada kuadran manakah suatu atribut

berada sehingga nantinya dapat digunakan sebagai instrumen untuk

merekomendasikan tindakan atau kebijakan yang seharusnya dilakukan bagi

keberhasilan penanggulangan kemiskinan di Kota Malang

Bab 4 Hasil analisis

1 Gambaran geografis Jawa Timur

Jawa Timur adalah sebuah provinsi di bagian timur Pulau Jawa Indonesia

Ibukotanya adalah Surabaya Luas wilayahnya 47922 kmsup2 dan jumlah penduduknya

37070731 jiwa (2005) Jawa Timur merupakan provinsi terluas diantara 6 provinsi di

Pulau Jawa dan memiliki jumlah penduduk terbanyak kedua di Indonesia setelah Jawa

Barat Jawa Timur berbatasan dengan Laut Jawa di utara Selat Bali di timur Samudra

Hindia di selatan serta Provinsi Jawa Tengah di barat Wilayah Jawa Timur juga

meliputi Pulau Madura Pulau Bawean serta sejumlah pulau-pulau kecil di Laut Jawa

dan Samudera Hindia

Jawa Timur dikenal sebagai pusat Kawasan Timur Indonesia dan memiliki

signifikansi perekonomian yang cukup tinggi yakni berkontribusi 1485 terhadap

Produk Domestik Bruto nasional Pembagian wilayah administrasi Pemerintah Propinsi

Jawa Timur pada tahun 2003 sd tahun 2007 terbagi dalam 4 (empat) Badan Koordinasi

Wilayah Pembantu Gubernur 29 Kabupaten dan 9 Kota serta jumlah kecamatan

berjumlah 642 kecamatan Perwakilan kecamatan sejak tahun 2003 telah ditiadakan

sebelumnya berjumlah 114 dan Kota Administratif Batu sejak tahun 2003 telah menjadi

Kotasedang Kota Administratif Jember berdasarkan peraturan perundangan telah

21

dicabut dengan demikian Jember hanya sebagai Kabupaten Jumlah kelurahan

sebanyak 785 Kelurahan dan Desa sebanyak 7680 desa

Table 8

Pembagian Wilayah Administrasi Provinsi Jawa Timur

Uraian 2001 2002 2003 2004 2005 2006Badan koordinasi wilayah 4 4 4 4 4 4Jumlah Kabupaten 29 29 29 29 29 29Jumlah kota 9 9 9 9 9 9Jumlah Kecamatan 642 642 642 642 657 657Jumlah Kelurahan 784 784 784 784 784 784Jumlah Desa 7715 7715 7715 7715 8484 8484

Sumber Biro Pemerintahan dan Otoda Setda Prop Jatim amp Jatim Dalam Angka 2006

2 Gambaran geografis

a gambaran geografis kabupaten Pasuruan

Kota Pasuruan adalah ibu kota Pasuruan Jawa Timur terletak di persimpangan

jalur regional Surabaya-Probolinggo-Malang Orientasi Wilayah Kota Pasuruan memiliki

wilayah seluas 3529 kmsup2 dengan jumlah penduduk sebanyak 158864 jiwa (Sensus

Penduduk 2000) Wilayahnya terdiri dari 3 kecamatan 19 kelurahan dan 15 desa

Tiga kecamatan tersebut yaitu Kecamatan Gading rejo Purworejo dan Bugulkidul

Kecamatan Bugulkidul memiliki wilayah terbesar (1624 kmsup2) sedang untuk Gadingrejo

dan Purworejo masing-masing 1046 kmsup2 dan 859 kmsup2

b Gambaran geografis kabupaten Sidoarjo

Kota Sidoarjo merupakan Ibukota Kecamatan Sidoarjo yang terletak di tepi Selat

Madura dan termasuk dalam wilayah administratif Kabupaten Sidoarjo Propinsi Jawa

Timur Batas-batas administrasi dari kota Sidoarjo ini adalah

1048707 Sebelah utara Kecamatan Waru

22

1048707 Sebelah selatan Kecamatan Porong

1048707 Sebelah Timur Selat Madura

1048707 Sebelah Barat Kecamatan Krian

Secara geografis wilayah Kota Sidoarjo memiliki luas wilayah 6256 Ha Ditinjau dari

Topografi keadaan medan Kota Sidoarjo berada pada ketinggian antara 23 - 32 diatas

permukaan laut

c Gambaran geografis kabupaten malang

3 Pemetaan Penduduk miskin di kabupaten Sidoarjo Pasuruan dan Malang

Gambaran Rumah Tangga Miskin Di Kabupaten Sidoarjo Pasuruan Dan Malang

Hasil penelitian dengan menggunakan data skunder yang telah dilakukan mengenai jumlah rumah tangga miskin yang ada di kabupaten sidoarjo pasuruan dan malang seperti tergambar pada table di bawah ini

Table 9Jumlah keluarga miskin di kabupaten sidoarjo pasuruan dan malang

Kabupaten 2005 2006 Sidoarjo 239100 1402 223300 1297Pasuruan 285100 2016 308900 2167Malang 373700 1617 404800 171Jawa timur 7139900 1995 7678100 2109

sumber BPS

Dari deskripsi data diatas mengenai jumlah keluarga miskin di 3 kabupaten

provinsi jawa timur antara tahun 2005 dan 2006 menunjukkan tingkat kemiskinan yang

bervariasi Untuk kabupaten sidoarjo jumlah keluarga miskin sebesar 239100 atau

mencapai 1402 dari jumlah penduduk di tahun 2005 Tahun berikutnya jumlah

keluarga miskin berkurang menjadi 223300 atau 1297 dari total penduduk di

kabupaten sidoarjo Penurunan jumlah keluarga di kabupaten sidoarjo ternyata tidak

diikuti di tetangga kabupatennya seperti pasuruan dan malang Jumlah keluarga miskin

di kabupaten pasuruan sebanyak 285100 atau 2016 di tahun 2005 dan naik menjadi

308900 atau 2167 dari toatal keluarga di kabupaten pasuruan Demikian juga dengan

23

kabupaten malang jumlah keluarga miskin di tahun 2006 juga mengalami kenaikan

Tahun 2005 jumlah keluarga miskin sebanyak 373700 atau 167 naik menjadi

404800 atau 171 dari jumlah keluarga yang tinggal di kabupaten malang

4 Gambaran rumah tangga miskin pada kabupaten pasuruan sidoarjo dan

malang

Jika dilihat mengenai masalah kemiskinan di daerah provinsi jawa timur maka dapat

diketahui bahwa peta penduduk miskin tidak hanya terkelompok pada kabupaten yang

mempunyai sumberdaya alam yang sedikit namun juga terdapat ppotensi kemiskinan di

daerah yang mempunyai sumber daya alam yang banyak Untuk lebih jelasnya berikut

peta potensi kemiskinan pada masing ndash masing kabupaten yang diikuti dengan jumlah

penduduknya

Tabel

Jumlah Rumahtangga Miskin Masing-Masing Kabupaten

Di Wilayah Provinsi Jawa Timur

KabupatenJumlah Penduduk Jumlah Penduduk Miskin

2005 2006 2005 2006Kabupatenkab Pacitan 869642 885986 150100 162600kab Ponorogo 665070 687786 152500 165200kab Trenggalek 969461 984460 165800 189000kab Blitar 525888 1140809 175800 190400kab Kediri 1429137 1525231 255900 277200kab Malang 2336363 2419822 373700 404800kab Lumajang 999525 1026400 186100 201900kab Jember 2261477 2278718 408000 423300kab Banyuwangi 1514605 1575265 236100 251900kab Bondowoso 698504 725571 169500 183600kab Situbondo 605208 636200 113200 107200kab Probolinggo 1021279 1070137 267400 289700kab Pasuruan 1398122 1485342 285100 308900kab Sidoarjo 1697435 1838666 239100 223300kab Mojokerto 969299 1027871 154300 165400kab Jombang 1222499 1212876 278600 289900kab Nganjuk 989693 1065459 235800 255400kab Madiun 641596 667709 137500 144700kab Magetan 617492 621862 104600 113300kab Ngawi 827728 857449 193400 209100kab Bojonegoro 1228939 1251051 323900 350900

24

kab Tuban 1063375 1104538 300700 325800kab Lamongan 1187065 1274194 280800 304200kab Gresik 1118841 1120541 242500 287500kab Bangkalan 889590 945863 286700 306700kab Sampang 835122 894046 325900 353100kab Pamekasan 762876 782076 237600 271500kab Sumenep 1004758 1068595 331200 351100

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa di kabupaten malang mempunyai potensi

kemiskinan yang tinggi pada tahun 2005 dan 2006 Tingginya angka kemiskinan di

kabupaten tersebut mengindikasikan bahwa kurang adanya pemerataan pada

pembangunan perekonomian Kabupaten pasuruan dan kabupaten sidoarjo memiliki

jumlah penduduk miskin relatif dibawah kabupaten malang Hal tersebut bisa terjadi

karena kedua kabupaten berada pada lingkar urat nadi perekonomian jawa timur

sehingga perekonomian di wilayah tersebut dapat terdongkrak akibat aktivitas

perekonomian jawa timur

5 Karakteristik Perekonomian Rumah Tangga Miskin

51 Kabupaten Pasuruan

Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden

Salah satu penentuan sebuah masyarakat miskin adalah dengan melihat rata-

rata tingkat pendapatannya Oscar Lewis (1966) akar dari timbulnya budaya miskin

salah satunya adalah rendahnya gajipendapatan

Tabel

Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden kabupaten pasuruan

No

lt 200000200000

sd 400000

410000 sd

500000gt 500000 Jumlah

1Tidak

Bekerja

2 2 29

2Buruh Pasar

3 3 6 613 10

3Kuli

Banguan

1 2 1 4 44 7 3

4 Pemulung

1 1 8 10 104 3 22

25

5 Pedagang

4 8 10 22 2217 28 27

6 Becak 3 7

10 1010 19

7Sopir

Angkutan

1 4 5 10 104 14 14

8 Wiraswasta

1 2 1 15 54 7 3 11

9 Bengkel

2 3 1 17 79 10 3 11

10Buruh Pabrik

4 610 1011 67

11 Lain-lain

8 3 1 12 1235 10 11 100

Jumlah 23 29 37 9 98

Table diatas menjelaskan mengenai tingkat pendapatan dan jenis pekerjaan

pada kabupaten pasuruan Dari 91 sampel yang di ambil ada beberapa karakteristik

pendapatan dari para pekerja Secara umum masyarakat yang mempunyai pendapatan

lebih dari 500 ribu di domonasi oleh pekerja swasta bengkel buruh pabrik dan lain-lain

Buruh pabrik memiliki tingkat pendapatan di atas 500 ribu disebabkan karena adanya

kebijakan UMR yang harus dipenuhi oleh perusahaan di wilayah tersebut

Tabel

Keahlian Yang Dimiliki Masyarakat kabupaten pasuruan

No Jenis Pekerjaan Responden Wiraswasta BengkelMontir Sopir

Tukang Bangunan

DagangLain-lain

jumlah

1 Tidak Bekerja 0 0

2 Buruh Pasar

1 1 2 26 0 0 0 7 0

3 Kuli Bangunan

5 5 414 1428 0 0 25 0 22

4 Pemulung

33 30 0 0 0 0 17

5 Pedagang

2 1 3 28 80 0 13 5 21 11

26

6 Becak

2 4 5 314 140 17 25 25 0 17

7 Sopir Angkutan

2 3 5 50 17 19 0 0 0

8 Wiraswasta

5 3 5 13 1328 0 0 15 36 0

9 Bengkel

5 2 29 90 42 13 0 0 11

10 Buruh Pabrik

5 3 3 11 1128 0 0 15 21 0

11 Lain-lain

2 3 5 3 2 419 1911 25 31 15 14 22

Jumlah 18 12 16 20 14 18 98 100

Keberagaman keahlian yang dimiliki oleh masyarakat kabupaten pasuruan tidak

berarti bahwa keahlian yang dimilikinya terspesifikasi pada satu jenis keahlian tertentu

namun tidak sedikit masyarakat yang mempunyai keahlian lain diluar dari profesi yang

dimilikinya Sebagai contoh adalah seorang pegawai bengkel tidak hanya ahli dalam

memperbaiki kendaraan bermotor namun juga bisa berprofesi sebagai sopir Hal

tersebut ditunjukkan oleh hasil observasi yang telah dilakukan untuk masyarakat daerah

pasuruan dimana pegawai bengkel ternyata juga bisa berprofesi sebagai sopir atau

bidang usaha yang lain

Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan

NoJenis

Pekerjaan Responden

Tempat Usaha

Alat Modal Pemasaran Ketrampilan jumlah

1 Tidak Bekerja

2 Buruh Pasar

3Kuli

Bangunan

4 Pemulung

5 5 10 10 23 12

5 Pedagang

8 5 13 1350 12

27

6 Becak

4 8 12 12 18 19

7Sopir

Angkutan

5 5 5 12

8 Wiraswasta

8 6 14 14 36 14

9 Bengkel

5 6 11 11 23 14

10 Buruh Pabrik

77 7 41

11 Lain-lain

8 8 1026 2750 19 59

Jumlah 16 22 43 0 17 98 100

Dengan keahlian yang dimiliki oleh masyarakat pasuruan dapat diindikasikan

bahwa keahlian yang dimiliki mempunyai kemerataan sampel Dari seluruh responden

yang dijadikan sampel sebagian besar menginginkan bantuan modal alat dan tempat

usaha Untuk jenis pekerjaan bengkel sampel menyatakan bahwa responden

menginginkan bantuan modal dan alat untuk dapat mengembangkan usahanya Hal

yang sama juga ditunjukkan untuk jenis pekerjaan wiraswasta dimana 23 menyatakan

menginginkan bantuan alat dan 24 menginginkan bantuan modal

52 Kabupaten Sidoarjo

Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden

No Gaji amp Jenis Pekerjaan

lt 200000

200000 sd

400000

410000 sd

500000gt 500000 Jumlah

1 Tidak Bekerja

2

2 2111

2 Buruh Pasar

6 4

10 11333 200

3 Kuli Banguan

1 8 1

10 1156 400 50

4 Pemulung

8 2

10 11444 100

5 Pedagang

1 2 7

10 1150 100 212

28

6 Becak

1 2

3 356 100

7 Sopir Angkutan

2 6 1

9 10100 300 30

8 Wiraswasta

1 2 7

10 1150 100 212

9 Bengkel

4 5

9 10200 152

10 Buruh Pabrik

5 5

10 11250 152

11 Lain-lain

8

8 9242

Jumlah 18 20 20 33 91 100

Karakteristik pendapatan masyarakat di daerah perkotaan kabupaten sidoarjo

menunjukkan kesamaan dari kabupaten pasuruan Secara keseluruhan responden yang

berpenghasilan di atas 500 ribu di dominasi oleh masyarakat yang mempunyai

pekerjaan sebagai wiraswasta bengkel buruh pabrik dll Jika ditelaah lebih lanjut

memang untuk golongan buruh pabrik mereka berpenghasilan ditas 500 ribu karena ada

jaminan dari pemerintah mengenai pendapatan minimum melalui UMR Sedangkan

masyarakat yang bekerja di bengkel mendapatkan pendapatan yang tinggi karena

sidoarjo merupakan daerah industry sehingga tidak sedikit masyarakat yang

menggunakan kendaraan bermotor dalam aktifitasnya

Tabel

Keahlian Yang Dimiliki Masyarakat kabupaten sidoarjo

NoJenis

Pekerjaan Responden

Wiraswasta BengkelMontir

SopirTukang

BangunanDagang

Lain-lain

jumlah

1Tidak

Bekerja

2 Buruh Pasar

5 6 718 1831 43 37

3 6 8 14 14

29

Kuli 46

4 Pemulung

6 7 13 13 23 54

5 Pedagang

8 3 11 1150 30

6 Becak

8 8 8 57

7Sopir

Angkutan

5 49 9 19 21

8 Wiraswasta

3 5 8 8 30 19

9 Bengkel

4 4 4 15

10Buruh Pabrik

11 Lain-lain

3 4 6 13 1319 40 23

Jumlah 16 10 26 13 14 19 98 100

Menurut survey yang telah dilakukan ternyata tipikal masyarakat sidoarjo dan

pasuruan untuk kategori keahlian yang dimiliki adalah sama penyebarannya Untuk

kabupaten sidoarjo jenis pekerjaan terbanyak adalah buruh pasar dengan keahlian yang

dimiliki berdagang serta ada yang memiliki keahlian sebagai tukang sepatu

Keberagaman jumlah responden menunjukkan keberagaman pekerjaan masyarakat

yang dijadikan sebagai obyek penelitian Menurut hasil penelitian digambarkan bahwa

seorang yang berprofesi sebagai pemulung ternyata juga memiliki keahlian di bidang

lainnya seperti tukang bangunan bahkan sopir Dari informasi yang dimiliki tersebut

diharapkan pemerintah dapat memberikan bantuan sesuai dengan bidang profesi

masyarakat atau keahlian masyarakat itu sendiri

30

Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan

NoJenis

Pekerjaan Responden

Tempat Usaha

Alat Modal Pemasaran jumlah

1Tidak

Bekerja

0 0

2Buruh Pasar

2 8 10 01020418 15

3Kuli

Bangunan

1 3 6 10 01020414 14 12

4 Pemulung

1 8 9 00918374 15

5 Pedagang

10 2 4 16 016326540 10 8

6 Becak

2 4 6 12 01224498 19 12

7Sopir

Angkutan

2 6 8 00816338 12

8 Wiraswasta

3 7 10 0102041 14 13

9 Bengkel

5 6 11 0112245 24 12

10Buruh Pabrik

0 0

11 Lain-lain

7 4 1 12 012244928 19 2

Jumlah 25 21 52 0 98

Masyarakat daerah sidoarjo untuk segala jenis pekerjaan yang dijadikan subyek

penelitian menyatakan bahwa masyarakat memilih diberikan bantuan modal alat dan

tempat usaha Sedangkan untuk aspek pemasaran masyarakat sidoarjo tidak begitu

memerlukan bantuan Karena jika kita perhatikan kabupaten sidoarjo terletak di urat nadi

perekonomian jawa timur sehingga diharapkan pemasaran tidak menjadi kendala Dari

98 orang yang dijadikan responden sebanyak 52 orang dari berbagai macam profesi

menginginkan bantuan modal usaha

31

Berdasarkan hasil data skunder yang telah dilakukan terhadap seluruh

rumahtangga miskin yang ada di Kota Malang maka gambaran lokasi rumahtangga

misikin yang ada di Kota Malang seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini

Tabel

Jumlah Keluarga Miskin Masing-Masing Kecamatan

Di Kota Malang

No Kecamatan Jumlah Rumah Tangga

Prosentase

1 Kedungkandang 6635 2730

2 Sukun 6255 2574

3 Klojen 3432 1412

4 Blimbing 4158 1711

5 Lowok Waru 3821 1572 Sumber Pemkot Malang 2006

Data di atas menunjukkan jumlah rumah tangga miskin yang ada di kota malang

di masing-masing Kecamatan Dari 5 kecamatan yang ada dikota Malang jumlah

kemiskinannya adalah sebagai berikut Kecamatan yang paling tinggi angka

kemiskinannya adalah kecamatan Kedungkandang yaitu sebesar 2730 kecamatan

Sukun sebesar 2574 kemudian Kecamatan Lowok Waru sebesar 1572

Kecamatan Blimbing 1711 dan angka terendah Rumah tangga miskinnya adalah

kecamatan Klojen yairu sebesar 1412

Gambar

Jumlah keluarga Miskin di Kota Malang

0 1 2 3 4 5 6 7

Kedungkandang

Sukun

Klojen

Blimbing

Lowok Waru

Jumlah Rumah Tangga

32

Berdasarkan gambaan di atas jumlah rumah tangga miskin di kota malang

berada pada daerah-daeah tertentu (Kedungkandang dan Sukun) wilayah ini merupakan

wilayah pinggiran kota yang padat dengan jumlah penduduknya Kecamatan

Kedungkandang merupakan daerah yang umumnya pdat penduduk dan daerah tersebut

merupakan daerah pinggiran kota serta rata-rata penduduknya memiliki mata

pencaharian pedagang Daerah tersebut juga merupakan daerah pusat-pusat industri

kecil dan yang lebih telihat bahwa kebanyakan rumah tangga miskin bertempat tinggal

di daerah aliran sungai brantas (DAS Brantas) serta di pinggiran jalur kereta api

Berbeda halnya dengan kecamatan Sukun daerah ini selain terdapatnya pusat

perdagangan juga merupakan daerah industri kecil (home industri) Keberadaan rumah

tangga miskin selain rata-rata kehidupannya berdagang juga bertempat tinggal pada

daerah-daerah perkampungan

33 Aspek Kultural Pada Masyarakat Miskin

Urbanisasi merupakan salah satu faktor pemicu perkembangan kota terjadinya

perpindahan penduduk dari desa ke kota disebabkan oleh berbagai faktor baik faktor

pearik maupun pendorong perkembangan industri dan perdagangan di kota merupakan

faktor penarik yang menyebabkan orang untuk berdatangan dan tinggal di daerah

perkotaan Keinginan untuk dapat mendapatkan penghasilan dan pekerjaan yang lebih

baik untuk mencukupi kebutuhan hidup merupakan penyebab utama terjadinya

urbanisasi Namun kondisi tersebut tidak seiring dengan kualitas pendidikan dan

ketrampilan yang memadai sehingga mereka tidak dapat ditampung di sektor formal

melainkan menggantungkan hidupnya pada sektor informal yang kurang menentu

Selain itu yang menjadi faktor pendorong terjadinya urbanisasi adalah kondisi fasilitas di

daerah asal (pedesaan) kurang memadai serta semakin menyempitnya lahan pertanian

dan peluang pekerjaan

Pertambahan penduduk di kota yang sangat tinggi menyebabkan berbagai

permasalahan sosial permasalahan yang muncul adalah adanya perkampungan kumuh

dan perumahan liar di pinggiran kota dan umumnya di daerah pinggiran aliran sungai

brantas (DAS) Masalah tersebut disebabkan oleh ketidak mampuan masyarakat miskin

perkotaan untuk memiliki rumah yang layak huni Penyebab lainnya adalah ketidak

mampuan pemerintah kota untuk menyediakan sarana bagi masyarakat miskin

33

perkotaan Pembangunan perkotaan senantiasa bukan memberikan solusi dalam

pengentasan kemiskinan perkotaan melainkan sebaliknya yaitu menjadikan proses

penggusuran dan semakin terdesaknya kehidupan masyarakat miskin tersebut

Tabel

Daerah Asal Responden sidoarjo

NoJenis

Pekerjaan Responden

Jawa Timur Non

Madura

Madura Jawa Barat

Jawa Tengah

Luar Jawa

jumlah

1Tidak

Bekerja

2Buruh Pasar

8 1 1 10 1011 7 7

3Kuli

Bangunan

7 2 1 10 1010 14 7

4 Pemulung

9 9 913

5 Pedagang

10 10 1014

6 Becak

8 1 2 11 1111 7 14

7Sopir

Angkutan

10 10 1014

8 Wiraswasta

8 6 14 1411 43

9 Bengkel

10Buruh Pabrik

8 2 10 1011 14

11 Lain-lain

2 2 10 14 143 14 71

Jumlah 70 14 0 14 0 98 100

Dari data diatas sebagian besar kaum migrant untuk setiap profesi berasal dari

jawa timur Di definisikan jawa timur karena seluruh masyarakat urban berasal dari jawa

timur kecuali Madura Ada beberapa alasan dari responden mengapa mereka

melakukan urbanisasi salah satunya adalah untuk memperbaiki taraf ekonomi karena

kabupaten sidoarjo dianggap sebagai kabupaten yang memiliki potensi yang cukup

34

tinggi dalam bidang industry Profesi terbanyak yang diminati oleh pendatang adalah

sebagai pedagang dan sebagai sopir

Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin

pada kabupaten sidoarjo dapat diperhatikan gambar di bawah ini

Gambar

Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin

35

Tabel

Daerah Asal Responden pasuruan

NoJenis

Pekerjaan Responden

Jawa Timur Non

Madura

Madura Jawa Barat

Jawa Tengah

Luar Jawa

jumlah

1 Tidak Bekerja

2 Buruh Pasar

4 4 24

3 Kuli Bangunan

5 5 55

4 Pemulung

10 10 1011

5 Pedagang

20 20 2022

6 Becak

8 2 10 109 33

7Sopir

Angkutan

0 0

8 Wiraswasta

0 0

9 Bengkel

10 Buruh Pabrik

15 4 19 1916 67

11 Lain-lain

30 30 3133

Jumlah 92 6 98 98 98

Sama seperti pada kabupaten sidoarjo sebagian besar pendatang adalah dari

wilayah jawa timur Pendatang sebagian besar berprofesi sebagai pedagang karena

wilayah sidoarjo selain sebagai sentra industry provinsi jawa timur juga sebagai urat nadi

perekonomian jawa timur Sehingga bagi para pedagang akan sangat menguntungkan

karena di lewati dari berbagai wilayah di jawa timur

Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin

pada kabupaten pasuruan dapat diperhatikan gambar di bawah ini

Gambar

36

Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin

Tabel 5Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan di kota malang

Lama Tinggal (Tahun)Kecamatan

pddkAsli le 2 3 - 6 7 - 9 ge 10

Jumlahrespondn

Kedung kandang10

(1053)- 3

(316)11

(1158)71

(1473) 95

18 - - 15 52

37

Sukun (2118) (1764) (6118) 85

Klojen9

(1200)5

(667)12

(1600)9

(1200)40

(5333) 75

Blimbing8

(100)2

(25)- 8

(100)62

(775) 80

Lowok Waru15

(1923)- - 7

(897)56

(7180) 78

Sumber Data Primer

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa dari responden (keluarga miskin)

perkotaan sebagian besar bukan penduduk asli daerah kota Malang melainkan

pendatang yang merupakan kaum migran dan menetap di kota Malang kecamatan

kedung Kandang merupakan daerah yang padat penduduknya dimana 1473

menunjukkan jumlah responden yang sudah lama tinggal di kota malang (di atas 10

tahun) bahkan beberapa responden sudah turun-menurun dari keluarga mereka

Kecamatan Sukun yang merupakan kaum pendatang yang tinggal di kota Malang sudah

puluhan tahun sebanyak 6118 dari responden yang ada Kecamatan Klojen sebesar

5333 Kecamatan Blimbing sebanyak 775 dan untuk kecamatan Lowok Waru

sebanyak 7180 dari masing-masing responden di tingkat kecamatan Kondisi ini

menjelaskan bahwa masyarakat miskin perkotaan adalah rata-rata kaum migran yang

sengaja datang ke kota Malang untuk mencari kehidupan yang lebih baik dari daerah

asal mereka Umumnya mereka datang sebagai migran tetap dan keberadaan mereka

sudah terbiasa hidup dalam kondisi serba kekurangan Beberapa responden yang

ditemui juga menjelaskan bahwa sebagai kaum pendatang sudah tidak asing lagi

dengan kehidupan masyarakat di kota Malang Umumnya mereka membaur dengan

masyarakat pendatang lainnya dengan hidup di kepadatan penduduk kota Malang

Salain dilihat dari lamanya masayarakat pendatang (migran tetap) tinggal di kota

Malang dapat pula dijelaskan mengenai temapat asal (daerah asal) responden untuk

melihat derah asal rumah tangga miskin perkotaan dapat kita bagi dengan

menggunakan batasan daerah (wilayah) Dimana wilayah pembagiannya adalah

mereka yang berasal dari daerah Jawa Timur (non-Madura) daerah Madura daerah

Jawa Tengah Jawa Barat dan Luar Jawa Adapun gambaran daerah asal rumah

tangga miskin perkotaan dapat dilihat pada tabel berikut

38

Tabel

Daerah Asal Responden

Daerah

Asal

Kecamatan

Jawa

Timur

Non-

Madura

Madur

a

Jawa

Tengah

Jawa

Barat

Luar

Jawa

Jumlah

Respond

n

Kedung kandang21

(2470)52

(6118)9

(1059)3

(353)- 85

Sukun19

(2836)28

(4179)12

(1791)8

(1194)- 67

Klojen9

(1364)49

(7424)5

(758)3

(454)- 66

Blimbing31

(4306)33

(4563)6

(833)2

(278)- 72

Lowok Waru28

(4444)21

(3333)9

(1429)5

((794)- 63

Sumber Data Primer

Berdasarkan data pada tabel di atas menunjukkan bahwa umumnya kaum

migran berasal dari daerah Jawa Timur dan daerah Madura Untuk kecamatan Kedung

Kandang sebesar 6118 berasal dari Madura kemudian Kecamatan Sukun 4179

kaum Migran berasal juga dari Madura Kecamatan Klojen 7424 Kecamatan Blimbing

sebesar 4563 dan kecamatan Lowok Waru sebesar 3333 Dari kelima kecamatan

tersebut yang banyak di datangi oleh migran yang berasal dari daeah Madura adalah di

Kecamatan Kedung Kandang (6118) dan Kecamatan Klojen (7424) dan mereka

sengaja tinggal di dekat pusat perkotaan dengan tujuan memudahkan untuk aktifitas

kegiatan pekerjaannya yang rata-rata bergelut disektor informal (pedagang kaki lima)

331 Kondisi Tempat Tinggal Masyarakat Miskin Perkotaan

Dilihat dari tempat tinggal masyarakat miskin perkotaan rata-rata kondisi tempat

tinggalnya dengan model bangunan semi permanen dan permanen sederhanan dengan

memanfatkan kondisi tanah yang rawan bencana (longsor kebisingan kumuh dan

sebagainya)

Tabel

Kondisi Fisik Bangunan Rumah RTM

39

Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan

Kondisi Fisik RumahKecamatan

Sesek(papan)

SemiPermanen Permanen

Jumlahrespondn

Kedung kandang

11(1158)

52(5474)

32(3368) 95

Sukun20

(2353)33

(3882)32

(3765) 85

Klojen5

(667)31

(1733)39

(5200) 75

Blimbing3

(375)13

(1625)64

(8000) 80

Lowok Waru9

(1154)24

(3077)45

(5769) 78

Sumber Data Primer

dari data primer (tabel) menunjukkan bahwa sebagian besar tempat tinggal

masyarakat miskin perkotaan adalah semi permanen dan permanen akan tetapi dengan

ukuran ruang (luas bangunan) yang cukup minim Dan umumnya yang mereka lakukan

adalah dengan menyewa tanah dan atau menempati tanah rawan musibah adapun

kondisi perumahan masyarakat miskin perkotaan dapat dilihat pada gambar berikut

Gambar

Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin Perkotaan

40

Dari gambar di atas terlihat bahwa kondisi tempat tinggal mereka sangat rawan

dengan terjadinya bencana dan kekumuhan kondisi ini selain rawan terhadap adanya

bahaya tersebut juga sangat rawan dengan permasalahan kesehatan

34 Analisa Spasial

Informasi mengenai tipologi perekonomian masyarakat akan sangat membantu

pemerintah dalam menentukan kebijakan ekonomi di masa mendatang Dari informasi

tersebut dibuatlah peta potensi ekonomi dengan maksud merelevansikan antara potensi

ekonomi daerah dan kebijakan ekonomi Selain itu jika kebijakan ekonomi hanya

terfokus di suatu wilayah tertentu akan berdampak pada ketimpangan pertumbuhan

ekonomi Seperti dijelaskan sebelumnya inventarisasi sarana ekonomi sebuah wilayah

dilakukan dengan menggunakan pendekatan tipologi suatu wilayah Melalui pendekatan

ini selanjutnya dapat digambarkan wilayah majemuk dengan fenomena yang kompleks

dengan beberapa persamaan di dalamnya Maksudnya bahwa pada tipologi suatu

wilayah ada relevansinya dengan keberadaan potensi ekonomi maupun potensi sarana

ekonomi di wilayah tersebut Ini menandakan bahwa kebijakan pengembangan ekonomi

suatu wilayah diperlukan pengadaan sarana ekonomi yang tepat sedikitnya sesuai

dengan kondisi wilayah yang dibangun termasuk karakteristik kegiatan ekonomi yang

dilakukan oleh masyarakat setempat sehingga keberadaan sarana tersebut mampu

mendorong aktivitas ekonomi masyarakat dan pada akhirnya mengentaskan dan

menanggulangi kemiskinan

41

Di wilayah kabupaten pasuruan terdapat berbagai macam potensi ekonomi yang

belum tersentuh pengembangannya oleh pemerintah daerah Potensi yang terdapat di

wilayah tersebut bukan hanya pada potensi sumber daya alam melainkan juga potensii

sumber daya manusianya Untuk wilayah ssidoarjo perlu adanya perhatian mendalam

pada pengembangan sumber daya manusia karena di wilayah tersebut banyak sekali

potensi industri yang dapat berkembang Sedangkan untuk daerah malang hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa disinyalir masih terdapat kegiatan ekonomi maupun

sarana ekonomi yang menunjang kegiatan tersebut belum dimanfaatkan secara optimal

Keadaan ini menjadikan keduanya masih bersifat potensial dan memerlukan

penanganan pengelolannya agar dapat diperoleh output yang optimal pula Pengelolaan

optimal tersebut tentu masih memerlukan suatu pengkajian tersendiri untuk mengukur

sampai sejauh mana tingkat feasibilitasnya

Potensi sarana ekonomi kabupaten ssidoarjo kabupaten pasuruan dan Kota

Malang merujuk pada sarana ekonomi (dalam bentuk fisik) yang teridentifikasi di setiap

daerah maupun yang sudah terkompilasikan di tingkat kabupaten dan kota Potensi

tersebut dapat di petakan pada masing-masing kabupaten di wilayah Jawa Timur

melalui Peta berikut

Gambar Provinsi Jawa Timur

42

Gambar kota Malang

43

keterangan

daerah masyarakat miskin perkotaan

daerah potensi terjadinya kemiskinan

tidak ada potensi terjadnya kemiskinan

Sejalan dengan maksud di atas Pemerintah Kota Malang masih

perlu melakukan kajian mendalam tentang pengembangan potensi wilayah

sebagai salah satu upaya untuk mendukung pemulihan ekonomi yang

bersifat jangka menengah Dukungan kajian ini dilakukan dengan menggali

lebih dalam potensi yang dimiliki setiap kawasan di wilayah Kota Malang

Dengan demikian Pemerintah Kota Malang dengan mudah dapat mengambil

langkah-langkah menumbuh kembangkan potensi sarana ekonomi daerah

44

Kec Blimbing Industri (kecil-

menengah)Pariwisata Pertanianperumahanperdagangan

Kec Kedungkandang Industri (kecil-

menengah)Pertanianperumahan

Kec Sukun Industri kecilPendidikanperumahan

Kec Kolojen perdagangan PendidikanPerhotelanperkantoran

Kec Lowokwaruperumahan PendidikanIndustri (kecil-

menengah)

khususnya yang berada di pusat-pusat kegiatan produksi masyarakat yang

dianggap cukup strategis di Kota Malang

Sejalan dengan semakin meningkatnya peran serta dunia usaha

dan masyarakat di dalam pelaksanaan pembangunan maka program-

program pembangunan Kota Malang perlu disusun dengan

mempertimbangkan keterlibatan mereka Upaya ini dimaksudkan agar

Pemerintah Kota Malang lebih mudah mengefektifkan potensi sarana

ekonomi dan mengarahkannya untuk kepentingan pembangunan yang lebih

konsisten efektif dan efisien serta berkelanjutan dalam menanggulangi

kemiskinan

Secara keseluruhan penduduk miskin di wilayah kota malang masih tersebar

merata di seluruh kecamatan Kecuali di kecamatan Lowokwaru sebagian besar di

kecamatan ini tidak ada potensi kemiskinan Hal tersebut dikarenakan banyaknya

industry pendidikan seperti UMM UNISMA UNIGA Brawijaya ITN UM dll Dengan

banyaknya perguruan tinggi di wilayah tersebut maka potensi perekonomian semakin

besar Tidak sedikit masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang makanan karena

untuk memnuhi kebutuhan para mahasiswa

Pada data dikatakan bahwa rata-rata pendapatan di kecamatan Lowokwaru

masih besar padahal menurut analisis spasial potensi terjadinya kemiskinan sangat

kecil Pada analisi ekonomi diindentifikasi bahwa banyak masyarakat yang

berpendapatan dibawah 400 ribu Hal tersebut terjadi pada masyarakat yang tinggal di

daerah pesisir sungai Masih banyak masyarakat yang tinggal di Daerah Aliran Sungai

tidak memiliki kesempatan kemampuan untuk bersaing dengan masyarakat yang tidak

tiggal di Daerah Aliran Sungai Di perkirakan masyarakat yang menempati DAS

merupakan masyarakat pendatang yang berurbanisasi dengan tidak membawa suatu

keahlian

Potensi kemiskinan terbesar dapat terjadi di Kecamatan Sukun Banyak

masyarakat di daerah ini yang memiliki pendapatan dibawah 400 ribu Jika kita

bandingkan dengan kecamatan Lowokwaru potensi kemiskinan di daerah kecamatan

Sukun tidak hanya terjadi di DAS namun juga pada masyarakat lainnya Banyak faktor

yang mengindikasikan potensi kemiskinan salah satu faktor utama adalah sulitnya

pemasaran dan persaingan yang ketat Meski kegiatan masyarakat di kecamatan

Lowokwaru dengan kecamatan Sukun relatif sama namun di kecamatan Lowokwaru

45

pemasaran barang dan jasa yang diproduksi tidak sesulit di kecamatan Sukun meski

ada persaingan

Hampir memeratanya potensi masyarakat miskin di kecamatan Sukun

menimbulkan dampak di kecamatan Kedungkandang terutama di perbatasan diantara

kedua kecamatan tersebut Menurut survey yang dilakukan memang sebagian besar

masyarakat miskin berpotensi di DAS Dapat dilihat di peta bahwa gambar merah

bersinggungan antara kedua kecamatan dan di kedua wilayah tersebut dialiri sungai

yang sama namun jika kita lihat kebawahnya warna kecamatan Kedungkandang mulai

ada yang Hijau Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat diluar DAS mempunyai

usaha yang berhubungan positif dengan pendapatan seperti pertanian

Berbeda halnya di kecamatan Klojen kecamatan ini merupakan pusat

pemerintahan kota Malang Banyak warga di kecamatan ini yang berprofesi sebagai

pegawai negeri sipil Memang masih terindikasi adanya kemiskinan di daerah tersebut

namun kemiskinan itu timbul karena mereka yang tidak mempunyai kesempatan dan

daya tawar diri mereka Kebanyakan yang tidak memiliki daya tawar diri yang tinggi

adalah mereka para pendatang yang tidak membawa keahlian kemudian mereka

tinggal di DAS dan berprofesi sebagai buruh tani buruh pabrik ataupun yang lainnya

yang tidak membutuhkan keahlian lebih

Bab V Kesimpulan dan Saran

Setelah melalui beberapa tahapan analisis dalam mengidentifikasi kemiskinan

perkotaan di beberapa wiayah Jawa Timur terdapat beberapa kesimpulan yaitu

1 Didapat bahwa sebaran penduduk miskin berkosentrasi pada daerah

sepanjang aliran sungai dan ada beberapa kota yang mengindikasikan

bahwa penduduk miskin berasal dari pendatang dari luar kota

2 Dalam penanggulangan kemiskinan pemerintah sudah banyak

mengeluarkan berbagai macam program pengentasan kemiskinan seperti

P2K P2KP BLT dll namun dalam aplikasinya banyak program yang belum

tepat sasaran

3 Ada beberapa karakteristik yang menarik dalam pengentasan kemiskinan

diantaranya bahwa dalam mengentaskan masyarakat miskin metode yang

46

diterapkan lebih kepada pembinaan keahlian dan mentalitas karena

seperti yang terdapat di kota malang masyarakat miskin dipicu dari

kebiasaan atau mentalitas dari masyarakat tersebut dalam kehidupan

sehari-hari Riset menemukan meskipun masyarakat miskin diberikan

bantuan uang seperti BLT namun bantuan tersebut tidak diperuntukkan

kepada pengembangan usaha namun habis untuk konsumsi begitu pula

dengan program ndash program pengentasan kemiskinan yang lainnya

Saran

Dalam pengentasan kemiskinan disarankan kepada pemerintah untuk mencari

data kemiskinan yang akurat dengan tujuan pemberian bantuan dalam rangka

pengentasan kemiskinan dapat terserap tepat pada masyarakat yang dituju Selain itu

untuk mengentaskan masyarakat yang bertipikal ldquokultur miskinrdquo harus banyak diberikan

pelatihan dan pembinaan mental

47

DAFTAR PUSTAKA

Blakely Edward J (1989) Planning Local Economic Development Theory and Practice Sage Library of Social Research 168 Sage Publication

BPS (1999) Perkembangan Tingkat Kemiskinan dan Beberapa Dimensi Sosial Ekonominya 1996-1999 Jakarta BPS

Budi Soeradji Mubyarto (1998) Gerakan Penanggulangan Kemiskinan Laporan

Penelitian di Daerah-Daerah Yogyakarta Aditya Media

Faisal Basri (2002) Perekonomian Indonesia Tantangan dan Harapan bagi Kebangkitan Indonesia Jakarta Erlangga

Fei J C H amp Gustav R (1964) Development Economics What Next In a Ranis G P Schulta (Ed) The State of Development Economics

Gunawan Sumodiningrat (1999) Penanggulangan Krisis Harus Memihak Rakyat Disampaikan pada konferensi pers untuk launcing The Economic and Social Survey of Asia and the Pacific 1999 (ESCAP) di UNIC Jakarta

Kuncoro M (2000) Ekonomi Pembangunan Teori Masalah dan Kebijakan (1st ed) Yogyakarta UPP AMP YKPN

Kuncoro M (2004) Otonomi dan Pembangunan Daerah Reformasi Perencanaan Strategi dan Peluang Jakarata Erlangga

Mellor J W (1976) The New Economies of Growth A Strategy for India and the Developing Countries Cornell Cornell University Press

Nurkse R (1953) Problem of Capital Formation in Underdeveloped Countries In Meier Gerald M Leading Issues in Economic Development edisi ke 6 Oxford University Press Oxford

Rintuh Cornelis amp Miar (2005) Kelembagaan dan Ekonomi Rakyat BPFE-UGM Yogyakarta

Sharp Ansel M Charles A Register and Paul W Cerimes (1996) Economics of Social Issues edisi ke 12 Richard D Chicago Irwin

Sumarto Sudarno (2002) ldquoGrowth Inequality and Poverty Evidence from Micro Datardquo Makala dalam The Young Economics Seminar Jakarta World Bank

48

Page 21: Makalah akp

penilaian atas atribut yang mereka anggap paling dibutuhkan saat ini (importance)

dengan asumsi bahwa obyek penelitian mengerti sejauh mana kinerja atribut pelayanan

publik yang telah dilakukan dinas-dinas terkait dan berkompeten dalam penanggulangan

kemiskinan

Dari analisis Kuadran akan diketahui pada kuadran manakah suatu atribut

berada sehingga nantinya dapat digunakan sebagai instrumen untuk

merekomendasikan tindakan atau kebijakan yang seharusnya dilakukan bagi

keberhasilan penanggulangan kemiskinan di Kota Malang

Bab 4 Hasil analisis

1 Gambaran geografis Jawa Timur

Jawa Timur adalah sebuah provinsi di bagian timur Pulau Jawa Indonesia

Ibukotanya adalah Surabaya Luas wilayahnya 47922 kmsup2 dan jumlah penduduknya

37070731 jiwa (2005) Jawa Timur merupakan provinsi terluas diantara 6 provinsi di

Pulau Jawa dan memiliki jumlah penduduk terbanyak kedua di Indonesia setelah Jawa

Barat Jawa Timur berbatasan dengan Laut Jawa di utara Selat Bali di timur Samudra

Hindia di selatan serta Provinsi Jawa Tengah di barat Wilayah Jawa Timur juga

meliputi Pulau Madura Pulau Bawean serta sejumlah pulau-pulau kecil di Laut Jawa

dan Samudera Hindia

Jawa Timur dikenal sebagai pusat Kawasan Timur Indonesia dan memiliki

signifikansi perekonomian yang cukup tinggi yakni berkontribusi 1485 terhadap

Produk Domestik Bruto nasional Pembagian wilayah administrasi Pemerintah Propinsi

Jawa Timur pada tahun 2003 sd tahun 2007 terbagi dalam 4 (empat) Badan Koordinasi

Wilayah Pembantu Gubernur 29 Kabupaten dan 9 Kota serta jumlah kecamatan

berjumlah 642 kecamatan Perwakilan kecamatan sejak tahun 2003 telah ditiadakan

sebelumnya berjumlah 114 dan Kota Administratif Batu sejak tahun 2003 telah menjadi

Kotasedang Kota Administratif Jember berdasarkan peraturan perundangan telah

21

dicabut dengan demikian Jember hanya sebagai Kabupaten Jumlah kelurahan

sebanyak 785 Kelurahan dan Desa sebanyak 7680 desa

Table 8

Pembagian Wilayah Administrasi Provinsi Jawa Timur

Uraian 2001 2002 2003 2004 2005 2006Badan koordinasi wilayah 4 4 4 4 4 4Jumlah Kabupaten 29 29 29 29 29 29Jumlah kota 9 9 9 9 9 9Jumlah Kecamatan 642 642 642 642 657 657Jumlah Kelurahan 784 784 784 784 784 784Jumlah Desa 7715 7715 7715 7715 8484 8484

Sumber Biro Pemerintahan dan Otoda Setda Prop Jatim amp Jatim Dalam Angka 2006

2 Gambaran geografis

a gambaran geografis kabupaten Pasuruan

Kota Pasuruan adalah ibu kota Pasuruan Jawa Timur terletak di persimpangan

jalur regional Surabaya-Probolinggo-Malang Orientasi Wilayah Kota Pasuruan memiliki

wilayah seluas 3529 kmsup2 dengan jumlah penduduk sebanyak 158864 jiwa (Sensus

Penduduk 2000) Wilayahnya terdiri dari 3 kecamatan 19 kelurahan dan 15 desa

Tiga kecamatan tersebut yaitu Kecamatan Gading rejo Purworejo dan Bugulkidul

Kecamatan Bugulkidul memiliki wilayah terbesar (1624 kmsup2) sedang untuk Gadingrejo

dan Purworejo masing-masing 1046 kmsup2 dan 859 kmsup2

b Gambaran geografis kabupaten Sidoarjo

Kota Sidoarjo merupakan Ibukota Kecamatan Sidoarjo yang terletak di tepi Selat

Madura dan termasuk dalam wilayah administratif Kabupaten Sidoarjo Propinsi Jawa

Timur Batas-batas administrasi dari kota Sidoarjo ini adalah

1048707 Sebelah utara Kecamatan Waru

22

1048707 Sebelah selatan Kecamatan Porong

1048707 Sebelah Timur Selat Madura

1048707 Sebelah Barat Kecamatan Krian

Secara geografis wilayah Kota Sidoarjo memiliki luas wilayah 6256 Ha Ditinjau dari

Topografi keadaan medan Kota Sidoarjo berada pada ketinggian antara 23 - 32 diatas

permukaan laut

c Gambaran geografis kabupaten malang

3 Pemetaan Penduduk miskin di kabupaten Sidoarjo Pasuruan dan Malang

Gambaran Rumah Tangga Miskin Di Kabupaten Sidoarjo Pasuruan Dan Malang

Hasil penelitian dengan menggunakan data skunder yang telah dilakukan mengenai jumlah rumah tangga miskin yang ada di kabupaten sidoarjo pasuruan dan malang seperti tergambar pada table di bawah ini

Table 9Jumlah keluarga miskin di kabupaten sidoarjo pasuruan dan malang

Kabupaten 2005 2006 Sidoarjo 239100 1402 223300 1297Pasuruan 285100 2016 308900 2167Malang 373700 1617 404800 171Jawa timur 7139900 1995 7678100 2109

sumber BPS

Dari deskripsi data diatas mengenai jumlah keluarga miskin di 3 kabupaten

provinsi jawa timur antara tahun 2005 dan 2006 menunjukkan tingkat kemiskinan yang

bervariasi Untuk kabupaten sidoarjo jumlah keluarga miskin sebesar 239100 atau

mencapai 1402 dari jumlah penduduk di tahun 2005 Tahun berikutnya jumlah

keluarga miskin berkurang menjadi 223300 atau 1297 dari total penduduk di

kabupaten sidoarjo Penurunan jumlah keluarga di kabupaten sidoarjo ternyata tidak

diikuti di tetangga kabupatennya seperti pasuruan dan malang Jumlah keluarga miskin

di kabupaten pasuruan sebanyak 285100 atau 2016 di tahun 2005 dan naik menjadi

308900 atau 2167 dari toatal keluarga di kabupaten pasuruan Demikian juga dengan

23

kabupaten malang jumlah keluarga miskin di tahun 2006 juga mengalami kenaikan

Tahun 2005 jumlah keluarga miskin sebanyak 373700 atau 167 naik menjadi

404800 atau 171 dari jumlah keluarga yang tinggal di kabupaten malang

4 Gambaran rumah tangga miskin pada kabupaten pasuruan sidoarjo dan

malang

Jika dilihat mengenai masalah kemiskinan di daerah provinsi jawa timur maka dapat

diketahui bahwa peta penduduk miskin tidak hanya terkelompok pada kabupaten yang

mempunyai sumberdaya alam yang sedikit namun juga terdapat ppotensi kemiskinan di

daerah yang mempunyai sumber daya alam yang banyak Untuk lebih jelasnya berikut

peta potensi kemiskinan pada masing ndash masing kabupaten yang diikuti dengan jumlah

penduduknya

Tabel

Jumlah Rumahtangga Miskin Masing-Masing Kabupaten

Di Wilayah Provinsi Jawa Timur

KabupatenJumlah Penduduk Jumlah Penduduk Miskin

2005 2006 2005 2006Kabupatenkab Pacitan 869642 885986 150100 162600kab Ponorogo 665070 687786 152500 165200kab Trenggalek 969461 984460 165800 189000kab Blitar 525888 1140809 175800 190400kab Kediri 1429137 1525231 255900 277200kab Malang 2336363 2419822 373700 404800kab Lumajang 999525 1026400 186100 201900kab Jember 2261477 2278718 408000 423300kab Banyuwangi 1514605 1575265 236100 251900kab Bondowoso 698504 725571 169500 183600kab Situbondo 605208 636200 113200 107200kab Probolinggo 1021279 1070137 267400 289700kab Pasuruan 1398122 1485342 285100 308900kab Sidoarjo 1697435 1838666 239100 223300kab Mojokerto 969299 1027871 154300 165400kab Jombang 1222499 1212876 278600 289900kab Nganjuk 989693 1065459 235800 255400kab Madiun 641596 667709 137500 144700kab Magetan 617492 621862 104600 113300kab Ngawi 827728 857449 193400 209100kab Bojonegoro 1228939 1251051 323900 350900

24

kab Tuban 1063375 1104538 300700 325800kab Lamongan 1187065 1274194 280800 304200kab Gresik 1118841 1120541 242500 287500kab Bangkalan 889590 945863 286700 306700kab Sampang 835122 894046 325900 353100kab Pamekasan 762876 782076 237600 271500kab Sumenep 1004758 1068595 331200 351100

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa di kabupaten malang mempunyai potensi

kemiskinan yang tinggi pada tahun 2005 dan 2006 Tingginya angka kemiskinan di

kabupaten tersebut mengindikasikan bahwa kurang adanya pemerataan pada

pembangunan perekonomian Kabupaten pasuruan dan kabupaten sidoarjo memiliki

jumlah penduduk miskin relatif dibawah kabupaten malang Hal tersebut bisa terjadi

karena kedua kabupaten berada pada lingkar urat nadi perekonomian jawa timur

sehingga perekonomian di wilayah tersebut dapat terdongkrak akibat aktivitas

perekonomian jawa timur

5 Karakteristik Perekonomian Rumah Tangga Miskin

51 Kabupaten Pasuruan

Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden

Salah satu penentuan sebuah masyarakat miskin adalah dengan melihat rata-

rata tingkat pendapatannya Oscar Lewis (1966) akar dari timbulnya budaya miskin

salah satunya adalah rendahnya gajipendapatan

Tabel

Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden kabupaten pasuruan

No

lt 200000200000

sd 400000

410000 sd

500000gt 500000 Jumlah

1Tidak

Bekerja

2 2 29

2Buruh Pasar

3 3 6 613 10

3Kuli

Banguan

1 2 1 4 44 7 3

4 Pemulung

1 1 8 10 104 3 22

25

5 Pedagang

4 8 10 22 2217 28 27

6 Becak 3 7

10 1010 19

7Sopir

Angkutan

1 4 5 10 104 14 14

8 Wiraswasta

1 2 1 15 54 7 3 11

9 Bengkel

2 3 1 17 79 10 3 11

10Buruh Pabrik

4 610 1011 67

11 Lain-lain

8 3 1 12 1235 10 11 100

Jumlah 23 29 37 9 98

Table diatas menjelaskan mengenai tingkat pendapatan dan jenis pekerjaan

pada kabupaten pasuruan Dari 91 sampel yang di ambil ada beberapa karakteristik

pendapatan dari para pekerja Secara umum masyarakat yang mempunyai pendapatan

lebih dari 500 ribu di domonasi oleh pekerja swasta bengkel buruh pabrik dan lain-lain

Buruh pabrik memiliki tingkat pendapatan di atas 500 ribu disebabkan karena adanya

kebijakan UMR yang harus dipenuhi oleh perusahaan di wilayah tersebut

Tabel

Keahlian Yang Dimiliki Masyarakat kabupaten pasuruan

No Jenis Pekerjaan Responden Wiraswasta BengkelMontir Sopir

Tukang Bangunan

DagangLain-lain

jumlah

1 Tidak Bekerja 0 0

2 Buruh Pasar

1 1 2 26 0 0 0 7 0

3 Kuli Bangunan

5 5 414 1428 0 0 25 0 22

4 Pemulung

33 30 0 0 0 0 17

5 Pedagang

2 1 3 28 80 0 13 5 21 11

26

6 Becak

2 4 5 314 140 17 25 25 0 17

7 Sopir Angkutan

2 3 5 50 17 19 0 0 0

8 Wiraswasta

5 3 5 13 1328 0 0 15 36 0

9 Bengkel

5 2 29 90 42 13 0 0 11

10 Buruh Pabrik

5 3 3 11 1128 0 0 15 21 0

11 Lain-lain

2 3 5 3 2 419 1911 25 31 15 14 22

Jumlah 18 12 16 20 14 18 98 100

Keberagaman keahlian yang dimiliki oleh masyarakat kabupaten pasuruan tidak

berarti bahwa keahlian yang dimilikinya terspesifikasi pada satu jenis keahlian tertentu

namun tidak sedikit masyarakat yang mempunyai keahlian lain diluar dari profesi yang

dimilikinya Sebagai contoh adalah seorang pegawai bengkel tidak hanya ahli dalam

memperbaiki kendaraan bermotor namun juga bisa berprofesi sebagai sopir Hal

tersebut ditunjukkan oleh hasil observasi yang telah dilakukan untuk masyarakat daerah

pasuruan dimana pegawai bengkel ternyata juga bisa berprofesi sebagai sopir atau

bidang usaha yang lain

Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan

NoJenis

Pekerjaan Responden

Tempat Usaha

Alat Modal Pemasaran Ketrampilan jumlah

1 Tidak Bekerja

2 Buruh Pasar

3Kuli

Bangunan

4 Pemulung

5 5 10 10 23 12

5 Pedagang

8 5 13 1350 12

27

6 Becak

4 8 12 12 18 19

7Sopir

Angkutan

5 5 5 12

8 Wiraswasta

8 6 14 14 36 14

9 Bengkel

5 6 11 11 23 14

10 Buruh Pabrik

77 7 41

11 Lain-lain

8 8 1026 2750 19 59

Jumlah 16 22 43 0 17 98 100

Dengan keahlian yang dimiliki oleh masyarakat pasuruan dapat diindikasikan

bahwa keahlian yang dimiliki mempunyai kemerataan sampel Dari seluruh responden

yang dijadikan sampel sebagian besar menginginkan bantuan modal alat dan tempat

usaha Untuk jenis pekerjaan bengkel sampel menyatakan bahwa responden

menginginkan bantuan modal dan alat untuk dapat mengembangkan usahanya Hal

yang sama juga ditunjukkan untuk jenis pekerjaan wiraswasta dimana 23 menyatakan

menginginkan bantuan alat dan 24 menginginkan bantuan modal

52 Kabupaten Sidoarjo

Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden

No Gaji amp Jenis Pekerjaan

lt 200000

200000 sd

400000

410000 sd

500000gt 500000 Jumlah

1 Tidak Bekerja

2

2 2111

2 Buruh Pasar

6 4

10 11333 200

3 Kuli Banguan

1 8 1

10 1156 400 50

4 Pemulung

8 2

10 11444 100

5 Pedagang

1 2 7

10 1150 100 212

28

6 Becak

1 2

3 356 100

7 Sopir Angkutan

2 6 1

9 10100 300 30

8 Wiraswasta

1 2 7

10 1150 100 212

9 Bengkel

4 5

9 10200 152

10 Buruh Pabrik

5 5

10 11250 152

11 Lain-lain

8

8 9242

Jumlah 18 20 20 33 91 100

Karakteristik pendapatan masyarakat di daerah perkotaan kabupaten sidoarjo

menunjukkan kesamaan dari kabupaten pasuruan Secara keseluruhan responden yang

berpenghasilan di atas 500 ribu di dominasi oleh masyarakat yang mempunyai

pekerjaan sebagai wiraswasta bengkel buruh pabrik dll Jika ditelaah lebih lanjut

memang untuk golongan buruh pabrik mereka berpenghasilan ditas 500 ribu karena ada

jaminan dari pemerintah mengenai pendapatan minimum melalui UMR Sedangkan

masyarakat yang bekerja di bengkel mendapatkan pendapatan yang tinggi karena

sidoarjo merupakan daerah industry sehingga tidak sedikit masyarakat yang

menggunakan kendaraan bermotor dalam aktifitasnya

Tabel

Keahlian Yang Dimiliki Masyarakat kabupaten sidoarjo

NoJenis

Pekerjaan Responden

Wiraswasta BengkelMontir

SopirTukang

BangunanDagang

Lain-lain

jumlah

1Tidak

Bekerja

2 Buruh Pasar

5 6 718 1831 43 37

3 6 8 14 14

29

Kuli 46

4 Pemulung

6 7 13 13 23 54

5 Pedagang

8 3 11 1150 30

6 Becak

8 8 8 57

7Sopir

Angkutan

5 49 9 19 21

8 Wiraswasta

3 5 8 8 30 19

9 Bengkel

4 4 4 15

10Buruh Pabrik

11 Lain-lain

3 4 6 13 1319 40 23

Jumlah 16 10 26 13 14 19 98 100

Menurut survey yang telah dilakukan ternyata tipikal masyarakat sidoarjo dan

pasuruan untuk kategori keahlian yang dimiliki adalah sama penyebarannya Untuk

kabupaten sidoarjo jenis pekerjaan terbanyak adalah buruh pasar dengan keahlian yang

dimiliki berdagang serta ada yang memiliki keahlian sebagai tukang sepatu

Keberagaman jumlah responden menunjukkan keberagaman pekerjaan masyarakat

yang dijadikan sebagai obyek penelitian Menurut hasil penelitian digambarkan bahwa

seorang yang berprofesi sebagai pemulung ternyata juga memiliki keahlian di bidang

lainnya seperti tukang bangunan bahkan sopir Dari informasi yang dimiliki tersebut

diharapkan pemerintah dapat memberikan bantuan sesuai dengan bidang profesi

masyarakat atau keahlian masyarakat itu sendiri

30

Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan

NoJenis

Pekerjaan Responden

Tempat Usaha

Alat Modal Pemasaran jumlah

1Tidak

Bekerja

0 0

2Buruh Pasar

2 8 10 01020418 15

3Kuli

Bangunan

1 3 6 10 01020414 14 12

4 Pemulung

1 8 9 00918374 15

5 Pedagang

10 2 4 16 016326540 10 8

6 Becak

2 4 6 12 01224498 19 12

7Sopir

Angkutan

2 6 8 00816338 12

8 Wiraswasta

3 7 10 0102041 14 13

9 Bengkel

5 6 11 0112245 24 12

10Buruh Pabrik

0 0

11 Lain-lain

7 4 1 12 012244928 19 2

Jumlah 25 21 52 0 98

Masyarakat daerah sidoarjo untuk segala jenis pekerjaan yang dijadikan subyek

penelitian menyatakan bahwa masyarakat memilih diberikan bantuan modal alat dan

tempat usaha Sedangkan untuk aspek pemasaran masyarakat sidoarjo tidak begitu

memerlukan bantuan Karena jika kita perhatikan kabupaten sidoarjo terletak di urat nadi

perekonomian jawa timur sehingga diharapkan pemasaran tidak menjadi kendala Dari

98 orang yang dijadikan responden sebanyak 52 orang dari berbagai macam profesi

menginginkan bantuan modal usaha

31

Berdasarkan hasil data skunder yang telah dilakukan terhadap seluruh

rumahtangga miskin yang ada di Kota Malang maka gambaran lokasi rumahtangga

misikin yang ada di Kota Malang seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini

Tabel

Jumlah Keluarga Miskin Masing-Masing Kecamatan

Di Kota Malang

No Kecamatan Jumlah Rumah Tangga

Prosentase

1 Kedungkandang 6635 2730

2 Sukun 6255 2574

3 Klojen 3432 1412

4 Blimbing 4158 1711

5 Lowok Waru 3821 1572 Sumber Pemkot Malang 2006

Data di atas menunjukkan jumlah rumah tangga miskin yang ada di kota malang

di masing-masing Kecamatan Dari 5 kecamatan yang ada dikota Malang jumlah

kemiskinannya adalah sebagai berikut Kecamatan yang paling tinggi angka

kemiskinannya adalah kecamatan Kedungkandang yaitu sebesar 2730 kecamatan

Sukun sebesar 2574 kemudian Kecamatan Lowok Waru sebesar 1572

Kecamatan Blimbing 1711 dan angka terendah Rumah tangga miskinnya adalah

kecamatan Klojen yairu sebesar 1412

Gambar

Jumlah keluarga Miskin di Kota Malang

0 1 2 3 4 5 6 7

Kedungkandang

Sukun

Klojen

Blimbing

Lowok Waru

Jumlah Rumah Tangga

32

Berdasarkan gambaan di atas jumlah rumah tangga miskin di kota malang

berada pada daerah-daeah tertentu (Kedungkandang dan Sukun) wilayah ini merupakan

wilayah pinggiran kota yang padat dengan jumlah penduduknya Kecamatan

Kedungkandang merupakan daerah yang umumnya pdat penduduk dan daerah tersebut

merupakan daerah pinggiran kota serta rata-rata penduduknya memiliki mata

pencaharian pedagang Daerah tersebut juga merupakan daerah pusat-pusat industri

kecil dan yang lebih telihat bahwa kebanyakan rumah tangga miskin bertempat tinggal

di daerah aliran sungai brantas (DAS Brantas) serta di pinggiran jalur kereta api

Berbeda halnya dengan kecamatan Sukun daerah ini selain terdapatnya pusat

perdagangan juga merupakan daerah industri kecil (home industri) Keberadaan rumah

tangga miskin selain rata-rata kehidupannya berdagang juga bertempat tinggal pada

daerah-daerah perkampungan

33 Aspek Kultural Pada Masyarakat Miskin

Urbanisasi merupakan salah satu faktor pemicu perkembangan kota terjadinya

perpindahan penduduk dari desa ke kota disebabkan oleh berbagai faktor baik faktor

pearik maupun pendorong perkembangan industri dan perdagangan di kota merupakan

faktor penarik yang menyebabkan orang untuk berdatangan dan tinggal di daerah

perkotaan Keinginan untuk dapat mendapatkan penghasilan dan pekerjaan yang lebih

baik untuk mencukupi kebutuhan hidup merupakan penyebab utama terjadinya

urbanisasi Namun kondisi tersebut tidak seiring dengan kualitas pendidikan dan

ketrampilan yang memadai sehingga mereka tidak dapat ditampung di sektor formal

melainkan menggantungkan hidupnya pada sektor informal yang kurang menentu

Selain itu yang menjadi faktor pendorong terjadinya urbanisasi adalah kondisi fasilitas di

daerah asal (pedesaan) kurang memadai serta semakin menyempitnya lahan pertanian

dan peluang pekerjaan

Pertambahan penduduk di kota yang sangat tinggi menyebabkan berbagai

permasalahan sosial permasalahan yang muncul adalah adanya perkampungan kumuh

dan perumahan liar di pinggiran kota dan umumnya di daerah pinggiran aliran sungai

brantas (DAS) Masalah tersebut disebabkan oleh ketidak mampuan masyarakat miskin

perkotaan untuk memiliki rumah yang layak huni Penyebab lainnya adalah ketidak

mampuan pemerintah kota untuk menyediakan sarana bagi masyarakat miskin

33

perkotaan Pembangunan perkotaan senantiasa bukan memberikan solusi dalam

pengentasan kemiskinan perkotaan melainkan sebaliknya yaitu menjadikan proses

penggusuran dan semakin terdesaknya kehidupan masyarakat miskin tersebut

Tabel

Daerah Asal Responden sidoarjo

NoJenis

Pekerjaan Responden

Jawa Timur Non

Madura

Madura Jawa Barat

Jawa Tengah

Luar Jawa

jumlah

1Tidak

Bekerja

2Buruh Pasar

8 1 1 10 1011 7 7

3Kuli

Bangunan

7 2 1 10 1010 14 7

4 Pemulung

9 9 913

5 Pedagang

10 10 1014

6 Becak

8 1 2 11 1111 7 14

7Sopir

Angkutan

10 10 1014

8 Wiraswasta

8 6 14 1411 43

9 Bengkel

10Buruh Pabrik

8 2 10 1011 14

11 Lain-lain

2 2 10 14 143 14 71

Jumlah 70 14 0 14 0 98 100

Dari data diatas sebagian besar kaum migrant untuk setiap profesi berasal dari

jawa timur Di definisikan jawa timur karena seluruh masyarakat urban berasal dari jawa

timur kecuali Madura Ada beberapa alasan dari responden mengapa mereka

melakukan urbanisasi salah satunya adalah untuk memperbaiki taraf ekonomi karena

kabupaten sidoarjo dianggap sebagai kabupaten yang memiliki potensi yang cukup

34

tinggi dalam bidang industry Profesi terbanyak yang diminati oleh pendatang adalah

sebagai pedagang dan sebagai sopir

Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin

pada kabupaten sidoarjo dapat diperhatikan gambar di bawah ini

Gambar

Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin

35

Tabel

Daerah Asal Responden pasuruan

NoJenis

Pekerjaan Responden

Jawa Timur Non

Madura

Madura Jawa Barat

Jawa Tengah

Luar Jawa

jumlah

1 Tidak Bekerja

2 Buruh Pasar

4 4 24

3 Kuli Bangunan

5 5 55

4 Pemulung

10 10 1011

5 Pedagang

20 20 2022

6 Becak

8 2 10 109 33

7Sopir

Angkutan

0 0

8 Wiraswasta

0 0

9 Bengkel

10 Buruh Pabrik

15 4 19 1916 67

11 Lain-lain

30 30 3133

Jumlah 92 6 98 98 98

Sama seperti pada kabupaten sidoarjo sebagian besar pendatang adalah dari

wilayah jawa timur Pendatang sebagian besar berprofesi sebagai pedagang karena

wilayah sidoarjo selain sebagai sentra industry provinsi jawa timur juga sebagai urat nadi

perekonomian jawa timur Sehingga bagi para pedagang akan sangat menguntungkan

karena di lewati dari berbagai wilayah di jawa timur

Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin

pada kabupaten pasuruan dapat diperhatikan gambar di bawah ini

Gambar

36

Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin

Tabel 5Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan di kota malang

Lama Tinggal (Tahun)Kecamatan

pddkAsli le 2 3 - 6 7 - 9 ge 10

Jumlahrespondn

Kedung kandang10

(1053)- 3

(316)11

(1158)71

(1473) 95

18 - - 15 52

37

Sukun (2118) (1764) (6118) 85

Klojen9

(1200)5

(667)12

(1600)9

(1200)40

(5333) 75

Blimbing8

(100)2

(25)- 8

(100)62

(775) 80

Lowok Waru15

(1923)- - 7

(897)56

(7180) 78

Sumber Data Primer

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa dari responden (keluarga miskin)

perkotaan sebagian besar bukan penduduk asli daerah kota Malang melainkan

pendatang yang merupakan kaum migran dan menetap di kota Malang kecamatan

kedung Kandang merupakan daerah yang padat penduduknya dimana 1473

menunjukkan jumlah responden yang sudah lama tinggal di kota malang (di atas 10

tahun) bahkan beberapa responden sudah turun-menurun dari keluarga mereka

Kecamatan Sukun yang merupakan kaum pendatang yang tinggal di kota Malang sudah

puluhan tahun sebanyak 6118 dari responden yang ada Kecamatan Klojen sebesar

5333 Kecamatan Blimbing sebanyak 775 dan untuk kecamatan Lowok Waru

sebanyak 7180 dari masing-masing responden di tingkat kecamatan Kondisi ini

menjelaskan bahwa masyarakat miskin perkotaan adalah rata-rata kaum migran yang

sengaja datang ke kota Malang untuk mencari kehidupan yang lebih baik dari daerah

asal mereka Umumnya mereka datang sebagai migran tetap dan keberadaan mereka

sudah terbiasa hidup dalam kondisi serba kekurangan Beberapa responden yang

ditemui juga menjelaskan bahwa sebagai kaum pendatang sudah tidak asing lagi

dengan kehidupan masyarakat di kota Malang Umumnya mereka membaur dengan

masyarakat pendatang lainnya dengan hidup di kepadatan penduduk kota Malang

Salain dilihat dari lamanya masayarakat pendatang (migran tetap) tinggal di kota

Malang dapat pula dijelaskan mengenai temapat asal (daerah asal) responden untuk

melihat derah asal rumah tangga miskin perkotaan dapat kita bagi dengan

menggunakan batasan daerah (wilayah) Dimana wilayah pembagiannya adalah

mereka yang berasal dari daerah Jawa Timur (non-Madura) daerah Madura daerah

Jawa Tengah Jawa Barat dan Luar Jawa Adapun gambaran daerah asal rumah

tangga miskin perkotaan dapat dilihat pada tabel berikut

38

Tabel

Daerah Asal Responden

Daerah

Asal

Kecamatan

Jawa

Timur

Non-

Madura

Madur

a

Jawa

Tengah

Jawa

Barat

Luar

Jawa

Jumlah

Respond

n

Kedung kandang21

(2470)52

(6118)9

(1059)3

(353)- 85

Sukun19

(2836)28

(4179)12

(1791)8

(1194)- 67

Klojen9

(1364)49

(7424)5

(758)3

(454)- 66

Blimbing31

(4306)33

(4563)6

(833)2

(278)- 72

Lowok Waru28

(4444)21

(3333)9

(1429)5

((794)- 63

Sumber Data Primer

Berdasarkan data pada tabel di atas menunjukkan bahwa umumnya kaum

migran berasal dari daerah Jawa Timur dan daerah Madura Untuk kecamatan Kedung

Kandang sebesar 6118 berasal dari Madura kemudian Kecamatan Sukun 4179

kaum Migran berasal juga dari Madura Kecamatan Klojen 7424 Kecamatan Blimbing

sebesar 4563 dan kecamatan Lowok Waru sebesar 3333 Dari kelima kecamatan

tersebut yang banyak di datangi oleh migran yang berasal dari daeah Madura adalah di

Kecamatan Kedung Kandang (6118) dan Kecamatan Klojen (7424) dan mereka

sengaja tinggal di dekat pusat perkotaan dengan tujuan memudahkan untuk aktifitas

kegiatan pekerjaannya yang rata-rata bergelut disektor informal (pedagang kaki lima)

331 Kondisi Tempat Tinggal Masyarakat Miskin Perkotaan

Dilihat dari tempat tinggal masyarakat miskin perkotaan rata-rata kondisi tempat

tinggalnya dengan model bangunan semi permanen dan permanen sederhanan dengan

memanfatkan kondisi tanah yang rawan bencana (longsor kebisingan kumuh dan

sebagainya)

Tabel

Kondisi Fisik Bangunan Rumah RTM

39

Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan

Kondisi Fisik RumahKecamatan

Sesek(papan)

SemiPermanen Permanen

Jumlahrespondn

Kedung kandang

11(1158)

52(5474)

32(3368) 95

Sukun20

(2353)33

(3882)32

(3765) 85

Klojen5

(667)31

(1733)39

(5200) 75

Blimbing3

(375)13

(1625)64

(8000) 80

Lowok Waru9

(1154)24

(3077)45

(5769) 78

Sumber Data Primer

dari data primer (tabel) menunjukkan bahwa sebagian besar tempat tinggal

masyarakat miskin perkotaan adalah semi permanen dan permanen akan tetapi dengan

ukuran ruang (luas bangunan) yang cukup minim Dan umumnya yang mereka lakukan

adalah dengan menyewa tanah dan atau menempati tanah rawan musibah adapun

kondisi perumahan masyarakat miskin perkotaan dapat dilihat pada gambar berikut

Gambar

Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin Perkotaan

40

Dari gambar di atas terlihat bahwa kondisi tempat tinggal mereka sangat rawan

dengan terjadinya bencana dan kekumuhan kondisi ini selain rawan terhadap adanya

bahaya tersebut juga sangat rawan dengan permasalahan kesehatan

34 Analisa Spasial

Informasi mengenai tipologi perekonomian masyarakat akan sangat membantu

pemerintah dalam menentukan kebijakan ekonomi di masa mendatang Dari informasi

tersebut dibuatlah peta potensi ekonomi dengan maksud merelevansikan antara potensi

ekonomi daerah dan kebijakan ekonomi Selain itu jika kebijakan ekonomi hanya

terfokus di suatu wilayah tertentu akan berdampak pada ketimpangan pertumbuhan

ekonomi Seperti dijelaskan sebelumnya inventarisasi sarana ekonomi sebuah wilayah

dilakukan dengan menggunakan pendekatan tipologi suatu wilayah Melalui pendekatan

ini selanjutnya dapat digambarkan wilayah majemuk dengan fenomena yang kompleks

dengan beberapa persamaan di dalamnya Maksudnya bahwa pada tipologi suatu

wilayah ada relevansinya dengan keberadaan potensi ekonomi maupun potensi sarana

ekonomi di wilayah tersebut Ini menandakan bahwa kebijakan pengembangan ekonomi

suatu wilayah diperlukan pengadaan sarana ekonomi yang tepat sedikitnya sesuai

dengan kondisi wilayah yang dibangun termasuk karakteristik kegiatan ekonomi yang

dilakukan oleh masyarakat setempat sehingga keberadaan sarana tersebut mampu

mendorong aktivitas ekonomi masyarakat dan pada akhirnya mengentaskan dan

menanggulangi kemiskinan

41

Di wilayah kabupaten pasuruan terdapat berbagai macam potensi ekonomi yang

belum tersentuh pengembangannya oleh pemerintah daerah Potensi yang terdapat di

wilayah tersebut bukan hanya pada potensi sumber daya alam melainkan juga potensii

sumber daya manusianya Untuk wilayah ssidoarjo perlu adanya perhatian mendalam

pada pengembangan sumber daya manusia karena di wilayah tersebut banyak sekali

potensi industri yang dapat berkembang Sedangkan untuk daerah malang hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa disinyalir masih terdapat kegiatan ekonomi maupun

sarana ekonomi yang menunjang kegiatan tersebut belum dimanfaatkan secara optimal

Keadaan ini menjadikan keduanya masih bersifat potensial dan memerlukan

penanganan pengelolannya agar dapat diperoleh output yang optimal pula Pengelolaan

optimal tersebut tentu masih memerlukan suatu pengkajian tersendiri untuk mengukur

sampai sejauh mana tingkat feasibilitasnya

Potensi sarana ekonomi kabupaten ssidoarjo kabupaten pasuruan dan Kota

Malang merujuk pada sarana ekonomi (dalam bentuk fisik) yang teridentifikasi di setiap

daerah maupun yang sudah terkompilasikan di tingkat kabupaten dan kota Potensi

tersebut dapat di petakan pada masing-masing kabupaten di wilayah Jawa Timur

melalui Peta berikut

Gambar Provinsi Jawa Timur

42

Gambar kota Malang

43

keterangan

daerah masyarakat miskin perkotaan

daerah potensi terjadinya kemiskinan

tidak ada potensi terjadnya kemiskinan

Sejalan dengan maksud di atas Pemerintah Kota Malang masih

perlu melakukan kajian mendalam tentang pengembangan potensi wilayah

sebagai salah satu upaya untuk mendukung pemulihan ekonomi yang

bersifat jangka menengah Dukungan kajian ini dilakukan dengan menggali

lebih dalam potensi yang dimiliki setiap kawasan di wilayah Kota Malang

Dengan demikian Pemerintah Kota Malang dengan mudah dapat mengambil

langkah-langkah menumbuh kembangkan potensi sarana ekonomi daerah

44

Kec Blimbing Industri (kecil-

menengah)Pariwisata Pertanianperumahanperdagangan

Kec Kedungkandang Industri (kecil-

menengah)Pertanianperumahan

Kec Sukun Industri kecilPendidikanperumahan

Kec Kolojen perdagangan PendidikanPerhotelanperkantoran

Kec Lowokwaruperumahan PendidikanIndustri (kecil-

menengah)

khususnya yang berada di pusat-pusat kegiatan produksi masyarakat yang

dianggap cukup strategis di Kota Malang

Sejalan dengan semakin meningkatnya peran serta dunia usaha

dan masyarakat di dalam pelaksanaan pembangunan maka program-

program pembangunan Kota Malang perlu disusun dengan

mempertimbangkan keterlibatan mereka Upaya ini dimaksudkan agar

Pemerintah Kota Malang lebih mudah mengefektifkan potensi sarana

ekonomi dan mengarahkannya untuk kepentingan pembangunan yang lebih

konsisten efektif dan efisien serta berkelanjutan dalam menanggulangi

kemiskinan

Secara keseluruhan penduduk miskin di wilayah kota malang masih tersebar

merata di seluruh kecamatan Kecuali di kecamatan Lowokwaru sebagian besar di

kecamatan ini tidak ada potensi kemiskinan Hal tersebut dikarenakan banyaknya

industry pendidikan seperti UMM UNISMA UNIGA Brawijaya ITN UM dll Dengan

banyaknya perguruan tinggi di wilayah tersebut maka potensi perekonomian semakin

besar Tidak sedikit masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang makanan karena

untuk memnuhi kebutuhan para mahasiswa

Pada data dikatakan bahwa rata-rata pendapatan di kecamatan Lowokwaru

masih besar padahal menurut analisis spasial potensi terjadinya kemiskinan sangat

kecil Pada analisi ekonomi diindentifikasi bahwa banyak masyarakat yang

berpendapatan dibawah 400 ribu Hal tersebut terjadi pada masyarakat yang tinggal di

daerah pesisir sungai Masih banyak masyarakat yang tinggal di Daerah Aliran Sungai

tidak memiliki kesempatan kemampuan untuk bersaing dengan masyarakat yang tidak

tiggal di Daerah Aliran Sungai Di perkirakan masyarakat yang menempati DAS

merupakan masyarakat pendatang yang berurbanisasi dengan tidak membawa suatu

keahlian

Potensi kemiskinan terbesar dapat terjadi di Kecamatan Sukun Banyak

masyarakat di daerah ini yang memiliki pendapatan dibawah 400 ribu Jika kita

bandingkan dengan kecamatan Lowokwaru potensi kemiskinan di daerah kecamatan

Sukun tidak hanya terjadi di DAS namun juga pada masyarakat lainnya Banyak faktor

yang mengindikasikan potensi kemiskinan salah satu faktor utama adalah sulitnya

pemasaran dan persaingan yang ketat Meski kegiatan masyarakat di kecamatan

Lowokwaru dengan kecamatan Sukun relatif sama namun di kecamatan Lowokwaru

45

pemasaran barang dan jasa yang diproduksi tidak sesulit di kecamatan Sukun meski

ada persaingan

Hampir memeratanya potensi masyarakat miskin di kecamatan Sukun

menimbulkan dampak di kecamatan Kedungkandang terutama di perbatasan diantara

kedua kecamatan tersebut Menurut survey yang dilakukan memang sebagian besar

masyarakat miskin berpotensi di DAS Dapat dilihat di peta bahwa gambar merah

bersinggungan antara kedua kecamatan dan di kedua wilayah tersebut dialiri sungai

yang sama namun jika kita lihat kebawahnya warna kecamatan Kedungkandang mulai

ada yang Hijau Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat diluar DAS mempunyai

usaha yang berhubungan positif dengan pendapatan seperti pertanian

Berbeda halnya di kecamatan Klojen kecamatan ini merupakan pusat

pemerintahan kota Malang Banyak warga di kecamatan ini yang berprofesi sebagai

pegawai negeri sipil Memang masih terindikasi adanya kemiskinan di daerah tersebut

namun kemiskinan itu timbul karena mereka yang tidak mempunyai kesempatan dan

daya tawar diri mereka Kebanyakan yang tidak memiliki daya tawar diri yang tinggi

adalah mereka para pendatang yang tidak membawa keahlian kemudian mereka

tinggal di DAS dan berprofesi sebagai buruh tani buruh pabrik ataupun yang lainnya

yang tidak membutuhkan keahlian lebih

Bab V Kesimpulan dan Saran

Setelah melalui beberapa tahapan analisis dalam mengidentifikasi kemiskinan

perkotaan di beberapa wiayah Jawa Timur terdapat beberapa kesimpulan yaitu

1 Didapat bahwa sebaran penduduk miskin berkosentrasi pada daerah

sepanjang aliran sungai dan ada beberapa kota yang mengindikasikan

bahwa penduduk miskin berasal dari pendatang dari luar kota

2 Dalam penanggulangan kemiskinan pemerintah sudah banyak

mengeluarkan berbagai macam program pengentasan kemiskinan seperti

P2K P2KP BLT dll namun dalam aplikasinya banyak program yang belum

tepat sasaran

3 Ada beberapa karakteristik yang menarik dalam pengentasan kemiskinan

diantaranya bahwa dalam mengentaskan masyarakat miskin metode yang

46

diterapkan lebih kepada pembinaan keahlian dan mentalitas karena

seperti yang terdapat di kota malang masyarakat miskin dipicu dari

kebiasaan atau mentalitas dari masyarakat tersebut dalam kehidupan

sehari-hari Riset menemukan meskipun masyarakat miskin diberikan

bantuan uang seperti BLT namun bantuan tersebut tidak diperuntukkan

kepada pengembangan usaha namun habis untuk konsumsi begitu pula

dengan program ndash program pengentasan kemiskinan yang lainnya

Saran

Dalam pengentasan kemiskinan disarankan kepada pemerintah untuk mencari

data kemiskinan yang akurat dengan tujuan pemberian bantuan dalam rangka

pengentasan kemiskinan dapat terserap tepat pada masyarakat yang dituju Selain itu

untuk mengentaskan masyarakat yang bertipikal ldquokultur miskinrdquo harus banyak diberikan

pelatihan dan pembinaan mental

47

DAFTAR PUSTAKA

Blakely Edward J (1989) Planning Local Economic Development Theory and Practice Sage Library of Social Research 168 Sage Publication

BPS (1999) Perkembangan Tingkat Kemiskinan dan Beberapa Dimensi Sosial Ekonominya 1996-1999 Jakarta BPS

Budi Soeradji Mubyarto (1998) Gerakan Penanggulangan Kemiskinan Laporan

Penelitian di Daerah-Daerah Yogyakarta Aditya Media

Faisal Basri (2002) Perekonomian Indonesia Tantangan dan Harapan bagi Kebangkitan Indonesia Jakarta Erlangga

Fei J C H amp Gustav R (1964) Development Economics What Next In a Ranis G P Schulta (Ed) The State of Development Economics

Gunawan Sumodiningrat (1999) Penanggulangan Krisis Harus Memihak Rakyat Disampaikan pada konferensi pers untuk launcing The Economic and Social Survey of Asia and the Pacific 1999 (ESCAP) di UNIC Jakarta

Kuncoro M (2000) Ekonomi Pembangunan Teori Masalah dan Kebijakan (1st ed) Yogyakarta UPP AMP YKPN

Kuncoro M (2004) Otonomi dan Pembangunan Daerah Reformasi Perencanaan Strategi dan Peluang Jakarata Erlangga

Mellor J W (1976) The New Economies of Growth A Strategy for India and the Developing Countries Cornell Cornell University Press

Nurkse R (1953) Problem of Capital Formation in Underdeveloped Countries In Meier Gerald M Leading Issues in Economic Development edisi ke 6 Oxford University Press Oxford

Rintuh Cornelis amp Miar (2005) Kelembagaan dan Ekonomi Rakyat BPFE-UGM Yogyakarta

Sharp Ansel M Charles A Register and Paul W Cerimes (1996) Economics of Social Issues edisi ke 12 Richard D Chicago Irwin

Sumarto Sudarno (2002) ldquoGrowth Inequality and Poverty Evidence from Micro Datardquo Makala dalam The Young Economics Seminar Jakarta World Bank

48

Page 22: Makalah akp

dicabut dengan demikian Jember hanya sebagai Kabupaten Jumlah kelurahan

sebanyak 785 Kelurahan dan Desa sebanyak 7680 desa

Table 8

Pembagian Wilayah Administrasi Provinsi Jawa Timur

Uraian 2001 2002 2003 2004 2005 2006Badan koordinasi wilayah 4 4 4 4 4 4Jumlah Kabupaten 29 29 29 29 29 29Jumlah kota 9 9 9 9 9 9Jumlah Kecamatan 642 642 642 642 657 657Jumlah Kelurahan 784 784 784 784 784 784Jumlah Desa 7715 7715 7715 7715 8484 8484

Sumber Biro Pemerintahan dan Otoda Setda Prop Jatim amp Jatim Dalam Angka 2006

2 Gambaran geografis

a gambaran geografis kabupaten Pasuruan

Kota Pasuruan adalah ibu kota Pasuruan Jawa Timur terletak di persimpangan

jalur regional Surabaya-Probolinggo-Malang Orientasi Wilayah Kota Pasuruan memiliki

wilayah seluas 3529 kmsup2 dengan jumlah penduduk sebanyak 158864 jiwa (Sensus

Penduduk 2000) Wilayahnya terdiri dari 3 kecamatan 19 kelurahan dan 15 desa

Tiga kecamatan tersebut yaitu Kecamatan Gading rejo Purworejo dan Bugulkidul

Kecamatan Bugulkidul memiliki wilayah terbesar (1624 kmsup2) sedang untuk Gadingrejo

dan Purworejo masing-masing 1046 kmsup2 dan 859 kmsup2

b Gambaran geografis kabupaten Sidoarjo

Kota Sidoarjo merupakan Ibukota Kecamatan Sidoarjo yang terletak di tepi Selat

Madura dan termasuk dalam wilayah administratif Kabupaten Sidoarjo Propinsi Jawa

Timur Batas-batas administrasi dari kota Sidoarjo ini adalah

1048707 Sebelah utara Kecamatan Waru

22

1048707 Sebelah selatan Kecamatan Porong

1048707 Sebelah Timur Selat Madura

1048707 Sebelah Barat Kecamatan Krian

Secara geografis wilayah Kota Sidoarjo memiliki luas wilayah 6256 Ha Ditinjau dari

Topografi keadaan medan Kota Sidoarjo berada pada ketinggian antara 23 - 32 diatas

permukaan laut

c Gambaran geografis kabupaten malang

3 Pemetaan Penduduk miskin di kabupaten Sidoarjo Pasuruan dan Malang

Gambaran Rumah Tangga Miskin Di Kabupaten Sidoarjo Pasuruan Dan Malang

Hasil penelitian dengan menggunakan data skunder yang telah dilakukan mengenai jumlah rumah tangga miskin yang ada di kabupaten sidoarjo pasuruan dan malang seperti tergambar pada table di bawah ini

Table 9Jumlah keluarga miskin di kabupaten sidoarjo pasuruan dan malang

Kabupaten 2005 2006 Sidoarjo 239100 1402 223300 1297Pasuruan 285100 2016 308900 2167Malang 373700 1617 404800 171Jawa timur 7139900 1995 7678100 2109

sumber BPS

Dari deskripsi data diatas mengenai jumlah keluarga miskin di 3 kabupaten

provinsi jawa timur antara tahun 2005 dan 2006 menunjukkan tingkat kemiskinan yang

bervariasi Untuk kabupaten sidoarjo jumlah keluarga miskin sebesar 239100 atau

mencapai 1402 dari jumlah penduduk di tahun 2005 Tahun berikutnya jumlah

keluarga miskin berkurang menjadi 223300 atau 1297 dari total penduduk di

kabupaten sidoarjo Penurunan jumlah keluarga di kabupaten sidoarjo ternyata tidak

diikuti di tetangga kabupatennya seperti pasuruan dan malang Jumlah keluarga miskin

di kabupaten pasuruan sebanyak 285100 atau 2016 di tahun 2005 dan naik menjadi

308900 atau 2167 dari toatal keluarga di kabupaten pasuruan Demikian juga dengan

23

kabupaten malang jumlah keluarga miskin di tahun 2006 juga mengalami kenaikan

Tahun 2005 jumlah keluarga miskin sebanyak 373700 atau 167 naik menjadi

404800 atau 171 dari jumlah keluarga yang tinggal di kabupaten malang

4 Gambaran rumah tangga miskin pada kabupaten pasuruan sidoarjo dan

malang

Jika dilihat mengenai masalah kemiskinan di daerah provinsi jawa timur maka dapat

diketahui bahwa peta penduduk miskin tidak hanya terkelompok pada kabupaten yang

mempunyai sumberdaya alam yang sedikit namun juga terdapat ppotensi kemiskinan di

daerah yang mempunyai sumber daya alam yang banyak Untuk lebih jelasnya berikut

peta potensi kemiskinan pada masing ndash masing kabupaten yang diikuti dengan jumlah

penduduknya

Tabel

Jumlah Rumahtangga Miskin Masing-Masing Kabupaten

Di Wilayah Provinsi Jawa Timur

KabupatenJumlah Penduduk Jumlah Penduduk Miskin

2005 2006 2005 2006Kabupatenkab Pacitan 869642 885986 150100 162600kab Ponorogo 665070 687786 152500 165200kab Trenggalek 969461 984460 165800 189000kab Blitar 525888 1140809 175800 190400kab Kediri 1429137 1525231 255900 277200kab Malang 2336363 2419822 373700 404800kab Lumajang 999525 1026400 186100 201900kab Jember 2261477 2278718 408000 423300kab Banyuwangi 1514605 1575265 236100 251900kab Bondowoso 698504 725571 169500 183600kab Situbondo 605208 636200 113200 107200kab Probolinggo 1021279 1070137 267400 289700kab Pasuruan 1398122 1485342 285100 308900kab Sidoarjo 1697435 1838666 239100 223300kab Mojokerto 969299 1027871 154300 165400kab Jombang 1222499 1212876 278600 289900kab Nganjuk 989693 1065459 235800 255400kab Madiun 641596 667709 137500 144700kab Magetan 617492 621862 104600 113300kab Ngawi 827728 857449 193400 209100kab Bojonegoro 1228939 1251051 323900 350900

24

kab Tuban 1063375 1104538 300700 325800kab Lamongan 1187065 1274194 280800 304200kab Gresik 1118841 1120541 242500 287500kab Bangkalan 889590 945863 286700 306700kab Sampang 835122 894046 325900 353100kab Pamekasan 762876 782076 237600 271500kab Sumenep 1004758 1068595 331200 351100

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa di kabupaten malang mempunyai potensi

kemiskinan yang tinggi pada tahun 2005 dan 2006 Tingginya angka kemiskinan di

kabupaten tersebut mengindikasikan bahwa kurang adanya pemerataan pada

pembangunan perekonomian Kabupaten pasuruan dan kabupaten sidoarjo memiliki

jumlah penduduk miskin relatif dibawah kabupaten malang Hal tersebut bisa terjadi

karena kedua kabupaten berada pada lingkar urat nadi perekonomian jawa timur

sehingga perekonomian di wilayah tersebut dapat terdongkrak akibat aktivitas

perekonomian jawa timur

5 Karakteristik Perekonomian Rumah Tangga Miskin

51 Kabupaten Pasuruan

Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden

Salah satu penentuan sebuah masyarakat miskin adalah dengan melihat rata-

rata tingkat pendapatannya Oscar Lewis (1966) akar dari timbulnya budaya miskin

salah satunya adalah rendahnya gajipendapatan

Tabel

Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden kabupaten pasuruan

No

lt 200000200000

sd 400000

410000 sd

500000gt 500000 Jumlah

1Tidak

Bekerja

2 2 29

2Buruh Pasar

3 3 6 613 10

3Kuli

Banguan

1 2 1 4 44 7 3

4 Pemulung

1 1 8 10 104 3 22

25

5 Pedagang

4 8 10 22 2217 28 27

6 Becak 3 7

10 1010 19

7Sopir

Angkutan

1 4 5 10 104 14 14

8 Wiraswasta

1 2 1 15 54 7 3 11

9 Bengkel

2 3 1 17 79 10 3 11

10Buruh Pabrik

4 610 1011 67

11 Lain-lain

8 3 1 12 1235 10 11 100

Jumlah 23 29 37 9 98

Table diatas menjelaskan mengenai tingkat pendapatan dan jenis pekerjaan

pada kabupaten pasuruan Dari 91 sampel yang di ambil ada beberapa karakteristik

pendapatan dari para pekerja Secara umum masyarakat yang mempunyai pendapatan

lebih dari 500 ribu di domonasi oleh pekerja swasta bengkel buruh pabrik dan lain-lain

Buruh pabrik memiliki tingkat pendapatan di atas 500 ribu disebabkan karena adanya

kebijakan UMR yang harus dipenuhi oleh perusahaan di wilayah tersebut

Tabel

Keahlian Yang Dimiliki Masyarakat kabupaten pasuruan

No Jenis Pekerjaan Responden Wiraswasta BengkelMontir Sopir

Tukang Bangunan

DagangLain-lain

jumlah

1 Tidak Bekerja 0 0

2 Buruh Pasar

1 1 2 26 0 0 0 7 0

3 Kuli Bangunan

5 5 414 1428 0 0 25 0 22

4 Pemulung

33 30 0 0 0 0 17

5 Pedagang

2 1 3 28 80 0 13 5 21 11

26

6 Becak

2 4 5 314 140 17 25 25 0 17

7 Sopir Angkutan

2 3 5 50 17 19 0 0 0

8 Wiraswasta

5 3 5 13 1328 0 0 15 36 0

9 Bengkel

5 2 29 90 42 13 0 0 11

10 Buruh Pabrik

5 3 3 11 1128 0 0 15 21 0

11 Lain-lain

2 3 5 3 2 419 1911 25 31 15 14 22

Jumlah 18 12 16 20 14 18 98 100

Keberagaman keahlian yang dimiliki oleh masyarakat kabupaten pasuruan tidak

berarti bahwa keahlian yang dimilikinya terspesifikasi pada satu jenis keahlian tertentu

namun tidak sedikit masyarakat yang mempunyai keahlian lain diluar dari profesi yang

dimilikinya Sebagai contoh adalah seorang pegawai bengkel tidak hanya ahli dalam

memperbaiki kendaraan bermotor namun juga bisa berprofesi sebagai sopir Hal

tersebut ditunjukkan oleh hasil observasi yang telah dilakukan untuk masyarakat daerah

pasuruan dimana pegawai bengkel ternyata juga bisa berprofesi sebagai sopir atau

bidang usaha yang lain

Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan

NoJenis

Pekerjaan Responden

Tempat Usaha

Alat Modal Pemasaran Ketrampilan jumlah

1 Tidak Bekerja

2 Buruh Pasar

3Kuli

Bangunan

4 Pemulung

5 5 10 10 23 12

5 Pedagang

8 5 13 1350 12

27

6 Becak

4 8 12 12 18 19

7Sopir

Angkutan

5 5 5 12

8 Wiraswasta

8 6 14 14 36 14

9 Bengkel

5 6 11 11 23 14

10 Buruh Pabrik

77 7 41

11 Lain-lain

8 8 1026 2750 19 59

Jumlah 16 22 43 0 17 98 100

Dengan keahlian yang dimiliki oleh masyarakat pasuruan dapat diindikasikan

bahwa keahlian yang dimiliki mempunyai kemerataan sampel Dari seluruh responden

yang dijadikan sampel sebagian besar menginginkan bantuan modal alat dan tempat

usaha Untuk jenis pekerjaan bengkel sampel menyatakan bahwa responden

menginginkan bantuan modal dan alat untuk dapat mengembangkan usahanya Hal

yang sama juga ditunjukkan untuk jenis pekerjaan wiraswasta dimana 23 menyatakan

menginginkan bantuan alat dan 24 menginginkan bantuan modal

52 Kabupaten Sidoarjo

Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden

No Gaji amp Jenis Pekerjaan

lt 200000

200000 sd

400000

410000 sd

500000gt 500000 Jumlah

1 Tidak Bekerja

2

2 2111

2 Buruh Pasar

6 4

10 11333 200

3 Kuli Banguan

1 8 1

10 1156 400 50

4 Pemulung

8 2

10 11444 100

5 Pedagang

1 2 7

10 1150 100 212

28

6 Becak

1 2

3 356 100

7 Sopir Angkutan

2 6 1

9 10100 300 30

8 Wiraswasta

1 2 7

10 1150 100 212

9 Bengkel

4 5

9 10200 152

10 Buruh Pabrik

5 5

10 11250 152

11 Lain-lain

8

8 9242

Jumlah 18 20 20 33 91 100

Karakteristik pendapatan masyarakat di daerah perkotaan kabupaten sidoarjo

menunjukkan kesamaan dari kabupaten pasuruan Secara keseluruhan responden yang

berpenghasilan di atas 500 ribu di dominasi oleh masyarakat yang mempunyai

pekerjaan sebagai wiraswasta bengkel buruh pabrik dll Jika ditelaah lebih lanjut

memang untuk golongan buruh pabrik mereka berpenghasilan ditas 500 ribu karena ada

jaminan dari pemerintah mengenai pendapatan minimum melalui UMR Sedangkan

masyarakat yang bekerja di bengkel mendapatkan pendapatan yang tinggi karena

sidoarjo merupakan daerah industry sehingga tidak sedikit masyarakat yang

menggunakan kendaraan bermotor dalam aktifitasnya

Tabel

Keahlian Yang Dimiliki Masyarakat kabupaten sidoarjo

NoJenis

Pekerjaan Responden

Wiraswasta BengkelMontir

SopirTukang

BangunanDagang

Lain-lain

jumlah

1Tidak

Bekerja

2 Buruh Pasar

5 6 718 1831 43 37

3 6 8 14 14

29

Kuli 46

4 Pemulung

6 7 13 13 23 54

5 Pedagang

8 3 11 1150 30

6 Becak

8 8 8 57

7Sopir

Angkutan

5 49 9 19 21

8 Wiraswasta

3 5 8 8 30 19

9 Bengkel

4 4 4 15

10Buruh Pabrik

11 Lain-lain

3 4 6 13 1319 40 23

Jumlah 16 10 26 13 14 19 98 100

Menurut survey yang telah dilakukan ternyata tipikal masyarakat sidoarjo dan

pasuruan untuk kategori keahlian yang dimiliki adalah sama penyebarannya Untuk

kabupaten sidoarjo jenis pekerjaan terbanyak adalah buruh pasar dengan keahlian yang

dimiliki berdagang serta ada yang memiliki keahlian sebagai tukang sepatu

Keberagaman jumlah responden menunjukkan keberagaman pekerjaan masyarakat

yang dijadikan sebagai obyek penelitian Menurut hasil penelitian digambarkan bahwa

seorang yang berprofesi sebagai pemulung ternyata juga memiliki keahlian di bidang

lainnya seperti tukang bangunan bahkan sopir Dari informasi yang dimiliki tersebut

diharapkan pemerintah dapat memberikan bantuan sesuai dengan bidang profesi

masyarakat atau keahlian masyarakat itu sendiri

30

Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan

NoJenis

Pekerjaan Responden

Tempat Usaha

Alat Modal Pemasaran jumlah

1Tidak

Bekerja

0 0

2Buruh Pasar

2 8 10 01020418 15

3Kuli

Bangunan

1 3 6 10 01020414 14 12

4 Pemulung

1 8 9 00918374 15

5 Pedagang

10 2 4 16 016326540 10 8

6 Becak

2 4 6 12 01224498 19 12

7Sopir

Angkutan

2 6 8 00816338 12

8 Wiraswasta

3 7 10 0102041 14 13

9 Bengkel

5 6 11 0112245 24 12

10Buruh Pabrik

0 0

11 Lain-lain

7 4 1 12 012244928 19 2

Jumlah 25 21 52 0 98

Masyarakat daerah sidoarjo untuk segala jenis pekerjaan yang dijadikan subyek

penelitian menyatakan bahwa masyarakat memilih diberikan bantuan modal alat dan

tempat usaha Sedangkan untuk aspek pemasaran masyarakat sidoarjo tidak begitu

memerlukan bantuan Karena jika kita perhatikan kabupaten sidoarjo terletak di urat nadi

perekonomian jawa timur sehingga diharapkan pemasaran tidak menjadi kendala Dari

98 orang yang dijadikan responden sebanyak 52 orang dari berbagai macam profesi

menginginkan bantuan modal usaha

31

Berdasarkan hasil data skunder yang telah dilakukan terhadap seluruh

rumahtangga miskin yang ada di Kota Malang maka gambaran lokasi rumahtangga

misikin yang ada di Kota Malang seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini

Tabel

Jumlah Keluarga Miskin Masing-Masing Kecamatan

Di Kota Malang

No Kecamatan Jumlah Rumah Tangga

Prosentase

1 Kedungkandang 6635 2730

2 Sukun 6255 2574

3 Klojen 3432 1412

4 Blimbing 4158 1711

5 Lowok Waru 3821 1572 Sumber Pemkot Malang 2006

Data di atas menunjukkan jumlah rumah tangga miskin yang ada di kota malang

di masing-masing Kecamatan Dari 5 kecamatan yang ada dikota Malang jumlah

kemiskinannya adalah sebagai berikut Kecamatan yang paling tinggi angka

kemiskinannya adalah kecamatan Kedungkandang yaitu sebesar 2730 kecamatan

Sukun sebesar 2574 kemudian Kecamatan Lowok Waru sebesar 1572

Kecamatan Blimbing 1711 dan angka terendah Rumah tangga miskinnya adalah

kecamatan Klojen yairu sebesar 1412

Gambar

Jumlah keluarga Miskin di Kota Malang

0 1 2 3 4 5 6 7

Kedungkandang

Sukun

Klojen

Blimbing

Lowok Waru

Jumlah Rumah Tangga

32

Berdasarkan gambaan di atas jumlah rumah tangga miskin di kota malang

berada pada daerah-daeah tertentu (Kedungkandang dan Sukun) wilayah ini merupakan

wilayah pinggiran kota yang padat dengan jumlah penduduknya Kecamatan

Kedungkandang merupakan daerah yang umumnya pdat penduduk dan daerah tersebut

merupakan daerah pinggiran kota serta rata-rata penduduknya memiliki mata

pencaharian pedagang Daerah tersebut juga merupakan daerah pusat-pusat industri

kecil dan yang lebih telihat bahwa kebanyakan rumah tangga miskin bertempat tinggal

di daerah aliran sungai brantas (DAS Brantas) serta di pinggiran jalur kereta api

Berbeda halnya dengan kecamatan Sukun daerah ini selain terdapatnya pusat

perdagangan juga merupakan daerah industri kecil (home industri) Keberadaan rumah

tangga miskin selain rata-rata kehidupannya berdagang juga bertempat tinggal pada

daerah-daerah perkampungan

33 Aspek Kultural Pada Masyarakat Miskin

Urbanisasi merupakan salah satu faktor pemicu perkembangan kota terjadinya

perpindahan penduduk dari desa ke kota disebabkan oleh berbagai faktor baik faktor

pearik maupun pendorong perkembangan industri dan perdagangan di kota merupakan

faktor penarik yang menyebabkan orang untuk berdatangan dan tinggal di daerah

perkotaan Keinginan untuk dapat mendapatkan penghasilan dan pekerjaan yang lebih

baik untuk mencukupi kebutuhan hidup merupakan penyebab utama terjadinya

urbanisasi Namun kondisi tersebut tidak seiring dengan kualitas pendidikan dan

ketrampilan yang memadai sehingga mereka tidak dapat ditampung di sektor formal

melainkan menggantungkan hidupnya pada sektor informal yang kurang menentu

Selain itu yang menjadi faktor pendorong terjadinya urbanisasi adalah kondisi fasilitas di

daerah asal (pedesaan) kurang memadai serta semakin menyempitnya lahan pertanian

dan peluang pekerjaan

Pertambahan penduduk di kota yang sangat tinggi menyebabkan berbagai

permasalahan sosial permasalahan yang muncul adalah adanya perkampungan kumuh

dan perumahan liar di pinggiran kota dan umumnya di daerah pinggiran aliran sungai

brantas (DAS) Masalah tersebut disebabkan oleh ketidak mampuan masyarakat miskin

perkotaan untuk memiliki rumah yang layak huni Penyebab lainnya adalah ketidak

mampuan pemerintah kota untuk menyediakan sarana bagi masyarakat miskin

33

perkotaan Pembangunan perkotaan senantiasa bukan memberikan solusi dalam

pengentasan kemiskinan perkotaan melainkan sebaliknya yaitu menjadikan proses

penggusuran dan semakin terdesaknya kehidupan masyarakat miskin tersebut

Tabel

Daerah Asal Responden sidoarjo

NoJenis

Pekerjaan Responden

Jawa Timur Non

Madura

Madura Jawa Barat

Jawa Tengah

Luar Jawa

jumlah

1Tidak

Bekerja

2Buruh Pasar

8 1 1 10 1011 7 7

3Kuli

Bangunan

7 2 1 10 1010 14 7

4 Pemulung

9 9 913

5 Pedagang

10 10 1014

6 Becak

8 1 2 11 1111 7 14

7Sopir

Angkutan

10 10 1014

8 Wiraswasta

8 6 14 1411 43

9 Bengkel

10Buruh Pabrik

8 2 10 1011 14

11 Lain-lain

2 2 10 14 143 14 71

Jumlah 70 14 0 14 0 98 100

Dari data diatas sebagian besar kaum migrant untuk setiap profesi berasal dari

jawa timur Di definisikan jawa timur karena seluruh masyarakat urban berasal dari jawa

timur kecuali Madura Ada beberapa alasan dari responden mengapa mereka

melakukan urbanisasi salah satunya adalah untuk memperbaiki taraf ekonomi karena

kabupaten sidoarjo dianggap sebagai kabupaten yang memiliki potensi yang cukup

34

tinggi dalam bidang industry Profesi terbanyak yang diminati oleh pendatang adalah

sebagai pedagang dan sebagai sopir

Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin

pada kabupaten sidoarjo dapat diperhatikan gambar di bawah ini

Gambar

Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin

35

Tabel

Daerah Asal Responden pasuruan

NoJenis

Pekerjaan Responden

Jawa Timur Non

Madura

Madura Jawa Barat

Jawa Tengah

Luar Jawa

jumlah

1 Tidak Bekerja

2 Buruh Pasar

4 4 24

3 Kuli Bangunan

5 5 55

4 Pemulung

10 10 1011

5 Pedagang

20 20 2022

6 Becak

8 2 10 109 33

7Sopir

Angkutan

0 0

8 Wiraswasta

0 0

9 Bengkel

10 Buruh Pabrik

15 4 19 1916 67

11 Lain-lain

30 30 3133

Jumlah 92 6 98 98 98

Sama seperti pada kabupaten sidoarjo sebagian besar pendatang adalah dari

wilayah jawa timur Pendatang sebagian besar berprofesi sebagai pedagang karena

wilayah sidoarjo selain sebagai sentra industry provinsi jawa timur juga sebagai urat nadi

perekonomian jawa timur Sehingga bagi para pedagang akan sangat menguntungkan

karena di lewati dari berbagai wilayah di jawa timur

Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin

pada kabupaten pasuruan dapat diperhatikan gambar di bawah ini

Gambar

36

Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin

Tabel 5Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan di kota malang

Lama Tinggal (Tahun)Kecamatan

pddkAsli le 2 3 - 6 7 - 9 ge 10

Jumlahrespondn

Kedung kandang10

(1053)- 3

(316)11

(1158)71

(1473) 95

18 - - 15 52

37

Sukun (2118) (1764) (6118) 85

Klojen9

(1200)5

(667)12

(1600)9

(1200)40

(5333) 75

Blimbing8

(100)2

(25)- 8

(100)62

(775) 80

Lowok Waru15

(1923)- - 7

(897)56

(7180) 78

Sumber Data Primer

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa dari responden (keluarga miskin)

perkotaan sebagian besar bukan penduduk asli daerah kota Malang melainkan

pendatang yang merupakan kaum migran dan menetap di kota Malang kecamatan

kedung Kandang merupakan daerah yang padat penduduknya dimana 1473

menunjukkan jumlah responden yang sudah lama tinggal di kota malang (di atas 10

tahun) bahkan beberapa responden sudah turun-menurun dari keluarga mereka

Kecamatan Sukun yang merupakan kaum pendatang yang tinggal di kota Malang sudah

puluhan tahun sebanyak 6118 dari responden yang ada Kecamatan Klojen sebesar

5333 Kecamatan Blimbing sebanyak 775 dan untuk kecamatan Lowok Waru

sebanyak 7180 dari masing-masing responden di tingkat kecamatan Kondisi ini

menjelaskan bahwa masyarakat miskin perkotaan adalah rata-rata kaum migran yang

sengaja datang ke kota Malang untuk mencari kehidupan yang lebih baik dari daerah

asal mereka Umumnya mereka datang sebagai migran tetap dan keberadaan mereka

sudah terbiasa hidup dalam kondisi serba kekurangan Beberapa responden yang

ditemui juga menjelaskan bahwa sebagai kaum pendatang sudah tidak asing lagi

dengan kehidupan masyarakat di kota Malang Umumnya mereka membaur dengan

masyarakat pendatang lainnya dengan hidup di kepadatan penduduk kota Malang

Salain dilihat dari lamanya masayarakat pendatang (migran tetap) tinggal di kota

Malang dapat pula dijelaskan mengenai temapat asal (daerah asal) responden untuk

melihat derah asal rumah tangga miskin perkotaan dapat kita bagi dengan

menggunakan batasan daerah (wilayah) Dimana wilayah pembagiannya adalah

mereka yang berasal dari daerah Jawa Timur (non-Madura) daerah Madura daerah

Jawa Tengah Jawa Barat dan Luar Jawa Adapun gambaran daerah asal rumah

tangga miskin perkotaan dapat dilihat pada tabel berikut

38

Tabel

Daerah Asal Responden

Daerah

Asal

Kecamatan

Jawa

Timur

Non-

Madura

Madur

a

Jawa

Tengah

Jawa

Barat

Luar

Jawa

Jumlah

Respond

n

Kedung kandang21

(2470)52

(6118)9

(1059)3

(353)- 85

Sukun19

(2836)28

(4179)12

(1791)8

(1194)- 67

Klojen9

(1364)49

(7424)5

(758)3

(454)- 66

Blimbing31

(4306)33

(4563)6

(833)2

(278)- 72

Lowok Waru28

(4444)21

(3333)9

(1429)5

((794)- 63

Sumber Data Primer

Berdasarkan data pada tabel di atas menunjukkan bahwa umumnya kaum

migran berasal dari daerah Jawa Timur dan daerah Madura Untuk kecamatan Kedung

Kandang sebesar 6118 berasal dari Madura kemudian Kecamatan Sukun 4179

kaum Migran berasal juga dari Madura Kecamatan Klojen 7424 Kecamatan Blimbing

sebesar 4563 dan kecamatan Lowok Waru sebesar 3333 Dari kelima kecamatan

tersebut yang banyak di datangi oleh migran yang berasal dari daeah Madura adalah di

Kecamatan Kedung Kandang (6118) dan Kecamatan Klojen (7424) dan mereka

sengaja tinggal di dekat pusat perkotaan dengan tujuan memudahkan untuk aktifitas

kegiatan pekerjaannya yang rata-rata bergelut disektor informal (pedagang kaki lima)

331 Kondisi Tempat Tinggal Masyarakat Miskin Perkotaan

Dilihat dari tempat tinggal masyarakat miskin perkotaan rata-rata kondisi tempat

tinggalnya dengan model bangunan semi permanen dan permanen sederhanan dengan

memanfatkan kondisi tanah yang rawan bencana (longsor kebisingan kumuh dan

sebagainya)

Tabel

Kondisi Fisik Bangunan Rumah RTM

39

Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan

Kondisi Fisik RumahKecamatan

Sesek(papan)

SemiPermanen Permanen

Jumlahrespondn

Kedung kandang

11(1158)

52(5474)

32(3368) 95

Sukun20

(2353)33

(3882)32

(3765) 85

Klojen5

(667)31

(1733)39

(5200) 75

Blimbing3

(375)13

(1625)64

(8000) 80

Lowok Waru9

(1154)24

(3077)45

(5769) 78

Sumber Data Primer

dari data primer (tabel) menunjukkan bahwa sebagian besar tempat tinggal

masyarakat miskin perkotaan adalah semi permanen dan permanen akan tetapi dengan

ukuran ruang (luas bangunan) yang cukup minim Dan umumnya yang mereka lakukan

adalah dengan menyewa tanah dan atau menempati tanah rawan musibah adapun

kondisi perumahan masyarakat miskin perkotaan dapat dilihat pada gambar berikut

Gambar

Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin Perkotaan

40

Dari gambar di atas terlihat bahwa kondisi tempat tinggal mereka sangat rawan

dengan terjadinya bencana dan kekumuhan kondisi ini selain rawan terhadap adanya

bahaya tersebut juga sangat rawan dengan permasalahan kesehatan

34 Analisa Spasial

Informasi mengenai tipologi perekonomian masyarakat akan sangat membantu

pemerintah dalam menentukan kebijakan ekonomi di masa mendatang Dari informasi

tersebut dibuatlah peta potensi ekonomi dengan maksud merelevansikan antara potensi

ekonomi daerah dan kebijakan ekonomi Selain itu jika kebijakan ekonomi hanya

terfokus di suatu wilayah tertentu akan berdampak pada ketimpangan pertumbuhan

ekonomi Seperti dijelaskan sebelumnya inventarisasi sarana ekonomi sebuah wilayah

dilakukan dengan menggunakan pendekatan tipologi suatu wilayah Melalui pendekatan

ini selanjutnya dapat digambarkan wilayah majemuk dengan fenomena yang kompleks

dengan beberapa persamaan di dalamnya Maksudnya bahwa pada tipologi suatu

wilayah ada relevansinya dengan keberadaan potensi ekonomi maupun potensi sarana

ekonomi di wilayah tersebut Ini menandakan bahwa kebijakan pengembangan ekonomi

suatu wilayah diperlukan pengadaan sarana ekonomi yang tepat sedikitnya sesuai

dengan kondisi wilayah yang dibangun termasuk karakteristik kegiatan ekonomi yang

dilakukan oleh masyarakat setempat sehingga keberadaan sarana tersebut mampu

mendorong aktivitas ekonomi masyarakat dan pada akhirnya mengentaskan dan

menanggulangi kemiskinan

41

Di wilayah kabupaten pasuruan terdapat berbagai macam potensi ekonomi yang

belum tersentuh pengembangannya oleh pemerintah daerah Potensi yang terdapat di

wilayah tersebut bukan hanya pada potensi sumber daya alam melainkan juga potensii

sumber daya manusianya Untuk wilayah ssidoarjo perlu adanya perhatian mendalam

pada pengembangan sumber daya manusia karena di wilayah tersebut banyak sekali

potensi industri yang dapat berkembang Sedangkan untuk daerah malang hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa disinyalir masih terdapat kegiatan ekonomi maupun

sarana ekonomi yang menunjang kegiatan tersebut belum dimanfaatkan secara optimal

Keadaan ini menjadikan keduanya masih bersifat potensial dan memerlukan

penanganan pengelolannya agar dapat diperoleh output yang optimal pula Pengelolaan

optimal tersebut tentu masih memerlukan suatu pengkajian tersendiri untuk mengukur

sampai sejauh mana tingkat feasibilitasnya

Potensi sarana ekonomi kabupaten ssidoarjo kabupaten pasuruan dan Kota

Malang merujuk pada sarana ekonomi (dalam bentuk fisik) yang teridentifikasi di setiap

daerah maupun yang sudah terkompilasikan di tingkat kabupaten dan kota Potensi

tersebut dapat di petakan pada masing-masing kabupaten di wilayah Jawa Timur

melalui Peta berikut

Gambar Provinsi Jawa Timur

42

Gambar kota Malang

43

keterangan

daerah masyarakat miskin perkotaan

daerah potensi terjadinya kemiskinan

tidak ada potensi terjadnya kemiskinan

Sejalan dengan maksud di atas Pemerintah Kota Malang masih

perlu melakukan kajian mendalam tentang pengembangan potensi wilayah

sebagai salah satu upaya untuk mendukung pemulihan ekonomi yang

bersifat jangka menengah Dukungan kajian ini dilakukan dengan menggali

lebih dalam potensi yang dimiliki setiap kawasan di wilayah Kota Malang

Dengan demikian Pemerintah Kota Malang dengan mudah dapat mengambil

langkah-langkah menumbuh kembangkan potensi sarana ekonomi daerah

44

Kec Blimbing Industri (kecil-

menengah)Pariwisata Pertanianperumahanperdagangan

Kec Kedungkandang Industri (kecil-

menengah)Pertanianperumahan

Kec Sukun Industri kecilPendidikanperumahan

Kec Kolojen perdagangan PendidikanPerhotelanperkantoran

Kec Lowokwaruperumahan PendidikanIndustri (kecil-

menengah)

khususnya yang berada di pusat-pusat kegiatan produksi masyarakat yang

dianggap cukup strategis di Kota Malang

Sejalan dengan semakin meningkatnya peran serta dunia usaha

dan masyarakat di dalam pelaksanaan pembangunan maka program-

program pembangunan Kota Malang perlu disusun dengan

mempertimbangkan keterlibatan mereka Upaya ini dimaksudkan agar

Pemerintah Kota Malang lebih mudah mengefektifkan potensi sarana

ekonomi dan mengarahkannya untuk kepentingan pembangunan yang lebih

konsisten efektif dan efisien serta berkelanjutan dalam menanggulangi

kemiskinan

Secara keseluruhan penduduk miskin di wilayah kota malang masih tersebar

merata di seluruh kecamatan Kecuali di kecamatan Lowokwaru sebagian besar di

kecamatan ini tidak ada potensi kemiskinan Hal tersebut dikarenakan banyaknya

industry pendidikan seperti UMM UNISMA UNIGA Brawijaya ITN UM dll Dengan

banyaknya perguruan tinggi di wilayah tersebut maka potensi perekonomian semakin

besar Tidak sedikit masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang makanan karena

untuk memnuhi kebutuhan para mahasiswa

Pada data dikatakan bahwa rata-rata pendapatan di kecamatan Lowokwaru

masih besar padahal menurut analisis spasial potensi terjadinya kemiskinan sangat

kecil Pada analisi ekonomi diindentifikasi bahwa banyak masyarakat yang

berpendapatan dibawah 400 ribu Hal tersebut terjadi pada masyarakat yang tinggal di

daerah pesisir sungai Masih banyak masyarakat yang tinggal di Daerah Aliran Sungai

tidak memiliki kesempatan kemampuan untuk bersaing dengan masyarakat yang tidak

tiggal di Daerah Aliran Sungai Di perkirakan masyarakat yang menempati DAS

merupakan masyarakat pendatang yang berurbanisasi dengan tidak membawa suatu

keahlian

Potensi kemiskinan terbesar dapat terjadi di Kecamatan Sukun Banyak

masyarakat di daerah ini yang memiliki pendapatan dibawah 400 ribu Jika kita

bandingkan dengan kecamatan Lowokwaru potensi kemiskinan di daerah kecamatan

Sukun tidak hanya terjadi di DAS namun juga pada masyarakat lainnya Banyak faktor

yang mengindikasikan potensi kemiskinan salah satu faktor utama adalah sulitnya

pemasaran dan persaingan yang ketat Meski kegiatan masyarakat di kecamatan

Lowokwaru dengan kecamatan Sukun relatif sama namun di kecamatan Lowokwaru

45

pemasaran barang dan jasa yang diproduksi tidak sesulit di kecamatan Sukun meski

ada persaingan

Hampir memeratanya potensi masyarakat miskin di kecamatan Sukun

menimbulkan dampak di kecamatan Kedungkandang terutama di perbatasan diantara

kedua kecamatan tersebut Menurut survey yang dilakukan memang sebagian besar

masyarakat miskin berpotensi di DAS Dapat dilihat di peta bahwa gambar merah

bersinggungan antara kedua kecamatan dan di kedua wilayah tersebut dialiri sungai

yang sama namun jika kita lihat kebawahnya warna kecamatan Kedungkandang mulai

ada yang Hijau Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat diluar DAS mempunyai

usaha yang berhubungan positif dengan pendapatan seperti pertanian

Berbeda halnya di kecamatan Klojen kecamatan ini merupakan pusat

pemerintahan kota Malang Banyak warga di kecamatan ini yang berprofesi sebagai

pegawai negeri sipil Memang masih terindikasi adanya kemiskinan di daerah tersebut

namun kemiskinan itu timbul karena mereka yang tidak mempunyai kesempatan dan

daya tawar diri mereka Kebanyakan yang tidak memiliki daya tawar diri yang tinggi

adalah mereka para pendatang yang tidak membawa keahlian kemudian mereka

tinggal di DAS dan berprofesi sebagai buruh tani buruh pabrik ataupun yang lainnya

yang tidak membutuhkan keahlian lebih

Bab V Kesimpulan dan Saran

Setelah melalui beberapa tahapan analisis dalam mengidentifikasi kemiskinan

perkotaan di beberapa wiayah Jawa Timur terdapat beberapa kesimpulan yaitu

1 Didapat bahwa sebaran penduduk miskin berkosentrasi pada daerah

sepanjang aliran sungai dan ada beberapa kota yang mengindikasikan

bahwa penduduk miskin berasal dari pendatang dari luar kota

2 Dalam penanggulangan kemiskinan pemerintah sudah banyak

mengeluarkan berbagai macam program pengentasan kemiskinan seperti

P2K P2KP BLT dll namun dalam aplikasinya banyak program yang belum

tepat sasaran

3 Ada beberapa karakteristik yang menarik dalam pengentasan kemiskinan

diantaranya bahwa dalam mengentaskan masyarakat miskin metode yang

46

diterapkan lebih kepada pembinaan keahlian dan mentalitas karena

seperti yang terdapat di kota malang masyarakat miskin dipicu dari

kebiasaan atau mentalitas dari masyarakat tersebut dalam kehidupan

sehari-hari Riset menemukan meskipun masyarakat miskin diberikan

bantuan uang seperti BLT namun bantuan tersebut tidak diperuntukkan

kepada pengembangan usaha namun habis untuk konsumsi begitu pula

dengan program ndash program pengentasan kemiskinan yang lainnya

Saran

Dalam pengentasan kemiskinan disarankan kepada pemerintah untuk mencari

data kemiskinan yang akurat dengan tujuan pemberian bantuan dalam rangka

pengentasan kemiskinan dapat terserap tepat pada masyarakat yang dituju Selain itu

untuk mengentaskan masyarakat yang bertipikal ldquokultur miskinrdquo harus banyak diberikan

pelatihan dan pembinaan mental

47

DAFTAR PUSTAKA

Blakely Edward J (1989) Planning Local Economic Development Theory and Practice Sage Library of Social Research 168 Sage Publication

BPS (1999) Perkembangan Tingkat Kemiskinan dan Beberapa Dimensi Sosial Ekonominya 1996-1999 Jakarta BPS

Budi Soeradji Mubyarto (1998) Gerakan Penanggulangan Kemiskinan Laporan

Penelitian di Daerah-Daerah Yogyakarta Aditya Media

Faisal Basri (2002) Perekonomian Indonesia Tantangan dan Harapan bagi Kebangkitan Indonesia Jakarta Erlangga

Fei J C H amp Gustav R (1964) Development Economics What Next In a Ranis G P Schulta (Ed) The State of Development Economics

Gunawan Sumodiningrat (1999) Penanggulangan Krisis Harus Memihak Rakyat Disampaikan pada konferensi pers untuk launcing The Economic and Social Survey of Asia and the Pacific 1999 (ESCAP) di UNIC Jakarta

Kuncoro M (2000) Ekonomi Pembangunan Teori Masalah dan Kebijakan (1st ed) Yogyakarta UPP AMP YKPN

Kuncoro M (2004) Otonomi dan Pembangunan Daerah Reformasi Perencanaan Strategi dan Peluang Jakarata Erlangga

Mellor J W (1976) The New Economies of Growth A Strategy for India and the Developing Countries Cornell Cornell University Press

Nurkse R (1953) Problem of Capital Formation in Underdeveloped Countries In Meier Gerald M Leading Issues in Economic Development edisi ke 6 Oxford University Press Oxford

Rintuh Cornelis amp Miar (2005) Kelembagaan dan Ekonomi Rakyat BPFE-UGM Yogyakarta

Sharp Ansel M Charles A Register and Paul W Cerimes (1996) Economics of Social Issues edisi ke 12 Richard D Chicago Irwin

Sumarto Sudarno (2002) ldquoGrowth Inequality and Poverty Evidence from Micro Datardquo Makala dalam The Young Economics Seminar Jakarta World Bank

48

Page 23: Makalah akp

1048707 Sebelah selatan Kecamatan Porong

1048707 Sebelah Timur Selat Madura

1048707 Sebelah Barat Kecamatan Krian

Secara geografis wilayah Kota Sidoarjo memiliki luas wilayah 6256 Ha Ditinjau dari

Topografi keadaan medan Kota Sidoarjo berada pada ketinggian antara 23 - 32 diatas

permukaan laut

c Gambaran geografis kabupaten malang

3 Pemetaan Penduduk miskin di kabupaten Sidoarjo Pasuruan dan Malang

Gambaran Rumah Tangga Miskin Di Kabupaten Sidoarjo Pasuruan Dan Malang

Hasil penelitian dengan menggunakan data skunder yang telah dilakukan mengenai jumlah rumah tangga miskin yang ada di kabupaten sidoarjo pasuruan dan malang seperti tergambar pada table di bawah ini

Table 9Jumlah keluarga miskin di kabupaten sidoarjo pasuruan dan malang

Kabupaten 2005 2006 Sidoarjo 239100 1402 223300 1297Pasuruan 285100 2016 308900 2167Malang 373700 1617 404800 171Jawa timur 7139900 1995 7678100 2109

sumber BPS

Dari deskripsi data diatas mengenai jumlah keluarga miskin di 3 kabupaten

provinsi jawa timur antara tahun 2005 dan 2006 menunjukkan tingkat kemiskinan yang

bervariasi Untuk kabupaten sidoarjo jumlah keluarga miskin sebesar 239100 atau

mencapai 1402 dari jumlah penduduk di tahun 2005 Tahun berikutnya jumlah

keluarga miskin berkurang menjadi 223300 atau 1297 dari total penduduk di

kabupaten sidoarjo Penurunan jumlah keluarga di kabupaten sidoarjo ternyata tidak

diikuti di tetangga kabupatennya seperti pasuruan dan malang Jumlah keluarga miskin

di kabupaten pasuruan sebanyak 285100 atau 2016 di tahun 2005 dan naik menjadi

308900 atau 2167 dari toatal keluarga di kabupaten pasuruan Demikian juga dengan

23

kabupaten malang jumlah keluarga miskin di tahun 2006 juga mengalami kenaikan

Tahun 2005 jumlah keluarga miskin sebanyak 373700 atau 167 naik menjadi

404800 atau 171 dari jumlah keluarga yang tinggal di kabupaten malang

4 Gambaran rumah tangga miskin pada kabupaten pasuruan sidoarjo dan

malang

Jika dilihat mengenai masalah kemiskinan di daerah provinsi jawa timur maka dapat

diketahui bahwa peta penduduk miskin tidak hanya terkelompok pada kabupaten yang

mempunyai sumberdaya alam yang sedikit namun juga terdapat ppotensi kemiskinan di

daerah yang mempunyai sumber daya alam yang banyak Untuk lebih jelasnya berikut

peta potensi kemiskinan pada masing ndash masing kabupaten yang diikuti dengan jumlah

penduduknya

Tabel

Jumlah Rumahtangga Miskin Masing-Masing Kabupaten

Di Wilayah Provinsi Jawa Timur

KabupatenJumlah Penduduk Jumlah Penduduk Miskin

2005 2006 2005 2006Kabupatenkab Pacitan 869642 885986 150100 162600kab Ponorogo 665070 687786 152500 165200kab Trenggalek 969461 984460 165800 189000kab Blitar 525888 1140809 175800 190400kab Kediri 1429137 1525231 255900 277200kab Malang 2336363 2419822 373700 404800kab Lumajang 999525 1026400 186100 201900kab Jember 2261477 2278718 408000 423300kab Banyuwangi 1514605 1575265 236100 251900kab Bondowoso 698504 725571 169500 183600kab Situbondo 605208 636200 113200 107200kab Probolinggo 1021279 1070137 267400 289700kab Pasuruan 1398122 1485342 285100 308900kab Sidoarjo 1697435 1838666 239100 223300kab Mojokerto 969299 1027871 154300 165400kab Jombang 1222499 1212876 278600 289900kab Nganjuk 989693 1065459 235800 255400kab Madiun 641596 667709 137500 144700kab Magetan 617492 621862 104600 113300kab Ngawi 827728 857449 193400 209100kab Bojonegoro 1228939 1251051 323900 350900

24

kab Tuban 1063375 1104538 300700 325800kab Lamongan 1187065 1274194 280800 304200kab Gresik 1118841 1120541 242500 287500kab Bangkalan 889590 945863 286700 306700kab Sampang 835122 894046 325900 353100kab Pamekasan 762876 782076 237600 271500kab Sumenep 1004758 1068595 331200 351100

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa di kabupaten malang mempunyai potensi

kemiskinan yang tinggi pada tahun 2005 dan 2006 Tingginya angka kemiskinan di

kabupaten tersebut mengindikasikan bahwa kurang adanya pemerataan pada

pembangunan perekonomian Kabupaten pasuruan dan kabupaten sidoarjo memiliki

jumlah penduduk miskin relatif dibawah kabupaten malang Hal tersebut bisa terjadi

karena kedua kabupaten berada pada lingkar urat nadi perekonomian jawa timur

sehingga perekonomian di wilayah tersebut dapat terdongkrak akibat aktivitas

perekonomian jawa timur

5 Karakteristik Perekonomian Rumah Tangga Miskin

51 Kabupaten Pasuruan

Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden

Salah satu penentuan sebuah masyarakat miskin adalah dengan melihat rata-

rata tingkat pendapatannya Oscar Lewis (1966) akar dari timbulnya budaya miskin

salah satunya adalah rendahnya gajipendapatan

Tabel

Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden kabupaten pasuruan

No

lt 200000200000

sd 400000

410000 sd

500000gt 500000 Jumlah

1Tidak

Bekerja

2 2 29

2Buruh Pasar

3 3 6 613 10

3Kuli

Banguan

1 2 1 4 44 7 3

4 Pemulung

1 1 8 10 104 3 22

25

5 Pedagang

4 8 10 22 2217 28 27

6 Becak 3 7

10 1010 19

7Sopir

Angkutan

1 4 5 10 104 14 14

8 Wiraswasta

1 2 1 15 54 7 3 11

9 Bengkel

2 3 1 17 79 10 3 11

10Buruh Pabrik

4 610 1011 67

11 Lain-lain

8 3 1 12 1235 10 11 100

Jumlah 23 29 37 9 98

Table diatas menjelaskan mengenai tingkat pendapatan dan jenis pekerjaan

pada kabupaten pasuruan Dari 91 sampel yang di ambil ada beberapa karakteristik

pendapatan dari para pekerja Secara umum masyarakat yang mempunyai pendapatan

lebih dari 500 ribu di domonasi oleh pekerja swasta bengkel buruh pabrik dan lain-lain

Buruh pabrik memiliki tingkat pendapatan di atas 500 ribu disebabkan karena adanya

kebijakan UMR yang harus dipenuhi oleh perusahaan di wilayah tersebut

Tabel

Keahlian Yang Dimiliki Masyarakat kabupaten pasuruan

No Jenis Pekerjaan Responden Wiraswasta BengkelMontir Sopir

Tukang Bangunan

DagangLain-lain

jumlah

1 Tidak Bekerja 0 0

2 Buruh Pasar

1 1 2 26 0 0 0 7 0

3 Kuli Bangunan

5 5 414 1428 0 0 25 0 22

4 Pemulung

33 30 0 0 0 0 17

5 Pedagang

2 1 3 28 80 0 13 5 21 11

26

6 Becak

2 4 5 314 140 17 25 25 0 17

7 Sopir Angkutan

2 3 5 50 17 19 0 0 0

8 Wiraswasta

5 3 5 13 1328 0 0 15 36 0

9 Bengkel

5 2 29 90 42 13 0 0 11

10 Buruh Pabrik

5 3 3 11 1128 0 0 15 21 0

11 Lain-lain

2 3 5 3 2 419 1911 25 31 15 14 22

Jumlah 18 12 16 20 14 18 98 100

Keberagaman keahlian yang dimiliki oleh masyarakat kabupaten pasuruan tidak

berarti bahwa keahlian yang dimilikinya terspesifikasi pada satu jenis keahlian tertentu

namun tidak sedikit masyarakat yang mempunyai keahlian lain diluar dari profesi yang

dimilikinya Sebagai contoh adalah seorang pegawai bengkel tidak hanya ahli dalam

memperbaiki kendaraan bermotor namun juga bisa berprofesi sebagai sopir Hal

tersebut ditunjukkan oleh hasil observasi yang telah dilakukan untuk masyarakat daerah

pasuruan dimana pegawai bengkel ternyata juga bisa berprofesi sebagai sopir atau

bidang usaha yang lain

Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan

NoJenis

Pekerjaan Responden

Tempat Usaha

Alat Modal Pemasaran Ketrampilan jumlah

1 Tidak Bekerja

2 Buruh Pasar

3Kuli

Bangunan

4 Pemulung

5 5 10 10 23 12

5 Pedagang

8 5 13 1350 12

27

6 Becak

4 8 12 12 18 19

7Sopir

Angkutan

5 5 5 12

8 Wiraswasta

8 6 14 14 36 14

9 Bengkel

5 6 11 11 23 14

10 Buruh Pabrik

77 7 41

11 Lain-lain

8 8 1026 2750 19 59

Jumlah 16 22 43 0 17 98 100

Dengan keahlian yang dimiliki oleh masyarakat pasuruan dapat diindikasikan

bahwa keahlian yang dimiliki mempunyai kemerataan sampel Dari seluruh responden

yang dijadikan sampel sebagian besar menginginkan bantuan modal alat dan tempat

usaha Untuk jenis pekerjaan bengkel sampel menyatakan bahwa responden

menginginkan bantuan modal dan alat untuk dapat mengembangkan usahanya Hal

yang sama juga ditunjukkan untuk jenis pekerjaan wiraswasta dimana 23 menyatakan

menginginkan bantuan alat dan 24 menginginkan bantuan modal

52 Kabupaten Sidoarjo

Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden

No Gaji amp Jenis Pekerjaan

lt 200000

200000 sd

400000

410000 sd

500000gt 500000 Jumlah

1 Tidak Bekerja

2

2 2111

2 Buruh Pasar

6 4

10 11333 200

3 Kuli Banguan

1 8 1

10 1156 400 50

4 Pemulung

8 2

10 11444 100

5 Pedagang

1 2 7

10 1150 100 212

28

6 Becak

1 2

3 356 100

7 Sopir Angkutan

2 6 1

9 10100 300 30

8 Wiraswasta

1 2 7

10 1150 100 212

9 Bengkel

4 5

9 10200 152

10 Buruh Pabrik

5 5

10 11250 152

11 Lain-lain

8

8 9242

Jumlah 18 20 20 33 91 100

Karakteristik pendapatan masyarakat di daerah perkotaan kabupaten sidoarjo

menunjukkan kesamaan dari kabupaten pasuruan Secara keseluruhan responden yang

berpenghasilan di atas 500 ribu di dominasi oleh masyarakat yang mempunyai

pekerjaan sebagai wiraswasta bengkel buruh pabrik dll Jika ditelaah lebih lanjut

memang untuk golongan buruh pabrik mereka berpenghasilan ditas 500 ribu karena ada

jaminan dari pemerintah mengenai pendapatan minimum melalui UMR Sedangkan

masyarakat yang bekerja di bengkel mendapatkan pendapatan yang tinggi karena

sidoarjo merupakan daerah industry sehingga tidak sedikit masyarakat yang

menggunakan kendaraan bermotor dalam aktifitasnya

Tabel

Keahlian Yang Dimiliki Masyarakat kabupaten sidoarjo

NoJenis

Pekerjaan Responden

Wiraswasta BengkelMontir

SopirTukang

BangunanDagang

Lain-lain

jumlah

1Tidak

Bekerja

2 Buruh Pasar

5 6 718 1831 43 37

3 6 8 14 14

29

Kuli 46

4 Pemulung

6 7 13 13 23 54

5 Pedagang

8 3 11 1150 30

6 Becak

8 8 8 57

7Sopir

Angkutan

5 49 9 19 21

8 Wiraswasta

3 5 8 8 30 19

9 Bengkel

4 4 4 15

10Buruh Pabrik

11 Lain-lain

3 4 6 13 1319 40 23

Jumlah 16 10 26 13 14 19 98 100

Menurut survey yang telah dilakukan ternyata tipikal masyarakat sidoarjo dan

pasuruan untuk kategori keahlian yang dimiliki adalah sama penyebarannya Untuk

kabupaten sidoarjo jenis pekerjaan terbanyak adalah buruh pasar dengan keahlian yang

dimiliki berdagang serta ada yang memiliki keahlian sebagai tukang sepatu

Keberagaman jumlah responden menunjukkan keberagaman pekerjaan masyarakat

yang dijadikan sebagai obyek penelitian Menurut hasil penelitian digambarkan bahwa

seorang yang berprofesi sebagai pemulung ternyata juga memiliki keahlian di bidang

lainnya seperti tukang bangunan bahkan sopir Dari informasi yang dimiliki tersebut

diharapkan pemerintah dapat memberikan bantuan sesuai dengan bidang profesi

masyarakat atau keahlian masyarakat itu sendiri

30

Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan

NoJenis

Pekerjaan Responden

Tempat Usaha

Alat Modal Pemasaran jumlah

1Tidak

Bekerja

0 0

2Buruh Pasar

2 8 10 01020418 15

3Kuli

Bangunan

1 3 6 10 01020414 14 12

4 Pemulung

1 8 9 00918374 15

5 Pedagang

10 2 4 16 016326540 10 8

6 Becak

2 4 6 12 01224498 19 12

7Sopir

Angkutan

2 6 8 00816338 12

8 Wiraswasta

3 7 10 0102041 14 13

9 Bengkel

5 6 11 0112245 24 12

10Buruh Pabrik

0 0

11 Lain-lain

7 4 1 12 012244928 19 2

Jumlah 25 21 52 0 98

Masyarakat daerah sidoarjo untuk segala jenis pekerjaan yang dijadikan subyek

penelitian menyatakan bahwa masyarakat memilih diberikan bantuan modal alat dan

tempat usaha Sedangkan untuk aspek pemasaran masyarakat sidoarjo tidak begitu

memerlukan bantuan Karena jika kita perhatikan kabupaten sidoarjo terletak di urat nadi

perekonomian jawa timur sehingga diharapkan pemasaran tidak menjadi kendala Dari

98 orang yang dijadikan responden sebanyak 52 orang dari berbagai macam profesi

menginginkan bantuan modal usaha

31

Berdasarkan hasil data skunder yang telah dilakukan terhadap seluruh

rumahtangga miskin yang ada di Kota Malang maka gambaran lokasi rumahtangga

misikin yang ada di Kota Malang seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini

Tabel

Jumlah Keluarga Miskin Masing-Masing Kecamatan

Di Kota Malang

No Kecamatan Jumlah Rumah Tangga

Prosentase

1 Kedungkandang 6635 2730

2 Sukun 6255 2574

3 Klojen 3432 1412

4 Blimbing 4158 1711

5 Lowok Waru 3821 1572 Sumber Pemkot Malang 2006

Data di atas menunjukkan jumlah rumah tangga miskin yang ada di kota malang

di masing-masing Kecamatan Dari 5 kecamatan yang ada dikota Malang jumlah

kemiskinannya adalah sebagai berikut Kecamatan yang paling tinggi angka

kemiskinannya adalah kecamatan Kedungkandang yaitu sebesar 2730 kecamatan

Sukun sebesar 2574 kemudian Kecamatan Lowok Waru sebesar 1572

Kecamatan Blimbing 1711 dan angka terendah Rumah tangga miskinnya adalah

kecamatan Klojen yairu sebesar 1412

Gambar

Jumlah keluarga Miskin di Kota Malang

0 1 2 3 4 5 6 7

Kedungkandang

Sukun

Klojen

Blimbing

Lowok Waru

Jumlah Rumah Tangga

32

Berdasarkan gambaan di atas jumlah rumah tangga miskin di kota malang

berada pada daerah-daeah tertentu (Kedungkandang dan Sukun) wilayah ini merupakan

wilayah pinggiran kota yang padat dengan jumlah penduduknya Kecamatan

Kedungkandang merupakan daerah yang umumnya pdat penduduk dan daerah tersebut

merupakan daerah pinggiran kota serta rata-rata penduduknya memiliki mata

pencaharian pedagang Daerah tersebut juga merupakan daerah pusat-pusat industri

kecil dan yang lebih telihat bahwa kebanyakan rumah tangga miskin bertempat tinggal

di daerah aliran sungai brantas (DAS Brantas) serta di pinggiran jalur kereta api

Berbeda halnya dengan kecamatan Sukun daerah ini selain terdapatnya pusat

perdagangan juga merupakan daerah industri kecil (home industri) Keberadaan rumah

tangga miskin selain rata-rata kehidupannya berdagang juga bertempat tinggal pada

daerah-daerah perkampungan

33 Aspek Kultural Pada Masyarakat Miskin

Urbanisasi merupakan salah satu faktor pemicu perkembangan kota terjadinya

perpindahan penduduk dari desa ke kota disebabkan oleh berbagai faktor baik faktor

pearik maupun pendorong perkembangan industri dan perdagangan di kota merupakan

faktor penarik yang menyebabkan orang untuk berdatangan dan tinggal di daerah

perkotaan Keinginan untuk dapat mendapatkan penghasilan dan pekerjaan yang lebih

baik untuk mencukupi kebutuhan hidup merupakan penyebab utama terjadinya

urbanisasi Namun kondisi tersebut tidak seiring dengan kualitas pendidikan dan

ketrampilan yang memadai sehingga mereka tidak dapat ditampung di sektor formal

melainkan menggantungkan hidupnya pada sektor informal yang kurang menentu

Selain itu yang menjadi faktor pendorong terjadinya urbanisasi adalah kondisi fasilitas di

daerah asal (pedesaan) kurang memadai serta semakin menyempitnya lahan pertanian

dan peluang pekerjaan

Pertambahan penduduk di kota yang sangat tinggi menyebabkan berbagai

permasalahan sosial permasalahan yang muncul adalah adanya perkampungan kumuh

dan perumahan liar di pinggiran kota dan umumnya di daerah pinggiran aliran sungai

brantas (DAS) Masalah tersebut disebabkan oleh ketidak mampuan masyarakat miskin

perkotaan untuk memiliki rumah yang layak huni Penyebab lainnya adalah ketidak

mampuan pemerintah kota untuk menyediakan sarana bagi masyarakat miskin

33

perkotaan Pembangunan perkotaan senantiasa bukan memberikan solusi dalam

pengentasan kemiskinan perkotaan melainkan sebaliknya yaitu menjadikan proses

penggusuran dan semakin terdesaknya kehidupan masyarakat miskin tersebut

Tabel

Daerah Asal Responden sidoarjo

NoJenis

Pekerjaan Responden

Jawa Timur Non

Madura

Madura Jawa Barat

Jawa Tengah

Luar Jawa

jumlah

1Tidak

Bekerja

2Buruh Pasar

8 1 1 10 1011 7 7

3Kuli

Bangunan

7 2 1 10 1010 14 7

4 Pemulung

9 9 913

5 Pedagang

10 10 1014

6 Becak

8 1 2 11 1111 7 14

7Sopir

Angkutan

10 10 1014

8 Wiraswasta

8 6 14 1411 43

9 Bengkel

10Buruh Pabrik

8 2 10 1011 14

11 Lain-lain

2 2 10 14 143 14 71

Jumlah 70 14 0 14 0 98 100

Dari data diatas sebagian besar kaum migrant untuk setiap profesi berasal dari

jawa timur Di definisikan jawa timur karena seluruh masyarakat urban berasal dari jawa

timur kecuali Madura Ada beberapa alasan dari responden mengapa mereka

melakukan urbanisasi salah satunya adalah untuk memperbaiki taraf ekonomi karena

kabupaten sidoarjo dianggap sebagai kabupaten yang memiliki potensi yang cukup

34

tinggi dalam bidang industry Profesi terbanyak yang diminati oleh pendatang adalah

sebagai pedagang dan sebagai sopir

Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin

pada kabupaten sidoarjo dapat diperhatikan gambar di bawah ini

Gambar

Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin

35

Tabel

Daerah Asal Responden pasuruan

NoJenis

Pekerjaan Responden

Jawa Timur Non

Madura

Madura Jawa Barat

Jawa Tengah

Luar Jawa

jumlah

1 Tidak Bekerja

2 Buruh Pasar

4 4 24

3 Kuli Bangunan

5 5 55

4 Pemulung

10 10 1011

5 Pedagang

20 20 2022

6 Becak

8 2 10 109 33

7Sopir

Angkutan

0 0

8 Wiraswasta

0 0

9 Bengkel

10 Buruh Pabrik

15 4 19 1916 67

11 Lain-lain

30 30 3133

Jumlah 92 6 98 98 98

Sama seperti pada kabupaten sidoarjo sebagian besar pendatang adalah dari

wilayah jawa timur Pendatang sebagian besar berprofesi sebagai pedagang karena

wilayah sidoarjo selain sebagai sentra industry provinsi jawa timur juga sebagai urat nadi

perekonomian jawa timur Sehingga bagi para pedagang akan sangat menguntungkan

karena di lewati dari berbagai wilayah di jawa timur

Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin

pada kabupaten pasuruan dapat diperhatikan gambar di bawah ini

Gambar

36

Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin

Tabel 5Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan di kota malang

Lama Tinggal (Tahun)Kecamatan

pddkAsli le 2 3 - 6 7 - 9 ge 10

Jumlahrespondn

Kedung kandang10

(1053)- 3

(316)11

(1158)71

(1473) 95

18 - - 15 52

37

Sukun (2118) (1764) (6118) 85

Klojen9

(1200)5

(667)12

(1600)9

(1200)40

(5333) 75

Blimbing8

(100)2

(25)- 8

(100)62

(775) 80

Lowok Waru15

(1923)- - 7

(897)56

(7180) 78

Sumber Data Primer

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa dari responden (keluarga miskin)

perkotaan sebagian besar bukan penduduk asli daerah kota Malang melainkan

pendatang yang merupakan kaum migran dan menetap di kota Malang kecamatan

kedung Kandang merupakan daerah yang padat penduduknya dimana 1473

menunjukkan jumlah responden yang sudah lama tinggal di kota malang (di atas 10

tahun) bahkan beberapa responden sudah turun-menurun dari keluarga mereka

Kecamatan Sukun yang merupakan kaum pendatang yang tinggal di kota Malang sudah

puluhan tahun sebanyak 6118 dari responden yang ada Kecamatan Klojen sebesar

5333 Kecamatan Blimbing sebanyak 775 dan untuk kecamatan Lowok Waru

sebanyak 7180 dari masing-masing responden di tingkat kecamatan Kondisi ini

menjelaskan bahwa masyarakat miskin perkotaan adalah rata-rata kaum migran yang

sengaja datang ke kota Malang untuk mencari kehidupan yang lebih baik dari daerah

asal mereka Umumnya mereka datang sebagai migran tetap dan keberadaan mereka

sudah terbiasa hidup dalam kondisi serba kekurangan Beberapa responden yang

ditemui juga menjelaskan bahwa sebagai kaum pendatang sudah tidak asing lagi

dengan kehidupan masyarakat di kota Malang Umumnya mereka membaur dengan

masyarakat pendatang lainnya dengan hidup di kepadatan penduduk kota Malang

Salain dilihat dari lamanya masayarakat pendatang (migran tetap) tinggal di kota

Malang dapat pula dijelaskan mengenai temapat asal (daerah asal) responden untuk

melihat derah asal rumah tangga miskin perkotaan dapat kita bagi dengan

menggunakan batasan daerah (wilayah) Dimana wilayah pembagiannya adalah

mereka yang berasal dari daerah Jawa Timur (non-Madura) daerah Madura daerah

Jawa Tengah Jawa Barat dan Luar Jawa Adapun gambaran daerah asal rumah

tangga miskin perkotaan dapat dilihat pada tabel berikut

38

Tabel

Daerah Asal Responden

Daerah

Asal

Kecamatan

Jawa

Timur

Non-

Madura

Madur

a

Jawa

Tengah

Jawa

Barat

Luar

Jawa

Jumlah

Respond

n

Kedung kandang21

(2470)52

(6118)9

(1059)3

(353)- 85

Sukun19

(2836)28

(4179)12

(1791)8

(1194)- 67

Klojen9

(1364)49

(7424)5

(758)3

(454)- 66

Blimbing31

(4306)33

(4563)6

(833)2

(278)- 72

Lowok Waru28

(4444)21

(3333)9

(1429)5

((794)- 63

Sumber Data Primer

Berdasarkan data pada tabel di atas menunjukkan bahwa umumnya kaum

migran berasal dari daerah Jawa Timur dan daerah Madura Untuk kecamatan Kedung

Kandang sebesar 6118 berasal dari Madura kemudian Kecamatan Sukun 4179

kaum Migran berasal juga dari Madura Kecamatan Klojen 7424 Kecamatan Blimbing

sebesar 4563 dan kecamatan Lowok Waru sebesar 3333 Dari kelima kecamatan

tersebut yang banyak di datangi oleh migran yang berasal dari daeah Madura adalah di

Kecamatan Kedung Kandang (6118) dan Kecamatan Klojen (7424) dan mereka

sengaja tinggal di dekat pusat perkotaan dengan tujuan memudahkan untuk aktifitas

kegiatan pekerjaannya yang rata-rata bergelut disektor informal (pedagang kaki lima)

331 Kondisi Tempat Tinggal Masyarakat Miskin Perkotaan

Dilihat dari tempat tinggal masyarakat miskin perkotaan rata-rata kondisi tempat

tinggalnya dengan model bangunan semi permanen dan permanen sederhanan dengan

memanfatkan kondisi tanah yang rawan bencana (longsor kebisingan kumuh dan

sebagainya)

Tabel

Kondisi Fisik Bangunan Rumah RTM

39

Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan

Kondisi Fisik RumahKecamatan

Sesek(papan)

SemiPermanen Permanen

Jumlahrespondn

Kedung kandang

11(1158)

52(5474)

32(3368) 95

Sukun20

(2353)33

(3882)32

(3765) 85

Klojen5

(667)31

(1733)39

(5200) 75

Blimbing3

(375)13

(1625)64

(8000) 80

Lowok Waru9

(1154)24

(3077)45

(5769) 78

Sumber Data Primer

dari data primer (tabel) menunjukkan bahwa sebagian besar tempat tinggal

masyarakat miskin perkotaan adalah semi permanen dan permanen akan tetapi dengan

ukuran ruang (luas bangunan) yang cukup minim Dan umumnya yang mereka lakukan

adalah dengan menyewa tanah dan atau menempati tanah rawan musibah adapun

kondisi perumahan masyarakat miskin perkotaan dapat dilihat pada gambar berikut

Gambar

Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin Perkotaan

40

Dari gambar di atas terlihat bahwa kondisi tempat tinggal mereka sangat rawan

dengan terjadinya bencana dan kekumuhan kondisi ini selain rawan terhadap adanya

bahaya tersebut juga sangat rawan dengan permasalahan kesehatan

34 Analisa Spasial

Informasi mengenai tipologi perekonomian masyarakat akan sangat membantu

pemerintah dalam menentukan kebijakan ekonomi di masa mendatang Dari informasi

tersebut dibuatlah peta potensi ekonomi dengan maksud merelevansikan antara potensi

ekonomi daerah dan kebijakan ekonomi Selain itu jika kebijakan ekonomi hanya

terfokus di suatu wilayah tertentu akan berdampak pada ketimpangan pertumbuhan

ekonomi Seperti dijelaskan sebelumnya inventarisasi sarana ekonomi sebuah wilayah

dilakukan dengan menggunakan pendekatan tipologi suatu wilayah Melalui pendekatan

ini selanjutnya dapat digambarkan wilayah majemuk dengan fenomena yang kompleks

dengan beberapa persamaan di dalamnya Maksudnya bahwa pada tipologi suatu

wilayah ada relevansinya dengan keberadaan potensi ekonomi maupun potensi sarana

ekonomi di wilayah tersebut Ini menandakan bahwa kebijakan pengembangan ekonomi

suatu wilayah diperlukan pengadaan sarana ekonomi yang tepat sedikitnya sesuai

dengan kondisi wilayah yang dibangun termasuk karakteristik kegiatan ekonomi yang

dilakukan oleh masyarakat setempat sehingga keberadaan sarana tersebut mampu

mendorong aktivitas ekonomi masyarakat dan pada akhirnya mengentaskan dan

menanggulangi kemiskinan

41

Di wilayah kabupaten pasuruan terdapat berbagai macam potensi ekonomi yang

belum tersentuh pengembangannya oleh pemerintah daerah Potensi yang terdapat di

wilayah tersebut bukan hanya pada potensi sumber daya alam melainkan juga potensii

sumber daya manusianya Untuk wilayah ssidoarjo perlu adanya perhatian mendalam

pada pengembangan sumber daya manusia karena di wilayah tersebut banyak sekali

potensi industri yang dapat berkembang Sedangkan untuk daerah malang hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa disinyalir masih terdapat kegiatan ekonomi maupun

sarana ekonomi yang menunjang kegiatan tersebut belum dimanfaatkan secara optimal

Keadaan ini menjadikan keduanya masih bersifat potensial dan memerlukan

penanganan pengelolannya agar dapat diperoleh output yang optimal pula Pengelolaan

optimal tersebut tentu masih memerlukan suatu pengkajian tersendiri untuk mengukur

sampai sejauh mana tingkat feasibilitasnya

Potensi sarana ekonomi kabupaten ssidoarjo kabupaten pasuruan dan Kota

Malang merujuk pada sarana ekonomi (dalam bentuk fisik) yang teridentifikasi di setiap

daerah maupun yang sudah terkompilasikan di tingkat kabupaten dan kota Potensi

tersebut dapat di petakan pada masing-masing kabupaten di wilayah Jawa Timur

melalui Peta berikut

Gambar Provinsi Jawa Timur

42

Gambar kota Malang

43

keterangan

daerah masyarakat miskin perkotaan

daerah potensi terjadinya kemiskinan

tidak ada potensi terjadnya kemiskinan

Sejalan dengan maksud di atas Pemerintah Kota Malang masih

perlu melakukan kajian mendalam tentang pengembangan potensi wilayah

sebagai salah satu upaya untuk mendukung pemulihan ekonomi yang

bersifat jangka menengah Dukungan kajian ini dilakukan dengan menggali

lebih dalam potensi yang dimiliki setiap kawasan di wilayah Kota Malang

Dengan demikian Pemerintah Kota Malang dengan mudah dapat mengambil

langkah-langkah menumbuh kembangkan potensi sarana ekonomi daerah

44

Kec Blimbing Industri (kecil-

menengah)Pariwisata Pertanianperumahanperdagangan

Kec Kedungkandang Industri (kecil-

menengah)Pertanianperumahan

Kec Sukun Industri kecilPendidikanperumahan

Kec Kolojen perdagangan PendidikanPerhotelanperkantoran

Kec Lowokwaruperumahan PendidikanIndustri (kecil-

menengah)

khususnya yang berada di pusat-pusat kegiatan produksi masyarakat yang

dianggap cukup strategis di Kota Malang

Sejalan dengan semakin meningkatnya peran serta dunia usaha

dan masyarakat di dalam pelaksanaan pembangunan maka program-

program pembangunan Kota Malang perlu disusun dengan

mempertimbangkan keterlibatan mereka Upaya ini dimaksudkan agar

Pemerintah Kota Malang lebih mudah mengefektifkan potensi sarana

ekonomi dan mengarahkannya untuk kepentingan pembangunan yang lebih

konsisten efektif dan efisien serta berkelanjutan dalam menanggulangi

kemiskinan

Secara keseluruhan penduduk miskin di wilayah kota malang masih tersebar

merata di seluruh kecamatan Kecuali di kecamatan Lowokwaru sebagian besar di

kecamatan ini tidak ada potensi kemiskinan Hal tersebut dikarenakan banyaknya

industry pendidikan seperti UMM UNISMA UNIGA Brawijaya ITN UM dll Dengan

banyaknya perguruan tinggi di wilayah tersebut maka potensi perekonomian semakin

besar Tidak sedikit masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang makanan karena

untuk memnuhi kebutuhan para mahasiswa

Pada data dikatakan bahwa rata-rata pendapatan di kecamatan Lowokwaru

masih besar padahal menurut analisis spasial potensi terjadinya kemiskinan sangat

kecil Pada analisi ekonomi diindentifikasi bahwa banyak masyarakat yang

berpendapatan dibawah 400 ribu Hal tersebut terjadi pada masyarakat yang tinggal di

daerah pesisir sungai Masih banyak masyarakat yang tinggal di Daerah Aliran Sungai

tidak memiliki kesempatan kemampuan untuk bersaing dengan masyarakat yang tidak

tiggal di Daerah Aliran Sungai Di perkirakan masyarakat yang menempati DAS

merupakan masyarakat pendatang yang berurbanisasi dengan tidak membawa suatu

keahlian

Potensi kemiskinan terbesar dapat terjadi di Kecamatan Sukun Banyak

masyarakat di daerah ini yang memiliki pendapatan dibawah 400 ribu Jika kita

bandingkan dengan kecamatan Lowokwaru potensi kemiskinan di daerah kecamatan

Sukun tidak hanya terjadi di DAS namun juga pada masyarakat lainnya Banyak faktor

yang mengindikasikan potensi kemiskinan salah satu faktor utama adalah sulitnya

pemasaran dan persaingan yang ketat Meski kegiatan masyarakat di kecamatan

Lowokwaru dengan kecamatan Sukun relatif sama namun di kecamatan Lowokwaru

45

pemasaran barang dan jasa yang diproduksi tidak sesulit di kecamatan Sukun meski

ada persaingan

Hampir memeratanya potensi masyarakat miskin di kecamatan Sukun

menimbulkan dampak di kecamatan Kedungkandang terutama di perbatasan diantara

kedua kecamatan tersebut Menurut survey yang dilakukan memang sebagian besar

masyarakat miskin berpotensi di DAS Dapat dilihat di peta bahwa gambar merah

bersinggungan antara kedua kecamatan dan di kedua wilayah tersebut dialiri sungai

yang sama namun jika kita lihat kebawahnya warna kecamatan Kedungkandang mulai

ada yang Hijau Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat diluar DAS mempunyai

usaha yang berhubungan positif dengan pendapatan seperti pertanian

Berbeda halnya di kecamatan Klojen kecamatan ini merupakan pusat

pemerintahan kota Malang Banyak warga di kecamatan ini yang berprofesi sebagai

pegawai negeri sipil Memang masih terindikasi adanya kemiskinan di daerah tersebut

namun kemiskinan itu timbul karena mereka yang tidak mempunyai kesempatan dan

daya tawar diri mereka Kebanyakan yang tidak memiliki daya tawar diri yang tinggi

adalah mereka para pendatang yang tidak membawa keahlian kemudian mereka

tinggal di DAS dan berprofesi sebagai buruh tani buruh pabrik ataupun yang lainnya

yang tidak membutuhkan keahlian lebih

Bab V Kesimpulan dan Saran

Setelah melalui beberapa tahapan analisis dalam mengidentifikasi kemiskinan

perkotaan di beberapa wiayah Jawa Timur terdapat beberapa kesimpulan yaitu

1 Didapat bahwa sebaran penduduk miskin berkosentrasi pada daerah

sepanjang aliran sungai dan ada beberapa kota yang mengindikasikan

bahwa penduduk miskin berasal dari pendatang dari luar kota

2 Dalam penanggulangan kemiskinan pemerintah sudah banyak

mengeluarkan berbagai macam program pengentasan kemiskinan seperti

P2K P2KP BLT dll namun dalam aplikasinya banyak program yang belum

tepat sasaran

3 Ada beberapa karakteristik yang menarik dalam pengentasan kemiskinan

diantaranya bahwa dalam mengentaskan masyarakat miskin metode yang

46

diterapkan lebih kepada pembinaan keahlian dan mentalitas karena

seperti yang terdapat di kota malang masyarakat miskin dipicu dari

kebiasaan atau mentalitas dari masyarakat tersebut dalam kehidupan

sehari-hari Riset menemukan meskipun masyarakat miskin diberikan

bantuan uang seperti BLT namun bantuan tersebut tidak diperuntukkan

kepada pengembangan usaha namun habis untuk konsumsi begitu pula

dengan program ndash program pengentasan kemiskinan yang lainnya

Saran

Dalam pengentasan kemiskinan disarankan kepada pemerintah untuk mencari

data kemiskinan yang akurat dengan tujuan pemberian bantuan dalam rangka

pengentasan kemiskinan dapat terserap tepat pada masyarakat yang dituju Selain itu

untuk mengentaskan masyarakat yang bertipikal ldquokultur miskinrdquo harus banyak diberikan

pelatihan dan pembinaan mental

47

DAFTAR PUSTAKA

Blakely Edward J (1989) Planning Local Economic Development Theory and Practice Sage Library of Social Research 168 Sage Publication

BPS (1999) Perkembangan Tingkat Kemiskinan dan Beberapa Dimensi Sosial Ekonominya 1996-1999 Jakarta BPS

Budi Soeradji Mubyarto (1998) Gerakan Penanggulangan Kemiskinan Laporan

Penelitian di Daerah-Daerah Yogyakarta Aditya Media

Faisal Basri (2002) Perekonomian Indonesia Tantangan dan Harapan bagi Kebangkitan Indonesia Jakarta Erlangga

Fei J C H amp Gustav R (1964) Development Economics What Next In a Ranis G P Schulta (Ed) The State of Development Economics

Gunawan Sumodiningrat (1999) Penanggulangan Krisis Harus Memihak Rakyat Disampaikan pada konferensi pers untuk launcing The Economic and Social Survey of Asia and the Pacific 1999 (ESCAP) di UNIC Jakarta

Kuncoro M (2000) Ekonomi Pembangunan Teori Masalah dan Kebijakan (1st ed) Yogyakarta UPP AMP YKPN

Kuncoro M (2004) Otonomi dan Pembangunan Daerah Reformasi Perencanaan Strategi dan Peluang Jakarata Erlangga

Mellor J W (1976) The New Economies of Growth A Strategy for India and the Developing Countries Cornell Cornell University Press

Nurkse R (1953) Problem of Capital Formation in Underdeveloped Countries In Meier Gerald M Leading Issues in Economic Development edisi ke 6 Oxford University Press Oxford

Rintuh Cornelis amp Miar (2005) Kelembagaan dan Ekonomi Rakyat BPFE-UGM Yogyakarta

Sharp Ansel M Charles A Register and Paul W Cerimes (1996) Economics of Social Issues edisi ke 12 Richard D Chicago Irwin

Sumarto Sudarno (2002) ldquoGrowth Inequality and Poverty Evidence from Micro Datardquo Makala dalam The Young Economics Seminar Jakarta World Bank

48

Page 24: Makalah akp

kabupaten malang jumlah keluarga miskin di tahun 2006 juga mengalami kenaikan

Tahun 2005 jumlah keluarga miskin sebanyak 373700 atau 167 naik menjadi

404800 atau 171 dari jumlah keluarga yang tinggal di kabupaten malang

4 Gambaran rumah tangga miskin pada kabupaten pasuruan sidoarjo dan

malang

Jika dilihat mengenai masalah kemiskinan di daerah provinsi jawa timur maka dapat

diketahui bahwa peta penduduk miskin tidak hanya terkelompok pada kabupaten yang

mempunyai sumberdaya alam yang sedikit namun juga terdapat ppotensi kemiskinan di

daerah yang mempunyai sumber daya alam yang banyak Untuk lebih jelasnya berikut

peta potensi kemiskinan pada masing ndash masing kabupaten yang diikuti dengan jumlah

penduduknya

Tabel

Jumlah Rumahtangga Miskin Masing-Masing Kabupaten

Di Wilayah Provinsi Jawa Timur

KabupatenJumlah Penduduk Jumlah Penduduk Miskin

2005 2006 2005 2006Kabupatenkab Pacitan 869642 885986 150100 162600kab Ponorogo 665070 687786 152500 165200kab Trenggalek 969461 984460 165800 189000kab Blitar 525888 1140809 175800 190400kab Kediri 1429137 1525231 255900 277200kab Malang 2336363 2419822 373700 404800kab Lumajang 999525 1026400 186100 201900kab Jember 2261477 2278718 408000 423300kab Banyuwangi 1514605 1575265 236100 251900kab Bondowoso 698504 725571 169500 183600kab Situbondo 605208 636200 113200 107200kab Probolinggo 1021279 1070137 267400 289700kab Pasuruan 1398122 1485342 285100 308900kab Sidoarjo 1697435 1838666 239100 223300kab Mojokerto 969299 1027871 154300 165400kab Jombang 1222499 1212876 278600 289900kab Nganjuk 989693 1065459 235800 255400kab Madiun 641596 667709 137500 144700kab Magetan 617492 621862 104600 113300kab Ngawi 827728 857449 193400 209100kab Bojonegoro 1228939 1251051 323900 350900

24

kab Tuban 1063375 1104538 300700 325800kab Lamongan 1187065 1274194 280800 304200kab Gresik 1118841 1120541 242500 287500kab Bangkalan 889590 945863 286700 306700kab Sampang 835122 894046 325900 353100kab Pamekasan 762876 782076 237600 271500kab Sumenep 1004758 1068595 331200 351100

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa di kabupaten malang mempunyai potensi

kemiskinan yang tinggi pada tahun 2005 dan 2006 Tingginya angka kemiskinan di

kabupaten tersebut mengindikasikan bahwa kurang adanya pemerataan pada

pembangunan perekonomian Kabupaten pasuruan dan kabupaten sidoarjo memiliki

jumlah penduduk miskin relatif dibawah kabupaten malang Hal tersebut bisa terjadi

karena kedua kabupaten berada pada lingkar urat nadi perekonomian jawa timur

sehingga perekonomian di wilayah tersebut dapat terdongkrak akibat aktivitas

perekonomian jawa timur

5 Karakteristik Perekonomian Rumah Tangga Miskin

51 Kabupaten Pasuruan

Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden

Salah satu penentuan sebuah masyarakat miskin adalah dengan melihat rata-

rata tingkat pendapatannya Oscar Lewis (1966) akar dari timbulnya budaya miskin

salah satunya adalah rendahnya gajipendapatan

Tabel

Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden kabupaten pasuruan

No

lt 200000200000

sd 400000

410000 sd

500000gt 500000 Jumlah

1Tidak

Bekerja

2 2 29

2Buruh Pasar

3 3 6 613 10

3Kuli

Banguan

1 2 1 4 44 7 3

4 Pemulung

1 1 8 10 104 3 22

25

5 Pedagang

4 8 10 22 2217 28 27

6 Becak 3 7

10 1010 19

7Sopir

Angkutan

1 4 5 10 104 14 14

8 Wiraswasta

1 2 1 15 54 7 3 11

9 Bengkel

2 3 1 17 79 10 3 11

10Buruh Pabrik

4 610 1011 67

11 Lain-lain

8 3 1 12 1235 10 11 100

Jumlah 23 29 37 9 98

Table diatas menjelaskan mengenai tingkat pendapatan dan jenis pekerjaan

pada kabupaten pasuruan Dari 91 sampel yang di ambil ada beberapa karakteristik

pendapatan dari para pekerja Secara umum masyarakat yang mempunyai pendapatan

lebih dari 500 ribu di domonasi oleh pekerja swasta bengkel buruh pabrik dan lain-lain

Buruh pabrik memiliki tingkat pendapatan di atas 500 ribu disebabkan karena adanya

kebijakan UMR yang harus dipenuhi oleh perusahaan di wilayah tersebut

Tabel

Keahlian Yang Dimiliki Masyarakat kabupaten pasuruan

No Jenis Pekerjaan Responden Wiraswasta BengkelMontir Sopir

Tukang Bangunan

DagangLain-lain

jumlah

1 Tidak Bekerja 0 0

2 Buruh Pasar

1 1 2 26 0 0 0 7 0

3 Kuli Bangunan

5 5 414 1428 0 0 25 0 22

4 Pemulung

33 30 0 0 0 0 17

5 Pedagang

2 1 3 28 80 0 13 5 21 11

26

6 Becak

2 4 5 314 140 17 25 25 0 17

7 Sopir Angkutan

2 3 5 50 17 19 0 0 0

8 Wiraswasta

5 3 5 13 1328 0 0 15 36 0

9 Bengkel

5 2 29 90 42 13 0 0 11

10 Buruh Pabrik

5 3 3 11 1128 0 0 15 21 0

11 Lain-lain

2 3 5 3 2 419 1911 25 31 15 14 22

Jumlah 18 12 16 20 14 18 98 100

Keberagaman keahlian yang dimiliki oleh masyarakat kabupaten pasuruan tidak

berarti bahwa keahlian yang dimilikinya terspesifikasi pada satu jenis keahlian tertentu

namun tidak sedikit masyarakat yang mempunyai keahlian lain diluar dari profesi yang

dimilikinya Sebagai contoh adalah seorang pegawai bengkel tidak hanya ahli dalam

memperbaiki kendaraan bermotor namun juga bisa berprofesi sebagai sopir Hal

tersebut ditunjukkan oleh hasil observasi yang telah dilakukan untuk masyarakat daerah

pasuruan dimana pegawai bengkel ternyata juga bisa berprofesi sebagai sopir atau

bidang usaha yang lain

Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan

NoJenis

Pekerjaan Responden

Tempat Usaha

Alat Modal Pemasaran Ketrampilan jumlah

1 Tidak Bekerja

2 Buruh Pasar

3Kuli

Bangunan

4 Pemulung

5 5 10 10 23 12

5 Pedagang

8 5 13 1350 12

27

6 Becak

4 8 12 12 18 19

7Sopir

Angkutan

5 5 5 12

8 Wiraswasta

8 6 14 14 36 14

9 Bengkel

5 6 11 11 23 14

10 Buruh Pabrik

77 7 41

11 Lain-lain

8 8 1026 2750 19 59

Jumlah 16 22 43 0 17 98 100

Dengan keahlian yang dimiliki oleh masyarakat pasuruan dapat diindikasikan

bahwa keahlian yang dimiliki mempunyai kemerataan sampel Dari seluruh responden

yang dijadikan sampel sebagian besar menginginkan bantuan modal alat dan tempat

usaha Untuk jenis pekerjaan bengkel sampel menyatakan bahwa responden

menginginkan bantuan modal dan alat untuk dapat mengembangkan usahanya Hal

yang sama juga ditunjukkan untuk jenis pekerjaan wiraswasta dimana 23 menyatakan

menginginkan bantuan alat dan 24 menginginkan bantuan modal

52 Kabupaten Sidoarjo

Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden

No Gaji amp Jenis Pekerjaan

lt 200000

200000 sd

400000

410000 sd

500000gt 500000 Jumlah

1 Tidak Bekerja

2

2 2111

2 Buruh Pasar

6 4

10 11333 200

3 Kuli Banguan

1 8 1

10 1156 400 50

4 Pemulung

8 2

10 11444 100

5 Pedagang

1 2 7

10 1150 100 212

28

6 Becak

1 2

3 356 100

7 Sopir Angkutan

2 6 1

9 10100 300 30

8 Wiraswasta

1 2 7

10 1150 100 212

9 Bengkel

4 5

9 10200 152

10 Buruh Pabrik

5 5

10 11250 152

11 Lain-lain

8

8 9242

Jumlah 18 20 20 33 91 100

Karakteristik pendapatan masyarakat di daerah perkotaan kabupaten sidoarjo

menunjukkan kesamaan dari kabupaten pasuruan Secara keseluruhan responden yang

berpenghasilan di atas 500 ribu di dominasi oleh masyarakat yang mempunyai

pekerjaan sebagai wiraswasta bengkel buruh pabrik dll Jika ditelaah lebih lanjut

memang untuk golongan buruh pabrik mereka berpenghasilan ditas 500 ribu karena ada

jaminan dari pemerintah mengenai pendapatan minimum melalui UMR Sedangkan

masyarakat yang bekerja di bengkel mendapatkan pendapatan yang tinggi karena

sidoarjo merupakan daerah industry sehingga tidak sedikit masyarakat yang

menggunakan kendaraan bermotor dalam aktifitasnya

Tabel

Keahlian Yang Dimiliki Masyarakat kabupaten sidoarjo

NoJenis

Pekerjaan Responden

Wiraswasta BengkelMontir

SopirTukang

BangunanDagang

Lain-lain

jumlah

1Tidak

Bekerja

2 Buruh Pasar

5 6 718 1831 43 37

3 6 8 14 14

29

Kuli 46

4 Pemulung

6 7 13 13 23 54

5 Pedagang

8 3 11 1150 30

6 Becak

8 8 8 57

7Sopir

Angkutan

5 49 9 19 21

8 Wiraswasta

3 5 8 8 30 19

9 Bengkel

4 4 4 15

10Buruh Pabrik

11 Lain-lain

3 4 6 13 1319 40 23

Jumlah 16 10 26 13 14 19 98 100

Menurut survey yang telah dilakukan ternyata tipikal masyarakat sidoarjo dan

pasuruan untuk kategori keahlian yang dimiliki adalah sama penyebarannya Untuk

kabupaten sidoarjo jenis pekerjaan terbanyak adalah buruh pasar dengan keahlian yang

dimiliki berdagang serta ada yang memiliki keahlian sebagai tukang sepatu

Keberagaman jumlah responden menunjukkan keberagaman pekerjaan masyarakat

yang dijadikan sebagai obyek penelitian Menurut hasil penelitian digambarkan bahwa

seorang yang berprofesi sebagai pemulung ternyata juga memiliki keahlian di bidang

lainnya seperti tukang bangunan bahkan sopir Dari informasi yang dimiliki tersebut

diharapkan pemerintah dapat memberikan bantuan sesuai dengan bidang profesi

masyarakat atau keahlian masyarakat itu sendiri

30

Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan

NoJenis

Pekerjaan Responden

Tempat Usaha

Alat Modal Pemasaran jumlah

1Tidak

Bekerja

0 0

2Buruh Pasar

2 8 10 01020418 15

3Kuli

Bangunan

1 3 6 10 01020414 14 12

4 Pemulung

1 8 9 00918374 15

5 Pedagang

10 2 4 16 016326540 10 8

6 Becak

2 4 6 12 01224498 19 12

7Sopir

Angkutan

2 6 8 00816338 12

8 Wiraswasta

3 7 10 0102041 14 13

9 Bengkel

5 6 11 0112245 24 12

10Buruh Pabrik

0 0

11 Lain-lain

7 4 1 12 012244928 19 2

Jumlah 25 21 52 0 98

Masyarakat daerah sidoarjo untuk segala jenis pekerjaan yang dijadikan subyek

penelitian menyatakan bahwa masyarakat memilih diberikan bantuan modal alat dan

tempat usaha Sedangkan untuk aspek pemasaran masyarakat sidoarjo tidak begitu

memerlukan bantuan Karena jika kita perhatikan kabupaten sidoarjo terletak di urat nadi

perekonomian jawa timur sehingga diharapkan pemasaran tidak menjadi kendala Dari

98 orang yang dijadikan responden sebanyak 52 orang dari berbagai macam profesi

menginginkan bantuan modal usaha

31

Berdasarkan hasil data skunder yang telah dilakukan terhadap seluruh

rumahtangga miskin yang ada di Kota Malang maka gambaran lokasi rumahtangga

misikin yang ada di Kota Malang seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini

Tabel

Jumlah Keluarga Miskin Masing-Masing Kecamatan

Di Kota Malang

No Kecamatan Jumlah Rumah Tangga

Prosentase

1 Kedungkandang 6635 2730

2 Sukun 6255 2574

3 Klojen 3432 1412

4 Blimbing 4158 1711

5 Lowok Waru 3821 1572 Sumber Pemkot Malang 2006

Data di atas menunjukkan jumlah rumah tangga miskin yang ada di kota malang

di masing-masing Kecamatan Dari 5 kecamatan yang ada dikota Malang jumlah

kemiskinannya adalah sebagai berikut Kecamatan yang paling tinggi angka

kemiskinannya adalah kecamatan Kedungkandang yaitu sebesar 2730 kecamatan

Sukun sebesar 2574 kemudian Kecamatan Lowok Waru sebesar 1572

Kecamatan Blimbing 1711 dan angka terendah Rumah tangga miskinnya adalah

kecamatan Klojen yairu sebesar 1412

Gambar

Jumlah keluarga Miskin di Kota Malang

0 1 2 3 4 5 6 7

Kedungkandang

Sukun

Klojen

Blimbing

Lowok Waru

Jumlah Rumah Tangga

32

Berdasarkan gambaan di atas jumlah rumah tangga miskin di kota malang

berada pada daerah-daeah tertentu (Kedungkandang dan Sukun) wilayah ini merupakan

wilayah pinggiran kota yang padat dengan jumlah penduduknya Kecamatan

Kedungkandang merupakan daerah yang umumnya pdat penduduk dan daerah tersebut

merupakan daerah pinggiran kota serta rata-rata penduduknya memiliki mata

pencaharian pedagang Daerah tersebut juga merupakan daerah pusat-pusat industri

kecil dan yang lebih telihat bahwa kebanyakan rumah tangga miskin bertempat tinggal

di daerah aliran sungai brantas (DAS Brantas) serta di pinggiran jalur kereta api

Berbeda halnya dengan kecamatan Sukun daerah ini selain terdapatnya pusat

perdagangan juga merupakan daerah industri kecil (home industri) Keberadaan rumah

tangga miskin selain rata-rata kehidupannya berdagang juga bertempat tinggal pada

daerah-daerah perkampungan

33 Aspek Kultural Pada Masyarakat Miskin

Urbanisasi merupakan salah satu faktor pemicu perkembangan kota terjadinya

perpindahan penduduk dari desa ke kota disebabkan oleh berbagai faktor baik faktor

pearik maupun pendorong perkembangan industri dan perdagangan di kota merupakan

faktor penarik yang menyebabkan orang untuk berdatangan dan tinggal di daerah

perkotaan Keinginan untuk dapat mendapatkan penghasilan dan pekerjaan yang lebih

baik untuk mencukupi kebutuhan hidup merupakan penyebab utama terjadinya

urbanisasi Namun kondisi tersebut tidak seiring dengan kualitas pendidikan dan

ketrampilan yang memadai sehingga mereka tidak dapat ditampung di sektor formal

melainkan menggantungkan hidupnya pada sektor informal yang kurang menentu

Selain itu yang menjadi faktor pendorong terjadinya urbanisasi adalah kondisi fasilitas di

daerah asal (pedesaan) kurang memadai serta semakin menyempitnya lahan pertanian

dan peluang pekerjaan

Pertambahan penduduk di kota yang sangat tinggi menyebabkan berbagai

permasalahan sosial permasalahan yang muncul adalah adanya perkampungan kumuh

dan perumahan liar di pinggiran kota dan umumnya di daerah pinggiran aliran sungai

brantas (DAS) Masalah tersebut disebabkan oleh ketidak mampuan masyarakat miskin

perkotaan untuk memiliki rumah yang layak huni Penyebab lainnya adalah ketidak

mampuan pemerintah kota untuk menyediakan sarana bagi masyarakat miskin

33

perkotaan Pembangunan perkotaan senantiasa bukan memberikan solusi dalam

pengentasan kemiskinan perkotaan melainkan sebaliknya yaitu menjadikan proses

penggusuran dan semakin terdesaknya kehidupan masyarakat miskin tersebut

Tabel

Daerah Asal Responden sidoarjo

NoJenis

Pekerjaan Responden

Jawa Timur Non

Madura

Madura Jawa Barat

Jawa Tengah

Luar Jawa

jumlah

1Tidak

Bekerja

2Buruh Pasar

8 1 1 10 1011 7 7

3Kuli

Bangunan

7 2 1 10 1010 14 7

4 Pemulung

9 9 913

5 Pedagang

10 10 1014

6 Becak

8 1 2 11 1111 7 14

7Sopir

Angkutan

10 10 1014

8 Wiraswasta

8 6 14 1411 43

9 Bengkel

10Buruh Pabrik

8 2 10 1011 14

11 Lain-lain

2 2 10 14 143 14 71

Jumlah 70 14 0 14 0 98 100

Dari data diatas sebagian besar kaum migrant untuk setiap profesi berasal dari

jawa timur Di definisikan jawa timur karena seluruh masyarakat urban berasal dari jawa

timur kecuali Madura Ada beberapa alasan dari responden mengapa mereka

melakukan urbanisasi salah satunya adalah untuk memperbaiki taraf ekonomi karena

kabupaten sidoarjo dianggap sebagai kabupaten yang memiliki potensi yang cukup

34

tinggi dalam bidang industry Profesi terbanyak yang diminati oleh pendatang adalah

sebagai pedagang dan sebagai sopir

Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin

pada kabupaten sidoarjo dapat diperhatikan gambar di bawah ini

Gambar

Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin

35

Tabel

Daerah Asal Responden pasuruan

NoJenis

Pekerjaan Responden

Jawa Timur Non

Madura

Madura Jawa Barat

Jawa Tengah

Luar Jawa

jumlah

1 Tidak Bekerja

2 Buruh Pasar

4 4 24

3 Kuli Bangunan

5 5 55

4 Pemulung

10 10 1011

5 Pedagang

20 20 2022

6 Becak

8 2 10 109 33

7Sopir

Angkutan

0 0

8 Wiraswasta

0 0

9 Bengkel

10 Buruh Pabrik

15 4 19 1916 67

11 Lain-lain

30 30 3133

Jumlah 92 6 98 98 98

Sama seperti pada kabupaten sidoarjo sebagian besar pendatang adalah dari

wilayah jawa timur Pendatang sebagian besar berprofesi sebagai pedagang karena

wilayah sidoarjo selain sebagai sentra industry provinsi jawa timur juga sebagai urat nadi

perekonomian jawa timur Sehingga bagi para pedagang akan sangat menguntungkan

karena di lewati dari berbagai wilayah di jawa timur

Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin

pada kabupaten pasuruan dapat diperhatikan gambar di bawah ini

Gambar

36

Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin

Tabel 5Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan di kota malang

Lama Tinggal (Tahun)Kecamatan

pddkAsli le 2 3 - 6 7 - 9 ge 10

Jumlahrespondn

Kedung kandang10

(1053)- 3

(316)11

(1158)71

(1473) 95

18 - - 15 52

37

Sukun (2118) (1764) (6118) 85

Klojen9

(1200)5

(667)12

(1600)9

(1200)40

(5333) 75

Blimbing8

(100)2

(25)- 8

(100)62

(775) 80

Lowok Waru15

(1923)- - 7

(897)56

(7180) 78

Sumber Data Primer

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa dari responden (keluarga miskin)

perkotaan sebagian besar bukan penduduk asli daerah kota Malang melainkan

pendatang yang merupakan kaum migran dan menetap di kota Malang kecamatan

kedung Kandang merupakan daerah yang padat penduduknya dimana 1473

menunjukkan jumlah responden yang sudah lama tinggal di kota malang (di atas 10

tahun) bahkan beberapa responden sudah turun-menurun dari keluarga mereka

Kecamatan Sukun yang merupakan kaum pendatang yang tinggal di kota Malang sudah

puluhan tahun sebanyak 6118 dari responden yang ada Kecamatan Klojen sebesar

5333 Kecamatan Blimbing sebanyak 775 dan untuk kecamatan Lowok Waru

sebanyak 7180 dari masing-masing responden di tingkat kecamatan Kondisi ini

menjelaskan bahwa masyarakat miskin perkotaan adalah rata-rata kaum migran yang

sengaja datang ke kota Malang untuk mencari kehidupan yang lebih baik dari daerah

asal mereka Umumnya mereka datang sebagai migran tetap dan keberadaan mereka

sudah terbiasa hidup dalam kondisi serba kekurangan Beberapa responden yang

ditemui juga menjelaskan bahwa sebagai kaum pendatang sudah tidak asing lagi

dengan kehidupan masyarakat di kota Malang Umumnya mereka membaur dengan

masyarakat pendatang lainnya dengan hidup di kepadatan penduduk kota Malang

Salain dilihat dari lamanya masayarakat pendatang (migran tetap) tinggal di kota

Malang dapat pula dijelaskan mengenai temapat asal (daerah asal) responden untuk

melihat derah asal rumah tangga miskin perkotaan dapat kita bagi dengan

menggunakan batasan daerah (wilayah) Dimana wilayah pembagiannya adalah

mereka yang berasal dari daerah Jawa Timur (non-Madura) daerah Madura daerah

Jawa Tengah Jawa Barat dan Luar Jawa Adapun gambaran daerah asal rumah

tangga miskin perkotaan dapat dilihat pada tabel berikut

38

Tabel

Daerah Asal Responden

Daerah

Asal

Kecamatan

Jawa

Timur

Non-

Madura

Madur

a

Jawa

Tengah

Jawa

Barat

Luar

Jawa

Jumlah

Respond

n

Kedung kandang21

(2470)52

(6118)9

(1059)3

(353)- 85

Sukun19

(2836)28

(4179)12

(1791)8

(1194)- 67

Klojen9

(1364)49

(7424)5

(758)3

(454)- 66

Blimbing31

(4306)33

(4563)6

(833)2

(278)- 72

Lowok Waru28

(4444)21

(3333)9

(1429)5

((794)- 63

Sumber Data Primer

Berdasarkan data pada tabel di atas menunjukkan bahwa umumnya kaum

migran berasal dari daerah Jawa Timur dan daerah Madura Untuk kecamatan Kedung

Kandang sebesar 6118 berasal dari Madura kemudian Kecamatan Sukun 4179

kaum Migran berasal juga dari Madura Kecamatan Klojen 7424 Kecamatan Blimbing

sebesar 4563 dan kecamatan Lowok Waru sebesar 3333 Dari kelima kecamatan

tersebut yang banyak di datangi oleh migran yang berasal dari daeah Madura adalah di

Kecamatan Kedung Kandang (6118) dan Kecamatan Klojen (7424) dan mereka

sengaja tinggal di dekat pusat perkotaan dengan tujuan memudahkan untuk aktifitas

kegiatan pekerjaannya yang rata-rata bergelut disektor informal (pedagang kaki lima)

331 Kondisi Tempat Tinggal Masyarakat Miskin Perkotaan

Dilihat dari tempat tinggal masyarakat miskin perkotaan rata-rata kondisi tempat

tinggalnya dengan model bangunan semi permanen dan permanen sederhanan dengan

memanfatkan kondisi tanah yang rawan bencana (longsor kebisingan kumuh dan

sebagainya)

Tabel

Kondisi Fisik Bangunan Rumah RTM

39

Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan

Kondisi Fisik RumahKecamatan

Sesek(papan)

SemiPermanen Permanen

Jumlahrespondn

Kedung kandang

11(1158)

52(5474)

32(3368) 95

Sukun20

(2353)33

(3882)32

(3765) 85

Klojen5

(667)31

(1733)39

(5200) 75

Blimbing3

(375)13

(1625)64

(8000) 80

Lowok Waru9

(1154)24

(3077)45

(5769) 78

Sumber Data Primer

dari data primer (tabel) menunjukkan bahwa sebagian besar tempat tinggal

masyarakat miskin perkotaan adalah semi permanen dan permanen akan tetapi dengan

ukuran ruang (luas bangunan) yang cukup minim Dan umumnya yang mereka lakukan

adalah dengan menyewa tanah dan atau menempati tanah rawan musibah adapun

kondisi perumahan masyarakat miskin perkotaan dapat dilihat pada gambar berikut

Gambar

Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin Perkotaan

40

Dari gambar di atas terlihat bahwa kondisi tempat tinggal mereka sangat rawan

dengan terjadinya bencana dan kekumuhan kondisi ini selain rawan terhadap adanya

bahaya tersebut juga sangat rawan dengan permasalahan kesehatan

34 Analisa Spasial

Informasi mengenai tipologi perekonomian masyarakat akan sangat membantu

pemerintah dalam menentukan kebijakan ekonomi di masa mendatang Dari informasi

tersebut dibuatlah peta potensi ekonomi dengan maksud merelevansikan antara potensi

ekonomi daerah dan kebijakan ekonomi Selain itu jika kebijakan ekonomi hanya

terfokus di suatu wilayah tertentu akan berdampak pada ketimpangan pertumbuhan

ekonomi Seperti dijelaskan sebelumnya inventarisasi sarana ekonomi sebuah wilayah

dilakukan dengan menggunakan pendekatan tipologi suatu wilayah Melalui pendekatan

ini selanjutnya dapat digambarkan wilayah majemuk dengan fenomena yang kompleks

dengan beberapa persamaan di dalamnya Maksudnya bahwa pada tipologi suatu

wilayah ada relevansinya dengan keberadaan potensi ekonomi maupun potensi sarana

ekonomi di wilayah tersebut Ini menandakan bahwa kebijakan pengembangan ekonomi

suatu wilayah diperlukan pengadaan sarana ekonomi yang tepat sedikitnya sesuai

dengan kondisi wilayah yang dibangun termasuk karakteristik kegiatan ekonomi yang

dilakukan oleh masyarakat setempat sehingga keberadaan sarana tersebut mampu

mendorong aktivitas ekonomi masyarakat dan pada akhirnya mengentaskan dan

menanggulangi kemiskinan

41

Di wilayah kabupaten pasuruan terdapat berbagai macam potensi ekonomi yang

belum tersentuh pengembangannya oleh pemerintah daerah Potensi yang terdapat di

wilayah tersebut bukan hanya pada potensi sumber daya alam melainkan juga potensii

sumber daya manusianya Untuk wilayah ssidoarjo perlu adanya perhatian mendalam

pada pengembangan sumber daya manusia karena di wilayah tersebut banyak sekali

potensi industri yang dapat berkembang Sedangkan untuk daerah malang hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa disinyalir masih terdapat kegiatan ekonomi maupun

sarana ekonomi yang menunjang kegiatan tersebut belum dimanfaatkan secara optimal

Keadaan ini menjadikan keduanya masih bersifat potensial dan memerlukan

penanganan pengelolannya agar dapat diperoleh output yang optimal pula Pengelolaan

optimal tersebut tentu masih memerlukan suatu pengkajian tersendiri untuk mengukur

sampai sejauh mana tingkat feasibilitasnya

Potensi sarana ekonomi kabupaten ssidoarjo kabupaten pasuruan dan Kota

Malang merujuk pada sarana ekonomi (dalam bentuk fisik) yang teridentifikasi di setiap

daerah maupun yang sudah terkompilasikan di tingkat kabupaten dan kota Potensi

tersebut dapat di petakan pada masing-masing kabupaten di wilayah Jawa Timur

melalui Peta berikut

Gambar Provinsi Jawa Timur

42

Gambar kota Malang

43

keterangan

daerah masyarakat miskin perkotaan

daerah potensi terjadinya kemiskinan

tidak ada potensi terjadnya kemiskinan

Sejalan dengan maksud di atas Pemerintah Kota Malang masih

perlu melakukan kajian mendalam tentang pengembangan potensi wilayah

sebagai salah satu upaya untuk mendukung pemulihan ekonomi yang

bersifat jangka menengah Dukungan kajian ini dilakukan dengan menggali

lebih dalam potensi yang dimiliki setiap kawasan di wilayah Kota Malang

Dengan demikian Pemerintah Kota Malang dengan mudah dapat mengambil

langkah-langkah menumbuh kembangkan potensi sarana ekonomi daerah

44

Kec Blimbing Industri (kecil-

menengah)Pariwisata Pertanianperumahanperdagangan

Kec Kedungkandang Industri (kecil-

menengah)Pertanianperumahan

Kec Sukun Industri kecilPendidikanperumahan

Kec Kolojen perdagangan PendidikanPerhotelanperkantoran

Kec Lowokwaruperumahan PendidikanIndustri (kecil-

menengah)

khususnya yang berada di pusat-pusat kegiatan produksi masyarakat yang

dianggap cukup strategis di Kota Malang

Sejalan dengan semakin meningkatnya peran serta dunia usaha

dan masyarakat di dalam pelaksanaan pembangunan maka program-

program pembangunan Kota Malang perlu disusun dengan

mempertimbangkan keterlibatan mereka Upaya ini dimaksudkan agar

Pemerintah Kota Malang lebih mudah mengefektifkan potensi sarana

ekonomi dan mengarahkannya untuk kepentingan pembangunan yang lebih

konsisten efektif dan efisien serta berkelanjutan dalam menanggulangi

kemiskinan

Secara keseluruhan penduduk miskin di wilayah kota malang masih tersebar

merata di seluruh kecamatan Kecuali di kecamatan Lowokwaru sebagian besar di

kecamatan ini tidak ada potensi kemiskinan Hal tersebut dikarenakan banyaknya

industry pendidikan seperti UMM UNISMA UNIGA Brawijaya ITN UM dll Dengan

banyaknya perguruan tinggi di wilayah tersebut maka potensi perekonomian semakin

besar Tidak sedikit masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang makanan karena

untuk memnuhi kebutuhan para mahasiswa

Pada data dikatakan bahwa rata-rata pendapatan di kecamatan Lowokwaru

masih besar padahal menurut analisis spasial potensi terjadinya kemiskinan sangat

kecil Pada analisi ekonomi diindentifikasi bahwa banyak masyarakat yang

berpendapatan dibawah 400 ribu Hal tersebut terjadi pada masyarakat yang tinggal di

daerah pesisir sungai Masih banyak masyarakat yang tinggal di Daerah Aliran Sungai

tidak memiliki kesempatan kemampuan untuk bersaing dengan masyarakat yang tidak

tiggal di Daerah Aliran Sungai Di perkirakan masyarakat yang menempati DAS

merupakan masyarakat pendatang yang berurbanisasi dengan tidak membawa suatu

keahlian

Potensi kemiskinan terbesar dapat terjadi di Kecamatan Sukun Banyak

masyarakat di daerah ini yang memiliki pendapatan dibawah 400 ribu Jika kita

bandingkan dengan kecamatan Lowokwaru potensi kemiskinan di daerah kecamatan

Sukun tidak hanya terjadi di DAS namun juga pada masyarakat lainnya Banyak faktor

yang mengindikasikan potensi kemiskinan salah satu faktor utama adalah sulitnya

pemasaran dan persaingan yang ketat Meski kegiatan masyarakat di kecamatan

Lowokwaru dengan kecamatan Sukun relatif sama namun di kecamatan Lowokwaru

45

pemasaran barang dan jasa yang diproduksi tidak sesulit di kecamatan Sukun meski

ada persaingan

Hampir memeratanya potensi masyarakat miskin di kecamatan Sukun

menimbulkan dampak di kecamatan Kedungkandang terutama di perbatasan diantara

kedua kecamatan tersebut Menurut survey yang dilakukan memang sebagian besar

masyarakat miskin berpotensi di DAS Dapat dilihat di peta bahwa gambar merah

bersinggungan antara kedua kecamatan dan di kedua wilayah tersebut dialiri sungai

yang sama namun jika kita lihat kebawahnya warna kecamatan Kedungkandang mulai

ada yang Hijau Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat diluar DAS mempunyai

usaha yang berhubungan positif dengan pendapatan seperti pertanian

Berbeda halnya di kecamatan Klojen kecamatan ini merupakan pusat

pemerintahan kota Malang Banyak warga di kecamatan ini yang berprofesi sebagai

pegawai negeri sipil Memang masih terindikasi adanya kemiskinan di daerah tersebut

namun kemiskinan itu timbul karena mereka yang tidak mempunyai kesempatan dan

daya tawar diri mereka Kebanyakan yang tidak memiliki daya tawar diri yang tinggi

adalah mereka para pendatang yang tidak membawa keahlian kemudian mereka

tinggal di DAS dan berprofesi sebagai buruh tani buruh pabrik ataupun yang lainnya

yang tidak membutuhkan keahlian lebih

Bab V Kesimpulan dan Saran

Setelah melalui beberapa tahapan analisis dalam mengidentifikasi kemiskinan

perkotaan di beberapa wiayah Jawa Timur terdapat beberapa kesimpulan yaitu

1 Didapat bahwa sebaran penduduk miskin berkosentrasi pada daerah

sepanjang aliran sungai dan ada beberapa kota yang mengindikasikan

bahwa penduduk miskin berasal dari pendatang dari luar kota

2 Dalam penanggulangan kemiskinan pemerintah sudah banyak

mengeluarkan berbagai macam program pengentasan kemiskinan seperti

P2K P2KP BLT dll namun dalam aplikasinya banyak program yang belum

tepat sasaran

3 Ada beberapa karakteristik yang menarik dalam pengentasan kemiskinan

diantaranya bahwa dalam mengentaskan masyarakat miskin metode yang

46

diterapkan lebih kepada pembinaan keahlian dan mentalitas karena

seperti yang terdapat di kota malang masyarakat miskin dipicu dari

kebiasaan atau mentalitas dari masyarakat tersebut dalam kehidupan

sehari-hari Riset menemukan meskipun masyarakat miskin diberikan

bantuan uang seperti BLT namun bantuan tersebut tidak diperuntukkan

kepada pengembangan usaha namun habis untuk konsumsi begitu pula

dengan program ndash program pengentasan kemiskinan yang lainnya

Saran

Dalam pengentasan kemiskinan disarankan kepada pemerintah untuk mencari

data kemiskinan yang akurat dengan tujuan pemberian bantuan dalam rangka

pengentasan kemiskinan dapat terserap tepat pada masyarakat yang dituju Selain itu

untuk mengentaskan masyarakat yang bertipikal ldquokultur miskinrdquo harus banyak diberikan

pelatihan dan pembinaan mental

47

DAFTAR PUSTAKA

Blakely Edward J (1989) Planning Local Economic Development Theory and Practice Sage Library of Social Research 168 Sage Publication

BPS (1999) Perkembangan Tingkat Kemiskinan dan Beberapa Dimensi Sosial Ekonominya 1996-1999 Jakarta BPS

Budi Soeradji Mubyarto (1998) Gerakan Penanggulangan Kemiskinan Laporan

Penelitian di Daerah-Daerah Yogyakarta Aditya Media

Faisal Basri (2002) Perekonomian Indonesia Tantangan dan Harapan bagi Kebangkitan Indonesia Jakarta Erlangga

Fei J C H amp Gustav R (1964) Development Economics What Next In a Ranis G P Schulta (Ed) The State of Development Economics

Gunawan Sumodiningrat (1999) Penanggulangan Krisis Harus Memihak Rakyat Disampaikan pada konferensi pers untuk launcing The Economic and Social Survey of Asia and the Pacific 1999 (ESCAP) di UNIC Jakarta

Kuncoro M (2000) Ekonomi Pembangunan Teori Masalah dan Kebijakan (1st ed) Yogyakarta UPP AMP YKPN

Kuncoro M (2004) Otonomi dan Pembangunan Daerah Reformasi Perencanaan Strategi dan Peluang Jakarata Erlangga

Mellor J W (1976) The New Economies of Growth A Strategy for India and the Developing Countries Cornell Cornell University Press

Nurkse R (1953) Problem of Capital Formation in Underdeveloped Countries In Meier Gerald M Leading Issues in Economic Development edisi ke 6 Oxford University Press Oxford

Rintuh Cornelis amp Miar (2005) Kelembagaan dan Ekonomi Rakyat BPFE-UGM Yogyakarta

Sharp Ansel M Charles A Register and Paul W Cerimes (1996) Economics of Social Issues edisi ke 12 Richard D Chicago Irwin

Sumarto Sudarno (2002) ldquoGrowth Inequality and Poverty Evidence from Micro Datardquo Makala dalam The Young Economics Seminar Jakarta World Bank

48

Page 25: Makalah akp

kab Tuban 1063375 1104538 300700 325800kab Lamongan 1187065 1274194 280800 304200kab Gresik 1118841 1120541 242500 287500kab Bangkalan 889590 945863 286700 306700kab Sampang 835122 894046 325900 353100kab Pamekasan 762876 782076 237600 271500kab Sumenep 1004758 1068595 331200 351100

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa di kabupaten malang mempunyai potensi

kemiskinan yang tinggi pada tahun 2005 dan 2006 Tingginya angka kemiskinan di

kabupaten tersebut mengindikasikan bahwa kurang adanya pemerataan pada

pembangunan perekonomian Kabupaten pasuruan dan kabupaten sidoarjo memiliki

jumlah penduduk miskin relatif dibawah kabupaten malang Hal tersebut bisa terjadi

karena kedua kabupaten berada pada lingkar urat nadi perekonomian jawa timur

sehingga perekonomian di wilayah tersebut dapat terdongkrak akibat aktivitas

perekonomian jawa timur

5 Karakteristik Perekonomian Rumah Tangga Miskin

51 Kabupaten Pasuruan

Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden

Salah satu penentuan sebuah masyarakat miskin adalah dengan melihat rata-

rata tingkat pendapatannya Oscar Lewis (1966) akar dari timbulnya budaya miskin

salah satunya adalah rendahnya gajipendapatan

Tabel

Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden kabupaten pasuruan

No

lt 200000200000

sd 400000

410000 sd

500000gt 500000 Jumlah

1Tidak

Bekerja

2 2 29

2Buruh Pasar

3 3 6 613 10

3Kuli

Banguan

1 2 1 4 44 7 3

4 Pemulung

1 1 8 10 104 3 22

25

5 Pedagang

4 8 10 22 2217 28 27

6 Becak 3 7

10 1010 19

7Sopir

Angkutan

1 4 5 10 104 14 14

8 Wiraswasta

1 2 1 15 54 7 3 11

9 Bengkel

2 3 1 17 79 10 3 11

10Buruh Pabrik

4 610 1011 67

11 Lain-lain

8 3 1 12 1235 10 11 100

Jumlah 23 29 37 9 98

Table diatas menjelaskan mengenai tingkat pendapatan dan jenis pekerjaan

pada kabupaten pasuruan Dari 91 sampel yang di ambil ada beberapa karakteristik

pendapatan dari para pekerja Secara umum masyarakat yang mempunyai pendapatan

lebih dari 500 ribu di domonasi oleh pekerja swasta bengkel buruh pabrik dan lain-lain

Buruh pabrik memiliki tingkat pendapatan di atas 500 ribu disebabkan karena adanya

kebijakan UMR yang harus dipenuhi oleh perusahaan di wilayah tersebut

Tabel

Keahlian Yang Dimiliki Masyarakat kabupaten pasuruan

No Jenis Pekerjaan Responden Wiraswasta BengkelMontir Sopir

Tukang Bangunan

DagangLain-lain

jumlah

1 Tidak Bekerja 0 0

2 Buruh Pasar

1 1 2 26 0 0 0 7 0

3 Kuli Bangunan

5 5 414 1428 0 0 25 0 22

4 Pemulung

33 30 0 0 0 0 17

5 Pedagang

2 1 3 28 80 0 13 5 21 11

26

6 Becak

2 4 5 314 140 17 25 25 0 17

7 Sopir Angkutan

2 3 5 50 17 19 0 0 0

8 Wiraswasta

5 3 5 13 1328 0 0 15 36 0

9 Bengkel

5 2 29 90 42 13 0 0 11

10 Buruh Pabrik

5 3 3 11 1128 0 0 15 21 0

11 Lain-lain

2 3 5 3 2 419 1911 25 31 15 14 22

Jumlah 18 12 16 20 14 18 98 100

Keberagaman keahlian yang dimiliki oleh masyarakat kabupaten pasuruan tidak

berarti bahwa keahlian yang dimilikinya terspesifikasi pada satu jenis keahlian tertentu

namun tidak sedikit masyarakat yang mempunyai keahlian lain diluar dari profesi yang

dimilikinya Sebagai contoh adalah seorang pegawai bengkel tidak hanya ahli dalam

memperbaiki kendaraan bermotor namun juga bisa berprofesi sebagai sopir Hal

tersebut ditunjukkan oleh hasil observasi yang telah dilakukan untuk masyarakat daerah

pasuruan dimana pegawai bengkel ternyata juga bisa berprofesi sebagai sopir atau

bidang usaha yang lain

Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan

NoJenis

Pekerjaan Responden

Tempat Usaha

Alat Modal Pemasaran Ketrampilan jumlah

1 Tidak Bekerja

2 Buruh Pasar

3Kuli

Bangunan

4 Pemulung

5 5 10 10 23 12

5 Pedagang

8 5 13 1350 12

27

6 Becak

4 8 12 12 18 19

7Sopir

Angkutan

5 5 5 12

8 Wiraswasta

8 6 14 14 36 14

9 Bengkel

5 6 11 11 23 14

10 Buruh Pabrik

77 7 41

11 Lain-lain

8 8 1026 2750 19 59

Jumlah 16 22 43 0 17 98 100

Dengan keahlian yang dimiliki oleh masyarakat pasuruan dapat diindikasikan

bahwa keahlian yang dimiliki mempunyai kemerataan sampel Dari seluruh responden

yang dijadikan sampel sebagian besar menginginkan bantuan modal alat dan tempat

usaha Untuk jenis pekerjaan bengkel sampel menyatakan bahwa responden

menginginkan bantuan modal dan alat untuk dapat mengembangkan usahanya Hal

yang sama juga ditunjukkan untuk jenis pekerjaan wiraswasta dimana 23 menyatakan

menginginkan bantuan alat dan 24 menginginkan bantuan modal

52 Kabupaten Sidoarjo

Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden

No Gaji amp Jenis Pekerjaan

lt 200000

200000 sd

400000

410000 sd

500000gt 500000 Jumlah

1 Tidak Bekerja

2

2 2111

2 Buruh Pasar

6 4

10 11333 200

3 Kuli Banguan

1 8 1

10 1156 400 50

4 Pemulung

8 2

10 11444 100

5 Pedagang

1 2 7

10 1150 100 212

28

6 Becak

1 2

3 356 100

7 Sopir Angkutan

2 6 1

9 10100 300 30

8 Wiraswasta

1 2 7

10 1150 100 212

9 Bengkel

4 5

9 10200 152

10 Buruh Pabrik

5 5

10 11250 152

11 Lain-lain

8

8 9242

Jumlah 18 20 20 33 91 100

Karakteristik pendapatan masyarakat di daerah perkotaan kabupaten sidoarjo

menunjukkan kesamaan dari kabupaten pasuruan Secara keseluruhan responden yang

berpenghasilan di atas 500 ribu di dominasi oleh masyarakat yang mempunyai

pekerjaan sebagai wiraswasta bengkel buruh pabrik dll Jika ditelaah lebih lanjut

memang untuk golongan buruh pabrik mereka berpenghasilan ditas 500 ribu karena ada

jaminan dari pemerintah mengenai pendapatan minimum melalui UMR Sedangkan

masyarakat yang bekerja di bengkel mendapatkan pendapatan yang tinggi karena

sidoarjo merupakan daerah industry sehingga tidak sedikit masyarakat yang

menggunakan kendaraan bermotor dalam aktifitasnya

Tabel

Keahlian Yang Dimiliki Masyarakat kabupaten sidoarjo

NoJenis

Pekerjaan Responden

Wiraswasta BengkelMontir

SopirTukang

BangunanDagang

Lain-lain

jumlah

1Tidak

Bekerja

2 Buruh Pasar

5 6 718 1831 43 37

3 6 8 14 14

29

Kuli 46

4 Pemulung

6 7 13 13 23 54

5 Pedagang

8 3 11 1150 30

6 Becak

8 8 8 57

7Sopir

Angkutan

5 49 9 19 21

8 Wiraswasta

3 5 8 8 30 19

9 Bengkel

4 4 4 15

10Buruh Pabrik

11 Lain-lain

3 4 6 13 1319 40 23

Jumlah 16 10 26 13 14 19 98 100

Menurut survey yang telah dilakukan ternyata tipikal masyarakat sidoarjo dan

pasuruan untuk kategori keahlian yang dimiliki adalah sama penyebarannya Untuk

kabupaten sidoarjo jenis pekerjaan terbanyak adalah buruh pasar dengan keahlian yang

dimiliki berdagang serta ada yang memiliki keahlian sebagai tukang sepatu

Keberagaman jumlah responden menunjukkan keberagaman pekerjaan masyarakat

yang dijadikan sebagai obyek penelitian Menurut hasil penelitian digambarkan bahwa

seorang yang berprofesi sebagai pemulung ternyata juga memiliki keahlian di bidang

lainnya seperti tukang bangunan bahkan sopir Dari informasi yang dimiliki tersebut

diharapkan pemerintah dapat memberikan bantuan sesuai dengan bidang profesi

masyarakat atau keahlian masyarakat itu sendiri

30

Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan

NoJenis

Pekerjaan Responden

Tempat Usaha

Alat Modal Pemasaran jumlah

1Tidak

Bekerja

0 0

2Buruh Pasar

2 8 10 01020418 15

3Kuli

Bangunan

1 3 6 10 01020414 14 12

4 Pemulung

1 8 9 00918374 15

5 Pedagang

10 2 4 16 016326540 10 8

6 Becak

2 4 6 12 01224498 19 12

7Sopir

Angkutan

2 6 8 00816338 12

8 Wiraswasta

3 7 10 0102041 14 13

9 Bengkel

5 6 11 0112245 24 12

10Buruh Pabrik

0 0

11 Lain-lain

7 4 1 12 012244928 19 2

Jumlah 25 21 52 0 98

Masyarakat daerah sidoarjo untuk segala jenis pekerjaan yang dijadikan subyek

penelitian menyatakan bahwa masyarakat memilih diberikan bantuan modal alat dan

tempat usaha Sedangkan untuk aspek pemasaran masyarakat sidoarjo tidak begitu

memerlukan bantuan Karena jika kita perhatikan kabupaten sidoarjo terletak di urat nadi

perekonomian jawa timur sehingga diharapkan pemasaran tidak menjadi kendala Dari

98 orang yang dijadikan responden sebanyak 52 orang dari berbagai macam profesi

menginginkan bantuan modal usaha

31

Berdasarkan hasil data skunder yang telah dilakukan terhadap seluruh

rumahtangga miskin yang ada di Kota Malang maka gambaran lokasi rumahtangga

misikin yang ada di Kota Malang seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini

Tabel

Jumlah Keluarga Miskin Masing-Masing Kecamatan

Di Kota Malang

No Kecamatan Jumlah Rumah Tangga

Prosentase

1 Kedungkandang 6635 2730

2 Sukun 6255 2574

3 Klojen 3432 1412

4 Blimbing 4158 1711

5 Lowok Waru 3821 1572 Sumber Pemkot Malang 2006

Data di atas menunjukkan jumlah rumah tangga miskin yang ada di kota malang

di masing-masing Kecamatan Dari 5 kecamatan yang ada dikota Malang jumlah

kemiskinannya adalah sebagai berikut Kecamatan yang paling tinggi angka

kemiskinannya adalah kecamatan Kedungkandang yaitu sebesar 2730 kecamatan

Sukun sebesar 2574 kemudian Kecamatan Lowok Waru sebesar 1572

Kecamatan Blimbing 1711 dan angka terendah Rumah tangga miskinnya adalah

kecamatan Klojen yairu sebesar 1412

Gambar

Jumlah keluarga Miskin di Kota Malang

0 1 2 3 4 5 6 7

Kedungkandang

Sukun

Klojen

Blimbing

Lowok Waru

Jumlah Rumah Tangga

32

Berdasarkan gambaan di atas jumlah rumah tangga miskin di kota malang

berada pada daerah-daeah tertentu (Kedungkandang dan Sukun) wilayah ini merupakan

wilayah pinggiran kota yang padat dengan jumlah penduduknya Kecamatan

Kedungkandang merupakan daerah yang umumnya pdat penduduk dan daerah tersebut

merupakan daerah pinggiran kota serta rata-rata penduduknya memiliki mata

pencaharian pedagang Daerah tersebut juga merupakan daerah pusat-pusat industri

kecil dan yang lebih telihat bahwa kebanyakan rumah tangga miskin bertempat tinggal

di daerah aliran sungai brantas (DAS Brantas) serta di pinggiran jalur kereta api

Berbeda halnya dengan kecamatan Sukun daerah ini selain terdapatnya pusat

perdagangan juga merupakan daerah industri kecil (home industri) Keberadaan rumah

tangga miskin selain rata-rata kehidupannya berdagang juga bertempat tinggal pada

daerah-daerah perkampungan

33 Aspek Kultural Pada Masyarakat Miskin

Urbanisasi merupakan salah satu faktor pemicu perkembangan kota terjadinya

perpindahan penduduk dari desa ke kota disebabkan oleh berbagai faktor baik faktor

pearik maupun pendorong perkembangan industri dan perdagangan di kota merupakan

faktor penarik yang menyebabkan orang untuk berdatangan dan tinggal di daerah

perkotaan Keinginan untuk dapat mendapatkan penghasilan dan pekerjaan yang lebih

baik untuk mencukupi kebutuhan hidup merupakan penyebab utama terjadinya

urbanisasi Namun kondisi tersebut tidak seiring dengan kualitas pendidikan dan

ketrampilan yang memadai sehingga mereka tidak dapat ditampung di sektor formal

melainkan menggantungkan hidupnya pada sektor informal yang kurang menentu

Selain itu yang menjadi faktor pendorong terjadinya urbanisasi adalah kondisi fasilitas di

daerah asal (pedesaan) kurang memadai serta semakin menyempitnya lahan pertanian

dan peluang pekerjaan

Pertambahan penduduk di kota yang sangat tinggi menyebabkan berbagai

permasalahan sosial permasalahan yang muncul adalah adanya perkampungan kumuh

dan perumahan liar di pinggiran kota dan umumnya di daerah pinggiran aliran sungai

brantas (DAS) Masalah tersebut disebabkan oleh ketidak mampuan masyarakat miskin

perkotaan untuk memiliki rumah yang layak huni Penyebab lainnya adalah ketidak

mampuan pemerintah kota untuk menyediakan sarana bagi masyarakat miskin

33

perkotaan Pembangunan perkotaan senantiasa bukan memberikan solusi dalam

pengentasan kemiskinan perkotaan melainkan sebaliknya yaitu menjadikan proses

penggusuran dan semakin terdesaknya kehidupan masyarakat miskin tersebut

Tabel

Daerah Asal Responden sidoarjo

NoJenis

Pekerjaan Responden

Jawa Timur Non

Madura

Madura Jawa Barat

Jawa Tengah

Luar Jawa

jumlah

1Tidak

Bekerja

2Buruh Pasar

8 1 1 10 1011 7 7

3Kuli

Bangunan

7 2 1 10 1010 14 7

4 Pemulung

9 9 913

5 Pedagang

10 10 1014

6 Becak

8 1 2 11 1111 7 14

7Sopir

Angkutan

10 10 1014

8 Wiraswasta

8 6 14 1411 43

9 Bengkel

10Buruh Pabrik

8 2 10 1011 14

11 Lain-lain

2 2 10 14 143 14 71

Jumlah 70 14 0 14 0 98 100

Dari data diatas sebagian besar kaum migrant untuk setiap profesi berasal dari

jawa timur Di definisikan jawa timur karena seluruh masyarakat urban berasal dari jawa

timur kecuali Madura Ada beberapa alasan dari responden mengapa mereka

melakukan urbanisasi salah satunya adalah untuk memperbaiki taraf ekonomi karena

kabupaten sidoarjo dianggap sebagai kabupaten yang memiliki potensi yang cukup

34

tinggi dalam bidang industry Profesi terbanyak yang diminati oleh pendatang adalah

sebagai pedagang dan sebagai sopir

Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin

pada kabupaten sidoarjo dapat diperhatikan gambar di bawah ini

Gambar

Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin

35

Tabel

Daerah Asal Responden pasuruan

NoJenis

Pekerjaan Responden

Jawa Timur Non

Madura

Madura Jawa Barat

Jawa Tengah

Luar Jawa

jumlah

1 Tidak Bekerja

2 Buruh Pasar

4 4 24

3 Kuli Bangunan

5 5 55

4 Pemulung

10 10 1011

5 Pedagang

20 20 2022

6 Becak

8 2 10 109 33

7Sopir

Angkutan

0 0

8 Wiraswasta

0 0

9 Bengkel

10 Buruh Pabrik

15 4 19 1916 67

11 Lain-lain

30 30 3133

Jumlah 92 6 98 98 98

Sama seperti pada kabupaten sidoarjo sebagian besar pendatang adalah dari

wilayah jawa timur Pendatang sebagian besar berprofesi sebagai pedagang karena

wilayah sidoarjo selain sebagai sentra industry provinsi jawa timur juga sebagai urat nadi

perekonomian jawa timur Sehingga bagi para pedagang akan sangat menguntungkan

karena di lewati dari berbagai wilayah di jawa timur

Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin

pada kabupaten pasuruan dapat diperhatikan gambar di bawah ini

Gambar

36

Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin

Tabel 5Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan di kota malang

Lama Tinggal (Tahun)Kecamatan

pddkAsli le 2 3 - 6 7 - 9 ge 10

Jumlahrespondn

Kedung kandang10

(1053)- 3

(316)11

(1158)71

(1473) 95

18 - - 15 52

37

Sukun (2118) (1764) (6118) 85

Klojen9

(1200)5

(667)12

(1600)9

(1200)40

(5333) 75

Blimbing8

(100)2

(25)- 8

(100)62

(775) 80

Lowok Waru15

(1923)- - 7

(897)56

(7180) 78

Sumber Data Primer

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa dari responden (keluarga miskin)

perkotaan sebagian besar bukan penduduk asli daerah kota Malang melainkan

pendatang yang merupakan kaum migran dan menetap di kota Malang kecamatan

kedung Kandang merupakan daerah yang padat penduduknya dimana 1473

menunjukkan jumlah responden yang sudah lama tinggal di kota malang (di atas 10

tahun) bahkan beberapa responden sudah turun-menurun dari keluarga mereka

Kecamatan Sukun yang merupakan kaum pendatang yang tinggal di kota Malang sudah

puluhan tahun sebanyak 6118 dari responden yang ada Kecamatan Klojen sebesar

5333 Kecamatan Blimbing sebanyak 775 dan untuk kecamatan Lowok Waru

sebanyak 7180 dari masing-masing responden di tingkat kecamatan Kondisi ini

menjelaskan bahwa masyarakat miskin perkotaan adalah rata-rata kaum migran yang

sengaja datang ke kota Malang untuk mencari kehidupan yang lebih baik dari daerah

asal mereka Umumnya mereka datang sebagai migran tetap dan keberadaan mereka

sudah terbiasa hidup dalam kondisi serba kekurangan Beberapa responden yang

ditemui juga menjelaskan bahwa sebagai kaum pendatang sudah tidak asing lagi

dengan kehidupan masyarakat di kota Malang Umumnya mereka membaur dengan

masyarakat pendatang lainnya dengan hidup di kepadatan penduduk kota Malang

Salain dilihat dari lamanya masayarakat pendatang (migran tetap) tinggal di kota

Malang dapat pula dijelaskan mengenai temapat asal (daerah asal) responden untuk

melihat derah asal rumah tangga miskin perkotaan dapat kita bagi dengan

menggunakan batasan daerah (wilayah) Dimana wilayah pembagiannya adalah

mereka yang berasal dari daerah Jawa Timur (non-Madura) daerah Madura daerah

Jawa Tengah Jawa Barat dan Luar Jawa Adapun gambaran daerah asal rumah

tangga miskin perkotaan dapat dilihat pada tabel berikut

38

Tabel

Daerah Asal Responden

Daerah

Asal

Kecamatan

Jawa

Timur

Non-

Madura

Madur

a

Jawa

Tengah

Jawa

Barat

Luar

Jawa

Jumlah

Respond

n

Kedung kandang21

(2470)52

(6118)9

(1059)3

(353)- 85

Sukun19

(2836)28

(4179)12

(1791)8

(1194)- 67

Klojen9

(1364)49

(7424)5

(758)3

(454)- 66

Blimbing31

(4306)33

(4563)6

(833)2

(278)- 72

Lowok Waru28

(4444)21

(3333)9

(1429)5

((794)- 63

Sumber Data Primer

Berdasarkan data pada tabel di atas menunjukkan bahwa umumnya kaum

migran berasal dari daerah Jawa Timur dan daerah Madura Untuk kecamatan Kedung

Kandang sebesar 6118 berasal dari Madura kemudian Kecamatan Sukun 4179

kaum Migran berasal juga dari Madura Kecamatan Klojen 7424 Kecamatan Blimbing

sebesar 4563 dan kecamatan Lowok Waru sebesar 3333 Dari kelima kecamatan

tersebut yang banyak di datangi oleh migran yang berasal dari daeah Madura adalah di

Kecamatan Kedung Kandang (6118) dan Kecamatan Klojen (7424) dan mereka

sengaja tinggal di dekat pusat perkotaan dengan tujuan memudahkan untuk aktifitas

kegiatan pekerjaannya yang rata-rata bergelut disektor informal (pedagang kaki lima)

331 Kondisi Tempat Tinggal Masyarakat Miskin Perkotaan

Dilihat dari tempat tinggal masyarakat miskin perkotaan rata-rata kondisi tempat

tinggalnya dengan model bangunan semi permanen dan permanen sederhanan dengan

memanfatkan kondisi tanah yang rawan bencana (longsor kebisingan kumuh dan

sebagainya)

Tabel

Kondisi Fisik Bangunan Rumah RTM

39

Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan

Kondisi Fisik RumahKecamatan

Sesek(papan)

SemiPermanen Permanen

Jumlahrespondn

Kedung kandang

11(1158)

52(5474)

32(3368) 95

Sukun20

(2353)33

(3882)32

(3765) 85

Klojen5

(667)31

(1733)39

(5200) 75

Blimbing3

(375)13

(1625)64

(8000) 80

Lowok Waru9

(1154)24

(3077)45

(5769) 78

Sumber Data Primer

dari data primer (tabel) menunjukkan bahwa sebagian besar tempat tinggal

masyarakat miskin perkotaan adalah semi permanen dan permanen akan tetapi dengan

ukuran ruang (luas bangunan) yang cukup minim Dan umumnya yang mereka lakukan

adalah dengan menyewa tanah dan atau menempati tanah rawan musibah adapun

kondisi perumahan masyarakat miskin perkotaan dapat dilihat pada gambar berikut

Gambar

Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin Perkotaan

40

Dari gambar di atas terlihat bahwa kondisi tempat tinggal mereka sangat rawan

dengan terjadinya bencana dan kekumuhan kondisi ini selain rawan terhadap adanya

bahaya tersebut juga sangat rawan dengan permasalahan kesehatan

34 Analisa Spasial

Informasi mengenai tipologi perekonomian masyarakat akan sangat membantu

pemerintah dalam menentukan kebijakan ekonomi di masa mendatang Dari informasi

tersebut dibuatlah peta potensi ekonomi dengan maksud merelevansikan antara potensi

ekonomi daerah dan kebijakan ekonomi Selain itu jika kebijakan ekonomi hanya

terfokus di suatu wilayah tertentu akan berdampak pada ketimpangan pertumbuhan

ekonomi Seperti dijelaskan sebelumnya inventarisasi sarana ekonomi sebuah wilayah

dilakukan dengan menggunakan pendekatan tipologi suatu wilayah Melalui pendekatan

ini selanjutnya dapat digambarkan wilayah majemuk dengan fenomena yang kompleks

dengan beberapa persamaan di dalamnya Maksudnya bahwa pada tipologi suatu

wilayah ada relevansinya dengan keberadaan potensi ekonomi maupun potensi sarana

ekonomi di wilayah tersebut Ini menandakan bahwa kebijakan pengembangan ekonomi

suatu wilayah diperlukan pengadaan sarana ekonomi yang tepat sedikitnya sesuai

dengan kondisi wilayah yang dibangun termasuk karakteristik kegiatan ekonomi yang

dilakukan oleh masyarakat setempat sehingga keberadaan sarana tersebut mampu

mendorong aktivitas ekonomi masyarakat dan pada akhirnya mengentaskan dan

menanggulangi kemiskinan

41

Di wilayah kabupaten pasuruan terdapat berbagai macam potensi ekonomi yang

belum tersentuh pengembangannya oleh pemerintah daerah Potensi yang terdapat di

wilayah tersebut bukan hanya pada potensi sumber daya alam melainkan juga potensii

sumber daya manusianya Untuk wilayah ssidoarjo perlu adanya perhatian mendalam

pada pengembangan sumber daya manusia karena di wilayah tersebut banyak sekali

potensi industri yang dapat berkembang Sedangkan untuk daerah malang hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa disinyalir masih terdapat kegiatan ekonomi maupun

sarana ekonomi yang menunjang kegiatan tersebut belum dimanfaatkan secara optimal

Keadaan ini menjadikan keduanya masih bersifat potensial dan memerlukan

penanganan pengelolannya agar dapat diperoleh output yang optimal pula Pengelolaan

optimal tersebut tentu masih memerlukan suatu pengkajian tersendiri untuk mengukur

sampai sejauh mana tingkat feasibilitasnya

Potensi sarana ekonomi kabupaten ssidoarjo kabupaten pasuruan dan Kota

Malang merujuk pada sarana ekonomi (dalam bentuk fisik) yang teridentifikasi di setiap

daerah maupun yang sudah terkompilasikan di tingkat kabupaten dan kota Potensi

tersebut dapat di petakan pada masing-masing kabupaten di wilayah Jawa Timur

melalui Peta berikut

Gambar Provinsi Jawa Timur

42

Gambar kota Malang

43

keterangan

daerah masyarakat miskin perkotaan

daerah potensi terjadinya kemiskinan

tidak ada potensi terjadnya kemiskinan

Sejalan dengan maksud di atas Pemerintah Kota Malang masih

perlu melakukan kajian mendalam tentang pengembangan potensi wilayah

sebagai salah satu upaya untuk mendukung pemulihan ekonomi yang

bersifat jangka menengah Dukungan kajian ini dilakukan dengan menggali

lebih dalam potensi yang dimiliki setiap kawasan di wilayah Kota Malang

Dengan demikian Pemerintah Kota Malang dengan mudah dapat mengambil

langkah-langkah menumbuh kembangkan potensi sarana ekonomi daerah

44

Kec Blimbing Industri (kecil-

menengah)Pariwisata Pertanianperumahanperdagangan

Kec Kedungkandang Industri (kecil-

menengah)Pertanianperumahan

Kec Sukun Industri kecilPendidikanperumahan

Kec Kolojen perdagangan PendidikanPerhotelanperkantoran

Kec Lowokwaruperumahan PendidikanIndustri (kecil-

menengah)

khususnya yang berada di pusat-pusat kegiatan produksi masyarakat yang

dianggap cukup strategis di Kota Malang

Sejalan dengan semakin meningkatnya peran serta dunia usaha

dan masyarakat di dalam pelaksanaan pembangunan maka program-

program pembangunan Kota Malang perlu disusun dengan

mempertimbangkan keterlibatan mereka Upaya ini dimaksudkan agar

Pemerintah Kota Malang lebih mudah mengefektifkan potensi sarana

ekonomi dan mengarahkannya untuk kepentingan pembangunan yang lebih

konsisten efektif dan efisien serta berkelanjutan dalam menanggulangi

kemiskinan

Secara keseluruhan penduduk miskin di wilayah kota malang masih tersebar

merata di seluruh kecamatan Kecuali di kecamatan Lowokwaru sebagian besar di

kecamatan ini tidak ada potensi kemiskinan Hal tersebut dikarenakan banyaknya

industry pendidikan seperti UMM UNISMA UNIGA Brawijaya ITN UM dll Dengan

banyaknya perguruan tinggi di wilayah tersebut maka potensi perekonomian semakin

besar Tidak sedikit masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang makanan karena

untuk memnuhi kebutuhan para mahasiswa

Pada data dikatakan bahwa rata-rata pendapatan di kecamatan Lowokwaru

masih besar padahal menurut analisis spasial potensi terjadinya kemiskinan sangat

kecil Pada analisi ekonomi diindentifikasi bahwa banyak masyarakat yang

berpendapatan dibawah 400 ribu Hal tersebut terjadi pada masyarakat yang tinggal di

daerah pesisir sungai Masih banyak masyarakat yang tinggal di Daerah Aliran Sungai

tidak memiliki kesempatan kemampuan untuk bersaing dengan masyarakat yang tidak

tiggal di Daerah Aliran Sungai Di perkirakan masyarakat yang menempati DAS

merupakan masyarakat pendatang yang berurbanisasi dengan tidak membawa suatu

keahlian

Potensi kemiskinan terbesar dapat terjadi di Kecamatan Sukun Banyak

masyarakat di daerah ini yang memiliki pendapatan dibawah 400 ribu Jika kita

bandingkan dengan kecamatan Lowokwaru potensi kemiskinan di daerah kecamatan

Sukun tidak hanya terjadi di DAS namun juga pada masyarakat lainnya Banyak faktor

yang mengindikasikan potensi kemiskinan salah satu faktor utama adalah sulitnya

pemasaran dan persaingan yang ketat Meski kegiatan masyarakat di kecamatan

Lowokwaru dengan kecamatan Sukun relatif sama namun di kecamatan Lowokwaru

45

pemasaran barang dan jasa yang diproduksi tidak sesulit di kecamatan Sukun meski

ada persaingan

Hampir memeratanya potensi masyarakat miskin di kecamatan Sukun

menimbulkan dampak di kecamatan Kedungkandang terutama di perbatasan diantara

kedua kecamatan tersebut Menurut survey yang dilakukan memang sebagian besar

masyarakat miskin berpotensi di DAS Dapat dilihat di peta bahwa gambar merah

bersinggungan antara kedua kecamatan dan di kedua wilayah tersebut dialiri sungai

yang sama namun jika kita lihat kebawahnya warna kecamatan Kedungkandang mulai

ada yang Hijau Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat diluar DAS mempunyai

usaha yang berhubungan positif dengan pendapatan seperti pertanian

Berbeda halnya di kecamatan Klojen kecamatan ini merupakan pusat

pemerintahan kota Malang Banyak warga di kecamatan ini yang berprofesi sebagai

pegawai negeri sipil Memang masih terindikasi adanya kemiskinan di daerah tersebut

namun kemiskinan itu timbul karena mereka yang tidak mempunyai kesempatan dan

daya tawar diri mereka Kebanyakan yang tidak memiliki daya tawar diri yang tinggi

adalah mereka para pendatang yang tidak membawa keahlian kemudian mereka

tinggal di DAS dan berprofesi sebagai buruh tani buruh pabrik ataupun yang lainnya

yang tidak membutuhkan keahlian lebih

Bab V Kesimpulan dan Saran

Setelah melalui beberapa tahapan analisis dalam mengidentifikasi kemiskinan

perkotaan di beberapa wiayah Jawa Timur terdapat beberapa kesimpulan yaitu

1 Didapat bahwa sebaran penduduk miskin berkosentrasi pada daerah

sepanjang aliran sungai dan ada beberapa kota yang mengindikasikan

bahwa penduduk miskin berasal dari pendatang dari luar kota

2 Dalam penanggulangan kemiskinan pemerintah sudah banyak

mengeluarkan berbagai macam program pengentasan kemiskinan seperti

P2K P2KP BLT dll namun dalam aplikasinya banyak program yang belum

tepat sasaran

3 Ada beberapa karakteristik yang menarik dalam pengentasan kemiskinan

diantaranya bahwa dalam mengentaskan masyarakat miskin metode yang

46

diterapkan lebih kepada pembinaan keahlian dan mentalitas karena

seperti yang terdapat di kota malang masyarakat miskin dipicu dari

kebiasaan atau mentalitas dari masyarakat tersebut dalam kehidupan

sehari-hari Riset menemukan meskipun masyarakat miskin diberikan

bantuan uang seperti BLT namun bantuan tersebut tidak diperuntukkan

kepada pengembangan usaha namun habis untuk konsumsi begitu pula

dengan program ndash program pengentasan kemiskinan yang lainnya

Saran

Dalam pengentasan kemiskinan disarankan kepada pemerintah untuk mencari

data kemiskinan yang akurat dengan tujuan pemberian bantuan dalam rangka

pengentasan kemiskinan dapat terserap tepat pada masyarakat yang dituju Selain itu

untuk mengentaskan masyarakat yang bertipikal ldquokultur miskinrdquo harus banyak diberikan

pelatihan dan pembinaan mental

47

DAFTAR PUSTAKA

Blakely Edward J (1989) Planning Local Economic Development Theory and Practice Sage Library of Social Research 168 Sage Publication

BPS (1999) Perkembangan Tingkat Kemiskinan dan Beberapa Dimensi Sosial Ekonominya 1996-1999 Jakarta BPS

Budi Soeradji Mubyarto (1998) Gerakan Penanggulangan Kemiskinan Laporan

Penelitian di Daerah-Daerah Yogyakarta Aditya Media

Faisal Basri (2002) Perekonomian Indonesia Tantangan dan Harapan bagi Kebangkitan Indonesia Jakarta Erlangga

Fei J C H amp Gustav R (1964) Development Economics What Next In a Ranis G P Schulta (Ed) The State of Development Economics

Gunawan Sumodiningrat (1999) Penanggulangan Krisis Harus Memihak Rakyat Disampaikan pada konferensi pers untuk launcing The Economic and Social Survey of Asia and the Pacific 1999 (ESCAP) di UNIC Jakarta

Kuncoro M (2000) Ekonomi Pembangunan Teori Masalah dan Kebijakan (1st ed) Yogyakarta UPP AMP YKPN

Kuncoro M (2004) Otonomi dan Pembangunan Daerah Reformasi Perencanaan Strategi dan Peluang Jakarata Erlangga

Mellor J W (1976) The New Economies of Growth A Strategy for India and the Developing Countries Cornell Cornell University Press

Nurkse R (1953) Problem of Capital Formation in Underdeveloped Countries In Meier Gerald M Leading Issues in Economic Development edisi ke 6 Oxford University Press Oxford

Rintuh Cornelis amp Miar (2005) Kelembagaan dan Ekonomi Rakyat BPFE-UGM Yogyakarta

Sharp Ansel M Charles A Register and Paul W Cerimes (1996) Economics of Social Issues edisi ke 12 Richard D Chicago Irwin

Sumarto Sudarno (2002) ldquoGrowth Inequality and Poverty Evidence from Micro Datardquo Makala dalam The Young Economics Seminar Jakarta World Bank

48

Page 26: Makalah akp

5 Pedagang

4 8 10 22 2217 28 27

6 Becak 3 7

10 1010 19

7Sopir

Angkutan

1 4 5 10 104 14 14

8 Wiraswasta

1 2 1 15 54 7 3 11

9 Bengkel

2 3 1 17 79 10 3 11

10Buruh Pabrik

4 610 1011 67

11 Lain-lain

8 3 1 12 1235 10 11 100

Jumlah 23 29 37 9 98

Table diatas menjelaskan mengenai tingkat pendapatan dan jenis pekerjaan

pada kabupaten pasuruan Dari 91 sampel yang di ambil ada beberapa karakteristik

pendapatan dari para pekerja Secara umum masyarakat yang mempunyai pendapatan

lebih dari 500 ribu di domonasi oleh pekerja swasta bengkel buruh pabrik dan lain-lain

Buruh pabrik memiliki tingkat pendapatan di atas 500 ribu disebabkan karena adanya

kebijakan UMR yang harus dipenuhi oleh perusahaan di wilayah tersebut

Tabel

Keahlian Yang Dimiliki Masyarakat kabupaten pasuruan

No Jenis Pekerjaan Responden Wiraswasta BengkelMontir Sopir

Tukang Bangunan

DagangLain-lain

jumlah

1 Tidak Bekerja 0 0

2 Buruh Pasar

1 1 2 26 0 0 0 7 0

3 Kuli Bangunan

5 5 414 1428 0 0 25 0 22

4 Pemulung

33 30 0 0 0 0 17

5 Pedagang

2 1 3 28 80 0 13 5 21 11

26

6 Becak

2 4 5 314 140 17 25 25 0 17

7 Sopir Angkutan

2 3 5 50 17 19 0 0 0

8 Wiraswasta

5 3 5 13 1328 0 0 15 36 0

9 Bengkel

5 2 29 90 42 13 0 0 11

10 Buruh Pabrik

5 3 3 11 1128 0 0 15 21 0

11 Lain-lain

2 3 5 3 2 419 1911 25 31 15 14 22

Jumlah 18 12 16 20 14 18 98 100

Keberagaman keahlian yang dimiliki oleh masyarakat kabupaten pasuruan tidak

berarti bahwa keahlian yang dimilikinya terspesifikasi pada satu jenis keahlian tertentu

namun tidak sedikit masyarakat yang mempunyai keahlian lain diluar dari profesi yang

dimilikinya Sebagai contoh adalah seorang pegawai bengkel tidak hanya ahli dalam

memperbaiki kendaraan bermotor namun juga bisa berprofesi sebagai sopir Hal

tersebut ditunjukkan oleh hasil observasi yang telah dilakukan untuk masyarakat daerah

pasuruan dimana pegawai bengkel ternyata juga bisa berprofesi sebagai sopir atau

bidang usaha yang lain

Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan

NoJenis

Pekerjaan Responden

Tempat Usaha

Alat Modal Pemasaran Ketrampilan jumlah

1 Tidak Bekerja

2 Buruh Pasar

3Kuli

Bangunan

4 Pemulung

5 5 10 10 23 12

5 Pedagang

8 5 13 1350 12

27

6 Becak

4 8 12 12 18 19

7Sopir

Angkutan

5 5 5 12

8 Wiraswasta

8 6 14 14 36 14

9 Bengkel

5 6 11 11 23 14

10 Buruh Pabrik

77 7 41

11 Lain-lain

8 8 1026 2750 19 59

Jumlah 16 22 43 0 17 98 100

Dengan keahlian yang dimiliki oleh masyarakat pasuruan dapat diindikasikan

bahwa keahlian yang dimiliki mempunyai kemerataan sampel Dari seluruh responden

yang dijadikan sampel sebagian besar menginginkan bantuan modal alat dan tempat

usaha Untuk jenis pekerjaan bengkel sampel menyatakan bahwa responden

menginginkan bantuan modal dan alat untuk dapat mengembangkan usahanya Hal

yang sama juga ditunjukkan untuk jenis pekerjaan wiraswasta dimana 23 menyatakan

menginginkan bantuan alat dan 24 menginginkan bantuan modal

52 Kabupaten Sidoarjo

Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden

No Gaji amp Jenis Pekerjaan

lt 200000

200000 sd

400000

410000 sd

500000gt 500000 Jumlah

1 Tidak Bekerja

2

2 2111

2 Buruh Pasar

6 4

10 11333 200

3 Kuli Banguan

1 8 1

10 1156 400 50

4 Pemulung

8 2

10 11444 100

5 Pedagang

1 2 7

10 1150 100 212

28

6 Becak

1 2

3 356 100

7 Sopir Angkutan

2 6 1

9 10100 300 30

8 Wiraswasta

1 2 7

10 1150 100 212

9 Bengkel

4 5

9 10200 152

10 Buruh Pabrik

5 5

10 11250 152

11 Lain-lain

8

8 9242

Jumlah 18 20 20 33 91 100

Karakteristik pendapatan masyarakat di daerah perkotaan kabupaten sidoarjo

menunjukkan kesamaan dari kabupaten pasuruan Secara keseluruhan responden yang

berpenghasilan di atas 500 ribu di dominasi oleh masyarakat yang mempunyai

pekerjaan sebagai wiraswasta bengkel buruh pabrik dll Jika ditelaah lebih lanjut

memang untuk golongan buruh pabrik mereka berpenghasilan ditas 500 ribu karena ada

jaminan dari pemerintah mengenai pendapatan minimum melalui UMR Sedangkan

masyarakat yang bekerja di bengkel mendapatkan pendapatan yang tinggi karena

sidoarjo merupakan daerah industry sehingga tidak sedikit masyarakat yang

menggunakan kendaraan bermotor dalam aktifitasnya

Tabel

Keahlian Yang Dimiliki Masyarakat kabupaten sidoarjo

NoJenis

Pekerjaan Responden

Wiraswasta BengkelMontir

SopirTukang

BangunanDagang

Lain-lain

jumlah

1Tidak

Bekerja

2 Buruh Pasar

5 6 718 1831 43 37

3 6 8 14 14

29

Kuli 46

4 Pemulung

6 7 13 13 23 54

5 Pedagang

8 3 11 1150 30

6 Becak

8 8 8 57

7Sopir

Angkutan

5 49 9 19 21

8 Wiraswasta

3 5 8 8 30 19

9 Bengkel

4 4 4 15

10Buruh Pabrik

11 Lain-lain

3 4 6 13 1319 40 23

Jumlah 16 10 26 13 14 19 98 100

Menurut survey yang telah dilakukan ternyata tipikal masyarakat sidoarjo dan

pasuruan untuk kategori keahlian yang dimiliki adalah sama penyebarannya Untuk

kabupaten sidoarjo jenis pekerjaan terbanyak adalah buruh pasar dengan keahlian yang

dimiliki berdagang serta ada yang memiliki keahlian sebagai tukang sepatu

Keberagaman jumlah responden menunjukkan keberagaman pekerjaan masyarakat

yang dijadikan sebagai obyek penelitian Menurut hasil penelitian digambarkan bahwa

seorang yang berprofesi sebagai pemulung ternyata juga memiliki keahlian di bidang

lainnya seperti tukang bangunan bahkan sopir Dari informasi yang dimiliki tersebut

diharapkan pemerintah dapat memberikan bantuan sesuai dengan bidang profesi

masyarakat atau keahlian masyarakat itu sendiri

30

Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan

NoJenis

Pekerjaan Responden

Tempat Usaha

Alat Modal Pemasaran jumlah

1Tidak

Bekerja

0 0

2Buruh Pasar

2 8 10 01020418 15

3Kuli

Bangunan

1 3 6 10 01020414 14 12

4 Pemulung

1 8 9 00918374 15

5 Pedagang

10 2 4 16 016326540 10 8

6 Becak

2 4 6 12 01224498 19 12

7Sopir

Angkutan

2 6 8 00816338 12

8 Wiraswasta

3 7 10 0102041 14 13

9 Bengkel

5 6 11 0112245 24 12

10Buruh Pabrik

0 0

11 Lain-lain

7 4 1 12 012244928 19 2

Jumlah 25 21 52 0 98

Masyarakat daerah sidoarjo untuk segala jenis pekerjaan yang dijadikan subyek

penelitian menyatakan bahwa masyarakat memilih diberikan bantuan modal alat dan

tempat usaha Sedangkan untuk aspek pemasaran masyarakat sidoarjo tidak begitu

memerlukan bantuan Karena jika kita perhatikan kabupaten sidoarjo terletak di urat nadi

perekonomian jawa timur sehingga diharapkan pemasaran tidak menjadi kendala Dari

98 orang yang dijadikan responden sebanyak 52 orang dari berbagai macam profesi

menginginkan bantuan modal usaha

31

Berdasarkan hasil data skunder yang telah dilakukan terhadap seluruh

rumahtangga miskin yang ada di Kota Malang maka gambaran lokasi rumahtangga

misikin yang ada di Kota Malang seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini

Tabel

Jumlah Keluarga Miskin Masing-Masing Kecamatan

Di Kota Malang

No Kecamatan Jumlah Rumah Tangga

Prosentase

1 Kedungkandang 6635 2730

2 Sukun 6255 2574

3 Klojen 3432 1412

4 Blimbing 4158 1711

5 Lowok Waru 3821 1572 Sumber Pemkot Malang 2006

Data di atas menunjukkan jumlah rumah tangga miskin yang ada di kota malang

di masing-masing Kecamatan Dari 5 kecamatan yang ada dikota Malang jumlah

kemiskinannya adalah sebagai berikut Kecamatan yang paling tinggi angka

kemiskinannya adalah kecamatan Kedungkandang yaitu sebesar 2730 kecamatan

Sukun sebesar 2574 kemudian Kecamatan Lowok Waru sebesar 1572

Kecamatan Blimbing 1711 dan angka terendah Rumah tangga miskinnya adalah

kecamatan Klojen yairu sebesar 1412

Gambar

Jumlah keluarga Miskin di Kota Malang

0 1 2 3 4 5 6 7

Kedungkandang

Sukun

Klojen

Blimbing

Lowok Waru

Jumlah Rumah Tangga

32

Berdasarkan gambaan di atas jumlah rumah tangga miskin di kota malang

berada pada daerah-daeah tertentu (Kedungkandang dan Sukun) wilayah ini merupakan

wilayah pinggiran kota yang padat dengan jumlah penduduknya Kecamatan

Kedungkandang merupakan daerah yang umumnya pdat penduduk dan daerah tersebut

merupakan daerah pinggiran kota serta rata-rata penduduknya memiliki mata

pencaharian pedagang Daerah tersebut juga merupakan daerah pusat-pusat industri

kecil dan yang lebih telihat bahwa kebanyakan rumah tangga miskin bertempat tinggal

di daerah aliran sungai brantas (DAS Brantas) serta di pinggiran jalur kereta api

Berbeda halnya dengan kecamatan Sukun daerah ini selain terdapatnya pusat

perdagangan juga merupakan daerah industri kecil (home industri) Keberadaan rumah

tangga miskin selain rata-rata kehidupannya berdagang juga bertempat tinggal pada

daerah-daerah perkampungan

33 Aspek Kultural Pada Masyarakat Miskin

Urbanisasi merupakan salah satu faktor pemicu perkembangan kota terjadinya

perpindahan penduduk dari desa ke kota disebabkan oleh berbagai faktor baik faktor

pearik maupun pendorong perkembangan industri dan perdagangan di kota merupakan

faktor penarik yang menyebabkan orang untuk berdatangan dan tinggal di daerah

perkotaan Keinginan untuk dapat mendapatkan penghasilan dan pekerjaan yang lebih

baik untuk mencukupi kebutuhan hidup merupakan penyebab utama terjadinya

urbanisasi Namun kondisi tersebut tidak seiring dengan kualitas pendidikan dan

ketrampilan yang memadai sehingga mereka tidak dapat ditampung di sektor formal

melainkan menggantungkan hidupnya pada sektor informal yang kurang menentu

Selain itu yang menjadi faktor pendorong terjadinya urbanisasi adalah kondisi fasilitas di

daerah asal (pedesaan) kurang memadai serta semakin menyempitnya lahan pertanian

dan peluang pekerjaan

Pertambahan penduduk di kota yang sangat tinggi menyebabkan berbagai

permasalahan sosial permasalahan yang muncul adalah adanya perkampungan kumuh

dan perumahan liar di pinggiran kota dan umumnya di daerah pinggiran aliran sungai

brantas (DAS) Masalah tersebut disebabkan oleh ketidak mampuan masyarakat miskin

perkotaan untuk memiliki rumah yang layak huni Penyebab lainnya adalah ketidak

mampuan pemerintah kota untuk menyediakan sarana bagi masyarakat miskin

33

perkotaan Pembangunan perkotaan senantiasa bukan memberikan solusi dalam

pengentasan kemiskinan perkotaan melainkan sebaliknya yaitu menjadikan proses

penggusuran dan semakin terdesaknya kehidupan masyarakat miskin tersebut

Tabel

Daerah Asal Responden sidoarjo

NoJenis

Pekerjaan Responden

Jawa Timur Non

Madura

Madura Jawa Barat

Jawa Tengah

Luar Jawa

jumlah

1Tidak

Bekerja

2Buruh Pasar

8 1 1 10 1011 7 7

3Kuli

Bangunan

7 2 1 10 1010 14 7

4 Pemulung

9 9 913

5 Pedagang

10 10 1014

6 Becak

8 1 2 11 1111 7 14

7Sopir

Angkutan

10 10 1014

8 Wiraswasta

8 6 14 1411 43

9 Bengkel

10Buruh Pabrik

8 2 10 1011 14

11 Lain-lain

2 2 10 14 143 14 71

Jumlah 70 14 0 14 0 98 100

Dari data diatas sebagian besar kaum migrant untuk setiap profesi berasal dari

jawa timur Di definisikan jawa timur karena seluruh masyarakat urban berasal dari jawa

timur kecuali Madura Ada beberapa alasan dari responden mengapa mereka

melakukan urbanisasi salah satunya adalah untuk memperbaiki taraf ekonomi karena

kabupaten sidoarjo dianggap sebagai kabupaten yang memiliki potensi yang cukup

34

tinggi dalam bidang industry Profesi terbanyak yang diminati oleh pendatang adalah

sebagai pedagang dan sebagai sopir

Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin

pada kabupaten sidoarjo dapat diperhatikan gambar di bawah ini

Gambar

Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin

35

Tabel

Daerah Asal Responden pasuruan

NoJenis

Pekerjaan Responden

Jawa Timur Non

Madura

Madura Jawa Barat

Jawa Tengah

Luar Jawa

jumlah

1 Tidak Bekerja

2 Buruh Pasar

4 4 24

3 Kuli Bangunan

5 5 55

4 Pemulung

10 10 1011

5 Pedagang

20 20 2022

6 Becak

8 2 10 109 33

7Sopir

Angkutan

0 0

8 Wiraswasta

0 0

9 Bengkel

10 Buruh Pabrik

15 4 19 1916 67

11 Lain-lain

30 30 3133

Jumlah 92 6 98 98 98

Sama seperti pada kabupaten sidoarjo sebagian besar pendatang adalah dari

wilayah jawa timur Pendatang sebagian besar berprofesi sebagai pedagang karena

wilayah sidoarjo selain sebagai sentra industry provinsi jawa timur juga sebagai urat nadi

perekonomian jawa timur Sehingga bagi para pedagang akan sangat menguntungkan

karena di lewati dari berbagai wilayah di jawa timur

Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin

pada kabupaten pasuruan dapat diperhatikan gambar di bawah ini

Gambar

36

Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin

Tabel 5Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan di kota malang

Lama Tinggal (Tahun)Kecamatan

pddkAsli le 2 3 - 6 7 - 9 ge 10

Jumlahrespondn

Kedung kandang10

(1053)- 3

(316)11

(1158)71

(1473) 95

18 - - 15 52

37

Sukun (2118) (1764) (6118) 85

Klojen9

(1200)5

(667)12

(1600)9

(1200)40

(5333) 75

Blimbing8

(100)2

(25)- 8

(100)62

(775) 80

Lowok Waru15

(1923)- - 7

(897)56

(7180) 78

Sumber Data Primer

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa dari responden (keluarga miskin)

perkotaan sebagian besar bukan penduduk asli daerah kota Malang melainkan

pendatang yang merupakan kaum migran dan menetap di kota Malang kecamatan

kedung Kandang merupakan daerah yang padat penduduknya dimana 1473

menunjukkan jumlah responden yang sudah lama tinggal di kota malang (di atas 10

tahun) bahkan beberapa responden sudah turun-menurun dari keluarga mereka

Kecamatan Sukun yang merupakan kaum pendatang yang tinggal di kota Malang sudah

puluhan tahun sebanyak 6118 dari responden yang ada Kecamatan Klojen sebesar

5333 Kecamatan Blimbing sebanyak 775 dan untuk kecamatan Lowok Waru

sebanyak 7180 dari masing-masing responden di tingkat kecamatan Kondisi ini

menjelaskan bahwa masyarakat miskin perkotaan adalah rata-rata kaum migran yang

sengaja datang ke kota Malang untuk mencari kehidupan yang lebih baik dari daerah

asal mereka Umumnya mereka datang sebagai migran tetap dan keberadaan mereka

sudah terbiasa hidup dalam kondisi serba kekurangan Beberapa responden yang

ditemui juga menjelaskan bahwa sebagai kaum pendatang sudah tidak asing lagi

dengan kehidupan masyarakat di kota Malang Umumnya mereka membaur dengan

masyarakat pendatang lainnya dengan hidup di kepadatan penduduk kota Malang

Salain dilihat dari lamanya masayarakat pendatang (migran tetap) tinggal di kota

Malang dapat pula dijelaskan mengenai temapat asal (daerah asal) responden untuk

melihat derah asal rumah tangga miskin perkotaan dapat kita bagi dengan

menggunakan batasan daerah (wilayah) Dimana wilayah pembagiannya adalah

mereka yang berasal dari daerah Jawa Timur (non-Madura) daerah Madura daerah

Jawa Tengah Jawa Barat dan Luar Jawa Adapun gambaran daerah asal rumah

tangga miskin perkotaan dapat dilihat pada tabel berikut

38

Tabel

Daerah Asal Responden

Daerah

Asal

Kecamatan

Jawa

Timur

Non-

Madura

Madur

a

Jawa

Tengah

Jawa

Barat

Luar

Jawa

Jumlah

Respond

n

Kedung kandang21

(2470)52

(6118)9

(1059)3

(353)- 85

Sukun19

(2836)28

(4179)12

(1791)8

(1194)- 67

Klojen9

(1364)49

(7424)5

(758)3

(454)- 66

Blimbing31

(4306)33

(4563)6

(833)2

(278)- 72

Lowok Waru28

(4444)21

(3333)9

(1429)5

((794)- 63

Sumber Data Primer

Berdasarkan data pada tabel di atas menunjukkan bahwa umumnya kaum

migran berasal dari daerah Jawa Timur dan daerah Madura Untuk kecamatan Kedung

Kandang sebesar 6118 berasal dari Madura kemudian Kecamatan Sukun 4179

kaum Migran berasal juga dari Madura Kecamatan Klojen 7424 Kecamatan Blimbing

sebesar 4563 dan kecamatan Lowok Waru sebesar 3333 Dari kelima kecamatan

tersebut yang banyak di datangi oleh migran yang berasal dari daeah Madura adalah di

Kecamatan Kedung Kandang (6118) dan Kecamatan Klojen (7424) dan mereka

sengaja tinggal di dekat pusat perkotaan dengan tujuan memudahkan untuk aktifitas

kegiatan pekerjaannya yang rata-rata bergelut disektor informal (pedagang kaki lima)

331 Kondisi Tempat Tinggal Masyarakat Miskin Perkotaan

Dilihat dari tempat tinggal masyarakat miskin perkotaan rata-rata kondisi tempat

tinggalnya dengan model bangunan semi permanen dan permanen sederhanan dengan

memanfatkan kondisi tanah yang rawan bencana (longsor kebisingan kumuh dan

sebagainya)

Tabel

Kondisi Fisik Bangunan Rumah RTM

39

Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan

Kondisi Fisik RumahKecamatan

Sesek(papan)

SemiPermanen Permanen

Jumlahrespondn

Kedung kandang

11(1158)

52(5474)

32(3368) 95

Sukun20

(2353)33

(3882)32

(3765) 85

Klojen5

(667)31

(1733)39

(5200) 75

Blimbing3

(375)13

(1625)64

(8000) 80

Lowok Waru9

(1154)24

(3077)45

(5769) 78

Sumber Data Primer

dari data primer (tabel) menunjukkan bahwa sebagian besar tempat tinggal

masyarakat miskin perkotaan adalah semi permanen dan permanen akan tetapi dengan

ukuran ruang (luas bangunan) yang cukup minim Dan umumnya yang mereka lakukan

adalah dengan menyewa tanah dan atau menempati tanah rawan musibah adapun

kondisi perumahan masyarakat miskin perkotaan dapat dilihat pada gambar berikut

Gambar

Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin Perkotaan

40

Dari gambar di atas terlihat bahwa kondisi tempat tinggal mereka sangat rawan

dengan terjadinya bencana dan kekumuhan kondisi ini selain rawan terhadap adanya

bahaya tersebut juga sangat rawan dengan permasalahan kesehatan

34 Analisa Spasial

Informasi mengenai tipologi perekonomian masyarakat akan sangat membantu

pemerintah dalam menentukan kebijakan ekonomi di masa mendatang Dari informasi

tersebut dibuatlah peta potensi ekonomi dengan maksud merelevansikan antara potensi

ekonomi daerah dan kebijakan ekonomi Selain itu jika kebijakan ekonomi hanya

terfokus di suatu wilayah tertentu akan berdampak pada ketimpangan pertumbuhan

ekonomi Seperti dijelaskan sebelumnya inventarisasi sarana ekonomi sebuah wilayah

dilakukan dengan menggunakan pendekatan tipologi suatu wilayah Melalui pendekatan

ini selanjutnya dapat digambarkan wilayah majemuk dengan fenomena yang kompleks

dengan beberapa persamaan di dalamnya Maksudnya bahwa pada tipologi suatu

wilayah ada relevansinya dengan keberadaan potensi ekonomi maupun potensi sarana

ekonomi di wilayah tersebut Ini menandakan bahwa kebijakan pengembangan ekonomi

suatu wilayah diperlukan pengadaan sarana ekonomi yang tepat sedikitnya sesuai

dengan kondisi wilayah yang dibangun termasuk karakteristik kegiatan ekonomi yang

dilakukan oleh masyarakat setempat sehingga keberadaan sarana tersebut mampu

mendorong aktivitas ekonomi masyarakat dan pada akhirnya mengentaskan dan

menanggulangi kemiskinan

41

Di wilayah kabupaten pasuruan terdapat berbagai macam potensi ekonomi yang

belum tersentuh pengembangannya oleh pemerintah daerah Potensi yang terdapat di

wilayah tersebut bukan hanya pada potensi sumber daya alam melainkan juga potensii

sumber daya manusianya Untuk wilayah ssidoarjo perlu adanya perhatian mendalam

pada pengembangan sumber daya manusia karena di wilayah tersebut banyak sekali

potensi industri yang dapat berkembang Sedangkan untuk daerah malang hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa disinyalir masih terdapat kegiatan ekonomi maupun

sarana ekonomi yang menunjang kegiatan tersebut belum dimanfaatkan secara optimal

Keadaan ini menjadikan keduanya masih bersifat potensial dan memerlukan

penanganan pengelolannya agar dapat diperoleh output yang optimal pula Pengelolaan

optimal tersebut tentu masih memerlukan suatu pengkajian tersendiri untuk mengukur

sampai sejauh mana tingkat feasibilitasnya

Potensi sarana ekonomi kabupaten ssidoarjo kabupaten pasuruan dan Kota

Malang merujuk pada sarana ekonomi (dalam bentuk fisik) yang teridentifikasi di setiap

daerah maupun yang sudah terkompilasikan di tingkat kabupaten dan kota Potensi

tersebut dapat di petakan pada masing-masing kabupaten di wilayah Jawa Timur

melalui Peta berikut

Gambar Provinsi Jawa Timur

42

Gambar kota Malang

43

keterangan

daerah masyarakat miskin perkotaan

daerah potensi terjadinya kemiskinan

tidak ada potensi terjadnya kemiskinan

Sejalan dengan maksud di atas Pemerintah Kota Malang masih

perlu melakukan kajian mendalam tentang pengembangan potensi wilayah

sebagai salah satu upaya untuk mendukung pemulihan ekonomi yang

bersifat jangka menengah Dukungan kajian ini dilakukan dengan menggali

lebih dalam potensi yang dimiliki setiap kawasan di wilayah Kota Malang

Dengan demikian Pemerintah Kota Malang dengan mudah dapat mengambil

langkah-langkah menumbuh kembangkan potensi sarana ekonomi daerah

44

Kec Blimbing Industri (kecil-

menengah)Pariwisata Pertanianperumahanperdagangan

Kec Kedungkandang Industri (kecil-

menengah)Pertanianperumahan

Kec Sukun Industri kecilPendidikanperumahan

Kec Kolojen perdagangan PendidikanPerhotelanperkantoran

Kec Lowokwaruperumahan PendidikanIndustri (kecil-

menengah)

khususnya yang berada di pusat-pusat kegiatan produksi masyarakat yang

dianggap cukup strategis di Kota Malang

Sejalan dengan semakin meningkatnya peran serta dunia usaha

dan masyarakat di dalam pelaksanaan pembangunan maka program-

program pembangunan Kota Malang perlu disusun dengan

mempertimbangkan keterlibatan mereka Upaya ini dimaksudkan agar

Pemerintah Kota Malang lebih mudah mengefektifkan potensi sarana

ekonomi dan mengarahkannya untuk kepentingan pembangunan yang lebih

konsisten efektif dan efisien serta berkelanjutan dalam menanggulangi

kemiskinan

Secara keseluruhan penduduk miskin di wilayah kota malang masih tersebar

merata di seluruh kecamatan Kecuali di kecamatan Lowokwaru sebagian besar di

kecamatan ini tidak ada potensi kemiskinan Hal tersebut dikarenakan banyaknya

industry pendidikan seperti UMM UNISMA UNIGA Brawijaya ITN UM dll Dengan

banyaknya perguruan tinggi di wilayah tersebut maka potensi perekonomian semakin

besar Tidak sedikit masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang makanan karena

untuk memnuhi kebutuhan para mahasiswa

Pada data dikatakan bahwa rata-rata pendapatan di kecamatan Lowokwaru

masih besar padahal menurut analisis spasial potensi terjadinya kemiskinan sangat

kecil Pada analisi ekonomi diindentifikasi bahwa banyak masyarakat yang

berpendapatan dibawah 400 ribu Hal tersebut terjadi pada masyarakat yang tinggal di

daerah pesisir sungai Masih banyak masyarakat yang tinggal di Daerah Aliran Sungai

tidak memiliki kesempatan kemampuan untuk bersaing dengan masyarakat yang tidak

tiggal di Daerah Aliran Sungai Di perkirakan masyarakat yang menempati DAS

merupakan masyarakat pendatang yang berurbanisasi dengan tidak membawa suatu

keahlian

Potensi kemiskinan terbesar dapat terjadi di Kecamatan Sukun Banyak

masyarakat di daerah ini yang memiliki pendapatan dibawah 400 ribu Jika kita

bandingkan dengan kecamatan Lowokwaru potensi kemiskinan di daerah kecamatan

Sukun tidak hanya terjadi di DAS namun juga pada masyarakat lainnya Banyak faktor

yang mengindikasikan potensi kemiskinan salah satu faktor utama adalah sulitnya

pemasaran dan persaingan yang ketat Meski kegiatan masyarakat di kecamatan

Lowokwaru dengan kecamatan Sukun relatif sama namun di kecamatan Lowokwaru

45

pemasaran barang dan jasa yang diproduksi tidak sesulit di kecamatan Sukun meski

ada persaingan

Hampir memeratanya potensi masyarakat miskin di kecamatan Sukun

menimbulkan dampak di kecamatan Kedungkandang terutama di perbatasan diantara

kedua kecamatan tersebut Menurut survey yang dilakukan memang sebagian besar

masyarakat miskin berpotensi di DAS Dapat dilihat di peta bahwa gambar merah

bersinggungan antara kedua kecamatan dan di kedua wilayah tersebut dialiri sungai

yang sama namun jika kita lihat kebawahnya warna kecamatan Kedungkandang mulai

ada yang Hijau Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat diluar DAS mempunyai

usaha yang berhubungan positif dengan pendapatan seperti pertanian

Berbeda halnya di kecamatan Klojen kecamatan ini merupakan pusat

pemerintahan kota Malang Banyak warga di kecamatan ini yang berprofesi sebagai

pegawai negeri sipil Memang masih terindikasi adanya kemiskinan di daerah tersebut

namun kemiskinan itu timbul karena mereka yang tidak mempunyai kesempatan dan

daya tawar diri mereka Kebanyakan yang tidak memiliki daya tawar diri yang tinggi

adalah mereka para pendatang yang tidak membawa keahlian kemudian mereka

tinggal di DAS dan berprofesi sebagai buruh tani buruh pabrik ataupun yang lainnya

yang tidak membutuhkan keahlian lebih

Bab V Kesimpulan dan Saran

Setelah melalui beberapa tahapan analisis dalam mengidentifikasi kemiskinan

perkotaan di beberapa wiayah Jawa Timur terdapat beberapa kesimpulan yaitu

1 Didapat bahwa sebaran penduduk miskin berkosentrasi pada daerah

sepanjang aliran sungai dan ada beberapa kota yang mengindikasikan

bahwa penduduk miskin berasal dari pendatang dari luar kota

2 Dalam penanggulangan kemiskinan pemerintah sudah banyak

mengeluarkan berbagai macam program pengentasan kemiskinan seperti

P2K P2KP BLT dll namun dalam aplikasinya banyak program yang belum

tepat sasaran

3 Ada beberapa karakteristik yang menarik dalam pengentasan kemiskinan

diantaranya bahwa dalam mengentaskan masyarakat miskin metode yang

46

diterapkan lebih kepada pembinaan keahlian dan mentalitas karena

seperti yang terdapat di kota malang masyarakat miskin dipicu dari

kebiasaan atau mentalitas dari masyarakat tersebut dalam kehidupan

sehari-hari Riset menemukan meskipun masyarakat miskin diberikan

bantuan uang seperti BLT namun bantuan tersebut tidak diperuntukkan

kepada pengembangan usaha namun habis untuk konsumsi begitu pula

dengan program ndash program pengentasan kemiskinan yang lainnya

Saran

Dalam pengentasan kemiskinan disarankan kepada pemerintah untuk mencari

data kemiskinan yang akurat dengan tujuan pemberian bantuan dalam rangka

pengentasan kemiskinan dapat terserap tepat pada masyarakat yang dituju Selain itu

untuk mengentaskan masyarakat yang bertipikal ldquokultur miskinrdquo harus banyak diberikan

pelatihan dan pembinaan mental

47

DAFTAR PUSTAKA

Blakely Edward J (1989) Planning Local Economic Development Theory and Practice Sage Library of Social Research 168 Sage Publication

BPS (1999) Perkembangan Tingkat Kemiskinan dan Beberapa Dimensi Sosial Ekonominya 1996-1999 Jakarta BPS

Budi Soeradji Mubyarto (1998) Gerakan Penanggulangan Kemiskinan Laporan

Penelitian di Daerah-Daerah Yogyakarta Aditya Media

Faisal Basri (2002) Perekonomian Indonesia Tantangan dan Harapan bagi Kebangkitan Indonesia Jakarta Erlangga

Fei J C H amp Gustav R (1964) Development Economics What Next In a Ranis G P Schulta (Ed) The State of Development Economics

Gunawan Sumodiningrat (1999) Penanggulangan Krisis Harus Memihak Rakyat Disampaikan pada konferensi pers untuk launcing The Economic and Social Survey of Asia and the Pacific 1999 (ESCAP) di UNIC Jakarta

Kuncoro M (2000) Ekonomi Pembangunan Teori Masalah dan Kebijakan (1st ed) Yogyakarta UPP AMP YKPN

Kuncoro M (2004) Otonomi dan Pembangunan Daerah Reformasi Perencanaan Strategi dan Peluang Jakarata Erlangga

Mellor J W (1976) The New Economies of Growth A Strategy for India and the Developing Countries Cornell Cornell University Press

Nurkse R (1953) Problem of Capital Formation in Underdeveloped Countries In Meier Gerald M Leading Issues in Economic Development edisi ke 6 Oxford University Press Oxford

Rintuh Cornelis amp Miar (2005) Kelembagaan dan Ekonomi Rakyat BPFE-UGM Yogyakarta

Sharp Ansel M Charles A Register and Paul W Cerimes (1996) Economics of Social Issues edisi ke 12 Richard D Chicago Irwin

Sumarto Sudarno (2002) ldquoGrowth Inequality and Poverty Evidence from Micro Datardquo Makala dalam The Young Economics Seminar Jakarta World Bank

48

Page 27: Makalah akp

6 Becak

2 4 5 314 140 17 25 25 0 17

7 Sopir Angkutan

2 3 5 50 17 19 0 0 0

8 Wiraswasta

5 3 5 13 1328 0 0 15 36 0

9 Bengkel

5 2 29 90 42 13 0 0 11

10 Buruh Pabrik

5 3 3 11 1128 0 0 15 21 0

11 Lain-lain

2 3 5 3 2 419 1911 25 31 15 14 22

Jumlah 18 12 16 20 14 18 98 100

Keberagaman keahlian yang dimiliki oleh masyarakat kabupaten pasuruan tidak

berarti bahwa keahlian yang dimilikinya terspesifikasi pada satu jenis keahlian tertentu

namun tidak sedikit masyarakat yang mempunyai keahlian lain diluar dari profesi yang

dimilikinya Sebagai contoh adalah seorang pegawai bengkel tidak hanya ahli dalam

memperbaiki kendaraan bermotor namun juga bisa berprofesi sebagai sopir Hal

tersebut ditunjukkan oleh hasil observasi yang telah dilakukan untuk masyarakat daerah

pasuruan dimana pegawai bengkel ternyata juga bisa berprofesi sebagai sopir atau

bidang usaha yang lain

Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan

NoJenis

Pekerjaan Responden

Tempat Usaha

Alat Modal Pemasaran Ketrampilan jumlah

1 Tidak Bekerja

2 Buruh Pasar

3Kuli

Bangunan

4 Pemulung

5 5 10 10 23 12

5 Pedagang

8 5 13 1350 12

27

6 Becak

4 8 12 12 18 19

7Sopir

Angkutan

5 5 5 12

8 Wiraswasta

8 6 14 14 36 14

9 Bengkel

5 6 11 11 23 14

10 Buruh Pabrik

77 7 41

11 Lain-lain

8 8 1026 2750 19 59

Jumlah 16 22 43 0 17 98 100

Dengan keahlian yang dimiliki oleh masyarakat pasuruan dapat diindikasikan

bahwa keahlian yang dimiliki mempunyai kemerataan sampel Dari seluruh responden

yang dijadikan sampel sebagian besar menginginkan bantuan modal alat dan tempat

usaha Untuk jenis pekerjaan bengkel sampel menyatakan bahwa responden

menginginkan bantuan modal dan alat untuk dapat mengembangkan usahanya Hal

yang sama juga ditunjukkan untuk jenis pekerjaan wiraswasta dimana 23 menyatakan

menginginkan bantuan alat dan 24 menginginkan bantuan modal

52 Kabupaten Sidoarjo

Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden

No Gaji amp Jenis Pekerjaan

lt 200000

200000 sd

400000

410000 sd

500000gt 500000 Jumlah

1 Tidak Bekerja

2

2 2111

2 Buruh Pasar

6 4

10 11333 200

3 Kuli Banguan

1 8 1

10 1156 400 50

4 Pemulung

8 2

10 11444 100

5 Pedagang

1 2 7

10 1150 100 212

28

6 Becak

1 2

3 356 100

7 Sopir Angkutan

2 6 1

9 10100 300 30

8 Wiraswasta

1 2 7

10 1150 100 212

9 Bengkel

4 5

9 10200 152

10 Buruh Pabrik

5 5

10 11250 152

11 Lain-lain

8

8 9242

Jumlah 18 20 20 33 91 100

Karakteristik pendapatan masyarakat di daerah perkotaan kabupaten sidoarjo

menunjukkan kesamaan dari kabupaten pasuruan Secara keseluruhan responden yang

berpenghasilan di atas 500 ribu di dominasi oleh masyarakat yang mempunyai

pekerjaan sebagai wiraswasta bengkel buruh pabrik dll Jika ditelaah lebih lanjut

memang untuk golongan buruh pabrik mereka berpenghasilan ditas 500 ribu karena ada

jaminan dari pemerintah mengenai pendapatan minimum melalui UMR Sedangkan

masyarakat yang bekerja di bengkel mendapatkan pendapatan yang tinggi karena

sidoarjo merupakan daerah industry sehingga tidak sedikit masyarakat yang

menggunakan kendaraan bermotor dalam aktifitasnya

Tabel

Keahlian Yang Dimiliki Masyarakat kabupaten sidoarjo

NoJenis

Pekerjaan Responden

Wiraswasta BengkelMontir

SopirTukang

BangunanDagang

Lain-lain

jumlah

1Tidak

Bekerja

2 Buruh Pasar

5 6 718 1831 43 37

3 6 8 14 14

29

Kuli 46

4 Pemulung

6 7 13 13 23 54

5 Pedagang

8 3 11 1150 30

6 Becak

8 8 8 57

7Sopir

Angkutan

5 49 9 19 21

8 Wiraswasta

3 5 8 8 30 19

9 Bengkel

4 4 4 15

10Buruh Pabrik

11 Lain-lain

3 4 6 13 1319 40 23

Jumlah 16 10 26 13 14 19 98 100

Menurut survey yang telah dilakukan ternyata tipikal masyarakat sidoarjo dan

pasuruan untuk kategori keahlian yang dimiliki adalah sama penyebarannya Untuk

kabupaten sidoarjo jenis pekerjaan terbanyak adalah buruh pasar dengan keahlian yang

dimiliki berdagang serta ada yang memiliki keahlian sebagai tukang sepatu

Keberagaman jumlah responden menunjukkan keberagaman pekerjaan masyarakat

yang dijadikan sebagai obyek penelitian Menurut hasil penelitian digambarkan bahwa

seorang yang berprofesi sebagai pemulung ternyata juga memiliki keahlian di bidang

lainnya seperti tukang bangunan bahkan sopir Dari informasi yang dimiliki tersebut

diharapkan pemerintah dapat memberikan bantuan sesuai dengan bidang profesi

masyarakat atau keahlian masyarakat itu sendiri

30

Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan

NoJenis

Pekerjaan Responden

Tempat Usaha

Alat Modal Pemasaran jumlah

1Tidak

Bekerja

0 0

2Buruh Pasar

2 8 10 01020418 15

3Kuli

Bangunan

1 3 6 10 01020414 14 12

4 Pemulung

1 8 9 00918374 15

5 Pedagang

10 2 4 16 016326540 10 8

6 Becak

2 4 6 12 01224498 19 12

7Sopir

Angkutan

2 6 8 00816338 12

8 Wiraswasta

3 7 10 0102041 14 13

9 Bengkel

5 6 11 0112245 24 12

10Buruh Pabrik

0 0

11 Lain-lain

7 4 1 12 012244928 19 2

Jumlah 25 21 52 0 98

Masyarakat daerah sidoarjo untuk segala jenis pekerjaan yang dijadikan subyek

penelitian menyatakan bahwa masyarakat memilih diberikan bantuan modal alat dan

tempat usaha Sedangkan untuk aspek pemasaran masyarakat sidoarjo tidak begitu

memerlukan bantuan Karena jika kita perhatikan kabupaten sidoarjo terletak di urat nadi

perekonomian jawa timur sehingga diharapkan pemasaran tidak menjadi kendala Dari

98 orang yang dijadikan responden sebanyak 52 orang dari berbagai macam profesi

menginginkan bantuan modal usaha

31

Berdasarkan hasil data skunder yang telah dilakukan terhadap seluruh

rumahtangga miskin yang ada di Kota Malang maka gambaran lokasi rumahtangga

misikin yang ada di Kota Malang seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini

Tabel

Jumlah Keluarga Miskin Masing-Masing Kecamatan

Di Kota Malang

No Kecamatan Jumlah Rumah Tangga

Prosentase

1 Kedungkandang 6635 2730

2 Sukun 6255 2574

3 Klojen 3432 1412

4 Blimbing 4158 1711

5 Lowok Waru 3821 1572 Sumber Pemkot Malang 2006

Data di atas menunjukkan jumlah rumah tangga miskin yang ada di kota malang

di masing-masing Kecamatan Dari 5 kecamatan yang ada dikota Malang jumlah

kemiskinannya adalah sebagai berikut Kecamatan yang paling tinggi angka

kemiskinannya adalah kecamatan Kedungkandang yaitu sebesar 2730 kecamatan

Sukun sebesar 2574 kemudian Kecamatan Lowok Waru sebesar 1572

Kecamatan Blimbing 1711 dan angka terendah Rumah tangga miskinnya adalah

kecamatan Klojen yairu sebesar 1412

Gambar

Jumlah keluarga Miskin di Kota Malang

0 1 2 3 4 5 6 7

Kedungkandang

Sukun

Klojen

Blimbing

Lowok Waru

Jumlah Rumah Tangga

32

Berdasarkan gambaan di atas jumlah rumah tangga miskin di kota malang

berada pada daerah-daeah tertentu (Kedungkandang dan Sukun) wilayah ini merupakan

wilayah pinggiran kota yang padat dengan jumlah penduduknya Kecamatan

Kedungkandang merupakan daerah yang umumnya pdat penduduk dan daerah tersebut

merupakan daerah pinggiran kota serta rata-rata penduduknya memiliki mata

pencaharian pedagang Daerah tersebut juga merupakan daerah pusat-pusat industri

kecil dan yang lebih telihat bahwa kebanyakan rumah tangga miskin bertempat tinggal

di daerah aliran sungai brantas (DAS Brantas) serta di pinggiran jalur kereta api

Berbeda halnya dengan kecamatan Sukun daerah ini selain terdapatnya pusat

perdagangan juga merupakan daerah industri kecil (home industri) Keberadaan rumah

tangga miskin selain rata-rata kehidupannya berdagang juga bertempat tinggal pada

daerah-daerah perkampungan

33 Aspek Kultural Pada Masyarakat Miskin

Urbanisasi merupakan salah satu faktor pemicu perkembangan kota terjadinya

perpindahan penduduk dari desa ke kota disebabkan oleh berbagai faktor baik faktor

pearik maupun pendorong perkembangan industri dan perdagangan di kota merupakan

faktor penarik yang menyebabkan orang untuk berdatangan dan tinggal di daerah

perkotaan Keinginan untuk dapat mendapatkan penghasilan dan pekerjaan yang lebih

baik untuk mencukupi kebutuhan hidup merupakan penyebab utama terjadinya

urbanisasi Namun kondisi tersebut tidak seiring dengan kualitas pendidikan dan

ketrampilan yang memadai sehingga mereka tidak dapat ditampung di sektor formal

melainkan menggantungkan hidupnya pada sektor informal yang kurang menentu

Selain itu yang menjadi faktor pendorong terjadinya urbanisasi adalah kondisi fasilitas di

daerah asal (pedesaan) kurang memadai serta semakin menyempitnya lahan pertanian

dan peluang pekerjaan

Pertambahan penduduk di kota yang sangat tinggi menyebabkan berbagai

permasalahan sosial permasalahan yang muncul adalah adanya perkampungan kumuh

dan perumahan liar di pinggiran kota dan umumnya di daerah pinggiran aliran sungai

brantas (DAS) Masalah tersebut disebabkan oleh ketidak mampuan masyarakat miskin

perkotaan untuk memiliki rumah yang layak huni Penyebab lainnya adalah ketidak

mampuan pemerintah kota untuk menyediakan sarana bagi masyarakat miskin

33

perkotaan Pembangunan perkotaan senantiasa bukan memberikan solusi dalam

pengentasan kemiskinan perkotaan melainkan sebaliknya yaitu menjadikan proses

penggusuran dan semakin terdesaknya kehidupan masyarakat miskin tersebut

Tabel

Daerah Asal Responden sidoarjo

NoJenis

Pekerjaan Responden

Jawa Timur Non

Madura

Madura Jawa Barat

Jawa Tengah

Luar Jawa

jumlah

1Tidak

Bekerja

2Buruh Pasar

8 1 1 10 1011 7 7

3Kuli

Bangunan

7 2 1 10 1010 14 7

4 Pemulung

9 9 913

5 Pedagang

10 10 1014

6 Becak

8 1 2 11 1111 7 14

7Sopir

Angkutan

10 10 1014

8 Wiraswasta

8 6 14 1411 43

9 Bengkel

10Buruh Pabrik

8 2 10 1011 14

11 Lain-lain

2 2 10 14 143 14 71

Jumlah 70 14 0 14 0 98 100

Dari data diatas sebagian besar kaum migrant untuk setiap profesi berasal dari

jawa timur Di definisikan jawa timur karena seluruh masyarakat urban berasal dari jawa

timur kecuali Madura Ada beberapa alasan dari responden mengapa mereka

melakukan urbanisasi salah satunya adalah untuk memperbaiki taraf ekonomi karena

kabupaten sidoarjo dianggap sebagai kabupaten yang memiliki potensi yang cukup

34

tinggi dalam bidang industry Profesi terbanyak yang diminati oleh pendatang adalah

sebagai pedagang dan sebagai sopir

Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin

pada kabupaten sidoarjo dapat diperhatikan gambar di bawah ini

Gambar

Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin

35

Tabel

Daerah Asal Responden pasuruan

NoJenis

Pekerjaan Responden

Jawa Timur Non

Madura

Madura Jawa Barat

Jawa Tengah

Luar Jawa

jumlah

1 Tidak Bekerja

2 Buruh Pasar

4 4 24

3 Kuli Bangunan

5 5 55

4 Pemulung

10 10 1011

5 Pedagang

20 20 2022

6 Becak

8 2 10 109 33

7Sopir

Angkutan

0 0

8 Wiraswasta

0 0

9 Bengkel

10 Buruh Pabrik

15 4 19 1916 67

11 Lain-lain

30 30 3133

Jumlah 92 6 98 98 98

Sama seperti pada kabupaten sidoarjo sebagian besar pendatang adalah dari

wilayah jawa timur Pendatang sebagian besar berprofesi sebagai pedagang karena

wilayah sidoarjo selain sebagai sentra industry provinsi jawa timur juga sebagai urat nadi

perekonomian jawa timur Sehingga bagi para pedagang akan sangat menguntungkan

karena di lewati dari berbagai wilayah di jawa timur

Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin

pada kabupaten pasuruan dapat diperhatikan gambar di bawah ini

Gambar

36

Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin

Tabel 5Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan di kota malang

Lama Tinggal (Tahun)Kecamatan

pddkAsli le 2 3 - 6 7 - 9 ge 10

Jumlahrespondn

Kedung kandang10

(1053)- 3

(316)11

(1158)71

(1473) 95

18 - - 15 52

37

Sukun (2118) (1764) (6118) 85

Klojen9

(1200)5

(667)12

(1600)9

(1200)40

(5333) 75

Blimbing8

(100)2

(25)- 8

(100)62

(775) 80

Lowok Waru15

(1923)- - 7

(897)56

(7180) 78

Sumber Data Primer

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa dari responden (keluarga miskin)

perkotaan sebagian besar bukan penduduk asli daerah kota Malang melainkan

pendatang yang merupakan kaum migran dan menetap di kota Malang kecamatan

kedung Kandang merupakan daerah yang padat penduduknya dimana 1473

menunjukkan jumlah responden yang sudah lama tinggal di kota malang (di atas 10

tahun) bahkan beberapa responden sudah turun-menurun dari keluarga mereka

Kecamatan Sukun yang merupakan kaum pendatang yang tinggal di kota Malang sudah

puluhan tahun sebanyak 6118 dari responden yang ada Kecamatan Klojen sebesar

5333 Kecamatan Blimbing sebanyak 775 dan untuk kecamatan Lowok Waru

sebanyak 7180 dari masing-masing responden di tingkat kecamatan Kondisi ini

menjelaskan bahwa masyarakat miskin perkotaan adalah rata-rata kaum migran yang

sengaja datang ke kota Malang untuk mencari kehidupan yang lebih baik dari daerah

asal mereka Umumnya mereka datang sebagai migran tetap dan keberadaan mereka

sudah terbiasa hidup dalam kondisi serba kekurangan Beberapa responden yang

ditemui juga menjelaskan bahwa sebagai kaum pendatang sudah tidak asing lagi

dengan kehidupan masyarakat di kota Malang Umumnya mereka membaur dengan

masyarakat pendatang lainnya dengan hidup di kepadatan penduduk kota Malang

Salain dilihat dari lamanya masayarakat pendatang (migran tetap) tinggal di kota

Malang dapat pula dijelaskan mengenai temapat asal (daerah asal) responden untuk

melihat derah asal rumah tangga miskin perkotaan dapat kita bagi dengan

menggunakan batasan daerah (wilayah) Dimana wilayah pembagiannya adalah

mereka yang berasal dari daerah Jawa Timur (non-Madura) daerah Madura daerah

Jawa Tengah Jawa Barat dan Luar Jawa Adapun gambaran daerah asal rumah

tangga miskin perkotaan dapat dilihat pada tabel berikut

38

Tabel

Daerah Asal Responden

Daerah

Asal

Kecamatan

Jawa

Timur

Non-

Madura

Madur

a

Jawa

Tengah

Jawa

Barat

Luar

Jawa

Jumlah

Respond

n

Kedung kandang21

(2470)52

(6118)9

(1059)3

(353)- 85

Sukun19

(2836)28

(4179)12

(1791)8

(1194)- 67

Klojen9

(1364)49

(7424)5

(758)3

(454)- 66

Blimbing31

(4306)33

(4563)6

(833)2

(278)- 72

Lowok Waru28

(4444)21

(3333)9

(1429)5

((794)- 63

Sumber Data Primer

Berdasarkan data pada tabel di atas menunjukkan bahwa umumnya kaum

migran berasal dari daerah Jawa Timur dan daerah Madura Untuk kecamatan Kedung

Kandang sebesar 6118 berasal dari Madura kemudian Kecamatan Sukun 4179

kaum Migran berasal juga dari Madura Kecamatan Klojen 7424 Kecamatan Blimbing

sebesar 4563 dan kecamatan Lowok Waru sebesar 3333 Dari kelima kecamatan

tersebut yang banyak di datangi oleh migran yang berasal dari daeah Madura adalah di

Kecamatan Kedung Kandang (6118) dan Kecamatan Klojen (7424) dan mereka

sengaja tinggal di dekat pusat perkotaan dengan tujuan memudahkan untuk aktifitas

kegiatan pekerjaannya yang rata-rata bergelut disektor informal (pedagang kaki lima)

331 Kondisi Tempat Tinggal Masyarakat Miskin Perkotaan

Dilihat dari tempat tinggal masyarakat miskin perkotaan rata-rata kondisi tempat

tinggalnya dengan model bangunan semi permanen dan permanen sederhanan dengan

memanfatkan kondisi tanah yang rawan bencana (longsor kebisingan kumuh dan

sebagainya)

Tabel

Kondisi Fisik Bangunan Rumah RTM

39

Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan

Kondisi Fisik RumahKecamatan

Sesek(papan)

SemiPermanen Permanen

Jumlahrespondn

Kedung kandang

11(1158)

52(5474)

32(3368) 95

Sukun20

(2353)33

(3882)32

(3765) 85

Klojen5

(667)31

(1733)39

(5200) 75

Blimbing3

(375)13

(1625)64

(8000) 80

Lowok Waru9

(1154)24

(3077)45

(5769) 78

Sumber Data Primer

dari data primer (tabel) menunjukkan bahwa sebagian besar tempat tinggal

masyarakat miskin perkotaan adalah semi permanen dan permanen akan tetapi dengan

ukuran ruang (luas bangunan) yang cukup minim Dan umumnya yang mereka lakukan

adalah dengan menyewa tanah dan atau menempati tanah rawan musibah adapun

kondisi perumahan masyarakat miskin perkotaan dapat dilihat pada gambar berikut

Gambar

Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin Perkotaan

40

Dari gambar di atas terlihat bahwa kondisi tempat tinggal mereka sangat rawan

dengan terjadinya bencana dan kekumuhan kondisi ini selain rawan terhadap adanya

bahaya tersebut juga sangat rawan dengan permasalahan kesehatan

34 Analisa Spasial

Informasi mengenai tipologi perekonomian masyarakat akan sangat membantu

pemerintah dalam menentukan kebijakan ekonomi di masa mendatang Dari informasi

tersebut dibuatlah peta potensi ekonomi dengan maksud merelevansikan antara potensi

ekonomi daerah dan kebijakan ekonomi Selain itu jika kebijakan ekonomi hanya

terfokus di suatu wilayah tertentu akan berdampak pada ketimpangan pertumbuhan

ekonomi Seperti dijelaskan sebelumnya inventarisasi sarana ekonomi sebuah wilayah

dilakukan dengan menggunakan pendekatan tipologi suatu wilayah Melalui pendekatan

ini selanjutnya dapat digambarkan wilayah majemuk dengan fenomena yang kompleks

dengan beberapa persamaan di dalamnya Maksudnya bahwa pada tipologi suatu

wilayah ada relevansinya dengan keberadaan potensi ekonomi maupun potensi sarana

ekonomi di wilayah tersebut Ini menandakan bahwa kebijakan pengembangan ekonomi

suatu wilayah diperlukan pengadaan sarana ekonomi yang tepat sedikitnya sesuai

dengan kondisi wilayah yang dibangun termasuk karakteristik kegiatan ekonomi yang

dilakukan oleh masyarakat setempat sehingga keberadaan sarana tersebut mampu

mendorong aktivitas ekonomi masyarakat dan pada akhirnya mengentaskan dan

menanggulangi kemiskinan

41

Di wilayah kabupaten pasuruan terdapat berbagai macam potensi ekonomi yang

belum tersentuh pengembangannya oleh pemerintah daerah Potensi yang terdapat di

wilayah tersebut bukan hanya pada potensi sumber daya alam melainkan juga potensii

sumber daya manusianya Untuk wilayah ssidoarjo perlu adanya perhatian mendalam

pada pengembangan sumber daya manusia karena di wilayah tersebut banyak sekali

potensi industri yang dapat berkembang Sedangkan untuk daerah malang hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa disinyalir masih terdapat kegiatan ekonomi maupun

sarana ekonomi yang menunjang kegiatan tersebut belum dimanfaatkan secara optimal

Keadaan ini menjadikan keduanya masih bersifat potensial dan memerlukan

penanganan pengelolannya agar dapat diperoleh output yang optimal pula Pengelolaan

optimal tersebut tentu masih memerlukan suatu pengkajian tersendiri untuk mengukur

sampai sejauh mana tingkat feasibilitasnya

Potensi sarana ekonomi kabupaten ssidoarjo kabupaten pasuruan dan Kota

Malang merujuk pada sarana ekonomi (dalam bentuk fisik) yang teridentifikasi di setiap

daerah maupun yang sudah terkompilasikan di tingkat kabupaten dan kota Potensi

tersebut dapat di petakan pada masing-masing kabupaten di wilayah Jawa Timur

melalui Peta berikut

Gambar Provinsi Jawa Timur

42

Gambar kota Malang

43

keterangan

daerah masyarakat miskin perkotaan

daerah potensi terjadinya kemiskinan

tidak ada potensi terjadnya kemiskinan

Sejalan dengan maksud di atas Pemerintah Kota Malang masih

perlu melakukan kajian mendalam tentang pengembangan potensi wilayah

sebagai salah satu upaya untuk mendukung pemulihan ekonomi yang

bersifat jangka menengah Dukungan kajian ini dilakukan dengan menggali

lebih dalam potensi yang dimiliki setiap kawasan di wilayah Kota Malang

Dengan demikian Pemerintah Kota Malang dengan mudah dapat mengambil

langkah-langkah menumbuh kembangkan potensi sarana ekonomi daerah

44

Kec Blimbing Industri (kecil-

menengah)Pariwisata Pertanianperumahanperdagangan

Kec Kedungkandang Industri (kecil-

menengah)Pertanianperumahan

Kec Sukun Industri kecilPendidikanperumahan

Kec Kolojen perdagangan PendidikanPerhotelanperkantoran

Kec Lowokwaruperumahan PendidikanIndustri (kecil-

menengah)

khususnya yang berada di pusat-pusat kegiatan produksi masyarakat yang

dianggap cukup strategis di Kota Malang

Sejalan dengan semakin meningkatnya peran serta dunia usaha

dan masyarakat di dalam pelaksanaan pembangunan maka program-

program pembangunan Kota Malang perlu disusun dengan

mempertimbangkan keterlibatan mereka Upaya ini dimaksudkan agar

Pemerintah Kota Malang lebih mudah mengefektifkan potensi sarana

ekonomi dan mengarahkannya untuk kepentingan pembangunan yang lebih

konsisten efektif dan efisien serta berkelanjutan dalam menanggulangi

kemiskinan

Secara keseluruhan penduduk miskin di wilayah kota malang masih tersebar

merata di seluruh kecamatan Kecuali di kecamatan Lowokwaru sebagian besar di

kecamatan ini tidak ada potensi kemiskinan Hal tersebut dikarenakan banyaknya

industry pendidikan seperti UMM UNISMA UNIGA Brawijaya ITN UM dll Dengan

banyaknya perguruan tinggi di wilayah tersebut maka potensi perekonomian semakin

besar Tidak sedikit masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang makanan karena

untuk memnuhi kebutuhan para mahasiswa

Pada data dikatakan bahwa rata-rata pendapatan di kecamatan Lowokwaru

masih besar padahal menurut analisis spasial potensi terjadinya kemiskinan sangat

kecil Pada analisi ekonomi diindentifikasi bahwa banyak masyarakat yang

berpendapatan dibawah 400 ribu Hal tersebut terjadi pada masyarakat yang tinggal di

daerah pesisir sungai Masih banyak masyarakat yang tinggal di Daerah Aliran Sungai

tidak memiliki kesempatan kemampuan untuk bersaing dengan masyarakat yang tidak

tiggal di Daerah Aliran Sungai Di perkirakan masyarakat yang menempati DAS

merupakan masyarakat pendatang yang berurbanisasi dengan tidak membawa suatu

keahlian

Potensi kemiskinan terbesar dapat terjadi di Kecamatan Sukun Banyak

masyarakat di daerah ini yang memiliki pendapatan dibawah 400 ribu Jika kita

bandingkan dengan kecamatan Lowokwaru potensi kemiskinan di daerah kecamatan

Sukun tidak hanya terjadi di DAS namun juga pada masyarakat lainnya Banyak faktor

yang mengindikasikan potensi kemiskinan salah satu faktor utama adalah sulitnya

pemasaran dan persaingan yang ketat Meski kegiatan masyarakat di kecamatan

Lowokwaru dengan kecamatan Sukun relatif sama namun di kecamatan Lowokwaru

45

pemasaran barang dan jasa yang diproduksi tidak sesulit di kecamatan Sukun meski

ada persaingan

Hampir memeratanya potensi masyarakat miskin di kecamatan Sukun

menimbulkan dampak di kecamatan Kedungkandang terutama di perbatasan diantara

kedua kecamatan tersebut Menurut survey yang dilakukan memang sebagian besar

masyarakat miskin berpotensi di DAS Dapat dilihat di peta bahwa gambar merah

bersinggungan antara kedua kecamatan dan di kedua wilayah tersebut dialiri sungai

yang sama namun jika kita lihat kebawahnya warna kecamatan Kedungkandang mulai

ada yang Hijau Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat diluar DAS mempunyai

usaha yang berhubungan positif dengan pendapatan seperti pertanian

Berbeda halnya di kecamatan Klojen kecamatan ini merupakan pusat

pemerintahan kota Malang Banyak warga di kecamatan ini yang berprofesi sebagai

pegawai negeri sipil Memang masih terindikasi adanya kemiskinan di daerah tersebut

namun kemiskinan itu timbul karena mereka yang tidak mempunyai kesempatan dan

daya tawar diri mereka Kebanyakan yang tidak memiliki daya tawar diri yang tinggi

adalah mereka para pendatang yang tidak membawa keahlian kemudian mereka

tinggal di DAS dan berprofesi sebagai buruh tani buruh pabrik ataupun yang lainnya

yang tidak membutuhkan keahlian lebih

Bab V Kesimpulan dan Saran

Setelah melalui beberapa tahapan analisis dalam mengidentifikasi kemiskinan

perkotaan di beberapa wiayah Jawa Timur terdapat beberapa kesimpulan yaitu

1 Didapat bahwa sebaran penduduk miskin berkosentrasi pada daerah

sepanjang aliran sungai dan ada beberapa kota yang mengindikasikan

bahwa penduduk miskin berasal dari pendatang dari luar kota

2 Dalam penanggulangan kemiskinan pemerintah sudah banyak

mengeluarkan berbagai macam program pengentasan kemiskinan seperti

P2K P2KP BLT dll namun dalam aplikasinya banyak program yang belum

tepat sasaran

3 Ada beberapa karakteristik yang menarik dalam pengentasan kemiskinan

diantaranya bahwa dalam mengentaskan masyarakat miskin metode yang

46

diterapkan lebih kepada pembinaan keahlian dan mentalitas karena

seperti yang terdapat di kota malang masyarakat miskin dipicu dari

kebiasaan atau mentalitas dari masyarakat tersebut dalam kehidupan

sehari-hari Riset menemukan meskipun masyarakat miskin diberikan

bantuan uang seperti BLT namun bantuan tersebut tidak diperuntukkan

kepada pengembangan usaha namun habis untuk konsumsi begitu pula

dengan program ndash program pengentasan kemiskinan yang lainnya

Saran

Dalam pengentasan kemiskinan disarankan kepada pemerintah untuk mencari

data kemiskinan yang akurat dengan tujuan pemberian bantuan dalam rangka

pengentasan kemiskinan dapat terserap tepat pada masyarakat yang dituju Selain itu

untuk mengentaskan masyarakat yang bertipikal ldquokultur miskinrdquo harus banyak diberikan

pelatihan dan pembinaan mental

47

DAFTAR PUSTAKA

Blakely Edward J (1989) Planning Local Economic Development Theory and Practice Sage Library of Social Research 168 Sage Publication

BPS (1999) Perkembangan Tingkat Kemiskinan dan Beberapa Dimensi Sosial Ekonominya 1996-1999 Jakarta BPS

Budi Soeradji Mubyarto (1998) Gerakan Penanggulangan Kemiskinan Laporan

Penelitian di Daerah-Daerah Yogyakarta Aditya Media

Faisal Basri (2002) Perekonomian Indonesia Tantangan dan Harapan bagi Kebangkitan Indonesia Jakarta Erlangga

Fei J C H amp Gustav R (1964) Development Economics What Next In a Ranis G P Schulta (Ed) The State of Development Economics

Gunawan Sumodiningrat (1999) Penanggulangan Krisis Harus Memihak Rakyat Disampaikan pada konferensi pers untuk launcing The Economic and Social Survey of Asia and the Pacific 1999 (ESCAP) di UNIC Jakarta

Kuncoro M (2000) Ekonomi Pembangunan Teori Masalah dan Kebijakan (1st ed) Yogyakarta UPP AMP YKPN

Kuncoro M (2004) Otonomi dan Pembangunan Daerah Reformasi Perencanaan Strategi dan Peluang Jakarata Erlangga

Mellor J W (1976) The New Economies of Growth A Strategy for India and the Developing Countries Cornell Cornell University Press

Nurkse R (1953) Problem of Capital Formation in Underdeveloped Countries In Meier Gerald M Leading Issues in Economic Development edisi ke 6 Oxford University Press Oxford

Rintuh Cornelis amp Miar (2005) Kelembagaan dan Ekonomi Rakyat BPFE-UGM Yogyakarta

Sharp Ansel M Charles A Register and Paul W Cerimes (1996) Economics of Social Issues edisi ke 12 Richard D Chicago Irwin

Sumarto Sudarno (2002) ldquoGrowth Inequality and Poverty Evidence from Micro Datardquo Makala dalam The Young Economics Seminar Jakarta World Bank

48

Page 28: Makalah akp

6 Becak

4 8 12 12 18 19

7Sopir

Angkutan

5 5 5 12

8 Wiraswasta

8 6 14 14 36 14

9 Bengkel

5 6 11 11 23 14

10 Buruh Pabrik

77 7 41

11 Lain-lain

8 8 1026 2750 19 59

Jumlah 16 22 43 0 17 98 100

Dengan keahlian yang dimiliki oleh masyarakat pasuruan dapat diindikasikan

bahwa keahlian yang dimiliki mempunyai kemerataan sampel Dari seluruh responden

yang dijadikan sampel sebagian besar menginginkan bantuan modal alat dan tempat

usaha Untuk jenis pekerjaan bengkel sampel menyatakan bahwa responden

menginginkan bantuan modal dan alat untuk dapat mengembangkan usahanya Hal

yang sama juga ditunjukkan untuk jenis pekerjaan wiraswasta dimana 23 menyatakan

menginginkan bantuan alat dan 24 menginginkan bantuan modal

52 Kabupaten Sidoarjo

Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden

No Gaji amp Jenis Pekerjaan

lt 200000

200000 sd

400000

410000 sd

500000gt 500000 Jumlah

1 Tidak Bekerja

2

2 2111

2 Buruh Pasar

6 4

10 11333 200

3 Kuli Banguan

1 8 1

10 1156 400 50

4 Pemulung

8 2

10 11444 100

5 Pedagang

1 2 7

10 1150 100 212

28

6 Becak

1 2

3 356 100

7 Sopir Angkutan

2 6 1

9 10100 300 30

8 Wiraswasta

1 2 7

10 1150 100 212

9 Bengkel

4 5

9 10200 152

10 Buruh Pabrik

5 5

10 11250 152

11 Lain-lain

8

8 9242

Jumlah 18 20 20 33 91 100

Karakteristik pendapatan masyarakat di daerah perkotaan kabupaten sidoarjo

menunjukkan kesamaan dari kabupaten pasuruan Secara keseluruhan responden yang

berpenghasilan di atas 500 ribu di dominasi oleh masyarakat yang mempunyai

pekerjaan sebagai wiraswasta bengkel buruh pabrik dll Jika ditelaah lebih lanjut

memang untuk golongan buruh pabrik mereka berpenghasilan ditas 500 ribu karena ada

jaminan dari pemerintah mengenai pendapatan minimum melalui UMR Sedangkan

masyarakat yang bekerja di bengkel mendapatkan pendapatan yang tinggi karena

sidoarjo merupakan daerah industry sehingga tidak sedikit masyarakat yang

menggunakan kendaraan bermotor dalam aktifitasnya

Tabel

Keahlian Yang Dimiliki Masyarakat kabupaten sidoarjo

NoJenis

Pekerjaan Responden

Wiraswasta BengkelMontir

SopirTukang

BangunanDagang

Lain-lain

jumlah

1Tidak

Bekerja

2 Buruh Pasar

5 6 718 1831 43 37

3 6 8 14 14

29

Kuli 46

4 Pemulung

6 7 13 13 23 54

5 Pedagang

8 3 11 1150 30

6 Becak

8 8 8 57

7Sopir

Angkutan

5 49 9 19 21

8 Wiraswasta

3 5 8 8 30 19

9 Bengkel

4 4 4 15

10Buruh Pabrik

11 Lain-lain

3 4 6 13 1319 40 23

Jumlah 16 10 26 13 14 19 98 100

Menurut survey yang telah dilakukan ternyata tipikal masyarakat sidoarjo dan

pasuruan untuk kategori keahlian yang dimiliki adalah sama penyebarannya Untuk

kabupaten sidoarjo jenis pekerjaan terbanyak adalah buruh pasar dengan keahlian yang

dimiliki berdagang serta ada yang memiliki keahlian sebagai tukang sepatu

Keberagaman jumlah responden menunjukkan keberagaman pekerjaan masyarakat

yang dijadikan sebagai obyek penelitian Menurut hasil penelitian digambarkan bahwa

seorang yang berprofesi sebagai pemulung ternyata juga memiliki keahlian di bidang

lainnya seperti tukang bangunan bahkan sopir Dari informasi yang dimiliki tersebut

diharapkan pemerintah dapat memberikan bantuan sesuai dengan bidang profesi

masyarakat atau keahlian masyarakat itu sendiri

30

Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan

NoJenis

Pekerjaan Responden

Tempat Usaha

Alat Modal Pemasaran jumlah

1Tidak

Bekerja

0 0

2Buruh Pasar

2 8 10 01020418 15

3Kuli

Bangunan

1 3 6 10 01020414 14 12

4 Pemulung

1 8 9 00918374 15

5 Pedagang

10 2 4 16 016326540 10 8

6 Becak

2 4 6 12 01224498 19 12

7Sopir

Angkutan

2 6 8 00816338 12

8 Wiraswasta

3 7 10 0102041 14 13

9 Bengkel

5 6 11 0112245 24 12

10Buruh Pabrik

0 0

11 Lain-lain

7 4 1 12 012244928 19 2

Jumlah 25 21 52 0 98

Masyarakat daerah sidoarjo untuk segala jenis pekerjaan yang dijadikan subyek

penelitian menyatakan bahwa masyarakat memilih diberikan bantuan modal alat dan

tempat usaha Sedangkan untuk aspek pemasaran masyarakat sidoarjo tidak begitu

memerlukan bantuan Karena jika kita perhatikan kabupaten sidoarjo terletak di urat nadi

perekonomian jawa timur sehingga diharapkan pemasaran tidak menjadi kendala Dari

98 orang yang dijadikan responden sebanyak 52 orang dari berbagai macam profesi

menginginkan bantuan modal usaha

31

Berdasarkan hasil data skunder yang telah dilakukan terhadap seluruh

rumahtangga miskin yang ada di Kota Malang maka gambaran lokasi rumahtangga

misikin yang ada di Kota Malang seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini

Tabel

Jumlah Keluarga Miskin Masing-Masing Kecamatan

Di Kota Malang

No Kecamatan Jumlah Rumah Tangga

Prosentase

1 Kedungkandang 6635 2730

2 Sukun 6255 2574

3 Klojen 3432 1412

4 Blimbing 4158 1711

5 Lowok Waru 3821 1572 Sumber Pemkot Malang 2006

Data di atas menunjukkan jumlah rumah tangga miskin yang ada di kota malang

di masing-masing Kecamatan Dari 5 kecamatan yang ada dikota Malang jumlah

kemiskinannya adalah sebagai berikut Kecamatan yang paling tinggi angka

kemiskinannya adalah kecamatan Kedungkandang yaitu sebesar 2730 kecamatan

Sukun sebesar 2574 kemudian Kecamatan Lowok Waru sebesar 1572

Kecamatan Blimbing 1711 dan angka terendah Rumah tangga miskinnya adalah

kecamatan Klojen yairu sebesar 1412

Gambar

Jumlah keluarga Miskin di Kota Malang

0 1 2 3 4 5 6 7

Kedungkandang

Sukun

Klojen

Blimbing

Lowok Waru

Jumlah Rumah Tangga

32

Berdasarkan gambaan di atas jumlah rumah tangga miskin di kota malang

berada pada daerah-daeah tertentu (Kedungkandang dan Sukun) wilayah ini merupakan

wilayah pinggiran kota yang padat dengan jumlah penduduknya Kecamatan

Kedungkandang merupakan daerah yang umumnya pdat penduduk dan daerah tersebut

merupakan daerah pinggiran kota serta rata-rata penduduknya memiliki mata

pencaharian pedagang Daerah tersebut juga merupakan daerah pusat-pusat industri

kecil dan yang lebih telihat bahwa kebanyakan rumah tangga miskin bertempat tinggal

di daerah aliran sungai brantas (DAS Brantas) serta di pinggiran jalur kereta api

Berbeda halnya dengan kecamatan Sukun daerah ini selain terdapatnya pusat

perdagangan juga merupakan daerah industri kecil (home industri) Keberadaan rumah

tangga miskin selain rata-rata kehidupannya berdagang juga bertempat tinggal pada

daerah-daerah perkampungan

33 Aspek Kultural Pada Masyarakat Miskin

Urbanisasi merupakan salah satu faktor pemicu perkembangan kota terjadinya

perpindahan penduduk dari desa ke kota disebabkan oleh berbagai faktor baik faktor

pearik maupun pendorong perkembangan industri dan perdagangan di kota merupakan

faktor penarik yang menyebabkan orang untuk berdatangan dan tinggal di daerah

perkotaan Keinginan untuk dapat mendapatkan penghasilan dan pekerjaan yang lebih

baik untuk mencukupi kebutuhan hidup merupakan penyebab utama terjadinya

urbanisasi Namun kondisi tersebut tidak seiring dengan kualitas pendidikan dan

ketrampilan yang memadai sehingga mereka tidak dapat ditampung di sektor formal

melainkan menggantungkan hidupnya pada sektor informal yang kurang menentu

Selain itu yang menjadi faktor pendorong terjadinya urbanisasi adalah kondisi fasilitas di

daerah asal (pedesaan) kurang memadai serta semakin menyempitnya lahan pertanian

dan peluang pekerjaan

Pertambahan penduduk di kota yang sangat tinggi menyebabkan berbagai

permasalahan sosial permasalahan yang muncul adalah adanya perkampungan kumuh

dan perumahan liar di pinggiran kota dan umumnya di daerah pinggiran aliran sungai

brantas (DAS) Masalah tersebut disebabkan oleh ketidak mampuan masyarakat miskin

perkotaan untuk memiliki rumah yang layak huni Penyebab lainnya adalah ketidak

mampuan pemerintah kota untuk menyediakan sarana bagi masyarakat miskin

33

perkotaan Pembangunan perkotaan senantiasa bukan memberikan solusi dalam

pengentasan kemiskinan perkotaan melainkan sebaliknya yaitu menjadikan proses

penggusuran dan semakin terdesaknya kehidupan masyarakat miskin tersebut

Tabel

Daerah Asal Responden sidoarjo

NoJenis

Pekerjaan Responden

Jawa Timur Non

Madura

Madura Jawa Barat

Jawa Tengah

Luar Jawa

jumlah

1Tidak

Bekerja

2Buruh Pasar

8 1 1 10 1011 7 7

3Kuli

Bangunan

7 2 1 10 1010 14 7

4 Pemulung

9 9 913

5 Pedagang

10 10 1014

6 Becak

8 1 2 11 1111 7 14

7Sopir

Angkutan

10 10 1014

8 Wiraswasta

8 6 14 1411 43

9 Bengkel

10Buruh Pabrik

8 2 10 1011 14

11 Lain-lain

2 2 10 14 143 14 71

Jumlah 70 14 0 14 0 98 100

Dari data diatas sebagian besar kaum migrant untuk setiap profesi berasal dari

jawa timur Di definisikan jawa timur karena seluruh masyarakat urban berasal dari jawa

timur kecuali Madura Ada beberapa alasan dari responden mengapa mereka

melakukan urbanisasi salah satunya adalah untuk memperbaiki taraf ekonomi karena

kabupaten sidoarjo dianggap sebagai kabupaten yang memiliki potensi yang cukup

34

tinggi dalam bidang industry Profesi terbanyak yang diminati oleh pendatang adalah

sebagai pedagang dan sebagai sopir

Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin

pada kabupaten sidoarjo dapat diperhatikan gambar di bawah ini

Gambar

Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin

35

Tabel

Daerah Asal Responden pasuruan

NoJenis

Pekerjaan Responden

Jawa Timur Non

Madura

Madura Jawa Barat

Jawa Tengah

Luar Jawa

jumlah

1 Tidak Bekerja

2 Buruh Pasar

4 4 24

3 Kuli Bangunan

5 5 55

4 Pemulung

10 10 1011

5 Pedagang

20 20 2022

6 Becak

8 2 10 109 33

7Sopir

Angkutan

0 0

8 Wiraswasta

0 0

9 Bengkel

10 Buruh Pabrik

15 4 19 1916 67

11 Lain-lain

30 30 3133

Jumlah 92 6 98 98 98

Sama seperti pada kabupaten sidoarjo sebagian besar pendatang adalah dari

wilayah jawa timur Pendatang sebagian besar berprofesi sebagai pedagang karena

wilayah sidoarjo selain sebagai sentra industry provinsi jawa timur juga sebagai urat nadi

perekonomian jawa timur Sehingga bagi para pedagang akan sangat menguntungkan

karena di lewati dari berbagai wilayah di jawa timur

Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin

pada kabupaten pasuruan dapat diperhatikan gambar di bawah ini

Gambar

36

Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin

Tabel 5Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan di kota malang

Lama Tinggal (Tahun)Kecamatan

pddkAsli le 2 3 - 6 7 - 9 ge 10

Jumlahrespondn

Kedung kandang10

(1053)- 3

(316)11

(1158)71

(1473) 95

18 - - 15 52

37

Sukun (2118) (1764) (6118) 85

Klojen9

(1200)5

(667)12

(1600)9

(1200)40

(5333) 75

Blimbing8

(100)2

(25)- 8

(100)62

(775) 80

Lowok Waru15

(1923)- - 7

(897)56

(7180) 78

Sumber Data Primer

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa dari responden (keluarga miskin)

perkotaan sebagian besar bukan penduduk asli daerah kota Malang melainkan

pendatang yang merupakan kaum migran dan menetap di kota Malang kecamatan

kedung Kandang merupakan daerah yang padat penduduknya dimana 1473

menunjukkan jumlah responden yang sudah lama tinggal di kota malang (di atas 10

tahun) bahkan beberapa responden sudah turun-menurun dari keluarga mereka

Kecamatan Sukun yang merupakan kaum pendatang yang tinggal di kota Malang sudah

puluhan tahun sebanyak 6118 dari responden yang ada Kecamatan Klojen sebesar

5333 Kecamatan Blimbing sebanyak 775 dan untuk kecamatan Lowok Waru

sebanyak 7180 dari masing-masing responden di tingkat kecamatan Kondisi ini

menjelaskan bahwa masyarakat miskin perkotaan adalah rata-rata kaum migran yang

sengaja datang ke kota Malang untuk mencari kehidupan yang lebih baik dari daerah

asal mereka Umumnya mereka datang sebagai migran tetap dan keberadaan mereka

sudah terbiasa hidup dalam kondisi serba kekurangan Beberapa responden yang

ditemui juga menjelaskan bahwa sebagai kaum pendatang sudah tidak asing lagi

dengan kehidupan masyarakat di kota Malang Umumnya mereka membaur dengan

masyarakat pendatang lainnya dengan hidup di kepadatan penduduk kota Malang

Salain dilihat dari lamanya masayarakat pendatang (migran tetap) tinggal di kota

Malang dapat pula dijelaskan mengenai temapat asal (daerah asal) responden untuk

melihat derah asal rumah tangga miskin perkotaan dapat kita bagi dengan

menggunakan batasan daerah (wilayah) Dimana wilayah pembagiannya adalah

mereka yang berasal dari daerah Jawa Timur (non-Madura) daerah Madura daerah

Jawa Tengah Jawa Barat dan Luar Jawa Adapun gambaran daerah asal rumah

tangga miskin perkotaan dapat dilihat pada tabel berikut

38

Tabel

Daerah Asal Responden

Daerah

Asal

Kecamatan

Jawa

Timur

Non-

Madura

Madur

a

Jawa

Tengah

Jawa

Barat

Luar

Jawa

Jumlah

Respond

n

Kedung kandang21

(2470)52

(6118)9

(1059)3

(353)- 85

Sukun19

(2836)28

(4179)12

(1791)8

(1194)- 67

Klojen9

(1364)49

(7424)5

(758)3

(454)- 66

Blimbing31

(4306)33

(4563)6

(833)2

(278)- 72

Lowok Waru28

(4444)21

(3333)9

(1429)5

((794)- 63

Sumber Data Primer

Berdasarkan data pada tabel di atas menunjukkan bahwa umumnya kaum

migran berasal dari daerah Jawa Timur dan daerah Madura Untuk kecamatan Kedung

Kandang sebesar 6118 berasal dari Madura kemudian Kecamatan Sukun 4179

kaum Migran berasal juga dari Madura Kecamatan Klojen 7424 Kecamatan Blimbing

sebesar 4563 dan kecamatan Lowok Waru sebesar 3333 Dari kelima kecamatan

tersebut yang banyak di datangi oleh migran yang berasal dari daeah Madura adalah di

Kecamatan Kedung Kandang (6118) dan Kecamatan Klojen (7424) dan mereka

sengaja tinggal di dekat pusat perkotaan dengan tujuan memudahkan untuk aktifitas

kegiatan pekerjaannya yang rata-rata bergelut disektor informal (pedagang kaki lima)

331 Kondisi Tempat Tinggal Masyarakat Miskin Perkotaan

Dilihat dari tempat tinggal masyarakat miskin perkotaan rata-rata kondisi tempat

tinggalnya dengan model bangunan semi permanen dan permanen sederhanan dengan

memanfatkan kondisi tanah yang rawan bencana (longsor kebisingan kumuh dan

sebagainya)

Tabel

Kondisi Fisik Bangunan Rumah RTM

39

Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan

Kondisi Fisik RumahKecamatan

Sesek(papan)

SemiPermanen Permanen

Jumlahrespondn

Kedung kandang

11(1158)

52(5474)

32(3368) 95

Sukun20

(2353)33

(3882)32

(3765) 85

Klojen5

(667)31

(1733)39

(5200) 75

Blimbing3

(375)13

(1625)64

(8000) 80

Lowok Waru9

(1154)24

(3077)45

(5769) 78

Sumber Data Primer

dari data primer (tabel) menunjukkan bahwa sebagian besar tempat tinggal

masyarakat miskin perkotaan adalah semi permanen dan permanen akan tetapi dengan

ukuran ruang (luas bangunan) yang cukup minim Dan umumnya yang mereka lakukan

adalah dengan menyewa tanah dan atau menempati tanah rawan musibah adapun

kondisi perumahan masyarakat miskin perkotaan dapat dilihat pada gambar berikut

Gambar

Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin Perkotaan

40

Dari gambar di atas terlihat bahwa kondisi tempat tinggal mereka sangat rawan

dengan terjadinya bencana dan kekumuhan kondisi ini selain rawan terhadap adanya

bahaya tersebut juga sangat rawan dengan permasalahan kesehatan

34 Analisa Spasial

Informasi mengenai tipologi perekonomian masyarakat akan sangat membantu

pemerintah dalam menentukan kebijakan ekonomi di masa mendatang Dari informasi

tersebut dibuatlah peta potensi ekonomi dengan maksud merelevansikan antara potensi

ekonomi daerah dan kebijakan ekonomi Selain itu jika kebijakan ekonomi hanya

terfokus di suatu wilayah tertentu akan berdampak pada ketimpangan pertumbuhan

ekonomi Seperti dijelaskan sebelumnya inventarisasi sarana ekonomi sebuah wilayah

dilakukan dengan menggunakan pendekatan tipologi suatu wilayah Melalui pendekatan

ini selanjutnya dapat digambarkan wilayah majemuk dengan fenomena yang kompleks

dengan beberapa persamaan di dalamnya Maksudnya bahwa pada tipologi suatu

wilayah ada relevansinya dengan keberadaan potensi ekonomi maupun potensi sarana

ekonomi di wilayah tersebut Ini menandakan bahwa kebijakan pengembangan ekonomi

suatu wilayah diperlukan pengadaan sarana ekonomi yang tepat sedikitnya sesuai

dengan kondisi wilayah yang dibangun termasuk karakteristik kegiatan ekonomi yang

dilakukan oleh masyarakat setempat sehingga keberadaan sarana tersebut mampu

mendorong aktivitas ekonomi masyarakat dan pada akhirnya mengentaskan dan

menanggulangi kemiskinan

41

Di wilayah kabupaten pasuruan terdapat berbagai macam potensi ekonomi yang

belum tersentuh pengembangannya oleh pemerintah daerah Potensi yang terdapat di

wilayah tersebut bukan hanya pada potensi sumber daya alam melainkan juga potensii

sumber daya manusianya Untuk wilayah ssidoarjo perlu adanya perhatian mendalam

pada pengembangan sumber daya manusia karena di wilayah tersebut banyak sekali

potensi industri yang dapat berkembang Sedangkan untuk daerah malang hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa disinyalir masih terdapat kegiatan ekonomi maupun

sarana ekonomi yang menunjang kegiatan tersebut belum dimanfaatkan secara optimal

Keadaan ini menjadikan keduanya masih bersifat potensial dan memerlukan

penanganan pengelolannya agar dapat diperoleh output yang optimal pula Pengelolaan

optimal tersebut tentu masih memerlukan suatu pengkajian tersendiri untuk mengukur

sampai sejauh mana tingkat feasibilitasnya

Potensi sarana ekonomi kabupaten ssidoarjo kabupaten pasuruan dan Kota

Malang merujuk pada sarana ekonomi (dalam bentuk fisik) yang teridentifikasi di setiap

daerah maupun yang sudah terkompilasikan di tingkat kabupaten dan kota Potensi

tersebut dapat di petakan pada masing-masing kabupaten di wilayah Jawa Timur

melalui Peta berikut

Gambar Provinsi Jawa Timur

42

Gambar kota Malang

43

keterangan

daerah masyarakat miskin perkotaan

daerah potensi terjadinya kemiskinan

tidak ada potensi terjadnya kemiskinan

Sejalan dengan maksud di atas Pemerintah Kota Malang masih

perlu melakukan kajian mendalam tentang pengembangan potensi wilayah

sebagai salah satu upaya untuk mendukung pemulihan ekonomi yang

bersifat jangka menengah Dukungan kajian ini dilakukan dengan menggali

lebih dalam potensi yang dimiliki setiap kawasan di wilayah Kota Malang

Dengan demikian Pemerintah Kota Malang dengan mudah dapat mengambil

langkah-langkah menumbuh kembangkan potensi sarana ekonomi daerah

44

Kec Blimbing Industri (kecil-

menengah)Pariwisata Pertanianperumahanperdagangan

Kec Kedungkandang Industri (kecil-

menengah)Pertanianperumahan

Kec Sukun Industri kecilPendidikanperumahan

Kec Kolojen perdagangan PendidikanPerhotelanperkantoran

Kec Lowokwaruperumahan PendidikanIndustri (kecil-

menengah)

khususnya yang berada di pusat-pusat kegiatan produksi masyarakat yang

dianggap cukup strategis di Kota Malang

Sejalan dengan semakin meningkatnya peran serta dunia usaha

dan masyarakat di dalam pelaksanaan pembangunan maka program-

program pembangunan Kota Malang perlu disusun dengan

mempertimbangkan keterlibatan mereka Upaya ini dimaksudkan agar

Pemerintah Kota Malang lebih mudah mengefektifkan potensi sarana

ekonomi dan mengarahkannya untuk kepentingan pembangunan yang lebih

konsisten efektif dan efisien serta berkelanjutan dalam menanggulangi

kemiskinan

Secara keseluruhan penduduk miskin di wilayah kota malang masih tersebar

merata di seluruh kecamatan Kecuali di kecamatan Lowokwaru sebagian besar di

kecamatan ini tidak ada potensi kemiskinan Hal tersebut dikarenakan banyaknya

industry pendidikan seperti UMM UNISMA UNIGA Brawijaya ITN UM dll Dengan

banyaknya perguruan tinggi di wilayah tersebut maka potensi perekonomian semakin

besar Tidak sedikit masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang makanan karena

untuk memnuhi kebutuhan para mahasiswa

Pada data dikatakan bahwa rata-rata pendapatan di kecamatan Lowokwaru

masih besar padahal menurut analisis spasial potensi terjadinya kemiskinan sangat

kecil Pada analisi ekonomi diindentifikasi bahwa banyak masyarakat yang

berpendapatan dibawah 400 ribu Hal tersebut terjadi pada masyarakat yang tinggal di

daerah pesisir sungai Masih banyak masyarakat yang tinggal di Daerah Aliran Sungai

tidak memiliki kesempatan kemampuan untuk bersaing dengan masyarakat yang tidak

tiggal di Daerah Aliran Sungai Di perkirakan masyarakat yang menempati DAS

merupakan masyarakat pendatang yang berurbanisasi dengan tidak membawa suatu

keahlian

Potensi kemiskinan terbesar dapat terjadi di Kecamatan Sukun Banyak

masyarakat di daerah ini yang memiliki pendapatan dibawah 400 ribu Jika kita

bandingkan dengan kecamatan Lowokwaru potensi kemiskinan di daerah kecamatan

Sukun tidak hanya terjadi di DAS namun juga pada masyarakat lainnya Banyak faktor

yang mengindikasikan potensi kemiskinan salah satu faktor utama adalah sulitnya

pemasaran dan persaingan yang ketat Meski kegiatan masyarakat di kecamatan

Lowokwaru dengan kecamatan Sukun relatif sama namun di kecamatan Lowokwaru

45

pemasaran barang dan jasa yang diproduksi tidak sesulit di kecamatan Sukun meski

ada persaingan

Hampir memeratanya potensi masyarakat miskin di kecamatan Sukun

menimbulkan dampak di kecamatan Kedungkandang terutama di perbatasan diantara

kedua kecamatan tersebut Menurut survey yang dilakukan memang sebagian besar

masyarakat miskin berpotensi di DAS Dapat dilihat di peta bahwa gambar merah

bersinggungan antara kedua kecamatan dan di kedua wilayah tersebut dialiri sungai

yang sama namun jika kita lihat kebawahnya warna kecamatan Kedungkandang mulai

ada yang Hijau Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat diluar DAS mempunyai

usaha yang berhubungan positif dengan pendapatan seperti pertanian

Berbeda halnya di kecamatan Klojen kecamatan ini merupakan pusat

pemerintahan kota Malang Banyak warga di kecamatan ini yang berprofesi sebagai

pegawai negeri sipil Memang masih terindikasi adanya kemiskinan di daerah tersebut

namun kemiskinan itu timbul karena mereka yang tidak mempunyai kesempatan dan

daya tawar diri mereka Kebanyakan yang tidak memiliki daya tawar diri yang tinggi

adalah mereka para pendatang yang tidak membawa keahlian kemudian mereka

tinggal di DAS dan berprofesi sebagai buruh tani buruh pabrik ataupun yang lainnya

yang tidak membutuhkan keahlian lebih

Bab V Kesimpulan dan Saran

Setelah melalui beberapa tahapan analisis dalam mengidentifikasi kemiskinan

perkotaan di beberapa wiayah Jawa Timur terdapat beberapa kesimpulan yaitu

1 Didapat bahwa sebaran penduduk miskin berkosentrasi pada daerah

sepanjang aliran sungai dan ada beberapa kota yang mengindikasikan

bahwa penduduk miskin berasal dari pendatang dari luar kota

2 Dalam penanggulangan kemiskinan pemerintah sudah banyak

mengeluarkan berbagai macam program pengentasan kemiskinan seperti

P2K P2KP BLT dll namun dalam aplikasinya banyak program yang belum

tepat sasaran

3 Ada beberapa karakteristik yang menarik dalam pengentasan kemiskinan

diantaranya bahwa dalam mengentaskan masyarakat miskin metode yang

46

diterapkan lebih kepada pembinaan keahlian dan mentalitas karena

seperti yang terdapat di kota malang masyarakat miskin dipicu dari

kebiasaan atau mentalitas dari masyarakat tersebut dalam kehidupan

sehari-hari Riset menemukan meskipun masyarakat miskin diberikan

bantuan uang seperti BLT namun bantuan tersebut tidak diperuntukkan

kepada pengembangan usaha namun habis untuk konsumsi begitu pula

dengan program ndash program pengentasan kemiskinan yang lainnya

Saran

Dalam pengentasan kemiskinan disarankan kepada pemerintah untuk mencari

data kemiskinan yang akurat dengan tujuan pemberian bantuan dalam rangka

pengentasan kemiskinan dapat terserap tepat pada masyarakat yang dituju Selain itu

untuk mengentaskan masyarakat yang bertipikal ldquokultur miskinrdquo harus banyak diberikan

pelatihan dan pembinaan mental

47

DAFTAR PUSTAKA

Blakely Edward J (1989) Planning Local Economic Development Theory and Practice Sage Library of Social Research 168 Sage Publication

BPS (1999) Perkembangan Tingkat Kemiskinan dan Beberapa Dimensi Sosial Ekonominya 1996-1999 Jakarta BPS

Budi Soeradji Mubyarto (1998) Gerakan Penanggulangan Kemiskinan Laporan

Penelitian di Daerah-Daerah Yogyakarta Aditya Media

Faisal Basri (2002) Perekonomian Indonesia Tantangan dan Harapan bagi Kebangkitan Indonesia Jakarta Erlangga

Fei J C H amp Gustav R (1964) Development Economics What Next In a Ranis G P Schulta (Ed) The State of Development Economics

Gunawan Sumodiningrat (1999) Penanggulangan Krisis Harus Memihak Rakyat Disampaikan pada konferensi pers untuk launcing The Economic and Social Survey of Asia and the Pacific 1999 (ESCAP) di UNIC Jakarta

Kuncoro M (2000) Ekonomi Pembangunan Teori Masalah dan Kebijakan (1st ed) Yogyakarta UPP AMP YKPN

Kuncoro M (2004) Otonomi dan Pembangunan Daerah Reformasi Perencanaan Strategi dan Peluang Jakarata Erlangga

Mellor J W (1976) The New Economies of Growth A Strategy for India and the Developing Countries Cornell Cornell University Press

Nurkse R (1953) Problem of Capital Formation in Underdeveloped Countries In Meier Gerald M Leading Issues in Economic Development edisi ke 6 Oxford University Press Oxford

Rintuh Cornelis amp Miar (2005) Kelembagaan dan Ekonomi Rakyat BPFE-UGM Yogyakarta

Sharp Ansel M Charles A Register and Paul W Cerimes (1996) Economics of Social Issues edisi ke 12 Richard D Chicago Irwin

Sumarto Sudarno (2002) ldquoGrowth Inequality and Poverty Evidence from Micro Datardquo Makala dalam The Young Economics Seminar Jakarta World Bank

48

Page 29: Makalah akp

6 Becak

1 2

3 356 100

7 Sopir Angkutan

2 6 1

9 10100 300 30

8 Wiraswasta

1 2 7

10 1150 100 212

9 Bengkel

4 5

9 10200 152

10 Buruh Pabrik

5 5

10 11250 152

11 Lain-lain

8

8 9242

Jumlah 18 20 20 33 91 100

Karakteristik pendapatan masyarakat di daerah perkotaan kabupaten sidoarjo

menunjukkan kesamaan dari kabupaten pasuruan Secara keseluruhan responden yang

berpenghasilan di atas 500 ribu di dominasi oleh masyarakat yang mempunyai

pekerjaan sebagai wiraswasta bengkel buruh pabrik dll Jika ditelaah lebih lanjut

memang untuk golongan buruh pabrik mereka berpenghasilan ditas 500 ribu karena ada

jaminan dari pemerintah mengenai pendapatan minimum melalui UMR Sedangkan

masyarakat yang bekerja di bengkel mendapatkan pendapatan yang tinggi karena

sidoarjo merupakan daerah industry sehingga tidak sedikit masyarakat yang

menggunakan kendaraan bermotor dalam aktifitasnya

Tabel

Keahlian Yang Dimiliki Masyarakat kabupaten sidoarjo

NoJenis

Pekerjaan Responden

Wiraswasta BengkelMontir

SopirTukang

BangunanDagang

Lain-lain

jumlah

1Tidak

Bekerja

2 Buruh Pasar

5 6 718 1831 43 37

3 6 8 14 14

29

Kuli 46

4 Pemulung

6 7 13 13 23 54

5 Pedagang

8 3 11 1150 30

6 Becak

8 8 8 57

7Sopir

Angkutan

5 49 9 19 21

8 Wiraswasta

3 5 8 8 30 19

9 Bengkel

4 4 4 15

10Buruh Pabrik

11 Lain-lain

3 4 6 13 1319 40 23

Jumlah 16 10 26 13 14 19 98 100

Menurut survey yang telah dilakukan ternyata tipikal masyarakat sidoarjo dan

pasuruan untuk kategori keahlian yang dimiliki adalah sama penyebarannya Untuk

kabupaten sidoarjo jenis pekerjaan terbanyak adalah buruh pasar dengan keahlian yang

dimiliki berdagang serta ada yang memiliki keahlian sebagai tukang sepatu

Keberagaman jumlah responden menunjukkan keberagaman pekerjaan masyarakat

yang dijadikan sebagai obyek penelitian Menurut hasil penelitian digambarkan bahwa

seorang yang berprofesi sebagai pemulung ternyata juga memiliki keahlian di bidang

lainnya seperti tukang bangunan bahkan sopir Dari informasi yang dimiliki tersebut

diharapkan pemerintah dapat memberikan bantuan sesuai dengan bidang profesi

masyarakat atau keahlian masyarakat itu sendiri

30

Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan

NoJenis

Pekerjaan Responden

Tempat Usaha

Alat Modal Pemasaran jumlah

1Tidak

Bekerja

0 0

2Buruh Pasar

2 8 10 01020418 15

3Kuli

Bangunan

1 3 6 10 01020414 14 12

4 Pemulung

1 8 9 00918374 15

5 Pedagang

10 2 4 16 016326540 10 8

6 Becak

2 4 6 12 01224498 19 12

7Sopir

Angkutan

2 6 8 00816338 12

8 Wiraswasta

3 7 10 0102041 14 13

9 Bengkel

5 6 11 0112245 24 12

10Buruh Pabrik

0 0

11 Lain-lain

7 4 1 12 012244928 19 2

Jumlah 25 21 52 0 98

Masyarakat daerah sidoarjo untuk segala jenis pekerjaan yang dijadikan subyek

penelitian menyatakan bahwa masyarakat memilih diberikan bantuan modal alat dan

tempat usaha Sedangkan untuk aspek pemasaran masyarakat sidoarjo tidak begitu

memerlukan bantuan Karena jika kita perhatikan kabupaten sidoarjo terletak di urat nadi

perekonomian jawa timur sehingga diharapkan pemasaran tidak menjadi kendala Dari

98 orang yang dijadikan responden sebanyak 52 orang dari berbagai macam profesi

menginginkan bantuan modal usaha

31

Berdasarkan hasil data skunder yang telah dilakukan terhadap seluruh

rumahtangga miskin yang ada di Kota Malang maka gambaran lokasi rumahtangga

misikin yang ada di Kota Malang seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini

Tabel

Jumlah Keluarga Miskin Masing-Masing Kecamatan

Di Kota Malang

No Kecamatan Jumlah Rumah Tangga

Prosentase

1 Kedungkandang 6635 2730

2 Sukun 6255 2574

3 Klojen 3432 1412

4 Blimbing 4158 1711

5 Lowok Waru 3821 1572 Sumber Pemkot Malang 2006

Data di atas menunjukkan jumlah rumah tangga miskin yang ada di kota malang

di masing-masing Kecamatan Dari 5 kecamatan yang ada dikota Malang jumlah

kemiskinannya adalah sebagai berikut Kecamatan yang paling tinggi angka

kemiskinannya adalah kecamatan Kedungkandang yaitu sebesar 2730 kecamatan

Sukun sebesar 2574 kemudian Kecamatan Lowok Waru sebesar 1572

Kecamatan Blimbing 1711 dan angka terendah Rumah tangga miskinnya adalah

kecamatan Klojen yairu sebesar 1412

Gambar

Jumlah keluarga Miskin di Kota Malang

0 1 2 3 4 5 6 7

Kedungkandang

Sukun

Klojen

Blimbing

Lowok Waru

Jumlah Rumah Tangga

32

Berdasarkan gambaan di atas jumlah rumah tangga miskin di kota malang

berada pada daerah-daeah tertentu (Kedungkandang dan Sukun) wilayah ini merupakan

wilayah pinggiran kota yang padat dengan jumlah penduduknya Kecamatan

Kedungkandang merupakan daerah yang umumnya pdat penduduk dan daerah tersebut

merupakan daerah pinggiran kota serta rata-rata penduduknya memiliki mata

pencaharian pedagang Daerah tersebut juga merupakan daerah pusat-pusat industri

kecil dan yang lebih telihat bahwa kebanyakan rumah tangga miskin bertempat tinggal

di daerah aliran sungai brantas (DAS Brantas) serta di pinggiran jalur kereta api

Berbeda halnya dengan kecamatan Sukun daerah ini selain terdapatnya pusat

perdagangan juga merupakan daerah industri kecil (home industri) Keberadaan rumah

tangga miskin selain rata-rata kehidupannya berdagang juga bertempat tinggal pada

daerah-daerah perkampungan

33 Aspek Kultural Pada Masyarakat Miskin

Urbanisasi merupakan salah satu faktor pemicu perkembangan kota terjadinya

perpindahan penduduk dari desa ke kota disebabkan oleh berbagai faktor baik faktor

pearik maupun pendorong perkembangan industri dan perdagangan di kota merupakan

faktor penarik yang menyebabkan orang untuk berdatangan dan tinggal di daerah

perkotaan Keinginan untuk dapat mendapatkan penghasilan dan pekerjaan yang lebih

baik untuk mencukupi kebutuhan hidup merupakan penyebab utama terjadinya

urbanisasi Namun kondisi tersebut tidak seiring dengan kualitas pendidikan dan

ketrampilan yang memadai sehingga mereka tidak dapat ditampung di sektor formal

melainkan menggantungkan hidupnya pada sektor informal yang kurang menentu

Selain itu yang menjadi faktor pendorong terjadinya urbanisasi adalah kondisi fasilitas di

daerah asal (pedesaan) kurang memadai serta semakin menyempitnya lahan pertanian

dan peluang pekerjaan

Pertambahan penduduk di kota yang sangat tinggi menyebabkan berbagai

permasalahan sosial permasalahan yang muncul adalah adanya perkampungan kumuh

dan perumahan liar di pinggiran kota dan umumnya di daerah pinggiran aliran sungai

brantas (DAS) Masalah tersebut disebabkan oleh ketidak mampuan masyarakat miskin

perkotaan untuk memiliki rumah yang layak huni Penyebab lainnya adalah ketidak

mampuan pemerintah kota untuk menyediakan sarana bagi masyarakat miskin

33

perkotaan Pembangunan perkotaan senantiasa bukan memberikan solusi dalam

pengentasan kemiskinan perkotaan melainkan sebaliknya yaitu menjadikan proses

penggusuran dan semakin terdesaknya kehidupan masyarakat miskin tersebut

Tabel

Daerah Asal Responden sidoarjo

NoJenis

Pekerjaan Responden

Jawa Timur Non

Madura

Madura Jawa Barat

Jawa Tengah

Luar Jawa

jumlah

1Tidak

Bekerja

2Buruh Pasar

8 1 1 10 1011 7 7

3Kuli

Bangunan

7 2 1 10 1010 14 7

4 Pemulung

9 9 913

5 Pedagang

10 10 1014

6 Becak

8 1 2 11 1111 7 14

7Sopir

Angkutan

10 10 1014

8 Wiraswasta

8 6 14 1411 43

9 Bengkel

10Buruh Pabrik

8 2 10 1011 14

11 Lain-lain

2 2 10 14 143 14 71

Jumlah 70 14 0 14 0 98 100

Dari data diatas sebagian besar kaum migrant untuk setiap profesi berasal dari

jawa timur Di definisikan jawa timur karena seluruh masyarakat urban berasal dari jawa

timur kecuali Madura Ada beberapa alasan dari responden mengapa mereka

melakukan urbanisasi salah satunya adalah untuk memperbaiki taraf ekonomi karena

kabupaten sidoarjo dianggap sebagai kabupaten yang memiliki potensi yang cukup

34

tinggi dalam bidang industry Profesi terbanyak yang diminati oleh pendatang adalah

sebagai pedagang dan sebagai sopir

Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin

pada kabupaten sidoarjo dapat diperhatikan gambar di bawah ini

Gambar

Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin

35

Tabel

Daerah Asal Responden pasuruan

NoJenis

Pekerjaan Responden

Jawa Timur Non

Madura

Madura Jawa Barat

Jawa Tengah

Luar Jawa

jumlah

1 Tidak Bekerja

2 Buruh Pasar

4 4 24

3 Kuli Bangunan

5 5 55

4 Pemulung

10 10 1011

5 Pedagang

20 20 2022

6 Becak

8 2 10 109 33

7Sopir

Angkutan

0 0

8 Wiraswasta

0 0

9 Bengkel

10 Buruh Pabrik

15 4 19 1916 67

11 Lain-lain

30 30 3133

Jumlah 92 6 98 98 98

Sama seperti pada kabupaten sidoarjo sebagian besar pendatang adalah dari

wilayah jawa timur Pendatang sebagian besar berprofesi sebagai pedagang karena

wilayah sidoarjo selain sebagai sentra industry provinsi jawa timur juga sebagai urat nadi

perekonomian jawa timur Sehingga bagi para pedagang akan sangat menguntungkan

karena di lewati dari berbagai wilayah di jawa timur

Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin

pada kabupaten pasuruan dapat diperhatikan gambar di bawah ini

Gambar

36

Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin

Tabel 5Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan di kota malang

Lama Tinggal (Tahun)Kecamatan

pddkAsli le 2 3 - 6 7 - 9 ge 10

Jumlahrespondn

Kedung kandang10

(1053)- 3

(316)11

(1158)71

(1473) 95

18 - - 15 52

37

Sukun (2118) (1764) (6118) 85

Klojen9

(1200)5

(667)12

(1600)9

(1200)40

(5333) 75

Blimbing8

(100)2

(25)- 8

(100)62

(775) 80

Lowok Waru15

(1923)- - 7

(897)56

(7180) 78

Sumber Data Primer

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa dari responden (keluarga miskin)

perkotaan sebagian besar bukan penduduk asli daerah kota Malang melainkan

pendatang yang merupakan kaum migran dan menetap di kota Malang kecamatan

kedung Kandang merupakan daerah yang padat penduduknya dimana 1473

menunjukkan jumlah responden yang sudah lama tinggal di kota malang (di atas 10

tahun) bahkan beberapa responden sudah turun-menurun dari keluarga mereka

Kecamatan Sukun yang merupakan kaum pendatang yang tinggal di kota Malang sudah

puluhan tahun sebanyak 6118 dari responden yang ada Kecamatan Klojen sebesar

5333 Kecamatan Blimbing sebanyak 775 dan untuk kecamatan Lowok Waru

sebanyak 7180 dari masing-masing responden di tingkat kecamatan Kondisi ini

menjelaskan bahwa masyarakat miskin perkotaan adalah rata-rata kaum migran yang

sengaja datang ke kota Malang untuk mencari kehidupan yang lebih baik dari daerah

asal mereka Umumnya mereka datang sebagai migran tetap dan keberadaan mereka

sudah terbiasa hidup dalam kondisi serba kekurangan Beberapa responden yang

ditemui juga menjelaskan bahwa sebagai kaum pendatang sudah tidak asing lagi

dengan kehidupan masyarakat di kota Malang Umumnya mereka membaur dengan

masyarakat pendatang lainnya dengan hidup di kepadatan penduduk kota Malang

Salain dilihat dari lamanya masayarakat pendatang (migran tetap) tinggal di kota

Malang dapat pula dijelaskan mengenai temapat asal (daerah asal) responden untuk

melihat derah asal rumah tangga miskin perkotaan dapat kita bagi dengan

menggunakan batasan daerah (wilayah) Dimana wilayah pembagiannya adalah

mereka yang berasal dari daerah Jawa Timur (non-Madura) daerah Madura daerah

Jawa Tengah Jawa Barat dan Luar Jawa Adapun gambaran daerah asal rumah

tangga miskin perkotaan dapat dilihat pada tabel berikut

38

Tabel

Daerah Asal Responden

Daerah

Asal

Kecamatan

Jawa

Timur

Non-

Madura

Madur

a

Jawa

Tengah

Jawa

Barat

Luar

Jawa

Jumlah

Respond

n

Kedung kandang21

(2470)52

(6118)9

(1059)3

(353)- 85

Sukun19

(2836)28

(4179)12

(1791)8

(1194)- 67

Klojen9

(1364)49

(7424)5

(758)3

(454)- 66

Blimbing31

(4306)33

(4563)6

(833)2

(278)- 72

Lowok Waru28

(4444)21

(3333)9

(1429)5

((794)- 63

Sumber Data Primer

Berdasarkan data pada tabel di atas menunjukkan bahwa umumnya kaum

migran berasal dari daerah Jawa Timur dan daerah Madura Untuk kecamatan Kedung

Kandang sebesar 6118 berasal dari Madura kemudian Kecamatan Sukun 4179

kaum Migran berasal juga dari Madura Kecamatan Klojen 7424 Kecamatan Blimbing

sebesar 4563 dan kecamatan Lowok Waru sebesar 3333 Dari kelima kecamatan

tersebut yang banyak di datangi oleh migran yang berasal dari daeah Madura adalah di

Kecamatan Kedung Kandang (6118) dan Kecamatan Klojen (7424) dan mereka

sengaja tinggal di dekat pusat perkotaan dengan tujuan memudahkan untuk aktifitas

kegiatan pekerjaannya yang rata-rata bergelut disektor informal (pedagang kaki lima)

331 Kondisi Tempat Tinggal Masyarakat Miskin Perkotaan

Dilihat dari tempat tinggal masyarakat miskin perkotaan rata-rata kondisi tempat

tinggalnya dengan model bangunan semi permanen dan permanen sederhanan dengan

memanfatkan kondisi tanah yang rawan bencana (longsor kebisingan kumuh dan

sebagainya)

Tabel

Kondisi Fisik Bangunan Rumah RTM

39

Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan

Kondisi Fisik RumahKecamatan

Sesek(papan)

SemiPermanen Permanen

Jumlahrespondn

Kedung kandang

11(1158)

52(5474)

32(3368) 95

Sukun20

(2353)33

(3882)32

(3765) 85

Klojen5

(667)31

(1733)39

(5200) 75

Blimbing3

(375)13

(1625)64

(8000) 80

Lowok Waru9

(1154)24

(3077)45

(5769) 78

Sumber Data Primer

dari data primer (tabel) menunjukkan bahwa sebagian besar tempat tinggal

masyarakat miskin perkotaan adalah semi permanen dan permanen akan tetapi dengan

ukuran ruang (luas bangunan) yang cukup minim Dan umumnya yang mereka lakukan

adalah dengan menyewa tanah dan atau menempati tanah rawan musibah adapun

kondisi perumahan masyarakat miskin perkotaan dapat dilihat pada gambar berikut

Gambar

Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin Perkotaan

40

Dari gambar di atas terlihat bahwa kondisi tempat tinggal mereka sangat rawan

dengan terjadinya bencana dan kekumuhan kondisi ini selain rawan terhadap adanya

bahaya tersebut juga sangat rawan dengan permasalahan kesehatan

34 Analisa Spasial

Informasi mengenai tipologi perekonomian masyarakat akan sangat membantu

pemerintah dalam menentukan kebijakan ekonomi di masa mendatang Dari informasi

tersebut dibuatlah peta potensi ekonomi dengan maksud merelevansikan antara potensi

ekonomi daerah dan kebijakan ekonomi Selain itu jika kebijakan ekonomi hanya

terfokus di suatu wilayah tertentu akan berdampak pada ketimpangan pertumbuhan

ekonomi Seperti dijelaskan sebelumnya inventarisasi sarana ekonomi sebuah wilayah

dilakukan dengan menggunakan pendekatan tipologi suatu wilayah Melalui pendekatan

ini selanjutnya dapat digambarkan wilayah majemuk dengan fenomena yang kompleks

dengan beberapa persamaan di dalamnya Maksudnya bahwa pada tipologi suatu

wilayah ada relevansinya dengan keberadaan potensi ekonomi maupun potensi sarana

ekonomi di wilayah tersebut Ini menandakan bahwa kebijakan pengembangan ekonomi

suatu wilayah diperlukan pengadaan sarana ekonomi yang tepat sedikitnya sesuai

dengan kondisi wilayah yang dibangun termasuk karakteristik kegiatan ekonomi yang

dilakukan oleh masyarakat setempat sehingga keberadaan sarana tersebut mampu

mendorong aktivitas ekonomi masyarakat dan pada akhirnya mengentaskan dan

menanggulangi kemiskinan

41

Di wilayah kabupaten pasuruan terdapat berbagai macam potensi ekonomi yang

belum tersentuh pengembangannya oleh pemerintah daerah Potensi yang terdapat di

wilayah tersebut bukan hanya pada potensi sumber daya alam melainkan juga potensii

sumber daya manusianya Untuk wilayah ssidoarjo perlu adanya perhatian mendalam

pada pengembangan sumber daya manusia karena di wilayah tersebut banyak sekali

potensi industri yang dapat berkembang Sedangkan untuk daerah malang hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa disinyalir masih terdapat kegiatan ekonomi maupun

sarana ekonomi yang menunjang kegiatan tersebut belum dimanfaatkan secara optimal

Keadaan ini menjadikan keduanya masih bersifat potensial dan memerlukan

penanganan pengelolannya agar dapat diperoleh output yang optimal pula Pengelolaan

optimal tersebut tentu masih memerlukan suatu pengkajian tersendiri untuk mengukur

sampai sejauh mana tingkat feasibilitasnya

Potensi sarana ekonomi kabupaten ssidoarjo kabupaten pasuruan dan Kota

Malang merujuk pada sarana ekonomi (dalam bentuk fisik) yang teridentifikasi di setiap

daerah maupun yang sudah terkompilasikan di tingkat kabupaten dan kota Potensi

tersebut dapat di petakan pada masing-masing kabupaten di wilayah Jawa Timur

melalui Peta berikut

Gambar Provinsi Jawa Timur

42

Gambar kota Malang

43

keterangan

daerah masyarakat miskin perkotaan

daerah potensi terjadinya kemiskinan

tidak ada potensi terjadnya kemiskinan

Sejalan dengan maksud di atas Pemerintah Kota Malang masih

perlu melakukan kajian mendalam tentang pengembangan potensi wilayah

sebagai salah satu upaya untuk mendukung pemulihan ekonomi yang

bersifat jangka menengah Dukungan kajian ini dilakukan dengan menggali

lebih dalam potensi yang dimiliki setiap kawasan di wilayah Kota Malang

Dengan demikian Pemerintah Kota Malang dengan mudah dapat mengambil

langkah-langkah menumbuh kembangkan potensi sarana ekonomi daerah

44

Kec Blimbing Industri (kecil-

menengah)Pariwisata Pertanianperumahanperdagangan

Kec Kedungkandang Industri (kecil-

menengah)Pertanianperumahan

Kec Sukun Industri kecilPendidikanperumahan

Kec Kolojen perdagangan PendidikanPerhotelanperkantoran

Kec Lowokwaruperumahan PendidikanIndustri (kecil-

menengah)

khususnya yang berada di pusat-pusat kegiatan produksi masyarakat yang

dianggap cukup strategis di Kota Malang

Sejalan dengan semakin meningkatnya peran serta dunia usaha

dan masyarakat di dalam pelaksanaan pembangunan maka program-

program pembangunan Kota Malang perlu disusun dengan

mempertimbangkan keterlibatan mereka Upaya ini dimaksudkan agar

Pemerintah Kota Malang lebih mudah mengefektifkan potensi sarana

ekonomi dan mengarahkannya untuk kepentingan pembangunan yang lebih

konsisten efektif dan efisien serta berkelanjutan dalam menanggulangi

kemiskinan

Secara keseluruhan penduduk miskin di wilayah kota malang masih tersebar

merata di seluruh kecamatan Kecuali di kecamatan Lowokwaru sebagian besar di

kecamatan ini tidak ada potensi kemiskinan Hal tersebut dikarenakan banyaknya

industry pendidikan seperti UMM UNISMA UNIGA Brawijaya ITN UM dll Dengan

banyaknya perguruan tinggi di wilayah tersebut maka potensi perekonomian semakin

besar Tidak sedikit masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang makanan karena

untuk memnuhi kebutuhan para mahasiswa

Pada data dikatakan bahwa rata-rata pendapatan di kecamatan Lowokwaru

masih besar padahal menurut analisis spasial potensi terjadinya kemiskinan sangat

kecil Pada analisi ekonomi diindentifikasi bahwa banyak masyarakat yang

berpendapatan dibawah 400 ribu Hal tersebut terjadi pada masyarakat yang tinggal di

daerah pesisir sungai Masih banyak masyarakat yang tinggal di Daerah Aliran Sungai

tidak memiliki kesempatan kemampuan untuk bersaing dengan masyarakat yang tidak

tiggal di Daerah Aliran Sungai Di perkirakan masyarakat yang menempati DAS

merupakan masyarakat pendatang yang berurbanisasi dengan tidak membawa suatu

keahlian

Potensi kemiskinan terbesar dapat terjadi di Kecamatan Sukun Banyak

masyarakat di daerah ini yang memiliki pendapatan dibawah 400 ribu Jika kita

bandingkan dengan kecamatan Lowokwaru potensi kemiskinan di daerah kecamatan

Sukun tidak hanya terjadi di DAS namun juga pada masyarakat lainnya Banyak faktor

yang mengindikasikan potensi kemiskinan salah satu faktor utama adalah sulitnya

pemasaran dan persaingan yang ketat Meski kegiatan masyarakat di kecamatan

Lowokwaru dengan kecamatan Sukun relatif sama namun di kecamatan Lowokwaru

45

pemasaran barang dan jasa yang diproduksi tidak sesulit di kecamatan Sukun meski

ada persaingan

Hampir memeratanya potensi masyarakat miskin di kecamatan Sukun

menimbulkan dampak di kecamatan Kedungkandang terutama di perbatasan diantara

kedua kecamatan tersebut Menurut survey yang dilakukan memang sebagian besar

masyarakat miskin berpotensi di DAS Dapat dilihat di peta bahwa gambar merah

bersinggungan antara kedua kecamatan dan di kedua wilayah tersebut dialiri sungai

yang sama namun jika kita lihat kebawahnya warna kecamatan Kedungkandang mulai

ada yang Hijau Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat diluar DAS mempunyai

usaha yang berhubungan positif dengan pendapatan seperti pertanian

Berbeda halnya di kecamatan Klojen kecamatan ini merupakan pusat

pemerintahan kota Malang Banyak warga di kecamatan ini yang berprofesi sebagai

pegawai negeri sipil Memang masih terindikasi adanya kemiskinan di daerah tersebut

namun kemiskinan itu timbul karena mereka yang tidak mempunyai kesempatan dan

daya tawar diri mereka Kebanyakan yang tidak memiliki daya tawar diri yang tinggi

adalah mereka para pendatang yang tidak membawa keahlian kemudian mereka

tinggal di DAS dan berprofesi sebagai buruh tani buruh pabrik ataupun yang lainnya

yang tidak membutuhkan keahlian lebih

Bab V Kesimpulan dan Saran

Setelah melalui beberapa tahapan analisis dalam mengidentifikasi kemiskinan

perkotaan di beberapa wiayah Jawa Timur terdapat beberapa kesimpulan yaitu

1 Didapat bahwa sebaran penduduk miskin berkosentrasi pada daerah

sepanjang aliran sungai dan ada beberapa kota yang mengindikasikan

bahwa penduduk miskin berasal dari pendatang dari luar kota

2 Dalam penanggulangan kemiskinan pemerintah sudah banyak

mengeluarkan berbagai macam program pengentasan kemiskinan seperti

P2K P2KP BLT dll namun dalam aplikasinya banyak program yang belum

tepat sasaran

3 Ada beberapa karakteristik yang menarik dalam pengentasan kemiskinan

diantaranya bahwa dalam mengentaskan masyarakat miskin metode yang

46

diterapkan lebih kepada pembinaan keahlian dan mentalitas karena

seperti yang terdapat di kota malang masyarakat miskin dipicu dari

kebiasaan atau mentalitas dari masyarakat tersebut dalam kehidupan

sehari-hari Riset menemukan meskipun masyarakat miskin diberikan

bantuan uang seperti BLT namun bantuan tersebut tidak diperuntukkan

kepada pengembangan usaha namun habis untuk konsumsi begitu pula

dengan program ndash program pengentasan kemiskinan yang lainnya

Saran

Dalam pengentasan kemiskinan disarankan kepada pemerintah untuk mencari

data kemiskinan yang akurat dengan tujuan pemberian bantuan dalam rangka

pengentasan kemiskinan dapat terserap tepat pada masyarakat yang dituju Selain itu

untuk mengentaskan masyarakat yang bertipikal ldquokultur miskinrdquo harus banyak diberikan

pelatihan dan pembinaan mental

47

DAFTAR PUSTAKA

Blakely Edward J (1989) Planning Local Economic Development Theory and Practice Sage Library of Social Research 168 Sage Publication

BPS (1999) Perkembangan Tingkat Kemiskinan dan Beberapa Dimensi Sosial Ekonominya 1996-1999 Jakarta BPS

Budi Soeradji Mubyarto (1998) Gerakan Penanggulangan Kemiskinan Laporan

Penelitian di Daerah-Daerah Yogyakarta Aditya Media

Faisal Basri (2002) Perekonomian Indonesia Tantangan dan Harapan bagi Kebangkitan Indonesia Jakarta Erlangga

Fei J C H amp Gustav R (1964) Development Economics What Next In a Ranis G P Schulta (Ed) The State of Development Economics

Gunawan Sumodiningrat (1999) Penanggulangan Krisis Harus Memihak Rakyat Disampaikan pada konferensi pers untuk launcing The Economic and Social Survey of Asia and the Pacific 1999 (ESCAP) di UNIC Jakarta

Kuncoro M (2000) Ekonomi Pembangunan Teori Masalah dan Kebijakan (1st ed) Yogyakarta UPP AMP YKPN

Kuncoro M (2004) Otonomi dan Pembangunan Daerah Reformasi Perencanaan Strategi dan Peluang Jakarata Erlangga

Mellor J W (1976) The New Economies of Growth A Strategy for India and the Developing Countries Cornell Cornell University Press

Nurkse R (1953) Problem of Capital Formation in Underdeveloped Countries In Meier Gerald M Leading Issues in Economic Development edisi ke 6 Oxford University Press Oxford

Rintuh Cornelis amp Miar (2005) Kelembagaan dan Ekonomi Rakyat BPFE-UGM Yogyakarta

Sharp Ansel M Charles A Register and Paul W Cerimes (1996) Economics of Social Issues edisi ke 12 Richard D Chicago Irwin

Sumarto Sudarno (2002) ldquoGrowth Inequality and Poverty Evidence from Micro Datardquo Makala dalam The Young Economics Seminar Jakarta World Bank

48

Page 30: Makalah akp

Kuli 46

4 Pemulung

6 7 13 13 23 54

5 Pedagang

8 3 11 1150 30

6 Becak

8 8 8 57

7Sopir

Angkutan

5 49 9 19 21

8 Wiraswasta

3 5 8 8 30 19

9 Bengkel

4 4 4 15

10Buruh Pabrik

11 Lain-lain

3 4 6 13 1319 40 23

Jumlah 16 10 26 13 14 19 98 100

Menurut survey yang telah dilakukan ternyata tipikal masyarakat sidoarjo dan

pasuruan untuk kategori keahlian yang dimiliki adalah sama penyebarannya Untuk

kabupaten sidoarjo jenis pekerjaan terbanyak adalah buruh pasar dengan keahlian yang

dimiliki berdagang serta ada yang memiliki keahlian sebagai tukang sepatu

Keberagaman jumlah responden menunjukkan keberagaman pekerjaan masyarakat

yang dijadikan sebagai obyek penelitian Menurut hasil penelitian digambarkan bahwa

seorang yang berprofesi sebagai pemulung ternyata juga memiliki keahlian di bidang

lainnya seperti tukang bangunan bahkan sopir Dari informasi yang dimiliki tersebut

diharapkan pemerintah dapat memberikan bantuan sesuai dengan bidang profesi

masyarakat atau keahlian masyarakat itu sendiri

30

Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan

NoJenis

Pekerjaan Responden

Tempat Usaha

Alat Modal Pemasaran jumlah

1Tidak

Bekerja

0 0

2Buruh Pasar

2 8 10 01020418 15

3Kuli

Bangunan

1 3 6 10 01020414 14 12

4 Pemulung

1 8 9 00918374 15

5 Pedagang

10 2 4 16 016326540 10 8

6 Becak

2 4 6 12 01224498 19 12

7Sopir

Angkutan

2 6 8 00816338 12

8 Wiraswasta

3 7 10 0102041 14 13

9 Bengkel

5 6 11 0112245 24 12

10Buruh Pabrik

0 0

11 Lain-lain

7 4 1 12 012244928 19 2

Jumlah 25 21 52 0 98

Masyarakat daerah sidoarjo untuk segala jenis pekerjaan yang dijadikan subyek

penelitian menyatakan bahwa masyarakat memilih diberikan bantuan modal alat dan

tempat usaha Sedangkan untuk aspek pemasaran masyarakat sidoarjo tidak begitu

memerlukan bantuan Karena jika kita perhatikan kabupaten sidoarjo terletak di urat nadi

perekonomian jawa timur sehingga diharapkan pemasaran tidak menjadi kendala Dari

98 orang yang dijadikan responden sebanyak 52 orang dari berbagai macam profesi

menginginkan bantuan modal usaha

31

Berdasarkan hasil data skunder yang telah dilakukan terhadap seluruh

rumahtangga miskin yang ada di Kota Malang maka gambaran lokasi rumahtangga

misikin yang ada di Kota Malang seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini

Tabel

Jumlah Keluarga Miskin Masing-Masing Kecamatan

Di Kota Malang

No Kecamatan Jumlah Rumah Tangga

Prosentase

1 Kedungkandang 6635 2730

2 Sukun 6255 2574

3 Klojen 3432 1412

4 Blimbing 4158 1711

5 Lowok Waru 3821 1572 Sumber Pemkot Malang 2006

Data di atas menunjukkan jumlah rumah tangga miskin yang ada di kota malang

di masing-masing Kecamatan Dari 5 kecamatan yang ada dikota Malang jumlah

kemiskinannya adalah sebagai berikut Kecamatan yang paling tinggi angka

kemiskinannya adalah kecamatan Kedungkandang yaitu sebesar 2730 kecamatan

Sukun sebesar 2574 kemudian Kecamatan Lowok Waru sebesar 1572

Kecamatan Blimbing 1711 dan angka terendah Rumah tangga miskinnya adalah

kecamatan Klojen yairu sebesar 1412

Gambar

Jumlah keluarga Miskin di Kota Malang

0 1 2 3 4 5 6 7

Kedungkandang

Sukun

Klojen

Blimbing

Lowok Waru

Jumlah Rumah Tangga

32

Berdasarkan gambaan di atas jumlah rumah tangga miskin di kota malang

berada pada daerah-daeah tertentu (Kedungkandang dan Sukun) wilayah ini merupakan

wilayah pinggiran kota yang padat dengan jumlah penduduknya Kecamatan

Kedungkandang merupakan daerah yang umumnya pdat penduduk dan daerah tersebut

merupakan daerah pinggiran kota serta rata-rata penduduknya memiliki mata

pencaharian pedagang Daerah tersebut juga merupakan daerah pusat-pusat industri

kecil dan yang lebih telihat bahwa kebanyakan rumah tangga miskin bertempat tinggal

di daerah aliran sungai brantas (DAS Brantas) serta di pinggiran jalur kereta api

Berbeda halnya dengan kecamatan Sukun daerah ini selain terdapatnya pusat

perdagangan juga merupakan daerah industri kecil (home industri) Keberadaan rumah

tangga miskin selain rata-rata kehidupannya berdagang juga bertempat tinggal pada

daerah-daerah perkampungan

33 Aspek Kultural Pada Masyarakat Miskin

Urbanisasi merupakan salah satu faktor pemicu perkembangan kota terjadinya

perpindahan penduduk dari desa ke kota disebabkan oleh berbagai faktor baik faktor

pearik maupun pendorong perkembangan industri dan perdagangan di kota merupakan

faktor penarik yang menyebabkan orang untuk berdatangan dan tinggal di daerah

perkotaan Keinginan untuk dapat mendapatkan penghasilan dan pekerjaan yang lebih

baik untuk mencukupi kebutuhan hidup merupakan penyebab utama terjadinya

urbanisasi Namun kondisi tersebut tidak seiring dengan kualitas pendidikan dan

ketrampilan yang memadai sehingga mereka tidak dapat ditampung di sektor formal

melainkan menggantungkan hidupnya pada sektor informal yang kurang menentu

Selain itu yang menjadi faktor pendorong terjadinya urbanisasi adalah kondisi fasilitas di

daerah asal (pedesaan) kurang memadai serta semakin menyempitnya lahan pertanian

dan peluang pekerjaan

Pertambahan penduduk di kota yang sangat tinggi menyebabkan berbagai

permasalahan sosial permasalahan yang muncul adalah adanya perkampungan kumuh

dan perumahan liar di pinggiran kota dan umumnya di daerah pinggiran aliran sungai

brantas (DAS) Masalah tersebut disebabkan oleh ketidak mampuan masyarakat miskin

perkotaan untuk memiliki rumah yang layak huni Penyebab lainnya adalah ketidak

mampuan pemerintah kota untuk menyediakan sarana bagi masyarakat miskin

33

perkotaan Pembangunan perkotaan senantiasa bukan memberikan solusi dalam

pengentasan kemiskinan perkotaan melainkan sebaliknya yaitu menjadikan proses

penggusuran dan semakin terdesaknya kehidupan masyarakat miskin tersebut

Tabel

Daerah Asal Responden sidoarjo

NoJenis

Pekerjaan Responden

Jawa Timur Non

Madura

Madura Jawa Barat

Jawa Tengah

Luar Jawa

jumlah

1Tidak

Bekerja

2Buruh Pasar

8 1 1 10 1011 7 7

3Kuli

Bangunan

7 2 1 10 1010 14 7

4 Pemulung

9 9 913

5 Pedagang

10 10 1014

6 Becak

8 1 2 11 1111 7 14

7Sopir

Angkutan

10 10 1014

8 Wiraswasta

8 6 14 1411 43

9 Bengkel

10Buruh Pabrik

8 2 10 1011 14

11 Lain-lain

2 2 10 14 143 14 71

Jumlah 70 14 0 14 0 98 100

Dari data diatas sebagian besar kaum migrant untuk setiap profesi berasal dari

jawa timur Di definisikan jawa timur karena seluruh masyarakat urban berasal dari jawa

timur kecuali Madura Ada beberapa alasan dari responden mengapa mereka

melakukan urbanisasi salah satunya adalah untuk memperbaiki taraf ekonomi karena

kabupaten sidoarjo dianggap sebagai kabupaten yang memiliki potensi yang cukup

34

tinggi dalam bidang industry Profesi terbanyak yang diminati oleh pendatang adalah

sebagai pedagang dan sebagai sopir

Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin

pada kabupaten sidoarjo dapat diperhatikan gambar di bawah ini

Gambar

Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin

35

Tabel

Daerah Asal Responden pasuruan

NoJenis

Pekerjaan Responden

Jawa Timur Non

Madura

Madura Jawa Barat

Jawa Tengah

Luar Jawa

jumlah

1 Tidak Bekerja

2 Buruh Pasar

4 4 24

3 Kuli Bangunan

5 5 55

4 Pemulung

10 10 1011

5 Pedagang

20 20 2022

6 Becak

8 2 10 109 33

7Sopir

Angkutan

0 0

8 Wiraswasta

0 0

9 Bengkel

10 Buruh Pabrik

15 4 19 1916 67

11 Lain-lain

30 30 3133

Jumlah 92 6 98 98 98

Sama seperti pada kabupaten sidoarjo sebagian besar pendatang adalah dari

wilayah jawa timur Pendatang sebagian besar berprofesi sebagai pedagang karena

wilayah sidoarjo selain sebagai sentra industry provinsi jawa timur juga sebagai urat nadi

perekonomian jawa timur Sehingga bagi para pedagang akan sangat menguntungkan

karena di lewati dari berbagai wilayah di jawa timur

Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin

pada kabupaten pasuruan dapat diperhatikan gambar di bawah ini

Gambar

36

Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin

Tabel 5Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan di kota malang

Lama Tinggal (Tahun)Kecamatan

pddkAsli le 2 3 - 6 7 - 9 ge 10

Jumlahrespondn

Kedung kandang10

(1053)- 3

(316)11

(1158)71

(1473) 95

18 - - 15 52

37

Sukun (2118) (1764) (6118) 85

Klojen9

(1200)5

(667)12

(1600)9

(1200)40

(5333) 75

Blimbing8

(100)2

(25)- 8

(100)62

(775) 80

Lowok Waru15

(1923)- - 7

(897)56

(7180) 78

Sumber Data Primer

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa dari responden (keluarga miskin)

perkotaan sebagian besar bukan penduduk asli daerah kota Malang melainkan

pendatang yang merupakan kaum migran dan menetap di kota Malang kecamatan

kedung Kandang merupakan daerah yang padat penduduknya dimana 1473

menunjukkan jumlah responden yang sudah lama tinggal di kota malang (di atas 10

tahun) bahkan beberapa responden sudah turun-menurun dari keluarga mereka

Kecamatan Sukun yang merupakan kaum pendatang yang tinggal di kota Malang sudah

puluhan tahun sebanyak 6118 dari responden yang ada Kecamatan Klojen sebesar

5333 Kecamatan Blimbing sebanyak 775 dan untuk kecamatan Lowok Waru

sebanyak 7180 dari masing-masing responden di tingkat kecamatan Kondisi ini

menjelaskan bahwa masyarakat miskin perkotaan adalah rata-rata kaum migran yang

sengaja datang ke kota Malang untuk mencari kehidupan yang lebih baik dari daerah

asal mereka Umumnya mereka datang sebagai migran tetap dan keberadaan mereka

sudah terbiasa hidup dalam kondisi serba kekurangan Beberapa responden yang

ditemui juga menjelaskan bahwa sebagai kaum pendatang sudah tidak asing lagi

dengan kehidupan masyarakat di kota Malang Umumnya mereka membaur dengan

masyarakat pendatang lainnya dengan hidup di kepadatan penduduk kota Malang

Salain dilihat dari lamanya masayarakat pendatang (migran tetap) tinggal di kota

Malang dapat pula dijelaskan mengenai temapat asal (daerah asal) responden untuk

melihat derah asal rumah tangga miskin perkotaan dapat kita bagi dengan

menggunakan batasan daerah (wilayah) Dimana wilayah pembagiannya adalah

mereka yang berasal dari daerah Jawa Timur (non-Madura) daerah Madura daerah

Jawa Tengah Jawa Barat dan Luar Jawa Adapun gambaran daerah asal rumah

tangga miskin perkotaan dapat dilihat pada tabel berikut

38

Tabel

Daerah Asal Responden

Daerah

Asal

Kecamatan

Jawa

Timur

Non-

Madura

Madur

a

Jawa

Tengah

Jawa

Barat

Luar

Jawa

Jumlah

Respond

n

Kedung kandang21

(2470)52

(6118)9

(1059)3

(353)- 85

Sukun19

(2836)28

(4179)12

(1791)8

(1194)- 67

Klojen9

(1364)49

(7424)5

(758)3

(454)- 66

Blimbing31

(4306)33

(4563)6

(833)2

(278)- 72

Lowok Waru28

(4444)21

(3333)9

(1429)5

((794)- 63

Sumber Data Primer

Berdasarkan data pada tabel di atas menunjukkan bahwa umumnya kaum

migran berasal dari daerah Jawa Timur dan daerah Madura Untuk kecamatan Kedung

Kandang sebesar 6118 berasal dari Madura kemudian Kecamatan Sukun 4179

kaum Migran berasal juga dari Madura Kecamatan Klojen 7424 Kecamatan Blimbing

sebesar 4563 dan kecamatan Lowok Waru sebesar 3333 Dari kelima kecamatan

tersebut yang banyak di datangi oleh migran yang berasal dari daeah Madura adalah di

Kecamatan Kedung Kandang (6118) dan Kecamatan Klojen (7424) dan mereka

sengaja tinggal di dekat pusat perkotaan dengan tujuan memudahkan untuk aktifitas

kegiatan pekerjaannya yang rata-rata bergelut disektor informal (pedagang kaki lima)

331 Kondisi Tempat Tinggal Masyarakat Miskin Perkotaan

Dilihat dari tempat tinggal masyarakat miskin perkotaan rata-rata kondisi tempat

tinggalnya dengan model bangunan semi permanen dan permanen sederhanan dengan

memanfatkan kondisi tanah yang rawan bencana (longsor kebisingan kumuh dan

sebagainya)

Tabel

Kondisi Fisik Bangunan Rumah RTM

39

Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan

Kondisi Fisik RumahKecamatan

Sesek(papan)

SemiPermanen Permanen

Jumlahrespondn

Kedung kandang

11(1158)

52(5474)

32(3368) 95

Sukun20

(2353)33

(3882)32

(3765) 85

Klojen5

(667)31

(1733)39

(5200) 75

Blimbing3

(375)13

(1625)64

(8000) 80

Lowok Waru9

(1154)24

(3077)45

(5769) 78

Sumber Data Primer

dari data primer (tabel) menunjukkan bahwa sebagian besar tempat tinggal

masyarakat miskin perkotaan adalah semi permanen dan permanen akan tetapi dengan

ukuran ruang (luas bangunan) yang cukup minim Dan umumnya yang mereka lakukan

adalah dengan menyewa tanah dan atau menempati tanah rawan musibah adapun

kondisi perumahan masyarakat miskin perkotaan dapat dilihat pada gambar berikut

Gambar

Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin Perkotaan

40

Dari gambar di atas terlihat bahwa kondisi tempat tinggal mereka sangat rawan

dengan terjadinya bencana dan kekumuhan kondisi ini selain rawan terhadap adanya

bahaya tersebut juga sangat rawan dengan permasalahan kesehatan

34 Analisa Spasial

Informasi mengenai tipologi perekonomian masyarakat akan sangat membantu

pemerintah dalam menentukan kebijakan ekonomi di masa mendatang Dari informasi

tersebut dibuatlah peta potensi ekonomi dengan maksud merelevansikan antara potensi

ekonomi daerah dan kebijakan ekonomi Selain itu jika kebijakan ekonomi hanya

terfokus di suatu wilayah tertentu akan berdampak pada ketimpangan pertumbuhan

ekonomi Seperti dijelaskan sebelumnya inventarisasi sarana ekonomi sebuah wilayah

dilakukan dengan menggunakan pendekatan tipologi suatu wilayah Melalui pendekatan

ini selanjutnya dapat digambarkan wilayah majemuk dengan fenomena yang kompleks

dengan beberapa persamaan di dalamnya Maksudnya bahwa pada tipologi suatu

wilayah ada relevansinya dengan keberadaan potensi ekonomi maupun potensi sarana

ekonomi di wilayah tersebut Ini menandakan bahwa kebijakan pengembangan ekonomi

suatu wilayah diperlukan pengadaan sarana ekonomi yang tepat sedikitnya sesuai

dengan kondisi wilayah yang dibangun termasuk karakteristik kegiatan ekonomi yang

dilakukan oleh masyarakat setempat sehingga keberadaan sarana tersebut mampu

mendorong aktivitas ekonomi masyarakat dan pada akhirnya mengentaskan dan

menanggulangi kemiskinan

41

Di wilayah kabupaten pasuruan terdapat berbagai macam potensi ekonomi yang

belum tersentuh pengembangannya oleh pemerintah daerah Potensi yang terdapat di

wilayah tersebut bukan hanya pada potensi sumber daya alam melainkan juga potensii

sumber daya manusianya Untuk wilayah ssidoarjo perlu adanya perhatian mendalam

pada pengembangan sumber daya manusia karena di wilayah tersebut banyak sekali

potensi industri yang dapat berkembang Sedangkan untuk daerah malang hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa disinyalir masih terdapat kegiatan ekonomi maupun

sarana ekonomi yang menunjang kegiatan tersebut belum dimanfaatkan secara optimal

Keadaan ini menjadikan keduanya masih bersifat potensial dan memerlukan

penanganan pengelolannya agar dapat diperoleh output yang optimal pula Pengelolaan

optimal tersebut tentu masih memerlukan suatu pengkajian tersendiri untuk mengukur

sampai sejauh mana tingkat feasibilitasnya

Potensi sarana ekonomi kabupaten ssidoarjo kabupaten pasuruan dan Kota

Malang merujuk pada sarana ekonomi (dalam bentuk fisik) yang teridentifikasi di setiap

daerah maupun yang sudah terkompilasikan di tingkat kabupaten dan kota Potensi

tersebut dapat di petakan pada masing-masing kabupaten di wilayah Jawa Timur

melalui Peta berikut

Gambar Provinsi Jawa Timur

42

Gambar kota Malang

43

keterangan

daerah masyarakat miskin perkotaan

daerah potensi terjadinya kemiskinan

tidak ada potensi terjadnya kemiskinan

Sejalan dengan maksud di atas Pemerintah Kota Malang masih

perlu melakukan kajian mendalam tentang pengembangan potensi wilayah

sebagai salah satu upaya untuk mendukung pemulihan ekonomi yang

bersifat jangka menengah Dukungan kajian ini dilakukan dengan menggali

lebih dalam potensi yang dimiliki setiap kawasan di wilayah Kota Malang

Dengan demikian Pemerintah Kota Malang dengan mudah dapat mengambil

langkah-langkah menumbuh kembangkan potensi sarana ekonomi daerah

44

Kec Blimbing Industri (kecil-

menengah)Pariwisata Pertanianperumahanperdagangan

Kec Kedungkandang Industri (kecil-

menengah)Pertanianperumahan

Kec Sukun Industri kecilPendidikanperumahan

Kec Kolojen perdagangan PendidikanPerhotelanperkantoran

Kec Lowokwaruperumahan PendidikanIndustri (kecil-

menengah)

khususnya yang berada di pusat-pusat kegiatan produksi masyarakat yang

dianggap cukup strategis di Kota Malang

Sejalan dengan semakin meningkatnya peran serta dunia usaha

dan masyarakat di dalam pelaksanaan pembangunan maka program-

program pembangunan Kota Malang perlu disusun dengan

mempertimbangkan keterlibatan mereka Upaya ini dimaksudkan agar

Pemerintah Kota Malang lebih mudah mengefektifkan potensi sarana

ekonomi dan mengarahkannya untuk kepentingan pembangunan yang lebih

konsisten efektif dan efisien serta berkelanjutan dalam menanggulangi

kemiskinan

Secara keseluruhan penduduk miskin di wilayah kota malang masih tersebar

merata di seluruh kecamatan Kecuali di kecamatan Lowokwaru sebagian besar di

kecamatan ini tidak ada potensi kemiskinan Hal tersebut dikarenakan banyaknya

industry pendidikan seperti UMM UNISMA UNIGA Brawijaya ITN UM dll Dengan

banyaknya perguruan tinggi di wilayah tersebut maka potensi perekonomian semakin

besar Tidak sedikit masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang makanan karena

untuk memnuhi kebutuhan para mahasiswa

Pada data dikatakan bahwa rata-rata pendapatan di kecamatan Lowokwaru

masih besar padahal menurut analisis spasial potensi terjadinya kemiskinan sangat

kecil Pada analisi ekonomi diindentifikasi bahwa banyak masyarakat yang

berpendapatan dibawah 400 ribu Hal tersebut terjadi pada masyarakat yang tinggal di

daerah pesisir sungai Masih banyak masyarakat yang tinggal di Daerah Aliran Sungai

tidak memiliki kesempatan kemampuan untuk bersaing dengan masyarakat yang tidak

tiggal di Daerah Aliran Sungai Di perkirakan masyarakat yang menempati DAS

merupakan masyarakat pendatang yang berurbanisasi dengan tidak membawa suatu

keahlian

Potensi kemiskinan terbesar dapat terjadi di Kecamatan Sukun Banyak

masyarakat di daerah ini yang memiliki pendapatan dibawah 400 ribu Jika kita

bandingkan dengan kecamatan Lowokwaru potensi kemiskinan di daerah kecamatan

Sukun tidak hanya terjadi di DAS namun juga pada masyarakat lainnya Banyak faktor

yang mengindikasikan potensi kemiskinan salah satu faktor utama adalah sulitnya

pemasaran dan persaingan yang ketat Meski kegiatan masyarakat di kecamatan

Lowokwaru dengan kecamatan Sukun relatif sama namun di kecamatan Lowokwaru

45

pemasaran barang dan jasa yang diproduksi tidak sesulit di kecamatan Sukun meski

ada persaingan

Hampir memeratanya potensi masyarakat miskin di kecamatan Sukun

menimbulkan dampak di kecamatan Kedungkandang terutama di perbatasan diantara

kedua kecamatan tersebut Menurut survey yang dilakukan memang sebagian besar

masyarakat miskin berpotensi di DAS Dapat dilihat di peta bahwa gambar merah

bersinggungan antara kedua kecamatan dan di kedua wilayah tersebut dialiri sungai

yang sama namun jika kita lihat kebawahnya warna kecamatan Kedungkandang mulai

ada yang Hijau Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat diluar DAS mempunyai

usaha yang berhubungan positif dengan pendapatan seperti pertanian

Berbeda halnya di kecamatan Klojen kecamatan ini merupakan pusat

pemerintahan kota Malang Banyak warga di kecamatan ini yang berprofesi sebagai

pegawai negeri sipil Memang masih terindikasi adanya kemiskinan di daerah tersebut

namun kemiskinan itu timbul karena mereka yang tidak mempunyai kesempatan dan

daya tawar diri mereka Kebanyakan yang tidak memiliki daya tawar diri yang tinggi

adalah mereka para pendatang yang tidak membawa keahlian kemudian mereka

tinggal di DAS dan berprofesi sebagai buruh tani buruh pabrik ataupun yang lainnya

yang tidak membutuhkan keahlian lebih

Bab V Kesimpulan dan Saran

Setelah melalui beberapa tahapan analisis dalam mengidentifikasi kemiskinan

perkotaan di beberapa wiayah Jawa Timur terdapat beberapa kesimpulan yaitu

1 Didapat bahwa sebaran penduduk miskin berkosentrasi pada daerah

sepanjang aliran sungai dan ada beberapa kota yang mengindikasikan

bahwa penduduk miskin berasal dari pendatang dari luar kota

2 Dalam penanggulangan kemiskinan pemerintah sudah banyak

mengeluarkan berbagai macam program pengentasan kemiskinan seperti

P2K P2KP BLT dll namun dalam aplikasinya banyak program yang belum

tepat sasaran

3 Ada beberapa karakteristik yang menarik dalam pengentasan kemiskinan

diantaranya bahwa dalam mengentaskan masyarakat miskin metode yang

46

diterapkan lebih kepada pembinaan keahlian dan mentalitas karena

seperti yang terdapat di kota malang masyarakat miskin dipicu dari

kebiasaan atau mentalitas dari masyarakat tersebut dalam kehidupan

sehari-hari Riset menemukan meskipun masyarakat miskin diberikan

bantuan uang seperti BLT namun bantuan tersebut tidak diperuntukkan

kepada pengembangan usaha namun habis untuk konsumsi begitu pula

dengan program ndash program pengentasan kemiskinan yang lainnya

Saran

Dalam pengentasan kemiskinan disarankan kepada pemerintah untuk mencari

data kemiskinan yang akurat dengan tujuan pemberian bantuan dalam rangka

pengentasan kemiskinan dapat terserap tepat pada masyarakat yang dituju Selain itu

untuk mengentaskan masyarakat yang bertipikal ldquokultur miskinrdquo harus banyak diberikan

pelatihan dan pembinaan mental

47

DAFTAR PUSTAKA

Blakely Edward J (1989) Planning Local Economic Development Theory and Practice Sage Library of Social Research 168 Sage Publication

BPS (1999) Perkembangan Tingkat Kemiskinan dan Beberapa Dimensi Sosial Ekonominya 1996-1999 Jakarta BPS

Budi Soeradji Mubyarto (1998) Gerakan Penanggulangan Kemiskinan Laporan

Penelitian di Daerah-Daerah Yogyakarta Aditya Media

Faisal Basri (2002) Perekonomian Indonesia Tantangan dan Harapan bagi Kebangkitan Indonesia Jakarta Erlangga

Fei J C H amp Gustav R (1964) Development Economics What Next In a Ranis G P Schulta (Ed) The State of Development Economics

Gunawan Sumodiningrat (1999) Penanggulangan Krisis Harus Memihak Rakyat Disampaikan pada konferensi pers untuk launcing The Economic and Social Survey of Asia and the Pacific 1999 (ESCAP) di UNIC Jakarta

Kuncoro M (2000) Ekonomi Pembangunan Teori Masalah dan Kebijakan (1st ed) Yogyakarta UPP AMP YKPN

Kuncoro M (2004) Otonomi dan Pembangunan Daerah Reformasi Perencanaan Strategi dan Peluang Jakarata Erlangga

Mellor J W (1976) The New Economies of Growth A Strategy for India and the Developing Countries Cornell Cornell University Press

Nurkse R (1953) Problem of Capital Formation in Underdeveloped Countries In Meier Gerald M Leading Issues in Economic Development edisi ke 6 Oxford University Press Oxford

Rintuh Cornelis amp Miar (2005) Kelembagaan dan Ekonomi Rakyat BPFE-UGM Yogyakarta

Sharp Ansel M Charles A Register and Paul W Cerimes (1996) Economics of Social Issues edisi ke 12 Richard D Chicago Irwin

Sumarto Sudarno (2002) ldquoGrowth Inequality and Poverty Evidence from Micro Datardquo Makala dalam The Young Economics Seminar Jakarta World Bank

48

Page 31: Makalah akp

Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan

NoJenis

Pekerjaan Responden

Tempat Usaha

Alat Modal Pemasaran jumlah

1Tidak

Bekerja

0 0

2Buruh Pasar

2 8 10 01020418 15

3Kuli

Bangunan

1 3 6 10 01020414 14 12

4 Pemulung

1 8 9 00918374 15

5 Pedagang

10 2 4 16 016326540 10 8

6 Becak

2 4 6 12 01224498 19 12

7Sopir

Angkutan

2 6 8 00816338 12

8 Wiraswasta

3 7 10 0102041 14 13

9 Bengkel

5 6 11 0112245 24 12

10Buruh Pabrik

0 0

11 Lain-lain

7 4 1 12 012244928 19 2

Jumlah 25 21 52 0 98

Masyarakat daerah sidoarjo untuk segala jenis pekerjaan yang dijadikan subyek

penelitian menyatakan bahwa masyarakat memilih diberikan bantuan modal alat dan

tempat usaha Sedangkan untuk aspek pemasaran masyarakat sidoarjo tidak begitu

memerlukan bantuan Karena jika kita perhatikan kabupaten sidoarjo terletak di urat nadi

perekonomian jawa timur sehingga diharapkan pemasaran tidak menjadi kendala Dari

98 orang yang dijadikan responden sebanyak 52 orang dari berbagai macam profesi

menginginkan bantuan modal usaha

31

Berdasarkan hasil data skunder yang telah dilakukan terhadap seluruh

rumahtangga miskin yang ada di Kota Malang maka gambaran lokasi rumahtangga

misikin yang ada di Kota Malang seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini

Tabel

Jumlah Keluarga Miskin Masing-Masing Kecamatan

Di Kota Malang

No Kecamatan Jumlah Rumah Tangga

Prosentase

1 Kedungkandang 6635 2730

2 Sukun 6255 2574

3 Klojen 3432 1412

4 Blimbing 4158 1711

5 Lowok Waru 3821 1572 Sumber Pemkot Malang 2006

Data di atas menunjukkan jumlah rumah tangga miskin yang ada di kota malang

di masing-masing Kecamatan Dari 5 kecamatan yang ada dikota Malang jumlah

kemiskinannya adalah sebagai berikut Kecamatan yang paling tinggi angka

kemiskinannya adalah kecamatan Kedungkandang yaitu sebesar 2730 kecamatan

Sukun sebesar 2574 kemudian Kecamatan Lowok Waru sebesar 1572

Kecamatan Blimbing 1711 dan angka terendah Rumah tangga miskinnya adalah

kecamatan Klojen yairu sebesar 1412

Gambar

Jumlah keluarga Miskin di Kota Malang

0 1 2 3 4 5 6 7

Kedungkandang

Sukun

Klojen

Blimbing

Lowok Waru

Jumlah Rumah Tangga

32

Berdasarkan gambaan di atas jumlah rumah tangga miskin di kota malang

berada pada daerah-daeah tertentu (Kedungkandang dan Sukun) wilayah ini merupakan

wilayah pinggiran kota yang padat dengan jumlah penduduknya Kecamatan

Kedungkandang merupakan daerah yang umumnya pdat penduduk dan daerah tersebut

merupakan daerah pinggiran kota serta rata-rata penduduknya memiliki mata

pencaharian pedagang Daerah tersebut juga merupakan daerah pusat-pusat industri

kecil dan yang lebih telihat bahwa kebanyakan rumah tangga miskin bertempat tinggal

di daerah aliran sungai brantas (DAS Brantas) serta di pinggiran jalur kereta api

Berbeda halnya dengan kecamatan Sukun daerah ini selain terdapatnya pusat

perdagangan juga merupakan daerah industri kecil (home industri) Keberadaan rumah

tangga miskin selain rata-rata kehidupannya berdagang juga bertempat tinggal pada

daerah-daerah perkampungan

33 Aspek Kultural Pada Masyarakat Miskin

Urbanisasi merupakan salah satu faktor pemicu perkembangan kota terjadinya

perpindahan penduduk dari desa ke kota disebabkan oleh berbagai faktor baik faktor

pearik maupun pendorong perkembangan industri dan perdagangan di kota merupakan

faktor penarik yang menyebabkan orang untuk berdatangan dan tinggal di daerah

perkotaan Keinginan untuk dapat mendapatkan penghasilan dan pekerjaan yang lebih

baik untuk mencukupi kebutuhan hidup merupakan penyebab utama terjadinya

urbanisasi Namun kondisi tersebut tidak seiring dengan kualitas pendidikan dan

ketrampilan yang memadai sehingga mereka tidak dapat ditampung di sektor formal

melainkan menggantungkan hidupnya pada sektor informal yang kurang menentu

Selain itu yang menjadi faktor pendorong terjadinya urbanisasi adalah kondisi fasilitas di

daerah asal (pedesaan) kurang memadai serta semakin menyempitnya lahan pertanian

dan peluang pekerjaan

Pertambahan penduduk di kota yang sangat tinggi menyebabkan berbagai

permasalahan sosial permasalahan yang muncul adalah adanya perkampungan kumuh

dan perumahan liar di pinggiran kota dan umumnya di daerah pinggiran aliran sungai

brantas (DAS) Masalah tersebut disebabkan oleh ketidak mampuan masyarakat miskin

perkotaan untuk memiliki rumah yang layak huni Penyebab lainnya adalah ketidak

mampuan pemerintah kota untuk menyediakan sarana bagi masyarakat miskin

33

perkotaan Pembangunan perkotaan senantiasa bukan memberikan solusi dalam

pengentasan kemiskinan perkotaan melainkan sebaliknya yaitu menjadikan proses

penggusuran dan semakin terdesaknya kehidupan masyarakat miskin tersebut

Tabel

Daerah Asal Responden sidoarjo

NoJenis

Pekerjaan Responden

Jawa Timur Non

Madura

Madura Jawa Barat

Jawa Tengah

Luar Jawa

jumlah

1Tidak

Bekerja

2Buruh Pasar

8 1 1 10 1011 7 7

3Kuli

Bangunan

7 2 1 10 1010 14 7

4 Pemulung

9 9 913

5 Pedagang

10 10 1014

6 Becak

8 1 2 11 1111 7 14

7Sopir

Angkutan

10 10 1014

8 Wiraswasta

8 6 14 1411 43

9 Bengkel

10Buruh Pabrik

8 2 10 1011 14

11 Lain-lain

2 2 10 14 143 14 71

Jumlah 70 14 0 14 0 98 100

Dari data diatas sebagian besar kaum migrant untuk setiap profesi berasal dari

jawa timur Di definisikan jawa timur karena seluruh masyarakat urban berasal dari jawa

timur kecuali Madura Ada beberapa alasan dari responden mengapa mereka

melakukan urbanisasi salah satunya adalah untuk memperbaiki taraf ekonomi karena

kabupaten sidoarjo dianggap sebagai kabupaten yang memiliki potensi yang cukup

34

tinggi dalam bidang industry Profesi terbanyak yang diminati oleh pendatang adalah

sebagai pedagang dan sebagai sopir

Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin

pada kabupaten sidoarjo dapat diperhatikan gambar di bawah ini

Gambar

Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin

35

Tabel

Daerah Asal Responden pasuruan

NoJenis

Pekerjaan Responden

Jawa Timur Non

Madura

Madura Jawa Barat

Jawa Tengah

Luar Jawa

jumlah

1 Tidak Bekerja

2 Buruh Pasar

4 4 24

3 Kuli Bangunan

5 5 55

4 Pemulung

10 10 1011

5 Pedagang

20 20 2022

6 Becak

8 2 10 109 33

7Sopir

Angkutan

0 0

8 Wiraswasta

0 0

9 Bengkel

10 Buruh Pabrik

15 4 19 1916 67

11 Lain-lain

30 30 3133

Jumlah 92 6 98 98 98

Sama seperti pada kabupaten sidoarjo sebagian besar pendatang adalah dari

wilayah jawa timur Pendatang sebagian besar berprofesi sebagai pedagang karena

wilayah sidoarjo selain sebagai sentra industry provinsi jawa timur juga sebagai urat nadi

perekonomian jawa timur Sehingga bagi para pedagang akan sangat menguntungkan

karena di lewati dari berbagai wilayah di jawa timur

Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin

pada kabupaten pasuruan dapat diperhatikan gambar di bawah ini

Gambar

36

Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin

Tabel 5Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan di kota malang

Lama Tinggal (Tahun)Kecamatan

pddkAsli le 2 3 - 6 7 - 9 ge 10

Jumlahrespondn

Kedung kandang10

(1053)- 3

(316)11

(1158)71

(1473) 95

18 - - 15 52

37

Sukun (2118) (1764) (6118) 85

Klojen9

(1200)5

(667)12

(1600)9

(1200)40

(5333) 75

Blimbing8

(100)2

(25)- 8

(100)62

(775) 80

Lowok Waru15

(1923)- - 7

(897)56

(7180) 78

Sumber Data Primer

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa dari responden (keluarga miskin)

perkotaan sebagian besar bukan penduduk asli daerah kota Malang melainkan

pendatang yang merupakan kaum migran dan menetap di kota Malang kecamatan

kedung Kandang merupakan daerah yang padat penduduknya dimana 1473

menunjukkan jumlah responden yang sudah lama tinggal di kota malang (di atas 10

tahun) bahkan beberapa responden sudah turun-menurun dari keluarga mereka

Kecamatan Sukun yang merupakan kaum pendatang yang tinggal di kota Malang sudah

puluhan tahun sebanyak 6118 dari responden yang ada Kecamatan Klojen sebesar

5333 Kecamatan Blimbing sebanyak 775 dan untuk kecamatan Lowok Waru

sebanyak 7180 dari masing-masing responden di tingkat kecamatan Kondisi ini

menjelaskan bahwa masyarakat miskin perkotaan adalah rata-rata kaum migran yang

sengaja datang ke kota Malang untuk mencari kehidupan yang lebih baik dari daerah

asal mereka Umumnya mereka datang sebagai migran tetap dan keberadaan mereka

sudah terbiasa hidup dalam kondisi serba kekurangan Beberapa responden yang

ditemui juga menjelaskan bahwa sebagai kaum pendatang sudah tidak asing lagi

dengan kehidupan masyarakat di kota Malang Umumnya mereka membaur dengan

masyarakat pendatang lainnya dengan hidup di kepadatan penduduk kota Malang

Salain dilihat dari lamanya masayarakat pendatang (migran tetap) tinggal di kota

Malang dapat pula dijelaskan mengenai temapat asal (daerah asal) responden untuk

melihat derah asal rumah tangga miskin perkotaan dapat kita bagi dengan

menggunakan batasan daerah (wilayah) Dimana wilayah pembagiannya adalah

mereka yang berasal dari daerah Jawa Timur (non-Madura) daerah Madura daerah

Jawa Tengah Jawa Barat dan Luar Jawa Adapun gambaran daerah asal rumah

tangga miskin perkotaan dapat dilihat pada tabel berikut

38

Tabel

Daerah Asal Responden

Daerah

Asal

Kecamatan

Jawa

Timur

Non-

Madura

Madur

a

Jawa

Tengah

Jawa

Barat

Luar

Jawa

Jumlah

Respond

n

Kedung kandang21

(2470)52

(6118)9

(1059)3

(353)- 85

Sukun19

(2836)28

(4179)12

(1791)8

(1194)- 67

Klojen9

(1364)49

(7424)5

(758)3

(454)- 66

Blimbing31

(4306)33

(4563)6

(833)2

(278)- 72

Lowok Waru28

(4444)21

(3333)9

(1429)5

((794)- 63

Sumber Data Primer

Berdasarkan data pada tabel di atas menunjukkan bahwa umumnya kaum

migran berasal dari daerah Jawa Timur dan daerah Madura Untuk kecamatan Kedung

Kandang sebesar 6118 berasal dari Madura kemudian Kecamatan Sukun 4179

kaum Migran berasal juga dari Madura Kecamatan Klojen 7424 Kecamatan Blimbing

sebesar 4563 dan kecamatan Lowok Waru sebesar 3333 Dari kelima kecamatan

tersebut yang banyak di datangi oleh migran yang berasal dari daeah Madura adalah di

Kecamatan Kedung Kandang (6118) dan Kecamatan Klojen (7424) dan mereka

sengaja tinggal di dekat pusat perkotaan dengan tujuan memudahkan untuk aktifitas

kegiatan pekerjaannya yang rata-rata bergelut disektor informal (pedagang kaki lima)

331 Kondisi Tempat Tinggal Masyarakat Miskin Perkotaan

Dilihat dari tempat tinggal masyarakat miskin perkotaan rata-rata kondisi tempat

tinggalnya dengan model bangunan semi permanen dan permanen sederhanan dengan

memanfatkan kondisi tanah yang rawan bencana (longsor kebisingan kumuh dan

sebagainya)

Tabel

Kondisi Fisik Bangunan Rumah RTM

39

Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan

Kondisi Fisik RumahKecamatan

Sesek(papan)

SemiPermanen Permanen

Jumlahrespondn

Kedung kandang

11(1158)

52(5474)

32(3368) 95

Sukun20

(2353)33

(3882)32

(3765) 85

Klojen5

(667)31

(1733)39

(5200) 75

Blimbing3

(375)13

(1625)64

(8000) 80

Lowok Waru9

(1154)24

(3077)45

(5769) 78

Sumber Data Primer

dari data primer (tabel) menunjukkan bahwa sebagian besar tempat tinggal

masyarakat miskin perkotaan adalah semi permanen dan permanen akan tetapi dengan

ukuran ruang (luas bangunan) yang cukup minim Dan umumnya yang mereka lakukan

adalah dengan menyewa tanah dan atau menempati tanah rawan musibah adapun

kondisi perumahan masyarakat miskin perkotaan dapat dilihat pada gambar berikut

Gambar

Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin Perkotaan

40

Dari gambar di atas terlihat bahwa kondisi tempat tinggal mereka sangat rawan

dengan terjadinya bencana dan kekumuhan kondisi ini selain rawan terhadap adanya

bahaya tersebut juga sangat rawan dengan permasalahan kesehatan

34 Analisa Spasial

Informasi mengenai tipologi perekonomian masyarakat akan sangat membantu

pemerintah dalam menentukan kebijakan ekonomi di masa mendatang Dari informasi

tersebut dibuatlah peta potensi ekonomi dengan maksud merelevansikan antara potensi

ekonomi daerah dan kebijakan ekonomi Selain itu jika kebijakan ekonomi hanya

terfokus di suatu wilayah tertentu akan berdampak pada ketimpangan pertumbuhan

ekonomi Seperti dijelaskan sebelumnya inventarisasi sarana ekonomi sebuah wilayah

dilakukan dengan menggunakan pendekatan tipologi suatu wilayah Melalui pendekatan

ini selanjutnya dapat digambarkan wilayah majemuk dengan fenomena yang kompleks

dengan beberapa persamaan di dalamnya Maksudnya bahwa pada tipologi suatu

wilayah ada relevansinya dengan keberadaan potensi ekonomi maupun potensi sarana

ekonomi di wilayah tersebut Ini menandakan bahwa kebijakan pengembangan ekonomi

suatu wilayah diperlukan pengadaan sarana ekonomi yang tepat sedikitnya sesuai

dengan kondisi wilayah yang dibangun termasuk karakteristik kegiatan ekonomi yang

dilakukan oleh masyarakat setempat sehingga keberadaan sarana tersebut mampu

mendorong aktivitas ekonomi masyarakat dan pada akhirnya mengentaskan dan

menanggulangi kemiskinan

41

Di wilayah kabupaten pasuruan terdapat berbagai macam potensi ekonomi yang

belum tersentuh pengembangannya oleh pemerintah daerah Potensi yang terdapat di

wilayah tersebut bukan hanya pada potensi sumber daya alam melainkan juga potensii

sumber daya manusianya Untuk wilayah ssidoarjo perlu adanya perhatian mendalam

pada pengembangan sumber daya manusia karena di wilayah tersebut banyak sekali

potensi industri yang dapat berkembang Sedangkan untuk daerah malang hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa disinyalir masih terdapat kegiatan ekonomi maupun

sarana ekonomi yang menunjang kegiatan tersebut belum dimanfaatkan secara optimal

Keadaan ini menjadikan keduanya masih bersifat potensial dan memerlukan

penanganan pengelolannya agar dapat diperoleh output yang optimal pula Pengelolaan

optimal tersebut tentu masih memerlukan suatu pengkajian tersendiri untuk mengukur

sampai sejauh mana tingkat feasibilitasnya

Potensi sarana ekonomi kabupaten ssidoarjo kabupaten pasuruan dan Kota

Malang merujuk pada sarana ekonomi (dalam bentuk fisik) yang teridentifikasi di setiap

daerah maupun yang sudah terkompilasikan di tingkat kabupaten dan kota Potensi

tersebut dapat di petakan pada masing-masing kabupaten di wilayah Jawa Timur

melalui Peta berikut

Gambar Provinsi Jawa Timur

42

Gambar kota Malang

43

keterangan

daerah masyarakat miskin perkotaan

daerah potensi terjadinya kemiskinan

tidak ada potensi terjadnya kemiskinan

Sejalan dengan maksud di atas Pemerintah Kota Malang masih

perlu melakukan kajian mendalam tentang pengembangan potensi wilayah

sebagai salah satu upaya untuk mendukung pemulihan ekonomi yang

bersifat jangka menengah Dukungan kajian ini dilakukan dengan menggali

lebih dalam potensi yang dimiliki setiap kawasan di wilayah Kota Malang

Dengan demikian Pemerintah Kota Malang dengan mudah dapat mengambil

langkah-langkah menumbuh kembangkan potensi sarana ekonomi daerah

44

Kec Blimbing Industri (kecil-

menengah)Pariwisata Pertanianperumahanperdagangan

Kec Kedungkandang Industri (kecil-

menengah)Pertanianperumahan

Kec Sukun Industri kecilPendidikanperumahan

Kec Kolojen perdagangan PendidikanPerhotelanperkantoran

Kec Lowokwaruperumahan PendidikanIndustri (kecil-

menengah)

khususnya yang berada di pusat-pusat kegiatan produksi masyarakat yang

dianggap cukup strategis di Kota Malang

Sejalan dengan semakin meningkatnya peran serta dunia usaha

dan masyarakat di dalam pelaksanaan pembangunan maka program-

program pembangunan Kota Malang perlu disusun dengan

mempertimbangkan keterlibatan mereka Upaya ini dimaksudkan agar

Pemerintah Kota Malang lebih mudah mengefektifkan potensi sarana

ekonomi dan mengarahkannya untuk kepentingan pembangunan yang lebih

konsisten efektif dan efisien serta berkelanjutan dalam menanggulangi

kemiskinan

Secara keseluruhan penduduk miskin di wilayah kota malang masih tersebar

merata di seluruh kecamatan Kecuali di kecamatan Lowokwaru sebagian besar di

kecamatan ini tidak ada potensi kemiskinan Hal tersebut dikarenakan banyaknya

industry pendidikan seperti UMM UNISMA UNIGA Brawijaya ITN UM dll Dengan

banyaknya perguruan tinggi di wilayah tersebut maka potensi perekonomian semakin

besar Tidak sedikit masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang makanan karena

untuk memnuhi kebutuhan para mahasiswa

Pada data dikatakan bahwa rata-rata pendapatan di kecamatan Lowokwaru

masih besar padahal menurut analisis spasial potensi terjadinya kemiskinan sangat

kecil Pada analisi ekonomi diindentifikasi bahwa banyak masyarakat yang

berpendapatan dibawah 400 ribu Hal tersebut terjadi pada masyarakat yang tinggal di

daerah pesisir sungai Masih banyak masyarakat yang tinggal di Daerah Aliran Sungai

tidak memiliki kesempatan kemampuan untuk bersaing dengan masyarakat yang tidak

tiggal di Daerah Aliran Sungai Di perkirakan masyarakat yang menempati DAS

merupakan masyarakat pendatang yang berurbanisasi dengan tidak membawa suatu

keahlian

Potensi kemiskinan terbesar dapat terjadi di Kecamatan Sukun Banyak

masyarakat di daerah ini yang memiliki pendapatan dibawah 400 ribu Jika kita

bandingkan dengan kecamatan Lowokwaru potensi kemiskinan di daerah kecamatan

Sukun tidak hanya terjadi di DAS namun juga pada masyarakat lainnya Banyak faktor

yang mengindikasikan potensi kemiskinan salah satu faktor utama adalah sulitnya

pemasaran dan persaingan yang ketat Meski kegiatan masyarakat di kecamatan

Lowokwaru dengan kecamatan Sukun relatif sama namun di kecamatan Lowokwaru

45

pemasaran barang dan jasa yang diproduksi tidak sesulit di kecamatan Sukun meski

ada persaingan

Hampir memeratanya potensi masyarakat miskin di kecamatan Sukun

menimbulkan dampak di kecamatan Kedungkandang terutama di perbatasan diantara

kedua kecamatan tersebut Menurut survey yang dilakukan memang sebagian besar

masyarakat miskin berpotensi di DAS Dapat dilihat di peta bahwa gambar merah

bersinggungan antara kedua kecamatan dan di kedua wilayah tersebut dialiri sungai

yang sama namun jika kita lihat kebawahnya warna kecamatan Kedungkandang mulai

ada yang Hijau Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat diluar DAS mempunyai

usaha yang berhubungan positif dengan pendapatan seperti pertanian

Berbeda halnya di kecamatan Klojen kecamatan ini merupakan pusat

pemerintahan kota Malang Banyak warga di kecamatan ini yang berprofesi sebagai

pegawai negeri sipil Memang masih terindikasi adanya kemiskinan di daerah tersebut

namun kemiskinan itu timbul karena mereka yang tidak mempunyai kesempatan dan

daya tawar diri mereka Kebanyakan yang tidak memiliki daya tawar diri yang tinggi

adalah mereka para pendatang yang tidak membawa keahlian kemudian mereka

tinggal di DAS dan berprofesi sebagai buruh tani buruh pabrik ataupun yang lainnya

yang tidak membutuhkan keahlian lebih

Bab V Kesimpulan dan Saran

Setelah melalui beberapa tahapan analisis dalam mengidentifikasi kemiskinan

perkotaan di beberapa wiayah Jawa Timur terdapat beberapa kesimpulan yaitu

1 Didapat bahwa sebaran penduduk miskin berkosentrasi pada daerah

sepanjang aliran sungai dan ada beberapa kota yang mengindikasikan

bahwa penduduk miskin berasal dari pendatang dari luar kota

2 Dalam penanggulangan kemiskinan pemerintah sudah banyak

mengeluarkan berbagai macam program pengentasan kemiskinan seperti

P2K P2KP BLT dll namun dalam aplikasinya banyak program yang belum

tepat sasaran

3 Ada beberapa karakteristik yang menarik dalam pengentasan kemiskinan

diantaranya bahwa dalam mengentaskan masyarakat miskin metode yang

46

diterapkan lebih kepada pembinaan keahlian dan mentalitas karena

seperti yang terdapat di kota malang masyarakat miskin dipicu dari

kebiasaan atau mentalitas dari masyarakat tersebut dalam kehidupan

sehari-hari Riset menemukan meskipun masyarakat miskin diberikan

bantuan uang seperti BLT namun bantuan tersebut tidak diperuntukkan

kepada pengembangan usaha namun habis untuk konsumsi begitu pula

dengan program ndash program pengentasan kemiskinan yang lainnya

Saran

Dalam pengentasan kemiskinan disarankan kepada pemerintah untuk mencari

data kemiskinan yang akurat dengan tujuan pemberian bantuan dalam rangka

pengentasan kemiskinan dapat terserap tepat pada masyarakat yang dituju Selain itu

untuk mengentaskan masyarakat yang bertipikal ldquokultur miskinrdquo harus banyak diberikan

pelatihan dan pembinaan mental

47

DAFTAR PUSTAKA

Blakely Edward J (1989) Planning Local Economic Development Theory and Practice Sage Library of Social Research 168 Sage Publication

BPS (1999) Perkembangan Tingkat Kemiskinan dan Beberapa Dimensi Sosial Ekonominya 1996-1999 Jakarta BPS

Budi Soeradji Mubyarto (1998) Gerakan Penanggulangan Kemiskinan Laporan

Penelitian di Daerah-Daerah Yogyakarta Aditya Media

Faisal Basri (2002) Perekonomian Indonesia Tantangan dan Harapan bagi Kebangkitan Indonesia Jakarta Erlangga

Fei J C H amp Gustav R (1964) Development Economics What Next In a Ranis G P Schulta (Ed) The State of Development Economics

Gunawan Sumodiningrat (1999) Penanggulangan Krisis Harus Memihak Rakyat Disampaikan pada konferensi pers untuk launcing The Economic and Social Survey of Asia and the Pacific 1999 (ESCAP) di UNIC Jakarta

Kuncoro M (2000) Ekonomi Pembangunan Teori Masalah dan Kebijakan (1st ed) Yogyakarta UPP AMP YKPN

Kuncoro M (2004) Otonomi dan Pembangunan Daerah Reformasi Perencanaan Strategi dan Peluang Jakarata Erlangga

Mellor J W (1976) The New Economies of Growth A Strategy for India and the Developing Countries Cornell Cornell University Press

Nurkse R (1953) Problem of Capital Formation in Underdeveloped Countries In Meier Gerald M Leading Issues in Economic Development edisi ke 6 Oxford University Press Oxford

Rintuh Cornelis amp Miar (2005) Kelembagaan dan Ekonomi Rakyat BPFE-UGM Yogyakarta

Sharp Ansel M Charles A Register and Paul W Cerimes (1996) Economics of Social Issues edisi ke 12 Richard D Chicago Irwin

Sumarto Sudarno (2002) ldquoGrowth Inequality and Poverty Evidence from Micro Datardquo Makala dalam The Young Economics Seminar Jakarta World Bank

48

Page 32: Makalah akp

Berdasarkan hasil data skunder yang telah dilakukan terhadap seluruh

rumahtangga miskin yang ada di Kota Malang maka gambaran lokasi rumahtangga

misikin yang ada di Kota Malang seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini

Tabel

Jumlah Keluarga Miskin Masing-Masing Kecamatan

Di Kota Malang

No Kecamatan Jumlah Rumah Tangga

Prosentase

1 Kedungkandang 6635 2730

2 Sukun 6255 2574

3 Klojen 3432 1412

4 Blimbing 4158 1711

5 Lowok Waru 3821 1572 Sumber Pemkot Malang 2006

Data di atas menunjukkan jumlah rumah tangga miskin yang ada di kota malang

di masing-masing Kecamatan Dari 5 kecamatan yang ada dikota Malang jumlah

kemiskinannya adalah sebagai berikut Kecamatan yang paling tinggi angka

kemiskinannya adalah kecamatan Kedungkandang yaitu sebesar 2730 kecamatan

Sukun sebesar 2574 kemudian Kecamatan Lowok Waru sebesar 1572

Kecamatan Blimbing 1711 dan angka terendah Rumah tangga miskinnya adalah

kecamatan Klojen yairu sebesar 1412

Gambar

Jumlah keluarga Miskin di Kota Malang

0 1 2 3 4 5 6 7

Kedungkandang

Sukun

Klojen

Blimbing

Lowok Waru

Jumlah Rumah Tangga

32

Berdasarkan gambaan di atas jumlah rumah tangga miskin di kota malang

berada pada daerah-daeah tertentu (Kedungkandang dan Sukun) wilayah ini merupakan

wilayah pinggiran kota yang padat dengan jumlah penduduknya Kecamatan

Kedungkandang merupakan daerah yang umumnya pdat penduduk dan daerah tersebut

merupakan daerah pinggiran kota serta rata-rata penduduknya memiliki mata

pencaharian pedagang Daerah tersebut juga merupakan daerah pusat-pusat industri

kecil dan yang lebih telihat bahwa kebanyakan rumah tangga miskin bertempat tinggal

di daerah aliran sungai brantas (DAS Brantas) serta di pinggiran jalur kereta api

Berbeda halnya dengan kecamatan Sukun daerah ini selain terdapatnya pusat

perdagangan juga merupakan daerah industri kecil (home industri) Keberadaan rumah

tangga miskin selain rata-rata kehidupannya berdagang juga bertempat tinggal pada

daerah-daerah perkampungan

33 Aspek Kultural Pada Masyarakat Miskin

Urbanisasi merupakan salah satu faktor pemicu perkembangan kota terjadinya

perpindahan penduduk dari desa ke kota disebabkan oleh berbagai faktor baik faktor

pearik maupun pendorong perkembangan industri dan perdagangan di kota merupakan

faktor penarik yang menyebabkan orang untuk berdatangan dan tinggal di daerah

perkotaan Keinginan untuk dapat mendapatkan penghasilan dan pekerjaan yang lebih

baik untuk mencukupi kebutuhan hidup merupakan penyebab utama terjadinya

urbanisasi Namun kondisi tersebut tidak seiring dengan kualitas pendidikan dan

ketrampilan yang memadai sehingga mereka tidak dapat ditampung di sektor formal

melainkan menggantungkan hidupnya pada sektor informal yang kurang menentu

Selain itu yang menjadi faktor pendorong terjadinya urbanisasi adalah kondisi fasilitas di

daerah asal (pedesaan) kurang memadai serta semakin menyempitnya lahan pertanian

dan peluang pekerjaan

Pertambahan penduduk di kota yang sangat tinggi menyebabkan berbagai

permasalahan sosial permasalahan yang muncul adalah adanya perkampungan kumuh

dan perumahan liar di pinggiran kota dan umumnya di daerah pinggiran aliran sungai

brantas (DAS) Masalah tersebut disebabkan oleh ketidak mampuan masyarakat miskin

perkotaan untuk memiliki rumah yang layak huni Penyebab lainnya adalah ketidak

mampuan pemerintah kota untuk menyediakan sarana bagi masyarakat miskin

33

perkotaan Pembangunan perkotaan senantiasa bukan memberikan solusi dalam

pengentasan kemiskinan perkotaan melainkan sebaliknya yaitu menjadikan proses

penggusuran dan semakin terdesaknya kehidupan masyarakat miskin tersebut

Tabel

Daerah Asal Responden sidoarjo

NoJenis

Pekerjaan Responden

Jawa Timur Non

Madura

Madura Jawa Barat

Jawa Tengah

Luar Jawa

jumlah

1Tidak

Bekerja

2Buruh Pasar

8 1 1 10 1011 7 7

3Kuli

Bangunan

7 2 1 10 1010 14 7

4 Pemulung

9 9 913

5 Pedagang

10 10 1014

6 Becak

8 1 2 11 1111 7 14

7Sopir

Angkutan

10 10 1014

8 Wiraswasta

8 6 14 1411 43

9 Bengkel

10Buruh Pabrik

8 2 10 1011 14

11 Lain-lain

2 2 10 14 143 14 71

Jumlah 70 14 0 14 0 98 100

Dari data diatas sebagian besar kaum migrant untuk setiap profesi berasal dari

jawa timur Di definisikan jawa timur karena seluruh masyarakat urban berasal dari jawa

timur kecuali Madura Ada beberapa alasan dari responden mengapa mereka

melakukan urbanisasi salah satunya adalah untuk memperbaiki taraf ekonomi karena

kabupaten sidoarjo dianggap sebagai kabupaten yang memiliki potensi yang cukup

34

tinggi dalam bidang industry Profesi terbanyak yang diminati oleh pendatang adalah

sebagai pedagang dan sebagai sopir

Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin

pada kabupaten sidoarjo dapat diperhatikan gambar di bawah ini

Gambar

Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin

35

Tabel

Daerah Asal Responden pasuruan

NoJenis

Pekerjaan Responden

Jawa Timur Non

Madura

Madura Jawa Barat

Jawa Tengah

Luar Jawa

jumlah

1 Tidak Bekerja

2 Buruh Pasar

4 4 24

3 Kuli Bangunan

5 5 55

4 Pemulung

10 10 1011

5 Pedagang

20 20 2022

6 Becak

8 2 10 109 33

7Sopir

Angkutan

0 0

8 Wiraswasta

0 0

9 Bengkel

10 Buruh Pabrik

15 4 19 1916 67

11 Lain-lain

30 30 3133

Jumlah 92 6 98 98 98

Sama seperti pada kabupaten sidoarjo sebagian besar pendatang adalah dari

wilayah jawa timur Pendatang sebagian besar berprofesi sebagai pedagang karena

wilayah sidoarjo selain sebagai sentra industry provinsi jawa timur juga sebagai urat nadi

perekonomian jawa timur Sehingga bagi para pedagang akan sangat menguntungkan

karena di lewati dari berbagai wilayah di jawa timur

Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin

pada kabupaten pasuruan dapat diperhatikan gambar di bawah ini

Gambar

36

Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin

Tabel 5Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan di kota malang

Lama Tinggal (Tahun)Kecamatan

pddkAsli le 2 3 - 6 7 - 9 ge 10

Jumlahrespondn

Kedung kandang10

(1053)- 3

(316)11

(1158)71

(1473) 95

18 - - 15 52

37

Sukun (2118) (1764) (6118) 85

Klojen9

(1200)5

(667)12

(1600)9

(1200)40

(5333) 75

Blimbing8

(100)2

(25)- 8

(100)62

(775) 80

Lowok Waru15

(1923)- - 7

(897)56

(7180) 78

Sumber Data Primer

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa dari responden (keluarga miskin)

perkotaan sebagian besar bukan penduduk asli daerah kota Malang melainkan

pendatang yang merupakan kaum migran dan menetap di kota Malang kecamatan

kedung Kandang merupakan daerah yang padat penduduknya dimana 1473

menunjukkan jumlah responden yang sudah lama tinggal di kota malang (di atas 10

tahun) bahkan beberapa responden sudah turun-menurun dari keluarga mereka

Kecamatan Sukun yang merupakan kaum pendatang yang tinggal di kota Malang sudah

puluhan tahun sebanyak 6118 dari responden yang ada Kecamatan Klojen sebesar

5333 Kecamatan Blimbing sebanyak 775 dan untuk kecamatan Lowok Waru

sebanyak 7180 dari masing-masing responden di tingkat kecamatan Kondisi ini

menjelaskan bahwa masyarakat miskin perkotaan adalah rata-rata kaum migran yang

sengaja datang ke kota Malang untuk mencari kehidupan yang lebih baik dari daerah

asal mereka Umumnya mereka datang sebagai migran tetap dan keberadaan mereka

sudah terbiasa hidup dalam kondisi serba kekurangan Beberapa responden yang

ditemui juga menjelaskan bahwa sebagai kaum pendatang sudah tidak asing lagi

dengan kehidupan masyarakat di kota Malang Umumnya mereka membaur dengan

masyarakat pendatang lainnya dengan hidup di kepadatan penduduk kota Malang

Salain dilihat dari lamanya masayarakat pendatang (migran tetap) tinggal di kota

Malang dapat pula dijelaskan mengenai temapat asal (daerah asal) responden untuk

melihat derah asal rumah tangga miskin perkotaan dapat kita bagi dengan

menggunakan batasan daerah (wilayah) Dimana wilayah pembagiannya adalah

mereka yang berasal dari daerah Jawa Timur (non-Madura) daerah Madura daerah

Jawa Tengah Jawa Barat dan Luar Jawa Adapun gambaran daerah asal rumah

tangga miskin perkotaan dapat dilihat pada tabel berikut

38

Tabel

Daerah Asal Responden

Daerah

Asal

Kecamatan

Jawa

Timur

Non-

Madura

Madur

a

Jawa

Tengah

Jawa

Barat

Luar

Jawa

Jumlah

Respond

n

Kedung kandang21

(2470)52

(6118)9

(1059)3

(353)- 85

Sukun19

(2836)28

(4179)12

(1791)8

(1194)- 67

Klojen9

(1364)49

(7424)5

(758)3

(454)- 66

Blimbing31

(4306)33

(4563)6

(833)2

(278)- 72

Lowok Waru28

(4444)21

(3333)9

(1429)5

((794)- 63

Sumber Data Primer

Berdasarkan data pada tabel di atas menunjukkan bahwa umumnya kaum

migran berasal dari daerah Jawa Timur dan daerah Madura Untuk kecamatan Kedung

Kandang sebesar 6118 berasal dari Madura kemudian Kecamatan Sukun 4179

kaum Migran berasal juga dari Madura Kecamatan Klojen 7424 Kecamatan Blimbing

sebesar 4563 dan kecamatan Lowok Waru sebesar 3333 Dari kelima kecamatan

tersebut yang banyak di datangi oleh migran yang berasal dari daeah Madura adalah di

Kecamatan Kedung Kandang (6118) dan Kecamatan Klojen (7424) dan mereka

sengaja tinggal di dekat pusat perkotaan dengan tujuan memudahkan untuk aktifitas

kegiatan pekerjaannya yang rata-rata bergelut disektor informal (pedagang kaki lima)

331 Kondisi Tempat Tinggal Masyarakat Miskin Perkotaan

Dilihat dari tempat tinggal masyarakat miskin perkotaan rata-rata kondisi tempat

tinggalnya dengan model bangunan semi permanen dan permanen sederhanan dengan

memanfatkan kondisi tanah yang rawan bencana (longsor kebisingan kumuh dan

sebagainya)

Tabel

Kondisi Fisik Bangunan Rumah RTM

39

Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan

Kondisi Fisik RumahKecamatan

Sesek(papan)

SemiPermanen Permanen

Jumlahrespondn

Kedung kandang

11(1158)

52(5474)

32(3368) 95

Sukun20

(2353)33

(3882)32

(3765) 85

Klojen5

(667)31

(1733)39

(5200) 75

Blimbing3

(375)13

(1625)64

(8000) 80

Lowok Waru9

(1154)24

(3077)45

(5769) 78

Sumber Data Primer

dari data primer (tabel) menunjukkan bahwa sebagian besar tempat tinggal

masyarakat miskin perkotaan adalah semi permanen dan permanen akan tetapi dengan

ukuran ruang (luas bangunan) yang cukup minim Dan umumnya yang mereka lakukan

adalah dengan menyewa tanah dan atau menempati tanah rawan musibah adapun

kondisi perumahan masyarakat miskin perkotaan dapat dilihat pada gambar berikut

Gambar

Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin Perkotaan

40

Dari gambar di atas terlihat bahwa kondisi tempat tinggal mereka sangat rawan

dengan terjadinya bencana dan kekumuhan kondisi ini selain rawan terhadap adanya

bahaya tersebut juga sangat rawan dengan permasalahan kesehatan

34 Analisa Spasial

Informasi mengenai tipologi perekonomian masyarakat akan sangat membantu

pemerintah dalam menentukan kebijakan ekonomi di masa mendatang Dari informasi

tersebut dibuatlah peta potensi ekonomi dengan maksud merelevansikan antara potensi

ekonomi daerah dan kebijakan ekonomi Selain itu jika kebijakan ekonomi hanya

terfokus di suatu wilayah tertentu akan berdampak pada ketimpangan pertumbuhan

ekonomi Seperti dijelaskan sebelumnya inventarisasi sarana ekonomi sebuah wilayah

dilakukan dengan menggunakan pendekatan tipologi suatu wilayah Melalui pendekatan

ini selanjutnya dapat digambarkan wilayah majemuk dengan fenomena yang kompleks

dengan beberapa persamaan di dalamnya Maksudnya bahwa pada tipologi suatu

wilayah ada relevansinya dengan keberadaan potensi ekonomi maupun potensi sarana

ekonomi di wilayah tersebut Ini menandakan bahwa kebijakan pengembangan ekonomi

suatu wilayah diperlukan pengadaan sarana ekonomi yang tepat sedikitnya sesuai

dengan kondisi wilayah yang dibangun termasuk karakteristik kegiatan ekonomi yang

dilakukan oleh masyarakat setempat sehingga keberadaan sarana tersebut mampu

mendorong aktivitas ekonomi masyarakat dan pada akhirnya mengentaskan dan

menanggulangi kemiskinan

41

Di wilayah kabupaten pasuruan terdapat berbagai macam potensi ekonomi yang

belum tersentuh pengembangannya oleh pemerintah daerah Potensi yang terdapat di

wilayah tersebut bukan hanya pada potensi sumber daya alam melainkan juga potensii

sumber daya manusianya Untuk wilayah ssidoarjo perlu adanya perhatian mendalam

pada pengembangan sumber daya manusia karena di wilayah tersebut banyak sekali

potensi industri yang dapat berkembang Sedangkan untuk daerah malang hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa disinyalir masih terdapat kegiatan ekonomi maupun

sarana ekonomi yang menunjang kegiatan tersebut belum dimanfaatkan secara optimal

Keadaan ini menjadikan keduanya masih bersifat potensial dan memerlukan

penanganan pengelolannya agar dapat diperoleh output yang optimal pula Pengelolaan

optimal tersebut tentu masih memerlukan suatu pengkajian tersendiri untuk mengukur

sampai sejauh mana tingkat feasibilitasnya

Potensi sarana ekonomi kabupaten ssidoarjo kabupaten pasuruan dan Kota

Malang merujuk pada sarana ekonomi (dalam bentuk fisik) yang teridentifikasi di setiap

daerah maupun yang sudah terkompilasikan di tingkat kabupaten dan kota Potensi

tersebut dapat di petakan pada masing-masing kabupaten di wilayah Jawa Timur

melalui Peta berikut

Gambar Provinsi Jawa Timur

42

Gambar kota Malang

43

keterangan

daerah masyarakat miskin perkotaan

daerah potensi terjadinya kemiskinan

tidak ada potensi terjadnya kemiskinan

Sejalan dengan maksud di atas Pemerintah Kota Malang masih

perlu melakukan kajian mendalam tentang pengembangan potensi wilayah

sebagai salah satu upaya untuk mendukung pemulihan ekonomi yang

bersifat jangka menengah Dukungan kajian ini dilakukan dengan menggali

lebih dalam potensi yang dimiliki setiap kawasan di wilayah Kota Malang

Dengan demikian Pemerintah Kota Malang dengan mudah dapat mengambil

langkah-langkah menumbuh kembangkan potensi sarana ekonomi daerah

44

Kec Blimbing Industri (kecil-

menengah)Pariwisata Pertanianperumahanperdagangan

Kec Kedungkandang Industri (kecil-

menengah)Pertanianperumahan

Kec Sukun Industri kecilPendidikanperumahan

Kec Kolojen perdagangan PendidikanPerhotelanperkantoran

Kec Lowokwaruperumahan PendidikanIndustri (kecil-

menengah)

khususnya yang berada di pusat-pusat kegiatan produksi masyarakat yang

dianggap cukup strategis di Kota Malang

Sejalan dengan semakin meningkatnya peran serta dunia usaha

dan masyarakat di dalam pelaksanaan pembangunan maka program-

program pembangunan Kota Malang perlu disusun dengan

mempertimbangkan keterlibatan mereka Upaya ini dimaksudkan agar

Pemerintah Kota Malang lebih mudah mengefektifkan potensi sarana

ekonomi dan mengarahkannya untuk kepentingan pembangunan yang lebih

konsisten efektif dan efisien serta berkelanjutan dalam menanggulangi

kemiskinan

Secara keseluruhan penduduk miskin di wilayah kota malang masih tersebar

merata di seluruh kecamatan Kecuali di kecamatan Lowokwaru sebagian besar di

kecamatan ini tidak ada potensi kemiskinan Hal tersebut dikarenakan banyaknya

industry pendidikan seperti UMM UNISMA UNIGA Brawijaya ITN UM dll Dengan

banyaknya perguruan tinggi di wilayah tersebut maka potensi perekonomian semakin

besar Tidak sedikit masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang makanan karena

untuk memnuhi kebutuhan para mahasiswa

Pada data dikatakan bahwa rata-rata pendapatan di kecamatan Lowokwaru

masih besar padahal menurut analisis spasial potensi terjadinya kemiskinan sangat

kecil Pada analisi ekonomi diindentifikasi bahwa banyak masyarakat yang

berpendapatan dibawah 400 ribu Hal tersebut terjadi pada masyarakat yang tinggal di

daerah pesisir sungai Masih banyak masyarakat yang tinggal di Daerah Aliran Sungai

tidak memiliki kesempatan kemampuan untuk bersaing dengan masyarakat yang tidak

tiggal di Daerah Aliran Sungai Di perkirakan masyarakat yang menempati DAS

merupakan masyarakat pendatang yang berurbanisasi dengan tidak membawa suatu

keahlian

Potensi kemiskinan terbesar dapat terjadi di Kecamatan Sukun Banyak

masyarakat di daerah ini yang memiliki pendapatan dibawah 400 ribu Jika kita

bandingkan dengan kecamatan Lowokwaru potensi kemiskinan di daerah kecamatan

Sukun tidak hanya terjadi di DAS namun juga pada masyarakat lainnya Banyak faktor

yang mengindikasikan potensi kemiskinan salah satu faktor utama adalah sulitnya

pemasaran dan persaingan yang ketat Meski kegiatan masyarakat di kecamatan

Lowokwaru dengan kecamatan Sukun relatif sama namun di kecamatan Lowokwaru

45

pemasaran barang dan jasa yang diproduksi tidak sesulit di kecamatan Sukun meski

ada persaingan

Hampir memeratanya potensi masyarakat miskin di kecamatan Sukun

menimbulkan dampak di kecamatan Kedungkandang terutama di perbatasan diantara

kedua kecamatan tersebut Menurut survey yang dilakukan memang sebagian besar

masyarakat miskin berpotensi di DAS Dapat dilihat di peta bahwa gambar merah

bersinggungan antara kedua kecamatan dan di kedua wilayah tersebut dialiri sungai

yang sama namun jika kita lihat kebawahnya warna kecamatan Kedungkandang mulai

ada yang Hijau Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat diluar DAS mempunyai

usaha yang berhubungan positif dengan pendapatan seperti pertanian

Berbeda halnya di kecamatan Klojen kecamatan ini merupakan pusat

pemerintahan kota Malang Banyak warga di kecamatan ini yang berprofesi sebagai

pegawai negeri sipil Memang masih terindikasi adanya kemiskinan di daerah tersebut

namun kemiskinan itu timbul karena mereka yang tidak mempunyai kesempatan dan

daya tawar diri mereka Kebanyakan yang tidak memiliki daya tawar diri yang tinggi

adalah mereka para pendatang yang tidak membawa keahlian kemudian mereka

tinggal di DAS dan berprofesi sebagai buruh tani buruh pabrik ataupun yang lainnya

yang tidak membutuhkan keahlian lebih

Bab V Kesimpulan dan Saran

Setelah melalui beberapa tahapan analisis dalam mengidentifikasi kemiskinan

perkotaan di beberapa wiayah Jawa Timur terdapat beberapa kesimpulan yaitu

1 Didapat bahwa sebaran penduduk miskin berkosentrasi pada daerah

sepanjang aliran sungai dan ada beberapa kota yang mengindikasikan

bahwa penduduk miskin berasal dari pendatang dari luar kota

2 Dalam penanggulangan kemiskinan pemerintah sudah banyak

mengeluarkan berbagai macam program pengentasan kemiskinan seperti

P2K P2KP BLT dll namun dalam aplikasinya banyak program yang belum

tepat sasaran

3 Ada beberapa karakteristik yang menarik dalam pengentasan kemiskinan

diantaranya bahwa dalam mengentaskan masyarakat miskin metode yang

46

diterapkan lebih kepada pembinaan keahlian dan mentalitas karena

seperti yang terdapat di kota malang masyarakat miskin dipicu dari

kebiasaan atau mentalitas dari masyarakat tersebut dalam kehidupan

sehari-hari Riset menemukan meskipun masyarakat miskin diberikan

bantuan uang seperti BLT namun bantuan tersebut tidak diperuntukkan

kepada pengembangan usaha namun habis untuk konsumsi begitu pula

dengan program ndash program pengentasan kemiskinan yang lainnya

Saran

Dalam pengentasan kemiskinan disarankan kepada pemerintah untuk mencari

data kemiskinan yang akurat dengan tujuan pemberian bantuan dalam rangka

pengentasan kemiskinan dapat terserap tepat pada masyarakat yang dituju Selain itu

untuk mengentaskan masyarakat yang bertipikal ldquokultur miskinrdquo harus banyak diberikan

pelatihan dan pembinaan mental

47

DAFTAR PUSTAKA

Blakely Edward J (1989) Planning Local Economic Development Theory and Practice Sage Library of Social Research 168 Sage Publication

BPS (1999) Perkembangan Tingkat Kemiskinan dan Beberapa Dimensi Sosial Ekonominya 1996-1999 Jakarta BPS

Budi Soeradji Mubyarto (1998) Gerakan Penanggulangan Kemiskinan Laporan

Penelitian di Daerah-Daerah Yogyakarta Aditya Media

Faisal Basri (2002) Perekonomian Indonesia Tantangan dan Harapan bagi Kebangkitan Indonesia Jakarta Erlangga

Fei J C H amp Gustav R (1964) Development Economics What Next In a Ranis G P Schulta (Ed) The State of Development Economics

Gunawan Sumodiningrat (1999) Penanggulangan Krisis Harus Memihak Rakyat Disampaikan pada konferensi pers untuk launcing The Economic and Social Survey of Asia and the Pacific 1999 (ESCAP) di UNIC Jakarta

Kuncoro M (2000) Ekonomi Pembangunan Teori Masalah dan Kebijakan (1st ed) Yogyakarta UPP AMP YKPN

Kuncoro M (2004) Otonomi dan Pembangunan Daerah Reformasi Perencanaan Strategi dan Peluang Jakarata Erlangga

Mellor J W (1976) The New Economies of Growth A Strategy for India and the Developing Countries Cornell Cornell University Press

Nurkse R (1953) Problem of Capital Formation in Underdeveloped Countries In Meier Gerald M Leading Issues in Economic Development edisi ke 6 Oxford University Press Oxford

Rintuh Cornelis amp Miar (2005) Kelembagaan dan Ekonomi Rakyat BPFE-UGM Yogyakarta

Sharp Ansel M Charles A Register and Paul W Cerimes (1996) Economics of Social Issues edisi ke 12 Richard D Chicago Irwin

Sumarto Sudarno (2002) ldquoGrowth Inequality and Poverty Evidence from Micro Datardquo Makala dalam The Young Economics Seminar Jakarta World Bank

48

Page 33: Makalah akp

Berdasarkan gambaan di atas jumlah rumah tangga miskin di kota malang

berada pada daerah-daeah tertentu (Kedungkandang dan Sukun) wilayah ini merupakan

wilayah pinggiran kota yang padat dengan jumlah penduduknya Kecamatan

Kedungkandang merupakan daerah yang umumnya pdat penduduk dan daerah tersebut

merupakan daerah pinggiran kota serta rata-rata penduduknya memiliki mata

pencaharian pedagang Daerah tersebut juga merupakan daerah pusat-pusat industri

kecil dan yang lebih telihat bahwa kebanyakan rumah tangga miskin bertempat tinggal

di daerah aliran sungai brantas (DAS Brantas) serta di pinggiran jalur kereta api

Berbeda halnya dengan kecamatan Sukun daerah ini selain terdapatnya pusat

perdagangan juga merupakan daerah industri kecil (home industri) Keberadaan rumah

tangga miskin selain rata-rata kehidupannya berdagang juga bertempat tinggal pada

daerah-daerah perkampungan

33 Aspek Kultural Pada Masyarakat Miskin

Urbanisasi merupakan salah satu faktor pemicu perkembangan kota terjadinya

perpindahan penduduk dari desa ke kota disebabkan oleh berbagai faktor baik faktor

pearik maupun pendorong perkembangan industri dan perdagangan di kota merupakan

faktor penarik yang menyebabkan orang untuk berdatangan dan tinggal di daerah

perkotaan Keinginan untuk dapat mendapatkan penghasilan dan pekerjaan yang lebih

baik untuk mencukupi kebutuhan hidup merupakan penyebab utama terjadinya

urbanisasi Namun kondisi tersebut tidak seiring dengan kualitas pendidikan dan

ketrampilan yang memadai sehingga mereka tidak dapat ditampung di sektor formal

melainkan menggantungkan hidupnya pada sektor informal yang kurang menentu

Selain itu yang menjadi faktor pendorong terjadinya urbanisasi adalah kondisi fasilitas di

daerah asal (pedesaan) kurang memadai serta semakin menyempitnya lahan pertanian

dan peluang pekerjaan

Pertambahan penduduk di kota yang sangat tinggi menyebabkan berbagai

permasalahan sosial permasalahan yang muncul adalah adanya perkampungan kumuh

dan perumahan liar di pinggiran kota dan umumnya di daerah pinggiran aliran sungai

brantas (DAS) Masalah tersebut disebabkan oleh ketidak mampuan masyarakat miskin

perkotaan untuk memiliki rumah yang layak huni Penyebab lainnya adalah ketidak

mampuan pemerintah kota untuk menyediakan sarana bagi masyarakat miskin

33

perkotaan Pembangunan perkotaan senantiasa bukan memberikan solusi dalam

pengentasan kemiskinan perkotaan melainkan sebaliknya yaitu menjadikan proses

penggusuran dan semakin terdesaknya kehidupan masyarakat miskin tersebut

Tabel

Daerah Asal Responden sidoarjo

NoJenis

Pekerjaan Responden

Jawa Timur Non

Madura

Madura Jawa Barat

Jawa Tengah

Luar Jawa

jumlah

1Tidak

Bekerja

2Buruh Pasar

8 1 1 10 1011 7 7

3Kuli

Bangunan

7 2 1 10 1010 14 7

4 Pemulung

9 9 913

5 Pedagang

10 10 1014

6 Becak

8 1 2 11 1111 7 14

7Sopir

Angkutan

10 10 1014

8 Wiraswasta

8 6 14 1411 43

9 Bengkel

10Buruh Pabrik

8 2 10 1011 14

11 Lain-lain

2 2 10 14 143 14 71

Jumlah 70 14 0 14 0 98 100

Dari data diatas sebagian besar kaum migrant untuk setiap profesi berasal dari

jawa timur Di definisikan jawa timur karena seluruh masyarakat urban berasal dari jawa

timur kecuali Madura Ada beberapa alasan dari responden mengapa mereka

melakukan urbanisasi salah satunya adalah untuk memperbaiki taraf ekonomi karena

kabupaten sidoarjo dianggap sebagai kabupaten yang memiliki potensi yang cukup

34

tinggi dalam bidang industry Profesi terbanyak yang diminati oleh pendatang adalah

sebagai pedagang dan sebagai sopir

Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin

pada kabupaten sidoarjo dapat diperhatikan gambar di bawah ini

Gambar

Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin

35

Tabel

Daerah Asal Responden pasuruan

NoJenis

Pekerjaan Responden

Jawa Timur Non

Madura

Madura Jawa Barat

Jawa Tengah

Luar Jawa

jumlah

1 Tidak Bekerja

2 Buruh Pasar

4 4 24

3 Kuli Bangunan

5 5 55

4 Pemulung

10 10 1011

5 Pedagang

20 20 2022

6 Becak

8 2 10 109 33

7Sopir

Angkutan

0 0

8 Wiraswasta

0 0

9 Bengkel

10 Buruh Pabrik

15 4 19 1916 67

11 Lain-lain

30 30 3133

Jumlah 92 6 98 98 98

Sama seperti pada kabupaten sidoarjo sebagian besar pendatang adalah dari

wilayah jawa timur Pendatang sebagian besar berprofesi sebagai pedagang karena

wilayah sidoarjo selain sebagai sentra industry provinsi jawa timur juga sebagai urat nadi

perekonomian jawa timur Sehingga bagi para pedagang akan sangat menguntungkan

karena di lewati dari berbagai wilayah di jawa timur

Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin

pada kabupaten pasuruan dapat diperhatikan gambar di bawah ini

Gambar

36

Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin

Tabel 5Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan di kota malang

Lama Tinggal (Tahun)Kecamatan

pddkAsli le 2 3 - 6 7 - 9 ge 10

Jumlahrespondn

Kedung kandang10

(1053)- 3

(316)11

(1158)71

(1473) 95

18 - - 15 52

37

Sukun (2118) (1764) (6118) 85

Klojen9

(1200)5

(667)12

(1600)9

(1200)40

(5333) 75

Blimbing8

(100)2

(25)- 8

(100)62

(775) 80

Lowok Waru15

(1923)- - 7

(897)56

(7180) 78

Sumber Data Primer

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa dari responden (keluarga miskin)

perkotaan sebagian besar bukan penduduk asli daerah kota Malang melainkan

pendatang yang merupakan kaum migran dan menetap di kota Malang kecamatan

kedung Kandang merupakan daerah yang padat penduduknya dimana 1473

menunjukkan jumlah responden yang sudah lama tinggal di kota malang (di atas 10

tahun) bahkan beberapa responden sudah turun-menurun dari keluarga mereka

Kecamatan Sukun yang merupakan kaum pendatang yang tinggal di kota Malang sudah

puluhan tahun sebanyak 6118 dari responden yang ada Kecamatan Klojen sebesar

5333 Kecamatan Blimbing sebanyak 775 dan untuk kecamatan Lowok Waru

sebanyak 7180 dari masing-masing responden di tingkat kecamatan Kondisi ini

menjelaskan bahwa masyarakat miskin perkotaan adalah rata-rata kaum migran yang

sengaja datang ke kota Malang untuk mencari kehidupan yang lebih baik dari daerah

asal mereka Umumnya mereka datang sebagai migran tetap dan keberadaan mereka

sudah terbiasa hidup dalam kondisi serba kekurangan Beberapa responden yang

ditemui juga menjelaskan bahwa sebagai kaum pendatang sudah tidak asing lagi

dengan kehidupan masyarakat di kota Malang Umumnya mereka membaur dengan

masyarakat pendatang lainnya dengan hidup di kepadatan penduduk kota Malang

Salain dilihat dari lamanya masayarakat pendatang (migran tetap) tinggal di kota

Malang dapat pula dijelaskan mengenai temapat asal (daerah asal) responden untuk

melihat derah asal rumah tangga miskin perkotaan dapat kita bagi dengan

menggunakan batasan daerah (wilayah) Dimana wilayah pembagiannya adalah

mereka yang berasal dari daerah Jawa Timur (non-Madura) daerah Madura daerah

Jawa Tengah Jawa Barat dan Luar Jawa Adapun gambaran daerah asal rumah

tangga miskin perkotaan dapat dilihat pada tabel berikut

38

Tabel

Daerah Asal Responden

Daerah

Asal

Kecamatan

Jawa

Timur

Non-

Madura

Madur

a

Jawa

Tengah

Jawa

Barat

Luar

Jawa

Jumlah

Respond

n

Kedung kandang21

(2470)52

(6118)9

(1059)3

(353)- 85

Sukun19

(2836)28

(4179)12

(1791)8

(1194)- 67

Klojen9

(1364)49

(7424)5

(758)3

(454)- 66

Blimbing31

(4306)33

(4563)6

(833)2

(278)- 72

Lowok Waru28

(4444)21

(3333)9

(1429)5

((794)- 63

Sumber Data Primer

Berdasarkan data pada tabel di atas menunjukkan bahwa umumnya kaum

migran berasal dari daerah Jawa Timur dan daerah Madura Untuk kecamatan Kedung

Kandang sebesar 6118 berasal dari Madura kemudian Kecamatan Sukun 4179

kaum Migran berasal juga dari Madura Kecamatan Klojen 7424 Kecamatan Blimbing

sebesar 4563 dan kecamatan Lowok Waru sebesar 3333 Dari kelima kecamatan

tersebut yang banyak di datangi oleh migran yang berasal dari daeah Madura adalah di

Kecamatan Kedung Kandang (6118) dan Kecamatan Klojen (7424) dan mereka

sengaja tinggal di dekat pusat perkotaan dengan tujuan memudahkan untuk aktifitas

kegiatan pekerjaannya yang rata-rata bergelut disektor informal (pedagang kaki lima)

331 Kondisi Tempat Tinggal Masyarakat Miskin Perkotaan

Dilihat dari tempat tinggal masyarakat miskin perkotaan rata-rata kondisi tempat

tinggalnya dengan model bangunan semi permanen dan permanen sederhanan dengan

memanfatkan kondisi tanah yang rawan bencana (longsor kebisingan kumuh dan

sebagainya)

Tabel

Kondisi Fisik Bangunan Rumah RTM

39

Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan

Kondisi Fisik RumahKecamatan

Sesek(papan)

SemiPermanen Permanen

Jumlahrespondn

Kedung kandang

11(1158)

52(5474)

32(3368) 95

Sukun20

(2353)33

(3882)32

(3765) 85

Klojen5

(667)31

(1733)39

(5200) 75

Blimbing3

(375)13

(1625)64

(8000) 80

Lowok Waru9

(1154)24

(3077)45

(5769) 78

Sumber Data Primer

dari data primer (tabel) menunjukkan bahwa sebagian besar tempat tinggal

masyarakat miskin perkotaan adalah semi permanen dan permanen akan tetapi dengan

ukuran ruang (luas bangunan) yang cukup minim Dan umumnya yang mereka lakukan

adalah dengan menyewa tanah dan atau menempati tanah rawan musibah adapun

kondisi perumahan masyarakat miskin perkotaan dapat dilihat pada gambar berikut

Gambar

Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin Perkotaan

40

Dari gambar di atas terlihat bahwa kondisi tempat tinggal mereka sangat rawan

dengan terjadinya bencana dan kekumuhan kondisi ini selain rawan terhadap adanya

bahaya tersebut juga sangat rawan dengan permasalahan kesehatan

34 Analisa Spasial

Informasi mengenai tipologi perekonomian masyarakat akan sangat membantu

pemerintah dalam menentukan kebijakan ekonomi di masa mendatang Dari informasi

tersebut dibuatlah peta potensi ekonomi dengan maksud merelevansikan antara potensi

ekonomi daerah dan kebijakan ekonomi Selain itu jika kebijakan ekonomi hanya

terfokus di suatu wilayah tertentu akan berdampak pada ketimpangan pertumbuhan

ekonomi Seperti dijelaskan sebelumnya inventarisasi sarana ekonomi sebuah wilayah

dilakukan dengan menggunakan pendekatan tipologi suatu wilayah Melalui pendekatan

ini selanjutnya dapat digambarkan wilayah majemuk dengan fenomena yang kompleks

dengan beberapa persamaan di dalamnya Maksudnya bahwa pada tipologi suatu

wilayah ada relevansinya dengan keberadaan potensi ekonomi maupun potensi sarana

ekonomi di wilayah tersebut Ini menandakan bahwa kebijakan pengembangan ekonomi

suatu wilayah diperlukan pengadaan sarana ekonomi yang tepat sedikitnya sesuai

dengan kondisi wilayah yang dibangun termasuk karakteristik kegiatan ekonomi yang

dilakukan oleh masyarakat setempat sehingga keberadaan sarana tersebut mampu

mendorong aktivitas ekonomi masyarakat dan pada akhirnya mengentaskan dan

menanggulangi kemiskinan

41

Di wilayah kabupaten pasuruan terdapat berbagai macam potensi ekonomi yang

belum tersentuh pengembangannya oleh pemerintah daerah Potensi yang terdapat di

wilayah tersebut bukan hanya pada potensi sumber daya alam melainkan juga potensii

sumber daya manusianya Untuk wilayah ssidoarjo perlu adanya perhatian mendalam

pada pengembangan sumber daya manusia karena di wilayah tersebut banyak sekali

potensi industri yang dapat berkembang Sedangkan untuk daerah malang hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa disinyalir masih terdapat kegiatan ekonomi maupun

sarana ekonomi yang menunjang kegiatan tersebut belum dimanfaatkan secara optimal

Keadaan ini menjadikan keduanya masih bersifat potensial dan memerlukan

penanganan pengelolannya agar dapat diperoleh output yang optimal pula Pengelolaan

optimal tersebut tentu masih memerlukan suatu pengkajian tersendiri untuk mengukur

sampai sejauh mana tingkat feasibilitasnya

Potensi sarana ekonomi kabupaten ssidoarjo kabupaten pasuruan dan Kota

Malang merujuk pada sarana ekonomi (dalam bentuk fisik) yang teridentifikasi di setiap

daerah maupun yang sudah terkompilasikan di tingkat kabupaten dan kota Potensi

tersebut dapat di petakan pada masing-masing kabupaten di wilayah Jawa Timur

melalui Peta berikut

Gambar Provinsi Jawa Timur

42

Gambar kota Malang

43

keterangan

daerah masyarakat miskin perkotaan

daerah potensi terjadinya kemiskinan

tidak ada potensi terjadnya kemiskinan

Sejalan dengan maksud di atas Pemerintah Kota Malang masih

perlu melakukan kajian mendalam tentang pengembangan potensi wilayah

sebagai salah satu upaya untuk mendukung pemulihan ekonomi yang

bersifat jangka menengah Dukungan kajian ini dilakukan dengan menggali

lebih dalam potensi yang dimiliki setiap kawasan di wilayah Kota Malang

Dengan demikian Pemerintah Kota Malang dengan mudah dapat mengambil

langkah-langkah menumbuh kembangkan potensi sarana ekonomi daerah

44

Kec Blimbing Industri (kecil-

menengah)Pariwisata Pertanianperumahanperdagangan

Kec Kedungkandang Industri (kecil-

menengah)Pertanianperumahan

Kec Sukun Industri kecilPendidikanperumahan

Kec Kolojen perdagangan PendidikanPerhotelanperkantoran

Kec Lowokwaruperumahan PendidikanIndustri (kecil-

menengah)

khususnya yang berada di pusat-pusat kegiatan produksi masyarakat yang

dianggap cukup strategis di Kota Malang

Sejalan dengan semakin meningkatnya peran serta dunia usaha

dan masyarakat di dalam pelaksanaan pembangunan maka program-

program pembangunan Kota Malang perlu disusun dengan

mempertimbangkan keterlibatan mereka Upaya ini dimaksudkan agar

Pemerintah Kota Malang lebih mudah mengefektifkan potensi sarana

ekonomi dan mengarahkannya untuk kepentingan pembangunan yang lebih

konsisten efektif dan efisien serta berkelanjutan dalam menanggulangi

kemiskinan

Secara keseluruhan penduduk miskin di wilayah kota malang masih tersebar

merata di seluruh kecamatan Kecuali di kecamatan Lowokwaru sebagian besar di

kecamatan ini tidak ada potensi kemiskinan Hal tersebut dikarenakan banyaknya

industry pendidikan seperti UMM UNISMA UNIGA Brawijaya ITN UM dll Dengan

banyaknya perguruan tinggi di wilayah tersebut maka potensi perekonomian semakin

besar Tidak sedikit masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang makanan karena

untuk memnuhi kebutuhan para mahasiswa

Pada data dikatakan bahwa rata-rata pendapatan di kecamatan Lowokwaru

masih besar padahal menurut analisis spasial potensi terjadinya kemiskinan sangat

kecil Pada analisi ekonomi diindentifikasi bahwa banyak masyarakat yang

berpendapatan dibawah 400 ribu Hal tersebut terjadi pada masyarakat yang tinggal di

daerah pesisir sungai Masih banyak masyarakat yang tinggal di Daerah Aliran Sungai

tidak memiliki kesempatan kemampuan untuk bersaing dengan masyarakat yang tidak

tiggal di Daerah Aliran Sungai Di perkirakan masyarakat yang menempati DAS

merupakan masyarakat pendatang yang berurbanisasi dengan tidak membawa suatu

keahlian

Potensi kemiskinan terbesar dapat terjadi di Kecamatan Sukun Banyak

masyarakat di daerah ini yang memiliki pendapatan dibawah 400 ribu Jika kita

bandingkan dengan kecamatan Lowokwaru potensi kemiskinan di daerah kecamatan

Sukun tidak hanya terjadi di DAS namun juga pada masyarakat lainnya Banyak faktor

yang mengindikasikan potensi kemiskinan salah satu faktor utama adalah sulitnya

pemasaran dan persaingan yang ketat Meski kegiatan masyarakat di kecamatan

Lowokwaru dengan kecamatan Sukun relatif sama namun di kecamatan Lowokwaru

45

pemasaran barang dan jasa yang diproduksi tidak sesulit di kecamatan Sukun meski

ada persaingan

Hampir memeratanya potensi masyarakat miskin di kecamatan Sukun

menimbulkan dampak di kecamatan Kedungkandang terutama di perbatasan diantara

kedua kecamatan tersebut Menurut survey yang dilakukan memang sebagian besar

masyarakat miskin berpotensi di DAS Dapat dilihat di peta bahwa gambar merah

bersinggungan antara kedua kecamatan dan di kedua wilayah tersebut dialiri sungai

yang sama namun jika kita lihat kebawahnya warna kecamatan Kedungkandang mulai

ada yang Hijau Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat diluar DAS mempunyai

usaha yang berhubungan positif dengan pendapatan seperti pertanian

Berbeda halnya di kecamatan Klojen kecamatan ini merupakan pusat

pemerintahan kota Malang Banyak warga di kecamatan ini yang berprofesi sebagai

pegawai negeri sipil Memang masih terindikasi adanya kemiskinan di daerah tersebut

namun kemiskinan itu timbul karena mereka yang tidak mempunyai kesempatan dan

daya tawar diri mereka Kebanyakan yang tidak memiliki daya tawar diri yang tinggi

adalah mereka para pendatang yang tidak membawa keahlian kemudian mereka

tinggal di DAS dan berprofesi sebagai buruh tani buruh pabrik ataupun yang lainnya

yang tidak membutuhkan keahlian lebih

Bab V Kesimpulan dan Saran

Setelah melalui beberapa tahapan analisis dalam mengidentifikasi kemiskinan

perkotaan di beberapa wiayah Jawa Timur terdapat beberapa kesimpulan yaitu

1 Didapat bahwa sebaran penduduk miskin berkosentrasi pada daerah

sepanjang aliran sungai dan ada beberapa kota yang mengindikasikan

bahwa penduduk miskin berasal dari pendatang dari luar kota

2 Dalam penanggulangan kemiskinan pemerintah sudah banyak

mengeluarkan berbagai macam program pengentasan kemiskinan seperti

P2K P2KP BLT dll namun dalam aplikasinya banyak program yang belum

tepat sasaran

3 Ada beberapa karakteristik yang menarik dalam pengentasan kemiskinan

diantaranya bahwa dalam mengentaskan masyarakat miskin metode yang

46

diterapkan lebih kepada pembinaan keahlian dan mentalitas karena

seperti yang terdapat di kota malang masyarakat miskin dipicu dari

kebiasaan atau mentalitas dari masyarakat tersebut dalam kehidupan

sehari-hari Riset menemukan meskipun masyarakat miskin diberikan

bantuan uang seperti BLT namun bantuan tersebut tidak diperuntukkan

kepada pengembangan usaha namun habis untuk konsumsi begitu pula

dengan program ndash program pengentasan kemiskinan yang lainnya

Saran

Dalam pengentasan kemiskinan disarankan kepada pemerintah untuk mencari

data kemiskinan yang akurat dengan tujuan pemberian bantuan dalam rangka

pengentasan kemiskinan dapat terserap tepat pada masyarakat yang dituju Selain itu

untuk mengentaskan masyarakat yang bertipikal ldquokultur miskinrdquo harus banyak diberikan

pelatihan dan pembinaan mental

47

DAFTAR PUSTAKA

Blakely Edward J (1989) Planning Local Economic Development Theory and Practice Sage Library of Social Research 168 Sage Publication

BPS (1999) Perkembangan Tingkat Kemiskinan dan Beberapa Dimensi Sosial Ekonominya 1996-1999 Jakarta BPS

Budi Soeradji Mubyarto (1998) Gerakan Penanggulangan Kemiskinan Laporan

Penelitian di Daerah-Daerah Yogyakarta Aditya Media

Faisal Basri (2002) Perekonomian Indonesia Tantangan dan Harapan bagi Kebangkitan Indonesia Jakarta Erlangga

Fei J C H amp Gustav R (1964) Development Economics What Next In a Ranis G P Schulta (Ed) The State of Development Economics

Gunawan Sumodiningrat (1999) Penanggulangan Krisis Harus Memihak Rakyat Disampaikan pada konferensi pers untuk launcing The Economic and Social Survey of Asia and the Pacific 1999 (ESCAP) di UNIC Jakarta

Kuncoro M (2000) Ekonomi Pembangunan Teori Masalah dan Kebijakan (1st ed) Yogyakarta UPP AMP YKPN

Kuncoro M (2004) Otonomi dan Pembangunan Daerah Reformasi Perencanaan Strategi dan Peluang Jakarata Erlangga

Mellor J W (1976) The New Economies of Growth A Strategy for India and the Developing Countries Cornell Cornell University Press

Nurkse R (1953) Problem of Capital Formation in Underdeveloped Countries In Meier Gerald M Leading Issues in Economic Development edisi ke 6 Oxford University Press Oxford

Rintuh Cornelis amp Miar (2005) Kelembagaan dan Ekonomi Rakyat BPFE-UGM Yogyakarta

Sharp Ansel M Charles A Register and Paul W Cerimes (1996) Economics of Social Issues edisi ke 12 Richard D Chicago Irwin

Sumarto Sudarno (2002) ldquoGrowth Inequality and Poverty Evidence from Micro Datardquo Makala dalam The Young Economics Seminar Jakarta World Bank

48

Page 34: Makalah akp

perkotaan Pembangunan perkotaan senantiasa bukan memberikan solusi dalam

pengentasan kemiskinan perkotaan melainkan sebaliknya yaitu menjadikan proses

penggusuran dan semakin terdesaknya kehidupan masyarakat miskin tersebut

Tabel

Daerah Asal Responden sidoarjo

NoJenis

Pekerjaan Responden

Jawa Timur Non

Madura

Madura Jawa Barat

Jawa Tengah

Luar Jawa

jumlah

1Tidak

Bekerja

2Buruh Pasar

8 1 1 10 1011 7 7

3Kuli

Bangunan

7 2 1 10 1010 14 7

4 Pemulung

9 9 913

5 Pedagang

10 10 1014

6 Becak

8 1 2 11 1111 7 14

7Sopir

Angkutan

10 10 1014

8 Wiraswasta

8 6 14 1411 43

9 Bengkel

10Buruh Pabrik

8 2 10 1011 14

11 Lain-lain

2 2 10 14 143 14 71

Jumlah 70 14 0 14 0 98 100

Dari data diatas sebagian besar kaum migrant untuk setiap profesi berasal dari

jawa timur Di definisikan jawa timur karena seluruh masyarakat urban berasal dari jawa

timur kecuali Madura Ada beberapa alasan dari responden mengapa mereka

melakukan urbanisasi salah satunya adalah untuk memperbaiki taraf ekonomi karena

kabupaten sidoarjo dianggap sebagai kabupaten yang memiliki potensi yang cukup

34

tinggi dalam bidang industry Profesi terbanyak yang diminati oleh pendatang adalah

sebagai pedagang dan sebagai sopir

Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin

pada kabupaten sidoarjo dapat diperhatikan gambar di bawah ini

Gambar

Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin

35

Tabel

Daerah Asal Responden pasuruan

NoJenis

Pekerjaan Responden

Jawa Timur Non

Madura

Madura Jawa Barat

Jawa Tengah

Luar Jawa

jumlah

1 Tidak Bekerja

2 Buruh Pasar

4 4 24

3 Kuli Bangunan

5 5 55

4 Pemulung

10 10 1011

5 Pedagang

20 20 2022

6 Becak

8 2 10 109 33

7Sopir

Angkutan

0 0

8 Wiraswasta

0 0

9 Bengkel

10 Buruh Pabrik

15 4 19 1916 67

11 Lain-lain

30 30 3133

Jumlah 92 6 98 98 98

Sama seperti pada kabupaten sidoarjo sebagian besar pendatang adalah dari

wilayah jawa timur Pendatang sebagian besar berprofesi sebagai pedagang karena

wilayah sidoarjo selain sebagai sentra industry provinsi jawa timur juga sebagai urat nadi

perekonomian jawa timur Sehingga bagi para pedagang akan sangat menguntungkan

karena di lewati dari berbagai wilayah di jawa timur

Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin

pada kabupaten pasuruan dapat diperhatikan gambar di bawah ini

Gambar

36

Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin

Tabel 5Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan di kota malang

Lama Tinggal (Tahun)Kecamatan

pddkAsli le 2 3 - 6 7 - 9 ge 10

Jumlahrespondn

Kedung kandang10

(1053)- 3

(316)11

(1158)71

(1473) 95

18 - - 15 52

37

Sukun (2118) (1764) (6118) 85

Klojen9

(1200)5

(667)12

(1600)9

(1200)40

(5333) 75

Blimbing8

(100)2

(25)- 8

(100)62

(775) 80

Lowok Waru15

(1923)- - 7

(897)56

(7180) 78

Sumber Data Primer

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa dari responden (keluarga miskin)

perkotaan sebagian besar bukan penduduk asli daerah kota Malang melainkan

pendatang yang merupakan kaum migran dan menetap di kota Malang kecamatan

kedung Kandang merupakan daerah yang padat penduduknya dimana 1473

menunjukkan jumlah responden yang sudah lama tinggal di kota malang (di atas 10

tahun) bahkan beberapa responden sudah turun-menurun dari keluarga mereka

Kecamatan Sukun yang merupakan kaum pendatang yang tinggal di kota Malang sudah

puluhan tahun sebanyak 6118 dari responden yang ada Kecamatan Klojen sebesar

5333 Kecamatan Blimbing sebanyak 775 dan untuk kecamatan Lowok Waru

sebanyak 7180 dari masing-masing responden di tingkat kecamatan Kondisi ini

menjelaskan bahwa masyarakat miskin perkotaan adalah rata-rata kaum migran yang

sengaja datang ke kota Malang untuk mencari kehidupan yang lebih baik dari daerah

asal mereka Umumnya mereka datang sebagai migran tetap dan keberadaan mereka

sudah terbiasa hidup dalam kondisi serba kekurangan Beberapa responden yang

ditemui juga menjelaskan bahwa sebagai kaum pendatang sudah tidak asing lagi

dengan kehidupan masyarakat di kota Malang Umumnya mereka membaur dengan

masyarakat pendatang lainnya dengan hidup di kepadatan penduduk kota Malang

Salain dilihat dari lamanya masayarakat pendatang (migran tetap) tinggal di kota

Malang dapat pula dijelaskan mengenai temapat asal (daerah asal) responden untuk

melihat derah asal rumah tangga miskin perkotaan dapat kita bagi dengan

menggunakan batasan daerah (wilayah) Dimana wilayah pembagiannya adalah

mereka yang berasal dari daerah Jawa Timur (non-Madura) daerah Madura daerah

Jawa Tengah Jawa Barat dan Luar Jawa Adapun gambaran daerah asal rumah

tangga miskin perkotaan dapat dilihat pada tabel berikut

38

Tabel

Daerah Asal Responden

Daerah

Asal

Kecamatan

Jawa

Timur

Non-

Madura

Madur

a

Jawa

Tengah

Jawa

Barat

Luar

Jawa

Jumlah

Respond

n

Kedung kandang21

(2470)52

(6118)9

(1059)3

(353)- 85

Sukun19

(2836)28

(4179)12

(1791)8

(1194)- 67

Klojen9

(1364)49

(7424)5

(758)3

(454)- 66

Blimbing31

(4306)33

(4563)6

(833)2

(278)- 72

Lowok Waru28

(4444)21

(3333)9

(1429)5

((794)- 63

Sumber Data Primer

Berdasarkan data pada tabel di atas menunjukkan bahwa umumnya kaum

migran berasal dari daerah Jawa Timur dan daerah Madura Untuk kecamatan Kedung

Kandang sebesar 6118 berasal dari Madura kemudian Kecamatan Sukun 4179

kaum Migran berasal juga dari Madura Kecamatan Klojen 7424 Kecamatan Blimbing

sebesar 4563 dan kecamatan Lowok Waru sebesar 3333 Dari kelima kecamatan

tersebut yang banyak di datangi oleh migran yang berasal dari daeah Madura adalah di

Kecamatan Kedung Kandang (6118) dan Kecamatan Klojen (7424) dan mereka

sengaja tinggal di dekat pusat perkotaan dengan tujuan memudahkan untuk aktifitas

kegiatan pekerjaannya yang rata-rata bergelut disektor informal (pedagang kaki lima)

331 Kondisi Tempat Tinggal Masyarakat Miskin Perkotaan

Dilihat dari tempat tinggal masyarakat miskin perkotaan rata-rata kondisi tempat

tinggalnya dengan model bangunan semi permanen dan permanen sederhanan dengan

memanfatkan kondisi tanah yang rawan bencana (longsor kebisingan kumuh dan

sebagainya)

Tabel

Kondisi Fisik Bangunan Rumah RTM

39

Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan

Kondisi Fisik RumahKecamatan

Sesek(papan)

SemiPermanen Permanen

Jumlahrespondn

Kedung kandang

11(1158)

52(5474)

32(3368) 95

Sukun20

(2353)33

(3882)32

(3765) 85

Klojen5

(667)31

(1733)39

(5200) 75

Blimbing3

(375)13

(1625)64

(8000) 80

Lowok Waru9

(1154)24

(3077)45

(5769) 78

Sumber Data Primer

dari data primer (tabel) menunjukkan bahwa sebagian besar tempat tinggal

masyarakat miskin perkotaan adalah semi permanen dan permanen akan tetapi dengan

ukuran ruang (luas bangunan) yang cukup minim Dan umumnya yang mereka lakukan

adalah dengan menyewa tanah dan atau menempati tanah rawan musibah adapun

kondisi perumahan masyarakat miskin perkotaan dapat dilihat pada gambar berikut

Gambar

Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin Perkotaan

40

Dari gambar di atas terlihat bahwa kondisi tempat tinggal mereka sangat rawan

dengan terjadinya bencana dan kekumuhan kondisi ini selain rawan terhadap adanya

bahaya tersebut juga sangat rawan dengan permasalahan kesehatan

34 Analisa Spasial

Informasi mengenai tipologi perekonomian masyarakat akan sangat membantu

pemerintah dalam menentukan kebijakan ekonomi di masa mendatang Dari informasi

tersebut dibuatlah peta potensi ekonomi dengan maksud merelevansikan antara potensi

ekonomi daerah dan kebijakan ekonomi Selain itu jika kebijakan ekonomi hanya

terfokus di suatu wilayah tertentu akan berdampak pada ketimpangan pertumbuhan

ekonomi Seperti dijelaskan sebelumnya inventarisasi sarana ekonomi sebuah wilayah

dilakukan dengan menggunakan pendekatan tipologi suatu wilayah Melalui pendekatan

ini selanjutnya dapat digambarkan wilayah majemuk dengan fenomena yang kompleks

dengan beberapa persamaan di dalamnya Maksudnya bahwa pada tipologi suatu

wilayah ada relevansinya dengan keberadaan potensi ekonomi maupun potensi sarana

ekonomi di wilayah tersebut Ini menandakan bahwa kebijakan pengembangan ekonomi

suatu wilayah diperlukan pengadaan sarana ekonomi yang tepat sedikitnya sesuai

dengan kondisi wilayah yang dibangun termasuk karakteristik kegiatan ekonomi yang

dilakukan oleh masyarakat setempat sehingga keberadaan sarana tersebut mampu

mendorong aktivitas ekonomi masyarakat dan pada akhirnya mengentaskan dan

menanggulangi kemiskinan

41

Di wilayah kabupaten pasuruan terdapat berbagai macam potensi ekonomi yang

belum tersentuh pengembangannya oleh pemerintah daerah Potensi yang terdapat di

wilayah tersebut bukan hanya pada potensi sumber daya alam melainkan juga potensii

sumber daya manusianya Untuk wilayah ssidoarjo perlu adanya perhatian mendalam

pada pengembangan sumber daya manusia karena di wilayah tersebut banyak sekali

potensi industri yang dapat berkembang Sedangkan untuk daerah malang hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa disinyalir masih terdapat kegiatan ekonomi maupun

sarana ekonomi yang menunjang kegiatan tersebut belum dimanfaatkan secara optimal

Keadaan ini menjadikan keduanya masih bersifat potensial dan memerlukan

penanganan pengelolannya agar dapat diperoleh output yang optimal pula Pengelolaan

optimal tersebut tentu masih memerlukan suatu pengkajian tersendiri untuk mengukur

sampai sejauh mana tingkat feasibilitasnya

Potensi sarana ekonomi kabupaten ssidoarjo kabupaten pasuruan dan Kota

Malang merujuk pada sarana ekonomi (dalam bentuk fisik) yang teridentifikasi di setiap

daerah maupun yang sudah terkompilasikan di tingkat kabupaten dan kota Potensi

tersebut dapat di petakan pada masing-masing kabupaten di wilayah Jawa Timur

melalui Peta berikut

Gambar Provinsi Jawa Timur

42

Gambar kota Malang

43

keterangan

daerah masyarakat miskin perkotaan

daerah potensi terjadinya kemiskinan

tidak ada potensi terjadnya kemiskinan

Sejalan dengan maksud di atas Pemerintah Kota Malang masih

perlu melakukan kajian mendalam tentang pengembangan potensi wilayah

sebagai salah satu upaya untuk mendukung pemulihan ekonomi yang

bersifat jangka menengah Dukungan kajian ini dilakukan dengan menggali

lebih dalam potensi yang dimiliki setiap kawasan di wilayah Kota Malang

Dengan demikian Pemerintah Kota Malang dengan mudah dapat mengambil

langkah-langkah menumbuh kembangkan potensi sarana ekonomi daerah

44

Kec Blimbing Industri (kecil-

menengah)Pariwisata Pertanianperumahanperdagangan

Kec Kedungkandang Industri (kecil-

menengah)Pertanianperumahan

Kec Sukun Industri kecilPendidikanperumahan

Kec Kolojen perdagangan PendidikanPerhotelanperkantoran

Kec Lowokwaruperumahan PendidikanIndustri (kecil-

menengah)

khususnya yang berada di pusat-pusat kegiatan produksi masyarakat yang

dianggap cukup strategis di Kota Malang

Sejalan dengan semakin meningkatnya peran serta dunia usaha

dan masyarakat di dalam pelaksanaan pembangunan maka program-

program pembangunan Kota Malang perlu disusun dengan

mempertimbangkan keterlibatan mereka Upaya ini dimaksudkan agar

Pemerintah Kota Malang lebih mudah mengefektifkan potensi sarana

ekonomi dan mengarahkannya untuk kepentingan pembangunan yang lebih

konsisten efektif dan efisien serta berkelanjutan dalam menanggulangi

kemiskinan

Secara keseluruhan penduduk miskin di wilayah kota malang masih tersebar

merata di seluruh kecamatan Kecuali di kecamatan Lowokwaru sebagian besar di

kecamatan ini tidak ada potensi kemiskinan Hal tersebut dikarenakan banyaknya

industry pendidikan seperti UMM UNISMA UNIGA Brawijaya ITN UM dll Dengan

banyaknya perguruan tinggi di wilayah tersebut maka potensi perekonomian semakin

besar Tidak sedikit masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang makanan karena

untuk memnuhi kebutuhan para mahasiswa

Pada data dikatakan bahwa rata-rata pendapatan di kecamatan Lowokwaru

masih besar padahal menurut analisis spasial potensi terjadinya kemiskinan sangat

kecil Pada analisi ekonomi diindentifikasi bahwa banyak masyarakat yang

berpendapatan dibawah 400 ribu Hal tersebut terjadi pada masyarakat yang tinggal di

daerah pesisir sungai Masih banyak masyarakat yang tinggal di Daerah Aliran Sungai

tidak memiliki kesempatan kemampuan untuk bersaing dengan masyarakat yang tidak

tiggal di Daerah Aliran Sungai Di perkirakan masyarakat yang menempati DAS

merupakan masyarakat pendatang yang berurbanisasi dengan tidak membawa suatu

keahlian

Potensi kemiskinan terbesar dapat terjadi di Kecamatan Sukun Banyak

masyarakat di daerah ini yang memiliki pendapatan dibawah 400 ribu Jika kita

bandingkan dengan kecamatan Lowokwaru potensi kemiskinan di daerah kecamatan

Sukun tidak hanya terjadi di DAS namun juga pada masyarakat lainnya Banyak faktor

yang mengindikasikan potensi kemiskinan salah satu faktor utama adalah sulitnya

pemasaran dan persaingan yang ketat Meski kegiatan masyarakat di kecamatan

Lowokwaru dengan kecamatan Sukun relatif sama namun di kecamatan Lowokwaru

45

pemasaran barang dan jasa yang diproduksi tidak sesulit di kecamatan Sukun meski

ada persaingan

Hampir memeratanya potensi masyarakat miskin di kecamatan Sukun

menimbulkan dampak di kecamatan Kedungkandang terutama di perbatasan diantara

kedua kecamatan tersebut Menurut survey yang dilakukan memang sebagian besar

masyarakat miskin berpotensi di DAS Dapat dilihat di peta bahwa gambar merah

bersinggungan antara kedua kecamatan dan di kedua wilayah tersebut dialiri sungai

yang sama namun jika kita lihat kebawahnya warna kecamatan Kedungkandang mulai

ada yang Hijau Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat diluar DAS mempunyai

usaha yang berhubungan positif dengan pendapatan seperti pertanian

Berbeda halnya di kecamatan Klojen kecamatan ini merupakan pusat

pemerintahan kota Malang Banyak warga di kecamatan ini yang berprofesi sebagai

pegawai negeri sipil Memang masih terindikasi adanya kemiskinan di daerah tersebut

namun kemiskinan itu timbul karena mereka yang tidak mempunyai kesempatan dan

daya tawar diri mereka Kebanyakan yang tidak memiliki daya tawar diri yang tinggi

adalah mereka para pendatang yang tidak membawa keahlian kemudian mereka

tinggal di DAS dan berprofesi sebagai buruh tani buruh pabrik ataupun yang lainnya

yang tidak membutuhkan keahlian lebih

Bab V Kesimpulan dan Saran

Setelah melalui beberapa tahapan analisis dalam mengidentifikasi kemiskinan

perkotaan di beberapa wiayah Jawa Timur terdapat beberapa kesimpulan yaitu

1 Didapat bahwa sebaran penduduk miskin berkosentrasi pada daerah

sepanjang aliran sungai dan ada beberapa kota yang mengindikasikan

bahwa penduduk miskin berasal dari pendatang dari luar kota

2 Dalam penanggulangan kemiskinan pemerintah sudah banyak

mengeluarkan berbagai macam program pengentasan kemiskinan seperti

P2K P2KP BLT dll namun dalam aplikasinya banyak program yang belum

tepat sasaran

3 Ada beberapa karakteristik yang menarik dalam pengentasan kemiskinan

diantaranya bahwa dalam mengentaskan masyarakat miskin metode yang

46

diterapkan lebih kepada pembinaan keahlian dan mentalitas karena

seperti yang terdapat di kota malang masyarakat miskin dipicu dari

kebiasaan atau mentalitas dari masyarakat tersebut dalam kehidupan

sehari-hari Riset menemukan meskipun masyarakat miskin diberikan

bantuan uang seperti BLT namun bantuan tersebut tidak diperuntukkan

kepada pengembangan usaha namun habis untuk konsumsi begitu pula

dengan program ndash program pengentasan kemiskinan yang lainnya

Saran

Dalam pengentasan kemiskinan disarankan kepada pemerintah untuk mencari

data kemiskinan yang akurat dengan tujuan pemberian bantuan dalam rangka

pengentasan kemiskinan dapat terserap tepat pada masyarakat yang dituju Selain itu

untuk mengentaskan masyarakat yang bertipikal ldquokultur miskinrdquo harus banyak diberikan

pelatihan dan pembinaan mental

47

DAFTAR PUSTAKA

Blakely Edward J (1989) Planning Local Economic Development Theory and Practice Sage Library of Social Research 168 Sage Publication

BPS (1999) Perkembangan Tingkat Kemiskinan dan Beberapa Dimensi Sosial Ekonominya 1996-1999 Jakarta BPS

Budi Soeradji Mubyarto (1998) Gerakan Penanggulangan Kemiskinan Laporan

Penelitian di Daerah-Daerah Yogyakarta Aditya Media

Faisal Basri (2002) Perekonomian Indonesia Tantangan dan Harapan bagi Kebangkitan Indonesia Jakarta Erlangga

Fei J C H amp Gustav R (1964) Development Economics What Next In a Ranis G P Schulta (Ed) The State of Development Economics

Gunawan Sumodiningrat (1999) Penanggulangan Krisis Harus Memihak Rakyat Disampaikan pada konferensi pers untuk launcing The Economic and Social Survey of Asia and the Pacific 1999 (ESCAP) di UNIC Jakarta

Kuncoro M (2000) Ekonomi Pembangunan Teori Masalah dan Kebijakan (1st ed) Yogyakarta UPP AMP YKPN

Kuncoro M (2004) Otonomi dan Pembangunan Daerah Reformasi Perencanaan Strategi dan Peluang Jakarata Erlangga

Mellor J W (1976) The New Economies of Growth A Strategy for India and the Developing Countries Cornell Cornell University Press

Nurkse R (1953) Problem of Capital Formation in Underdeveloped Countries In Meier Gerald M Leading Issues in Economic Development edisi ke 6 Oxford University Press Oxford

Rintuh Cornelis amp Miar (2005) Kelembagaan dan Ekonomi Rakyat BPFE-UGM Yogyakarta

Sharp Ansel M Charles A Register and Paul W Cerimes (1996) Economics of Social Issues edisi ke 12 Richard D Chicago Irwin

Sumarto Sudarno (2002) ldquoGrowth Inequality and Poverty Evidence from Micro Datardquo Makala dalam The Young Economics Seminar Jakarta World Bank

48

Page 35: Makalah akp

tinggi dalam bidang industry Profesi terbanyak yang diminati oleh pendatang adalah

sebagai pedagang dan sebagai sopir

Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin

pada kabupaten sidoarjo dapat diperhatikan gambar di bawah ini

Gambar

Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin

35

Tabel

Daerah Asal Responden pasuruan

NoJenis

Pekerjaan Responden

Jawa Timur Non

Madura

Madura Jawa Barat

Jawa Tengah

Luar Jawa

jumlah

1 Tidak Bekerja

2 Buruh Pasar

4 4 24

3 Kuli Bangunan

5 5 55

4 Pemulung

10 10 1011

5 Pedagang

20 20 2022

6 Becak

8 2 10 109 33

7Sopir

Angkutan

0 0

8 Wiraswasta

0 0

9 Bengkel

10 Buruh Pabrik

15 4 19 1916 67

11 Lain-lain

30 30 3133

Jumlah 92 6 98 98 98

Sama seperti pada kabupaten sidoarjo sebagian besar pendatang adalah dari

wilayah jawa timur Pendatang sebagian besar berprofesi sebagai pedagang karena

wilayah sidoarjo selain sebagai sentra industry provinsi jawa timur juga sebagai urat nadi

perekonomian jawa timur Sehingga bagi para pedagang akan sangat menguntungkan

karena di lewati dari berbagai wilayah di jawa timur

Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin

pada kabupaten pasuruan dapat diperhatikan gambar di bawah ini

Gambar

36

Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin

Tabel 5Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan di kota malang

Lama Tinggal (Tahun)Kecamatan

pddkAsli le 2 3 - 6 7 - 9 ge 10

Jumlahrespondn

Kedung kandang10

(1053)- 3

(316)11

(1158)71

(1473) 95

18 - - 15 52

37

Sukun (2118) (1764) (6118) 85

Klojen9

(1200)5

(667)12

(1600)9

(1200)40

(5333) 75

Blimbing8

(100)2

(25)- 8

(100)62

(775) 80

Lowok Waru15

(1923)- - 7

(897)56

(7180) 78

Sumber Data Primer

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa dari responden (keluarga miskin)

perkotaan sebagian besar bukan penduduk asli daerah kota Malang melainkan

pendatang yang merupakan kaum migran dan menetap di kota Malang kecamatan

kedung Kandang merupakan daerah yang padat penduduknya dimana 1473

menunjukkan jumlah responden yang sudah lama tinggal di kota malang (di atas 10

tahun) bahkan beberapa responden sudah turun-menurun dari keluarga mereka

Kecamatan Sukun yang merupakan kaum pendatang yang tinggal di kota Malang sudah

puluhan tahun sebanyak 6118 dari responden yang ada Kecamatan Klojen sebesar

5333 Kecamatan Blimbing sebanyak 775 dan untuk kecamatan Lowok Waru

sebanyak 7180 dari masing-masing responden di tingkat kecamatan Kondisi ini

menjelaskan bahwa masyarakat miskin perkotaan adalah rata-rata kaum migran yang

sengaja datang ke kota Malang untuk mencari kehidupan yang lebih baik dari daerah

asal mereka Umumnya mereka datang sebagai migran tetap dan keberadaan mereka

sudah terbiasa hidup dalam kondisi serba kekurangan Beberapa responden yang

ditemui juga menjelaskan bahwa sebagai kaum pendatang sudah tidak asing lagi

dengan kehidupan masyarakat di kota Malang Umumnya mereka membaur dengan

masyarakat pendatang lainnya dengan hidup di kepadatan penduduk kota Malang

Salain dilihat dari lamanya masayarakat pendatang (migran tetap) tinggal di kota

Malang dapat pula dijelaskan mengenai temapat asal (daerah asal) responden untuk

melihat derah asal rumah tangga miskin perkotaan dapat kita bagi dengan

menggunakan batasan daerah (wilayah) Dimana wilayah pembagiannya adalah

mereka yang berasal dari daerah Jawa Timur (non-Madura) daerah Madura daerah

Jawa Tengah Jawa Barat dan Luar Jawa Adapun gambaran daerah asal rumah

tangga miskin perkotaan dapat dilihat pada tabel berikut

38

Tabel

Daerah Asal Responden

Daerah

Asal

Kecamatan

Jawa

Timur

Non-

Madura

Madur

a

Jawa

Tengah

Jawa

Barat

Luar

Jawa

Jumlah

Respond

n

Kedung kandang21

(2470)52

(6118)9

(1059)3

(353)- 85

Sukun19

(2836)28

(4179)12

(1791)8

(1194)- 67

Klojen9

(1364)49

(7424)5

(758)3

(454)- 66

Blimbing31

(4306)33

(4563)6

(833)2

(278)- 72

Lowok Waru28

(4444)21

(3333)9

(1429)5

((794)- 63

Sumber Data Primer

Berdasarkan data pada tabel di atas menunjukkan bahwa umumnya kaum

migran berasal dari daerah Jawa Timur dan daerah Madura Untuk kecamatan Kedung

Kandang sebesar 6118 berasal dari Madura kemudian Kecamatan Sukun 4179

kaum Migran berasal juga dari Madura Kecamatan Klojen 7424 Kecamatan Blimbing

sebesar 4563 dan kecamatan Lowok Waru sebesar 3333 Dari kelima kecamatan

tersebut yang banyak di datangi oleh migran yang berasal dari daeah Madura adalah di

Kecamatan Kedung Kandang (6118) dan Kecamatan Klojen (7424) dan mereka

sengaja tinggal di dekat pusat perkotaan dengan tujuan memudahkan untuk aktifitas

kegiatan pekerjaannya yang rata-rata bergelut disektor informal (pedagang kaki lima)

331 Kondisi Tempat Tinggal Masyarakat Miskin Perkotaan

Dilihat dari tempat tinggal masyarakat miskin perkotaan rata-rata kondisi tempat

tinggalnya dengan model bangunan semi permanen dan permanen sederhanan dengan

memanfatkan kondisi tanah yang rawan bencana (longsor kebisingan kumuh dan

sebagainya)

Tabel

Kondisi Fisik Bangunan Rumah RTM

39

Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan

Kondisi Fisik RumahKecamatan

Sesek(papan)

SemiPermanen Permanen

Jumlahrespondn

Kedung kandang

11(1158)

52(5474)

32(3368) 95

Sukun20

(2353)33

(3882)32

(3765) 85

Klojen5

(667)31

(1733)39

(5200) 75

Blimbing3

(375)13

(1625)64

(8000) 80

Lowok Waru9

(1154)24

(3077)45

(5769) 78

Sumber Data Primer

dari data primer (tabel) menunjukkan bahwa sebagian besar tempat tinggal

masyarakat miskin perkotaan adalah semi permanen dan permanen akan tetapi dengan

ukuran ruang (luas bangunan) yang cukup minim Dan umumnya yang mereka lakukan

adalah dengan menyewa tanah dan atau menempati tanah rawan musibah adapun

kondisi perumahan masyarakat miskin perkotaan dapat dilihat pada gambar berikut

Gambar

Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin Perkotaan

40

Dari gambar di atas terlihat bahwa kondisi tempat tinggal mereka sangat rawan

dengan terjadinya bencana dan kekumuhan kondisi ini selain rawan terhadap adanya

bahaya tersebut juga sangat rawan dengan permasalahan kesehatan

34 Analisa Spasial

Informasi mengenai tipologi perekonomian masyarakat akan sangat membantu

pemerintah dalam menentukan kebijakan ekonomi di masa mendatang Dari informasi

tersebut dibuatlah peta potensi ekonomi dengan maksud merelevansikan antara potensi

ekonomi daerah dan kebijakan ekonomi Selain itu jika kebijakan ekonomi hanya

terfokus di suatu wilayah tertentu akan berdampak pada ketimpangan pertumbuhan

ekonomi Seperti dijelaskan sebelumnya inventarisasi sarana ekonomi sebuah wilayah

dilakukan dengan menggunakan pendekatan tipologi suatu wilayah Melalui pendekatan

ini selanjutnya dapat digambarkan wilayah majemuk dengan fenomena yang kompleks

dengan beberapa persamaan di dalamnya Maksudnya bahwa pada tipologi suatu

wilayah ada relevansinya dengan keberadaan potensi ekonomi maupun potensi sarana

ekonomi di wilayah tersebut Ini menandakan bahwa kebijakan pengembangan ekonomi

suatu wilayah diperlukan pengadaan sarana ekonomi yang tepat sedikitnya sesuai

dengan kondisi wilayah yang dibangun termasuk karakteristik kegiatan ekonomi yang

dilakukan oleh masyarakat setempat sehingga keberadaan sarana tersebut mampu

mendorong aktivitas ekonomi masyarakat dan pada akhirnya mengentaskan dan

menanggulangi kemiskinan

41

Di wilayah kabupaten pasuruan terdapat berbagai macam potensi ekonomi yang

belum tersentuh pengembangannya oleh pemerintah daerah Potensi yang terdapat di

wilayah tersebut bukan hanya pada potensi sumber daya alam melainkan juga potensii

sumber daya manusianya Untuk wilayah ssidoarjo perlu adanya perhatian mendalam

pada pengembangan sumber daya manusia karena di wilayah tersebut banyak sekali

potensi industri yang dapat berkembang Sedangkan untuk daerah malang hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa disinyalir masih terdapat kegiatan ekonomi maupun

sarana ekonomi yang menunjang kegiatan tersebut belum dimanfaatkan secara optimal

Keadaan ini menjadikan keduanya masih bersifat potensial dan memerlukan

penanganan pengelolannya agar dapat diperoleh output yang optimal pula Pengelolaan

optimal tersebut tentu masih memerlukan suatu pengkajian tersendiri untuk mengukur

sampai sejauh mana tingkat feasibilitasnya

Potensi sarana ekonomi kabupaten ssidoarjo kabupaten pasuruan dan Kota

Malang merujuk pada sarana ekonomi (dalam bentuk fisik) yang teridentifikasi di setiap

daerah maupun yang sudah terkompilasikan di tingkat kabupaten dan kota Potensi

tersebut dapat di petakan pada masing-masing kabupaten di wilayah Jawa Timur

melalui Peta berikut

Gambar Provinsi Jawa Timur

42

Gambar kota Malang

43

keterangan

daerah masyarakat miskin perkotaan

daerah potensi terjadinya kemiskinan

tidak ada potensi terjadnya kemiskinan

Sejalan dengan maksud di atas Pemerintah Kota Malang masih

perlu melakukan kajian mendalam tentang pengembangan potensi wilayah

sebagai salah satu upaya untuk mendukung pemulihan ekonomi yang

bersifat jangka menengah Dukungan kajian ini dilakukan dengan menggali

lebih dalam potensi yang dimiliki setiap kawasan di wilayah Kota Malang

Dengan demikian Pemerintah Kota Malang dengan mudah dapat mengambil

langkah-langkah menumbuh kembangkan potensi sarana ekonomi daerah

44

Kec Blimbing Industri (kecil-

menengah)Pariwisata Pertanianperumahanperdagangan

Kec Kedungkandang Industri (kecil-

menengah)Pertanianperumahan

Kec Sukun Industri kecilPendidikanperumahan

Kec Kolojen perdagangan PendidikanPerhotelanperkantoran

Kec Lowokwaruperumahan PendidikanIndustri (kecil-

menengah)

khususnya yang berada di pusat-pusat kegiatan produksi masyarakat yang

dianggap cukup strategis di Kota Malang

Sejalan dengan semakin meningkatnya peran serta dunia usaha

dan masyarakat di dalam pelaksanaan pembangunan maka program-

program pembangunan Kota Malang perlu disusun dengan

mempertimbangkan keterlibatan mereka Upaya ini dimaksudkan agar

Pemerintah Kota Malang lebih mudah mengefektifkan potensi sarana

ekonomi dan mengarahkannya untuk kepentingan pembangunan yang lebih

konsisten efektif dan efisien serta berkelanjutan dalam menanggulangi

kemiskinan

Secara keseluruhan penduduk miskin di wilayah kota malang masih tersebar

merata di seluruh kecamatan Kecuali di kecamatan Lowokwaru sebagian besar di

kecamatan ini tidak ada potensi kemiskinan Hal tersebut dikarenakan banyaknya

industry pendidikan seperti UMM UNISMA UNIGA Brawijaya ITN UM dll Dengan

banyaknya perguruan tinggi di wilayah tersebut maka potensi perekonomian semakin

besar Tidak sedikit masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang makanan karena

untuk memnuhi kebutuhan para mahasiswa

Pada data dikatakan bahwa rata-rata pendapatan di kecamatan Lowokwaru

masih besar padahal menurut analisis spasial potensi terjadinya kemiskinan sangat

kecil Pada analisi ekonomi diindentifikasi bahwa banyak masyarakat yang

berpendapatan dibawah 400 ribu Hal tersebut terjadi pada masyarakat yang tinggal di

daerah pesisir sungai Masih banyak masyarakat yang tinggal di Daerah Aliran Sungai

tidak memiliki kesempatan kemampuan untuk bersaing dengan masyarakat yang tidak

tiggal di Daerah Aliran Sungai Di perkirakan masyarakat yang menempati DAS

merupakan masyarakat pendatang yang berurbanisasi dengan tidak membawa suatu

keahlian

Potensi kemiskinan terbesar dapat terjadi di Kecamatan Sukun Banyak

masyarakat di daerah ini yang memiliki pendapatan dibawah 400 ribu Jika kita

bandingkan dengan kecamatan Lowokwaru potensi kemiskinan di daerah kecamatan

Sukun tidak hanya terjadi di DAS namun juga pada masyarakat lainnya Banyak faktor

yang mengindikasikan potensi kemiskinan salah satu faktor utama adalah sulitnya

pemasaran dan persaingan yang ketat Meski kegiatan masyarakat di kecamatan

Lowokwaru dengan kecamatan Sukun relatif sama namun di kecamatan Lowokwaru

45

pemasaran barang dan jasa yang diproduksi tidak sesulit di kecamatan Sukun meski

ada persaingan

Hampir memeratanya potensi masyarakat miskin di kecamatan Sukun

menimbulkan dampak di kecamatan Kedungkandang terutama di perbatasan diantara

kedua kecamatan tersebut Menurut survey yang dilakukan memang sebagian besar

masyarakat miskin berpotensi di DAS Dapat dilihat di peta bahwa gambar merah

bersinggungan antara kedua kecamatan dan di kedua wilayah tersebut dialiri sungai

yang sama namun jika kita lihat kebawahnya warna kecamatan Kedungkandang mulai

ada yang Hijau Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat diluar DAS mempunyai

usaha yang berhubungan positif dengan pendapatan seperti pertanian

Berbeda halnya di kecamatan Klojen kecamatan ini merupakan pusat

pemerintahan kota Malang Banyak warga di kecamatan ini yang berprofesi sebagai

pegawai negeri sipil Memang masih terindikasi adanya kemiskinan di daerah tersebut

namun kemiskinan itu timbul karena mereka yang tidak mempunyai kesempatan dan

daya tawar diri mereka Kebanyakan yang tidak memiliki daya tawar diri yang tinggi

adalah mereka para pendatang yang tidak membawa keahlian kemudian mereka

tinggal di DAS dan berprofesi sebagai buruh tani buruh pabrik ataupun yang lainnya

yang tidak membutuhkan keahlian lebih

Bab V Kesimpulan dan Saran

Setelah melalui beberapa tahapan analisis dalam mengidentifikasi kemiskinan

perkotaan di beberapa wiayah Jawa Timur terdapat beberapa kesimpulan yaitu

1 Didapat bahwa sebaran penduduk miskin berkosentrasi pada daerah

sepanjang aliran sungai dan ada beberapa kota yang mengindikasikan

bahwa penduduk miskin berasal dari pendatang dari luar kota

2 Dalam penanggulangan kemiskinan pemerintah sudah banyak

mengeluarkan berbagai macam program pengentasan kemiskinan seperti

P2K P2KP BLT dll namun dalam aplikasinya banyak program yang belum

tepat sasaran

3 Ada beberapa karakteristik yang menarik dalam pengentasan kemiskinan

diantaranya bahwa dalam mengentaskan masyarakat miskin metode yang

46

diterapkan lebih kepada pembinaan keahlian dan mentalitas karena

seperti yang terdapat di kota malang masyarakat miskin dipicu dari

kebiasaan atau mentalitas dari masyarakat tersebut dalam kehidupan

sehari-hari Riset menemukan meskipun masyarakat miskin diberikan

bantuan uang seperti BLT namun bantuan tersebut tidak diperuntukkan

kepada pengembangan usaha namun habis untuk konsumsi begitu pula

dengan program ndash program pengentasan kemiskinan yang lainnya

Saran

Dalam pengentasan kemiskinan disarankan kepada pemerintah untuk mencari

data kemiskinan yang akurat dengan tujuan pemberian bantuan dalam rangka

pengentasan kemiskinan dapat terserap tepat pada masyarakat yang dituju Selain itu

untuk mengentaskan masyarakat yang bertipikal ldquokultur miskinrdquo harus banyak diberikan

pelatihan dan pembinaan mental

47

DAFTAR PUSTAKA

Blakely Edward J (1989) Planning Local Economic Development Theory and Practice Sage Library of Social Research 168 Sage Publication

BPS (1999) Perkembangan Tingkat Kemiskinan dan Beberapa Dimensi Sosial Ekonominya 1996-1999 Jakarta BPS

Budi Soeradji Mubyarto (1998) Gerakan Penanggulangan Kemiskinan Laporan

Penelitian di Daerah-Daerah Yogyakarta Aditya Media

Faisal Basri (2002) Perekonomian Indonesia Tantangan dan Harapan bagi Kebangkitan Indonesia Jakarta Erlangga

Fei J C H amp Gustav R (1964) Development Economics What Next In a Ranis G P Schulta (Ed) The State of Development Economics

Gunawan Sumodiningrat (1999) Penanggulangan Krisis Harus Memihak Rakyat Disampaikan pada konferensi pers untuk launcing The Economic and Social Survey of Asia and the Pacific 1999 (ESCAP) di UNIC Jakarta

Kuncoro M (2000) Ekonomi Pembangunan Teori Masalah dan Kebijakan (1st ed) Yogyakarta UPP AMP YKPN

Kuncoro M (2004) Otonomi dan Pembangunan Daerah Reformasi Perencanaan Strategi dan Peluang Jakarata Erlangga

Mellor J W (1976) The New Economies of Growth A Strategy for India and the Developing Countries Cornell Cornell University Press

Nurkse R (1953) Problem of Capital Formation in Underdeveloped Countries In Meier Gerald M Leading Issues in Economic Development edisi ke 6 Oxford University Press Oxford

Rintuh Cornelis amp Miar (2005) Kelembagaan dan Ekonomi Rakyat BPFE-UGM Yogyakarta

Sharp Ansel M Charles A Register and Paul W Cerimes (1996) Economics of Social Issues edisi ke 12 Richard D Chicago Irwin

Sumarto Sudarno (2002) ldquoGrowth Inequality and Poverty Evidence from Micro Datardquo Makala dalam The Young Economics Seminar Jakarta World Bank

48

Page 36: Makalah akp

Tabel

Daerah Asal Responden pasuruan

NoJenis

Pekerjaan Responden

Jawa Timur Non

Madura

Madura Jawa Barat

Jawa Tengah

Luar Jawa

jumlah

1 Tidak Bekerja

2 Buruh Pasar

4 4 24

3 Kuli Bangunan

5 5 55

4 Pemulung

10 10 1011

5 Pedagang

20 20 2022

6 Becak

8 2 10 109 33

7Sopir

Angkutan

0 0

8 Wiraswasta

0 0

9 Bengkel

10 Buruh Pabrik

15 4 19 1916 67

11 Lain-lain

30 30 3133

Jumlah 92 6 98 98 98

Sama seperti pada kabupaten sidoarjo sebagian besar pendatang adalah dari

wilayah jawa timur Pendatang sebagian besar berprofesi sebagai pedagang karena

wilayah sidoarjo selain sebagai sentra industry provinsi jawa timur juga sebagai urat nadi

perekonomian jawa timur Sehingga bagi para pedagang akan sangat menguntungkan

karena di lewati dari berbagai wilayah di jawa timur

Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin

pada kabupaten pasuruan dapat diperhatikan gambar di bawah ini

Gambar

36

Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin

Tabel 5Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan di kota malang

Lama Tinggal (Tahun)Kecamatan

pddkAsli le 2 3 - 6 7 - 9 ge 10

Jumlahrespondn

Kedung kandang10

(1053)- 3

(316)11

(1158)71

(1473) 95

18 - - 15 52

37

Sukun (2118) (1764) (6118) 85

Klojen9

(1200)5

(667)12

(1600)9

(1200)40

(5333) 75

Blimbing8

(100)2

(25)- 8

(100)62

(775) 80

Lowok Waru15

(1923)- - 7

(897)56

(7180) 78

Sumber Data Primer

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa dari responden (keluarga miskin)

perkotaan sebagian besar bukan penduduk asli daerah kota Malang melainkan

pendatang yang merupakan kaum migran dan menetap di kota Malang kecamatan

kedung Kandang merupakan daerah yang padat penduduknya dimana 1473

menunjukkan jumlah responden yang sudah lama tinggal di kota malang (di atas 10

tahun) bahkan beberapa responden sudah turun-menurun dari keluarga mereka

Kecamatan Sukun yang merupakan kaum pendatang yang tinggal di kota Malang sudah

puluhan tahun sebanyak 6118 dari responden yang ada Kecamatan Klojen sebesar

5333 Kecamatan Blimbing sebanyak 775 dan untuk kecamatan Lowok Waru

sebanyak 7180 dari masing-masing responden di tingkat kecamatan Kondisi ini

menjelaskan bahwa masyarakat miskin perkotaan adalah rata-rata kaum migran yang

sengaja datang ke kota Malang untuk mencari kehidupan yang lebih baik dari daerah

asal mereka Umumnya mereka datang sebagai migran tetap dan keberadaan mereka

sudah terbiasa hidup dalam kondisi serba kekurangan Beberapa responden yang

ditemui juga menjelaskan bahwa sebagai kaum pendatang sudah tidak asing lagi

dengan kehidupan masyarakat di kota Malang Umumnya mereka membaur dengan

masyarakat pendatang lainnya dengan hidup di kepadatan penduduk kota Malang

Salain dilihat dari lamanya masayarakat pendatang (migran tetap) tinggal di kota

Malang dapat pula dijelaskan mengenai temapat asal (daerah asal) responden untuk

melihat derah asal rumah tangga miskin perkotaan dapat kita bagi dengan

menggunakan batasan daerah (wilayah) Dimana wilayah pembagiannya adalah

mereka yang berasal dari daerah Jawa Timur (non-Madura) daerah Madura daerah

Jawa Tengah Jawa Barat dan Luar Jawa Adapun gambaran daerah asal rumah

tangga miskin perkotaan dapat dilihat pada tabel berikut

38

Tabel

Daerah Asal Responden

Daerah

Asal

Kecamatan

Jawa

Timur

Non-

Madura

Madur

a

Jawa

Tengah

Jawa

Barat

Luar

Jawa

Jumlah

Respond

n

Kedung kandang21

(2470)52

(6118)9

(1059)3

(353)- 85

Sukun19

(2836)28

(4179)12

(1791)8

(1194)- 67

Klojen9

(1364)49

(7424)5

(758)3

(454)- 66

Blimbing31

(4306)33

(4563)6

(833)2

(278)- 72

Lowok Waru28

(4444)21

(3333)9

(1429)5

((794)- 63

Sumber Data Primer

Berdasarkan data pada tabel di atas menunjukkan bahwa umumnya kaum

migran berasal dari daerah Jawa Timur dan daerah Madura Untuk kecamatan Kedung

Kandang sebesar 6118 berasal dari Madura kemudian Kecamatan Sukun 4179

kaum Migran berasal juga dari Madura Kecamatan Klojen 7424 Kecamatan Blimbing

sebesar 4563 dan kecamatan Lowok Waru sebesar 3333 Dari kelima kecamatan

tersebut yang banyak di datangi oleh migran yang berasal dari daeah Madura adalah di

Kecamatan Kedung Kandang (6118) dan Kecamatan Klojen (7424) dan mereka

sengaja tinggal di dekat pusat perkotaan dengan tujuan memudahkan untuk aktifitas

kegiatan pekerjaannya yang rata-rata bergelut disektor informal (pedagang kaki lima)

331 Kondisi Tempat Tinggal Masyarakat Miskin Perkotaan

Dilihat dari tempat tinggal masyarakat miskin perkotaan rata-rata kondisi tempat

tinggalnya dengan model bangunan semi permanen dan permanen sederhanan dengan

memanfatkan kondisi tanah yang rawan bencana (longsor kebisingan kumuh dan

sebagainya)

Tabel

Kondisi Fisik Bangunan Rumah RTM

39

Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan

Kondisi Fisik RumahKecamatan

Sesek(papan)

SemiPermanen Permanen

Jumlahrespondn

Kedung kandang

11(1158)

52(5474)

32(3368) 95

Sukun20

(2353)33

(3882)32

(3765) 85

Klojen5

(667)31

(1733)39

(5200) 75

Blimbing3

(375)13

(1625)64

(8000) 80

Lowok Waru9

(1154)24

(3077)45

(5769) 78

Sumber Data Primer

dari data primer (tabel) menunjukkan bahwa sebagian besar tempat tinggal

masyarakat miskin perkotaan adalah semi permanen dan permanen akan tetapi dengan

ukuran ruang (luas bangunan) yang cukup minim Dan umumnya yang mereka lakukan

adalah dengan menyewa tanah dan atau menempati tanah rawan musibah adapun

kondisi perumahan masyarakat miskin perkotaan dapat dilihat pada gambar berikut

Gambar

Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin Perkotaan

40

Dari gambar di atas terlihat bahwa kondisi tempat tinggal mereka sangat rawan

dengan terjadinya bencana dan kekumuhan kondisi ini selain rawan terhadap adanya

bahaya tersebut juga sangat rawan dengan permasalahan kesehatan

34 Analisa Spasial

Informasi mengenai tipologi perekonomian masyarakat akan sangat membantu

pemerintah dalam menentukan kebijakan ekonomi di masa mendatang Dari informasi

tersebut dibuatlah peta potensi ekonomi dengan maksud merelevansikan antara potensi

ekonomi daerah dan kebijakan ekonomi Selain itu jika kebijakan ekonomi hanya

terfokus di suatu wilayah tertentu akan berdampak pada ketimpangan pertumbuhan

ekonomi Seperti dijelaskan sebelumnya inventarisasi sarana ekonomi sebuah wilayah

dilakukan dengan menggunakan pendekatan tipologi suatu wilayah Melalui pendekatan

ini selanjutnya dapat digambarkan wilayah majemuk dengan fenomena yang kompleks

dengan beberapa persamaan di dalamnya Maksudnya bahwa pada tipologi suatu

wilayah ada relevansinya dengan keberadaan potensi ekonomi maupun potensi sarana

ekonomi di wilayah tersebut Ini menandakan bahwa kebijakan pengembangan ekonomi

suatu wilayah diperlukan pengadaan sarana ekonomi yang tepat sedikitnya sesuai

dengan kondisi wilayah yang dibangun termasuk karakteristik kegiatan ekonomi yang

dilakukan oleh masyarakat setempat sehingga keberadaan sarana tersebut mampu

mendorong aktivitas ekonomi masyarakat dan pada akhirnya mengentaskan dan

menanggulangi kemiskinan

41

Di wilayah kabupaten pasuruan terdapat berbagai macam potensi ekonomi yang

belum tersentuh pengembangannya oleh pemerintah daerah Potensi yang terdapat di

wilayah tersebut bukan hanya pada potensi sumber daya alam melainkan juga potensii

sumber daya manusianya Untuk wilayah ssidoarjo perlu adanya perhatian mendalam

pada pengembangan sumber daya manusia karena di wilayah tersebut banyak sekali

potensi industri yang dapat berkembang Sedangkan untuk daerah malang hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa disinyalir masih terdapat kegiatan ekonomi maupun

sarana ekonomi yang menunjang kegiatan tersebut belum dimanfaatkan secara optimal

Keadaan ini menjadikan keduanya masih bersifat potensial dan memerlukan

penanganan pengelolannya agar dapat diperoleh output yang optimal pula Pengelolaan

optimal tersebut tentu masih memerlukan suatu pengkajian tersendiri untuk mengukur

sampai sejauh mana tingkat feasibilitasnya

Potensi sarana ekonomi kabupaten ssidoarjo kabupaten pasuruan dan Kota

Malang merujuk pada sarana ekonomi (dalam bentuk fisik) yang teridentifikasi di setiap

daerah maupun yang sudah terkompilasikan di tingkat kabupaten dan kota Potensi

tersebut dapat di petakan pada masing-masing kabupaten di wilayah Jawa Timur

melalui Peta berikut

Gambar Provinsi Jawa Timur

42

Gambar kota Malang

43

keterangan

daerah masyarakat miskin perkotaan

daerah potensi terjadinya kemiskinan

tidak ada potensi terjadnya kemiskinan

Sejalan dengan maksud di atas Pemerintah Kota Malang masih

perlu melakukan kajian mendalam tentang pengembangan potensi wilayah

sebagai salah satu upaya untuk mendukung pemulihan ekonomi yang

bersifat jangka menengah Dukungan kajian ini dilakukan dengan menggali

lebih dalam potensi yang dimiliki setiap kawasan di wilayah Kota Malang

Dengan demikian Pemerintah Kota Malang dengan mudah dapat mengambil

langkah-langkah menumbuh kembangkan potensi sarana ekonomi daerah

44

Kec Blimbing Industri (kecil-

menengah)Pariwisata Pertanianperumahanperdagangan

Kec Kedungkandang Industri (kecil-

menengah)Pertanianperumahan

Kec Sukun Industri kecilPendidikanperumahan

Kec Kolojen perdagangan PendidikanPerhotelanperkantoran

Kec Lowokwaruperumahan PendidikanIndustri (kecil-

menengah)

khususnya yang berada di pusat-pusat kegiatan produksi masyarakat yang

dianggap cukup strategis di Kota Malang

Sejalan dengan semakin meningkatnya peran serta dunia usaha

dan masyarakat di dalam pelaksanaan pembangunan maka program-

program pembangunan Kota Malang perlu disusun dengan

mempertimbangkan keterlibatan mereka Upaya ini dimaksudkan agar

Pemerintah Kota Malang lebih mudah mengefektifkan potensi sarana

ekonomi dan mengarahkannya untuk kepentingan pembangunan yang lebih

konsisten efektif dan efisien serta berkelanjutan dalam menanggulangi

kemiskinan

Secara keseluruhan penduduk miskin di wilayah kota malang masih tersebar

merata di seluruh kecamatan Kecuali di kecamatan Lowokwaru sebagian besar di

kecamatan ini tidak ada potensi kemiskinan Hal tersebut dikarenakan banyaknya

industry pendidikan seperti UMM UNISMA UNIGA Brawijaya ITN UM dll Dengan

banyaknya perguruan tinggi di wilayah tersebut maka potensi perekonomian semakin

besar Tidak sedikit masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang makanan karena

untuk memnuhi kebutuhan para mahasiswa

Pada data dikatakan bahwa rata-rata pendapatan di kecamatan Lowokwaru

masih besar padahal menurut analisis spasial potensi terjadinya kemiskinan sangat

kecil Pada analisi ekonomi diindentifikasi bahwa banyak masyarakat yang

berpendapatan dibawah 400 ribu Hal tersebut terjadi pada masyarakat yang tinggal di

daerah pesisir sungai Masih banyak masyarakat yang tinggal di Daerah Aliran Sungai

tidak memiliki kesempatan kemampuan untuk bersaing dengan masyarakat yang tidak

tiggal di Daerah Aliran Sungai Di perkirakan masyarakat yang menempati DAS

merupakan masyarakat pendatang yang berurbanisasi dengan tidak membawa suatu

keahlian

Potensi kemiskinan terbesar dapat terjadi di Kecamatan Sukun Banyak

masyarakat di daerah ini yang memiliki pendapatan dibawah 400 ribu Jika kita

bandingkan dengan kecamatan Lowokwaru potensi kemiskinan di daerah kecamatan

Sukun tidak hanya terjadi di DAS namun juga pada masyarakat lainnya Banyak faktor

yang mengindikasikan potensi kemiskinan salah satu faktor utama adalah sulitnya

pemasaran dan persaingan yang ketat Meski kegiatan masyarakat di kecamatan

Lowokwaru dengan kecamatan Sukun relatif sama namun di kecamatan Lowokwaru

45

pemasaran barang dan jasa yang diproduksi tidak sesulit di kecamatan Sukun meski

ada persaingan

Hampir memeratanya potensi masyarakat miskin di kecamatan Sukun

menimbulkan dampak di kecamatan Kedungkandang terutama di perbatasan diantara

kedua kecamatan tersebut Menurut survey yang dilakukan memang sebagian besar

masyarakat miskin berpotensi di DAS Dapat dilihat di peta bahwa gambar merah

bersinggungan antara kedua kecamatan dan di kedua wilayah tersebut dialiri sungai

yang sama namun jika kita lihat kebawahnya warna kecamatan Kedungkandang mulai

ada yang Hijau Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat diluar DAS mempunyai

usaha yang berhubungan positif dengan pendapatan seperti pertanian

Berbeda halnya di kecamatan Klojen kecamatan ini merupakan pusat

pemerintahan kota Malang Banyak warga di kecamatan ini yang berprofesi sebagai

pegawai negeri sipil Memang masih terindikasi adanya kemiskinan di daerah tersebut

namun kemiskinan itu timbul karena mereka yang tidak mempunyai kesempatan dan

daya tawar diri mereka Kebanyakan yang tidak memiliki daya tawar diri yang tinggi

adalah mereka para pendatang yang tidak membawa keahlian kemudian mereka

tinggal di DAS dan berprofesi sebagai buruh tani buruh pabrik ataupun yang lainnya

yang tidak membutuhkan keahlian lebih

Bab V Kesimpulan dan Saran

Setelah melalui beberapa tahapan analisis dalam mengidentifikasi kemiskinan

perkotaan di beberapa wiayah Jawa Timur terdapat beberapa kesimpulan yaitu

1 Didapat bahwa sebaran penduduk miskin berkosentrasi pada daerah

sepanjang aliran sungai dan ada beberapa kota yang mengindikasikan

bahwa penduduk miskin berasal dari pendatang dari luar kota

2 Dalam penanggulangan kemiskinan pemerintah sudah banyak

mengeluarkan berbagai macam program pengentasan kemiskinan seperti

P2K P2KP BLT dll namun dalam aplikasinya banyak program yang belum

tepat sasaran

3 Ada beberapa karakteristik yang menarik dalam pengentasan kemiskinan

diantaranya bahwa dalam mengentaskan masyarakat miskin metode yang

46

diterapkan lebih kepada pembinaan keahlian dan mentalitas karena

seperti yang terdapat di kota malang masyarakat miskin dipicu dari

kebiasaan atau mentalitas dari masyarakat tersebut dalam kehidupan

sehari-hari Riset menemukan meskipun masyarakat miskin diberikan

bantuan uang seperti BLT namun bantuan tersebut tidak diperuntukkan

kepada pengembangan usaha namun habis untuk konsumsi begitu pula

dengan program ndash program pengentasan kemiskinan yang lainnya

Saran

Dalam pengentasan kemiskinan disarankan kepada pemerintah untuk mencari

data kemiskinan yang akurat dengan tujuan pemberian bantuan dalam rangka

pengentasan kemiskinan dapat terserap tepat pada masyarakat yang dituju Selain itu

untuk mengentaskan masyarakat yang bertipikal ldquokultur miskinrdquo harus banyak diberikan

pelatihan dan pembinaan mental

47

DAFTAR PUSTAKA

Blakely Edward J (1989) Planning Local Economic Development Theory and Practice Sage Library of Social Research 168 Sage Publication

BPS (1999) Perkembangan Tingkat Kemiskinan dan Beberapa Dimensi Sosial Ekonominya 1996-1999 Jakarta BPS

Budi Soeradji Mubyarto (1998) Gerakan Penanggulangan Kemiskinan Laporan

Penelitian di Daerah-Daerah Yogyakarta Aditya Media

Faisal Basri (2002) Perekonomian Indonesia Tantangan dan Harapan bagi Kebangkitan Indonesia Jakarta Erlangga

Fei J C H amp Gustav R (1964) Development Economics What Next In a Ranis G P Schulta (Ed) The State of Development Economics

Gunawan Sumodiningrat (1999) Penanggulangan Krisis Harus Memihak Rakyat Disampaikan pada konferensi pers untuk launcing The Economic and Social Survey of Asia and the Pacific 1999 (ESCAP) di UNIC Jakarta

Kuncoro M (2000) Ekonomi Pembangunan Teori Masalah dan Kebijakan (1st ed) Yogyakarta UPP AMP YKPN

Kuncoro M (2004) Otonomi dan Pembangunan Daerah Reformasi Perencanaan Strategi dan Peluang Jakarata Erlangga

Mellor J W (1976) The New Economies of Growth A Strategy for India and the Developing Countries Cornell Cornell University Press

Nurkse R (1953) Problem of Capital Formation in Underdeveloped Countries In Meier Gerald M Leading Issues in Economic Development edisi ke 6 Oxford University Press Oxford

Rintuh Cornelis amp Miar (2005) Kelembagaan dan Ekonomi Rakyat BPFE-UGM Yogyakarta

Sharp Ansel M Charles A Register and Paul W Cerimes (1996) Economics of Social Issues edisi ke 12 Richard D Chicago Irwin

Sumarto Sudarno (2002) ldquoGrowth Inequality and Poverty Evidence from Micro Datardquo Makala dalam The Young Economics Seminar Jakarta World Bank

48

Page 37: Makalah akp

Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin

Tabel 5Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan di kota malang

Lama Tinggal (Tahun)Kecamatan

pddkAsli le 2 3 - 6 7 - 9 ge 10

Jumlahrespondn

Kedung kandang10

(1053)- 3

(316)11

(1158)71

(1473) 95

18 - - 15 52

37

Sukun (2118) (1764) (6118) 85

Klojen9

(1200)5

(667)12

(1600)9

(1200)40

(5333) 75

Blimbing8

(100)2

(25)- 8

(100)62

(775) 80

Lowok Waru15

(1923)- - 7

(897)56

(7180) 78

Sumber Data Primer

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa dari responden (keluarga miskin)

perkotaan sebagian besar bukan penduduk asli daerah kota Malang melainkan

pendatang yang merupakan kaum migran dan menetap di kota Malang kecamatan

kedung Kandang merupakan daerah yang padat penduduknya dimana 1473

menunjukkan jumlah responden yang sudah lama tinggal di kota malang (di atas 10

tahun) bahkan beberapa responden sudah turun-menurun dari keluarga mereka

Kecamatan Sukun yang merupakan kaum pendatang yang tinggal di kota Malang sudah

puluhan tahun sebanyak 6118 dari responden yang ada Kecamatan Klojen sebesar

5333 Kecamatan Blimbing sebanyak 775 dan untuk kecamatan Lowok Waru

sebanyak 7180 dari masing-masing responden di tingkat kecamatan Kondisi ini

menjelaskan bahwa masyarakat miskin perkotaan adalah rata-rata kaum migran yang

sengaja datang ke kota Malang untuk mencari kehidupan yang lebih baik dari daerah

asal mereka Umumnya mereka datang sebagai migran tetap dan keberadaan mereka

sudah terbiasa hidup dalam kondisi serba kekurangan Beberapa responden yang

ditemui juga menjelaskan bahwa sebagai kaum pendatang sudah tidak asing lagi

dengan kehidupan masyarakat di kota Malang Umumnya mereka membaur dengan

masyarakat pendatang lainnya dengan hidup di kepadatan penduduk kota Malang

Salain dilihat dari lamanya masayarakat pendatang (migran tetap) tinggal di kota

Malang dapat pula dijelaskan mengenai temapat asal (daerah asal) responden untuk

melihat derah asal rumah tangga miskin perkotaan dapat kita bagi dengan

menggunakan batasan daerah (wilayah) Dimana wilayah pembagiannya adalah

mereka yang berasal dari daerah Jawa Timur (non-Madura) daerah Madura daerah

Jawa Tengah Jawa Barat dan Luar Jawa Adapun gambaran daerah asal rumah

tangga miskin perkotaan dapat dilihat pada tabel berikut

38

Tabel

Daerah Asal Responden

Daerah

Asal

Kecamatan

Jawa

Timur

Non-

Madura

Madur

a

Jawa

Tengah

Jawa

Barat

Luar

Jawa

Jumlah

Respond

n

Kedung kandang21

(2470)52

(6118)9

(1059)3

(353)- 85

Sukun19

(2836)28

(4179)12

(1791)8

(1194)- 67

Klojen9

(1364)49

(7424)5

(758)3

(454)- 66

Blimbing31

(4306)33

(4563)6

(833)2

(278)- 72

Lowok Waru28

(4444)21

(3333)9

(1429)5

((794)- 63

Sumber Data Primer

Berdasarkan data pada tabel di atas menunjukkan bahwa umumnya kaum

migran berasal dari daerah Jawa Timur dan daerah Madura Untuk kecamatan Kedung

Kandang sebesar 6118 berasal dari Madura kemudian Kecamatan Sukun 4179

kaum Migran berasal juga dari Madura Kecamatan Klojen 7424 Kecamatan Blimbing

sebesar 4563 dan kecamatan Lowok Waru sebesar 3333 Dari kelima kecamatan

tersebut yang banyak di datangi oleh migran yang berasal dari daeah Madura adalah di

Kecamatan Kedung Kandang (6118) dan Kecamatan Klojen (7424) dan mereka

sengaja tinggal di dekat pusat perkotaan dengan tujuan memudahkan untuk aktifitas

kegiatan pekerjaannya yang rata-rata bergelut disektor informal (pedagang kaki lima)

331 Kondisi Tempat Tinggal Masyarakat Miskin Perkotaan

Dilihat dari tempat tinggal masyarakat miskin perkotaan rata-rata kondisi tempat

tinggalnya dengan model bangunan semi permanen dan permanen sederhanan dengan

memanfatkan kondisi tanah yang rawan bencana (longsor kebisingan kumuh dan

sebagainya)

Tabel

Kondisi Fisik Bangunan Rumah RTM

39

Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan

Kondisi Fisik RumahKecamatan

Sesek(papan)

SemiPermanen Permanen

Jumlahrespondn

Kedung kandang

11(1158)

52(5474)

32(3368) 95

Sukun20

(2353)33

(3882)32

(3765) 85

Klojen5

(667)31

(1733)39

(5200) 75

Blimbing3

(375)13

(1625)64

(8000) 80

Lowok Waru9

(1154)24

(3077)45

(5769) 78

Sumber Data Primer

dari data primer (tabel) menunjukkan bahwa sebagian besar tempat tinggal

masyarakat miskin perkotaan adalah semi permanen dan permanen akan tetapi dengan

ukuran ruang (luas bangunan) yang cukup minim Dan umumnya yang mereka lakukan

adalah dengan menyewa tanah dan atau menempati tanah rawan musibah adapun

kondisi perumahan masyarakat miskin perkotaan dapat dilihat pada gambar berikut

Gambar

Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin Perkotaan

40

Dari gambar di atas terlihat bahwa kondisi tempat tinggal mereka sangat rawan

dengan terjadinya bencana dan kekumuhan kondisi ini selain rawan terhadap adanya

bahaya tersebut juga sangat rawan dengan permasalahan kesehatan

34 Analisa Spasial

Informasi mengenai tipologi perekonomian masyarakat akan sangat membantu

pemerintah dalam menentukan kebijakan ekonomi di masa mendatang Dari informasi

tersebut dibuatlah peta potensi ekonomi dengan maksud merelevansikan antara potensi

ekonomi daerah dan kebijakan ekonomi Selain itu jika kebijakan ekonomi hanya

terfokus di suatu wilayah tertentu akan berdampak pada ketimpangan pertumbuhan

ekonomi Seperti dijelaskan sebelumnya inventarisasi sarana ekonomi sebuah wilayah

dilakukan dengan menggunakan pendekatan tipologi suatu wilayah Melalui pendekatan

ini selanjutnya dapat digambarkan wilayah majemuk dengan fenomena yang kompleks

dengan beberapa persamaan di dalamnya Maksudnya bahwa pada tipologi suatu

wilayah ada relevansinya dengan keberadaan potensi ekonomi maupun potensi sarana

ekonomi di wilayah tersebut Ini menandakan bahwa kebijakan pengembangan ekonomi

suatu wilayah diperlukan pengadaan sarana ekonomi yang tepat sedikitnya sesuai

dengan kondisi wilayah yang dibangun termasuk karakteristik kegiatan ekonomi yang

dilakukan oleh masyarakat setempat sehingga keberadaan sarana tersebut mampu

mendorong aktivitas ekonomi masyarakat dan pada akhirnya mengentaskan dan

menanggulangi kemiskinan

41

Di wilayah kabupaten pasuruan terdapat berbagai macam potensi ekonomi yang

belum tersentuh pengembangannya oleh pemerintah daerah Potensi yang terdapat di

wilayah tersebut bukan hanya pada potensi sumber daya alam melainkan juga potensii

sumber daya manusianya Untuk wilayah ssidoarjo perlu adanya perhatian mendalam

pada pengembangan sumber daya manusia karena di wilayah tersebut banyak sekali

potensi industri yang dapat berkembang Sedangkan untuk daerah malang hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa disinyalir masih terdapat kegiatan ekonomi maupun

sarana ekonomi yang menunjang kegiatan tersebut belum dimanfaatkan secara optimal

Keadaan ini menjadikan keduanya masih bersifat potensial dan memerlukan

penanganan pengelolannya agar dapat diperoleh output yang optimal pula Pengelolaan

optimal tersebut tentu masih memerlukan suatu pengkajian tersendiri untuk mengukur

sampai sejauh mana tingkat feasibilitasnya

Potensi sarana ekonomi kabupaten ssidoarjo kabupaten pasuruan dan Kota

Malang merujuk pada sarana ekonomi (dalam bentuk fisik) yang teridentifikasi di setiap

daerah maupun yang sudah terkompilasikan di tingkat kabupaten dan kota Potensi

tersebut dapat di petakan pada masing-masing kabupaten di wilayah Jawa Timur

melalui Peta berikut

Gambar Provinsi Jawa Timur

42

Gambar kota Malang

43

keterangan

daerah masyarakat miskin perkotaan

daerah potensi terjadinya kemiskinan

tidak ada potensi terjadnya kemiskinan

Sejalan dengan maksud di atas Pemerintah Kota Malang masih

perlu melakukan kajian mendalam tentang pengembangan potensi wilayah

sebagai salah satu upaya untuk mendukung pemulihan ekonomi yang

bersifat jangka menengah Dukungan kajian ini dilakukan dengan menggali

lebih dalam potensi yang dimiliki setiap kawasan di wilayah Kota Malang

Dengan demikian Pemerintah Kota Malang dengan mudah dapat mengambil

langkah-langkah menumbuh kembangkan potensi sarana ekonomi daerah

44

Kec Blimbing Industri (kecil-

menengah)Pariwisata Pertanianperumahanperdagangan

Kec Kedungkandang Industri (kecil-

menengah)Pertanianperumahan

Kec Sukun Industri kecilPendidikanperumahan

Kec Kolojen perdagangan PendidikanPerhotelanperkantoran

Kec Lowokwaruperumahan PendidikanIndustri (kecil-

menengah)

khususnya yang berada di pusat-pusat kegiatan produksi masyarakat yang

dianggap cukup strategis di Kota Malang

Sejalan dengan semakin meningkatnya peran serta dunia usaha

dan masyarakat di dalam pelaksanaan pembangunan maka program-

program pembangunan Kota Malang perlu disusun dengan

mempertimbangkan keterlibatan mereka Upaya ini dimaksudkan agar

Pemerintah Kota Malang lebih mudah mengefektifkan potensi sarana

ekonomi dan mengarahkannya untuk kepentingan pembangunan yang lebih

konsisten efektif dan efisien serta berkelanjutan dalam menanggulangi

kemiskinan

Secara keseluruhan penduduk miskin di wilayah kota malang masih tersebar

merata di seluruh kecamatan Kecuali di kecamatan Lowokwaru sebagian besar di

kecamatan ini tidak ada potensi kemiskinan Hal tersebut dikarenakan banyaknya

industry pendidikan seperti UMM UNISMA UNIGA Brawijaya ITN UM dll Dengan

banyaknya perguruan tinggi di wilayah tersebut maka potensi perekonomian semakin

besar Tidak sedikit masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang makanan karena

untuk memnuhi kebutuhan para mahasiswa

Pada data dikatakan bahwa rata-rata pendapatan di kecamatan Lowokwaru

masih besar padahal menurut analisis spasial potensi terjadinya kemiskinan sangat

kecil Pada analisi ekonomi diindentifikasi bahwa banyak masyarakat yang

berpendapatan dibawah 400 ribu Hal tersebut terjadi pada masyarakat yang tinggal di

daerah pesisir sungai Masih banyak masyarakat yang tinggal di Daerah Aliran Sungai

tidak memiliki kesempatan kemampuan untuk bersaing dengan masyarakat yang tidak

tiggal di Daerah Aliran Sungai Di perkirakan masyarakat yang menempati DAS

merupakan masyarakat pendatang yang berurbanisasi dengan tidak membawa suatu

keahlian

Potensi kemiskinan terbesar dapat terjadi di Kecamatan Sukun Banyak

masyarakat di daerah ini yang memiliki pendapatan dibawah 400 ribu Jika kita

bandingkan dengan kecamatan Lowokwaru potensi kemiskinan di daerah kecamatan

Sukun tidak hanya terjadi di DAS namun juga pada masyarakat lainnya Banyak faktor

yang mengindikasikan potensi kemiskinan salah satu faktor utama adalah sulitnya

pemasaran dan persaingan yang ketat Meski kegiatan masyarakat di kecamatan

Lowokwaru dengan kecamatan Sukun relatif sama namun di kecamatan Lowokwaru

45

pemasaran barang dan jasa yang diproduksi tidak sesulit di kecamatan Sukun meski

ada persaingan

Hampir memeratanya potensi masyarakat miskin di kecamatan Sukun

menimbulkan dampak di kecamatan Kedungkandang terutama di perbatasan diantara

kedua kecamatan tersebut Menurut survey yang dilakukan memang sebagian besar

masyarakat miskin berpotensi di DAS Dapat dilihat di peta bahwa gambar merah

bersinggungan antara kedua kecamatan dan di kedua wilayah tersebut dialiri sungai

yang sama namun jika kita lihat kebawahnya warna kecamatan Kedungkandang mulai

ada yang Hijau Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat diluar DAS mempunyai

usaha yang berhubungan positif dengan pendapatan seperti pertanian

Berbeda halnya di kecamatan Klojen kecamatan ini merupakan pusat

pemerintahan kota Malang Banyak warga di kecamatan ini yang berprofesi sebagai

pegawai negeri sipil Memang masih terindikasi adanya kemiskinan di daerah tersebut

namun kemiskinan itu timbul karena mereka yang tidak mempunyai kesempatan dan

daya tawar diri mereka Kebanyakan yang tidak memiliki daya tawar diri yang tinggi

adalah mereka para pendatang yang tidak membawa keahlian kemudian mereka

tinggal di DAS dan berprofesi sebagai buruh tani buruh pabrik ataupun yang lainnya

yang tidak membutuhkan keahlian lebih

Bab V Kesimpulan dan Saran

Setelah melalui beberapa tahapan analisis dalam mengidentifikasi kemiskinan

perkotaan di beberapa wiayah Jawa Timur terdapat beberapa kesimpulan yaitu

1 Didapat bahwa sebaran penduduk miskin berkosentrasi pada daerah

sepanjang aliran sungai dan ada beberapa kota yang mengindikasikan

bahwa penduduk miskin berasal dari pendatang dari luar kota

2 Dalam penanggulangan kemiskinan pemerintah sudah banyak

mengeluarkan berbagai macam program pengentasan kemiskinan seperti

P2K P2KP BLT dll namun dalam aplikasinya banyak program yang belum

tepat sasaran

3 Ada beberapa karakteristik yang menarik dalam pengentasan kemiskinan

diantaranya bahwa dalam mengentaskan masyarakat miskin metode yang

46

diterapkan lebih kepada pembinaan keahlian dan mentalitas karena

seperti yang terdapat di kota malang masyarakat miskin dipicu dari

kebiasaan atau mentalitas dari masyarakat tersebut dalam kehidupan

sehari-hari Riset menemukan meskipun masyarakat miskin diberikan

bantuan uang seperti BLT namun bantuan tersebut tidak diperuntukkan

kepada pengembangan usaha namun habis untuk konsumsi begitu pula

dengan program ndash program pengentasan kemiskinan yang lainnya

Saran

Dalam pengentasan kemiskinan disarankan kepada pemerintah untuk mencari

data kemiskinan yang akurat dengan tujuan pemberian bantuan dalam rangka

pengentasan kemiskinan dapat terserap tepat pada masyarakat yang dituju Selain itu

untuk mengentaskan masyarakat yang bertipikal ldquokultur miskinrdquo harus banyak diberikan

pelatihan dan pembinaan mental

47

DAFTAR PUSTAKA

Blakely Edward J (1989) Planning Local Economic Development Theory and Practice Sage Library of Social Research 168 Sage Publication

BPS (1999) Perkembangan Tingkat Kemiskinan dan Beberapa Dimensi Sosial Ekonominya 1996-1999 Jakarta BPS

Budi Soeradji Mubyarto (1998) Gerakan Penanggulangan Kemiskinan Laporan

Penelitian di Daerah-Daerah Yogyakarta Aditya Media

Faisal Basri (2002) Perekonomian Indonesia Tantangan dan Harapan bagi Kebangkitan Indonesia Jakarta Erlangga

Fei J C H amp Gustav R (1964) Development Economics What Next In a Ranis G P Schulta (Ed) The State of Development Economics

Gunawan Sumodiningrat (1999) Penanggulangan Krisis Harus Memihak Rakyat Disampaikan pada konferensi pers untuk launcing The Economic and Social Survey of Asia and the Pacific 1999 (ESCAP) di UNIC Jakarta

Kuncoro M (2000) Ekonomi Pembangunan Teori Masalah dan Kebijakan (1st ed) Yogyakarta UPP AMP YKPN

Kuncoro M (2004) Otonomi dan Pembangunan Daerah Reformasi Perencanaan Strategi dan Peluang Jakarata Erlangga

Mellor J W (1976) The New Economies of Growth A Strategy for India and the Developing Countries Cornell Cornell University Press

Nurkse R (1953) Problem of Capital Formation in Underdeveloped Countries In Meier Gerald M Leading Issues in Economic Development edisi ke 6 Oxford University Press Oxford

Rintuh Cornelis amp Miar (2005) Kelembagaan dan Ekonomi Rakyat BPFE-UGM Yogyakarta

Sharp Ansel M Charles A Register and Paul W Cerimes (1996) Economics of Social Issues edisi ke 12 Richard D Chicago Irwin

Sumarto Sudarno (2002) ldquoGrowth Inequality and Poverty Evidence from Micro Datardquo Makala dalam The Young Economics Seminar Jakarta World Bank

48

Page 38: Makalah akp

Sukun (2118) (1764) (6118) 85

Klojen9

(1200)5

(667)12

(1600)9

(1200)40

(5333) 75

Blimbing8

(100)2

(25)- 8

(100)62

(775) 80

Lowok Waru15

(1923)- - 7

(897)56

(7180) 78

Sumber Data Primer

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa dari responden (keluarga miskin)

perkotaan sebagian besar bukan penduduk asli daerah kota Malang melainkan

pendatang yang merupakan kaum migran dan menetap di kota Malang kecamatan

kedung Kandang merupakan daerah yang padat penduduknya dimana 1473

menunjukkan jumlah responden yang sudah lama tinggal di kota malang (di atas 10

tahun) bahkan beberapa responden sudah turun-menurun dari keluarga mereka

Kecamatan Sukun yang merupakan kaum pendatang yang tinggal di kota Malang sudah

puluhan tahun sebanyak 6118 dari responden yang ada Kecamatan Klojen sebesar

5333 Kecamatan Blimbing sebanyak 775 dan untuk kecamatan Lowok Waru

sebanyak 7180 dari masing-masing responden di tingkat kecamatan Kondisi ini

menjelaskan bahwa masyarakat miskin perkotaan adalah rata-rata kaum migran yang

sengaja datang ke kota Malang untuk mencari kehidupan yang lebih baik dari daerah

asal mereka Umumnya mereka datang sebagai migran tetap dan keberadaan mereka

sudah terbiasa hidup dalam kondisi serba kekurangan Beberapa responden yang

ditemui juga menjelaskan bahwa sebagai kaum pendatang sudah tidak asing lagi

dengan kehidupan masyarakat di kota Malang Umumnya mereka membaur dengan

masyarakat pendatang lainnya dengan hidup di kepadatan penduduk kota Malang

Salain dilihat dari lamanya masayarakat pendatang (migran tetap) tinggal di kota

Malang dapat pula dijelaskan mengenai temapat asal (daerah asal) responden untuk

melihat derah asal rumah tangga miskin perkotaan dapat kita bagi dengan

menggunakan batasan daerah (wilayah) Dimana wilayah pembagiannya adalah

mereka yang berasal dari daerah Jawa Timur (non-Madura) daerah Madura daerah

Jawa Tengah Jawa Barat dan Luar Jawa Adapun gambaran daerah asal rumah

tangga miskin perkotaan dapat dilihat pada tabel berikut

38

Tabel

Daerah Asal Responden

Daerah

Asal

Kecamatan

Jawa

Timur

Non-

Madura

Madur

a

Jawa

Tengah

Jawa

Barat

Luar

Jawa

Jumlah

Respond

n

Kedung kandang21

(2470)52

(6118)9

(1059)3

(353)- 85

Sukun19

(2836)28

(4179)12

(1791)8

(1194)- 67

Klojen9

(1364)49

(7424)5

(758)3

(454)- 66

Blimbing31

(4306)33

(4563)6

(833)2

(278)- 72

Lowok Waru28

(4444)21

(3333)9

(1429)5

((794)- 63

Sumber Data Primer

Berdasarkan data pada tabel di atas menunjukkan bahwa umumnya kaum

migran berasal dari daerah Jawa Timur dan daerah Madura Untuk kecamatan Kedung

Kandang sebesar 6118 berasal dari Madura kemudian Kecamatan Sukun 4179

kaum Migran berasal juga dari Madura Kecamatan Klojen 7424 Kecamatan Blimbing

sebesar 4563 dan kecamatan Lowok Waru sebesar 3333 Dari kelima kecamatan

tersebut yang banyak di datangi oleh migran yang berasal dari daeah Madura adalah di

Kecamatan Kedung Kandang (6118) dan Kecamatan Klojen (7424) dan mereka

sengaja tinggal di dekat pusat perkotaan dengan tujuan memudahkan untuk aktifitas

kegiatan pekerjaannya yang rata-rata bergelut disektor informal (pedagang kaki lima)

331 Kondisi Tempat Tinggal Masyarakat Miskin Perkotaan

Dilihat dari tempat tinggal masyarakat miskin perkotaan rata-rata kondisi tempat

tinggalnya dengan model bangunan semi permanen dan permanen sederhanan dengan

memanfatkan kondisi tanah yang rawan bencana (longsor kebisingan kumuh dan

sebagainya)

Tabel

Kondisi Fisik Bangunan Rumah RTM

39

Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan

Kondisi Fisik RumahKecamatan

Sesek(papan)

SemiPermanen Permanen

Jumlahrespondn

Kedung kandang

11(1158)

52(5474)

32(3368) 95

Sukun20

(2353)33

(3882)32

(3765) 85

Klojen5

(667)31

(1733)39

(5200) 75

Blimbing3

(375)13

(1625)64

(8000) 80

Lowok Waru9

(1154)24

(3077)45

(5769) 78

Sumber Data Primer

dari data primer (tabel) menunjukkan bahwa sebagian besar tempat tinggal

masyarakat miskin perkotaan adalah semi permanen dan permanen akan tetapi dengan

ukuran ruang (luas bangunan) yang cukup minim Dan umumnya yang mereka lakukan

adalah dengan menyewa tanah dan atau menempati tanah rawan musibah adapun

kondisi perumahan masyarakat miskin perkotaan dapat dilihat pada gambar berikut

Gambar

Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin Perkotaan

40

Dari gambar di atas terlihat bahwa kondisi tempat tinggal mereka sangat rawan

dengan terjadinya bencana dan kekumuhan kondisi ini selain rawan terhadap adanya

bahaya tersebut juga sangat rawan dengan permasalahan kesehatan

34 Analisa Spasial

Informasi mengenai tipologi perekonomian masyarakat akan sangat membantu

pemerintah dalam menentukan kebijakan ekonomi di masa mendatang Dari informasi

tersebut dibuatlah peta potensi ekonomi dengan maksud merelevansikan antara potensi

ekonomi daerah dan kebijakan ekonomi Selain itu jika kebijakan ekonomi hanya

terfokus di suatu wilayah tertentu akan berdampak pada ketimpangan pertumbuhan

ekonomi Seperti dijelaskan sebelumnya inventarisasi sarana ekonomi sebuah wilayah

dilakukan dengan menggunakan pendekatan tipologi suatu wilayah Melalui pendekatan

ini selanjutnya dapat digambarkan wilayah majemuk dengan fenomena yang kompleks

dengan beberapa persamaan di dalamnya Maksudnya bahwa pada tipologi suatu

wilayah ada relevansinya dengan keberadaan potensi ekonomi maupun potensi sarana

ekonomi di wilayah tersebut Ini menandakan bahwa kebijakan pengembangan ekonomi

suatu wilayah diperlukan pengadaan sarana ekonomi yang tepat sedikitnya sesuai

dengan kondisi wilayah yang dibangun termasuk karakteristik kegiatan ekonomi yang

dilakukan oleh masyarakat setempat sehingga keberadaan sarana tersebut mampu

mendorong aktivitas ekonomi masyarakat dan pada akhirnya mengentaskan dan

menanggulangi kemiskinan

41

Di wilayah kabupaten pasuruan terdapat berbagai macam potensi ekonomi yang

belum tersentuh pengembangannya oleh pemerintah daerah Potensi yang terdapat di

wilayah tersebut bukan hanya pada potensi sumber daya alam melainkan juga potensii

sumber daya manusianya Untuk wilayah ssidoarjo perlu adanya perhatian mendalam

pada pengembangan sumber daya manusia karena di wilayah tersebut banyak sekali

potensi industri yang dapat berkembang Sedangkan untuk daerah malang hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa disinyalir masih terdapat kegiatan ekonomi maupun

sarana ekonomi yang menunjang kegiatan tersebut belum dimanfaatkan secara optimal

Keadaan ini menjadikan keduanya masih bersifat potensial dan memerlukan

penanganan pengelolannya agar dapat diperoleh output yang optimal pula Pengelolaan

optimal tersebut tentu masih memerlukan suatu pengkajian tersendiri untuk mengukur

sampai sejauh mana tingkat feasibilitasnya

Potensi sarana ekonomi kabupaten ssidoarjo kabupaten pasuruan dan Kota

Malang merujuk pada sarana ekonomi (dalam bentuk fisik) yang teridentifikasi di setiap

daerah maupun yang sudah terkompilasikan di tingkat kabupaten dan kota Potensi

tersebut dapat di petakan pada masing-masing kabupaten di wilayah Jawa Timur

melalui Peta berikut

Gambar Provinsi Jawa Timur

42

Gambar kota Malang

43

keterangan

daerah masyarakat miskin perkotaan

daerah potensi terjadinya kemiskinan

tidak ada potensi terjadnya kemiskinan

Sejalan dengan maksud di atas Pemerintah Kota Malang masih

perlu melakukan kajian mendalam tentang pengembangan potensi wilayah

sebagai salah satu upaya untuk mendukung pemulihan ekonomi yang

bersifat jangka menengah Dukungan kajian ini dilakukan dengan menggali

lebih dalam potensi yang dimiliki setiap kawasan di wilayah Kota Malang

Dengan demikian Pemerintah Kota Malang dengan mudah dapat mengambil

langkah-langkah menumbuh kembangkan potensi sarana ekonomi daerah

44

Kec Blimbing Industri (kecil-

menengah)Pariwisata Pertanianperumahanperdagangan

Kec Kedungkandang Industri (kecil-

menengah)Pertanianperumahan

Kec Sukun Industri kecilPendidikanperumahan

Kec Kolojen perdagangan PendidikanPerhotelanperkantoran

Kec Lowokwaruperumahan PendidikanIndustri (kecil-

menengah)

khususnya yang berada di pusat-pusat kegiatan produksi masyarakat yang

dianggap cukup strategis di Kota Malang

Sejalan dengan semakin meningkatnya peran serta dunia usaha

dan masyarakat di dalam pelaksanaan pembangunan maka program-

program pembangunan Kota Malang perlu disusun dengan

mempertimbangkan keterlibatan mereka Upaya ini dimaksudkan agar

Pemerintah Kota Malang lebih mudah mengefektifkan potensi sarana

ekonomi dan mengarahkannya untuk kepentingan pembangunan yang lebih

konsisten efektif dan efisien serta berkelanjutan dalam menanggulangi

kemiskinan

Secara keseluruhan penduduk miskin di wilayah kota malang masih tersebar

merata di seluruh kecamatan Kecuali di kecamatan Lowokwaru sebagian besar di

kecamatan ini tidak ada potensi kemiskinan Hal tersebut dikarenakan banyaknya

industry pendidikan seperti UMM UNISMA UNIGA Brawijaya ITN UM dll Dengan

banyaknya perguruan tinggi di wilayah tersebut maka potensi perekonomian semakin

besar Tidak sedikit masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang makanan karena

untuk memnuhi kebutuhan para mahasiswa

Pada data dikatakan bahwa rata-rata pendapatan di kecamatan Lowokwaru

masih besar padahal menurut analisis spasial potensi terjadinya kemiskinan sangat

kecil Pada analisi ekonomi diindentifikasi bahwa banyak masyarakat yang

berpendapatan dibawah 400 ribu Hal tersebut terjadi pada masyarakat yang tinggal di

daerah pesisir sungai Masih banyak masyarakat yang tinggal di Daerah Aliran Sungai

tidak memiliki kesempatan kemampuan untuk bersaing dengan masyarakat yang tidak

tiggal di Daerah Aliran Sungai Di perkirakan masyarakat yang menempati DAS

merupakan masyarakat pendatang yang berurbanisasi dengan tidak membawa suatu

keahlian

Potensi kemiskinan terbesar dapat terjadi di Kecamatan Sukun Banyak

masyarakat di daerah ini yang memiliki pendapatan dibawah 400 ribu Jika kita

bandingkan dengan kecamatan Lowokwaru potensi kemiskinan di daerah kecamatan

Sukun tidak hanya terjadi di DAS namun juga pada masyarakat lainnya Banyak faktor

yang mengindikasikan potensi kemiskinan salah satu faktor utama adalah sulitnya

pemasaran dan persaingan yang ketat Meski kegiatan masyarakat di kecamatan

Lowokwaru dengan kecamatan Sukun relatif sama namun di kecamatan Lowokwaru

45

pemasaran barang dan jasa yang diproduksi tidak sesulit di kecamatan Sukun meski

ada persaingan

Hampir memeratanya potensi masyarakat miskin di kecamatan Sukun

menimbulkan dampak di kecamatan Kedungkandang terutama di perbatasan diantara

kedua kecamatan tersebut Menurut survey yang dilakukan memang sebagian besar

masyarakat miskin berpotensi di DAS Dapat dilihat di peta bahwa gambar merah

bersinggungan antara kedua kecamatan dan di kedua wilayah tersebut dialiri sungai

yang sama namun jika kita lihat kebawahnya warna kecamatan Kedungkandang mulai

ada yang Hijau Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat diluar DAS mempunyai

usaha yang berhubungan positif dengan pendapatan seperti pertanian

Berbeda halnya di kecamatan Klojen kecamatan ini merupakan pusat

pemerintahan kota Malang Banyak warga di kecamatan ini yang berprofesi sebagai

pegawai negeri sipil Memang masih terindikasi adanya kemiskinan di daerah tersebut

namun kemiskinan itu timbul karena mereka yang tidak mempunyai kesempatan dan

daya tawar diri mereka Kebanyakan yang tidak memiliki daya tawar diri yang tinggi

adalah mereka para pendatang yang tidak membawa keahlian kemudian mereka

tinggal di DAS dan berprofesi sebagai buruh tani buruh pabrik ataupun yang lainnya

yang tidak membutuhkan keahlian lebih

Bab V Kesimpulan dan Saran

Setelah melalui beberapa tahapan analisis dalam mengidentifikasi kemiskinan

perkotaan di beberapa wiayah Jawa Timur terdapat beberapa kesimpulan yaitu

1 Didapat bahwa sebaran penduduk miskin berkosentrasi pada daerah

sepanjang aliran sungai dan ada beberapa kota yang mengindikasikan

bahwa penduduk miskin berasal dari pendatang dari luar kota

2 Dalam penanggulangan kemiskinan pemerintah sudah banyak

mengeluarkan berbagai macam program pengentasan kemiskinan seperti

P2K P2KP BLT dll namun dalam aplikasinya banyak program yang belum

tepat sasaran

3 Ada beberapa karakteristik yang menarik dalam pengentasan kemiskinan

diantaranya bahwa dalam mengentaskan masyarakat miskin metode yang

46

diterapkan lebih kepada pembinaan keahlian dan mentalitas karena

seperti yang terdapat di kota malang masyarakat miskin dipicu dari

kebiasaan atau mentalitas dari masyarakat tersebut dalam kehidupan

sehari-hari Riset menemukan meskipun masyarakat miskin diberikan

bantuan uang seperti BLT namun bantuan tersebut tidak diperuntukkan

kepada pengembangan usaha namun habis untuk konsumsi begitu pula

dengan program ndash program pengentasan kemiskinan yang lainnya

Saran

Dalam pengentasan kemiskinan disarankan kepada pemerintah untuk mencari

data kemiskinan yang akurat dengan tujuan pemberian bantuan dalam rangka

pengentasan kemiskinan dapat terserap tepat pada masyarakat yang dituju Selain itu

untuk mengentaskan masyarakat yang bertipikal ldquokultur miskinrdquo harus banyak diberikan

pelatihan dan pembinaan mental

47

DAFTAR PUSTAKA

Blakely Edward J (1989) Planning Local Economic Development Theory and Practice Sage Library of Social Research 168 Sage Publication

BPS (1999) Perkembangan Tingkat Kemiskinan dan Beberapa Dimensi Sosial Ekonominya 1996-1999 Jakarta BPS

Budi Soeradji Mubyarto (1998) Gerakan Penanggulangan Kemiskinan Laporan

Penelitian di Daerah-Daerah Yogyakarta Aditya Media

Faisal Basri (2002) Perekonomian Indonesia Tantangan dan Harapan bagi Kebangkitan Indonesia Jakarta Erlangga

Fei J C H amp Gustav R (1964) Development Economics What Next In a Ranis G P Schulta (Ed) The State of Development Economics

Gunawan Sumodiningrat (1999) Penanggulangan Krisis Harus Memihak Rakyat Disampaikan pada konferensi pers untuk launcing The Economic and Social Survey of Asia and the Pacific 1999 (ESCAP) di UNIC Jakarta

Kuncoro M (2000) Ekonomi Pembangunan Teori Masalah dan Kebijakan (1st ed) Yogyakarta UPP AMP YKPN

Kuncoro M (2004) Otonomi dan Pembangunan Daerah Reformasi Perencanaan Strategi dan Peluang Jakarata Erlangga

Mellor J W (1976) The New Economies of Growth A Strategy for India and the Developing Countries Cornell Cornell University Press

Nurkse R (1953) Problem of Capital Formation in Underdeveloped Countries In Meier Gerald M Leading Issues in Economic Development edisi ke 6 Oxford University Press Oxford

Rintuh Cornelis amp Miar (2005) Kelembagaan dan Ekonomi Rakyat BPFE-UGM Yogyakarta

Sharp Ansel M Charles A Register and Paul W Cerimes (1996) Economics of Social Issues edisi ke 12 Richard D Chicago Irwin

Sumarto Sudarno (2002) ldquoGrowth Inequality and Poverty Evidence from Micro Datardquo Makala dalam The Young Economics Seminar Jakarta World Bank

48

Page 39: Makalah akp

Tabel

Daerah Asal Responden

Daerah

Asal

Kecamatan

Jawa

Timur

Non-

Madura

Madur

a

Jawa

Tengah

Jawa

Barat

Luar

Jawa

Jumlah

Respond

n

Kedung kandang21

(2470)52

(6118)9

(1059)3

(353)- 85

Sukun19

(2836)28

(4179)12

(1791)8

(1194)- 67

Klojen9

(1364)49

(7424)5

(758)3

(454)- 66

Blimbing31

(4306)33

(4563)6

(833)2

(278)- 72

Lowok Waru28

(4444)21

(3333)9

(1429)5

((794)- 63

Sumber Data Primer

Berdasarkan data pada tabel di atas menunjukkan bahwa umumnya kaum

migran berasal dari daerah Jawa Timur dan daerah Madura Untuk kecamatan Kedung

Kandang sebesar 6118 berasal dari Madura kemudian Kecamatan Sukun 4179

kaum Migran berasal juga dari Madura Kecamatan Klojen 7424 Kecamatan Blimbing

sebesar 4563 dan kecamatan Lowok Waru sebesar 3333 Dari kelima kecamatan

tersebut yang banyak di datangi oleh migran yang berasal dari daeah Madura adalah di

Kecamatan Kedung Kandang (6118) dan Kecamatan Klojen (7424) dan mereka

sengaja tinggal di dekat pusat perkotaan dengan tujuan memudahkan untuk aktifitas

kegiatan pekerjaannya yang rata-rata bergelut disektor informal (pedagang kaki lima)

331 Kondisi Tempat Tinggal Masyarakat Miskin Perkotaan

Dilihat dari tempat tinggal masyarakat miskin perkotaan rata-rata kondisi tempat

tinggalnya dengan model bangunan semi permanen dan permanen sederhanan dengan

memanfatkan kondisi tanah yang rawan bencana (longsor kebisingan kumuh dan

sebagainya)

Tabel

Kondisi Fisik Bangunan Rumah RTM

39

Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan

Kondisi Fisik RumahKecamatan

Sesek(papan)

SemiPermanen Permanen

Jumlahrespondn

Kedung kandang

11(1158)

52(5474)

32(3368) 95

Sukun20

(2353)33

(3882)32

(3765) 85

Klojen5

(667)31

(1733)39

(5200) 75

Blimbing3

(375)13

(1625)64

(8000) 80

Lowok Waru9

(1154)24

(3077)45

(5769) 78

Sumber Data Primer

dari data primer (tabel) menunjukkan bahwa sebagian besar tempat tinggal

masyarakat miskin perkotaan adalah semi permanen dan permanen akan tetapi dengan

ukuran ruang (luas bangunan) yang cukup minim Dan umumnya yang mereka lakukan

adalah dengan menyewa tanah dan atau menempati tanah rawan musibah adapun

kondisi perumahan masyarakat miskin perkotaan dapat dilihat pada gambar berikut

Gambar

Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin Perkotaan

40

Dari gambar di atas terlihat bahwa kondisi tempat tinggal mereka sangat rawan

dengan terjadinya bencana dan kekumuhan kondisi ini selain rawan terhadap adanya

bahaya tersebut juga sangat rawan dengan permasalahan kesehatan

34 Analisa Spasial

Informasi mengenai tipologi perekonomian masyarakat akan sangat membantu

pemerintah dalam menentukan kebijakan ekonomi di masa mendatang Dari informasi

tersebut dibuatlah peta potensi ekonomi dengan maksud merelevansikan antara potensi

ekonomi daerah dan kebijakan ekonomi Selain itu jika kebijakan ekonomi hanya

terfokus di suatu wilayah tertentu akan berdampak pada ketimpangan pertumbuhan

ekonomi Seperti dijelaskan sebelumnya inventarisasi sarana ekonomi sebuah wilayah

dilakukan dengan menggunakan pendekatan tipologi suatu wilayah Melalui pendekatan

ini selanjutnya dapat digambarkan wilayah majemuk dengan fenomena yang kompleks

dengan beberapa persamaan di dalamnya Maksudnya bahwa pada tipologi suatu

wilayah ada relevansinya dengan keberadaan potensi ekonomi maupun potensi sarana

ekonomi di wilayah tersebut Ini menandakan bahwa kebijakan pengembangan ekonomi

suatu wilayah diperlukan pengadaan sarana ekonomi yang tepat sedikitnya sesuai

dengan kondisi wilayah yang dibangun termasuk karakteristik kegiatan ekonomi yang

dilakukan oleh masyarakat setempat sehingga keberadaan sarana tersebut mampu

mendorong aktivitas ekonomi masyarakat dan pada akhirnya mengentaskan dan

menanggulangi kemiskinan

41

Di wilayah kabupaten pasuruan terdapat berbagai macam potensi ekonomi yang

belum tersentuh pengembangannya oleh pemerintah daerah Potensi yang terdapat di

wilayah tersebut bukan hanya pada potensi sumber daya alam melainkan juga potensii

sumber daya manusianya Untuk wilayah ssidoarjo perlu adanya perhatian mendalam

pada pengembangan sumber daya manusia karena di wilayah tersebut banyak sekali

potensi industri yang dapat berkembang Sedangkan untuk daerah malang hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa disinyalir masih terdapat kegiatan ekonomi maupun

sarana ekonomi yang menunjang kegiatan tersebut belum dimanfaatkan secara optimal

Keadaan ini menjadikan keduanya masih bersifat potensial dan memerlukan

penanganan pengelolannya agar dapat diperoleh output yang optimal pula Pengelolaan

optimal tersebut tentu masih memerlukan suatu pengkajian tersendiri untuk mengukur

sampai sejauh mana tingkat feasibilitasnya

Potensi sarana ekonomi kabupaten ssidoarjo kabupaten pasuruan dan Kota

Malang merujuk pada sarana ekonomi (dalam bentuk fisik) yang teridentifikasi di setiap

daerah maupun yang sudah terkompilasikan di tingkat kabupaten dan kota Potensi

tersebut dapat di petakan pada masing-masing kabupaten di wilayah Jawa Timur

melalui Peta berikut

Gambar Provinsi Jawa Timur

42

Gambar kota Malang

43

keterangan

daerah masyarakat miskin perkotaan

daerah potensi terjadinya kemiskinan

tidak ada potensi terjadnya kemiskinan

Sejalan dengan maksud di atas Pemerintah Kota Malang masih

perlu melakukan kajian mendalam tentang pengembangan potensi wilayah

sebagai salah satu upaya untuk mendukung pemulihan ekonomi yang

bersifat jangka menengah Dukungan kajian ini dilakukan dengan menggali

lebih dalam potensi yang dimiliki setiap kawasan di wilayah Kota Malang

Dengan demikian Pemerintah Kota Malang dengan mudah dapat mengambil

langkah-langkah menumbuh kembangkan potensi sarana ekonomi daerah

44

Kec Blimbing Industri (kecil-

menengah)Pariwisata Pertanianperumahanperdagangan

Kec Kedungkandang Industri (kecil-

menengah)Pertanianperumahan

Kec Sukun Industri kecilPendidikanperumahan

Kec Kolojen perdagangan PendidikanPerhotelanperkantoran

Kec Lowokwaruperumahan PendidikanIndustri (kecil-

menengah)

khususnya yang berada di pusat-pusat kegiatan produksi masyarakat yang

dianggap cukup strategis di Kota Malang

Sejalan dengan semakin meningkatnya peran serta dunia usaha

dan masyarakat di dalam pelaksanaan pembangunan maka program-

program pembangunan Kota Malang perlu disusun dengan

mempertimbangkan keterlibatan mereka Upaya ini dimaksudkan agar

Pemerintah Kota Malang lebih mudah mengefektifkan potensi sarana

ekonomi dan mengarahkannya untuk kepentingan pembangunan yang lebih

konsisten efektif dan efisien serta berkelanjutan dalam menanggulangi

kemiskinan

Secara keseluruhan penduduk miskin di wilayah kota malang masih tersebar

merata di seluruh kecamatan Kecuali di kecamatan Lowokwaru sebagian besar di

kecamatan ini tidak ada potensi kemiskinan Hal tersebut dikarenakan banyaknya

industry pendidikan seperti UMM UNISMA UNIGA Brawijaya ITN UM dll Dengan

banyaknya perguruan tinggi di wilayah tersebut maka potensi perekonomian semakin

besar Tidak sedikit masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang makanan karena

untuk memnuhi kebutuhan para mahasiswa

Pada data dikatakan bahwa rata-rata pendapatan di kecamatan Lowokwaru

masih besar padahal menurut analisis spasial potensi terjadinya kemiskinan sangat

kecil Pada analisi ekonomi diindentifikasi bahwa banyak masyarakat yang

berpendapatan dibawah 400 ribu Hal tersebut terjadi pada masyarakat yang tinggal di

daerah pesisir sungai Masih banyak masyarakat yang tinggal di Daerah Aliran Sungai

tidak memiliki kesempatan kemampuan untuk bersaing dengan masyarakat yang tidak

tiggal di Daerah Aliran Sungai Di perkirakan masyarakat yang menempati DAS

merupakan masyarakat pendatang yang berurbanisasi dengan tidak membawa suatu

keahlian

Potensi kemiskinan terbesar dapat terjadi di Kecamatan Sukun Banyak

masyarakat di daerah ini yang memiliki pendapatan dibawah 400 ribu Jika kita

bandingkan dengan kecamatan Lowokwaru potensi kemiskinan di daerah kecamatan

Sukun tidak hanya terjadi di DAS namun juga pada masyarakat lainnya Banyak faktor

yang mengindikasikan potensi kemiskinan salah satu faktor utama adalah sulitnya

pemasaran dan persaingan yang ketat Meski kegiatan masyarakat di kecamatan

Lowokwaru dengan kecamatan Sukun relatif sama namun di kecamatan Lowokwaru

45

pemasaran barang dan jasa yang diproduksi tidak sesulit di kecamatan Sukun meski

ada persaingan

Hampir memeratanya potensi masyarakat miskin di kecamatan Sukun

menimbulkan dampak di kecamatan Kedungkandang terutama di perbatasan diantara

kedua kecamatan tersebut Menurut survey yang dilakukan memang sebagian besar

masyarakat miskin berpotensi di DAS Dapat dilihat di peta bahwa gambar merah

bersinggungan antara kedua kecamatan dan di kedua wilayah tersebut dialiri sungai

yang sama namun jika kita lihat kebawahnya warna kecamatan Kedungkandang mulai

ada yang Hijau Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat diluar DAS mempunyai

usaha yang berhubungan positif dengan pendapatan seperti pertanian

Berbeda halnya di kecamatan Klojen kecamatan ini merupakan pusat

pemerintahan kota Malang Banyak warga di kecamatan ini yang berprofesi sebagai

pegawai negeri sipil Memang masih terindikasi adanya kemiskinan di daerah tersebut

namun kemiskinan itu timbul karena mereka yang tidak mempunyai kesempatan dan

daya tawar diri mereka Kebanyakan yang tidak memiliki daya tawar diri yang tinggi

adalah mereka para pendatang yang tidak membawa keahlian kemudian mereka

tinggal di DAS dan berprofesi sebagai buruh tani buruh pabrik ataupun yang lainnya

yang tidak membutuhkan keahlian lebih

Bab V Kesimpulan dan Saran

Setelah melalui beberapa tahapan analisis dalam mengidentifikasi kemiskinan

perkotaan di beberapa wiayah Jawa Timur terdapat beberapa kesimpulan yaitu

1 Didapat bahwa sebaran penduduk miskin berkosentrasi pada daerah

sepanjang aliran sungai dan ada beberapa kota yang mengindikasikan

bahwa penduduk miskin berasal dari pendatang dari luar kota

2 Dalam penanggulangan kemiskinan pemerintah sudah banyak

mengeluarkan berbagai macam program pengentasan kemiskinan seperti

P2K P2KP BLT dll namun dalam aplikasinya banyak program yang belum

tepat sasaran

3 Ada beberapa karakteristik yang menarik dalam pengentasan kemiskinan

diantaranya bahwa dalam mengentaskan masyarakat miskin metode yang

46

diterapkan lebih kepada pembinaan keahlian dan mentalitas karena

seperti yang terdapat di kota malang masyarakat miskin dipicu dari

kebiasaan atau mentalitas dari masyarakat tersebut dalam kehidupan

sehari-hari Riset menemukan meskipun masyarakat miskin diberikan

bantuan uang seperti BLT namun bantuan tersebut tidak diperuntukkan

kepada pengembangan usaha namun habis untuk konsumsi begitu pula

dengan program ndash program pengentasan kemiskinan yang lainnya

Saran

Dalam pengentasan kemiskinan disarankan kepada pemerintah untuk mencari

data kemiskinan yang akurat dengan tujuan pemberian bantuan dalam rangka

pengentasan kemiskinan dapat terserap tepat pada masyarakat yang dituju Selain itu

untuk mengentaskan masyarakat yang bertipikal ldquokultur miskinrdquo harus banyak diberikan

pelatihan dan pembinaan mental

47

DAFTAR PUSTAKA

Blakely Edward J (1989) Planning Local Economic Development Theory and Practice Sage Library of Social Research 168 Sage Publication

BPS (1999) Perkembangan Tingkat Kemiskinan dan Beberapa Dimensi Sosial Ekonominya 1996-1999 Jakarta BPS

Budi Soeradji Mubyarto (1998) Gerakan Penanggulangan Kemiskinan Laporan

Penelitian di Daerah-Daerah Yogyakarta Aditya Media

Faisal Basri (2002) Perekonomian Indonesia Tantangan dan Harapan bagi Kebangkitan Indonesia Jakarta Erlangga

Fei J C H amp Gustav R (1964) Development Economics What Next In a Ranis G P Schulta (Ed) The State of Development Economics

Gunawan Sumodiningrat (1999) Penanggulangan Krisis Harus Memihak Rakyat Disampaikan pada konferensi pers untuk launcing The Economic and Social Survey of Asia and the Pacific 1999 (ESCAP) di UNIC Jakarta

Kuncoro M (2000) Ekonomi Pembangunan Teori Masalah dan Kebijakan (1st ed) Yogyakarta UPP AMP YKPN

Kuncoro M (2004) Otonomi dan Pembangunan Daerah Reformasi Perencanaan Strategi dan Peluang Jakarata Erlangga

Mellor J W (1976) The New Economies of Growth A Strategy for India and the Developing Countries Cornell Cornell University Press

Nurkse R (1953) Problem of Capital Formation in Underdeveloped Countries In Meier Gerald M Leading Issues in Economic Development edisi ke 6 Oxford University Press Oxford

Rintuh Cornelis amp Miar (2005) Kelembagaan dan Ekonomi Rakyat BPFE-UGM Yogyakarta

Sharp Ansel M Charles A Register and Paul W Cerimes (1996) Economics of Social Issues edisi ke 12 Richard D Chicago Irwin

Sumarto Sudarno (2002) ldquoGrowth Inequality and Poverty Evidence from Micro Datardquo Makala dalam The Young Economics Seminar Jakarta World Bank

48

Page 40: Makalah akp

Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan

Kondisi Fisik RumahKecamatan

Sesek(papan)

SemiPermanen Permanen

Jumlahrespondn

Kedung kandang

11(1158)

52(5474)

32(3368) 95

Sukun20

(2353)33

(3882)32

(3765) 85

Klojen5

(667)31

(1733)39

(5200) 75

Blimbing3

(375)13

(1625)64

(8000) 80

Lowok Waru9

(1154)24

(3077)45

(5769) 78

Sumber Data Primer

dari data primer (tabel) menunjukkan bahwa sebagian besar tempat tinggal

masyarakat miskin perkotaan adalah semi permanen dan permanen akan tetapi dengan

ukuran ruang (luas bangunan) yang cukup minim Dan umumnya yang mereka lakukan

adalah dengan menyewa tanah dan atau menempati tanah rawan musibah adapun

kondisi perumahan masyarakat miskin perkotaan dapat dilihat pada gambar berikut

Gambar

Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin Perkotaan

40

Dari gambar di atas terlihat bahwa kondisi tempat tinggal mereka sangat rawan

dengan terjadinya bencana dan kekumuhan kondisi ini selain rawan terhadap adanya

bahaya tersebut juga sangat rawan dengan permasalahan kesehatan

34 Analisa Spasial

Informasi mengenai tipologi perekonomian masyarakat akan sangat membantu

pemerintah dalam menentukan kebijakan ekonomi di masa mendatang Dari informasi

tersebut dibuatlah peta potensi ekonomi dengan maksud merelevansikan antara potensi

ekonomi daerah dan kebijakan ekonomi Selain itu jika kebijakan ekonomi hanya

terfokus di suatu wilayah tertentu akan berdampak pada ketimpangan pertumbuhan

ekonomi Seperti dijelaskan sebelumnya inventarisasi sarana ekonomi sebuah wilayah

dilakukan dengan menggunakan pendekatan tipologi suatu wilayah Melalui pendekatan

ini selanjutnya dapat digambarkan wilayah majemuk dengan fenomena yang kompleks

dengan beberapa persamaan di dalamnya Maksudnya bahwa pada tipologi suatu

wilayah ada relevansinya dengan keberadaan potensi ekonomi maupun potensi sarana

ekonomi di wilayah tersebut Ini menandakan bahwa kebijakan pengembangan ekonomi

suatu wilayah diperlukan pengadaan sarana ekonomi yang tepat sedikitnya sesuai

dengan kondisi wilayah yang dibangun termasuk karakteristik kegiatan ekonomi yang

dilakukan oleh masyarakat setempat sehingga keberadaan sarana tersebut mampu

mendorong aktivitas ekonomi masyarakat dan pada akhirnya mengentaskan dan

menanggulangi kemiskinan

41

Di wilayah kabupaten pasuruan terdapat berbagai macam potensi ekonomi yang

belum tersentuh pengembangannya oleh pemerintah daerah Potensi yang terdapat di

wilayah tersebut bukan hanya pada potensi sumber daya alam melainkan juga potensii

sumber daya manusianya Untuk wilayah ssidoarjo perlu adanya perhatian mendalam

pada pengembangan sumber daya manusia karena di wilayah tersebut banyak sekali

potensi industri yang dapat berkembang Sedangkan untuk daerah malang hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa disinyalir masih terdapat kegiatan ekonomi maupun

sarana ekonomi yang menunjang kegiatan tersebut belum dimanfaatkan secara optimal

Keadaan ini menjadikan keduanya masih bersifat potensial dan memerlukan

penanganan pengelolannya agar dapat diperoleh output yang optimal pula Pengelolaan

optimal tersebut tentu masih memerlukan suatu pengkajian tersendiri untuk mengukur

sampai sejauh mana tingkat feasibilitasnya

Potensi sarana ekonomi kabupaten ssidoarjo kabupaten pasuruan dan Kota

Malang merujuk pada sarana ekonomi (dalam bentuk fisik) yang teridentifikasi di setiap

daerah maupun yang sudah terkompilasikan di tingkat kabupaten dan kota Potensi

tersebut dapat di petakan pada masing-masing kabupaten di wilayah Jawa Timur

melalui Peta berikut

Gambar Provinsi Jawa Timur

42

Gambar kota Malang

43

keterangan

daerah masyarakat miskin perkotaan

daerah potensi terjadinya kemiskinan

tidak ada potensi terjadnya kemiskinan

Sejalan dengan maksud di atas Pemerintah Kota Malang masih

perlu melakukan kajian mendalam tentang pengembangan potensi wilayah

sebagai salah satu upaya untuk mendukung pemulihan ekonomi yang

bersifat jangka menengah Dukungan kajian ini dilakukan dengan menggali

lebih dalam potensi yang dimiliki setiap kawasan di wilayah Kota Malang

Dengan demikian Pemerintah Kota Malang dengan mudah dapat mengambil

langkah-langkah menumbuh kembangkan potensi sarana ekonomi daerah

44

Kec Blimbing Industri (kecil-

menengah)Pariwisata Pertanianperumahanperdagangan

Kec Kedungkandang Industri (kecil-

menengah)Pertanianperumahan

Kec Sukun Industri kecilPendidikanperumahan

Kec Kolojen perdagangan PendidikanPerhotelanperkantoran

Kec Lowokwaruperumahan PendidikanIndustri (kecil-

menengah)

khususnya yang berada di pusat-pusat kegiatan produksi masyarakat yang

dianggap cukup strategis di Kota Malang

Sejalan dengan semakin meningkatnya peran serta dunia usaha

dan masyarakat di dalam pelaksanaan pembangunan maka program-

program pembangunan Kota Malang perlu disusun dengan

mempertimbangkan keterlibatan mereka Upaya ini dimaksudkan agar

Pemerintah Kota Malang lebih mudah mengefektifkan potensi sarana

ekonomi dan mengarahkannya untuk kepentingan pembangunan yang lebih

konsisten efektif dan efisien serta berkelanjutan dalam menanggulangi

kemiskinan

Secara keseluruhan penduduk miskin di wilayah kota malang masih tersebar

merata di seluruh kecamatan Kecuali di kecamatan Lowokwaru sebagian besar di

kecamatan ini tidak ada potensi kemiskinan Hal tersebut dikarenakan banyaknya

industry pendidikan seperti UMM UNISMA UNIGA Brawijaya ITN UM dll Dengan

banyaknya perguruan tinggi di wilayah tersebut maka potensi perekonomian semakin

besar Tidak sedikit masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang makanan karena

untuk memnuhi kebutuhan para mahasiswa

Pada data dikatakan bahwa rata-rata pendapatan di kecamatan Lowokwaru

masih besar padahal menurut analisis spasial potensi terjadinya kemiskinan sangat

kecil Pada analisi ekonomi diindentifikasi bahwa banyak masyarakat yang

berpendapatan dibawah 400 ribu Hal tersebut terjadi pada masyarakat yang tinggal di

daerah pesisir sungai Masih banyak masyarakat yang tinggal di Daerah Aliran Sungai

tidak memiliki kesempatan kemampuan untuk bersaing dengan masyarakat yang tidak

tiggal di Daerah Aliran Sungai Di perkirakan masyarakat yang menempati DAS

merupakan masyarakat pendatang yang berurbanisasi dengan tidak membawa suatu

keahlian

Potensi kemiskinan terbesar dapat terjadi di Kecamatan Sukun Banyak

masyarakat di daerah ini yang memiliki pendapatan dibawah 400 ribu Jika kita

bandingkan dengan kecamatan Lowokwaru potensi kemiskinan di daerah kecamatan

Sukun tidak hanya terjadi di DAS namun juga pada masyarakat lainnya Banyak faktor

yang mengindikasikan potensi kemiskinan salah satu faktor utama adalah sulitnya

pemasaran dan persaingan yang ketat Meski kegiatan masyarakat di kecamatan

Lowokwaru dengan kecamatan Sukun relatif sama namun di kecamatan Lowokwaru

45

pemasaran barang dan jasa yang diproduksi tidak sesulit di kecamatan Sukun meski

ada persaingan

Hampir memeratanya potensi masyarakat miskin di kecamatan Sukun

menimbulkan dampak di kecamatan Kedungkandang terutama di perbatasan diantara

kedua kecamatan tersebut Menurut survey yang dilakukan memang sebagian besar

masyarakat miskin berpotensi di DAS Dapat dilihat di peta bahwa gambar merah

bersinggungan antara kedua kecamatan dan di kedua wilayah tersebut dialiri sungai

yang sama namun jika kita lihat kebawahnya warna kecamatan Kedungkandang mulai

ada yang Hijau Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat diluar DAS mempunyai

usaha yang berhubungan positif dengan pendapatan seperti pertanian

Berbeda halnya di kecamatan Klojen kecamatan ini merupakan pusat

pemerintahan kota Malang Banyak warga di kecamatan ini yang berprofesi sebagai

pegawai negeri sipil Memang masih terindikasi adanya kemiskinan di daerah tersebut

namun kemiskinan itu timbul karena mereka yang tidak mempunyai kesempatan dan

daya tawar diri mereka Kebanyakan yang tidak memiliki daya tawar diri yang tinggi

adalah mereka para pendatang yang tidak membawa keahlian kemudian mereka

tinggal di DAS dan berprofesi sebagai buruh tani buruh pabrik ataupun yang lainnya

yang tidak membutuhkan keahlian lebih

Bab V Kesimpulan dan Saran

Setelah melalui beberapa tahapan analisis dalam mengidentifikasi kemiskinan

perkotaan di beberapa wiayah Jawa Timur terdapat beberapa kesimpulan yaitu

1 Didapat bahwa sebaran penduduk miskin berkosentrasi pada daerah

sepanjang aliran sungai dan ada beberapa kota yang mengindikasikan

bahwa penduduk miskin berasal dari pendatang dari luar kota

2 Dalam penanggulangan kemiskinan pemerintah sudah banyak

mengeluarkan berbagai macam program pengentasan kemiskinan seperti

P2K P2KP BLT dll namun dalam aplikasinya banyak program yang belum

tepat sasaran

3 Ada beberapa karakteristik yang menarik dalam pengentasan kemiskinan

diantaranya bahwa dalam mengentaskan masyarakat miskin metode yang

46

diterapkan lebih kepada pembinaan keahlian dan mentalitas karena

seperti yang terdapat di kota malang masyarakat miskin dipicu dari

kebiasaan atau mentalitas dari masyarakat tersebut dalam kehidupan

sehari-hari Riset menemukan meskipun masyarakat miskin diberikan

bantuan uang seperti BLT namun bantuan tersebut tidak diperuntukkan

kepada pengembangan usaha namun habis untuk konsumsi begitu pula

dengan program ndash program pengentasan kemiskinan yang lainnya

Saran

Dalam pengentasan kemiskinan disarankan kepada pemerintah untuk mencari

data kemiskinan yang akurat dengan tujuan pemberian bantuan dalam rangka

pengentasan kemiskinan dapat terserap tepat pada masyarakat yang dituju Selain itu

untuk mengentaskan masyarakat yang bertipikal ldquokultur miskinrdquo harus banyak diberikan

pelatihan dan pembinaan mental

47

DAFTAR PUSTAKA

Blakely Edward J (1989) Planning Local Economic Development Theory and Practice Sage Library of Social Research 168 Sage Publication

BPS (1999) Perkembangan Tingkat Kemiskinan dan Beberapa Dimensi Sosial Ekonominya 1996-1999 Jakarta BPS

Budi Soeradji Mubyarto (1998) Gerakan Penanggulangan Kemiskinan Laporan

Penelitian di Daerah-Daerah Yogyakarta Aditya Media

Faisal Basri (2002) Perekonomian Indonesia Tantangan dan Harapan bagi Kebangkitan Indonesia Jakarta Erlangga

Fei J C H amp Gustav R (1964) Development Economics What Next In a Ranis G P Schulta (Ed) The State of Development Economics

Gunawan Sumodiningrat (1999) Penanggulangan Krisis Harus Memihak Rakyat Disampaikan pada konferensi pers untuk launcing The Economic and Social Survey of Asia and the Pacific 1999 (ESCAP) di UNIC Jakarta

Kuncoro M (2000) Ekonomi Pembangunan Teori Masalah dan Kebijakan (1st ed) Yogyakarta UPP AMP YKPN

Kuncoro M (2004) Otonomi dan Pembangunan Daerah Reformasi Perencanaan Strategi dan Peluang Jakarata Erlangga

Mellor J W (1976) The New Economies of Growth A Strategy for India and the Developing Countries Cornell Cornell University Press

Nurkse R (1953) Problem of Capital Formation in Underdeveloped Countries In Meier Gerald M Leading Issues in Economic Development edisi ke 6 Oxford University Press Oxford

Rintuh Cornelis amp Miar (2005) Kelembagaan dan Ekonomi Rakyat BPFE-UGM Yogyakarta

Sharp Ansel M Charles A Register and Paul W Cerimes (1996) Economics of Social Issues edisi ke 12 Richard D Chicago Irwin

Sumarto Sudarno (2002) ldquoGrowth Inequality and Poverty Evidence from Micro Datardquo Makala dalam The Young Economics Seminar Jakarta World Bank

48

Page 41: Makalah akp

Dari gambar di atas terlihat bahwa kondisi tempat tinggal mereka sangat rawan

dengan terjadinya bencana dan kekumuhan kondisi ini selain rawan terhadap adanya

bahaya tersebut juga sangat rawan dengan permasalahan kesehatan

34 Analisa Spasial

Informasi mengenai tipologi perekonomian masyarakat akan sangat membantu

pemerintah dalam menentukan kebijakan ekonomi di masa mendatang Dari informasi

tersebut dibuatlah peta potensi ekonomi dengan maksud merelevansikan antara potensi

ekonomi daerah dan kebijakan ekonomi Selain itu jika kebijakan ekonomi hanya

terfokus di suatu wilayah tertentu akan berdampak pada ketimpangan pertumbuhan

ekonomi Seperti dijelaskan sebelumnya inventarisasi sarana ekonomi sebuah wilayah

dilakukan dengan menggunakan pendekatan tipologi suatu wilayah Melalui pendekatan

ini selanjutnya dapat digambarkan wilayah majemuk dengan fenomena yang kompleks

dengan beberapa persamaan di dalamnya Maksudnya bahwa pada tipologi suatu

wilayah ada relevansinya dengan keberadaan potensi ekonomi maupun potensi sarana

ekonomi di wilayah tersebut Ini menandakan bahwa kebijakan pengembangan ekonomi

suatu wilayah diperlukan pengadaan sarana ekonomi yang tepat sedikitnya sesuai

dengan kondisi wilayah yang dibangun termasuk karakteristik kegiatan ekonomi yang

dilakukan oleh masyarakat setempat sehingga keberadaan sarana tersebut mampu

mendorong aktivitas ekonomi masyarakat dan pada akhirnya mengentaskan dan

menanggulangi kemiskinan

41

Di wilayah kabupaten pasuruan terdapat berbagai macam potensi ekonomi yang

belum tersentuh pengembangannya oleh pemerintah daerah Potensi yang terdapat di

wilayah tersebut bukan hanya pada potensi sumber daya alam melainkan juga potensii

sumber daya manusianya Untuk wilayah ssidoarjo perlu adanya perhatian mendalam

pada pengembangan sumber daya manusia karena di wilayah tersebut banyak sekali

potensi industri yang dapat berkembang Sedangkan untuk daerah malang hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa disinyalir masih terdapat kegiatan ekonomi maupun

sarana ekonomi yang menunjang kegiatan tersebut belum dimanfaatkan secara optimal

Keadaan ini menjadikan keduanya masih bersifat potensial dan memerlukan

penanganan pengelolannya agar dapat diperoleh output yang optimal pula Pengelolaan

optimal tersebut tentu masih memerlukan suatu pengkajian tersendiri untuk mengukur

sampai sejauh mana tingkat feasibilitasnya

Potensi sarana ekonomi kabupaten ssidoarjo kabupaten pasuruan dan Kota

Malang merujuk pada sarana ekonomi (dalam bentuk fisik) yang teridentifikasi di setiap

daerah maupun yang sudah terkompilasikan di tingkat kabupaten dan kota Potensi

tersebut dapat di petakan pada masing-masing kabupaten di wilayah Jawa Timur

melalui Peta berikut

Gambar Provinsi Jawa Timur

42

Gambar kota Malang

43

keterangan

daerah masyarakat miskin perkotaan

daerah potensi terjadinya kemiskinan

tidak ada potensi terjadnya kemiskinan

Sejalan dengan maksud di atas Pemerintah Kota Malang masih

perlu melakukan kajian mendalam tentang pengembangan potensi wilayah

sebagai salah satu upaya untuk mendukung pemulihan ekonomi yang

bersifat jangka menengah Dukungan kajian ini dilakukan dengan menggali

lebih dalam potensi yang dimiliki setiap kawasan di wilayah Kota Malang

Dengan demikian Pemerintah Kota Malang dengan mudah dapat mengambil

langkah-langkah menumbuh kembangkan potensi sarana ekonomi daerah

44

Kec Blimbing Industri (kecil-

menengah)Pariwisata Pertanianperumahanperdagangan

Kec Kedungkandang Industri (kecil-

menengah)Pertanianperumahan

Kec Sukun Industri kecilPendidikanperumahan

Kec Kolojen perdagangan PendidikanPerhotelanperkantoran

Kec Lowokwaruperumahan PendidikanIndustri (kecil-

menengah)

khususnya yang berada di pusat-pusat kegiatan produksi masyarakat yang

dianggap cukup strategis di Kota Malang

Sejalan dengan semakin meningkatnya peran serta dunia usaha

dan masyarakat di dalam pelaksanaan pembangunan maka program-

program pembangunan Kota Malang perlu disusun dengan

mempertimbangkan keterlibatan mereka Upaya ini dimaksudkan agar

Pemerintah Kota Malang lebih mudah mengefektifkan potensi sarana

ekonomi dan mengarahkannya untuk kepentingan pembangunan yang lebih

konsisten efektif dan efisien serta berkelanjutan dalam menanggulangi

kemiskinan

Secara keseluruhan penduduk miskin di wilayah kota malang masih tersebar

merata di seluruh kecamatan Kecuali di kecamatan Lowokwaru sebagian besar di

kecamatan ini tidak ada potensi kemiskinan Hal tersebut dikarenakan banyaknya

industry pendidikan seperti UMM UNISMA UNIGA Brawijaya ITN UM dll Dengan

banyaknya perguruan tinggi di wilayah tersebut maka potensi perekonomian semakin

besar Tidak sedikit masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang makanan karena

untuk memnuhi kebutuhan para mahasiswa

Pada data dikatakan bahwa rata-rata pendapatan di kecamatan Lowokwaru

masih besar padahal menurut analisis spasial potensi terjadinya kemiskinan sangat

kecil Pada analisi ekonomi diindentifikasi bahwa banyak masyarakat yang

berpendapatan dibawah 400 ribu Hal tersebut terjadi pada masyarakat yang tinggal di

daerah pesisir sungai Masih banyak masyarakat yang tinggal di Daerah Aliran Sungai

tidak memiliki kesempatan kemampuan untuk bersaing dengan masyarakat yang tidak

tiggal di Daerah Aliran Sungai Di perkirakan masyarakat yang menempati DAS

merupakan masyarakat pendatang yang berurbanisasi dengan tidak membawa suatu

keahlian

Potensi kemiskinan terbesar dapat terjadi di Kecamatan Sukun Banyak

masyarakat di daerah ini yang memiliki pendapatan dibawah 400 ribu Jika kita

bandingkan dengan kecamatan Lowokwaru potensi kemiskinan di daerah kecamatan

Sukun tidak hanya terjadi di DAS namun juga pada masyarakat lainnya Banyak faktor

yang mengindikasikan potensi kemiskinan salah satu faktor utama adalah sulitnya

pemasaran dan persaingan yang ketat Meski kegiatan masyarakat di kecamatan

Lowokwaru dengan kecamatan Sukun relatif sama namun di kecamatan Lowokwaru

45

pemasaran barang dan jasa yang diproduksi tidak sesulit di kecamatan Sukun meski

ada persaingan

Hampir memeratanya potensi masyarakat miskin di kecamatan Sukun

menimbulkan dampak di kecamatan Kedungkandang terutama di perbatasan diantara

kedua kecamatan tersebut Menurut survey yang dilakukan memang sebagian besar

masyarakat miskin berpotensi di DAS Dapat dilihat di peta bahwa gambar merah

bersinggungan antara kedua kecamatan dan di kedua wilayah tersebut dialiri sungai

yang sama namun jika kita lihat kebawahnya warna kecamatan Kedungkandang mulai

ada yang Hijau Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat diluar DAS mempunyai

usaha yang berhubungan positif dengan pendapatan seperti pertanian

Berbeda halnya di kecamatan Klojen kecamatan ini merupakan pusat

pemerintahan kota Malang Banyak warga di kecamatan ini yang berprofesi sebagai

pegawai negeri sipil Memang masih terindikasi adanya kemiskinan di daerah tersebut

namun kemiskinan itu timbul karena mereka yang tidak mempunyai kesempatan dan

daya tawar diri mereka Kebanyakan yang tidak memiliki daya tawar diri yang tinggi

adalah mereka para pendatang yang tidak membawa keahlian kemudian mereka

tinggal di DAS dan berprofesi sebagai buruh tani buruh pabrik ataupun yang lainnya

yang tidak membutuhkan keahlian lebih

Bab V Kesimpulan dan Saran

Setelah melalui beberapa tahapan analisis dalam mengidentifikasi kemiskinan

perkotaan di beberapa wiayah Jawa Timur terdapat beberapa kesimpulan yaitu

1 Didapat bahwa sebaran penduduk miskin berkosentrasi pada daerah

sepanjang aliran sungai dan ada beberapa kota yang mengindikasikan

bahwa penduduk miskin berasal dari pendatang dari luar kota

2 Dalam penanggulangan kemiskinan pemerintah sudah banyak

mengeluarkan berbagai macam program pengentasan kemiskinan seperti

P2K P2KP BLT dll namun dalam aplikasinya banyak program yang belum

tepat sasaran

3 Ada beberapa karakteristik yang menarik dalam pengentasan kemiskinan

diantaranya bahwa dalam mengentaskan masyarakat miskin metode yang

46

diterapkan lebih kepada pembinaan keahlian dan mentalitas karena

seperti yang terdapat di kota malang masyarakat miskin dipicu dari

kebiasaan atau mentalitas dari masyarakat tersebut dalam kehidupan

sehari-hari Riset menemukan meskipun masyarakat miskin diberikan

bantuan uang seperti BLT namun bantuan tersebut tidak diperuntukkan

kepada pengembangan usaha namun habis untuk konsumsi begitu pula

dengan program ndash program pengentasan kemiskinan yang lainnya

Saran

Dalam pengentasan kemiskinan disarankan kepada pemerintah untuk mencari

data kemiskinan yang akurat dengan tujuan pemberian bantuan dalam rangka

pengentasan kemiskinan dapat terserap tepat pada masyarakat yang dituju Selain itu

untuk mengentaskan masyarakat yang bertipikal ldquokultur miskinrdquo harus banyak diberikan

pelatihan dan pembinaan mental

47

DAFTAR PUSTAKA

Blakely Edward J (1989) Planning Local Economic Development Theory and Practice Sage Library of Social Research 168 Sage Publication

BPS (1999) Perkembangan Tingkat Kemiskinan dan Beberapa Dimensi Sosial Ekonominya 1996-1999 Jakarta BPS

Budi Soeradji Mubyarto (1998) Gerakan Penanggulangan Kemiskinan Laporan

Penelitian di Daerah-Daerah Yogyakarta Aditya Media

Faisal Basri (2002) Perekonomian Indonesia Tantangan dan Harapan bagi Kebangkitan Indonesia Jakarta Erlangga

Fei J C H amp Gustav R (1964) Development Economics What Next In a Ranis G P Schulta (Ed) The State of Development Economics

Gunawan Sumodiningrat (1999) Penanggulangan Krisis Harus Memihak Rakyat Disampaikan pada konferensi pers untuk launcing The Economic and Social Survey of Asia and the Pacific 1999 (ESCAP) di UNIC Jakarta

Kuncoro M (2000) Ekonomi Pembangunan Teori Masalah dan Kebijakan (1st ed) Yogyakarta UPP AMP YKPN

Kuncoro M (2004) Otonomi dan Pembangunan Daerah Reformasi Perencanaan Strategi dan Peluang Jakarata Erlangga

Mellor J W (1976) The New Economies of Growth A Strategy for India and the Developing Countries Cornell Cornell University Press

Nurkse R (1953) Problem of Capital Formation in Underdeveloped Countries In Meier Gerald M Leading Issues in Economic Development edisi ke 6 Oxford University Press Oxford

Rintuh Cornelis amp Miar (2005) Kelembagaan dan Ekonomi Rakyat BPFE-UGM Yogyakarta

Sharp Ansel M Charles A Register and Paul W Cerimes (1996) Economics of Social Issues edisi ke 12 Richard D Chicago Irwin

Sumarto Sudarno (2002) ldquoGrowth Inequality and Poverty Evidence from Micro Datardquo Makala dalam The Young Economics Seminar Jakarta World Bank

48

Page 42: Makalah akp

Di wilayah kabupaten pasuruan terdapat berbagai macam potensi ekonomi yang

belum tersentuh pengembangannya oleh pemerintah daerah Potensi yang terdapat di

wilayah tersebut bukan hanya pada potensi sumber daya alam melainkan juga potensii

sumber daya manusianya Untuk wilayah ssidoarjo perlu adanya perhatian mendalam

pada pengembangan sumber daya manusia karena di wilayah tersebut banyak sekali

potensi industri yang dapat berkembang Sedangkan untuk daerah malang hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa disinyalir masih terdapat kegiatan ekonomi maupun

sarana ekonomi yang menunjang kegiatan tersebut belum dimanfaatkan secara optimal

Keadaan ini menjadikan keduanya masih bersifat potensial dan memerlukan

penanganan pengelolannya agar dapat diperoleh output yang optimal pula Pengelolaan

optimal tersebut tentu masih memerlukan suatu pengkajian tersendiri untuk mengukur

sampai sejauh mana tingkat feasibilitasnya

Potensi sarana ekonomi kabupaten ssidoarjo kabupaten pasuruan dan Kota

Malang merujuk pada sarana ekonomi (dalam bentuk fisik) yang teridentifikasi di setiap

daerah maupun yang sudah terkompilasikan di tingkat kabupaten dan kota Potensi

tersebut dapat di petakan pada masing-masing kabupaten di wilayah Jawa Timur

melalui Peta berikut

Gambar Provinsi Jawa Timur

42

Gambar kota Malang

43

keterangan

daerah masyarakat miskin perkotaan

daerah potensi terjadinya kemiskinan

tidak ada potensi terjadnya kemiskinan

Sejalan dengan maksud di atas Pemerintah Kota Malang masih

perlu melakukan kajian mendalam tentang pengembangan potensi wilayah

sebagai salah satu upaya untuk mendukung pemulihan ekonomi yang

bersifat jangka menengah Dukungan kajian ini dilakukan dengan menggali

lebih dalam potensi yang dimiliki setiap kawasan di wilayah Kota Malang

Dengan demikian Pemerintah Kota Malang dengan mudah dapat mengambil

langkah-langkah menumbuh kembangkan potensi sarana ekonomi daerah

44

Kec Blimbing Industri (kecil-

menengah)Pariwisata Pertanianperumahanperdagangan

Kec Kedungkandang Industri (kecil-

menengah)Pertanianperumahan

Kec Sukun Industri kecilPendidikanperumahan

Kec Kolojen perdagangan PendidikanPerhotelanperkantoran

Kec Lowokwaruperumahan PendidikanIndustri (kecil-

menengah)

khususnya yang berada di pusat-pusat kegiatan produksi masyarakat yang

dianggap cukup strategis di Kota Malang

Sejalan dengan semakin meningkatnya peran serta dunia usaha

dan masyarakat di dalam pelaksanaan pembangunan maka program-

program pembangunan Kota Malang perlu disusun dengan

mempertimbangkan keterlibatan mereka Upaya ini dimaksudkan agar

Pemerintah Kota Malang lebih mudah mengefektifkan potensi sarana

ekonomi dan mengarahkannya untuk kepentingan pembangunan yang lebih

konsisten efektif dan efisien serta berkelanjutan dalam menanggulangi

kemiskinan

Secara keseluruhan penduduk miskin di wilayah kota malang masih tersebar

merata di seluruh kecamatan Kecuali di kecamatan Lowokwaru sebagian besar di

kecamatan ini tidak ada potensi kemiskinan Hal tersebut dikarenakan banyaknya

industry pendidikan seperti UMM UNISMA UNIGA Brawijaya ITN UM dll Dengan

banyaknya perguruan tinggi di wilayah tersebut maka potensi perekonomian semakin

besar Tidak sedikit masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang makanan karena

untuk memnuhi kebutuhan para mahasiswa

Pada data dikatakan bahwa rata-rata pendapatan di kecamatan Lowokwaru

masih besar padahal menurut analisis spasial potensi terjadinya kemiskinan sangat

kecil Pada analisi ekonomi diindentifikasi bahwa banyak masyarakat yang

berpendapatan dibawah 400 ribu Hal tersebut terjadi pada masyarakat yang tinggal di

daerah pesisir sungai Masih banyak masyarakat yang tinggal di Daerah Aliran Sungai

tidak memiliki kesempatan kemampuan untuk bersaing dengan masyarakat yang tidak

tiggal di Daerah Aliran Sungai Di perkirakan masyarakat yang menempati DAS

merupakan masyarakat pendatang yang berurbanisasi dengan tidak membawa suatu

keahlian

Potensi kemiskinan terbesar dapat terjadi di Kecamatan Sukun Banyak

masyarakat di daerah ini yang memiliki pendapatan dibawah 400 ribu Jika kita

bandingkan dengan kecamatan Lowokwaru potensi kemiskinan di daerah kecamatan

Sukun tidak hanya terjadi di DAS namun juga pada masyarakat lainnya Banyak faktor

yang mengindikasikan potensi kemiskinan salah satu faktor utama adalah sulitnya

pemasaran dan persaingan yang ketat Meski kegiatan masyarakat di kecamatan

Lowokwaru dengan kecamatan Sukun relatif sama namun di kecamatan Lowokwaru

45

pemasaran barang dan jasa yang diproduksi tidak sesulit di kecamatan Sukun meski

ada persaingan

Hampir memeratanya potensi masyarakat miskin di kecamatan Sukun

menimbulkan dampak di kecamatan Kedungkandang terutama di perbatasan diantara

kedua kecamatan tersebut Menurut survey yang dilakukan memang sebagian besar

masyarakat miskin berpotensi di DAS Dapat dilihat di peta bahwa gambar merah

bersinggungan antara kedua kecamatan dan di kedua wilayah tersebut dialiri sungai

yang sama namun jika kita lihat kebawahnya warna kecamatan Kedungkandang mulai

ada yang Hijau Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat diluar DAS mempunyai

usaha yang berhubungan positif dengan pendapatan seperti pertanian

Berbeda halnya di kecamatan Klojen kecamatan ini merupakan pusat

pemerintahan kota Malang Banyak warga di kecamatan ini yang berprofesi sebagai

pegawai negeri sipil Memang masih terindikasi adanya kemiskinan di daerah tersebut

namun kemiskinan itu timbul karena mereka yang tidak mempunyai kesempatan dan

daya tawar diri mereka Kebanyakan yang tidak memiliki daya tawar diri yang tinggi

adalah mereka para pendatang yang tidak membawa keahlian kemudian mereka

tinggal di DAS dan berprofesi sebagai buruh tani buruh pabrik ataupun yang lainnya

yang tidak membutuhkan keahlian lebih

Bab V Kesimpulan dan Saran

Setelah melalui beberapa tahapan analisis dalam mengidentifikasi kemiskinan

perkotaan di beberapa wiayah Jawa Timur terdapat beberapa kesimpulan yaitu

1 Didapat bahwa sebaran penduduk miskin berkosentrasi pada daerah

sepanjang aliran sungai dan ada beberapa kota yang mengindikasikan

bahwa penduduk miskin berasal dari pendatang dari luar kota

2 Dalam penanggulangan kemiskinan pemerintah sudah banyak

mengeluarkan berbagai macam program pengentasan kemiskinan seperti

P2K P2KP BLT dll namun dalam aplikasinya banyak program yang belum

tepat sasaran

3 Ada beberapa karakteristik yang menarik dalam pengentasan kemiskinan

diantaranya bahwa dalam mengentaskan masyarakat miskin metode yang

46

diterapkan lebih kepada pembinaan keahlian dan mentalitas karena

seperti yang terdapat di kota malang masyarakat miskin dipicu dari

kebiasaan atau mentalitas dari masyarakat tersebut dalam kehidupan

sehari-hari Riset menemukan meskipun masyarakat miskin diberikan

bantuan uang seperti BLT namun bantuan tersebut tidak diperuntukkan

kepada pengembangan usaha namun habis untuk konsumsi begitu pula

dengan program ndash program pengentasan kemiskinan yang lainnya

Saran

Dalam pengentasan kemiskinan disarankan kepada pemerintah untuk mencari

data kemiskinan yang akurat dengan tujuan pemberian bantuan dalam rangka

pengentasan kemiskinan dapat terserap tepat pada masyarakat yang dituju Selain itu

untuk mengentaskan masyarakat yang bertipikal ldquokultur miskinrdquo harus banyak diberikan

pelatihan dan pembinaan mental

47

DAFTAR PUSTAKA

Blakely Edward J (1989) Planning Local Economic Development Theory and Practice Sage Library of Social Research 168 Sage Publication

BPS (1999) Perkembangan Tingkat Kemiskinan dan Beberapa Dimensi Sosial Ekonominya 1996-1999 Jakarta BPS

Budi Soeradji Mubyarto (1998) Gerakan Penanggulangan Kemiskinan Laporan

Penelitian di Daerah-Daerah Yogyakarta Aditya Media

Faisal Basri (2002) Perekonomian Indonesia Tantangan dan Harapan bagi Kebangkitan Indonesia Jakarta Erlangga

Fei J C H amp Gustav R (1964) Development Economics What Next In a Ranis G P Schulta (Ed) The State of Development Economics

Gunawan Sumodiningrat (1999) Penanggulangan Krisis Harus Memihak Rakyat Disampaikan pada konferensi pers untuk launcing The Economic and Social Survey of Asia and the Pacific 1999 (ESCAP) di UNIC Jakarta

Kuncoro M (2000) Ekonomi Pembangunan Teori Masalah dan Kebijakan (1st ed) Yogyakarta UPP AMP YKPN

Kuncoro M (2004) Otonomi dan Pembangunan Daerah Reformasi Perencanaan Strategi dan Peluang Jakarata Erlangga

Mellor J W (1976) The New Economies of Growth A Strategy for India and the Developing Countries Cornell Cornell University Press

Nurkse R (1953) Problem of Capital Formation in Underdeveloped Countries In Meier Gerald M Leading Issues in Economic Development edisi ke 6 Oxford University Press Oxford

Rintuh Cornelis amp Miar (2005) Kelembagaan dan Ekonomi Rakyat BPFE-UGM Yogyakarta

Sharp Ansel M Charles A Register and Paul W Cerimes (1996) Economics of Social Issues edisi ke 12 Richard D Chicago Irwin

Sumarto Sudarno (2002) ldquoGrowth Inequality and Poverty Evidence from Micro Datardquo Makala dalam The Young Economics Seminar Jakarta World Bank

48

Page 43: Makalah akp

Gambar kota Malang

43

keterangan

daerah masyarakat miskin perkotaan

daerah potensi terjadinya kemiskinan

tidak ada potensi terjadnya kemiskinan

Sejalan dengan maksud di atas Pemerintah Kota Malang masih

perlu melakukan kajian mendalam tentang pengembangan potensi wilayah

sebagai salah satu upaya untuk mendukung pemulihan ekonomi yang

bersifat jangka menengah Dukungan kajian ini dilakukan dengan menggali

lebih dalam potensi yang dimiliki setiap kawasan di wilayah Kota Malang

Dengan demikian Pemerintah Kota Malang dengan mudah dapat mengambil

langkah-langkah menumbuh kembangkan potensi sarana ekonomi daerah

44

Kec Blimbing Industri (kecil-

menengah)Pariwisata Pertanianperumahanperdagangan

Kec Kedungkandang Industri (kecil-

menengah)Pertanianperumahan

Kec Sukun Industri kecilPendidikanperumahan

Kec Kolojen perdagangan PendidikanPerhotelanperkantoran

Kec Lowokwaruperumahan PendidikanIndustri (kecil-

menengah)

khususnya yang berada di pusat-pusat kegiatan produksi masyarakat yang

dianggap cukup strategis di Kota Malang

Sejalan dengan semakin meningkatnya peran serta dunia usaha

dan masyarakat di dalam pelaksanaan pembangunan maka program-

program pembangunan Kota Malang perlu disusun dengan

mempertimbangkan keterlibatan mereka Upaya ini dimaksudkan agar

Pemerintah Kota Malang lebih mudah mengefektifkan potensi sarana

ekonomi dan mengarahkannya untuk kepentingan pembangunan yang lebih

konsisten efektif dan efisien serta berkelanjutan dalam menanggulangi

kemiskinan

Secara keseluruhan penduduk miskin di wilayah kota malang masih tersebar

merata di seluruh kecamatan Kecuali di kecamatan Lowokwaru sebagian besar di

kecamatan ini tidak ada potensi kemiskinan Hal tersebut dikarenakan banyaknya

industry pendidikan seperti UMM UNISMA UNIGA Brawijaya ITN UM dll Dengan

banyaknya perguruan tinggi di wilayah tersebut maka potensi perekonomian semakin

besar Tidak sedikit masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang makanan karena

untuk memnuhi kebutuhan para mahasiswa

Pada data dikatakan bahwa rata-rata pendapatan di kecamatan Lowokwaru

masih besar padahal menurut analisis spasial potensi terjadinya kemiskinan sangat

kecil Pada analisi ekonomi diindentifikasi bahwa banyak masyarakat yang

berpendapatan dibawah 400 ribu Hal tersebut terjadi pada masyarakat yang tinggal di

daerah pesisir sungai Masih banyak masyarakat yang tinggal di Daerah Aliran Sungai

tidak memiliki kesempatan kemampuan untuk bersaing dengan masyarakat yang tidak

tiggal di Daerah Aliran Sungai Di perkirakan masyarakat yang menempati DAS

merupakan masyarakat pendatang yang berurbanisasi dengan tidak membawa suatu

keahlian

Potensi kemiskinan terbesar dapat terjadi di Kecamatan Sukun Banyak

masyarakat di daerah ini yang memiliki pendapatan dibawah 400 ribu Jika kita

bandingkan dengan kecamatan Lowokwaru potensi kemiskinan di daerah kecamatan

Sukun tidak hanya terjadi di DAS namun juga pada masyarakat lainnya Banyak faktor

yang mengindikasikan potensi kemiskinan salah satu faktor utama adalah sulitnya

pemasaran dan persaingan yang ketat Meski kegiatan masyarakat di kecamatan

Lowokwaru dengan kecamatan Sukun relatif sama namun di kecamatan Lowokwaru

45

pemasaran barang dan jasa yang diproduksi tidak sesulit di kecamatan Sukun meski

ada persaingan

Hampir memeratanya potensi masyarakat miskin di kecamatan Sukun

menimbulkan dampak di kecamatan Kedungkandang terutama di perbatasan diantara

kedua kecamatan tersebut Menurut survey yang dilakukan memang sebagian besar

masyarakat miskin berpotensi di DAS Dapat dilihat di peta bahwa gambar merah

bersinggungan antara kedua kecamatan dan di kedua wilayah tersebut dialiri sungai

yang sama namun jika kita lihat kebawahnya warna kecamatan Kedungkandang mulai

ada yang Hijau Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat diluar DAS mempunyai

usaha yang berhubungan positif dengan pendapatan seperti pertanian

Berbeda halnya di kecamatan Klojen kecamatan ini merupakan pusat

pemerintahan kota Malang Banyak warga di kecamatan ini yang berprofesi sebagai

pegawai negeri sipil Memang masih terindikasi adanya kemiskinan di daerah tersebut

namun kemiskinan itu timbul karena mereka yang tidak mempunyai kesempatan dan

daya tawar diri mereka Kebanyakan yang tidak memiliki daya tawar diri yang tinggi

adalah mereka para pendatang yang tidak membawa keahlian kemudian mereka

tinggal di DAS dan berprofesi sebagai buruh tani buruh pabrik ataupun yang lainnya

yang tidak membutuhkan keahlian lebih

Bab V Kesimpulan dan Saran

Setelah melalui beberapa tahapan analisis dalam mengidentifikasi kemiskinan

perkotaan di beberapa wiayah Jawa Timur terdapat beberapa kesimpulan yaitu

1 Didapat bahwa sebaran penduduk miskin berkosentrasi pada daerah

sepanjang aliran sungai dan ada beberapa kota yang mengindikasikan

bahwa penduduk miskin berasal dari pendatang dari luar kota

2 Dalam penanggulangan kemiskinan pemerintah sudah banyak

mengeluarkan berbagai macam program pengentasan kemiskinan seperti

P2K P2KP BLT dll namun dalam aplikasinya banyak program yang belum

tepat sasaran

3 Ada beberapa karakteristik yang menarik dalam pengentasan kemiskinan

diantaranya bahwa dalam mengentaskan masyarakat miskin metode yang

46

diterapkan lebih kepada pembinaan keahlian dan mentalitas karena

seperti yang terdapat di kota malang masyarakat miskin dipicu dari

kebiasaan atau mentalitas dari masyarakat tersebut dalam kehidupan

sehari-hari Riset menemukan meskipun masyarakat miskin diberikan

bantuan uang seperti BLT namun bantuan tersebut tidak diperuntukkan

kepada pengembangan usaha namun habis untuk konsumsi begitu pula

dengan program ndash program pengentasan kemiskinan yang lainnya

Saran

Dalam pengentasan kemiskinan disarankan kepada pemerintah untuk mencari

data kemiskinan yang akurat dengan tujuan pemberian bantuan dalam rangka

pengentasan kemiskinan dapat terserap tepat pada masyarakat yang dituju Selain itu

untuk mengentaskan masyarakat yang bertipikal ldquokultur miskinrdquo harus banyak diberikan

pelatihan dan pembinaan mental

47

DAFTAR PUSTAKA

Blakely Edward J (1989) Planning Local Economic Development Theory and Practice Sage Library of Social Research 168 Sage Publication

BPS (1999) Perkembangan Tingkat Kemiskinan dan Beberapa Dimensi Sosial Ekonominya 1996-1999 Jakarta BPS

Budi Soeradji Mubyarto (1998) Gerakan Penanggulangan Kemiskinan Laporan

Penelitian di Daerah-Daerah Yogyakarta Aditya Media

Faisal Basri (2002) Perekonomian Indonesia Tantangan dan Harapan bagi Kebangkitan Indonesia Jakarta Erlangga

Fei J C H amp Gustav R (1964) Development Economics What Next In a Ranis G P Schulta (Ed) The State of Development Economics

Gunawan Sumodiningrat (1999) Penanggulangan Krisis Harus Memihak Rakyat Disampaikan pada konferensi pers untuk launcing The Economic and Social Survey of Asia and the Pacific 1999 (ESCAP) di UNIC Jakarta

Kuncoro M (2000) Ekonomi Pembangunan Teori Masalah dan Kebijakan (1st ed) Yogyakarta UPP AMP YKPN

Kuncoro M (2004) Otonomi dan Pembangunan Daerah Reformasi Perencanaan Strategi dan Peluang Jakarata Erlangga

Mellor J W (1976) The New Economies of Growth A Strategy for India and the Developing Countries Cornell Cornell University Press

Nurkse R (1953) Problem of Capital Formation in Underdeveloped Countries In Meier Gerald M Leading Issues in Economic Development edisi ke 6 Oxford University Press Oxford

Rintuh Cornelis amp Miar (2005) Kelembagaan dan Ekonomi Rakyat BPFE-UGM Yogyakarta

Sharp Ansel M Charles A Register and Paul W Cerimes (1996) Economics of Social Issues edisi ke 12 Richard D Chicago Irwin

Sumarto Sudarno (2002) ldquoGrowth Inequality and Poverty Evidence from Micro Datardquo Makala dalam The Young Economics Seminar Jakarta World Bank

48

Page 44: Makalah akp

keterangan

daerah masyarakat miskin perkotaan

daerah potensi terjadinya kemiskinan

tidak ada potensi terjadnya kemiskinan

Sejalan dengan maksud di atas Pemerintah Kota Malang masih

perlu melakukan kajian mendalam tentang pengembangan potensi wilayah

sebagai salah satu upaya untuk mendukung pemulihan ekonomi yang

bersifat jangka menengah Dukungan kajian ini dilakukan dengan menggali

lebih dalam potensi yang dimiliki setiap kawasan di wilayah Kota Malang

Dengan demikian Pemerintah Kota Malang dengan mudah dapat mengambil

langkah-langkah menumbuh kembangkan potensi sarana ekonomi daerah

44

Kec Blimbing Industri (kecil-

menengah)Pariwisata Pertanianperumahanperdagangan

Kec Kedungkandang Industri (kecil-

menengah)Pertanianperumahan

Kec Sukun Industri kecilPendidikanperumahan

Kec Kolojen perdagangan PendidikanPerhotelanperkantoran

Kec Lowokwaruperumahan PendidikanIndustri (kecil-

menengah)

khususnya yang berada di pusat-pusat kegiatan produksi masyarakat yang

dianggap cukup strategis di Kota Malang

Sejalan dengan semakin meningkatnya peran serta dunia usaha

dan masyarakat di dalam pelaksanaan pembangunan maka program-

program pembangunan Kota Malang perlu disusun dengan

mempertimbangkan keterlibatan mereka Upaya ini dimaksudkan agar

Pemerintah Kota Malang lebih mudah mengefektifkan potensi sarana

ekonomi dan mengarahkannya untuk kepentingan pembangunan yang lebih

konsisten efektif dan efisien serta berkelanjutan dalam menanggulangi

kemiskinan

Secara keseluruhan penduduk miskin di wilayah kota malang masih tersebar

merata di seluruh kecamatan Kecuali di kecamatan Lowokwaru sebagian besar di

kecamatan ini tidak ada potensi kemiskinan Hal tersebut dikarenakan banyaknya

industry pendidikan seperti UMM UNISMA UNIGA Brawijaya ITN UM dll Dengan

banyaknya perguruan tinggi di wilayah tersebut maka potensi perekonomian semakin

besar Tidak sedikit masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang makanan karena

untuk memnuhi kebutuhan para mahasiswa

Pada data dikatakan bahwa rata-rata pendapatan di kecamatan Lowokwaru

masih besar padahal menurut analisis spasial potensi terjadinya kemiskinan sangat

kecil Pada analisi ekonomi diindentifikasi bahwa banyak masyarakat yang

berpendapatan dibawah 400 ribu Hal tersebut terjadi pada masyarakat yang tinggal di

daerah pesisir sungai Masih banyak masyarakat yang tinggal di Daerah Aliran Sungai

tidak memiliki kesempatan kemampuan untuk bersaing dengan masyarakat yang tidak

tiggal di Daerah Aliran Sungai Di perkirakan masyarakat yang menempati DAS

merupakan masyarakat pendatang yang berurbanisasi dengan tidak membawa suatu

keahlian

Potensi kemiskinan terbesar dapat terjadi di Kecamatan Sukun Banyak

masyarakat di daerah ini yang memiliki pendapatan dibawah 400 ribu Jika kita

bandingkan dengan kecamatan Lowokwaru potensi kemiskinan di daerah kecamatan

Sukun tidak hanya terjadi di DAS namun juga pada masyarakat lainnya Banyak faktor

yang mengindikasikan potensi kemiskinan salah satu faktor utama adalah sulitnya

pemasaran dan persaingan yang ketat Meski kegiatan masyarakat di kecamatan

Lowokwaru dengan kecamatan Sukun relatif sama namun di kecamatan Lowokwaru

45

pemasaran barang dan jasa yang diproduksi tidak sesulit di kecamatan Sukun meski

ada persaingan

Hampir memeratanya potensi masyarakat miskin di kecamatan Sukun

menimbulkan dampak di kecamatan Kedungkandang terutama di perbatasan diantara

kedua kecamatan tersebut Menurut survey yang dilakukan memang sebagian besar

masyarakat miskin berpotensi di DAS Dapat dilihat di peta bahwa gambar merah

bersinggungan antara kedua kecamatan dan di kedua wilayah tersebut dialiri sungai

yang sama namun jika kita lihat kebawahnya warna kecamatan Kedungkandang mulai

ada yang Hijau Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat diluar DAS mempunyai

usaha yang berhubungan positif dengan pendapatan seperti pertanian

Berbeda halnya di kecamatan Klojen kecamatan ini merupakan pusat

pemerintahan kota Malang Banyak warga di kecamatan ini yang berprofesi sebagai

pegawai negeri sipil Memang masih terindikasi adanya kemiskinan di daerah tersebut

namun kemiskinan itu timbul karena mereka yang tidak mempunyai kesempatan dan

daya tawar diri mereka Kebanyakan yang tidak memiliki daya tawar diri yang tinggi

adalah mereka para pendatang yang tidak membawa keahlian kemudian mereka

tinggal di DAS dan berprofesi sebagai buruh tani buruh pabrik ataupun yang lainnya

yang tidak membutuhkan keahlian lebih

Bab V Kesimpulan dan Saran

Setelah melalui beberapa tahapan analisis dalam mengidentifikasi kemiskinan

perkotaan di beberapa wiayah Jawa Timur terdapat beberapa kesimpulan yaitu

1 Didapat bahwa sebaran penduduk miskin berkosentrasi pada daerah

sepanjang aliran sungai dan ada beberapa kota yang mengindikasikan

bahwa penduduk miskin berasal dari pendatang dari luar kota

2 Dalam penanggulangan kemiskinan pemerintah sudah banyak

mengeluarkan berbagai macam program pengentasan kemiskinan seperti

P2K P2KP BLT dll namun dalam aplikasinya banyak program yang belum

tepat sasaran

3 Ada beberapa karakteristik yang menarik dalam pengentasan kemiskinan

diantaranya bahwa dalam mengentaskan masyarakat miskin metode yang

46

diterapkan lebih kepada pembinaan keahlian dan mentalitas karena

seperti yang terdapat di kota malang masyarakat miskin dipicu dari

kebiasaan atau mentalitas dari masyarakat tersebut dalam kehidupan

sehari-hari Riset menemukan meskipun masyarakat miskin diberikan

bantuan uang seperti BLT namun bantuan tersebut tidak diperuntukkan

kepada pengembangan usaha namun habis untuk konsumsi begitu pula

dengan program ndash program pengentasan kemiskinan yang lainnya

Saran

Dalam pengentasan kemiskinan disarankan kepada pemerintah untuk mencari

data kemiskinan yang akurat dengan tujuan pemberian bantuan dalam rangka

pengentasan kemiskinan dapat terserap tepat pada masyarakat yang dituju Selain itu

untuk mengentaskan masyarakat yang bertipikal ldquokultur miskinrdquo harus banyak diberikan

pelatihan dan pembinaan mental

47

DAFTAR PUSTAKA

Blakely Edward J (1989) Planning Local Economic Development Theory and Practice Sage Library of Social Research 168 Sage Publication

BPS (1999) Perkembangan Tingkat Kemiskinan dan Beberapa Dimensi Sosial Ekonominya 1996-1999 Jakarta BPS

Budi Soeradji Mubyarto (1998) Gerakan Penanggulangan Kemiskinan Laporan

Penelitian di Daerah-Daerah Yogyakarta Aditya Media

Faisal Basri (2002) Perekonomian Indonesia Tantangan dan Harapan bagi Kebangkitan Indonesia Jakarta Erlangga

Fei J C H amp Gustav R (1964) Development Economics What Next In a Ranis G P Schulta (Ed) The State of Development Economics

Gunawan Sumodiningrat (1999) Penanggulangan Krisis Harus Memihak Rakyat Disampaikan pada konferensi pers untuk launcing The Economic and Social Survey of Asia and the Pacific 1999 (ESCAP) di UNIC Jakarta

Kuncoro M (2000) Ekonomi Pembangunan Teori Masalah dan Kebijakan (1st ed) Yogyakarta UPP AMP YKPN

Kuncoro M (2004) Otonomi dan Pembangunan Daerah Reformasi Perencanaan Strategi dan Peluang Jakarata Erlangga

Mellor J W (1976) The New Economies of Growth A Strategy for India and the Developing Countries Cornell Cornell University Press

Nurkse R (1953) Problem of Capital Formation in Underdeveloped Countries In Meier Gerald M Leading Issues in Economic Development edisi ke 6 Oxford University Press Oxford

Rintuh Cornelis amp Miar (2005) Kelembagaan dan Ekonomi Rakyat BPFE-UGM Yogyakarta

Sharp Ansel M Charles A Register and Paul W Cerimes (1996) Economics of Social Issues edisi ke 12 Richard D Chicago Irwin

Sumarto Sudarno (2002) ldquoGrowth Inequality and Poverty Evidence from Micro Datardquo Makala dalam The Young Economics Seminar Jakarta World Bank

48

Page 45: Makalah akp

khususnya yang berada di pusat-pusat kegiatan produksi masyarakat yang

dianggap cukup strategis di Kota Malang

Sejalan dengan semakin meningkatnya peran serta dunia usaha

dan masyarakat di dalam pelaksanaan pembangunan maka program-

program pembangunan Kota Malang perlu disusun dengan

mempertimbangkan keterlibatan mereka Upaya ini dimaksudkan agar

Pemerintah Kota Malang lebih mudah mengefektifkan potensi sarana

ekonomi dan mengarahkannya untuk kepentingan pembangunan yang lebih

konsisten efektif dan efisien serta berkelanjutan dalam menanggulangi

kemiskinan

Secara keseluruhan penduduk miskin di wilayah kota malang masih tersebar

merata di seluruh kecamatan Kecuali di kecamatan Lowokwaru sebagian besar di

kecamatan ini tidak ada potensi kemiskinan Hal tersebut dikarenakan banyaknya

industry pendidikan seperti UMM UNISMA UNIGA Brawijaya ITN UM dll Dengan

banyaknya perguruan tinggi di wilayah tersebut maka potensi perekonomian semakin

besar Tidak sedikit masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang makanan karena

untuk memnuhi kebutuhan para mahasiswa

Pada data dikatakan bahwa rata-rata pendapatan di kecamatan Lowokwaru

masih besar padahal menurut analisis spasial potensi terjadinya kemiskinan sangat

kecil Pada analisi ekonomi diindentifikasi bahwa banyak masyarakat yang

berpendapatan dibawah 400 ribu Hal tersebut terjadi pada masyarakat yang tinggal di

daerah pesisir sungai Masih banyak masyarakat yang tinggal di Daerah Aliran Sungai

tidak memiliki kesempatan kemampuan untuk bersaing dengan masyarakat yang tidak

tiggal di Daerah Aliran Sungai Di perkirakan masyarakat yang menempati DAS

merupakan masyarakat pendatang yang berurbanisasi dengan tidak membawa suatu

keahlian

Potensi kemiskinan terbesar dapat terjadi di Kecamatan Sukun Banyak

masyarakat di daerah ini yang memiliki pendapatan dibawah 400 ribu Jika kita

bandingkan dengan kecamatan Lowokwaru potensi kemiskinan di daerah kecamatan

Sukun tidak hanya terjadi di DAS namun juga pada masyarakat lainnya Banyak faktor

yang mengindikasikan potensi kemiskinan salah satu faktor utama adalah sulitnya

pemasaran dan persaingan yang ketat Meski kegiatan masyarakat di kecamatan

Lowokwaru dengan kecamatan Sukun relatif sama namun di kecamatan Lowokwaru

45

pemasaran barang dan jasa yang diproduksi tidak sesulit di kecamatan Sukun meski

ada persaingan

Hampir memeratanya potensi masyarakat miskin di kecamatan Sukun

menimbulkan dampak di kecamatan Kedungkandang terutama di perbatasan diantara

kedua kecamatan tersebut Menurut survey yang dilakukan memang sebagian besar

masyarakat miskin berpotensi di DAS Dapat dilihat di peta bahwa gambar merah

bersinggungan antara kedua kecamatan dan di kedua wilayah tersebut dialiri sungai

yang sama namun jika kita lihat kebawahnya warna kecamatan Kedungkandang mulai

ada yang Hijau Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat diluar DAS mempunyai

usaha yang berhubungan positif dengan pendapatan seperti pertanian

Berbeda halnya di kecamatan Klojen kecamatan ini merupakan pusat

pemerintahan kota Malang Banyak warga di kecamatan ini yang berprofesi sebagai

pegawai negeri sipil Memang masih terindikasi adanya kemiskinan di daerah tersebut

namun kemiskinan itu timbul karena mereka yang tidak mempunyai kesempatan dan

daya tawar diri mereka Kebanyakan yang tidak memiliki daya tawar diri yang tinggi

adalah mereka para pendatang yang tidak membawa keahlian kemudian mereka

tinggal di DAS dan berprofesi sebagai buruh tani buruh pabrik ataupun yang lainnya

yang tidak membutuhkan keahlian lebih

Bab V Kesimpulan dan Saran

Setelah melalui beberapa tahapan analisis dalam mengidentifikasi kemiskinan

perkotaan di beberapa wiayah Jawa Timur terdapat beberapa kesimpulan yaitu

1 Didapat bahwa sebaran penduduk miskin berkosentrasi pada daerah

sepanjang aliran sungai dan ada beberapa kota yang mengindikasikan

bahwa penduduk miskin berasal dari pendatang dari luar kota

2 Dalam penanggulangan kemiskinan pemerintah sudah banyak

mengeluarkan berbagai macam program pengentasan kemiskinan seperti

P2K P2KP BLT dll namun dalam aplikasinya banyak program yang belum

tepat sasaran

3 Ada beberapa karakteristik yang menarik dalam pengentasan kemiskinan

diantaranya bahwa dalam mengentaskan masyarakat miskin metode yang

46

diterapkan lebih kepada pembinaan keahlian dan mentalitas karena

seperti yang terdapat di kota malang masyarakat miskin dipicu dari

kebiasaan atau mentalitas dari masyarakat tersebut dalam kehidupan

sehari-hari Riset menemukan meskipun masyarakat miskin diberikan

bantuan uang seperti BLT namun bantuan tersebut tidak diperuntukkan

kepada pengembangan usaha namun habis untuk konsumsi begitu pula

dengan program ndash program pengentasan kemiskinan yang lainnya

Saran

Dalam pengentasan kemiskinan disarankan kepada pemerintah untuk mencari

data kemiskinan yang akurat dengan tujuan pemberian bantuan dalam rangka

pengentasan kemiskinan dapat terserap tepat pada masyarakat yang dituju Selain itu

untuk mengentaskan masyarakat yang bertipikal ldquokultur miskinrdquo harus banyak diberikan

pelatihan dan pembinaan mental

47

DAFTAR PUSTAKA

Blakely Edward J (1989) Planning Local Economic Development Theory and Practice Sage Library of Social Research 168 Sage Publication

BPS (1999) Perkembangan Tingkat Kemiskinan dan Beberapa Dimensi Sosial Ekonominya 1996-1999 Jakarta BPS

Budi Soeradji Mubyarto (1998) Gerakan Penanggulangan Kemiskinan Laporan

Penelitian di Daerah-Daerah Yogyakarta Aditya Media

Faisal Basri (2002) Perekonomian Indonesia Tantangan dan Harapan bagi Kebangkitan Indonesia Jakarta Erlangga

Fei J C H amp Gustav R (1964) Development Economics What Next In a Ranis G P Schulta (Ed) The State of Development Economics

Gunawan Sumodiningrat (1999) Penanggulangan Krisis Harus Memihak Rakyat Disampaikan pada konferensi pers untuk launcing The Economic and Social Survey of Asia and the Pacific 1999 (ESCAP) di UNIC Jakarta

Kuncoro M (2000) Ekonomi Pembangunan Teori Masalah dan Kebijakan (1st ed) Yogyakarta UPP AMP YKPN

Kuncoro M (2004) Otonomi dan Pembangunan Daerah Reformasi Perencanaan Strategi dan Peluang Jakarata Erlangga

Mellor J W (1976) The New Economies of Growth A Strategy for India and the Developing Countries Cornell Cornell University Press

Nurkse R (1953) Problem of Capital Formation in Underdeveloped Countries In Meier Gerald M Leading Issues in Economic Development edisi ke 6 Oxford University Press Oxford

Rintuh Cornelis amp Miar (2005) Kelembagaan dan Ekonomi Rakyat BPFE-UGM Yogyakarta

Sharp Ansel M Charles A Register and Paul W Cerimes (1996) Economics of Social Issues edisi ke 12 Richard D Chicago Irwin

Sumarto Sudarno (2002) ldquoGrowth Inequality and Poverty Evidence from Micro Datardquo Makala dalam The Young Economics Seminar Jakarta World Bank

48

Page 46: Makalah akp

pemasaran barang dan jasa yang diproduksi tidak sesulit di kecamatan Sukun meski

ada persaingan

Hampir memeratanya potensi masyarakat miskin di kecamatan Sukun

menimbulkan dampak di kecamatan Kedungkandang terutama di perbatasan diantara

kedua kecamatan tersebut Menurut survey yang dilakukan memang sebagian besar

masyarakat miskin berpotensi di DAS Dapat dilihat di peta bahwa gambar merah

bersinggungan antara kedua kecamatan dan di kedua wilayah tersebut dialiri sungai

yang sama namun jika kita lihat kebawahnya warna kecamatan Kedungkandang mulai

ada yang Hijau Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat diluar DAS mempunyai

usaha yang berhubungan positif dengan pendapatan seperti pertanian

Berbeda halnya di kecamatan Klojen kecamatan ini merupakan pusat

pemerintahan kota Malang Banyak warga di kecamatan ini yang berprofesi sebagai

pegawai negeri sipil Memang masih terindikasi adanya kemiskinan di daerah tersebut

namun kemiskinan itu timbul karena mereka yang tidak mempunyai kesempatan dan

daya tawar diri mereka Kebanyakan yang tidak memiliki daya tawar diri yang tinggi

adalah mereka para pendatang yang tidak membawa keahlian kemudian mereka

tinggal di DAS dan berprofesi sebagai buruh tani buruh pabrik ataupun yang lainnya

yang tidak membutuhkan keahlian lebih

Bab V Kesimpulan dan Saran

Setelah melalui beberapa tahapan analisis dalam mengidentifikasi kemiskinan

perkotaan di beberapa wiayah Jawa Timur terdapat beberapa kesimpulan yaitu

1 Didapat bahwa sebaran penduduk miskin berkosentrasi pada daerah

sepanjang aliran sungai dan ada beberapa kota yang mengindikasikan

bahwa penduduk miskin berasal dari pendatang dari luar kota

2 Dalam penanggulangan kemiskinan pemerintah sudah banyak

mengeluarkan berbagai macam program pengentasan kemiskinan seperti

P2K P2KP BLT dll namun dalam aplikasinya banyak program yang belum

tepat sasaran

3 Ada beberapa karakteristik yang menarik dalam pengentasan kemiskinan

diantaranya bahwa dalam mengentaskan masyarakat miskin metode yang

46

diterapkan lebih kepada pembinaan keahlian dan mentalitas karena

seperti yang terdapat di kota malang masyarakat miskin dipicu dari

kebiasaan atau mentalitas dari masyarakat tersebut dalam kehidupan

sehari-hari Riset menemukan meskipun masyarakat miskin diberikan

bantuan uang seperti BLT namun bantuan tersebut tidak diperuntukkan

kepada pengembangan usaha namun habis untuk konsumsi begitu pula

dengan program ndash program pengentasan kemiskinan yang lainnya

Saran

Dalam pengentasan kemiskinan disarankan kepada pemerintah untuk mencari

data kemiskinan yang akurat dengan tujuan pemberian bantuan dalam rangka

pengentasan kemiskinan dapat terserap tepat pada masyarakat yang dituju Selain itu

untuk mengentaskan masyarakat yang bertipikal ldquokultur miskinrdquo harus banyak diberikan

pelatihan dan pembinaan mental

47

DAFTAR PUSTAKA

Blakely Edward J (1989) Planning Local Economic Development Theory and Practice Sage Library of Social Research 168 Sage Publication

BPS (1999) Perkembangan Tingkat Kemiskinan dan Beberapa Dimensi Sosial Ekonominya 1996-1999 Jakarta BPS

Budi Soeradji Mubyarto (1998) Gerakan Penanggulangan Kemiskinan Laporan

Penelitian di Daerah-Daerah Yogyakarta Aditya Media

Faisal Basri (2002) Perekonomian Indonesia Tantangan dan Harapan bagi Kebangkitan Indonesia Jakarta Erlangga

Fei J C H amp Gustav R (1964) Development Economics What Next In a Ranis G P Schulta (Ed) The State of Development Economics

Gunawan Sumodiningrat (1999) Penanggulangan Krisis Harus Memihak Rakyat Disampaikan pada konferensi pers untuk launcing The Economic and Social Survey of Asia and the Pacific 1999 (ESCAP) di UNIC Jakarta

Kuncoro M (2000) Ekonomi Pembangunan Teori Masalah dan Kebijakan (1st ed) Yogyakarta UPP AMP YKPN

Kuncoro M (2004) Otonomi dan Pembangunan Daerah Reformasi Perencanaan Strategi dan Peluang Jakarata Erlangga

Mellor J W (1976) The New Economies of Growth A Strategy for India and the Developing Countries Cornell Cornell University Press

Nurkse R (1953) Problem of Capital Formation in Underdeveloped Countries In Meier Gerald M Leading Issues in Economic Development edisi ke 6 Oxford University Press Oxford

Rintuh Cornelis amp Miar (2005) Kelembagaan dan Ekonomi Rakyat BPFE-UGM Yogyakarta

Sharp Ansel M Charles A Register and Paul W Cerimes (1996) Economics of Social Issues edisi ke 12 Richard D Chicago Irwin

Sumarto Sudarno (2002) ldquoGrowth Inequality and Poverty Evidence from Micro Datardquo Makala dalam The Young Economics Seminar Jakarta World Bank

48

Page 47: Makalah akp

diterapkan lebih kepada pembinaan keahlian dan mentalitas karena

seperti yang terdapat di kota malang masyarakat miskin dipicu dari

kebiasaan atau mentalitas dari masyarakat tersebut dalam kehidupan

sehari-hari Riset menemukan meskipun masyarakat miskin diberikan

bantuan uang seperti BLT namun bantuan tersebut tidak diperuntukkan

kepada pengembangan usaha namun habis untuk konsumsi begitu pula

dengan program ndash program pengentasan kemiskinan yang lainnya

Saran

Dalam pengentasan kemiskinan disarankan kepada pemerintah untuk mencari

data kemiskinan yang akurat dengan tujuan pemberian bantuan dalam rangka

pengentasan kemiskinan dapat terserap tepat pada masyarakat yang dituju Selain itu

untuk mengentaskan masyarakat yang bertipikal ldquokultur miskinrdquo harus banyak diberikan

pelatihan dan pembinaan mental

47

DAFTAR PUSTAKA

Blakely Edward J (1989) Planning Local Economic Development Theory and Practice Sage Library of Social Research 168 Sage Publication

BPS (1999) Perkembangan Tingkat Kemiskinan dan Beberapa Dimensi Sosial Ekonominya 1996-1999 Jakarta BPS

Budi Soeradji Mubyarto (1998) Gerakan Penanggulangan Kemiskinan Laporan

Penelitian di Daerah-Daerah Yogyakarta Aditya Media

Faisal Basri (2002) Perekonomian Indonesia Tantangan dan Harapan bagi Kebangkitan Indonesia Jakarta Erlangga

Fei J C H amp Gustav R (1964) Development Economics What Next In a Ranis G P Schulta (Ed) The State of Development Economics

Gunawan Sumodiningrat (1999) Penanggulangan Krisis Harus Memihak Rakyat Disampaikan pada konferensi pers untuk launcing The Economic and Social Survey of Asia and the Pacific 1999 (ESCAP) di UNIC Jakarta

Kuncoro M (2000) Ekonomi Pembangunan Teori Masalah dan Kebijakan (1st ed) Yogyakarta UPP AMP YKPN

Kuncoro M (2004) Otonomi dan Pembangunan Daerah Reformasi Perencanaan Strategi dan Peluang Jakarata Erlangga

Mellor J W (1976) The New Economies of Growth A Strategy for India and the Developing Countries Cornell Cornell University Press

Nurkse R (1953) Problem of Capital Formation in Underdeveloped Countries In Meier Gerald M Leading Issues in Economic Development edisi ke 6 Oxford University Press Oxford

Rintuh Cornelis amp Miar (2005) Kelembagaan dan Ekonomi Rakyat BPFE-UGM Yogyakarta

Sharp Ansel M Charles A Register and Paul W Cerimes (1996) Economics of Social Issues edisi ke 12 Richard D Chicago Irwin

Sumarto Sudarno (2002) ldquoGrowth Inequality and Poverty Evidence from Micro Datardquo Makala dalam The Young Economics Seminar Jakarta World Bank

48

Page 48: Makalah akp

DAFTAR PUSTAKA

Blakely Edward J (1989) Planning Local Economic Development Theory and Practice Sage Library of Social Research 168 Sage Publication

BPS (1999) Perkembangan Tingkat Kemiskinan dan Beberapa Dimensi Sosial Ekonominya 1996-1999 Jakarta BPS

Budi Soeradji Mubyarto (1998) Gerakan Penanggulangan Kemiskinan Laporan

Penelitian di Daerah-Daerah Yogyakarta Aditya Media

Faisal Basri (2002) Perekonomian Indonesia Tantangan dan Harapan bagi Kebangkitan Indonesia Jakarta Erlangga

Fei J C H amp Gustav R (1964) Development Economics What Next In a Ranis G P Schulta (Ed) The State of Development Economics

Gunawan Sumodiningrat (1999) Penanggulangan Krisis Harus Memihak Rakyat Disampaikan pada konferensi pers untuk launcing The Economic and Social Survey of Asia and the Pacific 1999 (ESCAP) di UNIC Jakarta

Kuncoro M (2000) Ekonomi Pembangunan Teori Masalah dan Kebijakan (1st ed) Yogyakarta UPP AMP YKPN

Kuncoro M (2004) Otonomi dan Pembangunan Daerah Reformasi Perencanaan Strategi dan Peluang Jakarata Erlangga

Mellor J W (1976) The New Economies of Growth A Strategy for India and the Developing Countries Cornell Cornell University Press

Nurkse R (1953) Problem of Capital Formation in Underdeveloped Countries In Meier Gerald M Leading Issues in Economic Development edisi ke 6 Oxford University Press Oxford

Rintuh Cornelis amp Miar (2005) Kelembagaan dan Ekonomi Rakyat BPFE-UGM Yogyakarta

Sharp Ansel M Charles A Register and Paul W Cerimes (1996) Economics of Social Issues edisi ke 12 Richard D Chicago Irwin

Sumarto Sudarno (2002) ldquoGrowth Inequality and Poverty Evidence from Micro Datardquo Makala dalam The Young Economics Seminar Jakarta World Bank

48