Makalah Ahlak Bernegara

25
MAKALAH INI DISUSUN SEBAGAI MAKALAH INDIVIDU,UNTUK MENAMBAH NILAI MATA KULIAH AKHLAK DOSEN PENGAMPU : Dr. Sangkot Sirait M.Ag DISUSUN OLEH: NAMA : RAHMAT IBRAHIM NIM : 10410117 KELAS : 1-PAI 5 JURUSAN : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS : TARBIYAH DAN KEGURUAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Transcript of Makalah Ahlak Bernegara

Page 1: Makalah Ahlak Bernegara

MAKALAH INI DISUSUN SEBAGAI MAKALAH INDIVIDU,UNTUK MENAMBAH NILAI MATA KULIAH AKHLAK

DOSEN PENGAMPU : Dr. Sangkot Sirait M.Ag

DISUSUN OLEH:

NAMA : RAHMAT IBRAHIM

NIM : 10410117

KELAS : 1-PAI 5

JURUSAN : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS : TARBIYAH DAN KEGURUAN

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA

Page 2: Makalah Ahlak Bernegara

2011

KATA PENGANTAR

Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Segala puji-pujian bagi Allah

pemelihara sekalian alam. Tak lupa shalawat serta salam senangtiasa tercurahkan pada junjungan

kita Nabi Muhammad SAW atas keluarganya, sahabat dan umatnya hingga akhir zaman. Puji

syukur kita panjantkan kehadirat Allah SWT yang telah mencurahkan rahmat, taufik, inayah

serta hidayahnya sehingga dapat menyelesaikan makalah Individu mata kuliah Akhlak ini

dengan baik tanpa suatu halangan apapun. Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada:

1. Dr. Sangkot Sirait, M.Ag selaku dosen pengampu mata kuliah Akhlak.

2. Teman-teman yang telah membantu dan mendukung hingga selesainya makalah Akhlak ini

Kami juga berharap, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca khususnya bagi

sahabat-sahabat mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta dan mudah-

mudahan dapat dijadikan sarana untuk meningkatkan keberhasilan belajar pada masa yang akan

datang.“Tiada gading yang tak retak, tiada kesempurnaan kecuali hanya milik Allah semata”.

Dengan senang hati, penulis menanti kritik dan saran yang sifatnya membangun demi perbaikan

makalah ini.Akhir kata, semoga rahmat Allah SWT dan berkah-Nya senangtiasa tercurahkan

kepada kita semua.Amiin.

Yogyakarta, Februari 2011

Penulis

Page 3: Makalah Ahlak Bernegara

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………..

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………....

BAB I :PENDAHULUAN

LATARBELAKANG……………..……………………………………………………….

RUMUSAN MASALAH………….………………………………………………………

MANFAAT DAN TUJUAN……………………………………………………………...

BAB II: PEMBAHASAN

PENTINGNYA MUSYAWARAH DALAM NEGARA………………………...………

MENEGAKKAN KEADILAN…………………………………………………………..

HUBUNGAN PEMIMPIN DENGAN YANG DIPIMPIN……………………………...

BAB III: PENUTUP

KESIMPULAN…………………………………………………………………………..

SARAN…………………………………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………..…………

Page 4: Makalah Ahlak Bernegara

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Selama ini Rasulullah SAW lebih banyak diteladani pada sisi pribadi beliau sebagai individu.

Sementara akhlak atau tuntunan beliau untuk menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara

dengan aturan Islam, tidak sering dibahas. Dalam setiap peringatan Maulid Nabi SAW, kita

sering mendengar berbagai seruan untuk meneladani akhlak Rasulullah. Dari mulai musholah

kecil di pinggir kampung hingga istana negara di ibukota negara menyerukan hal yang sama

pula. Namun yang diserukan masihlah terbatas untuk meneladani akhlak Rasulullah sebagai

pribadi atau dalam kapasitasnya sebagai pemimpin rumah tangga. Namun posisi beliau sebagai

pemimpin negara/kepala pemerintahan yang menerapkan syariat Islam secara total dalam

kehidupan masyarakat, justru jarang disinggung. Padahal dalam separuh episode kerasulannya,

beliau mencontohkan dan mempraktekkan bagaimana memimpin sebuah negara dengan aturan

Islam. Apakah perilaku Rasulullah pemimpin negara Madinah tidak perlu diteladani? Tentu

tidak, kita harus mengambil yang dicontohkan oleh Rasulullah untuk kita teladani. Dan sudah

selayaknya bagi kaum muslimin untuk lebih total meneladani Rasulullah. Meneladani bagaimana

Rasulullah menjalani kehidupan pribadi, bermasyarakat dan bernegara dengan aturan Islam. Dan

bagi para penguasa dan calon pemimpin negeri ini, janganlah menyampaikan akhlak Rasul hanya

sebagai alat kampanye untuk meraup massa saja. Tapi contohlah dengan penuh kesungguhan

bagaimana Rasulullah memimpin untuk memimpin bangsa ini. Yang terjadi saat ini justru para

penguasa tetap menjalankan hukum-hukum yang bersumber dari ideologi kapitalisme, dan

sebaliknya enggan menerapkan hukum-hukum Islam. Di sejumlah negeri Islam, para penguasa

muslim justru berusaha keras memerangi siapa saja yang berjuang untuk menerapkan syariah

Islam secara total dalam negara. Para penguasa ini layaknya Abu Lahab, paman Rasulullah yang

bergembira atas kelahiran Muhammad SAW. Namun pada akhirnya, dia menjadi orang yang

paling membenci, memusuhi dan selalu menghalang-halangi dakwah Nabi SAW yang berupaya

menyebarluaskan risalah Allah sekaligus menegakkan syariah-Nya.

Page 5: Makalah Ahlak Bernegara

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana cara Rasulullah dalam menyelesaikan persoalan negara

2. Bagaimana menegakkan keadilan dalam negara

3. Bagaimana hubungan pemimpin dengan yang dipimpin

4. Bagaimana perilaku Rasulullah dalam kehidupan sehari-hari dengan kedudukannya

sebagai pemimpin ummat

C. MANFAAT DAN TUJUAN

Dengan makalah ini kita dapat mengetahui bagaimana ahklak bernegara itu, dan bagaimana

rasulullah mencontohkannya, bagaimana meneggakan keadilan, serta bagaimana seharusnya

hubungan pemimpin dengan yang dipimpin seperti yang dicontohkan Rasulullah. Dan maksud

tujuan penulisan makalah individu ini guna untuk menambah nilai mata kuliah Akhlak.

Page 6: Makalah Ahlak Bernegara

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENTINGNYA MUSYAWARAH DALAM NEGARA

secara etimologis, musyawa rah (musyawarah) berasal dari kata syawara yang pada mulanya

bermakna mengeluarkan madu dari sarang lebah. Makna ini kemudian berkembang, sehingga

mencakup segala sesuatu yang dapat diambil atau dikeluarkan dari yang lain, termasuk pendapat.

Musyawarah dapat juga berarti mengatakan atau mengajukan sesuatu. Kata musyawarah pada

dasarnya hanya digunakan pada hal-hal yang baik, sejalan dengan makna dasarnya.1

Karena kata musyawarah adalah bentuk mashdar dari kata kerja syawara yang dari segi

jenisnya termasuk kata kerja mufa’alah (perbuatan yang dilakukan timbal balik), maka

musyawarah harus bersifat dialogis, bukan monologis. Semua anggota musyawarah bebas

mengeluarkan pendapatnya. Dengan kebebasan berdialog itulah diharapkan dapat diketahui

kelemahan pendapat yang dikemukakan, sehingga keputusan yang dihasilkan tidak lagi

mengandung kelemahan.

A. ARTI PENTING MUSYAWARAH

Musyawarah atau syura adalah sesuatu yang sangat penting guna menciptakan peraturan

didalam masyarakat manapun. Setiap negara maju yang menginginkan keamanan, ketentraman,

kebahagiaan dan kesuksesan bagi rakyatnya, tetap memegang prinsip musyawarah ini. Tidak

aneh jika islam sangat memperhatikan dasar musyawarah ini. Islam menanamkan salah satu surat

dalam Al-Qur’an dengan Asy-Syura, di dalamnya dibicarakan tentang sifat-sifat kaum

mukminin, antara lain, bahwa kehidupan mereka itu berdsarkan atas musyawarah, bahkan segala

urusan mereka diputuskan berdasarkan musyawarah diantara mereka. Sesuatu hal yang

menunjukan betapa pentingnya musyawarah adalah bahwa aat tentang musyawarah itu

dihubungkan dengan kewajiban sholat dan menjauhi perbuatan keji.2 Allah SWt berfirman :

1 M.Quraish Shihab, wawasan alqur’an, tafsir mau’dhui atas pelbagai persoalan Ummat (bandung, Mizan, 1996) hal. 469.2 Muhammad abdul kadir, hakekat sistem politik islam (Yogyakarta, 1987) . hlm 98-99.

Page 7: Makalah Ahlak Bernegara

Dan (bagi) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan- perbuatan keji, dan

apabila mereka marah mereka memberi maaf. Dan (bagi) orang-orang yang menerima

(mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan)

dengan musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang

kami berikan kepada mereka.(Q.S Asy-Syura 42:37-38)

Dalam ayat diatas, Syura’atau musyawarah sebagai sifat ketiga bagi masyarakat Islam

dituturkan sesudah Iman dan sholat. Menurut Taufik Asy-Syawi, hal ini memberi pengertian

bahwa musyawarah mempunyai martabat sesudah ibadah terpenting, yaitu sholat, sekaligus

memberikan pengertian bahwa Musyawarah merupan salah satu ibadah yang tingkatannya sama

dengan sholat Dan Zakat. Maka masyarakat mengabaikannya dianggap suatau masyarakat yang

tidak menetapi salah satu ibadah.3

B. LAPANGAN MUSYAWARAH

Berbeda dengan teori Demokrasi pada umumnya, di mana segala sesuatu bisa dan

harusdimusyawarahkan supaya terwujud kehendak mayoritas dalam rangka menegakkan

kedaulatan rakyat, maka isalam memberi batasan hal-hal apa saja yang boleh dimusyawarahkan.

Karena musyawarah adalah pendapat orang, maka apa-apa yang sudah ditetapkan ole nash

( Al-Qur’an dan As-Sunnah) tidak boleh dimusyawarahkan, sebab pendapat orang tidak boleh

mengungguli Wahyu ( Al-Qur’an dan As-Sunnah) jadi musyawarah Hanyalah terbatas pada hal

hal yang bersifat Ijtihadiyah. Para sahabat pun jika dimintakan pebdapat tentang suatu hal,

terlebih dahulu ereka menanyakannya kepada Rasulullah Saw, apakah masalah yang dibicarakan

telah diwahyukan oleh allah atau meruakan ijtihad Nabi, maka mereka mengemukakan pendapat.

C. TATACARA MUSYAWARAH

Tentang tatacara musyawarah serta keharusan mengikuti tatacara itu, tidak ada nash Al-

Qur’an dan As-Sunnah yang menerangkannya, juga tidak ada nas yang mengharuskan

ditetapkannya jumlah anggota majlis permusyawaratan dan cara menghadirkan para anggota.

Tatacara musyawarah yang dilakukan oleh Rasulullah ternyata sangat bervariasi ; (1) Kadang

kala seseorang memberikan pertimbangan kepada beliau, lalu beliau melihat pendapat itu benar,

maka beliau mengamalkannya. Seperti pendapat Al-Hubab ibn al-Mundzir tentang pemilihan

3 Taufik Asy-syawi, syura bukan demokrasi, terjemahan Djamaluddin Z.S (jakarta, gema insani press, 1997) . hlm. 68.

Page 8: Makalah Ahlak Bernegara

tempat yang strategis dalam perang Badar dan pendapat Salman al-Farisi tentang penggalian

parik pertahanan dalam perang Khandak; (2) Kadan-kadang beliau bermusyawarah dengan dua

atau tiga orang saja. Kebanyakan dengan Abubakar dan Umar; (3)kadang kala beliau

bermusyawarag denga seluruh massa dan melalui cara perwakilan, seperti yang terjadi setelah

perang Hunain tentang rampasan perang dan permohonan bantuan melalui utusan Hawazin.4

Dari beberapa peristiwa bervariasi diatas kita dapat menyimpulkan bahwa tatacara

musyawarah, anggota Musyawarah, bisa selalu berkembang sesuai dengan kebutuhan dan

perkembangan zaman, tetapi hakekat musyawarah harus selalu tegak ditengah masyarakat dan

negara.

Ada hal-hal yang harus dimusyawarahkan dengan seluruh ummat, baik langsung maupun

lewat perwakilan, dan ada hal-hal yang cukup dimusyawarahkan dengan pemimpin (ulil amri),

ulama, cendikiawan dan pihak-pihak yang berkompeten lainnya, tetapi tetap dan tidak boleh

tidak harus dengan semangat dan kejujuran , buka dengan semangat kepentingan dan

ketidakjujuran. Yang dicari dalam musyawarah adalah kebenaran, bukan kemenangan.

D. BEBERAPA SIKAP BERMUSYAWARAH

Supaya musyawarah berjalan dengan lancar dan penuh persahabatan, Allah berfirman ;

Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah Lembut terhadap mereka.

sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari

sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan

bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu Telah

membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai

orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.(Q.S Ali-Imran 3:159)

Allah SWT mengisyaratkan ada beberapa sikap yang harus dilakukan dalam bermusyawarah,

yaitu sikap lemah lembut, pemaaf dan memohon ampuna Allah SWT.

4 Muhammad Abdul kadir, hakekat sistem politik islam , Hlm.110.

Page 9: Makalah Ahlak Bernegara

1. Lemah lembut

Seseorang yang melakukan musyawarah, apalagi sebagai pemimpin, harus menghindari

tutr kata yang kasar serta sikap keras kepala, karena jika tidak, mitra musyawarah akan

bertebaran pergi.

2. Pemaaf

Setip orang yang bermusyawarah harus menyiapkan mental untuk selalu bersedia

memberi maaf. Karena mungkin saja ketika bermusyawarah terjadi perbedaan pendapat,

atau keluar kalimat-kalimat yang menyinggung pihak lain. Dan bila hal itu masuk

kedalam hati, akan mengeruhkan pikiran, bahkan boleh jadi akan mengubah musyawarah

menjadi pertengkaran.

3. Mohon ampunan Allah SWT

Untuk mencapai hasil yang terbaik ketika musyawarah, hbungan dengan tuhanpun harus

harmonis. Oleh sebab itu semua anggota musyawarah harus senantiasa selalu

membersihkan diri dengan cara memohon ampun kepada Allah SWT baik untuk diri

sendiri maupun untuk anggota musyawarah yang lainnya.5

B. MENEGAKKAN KEADILAN

Istilah keadilan berasal dari kata ‘adl (bahasa arab),yang mempunyai arti antara lain sama dan

seimbang. Dalam pengertian pertama, keadilan dapat diartikan sebagai membagi sama banyak,

atau meberikan hak yang sama kepada orang-orang atau kelompok dengan status yang sama.

Misalnya semua pegawai dengan kompetensi akademis dan pengalama kerja yang sama berhak

mendapatkan gaji dan tunjangan yang sama. Semua warga negara sekalipun dengan status sosial-

ekonomi-politik- yang berbeda –beda harus tetap mendapatkan perlakuan yang sama dimata

hukum.

Dalam pengertian kedua, keadilan dapat diartikan dengan memberikan hak seimbang

dengan kewajiban, atau memberi seseorang sesuai dengan kebutuhannya. Misalnya orang tua

yang adil akan membiayai pendidikan anak-anaknya sesuai dengan tingkat kebutuhan masing-

masing sekalipun secara normal masing-masing anak tidak mendapatkan jumlah yang sama.

Dalam hukum waris misalnya, anak laki-laki ditetapkan oleh Al-Qur’an (Q.S An-Nisa’ 4:11)

mendapatkan warisan dua kali bagian anak perempuan. Hal itu karena laki-laki setelah

5 M.Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an,Hlm.473-475

Page 10: Makalah Ahlak Bernegara

berkeluarga menanggung keluarga karena kewajiban menghidupi isteri dan anak-anaknya,

sementara anak perempuan setelah berkeluarga dibiayai oleh suaminya.

A. PERINTAH BERLAKU ADIL

Di dalam Al-qur’an terdapat beberapa ayat yang memerintahkan supaya manusia berlaku adil

dalam menegakkan keadilan. Perintah itu ada yang bersifat umum ada yang bersifat khusus

dalam bidang-bidang tertentu. Yang bersifat umum misalnya :

Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan

Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu

dapat mengambil pelajaran.( Q.S An-Nahl 16:90)

Sedangkan yang bersifat khusus misalnya bersikap adil dalam menegakkan hukum (Q.S An-

Nisa’ 58); adil terhadap musuh (Q.S Al-maidah : 8) ; adil dalam rumah tangga (Q.S An-Nisa’: 3

dan 129); dan adil dalam berkata (Q.S Al-An’am : 152).

B. KEADILAN HUKUM

Islam mengajarkan bahwa semua semua orang mendapat perlakuan yang sama dan derajat

yang sama dalam hukum, tidak ada diskriminasi hukum karena perbedaan hukum, status sosial,

ekonomi, politik dan lain sebagainya. Allah menegaskan :

Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak

menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya

kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-

baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha Melihat.( Q.S

An-Nissa ; 58).

Keadilan hukum harus ditegakkan walau terhadap diri sendiri, atau terhadap keluarga dan

orang-orang yang dicintai. Tatkala seorang sahabat yang dekat dengan Rasulullah saw meminta

Page 11: Makalah Ahlak Bernegara

‘’keistimewaan’’ hukum untuk seorang wanita bangsawan yang mencuri, Rasulullah menolaknya

dengan tegas :

‘’apakah anda hendak meminta keistimewaan dalam pelaksanaan hukum allah? Sesungguhnya

kehancuran ummat yang terdahulu karena mereka menghukum pencuri yang lemah, dan

membiarkan pencuri yang elit. Demi allah yang memelihara jiwa saya, kalaulah Fatimah binti

Muhammad mencuri, pastilah aku sendiri yang akan memotong tangannya.’’ (H.R Ahmad,

Muslim dan Nasa’i)

C. KEADILAN DALAM SEGALA HAL

Disamping keadilan hukum, islam memerintahkan kepada ummat manusia, terutama

orang-orang yang beriman untuk bersifat adil dalam segala aspek kehidupan, baik terhadap

diri, dan keluarganya sendiri, apalagi kepada orang lain. Bahkan kepada musuh sekalipun

seorang musuh harus tetap berlaku adil. Mari kita perhatikan beberapa nash berikut ini:

-Adil terhadap diri sendiri

....

Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak

keadilan, menjadi saksi Karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan

kaum kerabatmu. jika ia Kaya ataupun miskin, Maka Allah lebih tahu kemaslahatannya.

Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu Karena ingin menyimpang dari kebenaran.

(Q.S An-Nisa’ 4:135)

-Adil terhadap isteri dan anak-anak

......

Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat.

Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, Maka (kawinilah) seorang saja.

(Q.S An-Nisa’ 4:3)

‘’Bertakwalah kepada Allah dan berlaku adillah diantara anak-anakmu.’’(H.R Muslim)

Page 12: Makalah Ahlak Bernegara

-Adil dalam mendamaikan perselisihan

Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah kamu

damaikan antara keduanya! tapi kalau yang satu melanggar perjanjian terhadap yang

lain, hendaklah yang melanggar perjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali pada

perintah Allah. kalau dia Telah surut, damaikanlah antara keduanya menurut keadilan,

dan hendaklah kamu berlaku adil; Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang

berlaku adil .(Q.A Al-Hujurat 49:9)

-Adil dalam berkata

dan apabila kamu berkata, Maka hendaklah kamu berlaku adil, kendatipun ia adalah

kerabat(mu) dan penuhilah janji Allah. yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu

agar kamu ingat.(Q.S Al-An’am 6:152)

-Adil terhadap musuh sekalipun

Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu

menegakkan (kebenaran) Karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-

kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil.

berlaku adillah, Karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada

Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.( Q.S Al-Maidah 5:8).

Tentu masih banyak nash Al-Qur’an dan Sunnah tentang keadilan dalam seluruh aspek

kehidupan, dan dari ayat-ayat diatas cukuplah kita dapat menyimpulkan bahwa Islam

mengingatkan keadilan yang komprehensif, yang mencakup kadilan politik, ekonomi, sosial

dan lain-lainnya.

Page 13: Makalah Ahlak Bernegara

D. HUBUNGAN PEMIMPIN DENGAN YANG DIPIMPIN

Al-Qur’an menjelaskan bahwa Allah SWT adalah pemimpin bagi orang-orang yang beriman

:

Allah peminpin orang-orang yang beriman; dia mengeluarkan mereka dari kegelapan

(kekafiran) kepada cahaya (iman). dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya

ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran).

mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. (Q.S Al-Baqarah 2:257).

Azh-Zhulumat (kegelapan) dalam ayat diatas adalah simbol segala kekufuran, kemusyrikan,

kefasikan dan kemaksiyatan. Atau dalam bahasa sekarang Azh-zhulumat adalah bermacam-

macam ideologi atau isme-isme yang bertentangan dengan ajaran islam seperti komunisme,

sosialisme, kapitalisme, liberalisme, materialisme, hedonisme dan lain sebagainya. Sedangkan

An-nur adalah simbol dari kehidupan, keimanan, ketaatan dan segala kebaikan lainnya.

At-thaghut adalah sesuatu yang disembah (dipertuhan) selain dari Allah swt dan dia suka

dipertuhan tersebut. Menurut Sayyid kutub, adalah sesuatu yang menentang da melanggar batas

yang telah digariskan oleh Allah swt kepada hamba-hambanya. Dan dia berbentuk pandangan

hidup, peradaban dan lain-lain yang tidak berlandaskan ajaran Allah SWT.

Secara operasional kepemimpinan Allah SWT itu dilaksanakan oleh Rasul SAW, dan

sepeninggalan beliau kepemimpinan itu diteruskan oleh orang-orang yang beriman. Hal itu

dinyatakan didalam Al-Qur’an :

Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman,

yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah). (Q.S

Al-Maidah 5:55).

A. KRITERIA PEMIMPIN

Page 14: Makalah Ahlak Bernegara

Pemimpin ummat atau dalam ayat diatas diistilahkan dengan waliy dan dalam ayat lain (Q.S

An-Nisa’ 4:59) disebut dengan ulil amri adalah penerus kepemimpinan Rasulullah SAW setelah

beliau meninggal dunia. Sebagai Nabi dan Rasul, nabi Muhammad Saw tidak bisa digantikan,

tapi sebagai kepala negara, pemimpin ummat, ulil amri tugas beliau dapat digantikan.

Orang-orang yang dapat dipilih menggantikan beliau sebagai pemimpin minimal harus

memenuhi empat kriteria sebagaimana dijelaskan dalam surat Al-Maidah ayat 55 diatas.

1. Beriman kepada Allah Swt

Karena ulil amri adalah penerus kepemimpinan Rasulullah Saw, sedangkan Rasul sendiri

adalah pelaksana kepemimpinan Allah Swt, maka tentu saja yang pertama sekali harus

dimiliki adalah keimanan (iman kepada Allah Swt,kepada Rasulullah dan rukun iman

yang lainnya). Tanpa keimanan kepada Allah Swt dan Rasulnya bagaimana mungkin dia

dapat diharapkan memimpin ummat menempuh jalan Allah Swt diatas permukaan bumi

ini.

2. Mendirikan Sholat

Sholat adalah ibadah vertikal langsung kepada Allah Swt. Seorang pemimpin yang

mendirikan sholat diharapkan memiliki hubungan yang baik dengan Allah Swt.

Diharapkan nilai-nilai kemulian dan kebaikan yang terdapat dalam sholat dapat tercermin

dalam kepemimpinannya. Misalnya nilai Kejujuran.

3. Membayarkan Zakat

Zakat adalah ibadah Mahdhah yang merupakan simbol kesuciaan dan kepedulian sosial.

Seorang pemimpin yang bezakat diharapkan selalu mensucikan hati dan hartanya. Dia

tidak akan mencari dan menikmati harta dari jalan yang tidak halal( misalnya dengan

korupsi, kolusi dan nepotisme).dan lebih dari apada itu dia mempunyai kepedulian sosial

yang tinggi terhadap kaum dhu’afa’ dan mustadh’afin. Dia akan menjadi pembela orang-

orang yang lemah.

4. Selalu Tunduk Patuh Kepada Allah Swt

Dalam ayat diatas disebutkan pemimpin itu haruslah orang-orang yang selalu Ruku’.

Ruku’ adalah simbol kepatuhan secara mutlak kepada Allah dan Rasulnya, yang secara

kongkret dimanifestasikan dengan menjadi seorang muslim yang kafah(total), baik dalam

aspek akidah, ibadah, akhlak maupun mu’amalat.

Page 15: Makalah Ahlak Bernegara

B. KEPATUHAN KEPADA PEMIMPIN

Kepemimpinan Allah Swt dan Rasulnya adalah kepemimpinan yang mutlak diikuti dan

dipatuhi. Sedangkan kepemimpinan orang-orang yang beriman adalah kepemimpinan yang

nisbi(relatif). Kepatuhan kepadanya tergantungan dengan paling kurang dua faktor : (1) faktor

kualitas dan integritas pemimpin tersebut; (2) faktor arah dan corak kepemimpinannya. Kemana

ummat yang dipimpinnya akan dibawah, apakah untuk menegakkan Dinullah atau tidak.

Perbedaan kepatuhan itu telah di isyaratkan di dalam Firmannya:

....

Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (nya), dan ulil amri di antara

kamu.... (Q.S An-Nisa’ 4:59).

Perintah taat kepada Rasul disebutkan secara eksplisit seperti perintah taat kepada Allah,

sementara perintah taat kepada ulil amri hanya diikutkan kepada perintah sebelumnya. Artinya

kepatuhan kepada ulil amri itu sendiri tergantung kepatuhan Ulil amri itu kepada Allah dan

rasulnya.

Untuk hal-hal yang sudah diatur dan diterapkan oleh Al-Qur’an dan Al-Hadis, sikap

pemimpin dan yang dipimpin sudah jelas, harus sama-sama tunduk pada hukum Allah. Tetapi

dalam hal-hal yang bersifat ijtihadi, ditetapkan secara musyawarah dengan mekanisme yang

telah disepakati bersama. Akan tetapi, apabila terjadi perbedaan pendapat yang tidak dapat

disepakati antara pemimpin dan yang dipimpin, maka yang diikuti adalah pemimpin. Yang

dipimpin kemudian tidak boleh menolaknya dnegan alasan pendapatnya tidak dapat diterima.

C. PERSAUDARAAN PEMIMPIN DENGAN YANG DIPIMPIN

Sekalipun dalam struktur bernegara (dan juga pada level dibawahnya) ada hirarki

kepemimpinan yang mengharuskan ummat atau rakyat patuh pada pemimpinnya, tetapi dala

hubungan sehari-hari hubungan pemimpin dan yang dipimpintetaplah dilandaskan pada prinsip

ukhuwah-ukhuwah islamiyah, buka prinsip atasan dengan bawahan, atau majikan dengan buruh,,

tetapi prinsip sahabat dengan sahabat.demikianlah yang dicontohkan oleh Rasulullah Saw.

Page 16: Makalah Ahlak Bernegara

Kaum muslimin yang ada disekitar beliau waktu itu dipanggil dengan sebutan sahabat-

sahabat, suatu panggilan yang menunjukkan hubungan yang horisontal, sekalipun ada kewajiban

untuk patuh sepenunya kepada beliau sebagai seorang Nabi dan Rasul. Hubungan persaudaraan

seperi itu dalam praktiknya tidaklah melemahkan kepemimpinan Rasulullah saw, tetapi malah

semakin kokoh karena tidak hanya didasari hubungan formal, tetapi juga didasari dengan

hubungan hati yang penuh dengan kasih sayang.6

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dalam bernegara kita seharusnya bisa menjalankan aturan-aturan sebagaimana yang ditawarkan

oleh Rasulullah yaitu Akhlak bernegara seperti yang dicontohkan Rasulullah Saw dalam

kepemimpinannya. Dan salah satu yang diajarkan Rasul dalam bernegara, yaitu menyelesaikan

persoalan negara dengan Musyawarah guna untuk mendapatkan sebuah Mufakat, karena

persoalan negara tidak bisa hanya diselesaikan oleh individu, makanya dibutuhkan musyawarah.

6 Prof. Dr. H. Rachmat Jatnika : Etika berkuasa,.Hlm 73

Page 17: Makalah Ahlak Bernegara

Tapi perlu kita pahami dalam musyawarahpun ada aturan-aturan main yang harus dijalankan.

Yang kedua Dalam kepemimpinan disebuah negara dibutuhkan sebuah sifat adil, keadilan sangat

diperlukan karena dalam Al-Qur’an sendiri keadilan harus dijalankan dalam kepemimpinan

negara bahkan dalam kehidupan sehari-hari. Bukan hanya itu, bahkan terhadap musuhpun kita

dianjurkan untuk adil. Yang ketiga sebagai orang yang dipimpin, kita mau menjalankan apa saja

yang diperintahkan oleh pemimpin, selama apa yang diperintahkan tidak melanggar hukum

syariat.

B. SARAN

Mari kita siapkan diri untuk bersegera meneladani Rasulullah SAW secara total, dengan

menerapkan syariah Islam di seluruh aspek kehidupan bangsa ini secara total. Pilih pemimpin

yang memiliki tekad kuat untuk meneladani Rasulullah dalam setiap aspek kehidupan. Pilih

pemimpin yang hanya akan menerapkan aturan Islam secara total dalam bernegara.

DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. H. Yunahar Ilyas, Lc., M.A. 1999. Kuliah Akhlak. Yogyakarta : Pustaka pelajar offset

M. Quraish Shihab. 1996 . Wawasan Al-Qur’an,tafsir maudhu’I atas pelbagai persoalan ummat.

Bandung : Mizan.

Muhammad Abdul Kadir. 1987 . hakekat sistem politik islam. Yogyakarta : Pustaka Setia

Taufik Asy-Syawi. 1997 . Syura bukan demokrasi,terjemahan Djamaluddin Z.S. Jakarta : Gema

insani Press.

Prof. Dr. H. Rachmat Djatnika. 1996 . Etika Berkuasa. Jakarta : Pustaka Panjimas.

Page 18: Makalah Ahlak Bernegara