Makalah agrikultur

download Makalah agrikultur

of 6

Transcript of Makalah agrikultur

PendahuluanKeragaman jenis tanaman obat mulai dari jenis tanaman dataran rendah sampai tanaman dataran tinggi menuntut penyesuaian lingkungan untuk kegiatan budidaya tanaman tersebut. Setiap jenis tanaman obat membutuhkan kondisi lingkungan tertentu agar dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal (Dalimartha, 2005). Lingkungan pertumbuhan yang dimaksud meliputi iklim dan tanah. Beberapa unsur iklim seperti suhu, curah hujan dan penyinaran matahari secara langsung berpengaruh bagi pertumbuhan tanaman. Setiap tanaman obat membutuhkan suhu udara yang sesuai agar proses metabolisme dapat berjalan baik, sedangkan suhu tanah akan mempengaruhi proses perkecambahan benih. Suhu tanah yang terlalu rendah dapat menghambat proses perkecambahan, sedangkan suhu tanah yang terlalu tinggi dapat mematikan embrio yang terdapat pada biji (Dalimartha, 2005).Persiapan dan Pengolahan Tanah Lokasi penanaman penting diperhatikan karena berkaitan langsung dengan lingkungan tumbuh tanaman yaitu iklim dan kondisi lahan. Ketinggian tempat sangat mempengaruhi iklim setempat seperti suhu, curah hujan, kelembaban, penyinaran matahari, dan angin. Kemiringan lahan juga menentukan teknik pengolahan tanah dan teknik budidaya tanaman. Setiap jenis tanaman obat membutuhkan kondisi tanah tertentu agar dapat tumbuh dan berkembang optimal. Kondisi tanah yang harus diperhatikan meliputi kesuburan fisik tanah (struktur, tekstur, konsistensi, porositas, suhu tanah, aerase dan drainase tanah), kesuburan kimia (ketersediaan hara, kapasitas tukar kation, pH tanah), kesuburan biologi (aktivitas mikroorganisme tanah dan bahan organik tanah). Kesuburan tanah harus selalu dipertahankan. Setelah ditentukan lokasi penanaman dan jenis tanah yang sesuai untuk budidaya tanaman obat selanjutnya dapat dilakukan kegiatan persiapan dan pengolahan tanah. Persiapan dan pengolahan tanah bertujuan untuk (Hakim, dkk, 1986) : 1 Membuat kondisi fisik tanah menjadi lebih gembur, meningkatkan porositas tanah,memperbaiki aerase dan drainase tanah. 2 Membersihkan lahan dari gulma, semak, sisa-sisa tanaman, dan batu-batuan yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. 3 Pada areal penanaman yang terletak di lereng bukit atau pegunungan sebaiknya dibuat teras untuk mencegah erosi dan mempermudah pemeliharaan tanaman. Teknik persiapan dan pengolahan tanah ditentukan oleh jenis tanaman obat yang akan dibudidayakan dan kondisi awal lahan tersebut. Secara umum tahapan pengolahan tanah adalah (Hakim, dkk, 1986) : 1 Pembersihan lahan dari gulma, sisa-sisa tanaman, dan batu-batuan. 2 Pembajakan yaitu membalik tanah dengan menggunakan bajak atau traktor 3 Penggaruan yaitu menghancurkan gumpalan tanah yang besar sehingga menjadi lebih halus dan merata. Pada partikel tanah yang lebih kecil maka hubungan antara partikel tanah dengan akar tanaman akan lebih luas dan akar akan lebih mudah mendapatkan zat hara yang dibutuhkan. Tanah yang lebih porous akan membuat lingkungan perakaran yang lebih baik terutama untuk tanaman obat yang memiliki rhizome/rimpang dan tanaman obat berakar dangkal dan kecil. Kondisi fisik tanah yang baik juga akan meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah yang dapat membantu meningkatkan ketersediaan hara bagi tanaman dan mempercepat dekomposisi bahan organik. 4 Pembuatan bedengan. Beberapa jenis tanaman obat sebaiknya dibudidayakan pada bedengan-bedengan terutama untuk jenis tanaman semusim atau tanaman berbentuk perdu dan memiliki habitus kecil yang relatif tidak tahan air yang tergenang seperti pegagan, memiran, daun dewa, temu-temuan. Sedangkan untuk tanaman obat tahunan seperti kayu manis, mahkota dewa, kina, dan pala tidak membutuhkan bedengan untuk tempat tumbuhnya.Persiapan Bibit Persiapan bahan tanam dapat dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan persiapan dan pengolahan lahan. Bahkan pada beberapa jenis tanaman obat-obatan dibutuhkan waktu lebih lama untuk mempersiapkan bahan tanam karena pembibitan harus melalui beberapa tahapan. Perbanyakan tanaman dapat dilakukan secara generatif yaitu dengan biji dan secara vegetatif yaitu dengan cara stek, cangkok, okulasi, runduk, dan kultur jaringan. Sistem perbanyakan tanaman yang akan digunakan tergantung dari jenis tanaman, keterampilan pekerja, waktu yang dibutuhkan, dan biaya (Suhardi, 1986).Perbanyakan Generatif : Biji tanaman yang sebaiknya diperoleh dari tanaman induk yang pertumbuhannya sehat. Biji tersebut berasal dari buah yang benar-benar matang fisiologis, tidak cacat, tidak terdapat bekas serangan hama dan penyakit. Pada beberapa jenis tanaman obat biji perlu dipisahkan dari daging buah dengan cara tertentu sepertai pengupasan, pengeringan, dan perendaman. Sebaiknya biji segera dikecambahkan agar daya kecambahnya tidak menurun.Perbanyakan Vegetatif : 1. Setek Setek merupakan perlakuan pemisahan, pemotongan beberapa bagian tanaman (akar, batang, daun dan tunas) dengan tujuan agar bagian-bagian itu membentuk akar. Dengan dasar itu maka muncul istilah setek akar, setek cabang, setek daun, setek umbi, dan sebagainya.2. Cangkok Beberapa jenis tanaman obat terutama jenis tanaman tahunan yang memiliki batang berkayu dan berkambium dapat diperbanyak dengan cara mencangkok.3. Okulasi Cara perbanyakan tanaman dengan okulasi mempunyai kelebihan jika dibanding dengan setek dan cangkok karena bibit okulasi mempunyai mutu lebih baik dari induknya yaitu dengan memadukan sifat baik dari batang bawah dan mata entres. Untuk mengokulasi harus disediakan batang bawah yaitu pohon pangkal tempat menempelkan mata tunas.4. Tunas Perbanyakan dengan tunas banyak dilakukan untuk tanaman berumpun seperti kapulaga. Dari tunas yang ditanam kemudian akan tumbuh menjadi rumpun besar. Selanjutnya rumpun tersebut akan berbiak dan menghasilkan tunas-tunas baru.Penanaman Bibit yang akan ditanam di areal budidaya tanaman obat adalah bibit yang sudah diseleksi yaitu bibit yang sehat dan pertumbuhannya baik. Bibit yang disemaikan dengan menggunakan polibag dipindahkan ke lubang tanam dengan cara menyobek satu sisi polibeg, kemudian bibit dimasukkan ke lubang tanam yang telah disiapkan. Harus diusahakan agar media tanam yang melekat pada bibit tidak terpisah. Selanjutnya tanah galian lubang tanam dimasukkan kembali dan dipadatkan agar bibit dapat tumbuh dengan kokoh. Bibit yang baru ditanam disiram dengan air secukupnya. Sebaiknya pemindahan bibit ke lapangan dilakukan pada pagi atau sore hari (Suhardi, 1986).Pemeliharaan Pemeliharaan tanaman meliputi kegiatan pemupukan, penyiraman, penyiangan dan pembumbunan, serta pengendalian hama dan penyakit (Suhardi, 1986).Pemupukan Pupuk yang diberikan pada tanaman obat dapat berupa pupuk organik maupun anorganik. Sebaiknya pupuk yang digunakan dalam budidaya tanaman obat adalah pupuk organik, penggunaan pupuk anorganik dikhawatirkan dapat menimbulkan pengaruh yang kurang baik bagi kandungan/senyawa-senyawa berkhasiat obat yang ada pada tanaman. Pupuk organik yang dapat digunakan adalah berbagai jenis pupuk kandang dan kompos, yang harus diperhatikan pupuk organik yang digunakan harus benar-benar matang dan tidak mengandung bahan pencemar. Pupuk organik dapat diberikan dengan cara mencampurkannya pada lubang tanam pada saat penanaman atau mencampurkannya pada tanah di antara barisan tanaman atau areal di bawah tajuk tanaman (Suhardi, 1986).Penyiraman Pada awal penanaman dan musim kemarau penyiraman harus dilakukan dengan teratur. Kelembaban tanah harus selalu dijaga, sebaiknya penyiraman dilakukan dua kali sehari yaitu pagi dan sore hari. Pada musim hujan frekuensi penyiraman dapat dikurangi tergantung kondisi kelembaban tanah (Suhardi, 1986). Penyiangan dan Pembumbunan Penyiangan gulma harus dilakukan secara intensif untuk menghindarkan kompetisi antara gulma dengan tanaman obat yang dibudidayakan, yaitu persaingan dalam penyerapan unsur hara dan air, penerimaan cahaya matahari, dan gulma juga dapat menjadi tanaman inang bagi hama yang dapat menyerang tanaman obat yang dibudidayakan. Penurunan produksi akibat gulma cukup besar bisa lebih dari 50% (Djauhariya, 2004).Pembumbunan dapat dilaksanakan bersamaan dengan penyiangan gulma. Pembumbunan bertujuan untuk memperkokoh tanaman, menutup bagian tanaman di dalam tanah seperti rimpang atau umbi, memperbaiki aerase dan menggemburkan tanah sekitar perakaran, dan mendekatkan unsur hara dari tanah di sekitar tanaman. Pembumbunan dapat dilakukan dengan menggunakan cangkul atau koret Djauhariya, 2004).Pengendalian Hama dan Penyakit Pengendalianm hama dan penyakit dapat dilakukan secara mekanis, kultur teknis, dan kimia. Pengendalian secara mekanis adalah dengan cara menangkap hama yang menyerang tanaman atau membuang bagian tanaman yang terserang hama atau penyakit. Pengendalian secara kultur teknis antara dengan pengaturan kelembaban udara, pengaturan pelindung dan intensitas sinar matahari. Pengendalian secara kimia dengan menggunakan insektisida dan fungsida. Sebaiknya penggunaan insektisida dan fungisida pada budidaya tanaman obat dihindari, dikhawatirkan residu bahan kimia tersebut dapat mempengaruhi senyawa-senyawa berkhasiat obat pada tanaman. Apabila dibutuhkan dapat digunakan insektisida dan fungisida nabati (Novizan, 2002).

Daftar PustakaDalimartha, S. 2005. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 1. Trubus Agriwidya. Jakarta.Djauhariya, E. dan Hernani. 2004. Gulma Berkhasiat Obat. Penebar Swadaya. Jakarta.Hakim, N., M.Y. Nyakpa, A.M. Lubis, S.G. Nugroho, M.R. Saul, M.A. Diha, Go B.H, H.H. Bailey. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung.Novizan. 2002. Memuat dan Memanfaatkan Pestisida Ramah Lingkungan. Agromedia Pustaka. Jakarta.Suhardi. 1986. Dasar-Dasar Bercocok Tanam. Kanisius. Yogyakarta.Wijayakusuma, H., S. Dalimartha, dan A.S. Wirian. 1994. Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia Jilid 3. Pustaka Kartini. Jakarta.

Makalah Farmakognosi IIProduksi, Standarisasi dan Pengawasan Mutu(Produksi Agrikultur)

Oleh: Yeremias Ipit I21110004

PRODI FARMASIFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS TANJUNGPURAPONTIANAK2013