makalah agama ayuuuuk.doc

27
Mengurai Benang Merah Tradisi Ziarah Wali Senin, Mei 09, 2011 | Diposkan oleh Mantankyainu Peresensi : Lukman Santoso Az* Membludaknya jumlah peziarah ke makam wali dari tahun ke tahun, terutama ketika hari-hari tertentu, merupakan fenomena kehidupan yang unik sekaligus menarik untuk dicermati. Di tengah gempita dan glamournya modernitas, tradisi ‘wisata spiritual’ ini seakan menjadi seremonial tersendiri yang masih menjadi ritual yang sakral dan suci dalam perjalanan keberagamaan umat. Kondisi ini seakan membenarkan apa yang dikatakan Claude Guillot dan Henri Chambert-Loir (2007), bahwa makam wali adalah tempat pengungkapan perasaan religius yang bebas serta juga tempat memelihara ritus-ritus kuno. Jika amal sembahyang di masjid mencerminkan kesatuan dan keseragaman dunia Islam, maka amal ziarah ke makam wali mencerminkan keanekaragaman budaya yang tercakup dalam dunia Islam. Di Indonesia, tradisi ini masih sangat dipertahankan, terutama di Jawa, bahkan kegiatan ini menjadi agenda tersendiri dalam memenuhi

Transcript of makalah agama ayuuuuk.doc

Page 1: makalah agama ayuuuuk.doc

Mengurai Benang Merah Tradisi Ziarah Wali

Senin, Mei 09, 2011 | Diposkan oleh Mantankyainu

Peresensi : Lukman Santoso Az*

Membludaknya jumlah peziarah ke makam wali dari tahun ke tahun, terutama ketika hari-hari tertentu, merupakan fenomena kehidupan yang unik sekaligus menarik untuk dicermati. Di tengah gempita dan glamournya modernitas, tradisi ‘wisata spiritual’ ini seakan menjadi seremonial tersendiri yang masih menjadi ritual yang sakral dan suci dalam perjalanan keberagamaan umat.

Kondisi ini seakan membenarkan apa yang dikatakan Claude Guillot dan Henri Chambert-Loir (2007), bahwa makam wali adalah tempat pengungkapan perasaan religius yang bebas serta juga tempat memelihara ritus-ritus kuno. Jika amal sembahyang di masjid mencerminkan kesatuan dan keseragaman dunia Islam, maka amal ziarah ke makam wali mencerminkan keanekaragaman budaya yang tercakup dalam dunia Islam.

Di Indonesia, tradisi ini masih sangat dipertahankan, terutama di Jawa, bahkan kegiatan ini menjadi agenda tersendiri dalam memenuhi kegiatan keagamaan. Munculnya motif diluar tujuan utama ziarah, terlebih ketika sudah diiringi dengan praktik-praktik yang meniru tradisi pra-Islam, sehingga tak pelak timbul suatu pandangan syirik dalam fenomena ziarah ini. Terkadang antara syirik dan bukan dalam praktik ziarah sangatlah sulit dibedakan, karena hal ini berlangsung sebagai bentuk kesalehan umat. Maka yang menjadi pertanyaan kemudian adalah, sebenarnya apa yang menjadi latar belakang masyarakat bersikap demikian dan mengapa tradisi ini bisa bertahan sampai saat ini? Maka, dalam konteks inilah buku ini hadir.

Page 2: makalah agama ayuuuuk.doc

Buku yang ditulis Ruslan dan Arifin Suryo Nugroho ini berupaya memotret secara komprehensif ihwal fenomena dan tradisi ziarah ke makam wali; yakni seputar unsur-unsur mistik dibalik pensakralan wali, keistimewaan yang dimiliki wali, serta makna ziarah wali dalam konteks pewarisan sejarah. Secara lebih rigid, makam wali yang menjadi fokus pembahasan buku ini adalah para wali yang berperan menyebarkan Islam di Nusantara, yakni wali sanga (wali sembilan).

Selain itu, buku ini juga berupaya mengungkap bagaimana fenomena tradisi ziarah wali senantiasa merepresentasikan sintesa agama dan konteks kulturnya dalam panorama beragam, yang sekaligus bermuara menjadi sesuatu yang global dan universal, yakni pemaknaan orang suci (wali) dan jejak biografinya yang menjadi tempat suci.

Terlepas dari berbagai pro-kontra tradisi ziarah ke makam wali ini, diakui atau tidak, menurut penulis hal ini telah membawa ingatan pada segenap hubungan antara orang suci dan tempat suci dalam pemaknaan waktu dan ruangnya. Tak ada satu pun tempat suci yang dikultuskan dalam tradisi ritus agama-agama besar yang tidak berhubungan dengan peristiwa bersejarah dalam hidup orang-orang suci, sebut saja nabi dan rasul.

Karena itu, hampir disemua negeri Islam terdapat tempat-tempat keramat yang umumnya berupa makam-makam wali. Ini merupakan suatu kewajaran mengingat semasa hidupnya para wali merupakan orang-orang yang berperan dan berpengaruh dalam masyarakat, sehingga ziarah ke makamnya merupakan wujud bakti kepada para wali tersebut.

Apabila kita menelusuri "konsep kewalian" dan hubungannya dengan praktek ziarah, maka salah satu asumsi utama yang mendasari seluruh proses aktivitas ziarah ke makam para wali adalah berangkat dari sebuah pemahaman teologis tentang sosok wali. Pemahaman teologis ini berangkat dari kelompok keagamaan tertentu pada Islam, tarekat atau sufisme menempati posisi ini. Seperti diutarakan Muhammad Mahmud Abdul Alim (2003), bahwa kewalian adalah inti dari ajaran tasawuf.

Page 3: makalah agama ayuuuuk.doc

Menurut pemaparan penulis dalam buku ini, ada tiga hal yang menonjol pada diri wali, yakni karamah, barakah, dan syafa’at. Ketiga hal itu melekat dan menjadikan sosok wali sebagai tokoh keramat, baik ketika masih hidup maupun setelah meninggal, sehingga untuk mencari tiga hal itulah makamnya menjadi pusat ziarah.

Disamping tiga hal dominan pada diri wali tersebut, menurut penulis, juga terdapat tiga komponen penting yang disakralkan dan dipercaya membawa berkah. Komponen ini berbeda dengan yang lainya, karena ia memiliki aura yang berbeda pula. Ketiga komponen itu, adalah masjid sumur dan makam. Ramainya aktifitas peziarah di ketiga tempat ini kemudian menjadi medan budaya (cultural sphere). Pensakralan terhadap ketiga tempat ini, bagi sebagian masyarakat dipandang sebagai bentuk personifikasi atas penyebaran dan pelembagaan Islam yang dilakukan oleh para wali.

Hal ini seperti kita ketahui dalam realitas sejarah, bahwa semasa hidupnya wali juga berperan sebagai tokoh politik lokal, pemberian gelar daerah merupakan salah satu jawabannya. Sebagai "pejabat" lokal ini, para wali berusaha sekuat mungkin berdakwah dengan berbagai cara. Salah satunya adalah dengan mendirikan masjid sebagai pusat gerakan dakwah. Sebagai pelengkapnya juga dibuat sumur-sumur sebagai tempat mensucikan diri dan setelah wali itu meninggal, mereka kemudian dimakamkan disekitar wilayah sakral tersebut.

Sebagai orang yang diangggap keramat, maka semua benda dan tempat peninggalannya pun dipandang keramat, sehingga ketiga tempat tersebut membentuk trilogi untuk memperoleh berkah dari para wali tersebut. Dan dalam pelaksanaan ziarah, ketiga tempat ini sudah barang tentu menjadi paket utama kunjungan peziarah.

Akhirnya, sampai pada kesimpulan penting, bahwa adanya makam wali dengan para peziarah yang dari waktu ke waktu terus bertambah adalah pertemuan yang kerap menakjubkan tentang bagaimana tradisi dan identitas itu dimaknai. Tentu saja hal ini tanpa kemudian mengabaikan

Page 4: makalah agama ayuuuuk.doc

fenomena berikutnya, yakni ketika para peziarah hanya datang membawa kepentingan-kepentingan yang serba-pragmatis.

Maka, dengan nuansa kajian lokal yang mencangkup keseluruhan makam-makam wali utama (Wali Songo) yang representatif. Buku setebal 138 halaman ini penting kiranya untuk dikaji. Suguhan informasi dalam buku ini sangat menarik dan berguna, baik bagi kaum intelektual, peneliti, sejarawan, antropolog, maupun pelaku ziarah itu sendiri. Disamping suguhan foto-foto sentral disekitar ritus ziarah yang juga menambah lengkap dan akuratnya data dalam buku ini.

*Lukman Santoso Az, pecinta buku dan pemerhati Keagamaan pada Center for Studies of Religion and State [CSRS] Yogyakarta.

Lukman Santoso Az berkata : Kondisi ini seakan membenarkan apa yang dikatakan Claude Guillot dan Henri Chambert-Loir (2007), bahwa makam wali adalah tempat pengungkapan perasaan religius yang bebas serta juga tempat memelihara ritus-ritus kuno. Jika amal sembahyang di masjid mencerminkan kesatuan dan keseragaman dunia Islam, maka amal ziarah ke makam wali mencerminkan keanekaragaman budaya yang tercakup dalam dunia Islam. Karena itu, hampir disemua negeri Islam terdapat tempat-tempat keramat yang umumnya berupa makam-makam wali Karena itu, hampir disemua negeri Islam terdapat tempat-tempat keramat yang umumnya berupa makam-makam wali. Ini merupakan suatu kewajaran mengingat semasa hidupnya para wali merupakan orang-orang yang berperan dan berpengaruh dalam masyarakat, sehingga ziarah ke makamnya merupakan wujud bakti kepada para wali tersebut.

Komentarku ( Mahrus ali ) :

 : Makam para wali di anggap tempat keramat tidak ada dalilnya , bahkan ada dalil sbb:  Rasulullah SAW  bersabda :

Page 5: makalah agama ayuuuuk.doc

�م� �ت �ن �ث� ك �وا علي� حي ل �ر�ي ع�يد�ا . وص�� �خ�ذ�وا قب ت ت ال�ي �غ�ن �ل ب �م� ت ك ت �ن� صال فإ

Jangan jadikan kuburanku sering di kunjungi, bacalah solawat kepadaku dimana kamu berada. Sesungguhnya bacaan solawatmu sampai padaku .[1]Ali bin Abu Tholib sendiri dalam suatu hadis sbb:

د�ي* قال س �أل �اج� ا �هي �ي ال ب �ن�:عن� أ قال ل�ي عل�ي� ب

ه� ي��� �ي عل ن عث ا ب ك على م�� �عث��� ب أ ال : أ ال�ب: �ي ط�� ب أ

س�ول� الله� دع ر ت ن� ال : أ �م ل �ه� وس ي صل�ى الله� عل� �ال ر�ف�ا إ ا م�ش���� ر� قب���� ه�, وال ت � طمس���� �ال � إ اال �م�ث��� ت : وال ال اد�,وق�� ن �س��� �إل �هذا ا �يبG ب ب �ي ح ن ه� .حد�ث �ت و�ي س

ها ت � طمس� �ال ة� إ . ص�ورAbul Hayyaj Al asadi berkata : “ Ali bin Abu  Tholib ra berkata kepadaku : “ Aku mengutus kamu sebagaimana   Rasulullah  saw,   mengutus aku , bila ada  patung  hancurkan , bila ada kuburan yang tinggi ratakan dengan tanah .  Menurut  riwayat lain dengan sanad sama  ada tambahan :  Bila ada gambar  , hapuslah .[2]Menurut riwayat Nasai sbb :

ة�)) ور ص��� ه� وال �ت و�ي � س�� �ال ر�ف�ا إ ا م�ش��� ر� دعن� قب��� ت�� الها ت � طمس� �ال �ت: إ ي (( ف�ي ب

Jangan kamu biarkan kuburan yang tinggi  kecuali kamu ratakan dengan tanah atau gambar dirumah kecuali kamu hapus [3]

ال ال : ق�� ه� ق�� ه� عن��� ي الل��� ض��� ة ر ر ي��� �ي ه�ر ب عن� أ

وم� ق��� �م ال ت ل ه� وس�� ي��� ه� عل ل�ى الل��� �ه� ص�� س�ول� الل ر

اء� دو�س: �س�� ات� ن ي�� ل طر�ب أ ض��� �ى ت اعة� حت الس���

Page 6: makalah agama ayuuuuk.doc

Gو�سد�ها د ع�ب��� م�ا ت ن ت� ص�� ان �خلصة� وك�� حو�ل ذ�ي ال* ة ال ب �ت �ة� ب �ي �جاه�ل  ف�ي ال

Dari Abu Hurairah r.a katanya: Rasulullah saw bersabda: Tidak akan terjadi Kiamat sehingga pantat –pantat perempuan suku Daus bergerak mengelilingi  Zal-Khalasah - berhala yang disembah oleh Bani Daus pada zaman Jahiliyah di Tabalah[4]

Ibnu Hajar berkata :

ة� �م�ع�جم�� اء� ال �خ�� �ح� ال �فت �خلصة� ب وة� ذ�ي ال �ه� غز� قو�لة� ع�دها م�ه�مل � ب م والال�

Perang Dzil  kholashah

�ه�  �ي ان ان� ث ك �س� �ه� وإ و�ل �ح� أ �د: فت ي �ن� د�ر ى ب وحك

Ibnu Duraid bercerita   : “  Dzil  kholashoh “  Ya`ni  huruf pertama  ( Kho` ) di fathah  dan huruf kedua ( lam ) disukun .

هر� ش� و�ل� أ واأل�

Yang pertama lebih populer .

�ق� �لعق�ي ز� ا خر� ح�مر� ك ه� حبc أ اتG ل ب �خلصة� ن والKholashoh adalah tanaman  yang memiliki biji merah seperti marjan akik

ه� ان ف�ي��� ذ�ي ك�� �ت� ال��� �ي �مب �ل مG ل �س��� ة� ا �خلص�� وذ�و الم� الص�ن

Dzul khulashoh nama rumah yang terdapat berhalanya .

�ت� الخلصة� ي �لب م� ا �س� �ل ا وق�يAda yang mengatakan nama  rumah adalah Khulashah

�خلصة� � ذ�و� ال م م� الص�ن واس�Nama berhala adalah Dzul khulashoh . [5]

Imam Nawai berkata :

Page 7: makalah agama ayuuuuk.doc

و�ل ذ�ى واف� ح�� �ن م�ن الط��� طر�ب ض��� اد� ي ر �لم��� واادة� ب�� �لى ع� و�ن ا ج�ع��� ر� و�ن وي ر� �ف��� ك ى� ي

ة� أ �خلص�� ال�م�ها ع�ظ�ي � وت ام ص�ن

األ�Maksudnya mereka mondar mandir  mengelilingi Dzil kholashoh, ya`ni mereka kafir ,kembali menyembah  berhala  dan mengagungkannya .  [6]

Diakhir zaman banyak kalangan yang menghindari masjid , lalu senang berkerumun di kuburan para wali  sebagai isarat buruk dan menandakan dekatnya hari kiamat. Apalagi ada anggapan bahwa tempat tersebut maqam mustajab  , doa cepat di kabulkan . Anehnya   mereka  kok langsung  percaya dan di terima tanpa pikir lagi . Tapi bila  masalah keuangan yang  harus di keluarkan maka harus di pikir terlebih dahulu , rasiaonal atau tidak   dan untuk apakah harus mengeluarkannya .

Lukman Santoso Az  berkata lagi : Terkadang antara syirik dan bukan dalam praktik ziarah sangatlah sulit dibedakan, karena hal ini berlangsung sebagai bentuk kesalehan umat. Maka yang menjadi pertanyaan kemudian adalah, sebenarnya apa yang menjadi latar belakang masyarakat bersikap demikian dan mengapa tradisi ini bisa bertahan sampai saat ini? Maka, dalam konteks inilah buku ini hadir. Komentarku ( Mahrus ali ) :

 Untuk membedakan antara penziarah melakukan kesyirikan atau tidak  itu mudah sekali bagi saya . Lihat saja  , dia bertawassul kepada ahli kubur , katakan  syirik. Dia minta  - minta  doa  kepada ahli kubur jelas keliru dan ini akan mengagungkannya lalu terjadilah pengagungan kepada selain Allah  lalu pengagungan kepada  kuburan jelas tidak diperkenankan dan akan membawa kesyirikan. Rasulullah SAW

ة� الله� ع�ن ور ل �خذ�وا ق�ب��� ى ات �صار ه�ود� والن �ي على الع�وا �حذ*ر� ما صن اج�د ي �ه�م� مس ائ �ي �ب ن

أ “ Semoga Allah mela`nat  kaum Yahudi dan Nasrani . Mereka membikin masjid di atas kuburan  para nabinya ,”   Rasul  menyatakan  sedemikian untuk  berhati – hati dari perbuatan mereka [7]

Page 8: makalah agama ayuuuuk.doc

   Imam Ahmad bin hambal menambahkan , hal itu di haramkan untuk umatnya. Al bani menyatakan hadis terahir ini mutawatir – pupuler sekali [8]

Al bani juga mengakui hadis tsb di hasankan  oleh Imam Tirmidzi [9] Bahkan Al bani juga menghasankan hadis la`nat bagi wanita yang berziarah itu kitab karyanya  Ahkamul janaiz [10] Karena itulah kuburan tidak boleh di beri lampu .

�ه� ن اج� أل� ر �س� �إل هى عن� ا �حار� : ن �ب قال ف�ي مج�مع� ال

� ع�ظ�يم ا عن� ت از� ر ت��� �ح� و� ا ع: أ ف��� ن �ال ال: ب �يع� م�� ي ض��� تاج�د *خاذ�ها مس �ت ا �ور� ك �ق�ب .ال

Pengarang kitab Majmaul bihar berkata :  Hadis tsb menunjukkan larangan memberi lampu ke kuburan , karena menyiakan harta tanpa ada manfaat  atau menghindari pengagungan kuburan  seperti di jadikannya sebagai masjid [11]

 Makam Ibrohim Asmoro

Page 9: makalah agama ayuuuuk.doc

                                    Sunan bonang

Lokasi di Kelurahan Kutorejo TubanSunan Bonang adalah salah seorang walisongo penyebar agama Islam di Jawa yang makamnya banyak dikunjungi peziarah baik dari dalam negei maupun luar negeri

                                                

             

Read more: http://mantankyainu.blogspot.com/2011/05/mengurai-benang-merah-tradisi-ziarah.html#ixzz1h8lptzt2

Ziarah kubur antara Sunnah dan Bid'ah Artikel - Ustadz Rabu, 10 September 2008 07:48 Oleh : Abu Zahrah      Dalam tradisi Islam, ziarah kubur merupakan bagian dari ritual ke agamaan. Seluruh umat

Page 10: makalah agama ayuuuuk.doc

Islam di seluruh penjuru dunia telah melakukannya. Pada zaman permulaan Islam berkembang Nabi Muhammad SAW melarang kaum muslimin menziarahi kuburan. Larangan ini lantaran kekhawatiran terjadi kesyirikan dan pemujaan terhadap keburan tersebut. Apalagi bila yang mati itu adalah termasuk orang-orang yang saleh. Di samping itu keimanan para sahabat masih lemah dan membutuhkan pembinaan dari Rasulullah SAW.      Peringatan tersebut tidak hanya ditujukan kepada para sahabat saat itu, tetapi juga kepada umat sekarang ini sebagai generasi berikutnya. Ternyata kalau kita perhatikan apa yang dikhawatirkan Rasulullah SAW memang terjadi saat ini. Di zaman ini banyak kaum muslimin yang salah dalam menerapkan ziarah kubur. Mereka melakukan ziarah kubur hanya sekedar mengikuti adat dan tradisi daerah. Sehingga syariat Islam bercampur tradisi yang sesat.Hikmah dan manfaat ziarah kuburZiarah kubur banyak memiliki hikmah dan manfaat, di antara yang terpenting adalah :

1.         Ia akan mengingatkan akhirat dan kematian sehingga dapat memberikan pelaja ran dan ibrah bagi orang yang berziarah. Sehingga dapat memberikan dampak yang positif dalam kehidaupan.

2.         Mendoakan keselamatan bagi orang-orang yang telah meninggal dunia dan memohonkan ampuna untuk mereka atas segala amalan di dunia.

3.           Untuk menghidupkan sunnah yang telah diajarkan oleh Rasulullah SAW.

4.           Untuk mendapatkan pahala kebaikan dari Allah dengan ziarah kubur yang dilaku kannya.

Ziarah kubur adalah  wasilah menuju allah swt.

      Melihat kuburan yang sunyi,gelap,timbunan tanah diatasnya akan menggerakkan hatii dan jiwa manusia untuk mempersiapkan diri menghadapi kematian. Bila seseorang meli hatnya lebih dalam lagi maka akan berkata pada dirinya sendiri; ''Kehidupan dunia adalah sementara karenanya beberapa saat lagi akan berakhir dengan kemusnahan seluruh kebutuhan materi yang selama ini dicari dengan berbagai cara, adakah bekal ruhani yang telah dipersiapkan untuk kehidupan di alam sana?''     Menyaksikan nisan-nisan dapat melembutkan hati yang paling keras sekalipun, membuat pendengaran yang paling tuli dan memberikan cahaya kepada penglihatan yang paling samar. Menyebabkan orang melihat kembali cara hidupnya, mengevaluasinya, berpikir mengenai pertanggung jawaban nya yang berat dihadapan Allah dan manusia serta terhadap kurangnya amal kebajikan yang telah dibuat.    Di samping itu, ziarah kubur, terutama kepada para Nabi dan orang-orang saleh, dapat memberikan berkah dan tempat untuk mendapatkan wasilah serta syafaat dalam perjalanan ruhani menuju Allah SWT. Kelak, kata Rasulullah, dalam hadisnya, ''di akhirat ketika tidak ada lagi pembela di hadapan Allah Ta'ala, kalian akan mendapatkan syafaat dariku, ahlul baitku, para syuhada dan orang-orang saleh di antara kalian.''    Di dalam Al-Quran disebutkan antara lain tugas Rasulullah SAW (dilanjutkan para ulama) dalam membimbing umat manusia adalah mensucikan hati. ''Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang ummi seorang Rasul di antara mereka yang membacakan ayat-ayat Allah, mensucikan

Page 11: makalah agama ayuuuuk.doc

mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan hikmah. Susungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata.''(QS.62:2).Sunnah-sunnah dalam ziarah kubur

     Manfaat dan hikmah yang telah tersebut diatas dapat diperoleh dengan sempurna apabila seseorang yang akan melakukan ziarah kubur harus mengetahui sunnah dan tata cara berziarah yang benar sesuai tuntunan syari’at. Diantara petunjuk Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam dalam ziarah kubur adalah sebagai berikut:

1.  Ziarah kubur dapat dilakukan setiap saat dan kapan saja,  tidak ada kekhususan hari atau waktu tertentu karena salah satu inti dari ziarah kubur adalah agar dapat memberi pelajaran dan peringatan agar hati yang keras menjadi lunak, hati tersentuh sehingga menitikkan air mata. Selain itu agar kita menyampaikan do’a dan salam untuk mereka yang telah mendahului kita memasuki alam kubur.

2.  Ketika ziarah kubur disertai dalam benak kita rasa takut kepada Allah, merasa diawasi oleh-Nya dan hanya bertujuan mencari keridhaan-Nya semata.

3. Mengucapakan salam kepada ahli kubur, mendoakan mereka agar mendapatkan rahmat, ampunan dan afiyah (kekuatan). Diantara doa yang dianjurkan untuk dibaca adalah yang artinya : "Keselamatan semoga terlimpah kepada para penghuni (kubur) dari kalangan orang-orang mukmin dan muslim semoga Allah merahmati orang-orang yang telah mendahului (meninggal) diantara kami dan yang belakangan, insya Allah kami semua akan menyusul (Anda)". (lafazh ini berdasar riwayat Imam Muslim)

Bid'ah-bid'ah dalam ziarah kubur

1. Mengkhususkan hari-hari tertentu dalam melakukan ziarah kubur, seperti harus pada hari Jum’at, tujuh atau empat puluh hari setelah kematian, pada hari raya dan sebagainya. Semua itu tak pernah diajarkan oleh Rasulullah dan beliaupun tidak pernah mengkhususkan hari-hari tertentu untuk berziarah kubur.

2. Thawaf (mengelilingi) kuburan, beristighatsah (minta perlindungan) kepada penghuninya terutama sering terjadi dikuburan orang shalih, ini termasuk syirik besar. Demikian pula menyembelih disisi kuburan dan ditujukan karena si mayit.

3. Menjadikan kuburan sebagai masjid-masjid untuk pelaksanaan ibadah dan acara-acara ritual.

4. Sujud, membungkuk kearah kuburan, kemudian mencium dan mengusapnya.

5. Shalat diatas kuburan, ini tidak diperbolehkan kecuali shalat jenazah bagi yang ketinggalan dalam menyolatkan si mayit.

6. Membagikan makanan atau mengadakan acara makan-makan di kuburan.

7. Membangun kubur, memberi penerangan (lampu), memasang selambu atau tenda

Page 12: makalah agama ayuuuuk.doc

diatasnya.

8. Menaburkan bunga-bunga dan pelepah pepohonan diatas pusara kubur. Adapun apa yang dilakukan Rasulullah ketika meletakkan pelepah kurma diatas kubur adalah kekhususan untuk beliau dan berkaitan denga perkara ghaib, karena Allah memperlihatkan keadaan penghuni kubur yang sedang disiksa.

9. Memasang prasasti baik dari batu marmer maupun kayu dengan menuliskan nama, umur, tanggal lahir dan wafatnya si mayit.

10. Mempunyai persangkaan bahwa berdo’a dikuburan itu mustajab sehing-ga harus memilih tempat tersebut.

11. Membawa dan membaca Mushaf Al Qur’an di atas kubur, dengan keyakinan bahwa membaca di situ memiliki keutamaan. Juga mengkhususkan membaca surat Ya sin dan Al Fatihah untuk para arwah.

12. Ziarahnya para wanita ke kuburan, padahal dalam hadits Rasulullah jelas-jelas telah bersabda:“Allah melaknat para wanita yang sering berziarah kubur dan orang-orang yang menjadikan kuburan sebagai masjid-masjid”(Riwayat Imam Ahmad dan Ahlus sunan secara marfu’)

13. Meninggikan gundukan kubur melebihi satu dhira’ (sehasta) yakni kurang lebih 40cm.

14. Berdiri di depan kubur sambil bersedekap tangan layaknya orang yang sedang shalat (terkesan meratapi atau mengheningkan cipta, red).

15. Buang hajat diatas kubur.

16. Membangun kubah, menyemen dan menembok kuburan dengan batu atau batu bata

17. Memakai sandal ketika memasuki komplek pemakaman, namun dibolehkan jika ada hal yang mambahayakan seperti duri, kerikil tajam atau pecahan kaca dan sebagainya, atau ketika sangat terik dan kaki tidak tahan untuk menginjak tanah yang panas.

18. Membaca dzikir-dzikir tertentu ketika membawa jenazah, demikian pula mengantar jenazah dengan membawa tempat pedupaan untuk membakar kayu cendana atau kemenyan.

19. Duduk di atas kuburan

20. Membawa jenazah dengan sangat pelan-pelan dan langkah yang lambat, ini termasuk meniru ahli kitab Yahudi dan menyelisihi sunnah Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam.

21. Menjadikan kuburan sebagai ied dan tempat berkumpul untuk menyelenggarakan

Page 13: makalah agama ayuuuuk.doc

acara-acara ibadah disana.

Kesimpulan :

     Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwasanya ziarah kubur itu ada dua macam:

1. Ziarah syar’iyah yang diizinkan Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan dalam ziarah ini ada dua tujuan, pertama bagi yang melakukan ziarah akan dapat mengambil pelajaran dan peringatan, yang kedua bagi mayit ia akan mendapatkan ucapan salam dan doa dari orang yang berziarah.

2. Ziarah bid’iyah yaitu ziarah kubur untuk tujuan-tujuan tertentu bukan sebagaimana yang tersebut di atas, di antaranya untuk shalat di sana, thawaf, mencium dan mengusap-usapnya, mengambil sebagian dari tanah atau batunya untuk tabaruk, dan memohon kepada penghuni kubur agar dapat memberi pertolongan, kelancaran rizki, kesehatan, keturunan atau agar dapat melunasi hutang dan terbebas dari segala petaka dan marabahaya dan permintaan-permintaan lain yang hanya biasa dilakukan oleh para penyembah berhala dan patung saja.

     Maka selayaknya setiap muslim berpegang dengan ajaran agamanya, dengan kitabullah dan sunnah nabinya serta menjauhi segala bentuk bid’ah dan khurafat yang tidak pernah diajarkan dalam Islam. Dengan itu maka akan diperoleh kebahagiaan di dunia maupun diakherat kelak, karena seluruh kebaikan itu ada dalam ketaatan kepada Allah dan rasul-Nya sedang keburukan selalu ada dalam kemaksiatan dan ketidaktaatan. Allahu A'lam.

HUKUM ZIARAH TAHUNAN MENURUT ISLAM & HUKUM MEMINTA KEPADA PENGHUNI KUBUR/MAKAM PARA WALI : “Saya minta kepadanya karena dia lebih dekat kepada Allah daripada saya, supaya dia menolong saya dalam urusan-urusan ini..”

Posted 9 August, 2010 by dr.Abu Hana | ألفردان ه�ن�اء السنة ) in Sunnah dan Bid'ah | أبو Tagged: hukum ziarah ke makam wali, HUKUM ZIARAH KUBUR, hukum ziarah . ( والبدعةkubur dalam islam, hukum ziarah wali, menziarahi kuburan wali, ziarah batin 2010, ziarah tahunan, ziarah tour, ziarah wali songo. 5 Comments

Hukum Meminta kepada Orang yang Dikubur

Page 14: makalah agama ayuuuuk.doc

Orang yang datang ke kuburan seorang Nabi atau orang yang shalih, atau dia berkeyakinan bahwa tempat itu adalah kuburan seorang Nabi atau orang yang shalih padahal bukan, dan meminta kepadanya atau meminta pertolongannya, maka dalam hal ini ada beberapa keadaan.

Di antaranya, meminta sesuatu kepadanya, misalnya minta untuk menghilangkan sakitnya atau sakit binatangnya, atau melunasi hutangnya, atau membalaskan dendamnya terhadap musuhnya, atau menyehatkan keluarganya, binatangnya dan sebagainya, yang sebenarnya tidak ada yang mampu melakukannya selain Allah, dan semuanya ini adalah kemusyrikan yang jelas, pelakunya wajib untuk bertaubat, dan kalau tidak mau bertaubat maka dibunuh (dalam hal ini penguasa muslim yang melakukannya).

Syubhat Orang Musyrik dan BantahannyaKalau dia mengatakan, “Saya minta kepadanya karena dia lebih dekat kepada Allah daripada saya, supaya dia menolong saya dalam urusan-urusan ini. Saya menjadikannya perantara kepada Allah sebagaimana seseorang mendekat (dalam rangka minta bantuan) kepada raja dengan perantaraan orang-orang penting dan pembantu-pembantunya.”

Maka kita katakan, “Ini termasuk perbuatan kaum musyrikin dan orang-orang Nashrani, karena mereka juga menganggap bahwa ‘ulama mereka dan pendeta-pendeta yang mereka jadikan penolong-penolong dan perantara kepada Tuhan untuk memintakan pertolongan mengenai urusan dan permintaan mereka, itu lebih dekat kepada Tuhan. Demikianlah Allah memberitakan tentang kaum musyrikin yang mengatakan,

�د�ه�م� ما ع�ب � ن �ال ا إ �ون ب �قر* �ي �لى ل �ه� إ �فى الل ل ز�

“Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya.” (Az-Zumar:3)

� م �خذ�وا أ �ه� د�ون� م�ن� ات فعاء الل و� ق�ل� ش� ول

�وا أ ان ك �ون ال �ك م�ل �ا ي �ئ ي ش ق�ل�. وال ع�ق�ل�ون �ه� ي �ل فاعة� ل ه� جم�يع�ا الش� �ك� ل م�ل

موات� ض� الس� ر� �م� واأل �ه� ث ي �ل جع�ون إ �ر� ت

“Bahkan mereka mengambil pemberi syafa`at (penolong) selain Allah. Katakanlah, ‘Dan apakah (kalian mengambilnya juga) meskipun mereka tidak memiliki sesuatu pun dan tidak

Page 15: makalah agama ayuuuuk.doc

berakal?’. Katakanlah, ‘Hanya kepunyaan Allah syafa’at itu semuanya. Kepunyaan-Nya kerajaan langit dan bumi. Kemudian kepada-Nyalah kalian dikembalikan’.” [Az-Zumar:43-44]

�م� ما ك �ه� م�ن� ل �ي� م�ن� د�ون ول ف�يع: وال ش فال ون أ �ر� ذك ت ت

“Tidak ada bagi kalian selain daripada-Nya seorang penolong pun dan tidak (pula) seorang pemberi syafa`at. Maka apakah kalian tidak memperhatikan?” [As-Sajdah:4]

�ذ�ي ذا من� فع� ال ش� �ده� ي ن � ع� �ال �ه� إ �ذ�ن �إ ب

“Tiada yang dapat memberi syafa`at di sisi Allah tanpa izin-Nya.” [Al-Baqarah:255]

Allah Ta’ala menjelaskan perbedaan antara Dia dan makhluk-Nya. Yaitu bahwasanya kebiasaan manusia adalah meminta pertolongan orang besar (seperti raja atau presiden) dengan perantaraan orang yang dekat atau yang dihormati oleh orang besar tersebut. Perantara itu minta kepada orang besar tersebut lalu dipenuhi keperluannya karena harapan, atau ketakutan, atau segan dan malu, atau karena kecintaan, atau karena alasan yang lain. Sedangkan Allah Yang Maha Suci, tidak ada yang dapat menolong di hadapan-Nya kecuali setelah mendapat izin-Nya, sehingga penolong yang telah diberi izin itu pun tidak melakukan selain yang dikehendaki-Nya, dan pertolongan itu pun atas izin-Nya, karena seluruh urusan ada di Tangan-Nya.

Allah tidak boleh disamakan dengan makhluk-Nya. Di mana makhluk itu (yaitu seperti raja) butuh kepada orang-orang (para pembantunya) untuk memberitahukan/mentazkiyah orang/rakyat yang datang minta bantuan kepadanya. Karena memang raja tersebut tidak mampu mengetahui keadaan semua rakyatnya. Adapun Allah, maka Dia adalah Dzat Yang Maha Mengetahui keadaan hamba-hamba-Nya, tidak butuh kepada seorang pun untuk memberitahukannya. Maka hendaklah seseorang langsung berdo’a kepada Allah tanpa melalui perantara.

Sungguh kesyirikan yang besar apabila seseorang menjadikan perantara antara dirinya dan Allah dalam beribadah/berdo’a kepada-Nya, apakah perantara itu malaikat, nabi, orang shalih atau yang lainnya yang telah meninggal dunia. Seperti datang ke kuburan dan mengatakan kepada orang yang dikubur tersebut, “Ya Syaikh atau Ya Fulan, tolong mintakan kepada Allah agar memberi saya rizki, kesembuhan, naik jabatan dan lain-lainya.”

Hal ini dikatakan syirik karena dia telah berdo’a (meminta) kepada selain Allah yang tidak mampu mengabulkannya kecuali Allah; dan menyamakan Allah dengan makhluk-Nya.Allah membantah orang-orang musyrikin yang menjadikan berhala-berhala yang mereka sembah sebagai perantara atau penolong/pemberi syafa’at untuk mereka di sisi-Nya, dengan firman-Nya,

�د�ون ع�ب �ه� د�ون� م�ن� وي ما الل ه�م� ال ض�ر� ي �فع�ه�م� وال ن �ون ي ق�ول ء� وي ا هؤ�ال فعاؤ�ن �د ش� ن �ه� ع� �ون ق�ل� الل *ئ ب �ن ت �ه أ �ما الل ب م� ال ع�ل ف�ي ي

موات� الس� ض� ف�ي وال ر� ه� األ ان �ح ب عالى س� �ون عم�ا وت ر�ك �ش� ي

“Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan mereka berkata, ‘Mereka itu adalah pemberi syafa`at kepada kami di sisi Allah’. Katakanlah, ‘Apakah kalian mengabarkan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya baik di langit dan tidak (pula) di bumi?’. Maha Suci

Page 16: makalah agama ayuuuuk.doc

Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan (itu).” [Yuunus:18]Dan firman-Nya,

ال �ه� أ �ل ال�ص� الد*ين� ل �خ �ذ�ين ال �خذ�وا وال �ه� م�ن� ات اء د�ون �ي و�ل �د�ه�م� ما أ ع�ب � ن �ال ا إ �ون ب �قر* �ي �لى ل �ه� إ �فى الل ل �ن� ز� �ه إ �م� الل ح�ك ه�م� ي �ن ي ف�ي ب

�ف�ون ف�يه� ه�م� ما ل ت خ� �ن� ي �ه إ الل ه�د�ي ال اذ�بG ه�و من� ي ف�ارG ك ك

“Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata), ‘Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya’. Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar.” [Az-Zumar:3]Wallaahu A’lam. Diringkas dari Ziyaaratul Qubuur, karya Ibnu Taimiyyah dengan beberapa tambahan.

Ziarah Kubur antara Syar’i dan Bid’ah

Hukum Berziarah Tahunan yang Terbatas (Waktu dan Tempatnya) ke Sebagian Kuburan

Bukan hanya musik, nyanyian ataupun minuman keras yang digandrungi oleh sebagian kaum muslimin. Akan tetapi mereka pun gandrung kepada yang namanya bid’ah bahkan kesyirikan -dan tentunya semuanya ini adalah kemunkaran yang harus diingkari dan dihilangkan-. Di antara kebid’ahan ataupun kesyirikan yang mereka gandrungi adalah berziarah ke kuburan-kuburan tanpa mengindahkan syarat-syaratnya.

Di antara mereka ada yang bersungguh-sungguh menyengaja mengadakan tour (perjalanan) ke kuburan tertentu bahkan dengan bangga dipasang pengumuman di masjid-masjid “Ikuti Ziarah Kubur ke Syaikh Fulan, dengan biaya perjalanan sekian”. Yang datang ke sana pun macam-macam tujuannya, ada yang ingin cari berkah dari kuburan tersebut (ngalap berkah), cari rizki, cari jodoh, cari ketenaran atau ada juga yang hanya sekedar bermaksiat dengan lawan jenisnya. Suatu perbuatan yang melanggar syari’at, membuang-buang waktu dan harta belaka. Innaa lillaah wa innaa ilaihi raaji’uun.Sesungguhnya ziarah-ziarah seperti ini apakah tahunan, bulanan ataupun yang sifatnya tertentu dan terbatas (waktu dan tempatnya) ke sebagian kuburan, di mana terjadi padanya berbagai kemunkaran seperti ikhtilath, tarian, ratap tangis dan yang lainnya dari berbagai jenis kemunkaran, tidaklah dibenarkan oleh syari’at sedikit pun, bahkan hal ini termasuk perbuatan yang diada-adakan dalam agama (baca: bid’ah), dan peribadatan yang jelek yang Allah tidak menurunkan sedikit pun keterangan akan hal ini.

Adalah wajib bagi orang-orang yang bertanggung jawab (dari kalangan penguasa) semoga Allah memantapkan kita dan mereka di atas Al-Haq- dan ‘ulama semoga Allah memberikan taufiq kepada kita dan mereka- agar merubah kemunkaran yang jelek seperti ini yang mengajak kepada penghancuran ‘aqidah islamiyyah dari hati-hati kaum muslimin yang laki-laki maupun perempuannya dengan adanya

Page 17: makalah agama ayuuuuk.doc

do’a mereka, penyembelihan, nadzar mereka untuk selain Allah dan praktek-praktek kesyirikan yang lainnya, dan juga akan mengajak kepada penghancuran akhlaq islamiyyah yang kuat.Perbuatan ini dikatakan bid’ah karena mereka mengkhususkan waktu, tempat dan kuburan (tertentu) tanpa dalil syar’i. Dan sungguh terkumpul padanya sebagian kemunkaran-kemunkaran dan kesyirikan-kesyirikan, wal ‘iyaadzu billaah.

Macam-macam Ziarah KuburKemudian ketahuilah semoga Allah memberikan taufiq kepadaku dan kepada kalian- bahwasanya ziarah kubur terbagi menjadi tiga macam, yaitu:

1. Ziarah Syar’iYaitu ziarah yang telah disyari’atkan oleh Islam dan harus terpenuhi padanya tiga syarat:

1). Tidak sungguh-sungguh (menyengaja) mengadakan perjalanan kepadanyaDalilnya adalah hadits dari Abu Sa’id Al-Khudriy radhiyallahu ‘anhu dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

د�وا ال ش� ال ت ح � الر* �ال �لى إ ة� إ ث ال ج�د�ي�: ث مس� اج�د د� هذا، مس ج� �مس� � وال ام �حر د� ال ج� �مس� ق�صى وال األ

“Janganlah kalian bersungguh-sungguh (menyengaja) mengadakan perjalanan kecuali kepada tiga masjid (yaitu): masjidku ini (Masjid Nabawi), Masjidil Haram, dan Masjidil Aqsha.” (HR. Al-Bukhariy no.1139 dan Muslim dalam kitab Al-Hajj 2/976 nomor khusus 415 dan ini lafazhnya, dan diriwayatkan pula oleh Al-Bukhariy no.1132 dan Muslim no.1397 dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dengan lafazh penafian)Kita disyari’atkan bersungguh-sungguh dan menyengaja untuk mengadakan perjalanan ke tiga masjid ini karena adanya keutamaan di sana yaitu dilipatkan pahala shalat di tiga masjid tersebut. Seperti shalat di Masjidil Haram maka pahalanya sama dengan 100.000 kali shalat di masjid yang lain selain Masjid Nabawi dan Masjidil Aqsha.Adapun bersungguh-sungguh (menyengaja) mengadakan perjalanan ke selain tiga masjid ini dalam rangka mencari berkah dan keutamaan seperti ke kuburan, maka ini adalah perbuatan bid’ah.

2). Tidak boleh mengatakan perkataan yang kejiDalilnya adalah hadits dari Buraidah radhiyallahu ‘anhu dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

�م� �ك �ت هي ة� عن� ن ار �و�ر� ز�ي �ق�ب و�ها ال و�ر� فز�

“(Dulu) Aku pernah melarang kalian berziarah kubur, maka (sekarang) berziarahlah kalian.” (HR. Muslim no.977)Diriwayatkan juga oleh An-Nasa`iy dengan sanad shahih dalam kitab Al-Janaa`iz bab (100) 4/89 dengan lafazh,

�م� �ك �ت هي ة� عن� ن ار �و�ر� ز�ي �ق�ب اد فمن� ال ر ن� أ و�ر أ ز� ر� ي ز� �ي فل �و�ا وال ق�و�ل ا ت ه�ج�ر�

Page 18: makalah agama ayuuuuk.doc

“… (Dulu) Aku pernah melarang kalian berziarah kubur, maka (sekarang) barangsiapa yang ingin berziarah maka berziarahlah dan jangan mengatakan perkataan yang keji.”Maka perhatikanlah semoga Allah merahmatimu, bagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang kita dari perkataan yang keji dan bathil ketika ziarah kubur, dan ucapan yang mana yang lebih keji dan lebih bathil daripada ucapan seseorang yang berdo’a (meminta) kepada selain Allah dari orang-orang yang telah mati, beristighatsah (meminta pertolongan ketika dalam kesulitan) kepada mereka ataupun ucapan-ucapan syirik lainnya?Maka tentunya ini, demi Allah, benar-benar kekejian dan kebathilan yang paling puncaknya, akan tetapi perkaranya adalah sebagaimana yang Allah firmankan,

ك�ن� ر ول �ث ك �اس� أ الن م�ون ال ع�ل ي

“Akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”Ayat ini terdapat dalam 11 tempat di dalam Al-Qur`an yaitu, Al-A’raaf:187, Yuusuf:21, 40, 68, An-Nahl:38, Ar-Ruum:6, 30, Saba`:28, 36, Al-Mu`min:57, dan Al-Jaatsiyah:26.Dan sungguh benar Allah ketika berfirman,

�ؤ�م�ن� وما ه�م� ي ر� �ث ك �ه� أ �الل � ب �ال �ون وه�م� إ ر�ك م�ش�

“Dan sebahagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan sembahan-sembahan lain).” [Yuusuf:106]

3). Tidak boleh mengkhususkan dengan waktu tertentu karena tidak ada dalil yang mengkhususkanSeperti mengkhususkan hari jum’at, hari raya ataupun hari-hari lainnya, karena tidak ada dalil yang menerangkan hal ini. Bahkan kita dianjurkan ziarah kubur kapan saja tanpa pengkhususan pada hari-hari tertentu.

2. Ziarah Bid’ahYaitu ziarah yang tidak terpenuhi padanya satu syarat dari syarat-syarat yang telah disebutkan, apalagi lebih dari satu syarat. Misalnya datang dari jauh-jauh untuk ziarah ke kuburan, atau beribadah kepada Allah di sekitar kuburan dengan anggapan dan perasaan mereka bahwa hal ini lebih mengkhusyu’kan dalam beribadah. Atau mengkhususkan hari-hari tertentu. Semuanya ini adalah perbuatan bid’ah.

3. Ziarah SyirikYaitu ziarah di mana pelakunya terjerumus pada salah satu jenis dari jenis-jenis kesyirikan seperti berdo’a (meminta) kepada selain Allah, atau menyembelih untuk mereka, atau bernadzar untuk mereka, atau beristighatsah kepada mereka, atau meminta perlindungan kepada mereka, atau meminta anak, meminta pertolongan, hujan, kesembuhan atau untuk mengalahkan musuh dan menghilangkan kemudharatan/bahaya serta mendatangkan kemanfaatan dan yang lainnya dari jenis-jenis kesyirikan. (Lihat Majmuu’ Fataawaa Syaikhil Islaam Ibni Taimiyyah 1/165-166)Disadur dari Al-Qaulul Mufiid fii Adillatit Tauhiid hal.192-194.