Makalah Agama
-
Upload
tonny-hawk -
Category
Documents
-
view
223 -
download
0
description
Transcript of Makalah Agama
BAB I AKHLAQ
1. Pengertian Akhlaq
Secara etimologis akhlaq berasal dari (bahasa arab) adalah bentuk jamak
dari khuluq yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat. Berakar
dari kata khalaqa yang berarti menciptakan. Seakar dengan kata khaliq (pencipta),
makhluq (yang diciptakan) dan khalq (penciptaan).
Dari pengertian etimologis ini, akhlaq bukan saja merupakan tata aturan
atau norma prilaku yang mengatur hubungan antar sesama manusia, tetapi juga
norma yang mengatur hubungan antar manusia dengan Tuhan bahkan dengan
alam semesta sekalipun.
Dari pengertian mengenai Akhlak terdapat beberapa tokoh yang
mendefinisikan mengenai akhlaq. Diantaranya adalah :
1. Imam al-Ghazali.
Akhlaq adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan
perbuatan-perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan
pemikiran dan pertimbangan.
2. Ibrahim Anis.
Akhlaq adalah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya
lahirlah macam-macam perbuatan, baik atau buruk, tanpa membutuhkan
pemikiran dan pertimbangan.
3. Abdul Karim Zaidan.
Akhlaq adalah nilai-nilai dan sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa,
yang dengan sorotan dan timbangannya seseorang dapat menilai
perbuatannya baik atau buruk, untuk kemudian memilih melakukan atau
meninggalkannya.
4. Ibnu Maskawaih
Akhlaq adalah Keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk
melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran
(lebih dahulu).
5. Prof. Dr. Ahmad Amin
bahwa yang disebut akhlak adalah “Adatul-Iradah” atau kehendak
yang dibiasakan. Artinya bahwa kehendak itu bila membiasakan sesuatu,
maka kebiasaan itu dinakamakan akhlak.
6. Prof. Kh. Farid Ma’ruf
Akhlaq adalah Kehendak jiwa manusia yang menimbulkan
perbuatan dengan mudah karena kebiasaan, tanpa memerlukan
pertimbangan pikiran terlebih dahulu.
2. Sumber Akhlaq
Sumber akhlaq adalah yang menjadi ukuran baik dan buruk atau mulia
atau tercela. Sebagaimana keseluruhan ajaran Islam, sumber akhlaq adalah Al-
Qur’an dan Sunnah Rasulullah, bukan bersumber dari akal pikiran atau pandangan
masyarakat sebagaimana pada konsep etika dan moral. Dalam konsep akhlaq,
segala sesuatu itu dinilai baik atau buruk, terpuji atau tercela, mengandung
manfaat atau madharat bagi diri manusia beserta semata-mata karena syara (Al-
Qur’an dan Sunnah).
3. Ciri-ciri Akhlak yang Islami
Kita telah mengetahui bahwa akhlak islam adalah merupakan system
moral/akhlak yang berdasarkan islam, yakni bertitik tolak dari akidah yang
diwahyukan Allah pada nabi/Rasul-Nya yang kemudian agar disampaikan kepada
umatnya.
Memang tidak disangsikan lagi dengan bahwa segala perbuatan/tidakan
manusia apapun bentuknya pada hakikatnya adalah bermaksud untuk mencapai
kebahgiaan (saadah), dan hal ini adalah sebagai “natijah” dari problem akhlak.
Sedangkan saadah menurut system moral/akhlak yang agamis (islam), dapat
dicapai dengan jalan menuruti perintah Allah yakni dengan menjahui segala
larangan Allah dan mengerjakan segala perintah-Nya, sebagaimana yang tertera
dalam pedoman dasar hidup bagi setiap muslim yakni Al-Qur’an dan Al-Hadits.
Sehubungan dengan Akhlak Islam, Drs. Sahilun A, Nasir menyebutkan
bahwa Akhlak Islam berkisar pada:
1. Tujuan hidup setiap muslim, ialah menghambakan dirinya kepada Allah,
untuk mencapai keridhaan-Nya, hidup sejahtera lahir dan batin, dalam
kehidupan masa kini maupun yang akan datang.
2. Dengan keyakinannya terhadap kebenaran wahyu Allah dan sunah Rasul-Nya,
membawa konsekuensi logis, sebagai standar dan pedoman utama bagi setiap
akhlak seorang muslim. Ia memberi sangsi terhadap akhlak dalam kecintaan
dan kekuatannya kepada Allah, tanpa perasaan adanya tekanan-tekanan dari
luar.
3. Keyakinannya akan hari kemuadian/pembalasan, mendorong manusia berbuat
baik dan berusaha menjadi manusia sebaik mungkin, dengan segala
pengabdiannya kepada Allah.
4. Ajaran Akhlak Islam meliputi segala segi kehidupan manusia berdasrkan asas
kebaikan dan bebas dari segala kejahatan. Islam tidak hanya mengajarkan
tetapi menegakkannya, dengan janji dan sangsi Illahi yang Maha Adil.
Tuntutan moral sesuai dengan bisikan hati nurani , yang menurut kodratnya
cenderung kepada kebaikan dan membenci keburukan.
4. Macam-Macam Akhlak
1. Akhlak kepada Allah
Beberapa akhlak yang sudah menjadi kewajiban bagi kita sebagai mahluk kepada
kholiq-Nya, diantaranya:
Beribadah kepada Allah, yaitu melaksanakan perintah Allah untuk
menyembah-Nya sesuai denganperintah-Nya. Seorang muslim beribadah
membuktikan ketundukkan terhadap perintah Allah.
Berzikir kepada Allah, yaitu mengingat Allah dalam berbagai situasi dan
kondisi, baik diucapkan dengan mulut maupun dalam hati. Berzikir kepada
Allah melahirkan ketenangan dan ketentraman hati.
Berdo’a kepada Allah, yaitu memohon apa saja kepada Allah. Do’a merupakan
inti ibadah, karena ia merupakan pengakuan akan keterbatasan dan penerapan
akhlak dalam Kehidupan.
Tawakal kepada Allah, yaitu berserah diri sepenuhnya kepada Allah dan
menunggu hasil pekerjaan atau menanti akibat dari suatu keadaan.
Tawaduk kepada Allah, yaitu rendah hati di hadapan Allah. Mengakui bahwa
dirinya rendah dan hina di hadapan Allah Yang Maha Kuasa, oleh karena itu
idak layak kalau hidup dengan angkuh dan sombong, tidak mau memaafkan
orang lain, dan pamrih dalam melaksanakan ibadah kepada Allah.
2. Akhlak kepada Diri Sendiri
Adapun Kewajiban kita terhadap diri sendiri dari segi akhlak, di antaranya:
Sabar, yaitu prilaku seseorang terhadap dirinya sendiri sebagai hasil dari
pengendalian nafsu dan penerimaan terhadap apa yang menimpanya. Sabar
diungkapkan ketika melaksanakan perintah, menjauhi larangan dan ketika
ditimpa musibah.
Syukur, yaitu sikap berterima kasih atas pemberian nikmat Allah yang tidak
bisa terhitung banyaknya. Syukur diungkapkan dalam bentuk ucapan dan
perbuatan. Syukur dengan ucapan adalah memuji Allah dengan bacaan
Alhamdulillah, sedangkan syukur dengan perbuatan dilakukan dengan
menggunakan dan memanfaatkan nikmat Allah sesuai dengan aturan-Nya.
Tawaduk, yaitu rendah hati, selalu menghargai siapa saja yang dihadapinya,
orang tua, muda, kaya atau miskin. Sikap tawaduk melahirkan ketenangan
jiwa, menjauhkan dari sifat iri dan dengki yang menyiksa diri sendiri dan tidak
menyenangkan orang lain.
3. Akhlak kepada keluarga
Akhlak terhadap keluarga adalah mengembangkann kasih sayang di
antara anggota keluarga yang diungkapkan dalam bentuk komunikasi. Akhlak
kepada ibu bapak adalah berbuat baik kepada keduanya dengan ucapan dan
perbuatan. Berbuat baik kepada ibu bapak dibuktikan dalam bentuk-bentuk
perbuatan antara lain : menyayangi dan mencintai ibu bapak sebagai bentuk
terima kasih dengan cara bertutur kata sopan dan lemah lembut, mentaati
perintah, meringankan beban, serta menyantuni mereka jika sudah tua dan
tidak mampu lagi berusaha.
4. Akhlak kepada Sesama Manusia
Berakhlak baik terhadap sesama pada hakikatnya merupakan wujud dari rasa
kasih sayang dan hasil dari keimanan yang benar, sebagaimana sabda Rasulullah
saw, “Mukmin yang paling sempurna imanya ialah yang paling baik akhlaknya.
Dan yang paling baik diantara kamu ialah mereka yang paling baik terhadap
isterinya“. (HR. Ahmad).
Diantara akhlak-akhlak itu diantaranya, adalah:
a. Akhlak terpuji ( Mahmudah )
Husnuzan Berasal dari lafal husnun ( baik ) dan Adhamu (Prasangka).
Husnuzan berarti prasangka, perkiraan, dugaan baik. Lawan kata husnuzan
adalah suuzan yakni berprasangka buruk terhadap seseorang.
Tawaduk berarti rendah hati. Orang yang tawaduk berarti orang yang
merendahkan diri dalam pergaulan. Lawan kata tawaduk adalah takabur.
Tasamu artinya sikap tenggang rasa, saling menghormati dan saling
menghargai sesama manusia. Allah berfirman, ”Untukmu agamamu, dan
untukku agamaku (Q.S. Alkafirun/109: 6) Ayat tersebut menjelaskan
bahwa masing-masing pihak bebas melaksanakan ajaran agama yang
diyakini.
Ta’awun berarti tolong menolong, gotong royong, bantu membantu
dengan sesama manusia.
b. Akhlak Tercela ( Mazmumah )
Hasad Artinya iri hati, dengki. Iri berarti merasa kurang senang atau
cemburu melihat orang lain beruntung.
Dendam yaitu keinginan keras yang terkandung dalam hati untuk
membalas kejahatan.
Gibah dan Fitnah adalah Membicarakan kejelekan orang lain dengan
tujuan untuk menjatuhkan nama baiknya. Apabila kejelekan yang
dibicarakan tersebut memang dilakukan orangnya dinamakan gibah.
Sedangkan apabila kejelekan yang dibicarakan itu tidak benar, berarti
pembicaraan itu disebut fitnah.
Namimah adalah Adu domba atau namimah, yakni menceritakan sikap
atau perbuatan seseorang yang belum tentu benar kepada orang lain
dengan maksud terjadi perselisihan antara keduanya.
BAB II HAJI
A. Pengertian Haji
Haji adalah salah satu rukun Islam yang lima. Menunaikan ibadah haji adalah
bentuk ritual tahunan bagi kaum muslim yang mampu secara material, fisik,
maupun keilmuan dengan berkunjung ke beberapa tempat di Arab Saudi dan
melaksanakan beberapa kegiatan pada satu waktu yang telah ditentukan yaitu
pada bulan Dzulhijjah
Secara estimologi (bahasa), Haji berarti niat (Al Qasdu), sedangkan menurut
syara’ berarti Niat menuju Baitul Haram dengan amal-amal yang khusus.Temat-
tempat tertentu yang dimaksud dalam definisi diatas adalah selain Ka’bah dan
Mas’a (tempat sa’i), juga Padang Arafah (tempat wukuf), Muzdalifah (tempat
mabit), dan Mina (tempat melontar jumroh).
Sedangkan yang dimaksud dengan waktu tertentu adalah bulan-bulan haji
yaitu dimulai dari Syawal sampai sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah. Amalan
ibadah tertentu ialah thawaf, sa’i, wukuf, mazbit di Muzdalifah, melontar jumroh,
dan mabit di Mina.
B. Jenis - Jenis Haji
a. Haji Ifrad, artinya menyendiri
Pelaksanaan ibadah haji disebut ifrad jika sesorang melaksanakan
ibadah haji dan umroh dilaksanakan secara sendiri-sendiri, dengan
mendahulukan ibadah haji. Artinya, ketika calon jamaah haji mengenakan
pakaian ihram di miqat-nya, hanya berniat melaksanakan ibadah haji. Jika
ibadah hajinya sudah selesai, maka orang tersebut mengenakan ihram
kembali untuk melaksanakan ibadah umroh.
b. Haji Tamattu’, artinya bersenang-senang
Pelaksanaan ibadah haji disebut Tamattu’ jika seseorang
melaksanakan ibadah umroh dan Haji di bulan haji yang sama dengan
mendahulukan ibadah Umroh. Artinya, ketika seseorang mengenakan
pakaian ihram di miqat-nya, hanya berniat melaksanakan ibadah Umroh.
Jika ibadah Umrohnya sudah selesai, maka orang tersebut mengenakan
ihram kembali untuk melaksanakan ibadah Haji.
Tamattu’ dapat juga berarti melaksanakan ibadah Umroh dan Haji didalam
bulan-bulan serta didalam tahun yang sama, tanpa terlebih dahulu pulang
ke negeri asal.
c. Haji Qiran, artinya menggabungkan
Pelaksanaan ibadah Haji disebut Qiran jika seseorang
melaksanakan ibadah Haji dan Umroh disatukan atau menyekaliguskan
berihram untuk melaksanakan ibadah haji dan umrah. Haji Qiran
dilakukan dengan tetap berpakaian ihram sejak miqat makani dan
melaksanakan semua rukun dan wajib haji sampai selesai, meskipun
mungkin akan memakan waktu lama.
C. Hukum Haji
1. Fardhu (wajib) ‘aen, bagi yang sudah memenuhi syarat :
a. Islam
b. Baliqh
c. Berakal
d. Merdeka
e. Mampu (Istitho’ah)
2. Sunat bagi :
a. Muslim yang belum baliqh
b. Hamba sahaya
c. Muslim yang telah melaksanakan haji.
D. Dasar Hukum Haji
1. Al Quran surat Ali Imron ayat 97
“Semata-mata karena Allah, menjadi kewajiban manusia untuk
melaksanakan ibadah haji ke Baitulloh bagi yang mampu dalam
perjalanannya”
2. Hadits riwayat Imam Bukhori dan Imam Muslim.
“Islam didirikan di atas lima perkara, yaitu (1) persaksian bahwa tiada
tuhan selain Alloh dan Muhammad SAW. adalah utusan Alloh, (2)
mendirikan sholat, (3) berpuasa dibulan ramadhan, (4) membayar
zakat, (5) berkunjung kebaitullah”. (H.R. Bukhori dan Muslim) .
E. Rukun, Wajib dan Sunah Haji
1. Rukun Haji
1. Ihram, ihram adalah berniat mengerjakan ibadah haji dengan memakai
pakaian ihram, pakaian berwarna putih bersih dan tidak dijahit. Pakaian
yang tidak dijahit hanya berlaku untuk laki-laki.
2. Wuquf, wuquf artinya hadir di Padang Arafah pada waktu Zuhur, dimulai
sejak tergelincir matahari tanggal 9 sampai matahari terbit tanggal 10
Dzulhijjah.
3. Thawaf, tawaf adalah mengelilingi Ka’bah tujuh kali putaran, dimulai dari
hajar Aswad dengan posisi Ka’bah di sebelah kiri yang bertawaf (berputar
kebalikan arah jarum jam). Orang yang tawaf harus menutup aurat serta
suci dari hadas najis. Macam-macam tawaf, antara lain : 1. Tawaf qudum
dilakukan ketika baru sampai di Mekah, 2. Tawaf ifadah dilakukan karena
melaksanakan rukun haji, 3. Tawaf nazar dilakukan karena nazar, 4. Tawaf
sunah (tatawu’) dilakukan tidak karena sebab-sebab tertentu (mencari
keutamaan dalam beribadah), 5. Tawaf wada’ dilakukan karena akan
meninggalkan Mekah.
4. Sa’i, sa’i yaitu lari kecil diantara bukit Safa dan Marwah. Ketentuan sa’i
harus dimulai dari bukit Safa dan diakhiri di bukit Marwah. Sa’i dilakukan
tujuh kali dan dikerjakan setelah tawaf, baik tawaf rukun atau tawaf sunah.
5. Menggunting (mencukur) rambut, waktu mencukur setelah melempar
jumrah aqabah pada hari nahar dan apabila mempunyai kurban maka
mencukur dilakukan setelah menyembelihnya. Mencukur sekurang-
kurangnya tiga helai rambut.
6. Tertib, yaitu menertibkan rukun tersebut, artinya harus berurutan dimulai
niat (ihram, wuquf, tawaf, sa’i dan menggunting rambut).
2. Wajib Haji
1. Iharam dimulai dari miqat yang telah ditentukan
2. Wuquf di Arafah sampai matahari tenggelam
3. Mabit di Mina
4. Mabit di Muzdalifah hingga lewat setengah malam
5. Melempar jumrah
6. Meninggalkan larangan-larangan haji
3. Sunah Haji
1. Melaksanakan haji ifrad, Cara mengerjakan haji yang dirangkai dengan
umrah itu ada tiga macam : 1. Haji ifrad, yaitu megerjakan ibadah haji
dahulu kemudian umrah. 2. Haji tamattu’, yaitu mengerjakan umrah
dahulu kemudian haji. 3. Haji Qiran, yaitu mengerjakan ibadah haji dan
umrah secara bersama-sama. Dari ketiga macam cara ini, yang disunahkan
(yang paling utama) adalah cara melaksanakan haji ifrad.
2. Membaca talbiyah, yaitu “Aku datang memenuhi panggilanMu ya Allah,
aku datang memenuhi panggilanMu, sesungguhnya segala puji dan nikmat
adalah milikMu, kerajaan (bumi dan langit) adalah milikMu, tiada sekutu
bagiMu."
3. Berdo’a setelah membaca talbiyah
4. Membaca do’a atau dzkir sewaktu melakukan tawaf, “Aku datang
memenuhi panggilanMu ya Allah, aku datang memenuhi panggilanMu,
sesungguhnya segala puji dan nikmat adalah milikMu, kerajaan (bumi dan
langit) adalah milikMu, tiada sekutu bagiMu."
5. Shalat 2 rakaat setelah tawaf
6. Masuk ke ka’bah
F. Larangan bagi orang yang melakukan ibadah haji
1. Laki-laki dilarang berpakaian yang berjahit.
2. Laki laki dilarang menutup kepala.
3. Perempuan dilarang menutup kepala.
4. Laki laki maupun perempuan dilarang memakai harum haruman selama
ihram.
5. laki laki dan perempuan dilarang menghilangkan rambut atau bulu badan
yang lain, juga memakai minyak rambut.
6. Dilarang memotong kuku sebelum tahalul 1
7. Dilarang meminang,menikah,menikahkan,dan menjadi wali dalam
pernikahan.
8. Dilarang berburu dan membunuh binatang darat yang liar dan halal
dimakan.
G. DAM
Dam artinya darah. dalam ibadah haji/umroh dam berarti sangsi atau
dendaan karena adanya pelangggaran.
a. denda karena tidak dapathaji ifrad yaitu menyembelih seekor kambing yang
sah untuk berkurban.
b. denda karena melaggar larangan haji yaitu mencukur rambut, memotong
kuku, memakai pakaian berjahit berminyak rambut, dan memakai harum
haruman.
c. denda karena bersetubuh sebelum tahalul ke 2 yaitu menyembelih seekor
onta/sapi, 7 ekor kambing.
d. denda karena membunuh binatang liar yaitu menyembelih binatang jinak
yang sebandig dengan binatang yang dibunuh.
e. Denda karena terhalang musuh sehingga tidak dapat meneruskan ibadah haji
dan umrah yaitu hendaklah ia tahalul dengan menyembelih seekor kambing di
tempat terhalang itu.
H. Rangkaian Kegiatan Ibadah Haji
1. Sebelum tanggal 8 Dzulhijjah, calon jamaah haji mulai berbondong untuk
melaksanakan Tawaf Haji di Masjid Al Haram, Makkah.
2. Calon jamaah haji memakai pakaian Ihram (dua lembar kain tanpa jahitan
sebagai pakaian haji), sesuai miqatnya, kemudian berniat haji, dan
membaca bacaan Talbiyah, yaitu mengucapkan Labbaikallahumma
labbaik labbaika laa syarika laka labbaik. Innal hamda wan ni’mata laka
wal mulk laa syarika laka..
3. Tanggal 9 Dzulhijjah, pagi harinya semua calon jamaah haji menuju ke
padang Arafah untuk menjalankan ibadah wukuf. Kemudian jamaah
melaksanakan ibadah Wukuf, yaitu berdiam diri dan berdoa di padang
Arafah hingga Maghrib datang.
4. Tanggal 9 Dzulhijjah malam, jamaah menuju ke Muzdalifah untuk mabbit
(bermalam) dan mengambil batu untuk melontar jumroh secukupnya.
5. Tanggal 9 Dzulhijjah tengah malam (setelah mabbit) jamaah meneruskan
perjalanan ke Mina untuk melaksanakan ibadah melontar Jumroh
6. Tanggal 10 Dzulhijjah, jamaah melaksanakan ibadah melempar Jumroh
sebanyak tujuh kali ke Jumroh Aqobah sebagai simbolisasi mengusir
setan. Dilanjutkan dengan tahalul yaitu mencukur rambut atau sebagian
rambut.
7. Jika jamaah mengambil nafar awal maka dapat dilanjutkan perjalanan ke
Masjidil Haram untuk Tawaf Haji (menyelesaikan Haji)
8. Sedangkan jika mengambil nafar akhir jamaah tetap tinggal di Mina dan
dilanjutkan dengan melontar jumroh sambungan (Ula dan Wustha).
9. Tanggal 11 Dzulhijjah, melempar jumrah sambungan (Ula) di tugu
pertama, tugu kedua, dan tugu ketiga.
10. Tanggal 12 Dzulhijjah, melempar jumrah sambungan (Ula) di tugu
pertama, tugu kedua, dan tugu ketiga.
11. Jamaah haji kembali ke Makkah untuk melaksanakan Thawaf Wada’
(Thawaf perpisahan) sebelum pulang ke negara masing-masing.
BAB III KETAUHIDAN
A. Pengertian
Tauhid adalah Mengesakan Allah semata dalam beribadah dan tidak
menyekutukan-Nya. Dan hal ini merupakan ajaran semua Rasul
alaihimusshalatuwassalam. Bahkan tauhid merupakan pokok yang dibangun
diatasnya semua ajaran, maka jika pokok ini tidak ada, amal perbuatan menjadi
tidak bermanfaat dan gugur, karena tidak sah sebuah ibadah tanpa tauhid.
B. Macam – Macam Tauhid
1. Tauhid Rububiyah
Yaitu menyatakan bahwa tidak ada Tuhan Penguasa seluruh alam
kecuali Allah yang menciptakan dan memberi mereka rizki. Tauhid ini
juga telah diikrarkan oleh orang-orang musyrik pada masa dahulu. Mereka
menyatakan bahwa Allah semata yang Maha Pencipta, Penguasa,
Pengatur, Yang Menghidupkan,Yang Mematikan, tidak ada sekutu bagi-
Nya. Allah ta’ala berfirman dalam surat (Al-Ankabut :61).
“Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka:
“Siapakah yang menjadikan langit dan bumi dan menundukkan matahari
dan bulan?” Tentu mereka akan menjawab,“Allah” maka betapakah
mereka (dapat) dipalingkan (dari jalan yang benar)” (Q.S. Al-Ankabut:
61).
2. Tauhid Asma’ dan Sifat.
Yaitu beriman bahwa Allah ta’ala memiliki zat yang tidak serupa
dengan berbagai zat yang ada, serta memiliki sifat yang tidak serupa
dengan berbagai sifat yang ada. Dan bahwa nama-nama-Nya menyatakan
dengan jelas akan sifat-Nya yang sempurna secara mutlak sebagaimana
firman Allah ta’ala:
“Tidak ada sesuatupun yang meyerupainya, dan Dia Maha
Mendengar lagi Maha Melihat” (QS. As-Syura: 11)
Begitu juga halnya (beriman kepada Asma’ dan Sifat Allah) berarti
menetapkan apa yang Allah tetapkan untuk diri-Nya dalam Kitab-Nya,
atau apa yang telah ditetapkan oleh Rasul-Nya shallallahu `alaihi wa
sallam dengan penetapan yang layak sesuai kebesaran-Nya tanpa ada
penyerupaan dengan sesuatupun, tidak juga memisalkannya dan
meniadakannya, tidak merubahnya, tidak menafsirkannya dengan
penafsiran yang lain dan tidak menanyakan bagaimana hal-Nya.
3. Tauhid Uluhiyah
Tauhid Uluhiyah adalah tauhid ibadah, yaitu mengesakan Allah
dalam seluruh amalan ibadah yan Allah perintahkan, seperti: berdoa,
khouf (takut), raja’ (harap), tawakkal, raghbah (berkeinginan), rahbah
(takut), Khusyu’, Khasyah (takut disertai pengagungan), taubat, minta
pertolongan, menyembelih, nazar dan ibadah yang lainnya yang
diperintahkan-Nya. Dalilnya firman Allah ta’ala:
“Dan sesungguhnya mesjid-mesjid itu adalah kepunyaan Allah.
Maka janganlah kamu menyembah seseorangpun didalamnya di samping
(menyembah) Allah” (Q.S: Al Jin:18).
C. Tauhid Sebagai Dimensi Metodologi
Sebagai intisari peradaban Islam, tauhid mempunyai dua segi atau dimensi
segi metodologis dan konseptual. Yang pertama menentukan bentuk penerapan
dan implementasi prinsip pertama peradaban ; yang kedua menentukan prinsip
pertama itu sendiri.
1. Dimensi Metodologis
Dimensi metodologis meliputi tiga prinsip; yaitu kesatuan, rasionalisme,
dan toleransi. Ketiganya ini menentukan bentuk peradaban Islam.
Kesatuan. Tak ada peradaban tanpa kesatuan. Jika unsur-unsur peradaban
tidak bersatu, berjalin , dan selaras satu dengan lainnya, maka unsur-unsur
itu bukan membentuk peradaban, melainkan himpunan campur-aduk.
2. Dimensi isi tauhid
Tauhid mempunyai beberapa dimensi isi tauhid sbb :
a. Tauhid sebagai prinsip pertama metafisika
b. Tauhid sebagai prinsip pertama etika
c. Tauhid sebagai prinsip pertama aksiologi
d. Tauhid sebagai prinsip pertama masyarakat
e. Tauhid sebagai prinsip pertama estetika
D. Kedudukan Tauhid Dalam Islam
Seorang muslim meyakini bahwa tauhid adalah dasar Islam yang paling
agung dan hakikat Islam yang paling besar, dan merupakan salah satu syarat
merupakan syarat diterimanya amal perbuatan disamping harus sesuai dengan
tuntunan Rasulullah.
E. Dalil Al-Qur’an Tentang Keutamaan & Keagungan Tauhid
Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa berfirman: "Dan sesungguhnya Kami telah
mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): Sembahlah Allah (saja),
dan jauhilah Thaghut itu" (QS An Nahl: 36)
"Padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak
ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang
mereka persekutukan" (QS At Taubah: 31)
"Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. Ingatlah,
hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik)" (QS Az Zumar: 2-3)
"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan keta`atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus"
(QS Al Bayinah: 5)