Makalah Agama

26
LINGKUNGAN DALAM PERSFEKTIF ISLAM BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Dalam tugas kali ini makalah yang kami buat akan membahas tentang “adab terhadap lingkungan dalam prespektif islam”. Dalam agama islam kita sebagai makhluk hidup yang tinggal di bumi harus dapat menyelaraskan diri dengan lingkungan yang telah memberi kita kehidupan dan menyediakan berbagai kebutuhan hidup kita. Di dalam agama islam kita diajarkan untuk saling menghormati antar sesamanya, manusia dengan manusia, manusia dengan alam, manusia dengan makhluk hidup lainnya. Bahkan banyak ayat dalam Al-Quran dan Hadis yang telah membicarakan hal ini. Kami mengambil tema dan judul makalah ini dikarenakan di dunia yang semakn tua ini keadaan alam sudah semakin rusak dan bahkan manusia sebagai makhluk hidup yang mendiami alam tidak mau bersahabat dengannya. 1. Rumusan Masalah Rumusan masalah pada kasus ini adalah : 1. Apakah umat muslim dimuka bumi hidup selaras dengan lingkungan yang ada disekitar kita? 2. Apa yang menyebabkan manusia merusak lingkungan alam sekitar mereka? 3. Bagaimana cara meminimalisir kejahatan manusia terhadap lingkungan? 4. Apa upaya yang dapat dilakukan agar lingkungan dan alam dapat terus menyediakan berbagai kebutuhan manusia? 1. Tujuan Dengan pembuatan makalah tentang adab terhadap lingkungan dalam prespektif islam pada dasarnya mempunyai tujuan yaitu : 1. Membuat lingkungan dan alam yang ada disekitar kita masih mau menyediakan kebutuhan hidup kita. 2. Menyadarkan manusia betapa pentingnya peranan lingkungan dan alam sekitar kita bagi kelangsungan hidup kita. 3. Membuat hijau bumi kita agar makhluk hidupnya hidup dengan tenteram. BAB II PEMBAHASAN

Transcript of Makalah Agama

Page 1: Makalah Agama

LINGKUNGAN DALAM PERSFEKTIF ISLAM

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Dalam tugas kali ini makalah yang kami buat akan membahas tentang “adab terhadap

lingkungan dalam prespektif islam”. Dalam agama islam kita sebagai makhluk hidup

yang tinggal di bumi harus dapat menyelaraskan diri dengan lingkungan yang telah

memberi kita kehidupan dan menyediakan berbagai kebutuhan hidup kita. Di dalam

agama islam kita diajarkan untuk saling menghormati antar sesamanya, manusia dengan

manusia, manusia dengan alam, manusia dengan makhluk hidup lainnya. Bahkan banyak

ayat dalam Al-Quran dan Hadis yang telah membicarakan hal ini.

Kami mengambil tema dan judul makalah ini dikarenakan di dunia yang semakn tua ini

keadaan alam sudah semakin rusak dan bahkan manusia sebagai makhluk hidup yang

mendiami alam tidak mau bersahabat dengannya.

1. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada kasus ini adalah :

1. Apakah umat muslim dimuka bumi hidup selaras dengan lingkungan yang ada

disekitar kita?

2. Apa yang menyebabkan manusia merusak lingkungan alam sekitar mereka?

3. Bagaimana cara meminimalisir kejahatan manusia terhadap lingkungan?

4. Apa upaya yang dapat dilakukan agar lingkungan dan alam dapat terus menyediakan

berbagai  kebutuhan manusia?

1. Tujuan

Dengan  pembuatan makalah tentang adab terhadap lingkungan dalam prespektif islam

pada dasarnya mempunyai tujuan yaitu :

1. Membuat lingkungan dan alam yang ada disekitar kita masih mau menyediakan

kebutuhan hidup kita.

2. Menyadarkan manusia betapa pentingnya peranan lingkungan dan alam sekitar kita

bagi kelangsungan hidup kita.

3. Membuat hijau bumi kita agar makhluk hidupnya hidup dengan tenteram.

BAB II

 

PEMBAHASAN

Islam mengajarkan hidup selaras dengan alam. Banyak ayat Al-quran maupun hadis

yang bercerita tentang lingkungan hidup. Dan kitab fikih yang menjadi penjabaran

Page 2: Makalah Agama

keduanya, masalah lingkungan ini masuk dalam bidang jinayat (hukum). “Artinya, kalau

sampai ada seseorang menggunduli hutan dan merusak hutan, itu harus diberlakukan

sanksi yang tegas. Harus dicegah. Harus dihukum,” ujar mantan Rois A’am Nahdlatul

Ulama, Prof KH Ali Yafie, Selasa (6/2). Kepada Damanhuri Zuhri dari Republika, penulis

buku “Merintis Fiqh Lingkungan Hidup” ini bertutur banyak tentang kearifan terhadap

alam menurut ajaran Islam.

Ada dua ajaran dasar yang harus diperhatikan umat Islam. Dua ajaran dasar itu

merupakan dua kutub di mana manusia hidup. Yang pertama, rabbul’alamin. Islam

mengajar bahwa Allah SWT itu adalah Tuhan semesta alam. Jadi bukan Tuhan manusia

atau sekelompok manusia, bukan itu. Dari awal manusia yang bersedia mendengarkan

ajaran Islam sudah dibuka wawasannya begitu luas bahwa Allah SWT adalah Tuhan

semesta alam. Orang Islam tidak boleh berpikiran picik, Allah SWT bukan saja Tuhan

kelompok mereka, Tuhan manusia, melainkan Tuhan seluruh alam. Jadi Tuhan yang kita

sembah adalah Tuhan semua alam. Dan alam di hadapan Tuhan, sama. Semuanya

dilayani oleh Allah, dilayani oleh Allah sama dengan manusia.

Kutub yang kedua adalah rahmatan lil’alamin. Artinya manusia diberikan sebagai amanat

untuk mewujudkan segala perilakunya dalam rangka kasih sayang terhadap seluruh

alam. Kalau manusia bertindak dalam semua tindakannya berdasarkan kasih sayangnya

kepada seluruh alam, tidak saja sesama manusia, namun juga kepada seluruh alam.

Dalam Alquran ada ayat yang mengatakan ”Laa tufsiduu fil ardhi ba’da ishlahiha (jangan

merusak alam ini, merusak bumi ini sesudah ditata sedemikian baik). Sekarang orang

mengatakan teorinya keseimbangan, itu sebenarnya yang dimaksud dengan kata-kata

ba’da ishlaahiha. Jadi kalau berbicara mengenai lingkungan alam, itu bagi Islam sejak

awal sudah dibicarakan. Dunia Barat, dunia modern baru ribu dengan masalah

lingkungan alam baru di penghujung abad ke-20. Sebelumnya mereka sudah merusak

alam.

Artinya, seorang Muslim yang benar-benar meyakini Alquran dan hadis, dia tidak akan

sewenang-wenang terhadap alam

Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya.

Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan penuh harap (akan

dikabulkan). Sesungguhnya, rahmat Allah sungguh dekat dengan orang-orang yang

berbuat baik.(QS. al-A’raf/7: 56)

Eksploitasi yang berlebihan terhadap sumber daya alam dilihat sebagai penyebab utama

terjadinya bencana alam seperti longsor maupun banjir di Indonesia dalam kurun waktu

setahun terakhir ini. Bencana alam ini tidak hanya telah mengakibatkan ratusan manusia

kehilangan nyawa, tetapi juga ribuan manusia kehilangan tempat tinggal mereka.

Page 3: Makalah Agama

Bencana lingkungan seperti tsunami, banjir, tanah longsor, lumpur, dan gempa adalah

sederet bencana yang datang silih berganti. Tetapi, bencana-bencana tersebut tidak

selamanya disebabkan faktor alam. Banjir dan tanah longsor misalnya, merupakan

bencana yang tidak bisa dipisahkan dengan faktor manusia yang kurang ramah dengan

alam dan lingkungannya sendiri.

Malapetaka ini disebabkan oleh rusaknya lingkungan dan hancurnya ekosistem alam,

krisis ekologi, karena kerakusan manusia, eksploitasi liar tanpa henti terhadap alam

adalah bukti konkrit pada saat ini.

Dalam pelajaran ekologi manusia, kita akan dikenalkan pada teori tentang hubungan

manusia dengan alam. Salah satunya adalah anthrophosentis. Di sana dijelaskan

mengenai hubungan manusia dan alam. Dimana manusia menjadi pusat dari alam.

maksudnya semua yang ada dialam ini adalah untuk manusia.

Allah SWT. juga menjelaskannya dalam Al Qur’an, bahwa semua yang ada dialam ini

memang sudah diciptakan untuk kepentingan manusia.“Dia-lah Allah, yang menjadikan

segala yang ada di bumi untuk kamu” (al Baqarah: 29). tapi berbeda dengan

anthoroposentris yang menempatkan manusia sebagai penguasa yang memiliki hak

tidak terbatas terhadap alam, maka islam menempatkan manusia sebagai rahmat bagi

alam..“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi

semesta alam.”(al Anbiyaa’:107)

Kita sudah sama-sama tahu bahwa, pemanfaatan alam yang berlebihan selama ini telah

menimbulkan dampak negatif yang besar bagi manusia dan alam itu sendiri. Rusaknya

hutan, bencana banjir, tercemarnya air, tanah dan udara. Semua itu merupakan contoh

nyata dari hasil pemanfaatan sumberdaya alam yang berlebih-lebihan. Allah SWT

memang melarang kita berlebih-lebihan dalam memanfaatkan alam.“…dan janganlah

kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-

lebihan.” (al An’am:141).

Akibat perbuatan manusia yang rakus manusia saat ini besok dan dimasa yang akan

datang harus menanggung resiko menghadapi kekuatan alam yang maha dahsyat.

Langkah strategis perlu dilakukan denagan melakukan pendekatan-pendekatan yang

lebih spritualis. Hal ini dilakukan untuk mengimbangi strategi melalui jalur sains dan

jalur-jalur lainnya yang mulai terhambat.

Pengendalian kerusakan lingkungan harus dimulai dari pengendalian manusia sebagai

subjek atas lingkungan lingkungan itu sendiri. Adalah hal yang fatal ketika harus

mendikotomikan antara peran lingkungan dan manusia, karena manusia adalah bagian

dari tata ekosistem lingkungan itu sendiri dan itu sudah given tidak bisa diutak atik lagi.

Page 4: Makalah Agama

Indonesia Kini

Ketika alam sudah marah, siapakah yang salah? Alamkah atau manusia terlalu serakah?

Tapi fakta membuktikan, manusia seringkali memperlakukan alam secara tidak

proporsional. Padahal semestinya manusia bersikap ramah terhadapnya.

Sebuah rekor yang patut disayangkan dan memalukan. Negara masuk buku rekor dunia

(Guinness World Records) yang dirilis bulan September pada tahun 2005. Indonesia

dijuluki sebagai perusak hutan tercepat di dunia dari 44 negara yang secara kolektif

memiliki 90 % dari luas hutan di dunia.

Atas penilaian itu, kita sebenarnya tak perlu mencari alasan untuk memungkirinya.

Bagaimana pun, kita mesti mengakui, kasus pembalakan hutan secara liar telah menjadi

fakta. Sudah tak terhitung jumlah hutan yang digunduli oleh tangan-tangan usil tak

bertanggung jawab. Dalam surat resmi berisi sertifikat yang dikirimkan oleh Green Peace

tercatat, sekitar 1,8 juta hektare hutan yang dihancurkan pertahun mulai tahun 2000

sampai 2005, berarti kehancuran hutan sekitar 2 % atau 51 kilometer perhari. Sungguh

luar biasa. Saking parahnya, anggota Komisi V (Bidang Kehutanan), Tamsil

memperkirakan + 40-50 tahun lagi, hutan Indonesia akan pulih seperti sedia kala.

Lebih lanjut, Hasporo menjelaskan penyebab deforestasi (penurunan luas hutan) adalah

illegal logging (penebangan hutan tanpa izin pemerintah), legal loging (penebangan

hutan dengan izin melalui HPH -Hak Pengelola Hutan- dan HTI -Hutan Tanaman Industri)

dan juga akibat kebakaran hutan. Kasus deforestasi ini, menurut juru kampanye hutan

Green Peace, Bustar Maitar juga memberi dampak pada sumbangan emisi gas rumah

kaca yang mengakibatkan global warming (pemanasan global). Dalam hal ini, Indonesia

termasuk penyumbang terbesar ketiga setelah Amerika dan Tiongkok. Ini artinya,

Indonesia juga turut ambil bagian atas terjadinya pemanasan global.

Jika masalah kerusakan hutan tak segera ditangani, bukan tidak mungkin hutan di

Indonesia akan punah. Dalam hal ini, pemerintah sebenarnya telah mempunyai agenda

berupa penghentian penebangan sementara (moratorium). Hanya saja, pemerintah

masih lemah dalam penegakan hukum. Masih banyak penebang liar yang lolos dari

jeratan hukum. Ini pasti ada pihak aparat yang menyusup menjadi si ‘Raja Hutan’.

Padahal, dampak kerusakan hutan ini sungguh berbahaya. Sebagian besar kawasan

Indonesia telah menjadi kawasan rentan bencana. Baik bencana kekeringan, maupun

tanah longsor. Sejak 1998 sampai pertengahan 2003, telah terjadi 647 bencana di

Indonesia dengan korban 2.022 korban jiwa dan kerugian milyaran rupiah. 85 % berupa

banjir dan longsor yang diakibatkan kerusakan hutan. (Jawa Pos, Jum’at 04 Mei 2007)

Selain itu, kerusakan hutan bisa menimbulkan polusi udara, yang menyebabkan

mewabahnya pelbagai penyakit, seperti saluran pencernaan, influenza, pernafasan,

Page 5: Makalah Agama

lading paru-paru, jaringan kulit dan sebagainya. Kita tentu tak ingin dampak buruk ini

terjadi di negeri kita. Karena itu, pemerintah harus secepatnya melakukan renovasi

hutan, apalagi pada tahun ini, anggaran sebesar 4.2 triliyun dialokasikan untuk

keperluan rehabilitasi hutan.

Relasi Peran dan Fungsi Agama (Islam) dengan Lingkungan

Ajaran Islam menawarkan kesempatan untuk memahami Sunatullah serta menegaskan

tanggung jawab manusia. Ajaran Islam tidak hanya mengajarkan untuk mengambil

manfaat dari sumber daya alam, tetapi juga mengajarkan aturan main dalam

pemanfaatannya dimana kesejahteraan bersama yang berkelanjutan sebagai hasil

keseluruhan yang diinginkan.

Salah satu Sunnah Rasullullah SAW menjelaskan bahwa setiap warga masyarakat berhak

untuk mendapatkan manfaat dari suatu sumberdaya alam milik bersama untuk

memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya sepanjang dia tidak melanggar, menyalahi

atau menghalangi hak-hak yang sama yang juga dimiliki oleh orang lain sebagai warga

masyarakat. Penggunaan sumberdaya yang langka atau terbatas harus diawasi dan

dilindungi

Pemahaman untuk melindungi lingkungan hidup merupakan bagian dari perwujudan

ibadah manusia Sebagai khalifah, dimuka bumi ini.

Diperlukan pandangan yang arif dan komprehensif agar dapat melihat persoalan-

persoalan di lingkungan secara bijaksana agar dapat memberikan solusi yang terbaik.

Terdapat empat hal dalam memahami masalah lingkungan, diantaranya, pendekatan

scientific (pembuktian empiris, penelitian, kajian ilmiah), konstruksi sosial budaya

(interpretasi sosial budaya terhadap alam lingkungan), dan agama (teologi)

Peran agama dalam hal ini adalah memberikan ruang integrasi berbagai kearifan

(keilmuan, budaya, politik, ekonomi, dsb), untuk menjadi kanal dari terbentuknya

transformasi sosial, serta menyediakan wahana untuk memahami peristiwa alam contoh,

kasus Merapi yang diinterpretasikan lain oleh setiap orangnya.

Masalah lingkungan diantara posisi agama dalam lingkungan, merupakan masalah non-

market but moral issues. Sistem nilai dalam agama akan sangat membantu dalam

mendukung keberlanjutan kehidupan manusia dengan memberikan kesempatan bagi

generasi mendatang untuk menghuni bumi dengan segala lingkungannya yang masih

asri. Tak ada satu ajaranpun yang mengajarkan atau memberi hak kita untuk memakai

alam ini seenaknya.

Agama dan lingkungan, membentuk pandangan baru terhadap alam, misalnya melalui

pemahaman kontekstual kitab-kitab suci dan tradisi religius keagamaan tentang alam,

Page 6: Makalah Agama

meningkatkan kesadaran untuk membangun basis untuk aksi, baik melalui fiqih

lingkungan/teologi lingkungan, pemuka agama, dan lembaga keagamaan.

Islam menekankan umatnya untuk menjaga kelestarian lingkungan dan berlaku arif

terhadap alam (ecology wisdom). Dalam QS. al-Anbiya/21: 35-39 Allah mengisahkan

kasus Nabi Adam. Adam telah diberi peringatan oleh Allah untuk tidak mencabut dan

memakan buah khuldi. Namun, ia melanggar larangan itu. Akhirnya, Adam terusir dari

surga. Ia diturunkan ke dunia. Di sini, surga adalah ibarat kehidupan yang makmur,

sedangkan dunia ibarat kehidupan yang sengsara. Karena Adam telah merusak ekologi

surga, ia terlempar ke padang yang tandus, kering, panas dan gersang. Doktrin ini

mengingatkan manusia agar sadar terhadap persoalan lingkungan dan berikhtiar

melihara ekosistem alam.

Selain itu kita juga harus mampu memahami konteks missi Islam sebagai Rahmatan Lil

Alamiin atau rahmat bagi sekalian alam. Kata alam disini jelas bukan hanya makhluk

hidup seperti mausia dan binatang, tetapi juga alam semesta. Bahkan jika melihat Al-

Quran , dipastikan akan banyak ditemui ayat-ayat yang berbicara tentan lingkungan

hidup.

Mantan Rais Aam PBNU KH Ali Yafie dalam bukunya Merintis Fiqih Lingkungan Hidup

(2006) mengatakan, sekitar 95 ayat Al-Quran berbicara tentang lingkungan hidup

beserta larangan-larangan Allah SWT untuk berbuat kerusakan. Antara lain QS Al-

Baqoroh 11, 12, 27, 30, 60, 220, 251; Ali Imran : 63; Al-Maidah: 64; dan Al-A’raf : 56, 74,

85, 86, 103, 127, 142. Demikian pula hadist-hadist nabi yang berbicara tentang

lingkungan hidup juga tidak sedikit. Salah satu contohnya adalah keteadanan rosulullah

SAW yang menganjurkan pemeliharaan lingkungan . “ Barang siapa yang memotong

pohon sidrah maka Allah akan meluruskan kepalanya tepat kedalam neraka” (HR. Abu

Dawud dalam Sunan-Nya).

Jauh sebelumnya, Islam sebenarnya telah mewanti-wanti kepada kita agar berbuat

ramah terhadap alam dan lingkungan sekitar. Islam telah memberi tuntunan bagaimana

kita berinteraksi dengan lingkungan.

Jagad raya ini diciptakan oleh Tuhan supaya manusia bisa melanjutkan evolusinya hingga

mencapai tujuan penciptaan. Karenanya, seluruh potensi alami memiliki manfaat untuk

tujuan yang sama. Tak ada yang sia-sia. Pada surat Shad ayat 27, Tuhan berfirman, “Dan

Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya tanpa

hikmah”. Jadi, Tuhan tidak pernah menciptakan makhluk kecuali ada tujuan agung yang

akan dicapai. Tuhan berfirman dalam surat al-Ahqaf ayat 3 :”Kami tiada menciptakan

langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang

benar dan dalam waktu yang ditentukan.”

Page 7: Makalah Agama

Salah satu tujuan penciptaan alam adalah untuk menjaga keseimbangan. Penciptaan

hewan, tumbuh-tumbuhan, air, batu-batuan dan gunung berfungsi sebagai pengokoh

bumi agar tidak goyah dan terhindar dari banjir dan erosi. Langit dan hujan berguna

untuk menumbuhkan tanaman di bumi. Semua itu bertujuan sebagai ekosistem

kehidupan manusia. Semuanya telah diukur sesuai kadarnya. Sehingga, ketika salah satu

komponen isi alam raya ini terganggu, maka yang lainya ikut terganggu pula (Zad al-

Masir, IV, 58, )

Secara tersirat, pengaturan ciptaan itu dapat kita ketahui dari beberapa ayat dalam al-

Quran, antara lain pada surat al-Hijr ayat 9: “Dan Kami telah menghamparkan bumi dan

menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu

menurut ukuran.”

Dan pada surat Luqman ayat 10: “Dia (Allah) menciptakan langit tanpa tiang yang kamu

melihatnya dan Dia meletakkan gunung-gunung (di permukaan) bumi supaya bumi itu

tidak menggoyangkan kamu; dan memperkembangbiakkan padanya segala macam jenis

binatang. Dan Kami turunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan padanya segala

macam tumbuh-tumbuhan yang baik”.

Kita harus menyadari bahwa semua makhluk hidup di muka bumi ini hidup serba

ketergantungan antara satu dengan lainnya. Tanaman, hewan dan kekayaan alam

lainnya butuh perawatan dari kita agar keberlangsungan hidupnya terjaga dengan baik,

sebaliknya kita juga memerlukan kekayaan alam untuk bertahan hidup di muka bumi.

Jadi, hubungan kita dengan alam bersifat simbiosis mutualisme (saling menguntungkan).

Karenanya keseimbangan dan keserasian perlu dijaga agar tidak terjadi kerusakan.

Hal itu memang tugas kita sebagai khalifah fil ardhi. Kita dituntut untuk berhubungan

baik dengan alam, baik sesama manusia serta dengan alam dan segala isinya. Kita

diharapkan bisa berinteraksi secara harmonis dengan lingkungan. Bersikap ramah dan

menjaga kelestarian alam. Tapi kenyataannya, manusia terlalu rakus. Membuat

keonaran, kerusakan dan pencemaran serta mengeksploitasi alam secara tidak

seimbang. Kekayaan alam hanya dipandang sebagai alat tujuan konsumtif belaka. Ia

dianggap tak lebih sebagai piranti mesin-mesin ekonomi. Padahal, lebih dari itu, alam

mempunyai peran atas ekosistem kehidupan manusia (Tafsir Alusi, I, 256, Tafsir Razi, XII,

264)

Islam tentu tak merestui tindakan sewenang-wenang dengan memperlakukan alam

secara dzalim. Hal itu bisa kita lihat dari anjuran agama dalam beberapa hal. Antara lain:

(1) Nabi memberi nama pada benda tak bernyawa agar si ‘empu’-nya juga dihormati

layaknya manusia. (2) kita dilarang mengeksploitasi kekayaan alam secara berlebihan

(boros) sehingga mengakibatkan alam kehilangan keseimbangan (3) kita disuruh untuk

menghindari dua kutukan, membuang kotoran di jalan dan di tempat orang berteduh (5)

Page 8: Makalah Agama

kita dilarang mengganggu proses yang dilakukan oleh makhluk sampai mencapai tujuan

penciptaannya. Karenanya, kita tidak boleh memetik buah sebelum bisa dipakai untuk

dimanfaatkan dan bunga sebelum berkembang. Begitulah salah satu cara Islam

memberlakukan alam. Dan cara-cara yang lain tentu masih banyak. (baca: Quraisy

Shihab; Membumikan al-Quran)

Lalu bagaimana Islam menanggapi para perusak alam (hutan, gunung, lautan, dll)?

Memang, ketika ilmu pengetahuan dan tekhnologi semakin maju manusia akan merasa

kuat dan akan melakukan segalanya tanpa perhitungan matang. Tuhanpun mengakui

sikap gegabah manusia. Coba kita baca surat al-’Alaq ayat 6-7: “Ketahuilah!

Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas, karena dia melihat dirinya serba

cukup.”

Jauh sebelumnya, Islam telah melarang kita untuk berbuat kerusakan di muka bumi.

Tuhan berfirman pada surat al-A’raf ayat 56 : “Dan janganlah kamu membuat kerusakan

di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya.”

Menurut kajian ushul fiqh, ketika kita dilarang melakukan sesuatu berarti kita diperintah

untuk melakukan kebalikannya. Misalnya, kita dilarang merusak alam berarti kita

diperintah untuk melestarikan alam. Adapun status perintah tersebut tergantung status

larangannya. Contoh, status larangan merusak alam adalah haram, itu menunjukkan

perintah melestarikan alam hukumnya wajib. (Jam’ul Jawami’, I. 390)

Sementara itu, Fakhruddin al-Raziy dalam menanggapi ayat di atas, berkomentar bahwa,

ayat di atas mengindikasikan larangan membuat mudharat (bahaya). Dan pada

dasarnya, setiap perbuatan yang menimbulkan mudharat itu dilarang oleh agama. Al-

Qurtubi menyebutkan dalam tasfirnya bahwa, penebangan pohon juga merupakan

tindakan pengrusakan yang mengakibatkan adanya mudharat. Beliau juga menyebutkan

bahwa mencemari air juga masuk dalam bagian pengrusakan. (al-Tafsir al-Kabir, IV, 108-

109 ; Tafsir Al-Qurtubi, VII, 226)

Larangan di atas bukan lantas melarang kita memanfaatkan kekayaan jagat raya ini.

Sebab kekayaan alam ini diperuntukkan bagi manusia. Kita dibolehkan mengambil

manfaat dari kekayan alam ini asal tidak sampai berlebihan. Di samping itu, perlu dicatat

untuk konteks Indonesia, memanfaatkan kekayaan alam harus mendapat izin dari

pemerintah. Makanya, illegal loging dan pemanfaatan lain secara illegal haram

hukumnya. Sebab, mengikuti peraturan yang telah ditetapkan pemerintah adalah sebuah

kewajiban yang sangat mengikat, selama peraturan itu tidak bertentangan dengan

syariat Islam, dan demi kemaslahatan rakyat. (Hawasyi al-Syarwaniy, VII, 76 ; al-Fiqh al-

Islamiy, V, 505)

Page 9: Makalah Agama

Lalu, sanksi apa yang patut diberikan kepada perusak alam? Para pelaku kejahatan harus

mendapat ganjaran yang setimpal. “Barang siapa mengerjakan perbuatan jahat, maka

dia tidak akan dibalas melainkan sebanding dengan kejahatan (telah diperbuat) itu.” (QS.

Ghafir: 40)

Kalau kerusakan yang dilakukan tidak sampai mengakibatkan bahaya besar, maka

hukuman yang bisa diterima cukup dengan di-ta’zir. Artinya pemerintah bisa menyanksi

sesuai dengan kadar kejahatannya. Namun, jika perbuatannya mengakibatkan dampak

besar, seperti penebangan pohon secara besar-besaran yang mengakibatkan banjir,

longsor, gempa dan musibah lainnya, maka tak ada tawaran lain, pelakunya harus diberi

hukuman yang berat. Bahkan, menurut fikih, perbuatan itu termasuk kejahatan besar

dan pelakunya sudah sepantasnya dibunuh. Apalagi perbuatan itu telah dilakukan

berkali-kali. Begitu juga, pihak keamanan (polisi hutan) yang mendukung aksi illegal

logging juga harus dibunuh. Pembunuhan ini berlaku pada setiap tindak kriminal lainnya

yang sulit dicegah kecuali dengan cara dibunuh. (Bughyah al-Mustarsyidin, 250; al-Fiqh

al-Islamiy, VI, 200 ; al-Islam li Sa’id Hawwa, 585; al-Fiqh al-Islamiy, VI, 200).

Allah memerintahkan kita untuk memakmurkan bumi ini dengan mengelola dan

memanfaatkannya dan tidak menyia-nyiakan potensinya. Apalagi sampai pada tingkat,

lebih mementingkan kelangsungan hidup satwa atau tumbuhan dari pada kelangsungan

hidup dan kesejahteraan manusia. “Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di

bumi untuk kamu” (al Baqarah: 29). ” Dia menciptakan langit dan bumi dengan hak.

Maha Tinggi Allah daripada apa yang mereka persekutukan. Dia telah menciptakan

manusia dari mani, tiba-tiba ia menjadi pembantah yang nyata. Dan Dia telah

menciptakan binatang ternak untuk kamu; padanya ada (bulu) yang menghangatkan dan

berbagai-bagai manfaat, dan sebagiannya kamu makan. Dan kamu memperoleh

pandangan yang indah padanya, ketika kamu membawanya kembali ke kandang dan

ketika kamu melepaskannya ke tempat penggembalaan. Dan ia memikul beban-

bebanmu ke suatu negeri yang kamu tidak sanggup sampai kepadanya, melainkan

dengan kesukaran-kesukaran (yang memayahkan) diri. Sesungguhnya Tuhanmu benar-

benar Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, dan (Dia telah menciptakan) kuda, bagal,

dan keledai, agar kamu menungganginya dan (menjadikannya) perhiasan. Dan Allah

menciptakan apa yang kamu tidak mengetahuinya. (an Nahl: 3-8).

Manusia (Kalifah) Berkewajiban Untuk Melindungi Lingkungan Hidup

Ajaran Islam menawarkan kesempatan untuk memahami Sunatullah serta menegaskan

tanggung jawab manusia. Ajaran Islam tidak hanya mengajarkan untuk mengambil

manfaat dari sumber daya alam, tetapi juga mengajarkan aturan main dalam

pemanfaatannya dimana kesejahteraan bersama yang berkelanjutan sebagai hasil

keseluruhan yang diinginkan.

Page 10: Makalah Agama

Salah satu Sunnah Rasullullah SAW menjelaskan bahwa setiap warga masyarakat berhak

untuk mendapatkan manfaat dari suatu sumberdaya alam milik bersama untuk

memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya sepanjang dia tidak melanggar, menyalahi

atau menghalangi hak-hak yang sama yang juga dimiliki oleh orang lain sebagai warga

masyarakat. Penggunaan sumberdaya yang langka atau terbatas harus diawasi dan

dilindungi. Pemahaman untuk melindungi lingkungan hidup merupakan bagian dari

perwujudan ibadah harus dikongkrtkan dalm bentuk dalil-dalil syar’iyah yang bisa

dijadikan landasan teologis dalam konservasi lingkungan

Manusia Dan Lingkungan Dalam Bingkai Al-Islam

Secara ekologis, manusia adalah bagian dari lingkungan hidup. Komponen yang ada

disekitar manusia yang sekaligus sebagai sumber mutlak kehidupannya merupakan

lingkungan hidup manusia. Lingkungan hidup inilah yang menyediakan berbagai Sumber

Daya Alam (SDM) yang menjadi daya dukung bagi kehidupan manusia dan komponen

lainnya. Kelangsungan hidup manusia tergantung dari keutuhan lingkungannya,

sebaliknya keutuhan lingkungan tergantung bagaiman kearifan manusia dalam

mengelolanya. Oleh karena itu, lingkungan hidup tidak semata mata dipandang sebagai

penyedia Sumber Daya Alam yang harus di eksploitasi, tetapi juga sebagai tempat hidup

yang mensyaratkan adanya keserasian dan keseimbangan antara manusia dan

lingkungannya seperti yang digambarkan dalam Al-Quran.

Melalui Kitab Suci Al-Qur’an, Allah telah memberikan informasi spiritual kepada manusia

untuk bersikap ramah terhadap lingkungan. Informasi tersebut memberikan sinyalamen

bahwa manusia harus selalu menjaga dan melestarikan lingkungan agar tidak menjadi

rusak, tercemar bahkan menjadi punah, sebab apa yang Allah berikan kepada manusia

semata-mata merupakan suatu amanah. Melalui Kitab Suci yang Agung ini (Al-Qur’an)

membuktikan bahwa Islam adalah agama yang mengajarkan kepada umatnya untuk

bersikap ramah lngkungan. Firman Allah SWT Di dalam Al-Qur’an sangat jelas berbicara

tentang hal tersebut. Sikap ramah lingkungan yang diajarkan oleh agama Islam kepada

manusia dapat dirinci sebagai berikut :

1. Agar manusia menjadi pelaku aktif dalam mengolah lingkungan serta

melestarikannya

Dalam surat Ar Ruum ayat 9 “ Dan apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di

muka bumi dan memperhatikan bagaimana akibat (yang diderita) oleh orang-orang

sebelum mereka? orang-orang itu adalah lebih kuat dari mereka (sendiri) dan telah

mengolah bumi (tanah) serta memakmurkannya lebih banyak dari apa yang telah

mereka makmurkan. Dan telah datang kepada mereka rasul-rasul mereka dengan

membawa bukti-bukti yang nyata. Maka Allah sekali-kali tidak berlaku zalim kepada

mereka, akan tetapi merekalah yang berlaku zalim kepada diri sendiri. Pesan yang

disampaikan dalam surat Ar Ruum ayat 9 di atas menggambarkan agar manusia tidak

mengeksploitasi sumber daya alam secara berlebihan yang dikwatirkan terjadinya

Page 11: Makalah Agama

kerusakan serta kepunahan sumber daya alam, sehingga tidak memberikan sisa

sedikitpun untuk generasi mendatang. Untuk itu Islam mewajibkan agar manusia

menjadi pelaku aktif dalam mengolah lingkungan serta melestarikannya.Mengolah serta

melestarikan lingkungan tercermin secara sederhana dari tempat tinggal (rumah)

seorang muslim. Rasulullah SAW menegaskan dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan

oleh Thabrani :”Dari Abu Hurairah : jagalah kebersihan dengan segala usaha yang

mampu kamu lakukan. Sesungguhnya Allah menegakkan Islam di atas prinsip

kebersihan. Dan tidak akan masuk syurga, kecuali orang-orang yang bersih” . (HR.

Thabrani). Dari Hadits di atas memberikan pengertian bahwa manusia tidak boleh kikir

untuk membiayai diri dan lingkungan secara wajar untuk menjaga kebersihan agar

kesehatan diri dan keluarga/masyarakat kita terpelihara.Demikian pula, mengusahakan

penghijauan di sekitar tempat tinggal dengan menanamkan pepohonan yang bermanfaat

untuk kepentingan ekonomi dan kesehatan, disamping juga dapat memelihara

peredaran suara yang kita hisap agar selalu bersih, bebas dari pencemaran.Dalam

sebuah Hadits disebutkan :”Tiga hal yang menjernihkan pandangan, yaitu menyaksikan

pandangan pada yang hijau lagi asri, dan pada air yang mengalir serta pada wajah yang

rupawan (HR. Ahmad)

2. Agar manusia tidak berbuat kerusakan terhadap lingkungan

Di dalam surat Ar Ruum ayat 41 Allah SWT memperingatkan bahwa terjadinya kerusakan

di darat dan di laut akibat ulah manusia. “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut

disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka

sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”.

Serta surat Al Qashash ayat 77 menjelaskan sebagai berikut : “Dan carilah pada apa

yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah

kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada

orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu

berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang

yang berbuat kerusakan”. Firman Allah SWT di dalam surat Ar Ruum ayat 41 dan surat Al

Qashash ayat 77 menekankan agar manusia berlaku ramah terhadap lingkungan

(environmental friendly) dan tidak berbuat kerusakan di muka bumi ini. Dalam sebuah

Hadits yang diriwayatkan oleh Anas, dijelaskan bahwa : ”Rasulullah ketika berwudhu’

dengan (takaran air sebanyak) satu mud dan mandi (dengan takaran air sebanyak) satu

sha’ sampai lima mud” (HR. Muttafaq ’alaih). Satu mud sama dengan 1 1/3 liter menurut

orang Hijaz dan 2 liter menurut orang Irak (lihat Lisanul Arab Jilid 3 hal 400). Padahal

hasil penelitian yang dilakukan oleh Syahputra (2003) membuktikan bahwa rata-rata

orang berwudhu’ sebanyak 5 liter. Hal ini membuktikan bahwa manusia sekarang

cenderung mengekploitasi sumber daya air secara berlebihan, atau dengan kata lain,

setiap manusia menghambur-hamburkan air sebanyak 3 sampai 3 2/3 liter setiap

orangnya setiap kali mereka berwudhu’. Dalam Hadits lain yang diriwayatkan oleh Abu

Hurairah, bahwa Nabi pernah bersabda :”Hati-hatilah terhadap dua macam kutukan;

sahabat yang mendengar bertanya : Apakah dua hal itu ya Rasulullah ? Nabi menjawab :

Page 12: Makalah Agama

yaitu orang yang membuang hajat ditengah jalan atau di tempat orang yang berteduh”

Di dalam Hadits lainnya ditambah dengan membuang hajat di tempat sumber air. Dari

keterangan di atas, jelaslah aturan-aturan agama Islam yang menganjurkan untuk

menjaga kebersihan dan lingkungan. Semua larangan tersebut dimaksudkan untuk

mencegah agar tidak mencelakakan orang lain, sehingga terhindar dari musibah yang

menimpahnya.Islam memberikan panduan yang cukup jelas bahwa sumber daya alam

merupakan daya dukung bagi kehidupan manusia, sebab fakta spritual menunjukkan

bahwa terjadinya bencana alam seperti banjir, longsor, serta bencana alam lainnya lebih

banyak didominasi oleh aktifitas manusia. Allah SWT Telah memberikan fasilitas daya

dukung lingkungan bagi kehidupan manusia. Oleh karena itu, secara yuridis fiqhiyah

berpeluang dinyatakan bahwa dalam perspektif hukum Islam status hukum pelestarian

lingkungan hukumnya adalah wajib (Abdillah, 2005 : 11-12).

3. Agar manusia selalu membiasakan diri bersikap ramah terhadap lingkungan

Di dalam Surat Huud ayat 117, Allah SWT berfirman : ‘Dan Tuhanmu sekali-kali tidak

akan membinasakan negeri-negeri secara zalim, sedang penduduknya orang-orang yang

berbuat kebaikan”.

Fakta spritual yang terjadi selama ini membuktikan bahwa Surat Huud ayat 117 benar-

benar terbukti. Perhatikan bencana alam banjir di Jakarta, tanah longsor yang di daerah-

daerah di Jawa Tengah, intrusi air laut, tumpukan sampah dimana-mana, polusi udara

yang tidak terkendali, serta bencana alam di daerah atau di negara lain membuktikan

bahwa Allah akan membinasakan negeri-negeri secara zalim, melainkan penduduknya

terdiri dari orang-orang yang berbuat kebaikan terhadap lingkungan.Dalam suatu kisah

diriwayatkan, ada seorang penghuni surga. Ketika ditanyakan kepadanya perbuatan

apakah yang dilakukannya ketika di dunia hingga ia menjadi penghuni surga?. Dia

menjawab bahwa selagi di dunia, ia pernah menanam sebuah pohon. Dengan sabar dan

tulus, pohon itu dipeliharanya hingga tumbuh subur dan besar. Menyadari akan

keadaannya yang miskin ia teringat bunyi sebuah hadits Nabi, “Tidak seorang muslim

yang menanam tanaman atau menyemaikan tumbuh-tumbuhan, kemudian buah atau

hasilnya dimakan manusia atau burung, melainkan yang demikian itu adalah shodaqoh

baginya”. Didorong keinginan untuk bersedekah, maka ia biarkan orang berteduh di

bawahnya, dan diikhlaskannya manusia dan burung memakan buahnya. Sampai ia

meninggal pohon itu masih berdiri hingga setiap orang (musafir) yang lewat dapat

istirahat berteduh dan memetik buahnya untuk dimakan atau sebagai bekal perjalanan.

Burung pun ikut menikmatinya. Riwayat tersebut memberikan nilai yang sangat

berharga sebagai bahan kontemplasi, artinya dengan adanya kepedulian terhadap

lingkungan memberikan dua pahala sekaligus, yakni pahala surga dunia berupa hidup

bahagia dan sejahtera dalam lingkungan yang bersih, indah dan hijau, dan pahala surga

akhirat kelak di kemudian hari.Untuk mendapatkan dua pahala tersebut seorang

manusia harus peduli terhadap lingkungan, apalagi manusia telah diangkat oleh Allah

Page 13: Makalah Agama

sebagai khalifah. Hal ini dapat dilihat pada surat Al-Baqarah ayat 30 berikut :

“Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.”.

Manusia dituntut untuk memelihara, membimbing dan mengarahkan segala sesuatu

agar mencapai maksud dan tujuan penciptaanNya. Karena itu, Nabi Muhammad SAW

melarang memetik buah sebelum siap untuk dimanfaatkan, memetik kembang sebelum

mekar, atau menyembelih binatang yang terlalu kecil. Nabi Muhammad SAW juga

mengajarkan agar selalu bersikap bersahabat dengan segala sesuatu sekalipun tidak

bernyawa. Al-Qu’an tidak mengenal istilah ”penaklukan alam” karena secara tegas Al-

Qur’an menyatakan bahwa yang menaklukan alam untuk manusia adalah Allah. Secara

tegas pula seorang muslim diajarkan untuk mengakui bahwa ia tidak mempunyai

kekuasaan untuk menundukkan sesuatu kecuali dengan penundukan Allah (Shihab, 1996

: 492-493). Dari beberapa argument an dalil sahih diatas bahwa memelihara lingkungan

adalah kewajiban bagi setiap individu manusia, hukumnya adalah fardhu Ain.

Secara ekologis pelestarian lingkungan merupakan keniscayaan ekologis yang tidak

dapat ditawar oleh siapapun dan kapanpun. Oleh karena itu, pelestarian lingkungan tidak

boleh tidak harus dilakukan oleh manusia. Sedangkan secara spiritual fiqhiyah Islamiyah

Allah SWT memiliki kepedulian ekologis yang paripurna. Paling tidak dua pendekatan ini

memberikan keseimbangan pola pikir bahwa lingkungan yang baik berupa sumber daya

alam yang melimpah yang diberikan Allah SWT kepada manusia tidak akan lestari dan

pulih (recovery) apabila tidak ada campur tangan manusia. Hal ini diingatkan oleh Allah

dalam Surat Ar Ra’d ayat 11 : “Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu

kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”.

Umat Islam selalu berkeyakinan untuk tidak terperosok pada kesalahan yang kedua

kalinya. Kejadian yang sangat dasyat yang kita alami akhir-akhir ini, sebut saja bencana

alam Tsunami misalnya, pencemaran udara, pencemaran air dan tanah, serta sikap

rakus pengusaha dengan menebang habis hutan tropis melalui aktifitas illegal logging,

serta sederet bentuk kerusakan lingkungan hidup lainnya, haruslah menjadi pelajaran

yang sangat berharga. Hal ini ditegaskan oleh dalam firmanNya di dalam surat Al-Hasyr

ayat 2 : ”Maka ambillah (kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, hai orang-orang yang

mempunyai pandangan”

Bersikaplah menjadi pelaku aktif dalam mengolah lingkungan serta melestarikannya,

tidak berbuat kerusakan terhadap lingkungan, dan selalu membiasakan diri bersikap

ramah terhadap lingkungan.

Solusi Pengelolaan Lingkungan

Proses kerusakan lingkungan berjalan secara progresif dan membuat lingkungan tidak

nyaman bagi manusia, bahkan jika terus berjalan akan dapat membuatnya tidak sesuai

Page 14: Makalah Agama

lagi untuk kehidupan kita. Itu semua karena ulah tangan manusia sendiri, sehingga

bencananya juga akan menimpa manusia itu sendiri QS. 30 : 41-42.

Untuk mengatasi masalah tersebut, pendekatan yang dapat kita lakukan diantaranya

dengan pengembangan Sumber Daya Manusia yang handal, pembangunan lingkungan

berkelanjutan, dan kembali kepada petunjuk Allah SWT dan Rasul-Nya dalam

pengelolaan lingkungan hidup. Adapun syarat SDM handal antara lain SDM sadar akan

lingkungan dan berpandangan holistis, sadar hukum, dan mempunyai komitmen

terhadap lingkungan.

Kita diajarkan untuk hidup serasi dengan alam sekitar kita, dengan sesama manusia dan

dengan Allah SWT. Allah berfirman : “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan

untuk (menjadi) rahmatan lil’alamiin” (QS. 21 : 107). Pandangan hidup ini mencerminkan

pandangan yang holistis terhadap kehidupan kita, yaitu bahwa manusia adalah bagian

dari lingkungan tempat hidupnya. Dalam pandangan ini sistem sosial manusia bersama

dengan sistem biogeofisik membentuk satu kesatuan yang disebut ekosistem

sosiobiogeofisik, sehingga manusia merupakan bagian dari ekosistem tempat hidupnya

dan bukannya hidup diluarnya. Oleh karenanya, keselamatan dan kesejahteraan

manusia tergantung dari keutuhan ekosistem tempat hidupnya. Jika terjadi kerusakan

pada ekosistemnya, manusia akan menderita. Karena itu walaupun biogeofisik

merupakan sumberdaya bagi manusia, namun pemanfaatannya untuk kebutuhan

hidupnya dilakukan dengan hati-hati agar tidak terjadi kerusakan pada ekosistem.

Dengan begitu manusia akan sadar terhadap hukum yang mengatur lingkungan hidup

dari Allah SWT dan komitmen terhadap masalah-masalah lingkungan hidup.

Pandangan holistik juga berarti bahwa semua permasalahan kerusakan dan pengelolaan

lingkungan hidup harus menjadi tanggung jawab oleh semua pihak (pemerintah, LSM,

masyarakat, maupun orang perorang) dan semua wilayah (baik lokal, regional, nasional,

maupun internasional). Atau dalam konsep Partai Keadilan, lingkungan hidup harus

dikelola secara integral, global dan universal menuju prosperity dan sustainability.

BAB III

 

PENUTUP

A.Kesimpulan

Bahwa ini adalah alasan yang mungkin mengapa Allah menyebutkan secara eksplisit

dalam Al-Qur’an tentang petingnya lingkungan hidup dan cara-cara Islami dalam

mengelola dunia ini. Kualitas lingkungan hidup sebagai indikator pembangunan dan

ajaran Islam sebagai teknologi untuk mengelola dunia jelas merupakan pesan strategis

dari Allah SWT untuk diwujudkan dengan sungguh-sungguh oleh setiap muslim.

Page 15: Makalah Agama

B.Saran

Sebagai makhluk hidup dibumi yang tidak dapat hidup sendiri, maka kita perlu untuk

menjaga lingkungan hidup kita agar semuanya berbanding lurus.

Daftar pustaka

http://reknowidati.wordpress.com/2011/11/26/lingkungan-dalam-prespektif-islam/

http://najitama.blogspot.com/2012/03/silabus-mata-kuliah-islam-dan.html

http://dkmfahutan.wordpress.com/2006/09/19/al-quran-dan-as-sunnah-tentang-lingkungan-hidup/

Al-Quran dan As-Sunnah Tentang Lingkungan HidupPosted on September 19, 2006 | 24 Comments

Pendahuluan

Pendidikan yang baru dan termasuk paling penting pada masa sekarang ialah

pendidikan lingkungan. Pendidikan tersebut berkaitan dengan pengetahuan

lingkungan di sekitar manusia dan menjaga berbagai unsurnya yang dapat

mendatangkan ancaman kehancuran, pencemaran, atau perusakan.

Pendidikan lingkungan telah diajarkan oleh Rasulullah SAW kepada para sahabatnya.

Abu Darda’ ra. pernah menjelaskan bahwa di tempat belajar yang diasuh oleh

Rasulullah SAW telah diajarkan tentang pentingnya bercocok tanam dan menanam

pepohonan serta pentingnya usaha mengubah tanah yang tandus menjadi kebun

yang subur. Perbuatan tersebut akan mendatangkan pahala yang besar di sisi Allah

SWT dan bekerja untuk memakmurkan bumi adalah termasuk ibadah kepada Allah

SWT.[1]

Page 16: Makalah Agama

Pendidikan lingkungan yang diajarkan oleh Rasulullah SAW berdasarkan wahyu,

sehingga banyak kita jumpai ayat-ayat ilmiah Al-Qur’an dan As Sunnah yang

membahas tentang lingkungan. Pesan-pesan Al-Qur’an mengenai lingkungan sangat

jelas dan prospektif. Ada beberapa tentang lingkungan dalam Al-Qur’an, antara lain :

lingkungan sebagai suatu sistem, tanggung jawab manusia untuk memelihara

lingkungan hidup, larangan merusak lingkungan, sumber daya vital dan

problematikanya, peringatan mengenai kerusakan lingkungan hidup yang terjadi

karena ulah tangan manusia dan pengelolaan yang mengabaikan petunjuk Allah

serta solusi pengelolaan lingkungan[2].

Adapun As-Sunnah lebih banyak menjelaskan lingkungan hidup secara rinci dan

detail. Karena Al-Qur’an hanya meletakkan dasar dan prinsipnya secara global,

sedangkan As-Sunnah berfungsi menerangkan dan menjelaskannya dalam bentuk

hukum-hukum, pengarahan pada hal-hal tertentu dan berbagai penjelasan yang

lebih rinci.

1. Lingkungan Sebagai Suatu Sistem

Suatu sistem terdiri atas komponen-komponen yang bekerja secara teratur sebagai

suatu kesatuan. Atau seperangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan

sehingga membentuk suatu totalitas. [3] Lingkungan terdiri atas unsur biotik

(manusia, hewan, dan tumbuhan) dan abiotik (udara, air, tanah, iklim dan lainnya).

Allah SWT berfirman :

“Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-

gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran.

Dan Kami telah menjadikan untukmu di bumi keperluan-keperluan hidup,

dan (Kami menciptakannya pula) makhluk-makhluk yang kamu sekali-kali

bukan pemberi rezeki kepadanya.” (QS. 15 : 19-20)

Hal ini senada dengan pengertian lingkungan hidup, yaitu sistem yang merupakan

kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup termasuk

manusia dan perilakunya yang menentukan perikehidupan serta kesejahteraan

manusia dan makhluk hidup lainnya.[4] Atau bisa juga dikatakan sebagai suatu

sistem kehidupan dimana terdapat campur tangan manusia terhadap tatanan

ekosistem.

2.Pembangunan Lingkungan Hidup

Lingkungan hidup sebagai sumber daya yang dapat dimanfaatkan manusia guna

memenuhi kebutuhan hidupnya. Allah SWT berfirman :

“Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala

penjurunya, dan makanlah sebagian dari rizki-Nya. Dan hanya kepada-Nya lah kamu

(kembali setelah) dibangkitkan.” (QS. 67 : 15)

Page 17: Makalah Agama

Akan tetapi, lingkungan hidup sebagai sumber daya mempunyai regenerasi dan

asimilasi yang terbatas. Selama eksploitasi atau penggunaannya di bawah batas

daya regenerasi atau asimilasi, maka sumber daya terbaharui dapat digunakan

secara lestari. Akan tetapi apabila batas itu dilampaui, sumber daya akan mengalami

kerusakan dan fungsinya sebagai faktor produksi dan konsumsi atau sarana

pelayanan akan mengalami gangguan.[5]

Oleh karena itu, pembangunan lingkungan hidup pada hakekatnya untuk

pengubahan lingkungan hidup, yakni mengurangi resiko lingkungan dan atau

memperbesar manfaat lingkungan. Sehingga manusia mempunyai tanggung jawab

untuk memelihara dan memakmurkan alam sekitarnya. Allah SWT berfirman :

“Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shaleh. Shaleh berkata :

“Hai kaumku, sembalah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain

Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu

pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah

kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) dan lagi

memperkenankan (do’a hamba-Nya).” (QS. 11 : 61)

Upaya memelihara dan memakmurkan tersebut bertujuan untuk melestarikan daya

dukung lingkungan yang dapat menopang secara berkelanjutan pertumbuhan dan

perkembangan yang kita usahakan dalam pembangunan. Walaupun lingkungan

berubah, kita usahakan agar tetap pada kondisi yang mampu untuk menopang

secara terus-menerus pertumbuhan dan perkembangan, sehingga kelangsungan

hidup kita dan anak cucu kita dapat terjamin pada tingkat mutu hidup yang makin

baik. Konsep pembangunan ini lebih terkenal dengan pembangunan lingkungan

berkelanjutan.[6]

Tujuan tersebut dapat dicapai apabila manusia tidak membuat kerusakan di bumi,

sebagaimana firman Allah SWT :

“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah)

memperbaikinya dan berdo’alah kepada-Nya dengan rasa takut dan

harapan. Sesungguhnya Allah amat dekat kepada orang yang berbuat

baik.” (QS. 7 : 56)

Berkaitan dengan pemeliharaan lingkungan, Rasulullah SAW mengajarkan kepada

kita tentang beberapa hal, diantaranya agar melakukan penghijauan, melestarikan

kekayaan hewani dan hayati, dan lain sebagainya.

“Barangsiapa yang memotong pohon Sidrah maka Allah akan meluruskan

kepalanya tepat ke dalam neraka.” (HR. Abu Daud dalam Sunannya)

“Barangsiapa di anatara orang Islam yang menanam tanaman maka hasil

tanamannya yang dimakan akan menjadi sedekahnya, dan hasil tanaman

Page 18: Makalah Agama

yang dicuri akan menjadi sedekah. Dan barangsiapa yang merusak

tanamannya, maka akan menjadi sedekahnya sampai hari Kiamat.” (HR.

Muslim)

 ”Setiap orang yang membunuh burung pipit atau binatang yang lebih besar dari

burung pipit tanpa ada kepentingan yang jelas, dia akan dimintai

pertanggungjawabannya oleh Allah.” Ditanyakan kepada Nabi :  “Wahai Rasulullah,

apa kepentingan itu ?” Rasulullah menjawab : “Apabila burung itu disembelih untuk

dimakan, dan tidak memotong kepalanya kemudian dilempar begitu saja.”[7]

3. Sumber Daya Vital dan Problematikanya

Manusia telah sedikit banyak berhasil mengatur kehidupannya sendiri (birth

control maupun death control) dan sekarang dituntut untuk mengupayakan

berlangsungnya proses pengaturan yang normal dari alam dan lingkungan agar

selalu dalam keseimbangan. Khususnya yang menyangkut lahan (tanah), air dan

udara, karena ketiga unsur tersebut merupakan sumber daya yang sangat penting

bagi manusia.

Sumber Daya Lahan atau Tanah

Manusia berasal dari tanah dan hidup dari dan di atas tanah. Hubungan antara

manusia dan tanah sangat erat. Kelangsungan hidup manusia diantaranya

tergantung dari tanah dan sebaliknya, tanahpun memerlukan perlindungan manusia

untuk eksistensinya sebagai tanah yang memiliki fungsi.[8] Allah SWT berfirman :

“Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah banyaknya Kami

tumbuhkan di bumi itu pelbagai macam tumbuhan-tumbuhan yang baik?

Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat suatu tanda kekuasaan

Allah. Dan kebanyakan mereka tidak Beriman.” (QS. 26 : 7-8)

Dengan lahan itu manusia bisa membuat tempat tinggal, bercocok tanam, dan

melakukan aktivitas lainnya.

Namun, pemandangan ironis di Indonesia terlihat cukup mencolok diantaranya

penebangan hutan untuk ekspor (tanpa diikuti upaya peremajaan yang memadai)

dan perluasan kota yang melebar, mencaplok tanah-tanah subur

pedesaan. Polis berkembang menjadi metropolis untuk kemudian membengkak

menjadi megapolis (beberapa kota besar luluh jadi satu) dan Ecumenopolis(negara

kota). Akhirnya salah satu nanti akan menjadi Necropolis (kota mayat).[9]

Penebangan hutan tanpa diikuti peremajaan kembali menyebabkan rusaknya tanah

perbukitan sehingga terjadi bencana tanah longsor. Apalagi adanya kebakaran hutan

di Indonesia semakin menyebabkan rusaknya ekologi hutan. Padahal keberadaan

hutan sangat berguna bagi keseimbangan hidrologik danklimatologik, termasuk

sebagai tempat berlindungannya binatang.[10]

Page 19: Makalah Agama

Adanya pembangunan tata ruang yang kurang baik, seperti pembangunan kota dan

perumahan, menyebabkan semakin sempitnya lahan pertanian yang subur. Selain

itu, juga terjadi kerusakan tingkat kesuburan tanah yang disebabkan pemakaian

teknologi kimiawi yang over dosis. Dan bahkan pemakaian pupuk kimiawi tersebut

merusak ekosistem pertanian, diantaranya semakin resistensi dan resurjensinya

hama dan penyakit tanaman. Sehingga hasil produksi pertanian pun menurun yang

akhirnya berdampak pada kehidupan sosial-ekonomi penduduk.

Melihat kenyataan tersebut, mestinya perkara konservasi tanah dan lahan sudah

merupakan suatu keharusan, condition sine qua non, demi berlangsungnya

kehidupan manusia. Usaha yang dapat dilakukan antara lain reboisasi, perencanaan

tata ruang yang baik (lahan subur untuk pertanian dan lahan tandus untuk industri

atau bangunan), dan penerapan sistem pertanian yang ramah lingkungan (pertanian

organik atau lestari).

Sumber Daya Air

Selain lahan atau tanah, yang tak kalah pentingnya adalah air. “Everything

originated in the water. Everything is sustained by water”. Manusia membutuhkan

air untuk hidupnya, karena dua pertiga tubuh manusia terdiri dari air. Allah SWT

berfirman : “Dan Kami beri minum kamu dengan air tawar ?” (QS. 77 : 27). Dan

bahkan tanpa air seluruh gerak kehidupan akan terhenti.

Yang ironis adalah bahwa kekeringan datang silih berganti dengan banjir. Pada suatu

saat kita kekurangan air, tapi pada saat yang lain justru kelebihan air. Mestinya

manusia bisa mengatur sedemikian hingga sepanjang waktu bisa cukupan air (tidak

kurang dan tidak lebih). Hal itu sebenarnya telah ditunjukkan oleh alam dalam

bentuk siklus hidrologis dari air yang berlangsung terus menerus, volume air yang

dikandungnya tetap, hanya bentuknya yang berubah. Allah SWT berfirman : “Demi

langit yang mengandung hujan (raj’i)” (QS. 86 : 11).

Kata Raj’i berarti “kembali”. Hujan dinamakan raj’i dalam ayat ini, karena hujan itu

berasal dari uap air yang naik dari bumi (baik dari air laut, danau, sungai dan

lainnya) ke udara, kemudian turun ke bumi sebagai hujan, kemudian kembali ke

atas, dan dari atas kembali ke bumi dan begitulah seterusnya. Atau terkenal

dengan siklus hidrologik.

Kisah perjalanan air yang urut dan runtut itu telah memberikan kontribusi yang

sangat vital pada daur kehidupan dan pembaharuan sumber daya alam. Namun

manusia melakukan sesuatu yang menyebabkan terhambatnya siklus hidrologi

tersebut. Manusia membuat saluran drainase dengan lapisan semen yang kedap air

dan mengecor jalan dengan semen, sehingga air mengalir cepat ke laut dan

mengingkari fungsinya sebagai pemberi kehidupan (life giving role). Dan menipislah

persediaan air tanah.

Sungai-sungai yang dulu sebagai organisme yang mampu memamah biak benda-

benda yang dibuang kedalamnya dan memberikan pasokan air bersih yang

Page 20: Makalah Agama

memadai untuk kehidupan. Sekarang sungai-sungai tersebut lebih berwujud berupa

tempat pembuangan sampah yang terbuka, dijejali dengan limbah industri dan

buangan rumah tangga yang tidak mungkin lagi atau tidak mudah dicerna guna

menghasilkan air yang sedikit bersih sekalipun.

Kerusakan lingkungan pada ekosistem pantai yakni rusaknya hutan bakau

(mangrove) di tepi pantai, seperti di Cilacap, dan rusaknya terumbu karang. Padahal

hutan bakau dan terumbu karang sangat berfungsi bagi keseimbangan dan

keberlangsungan ekosistem pesisir dan lautan, rantai makanan, melindungi abrasi

laut dan keberlanjutan sumber daya lautan.[11]

Sumber Daya Udara

Selain kedua sumber daya tersebut di atas, ciptaan Allah SWT yang tidak kalah

penting tetapi sering terlupakan atau disepelekan adalah udara. Padahal tanpa

udara takkan pernah ada kehidupan. Tanpa udara bersih takkan diperoleh kehidupan

sehat. Setiap hari rata-rata manusia menarik napas 26.000 kali berkisar antara 18

sampai 22 kali setiap menitnya.

Pentingnya udara sering diabaikan terutama karena sampai kini kita masih bisa

memperolehnya tanpa harus mengeluarkan biaya. Padahal di Tokyo saat ini mulai

dijual udara bersih (oksigen) dalam tabung. Suatu kejutan pertama yang

menyadarkan manusia akan bahaya udara kotor terjadi di Inggris pada tahun 1952

yang dikenal dengan “The Great London Smog” yang menyebabkan sekitar 4000

jiwa melayang dan sejumlah besar penduduk menderita penyakit bronkitis, jantung

dan berbagai penyakit pernapasan lainnya. Bahkan bangunan, lukisan, patung atau

monumenpun hancur, karena asap dan gas mobil.

Polusi udara juga terjadi di Yogyakarta akibat konsumsi bahan bakar yang terus

meningkat. Konsumsi tertinggi dari kendaraan bermotor (konsumsi bahan bakar

solar dan bensin mencapai 170.000 liter pada tahun 1990-1991) dan kedua bahan

bakar rumah tangga (rata-rata 84.000 liter). Hal itu menyebabkan CO2dan timbal

(Pb) melewati ambang batas yang diperkenankan. Ambang batas timbal (Pb) yang

diperkenankan hanya 0,03 ug/l, kini rata-rata diatas 0,09 ug/l di beberapa tempat,

seperti Kantor Pos Besar, Bunderan, Jl. Jend. Sudirman, dan Gedungkuning.

[12] Begitu juga di Jakarta, dari kendaraan umum, 765.000 atau 60 % mengeluarkan

gas buang diatas ambang batas baku mutu. Artinya setiap menit selalu keluar

kandungan racun dari knalpot mobil itu, sulfur oksida, nitrogen oksida, dan timbal

(Pb). Konsentrasi timbal di udara mencapai 1,7-3,5 mirogram per meterkubik dan

pada 2005 mencapai 1,8-3,6 mikrogram per meterkubik. Padahal jumlah kendaraan

roda empat di Jakarta mencapai 9,1 juta (1.274.000 berstatus kendaraan umum).

[13]

Upaya yang bisa di tempuh antara lain : memperluas kawasan hijau (hutan kota),

pemakaian bahan bakar akrab lingkungan (BBL), knalpot dipasang filter, dan

mengurangi pemakaian kendaraan pribadi.

Page 21: Makalah Agama

4.      Kerusakan Lingkungan

Manusia telah diperingatkan Allah SWT dan Rasul-Nya agar jangan melakukan

kerusakan di bumi, akan tetapi manusia mengingkarinya. Allah SWT berfirman :

“Dan bila dikatakan kepada mereka: “Janganlah membuat kerusakan di muka bumi”,

mereka menjawab: “Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan.”

(QS. 2 : 11). Keingkaran mereka disebabkan karena keserakahan mereka dan

mereka mengingkari petunjuk Allah SWT dalam mengelola bumi ini. Sehingga

terjadilah bencana alam dan kerusakan di bumi karena ulah tangan manusia. Allah

SWT berfirman :

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan

manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan

mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”. Katakanlah : “Adakan

perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang

dahulu. Kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan

(Allah).” (QS. 30 : 41-42).

Di samping adanya problematika ketiga sumber daya vital di atas, Otto Soemarwoto

membagi kerusakan lingkungan yang mengancam kehidupan bumi menjadi dua,

yaitu kerusakan yang bersifat regional (seperti hujan asam) dan yang bersifat global

(seperti pemanasan global, kepunahan jenis, dan kerusakan lapisan ozon di

stratosfer).

Hujan asam disebabkan oleh pencemaran udara yang berasal dari pembakaran

bahan bakar fosil, yaitu gas bumi, minyak bumi dan batu bara. Pembakaran itu

menghasilkan gas oksida belerang dan oksida nitrogen. Kedua jenis itu dalam udara

mengalami reaksi kimia dan berubah menjadi asam (berturut-turut menjadi asam

sulfat dan asam nitrat). Asam yang langsung mengenai bumi disebut deposisi

kering dan asam yang terbawa hujan yang turun ke bumi disebut desposisi basah.

Keduanya disebut hujan asam. Hujan asam menyebabkan kematian organisme air

sungai dan danau serta kerusakan hutan dan bangunan.

Pemanasan global (global warning) adalah peristiwa naiknya intensitas efek rumah

kaca (ERK) yang terjadi karena adanya gas dalam atmosfer yang menyerap sinar

panas (sinar inframerah) yang dipancarkan bumi. Gas itu disebut gas rumah kaca

(GRK). Dengan penyerapan itu sinar panas terperangkap sehingga naiklah suhu

permukaan bumi.

Seandainya tidak ada GRK dan karena itu tidak ada ERK, suhu permukaan bumi rata-

rata hanya -18oC saja, terlalu dingin bagi kehidupan makhluk. Dengan adanya ERK

suhu bumi adalah rata-rata 15oC, sehingga ERK sangat berguna bagi kehidupan di

Page 22: Makalah Agama

bumi. Akan tetapi, akhir-akhir ini semakin naiknya kadar GRK dalam atmosfer, yaitu

CO2 dan beberapa gas lain (seperti CO2, CH4, dan N2O) menyebabkan naiknya

intensitas ERK, sehingga suhu permukaan bumi akan naik pula. Inilah yang

disebut global warning.

Berbagai dampak negatif pemanasan global, yaitu menyebabkan perubahan iklim

sedunia (perubahan curah hujan), naiknya frekuensi maupun intensitas badai

(seperti di Banglades dan Filipina semakin menderita), dan bertambahnya volume air

laut dan melelehnya es abadi di pegunungan dan kutub. Hal itu juga menyebabkan

keringnya tanah dan kekeringan yang berdampak negatif terhadap pertanian dan

perikanan.

Bertambahnya volume air laut, maka permukaan laut akan naik. Dengan laju

kenaikan kadar GRK seperti sekarang diperkirakan pada sekitar 2030 suhu akan naik

1,5-4,5oC. Kenaikan suhu ini menyebabkan naiknya permukaan laut 25-140 cm.

Dampak naiknya permukaan laut yakni tergenangnya daerah pantai, tambak, sawah

dan kota yang rendah seperti Jakarta, Surabaya, dan Semarang serta beberapa

pulau di Indonesia. Kenaikan permukaan laut juga menyebabkan laju erosi pantai.

Untuk kenaikan permukaan laut 1 cm, garis pantai akan mundur 1m, sehingga

kenaikan permukaan laut 25-140 cm, garis pantai mundur 25-140 m.

Kepunahan jenis berarti hilangnya sumber daya gen yang mengurangi kemampuan

kita dalam pembangunan pertanian, perikanan, peternakan, dan kehutanan.

Penyebabnya antara lain karena adanya hujan asam dan penyusutan luas hutan,

serta penggunaan sistem monokultur atau varietas unggul sehingga varietas lokal

hilang, seperti varietas padi lokal yang hampir sirna.

Ozon ialah senyawa kimia yang terdiri atas tiga atom oksigen. Di lapisan atmosfer

yang rendah ia mengganggu kesehatan dan di lapisan atas atmosfer ia melindungi

makhluk hidup dari sinar ultraviolet yang dipancarkan matahari. Apabila kadar ozon

di stratosfer berkurang, kadar sinar ultraviolet yang sampai ke bumi bertambah.

Maka resiko untuk mengidap penyakit kanker kulit, katarak dan menurunnya

kekebalan tubuh akan meningkat. Penurunan kadar ozon disebabkan karena

rusaknya ozon oleh segolongan zat kimia yang disebut clorofuorokarbon yang

banyak digunakan dalam industri dan kehidupan kita, seperti gas freon (pendingin

AC dan almari es), gas pendorong dalam aerosal(parfum, hairspray, dan zat racun

hama) dan lainnya.

Bila kita tetap saja berkeras kepala menjejalkan gas rumah kaca ke atmosfer,

sebelum akhir abad mendatang pasti akan terjadi perubahan iklim yang tak terduga,

banyak angin ribut dan angin topan, air laut meredam pulau-pulau berdataran

rendah, disamping munculnya padang pasir baru karena bumi yang makin panas.

Page 23: Makalah Agama

Upaya nyata yang perlu dilakukan untuk menghindari bencana itu antara lain

dengan menggunakan energi secara efisien, mengembangkan sumber energi baru

dan aman, mencegah terjadinya kebakaran dan penggundulan hutan atau

penebangan pohon secara besar-besaran, menanam pepohonan baru, menggalakan

penggunaan transportasi umum. Atau kampanye besar-besaran untuk mengurangi

penggunaan traktor, diesel, lemari es, kaleng semprot, AC dan lain-lain. Langkah ini

mudah diucapkan tapi sulit dilaksanakan. Namun hal itu tetap harus dilakukan,

seperti yang dicetuskan oleh Gurmit Singh : “Global warning on global warming

demands global action”. Peringatan global terhadap pemanasan global menuntut

adanya tindakan global.

5. Solusi Pengelolaan Lingkungan

Proses kerusakan lingkungan berjalan secara progresif dan membuat lingkungan

tidak nyaman bagi manusia, bahkan jika terus berjalan akan dapat membuatnya

tidak sesuai lagi untuk kehidupan kita. Itu semua karena ulah tangan manusia

sendiri, sehingga bencananya juga akan menimpa manusia itu sendiri QS. 30 : 41-

42.

Untuk mengatasi masalah tersebut, pendekatan yang dapat kita lakukan

diantaranya dengan pengembangan Sumber Daya Manusia yang handal,

pembangunan lingkungan berkelanjutan, dan kembali kepada petunjuk Allah SWT

dan Rasul-Nya dalam pengelolaan lingkungan hidup. Adapun syarat SDM handal

antara lain SDM sadar akan lingkungan dan berpandangan holistis, sadar hukum,

dan mempunyai komitmen terhadap lingkungan.

Kita diajarkan untuk hidup serasi dengan alam sekitar kita, dengan sesama manusia

dan dengan Allah SWT. Allah berfirman : “Dan tiadalah Kami mengutus kamu,

melainkan untuk (menjadi) rahmatan lil’alamiin” (QS. 21 : 107). Pandangan hidup ini

mencerminkan pandangan yang holistis terhadap kehidupan kita, yaitu bahwa

manusia adalah bagian dari lingkungan tempat hidupnya. Dalam pandangan ini

sistem sosial manusia bersama dengan sistembiogeofisik membentuk satu kesatuan

yang disebut ekosistem sosiobiogeofisik, sehingga manusia merupakan bagian dari

ekosistem tempat hidupnya dan bukannya hidup diluarnya. Oleh karenanya,

keselamatan dan kesejahteraan manusia tergantung dari keutuhan ekosistem

tempat hidupnya. Jika terjadi kerusakan pada ekosistemnya, manusia akan

menderita. Karena itu walaupunbiogeofisik merupakan sumberdaya bagi manusia,

namun pemanfaatannya untuk kebutuhan hidupnya dilakukan dengan hati-hati agar

tidak terjadi kerusakan pada ekosistem. Dengan begitu manusia akan sadar

terhadap hukum yang mengatur lingkungan hidup dari Allah SWT dan komitmen

terhadap masalah-masalah lingkungan hidup.

Pandangan holistik juga berarti bahwa semua permasalahan kerusakan dan

pengelolaan lingkungan hidup harus menjadi tanggung jawab oleh semua pihak

Page 24: Makalah Agama

(pemerintah, LSM, masyarakat, maupun orang perorang) dan semua wilayah (baik

lokal, regional, nasional, maupun internasional). Atau dalam konsep Partai Keadilan,

lingkungan hidup harus dikelola secara integral,

global dan universalmenuju prosperity dan sustainability.[14]

Kesimpulan, bahwa ini adalah alasan yang mungkin mengapa Allah menyebutkan

secara eksplisit dalam Al-Qur’an tentang petingnya lingkungan hidup dan cara-cara

Islami dalam mengelola dunia ini. Kualitas lingkungan hidup sebagai indikator

pembangunan dan ajaran Islam sebagai teknologi untuk mengelola dunia jelas

merupakan pesan strategis dari Allah SWT untuk diwujudkan dengan sungguh-

sungguh oleh setiap muslim.