Makalah Agama

22
HUKUM ISLAM DAN IMPLEMENTASINYA Muchammad Fauqi Akbar Ridho Dwi Laksono Ayyub Dhimastara Aji Edy Hamid S. M. Fachry Akbar Iqbal Dwi Aripa

description

hukum agama islam

Transcript of Makalah Agama

Page 1: Makalah Agama

Ridho Dwi LaksonoAyyub Dhimastara AjiEdy Hamid S.M. Fachry Akbar Iqbal Dwi Aripa

Page 2: Makalah Agama

BAB I

PENDAHULUAN

Hukum merupakan suatu alat yang mengatur tindakan manusia, sebagai acuan dari

pembuat hukum yang dianut oleh manusia tersebut. Hukum mengandung sanksi sebagai hasil

dari pelanggaran yang telah dilakukan dan hal ini berguna untuk memberi efek jera pada sang

pelanggar. Pembagian rana hukum sendiri sebenarnya sudah sangat luas, hukum dapat dibagi

berdasarkan pembuatnya yakni hukum adat, hukum agama, hukum negara dan lain – lain.

Islam merupakan agama rahmatan lil alamin (rahmat bagi semua alam), siapapun yang menganut

agama tersebut dan melakukan kewajiban serta syariatnya maka akan dijamin keselamatan di

dunia dan di akhirat sesuai janji Allah SWT. Pada prinsipnya, syari’at adalah wahyu yang

diturunkan Allah dalam Al-Qur’an dan sunnah (hadits). Syariat adalah dasar yang berlingkup

lebih luas dari hukum islam, berlaku abadi dan menunjukkan persatuan dalam Islam.

Dalam Islam sendiri menyusun sebuah hukum menggunakan metode yakni ushul fiqh,

ushul fiqh adalah pengetahuan mengenai berbagai kaidah dan bahasa yang  menjadi sarana untuk

mengambil hukum-hukum syara’ mengenai perbuatan manusia mengenai dalil-dalilnya yang

terinci. Ilmu ushul fiqh dapat diumpamakan sebagai sistem yang mengolah data inputan sebelum

akhirnya diperoleh sebuah fiqih atau hukum islam.

Makalah ini akan membahas pengertian hukum islam, ruang lingkup hukum islam, tujuan

dan fungsi hukum islam serta implementasinya dalam kehidupan sehari – hari di masyrakat

secara umum.

Page 3: Makalah Agama

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Syariat dan Hukum Islam

Syariat Islam

Secara etimologis syariah berarti “jalan yang harus diikuti.” Kata syariah muncul dalam

beberapa ayat Al-Qur’an, seperti dalam surah Al-Maidah:48, asy-Syura: 13, yang mengandung

arti “ jalan yang jelas yang membawa kepada kemenangan.”(Prof. Dr. H. Amir Syarifuddin,

Ushul Fiqih. Hal. 1). Dalam hal ini agama yang ditetapkan oleh Allah disebut syariah, dalam

artian lughawi karena umat islam selalu melaluinya dalam kehidupannya.

Menurut para ahli, syariah secara terminologi adalah “segala titah Allah yang

berhubungan dengan tingkah laku manusia diluar yang mengenai akhlak”. Dengan demikian

syariah itu adalah nama bagi hukum-hukum yang bersifat amaliah. Karena memang syariah itu

adalah hukum amaliah yang berbeda menurut perbedaan Rasul yang membawanya dan setiap

yang datang kemudian mengoreksi yang datang lebih dahulu. Sedangkan dasar agama yaitu

tauhid/aqidah tidak berbeda antara Rasul yang satu dengan yang lain. Sebagian ulama ada yang

mengartikan syariah itu dengan: “ Apa-apa yang bersangkutan dengan peradilan serta pengajuan

perkara kepada mahkamah dan tidak mencakup kepada hal yang halal dan haram.” Lebih dalam

lagi Syaltut mengartikan syariah dengan “hukum-hukum dan aturan-aturan yang ditetapkan

Allah bagi hamba-hambaNya untuk diikuti dalam hubungannya dengan Allah dan hubungannya

dengan manusia. Dr.Farouk Abu Zeid menjelaskan bahwa syariah itu adalah apa-apa yang

ditetapkan Allah melalui lisan Nabi-Nya. Allah adalah pembuat hukum yang menyangkut

kehidupan agama dan kehidupan dunia.

Hukum Islam

Hukum Islam merupakan rangkaian kata “hukum” dan “islam”. Secara terpisah hukum

dapat diartikan sebagai seperangkat perturan tentang tingkah laku manusia yang diakui

sekelompok masyarakat, disusun orang-orang yang diberi wewenang oleh masyarakat itu,

berlaku dan mengikat seluruh anggotanya. Bila kata “hukum” di gabungkan dengan kata “islam”,

Page 4: Makalah Agama

maka hukum islam adalah seperangkat peraturan berdasarkan wahyu Allah dan sunah rasul

tentang tingkah laku manusia mukallaf yang diakui dan diyakini mengikat untuk semua yang

beragama  islam. Bila artian sederhana tentang hukum islam itu dihubungkan dengan pengertian

fiqh, maka dapat dikatakan bahwa yang dimaksud hukum islam itu adalah yang bernama fiqh

dalam literatur islam yang berbahasa arab.

Fiqh secara etimologi berarti pemahaman yang mendalam dan membutuhkan pengerahan

potensi akal Sedangkan secara terminologi fiqh merupakan bagian dari syari’ah Islamiyah, yaitu

pengetahuan tentang hukum syari’ah Islamiyah yang berkaitan dengan perbuatan manusia yang

telah dewasa dan berakal sehat (mukallaf) dan diambil dari dalil yang terinci. Sedangkan

menurut Prof. Dr. H. Amir Syarifuddin mengatakan fiqh adalah ilmu tentang hukum-hukum

syar’I yang bersifat amaliah yang digali dan ditemukan dengan dalil-dalil yang tafsili.

Penggunaan kata “syariah” dalam definisi tersebut menjelaskan bahwa fiqh itu menyangkut

ketentuan yang bersifat syar’I, yaitu sesuatu yang berasal dari kehendak Allah. Kata “amaliah”

yang terdapat dalam definisi diatas menjelaskan bahwa fiqh itu hanya menyangkut tindak tanduk

manusia yang bersifat lahiriah. Dengan demikian hal-hal yang bersifat bukan amaliah seperti

masalah keimanan atau “aqidah” tidak termasuk dalam lingkungan fiqh dalam uraian ini.

penggunaan kata “digali dan ditemukan” mengandung arti bahwa fiqh itu adalah hasil

penggalian, penemuan, penganalisisan, dan penentuan ketetapan tentang hukum. Fiqh itu adalah

hasil penemuan mujtahid dalam hal yang tdak dijelaskan oleh nash.

Dari penjelasan diata dapat kita tarik benang merah, bahwa fiqh dan syariah memiliki

hubungan yang erat. Semua tindakan manusia di dunia dalam mencapai kehidupan yang baik itu

harus tunduk kepada kehendak Allah dan Rasulullah. Kehendak Allah dan Rasul itu sebagian

terdapat secara tertulis dalam kitab-Nya yang disebut  syari’ah. Untuk mengetahui semua

kehendak-Nya tentang amaliah manusia itu, harus ada pemahaman yang mendalam tentang

syari’ah, sehingga amaliah syari’ah dapat diterapkan dalam kondisi dan situasi apapun dan

bagaimanapun. Hasilnya itu dituangkan dalam ketentuan yang terinci. Ketentuan yang terinci

tentang amaliah manusia mukalaf[ . yang diramu dan diformulasikan sebagai hasil pemahaman

terhadap syari’ah itu disebut fiqh.

Page 5: Makalah Agama

B. Ruang Lingkup Hukum Islam

Para ulama membagi ruang lingkup hukum Islam (fiqh) menjadi dua yaitu :

1.      Ahkam al- Ibadat

Ahkam al-Ibadat, yaitu ketentuan-ketentuan atau hukum yang mengatur

hubungan manusia dengan Tuhannya. Ahkam al-Ibadat ini dibedakan kepada

Ibadat Mahdla dan Ibadat Ghair Mahdlah. Ibadah Mahdlah adalah jenis

ibadah yang cara waktu atau tempatnya sudah ditentukan, seperti shalat,

puasa, zakat, haji, nadzar dan sumpah. Sedangkan ibadah ghair mahdlah

adalah semua bentuk pengabdian kepada Allah swt. dan setiap perkataan

atau perbuatan yang memberikan manfaat kepada manusia pada umumnya,

seperti berbuat baik kepada orang lain, tidak merugikan orang lain,

memelihara kebersihan dan kelestarian lingkungan, mengajak orang lain

untuk berbuat baik dan meninggalkan perbuatan buruk, dan lain-lain.

2.      Ahkam Al-Mu’malat

Ahkam al-Mu’amalat, yaitu ketentuan-ketentuan atau hukum yang mengatur

hubungan antar manusia (mahluk), yang terdiri dari :

a. Ahkam al-ahwal al-syahsiyat (hukum orang dan keluarga), yaitu hukum

tentang orng (subyek hukum) dan hukum keluarga, seperti hukum

perkawinan.

b. Ahkam al-Madaniyat (Hukum Benda), yaitu hukum yang mengatur

masalah yang berkaitan dengan benda, seperti jual beli, sewa

menyewa, pinjam meminjam, penyelasian harta warisan atau hukum

kewarisan.

c. Al-ahkam al-Jinayat (Hukum Pidana Islam), yaitu hukum yang

berhubungan dengan perbuatan yang dilarang atau tindak pidana

Page 6: Makalah Agama

(delict,jarimah) dan ancaman atau sanksi hukum bagi yang

melanggarnya (uqubat)

d. Al-ahkam al-qadla wal al-Murafa’at (hukum acara), yaitu hukum yang

berkaitan dengan acara diperadilan (hukum formil), umpama aturan

yang berkaitan dengan alat-alat bukti, seperti saksi, pengakuan,

pengakuan, sumpah, yang berkaitan dengan pelaksanaan hukuman

dan lain-lain.

e. Ahkam al-Dusturiyah (hukum tata Negara dan perundang-undangan),

yaitu hukum yang berkaitan dengan masalah politik, seperti mengenai

pangaturan dasar dan system Negara, perundang-undangan dalam

Negara, syarat-syarat, hak dan kewajiban pemimpin, hubungan

pemimpin dengan rakyatnya, dan lain-lain.

f. Ahkam al-dauliyah (hukum Internasional), yaitu hukum yang mengatur

hubungan antar Negara, baik dalam keadaan damai maupun dalam

keadaan perang.

g. Ahkam al-Iqtishadiyah wa al-Maliyah (Hukum Perekonomian-dan

moneter), yaitu hukum tentang perekonomian dan keuangan dalam

suatu Negara dan antarnegara.

Sistematika hukum (ahkam al-muamalat) diatas, pada dasarnya sama

dengan sistematika dalam ilmu hukum. Menurut ilmu hukum, hukum dapat

dibedakan menjadi :

1.    Hukum formil terdiri dari :

a.       Hukum public formil (hukum acara pidana)

b.      Hukum privat formil (hukum acara perdata)

2.    Hukum materil terdiri dari :

a.       Publik

Page 7: Makalah Agama

a). Hukum pidana

b). Hukum tata Negara

c). Hukum tata usaha Negara

d). Hukum public internasional

b. Hukum Privat

a). Hukum perdata

b). Hukum dagang

c). Hukum intergentil (hukum antar golongan)

d). Hukum perdata Internasional1[4]

Jika dibandingkan hukum Islam bidang muamalah dengan hukum barat, yang

membedakan antara hukum privat (hukum perdata) dengan hukum publik,

maka sama halnya dengan hukum adat di tanah air kita, hukum Islam tidak

membedakan antara hukum perdata dan hukum public. Hal ini disebabkan

karena menurut system hukum Islam pada hukum public ada segi-segi

perdatanya, maka dalam hukum Islam tidak dibedakan kedua bidang hukum

itu, yang disebutkan adalah bagian-bagiannya saja seperti misalnya :

1.      Munakahat

2.      Wirasah

3.      Mu’amalat dalam arti khusus

4.      Jinayat atau ‘ukubat

5.      Al-ahkam as-sulthaniyah (khilafah)

6.      Syiar

7.      Mukhsamat2[5]

Jika ruang lingkup syariah diatas analisis objek pembahasannya, tampak

mencerminkan seperangkat norma ilahi yang mengatur tata hubungan

1

2

Page 8: Makalah Agama

manusia dengan Allah, hubungan manusia dengan manusia lain dalam

kehidupan social, hubungan manusia dengan benda dan alam lingkungan

hidupnya. Norma ilahi yang mengatur tata hubungan dimaksud adalah :

1.      Kaidah ibadah dalam arti khusus atau yang disebut kaidah ibadah

murni, mengatur cara dan upacara hubungan langsung antara manusia

dengan Tuhannya.

2.      Kaidah muamalah yang mengatur hubungan manusia dengan

sesamanya dan mahluk lain dilingkungannya.

C. Tujuan dan Fungsi Hukum Islam

Tujuan hukum islam adalah untuk mewujudkan atau menciptakan kemaslahatan hidup bagi

seluruh umat manusia di muka bumi ini.

Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Ankabut; 45, yang artinya:

“Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar. Dan sesungguhnya

mengingat Allah lebih besar”

Selain itu tujuan hukum islam adalah menegakkan keadilan. Keadilan yang dimaksud adalah

keadilan bagi seluruh umat manusia yang tidak terbatas pada kaum tertentu saja. Islam tidak

membedakan manusia berdasarkan keturunan dan suku atau warna kulit dan berbagai macam

perbedaan lainnya, kecuali ketaqwaannya. Telah disebutkan dalam firman Allah SWT QS. Al-

Hujurat;13, yang artinya:

“Hai manusia sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang

perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal

Page 9: Makalah Agama

mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu disisi Allah ialah orang yang

paling bertaqwa diantara kamu“

Mengenai tujuan hukum islam yang ingin menegakkan keadilan, Allah SWT berfirman dalam

QS. Al-Maidah; 8, yang artinya:

“Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu berlaku tidak

adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa”

Kemaslahatan hakiki sebagai tujuan hukum islam, meliputi 5 hal, yakni: memelihara agama,

jiwa, akal dan keturunan serta harta yang selanjutnya dapat dijelaskan sebagai berikut:

Memelihara agama adalah memelihara pelaksanaan agama, yakni menjalankan agama

sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh agama.

Memelihara jiwa adalah memelihara diri dari segala ancaman. Menyuburkan keikhlasan

hati dalam beribadah dan berinteraksi bersama dengan masyarakat.

Memelihara akal adalah menjaga akal pikiran agar selalu dapat berpikir secara sehat dan

senantiasa berbuat baik dan benar.

Memelihara keturunan adalah menjaga dan memberikan kasih sayang kepada anak

keturunan agar dapat tumbuh dengan normal dan dalam pendidikan yang baik.

Memelihara harta benda adalah mengatur agar mendapatkan rejeki yang baik, yang benar

dan halal serta senantiasa berbagi harta benda yang dimiliki kepada orang yang tidak

mampu sesuai dengan perintah agama.

Sedangkan apabila dilihat dari fungsinya hukum islam sendiri adalah sebagai berikut :

a. Fungsi Ibadah

Fungsi utama hukum Islam adalah untuk beribadah kepada Allah SWT. Hukum Islam

adalah ajaran Allah yang harus dipatuhi umat manusia, dan kepatuhannya merupakan ibadah

yang sekaligus juga merupakan indikasi keimanan seseorang.

b. Fungsi Amar Ma’ruf Nahi Munkar

Page 10: Makalah Agama

Hukum Islam sebagai hokum yang ditunjukkan untuk mengatur hidup dan kehidupan

umat manusia, jelas dalam praktik akan selalu bersentuhan dengan masyarakat. Sebagai contoh,

proses pengharaman riba dan khamar, jelas menunjukkan adanya keterkaitan penetapan hokum 

(Allah) dengan subyek dan obyek hokum (perbuatan mukallaf). Penetap hokum tidak pernah

mengubah atau memberikan toleransi dalam hal proses pengharamannya. Riba atau khamar tidak

diharamkan sekaligus, tetapi secara bertahap. Ketika suatu hokum lahir, yang terpenting adalah

bagaimana agar hokum tersebut dipatuhi dan dilaksanakan dengan kesadaran penuh. Penetap

hokum sangat mengetahui bahwa cukup riskan kalau riba dan khamar diharamkan sekaligus bagi

masyarakat pecandu riba dan khamar. Berkaca dari episode dari pengharaman riba dan khamar,

akan tampak bahwa hokum Islam berfungsi sebagai salah satu sarana pengendali sosial. Hukum

Islam juga memperhatikan kondisi masyarakat agar hokum tidak dilecehkan dan tali kendali

terlepas. Secara langsung, akibat buruk riba dan khamar memang hanya menimpa pelakunya.

Namun secara tidak langsung, lingkungannya ikut terancam bahaya tersebut. Oleh karena itu,

kita dapat memahami, fungsi kontrol yang dilakukan lewat tahapan pengharaman riba dan

khamar. Fungsi ini dapat disebut amar ma’ruf nahi munkar. Dari fungsi inilah dapat dicapai

tujuan hokum Islam, yakni mendatangkan kemaslahatan dan menghindarkan kemudharatan, baik

di dunia maupun di akhirat kelak.

c. Fungsi Zawajir

Fungsi ini terlihat dalam pengharaman membunuh dan berzina, yang disertai dengan

ancaman hokum atau sanksi hokum. Qishash, Diyat, ditetapkan untuk tindak pidana terhadap

jiwa/ badan, hudud untuk tindak pidana tertentu (pencurian , perzinaan, qadhaf, hirabah, dan

riddah), dan ta’zir untuk tindak pidana selain kedua macam tindak pidana tersebut. Adanya

sanksi hokum mencerminkan fungsi hokum Islam sebagai sarana pemaksa yang melindungi

warga masyarakat dari segala bentuk ancaman serta perbuatan yang membahayakan. Fungsi

hokum Islam ini dapat dinamakan dengan Zawajir.

d. Fungsi Tandhim wa Islah al-Ummah

Fungsi hokum Islam selanjutnya adalah sebagai sarana untuk mengatur sebaik mungkin

dan memperlancar proses interaksi sosial, sehingga terwujudlah masyarakat yang harmonis,

aman, dan sejahtera. Dalam hal-hal tertentu, hokum Islam menetapkan aturan yang cukup rinci

Page 11: Makalah Agama

dan mendetail sebagaimana terlihat dalam hokum yang berkenaan dengan masalah yang lain,

yakni masalah muamalah, yang pada umumnya hokum Islam dalam masalah ini hanya

menetapkan aturan pokok dan nilai-nilai dasarnya. Perinciannya diserahkan kepada para ahli dan

pihak-pihak yang berkompeten pada bidang masing-masing, dengan tetap memperhatikan dan

berpegang teguh pada aturan pokok dan nilai dasar tersebut. Fungsi ini disebut dengan Tanzim

wa ishlah al-ummah. Ke empat fungsi hukum Islam tersebut tidak dapat dipilah-pilah begitu saja

untuk bidang hokum tertentu, tetapi satu dengan yang lain saling terkait. (Ibrahim Hosen, 1996 :

90).

D. Implementasi Hukum Islam dalam Kehidupan

Rasulullah SAW memberikan contoh dalam penerapan hukum. Jika kita mengacu pada

penerapan hukum di masa Rasulullah Saw, maka terdapat lima prinsip yang melandasinya, yaitu

kebebasan, musyawarah, persamaan, keadilan dan kontrol.

1. Kebebasan

Di antara landasan hukum yang dicontohkan Rasulullah Saw adalah kebebasan bagi

individu maupun kolektif, dalam keagamaan maupun sosial politik. Al-Qur`an memberikan

kebebasan di bidang agama.

La ikraha fiddin …

“Tidak ada paksaan dalam memeluk agama.”

“Apakah kamu memaksa manusia sehingga mereka beriman”.

Prinsip ini diterapkan oleh Rasulullah Saw ketika menyambut kedatangan rombongan Kristen

Najran di Madinah Munawarah. Pada saat bersamaan tibalah waktu shalat Ashar lalu mereka

Page 12: Makalah Agama

shalat, maka Rasul Saw bersabda: “Biarkan mereka sholat.” Mereka shalat menghadap ke

Timur. Perdamaian Hudaibiyah contoh jelas kebebasan di bidang politik.

2. Musyawarah

Musyawarah merupakan prinsip dan sistem Islam yang sangat ditekankan dalam Islam

dan dipraktikkan oleh Rasul SAW. Allah berfirman:

… wa sya wirhum fil amri … (Ali Imran: 159)

… wa amruhum syuraa bainahum … (asy-Syuraa: 38)

Ketika Rasulullah Saw mendengar bahwa pasukan Quraisy sampai di Uhud, beliau

bermusyawarah dengan sahabat, apakah bertahan di dalam kota untuk bertahan atau harus

menghadapinya di luar kota. Demikian, Rasul Saw bermusyawarah sebagai pelajaran bagi umat.

Padahal tanpa musyawarah pun Rasul Saw telah dibimbing langsung oleh Allah.

3. Persamaan

Islam datang dalam kondisi manusia berkasta-kasta, berbeda suku dan status sosial.

Kaum wanita tidak memiliki derajat dalam pandangan masyarakat saat itu. Islam datang

menghapus kebanggaan keturunan dan kepangkatan. Islam menempatkan posisi yang mulia bagi

kaum wanita. Dan semua manusia disisi Allah SWT memiliki kedudukan yang sama, yang

membedakannya hanyalah amal saleh dan ketakwaannya.

Allah berfirman yang artinya: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu

dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan

bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara

kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah

Maha Mengetahu lagi Maha Mengenal.”  (Q.S. Al Hujuraat : 13)

Rasulullah SAW menegaskan prinsip kesamaan ini dengan sabda beliau:

“Kamu semua anak cucu Adam dan Adam diciptakan dari tanah.”

“Manusia sama rata bagaikan gigi sisir.Tiada keutamaan bagi orang Arab melebihi non

Arab kecuali dengan taqwa”.

4. Keadilan

Tugas yang diemban Rasul SAW antara lain berbuat adil kepada seluruh lapisan manusia.

Page 13: Makalah Agama

“Dan katakanlah; aku beriman terhadap apa yang Allah turunkan dari kitab dan aku

diperintahkan untuk berbuat adil diantara kalian”

Contoh kongkret yang dilakukan Rasul Saw ketika Nu’man bin Basyir mengadu

padanya: “Bapakku memberiku hadiah, ibu tidak rela hingga disaksikan Rasul Saw Datanglah

kepada Rasul Saw agar disaksikannya Rasul Saw bersabda: “Apakah semua anakmu kamu beri

yang sama.” Ia menjawab, “Tidak.” Rasul Saw bersabda:“Bertakwalah kepada Allah dan

bersikap adillah di antara anakmu, saya tidak mau menjadi saksi atas kezaliman, maka ayah

mengambil lagi pemberian tersebut.”

5. Kontrol

Islam sangat menghargai kebebasan individu, kolektif, politik sosial, ekonomi dan

keagamaan. Namun demikian kebebasan yang diberikan Islam bukanlah kebebasan yang tanpa

batas melainkan kebebasan yang sesuai dengan prinsip-prinsip keadilan dan kebenaran. Sehingga

dalam mengekspresikan kebebasan diperlukan kontrol. Dalam sistem Islam bentuk kontrol

tersebut adalah amar ma’ruf dan nahi munkar. Hal itu merupakan puncak agama, serta

merupakan tugas yang diemban oleh para Nabi dan Rasul as.

Dalam hadits Riwayat Muslim dikatakan bahwa Umar ra berkata: “Rasulullah Saw

membagi barang. Aku berkata:’Ya Rasulullah Saw selain orang-orang itu ada yang lebih

berhak.’ Rasul Saw menjawab: ‘Mereka memberikan pilihan kepadaku, antara meminta

kepadaku dengan kasar atau mengatakan aku orang bakhil, padahal aku tidak bakhil.’”

Page 14: Makalah Agama

BAB III

ANALISIS

Hukum Islam merupakan aturan-aturan yang merupakan hasil pemahaman dan deduksi

dari ketentuan-ketentuan yang diwahyukan Allah swt kepada Nabi Muhamad. Karena itu,

sumber utama hukum Islam adalah al-Qur’an dan Hadis. Bila diperlukan untuk menggali hukum

yang belum ada atau untuk memahami hukum maka perlu ijtihad (ra’yu) dengan berbagai

metode yang telah dirumuskan oleh ahli ushul fiqh. Hukum Islam tidak identik dengan hukum

dalam pengertian aturan yang dibuat oleh suatu badan yang diberi wewenang dan pemberlakuan

sangsi bagi pelanggarnya.

Hukum Islam dibuat dengan tujuan sebagaimana tujuan hidup manusia yaitu mengabdi

kepada Allah swt. Hukum Islam untuk masyarakat muslim berfungsi mengatur berbagai

hubungan manusia diatas bumi ini. Manusia yang hidup di dalam masyarakat memiliki berbagai

bentuk hubungan; mulai dari hubungan dengan Tuhan, hubungan dengan dirinya sendiri,

Page 15: Makalah Agama

hubungan dengan manusia lain dan hubungan benda dalam masyarakat serta hubungan dengan

alam sekitar.

Selain itu, hukum Islam bertujuan menciptakan kehidupan beragama, bermoral,

berkeadilan, tertib, sejahtera di dunia dan akhirat. Subjek hukum (mahkum ‘alaih) dalam hukum

Islam adalah mukallaf yaitu orang yang telah memenuhi syarat-syarat kecakapan untuk bertindak

hukum (ahliyah al-ada’). Hukum Islam tidak selamanya bersifat memaksa. Sebagiannya bersifat

korektif dan persuasif dan memberi kesempatan kepada pelanggarnya untuk menyesali diri

sendiri (taubat).

BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Dari materi tentang hukum Islam ini dapat ditarik kesimpulan bahwa Hukum

merupakan suatu alat yang mengatur tindakan manusia, sebagai acuan dari pembuat

hukum yang dianut oleh manusia tersebut. Dan hukum islam adalah seperangkat

peraturan berdasarkan wahyu Allah dan sunah rasul tentang tingkah laku manusia

mukallaf yang diakui dan diyakini mengikat untuk semua yang beragama  islam.

Sementara itu ruang lingkup hukum islam ada dua, yaitu Ahkam al- Ibadat dan

Ahkam Al-Mu’malat. Dan implementasi hukum Islam dalam kehidupan

sehari-hari diantaranya kebebasan, musyawarah, persamaan, keadilan dan kontrol.